Yessi Meristika : persepsi mahasiswa tentang instrumen tes hasil belajar mata kuliah program ekstensi pada
Mata Kuliah Program Ekstensi Pada Tahap Pendidikan Sarjana Keperawatan
Di PSIK FK USU
Yessi Meristika 071101092
Program Studi Ilmu Keperawatan
Judul : Persepsi Mahasiswa Tentang Instrumen Tes Hasil Belajar Mata Kuliah Program Ekstensi Pada Tahap Pendidikan Sarjana Keperawatan di PSIK FK USU
Peneliti : Yessi Meristika
NIM : 071101092
Jurusan : Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
Tahun : 2007 / 2008
Pembimbing Penguji
... ...Penguji I (Rika Endah N, S.Kp) (Rika Endah, S.Kp)
NIP. 132 282 642 NIP.1320 282 642
...Penguji II (Erniyati, SKp, MNS)
NIP. 132 238 510
...Penguji III (Lutfhiani, S.Kep, Ns)
Program Studi Ilmu Keperawatan telah menyetujui skripsi ini sebagai bagian dari persyaratan kelulusan untuk Sarjana Keperawatan.
... ... (Erniyati, SKp, MNS) (Prof. Guslihan Dasa Tjipta, Sp.A(K))
NIP. 132 238 510 NIP. 140 105 363
Judul : Persepsi Mahasiswa Tentang Instrumen Tes Hasil Belajar Mata Kuliah Program Ekstensi Pada Tahap Pendidikan Sarjana Keperawatan di PSIK FK USU
Peneliti : Yessi Meristika
NIM : 071101092
Jurusan : Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
Tahun : 2007 / 2008
ABSTRAK
Proses belajar mengajar yang baik tidak cukup hanya didukung oleh perencanaan pembelajaran, tetapi harus diimbangi dengan kemampuan melakukan evaluasi terhadap pencapaian kompetensi peserta didik. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan persepsi mahasiswa terhadap tes hasil belajar mata kuliah program ekstensi pada tahap pendidikan sarjana keperawatan di PSIK FK USU. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriftif. Populasi pada penelitian ini adalah semua mahasiswa yang sedang mengikuti proses belajar pada tahap pendidikan sarjana Program ekstensi di PSIK FK USU yakni ada 125 orang dengan cara quota random sampling dengan observation agreement. Data yang telah terkumpul diolah dengan menggunakan statistik deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan mata kuliah menggunakan tes hasil belajar pilihan ganda sebanyak 15 mata kuliah (40%); subjektif tes sebanyak 3 mata kuliah (8%); pilihan ganda dan subjektif tes sebanyak 11 mata kuliah (32%); pilihan ganda dan menjodohkan sebanyak 2 mata kuliah (5%); pilihan ganda, subjektif tes dan menjodohkan sebanyak 4 mata kuliah (10%); pilihan ganda, menjodohkan dan benar salah sebanyak 2 mata kuliah (5%) Adapun persepsi mahasiswa tentang instrumen tes hasil belajar mata kuliah program Ekstensi pada tahap pendidikan sarjana di Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara adalah baik
UCAPAN TERIMAKASIH
Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT karena hanya dengan
rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“Persepsi Mahasiswa Terhadap Tes Hasil Belajar Mata Kuliah Program Ekstensi
Pada Tahap Pendidikan Sarjana Keperawatan di PSIK FK USU” sebagaimana
lazimnya untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar kesarjanaan
pada Progam Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara.
Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak untuk
itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Prof. Gontar A. Siregar,
Sp.PD-KGEH selaku Dekan Fakultas Kedokteran USU, Prof. Guslihan Dasa
Tjipta, Sp.A(K) selaku Pembantu Dekan I Fakultas Kedokteran USU, Ibu
Erniyati, SKp, MNS selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Pada kesempatan ini penulis
menyampaikan penghargaan dan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada Ibu Rika Endah N. SKp selaku Dosen Pembimbing yang senantiasa
menyediakan waktu, memberikan bimbingan, pengarahan dan motivasi dalam
menyelesaikan skripsi ini, Ibu Erniyati, SKp, MNS selaku Dosen Penguji II, ibu
Luthfiani S. Kep, Ns selaku Dosen Penguji III, Ibu Ellyta Aizar S.Kp selaku
dosen penasehat akademik serta seluruh staf pengajar dan administrasi di Program
Studi Ilmu Keperawatan FK USU. Terima kasih juga kepada seluruh responden
Teristimewa ucapan terima kasih kepada Ibunda tersayang
Tuahta Br Bangun yang menjadi motivasi dalam hidupku, yang selalu berdoa,
memberi kasih sayang, semangat dan memberikan dorongan baik moril dan
materil, abanganda Mayor CKM Suharto SKM dan istri serta ponakanku Haura
Alifa Salsabila, adik-adikku tersayang Yenni, Arfan Titin dan Erna Elita dan
nenek tercinta Zubaedah Sitepu yang telah memberikan motivasi dan doa kepada
penulis.
Terimakasih kepada kekasih tercinta Dedi Krismanto, SE yang selalu
memberiku doa, dorongan, semangat dan selalu menghiburku dalam suka dan
duka, kepada sahabat-sahabatku tercinta yang ikut membantu, memberikan doa
dan semangat kepada penulis, serta teman-teman satu angkatan di PSIK Jalur B
2007 yang ikut memberikan motivasi dan perhatian dalam menyelesaikan skripsi
ini.
Semoga Allah SWT selalu memberikan rahmat, ridho dan karunia-Nya
kepada kita semua dan terima kasih kepada semua pihak yang banyak membantu
penulis. Harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk
pengembangan ilmu pengetahuan.
Medan, Juni 2009
Penulis
DAFTAR ISI
Lembar Persetujuan ... i
Abstrak ... ii
Kata Pengantar ... iii
Daftar Isi ... v
Daftar Tabel ... vii
Daftar Skema ... ix
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Pertanyaan Penelitian ... 4
1.3 Tujuan Penelitian ... 4
1.4 Manfaat Penelitian ... 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi ... 6
2.1.1 Pengertian Persepsi... 6
2.1.2 Proses Pembentukan Persepsi ... 6
2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi... 7
2.2 Tes Hasil Belajar ... 7
2.2.1 Pengertian ... 7
2.2.2 Dasar-dasar Penyusunan Tes hasil Belajar ... 9
2.2.3 Isntrumen Tes hasil Belajar ... 11
2.2.3.1 Tes Lisan ... 12
2.2.3.2 Tes Tertulis ... 13
BAB 3 KERANGKA PENELITIAN 3.1 Kerangka Penelitian ... 27
3.2 Defenisi Konseptual dan Defenisi Operasional ... 29
BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian ... 30
4.2 Populasi dan Sampel ... 30
4.2.2 Sampel ... 30
4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 31
4.3.1 Lokasi Penelitian... 31
4.3.2 Waktu Penelitian ... 31
4.4 Pertimbangan Etik ... 32
4.5 Instrumen Penelitian ... 32
4.6 Validitas dan Reabilitas Instrumen ... 32
4.7 Pengumpulan Data ... 34
4.8 Analisa Data ... 35
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian ... 37
5.2 Pembahasan ... 47
BAB 6 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1 Kesimpulan ... 57
6.2 Rekomendasi ... 57
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1. Instrumen Penelitian
2. Uji Reabilitas Kuisioner
3. Tabel Hasil Distribusi Frekwensi
4. Surat Izin Pengambilan Data Awal dari PSIK FK USU
5. Surat Izin Penelitian dari PSIK FK USU
6. Jadwal Konsul
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 5.1 Distribusi Frekwensi dan Persentase tes hasil belajar mata kuliah program ekstensi pada tahap pendidikan sarjana di Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara pada tahun ajaran 2007/2008
(n=37) ... 38
Tabel 5.2 Instrumen tes hasil belajar mata kuliah program ekstensi pada tahap pendidikan sarjana Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara pada tahun ajaran 2007/2008 ... 39
Tabel 5.3 Tabel Hasil Persepsi Mahasiswa terhadap Insteumen Tes Hasil Belajar yang menggunakan pilihan ganda dalam mata kuliah Program Ekstensi pada tahap pendidikan Sarjana Keperawatan di Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara pada tahun ajaran
2007/2008 pada Mei-Juni 2009 ... 41
Tabel 5.4 Tabel Hasil Persepsi Mahasiswa terhadap Insteumen Tes Hasil Belajar yang menggunakan subjektif tes dalam mata kuliah Program Ekstensi pada tahap pendidikan Sarjana Keperawatan di Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara pada tahun ajaran
2007/2008 pada Mei-Juni 2009 ... 42
Tabel 5.5 Tabel Hasil Persepsi Mahasiswa terhadap Insteumen Tes Hasil Belajar yang menggunakan pilihan ganda dan subjektif tes dalam mata kuliah Program Ekstensi pada tahap pendidikan Sarjana Keperawatan di Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara pada tahun ajaran 2007/2008 pada
Mei-Juni 2009... 43
Tabel 5.6 Tabel Hasil Persepsi Mahasiswa terhadap Insteumen Tes Hasil Belajar yang menggunakan pilihan ganda dan menjodohkan dalam mata kuliah Program Ekstensi pada tahap pendidikan Sarjana Keperawatan di Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara pada tahun ajaran 2007/2008 pada Mei-Juni 2009 ... 44
Tabel 5.7 Tabel Hasil Persepsi Mahasiswa terhadap Insteumen Tes Hasil Belajar yang menggunakan pilihan ganda, subjektif tes dan menjodohkan dalam mata kuliah Program Ekstensi pada tahap pendidikan Sarjana Keperawatan di Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara pada tahun ajaran 2007/2008 pada
Mei-Juni 2009 ... 45
Tabel 5.8 Tabel Hasil Persepsi Mahasiswa terhadap Insteumen Tes Hasil Belajar yang menggunakan pilihan ganda, subjektif tes dan menjodohkan dalam mata kuliah Program Ekstensi pada tahap pendidikan Sarjana Keperawatan di Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara pada tahun ajaran 2007/2008 pada Mei-Juni 2009 ... 46
DAFTAR SKEMA
Skema 1 Kerangka Penelitian Persepsi Mahasisawa Tentang Instrumen
Tes Hasil Belajar Mata Kuliah Program Ekstensi Pada Tahap
Pendidikan Sarjana... . 28
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan sistem pendidikan di tanah air menuntut penyesuaian
dalam segala faktor yang mempengaruhi pelaksanaan sistem pendidikan tersebut.
Salah satu diantaranya yang langsung mendapat sorotan utama adalah evaluasi
hasil atau pencapaian belajar peserta didik (Hutagalung, 2007). Evaluasi/tes
merupakan pengukuran ketercapaian pogram pendidikan, perencanaan suatu
program substansi pendidikan termasuk kurikulum dan pelaksaannya, pengadaan
dan peningkatan kemampuan pendidik, pengelolaan pendidikan , dan reformasi
pendidikan secara keseluruhan (Majid, 2006).
Proses belajar mengajar yang baik tidak cukup hanya didukung oleh
perencanaan pembelajaran, kemampuan pendidik mengembangkan proses
pembelajaran serta peguasaannya terhadap bahan ajar, dan juga tidak cukup
pendidik dengan menguasai kelas, tanpa diimbangi dengan kemampuan
melakukan evaluasi terhadap pencapaian kompetensi peserta didik, yang sangat
menentukan dalam konteks perencanaan berikutnya. Semakin baik pendidik
melakukan evaluasi, maka akan semakin benar penempatan ukuran pencapaian
kompetensi peserta didik. Dan semakin benar pelaporannya pada klien, dan
semakin akuntabel palaksanaan tugasnnya sebagai pendidik. Dilihat dari segi
kebutuhannya ini, maka setidaknya pendidik harus mampu menyusun instrumen
Adapun instrumen yang bisa digunakan untuk melakukan tes, sangat
tergantung pada indikator kompetensi yang hendak diukur. Kalau tes tersebut
diselenggarakan untuk mengevaluasi pencapaian kompetensi pada level-level
kognisi, maka instrumen yang bisa digunakan adalah instrumen tes, yang secara
umum ada dua bentuk, yaitu tes objektif dan tes uraian. Sementara instrumen non
tes yang sering digunakan antara lain adalah skala bertingkat, daftar cocok,
wawancara, daftar angket pengamatan, dan riwayat hidup. Instrumen non tes
masih sangat terbatas penggunaannya jika dibandingkan dengan instrumen tes.
Pendidik pada umumnya lebih banyak menggunakan instrumen tes dari pada
instrumen non tes karena alatnya mudah dibuat, penggunaannya lebih praktis dan
yang dinilai terbatas pada aspek kognitif saja, sementara instrumen non tes tidak
hanya pada aspek kognitif tapi dapat juga pada aspek afektif dan aspek
psikomotor (Sudjana, 2006).
Penggunaan teknik-teknik evaluasi (tertulis, lisan ataupun tindakan)
yang tepat menuntut perhatian akan keterbatasan masing-masing instrumen
tersebut, yakni walaupun instrumennya sudah tepat, tapi belum tentu item-itemnya
itu reliable dan valid. Masing-masing jenis insrumen tes ini memerlukan langkah
dan patokan masing-masing dalam perumusan butir soal dan penggunaannya.
Walaupun sudah sangat baik instrumen tersebut, masih bisa terjadi ketidak tepatan
hasil evaluasi, misalnya, peserta didik mengisi soal dengan menebak bukan
dengan pengetahuan dan keyakinannya, kemudian dalam tes subjektif pendidik
memberi angka dengan pertimbangan subjektifnya, apabila dengan instrumen
Kelemahan pokok evaluasi belajar di lembaga pendidikan pada
umumnya tidak terletak pada bentuk dan tipe butir soal yang digunakan, tetapi
terutama terletak pada bentuk dan kemampuan pendidik untuk mengkonstruksikan
butir soal dengan baik. Butir soal tipe apapun dapat digunakan untuk mengukur
hasil belajar bila butir soal tersebut dikonstruksi dengan baik dan sesuai dengan
tujuan yang yang ingin dicapai. Misalnya, butir soal objektif yang baik akan sama
baiknya dengan butir soal uraian yang baik, atau sebaliknya butir soal yang
dikonstruksi secara tidak baik akan tidak mengukur keberhasilan belajar, lebih
baik butir soal objektif yang dikonstruksi dengan baik.
Kesalahan umum lainnya yang menyebabkan orang banyak melemparkan
kritik tidak proporsional terhadap tes adalah anggapan yang melihat tes bukan
sebagai alat ukur, tetapi terutama sebagai alat pendidikan yang terpenting dalam
proses pendidikan. Anggapan yang dikemukakan terakhir ini tentu saja tidak pada
tempatnya atau setidak-tidaknya kurang mengukur proporsional, karena fungsi
utama tes hasil belajar ialah mengukur keberhasilan belajar seseorang atau
sekelompok peserta didik. Seorang peserta didik yang tidak pernah melatih
mengarang, tidak akan menjadi orang yang tahu menyusun karangan yang baik,
walaupun diberikan beberapa kali tes bentuk uraian. Sebaliknya, seorang peserta
didik yang telah terlatih untuk mengeluarkan pikirannya secara tertulis dengan
baik, sekalipun dites dengan butir soal objektif tetap tidak akan kehilangan
ekspresinya (Zainul, 2005).
Sebagaimana kita ketahui semakin baik suatu instrumen tes hasil belajar
maka semakin baiklah hasil yang akan kita peroleh, baik itu instrumen tes maupun
sering digunakan oleh pendidik adalah instrumen tes yaitu uraian tes dan objektif
tes. Oleh karena itu peneliti juga membatasi untuk meneliti terhadap instrumen tes
yang sering digunakan itu karena keterbatasan waktu yang dimiliki peneliti.
Fenomena dilapangan beberapa pendapat mahasiswa yang sedang
mengikuti proses belajar pada tahap sarjana di PSIK FK USU mengatakan tes
hasil belajar pada beberapa mata kuliah ada yang membuat soal menggunakan
kata-kata teknis atau ilmiah atau istilah yang aneh, pilihan jawaban dalam soal
pilihan berganda berbunyi ”semua yang diatas benar”atau ”tidak satupun jawaban
yang diatas benar sehingga membuat banyak persepsi yang buruk atas instrumen
tes hasil belajar tersebut.
Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk mengadakan
penelitian untuk mengidentifikasi bagaimana persepsi mahasiswa terhadap
instrumen tes hasil belajar mata kuliah program ekstensi pada tahap pendidikan
Sarjana Keperawatan di PSIK FK USU.
1.2 Pertanyaan Penelitian
Bagaimana persepsi mahasiswa tentang instrumen tes hasil belajar mata
kuliah program ekstensi pada tahap pendidikan Sarjana Keperawatan di PSIK FK
USU ?
1.3Tujuan Penelitian
Menggambarkan persepsi mahasiswa tentang instrumen tes hasil belajar
mata kuliah program ekstensi pada tahap pendidikan Sarjana Keperawatan di
1.4Manfaat Penelitian
Diharapkan melalui penelitian ini, dapat memberikan masukan bagi
pendidikan keperawatan mahasiswa pendidikan keperawatan, mahasiswa
keperawatan dan penelitian keperawatan.
1.4.1 Pendidikan Keperawatan
Dengan diketahuinya persepsi mahasiswa maka dapat digunakan sebagai
informasi bagi pendidikan sejauh mana keberhasilan evaluasi yang telah
dilakukan pada tingkat pendidikan Sarjana Keperawatan di PSIK FK USU.
1.4.2 Mahasiswa Keperawatan
Dengan adanya penelitian ini mahasiswa dapat mengungkapkan
persepsinya terhadap instrumen evaluasi hasil belajar yang telah dibuat pendidik
pada saat ujian sehingga hasil evaluasi belajar dapat tercapai dengan baik.
1.4.3 Penelitian Keperawatan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber data dan data dasar
untuk peneliti selanjutnya dalam ruang lingkup yang sama terutama jika ingin
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Persepsi
2.1.1 Pengertian Persepsi
Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau
hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan
(Rahmat, 2004).
Menurut (Thoha, 1999) persepsi adalah proses kognitif yang dialami oleh
setiap orang dalam memahami setiap informasi pada lingkungannya, baik lewat
pengelihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan dan penciuman, sedangkan
(Kinichi, 1989) mengartikan persepsi sebagai suatu kegiatan mental intelektual
untuk menginterpretasikan dan memahami sekitar kita, akan pengakuan dari suatu
objek-objek yang merupakan salah satu fungsi dari suatu proses.
2.1.2 Proses Pembentukan Persepsi
Proses pembentukan persepsi dijelaskan oleh Feigi dalam Yusuf (1991)
sebagai pemaknaan hasil pengamatan yang diawali dengan adanya stimuli.
Setelah mendapat stimuli, pada tahap selanjutnya terjadi seleksi yang berinteraksi
dengan interpretation, begitu juga berinteraksi dengan closure. Proses seleksi
terjadi pada saat seseorang memperoleh informasi, maka akan berlangsung proses
penyeleksian pesan tentang mana pesan yang dianggap penting dan tidak penting.
Proses closure terjadi ketika hasil seleksi tersebut akan disusun menjadi satu
kesatuan yang berurutan dan bermakna, sedangkan interpretasi berlangsung ketika
secara menyeluruh. Menurut (Ansgari, 1984) pada fase interpretasi ini,
pengalaman masa silam atau dahulu memegang peranan yang penting.
2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi
Faktor-faktor fungsional yang menentukan persepsi seseorang berasal
dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal-hal lain termasuk yang kita sebut
sebagai faktor-faktor personal (Rakhmat 2004). Selanjutnya Rakhmat
menjelaskan yang menentukan persepsi bukan jenis atau bentuk stimuli, tetapi
karakteristik orang yang memberi respon terhadap stimuli. Persepsi meliputi juga
kognisi (pengetahuan), yang mencakup penafsiran objek, tanda dan orang dari
sudut pengalaman yang bersangkutan (Gibson, 1986). Selaras dengan pernyataan
tersebut Krech, dkk dalam Sri Tjahjorini Sugiharto,(2001) mengemukakan bahwa
persepsi seseorang ditentukan oleh dua faktor utama, yakni pengalaman masa lalu
dan faktor pribadi.
2.2. Tes Hasil Belajar
2.2.1 Pengertian
Didalam pendidikan, menurut Norman E Gronlund dan Robert L. Linn,
dikenal tiga istilah yang terkadang digunakan untuk menyebutkan sebuah konsep
yang sama, yaitu tes, evaluasi dan pengukuran. Namun masing-masing
sebenarnya memiliki konsep spesifik yang berbeda. Tes adalah alat atau prosedur
yang sistematis untuk mengukur perubahan-perubahan prilaku dari pembelajaran.
Sedangkan pengukuran adalah prosedur untuk memperoleh deskripsi numerik
tentang tingkatan penugasan karakteristik tertentu dari para pembelajaran. Dan
interpretasi terhadap informasi yang dapat menetapkan tingkatan pencapaian
tujuan belajar dari pembelajar (Rosyada, 2004)
Sementara itu William A.Mehrens dan Irvan J. Lehmann melihat ada
empat istilah yang digunakan dalam area yang sama, yaitu tes, measurement
(pengukuran), evaluasi dan assessment. Tes menurut keduanya biasa digunakan
untuk menyatakan bagian yang paling sempit dari keempatnnya, yaitu susunan
pertanyaan-pertanyaan standar untuk dijawab, sedangkan menurut (Nitko, 1983)
tes didefenisikan sebagai suatu prosedur yang sistematis untuk mengobservasi dan
menjelaskan / menggambarkan satu atau lebih karakteristik seseorang dengan
menggunakan skala nilai atau sistem katagori. Tes dapat meliputi kuantitatif dan
dan dapat juga meliputi kualitatif. Hasil jawaban dari seseorang terhadap soal-soal
tes tersebut biasa disebut measurement (pengukuran) yang terdiri dari
angka-angka yang mengidentifikasikan ukuran atau karakteristik seseorang yang dites
tersebut. Menurut (Nitko, 1983) measurement (pengukuran) adalah prosedur
pamberian angka (disebut juga scores) pada tingkat atau karakteristik tertentu dari
seseorang sebegitu rupa sehingga menunjukkan hubungan yang jelas dengan
orang-orang yang berkenaan dengan tingkah laku / karakteritik yang diukur itu.
Pengukuran berkenaan dengan aspek kualitatif yang menjelaskan sifat atau
tingkah laku seseorang dengan menggunakan prosedur. Sedangkan evaluasi
adalah sebuah proses menggambarkan, mendapatkan dan memaparkan berbagai
informasi yang berguna untuk menetapkan sebuah pilihan putusan. Evaluasi juga
sering diartikan sebagai sebuah putusan pofesional, atau sebuah proses yang
seseorang bisa membuat putusan tentang sesuatu yang diharapkan, baik dengan
sering kali digunakan dalam konotasi evaluasi, tapi lebih banyak digunakan dalam
konotasi yang sangat partikular yakni diagnosis dari problem-problem seseorang
(Mehren, 1984). Namun didunia akademik Assessment lebih banyak digunakan
dalam kegiatan penelitian baik untuk mengukur respon, pendapat, pandangan
maupun persepsi masyarakat tentang sesuatu kebijakan atau kenyataan social.
Sesuai dengan pengertian yang telah dijelaskan diatas, tampaknya tes,
pengukuran dan evaluasi memang berada pada area yang sama, yakni upaya
mengetahui perubahan-perubahan perilaku peserta didik setelah mereka belajar,
atau penambahan-penambahan kompetensi peserta didik dan proses pembelajaran
yang telah mereka lalui. Hanya saja tes lebih pada instrumennya, pengukurannya
lebih pada indeks numeriknya, sementara evaluasi bermakna penempatan akhir
tingkat kompetensi peserta didik berdasarkan ukuran yang dihasilkan dengan
menyelesaikan insrumen tes yang diberikan pada mereka (Rosyada, 2004).
Tes hasil belajar adalah salah satu alat ukur yang paling banyak
digunakan untuk menentukan keberhasilan seseorang dalam suatu proses belajar
mengajar atau untuk menentukan keberhasilan suatu program pendidikan
(Harjanto, 2005).
2.2.2 Dasar-dasar Penyusunan Tes Hasil Belajar
Adapun dasar-dasar penyusunan tes hasil belajar menurut Zainul (2007)
adalah sebagai berikut :
1 Tes hasil belajar harus dapat mengukur apa-apa yang dipelajari dalam proses
belajar mengajar sesuai dengan tujuan instruksional yang terancam didalam
2 Tes hasil belajar disusun sedemikian sehingga benar-benar mewakili bahan
yang telah dipelajari.
3 Pertanyaan tes hasil belajar hendaknya disesuaikan dengan aspek-aspek tingkat
belajar yang diharapkan.
4 Tes hasil belajar hendaknya disusun sesuai dengan tujuan penggunaan tes itu
sendiri, sebab tes dapat disusun untuk keperluan :
- Tes formatif adalah tes yang dilaksanakan pada akhir program
belajar-mengajar untuk melihat tingkat keberhasilan proses belajar itu sendiri
atau sering disebut post tes, fungsi utama dari tes formatif ini adalah
untuk memberikan feed back pada pendidik dan peserta didik tentang
proses pembelajaran sedang berjalan, sebagai bahan pertimbangan bagi
pendidik untuk memodifikasi strategi, materi pelajaran dan alat-alat
yang digunakan dalam belajar jika proses pembelajaran tidak bisa
berjalan dengan baik. Tes formatif ditekankan pada tingkah laku
kognitif;
- Tes sumatif adalah tes yang dilaksanakan pada akhir unit program,
yaitu akhir catur wulan, akhir semester, dan akhir tahun. Tujuannya
adalah untuk melihat hasil yang dicapai oleh para peserta didik, yakni
seberapa jauh tujuan-tujuan kurikuler dikuasai oleh para peserta didik.
Penilaian ini berorientasi kepada produk, bukan proses. Tes sumatif
mencakup lebih luas unit pelajaran dengan kompetensi, konten
pelajaran serta keterampilan yang lebih besar dari pada tes formatif. Tes
sumatif pada umumnya menekankan pada tingkah laku psikomotor dan
- Tes diagnostik adalah tes yang bertujuan untuk melihat
kelemahan-kelemahan peserta didik serta faktor penyebabnya. Tes ini
dilaksanakan untuk keperluan bimbingan belajar, pengajaran remedial,
menemukan kasus-kasus dan lain-lain. Soal-soal tentunya disusun
untuk dapat ditemukan kesulitan yang dihadapi peserta didik.
- Tes selektif adalah tes yang bertujuan untuk keperluan seleksi,
misalnya ujian saringan masuk lembaga pendidikan tertentu.
- Tes penempatan adalah tes yang ditujukan untuk mengetahui
keterampilan prasyarat yang diperlukan bagi suatu program belajar dan
penguasaan belajar seperti yang diprogramkan sebelum memulai
kegiatan belajar untuk program ini. Dengan kata lain, tes ini
berorientasi kepada kesiapan peserta didik untuk menghadapi program
baru dan kecocokan program belajar dengan kemampuan peserta didik.
5 Tes hasil belajar disesuaikan dengan pendekatan pengukuran yang dianut
apakah mengacu pada kelompok ( norm reference, standar relatif ) ataukah
mengacu pada patokan tertentu ( criterion reference, standar mutlak ).
6 Tes hasil belajar dapat digunakan untuk memperbaiki proses belajar mengajar.
2.2.3 Instrumen Tes Hasil Belajar
Tes sabagai instrumen evalusai adalah pertanyaaan- pertanyaan yang
diberikan kepada peserta didik untuk mendapat jawaban dari peserta didik dalam
bentuk lisan (tes lisan),dalam bentuk tulisan (tes tulisan) dan dalam bentuk
2.2.3.1Tes Lisan
Tes lisan merupakan serangkaian soal-soal atau pertanyaan-pertanyaan
atau tugas-tugas yang diberikan kepada peserta didik secara lisan, jawaban yang
diberikan peserta didik secara lisan juga.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam tes lisan antara lain adalah,
rencanakan terlebih dahulu pokok-pokok yang akan dipertanyakan; sampaikan
pertanyaan dengan cara yang baik; ciptakan raport sebelum memulai ujian lisan
yang sebenarnya kerena umumnya setiap yang diuji sebelum ujian sudah
dihinggapi rasa was-was dan takut; dahulukan pertanyaan yang mudah dan
diperkirakan dapat dijawab; hindarkan kata-kata yang bersifat langsung
menyalahkan jawaban, sebaiknya penilaian diberikan segera setelah ujian
dilaksanakan; formasi tempat duduk antara sipenguji dan siteruji sebaik tidak
berhadapan lasung secara vertikal (Zainul, 2005)
Adapun kelebihan dari tes lisan adalah dapat dilaksanakan secara
individual sehingga lebih cermat dan dapat dilakukan probing sehingga penguji
mengetahui persis dimana posisi hasil belajar peserta didik yang bersangkutan;
dengan tes lisan memungkinkan terjadinya komunikasi dua arah dan dialog aktif;
ini mendorong peserta didik untuk mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya;
peserta didik dapat mengemukakan argumentasi-argumentasinya secara lebih
bebas sehingga dosen yang menguji mengetahui persis jalan pikiran peserta didik.
Sedangkan kekurangan dari tes ini adalah tes ini tidak ekonomis; jika
yang melaksanakannya hanya seorang, jadi satu lawan satu maka dapat terjadi
bahkan dendam pribadi dapat dilampiaskan disitu; bagi peserta tes yang gagap
atau grogi dapat dirugikan oleh tes ini.
2.2.3.2Tes Tertulis
Tes tertulis merupakan serangkaian soal-soal atau pertanyaan-pertanyaan
atau tugas-tugas yang diberikan kepada peserta didik secara tertulis. Jawaban yang
diberikan peserta didik juga harus secara tertulis dan sera menggunakan kata-kata
sendiri.
Adapun kelebihan dari tes ini adalah kemampuan memilih kata-kata,
kekayaan informasi, kemampuan berbahasa, kemampuan memilih ataupun
memadukan ide-ide dan proses berpikir peserta tes dapat dilihat dengan nyata;
kemampuan-kemampuan seperti yang disebutkan tadi dapat dibandingkan antara
yang satu dengan yang lain; dalam waktu yan relatif terbatas dapat dilaksanakan
tes yeng terdiri atas sejumlah besar peserta tes sehingga ekonomis;
memungkinkankan dikoreksi oleh lebih dari seorang korektor.
Sedangkan kekurangan dari tes ini adalah penguji tidak sempat untuk
mendapat penjelasan terhadap jawaban tertentu; perumusan pertanyaan yang
kurang jelas mengaburkan maksud pertanyaan tanpa peserta didik mendapat
kesempatan luas untuk minta penjelasan; faktor-faktor subyektif yang kurang
wajar dipihak penguji dapat timbul selama pemeriksaan pekerjaan, lebih-lebih
pada tes karangan/esai tes; kesukaran praktis yang timbul ialah diperlukannya
pengawasan yang ketat untuk mencegah perbuatan yang kurang jujur dipihak
peserta didik pada waktu tes dikerjakan; serta diperlukan waktu yang cukup lama
yang digunakan tergantung dari bentuk mana yang dipakai, apakah bentuk tes
uraian/tes esai atau tes obyektif (Majid, 2006).
A. Subjektif Tes (Tes Uraian/Tes Esai )
Subjektif tes merupakan butir soal yang mengandung pertanyaan atau
tugas yang jawaban dan pengerjaan soal tersebut harus dilakukan dengan cara
mengekspresikan, menguraikan, menerangkan, menunjukan, membandingkan
,dan memberikan alasan bagaimana suatu masalah terjadi serta jawaban yang
diberikan sesuai dengan isi pikiran peserta didik (Hutagalung, 2007)
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam tes uraian adalah tes uraian cocok
dipergunakan apabila jawaban atas pertanyaan yang dimajukan memerlukan
proses mental kompleks; tes uraian cocok dipergunakan bagi mata pelajaran yang
bertujuan/ mementingkan kematangan proses berpikir; tes uraian cocok
dipergunakan apabila perbendaharaan dan kemampuan berbahasa dari yang diuji
memadai/ cukup tinggi; pemakaian tes arus mempertimbangkan ratio antara
jumlah peserta ujian dan waktu pemeriksaan yang tersedia dan jumlah
pemeriksaan jawaban ujian serta banyaknya jawaban yang akan diperiksa
(Sudjana, 2006)
Pedoman penyusunan soal-soal tes uraian antara lain yaitu
pertanyaan-pertanyaan direncanaka khusus meneliti hasil belajar yang diinginkan; pertanyaan-pertanyaan
hendaknya diarahkan pada TIK bukan selalu terarah pada materi; pertanyaan
yang sukar dan sederhana harus dibedakan dalam hal pembobotan penilaian dan
waktu yang disediakan untuk mengerjakan soal; merumuskan pertanyaan secara
jelas dan terbatas mengenai arti dan pentingnya persoalan; menghindari kata-kata
mungkin dan kata-kata yang mudah dimengerti; kalimat-kalimat dari pertanyaan
harus disesuaikan dengan kemampuan bahasa lisan; tertulis peserta didik yang
akan dites; hendaknya jangan mengulang-ulang pertanyaan terhadap materi yang
sama sekalipun untuk abilitas yang berbeda sehingga soal atau pertanyaan yang
diajukan lebih komprehensif daripada segi lingkup materinya; setiap pertanyaan
yang diajukan sebaiknya telah ditentukan jawaban yang diharapkan, minimal
pokok-pokoknya; tentukan pula besarnya skor maksimal untuk setiap soal yang
dijawab benar dan skor minimal bila jawaban dianggap salah atau kurang
memadai (Hutagalung, 2007)
Ada beberapa kelebihan dari subjektif tes adalah tes ini dapat digunakan
dengan baik untuk mengukur hasil belajar yang kompleks; tes ini menekankan
pada pengukuran kemampuan dan keterampilan mengintegrasikan berbagai buah
pikiran dan sumber informasi kedalam suatu pola berpikir tertentu yang disertai
dengan keterampilan pemecahan masalah; Subjektif tes lebih meningkatkan
motivasi peserta didik untuk belajar dibandingkan bentuk tes lainnya;
memudahkan pendidik dalam menyusun butir soal; sangat menekankan
kemampuan menulis peserta didik serta dapat diketahui sejauh mana peserta didik
mendalami suatu masalah yang diujikan; dapat mengukur proses mental yang
tinggi atau aspek kognitif tingkat tinggi da dapat mengembangkan keampuan
berbahasa (Hutagalung, 2007)
Sedangkan kekurangan dari subjektif tes adalah sampel tes sangat
terbatas sebab dengan tes ini tidak mungkin dapat menguji semua bahan yang
telah diberikan; sifatnya sangat subjektif baik dalam menanyakan, membuat
hal-hal yang menarik baginya dan jawabannya berdasarkan apa yang
dikehendakinya; realibilitas rendah artinya score yang dicapai oleh peserta didik
tidak konsisten bila tes yang sama diuji ulang beberapa kali; subjektif tes harus
membutuhkan waktu yang banyak untuk mengerjakan soal dan memeriksa soal
dan tidak dapat diwakilkan orang lain dalam memeriksanya; jawaban peserta
didik kadang-kadang disertai dengan bualan karena tidak menguasai bahan yang
diujikan.
Penggunaan tes sujektif ini dilakukan bila jumlah peserta didik terbatas
karena memungkinkan pendidik untuk menilai hasil secara baik; bila pendidik
tidak mempunyai waktu yang banyak untuk mempersiapkan soal; tes ini
digunakan bila tujuan instruksional yang ingin dicapai adalah kemampuan
mengekspresikan pikiran dalam bentuk tertulis; menguji kemampuan menulis
dengan baik; atau kemampuan penggunaan bahasa secara tertib, bila dosen
memperoleh hasil pengalaman belajar peserta didik.
Klasifikasi dari tes subjektif secara umum dapat dibagi menjadi dua jenis
yaitu tes uraian bebas, tes uraian terbatas dan tes uraian berstruktur.
1) Tes Uraian Bebas
Dalam tes urian bebas hampir tidak ada pembatasan terhadap peserta tes
dalam memberikan jawabannya. Peserta tes memiliki kebebasan yang luas sekali
untuk mengoranisasikan dan mengekspresikan pikiran dan gagasannya dalam
menjawab soal tersebut. Jadi dengan demikian jawaban peserta didik bersifat
terbuka, fleksibel dan tidak terstruktur. Tes uraian bebas tepat digunakan apabila
bertujuan untuk mengungkapkan pandangan peserta didik terhadap suatu masalah
kemungkinan jawabannya beraneka ragam sehingga tidak satu jawabanpun yang
pasti dan untuk mengembangkan daya analisis peserta didik dalam melihat suatu
persoala dari berbagai segi atau dimensinya. Sementara kelemahan dari tes ini
adalah sukar menilainya karena jawaban peserta didik bisa bervariasi, sulit untuk
menentukan kriteria penilaian, sangat subjektif karena bergantung pada pendidik
sebagai penilainya (Madjid, 2006)
2) Tes Uraian Terbatas
Tes uraian terbatas diarahkan pada hal-hal tertentu atau ada pembatasan
tertentu. Pembatasan itu bisa dari segi ruang lingkupnya, sudut pandang
menjawabnya dan indikator-indikatornya. Kriteria kebenaran jawaban pada tes ini
bisa lebih mudah ditentukan dan tes ini lebih terarah dan lebih tepat digunakan
daripada bentuk uraian bebas. Tes uraian terbatas peserta tes lebih dibatasi oleh
berbagai rambu-rambu yang ditetukan dalam butir soal. Keterbatasan itu
mencakup format, isi, dan ruang lingkup jawaban.
3) Tes Uraian Berstruktur
Tes uraian berstuktur dipandang sebagai bentuk antara soal-soal objektif
dan soal-soal esai. Soal berstrukt ur merupakan serangkaian soal jawaban singkat
sekalipun bersifat terbuka dan bebas menjawabnya. Soal-soal yang berstruktur
berisi unsur-unsur pengantar soal, seperangkat data dan serangkaian subsoal.
Keuntungan soal berstruktur antara lain adalah satu soal bisa terdiri atas beberapa
subsoalatau pertanyaan, setiap pertanyaan yang diajukan mengacu kepada suatu
data tertentu shingga lebih jalas dn terarah dan soal-soal berkaitan satu sma lain
serta dapat diurutkan berdasarkan tingkat kesulitannya. Data yang diajukan dalam
diagram, model dll. Bentuk soal berstruktur dapat mengukur semua aspek kognitif
seperti ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Kelemahan
yang mungkin terjadi berkisar pada bidang yang diujikanmenjadi terbatas dan
kurang praktis sebab satu permasalaha harus dirumuskan dalam pemaparan yang
lengkap disertai data yang memadai.
B. Objektif Tes
Objektif tes merupakan butir soal yang mengandung kemungkinan
jawaban yang harus di pilih atau dikerjakan oleh peserta tes. Jadi peserta hanya
harus memilih jawaban dari kemungkinan jawaban yang telah disediakan.
Penskoran atau pemeriksaan jawaban sepenuhnya dapat dilakukan secara objektif
oleh pemeriksa, dapat juga dilakukan dengan komputerisasi.
Klasifikasi dari objektif tes secara umum dapat dibagi menjadi tiga yaitu
benar salah (true false), menjodohkan (matching) dan pilihan ganda (multiple
choice) dan kesemua itu memiliki kelebihan dan kekurangan (Sudjana, 2006)
1). Tes Benar Salah
Tes benar salah merupakan soal-soal yang terdiri dari pernyataan, yang
disetai dengan alternatif jawaban yaitu menyatakan pernyataan tersebut benar atau
salah, atau keharusan memilih satu atau dua alternatif lainnya.
Petunjuk pembuatan butir soal benar salah antara lain adalah setiap butir
soal harus menguji atau mengukur hasil belajar peserta tes yang penting dan
bermakna dan tidak menanyakan hal yang remeh; setiap soal haruslah menguji
pemahaman tidak hanya pengukuran terhadap daya ingat; kunci jawaban haruslah
benar; butir soal yang baik haruslah jelas bagi peserta yang belajar; dan jawaban
dengan baik; pernyataan dalam butir soal harus dinyatakan secara jelas dan
menggunakan bahasa yang baik dan benar; jumlah butir soal yang kuncinya S
sebaiknya lebih banyak dari butir soal yang jawabannya B; setiap butir soal harus
berdiri sendiri; harus dihindarkan butir pernyataan soal yang berhubungan dengan
butir penyataan soal yang lain; sesuatu item jangan memberi isyarat atau
membantu memberikan jawaban kepada item berikutnya; hindarkakan susunan
soal/ item yang salah dan benar merupakan pola tertentu.
Adapun kelebihan dari tes ini yaitu mudah dikonstuksikan, perangkat
soal dapat mewakili seluruh pokok bahasan; mudah diskor; mudah menyusunnya;
alat yang baik untuk mengukur fakta dan hasil belajar langsung terutama yang
berkenaan dengan ingatan; dapat dilihat secara cepat dan objektif; dan petunjuk
cara mengerjakannya mudah dimengerti.
Sedangkan kekurangan dari tes ini yaitu dapat mendorong peserta tes
untuk menebak jawaban; terlalu menekankan pada ingatan; meminta respon
peserta tes yang berbentuk penilaian absolut; tes ini juga membuat peserta tes
menjadi bingung (Arikunto, 2003).
2). Tes Menjodohkan
Tes menjodohkan adalah sebuah tes yang menggunakan dua kolom yang
telah tersedia, yakni kolom premis sebagai pangkal pernyataan dan kolom respon
sebagai pilihan pasangan dari pernyataan dalam kolom premis, dalam tes ini
peserta didik dituntut untuk mencari pasangan yang benar terhadap pernyataan
pada kolom respon (Sudjana, 2006).
Petunjuk dalam menyusun butir soal menjodohkan antara lain adalah
bukan merupakan masalah-masalah yang diuraikan dengan kalimat-kalimat yang
panjang; masalah yang terdapat dalam kolom pertama atau kolom kedua pada
suatu kelompok tes menjodohkan harus mempunyai isi yang homogen; jumlah
alternatif jawaban yang terdapat dalam kolom kedua harus lebih banyak dari
masalah yang terdapat dalam batang butir soal pada kolom pertama;
penenmpatan/ urutan kemungkinan jawaban yang terdapat dalam kolom kedua
tidak sejajar dengan masalah yang terdapat dalam kolom pertama; untuk setiap
kelompok tes menjodohkan berisi antara lima sampai tujuh butir soal; untuk setiap
butir soal pada yang terdapat dalam kolom pertama mempunyai kemungkinan
untuk dijawab dengan daftar data yang terdapat dalam klom kedua;sebaiknya
dirumuskan dalam bentuk satu tujuan pengajaran yang utuh.
Adapun kelebihan dari tes ini yaitu tes ini baik untuk menguji hasil
belajar yang berhubungan dengan pengetahuan tantang istilah, defenisi, peristiwa
atau penanggalan; dapat menguji kemampuan menghubungkan dua hal yang baik
yang berhubungan langsung maupun tidak secara langsung; mudah dikonstruksi
sehingga pendidik dalam waktu yang tidak telalu lama dapat mengkonstruksi
sejumlah butir soal yang cukup untuk menguji satu pokok bahasan tertentu; tes ini
dapat seluruh bidang studi yang diuji dan mudah untuk diskor.
Sedangkan kekurangan tes ini yaitu tes ini hanya dapat mengukur hal-hal
yang didasarkan atas fakta dan hafalan, sukar untuk menentukan materi atau
pokok bahasan atau subpokok bahasan yang lebih luas (Arikunto, 2003).
3). Pilihan Ganda
Menurut Sudjana (2006) pilihan ganda merupakan bentuk tes yang
strukturnya, bentuk dari soal pilihan berganda terdiri dari stem (pertanyaan atau
pernyataan yang berisi permasalahan yang akan dinyatakan), option (sejumlah
pilihan atau alternatif jawaban), kunci (jawaban yang paling benar atau tepat), dan
distraktor (jawaban-jawaban lain selain kunci jawaban/ pengecoh).
Petunjuk dalam menyusun butir soal pilihan ganda antara lain adalah
saripati permasalah harus ditempatkan pada butir soal (stem); hindari kata-kata
yang sama dalam pemilihan; hindari rumusan kata yang berlebihan; kalau pokok
soal merupakan pernyataan yang belum lengkap maka kata atau kata-kata yang
melengkapi harus diletakkan pada ujung pernyataan, bukan ditengah-tengah
kalimat; susunan alternatif jawaban dibuat teratur dan sederhana; hindari
penggunaan kata-kata teknis atau ilmiah atau istilah yang aneh; semua pilihan
jawaban harus homogen dan dimungkinkan sebagai jawaban yang benar; hindari
keadaan dimana jawaban yang benar selalu ditulis lebih panjang dari jawaban
yang salah; hindari adanya petunjuk/ indikator pada jawaban yang benar; hindari
menggunakan pilihan yang berbunyi ”semua yang diatas benar”atau ”tidak
satupun jawaban yang diatas benar; gunakan tiga atau lebih alternatif pilihan;
pokok soal diusahakan tidak menggunakan ungkapan atau kata-kata yang
bermakna tidak tentu; pokok soal sedapat mungkin dalam pernyataan atau
partanyaan positif (Zainul, 2005)
Adapun kelebihan dari tes ini adalah soal pilihan ganda dapat
dikonstruksi dan digunakan untuk mengukur segala level tujuan instruksional
mulai dari yang paling sederhana sampai dengan yang paling kompleks; dalam
mengerjakannya hanya membutuhkan sedikit waktu; penskoran dapat dilakukan
ganda memungkinkan dilakukan analisis butir soal secara baik, tingkat kesukaran
soal dapat dikendalikan dengan hanya mengubah tingkat homogenitas alternatif
jawaban; materi yang disajikan dapat mencakup sebagian besar dari bahan
pengajaran yang diberikan. Sedangkan kekurangan dari tes ini adalah
kemungkinan untuk melakukan tebakan jawaban masih cukup besar; proses
berpikir peserta didik tidak dapat dilihat dengan nyata; kerjasama antar peserta
didik lebih cenderung terjadi (Arikunto, 2003)
C. Tes Tindakan Atau Praktek
Tes tindakan adalah mengukur keterampilan peserta didik dalam
melakukan sesuatu kegiatan dalam tes tindakan, persoalan disajikan dalam bentuk
tugas yang harus dikerjakan oleh yang diuji, jadi yang diuji adalah hasil belajar
psikomotor.
Sebelum melakukan tes tindakan sebaiknnya dilakukan beberapa hal
berikut yaitu uraikan kegiatan yang akan dipraktekkan, petunjuk melakukkan
kegiatan hendaknya dibuat, tentukan prilaku yang akan diukur dalam pedoman
pengamatan, dan rencanakan alat kelengkapan.
Adapun kelebihan tes tindakan ini adalah tes ini dapat melihat terbentuk
atau tidaknya keterampilan yang dirumuskan didalam TIK, membuat pergantian
suasana sehingga kejenuhan dapat dikurangi atau dihilangkan, dan kesempatan
untuk menyontek bagi peserta tes (Hutagalung, 2007)
Sedangkan kekurangan tes ini adalah tidak semua bahan dapat
dipraktekkan, biaya relatif mahal dan pendidik dituntut lebih mampu dari peserta
D. Instrumen Non Tes
Instrumen non tes merupakan penilaian atau evaluasi hasil belajar peserta
didik dilakukan dengan tanpa menguji peserta didik, melainkan dengan cara
1. Skala
Skala merupakan alat untuk mengukur nilai, sikap, minat, dan perhatian
yang disusun dalam bentuk pertanyaan untuk dinilai oleh responden dan hasilnya
dalam bentuk pertanyaan untuk dinilai oleh responden dan hasilnya dalam bentuk
rentangan nilai sesuai dengan kriteria yang ditentukan.
Skala terdiri dari skala penilaian (rating scale) dan skala sikap. Skala
penilaian mengukur penampilan atau prilaku orang lain oleh seseorang melalui
pertanyaan prilaku individu pada suatu titik kontium atau suatu kategori yang
bermakna nilai. Sedangkan skala sikap digunaka untuk mengukur sikap seseorang
terhadap objek tertentu. Hasilnya berupa kategori sikap yaitu mendukung,
menolak atau netral. Ada tiga komponen sikap yaitu kognisi, afeksi dan konasi.
Skala sikap dinyatakan dalam bentuk pertanyaan untuk dinilai oleh responden
apakah pernyataan itu didukung tau ditolaknya, melalui rentangan tertentu
(Sudjana, 2006).
2. Kuisioner
Kuisioner adalah alat tes yang digunakan untuk mengetahui pendapat,
aspirasi, harapan, prestasi, keinginan, keyakinan dan lain-lain sebagai hasil belajar
pesrta didik. Kelebihannya adalah sifatnya praktis, hemat waktu, tenaga dan
biaya. Kelemahannya adalah jawaban sering tidak objektif, lebih-lebih bila
pertanyaannya kurang tajam yang memungkinkan peserta berpura-pura. Cara
setelah diisi lalu dikumpulkan. Cara kedua belum menjamin terkumpulnya
kembali sesuai dengan jumlah yang dibagikan.
Cara menyusun kuisioner seperti pada tes prestasi belajar, sehingga
berlaku langkah-langkah yaitu dimulai dengan analisis variabel, membuat
kisi-kisi, dan menyusun pertanyaan. Tujuan penggunaan kusioner dalam kegiatan
pengajaran adalah untuk memperoleh data mengenai latar belakang peserta didik
sebagai bahan dalam manganalisis tingkah laku hasil dan proses belajarnya, untuk
memperoleh data mengenai hasil belajar yang dicapainya dan proses belajar yang
ditempuhnya, dan untuk memperoleh data sebagai bahan dalam menyusun
kurikulum dan program belajar-mengajar (Hutagalung, 2007)
3. Wawancara
Menurut Sudjana (2006) wawancara merupakan semua proses tanya
jawab lisan, dimana dua orang atau lebih berhadap-hadapan secara fisik, yang satu
dapat melihat muka yang lain, mendengar dengan telinganya sendiri suaranya.
Kelebihan dari wawancara adalah bisa kontak lagsung dengan peserta didik
sehingga dapat mengungkapkan jawaban secara lebih bebas dan mendalam
sehingga dapat membina hubungan yang lebih baik antara pendidik dengan
peserta didik.
Wawancara ada dua jenis yaitu wawancara berstruktur dan wawancara
bebas. Dalam wawancara berstruktur kemungkinan jawaban telah disiapkan
sehingga peserta didik tinggal mengkatagorikannya kapada alternatif jawaban
yang telah dibuat. Sedangkan pada wawancara bebas, jawaban tidak perlu
aspek yang harus diperhatikan dalam melaksanakan wawancara yaitu tahap awal
pelaksanaan wawancara, penggunaan pertanyaan dan pencatatan hasil wawancara.
4. Daftar Angket
Dafrtar agket merupakan bentuk tes yang berupa daftar pertanyaan yang
diajukan pada responden, baik berupa keadaan diri, pengalaman, pengetahuan,
sikap dan pendapatnya tentang sesuatu. Jika melakukan interview pembicaraannya
langsung maka angket adalah pertanyaan yang disampaikan secara tertulis. Pada
umumnya daftar angket ini dibagi menjadi dua yaitu angket tertutup dan angket
terbuka. Angket tertutup adalah daftar pertanyaan yang jawabannya telah
dicantumkan sekaligus pada angket itu dinilai hanya mengecek salah satu atau
lebih jawaban yang sesuai menurut pendapatnya. Sedangkan angket terbuka
mengandung pertanyaan-pertanyaan yang memungkinkan orang yang memberi
uraian , katerangan terperinci, jawaban bebas yang berupa memberi pendapat.
Kebaikan angket dari metode lainnya adalah angket tidak banyak memakan waktu
dan biaya serta dapat meneliti sample yang banyak.
5. Pengamatan (observasi)
Pengamatan (observasi ) merupakan teknik evaluasi yang dilakukan
dengan cara meneliti secara cermat dan sistematis. Dengan menggunakan alat
indra dapat dilakukan pengamatan terhadap aspek-aspek tingkah laku peserta
didik dipendidikan. Oleh karena pengamatan ini bersifat langsung mengenai
aspek-aspek pribadi peserta didik, maka pengamatan memiliki sifat kelebihan dari
alat non tes lainnya. Ada tiga jenis observasi yaitu observasi langsung, observasi
dengan alat (tidak langsung) dan observasi partisipasi. Kelemahan yang sering
kurang konsentrasi, lekas bosan sehingga hasil pengamatannya lebih banyak
dipengaruhi pendapatnya, bukan oleh prilaku yang ditunjukkan oleh objak yang
diamatinya. Cara mangatasinya adalah dengan melakukan observasi oleh dua
orang atau lebih secara terpisah terhadap satu individu yang diamati. Hasilnya
dibandingkan dan dicocokkan untuk menentukan hasil akhir pengamatan dari
semua pengamat (Hutagalung 2007)
6. Riwayat Hidup
Riwayat hidup merupakan salah satu tehnik non tes dengan
menggunakan data pribadi seseorang sebagai bahan informasi penelitian. Dengan
mempelajari riwayat hidup maka subjek evaluasi akan dapat menarik suatu
BAB 3
KERANGKA PENELITIAN
3.1 Kerangka Penelitian
Kerangka penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasikan persepsi
mahasiswa tentang instrumen tes hasil belajar mata kuliah program ekstensi pada
tahap pendidikan keperawatan. Persepsi adalah pengalaman tentang objek,
peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan
informasi dan menafsirkan pesan (Rahmat, 2004). Evaluasi merupakan
pengukuran ketercapaian pogram pendidikan, perencanaan suatu program
substansi pendidikan termasuk kurikulum dan pelaksaannya, pengadaan dan
peningkatan kemampuan guru, pengelolaan pendidikan dan reformasi pendidikan
secara keseluruhan, (Majid, 2006). Tes hasil belajar adalah salah satu alat ukur
yang paling banyak digunakan untuk menentukan keberhasilan seseorang dalam
suatu proses belajar mengajar atau untuk menentukan keberhasilan suatu program
Skema 1 : Kerangka Penelitian Persepsi Mahasisawa Tentang Instrumen Tes Hasil Belajar Mata Kuliah Program Ekstensi Pada Tahap Pendidikan Sarjana
Keterangan :
= Variabel yang diteliti
= Variabel yang tidak diteliti
Persepsi 1. Baik
2. Cukup
3. Buruk
Instrumen Non Tes 1. Skala
2. Wawancara 3. Kuisioner 4. Daftar angket 5. Pengamatan
Instrumen Tes 1. Pilihan ganda 2. Subjektif tes
3. Pilihan ganda
dan subjektif tes
4. Pilihan ganda
dan
menjodohkan
5. Pilihan ganda,
subjektif tes dan menjodohkan
6. Pilihan ganda,
3.2 Defenisi Konseptual dan Defenisi Operasional
1. Persepsi Mahasiswa
Defenisi Konseptual
Persepsi adaah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan
yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan
(Rahmat,2004)
Defenisi Operasional
Persepsi adalah pengalaman yang diperoleh mahasiswa pada saat mahasiswa
mengadakan evalusasi terhadap instrumen tes yang digunakan sehingga dapat
menyimpulkan pesan terhadap apa yang mereka dapatkan.
2. Tes Hasil Belajar
Defenisi Konseptual
Tes hasil belajar adalah salah satu alat ukur yang paling banyak digunakan untuk
menentukan keberhasilan seseorang dalam suatu proses belajar mengajar atau
untuk menentukan keberhasilan suatu program pendidikan (Harjanto, 2005)..
Definisi Operasional
Tes hasil belajar adalah alat yang dipakai pada saat melakukan tes terhadap mata
kuliah program ekstensi yang terdiri dari pilihan ganda, menjodohkan, benar salah
dan objektif tes.
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah deskriftif, yaitu untuk
mengidentifikasikan persepsi mahasiswa tentang instrumen tes hasil belajar mata
kuliah program ekstensi pada tahap pendidikan Sarjana Keperawatan di PSIK FK
USU.
4.2 Populasi dan Sampel
4.2.1 Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah semua mahasiswa yang sedang
mengikuti proses belajar pada tahap pendidikan sarjana yang masuk melalui
program ekstensi di PSIK FK USU yaitu sebanyak 125 orang.
4.2.2 Sampel
Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan tehnik Quota
random sampling yaitu menetapkan sejumlah anggota sampel secara quantum
atau jatah. dalam pengambilan sampel secara quantum digunakan metode
observation agrement yakni memilih orang-orang yang memiliki kelebihan
dalam belajar seperti memiliki respon positif dalam belajar dan memiliki IPK
tinggi. Dimana observation agreement dan responden harus sudah melewati mata
kuliah kuisioner yang akan diisinya yakni satu mata kuliah semester I harus diisi
oleh 5 orang yang sudah melewati mata kuliah di semester I program ekstensi,
di semester II program ekstensi demikian juga dengan mata kuliah semester III
harus diisi oleh 5 yang sudah melewati mata kuliah di semester III program
ekstensi.
4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian
4.3.1 Lokasi
Penelitian ini dilakukan di kampus Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Pemilihan lokasi sebagai tempat
penelitian karena tempat penelitian tempat yang mudah terjangkau dan dapat
menghemat biaya penelitian.
4.3.2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilakukan pada bulan Mei sampai Juni 2009.
4.4 Pertimbangan Etik
Dalam penelitian ini, pertimbangan etik penelitian bertujuan untuk
melindungi hak-hak subjektif untuk menjamin kerahasiaan identitas responden
dan kemungkinan terjadinya ancaman terhadap responden. Sebelum pelaksanaan
penelitian, peneliti memperkenalkan diri terlebih dahulu serta menjelaskan
maksud dan tujuan penelitian kepada responden. Responden membaca serta
memahami isi dan surat persetujuan yang telah dibuat oleh peneliti, lalu diminta
untuk menandatangani surat persetujuan (informed consent) sebagai bukti
kesediaan menjadi responden. Responden berhak menolak ataupun mengundurkan
tidak mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data (kuesioner).
Lembar tersebut diberikan kode berupa penomoran (Nursalam, 2003).
4.5Instrumen Penelitian
Jenis instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan wawancara yakni menggunakan kuisioner yang terdiri dari 10
pernyataan dalam setiap bentuk tes hasil belajar dalam setiap mata kuliah.
Dimana kuisioner yang disusun berdasarkan semua mata kuliah yang
diajarkan pada tahap sarjana Program Studi Ilmu Keperawatan program Ekstensi
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yakni mata kuliah semester I,
semester II dan semester III.
4.6Validitas dan Realibilitas Instrumen
Instrumen dibuat sendiri oleh peneliti, untuk instrumen baru perlu
dilakukan uji validitas dan reliabilitas untuk mengetahui seberapa besar derajat
kemampuan alat ukur dalam mengukur secara konsisten sasaran yang akan diukur.
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau
kesahihan sesuatu instrument. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu
mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang
diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh
mana data yang dikumpulkan menyimpang dari gambaran tentang validitas yang
dimaksud. Pada penelitian ini dilakukan uji validitas isi dimana kevalidan
instrumen diuji oleh ahlinya, pada penelitian ini uji validitas instrumen akan
Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera Utara yaitu Rika Endah N, SKp. Hasil uji
validitas terhadap instrumen penelitian ini dinyatakan sudah valid karena
kuesioner tentang instrumen tes hasil belajar pada tahap pendidikan Sarjana
Keperawatan telah relevan dengan isi instrumen penelitian yakni mampu
menggambarkan persepsi mahasiswa terhadap instrumen tes hasil belajar pada
tahap pendidikan Sarjana Keperawatan.
Untuk mengetahui kepercayaan (reliabilitas) instrumen akan dilakukan uji
reliabilitas instrumen sehingga dapat digunakan untuk mengetahui seberapa besar
derajat atau kemampuan alat ukur untuk mengukur secara konsisten sasaran yang
akan diukur. Alat ukur yang baik adalah alat ukur yang memberikan hasil relatif
sama bila digunakan beberapa kali pada kelompok subjek yang sama (Azwar,
2007). Hasil uji reliabilitas untuk persepsi mahasiswa tentang instrument tes hasil
belajar menggunakan formula cronbach alpha menggunakan bantuan program
SPSS. Uji reliabilitas dilakukan terhadap 10 orang responden. Dari hasil
pengolahan data diperoleh nilai alpha untuk kuisioner tes benar salah sebesar
0,740; nilai alpha untuk kuisioner tes menjodohkan sebesar 0,734 ; nilai alpha
untuk kuisioner tes pilihan berganda sebesar 0,754 dan nilai alpha untuk kuisioner
subjektif tes sebesar 0,740.Suatu instrumen dikatakan reliabel jika memiliki nilai
reliabilitas lebih dari 0,70 (Polit & Hunger, 1995) Dengan demikian maka
instrument tentang persepsi mahasiswa terhadap instrumen tes hasil belajar pada
4.7 Pengumpulan Data
Pengumpulan data penelitian tidak dilakukan secara lansung oleh
peneliti tetapi menggunakan orang kedua. Dimana prosedur pengumpulan data
adalah data dikumpulkan dari kampus Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara selama 1 bulan. Prosedur pengumpulan
data dilakukan dengan cara mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian
kepada Institusi Pendidikan Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara, kemudian peneliti menggunakan orang
kedua yang bisa dipercaya untuk menyebarkan kuisioner yang telah disusun.
Kemudian peneliti menjelaskan tentang topik, manfaat penelitian dan tujuan
penelitian kepada orang kedua agar nantinya orang kedua dapat menjelaskan
topik, manfaat penelitian dan tujuan penelitian pada responden. Dengan
menyertakan informed consent setiap peserta berhak untuk ikut/tidak ikut sebagai
responden . Untuk mengetahui siapa yang berhak mengisi kuisioner maka orang
kedua dan peneliti melakukan observation agrement yakni memilih orang-orang
yang memiliki kelebihan dalam belajar seperti memiliki respon positif dalam
belajar dan memiliki IPK tinggi. Dimana observation agreement dan responden
harus sudah melewati mata kuliah kuisioner yang akan diisinya yakni satu mata
kuliah semester I harus diisi oleh 5 orang yang sudah melewati mata kuliah di
semester I program ekstensi, mata kuliah semester II juga harus diisi oleh 5 yang
sudah melewati mata kuliah di semester II program ekstensi demikian juga
dengan mata kuliah semester III harus diisi oleh 5 yang sudah melewati mata
kuliah di semester III program ekstensi. Setelah itu responden dipersilahkan
setiap mata kuliah ada yang memiliki 10 pernyataan, 20 pernyataan dan 30
pernyataan, sesuai dengan tes hasil belajar yang telah diselesaikannya, dimana
masing-masing pernyataan terdidri dari 4 jawaban yaitu : selalu, sering
,kadang-kadang dan tidak pernah, kemudian peneliti mengingatkan responden untuk
menjawab pertanyaan kuesioner sesuai dengan apa yang dirasakan dan dialami
oleh responden ketika melaksanakan tes hasil belajar kemudian kuesioner
dikumpulkan, dan diperiksa kelengkapannya untuk dianalisa.
4.8 Analisa Data
Setelah semua data terkumpul maka peneliti mengadakan analisa data
melalui beberapa tahap, dimulai dengan editing untuk memeriksa kelengkapan
data, kemudian memberikan kode (coding) untuk memudahkan dalam tabulasi,
selanjutnya memasukkan data (entry) ke dalam komputer dan diolah dengan
bantuan program SPSS.
Untuk mengetahui gambaran persepsi mahasiswa tentang instrumen tes
hasil belajar mata kuliah program ekstensi pada tahap pendidikan Sarjana
Keperawatan di PSIK FK USU digunakan metode statistik deskriptif yaitu suatu
prosedur untuk menganalisa data dari satu variabel yang bertujuan untuk
mendeskripsikan suatu hasil penelitian (Polit& Hungler, 2002). Pada penelitian
ini, analisa data dengan metode statistik deskriptif digunakan untuk
menggambarkan persepsi mahasiswa terhadap instrumen tes hasil belajar pada
Untuk mengkategorikan hasil variabel penelitian digunakan Rumus
Sudjana (2002). Pada variabel persepsi nilai tertinggi yang diperoleh adalah 40
dan nilai terendah adalah 10. Berdasarkan rumus statistik menurut Sudjana (2002)
P = Rentang kelas/Banyak kelas
Dimana P merupakan panjang kelas dengan rentang sebesar 30 (selisih
nilai tertinggi dan nilai terendah) dan banyak kelas sebanyak 3 kelas (persepsi
baik, persepsi cukup dan persepsi buruk), maka didapatkan panjang kelas sebesar
10. Dengan menggunakan P = 10 dan 10 sebagai batas interval pertama, maka
persepsi mahasiswa dikategorikan atas interval sebagai berikut :
10 – 19 = persepsi buruk
20 – 29 = persepsi cukup
30 – 40 = persepsi baik
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian dan pembahasan mengenai persepsi
mahasiswa tentang instrument tes hasil belajar mata kuliah program ekstensi pada tahap
pendidikan Sarjana Keperawatan di PSIK FK USU yang dilaksanakan pada Mei sampai
Juni 2009.
5.1 Hasil Penelitian
5.1.1 Instrumen Tes Hasil Belajar Mata Kuliah Program Ekstensi Pada Tahap
Pendidikan Sarjana Keperawatan Di PSIK FK USU
Responden pada penelitian ini adalah setiap orang yang bersedia menjadi
responden dan sedang belajar di Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara Medan dan masuk melalui program ekstensi yaitu berjumlah
5 orang pada setiap mata kuliah di semester I, semester II dan semester III.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan tes hasil belajar mata kuliah
program ekstensi pada tahap pendidikan Sarjana Keperawatan di PSIK FK USU dapat
dipersentasekan yaitu : yang menggunakan tes hasil belajar pilihan ganda sebanyak 15
mata kuliah (40%); subjektif tes sebanyak 3 mata kuliah (8%); pilihan ganda dan
subjektif tes sebanyak 11 mata kuliah (32%); pilihan ganda dan menjodohkan sebanyak 2
mata kuliah (5%); pilihan ganda, subjektif tes dan menjodohkan sebanyak 4 mata kuliah
Berikut tabel persentase penggunaan tes hasil belajar pada tahap sarjana program
Ekstensi Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
[image:48.612.108.504.223.360.2]Utara :
Tabel 5.1 Distribusi Frekwensi dan Persentase Insrumen tes hasil belajar mata kuliah program ekstensi pada tahap pendidikan sarjana di Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara pada tahun ajaran 2007/2008 (n=37)
NO. Tes hasil Belajar Jumlah Persentase
1 Pilihan ganda 15 40%
2 Subjektif tes 3 8%
3 Pilihan ganda dan subjektif tes 11 32%
4 Pilihan ganda dan menjodohkan 2 5%
5 Pilihan ganda, subjektif tes dan menjodohkan 4 10%
6 Pilihan ganda, menjodohkan dan benar salah 2 5%
TOTAL 37 100%
Berikut tabel penggunaan istrumen tes hasil belajar mata kuliah program
ekstensi pada tahap pendidikan sarjana Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas
Tabel 5.2 Instrumen tes hasil belajar mata kuliah program ekstensi pada tahap pendidikan sarjana Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara pada tahun ajaran 2007/2008 pada Mei-Juni 2009
No. Mata Kuliah Tes hasil Belajar
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. Semester I Biologi Fisika Biokimia Farmakologi Biostastistik Ilmu Bedah
Ilmu Penyakit Dalam
Demografi dan Stistik Kesehatan Bahasa Indonesia
Komunikasi Keperawatan Konsep Dasar Keperawatan Keperawatan Medikal Bedah
Pilihan ganda,menjodohkan Pilihan ganda, Sujektif tes,
Pilihan ganda, menjodohkan,benar salah Pilihan ganda, subjektif tes
Pilihan ganda, subjektif tes Pilihan ganda
Pilihan ganda
Pilihan ganda, subjektif tes Subjektif tes
Pilihan ganda, subjektif tes Pilihan ganda, subjektif tes Pilihan ganda 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. Semester II Fisiologi
Ilmu Kesehatan Anak Ilmu Kesehatan Jiwa
Ilmu.Kebidanan dan Kandungan Ilmu Sosial dan Masalah Kesehatan Epidemologi
Menejemen Kesehatan Patologi Anatomi
Pendidikan Dalam Keperawatan Keperawatan Gawat Darurat Keperawatan Maternitas Keperawatan Anak Etika Dan Hukum Penyakit Menular Sexual Psikologi Perkembangan
Etika Dan Hukum Keperawatan
Pilihan ganda
Pilihan ganda, subjektif tes,menjodohkan Pilihan ganda
Subjektif tes
Pilihan ganda, subjektif tes, menjodohkan Pilihan ganda, subjektif tes,menjodohkan Pilihan ganda, menjodohkan
Pilihan ganda
Pilihan ganda, subjektif tes Pilihan ganda
Pilihan ganda Pilihan ganda
Pilihan ganda, subjektif tes Pilihan ganda
Pilihan ganda, benar salah,menjodohkan Pilihan ganda, subjektif tes
29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. Semester III Fisafat Ilmu Politik Keperawatan Jiwa Keperawatan Komunitas Keperawatan Keluarga Keperawatan Gerontik Manajemen Keperawatan Komputer
I.Pendidikan dan Perilaku Kesehatan
Pilihan ganda
Pilihan ganda, subjektif tes Pilihan ganda
Pilihan ganda Subjektif tes Pilihan ganda
Pilihan ganda, subjektif tes, menjodohkan Pilihan ganda
5.1.2 Persepsi Mahasiswa Tentang Instrumen Tes Hasil Belajar Mata Kuliah
Program Ekstensi Pada Tahap Pendidikan Sarjana Keperawatan Di PSIK FK
USU
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada 3 persepsi mahasiswa yang muncul
dalam penyusunan instrumen tes hasil belajar mata kuliah program ekstensi pada tahap
pendidikan sarjana di Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara yaitu persepsi baik, persepsi sedang dan persepsi buruk.
5.1.2.1Instrumen Tes Hasil Belajar yang Menggunakan Pilihan Ganda
Berdasarkan tabel 5.2 ada 15 mata kuliah yang menggunakan tes hasil belajar
pilihan ganda yaitu: Ilmu Bedah, Ilmu Penyakit Dalam, Keperawatan Medikal Bedah,
Fisiologi, Patologi Anatomi, Pendidikan Dalam Keperawatan, Keperawatan Gawat
Darurat, Keperawatan Maternitas, Keperawatan Anak, Penyakit Menular Seksual,
Filsafat, Keperawatan Jiwa, Keperawatan Komunitas, dan Keperawatan Gerontik dan
Tabel 5.3 Tabel Hasil Persepsi Mahasiswa terhadap Insteumen Tes Hasil Belajar yang menggunakan pilihan ganda dalam mata kuliah Program Ekstensi pada tahap pendidikan Sarjana Keperawatan di Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara pada tahun ajaran 2007/2008 pada Mei-Juni 2009
NO. Mata Kuliah Persepsi Mahasiswa
1 Ilmu Bedah Baik
2 Ilmu Penyakit Dalam Baik
3 Keperawatan Medikal Bedah Baik
4 Fisiologi Baik
5 Ilmu Kesehatan Jiwa Baik
6 Patologi Anatomi Baik
7 Keperawatan Gawat Darurat Baik
8 Keperawatan Maternitas Baik
9 Keperawatan Anak Baik
10 Penyakit Menular Sexual Baik
11 Fisafat Baik
12 Keperawatan Jiwa Cukup
13 Keperawatan Komunitas Baik
14 Keperawatan Gerontik Baik
15 Komputer Cukup
Berdasarkan tabel 5.3 tentang persepsi mahasiswa terhadap instrumen tes hasil
belajar yang menggunakan pilihan ganda dalam mata kuliah program Ekstensi pada tahap
pendidikan sarjana di Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara diperoleh persepsi baik sebanyak 13 mata kuliah dan persepsi cukup 2
[image:51.612.136.476.150.498.2]