DAN ADAPTASI MIGRAN SIRKULER PEDAGANG KAKI LIMA
DI KECAMATAN PAMULANG KOTA TANGERANG SELATAN
Sumartono
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
ii
DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul
Proses Pengambilan
Keputusan Migrasi dan Adaptasi Migran Sirkuler Pedagang Kaki Lima di
Kecamatan Pamulang Kota Tangerang Selatan
adalah merupakan karya saya
dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun ke
perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir tesis ini.
Bogor, Nopember 2012
iii
.
The Process of Decision Making of Migration and Adaptation of
Circular Migrants Working As Moving Vendors in Pamulang Sub-district,
Tangerang Selatan
.
Advised by
EKAWATI SRI WAHYUNI
and
SAID RUSLI.
The research is intended to study (1) the process of decision making of circular
migrants; (2) the process of adaptation of the circular migrants; and (3) the change of
social-economic and cultural aspects of circular migrant households. The research
shows some factors that significantly influence the process of decision making to
migrate in accord with the theory developed by Lee, i.e. (1) the factor originate from
the migrants homeland as the pushing ones; (2) the factor of the migration
destination as the pulling ones; (3) the aspect of obstruction; and (4) the personal
factor. In addition to the four factors, this study shows a new aspect accelerates the
migration process, i.e. the power of social network among migrants comprising of the
earlier migrants who have succeeded in their migration. However, the economic
motive and personal decision are two factors which could not be abandoned. The
accomplishment of the adaptation is generally induced by personal characters: strong
personality, durability, persistence and gallantry to live a difficult life. The external
factor strengthening the process of adaptation of the migrants in their new milieu is
the availability of the people originally from the same homeland. The success of the
circular migrants is also influenced by their ability to maintain and develop certain
institutions. They are comprising of (1) entrepreneurial institutions with their
networks; (2) the system of remittent transfer; (3) saving and loaning institutions; and
(4) social security system. The circular migrants working as moving vendors (PKL)
are generally getting additional values as the better change of their social, economic
and cultural household aspects. The change is known through several indicators: (1)
the improved quality or quantity of their dwellings in their homeland; (2) the increase
of their properties or jewelries; (3) the trend of self-ownership among the moving
vendors businesses; (4) the trend of business income of the moving vendors; (5) the
trend of the average of remittent nominal; (6) the trend of marital status of the moving
vendors; and (7) the change of the behavioral aspects of the circular migrants from
traditional pattern into the more modern one.
iv
. Proses Pengambilan Keputusan Migrasi dan Adaptasi Migran
Sirkuler Pedagang Kaki Lima di Kecamatan Pamulang, Kota Tangerang
Selatan. Dibimbing oleh EKAWATI SRI WAHYUNI dan SAID RUSLI
Gerakan atau perpindahan penduduk dari desa ke kota sesungguhnya sudah
terjadi sejak lama. Perpindahan penduduk tersebut ada yang bersifat permanen dan
ada yang bersifat sementara atau non permanen disebut migrasi sirkuler. Dijelaskan
oleh Hugo (1986), bahwa perbedaan antara permanen dan non permanen terletak pada
tujuan pergerakannya. Apabila seorang migran bertujuan untuk pindah tempat tinggal
secara tetap, maka dapat dikategorikan sebagai migran permanen. Jika tidak ada niat
untuk tinggal menetap di daerah tujuan, maka disebut sebagai migran non permanen
atau migran sirkuler. Migran sirkuler yang meskipun bekerja di daerah tujuan tetapi
umumnya keluarga masih tetap tinggal di daerah asal. Mereka meninggalkan daerah
asal hanya untuk mencari nafkah. Mereka menganggap dan merasa tempat tinggal
permanen mereka di daerah asal dimana terdapat keluarganya (Jellinek, 1986).
Migrasi sirkuler banyak dilakukan dari desa ke kota. Menurut Ram (1989),
migrasi sirkuler sesungguhnya merupakan salah satu reaksi spontan rasional
penduduk miskin di
daerah perdesaan terhadap kesenjangan peluang bekerja dan
berusaha serta penghasilan di desa dan di kota. Kota dianggap sebagai daerah tujuan
yang menyimpan berbagai kelebihan termasuk besarnya kesempatan kerja di sektor
informal. Migran sirkuler umumnya meyakini bahwa salah satu cara untuk
meningkatkan kesejahteraannya, orang harus pergi meninggalkan desa untuk
sementara waktu bekerja di kota. Hal ini dikuatkan oleh Hugo (1986), yang
melakukan penelitian di beberapa desa yang terletak di Propinsi Jawa Barat (14 desa)
pada tahun 1973. Selain itu, juga melakukan penelitian terhadap kegiatan kerja para
migran di kota tujuan, yaitu Bandung dan Jakarta. Sebagian besar migran sirkuler
pada waktu mereka berada di kota bekerja di sektor informal. Ada dua alasan
mengapa para migran sirkuler bekerja di sektor informal, yaitu: (1) Sektor informal
mempunyai daya serap yang tinggi terhadap tenaga kerja, sehingga tenaga kerja
menganggap lebih mudah untuk masuk sektor ini dan (2) Migran sirkuler yang
bekerja di sektor informal bebas menentukan hari dan jam kerja. Kebebasan waktu
inilah yang dibutuhkan para migran untuk melakukan sirkulasi secara pulang pergi
dari/ke desa-kota. Fleksibilitas waktu dan sarana lalu lintas dan angkutan yang relatif
murah dan mudah memungkinkan migran sirkuler melakukan perjalanan pergi dan
v
atau barang sebagai bentuk dari tanggung jawab dan ikatan kekeluargaan yang kuat
dengan daerah asal. Menurut Hidayat (1991), salah satu dampak positif yang
ditimbulkan dari kebiasaan mengirimkan uang atau barang-barang berharga (remiten)
kepada keluarga di desa adalah meningkatnya status sosial ekonomi keluarga tersebut.
Tingginya penduduk desa yang melakukan migrasi sirkuler dan memiliki hubungan
yang kuat dengan daerah asal, terbukti mereka dapat berperan sebagai agen
pembaharuan di daerah asal mereka (Ram, 1989).
Meskipun berbagai penelitian tentang migrasi sudah banyak dilakukan, namun
hal itu masih merupakan isu yang menarik karena menyangkut dinamika kehidupan
masyarakat. Oleh karena itu, penelitian yang dilaksanakan di kecamatan Pamulang,
Kota Tangerang Selatan ini bertujuan mengkaji tentang berbagai masalah berkaitan
dengan migrasi sirkuler. (1) proses pengambilan keputusan migrasi, (2) proses
adaptasi migran sirkuler, dan (3) perubahan status sosial ekonomi migran sirkuler.
Penelitian ini menggunakan kombinasi pendekatan yaitu pendekatan survai
kuantitatif dan pendekatan kualitatif. Hal ini dimaksudkan agar memperoleh
tambahan informasi kualitatif pada data kuantitatif (Singarimbun, 1989).
Informasi/data kuantitatif dikumpulkan menggunakan kuesioner dari hasil wawancara
terhadap 60 responden. Untuk memperoleh informasi bersifat kualitatif, peneliti
melakukan wawancara secara bebas dan mendalam pada informan yang sudah
ditentukan. Responden adalah individu yang mempunyai karakteristik sebagai migran
sirkuler yang merupakan kelompok masyarakat yang mempunyai kegiatan usaha
sektor informal perkotaan sebagai pedagang kaki lima (PKL) yang melakukan
usahanya di wilayah kecamatan Pamulang.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi pengambilan keputusan migrasi, sesuai teori yang dikembangkan oleh
Lee, yaitu (1) Faktor yang terdapat di daerah asal migran sebagai faktor pendorong,
(2) Faktor yang terdapat di daerah tujuan migran sebagai faktor penarik, (3) Faktor
penghalang/rintangan dan (4) Faktor Pribadi. Selain empat faktor tersebut, kajian ini
menunjukkan bahwa ada temuan baru yang berperan sebagai akselerator proses
migrasi yaitu kekuatan jejaring sosial migran yang terdiri dari para migran yang sudah
terlebih dahulu berhasil. Migran yang sudah lebih dahulu berhasil terbukti merupakan
faktor yang paling berpengaruh untuk dapat mengajak saudara atau teman se daerah
vi
ditentukan oleh keputusan pribadi/individu.
Proses adaptasi migran sirkuler dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal.
Keberhasilan proses adaptasi migran sirkuler ditentukan oleh sifat-sifat internal yaitu
kepribadian yang kuat, tahan uji, ulet dan berani menghadapi tantangan hidup prihatin
sekalipun. Faktor eksternal yang menguatkan proses adaptasi migran terhadap tempat
tinggal adalah bahwa di lingkungan tempat tinggalnya cukup banyak warga migran
yang berasal dari satu daerah asal. Adaptasi di lingkungan pekerjaan cenderung lebih
mudah. Pengalaman berganti-ganti lokasi dan jenis pekerjaan serta lamanya menekuni
pekerjaan, merupakan faktor yang menunjang keberhasilan proses adaptasi terhadap
pekerjaan. Untuk menjaga keharmonisan kehidupan rumah tangga migran, remiten
menjadi salah satu yang amat penting, selain frekuensi pulang kampung migran itu
sendiri. Maraknya penggunaan handphone dapat memperlancar komunikasi dengan
keluarganya dan hal ini mampu mengurangi frekuensi migran untuk pulang ke
kampungnya.
Keberhasilan migran sirkuler dalam mempertahankan dan mengembangkan
eksistensinya dilakukan dengan membangun kelembagaan yang berfungsi untuk
mengamankannya. Kelembagaan tersebut antara lain (1) Lembaga Bisnis, salah
satunya dengan mengembangkan jaringan usahanya, (2) Sistem Pengiriman Dana
Remiten, (3) Lembaga simpan pinjam, dan (4) Sistem Keamanan Sosial, misalnya
membangun kemitraan dengan preman. Migran sirkuler sektor pedagang kaki lima
(PKL), umumnya mendapatkan nilai tambah berupa perubahan status sosial ekonomi
dan budaya dalam rumah tangga migran yang lebih baik dari sebelumnya. Perubahan
itu ditandai dengan berbagai hal: (1) semakin baiknya kondisi bangunan rumah
tinggal mereka di daerah asal, (2) peningkatan kepemilikan barang berharga, (3) trend
perubahan kepemilikan modal usaha PKL pada kepemilikan usaha mandiri, (4) trend
peningkatan pendapatan PKL, (5) trend peningkatan rata-rata dana remiten, (6) trend
perubahan status perkawinan dan (7) perubahan perilaku/kebiasaan PKL dari yang
tradisional ke yang lebih modern. Selain itu, indikasi adanya peningkatan ekonomi
rumah tangga migran, diperlihatkan oleh selisih skor Indeks Peningkatan Ekonomi
vii
Hak Cipta dilindungi Undang-undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
yang wajar IPB.
viii
!"# $% &" ' () (" #%!"%
*" " *" )"%#%!" % ' (& *" !" !'" '%&%#" *%' +" #")" "#(& " !' ) ")" !" ! & ")"
,- ./ 012
rto
34567 87
9 6:;< ;89;= ;>9 ;? @9A;B;?C D?@EF6GH 6B I=6>J 6=;BF;7 ? 6B9 ;8D7K ;L; K B I<B ;G9? @L89 I78I=I<8K6L 67;;D
!" # )(*% %& !% *""
' &" M
"+""N" "
% )%) () )" % " $!
||u | x } {v | z x v y v uy |{ |z{ | } | y |}
A
A
z uA
}A
z { w A
A
z{y v |z { xy A
A
z t m
t
mn s t rsos qnqr
srqmm s
,
.
.
y x ¡ ¢£ ¤ ,
} x .
xd
v£¥¦,
}A
§qm ¨
s©qªm s
,
§qmmn s q©
rsos qnqr
(
« q© oªr¬ r
.
. A
¢®¯ ¡ ° ¤,
}.
xc.A
±² .
.
¡£ ¦x¢¡·
i
P
½¾ ¿ ÀÁÂ Ãy
½ Ľ Å ÆÇ Â½È ¿ à ÆÁ ¾ ÁÉ ÄÁ  ÄÇ ÊÁÀ ¿ÅÁ É ËÈÈÁ ÊSWT., atas berkat, rahmat
dan karunia-Nya
, sehi
ÂÌÌtesis yan
a
Ìberjudul
ÍÎÏÐÑ ÒÑ ÎÒÓ ÔÕ Ö× ØÙÕÓ ÚÒÛ Ü ÝÜ ÑÕÓÞØÔÏÕ Ñ Ø ß ÕÓ àß ÕÛÝÕ ÑØ ÞØÔÏÕÓ áØÏ â ÜÙÒÏ ÎÒß ÕÔÕÓ Ô ÚÕ â Ø ã ØÖÕ ß Ø ÚÒäÕ ÖÕ ÝÕÓ ÎÕ ÖÜ ÙÕÓ ÔÚÐ ÝÕåÕÓ Ô ÒÏ ÕÓ ÔáÒÙÕ ÝÕÓæ
telah dapat diselesaikan.
Pada kesempatan ini, ucapan terimakasih yan
Ìtulus dan pe
har
an yan
seti
-tin
ÂÌÌi
ÌÌinya penulis sampaikan kepada:
1. Dr
. Ir. Ekawati Sri Wahyuni, MS, selaku ketua komisi pembimbi
dan Ir
. Said
Rusli, MA selak
u an
ÌÌota komisi pembimbi
ÂÌ, yan
Ìtelah memberikan
bimbi
ÂÌan den
Ìan tulus sejak proses penyusunan proposal hi
selesainya
penyusunan tesis ini. Bahkan lebih dari itu,
selain memberikan saran dan
masukan -masukan yan
Ìbeliau berdua tersebut dapat
kritis,
memban
Ìkitkan
sema
ÂÌÁt dan motivasi penulis sehi
ÂÌÌa terpacu untuk menyelesaikan tesis ini.
Sem
çÌa amal dan kebaikan beliau berduaditerima oleh Allah SWT dan
mendapatkan imbalan ya
ÂÌsetimpal;
2. Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc.A
Ìr, selaku dosen pen
ar komisi ujian
Ìuji lu
sida
ÂÌtesis.Selaku dosen pe
ÂÌuji dari luar komisi, beliau telah memberikan
saran
danmasukan -masukan ya
ÂÌkritis demi penyempurnaan tesis ini. Sem
a amal
kebaikan beliau mendapatkan imb
alan yan
Ìsesuai dari Allah SWT;
3. Ibu dan Bapak dosen di Pr
çÌram Studi Sosiol
çÌi Pedesaan IPB, yan telah
memberikan kepemilikan seba
Ìian ilmunya dan menanamkan tradisi berfikir
secara kritis terhadap setiap persoalan melalui pertemuan perkulia
han ataupun
lainnya, sehin
ÌÌa penulis menjadi termotivasi dan ter
tantan
Ìuntuk menyelesaikan
studi ini;
4. Pimpinan Pr
çÌram Studi Sosiol
çÌi Pedesaan Sekolah Pascasarjana IPB, Dr. Ir.
Arya Hadi Dharmawan, M.Sc.A
Ìr dan Dr. Ir. Rilus A. Kinse
, MA s
elaku
ÂÌpimpinan pr
çÌram studi, beliau telah de
ÂÌÁn serius memberikan perhatian
,
motivasi dan pe
ÂÌÁrahan dalam menyusun rencana strate
Ìi penyelesaian tesis
melalui pertemuan
-pertemuan yan
Ìdilakukan secara berkala;
5. RektorUniversitas Terbuka
Prof. Dr. Tian Belawati, M.Ed;
Pembantu Rektor I
Universitas Terbuka
Dr. Yuni Tri Hewindati;
Dekan FMIPA Universitas Terbuka
Dr.Nuraini Sol
eiman, M.Ed;
Pembantu Dekan I FMIPA Universitas Terbuka Dr.
è
ii
Universitas Terbu
ka Ir. H. Edi Rusdiyanto, M.Si; Ketua PSDM Universitas
Terbuka Dr. LinaWar
lina, M.Ed;
yan
ïtelah memberikan kesempatan dan
d
ðñðòïan baik moril maupun materiil kepada penulis untuk mela
njutkan studi S
-2
di IPB Bo
ïor;
6. Mi
ïran sirkuler peda
òïkaki lima dan
ïa
ó ôõö÷ øùúû÷ülainnya di wilayah
Pamula
, yan
òï ïtelah bersedia terlibat dan
membantu memberikan informasi
seputar permasalahan proses pen
ïambilan keputusan mi rasi dan adaptasi mi ran
sirkuler dan perubahan
statussosial ekonomi mi
uleruntuk mendukun
ïran sirk
ïpenulisan tesis ini;
7. Teman
-teman sean
ïkatan di Pr
ýïram Studi Sosiol
IPB a
òïkatan
ýïi Pedesaan
2009/2010, Nur Isiyana Wianti, Mahmudi Siwi, Fatriyandi Nur Priyatna dan
Bamban
ïCapricoren, atas kebersamaan dalam diskusi
-diskusi kritisnya
yan
ïbermanfaat ba
ïi perkuliahan kita. Semo
ïêsoliditas dan solidaritas tetap terus
terja
ïa dan
terban
ïun diantara kita;
8. Isteri tercinta Sri Eny Nurwidayati
, S.Pd dan anak kami Aria Surya Chandra
, SE
dan Aria Santya Irawanatas d
ðñðòïên, pen
ïertian,
keikhlasan, pen
ïorbanan dan
do anya. Sem
ýïêkarya tesis ini bermakna ba
ïîkehidupan keluar
dan
kami
dapat memberi motivasi belajar pada anak
-anak kami.
9. Bapak
dan ibu mertua Drs. H. Supriyo danHj.
Suparni serta saudara
-saudaraku H.
Gunarso dan keluar
, Drs. Mujadidan keluar
ïê, Ir.H. Bamban
ïa
ïS
ðïen
ïIsmanta, MBA dan keluar
, Ir. Lilis Suryanin
ïa
dan keluar
ïþîh, MM.
, dan Etik
ïa
Ipda Riyani, SE.Akt dan keluar
yan
ïïêtelah memberikan motivasi
, doa dan
d
ðñðòïannya.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tesis in
i masih banyak kekuran
ïan dan
kelemahan karena faktor keterbatasan kemampuan penulis. O
y
þêÿêò ñÿî îñ êò êþ ðñêòþêòïêòðîþ êÿêñêò îñþ ðÿòêêò þîþ îòî ìêþ
þïêê ýê ðñðòïêò êò ÿêîêò êÿî þðê îêñ òð îþ êòê
y
îþêòïðêñêò ÿîêñêþî êò òïêðÿñêò òïê ÿïêêò
y
êòï þ îòïïî îòïïîòy
êìS
ýïê êíWT
ê êþþðêñ êîñêòê êñI
ð êòþêð êÿ êþ ðêìý ïýÿ éý ÿ
iii
! " #$ %&' (( ) %* &+% ) )!% ,%&% -. *" , /%$%' % 0 $ (" ,%12%' , ( & ( -("3% & %* 4!' $ . %5( -
y
% +%&'%2%) %'% --%67%&'89:;) %& (& % - '%y
% - 1& %$% <.
#($ (! +%&'( ) % #) $ %*= %) % ' %* 89;: 2 ! $ +%* ) -% # & >y
?i
) %u
rw
%y
ti
" #=d
) %n
d
+%i
ru
n
i
%i
) %o
r
%n
g
% %k
l
%k
i
-
%+y
% ' @& %#&
y
%A*%)&%,
#>) %@& %#%'y
%4& %. %=) ) +%B(&$%
y
% -2&%*) '$2*( *2 !y
% '# +(%*3%! %&(
#3)
?eg
eri
C%' "#7?eg
eri
8D %' ! "#7@?eg
eri
8D %' ! = ) ) +%' -+%'! %&E % % #-
8 ) 2&(* ) %& C&!% ,2 ) ) +% )% 3$( -&%B,
F%+'% ! G (-&%B,
H I&! '%! G%)E%* 7%)% 2%)% ' %* 89; 6= %)% '%* JKK9" 2 ! $ %E '+% 2 ) ) +% 2%) % 2& ( -&%$$ %!'& ) & (-&%$ # ' ) #(! ((- )! %%(
# 3),
4!' ' ' &'% %L( -(&.
0%* 89; M
-89; N" 2 ! 1 +&E% $ E%) !'%B 0 % -% O%& % P2%!
(
0OP)
2%) % ,%' (& 3 & +'(&%' 0%'%G% 0% %*3 ' E =@-&%& %,
32%&' $ 3% %$?
eg
eri
= 0%*89;Q
-
89;9%.%
,
2 ! 1 +&E % !1% -% %-- -E%.%1 3 !'& 1! ) % $ %! %& % &1 '% 7%E %* < (%,
) 1%. %* %-% 5%% ! %y
?!%n
t
%r
% C%+%&' %.
0%* 89;9-
899; 1 +&E% !1% -% # ' %B 0 % -% -%E%& F 7 4@ H I& ! ' %! 0&1+%y
%- ) 2&1%'+% ) ! %' -E % H I & ! ' %! 0 &1+%
.
0%* 899;-
JKKN ) 2&1%' +%! 1% -% ,2% %#7 3*%&$%, %&y
%H I& ! '%!0&1+%.
0 %*JKKQ -!+%& % -,
1 +&E %!1% -% !' %B) +%' B) &( -& %$# ') -$1% -%D %%*y
, (' % ) % P -+ -% F 7 4@ H I& ! ' %! 0&1+%.
# 1%-% '-%! '%$1%*% 2%) % '%* JKKQ-
JKK9" 2 ! $ ) %2%' %$%%* )%& ,' % L%)% -& ! 5%y
%!% $1 % H I&! '%!0&1+ %!1% -% # '%BL ) % - ) ) +%)y
%y
% ! %' &!1'.
xiv
Halaman
ABSTRACT
...
iii
RINGKASAN
.
iv
PRAKATA
..
xi
RIWAYAT HIDUP
.
xiii
DAFTAR ISI
...
xiv
DAFTAR TABEL
...
xvi
DAFTAR GAMBAR
..
xix
DAFTAR LAMPIRAN
..
xx
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.1. Latar Belakang
.
1
1.2. Rumusan Masalah
3
1.3. Tujuan Penelitian
..
5
1.4. Kegunaan Penelitian
.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
7
2.1. Pengertian Proses Migrasi
7
2.2. Teori Migrasi dan Migrasi Sirkuler
..
8
2.3. Teori Adaptasi
..
14
2.4. Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Pengarah
..
18
2.4.1. Kerangka Pemikiran
...
18
2.4.2. Hipotesis Pengarah
.
19
2.5. Definisi Konseptual dan Operasional
.
..
19
BAB III
METODE PENELITIAN
..
25
3.1. Pendekatan Studi
..
25
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
25
3.3. Populasi, Sampel dan Unit Analisis
.
26
3.4. Pengolahan dan Analisa Data
...
27
BAB IV
GAMBARAN UMUM KEADAAN WILAYAH DAN PENDUDUK
MIGRAN DI KECAMATAN PAMULANG
...
29
4.1. Lingkungan Fisik dan Geografis
...
...
29
4.2. Lingkungan Sosial Masyarakat
32
4.3. Lingkungan Budaya Masyarakat
.
33
4.4. Data Penduduk Migran di Pamulang ..
.
35
BAB V
KARAKTERISTIK MIGRAN DAN PROSES PENGAMBILAN
KEPUTUSAN MENJADI MIGRAN SIRKULER
.
41
5.1. Karakteristik Migran
41
5.2. Strategi Nafkah dan Mata Pencaharian Migran ..
45
5.3. Daerah Asal Migran Sirkuler
....
48
5.4. Motivasi dan Pandangan Responden Terhadap Migran Sirkuler.
49
5.5. Jejaring Sosial Sebagai Pelengkap Teori Migrasi Lee
.
52
5.6. Proses Pengambilan Keputusan Menjadi Migran Sirkuler
..
53
BAB VI
PROSES ADAPTASI MIGRAN SIRKULER ..
.
57
6.1. Proses Adaptasi Migran
...
57
xv
6.4. Proses Adaptasi Migran Pada Lingkungan Tempat Tinggal
..
61
6.5. Proses Adaptasi Migran Pada Lingkungan Pekerjaan
64
6.6. Proses Adaptasi Migran Dalam Kehidupan Rumah Tangga
.
71
6.7. Jaringan Sosial Dalam Komunitas Migran
.
74
6.8. Adaptasi Migran Pada Kebijakan Pemerintah
77
6.9. Prospek Migran .
.
80
6.10. Strategi Bertahan Hidup Migran Sirkuler
81
BAB VII PERUBAHAN
STATUS
SOSIAL
EKONOMI
RUMAH
TANGGA MIGRAN SIRKULER
85
7.1. Perubahan Status Sosial Ekonomi Rumah Tangga Migran
...
86
7.1.1. Indikator Bangunan Rumah
.
87
7.1.2. Indikator Kepemilikan Barang
.
91
7.1.3. Kepemilikan Modal Usaha, Tingkat Pendapatan dan
Dana Remiten
..
93
7.1.4. Indikator Pendidikan, Status Perkawinan dan Status
Dalam RumahTangga
..
97
7.2. Perubahan Gaya Hidup dan Kebiasaan Dalam Rumah Tangga
Migran Sirkuler
103
7.3. Indeks Peningkatan Ekonomi Rumah Tangga Migran
..
107
BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN
.
111
8.1. Kesimpulan
.
111
8.2. Saran dan Kebijakan
...
113
DAFTAR PUSTAKA
115
xvi
a bc bd be
fbghcijkj lhmghnbbebeobmbpbqrbmbsbolhmn hqbbenbelh mst obbeuuuuuj kv
fbghcwjkj xbdgbmbe ydzd lhen zn zs
(
o{nbs o hmdbqzs d{|mbe q {mszchm)
}t obfbe|hmbe|~hc bobei k uuu uuuuuuuuuuuuuuj
fbghcwjij bobm lhen zn zs p{ |mbe bmz be| pbqzs sh {c brb }bczmbbe n {} hbdbobelbdzc be|lbqbabm{brbn zc{ om{fb zei kkujjj v
fbghcwjj bob lhen zn zs p{ |mbe ~{ mszchm be| pbqzs {c brb }bczmbbe lbdzc be| bmbo }hb d bobe lbdzcbe| } t ob fbe|hmbe| ~ hc bobe
fb zei kkuuuuu uuuuuuuuuuuuuuuuujj
fbghcjkj lhmqheobqh p{|mbe hmnbqbmsbe hqbmerb lhenbbobe nbe ~ obozq
lhmsb {ebelbnb~bbo{e{uuuuuuuuuuuuuuuuuj ww
fbghcjij lhmqheobqh p{ |mbe hmnbqbmsbe bd berb phebn { p{|mbe nbe mhsz heq{lhm |beo {behe{qlhshmbbei kiuu uuuuuuuu wv
fbghcjj lherhgbmbe hqten he p{|mbe ~{mszch m hmnbqbmsbe bhmb qbc nbehe{qlhshmbbe hq ten hefb zei kiuu uuuuuuujj w
fbghcjwj lhmqheobqh hqten he hmnbqbmsbe }hhd{c{ sbe zbq bbe lhmobe{be~bbn {bhmbqbcp{|mbei kiu uuuuuuujjj
fbghcjkj fhdbo f{e||bc hqten he lhmobdb }bc{ f{e||bc n { } t ob fz zbe p{ |mbe
(
{c brblbdzcbe|),
fb zei kiuuu uuuuuuu jj fbghcjij azgze|be eobmb ydzm lhshmb p{ |mbe ~{mszchm he|be
} hhd{c{ sbeptnbcyqbbuuuuuuuuuuuuuuuujj
fbghcjj lhm{tn hnbemhsz heq{}ze ze|bep{ |mbesh zdbn {bhmbqbc
fb zei kiuuuuu uuuuuuuuuuuuuuuuujj v
fbghcjwj lhmqheobqh p{ |mbe ~{ mszchm lhnb|be| }bs{ {db hmnbqbmsbe lhmebf{nbserb{|zq zmtchlhdnb~hohdbo i kiuuuuujjj v
fbghcjj ~{sbp{ |mbefhmbnblhmerbobbeb bphebn { p{ |mbe~ {mszchm lhnb|be|}bs{{d bp he{e|sbo sbe} hqhb ohmb b ei kiuuuujj
fbghcjj lhd bebbobe ~hgb|{be lhenbbobe p{|mbe ~{mszchm yeozs
} hgzozbe~hszen h mi ki uuuuuuuuuuuuuuuuj k
fbghcvjkj lhmgben {e|be beob{ zdb p{|mbe n { bhmb qbc ~ hghczd nbe ~hqznbphebn {p{|mbe~{mszchmfb zei kiu uuuuuuujj v
xvii
¬ «¦¡¨© ¡¢©¢ £ ¬¢ ®¦
,
¨¦ ¯°±¯² ²²²²²²² ³´µ ¦ ¨ ¶ ·¦ ® ¥¦§ ¨ ©¢ £ ¡¢ ¤ ¨ ª « ¬ ¦§ ¡ ¬ «¦¡¨© ¡¢©¢ £ ¬¢ ®¦ ¸¨¦ ¯°±¯² ²²²²²²² ´ °
¹ § º· ¬ £¢ ¡»· ©¢£ ¬ ¢ ¼ · ¦ ® ¶¢½ ¡¢ ¡¢ ® ¶¡ « ® ¾§ ½©¢£ «¢¸¨¦ ¯°±¯²²²²² ´ ±
¿ ¡¢ £ À¦§ ¨ Á»§¢¢® ¬ »¡ ©Â·Â ¥¦§¨ ££ ©¢£ ª · ¬ ¦§¡ ¬ «¦¡¨©¢ £ «¢¸¯° ±¯²²²²²² ´ ¯
¡ £« Á »§¢ ¢ ® ©Â¡ ¼ «¨ ¡£ £ Á®¢ ¾¢§ ©¢£ ¬¢®¦ ¡¢ § ¦ £¸¨¦ ¯°±¯²² ²²²² ²²²² ´
³ ¢ £®· ¡ »· ©¢£ ¶¦ ¶ ¡ «® Á§»Â® ¾§ ½© ¡¢©¢ £ ¬¢ ®¦ ¡¢Áà §· § ¦ £¸¯°±¯² ´µ
´ ¶« ½ ¤ ¥§¢ · ¥¦§¨ ££ ©¢ £ ¶¡ « ® ¾§ ½© ¡¢©¢ £ ¬¢ ®¦ ¸¨¦ ¯°±¯²²²²²²²² ´¿
±° »«¢ ¥« »Â ¡ ¶¡ « ® ª¡ ¢¡ ® ½ ®
¬§ »¢ £ ¸¨¦ ¯°±¯²²²²²²²²²²²²²²²²² ´
±± ¡¢ £ ¢ £®· ¡¢¡¢ ® ©¢£ ¬ ¦§ ¡ ¬ «¦¡¨ © ¡¢©¢ £ ¬¢ ®¦ ¡¢ § ¦ £¸¨¦ ¯°± ¯²²²² ²² ´³
±¯ ¶« ½ ©¢£ Ä £ © ££¦ ® ¡ ¢ ¡ ® © ££¦ ® ¬ £¢ ¡»· ½¼ · ¦ ® ¶¢ ½ ¡¢¡¢® Á¦ £ ©¢ £
¬¢®¦ ¸¨¦ ¯°±¯² ²²²² ²²²²²²²²²²²²² ´´
± »«¢ ©¢ £ ¶ ¡ « ® ¢ £®· ¡¢¡¢® ®¨¢ ©¢£ ¡ ¢ £®· ¡¢ ¡¢ ® ª ££Â· Á¦ £ Ä £ ¤¢¢½¢ ¨
©¢ £ ¬¢®¦ ¸¯°±¯²²²²²²²²²²²²²²²²²² ±°°
±µ ¦ ¨ ¬··¦ « ® Å¢ ©¢ £ ¬· · § Á¢ © ¡¢ ©¢ £ ¡ ¬ «¦¡ ¨ © ¡¢ ©¢ £ ¬¢ ®¦ ¡¢ § ¦ £¸ · ¨¦
¯°±¯²²² ±°±
±¹ ¦ ¨ ¬· ·¦ « ©¢£ ¤ § ¥¦§¨ ££¬· ·§ Á ¢ © ¡¢ ©¢ £ ¡ ¬ «¦¡¨ © ¡¢ ©¢£ ¬¢®¦ ¡¢
§¦ £¸¨¦ ¯° ±¯²²²²²²²²²²²²²²²²² ±°¯
±¿ ¡¢ £ ££¦ ª « ¢ ¡¦ ©¢£ ¡¢ ¤ ¨ ª«
¬ ¦§¡ ¬«¦¡¨© ¡¢©¢ £ ¬¢ ®¦ ¸ ¨¦ ¯°±¯²² ±°µ
± ££¦ ¶¨ ¶ ® ¥¦§ ¨ ££ ©¢£ ¡¢ ¤¨ ª«
xviii
ÞÇ ÉÐ ÇÒß ÝÇÊÕÉÈÉÊÑà×ÇÓÕÉÝÑ×Ç ÒÖÉÓáÇ×ØÖØ ÔÐ ÇÓÕ ØÐ ÜÑÊÉÐâÆÇ ÒÑ Ó
ãäÍ ãååååååååååååååååååååååååå Í äæ
ÆÇÈÉÊËÌÍçÌ ÕÜèÐéÓ×ÉÜÝêÜèÓèàØë ÑàÇ ÒÆÇÓÔÔÇÖØÔÐÇ ÓÕ Ø ÐÜ ÑÊ ÉÐÕ ÉÈÉÊ Ñà×Ç Ó
ì
i
ìõö÷öøö ù
úöøûöüý
.
þÿ ü üö(
ü.
)
ÿÿÿ þþúöøûöüýÿýÿ öö ù üöùö øüö ùü üö ü ÷ü ÿ ý
úöøûöüÿþÿ ö ö öø ö ö ùöø÷ ö ùý þý ÿÿÿÿÿÿÿ
úöøûöüÿþÿ ö öüö ö øü üö ù ü ÷ü öö öö üö ü öøö
ü öøöùööø÷ö ùö ùöüö ù öùý þý ÿ ý
úöøûöüÿýÿ ùö ù öùüö ù ü÷ü öùý þý
úöøûöüÿ ÿ ö üöùö ù üöù ü ÷ü öùý þý ÿÿ
úöøûöüÿ ÿ ö öüö ö ùöö ö ù üö ù ü÷ü ü ööüö ù ÷ø
öø ö ùöùöüöù öùý þý
úöøûöüÿ ÿ !÷ öö ù ø ö ö ùö üö ù ø÷ õöü ùùö÷ö ù
D
öüö!ö÷ùöù ùö üöù ü ÷ü öùý þýÿÿÿÿÿúöøûöüÿ "ÿ !÷ öö ù øö ö ùö üö ù ø÷ ö ö ù ùö
øö ! ö ö öù öö ö ö ùööüö ù ûöö
üöù ü ÷üÿÿÿ ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ ý
úöøûöüÿ #ÿ ùöøû÷ ö ù ü öö üö ù ùö üö ù
ü÷ü ÿÿÿ
úöøûöüÿ $ÿ üü öö öö üö ù ö öö ü
D
ö÷ö ø ûüö ÷ ö ùùöüö ù ü ÷ü%÷öööø÷ö ù
úöøûöü"ÿþÿ &ù üöö ù'üö ù ö üöù ü ÷ü
(
öüööö÷)
"#úöøûöü"ÿ ýÿ öüùö & ø ÷ö ö ù ü ø ö ö ùö üö ù ü÷ü ü
÷ öù (ö ù
D
ööD
üøöù ù ÷öü ö öøùöùý þý ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ #ý
úöøûöü"ÿÿ ùü ûö ù %÷öö ö ö ùüö ù ÷ö öù ÷ !öüö
4565758
957 :;<58=> ? @A<B5<;5C D 6? A E ;56F@A 8A7;GH75 IJ58KK5L;K< 58? DCD 6H7
L; K<5 E ;MMMMMM MMMMMMMMM MMMMMMM N
957 :;<58O> ? @A<B 5< ;5CD 6 ? A E ;56F@A8A7 ;GH75 I J58 KK5 L; K<58? D EH P5 I
L; K<5 E ;MMMMMM MMMMMMMMM MMMMMMM Q
Z[\]X^_` _X\ abab cded fg
e
l
d hd ig
jklmn mo mpmq rklr s otmu m o r kotqtqn tmls t kvm n k n wp m v kv q oxxqu o
y
m v qtmu pklymt s vkymn zm { m| }klr sotmum o r kotqtqn p klvk~ qp mtmy
m ox ~klv smp r kl{moko tm o mtmy
m ox ~ klvs mp vk{k op mlm mp mq owo rkl{m ok o t svk~qp {sxlmv s v slnqz kl | kr k lp s umzoy
m t s ykz mv nm o wz ku qxw(1986), bahwa migrasi dapat dibedakan menjadi dua
kategori, yaitu permanen dan non permanen. Perbedaannya terletak pada tujuan
pergerakannya. Apabila seorang migran bertujuan untuk pindah tempat tinggal secara
tetap, maka dapat dikategorikan sebagai migran permanen. Sebaliknya, jika tidak ada
niat untuk tinggal menetap di daerah tujuan, maka disebut sebagai migran non
permanen atau migran sirkuler. Berbeda dengan migrasi permanen yang memboyong
seluruh anggota keluarganya untuk menetap di daerah tujuan, migrasi sirkuler yang
meskipun bekerja di daerah tujuan tetapi umumnya keluarga masih tetap tinggal di
daerah asal. Migran sirkuler adalah migran yang meninggalkan daerah asal hanya
untuk mencari nafkah, tetapi mereka menganggap dan merasa tempat tinggal
permanen mereka di daerah asal tempat keluarganya berada/tinggal (Jellinek, 1986).
Migrasi sirkuler banyak dilakukan dari desa ke kota. Menurut Ram (1989),
migrasi sirkuler sesungguhnya merupakan salah satu reaksi spontan rasional penduduk
miskin di daerah perdesaan terhadap kesenjangan peluang bekerja dan berusaha serta
penghasilan di desa dan di kota. Kemiskinan masyarakat di perdesaan disebabkan oleh
adanya berbagai keterbatasan, antara lain bagi petani di Jawa dengan semakin
menyempitnya rata-rata luas pemilikan tanah dari pembagian warisan, mengakibatkan
pendapatan rata-rata petani menjadi semakin turun, disamping peluang kerja dan
berusaha di luar sektor pertanian yang juga terbatas.
Sementara, kota dianggap
sebagai daerah tujuan yang menyimpan berbagai kelebihan termasuk besarnya
kesempatan kerja terutama di sektor informal.
kebersamaan sesama migran sirkuler dari satu desa/daerah, memperkuat motivasi
(Ram, 1986). Bentuk keprihatinan migran sirkuler, ditunjukkan pada tukang becak di
Yogyakarta asal Klaten bahwa untuk menghindari biaya rumah tinggal, mereka tidur
malam di becak mereka sendiri (Mantra, 1995).
Pelaku migran sirkuler pada umumnya meyakini bahwa salah satu cara untuk
meningkatkan kesejahteraan keluarga, orang harus pergi meninggalkan desa untuk
sementara waktu bekerja mencari tambahan penghasilan di kota. Hal ini dikuatkan
oleh Hugo (1981), yang melakukan penelitian di Jawa Barat, disamping melakukan
penelitian terhadap beberapa desa yang terletak di Propinsi Jawa Barat (14 desa) juga
melakukan penelitian terhadap kegiatan kerja para migran di kota tujuan, yaitu
Bandung dan Jakarta. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa sebagian terbesar dari
migran sirkuler pada waktu mereka berada di kota melakukan pekerjaan di sektor
informal. Ada dua alasan mengapa para migran sirkuler bekerja di sektor informal,
yaitu (1) sektor informal mempunyai daya serap yang tinggi terhadap tenaga kerja,
sehingga tenaga kerja menganggap lebih mudah untuk masuk sektor ini dan (2)
migran sirkuler yang bekerja di sektor informal bebas (fleksibel) menentukan hari dan
jam kerja. Adanya kebebasan waktu inilah yang dibutuhkan oleh para migran untuk
melakukan sirkulasi secara pulang pergi dari/ke desa-kota.
Lebih lanjut, pilihan hidup menjadi migran sirkuler sangat dimungkinkan,
karena didukung oleh sarana lalu lintas dan angkutan yang relatif murah dan memadai,
sehingga migran sirkuler dapat melakukan perjalanan pergi dan pulang ke/dari kota
dengan mudah dan sewaktu-waktu. Pada saat pulang ke desa seperti itulah, para
migran membawa sebagian dari penghasilannya baik berupa uang atau barang sebagai
bentuk dari tanggung jawab dan ikatan kekeluargaan yang kuat dengan daerah asal.
Menurut Hidayat (1991), salah satu dampak positif yang ditimbulkan dari kebiasaan
mengirimkan uang atau barang-barang berharga kepada keluarga di desa adalah
meningkatnya status sosial ekonomi keluarga tersebut. Hasil penelitian Abustam
(1987) melaporkan bahwa ternyata sumbangan uang yang diberikan kepada rumah
tangga di desa asal oleh migran sirkuler lebih besar daripada migran permanen.
Tingginya penduduk desa yang melakukan migrasi sirkuler dan memiliki hubungan
yang kuat dengan daerah asal, terbukti mereka dapat berperan sebagai agen
pembaharuan di daerah asal mereka (Ram, 1989).
Berbagai upaya yang dilakukan oleh migran sirkuler sehingga berhasil secara ekonomi
dan sosial, tentu banyak pula rintangan dan tantangan yang dihadapinya.
Permasalahan yang berkaitan dengan proses pengambilan keputusan untuk menjadi
migran sirkuler dan proses adaptasi menjadi migran sirkuler, dipastikan membutuhkan
pertimbangan, pemikiran, persiapan dan perjuangan yang sangat serius. Oleh karena
itu, penelitian ini dimaksudkan untuk melengkapi hasil-hasil penelitian terdahulu
dengan mengkaji masalah yang berkaitan dengan proses pengambilan keputusan
migrasi dan adaptasi migran sirkuler.
Penelitian ini dilakukan di wilayah kecamatan Pamulang, Kota Tangerang
Selatan. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti sejak tahun 1990 hingga saat ini, di
wilayah ini telah terjadi pertumbuhan jumlah pedagang kaki lima yang amat pesat.
Pedagang kaki lima pada umumnya para pencari nafkah yang berasal dari daerah di
luar kecamatan Pamulang dan sebagian besar berasal dari masyarakat perdesaan di
Jawa Barat dan Jawa Tengah. Pedagang kaki lima pada umumnya menjalani
kehidupannya sebagai migran sirkuler. Indikasi banyaknya migran sirkuler di wilayah
kecamatan Pamulang inilah yang kemudian mendorong peneliti untuk melakukan
penelitian tentang migrasi sirkuler di wilayah ini. Di samping itu, berdasarkan
pengamatan peneliti sampai saat ini penelitian tentang migrasi sirkuler di wilayah
Kecamatan Pamulang belum pernah dilakukan.
u
m
u
Di bagian latar belakang telah diuraikan berdasarkan hasil dari berbagai
penelitian terdahulu tentang migrasi sirkuler. Nampaknya motif ekonomi menjadi
faktor yang sangat menentukan apakah seseorang kemudian akan melakukan migrasi
atau tidak. Mengingat migrasi sirkuler banyak dilakukan dari desa-kota, maka
penjelasan ini mengindikasikan bahwa terjadi kesenjangan ekonomi antara masyarakat
di perdesaan dan perkotaan.
Faktor yang memotivasi terhadap keputusan seseorang untuk melakukan
migrasi yang terdapat di daerah asal disebut faktor pendorong, sedangkan di daerah
tujuan disebut sebagai faktor penarik. Faktor pendorong di daerah asal merupakan
faktor yang bersifat negatif, artinya sebagai faktor yang menyebabkan seseorang ingin
meninggalkan daerah asal tersebut. Misalnya: sulitnya mencari nafkah di perdesaan.
Sebaliknya faktor penarik di daerah tujuan merupakan faktor yang menyebabkan
seseorang tertarik ingin pindah ke daerah tujuan tersebut. Misalnya: mudahnya
mencari nafkah di perkotaan. Oleh karena itu, kecenderungan migrasi sirkuler
merupakan perpindahan penduduk secara sirkuler dari desa ke kota. Meskipun
demikian, faktor pribadi atau individu masih merupakan faktor yang sangat
menentukan apakah kemudian seseorang mengambil keputusan untuk menjadi migran
sirkuler atau tidak, walaupun seringkali keputusan pribadi dipengaruhi oleh
pertimbangan-pertimbangan yang berasal dari anggota rumah tangganya.
Migrasi sirkuler dari desa ke kota, secara sosiologis tidak sekedar gerak
penduduk berkenaan dengan melintasi batas-batas wilayah administrasi atau geografi,
melainkan juga melintasi batas-batas sosial-budaya pedesaan yang tradisional menuju
sosial-budaya perkotaan yang lebih modern. Perbedaan kondisi sosial, ekonomi dan
budaya antara di perdesaan dan perkotaan inilah yang kemudian seringkali menjadi
tantangan sekaligus hambatan bagi berhasil tidaknya seorang migran. Oleh karena itu,
untuk mencapai suatu keberhasilan dalam arti capaian yang baik pada aspek sosial,
ekonomi dan budaya pada seorang migran, dibutuhkan suatu proses adaptasi yang
harus diperjuangkan. Adaptasi adalah suatu proses untuk mencapai keseimbangan
dengan lingkungannya. Lebih lanjut, sebagai migran sirkuler yang sifatnya tinggal
sementara di kota tetapi sesungguhnya lebih banyak waktunya dipergunakan untuk
tinggal di kota tersebut, mempunyai implikasi permasalahan baik secara sosial,
ekonomi dan budaya terhadap migran itu sendiri maupun keluarga rumah tangga
migran yang ditinggalkan di daerah asalnya. Meskipun demikian, banyak rumah
tangga migran yang diduga merasakan manfaat dan keberhasilan dalam peningkatan
kesejahteraan setelah menjadi migran sirkuler.
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, maka dirumuskan masalah
penelitian sebagai berikut :
3. Bagaimana perubahan status sosial ekonomi yang terjadi pada rumah tangga
migran?
u
ju
e
n
e
liti
Berdasarkan uraian tentang latar belakang penelitian dan mengacu pada
rumusan masalah penelitian, maka tujuan penelitian adalah:
1. Mengkaji proses pengambilan keputusan menjadi migran sirkuler;
2. Mengkaji proses adaptasi menjadi migran sirkuler;
3. Mengkaji perubahan status sosial ekonomi rumah tangga migran.
e
g
u
n
n
e
liti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai
dinamika kehidupan rumah tangga masyarakat migran khususnya migran sirkuler
yang berasal dari masyarakat perdesaan yang kemudian mencari mata pencaharian
sebagai sumber penghidupan di wilayah perkotaan. Dengan demikian penelitian ini
dapat dimanfaatkan untuk memberikan masukan baik kepada pemerintah maupun
masyarakat bahwa migrasi sirkuler sebagai suatu bentuk tindakan positif dalam rangka
usaha meningkatkan kesejahteraan keluarga dalam rumah tangga dan masyarakat
perdesaan pada umumnya. Perbedaan karakteristik masyarakat perdesaan pada
umumnya akan berpengaruh pada adanya perbedaan jenis kegiatan usaha sebagai
sumber penghidupan ketika berstatus sebagai migran sirkuler di perkotaan. Perbedaan
karakteristik migran tersebut, dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi
Pemerintah Daerah untuk mengambil suatu model kebijakan yang tepat khususnya
yang berkaitan dengan kebijakan kependudukan.
Secara praktis hasil penelitian ini
diharapkan dapat memberikan informasi yang dapat dijadikan bahan masukan bagi
Pemerintah Kota Tangerang Selatan dalam rangka mengambil kebijakan di bidang
ketenagakerjaan yang berkaitan dengan kesejahteraan masyarakat.
Dari aspek pengembangan keilmuan, hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan suatu tambahan wawasan mengenai dinamika kehidupan rumah tangga
migran sirkuler dari perdesaan ke perkotaan yang mempunyai kegiatan usaha di sektor
informal pedagang kaki lima.
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat
dipergunakan sebagai referensi atau pembanding bagi penelitian berikutnya serta dapat
memberikan landasan untuk penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan yang
¡¢¡ £
e
n
g
er
ti
¤¥ £s
r
o
se
¦ig
r
¤§ ¨Semenjak hidup menetap, persepsi manusia terhadap lahan mengalami pergeseran.
Semula manusia hanya menganggap lahan sebagai jalur yang dilewati ketika hidup
secara berpindah dan hanya beberapa lama didiami. Akan tetapi dalam
perkembangannya lahan memiliki makna penting, tidak lagi sebagai tempat singgah
sementara, tetapi sebagai tempat hidup. Ketika konsep pertanian dikenal, manusia
mulai memanfaatkan lahan sebagai sumber produksi untuk bertahan hidup. Mulai saat
inilah konsep lahan menjadi bagian yang penting dalam kehidupan manusia, terutama
pada masyarakat agraris.
Perdesaan Jawa sebagian besar merupakan wilayah agraris yang masyarakatnya
memandang lahan sebagai aset penting dalam kehidupan. Hal ini dikarenakan lahan
merupakan sumberdaya alam yang diolah untuk menghasilkan bahan yang dibutuhkan
manusia. Lahan bagi masyarakat agraris berfungsi sebagai aset produksi untuk dapat
menghasilkan komoditas hasil pertanian, baik untuk tanaman pangan ataupun tanaman
perdagangan. Dengan kata lain keberlangsungan hidup masyarakat petani di perdesaan
sangat tergantung pada lahan yang merupakan bagian dari faktor alam. Ketika faktor
alam sudah tidak mampu lagi memenuhi tuntutan kebutuhan untuk mensejahterakan
masyarakat, maka yang terjadi adalah kemiskinan.
Kemiskinan merupakan salah satu masalah pelik yang dihadapi oleh sebagian
masyarakat Indonesia. Pada saat ini, kemiskinan bukanlah istilah baru dalam kamus
pembangunan ekonomi Indonesia. Hampir seluruh lapisan masyarakat mengakui
kenyataan bahwa adanya kemiskinan pada sebagian masyarakat di negara Indonesia.
Kemiskinan merupakan persoalan yang mengandung banyak dimensi dan menuntut
pemecahan dengan ragam pendekatan. Salah satu pendekatan dalam memahami
kemiskinan adalah melalui
su
st
©ª «© ¬® ªv
® ª ¯°°±, yaitu pendekatan yang tidak hanya
berbicara mengenai pendapatan dan pekerjaan tetapi lebih pada memahami bagaimana
kehidupan orang miskin, apa prioritas hidup mereka dan strategi apa yang dapat
membantu mereka (Widiyanto, 2009:5).
kebutuhan minimum. Kemiskinan relatif adalah kondisi pendapatannya berada pada
posisi di atas garis kemiskinan, namun relatif lebih rendah dibanding pendapatan
masyarakat sekitarnya. Kemiskinan kultural karena mengacu pada persoalan sikap
seseorang atau masyarakat yang disebabkan oleh faktor budaya, seperti tidak mau
berusaha untuk memperbaiki kehidupannya, malas, pemboros, dan atau tidak kreatif.
Kemiskinan struktural adalah kondisi atau situasi miskin karena pengaruh kebijakan
pembangunan yang belum menjangkau seluruh masyarakat sehingga menyebabkan
ketimpangan pada pendapatan
.
Berdasarkan pengalaman petani di perdesaan, terutama petani pemilik dan
penggarap bahwa proses kemiskinan atau penurunan kesejahteraan sangat mungkin
dan sering terjadi, terutama bila produktivitas usaha tani mengalami penurunan,
misalnya terjadi gagal panen, dan penurunan harga-harga hasil usaha tani. Oleh sebab
itu, para petani menggambarkan kesejahteraan mereka bagaikan sebuah gelombang di
lautan, kadang-kadang naik dan kadang-kadang turun (Fajar, 2009:214). Gambaran ini
menunjukkan bahwa pemiskinan karena produktivitas yang rendah dan pengaruh
tekanan harga hasil usaha tani. Dalam hal menghadapi kemiskinan, banyak petani
Jawa yang kemudian banting setir menjadi migran ke kota dan berupaya
meningkatkan kehidupan di sana
(
Saifuddin, 2005). Migrasi penduduk dari desa ke
kota sudah terjadi sejak lama. Sampai pada saat ini, proses migrasi desa-kota tersebut
masih tetap terjadi sebagai akibat dari suatu realitas ketenagakerjaan, yaitu kurangnya
minat angkatan kerja muda untuk bekerja di sektor pertanian perdesaan (Tarigan,
2004). Motif ekonomi diduga menjadi faktor pemicu utama terjadinya proses migrasi.
Meskipun demikian, jika dikaji lebih mendalam sesungguhnya banyak faktor
yang ikut mempengaruhi seseorang melakukan proses migrasi. Proses migrasi
sesungguhnya merupakan serentetan peristiwa yang dilakukan oleh seseorang
semenjak akan memutuskan menjadi migran hingga menjadi migran. Oleh karena itu
proses migrasi juga mencakup ketika calon migran tersebut melakukan proses
pengambilan keputusan
dengan mempertimbangkan berbagai
faktor
yang
mempengaruhinya dan proses adaptasi menjadi migran di daerah tujuan.
²³²³ ´
e
o
r
i
µig
r
¶·¸ ¶¹d
µig
r
¶·¸ºir
k
u
le
r
migrasi adalah suatu bentuk gerak penduduk geografis, spasial atau teritorial antara
unit-unit geografis yang melibatkan perubahan tempat tinggal yaitu dari tempat asal ke
tempat tujuan. Oleh karena migrasi bersifat permanen dan bertujuan menetap, maka
secara umum bermakna sebagai migrasi jangka panjang, sedangkan sirkulasi dan
komutasi karena bersifat non permanen, maka secara umum bermakna sebagai gerak
penduduk yang berciri jangka pendek.
Wirosuhadjo
1
(1981:116) mendefinisikan
migrasi sebagai perpindahan
penduduk dengan tujuan untuk menetap dari satu tempat ke tempat lain melampaui
batas politik/Negara ataupun batas administratif/batas bagian Negara. Selanjutnya
Wirosuhardjo mengatakan bahwa apabila seseorang tidak bermaksud menetap di
daerah yang didatangi dan telah tinggal di daerah itu kurang dari tiga bulan, maka
orang tersebut dapat digolongkan dalam migrasi sirkuler. Mantra (1988), menyatakan
bahwa batasan tempat dan waktu tersebut lebih banyak ditentukan berdasarkan
kesepakatan. Dalam berbagai penelitian lainnya, seperti oleh Tarigan (2004), Hidayat
(1991), Hugo (1973), memahami istilah sirkulasi juga sebagai migrasi sirkuler.
Menurut Zelinsky dalam Rusli (1989), sirkulasi yang sering disebut migrasi
sirkuler, secara umum bermakna: berbagai macam gerak yang biasanya berciri jangka
pendek, repetitif, atau siklikal dimana punya kesamaan dalam hal tak nampak niat
yang jelas untuk merubah tempat tinggal yang permanen. Dengan demikian ciri pokok
sirkulasi atau migrasi sirkuler adalah proses perpindahan tempat tinggal tetapi tidak
bermaksud menetap di tempat tujuan. Migran sikuler biasanya adalah orang yang
masih mempunyai keluarga atau ikatan dengan tempat asalnya seperti tukang becak,
kuli bangunan, dan pengusaha warung tegal, yang sehari-harinya mencari nafkah di
kota dan pulang ke kampungnya dalam waktu tertentu atau beberapa bulan sekali.
Hadisupadmo (1991) menambahkan bahwa ciri selanjutnya migran sirkuler adalah
masih tercatat sebagai penduduk daerah asal secara resmi, bukan sebagai penduduk
daerah tujuan. Alat bukti yang kuat adalah kepemilikan Kartu Tanda Penduduk yang
tercatat di daerah asal bagi seorang migran sirkuler.
Dalam penelitian ini, migran sirkuler adalah mereka yang bekerja di sektor
informal, khususnya pedagang kaki lima. Kehidupan migran sirkuler menurut Mantra
(1978) dalam istilah Jawa sebagai boro atau pengembara. Dijelaskan dalam Wariso,
1989, bahwa boro merupakan bentuk usaha mencari keuntungan, mengandung
unsur-______________________
1
diunduh pada tanggal 10 September 2012 dari
»ttp
¼//robir08.student.ipb.ac.id/2010/06/19/pengaruh
unsur (1) pergi ke daerah lain; (2) atas kemauan sendiri; (3) memiliki tempat tujuan;
(4) tujuannya mencari nafkah; (5) penghasilannya dibawa pulang untuk mencukupi
kebutuhan hidup keluarganya.
Secara teori, migrasi dan migrasi sirkuler karena menyangkut aspek-aspek
kehidupan sosial ekonomi manusia, maka faktor-faktor yang mempengaruhi dan
permasalahannya menjadi kompleks. Menurut teori yang dikembamgkan oleh Lee,
1980, seperti telah disebutkan sebelumnya, ada empat faktor yang mempengaruhi
orang mengambil keputusan untuk melakukan migrasi, yaitu: (1). faktor-faktor yang
terdapat di daerah asal, (2). faktor-faktor yang terdapat di daerah tujuan (3).
rintangan-rintangan yang menghambat (4). faktor-faktor pribadi/individu.
Di daerah asal maupun daerah tujuan terdapat faktor-faktor positif (+), faktor
negatif (-) dan faktor netral (o). Faktor positif adalah faktor yang memberikan
keuntungan apabila bertempat tinggal di daerah tersebut. Faktor negatif adalah faktor
yang memberikan nilai negatif pada daerah tersebut yang menjadikan alasan untuk
pergi dari daerah tersebut. Sedangkan yang dimaksud faktor netral adalah faktor yang
ada pada daerah asal dan daerah tujuan namun tidak mempengaruhi individu untuk
berada di daerah tersebut. Berdasarkan teori migrasi yang dikembangkan oleh Lee,
faktor terpenting setiap individu dalam melakukan migrasi adalah faktor individu itu
sendiri. Faktor individu memberikan penilaian apakah suatu daerah dapat memenuhi
kebutuhannya atau tidak. Rintangan antara dapat berupa biaya pindah yang tinggi,
topografi daerah dan juga sarana transportasi. Namun demikian, alasan yang paling
kuat mengapa seseorang individu melakukan migrasi adalah faktor ekonomi.
Gambar 2.1. Teori Migrasi (Everett S. Lee)
(Sumber: Lee, 1980)
Daerah tujuan, dalam teori migrasi merupakan daerah yang dianggap
mempunyai daya tarik bagi calon migran apabila bertempat tinggal di daerah tersebut.
Faktor-faktor yang memberikan daya tarik yang umum disebut sebagai
pull factor
merupakan faktor positif, antara lain (1) adanya harapan akan memperoleh
kesempatan untuk memperbaiki taraf hidup, (2) adanya kesempatan memperoleh
pendidikan yang lebih baik, (3) keadaan lingkungan hidup yang indah dan
menyenangkan, misalnya adanya taman, perumahan yang rapih, dsb (4) adanya
fasilitas dan aktivitas di kota besar, tempat-tempat hiburan, pusat kebudayaan sebagai
daya tarik bagi orang-orang daerah.
Menurut Robert Norris dalam Puspitasari (2010), gambar yang dibuat Lee perlu
ditambah dengan tiga komponen yaitu migrasi kembali, kesempatan antara dan
migrasi paksaan. Norris berpendapat bahwa faktor terpenting dalam terjadinya migrasi
adalah daerah asal. Kesempatan antara merupakan kota-kota kecil atau sedang yang
terletak antara desa pengirim migran dan kota tujuan migrasi. Migrasi kembali adalah
proses migrasi migran kembali ke daerah asal karena berbagai alasan, umpamanya
karena migran tersebut sudah sukses di daerah tujuan dan karena daerah asal
merupakan rumah pertama bagi mereka maka mereka ingin menghabiskan masa
hidupnya kembali di daerah asal. Alasan lainnya misalnya karena migran tersebut
tidak dapat menyesuaikan dan mendapatkan apa yang dia inginkan di kota tujuan
maka migran tersebut akan kembali ke daerah asal. Yang dimaksud dengan migrasi
terpaksa adalah migrasi yang dilakukan karena keadaan darurat misalnya terjadinya
perang, wabah penyakit ataupun bencana alam.
Todaro (1992) menyatakan migrasi merupakan suatu proses yang sangat
selektif yang mempengaruhi setiap individu dengan ciri-ciri ekonomi, sosial,
pendidikan dan demografi tertentu, maka pengaruhnya terhadap faktor-faktor ekonomi
3
4
2
1
+ o - + o - o
+ - + o - + o+
o - + o - o +
o + - o + - o
O - + o + o O +
- (1)
O
ooooooooo+==
=_
+ o - + o - o
+ o o - - + o - o
o + + + o+
-+ o - -+ o - o
+ - + o - + + o
O - + o + o O +
dan non ekonomi dari masing-masing individu juga bervariasi. Beberapa faktor non
ekonomis yang mempengaruhi keinginan seseorang melakukan migrasi adalah: (1)
faktor-faktor sosial, termasuk keinginan para migran untuk melepaskan dari
kendala-kendala tradisional yang terkandung dalam organisasi-organisasi sosial yang
sebelumnya mengekang mereka. Ada kecenderungan bahwa orang tidak menyukai
dengan adanya pengekangan, (2) faktor-faktor fisik, termasuk pengaruh iklim dan
bencana meteorologis, seperti banjir dan kekeringan. Keberhasilan kaum migran
kadangkala dipacu oleh kondisi fisik alam yang telah menempanya di daerah asal.
Motivasi untuk memperoleh kesuksesan secara ekonomi dan sosial di daerah tujuan
migrasi seringkali muncul akibat tekanan sosial ekonomi yang sangat berat. Bahkan
ada semacam semboyan kalau belum sukses di rantau belum berani pulang ke daerah
asalnya , (3) faktor-faktor demografi, termasuk penurunan tingkat kematian yang
kemudian mempercepat laju pertumbuhan penduduk suatu tempat. Laju pertumbuhan
penduduk yang tinggi di suatu daerah tanpa diimbangi adanya daya dukung ekonomis,
menyebabkan rendahnya tingkat pemenuhan kesejahteraan penduduknya, (4)
faktor-faktor kultural, termasuk pembinaan kelestarian hubungan keluarga besar yang berada
pada tempat tujuan migrasi. Hubungan keluarga besar di daerah tujuan migrasi
mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap tingkat migrasi. Keberhasilan di
daerah tujuan migrasi yang disosialisasikan oleh keluarga besar migran merupakan
suatu daya tarik bagi penduduk daerah asal migran, (5) faktor-faktor komunikasi,
termasuk kualitas seluruh sarana transportasi, sistem pendidikan yang cenderung
berorientasi pada kehidupan kota dan dampak-dampak modernisasi yang ditimbulkan
oleh media massa atau media elektronik. Media komunikasi mempunyai kekuatan
yang luar biasa sebagai corong yang berfungsi untuk memberikan informasi yang
menarik tentang keadaan perkotaan.
artinya (a) adanya arus migrasi yang terarah, dan (b) adanya migrasi dari desa-kota
kecil-kota besar. Migrasi bertahap memberikan penjelasan bahwa secara terstruktur
lebih banyak penduduk perdesaan yang melakukan migrasi ke kota-kota kecil, dan
penduduk di kota-kota kecil akan bermigrasi ke kota-kota yang lebih besar. Migrasi
penduduk perdesaan yang langsung ke kota-kota besar pada umumnya lebih sedikit,
(3) Arus dan Arus Balik, artinya setiap arus migrasi utama akan menimbulkan arus
balik penggantiannya. Meskipun migrasi desa-kota mendominasi arus migrasi, namun
selalu ada arus balik pada arah yang berlawanan sehingga migrasi neto dari kedua titik
migrasi selalu lebih kecil dari migrasi kotornya, (4) Perbedaan antara desa dan kota
mengenai kecenderungan melakukan migrasi. Penduduk kota kurang berminat untuk
bermigrasi dibandingkan orang dari desa. Bahkan orang dari daerah yang bermigrasi
ke kota kemudian di kota tidak memperoleh keberhasilan di bidang ekonomipun pada
umumnya enggan migrasi kembali ke daerah asalnya, (5) Wanita melakukan migrasi
pada jarak yang dekat dibandingkan pria. Tingkat keberanian, mental rata-rata kaum
laki-laki pada umumnya jauh lebih tinggi dari pada kaum perempuan. Kaum laki-laki
pada umumnya mempunyai keberanian migrasi yang lebih jauh, meskipun pada saat
ini perlu dilakukan penelitian apakah benar demikian, karena tidak sedikit tenaga kerja
wanita migran yang bekerja di luar negeri, (6) Teknologi, komunikasi dan migrasi.
Arus migrasi mempunyai kecenderungan meningkat sepanjang waktu akibat
meningkatnya sarana komunikasi, perhubungan dan akibat perkembangan industri
serta perdagangan, (7) Motif ekonomi merupakan dorongan utama orang melakukan
migrasi. Dorongan untuk memperbaiki kehidupan ekonomi senantiasa lebih dominan
dari pada faktor lainnya dalam mengambil keputusan migrasi.
Mabogunje dalam Mantra (2000), menyebutkan bahwa hubungan migran
dengan desa asal dapat dilihat dari materi informasi yang mengalir dari kota atau
daerah tujuan ke desa asal. Jenis informasi itu bersifat positif dan negatif. Informasi
positif biasanya datang dari para migran yang berhasil. Informasi yang positif dapat
mempengaruhi hal-hal sebagai berikut : (a) Stimulus untuk pindah semakin kuat di
kalangan migran potensial di desa, (b) Pranata sosial yang mengontrol mengalirnya
warga desa ke luar semakin longgar, (c) Arah pergerakan penduduk tertuju ke
kota-kota atau daerah tertentu, (d) Perubahan pola investasi dan pemilikan tanah di desa
karena tanah mulai dilihat sebagai suatu komoditi pasar.
besar migran yang gagal memiliki gengsi yang besar ketika harus mengatakan mereka
gagal di daerah perantauan, sehingga informasi positif lebih mudah menyebar
daripada informasi negatif. Mabogunje melihat bahwa kontribusi migran terdahulu di
kota sangat besar dalam membantu migran baru yang berasal dari desa atau daerah
yang sama dengan mereka, terutama pada tahap-tahap awal dari mekanisme
penyesuaian diri di daerah tujuan. Hal ini menyebabkan lapangan pekerjaan tertentu di
suatu kota atau daerah sering didominasi oleh migran yang berasal dari desa atau
daerah tertentu pula karena proses mencari pekerjaan itu biasanya berkisar antar relasi
migran se daerah juga.
Dari keseluruhan yang digambarkan dalam teori migrasi dapat dijelaskan
dengan menggunakan teori Rasionalitas oleh Weber bahwa migrasi yang dimaksud
dalam penelitian ini adalah merupakan tindakan bersifat rasional. Weber menyatakan
bahwa tindakan sosial berkaitan dengan interaksi sosial. Sesuatu tidak akan dikatakan
sebagai tindakan sosial jika individu tersebut tidak mempunyai tujuan dalam
melakukan tindakan tersebut. Weber menggunakan konsep rasionalitas dalam
klasifikasinya mengenai tipe-tipe tindakan sosial. Tindakan rasional menurut Weber
atas pertimbangan sadar dan pilihan bahwa tindakan itu dinyatakan/dilakukan
(Lawang, 1986).
½¾¿¾À
e
o
r
i
Ád
ÂÃt
ÂÄ ÅPada dasarnya setiap manusia membutuhkan suatu ketenangan dan kebahagiaan
dalam hidupnya. Untuk dapat memenuhi apa yang menjadi keinginan atau harapan
setiap manusia tersebut, maka banyak cara atau strategi yang dapat dilakukannya. Cara
yang harus dilakukan manusia diantaranya bagaimana cara mengadaptasi diri dengan
lingkungannya dimana berada. Misalnya bagaimana beradaptasi dengan masyarakat di
lingkungan tempat tinggal, atau lingkungan pekerjaan. Tjitrajaya (1981) menjelaskan
bahwa strategi adaptasi merupakan cara atau pola tingkah laku yang direncanakan
untuk mencapai sesuatu yang diinginkan. Untuk melihat salah satu bentuk dan ukuran
adaptasi seorang migran misalnya, Pelly (1998) mengatakan bahwa strategi adaptasi
adalah cara-cara yang digunakan oleh perantau (istilah lain dari migran) untuk
mengatasi rintangan-rintangan yang mereka hadapi dan untuk memperoleh suatu
keseimbangan positif dengan kondisi-kondisi latar belakang perantau.
melangsungkan hidupnya.
Dijelaskan agar dapat dan tetap melangsungkan
kehidupannya, maka menurutnya ada tiga syarat utama yang harus dipenuhinya yaitu
(1) syarat-syarat dasar alamiah-biologis (manusia harus makan, minum, menjaga
kestabilan temperatur tubuhnya, menjaga tetap berfungsinya organ-organ tubuh
lainnya), (2) syarat-syarat kejiwaan (manusia membutuhkan perasaan tenang yang
jauh dari perasaan takut, keterkucilan, gelisah dan berbagai masalah kejiwaan
lainnya), (3) syarat-syarat dasar dasar sosial (membutuhkan hubungan dengan orang
lain untuk dapat melangsungkan keturunan, agar merasa tidak terkucil, untuk dapat
belajar mengenai kebudayaan, untuk mempertahankan diri dari serangan musuh dan
sebagainya).
Dengan demikian, adaptasi adalah kemampuan atau kecenderungan makhluk
hidup dalam proses menyesuaikan diri dengan lingkungan baru untuk dapat tetap
hidup dengan baik. Adaptasi dapat dilihat sebagai usaha untuk memelihara kondisi
kehidupan dalam menghadapi perubahan. Oleh karena itu adaptasi tersebut kemudian
berkaitan erat dengan tingkat pengukuran yang dihubungkan dengan tingkat
keberhasilannya agar dapat bertahan hidup.
Gerungan (2004), menjelaskan bahwa adaptasi merupakan suatu proses untuk
mencapai keseimbangan dengan lingkungan. Secara luas keseimbangan itu bisa
dicapai dengan dua cara. Cara pertama adalah cara pasif, yakni dengan mengubah
diri sesuai dengan lingkungan. Proses ini dikenal dengan istilah
Æp
Ç Æu
to
st
Ès
. Ada dua
alasan utama orang melakukan adaptasi
ÆÇ Æu
to
p
Èst
s
yaitu adanya kesadaran bahwa orang
lain atau lingkungan bisa memberi informasi yang bermanfaat dan upaya agar diterima
secara sosial sehingga terhindar dari celaan. Cara kedua adalah cara aktif, yakni
dengan mengubah lingkungan sesuai dengan keinginan atau kebutuhan dirinya sendiri,
baik terhadap lingkungan psikis misalnya bagaimana cara orang bergaul, terhadap
lingkungan alamiah, maupun lingkungan rokhaiah misalnya migran dapat saja
mempengaruhi dan mengubah taraf pengetahuan dan cara berfikir masyarakat di
lingkungan barunya. Proses adaptasi seperti ini disebut menyesuaikan diri secara
aloplastis dengan lingkungannya, dimana lingkungan yang diubah oleh dirinya. Setiap
perubahan dalam lingkungan kehidupan orang dalam arti yang luas menyebabkan
manusia harus menyesuaikan diri dengan lingkungan tersebut.
keluarga, (3) kemasyarakatan yang dapat tercermin dalam hubungan sosial atau
organisasi sosial untuk menunjang hidupnya, (4) mengembangkan cara hidup yang
memungkinkan mereka dapat mempertahankan hidupnya secara lebih baik.
Bagi migran sirkuler dari daerah perdesaan ke perkotaan, salah satu yang
menjadi hambatan dan tantangan adalah bagaimana mengatasi permasalahan
terjadinya perbedaan cara hidup, kebiasaan dan perilaku sewaktu di lingkungan
perdesaan kemudian harus merubah dengan cara hidup, kebiasaan dan perilaku di
lingkungan perkotaan yang sama sekali berbeda. Dalam proses migrasi sirkuler dari
desa ke kota, berarti terjadi peristiwa kontak sosial antara migran sebagai warga
pendatang dengan lingkungan masyarakat yang sudah ada di daerah tujuan. Cara
bergaul, cara hidup dan cara berinteraksi dengan lingkungan yang dibawa oleh migran
sirkuler berbeda dengan yang dimiliki oleh masyarakat kota. Migran dituntut untuk
melakukan adaptasi dengan lingkungannya. Oleh karena itu karakteristik manusia
akan sangat menentukan apakah kemudian mereka mampu bertahan menjadi migran
atau tidak, karena sebagai individu, manusia mempunyai kemampuan yang berbeda
dan akan memberi tanggapan yang berbeda pula terhadap lingkungannya tergantung
dari pemahaman, persepsi dan idea atau gagasan mereka.
Penjelasan di atas menunjukkan bahwa pada dasarnya setiap lingkungan sosial
masyarakat mempunyai tatanan budaya masing-masing. Antara lingkungan satu dan
yang lainnya, apalagi antara masyarakat desa dengan kota tentu memiliki budaya
berbeda-beda. Perbedaan antara lingkungan sosial budaya masyarakat pedesaan dan
perkotaan dapat dijelaskan sebagai berikut. Menurut Landis
1
Édesa dicirikan dengan