“ANALISIS PENGARUH CAPITAL ADEQUACY RATIO (CAR), NON
PERFORMING LOAN (NPL), INFLASI DAN LOAN TO DEPOSIT RATIO
(LDR), TERHADAP RETURN ON ASSET (ROA)” (PADA BANK PERSERO PERIODE 2009 -2014)
Disusun oleh: Mukhammad Luthfi
NIM 108081000003
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP (Curriculum Vitae)
Data Pribadi
Nama lengkap : Mukhammad Luthfi
Panggilan : Luthfi
Tempat&tanggal lahir : Jakarta, 7 April 1990 Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Jl.Gudang air Gg.H Siin 2 Rt 006/002 No.33A Kel.Rambutan-Ciracas, Dki Jakarta
Prov. Banten Kode Pos 13438 Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Language English Center (LEC)
Sekolah Sepak Bola (SSB) Cirendeu
Pengalaman Organisasi
1. Koordinator Departemen Seni dan Budaya BEM Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta periode 2010/2011.
vi Pengalaman Bekerja
Magang sebagai SPB disebuah Perusahaan PT Djarum selama 3 Bulan (event Grand Opening) bertempat di Tangerang.
Magang/KKN Sebagai Crew disebuah Perusahaan PT Kynia selama 1 Bulan bertempat di Bintaro jakarta Selatan.
Keahlian
vii
ABSTRACT
This research is performed on order to test the influence of the variable Third Party Funds (TPF), Loan to Deposit Ratio (LDR), Non Performing Loan (NPL),Capital Adequacy Ratio (CAR), a n d Infalasi ,toward Return On Asset (ROA).
Methodology research as the sample used purposive sampling, The sample used in this study is the PT Bank PerseroTbk. from 2009 to 2014. Data analysis with multi liniear regression of ordinary least square and hypotheses test used t-statistic and F- statistic at level of significance 5%, a clasic assumption examination which consist of data normality test, multicolinearity test, heteroskedasticity test and autocorrelation test is also being done to test the hypotheses.
During research period show as variabel and data research was normal distributed. Based on test, multicolinearity test, heterosskedasticity test and autocorrelation test classic assumption deviation has no founded, this indicate that the available data has fulfill the condition to use multi linear regression model. This result of research show that variable Inflation, did not influence ROA. Variable CAR and LDR positif influence toward ROA, Variable NPL negative influence toward ROA. Prediction capability from these four variable toward ROA is 75,% where the balance 25% is affected to other factor which was not to be entered to research model.
viii ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh Capital Adequacy ratio (CAR) Loan to Deposit Ratio (LDR), NON Performing loan (NPL),Inflasi dan terhadap Return On Asset (ROA)
Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah PT. Bank Persero Tbk. periode 2009-2015. Teknik analisis data yang digunakan adalah regresi linier berganda dengan persamaan kuadrat terkecil dan uji hipotesis menggunakan t-statistik untuk menguji koefisien regresi parsial serta F-statistik untuk menguji keberartian pengaruh secara bersama-sama dengan tingkat signifikansi 5%. Selain itu juga dilakukan uji asumsi klasik yang meliputi uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas dan uji autokorelasi.
Selama periode pengamatan menunjukkan bahwa data penelitian berdistribusi normal. Berdasarkan uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas dan uji autokorelasi tidak ditemukan variabel yang menyimpang dari asumsi klasik. Hal ini menunjukkan data yang tersedia telah memenuhi syarat menggunakan model persamaan regresi linier berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel Inflasi tidak menunjukkan pengaruh terhadap ROA. Variabel CAR, LDR, berpengaruh positif terhadap ROA, sedangkan variabel NPL berpengaruh negatif terhadap ROA. Kemampuan dari keempat variabel tersebut terhadap ROA dalam penelitian ini sebesar 75%, sedangkan sisanya 25% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dimasukkan ke dalam model penelitian.
ix
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena atas
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Pengaruh Capital Adequacy Ratio, Loan Deposit Ratio (LDR), Non Performing Loan (NPL), Inflasi tehadap Return On Asset (ROA) (PT. Bank Persero, Tbk 2009-2014). Adapun skripsi ini diajukan guna memenuhi syarat untuk meraih gelar Sarjana.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusun skripsi ini sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan tepat waktu. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini.
Semoga skripsi ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Hal ini disebabkan karena terbatasnya kemampuan pengetahuan yang penulis miliki. Untuk itu, kiranya pembaca dapat memaklumi atas kelemahan dan kekurangan yang ditemui dalam skripsi ini.
Penulis juga menyadari bahwa sejak awal penyusunan hingga terselesaikannya skripsi ini banyak pihak yang telah membantu dan memberi dukungan baik moril dan materil. Untuk itu, tak lupa pada kesempatan ini, secara
khusus, penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Kedua Orang Tua Penulis, Ayahanda tercinta Syaefuloh Nasir dan Ibunda
x
memberikan kesehatan dan kebahagiaan serta kemuliaan kepada mereka dan semoga penulis dapat membahagiakan keduanya. Aamiin.
2. Bapak Dr. M. Arief Mufraini LC., MA selaku dosen pembimbing I dan Bapak
Adhitya Ginanjar, SE., M.Si selaku dosen pembimbing II, yang telah meluangkan waktunya dengan penuh kesabaran untuk memberikan bimbingan dan pengarahan dalam menyelesaikan skripsi.
3. Bapak Dr. M. Arief Mufraini LC., MA selaku Dekan FEB, Ibu Leis Suzanawaty,
SE,M.Si selaku Wadek I FEB, Ibu Yulianti, SE., M.Si selaku Wadek II FEB, dan Bapak Herni Ali HT, SE., MM selaku Wadek III FEB, yang telah memberikan jalan bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Ibu Muniaty Aisyah, Dr., Ir., MM selaku Ketua Jurusan Manajemen, Ibu Titi
Dewi Warninda, SE, M.Si, selaku Sekertaris Jurusan Manajemen dan Bapak.ali rahma,SE.,M.EC selaku Dosen Pembimbing Akademik penulis, terima kasih atas kesempatan yang telah diberikan kepada penulis untuk berkarya.
5. Segenap dosen pengajar yang telah mengajarkan ilmu, semoga amal baktinya
dijadikan amalan sholeh. Aamiin.
6. Staf tata usaha dan akademik FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta khususnya
Ibu Siska, Pak Ismet, Ibu Umi, Pak Alfred, Pak Sopyan, Pak Ali yang telah membantu penulis dalam mengurus kebutuhan administrasi dan lain-lain.
7. Keluarga besar penulis yang senantiasa menanti kelulusan, terimakasih atas doa,
semangat dan motivasi yang selalu diberikan. Sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
8. Sahabat penulis yang selalu memberikan semangat dan motivasi kepada penulis,
xi tidak akan pernah ada akhir. Aamiin.
9. Kepada semua pihak yang terlibat dalam penulisan skripsi ini, semoga
mendapatkan sebaik-baiknya balasan dari Allah SWT.
Atas segala kontribusinya, penulis mendoakan semoga mendapat balasan dari Allah SWT dengan sebaik-baiknya balasan.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dari skripsi ini, akan tetapi semoga dapat memberi manfaat bagi para pembaca.
Jakarta, 10 Mei 2015
xii DAFTAR ISI
COVER
COVER DALAM
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ... i
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ... ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ... iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ... iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... v
ABSTRACT ... vii
ABSTRAK ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GAMBAR ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Perumusan Masalah ... 8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 9
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 12
A. Landasan Teori ... 12
1. Pengertian Bank ... 12
xiii
3. Laporan Keuangan ... 13
4. Analisis Rasio Keuangan ... 16
5. Pengertian Profitabikitas Perbankan ... 17
6. CAPITAL ADEQUACY RATIO (CAR) ... 18
7. NON PERFORMING LOAN (NPL)………... 20
8. INFLASI . ... 24
9. LOAN TO DEPOSIT RATIO (LDR) ... 36
B. Keterkaitan antara Variabel bebas dan Variabel Terikat... 37
C. Penelitian Terdahulu ... 40
D. Kerangka Berpikir ... 48
E. Hipotesis ... 50
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 52
A. Ruang Lingkup Penelitian... 52
B. Metode Penentuan Sampel ... 52
C. Metode Pengumpulan Data ... 53
D. Metode Analisis Data ... 54
E. Operasional Variabel ... 65
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 69
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ... 69
1. Sejarah Perkembangan Perbankan di Indonesia ... 69
2. Bank Persero di Indonesia ... 70
B. Hasil Analisis dan Pembahasan ... 78
1. Analisis Deskriptif ... 78
xiv
a. Uji Normalitas……….……… 80
b. Uji Multikolinieritas………..…………. 83
c. Uji Heteroskedesitas………..……. 84
d. Uji Autokolerasi………..… 87 3. Pengujian Hipotesis ... 91
a. Uji F……….………..…. 91
b. Uji t……….……….. 93
4. Koefisien Determinasi (R Square)………..… 99 BAB V. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI ... 102
A. Kesimpulan ... 102
B. Implikasi ... 102
DAFTAR PUSTAKA ... 104
xv
DAFTAR TABEL
No Keterangan Halaman
1.1 Rata-rata Nilai Variabel per tahun ... 4
2.1 Hasil Penelitian Terdahulu ... 43
4.1 Hasil Statistik Deskriptif ... 78
4.2 Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov ... 83
4.3 Hasil Uji Multikolinieritas ... 84
4.4 Hasil Uji Heterokedastisitas ... 86
4.5 Hasil Uji Durbin Watson ... 87
4.6 Pengobatan Uji Durbin Watson ... 88
4.7 Pengobatan Uji Durbin Watson ... 89
4.8 Pengobatan Uji Durbin Watson ... 90
4.9 Pengobatan Uji Durbin Watson ... 90
4.10 Pengobatan Uji Durbin Watson ... 91
4.11 Hasil Uji F ... 92
4.12 Hasil Uji t ... 93
xvi
DAFTAR GAMBAR
No Keterangan Halaman
2.1 Kerangka pemikiran ... 49
3.1 Posisi angka Durbin Watson ... 60
4.1 Hasil uji normalitas dengan histogram ... 81
4.2 Hasil uji normalitas dengan grafik P-Plot ... 82
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
No Keterangan Halaman
1. Data-data variabel penelitian dari tahun 2009-2014 ... 107
2. Deskriptif Statistik ... 111
3. Model Regresi, Anova, dan Koefisien ... 112
4. Hasil Uji Normalitas Data ... 113
5. Hasil Uji Multikolinearitas dan Autokorelasi ... 114
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Keberadaan sektor perbankan sebagai subsistem dalam perekonomian
suatu negara memiliki peranan cukup penting, bahkan dalam kehidupan
masyarakat modern sehari-hari sebagian besar melibatkan jasa dari sektor
perbankan. Hal tersebut dikarenakan sektor perbankan mengemban fungsi utama
sebagai perantara keuangan antara unit-unit ekonomi yang surplus dana, dengan
unit-unit ekonomi yang kekurangan dana. Melalui sebuah bank dapat dihimpun
dana dari masyarakat dalam berbagai bentuk simpanan selanjutnya dari dana yang
telah terhimpun tersebut, oleh bank disalurkan kembali dalam bentuk pemberian
kredit kepada sektor bisnis atau pihak lain yang membutuhkan. Semakin
berkembang kehidupan masyarakat dan transaksi-transaksi perekonomian suatu
negara, maka akan membutuhkan pula peningkatan peran sektor perbankan
melalui pengembangan produk-produk jasanya. (Hempel, 1994 dalam Bachruddin,
2006).
Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan,
perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup
kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan
2
masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat
dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan
taraf hidup rakyat banyak. Dari pengertian tersebut dapat dijelaskan bahwa bank
adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan, dan aktivitasnya pasti
berhubungan dengan masalah keuangan.
Krisis moneter yang berkepanjangan selama beberapa tahun ini telah berubah
menjadi krisis ekonomi, yakni terpuruknya kegiatan ekonomi karena semakin
banyaknya perusahaan yang tutup, perbankan yang dilikuidasi dan meningkatnya
jumlah tenaga kerja yang menganggur, mengingatkan bahwa betapa besar
dampak ekonomi yang akan ditimbulkan apabila terjadi kegagalan usaha
perbankan.
Untuk itu perlu dilakukan serangkaian analisis yang sedemikian rupa sehingga
kemungkinan kesulitan keuangan dan bahkan kegagalan usaha perbankan dapat
dideteksi sedini mungkin. Rendahnya kualitas perbankan antara lain tercermin
dari lemahnya kondisi internal sektor perbankan, lemahnya manajemen bank,
moral Sumber Daya Manusia (SDM), serta belum efektifnya pengawasan yang
dilakukan oleh Bank Indonesia (BI). Kuantitas bank yang banyak menciptakan
persaingan yang semakin ketat dan kinerja bank yang menjadi rendah karena
ketidakmampuan bersaing di pasar, sehingga banyak bank yang sebenarnya
3
dikatakan bahwa bank yang sehat adalah bank yang dapat menjalankan
fungsi-fungsinya dengan baik.
Dengan menjalankan fungsi-fungsi tersebut diharapkan dapat memberikan
pelayanan yang baik kepada masyarakat serta bermanfaat bagi perekonomian
secara keseluruhan.Sehat tidaknya suatu perusahaan atau perbankan, dapat dilihat
dari kinerja keuangan terutama kinerja profitabilitasnya dalam suatu perusahaan
perbankan tersebut.Tingkat kinerja keuangan bank dapat dinilai dari beberapa
indikator. Salah satu sumber utama indikatornya adalah laporan keuangan bank
yang bersangkutan. Laporan keuangan yang dihasilkan bank diharapkan dapat
memberikan informasi tentang kinerja keuangan dan pertanggungjawaban
manajemen bank kepada seluruh stakeholder bank (Achmad dan Kusuno, 2003).
Penilaian terhadap kinerja suatu bank pada dasarnya dapat dilakukan dengan
menganalisis laporan keuangan bank yang bersangkutan. Dari laporan keuangan
tersebut dapat diperoleh adanya suatu informasi tentang posisi keuangan, aliran
kas, dan informasi lain yang berkaitan dengan kinerja bank yang bersangkutan.
Berdasarkan laporan itu akan dapat dihitung sejumlah rasio keuangan yang lazim
dijadikan sebagai dasar penilaian tingkat kinerja bank. Informasi mengenai
kondisi suatu bank dapat digunakan oleh pihak-pihak yang terkait, baik dari pihak
bank sendiri, pihak luar bank (seperti kreditur, investor, dan nasabah), dan Bank
4
Salah ukuran untuk melihat kinerja keuangan perbankan adalah melalui
Return On Asset (ROA). Menurut Surat Edaran BI No. 3/30DPNP tanggal 14
Desember 2001, rasio ROA dapat diukur dengan perbandingan antara laba
sebelum pajak terhadap total aset (total aktiva). Semakin besar ROA akan
menunjukkan kinerja keuangan yang semakin baik, karena tingkat kembalian
(return) semakin besar.
Jika pihak bank dapat menjaga kinerjanya dengan baik, terutama tingkat
profitabilitas yang tinggi serta dapat memenuhi ketentuan prudentialbanking
dengan baik, maka kemungkinan nilai saham dari bank yang bersangkutan di pasar
sekunder Jika pihak bank dapat menjaga kinerjanya dengan baik, terutama tingkat
profitabilitas yang tinggi serta dapat memenuhi ketentuan prudentialbanking
dengan baik, maka kemungkinan nilai saham dari bank yang bersangkutan di pasar
sekunder.
Berikut ini adalah rata-rata nilai perbandingan variabel penelitian per tahun
yang mencakup ROA, CAR, NPL,INFLASI dan LDR periode 2009-2014 yang
diambil dari data publikasi Bank Indonesia.
Tabel 1.1
Rata-rata Nilai Variabel per tahun (%)
Variabel 2009 2010 2011 2012 2013 2014
ROA 2,72 3,08 3,6 3,8 3,87 3,69
CAR 13,81 15,36 15,03 14,57 15,97 17,44
NPL 3,46 2,8 2,55 2,21 3,844 4,79
INFLASI -0,33 0,92 0,57 0,54 0,6983 0,53
5
Tabel 1.1 diatas menujukan bahwa ROA pada tahun 2009-2010 mengalami
peningkatan sebesar 0,36% dari 2,72% menjadi 3,08%. Sedangkan, pada tahun
2010-2011 ROA mengalami peningkatan sebesar 0,52% dari 3,08% menjadi 3,6%.
Kemudian pada tahun 2011-2012 ROA kembali mengalami peningkatan sebesar
0,2% dari 3,6% menjadi 3,8% dan pada tahun 2012-2013 ROA juga mengalami
peningkatan sebesar 0,07% dari 3,8% menjadi 3,87%.sedangkan ROA pada tahun
2013-2014 mengalami peningkatan sebesar 0,07% dari 3,87% menjadi 3,69% Hal
ini menunjukan bahwa tingkat profitabilitas yang diperoleh Bank Persero
cenderung meningkat dari tahun ke tahun hanya di tahun 2009-2014 ROA
mengalami peningkatan.
Tabel 1.1 diatas menunjukan bahwa CAR pada tahun 2009-2010terjadi
penurunan sebesar 1,55% dari 13,81% menjadi 15,36%. Kemudian pada tahun
2010-2011 CAR juga kembali mengalami penurunan namun tidak sebesar tahun
sebelumnya yakni sebesar 0,33% dari 15,36% menjadi 15,03%. Tetapi pada tahun
2011-2012 CAR mengalami peningkatan sebesar 0,46% dari 15,03% menjadi
14,57%. Kemudian pada tahun 2012-2013 CAR kembali mengalami peningkatan
sebesar 1,4% dari 14,57% menjadi 15,97% tetapi pada tahun 2013-2014 CAR
mengalami peningkatan sebesar 1,47 dari 15,97 menjadi 17,44 Hal ini menunjukan
bahwa variabel CAR mengalami perubahan secara fluktuatif setiap tahunnya.
Namun tidak berpengaruh secara signifikan terhadap ROA karena ROA Bank
6
Pada tabel 1.1 di atasNPL pada tahun 2009-2010 mengalami penurunan
sebesar 0,66% dari 3,46% menjadi 2,8%. NPL pada tahun 2010-2011 mengalami
peningkatan sebesar 0,25% dari 2,8% menjadi 2,55%. Pada tahun 2011-2012 NPL
kembali meningkat sebesar 0,34% dari 2,55% menjadi 2,21%. pada tahun
2012-2013 sebesar 1,634 dari 2,21% menjadi 3,844.pada tahun 2012-2013-2014 sebesar
0,946% dari 3,844 menjadi 4,79 Dari data di atas dapat dilihat perubahan nilai
NPL yang cenderung meningkat setiap tahunnya, hanya pada tahun 2010-2011
saja NPL mengalami penurunan. Namun ROA mengalami peningkatan dari tahun
2009-2013.
Selain dari pengaruh rasio-rasio dalam bank itu sendiri, ada kemungkinan
profitabilitas perbankan dapat dipengaruhi oleh kondisi dari luar rasio keuangan
bank itu sendiri seperti Inflasi.
Pada tabel 1.1 di atas inflasi pada tahun 2009-2010 mengalami penurunan
sebesar 0,59% dari 0,33% menjadi 0,92%. inflasi pada tahun 2010-2011
mengalami peningkatan sebesar 0,35% dari 0,92% menjadi 0,57%. Pada tahun
2011-2012 inflasi kembali meningkat sebesar 0,03% dari 0,57% menjadi 0,54%.
Dari data di atas dapat dilihat perubahan nilai inflasi yang cenderung meningkat
setiap tahunnya, hanya pada tahun 2012-2013 saja inflasi mengalami penurunan
sebesar 0,3383% dari 0,54% menjadi 0,6983%.pada tahun 2013-2014 sebesar
7
Setelah itu hal salah satu peristiwa moneter yang sangat penting dan yang
dijumpai di hampir suatu negara di dunia adalah inflasi. Inflasi adalah
kecenderungan dari harga-harga untuk menaik secara umum dan terus menerus.
(Boediono:2001:161). Jika laju inflasitinggi tidak terkendali maka dapat
mengganggu upaya perbankan dalam pengerahan dana masyarakat, karena tingkat
inflasi yang tinggi menyebabkan tingkat suku bunga riil menjadi menurun. Fakta
demikian akan mengurangi hasrat masyarakat untuk menabung sehingga
pertumbuhan dana perbankan yang bersumber dari masyarakat akan menurun.
Begitu juga dengan penyaluran dana dapat menurun sehinnga mengurangi
pendapatan perbankan yang berdamapak pada profitabilitas bank itu sendiri. Dapat
ditambahkan, laju inflasi yang sangat tinggi (hyperinflation) akan menimbulkan
ketidakpastian dalam berusaha sehingga akan menggangu kegiatan operasional
perbankan seperti pembuatan anggaran belanja dan perencanaan kredit yang akan
mempengaruhi keadaan keuangan bank-bank(Aulia Pohan, 2008:54).
Pada tabel 1.1 di atas LDR pada tahun 2009-2010 mengalami peningkatan
sebesar 9,38% dari 62,15% menjadi 71,88%. LDR pada tahun 2010-2011
jugamengalami peningkatan sebesar 2,28% dari 71,88% menjadi 74,16%. Pada
tahun 2011-2012 LDR masih mengalami peningkatan sebesar 1,41% dari 74,16%
menjadi 75,57%.Pada tahun 2012-2013 LDR kembali meningkat sebesar 4,3%
dari 75,57% menjadi 79,87%.pada tahun 2013-2014 sebesar 7,91% dari 79,87%
8
namun masih berkisar pada angka 62,15%- 79,87% pada periode tahun
2009-2014. Data di atas menggambarkan bahwa LDR bank persero masih dibawah
harapan Bank Indonesia, dimana seharusnya angka loan to deposit ratio (LDR)
berada di sekitar 85%-110%.
Disamping itu, Penelitian ini juga memberikan manfaat yang paling
dominan terhadap Bank Persero, diharapkan dengan hasil yang didapat dari
penenelitian ini manajemen Bank Persero mampu menjalankan fungsinya
sebagai intermediasi dan mampu mengevaluasi hasil operasi perusahaan dalam
mengambil keputusan sehubungan dengan intermediasi bank.
Berdasarkan fenomena yang terjadi maka Penulis termotivasi untuk
melakukan penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh CapitalAdequacyRatio
(CAR), NonPerformingLoan (NPL), Inflasi, Loan to Deposit Ratio (LDR) terhadap Return On Assets (ROA) Bank Persero Periode 2009 – 2014. B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas menengenai pengaruh
CapitalAdequacyRatio (CAR), NonPerformingLoan (NPL), Inflasi, Loan to
Deposit Ratio (LDR) terhadap Return On Assets (ROA) padaBank Persero maka
dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. a. Apakah terdapat pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) secara parsial
9
b. Apakah terdapat pengaruh Non Performing Loan (NPL) secara parsial
terhadap Return On Assets (ROA) pada Bank Persero?
c. Apakah terdapat pengaruh Inflasi secara parsial terhadap Return On Assets
(ROA) pada Bank Persero?
d. Apakah tedapat pengaruh Loan to Deposit Ratio (LDR) terhadap Return On
Assets (ROA) pada Bank Persero?
2. Bagaimana pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), NonPerformingLoan
(NPL), Inflasi, Loan to Deposit Ratio (LDR) secara simultan terhadap
Return On Assets (ROA) pada Bank Persero?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada permasalahan diatas maka tujuan dari penelitian ini
adalah sebagai berikut:
a. Untuk Menganalisis pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non
Performing Loan (NPL), Inflasi dan Loan to Deposit Ratio (LDR) terhadap
Return On Assets (ROA) Bank Persero.
b. Untuk Menganalisis variabel Independent Capital Adequacy Ratio (CAR),
Non Performing Loan (NPL), Inflasi dan Loan to Deposit Ratio (LDR)
terhadap Return On Assets (ROA) yang paling dominan mempengaruhi
10 2.Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Bagi Penulis
Penelitian ini memberikan pengetahuan dan pemahaman bagi penulis
tentang bagaimana pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non
Performing Loan (NPL), Inflasi dan Loan to Deposit Ratio (LDR) terhadap
Return On Assets (ROA) pada Bank Persero.
b. Bagi Akademisi
Dengan penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu bahan referensi
bagi peneliti sendiri maupun bagi peneliti selanjutnya yang tertarik untuk
meneliti tentang pengaruh CapitalA dequacy Ratio (CAR), Non Performing
Loan (NPL), Inflasi dan Loan to Deposit Ratio (LDR) terhadap Return On
Assets (ROA).
c. Bagi Perbankan
Diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran yang bermanfaat
bagi manajemen perbankan sebagai bahan acuan dalam menjalankan
fungsinya sebagai intermediasi dan membantu mengevaluasi hasil
operasi perusahaan dalam mengambil keputusan sehubungan dengan
11 d. Bagi Peneliti Selanjutnya
Sebagai bahan dasar ataupun acuan penelitian sejenis yang diharapkan dapat
berguna bagi pengembangan penelitian selanjutnya dalam bidang
12 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori
1. Pengertian Bank
Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan usahanya adalah
menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dana tersebut
ke masyarakat serta memberikan jasa-jasa bank lainnya.(Kasmir, 2003:11).
Dari pengertian diatas, dapat dijelaskan secara lebih luas lagi bahwa bank
merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan, artinya aktivitas
perbankan selalu berkaitan dalam bidang keuangan, sehingga berbicara
mengenai bank tidak lepas dari masalah keuangan.
Bank adalah lembaga keuangan yang menerima dana dalam bentuk
simpanan dan menyalurkannya dalam bentuk kredit. (Frederic S. Mishkin,
2008:9).
Pengertian menurut UU. 7 Tahun 1992, tentang perbankan sebagaimana
telah diubah dengan UU NO. 10 Tahun 1998 adalah:
a. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan, dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk
kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya, dalam rangka meningkatkan taraf
13
b. Bank umum adalah bank yang dapat memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran (Pasal 1 Undang-Undang Nomor 7/1992 tentang Perbankan).
c. Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang menerima simpanan hanya
dalam bentuk deposito berjangka, tabungan dan atau bentuk lain yang
dipersamakan dengan hal itu (Pasal 1 Undang-Undang Nomor 7/1992
tentang Perbankan).
2. Tugas dan Fungsi Bank
Pada dasarnya tugas pokok bank menurut UU No.19 tahun 1998 adalah
membantu pemerintah dalam hal mengatur, menjaga, dan memelihara stabilitas
nilai rupiah, mendorong kelancaran produksi dan pembangunan serta memperluas
kesempatan kerja guna peningkatan taraf hidup rakyat banyak. Sedangkan fungsi
bank pada umumnya (Siamat, 2005:276) :
a. Menyediakan mekanisme dan alat pembayaran yang lebih efisien dalam
kegiatan ekonomi.
b. Menciptakan uang.
c. Menghimpun dana dan menyalurkannya kepada masyarakat.
d. Menawarkan jasa-jasa keuangan lain.
3. Laporan keuangan
Laporan Keuangan adalah informasi keuangan yang disajikan dan
disiapkan oleh manajemen dari suatu perusahaan kepada pihak internal dan
14
merupakan salah satu alat pertanggungjawaban dan komunikasi manajemen
kepada pihak-pihak yang membutuhkannya. Laporan keuangan merupakan
ikhtisar mengenai keadaan keuangan suatu perusahaan pada suatu periode tertentu.
Dalam rangka peningkatan transparansi kondisi keuangan, berdasarkan
Peraturan Bank Indonesia Nomor 3/22/PBI/2001 tanggal 13 Desember 2001, bank
wajib menyusun danmenyajikan laporan keuangan dalam bentuk dan cakupan
yang tediri dari (Siamat, 2005) :
a. Laporan Tahunan dan Laporan keuangan Tahunan
Laporan Tahunan adalah laporan lengkap mengenai kinerja suatu bank
dalam kurun waktu satu tahun. Laporan Keuangan Tahunan adalah Laporan
keuangan akhir tahun bank yang disusun berdasarkan standar akuntansi
keuangan yang berlaku dan wajib diaudit oleh Akuntan public. Laporan
Keuangan Tahunan adalah:
1) Neraca, menggambarkan posisi keuangan dari sati kesatuan usaha yang
merupakan keseimbangan antara aktiva, utang, dan modal pada suatu
tanggal tertentu.
2) Laporan laba rugi merupakan ikhtisar dari seluruh pendapatan dan beban
dari satu kesatuan usaha untuk satu periode tertentu.
3) Laporan perubahan equitas adalah laporan perubahan modal dari satu
kesatuan usaha selama satu periode tertentu yang meliputi laba
15
4) laporan arus kas berisi rincian seluruh penerimaan dan pengeluaran kas
baik yang berasal dari aktivitas operasional, investasi, dan pendanaan dari
satu kesatuan usaha selama satu periode tertentu.
b. Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan
Laporan ini adalah laporan keuangan yang disusun berdasarkan standar
akuntansi keuangan yang berlaku dan dipublikasikan setiaptriwulan.
c. Laporan Keuangan Publikasi Bulanan
Laporan ini adalah laporan keuangan yang disusun berdasarkan laporan
bulanan bank umum yang disampaikan kepada Bank Indonesia dan
dipublikasikan setiap bulan.
d. Laporan Keuangan Konsolidasi
Bank yang merupakan bagian dari suatu kelompok usaha dan atau
memiliki anak perusahan, wajib menyusun laporan keuangan konsolodasi
berdasarkan pernyataan standar akuntansi keuangan yang berlaku serta
menyampaikan laporan sebagaimana diatur dalam Peraturan Bank Indonesia.
Tujuan laporan keuangan, menurut “Kerangka Dasar Penyusunan dan
Penyajian Laporan Keuangan” (IAI,2002), adalah sebagai berikut:
1) Laporan keuangan menyajikan informasi tentang posisi keuangan (aktiva,
utang, dan modal pemilik) pada suatu saat tertentu.
16
3) Laporan keuangan menyajikan informasi tentang perubahan posisi
keuangan perusahaan.
4) Laporan keuangan mengungkapkan informasi keuangan yang penting dan
relevan dengan kebutuhan para pengguna laporan keuangan.
4. Analisis Rasio Keuangan
Analisis rasio keuangan adalah metode analisis untuk mengetahui
hubungan dari pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan laba rugi secara individu
ataupun secara kombinasi dari kedua laporan tersebut (Munawir, 2002:64). Rasio
keuangan menggambarkan suatu hubungan atau perimbangan antara suatu jumlah
tertentu dengan jumlah yang lain dalam laporan keuangan, dan dengan
menggunakan alat analisa berupa rasio ini akan dapat menjelaskan atau memberi
gambaran kepada penganalisa tentang baik atau buruknya keadaan atau posisi
keuangan suatu perusahaan terutama apabila angka rasio tersebut dibandingkan
dengan angka rasio pembanding yang digunakan sebagai standar
(Munawir,1990:64).
Dengan menggunakan analisa rasio dimungkinkan untuk dapat
menentukan tingkat kinerja suatu bank dan kesehatannya dengan menggunakan
perhitungan rasio likuiditas, solvabilitas dan rentabilitas suatu bank. Perhitungan
rasio untuk menilai posisi kinerja suatu bank, akan memberikan gambaran yang
jelas tentang baik dan buruknya operasional suatu bank, yang dilihat dari posisi
17 5. Pengertian Profitabilitas Perbankan
Menurut Slamet Riyadi (2006:32), Profitabilitas adalah perbandingan laba
(setelah pajak) dengan modal (Modal inti) atau laba (sebelum pajak) dengan total
assets yang dimiliki bank pada periode tertentu. Agar perhitungan rasio mendekati
pada kondisi yang sebenarnya (real), maka posisi modal atau assets dihitung
secara rata-rata selama periode tersebut. Profitabilitas adalah ukuran spesifik dari
performance sebuah bank, dimana ia merupakan tujuan dari manajemen
perusahaan dengan memaksimalkan nilai dari para pemegang saham, optimalisasi
dari berbagai tingkat return, dan meminimalisir risiko yang ada (Hasan, 2003:16).
Tujuan analisis profitabilitas sebuah bank adalah untuk mengukur tingkat efisiensi
usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank yang bersangkutan (Kuncoro,
2002:36). Kinerja keuangan perusahaan dari sisi manajemen, mengharapkan laba
bersih sebelum pajak (earning before tax) yang tinggi karena semakin tinggi laba
perusahaan semakin flexible perusahaan dalam menjalankan aktivitas operasional
perusahaan, sehingga EBT perusahaan akan meningkat bila kinerja keuangan
perusahaan meningkat. Analisis rasio profitabilitas ini menggunakan ROA.
Return on Asset merupakan rasio antara laba sebelum pajak terhadap total
asset.Semakin besar Return on Asset menunjukkan kinerja keuangan yangsemakin
baik, karena tingkat kembalian (return) semakin besar. Apabila Return on Asset
18
adalah peningkatan profitabilitas yang dinikmati oleh pemegang saham (Husnan,
1998). Perhitungan ROA terdiri dari :
a. Menghitung Earning Before Tax (EBT) laba perusahaan (bank) sebelum
dikurangi pajak.
b. Menghitung keseluruhan aktiva yang dimiliki oleh bank yang terdiri dari
aktiva lancar dan aktiva tetap. Secara matematis ROA dapat dirumuskan
sebagai berikut:
6. Capital Adequacy Ratio (CAR)
Rasio CAR digunakan untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki
bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan resiko,
misalnya kredit yang diberikan. Semakin tinggi CAR maka semakin kuat
kemampuan bank tersebut untuk menanggung risiko dari setiap kredit atau aktiva
produktif yang berisiko. Jika nilai CAR tinggi (Menurut ketentuan Bank
Indonesia, Capital Adequacy Ratio (CAR) mempunyai nilai minimal sebesar 8%)
berarti bahwa bank tersebut mampu membiayai operasi bank, dan keadaan yang
menguntungkan tersebut dapat memberikan kontribusi yang cukup besar bagi
19
Modal bank terdiri dari dua komponen yaitu modal inti dan modal
pelengkap.Modal inti adalah modal yang berasal dari para pemilik bank, yang
terdiri dari modal yang disetor oleh para pemegang saham, cadangan dan laba
ditahan. Sedangkan modal pelengkap terdiri dari cadangan revaluasi aktiva tetap,
penyisihan penghapusan aktiva produktif, modal pinjaman, dan pinjaman
subordinasi. Kebutuhan modal minimum bank dihitung berdasarkan ATMR
(Aktiva Tertimbang Menurut Risiko) yang merupakan penjumlahan ATMR aktiva
neraca dan ATMR aktiva administratif.
ATMR aktiva neraca diperoleh dengan cara mengalikan nilai nominal
aktiva yang bersangkutan dengan bobot risiko masing-masing aktiva. ATMR
aktiva administratif diperoleh dengan cara mengalikan nilai nominal rekening
administratif yang bersangkutan dengan risiko. Semakin tinggi CAR maka
semakin baik kondisi sebuah bank (Tarmidzi Achmad, 2003). Jika nilai CAR
tinggi berarti bank tersebut mampu membiayai operasi bank, keadaan yang
menguntungkan bank tersebut akan memberikan kontribusi yang cukup besar bagi
profitabilitas (Mudrajad Kuncoro dan Suhardjono , 2002).Besarnya nilai CAR
suatu bank dapat dihitung dengan rumus :
20
7. Non Performing Loan (NPL)
Kredit macet merupakan bagian dari pengelolaan kredit bank, karena kredit
bermasalah itu sendiri merupakan risiko yang dihadapi bisnis perbankan. Menurut
Mudrajat Kuncoro (2002:462) “Non Performing Loan (NPL) atau kredit macet adalah suatu keadaan dimana nasabah tidak sanggup membayar sebagian atau
seluruh kewajibannya kepada bank seperti yang diperjanjikannya”. Sedangkan
menurut Dendawijaya (2005) “kredit macet yaitu pengembalian pokok pinjaman
dan pembayaran bunganya telah mengalami penundaan lebih dari satu tahun sejak
jatuh tempo menurut jadwal yang diperjanjikannya”. Dari kedua pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kredit macet adalah kredit yang sejak jatuh tempo tidak
dapat dilunasi oleh debitur sebagaimana mestinya sesuai dengan perjanjian.
Pengertian jatuh tempo tersebut sesuai dengan tingkat kolektibitas bank yang
bersangkutan.
Peningkatan Non Performing Loan (NPL) yang terjadi berpengaruh
terhadap menurunnya likuiditas bagi sektor perbankan, karena tidak ada dana yang
masuk baik berupa pembayaran pokok maupun bunga pinjaman dari kredit-kredit
yang macet, sehingga bila hal ini dibiarkan maka akan berpengaruh terhadap
hilangnya pendapatan dari sektor kredit dan bank kehilangan kepercayaan dari
masyarakat masyarakat karena tidak mampu mengelola dana nasabah dengan
21
NPL sesuai dengan SE No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 dapat dihitung dengan
rumus :
Kredit yang diberikan oleh bank mengandung risiko, sehingga dengan
demikian dalam pelaksanaannya bank harus memperhatikan asas-asas perkreditan
yang sehat. Untuk mengurangi risiko tersebut, jaminan pemberian kredit dalam
arti keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan debitur untuk melunasi
hutangnya sesuai dengan yang diperjanjikan merupakan faktor yang sangat
penting yang harus diperhatikan oleh bank.
Tingkat kesehatan bank merupakan hal terpenting yang harus diusahakan
oleh manjemen bank. Pengelola bank diharuskan memantau keadaan kualitas
aktiva produktif yang merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
kesehatannya.
Penilaian terhadap kualitas aktiva produktif didasarkan pada
tingkat kolektibilitas kreditnya. Maksud dari kolektabilitas kredit yaitu gambaran
dari keadaan pembayaran utang pokok serta angsuran dan bunga pinjaman serta
tingkat kemungkinan diterimanya kembali dana yang ditanamkan dalam surat
berharga atau penanaman lainnya. Penggolongan kolektibilitas aktiva produktif
22
adalah ketepatan pembayaran kembali pokok dan bunga serta kemampuan debitur
baik ditinjau dari usaha maupun nilai agunan kredit yang bersangkutan
(Syahyunan, 2002).
Berdasarkan surat keputusan direksi bank Indonesia No. 30/267/KEP/DIR,
Tanggal 27 Februari 1998 tentang kualitas produktif dan pembentukan cadangan,
ditetapkan 5 Golongan kolektibilitas kredit yaitu : Lancar, Dalam Perhatian
khusus, Kurang Lancar, Diragukan dan Macet dengan kriteria sebagai berikut :
1) Lancar (Pass)
a. Kredit dengan angsuran pokok, dimana tidak terdapat tunggakan angsuran
pokok, tunggakan bunga atau cerukan karana penarikan kredit.
b. Kredit dengan angsuran untuk KPR
1. Tidak terdapat tunggakan angsuran pokok
2. Terdapat tunggakan angsuran pokok tetapi melampaui satu bulan
c. Kredit tanpa angsuran atau kredit rekening koran, dimana kredit belum jatuh
tempo, dan tidak terdapat tunggakan bunga.
2) Dalam perhatian khusus (Special Mention)
a. Terdapat tunggakan angsuran pokok, dan belum melampaui 3 bulan, baik
23
b. Terdapat tunggakan bunga belum melampaui 3 bulan, bagi kredit yang masa
angsurannya bulanan.
c. Terdapat cerukan karena penarikan, tetapi jangka waktunya belum
melampaui 15 hari kerja.
d. Terdapat indikasi masalah keuangan yang dihadapi debitur .
e. Dokumen pinjaman lemah.
3) Kurang lancar (Sub standar)
a. Kredit dengan angsuran di luar KPR, terdapat tunggakan pokok yang :
1. Melampaui 1 bulan dan belum melampaui 2 bulan bagi kredit masa
angsurannya kurang 1 bulan.
2. Melampaui 3 bulan dan belum melampaui 6 bulan bagi kredit yang
masa angsurannya ditetapkan bulanan, dua bulanan, dan tiga bulanan.
3. Terdapat cerukan akibat penarikan yang jangka waktunya telah
melampaui 15 hari kerja tetapi belum melampaui 30 hari kerja.
b. Kredit dengan angsuran untuk KPR terdapat tunggakan angsuran pokok yang
telah melampaui 4 bulan tetapi belum melampaui 6 bulan.
c. Kredit tanpa angsuran, terdapat tunggakan bunga yang melampaui 4 bulan
24 4) Diragukan (Doubt Ful)
5) Macet (Loss)
8. Inflasi
a. Pengertian inflasi
Menurut Case and Fair(2007:63) inflasi adalah peningkatan tingkat
harga secara keseluruhan. Terjadi ketika banyak harga meningkat secara
serentak. Inflasi diukur dengan menghitung peningkatan harga rata-rata
sejumlah besar barang selama beberapa periode waktu.
Sedangkan menurut Nopirin (2000:174) Inflasi adalah proses kenaikan
harga-harga umum barang-barang secara terus menerus. Ini tidak berarti bahwa
harga-harga berbagai macam barang itu dengan persentase yang sama. kenaikan
yang terjadi hanya sekali saja (meskipun dengan persentase yang cukup besar)
bukanlah merupakan inflasi.
Menurut Nopirin (2000:174) Kenaikan harga ini diukur dengan
menggunakan indeks harga. Beberapa indeks harga yang sering digunkan
utntuk mengukur inflasi antara lain:
1.) Indeks biaya hidup (consumer price index)
Indeks biaya hidup mengukur biaya/pengeluaran untuk membeli
sejumlah barang dan jasa yang dibeli oleh rumah tangga untuk keperluan
hidup.an keseluruhan. Besarnya persentasse ini dapat berubah dari tahun
25
Angka penimbang biasaanya didasarkan atas besarnya persentase
pengeluaran untuk barang tertentu terhadap pengeluaran keseluruuhan.
Besarnya persentasse ini dapat berubah dari tahun ketahun. Oleh karena itu
perlu direvisi apabila ternyata terdapat perubahan. Laju inflasi dapat
dihitung dengan cara menghitung persentase kenaikan/penurunan indeks
harga ini tahun ketahun (atau dari bulan kebulan).
2.) Indeks harga perdagangan besar ( wholesale price index)
Inedeks perdagangan besar menitikberatkan pada sejumlah barang
pada tingkat perdagangan besar. Ini berarti harga bahan mentah, bahan
baku atau setengah jadi massuk dalam perhitungan indeks harga. Biasanya
perubahan indeks harga dan sejalan/searah dengan indeks biaya hidup
3.) GNP deflator
GNP deflator adalah sejenis indeks yang lain. Berbeda dengan dua
indeks diatas, dalam cakupan barangnya. GNP deflator mencakup jumlah
barang dan jasa yang masuk dalam perhitungan GNP, jai lebih banyak
jumlahnya bila dibandingkan dengan dua indeks diatas. GNP deflator
diperoleh dengan membagi GNP nominal (atas dasar harga berlaku)
dengan GNP riil (atas dasar harga konstan).
26 b. Jenis inflasi
Menurut Nopirin (2000:176) jenis inflasi dapat dibedakan berdasarkan :
1. Inflasi menurut sifatnya
Menurut sifatnya inflasi dapat digolongkan menjadi 3 kategori yaitu:
a. Inflasi merayap (creeping inflation)
Biasanya creeping inflationditandai dengan laju inflasi yang rendah
(kurang dari 10%. Kenaikan harga berjalan secra lambat, dengan
persentse yang kecil serta dalam jangka yang relatif lama.
b. Inflasi menengah (galloping inflation)
Galloping inflationditandai dengan kenaikan harga yang cukup
besar (biasanya double digit atau bahkan triple digit) dan kdangkala
berjalan dalam waktu yang relatif pendek serta mempunyai siat
akselerasi. Artinya, harga-harga minggu/bulan ini lebih inggi dari
minggu/bulan lalu dan seterusnya. Efeknya terhadap perekonomian lebih
besar dari pada inflasi yang merayap (galloping inflation)
c. Inflasi tinggi (hyper inflation)
Merupakan inflasi yang paling parah akibatnya. Harga-harga naik
sampai 5 atau 6 kali. Masyarakat tidak lagi berkeinginan untuk
menyimpan uang. Nilai uang merosot dengan tajam sehingga ingin
ditukarkan dengan barang. Perputaran uang makin cepat, harga naik secra
27
defisit anggaran belanja (misalkan ditimbulkan karenaa adanya perang)
yang dibelanjai/ditutup dengan mencetak uang.
2. Inflasi menurut sebabnya
Sebelum kebijaksanaan untuk mengatasi inflasi diambil, perlu telebih
dahulu diketahui faktro-faktor yang menyebabkan inflasi.
Menurut teori kuantitas sebab utama timbulnya inflasi adalah
kelebihan permintaan yang disebabkan karena penambahan jumlah uang
beredar.
a. Demand-pull inflation
Inflasi ini bermula dari adanya kenaikan permintaan total
(agregate demand), sedangkan produksi telah berada pada keadaan
kesempatan kerja penuh atau hampir mendekati kesempatan kerja penuh.
Dalam keaadaan hampir mendekati kesempatan kerja penuh, kenaikan
permintaan total disamping menaikan harga dapat juga menaikan hasil
produksi (output). Apabila kesempatan kerja penuh
(full-employment)telah tercapai; penambahan permintaan selanjutnya hanyalah
akan menaikan harga saja (sering disebut dengan inflasi murni). Apabila
kenaikan permintaan ini menyebabkan keseimbangan GNP berada di
atas/melebihi GNP pada kesemptan kerja penuh maka akan terdapat
aanya „inflationary gap”. Infltionary gap inilah yang dapat menimbulkan
28 b. Cost-push Inflation
Berbeda dengan demand full inflation, Cost-push
Inflationbiasanya ditanai dengan kenaikan harga serta turunnya produksi.
Jadi, inflasi yang dibarengi dengan resesi. Keadaan ini timbul biasanya
dimulai dengan adanya penurunan alam penawaaran total (agregate
supply)sebab akibat kenaikan biaya produksi.
Kenaikan biaya produkdapat timbul karena beberapa faktor
diantarnya :
a) Perjuangan serikat buruh yang berhasil untuk menunut kenaikan upah.
b) Suatu industri yang sifatnya monopolistis, manajer dapat
menggunakan kekuasaanya di pasar untuk menentukan harga (yang
lebih tinggi).
c) Kenaikan harga bahan baku industri. Salah satu contoh yang tak asing
lagi adalah krisis minyak yang terjadi pada tahun 1972-1973 yang
mengakibatkan terjadinya kenaikan harga minak. Biaya produksi naik,
akibatnya timbul stagflasi, akni inflasi yang disertai dengan stagnasi.
c. Faktor-faktor penyebab inflasi
Masalah kenaikan harga-harga yang berlaku di berbagai negara
diakibatkan oleh bnyak faktor. Dinegara-negar inustri pada umumnya inflasi
bersumber dari salah satu atau gabungan dari dua masalh berikut : ( Sadono
29
a. Tingkat pengeluaran agregat yang melebihi kemampuan
perusahaan-perusahaan untuk menghasilkan barang-barang dan jasa-jasa.
Keiningan untuk mendapatkan barang yan mereka butuhkan akan
mendorong para konsumen meminta barang barang itu pada harga yang
lebih tinggi. Sebaliknya, para pengusaaha akan mencoba menahan
barangnya dan hanya menjual kepada pembeli-pembeli yang bersedia
membayar paa harga yang lebih tinggi, kedua-dua kecenrungan ini akan
meyebabkan kenaikan harga-harga.
b. Pekerja-pekerja diberbagai kegiatan ekonomi menuntut kenaikan upah.
Apabila para pengusaaha mulai menghadapi kesukaran dalam
mencari tambahan pekerja untuk menambah produksinya, pekerja-pekerja
yang ada akan terdorong untuk menuntut kenaikan upah. Apabila tuntutan
kenaikan upah berlaku secara meluas, akan terjadi kenaikan biaya produksi
dari berbagi barang dan jasa yang dihasilkan dalam perekonomian. Kenaikan
biayan produksi tersbut akan mendorong perusahaan-perusahaan menaikkan
harga-harga barang mereka.
Disamping itu inflasi dapat pula berlaku sebagai akibat dari
kenaikan harga-harga barang yang diimpor, penambahan penawaaan uang
yang berlebihan tanpa iikuti oleh pertambahan produksi dan penawaran
barang, dan kekacauan politik dan ekonomi sebagai akibat pemerintahan
30 d. Efek inflasi
Menurut Nopirin (2000:181-183) Inflasi dapat mempengaruhi
distribusi pendapaan, alokasi faktor produksi serta produk nasional. Efek
terhadap distribusi pendapatan disebut dengan: equity effect, sedangkan efek
terhadap alokasi faktor produksi, dan produk nasional masing-masing disebut
dengan efficiency dan output effects.
1. Efek tehadap pendapatan (equity effect)
Efek terhadap pendapatan sifatnya tidak merata, ada yang dirugikan
ada pula yang diuntungkandengan adanya inflasi.
Seorang yang memperoleh pendapatan tetap akan dirugikan oleh
adanya inflasi. Misalnya seorang yang memperoleh pendapatan tetap
Rp500.000,00 pertahun sedang laju inflasi sebesar 10%, akan menderita
kerugian penurunan pendapatan riil sebesar laju inflasi tersebut, yakni
Rp50.000,00.
Demikian juga orang yang menumpuk kekayaan dalam bentuk uang
kas akan menderita kerugian adanya inflasi. Contoh lain, yang dirugikan
karena adanya inflasi adalah barang/pihak yang memberikan pinjaman
uang dengan bunga lebih rendah dari laju inflassi. Misalnya, dia memberi
pinjaman Rp10.000,00 dengan bunga pertahun. Apabila laju inflasi sebesar
31
rendah. Dengan demikain inflasi dapat menyebabkan terjadinya perubahan
dalam pola pembagian pendapatan dan kekayaan masyarakat.
2. Efek terhadap efisiensi (Efficiency Effect)
Inflasi dapat pula mengubah pola alokasi faktor-faktor produksi.
Perubahn ini dapat terjai melalui berbagai macam barang yang kemudain
dapat mendorong terjainya perubahan dalam produksi beberapa barang
tertentu. Deengan adanya inflasi permintaan akan barang tertentu
mengalami kenaikan yang lebih besar dari barang lain, yang kemudian
mendorong kenaikan produksi barang tersebut. Kenaikan produksi barang
ini pada gilirannya akan mengubah pada alokasi faktor produksi yang
sudah ada.ahli ekonomi berpendapat bahwa inflasi dapat mengakibatkan
alokasi faktor produksi menjadi tidak efisien.
3. Efek terhadap Output (Output Effects)
Inflasi mungkin dapat menyebabkan terjadinya kenaikan produksi.
Alasannya alam keadaan inflassi biasaanya kenaikan haga barang
mendahului kenaikan upah sehingga keuntungan pengusaha naik. Kenaikan
keuntungan ini akan mendorong kenaikan produksi. Namun apabila laju
inflasi ini cukup tingggi (hyper inflation)dapat mempunyai akibat
sebaliknya, yakni penurunan output.dalam keadaan inflasi yang tinggi, nilai
uang riil turun dengan drastis masyarakat cenderung tidak menyukai uang
32
produksi barang. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak ada
hubungan langsung anatara inflassi dengan output. Inflassi bisa dibarengi
dengan kenaikan output, tetapi bisa juga dibarengi dengan penurunan
output.
e. Indikator Inflasi
Menurut Mandala Manurung dan Prathama Rahardja (2004:164) ada
beberapa indikator ekonomi makro yang digunakan untuk mengetahui inflasi
selama satu periode tertentu yaitu:
a. Indeks Harga Konsumen (IHK)
Indeks Harga Konsumen (IHK) adalah angka indeks yang
menunjukan tingkat harga barang dan jasa harus dibeli konsumen dalam
suatu periode tertentu. Angka IHK diperoleh dengan menghitung
harga-harga barang dan jasautama yang dikonsumsi masyarakat dalam satu
periode tertentu. Masing-masing harga barang dan jasa tersebut diberi
bobot (weighted)berdasarkan tingkat keutamaanya. Barang dan jasa yang
dianggap paling penting diberi bobot paling besar.
Di Indonesia, perhitungan IHK dilakukan dengan memperhitungkan
sekitar beberapa ratus komoditas pokok. Untuk lebih mencerminkan
keadaan yang sebenarnya, perhitungan IHK dilakukan dengan melihat
perkembangan regional, yaitu dengan mempertimbangkan tingkat inflasi
33 Inflasi =
x 100%
b. Indeks Harga Perdagangan Besar (Wholesale Price Index)
Jika inflasi melihat dari sisi konsumen, maka Indeks Harga
Perdagangan Besar (IHPB) melihat inflasi dari sisi produsen. Oleh karena
itu IHPB sering juga disebut sebagai indeks harga produsen (producer
price index). IHPB menunjukan tingkat harga yang diterima produsen
berbagai tingkat produksi. Prinsip menghitung inflasi berdasarkan data
IHPB adalah sama dengan cara berdasarkan IHK
Inflasi =
x 100%
c. Indeks Harga Implisist (GDP Deflator)
Walaupun sangat bermanfaat, IHK dan IHPB memberikan gambaran
laju inflasi yang terbatas. Sebab jika dilihat dari metode perhitungannya,
kedua indikator tersebut hanya melengkapi beberapa puluh kota saja.
Sama halnya dengan dua indikator sebelumnya, perhitungan inflasi
berdasarkan IHI dilakukan dengan menghitung perubahan angka indeks.
Inflasi =
x 100%
f. Cara mengatasi inflasi
Ada beberapa cara untuk mengatasi inflasi yaitu : Nopirin (2000:184)
34
Sasaran kebijaksnaan moneter dicapai melalui pengaturan jumlah
uang beredar (M). salah satu komponen jumlah uang adalah uang giral
(demand deposit). Uang giral dapat terjadi melalui dua cara, pertama
apabila seseorang memasukan uang kas ke bank dalam bentuk giro.
Kedua, apabila seseorang memperoleh pinjaman dari bank tidak diterima
kas tetapi dalam bentuk giro. Deposito yang timbul dengan cara kedua
sifatnya lebih inflatordaripada cara pertama. Sebab cara pertama hanyalah
pengalihan bentuk saja dari uang kas ke uang giral.
Bank sentral dapat mengatur uang giral ini melalui penetapan
cadangan minimu. Untuk menkan laju inflassi cadangan minimum ini
dinaikan sehingga jumlah uang menjadi lebih kecil. Disamping cara ini,
bank sentral dapat menggunakan apa yang disebut denga tingkat diskonto
(discount rate). discount rate adalah tingkat diskonto untuk pinjaman
yang diberikan oleh bank sentral pada bank umum. Pinjaman ini biasanya
berujud tambahnya cadangan bank umum yang ada pada bank central.
discount rateini bagi bank umum merupakan biaya untuk pinjaman yang
diberikan oleh bank sentral. Apabila tingkat diskonto dinaikan oleh bank
sentral maka gairah bank umum untuk meminjam makin kecil sehingga
caangan yang ada pada bank sentral juga mengecil. Akibatnya,
kemampuan bank umum memberikan pinjaman pada masyarkat makin
35
Instrumen lain yang dapat dipakai untuk mencegah inflasi adalah
politik pasar terbuka (jual/beli surat berharga). Dengan cara menjual surat
berharga bank sentral dapat menekan perkembnagn jumlah uang beredar
sehingga laju inflasi dapat lebih mudah.
2) Kebijaksanaan fiskal
Kebijakan fiskal ,enyangkut pengaturan tentang pengeluaran
pemerinah serta perpajakan yang secra langsung dapat mempengaruhi
harga. Inflasi dapat icegah melalui penurunan permintaan total.
Kebijaksanaan fiskal yang berupa pengurangan pengeluaran pemerintah
serta kenaikan pajak akan dapat mengurangi permintaan total, sehingga
inflasi dapat ditekan.
3) Kebijaksanaan yang berkaitan dengan output
Kenaikan output dapat memperkecil laju inflasi. Kenaikan jumlah
outputini dapat dicapai misalnya dengan kebijaksanaan penurunan bea
masuksehinnga impor barang cenerung meningkat. Bertambahnya jumlah
barang di dalam negeri cenderung menurunkan harga.
4) Kebijaksnaan Penentuan Harga dan Indexing
Ini dilakukan dengan penentuan ceiling harga, serta mendasarkan
paa indeks harga tertentu untuk gaji ataupun upah (dengan demikian
gaji/upah secara riil tetap). Kalau indeks harga naik, maka gaji/upah juga
36 9. Loan to Deposit Ratio ( LDR )
LDR adalah rasio antar seluruh jumlah kredit yang diberikan terhadap
dana pihak ketiga. Besarnya jumlah kredit yang disalurkan akan menentukan
keuntungan bank. Jika bank tidak mampu menyalurkan kredit sementara dana
yang terhimpun banyak maka akan menyebabkan bank tersebut rugi (Kasmir,
2004).Dendawijaya(2003) dalam bukunya Manajemen Perbankan mendefinisikan
Loan to DepositRatio (LDR) adalah rasio antara seluruh jumlah kredit yang
diberikan bankdengan dana yang diterima oleh bank. Likuiditas bagi suatu bank
berarti bahwa bank tersebut memiliki sumber dana yang cukup tersedia untuk
memenuhi semua kewajibannya (Siamat, 2005).
Loan to Deposit Ratio (LDR) dijadikan variabel independen
yangmempengaruhi ROA didasarkan didasarkan hubungannya dengan tingkat
risiko bank yang bermuara pada profitabilitas bank (ROA). Rasio LDR digunakan
untukmengukur kemampuan bank tersebut apakah mampu membayar
hutang-hutangnya dan membayar kembali kepada deposannya, serta dapat memenuhi
permintaan kredit yang diajukan. Menurut peraturan Bank Indonesia, besarnya
LDR adalah 110%. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut (Kasmir, 2004) :
37
B. Keterkaitan antar Variabel Bebasdengan Variabel Terikat
1. Pengaruh CAR Terhadap ROA
Modal Bank harus dapat digunakan untuk menjaga kemungkinan
timbulnya risiko kerugian sebagai akibat pergerakan aktiva bank sebagai financial
intermediary, sedangkan pergerakan pasiva ke arah aktiva akan menimbulkan
berbagai resiko, dan peningkatan peranan aktiva bank sebagai penghasil
keuntungan harus dijaga. Besarnya modal suatu bank akan mempengaruhi tingkat
kepercayaan masyarakat terhadap kinerja bank (Sinungan, 2000). CAR merupakan
indikator terhadap kemampuan bank untuk menutupi penurunan aktivanya sebagai
akibat dari kerugian-kerugian bank yang disebabkan oleh aktiva yang berisiko
dengan kecukupan modal yang dimilikinya (Dendawijaya, 2003).
Semakin tinggi CAR maka semakin kuat kemampuan bank tersebut untuk
menanggung risiko dari setiap kredit atau aktiva produktif yang berisiko. Atau
dengan kata lain, maka semakin tinggi kecukupan modalnya untuk menanggung
risiko kredit macetnya, sehingga kinerja bank semakin baik, dan dapat
meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap bank yang bersangkutan yang
berujung pada meningkatnya laba (ROA). Dengan demikian dapat dirumuskan
bahwa CAR berpengaruh positif signifikan terhadap ROA. Hal tersebut sesuai
dengan hasil penelitian dari Restiyana (2010) dan Diana Puspitasari (2009) yang
menyatakan bahwa rasio CAR memilikipengaruh positifdansignifikan terhadap
38 2. Pengaruh NPL Terhadap ROA
Non Performing Loan (NPL) merupakan rasio yang dipergunakan untuk
mengukur kemampuan bank dalam meng-cover risiko kegagalan pengembalian
kredit oleh debitur (Darmawan, 2004). NPL mencerminkan risiko kredit, semakin
tinggi tingkat NPL maka semakin besar pula risiko kredit yang ditanggung oleh
pihak bank (Ali,2004). Akibat tingginya NPL perbankan harus menyediakan
pencadangan yang lebih besar sehingga pada akhirnya modal bank ikut terkikis.
Padahal besaran modal sangat mempengaruhi besarnya ekspansi kredit. Besarnya
NPL menjadi salah satu penyebab sulitnya perbankan dalam menyalurkan kredit
(Sentausa, 2009).
3. Pengaruh Inflasi Terhadap ROA
Jika laju inflasi tinggi tidak terkendali maka dapat mengganggu upaya
perbankan dalam pengerahan dana masyarakat, karena tingkat inflasi yang tinggi
menyebabkan tingkat suku bunga riil menjadi menurun. Dapat ditambahkan, laju
inflasi yang sangat tinggi (hyperinflation) akan menimbulkan ketidakpastian
dalam berusaha sehingga akan menggangu kegiatan operasional perbankan seperti
pembuatan anggaran belanja dan perencanaan kredit yang akan mempengaruhi
39 4. Pengaruh LDR Terhadap ROA
LDR merupakan ukuran likuiditas yang mengukur besarnya dana yang
ditempatkan dalam bentuk kredit yang berasal dari dana yang dikumpulkan oleh
bank (terutama masyarakat). Apabila hasil pengukuran jauh berada diatas target
dan limitnya, berarti tidak tertutup kemungkinan bank akan mengalami kesulitan
likuiditas yang pada gilirannya akan menimbulkan tekanan pada pendapatan bank
(Kuncoro dan Suhardjono, 2002). Semakin tinggi rasio LDR, memberikan indikasi
semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan. Dengan
adanya likuiditas yang rendah, maka akan menghasilkan tingkat profitabilitas yang
tinggi. Hal ini disebabkan karena jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai
kredit menjadi semakin besar (Ahmad Faisol, 2007). Hal ini sesuai dengan
penelitian Restiyana (2010) dan Diana Puspitasari (2009) bahwa LDR memiliki
40 C. Penelitian Terdahulu
Adapun penelitian terdahulu yang relevan dan menjadi landasan dalam
penelitian ini antara lain:
Budi Ponco (2008) Melakukan penelitian dengan judul Analisis CAR, NPL,
BOPO, NIM, dan LDR terhadap ROA periode 2004 – 2007 . Variabel yang digunakan adalah CAR, NPL, BOPO, NIM, LDR, dan ROA. Dalam penelitiannya tersebut
variabel CAR, NIM, dan LDR memiliki pengaruh yang positif dan signifikanterhadap
ROA. NPL memiliki pengaruh yang negatif dan tidak signifikan terhadap ROA.
Variabel BOPO mempunyai pengaruh yang negatif dan signifikan.
Neni Supriyanti melakukan penelitian dengan judul Analisis pengaruh Inflasi
dan Suku Bunga BI terhadap Kinerja Keuangan PT. Bank Mandiri Tbk berdasarkan
Rasio Keuangan (periode 2003-2007). Variabel yang digunakan adalah inflasi,
sukubunga BI, ROA, ROE dan NIM. Dalam penelitiannya tersebut variabel inflasi dan
suku bunga BI memiliki pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap ROA.
Nesrine Ayadi and Younes Boujelbene (2012) melakukan penelitian dengan
judul The Determinants of the Profitability ofthe Tunisian Deposit Banks (study kasus
pada : twelve commercial banks in Tunisia period 1995 to 2005). Variabel yang
digunakan adalah LOAN, LIQ, EQAS, SIZE, CONC, ASSGDP, MACPASS,
MACGDP, GDPGGR, Inflasi dan ROA. Dalam penelitian tersebut variabel EQAS,
SIZE dan MACGDP memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap ROA.
41
terhadap ROA. Kemudian BLOAN dan CONC memiliki pengaruh positif dan tidak
signifikan terhadap ROA.Sedangkan GDPGGR dan Inflasi memiliki pengaruh negative
dan tidak sinifikan terhadap ROA.
Restiyana melakukan penelitian dengan judul Analisis pengaruh CAR, NPL,
BOPO, LDR dan NIM terhadap Profitabilitas Perbankan (study kasus pada : Bank
Umum di Indonesia periode 2006-2010). Variabel yang digunakan adalah CAR, NPL,
BOPO, LDR, NIM dan ROA. Dalam penelitian tersebut varibel CAR, LDR dan NIM
memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap ROA. Sedangkan variabel NPL dan
BOPO memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA.
Diana Puspitasari (2009) melakukan penelitian dengan judul Analisis pengaruh
CAR, NPL, PDN, NIM, BOPO, LDR dan Suku Bunga SBI terhadap ROA (studi kasus
pada : Bank Devisa periode 2003-2007). Variabel yang digunakan adalah CAR, NPL,
PDN, NIM, BOPO, LDR, Suku Bunga SBI dan ROA. Dalam penelitian tersebut
variabel PDN memiliki pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap ROA.
Sedangkan Suku Bunga SBI tidak menunjukkan pengaruh positif dan tidak signifikan
terhadap ROA. Variabel CAR, NIM, dan LDR memiliki pengaruh positif dan
signifikan terhadap ROA, sedangkan variabel NPL dan BOPO berpengaruh negative
dan signifkan terhadap ROA.
Maharani Ika Lestari (2007) melakukan penelitian dengan judul Kinerja Bank
Devisa dan Bank Non Devisa dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya (studi kasus
pada : Bank Devisa dan Bank Non Devisa periode 2002-2006). Variabel yang
digunakan adalah inflasi, nilai tukar (kurs) Rupiah terhadap US Dollar, suku bunga
42
Rupiah terhadap US Dollar dan suku bunga SBI tidak berpengaruh signifikan terhadap
45
varibel CAR, LDR dan NIM
47
Dollar dan suku bunga SBI
tidak berpengaruh signifikan
terhadap rasio ROA,ROE
dan LDR