• Tidak ada hasil yang ditemukan

Purification, Characterization and Antibiotic Activity of Metabolite Soil Actinomycetes East Kalimantan Origin

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Purification, Characterization and Antibiotic Activity of Metabolite Soil Actinomycetes East Kalimantan Origin"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

PURIFIKASI, KARAKTERISASI DAN

AKTIVITAS ANTIBIOTIKA DARI METABOLIT

AKTINOMISETES TANAH ASAL KALIMANTAN TIMUR

NURLAILA

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Purifikasi, Karakterisasi dan Aktivitas Antibiotik dari Metabolit Aktinomisetes Tanah Asal Kalimantan Timur adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juli 2013

Nurlaila

(4)

RINGKASAN

NURLAILA. Purifikasi, Karakterisasi dan Aktivitas Antibiotik dari Metabolit Aktinomisetes Tanah Asal Kalimantan Timur. Dibimbing oleh IRMANIDA BATUBARA dan BAMBANG MARWOTO.

Penyakit infeksi seperti tuberculosis (TB), diare dan pneumonia merupakan penyakit penyebab utama kematian selain stroke, hipertensi dan kanker. Penyakit infeksi merupakan penyakit yang disebabkan oleh mikroba patogen. Obat yang sering dipakai untuk mengatasi penyakit ini adalah antibiotik. Dengan berkembangnya mikroba patogen yang resisten dan munculnya penyakit infeksi baru maka penting untuk mencari obat anti infeksi yang baru juga. Saat ini sumber mikroba yang tengah dikembangkan karena banyak menghasilkan senyawa aktif adalah mikroba dari aktinomisetes dan kapang, dari 16.500 senyawa antibiotika yang diisolasi dari mikroba, 52,7% diantaranya dari aktinomisetes.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempurifikasi dan mengkarakterisasi senyawa antimikroba dari metabolit aktinomisetes tanah asal Kalimantan Timur. Ekstrak butanol hasil dari fermentasi isolat AT 00244 asal Kalimantan Timur difraksinasi dengan kolom kromatografi. Fraksi-fraksi yang dihasilkan lalu diuji aktivitas antimikrobanya. Fraksi yang paling aktif dipurifikasi dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dan High Performance Liquid Chromatography (HPLC) preparatif selanjutnya diuji kemurniannya dengan HPLC. Senyawa hasil purifikasi dikarakterisasi menggunakan Fourier Transform Infra Red (FTIR) dan Liquid Chromatography Mass Spectrophotometer (LCMS).

Fraksinasi dengan kolom kromatografi menghasilkan 8 fraksi (Fraksi F1 – F8) dan diuji aktivitasnya. Hanya fraksi F5 – F8 yang memberikan aktivitas terhadap mikroba uji Bacillus subtilis, Pseudomonas aeruginosa, Candida albican, dan Aspergillus niger. Fraksi F8 menghasilkan daya hambat dengan diameter zona bening yang paling besar terhadap bakteri uji. Hasil purifikasi fraksi F8 dengan HPLC preparatif menghasilkan fraksi F8.1 – F8.8. Uji aktivitas fraksi F8.1 – F8.8 menunjukkan bahwa fraksi F8.5 memberikan daya hambat dengan diameter zona bening yang paling besar dibandingkan fraksi yang lain, yaitu 14.44 mm dan 10.41 berturut-turut terhadap B. subtilis dan S. aureus. Analisa fraksi F8.5 dengan FTIR menunjukkan bahwa senyawa tersebut mempunyai gugus fungsi karbonil (C=O) dari suatu asam karboksilat, gugus OH, gugus C–O alkohol, gugus –CH alifatik, gugus –C=C aromatik dan gugus C≡N nitril. Hasil analisa dengan LC-MS menunjukan bahwa senyawa tersebut mempunyai bobot molekul 403 Da dengan perkiraan rumus molekul C10H23N6O6.

(5)

SUMMARY

NURLAILA. Purification, Characterization and Antibiotic Activity of Metabolite Soil Actinomycetes East Kalimantan Origin. Supervised by IRMANIDA BATUBARA and BAMBANG MARWOTO.

Infectious diseases such as tuberculosis (TB), diarrhea and pneumonia are the leading causes of death other than stroke, hypertension and cancer. Infectious disease is a disease caused by pathogenic microbes. Drugs are often used to overcome this disease is antibiotics. With the development of resistant microbial pathogens and the emergence of new infectious diseases, it is important to search for new anti-infective drugs as well. Currently, the source of microbes being developed because of their ability in producing a large variety of active compounds are microbes which are grouped in actinomycetes and mold, from 16,500 antibiotic isolated from microbes, 52,7% were from actinomycetes.

The purpose of this study was to purify and characterize the antimicrobial compounds from metabolite soil actinomycetes from East Kalimantan. Butanol extract of fermentation cultures were fractionated by column chromatography. The resulting fractions are tested for antimicrobial activity. The most active fraction was purified by Thin Layer Chromatography (TLC) and preparative High Performance Liquid Chromatography (HPLC), meanwhile the compound purity was analyzed using the HPLC. The result of purified compound was then characterized using Fourier Transform Infra Red (FTIR) and Liquid Chromatography Mass Spectrophotometer (LCMS).

Fractionation step using column chromatography resulted in 8 fractions (fractions F1 - F8) which were then tested for their activity. Only a fraction F5 - F8 which provides microbial activity against Bacillus subtilis, Pseudomonas aeruginosa, Candida albicans and Aspergillus niger. Fraction F8 produced the largest diameter of the clear zone of the bacterial test. Purification result of fraction F8 using preparative HPLC produced 8 fractions, fraction F8.1 - F8.8. Activity test of all the fractions (F8.1 – F8.8) showed that F8.5 had the largest diameter of clear zone against B. subtilis and S. aureus compared to others fractions, 14.44 mm and 10.41 respectively. F8.5 fraction analysed by FTIR showed that the compound has a carbonyl functional group (C=O) of a carboxylic acid, OH group, C–O alcohols group, aliphatic CH groups, aromatic C=C group and C≡N nitrile group. LC-MS analysis of the F8.5 fraction showed that the compound has a molecular weight of 403 Da with an approximate molecular formula C10H23N6O6.

(6)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2013

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(7)

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Program Studi Kimia

PURIFIKASI, KARAKTERISASI DAN

AKTIVITAS ANTIBIOTIKA DARI METABOLIT

AKTINOMISETES TANAH ASAL KALIMANTAN TIMUR

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)
(9)
(10)

Judul Tesis : Purifikasi, Karakterisasi dan Aktivitas Antibiotika dari Metabolit Aktinomisetes Tanah Asal Kalimantan Timur

Nama : Nurlaila NIM : G451100021

Disetujui oleh

Komisi Pembimbing

Dr Irmanida Batubara, SSi, MSi Ketua

Dr Bambang Marwoto, Apt MEng Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi Pascasarjana Kimia

Prof Dr Dra Purwantiningsih S, MS

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

(11)
(12)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April 2012 ini ialah Purifikasi, Karakterisasi dan Uji Aktivitas Antibiotika dari Metabolit Aktinomisetes Tanah Asal Kalimantan Timur.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Irmanida Batubara, MSi dan Dr Bambang Marwoto, Apt MEng selaku pembimbing, Dr Eti Rohaeti, MS selaku

dosen penguji luar komisi. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Drs Tarwadi, MSi selaku Kepala Balai Pengkajian Bioteknologi BPPT dan Dr Rer nat Anis Herliyati Mahsunah, MSc selaku Kepala Laboratorium Recovery yang telah membantu selama melakukan kegiatan penelitian di Balai Pengkajian Bioteknologi BPPT. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada kedua orang tua Bapak Muhammad Kaslim dan Ibu Enah Rochaenah, suami tercinta Rizal Achmad Zein dan anak-anak tersayang Farrel Nurtiftazani Zein dan Fathan Nurhafidzani Zein atas keikhlasan, dukungan, dan kasih sayangnya. Teman-teman Kimia SPS IPB angkatan 2010 Pak Awan, Jaya, Pak Atep, Budi Riza dan Maiyani atas kebersamaannya. Staf Balai Pengkajian Bioteknologi BPPT, Mba Linda, Inong, Diah, Koes, Lira, Taufik, Jay, Rudi, Ujang, Mba Nuni, Teh Dian, Ita, Uli dan yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu atas segala bantuan dan suportnya. Seluruh keluarga atas segala doa dan kasih sayangnya. Serta kepada Kementerian Riset dan Teknologi atas pemberian beasiswa dan pendampingannya selama menjalankan studi di Institut Pertanian Bogor.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juli 2013

(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xi

DAFTAR GAMBAR xi

DAFTAR LAMPIRAN xi

1 PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

Ruang Lingkup Penelitian 2

2 TINJAUAN PUSTAKA 2

Aktinomisetes 2

Antibiotik 3

Kromatografi Lapis Tipis 4

HPLC Analitik dan Preparatif 5

Elusidasi Struktur Molekul 5

3 BAHAN DAN METODE 6 Waktu dan Tempat 6 Bahan dan Alat 6 Tahapan Penelitian 7 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 8 Aktivitas ekstrak isolat 8 Pemurnian dengan kromatografi kolom 9 Aktivitas fraksi F1 - F8 9

Pemurnian dengan HPLC preparatif 11

Karakterisasi senyawa aktif 11

(14)

DAFTAR TABEL

1 Aktivitas ekstrak isolat aktinomisetes terhadap mikroba uji 8 2 Aktivitas fraksi F1 – F8 terhadap mikroba uji 10 3 Diameter zona bening fraksi F8.1 – F8. 8 terhadap

mikroba uji 11

4 Bilangan gelombang dan gugus fungsi yang ada pada fraksi F8.5 12

DAFTAR GAMBAR

1 Penampakan mikroskopik spora dan rantai spora dari beberapa

genus aktinomisetes 3

2 Kromatogram fraksi F8 10

3 Kromatogram (a) dan spektrum (b) fraksi F8.5 11

4 Spektrum FTIR fraksi F8.5 12

5 Spektrum massa fraksi F8.5 13

DAFTAR LAMPIRAN

1 Gambar isolat aktinomisetes hasil regenerasi 17 2 Aktivitas ekstrak isolat aktinomisetes 17 3 Kromatogram ekstrak isolat AT 00244 dengan berbagai

pelarut organik 18

4 Nilai Rf ekstrak isolat AT 00244 dengan berbagai pelarut organik 18 5 Fraksi hasil fraksinasi ekstrak isolat aktinomisetes

dengan kolom kromatografi 19

6 Bobot frisk hasil pemisahan ekstrak isolat AT 00244 dengan

kromatografi kolom 19

7 Kromatogram fraksi F5 - F8 19

8 Aktivitas fraksi F8.3 - F8.8 terhadap mikroba uji 21

(15)
(16)

1

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang

Penyakit infeksi merupakan penyakit yang disebabkan oleh mikroba patogen. Menurut survey Riset Kesehatan Dasar tahun 2007 penyakit infeksi seperti tuberculosis (TB), diare dan pneumonia merupakan penyakit penyebab utama kematian selain stroke, hipertensi dan kanker (Depkes 2011). Obat yang sering dipakai untuk mengatasi penyakit ini adalah antibiotik. Dengan berkembangnya mikroba patogen yang resisten dan munculnya penyakit infeksi baru maka penting untuk mencari obat anti infeksi yang baru (Abdelmohsen 2010).

Antibiotik berhasil menanggulangi penyakit infeksi, tetapi penggunaan yang terus menerus dan tidak terarah menimbulkan efek samping yang dapat merugikan tubuh, terutama bila penggunaannya dengan dosis yang tidak tepat dapat mengubah kepekaan antibiotika terhadap mikroba patogen yang berakibat mikroba menjadi resisten (Jawetz 1998). Resistensi antimikroba ialah suatu sifat tidak terganggunya kehidupan sel mikroba oleh antimikroba. Sifat ini merupakan suatu mekanisme alamiah untuk bertahan hidup (Setiabudy dan Gan 2003). Sebanyak 87% Staphylococcus aureus

telah resisten terhadap oksasilin, 72% terhadap eritromisin, 22% terhadap tetrasiklin, 25% terhadap ampisillin dan 22% terhadap gentamisin (Salasia et al. 2004). Berdasarkan hal itu maka perlu dicari antibiotik baru yang lebih sensitif terhadap bakteri

S. aureus tersebut.

Pencarian dan pembuatan derivat semisintetik secara kimiawi untuk antibiotik, anti fungal, maupun anti kanker baru yang efektif masih sangat diperlukan (Suwandi 1993). Alasan lain pentingnya pencarian dan penemuan antibiotika baru adalah bahwa Indonesia masih sangat bergantung pada pasokan antibiotika dari luar negeri sebagai bahan baku obat dengan harga yang relatif tinggi. Sampai saat ini sebagian besar perusahaan farmasi di Indonesia hanya melakukan formulasi produk akhir menjadi sediaan farmasi, sedangkan bahan bakunya 90% masih didatangkan dari luar negeri. Indonesia masih mengimpor bahan baku farmasi sebesar 1,45 triliun rupiah pada tahun 2001 dan cenderung mengalami peningkatan sebesar 23,62% per tahunnya (PMMC 2004).

Sumber mikroba yang tengah dikembangkan karena banyak menghasilkan senyawa aktif adalah mikroba dari aktinomisetes dan kapang. Menurut Berdy (2005), dari 16.500 senyawa antibiotika yang diisolasi dari mikroba, 52,7% berasal dari aktinomisetes, sedangkan sisanya yaitu 29,7% dan 17,6% berturut-turut diisolasi dari kapang dan bakteri. Aktinomisetes menghasilkan metabolit sekunder yang dapat berfungsi sebagai antibiotik, antikanker, enzim untuk industri dan pestisida (Kafilzadeh

et al. 2012).

(17)

2

Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya maka timbul permasalahan yaitu apakah metabolit aktinomisetes tanah asal Kalimantan Timur tersebut mampu menghasilkan senyawa yang berpotensi sebagai antibiotik. Bagaimana aktivitas senyawa antibiotik yang dihasilkan tersebut dalam menghambat mikroba uji. Serta bagaimana hasil purifikasi senyawa antibiotik yang dihasilkan dari aktinomisetes tanah asal Kalimantan Timur tersebut.

Tujuan Penelitian

Mendapatkan hasil isolasi metabolit dari aktinomisetes tanah Kalimantan Timur yang berpotensi sebagai antibiotik dan memiliki aktivitas terhadap bakteri Gram positif (Bacillus subtilis dan Staphylococcus aureus), Gram negatif (Escherichia coli dan

Pseudomonas aeruginosa), dan jamur (Candida albicans dan Aspergillus niger) yang terkarakterisasi.

Manfaat Penelitian

Dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai metabolit dari aktinomisetes tanah asal Kalimantan Timur yang mampu menghasilkan antibiotik, juga mendapatkan hasil purifikasi senyawa antibiotik yang terkarakterisasi.

Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah uji aktivitas isolat aktinomisetes terhadap mikroba uji, proses fermentasi isolat yang aktif untuk perbanyakan kaldu fermentasi, pemisahan dan pemurnian senyawa aktif dari kaldu fermentasi yang meliputi ekstraksi menggunakan pelarut organik, pemurnian dengan kromatografi kolom dan HPLC preparatif dan identifikasi struktur molekul senyawa aktif dengan menggunakan

Spektrofotometer Infra Red dan Liquid Chromatography Mass Spectrofotometer.

2 TINJAUAN PUSTAKA

Aktinomisetes

(18)

3

tetapi miselium vegetatifnya bersifat hidrofilik. Pada umumnya aktinomisetes adalah bakteri aerob yang tidak dapat hidup pada kondisi anaerob. pH optimum pertumbuhannya adalah netral, sedangkan suhu optimum adalah 23-35 oC. Aktinomisetes diklasifikasikan dalam domain Bacteria, divisi Actinobacteria, kelas

Schizomycetes dan ordo Actinomycetales (Miyado 2003). Beberapa genus dari aktinomisetes dapat dilihat pada Gambar 1.

(a) (b) (c) (d)

Gambar 1 Penampakan mikroskopik spora dan rantai spora dari beberapa genus Aktinomisetes a. Streptomyces, b. Nocardia, c. Micromonospora, d. Microbiospora (Miyado et al. 2002)

Beberapa penelitian yang telah dilakukan untuk mengetahui potensi aktinomisetes diantaranya adalah aktinomisetes dari sedimen laut yang mempunyai aktivitas sebagai antikanker (Ravikumar et al. 2012). Kafilzadehet et al. (2012) mengambil aktinomisetes asal sedimen hutan bakau yang mampu menghasilkan enzim amilase. Singh et al. (2012) mengambil aktinomisetes dari tanah dan Sunaryanto (2011) mengambil dari laut. Kedua aktinomisetes tersebut menghasilkan senyawa yang berpotensi sebagai antibakteri. Sedangkan Goudjal et al. (2013) meneliti aktinomisetes yang berasal dari endofit akar tanaman tomat yang memiliki potensi sebagai anti jamur.

Antibiotik

Antibiotik merupakan senyawa yang membunuh atau menghambat bakteri penyebab penyakit pada manusia atau hewan. Beberapa antibiotika merupakan senyawa sintetis (tidak dihasilkan oleh mikroorganisme) yang juga dapat membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri. Meskipun antibiotika memiliki banyak manfaat, tetapi penggunaannya telah berkontribusi tehadap terjadinya resistensi (Katzung et al. 2007).

Berdasarkan spektrum atau kisaran kerjanya antibiotik dapat dibedakan menjadi dua. Pertama antibiotik berspektrum sempit (narrow spectrum), hanya mampu menghambat segolongan jenis bakteri saja, contohnya hanya mampu menghambat atau membunuh bakteri Gram positif atau Gram negatif saja. Kedua antibiotik berspektrum luas (broad spectrum), dapat menghambat atau membunuh bakteri dari golongan Gram positif maupun Gram negatif (Pratiwi 2008).

(19)

4

Berdasarkan daya kerjanya terhadap mikroba, antibiotik dapat digolongkan menjadi dua. Pertama zat bakterisid yaitu antibiotik yang memiliki kemampuan untuk membunuh bakteri. Kedua zat bakteriostatik, yaitu antibiotik yang memiliki kemampuan untuk menghambat pertumbuhan bakteri (Dzen et al. 2003).

Menurut Katzung et al. (2007) berdasarkan gugus kimianya antibiotik digolongkan menjadi empat golongan. Pertama golongan beta-laktam, ciri khas dari antibiotik golongan ini adalah memiliki gugus β-laktam. Gugus β-laktam merupakan sebuah cincin dengan 2 atom C, 1 gugus karbonil dan 1 atom N. Mekanisme aksi antibiotika β-laktam adalah menghambat pertumbuhan bakteri melalui pengaruhnya terhadap sintesis dinding sel. Contohnya adalah golongan penisilin, sefalosporin dan sefamisin. Kedua golongan makrolida, struktur golongan ini terdiri atas cincin lakton yang besar dinamakan makrolid, gugus keton dan glikosida. Cara kerja golongan makrolid di atas antara lain dengan menghambat sintesis protein bakteri dengan cara mengikat dan mengganggu ribosom. Contohnya antara lain: eritromisin, kloramfenikol, tetrasiklin. Ketiga golongan aminoglikosida merupakan antibiotik yang mengandung amino gula yang dihubungkan dengan ikatan glikosidik, sehingga dinamakan aminoglikosida. Beberapa jenis antibiotik yang tergolong aminoglikosida yaitu streptomisin (dihasilkan oleh Streptomyces griseus), kanamisin, neomisin, gentamisin. Keempat golongan tetrasiklin, antibiotik dengan struktur yang terdiri dari cincin naftasena. Substitusi gugus dasar cincin naftasena dapat terjadi secara alami dan menghasilkan analog tetrasiklim yang baru.

Kromatografi Lapisan Tipis

Kromatografi lapis tipis (KLT) merupakan teknik pemisahan yang banyak digunakan dalam proses pemurnian dan identifikasi senyawa kimia. Analisis dengan KLT memerlukan instrumen yang relatif sederhana dan dapat memisahkan ekstrak sampel yang tidak murni dengan resolusi yang baik. Salah satu aplikasi penting dari KLT adalah untuk mendeteksi senyawa antimikroba baru atau yang belum teridentifikasi yang biasa disebut sebagai teknik bioautografi. Penggunaan KLT bioautografi didasarkan pada efek biologis senyawa anti bakteri, anti jamur dan lain-lain. Keuntungan KLT bioautografi adalah cepat, mudah disiapkan, relatif murah, tidak memerlukan peralatan yang rumit, hanya diperlukan beberapa mikrogram senyawa uji dan hasilnya mudah diinterpretasikan.

Kromatografi merupakan metode analisis dengan fase gerak melewati fase diam untuk memisahkan campuran senyawa. KLT dapat dilakukan dengan cepat, biaya yang relatif murah, dapat menganalisis campuran senyawa yang kompleks dengan kemurnian yang tinggi baik polar maupun non polar. Deteksi hasil pemisahan dengan KLT pada lapisan adsorbennya dilakukan melalui karakteristik serapan cahaya atau perbedaan warna yang terbentuk setelah penyemprotan dengan reagen. KLT dapat digunakan untuk senyawa bersifat nonvolatil atau volatilitas rendah, senyawa bersifat polar, semi polar, nonpolar atau ionik (Hahn dan Deinstrop 2007).

Senyawa diidentifikasi berdasarkan penampakan dan jarak relatif komponen terhadap jarak pelarut (nilai Rf). Nilai Rf (Retention factor) dapat dihitung dengan

menggunakan rumus berikut ini (Stahl 1985) :

(20)

5

HPLC Analitik dan Preparatif

Perbedaan antara kromatografi preparatif dan analitik biasanya berdasarkan pada ukuran kolom, ukuran partikel dan jumlah sampel yang diinjeksikan. Sedangkan perbedaan antara cara kerja HPLC analitik dan HPLC preparatif ditentukan berdasarkan keberhasilan dari proses pemisahan. Jika informasinya berupa keberhasilan proses pemisahan maka metodenya berupa kromatografi analitik dan jika tujuannya untuk mengumpulkan produk maka pemisahannya merupakan metode preparatif. Pada HPLC analitik sampel dapat diproses, dikendalikan dan dimodifikasi dengan cara apa saja yang sesuai untuk memperoleh informasi yang diperlukan, sedangkan dalam HPLC preparatif sampel dapat digunakan kembali sebelum menjalani pemisahan berikutnya (Ditz 2005).

HPLC preparatif digunakan untuk purifikasi atau isolasi senyawa murni atau senyawa utama dari fraksi-fraksi sebelumnya yang diperoleh dari metode kromatografi kolom lainnya. Dengan kromatografi preparatif diharapkan dapat diisolasi sejumlah besar molekul organik yang diinginkan, dengan cara memperbesar konsentrasi sampel, volume injeksi atau kombinasi keduanya (Piecha et al. 2007).

Elusidasi Struktur Molekul

Elusidasi struktur merupakan suatu proses yang dilakukan untuk menentukan rumus struktur dari suatu senyawa yang dilakukan dengan teknik spektroskopi. Teknik ini memanfaatkan jejak suatu molekul yang dikonversi menjadi sinyallistrik dan dicatat oleh suatu pencatat (rekorder). Dalam mengelusidasi struktur diperlukan data spektrum dari suatu sampel, baik berupa spektrum UV-Vis, IR, MS dan NMR (Panji 2002). Spektroskopi UV

Untuk keperluan penentuan struktur, spektroskopi UV memiliki kemampuan untuk mengukur jumlah ikatan rangkap atau konjugasi aromatik dalam suatu molekul. Daerah panjang gelombang dari spektrum UV berkisar 200 - 400 nm. Penyerapan sinar ultra violet oleh suatu molekul akan menghasilkan transisi diantara tingkat energi elektronik molekul tersebut. Transisi tersebut terjadi pada orbital ikatan atau pasangan elektron bebas dengan orbital anti ikatan. Sistem (gugus atom) yang menyebabkan terjadinya absorbsi cahaya disebut kromofor (Pavia et al. 2009).

Spektroskopi IR

(21)

6

spektrofotometer IR dan FTIR (Fourier Transform Infrared). FTIR lebih sensitif dan akurat, misalkan dapat membedakan bentuk cis dan trans, ikatan rangkap terkonjugasi dan terisolasi dan lain-lain yang dalam spektrofotometer IR tidak dapat dibedakan (Sitorus 2009).

Spektroskopi massa

Spektrometer massa bekerja dengan memilah dan mengidentifikasi ion menurut massa, sesuai dengan rasio fragmentasi (m/z). Komponen utama dari alat ini adalah sumber ion (ion source) yang menghasilkan ion dan penganalisis massa (mass analyzer) yang menseleksi ion. Sistem LC-MS umumnya menggunakan beberapa jenis ion source

dan mass analyzer yang dapat disesuaikan dengan kepolaran senyawa yang akan dianalisis.

Spektroskopi massa (MS) akan melengkapi pelacakan struktur untuk suatu molekul yang belum diketahui bobot molekulnya. Spektroskopi massa akan memberikan informasi harga bobot molekul (g/mol) dan bagaimana pola pemecahan (fragmentasi) dari suatu molekul organik. Rekonstruksi terhadap fragmen dan dipandu dengan interpretasi data spektra IR dan 1H-NMR akan dapat mengelusidasi struktur molekul organik unknown (Sitorus 2009).

3 BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan dari bulan April 2012 – Maret 2013 di Laboratorium Mikrobiologi, Laboratorium Kimia Analitik dan Laboratorium Recovery Balai Pengkajian Bioteknologi BPPT Kawasan Puspiptek Serpong Gd. 630, Kota Tangerang Selatan – Provinsi Banten.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi : Isolat aktinomisetes AT 00244, AT 00246, AT 00260, AT 00403 koleksi Balai Bioteknologi, BPPT. Standar antibiotik rifampisin dan nystatin (Phyto Technology Laboratories), etil asetat, n-butanol, (JT Baker), metanol HPLC (Merck), kloroform (Merck), asetonitril (Merck), plat KLT silika F254 (Merck), silika gel 60 (0,063-0,200 mm). Mikroba uji yang

digunakan adalah Escherichia coli ATCC 25922, Staphylococcus aureus ATCC 25923, Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853, Bacillus subtilis ATCC 66923,

Candida albicans BIOMCC 00122 dan Aspergillus niger BIOMCC 00134.

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi peralatan gelas, kertas cakram 6 mm (Whatman), neraca analitik (Denver), pH meter (Beckman), autoklaf, alat sentrifugasi Beckman J2-HS, Sonikator (Ultrasonic Processor XL 2020), konsentrator sentrifuge (TOMY CC-105), Fourier Transform Infra Red/FTIR (Bruker), High Performance Liquid Chromatography/HPLC (Waters 2695), incubator shaker

(22)

7

Tahapan Penelitian

Penelitian ini terdiri dari beberapa tahapan, yaitu persiapan kaldu fermentasi, ekstraksi dengan pelarut organik, uji aktivitas antimikroba, kromatografi lapis tipis, pemisahan dan pemurnian senyawa aktif dan identifikasi struktur kimia senyawa aktif.

Persiapan Kaldu Fermentasi

Peremajaan isolat menggunakan media agar ISP-2 (International Streptomyces Project 2) yang dilarutkan dalam akuades dengan dibantu proses pemanasan dan dihomogenkan menggunakan magnetik stirrer. Kemudian larutan dipipet sebanyak 9 ml ke dalam tabung reaksi. Setelah itu media disterilkan dalam autoklaf pada suhu 121°C, 15 psi selama 15 menit. Tabung diletakkan dalam posisi miring dan dibiarkan hingga memadat selama semalam. Selanjutnya dilakukan inokulasi sebanyak 1 ose stok kultur ke dalam media miring tersebut dan diinkubasi pada suhu 25-28 °C selama 5-7 hari.

Proses pembuatan kultur vegetatif dengan cara menuangkan 2 ml air steril ke dalam kultur agar miring, lalu dikocok hingga mikroba larut dalam suspensi. Selanjutnya dari suspensi tersebut diambil 0,2 ml (1% dari volume media) dan diinokulasikan ke dalam 20 ml medium YEME (Yeast Extract Malt Extract). Kultur diinkubasi pada suhu kamar selama 2 hari di dalam shaker di dalam ruang thermostatik.

Tahap fermentasi dilakukan dengan cara mengambil 20 ml (20% dari volume media) kultur vegetatif dan diinokulasikan ke dalam Erlenmeyer 500 ml yang berisi 100 ml medium BY (Bactopeptone Yeat Extract). Fermentasi dilakukan pada suhu kamar pada rotary shaker selama 5 hari. Dilakukan pengukuran pH, OD (Optical Density) dan PMV (Packed Micellium Volume) pada media sebelum disterilisasi, setelah penambahan inokulum dan setelah fermentasi selesai.

Ekstraksi dengan Pelarut Organik

Proses pemisahan dan pemurnian dilakukan dengan mengikuti metode Atta et al. (2009) yang dimodifikasi. Proses ekstraksi dilakukan dengan menambahkan pelarut butanol untuk kaldu fermentasi dari isolat AT 00244 dan pelarut etil asetat untuk isolat AT 00246, AT 00260 dan AT 00403. Volume pelarut ditambahkan dengan perbandingan 1:1, kocok selama 1 jam dengan shaker lalu disentrifugasi selama 15 menit dengan kecepatan 8000 rpm. Supernatan yang diperoleh selanjutnya dipisahkan dari filtrat dan dimasukkan ke dalam labu rotavapor yang telah diketahui berat konstannya. Pemekatan dilakukan menggunakan rotary vacuum evaporator dan ditimbang berat ekstrak kering yang diperoleh. Selanjutnya ekstrak kasar dilarutkan dengan metanol pada volume tertentu hingga menghasilkan suspensi ekstrak 20.000 ppm untuk keperluan uji aktivitas, purifikasi dan karakterisasi.

Uji Aktivitas Antimikroba

Uji aktivitas antimikroba dilakukan dengan metode difusi agar dengan

menggunakan kertas cakram diameter 6 mm. Mikroba uji E. coli, S. aureus,

P. aeruginosa dan B. subtilis ditumbuhkan pada medium NA (Nutrient Agar) sedangkan

(23)

8

Penentuan Eluen Terbaik

Pemisahan dengan kromatografi lapis tipis dilakukan menggunakan aluminium silika gel 60 F254 (Merck). Ekstrak kasar dikembangkan dengan pelarut organik non

polar sampai polar (benzena, dietil eter, kloroform, etil asetat, metilen klorida, butanol, iso propanol, n-propanol, aseton, metanol, etanol). Noda hasil pemisahan diamati dibawah UV 254 dan 366 nm. Pelarut yang dapat memisahkan komponen paling baik dan banyak maka digunakan sebagai eluen pada kromatografi kolom.

Pemisahan dan Pemurnian Senyawa Aktif

Ekstrak yang sudah dipekatkan selanjutnya difraksinasi menggunakan kromatografi kolom (φ20 x 320 mm), dengan fasa diam silika gel 60 (0,063-0,200 mm) dan fasa gerak butanol, iso-propanol dan metanol dengan sistem gradien. Tiap kelompok fraksi diuji aktivitas antimikrobanya untuk mendapatkan kelompok fraksi yang aktif. Kelompok fraksi aktif yang terpilih kemudian dimurnikan lebih lanjut dengan menggunakan metoda HPLC preparatif, hingga diperoleh senyawa tunggal yang murni dan aktif. Purifikasi menggunakan HPLC preparatif Waters 2695, dengan detektor Photo Diode Array (PDA) dan jenis kolom Sperisorb 5μ C18 4,6x150 mm. Volume injeksi sebesar 100 μl per injeksi dan kecepatan alir 1 ml/menit dengan fasa gerak 5 - 100% campuran asetonitril–air selama 25 menit (Kazakevich dan Lobrutto 2007). Identifikasi Struktur Kimia Senyawa Aktif

Gugus fungsional senyawa aktif diidentifikasi menggunakan FTIR (Bruker) dan bobot molekul senyawa aktif ditentukan dengan LC-MS (Premier-XE Waters).

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Aktivitas ekstrak isolat

Senyawa aktif dari aktinomisetes yang telah diregenerasi (Lampiran 1) diekstraksi dengan butanol. Hasil uji aktivitas ekstrak isolat aktinomisetes tanah asal Kalimantan Timur menunjukkan bahwa isolat AT 00244 memiliki kemampuan menghambat bakteri Gram positif S. aureus dan B. subtilis serta jamur C. albican

dan A. niger (Lampiran 2). Isolat AT 00246 dan AT 00260 memberikan aktivitas hanya terhadap bakteri Gram positif tapi tidak aktif terhadap jamur. Sedangkan isolat AT 00403 tidak memiliki kemampuan menghambat semua mikroba uji tersebut. Isolat AT 00244 menghasilkan diameter zona bening yang paling besar terhadap mikroba uji

S. aureus tetapi paling kecil terhadap mikroba uji B. subtilis. Untuk mikroba uji

B. subtilis isolat yang menghasilkan diameter zona bening paling tinggi adalah AT 00246 (Tabel 1). Aktinomisetes AT 00244 memiliki sekuens yang 99% homolog dengan Streptomyces demainii (Nugrahini 2011).

Tabel 1 Aktivitas ekstrak isolat aktinomisetes terhadap mikroba uji No. Kode

isolat

Diameter zona bening ekstrak (mm)

S. aureus B. subtilis E. coli P.aeruginosa C. albican A. niger

1 AT 00244 18,17 18,16 - - 18,01 10,05

2 AT 00246 17,74 18,66 - - - -

3 AT 00260 17,82 18,51 - - - -

(24)

9

Pemilihan ekstrak potensial didasarkan pada diameter zona hambat, spektrum penghambatan dan stabilitas aktivitas penghambatannya terhadap beberapa mikroba uji. Berdasarkan hasil uji aktivitas maka isolat AT 00244 dipilih untuk dilanjutkan ke tahap purifikasi. Karena selain memberikan diameter zona bening yang lebih besar untuk mikroba uji S.aureus juga bersifat spektrum luas (aktif terhadap bakteri Gram positif dan jamur).

Perbanyakan aktinomisetes penghasil antimikroba dilakukan dengan fermentasi isolat terpilih. pH media sebelum ditambahkan inokulum sebesar 6,67, setelah penambahan inokulum turun menjadi 6,20. Konsumsi gula oleh mikroba mengakibatkan terbentuknya asam-asam organik hasil hidrolisis gula yang dapat menurunkan derajat keasaman medium (Sanchez et al. 2010). Setelah proses fermentasi selesai pH meningkat menjadi 7,85. Artinya dengan bertambahnya waktu fermentasi maka nilai pH medium fermentasi aktinomisetes AT 00244 juga cenderung mengalami peningkatan. pH larutan semakin meningkat karena adanya tambahan nitrogen terlarut dari sel yang mati dan terjadinya deaminasi asam amino yang dapat menyebabkan kondisi kaldu fermentasi menjadi lebih basa ( Purwakusumah 1992; Wang et al. 1979). Sel disusun oleh beberapa protein organik, apabila terjadi kerusakan sel maka terjadi deaminasi asam amino yang mengakibatkan naiknya pH kaldu fermentasi. Pemanenan aktinomisetes AT 00244 dilakukan pada jam ke 120 yaitu pada saat nilai pH mencapai 7,85. Nilai pH ini sesuai untuk produksi antibiotik karena pada umumnya antibiotik akan diproduksi pada kisaran pH 7 sampai 8 (Sri et al. 2010).

Pengukuran Packed Mycelial Volume (PMV) pada saat panen diperoleh 4,5%. Sedangkan nilai optical density (OD) yang dihasilkan sebelum penambahan inokulum 0,601 dan setelah penambahan inokulum 0,668. Kenaikan nilai OD ini menunjukkan adanya pertumbuhan mikroba. Rendemen yang diperoleh dari isolat AT 00244 sebesar 3, 897 g.

Pemurnian dengan kromatografi kolom

Tahap pemisahan dan pemurnian bertujuan untuk mendapatkan senyawa aktif tunggal yang murni dari ekstrak kasar. Ekstrak kasar difraksinasi melalui kolom kromatografi dengan menggunakan pelarut organik sesuai hasil yang diperoleh pada KLT. Tahap awal purifikasi adalah melakukan KLT terhadap ekstrak isolat AT 00244 dengan menggunakan beberapa pelarut organik dari non polar sampai polar seperti benzena, dietil eter, kloroform, etil asetat, metilen klorida, butanol, iso-propanol, n-propanol, aseton, metanol, etanol (Lampiran 3). Hasil KLT ini merupakan dasar untuk menentukan pelarut organik yang dipakai pada kromatografi kolom (Lampiran 4). Berdasarkan hasil KLT ini dipilih pelarut organik butanol, isopropanol dan metanol. Pelarut ini menghasilkan spot lebih banyak dan terpisah dibandingkan yang lain. Sistem gradien dengan perbandingan 100:0:0 sampai 0:0:100 diaplikasikan pada kromatografi kolom. Hasil elusi gradien terhadap 1,5 g ekstrak kasar isolat AT 00244 diperoleh sebanyak 8 fraksi yaitu fraksi F1 – F8 (Lampiran 5). Fraksi F1 – F8 dikeringkan lalu ditimbang bobot masing-masing fraksi (Lampiran 6).

Aktivitas fraksi F1 – F8

(25)

10

Tabel 2 Aktivitas fraksi F1 – F8 terhadap mikroba uji

Fraksi Diameter zona bening (mm)

S. aureus B. subtilis A. niger C. albicans

Berdasarkan Tabel 2 fraksi F2 dan F3 tidak mempunyai aktivitas baik terhadap bakteri dan juga jamur . Fraksi F1 dan F4 hanya aktif terhadap mikroba uji S. aureus. Sedangkan fraksi F5, F6, F7 dan F8 mempunyai aktivitas terhadap semua mikroba uji. Diameter zona bening yang dihasilkan juga tidak jauh berbeda antara ke-empat fraksi yang aktif tersebut yaitu antara 17,45 – 18,20 mm. Jika dibandingkan terhadap kontrol antibiotik dan antifungi, diameter zona bening yang dihasilkan fraksi F5, F6, F7 dan F8 lebih kecil terhadap semua mikroba uji.

Fraksi F5 – F8 dianalisis dengan HPLC untuk mengetahui profil senyawa yang ada pada masing-masing fraksi (Lampiran 7). Fase diam yang digunakan pada kolom HPLC adalah senyawa C18 yang bersifat non-polar, sehingga yang akan terelusikan terlebih dahulu dan muncul pada menit-menit pertama elusi adalah senyawa-senyawa polar karena senyawa-senyawa non-polar akan terikat pada fase diam dan muncul pada menit-menit terakhir elusi. Fraksi F5 – F8 memiliki profil (kromatogram) yang hampir sama. Hanya saja untuk fraksi F8 menghasilkan jumlah puncak yang lebih banyak dibandingkan dengan fraksi F5, F6 dan F7 (Gambar 2). Oleh karena itu fraksi F8 dipilih untuk tahap selanjutnya yaitu pemurnian dengan HPLC preparatif.

(26)

11

Pemurnian dengan HPLC preparatif

Pemurnian fraksi F8 dilakukan dengan HPLC preparatif menghasilkan 8 fraksi yaitu fraksi F8.1 – F8.8. Berdasarkan Tabel 3 fraksi F8.1, fraksi F8.2 dan fraksi F8.6 tidak mempunyai aktivitas terhadap mikroba uji. Sedangkan fraksi F8.3, F8.4, F8.5, F8.7 dan F8.8 memberikan hasil positif terhadap uji aktivitas (Lampiran 8). Berdasarkan hasil uji aktivitas, fraksi F8.5 dilanjutkan ke tahap selanjutnya. Fraksi ini dipilih karena menghasilkan diameter zona bening yang paling tinggi dibandingkan dengan fraksi lainnya.

Tabel 3 Diameter zona bening fraksi F8.1 - F8.8 terhadap mikroba uji

Fraksi Diameter zona bening (mm)

S. aureus B. subtilis A. niger C. albicans

Karakterisasi senyawa aktif fraksi F8.5

Hasil analisis fraksi F8.5 dengan HPLC menunjukkan bahwa senyawa aktif ini dicirikan dengan waktu retensi 11,95 menit (Gambar 3a) dan memiliki spektrum UV dengan serapan maksimum pada panjang gelombang 282 nm (Gambar 3b). Tahap selanjutnya adalah menganalisis fraksi F8.5 dengan FTIR untuk mengetahui gugus fungsi dari senyawa yang dihasilkan dan LC-MS untuk mengetahui perkiraan bobot molekulnya.

(27)

12

Data spektrum inframerah isolat aktinomisetes fraksi F8.5 menunjukkan adanya gugus karbonil (C=O) dari suatu asam karboksilat pada daerah bilangan gelombang 1733 cm-1 yang puncaknya tajam dan sangat karakteristik. Pita serapan melebar dengan intensitas kuat pada daerah bilangan gelombang 3434 cm-1 yang diduga serapan dari gugus –OH terikat. Adanya gugus –OH ini didukung dengan munculnya serapan kuat pada bilangan gelombang 1257 cm-1 dari C–O alkohol. Pita serapan yang tajam dengan intensitas kuat pada bilangan gelombang 2925 cm-1 dan 2855 cm-1 diduga terdapat gugus –CH alifatik stretching. Dugaan ini diperkuat oleh adanya serapan pada daerah bilangan gelombang 1446 cm-1 dan 1387 cm-1 yang merupakan serapan dari –CH2 dan –CH3 bending. Sedangkan munculnya pita

serapan tajam dengan intensitas kuat pada daerah bilangan gelombang 1593 cm-1 menunjukkan adanya gugus fungsi –C=C aromatik. Terdapat juga pita serapan C≡N nitril (Gambar 4 dan Tabel 4) (Sitorus 2009).

Gambar 4 Spektrum FTIR fraksi F8.5

Tabel 4 Bilangan gelombang dan gugus fungsi yang ada pada fraksi F8.5

No. Bilangan gelombang

(cm-1) Gugus fungsi

Rujukan bilangan gelombang*

1 3434 –OH 3500-3300

2 2925; 2855 –CH alifatik stretching 3000-2700

3 2267; 2223 C≡N nitril 2250

4 1733 C=O karbonil asam karboksilat 1820-1600

5 1593 –C=C aromatik 1600

6 1446; 1387 –CH2 dan –CH3 bending 1500-1350

*Sumber: (Sitorus 2009)

Analisis fraksi F8.5 dengan kromatografi cair yang ditandem dengan MS memberikan satu puncak dengan waktu retensi (tR) 10,89 menit. Hasil LC-MS

menunjukkan bahwa senyawa ini memiliki 16 atom karbon, 30 atom hidrogen, 6 atom nitrogen dan 6 atom oksigen, dengan rumus molekul C16H30N6O6 dan berat molekul

402 Da dengan menunjukkan ion molekul pada 403,2282 [M+H]+ (Gambar 5).

(28)

13

Gambar 5 Spektrum massa fraksi F8.5

Cara penentuan bobot molekul (BM) didasarkan pada softwareMS dimana alat mempunyai fungsi untuk menganalisis BM hanya pada puncak senyawa target, alat juga mempunyai resolusi tinggi (20000 Da) dan memiliki kemampuan membaca hingga 4 desimal. Selain itu alat dikalibrasi dengan NaF (untuk BM 50-2000 Da) dan NaI (untuk BM >2000 Da) sebagai senyawa pembanding ketika penentuan BM. Penetapan bobot molekul sebesar 403 Da berdasarkan bahwa BM ini merupakan molekul yang aktif dan bukan pecahan senyawa yang lebih besar dan alat bisa membedakan m/z (massa/muatan) sampai 0,001 Da.

Penganalisis massa yang dipakai pada LC MS ini adalah TOF (Time of Flight). Dimana gaya elektromagnetik diberikan pada semua ion pada waktu yang sama sehingga menyebabkan ion akan dipercepat menyusuri flight tube. Ion yang lebih ringan akan berjalan lebih cepat dan akan terbaca di detektor terlebih dahulu. Sehingga rasio fragmentasi ion m/z ditentukan oleh waktu kedatangan ketika sampai detektor. Analisis massa TOF memiliki kisaran massa yang luas dan sangat akurat pada pengukuran massa suatu senyawa (Prasain 2012).

5 SIMPULAN DAN SARAN

Isolat aktinomisetes asal Kalimantan Timur AT 00244 setelah dipurifikasi dan dikarakterisasi dengan LC MS ESI-TOF menghasilkan senyawa aktif dengan diameter zona bening terhadap Bacillus subtilis 14,44 mm dan Staphilococus aureus 10,41 mm. Analisis dengan FTIR menunjukkan hasil bahwa senyawa tersebut mempunyai gugus fungsi karbonil (C=O) dari suatu asam karboksilat, gugus OH, gugus C–O alkohol, gugus –CH alifatik, gugus –CH2 dan –CH3, gugus fungsi –C=C aromatik dan gugus

C≡N nitril. Senyawa aktif ini memiliki bobot molekul 402 Da yang diperkirakan mempunyai rumus molekul C16H30N6O6.

Untuk mengetahui struktur pasti pada senyawa aktif tersebut perlu dilakukan karakterisasi dengan Nuclear Magnetic Resonance (NMR).

(29)

14

DAFTAR PUSTAKA

Abdelmohsen UR. 2010. Antimicrobial activities from plant cell cultures and marine sponge-associated actinomycetes [dissertation]. Würzburg: Infection and Immunity Graduate School of Life Sciences Julius-Maximilians-University Würzburg; 14-15. Alcamo E. 1996.Fundamental of microbiology.Ed ke-4. California: Addison Wesley

Longman, Inc.

Atta HM, Dabour SMdan Desoukey SG. 2009. Sparsomycin Antibiotic Production by Streptomyces Sp. AZ-NIOFD1:Taxonomy, Fermentation, Purification and Biological Activities. American-Eurasian J. Agric. & Environ. Sci., 5 (3): 368-377.

Berdy. 2005. Bioactive Microbial Metabolites. J. Anatibiotics.58.1-26.

Cwala Z, Igbinosa EO, Okoh AI. 2011. Assessment of antibiotics production potentials in four actinomycetes isolated from aquatic environments of the Eastern Cape Province of South Africa. African J Pharm and Pharmacology. 5(2): 118-124.

Depkes.2011. Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI.Vol 2.Triwulan 2.Halaman 3.

Ditz R. 2005. Introduction of Liquid Chromatography-its History. Wiley-VCH Verlag GmbH & Co. KgaA. Weinheim.

Dzen MS, Roekistiningsih, Santoso S, Winarsih S. 2003. Bakteriologi Medik. Edisi Pertama. Malang: Bayu Media Publishing. Hal. 224.

Hahn E, Deinstrop. 2007. Applied Thin Layer Chromatography. R.G. Leach, Editor. Germany: Willey-VCH Verlag Gmbh & Co. KGaA. Hlm 59-131.

H.M. Atta, S.M. Dabour and S.G. Desoukey. 2009. Sparsomycin Antibiotic Production by Streptomyces Sp. AZ-NIOFD1:Taxonomy, Fermentation, Purification and Biological Activities. American-Eurasian J. Agric. & Environ. Sci., 5 (3): 368-377. Jawetz E.1998. Prinsip kerja obat antimikroba in Katzung B, eds Farmakologi dasar

dan klinik, EGC, Jakarta. 699-751

Jawetz E, Melnick J L, Adelberg E A. 2005. Mikrobiologi Kedokteran. Salemba Medika. Jakarta.

Kafilzadeh F, Dehdari F, Kadivar E and Shiraz OB. 2012.Isolation of amylase producing aquatic actinomycetes rom the sediments of mangrove forests in south of Iran.African Journal of Microbiology Research.6281-85.

Katzung BG, Masters SB, Trevor AJ. 2007.Basic and Clinical Pharmacology, 11ed. USA: Lange-Mc Graw Hill Co.

Kavanagh F. Analitical microbiology. Vol II. Newyork and London: Academic Press. 1972. p. 190-1

Kazakevich Y, Lobrutto R. 2007. HPLC for pharmaceutical scientists. New Jersey: A John Wiley & Sons Inc.

Miyado S, Tsuchizaki N, Ishikawa J & Hotta K. 2002.Digital Atlas of Actinomycetes.Edited by Asakura Publishing Co., Tokyo, Japan.

Nugrahini NIP. 2011. Isolasi, uji aktivitas, dan purifikasi parsial senyawa antibiotik dari isolat jamur dan aktinomisetes tanah Kalimantan Timur. [Tesis]. Universitas Brawijaya. Malang.

Pavia DL, Lampman GM, Kriz GS, dan Vyvyan JR. 2009.Introduction to Spectroscopy.Fourth Edition. Belmont. USA

(30)

15

Pelczar M J & Chan E C S. 1988. Penerjemah: Hadioetomo R S dkk. Dasar-Dasar Mikrobiologi, Jilid 2. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.

Pharma Materials Management Clubs.2004. The Market for Pharmaceutical Products and Materials in Indonesia, PT Data Consult, Jakarta.

Piecha T, Steiner F dan Schiell. 2007. Improving Productivity of Preparative LC Systems with Advanced Samples Injection Procedures. PITTCON 2007 Presentation Prasain JK. 2012. Tandem mass spectrometry – Application and Principles. InTech. Pratiwi ST. 2008.Mikrobiologi Farmasi. Jakarta: Erlangga. Hal.111-117.

Prescott, Harley, Klein. 2002. Microbiology. Fifth Edition. New York: The McGraw−Hill Companies.

Purwakusumah ED. 1992. Perbandingan fermentasi antibiotik oleh Streptomyces sp. S-34 dan dua rekombinasinya pada beberapa medium. Buletin Kimia. IPB.

Ravikumar S, Fredimoses M, Gnanadesigan M. 2012. Anticancer property of sediment actinomycetes against MCF-7 and MDA-MB-231 cell lines.Asian Pacific Journal of Tropical Biomedicine 92-96.

Sunaryanto R. 2011. Isolasi, purifikasi, identifikasi dan optimasi medium fermentasi antibiotik yang dihasilkan oleh aktinomisetes laut. [disertasi]. Sekolah Pascasarjana IPB.

Salasia, SIO, Khusnan Z, Lammler C and Zschöck M. 2004. Comparative studies on phenotypic and genotypic properties of Staphylococcus aureus, isolated from bovine subclinical mastitis in Central Java in Indonesia and Hesse in Germany. J. Vet. Sci. 5 (2), 103-109.

Setiabudy, R. dan V.H.S. Gan. 2003. Farmakologi dan Terapi. Edisi 4.Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 571-583.

Sanchez S et al. 2010. Carbon source regulation of antibiotic production. J Antibiot 63: 442-459.

Shindo K, Michiko M, Hiroyuki K. 1995. Studies on cochleamycins, novel antitumor antibiotics. J Antibiot 49(3): 249-253.

Sitorus M. 2009. Spektroskopi Elusidasi Struktur Molekul Organik. Graha Ilmu.Yogyakarta.

Smriti Singh, Pramod Kumar, N Gopalan, Bhuvnesh Shrivastava, RC Kuhad, Hotam Singh Chaudhary.2012. Isolation and partial characterization of actinomycetes with antimicrobial activity against multidrug resistant bacteriaAsian Pacific Journal of Tropical Biomedicine S1147-S1150.

Sri DG, Udin LZ, Ika GK, Viena S. 2010. Studi Biosintesis Antibiotikadan Aktivitas Antibiotika dari Jamur Penicillium chrysogenum padaBerbagai Kondisi Proses Fermentasi. Pusat Penelitian KimiaLIPI. Bandung.

Stahl E. 1985.Analisis Obat Secara Kromatografi dan Mikroskopi, ITB : Bandung. Suwandi U. 1993. Skrining Mikroorganisme Penghasil Antibiotik. Cermin Dunia

Kedokteran No. 89 Hal: 46-48.

Panji T. 2012. Teknik Spektroskopi Untuk Elusidasi Struktur Molekul. Graha Ilmu. Yogyakarta.

Tristiyanto. 2009. Studi Aktivitas Antibakteri dan Identifikasi Golongan Senyawa Ekstrak Aktif Antibakteri Buah Gambas (Luffa acutangula Roxb). Skripsi FMIPA UNS. Surakarta.

(31)

16

(32)

17

Lampiran 1 Gambar isolat aktinomisetes hasil regenerasi

AT 00244 AT 00246 AT 00260 AT 00403

Lampiran 2 Aktivitas ekstrak isolat aktinomisetes

B. subtilis S. aureus E. coli

P.aeruginosa C. albican A. niger

(33)

18

Lampiran 3 Kromatogram ekstrak isolat AT 00244 dengan beberapa pelarut organik tunggal dan campuran

Lampiran 4 Nilai Rf ekstrak isolat AT 00244 dengan berbagai pelarut organik

Eluen Jumlah

Butanol : iso-propanol : metanol

(66:17:17) 3 0,5; 1,8; 4,6 8 0,06; 0,23; 0,58

Butanol : iso-propanol : metanol

(17:66:17) 4 0,7; 2; 3; 4,4 8 0,09; 0,25; 0,38; 0,55

Butanol : iso-propanol : metanol

(17:17:66) 3 4,7; 5,9; 7,3 8 0,59; 0,74; 0,91

Butanol : iso-propanol : metanol

(34)

19

Lampiran 5 Fraksi hasil fraksinasi ekstrak isolat aktinomisetes dengan kolom kromatografi

Lampiran 6 Bobot fraksi hasil pemisahan ekstrak isolat AT 00244 dengan kromatografi kolom

Lampiran 7 Kromatogram fraksi F5 – F8

Fraksi F5

0,00 2,00 4,00 6,00 8,00 10,00 12,00 14,00 16,00 18,00 20,00 22,00 24,00 26,00 28,00 30,00 32,00 34,00

(35)

20

0,00 2,00 4,00 6,00 8,00 10,00 12,00 14,00 16,00 18,00 20,00 22,00 24,00 26,00 28,00 30,00 32,00 34,00

2,

0,00 2,00 4,00 6,00 8,00 10,00 12,00 14,00 16,00 18,00 20,00 22,00 24,00 26,00 28,00 30,00 32,00 34,00

2,

0,00 2,00 4,00 6,00 8,00 10,00 12,00 14,00 16,00 18,00 20,00 22,00 24,00 26,00 28,00 30,00 32,00 34,00

(36)

21

Lampiran 8 Aktivitas fraksi F8.3 – F8.8 terhadap mikroba uji

Keterangan: 1)F8.3 2)F8.4 3)F8.5 4)F8.6 5)F8.7 6)F8.8 K)Kontrol antimikroba M)Metanol E)Fraksi F8

(37)

22

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 4 Juli 1974 dari Ayah Muhamad Kaslim dan Ibu Enah Rochaenah. Penulis merupakan anak ke-empat dari lima bersaudara.

Gambar

Gambar 2 Kromatogram fraksi F8 menggunakan kolom Sperisorb 5μ C18 4,6x150 mm,
Gambar 3 Kromatogram (a) dan spektrum (b) fraksi F8.5
Gambar 4 Spektrum FTIR fraksi F8.5
Gambar 5 Spektrum massa fraksi F8.5

Referensi

Dokumen terkait

Kecepatan penyajian merupakan atribut yang harus lebih diperhatikan oleh pihak Restoran Taman Koleksi karena atribut ini memiliki tingkat kepentingan yang tinggi

Hal ini me- nandakan bahwa penerapan model koo- peratif tipe TGT dalam pembelajaran IPS dapat meningkatkan aktivitas belajar sis- wa dan membuat pembelajaran IPS ma- teri

[r]

[r]

Jika rata-rata suatu data yang terdiri 51 bilangan bulat berurutan adalah 10 maka bilangan terkecil dari kumpulan data tersebut.. Diketahui sekelompok data

KEPERCAYAAN MEREK TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN MOBIL AVANZA DI PT.ASTRA INTERNASIONAL AUTO 2000 CABANG GATOT SUBROTO MEDAN ”.. 1.2

Dari hasil penelitian bahwa akibat hukum terhadap notaris yang dibatalkan akta notarisnya dibatalkan Hakim seperti yang tertera dalam Putusan Pengadilan Negeri

Dalam pembahasan tugas akhir ini diharapkan bermanfaat dan dapat digunakan sebagai acuan dalam memperbaiki faktor daya di PT KUSUMAPUTRA SANTOSA, serta sebagai bahan