• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara Konsumsi Pangan dan Aktivitas Fisik dengan Kadar Kolesterol Darah Pria dan Wanita Dewasa di Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan antara Konsumsi Pangan dan Aktivitas Fisik dengan Kadar Kolesterol Darah Pria dan Wanita Dewasa di Bogor"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA KONSUMSI PANGAN DAN

AKTIVITAS FISIK DENGAN KADAR KOLESTEROL DARAH

PRIA DAN WANITA DEWASA DI BOGOR

TUNGGUL WALOYA

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Hubungan antara Konsumsi Pangan dan Aktivitas Fisik dengan Kadar Kolesterol Darah Pria dan Wanita Dewasa di Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

RINGKASAN

Penelitian ini dilakukan untuk untuk menganalisis hubungan antara konsumsi pangan dan aktivitas fisik dengan kadar kolesterol darah. Adapun tujuan khusus penelitian ini yaitu, (1) mendapatkan data karakteristik responden, (2) menganalisis hubungan pengetahuan gizi terhadap asupan kolesterol responden, (3) menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan kadar kolesterol darah yang meliputi asupan lemak, karbohidrat, protein, kolesterol, asupan serat pangan, aktivitas fisik dan jenis kelamin

Desain penelitian yang dilakukan ini adalah crossectional. Penelitian dimulai pada bulan Juli hingga Oktober 2012. Lokasi penelitian bertempat di wilayah kota dan kabupaten Bogor. Wilayah kota meliputi kecamatan Bogor Timur (Sukasari dan Katulampa), kecamatan Bogor Selatan (Lawang Gintung dan Empang) dan kecamatan Bogor Tengah (Sempur). Wilayah kabupaten meliputi kecamatan Dramaga (Cikarawang), kecamatan Ciomas (Ciapus dan Sukaharja) dan kecamatan Ciampea (Cibanteng dan Cihideung Ilir). Sampel pada penelitian ini adalah orang dewasa (laki-laki dan wanita) berusia 25-60 tahun yang bermukim di lokasi penelitian sebanyak 64 orang. Data yang diperoleh melalui pengukuran dan wawancara dengan bantuan kuesioner. Data yang dikumpulkan meliputi data krakteristik sampel, berat badan, tinggi badan, pengetahuan gizi, aktivitas fisik, konsumsi pangan dan kadar koleterol darah. Data diolah dengan menggunakan menggunakan program Microsoft. Excel 2007 dan program analisis data yang tersedia. Tahapan analisis data dimulai dari coding, entry, cleaning, dan selanjutnya analysis.

Tingkat pendidikan responden pria dan wanita secara total tidak menunjukkan adanya perbedaan, begitu juga dengan pengetahuan gizinya. Tingkat aktivitas sebagian besar termasuk kategori sedang nilai PAL rata-rata responden pria sebesar 1,79 dan wanita 1,60 namun tidak berbeda nyata (p>0,05). Sebagian besar responden tergolong dalam keluarga kecil, dengan rata-rata besar keluarga responden sebanyak 4-5 orang dan tingkat pendapatan keluarga responden pria lebih rendah dari wanita. Sebagian besar responden di kabupaten maupun kota tergolong dalam status gizi normal, dan tidak ditemukan responden yang hiperkolesterolemia. Sebagian besar responden memiliki kadar kolesterol darah yang normal, dengan rata-rata sebesar 179,78 mg/dl (kabupaten) dan 179,01 mg/dl (kota) namun tidak berbeda nyata (p>0,05).

Tingkat kecukupan energi sebagian besar responden berada dalam kategori defisit berat, begitu pula dengan asupan karbohidrat, protein dan serat pangan rata-rata responden yang sebagian besar masih di tergolong defisit. Asupan lemak rata-rata responden sebagian besar sudah sesuai anjuran. Sebagian besar responden mengonsumsi kolesterol rata-rata < 200 mg/hari (sesuai anjuran).

(5)

ABSTRAK

TUNGGUL WALOYA. Hubungan antara Konsumsi Pangan dan Aktivitas Fisik dengan Kadar Kolesterol Darah Pria dan Wanita Dewasa di Bogor. Dibimbing oleh RIMBAWAN dan NURI ANDARWULAN.

Penelitian dilakukan untuk menganalisis hubungan antara konsumsi pangan dan aktivitas fisik dengan kadar kolesterol darah. Tujuan khusus dari penelitian ini yaitu : 1) mendapatkan data karakteristik responden, 2) menganalisis hubungan antara pengetahuan gizi dengan asupan kolesterol, 3) menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan kadar kolesterol darah yang meliputi asupan lemak, karbohidrat, protein, kolesterol, asupan serat pangan, aktivitas fisik dan jenis kelamin. Desain penelitian yang dilakukan ini adalah cross sectional study. Lokasi penelitian bertempat di Kabupaten dan Kota Bogor. Responden pada penelitian ini adalah pria dan wanita dewasa berusia 25-60 tahun sebanyak 64 orang. Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang nyata antara pengetahuan gizi dengan asupan kolesterol (p>0,05). Hasil regresi stepwise menunjukkan bahwa asupan protein, karbohidrat dan kolesterol tidak berpengaruh nyata terhadap kadar kolesterol darah. Pada p<0,05 tingkat aktivitas fisik dan jenis kelamin berpengaruh nyata terhadap kadar kolesterol darah (p<0,05). Pada p<0,10 asupan serat pangan, asupan lemak, tingkat aktivitas fisik dan jenis kelamin berpengaruh nyata terhadap kadar kolesterol darah (p<0,10). Kata kunci : kolesterol, konsumsi pangan, aktivitas fisik.

ABSTRACT

TUNGGUL WALOYA. Relationship between Food Consumption and Physical Activity with Blood Cholesterol Levels in Adult Men and Women in Bogor. RIMBAWAN and NURI ANDARWULAN.

The study was conducted to analyze the relationship between food consumption and physical activity levels of blood cholesterol. The specific aims of this study are: 1) to get the data characteristics of respondents, 2) to analyze the relationship between nutrition knowledge with cholesterol intake, 3) to analyze the factors associated with blood cholesterol levels which include intake of fat, carbohydrates, protein, cholesterol, dietary fiber intake, physical activity and gender. The study design was a cross sectional study. Research sites located in the District and the City of Bogor. Respondents in this study were 64 adult men and women aged 25-60 years. Pearson correlation test results showed that there was no significant relationship between nutrition knowledge with cholesterol intake (p>0,05). Stepwise regression test results indicate that the intake of protein, carbohydrate and cholesterol did not significantly affect blood cholesterol levels. At alpha 5%, level of physical activity and gender significantly affect blood cholesterol levels. At alpha 10%, dietary fiber intake, fat intake, physical activity level and gender significantly affect blood cholesterol levels.

(6)

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi

dari Program Studi Ilmu Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat

HUBUNGAN ANTARA KONSUMSI PANGAN DAN

AKTIVITAS FISIK DENGAN KADAR KOLESTEROL DARAH

PRIA DAN WANITA DEWASA DI BOGOR

TUNGGUL WALOYA

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(7)
(8)

Judul Skripsi : Hubungan antara Konsumsi Pangan dan Aktivitas Fisik dengan Kadar Kolesterol Darah Pria dan Wanita Dewasa di Bogor Nama : Tunggul Waloya

NIM : I14080016

Disetujui oleh

Dr Rimbawan Pembimbing I

Prof Dr Ir Nuri Andarwulan, MSi Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Budi Setiawan, MS Ketua Departemen Gizi Masyarakat

(9)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Rimbawan dan Ibu Prof Dr Ir Nuri Andarwulan, MSi selaku pembimbing, Bapak Dr Drajat Martianto selaku pembimbing akademik Ibu dr Mira Dewi, SKed, MSi dan ibu Katrin Roosita, SP MSi yang telah banyak memberi saran, serta SEAFAST Center IPB selaku penyandang dana penelitian. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Kak Zulaikhah dari SEAFAST Center IPB, Bapak Ugan beserta staf komisi pendidikan Departemen Gizi Masyarakat, teman-teman enumerator penelitian : Atikah Bararah, Zaenudin, Ulqi M. Iqbal dan Desiani Rizki, serta para kader posyandu di lokasi penelitian, yang telah membantu selama pengumpulan data. Terima kasih juga disampaikan kepada teman-teman di Departemen Gizi Masyarakat, kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.

Semoga skripsi ini bermanfaat.

(10)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR GAMBAR viii

DAFTAR LAMPIRAN viii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 1

Manfaat Penelitian 2

METODE 2

Desain, Waktu dan Tempat 2

Jumlah dan Cara Penarikan Sampel 2

Jenis dan Cara Pengumpulan Data 3

Pengolahan dan Analisis Data 4

HASIL DAN PEMBAHASAN 5

Karakteristik Responden 5

Konsumsi Pangan Responden 9

Konsumsi Pangan yang Mengandung Kolesterol pada Responden 11

Hubungan Antar Variabel 13

SIMPULAN DAN SARAN 15

Simpulan 15

Saran 15

DAFTAR PUSTAKA 16

LAMPIRAN 18

(11)

DAFTAR TABEL

1 Proporsi responden menurut umur, jenis kelamin dan wilayah 3 2 Jenis data, variabel dan cara pengumpulan data 3 3 Sebaran responden berdasarkan tingkat pendidikan

dan pengetahuan gizi 5

4 Sebaran responden berdasarkan jawaban benar dari pertanyaan

tentang kolesterol 6

5 Sebaran responden berdasarkan jenis pekerjaan dan aktivitas fisik 7 6 Sebaran responden berdasarkan pendapatan rumah tangga

dan besar keluarga 7

7 Sebaran responden berdasarkan status gizi dan kadar kolesterol darah 8 8 Konsumsi rata-rata tiap kelompok pangan responden 9 9 Asupan karbohidrat, lemak, protein, energi dan serat pangan responden 9 10 Tingkat kecukupan, kategori asupan zat gizi dan non gizi responden 10

11 Konsumsi pangan yang mengandung kolesterol 11

12 Asupan kolesterol responden 12

13 Hasil regresi model Stepwise variabel-variabel penelitian 13

DAFTAR LAMPIRAN

1 Pertanyaan untuk mengukur pengetahuan gizi tentang kolesterol 18 2 Food Frekuensi Questionnaire 1 bulan terakhir 19

3 Recall aktivitas 1 x 24 jam 20

(12)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Saat ini masalah kesehatan telah bergeser dari penyakit-penyakit infeksi ke penyakit degeneratif. Penyebabnya diduga akibat perubahan gaya hidup, pola makan, faktor lingkungan, kurangnya aktivitas fisik dan faktor stress (Depkes 2007). WHO menyatakan bahwa gaya hidup kurang aktivitas adalah satu dari sepuluh penyebab kematian dan kecacatan di dunia. Pada kebanyakan negara di seluruh dunia antara 60%-85% orang dewasa tidak cukup beraktivitas fisik untuk memelihara kesehatan mereka (Balitbangkes 2008). Konsumsi pangan yang kurang sehat, terlalu banyak mengkonsumsi makanan mengandung lemak dan kolesterol serta kurangnya asupan serat dapat memicu penyakit degeneratif.

Penyakit degeneratif yang cukup banyak mempengaruhi angka kesakitan dan kematian adalah penyakit kardiovaskular. Pada tahun 2002 dilaporkan angka kematian di Indonesia akibat penyakit jantung berkisar antara 100.000-499.999 orang (Mackay dan Mensah 2004). Hiperkolesterolemia dapat meningkatkan resiko terkena penyakit kardiovaskular. Hiperkolesterolemia adalah suatu kondisi di mana kadar kolesterol darah melebihi 250 mg/dl (WHO 2003). Prevalensi hiperkolesterolemia di indonesia rentang umur 25-65 tahun menurut SKRT (2004) adalah sebesar 1,5% dan prevalensi batas tinggi (kadar kolesterol darah 200-249 mg/dl) adalah sebesar 11,2%. Kelompok batas tinggi dapat menjadi hiperkolesterolemia apabila tidak menjaga pola hidup sehat dan seimbang.

Kadar kolesterol darah dipengaruhi oleh berbagai faktor di antaranya adalah konsumsi pangan dan aktivitas fisik. Almatsier (2006) mengungkapkan bahwa kadar kolesterol dipengaruhi oleh asupan lemak, karbohidrat dan protein karena ketiga zat gizi ini dapat menjadi asetil KoA yang merupakan bahan pembentuk kolesterol dalam tubuh. Menurut Mahan dan Escott-Stump (2008) asupan serat, asupan kolesterol dari pangan dan aktivitas fisik juga dapat mempengaruhi kadar kolesterol darah. Rendahnya aktivitas fisik akan mendorong keseimbangan energi ke arah positif sehingga mengarah pada penyimpanan energi dan penambahan berat badan, akibatnya akan berpengaruh terhadap peningkatan kadar kolesterol darah (Freitag 2010).

(13)

2

Tujuan Penelitian

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara konsumsi pangan dan aktivitas fisik dengan kadar kolesterol darah. Adapun tujuan khusus penelitian ini yaitu, (1) mendapatkan data karakteristik responden, (2) menganalisis hubungan pengetahuan gizi terhadap asupan kolesterol responden, (3) menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan kadar kolesterol darah yang meliputi asupan lemak, karbohidrat, protein, kolesterol, asupan serat pangan, aktivitas fisik dan jenis kelamin.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi serta menambah wawasan bagi masyarakat dan civitas akademika tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kadar kolesterol darah. Selain itu diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat bagi masyarakat agar mengkonsumsi makanan yang sehat untuk menjaga kadar kolesterol darah tetap normal dan berolahraga secara teratur.

METODE

Desain, Waktu dan Tempat

Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional study. Penelitian dimulai pada bulan Juli sampai dengan bulan Oktober 2012. Lokasi penelitian bertempat di wilayah Kota dan Kabupaten Bogor. Wilayah kota meliputi Kecamatan Bogor Timur (Sukasari dan Katulampa), Kecamatan Bogor Selatan (Lawang Gintung dan Empang) dan Kecamatan Bogor Tengah (Sempur). Wilayah kabupaten meliputi Kecamatan Dramaga (Cikarawang), Kecamatan Ciomas (Ciapus dan Sukaharja) dan Kecamatan Ciampea (Cibanteng dan Cihideung Ilir).

Jumlah dan Cara Penarikan Sampel

Jumlah sampel penelitian ini dihitung berdasarkan rumus perhitungan Lemeshow et al. (1997), jumlah sampel minimal penelitian cross sectional dengan mempertimbangkan prevalensi kadar kolesterol batas tinggi pada rentang usia 25-64 tahun sebesar 11,3% (SKRT 2004). Digunakannya prevalensi kadar kolesterol batas tinggi untuk penentuan besar sampel karena prevelansi hiperkolesterolemia yang rendah (1,53%) sehingga apabila digunakan pada perhitungan, maka besar sampel akan terlalu kecil. Persamaan untuk menentukan jumlah sampel adalah sebagai berikut :

Keterangan :

n = jumlah sampel minimum p = 0,113 atau 11,3%

za = 1,96 d = limit error (0,1)

(14)

3 Berdasarkan perhitungan didapat jumlah sampel minimal sebesar 23 orang, jumlah tersebut kemudian ditingkatkan menjadi 32 orang, untuk meningkatkan ketepatan penelitian dan estimasi drop out. Setelah mempertimbangkan dua kelompok yaitu jenis kelamin, maka jumlah total sampel menjadi 32 x 2 (pria dan wanita) yaitu 64 sampel. Sampel dipilih secara acak dari responden penelitian payung yang berjudul “Asupan Fitosterol dari Pangan pada Masyarakat di

Wilayah Bogor” SEAFAST Center IPB sebanyak 200 orang. Kriteria inklusi dari

penelitian payung antara lain responden berusia 25-65 tahun, rentang indeks massa tubuh (IMT) antara 18-27, sehat atau tidak sedang menjalani pengobatan karena suatu penyakit dan bersedia berpartisipasi dalam penelitian. Penelitian payung telah mendapatkan ethical clearence dari komisi etik penelitian kesehatan, Fakultas Kedokteran Universitas Dipponegoro/RSUP Dr kariadi Semarang No. 247/EC/FK/RSDK/2012.

Banyaknya responden pada tiap-tiap rentang umur ditentukan agar setiap kelompok responden terwakili dan mencegah terpilihnya responden dengan penyebaran umur yang tidak merata sehingga dapat menjadi faktor perancu. Proporsi responden dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Proporsi responden menurut umur, jenis kelamin dan wilayah

Rentang umur

Tabel 2 Jenis data, variabel dan cara pengumpulan

No Data Variabel Cara Pengumpulan

1. Karakteristik sampel - Tingkat Pendidikan

- Tingkat pendapatan

(15)

4

Data yang dikumpulkan tersebut terbagi menjadi dua, yaitu data primer dan sebagian data sekunder dari penelitian payung. Data sekunder terdiri dari data karakteristik responden, status gizi, kadar kolesterol darah dan sebagian data konsumsi pangan.

Pengolahan dan Analisis Data

Pengetahuan gizi responden diperoleh dengan memberikan kuesioner berisi 10 pertanyaan berbentuk pilihan ganda tentang kolesterol. Jawaban yang benar diberi nilai 10 dan jawaban yang salah diberi nilai 0 sehingga total nilai sebesar 100. Klasifikasi tingkat pengetahuan gizi mengacu pada Khomsan (2000) yang terbagi menjadi tiga kategori, yaitu baik (>80), sedang (60-80) dan buruk (<60). Asupan energi dan zat gizi (karbohidrat, protein dan lemak) diolah berdasarkan data recall makan 2 x 24 jam dengan menggunakan daftar komposisi bahan makanan (DKBM) sebagai database. Asupan serat makanan dihitung berdasarkan tabel komposisi pangan indonesia (TKPI), dan digunakan pula software nutrisurvey karena terdapat beberapa pangan yang tidak diketahui kandungan serat pangannya dalam TKPI. Jumlah asupan kolesterol yang berasal dari makanan diolah berdasarkan data FFQ selama 1 bulan terakhir dengan menggunakan database kandungan kolesterol pada beberapa bahan pangan (Saidin 2000) dan Software Nutrisurvey 2007.

Kebutuhan energi dihitung dengan mempertimbangkan kebutuhan energi metabolisme basal (AMB) dan aktivitas fisik. AMB dihitung dengan persamaan Harris Benedict (Almatsier 2005). Kategori asupan energi mengacu pada Depkes (1996) yang terdiri dari defisit tingkat berat apabila asupan <70% kebutuhan energi, defisit tingkat sedang (70%-79% kebutuhan energi), defisit ringan (80%-89% kebutuhan energi), cukup (90%-119% kebutuhan energi) dan lebih (> 120% kebutuhan energi). Asupan protein dianjurkan sebesar 10-15% dari kebutuhan energi, asupan lemak 10-25% dari kebutuhan energi dan karbohidrat 60-75% dari kebutuhan energi (Almatsier 2005). Apabila kurang dari persentase tersebut disebut defisit, dan apabila lebih disebut kelebihan gizi. Asupan serat dikategorikan berdasarkan anjuran Mahan dan Escott-Stum (2008) yang terbagi menjadi tiga kategori, yaitu sangat kurang (<10 g/hari), kurang (10-24 g/hari), cukup (25-30 g/hari). Asupan kolesterol dibagi menjadi tiga kategori, yaitu <200 mg/hari, 200-300 mg/hari dan >300 mg/hari.

Pengukuran tingkat aktivitas fisik (Physical Activity Level/PAL) dilakukan dengan recall aktivitas fisik 1 hari (24 jam). Aktivitas-aktivitas tersebut dinyatakan dengan nilai PAR (Physical Activity Ratio). Kemudian nilai PAR digunakan untuk menentukan tingkat aktivitas fisik (PAL). Tingkat aktivitas fisik diperoleh dengan mengalikan PAR dengan lama melakukan sebuah aktivitas dibagi dengan 24 jam. Nilai PAL tersebut dibagi menjadi tiga kategori, yaitu ringan (1,40-1,69), sedang (1,70-1,99) dan berat (2,00-2,39) FAO/WHO/UNU (2001). Kadar kolesterol darah diperiksa dalam keadaan responden tidak berpuasa, dengan alat Accutrend GC dengan strip kolesterol. Kadar kolesterol darah dikategorikan menjadi tiga kategori yaitu normal (<200 mg/dl), batas tinggi (200-249 mg/dl) dan tinggi (> 250 mg/dl) (WHO 2003).

(16)

5 dihubungkan dengan asupan kolesterol darah dengan menggunakan uji korelasi Pearson. Variabel aktivitas fisik, asupan karbohidrat, protein, lemak, serat dan kolesterol dihubungkan dengan kadar kolesterol darah dengan menggunakan uji regresi linear ganda Stepwise dengan 2 peubah dummy (wilayah dan jenis kelamin), setelah sebelumnya diuji asumsi terlebih dahulu. Persamaan regresi yang digunakan adalah sebagai berikut :

Keterangan :

Y : Kadar kolesterol darah , : Koefisien regresi

X1 : Asupan protein X2 : Asupan serat pangan X3 : Asupan kolesterol X4 : Asupan karbohidrat

X5 : Asupan lemak X6 : Aktivitas fisik

D1 : Jenis kelamin D2 : Wilayah

Uji beda t (Independent Samples T-test) digunakan pula untuk menganalisis perbedaan antar beberapa variabel pada penelitian ini, berdasarkan wilayah dan jenis kelamin.

Selain berfokus membahas hubungan antara konsumsi pangan dan aktivitas fisik dengan kadar kolesterol darah berdasarkan jenis kelamin, penelitian ini juga menyajikan dan sesekali membahas data berdasarkan perbedaan wilayah kabupaten dan kota, karena hal ini juga menarik untuk ditampilkan dan ditelaah.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Responden

Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan Gizi

Sebaran responden berdasarkan tingkat pendidikan dan pengetahuan gizi dapat dilihat pada Tabel 3.

(17)

6

Berdasarkan Tabel 3, terlihat bahwa tingkat pendidikan responden di kota lebih tinggi dibandingkan responden di kabupaten, demikian pula dengan pengetahuan gizinya. Hal ini diperkuat pula dengan hasil uji beda t-test menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pengetahuan gizi yang nyata antara responden di kabupaten dan kota (p<0,05), dengan pengetahuan gizi responden di kota lebih baik dibandingkan responden di kabupaten. Terlihat bahwa pendidikan formal yang lebih tinggi dapat mempengaruhi pengetahuan gizinya. Responden yang memiliki tingkat pendidikan formal yang tinggi dapat mempunyai pengetahuan gizi yang tinggi pula. Tingkat pendidikan responden pria dan wanita secara total tidak menunjukkan adanya perbedaan, demikian pula dengan hasil uji beda t-test juga tidak menunjukkan adanya perbedaan pengetahuan gizi yang nyata antara responden pria dan wanita (p>0,05).

Butir-butir Pertanyaan untuk mengukur pengetahuan gizi tentang kolesterol dan sebaran responden berdasarkan jawaban benar dari pertanyaan yang diajukan dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Sebaran responden berdasarkan jawaban benar dari pertanyaan tentang kolesterol

No Pertanyaan pengetahuan gizi tentang

kolesterol

Kabupaten Kota Total

n % n % n %

1 Pengertian kolesterol 27 84,4 30 93,8 57 89,1

2 Jenis kolesterol 12 37,5 11 34,4 23 35,9

3 Kelompok makanan yang dapat menyebabkan

peningkatan kadar kolesterol darah

8 penyakit yang berhubungan akibat

hiperkolesterolemia

Berdasarkan Tabel 4, dapat diketahui bahwa pertanyaan tentang : pengertian kolesterol, contoh makanan kaya kolesterol, penyakit yang berhubungan akibat hiperkolesterolemia, golongan makanan yang dapat menurunkan kadar kolesterol darah, aktivitas yang dapat menurunkan kadar kolesterol darah, sudah mampu dijawab dengan benar oleh lebih dari 60% responden. Selebihnya tidak mampu dijawab dengan benar oleh responden, hal ini diduga karena pengetahuan responden tentang kolesterol masih terbatas.

Jenis Pekerjaan dan Aktivitas Fisik

(18)

7 Tabel 5 Sebaran responden berdasarkan jenis pekerjaan dan aktivitas fisik Karakteristik

Tabel 5 menunjukkan bahwa bahwa tingkat aktivitas fisik rata-rata responden di kabupaten lebih tinggi dibanding di kota, demikian pula secara total tingkat aktivitas fisik responden pria lebih tinggi dibanding wanita. Akan tetapi hasil uji beda t-test menunjukkan tidak ada perbedaan aktivitas fisik yang nyata berdasarkan wilayah maupun jenis kelamin (p>0,05).

Pendapatan Keluarga dan Besar Keluarga

Besar keluarga merupakan banyaknya anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah, dapat berupa anak, cucu dan menantu atau saudara. BKKBN (1998) membagi besar keluarga menjadi tiga kategori yaitu kecil (< 4 orang), sedang (5-6 orang) dan besar (> 7 orang). Sebaran responden berdasarkan pendapatan rumah tangga dan besar keluarga dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Sebaran responden berdasarkan pendapatan dan besar keluarga Karakteristik

(19)

8

Tabel 6 menunjukkan bahwa sebagian besar responden tergolong dalam keluarga kecil, dengan rata-rata besar keluarga responden sebanyak 4-5 orang. Berdasarkan Tabel 6, dapat diketahui pula bahwa tingkat pendapatan keluarga responden di kota lebih tinggi dibanding di kabupaten. Secara total tingkat pendapatan keluarga responden pria lebih rendah dari wanita. Hal ini dikarenakan tingkat pendapatan keluarga dihitung dari total pendapatan setiap individu yang tinggal dalam satu rumah responden, sehingga responden wanita yang sebagian besar ibu rumah tangga dapat memiliki tingkat pendapatan keluarga yang tinggi karena ada anggota rumah tangganya yang memiliki penghasilan.

Status Gizi dan Kadar Kolesterol Darah

Status gizi responden dikategorikan berdasarkan WHO (2000). Sebaran responden berdasarkan status gizi dan kadar kolesterol dapat dilihat di Tabel 7.

Tabel 7 Sebaran responden berdasarkan status gizi dan kadar kolesterol darah Karakteristik

Berdasarkan Tabel 7, dapat diketahui bahwa sebagian besar responden di kabupaten maupun kota tergolong dalam status gizi normal. Hal ini dikarenakan responden yang berpartisipasi dalam penelitian ini juga merupakan responden dalam penelitian payung yang sebagian besar tergolong dalam status gizi normal (sesuai dengan kriteria inklusi penelitian payung).

(20)

9 Konsumsi Pangan Responden

Kelompok pangan digolongkan berdasarkan kelompok pangan Codex/The Codex GSFA’s food category (2012), dengan beberapa penyesuaian. Konsumsi rata-rata tiap kelompok pangan tersebut dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8 Konsumsi rata-rata tiap kelompok pangan responden Kelompok pangan Minuman/beverages 361,25 131,56 189,10 160,64 275,17 146,13 Serealia dan olahannya 451,71 352,06 459,28 417,96 455,49 385,01

Telur dan olahannya 26,41 15,11 27,66 26,23 27,03 20,67

Data konsumsi pangan kemudian digunakan untuk menghitung asupan zat gizi (karbohidrat, lemak dan protein) dan asupan non gizi (energi dan serat pangan). Asupan zat gizi dan non gizi responden dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9 Asupan karbohidrat, lemak, protein, energi dan serat pangan responden

(21)

10

Hasil uji beda t-test menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan asupan zat gizi maupun non gizi yang signifikan berdasarkan jenis kelamin (p>0,05). Artinya, meskipun secara rata-rata setiap asupan zat gizi maupun zat gizi lebih tinggi pada responden pria, namun tidak terdapat perbedaan yang nyata dalam hal asupan berdasarkan jenis kelamin.

Tingkat Kecukupan dan Kategori Asupan Zat Gizi dan Non Gizi

Data asupan zat gizi dan non gizi responden kemudian dikategorikan untuk menilai kecukupan dan kesesuaian asupan tersebut. Tingkat kecukupan dan kategori asupan zat gizi dan non gizi responden dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10 Tingkat kecukupan, kategori asupan zat gizi dan non gizi responden Zat gizi

(22)

11 Tingkat kecukupan energi sebagian besar responden berada dalam kategori defisit berat. Sebagian besar responden pria tergolong defisit berat, sedangkan pada responden wanita sebagian besar tergolong normal, akan tetapi masih cukup banyak pula responden wanita yang tergolong defisit. Hal ini disebabkan asupan lemak, karbohidrat dan protein yang tidak cukup atau tidak sesuai anjuran. Hasil yang serupa juga didapat dari penelitian-penelitian lain yang dilakukan oleh Puspitasari (2006), Sari (2011) dan Rahmariza (2012). Hasil penelitian tersebut melaporkan bahwa tingkat kecukupan energi orang dewasa sebagian besar tergolong defisit.

Asupan serat rata-rata sebagian besar responden berada pada kategori sangat kurang. Asupan serat pangan rata-rata respoden berkisar antara 7,90-8,31 g/kap/hari, angka ini masih jauh dari asupan serat pangan yang dianjurkan yaitu sebesar 25-30 g/hari. Penelitian lain yang dilakukan Jahari dan Sumarno (2001) melaporkan bahwa rata-rata tingkat asupan serat pangan penduduk indonesia adalah 10,5 g/kap/hari. Hasil penelitian Badrialaily (2004) melaporkan bahwa rata-rata asupan serat pangan sebesar 7,4- 8,2 g/kap/hari, sampel yang digunakan adalah mahasiswa IPB. Penelitian yang dilakukan oleh Zulaika (2011) juga menemukan bahwa asupan serat pangan rata-rata orang dewasa masih dalam kategori kurang, yaitu sebesar 13,4-14,9 g/kap/hari.

Konsumsi Pangan yang Mengandung Kolesterol pada Responden Pangan mengandung kolesterol yang dikonsumsi responden digolongkan menjadi beberapa kelompok, mengacu pada cholesterol food group (Paul et al. 2013) dengan beberapa penyesuaian. Konsumsi pangan tersebut dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11 Konsumsi pangan yang mengandung kolesterol

Kelompok pangan

Kabupaten Kota Total Asupan

kolesterol

(23)

12

mg/kap/hari. Konsumsi rata-rata telur dan olahannya berkisar antara 14.90-26 g/kap/hari, angka kisaran konsumsi telur nasional yang dikeluarkan Susenas (2011) tidak jauh berbeda, yaitu sebesar 17,04 g/kap/hari.

Pangan mengandung kolesterol yang banyak dikonsumsi responden setelah telur adalah daging dan olahannya, dengan asupan kolesterol yang disumbangkan rata-rata berkisar 28,09-53,50 mg/kap/hari. Konsumsi rata-rata daging dan olahannya berkisar antara 27.3-55.56 g/kap/hari data ini lebih tinggi dari data konsumsi daging nasional yang dikeluarkan hasil Susenas (2010) yaitu sebesar 13,8 g/kap/hari. Konsumsi jeroan dan olahannya juga cukup banyak menyumbangkan kolesterol, rata-rata asupan kolesterol dari kelompok pangan ini sebesar 29,18-32,43 mg/kap/hari dengan asupan kolesterol dari jeroan unggas menyumbang lebih banyak. Asupan kolesterol dari ikan dan olahannya berada dalam rentang 16,17-16,60 mg/kap/hari. Konsumsi rata-rata ikan dan olahannya berada dalam rentang 13,88-20,23 g/kap/hari, dengan konsumsi ikan air tawar lebih banyak dibanding yang lainnya. Data konsumsi ikan pada penelitian ini lebih rendah dari data hasil Susenas (2010) yaitu sebesar 45,15 gr/kap/hari.

Produk bakery mempunyai kandungan kolesterol yang berasal dari bahan bakunya. Asupan kolesterol dari kelompok pangan ini rata-rata berkisar 6,27-6,98 mg/kap/hari, dengan produk yang banyak dikonsumsi antara lain bolu, cake, martabak, pie dan nastar. Kelompok pangan susu dan olahannya menyumbangkan kolesterol rata-rata sebesar 5,54-8,55 mg/kap/hari. Konsumsi rata-rata susu dan produk olahannya berkisar antara 18,33-37,41 g/kap/hari, dengan susu kental manis adalah yang terbanyak di konsumsi responden. Data konsumsi susu pada penelitian ini lebih tinggi dari data hasil Susenas (2010) yaitu sebesar 6,94 gr/kap/hari.

Mentega merupakan lemak yang berasal dari hewani yang mengandung kolesterol. Namun konsumsi responden terhadap mentega jumlahnya kecil sekali, asupan kolesterol dari minyak dan lemak hewani rata-rata berkisar antara 0,30-0,45 mg/kap/hari.

Asupan kolesterol responden dapat ditentukan setelah mengetahui konsumsi pangan sumber kolesterol responden dan kadar kolesterol pada pangan tersebut. Menurut Almatsir (2006), batas anjuran konsumsi kolesterol dalam makanan

adalah ≤ 300 mg/hari. Tabel 12 menunjukkan asupan kolesterol responden. Tabel 12 Asupan kolesterol responden

Asupan Kolesterol Kabupaten Kota Total

Pria Wanita Pria Wanita Pria Wanita

< 200 mg/hari 12 7 12 12 24 19

200-300 mg/hari 4 7 2 4 6 11

> 300 mg/hari 0 2 2 4 2 6

Rata-rata + SD (mg) 167,64+93,09 198,51+115,58 157,45+99,04 208,71+106,55

Nilai minimum (mg) 44,82 52,44 59,63 57,29 44,85 52,44

Nilai maksimum (mg) 298,17 337,66 504,87 466,96 504,84 466,96

(24)

13 bahwa terdapat perbedaan yang signifikan asupan kolesterol antara responden pria dan wanita (p<0,05), dengan asupan kolesterol pada wanita lebih tinggi.

Hubungan Antar Variabel

Hubungan Pengetahuan gizi dengan Asupan Kolesterol Pangan

Hasil uji korelasi Pearson pada penelitian ini menunjukkan tidak ada hubungan yang nyata antara pengetahuan gizi dan asupan kolesterol (p>0,05). Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, menurut Sanjur (1982) pengaruh pengetahuan gizi terhadap konsumsi makanan tidak selalu linier, artinya semakin tinggi tingkat pengetahuan gizi, belum tentu konsumsi makanan menjadi baik. Konsumsi makanan jarang dipengaruhi oleh pengetahun gizi secara tersendiri, tetapi merupakan interaksi dengan sikap, lingkungan dan faktor ekonomi.

Hubungan Antara Asupan Protein, Karbohidrat, Kolesterol, Serat, Lemak dan Aktivitas Fisik dengan Kadar Kolesterol Darah

Variabel aktivitas fisik, asupan karbohidrat, protein, lemak, serat dan kolesterol diuji hubungan fungsionalnya dengan kadar kolesterol darah dengan menggunakan uji regresi linear ganda Stepwise. Setelah sebelumnya diuji asumsi terlebih dahulu, yang meliputi uji multikolinearitas, homoskedastisitas, uji autokerelasi dan kenormalan. Hasil regresi dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Hasil regresi model Stepwise variabel-variabel penelitian

Variabel dependen B Sig,

Konstanta 364,699 ,000

X1 (asupan protein) -,299 ,125

X2 (asupan serat pangan) -1,678 ,069

X5 (asupan lemak) ,317 ,084

X6 (aktivitas fisik) -112,595 ,000

JK (Jenis Kelamin) 35,750 ,000

Model persamaan terbaik yang dapat dibuat dari Tabel 12 di atas adalah sebagai berikut: Y = 364,699 – 0,299X1 – 1,678 X2 + 0,317 X5 -112,595 X6 + 35,750 JK, dengan Y adalah kadar kolesterol darah. Persamaan tersebut dapat menggambarkan pengaruh masing-masing variabel (X) terhadap kadar kolesterol darah (Y), dengan R2 =0,437. R2 yang diperoleh masih terbilang lemah, secara simultan keragaman data yang diamati dapat dijelaskan sebesar 43,7%, sedangkan sisanya dijelaskan oleh faktor lain yang tidak masuk ke dalam model. Salah satunya diduga karena responden dalam penelitian ini sebagian besar berstatus gizi normal, karena terkait kriteria inklusi dan ekslusi penelitian payung, sehingga cakupan responden masih terbilang sempit.

(25)

14

VLDL. Menurut Lopez et al. (1966), jenis asupan karbohidrat mempengaruhi kadar kolesterol. Asupan karbohidrat sederhana lebih berpengaruh terhadap kadar kolesterol dan trigliserida darah ketimbang karbohidrat kompleks.

Penelitian-penelitian yang mengungkap hubungan antara asupan kolesterol dari makanan terhadap kadar kolesterol darah pun telah banyak dilakukan. Terdapat dua macam metode penelitian yang digunakan, yaitu metode observasi dan metode eksperimental. Penelitian-penelitian tersebut menunjukkan hasil yang beragam, dengan penelitian eksperimental lebih banyak menunjukkan keberhasilan. Observasi Kahn et al. (1969), Mann et al. (1962), Garcia-Palmieri et al. (1977) tidak menunjukkan adanya hubungan antara asupan kolesterol dengan kadar kolesterol darah. Penelitian eksperimental Taylor et al. (1960) dalam McGill (1979) dan Keys (1984), serta Mattson et al. (1972) menunjukkan bahwa asupan kolesterol berpengaruh terhadap kadar kolesterol darah dalam batasan tertentu yaitu 0-300 mg atau 400 mg, setiap 100 mg kolesterol rata-rata menyebabkan kenaikan 12 mg/dl kolesterol darah.

Hasil penelitian ini, tidak berlawanan dengan hasil-hasil penelitian yang menunjukkan bahwa asupan kolesterol mempengaruhi kadar kolesterol darah. asupan kolesterol adalah salah satu dari banyak faktor yang mempengaruhi, ketika faktor lainnya tidak dibuat tetap, faktor ini hanya berkontribusi kecil.

Asupan serat pangan tidak berpengaruh nyata terhadap kadar kolesterol darah pada alpha <5%, tetapi bepengaruh nyata pada alpha <10%. Hal ini diduga disebabkan, asupan serat pangan yang masih rendah sehingga tidak terlalu berpengaruh signifikan terhadap kolesterol darah. Mekanisme serat pangan dapat menurunkan kolesterol yang banyak diterima bahwa beberapa komponen serat pangan mampu mengikat asam/garam empedu, dengan demikian mencegah penyerapan kembali dan meningkatkan eksresinya melalui feses, sehingga akan meningkatkan konversi kolesterol dari serum darah menjadi asam/garam empedu di dalam hati. Selain itu, tidak semua serat pangan mempunyai keefektifan yang sama dalam menurunkan kadar kolesterol (Muchtadi 2001).

Asupan lemak tidak berpengaruh nyata terhadap kadar kolesterol darah pada 5%, tetapi bepengaruh nyata pada alpha 10% (p = 0,084). Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, salah satu faktor tersebut diduga bahwa lemak yang cenderung meningkatkan kadar kolesterol darah adalah lemak jenuh dalam bahan pangan, sebagaimana diungkapkan Mahan dan Escott-Stump (2008).

Tingkat aktivitas fisik berpengaruh nyata terhadap kadar kolesterol darah (p<0,05), hasil penelitian Ueshima et al. (1982), menyatakan hal yang sama, yaitu terdapat perbedaan profil lemak dan kolesterol darah yang signifikan pada kelompok masyarakat dengan tingkat aktivitas yang berbeda.

(26)

15 KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Tingkat pendidikan responden pria dan wanita secara total tidak menunjukkan adanya perbedaan, begitu juga dengan pengetahuan gizinya. Tingkat aktivitas sebagian besar termasuk kategori sedang nilai PAL rata-rata responden pria sebesar 1,79 dan wanita 1,60 namun tidak berbeda nyata (p>0,05). Sebagian besar responden tergolong dalam keluarga kecil, dengan rata-rata besar keluarga responden sebanyak 4-5 orang dan tingkat pendapatan keluarga responden pria lebih rendah dari wanita. Sebagian besar responden di kabupaten maupun kota tergolong dalam status gizi normal, dan tidak ditemukan responden yang hiperkolesterolemia. Sebagian besar responden memiliki kadar kolesterol darah yang normal, dengan rata-rata sebesar 179,78 mg/dl (kabupaten) dan 179,01 mg/dl (kota) namun tidak berbeda nyata (0,05).

Tingkat kecukupan energi sebagian besar responden berada dalam kategori defisit berat, begitu pula dengan asupan karbohidrat, protein dan serat pangan rata-rata responden yang sebagian besar masih di tergolong defisit. Asupan lemak rata-rata responden sebagian besar sudah sesuai anjuran. Sebagian besar responden mengonsumsi kolesterol rata-rata < 200 mg/hari, hal ini artinya asupan kolesterol rata-rata masih sesuai anjuran.

Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang nyata antara asupan pengetahuan gizi dengan asupan kolesterol (p>0,05). Hasil regresi stepwise menunjukkan bahwa asupan protein tidak berpengaruh nyata terhadap kadar kolesterol darah (p>0,05), demikian pula halnya dengan asupan karbohidrat dan asupan kolesterol. Pada alpha 5%, tingkat aktivitas fisik dan jenis kelamin berpengaruh nyata terhadap kadar kolesterol darah (p<0,05). Pada alpha 10%, asupan serat pangan dan asupan lemak berpengaruh nyata terhadap kadar kolesterol darah (p<0,1).

Saran

Hiperkolesterolemia adalah penyakit yang gejalanya tidak nampak (silent desease), hasil penelitian menunjukkan bahwa, pengetahuan gizi tentang kolesterol yang masih kurang, begitu pula dengan aktivitas fisik yang belum baik, asupan zat gizi dan non gizi yang belum berimbang serta responden pria yang banyak merokok. Maka disarankan adanya penyuluhan gizi tentang kolesterol terhadap masyarakat, agar dapat menjalani hidup sehat dan kadar kolesterol darah dapat terkontrol.

(27)

16

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier S. 2006. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta (ID) : Gramedia.

Badrialaily. 2004. Studi Tentang Pola Konsumsi Serat pada Mahasiswa. [Skripsi]. Bogor : Departemen Gizi Masyarakat dan Sumber Daya Keluarga, Institut Pertanian Bogor.

[Balitbangkes] Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 2008. Laporan Kesehatan Nasional 2007.Jakarta (ID): Depkes RI.

[Codex Alimentarius]. 2012. Food category http://www. codexalimentarius.net/gsfaonline/foods/index.html. [19-06-2013]

[Depkes RI] Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2007. Pedoman Pengendalian Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah. Jakarta (ID): Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. [FAO/WHO/UNU] Food and Agriculture Organization/ World Health

Organization/United Nations University. 2001. Human Energy Requirement.Report of joint FAO/WHO/UNU Expert Consultation. Series 1: 35-52.

Freitag H. 2010. Bebas Obesitas tanpa Diet Menyiksa. Yogyakarta: Media pressindo.

Garcia-Palmieri MR, Tillotson J, Cordero E, Costas R, Sorlie P, Gordon T, Kannel WB, Colon AA. 1977. Nutrient intake and serum lipids in urban and rural Puerto Rican men. Am J Clin Nutr. 30: 2092-2100.

Jahari AB, Sumarno I. 2001. Epidemiologi Konsumsi Serat di Indonesia. Gizi Indonesia, Vol XXV. Bogor. Persagi.

Kahn HA, Medalie JH, Neufeld HN, Riss E, Balogh M, Groen JJ 1969. Serum cholesterol: its distribution and association with dietary and other variables in a survey of 10,000 men. Israel J. Med. Sci. 5: 1117.

Keys A. 1984. Serum cholesterol response to dietary cholesterol. Am J Clin Nutr:40:351-359

Khomsan A. 2000. Teknik Pengukuran Pengetahuan Gizi. Bogor : IPB press Lemeshow S. & David W.H.Jr, 1997. Besar Sampel dalam Penelitian Kesehatan

(terjemahan). Yogyakarta : Gadjahmada University Press.

Lopez A, Hodges MD, Willard AK. 1966. Some interesting relationship between dietary carbohydrates and serum cholesterol. Am J Clin Nutr. 18: 149-153.. Mackay J and mensah GA. The Atlas of Heart Disease And Stroke.

Cdc-WHO.2004 :48-49.

Mahan LK and Escott-Stump S. 2008. Krause’s Food and Nutrition Therapy 12th

edition. Philadelphia: Saunders Elsevier.

Mann VG, Pearson G, Gordon T, Dawber TR. 1962. Diet and Cardiovascular disease in the framingham study. Am J Clin Nutr. 3: 200-225.

Mattson FH, Erickson BA, Kligman AM.1972. Effect of dietary cholesterol on serum cholesterol in man. Am J Clin Nutr. 25:589-594.

(28)

17 Muchtadi D. 2001. Sayuran sebagai sumber serat pangan untuk mencegah timbulnya penyakit degeneratif. Jurnal Teknologi Industri Pertanian; XII: no. 1.

Page SD.1981. Principles of Biological Chemistry. (terjemahan). Surabaya: Universitas Airlangga.

Paul AA, Southgate DAT, Corden TM. 2013. Important Basics Food Charts Cholesterol.http://apjcn.nhri.org.tw/server/info/books-phds/books/

foodfacts /html/data/ data2h. html [23-07-2012]

Puspitasari M. 2006. Pola Konsumsi Pangan Pria dewasa di Pedesaan dan Perkotaan Bogor, Kaitannya dengan Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner. [Skripsi]. Bogor : Departemen Gizi Masyarakat, Institut Pertanian Bogor.

Rahmariza E. 2012.Tingkat Kecukupan Gizi Karyawan dan Penyelenggaraan Makanan di Pangansari Utama Catering Tambang Senakin Kalimantan Selatan. [Skripsi]. Bogor : Departemen Gizi Masyarakat, Institut Pertanian Bogor.

Saidin M. 2000. Kandungan kolesterol dalam berbagai makanan hewani. Buletin Penelitian kesehatatan; 27:2. Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi, Balitbangkes, Depkes RI.

Sari DM. 2011. Gaya Hidup, Intake Zat Gizi dan Morbiditas Orang Dewasa yang Berstatus Gizi Obes dan Normal. [Skripsi]. Bogor : Departemen Gizi Masyarakat, Institut Pertanian Bogor.

Siswanto DE. 1998. Mempelajari Kebiasaan Merokok dan Pengaruhnya terhadap Kadar Vitamin C (Asam Askorbat) Serum dan LDL Kolesterol dalam Darah pada Guru Sekolah Dasar. [Skripsi]. Bogor : Departemen Gizi Masyarakat, Institut Pertanian Bogor.

[Susenas] Survei Sosial Ekonomi Nasional. 2010. Pengeluaran untuk Konsumsi Penduduk Indonesia;1. BPS RI.

[SKRT] Survei Kesehatan Rumah tangga. 2004. Status kesehatan masyarakat Indonesia; 2. Balitbangkes, Depkes RI.

Taylor CB, Patron D, Yogi N, Cox GE. 1960. Diet as source of serum cholesterol in man. Proc Soc Exptl Biol Med. 103: 768.

Ueshima H, Iida M, Shimamoto T, Konishi M, Tanagaki M, Doi M, Nakanishi N, Takayama Y, Ozawa H, Komachi Y. 1982. Dietary intake and serum total cholesterol level : their relationship to different lifestyles in several japanese populations. Circulation ; 66:519-526.

WHO. 2003. The World Health Survey Program. Geneve: World Health Organization

WHO. 2000. Obesity; Preventing and Managing The Global Epidemic. Genewa: WHO technical report series.

William PT, Krauss RM, Kindel-Joyce S, Dreon DM, Vranizan KM, Wood PD. 1986. Relationship of dietary fat, protein, cholesterol, and fiber intake to atherogenic lipopprotein in men. Am J Clin Nutr. 44;788-97.

Wilkinson CF, Blecha E, Reimer A. 1950. Is there a relation between det and blod cholesterol? Arch. Internal Med. 85:389.

(29)

18

Lampiran 1 Pertanyaan untuk mengukur pengetahuan gizi tentang kolesterol 1. Apa yang dimaksud dengan kolesterol?

a. Kolesterol adalah sejenis lemak c. Kolesterol adalah sejenis vitamin b. Kolesterol adalah sejenis protein d. Kolesterol adalah sejenis mineral 2. Kolesterol terbagi menjadi dua jenis, yaitu ?

a. Kolesterol hewani (HDL) dan kolesterol nabati (LDL) b. Kolesterol alami (HDL) dan kolesterol sintetik (LDL) c. Kolesterol baik (HDL) dan kolesterol jahat (LDL) d. Tidak tahu/tidak jawab

3. Kelompok makanan apa yang menyebabkan kadar kolesterol dalam tubuh meningkat?

a. Produk susu sapi dan susu kedelai c. Minyak dan lemak hewani b. Minyak dan lemak nabati d. Produk kacang-kacangan 4. Contoh makanan yang menyebabkan peningkatan kadar kolesterol darah

adalah?

a. Nasi, Minyak ikan dan susu c. Susu, yoghurt, dan keju b. Gajih kambing, jeroan dan kulit ayam d. Tahu, tempe dan oncom 5. Kelompok usia mana yang paling beresiko mengalami kolesterol tinggi?

a. Anak-anak c. Remaja

b. Orang dewasa d. Lanjut usia

6. Golongan mana yang lebih beresiko mengalami kolesterol tinggi?

a. Wanita c. Pria

b. Sama saja (baik pria maupun wanita) d. Tidak tahu/tidak jawab 7. Sebutan untuk penyakit akibat kelebihan kadar kolesterol adalah?

a. Stroke c. anemia

b. Hipoalbuminenia d. Hiperkolesterolemia

8. Penyakit yang berhubungan akibat kolesterol tinggi adalah?

a. Penyakit jantung c. Penyakit pernafasan

b. Penyakit pencernaan d. Penyakit ginjal 9. Kegiatan yang dapat membantu menurunkan kadar kolesterol adalah?

a. Olahraga c. Mendengarkan musik

b. Duduk santai d. Membaca buku

(30)

19 Lampiran 2 Food Frekuensi Questionnaire 1 bulan terakhir

Makanan/Bahan makanan Frekuensi (kali/minggu atau kali/bulan

Porsi/kali makan

urt gr

Daging dan olahannya Daging kambing

Daging babi Daging sapi

Daging ayam dengan kulit Sosis

Telur

Lainnya ... Lainnya...

Minyak dan dan susu Mentega

Lemak babi Krim Keju Yoghurt Susu bubuk penuh Lainnya... Lainnya...

Kue berlemak Pie Cake Pastry

Lainnya... Jeroan

Ati Usus Ampela

Otak

Lainnya... Ikan dan olahannya Ikan...

Udang Sarden Cumi Kepiting

Kerang

(31)

20

Lampiran 3 Recall aktivitas 1 x 24 jam

Waktu Jenis kegiatan

Durasi kegiatan

(32)

21 Lampiran 4 Kandungan kolesterol dalam bahan pangan

(33)

22

(34)

23

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Way Muli, sebuah desa di Kabupaten Lampung Selatan pada tanggal 06 September 1990. Penulis merupakan anak kelima dari enam bersaudara dari keluarga Bapak Mohammad Mundhir dan Ibu Jamilah. Tahun 2008, penulis lulus dari SMAN 1 Kalianda dan pada tahun yang sama, penulis diterima sebagai mahasiswa di Departemen Gizi Masyarakat, Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI.

Selama menjadi mahasiswa penulis aktif di beberapa organisasi antara lain FORCES IPB sebagai staff HRD 2008-2010 dan kepala divisi Budaya Olahraga dan Seni Keluarga Mahasiswa Lampung (KEMALA) 2009/2010. Penulis juga aktif di berbagai kepanitiaan yang diselenggarakan oleh HIMAGIZI, BEM FEMA dan Departemen Gizi Masyarakat baik skala kampus maupun nasional. Penulis pernah aktif sebagai asisten praktikum mata kuliah Pengantar Biokimia Gizi. Pada tahun 2011 penulis melaksanakan kegiatan Kuliah Kerja Profesi di Desa Wilas, Kalimantan Selatan, salah satu di desa binaan PT ARUTMIN. Penulis pun pernah mengikuti Emotional and Spiritual Quotient (ESQ) Basic Training yang diselenggarakan oleh IPB. Penulis pun pernah mengikuti sekolah wirausaha yang diselenggarakan secara bekerjasama oleh Yayasan Amal Hasanah Baitussalam, CI-BEST IPB dan LAZNAS BSM. Selain itu, penulis juga pernah mengikuti Intership Dietetic di RSUD Cibinong, serta pernah menjadi enumerator beberapa penelitian di departemen Gizi Masyarakat dan SEAFAST Center IPB.

Gambar

Tabel 2 Jenis data, variabel dan cara pengumpulan
Tabel 3 Sebaran responden berdasarkan tingkat pendidikan dan pengetahuan gizi
Tabel 4 Sebaran responden berdasarkan jawaban benar dari pertanyaan
Tabel 5 Sebaran  responden berdasarkan jenis pekerjaan dan aktivitas fisik
+5

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan: (1) Penyuluh dinilai peternak telah tergolong cukup perannya, baik dalam perannya sebagai pendidik maupun sebagai fasilitator, (2)

Jakarta: Kencana Prenada Media Group.. Pendidikan Seks untuk

Berdasarkan pendapat tersebut dia atas, menjelaskan bahwa manajemen infrastruktur adalah koordinasi antara lingkungan kerja fisik dengan karyawan dan pekerjaan pada

[r]

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT dan Nabi Besar Muhammad SAW atas berkah rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ PERAN

Pada akhir penulisan, penulis menyarankan agar perusahaan memperbaiki kualitas meja mayo mengingat masih adanya kerusakan dengan langkah awal yang bisa dilakukan

treatment pada elemen interior yang merusak eksisting akan diminamalisir sehingga budaya pinisiq sebagai bagian dari unsur daerah kemudian dapat diterapkannya ke dalam desain

Cara Mengobati Penyakit Wasir di Dubur, Wasir atau ambeien merupakan gumpalan pembuluh darah pada rektum (bagian usus yang berhubungan dengan anus).. Pembuluh darah yang