ABSTRACT
ANALYSIS PROGRAM IMPLEMENTATION CSR PTPN 7 BERINGIN BUSINESS UNIT OF WELFARE SOCIETY
By
M IQBAL HARORI
The purpose of this study was to determine the effect of the implementation of CSR programs PTPN 7 Beringin Business Unit on the welfare of people in the District Lubai. The population in this study are all interwoven society partnership contract with PTPN 7 business units that feel the Beringin and direct the implementation of community development programs in the neighborhood, amounting to 86 heads of household. Locations in this study is the people who live in the District of Muara Enim Regency Lubai South Sumatra Province. The analysis used in this study is multiple regression analysis. Based on the results of the study indicate that the CSR program and a significant positive effect on the welfare of people around the office PTPN 7 banyan Act.
ABSTRAK
ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM CSR PTPN 7 UNIT USAHA BERINGIN TERHADAP KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Oleh
M IQBAL HARORI
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pelaksanaan program CSR PTPN 7 Unit Usaha Beringin terhadap kesejahteraan masyarakat di Kecamatan Lubai. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat yang terjalin kontrak kemitraan dengan PTPN 7 UU Beringin dan yang merasakan langsung pelaksanaan program bina lingkungan di sekitar tempat tinggalnya yang berjumlah 86 orang Kepala Keluarga. Lokasi dalam penelitian ini adalah masyarakat yang tinggal di Kecamatan Lubai Kabupaten Muara Enim Provinsi Sumatera Selatan. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis regresi linier berganda. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa program CSR berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesejahteraan masyarakat disekitar kantor PTPN 7 UU Beringin.
ANALISIS IMPLEMENTASI
PROGRA1\4
CSR PTPN
7 UNTT
USAI{A
BERT NG [N TER.ETADAPKESER"TAHTERAAN
MASYARAKAT
(}leh
M
TQBAI,
HARORI
1 221021005Te sis
Setragai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
MACISTER S^AINS Pada
Magfster
llmu
Ekonomi Prograrn PascasarjanaFakultas Ekonomi clan'Bisnis Univcrsitas Lampung
FROGITAM PASCASARJANA MAGISTER.
ILMU
FAKULTAS EKONOMI
DAN
BISNTSUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2014
ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM CSR PTPN 7 UNIT
USAHA BERINGIN TERHADAP KESEJAHTERAAN
MASYARAKAT
(Tesis)
Oleh
M IQBAL HARORI 1221021005
PROGRAM PASCA SARJANA MAGISTER ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS LAMPUNG BANDRA LAMPUNG
JrdulTesis
Narna Mahasiswa
NomorPokokN{atnsisua
K<rnser$rasi
Program Studi
Pembimbing
t
ANATIS$ IMPLSMSNTASI
PROGRAM CSRPTPN ? T]NIT T}SAHA BERINGIN TERHADAP KESERJAHTERAAN MASYARAKAT
: ilI Iqbal Harori
'.1.221O21005
: Ekonomi Pembangunan
: Magister Ilmu Ekonomi Program Pascasarjana
Faksltas Eksncmi Uaive$irac
larnpug
"
-*IENYETUJ{JI
-
Komisi PembimbingPembimbiagll
(WA
Dr. Toto Gunartoo S.8.,
M.Si:--'
'Ilr.lfayan
Suparta'S.E., M.Si.NrP. 19s60325 198303 1 CI02
Program Studi Magister Ilmtr Ekonomi
Program Pascasarj ana Fakultas Ekonomi
{Jniversitas Lampung Ketua Prsgram Studi
Ilr.
I Way*n Suparta, S.E.' M.Si.*TSNGUSAHKAI{
1. Komisi Penguji
1.1. Ketua Komisi Penguji : Ih. Tots Grmarto, S.8., M.Si" {rem@n}ine
t)
l.2.Anggota KornisiPqlgqi:
Ilr.
Saiqrul,$.E,
M.Si. {fe$gujiUrama)
,z'-
- --:-
:,-
--,./
\*""
(W"''A'
l.3.PembimbingE :
Iln
ItYey:an Supartn, S.B-- M.St-j s Lampung
B*ngsaw-aarS_.Srr_M.Si---.
tr98703
1 r1
*-
-4e??'
jarwa, M.S. 28 198103 1 002
LEMBAR FERTIYATA"{FI
Dengm ini saya menyatakan dengan sebenamya bahwa
l.
Tesis dengan judd(
Analisis rmplementasi programcsR prpN 7 unit
Usaha BeringinL Terhadap Keselahteraan llflesyarakat' adatrah nea.rya
Saya sendiri dan Saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan atas
'
karya Penulis lain dengan cara yang tidak sesuai dengan tata etika ilmiahyang berlaku dalan masyarakat akademik atau yang disebut Plagiatisme.
2-
[Iak
intelektual atas karya ilmiahini
disemhkan
kepadaUniversitas
Atas Petlyatahn fui" apabila d,i kernudian hari ternyata ditemtrkall adanya kutid$
benaran. saya bersedia menang$mg akibat dan sanksi yang diberikan, saya
bersedia dituntut sesuai dengan hukum yang berlaku.
Bandar Lempung,20 Mei 2014 Pcf,buat Penryataan
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Teluk Betung kota Bandar Lampung pada tanggal 20
Maret 1988, sebagai anak kedua dari empat bersaudara. Buah cinta dari Bapak
Drs. Syukuruddin dan ibu Emthony M. Jenjang pendidikan yang pernah ditempuh
penulis adalah menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SD Negeri 2 Tanjung
Gading Bandar Lampung pada tahun 2000, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama
Negeri 23 Bandar Lampung pada tahun 2003, Sekolah Menengah Umum Negeri 9
Bandar Lampung lulus pada tahun 2006.
Ditahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di Institut Agama
Islam Negeri Raden Intan (IAIN) Fakultas Syari’ah selama 1 tahun. Selanjutnya
pada tahun 2007 penulis mengikuti jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru
(SPMB) dan diterima sebagai mahasiswa di Universitas Lampung Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Program Strata 1 (S1) pada Jurusan Ilmu Administrasi
Bisnis. Dan setelah menyelesaikan pendidikan Sarjana dengan menyandang gelar
Sarjana Administrasi Bisnis pada tahun 2012 dan ditahun yang sama penulis
melanjutkan pendidikan ke jenjang Strata 2 di Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Diwaktu kuliah sarjana penulis aktif dibeberapa kegiatan kemahasiswaan
antara lain HMI Komisariat Syariah IAIN Raden Intan Bandar Lampung dan HMI
Komisariat Sosial Politik UNILA hingga dapat menyelesaikan basic training dan
SANWACANA
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkat rahmat, ridho,
dan kemudahan yang telah diberikan-Nya, sehingga thesis ini dapat diselesaikan dengan
cepat. Adapun penulisan tesis ini sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Magister
Sains pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis program Magister Ilmu Ekonomi Universitas
Lampung. Tesis ini tidak akan dapat diselesaikan tanpa bantuan, bimbingan, nasehat dari
berbagai pihak. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan rasa
terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Satria Bangsawan. S.E., M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Lampung.
2. Bapak Dr. I Wayan Suparta, S.E., M.Si selaku Ketua Program Magister Ilmu Ekonomi
dan juga merangkap selaku pembimbing kedua bagi penulis yang telah banyak
meluangkan waktu, memberikan bimbingan, perhatian, masukan, saran dan pengarahan
serta limpahan ilmu selama menjalani masa perkuliahan.
3. Bapak Dr. Toto Gunarto, S.E., M.Si. selaku pembimbing akademik dan merangkap juga
sebagai pembimbing pertama dalam penyelesaian Tesis ini, yang telah banyak
meluangkan waktu, memberikan bimbingan serta masukan, perhatian, pengarahan dan
tentunya memberikan banyak ilmu bagi perkembangan intelektual penulis selama ini.
4. Bapak Dr. Saimul, S.E., M.Si. selaku penguji yang telah banyak memberikan bimbingan,
lebih baik. Dan juga memberikan banyak wawasan baru untuk penulis selama masa
perkuliahan.
5. Kepada bapak M. Husaini. S.E., M.Si selaku ketua jurusan Ekonomi Pembangunan di
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
6. Bapak & ibu dosen yang selama ini turut memberikan nilai-nilai berharga dalam proses
perkuliahan selama 2 tahun.
7. Serta kepada Bp. Sahidin. S.E dan pegawai akademik di lingkungan Program MIE
Universitas Lampung yang telah banyak membantu proses perkuliahan selama ini.
8. Kepada kedua orang tua tercinta, bapak Drs. Syukuruddin dan ibu Emthony M yang telah
membesarkan, mendidik, memberikan doa dengan segenap cinta dan kasih sayang yang
tiada akhir yang telah diberikan kepada penulis.
9. Kakakku tercinta satu-satunya Lensiyana Unzila. S.P atas doa, kasih sayang, saran,
masukan dan proses bimbingan selama ini.
10.Kedua adikku tercinta dan terlucu Iqrima Aini. S.Pd dan M. Bahvi Yandurixo atas
keceriaan, gangguan dan gelak senyum tawa selama ini.
11.Kepada Bapak Ir. Ponirin dan Ibu Ir. Hasnidarwati selaku Manajer PTPN UU Beringin
yang banyak memberikan bantuan dalam proses penyelesaian thesis ini.
12.Kepada calon istri tercinta penulis Nindya Eka Sobita. S.P., M.Si terima kasih atas segala
kerjasama, masukan, bantuan dan peran serta dalam proses perkuliahan dan penyelesaian
thesis ini.
13.Dan terakhir kepada seluruh rekan-rekan kuliah angkatan 2 yang antara lain sesepuh Pak
Imam Santoso, mba iik, mba fery, pak eri, pak hendra, pak sigit, mba dini, bang hendra
pras, mas tyo, mas dwi, mba rini, mba maya, risko ayuna, indah.
Semoga Allah SWT memberikan balasan atas kebaikan yang telah diberikan selama ini dan
Bandar Lampung, Mei 2014
Penulis
i
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI... i
DAFTAR GAMBAR DAN DAFTAR TABEL ... iii
DAFTAR LAMPIRAN... vi
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan masalah... 10
C. Tujuan Penelitian ... 10
D. Manfaat Penelitian ... 11
E. Batasan Penelitian... 11
F. Kerangka Pemikiran ... 11
G. Hipotesis ... 13
II. TINJAUAN PUSTAKA A. CSR ... 14
B. Pentingnya CSR ... 17
C. CSR dan Teori Triple Bottom Line ... 18
D. Indikator CSR Perusahaan BUMN Berdasarkan Keputusan Menteri ... 21
E. Kesejahteraan Masyarakat ... 23
F. Indikator Kesejahteraan Masyarakat ... 25
G. Hubungan Program CSR Terhadap Kesejahteraan Masyarakat ... 26
H. Penelitian Terdahulu ... 28
III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian... 31
B. Variabel Penelitian ... 31
C. Definisi Konseptual ... 32
D. Definisi Operasional ... 32
ii
F. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ... 35
G. Sumber Data ... 36
H. Teknik Pengumpulan Data ... 37
I. Teknik Pengolahan Data ... 38
J. Skala Pengukuran ... 38
K. Teknik Analisis Data ... 39
a) Transformasi Data Melalui Method of successive Interval (MSI) ... 39
b) Pengujian Validitas instrumen ... 40
c) Pengujian Reabilitas Instrumen ... 43
d) Analisis Regresi Linier Berganda ... 44
e) Uji Asumsi Klasik ... 46
1) Uji Normalitas ... 46
2) Uji Heteroskedastisitas ... 47
f) Uji t... 47
g) Koefisien Determinasi/Uji R2 ... 48
h) Uji F... 49
L. Gambaran Umum Tempat Penelitian ... 50
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Regresi Linier Berganda ... 53
B. Uji t ... 55
C. Koefisien Determinasi (R2) ... 55
D. Uji F ... 56
E. Uji Asumsi Klasik ... 57
1. Uji Normalitas ... 57
2. Uji Heteroskesdasitisitas ... 58
F. Penelitian Deskriptif ... 58
1. Bina Lingkungan ... 59
2. Program Kemitraan ... 77
3. Kesejahteraan Masyarakat ... 83
V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 113
B. Saran ... 114
DAFTAR PUSTAKA ... 116
iii
DAFTAR GAMBAR DAN DAFTAR TABEL
GAMBAR Halaman
1. Kerangka Pemikiran ... 12
TABEL 1. Kontribusi PTPN 7 UU Beringin Kepada Negara ... 2
2. Dana CSR PTPN 7 UU Beringin ... 8
3. Penelitian Terdahulu ... 29
4. Definisi Operasional... 33
5. Metode Skala Likert ... 39
6. Uji Validitas ... 42
7. Uji Reabilitas ... 44
8. Koefisien Determinasi (R2) ... 55
9. Model Summary ... 53
10.Uji F ... 56
11.Uji Jarque-Bera ... 57
12.Penyediaan Klinik Kesehatan ... 59
13.Penyediaan Tenaga Medis Untuk Masyarakat ... 60
14.Pemberian Perlengkapan Kesehatan ... 61
iv
16.Sosialisasi Wabah Penyakit Menular ... 63
17.Pemberian Makanan Bergizi Untuk Siswa Sekolah... 66
18.Bantuan Tanggap Darurat Bencana ... 65
19.Bantuan Bahan Pokok Dan Tenda ... 66
20.Pemberian Dana Perbaikan ... 67
21.Pelatihan Kewirausahaan Ibu-ibu Rumah Tangga ... 68
22.Pelatihan Anak-anak Putus Sekolah... 69
23.Pemberian Beasiswa Untuk Anak Kurang Mampu Dan Yatim Piatu... 70
24.Bantuan Komputer Untuk Sekolah ... 71
25.Pemberian Perlengkapan Sekolah ... 71
26.Bantuan Perbaikan Jalan Desa ... 72
27.Kebersihan Dan Kesehatan Masyarakat... 73
28.Bantuan Pembuatan Sumur Bor ... 74
29.Bantuan Perbaikan Sekolah Rusak... 75
30.Bantuan Perbaikan Masjid/Musholla ... 76
31.Bantuan Kegiatan Keagamaan ... 77
32.Kunjungan Safari Ramadhan ... 78
33.Pemberian Bibit Pohon ... 79
34.Program Penanaman 1000 Pohon ... 79
35.Hasil Skor Total Variabel X1 ... 80
36.Kemudahan Dalam Proses Pinjaman ... 86
v
38.Pembentukan Desa Binaan ... 87
39.Kunjungan Kepada Mitra Binaan... 88
40.Pemberian Pelatihan Untuk Mitra Binaan Baru ... 89
41.Program Lokakarya Untuk Mitra Binaan ... 90
42.Promosi Untuk Mitra Binaan ... 91
43.Pendampingan Mitra Binaan ... 91
44.Hasil Skor Total Variabel X2 ... 92
45.Kelengkapan Fasilitas Pendidikan Sekolah ... 97
46.Penghargaan Siswa Berprestasi... 98
47.Dukungan Keluarga Untuk Menempuh Pendidikan ... 98
48.Gizi Anak Usia Sekolah ... 99
49.Pelayanan Kesehatan ... 100
50.Kelengkapan Fasilitas Kesehatan ... 101
51.Sosialisasi Dari Instansi Kesehatan ... 102
52.Proses Mengurus Administrasi Kesehatan ... 102
53.Kebersihan Lingkungan Tempat Tinggal ... 103
54.Pendapatan Masyarakat ... 104
55.Kepemilikan Tempat Tinggal ... 105
56.Pembangunan Yang Mendukung Perekonomian ... 105
57.Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari ... 106
58.Kesempatan Bekerja ... 107
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Kueisioner ... 124
2. Surat Penerimaan Penelitian dari PTPN 7 UU Beringin ... 129
3. Hasil Angka Uji Validitas dan Reliabilitas ... 130
4. Summary Data variabel C Setelah MSI Uji Validitas dan Reliabilitas ... 131
5. Summary Data variabel X2 Setelah MSI Uji Validitas dan Reliabilitas ... 132
6. Summary Data variabel Y setelah MSI Uji Validitas dan Reliabilitas ... 133
7. Data variabel X1 Setelah MSI Uji Validitas dan Reliabilitas ... 134
8. Data variabel X2 Setelah MSI Uji Validitas dan Reliabilitas ... 135
9. Data variabel Y Setelah MSI Uji Validitas dan Reliabilitas ... 136
10.Hasil Angka Kuesioner ... 154
11.Hasil Angka Uji Kuesioner ... 156
12.Summary Data variabel X1 Setelah MSI ... 158
13.Summary Data variabel X2 Setelah MSI ... 160
14.Summary Data variabel Y setelah MSI ... 161
vii
16.Data variabel X2 Setelah MSI ... 164
17.Data variabel Y Setelah MSI... 166
18.Analisis Regresi Linier Berganda ... 168
19.Hasil Uji Jarque-Bera ... 172
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perusahaan muncul sebagai suatu alat untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia
yang tidak terbatas, perusahaan mendatangkan keuntungan materi bagi siapa pun
yang berhasil menggerakkan dan memanfaatkannya, perusahaan juga mempunyai
andil yang besar dalam menciptakan stabilitas perekonomian nasional, hal
tersebut dapat dilihat dalam peran perusahaan dalam memberikan pendapatan
kepada pemerintah baik pusat maupun daerah.
Hadirnya perusahaan ditengah-tengah masyarakat memberikan kontribusi riil akan
salah satu permasalahan nasional yaitu pengangguran (Korhenen, 2006).
Perusahaan menggerakkan masyarakat yang berada disekitar perusahaan untuk
melakukan aktivitas yang bersifat produktif yaitu bekerja. Secara langsung maka
peran perusahaan adalah berhubungan erat dalam menciptakan stabilitas
perekonomian dan mengurangi tingkat pengangguran di Indonesia.
Perusahaan juga memberikan kontribusi kepada negara baik secara langsung
maupun tidak langsung. Kontribusi langsung perusahaan berupa penerimaan
negara yang bersumber dari pendapatan pajak, setoran dividen dan privatisasi,
2
Sedangkan kontribusi tidak langsung berupa multiplier effect bagi perkembangan
perekonomian nasional. Oleh karena itu, hadirnya perusahaan di masyarakat pasti
berhubungan erat dengan lingkungan masyarakat dan terutama pemerintah daerah
yang juga mendapat keuntungan dari kontribusi yang diberikan suatu perusahaan
kepada daerahnya. Berikut disajikan contoh kontribusi yang diberikan sebuah
perusahaan BUMN bidang perkebunan yaitu PTPN 7 UU Beringin kepada
Pemerintah pusat maupun daerah.
Tabel 1. Kontribusi PTPN 7 UU Beringin Kepada Negara
No Pajak Pusat 2011 2012 2013
1 PBB 568,896,124 568,896,124 724,978,306 2 PPh Pasal 21 391,490,265 789,755,190 363,703,435 3 PPh Pasal 22 10,495,393 - - 4 PPh Pasal 23 53,339,944 120,481,566 266,419,907
Jumlah 1,024,221,726 1,479,132,880 1,355,101,68
No Pajak Daerah 2011 2012 2013
1 Izin Industri Perkebunan 33,332,000 - - 2 Retribusi Pemanfaatan Air 250,081,381 563,422,910 -
Jumlah 283,413,381 563,422,910 -
Sumber: PTPN 7 Unit Usaha Beringin
Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa dengan kehadiran Unit Usaha PTPN 7
memberikan kontribusi yang besar kepada pemerintah baik pusat maupun daerah,
belum lagi dengan perekrutan karyawan yang berasal dari masyarakat sekitar dan
juga masyarakat yang dijadikan mitra perusahaan dalam menjalankan kegiatan
operasionalnya. Maka tidak berlebihan jika disebut pembangunan industri
sebenarnya memiliki dampak positif dalam menyerap tenaga kerja, meningkatkan
produktifitas ekonomi, dan dapat menjadi aset pembangunan nasional maupun
daerah.
Tetapi, sesuatu yang tidak bisa dihindari bahwa kehadiran suatu perusahaan juga
3
habitat manusia. Banyak perusahaan yang dengan kehadirannya malah
menimbulkan dampak buruk terhadap masyarakat di sekitarnya, seperti polusi dan
kerusakan alam lainnya yang merugikan lingkungan dan masyarakat di sekitar
perusahaan (Carrol, 2010).
Masyarakat kini semakin sadar akan haknya untuk meminta pertanggung-jawaban
perusahaan atas berbagai masalah sosial yang seringkali ditimbulkan oleh
beroperasinya perusahaan. Kesadaran ini semakin menuntut kepedulian
perusahaan bukan saja dalam proses produksi, melainkan pula terhadap berbagai
dampak sosial yang ditimbulkannya.
Perusahaan juga mestinya memperhatikan aspek triple bottom lines (Elkington,
1997) yangselain mencakup aspek finansial juga terdapat aspek sosial serta aspek
lingkungan hidup yang perlu diperhatikan oleh perusahaan agar dapat menjaga
kelangsungan aktivitas bisnis perusahaan. Karena kondisi keuangan saja tidak
cukup menjamin perusahaan dapat melangsungkan kegiatan operasionalnya di
masa yang akan datang.
Menurut Idris (2005) keberlanjutan perusahaan akan terjamin apabila perusahaan
dapat memperhatikan dimensi sosial masyarakat dan lingkungan. Sudah menjadi
fakta bagaimana masyarakat dapat menjadi sangat marah terhadap perusahaan
yang dianggap tidak memperhatikan aspek-aspek kesejahteraan dan lingkungan
yang kemudian melakukan tindakan-tindakan anarkis yang dapat membuat
4
Dalam konteks pembangunan saat ini, perusahaan tidak lagi dihadapkan pada
tanggung jawab yang berpijak pada aspek keuntungan secara ekonomis semata,
yaitu nilai perusahaan yang direfleksikan dalam kondisi keuangan, namun juga
harus memperhatikan aspek sosial dan lingkungannya. Perusahaan bukan lagi
sekedar kegiatan ekonomi untuk menciptakan profit demi kelangsungan usahanya,
melainkan juga bertanggung jawab terhadap aspek sosial dan lingkungannya
(Bassen, 2005).
Dasar pemikirannya adalah menggantungkan semata-mata pada kesehatan
finansial tidak menjamin perusahaan bisa tumbuh secara berkelanjutan.
Keberlanjutannya akan terjamin apabila perusahaan memperhatikan aspek terkait
lainnya, yaitu aspek sosial dan lingkungan (Rudito 2004). Sudah banyak contoh
kasus terjadi terkait permasalahan yang muncul dikarenakan perusahaan dalam
melaksanakan operasinya kurang memperhatikan kondisi lingkungan dan sosial
disekitarnya khususnya perusahaan yang aktivitasnya berkaitan dengan
pengelolaan sumber daya alam.
Seperti di PTPN 7 Unit Usaha Beringin dalam beberapa waktu belakangan ini
terjadi konflik antara masyarakat dengan perusahaan seperti pendudukan lahan di
afdeling 3 dan afdeling 5, terjadinya intimidasi kepada karyawan perusahaan
banyaknya pencurian hingga mencapai puncaknya adalah pembakaran mess
karyawan yang dilakukan masyarakat sekitar perusahaan.
Banyaknya permasalahan yang terjadi banyak disebabkan oleh aktifitas
perusahaan yang kurang memberikan perhatian kepada masyarakat sekitarnya,
5
sehingga membuat masyarakat berani melawan perusahaan untuk
memperjuangkan hal-haknya (Calvano, 2008). Sebenarnya menentramkan
masyarakat sekitar bukan perkara berat asal perusahaan memenuhi kewajiban
untuk melaksanakan program Corporate Social Responsibility (CSR). Kegiatan
sosial kemasyarakatan yang dilakukan secara sukarela itu, sudah biasa dilakukan
oleh perusahaan-perusahaan diluar negeri (Ursula, 2008).
Namun berbeda dengan kondisi Indonesia disini kegiatan CSR baru dimulai
beberapa tahun belakangan (Jackie, 2008). Tuntutan masyarakat dan
perkembangan demokrasi serta derasnya arus globalisasi dan pasar bebas saat ini,
sehingga memunculkan kesadaran dari dunia industri tentang pentingnya
melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan (Fauzi, 2008).
Walaupun sudah lama prinsip-prinsip CSR diatur dalam peraturan
perundang-undangan dalam lingkup hukum perusahaan tapi belum banyak yang efektif
disamping itu dalam prakteknya tidak semua perusahaan menerapkan CSR. Bagi
kebanyakan perusahaan, CSR dianggap sebagai parasit yang dapat membebani
biaya capital maintenance, kalaupun ada yang melakukan CSR itu pun dilakukan
untuk adu gengsi, dan jarang ada program CSR yang memberikan kontribusi
langsung kepada masyarakat (Chua, 2008).
Disamping itu, masih terjadi wacana, penolakan keras dari kalangan pelaku bisnis
beraliran kapitalisme yang selama ini beranggapan bahwa perusahaan merasa
telah patuh membayar pajak kepada pemerintah (Ruggie, 2008), seharusnya tidak
perlu lagi memperhatikan dan bahkan dapat menolak memberikan dana
6
terhadap kesejahteraan sosial masyarakat (Utting, 2005), apa lagi harus diatur
melalui peraturan Undang-Undang atau hukum yang mewajibkan memberikan
sumbangan dengan presentase tertentu dari nilai profit atau komponen biaya
lainnya yang dipotong khusus demi sumbangan pelaksanaan program CSR
tersebut (Zamagni, 2003).
Menurut pendapat Thurow (1996) yang menulis buku berjudul The Future of
Capitalism, didalamnya tertulis ungkapan untuk menolak CSR. Throuw
berpendapat There is no social must in capitalim artinya tidak ada namanya aspek
sosial dalam pandangan kapitalisme karena kewajiban CSR adalah sebagai
tindakan amoral dan sebuah perusahaan wajib memaksimalkan laba yang
sebanyak-banyaknya.
Selanjutnya Friedman (1970) menyatakan secara keras bahwa, there is one and
only one social responsibility in business, to use its resources and engage in
activities designed to increase its profits. Sesungguhnya CSR bukanlah menjadi
tanggung jawab perusahaan, dan kegiatan bisnis yang dirancang khusus adalah
menambah keuntungan yang sebanyak-banyaknya. Sebab tugas untuk tanggung
jawab sosial dan kelestarian lingkungan tersebut merupakan amanah yang hanya
dibebankan ke pihak pemerintah yang selama ini telah memungut pajak terhadap
perusahaan-perusahaan.
Dalam hal kebijakan, perhatian terhadap CSR dari pemerintah Republik
Indonesia, tertuang dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas (UU Nomor 40
Tahun 2007) Bab V Pasal 74. Walaupun hanya mewajibkan pelaksanaan aktivitas
7
menimbulkan kontrovesi dikarenakan kebijakan tersebut mewajibkan aktivitas
CSR bukan merupakan suatu kebijakan umum yang dilakukan di negara-negara
lain. Kontrovesi juga timbul karena adanya kekhawatiran munculnya peraturan
pelaksanaan yang memberatkan para pengusaha (Bangun, 2009).
Dalam menyikapi persoalan CSR, terdapat pendapat yang setuju dan juga yang
menolaknya. Argumentasi yang mendukung menyatakan bahwa CSR diperlukan
untuk hal-hal sebagai berikut (Anne, 2005):
1. Menyeimbangkan antara kekuatan korporasi dengan aspek tanggung jawab
2. Mengurangi adanya regulasi pemerintah yang berlebihan.
3. Meningkatkan keuntungan jangka panjang
4. Meningkatkan nilai dan reputasi korporasi
5. Memperbaiki permasalahan sosial yang disebabkan oleh perusahaan.
Kemudian Kotler (2005) menambahkan dengan menekankan pada aspek bisnis
yaitu, CSR dapat meningkatkan penjualan dan memperluas pangsa pasar,
memperkuat posisi merek dagang, meningkatkan kemampuan untuk menarik,
memotivasi dan memelihara karyawan lalu dapat menurunkan biaya operasi
hingga dapat menarik minat investor dan para analis keuangan. Sedangkan
argumentasi yang menentang menyatakan bahwa pada dasarnya CSR hanya
(Anne, 2005):
1. Menurunkan efisiensi ekonomi dan keuntungan usaha
2. Membuat biaya perusahaan lebih tinggi dibandingkan kompetitornya.
3. Menimbulkan biaya tersembunyi yang secara tidak langsung akan dibebankan
8
4. Mensyaratkan tambahan kemampuan sosial yang sebenarnya tidak dimiliki oleh
perusahaan
5. Membebankan tanggung jawab kepada perusahaan yang seharusnya
dibebankan kepada individu
Sejauh ini CSR yang dilaksanakan perusahaan perkebunan masih dianggap belum
memenuhi harapan masyarakat terutama dalam jumlah alokasi dana. Bahkan
dipersepsikan seolah perusahaan perkebunan tidak terlalu memperhatikan daerah
tempatnya berbasis (Ibrahim, 2006). Dari kenyataan di lapangan, sesungguhnya
itu sangat tidak logis kalau disebut perusahaan-perusahaan perkebunan tidak
memberi kontribusi apa-apa kepada daerah.
Bukankah selama ini perusahaan perkebunan besar telah membuka lapangan kerja
baru, memberikan kontribusi pada pajak dan restribusi daerah, membina
lingkungan sekitar kebun dan memberdayakan masyarakat tempat dimana
perkebunan itu berada (Reza, 2009). Lalu kenapa masih disebut-sebut bahwa
kontribusi perusahaan perkebunan amat kecil dan bahkan dianggap tidak
memperhatikan daerah tempatnya berbasis. Seperti program CSR yang
dilaksanakan PTPN 7 UU Beringin selama ini telah menggelontorkan dana yang
cukup besar untuk pelaksanaan program CSR yang sudah di amanatkan oleh UU.
Berikut disajikan data dana CSR yang dilakukan oleh UU Beringin.
Tabel 2. Dana CSR PTPN 7 UU Beringin
No Tahun Bina Lingkungan Program Kemitraan Jumlah
9
Dari Tabel 2 diatas dapat dilihat dana yang diberikan oleh perusahaan cukup
bervariatif setiap tahun dan untuk sebuah Unit Usaha perusahaan dana yang
digelontorkan bisa dibilang cukup besar, dan jika dihitung jumlah total dana CSR
yang dilakukan oleh PTPN 7 (Pusat Bandar Lampung) total dana yang
dikeluarkan untuk program bina lingkungan pada tahun 2013 adalah
Rp.7.627.705.293 dan dana untuk program kemitraan mencapai
Rp.13.501.500.000.
Jika dilihat dari beberapa contoh masalah yang dialami oleh PTPN 7 UU
Beringin, ternyata ada ketidaksesuaian antara masalah sosial yang dialami oleh
masyarakat disekitar perusahaan terhadap perusahaan yang sudah melakukan
kewajibannya dan hal ini memberikan dampak yang sangat besar, bahkan tujuan
meraih keuntungan dalam aspek bisnis malah berbalik menjadi kerugian yang
berlipat.
Oleh karena itu masalah pengelolaan sosial dan lingkungan untuk saat ini tidak
bisa menjadi hal marginal. Tanggung jawab sosial perusahaan merupakan aspek
penting yang harus dilakukan perusahaan dalam kegiatan operasionalnya.
Singkatnya, konsep CSR secara umum mengandung makna, perusahaan atau
pelaku bisnis memiliki tanggung jawab yang meliputi tanggung jawab legal,
ekonomi, etis, dan lingkungan (Beckmann, 2007).
Lebih khusus lagi, CSR menekankan aspek etis dan sosial dari perilaku korporasi,
seperti etika bisnis, kepatuhan pada hukum, pencegahan penyalahgunaan
kekuasaan dan pencaplokan hak milik masyarakat, praktik tenaga kerja yang
10
sumbangan sosial, standar-standar pelimpahan kerja dan barang, serta operasi
antar negara (Jamali, 2008). Berdasarkan uraian-uraian latar belakang yang sudah
dipaparkan, penulis tertarik menulis tentang Analisis Implementasi program CSR PTPN 7 Unit Usaha Beringin Terhadap Kesejahteraan Masyarakat.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut:
1. Bagaimana implementasi program bina lingkungan CSR PTPN 7 UU
Beringin terhadap kesejahteraan masyarakat dilingkungan PTPN 7 Unit
Usaha Beringin Kabupaten Muara Enim Provinsi Sumatera Selatan ?
2. Bagaimana implementasi program kemitraan CSR PTPN 7 UU Beringin
terhadap peningkatan perekonomian masyarakat dilingkungan PTPN 7
Unit Usaha Beringin Kabupaten Muara Enim Provinsi Sumatera Selatan ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan
yang ingin dicapai dalam penelitian tesis ini adalah:
1. Untuk mengetahui dampak implementasi CSR program bina lingkungan
terhadap kesejahteraan masyarakat dilingkungan PTPN 7 Unit Usaha
Beringin Kabupaten Muara Enim Provinsi Sumatera Selatan.
2. Untuk mengetahui dampak implementasi CSRprogram kemitraan terhadap
peningkatan perekonomian masyarakat dilingkungan PTPN 7 Unit Usaha
11
D. Manfaat Penelitian
1. Secara teoritis, Diharapkan penelitian ini dapat memberikan masukan bagi
penyempurnaan perangkat peraturan mengenai CSR khususnya badan usaha
yang berbentuk BUMN, umumnya dan bentuk badan usaha perseroan
lainnya.
2. Secara praktis, penelitian ini ditujukan kepada kantor PTPN 7 Unit Usaha
Beringin agar hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan, pertimbangan
dan bahan evaluasi dalam pelaksanaan program CSR yang dilakukan
perusahaan.
E. Batasan Penelitian
Dalam penelitian ini tidak semua aspek akan diteliti maka dari itu dalam
penelitian ini dibatasi oleh waktu pelaksanaan program CSR yang dilakukan
PTPN 7 Unit Usaha Beringin dalam kurun waktu 5 tahun dari tahun 2009-2013.
F. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik
Negara yang menentukan bahwa perusahaan BUMN harus menyisihkan sebagian
laba bersihnya untuk keperluan pembina usaha kecil/koperasi serta pembinaan
masyarakat sekitar BUMN. Dengan Demikian PTPN 7 yang termasuk BUMN
bukan saja harus mendukung keberadaan perekonomian masyarakat tetapi juga
12
Berdasarkan Keputusan Menteri BUMN No. Kep-236/MBU/2003 tentang
program kemitraaan dan program bina lingkungan yang wajib dilaksanakan oleh
setiap perusahaan dalam menjalankan kegiatanya. Sehingga perusahaan dapat
menjalankan kegiatan operasionalnya dengan tenang dan masyarakat disekitar
perusahaan pun merasakan dampak baik dengan kehadiran perusahaan tersebut.
Dan aspek penilaian kesejahteraan menurut Maka dari penjelasan tentang
kewajiban perusahaan BUMN dalam menjalankan program CSR, maka dibuat
[image:33.595.144.501.311.481.2]gambar kerangka berfikir seperti yang ada dibawah ini.
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
Dari gambar 1 dapat dijelaskan bahwa PTPN 7 melakukan program CSR yang
terdiri dari 2 program yaitu program bina lingkungan (X1) dan program kemitraan
(X2) yang jika kedua program tersebut dijalankan dengan baik maka bertujuan
dapat mensejahterakan masyarakat (Y) yang berada disekitar perusahaan
beroperasi.
Kesejahteraan Masyarakat
(Y)
CSR PTPN
Bina Lingkungan
(X1)
Program Kemitraan
13
G. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah, oleh karena
itu rumusan masalah penelitian biasanya dalam bentuk kalimat pertanyaan
(Azwar, 1998). Berdasarkan latar belakang, permasalahan yang ada dan kerangka
pemikiran yang telah dikemukakan, maka dapat diperoleh suatu hipotesis yaitu:
1. Diduga implementasi Corporate Social Responsibility dalam pemberdayaan
ekonomi masyarakat dalam program kemitraan PTPN 7 Unit Usaha
Beringin Kabupaten Muara Enim Provinsi Sumatera berdampak positif
terhadap peningkatan perekonomian masyarakat sekitar.
2. Diduga Corporate Social Responsibility dalam program bina lingkungan
berdampak positifterhadap kesejahteraan masyarakat di lingkungan PTPN 7
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. CSR
Tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility) telah
menjadi pemikiran para pembuat kebijakan sejak lama. Bahkan dalam Kode
Hammurabi (1700-an SM) yang berisi 282 hukum telah memuat sanksi bagi para
pengusaha yang lalai dalam menjaga kenyamanan warga atau menyebabkan
kematian bagi pelanggannya. Dalam Kode Hammurabi disebutkan bahwa
hukuman mati diberikan kepada orang-orang yang menyalahgunakan ijin
penjualan minuman, pelayanan yang buruk dan melakukan pembangunan gedung
di bawah standar sehingga menyebabkan kematian orang lain.
Perhatian para pembuat kebijakan menunjukkan telah adanya kesadaran bahwa
terdapat potensi timbulnya dampak buruk dari kegiatan usaha. Dampak buruk
tersebut tentunya harus direduksi sedemikian rupa sehingga tidak membahayakan
kemaslahatan masyarakat sekaligus tetap ramah terhadap iklim usaha.
Konsep selanjutnya dirumuskan pada tahun 1713 oleh kepala Saxon
pertambangan Hans Carl von Carlowitz. Menurutnya pengusaha seharusnya
bertindak sebagai patron dan donatur untuk perbaikan hidup karyawan, misalnya
dengan membangun rumah karyawan, mencukupi kebutuhan dan menjaga
15
Penelitian ilmiah tentang CSR berakar di Amerika Serikat sejak tahun 1950,
diskusi berlangsung tentang isi dan ruang lingkup dari tanggung jawab
perusahaan. Salah satu publikasi pertama pada subyek tanggung jawab sosial
pengusaha dicetuskan oleh Howard R Bowen ditahun 1953. Bowen memberikan
definisi awal dari CSR yaitu kewajiban pengusaha untuk membuat keputusan
yang mengikut-sertakan orang-orang melalui tindakan sosial dalam jangka waktu
tertentu dan terdapat nilai-nilai yang sesuai dalam masyarakat.
Pada tahun 1960 banyak usaha dilakukan untuk memberikan formalisasi definisi
CSR. Salah satu akademisi CSR yang terkenal pada masa itu adalah Keith Davis.
Davis dikenal karena berhasil memberikan pandangan yang mendalam atas
hubungan antara CSR dengan kekuatan bisnis. Davis (1960) mengutarakan Iron
Law of Responsibility yang berarti bahwa tanggung jawab sosial pengusaha sama
dengan kedudukan sosial yang mereka miliki dan tanggung jawab sosial
pengusaha harus sepadan dengan kekuatan sosial mereka. Sehingga dalam jangka
panjang pengusaha yang tidak menggunakan kekuasaan dengan bertanggung
jawab akan kehilangan kekuasaan yang mereka miliki sekarang.
Tahun 1963 Joseph W. McGuire memperkenalkan istilah Corporate Citizenship.
McGuire menyatakan bahwa Ide tanggung jawab sosial mengandaikan bahwa
korporasi tidak hanya berkewajiban secara ekonomi dan hukum, tetapi juga
memiliki tanggung jawab tertentu kepada masyarakat. McGuire kemudian
menjelaskan lebih lanjut bahwa korporasi harus memperhatikan masalah politik,
kesejahteraan masyarakat, pendidikan, kebahagiaan karyawan dan seluruh
16
Tahun 70-an juga ditandai dengan pengembangan definisi CSR. Prakash Sethi
(1973) memberikan penjelasan atas perilaku korporasi yang dikenal dengan social
obligation, social responsibility, and social responsiveness. Menurut Sethi, social
obligation adalah perilaku korporasi yang didorong oleh kepentingan pasar dan
pertimbangan-pertimbangan hukum, dalam hal ini social obligatioan hanya
menekankan pada aspek ekonomi dan hukum saja. Social responsibility
merupakan perilaku korporasi yang tidak hanya menekankan pada aspek ekonomi
dan hukum saja tetapi harus menyelaraskan social obligation dengan norma, nilai
dan harapan kinerja yang dimiliki oleh lingkungan sosial.
Social responsivenes merupakan perilaku korporasi yang secara responsif dapat
mengadaptasi kepentingan sosial masyarakat. Social responsiveness merupakan
tindakan antisipasi dan preventif. Dari pemaparan Sethi dapat disimpulkan bahwa
social obligation bersifat wajib, social responsibility bersifat anjuran dan social
responsivenes bersifat preventif.
1980-an Era ini ditandai dengan usaha-usaha yang lebih terarah untuk lebih
mengartikulasikan secara tepat apa sebenarnya corporate responsibility. Peter F.
Drucker membahas secara serius bidang CSR pada tahun 1984. Drucker
berpendapat bahwa tanggung jawab sosial yang tepat dari bisnis adalah mengubah
masalah sosial menjadi peluang ekonomi dan manfaat ekonomi, dalam hal ini
Drucker telah melangkah lebih lanjut dengan memberikan ide baru agar korporasi
dapat mengelola aktivitas CSR yang dilakukannya dengan sedemikian rupa
sehingga tetap akan menjadi peluang bisnis yang menguntungkan. Kemudian
17
1. Tanggung jawab ekonomi, bahwa perusahaan harus melakukan bisnis
setidaknya untuk menutupi biaya sehari-hari.
2. Tanggung jawab hukum bahwa perusahaan tidak boleh terlibat dalam kegiatan
ilegal dan harus sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.
3. Tanggung jawab etis menggambarkan kebutuhan perusahaan secara adil dan
etis untuk bertindak atas undang-undang.
4. Tingkat keempat disebut tanggung jawab filantropis, yang menggambarkan
keterlibatan komunitas kreatif dari perusahaan kepada harapan masyarakat.
Untuk bertahan hidup perusahaan harus mematuhi dua tingkat pertama, tingkat
ketiga adalah tindakan moral yang penting untuk diterima oleh masyarakat dan
tingkat keempat adalah murni sukarela, tapi yang diinginkan secara sosial. CSR
pada prinsipnya termasuk dalam empat tahap.
B. Pentingnya CSR
CSR merupakan komitmen yang berkesinambungan dari kalangan bisnis, untuk
berperilaku secara etis dan memberi kontribusi bagi perkembangan ekonomi,
seraya meningkatkan kualitas kehidupan dari karyawan dan keluarganya, serta
komunitas lokal dan masyarakat luas pada umumnya. Ada enam kecenderungan
utama yang semakin menegaskan arti penting CSR, yaitu meningkatnya
kesenjangan antara kaya dan miskin, posisi negara yang semakin berjarak pada
rakyatnya, makin mengemukanya arti kesinambungan, makin gencarnya sorotan
kritis dan resistensi dari publik, bahkan yang bersifat anti perusahaan, tren ke arah
transparansi, dan harapan-harapan bagi terwujudnya kehidupan yang lebih baik
18
Artinya, CSR sangat dibutuhkan masyarakat di sekitar lokasi perusahaan, sebab
selain akan terjadi berbagai perubahan sosial, kekayaan sumber daya alam yang
selama ini sangat bermanfaat bagi masyarakat juga akan terganggu disinilah letak
paradoks dari proses perubahan sosial kekayaan akan sumber daya alam dapat
menjadi pedang bermata dua bagi suatu negara yang sedang berkembang yaitu
dapat menguntungkan tetapi pada saat yang sama dapat pula menjadi kerugian
(Carrol, 1979).
Jika kekayaan sumber daya alam itu tidak dikelola dengan baik dan bermanfaat
bagi masyarakat maka, penolakan terhadap kehadiran perusahaan akan terus
terjadi. Jadi CSR itu memang harus terus diupayakan terutama dunia saat ini
sudah memasuki ekonomi global tentu perlu mengkaji secara cermat atas
aspek-aspek yang penting dalam kehidupan masyarakat seperti manajemen
pembangunan, demokrasi dan pendidikan. Ketepatan dalam menentukan pilihan
akan sangat menentukan kehidupan dimasa mendatang, oleh karena kajian-kajian
yang jernih, obyektif dan dengan pertimbangan nasib warga secara keseluruhan
sangat diperlukan (Pomering, 2009).
C. CSR dan Teori Triple Bottom Line
Skema pembangunan yang mengedepankan pertumbuhan ekonomi, yang
menjadikan sektor pertanian (pedesaan) menjadi penopang industrialisasi ternyata
tidak bisa diharapkan dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pada
satu sisi masyarakat desa harus menerima kenyataan dimana laju perkembangan
sumber-19
sumber agraria telah mengalami pengurasan besar-besaran dan mengalami
penurunan kapasitas untuk melakukan pemulihan.
Kehidupan rakyat pedesaan tidak menjadi baik bahkan sebaliknya, kemiskinan
dan kesenjangan sosial serta keterbelakangan telah menjadi bagian dari hidup
rakyat desa. Terhadap situasi yang demikian, banyak penduduk desa yang
akhirnya pergi ke luar desa, mengadu nasib dan sekaligus menyediakan tenaga
murah bagi percepatan industrialisasi. Marjinalisasi desa dapat dilihat sebagai
bagian dari skenario untuk menopang industri, yang berbasis tenaga kerja murah
dan bahan baku yang berlimpah serta murah.
Wartick (1985) menilai kehancuran lingkungan dan penurunan kapasitas sumber
daya alam merupakan kenyataan dari proses pengurasan kekayaan alam untuk
keperluan menggerakkan roda pembangunan. Hutan, tambang dan lain-lain telah
dengan sangat luar biasa dikuras dan tidak dipikirkan peruntukkannya bagi
generasi yang akan datang. Diberbagai daerah, terkesan kuat bahwa kekayaan
alam telah dijual. Sementara massa rakyat harus memikul akibatnya berupa
lingkungan yang rusak, sungai tercemar, hutan gundul dan kekayaan alam yang
menipis.
Memahami CSR sebagai kebertanggung jawaban entitas laba atas dampak
operasionalnya maka seharusnya praktik CSR juga melingkupi sektor industri
lain. Bahkan di banyak negara, komitmen keseimbangan triple bottom line juga
melingkupi industri keuangan, properti, media, komunikasi, teknologi, dan juga
20
Dalam hal ini, jika sebelumnya pijakan tanggung jawab perusahaan hanya terbatas
pada sisi finansial saja (single bottom line), kini dikenal konsep triple bottomline,
yaitu bahwa tanggung jawab perusahaan berpijak pada 3P (profit, people, planet).
Menurut Freeman (1984) dengan semakin berkembangnya konsep CSR ini, maka
banyak teori yang muncul yang diungkapkan berbagai pihak mengenai CSR ini.
Salah satu teori yang terkenal adalah teori Triple Bottom Line yang dikemukakan
oleh John Elkington pada tahun 1997 melalui bukunya Cannibals with Forks, the
Triple Bottom Line of Twentieth Century Bussiness. Elkington mengembangkan
konsep triple bottom line dengan istilah economoic prosperity, environmental
quality dan social justice. Elkington memberi pandangan bahwa jika sebuah
perusahaan ingin mempertahankan kelangsungan hidupnya, maka perusahaan
tersebut harus memperhatikan 3P. Selain mengejar keuntungan (profit),
perusahaan juga harus memperhatikan dan terlibat pada pemenuhan kesejahteraan
masyarakat (people) dan turut berkontribusi aktif dalam menjaga kelestarian
lingkungan (planet).
Gunawan Widjaya (2008) menekankan dalam gagasan tersebut, perusahaan tidak
lagi dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak pada single bottom line, yaitu
aspek ekonomi yang direfleksikan dalam kondisi keuangan saja, namun juga harus
memperhatikan aspek sosial dan lingkungannya. Uraian yang diberikan di atas
menunjukkan bahwa keuntungan ekonomis tidak dapat dipisahkan dalam
kerangka pelaksanaan CSR, oleh karena tujuan dari pelaksanaan CSR itu sendiri
21
kesejahteraan stakeholders, oleh karena itu maka aspek ekonomis juga harus
menjadi pertimbangan bagi perusahaan yang melaksanakan CSR.
D. Indikator CSR Perusahaan BUMN Berdasarkan Keputusan Menteri
Keputusan yang dikeluarkan oleh Menteri BUMN RI Nomor: 117/MBU/2002,
yang hasil dari keputusan ini mewajibkan seluruh perusahaan BUMN untuk
menerapkan praktek-praktek GCG sebagai landasan operasional BUMN. Dan
Keputusan Menteri BUMN No. Kep-236/MBU/2003 tentang CSR agar
melaksanakan program kemitraaan dan program bina lingkungan.
Penyelenggaraan program kemitraaan dan program bina lingkungan, diatur
sebagai berikut:
1) Sumber dana berasal dari penyisihan laba setelah pajak maksimal 1%. Pasal 8
Ayat (1) dan ayat (2).
2) Besarnya dana ditetapkan melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)
untuk Persero, dan oleh Menteri BUMN untuk Perum. Pasal 8 Ayat (3).
3) Dana yang telah ditetapkan oleh RUPS atau Menteri disetorkan pada Unit
PKBL selambat -lambatnya sebulan setelah penetapan. Pasal 8 Ayat (5).
4) Dana Program Kemitraan diberikan dalam bentuk, pinjaman untuk membiayai
modal kerja, dalam rangka meningkatkan produksi dan penjualan, pinjaman
khusus dan hibah. Pasal 10 Ayat (1) dan (2).
5) Pembukuan dana Program Kemitraan dan Bina Lingkungan untuk tujuan yang
memberikan kemanfaatan kepada masyarakat di wilayah usaha BUMN dalam
22
kesehatan, pengembangan prasarana dan sarana umum, dan sarana ibadah.
Pasal 10 Ayat (3).
6) Tata cara pemberian pinjaman dana Program Kemitraan, evaluasi, dan
besarnya bunga pinjaman dana Program Kemitraan. Bab IV Pasal 11 Ayat (1)
dan (2).
7) Pelaksanaan program Bina Lingkungan dilakukan secara langsung oleh BUMN
yang bersangkutan. Bab IV Pasal 12 poin (b).
8) Beban operasional Program Kemitraan bersumber dari hasil bunga pinjaman,
bunga deposito dan atau jasa giro dana Program Kemitraan. Besarnya beban
operasional maksimal 70 % dari hasil bunga pinjaman, bunga deposito dan atau
jasa giro dana Program Kemitraan. Tahun berjalan. Apabila dana beban
operasional tidak mencukupi maka dibebankan oleh anggaran biaya BUMN
Pembina. Bab V Pasal 13 Ayat (1 s/d 5).
9) Beban operasional program dibiayai dana Program Bina Lingkungan, besarnya
maksimal 3% dari dana yang disalurkan pada tahun yang bersangkutan (Bab V
Pasal 14).
10) Beban operasional Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan
dituangkan dalam Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) PKBL (Pasal 15).
RKA tersebut terpisah RKA Perusahaan (RKAP) BUMN. Bab VI Pasal 17
Ayat 2.
11) Pengelola Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan melaporkan
pelaksanaan program setiap triwulan dan laporan tahunan (Bab VII Pasal 19
23
E. Kesejahteraan Masyarakat
Menurut Walter A. Friedlander (1961) kesejahteraan sosial adalah sistem yang
terorganisir dari pelayanan-pelayanan sosial dan lembaga-lembaga yang bertujuan
untuk membantu individu dan kelompok untuk mencapai standar hidup dan
kesehatan yang memuaskan dan relasi-relasi pribadi dan sosial yang
memungkinkan mereka mengembangkan kemampuannya sepenuh mungkin dan
meningkatkan kesejahteraannya secara selaras dengan kebutuhan keluarga dan
masyarakat.
Menurut Arthur Dunham (1965) kesejahteraan sosial didefinisikan sebagai
kegiatan-kegiatan yang terorganisasi dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan
dari segi sosial melalui pemberian bantuan kepada orang untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan didalam beberapa bidang seperti kehidupan keluarga dan
anak, kesehatan, penyesuaian sosial, waktu senggang, standar-standar kehidupan
dan hubungan-hubungan sosial. Pelayanan kesejahteraan sosial memberi perhatian
utama terhadap individu-individu, kelompok-kelompok, komunitas-komunitas
dan kesatuan-kesatuan penduduk yang lebih luas; pelayanan ini mencakup
pemeliharaan atau perawatan, penyembuhan dan pencegahan.
Harold L. Wilensky (1965) mendefinisikan kesejahteraan sosial adalah suatu
sistem yang terorganisir dari usaha-usaha pelayanan sosial dan lembaga-lembaga
sosial, untuk membantu individu-individu dan kelompok dalam mencapai tingkat
hidup serta kesehatan yang memuaskan. Maksudnya agar individu dan
relasi-relasi sosialnya memperoleh kesempatan yang seluas-luasnya untuk
24
menyempurnakan kesejahteraan sebagai manusia sesuai dengan kebutuhan
masyarakat.
Alfred J.Khan (1973) menyatakan bahwa kesejahteraan sosial terdiri dari
program-program yang tersedia selain yang tercakup dalam kriteria pasar untuk
menjamin suatu tindakan kebutuhan dasar seperti kesehatan, pendidikan
kesejahteraan, dengan tujuan meningkatkan derajat kehidupan komunal dan
berfungsinya individual, agar dapat mudah menggunakan pelayanan-pelayanan
maupun lembaga-lembaga yang ada pada umumnya serta membantu mereka yang
mengalami kesulitan dan dalam pemenuhan kebutuhan mereka.
Lalu menurut Zastrow (2000) kesejahteraan sosial adalah sebuah sistem yang
meliputi program dan pelayanan yang membantu orang agar dapat memenuhi
kebutuhan sosial, ekonomi, pendidikan dan kesehatan yang sangat mendasar
untuk memelihara masyarakat. Sebagaimana batasan PBB, kesejahteraan sosial
adalah kegiatan-kegiatan yang terorganisasi yang betujuan untuk membantu
individu atau masyarakat guna memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya dan
meningkatkan kesejahteraan selaras dengan kepentingan keluarga dan masyarakat.
Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 11 tahun 2009,
kesejahteraan Sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual,
dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri,
sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya, dan penyelenggaraan
kesejahteraan sosial adalah upaya yang terarah, terpadu, dan berkelanjutan yang
dilakukan Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat dalam bentuk
25
meliputi rehabilitasi sosial, jaminan sosial, pemberdayaan sosial, dan
perlindungan sosial. Dimana dalam penyelanggaraannya dilakukan atas dasar
kesetiakawanan, keadilan, kemanfaatan, keterpaduan, kemitraan, keterbukaan,
akuntabilitas,partisipasi, profesionalitas dan keberlanjutan.
F. Indikator Kesejahteraan Masyarakat
Tingkat kepuasan dan kesejahteraan adalah dua pengertian yang saling berkaitan.
Tingkat kepuasan merujuk kepada keadaan individu atau kelompok, sedangkan
tingkat kesejahteraan mengacu kepada keadaan komunitas atau masyarakat luas.
Permasalahan kesejahteraan sosial yang berkembang dewasa ini menunjukkan
bahwa ada warga negara yang belum terpenuhi hak atas kebutuhan dasarnya
secara layak karena belum memperoleh pelayanan sosial dari negara. Akibatnya,
masih ada warga negara yang mengalami hambatan pelaksanaan fungsi sosial
sehingga tidak dapat menjalani kehidupan secara layak dan bermartabat.
Menurut Kolle (1974) dalam Bintarto (1989), kesejahteraan dapat diukur dari
beberapa aspek kehidupan pertama dengan melihat kualitas hidup dari segi materi,
seperti kualitas rumah, bahan pangan dan sebagianya. Kedua dengan melihat
kualitas hidup dari segi fisik, seperti kesehatan tubuh, lingkungan alam, dan
sebagainya. Ketiga dengan melihat kualitas hidup dari segi mental, seperti fasilitas
pendidikan, lingkungan budaya, dan sebagainya dan keempat dengan melihat
kualitas hidup dari segi spiritual, seperti moral, etika, keserasian penyesuaian, dan
26
Hal senada namun berbeda dicetuskan oleh Drewnoski (1974) ia melihat konsep
kesejahteraan dari tiga aspek pertama dengan melihat pada tingkat perkembangan
fisik (somatic status), seperti nutrisi, kesehatan, harapan hidup, dan sebagianya.
Kedua dengan melihat pada tingkat mentalnya, (mental/educational status) seperti
pendidikan, pekerjaan, dan sebagainya dan terakhir dengan melihat pada integrasi
dan kedudukan sosial (social status)
Konsep kesejahteraan menurut Nasikun (1996) dapat dirumuskan sebagai padanan
makna dari konsep martabat manusia yang dapat dilihat dari empat indikator yaitu
rasa aman, kesejahteraan, kebebasan dan jati diri. Todaro (2003) mengemukakan
bahwa kesejahteraan masyarakat menengah kebawah dapat direpresentasikan dari
tingkat hidup masyarakat. Tingkat hidup masyarakat ditandai dengan
terentaskannya dari kemiskinan, memiliki tingkat kesehatan yang lebih baik,
perolehan tingkat pendidikan yang lebih tinggi, dan tingkat produktivitas
masyarakat.
G. Hubungan Program CSR Terhadap Kesejahteraan Masyarakat
Program CSR perusahaan ditujukan untuk meningkatkan peran perusahaan dalam
komunitas sosial masyarakat. Hal ini penting, karena sebuah entitas bisnis
keberadaan sebuah perusahaan tidak dapat berdiri sendiri tanpa adanya dukungan
dan suport dari masyarakat. Menurut Susanto (2009) perusahaan dapat
melaksanakan tanggung jawab sosialnya, dengan memfokuskan perhatiannya
27
Dalam kaitannya dengan fungsi CSR, ketiga hal tersebut merupakan satu kesatuan
aktifitas perusahaan yang dapat dilakukan secara simultan sesuai dengan kondisi
sosio kemasyarakatan yang berkembang. Dengan menjalankan tanggung jawab
sosialnya perusahaan diharapkan tidak hanya mengejar keuntungannya saja, akan
tetapi juga dapat memberikan kontribusinya yang arif dan bijaksana dalam
peningkatan kesejahteraan hidup masyarakat di sekitar perusahaan.
Menurut Untung (2008) kontribusi CSR dalam pembangunan ekonomi
masyarakat adalah dengan melibatkan seluruh komponen masyarakat dalam
kegiatan CSR perusahaan. Kemiskinan sudah menjadi musuh bersama yang harus
ditanggulangi oleh semua pihak. Untuk melasakanakan hal tersebut paling tidak
terdapat 3 pilar utama yang harus diperhatikan.
Pertama format CSR yang sesuai dengan nilai lokal masyarakat, kedua
kemampuan diri perusahaan terkait dengan kapasitas SDM dan institusi, dan
ketiga adalah peraturan dan kode etik dalam dunia usaha. Berdasarkan pada
integrasi ketiga pilar tersebut, masyarakat akan dapat dibangun kemampuan dan
kekuatannya dalam memecahkan permasalahan yang mereka hadapi dalam
pencapaian kesejahteraan hidup yang lebih baik.
Di zaman modern saat ini konsep CSR mencoba menggabungkan dan berusaha
untuk menjelaskan berbagai isu-isu khususnya berkaitan dengan masalah sosial,
kepentingan lingkungan dan kesejahteraan, dengan tetap melihat penuh
kepentingan keuangan dan manfaat dari perusahaan. Etika bisnis juga telah
dibawa ke dalam arena tanggung jawab sosial perusahaan Corporate Social
28
masyarakat melalui praktik bisnis yang memberi kontribusi dari sumber daya
perusahaan (Frederick, 1960).
Namun itu bukan amal tetapi merupakan strategi bisnis inti dari sebuah organisasi.
Ini adalah cara melakukan bisnis untuk memenuhi kebutuhan pasar dan para
pemangku kepentingan (Chatterjee, 1976). Menurut Chris (1972) tanggung jawab
sosial adalah tanggung jawab sebuah organisasi terhadap dampak dari keputusan
dan kegiatannya pada masyarakat dan lingkungan, melalui perilaku yang
transparan dan etis yang konsisten dengan pembangunan berkelanjutan yang
berdampak terhadap kesejahteraan masyarakat sekitar perusahaan dengan tetap
memperhitungkan harapan stakeholder.
H. Penelitian Terdahulu
Dalam melakukan suatu penelitian diperlukan banyak rujukan agar dapat
dijadikan bahan yang berguna untuk memperkaya sumber penelitian yang sedang
dilakukan. Bahan yang dijadikan rujukan dalam penelitian ini juga pernah di
angkat sebagai topik penelitian oleh beberapa peneliti sebelumnya. Maka peneliti
juga diharuskan untuk mempelajari penelitian-penelitian terdahulu yang berkaitan
dengan topik yang sedang diteliti agar dapat dijadikan sebagai acuan bagi peneliti
dalam melakukan penelitian tentang CSR PTPN 7 UU Beringin. Berikut disajikan
tabel dari beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan topik CSR di
29
Tabel 3. Penelitian Terdahulu
Judul Peneliti Tujuan Metode Hasil
Analisis Pelaksanaan Program Kemitraan BUMN Terhadap Kesejahteraan UKM: Pendekatan CSR (Studi Kasus PTPN7)
Unang Mukhlan Untuk mengetahui sejauh manakah pengaruh program kemitraan BUMN khususnya PTPN VII dalam peningkatan kesejahteraan UMKM binaanya. Regresi linier berganda Secara simultan, hasil uji regresi linear berganda menunjukkan variabel CSR
goal, CSR issue dan
Corporate Relation Program tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kesejahteraan UMKM. Dimana hanya variabel CSR
issue yang secara parsial memberikan pengaruh pada kesejahteraan UMKM. Implementasi CSR terhadap Kesejahteraan Hidup Masyarakat Andi
Mapisangka Untuk mengetahui sejauh manakah pengaruh implementasi CSR terhadap kesejahteraan masyarakat. Regresi linier berganda CSR secara signifikan memiliki pengaruh positif terhadap peningkatan kesejahteraan hidup masyarakat. Efektifitas Program PTPN 7 Peduli di PTPN 7 (Persero) Lampung (Suatu Evaluasi Atas Program CSR) Devi Yulianti Bagaimana efektivitas Program PTPN 7 Peduli terhadap pencapaian tujuan dan sasarannya Deskriptif kualitatif Efektivitas program Berdasarkan hasil yang diperoleh terlihat bahwa dalam pelaksanaan program
ada beberapa program yang pelaksanaannya
dinilai efektif dan beberapa
30 Corporate social Responbility (CSR) sebagai upaya Pemberdayaan Masyarakat Sekitar Pabrik gula (Studi pada PTPN X
PG. Kremboong Sidoarjo) Intan Aisyiah Aisiqya Untuk mengetahui efektifitas program CSR yang dilakukan
perusahaan kepada masyarakat Deskriptif kualitatif Corporate Social Responsibility
melalui PKBL yang dilaksanakan PG. Kremboong belum
berjalan secara optimal. Masih banyak masyarakat
sekitar yang masih belum mengetahui tentang Corporate Social Responsibility Dampak Program Kemitraan dan Bina Lingkungan PTPN 3 Terhadap Pendapatan dan Kesejahteraan Masyarakat di Kabupaten Labuhan Batu
Karlos Untuk Mengetahui dampak pengaruh Program Kemitraan dan bina Lingkungan
Terhadap Pendapatan dan Kesejahteraan Masyarakat Regresi Linier Sederhana Dampak Program Kemitraan Bina Lingkungan sangat berpengaruh secara signifikan terhadap pendapatan, pendidikan, pedagang kaki lima
dan jumlah tenaga kerja
dalam mendorong ekonomi lokal namun secara fisik
pasar maupun pemasaran produk hasil barang
dan jasa tidak berkembang yang menyebabkan pasar semakin sempit dan
tidak tertat Tanggung Jawab sosial dan Lingkungan Perusahaan Pertambangan Batubara dalam upaya Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Kutai Kartanegara Jiuhari Bagaimana dampak pelaksanaan program
CSR di Kabupaten Kutai Kartanegara dalam rangka meningkatkan kesejahteraan Deskripif kuantitatif Pelaksanaan program CSR sebagian kecil saja yang melaksanakan
dengan baik, sebagian besar masih
kurang dan bahkan terkesan pelaksanaannya
asal-asalan, hal tersebut disebabkan oleh
kondisi perusahaan yang
III. METODE PENELITIAN
A. Tipe Penelitian
Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksplanatory
(penjelasan). Menurut Singarimbun (1995) penelitian eksplanasi merupakan
penelitian yang bermaksud menjelaskan kedudukan variabel-variabel yang akan
diteliti serta untuk mengetahui hubungan antara satu variabel dengan variabel
lainnya.
B. Variabel Penelitian
Agar proses penelitian dapat berjalan dengan lebih baik, maka perlu diketahui
beberapa unsur penelitian seperti konsep, definisi operasional dan lainnya.
Pemahaman ini diperlukan pada proses teorisasi, karena adanya pengetahuan
tentang unsur-unsur tersebut, maka peneliti akan merumuskan
hubungan-hubungan teori dengan baik.
Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga memperoleh informasi
tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2009).
Untuk lebih jelasnya, berikut ini akan dirinci tentang variabel independen dan
32
1. Variabel bebas (independen)
Variabel bebas sering disebut juga sebagai variabel independen merupakan
variabel yang menjadi sebab perubahannya akan timbul variabel terikat. Variabel
bebas dalam penelitian ini adalah bina lingkungan dan program kemitraan (X).
2. Variabel terikat (dependen)
Variabel terikat sering disebut juga sebagai variabel dependent yang merupakan
variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas.
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kesejahteraan masyarakat (Y).
C. Definisi Konseptual
Definisi konseptual merupakan pemaknaan dari konsep yang digunakan, sehingga
memudahkan peneliti untuk mengoperasikan konsep tersebut dilapangan
(Kuncoro, 2003). Definisi konseptual dalam penelitian ini adalah CSR PTPN 7
Unit Usaha Beringin terhadap kesejahteran masyarakat.
D. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah bagaimana suatu variabel diukur, dengan definisi
operasional dalam suatu penelitian, maka kita akan mengetahui baik buruknya
variabel tersebut (Nazir, 2003). Definisi operasional dalam penelitian ini dapat
33
Tabel 4. Definisi Operasional
VARIABEL INDIKATOR SUB INDIKATOR SKALA
VARIABEL
BINA LINGKUNGAN
(X1)
PEDULI KESEHATAN
1. Menyediakan fasilitas pelayanan berupa Klinik 2. Menyediakan tenaga
kesehatan (Dokter Umum Perawat, Bidan, dan Analis Kesehatan)
3. Pemberian alat kesehatan sehari-hari seperti sabun, pasta gigi dan sikat gigi. 4. Bantuan perlengkapan
sarana Posyandu
5. Kegiatan sosialisasi pencegahan/penanggulang an penyakit menular 6. Pemberian makanan
tambahan untuk usia anak sekolah
Interval
PEDULI BENCANA ALAM
1. Bantuan tanggap darurat bagi masyarakat
2. Bantuan bahan pokok dan tenda
3. Bantuan dana perbaikan
Interval
PEDULI PENDIDIKAN
1. Bantuan kegiatan Pelatihan kewirausahaan yang diikuti oleh Ibu-Ibu Rumah Tangga
2. Bantuan dalam kegiatan pelatihan anak putus sekolah
3. Pemberian beasiswa pendidikan bagi anak kurang mampu dan anak yatim piatu
4. Bantuan kelengkapan sarana belajar di sekolah berupa peralatan komputer 5. Bantuan kelengkapan sarana pendidikan sekolah
Interval PEDULI PEMBANGUNAN 1. Bantuan pembuatan/perbaikan jalan desa
2. Bantuan kebersihan dan kesehatan lingkungan desa 3. Bantuan pembuatan sumur
bor di Desa
4. Bantuan perbaikan sekolah yang rusak
34
PEDULI KEAGAMAAN
1. Bantuan perbaikan sarana Ibadah (Masjid/musholla) 2. Bantuan kegiatan
keagamaan
3. Adanya program safari ramadhan perusahaan ke masyarakat sekitar
Interval
PEDULI PELESTARIAN
ALAM
1. Bantuan bibit pohon kepada masyarakat 2. Program Penanaman 1000
pohon
Interval
PROGRAM KEMITRAAN
(X2)
PINJAMAN MODAL
1. Program pemberian pinjaman modal kerja 2. Fokus pada UKM di
Sektor Pertanian, Peternakan, dan Perkebunan.
Interval
PEMBINAAN
1. Pembentukan Desa-desa binaan disekitar Unit Usaha.
2. Kunjungan kemitra binaan, dilakukan minimal setahun sekali
3. Adanya pendidikan dan pelatihan, bagi mitra binaan baru
Interval
PENDAMPINGAN
1. Adanya lokakarya dan Studi Banding, bagi mitra binaan yang menunjukan kinerja baik
2. Adanya promosi melalui pameran/expo
3. Pendampingan bagi Mitra Binaan Interval KESEJAHTERAAN MASYARAKAT (Y) KUALITAS PENDIDIKAN
1. Kelayakan sarana dan prasarana sekolah
2. Penghargaan siswa berprestasi
3. Dukungan keluarga dalam pendidikan anak usia sekolah
4. Terpenuhi gizi anak sekolah
Interval
KUALITAS KESEHATAN
1. Meningkatnya kualitas pelayanan kesehatan masyarakat
2. Ketersedian fasilitas kesehatan yang lengkap 3. Adanya sosialisasi
kesehatan dan pencegahan penyakit
4. Adanya kemudahan
35
mengurus akses kesehatan 5. Lingkungan tempat tinggal
bersih dan sehat
KUALITAS PEREKONOMIAN
1. Peningkatan pendapatan masyarakat
2. Memiliki tempat tinggal sendiri
3. Pemerataan pemb