• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persepsi Mahasiswa Tentang Instrumen Tes Hasil Belajar Mata Kuliah Program Ekstensi Pada Tahap Pendidikan Sarjana Keperawatan Di PSIK FK USU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Persepsi Mahasiswa Tentang Instrumen Tes Hasil Belajar Mata Kuliah Program Ekstensi Pada Tahap Pendidikan Sarjana Keperawatan Di PSIK FK USU"

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

Yessi Meristika : persepsi mahasiswa tentang instrumen tes hasil belajar mata kuliah program ekstensi pada

Mata Kuliah Program Ekstensi Pada Tahap Pendidikan Sarjana Keperawatan

Di PSIK FK USU

Yessi Meristika 071101092

Program Studi Ilmu Keperawatan

(2)

Judul : Persepsi Mahasiswa Tentang Instrumen Tes Hasil Belajar Mata Kuliah Program Ekstensi Pada Tahap Pendidikan Sarjana Keperawatan di PSIK FK USU

Peneliti : Yessi Meristika

NIM : 071101092

Jurusan : Program Studi Ilmu Keperawatan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Tahun : 2007 / 2008

Pembimbing Penguji

... ...Penguji I (Rika Endah N, S.Kp) (Rika Endah, S.Kp)

NIP. 132 282 642 NIP.1320 282 642

...Penguji II (Erniyati, SKp, MNS)

NIP. 132 238 510

...Penguji III (Lutfhiani, S.Kep, Ns)

Program Studi Ilmu Keperawatan telah menyetujui skripsi ini sebagai bagian dari persyaratan kelulusan untuk Sarjana Keperawatan.

... ... (Erniyati, SKp, MNS) (Prof. Guslihan Dasa Tjipta, Sp.A(K))

NIP. 132 238 510 NIP. 140 105 363

(3)

Judul : Persepsi Mahasiswa Tentang Instrumen Tes Hasil Belajar Mata Kuliah Program Ekstensi Pada Tahap Pendidikan Sarjana Keperawatan di PSIK FK USU

Peneliti : Yessi Meristika

NIM : 071101092

Jurusan : Program Studi Ilmu Keperawatan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Tahun : 2007 / 2008

ABSTRAK

Proses belajar mengajar yang baik tidak cukup hanya didukung oleh perencanaan pembelajaran, tetapi harus diimbangi dengan kemampuan melakukan evaluasi terhadap pencapaian kompetensi peserta didik. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan persepsi mahasiswa terhadap tes hasil belajar mata kuliah program ekstensi pada tahap pendidikan sarjana keperawatan di PSIK FK USU. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriftif. Populasi pada penelitian ini adalah semua mahasiswa yang sedang mengikuti proses belajar pada tahap pendidikan sarjana Program ekstensi di PSIK FK USU yakni ada 125 orang dengan cara quota random sampling dengan observation agreement. Data yang telah terkumpul diolah dengan menggunakan statistik deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan mata kuliah menggunakan tes hasil belajar pilihan ganda sebanyak 15 mata kuliah (40%); subjektif tes sebanyak 3 mata kuliah (8%); pilihan ganda dan subjektif tes sebanyak 11 mata kuliah (32%); pilihan ganda dan menjodohkan sebanyak 2 mata kuliah (5%); pilihan ganda, subjektif tes dan menjodohkan sebanyak 4 mata kuliah (10%); pilihan ganda, menjodohkan dan benar salah sebanyak 2 mata kuliah (5%) Adapun persepsi mahasiswa tentang instrumen tes hasil belajar mata kuliah program Ekstensi pada tahap pendidikan sarjana di Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara adalah baik

(4)

UCAPAN TERIMAKASIH

Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT karena hanya dengan

rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

“Persepsi Mahasiswa Terhadap Tes Hasil Belajar Mata Kuliah Program Ekstensi

Pada Tahap Pendidikan Sarjana Keperawatan di PSIK FK USU” sebagaimana

lazimnya untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar kesarjanaan

pada Progam Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera

Utara.

Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak untuk

itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Prof. Gontar A. Siregar,

Sp.PD-KGEH selaku Dekan Fakultas Kedokteran USU, Prof. Guslihan Dasa

Tjipta, Sp.A(K) selaku Pembantu Dekan I Fakultas Kedokteran USU, Ibu

Erniyati, SKp, MNS selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Pada kesempatan ini penulis

menyampaikan penghargaan dan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya

kepada Ibu Rika Endah N. SKp selaku Dosen Pembimbing yang senantiasa

menyediakan waktu, memberikan bimbingan, pengarahan dan motivasi dalam

menyelesaikan skripsi ini, Ibu Erniyati, SKp, MNS selaku Dosen Penguji II, ibu

Luthfiani S. Kep, Ns selaku Dosen Penguji III, Ibu Ellyta Aizar S.Kp selaku

dosen penasehat akademik serta seluruh staf pengajar dan administrasi di Program

Studi Ilmu Keperawatan FK USU. Terima kasih juga kepada seluruh responden

(5)

Teristimewa ucapan terima kasih kepada Ibunda tersayang

Tuahta Br Bangun yang menjadi motivasi dalam hidupku, yang selalu berdoa,

memberi kasih sayang, semangat dan memberikan dorongan baik moril dan

materil, abanganda Mayor CKM Suharto SKM dan istri serta ponakanku Haura

Alifa Salsabila, adik-adikku tersayang Yenni, Arfan Titin dan Erna Elita dan

nenek tercinta Zubaedah Sitepu yang telah memberikan motivasi dan doa kepada

penulis.

Terimakasih kepada kekasih tercinta Dedi Krismanto, SE yang selalu

memberiku doa, dorongan, semangat dan selalu menghiburku dalam suka dan

duka, kepada sahabat-sahabatku tercinta yang ikut membantu, memberikan doa

dan semangat kepada penulis, serta teman-teman satu angkatan di PSIK Jalur B

2007 yang ikut memberikan motivasi dan perhatian dalam menyelesaikan skripsi

ini.

Semoga Allah SWT selalu memberikan rahmat, ridho dan karunia-Nya

kepada kita semua dan terima kasih kepada semua pihak yang banyak membantu

penulis. Harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk

pengembangan ilmu pengetahuan.

Medan, Juni 2009

Penulis

(6)

DAFTAR ISI

Lembar Persetujuan ... i

Abstrak ... ii

Kata Pengantar ... iii

Daftar Isi ... v

Daftar Tabel ... vii

Daftar Skema ... ix

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Pertanyaan Penelitian ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi ... 6

2.1.1 Pengertian Persepsi... 6

2.1.2 Proses Pembentukan Persepsi ... 6

2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi... 7

2.2 Tes Hasil Belajar ... 7

2.2.1 Pengertian ... 7

2.2.2 Dasar-dasar Penyusunan Tes hasil Belajar ... 9

2.2.3 Isntrumen Tes hasil Belajar ... 11

2.2.3.1 Tes Lisan ... 12

2.2.3.2 Tes Tertulis ... 13

BAB 3 KERANGKA PENELITIAN 3.1 Kerangka Penelitian ... 27

3.2 Defenisi Konseptual dan Defenisi Operasional ... 29

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian ... 30

4.2 Populasi dan Sampel ... 30

(7)

4.2.2 Sampel ... 30

4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 31

4.3.1 Lokasi Penelitian... 31

4.3.2 Waktu Penelitian ... 31

4.4 Pertimbangan Etik ... 32

4.5 Instrumen Penelitian ... 32

4.6 Validitas dan Reabilitas Instrumen ... 32

4.7 Pengumpulan Data ... 34

4.8 Analisa Data ... 35

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian ... 37

5.2 Pembahasan ... 47

BAB 6 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1 Kesimpulan ... 57

6.2 Rekomendasi ... 57

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

1. Instrumen Penelitian

2. Uji Reabilitas Kuisioner

3. Tabel Hasil Distribusi Frekwensi

4. Surat Izin Pengambilan Data Awal dari PSIK FK USU

5. Surat Izin Penelitian dari PSIK FK USU

6. Jadwal Konsul

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 5.1 Distribusi Frekwensi dan Persentase tes hasil belajar mata kuliah program ekstensi pada tahap pendidikan sarjana di Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara pada tahun ajaran 2007/2008

(n=37) ... 38

Tabel 5.2 Instrumen tes hasil belajar mata kuliah program ekstensi pada tahap pendidikan sarjana Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara pada tahun ajaran 2007/2008 ... 39

Tabel 5.3 Tabel Hasil Persepsi Mahasiswa terhadap Insteumen Tes Hasil Belajar yang menggunakan pilihan ganda dalam mata kuliah Program Ekstensi pada tahap pendidikan Sarjana Keperawatan di Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara pada tahun ajaran

2007/2008 pada Mei-Juni 2009 ... 41

Tabel 5.4 Tabel Hasil Persepsi Mahasiswa terhadap Insteumen Tes Hasil Belajar yang menggunakan subjektif tes dalam mata kuliah Program Ekstensi pada tahap pendidikan Sarjana Keperawatan di Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara pada tahun ajaran

2007/2008 pada Mei-Juni 2009 ... 42

Tabel 5.5 Tabel Hasil Persepsi Mahasiswa terhadap Insteumen Tes Hasil Belajar yang menggunakan pilihan ganda dan subjektif tes dalam mata kuliah Program Ekstensi pada tahap pendidikan Sarjana Keperawatan di Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas

Sumatera Utara pada tahun ajaran 2007/2008 pada

Mei-Juni 2009... 43

Tabel 5.6 Tabel Hasil Persepsi Mahasiswa terhadap Insteumen Tes Hasil Belajar yang menggunakan pilihan ganda dan menjodohkan dalam mata kuliah Program Ekstensi pada tahap pendidikan Sarjana Keperawatan di Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara pada tahun ajaran 2007/2008 pada Mei-Juni 2009 ... 44

(9)

Tabel 5.7 Tabel Hasil Persepsi Mahasiswa terhadap Insteumen Tes Hasil Belajar yang menggunakan pilihan ganda, subjektif tes dan menjodohkan dalam mata kuliah Program Ekstensi pada tahap pendidikan Sarjana Keperawatan di Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara pada tahun ajaran 2007/2008 pada

Mei-Juni 2009 ... 45

Tabel 5.8 Tabel Hasil Persepsi Mahasiswa terhadap Insteumen Tes Hasil Belajar yang menggunakan pilihan ganda, subjektif tes dan menjodohkan dalam mata kuliah Program Ekstensi pada tahap pendidikan Sarjana Keperawatan di Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara pada tahun ajaran 2007/2008 pada Mei-Juni 2009 ... 46

(10)

DAFTAR SKEMA

Skema 1 Kerangka Penelitian Persepsi Mahasisawa Tentang Instrumen

Tes Hasil Belajar Mata Kuliah Program Ekstensi Pada Tahap

Pendidikan Sarjana... . 28

(11)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan sistem pendidikan di tanah air menuntut penyesuaian

dalam segala faktor yang mempengaruhi pelaksanaan sistem pendidikan tersebut.

Salah satu diantaranya yang langsung mendapat sorotan utama adalah evaluasi

hasil atau pencapaian belajar peserta didik (Hutagalung, 2007). Evaluasi/tes

merupakan pengukuran ketercapaian pogram pendidikan, perencanaan suatu

program substansi pendidikan termasuk kurikulum dan pelaksaannya, pengadaan

dan peningkatan kemampuan pendidik, pengelolaan pendidikan , dan reformasi

pendidikan secara keseluruhan (Majid, 2006).

Proses belajar mengajar yang baik tidak cukup hanya didukung oleh

perencanaan pembelajaran, kemampuan pendidik mengembangkan proses

pembelajaran serta peguasaannya terhadap bahan ajar, dan juga tidak cukup

pendidik dengan menguasai kelas, tanpa diimbangi dengan kemampuan

melakukan evaluasi terhadap pencapaian kompetensi peserta didik, yang sangat

menentukan dalam konteks perencanaan berikutnya. Semakin baik pendidik

melakukan evaluasi, maka akan semakin benar penempatan ukuran pencapaian

kompetensi peserta didik. Dan semakin benar pelaporannya pada klien, dan

semakin akuntabel palaksanaan tugasnnya sebagai pendidik. Dilihat dari segi

kebutuhannya ini, maka setidaknya pendidik harus mampu menyusun instrumen

(12)

Adapun instrumen yang bisa digunakan untuk melakukan tes, sangat

tergantung pada indikator kompetensi yang hendak diukur. Kalau tes tersebut

diselenggarakan untuk mengevaluasi pencapaian kompetensi pada level-level

kognisi, maka instrumen yang bisa digunakan adalah instrumen tes, yang secara

umum ada dua bentuk, yaitu tes objektif dan tes uraian. Sementara instrumen non

tes yang sering digunakan antara lain adalah skala bertingkat, daftar cocok,

wawancara, daftar angket pengamatan, dan riwayat hidup. Instrumen non tes

masih sangat terbatas penggunaannya jika dibandingkan dengan instrumen tes.

Pendidik pada umumnya lebih banyak menggunakan instrumen tes dari pada

instrumen non tes karena alatnya mudah dibuat, penggunaannya lebih praktis dan

yang dinilai terbatas pada aspek kognitif saja, sementara instrumen non tes tidak

hanya pada aspek kognitif tapi dapat juga pada aspek afektif dan aspek

psikomotor (Sudjana, 2006).

Penggunaan teknik-teknik evaluasi (tertulis, lisan ataupun tindakan)

yang tepat menuntut perhatian akan keterbatasan masing-masing instrumen

tersebut, yakni walaupun instrumennya sudah tepat, tapi belum tentu item-itemnya

itu reliable dan valid. Masing-masing jenis insrumen tes ini memerlukan langkah

dan patokan masing-masing dalam perumusan butir soal dan penggunaannya.

Walaupun sudah sangat baik instrumen tersebut, masih bisa terjadi ketidak tepatan

hasil evaluasi, misalnya, peserta didik mengisi soal dengan menebak bukan

dengan pengetahuan dan keyakinannya, kemudian dalam tes subjektif pendidik

memberi angka dengan pertimbangan subjektifnya, apabila dengan instrumen

(13)

Kelemahan pokok evaluasi belajar di lembaga pendidikan pada

umumnya tidak terletak pada bentuk dan tipe butir soal yang digunakan, tetapi

terutama terletak pada bentuk dan kemampuan pendidik untuk mengkonstruksikan

butir soal dengan baik. Butir soal tipe apapun dapat digunakan untuk mengukur

hasil belajar bila butir soal tersebut dikonstruksi dengan baik dan sesuai dengan

tujuan yang yang ingin dicapai. Misalnya, butir soal objektif yang baik akan sama

baiknya dengan butir soal uraian yang baik, atau sebaliknya butir soal yang

dikonstruksi secara tidak baik akan tidak mengukur keberhasilan belajar, lebih

baik butir soal objektif yang dikonstruksi dengan baik.

Kesalahan umum lainnya yang menyebabkan orang banyak melemparkan

kritik tidak proporsional terhadap tes adalah anggapan yang melihat tes bukan

sebagai alat ukur, tetapi terutama sebagai alat pendidikan yang terpenting dalam

proses pendidikan. Anggapan yang dikemukakan terakhir ini tentu saja tidak pada

tempatnya atau setidak-tidaknya kurang mengukur proporsional, karena fungsi

utama tes hasil belajar ialah mengukur keberhasilan belajar seseorang atau

sekelompok peserta didik. Seorang peserta didik yang tidak pernah melatih

mengarang, tidak akan menjadi orang yang tahu menyusun karangan yang baik,

walaupun diberikan beberapa kali tes bentuk uraian. Sebaliknya, seorang peserta

didik yang telah terlatih untuk mengeluarkan pikirannya secara tertulis dengan

baik, sekalipun dites dengan butir soal objektif tetap tidak akan kehilangan

ekspresinya (Zainul, 2005).

Sebagaimana kita ketahui semakin baik suatu instrumen tes hasil belajar

maka semakin baiklah hasil yang akan kita peroleh, baik itu instrumen tes maupun

(14)

sering digunakan oleh pendidik adalah instrumen tes yaitu uraian tes dan objektif

tes. Oleh karena itu peneliti juga membatasi untuk meneliti terhadap instrumen tes

yang sering digunakan itu karena keterbatasan waktu yang dimiliki peneliti.

Fenomena dilapangan beberapa pendapat mahasiswa yang sedang

mengikuti proses belajar pada tahap sarjana di PSIK FK USU mengatakan tes

hasil belajar pada beberapa mata kuliah ada yang membuat soal menggunakan

kata-kata teknis atau ilmiah atau istilah yang aneh, pilihan jawaban dalam soal

pilihan berganda berbunyi ”semua yang diatas benar”atau ”tidak satupun jawaban

yang diatas benar sehingga membuat banyak persepsi yang buruk atas instrumen

tes hasil belajar tersebut.

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk mengadakan

penelitian untuk mengidentifikasi bagaimana persepsi mahasiswa terhadap

instrumen tes hasil belajar mata kuliah program ekstensi pada tahap pendidikan

Sarjana Keperawatan di PSIK FK USU.

1.2 Pertanyaan Penelitian

Bagaimana persepsi mahasiswa tentang instrumen tes hasil belajar mata

kuliah program ekstensi pada tahap pendidikan Sarjana Keperawatan di PSIK FK

USU ?

1.3Tujuan Penelitian

Menggambarkan persepsi mahasiswa tentang instrumen tes hasil belajar

mata kuliah program ekstensi pada tahap pendidikan Sarjana Keperawatan di

(15)

1.4Manfaat Penelitian

Diharapkan melalui penelitian ini, dapat memberikan masukan bagi

pendidikan keperawatan mahasiswa pendidikan keperawatan, mahasiswa

keperawatan dan penelitian keperawatan.

1.4.1 Pendidikan Keperawatan

Dengan diketahuinya persepsi mahasiswa maka dapat digunakan sebagai

informasi bagi pendidikan sejauh mana keberhasilan evaluasi yang telah

dilakukan pada tingkat pendidikan Sarjana Keperawatan di PSIK FK USU.

1.4.2 Mahasiswa Keperawatan

Dengan adanya penelitian ini mahasiswa dapat mengungkapkan

persepsinya terhadap instrumen evaluasi hasil belajar yang telah dibuat pendidik

pada saat ujian sehingga hasil evaluasi belajar dapat tercapai dengan baik.

1.4.3 Penelitian Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber data dan data dasar

untuk peneliti selanjutnya dalam ruang lingkup yang sama terutama jika ingin

(16)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Persepsi

2.1.1 Pengertian Persepsi

Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau

hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan

(Rahmat, 2004).

Menurut (Thoha, 1999) persepsi adalah proses kognitif yang dialami oleh

setiap orang dalam memahami setiap informasi pada lingkungannya, baik lewat

pengelihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan dan penciuman, sedangkan

(Kinichi, 1989) mengartikan persepsi sebagai suatu kegiatan mental intelektual

untuk menginterpretasikan dan memahami sekitar kita, akan pengakuan dari suatu

objek-objek yang merupakan salah satu fungsi dari suatu proses.

2.1.2 Proses Pembentukan Persepsi

Proses pembentukan persepsi dijelaskan oleh Feigi dalam Yusuf (1991)

sebagai pemaknaan hasil pengamatan yang diawali dengan adanya stimuli.

Setelah mendapat stimuli, pada tahap selanjutnya terjadi seleksi yang berinteraksi

dengan interpretation, begitu juga berinteraksi dengan closure. Proses seleksi

terjadi pada saat seseorang memperoleh informasi, maka akan berlangsung proses

penyeleksian pesan tentang mana pesan yang dianggap penting dan tidak penting.

Proses closure terjadi ketika hasil seleksi tersebut akan disusun menjadi satu

kesatuan yang berurutan dan bermakna, sedangkan interpretasi berlangsung ketika

(17)

secara menyeluruh. Menurut (Ansgari, 1984) pada fase interpretasi ini,

pengalaman masa silam atau dahulu memegang peranan yang penting.

2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi

Faktor-faktor fungsional yang menentukan persepsi seseorang berasal

dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal-hal lain termasuk yang kita sebut

sebagai faktor-faktor personal (Rakhmat 2004). Selanjutnya Rakhmat

menjelaskan yang menentukan persepsi bukan jenis atau bentuk stimuli, tetapi

karakteristik orang yang memberi respon terhadap stimuli. Persepsi meliputi juga

kognisi (pengetahuan), yang mencakup penafsiran objek, tanda dan orang dari

sudut pengalaman yang bersangkutan (Gibson, 1986). Selaras dengan pernyataan

tersebut Krech, dkk dalam Sri Tjahjorini Sugiharto,(2001) mengemukakan bahwa

persepsi seseorang ditentukan oleh dua faktor utama, yakni pengalaman masa lalu

dan faktor pribadi.

2.2. Tes Hasil Belajar

2.2.1 Pengertian

Didalam pendidikan, menurut Norman E Gronlund dan Robert L. Linn,

dikenal tiga istilah yang terkadang digunakan untuk menyebutkan sebuah konsep

yang sama, yaitu tes, evaluasi dan pengukuran. Namun masing-masing

sebenarnya memiliki konsep spesifik yang berbeda. Tes adalah alat atau prosedur

yang sistematis untuk mengukur perubahan-perubahan prilaku dari pembelajaran.

Sedangkan pengukuran adalah prosedur untuk memperoleh deskripsi numerik

tentang tingkatan penugasan karakteristik tertentu dari para pembelajaran. Dan

(18)

interpretasi terhadap informasi yang dapat menetapkan tingkatan pencapaian

tujuan belajar dari pembelajar (Rosyada, 2004)

Sementara itu William A.Mehrens dan Irvan J. Lehmann melihat ada

empat istilah yang digunakan dalam area yang sama, yaitu tes, measurement

(pengukuran), evaluasi dan assessment. Tes menurut keduanya biasa digunakan

untuk menyatakan bagian yang paling sempit dari keempatnnya, yaitu susunan

pertanyaan-pertanyaan standar untuk dijawab, sedangkan menurut (Nitko, 1983)

tes didefenisikan sebagai suatu prosedur yang sistematis untuk mengobservasi dan

menjelaskan / menggambarkan satu atau lebih karakteristik seseorang dengan

menggunakan skala nilai atau sistem katagori. Tes dapat meliputi kuantitatif dan

dan dapat juga meliputi kualitatif. Hasil jawaban dari seseorang terhadap soal-soal

tes tersebut biasa disebut measurement (pengukuran) yang terdiri dari

angka-angka yang mengidentifikasikan ukuran atau karakteristik seseorang yang dites

tersebut. Menurut (Nitko, 1983) measurement (pengukuran) adalah prosedur

pamberian angka (disebut juga scores) pada tingkat atau karakteristik tertentu dari

seseorang sebegitu rupa sehingga menunjukkan hubungan yang jelas dengan

orang-orang yang berkenaan dengan tingkah laku / karakteritik yang diukur itu.

Pengukuran berkenaan dengan aspek kualitatif yang menjelaskan sifat atau

tingkah laku seseorang dengan menggunakan prosedur. Sedangkan evaluasi

adalah sebuah proses menggambarkan, mendapatkan dan memaparkan berbagai

informasi yang berguna untuk menetapkan sebuah pilihan putusan. Evaluasi juga

sering diartikan sebagai sebuah putusan pofesional, atau sebuah proses yang

seseorang bisa membuat putusan tentang sesuatu yang diharapkan, baik dengan

(19)

sering kali digunakan dalam konotasi evaluasi, tapi lebih banyak digunakan dalam

konotasi yang sangat partikular yakni diagnosis dari problem-problem seseorang

(Mehren, 1984). Namun didunia akademik Assessment lebih banyak digunakan

dalam kegiatan penelitian baik untuk mengukur respon, pendapat, pandangan

maupun persepsi masyarakat tentang sesuatu kebijakan atau kenyataan social.

Sesuai dengan pengertian yang telah dijelaskan diatas, tampaknya tes,

pengukuran dan evaluasi memang berada pada area yang sama, yakni upaya

mengetahui perubahan-perubahan perilaku peserta didik setelah mereka belajar,

atau penambahan-penambahan kompetensi peserta didik dan proses pembelajaran

yang telah mereka lalui. Hanya saja tes lebih pada instrumennya, pengukurannya

lebih pada indeks numeriknya, sementara evaluasi bermakna penempatan akhir

tingkat kompetensi peserta didik berdasarkan ukuran yang dihasilkan dengan

menyelesaikan insrumen tes yang diberikan pada mereka (Rosyada, 2004).

Tes hasil belajar adalah salah satu alat ukur yang paling banyak

digunakan untuk menentukan keberhasilan seseorang dalam suatu proses belajar

mengajar atau untuk menentukan keberhasilan suatu program pendidikan

(Harjanto, 2005).

2.2.2 Dasar-dasar Penyusunan Tes Hasil Belajar

Adapun dasar-dasar penyusunan tes hasil belajar menurut Zainul (2007)

adalah sebagai berikut :

1 Tes hasil belajar harus dapat mengukur apa-apa yang dipelajari dalam proses

belajar mengajar sesuai dengan tujuan instruksional yang terancam didalam

(20)

2 Tes hasil belajar disusun sedemikian sehingga benar-benar mewakili bahan

yang telah dipelajari.

3 Pertanyaan tes hasil belajar hendaknya disesuaikan dengan aspek-aspek tingkat

belajar yang diharapkan.

4 Tes hasil belajar hendaknya disusun sesuai dengan tujuan penggunaan tes itu

sendiri, sebab tes dapat disusun untuk keperluan :

- Tes formatif adalah tes yang dilaksanakan pada akhir program

belajar-mengajar untuk melihat tingkat keberhasilan proses belajar itu sendiri

atau sering disebut post tes, fungsi utama dari tes formatif ini adalah

untuk memberikan feed back pada pendidik dan peserta didik tentang

proses pembelajaran sedang berjalan, sebagai bahan pertimbangan bagi

pendidik untuk memodifikasi strategi, materi pelajaran dan alat-alat

yang digunakan dalam belajar jika proses pembelajaran tidak bisa

berjalan dengan baik. Tes formatif ditekankan pada tingkah laku

kognitif;

- Tes sumatif adalah tes yang dilaksanakan pada akhir unit program,

yaitu akhir catur wulan, akhir semester, dan akhir tahun. Tujuannya

adalah untuk melihat hasil yang dicapai oleh para peserta didik, yakni

seberapa jauh tujuan-tujuan kurikuler dikuasai oleh para peserta didik.

Penilaian ini berorientasi kepada produk, bukan proses. Tes sumatif

mencakup lebih luas unit pelajaran dengan kompetensi, konten

pelajaran serta keterampilan yang lebih besar dari pada tes formatif. Tes

sumatif pada umumnya menekankan pada tingkah laku psikomotor dan

(21)

- Tes diagnostik adalah tes yang bertujuan untuk melihat

kelemahan-kelemahan peserta didik serta faktor penyebabnya. Tes ini

dilaksanakan untuk keperluan bimbingan belajar, pengajaran remedial,

menemukan kasus-kasus dan lain-lain. Soal-soal tentunya disusun

untuk dapat ditemukan kesulitan yang dihadapi peserta didik.

- Tes selektif adalah tes yang bertujuan untuk keperluan seleksi,

misalnya ujian saringan masuk lembaga pendidikan tertentu.

- Tes penempatan adalah tes yang ditujukan untuk mengetahui

keterampilan prasyarat yang diperlukan bagi suatu program belajar dan

penguasaan belajar seperti yang diprogramkan sebelum memulai

kegiatan belajar untuk program ini. Dengan kata lain, tes ini

berorientasi kepada kesiapan peserta didik untuk menghadapi program

baru dan kecocokan program belajar dengan kemampuan peserta didik.

5 Tes hasil belajar disesuaikan dengan pendekatan pengukuran yang dianut

apakah mengacu pada kelompok ( norm reference, standar relatif ) ataukah

mengacu pada patokan tertentu ( criterion reference, standar mutlak ).

6 Tes hasil belajar dapat digunakan untuk memperbaiki proses belajar mengajar.

2.2.3 Instrumen Tes Hasil Belajar

Tes sabagai instrumen evalusai adalah pertanyaaan- pertanyaan yang

diberikan kepada peserta didik untuk mendapat jawaban dari peserta didik dalam

bentuk lisan (tes lisan),dalam bentuk tulisan (tes tulisan) dan dalam bentuk

(22)

2.2.3.1Tes Lisan

Tes lisan merupakan serangkaian soal-soal atau pertanyaan-pertanyaan

atau tugas-tugas yang diberikan kepada peserta didik secara lisan, jawaban yang

diberikan peserta didik secara lisan juga.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam tes lisan antara lain adalah,

rencanakan terlebih dahulu pokok-pokok yang akan dipertanyakan; sampaikan

pertanyaan dengan cara yang baik; ciptakan raport sebelum memulai ujian lisan

yang sebenarnya kerena umumnya setiap yang diuji sebelum ujian sudah

dihinggapi rasa was-was dan takut; dahulukan pertanyaan yang mudah dan

diperkirakan dapat dijawab; hindarkan kata-kata yang bersifat langsung

menyalahkan jawaban, sebaiknya penilaian diberikan segera setelah ujian

dilaksanakan; formasi tempat duduk antara sipenguji dan siteruji sebaik tidak

berhadapan lasung secara vertikal (Zainul, 2005)

Adapun kelebihan dari tes lisan adalah dapat dilaksanakan secara

individual sehingga lebih cermat dan dapat dilakukan probing sehingga penguji

mengetahui persis dimana posisi hasil belajar peserta didik yang bersangkutan;

dengan tes lisan memungkinkan terjadinya komunikasi dua arah dan dialog aktif;

ini mendorong peserta didik untuk mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya;

peserta didik dapat mengemukakan argumentasi-argumentasinya secara lebih

bebas sehingga dosen yang menguji mengetahui persis jalan pikiran peserta didik.

Sedangkan kekurangan dari tes ini adalah tes ini tidak ekonomis; jika

yang melaksanakannya hanya seorang, jadi satu lawan satu maka dapat terjadi

(23)

bahkan dendam pribadi dapat dilampiaskan disitu; bagi peserta tes yang gagap

atau grogi dapat dirugikan oleh tes ini.

2.2.3.2Tes Tertulis

Tes tertulis merupakan serangkaian soal-soal atau pertanyaan-pertanyaan

atau tugas-tugas yang diberikan kepada peserta didik secara tertulis. Jawaban yang

diberikan peserta didik juga harus secara tertulis dan sera menggunakan kata-kata

sendiri.

Adapun kelebihan dari tes ini adalah kemampuan memilih kata-kata,

kekayaan informasi, kemampuan berbahasa, kemampuan memilih ataupun

memadukan ide-ide dan proses berpikir peserta tes dapat dilihat dengan nyata;

kemampuan-kemampuan seperti yang disebutkan tadi dapat dibandingkan antara

yang satu dengan yang lain; dalam waktu yan relatif terbatas dapat dilaksanakan

tes yeng terdiri atas sejumlah besar peserta tes sehingga ekonomis;

memungkinkankan dikoreksi oleh lebih dari seorang korektor.

Sedangkan kekurangan dari tes ini adalah penguji tidak sempat untuk

mendapat penjelasan terhadap jawaban tertentu; perumusan pertanyaan yang

kurang jelas mengaburkan maksud pertanyaan tanpa peserta didik mendapat

kesempatan luas untuk minta penjelasan; faktor-faktor subyektif yang kurang

wajar dipihak penguji dapat timbul selama pemeriksaan pekerjaan, lebih-lebih

pada tes karangan/esai tes; kesukaran praktis yang timbul ialah diperlukannya

pengawasan yang ketat untuk mencegah perbuatan yang kurang jujur dipihak

peserta didik pada waktu tes dikerjakan; serta diperlukan waktu yang cukup lama

(24)

yang digunakan tergantung dari bentuk mana yang dipakai, apakah bentuk tes

uraian/tes esai atau tes obyektif (Majid, 2006).

A. Subjektif Tes (Tes Uraian/Tes Esai )

Subjektif tes merupakan butir soal yang mengandung pertanyaan atau

tugas yang jawaban dan pengerjaan soal tersebut harus dilakukan dengan cara

mengekspresikan, menguraikan, menerangkan, menunjukan, membandingkan

,dan memberikan alasan bagaimana suatu masalah terjadi serta jawaban yang

diberikan sesuai dengan isi pikiran peserta didik (Hutagalung, 2007)

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam tes uraian adalah tes uraian cocok

dipergunakan apabila jawaban atas pertanyaan yang dimajukan memerlukan

proses mental kompleks; tes uraian cocok dipergunakan bagi mata pelajaran yang

bertujuan/ mementingkan kematangan proses berpikir; tes uraian cocok

dipergunakan apabila perbendaharaan dan kemampuan berbahasa dari yang diuji

memadai/ cukup tinggi; pemakaian tes arus mempertimbangkan ratio antara

jumlah peserta ujian dan waktu pemeriksaan yang tersedia dan jumlah

pemeriksaan jawaban ujian serta banyaknya jawaban yang akan diperiksa

(Sudjana, 2006)

Pedoman penyusunan soal-soal tes uraian antara lain yaitu

pertanyaan-pertanyaan direncanaka khusus meneliti hasil belajar yang diinginkan; pertanyaan-pertanyaan

hendaknya diarahkan pada TIK bukan selalu terarah pada materi; pertanyaan

yang sukar dan sederhana harus dibedakan dalam hal pembobotan penilaian dan

waktu yang disediakan untuk mengerjakan soal; merumuskan pertanyaan secara

jelas dan terbatas mengenai arti dan pentingnya persoalan; menghindari kata-kata

(25)

mungkin dan kata-kata yang mudah dimengerti; kalimat-kalimat dari pertanyaan

harus disesuaikan dengan kemampuan bahasa lisan; tertulis peserta didik yang

akan dites; hendaknya jangan mengulang-ulang pertanyaan terhadap materi yang

sama sekalipun untuk abilitas yang berbeda sehingga soal atau pertanyaan yang

diajukan lebih komprehensif daripada segi lingkup materinya; setiap pertanyaan

yang diajukan sebaiknya telah ditentukan jawaban yang diharapkan, minimal

pokok-pokoknya; tentukan pula besarnya skor maksimal untuk setiap soal yang

dijawab benar dan skor minimal bila jawaban dianggap salah atau kurang

memadai (Hutagalung, 2007)

Ada beberapa kelebihan dari subjektif tes adalah tes ini dapat digunakan

dengan baik untuk mengukur hasil belajar yang kompleks; tes ini menekankan

pada pengukuran kemampuan dan keterampilan mengintegrasikan berbagai buah

pikiran dan sumber informasi kedalam suatu pola berpikir tertentu yang disertai

dengan keterampilan pemecahan masalah; Subjektif tes lebih meningkatkan

motivasi peserta didik untuk belajar dibandingkan bentuk tes lainnya;

memudahkan pendidik dalam menyusun butir soal; sangat menekankan

kemampuan menulis peserta didik serta dapat diketahui sejauh mana peserta didik

mendalami suatu masalah yang diujikan; dapat mengukur proses mental yang

tinggi atau aspek kognitif tingkat tinggi da dapat mengembangkan keampuan

berbahasa (Hutagalung, 2007)

Sedangkan kekurangan dari subjektif tes adalah sampel tes sangat

terbatas sebab dengan tes ini tidak mungkin dapat menguji semua bahan yang

telah diberikan; sifatnya sangat subjektif baik dalam menanyakan, membuat

(26)

hal-hal yang menarik baginya dan jawabannya berdasarkan apa yang

dikehendakinya; realibilitas rendah artinya score yang dicapai oleh peserta didik

tidak konsisten bila tes yang sama diuji ulang beberapa kali; subjektif tes harus

membutuhkan waktu yang banyak untuk mengerjakan soal dan memeriksa soal

dan tidak dapat diwakilkan orang lain dalam memeriksanya; jawaban peserta

didik kadang-kadang disertai dengan bualan karena tidak menguasai bahan yang

diujikan.

Penggunaan tes sujektif ini dilakukan bila jumlah peserta didik terbatas

karena memungkinkan pendidik untuk menilai hasil secara baik; bila pendidik

tidak mempunyai waktu yang banyak untuk mempersiapkan soal; tes ini

digunakan bila tujuan instruksional yang ingin dicapai adalah kemampuan

mengekspresikan pikiran dalam bentuk tertulis; menguji kemampuan menulis

dengan baik; atau kemampuan penggunaan bahasa secara tertib, bila dosen

memperoleh hasil pengalaman belajar peserta didik.

Klasifikasi dari tes subjektif secara umum dapat dibagi menjadi dua jenis

yaitu tes uraian bebas, tes uraian terbatas dan tes uraian berstruktur.

1) Tes Uraian Bebas

Dalam tes urian bebas hampir tidak ada pembatasan terhadap peserta tes

dalam memberikan jawabannya. Peserta tes memiliki kebebasan yang luas sekali

untuk mengoranisasikan dan mengekspresikan pikiran dan gagasannya dalam

menjawab soal tersebut. Jadi dengan demikian jawaban peserta didik bersifat

terbuka, fleksibel dan tidak terstruktur. Tes uraian bebas tepat digunakan apabila

bertujuan untuk mengungkapkan pandangan peserta didik terhadap suatu masalah

(27)

kemungkinan jawabannya beraneka ragam sehingga tidak satu jawabanpun yang

pasti dan untuk mengembangkan daya analisis peserta didik dalam melihat suatu

persoala dari berbagai segi atau dimensinya. Sementara kelemahan dari tes ini

adalah sukar menilainya karena jawaban peserta didik bisa bervariasi, sulit untuk

menentukan kriteria penilaian, sangat subjektif karena bergantung pada pendidik

sebagai penilainya (Madjid, 2006)

2) Tes Uraian Terbatas

Tes uraian terbatas diarahkan pada hal-hal tertentu atau ada pembatasan

tertentu. Pembatasan itu bisa dari segi ruang lingkupnya, sudut pandang

menjawabnya dan indikator-indikatornya. Kriteria kebenaran jawaban pada tes ini

bisa lebih mudah ditentukan dan tes ini lebih terarah dan lebih tepat digunakan

daripada bentuk uraian bebas. Tes uraian terbatas peserta tes lebih dibatasi oleh

berbagai rambu-rambu yang ditetukan dalam butir soal. Keterbatasan itu

mencakup format, isi, dan ruang lingkup jawaban.

3) Tes Uraian Berstruktur

Tes uraian berstuktur dipandang sebagai bentuk antara soal-soal objektif

dan soal-soal esai. Soal berstrukt ur merupakan serangkaian soal jawaban singkat

sekalipun bersifat terbuka dan bebas menjawabnya. Soal-soal yang berstruktur

berisi unsur-unsur pengantar soal, seperangkat data dan serangkaian subsoal.

Keuntungan soal berstruktur antara lain adalah satu soal bisa terdiri atas beberapa

subsoalatau pertanyaan, setiap pertanyaan yang diajukan mengacu kepada suatu

data tertentu shingga lebih jalas dn terarah dan soal-soal berkaitan satu sma lain

serta dapat diurutkan berdasarkan tingkat kesulitannya. Data yang diajukan dalam

(28)

diagram, model dll. Bentuk soal berstruktur dapat mengukur semua aspek kognitif

seperti ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Kelemahan

yang mungkin terjadi berkisar pada bidang yang diujikanmenjadi terbatas dan

kurang praktis sebab satu permasalaha harus dirumuskan dalam pemaparan yang

lengkap disertai data yang memadai.

B. Objektif Tes

Objektif tes merupakan butir soal yang mengandung kemungkinan

jawaban yang harus di pilih atau dikerjakan oleh peserta tes. Jadi peserta hanya

harus memilih jawaban dari kemungkinan jawaban yang telah disediakan.

Penskoran atau pemeriksaan jawaban sepenuhnya dapat dilakukan secara objektif

oleh pemeriksa, dapat juga dilakukan dengan komputerisasi.

Klasifikasi dari objektif tes secara umum dapat dibagi menjadi tiga yaitu

benar salah (true false), menjodohkan (matching) dan pilihan ganda (multiple

choice) dan kesemua itu memiliki kelebihan dan kekurangan (Sudjana, 2006)

1). Tes Benar Salah

Tes benar salah merupakan soal-soal yang terdiri dari pernyataan, yang

disetai dengan alternatif jawaban yaitu menyatakan pernyataan tersebut benar atau

salah, atau keharusan memilih satu atau dua alternatif lainnya.

Petunjuk pembuatan butir soal benar salah antara lain adalah setiap butir

soal harus menguji atau mengukur hasil belajar peserta tes yang penting dan

bermakna dan tidak menanyakan hal yang remeh; setiap soal haruslah menguji

pemahaman tidak hanya pengukuran terhadap daya ingat; kunci jawaban haruslah

benar; butir soal yang baik haruslah jelas bagi peserta yang belajar; dan jawaban

(29)

dengan baik; pernyataan dalam butir soal harus dinyatakan secara jelas dan

menggunakan bahasa yang baik dan benar; jumlah butir soal yang kuncinya S

sebaiknya lebih banyak dari butir soal yang jawabannya B; setiap butir soal harus

berdiri sendiri; harus dihindarkan butir pernyataan soal yang berhubungan dengan

butir penyataan soal yang lain; sesuatu item jangan memberi isyarat atau

membantu memberikan jawaban kepada item berikutnya; hindarkakan susunan

soal/ item yang salah dan benar merupakan pola tertentu.

Adapun kelebihan dari tes ini yaitu mudah dikonstuksikan, perangkat

soal dapat mewakili seluruh pokok bahasan; mudah diskor; mudah menyusunnya;

alat yang baik untuk mengukur fakta dan hasil belajar langsung terutama yang

berkenaan dengan ingatan; dapat dilihat secara cepat dan objektif; dan petunjuk

cara mengerjakannya mudah dimengerti.

Sedangkan kekurangan dari tes ini yaitu dapat mendorong peserta tes

untuk menebak jawaban; terlalu menekankan pada ingatan; meminta respon

peserta tes yang berbentuk penilaian absolut; tes ini juga membuat peserta tes

menjadi bingung (Arikunto, 2003).

2). Tes Menjodohkan

Tes menjodohkan adalah sebuah tes yang menggunakan dua kolom yang

telah tersedia, yakni kolom premis sebagai pangkal pernyataan dan kolom respon

sebagai pilihan pasangan dari pernyataan dalam kolom premis, dalam tes ini

peserta didik dituntut untuk mencari pasangan yang benar terhadap pernyataan

pada kolom respon (Sudjana, 2006).

Petunjuk dalam menyusun butir soal menjodohkan antara lain adalah

(30)

bukan merupakan masalah-masalah yang diuraikan dengan kalimat-kalimat yang

panjang; masalah yang terdapat dalam kolom pertama atau kolom kedua pada

suatu kelompok tes menjodohkan harus mempunyai isi yang homogen; jumlah

alternatif jawaban yang terdapat dalam kolom kedua harus lebih banyak dari

masalah yang terdapat dalam batang butir soal pada kolom pertama;

penenmpatan/ urutan kemungkinan jawaban yang terdapat dalam kolom kedua

tidak sejajar dengan masalah yang terdapat dalam kolom pertama; untuk setiap

kelompok tes menjodohkan berisi antara lima sampai tujuh butir soal; untuk setiap

butir soal pada yang terdapat dalam kolom pertama mempunyai kemungkinan

untuk dijawab dengan daftar data yang terdapat dalam klom kedua;sebaiknya

dirumuskan dalam bentuk satu tujuan pengajaran yang utuh.

Adapun kelebihan dari tes ini yaitu tes ini baik untuk menguji hasil

belajar yang berhubungan dengan pengetahuan tantang istilah, defenisi, peristiwa

atau penanggalan; dapat menguji kemampuan menghubungkan dua hal yang baik

yang berhubungan langsung maupun tidak secara langsung; mudah dikonstruksi

sehingga pendidik dalam waktu yang tidak telalu lama dapat mengkonstruksi

sejumlah butir soal yang cukup untuk menguji satu pokok bahasan tertentu; tes ini

dapat seluruh bidang studi yang diuji dan mudah untuk diskor.

Sedangkan kekurangan tes ini yaitu tes ini hanya dapat mengukur hal-hal

yang didasarkan atas fakta dan hafalan, sukar untuk menentukan materi atau

pokok bahasan atau subpokok bahasan yang lebih luas (Arikunto, 2003).

3). Pilihan Ganda

Menurut Sudjana (2006) pilihan ganda merupakan bentuk tes yang

(31)

strukturnya, bentuk dari soal pilihan berganda terdiri dari stem (pertanyaan atau

pernyataan yang berisi permasalahan yang akan dinyatakan), option (sejumlah

pilihan atau alternatif jawaban), kunci (jawaban yang paling benar atau tepat), dan

distraktor (jawaban-jawaban lain selain kunci jawaban/ pengecoh).

Petunjuk dalam menyusun butir soal pilihan ganda antara lain adalah

saripati permasalah harus ditempatkan pada butir soal (stem); hindari kata-kata

yang sama dalam pemilihan; hindari rumusan kata yang berlebihan; kalau pokok

soal merupakan pernyataan yang belum lengkap maka kata atau kata-kata yang

melengkapi harus diletakkan pada ujung pernyataan, bukan ditengah-tengah

kalimat; susunan alternatif jawaban dibuat teratur dan sederhana; hindari

penggunaan kata-kata teknis atau ilmiah atau istilah yang aneh; semua pilihan

jawaban harus homogen dan dimungkinkan sebagai jawaban yang benar; hindari

keadaan dimana jawaban yang benar selalu ditulis lebih panjang dari jawaban

yang salah; hindari adanya petunjuk/ indikator pada jawaban yang benar; hindari

menggunakan pilihan yang berbunyi ”semua yang diatas benar”atau ”tidak

satupun jawaban yang diatas benar; gunakan tiga atau lebih alternatif pilihan;

pokok soal diusahakan tidak menggunakan ungkapan atau kata-kata yang

bermakna tidak tentu; pokok soal sedapat mungkin dalam pernyataan atau

partanyaan positif (Zainul, 2005)

Adapun kelebihan dari tes ini adalah soal pilihan ganda dapat

dikonstruksi dan digunakan untuk mengukur segala level tujuan instruksional

mulai dari yang paling sederhana sampai dengan yang paling kompleks; dalam

mengerjakannya hanya membutuhkan sedikit waktu; penskoran dapat dilakukan

(32)

ganda memungkinkan dilakukan analisis butir soal secara baik, tingkat kesukaran

soal dapat dikendalikan dengan hanya mengubah tingkat homogenitas alternatif

jawaban; materi yang disajikan dapat mencakup sebagian besar dari bahan

pengajaran yang diberikan. Sedangkan kekurangan dari tes ini adalah

kemungkinan untuk melakukan tebakan jawaban masih cukup besar; proses

berpikir peserta didik tidak dapat dilihat dengan nyata; kerjasama antar peserta

didik lebih cenderung terjadi (Arikunto, 2003)

C. Tes Tindakan Atau Praktek

Tes tindakan adalah mengukur keterampilan peserta didik dalam

melakukan sesuatu kegiatan dalam tes tindakan, persoalan disajikan dalam bentuk

tugas yang harus dikerjakan oleh yang diuji, jadi yang diuji adalah hasil belajar

psikomotor.

Sebelum melakukan tes tindakan sebaiknnya dilakukan beberapa hal

berikut yaitu uraikan kegiatan yang akan dipraktekkan, petunjuk melakukkan

kegiatan hendaknya dibuat, tentukan prilaku yang akan diukur dalam pedoman

pengamatan, dan rencanakan alat kelengkapan.

Adapun kelebihan tes tindakan ini adalah tes ini dapat melihat terbentuk

atau tidaknya keterampilan yang dirumuskan didalam TIK, membuat pergantian

suasana sehingga kejenuhan dapat dikurangi atau dihilangkan, dan kesempatan

untuk menyontek bagi peserta tes (Hutagalung, 2007)

Sedangkan kekurangan tes ini adalah tidak semua bahan dapat

dipraktekkan, biaya relatif mahal dan pendidik dituntut lebih mampu dari peserta

(33)

D. Instrumen Non Tes

Instrumen non tes merupakan penilaian atau evaluasi hasil belajar peserta

didik dilakukan dengan tanpa menguji peserta didik, melainkan dengan cara

1. Skala

Skala merupakan alat untuk mengukur nilai, sikap, minat, dan perhatian

yang disusun dalam bentuk pertanyaan untuk dinilai oleh responden dan hasilnya

dalam bentuk pertanyaan untuk dinilai oleh responden dan hasilnya dalam bentuk

rentangan nilai sesuai dengan kriteria yang ditentukan.

Skala terdiri dari skala penilaian (rating scale) dan skala sikap. Skala

penilaian mengukur penampilan atau prilaku orang lain oleh seseorang melalui

pertanyaan prilaku individu pada suatu titik kontium atau suatu kategori yang

bermakna nilai. Sedangkan skala sikap digunaka untuk mengukur sikap seseorang

terhadap objek tertentu. Hasilnya berupa kategori sikap yaitu mendukung,

menolak atau netral. Ada tiga komponen sikap yaitu kognisi, afeksi dan konasi.

Skala sikap dinyatakan dalam bentuk pertanyaan untuk dinilai oleh responden

apakah pernyataan itu didukung tau ditolaknya, melalui rentangan tertentu

(Sudjana, 2006).

2. Kuisioner

Kuisioner adalah alat tes yang digunakan untuk mengetahui pendapat,

aspirasi, harapan, prestasi, keinginan, keyakinan dan lain-lain sebagai hasil belajar

pesrta didik. Kelebihannya adalah sifatnya praktis, hemat waktu, tenaga dan

biaya. Kelemahannya adalah jawaban sering tidak objektif, lebih-lebih bila

pertanyaannya kurang tajam yang memungkinkan peserta berpura-pura. Cara

(34)

setelah diisi lalu dikumpulkan. Cara kedua belum menjamin terkumpulnya

kembali sesuai dengan jumlah yang dibagikan.

Cara menyusun kuisioner seperti pada tes prestasi belajar, sehingga

berlaku langkah-langkah yaitu dimulai dengan analisis variabel, membuat

kisi-kisi, dan menyusun pertanyaan. Tujuan penggunaan kusioner dalam kegiatan

pengajaran adalah untuk memperoleh data mengenai latar belakang peserta didik

sebagai bahan dalam manganalisis tingkah laku hasil dan proses belajarnya, untuk

memperoleh data mengenai hasil belajar yang dicapainya dan proses belajar yang

ditempuhnya, dan untuk memperoleh data sebagai bahan dalam menyusun

kurikulum dan program belajar-mengajar (Hutagalung, 2007)

3. Wawancara

Menurut Sudjana (2006) wawancara merupakan semua proses tanya

jawab lisan, dimana dua orang atau lebih berhadap-hadapan secara fisik, yang satu

dapat melihat muka yang lain, mendengar dengan telinganya sendiri suaranya.

Kelebihan dari wawancara adalah bisa kontak lagsung dengan peserta didik

sehingga dapat mengungkapkan jawaban secara lebih bebas dan mendalam

sehingga dapat membina hubungan yang lebih baik antara pendidik dengan

peserta didik.

Wawancara ada dua jenis yaitu wawancara berstruktur dan wawancara

bebas. Dalam wawancara berstruktur kemungkinan jawaban telah disiapkan

sehingga peserta didik tinggal mengkatagorikannya kapada alternatif jawaban

yang telah dibuat. Sedangkan pada wawancara bebas, jawaban tidak perlu

(35)

aspek yang harus diperhatikan dalam melaksanakan wawancara yaitu tahap awal

pelaksanaan wawancara, penggunaan pertanyaan dan pencatatan hasil wawancara.

4. Daftar Angket

Dafrtar agket merupakan bentuk tes yang berupa daftar pertanyaan yang

diajukan pada responden, baik berupa keadaan diri, pengalaman, pengetahuan,

sikap dan pendapatnya tentang sesuatu. Jika melakukan interview pembicaraannya

langsung maka angket adalah pertanyaan yang disampaikan secara tertulis. Pada

umumnya daftar angket ini dibagi menjadi dua yaitu angket tertutup dan angket

terbuka. Angket tertutup adalah daftar pertanyaan yang jawabannya telah

dicantumkan sekaligus pada angket itu dinilai hanya mengecek salah satu atau

lebih jawaban yang sesuai menurut pendapatnya. Sedangkan angket terbuka

mengandung pertanyaan-pertanyaan yang memungkinkan orang yang memberi

uraian , katerangan terperinci, jawaban bebas yang berupa memberi pendapat.

Kebaikan angket dari metode lainnya adalah angket tidak banyak memakan waktu

dan biaya serta dapat meneliti sample yang banyak.

5. Pengamatan (observasi)

Pengamatan (observasi ) merupakan teknik evaluasi yang dilakukan

dengan cara meneliti secara cermat dan sistematis. Dengan menggunakan alat

indra dapat dilakukan pengamatan terhadap aspek-aspek tingkah laku peserta

didik dipendidikan. Oleh karena pengamatan ini bersifat langsung mengenai

aspek-aspek pribadi peserta didik, maka pengamatan memiliki sifat kelebihan dari

alat non tes lainnya. Ada tiga jenis observasi yaitu observasi langsung, observasi

dengan alat (tidak langsung) dan observasi partisipasi. Kelemahan yang sering

(36)

kurang konsentrasi, lekas bosan sehingga hasil pengamatannya lebih banyak

dipengaruhi pendapatnya, bukan oleh prilaku yang ditunjukkan oleh objak yang

diamatinya. Cara mangatasinya adalah dengan melakukan observasi oleh dua

orang atau lebih secara terpisah terhadap satu individu yang diamati. Hasilnya

dibandingkan dan dicocokkan untuk menentukan hasil akhir pengamatan dari

semua pengamat (Hutagalung 2007)

6. Riwayat Hidup

Riwayat hidup merupakan salah satu tehnik non tes dengan

menggunakan data pribadi seseorang sebagai bahan informasi penelitian. Dengan

mempelajari riwayat hidup maka subjek evaluasi akan dapat menarik suatu

(37)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

3.1 Kerangka Penelitian

Kerangka penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasikan persepsi

mahasiswa tentang instrumen tes hasil belajar mata kuliah program ekstensi pada

tahap pendidikan keperawatan. Persepsi adalah pengalaman tentang objek,

peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan

informasi dan menafsirkan pesan (Rahmat, 2004). Evaluasi merupakan

pengukuran ketercapaian pogram pendidikan, perencanaan suatu program

substansi pendidikan termasuk kurikulum dan pelaksaannya, pengadaan dan

peningkatan kemampuan guru, pengelolaan pendidikan dan reformasi pendidikan

secara keseluruhan, (Majid, 2006). Tes hasil belajar adalah salah satu alat ukur

yang paling banyak digunakan untuk menentukan keberhasilan seseorang dalam

suatu proses belajar mengajar atau untuk menentukan keberhasilan suatu program

(38)

Skema 1 : Kerangka Penelitian Persepsi Mahasisawa Tentang Instrumen Tes Hasil Belajar Mata Kuliah Program Ekstensi Pada Tahap Pendidikan Sarjana

Keterangan :

= Variabel yang diteliti

= Variabel yang tidak diteliti

Persepsi 1. Baik

2. Cukup

3. Buruk

Instrumen Non Tes 1. Skala

2. Wawancara 3. Kuisioner 4. Daftar angket 5. Pengamatan

Instrumen Tes 1. Pilihan ganda 2. Subjektif tes

3. Pilihan ganda

dan subjektif tes

4. Pilihan ganda

dan

menjodohkan

5. Pilihan ganda,

subjektif tes dan menjodohkan

6. Pilihan ganda,

(39)

3.2 Defenisi Konseptual dan Defenisi Operasional

1. Persepsi Mahasiswa

Defenisi Konseptual

Persepsi adaah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan

yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan

(Rahmat,2004)

Defenisi Operasional

Persepsi adalah pengalaman yang diperoleh mahasiswa pada saat mahasiswa

mengadakan evalusasi terhadap instrumen tes yang digunakan sehingga dapat

menyimpulkan pesan terhadap apa yang mereka dapatkan.

2. Tes Hasil Belajar

Defenisi Konseptual

Tes hasil belajar adalah salah satu alat ukur yang paling banyak digunakan untuk

menentukan keberhasilan seseorang dalam suatu proses belajar mengajar atau

untuk menentukan keberhasilan suatu program pendidikan (Harjanto, 2005)..

Definisi Operasional

Tes hasil belajar adalah alat yang dipakai pada saat melakukan tes terhadap mata

kuliah program ekstensi yang terdiri dari pilihan ganda, menjodohkan, benar salah

dan objektif tes.

(40)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah deskriftif, yaitu untuk

mengidentifikasikan persepsi mahasiswa tentang instrumen tes hasil belajar mata

kuliah program ekstensi pada tahap pendidikan Sarjana Keperawatan di PSIK FK

USU.

4.2 Populasi dan Sampel

4.2.1 Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah semua mahasiswa yang sedang

mengikuti proses belajar pada tahap pendidikan sarjana yang masuk melalui

program ekstensi di PSIK FK USU yaitu sebanyak 125 orang.

4.2.2 Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan tehnik Quota

random sampling yaitu menetapkan sejumlah anggota sampel secara quantum

atau jatah. dalam pengambilan sampel secara quantum digunakan metode

observation agrement yakni memilih orang-orang yang memiliki kelebihan

dalam belajar seperti memiliki respon positif dalam belajar dan memiliki IPK

tinggi. Dimana observation agreement dan responden harus sudah melewati mata

kuliah kuisioner yang akan diisinya yakni satu mata kuliah semester I harus diisi

oleh 5 orang yang sudah melewati mata kuliah di semester I program ekstensi,

(41)

di semester II program ekstensi demikian juga dengan mata kuliah semester III

harus diisi oleh 5 yang sudah melewati mata kuliah di semester III program

ekstensi.

4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

4.3.1 Lokasi

Penelitian ini dilakukan di kampus Program Studi Ilmu Keperawatan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Pemilihan lokasi sebagai tempat

penelitian karena tempat penelitian tempat yang mudah terjangkau dan dapat

menghemat biaya penelitian.

4.3.2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilakukan pada bulan Mei sampai Juni 2009.

4.4 Pertimbangan Etik

Dalam penelitian ini, pertimbangan etik penelitian bertujuan untuk

melindungi hak-hak subjektif untuk menjamin kerahasiaan identitas responden

dan kemungkinan terjadinya ancaman terhadap responden. Sebelum pelaksanaan

penelitian, peneliti memperkenalkan diri terlebih dahulu serta menjelaskan

maksud dan tujuan penelitian kepada responden. Responden membaca serta

memahami isi dan surat persetujuan yang telah dibuat oleh peneliti, lalu diminta

untuk menandatangani surat persetujuan (informed consent) sebagai bukti

kesediaan menjadi responden. Responden berhak menolak ataupun mengundurkan

(42)

tidak mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data (kuesioner).

Lembar tersebut diberikan kode berupa penomoran (Nursalam, 2003).

4.5Instrumen Penelitian

Jenis instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah

menggunakan wawancara yakni menggunakan kuisioner yang terdiri dari 10

pernyataan dalam setiap bentuk tes hasil belajar dalam setiap mata kuliah.

Dimana kuisioner yang disusun berdasarkan semua mata kuliah yang

diajarkan pada tahap sarjana Program Studi Ilmu Keperawatan program Ekstensi

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yakni mata kuliah semester I,

semester II dan semester III.

4.6Validitas dan Realibilitas Instrumen

Instrumen dibuat sendiri oleh peneliti, untuk instrumen baru perlu

dilakukan uji validitas dan reliabilitas untuk mengetahui seberapa besar derajat

kemampuan alat ukur dalam mengukur secara konsisten sasaran yang akan diukur.

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau

kesahihan sesuatu instrument. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu

mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang

diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh

mana data yang dikumpulkan menyimpang dari gambaran tentang validitas yang

dimaksud. Pada penelitian ini dilakukan uji validitas isi dimana kevalidan

instrumen diuji oleh ahlinya, pada penelitian ini uji validitas instrumen akan

(43)

Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera Utara yaitu Rika Endah N, SKp. Hasil uji

validitas terhadap instrumen penelitian ini dinyatakan sudah valid karena

kuesioner tentang instrumen tes hasil belajar pada tahap pendidikan Sarjana

Keperawatan telah relevan dengan isi instrumen penelitian yakni mampu

menggambarkan persepsi mahasiswa terhadap instrumen tes hasil belajar pada

tahap pendidikan Sarjana Keperawatan.

Untuk mengetahui kepercayaan (reliabilitas) instrumen akan dilakukan uji

reliabilitas instrumen sehingga dapat digunakan untuk mengetahui seberapa besar

derajat atau kemampuan alat ukur untuk mengukur secara konsisten sasaran yang

akan diukur. Alat ukur yang baik adalah alat ukur yang memberikan hasil relatif

sama bila digunakan beberapa kali pada kelompok subjek yang sama (Azwar,

2007). Hasil uji reliabilitas untuk persepsi mahasiswa tentang instrument tes hasil

belajar menggunakan formula cronbach alpha menggunakan bantuan program

SPSS. Uji reliabilitas dilakukan terhadap 10 orang responden. Dari hasil

pengolahan data diperoleh nilai alpha untuk kuisioner tes benar salah sebesar

0,740; nilai alpha untuk kuisioner tes menjodohkan sebesar 0,734 ; nilai alpha

untuk kuisioner tes pilihan berganda sebesar 0,754 dan nilai alpha untuk kuisioner

subjektif tes sebesar 0,740.Suatu instrumen dikatakan reliabel jika memiliki nilai

reliabilitas lebih dari 0,70 (Polit & Hunger, 1995) Dengan demikian maka

instrument tentang persepsi mahasiswa terhadap instrumen tes hasil belajar pada

(44)

4.7 Pengumpulan Data

Pengumpulan data penelitian tidak dilakukan secara lansung oleh

peneliti tetapi menggunakan orang kedua. Dimana prosedur pengumpulan data

adalah data dikumpulkan dari kampus Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara selama 1 bulan. Prosedur pengumpulan

data dilakukan dengan cara mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian

kepada Institusi Pendidikan Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara, kemudian peneliti menggunakan orang

kedua yang bisa dipercaya untuk menyebarkan kuisioner yang telah disusun.

Kemudian peneliti menjelaskan tentang topik, manfaat penelitian dan tujuan

penelitian kepada orang kedua agar nantinya orang kedua dapat menjelaskan

topik, manfaat penelitian dan tujuan penelitian pada responden. Dengan

menyertakan informed consent setiap peserta berhak untuk ikut/tidak ikut sebagai

responden . Untuk mengetahui siapa yang berhak mengisi kuisioner maka orang

kedua dan peneliti melakukan observation agrement yakni memilih orang-orang

yang memiliki kelebihan dalam belajar seperti memiliki respon positif dalam

belajar dan memiliki IPK tinggi. Dimana observation agreement dan responden

harus sudah melewati mata kuliah kuisioner yang akan diisinya yakni satu mata

kuliah semester I harus diisi oleh 5 orang yang sudah melewati mata kuliah di

semester I program ekstensi, mata kuliah semester II juga harus diisi oleh 5 yang

sudah melewati mata kuliah di semester II program ekstensi demikian juga

dengan mata kuliah semester III harus diisi oleh 5 yang sudah melewati mata

kuliah di semester III program ekstensi. Setelah itu responden dipersilahkan

(45)

setiap mata kuliah ada yang memiliki 10 pernyataan, 20 pernyataan dan 30

pernyataan, sesuai dengan tes hasil belajar yang telah diselesaikannya, dimana

masing-masing pernyataan terdidri dari 4 jawaban yaitu : selalu, sering

,kadang-kadang dan tidak pernah, kemudian peneliti mengingatkan responden untuk

menjawab pertanyaan kuesioner sesuai dengan apa yang dirasakan dan dialami

oleh responden ketika melaksanakan tes hasil belajar kemudian kuesioner

dikumpulkan, dan diperiksa kelengkapannya untuk dianalisa.

4.8 Analisa Data

Setelah semua data terkumpul maka peneliti mengadakan analisa data

melalui beberapa tahap, dimulai dengan editing untuk memeriksa kelengkapan

data, kemudian memberikan kode (coding) untuk memudahkan dalam tabulasi,

selanjutnya memasukkan data (entry) ke dalam komputer dan diolah dengan

bantuan program SPSS.

Untuk mengetahui gambaran persepsi mahasiswa tentang instrumen tes

hasil belajar mata kuliah program ekstensi pada tahap pendidikan Sarjana

Keperawatan di PSIK FK USU digunakan metode statistik deskriptif yaitu suatu

prosedur untuk menganalisa data dari satu variabel yang bertujuan untuk

mendeskripsikan suatu hasil penelitian (Polit& Hungler, 2002). Pada penelitian

ini, analisa data dengan metode statistik deskriptif digunakan untuk

menggambarkan persepsi mahasiswa terhadap instrumen tes hasil belajar pada

(46)

Untuk mengkategorikan hasil variabel penelitian digunakan Rumus

Sudjana (2002). Pada variabel persepsi nilai tertinggi yang diperoleh adalah 40

dan nilai terendah adalah 10. Berdasarkan rumus statistik menurut Sudjana (2002)

P = Rentang kelas/Banyak kelas

Dimana P merupakan panjang kelas dengan rentang sebesar 30 (selisih

nilai tertinggi dan nilai terendah) dan banyak kelas sebanyak 3 kelas (persepsi

baik, persepsi cukup dan persepsi buruk), maka didapatkan panjang kelas sebesar

10. Dengan menggunakan P = 10 dan 10 sebagai batas interval pertama, maka

persepsi mahasiswa dikategorikan atas interval sebagai berikut :

10 – 19 = persepsi buruk

20 – 29 = persepsi cukup

30 – 40 = persepsi baik

(47)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian dan pembahasan mengenai persepsi

mahasiswa tentang instrument tes hasil belajar mata kuliah program ekstensi pada tahap

pendidikan Sarjana Keperawatan di PSIK FK USU yang dilaksanakan pada Mei sampai

Juni 2009.

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Instrumen Tes Hasil Belajar Mata Kuliah Program Ekstensi Pada Tahap

Pendidikan Sarjana Keperawatan Di PSIK FK USU

Responden pada penelitian ini adalah setiap orang yang bersedia menjadi

responden dan sedang belajar di Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara Medan dan masuk melalui program ekstensi yaitu berjumlah

5 orang pada setiap mata kuliah di semester I, semester II dan semester III.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan tes hasil belajar mata kuliah

program ekstensi pada tahap pendidikan Sarjana Keperawatan di PSIK FK USU dapat

dipersentasekan yaitu : yang menggunakan tes hasil belajar pilihan ganda sebanyak 15

mata kuliah (40%); subjektif tes sebanyak 3 mata kuliah (8%); pilihan ganda dan

subjektif tes sebanyak 11 mata kuliah (32%); pilihan ganda dan menjodohkan sebanyak 2

mata kuliah (5%); pilihan ganda, subjektif tes dan menjodohkan sebanyak 4 mata kuliah

(48)

Berikut tabel persentase penggunaan tes hasil belajar pada tahap sarjana program

Ekstensi Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera

[image:48.612.108.504.223.360.2]

Utara :

Tabel 5.1 Distribusi Frekwensi dan Persentase Insrumen tes hasil belajar mata kuliah program ekstensi pada tahap pendidikan sarjana di Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara pada tahun ajaran 2007/2008 (n=37)

NO. Tes hasil Belajar Jumlah Persentase

1 Pilihan ganda 15 40%

2 Subjektif tes 3 8%

3 Pilihan ganda dan subjektif tes 11 32%

4 Pilihan ganda dan menjodohkan 2 5%

5 Pilihan ganda, subjektif tes dan menjodohkan 4 10%

6 Pilihan ganda, menjodohkan dan benar salah 2 5%

TOTAL 37 100%

Berikut tabel penggunaan istrumen tes hasil belajar mata kuliah program

ekstensi pada tahap pendidikan sarjana Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas

(49)
[image:49.612.86.539.116.712.2]

Tabel 5.2 Instrumen tes hasil belajar mata kuliah program ekstensi pada tahap pendidikan sarjana Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara pada tahun ajaran 2007/2008 pada Mei-Juni 2009

No. Mata Kuliah Tes hasil Belajar

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. Semester I Biologi Fisika Biokimia Farmakologi Biostastistik Ilmu Bedah

Ilmu Penyakit Dalam

Demografi dan Stistik Kesehatan Bahasa Indonesia

Komunikasi Keperawatan Konsep Dasar Keperawatan Keperawatan Medikal Bedah

Pilihan ganda,menjodohkan Pilihan ganda, Sujektif tes,

Pilihan ganda, menjodohkan,benar salah Pilihan ganda, subjektif tes

Pilihan ganda, subjektif tes Pilihan ganda

Pilihan ganda

Pilihan ganda, subjektif tes Subjektif tes

Pilihan ganda, subjektif tes Pilihan ganda, subjektif tes Pilihan ganda 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. Semester II Fisiologi

Ilmu Kesehatan Anak Ilmu Kesehatan Jiwa

Ilmu.Kebidanan dan Kandungan Ilmu Sosial dan Masalah Kesehatan Epidemologi

Menejemen Kesehatan Patologi Anatomi

Pendidikan Dalam Keperawatan Keperawatan Gawat Darurat Keperawatan Maternitas Keperawatan Anak Etika Dan Hukum Penyakit Menular Sexual Psikologi Perkembangan

Etika Dan Hukum Keperawatan

Pilihan ganda

Pilihan ganda, subjektif tes,menjodohkan Pilihan ganda

Subjektif tes

Pilihan ganda, subjektif tes, menjodohkan Pilihan ganda, subjektif tes,menjodohkan Pilihan ganda, menjodohkan

Pilihan ganda

Pilihan ganda, subjektif tes Pilihan ganda

Pilihan ganda Pilihan ganda

Pilihan ganda, subjektif tes Pilihan ganda

Pilihan ganda, benar salah,menjodohkan Pilihan ganda, subjektif tes

29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. Semester III Fisafat Ilmu Politik Keperawatan Jiwa Keperawatan Komunitas Keperawatan Keluarga Keperawatan Gerontik Manajemen Keperawatan Komputer

I.Pendidikan dan Perilaku Kesehatan

Pilihan ganda

Pilihan ganda, subjektif tes Pilihan ganda

Pilihan ganda Subjektif tes Pilihan ganda

Pilihan ganda, subjektif tes, menjodohkan Pilihan ganda

(50)

5.1.2 Persepsi Mahasiswa Tentang Instrumen Tes Hasil Belajar Mata Kuliah

Program Ekstensi Pada Tahap Pendidikan Sarjana Keperawatan Di PSIK FK

USU

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada 3 persepsi mahasiswa yang muncul

dalam penyusunan instrumen tes hasil belajar mata kuliah program ekstensi pada tahap

pendidikan sarjana di Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas

Sumatera Utara yaitu persepsi baik, persepsi sedang dan persepsi buruk.

5.1.2.1Instrumen Tes Hasil Belajar yang Menggunakan Pilihan Ganda

Berdasarkan tabel 5.2 ada 15 mata kuliah yang menggunakan tes hasil belajar

pilihan ganda yaitu: Ilmu Bedah, Ilmu Penyakit Dalam, Keperawatan Medikal Bedah,

Fisiologi, Patologi Anatomi, Pendidikan Dalam Keperawatan, Keperawatan Gawat

Darurat, Keperawatan Maternitas, Keperawatan Anak, Penyakit Menular Seksual,

Filsafat, Keperawatan Jiwa, Keperawatan Komunitas, dan Keperawatan Gerontik dan

(51)

Tabel 5.3 Tabel Hasil Persepsi Mahasiswa terhadap Insteumen Tes Hasil Belajar yang menggunakan pilihan ganda dalam mata kuliah Program Ekstensi pada tahap pendidikan Sarjana Keperawatan di Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara pada tahun ajaran 2007/2008 pada Mei-Juni 2009

NO. Mata Kuliah Persepsi Mahasiswa

1 Ilmu Bedah Baik

2 Ilmu Penyakit Dalam Baik

3 Keperawatan Medikal Bedah Baik

4 Fisiologi Baik

5 Ilmu Kesehatan Jiwa Baik

6 Patologi Anatomi Baik

7 Keperawatan Gawat Darurat Baik

8 Keperawatan Maternitas Baik

9 Keperawatan Anak Baik

10 Penyakit Menular Sexual Baik

11 Fisafat Baik

12 Keperawatan Jiwa Cukup

13 Keperawatan Komunitas Baik

14 Keperawatan Gerontik Baik

15 Komputer Cukup

Berdasarkan tabel 5.3 tentang persepsi mahasiswa terhadap instrumen tes hasil

belajar yang menggunakan pilihan ganda dalam mata kuliah program Ekstensi pada tahap

pendidikan sarjana di Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas

Sumatera Utara diperoleh persepsi baik sebanyak 13 mata kuliah dan persepsi cukup 2

[image:51.612.136.476.150.498.2]
(52)

5.1.2.2Instrumen Tes Hasil Belajar yang M

Gambar

Tabel  5.1 Distribusi Frekwensi dan Persentase Insrumen tes hasil belajar mata kuliah program ekstensi pada tahap pendidikan sarjana di Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara pada tahun ajaran 2007/2008 (n=37)
Tabel  5.2 Instrumen tes hasil belajar mata kuliah program ekstensi pada tahap pendidikan sarjana Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara pada tahun ajaran 2007/2008 pada Mei-Juni 2009
Tabel 5.3 Tabel Hasil Persepsi Mahasiswa terhadap Insteumen Tes Hasil Belajar yang menggunakan pilihan ganda dalam mata kuliah Program Ekstensi pada tahap pendidikan Sarjana Keperawatan di Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara pada tahun ajaran 2007/2008 pada Mei-Juni 2009
Tabel 5.4 Tabel Hasil Persepsi Mahasiswa terhadap Insteumen Tes Hasil Belajar yang menggunakan subjektif tes dalam mata kuliah Program Ekstensi pada tahap pendidikan Sarjana Keperawatan di Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara pada tahun ajaran 2007/2008 pada Mei-Juni 2009
+6

Referensi

Dokumen terkait