PERUM PERCETAKAN UANG REPUBLIK INDONESIA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
FIQIH FAUZI
NIM: 1111054100026
PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
Dengan ini menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya sendiri yang diajukan untuk
memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 (S1) Jurusan
Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini, telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari saya terbukti bahwa dalam penulisan skripsi ini
bukan hasil karya saya sendiri atau merupakan hasil jiplakan dari karya
orang lain (plagiat), maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 25 Agustus 2015
i FIQIH FAUZI
Implementasi Corporate Social Responsibility Pada Program Kemitraan dan Bina Lingkungan Perum Percetakan Uang Republik Indonesia.
Corporate Social Responsibility (CSR) adalah salah satu bentuk dari
tanggung jawab sosial perusahaan terhadap para stakeholders-nya, terutama
komunitas atau masyarakat baik itu disekitar wilayah operasional perusahaan maupun diluar perusahaan. Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) adalah salah satu bentuk implementasi CSR yang dilakukan oleh Perum Peruri sebagai salah satu perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Program Kemitraan adalah program guna meningkatkan kemampuan kegiatan usaha kecil untuk menjadi tangguh dan mandiri melalui pemanfaatan dana dari laba perusahaan, sementara Program Bina Lingkungan adalah program pemberdayaan kondisi sosial masyarakat di wilayah usaha melalui pemanfaatan dana dari laba perusahaan. Program PKBL Perum Peruri ini dilaksanakan atas dasar Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor: PER-05/MBU/2007 tanggal 27 April 2007 dengan besaran anggaran yang dikeluarkan untuk PKBL ini adalah masing-masing 2%.
Penelitian ini menggunakan metodologi penelitian kualitatif dengan analisis deskriptif dengan teknik pengumpulan data melalui wawancara, observasi, dan studi dokumentasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pelaksanaan CSR pada Program Kemitraan dan Bina Lingkungan yang telah dilaksanakan oleh Perum Peruri. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui pola dan tahapan pelaksanaan CSR pada Program Kemitraan dan
Bina Lingkungan. Menurut John Elkingston’s terdapat tiga aspek jika perusahaan
ingin menerapkan pembangunan berkelanjutan atau dikenal dengan istilah Triple
P (3P), yaitu profit, people, dan planet. Menurut Zaim Saidi dan Hamid Abidin terdapat empat pola penerapan CSR di Indonesia, yaitu keterlibatan langsung, melalui yayasan atau organisasi sosial perusahaan, bermitra dengan pihak lain, dan mendukung atau bergabung dalam suatu konsorsium.
ii
Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah
SWT, atas rahmat dan karunia-Nya lah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna karena
keterbatasan akan kemampuan penulis, baik dari materi, penulisan, maupun
sistematika pembahasannya. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang
membangun guna perbaikan skripsi ini lebih lanjut, penulis akan menerima
dengan senang hati.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak menerima bantuan dari
berbagai pihak, baik berupa bimbingan, saran, data, maupun dukungan moril.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Dr. Arief Subhan, MA. Selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Lisma Dyawati Fuaida, M.Si. Selaku Ketua Program Studi
Kesejahteraan Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Ibu Hj. Nunung
Khairiyah, MA. Selaku Sekretaris Program Studi Kesejahteraan Sosial.
3. Bapak Amirudin, M.Si. Selaku Dosen Pembimbing Akademik Penulis.
4. Bapak Dr. Tantan Hermansah, M.Si. Selaku Dosen Pembimbing yang
telah membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Dosen–Dosen Program Studi Kesejahteraan Sosial UIN Syarif
iii
6. Perpustakaan Fidkom dan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Bagian Tata Usaha Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.
8. Kedua Orang tua tercinta, yaitu Ayahanda Maulana Hasanudin dan Ibunda
Iim Yuningsih yang telah membesarkan dan mencurahkan kasih
sayangnya kepada penulis, sehingga atas doa, dorongan semangat,
dukungan moril maupun materil penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
9. Saudara–Saudara saya semua, terutama untuk Kakak dan Adik saya yang
telah memberikan semangat kepada penulis.
10.Pihak Perum Percetakan Uang Republik Indonesia (Peruri), khususnya
Bapak FX Sugiyanto, Bapak Djehan, Bapak Tupar, Mba Anti, Mba Nana
serta seluruh pegawai yang ada di Perum Peruri khususnya yang bekerja di
PKBL Perum Peruri.
11.Teman–Teman Kessos Angkatan 2011, setelah lulus nanti penulis pasti
akan merindukan teman–teman dan suasana kelas yang selalu asik.
12.Teman–Teman HMJ Kesejahteraan Sosial UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta Periode 2013–2014 yang telah berproses dalam organisasi
bersama–sama.
13.Teman–Teman di lingkungan rumah Hosbah yang telah memberikan
semangat kepada penulis.
Jakarta, 25 Agustus 2015
v
vi
2. Pola dan Tahapan Pelaksanaan Program Bina Lingkungan (BL).. 87
3. Analisis Pola dan Tahapan Pelaksanaan PKBL……….. 88
4. Analisis Hubungan CSR Dengan Ilmu Kessos………... 94
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan……… 98
B. Saran………... 100
DAFTAR PUSTAKA………. 102
vii
Tabel 4.1 Jumlah Anggaran dan Realisasi Penyaluran Dana PKBL……… 65
viii
Gambar 2.1 Triple Bottom Line………... 27
Gambar 2.2 Pergeseran Paradigma Pembangunan………... 29
Gambar 3.1 Macam–Macam Produksi Perusahaan………... 48
Gambar 3.2 Logo Perusahaan………... 53
Gambar 3.3 Struktur Organisasi Perum Peruri………... 57
Gambar 3.4 Struktur Organisasi PKBL Perum Peruri………. 58
ix Lampiran 1. Observasi Ke Penerima PKBL
Lampiran 2. Transkip Wawancara Dengan Kepala PKBL
Lampiran 3. Transkip Wawancara Dengan Litbang PKBL
Lampiran 4. Transkip Wawancara Dengan Penerima Manfaat Program
Kemitraan (PK)
Lampiran 5. Transkip Wawancara Dengan Penerima Manfaat Program Bina Lingkungan (BL)
Lampiran 6. Dokumentasi (Foto–Foto) Penelitian
Lampiran 7. Surat Persetujuan Dosen Pembimbing Akademik
Lampiran 8. Surat Keterangan Izin Penelitian Skripsi
Lampiran 9. Surat Keterangan Dosen Pembimbing Skripsi
Lampiran 10. Surat Keputusan Penelitian di Perum Peruri
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Corporate Social Responsibility (CSR) saat ini sudah tidak asing lagi
dikalangan masyarakat umum, sebagai respon perusahaan terhadap
lingkungan masyarakat. CSR berkaitan dengan tanggung jawab sosial,
kesejahteraan sosial dan pengelolaan kualitas hidup masyarakat. Industri
dan korporasi dalam hal ini berperan untuk mendorong perekonomian yang
sehat dengan mempertimbangkan faktor lingkungan hidup. Melalui CSR,
perusahaan tidak semata memprioritaskan tujuannya pada memperoleh laba
setinggi-tingginya, melainkan meliputi aspek keuangan, sosial, dan aspek
lingkungan lainnya.
CSR dapat didefinisikan sebagai tanggung jawab moral suatu
perusahaan terhadap para stakeholders-nya, terutama komunitas atau
masyarakat disekitar wilayah kerja dan pengoperasian perusahaan.
Corporate Social Responsibility (CSR) dipandang sebagai suatu keharusan
untuk membangun citra yang baik dan terpercaya bagi perusahaan. Praktik
CSR yang berkelanjutan sebagai Investasi Sosial (Social Investment) yang
berbuah pada lancarnya operasional perusahaan.1
Definisi Corporate Social Responsibility (CSR) adalah suatu tindakan
atau konsep yang dilakukan oleh perusahaan (sesuai kemampuan
1
Achmad Zaky, “Program CSR PT. Bank Mandiri, Tbk Dalam Menumbuhkan Minat
perusahaan tersebut) sebagai bentuk tanggung jawab mereka terhadap
sosial/lingkungan sekitar tempat perusahaan itu berada. Contoh bentuk
tanggung jawab itu bermacam-macam, mulai dari melakukan kegiatan yang
dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan perbaikan lingkungan,
pemberian beasiswa untuk anak tidak mampu, pemberian dana untuk
pemeliharaan fasilitas umum, sumbangan untuk desa/fasilitas masyarakat
yang bersifat sosial dan berguna untuk masyarakat banyak, khususnya
masyarakat yang berada disekitar perusahaan tersebut berada.2
Secara umum, Corporate Social Responsibility merupakan
peningkatan kualitas kehidupan yang sangat bermanfaat yang dilakukan
oleh sebuah perusahaan. Adanya kemampuan manusia sebagai individu
anggota masyarakat untuk menanggapi keadaan sosial yang ada dan dapat
dinikmati, memanfaatkan serta memelihara lingkungan hidup. Atau dengan
kata lain merupakan cara perusahaan mengatur proses usaha untuk
memproduksi dampak positif pada komunitas.
Dalam konteks pembangunan saat ini, perusahaan tidak lagi
dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak pada aspek keuntungan
secara ekonomis semata, yaitu nilai perusahaan yang direfleksikan dalam
kondisi keuangan, namun juga harus memperhatikan aspek sosial dan
lingkungannya. Perusahaan bukan lagi sekedar kegiatan ekonomi untuk
menciptakan profit demi kelangsungan usahanya, melainkan juga
bertanggung jawab terhadap aspek sosial dan lingkungannya.
2
Inisiatif penyelenggara CSR di Indonesia pun berhubungan dengan
perubahan politik ekonomi pasca Orde Baru. Keran demokratisasi yang
makin terbuka sejak zaman pemerintahan Presiden B.J. Habibie, khususnya
berkenaan dengan kebijakan desentralisasi yang menghasilkan
undang-undang otonomi daerah, makin mengharuskan perusahaan
mendudukan diri benar-benar sebagai tetangga yang baik terhadap daerah
dimana operasinya berlangsung. Bagi sebagian besar perusahaan, dinamika
politik lokal sebagai implikasi kebijakan desentralisasi menghasilkan
instabilitas bisnis. Kondisi ini berakibat pada perusahaan harus lebih
banyak mencurahkan sumber dayanya diluar pajak yang rutin dibayarkan.3
Perkembangan paling mutakhir dari CSR di Indonesia adalah
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas (Pasal 74 Bab V mengenai Tanggung Jawab Sosial dan
Lingkungan) ialah disebutkan bahwa Perseroan yang menjalankan kegiatan
usahanya dibidang atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib
melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan. 4 Hal ini
menjelaskan bahwa perusahaan-perusahaan yang menjalankan kegiatan
usahanya harus melaksanakan kegiatan CSR (Corporate Social
Responsibility) atau tanggung jawab sosial perusahaan sebagaimana diatur
dalam undang-undang. Dan pasal tersebut telah menjadikan Indonesia
sebagai negara yang pertama kali mewajibkan CSR di dunia ini.
3
Maria R. Nindita Radyati, CSR untuk Pemberdayaan Ekonomi Lokal, (Jakarta: Indonesia
Business Links, 2008), edisi I, h. xxii-xxiii.
4
Secara garis besar, ada beberapa lingkup dalam aktivitas yang
mendasari kegiatan CSR. Pertama ialah lingkungan hidup (environment),
meliputi: pencegahan semua bentuk polusi, pemanfaatan limbah, daur ulang,
pelestarian lingkungan hidup, pencegahan pemanasan global, dan lain-lain.
Kedua ialah efisiensi energi (energy efficiency), meliputi: penggunaan
energi alternatif, penghematan energi disemua bidang, atau menyuarakan
kesadaran atas krisis energi. Ketiga ialah sumber daya manusia (human
resources) ditujukan terutama untuk karyawan perusahaan atas haknya,
seperti: pelatihan, gaji yang mencukupi, lingkungan kerja yang sehat dan
aman, jaminan kesehatan atau tunjangan lain, serta hubungan yang
harmonis antara karyawan disemua jenjang manajemen. Keempat ialah
pengembangan masyarakat (community development), yaitu aspek ini yang
seringkali menjadi perhatian utama perusahaan sebagai bentuk pelayanan
masyarakat baik dibidang pendidikan, kesehatan, ekonomi, maupun donasi.
Namun sayangnya kurang dibarengi dengan pendidikan moral sehingga
kemandirian masyarakat kurang terbentuk dengan baik. Kelima ialah
kelangsungan hidup (sustainability), menjadi isu yang sangat penting
karena mencakup pengertian yang luas dan dalam. Perusahaan harus
menunjukkan perhatian dan cara dalam menjaga nilai ekonomi dan
sosialnya dalam berusaha memenuhi kepentingan stakeholders-nya.5
Paradigma agar perusahaan menerapkan CSR semakin lengkap
berdasarkan hasil survei yang dilakukan Suprapto dan Siti Adiprigadi
Adiwoso pada tahun 2005 terhadap 375 perusahaan di Jakarta. Hasil survei
5 Unsoed “Tanggung Jawab Sosial Perusahaan,” artikel diakses pada 2 Oktober 2014 dari
menunjukkan bahwa 166 (44,27%) perusahaan menyatakan tidak
melakukan kegiatan CSR dan 209 (55,75%) perusahaan melakukan
kegiatan CSR. Sedangkan bentuk CSR yang dilakukan adalah, pertama;
kegiatan kekeluargaan (116 perusahaan), kedua; sumbangan pada lembaga
agama (50 perusahaan), ketiga; sumbangan pada yayasan sosial (39
perusahaan), keempat; pengembangan komunitas (4 perusahaan). Survei ini
juga mengungkapkan bahwa CSR yang dilakukan oleh perusahaan amat
tergantung kepada keinginan dari pihak manajemen perusahaan. Sedangkan
hasil survei Kompas tentang penerapan penerapan CSR tahun 2007
menunjukkan bahwa kegiatan CSR hanya dilakukan kurang lebih 30% dari
keseluruhan perusahaan yang beroperasi di Indonesia, dan kegiatannya
sendiri lebih terfokus pada kedermawanan (philanthropy) dan kemurahan
hati (charity) dalam rangka membantu korban bencana alam.6 Sementara,
hasil penelitian Public Interest Research and Advocacy Center (PIRAC)
mencatat ada 1.856 kegiatan filantropi selama tahun 2013 yang dilakukan
oleh 455 peruahaan. Nilai yang disalurkan perusahaan pada kegiatan
filantropi tersebut mencapai Rp. 8,6 Triliun atau sekitar 718 Miliyar setiap
bulannya. Sebagian besar kegiatan CSR adalah berupa pendidikan dan riset,
diikuti dengan kegiatan di bidang kesehatan, pelayanan sosial, penanganan
bencana, lingkungan, ekonomi dan seterusnya.7
Dalam implementasi program CSR, Perum Peruri yang dalam hal ini
sebagai salah satu Perusahaan Umum Percetakan Uang Republik Indonesia
6
Ibid., h. 6-7.
7 PIRAC, “Trend Filantropi Perusahaan di Indonesia: Potensi & Tantangan
dibawah naungan Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
melalui Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor:
PER-05/MBU/2007 Tanggal 27 April 2007 yaitu melaksanakan tugas dan
tanggung jawab sosial perusahaan berupa Program Kemitraan dan Bina
Lingkungan (PKBL).8 Program PKBL ini merupakan salah satu bentuk
implementasi program CSR yang dilakukan oleh Perum Peruri.
Program Kemitraan dan Bina Lingkungan adalah suatu program yang
bertujuan untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi
tangguh dan mandiri melalui pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN,
dapat membantu percepatan pertumbuhan ekonomi nasional dengan cara
mendorong dan mengembangkan pelaku ekonomi tingkat kecil dan
menengah yang tangguh dan terciptanya kemitraan antara pengusaha kecil
dan BUMN (Program Kemitraan).9 Sementara, Program pemberdayaan
kondisi sosial masyarakat melalui pemanfaatan dana dari bagian laba
BUMN (Program Bina Lingkungan).
Perum Peruri merupakan salah satu perusahaan umum yang bergerak
pada bidang percetakan uang negara (uang kertas, uang logam, dan kertas
berharga non uang) yang telah lama berdiri dan tumbuh besar hingga saat
ini. Beberapa prestasi dan penghargaan yang pernah diraih oleh Perum
Peruri salah satunya ialah pada tanggal 10 Desember 2014 yang lalu meraih
penghargaan sebagai perusahaan BUMN terbaik Bidang Non Keuangan
Sektor Industri Kertas, Percetakan dan Penerbitan, serta Nominasi Top
8
Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor: PER-05/MBU/2007 Tanggal 27 April 2007
9
BUMN Non Listed 2014 dari Majalah Investor.10 Serta salah satu program
PKBL yang dijalankan oleh Perum Peruri pernah meraih penghargaan oleh
MURI (Museum Rekor Indonesia). Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian skripsi di Perum Percetakan Uang Republik
Indonesia (Peruri) dengan judul “Implementasi Corporate Social
Responsibility Pada Program Kemitraan dan Bina Lingkungan Perum
Percetakan Uang Republik Indonesia”.
10
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah
Dalam kegiatan penelitian ini peneliti memfokuskan penelitian pada
Program Kemitraan dan Bina Lingkungan sebagai bentuk Implementasi
Corporate Social Responsibility Perum Percetakan Uang Republik
Indonesia (Peruri) Tahun 2014.
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah tersebut, dapat dirumuskan masalah
penelitian sebagai berikut:
a. Bagaimana gambaran pelaksanaan Program Kemitraan dan Bina
Lingkungan sebagai bentuk implementasi program CSR Perum
Percetakan Uang Republik Indonesia?
b. Bagaimana pola dan tahapan pelaksanaan CSR pada Program
Kemitraan dan Bina Lingkungan Perum Percetakan Uang Republik
Indonesia?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui gambaran pelaksanaan Program Kemitraan dan
Bina Lingkungan sebagai bentuk implementasi CSR Perum
Percetakan Uang Republik Indonesia.
b. Untuk mengetahui pola dan tahapan pelaksanaan CSR pada
Perum Percetakan Uang Republik Indonesia.
2.Manfaat Penelitian 1. Segi Akademis
a. Penelitian ini dapat memberikan referensi bagi peneliti
selanjutnya yang akan melakukan pengembangan penelitian
serupa.
b. Penelitian ini dapat menambah wawasan bagi peneliti, berkaitan
dengan konsep dan metodologi penelitian.
c. Penelitian ini dapat memberikan gambaran mengenai Program
Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) yang dijalankan oleh
Perum Percetakan Uang Republik Indonesia (Peruri).
d. Diharapkan penelitian ini mampu memberikan kontribusi bagi
perguruan tinggi untuk menjadi rujukan bagi Mahasiswa yang
konsen pada studi ilmu sosial khususnya mengenai Corporate
Social Responsibility (CSR).
2. Segi Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan
pembaca tentang Program Kemitraan dan Bina Lingkungan di Perum
Percetakan Uang Republik Indonesia (Peruri).
D. Tinjauan Pustaka
Dalam Penulisan skripsi ini, peneliti melakukan tinjauan pustaka
Sosial Perusahaan Pada Program Kemitraan Dan Bina Lingkungan (PKBL)
PT. Asuransi Jasa Indonesia (JASINDO) Jakarta” oleh Sandra Ratunasari
tahun 2013. Hasil penelitian tersebut adalah PT. JASINDO berhasil
mendapatkan penghargaan yaitu meraih sertifikasi A.M. Best Company
dengan predikat Best’s Financial Strength Rating of B++ (Good) tahun
2012.
Selain itu, tinjauan pustaka lain yang peneliti gunakan adalah skripsi
yang berjudul “Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR)
Melalui Program Pusat Pelatihan Dan Pemberdayaan Masyarakat PT.
Indocement Tunggal Prakarsa Tbk Di Kabupaten Bogor” oleh Noviyani
Muslikhah tahun 2014.
Skripsi diatas menjadi dasar penelitian yang dilakukan oleh peneliti
dalam menyusun skripsi ini. Namun, dibuat beberapa perubahan dan
penambahan bagian. Salah satunya dengan mengganti lokasi/tempat
penelitian, merubah pertanyaan penelitian, menambahkan berbagai macam
teori, serta merubah rumusan masalah. Perubahan ini dilakukan untuk
mengembangkan penelitian dan menjadi tolak ukur untuk membedakan
skripsi ini dengan penelitian sebelumnya.
E. Metode Penelitian 1. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan analisis
deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui gambaran Program Kemitraan
serta memahami pola pelaksanaan Program Kemitraan dan Bina
Lingkungan (PKBL) di Perum Percetakan Uang Republik Indonesia
(Peruri).
2.Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di PKBL Perum Percetakan Uang Republik
Indonesia (Peruri) yang lokasinya berada di Jalan Trunojoyo No. 8 B Blok
K-V, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan 12160.
a. Alasan pemilihan lokasi penelitian tersebut didasari oleh
pertimbangan: Perum Percetakan Uang Republik Indonesia
(Peruri) merupakan satu-satunya Perusahaan Badan Usaha Milik
Negara (BUMN) yang dipercaya oleh Pemerintah Republik
Indonesia untuk mencetak berbagai macam uang rupiah,
diantaranya ialah uang kertas, uang logam, kertas berharga non
uang (sertifikat tanah, materai, pita cukai, pasport, ijasah).
b. Perum Percetakan Uang Republik Indonesia (Peruri) merupakan
salah satu perusahaan besar milik Negara yang meraih berbagai
macam penghargaan, salah satunya ialah Perum Peruri pada
tanggal 10 Desember 2014 yang lalu, menerima penghargaan
sebagai perusahaan BUMN terbaik 2014 Bidang Non Keuangan
Sektor Industri Kertas, Percetakan dan Penerbitan, serta
Nominasi Top BUMN Non Listed 2014 dari Majalah Investor
dalam acara “Awards Dinner & Presentation”.
pernah mendapatkan penghargaan dari MURI (Museum Rekor
Indonesia).
d. Waktu penelitian dimulai dari bulan Juni 2015 sampai Agustus
2015.
3.Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan melakukan:
a. Wawancara
Wawancara adalah suatu percakapan yang diarahkan pada suatu
masalah tertentu; ini merupakan proses tanya jawab lisan, dimana dua
orang atau lebih berhadap-hadapan secara fisik. Terdapat dua pihak dengan
kedudukan yang berbeda dalam proses wawancara. Pihak pertama
berfungsi sebagai penanya, disebut pula sebagai interviewer, sedangkan
pihak kedua berfungsi sebagai pemberi informasi atau biasa disebut
informan. Interviewer mengajukan pertanyaan-pertanyaan, meminta
keterangan atau penjelasan, sambil menilai jawaban-jawabannya. Sekaligus
ia mengadakan paraphrase (menyatakan kembali isi jawaban interviewee
dengan kata-kata lain), mengingat-ingat dan mencatat jawaban-jawaban
serta bisa menggali keterangan-keterangan lebih lanjut dan berusaha
melakukan “probing” (rangsangan, dorongan).11
Subyek wawancara penelitian ini adalah orang–orang yang bekerja di
Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) Perum Peruri dan
Penerima Manfaat program PKBL Perum Peruri. Subyek penelitian dari
11
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik, (Jakarta: PT Bumi
pihak PKBL Perum Peruri yaitu Bapak FX Sugiyanto selaku Kepala PKBL
Perum Peruri. Peneliti melakukan wawancara pada hari Senin, tanggal 6
Juli 2015 yang bertempat di kantor PKBL Perum Peruri, untuk menanyakan
mengenai data–data penelitian saya di PKBL Perum Peruri. Selain itu,
peneliti juga melakukan wawancara dengan Bapak M. Nurdjehan selaku
Penanggung Jawab Bidang Litbang PKBL Perum Peruri. Peneliti
melakukan wawancara pada hari Selasa, tanggal 14 Juli 2015 di kantor
PKBL Perum Peruri.
Untuk mempertajam data, peneliti juga melakukan wawancara
dengan Penerima Manfaat program PKBL Perum Peruri. Subyek penelitian
yang peneliti wawancarai yaitu Bapak Bahtiar selaku Mitra
Binaan/Penerima Manfaat Program Kemitraan (PK) Perum Peruri. Peneliti
melakukan wawancara pada hari Kamis, tanggal 30 Juli 2015 di Kediaman
Bapak Bahtiar di Petukangan Utara, Jalan Palem III RT 004/RW 08
Kelurahan Petukangan Utara, Kecamatan Pesanggrahan, Jakarta Selatan.
Peneliti juga melakukan wawancara dengan Bapak Dedi Ahmad Setiyadi
selaku Penerima Manfaat Program Bina Lingkungan (BL) Perum Peruri.
Peneliti melakukan wawancara pada hari Jum’at, tanggal 7 Agustus 2015 di
Kediaman Bapak Dedi Ahmad Setiyadi di Perum Taman Mangu Indah Blok
E Kelurahan Taman Mangu, Kecamatan Pondok Aren, Tangerang Selatan.
b. Observasi
Observasi atau pengamatan dapat didefinisikan sebagai perhatian
Observasi dapat dibedakan menjadi dua macam.
Pertama ialah observasi sederhana adalah pengamatan yang tidak
terkontrol, yang merupakan gambaran sederhana dari pengamatan dan
pendengaran. Peneliti melakukan pengamatan terhadap gejala-gejala dan
kejadian-kejadian sebagaimana terjadi secara apa adanya dalam kondisinya
yang alami tanpa melakukan suatu kontrol ilmiah. Pengamatan ini
bertujuan untuk mengumpulkan data awal tentang gejala dan kejadian
sebagai pendahuluan bagi penelitian yang lebih mendalam dan terkontrol.
Dalam observasi tersebut, selama satu bulan peneliti melakukan penelitian
di PKBL Perum Peruri, peneliti melakukan pengamatan awal terkait dengan
orang–orang yang berada didalam lingkungan kerja di PKBL Perum Peruri
tersebut. Seiring berjalannya waktu, orang–orang yang bekerja di PKBL
Perum Peruri tersebut sangat terbuka kepada saya sebagai peneliti. Hal itu
sangat baik untuk mendapatkan data–data yang peneliti ingin dapatkan
mengenai PKBL Perum Peruri tersebut. Peneliti juga mengamati tentang
siapa saja orang–orang yang berkompeten untuk dijadikan sebagai subyek
penelitian untuk mendapatkan data–data terkait penelitian ini.
Kedua ialah observasi sistematis adalah suatu pengamatan ilmiah
yang terkontrol. Dalam observasi sistematis ini, setting (waktu dan tempat)
pengamatan juga dibatasi, sering dalam observasi dipergunakan peralatan -
peralatan seperti tape recorder, kamera, dan lain-lain.12 Dalam hal ini,
peneliti melakukan pengamatan terkait dengan pencarian data–data serta
informasi kepada Penerima Manfaat PKBL Perum Peruri. Peneliti secara
12
Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), h.
langsung melakukan pengamatan ke Penerima Manfaat Program Kemitraan
(PK) dan Bina Lingkungan (BL) melalui panca indera serta melakukan
proses wawancara dengan menggunakan alat komunikasi seperti handphone
untuk merekam hasil wawancara (recorder) dan untuk mendokumentasikan
hasil pengamatan penelitian.
c. Dokumentasi
Metode Dokumentasi adalah suatu metode pengumpulan data yang
digunakan dalam metodologi penelitian sosial untuk dapat mengetahui dan
menelusuri data historis. Dalam hal ini mengumpulkan data berdasarkan
laporan yang didapat dari pihak PKBL Perum Percetakan Uang Republik
Indonesia (Peruri) serta data lainnya yang berkaitan dengan masalah
penelitian yang akan diteliti.13 Pengumpulan data–data penelitian tersebut
bersumber dari buku–buku, dokumen arsip perusahaan, data–data
perusahaan serta internet.
4.Teknik Pemilihan Subyek Penelitian
Teknik pengambilan sampel penelitian menggunakan teknik
purposive sampling berdasarkan pertimbangan dan kriteria pribadi peneliti
yang nantinya responden tersebut akan dijadikan suatu unit sampel peneliti.
Informan yang peneliti ambil adalah unit yang mengelola pelaksanaan
program Corporate Social Responsibility di Perum Percetakan Uang
Republik Indonesia (Peruri) yaitu unit PKBL. Sedangkan, Responden
13
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu
dalam penelitian ini adalah pihak penerima manfaat dari Program
Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL). Dalam hal ini, peneliti memilih
pimpinan, pegawai, serta staf-staf yang bekerja di PKBL sebagai informan
dan penerima manfaat PKBL sebagai responden dikarenakan peneliti yakin
dapat memperoleh informasi dan data-data yang mendalam mengenai
Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) yang berada di
perusahaan tersebut.
5.Sumber Data
a. Data Primer
Data Primer adalah data penelitian yang diperoleh secara langsung
dari sumber asli (tidak perantara) yang secara khusus dikumpulkan oleh
peneliti untuk menjawab permasalahan dalam penelitian. Dalam penelitian
ini peneliti memperoleh data primer melalui wawancara. Wawancara
dilakukan dilokasi penelitian (PKBL Perum Percetakan Uang Republik
Indonesia yang terletak di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan) dengan subyek
yang diteliti yaitu (Kepala atau Pegawai PKBL serta pihak penerima
manfaat program PKBL).
b. Data Sekunder
Data Sekunder adalah data yang diperoleh peneliti secara tidak
langsung yang diusahakan sendiri pengumpulannya oleh peneliti.
Melainkan data yang berupa studi kepustakaan, yaitu dengan mempelajari
tentang catatan adanya suatu peristiwa.
6.Analisis Data
Proses analisis dimulai setelah peneliti memasuki obyek penelitian.
Maka hal tersebut akan dikemukakan disini bahwa, analisis data adalah
sebuah kegiatan untuk mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, memberi
kode/tanda, dan mengategorikannya data yang diperoleh dari hasil
wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, sehingga diperoleh suatu
temuan berdasarkan fokus atau masalah yang ingin dijawab. Melalui
serangkaian aktivitas tersebut, data kualitatif yang biasanya berserakan dan
bertumpuk-tumpuk bisa disederhanakan untuk akhirnya bisa dipahami
dengan mudah.14
7.Keabsahan Data
Keabsahan data adalah data yang diperoleh dan telah teruji dan valid.
Dalam hal ini peneliti melakukan wawancara ke beberapa sumber
(informan) dan membandingkan hasil pengamatan dengan temuan data
yang berkaitan. Oleh sebab itu, peneliti senantiasa melakukan perbaikan
guna mendapatkan data-data yang relevan.
Teknik keabsahan data yang peneliti lakukan adalah dengan
ketekunan pengamatan, ketekunan pengamatan bertujuan untuk
menentukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi-situasi yang sangat
relevan dengan persoalan atau isu yang sedang diteliti. Kemudian peneliti
14
fokus pada hal-hal tersebut secara rinci, yaitu peneliti hanya memusatkan
dan mencari jawaban sesuai dengan rumusan masalah saja.
8.Pedoman Penulisan Skripsi
Penulisan skripsi ini mengacu pada buku Pedoman Penulisan Karya
Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) yang diterbitkan oleh CeQDA (Center
for Quality Development and Assurance) Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007.
F. Sistematika Penulisan
Penulisan skripsi ini dibagi ke dalam beberapa bab, antara lain:
BAB I Pendahuluan yang terdiri dari Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Tinjauan
Pustaka, Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan.
BAB II Landasan Teori yang terdiri dari Corporate Social Responsibility
(CSR) yang meliputi (Definisi CSR, Konsep-Konsep CSR, Ruang
Lingkup CSR), CSR Dalam Kerangka Pergeseran Paradigma
Pembangunan, Perdebatan CSR Di Indonesia, Tipologi Perusahaan
Dalam Menerapkan CSR, Hubungan CSR Dengan Kesejahteraan
Sosial, Manfaat CSR, Implementasi CSR, Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah (UMKM), Profil PKBL Perum Peruri, Pengertian Badan
Usaha Milik Negara (BUMN).
Hukum Berdirinya Perum Peruri, Landasan Hukum Perum Peruri
Melaksanakan PKBL, Struktur Organisasi Perum Peruri, Struktur
Organisasi PKBL Perum Peruri serta Tugas dan Fungsi Pengelola
PKBL Perum Peruri, Sejarah Berdirinya PKBL Perum Peruri.
BAB IV Temuan dan Analisis Data merupakan bentuk temuan dari hasil penelitian peneliti mengenai Program Kemitraan dan Bina
Lingkungan (PKBL) Perum Peruri, yang terdiri dari hasil temuan
tentang gambaran pelaksanaan PKBL Perum Peruri serta analisis
mengenai Pola dan Tahapan pelaksanaan PKBL Perum Peruri.
BAB V Penutup yang terdiri dari Kesimpulan dan Saran yang ditulis oleh peneliti dari hasil penelitian tersebut.
20 A. Corporate Social Responsibility
1.Definisi Corporate Social Responsibility (CSR)
Coroporate Social Responsibility atau Tanggung Jawab Sosial
Perusahaan sebagai suatu kepedulian organisasi bisnis untuk bertindak
dengan cara-cara mereka sendiri dalam melayani kepentingan organisasi dan
kepentingan publik eksternal. Secara konseptual, CSR adalah sebuah
pendekatan dimana perusahaan mengintegrasikan kepedulian sosial dalam
operasi bisnis dan interaksi mereka dengan para pelaku kepentingan
(stakeholders) berdasarkan prinsip kesukarelaan dan kemitraan. Meskipun
sesungguhnya memiliki pendekatan yang relatif berbeda, beberapa nama
lain yang memiliki kemiripan atau bahkan identik dengan CSR ini
diantaranya ialah Investasi Sosial Perusahaan (Corporate Social
Investment), Pemberian Perusahaan (Corporate Giving), Kedermawanan
Perusahaan (Corporate Philantropy), Relasi Kemasyarakatan Perusahaan
(Corporate Community Relations), dan Pengembangan Masyarakat
(Community Development).1
Terdapat berbagai definisi CSR dari berbagai para ahli,
lembaga-lembaga internasional, serta berbagai pengertian yang terdapat dalam
buku-buku mengenai CSR adalah sebagai berikut:
a. The World Business Council for Sustainable Development (WBCSD)
1
Edi Suharto, Pekerjaan Sosial Di Dunia Industri: Memperkuat Tanggungjawab Sosial
mendefinisikan CSR adalah komitmen berkesinambungan dari
kalangan bisnis untuk berperilaku etis dan memberikan kontribusi
bagi pembangunan ekonomi, seraya meningkatkan kualitas
kehidupan karyawan dan keluarganya, serta komunitas lokal dan
masyarakat luas pada umumnya.2
b. European Union mendefinisikan CSR adalah sebuah konsep dengan
nama perusahaan mengintegrasikan perhatian terhadap sosial dan
lingkungan dalam operasi bisnis mereka dan dalam interaksinya
dengan para pemangku kepentingan (stakeholders) berdasarkan
prinsip kesukarelaan.3
c. World Bank mendefinisikan CSR adalah suatu komitmen bisnis untuk
dapat berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi berkelanjutan
yang bekerja dengan karyawan, komunitas setempat, dan masyarakat
secara luas untuk dapat meningkatkan kualitas hidup, dengan
cara-cara yang baik untuk bisnis dan untuk pembangunan.4
d. CSR Asia mendefinisikan CSR adalah komitmen perusahaan untuk
beroperasi secara berkelanjutan berdasarkan prinsip ekonomi, sosial,
dan lingkungan seraya menyeimbangkan beragam kepentingan para
stakeholders.5
e. Michael Hopkins mendefinisikan CSR adalah berkaitan dengan
perlakuan perusahaan terhadap stakeholders baik yang berada
2
Edi Suharto, Pekerjaan Sosial Di Dunia Industri: Memperkuat CSR (Corporate Social
Responsibility, (Bandung: Alfabeta, 2009), h. 103.
3
Ibid., h. 104.
4
Busyra Azheri, Corporate Social Responsibility: Dari Voluntary Menjadi Mandatory,
(Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2012), edisi I, h. 20-21.
5
Agus S. Riyanto, PKBL Ragam Derma Sosial BUMN, (Jakarta: Banana Publiser, 2011),
didalam maupun diluar perusahaan, termasuk lingkungan secara etis
atau secara bertanggung jawab, dengan memperlakukan stakeholders
dengan cara yang bisa diterimanya.6
f. Mu’man Nuryana mendefinisikan CSR adalah sebuah pendekatan
dimana perusahaan mengintegrasikan kepedulian sosial dalam operasi
bisnis mereka dan dalam interaksi mereka dengan para pelaku
kepentingan (stakeholders) berdasarkan prinsip kesukarelawanan dan
kemitraan.7
Bila dikritisi rumusan dari CSR diatas, maka secara prinsip rumusan
WBCSD dengan World Bank sama-sama menekankan CSR sebagai
komitmen bisnis untuk berkontribusi dalam pembangunan ekonomi
berkelanjutan, bekerja sama dengan karyawan, dan masyarakat setempat
(lokal) dalam rangka meningkatkan kualitas kehidupan. Namun, rumusan
World Bank menambahkan penekanan pada kemanfaatan aktivitas CSR bagi
usaha dan pembangunan. Sedangkan rumusan European Union hanya
menggambarkan CSR sebagai suatu konsep, bagaimana suatu perusahaan
berusaha mengintegrasikan aspek sosial dan lingkungan serta stakeholders
atas dasar “voluntary” dalam melakukan aktivitas usahanya. Pengintegrasian
ini tidak hanya kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang
ada, tetapi meliputi kerelaan berinvestasi kedalam pengembangan manusia,
lingkungan, dan hubungan dengan stakeholders.
Dari berbagai rumusan diatas, terlihat bahwa sampai saat ini belum
ada kesamaan bahasa dalam merumuskan dan memaknai CSR. Begitu pula
6
Azheri, Corporate Social Responsibility: Dari Voluntary Menjadi Mandatory, h. 26.
7Ibid.,
halnya dalam konteks ketentuan peraturan perundang-undangan, ternyata
belum mempunyai bahasa yang sama dalam merumuskan pengertian CSR,
hal ini dapat dibuktikan dari:
a. Penjelasan Pasal 15 huruf b Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007
tentang Penanaman Modal (UUPM) yang menegaskan bahwa
“tanggung jawab sosial perusahaan adalah tanggung jawab yang
melekat pada setiap perusahaan penanaman modal untuk menciptakan
hubungan yang serasi, seimbang, dan sesuai dengan lingkungan, nilai,
norma, dan budaya masyarakat setempat”.
b. Pasal 1 ayat 3 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas (UUPT) juga menegaskan bahwa “tanggung jawab
sosial dan lingkungan adalah komitmen perusahaan untuk berperan
serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan
kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi
perusahaan sendiri, komunitas setempat, maupun masyarakat pada
umumnya”.8
Meskipun ada perbedaan penekanan dari pengertian dan rumusan CSR
antara UUPM dengan UUPT, namun secara substansial kedua
undang-undang ini telah mengubah paradigma CSR dari voluntary menjadi
mandatory.
2.Konsep - Konsep Corporate Social Responsibility
Munculnya konsep-konsep CSR didorong oleh terjadinya
8
kecenderungan pada masyarakat industri yang dapat disingkat sebagai
DEAF (Dehumanisasi, Equalisasi, Aquariumisasi, dan Feminisasi):
a. Dehumanisasi industri. Efisiensi dan mekanisasi yang semakin
menguat di dunia industi telah menciptakan persoalan-persoalan
kemanusiaan baik bagi kalangan buruh di perusahaan tersebut,
maupun bagi masyarakat di sekitar perusahaan. “Merger mania” dan
perampingan perusahaan telah menimbulkan gelombang Pemutusan
Hubungan Kerja dan pengangguran, ekspansi, dan eksploitasi dunia
industri telah melahirkan polusi dan kerusakan lingkungan yang hebat.
b. Equalisasi hak-hak publik. Masyarakat kini semakin sadar akan
haknya untuk meminta pertanggungjawaban perusahaan atas berbagai
masalah sosial yang seringkali ditimbulkan oleh beroperasinya
perusahaan. Kesadaran ini semakin menuntut akuntabilitas perusahaan
bukan saja dalam proses produksi, melainkan pula dalam kaitannya
dengan kepedulian perusahaan terhadap berbagai dampak sosial yang
ditimbulkannya.
c. Aquariumisasi dunia industri. Dunia kerja kini semakin transparan dan
terbuka laksana sebuah akuarium. Perusahaan yang hanya memburu
rente ekonomi dan cenderung mengabaikan hukum, prinsip etis, dan
filantropis tidak akan mendapat dukungan publik. Bahkan dalam
banyak kasus, masyarakat menuntut agar perusahaan seperti ini
ditutup.
d. Feminisasi dunia kerja. Semakin banyaknya wanita yang bekerja,
lingkungan internal organisasi, seperti pemberian cuti hamil dan
melahirkan, keselamatan dan kesehatan kerja, melainkan pula
terhadap timbulnya biaya-biaya sosial, seperti penelantaran anak,
kenakalan remaja, akibat berkurangnya atau hilangnya kehadiran
ibu-ibu di rumah dan tentunya di lingkungan masyarakat. Pelayanan sosial
seperti perawatan anak (child care), pendirian fasilitas pendidikan dan
kesehatan bagi anak-anak, atau pusat-pusat kegiatan olah raga dan
rekreasi bagi remaja bisa merupakan sebuah “kompensasi” atau
bentuk respon terhadap isu ini.9
CSR diterapkan kepada perusahaan–perusahaan yang beroperasi
dalam konteks ekonomi global, nasional maupun lokal. Komitmen dan
aktivitas CSR pada intinya merujuk pada aspek–aspek perilaku perusahaan
(firm’s behavior), termasuk kebijakan dan program perusahaan yang
menyangkut dua elemen kunci:
a. Good Corporate Governance: etika bisnis, manajemen sumber daya
manusia, jaminan sosial bagi pegawai, serta kesehatan dan
keselamatan kerja.
b. Good Corporate Responsibility: pelestarian lingkungan,
pengembangan masyarakat (community development), perlindungan
hak asasi manusia, perlindungan konsumen, relasi dengan pemasok
dan penghormatan terhadap hak–hak pemangku kepentingan
lainnya.10
3.Ruang Lingkup Corporate Social Responsibility
Pada prinsipnya CSR merupakan komitmen perusahaan terhadap
kepentingan para stakeholders dalam arti luas dari pada sekadar kepentingan
perusahaan belaka. Meskipun secara moral adalah baik suatu perusahaan
mengejar keuntungan, bukan berarti perusahaan dibenarkan mencapai
keuntungan tersebut dengan mengorbankan kepentingan-kepentingan pihak
lain yang terkait. Oleh karena itu, setiap perusahaan harus bertanggung
jawab atas tindakan dan kegiatan dari ushanya yang mempunyai dampak
baik langsung maupun tidak langsung terhadap stakeholders-nya dan
lingkungan dimana perusahaan melakukan aktivitas usahanya. Sehingga
secara positif, hal ini bermakna bahwa setiap perusahaan dalam
menjalankan aktivitasnya sedemikian rupa, pada akhirnya mampu
meningkatkan kesejahteraan para stakeholders-nya dengan memerhatikan
kualitas lingkungan ke arah yang lebih baik.
Berkaitan dengan hal tersebut, John Elkingston’s berdasarkan
pengertian CSR sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya,
mengelompokkan CSR atas 3 aspek yang lebih dikenal dengan istilah
“Triple Bottom Line (3BL)”. Ketiga aspek itu meliputi kesejahteraan atau
kemakmuran ekonomi (economic prosperity), peningkatan kualitas
lingkungan (environmental quality), dan keadilan sosial (social justice). Ia
juga menegaskan bahwa suatu perusahaan yang ingin menerapkan konsep
pembangunan berkelanjutan (sustainability development) harus
memperhatikan “Triple P” yaitu profit, planet, and people.11
11
Busyra Azheri, Corporate Social Responsibility: Dari Voluntary Menjadi Mandatory, (PT
Penjelasan dari Triple P tersebut yaitu:
a. Profit. Perusahaan tetap harus berorientasi untuk mencari keuntungan
ekonomi yang memungkinkan untuk terus beroperasi dan
berkembang.
b. People. Perusahaan harus memiliki kepedulian terhadap kesejahteraan
manusia sebagai makhluk sosial. Beberapa perusahaan
mengembangkan program CSR, seperti pemberian beasiswa bagi
pelajar sekitar perusahaan, pendirian sarana pendidikan dan kesehatan,
penguatan kapasitas ekonomi lokal, dan bahkan ada perusahaan yang
merancang berbagai skema perlindungan sosial bagi warga setempat.
c. Planet. Perusahaan peduli terhadap lingkungan hidup dan
keberlanjutan keragaman hayati. Beberapa program CSR yang
berpijak pada prinsip ini biasanya berupa penghijauan lingkungan
hidup, penyediaan sarana air bersih, perbaikan permukiman,
pengembangan pariwisata (ekoturisme).12
Gambar 2.1. Triple Bottom Lines
12
Edi Suharto, Pekerjaan Sosial Di Dunia Industri: Memperkuat CSR, (Bandung: Alfabeta,
B. CSR Dalam Kerangka Pergeseran Paradigma Pembangunan
Seperti telah dinyatakan, bahwa tanggung jawab sosial perusahaan
(Corporate Social Responsibility) atau CSR berorientasi pada planet
(konservasi), people (komunitas), dan profit (keuntungan perusahaan) yang
dilaksanakan oleh perusahaan. Orientasi pada planet difokuskan untuk
menciptakan lingkungan ekologis yang berkelanjutan (environmental
sustainability). Memberdayakan komunitas dan meningkatkan partisipasi
multipihak (stakeholders participation) menjadikan orientasi CSR kepada
masyarakat (people). Kedua orientasi tersebut menjadi bagian tak
terpisahkan dari strategi perusahaan untuk memperoleh keuntungan.
Sinergitas antara ketiga orientasi yaitu profit, planet, dan people
tersebut dimanifestasikan sebagai upaya perusahaan untuk
menginternalisasikan faktor–faktor luar ke dalam kebijakan perusahaan
dalam kerangka CSR. Oleh karena itu, program–program CSR adalah salah
satu aksi dalam kerangka kebijakan perusahaan yang selalu
mempertimbangkan berbagai faktor luar (faktor–faktor di luar perusahaan
dan relevan dengan perusahaan) baik faktor sosial (masyarakat) maupun
faktor sumber daya alam yang perlu dikonservasi. Mempertimbangkan
berbagai faktor luar tersebut dipahami oleh perusahaan dengan
memfokuskan pada struktur sosial, kultur, dan pola–pola adaptasi ekologi
dalam rangka merespons perubahan sumber daya alam yang cenderung
semakin terdegradasi.
Dalam konteks pembangunan, CSR tidak hanya berorientasi pada
berorientasi pada pemberdayaan masyarakat dan meningkatkan taraf hidup
warga komunitas. Oleh karena itu, tanggung jawab sosial perusahaan perlu
dikonstruksikan dalam suatu kerangka pergeseran paradigma dari
“production center development” ke “people center development”. Dengan
demikian aksi CSR dicirikan dengan implementasi prinsip–prinsip
desentralisasi, partisipasi, pemberdayaan, pelestarian, jejaring, teritorial, dan
ekonomi lokal.
Gambar 2.2. Pergeseran Paradigma Pembangunan
Unsustainable Sustainable
Sentralisasi - Desentralisasi
Mobilisasi - Partisipasi
Penaklukan - Pemberdayaan
Eksploitasi - Pelestarian
Hubungan Fungsional - Jejaring Sosial
Nasional - Teritorial
Ekonomi Konvensional - Keswadayaan Lokal
Apabila tanggung jawab sosial yang dilaksanakan oleh perusahaan
berorientasi pada tripple bottom line, mengimplementasikan prinsip–prinsip
dalam kerangka pergeseran paradigma pembangunan, dan dengan
memfokuskan pada tata kelola perusahaan, lingkungan, dan pengembangan Production
Center Development
masyarakat, maka kebijakan perusahaan dalam menerapkan tanggung jawab
sosial telah meninggalkan charity, tetapi lebih dari itu akan sampai pada
tahap philantrophy dan corporate citizenship.
Tanggung jawab sosial tersebut mulai dari usaha tanggung jawab
sosial sebagai program kedermawanan (charity) hingga menjadi good
corporate citizenship. Perusahaan dalam mengimplementasikan CSR
sebagai salah satu bentuk tanggung jawab sosialnya telah meninggalkan
charity yang hanya merupakan kewajiban, mengarah kepada tanggung
jawab sosial sebagai philantrophy dan corporate citizenship yang
menekankan adanya kepentingan bersama, dimana penerima manfaat bukan
hanya sekedar orang miskin seperti dalam charity namun juga masyarakat
luas dan perusahaan. Hal ini menunjukan bahwa tanggung jawab sosial juga
lebih tepat bila dianggap sebagai community development dan merupakan
ruh pelaksanaan aktivitas CSR.13
C. Perdebatan CSR Di Indonesia
Sejak disahkannya UU No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas,
debut CSR di Tanah Air semakin menguat. Hal ini disebabkan UU tersebut
menyebutkan secara tegas bahwa CSR telah menjadi kewajiban perusahaan.
Bunyi pasal yang menyebutkan kewajiban tersebut adalah “PT yang
menjalankan usaha dibidang dan/atau bersangkutan dengan sumber daya
alam wajib menjalankan tanggung jawab sosial dan lingkungan.”14
13
Fredian Tonny Nasdian, Pengembangan Msyarakat, (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor
Indonesia, 2014), edisi I, h. 229-232.
14
Perdebatan mulai muncul menyangkut besaran biaya dan sanksi.
Terlebih, UU PT tidak menyebutkan secara rinci berapa besaran biaya yang
harus dikeluarkan perusahaan untuk CSR serta sanksi bagi yang melanggar.
Pada ayat 2,3, dan 4 hanya disebutkan bahwa CSR “dianggarkan dan
diperhitungkan sebagai biaya perseroan yang pelaksanaannya dilakukan
dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran”. PT yang tidak
melakukan CSR dikenakan sanksi sesuai dengan peraturan dan
perundang-undangan. Ketentuan lebih lanjut mengenai CSR ini baru akan diatur oleh
Peraturan Pemerintah, yang hingga kini sepengetahuan penulis belum
dikeluarkan.
Peraturan lain yang menyentuh CSR adalah UU No. 25 tahun 2007
tentang Penanaman Modal. Pasal 15 (b) menyatakan bahwa “Setiap
penanam modal berkewajiban melaksanakan tanggung jawab sosial
perusahaan.”15 Meskipun UU ini telah mengatur sanksi–sanksi secara
terperinci terhadap badan usaha atau usaha perseorangan yang mengabaikan
CSR (Pasal 34), UU ini baru mampu menjangkau investor asing dan belum
mengatur secara tegas perihal CSR bagi perusahaan nasional.
Jika dicermati, peraturan tentang CSR yang relatif lebih terperinci
adalah UU No. 19 tahun 2003 tentang BUMN. UU ini kemudian dijabarkan
lebih lanjut oleh Peraturan Menteri Negara BUMN No. 4 tahun 2007 yang
mengatur mulai dari besaran dana hingga tata cara pelaksanaan CSR.
Seperti kita ketahui, CSR milik BUMN adalah Program Kemitraan dan Bina
Lingkungan (PKBL). Dalam UU BUMN dinyatakan bahwa selain mencari
15
keuntungan, peran BUMN adalah juga memberikan bimbingan bantuan
secara aktif kepada pengusaha golongan lemah, koperasi dan masyarakat.
Selanjutnya, Permen Negara BUMN menjelaskan bahwa sumber dana
PKBL berasal dari penyisihan laba bersih perusahaan sebesar 2% yang
dapat digunakan untuk Program Kemitraan dan Bina Lingkungan.16
Pentingnya CSR perlu dilandasi oleh kesadaran perusahaan terhadap
fakta tentang adanya jurang yang semakin menganga antara kemakmuran
dan kemelaratan, baik pada tataran global maupun nasional. Oleh karena itu,
diwajibkan atau tidak, CSR harus merupakan komitmen dan kepedulian dari
para pelaku bisnis untuk ambil bagian mengurangi nestapa kemanusiaan.
Memberi gaji pada karyawan dan membayar pajak pada negara kurang patut
dijadikan alasan bahwa perusahaan tidak perlu melaksanakan CSR. Terlebih
di Indonesia yang menganut residual welfare state, distribusi pendapatan
mengalami distorsi luar biasa. Manfaat pajak sering tidak sampai kepada
masyarakat, terutama kelompok lemah dan rentan seperti orang miskin,
pekerja sektor informal, kaum perempuan, anak–anak, dan komunitas adat
terpencil. Akibatnya, sebagian besar dari mereka hidup tanpa perlindungan
sosial yang memadai.17
Edi Suharto, Pekerjaan Sosial Di Dunia Industri: Memperkuat CSR (Corporate Social
D. Tipologi Perusahaan Dalam Menerapkan CSR
Menurut Zaim Saidi dan Hamid Abidin, sedikitnya ada empat model
atau pola penerapan CSR di Indonesia:18
1. Keterlibatan langsung. Perusahaan menjalankan program CSR secara
langsung dengan menyelenggarakan sendiri kegiatan sosial atau
menyerahkan sumbangan ke masyarakat tanpa perantara. Untuk
menjalankan tugas ini, sebuah perusahaan biasanya menugaskan salah satu
pejabat seniornya.
2. Melalui yayasan atau organisasi sosial perusahaan. Perusahaan mendirikan
yayasan sendiri dibawah perusahaan atau grupnya. Model ini merupakan
adopsi dari model yang lazim diterapkan di perusahaan–perusahaan di
negara maju. Biasanya, perusahaan menyediakan dana awal, dana rutin
atau dana abadi yang dapat digunakan secara teratur bagi kegiatan
yayasan. Beberapa yayasan yang didirikan perusahaan diantaranya adalah
Yayasan Coca Cola Company, Yayasan Dharma Bhakti Astra, Yayasan
Sahabat Aqua.
3. Bermitra dengan pihak lain. Perusahaan menyelenggarakan CSR melalui
kerjasama dengan lembaga sosial/organisasi non–pemerintah, instansi
pemerintah, universitas atau media massa, baik dalam mengelola dana
maupun dalam melaksanakan kegiatan sosialnya. Beberapa lembaga yang
bekerjasama dengan perusahaan dalam menjalankan CSR antara lain
Palang Merah Indonesia (PMI), Dompet Dhuafa, Instansi Pemerintah,
Universitas, serta Media Massa.
18
Edi Suharto, Pekerjaan Sosial Di Dunia Industri: Memperkuat CSR (Corporate Social
4. Mendukung atau bergabung dalam suatu konsorsium. Perusahaan turut
mendirikan, menjadi anggota atau mendukung suatu lembaga sosial yang
didirikan untuk tujuan sosial tertentu. Dibandingkan dengan model
lainnya, pola ini lebih berorientasi pada pemberian hibah perusahaan yang
bersifat “hibah pembangunan”.
E. Hubungan CSR Dengan Kesejahteraan Sosial 1. Ilmu Kesejahteraan Sosial
a. Ilmu Kesejahteraan Sosial adalah suatu ilmu yang mencoba
mengembangkan pemikiran, strategi, dan teknik untuk meningkatkan
kesejahteraan suatu masyarakat, baik di level mikro, mezzo, maupun
makro.
b. Ilmu Kesejahteraan Sosial adalah ilmu terapan yang mengkaji dan
mengembangkan kerangka pemikiran serta metodologi yang dapat
dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas hidup (kondisi)
masyarakat antara lain melalui pengelolaan masalah sosial,
pemenuhun kebutuhan hidup masyarakat, dan pemaksimalan
kesempatan anggota masyarakat untuk berkembang.19
Dari definisi diatas, terlihat bahwa Ilmu Kesejahteraan Sosial adalah
ilmu yang bersifat terapan, karena itu kajiannya sangat terkait dengan suatu
intervensi sosial (perubahan sosial terencana) yang dilakukan oleh pelaku
perubahan (change agents) terhadap berbagai sasaran perubahan (target of
change) yang terdiri dari individu, keluarga, dan kelompok kecil (level
19
Isbandi Rukminto Adi, Kesejahteraan Sosial: (Pekerjaan Sosial, Pembangunan Sosial,
mikro), komunitas dan organisasi (level mezzo), dan masyarakat yang lebih
luas baik di tingkat kabupaten/kota, provinsi, negara maupun tingkat global
(level makro).
Dalam hal ini, CSR merupakan salah satu bidang dari ilmu
kesejahteraan sosial dalam bidang pelayanan pekerjaan sosial di bidang
industri yaitu melalui model Tanggung Jawab Sosial Perusahaan atau model
Investasi Sosial Perusahaan. Model ini pada dasarnya menunjuk pada
perluasan peran perusahaan yang tidak hanya mengurusi kesejahteraan
pegawai dan kebutuhan konsumen saja, melainkan turut pula peduli akan
kehidupan masyarakat yang tinggal di sekitar perusahaan.20
2. Peran CSR Dalam Pembangunan dan Pengembangan Masyarakat Sudah seharusnya terjadi perubahan paradigma perusahaan agar tidak
hanya mengedepankan kepentingan memperoleh laba semata–mata, namun
juga keberadaan perusahaan mampu memberikan kesejahteraan masyarakat
sekitar seiring dengan mendukung adanya good governance. Melakukan
kegiatan CSR dapat meningkatkan dampak ekonomi yang menguntungkan
perusahaan. Berdasarkan Internasional Business Leaders Forum (IBLF)
dalam Amri dan Sarosa (2008) ada 8 jenis kegiatan CSR yang membantu
memperkuat kerekatan sosial, yaitu:
a. Membantu mengurangi kemiskinan dan meningkatkan kualitas hidup,
dapat dilakukan misalnya dengan pengembangan usaha–usaha kecil yang
berada disekitar lokasi perusahaan.
20
Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat: Kajian Strategis
b. Membangun kepercayaan dan rasa saling menghormati, diwujudkan
dengan mengembangkan aktivitas CSR yang mengarah pada terbentuknya
kondisi keakraban antar anggota masyarakat.
c. Memperkecil konflik.
d. Membantu mengatasi kriminalitas, dengan berupaya memberikan sentuhan
pemberdayaan agar masyarakat sekitar tidak terjebak dalam hal yang
negatif.
e. Mendukung social local enterpreuners.
f. Penyediaan layanan sosial dalam situasi sulit, serta berkontribusi dalam
pengembangan solidaritas sosial.
g. Mendorong toleransi antar agama, etnik, dll.
h. Mendukung kegiatan budaya dan pemeliharaan warisan budaya.
F. Manfaat CSR
Corporate Social Responsibility (CSR) bermakna bahwa suatu
perusahaan harus bertanggung jawab atas setiap tindakannya yang
berdampak pada masyarakat, komunitas mereka dan lingkungan. Karena itu,
dampak negatif dari aktivitas bisnis yang merugikan masyarakat dan
lingkungan harus diakui dan diungkapkan dalam pelaporan perusahaan.
Perusahaan dituntut menyeimbangkan pencapaian kinerja ekonominya
dengan kinerja sosial dan lingkungannya jika ingin bisnisnya langgeng.
Dunia bisnis juga dituntut menyelaraskan pencapaian kinerja laba dengan
kinerja sosial dan kinerja lingkungan. Pencapaian itu akan menempatkan
dan meraih keuntungan yang langgeng.
Dengan demikian, kemauan baik, komitmen, dan kepedulian dunia
usaha untuk menyisihkan dana untuk aktivitas CSR secara berkelanjutan
sebenarnya juga akan mendatangkan sejumlah manfaat bagi dunia bisnis
sendiri, yaitu: 1) sebagai investasi sosial yang menjadi sumber keunggulan
kompetitif perusahaan dalam jangka panjang, 2) memperkokoh profit dan
kinerja keuangan perusahaan, 3) meningkatnya komitmen, etos kerja,
efisiensi dan produktivitas karyawan, 4) menurunnya kerentanan gejolak
sosial dari komunitas sekitarnya karena diperhatikan dan dihargai
perusahaan, 5) meningkatnya reputasi dan nilai perusahaan dalam jangka
panjang.21
G. Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR)
Pelaksanaan program CSR adalah pelibatan perusahaan, pemerintah,
lembaga swadaya masyarakat, perguruan tinggi, tokoh-tokoh masyarakat
serta calon penerima program CSR. Oleh sebab itu, dalam implementasi
program CSR diperlukan beberapa kondisi yang akan menjamin
terlaksananya implementasi program CSR dengan baik. Berikut ini adalah
kondisi implementasi CSR:
Kondisi pertama, implementasi CSR memperoleh persetujuan dan
dukungan dari para pihak yang terlibat. Sebagai contoh implementasi CSR
harus memperoleh persetujuan dan dukungan dari manajemen puncak
perusahaan sehingga pelaksanaan CSR didukung sepenuhnya oleh sumber
21
Andreas Lako, Dekonstruksi CSR dan Reformasi Paradigma Bisnis & Akuntansi,
daya yang dimiliki perusahaan. Sumber daya tersebut meliputi sumber daya
finansial dalam bentuk penyediaan anggaran untuk pelaksanaan CSR,
maupun sumber daya manusia yakni para karyawan perusahaan yang
diterjunkan perusahaan untuk melaksanakan program CSR.
Kondisi kedua, yang harus diciptakan untuk menunjang keberhasilan
implementasi program CSR adalah diterapkannya pola hubungan
(relationship) diantara pihak-pihak yang terlibat secara jelas. Hal ini akan
meningkatkan kualitas koordinasi pelaksanaan program CSR.
Kondisi ketiga, adalah adanya pengelolaan program yang baik.
Pengelolaan program yang baik hanya dapat terwujud bila terdapat
kejelasan tujuan program, terdapat kesepakatan mengenai strategi yang akan
digunakan untuk mencapai tujuan program dari para pihak yang terlibat
dalam pelaksanaan CSR.22
H. Usaha Mikro, Kecil, Dan Menengah (UMKM)
Pendataan jumlah unit usaha UMKM didasarkan pada definisi dan
kriteria UMKM sesuai dengan Undang–Undang Nomor 20 tahun 2008
tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Dalam pasal 1 UU
tersebut, UMKM didefinisikan sebagai berikut:
1. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau
badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro sebagaimana
diatur dalam undang–undang ini.
2. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
22
Ismail Solihin, Corporate Social Responsibility: From Charity to Sustainability
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan
anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai,
atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha
menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil
sebagaimana dimaksud dalam undang–undang ini.
3. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri,
yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan
merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki,
dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung
dengan usaha kecil atau usaha usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih
atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam undang–undang
ini.23
I. Program Kemitraan Dan Bina Lingkungan (PKBL)
1. Definisi Program Kemitraan Dan Bina Lingkungan (PKBL)
a. Program Kemitraan Dan Bina Lingkungan (PKBL) adalah unit/organ
khusus yang merupakan bagian dari organisasi BUMN Pembina yang
berada dibawah pengawasan seorang Direksi.
b. Program Kemitraan adalah program guna meningkatkan kemampuan
kegiatan usaha kecil untuk menjadi tangguh dan mandiri melalui
pemanfaatan dana dari bagian laba.
c. Program Bina Lingkungan adalah pemberdayaan kondisi sosial
masyarakat oleh Perum Peruri di wilayah usaha melalui pemanfaatan
23
Siti Nurbaya Bakar, Integrasi Sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)
dana dari bagian laba.24
2. Tujuan Program
a. Bantuan Program Kemitraan ditujukan untuk membantu kegiatan
usaha yang dilakukan oleh masyarakat yang berlokasi di seluruh
wilayah binaan Perum Peruri, sehingga dapat meningkatkan hasil
produksi serta memperluas lapangan pekerjaan.
b. Bantuan Program Bina Lingkungan ditujukan untuk membantu
meningkatkan kondisi sosial masyarakat yang berada di lokasi sekitar
wilayah usaha perusahaan dan wilayah lainnya yang membutuhkan.25
3. Wilayah Pelaksanaan Program Kemitraan
Penyaluran dana Program Kemitraan lebih diprioritaskan pada
wilayah Pulau Jawa, namun diluar Pulau Jawa pelaksanaan Program
Kemitraan Perum Peruri dapat dilaksanakan sesuai lokasi cabang usaha
Perum Peruri berada, sepanjang merupakan kebijakan Direksi Perum Peruri.
Sedangkan kegiatan pembinaan, monitoring dan penagihan pada Mitra
Binaan yang sudah menerima penyaluran dana di wilayah luar Jawa tetap
dilaksanakan dengan intensif.26
4. Wilayah Pelaksanaan Program Bina Lingkungan
a. Sekitar Kantor Pusat Perum Peruri.
b. Sekitar wilayah cabang usaha pengembangan Perum Peruri di daerah
dan aset perusahaan berada.
24
Studi Dokumentasi Prosedur Operasional PKBL Perum Peruri Tahun 2014, h. 2-3.
25
Ibid., h. 6.
26