UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI
MEDAN
SKRIPSI
PERANAN AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN DALAM MENILAI KINERJA PUSAT BIAYA PADA PERUSAHAAN
DAERAH AIR MINUM ( PDAM ) TIRTA KUALO KOTA TANJUNGBALAI
OLEH:
NAMA : ZULFIRMAN SIREGAR NIM : 040503076
DEPARTEMEN : AKUNTANSI
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan skripsi yang berjudul :
Peranan Akuntansi Pertanggungjawaban dalam Menilai Kinerja Pusat Biaya pada Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Kualo Kota Tanjung Balai
Skripsi ini adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul yang dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasi atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi level Program Strata-1 Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Semua sumber data dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan dengan jelas, benar apa adanya. Apabila di kemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Universitas.
Medan, 15 Juni 2010
Yang membuat pernyataan,
KATA PENGANTAR
Dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan puji dan syukur
kepada Allah Subhana Wataala atas segala rahmat karunia-Nya yang telah
menyertai, membimbing dan memberikan kesehatan, kemudahan serta kekuatan
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Peranan
Akuntansi Pertanggungjawaban dalam Menilai Kinerja Pusat Biaya Pada Perusahaan Daerah Air Minum(PDAM)T irta Kualo Kota Tanjung Balai”.
Penulisan skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Departemen
Akuntansi Universitas Sumatera Utara. Berbekal masalah yang sederhana dan
keterbatasan kemampuan, pengetahuan, waktu dan dana yang penulis miliki
penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu
dengan segala kerendahan hati, penulis menerima saran dan kritik yang
membangun untuk penyempurnaan penelitian selanjutnya.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat diselesaikan berkat bantuan serta
dukungan dari berbagai pihak. Karena itu pada kesempatan ini, penulis
menyampaikan terima kasih yang tidak terhingga pada semua pihak yang telah
membantu saya dalam penyelesaian skripsi ini, yaitu kepada:
1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec., selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si, selaku Ketua Departemen
3. Ibu Dra . Mutia Ismail, MM, Ak., selaku Sekretaris Departemen
Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu Dra. Sri Mulyani, MBA, Ak selaku Dosen Pembimbing saya yang
telah banyak meluangkan waktunya dan perhatian untuk memberikan
petunjuk, pengarahan, bimbingan dan bantuan yang sangat berharga bagi
penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
5. Bapak Drs. Zainul Bahri Torong, Msi,Ak selaku Dosen Pembanding dan
Penguji I yang telah banyak memberikan masukan, saran serta kritikan
dalam penulisan skripsi ini.
6. Ibu Dra. Nurzaimah, M.M., Ak., selaku Dosen Pembanding dan Penguji
II yang telah banyak memberi masukan, saran dan kritikan dalam
penulisan skripsi ini.
7. almarhum Bapak Dr.Agusni Pasaribu, MBA,Ak sebagai dosen wali
saya, yang juga telah banyak memberikan masukan dan arahan dalam
penulisan skripsi ini. Dan membimbing serta membantu dalam
konsultasi akademik selama penulis menjalani perkuliahan.
8. Seluruh dosen pengajar Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara
yang telah mencurahkan ilmu pengetahuan yang sangat berguna kepada
penulis selama perkuliahan.
9. Seluruh staf pegawai dan administrasi di Fakultas Ekonomi Universitas
Sumatera Utara, khususnya Bang Hairil, Kak Raya dan Kak Dame di
Departemen Akuntansi serta Bang Kartun dan Kak Fida di PPAk yang
10.Pimpinan dan seluruh staff karyawan Perusahaan Daerah Air Minum
(PDAM) Tirta Kualo Kota Tanjung Balai khususnya Ibu
TutiARMALINA, SE Kepala Sub Bagian Pembukuan selaku
pembimbing saya selama riset. Terima kasih atas semua bantuan yang
diberikan selama saya melakukan riset.
11.Ayah bunda tercinta, Syahro Siregar, SE dan Rosmiati Amd. yang telah
memberikan kasih sayangnya yang tak terbatas, membesarkan dan
memberikan materi juga motivasi, doa serta mendidik penulis. Tiada
kata yang terucap dari bibir ini selain ucapan terima kasih dari lubuk
hatiku terdalam, demi cita-citaku engkau telah menahan teriknya
matahari hingga kulitmu terbakar bagai arang yang menyala.
Perjuanganmu dibarengi doa yang tulus hingga aku bisa menjadi sarjana.
Terima kasih ayahbundaku, doaku selalu untukmu...
12.Adik-adikku Syafrida Yanti Siregar, Amd ,Librun Siregar dan Tondi
Siregar Terima kasih atas setiap dukungan dan semangat, yang diberikan
kepada penulis.
13.Semua sahabat-sahabatku di sekret IMAS khususnya Andreas, Jansen,
Leeguer S.E, Adrianto, Tumpal, Bengbeng S.E, Denny ulok, Rico,
Deddy, Mangindang, Edhy, Mario, Frans, Renold, Jeffry Panjaitan,
Hendra, S.E, Edu, Loduwik, Hadi, Dimas, Narwinder, S.E, Khairul, S.E,
terima kasih atas suka duka kebersamaan yang telah kita jalani bersama.
14.Semua sahabat-sahabatku stambuk 2004 yang tidak dapat penulis
dan juga kepada sahabatku di luar akademisi yang turut mendukung
penulis. Semuanya adalah pemberi semangat dan membantu penulis
dalam penyelesaian skripsi ini.
Doa dan harapan penulis, skripsi ini menjadi awal yang baik untuk meniti
masa depan yang gemilang, bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan,
serta bermanfaat bagi ilmu pengetahuan khususnya di bidang akuntansi. Terima
Kasih.
Medan, 15 Juni 2010 Penulis,
ABSTRAK
Pertumbuhan dan persaingan dunia bisnis dewasa ini mengharuskan perusahaan untuk memandang jauh ke depan guna mengantisipasi berbagai kemungkinan yang dapat mempengaruhi perkembangan perusahaannya. Sehubungan dengan hal tersebut, sistem akuntansi pertanggungjawaban sangat penting diterapkan dalam suatu perusahaan untuk menunjang tercapainya tujuan umum perusahaan dan membantu pihak manajemen dalam menyusun kebijaksanaan perusahaan di masa yang akan datang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran penerapan sistem akuntansi pertanggungjawaban pada Perusahaan Daera Air Minum (PDAM)Tirta Kualo Kota Tanjung Balai dalam peranannya sebagai alat penilai kinerja pusat biaya.
Dalam penulisan ini, digunakan metode penelitian deskriptif. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data skunder. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik dokumentasi dan teknik wawancara. Metode penganalisaan data adalah metode deskriptif yaitu dengan mengumpulkan, mengolah, dan menggambarkan keadaan objek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, sistem akuntansi pertanggungjawaban yang diterapkan dalam perusahaan telah menunjukkan peranannya sebagai alat penilai kinerja pusat biaya melalui anggaran dan pelaporan. Laporan pertanggungjawaban bulanan, triwulan dan tahunan telah cukup memadai untuk digunakan dalam menilai kinerja pusat biaya sekaligus manajer pusat biaya. Sistem akuntansi pertanggungjawaban sebagai alat dalam menilai kinerja pusat biaya perusahaan telah diterapkan dengan baik, hal ini tercermin pada penyusunan anggaran yang telah melibatkan semua bagian, penggolongan kode rekening, pelaporan pertanggungjawaban, penggunaan sistem komputerisasi dan pelimpahan wewenang dan tanggung jawab yang jelas.
ABSTRACT
The growth and development of business world nowadays require the company to be visioner in anticipating for some possibilities effecting the survival and development of organizations. For the purpose, the responsibility accounting system should be adopted in organization to support the achievement of goals and to help the management to take the policy of organization in the future. The objective of this research is to know the description of responsibility accounting system application in Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Kualo Kota Tanjung Balai it’s role as appraising instrument for performance of cost center. In this writing, descriptive method is used. The type of data used was primary and secondary data. The technique of data collection used was documentation technique and interview. The method of data analysis used was descriptive method by collecting, processing, and describing object of research based on actual facts as they are.
The result of research indicated that, responsibility accounting system adopted in organization has indicated it’s role as appraising instrument for performance of cost center through budget and reporting. The monthly, quarterly and annual responsibility reports have been sufficient to be used to evaluate the performance of cost center and thus manager of cost center. Accounting system of accountability as instrument in appraising the performance of cost center in organization has been practiced appropriately, it is evident by preparation of budget involving all parties, classification of account code, reporting of accountability, the application of computerized system and delegation of authority and clear responsibility.
RENCANA DAFTAR ISI KATA PENGANTAR
ABSTRAK DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Batasan Penelitian
C. Perumusan Masalah
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Akuntansi Pertanggungjawaban
1. Pengertian Akuntansi Pertanggungjawaban
2. Manfaat Akuntansi Pertanggungjawaban
3. Karakteristik akuntansi pertanggungjawaban.
4. Faktor-Faktor yang Menunjang Efektifitas Penerapan
Akuntansi Pertanggungjawaba.
B. Struktur Organisasi.
C. Pusat Pertanggungjawaban
1. Pengertian Pusat Pertanggungjawaban.
2. Klasifikasi Pusat Pertanggungjawaban.
3. Hubungan Pusat Pertanggungjawaban dengan struktur
D. Pusat Pertanggungjawaban Biaya.
1. Pengertian dan Pertanggungjawaban biaya.
2. Klasifikasi Pusat Pertanggungjawaban biaya.
E. Anggaran Biaya
1. Klasifikasi Anggaran Biaya
2. Tujuan dan Manfaat Anggaran
3. Penyusunan Anggaran untuk Pusat Biaya
4. Anggaran Biaya Sebagai Alat Penilaian kinerja
F. Tinjauan Penelitian Terdahulu
G. Kerangka Konseptual
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
B. Objek Penelitian
C. Jenis Data
D. Teknik Pengumpulan Data
E. Metode Analisa Data
F. Jadwal dan Lokasi Penelitian
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)Tirta
Kualo Kota Tanjung Balai
1. Gambaran Umum Perusahaan
2. Struktur Organisasi Perusahaan
4. Pusat-pusat Pertanggungjawaban Perusahaan
5. Penyusunan Anggaran Pusat Biaya
6. Sistem Pelaporan Pusat Biaya
7. Penilaian Kinerja Pusat Biaya
B. Analisis Hasil Penelitian
1. Analisis Struktur Organisasi Perusahaan
2. Analisis PenyusunanAnggaran Pusat Biaya
3. Analisis Sistem Pelaporan Pusat Biaya
4. Analisis Penilaian Kinerja Pusat Biaya
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
B. Saran
ABSTRAK
Pertumbuhan dan persaingan dunia bisnis dewasa ini mengharuskan perusahaan untuk memandang jauh ke depan guna mengantisipasi berbagai kemungkinan yang dapat mempengaruhi perkembangan perusahaannya. Sehubungan dengan hal tersebut, sistem akuntansi pertanggungjawaban sangat penting diterapkan dalam suatu perusahaan untuk menunjang tercapainya tujuan umum perusahaan dan membantu pihak manajemen dalam menyusun kebijaksanaan perusahaan di masa yang akan datang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran penerapan sistem akuntansi pertanggungjawaban pada Perusahaan Daera Air Minum (PDAM)Tirta Kualo Kota Tanjung Balai dalam peranannya sebagai alat penilai kinerja pusat biaya.
Dalam penulisan ini, digunakan metode penelitian deskriptif. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data skunder. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik dokumentasi dan teknik wawancara. Metode penganalisaan data adalah metode deskriptif yaitu dengan mengumpulkan, mengolah, dan menggambarkan keadaan objek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, sistem akuntansi pertanggungjawaban yang diterapkan dalam perusahaan telah menunjukkan peranannya sebagai alat penilai kinerja pusat biaya melalui anggaran dan pelaporan. Laporan pertanggungjawaban bulanan, triwulan dan tahunan telah cukup memadai untuk digunakan dalam menilai kinerja pusat biaya sekaligus manajer pusat biaya. Sistem akuntansi pertanggungjawaban sebagai alat dalam menilai kinerja pusat biaya perusahaan telah diterapkan dengan baik, hal ini tercermin pada penyusunan anggaran yang telah melibatkan semua bagian, penggolongan kode rekening, pelaporan pertanggungjawaban, penggunaan sistem komputerisasi dan pelimpahan wewenang dan tanggung jawab yang jelas.
ABSTRACT
The growth and development of business world nowadays require the company to be visioner in anticipating for some possibilities effecting the survival and development of organizations. For the purpose, the responsibility accounting system should be adopted in organization to support the achievement of goals and to help the management to take the policy of organization in the future. The objective of this research is to know the description of responsibility accounting system application in Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Kualo Kota Tanjung Balai it’s role as appraising instrument for performance of cost center. In this writing, descriptive method is used. The type of data used was primary and secondary data. The technique of data collection used was documentation technique and interview. The method of data analysis used was descriptive method by collecting, processing, and describing object of research based on actual facts as they are.
The result of research indicated that, responsibility accounting system adopted in organization has indicated it’s role as appraising instrument for performance of cost center through budget and reporting. The monthly, quarterly and annual responsibility reports have been sufficient to be used to evaluate the performance of cost center and thus manager of cost center. Accounting system of accountability as instrument in appraising the performance of cost center in organization has been practiced appropriately, it is evident by preparation of budget involving all parties, classification of account code, reporting of accountability, the application of computerized system and delegation of authority and clear responsibility.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Setiap Perusahaan menjalankan kegiatan usahanya untuk mencapai beberapa
tujuan antara lain laba, melayani kepentingan masyarakat, mencapai pertumbuhan
yang pesat dan menjaga serta mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan.
Oleh karena itu setiap perusahaan harus bersungguh sungguh dalam melakukan
kegiatannya agar tujuan yang dirumuskannya dapat tercapai dengan baik.
Untuk dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya, setiap perusahaan
harus menerapkan fungsi fungsi manajemen dengan baik, dan untuk itu
manajemen membutuhkan teknik dan prosedur tertentu untuk mendapatkan
informasi yang akan menjadi dasar dalam proses pengambilan keputusan, dan
informasi teresebut dapat bersifat kualitatif maupun kuantitatif.
Sehubungan dengan itu peranan akuntansi pun semakin dibutuhkan terutama
untuk memperoleh informasi tersebut. Salah satu diantaranya adalah peranan
akuntansi sebagai alat pengawasan biaya yang kita kenal dengan sistem akuntansi
pertanggungjawaban. Akuntansi pertanggungjawaban banyak dipakai oleh
perusahaan dan badan usaha lainnya Menurut Hansen dan Mowen (2005:116),
”Ada 4 pusat pertanggungjawaban yaitu pusat biaya, pusat laba, pusat pendapatan,
dan pusat investasi”. Suatu pusat pertanggungjawaban dibentuk untuk mencapai
salah satu atau beberapa tujuan yang secara individual serasi, selaras dan
Akuntansi pertanggungjawaban sebenarnya timbul sebagai akibat adanya
wewenang yang diberikan dan bagaimana mempertanggungjawabkannya dalam
bentuk suatu laporan tertulis berkaitan dengan pertanggungjawaban pelaksanaan
wewenang tersebut .Oleh karena itu yang menjadi dasar dibentuknya sistem
akuntansi pertanggungjawaban adalah konsep mengenai pemisahan secara tugas
antara wewenang dan tanggung jawab. Akuntansi pertanggungjawaban disusun
dan disesuaikan dengan struktur organisasi yang sesuai dengan konsep. Akuntansi
pertanggungjawaban adalah struktur yang memberikan peluang bagi bawahan
untuk menjalankan wewenang yang dilimpahkan kepadanya, dan memisahkan
secara tugas antara wewenang dan tanggung jawab masing-masing bagian.
Menurut Hansen dan Mowen (2005:116) “Ketika ukuran organisasi semakin
besar, garis pertanggungjawabannya menjadi lebih panjang dan lebih banyak
terdapat hubungan yang kuat antara struktur organisasi dan sistem akuntansi
pertanggungjawabannya.Idealnya, sistem akuntansi pertanggungjawaban
mencerminkan dan mendukung sebuah struktur organisasi.
Setiap pusat pertanggungjawaban mempunyai manajer yang bertanggung
jawab atas kegiatan yang terjadi di dalam pusat pertanggungjawaban yang
dipimpinnya,dan secara periodik manajer tersebut akan
mempertanggungjawabkan hasil kerjanya kepada pimpinan perusahaan. Dari hasil
kerja para manajer pusat biaya tersebut maka dinilai kinerja yang telah
dicapainya.
Akuntansi pertanggungjawaban pusat biaya sangat berperan penting dalam
mengontrol biaya agar dapat meningkatkan laba perusahaannya, sehingga dalam
mencapai sistem pengendalian manajemen yang berhasil sistem akuntansi
pertanggungjawaban harus benar-benar dijalankan fungsinya dengan baik.
Dari uraian diatas, penulis melihat bahwa akuntansi pertanggungjawaban
merupakan hal yang penting untuk diterapkan karena dapat menunjang
pencapaian tujuan perusahaan. Sehubungan dengan itu penulis tertarik melakukan
suatu penelitian mengenai akuntansi pertanggungjawaban. Hal ini dimaksud untuk
mengetahui seberapa jauh akuntansi pertanggungjawaban tersebut telah
diterapkan dan sampai seberapa jauh pula akuntansi pertanggungjawaban
digunakan sebagai alat penilai kinerja pusat biaya.
Adapun yang menjadi objek penelitian oleh penulis Perusahaan Daerah Air
Minum ( PDAM ) Tirta Kualo Kota Tanjung Balai yang bergerak dalam bidang
jasa penyediaan air bersih bagi masyarakat yang berada di Kota Tanjung Balai
yang bertanggungjawab langsung kepada kantor pusat, yang berada di propinsi
sumatra utara yang telah berdiri pada zaman pemerintahan belanda pada tanggal 8
september 1905.
PDAM Tirta Kualo Kota Tanjung Balai menganut struktur organisasi garis
dan fumgsional .wewenang dan tanggungjawab masing masing bagian sangat
jelas.sistem akuntansi pertanggungjawaban PDAM Tirta Kualo Kota Tanjung
Balai berbasis aktivitas. sehingga perusahaan memfokuskan pengendalian pada
aktivitas yang mengkonsumsi sumber daya, bukan pada konsumsi sumber
dayanya. manajer pusat biaya diserahi tanggungjawab untuk menyusun
dibawahinya . pada PDAM Tirta Kualo Kota Tanjung Balai, pusat biaya
didelegasikan kepada setiap manajer pusat biaya yang terdapat pada perusahaan
.manajer-manajer tersebut menyusun anggaran biaya dan melaporkan realisasi
biaya yang terjadi pada pimpinan puncak .pada akhirnya, akan dilakukan
penilaian terhadap kinerja manajer tersebut berdasarkan laporan
pertanggungjawaban yang dibuat .peneliti juga ingin mengetahui sejauh mana
sistem akuntansi pertanggungjawaban digunakan sebagai alat penilai kinerja pada
PDAM Tirta Kualo itu sendiri.dengan penggunaan sistem akuntansi
pertanggungjawaban ,perusahaan mengharapkan kinerja para manajer beserta
karyawan lainnya dapat lebih termotivasi ,penyusunan anggaran menjadi lebih
sistematis yang pada akhirnya dapat menambah nilai perusahaan dimasyarakat.
Penelitian sejenis dengan penelitian ini,pernah dilakukan oleh sriyanti
simamora pada tahun 2007 pada PT Ira Widya Utama dengan hasil penelitian
bahwa PT Ira Widya Utama menggunakan sistem organisasi fungsional ,yakni
pembagian unit-unit organisasi sesuai dengan fungsinya masing-masing,dimana
diperusahaan telah terdapat unit-unit kerja yang memiliki wewenang dan
tanggungjawab masing-masing .perusahaan telah menggunakan suatu sistem
pertanggungjawaban dengan cara mendelegasikan setiap tugas dan
tanggungjawab kepada masing-masing pusat pertanggungjawaban tersebut .dalam
penyusunan anggaran dilakukan oleh masing-masing departemen sesuai dengan
tugas dan tanggungjawab masing-masing.penilaian kinerja pada perusahaan
dengan cara membandingkan antara realisasi dengan standart biaya yang telah
dianggarkanbisa menguntungkan (favorable)dan bisa tidak menguntungkan
(unfavorable).
Dengan tingkat pelayanan jasa yang begitu luas,maka masalah pelimpahan
tanggungjawab dan pendelegasian wewenang menjadi masalah yang sangat
penting .Hal ini disebabkan karena biaya yang dikeluarkan dalam pelayanan jasa
ini tidak sedikit sehingga untuk mengawasi pengeluaran biaya ini dibutuhkan
sistem akuntansi pertanggungjawaban yang baik.Penerapan akuntasi
pertanggungjawaban ini sendiri dapat dijadikan sebagai alat penilai kinerja
manajer yang bertanggungjawab terhadap biaya tersebut.
Sistem akuntansi pertanggungjawaban sangat penting diterapkan dalam
suatu perusahaan untuk menunjang tercapainya tujuan umum perusahaan dan
membantu pihak manajemen dalam menyusun kebijaksanaan perusahaan dimasa
yang akan datang.oleh karena itu penulis tertarik untuk mencoba melakukan suatu
penelitian mengenai akuntansi pertanggungjawaban biaya dengan judul “Peranan
Akuntansi Pertanggungjawaban dalam Menilai Kinerja Pusat Biaya pada Perusaan Daerah Air Minum ( PDAM ) Tirta Kualo Kota Tanjung Balai”
B. Batasan Penelitian
Karena begitu luasnya masalah akuntansi pertanggungjawaban, maka untuk
mengarahkan dan mempermudah dalam melakukan penelitian supaya lebih
terfokus dan sistematis dibatasi masalah hanya menyangkut tentang penggunaan
sistem akuntansi pertanggungjawaban untuk tujuan penilaian kinerja pusat biaya
hal penilaian kinerja pusat biaya dibatasi hanya dalam tolok ukur keuangan
dengan pengukuran kinerja menggunakan metode anggaran. Anggaran yang
digunakan adalah anggaran biaya tahun 2008.
C. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian mengenai latar belakang penelitian yang telah
dikemukakan sebelumnya, maka untuk dapat mempermudah penulisan skripsi ini
penulis merumuskan masalahnya dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:
1. Apakah sistem akuntansi pertanggungjawaban telah memenuhi kriteria
sbg suatu sistem pusat pertanggungjawaban biaya?
2. Apakah sistem akuntansi pertanggungjawaban telah berperan dalam
menilai kinerja pusat biaya pada perusahaan Daerah Air Minum(PDAM)
serta Kualo Kota Tanjung Balai?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
A. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penulis untuk mengadakan penelitian ini adalah:
1, Untuk Mengetahui peranan akuntansi pertanggungjawaban sebagai alat
penilai kinerja pusat biaya Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta
Kualo Kota Tanjung Balai.
2. Untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai bagaimana penerapan
sistem akuntansi pertanggungjawaban pada Perusahaan Daerah Air
Minum (PDAM) Tirta Kualo Kota Tanjung Balai.
B. Manfaat Penelitian
.1. Bagi penulis, penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan
pengetahuan dan pengalaman penulis mengenai sistem akuntansi
pertanggungjawaban terutama pada pusat biaya.
2. Bagi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Kualo Kota
Tanjungbalai, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan
yang berkaitan dengan sistem akuntansi pertanggungjawaban khususnya
pada pusat biaya.
3. Bagi pihak lain, penelitian ini diharapkan dapat sebagai bahan rujukan
atau sumber informasi bagi penulis lainnya yang hendak melakukan
penelitian ataupun melakukan pembahasan lebih lanjut mengenai sistem
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Akuntansi Pertanggungjawaban
1. Definisi dan Karakteristik Akuntansi Pertanggungjawaban
Akuntansi pertanggungjawaban merupakan salah satu konsep dari akuntansi
manajemen dan merupakan suatu sistem dalam akuntansi yang dihubungkan dan
disesuaikan dengan pusat-pusat pertanggungjawaban. Konsep ini memusatkan
perhatian pada penyajian informasi untuk keperluan internal perusahaan dan
sekaligus melihat seberapa baik manajer pusat pertanggungjawaban
mengendalikan pekerjaan yang langsung dibawah pengawasannya dan yang
merupakan tanggung jawabnya.
Munculnya tanggung jawab merupakan akibat dari pelimpahan wewenang,
di mana orang yang menerima wewenang mempunyai suatu kewajiban untuk
melaksanakan serangkaian tindakan sesuai dengan batas wewenang yang
diberikan, kemudian mempertanggungjawabkan kepada atasan yang memberikan
wewenang tersebut.
Inti dari akuntansi pertanggungjawaban adalah bahwa setiap pusat
pertanggungjawaban ini harus bertanggung jawab atas segala hal yang berada di
bawah pengendaliannya. Apabila terjadi penyimpangan, maka dapat dilakukan
analisa untuk mencari apa sebabnya, siapa yang harus bertanggung jawab dan
semua ini merupakan input bagi manajemen dalam pembuatan keputusan untuk
Akuntansi pertanggungjawaban menurut Krisna (2006:105) ”merupakan
suatu sistem yang mengukur hasil-hasil dari pusat pertanggungjawaban dan
membandingkan hasil-hasil tersebut dengan hasil yang diproyeksikan”. Hansen
dan Mowen (2005:116) mengatakan bahwa “akuntansi pertanggungjawaban
merupakan sistem yang mengukur setiap pusat pertanggungjawaban dan
membandingkan hasil-hasil tersebut dengan hasil yang diharapkan atau
dianggarkan”.
Akuntansi pertanggungjawaban dititikberatkan pada pertanggungjawaban
biaya. Setiap biaya dari tiap-tiap unit organisasi harus dapat
dipertanggungjawabkan sesuai dengan anggaran yang ditetapkan oleh
masing-masing unit tersebut. Dengan membandingkan realisasi biaya dengan anggaran
biaya dapat dilakukan penilaian atas pusat-pusat biaya dalam perusahaan.
Penerapan akuntansi pertanggungjawaban tidaklah semata-mata hanya untuk
menemukan di mana biaya tersebut menyimpang, besarnya penyimpangan biaya
yang terjadi dan siapa yang bertanggung jawab atas keadaan itu. Pada dasarnya
yang paling utama adalah untuk menginformasikan kepada manajer bagaimana
dia telah melakukan kegiatan yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya.
Melalui informasi tersebut diharapkan para manajer termotivasi untuk bekerja
lebih efisien dan efektif serta melakukan tindakan-tindakan koreksi jika
diperlukan.
Kemampuan para manajer untuk mengelola seluruh sumber daya yang
dimiliki perusahaan dalam rangka memperoleh laba usaha dalam jangka pendek
kinerja para manajer perusahaan itulah yang disebut dengan penilaian kinerja
perusahaan. Menurut Rudianto (2006:311) “penilaian kinerja adalah penentuan
secara periodik efektifitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi dan
karyawannya berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang telah ditetapkan
sebelumnya”.
Jadi jelaslah bahwa akuntansi pertanggungjawaban dalam hal ini
dimaksudkan untuk mengetahui apakah manajer dan pusat pertanggungjawaban
yang berada dibawah kendalinya telah melaksanakan tugas seperti yang
direncanakan sebelumnya dan apakah hasil yang mereka capai telah sesuai dengan
yang dianggarkan. Hasil yang dicapai tersebut dapat dijadikan sebagai alat dalam
penilai kinerja pusat pertanggungjawaban tersebut. Dengan demikian setiap
penyimpangan yang terjadi dapat segera ditindaklanjuti.
Menurut Mulyadi (2006:17), ”akuntansi pertanggungjawaban mempunyai
empat karakteristik yaitu: adanya identifikasi pusat pertanggungjawaban, adanya
standar sebagai tolok ukur kinerja, kinerja diukur dengan membandingkan
realisasi dengan anggaran, dan adanya hukuman dan penghargaan”. Dari kutipan
tersebut dapat dijelaskan karakteristik akuntansi pertanggungjawaban sebagai
berikut:
a. Adanya identifikasi pusat pertanggungjawaban
Sistem akuntansi pertanggungjawaban mengidentifikasi pusat
pertanggungjawaban sebagai unit organisasi seperti departemen, tim kerja, atau
pertanggungjawaban membebankan tanggung jawab kepada individu yang diberi
wewenang.
b. Adanya standar yang ditetapkan sebagai tolok ukur kinerja
Setelah pusat pertanggungjawaban di identifikasi dan ditetapkan, akuntansi
pertanggungjawaban menghendaki ditetapkannya biaya standar sebagai dasar
untuk menyusun anggaran. Anggaran berisi biaya standar yang diperlukan untuk
mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Biaya standar dan anggaran inilah yang
merupakan ukuran kinerja manajer pusat pertanggungjawaban dalam mewujudkan
sasaran yang telah ditetapkan anggaran.
c. Kinerja manajer diukur dengan membandingkan realisasi dengan anggaran
Pelaksanaan anggaran merupakan penggunaan sumber daya oleh manajer
pusat pertanggungjawaban untuk mencapai sasaran. Penggunaan sumber daya ini
diukur dengan informasi akuntansi pertanggungjawaban. Informasi akuntansi
pertanggungjawaban menyajikan informasi mengenai biaya sesungguhnya dan
biaya yang dianggarkan kepada setiap manajer yang bertanggung jawab untuk
memungkinkan mereka mempertanggungjawabkan pelaksanaan anggarannya.
Dengan membandingkan biaya sesungguhnya dengan biaya yang dianggarkan,
dapat diukur kinerja manajer pusat pertanggungjawaban.
d. Manajer secara individual diberi penghargaan atau hukuman berdasarkan
kebijakan manajemen yang lebih tinggi.
Sistem penghargaan dan hukuman dirancang untuk memacu para manajer
dalam mengelola biaya sehingga tercapai target standar biaya yang dicantumkan
yang direalisasi dari biaya yang dianggarkan, para manajer secara individual
diberi penghargaan atau hukuman berdasarkan standar yang ditetapkan.
2. Manfaat Akuntansi Pertanggungjawaban
Manajemen dari berbagai jenjang organisasi suatu perusahaan memerlukan
informasi keuangan untuk mengambil keputusan mengenai perusahaan itu sendiri
atau bagiannya. Informasi keuangan ini merupakan masukan yang penting bagi
para manajer dalam mengelola perusahaan. Berbeda dengan pihak luar yang
memerlukan informasi keuangan guna mengambil keputusan untuk menentukan
hubungan mereka dengan suatu perusahaan, para manajer memerlukan informasi
keuangan sebagai dasar untuk mengambil keputusan mengenai perusahaan atau
bagian yang dipimpin oleh manajer yang bersangkutan. Informasi keuangan yang
dibutuhkan oleh para manajer tersebut diolah dan disajikan oleh bagian akuntansi.
Oleh karena karakteristik keputusan yang dibuat oleh pihak luar berbeda
dengan karakteristik keputusan yang dibuat oleh para manajer, maka hal ini
mempunyai dampak terhadap karakteristik sistem pengolahan informasi akuntansi
yang menghasilkan informasi keuangan tersebut.
Informasi akuntansi pertanggungjawaban merupakan informasi biaya,
pendapatan, dan aktiva yang dihubungkan dengan manajer yang bertanggung
jawab terhadap pusat pertanggungjawaban tertentu. Dalam penyusunan anggaran,
tiap manajer dalam organisasi merencanakan biaya dan pendapatan yang menjadi
tanggungjawabnya di bawah koordinasi manajemen puncak. Pelaksanaan
anggaran tersebut memerlukan informasi akuntansi guna memantau sampai
akuntansi pertanggungjawaban dengan demikian merupakan dasar untuk
menganalisis kinerja manajer dan sekaligus untuk memotivasi para manajer dalam
melaksanakan rencana mereka yang dituangkan dalam anggaran mereka
masing-masing.
Menurut Ghozali (2004:10) “akuntansi pertanggungjawaban mempunyai
manfaat sebagai alat pengendalian manajemen, dasar penyusunan anggaran, alat
memotivasi manajer dan alat penilai kinerja manajer”. Dari kutipan tersebut dapat
dijelaskan manfaat dari akuntansi pertanggungjawaban sebagai berikut:
a. Sebagai alat dalam pengendalian manajemen
Informasi akuntansi pertanggungjawaban berguna dalam pengendalian
manajemen, karena menekankan pada hubungan antara informasi dengan manajer
yang bertanggung jawab terhadap perencanaan dan pelaksanaan. Dalam hal ini
akuntansi pertanggungjawaban penting dalam proses perencanaan dan
pengendalian kegiatan organisasi, karena dapat menekankan hubungan antara
informasi dengan jasa yang bertanggung jawab terhadap perencanaan dan
realisasinya. Pengendalian dapat dilakukan dengan cara memberikan peran bagi
manajer untuk merencanakan pendapatan atau biaya yang menjadi tanggung
jawabnya dan kemudian menyajikan informasi realisasi pendapatan dan biaya
tersebut menurut manajer yang bertanggung jawab. Dengan demikian informasi
yang ada melalui akuntansi pertangungjawaban dapat mencerminkan nilai yang
dibuat oleh setiap manajer dalam menggunakan berbagai sumber ekonomi untuk
melaksanakan peran manajer tersebut dalam mencapai tujuan perusahaan.
Semua perusahaan pada umumnya memiliki anggaran karena anggaran
perusahaan berkaitan dengan perencanaan dan pengendalian perusahaan.
Perencanaan melihat ke depan yaitu menetapkan tindakan tertentu dan
pengendalian melihat ke belakang yaitu menilai apa yang telah dihasilkan. Dari
perbandingan yang dihasilkan maka dapat digunakan untuk menyesuaikan
anggaran.
Pada proses penganggaran, perencanaan dilakukan dengan menggunakan
data historis, termasuk data informasi keuangan yang telah lalu sebagai dasar
pembuatannya. Proses penyusunan anggaran pada dasarnya merupakan proses
penetapan peranan (role seting) dalam usaha pencapaian tujuan perusahaan.
Dalam proses penyusunan anggaran ditetapkan siapa yang akan berperan dalam
melaksanakan sebagian aktivitas pencapain sasaran perusahaan dan ditetapkan
pula sumber daya yang disediakan bagi pemegang peran tersebut untuk
memungkinkannya melaksanakan peranannya. Sumber daya yang disediakan
untuk memungkinkan manajer berperan dalam usaha pencapaian sasaran
perusahaan tersebut diukur dengan satuan moneter.
Oleh karena sistem akuntansi pertanggungjawaban ini merupakan sistem
akuntansi yang dipola sesuai dengan tanggung jawab dari setiap bagian dalam
organisasi, maka sistem ini didesain untuk menyediakan informasi keuangan
secara terpisah bagi setiap unit organisasi yaitu berdasarkan wewenang dan
tanggung jawabnya. Aspek penting sistem akuntansi pertanggungjawaban dalam
klasifikasi biaya, pendapatan dan data/informasi lainnya yang relevan untuk
memenuhi kebutuhan perusahaan
c. Sebagai alat untuk memotivasi manajer
Informasi akuntansi pertanggungjawaban merupakan salah satu tipe
informasi akuntansi manajemen dan merupakan keluaran sistem akuntansi
pertanggungjawaban. Konsep informasi akuntansi pertanggungjawaban telah
mengalami perkembangan, sejalan dengan metode pengendalian biaya yang
digunakan dalam perusahaan. Dalam sistem akuntansi pertanggungjawaban
tradisional, informasi akuntansi pertanggungjawaban merupakan informasi aktiva,
pendapatan, dan biaya, yang dihubungkan dengan manajer yang bertanggung
jawab atas pusat pertanggungjawaban tertentu. Dalam activity-based
responsibility accounting system, informasi akuntansi pertanggungjawaban adalah
informasi aktiva, pendapatan, dan biaya yang dihubungkan dengan aktivitas
penambah dan bukan penambah nilai.
Akuntansi pertangungjawaban dapat digunakan sebagai pemotivasi manajer
karena dalam akuntansi pertanggungjawaban, dikenal adanya sistem reward and
punishment (penghargaan dan hukuman). Menurut Sofyandi dan Garniwa
(2007:99) ”motivasi adalah proses prakarsa dilakukannya suatu tindakan secara
sadar dan mempunyai tujuan sedangkan pemotivasi adalah sesuatu yang
digunakan untuk mendorong timbulnya prakarsa seseorang untuk melakukan
tindakan secara sadar dan bertujuan”. Seseorang akan termotivasi untuk bekerja
akan membuat setiap manajer termotivasi secara sadar untuk berusaha mencapai
sasarannya.
Pemberian penghargaan atas kinerja manajer akan berpengaruh langsung
pada motivasi manajer untuk meningkatkan kinerjanya. Informasi akuntansi
pertanggungjawaban yang berisi laporan pertanggungjawaban manajer dapat
dijadikan sebagai tolok ukur untuk menilai kinerja manajer yang tentunya akan
memotivasi manajer untuk lebih meningkatkan kinerjanya.
d. Sebagai alat penilai kinerja manajer pusat pertanggungjawaban
Informasi akuntansi adalah salah satu hal informasi terpenting bagi
perusahaan. Namun informasi akuntansi bukanlah merupakan satu-satunya
informasi formal yang digunakan oleh perusahaan. Selain informasi akuntansi,
perusahaan juga menggunakan informasi manajemen. Tujuannya adalah untuk
menyajikan kepada manajer mengenai informasi yang berguna dalam
pengambilan keputusan.
Informasi akuntansi sangat berguna, baik untuk pihak internal organisasi
perusahaan maupun untuk pihak eksternal perusahaan. Bagi pihak internal
perusahaan informasi akuntansi sangat diperlukan untuk mengetahui hasil kerja
dari para manajer, hasil kerja tersebut dapat berupa laporan. Sistem pelaporan
pertanggungjawaban menyajikan informasi untuk pengendalian manajemen. Pada
hakekatnya, sistem pelaporan pertanggungjawaban juga dikenal sebagai sistem
akuntansi pertanggungjawaban yang terdiri dari seperangkat laporan didalam
suatu perusahaan. Dalam sistem akuntansi pertanggungjawaban, manajer pusat
dan mencapai sasaran yang diberikan manajemen puncak. Dengan tanggung
jawab dan sasaran yang jelas, maka kinerja manajer akan lebih mudah dinilai.
Penilaian kinerja dilakukan dengan menetapkan ukuran kinerja yang sesuai
dengan karakteristik setiap unit organisasi. Secara umum, karakteristik yang
menonjol dalam laporan kinerja dinyatakan dengan unit moneter, karena unit
moneter dianggap sebagai denominator umum, dapat dijumlahkan dan
diperbandingkan. Biaya, penghasilan, laba, return on investment atau residual
income menjadi ukuran kinerja yang secara luas digunakan.
Dalam mengevaluasi pengukuran kinerja manajer pusat
pertanggungjawaban ada tiga kriteria yang digunakan yaitu efisiensi, efektifitas,
dan ekonomis. Efisiensi adalah perbandingan antara output yang dihasilkan
dengan besarnya input yang digunakan, efektifitas adalah hubungan antara output
suatu pusat pertanggungjawaban yang sasarannya harus dicapai, sedangkan
ekonomis adalah penggunaan sumber dana seminimal mungkin. Suatu pusat
pertanggungjawaban dalam melaksanakan operasinya harus memenuhi ketiga
kriteria di atas. Pusat pertanggungjawaban diukur kinerjanya berdasarkan
karakteristik masukan dan keluarannya. Biaya merupakan tolok ukur kinerja bagi
manajer pusat biaya, sedangkan pendapatan merupakan tolok ukur kinerja pusat
pendapatan. Dalam pusat investasi rasio laba dengan investasi atau residual
income dipakai sebagai tolok ukur kinerja manajer pusat pertanggungjawaban
tersebut.
Akuntansi pertanggungjawaban merupakan proses penyusunan
lapoaran-laporan kinerja yang dikaitkan kepada individu atau anggota-anggota kelompok
sebuah organisasi dengan suatu cara yang menekankan pada faktor-faktor yang
dapat dikendalikan oleh individu-individu atau anggota-anggota kelompok
tersebut. Fokus dari akuntansi pertanggungjawaban ini adalah unit-unit organisasi
yang bertanggung jawab untuk menyelesaikan kegiatan atau mencapai tujuan
tertentu.
Supriyono (2005:374) mengemukakan bahwa:
Akuntansi pertanggungjawaban dapat digunakan dengan baik jika didukung oleh faktor-faktor berikut:
a. luas wewenang dan tanggung jawab pembuatan keputusan harus ditentukan dengan baik melalui struktur organisasi,
b. manajer pusat pertanggungjawaban harus berperan serta dalam penentuan tujuan yang digunakan untuk mengukur kinerjanya,
c. manajer pusat pertanggungjawaban harus berusaha untuk mencapai tujuan yang ditentukan untuknya dan untuk pusat pertanggungjwabannya,
d. manajer pusat pertanggungjawaban harus bertanggung jawab atas kegiatan pusat pertanggungjawaban yang dapat dikendalikannya,
e. hanya biaya, pendapatan, laba dan investasi yang terkendalikan oleh manajer pusat pertanggungjawaban yang harus dimasukkan kedalam laporan kinerjanya,
f. laporan kinerja dan umpan baliknya untuk manajer pusat
pertanggungjawaban harus disajikan tepat waktu,
g. laporan kinerja menyajikan secara jelas selisih yang terjadi, tindakan koreksi, dan tindakan lanjutannya sehingga memungkinkan diterapkannya prinsip pengecualian,
h. harus ditentukan dengan jelas peranan kinerja manajemen terhadap struktur balas jasa atau perangsang dalam perusahaan,
i. sistem akuntansi pertanggungjawaban hanya mengukur salah satu kinerja manajer pusat pertanggungjawaban, yaitu kinerja keuangan. Selain kinerja keuangan, seorang manajer dapat dinilai kinerjanya atas dasar tingkat kepuasan karyawan, moral dan sebagainya.
B. Struktur Organisasi
Struktur organisasi merupakan hasil dari pertimbangan dan kesadaran
spesialisasi dari setiap anggota organisasi. Struktur organisasi adalah sistem
hubungan antara posisi-posisi kepemimpinan yang ada dalam suatu organisasi.
Penentuan struktur organisasi harus meliputi penentuan hirarki dalam organisasi.
Hirarki organisasi tersebut adalah hirarki vertikal dan hirarki horizontal. Hirarki
vertikal menunjukkan diferensiasi kekuasaan dan tangung jawab, karena setiap
peringkat vertikal dalam struktur organisasi menggambarkan tingkat kekuasaan
dan tanggung jawab yang berbeda-beda. Hirarki horizontal menunjukkan
diferensiasi spesialisasi antar unit-unit yang ada dalam struktur organisasi. Hirarki
horizontal ini lebih menekankan pada perbedaan spesialisasi daripada perbedaan
kekuasaan.
Perkembangan, pertumbuhan, ruang lingkup dan jenis suatu organisasi akan
mempengaruhi struktur organisasi yang digunakannya. Ada tiga jenis struktur
organisasi yang umum digunakan oleh perusahaan yaitu:
1. Struktur Fungsional (function structure)
Struktur fungsional (function structure) mengelompokkan tugas dan
aktivitas berdasarkan fungsi bisnis, sperti produksi/operasi, pemasaran,
keuangan/akuntansi, litbang dan sistem informasi manajemen. Organisasi
fungsional merupakan bentuk organisasi yang biasanya dipakai oleh perusahaan
besar yang ditandai dengan adanya jumlah karyawan yang besar, spesialisasi kerja
tinggi, wilayah kerja luas, serta komando yang tidak lagi berada pada satu tangan
pimpinan.
Organisasi fungsional memiliki kelemahan dan keuntungan, tetapi yang
CEO
efisiensi. Contohnya seorang manajer pemasaran dan seorang manajer produksi
yang terampil kemungkinan besar akan mampu mengambil keputusan yang lebih
baik di bidangnya masing-masing dibandingkan dengan seorang manajer yang
bertanggung jawab atas kedua bidang itu sekaligus.
Menurut Anthony dan Govindarajan (2005:119), kelemahan-kelemahan
pada struktur organisasi fungsional adalah:
a. ketidakjelasan dalam menentukan efektifitas manajer fungsional secara terpisah. Hal ini disebabkan tiap fungsi tersebut sama-sama memberikan kontribusi pada hasil akhir,
b. jika organisasi terdiri dari beberapa manajer yang bekerja dalam satu fungsi yang melapor ke beberapa manajer pada tingkat yang lebih tinggi dari fungsi tersebut, maka perselisihan antar para manajer dari fungsi-fungsi berbeda hanya dapat diselesaikan di tingkat atas, meskipun perselisihan itu berasal dari tingkatan organisasi yang lebih rendah,
c. struktur fungsional tidak memadai untuk diterapkan pada sebuah perusahaan dengan produk dan pasar yang beragam,
d. organisasi fungsional cenderung menciptakan ”sekat-sekat” bagi tiap fungsi yang dimilikinya sedemikian rupa sehingga menghambat kemungkinan diadakannya koordinasi lintas fungsi di bidang-bidang seperti pengembangan produk baru.
Gambar 2.1
2. Struktur Divisional/Unit Bisnis
Bentuk organisasi unit bisnis dari organisasi dirancang untuk menyelesaikan
masalah-masalah yang terdapat pada struktur fungsional. Suatu unit bisnis, yang
juga disebut sebagai suatu divisi, bertanggung jawab atas seluruh fungsi yang ada
dalam produksi dan pemasaran sebuah produk. Unit bisnis tersebut bertanggung
jawab untuk melakukan perencanaan dan koordinasi kerja dari berbagai fungsi
yang terpisah. Dalam pengoperasiannya setiap manajer unit bisnis mempunyai
wewenang yang sangat luas terhadap unit-unitnya, tetapi kantor pusat tetap
memiliki sejumlah hak perogratif dalam pengelolaan unit-unit bisnisnya. Fungsi
kantor pusat ini sangatlah penting, tanpa peranan kantor pusat maka unit-unit
bisnis akan lebih berfungsi sebagai perusahaan-perusahaan yang terpisah.
Menurut Anthony dan Govindarajan (2005:121), ada beberapa keuntungan
dan kerugian dari organisasi unit bisnis, yakni:
Keuntungan dari bentuk perusahaan unit bisnis ini adalah:
a. struktur ini bisa berfungsi sebagai tempat pelatihan bagi manajemen secara umum. Seorang manajer unit bisnis dituntut untuk bisa menunjukkan semangat kewirausahaan yang sama seperti yang dipunyai oleh CEO dari perusahaan independen,
b. karena unit bisnis lebih dekat dengan pasar dari produk-produknya dibandingkan dengan kantor pusat, maka para manajer unit bisnis dapat membuat keputusan-keputusan produksi dan pemasaran yang lebih baik dibandingkan dengan cara yang diputuskan oleh kantor pusat,
c. dapat memberikan reaksi yang cepat terhadap ancaman-ancaman atau peluang baru.
Kerugian dari unit bisnis ini adalah:
a. kemungkinan bahwa masing-masing staf unit bisnis menduplikasi sejumlah pekerjaan yang dalam organisasi fungsional, dikerjakan di kantor pusat,
pelanggaran oleh suatu unit bisnis terhadap piagam unit bisnis yang lain bisa juga terjadi konflik antara pegawai unit bisnis dengan para staf di kantor pusat.
Gambar 2.2
Struktur Organisasi Unit Bisnis
Sumber: Anthony dan Govindarajan (2005:118)
3. Struktur Organisasi Matriks
Struktur organisasi matriks adalah yang paling kompleks dari semua desain
yang ada karena struktur matriks bergantung pada alur kewenangan dan
komunikasi vertikal maupun horizontal. Struktur Organisasi matriks dapat
mengakibatkan overhead yang lebih besar karena ia menciptakan posisi-posisi
manajemen yang baru. Karakteristik lain dari suatu struktur matriks yang
berkontribusi pada seluruh kompleksitas yang ada meliputi kewenangan anggaran
kewenangan, dua saluran pelaporan, dan kebutuhan sistem komunikasi yang
ekstensif dan efektif.
Meski kompleks, struktur matriks digunakan secara luas dalam banyak
industri termasuk konstruksi, kesehatan, riset dan pertahanan. Beberapa
keuntungan dari struktur matriks adalah tujuan proyek yang jelas, terdapat banyak
saluran komunikasi, karyawan dapat melihat hasil dari pekerjaan mereka, dan
penghentian proyek dapat dilakukan relatif lebih mudah.
C. Pusat Pertanggungjawaban
1. Pengertian Pusat Pertanggungjawaban
Untuk meningkatkan efisiensi manajerial dan operasional, secara struktural
perusahaan dibagi menjadi unit-unit yang lebih kecil. Unit-unit ini sering disebut
sebagai pusat pengambilan keputusan atau pusat tanggung jawab (responsibility
center). Pusat tanggung jawab dapat didefinisikan sebagai suatu unit organisasi
(sub unit) yang dikepalai oleh seorang manajer (responsibility manager) yang
prestasinya atau kinerjanya diukur dengan wewenang dan tanggung jawab
tertentu.
Menurut Hansen dan Mowen (2005:116), “pusat pertanggungjawaban
merupakan suatu segmen bisnis yang manajernya bertanggung jawab terhadap
serangkaian kegiatan-kegiatan tertentu”. Dengan pusat pertanggungjawaban maka
akan tercipta kondisi di mana rencana yang disusun oleh manajemen dapat
terealisir dan mampu mendorong setiap pelaku organisasi untuk bekerja dengan
benar dan bertanggung jawab. Sistem ini tidak hanya sekedar menghendaki bahwa
biaya sesuai dengan rencana akan tetapi sekaligus dapat digunakan untuk
mengukur prestasi kerja setiap pusat pertanggungjawaban.
Menurut Krisna (2006:105), terdapat dua sifat dari pusat
pertanggungjawaban:
a. tujuan suatu pusat pertanggungjawaban secara individual diharapkan dapat membantu pencapaian tujuan perusahaan secara keseluruhan (goal
congruence),
b. penggunaan input menjadi output pada tiap-tiap pusat
pertanggungjawaban. Yang perlu diperhatikan adalah adanya hubungan langsung dan tidak langsung antara input dengan output yang dihasilkan oleh pusat pertanggungjawaban. Contoh departemen produksi, antara input yang digunakan dengan output yang dihasilkan berhubungan langsung, yang berarti terdapat ukuran yang pasti dari input yang dibutuhkan untuk membuat suatu output. Sedangkan pada biaya iklan dengan output yang akan dihasilkan yaitu pendapatan yang meningkat dari iklan tidak dapat diukur secara pasti.
2. Klasifikasi Pusat Pertanggungjawaban
Menurut Hansen dan Mowen (2005:116), ”Ada 4 pusat pertanggungjawaban
yaitu pusat biaya, pusat laba, pusat pendapatan, dan pusat investasi”.
a. Pusat Biaya (Cost Center)
Menurut Krisna (2006:115) “pusat biaya adalah suatu pusat tanggung jawab
di mana manajer bertanggung jawab untuk mengendalikan biaya yang terjadi di
unit tersebut, dan tidak bertanggung jawab dari segi keuangan, untuk laba maupun
investasi dari unitnya”. Pusat tanggung jawab ini secara finansial hanya
bertanggung jawab atas terjadinya biaya. Pusat biaya tidak memiliki tanggung
jawab untuk memperoleh penghasilan.
Dalam pusat biaya seorang manajer diserahi tanggung jawab untuk
keputusan-keputusan yang mempengaruhi biaya tersebut. Kemampuan dalam mengendalikan
biaya sesuai rencana merupakan ukuran kinerja manajer pusat biaya.
b. Pusat Pendapatan (Revenue Center)
Menurut Adisaputro dan Anggarini (2007:21) “pusat pendapatan adalah
suatu pusat tanggung jawab di mana manajer bertanggung jawab untuk
mengendalikan pendapatan yang terfokus pada tugas atas timbulnya penghasilan,
baik dari penjualan barang ataupun jasa”. Suatu pusat pendapatan dapat terdiri
atas pusat pendapatan kecil-kecil berupa segmen jenis produk tertentu atau
konsumen tertentu. Dalam pusat pendapatan tidak berarti tidak ada pengeluaran
biaya sama sekali, namun biaya yang terjadi umumnya tidak menunjang secara
langsung terhadap prestasi yang dicapai.
Kinerja manajer pusat pendapatan diukur dengan cara menganalisis selisih
pendapatan. Selisih pendapatan adalah perbedaan antara anggaran pendapatan
dengan realisasinya. Selisih pendapatan dianalisis untuk mengetahui penyebab
timbulnya selisih tersebut.
c. Pusat Laba (Profit Center)
Menurut Adisaputro dan Anggarini (2007:22) “Pusat laba adalah suatu
pusat tanggung jawab di mana manajer dinilai kinerjanya atau tanggung jawabnya
untuk mengendalikan penghasilan, biaya dan laba yang terjadi di unit tersebut”.
Pusat laba umumnya terdapat pada organisasi yang dibagi-bagi berdasarkan
divisi-divisi penghasil laba (organisasi divisional). Organisasi divisional biasanya
ditetapkan pada perusahaan yang menghasilkan lebih dari satu macam produk
dan kebijakan produksi. Pusat pertanggungjawaban ini bertanggung jawab
terhadap laba yakni selisih antara penghasilan dan biaya.
d. Pusat Investasi (Investment Center)
Pusat investasi adalah suatu pusat tanggung jawab yang setingkat lebih
tinggi dibanding pusat laba. Dalam suatu pusat investasi, manajer dinilai
kinerjanya atau tanggung jawabnya terhadap biaya, pendapatan, laba dan jumlah
sumber dana yang diinvestasikan dalam harta yang digunakan oleh pusat
pertanggungjawaban tersebut. Perencanaan dan pengendalian difokuskan pada
pengembalian investasi yang dihasilkan oleh pusat tanggung jawab tersebut.
Ukuran pusat investasi yang paling umum digunakan adalah Return On
Investment (ROI). ROI merupakan persentasi, dan semakin besar persentasi
tersebut, semakin baik ROI-nya. Adapun alat pengukur kinerja lainnya adalah
Economic Value Added (EVA).
Dibanding dengan pusat-pusat tanggung jawab yang lain, pusat investasi
merupakan pusat tanggung jawab yang paling luas cakupannya. Organisasi secara
keseluruhan menggambarkan sebagai pusat investasi, dengan direktur dan wakil
direktur-direktur pelaksana sebagai manajemen pusat investasi. Mereka
mempunyai wewenang dan tanggung jawab yang lebih besar dibanding
manajer-manajer yang lain. Mereka bertanggung jawab terhadap perencanaan,
pengorganisasian dan pengendalian aktivitas perusahaan. Keputusannya yang
berkenaan dengan besar kecilnya perusahaan menentukan jumlah investasi yang
3. Hubungan Struktur Organisasi dengan Pusat Pertanggungjawaban
Organisasi dibangun untuk mencapai suatu tujuan yang pencapaiannya
hanya dapat diwujudkan melalui usaha bersama melibatkan banyak individu.
Efektifitas organisasi untuk mewujudkan tujuan bersama ini sangat ditentukan
oleh pengorganisasian sumber daya manusia di dalam memanfaatkan berbagai
sumber daya lain (sumber daya modal, uang dan alam) untuk mewujudkan tujuan
organisasi. Oleh karena itu kemudian dikembangkan struktur organisasi yang
mencerminkan pembagian tugas, wewenang dan tanggung jawab yang jelas demi
terlaksananya fungsi koordinasi dan pengendalian untuk mencapai tujuan
perusahaan. Dengan struktur organisasi dan pendelegasian wewenang ini,
organisasi dapat membuat kerangka yang jelas di mana tujuan organisasi bisa
dicapai secara terkoordinasi, efektif dan berkesinambungan.
Menurut Sofyandi dan Gurniwa (2007:14) ”struktur organisasi adalah pola
formal bagaimana orang dan pekerjaan dikelompokkan”. Struktur organisasi
merupakan kerangka hubungan antar satuan organisasi yang di dalamnya terdapat
pejabat, tugas dan wewenang yang masing-masing mempunyai peran tertentu
dalam kesatuan yang utuh. Pusat pertanggungjawaban merupakan dasar untuk
seluruh sistem akuntansi pertanggungjawaban, oleh karena itu kerangka pusat
pertanggungjawaban harus dirancang secara seksama.
Struktur organisasi harus dianalisis untuk mengetahui kemungkinan adanya
kelemahan dalam pendelegasian wewenang. Struktur organisasi merupakan syarat
utama dalam penerapan konsep akuntansi pertanggungjawaban di mana struktur
terdapat hubungan yang kuat antara struktur organisasi dan sistem akuntansi
pertanggungjawaban. Penyusunan sistem akuntansi pertanggungjawaban dan
penyusunan struktur organisasi merupakan pekerjaan yang tidak dapat dipisahkan
dan saling mempengaruhi. Struktur organisasi untuk suatu sistem akuntansi
pertanggungjawaban harus memisahkan secara tegas batas-batas antara wewenang
dan tanggung jawab dari setiap individu. Penentuan batas pertanggungjawaban ini
akan menjalin hubungan kerja yang baik sehingga tercapai keharmonisan antara
tujuan pusat pertanggungjawaban dan tujuan organisasi secara keseluruhan. Oleh
karena itu pusat pertanggungjawaban dapat menjadi alat yang efektif untuk
mengendalikan organisasi jika struktur organisasi disusun secara rasional.
D. Pusat Pertanggungjawaban Biaya
1. Pengertian dan Klasifikasi Pusat Pertanggungjawaban Biaya
Menurut Gunawan dan Yunita (2007:50), ”pusat biaya (cost center) adalah
suatu pusat tanggung jawab di mana manajernya bertanggung jawab untuk
mengendalikan biaya yang terjadi di unit tersebut, dan tidak bertanggung jawab
dari segi keuangan, untuk laba maupun investasi dari unitnya”. Pusat tanggung
jawab ini secara finansial hanya bertanggung jawab atas terjadinya biaya. Pusat
biaya tidak memiliki tanggung jawab untuk memperoleh penghasilan.
Dalam pusat biaya seorang manajer diserahi tanggung jawab untuk
mengendalikan biaya yang dikeluarkan dan otoritas untuk mengambil
keputusan-keputusan yang mempengaruhi biaya tersebut. Kemampuan dalam mengendalikan
biaya sesuai rencana merupakan ukuran kinerja manajer pusat biaya. Pusat
a. Pusat Biaya Teknik
Menurut Krisna (2006:106), ”pusat biaya teknik (engineered cost center)
adalah pusat biaya yang sebahagian besar biayanya mempunyai hubungan fisik
optimal (erat dan nyata) dengan keluarannya”. Contoh: departemen produksi di
mana masukan (input) dapat diukur dengan biaya, dan keluaran (output) dapat
diukur dengan ukuran fisik. Untuk pengendalian pusat biaya teknik dapat
ditempuh dengan menggunakan penentuan biaya standar. Efisiensi pusat biaya
teknik dinilai atas dasar hubungan antara masukan dengan keluarannya, yaitu
membandingkan antara biaya yang sesungguhnya terjadi dengan biaya
standarnya. Jika biaya-biaya yang sesungguhnya lebih kecil dibandingkan dengan
biaya standarnya, maka penyimpangan biaya sifatnya menguntungkan (favorable)
yang berarti bahwa pusat biaya tersebut bekerja secara efisien. Namun, jika biaya
sesungguhnya lebih besar dibandingkan dengan biaya standarnya, maka
penyimpangan biaya sifatnya merugikan (unfavorable) yang berarti bahwa pusat
biaya tersebut bekerja tidak efisien.
b. Pusat biaya kebijakan
Menurut Krisna (2006:106), ”pusat biaya kebijakan adalah pusat biaya yang
biayanya tidak mempunyai hubungan fisik secara optimal (erat dan nyata) dengan
keluarannya dan tidak dapat atau sulit diukur secara kuantitatif”. Departemen
administrasi dan umum, SDM, departemen penelitian dan pengembangan,
departemen pemasaran merupakan pusat biaya kebijakan di mana biaya yang
terjadi ditentukan berdasarkan kebijakan manajemen. Jadi dalam pusat biaya
biaya yang telah dianggarkan dan tidak ada pengeluaran melampaui anggaran
tanpa persetujuan manajemen puncak terlebih dahulu.
Pusat biaya kebijakan dapat diukur efektifitasnya dengan cara menilai
kontribusinya terhadap tujuan perusahaan yang telah ditetapkan. Pengukuran
kinerja manajer pusat administrasi, pusat penelitian dan pengembangan, pusat
pemasaran dengan menggunakan laporan pertanggungjawaban biaya yang
membandingkan antara biaya sesungguhnya dengan anggarannya. Selisih atau
varian tersebut dapat menguntungkan (favorable) yang berarti pusat biaya
kebijakan tersebut bekerja secara efektif dan tidak menguntungkan (unfavorable)
yakni pusat biaya tersebut bekerja tidak efektif.
2. Biaya yang Terkendali dan Biaya yang tidak Terkendali
Dalam pusat pertanggungjawaban pemisahan biaya menjadi terkendali dan
tidak terkendali bagi manajer pusat pertanggungjawaban sejak penetapan budget
adalah sangat penting agar tidak terjadi tanggung jawab ganda terhadap biaya
tertentu dan agar setiap pimpinan pusat biaya dapat mengetahui dengan jelas
batas-batas tanggung jawabnya. Terjadinya biaya dalam suatu pusat
pertanggungjawaban tidak selalu sebagai akibat dari keputusan yang diambil oleh
manajer yang bersangkutan, karena tidak semua biaya yang terjadi dalam suatu
pusat pertanggungjawaban dapat dikendalikan oleh manajer yang bersangkutan.
Oleh karena itu dalam pengumpulan dan pelaporan biaya setiap pusat
pertanggungjawaban harus dipisahkan antara biaya-biaya yang terkendali dan
biaya-biaya yang tidak terkendali. Suatu pusat biaya hanya bertanggung jawab
dapat dikendalikannya bukan merupakan tanggung jawabnya. Biaya yang dapat
dikendalikan (controllable cost) adalah biaya yang dapat diatur secara langsung
pada tingkat pimpinan tertentu atau dapat dipengaruhi secara signifikan oleh
manajer pusat pertanggungjawaban dalam jangka waktu tertentu. Sedangkan
biaya tidak terkendali (uncontrollable cost) adalah biaya yang tidak dapat
dipengaruhi oleh seorang manajer atau pejabat tingkatan tertentu berdasarkan
wewenang yang dimilikinya atau tidak dapat dipengaruhi oleh seorang manajer
tertentu dalam jangka waktu tertentu.
Biaya yang terjadi dalam suatu pusat pertanggungjawaban dapat
diklasifikasikan sebagai biaya langsung dan tidak langsung. Biaya tak langsung
adalah alokasi dari pusat pertanggungjawaban lain dan karena itu tidak dapat
dikendalikan. Seluruh biaya terkendali adalah biaya langsung, namun tidak
seluruh biaya langsung merupakan biaya terkendali. Contoh: biaya bahan baku
merupakan biaya terkendali manajer produksi, tetapi dalam situasi tertentu biaya
tersebut dapat diluar pengaruh manajer produksi. Jadi menentukan suatu biaya
terkendali atau tidak, memerlukan pemeriksaan yang hati-hati untuk
memastikannya. Selain itu, banyak manajer cenderung membantah bahwa suatu
biaya merupakan biaya terkendali bagi dirinya, sekedar untuk menghindarkan
tanggung jawab jika terjadi sesuatu. Contoh biaya terkendali dan biaya tidak
terkendali antara lain adalah:
a. biaya asuransi mesin-mesin pabrik adalah biaya yang terkendali
kekayaan perusahaan dan tentu saja tidak terkendali (uncontrollable
cost) oleh mandor produksi,
b. biaya iklan surat kabar menjadi biaya terkendalikan (controllable cost)
oleh manajer pemasaran jika ia memiliki kekuasaan untuk mengotorisasi
biaya dan jenis iklan surat kabar. Di lain pihak biaya penyusutan mesin
dan perlengkapan pabrik tidak akan terkendalikan (uncontrollable cost)
oleh manajer pemasaran jika ia tidak memiliki wewenang untuk
mengotorisasi pemakaian mesin pabrik.
E. Anggaran Biaya
1. Definisi dan Klasifikasi Anggaran
Pengertian anggaran menurut Bustami dan Nurlela (2006:01)
Adalah ”pernyataan-pernyataan dalam kuantitas yang dinyatakan secara formal,
disusun secara sistematis, dinyatakan dalam unit moneter dan berlaku untuk
jangka waktu tertentu dimasa yang datang”.
Anggaran induk atau anggaran komprehensif merupakan jaringan anggaran
yang terdiri dari beberapa anggaran terpisah yang saling bergantungan satu sama
lain. Kegunaan penyusunan anggaran komprehensif adalah untuk menghitung
besarnya modal yang diperlukan oleh perusahaan. Pada awal periode anggaran
berfungsi sebagai rencana atau standar, sedangkan pada akhir periode anggaran
ini berfungsi sebagai alat pengendali untuk membantu manajemen mengukur
kinerja dan rencana yang telah dibuat sehingga kinerja yang akan datang dapat
Penganggaran (budgeting) menunjukkan suatu proses sejak tahap persiapan
yang diperlukan sebelum dimulainya penyusunan rencana, pengumpulan berbagai
data dan informasi yang perlu, pembagian tugas perencanaan, penyusunan
rencananya sendiri, implementasi dari rencana tersebut, sampai akhirnya pada
tahap pengawasan dan evaluasi dari rencana itu. Hasil dari kegiatan penganggaran
(budgeting) adalah anggaran (budget). Anggaran inilah yang merupakan
komitmen dari masing-masing pihak dalam perusahaan untuk bekerja sama untuk
mewujudkan rencana jangka pendek guna mencapai tujuan jangka panjang
perusahaan.
2. Penyusunan Anggaran untuk Pusat Biaya
Semua perusahaan pada umumnya memiliki anggaran karena anggaran
perusahaan berkaitan dengan perencanaan dan pengendalian perusahaan.
Perencanaan melihat ke depan yaitu menetapkan tindakan tertentu dan
pengendalian melihat ke belakang yaitu menilai apa yang telah dihasilkan. Dari
perbandingan yang dihasilkan maka dapat digunakan untuk menyesuaikan
anggaran.
Anggaran (budget) adalah perencanaan keuangan untuk masa depan,
anggaran memuat tujuan dan tindakan dalam mencapai tujuan-tujuan tersebut.
Sebelum menyusun anggaran organisasi harus mengembangkan rencana strategis
(strategic plan) yaitu mengidentifikasi strategi aktivitas dan operasi masa depan,
yang biasanya berjangka lima tahun. Keseluruhan strategi diterjemahkan dalam
tujuan jangka pendek dan tujuan jangka panjang. Tujuan inilah yang menjadi
masing-masing pihak dalam perusahaan untuk bekerja sama untuk mewujudkan
rencana jangka pendek guna mencapai tujuan jangka panjang.
Pada umumnya dalam suatu perusahaan yang telah cukup besar terdapat tiga
pihak utama yang terkait dalam penyusunan anggaran yang terdiri dari komite
anggaran, departemen anggaran dan pusat pertanggungjawaban. Komite anggaran
adalah suatu unit organisasi yang mengkoordinasikan berbagai jenis usulan
anggaran dari berbagai pusat pertanggungjawaban untuk kemudian disusun
menjadi rancangan anggaran induk. Departemen anggaran adalah unit organsiasi
yang menangani administrasi anggaran. Sedangkan pusat pertanggungjawaban
adalah suatu segmen bisnis yang manajernya bertanggung jawab terhadap
serangkaian kegiatan-kegiatan tertentu.
Penyusunan anggaran dapat dilakukan secara bottom up yaitu penyusunan
anggaran yang dimulai dari manajemen level bawah dan selanjutnya diserahkan
ke manajemen atas. Penyusunan anggaran secara buttom up dimulai dari tiap-tiap
manajer pada level bawah yang mengajukan anggaran biayanya masing-masing.
Rancangan-rancangan ini dikombinasikan dan diselaraskan satu sama lain oleh
komite anggaran. Komite anggaran kemudian menyampaikan rancangan anggaran
final dari tiap-tiap bagian kepada manajemen puncak. Setiap perubahan yang
dilakukan terhadap rancangan anggaran tersebut harus dirundingkan dan
diberitahukan kepada manajer penyusun anggaran biaya sehingga menciptakan
peran serta dan komitmen mereka dalam menciptakan target yang ditetapkan.
Penyusunan anggaran juga dapat dilakukan secara top down yaitu anggaran
Langkah-langkah yang diambil dalam penyusunan anggaran secara top down adalah
sebagai berikut:
a. manajemen puncak mengirim prinsip-prinsip penyusunan anggaran
(termasuk tujuan umum perusahaan) ke masing-masing bagian serta
membentuk komite anggaran jika belum memiliki komite,
b. masing-masing bagian menyusun anggaran operasional (rencana laba)
dimulai dengan membuat anggaran penjualan,
c. negosiasi antar bagian dan komunikasi dengan atasan,
d. koordinasi dan pembahasan kembali terhadap rancangan anggaran yang
diajukan masing-masing departemen oleh komite anggaran,
e. persetujuan akhir dari manajemen puncak.
Penyusunan anggaran pusat biaya dapat dibagi menjadi dua jenis
berdasarkan klasifikasi pusat biaya, yaitu:
1) Anggaran biaya teknik yaitu, anggaran yang terdiri dari biaya-biaya
yang bersifat engineered, yaitu biaya (input) yang memiliki hubungan
yang jelas dengan outputnya. Anggaran ini digunakan oleh pusat
pertanggungjawaban yang outputnya dapat diukur. Penyusunan anggaran
ini dimulai dari penentuan besarnya keluaran yang akan dihasilkan oleh
pusat biaya teknik yang bersangkutan dalam jangka waktu dan mutu
tertentu. Atas dasar keluaran yang akan dihasilkan, manajer pusat biaya
teknik menyusun anggaran biaya yang efisien untuk menghasilkan
keluaran tersebut. Contoh anggaran biaya teknik adalah anggaran untuk