• Tidak ada hasil yang ditemukan

Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Tata Cara Penghitungan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 Atas Pegawai Tetap Di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Tata Cara Penghitungan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 Atas Pegawai Tetap Di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Barat"

Copied!
70
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN TUGAS AKHIR

PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM)

TATA CARA PENGHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 21 ATAS PEGAWAI TETAP DI KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP)

PRATAMA MEDAN BARAT

DIAJUKAN O

L E H

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2009

TRI KHARISMA NST 062600043

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menamatkan Studi Pada Program Diploma III

(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah Swt yang telah memberikan rahmat-Nya pada kita semua, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir yang berjudul “TATA CARA PENGHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 21 ATAS PEGAWAI TETAP DI KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP) PRATAMA MEDAN BARAT”.

Penulis dalam penyusunan laporan tugas akhir ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat menamatkan studi Program Diploma III Administrasi Perpajakan di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sumatera Utara.

Tugas akhir ini tidak mungkin terlaksana oleh penulis tanpa bantuan dari berbagai pihak. Dan dalam kesempatan ini, izinkanlah penulis untuk mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan dukungan, kepercayaan, bantuan dan doa, sehingga laporan PKLM ini dapat terselesaikan. Maka secara khusus penulis menghaturkan rasa hormat dan ucapan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. DR. M. Arif Nasution, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

2. Bapak Drs. M. Husni Thamrin Nasution, M.Si selaku Ketua Jurusan Program Diploma III Administrasi Perpajakan Universitas Sumatera Utara

(3)

4. Seluruh Staf Pengajar Program Studi Diploma III

5. Ibu Elita, Kak Qorby, Pak Indra, Bang Faisal, dan Bang Ijal pada program studi Diploma III Administrasi Perpajakan Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan keringanan dalam segala prosedur yang ada hubungannya dengan kegiatan perkuliahan

6. Bapak Kepala KPP Pratama Medan Barat dan anak-anak buahnya yang telah memberikan izin untuk melakukan PKLM dan membantu Penulis dalam penyelesaian tugas akhir ini

7. Kedua Orang Tuaku (Marwan Hakim Nasution dan Irawati), beserta kakak-kakak dan adikku (Eka Silvia Nasution, Dwi Risviwanti Nasution, Siti Suaibah Nasution) yang telah memberikan doa dan dukungan kepada anak, adik dan abangnya ini, baik secara moril maupun materi sehingga saya dapat menyelesaikan tulisan ini. SEMANGAT….

8. Kepada om Aziz dan Tante husna yang selalu memberikan spirit dan bantuannya dalam 3 tahun belakangan ini demi kelancaran pendidikan saya. 9. Kepada Bang atang dan kak Lida terima kasih atas bantuannya baik meteri

maupun moril yang sangat bermanfaat dan sangat membantu saya dalam penulisan tugas akhir ini.

(4)

11.Teman-temanku angkatan ’06 yang kocak abis dalam hal pendidikan dan hiburan. Khususnya teman berkelana selama di Medan ini Iqbal 10 dan 32, Riza, edy, yudhi, mela, deli, maya, yan, nuzul, reza, indra, dan teman seperjuangan riset Ajo, Indra dan audry yang begitu memiliki potensi dalam bidang mencari data-data yang diperlukan.

12.Teman-teman dikost pacarku, fitri, Eci, Rika, Nina, Dedek, Dina terima kasih atas semua bantuannya.

13.Teman sekostku INDRA QUDUO yang masih kekanak-kanakan, tapi terkadang dia yang juga selalu membantu saya dalam penulisan tugas akhir ini.

14.Serta semua Pihak-pihak yang membantu penulis dalam menyelesaikan laporan tugas akhir ini.

Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih jauh dari kesempurnaan,. Dan ini semua tidak terlepas dari keterbatasan waktu, bahan, pengalaman dan ilmu pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun demi mencapai hasil yang maksimal untuk tugas akhir ini. Sehingga dapat memberikan menfaat bagi penulis, mahasiswa dan masyarakat dalam pengembangan ilmu pengetahuan khususnya dibidang perpajakan.

Medan, Juni 2009

(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1. Latar Belakang ... 1

2. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ... 3

2.1. Tujuan PKLM ... 3

2.2. Manfaat PKLM ... 4

3. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ... 5

BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN BARAT ... 10

1. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat ... 10

2. Visi dan Misi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat ... 12

2.1. Visi ... 12

(6)

BAB III GAMBARAN DATA PAJAK PENGHASILAN

2.1. Pengertian Pajak Penghasilan Pasal 21 ... 21

3. Dasar Hukum Penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 ... 22

4. Pemotong Pajak Penghasilan Pasal 21 ... 24

5. Penerima Penghasilan (Wajib Pajak PPh Pasal 21) ... 27

6. Hak dan Kewajiban Penerimaan Penghasilan ... 29

6.1. Hak Penerima Penghasilan ... 29

6.2. Kewajiban Penerima Penghasilan ... 30

7. Penghasilan Yang Dipotong PPh Pasal 21 ... 31

8. Pengurangan Yang Diperbolehkan ... 33

9. Tarif Pemotongan dan Penerapannya ... 37

10.Tata Cara Pengisian SPT Tahunan Pasal 21 ... 39

BAB IV ANALISIS DAN DAN EVALUASI ... 41

1. Tata Cara Penghitungan PPh Pasal 21 ... 41

1.1. Pegawai Tetap, Penerima Pensiun Bulanan Pegawai Tidak Tetap, Pemagang dan Calon Pegawai ... 41

1.2. Penerima Honorarium, Uang saku, Hadiah, atau Penghargaan, Komisi dan Beasiswa ... 42

1.3. Tenaga ahli Yang Melakukan Pekerjaan Bebas ... 42

1.4. Penerima Upah Harian, Mingguan, Satuan, Borongan, dan Uang Saku Harian ... 43

(7)

1.6. Pejabat Negara, PNS, dan Angkatan yang Menerima

Honor dari Keuangan Negara ... 43

1.7. Tarif Pasal 17 ... 44

2. Kesulitan Yang Dihadapi KPP Pratama Medan Barat ... 48

3. Contoh Soal dan Penyelesaiannya ... 49

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 61

1. Kesimpulan ... 61

2. Saran ... 62 DAFTAR PUSTAKA

(8)

BAB I PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI

(PKLM)

Menurut pendapat Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH, Pajak adalah iuran rakyat pada kas negara berdasarkan Undang-Undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukan dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum. (Tony Marsyahrul, 2005, 2)

Undang-Undang Nomor. 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan pada pasal 1 angka 1 menyebutkan arti pajak adalah kontribusi wajib pajak kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.

Dengan berlakunya UU No. 7 Tahun 1983 sebagaimana yang telah diubah dengan UU. No. 7 Tahun 1991, UU No. 10 Tahun 1994, UU No. 17 Tahun 2000 dan yang terakhir diubah UU No. 36 tahun 2008, maka sistem pemungutan pajak di Indonesia khususnya Pajak Penghasilan mengalami perubahan yang mendasar yaitu dari Sistem Official Assesment menjadi Sistem Self Assesment.

(9)

membayar dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang terutang, sehingga melalui sistem ini pelaksanaan Administrasi Perpajakan diharapkan dapat dilaksanakan dengan rapi, terkendali, sederhana dan mudah untuk dipahami oleh anggota masyarakat.

Namun banyak wajib pajak yang belum mendaftarkan dirinya menjadi wajib pajak yang seutuhnya dengan melaporkan diri untuk mendapatkan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). Dan banyak juga pengusaha–pengusaha yang tidak melaporkan dirinya sebagai wajib pajak karena tidak ingin terbebani dengan pembayaran pajak yang menurut mereka hanya mengurangi keuntungan yang mereka dapatkan. Dan agar lebih memahami tata cara penghitungan PPh Pasal 21 atas Pegawai Tetap lebih lengkap lagi, maka dilakukan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM).

PKLM yaitu kegiatan intrakulikuler yang dilakukan mahasiswa secara mandiri yang dimaksudkan untuk memberikan pengalaman kerja praktis dilapangan yang secara langsung berhubungan dengan teori–teori yang telah diterima dari para dosen khususnya dosen jurusan Program Studi Administrasi Perpajakan.

(10)

subjek pajak sebagai penentu awal tidaknya terutangnya pajak. Disamping objek pajak bila bukan merupakan subjek pajak meskipun menghasilkan atas penghasilan tersebut tidak dapat dikenakan Pajak Penghasilan.

Atas dasar pemikiran tersebut, saya sebagai mahasiswa Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Universitas Sumatera Utara (USU) ingin mengadakan PKLM pada Direktorat Jenderal Pajak Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Barat. Adapun yang menjadi latar belakang PKLM ini adalah menjadikan tamatan Program Diploma III Studi Administrasi Perpajakan Universitas Sumatera Utara (USU) sebagai tenaga yang terampil, siap pakai, dan tenaga ahli di dalam bidang perpajakan. Adapun judul yang saya ambil adalah “Tata Cara Penghitungan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 Atas Pegawai Tetap Di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Barat”.

2. TUJUAN DAN MANFAAT PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM)

2.1. Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

a. Untuk mengetahui Tata Cara Penghitungan PPh Pasal 21 Atas Pegawai Tetap di KPP Pratama Medan Barat dan ruang lingkup pengelolahannya.

(11)

c. Untuk mengetahui upaya–upaya yang ditempuh oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat dalam mengalami kendala– kendala yang terjadi dalam penghitungan PPh Pasal 21 Atas Pegawai Tetap.

2.2. Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Bagi Mahasiswa yaitu :

a. Memahami Tata Cara Penghitungan PPh Pasal 21 Atas Pegawai Tetap.

b. Menambah wawasan tentang Tata Cara Penghitungan PPh Pasal 21 Atas Pegawai Tetap.

c. Meningkatkan Profesionalisme, memperluas wawasan dan memantapkan pengetahuan dan keterampilan mahasiswa dalam menerapkan ilmu khususnya di bidang perpajakan.

Bagi Universitas yaitu :

a. Menambah hubungan kerjasama antara pihak Universitas khususnya mahasiswa dengan Instansi pemerintah khususnya di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat.

b. Memberikan uji nyata atas disiplin ilmu yang telah disampaikan selama perkuliahan.

c. Untuk penyempurnaan kurikulum sehingga mampu mencapai standar mutu Pendidikan.

(12)

e. Mendorong kemajuan alumni di masa mendatang.

Bagi Instansi Pemerintah yaitu :

a. Sebagai bahan untuk menambah sumber–sumber ide baru. b. Sebagai bahan untuk dapat menambah kemampuan yang baru. c. Mambina kerjasama antara lembaga pendidikan dengan instansi

pemerintah.

3. RUANG LINGKUP PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI

(PKLM)

Adapun yang menjadi ruang lingkup dari PKLM ini antara lain :

1. Tata Cara Penghitungan PPh Pasal 21 Atas Pegawai Tetap di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat.

2. Presentase peningkatan PPh Pasal 21 di tahun 2008.

3. Jumlah Wajib Pajak khususnya Pegawai Tetap yang mendaftarkan/mengukukuhkan diri sebagai Wajib Pajak.

4. Data–data tahun 2008 tentang PPh Pasal 21 Atas Pegawai Tetap di KPP Pratama Medan Barat.

4. METODE PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM) Yang menjadi metode PKLM adalah :

(13)

Yaitu kegiatan yang harus dilakukan oleh mahasiswa sebelum melakukan PKLM ke objek yang meliputi kegiatan seperti pemilihan objek, pengajuan proposal, dan surat pengantar.

4.2. Studi Literatur (Kepustakaan)

Yaitu kegiatan studi mencari data dan informasi dengan membaca landasan teori yang meliputi : Buku–buku, Undang–Undang dan bahan tertulis lainnya yang ada hubungannya dengan laporan PKLM.

4.3. Studi Observasi (Pengamatan) Lapangan

Yaitu kegiatan studi mencari data dan informasi dengan mengikuti PKLM pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat, serta mempelajari laporan–laporan yang berhubungan dengan masalah– masalah yang akan dibahas.

4.4. Pengumpulan Data

Pada waktu pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri, penulis mengumpulkan data yang diperlukan untuk menyusun laporan akhir. 4.5. Analisis Data dan Evaluasi

(14)

5. METODE PENGUMPULAN DATA

Dalam melakukan pengumpulan data digunakan tiga metode yaitu : 5.1. Interview (Wawancara)

Yaitu kegiatan mengumpulkan dan mencari data dengan melakukan wawancara dan mengajukan pertanyaan seperti data-data pajak tahun 2008, target dan realisasai pajak tahun 2008, dan pertanyaan– pertanyaan yang lain kepada pegawai instansi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat.

5.2. Observasi (Pengamatan)

Yaitu kegiatan mengumpulkan dan mencari data dengan cara langsung maupun tidak langsung terjun kelapangan untuk melakukan peninjauan dengan mengamati, mendengar dan bila perlu membantu mengerjakan tugas yang diberikan oleh pihak Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat dengan memberikan petunjuk atau arahan terlebih dahulu dengan berpedoman pada ketentuan yang berlaku pada instansi dan tidak boleh melakukan pekerjaan yang menjadi rahasia dan memiliki risiko tinggi.

5.3. Dokumentasi

(15)

6. SISTEMATIKA PENULISAN LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM)

Sistematika penulisan laporan PKLM dibuat dalam 5 (lima) bab dan dilengkapi dengan Sub Bab dan diberi penjelasan terperinci :

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah PKLM, pembahasan dan penjelasan, tujuan penulisan serta bentuk sistematika penulisan laporan PKLM

BAB II : GAMBARAN UMUM LOKASI PKLM

Dalam bab ini diuraikan tentang gambaran umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat, sejarah singkat berdirinya, struktur organisasinya, uraian tugas pokok dan fungsi KPP, gambaran pegawai/karyawan atau anggota personil KPP tersebut.

BAB III : GAMBARAN DATA DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini diuraikan penjelasan tentang ketentuan yang mengatur tata cara penghitungan PPh Pasal 21 Atas Pegawai Tetap serta Undang–Undang yang berlaku dasar hukumnya, serta tarif dasar pajak yang telah ditentukan.

BAB IV : ANALISA DAN EVALUASI

(16)
(17)

BAB II

GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN BARAT

1. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat

Pada tahun 1987, Kantor Pelayanan Pajak, masih disebut Kantor Inspeksi Pajak. Pada saat itu ada 2 (dua) Kantor Inspeksi Pajak yaitu Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan dan Kantor Inspeksi Pajak Kisaran, dengan adanya pertumbuhan ekonomi penduduk semakin cepat, maka pemerintah perlu adanya penambahan Kantor Inspeksi Pajak yang gunanya untuk menambah penerimaan negara dari sektor pajak. Dengan alasan diatas maka didirikanlah Kantor Inspeksi Pajak Medan Barat yang berkedudukan di Binjai.

Pada tahun 1988, Kantor Inspeksi Pajak dipecah menjadi 2 (dua) yaitu : 1. Kantor Inspeksi pajak Medan yang wilayah kerjanya meliputi Kotamadya

Medan, Kebupaten Langkat, Kabupaten Asahan dan Kabupaten Labuhan Batu. Dan Kantor Inspeksi Pajak Medan beralamat di Jalan Sukamulia No. 17-A

(18)

Sebelum tahun 1976 Kantor Inspeksi Pajak Medan oleh pemerintah dibagi menjadi 3 yaitu :

1. Kantor Inspeksi Pajak Medan Utara yang berlamat di Jalan Sukamulia No. 17-A Medan, yang wilayah kerjanya meliputi Kotamadya Medan, Kabupaten Langkat, Kotamadya Binjai.

2. Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan yang beralamat di Jalan Diponogoro No. 30-A Medan.

3. Kantor Inspeksi Pajak Medan Barat yang saat itu beralamat di Jalan Binjai No. 1 Medan

Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan No. Kep.758/KMK.01/1993 mengenai Kantor Pelayanan Pajak, jajaran Kantor Wilayah 1 Sumatera bagian Utara terhitung Agustus 1993, terdiri dari :

1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara yang beralamat di Jalan Kejaksaan No. 2 Medan.

2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat yang beralamat di Jalan Sukamulia No. 17-A.

3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur yang beralamat di jalan Binjai KM, 7 Medan

(19)

Pajak terbesar di wilayah Sumatera Bagian Utara 1, yang meliputi wilayah kerjanya :

1. Kecamatan Medan Selayang 2. Kecamatan Medan Sunggal 3. Kecamatan Medan Helvetia 4. Kecamatan Medan Tuntungan 5. Kecamatan Medan Petisah 6. Kecamatan Medan Polonia 7. Kecamatan Medan Baru 8. Kecamatan Medan Maimun 9. Kecamatan Medan Johor

Pada tanggal 26 Mei, Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat resmi menjadi Kantor Pelayanan Pajak Pratama, sehingga berubah menjadi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat. Kantor Pelayanan Pajak Pratama mempunyai tugas melaksanakan penyuluhan, pelayanan dan pengawasan wajib pajak di bidang Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas Barang Mewah, Pajak tidak Langsung Lainnya, Pajak Bumi dan Bangunan serta Bea Perolehan atas Tanah dan Bangunan dalam wilayah wewenang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2. Visi dan Misi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat 2.1. Visi

(20)

penerimaan negara dari sektor pajak di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak Sumatera Utara I.

2.2. Misi

Misi dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat adalah meningkatkan penerimaan negara melalui pajak dan peningkatan kecepatan dan mutu pelayanan Perpajakan senantiasa memperbaharui diri sesuai dengan perkembangan aspirasi masyarakat dan tertib administrasi.

3. Struktur Organisasi

Organisasi dimaksudkan untuk membina keharmonisan kerja, agar pekerjaan dapat dilaksanakan dengan teratur dan penuh tanggung jawab, sehingga rencana kerja dapat dilaksanakan dengan baik dan tujuan yang diinginkan dapat tercapai dengan hasil yang maksimal. Jenis organisasi yang digunakan disesuaikan dengan kebutuhan dan kepentingan organisasi yang menggunakannya.

KPP Pratama mempunyai tugas melaksanakan penyuluhan, pelayanan, dan pengawasan Wajib Pajak di bidang Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas Barang Mewah, Pajak Tidak Langsung Lainnya, Pajak Bumi dan Bangunan serta Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Dalam melaksanakan tugasnya, KPP Pratama menyelenggarakan fungsi:

(21)

b. penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan;

c. pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan, serta penerimaan surat lainnya;

d. penyuluhan perpajakan;

e. pelaksanaan registrasi Wajib Pajak; f. pelaksanaan ekstensifikasi;

g. penatausahaan piutang pajak dan pelaksanaan penagihan pajak; h. pelaksanaan pemeriksaan pajak;

i. pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak; j. pelaksanaan konsultasi perpajakan;

k. pelaksanaan intensifikasi; l. pembetulan ketetapan pajak;

m. pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan serta Bea Perolehan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan;

n. pelaksanaan administrasi kantor. KPP Pratama terdiri dari:

a. Sub Bagian Umum;

b. Seksi Pengolahan Data dan Informasi; c. Seksi Pelayanan;

d. Seksi Penagihan; e. Seksi Pemeriksaan:

(22)

h. Seksi Pengawasan dan Konsultasi II; i. Seksi Pengawasan dan Konsultasi III; j. Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV; k. Kelompok Jabatan Fungsional.

(1) Sub Bagian Umum mempunyai tugas melakukan urusan kepegawaian, keuangan, tata usaha, dan rumah tangga.

(2) Seksi Pengolahan Data dan Informasi mempunyai tugas melakukan pengumpulan, pencarian, dan pengolahan data, penyajian informasi perpajakan, perekaman dokumen perpajakan, urusan tata usaha penerimaan perpajakan, pengalokasian Pajak Bumi dan Bangunan dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, pelayanan dukungan teknis komputer, pemantauan aplikasi e-SPT dan e-Filing, pelaksanaan i-SISMIOP dan SIG, serta penyiapan laporan kinerja.

(3) Seksi Pelayanan mempunyai tugas melakukan penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan, pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan, serta penerimaan surat lainnya, penyuluhan perpajakan, pelaksanaan registrasi Wajib Pajak, serta melakukan kerjasama perpajakan.

(23)

(5) Seksi Pemeriksaan mempunyai tugas melakukan penyusunan rencana pemeriksaan, pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan, penerbitan dan penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak serta administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya.

(6) Seksi Ekstensifikasi Perpajakan mempunyai tugas melakukan pengamatan potensi perpajakan, pendataan objek dan subjek pajak, pembentukan dan pemutakhiran basis data nilai objek pajak dalam menunjang ekstensifikasi. (7) Seksi Pengawasan dan Konsultasi I, Seksi Pengawasan dan Konsultasi II,

(24)

BAGAN ORGANISASI

(25)

BAB III

GAMBARAN DATA PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 21

I. KETENTUAN UMUM 1.1 Pengertian Pajak

Secara umum pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang– undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar–besarnya kemakmuran rakyat. (UU KUP No. 28 Tahun 2007 Pasal 1 Angka 1).

Beberapa ahli memberikan pengertian yang berbeda–beda antara satu dengan lainnya. Dibawah ini ada beberapa pengertian pajak menurut para ahli tersebut :

1. Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH dalam bukunnya “ Dasar–dasar Hukum Pajak san Pendapatan “ adalah sebagai berikut :

“ Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang–

Undang (yang dapat dipaksakan) yang tidak mendapat jasa imbalan

(kontraprestasi) yang berlangsung dapat ditunjukan dan digunakan untuk

membiayai pengeluaran umum “.

2. Menurut Prof. Dr. PJ. A. Adriani sebagai berikut :

“ Pajak adalah iuran kepada Negara (yang dapat dipaksakan) yang

terutang yang wajib membayar menurut peraturan–peraturan dengan tidak

(26)

digunakannya adalah untuk membiayai pengeluaran–pengeluaran umum

berhubungan dengan tugas Negara yang menyelenggarakan pemerintahan

“.(Wirayan B Ilyas, Perpajakan Indonesia, hal 4).

3. Menurut Prof. S.I. Djajadiningrat yaitu :

“Pajak adalah suatu kewajiban menyerahkan sebagian dari pada

kekayaan kepada Negara disebabkan suatu keadaan dan perbuatan yang

memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai hukuman menurut

peraturan–peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan, tetapi

tidak ada jasa balik dari Negara secara langsung, untuk memelihara

kesejahteraan umum “ ( Rochmat Soemitro, 1993 :5 ).

Dengan kata lain bila utang pajak tidak dibayar, utang tearsebut dapat ditagih dengan menggunakan kekerasaan, seperti surat paksa dan sita, dan juga penyenderaan, terhadap pembayar pajak tidak dapat ditunjukan jasa timbal balik tertentu.

(27)

karena kebutuhan Negara akan dana dalam mempertahankan Negara dan melindungi rakyat dari serangan musuh maupun untuk pelaksanaan pembangunan.

Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung secara terus menerus dan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat baik material maupun spiritual untuk dapat merealisasikan tujuan tersebut perlu banyak memperhatikan masalah pembiayaan pembangunan. Salah satu usaha untuk mewujudkan kemandirian suatu bangsa/negara dalam pembiayaan pembangunan yaitu menggali sumber dana untuk negara berupa pajak. Pajak digunakan untuk membiayai pembangunan yang berguna bagi kepentingan bersama.

1.2. Fungsi Pajak 1.2.1. Budgeter

Sebagai alat (sumber) untuk memasukan uang sebanyak–banyaknya kedalam kas Negara dengan tujuan untuk membiayai pengeluaran Negara, yaitu pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan.

1.2.2. Regulerend

(28)

Atau dengan kata lain, pelaksanaan pemungutan pajak juga diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi Negara, termasuk didalamnya ekonomi rakyat secara individu. Jadi, fungsi pajak untuk mengisi kas Negara dalam rangka menjalankan pemerintahan disebut dengan Fungsi Budgeter. Sedangkan fungsi pajak untuk untuk ikut mempengaruhi kebijaksanaan pemerintah di bidang ekonomi, sosial budaya, bahkan politik disebut Fungsi Regulerend (mengatur).

Salah satu jenis pajak yang berlaku di Indonesia adalah Pajak Penghasilan, dengan dasar hukumnya adalah Undang–Undang No. 7 Tahun 1983 dan kemudian diubah dengan UU No. 7 Tahun 1991 dan diubah lagi dengan UU No. 10 Tahun 1994 dan diubah lagi UU. No. 17 Tahun 2000 dan yang terakhir diubah menjadi UU. No. 36 Tahun 2008.

2. PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 2.1. Pengertian Pajak Penghasilan Pasal 21

Pengertian pajak secara bebas dapat dikatakan sebagian suatu kewajiban kenegaraan berupa pengabdian dan peran serta aktif warga Negara dan masyarakat untuk membiayai keperluan Negara yang berupa pembangunan nasional yang pelaksanaannya diatur di dalam Undang–Undang dan Peraturan– peraturan sebagai tujuan kesejahteraan bangsa dan negara.

(29)

penghasilan adalah jumlah uang yang diterima atas usaha yang dilakukan orang perorangan, badan dan bentuk usaha lainnya yang dapat digunakan untuk aktivitas ekonomi seperti mengkonsumsi dan atau menimbun kekayaan.

` Menurut pasal 4 UU PPh Tahun 2008, yang dimaksud objek pajak adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan dengan nama dan dalam bentuk apapun.

Jadi Pajak Penghasilan adalah suatu pungutan resmi yang ditujukan kepada masyarakat yang berpenghasilan atau penghasilan yang diterima dan diperolehnya dalam tahun pajak untuk kepentingan negara dan masyarakat dalam hidup berbangsa dan bernegara sebagai suatu kewajiban yang harus dilaksanakan. Pajak penghasilan pasal 21 adalah pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain yang diterima atau diperoleh Wajib pajak orang pribadi dalam negeri sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan.

3. DASAR HUKUM PENGHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21

(30)

a. Undang–Undang No. 7 Tahun 1983 dan kemudian diubah dengan UU No. 7 Tahun 1991 dan diubah lagi dengan UU No. 10 Tahun 1994 dan diubah lagi UU. No. 17 Tahun 2000 dan yang terakhir diubah menjadi UU. No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan yang mengatur tentang pemotongan, penyetoran, dan pelaporan pajak atas penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan dengan nama dan dalam bentuk apapun.

b. Undang–Undang No. 6 Tahun 1983 yang telah diubah dengan Undang–Undang No. 16 Tahun 2000 dan yang terakhir diubah dengan Undang–Undang No. 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

c. Keputusan Direktorat Jenderal Pajak No. KEP-545/PJ/2000 tanggal 29 Desember 2000 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemotongan, Penyetoran, dan Pelaporan PPh Pasal 21 dan Pasal 26 sehubungan pekerjaan, jasa, dan kegiatan orang pribadi beserta pelaksanannya. d. Peraturan Pemerintah No. 149 tahun 2000 tentang pemotongan Pajak

Penghasilan Pasal 21 atas penghasilan berupa uang pesangon, uang pensiun, dan tunjangan hari tua (THT) atau jaminan hari tua (JHT). e. Peraturan Pemerintah No. 45 tahun 1994 tentang Pajak Penghasilan

(31)

f. Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No. 250/PMK-03/2008, tentang besarnya biaya jabatan atau biaya pensiun yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto pegawai tetap atau pensiun.

g. Peraturan Menteri Keuangan No. 252/PMK-03/2008, tentang petunjuk pelaksanaan pemotongan pajak atas penghasilan sehubungan dengan pekerjaan jasa dan kegiatan orang pribadi.

h. Peraturan Menteri Keuangan No. PMK-254/PMK-03/2008 tentang penetapan bagian penghasilan sehubungan pekerjaan pegawai harian, mingguan serta pegawai tidak tetap lainnya yang tidak dikenakan pemotongan Pajak Penghasilan.

i. Keputusan Menteri Keuangan No. 541/KMK/04/2000 Tanggal 22 Desember 2000 tentang penentuan tanggal Jatuh Tempo Pembayaran dan Penyetoran Pajak, tempat Pembayaran Pajak, Tata Cara Pembayaran, Penyetoran, dan Pelaporan Pajak, serta Tata Cara Pemberian Angsuran atau Penundaan Pembayaran Pajak.

j. Keputusan Menteri Keuangan No. 520/KMK/04/ 1998 tanggal 18 Desember 1998 tentang bagian penghasilan sehubungan dengan pekerjaan dari pegawai harian dan mingguan serta pegawai tetap lainnya yang tidak dikenakan pemotongan Pajak Penghasilan.

4. PEMOTONG PAJAK PENGHASILAN PASAL 21

(32)

diubah terakhir Undang–Undang No. 36 tahun 2008, untuk memotong PPh Pasal 21. Termasuk Pemotong PPh Pasal 21 adalah :

1. Pemberi kerja yang terdiri atas orang pribadi dan badan termasuk bentuk usaha tetap (BUT), baik merupakan pusat maupun cabang, perwakilan atau unit, yang membayar gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama apapun, sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang dilakukan pegawai atau bukan pegawai. 2. Bendaharawan pemerintah termasuk Bendaharawan Pemerintah Pusat,

Pemerintah Daerah, instansi atau lembaga-lembaga pemerintahan, lembaga–lembaga lainnya dan Kedutaan Besar Republik Indonesia diluar negeri yang membayarkan gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama apapun sehubungan dengan pekerjaan, jabatan, jasa, dan kegiatan.

3. Dana pensiun, badan penyelenggara Jaminan Sosial Tenaga Kerja dan badan–badan lain yang membayar uang pensiun dan tabungan hari tua atau jaminan hari tua.

(33)

5. Perusahaan, badan dan bentuk usaha tetap yang membayar honorarium atau pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan kegiatan, jasa yang dilakukan oleh orang pribadi dengan status wajib pajak luar negeri. 6. Yayasan (termasuk yayasan di bidang kesejahteraan, rumah sakit,

pendidikan, kesenian, olahraga, kebudayaan), lembaga, kepanitiaan, asosiasi, perkumpulan, organisasi masa, organisasi sosial politik, dan organisasi lainnya dalam bentuk apapun dari segala bidang kegiatan sebagian pembayar gaji, upah, honorarium, atau imbalan dengan nama apapun sehubungan dengan pekerjaan, jasa, kegiatan yang dilakukan oleh orang pribadi.

7. Perusahaan, badan dan bentuk usaha tetap yang membayar honorarium atas imbalan lain kepada peserta pendidikan, pelatihan, dan pemagangan. 8. Penyelenggara kegiatan (termasuk badan pemerintahan, organisasi,

termasuk organisasi internasional, perkumpulan, orang pribadi, serta lembaga lainnya yang menyelenggarakan kegiatan) yang membayar honorarium, hadiah atau penghargaan dalam bentuk apapun kepada wajib pajak orang pribadi dalam negeri berkenaan dengan suatu kegiatan.

Yang tidak termasuk Pemotong Pajak yang wajib melakukan pemotongan penyetoran dan pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 adalah :

1. Badan Perwakilan Negara Asing

(34)

5. PENERIMA PENGHASILAN (WAJIB PAJAK PPh PASAL 21)

Penerima penghasilan selanjutnya disebut Wajib Pajak yang penghasilannya dipotong PPh Pasal 21 adalah :

1. Pejabat Negara yaitu :

a. Presiden dan Wakil Presiden

b. Ketua, Wakil ketua dan Anggota DPR/MPR, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota.

c. Ketua dan Wakil Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). d. Ketua, Wakil Ketua, Ketua Muda, dan Hakim Mahkamah Agung e. Ketua dan Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Agung.

f. Menteri-menteri Negara dan Menteri Muda. g. Jaksa Agung.

h. Gubernur dan Wakil Gubernur Kepala daerah Provinsi. i. Bupati dan Wakil Bupati

2. Pegawai Negeri Sipil (PNS) adalah PNS Pusat, PNS daerah, dan PNS lainnya yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah sebagaimana diatur dalam Undang–Undang No. 8 Tahun 1974.

(35)

4. Tenaga Lepas adalah orang pribadi yang bekerja pada pemberi kerja yang hanya menerima atau memperoleh imbalan apabila orang pribadi yang bersangkutan bekerja.

5. Penerima Pensiun adalah orang pribadi atau ahli warisnya yang menerima atau memperoleh imbalan untuk pekerjaan yang dilakukan dimasa lalu termasuk orang pribadi atau ahli warisnya yang menerima Tabungan Hari Tua atau Jaminan Hari Tua.

6. Penerima Honorarium adalah orang pribadi yang menerima atau memperoleh imbalan sehubungan dengan jasa, jabatan atau kegiatan yang dilakukannya. 7. Penerima Upah adalah orang pribadi yang menerima upah harian, upah

mingguan, upah borongan atau upah satuan.

8. orang pribadi lainnya yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa dan kegiatan dari pemotong pajak.

Yang tidak termasuk penerima penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 adalah :

1. Pejabat Perwakilan Diplomatik dan Konsulat atau pejabat lain dari Negara asing, dan orang–orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja pada dan bertempat tinggal bersama mereka dengan syarat :

a. Bukan warga Negara Indonesia.

b. Di Indonesia tidak menerima atau memperoleh penghasilan lain di luar jabatannya di Indonesia.

(36)

2. Pejabat Perwakilan organisasi Internasional sebagaimana dimaksud dalam keputusan menteri keuangan No. 574/KMK 04/ 2000, sepanjang :

a. Bukan Warga Negara Indonesia

b. Tidak manjalankan usaha atau melakukan kegiatan atau pekerjaan lain untuk memperoleh penghasilan di Indonesia.

6. HAK DAN KEWAJIBAN PENERIMA PENGHASILAN 6.1. Hak Penerima Penghasilan

Hak–hak penerima penghasilan (wajib pajak) adalah sebagai berikut :

a. Wajib Pajak berhak meminta bukti pemotongan PPh Pasal 21 kepada pemotong pajak, jumlah PPh Pasal 21 yang telah dipotong dapat dikreditkan dari pajak penghasilan untuk tahun pajak yang bersangkutan kecuali PPh Pasal 21 yang bersifat final.

b. Wajib Pajak berhak mengajukan surat keberatan kepada Direktorat Jenderal Pajak, jika PPh Pasal 21 yang dipotong oleh pemotong pajak tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku. Pengajuan surat keberatan ini dilakukan dalam Bahasa Indonesia dengan mengemukakan jumlah pajak yang dipotong menurut penghitungan wajib pajak dengan disertai alasan–alasan yang jelas. Pengajuan surat keberatan ini dilakukan dalam jangka waktu 3 bulan setelah tanggal pemotong, kecuali apabila wajib pajak dapat menunjukan bahwa jangka waktu tersebut tidak dapat dipenuhi karena keadaan diluar kekuasaan. c. Wajib Pajak berhak mengajukan permohonan banding secara tertulis dalam

(37)

Sengketa Pajak terhadap keputusan mengenai keberatannya yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak. Permohonan banding ini diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan alasan yang jelas dan dilakukan dalam jangka waktu 3 bulan sejak keputusan diterima, dilampiri salinan surat keputusan tersebut. Apabila Badan Peradilan Pajak belum terbentuk, maka permohonan banding dapat diajukan kepada Badan Penyelesaian Sengketa Pajak. Putusan Badan Penyelesaian Sengketa Pajak bukan merupakan keputusan Tata Usaha Negara.

6.2. Kewajiban Penerima Penghasilan

Kewajiban Penerima Penghasilan adalah sebagai berikut :

a. Wajib Pajak wajib menyerahkan surat pernyataan kepada pemotong pajak, yang menyatakan jumlah tanggungan keluarga pada suatu tahun takwim, untuk mendapatkan pengurangan berupa Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP). Penyerahan tersebut pada saat mulai bekerja, atau pada permulaan menjadi subjek pajak dalam negeri atau mulai pensiun atau dalam hal terjadi perubahan tanggungan keluarga menurut keadaan pada permulaan tahun takwim.

b. Wajib Pajak berkewajiban menyerahkan bukti pemotongan PPh Pasal 21 kepada :

1. Pemotong Pajak kantor cabang baru dalam hal yang bersangkutan dipindah tugaskan.

(38)

3. Pemotong Pajak dana pensiun dalam hal yang bersangkutan mulai menerima pensiun dalam tahun berjalan.

c. Wajib Pajak berkewajiban menyerahkan SPT Tahunan PPh Pasal 21, jika Wajib Pajak mempunyai penghasilan lebih dari satu pemberi kerja.

7. PENGHASILAN YANG DIPOTONG PPh PASAL 21 Penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 adalah :

1. penghasilan yang diterima atau diperoleh secara teratur berupa gaji, uang pensiun bulanan, upah, honorarium (termasuk anggota dewan komisaris atau dewan pengawas), premi bulanan, uang lembur, uang sokongan, uang tunggu, uang ganti rugi, tunjangan istri, tunjangan anak, tunjangan kemahalan, tunjangan jabatan, tunjangan khusus, tunjangan transport, tunjangan pajak, tunjangan iuran pensiun, tunjangan pendidikan anak, beasiswa, premi asuransi yang dibayar pemberi kerja, dan penghasilan teratur lainnya dengan nama apapun.

2. penghasilan yang diterima atau diperoleh secara tidak teratur berupa jasa produksi, tantiem, gratifikasi, tunjangan cuti, tunjangan hari raya, tunjangan tahun baru, bonus, premi tahunan, dan penghasilan sejenis lainnya yang sifatnya tidak tetap.

3. upah harian, upah mingguan, upah borongan.

(39)

5. honorarium, uang saku, hadiah atau penghargaan, dengan nama dan dalam bentuk apapun, komisi, beasiswa, dan pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan, jasa dan kegiatan yang dilakukan oleh Wajib Pajak dalam negeri, terdiri dari :

a. Tenaga ahli yang terdiri dari pengacara, akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaris, penilai dan aktuaris.

b. Pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film, bintang iklan, bintang sinetron, sutradara, crew film, foto model, peragawan/peragawati, pemain drama, penari, pemahat, pelukis, dan seniman lainnya.

c. Olahragawan

d. Penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, panyuluh dan moderator. e. Pengarang, peneliti, penerjemah.

f. Pemberi jasa dalam segala bidang termasuk teknik, komputer dan sistem aplikasinnya, telekomunikasi, elektronika, fotografi, ekonomi dan sosial. g. Agen iklan

h. Pengawas, pengelola proyek, anggota dan pemberi jasa kepada suatu kepanitiaan, peserta sidang atau rapat dan tenaga kerja lainnya dalam segala bidang kegiatan.

i. Pembawa pesanan j. Peserta perlombaan

(40)

m. Peserta pendidikan, pelatihan dan pemagangan

n. Distributor perusahaan multilevel marketing atau direct selling dan kegiatan sejenis lainnya.

6. Gaji, gaji kehormatan dan tunjangan–tunjangan lainnya yang terkait dengan gaji yang diterima oleh Pejabat Negara, Pegawai Negeri Sipil serta uang pensiun dan tunjangan–tunjangan lain yang sifatnya terkait dengan uang pensiun yang diterima oleh pensiunan termasuk janda atau duda dan atau anak–anaknya.

7. Penerimaan dalam bentuk natura atau kenikmatan lainnya dengan nama apapun yang diberikan oleh bukan wajib pajak atau wajib pajak yang dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifat final dan dikenakan Pajak Penghasilan berdasarkan norma Penghitungan khusus (demand profit).

8. PENGURANGAN YANG DIPERBOLEHKAN

Untuk menghitung besarnya Pajak Penghasilan Pasal 21 yang terutang, kepada penerima penghasilan tertentu sebagai wajib pajak dalam negeri orang pribadi diberikan pengurangan–pengurangan sebagai berikut :

1. Pegawai Tetap

Pengurangan yang diperbolehkan dari penghasilan bruto untuk menentukan besarnya penghasilan neto sejak 1 Januari 2009 adalah :

(41)

maksimum yang diperkenakan sebesar 6.000.000 setahun dan 500.000 sebulan.

b. Iuran yang terkait dengan gaji yang dibayar oleh pegawai kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan atau Badan Penyelenggara Tabungan Hari Tua atau Jaminan Hari Tua.

Penghasilan neto tersebut masih diperkenankan dikurangi lagi dengan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP).

2. Pegawai Tidak Tetap, Pemagang dan Calon Pegawai

Pengurangan penghasilan bruto yang diperkenankan untuk menentukan besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajakadalah PTKP sebenanya. Dalam hal Penghasilan bruto dapat dikurangi dengan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP).

3. Penerima Pensiun

Pengurangan penghasilan bruto yang diperkenankan untuk menentukan besarnya Penghasilan Kena Pajak (PKP) sejak 1 Januari 2009 adalah :

a. Biaya Pensiun, yaitu biaya untuk mendapatkan, menagih dan memelihara uang pensiun yang besarnya 5% dari penghasilan Bruto berupa uang pensiun, dengan jumlah maksimum yang diperkenankan adalh 2.400.000 setahun dan 200.000 sebulan.

(42)

4. Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

Besarnya Penghasilan Kena Pajak dari seorang pegawai dihitung berdasarkan penghasilan netonya dikurangi dengan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) yang jumlahnya adalah sebagai berikut :

a. Untuk Diri Pegawai : Rp. 15.840.000.00 b. Tambahan untuk pegawai yang kawin : Rp. 1.320.000.00 c. Tambahan untuk setiap anggota keluarga

sedarah, semenda, dalam keturunan garis lurus serta anak angkat yang menjadi tanggungan

sepenuhnya, paling banyak 3 (tiga) orang : Rp. 1.320.000.00

Dalam hal karyawati kawin, PTKP yang dikurangkan adalah hanya untuk dirinya sendiri, dan dalam hal tidak kawin pengurangan PTKP selain untuk dirinya sendiri ditambah dengan PTKP untuk keluarga yang menjadi tanggungan sepenuhnya. Dan bagi Karyawati yang menunjukan keterangan tertulis dari Pemerintah Daerah Setempat (serendah-rendahnya Kecamatan) bahwa suaminya tidak menerima atau memperoleh penghasilan, diberikan tambahan PTKP Rp. 1.320.000.00 setahun dan Rp. 110.000.00 sebulan dan ditambah anggota keluarganya paling banyak 3 (tiga) tanggungan.

5. Pegawai Harian, Pegawai Mingguan, Pemagang, Pegawai Tidak Tetap Lainnya

(43)

ketentuan yang berlaku sesuai peraturan Menteri Keuangan yang terbaru No. 254/PMK.03/2008 yang diberlakukan sejak tahun 2009 adalah sebagai berikut :

a. Penghasilan bruto sehari tidak dipotong PPh Pasal 21, jika penghasilan bruto tersebut jumlahnya tidak lebih dari Rp. 150.000 sehari dan jumlahnya tidak melebihi Rp. 1.320.000 sebulan serta tidak dibayarkan secara bulanan.

b. Pengurangan Penghasilan bruto sehari adalah Rp. 150.000, jika penghasilan bruto sehari lebih dari Rp. 150.000 tetapi dalam satu bulan takwim jumlahnya tidak melebihi Rp.1.320.000.

c. Pengurangan penghasilan bruto sehari adalah PTKP setahun yang sebenarnya dibagi dengan 360 hari, jika penghasilan bruto sehari lebih dari

Rp. 150.000 dan dalam satu bulan takwim jumlahnya melebihi Rp. 1.320.000.

d. Jika penghasilan tersebut dibayarkan secara bulanan atau yang menerima penghasilan adalah pegawai tetap, ketentuan pengurangan penghasilan bruto sama dengan pegawai tetap.

5. Distributor Perusahaan Multilevel Marketing atau Direct Selling dan Kegiatan Sejenis Lainnya

(44)

9. TARIF PEMOTONGAN DAN PENERAPANNYA

Tarif yang digunakan untuk menghitung PPh Pasal 21 untuk orang pribadi ada empat (4) jenis yaitu :

1. Tarif Pasal 17

Tarif Pasal 17 digunakan untuk menghitung penghasilan yang diterima oleh orang pribadi. Pemberlakuan tarif pasal 17 dibagi atas 2 macam yaitu :

a. Tarif Pasal 17 dikali (x) Penghasilan Kena Pajak

Tarif ini dikenakan untuk penerima penghasilan yaitu Pegawai Tetap, Penerima Pensiun, Pegawai tidak tetap dan Distributor perusahaan Multi Level Marketing.

b. Tarif Pasal 17 dikali (x) Penghasilan bruto dikenakan untuk penghasilan berupa Honorarium, Jasa Produksi, Penarikan dana Pensiun, Penghasilan Orang Pribadi yang bergerak dibidang entertainment dan lain–lain.

Tarif Pasal 17 Undang–Undang Nomor 36 Tahun 2008 dengan ketentuan sebagai berikut :

Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak

s/d Rp. 50.000.000 5%

> Rp. 50.000.000 s/d Rp. 250.000.000 15%

> Rp. 250.000.000 s/d Rp.500.000.000 25%

> Rp. 500.000.000 30%

2. Tarif 5%

Tariff 5% dikenakan terhadap pegawai lepas harian dengan upah harian,

(45)

Rp. 150.000 sehari tetapi tidak lebih dari Rp.1.320.000 dalam sebulan dan penerimanya adalah bukan pegawai tetap.

Pemberlakuan tarif 5% yaitu 5% dikalikan dengan Upah Terutang Pajak sehari.

3. Tarif 15%

Pemberlakuan tariff 15% dibagi atas 2 macam yaitu : a. Tarif 15% x Penghasilan Netto.

Tarif ini dikenakan terhadap penghasilan yang diterima atau diperoleh oleh tenaga ahli.

b. Tarif 15% x Penghasilan Bruto

Tarif ini dikenakan terhadap penghasilan berupa honorarium, uang perangsang dan lain–lain yang diterima atau diperoleh oleh pejabat Negara, PNS, Anggota TNI/POLRI. Sumber dananya diperoleh dari keuangan Negara atau keuangan daerah.

4. Tarif khusus

Tarif khusus dikenakan terhadap penghasilan yang diperoleh oleh para pensiunan. Pemberlakuan tarif ini dibagi atas 4 macam yaitu :

a. Tarif 5%

Tarif ini dikenakan terhadap jumlah penarikan komulatif sampai dengan Rp.25.000.000.

b. Tarif 10%

(46)

c. Tariff 15%

Tarif ini dikenakan terhadap jumlah penarikan komulatif diatas Rp. 50.000.000 s/d Rp.100.000.000

d. Tariff 25%

Tarif ini dikenakan terhadap jumlah penarikan komulatif diatas Rp. 100.000.000 s/d Rp.200.000.000

10. TATA CARA PENGISIAN SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) TAHUNAN PPh PASAL 21

SPT adalah Surat yang oleh wajib pajak digunakan untuk melaporkan penghitungan dan atau pembayaran pajak, objek pajak dan atau bukan objek pajak dan atau harta kewajiban menurut ketentuan peraturan perundang–undangan perpajakan. SPT mempunyai fungsi yaitu :

a. Sebagai sarana wajib pajak untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan perhitungan jumlah pajak yang sebenarnya terutang.

b. Laporan pajak dari pemotong atau pemungut tentang pemotongan/pemungutan pajak orang atau badan lain dalam satu masa pajak yang ditentukan oleh peraturan perundang–undangan perpajakan yang berlaku.

(47)

Cara pengisian SPT Tahunan

a. Setiap wajib pajak terlebih dahulu membaca petunjuk pengisian SPT Tahunan dengan cermat

b. Setelah dibaca, lampiran SPT diisi terlebih dahulu sebelum mengisi induk SPT

c. Seandainya diperlukan dapat dibuat lampiran tambahan disamping lampiran yang sudah ditentukan

d. Kemudian induk SPT beserta lampirannya diisi rangkap dua. Yaitu lembar untuk Kantor Pelayanan Pajak dan satu lembar lagi untuk arsip wajib pajak.

e. Angka–angka rupiah dalam SPT Tahunan berikut dalam lampirannya dinyatakan dalam rupiah penuh.

Batas waktu penyampaian SPT Masa untuk PPh Pasal 21 adalah paling lambat tanggal 20 setelah akhir masa pajak, sedangkan untuk SPT Tahunan untuk PPh Pasal 21 adalah paling lambat 3 bulan setelah akhir tahun pajak. Yang melaporkan SPT Masa dan SPT Tahunan adalah Pemotong PPh Pasal 21.

(48)

BAB IV

ANALISIS DATA DAN EVALUASI

I. TATA CARA PENGHITUNGAN PPh PASAL 21

Cara penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 pada prinsipnya sama dengan cara penghitungan Pajak Penghasilan pada umumnya. Namun, dalam menghitung Pajak Penghasilan pasal 21 bagi penerima penghasilan tertentu wajib pajak dalam negeri selain pengurangan berupa Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP), juga diberikan pengurangan–pengurangan penghasilan berupa biaya jabatan, pensiun dan biaya pensiun. Selain itu tarif yang diterapkan juga bervariasi yaitu tarif sesuai dengan Pasal 17 Undang–Undang Pajak Penghasilan atau tarif yang diterapkan dalam Peraturan Pemerintah atau aturan pelaksanaan lainnya. Aturan cara penghitungannya dapat diuraikan secara rinci sebagai berikut :

1.1. PEGAWAI TETAP, PENERIMA PENSIUN BULANAN, PEGAWAI TIDAK TETAP, PEMAGANG, DAN CALON PEGAWAI

Pegawai tetap, penerima pensiun bulanan, pegawai tidak tetap, pemagang, dan calon pegawai serta Multi Level Marketing/direct selling dan kegiatan sejenis, dikenakan tarif pasal 17 Undang–Undang PPh dikalikan dengan Penghasilan Kena Pajak (PKP). PKP dihitung berdasarkan sebagai berikut :

(49)

b. Iuran Pensiun Bulanan : Penghasilan bruto dikurangi biaya pensiun (5% dari penghasilan bruto, maksimum Rp. 2.400.000 setahun dan Rp. 200.000 sebulan) dikurangi PTKP.

c. Pegawai Tidak Tetap, pemagang, calon pegawai : Penghasilan bruto dikurangi PTKP.

d. Distributor Multi Level Marketing/direct selling dan kegiatan sejenis : Penghasilan bruto tiap bulan dikurangi PTKP per-bulan.

1.2. PENERIMA HONORARIUM, UANG SAKU, HADIAH ATAU PENGHARGAAN, KOMISI DAN BEASISWA

Penerima honorarium, uang saku, hadiah atau penghargaan, komisi, bea siswa dan pembayaran lain sebagai imbalan atas jasa dan kegiatan yang jumlahnya dihitung tidak atas dasar banyaknya hari yang diperlukan untuk menyelesaikan jasa atau kegiatan dikenakan tarif Pasal 17 Undang–Undang PPh dikalikan dengan penghasilan bruto.

1.3. TENAGA AHLI YANG MELAKUKAN PEKERJAAN BEBAS

(50)

1.4. PENERIMA UPAH HARIAN, MINGGUAN, SATUAN, BORONGAN DAN UANG SAKU HARIAN

Sejak 1 Januari 2009 penerima upah harian, mingguan, satuan, borongan dan uang saku harian yang jumlahnya melebihi Rp.150.000 sehari tetapi tidak melebihi Rp.1.320.000 sebulan dikenakan tarif 5% dari penghasilan bruto/upah dikurangi Rp.150.000.

1.5. PENERIMA PESANGON, TEBUSAN PENSIUN DAN TUNJANGAN HARI TUA

Penerima pesangon, tebusan pensiun dan tunjangan hari tua dikenakan tarif PPh final sebagai berikut :

Rp. 25.000.000 – Rp. 50.000.000 dikenakan tariff 5% Rp. 50.000.000 – Rp. 100.000.000 dikenakan tariff 10% Rp. 100.000.000 – Rp. 200.000.000 dikenakan tariff 15% Rp. 200.000.000 ke atas dikenakan tariff 25%

Sedangkan untuk tariff Rp. 0 – Rp. 25.000.000 dikecualikan dari potongan pajak.

1.6. PEJABAT NEGARA, PEGAWAI NEGERI SIPIL DAN ANGKATAN YANG MENERIMA HONOR DARI KEUANGAN NEGARA

(51)

1.7. TARIF PASAL 17

Tarif Pasal 17 Undang–Undang Pajak Penghasilan adalah :

Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak

s/d Rp. 50.000.000 5%

> Rp. 50.000.000 s/d Rp. 250.000.000 15%

> Rp. 250.000.000 s/d Rp.500.000.000 25%

> Rp. 500.000.000 30%

Cara menghitungnya dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. a. untuk menghitung PPh Pasal 21 atas penghasilan pegawai tetap terlebih dahulu dicari seluruh penghasilan bruto yang diterima atau diperoleh selama sebulan, yang meliputi seluruh gaji, segala jenis tunjangan dan pembayaran teratur lainnya, termasuk uang lembur (overtime) dan pembayaran sejenisnya.

b. untuk perusahaan yang masuk program Jamsostek, premi Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), Premi Jaminan Kematian (JK) dan premi Jaminan Pemeliharaan Kecelakaan (JPK) yang dibayar oleh pemberi kerja merupakan penghasilan bagi pegawai. Ketentuan yang sama diberlakukan juga bagi premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan kerja, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi beasiswa yang dibayarkan oleh pemberi kerja untuk pegawai kepada perusahaan asuransi lainnya. Dalam penghitungan PPh Pasal 21, premi tersebut digabungkan dengan penghasilan bruto yang dibayarkan oleh pemberi kerja kepada pegawai.

(52)

jabatan, iuran pensiun, iuran Jaminan Hari Tua, iuran Tunjangan Hari Tua yang dibayar sendiri oleh pegawai yang bersangkutan melalui pemberi kerja kepada Dana Pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan atau kepada Badan Penyelenggara Progran Jamsostek.

2. a. selanjutnya dihitung penghasilan neto setahun, yaitu jumlah penghasilan neto sebulan dikalikan 12.

b. Dalam hal seorang pegawai tetap dengan kewajiban pajak Subjektifnya sebagai wajib pajak dalam negeri sudah ada sejak awal tahun, tetapi mulai bekerja setelah awal bulan Januari, maka penghasilan neto sebulan dengan banyaknya bulan sejak pegawai yang bersangkutan mulai bekerja sampai dengan bulan Desember dan menambahkan hasilnya dengan penghasilan neto yang diperoleh dalam masa-masa sebelumnya dalam tahun yang sama yang diperoleh dari pemberi kerja sebelumnya sesuai dengan yang tercantum dalam bukti pemotongan PPh Pasal 21 (Form 1721 A1), jika pegawai yang bersangkutan sebelumnya bekerja pada pemberi kerja lain.

c. Selanjutnya dihitung Penghasilan Kena Pajak sebagai dasar penerapan tarif Pasal 17 UU PPh, yaitu sebesar penghasilan neto setahun pada huruf a atau b di atas, dikurangi dengan PTKP.

(53)

huruf c, selanjutnya dihitung PPh Pasal 21 sebulan, yang harus dipotong dan atau disetor ke kas negara, yaitu sebesar :

1. Jumlah PPh Pasal 21 setahun atas penghasilan sebagaimana dimaksud pada huruf a dibagi dengan 12, atau

2. Jumlah PPh Pasal 21 setahun setelah dikurangi dengan PPh yang terutang dan diperhitungkan pada pemberi kerja sebelumnya sesuai yang tercantum dalam bukti pemotongan PPh Pasal 21, jika pegawai yang bersangkutan sebelumnya bekerja pada pemberi kerja lain, dibagi dengan banyaknya bulan pegawai yang bersangkutan bekerja, atas penghasilan sebagaimana dimaksud dalam huruf b.

3. a. Apabila pajak yang terutang oleh pemberi kerja tidak didasarkan atas masa gaji sebulan, maka untuk penghitungan PPh Pasal 21, jumlah penghasilan tersebut terlebih dahulu dijadikan penghasilan bulanan dengan mempergunakan faktor perkalian sebagai berikut :

1. Gaji untuk masa seminggu dikalikan dengan 4 2. Gaji untuk sehari dikalikan dengan 26

b. Selanjutnya dilakukan penghitungan PPh Pasal 21 sebulan dengan cara seperti dalam angka 2 di atas.

(54)

4. Jika kepada pegawai di samping dibayar gaji bulanan juga dibayar kenaikan gaji yang berlaku surut (rapel), misalnya untuk 5 (lima) bulan, maka penghitungan PPh Pasal 21 atas rapel tersebut adalah sebagai berikut :

a. Rapel dibagi dengan banyaknya bulan perolehan rapel tersebut (dalam hal ini 5 bulan).

b. Hasil pembagian rapel tersebut ditambahkan pada gaji setiap bulan sebelum adanya kenaikan gaji, yang sudah dikenakan pemotongan PPh Pasal 21.

c. PPh Pasal 21 atas gaji untuk bulan-bulan setelah ada kenaikan, dihitung kembali atas dasar gaji baru setelah ada kenaikan.

d. PPh Pasal 21 terutang atas tambahan gaji untuk bulan-bulan dimaksud adalah selisih antara jumlah pajak yang dihitung berdasarkan huruf c dikurangi jumlah pajak yang telah dipotong sebagaimana disebut pada huruf b.

(55)

2. KESULITAN YANG DIHADAPI KPP PRATAMA MEDAN BARAT Kesulitan yang dihadapi pada KPP Pratama Medan Barat dalam menghitung PPh Pasal 21 adalah sebagai berikut :

a. Sebagian dari Wajib Pajak menghindarkan diri dari kewajibannya dalam membayar pajak

b. Adanya ketidakefektifan pelaporan SPT oleh Wajib Pajak

c. Wajib Pajak mencoba mengkompensasikan beban pajaknya dengan memperbesar pendapatan melalui kegiatan berproduksi

d. Wajib Pajak mengalihkan atau mentransfer pajaknya kepada mereka yang ikut serta dalam lalu lintas tukar–menukar.

Upaya-upaya yang dilakukan dalam mengatasi kesulitan dalam penghitungan PPh pasal 21 di KPP Pratana Medan Barat. Adalah sebagai berikut :

a. Melakukan penyuluhan kepada wajib pajak tentang pajak khususnya penghitungan PPh Pasal 21.

b. Memberikan informasi kepada wajib pajak dari media masa tentang perpajakan

(56)

3. CONTOH SOAL DAN PENYELESAIANNYA Contoh perhitungan secara umum atas pegawai tetap :

1. Tuan Salman adalah seorang wajib pajak, status belum kawin. Ia terdaftar sebagai wajib pajak pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Barat pada tahun 2000. Tuan Salman bekerja pada PT. PLN dengan memperoleh gaji sebesar Rp.2.500.000 sebulan. Dalam tahun berjalan Tuan Salman menerima bonus sebesar Rp.4.000.000. setiap bulannya dia membayar iuran pensiun ke dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan sebesar Rp.60.000.Hitunglah PPh Pasal 21 untuk tahun pajak 2009 Cara menghitung PPh Pasal 21 atas bonus adalah :

A. PPh Pasal 21 atas gaji dan bonus : Gaji setahun

(12 x Rp. 2.500.000) = Rp. 30.000.000.00

Bonus = Rp. 4.000.000.00

Penghasilan Bruto setahun = Rp. 34.000.000.00 Pengurangan :

1. Biaya Jabatan

5% x Rp. 34.000.000.00 = Rp.1.700.000.00 2. Iuran Pensiun setahun

12 x Rp. 60.000.00 = Rp. 720.000.00

(57)

3. PTKP setahun

Untuk Wajib Pajak = Rp. 15.840.000.00 Penghasilan Kena Pajak = Rp. 15.740.000.00 PPh Pasal 21 terutang

5% x Rp. 15.740.000.00 = Rp. 787.000.00 B. PPh Pasal 21 atas Gaji

Gaji setahun

(12 x Rp. 2.500.000) = Rp. 30.000.000.00 Pengurangan :

1. Biaya Jabatan

5% x Rp. 30.000.000.00

Rp. 1.500.000.00 = Rp. 1.500.000.00 2. Iuran Pensiun setahun

12 x Rp. 60.000.00 = Rp. 720.000.00

= Rp. 2.220.000.00 Penghasilan neto setahun = Rp. 27.780.000.00 3. PTKP setahun

Untuk Wajib Pajak = Rp. 15.840.000.00 Penghasilan Kena Pajak = Rp. 11.940.000.00 PPh Pasal 21 terutang

(58)

C. PPh Pasal 21 atas Bonus PPh Pasal 21 atas Bonus adalah :

Rp. 787.000.00 - Rp. 597.000.00 = Rp. 190.000.00

2. B (tidak kawin) memperoleh gaji sebesar Rp. 1.500.000.00 sebulan. Ia terdaftar sebagai wajib pajak pada KPP Pratama Medan Barat. Dia bekerja pada PT. PLN. Perusahaan ikut dalam program jamsostek. Premi Jaminan Kecelakaan Kerja dan premi jaminan Kematian dibayar oleh perusahaan. Dan Jaminan Hari Tua masing-masing Rp. 10.000.00 dan Rp. 3.000.00 dan Rp. 37.000.00. B membayar iuran pensiun Rp. 30.000.00 dan iuran Jaminan Hari Tua sebesar Rp. 20.000.00 setiap bulan. Dalam tahun berjalan dia juga menerima Jasa Produksi sebesar Rp. 2.000.000.00.

Cara menghitung PPh Pasal 21 adalah sebagai berikut : A. PPh. Pasal 21 atas Gaji dan Jasa Produksi

Gaji setahun (12 x Rp. 1.500.000.00) = Rp 18.000.000.00 Jasa Produksi = Rp. 2.000.000.00 Premi jaminan kec kerja

= 12 x Rp. 10.000.00 = Rp. 120.000.00 Premi jaminan kematian

(59)

Pengurangan : 1. Biaya Jabatan

5% x Rp. 20.156.000.00 = Rp. 1.007.800.00 2. Iuran Pensiun setahun

12 x Rp. 30.000.00 = Rp. 360.000.00 3. Iuran Jaminan Hari tua

12 x Rp. 20.000.00 = Rp. 240.000.00

= Rp. 1.607.800.00 Penghasilan neto setahun = Rp. 18.548.200.00 Pembulatan = Rp. 18.548.000.00 4. PTKP Untuk WP = Rp. 15.840.000.00 Penghasilan Kena Pajak = Rp. 2.708.000.00 PPh Terutang 5% x Rp. 2.708.000.00 = Rp 135.400.00

B. PPh Pasal 21 atas Gaji

Gaji setahun (12 x Rp. 1.500.000.00) = Rp 18.000.000.00 Premi jaminan kec kerja

= 12 x Rp. 10.000.00 = Rp. 120.000.00 Premi jaminan kematian

= 12 x Rp. 3.000.00 = Rp. 36.000.00 Penghasilan Bruto setahun = Rp. 18.156.000.00 Pengurangan :

(60)

5% x Rp. 18.156.000.00 = Rp. 907.800.00 2. Iuran Pensiun setahun

12 x Rp. 30.000.00 = Rp. 360.000.00 3. Iuran Jaminan Hari tua

12 x Rp. 20.000.00 = Rp. 240.000.00

= Rp. 1.507.800.00 Penghasilan neto setahun = Rp. 16.648.200.00 Pembulatan = Rp. 16.648.000.00 4. PTKP untuk WP sendiri =

3. A seorang Karyawati (kawin anak 1) bekerja pada PT. PLN. Ia terdaftar sebagai wajib pajak KPP Pratama Medan Barat. Penghasilan sebulan Rp. 3.000.000.00. perusahaan mengikuti program Jamsotek. Premi Asuransi Kecalakaan Kerja dan Premi Asuransi Kematian masing-msing sebesar Rp. 15.000.00 dan Rp. 5.000.00 yang dibayarkan oleh perusahaan. Perusahaan membayar untuk A iuran Pensiun kedana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri keuangan sebesar Rp. 40.000.00 sebulan. Sedangkan A membayar iuran pensiun sebulan Rp. 30.000.00. disamping itu, perusahaan

Rp 15.840.000.00 Penghasilan Kena Pajak = Rp. 808.000.00 PPh Pasal 21 terutang

5% x Rp. 808.000.00 = Rp. 40.400.00 C. PPh Pasal 21 atas Jasa Produksi

(61)

juga membayar untuk A iuran THT sebesar Rp. 9.000.00 sebulan, sedangkan A menanggung iuran THT sebesar Rp. 6.000.00 sebulan. Suaminya bekerja pada perusahaan lain.

Penghitungan PPh Pasal 21 :

Gaji sebulan = Rp. 3.000.000.00 Premi Asuransi Kec. Kerja = Rp. 15.000.00 Premi Asuransi kematian = Rp. 5.000.00 Penghasilan Bruto Sebulan = Rp. 3.020.000.00 Pengurangan :

1. Biaya Jabatan

5% x Rp. 3.020.000.00 = Rp.151.000.00 2. Iuran Pensiun = Rp. 30.000.00

3. Iuran THT = Rp. 6.000.00 = Rp. 187.000.00 Penghasilan Neto Sebulan = Rp. 2.833.000.00 Penghasilan neto setahun

= Rp. 12 x Rp. 2.876.000.00 = Rp. 33.996.000.00 4. PTKP

(62)

4. Eko pada bulan januari 2009 bekerja sebagai buruh harian pada PT. Dayat Nurwahid. Ia bekerja sehari memperoleh pendapatan Rp. 180.000.00. PPh Pasal 21 tahun 2009 adalah :

Penghitungan PPh Pasal 21 tahun 2009 :

Upah sehari = Rp. 180.000.00

Batas Upah harian yang tidak dipotong PPh = Rp. 150.000.00 PKP Sehari = Rp. 30.000.00

PPh Pasal 21 Sehari :

5% x Rp. 30.000.00 = Rp. 1.500.00

Contoh : Perhitungan PPh Pasal 21 atas pegawai Kantor Pajak Pratama Medan Barat :

1. Tuan A (TK/0) adalah pegawai tetap di KPP Pratama Medan Barat. Ia memperoleh penghasilan perbulan Rp. 4.000.000. selain gaji, ia juga mempunyai tambahan penghasilan berupa tunjangan umum sebesar Rp. 150.000, tunjangan beras Rp. 200.000, tunjangan khusus Rp. 130.000, dan tunjangan lain-lain Rp. 100.000. Ia membayar iuran pensiun setiap bulannya sebesar Rp. 50.000. hitunglah PPh Pasal 21 tahun 2008 dan 2009.

Penghitungan PPh Pasal 21 tahun 2008 :

Gaji Pokok = Rp. 4.000.000.00

(63)

Tunjangan khusus = Rp. 130.000.00 Tunjangan lain-lain = Rp. 100.000.00 Penghasilan Bruto = Rp. 4.580.000.00 Pengurang :

1. Biaya Jabatan

5% x Rp. 4.580.000.00 = Rp. 229.000

Maksimum = Rp. 108.000.00 2. Iuran Pensiun = Rp. 50.000.00

= Rp. 158.000.00 Penghasilan Neto Sebulan = Rp. 4.422.000.00 Penghasilan Neto Setahun

12 x Rp. 4.422.000.00 = Rp 53.064.000.00 PTKP : Untuk Wajib Pajak = Rp. 13.200.000.00 PKP = Rp. 39.864.000.00 PPh yang terutang setahun :

5% x Rp. 25.000.000.00 = Rp. 1.250.000.00 10% x Rp. 14.864.000.00 = Rp. 1.486.400.00 = Rp. 2.736.400.00

PPh Terutang Sebulan: Rp.2.736.400.00 : 12 = Rp. 228.033.00 Penghitungan PPh Pasal 21 Tahun 2009 :

Gaji Pokok = Rp. 4.000.000.00

(64)

Tunjangan khusus = Rp. 130.000.00 Tunjangan lain-lain = Rp. 100.000.00 Penghasilan Bruto = Rp. 4.580.000.00 Pengurang :

1. Biaya Jabatan

5% x Rp. 4.580.000.00 = Rp. 229.000.00 2. Iuran Pensiun = Rp. 50.000.00

= Rp. 279.000.00 Penghasilan Neto Sebulan = Rp. 4.301.000.00 Penghasilan Neto Setahun

12 x Rp. 4.301.000.00 = Rp. 51.612.000.00 PTKP : Untuk Wajib Pajak Sendiri = Rp.

2. Tn. Y (K/4) adalah seorang kepala bagian di KPP Pratama Medan Barat. Setiap bulan ia memperoleh penghasilan pokok sebesar Rp. 8.000.000 per bulan.Tambahan penghasilan selain gaji adalah berupa Tunjangan istri, Tunjangan anak, Tunjangan struktural, Tunjangan beras, Tunjangan khusus, Tunjangan lain-lain masing-masing sebesar Rp. 150.000, Rp. 100.000, Rp. 3.250.000, Rp. 200.000, Rp. 300.000, Rp. 100.000. ia membaya iuran

15.840.000.00 PKP = Rp. 35.772.000.00 PPh Pasal 21 yang terutang :

5% x Rp. 35.772.000.00 = Rp. 1.788.600.00

(65)

pensiun setiap bulan sebesar Rp. 50.000. hitung PPh Pasal 21 tahun 2008 dan 2009.

Penghitungan PPh Pasal 21 Tahun 2008 :

Gaji Pokok = Rp. 8.000.000.00

Tunjangan istri = Rp. 150.000.00 Tunjangan anak = Rp. 100.000.00 Tunjangan Struktural = Rp. 3.250.000.00 Tunjangan Beras = Rp. 200.000.00 Tunjangan khusus = Rp. 300.000.00 Tunjangan lain-lain = Rp. 100.000.00 Penghasilan Bruto = Rp. 12.100.000.00 Pengurang :

1. Biaya Jabatan

5% x Rp. 12.100.000.00 = Rp. 605.000.00 Maksimum = Rp. 108.000.00 2. Iuran Pensiun = Rp. 50.000.00

= Rp. 158.000.00 Penghasilan Neto Sebulan = Rp. 11.942.000.00 Penghasilan Neto Setahun

(66)

PTKP :

WP Sendiri : Rp. 13.200.000.00 Menikah : Rp. 1.200.000.00 3 Tanggungan : Rp. 3.600.000.00

= Rp. 18.000.000.00 PKP = Rp. 125.304.000.00

PPh Pasal 21 yang terutang :

5% x Rp. 25.000.000.00 = Rp. 1.250.000.00 10% x Rp. 25.000.000.00 = Rp. 2.500.000.00 15% x Rp. 50.000.000.00 = Rp. 7.500.000.00 25% x Rp. 25.304.000.00 = Rp. 6.326.000.00 = Rp.17.576.000.00

PPh Pasal 21 Sebulan = Rp.17.576.000.00 : 12 = Rp. 1.464.666

Penghitungan PPh Pasal 21 Tahun 2009 :

Gaji Pokok = Rp. 8.000.000.00

(67)

Penghasilan Bruto = Rp. 12.100.000.00 Pengurang :

1. Biaya Jabatan

5% x Rp. 12.100.000.00 = Rp. 605.000.00 Maksimum = Rp. 500.000.00 2. Iuran Pensiun = Rp. 50.000.00

= Rp. 550.000.00 Penghasilan Neto Sebulan = Rp. 11.550.000.00 Penghasilan Neto Setahun

12 x Rp. 11.550.000.00 = Rp. 138.600.000.00 PTKP :

WP Sendiri : Rp. 15.840.000.00 Menikah : Rp. 1.320.000.00 3 Tanggungan : Rp. 3.960.000.00

= Rp. 21.120.000.00 PKP = Rp. 117.480.000.00 PPh Pasal 21 yang terutang :

5% x Rp. 50.000.000.00 = Rp. 2.500.000.00 15% x Rp. 50.000.000.00 = Rp. 7.500.000.00 25% x Rp. 17.840.000.00 = Rp. 4.370.000.00

= Rp.14.370.000.00

(68)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

1. KESIMPULAN

a. Dengan adanya penyuluhan maka sudah banyak wajib pajak memahami arti pentingnya peranan pajak didalam mensejahterakan Negara, hal tersebut dapat dilihat bahwa pada tahun 2008 masyarakat yang telah mendaftarkan dirinya sebagai wajib pajk telah bertambah dan Laporan Penerimaan Pajak (LPP) juga telah melebihi daro target yang telah ditetapkan

b. Dalam proses dan tata cara pelaporan PPh, Direktorat Jenderal Pajak menetapkan sistem Self Asessment. Jadi, wajib pajak melapor, mendaftarkan diri serta menyetor/membayar pajak terutangnya sendiri. Ini mempermudah fiskus dalam menjalankan tugasnya

(69)

jelas, lengkap dan kemudian disampaikan kembali kekantor Direktorat Jenderal Pajak. SPT yang telah disampaikan diberi bukti penerimaan yang bertanggal. Apabila terlambat menyampaikan SPT dikenakan denda sebesar Rp. 500.000.

2. SARAN

a. Untuk menimbulkam kesadaran, kepatuhan agar wajib pajak tidak mencoba mengelakan pajak atau menghindari pajak, maka penyuluhan terus digiatkan dengan segala cara terutama dengan pemanfaatan jasa media massa.

b. untuk lebih menertibkan wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakan, maka fiskus dalam hal ini harus lebih sigap dalam mengetahui perkembangan perpajakan

(70)

DAFTAR PUSTAKA

Cyrus Sihaloho, 2003, Modul Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta

Mardiasmo, 2008, Perpajakan, Andi, Yogyakarta

Tony Marsyahrul, 2005, Pengantar Perpajakan, PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta

_____. Undang–Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan _____. Undang–Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan

Tata Cara Perpajakan

_____.Peraturan Pemerintah No. 45 Tahun 1994 tentang Pajak Penghasilan Bagi Pejabat Negara, Pegawai Negeri Sipil, Anggota Angkatan Bersenjata Republik Indonesia, Dan Para Pensiun Atas Penghasilan Yang Dibebankan Kepada Keuangan Negara Atau Keuangan Daerah

_____.Peraturan Pemerintah No. 149 Tahun 2000 tentang Pemotongan Pajak Penghasilan Berupa Uang Pesangon, Uang Tebusan Pensiun, dan Tunjangan Hari Tua Atau Jaminan Hari Tua

_____.Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 254/PMK.03/2008 tentang Penetapan Bagian Penghasilan Sehubungan Dengan Pekerjaan Dari Pegawai Harian Dan Mingguan Serta Pegawai Tidak Tetap Lainnya Yang Tidak Dikenakan Pemotongan Pajak Penghasilan

_____.Peraturan Menteri Keuangan No. 250/PMK.03/2008 tentang Besarnya Biaya Jabatan Atau Biaya Pensiun Yang Dapat Dikurangkan Dari Penghasilan Bruto Pegawai Tetap Atau Pensiunan

Sumber lain :

Referensi

Dokumen terkait

scoping excercise dengan mitra FTA ASEAN. Template akan dilaporkan kepada SEOM agar SEOM dapat membahasnya secara inter-sessional sebelum dikirim kepada mitra FTA

- Menjelaskan isi bacaan melalui Referencing - Menyebutkan fungsi nouns pada suatu kalimat - Menyebutkan suffixes yang tepat pada suatu kalimat Materi Pokok :

Bagian tengah cabang memiliki proporsi polip karang yang berkaitan dengan lo- kasi energi untuk pertumbuhan yang lebih reproduktif (100%) dengan kandungan rataan jumlah telur yang

Abstrak: Penelitian ini bertujuan 1) untuk mengetahui dan menganalisis penataan administrasi pemerintah desa dalam dibidang pertanahan di Kabupaten Tanjung Jabung Timur

Melalui Program Kreativitas mahasiswa (PKM) ini disusun suatu langkah solusi yaitu dengan melakukan penelitian pembuatan nanofiber kitosan berbahan dasar cangkang..

CNF yang diproduksi pada 500 o C secara umum berbentuk fiber/serat yang lurus dan heliks dengan diameter serat sekitar 300 nm, pada CNF dengan suhu 600 o C secara

Gaya kepemimpinan kepala sekolah SDN 24 Luak Bayau Sulit Air dalam proses mencapai akreditasi A adalah 1) gaya kepemimpinan demokratis hal ini terlihat aktifitas

Preferensi umpan padi/gabah lebih disukai oleh tikus dari pada umpan umpan beras utuh, beras pecah, jagung utuh, jagung pecah dan tepung jagung karena umpan padi mudah