• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi Corporate Social Responbility (CSR) Terhadap Masyarakat Lingkungan PTPN IV (Studi Pada Unit Kebon Dolok Ilir Kabupaten Simalungun)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Implementasi Corporate Social Responbility (CSR) Terhadap Masyarakat Lingkungan PTPN IV (Studi Pada Unit Kebon Dolok Ilir Kabupaten Simalungun)"

Copied!
118
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY

(CSR) TERHADAP MASYARAKAT LINGKUNGAN PTPN IV

(STUDI PADA UNIT KEBUN DOLOK ILIR

KABUPATEN SIMALUNGUN)

TESIS

Oleh

EDI SYAHPUTRA

067005088/HK

S

E K O L AH

P A

S C

A S A R JA NA

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

IMPLEMENTASI CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY

(CSR) TERHADAP MASYARAKAT LINGKUNGAN PTPN IV

(STUDI PADA UNIT KEBUN DOLOK ILIR

KABUPATEN SIMALUNGUN)

TESIS

Untuk Memperoleh Gelar Magister Humaniora

dalam Program Studi Ilmu Hukum pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

EDI SYAHPUTRA

067005088/HK

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul Tesis : IMPLEMENTASI CORPORATE SOCIAL

RESPONSIBILITY (CSR) TERHADAP MASYARAKAT

LINGKUNGAN PTPN IV (STUDI PADA UNIT KEBUN DOLOK ILIR KABUPATEN SIMALUNGUN)

Nama Mahasiswa : Edi Syahputra

Nomor Pokok : 067005088

Program Studi : Ilmu Hukum

Menyetujui Komisi Pembimbing

( Prof. Dr. Bismar Nasution, SH, MH ) K e t u a

(Prof. Dr. Suhaidi, SH, MH) ( Dr. Sunarmi, SH, M.Hum ) A n g g o t a A n g g o t a

Ketua Program Studi D i r e k t u r

(Prof. Dr. Bismar Nasution, SH, MH) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa, B.,MSc)

(4)

Telah diuji pada

Tanggal 03 Desember 2008

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua

:

Prof. Dr. Bismar Nasution, SH, MH

Anggota

:

1. Prof. Dr. Suhaidi, SH, MH

2. Dr. Sunarmi, SH, M.Hum

(5)

ABSTRACT

The term Corporate Social Responsibility (CSR) can be found in State Owned Company or BUMN Act no.19/2003, and in Limited Liability Company Or PT Act no.40/2007. The detailed rules of CSR implementation on environmental partnership and sponsorship program are spelled out in Ministry of BUMN Decree no.KEP.236/MBU/2003. By having the regulations, the rules of game for CSR of BUMN is already clear.

As it is implied in its name, BUMN has both public and private dimensions. The problem of development is an urgent thing to do in this country, and it is impossible to hand it wholely to government. Therefore, as agent of development, BUMN must take part in the effort of accomplishing the development.

Related to it, the problem in this thesis is about the rules of Corporate Social Responsibility in BUMN environment, the implementation of CSR to society of PTPN IV estate unit Dolok Ilir Simalungun district environment, and the impact of CSR implementation.

The method used is this study is normative yuridical, that is by studying the rules of the law about the implementation of CSR, the related documents, and making interview.

The result of the study reveals that the regulation of CSR in BUMN environment is still in the form of Minister Decree. Eventhough there is an enforcement, it has not had any sanction. The implementation of CSR done by PTPN IV is still charitable instead of philanthropic, and it has not given significant impact to the society. Therefore, it is suggested that as the manifestation of Act no.40/2007, the regulations should be put into effect soon and the implementation of CSR is done based on the continuity for the society. In the future, the impact of CSR implementation should be done seriously in order to endeavor the social economy based on the usefulness and the justice.

(6)

ABSTRAK

Dalam undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN, dan Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007, tentang Perseroan Terbatas kita mengenal istilah, Ttanggungjawab sosial peusahaan. Aturan secara rinci tentang pelaksanaan tanggung jawab sosial mengenai tanggung jawab sosial perusahaan ini terdapat dalam Keputusan Menteri BUMN Nomor: Kep.236/MBU/2003, tentang Program Kemitraan dan Bina Lingkungan. Dengan aturan-aturan tersebut tanggung jawab sosial perusahaan BUMN telah jelas aturan mainnya.

Sebagai Badan Usaha Milik Negara, terdapat dimensi publik dan privat, yang melekat padanya. Masalah pembangunan adalah masalah yang urgen dalam negara ini, dan tidak mungkin menyerahkan ”pembangunan ” sepenuhnya kepada Negara. Untuk itu BUMN sebagai agent of development, harus turut serta dalam usaha mencapai pembangunan.

Berkaitan dengan hal tersebut diatas, permasalahan yang dibahas dalam tesis ini adalah tentang, pengaturan Corporate Social Responsibility di lingkungan BUMN, Implementasi Corporate Social Responsibility terhadap masyarakat lingkungan PTPN IV Unit Kebun Dolok Ilir di Kabupaten Simalungun dan dampak Implementasi Corporate Social Responsibility.

Metode yang dipergunakan dalam penelilitian ini dengan pendekatan yuridis normatif, yaitu dengan mengkaji peraturan-peraturan hukum mengenai Implementasi CSR terhadap masyarakat lingkungan PTPN IV Unit Kebun Dolok Ilir. Dengan melakukan studi dokumen, wawancara dengan informan untuk mengetahui lebih mendalam dan rinci tentang hal-hal yang diteliti.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa pengaturan Tentang CSR dil ingkungan BUMN, secara rinci masih dalam bentuk Keputusan Menteri, dengan demikian kekuatan memaksa ada namun belum terdapatnya sanksinya, Implementasi CSR oleh PTPN IV masih bersifat karitas ketimbang filantropis, dampak implementasi CSR belum memberikan dampak yang baik. Maka disarankan hendaklah PP yang merupakan manifestasi dari UU Nomor 40 Tahun 2007 dapat segera diberlakukan, implementasi CSR hendaknya berdasarkan kesinambungan bagi masyarakat, selanjutnya dampak implemntasi hendaknya benar-benar terwujud dalam kerangka pemberdayaan ekonomi masyarakat berdasarkan kemanfaatan dan keadilan.

(7)

KATA PENGANTAR

Pertama-tama penulis panjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT Yang

Maha Pengasih lagi Maha Penyayang atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga

tesis ini dapat diselesaikan.

Penulis menyadari bahwa tesis ini dapat diselesaikan karena bantuan dari

berbagai pihak, baik yang sifatnya bantuan materil maupun moril. Oleh karena itu

pada kesempatan inikami mengucapkan terima kasih yang tulus kepada :

1. Rektor Universitas Sumatera Utara, Prof.Chairuddin P.Lubis,DTM&H, Sp.A (K),

atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan

menyelesaikan pendidikan program magister;

2. Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Prof.Dr.Ir.T.Chairun

Nisa,B.,MSc, atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti

dan menyelesaikan pendidikan program magister;

3. Ketua Program Studi Ilmu Hukum Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera

Utara, Prof.Dr.Bismar Nasution, SH, MH atas segala pengarahan, motovasi, ilmu

pengetahuan yang diberikan kepada penulis selama menuntut ilmu pengetahuan

pada Program Studi Magister Ilmu Hukum Sekolah Pascasarjana Universitas

Sumatera Utara;

4. Terima kasih yang tak terhingga dan penghargaan yang setinggi-tingginya penulis

ucapkan kepada Prof.Dr.Bismar Nasution, SH, MH selaku Ketua Komisi

(8)

Anggota Komisi Pembimbing yang dengan penuh perhatian telah memberikan

bimbingan, arahan petunjuk dan ide-ide yang terbaik serta kritik dan saran yang

konstruktif demi tercapainya hasil yang terbaik dalam penulisan tesis ini;

5. Terima kasih yang tak terhingga dan penghargaan yang setinggi-tingginya penulis

ucapkan kepada Dr.Mahmul Siregar, SH, M.Hum dan Bapak Syafruddin

S.Hasibuan, SH,MH selaku penguji tesis penulis.

6. Alm.Prof.Dr.Mustafa Siregar, SH, (Guru Besar Fakultas Hukum USU) sebagai

sosok yang selalu memberi motivasi dan dedikasi kepada penulis semenjak

mengikuti pendidikan S.1 hingga saat ini.

7. Prof.Abduh, SH (Guru Besar Fakultas Hukum USU) sebagai sosok yang

berdedikasi tinggi, yang selalu penulis hargai atas arahan dan nasehatnya.

8. Ucapan terima kasih penulis kepada Bapak Ir.Muchsin Nasution Bapak, Efendi

Pohan, SE asisten SDM dan Umum Unit Kebun Dolok Ilir, Bapak Nando, dan

seluruh pihak di lingkungan PTPN IV.

9. Bapak/ibu masyarakat di Kabupaten Simalungun yang telah bersedia menjadi

informan untuk kesempurnaan tesis ini.

10.Seluruh Dosen/staff pengajar, yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan

motivasi dalam setiap perkuliahan Program Studi Ilmu Hukum Sekolah

Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

11.Seluruh staff administrasi, Program Studi Ilmu Hukum Sekolah Pascasarjana

(9)

12.Seluruh sahabat kuliah penulis pada Program Studi Ilmu Hukum Sekolah

Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Sembah Sujud ananda haturkan kepada Orang Tua Penulis, Alm.Lamiran,

Ibunda Ngatemi, Ayahanda Misno Ibunda Kasmini atas segala keizinan, upaya, do`a

dan keikhlasan yang tak terhingga yang diberikan kepada penulis hingga dapat

menyelesaikan program Magister Ilmu Hukum, buat matahari dan rembulanku Eni

Sri Rahayu, Amk Ananda tersanyang buah hatiku Anas Dhiratadra Alam, buah cipta

ayahanda semoga dapat memotivasi diri untuk meraih cita-cita yang tinggi, semoga

keberhasilan bersamamu buah hatiku Amin. Seluruh orang tua penulis abangda,

Suwito kakanda Magdalena Siregar, Astuty adinda Ayu Valentin, Winda Mustika

Sari, Buat Rizky Evrindo Velawi, Finka Yulianda Velawi, Dimas seluruh keluarga

penulis terima kasih atas curahan kasih sayang yang telah diberikan semoga Allah

selalu memberikan limpahan rahmat, hidayah dan karunia-Nya kepada kita

semua Amin.

Medan, Desember 2008 Penulis,

(10)

RIWAYAT HIDUP

Nama Lengkap : Edi Syahputra

Tempat/Tanggal Lahir : Bah Gunung, 12 April 1976

Jenis Kelamin : Laki-laki

A g a m a : Islam

S t a t u s : Menikah

Pendidikan : - Sekolah Dasar Al-Washliyah Kab.Simalungun 1989

- Sekolah Menengah Tingkat Pertama Negeri 1 Serbelawan Kabupaten Simalungun 1992

- Sekolah Menengah Tingkat Atas Negeri 1 Serbelawan Kabupaten Simalungun 1995

- Sekolah Tinggi Ilmu Hukum Swadaya Medan 2001

(11)

DAFTAR ISI

BAB II PENGATURAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) DI LINGKUNGAN BUMN …… ... 31

A. Corporate Social Responsibility dan Etika Bisnis ... 31

B. Hubungan CSR dan Good Corporate Governance ... 36

C. Landasan Hukum ... 41

BAB III IMPLEMENTASI CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) TERHADAP MASYARAKAT LINGKUNGAN PTPN IV (STUDI PADA UNIT KEBUN DOLOK ILIR) ... 51

A. Gambaran Umum PTPN IV Unit Kebun Dolok Ilir ... 51

B. Struktur Organisasi ... 54

(12)

D. Implementasi Corporate Social Responsibility Pada PTPN IV

Unit Kebun Dolok Ilir ... 61

1. Program Kemitraan ... 64

2. Program Bina Lingkungan ... 83

BAB IV DAMPAK IMPLEMENTASI CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY TERHADAP MASYARAKAT LINGKUNGAN PTPN IV UNIT KEBUN DOLOK ILIR ... 90

A. Dampak CSR Bagi Perusahaan (Internal) ... 90

B. Dampak Bagi Masyarakat (Ekternal)... 94

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 98

A. Kesimpulan ... 98

B. Saran ... 99

(13)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

1. Struktur Organisasi PT.Perkebunan Nusantara IV (Persero) Kebun

(14)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seiring dengan peradaban modern eksistensi suatu perusahaan atau dunia usaha

terus menjadi sorotan. Salah satu isu penting yang masih terus menjadi perhatian

dunia usaha hingga saat ini adalah soal tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate

Social Responsibility) yang selanjutnya dalam penulisan ini disingkat CSR. Sebagai

bagian dari konfigurasi hubungan antara dunia bisnis dan masyarakat, persoalan

tanggung jawab sosial perusahaan mengalami rumusan konseptual yang terus

berubah, sejalan dengan perkembangan yang dialami oleh dunia usaha itu sendiri.

Pada awalnya dan untuk waktu yang sangat panjang, dunia usaha barang kali tidak

perlu atau tidak pernah berfikir mengenai tanggung jawab sosial. Hal ini karena

proposi teori klasik, sebagaimana dirumuskan oleh Adam Smith tugas korporasi

diletakkan semata-mata mencari keuntungan, “the only duty of the corporation is to

make profit.1 Motivasi utama setiap perusahaan atau industri atau bisnis adalah

meningkatkan keuntungan.

Secara perlahan ideologi “ the only duty of the corporation is to make profit”

yang dianut oleh korporasi telah berubah dengan munculnya kesadaran kolektif

bahwa kontiunitas pertumbuhan dunia usaha tidak akan terjadi tanpa dukungan

yang memadai dari stakeholder yang melingkupinya seperti, manajer, konsumen,

1

(15)

buruh dan anggota masyarakat. Inti dari pandangan ini adalah bahwa dunia usaha

tidak akan sejahtera jika stakeholdernya juga tidak sejahtera.2

Perusahaan itu sesungguhnya tidak hanya memiliki sisi tangung jawab

ekonomis kepada para shareholders seperti bagaimana memperoleh profit dan

menaikkan harga saham atau tanggung jawab legal kepada pemerintah, seperti

membayar pajak, memenuhi persyaratan AMDAL (Analisis Mengenai Dampak

Lingkungan), dan ketentuan lainnya. Namun, jika perusahaan ingin eksis dan

ekseptabel, harus disertakan pula tanggung jawab yang bersifat sosial.3

CSR pertama kali muncul dalam diskursus resmi-akademik sejak hadirnya

tulisan Howard Bowen, Social Responsibility of the Businessmen tahun 1953 (Harper

and Row, New York). CSR yang dimaksudkan Bowen mengacu kewajiban pelaku

bisnis untuk membuat dan melaksanakan kebijakan, keputusan, dan berbagai tindakan

yang harus mengikuti tujuan dan nilai-nilai dalam suatu masyarakat. Singkatnya,

konsep CSR mengandung makna, perusahaan atau pelaku bisnis umumnya memiliki

tanggung jawab yang meliputi tanggung jawab legal, ekonomi, etis, dan lingkungan.

Lebih khusus lagi, CSR menekankan aspek etis dan sosial dari perilaku korporasi,

seperti etika bisnis, kepatuhan pada hukum, pencegahan penyalahgunaan kekuasaan

dan pencaplokan hak milik masyarakat, praktik tenaga kerja yang manusiawi, hak

2

Eddie Riyadi, Tanggung Jawab Bisnis Terhadap Ham, (diakses tanggal 16 Januari 2008, http://www.elsam.or.id.

3

(16)

asasi manusia, keamanan dan kesehatan, perlindungan konsumen, sumbangan sosial,

standar-standar pelimpahan kerja dan barang, serta operasi antar negara.4

Wacana CSR semakin terasa dengan diterbitkannya buku ”Silent Spring”

karangan Rachel Carson yang membahas pertama kalinya tentang persoalan

lingkungan dalam tataran global. Karyanya menyadarkan bahwa tingkah laku

korporasi mesti dicermati sebelum berdampak menuju kehancuran.Sejak itu,

perhatian terhadap permasalahan lingkungan semakin berkembang dan mendapat

perhatian kian luas.Pemikiran korporasi yang lebih manusiawi juga muncul dalam

The future Capitalism yang ditulis Lester Thurow tahun 1966. Menurutnya,

kapitalisme-yang menjadi mainstream saat itu tidak hanya berkutat pada masalah

ekonomi, namun juga memasukkan unsur sosial dan lingkungan yang menjadi basis

apa yang nantinya disebut sustainable society. 5

Di era 1970 an CSR dianggap sebagai isu marjinal tetapi kemudian para

pebisnis dan pemimpin pemerintahan menyadari sepenuhnya bahwa mustahil

membebankan seluruh pemecahan masalah kemiskinan dan kerusakan lingkungan

dipundak pemerintah, sementara di lain sisi, pihak perusahaan punya kekuatan yang

hampir sama dengan pemerintah karena kemampuan ekonominya.6

Di Indonesia kesadaran para pelaku bisnis dalam menerapkan CSR relatif baru,

yaitu awal 1990. Adanya anggapan para pelaku bisnis di Indonesia bahwa tanggung

4

Eddie Riyadi, op.cit .,

5

Yusuf Wibisono, op.cit., hal. 5.

6

(17)

jawab sosial dipandang sebagai aktivitas yang bersifat buang-buang biaya. Padahal

program CSR justru memberikan banyak keuntungan pada perusahaan.7

Secara perlahan dalam dunia usaha di Indonesia mulai muncul spektrum baru

berkaitan dengan pentingnya dunia usaha mempertajam kesadaran mereka tentang

tanggung jawab sosial perusahaan. Korporasi harus memandang bahwa tanggung

jawab sosial perusahaan perlu diupayakan di lingkungan internal dan eksternal

perusahaan. Dalam lingkup internal perusahaan, implementasi CSR merupakan

keputusan strategis perusahaan yang secara sadar di desain sejak awal untuk

menerapkan lingkungan kerja yang sehat, kesejahteraan karyawan, aspek bahan baku

dan limbah yang ramah lingkungan, serta semua aspek dalam menjalankan usaha

dijamin tidak menerapkan praktek-praktek jahat. Dalam lingkup eksternal

implementasi CSR harus dapat memperbaiki dalam aspek sosial dan ekonomi pada

lingkungan sekitar perusahaan pada khususnya serta lingkungan masyarakat pada

umumnya. Tanggung jawab eksternal ini menjadi kewajiban bersama antar entitas

bisnis untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat lewat pembangunan yang

berkelanjutan. Maka tidak berlebihan seperti judul dalam konperensi CSR,

bahwa dalam sebuah entitas bisnis, responsible business is good business. 8

Pembangunan industri sebenarnya memiliki dampak positif dapat

menyerap tenaga kerja, meningkatkan produktifitas ekonomi, dan dapat menjadi

aset pembangunan nasional maupun daerah. Namun kenyataan selama puluhan

7

http://www.masyarakatmandiri.org, (diakses tanggal, 11 September 2008)

8

(18)

tahun praktik bisnis dan industri korporasi Indonesia cenderung memarginalkan

masyarakat sekitar, tetap tidak bisa ditampik. Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Nasional (RPJMN) 2004-2009, mengenai permasalahan dan agenda

pembangunan, menegaskan bahwa telah terjadi ekses negatif dari pembangunan,

yaitu kesenjangan antar golongan pendapatan, antar wilayah dan antar kelompok

masyarakat.9

Masyarakat yang sejak awal telah miskin, kenyataannya semakin

termarginalkan dengan kehadiran berbagai jenis korporasi. Korporasi tidak

melaksanakan CSR secara baik terhadap masyarakat. Alih-alih melibatkan dan

memberdayakan masyarakat sekitar dengan melakukan community

development,10 korporasi cenderung membuat jarak dengan masyarakat sekitar. Jika

pun ada program yang dilakukan oleh korporasi, biasanya bersifat charity, seperti

memberi sumbangan, santunan, sembako, dan lain-lain. Program charity ini menjadi

dalih bahwa mereka juga memiliki kepedulian sosial. Dengan konsep charity,

kapasitas dan akses masyarakat tidak beranjak dari kondisi semula, tetap marginal.

Charity menjadi program yang tidak tepat sasaran karena tidak bisa memutus rantai

kemiskinan.11

9

Oky Syaiful R.Harahap, Tanggung Jawab Sosial Perusahaan, http: //www. sarwono. net/ artikel.php?id (diakses pada tanggal, 18 Januari 2008)

10

Baca Bambang Rudito dan Melia Famiola, Etika Bisnis dan Tanggung Jawab Sosial,

Perusahaan di Indonesia, (Bandung: Rekayasa Sains, 2007) hal.234 bahwa Arif Bidimanta

menyatakan Community Development adalah kegiatan pembangunan komunitas yang dilakukan secara sistematis, terencana dan diarahkan untuk memperbesar akses komunitas guna tercapai kondisi sosial, ekonomi dan kualitas kehidupan yang lebih baik apabila dibandingkan dengan kegiatan pembangunan sosial sebelumnya.

11

(19)

Hukum sebagai perangkat norma-norma kehidupan dalam bermasyarakat

merupakan salah satu instrumen terciptanya aktivitas bisnis yang lebih baik. Para

pelaku bisnis (perusahaan) dan masyarakat hendaknya tercipta hubungan yang

harmonis. Untuk itulah perusahaan dan masyarakat harus dapat bersinergi, dalam hal

ini perusahaan harus mampu menghapus segala kemungkinan kesenjangan yang

terjadi. Perusahaan merupakan badan usaha yang berbadan hukum yang merupakan

subjek hukum dengan demikian perusahaan mempunyai hak dan tanggung jawab

hukum juga mempunyai tanggung jawab moral, dimana tanggung jawab moral ini

dapat menjadi cerminan dari perusahaan tersebut.12

Dipandang dari segi moral hakikat manusia maupun hakikat kegiatan bisnis itu

sendiri, diyakini bahwa tidak benar kalau para manajer perusahaan hanya punya

tanggung jawab dan kewajiban moral kepada pemegang saham. Para manajer

perusahaan sebagai manusia dan sebagai manajer sekaligus mempunyai tanggung

jawab dan kewajiban moral kepada orang banyak dan pihak lain yang berkaitan

dengan kegiatan operasi bisnis perusahaan yang dipimpinnya. Para manajer

perusahaan mempunyai tanggung jawab dan kewajiban moral untuk memperhatikan

hak dan kepentingan karyawan, konsumen, pemasok, penyalur masyarakat setempat

dan seterusnya.Singkatnya, tanggung jawab dan kewajiban moral para manajer

12

I Nyoman Tjager, et al, Corporate Governance (Tantangan dan Kesempatan bagi Komunitas

(20)

perusahaan tidak hanya tertuju kepada shareholders (pemegang saham) tetapi juga

kepada stakeholders pada umumnya.13

Selain itu perusahaan sebagai subjek hukum seyogyanya juga menjadi mahluk

sosial yang pemperhatikan lingkungan sosialnya sehingga perusahaan itu tidak

dirasakan sebagai sesuatu yang asing di lingkungannya. Hal ini sangat penting,

terutama jika kita berbicara tentang perusahaan raksasa yang terkadang merupakan

“negara dalam negara” karena besarnya. Banyak perusahaan raksasa yang justru

berprilaku sebagai penguasa daerah dan mendikte pemerintah daerah. Satu dan lain

hal karena pemerintahan daerah sangat bergantung pada perusahaan raksasa tersebut,

baik itu pajak, retribusi, lapangan kerja, realisasi maupun pembangunan masyarakat

(Community Development).14

Mekanisme pengelolaan sumber daya ekonomi dan sosial di dalam pengertian

good governance, yang subtansi dan pelaksanaanya menunjang pembangunan yang

stabil dengan syarat yang utama efisiensi dan pemerataan. Dalam pelaksanaannya,

good governance mengandalkan rule of law terutama yang mencakup bidang

ekonomi dan politik, penentuan kebijakan yang transparan, pelaksanaan kebijakan

yang accountable, birokrasi yang berkualitas dan juga masyarakat yang capable.15

13

Erni R. Ernawan, Business Ethics : Etika Bisnis, (Bandung : CV. Alfabeta, 2007), hal.28

14

Todung Mulia Lubis, Corporate Responsibility, http://www.com.id.org, (diakses pada tanggal, 18 Januari 2008)

15

(21)

Mochtar Kusumaatmadja mencatat bahwa hukum sebagai sarana pembangunan

bisa berfungsi sebagai alat (pengatur) atau sarana pembangunan dalam arti penyalur

arah kegiatan manusia ke arah yang dikehendaki oleh pembangunan atau pembaruan.

Dalam konteks perusahaan, berarti hukum berperan penting tidak hanya terhadap

pemegang saham (shareholders), tapi juga mengatur berbagai pihak (stakeholders)

dalam kegiatan korporasi agar berjalan sesuai dengan koridor keadilan sosial, selain

untuk menjamin bahwa perubahan itu terjadi secara teratur.16

Harapan adanya peraturan yang baik serta dijalankannya law enforcement.

Peraturan yang baik berarti peraturan yang memenuhi nilai-nilai yang hidup dan

berkembang di masyarakat (living law). Bukan saja masyarakat sekitar lokasi

perusahaan, melainkan juga masyarakat dunia usaha itu sendiri. Beberapa korporasi

mulai sadar akan pentingnya menjalankan tanggung jawab sosial terhadap

masyarakat, tapi lebih banyak lagi korporasi yang mangkir dari kewajibannya itu.

Karena itu perlu suatu peraturan perundang-undangan yang mengatur konsep dan

jenis CSR dalam rangka law enforcement dan peningkatan ekonomi lokal dan

nasional. 17

Kebijakan pemerintah Indonesia mengenai CSR diatur dalam Undang-Undang

Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas. Sebagai pengganti

Undang-undang Nomor 1 Tahun 1995 Tentang Perseroan Terbatas. Dalam Undang-Undang-undang

PT Nomor 40 Tahun 2007, pasal 74 ayat (1) menyatakan perseroan yang

16

Oky Syaiful R. Harahap, op.cit.

17

(22)

menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya

alam wajib melaksanakan tangung jawab sosial dan lingkungannya. Ayat (2)

berbunyi tanggung jawab sosial dan lingkungan itu merupakan kewajiban perseroan

yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya perseroan yang pelaksanaannya

dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran. Ayat (3) menyatakan

perseroan yang tidak melaksanaan kewajiban sebagaimana Pasal 1 dikenai sanksi

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Ayat (4) berbunyi ketentuan

lebih lanjut mengenai tanggung jawab dan lingkungan diatur dengan peraturan

pemerintah. Hal ini menunjukkan bahwa CSR, sangat dipandang perlu dan

merupakan bagian yang tak terpisahkan dari korporasi.

Diundangkannya Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan

Terbatas ini, mengisyaratkan bahwa CSR awalnya bersifat sukarela menjadi sebuah

tanggung jawab yang diwajibkan. Namun Undang-undang Perseroan Terbatas secara

eksplisit tidak mengatur berapa jumlah nominal dan atau berapa besaran persen laba

bersih dari suatu perusahaan yang harus disumbangkan. Karena, pengaturan lebih

lanjut merupakan domain daripada Peraturan Pemerintah (PP) sebagai manifestasi

dari Undang-undang, dan saat ini Peraturan Pemerintah tersebut masih dibahas oleh

pemerintah.18

Jauh Sebelum Undang-undang Nomor 40 Tahun 2008 Tentang Perseroan

Terbatas ini diundangkan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sudah menerapkan

18

(23)

CSR yang diwajibkan oleh Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN,

lewat Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL). Sebagai manipestasinya

telah dikeluarkannya Keputusan Menteri BUMN Nomor Kep-236/MBU/2003

tanggal 17 Juni 2003 dan Surat Edaran Menteri BUMN Nomor SE-433/MBU/2003

tanggal 16 September 2003. Dengan demikian BUMN dapat dikatakan telah jelas

aturan mainnya karena sudah ada Undang-undang tersendiri. BUMN merupakan

perusahaan yang dimiliki oleh negara, bahkan pola CSR mereka sudah rinci aturan

pelaksananya.

Praktik CSR oleh BUMN ini menarik untuk dikaji disebabkan oleh faktor

pembeda yang secara normatif mendukung kegiatan kedermawanan sosial BUMN

ini seharusnya dapat berkembang, Pertama, karena sifat dan statusnya sebagai

perusahaan milik negara, BUMN tidak terkendala oleh motif pengurangan pajak (tax

deduction) sebagaimana menjadi pengharapan perusahaan-perusahaan swasta.

Kendati pajak tetap merupakan kewajiban bagi BUMN, kewajiban ini tidak serta

merta mempengaruhi kelancaran kegiatan atau operasi BUMN.Kedua, terdapat

instrumen ”pemaksa” berupa kebijakan pemerintah; dimana melalui Kepmen BUMN

Nomor: Kep-236/MBU/2003, perusahaan BUMN menjalankan Program Bina

(24)

dimungkinkan bahwa potensi rata-rata sumbangan sosial perusahaan-perusahaan

BUMN lebih besar dari perusahaan-perusahaan swasta.19

BUMN merupakan salah satu elemen utama kebijakan ekonomi strategis

negara-negara berkembang. Keberadaan BUMN mempunyai pengaruh utama dalam

pembangunan negara-negara dunia ketiga. Setidaknya, BUMN diperlukan dalam

pengaturan infrastruktur dan public utilities, dan menempatkan dirinya untuk

berperan pada hampir seluruh sektor aktivitas ekonomi. 20

Berdasarkan uraian-uraian diatas penulis tertarik menganalisis Implementasi

Corporate Social Responsibility (CSR) terhadap masyarakat di lingkungan PTPN

IV (Studi pada Unit Kebun Dolok Ilir di Kabupaten Simalungun).

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan

permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimanakah pengaturan Corporate Social Responsibility di lingkungan

BUMN?

2. Bagaimanakah implementasi Corporate Social Responsibility yang dilaksanakan

PTPN IV Unit Kebun Dolok Ilir Kabupaten Simalungun?

3. Bagaimanakah dampak implementasi Corporate Social Responsibility terhadap

masyarakat lingkungan PTPN IV Unit Kebun Dolok Ilir Kabupaten Simalungun?

19

Fajar Nussahid, Praktik Kedermawanan Sosial BUMN : Analisis terhadap Model

Kedermawanan PT.Krakatau Steel, PT.Pertamina dan PT.Telekomunikasi Indonesia, Jurnal Galang

Vol.1 No.2, Januari 2006 hal.5

20

(25)

C. Keaslian Penelitian

Berdasarkan hasil pemeriksaan dan hasil penelitian yang telah dilakukan

penulis, penelitian mengenai Implementasi Corporate Social Responsibility terhadap

masyarakat lingkungan PTPN IV Unit Kebun Dolok Ilir belum pernah dilakukan.

Namun penelitian yang membahas tentang Corporate Social Responsibility sudah

pernah diteliti oleh peneliti sebelumnya. Adapun yang membedakan penelitian

penulis dengan peneliti sebelumya, adalah sebagai berikut :

1. Corporate Social Responsibility yang dianalisa dari Undang-undang Perseroan

Terbatas Nomor 40 Tahun 2007, selanjutnya:

2. Corporate Social Responsibility, dengan landasan hukum Undang-Undang

Nomor 25 Tahun 2007, Tentang Penanaman Modal.

Secara subtansial yang membedakan penelitian penulis dengan peneliti

terdahulu adalah sebagai berikut :

1. penelitian ini difokuskan pada BUMN, dengan landasan yuridis

Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003, Tentang Badan Usaha Milik Negara dan

Keputusan Menteri BUMN Nomor Kep.236/MBU/2003, tentang Program

Kemitraan dan Bina Lingkungan yang wajib dilaksanakan oleh BUMN.

2. penelitian menitik beratkan pada aspek implementasi

Dengan demikian penelitian ini merupakan hal yang baru dan asli karena sesuai

dengan asas-asas keilmuan yang jujur, rasional, obyektif dan terbuka. Sehingga

(26)

untuk kritikan-kritikan yang sifatnya membangun terkait dengan topik dan

permasalahan dalam penelitian ini.

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan

yang ingin dicapai dalam penelitian tesis ini adalah:

1. Untuk mengetahui peraturan-peraturan mengenai Corporate Social Responsibility

yang berlaku pada BUMN.

2. Untuk mengetahui implementasi Corporate Social Responsibility dalam

permberdayaan ekonomi masyarakat dan bina lingkungan PTPN IV Unit Kebun

Dolok Ilir Kabupaten Simalungun.

3. Untuk mengetahui dampak implementasi Corporate Social Responsibility pada

masyarakat dan lingkungan PTPN IV Unit Kebun Dolok Ilir di Kabupaten

Simalungun.

E. Manfaat Penelitian

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi ilmu

pengetahuan, khususnya hukum perusahaan dan hukum bisnis di Indonesia.

Diharapkan juga penelitian ini dapat memberikan masukan bagi penyempurnaan

perangkat peraturan mengenai CSR khususnya badan usaha yang berbentuk BUMN,

(27)

Secara praktis, penelitian ini ditujukan kepada kalangan pelaku bisnis di semua

sektor usaha untuk dapat lebih membuka cakrawala berpikir berkaitan dengan CSR

dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat dan bina lingkungan.

F. Kerangka Teori dan Konsepsi

Dunia bisnis, selama setengah abad terakhir, telah menjelma menjadi institusi

yang dominan di masyarakat dan harus mengambil tanggung jawab untuk

kepentingan bersama, setiap keputusan yang dibuat. Setiap tindakan yang diambil

haruslah dilihat dalam kerangka tanggung jawab tersebut… demikian ungkapan Dr.

David C. korten penulis Buku laris berjudul When Corporations Rule the World. Apa

yang ditandaskan Korten itu melukiskan betapa nyata tindakan yang diambil

korporasi membawa dampak terhadap kualitas kehidupan manusia, terhadap individu,

masyarakat dan seluruh kehidupan di bumi ini. Fenomena ini kemudian bisa

menjadikan wacana dan warna CSR.21

Kerangka teori tesis ini mengunakan teori utilitas (utilitarisme) yang

dipelopori oleh Jeremy Bentham dan selanjutnya dikembangkan oleh John Stuart

Mill. Utilitarisme disebut lagi suatu teleologis (dari kata Yunani telos= tujuan), sebab

menurut teori ini kualitas etis suatu perbuatan diperoleh dengan dicapainya tujuan

perbuatan. Perbuatan yang memang bermaksud baik tetapi tidak menghasilkan

apa-apa, menurut utilitarisme tidak pantas disebut baik.22 Teori utilitas merupakan

21

http://www.bi.go.id (diakses pada tanggal 18 Januari 2008)

22

(28)

pengambilan keputusan etika dengan pertimbangan manfaat terbesar bagi banyak

pihak sebagai hasil akhirnya (the greatest good for the greatestnumber). Artinya,

bahwa hal ini benar didefinisikan sebagai hal yang memaksimalisasi apa yang baik

atau meminimalisir apa yang berbahaya bagi kebanyakan orang. Semakin bermanfaat

pada semakin banyak orang, perbuatan itu semakin etis. Dasar moral dari perbuatan

hukum ini bertahan paling lama dan relatif paling banyak digunakan. Utilitarianism

(dari kata utilis berarti manfaat) sering disebut pula dengan aliran konsekuensialisme

karena sangat berpotensi pada hasil perbuatan.23

Utilitarisme sangat menekankan pentingnya konsekuensi perbuatan dalam

meniali baik buruknya. Kualitas moral suatu perbuatan-baik buruknya-tergantung

pada konsekuensi atau akibat yang dibawakan olehnya. Jika suatu perbuatan

mengakibatkan manfaat paling besar, artinya paling memajukan kemakmuran,

kesejahteraan, dan kebahagiaan masyarakat, maka perbuatan itu adalah baik.

Sebaliknya, jika perbuatan membawa lebih banyak kerugian dari pada manfaat,

perbuatan itu harus dinilai buruk. Konsekuensi perbuatan disini memang menentukan

seluruh kualitas moralnya.24

Menurut teori ini suatu adalah baik jika membawa manfaat, tapi manfaat itu

harus menyangkut bukan hanya satu dua orang melainkan masyarakat sebagai

keseluruhan. Jadi, utilitarisme ini tidak boleh dimengerti dengan cara egoistis. Dalam

rangka pemikiran ini kriteria untuk menentukan baik buruknya suatu perbuatan

23

Erni R. Ernawan, op.cit., hal.93

24

(29)

adalah kebahagiaan terbesar dari jumlah orang terbesar. Perbuatan yang

mengakibatkan paling banyak orang yang merasa senang dan puas adalah perbuatan

yang terbaik. Mengapa melestarikan lingkungan hidup, misalnya merupakan

tanggung jawab moril individu atau korporasi? Utilitarisme menjawab: karena hal itu

membawa manfaat paling besar bagi umat manusia sebagai keseluruhan. Korporasi

atau perusahaan tentu bisa meraih banyak manfaat dengan menguras kekayaan alam

melalui teknologi dan industri, hingga sumber daya alam rusak atau habis sama

sekali. Karena itu, menurut utilitarisme upaya pembangunan berkelanjutan

(sustainable development) menjadi tanggung jawab moral individu atau

perusahaan. 25

Persoalannya adalah apakah perusahaan dengan sukarela atau dengan

ikhlas menciptakan perubahan dalam lingkungan masyarakat di tempat

perusahaan itu berada. Karena pada dasarnya dunia usaha memegang teguh

adagium-bahwa tugas pokok pebisnis adalah mencari untung sebesar-besarnya.

Di sinilah pentingnya moralitas dalam kegiatan ekonomi menurut Adam

Smith dalam bukunya “Theory of Moral Sentiments”, mengungkapkan bahwa

kegiatan ekonomi yang bersinggungan dengan kepentingan masyarakat, maka

perusahaan harus dapat mengimplementasikan nilai keadilan dalam

25

(30)

kebijakan perusahaan karena negara hanya berlaku sebagai ” impartial

spectator”.26

Dalam hal mewujudkan keadilan, Adam Smith, Guru Besar dalam bidang

Filsafat moral dan sebagai ahli teori hukum dari Glasgow University pada tahun

1750,27 telah melahirkan ajaran mengenai keadilan (justice), Smith mengatakan

bahwa” tujuan keadilan adalah untuk melindungi diri dari kerugian” (the end of

justice to secure from injury).28 Prinsip keadilan adalah prinsip dari kebijaksanaan

yang masuk akal dan diberlakukan bagi suatu konsepsi kesejahteraan bersama.29

Menurut pandangan kolektivitas melihat pada sifat kolektif perusahaan yang

bertahan pada moralitas sasaran, strategi, prosedur dan pengendalian perusahaan.

Paham ini menolak melihat bagaimana seluruh organisasi ditunjang oleh manusia,

yaitu individu-individu yang mampu memutuskan bagi dirinya sendiri apakah dan

bagaimanakah mematuhi persyaratan kolektif. Sebuah perusahaan lebih dari sekedar

26

Bismar Nasution, Mengkaji Ulang Hukum Sebagai Landasan Pembangunan Ekonomi, Dalam Pidato Pengukuhan Guru Besar Tetap Dalam Ilmu Hukum Ekonomi Pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Medan 17 April 2004, hal 11, menerangkan bahwa Adam Smith sekaligus sebagai ahli teori hukum “Bapak Ekonomi Modern” telah melahirkan ajaran mengenai keadilan

(justice).Dalam Prolog dari Neil Mac Cormick ”Adam Smith On Law”, bahwa yang dimakud

“impartial Spectator” adalah bahwa peran Negara atau Pemerintah itu hanya sebatas fungsinya sebagai “penonton”

27

Ibid, hal.4-5.

28

Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, Sebagaimana dikutif dari D.W. Proh, “A. text-book of

Jurisprudence”, London: Sweet & Mazwell, 1966 hal 221, (Bandung : Citra Aditya Bakti, Cetakan

ke-V , 2000

29

(31)

akumulasi bagian-bagiannya. Organisasi kolektif selalu ada karena manusia mau dan

dapat membantu mencapai sasaran kolektif.30

Keberadaan suatu perusahaan akan selalu berinteraksi dengan masyarakat

sekitar yang kemudian menimbulkan kepentingan-kepentingan yang kadang saling

bertentangan. Dalam konteks pertentangan kepentingan masyarakat, ini akan

menimbulkan persoalan wajar tidak wajar, patut tidak patut, yang pada akhirnya

pertentangan kepentingan ini dapat melanggar hak anggota masyarakat.31

Pelanggaran-pelanggaran hak masyarakat dalam kegiatan sosial dan kegiatan

ekonomi perusahaan dapat terjadi karenanya hukum diperlukan untuk melindungi hak

masyarakat tersebut. Roscoe Pound menyatakan bahwa tugas pokok pemikiran

modern adalah “rekayasa sosial”. Untuk memudahkan dan menguatkan tugas

rekayasa sosial, Roscoe Pound menggolongkan kepentingan-kepentingan sosial,

untuk kesinambungan hukum yang berkembang melalui daftar kepentingan yang

mengalami perkembangan, sehingga tiga kepentingan harus dilindungi, yaitu,

kepentingan umum, kepentingan sosial dan kepentingan pribadi.32

Apabila kehidupan bisnis ingin berlangsung lama dan dalam jangka panjang

bisnis harus memberi jawaban kepada kebutuhan masyarakat dan memberi

masyarakat itu apa saja yang dibutuhkan. Kesadaran sosial ini adalah suatu akibat

30

Peter Pratley, Etika Bisnis (The Essence of Business Ethic), diterjemahkan oleh Gunawan Prasetio, (Yogyakarta : Penerbit Andi Bekerjasama dengan Simon & Schuster (Asia) Pte.Ltd, 2007) hal. 114

31

Bismar Nasution, Diktat Hukum Perusahaan, Program Magister Ilmu Hukum, Program Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, hal.1

32

(32)

dari suksesnya suatu masyarakat di dalam memecahkan masalah ekonomi yang besar,

yang bertitik dari kelaparan, penyakit dan kemiskinan. Untuk itu harus diberi definisi

dari suatu hubungan baru antara dunia bisnis dan masyarakat untuk membawa

kegiatan usaha lebih dekat pada keinginan sosial sehingga mencapai suatu kehidupan

yang lebih bermutu. Manfaat keterlibatan bisnis dalam masalah sosial menghasilkan

kondisi lingkungan serta memberi hal yang positif bagi pengelola bisnis.33 Adanya

konsep tanggung jawab sosial perusahaan merupakan suatu bentuk nyata perusahaan

untuk memberi kesenangan dan kebahagiaan bagi masyarakat dan juga merupakan

perbuatan etis. Hubungan masyarakat diartikan mempunyai hubungan sosial dan

bukan hubungan bisnis. Fenomena sosial tersebut menuntut perusahaan memiliki

tanggung jawab sosial atau CSR.34

CSR adalah tanggung jawab perusahaan terhadap masyarakat di luar tanggung

jawab ekonomis. Jika berbicara tanggung jawab sosial perusahaan, yang dimaksud

adalah kegiatan-kegiatan yang dilakukan perusahaan demi suatu tujuan sosial dengan

tidak memperhitungkan untung atau rugi.35

Konsep CSR sebenarnya relatif baru. Bahkan dalam teori korporasi klasik,

akar konsep CSR sulit ditemukan. Namun demikian persoalan CSR jika dicari

33

O.P.Simorangkir, Etika : Bisnis, Jabatan dan Perbankan, (Jakarta : Rineka Cipta, September 2003), hal.55

34

Apoan Simorangkir, Pengamatan Legislatif Terhadap Konsep dan Wujud Tanggung Jawab

Sosial Perusahaan di Wilayah Kabupaten Deliserdang, Disampaikan dalam rangka Focused Group

Discussion (FGD) Corporate Social Responsibility (CSR) berbasis HAM, oleh Sub komisi Ekosob Komnas HAM, tanggal 19 April 2007 di Garuda Plaza Hotel Medan, hal.1

35

(33)

akar teoritisnya, konsep CSR mendapat pijakan yang relatif kuat karena dua

perkembangan berikut ini:

Pertama, dalam realitasnya agen pemerintah tidak selamanya bisa menjalankan

kesejahteraan masyarakat secara memuaskan. Kedua, pasar terkadang gagal

mengalokasikan sumber daya secara efisien.36 Hal itu terjadi apabila, salah satu

tindakan agen pasar, ternyata menimbulkan dampak bagi kesejahteraan atau kondisi

pihak lainnya. Sayangnya, dampak ini terkadang tidak diperhatikan oleh agen yang

bersangkutan. Kegiatan ekonomi atau perusahaan seyogyanya dapat memberikan

dampak positif bagi perubahan masyarakat di lingkungan perusahaan itu sendiri.

Perubahan tersebut tentunya dilandasi oleh kemauan yang tulus yang lahir dari

dalam diri pelaku usaha/perusahaan. Hal ini tentunya bertujuan pengelolaan sumber

daya ekonomi dan sosial dalam pelaksanaanya menunjang pembangunan yang stabil

dengan syarat utama yaitu efisien dan pemerataan.37

Dalam Pengertian yang luas, CSR dipahami sebagai konsep yang lebih

“manusiawi” dimana suatu organisasi dipandang sebagai agen moral. Oleh karena

itu, dengan atau tanpa aturan hukum, sebuah organisasi bisnis, harus menjunjung

tinggi moralitas.38

Untuk itu terdapat tiga pilar penting dalam merangsang pertumbuhan CSR

yang mampu mendorong pembangunan ekonomi berkelanjutan. Yang pertama adalah

mencari bentuk CSR yang efektif untuk mencapai tujuan yang diharapkan (unsur

36

Sofyan Djalil, op.cit., hal.4.

37

Ibid

38

(34)

lokalitas), yang kedua mengkakulasi kapasitas SDM dan institusi untuk merangsang

pelaksanaan CSR (masyarakat, pembuat UU, pekerja, pelaku bisnis), dan yang ketiga

adalah peraturan dan perundangan serta kode etik dalam dunia usaha. Pada akhirnya

tiga pilar ini tidak akan mampu bekerja dengan baik tanpa dukungan sektor publik

untuk menjamin bahwa pelaksanaan CSR oleh perusahaan sejalan dan seiring dengan

strategi pengembangan dan pembangunan sektor publik.39

Dalam konteks inilah CSR berusaha bagaimana korporasi sebagai agen

ekonomi selalu patuh terhadap hukum dan peraturan, peduli terhadap persoalan sosial

di sekitarnya, peduli terhadap perlindungan lingkungan hidup, kesehatan kerja dan

sebagainya. Korporasi harus meminimalkan eksternalitas negatif yang harus

ditanggung masyarakat. Dan korporasi harus bertindak sebagai good corporate

citizenship.40

Konsep CSR di Indonesia sebenarnya bukan hal yang baru karena CSR sudah

dikenal dan dipraktekkan di Indonesia sekitar tahun 1970-an. Dalam pengertiannya

yang kelasik CSR masih dipersepsikan sebagai idiologi yang bersifat amal (charity)

dari pihak pengusaha kepada masyarakat di sekitar tempat beroperasinya perusahaan.

Disamping itu masih banyak pihak yang mengidentikkan CSR dengan Community

Development (CD). CSR tidak dapat disederhanakan hanya sebatas Community

Development (CD) karena sesungguhnya secara historis keberadaan Community

Development (CD) dan CSR sangat berbeda. Community Development (CD)

39

Dyah Pitaloka, Memperkuat CSR, Memberantas Kemiskinan, http:// www. suaramerdeka. com/ harian/0708/02/opi04.htm (diakses pada tangal 18 Januari 2008)

40

(35)

merupakan kerelaan perusahaan untuk memberikan berbentuk benefit bagi

masyarakat di sekitar lokasi perusahaan, sedangkan CSR muncul sebagai sebuah

reaksi atas tuntutan masyarakat yang didasarkan pemikiran bahwa keberadaan

perusahaan di suatu tempat akan dan niscaya mengurangi hak-hak masyarakat

setempat. CSR mensyaratkan sesuatu yang lebih dalam dari sekedar memberikan

berbagai bantuan kepada masyarakat di sekitar lokasi usaha.41

Definisi CSR secara etimoligi di Indonesia kerap diterjemahkan sebagai

tanggung jawab sosial perusahaan. Dalam konteks lain, CSR Madang juga disebut

sebagai tanggung jawab sosial korporasi atau tanggung jawab sosial dunia usa.

Namun apabila disebut salah satunya darinya, konotasinya pastilah kembali kepada

CSR. Kendati tidak mempunyai definisi tunggal, konsep ini menawarkan sebuah

kesamaan, yaitu kesinambungan antara perhatian terhadap aspek ekonomis dan

perhatian terhadap aspek sosial serta lingkungan, (konsep economic, sustainability,

environment sustainability dan social sustainability) . 42

Pandangan lebih komprehensif mengenai CSR dikemukakan oleh Carrol yang

mengemukakan teori Piramida CSR. Menurutnya, tangung jawab perusahaan dapat

dilihat berdasarkan empat jenjang (ekonomis, hukum, etis dan filantrofis) yang

merupakan satu kesatuan.43

41

Ditulis dalam Kerangka Acuan Focused Group Discussion (FGD) Corporate Social

Responsibility (CSR) berbasis HAM, dalam rangka Focused Group Discussion (FGD) oleh Sub komisi

Ekosob Komnas HAM, tanggal 19 April 2007 di Garuda Plaza Hotel Medan, hal.1-2

42

Yusuf Wibisono, op.cit., hal.8

43

(36)

Selanjutnya Weeden dan Svendsen menyatakan bahwa CSR berkembang

menjadi konsep yang mengandung gagasan tanggung jawab dunia usaha, yang

mengenal kinerja etis, ramah lingkungan, berjiwa sosial bisnis, dan mengutamakan

hubungan baik dengan semua stakeholders.44

Implementasi CSR merupakan salah satu penerapan prinsip Good Corporate

Governance (GCG) yang berkaitan dengan tanggung jawab sosial perusahaan kepada

publik.45 Intinya GCG merupakan suatu sistem, dan seperangkat peraturan yang

mengatur hubungan antara berbagai pihak yang berkepentingan. Terutama dalam arti

sempit, yakni hubungan antara pemegang saham dan dewan komisaris serta dewan

direksi demi tercapainya tujuan korporasi (perusahaan). Dan dalam arti luas, yaitu

mengatur hubungan seluruh kepentingan stakeholders agar dapat diakomodir secara

proporsional. GCG juga, dimaksudkan untuk memastikan bahwa kesalahan-kesalahan

dalam strategi korporasi yang terjadi dapat diperbaiki dengan segera.

Di Indonesia lebih dari sepuluh tahun terakhir hubungan antara perusahaan

dengan masyarakat sekitar telah dipertanyakan. Terutama dalam konteks kontribusi

dan peranannya dalam membantu penyelesaian masalah sosial masyarakat seperti

kemiskinan, keterbelakangan dan ketidakadilan. Hal ini didasari oleh sejumlah fakta

berkenaan dengan banyaknya konflik antara perusahaan dan masyarakat, baik dalam

44

Badaruddin, Corporate Social Responsibility : Tinjauan Konseptual dan Implementasi, disampaikan dalam rangka Focused Group Discussion (FGD) Corporate Social Responsibility (CSR)

berbasis HAM oleh Sub komisi Ekosob Komnas HAM, tanggal 19 April 2007 di Garuda Plaza Hotel

Medan, hal.2

45

(37)

soal hak-hak sumber daya, kesempatan kerja maupun ketimpangan sosial ekonomi.

Dalam teori realitis (teori organ) yang menganggap bahwa keberadaan suatu

perusahaan yang berbadan hukum dalam suatu tata hukum, sama saja layaknya

dengan keberadaan manusia selaku subjek hukum. Jadi badan hukum bukanlah hanya

hanyalan semata dari hukum sebagaimana diajarkan dalam teori fiksi akan tetapi

benar adanya dalam kehidupan hukum. Dalam hal ini badan hukum tersebut

bentindak lewat organ-organnya.46

Lebih jauh, Garriga dan Mele memetakan teori-teori dan konsep-konsep

mengenai CSR. Dalam kesimpulannya, Garriga dan Mele menjelaskan CSR

mempunyai fokus pada empat aspek utama, yakni mencapai tujuan untuk

mendapatkan keuntungan yang berkelanjutan, kedua menggunakan kekuatan bisnis

secara bertanggungjawab, ketiga, mengintegrasikan kebutuhan-kebutuhan sosial,

keempat, berkontribusi ke dalam masyarakat dengan melakukan hal-hal yang

beretika. secara praktis dapat dikelompokkan kedalam empat kelompok teori yang

berdimensi profit, politis, sosial, dan nilai-nilai etis. 47

Dalam pembukaan Undang-undang Dasar Republik Indonesia yang

menyatakan: “Negara melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah

darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa

serta mewujudkan keadilan sosial ….” Selanjutnya juga tercermin dalam Pasal 33

46

Munir Fuady, Doktrin-doktrin Modern dalam Corporate Law, Eksistensinya di dalam Hukum

Indonesia,, ( Bandung : Citra Aditya Bakti, 2002), hal,4.

47

(38)

ayat (3) UUD 1945, menyatakan, “ Bumi air dan kekayaan alam yang terkandung di

dalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya

kemakmuran rakyat”.

Lebih lanjut peran sosial BUMN dapat dilihat dari dimensi ganda yang melekat

padanya. Menurut hasil diskusi Kelompok Tangiier pada 1981, sebuah institusi

digambarkan sebagai BUMN jika mempunyai dua dimensi: dimensi publik (public

dimension) dan dimensi badan usaha. Dimensi publik, BUMN mengsyaratkan bukan

saja pemilikan dan pengawasan oleh publik, tetapi juga menggambarkan konsep

mengenai public purpose (bertujuan publik, masyarakat). Sementara dimensi badan

usaha bertautan dengan konsep komersial (bidang usaha).48

Sejalan dengan hal tersebut landasan hukum telah diterbitkan oleh Kementerian

BUMN yaitu : Keputusan Menteri BUMN Nomor Kep-236/MBU/ 2003 tanggal 17

Juni 2003 tentang Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil dan Pelaksanaan

Bina Lingkungan. Dana dari program kemitraan ini diambilkan dari penyisihan

1-3 persen laba bersih yang diperoleh BUMN. Kita berharap agar kebijakan tersebut

menyesuaikan dengan perkembangan ekonomi dan kondisi lingkungan sosial

masyarakat sekitar BUMN berdomisili. 49

Selanjutnya berdasarkan Lampiran Surat Edaran Menteri BUMN Nomor

SE-433/MBU/ 2003 tanggal 16 September 2003 tentang Petunjuk Pelaksanaan Program

Kemitraan BUMN dengan usaha kecil dan program bina lingkungan antara lain

48

Fajar Fajar Nussahid, op.cit., hal.8

49

(39)

diatur mengenai pembentukan Unit PKBL yang merupakan bagian dari

organisasi perusahaan secara keseluruhan. Fungsi PKBL adalah melakukan

pembinaan berupa evaluasi, penyaluran, penagihan, pelatihan, monitoring, promosi,

dan fungsi administrasi dan keuangan. Masalah koordinasi telah diatur dalam

Pasal 11 ayat (1) butir b keputusan Menteri BUMN tersebut, minimal dalam bentuk

menyampaikan daftar calon mitra binaan yang akan diberikan dana

pinjaman kepada BUMN koordinator untuk menghindari duplikasi

pinjaman.

Apabila program ini dapat di implementasikan dengan sebaik mungkin dan

dikelola secara optimal, maka keberadaan program kemitraan dapat menjangkau

pengusaha kecil (mitra binaan) secara lebih luas, sehingga multiplier effect-nya

dapat dinikmati secara nasional. Sudah saatnya perusahaan meningkatkan

kepedulian terhadap masyarakat sekitar sebagai bentuk tanggung jawab sosial

perusahaan terhadap publik, sehingga perusahaan dapat mempertahankan

sustainable company. Akhirnya semoga program CSR tersebut dapat dikelola

secara profesional dan transparan sehingga CSR benar-benar bermanfaat

bagi pemberdayaan ekonomi masyarakat disekitar lokasi perusahaan.

Yang pada akhirnya akan memberikan kemanfaatan bagi masyarakat

(40)

G. Metode Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Sesuai dengan judul penelitian yaitu Implementasi Corporate Social

Responsibility (CSR), pada masyarakat di Lingkungan PTPN IV, maka lokasi

penelitian dilakukan di Unit Kebun Dolok Ilir yang berada di Kabupaten

Simalungun. Dasar dari penelitian pada PTPN IV ini adalah bahwa PTPN VI adalah

salah satu BUMN yang merupakan salah satu elemen utama kebijakan ekonomi

strategis negara berkembang. Pemilihan lokasi ini didasarkan kepada keberadaan Unit

Kebun Dolok Ilir merupakan salah satu unit terbesar dari PTPN IV. Dekatnya jarak

dengan objek penelitian, tepatnya di Kabupaten Simalungun Propinsi Sumatera

Utara.

2. Spesifikasi Penelitian

Yang dimaksud dengan spesifikasi dalam penelitian ini adalah jenis, sifat dan

pendekatan penelitian yang digunakan. Spesifikasi penelitian ini bersifat deskriptif

analisis, yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan

(menggambarkan) secara sistematis, faktual, dan akurat terhadap populasi tertentu

atau daerah tertentu, mengenai sifat-sifat atau faktor-faktor tertentu,50

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode yuridis normatif. Metode

yuridis normatif yaitu penelitian yang dilakukan dengan mengkaji

peraturan-peraturan hukum mengenai Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR),

50

(41)

terhadap masyarakat lingkungan PTPN IV (studi pada Unit Kebun Dolok Ilir di

Kabupaten Simalungun).

Penelitian tentang Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR), pada

masyarakat dan Lingkungan PTPN IV Unit Kebun Dolok Ilir di Kabupaten

Simalungun, ini bersifat deskriptif analisis karena akan menggambarkan dan

menerangkan permasalahan hukum yang berkaitan dengan Implementasi CSR,

kemudian akan dianalisis secara cermat apa saja yang menjadi dampak atau akibat

yang timbul dari implementasi CSR terhadap masyarakat dan lingkungan pada PTPN

IV Unit Kebun Dolok Ilir di Kabupaten Simalungun.

Menurut Hillway dalam bukunya introduction to Research, penelitian tidak lain

dari suatu metode studi yang dilakukan seseorang melalui penyelidikan yang hati-hati

dan sempurna terhadap suatu masalah, sehingga diperoleh pemecahan yang tepat

terhadap masalah tersebut.51

3. Sumber Data

Sumber Utama diperoleh dari data sekunder berupa bahan hukum primer, bahan

hukum sekunder dan bahan hukum tertier.

1. Bahan hukum primer, terdiri dari : Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang

BUMN, Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007, tentang Perseroan Terbatas dan

Keputusan Menteri BUMN Nomor: Kep.236/MBU/2003, tentang Program

Kemitraan dan Bina Lingkungan.

51

(42)

2. Bahan hukum sekunder, seperti: hasil-hasil penelitian, laporan-laporan, artikel,

hasil seminar atau pertemuan ilmiah lainnya yang relevan dengan penelitian ini.

3. Bahan hukum tersier atau bahan hukum penunjang yang mencakup bahan yang

memberi petunjuk mapun penjelasan terhadap hukum primer dan sekunder,

seperti kamus umum, kamus hukum, majalah dan jurnal ilmiah, serta

bahan-bahan primer, sekunder dan tersier penunjang di luar bidang hukum, misalnya

yang berasal dari bidang ekonomi, filsafat dan lainnya yang dipergunakan untuk

melengkapi atau menunjang data penelitian.

Data yang diperoleh dari penelitian kepustakaan selanjutnya dipilih guna

memperoleh pasal-pasal, teori-teori yang berisi tentang uraian-uraian tentang

kaedah-kaedah hukum yang mengatur masalah CSR BUMN dalam Program Kemitraan dan

Bina Lingkungan, selanjutnya disistematiskan sehingga menghasilkan klasifikasi

yang selaras dengan permasalahan yang ditelaah dalam tesis ini.

Sebagai data penunjang dalam penelitian ini juga didukung dengan penelitian

lapangan field research untuk mendapatkan data primer guna akurasi terhadap hasil

yang dipaparkan, yang dapat berupa pendapat dari informan, laporan-laporan

perusahaan, dan lain-lain yang relevan dengan objek telaah penelitian ini.52

Selain itu peneliti juga melakukan observasi langsung, ke lokasi tempat

dilaksanakannya CSR di PTPN IV Unit kebun Dolok Ilir.

52

(43)

Dalam penelitian ini nantinya mungkin saja akan bersinggungan dengan disiplin

ilmu lainnya, namun penelitian ini tetap merupakan penelitian hukum, karena

persfektif disiplin lainnya hanya merupakan ilmu pembantu.

4. Alat Pengumpulan data

Adapun alat yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini

adalah dengan menggunakan studi dokumen, dan wawancara. Kegiatan wawancara

dilakukan terhadap narasumber atau informan untuk mengetahui lebih mendalam dan

rinci tentang hal-hal yang tidak mungkin dijelaskan. Sehingga dengan adanya

wawancara diharapkan dapat memperoleh data yang lebih luas dan akurat tentang

masalah yang diteliti.

5. Analisis Data

Setelah data sekunder diperoleh, maka dilakukan pengeditan data, sehingga

keakuratan data dapat diperiksa dan bila ada kesalahan dapat diperbaiki dengan jalan

menjajaki kembali sumber datanya yang didukung oleh data primer dari beberapa

informan.

Setelah proses pengeditan data selesai dilaksanakan, maka proses selanjutnya

pengolahan data baik primer maupun sekunder dianalisis dengan mempergunakan

metode induktif melalui pendekatan kualitatif dengan mempelajari seluruh jawaban

yang ada dalam penelitian ini .

(44)

BAB II

PENGATURAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) DI LINGKUNGAN BUMN

A. Corporate Social Responsibility dan Etika Bisnis

Perusahaan mempunyai arti yang sangat penting bagi pemerintah sebab

perusahaan betapapun kecilnya adalah merupakan bagian kekuatan ekonomi yang

menghasilkan barang atau jasa untuk mememenuhi kebutuhan masyarakat dan

merupakan salah satu sumber dan sarana yang efektif untuk menjalankan

kebijaksanaan pembagian pendapatan nasional. Oleh karena itu pemerintah

mempunyai kepentingan dan ikut bertanggung jawab atas kelangsungan dan

keberhasilan setiap perusahaan.53

Tanggung jawab sosial perusahaan terdiri atas empat dimensi tanggung jawab

yaitu, ekonomi, hukum, etika dan philanthropis. Dari persfektif ekonomi, semua

perusahaan harus bertanggung jawab kepada shareholder, karyawan dan masyarakat

sekelilingnya dalam hal pendapatan karyawan dan tersedianya pekerjaan. Tanggung

jawab hukum adalah perusahaan harus tunduk dan mematuhi peraturan yang berlaku.

Kedua tanggung jawab disebutkan di atas merupakan tanggung jawab etika dan

kegiatan philantrophis. 54

Tanggung jawab etika merupakan perbuatan yang diterima publik, peraturan

pemerintah, competitor, kelompok-kelompok masyarakat, maupun oleh perusahaan

53

Sendjun H.Manullang, Pokok-Pokok Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia, (Jakarta : Rineika Cipta, 2001), hal. 139

54

(45)

itu sendiri. Etika bisnis mempunyai pengaruh yang lebih luas daripada peraturan

formal. Melanggar etika merupakan masalah etika akan menghancurkan

kepercayaan. Perusahaan yang melakukan empat tingkat piramida tanggung jawab

sosial akan tenang dalam berbisnis melalui komitmen karyawan, pelanggan loyal,

profit yang memadai, dan didukung oleh masyarakat dan negaranya, serta

mempunyai budaya perusahaan.

CSR dalam pengertian terbatas dipahami sebagai upaya untuk tunduk dan

memenuhi hukum dan aturan main yang ada. Perusahaan tidak bertanggungjawab

untuk memahami ”apa yang ada”, (konteks) di sekitar aturan tersebut, karena

perusahaan mungkin saja mengeinterpretasikan secara kreatif aturan-aturan hukum

untuk kepentingan mereka, terutama ketika aturan tersebut tidak cukup spesifik

mengatur apa yang legal dan tidak legal, atau prilaku apa yang diperbolehkan untuk

mengantisipasi hal itu. Oleh karena itu, menurut pengusung konsep terbatas ini hanya

satu dan hanya satu tanggungjawab sosial bisnis, yaitu menggunakan seluruh

sumberdayanya untuk aktivitas yang mengabdi pada akumulasi laba.55 Perusahaan

dalam pandangan Friedman adalah alat dari para pemegang saham (pemilik

perusahaan). Maka apabila perusahaan akan memberikan sumbangan sosial, hal ini

akan dilakukan oleh individu pemilik, atau lebih luas lagi, individu para pekerjanya,

bukan oleh perusahaan itu sendiri.56

55

Friedman, dalam Jones Gareth R, Organizational Theory, ( New Jersey, USA: Prentice-Hall,Inc, 2001) hal. 151

56

Friedman dalam Michael E Porter dan Mark R Kramer, The Competitive Advantage of

(46)

CSR dalam pengertian yang luas dipahami sebagai konsep yang lebih

manusiawi dimana suatu organisasi dipandang sebagai agen moral. Oleh karena itu,

dengan atau tanpa aturan hukum, sebuah organisasi bisnis, harus menjunjung tinggi

moralitas. Dengan demikian, kendati tidak ada aturan hukum atau etika masyarakat

yang mengatur, tanggung jawab sosial dapat dilakukan dalam berbagai situasi

dengan mempertimbangkan hasil terbaik atau yang paling sedikit merugikan

stakeholder-nya. 57

Berdasarkan pandangan ini, sebuah organisasi bisnis dapat memutuskan

tindakan atau prilaku mana yang paling etis dalam situasi tertentu dengan

menerapkan prinsip-prinsip moral. Salah satunya adalah penerapan prinsip “ golden

rule” yang mengajarkan seseorang atau satu pihak agar memperlakukan orang lain

sama seperti mereka ingin diperlakukan. Para penganut konsep ini juga percaya

bahwa “the right action produces a greatest benefit for the most people”.58 Artinya,

tindakan tepat yang dilakukan oleh suatu perusahaan berdasarkan prinsip moral

dengan sendirinya akan memberikan manfaat terbesar bagi masyarakat.

Pandangan lebih komprehensip mengenai CSR, dikemukakan oleh Caroll yang

mengemukakan teori piramida Corporate Social Responsibility. Menurutnya,

Tanggung jawab sosial perusahaan dapat dilihat berdasarkan empat jenjang

(ekonomis, hukum etis dan fhilantropis) yang merupakan satu kesatuan.. Untuk

memenuhi tanggung jawab ekonomis perusahaan harus menghasilkan laba sebagai

57

Fajar Nussahid, op.cit., hal.5

58

(47)

fondasi untuk dapat mempertahankan eksistensinya dan berkembang. Tanggung

jawab ekonomis ini merupakan hasrat paling natural dan primitif dari perusahaan

sebagai organisasi bisnis untuk mendapatkan keuntungan. Namun demikian dalam

mencapai tujuan mencapai laba sebuah perusahaan juga bertanggungjawab secara

hukum dengan mentaati ketentuan hukum yang berlaku.59

Upaya melanggar hukum demi memperoleh laba harus ditentang sehingga

perusahaan tidak menggunakan atau menghalalkan segala cara. Perusahaan juga

harus bertanggungjawab secara etis. Ini berarti sebuah perusahaan berkewajiban

mempraktekkan hal-hal yang baik dan benar sesuai dengan nilai-nilai etis. Oleh

karena itu, nilai-nilai dan norma-norma masyarakat, harus menjadi rujukan bagi

perusahaan dalam menjalankan kegiatan bisnisnya sehari-hari. Lebih dari itu,

perusahaan juga mempunyai tanggung jawab philantropis yang mensyaratkan agar

perusahaan memberikan kontribusi kepada masyarakat, agar kualitas hidup

masyarakat meningkat sejalan dengan operasi bisnis sebuah perusahaan.60

Steiner mengemukakan tiga alasan penting mengapa kalangan bisnis perlu

merespon dan mengembangkan isu tanggung jawab sosial sejalan dengan operasi

usahanya. Yang pertama, perusahaan adalah ”makhluk” masyarakat dan oleh

karenanya harus merespon permintaan masyarakat. Ketika harapan masyarakat

terhadap fungsi perusahaan berubah, maka perusahaan juga harus melakukan aksi

yang sama. Perusahaan menyadari bahwa mereka beroperasi dalam suatu tatanan

59

Fajar Nursahid, loc.cit., hal 7

60

(48)

ekonomi, politik budaya dan teknologi yang ”memaksa”. Secara instingtif,

perusahaan akan melakukan aksi konformitas terhadap terjadinya

perubahan-perubahan atas ekspektasi masyarakat tersebut.

Kedua, kepentingan bisnis dalam jangka panjang ditopang oleh semangat

tanggung jawab sosial itu sendiri. Hal ini disebabkan karena bisnis dan masyarakat

memiliki hubungan yang bersifat simbiotik. Dalam jangka panjang, kelangsungan

hidup perusahaan tergantung pada upayanya untuk bertanggung jawab terhadap

masyarakat sebagai bagian dari aktivitas bisnisnya. Sebaliknya, kesejahteraan

masyarakat tergantung pula terhadap keuntungan yang dihasilkan dan tanggung

jawab bisnis perusahaan.

Ketiga, kegiatan tanggung jawab sosial merupakan salah satu cara untuk

mengurangi atau menghindari kritik masyarakat, dan pada akhirnya akan sampai

kepada upaya mempengaruhi peraturan pemerintah. Jika sebuah perusahaan

menghindari peraturan pemerintah dengan cara merespon suatu tuntutan sosial (social

demands), sama halnya diyakini bahwa adanya peraturan-peraturan pemerintah secara

umum membuat biaya-biaya lebih mahal dan menekan fleksibilitas perusahaan dalam

beroperasi.61

CSR adalah bagian dari corporate ethics. Di dalam konsep corporate ethics

salah satu aspek yang penting adalah menegakkan etika bisnis di lingkungan bisnis

(business environment). Pengembangan etika bisnis dengan lingkungan tersebut

61

(49)

sangat penting dalam kerangka menegakkan kelangsungan bisnis itu sendiri.62 Sebab

tidak mungkin sebuah korporasi tidak berinteraksi dalam jangka panjang, dengan

lingkungan usahanya.

B. Hubungan CSR dan Good Corporate Governance

Bagi banyak pelaku dunia usaha negara berkembang, seperti Indonesia, konsep

good corporate governance merupakan sesuatu yang baru. Konsep good corporate

governance muncul di era kini, yang sebelumnya mungkin belum pernah di dengar

istilah tersebut. Hal ini tentunya disebabkan oleh dominasi investor institusional,

maka terjadi pergeseran pengendalian perusahaan publik dari pemilik menuju ke

tangan profesional fund manajer.63 Dari sudut pandang isu global berarti bahwa

masalah good corporate governance sudah menjadi suatu kebutuhan jika suatu

negara atau perushaan ingin masuk dalam bisnis internasional. Seorang investor akan

mau membeli saham dengan harga tinggi, dengan salah satu indikatornya yaitu

apakah perusahaan menerapkan prinsip good corporate governance secara baik

atau tidak. Dengan demikian prinsip ini sekarang menjadi sesuatu yang sangat

penting bagi keberhasilan pengelolaan perusahaan.64

Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI) mendefiniskan

Corporate Governance sebagai berikut:

62

AB Susanto, Mengembangkan Corporate Social Responsibility di Indonesia, Jurnal Reformasi Ekonomi Vo.4, No.1 Januari Desember 2003, hal. 9

63

Emmy Yuhassanie, Conflict of Interst dalam Praktik Perusahaan dan Profesional, (Jakarta : Pelika 18, 2002) hal.11

64

Nindyo Pramono, Dalam Makalah Independesi Direksi dan Komisaris dalam Rangka

Gambar

Gambar 1. Struktur Organisasi PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) Kebun Dolok Ilir

Referensi

Dokumen terkait

Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) adalah salah satu bentuk implementasi CSR yang dilakukan oleh Perum Peruri sebagai salah satu perusahaan Badan Usaha

Penerapan program CSR-nya yaitu Program Kemitraan dan Bina Lingkungan dengan memperhatikan bukan hanya Profit, namun juga peduli akan komunitas dan masyarakat lokal di

Menurut Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor: PER- 05/MBU/2007 tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara dengan Usaha Kecil dan Program

Lalu dilakukan penyebaran kuesioner kepada masyarakat yang terikat kerjasama dalam program kemitraan dan merasakan langsung program bina lingkungan di desanya yang

Undang-Undang Badan Usaha Milik Negara Nomor 19 Tahun 2003 berisi tentang kewajiban bagi Perusahaan BUMN untuk memperhatikan persoalan sosial melaui Program Kemitraan dan Bina