• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Karakteristik Keluarga, Gender dan Peer-Group dengan Kecerdasan Musikal dan Prestasi Akademik Siswa SMA di Kota Bogor.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Karakteristik Keluarga, Gender dan Peer-Group dengan Kecerdasan Musikal dan Prestasi Akademik Siswa SMA di Kota Bogor."

Copied!
207
0
0

Teks penuh

(1)

School Students in Bogor. Supervised by DWI HASTUTI

The purpose of this study was to examine the influence of family, gender, and peer-group with musical intelligence and academic achievement among high school students in Bogor.There had been selected 100 samples by proportional random sampling method. Adolescents based on gender, origin of high school, and classes had been taken purposively. The data collection included characterstic of family, characteristic of adolescents, characteristic of peer-group, time management, musical intelligence stimulation in family, extracurricular activities and academic achievement. Musical intelligence measured by filled-out a questionnaire consisted of musical arts knowledge and mastery of musical intstrument, while academic achievement measured by current academic score. Significant and positive correlation found between musical intelligence and self stimulation, musical time allocation, starting time for musical courses, number of instrument had learned, and musical stimulation in extracurricular activity. There was no relation between musical intelligence and academic achievement.

Key words: Academic Achievement, Musical Intelligence, Gender, Peer-Group ABSTRAK

IMAM BOCHARI. Hubungan Karakteristik Keluarga, Gender, dan Peer-Group dengan Kecerdasan Musikal dan Prestasi Akademik Siswa SMA di Kota Bogor. Di bawah bimbingan DWI HASTUTI

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji pengaruh keluarga, gender dan peer-group pada pembentukan kecerdasan musikal dan prestasi akademik siswa SMA di Kota Bogor. Contoh penelitian ini berjumlah 100 orang yang dipilih berdasarkan metode proportional random sampling. Data yang dikumpulkan adalah karakteristik keluarga, karakteristik remaja, karakteristik peer-group, pengorganisasian waktu, stimuli kecerdasan musikal dalam keluarga, dan aktivitas ekstrakurikuler serta prestasi akademik. Kecerdasan musikal diukur dengan mengisi daftar pertanyaan dalam kuesioner yang terdiri dari pengetahuan seni musik dan penguasaan instrumen, sedangkan prestasi akademik diukur dengan nilai rapor terakhir. Data dianalisis menggunakan uji realibilitas, uji korelasi bivariat, dan uji independent sample t-test. Kecerdasa musikal tidak berbeda menurut gender dan asal sekolah. Kecerdasan musikal berhubungan signifikan dan positif dengan cara diri dalam memperoleh stimuli, alokasi waktu, waktu mulai les, banyaknya instrumen yang dipelajari, dan stimulasi musikal dalam kegiatan ekstrakurikuler. Kecerdasan musikal tidak berhubungan secara signifikan dengan prestasi akademik.

(2)

dengan Kecerdasan Musikal dan Prestasi Akedemik Siswa SMA di Kota Bogor. Dibawah bimbingan DWI HASTUTI.

Masih Banyak sekolah yang menerapkan betapa pentingnya kecerdasan IQ (Intelligence Question) sebagai standar dalam kegiatan belajar mengajar. Gardner menyatakan bahwa kecerdasan seorang anak tidak hanya dinilai melalui kepandaian mereka dalam hal bahasa dan matematika. Gardner melakukan pendekatan kecerdasan majemuk (multiple intelligences) kepada anak dalam masa pembelajaran dan membagi kecerdasan tersebut menjadi 9 bagian dan salah satunya adalah kecerdasan musikal. Musik dapat menjadi efektif di bidang akademis dengan membantu pembentukan pola belajar, mengatasi kebosanan dan menangkal kebisingan eksternal yang mengganggu dan musik yang dikembangkan pada masa anak-anak dapat mencurahkan pikiran, rasa dan karsa di dalam setiap aktivitas yang menyebabkan tingkat kecerdasan anak meningkat dan hal ini berkaitan erat dengan kecerdasan yang lain sehingga prestasi akademik anak pun dapat meningkat.

Penelitian ini bertujuan untuk; 1) Menganalisis karakteristik siswa SMA dan keluarga (umur, jenis kelamin, asal SMA, tunjangan orang tua, pendidikan orang tua, penghasilan orang tua, besar keluarga, dan hobi seni orang tua). 2) Mengetahui pengorganisasian waktu siswa SMA, dan stimuli kecerdasan musikal di dalam keluarga. 3) Mengidentifikasi karakteristik aktivitas ekstrakurikuler (alokasi waktu, waktu mulai les, banyaknya instrumen yang dipelajari, jenis musik yang dipelajari, stmuli kecerdasan musikal dalam ekstrakurikuler), dan karakteristik peer-group (frekuensi, loyalitas, jenis aktivitas). 4) Mengidentifikasi kecerdasan musikal siswa SMA negeri dan SMA swasta. 5) Menganalisis hubungan karakteristik keluarga, karakteristik siswa , karakteristik peer-group, aktivitas ekstrakurikuler, pengorganisasian waktu dengan kecerdasan musikal. 6) Menganalisis hubungan kecerdasan musikal dengan prestasi akademik.

(3)

aktivitas ekstrakurikuler, kecerdasan musikal dan prestasi akademik. Sementara data sekunder diperoleh dari sekolah tempat penelitian yang meliputi jumlah siswa dan profil sekolah, serta literatur dan internet.

Hasil Penelitian menunjukan bahwa tingkat kecerdasan musikal anak laki-laki berkategori sedang (52%) dan lebih besar sedikit dari anak perempuan. Begitu pula pada anak SMA swasta yang memiliki kecerdasan musikal yang lebih baik dibandingkan SMA negeri sebesar (40%) berada pada kategori baik. Berdasarkan hasil uji beda tidak ditemukan adanya perbedaan yang signifikan antara kecerdasan musikal anak laki-laki dengan anak perempuan (P>0,1), dan pada anak SMA negeri dengan SMA swasta (P>0,1).

Kecerdasan musikal berhubungan secara signifikan dan positif dengan cara diri dalam memperoleh stimuli (P<0,01), alokasi waktu (P<0,01), waktu mulai les (P<0,01), banyaknya instrumen yang dipelajari (P<0,01), jenis musik yang dipelajari (P<0,01), dan stimulasi musikal dalam kegiatan ekstrakurikuler (P<0,01). Selanjutnya, tidak terdapat hubungan yang signifikan antara nilai rata-rata rapor siswa SMA di Kota Bogor dengan kecerdasan musikal meskipun masih bernilai positif (P>0,1). Dalam penelitian juga telah menunjukan bahwa rata-rata sebaran dari nilai rata-rata rapor anak remaja terbanyak adalah pada kategori baik yang berkisar antara 76 hingga 85, baik berdasarkan asal SMA (48%) maupun jenis kelamin anak (47%).

(4)

Masih banyak sekolah yang menerapkan betapa pentingnya kecerdasan IQ (Intelligence Question) sebagai standar dalam kegiatan belajar mengajar. Biasanya, kegiatan belajar mengajar tersebut masih bersifat tradisional dan banyak sekali yang beranggapan bahwa kepandaian di bidang bahasa dan matematika merupakan hal terpenting bagi anak (Gardner 1993). Akan tetapi, Gardner menyatakan bahwa kecerdasan seorang anak tidak hanya dinilai melalui kepandaian anak dalam hal bahasa dan matematika. Gardner melakukan pendekatan kecerdasan majemuk (multiple intelligences) kepada anak dalam masa pembelajaran dan membagi kecerdasan tersebut menjadi 9 bagian. Kesembilan kecerdasan tersebut yaitu kecerdasan bahasa (verbal), kecerdasan spasial (visual), kecerdasan matematika (logic), kecerdasan musikal (rythmic), kecerdasan kinestetik (bodily), kecerdasan naturalist, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, dan kecerdasan existensial.

Masing-masing kecerdasan memiliki karakteristik yang berbeda-beda dan setiap kecerdasan tersebut dapat dikuasai dengan kemampuan yang berbeda pada masing-masing individu. Kecerdasan yang dimiliki oleh anak perlu dikembangkan sejak dini agar dapat mencapai hasil optimal di masa perkembangan berikutnya. Tentunya, kegiatan ini akan berhasil dilakukan apabila ada peran aktif dari orang tua terhadap perkembangan kecerdasan anak tersebut (Gardner 1993).

(5)

percaya diri semakin tinggi. Selain itu, musik juga dapat membantu mengurangi rasa sedih, amarah, takut dan mengurangi tingkat stress pada diri seseorang (Satrianingsih 2006).

Musik harus diperkenalkan sedini mungkin pada anak bahkan sejak dalam kandungan. Memperdengarkan musik atau suara lain yang menyenangkan bagi janin yang masih berada di dalam kandungan ternyata dapat menstimulasi sistem pendengarannya dan berpengaruh positif terhadap respon anak terhadap musik dan suara-suara lain setelah mereka lahir. Janin ketika berada di dalam rahim ibu mendengarkan musik yang rileks dan menenangkan ternyata badannya tumbuh baik serta lebih merasa aman bagi dirinya dan terhadap lingkungan sekitar ketika mereka lahir ( Ortiz 2002 ).

Seorang anak yang sejak kecil terbiasa mendengarkan musik akan lebih berkembang kecerdasan emosionalnya dibandingkan dengan anak yang jarang mendengarkan musik. Menurut Suprapti (2006) sebagai orang tua harus memberikan kebebasan kapada anak untuk memilih sendiri musik yang ingin dia dengarkan di waktu luang dan mengizinkan anak untuk melakukan kebebasan dalam berekspresi dengan batas-batas yang telah ditentukan. Hal ini akan memberi pelajaran kepada anak mengenai rasa tanggung jawab serta menumbuhkan kemampuan untuk mengendalikan diri. Disamping itu, orang tua harus mengawasi jenis musik pilihan anak untuk memastikan agar pilihan musik tersebut dapat diterima oleh sistem kepercayaan dan standar keluarga.

Selanjutnya, bidang musik juga dapat berpengaruh positif terhadap perkembangan emosi anak (Satrianingsih 2006). Permasalahan yang biasa terjadi dalam pembentukan emosi anak tersebut adalah pemikiran yang dilakukan remaja masih kurang dewasa sehingga timbul reaksi untuk melawan tindakan yang diajarkan oleh orang tua kepada remaja tersebut. Oleh karena itu, peran musik bagi perkembangan remaja yang berhubungan dengan peran orang tua adalah untuk mengekspresikan kebebasan anak, tanggung jawab, dan berbagai hal yang masih dapat dikembangkan oleh anak remaja (Gunarsa et.al. 1989).

(6)

hal ini dikarenakan perempuan cenderung lebih ditempatkan pada bagian subordinasi atau domestik. Dalam berkegiatan dapat disimpulkan bahwa sudah saatnya terjadi kesetaraan gender atau peran dalam beraktivitas baik bagi laki-laki maupun perempuan. Aktivitas tersebut juga termasuk dalam kegiatan seni termasuk seni musik di mana sudah sepantasnya baik laki-laki maupun perempuan dapat berpartisipasi dalam kegiatan tersebut selama menghasilkan sesuatu yang positif seperti prestasi dengan menghapuskan tradisi lama mengenai gender yang masih dikaitkan dengan jenis kelamin saja (Lewis 1968). Hal tersebut juga telah dibuktikan oleh Göğebakan (2003) bahwa pada tingkat satu, tiga ,lima, dan 8 tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara anak laki-laki maupun anak perempuan dalam beraktivitas di bidang seni musik.

Di sisi lain, orang tua seringkali beranggapan bidang musik termasuk salah satu bidang yang apabila ditekuni tidak akan dapat menjamin masa depan karena dapat menurunkan prestasi akademik anak. Oleh karena itu, kecerdasan kognitif seorang anak lebih dianggap penting oleh orang tua daripada kecerdasan majemuk lainnya seperti kecerdasan musikal karena di mata masyarakat masa lalu hal ini sangat penting untuk menjadikan seseorang terutama generasi muda sebagai manusia yang terpandang. Padahal, pada kenyataanya musik yang dikembangkan pada masa anak-anak dapat mencurahkan pikiran, rasa dan karsa di dalam setiap aktivitas, di mana tingkat kecerdasan anak meningkat dan hal ini berkaitan erat dengan kecerdasan yang lain sehingga prestasi akademik anak pun dapat meningkat (Suprapti 2006).

Perumusan Masalah

(7)

proses pembentukan diri dari segi minat dan bakat yang dimiliki. Dengan kata lain, pada tahapan ini seseorang mulai dapat memilih minatnya terhadap sesuatu yang lebih terpusat atau mengembangkan minat yang sudah ada sebelum berada pada tahapan usia remaja akhir dengan lebih baik. Kemampuan berpikir anak remaja akhir sudah lebih baik dibandingkan tahapan usia sebelumnya.

Menurut Al-Istanbuli & Mahdi (2002) kecemasan orang tua disebabkan oleh perbuatan negatif anak yang dapat merugikan masa depannya. Dari pernyataan tersebut dapat diambil suatu kesimpulan bahwa anak yang memiliki minat yang tinggi terhadap seni musik justru akan merugikan bagi diri anak tersebut. Apalagi masa remaja adalah masa perkembangan cara berpikir anak untuk menjadi lebih dewasa. Dengan hobi di bidang musik tersebut orang tua menjadi khawatir karena anak akan berteman dengan peer-group yang tidak baik, misalnya anak bergabung dalam band musik tertentu justru akan berdampak negatif pada anak remaja tersebut. Biasanya musik band dianggap oleh orang tua dapat menimbulkan pergaulan yang tidak baik seperti narkoba, seks bebas, perkelahian antar remaja, minuman keras, penurunan prestasi akademik, dan kerugian-kerugian lainnya. Kemudian, kegiatan aktivitas di luar kegiatan belajar dan mengajar di sekolah seperti les musik membutuhkan biaya yang tinggi, padahal kebutuhan orang tua untuk rumah tangga dan anggota keluarga yang lain juga banyak.

Pada kenyataanya menurut Aldalalah (2010) dengan tingkat kecerdasan musikal yang tinggi justru akan mengembangkan tingkat berpikir anak, karena dengan skor pengetahuan musik yang tinggi pada anak justru akan mengembangkan memori berpikir anak dalam meningkatkan kemampuan kognitif anak. Musik yang diberikan kepada anak dapat menurunkan tingkat stres dan menghindari hal-hal negatif yang selama ini menjadi alasan utama orang tua agar anak tidak terlalu menjadikan musik sebagai hobi utama yang dimiliki oleh anak remaja tersebut.

(8)

berdampak pada proses pengasuhan yang kurang memadai pada anak (Busthomi 2007). Dengan demikian, tindakan negatif serta penurunan prestasi belajar anak remaja tidak hanya disebabkan oleh pola pergaulan anak, tetapi juga perlu dilihat berdasarkan kepedulian orang tua terhadap segala sesuatu yang dilakukan oleh anak di luar lingkungan keluarga.

Dari beberapa permasalahan tersebut dapat dirumuskan menjadi beberapa pertanyaan yaitu :

1. Apakah peran keluarga membantu meningkatkan kecerdasan musikal yang dimiliki oleh seseorang ?

2. Apakah lingkungan sosial yang berada di sekitar kita selain keluarga dapat memberikan dukungan dalam membentuk kecerdasan musikal tersebut ?

3. Apakah proses penyerapan kecerdasan musikal dan prestasi akademik pada remaja laki-laki jauh lebih baik dibandingkan kecerdasan musikal pada remaja perempuan ?

4. Apakah seseorang dengan kecerdasan musikal yang baik juga memiliki prestasi belajar yang baik?

Tujuan Penelitian

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengkaji hubungan keluarga, gender dan peer-group pada pembentukan kecerdasan musikal dan prestasi akademik siswa SMA di Kota Bogor. Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk:

1. Menganalisis karakteristik siswa SMA dan keluarga (umur, jenis kelamin, asal SMA, pengorganisasian waktu, tunjangan orang tua, pendidikan orang tua, penghasilan orang tua, besar keluarga, dan hobi seni orang tua)

(9)

4. Menganalisis hubungan karakteristik keluarga, karakteristik siswa , karakteristik peer-group, aktivitas ekstrakurikuler, pengorganisasian waktu dengan kecerdasan musikal serta menganalisis hubungan kecerdasan musikal dengan prestasi akademik.

Kegunaan Penelitian

Penelitian ini dilakukan agar dapat berguna bagi berbagai pihak di mana kecerdasan musikal sangat berguna untuk menciptakan manusia-manusia yang berpotensi bagi kemajuan bangsa dan negara. Bagi anak remaja kecerdasan musikal berguna untuk menurunkan tingkat stres pada anak sehingga dapat berpikir secara positif dan logis dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang dihadapi seperti permasalahan dalam hubungan anak terhadap keluarga, di sekolah seperti dalam pergaulan dengan peer-group, yaitu kelompok teman yang memiliki hobi yang sama dengan anak tersebut.

Bagi orang tua dengan tingkat kecerdasan musikal yang baik dari anak diharapkan dapat terhindar dari pergaulan yang negatif serta kenakalan remaja yang sedang marak saat ini. Dengan kecerdasan musikal tersebut prestasi anak tidak hanya dilihat dari prestasi akademik saja tetapi juga prestasi lain yang diraih oleh anak seperti prestasi musik sehingga anak semakin sayang dan percaya kepada orang tua karena merasa dihargai oleh orang tua atas prestasi dan bakat musik yang dimiliki oleh anak.

(10)
(11)

Menurut Sadli (1986) tingkah laku inteligentif adalah suatu tindakan untuk mengolah dan menguasai lingkungan secara efektif. Semakin tinggi tingkat kecerdasan makhluk hidup, semakin kuat makhluk tersebut untuk menyesuaikan diri terhadap berbagai kondisi dalam lingkungan alam. Menurut Sarwono (1975) dalam Sadli (1986) inteligensi atau kecerdasan memilikki banyak faktor bebas, tetapi berfungsi pada suatu saat tertentu dan hanya sebagian kecil dari keseluruhan faktor yang ada.Perlu diketahui juga, selain intelegensi ada tingkah laku lain yang mirip dengan tingkah laku inteligentif, yaitu tingkah laku yang didasari oleh instink dan bakat.

Instink adalah suatu perilaku yang rumit, yang membutuhkan keterampilan yang tinggi untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan yang sulit. Akan tetapi, perilaku instinktif memilikki sifat yang sangat kaku dan tidak bervariasi sebab instink merupakan faktor bawaan sejak lahir. Karena tidak dipelajari oleh makhluk yang bersangkutan, perilaku instinktif tidak akan berkembang dan hanya akan menjadi sesuatu yang tetap hingga beberapa tahun mendatang (Sadli 1986).

Bakat adalah kondisi di dalam diri seseorang yang memungkinkannya dengan suatu latihan khusus untuk mencapai kecakapan, pengetahuan, dan ketrampilan khusus (Sadli 1986). Bakat yang tidak disertai dengan rangsangan pendidikan, pengalaman, dan latihan yang tepat serta memadai tidak akan berkembang optimal, sehingga prestasi-prestasi yang dapat dicapai oleh anak juga tidak akan optimal. Dengan demikian, bakat itu sendiri dipisahkan dari inteligensi karena berpengaruh besar terhadap inteligensi atau kecerdasan.

Menurut Gardner (1993) ada beberapa pendapat dari beberapa pakar pendidikan yang masih berpikir secara sempit mengenai kecerdasan. Definisi dari kecerdasan itu antara lain :

(12)

2. Pada awalnya dipercaya bahwa setiap orang dilahirkan dengan tingkat inteligensi tertentu. Hal ini terkait dengan teori dari Jean-Jacque Rousseau seorang ilmuwan sosial dari Swiss di mana dia menyatakan suatu konsep naturalisme di mana anak sudah memilikki bakat maupun kecerdasan tertentu sejak kecil sehingga orang tua maupun pengajar hanya cukup mengarahkan anak sesuai dengan bakat alaminya. Akan tetapi, ternyata setiap orang mempunyai berbagai tingkatan inteligensi yang berbeda untuk setiap bentuk inteligensi. Seperti yang diungkapkan oleh B.F. Skinner seorang filosof, dan ilmuwan sosial dari Amerika yang menyatakan teori behaviorisme. Teori ini menjelaskan mengenai peningkatan perkembangan anak terhadap suatu hal yang terjadi akibat adanya aktivitas-aktivitas yang dirangsang kepada anak secara teratur dari suatu kondisi lingkungan tertentu.

3. Pada awalnya diperkirakan sulit untuk merubah inteligensi kita, karena terdapat dalam DNA kita, tetapi pada akhirnya inteligensi tidak hanya terikat pada DNA, tetapi dia juga terikat pada tingkah laku dan kebudayaan.

4. Pada awalnya diperkirakan psikolog dapat menunjukkan kecerdasan hanya dengan menggunakan tes IQ. Saat ini, ternyata tes ini hanya mengukur sebagian inteligensi saja, khususnya untuk tujuan pemisahan anak pintar atau anak yang memilikki kelebihan dibandingkan dengan anak yang lain dari jumlah populasi yang banyak terhadap anak yang perlu dipilih.

Inteligensi atau kecerdasan adalah sebuah sistem biofisikal yang potensial untuk proses yang lebih spesifik terhadap suatu informasi yang tentunya diperoleh dari beragam cara. Pengukuran inteligensi ini perlu dilakukan untuk suatu budaya atau komunitas tertentu (Gardner 1993).

(13)

kemampuan berpikir logis, analisis, dasar fakta, dan kuantitatif berada. Pada kuadran II menunjukan kemampuan seseorang dalam hal pengorganisasian, perencanaan, dan detail. Sedangkan pada bagian III menunjukkan kemampuan interpersonal, merasakan sesuatu, kinestetik dan emosi dalam diri seseorang. Bagian terakhir yaitu kuadran IV menunjukkan kemampuan berpikir holistik, intuisi, integrasi dan memaknai sesuatu.

Menurut Restak (2001) pada teori sebelumnya masih banyak orang yang beranggapan bahwa otak hanya terbagi menjadi dua bagian saja yaitu bagian kanan dan bagian kiri. Pendapat ini didasarkan pada model pemrosesan informasi verbal, analitik, sekuensial, silogestik yang telah diasosiasikan dengan kegiatan belahan otak sebelah kiri untuk orang yang tidak kidal dan normal. Sedangkan model pemrosesan informasi ruang, sintetik, simultan intuisi diasosiasikan dengan kegiatan otak sebelah kanan untuk orang normal.

Menurut Susanto (2005) dalam (http://www.google.co.id/url?sa=t&) bahwa kemampuan yang dimiliki oleh seseorang lalu menyelesaikannya atau membuat suatu yang dapat berguna bagi orang lain. Hal ini juga diperkuat oleh pendapat Gardner bahwa kecerdasan adalah kemampuan untuk memecahkan persoalan dan menghasilkan sesuatu berupa hasil yang bermacam-macam dalam situasi yang nyata. Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa kecerdasan adalah kemampuan untuk memproses suatu sumber masalah dengan solusi-solusi yang tepat sehingga dapat menciptakan penyelesaian masalah yang baik.

Konsep Kecerdasan Musikal

(14)

Menurut Gardner dalam Sephard (2007) membuat musik dapat membantu perkembangan inteligensi-inteligensi seperti hubungan dan struktur otak, kemampuan koordinasi umum, koordinasi mental dan fisik, kemampuan pemahaman ruang, fungsi daya ingat, keterampilan bahasa, pemahaman matematika, kreativitas personal, keterampilan sosial serta kesehatan mental dan fisik.

Kecerdasan musikal merupakan bagian dari kecerdaan jamak yang berkaitan dengan kepekaan mendengarkan suara musik dan suara lainnya. Kemunculan kecerdasan ini dapat dilihat melalui kemampuan seseorang untuk menghasilkan dan mengapresiasi ritme dan irama musik yang dapat diwujudkan melalui kemampuan mempersepsikan. Kecerdasan ini melibatkan kepekaan diri terhadap ritme, melodi dan bunyi musik lainnya dari suatu karya musik Sephard (2007).

Ciri-ciri Kecerdasan musikal :

a. Senang memainkan alat musik

b. Dapat mengingat irama suatu melodi (hearing) c. Memilikki prestasi yang baik di bidang seni musik d. Senang belajar mengenai seni musik

e. Mengoleksi lagu-lagu dari berbagai media (CD, DVD, situs internet, buku)

f. Menyanyi untuk diri sendiri maupun orang lain

g. Dapat mengikuti irama sebuah lagu yang sedang dimainkan. h. Memiliki suara yang baik untuk menyanyikan lagu

i. Peka terhadap berbagai macam suara pada lingkungan sekitar Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pendidikan musik sangat berharga untuk mempersiapkan seseorang menjadi generasi yang positif, kreatif, dan memiliki keseimbangan antara kecerdasan intelektual, emosional, dan bahkan spiritual.

Konsep Seni Musik Pengertian Musik

(15)

Pengertian musik bermacam-macam. Dapat dikatakan demikian karena musik adalah bunyi yang dianggap enak oleh pendengarnya sedangkan penegrtian yang lain adalah musik merupakan berbagai bunyi yang dihasilkan dan diciptakan dengan sengajaoleh seseorang atau kelompok.

Musik menurut Aristoteles adalah suatu hal yang memiliki kemampuan untuk menentramkan jiwa, menenangkan hati, dan sebagai alat terapi yang menghibur serta meningkatkan semangat kerja.

Jenis-Jenis Musik

Musik Klasik adalah musik yang berasal dan berkembang di negara-negara eropa pada abad pertengahan setelah masehi. Istilah klasik yang berarti serius merupakan gaya musik yang berlawanan dengan musik populer (Safrina 2002). Musik klasik juga biasa disebut sebagai musik sastra karena biasanya lirik maupun suara instrumen yang dihasilkan bersifat megah dan memiliki arti moral kehidupan yang tinggi.

Musik Populer dikenal juga sebagi musik pop. Jenis musik ini berkembang di Eropa dan Amerika pada awal tahun 1900 karena jenis musik ini muncul pada abad 20. Dengan demikian, banyak orang yang memberikan pengertian lain pada musik pop sebagai musik modern dan mengikuti perkembangan zaman anak muda saat ini.

(16)

Unsur-Unsur Musik

Menurut Suprapti (2006) hal-hal yang mencakup di dalam unsur-unsur musik tersebut antara lain suara, nada, harmoni, ritme, melodi dan notasi.

Suara dinotasikan dalam suatu bentuk, kemudian ditangkap frekuensinya ke dalam alat pendengaran kita. Aspek dasar suara di bidang seni musik biasanya dapat dijelaskan melalui suatu alat penghasil suara. Alat yang digunakan tersebut adalah garpu tala.

Nada.Suara dapat dibagi menjadi nada dengan kualitas tinggi nada yang berbeda-beda menurut frekuensinya. Nada dapat dirangakai sedemikian rupa di dalam tangga nada yang berbeda-beda. Tangga nada yang sering digunakan oleh orang-orang yang beraktivitas di bidang seni musik adalah tangga nada mayor, tangga nada minor dan tangga nada pentatonik. Nada dasar suatu akan menentukan ukuran frekuensi dari masing-masing nada dalam suatu karya musik tertentu.

Harmoni adalah suatu peristiwa di mana dua atau lebih nada dengan kapasitas tinggi frekuensi yang berbeda yang kemudian dibunyikan secara bersamaan. Apabila terdapat tiga atau lebih nada yang dibunyikan secara bersamaan, maka hal tersebut dinamakan akord.

Ritme merupakan pengaturan bunyi dalam waktu tertentu, sedangkan birama merupakan pembagian kelompok ketukan dalam waktu tertentu. Tanda birama menjelaskan jumlah ketukan yang terdiri dari rangkaian birama dan not yang dihitung menjadi satu ketukan.

Melodi adalah rangkaian nada pada waktu tertentu. Melodi dapat dibentuk tanpa iringan alat musik (a capella) atau dikombinasikan dengan instrumen tertentu.

Notasi merupakan penggambaran ekspresi musik secara tertulis. Pada notasi balok, tinggi nada digambarkan secara vertikal sedangkan ritme digambarkan secara horizontal. Selain itu, terdapat pula petunjuk-petunjuk di dalam notasi tersebut seperti nada dasar, dinamika, tempo, ekspresi dan lain sebagainya.

Ekstrakurikuler Musik

(17)

antara pengajar dengan murid di luar waktu sekolah. Kegiatan ini dapat dilakukan baik melalui les privat, kursus atau melalui sekolah musik yang lembaganya sudah diakui pemerintah. Kegiatan ekstrakurikuler ini antara lain piano, keyboard, electone, gitar akustik, biola, perkusi atau drum serta olah vokal.

Usia yang tepat untuk mengajarkan anak seni musik tidak harus dilakukan sejak dini. Apabila ada anak berusia remaja ke atas yang baru mulai mempelajari bidang ini, sebaiknya dapat memberikan kesempatan pada mereka untuk belajar karena dengan adanya minat dan kemauan yang keras setiap orang dapat berprestasi di bidang seni musik. Usia anak di bawah lima tahun yang mempelajari musik belum tentu lebih baik dibandingkan anak dengan usia delapan tahun. Dapat dikatakan demikian karena (Bernhard 2007) :

 Kemampuan otot dan koordinasi anak yang berusia di bawah lima tahun masih rendah apabila dibandingkan dengan anak yang lebih tua.

 Anak yang memiliki usia lebih tua biasanya mengerti tentang tanggung jawab untuk belajar dan berlatih.

 Anak yang lebih tua memilikki daya tangkap atau berpikir abstrak yang lebih baik, sehingga lebih mudah menyerap materi pelajaran.

Kaitan Musik dan Prestasi Akademik

Menurut Merrit dalam Bernhard (2007) ketergantungan seseorang sejak usia dini terhadap dunia fisik membuat mereka tidak dapat lagi berimajinasi atau mengasah kemampuan intuisi mereka. Sistem pendidikan yang kaku membuat seseorang pada saat usia dini hanya berfokus pada sesuatu yang dianggap benar. Lebih dari 90% pembelajaran terjadi pada berbagai tingkatan di luar wilayah sadar manusia. Pengabaian wilayah berisi gambaran mental yang sangat kaya dan ingatan terpendam berarti menyia-nyiakan konsep dari gagasan-gagasan asli dan kreatif sebagai sumber daya tiap individu yang unik.

(18)

memeperoleh nilai lebih tinggi dalam ujian masuk perguruan tinggi tersebut dibandingkan dengan yang tidak pernah belajar musik.

Menurut Ireland (2006) terdapat beberapa manfaat positif bagi anak yang memiliki kecerdasan musikal yang baik antara lain :

1. Kemampuan menghafal kata dan kalimat anak-anak balita meningkat pesat melalui aktivitas menyanyi.

2. Pendidikan di bidang musik juga terbukti meningkatkan kemampuan anak-anak usia prasekolah dalam mempelajari bahasa dan matematika, sehingga memberikan bekal yang baik bagi mereka saat memasuki sekolah dasar.

3. Anak-anak yang mendapat pendidikan musik juga terlihat memiliki perkembangan fisik, keterampialn sosial, maupun emosi yang lebih baik.

4. Pendidikan musik juga meningkatkan kemampuan anak dalam mendengarkan dan memahami instruksi, bercerita dengan kreatif, berhitung matematis, percakapan dan menyusun kalimat, memahami dan membuat alur, sekuens, pola, dan berkonsentrasi. Semua hal tersebut sebagi bekal untuk membantu meningkatkan kualitas hidup seseorang di usia selanjutnya.

Tahap Usia Remaja

Menurut Papalia & Sally (1986) remaja adalah masa pertumbuhan dan perkembangan seseorang dari tahapan usia anak-anak yang telah melewati masa puber, dan beberapa diantaranya sudah memiliki tanggung jawab untuk bekerja di dunia orang dewasa. Interval usia remaja diawali pada usia 13 tahun dan diakhiri pada usia 18 tahun. Usia remaja merupakan tahapan usia yang baik untuk membentuk karakter seseorang agar berguna saat menempuh tahapan usia selanjutnya. Dapat dikatakan demikian karena pada tahapan usia ini membutuhkan waktu yang lama untuk menuju tahapan usia dewasa. Proses pendewasaan seseorang saat ini lebih cepat perkembangannya apabila dibandingkan dengan periode waktu yang lalu.

(19)

puber anak perempuan lebih cepat dibandingkan dengan anak laki-laki, di mana rata-rata usia normal anak perempuan mengalami masa puber bekisar pada usia tujuh tahun untuk masa puber yang paling cepat hingga usia 14 tahun untuk masa puber yang paling lambat. Pada anak laki-laki mengalami masa puber pada usia sembilan tahun untuk masa puber yang paling cepat hingga usia 19 tahun untuk masa puber yang paling lama. Proses pendewasaan yang cepan maupun lambat tersebut dipengaruhi oleh lingkungan dan kondisi psikis seseorang (Papalia, Sally 1986).

Menurut Drum & Jackson dalam Cobb (2001), pada tahapan usia remaja seseorang sudah dapat berpikir secara abstrak yaitu dapat membedakan dan mengklasifikasikan sesuatu. Selain itu, seseorang pada tahapan usia remaja juga dapat melakukan hipotesis dalam berpikir, di mana seseorang dapat berpikir secara fokus terhadap sesuatu yang nyata dan mempersepsikan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi pada suatu hal yang belum diketahui kebenarannya. Dalam kemampuan berpikir logis, seseorang pada tahapan usia remaja sudah dapat melakukan hal tersebut dengan lebih baik apabila dibandingkan dengn tahapan usia sebelumnya karena pada tahapan ini selain berpikir dengan menggunakan logika juga dapat memecahkan masalah secara wajar sesuai dengan kenyataan. Kemampuan ini berkembang hingga batas akhir tahapan usia remaja.

Peran Keluarga Teori Behaviorisme

Teori behaviorisme adalah teori yang memfokuskan pada konsep perilaku terulang yang dilakukan seseorang jika diberi reward dan tidak dilakukan/ hilang (extinction) jika diberikan punishment atau sanksi (Tennant 2006).

Menurut B.F. Skiner dalam Tennant (2006) Opperant Conditioning adalah dorongan, penguatan yang disebut positive reinforcement yaitu suatu respon yang diikuti oleh pujian, hadiah (reward) yang akan diulangi kembali oleh individu dalam situasi dan kondisi yang serupa dengan respon pertama.

(20)

non-verbal. Sebaliknya, perbuatan atau perilaku negatif diberi hambatan untuk tidak diulangi dengan pemberian hukuman atau sanksi.setiap stimulus yang sama akan menghasilkan respon yang berulang.

Besar Keluarga

Keluarga besar adalah sekelompok orang yang memiliki motif hubungan yang majemuk dan diperkirakan dapat terjadi ketergantungan pada hubungan anggota keluarga yang lebih luas (Gunarja, Hartoyo, Puspitawati, Hastuti 1992). Dengan adanya ketergantungan tersebut akan menimbulkan perbedaan pada masing-masing orang di dalam keluarga besar tersebut. Aspek-aspek yang dapat terpengaruh tersebut antara lain pendidikan, umur, tugas, tanggung jawab dan lain sebagainya. Hal ini juga dapat menyebabkan hubungan komunikasi yang tidak baik dari masing-masing anggota keluarga. Semakin banyak jumlah anggota keluarga yang ada maka dapat disimpulkan bahwa semakin banyak dan komplek pula interaksi interpersonal yang terjadi.

Menurut Gunarsa & Gunarsa (1991) untuk memperluas motif hubungan antar anggota keluarga perlu adanya rasa tanggung jawab baik dari masing-masing perorangan dalam anggota keluarga tersebut maupun anggota keluarga yang lain.

Anak dari keluarga keluarga kecil mendapatkan stimuli yang berbeda jika dibandingkan dengan anak dari keluarga besar (Nur’aeni, 1997). Pemberian stimuli kepada anak pada keluarga besar lebih beragam dibandingkan dengan keluarga kecil karena pada keluarga besar ada banyak stimuli dari luar selain dari dalam seperti orang lain dan lingkungan.

(21)

separuh contoh yang termasuk ke dalam keluarga kecil diduga akan mendapatkan perhatian yang optimal dari orang tua karena sedikitnya anggota keluarga perlu mendapatkan perhatian.

Pendidikan Orang Tua

Pendidikan Orang tua merupakan faktor yang penting terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak. Menurut Soetjiningsih (1998) orang tua dengan pendidikan yang baik dapat menerima dan menyerap segala informasi yang didapat baik secara langsung maupun tidak langsung, terutama mengenai cara pengasuhan yang baik. Konteks dari cara pengasuhan tersebut termasuk kesehatan keluarga, kebersihan, pendidikan anak dan lain sebagainya sehingga kesejahteraan anak tercapai. Menurut Harditono (1979) dalam Alsa dan Bachroni (1984) tingkat pendidikan orang tua memilikki hubungan positif terhadap pengasuhan anak.

Tingkat pendidikan berkaitan dengan status sosial ekonomi. Hal tersebut berpengaruh terhadap kehidupan keluarga terutama terhadap kondisi mental dan psikis seluruh anggota keluarga (Gunarsa, Gunarsa 1991). Keluarga dengan tingkat pendidikan yang rendah serta tingkat perekonomian yang rendah kurang memberikan perhatian kepada anak, seperti kurangnya pengawasan terhadap perilaku anak, tidak adanya pemberian penghargaan terhadap anak dan tidak ada pemberian kata-kata pujian kepada anak karena perbuatan baik yang telah dilakukan oleh anak. Menurut Gunarsa & Gunarsa (1991) hal ini berkebalikan dengan keluarga dengan tingkat pendidikan yang tinggi dengan kondisi perekonomian yang cukup memadai. Keadaan seperti itu menyebabkan orang tua memilikki waktu yang efektif dan efisien untuk membimbing anak selama melakukan aktivitas sehari-hari karena sudah tidak lagi memikirkan kekurangan dalam urusan pendapatan keluarga. Keadaan seperti ini tidak ditemukan di dalam keluarga dengan tingkat perekonomian yang rendah, di mana keluarga tersebut hanya memikirkan satu kebutuhan saja yaitu kebutuhan pokok keluarga.

(22)

ayah maupun ibu bervariasi, mulai dari tidak tamat SD sampai ke perguruan tinggi. Dari hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa rata-rata orang tua baik ayah maupun ibu di Indonesia telah menempuh jenjang pedidikan SMA/ sederajat sebesar 53,6 persen untuk ayah dan 52,6 persen untuk ibu. Pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor yang penting dalam perkembangan anak.

Hobi Orang Tua

Hobi adalah adalah suatu cara yang tepat untuk bersantai dan mengisi waktu luang dari rutinitas kegiatan yang dilakukan sehari-hari. Cara terbaik untuk untuk mengembangkan minat anak terhadap sesuatu adalah memberikan dukungan terhadap apa yang disukai oleh anak-anak seperti membiarkan anak memilih sesuatu yang disukai dari kegiatan ekstrakurikuler yang tersedia di sekolah. Sebagai orang tua yang baik, tidak dibenarkan memaksakan suatu hobi yang tidak disukai oleh anak karena ini merupakan suatu hal yang sia-sia untuk dilakukan. Oleh karena itu, belum tentu hobi yang disukai oleh orang tua juga disukai oleh anak (Callahan 2007).

Menurut Callahan (2007) jika anak sudah tidak berminat terhadap suatu hobi lagi maka orang tua harus membiarkan hal tersebut karena anak masih mengeksplor diri terhadap sesuatu yang disukai. Orang tua harus mendukung hobi anak meskipun hobi tersebut dapat berubah dan jangan beranggapan anak sebagai potensi yang menguntungkan dari cara orang tua yang terlalu memaksakan anak terhadap suatu hobi tertentu.

Peran Peer-Group

Menurut Juvonen & Graham (2001) peer-group merupakan pengaruh yang sangat penting bagi kehidupan. Orang tua memilikki pengaruh yang signifikan terhadap perkembangan anak hingga masa remaja. Peer-group akan menjadi lebih penting dalam kehidupan ketika hubungan keluarga tidak mendukung dan tidak terlalu dekat terhadap seseorang. Dapat dikatakan demikian karena seseorang memperoleh penerimaan dan rasa aman dari peer-group tersebut yang tidak tersedia di rumah maupun teman-teman sebaya yang lain.

(23)

kepemimpinan, berorganisasi, berbagi, kerja sama dan empati (Juvonen & Graham 2001). Peer-group juga dapat memberikan kesempatan bagi setiap orang untuk menambah pengalaman dengan peran yang baru serta melakukan interaksi baru yang lebih bervariasi.

Peer-group adalah salah satu indikator yang kuat terhadap prestasi seseorang (Fertig 2002). Selain itu, saluran efek kontekstual pada interaksi sosial juga menjadi faktor yang kuat di dalam mempengaruhi peer-group secara lebih luas. Suatu aturan untuk menciptakan suasana peer-group yang baru terhadap orang lain dapat diterapakan pada setiap tahapan usia, tetapi rata-rata seseorang dapat membuat lebih banyak pergaulan peer-group pada usia remaja dan dewasa awal (Bee 1987).

Dimensi sosial remaja dalam peer-group dibagi menjadi beberapa dimensi. Menurut Putallaz dalam Cobb (2001) tindakan agresif seseorang pada tahapan usia remaja seperti tindakan kekerasan dialami oleh seseorang yang kurang mendapatkan informasi dari lingkungan, sedangkan seseorang yang menjalin hubungan dengan banyak orang untuk bertukar informasi secara lebih luas memiliki tindakan agresif yang lebih rendah.

Menurut Dodge dalam Cobb (2001) dimensi kedua dalam kompetensi sosial remaja adalah menanggapi respon dari sikap orang lain. Dari hasil penelitian yang ada menunjukan bahwa pendekatan dalam peer-group oleh seseorang jarang dilakukan, tetapi hal tersebut dapat menjaga segala sesuatu yang ada agar berjalan dengan baik, dan orang lain memiliki waktu yang lebih baik kepada orang tersebut.

(24)

Menurut Gunarsa et.al., (1989) perkembangang kecerdasan remaja mengarah pada pemikiran terhadap diri sendiri sehingga timbul suatu perubahan dalam perilaku, pengalaman dan kebutuhan seksual. Banyaknya perubahan dalam waktu yang singkat menimbulkan masalah dalam penyesuaian dan usaha untuk memadukannya. Remaja merupakan masa terjadinya gejolak emosi yang tidak seimbang. Oleh karena itu, remaja mudah mengalami gangguan emosi dan tingkat stres dari lingkungan. Gejala tersebut antara lain :

1. Kekecewaan dan penderitaan 2. Meningkatnya konflik diri 3. Timbulnya pertentangan

4. Krisis penyesuaian antara impian dan khayalan

Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa hubungan remaja dengan orang tua semakin renggang. Maksud dari hal tersebut adalah remaja dapat dengan bebas mengendalikan emosinya.

Menurut Gunarsa et.al, (1989) usia remaja adalah saat pencarian dan pembelajaran anak remaja terhadap model agar dapat diidentifikasi. Remaja mengalami pertumbuhan badan, kematangan berpikir dari tahapan usia sebelumnya dan kematangan seksual. Agar remaja tidak terjerumus dalam hal yang negatif, maka perlu dipilih peran model yang patut dicontoh tingkah laku maupun kepribadiannya baik dalam lingkungan rumah seperti keluarga, lingkungan sekolah seperti teman sebaya maupun lingkungan yang lebih luas.

(25)

dalam jangka panjang inilah yang menyebabkan terjadinya hubungan seksual yang tidak diinginkan. Oleh karena itu dari pihak orang tua perlu memperhatikan dan mengawasi kegiatan-kegiatan anak di luar lingkungan sekolah bersama teman sebayanya (Gunarsa et.al. 1989).

Peran Gender

Berdasarkan Women’s Studies Encyclopedia dijelaskan bahwa gender merupakan suatu konsep kultural yang berupaya membuat perbedaan dalam hal peran, mental serta karakteristik emosional antara laki-laki dan perempuan yang berkembang dalam masyarakat (Umar 2007).

Menurut Lewis (1968) Pada saat usia dewasa, laki-laki dan perempuan secara bertahap mengembangkan minat yang hampir sama sehingga beberapa waktu kemudian cukup sulit untuk menemukan perbedaan yang konsisten dari kedua jenis kelamin tersebut. Hal ini tidak berpengaruh nyata meskipun pria dan wanita bergerak pada suatu bidang yang sama. Berdasarkan kenyataan minat pria saat ini berubah menjadi lebih feminim. Ini bukan berarti suatu hal yang buruk karena ada beberapa pekerjaan feminim yang dapat dilakukan tanpa memperhatikan batas-batas gender yang telah beredar di masyarakat seperti memasak dan menjahit pakaian.

Orang-orang di masa lalu tidak terlalu membutuhkan dorongan untuk menjadi diri yang lebih maskulin. Mereka juga mengganggap sudah dapat mengatur diri sendiri untuk mengembankan minat selain dalam kegiatan maskulin. Akan tetapi, faktor yang paling penting adalah ketika hal tersebut mengakibatkan menurunnya kualitas kerja dari kaum laki-laki yang menyebabkan kondisi diri yang kurang aktif serta menurunkan kepuasan dalam kehidupan keluarga. Oleh karena itu, perlu adanya suatu dorongan berupa hiburan ringan untuk melakukan suatu pemulihan. Semua ini dapat terjadi apabila ada dukungan dari anggota keluarga yang lain terutama dari pihak perempuan yaitu isteri (Lewis 1968).

(26)

terhadap pelajaran pengetahuan alam di sekolah apabila dibandingkan dengan remaja laki-laki karena masih ada steorotip laki-laki harus mampu menguasai bidang pengetahuan alam meskipun dari pihak perempuan juga harus memiliki kemampuan di bidang pengetahuan alam tersebut.

Menurut Tittle dalam Cobb (2001) 90 persen siswa sebelum menginjak usia dewasa menghabiskan waktu di sekolah untuk membaca buku, menonton film, dan belajar di kelas. Berdasarkan hasil survei banyak materi yang diajarkan di sekolah yang tidak memperhatikan gender (bias gender) dan hal ini mempengaruhi sikap para siswa tersebut. Meskipun peran laki-laki dan perempuan dalam beberapa pelajaran digambarkan secara seimbang, masih banyak sekolah yang tidak membeli buku-buku tersebut hingga buku-buku yang lama sudah mengalami kerusakan. Meskipun sudah banyak buku-buku pelajaran yang menggambarkan peran gender secara seimbang, sebagai contoh wanita yang bekerja sebagai dokter dan profesor, dan pria yang bekerja sebagai operater pelayanan konsumen dan manajer tempat penitipan anak, masih kurang memiliki peran penting dalam masyarakat karena hal tersebut pada kenyataannya tidak umum dilakukan dalam kehidupan sehari-hari dan dipengaruhi pula oleh minat dari masing-masing individu.

(27)

Orang tua dengan tingkat pendidikan yang baik akan berdampak positif tingkat kecerdasan musikal anak karena orang tua dapat mengetahui sesuatu yang diminati oleh anak, dalam hal ini adalah seni musik. Dengan pendidikan yang baik dari orang tua, anak dengan bakat dan minat dalam bidang tersebut tidak akan dibiarkan begitu saja untuk menjadikan musik hanya sebatas hobi saja, melainkan mengembangkan potensi tersebut menjadi keahlian dari anak yang berguna untuk masa depannya atau membantu perkembangan potensi anak yang lain seperti kemampuan akademis anak. Untuk dapat meningkatkan kecerdasan musikal anak, maka perlu pengeluaran biaya yang cukup banyak untuk kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti oleh anak remaja tersebut. Besar keluarga yang cukup atau sedang di dalam suatu keluarga perlu dipikirkan oleh orang tua agar pengeluaran yang dikeluarkan orang tua untuk menunjang kebutuhan anak dalam bersekolah termasuk kegiatan ekstrakurikuler yang diikutinya dan kebutuhan anak yang lain serta dalam urusan rumah tangga tidak menjadi beban yang berlebihan.

Dengan kemampuan anak remaja yang baik dalam memanajemen kegiatan akademis dengan kegiatan non-akademisnya, maka hal tersebut juga akan meningkatkan kecerdasan musikal anak. Anak dapat menentukan dengan baik kapan waktu yang tepat untuk belajar serta mengulang pelajaran di sekolah, kemudian kapan anak dapat menggunakan waktu untuk bermain dengan teman yang lain dan meluangkan waktu di rumah bersama keluarga, serta kapan anak dapat meluangkan waktu yang cukup untuk mendalami seni musik tersebut baik di dalam jam pelajaran maupun dalam kegiatan ekstrakurikulernya.

(28)

memperoleh hal yang berkaitan dengan seni musik hanya pada saat tingkat SMA, pemahaman pengetahuan tentang musiknya akan rendah. Hal tersebut dapat terjadi karena proses penyerapan ilmu tentang musik dari anak yang memulainya sejak dini telah berkembang sesuai dengan masa perkembangan anak serta pemahaman lain yang didapat oleh anak dari lingkungannya seperti pernah menyaksikan dan mengadakan konser musikal serta pernah mengikuti kompetisi musik sejak dini.

Dengan loyalitas yang baik dalam berteman dengan peer-group pada anak remaja juga akan meningkatkan kecerdasan musikalnya, di mana anak memilih teman dengan hobi yang sama dalam bermusik kemudian dapat berbagi masalah bersama-sama baik dalam kegiatan belajar atau kegiatan ekstrakurikuler. Dari hal tersebut akan meningkatkan sikap percaya anak terhadap teman yang lain sehingga lebih semangat dalam berkegiatan ekstrakurikuler tersebut sehingga meningkatkan kecerdasan musikalnya serta mendorong anak untuk berprestasi dalam bidang tersebut. Meskipun demikian perlu diperhatikan juga bahwa anak remaja yang terlalu sering bertemu dengan peer-group secara berlebihan justru akan menurunkan tingkat kecerdasan musikal anak karena hal-hal yang didiskusikan oleh anak remaja tersebut dengan anak yang lain tidak hanya masalah akademis maupun kegiatan seni musik yang diikuti tetapi lebih banyak membahas masalah yang lain seperti lelucon yang berlebihan, isu tentang teman yang lain, asmara dan lain sebagainya.

(29)

26                                     

Gambar 1 kerangka pemikiran  Penghasilan orang tua

 Besar Keluarga  Hobi seni orang tua

Karakteristik Remaja:

 Umur

 Jenis kelamin dan gender  Asal SMA

 Tunjangan orang tua  Hobi seni

 Pengorganisasian waktu

 Prestasi seni musik (termasuk olah vokal)  Pengetahuan seni

musik (termasuk olah vokal)

 Instrumen yang dikuasai (termasuk olah vokal) Cara Diri Memperoleh Stimuli 

dan Cara Pemberian Stimuli  Orang Tua 

 

Aktivitas Ekstrakurikuler :

 Alokasi waktu  Waktu mulai les  Banyaknya instrumen

yg dipelajari

(termasukolah vokal)  Jenis Musik yang

dipelajari

 Stimulasi kecerdasan musikal dalam

ekstrakurikuler  

Karakteristik Peer‐Group 

 Frekuensi pertemuan  dengan teman 

 Loyalitas kepada teman 

 Jenis Aktivitas 

Prestasi Akademik Remaja :

(30)

METODE PENELITIAN

Disain, Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilakukan di dalam lingkungan SMA, yaitu dari SMA Negeri 10 sebagai SMA negeri dan SMA Kesatuan sebagai SMA swasta yang ada di Kota Bogor, Jawa Barat. Penelitian ini merupakan Cross-Sectional surveys. Pengambilan data dilakukan pada titik waktu yang sama yaitu pada bulan Agustus-September 2011.

Cara Pemilihan dan Jumlah Contoh

Contoh berupa responden diambil secara acak (Singarimbun & Effendi, 1989). Contoh yang akan diambil adalah para siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler dan organisasi sekolah yang ada di masing-masing SMA yang dituju. Untuk pengambilan contoh siswa berjenis kelamin laki-laki dan perempuan, asal SMA, dan kelas contoh (XI) dilakukan secara purposive. Pengambilan contoh dilakukan dalam ruang lingkup SMA yang berada di Kota Bogor.

(31)
[image:31.612.151.489.136.354.2]

belajar di kelas yang telah disebutkan sebelumnya. Cara pemilihan contoh ini dapat dilihat pada Gambar 2 agar lebih jelas.

Gambar 2 cara pengambilan contoh

Jenis dan Cara Pengambilan Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder yang bersifat kuantitatif dan kualitatif. Data primer diperoleh secara langsung dari siswa SMA baik SMA negeri maupun SMA sawsta di Kota Bogor, sedangkan data sekunder diperoleh dari literatur dan website. Untuk data sekunder, bahan yang digunakan antara lain konsep kecerdasan, konsep seni musik, tahapan usia remaja, peran keluarga, peran peer-group dan Peran Gender. Instrumen penelitian yang dipakai dalam penelitian ini berupa kuesioner yang berfungsi untuk mengetahui karakteristik keluarga, karakteristik contoh siswa, riwayat ekstrakurikuler, proses pembentukan suatu hubungan di dalam peer-group, gender dan prestasi akademik terhadap kecerdasan musikal. Data primer diperoleh melalui pengakuan siswa berdasarkan kuesioner yang telah disiapkan. Kuesioner yang diberikan meliputi karakteristik keluarga, karakteristik remaja, keluarga, dan peer-group, stimulasi musikal, pengorganisasian waktu, aktivitas ekstrakurikuler, kecerdasan musikal, dan prestasi

SMA Kota Bogor

SMA negeri contoh Kelas XI N1 = 50 siswa

SMA swasta contoh Kelas XI N1 = 50 siswa

Laki-Laki N2 = 25 siswa

Perempuan N2 = 25 siswa

Laki-Laki N2 = 25 siswa

Perempuan N2 = 25 siswa

n = 100 contoh

Purposive

(32)

akademik remaja selama menempuh jenjang pedidikan SMA di Kota Bogor.

[image:32.612.115.498.397.705.2]

Teknik pengumpulan data primer dilakukan melalui pembagian kuesioner. Pembagian kuesioner ini dilakukan secara langsung kepada siswa SMA yang mengikuti ekstrakurikuler seni, ekstrakurikuler non-seni dan organisasi di sekolah melalui kuesioner untuk mendapatkan informasi yang diperlukan. Bentuk pertanyaan di dalam kuesioner tersebut adalah pertanyaan tertutup dengan alasan untuk memudahkan mahasiswa saat menjawab pertanyaan. Hal ini dilakukan karena pada umumnya mereka memiliki waktu yang terbatas. Teknik pengumpulan data sekunder dilakukan melalui literatur hasil penelitian dan melakukan akses pada data-data yang terkait. Kuesioner dibuat oleh peneliti berdasarkan hasil kutipan dari tinjauan pustaka karena sulitnya pencarian instrumen mengenai kecerdasan musikal remaja. Rincian jenis dan cara pengumpulan data disajikan dalam Tabel 1.

Tabel 1 jenis dan cara pengumpulan data siswa SMA di Kota Bogor

Jenis data Variabel Alat bantu dan

skala data

Sumber

Primer Karakteristik contoh

 Umur

 Jenis kelamin

 Asal SMA

 Tunjangan orang tua

 Hobi seni

 Pengorganisasian waktu

Kuesioner

Rasio

Nominal

Nominal

Rasio

Nominal

Ordinal

Siswa

Primer Karakteristik keluarga

 Pendidikan orang tua

 Penghasilan orang tua

 Besar keluarga

 Hobi seni orang tua

Kuesioner

Nominal

Interval

Interval

Nominal

(33)

Primer Stimulasi musikal

 Cara diri memperoleh

stimuli

 Cara pemberian stimuli

orang tua

Kuesioner

Ordinal

Ordinal

Siswa

Primer Aktivitas ekstrakurikuler

 Alokasi waktu

 Waktu mulai les

 Banyaknya instrumen yang

dipelajari

 Jenis musik yang dipelajari

 Stimuli kecerdasan musikal

dalam ekstrakurikuler Kuesioner Rasio Nominal Nominal Nominal Ordinal Siswa

Primer Karateristik peer-group Kuesioner

Ordinal

Siswa

Primer Kecerdasan musikal

 Prestasi musik

 Pengetahuan musik dan

instrument yang dikuasai

Kuesioner

Nominal

Ordinal

Siswa

Primer Prestasi Akademik

 Rata-rata nilai rapor

terakhir (semester 1-2)

 Pengakuan diri

Kuesioner

Interval

Ordinal

Siswa

Sekunder Karakteristik sekolah

 Profil sekolah

 Jumlah siswa

Tinjauan Pustaka

Website

& literatur

Pengolahan dan Analisis Data

(34)

semakin tinggi skor maka semakin tinggi kategorinya. Penjelasan secara lengkap dalam pengolahan data dapat dilihat pada Tabel 2.

Analisis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah analisis korelasi. Analisis korelasi memiliki tujuan untuk mengetahui apakah diantara dua variabel atau lebih terdapat hubungan, dan apabila terdapat hubungan, bagaimana arah hubungan dan seberapa besar hubungan tersebut. Rumus korelasi dapat dituliskan sebagai berikut :

r = ∑ (A- Ā) (E-Ē) √∑(A-A)2 (E- E)2 Arti dari r adalah :

 Jika r = -1 artinya hubungan kedua variabel tersebut adalah

hubungan linier terbalik sempurna, artinya semakin besar nilai A maka semakin kecil nilai E.

 Jika r = 1 artinya hubungan kedua variabel tersebut adalah

hubungan linier sempurna, artinya semakin besar nilai A maka semakin besar pula nilai E.

Penelitian ini menggunakan korelasi bivariat, di mana terjadi hubungan antara suatu variabel dependen dengan suatu variabel independen. Kedua variabel tersebut dianggap sangat penting dalam analisis yang dibuat karena masih terdapat variabel-variabel lain yang mempengaruhi, tetapi tidak dimasukkan ke dalam suatu hubungan tersebut. Dalam hal ini, ingin diketahui hubungan karakteristik keluarga, riwayat ekstrakurikuler siswa, karakteristik contoh siswa, dan proses pembentukan hubungan di dalam peer-group serta prestasi yang diperoleh siswa terhadap kecerdasan musikal siswa SMA di Kota Bogor serta pengaruhnya terhadap prestasi akademik siswa di sekolah. Uji ini menggunakan program software SPSS yaitu menggunakan korelasi spearman karena kebanyakan jenis data adalah ordianal dan Microsoft Office Excel untuk menghitung total skor yang didapat dari hasil jawaban kuesioner dan kemudian dimasukan ke dalam program SPSS tersebut.

(35)

populasi yang lain. Dari uji tersebut ingin diketahui apakah kedua populasi mempunyai rata-rata yang sama atau tidak secara signifikan. Dalam hal ini, ingin diketahui perbedaan karakteristik remaja, keluarga dan peer-group serta pengorganisasian waktu, stimulasi musikal, aktivitas dalam ekstrakurikuler, kecerdasan musikal dan prestasi akademik yang berasal dari siswa SMA-SMA di Kota Bogor berdasarkan gender. Sama seperti uji korelasi bivariat, uji ini juga menggunakan program software SPSS dan Microsoft Office Excel.

Untuk pembagian interval pada hasil jawaban kuesioner yang terdiri dari cara diri memperoleh stimuli, cara pemberian stimuli orang tua, stimuli dalam ekstrakurikuler, frekuensi pertemuan dengan teman, loyalitas terhadap teman, jenis aktivitas dalam lingkungan sekolah, pengorganisasian waktu, kecerdasan musikal dan prestasi akademik (pengakuan diri) menggunakan penghitungan skala normatif menurut Slamet (1993) dalam Ramdhani (2011). Penghitungan ini menggunakan jangkauan interval yang selalu konsisten dan memiliki pengategorian data yang disesuaikan dengan kebutuhan. Rumus yang digunakan dalam penghitungan ini adalah

[image:35.612.126.498.483.693.2]

jumlah skor maksimum-jumlah skor minimum = jarak interval jumlah kategori

Tabel 2 pengolahan data siswa SMA di Kota Bogor

Variabel Jumlah

pernyataan

Skor Nilai Keterangan

Stimulasi musikal

 Cara diri memperoleh

stimuli

 Cara pemberian stimuli orang tua

9 item

(total skor 9-18)

8 item

(total skor 8-16)

Ya = 2

Tidak = 1

Jawaban

dikategorikan

menurut cara diri

memperoleh stimuli

dan stimuli

pemberian dari

orang tua dan skor

prosentase terbesar

menunjukan

kecenderungan

stimulasi musikal

(36)

Stimulasi musikal di dalam

ekstrakurikuler/ les musik

8 item

(Total Skor 8-16)

Pernyataan

positif :

Ya = 2

Tidak = 1

Pernyataan

negatif :

Ya = 1

Tidak = 2

Jawaban

dikategorikan

menurut stimulis

musikal di dalam

ekstrakurikuler

musik dan skor

prosentase terbesar

menunjukan

kecenderungan

stimulasi musikal

yan baik dari contoh

Proses pembentukan

peer-group

11 item

(total Skor 11-22)

Pernyataan

positif :

Ya = 2

Tidak =1

Pernyataan

negatif :

Ya = 1

Tidak = 2

Jawaban

dikategorikan

menurut proses

pembentukan

peer-group dan skor

prosentase terbesar

menunjukan

kecenderungan

proses yang baik

Pengorganisasian waktu 9 item

(total skor 9-18)

Pernyataan

positif

Ya = 2

Tidak = 1

Penyataan

negatif :

Ya = 1

Tidak = 2

Jawaban

dikategorikan

menurut

pengorganisasian

waktu contoh dan

skor prosentase

terbesar

menunjukan

kecenderungan

proses yang baik

Kecerdasan musikal 7 item

(total skor 7-14)

Dapat = 3

Dapat tetapi

kurang = 2

Tidak Dapat = 1

Jawaban

dikategorikan

menurut kecerdasan

musikal dan skor

prosentase terbesar

menunjukan

kecenderungan

kecerdasan musikal

(37)

Prestasi akademik 10 item

(total skor 10-11)

Pernyataan

positif

Ya = 2

Tidak = 1

Penyataan

negatif :

Ya = 1

Tidak = 2

Jawaban

dikategorikan

menurut prestasi

akademik dan skor

prosentase terbesar

menunjukan

kecenderungan

prestasi akademik

yang baik

Untuk setiap tabel hasil dalam penelitian huruf (n) menyatakan jumlah contoh yang diteliti berdasarkan masing-masing kategori sedangkan tanda (%) menunjukan jumlah prosentase yang dihitung berdasarkan jumlah contoh (n) pada suatu kategori dibagi dengan jumlah contoh secara keseluruhan pada setiap hasil pada tabel kemudian dikali dengan 100 persen. Rumus dalam penghitungan prosentase tersebut adalah

n (kategori) x 100% n (total)

Uji Realibilitas

Sebelum kuesioner penelitian ini digunakan untuk meneliti contoh di lapang, peneliti menggunakan analisis realibilitas untuk mengetahui butir-butir pertanyaan di dalam kuesioner yang saling berhubungan. Kemudian uji realibilitas digunakan untuk mendapatkan nilai Cronbach Alpha indeks internal yang bersifat konsisten dari skala pengukuran secara keseluruhan. Selain itu, uji ini dimanfaatkan untuk mengidentifikasi butir-butir pertanyaan dalam kuesioner yang bermasalah dan harus direvisi atau harus dihilangkan (Uyanto, 2009).

(38)
[image:38.612.141.500.200.411.2]

butir pertanyaan dengan nilai α sebesar 84 persen. Dalam variabel tersebut juga tidak perlu menghapus beberapa butir pertanyaan karena sudah memenuhi syarat α dalam uji realibilitas. Contoh yang diambil dalam melakukan proses uji realibilitas ini adalah siswa SMA secara acak di luar siswa SMA yang telah ditentukan dalam melakukan penelitian ini.

Tabel 3 Uji coba kuesioner dengan menggunakan uji realibilitas

Nama Variabel n

(Sebelum)

α

(%)

n (Sesudah)

α

(%) Stimulasi kecerdasan

musikal di dalam keluarga

17 76 17 76

Ekstrakurikuler/ les seni musik

8 84 8 84

Karakteristik peer-group 23 56 14 83

Pengorganisasian waktu 17 67 9 77,2

Kecerdasan musikal 16 43 6 71,6

Prestasi akademik 15 53 10 79

Total 96 (63,17%) 71 (78,47%)

Keterangan : n= jumlah contoh uji relibilitas; α= cronbach alpha

Pada variabel proses pembentukan hubungan peer-group peneliti telah membuat 23 butir pertanyaan dan hasil penelitian tersebut menunjukan α sebesar (56%) sehingga perlu menghilangkan 9 butir pertanyaan agar nilai α meningkat. Dari proses tersebut, nilai α berubah menjadi sebesar (78,47%) dan membuat variabel pertanyaan tersebut bersifat reliabel. Untuk variabel proses pembelajaran, kecerdasan musikal dan prestasi akademik dilakukan dengan cara yang sama seperti variabel-variabel yang telah dijelaskan sebelumnya. Total rata-rata α sesudah beberapa butir pertanyaan dihapus adalah sebesar 78 persen dengan total sebanyak 71 butir pertanyaan.

Definisi Operasional

(39)

Alokasi Waktu adalah pemanfaatan waktu anak untuk mempelajari dan mendalami seni musik dalam setiap pekan.

Banyaknya Instrumen yang Dipelajari adalah jumlah instrumen musik yang dipelajari oleh siswa selama berkegiatan ekstrakurtikuler. Besar Keluarga adalah jumlah anggota keluarga inti atau keluarga

kandung anak secara keseluruhan di rumah yang terdiri dari ayah kandung, ibu kandung, saudara kandung, dan anak itu sendiri. Ekstrakurikuler yang diikuti saat ini. Adalah kegiatan di luar jam

pelajaran di kelas yang diikuti oleh anak baik dalam bidang musik maupun non-musik.

Frekuensi Pertemuan Dengan Teman adalah jumlah pertemuan anak terhadap teman sebayanya dalam melaksanakan kegiatan tertentu. Gender peran yang dilakukan oleh anak yang berjenis kelamin laki-laki

maupun berjenis kalamin perempuan. Hobi Seniadalah hobi seni yang dimiliki oleh anak.

Hobi Seni Orang Tua adalah kegiatan di luar waktu kerja yang dilakukan secara berkala oleh orang tua untuk meningkatkan kemampuan di

bidang seni.

Interaksi Interpersonal adalah proses pertukaran informasi diantara seseorang atau lebih untuk memperoleh umpan balik yang tepat sehingga terjadi keefektifan berkomunikasi dari pihak pihak yang terkait.

Instrumen yang Digunakanadalah alat yang digunakan oleh anak dalam mengembangkan kemampuan musikalnya berupa alat musik maupun vokal bagi anak yang berminat dalam hal bernyanyi.

Instrumen yang Dikuasai adalah kemampuan anak dalam menggunakan instrument yang dipelajari dalam bidang seni musik baik menggunakan alat musik maupun olah vokal.

Jenis Aktivitas di Lingkungan Sekolah adalah kegiatan yang diikuti oleh anak di luar kegiatan belajar mengajar di kelas.

(40)

Jenis Musik yang Dipelajari adalah jenis music yang dipilih anak sesuai dengan minat dari anak untuk mempelajarinya, dalam hal ini jenis musik terbagi menjadi music klasik dan musik populer.

Karakteristik Peer-Group adalah karakteristik hubungan anak remaja terhadap anak remaja yang lain yang dilihat berdasarkan frekuensi pertemuan, loyalitas dan jenis aktivitas yang diikuti oleh anak remaja tersebut.

Kecerdasan Musikal adalah jumlah total kecerdasan anak remaja dalam bermusik yang yang dilihat berdasarkan pengetahuan musik dan instrumen yang dikuasai oleh anak tersebut.

Loyalitas Kepada Teman hubungan yang kuat antara anak terhadap teman sebayanya.

Musikalitas adalah kemampuan memainkan lagu dengan instrumen, membaca not, membedakan bunyi nada, dan sebagainya.

Pengetahuan Musik adalah pengetahuan anak dalam memahami istilah-istilah musik secara teoritis maupun praktik langsung.

Pengorganisasian Waktu adalah cara pemanfaatan waktu anak remaja dalam meningkatkan kemampuan akademik di sekolah di samping peningkatan kemampuan non-akademik siswa dalam berkegiatan di dalam ekstrakurikulernya .

Prestasi Akademik adalah prestasi siswa selama mengikuti kegiatan belajar mengajar di sekolah serta akumulasi tindakan negatif siswa secara akademik (membolos, tidak mengerjakan pekerjaan rumah, dll).

Prestasi Seni Musik adalah penghargaan yang di raih anak dalam berkompetisi di bidang seni musik dengan menggunakan instrumen musik (alat musik dan vokal).

Rata-Rata Nilai Rapor Semester Akhir (1-2) adalah rata-rata akumulatif hasil bejara siswa selama dua semester terakhir di sekolah.

Stimuli Musik adalah rangsangan efek musik yang terjadi dalam diri seseorang.

(41)

Syarat Seorang Contoh adalah beberapa syarat yang dilakukan dalam pemilihan responden sebagai calon contoh dalam hal ini adalah siswa SMA Kota Bogor.

Tunjangan Orang Tua adalah jumlah total uang yang diberikan oleh oran tua kepada anak dalam waktu satu bulan sekali yang terdiri dari uang saku, uang transportasi, uang SPP, dan uang ekstrakurikules/ les seni musik.

(42)

SMA Negeri contoh terletak di Jalan Pinang Raya, Perumahan Yasmin Sektor VI, Curug Mekar, Bogor Barat. Sekolah ini berdiri dan diresmikan pada tahun 2001. Sekolah ini telah mendapatkan akreditasi A pada tahun 2005. Saat ini SMA tersebut dipimpin oleh kepala sekolah yang bernama Drs. H. Mansyur, M.Si.

Visi dari SMA tersebut adalah terwujudnya generasi cerdas yang berakhlak mulia berlandaskan iman dan taqwa menuju Sekolah Berstandar Nasional 2013. Sedangkan misi yang diemban oleh sekolah ini diantaranya adalah (1) membentuk sumberdaya manusia yang berkualitas; (2) mengembangkan profesionalisme dalan proses belajar mengajar agar tercipta iklim yang kondusif bagi terwujudnya kualitas hasil belajar; (3) Mewujudkan budaya disiplin dan bersih lingkungan bagi warga sekolah dalam melaksanakan tugas; (4) meningkatkan prestasi dan menbangkan inovasi dalam bidang akademis dan non-akademis; (5) menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam proses pembelajaran; (6) memanfaatkan perpustakaan dan laboratorium sebagai saran peningkatan kualitas pembelajaran.

Kondisi siswa pada tahun pelajaran 2011/2012 adalah terdiri dari 345 orang siswa yang berada pada kelas X, kemudian kelas XI IPA yang terdiri dari 220 orang, dilanjutkan dengan kelas XI IPS yang terdiri dari 111 orang, selanjutnya, terdapat 193 orang siswa kelas XII IPA dan 69 orang siswa kelas XII IPS. Jumlah total siswa pada tahun ajaran tersebut adalah sebanyak 938 orang. Rata-rata staf pengajar berpendidikan S1 dan D3.

(43)

tahun 2007 hingga sekarang sekolah tersebut dipimpin oleh kepala sekolah yang bernama Ir. Wiwik Apriyani.

Sekolah ini memiliki visi untuk menjadikan sekolah sebagai lembaga pendidikan terpercaya yang mengutamakan profesionalisme, kualitas dan selalu bertumbuh. Misi dari sekolah ini antara lain (1) menyelenggrakan pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pelatihan serta pengabdian secara profesional untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas dan bermoral; (2) berorientasi kepada keputusan keluarga besar kesatuan dan masyarakat luas melalui perbaikan dan peningkatan secara berkesinambungan; (3) mencerdaskan kehidupan bangsa.

Gedung sekolah ini tidak hanya berupa gedung SMA saja, tetapi terdiri dari gedung yang dimulai dari tingkat TK hingga gedung akademi (STIE). Fasilitas gedung sekolah swasta ini cukup memadai, yang terdiri dari ruang kelas, kantin, laboratorium, perpustakaan, tempat parkir, ruang guru, lapangan, gedung serba guna, dan taman. Laboratorium yang tersedia hingga saat ini adalah laboratorium bahasa, komputer, dan IPA. Selain itu, sekolah ini dilengkapi dengan tempat pelayanan kesehatan berupa balai pengobatan yang di dalamnya terdapat jasa dokter umum dan dokter gigi.

Karakteristik Remaja

Umur. Pada Tabel 4 menunjukan bahwa usia contoh terbanyak yang berasal dari SMA negeri adalah siswa yang lahir pada tahun 1995 sebesar 64 persen, sedangkan sisanya dengan jumlah yang sama masing-masing sebesar (18%) lahir pada tahun 1994 dan 1996.

Sebanyak (80%) siswa dari SMA swasta lahir pada tahun 1995 pada Tabel 4. Siswa yang lahir pada tahun 1994 sebanyak 20 persen dan tidak ada contoh yang lahir pada tahun 1996 dari SMA tersebut.

(44)

Tidak terdapat hubungan yang nyata pada uji beda t-test (p>0,1) pada umur siswa di kedua SMA tersebut.

Tabel 4 Sebaran remaja berdasarkan umur (tahun), jenis kelamin dan asal SMA

Umur (Tahun) Laki-Laki Perempuan SMA Negeri SMA Swasta

n % n % n % n %

16 11 22 8 16 9 18 10 20

17 36 72 36 72 32 64 40 80

18 3 6 6 12 9 18 0 0

Total 50 100 50 100 50 100 50 100

Rata-Rata±Sd 17,16±0,51 17,04±0,53 17±0,61 17,20±0,40

p-value t-test 0,428 0,603

Tunjangan Orang Tua. Berdasarkan Tabel 5 telah menunjukan bahwa tunjangan total rata-rata yang diberikan oleh orang tua kepada anak untuk mencukupi kebutuhan anak selama di sekolah adalah sekitar Rp.101.000 hingga Rp.400.000,00 menurut data anak laki-laki (42%), anak perempuan (30%), serta anak yang bersekolah di SMA negeri (58%). Tunjangan total tersebut terdiri dari uang saku, uang transportasi, uang ekstrakurikuler dan uang SPP yang dihitung pada setiap bulannya.

Tabel 5 Sebaran remaja berdasarkan jumlah tunjangan orang tua, jenis kelamin, asal SMA

Tunjangan Orang Tua

(Rupiah)

Laki-Laki Perempuan SMA Negeri SMA Swasta

n % n % n % n %

21.000-100.000 1 2 1 2 1 2 0 0

101.000-400.000 21 42 15 30 28 58 8 16

401.000-600.000 7 14 14 28 15 30 6 12

601.000-800.000 8 16 12 24 3 6 17 34

> 800.000 13 26 8 16 2 4 19 38

Total 50 100 50 100 49 100 50 100

Rata-rata (Rp) 5,62x105 5,75x105 3,89x105 7,48x105

p-value t-test 0,062 0,002**

Keterangan :

** signifikan pada selang kepercayaan 95%

(45)

(72%). Dengan prosentase tersebut telah membuktikan bahwa anak yang bersekolah di SMA swasta adalah anak yang berada pada keluarga golongan menengah ke atas.

Terdapat perbedaan yang signifikan dalam uji beda antara tunjangan orang tua yang dilihat berdasarkan asal sekolah anak (P<0,05). Anak yang bersekolah di SMA negeri dapat disimpulkan berada dalam keluarga menengah karena besar tunjangan yang diberikan oleh orang tua kepada mereka adalah lebih dari Rp.100.000,00 hingga mencapai Rp.600.000,00 saja apabila dibandingkan dengan anak yang bersekolah di SMA swasta.

Hobi Seni. Berdasarkan data pada Tabel 6 hobi seni yang paling banyak diminati baik oleh anak laki-laki maupun anak perempuan adalah menyanyi dengan masing-masing prosentase sebesar (34%) bagi anak laki-laki dan (54%) bagi anak perempuan. Apabila dibandingkan setengah dari anak perempuan memang lebih banyak memilih hobi seninya dalam bernyanyi jika dibandingkan dengan anak laki-laki. Hal ini terjadi karena sebagian anak laki-laki lebih memilih hobi seninya untuk bermain musik dengan prosentase yang tidak jauh berbeda dengan anak laki-laki yang memiliki hobi menyanyi yaitu sebesar (30%).

Tabel 6 Sebaran remaja berdasarkan hobi seni, jenis kelamin, dan asal SMA

Hobi Seni Laki-Laki Perempuan SMA Negeri SMA Swasta

n % n % n % n %

Tidak Ada 12 24 7 14 16 32 4 8

Menari 2 4 4 8 1 2 5 10

Mendengarkan Musik 1 2 3 6 1 2 1 2

Menggambar 2 4 4 8 3 6 3 6

Menulis 0 0 1 2 1 2 0 0

Menyanyi 17 34 27 54 15 30 29 58

Bermain Musik 15 30 3 6 13 26 6 12

Membaca 1 2 1 2 0 0 2 4

Total 50 100 50 100 50 100 50 100

(46)

bidang seni apabila dibandingkan dengan anak SMA negeri. Hampir mencapai setengah anak dari keseluruhan anak SMA negeri memilih hobi selain di bidang seni, tepatnya sebesar (32%).

Karakteristik Keluarga

Pendidikan Orang Tua. Tingkat pendidikan ayah yang paling banyak diselesaikan terakhir menurut Tabel 7 baik pada anak laki-laki maupun perempuan adalah pada tingkat SMA dan S1 dengan masing-masing total prosentase sebesar (68%) bagi anak laki-laki dan (72%) bagi anak perempuan. Apabila dibandingkan, tingkat pendidikan terakhir ayah dari anak perempuan lebih tinggi apabila dibandingkan dengan ayah dari anak laki-laki karena (38%) ayah dari anak perempuan telah menyelesaikan pendidikan S1 sedangkan bagi ayah dari anak laki-laki hanya sebesar (26%) saja.

Apabila dibandingkan berdasarkan asal SMA anak, menurut Tabel 7 pendidikan terakhir ayah dari anak SMA negeri lebih baik apabila dibandingkan dengan ayah dari anak SMA swasta karena (38%) ayah dari anak SMA tersebut menyelesaikan pendidikan S1. Pendidikan terakhir yang paling banyak diselesaikan oleh ayah dari anak SMA swasta adalah pada tingkat SMA (44%). Dari hasil yang telah dijelaskan terbukti tidak ada satupun ayah baik berdasarkan jenis kelamin anak maupun asal SMA anak yang tidak menyelesaikan pendidikan pada tingkat SD.

Tabel 7 Sebaran remaja berdasarkan tingkat pendidikan ayah, tingkat pendidikan jenis kelamin, dan asal SMA

Pendidikan Laki-Laki Perempuan

Gambar

Gambar 2 cara pengambilan contoh
Tabel 1 jenis dan cara pengumpulan data siswa SMA di Kota Bogor
Tabel 2 pengolahan data siswa SMA di Kota Bogor
Tabel 3 Uji coba kuesioner dengan menggunakan uji realibilitas
+7

Referensi

Dokumen terkait

6 Saya merasa cukup kesulitan dalam menjaga hubungan dengan pelanggan yang sering menyebabkan emosional saya meningkat.. Tingkat

Secara umum proses sertifikasi mencakup : peserta yang telah memastikan diri kompetensinya sesuai dengan standar kompetensi untuk paket/okupasi Operator Aviasi dapat segera

Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan pada penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa pada dongeng anak karya Lia Herliana terdapat maksud-maksud tuturan

Distribusi frekuensi dari 297 genotipe keturunan yang berasal dari persilangan terkontrol secara resiprokal antara 10 klon berpotensi hasil tinggi dengan empat klon kaya

Sistem dokumentasi yang digunakan masih menggunakan Microsoft Excel, jika terdapat masalah pada aplikasi yang ditangani oleh divisi maka akan segera dicatat untuk

Pengaruh perputaran total aset terhadap pertumbuhan laba adalah semakin besar perputaran total aset akan menunjukkan efektivitas manajemen perusahaan dalam

Dalam Proses penulisan skripsi ini, penulis melakukan pengumpulan data di Master Studio serta didukung oleh studi pustaka dari berbagai sumber literatur dan perkuliahan yang

menyelesaikan skripsi dengan judul “ PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN AKTIF DENGAN METODE GUIDED NOTE TAKING TERHADAP HASIL BELAJAR MEKANIKA TEKNIK PADA SISWA KELAS X