• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pengaruh Diklat Pegawai Baru Terhadap Keterampilan Pegawai Komisi Pemberantasan Korupsi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Pengaruh Diklat Pegawai Baru Terhadap Keterampilan Pegawai Komisi Pemberantasan Korupsi"

Copied!
132
0
0

Teks penuh

(1)

1.1. Latar Belakang

Tindak pidana korupsi di Indonesia sudah pada tahap yang sangat memprihatinkan, dimana Indonesia masih menempati salah satu peringkat terburuk dalam pemberantasan korupsi. Meningkatnya tindak pidana korupsi di Indonesia tidak hanya menghambat perekonomian nasional, tetapi juga pada kehidupan berbangsa dan bernegara pada umumnya. Tindak pidana korupsi tergolong dalam tindak kejahatan yang luar biasa, sehingga upaya pemberantasannya juga harus dilakukan dengan cara yang luar biasa.

Kasus yang ditangani oleh KPK bisa berawal dari laporan masyarakat atau perkembangan dari kasus lain. Pada tahun 2009 KPK menerima pengaduan sebanyak 6.948 pengaduan, diantaranya hanya 812 yang dapat ditindaklanjuti oleh KPK, sementara sisanya diteruskan kepada instansi lain. Jumlah pegawai KPK yang berjumlah 652, namun bagian penindakan hanya berjumlah 187 orang dianggap sudah bekerja dengan sangat baik dengan mampu menyelamatkan keuangan negara. Penindakan hingga 15 desember 2009 sebanyak 67 kasus berada pada tahap penyelidikan, 49 kasus pada tingkat penyidikan dan 61 kasus pada tingkat penuntutan.

Pengaduan masyarakat yang jumlahnya tidak seimbang dengan jumlah pegawai yang sedikit, oleh karena itu KPK membutuhkan pegawai baru agar harapan masyarakat dapat terpenuhi. Rekrutmen yang dilakukan oleh KPK dapat berasal dari masyarakat umum dan dari instansi lain seperti kepolisian, kejaksaan, BPKP. Harapan yang besar dari masyarakat agar KPK menuntaskan banyak kasus korupsi tentu tidaklah mudah, sehingga pegawai yang direkrut merupakan pegawai yang berpengalaman dan ahli di bidangnya.

Pengembangan keahlian di KPK dilakukan melalui pendidikan dan pelatihan yang diselenggarakan oleh manajemen sumber daya manusia. Selama tahun 2009, KPK sudah melaksanakan enam program diklat, yaitu Diklat pegawai baru, Diklat peningkatan kompetensi pegawai, matrikulasi

(2)

dan sertifikasi, pendidikan kedinasan instansi, dukungan donor dan beasiswa dan sharing knowledge, namun dari sekian diklat hanya diklat pegawai baru yang wajib diikuti, sehingga diklat pegawai baru diharapkan dapat mencakup secara menyeluruh tentang apa saja yang menjadi dasar dalam bekerja di KPK. Diklat di KPK terdiri dari 3 jenis, yaitu Diklat yang bersifat mandatory, primary dan secondary. Diklat mandatory merupakan program diklat yang wajib diikuti oleh semua pegawai KPK, Diklat primary merupakan diklat pegawai yang berkaitan dengan tugas dan pekerjaannya, sementara Diklat secondary merupakan diklat pegawai yang tidak berkaitan dengan tugas dan pekerjaannya, namun tetap dapat diikuti. Diklat pegawai baru merupakan diklat yang wajib diikuti oleh semua pegawai, sementara program diklat lainnya dapat diikuti maupun tidak tergantung dari kebutuhan pegawai dan organisasi.

Diklat pegawai baru merupakan program yang penting karena merupakan pintu masuk pegawai sebelum terjun ke pekerjaannya, sehingga cukup dengan melalui program Diklat pegawai baru pegawai diharapkan sudah memiliki keterampilan yang dibutuhkan untuk pekerjaanya. Keterampilan teknis dan non-teknis merupakan hal yang perlu dimiliki oleh pegawai KPK, karena selain pekerjaan di KPK bersifat teknis, keterampilan non-teknis seperti soft skill juga penting dimiliki oleh setiap pegawai, karena faktor non-teknis merupakan penunjang keterampilan teknis. Keterampilan teknis adalah sesuatu yang dapat dipelajari, namun softskill merupakan kebiasaan dan perilaku seseorang yang sulit untuk diubah, sehingga perlu juga diteliti mengenai pengaruh keterampilan baik secara teknis maupun non-teknis.

(3)

dasar penindakan dan latihan dasar keuangan, serta sosialisasi SOP dan alur kerja oleh unit kerja masing-masing. Diklat pegawai baru diharapkan mampu untuk menyamakan persepsi pegawai tentang pemberantasan korupsi.

Diklat pegawai baru yang dilakukan oleh KPK bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, keahlian dan keterampilan para pegawai dalam melaksanakan tugas dan beban tanggung jawab yang diberikan dalam tugas tersebut serta menyamakan persepsi diantara pegawai KPK. Kinerja KPK diharapkan meningkat, karena KPK dianggap masyarakat sebagai harapan agar korupsi sedikit demi sedikit berkurang, oleh karena itu hal ini menjadi penting untuk diteliti sebagai bahan evaluasi bagi bagian MSDM KPK. Diklat pegawai baru dilaksanakan setiap adanya penerimaan pegawai baru dan belum adanya alat evaluasi untuk mengukur seberapa besar pengaruhnya terhadap keterampilan pegawai berdasarkan persepsi pegawai itu sendiri. Persepsi pegawai merupakan hal yang penting bagi bahan evaluasi, karena pegawai itu sendiri yang sudah menjalani diklat tersebut, sehingga dapat menyatakan pendapat yang nyata terhadap pelaksanaan diklat dan pengaruhnya terhadap keterampilan.

KPK sampai tahun 2009 sudah memiliki 4 angkatan. Pada tahun 2010 sudah mulai dilakukan seleksi penerimaan pegawai angkatan 5, namun untuk mengukur secara efektif persepsi pegawai tentang pengaruh diklat pegawai baru terhadap keterampilan sebaiknya dilakukan terhadap angkatan 4, karena pegawai angkatan 4 sudah bekerja hampir 2 tahun, sementara angkatan 5 pada saat dilakukan penelitian ini baru selesai mengikuti program Diklat pegawai baru.

(4)

1.2. Rumusan Masalah

Permasalahannya adalah program diklat pegawai baru yang telah dilaksanakan pada tahun 2009 belum diketahui pengaruhnya terhadap keterampilan pegawai ketika sudah mulai bekerja. Oleh karena itu, penulis melakukan penelitian untuk menganalisis pengaruh diklat pegawai baru terhadap keterampilan pegawai.

Berdasarkan uraian sebelumnya, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana persepsi pegawai mengenai pelaksanaan diklat pegawai baru Komisi Pemberantasan Korupsi ?

2. Bagaimana pengaruh diklat pegawai baru terhadap keterampilan pegawai Komisi Pemberantasan Korupsi ?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Menganalisis persepsi pegawai mengenai pelaksanaan diklat pegawai baru pada Komisi Pemberantasan Korupsi.

2. Menganalisis pengaruh diklat pegawai baru terhadap keterampilan pegawai Komisi Pemberantasan Korupsi.

1.4. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat berguna bagi Komisi Pemberantasan Korupsi sebagai masukan dalam merencanakan dan menjadikan bahan pertimbangan dalam penyusunan kebijakan berkaitan dengan program diklat pegawai baru Komisi Pemberantasan Korupsi.

1.5. Batasan Penelitian

Penelitian ini, dibatasi pada hal-hal berikut:

1. Diklat pegawai baru angkatan 4 yang merupakan program diklat biro sumber daya manusia pada tahun 2009.

(5)

2.1. Manajemen Sumber Daya Manusia

Menurut Mangkunegara (2002) menyatakan Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) adalah sebagai suatu pengelolaan dan pendayagunaan sumber daya yang ada pada individu (pegawai). Pengelolaan dan pendayagunaan tersebut dikembangkan secara maksimal di dalam dunia kerja untuk mencapai tujuan organisasi dan pengembangan individu pegawai. Mangkuprawira (2004) MSDM merupakan penerapan pendekatan SDM di mana secara bersama-sama terdapat dua tujuan yang ingin dicapai, yaitu (1) tujuan untuk perusahaan dan (2) untuk karyawan.

Hasibuan (2003) mendefinisikan MSDM adalah ilmu dan seni mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja agar efektif dan efisien membantu terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan dan masyarakat. Simamora (2004) menyatakan MSDM adalah pendayagunaan, pengembangan, penilaian, pemberian balas jasa dan pengelolaan individu anggota organisasi atau kelompok karyawan.

Saydam (1996) MSDM adalah semua kegiatan yang dilakukan mulai dari kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian sampai pengendalian semua nilai yang menjadi kekuatan manusia tadi, untuk dimanfaatkan bagi kemaslahatan hidup manusia itu sendiri.

2.1.1 Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia

Mangkunegara (2002) mengemukakan bahwa terdapat enam fungsi operatif manajemen sumber daya manusia, yaitu:

1. Pengadaan tenaga kerja mencakup perencanaan SDM, analisis jabatan, penarikan pegawai, penempatan kerja dan orientasi kerja.

2. Pengembangan tenaga kerja mencakup pendidikan dan pelatihan, pengembangan dan penilaian prestasi kerja.

3. Pemberian balas jasa mencakup:

(6)

a. Balas jasa langsung terdiri dari gaji atau upah dan isentif.

b. Balas jasa tak langsung terdiri dari keuntungan (benefit) dan pelayanan atau kesejahteraan (services).

4. Integritas mencakup kebutuhan karyawan, motivasi kerja, kepuasan kerja, disiplin kerja dan partisipasi kerja.

5. Pemeliharaan tenaga kerja mencakup komunikasi kerja, kesehatan dan keselamatan kerja, pengendalian konflik kerja dan konseling kerja 6. Pemisahan tenaga kerja mencakup pemberhentian karyawan.

Fungsi manajemen SDM meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengendalian, pengadaan, pengembangan, kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan, kedisiplinan dan pemberhentian (Hasibuan, 2003).

1. Perencanaan

Perencanaan adalah merencanakan tenaga kerja secara efektif serta efisien agar sesuai dengan kebutuhan perusahaan dalam membantu terwujudnya tujuan.

2. Pengorganisasian

Pengorganisasian adalah kegiatan untuk mengorganisasi semua karyawan dengan menetapkan pembagian kerja, hubungan kerja, delegasi wewenang, integrasi dan koordinasi dalam bagan organisasi. 3. Pengarahan

Pengarahan adalah kegiatan mengarahkan semua karyawan, agar mau bekerja sama dan keberja efektif dan efisien dalam membantu tercapainya tujuan.

4. Pengendalian

Pengendalian adalah kegiatan mengendalikan semua karyawan, agar mentaati peraturan-peraturan perusahaan dan bekerja sesuai dengan rencana.

5. Pengadaan

(7)

induksi untuk mendapatkan karyawan yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan.

6. Pengembangan

Pengembangan adalah proses peningkatan keterampilan teknis, teoritis, konseptual dan moral karyawan melalui pendidikan dan pelatihan. 7. Kompensasi

Kompensasi adalah pemberian balas jasa langsung dan tidak langsung, uang atau barang kepada karyawan sebagai imbalan jasa yang diberikan kepada perusahaan.

8. Pengintegrasian

Pengintegrasian adalah kegiatan untuk mempersatukan kepentingan perusahaan dan kebutuhan karyawan, agar tercipta kerja sama yang serasi dan saling menguntungkan.

9. Pemeliharaan

Pemeliharaan adalah kegiatan untuk memelihara atau meningkatkan kondisi fisik, mental dan loyalitas karyawan, agar mereka tetap mau bekerja sama sampai pensiun.

10.Kedisiplinan

Kedisiplinan adalah keinginan dan kesadaran untuk mentaati peraturan-peraturan perusahaan dan norma-norma sosial.

11.Pemberhentian

Pemberhentian adalah putusnya hubungan kerja seseorang dari suatu perusahaan.

2.1.2 Tujuan MSDM

Menurut Simamora (2004) terdapat empat tujuan MSDM : 1. Tujuan Kemasyarakatan/sosial

(8)

organisasi. Organisasi bisnis diharapkan dapat meningkatkan kualitas masyarakat dan membantu memecahkan masalah sosial.

2. Tujuan Organisasional

Tujuan organisasional adalah sasaran formal organisasi yang dibuat untuk membantu organisasi mencapai tujuannya. Departemen sumber daya manusia dibentuk untuk membantu para manajer mencapai tujuan organisasi.

3. Tujuan Fungsional

Tujuan fungsional merupakan tujuan untuk mempertahankan kontribusi departemen sumber daya manusia pada tingkat yang sesuai dengan kebutuhan organisasi. Pemborosan sumber daya akan terjadi apabila departemen sumber daya manusia terlalu canggih maupun kurang canggih dibandingkan dengan kebutuhan organisasi.

4. Tujuan Pribadi

Tujuan individual adalah tujuan pribadi dari setiap anggota organisasi yang hendak dicapai melalui aktivitasnya di dalam organisasi. Jikalau tujuan pribadi dan tujuan organisasi tidak cocok atau harmonis, maka karyawan barangkali memilih untuk menarik diri dari perusahaan.

2.2. Pendidikan dan Pelatihan

Pendidikan dan pelatihan adalah suatu usaha pengembangan sumber daya manusia untuk meningkatkan kemampuan teknis, teoritis, konseptual dan moral karyawan sesuai dengan kebutuhan pekerjaan atau jabatan (Hasibuan, 2003). Program pengembangan karyawan hendaknya disusun secara cermat dan fokus kepada keterampilan yang dibutuhkan perusahaan saat ini dan masa yang akan datang. Pengembangan karyawan sangatlah penting sebagai tuntutan dari pekerjaan atau jabatan.

(9)

kepada keterampilan yang dibutuhkan untuk menjalankan pekerjaan karyawan sekarang, pengembangan karyawan dan manajemen yang bersifat jangka panjang. Arahnya adalah mengembangkan karyawan sekarang dan mendatang untuk tugas-tugas masa depan atau memecahkan masalah organisasi.

Pelatihan bagi karyawan merupakan sebuah proses mengajarkan pengetahuan dan keahlian tertentu serta sikap agar karyawan semakin termpil dan mampu melaksanakan tanggung jawabnya dengan semakin baik, sesuai dengan standar (Mangkuprawira, 2004). Pelatihan merupakan proses pembelajaran yang melibatkan perolehan keahlian, konsep, peraturan, atau sikap untuk meningkatkan kinerja karyawan. Pengembangan diartikan sebagai penyiapan individu untuk memikul tanggung jawab yang berbeda atau yang lebih tinggi di dalam organisasi (Simamora, 2004).

2.2.1 Tujuan Pendidikan dan Pelatihan

Simamora (2004) tujuan-tujuan pelatihan pada intinya adalah:

1. Memutakhirkan keahlian karyawan sejalan dengan kemajuan teknologi. Melalui pelatihan, pelatih memastikan bahwa karyawan dapat mengaplikasikan teknologi baru secara efektif.

2. Mengurangi waktu pembelajaran bagi karyawan baru agar kompeten dalam pekerjaan. Seorang karyawan baru acapkali tidak menguasai keahlian dan kemampuan yang dibutuhkan untuk menjadi job competent, yaitu mampu mencapai output dan standar mutu yang diharapkan.

3. Membantu memecahkan masalah operasional. Serangkaian pelatihan dalam berbagai bidang yang diberikan oleh perusahaan maupun konsultan luar membantu para karyawan dalam memecahkan masalah organisasional dan menuntaskan pekerjaan mereka secara efektif.

(10)

karyawan saat ini ke posisi/pekerjaan yang melibatkan tanggung jawab yang lebih besar.

5. Memenuhi kebutuhan pertumbuhan pribadi. Pelatihan dan pengembangan dapat memainkan peran ganda dengan menyediakan aktivitas-aktivitas yang menghasilkan efektivitas organisasional yang lebih besar dan meningkatkan pertumbuhan pribadi bagi semua karyawan.

Menurut Mangkunegara (2002) pelatihan dan pengembangan mempunyai tujuan sebagai berikut:

1. Meningkatkan penghayatan jiwa dan ideologi. 2. Meningkatkan produktivitas kerja.

3. Meningkatkan kualitas kerja.

4. Meningkatkan ketetapan perencanaan sumber daya manusia. 5. Meningkatkan sikap moral dan semangat kerja.

6. Meningkatkan rangsangan agar pegawai mampu berprestasi secara maksimal.

7. Meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja. 8. Menghindarkan keusangan (obsolescence). 9. Meningkatkan perkembangan pegawai. 2.2.2 Manfaat Pendidikan dan Pelatihan

Manfaat pelatihan menurut Simamora (2004) adalah: 1. Meningkatkan kuantitas dan kualitas produktivitas.

2. Mengurangi waktu belajar yang diperlukan karyawan untuk mencapai standar kinerja yang dapat diterima.

3. Membentuk sikap, loyalitas dan kerja sama yang lebih menguntungkan. 4. Memenuhi kebutuhan perencanaan sumber daya manusia.

5. Mengurangi frekuensi dan biaya kecelakaan kerja.

6. Membantu karyawan dalam peningkatan dan pengembangan pribadi mereka.

(11)

1. Meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan keterampilan dalam melaksanakan tugas sehari-hari.

2. Meningkatkan rasa percaya diri dan menghilangkan rasa rendah diri. 3. Memperlancar pelaksanaan tugas.

4. Meningkatkan motivasi kerja.

5. Menumbuhkan sikap positif terhadap perusahaan. 6. Meningkatkan semangat dan kegairahan kerja. 7. Mempertinggi rasa kepedulian terhadap perusahaan. 8. Meningkatkan rasa saling menghargai antar karyawan.

9. Memberikan dorongan bagi karyawan untuk menghasilkan yang terbaik. 2.2.3 Jenis Pendidikan dan Pelatihan

Simamora (2004) menyatakan terdapat banyak pendekatan untuk pelatihan di antaranya, yaitu:

1. Pelatihan keahlian

Program pelatihan yang mengidentifikasi kebutuhan atau kekurangan melalui penilaian yang jeli. Kriteria penilaian efektivitas pelatiahan berdasarkan pada sasaran yang diindentifikasi dalam tahap penilaian. 2. Pelatihan ulang

Pelatihan ulang berupaya memberikan kepada para karyawan keahlian-keahlian yang mereka butuhkan untuk menghadapi tuntutan kerja yang berubah-ubah.

3. Pelatihan lintas fungsional

Pelatihan lintas fungsional melibatkan pelatihan karyawan untuk melakukan aktivitas kerja dalam bidang lainnya selain dari pekerjaan yang ditugaskan.

4. Pelatihan tim

Dewasa ini terdapat tekanan yang menguat terhadap kinerja tim. Menyebabkan kinerja dalam suatu tim harus menjadi lebih baik.

(12)

Pelatihan bagaimana cara membantu orang-orang dalam memecahkan masalah dengan kiat baru.

Hasibuan (2003) mengemukakan, jenis pengembangan dikelompokkan menjadi pengembangan secara informal dan pengembangan secara formal. 1. Pengembangan secara informal yaitu karyawan atas keinginan dan

usaha sendiri melatih dan mengembangkan dirinya dengan mempelajari buku-buku literatur yang ada hubungannya dengan pekerjaan atau jabatannya. Pengembangan secara informal menunjukkan bahwa karyawan tersebut berkeinginan keras untuk maju dengan cara meningkatkan kemampuan kerjanya. Hal ini bermanfaat bagi perusahaan karena prestasi kerja karyawan semakin besar, disamping efisiensi dan produktivitasnya juga semakin baik.

2. Pengembangan secara formal yaitu karyawan ditugaskan perusahaan untuk mengikuti pendidikan atau latihan, baik yang dilakukan perusahaan maupun yang dilaksanakan oleh lembaga pendidikan dan pelatihan. Pengembangan secara formal dilakukan perusahaan karena tuntutan pekerjaan saat ini ataupun masa datang, yang sifatnya nonkarir atau peningkatan karir seorang karyawan.

2.2.4 Metode Pendidikan dan Pelatihan

Menurut Simamora (2004), metode yang digunakan dalam pelatihan dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:

1. Teknik on the job training

(13)

a. Magang

Program magang cenderung lebih mengarah kepada pendidikan daripada pelatihan dalam hal pengetahuan untuk melakukan suatu keahlian atau suatu rangkaian pekerjaan yang saling berhubungan.

b. Intership

Intership memberikan kepada individu pengalaman pada pekerjaan tertentu, atau pengenalan terhadap pekerjaan, organisasi, atau industri. c. Rotasi Pekerjaan

Memperluas latar belakang bisnis, karena melakukan setiap pekerjaan dalam serangkaian pekerjaan yang ada menjadikan setiap individu-individu menyerap keahlian, pengalaman dan pengetahuan yang baru. 2. Teknik off the job training

Program off the job training memberikan kepada individu-individu keahlian dan pengetahuan yang mereka butuhkan untuk menunaikan pekerjaan pada waktu yag terpisah dari waktu kerja reguler mereka. Beberapa teknik yang biasa digunakan dalm teknik off the job training: a. Kuliah

Kuliah menyajikan cakupan materi yang luas dalam jangka waktu pendek. Biayanya cenderung relatif rendah, bila dalam jumlah yang besar sangat cocok untuk menerapkan teknik kuliah.

b. Studi Kasus

Penyajian tertulis dan naratif dari serangkaian fakta masalah yang dianalisis dan dipecahkan oleh peserta pelatihan.

c. Simulasi Komputer

Simulasi ini mengacu kepada materi pelatihan yang berupaya

menciptakan suatu lingkungan pengambilan keputusan yang realistik bagi peserta pelatihan.

d. Pelatihan Beranda

Merupakan suatu terminologi yang digunakan untuk

(14)

pekerjaan-pekerjaan klerikal atau semiahli. e. Permainan Peran

Latihan permainan peran, para peserta memainkan peran dan berupaya menjalankan perilaku yang dibutuhkan dalam peran itu. Dalam permainan peran adalah untuk menganalisis masalah antarpribadi dan memupuk keahlian hubungan manusia.

f. Peniruan Perilaku

Metode ini adalah teknik berorientasi kelas yang umumnya digunakan untuk mengajarkan kemahiran pemecahan masalah kepada penyelia lini pertama.

g. Pelatihan di Alam Terbuka

Pelatihan di alam terbuka merupakan pengembangan manajemen dan eksekutif yang berlangsung di latar alam terbuka atau bebas. Tujuan pelatihan ini pemupukan keahlian-keahlian antarpribadi seperti penghargaan diri, kerja tim, penetapan tujuan dan kepercayaan diri.

h. Pelatihan Sensitivitas

Pelatihan sensitivitas bertujuan untuk meningkatkan sensitivitas antarpribadi dengan menuntut diskusi yang terbuka dan jujur tentang perasaan, sikap dan perilaku partisipan.

2.2.5 Evaluasi Pendidikan dan Pelatihan

Menurut Simamora (2004), evaluasi membutuhkan adanya penilaian terhadap dampak program pelatihan pada perilaku dan sikap dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Pengukuran efektivitas pelatihan meliputi: 1. Reaksi

(15)

2. Belajar

Prinsip-prinsip, pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh selama program pelatihan. Evaluasi belajar dengan menggunakan tes tertulis atau observasi. Pretest dapat meningkatkan kesiapan peserta untuk belajar, mendorong mereka pada konteks dan isi program pelatihan, membuat peserta peka pada konsep-konsep penting, memfokuskan pelatihan pada konsep-konsep kunci dan membuat iklim belajar yang giat. Ujian akhir dapat mengukur penguasaan pada keahlian dan keterampilan tertentu.

3. Perilaku

Evaluasi perilaku dari program pelatihan apakah partisipan mengindikasikan adanya perubahan perilaku dalam pekerjaan mereka. Penilaian perubahan perilaku pada pekerjaan sebagai hasil pelatihan seringkali terjadi melalui evaluasi penyelia atas kinerja bawahannya. 4. Hasil

Evaluasi yang terakhir yaitu evaluasi hasil, hasil yang paling sulit untuk dihubungkan dengan pelatihan dan pengembangan adalah peningkatan efektivitas organisasional. Evaluasi hasil akhir, apakah dapat tercapai dilihat dari segi tujuan pelatihan yang telah ditetapkan sebelumnya. Jika hasil akhir tidak tercapai, maka pelatihan tidak mencapai tujuannya. 2.3. Pelatihan dan Pembelajaran

Pembelajaran adalah suatu metode atau proses belajar untuk mengajarkan suatu pengetahuan dan keterampilan baru kepada orang lain. Pada hakikatnya, pelatihan itu adalah proses pembelajaran. Oleh karena itu, untuk melatih karyawan, dibutuhkan pengetahuan tentang bagaimana orang belajar. Saran-saran yang didasarkan pada teori belajar adalah:

(16)

materi pelatihan memudahkan dalam pembelajaran. Bantuan visual akan membantu dalam proses pembelajaran. Selain itu, gunakanlah konsep dan istilah yang sudah akrab ditelinga para peserta pelatihan.

2. Pastikan bahwa peserta dapat mudah mentransfer pengetahuan, keterampilan dan perilaku baru setelah dari tempat pelatihan ke tempat kerja. Dengan memaksimalkan keserupaan antara situasi pelatihan dan tempat kerja dan memberikan praktek pelatihan yang memadai.

3. Motivasikanlah para peserta pelatihan. Orang belajar paling baik dengan cara melakukannya. Untuk itu peserta diberikan praktek realistik sebanyak mungkin. Para peserta pelatihan belajar paling baik menurut cara mereka sendiri, dengan diberikannya kebebasan dalam menentukan caranya sendiri (Dessler, 1997).

2.4. Hasil-hasil Penelitian Terdahulu

1. Setiawan (2006) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Program Pelatihan dan Pengaruhnya terhadap Kinerja Karyawan (Studi Kasus PT. Mitra Infoparama) berdasarkan hasil analisis deskriptif bahwa proses program pelatihan yang dilakukan PT. Mitra Infoparama sudah cukup baik. Hubungan yang terjadi antara program pelatihan dengan kinerja karyawan cukup kuat dengan rs = 0,485.

(17)

III. METODE PENELITIAN

3.1. Kerangka Pemikiran

Visi KPK adalah menjadi lembaga yang mampu mewujudkan Indonesia yang bebas dari korupsi dan misi KPK adalah pendobrak dan pendorong Indonesia yang bebas dari korupsi dan menjadi pemimpin dan penggerak perubahan untuk mewujudkan Indonesia yang bebas dari korupsi.

Pengelolaan SDM KPK mengacu kepada PP nomor 63 tahun 2005 tentang sistem manajemen sumber daya manusia. Penetapan sasaran kinerja dan program kerja tahun 2009, KPK telah melakukan upaya penyempurnaan dan perbaikan di berbagai pilar pengelolaan SDM yang mengacu kepada pendekatan berbasis kompetensi dan kinerja. Biro MSDM meliputi bagian perencanaan dan pengembangan pegawai, bagian pendidikan dan pelatihan pegawai dan bagian pelayanan kepegawaian.

Bagian perencanaan dan pengembangan salah satu tugasnya adalah melakukan rekrutmen dan seleksi pegawai baru. Berdasarkan audit kepegawaian yang dilakukan tiap tahunnya dapat terlihat kebutuhan akan pegawai baru yang akan mengisi posisi yang masih kosong maupun mengganti pegawai yang berhenti pada tahun sebelumnya. Rekrutmen dan seleksi meliputi rekrutmen dan seleksi pegawai tetap, rekrutmen dan seleksi pegawai negeri yang dipekerjakan dan rekrutmen dan seleksi pegawai tidak tetap.

(18)

s

Gambar 1. Kerangka pemikiran penelitian

3.2. Metode Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Komisi Pemberantasan Korupsi yang terletak di Jalan H.R. Rasuna Said Kav. C-1 Jakarta Selatan 12920. Pengumpulan data dilaksanakan selama tiga bulan yaitu bulan November 2010 sampai dengan Januari 2011. Lokasi ditentukan karena bagian MSDM KPK berada di lokasi tersebut dan responden juga bekerja di lokasi tersebut.

3.2.1 Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang didapat dari sumber pertama baik dari individu atau perseorangan yang merupakan pegawai KPK angkatan 4 yang telah mengikuti Diklat Pegawai Baru dengan populasi sebesar 85 pegawai, namun untuk Keterangan:

…….. = Ruang lingkup penelitian

Visi, Misi dan Tujuan KPK

Pendidikan dan Pelatihan

Perencanaan dan pengembangan pegawai

Keterampilan Strategi MSDM

Diklat Pegawai Baru

Kinerja pegawai

(19)

pengambilan sampel menggunakan teknik random sampling dan ukuran sampel berdasarkan pendapat Gay dalam Umar (2003), menyatakan bahwa untuk penelitian deskriptif-korelasional subyek yang diambil minimal 30 responden.

Data sekunder merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan baik oleh pihak pengumpul data primer atau oleh pihak lainnya (Umar, 2005). Data primer diperoleh dengan cara:

1. Wawancara.

Wawancara merupakan teknik komunikasi langsung berupa tanya jawab dengan pihak-pihak yang berkepentingan dan berhubungan dengan penelitian untuk memperoleh gambaran dan kejelasan mengenai masalah yang diteliti. Wawancara dilakukan terhadap pegawai yang melaksanakan diklat pegawai baru, yaitu bagian diklat MSDM.

2. Kuesioner.

Kuesioner merupakan suatu komunikasi tidak langsung melalui sejumlah pertanyaan tertulis yang berguna untuk memperoleh informasi dari responden mengenai masalah yang diteliti. Kuesioner yang digunakan yaitu kuesioner pertanyaan tertutup dimana pertanyaan yang jawabannya sudah disediakan dalam daftar pertanyaan dan responden dapat memilih di antara jawaban yang telah disediakan. Kuesioner disebarkan kepada 30 responden yang telah mengikuti diklat pegawai baru.

3.2.2 Pengolahan dan Analisis Data

(20)

skor, yang diukur dengan menggunakan skala Likert. Langkah-langkah membuat skala Likert adalah sebagai berikut:

1. Kumpulkan sejumlah pernyataan yang sesuai dengan sikap yang akan diukur dan dapat diidentifikasikan dengan jelas (positif atau tidak positif)

2. Berikan pernyataan-pernyataan di atas kepada sekelompok responden untuk diisi dengan benar.

3. Respon dari tiap pernyataan dihitung dengan cara menjumlahkan angka-angka dari setiap pernyataan sedemikian rupa sehingga respon yang berada pada posisi yang sama akan menerima secara konsisten nilai angka yang selalu sama. Misalnya bernilai 5 untuk yang sangat positif dan bernilai 1 untuk yang sangat negatif. Hasil hitung akan mendapatkan skor tiap-tiap pernyataan dan skor total, baik untuk tiap responden maupun secara total untuk seluruh responden.

4. Selanjutnya, mencari pernyataan-pernyataan yang tidak dapat dipakai dalam penelitian, patokannya adalah:

a. Pernyataan yang tidak diisi lengkap oleh responden.

b. Pernyataan yang secara totalnya responden tidak menunjukkan korelasi yang substansial dengan nilai totalnya.

5. Pernyataan-pernyataan hasil saringan akhir akan membentuk skala Likert yang dapat dipakai untuk mengukur skala sikap serta menjadi kuesioner baru untuk pengumpulan data berikutnya.

Sebelum melakukan pengolahan data lebih lanjut terlebih dahulu dilakukan pengujian kuesioner yaitu uji validitas dan uji reliabilitas. 1. Uji Validitas

(21)

Adapun metode statistika yang digunakan adalah dengan menggunakan teknik korelasi product moment pearson dan analisa regresi. Hipotesis statistik ini adalah:

H0: Program diklat pegawai baru tidak berpengaruh terhadap peningkatan keterampilan pegawai.

H1: Program diklat pegawai baru berpengaruh terhadap peningkatan keterampilan pegawai.

Uji validitas digunakan untuk menghitung nilai korelasi (r) antara data pada masing-masing pertanyaan dengan skor total. Teknik yang dipakai untuk menguji validitas kuesioner adalah teknik korelasi product moment pearson berikut:

 

 

2 2

2 2

x y n X X n Y Y

Y X X Y

n =

r

...(1)

Keterangan:

rxy = Korelasi antar X dan Y n = Jumlah responden

X = Skor masing-masing pertanyaan Y = Skor total

Uji validitas dilakukan pada 30 responden validitas dengan menggunakan Software Microsoft Excell, hasilnya dapat dilihat di lampiran.

2. Uji Reliabilitas

(22)

              

21

2

1 1 σ

σ 1 1 k k = r ...(2) Keterangan:

r11 = Reliabilitas instrumen k = Banyaknya butir pertanyaan

σ 2 = Jumlah ragam butir 21

σ

= Jumlah ragam total

Mencari nilai ragam menggunakan rumus berikut:

n n X X = σ

 2 2 2 ...(3) Keterangan:

n = Jumlah responden X = Nilai skor yang dipilih

Uji reliabilitas dilakukan pada 30 responden dengan menggunakan software SPPS 15, hasilnya dapat dilihat di lampiran. 3. Rata-rata Tertimbang

Rata-rata tertimbang digunakan untuk mengelompokkan jawaban responden terhadap masing-masing keiteria (skala 1-5), dimana skala tersebut memiliki bobot masing-masing yaitu bobot 5 bila jawaban sangat setuju, bobot 4 bila jawaban setuju, bobot 3 bila jawaban cukup setuju, bobot 2 bila jawaban tidak setuju dan bobot1 bila jawaban sangat tidak setuju.

Kemudian jumlah responden dikelompokkan di dalam setiap kriteria dikalikan dengan bobotnya, lalu hasil perkalian di dalam setiap kriteria dijumlahkan kemudian dibagi dengan jumlah respondennya, sehingga didapatkan suatu nilai rata-rata tertimbang yang berada pada skala 1-5. Cara menghitung skor rataan adalah sebagai berikut:

(23)

Keterangan: xi = skor butir ke-i fi = frekuensi wi = bobot

Dari hasil rata-rata tertimbang kemudian ditentukan skala tiap komponen dengan menggunakan rumus rentang skala (1-5):

m m

Rs ( 1)...(5) Dimana: m = jumlah alternatif jawaban tiap item

Dari hasil perhitungan tersebut akan didapatkan kesimpulan nilai terhadap skala 1-5 sehingga rata-rata tertimbang yang dihasilkan akan menunjukkan tingkat pelaksanaan Diklat Pegawai Baru dan keterampilan pegawai.

4. Analisis Regresi Linier

Analisis regresi linier sederhana digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh dari beberapa variabel bebas (independen) terhadap variabel terikat (dependen). Analisis regresi linier dilakukan apabila jumlah variabel independenya minimal dua. Dalam penelitian ini digunakan analisis regresi linier karena variabel independennya ada satu yaitu variabel pelaksanaan Diklat Pegawai Baru sehingga persamaan regresi linier dapat dirumuskan sebagai berikut:

Y = a + b1 X1...(6) Keterangan:

Y = subyek variabel terikat (keterampilan) a = konstanta (harga Y bila X = 0)

b = koefisien regresi

X = subyek variabel bebas ( variabel Diklat Pegawai Baru) 5. Uji F

(24)

independen. Rumus yang digunakan dalam analisis ini adalah sebagai berikut (Sugiyono, 2005):

) 1 /( ) 1 ( / 2 2     k n R k R F ...(7) Keterangan:

R = koefisien korelasi

k = jumlah variabel independen n = jumlah anggota contoh

Taraf nyata yang digunakan 5 persen Hipotesis:

H0: Program Diklat Pegawai Baru tidak berpengaruh terhadap peningkatan keterampilan pegawai.

H1: Program Diklat Pegawai Baru berpengaruh terhadap peningkatan keterampilan pegawai.

Keputusan diambil dengan ketentuan sebagai berikut: Tolak H0 : Jika F hitung > F tabel

Tolak H1 : Jika F hitung < F tabel 6. Uji t

Uji t digunakan untuk menguji konstanta dari setiap variabel independen. Hal ini berarti bahwa uji t dapat mengetahui apakah peubah bebas secara individu mempunyai pegaruh yang berarti terhadap peubah respon. Rumus yang digunakan untuk mencari t hitung adalah sebagai berikut:

i i hitung

Sb b

t  ...(8) Keterangan:

bi=koefisien regresi masing-masing variabel Sbi=simpangan baku dari bi

Hipotesis:

(25)

H1: Program Diklat Pegawai Baru berpengaruh terhadap peningkatan keterampilan pegawai.

(26)

4.1. Gambaran Umum Instansi

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dibentuk berdasarkan

Undang-Undang nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana

Korupsi. KPK diberi amanat melakukan pemberantasan korupsi secara

professional, intensif, dan berkesinambungan karena korupsi telah merugikan

keuangan negara, perekonomian negara, dan menghambat pembangunan

nasional untuk mewujudkan masyarakat; yang adil, makmur dan sejahtera,

KPK merupakan lembaga penegakan hukum yang khusus menangani

tindak pidana korupsi. Kewenangan KPK meliputi koordinasi dengan instansi

lain yang berwenang melakukan pemberantasan tindakan korupsi; supervisi

terhadap instansi lain yang berwenang melakukan pemberantasan tindak

pidana korupsi; melakukan penyelidikan, penyidikan dan penuntutan terhadap

tindak pidana korupsi; melakukan tindakan-tindakan pencegahan tindak

pidana korupsi; dan melakukan monitor terhadap penyelenggaraan

pemerintahan negara.

Visi KPK adalah menjadi lembaga yang mampu mewujudkan Indonesia

yang bebas dari korupsi, dan misinya yaitu pendobrak dan pendorong

Indonesia yang bebas dari korupsi dan menjadi pemimpin dan penggerak dan

perubahan untuk mewujudkan Indonesia yang bebas dari korupsi. KPK

memiliki asas kepastian hukum, keterbukaan, akuntabilitas, kepentingan

umum dan proporsionalitas. Nilai-nilai yang yang harus dimiliki oleh seluruh

pegawai KPK adalah Integritas, Profesionalisme, Inovasi, Religiusitas,

Tranparansi, Kepemimpinan serta Produktivitas.

Pegawai KPK angkatan 2009 berjumlah 85 pegawai, dan diantaranya

terdapat pegawai Fungsional maupun Administrasi. Latar belakang

pendidikannya minimal Diploma (D3) untuk level administrasi dan Sarjana

(S1) untuk level Fungsional. Komposisi Pegawai KPK berdasarkan

Unit Organisasi dapat dilihat pada Tabel 1.

(27)

Tabel 1. Komposisi Pegawai KPK angkatan 2009 Berdasarkan Unit

Organisasi

Tingkat Jabatan Jumlah Pegawai

Pencegahan 10 orang

Penindakan 13 orang

Informasi dan Data 36 orang

Pengawasan Internal dan Pengaduan Masyarakat 13 orang

Setjen 13 orang

Jumlah 85 orang

4.2. Kedudukan dan Tugas KPK

KPK dalam menjalankan tugasnya memiliki kedudukan dan tugas

sebagai berikut:

1. Kedudukan KPK

KPK adalah lembaga negara yang dalam melaksanakan tugas dan

wewenangnya bersifat independen dan bebas dari pengaruh kekuasaan

manapun.

2. Tugas KPK

Tugas KPK meliputi 5 hal, yaitu:

a. Koordinasi (pasal 7). Dalam melaksanakan tugas koordinasi, KPK

berwenang:

1) Mengkoordinasikan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan

TPK.

2) Menetapkan sistem pelaporan dalam kegiatan pemberantasan TPK.

3) Meminta informasi tentang kegiatan pemberantasan TPK.

4) Melaksanakan dengar pendapat dan pertemuan dengan instansi

terkait.

5) Meminta laporan instansi terkait tentang pencegahan TPK.

b. Penindakan (Pasal 12). Dalam melaksanakan tugas penyelidikan,

penyidikan, dan penuntutan KPK berwenang:

1) Melakukan penyadapan dan merekam pembicaraan.

2) Memerintahkan kepada insyansi yang terkait untuk melarang

(28)

3) Meminta keterangan kepada banka atau lembaga keuangan lainnya

tentang keadaan keuangan tersangka atau terdakwa yang sedang

diperiksa.

4) Memerintahkan kepada bank atau lembaga keuangan lainnya untuk

memblokir rekening yang diduga hasil dari korupsi milik

tersangka, terdakwa, atau pihak lain yang terkait.

5) Memerintahkan kepada pimpinan atau atasan tersangka untuk

memberhentikan sementara tersangka dari jabatannya.

6) Meminta data kekayaan dan data perpajakan tersangka atau

terdakwa kepada instansi terkait.

7) Menghentikan sementara suatu transaksi keuangan, transaksi

perdagangan, dan perjanjian lainnya atau pencabutan sementara

perizinan, lisensi serta konsesi yang dilakukan atau dimiliki oleh

tersangka atau terdakwa yang diduga berdasarkan bukti awal yang

cukup ada hubungannya dengan TPK yang sedang diperiksa.

8) Meminta bantuan Interpol Indonesia atau instansi penegak hukum

negara lain untuk melakukan pencarian, penangkapan, dan

penyitaan barang bukti di luar negeri.

9) Meminta bantuan kepolisian atau instansi lain yang terkati untuk

melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan, dan

penyitaan dalam perkara TPK yang sedang dirangani.

c. Supervisi (Pasal 8). Dalam melaksanakan tugas supervisi, KPK

berwenang:

1) Melakukan pengawasan, penelitian, atau penelaahan terhadap

instansi yang menjalankan tugas dan wewenang berkaitan dengan

pemberantasan TPK, dan instansi yang melaksanakan pelayanan

publik.

2) Mengambil alih penyidikan atau penuntutan terhadap pelaku TPK

yang sedang dilakukan oleh kepolisian atau kejaksaan.

d. Pencegahan (Pasal 13) .KPK berwenang melakukan tugas dan langkah

(29)

1) Melakukan pendaftaran dan pemeriksaan terhadap Laporan Harta

Kekayaan Penyelenggara Negara.

2) Menerima laporan dan menetapkan status gratifikasi.

3) Menyelenggarakan program pendidikan antikorupsi pada setiap

jenjang pendidikan.

4) Merancang dan mendorong terlaksananya program sosialisasi

pemberantasan TPK.

5) Melakukan kampanye anti-korupsi kepada masyarakat umum.

6) Melakukan kerjasama bilateral atau multilateral dalam

pemberantasan TPK.

e. Monitoring (Pasal 14). Dalam melaksanakan tugas monitor, KPK

berwenang :

1) Melakukan pengkajian terhadap sistem pengelolaan administrasi di

semua lembaga dan pemerintah.

2) Memberi saran kepada pimpinan lembaga negara dan pemerintah

untuk melakukan perubahan jika berdasarkan hasil pengkajian,

sistem pengelolaan administrasi tersebut berpotensi korupsi.

3) Melaporkan kepada Presiden Republik Indonesia, Dewan

Perwakilan Rakyat Indonesia, dan Badan Pemeriksaan Kauangan,

jika saran KPK mengenai usulan perubahan tersebut tidak

diindahkan.

4.3. Organisasi dan Tata Kerja KPK

Organisasi dan tata kerja Komisi Pemberantasan Korupsi ini

dimaksudkan untuk memberikan arahan dan panduan bagi Pegawai dan

Penasihat dalam memberikan kontribusinya sesuai dengan keahlian dan

kepakarannya untuk menjalankan tugas dan fungsinya sehingga visi dan misi

KPK dalam mewujudkan Indonesia yang bebas dari korupsi dapat tercapai.

Peraturan ini dibuat agar masing-masing bidang dan subbidang dapat

meninjaklanjutinya dengan melakukan evaluasi dan perbaikab terhadap

bisnis proses sebelumnya.

Organisasi bersifat dinamis seiring dengan tuntutan internal dan

(30)

dinamis. Dengan demikian peraturan ini bersifat dinamis dan terbuka untuk

penyesuaian dan penyempurnaannya.

Berikut merupakan tugas dan fungsi dari jabatan berdasarkan unit

organisasi:

1. Pimpinan

Pimpinan sebagai penanggungjawab tertinggi bertugas memimpin

KPK dan berkerja secara kolektif.

Pimpinan menyelenggarakan fungsi:

a. Mengambil keputusan stategis dan meimpin pelaksanaan tugas KPK

secara kolegial;

b. Menyiapkan kebijakan nasional dan kebijakan umum tentang

pemberantasan korupsi;

c. Membina dan melaksanakan kerja sama dengan instansi dan organisasi

lain dalam pemberantasan korupsi;

d. Mengangkat dan memberhentikan seseorang untuk menjadi Penasihat

dan Pegawai KPK;

e. Mengangkat dan memberhentikan Pegawai untuk jabatan Deputi,

Direktur Kepala Biro, Kepala Sekretariat, Kepala Bagian Koordinator

Sekretaris Pimpinan; dan

f. Mengusulkan kepada Presiden untuk mengangkat dan memberhentikan

Sekretaris Jendral.

2. Tim Penasihat

Tim Penasihat bertugas memberikan nasihat pertimbangan sesuai

dengan kepakarannya kepada KPK dalam pelaksanaan tugas dan

wewenangnya.

Tim Penasihat dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam

ayat (1) menyelanggarakan fungsi:

a. Mendapatkan informasi tentang pemberantasan korupsi;

b. Membantu menyiapkan kebijakan nasional dan kebijakan umum dalam

bidang pemberantasan korupsi;

c. Menjadi konsultan dalam penanganan kasus korupsi sesuai dengan

(31)

d. Memberikan pemikiran dan pertimbangan yang berhubungan dengan

pemberantasan korupsi sesuai dengan kepakarannya, diminta atau

tidak diminta;

e. Membantu membina dan melaksakan kerjasama dengan instansi dan

organisasi lain; dan

f. Melaksanakan tugas lain yang ada hubungannya dengan tugas dan

wewenang KPK atas perintah Pimpinan KPK.

3. Deputi Bidang Pencegahan

Deputi Bidang Pencegahan mempunyai tugas menyiapkan rumusan

kebijakan dan melaksanakan kebijakan di Bidang Pencegahan Tindak

Pidana Korupsi.

Deputi Bidang Pencegahan membawahkan:

a. Direktorat Pendaftaran dan Pemeriksaan Laporan Harta Kekayaan

Penyelanggaran Negara (PP LHKPN) :

Direktorat PP LHKPN mempunyai tugas menyiapkan rumusan

kebijakan dan melaksanakan pencegahan korupsi melalui pendataan,

pendaftaran dan pemeriksaan LHKPN.

b. Direktorat Gratifikasi:

Direktorat Gratifikasi mempunyai tugas menyiapkan rumusan

kebijakan dan melaksanakan pencegahan korupsi melalui penerimaan

pelaporan dan penanganan gratifikasi yang diterima oleh Pegawai Negeri

atau Penyelenggara Negara. 

c. Direktorat Dikyanmas:

Direktorat Pendidikan dan Pelayanan Masyarakat mempunyai tugas

menyiapkan rumusan kebijakan dan melaksanakan pencegahan korupsi

melalui pendidikan anti korupsi, sosialisasi pemberantasan tindak

pidan korupsi dan kampanye antikorupsi.

d. Direktorat Penelitian dan Pengembangan:

Direktorat Penelitian dan Pengembangan mempunyai tugas

menyiapkan rumusan kebijakan dan melaksanakan pencegahan korupsi

melalui penelitian, pengkajian dan pengembangan pemberantasan

(32)

e. Sekretariat Deputi Bidang Pencegahan:

Sekretariat Deputi Bidang Pencegahan bertugas melaksanakan

kegiatan kesekretariatan dan pembinaan sumberdaya di lingkungan

Deputi Bidang Pencegahan.

4. Deputi bidang Penindakan

Deputi Bidang Penindakan mempunyai tugas menyiapkan rumusan

kebijakan dan melaksanakan di Bidang Penindakan Tindak Pidana

Korupsi.

Deputi Bidang Penindakan membawahkan:

a. Direktorat Penyelidikan:

Direktorat Penyelidikan mempunyai tugas menyiapkan kebijakan dan

melaksanakan penyelidikan dugaan TPK dan bekerjasama dalam

kegiatan penyelidikan yang dilakukan oleh aparat penegak hukum lain.

b. Direktorat Penyidikan:

Direktorat Penyidikan mempunyai tugas menyiapkan kabijakan dan

melaksanakan penyidikan perkara TPK dan bekerjasama dalam

kegiatan penyidikan yang dilakukan oleh aparat penegak hukum lain.

c. Direktorat Penuntutan:

Direktorat Penuntutan bertugas menyiapkan kebijakan dan

melaksanakan kegiatan penuntutan, mengajukan upaya hukum,

melaksanakan penetapan hakim & putusan pengadilan, melaksanakan

tindakan hukum lainnya dalam penanganan perkara TPK sesuai

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

d. Unit Kerja Eksekusi:

Unit Kerja Eksekusi bertugas melaksanakan kegiatan eksekusi dalam

rangka pelaksanaan putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum

tetap serta melaksanakan kegiatan pelacakan asset dalam rangka

perampasan hasil kejahatan TPK dan pengembalian kerugian keuangan

Negara, sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

e. Unit Kerja Koordinasi dan Supervisi:

Unit Kerja Koordinasi dan Supervisi bertugas menyiapkan kebijakan

(33)

penegak hukum lain yang melaksanakan kegiatan penyelidikan,

penyidikan dan penuntutan perkara TPK.

f. Sekretariat Deputi Bidang Penindakan:

Sekretariat Deputi Bidang Penindakan bertugas melaksanakan kegiatan

kesekretariatan, pembinaan sumberdaya dan dukungan operasional di

lingkungan Deputi Bidang Penindakan.

5. Deputi bidang informasi dan data

Deputi Bidang Informasi dan Data mempunyai tugas menyiapkan

rumusan kebijakan dan melaksanakan kebijakan pada Bidang Informasi

dan Data.

Deputi Bidang Informasi dan Data membawahkan:

a. Direktorat Pengolahan Informasi dan Data:

Direktorat Pengolahan Informasi dan Data mempunyai tugas

menyiapkan kebijakan dan pemberian dukungan sistem, teknologi

informasi dan komunikasi di lingkungan KPK.

b. Direktorat Pembinaan Jaringan Kerja Antar Komisi dan Instansi:

Direktorat Pembinaan Jaringan Kerja Antar Komisi dan Instansi

mempunyai tugas menyiapkan kebijakan dan melaksanakan

pembinaan jaringan kerja antar komisi dan instansi dalam

pemberantasan korupsi yang dilakukan oleh KPK.

c. Direktorat Monitor:

Direktorat Monitor mempunyai tugas menyiapkan kebijakan dan

melakukan pengumpulan dan analisis informasi untuk kepentingan

pemberantasan tindak pidana korupsi, kepentingan manajerial dalam

rangka deteksi kemungkinan adanya indikasi pidana korupsi dan

kerawanan korupsi serta potensi masalah penyebab korupsi.

d. Sekretariat Deputi Bidang Informasi dan Data:

Sekretariat Deputi Bidang Informasi dan Data bertugas melaksanakan

kegiatan kesekretariatan dan pembinaan sumberdaya di lingkungan

Deputi Bidang informasi dan Data.

6. Deputi bidang pengawasan internal dan pengaudan masyarakat

(34)

mempunyai tugas menyiapkan kebijakan dan melaksanakan

kebijakan di bidang Pengawasan internal dan Pengaduan Masyarakat.

Deputi Bidang Pengawasan Internal dan Pengaduan Masyarakat

membawahkan:

a. Direktorat Pengawasan Internal:

Direktorat Pengawasan Internal mempunyai tugas menyiapkan

kebijakan dan melaksanakan pengawasan internal terhadap

pelaksanaan tugas dan fungsi Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)

sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan kebijakan yang

ditetapkan Pimpinan.

b. Direktorat Pengaduan Masyarakat:

Direktorat Pengaduan Masyarakat Mempunyai tugas menyiapkan

kebijakan dan menerima dan menangani laporan / pengaduan dari

masyarakat tentang dugaan tindak pidana korupsi yang disampaikan

kepada KPK, baik secara langsung maupun tidak langsung.

c. Sekretariat Deputi Bidang Pengawasan Internal dan Pengaduan

Masyarakat:

Sekretariat Deputi Bidang Pengawasan Internal dan Pengaduan

Masyarakat mempunyai tugas melaksanakan kegiatan kesekretariatan

dan pembinaan sumberdaya di lingkungan Deputi Bidang Pengawasan

Internal dan Pengaduan Masyarakat.

7. Sekretariat jenderal

Sekretariat Jendral mempunyai tugas menyiapkan kebijakan dan

pelaksanaan kebijakan administrasi, sumber daya, pelayanan umum,

keamanan dan kenyamanan, hubungan masyarakat pembelaan hukum

kepada segenap unit organisasi KPK.

Sekretariat Jenderal membawahkan:

a. Biro Perencanaan dan Keuangan:

Biro Perencanaan dan keuangan mempunyai tugas menyiapkan

kebijakan dan melaksanakan perencanaan jangka menengah dan

(35)

dana hibah/ donor serta penyusunan laporan keuangan dan kinerja

KPK.

b. Biro Umum:

Biro Umum mempunyai kebijakan dan melaksanakan pemberian

dukungan logistic, urusan internal, pengelolaan barang milik Negara,

pengadaan, pelelangan barang sitaan/rampasan, serta pengelolaan dan

pengamanan gedung bagi pelaksanaan tugas KPK.

c. Biro Sumber Daya Manusia:

Biro Sumber Daya Manusia mempunyai tugas menyiapkan kebijakan

dan melaksanakan pengelolaan sumber daya manusia melalui

pengorganisasian fungsi-fungsi manajemen sumber daya manusia yang

berbasis kompetensi dan kinerja. Biro Sumber Daya Manusia terdiri

dari beberapa bagian, yaitu:

1) Bagian Perencanaan dan Pengembangan Pegawai

Bagian Perencanan dan Pengembangan Pegawai mempunyai tugas

menyusun, melaksanakan dan menyempurnakan sistem manajemen

sumber daya manusia, mengkoordinasikan pelaksanaan

internalisasi budaya dan nilai-nilai organisasi, merencanakan

kebutuhan sumber daya manusia, mengelola kagiatan rekrutmen

dan seleksi maupun manajemen kinerja serta melaksanakan

kegiatan pengembangan sumber daya manusia bekerja sama

dengan lembaga lain baik dalam maupun luar negeri.

2) Bagian Pendidikan dan Pelatihan Pegawai

Bagian Pendidikan dan Pelatihan Pegawai mempunyai tugas

melaksanakan pendidikan dan pelatihan untuk mengembangkan

dan meningkatkan kompetensi pegawai sehingga mampu dan

berhasil dalam melaksanakan tugas dan mencapai kinerja sesuai

tuntutan dan kebutuhan organisasi serta dapat

mengimplementasikan budaya serta nilai-nilai KPK.

3) Bagian Pelayanan Kepegawaian

Bagian Pelayanan Kepegawaian mempunyai tugas mengelola

(36)

administrasi kepegawaian, hubungan kepegawaian dan

pemberhentian pegawai serta pemutusan hubungan kerja.

d. Biro Hukum

Biro Hukum mempunyai tugas menyiapkan kebijakan dan

melaksanakan perancangan peraturan, litigasi, pemberian pendapat dan

informasi hukum serta bantuan hukum.

e. Biro Hubungan Masyarakat

Biro Hubungan Masyarakat mempunyai tugas menyiapkan kebijakan

dan melaksanakan pembinaan hubungan dengan masyarakat,

pengkomunikasian kebijakan dan hasil pelaksanaan pemberantasan

korupsi kepada masyarakat penyelenggaraan keprotokoleran KPK

serta pembinaan ketatausahaan KPK.

f. Sekretariat Pimpinan

Sekretariat Pimpinan mempunyai tugas melaksanakan koordinasi

pelaksanaan tugas serta pemberian dukungan administrasi Pimpinan

KPK sesuai dengan kabijakan yang ditetapkan oleh Pimpinan KPK.

4.4. Diklat Pegawai Baru di KPK

Pendidikan dan Pelatihan (DIKLAT) dilaksanakan dalam rangka

memenuhi kebutuhan lembaga dalam meningkatkan keterampilan pegawai

baru ketika pertama kali bekerja di KPK. Diklat KPK mempersiapkan

pegawai baru dalam beradaptasi dengan budaya kerja di KPK maupun

keterampilan dasar dari pekerjaan yang nantinya akan dihadapi. Membantu

pegawai dalam memahami proses teknis dalam melakukan pekerjaannya

sesuai dengan program kerja MSDM yang dilakukan setiap setelah adanya

penerimaan pegawai baru. Setelah menentukan program Diklat Pegawai

Baru yang akan diselenggarakan KPK selanjutnya membuat anggaran biaya

untuk mendapatkan dana dari yang sudah dialokasikan biro Perencanaan

Keuangan yang diperlukan untuk mengadakan Diklat Pegawai Baru. KPK

bekerja sama dengan beberapa instansi baik dari pemerintah maupun militer

dalam pengadaan staf pengajar dan pelatih yang memiliki kualifikasi

menguasai materi.Materi yang diberikan dalam pelaksanaan Diklat Pegawai

(37)

yang bekerja di KPK.Materi yang disajikan pada Diklat pegawai baru tahun

2009 dapat dilihat pada lampiran.

Metode andragogi (pendidikan kepada orang dewasa) dan experience learning cycle (pembelajaran berdasarkan pengalaman), metode ini merupakan proses pembelajaran yang lebih menekankan kepada interaksi

dan partisipasi peserta melalui pemaparan materi, tanya jawab, diskusi dan

latihan yang dikerjakan bersama. Maksud dari metode yang dilakukan

diharapkan agar peserta lebih aktif baik secara individu atau dalam tim.

Pengajar atau Pelatih dalam Diklat Pegawai Baru telah disesuaikan

dengan kebutuhan pendidikan dan pelatihan. Pengajar atau pelatih berasal

dari KPK, BAIS TNI, BPKP, FBI.

Fasilitas dalam pelaksanaan Diklat Pegawai Baru di Satinduk BAIS

TNI sesuai dengan kebutuhan Diklat, yaitu terdapatnya pendingin udara,

tempat duduk beserta meja, computer, in focus, handout, modul, alat tulis, kertas, notebook, coffee break, makan pagi, makan siang dan makan malam. Penginapan selama kurang lebih tiga bulan, pegawai ditempatkan di barak

TNI dengan masing-masing satu tempat tidur dan satu lemari.

Maksud dan tujuan diadakannya Diklat oleh KPK, yaitu:

1. Meningkatkan pemahaman tentang visi dan misi KPK.

2. Meningkatkan jiwa kordsa.

3. Memperkenalkan budaya kerja serta nilai-nilai dan aturan yang ada di

KPK.

4. Menumbuhkan jiwa kepemimpinan dalam diri pegawai.

5. Memperkenalkan dasar-dasar keterampilan dari tugas pegawai.

6. Memperkenalkan mengenai tugasnya nanti di KPK.

7. Meningkatkan pengetahuan mengenai Undang-undang tindak pidana

korupsi.

4.5. Karakteristik Responden

Responden dalam penelitian ini adalah para pegawai KPK angkatan

2009 yang telah mengikuti diklat pegawai baru pada tanggal 6 Juni 2009 – 22

Agustus 2009. Setelah mengikuti Diklat pegawai baru para pegawai tersebut

(38)

pegawai baru merupakan program kerja yang dilaksanakan setiap adanya

penerimaan pegawai baru dan para peserta diklat adalah para pegawai KPK

yang akan melakukan pekerjaanya. Responden diambil secara acak dan

mewakili setiap deputinya.

Berdasarkan data yang diperoleh melalui kuesioner maka karakteristik

biografis sebagai berikut:

1. Usia

Responden berusia 30 tahun kebawah sebanyak 26 orang atau 87% dan

responden berusia diantara 31 sampai dengan 45 tahun sejumlah 4 orang

atau 13%, sementara tidak ada responden yang berusia diatas 45 tahun.

2. Jenis Kelamin

Reponden berjenis kelamin laki-laki sebanyak 15 orang atau 50% dan

responden berjenis kelamin juga sama sebanyak 15 orang atau 50%.

3. Pendidikan Terakhir

Pegawai KPK yang mengikuti diklat pegawai baru berpendidikan terakhir

Diploma 3 sebanyak 8 orang atau 27% dan berpendidikan Strata 1

sebanyak 22 orang atau 73%.

Tabel 2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia, Jenis Kelamin dan Pendidikan Terakhir.

Karakteristik Responden Total Persentase (%)

≤30 26 87

31-45 4 13

Usia

≥46 0 0

Laki-laki 15 50

Jenis Kelamin

Perempuan 15 50

DIII 8 27

Pendidikan

Terakhir S1 22 73

4.6. Hasil olah data

Skala yang digunakan untuk melihat persepsi pegawai terhadap

pelaksanaan Diklat Pegawai Baru dan keterampilan pekerjaan adalah skala

Likert. Nilai skor rata-rata (Rs) adalah sebesar 0,8, yang diperoleh dari hasil

(39)

m m Rs= ( −1)

8 , 0 5

) 1 5 (

= − = Rs

Nilai skor rataan diperoleh dari hasil perkalian antara bobot nilai

jawaban berdasarkan skala dengan jumlah responden, kemudian dibagi

dengan jumlah responden. Berdasarkan nilai skor rataan tersebut, maka posisi

keputusan penilaian memiliki rentang skala yang dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Posisi Keputusan Penilaian Skor Rataan Keterangan

1,0 – 1,8 Sangat Tidak Setuju

1,8 – 2,6 Tidak Setuju

2,6 – 3,4 Cukup Setuju

3,4 – 4,2 Setuju

4,2 – 5,0 Sangat Setuju

Interpretasi untuk tiap posisi tersebut adalah apabila nilai skor rataan

yang dihasilkan apabila rentang 1,0 sampai 1,8 menyatakan pelaksanaan

Diklat Pegawai Baru maupun keterampilan pekerjaan sangat tidak baik,

rentang 1,8 sampai 2,6 menyatakan pelaksanaan Diklat Pegawai Baru

maupun keterampilan pekerjaan tidak baik, rentang 2,6 sampai 3,4

menyatakan pelaksanaan Diklat Pegawai Baru maupun keterampilan

pekerjaan cukup baik, rentang 3,4 sampai 4,2 menyatakan pelaksanaan Diklat

Pegawai Baru maupun keterampilan pekerjaan baik dan rentang 4,2 sampai

5,0 menyatakan pelaksanaan Diklat Pegawai Baru maupun keterampilan

pekerjaan sangat baik.

4.6.1 Persepsi Pegawai Mengenai Pelaksanaan Diklat Pegawai Baru

Diklat Pegawai Baru merupakan salah satu faktor yang sangat

diperlukan dalam suatu instansi agar pegawai baru dapat menyamakan

persepsi dan mengenal tupoksi. Berdasarkan hasil olah data dari kuesioner

yang telah diisi oleh responden, maka persepsi pegawai terhadap pelaksanaan

(40)
[image:40.595.111.512.94.598.2]

Tabel 4. Persepsi pegawai tentang pelaksanaan diklat

No Pelaksanaan Diklat skor Keterangan

1 Pelaksanaan Diklat Pegawai Baru sesuai dengan tugas/pekerjaan saya saat ini

3.36 Cukup setuju

2 Pelaksanaan Diklat membantu dalam teknis pekerjaan saya saat ini 3.23 Cukup setuju 3 Pelaksanaan Diklat Pegawai Baru mengarahkan bagaimana teknis

pekerjaan 3.16 Cukup setuju 4 Kesesuaian dgn tugas

Pelaksanaan Diklat Pegawai Baru membantu saya dalam melakukan pekerjaan

3.06 Cukup setuju

5 Materi pembelajaran yang diajarkan relevan dengan kebutuhan Diklat Pegawai Baru

3.53 Setuju

6 Materi Diklat Pegawai Baru yang saya ikuti menambah pengetahuan/wawasan baru

4.03 Setuju

7 Materi yang diberikan sesuai dengan kebutuhan pekerjaan saya 3.26 Cukup setuju 8

Ma

te

ri

Materi yang diberikan jelas dan mudah dimengerti 3.50 Setuju 9 Metode Diklat Pegawai Baru yang digunakan menunjang dengan

kebutuhan pekerjaan saya

3.13 Cukup setuju 10 Metode pembelajaran yang dilakukan memudahkan memahami materi

Diklat Pegawai Baru

3.26 Cukup setuju 11 Metode Diklat Pegawai Baru yang digunakan sesuai dengan sistem

pembelajaran saya

3.26 Cukup setuju

12

Metode

Metode yang dilakukan sesuai dengan materi yang akan disampaikan 3.36 Cukup setuju 13 Pengajar/instruktur yang baik memberikan pengaruh terhadap kualitas

Diklat Pegawai Baru

3.83 Setuju

14 Pengajar/instruktur bersedia memberikan penjelasan pada saat dibutuhkan

3.83 Setuju

15 Pengajar Penyampaian penjelasan oleh pengajar/instruktur mudah dimengerti 3.38 Cukup

setuju 16 Fasilitas dalam pembelajaran membantu saya memahami apa yang

akan disampaikan

3.36 Cukup setuju

17 Semua peralatan dan perlengkapan Diklat Pegawai Baru yang diperlukan tersedia dengan baik

3.40 Setuju

18 Semua peralatan dan perlengkapan Diklat Pegawai Baru mudah digunakan

3.40 Setuju

19

Fasilitas

Kenyamanan dalam pelaksanaan Diklat Pegawai Baru sangat terasa 3.39 Cukup setuju

Total 3.42 Setuju

Tabel 5. Persepsi pegawai tentang pelaksanaan diklat

No Pelaksanaan Diklat Skor Keterangan

1 Kesesuaian Dengan Tugas 3.20 Cukup setuju

2 Materi 3.58 Setuju

3 Metode 3.25 Cukup setuju

4 Pengajar 3.68 Setuju

5 Fasilitas 3.39 Setuju

(41)

Berdasarkan skor rataan responden dari hasil olah data (Tabel 4) dapat

dideskripsikan sebagai berikut:

1. Responden cukup setuju bahwa Diklat pegawai baru sesuai dengan

pekerjaanya saat ini dan mengarahkan teknis pekerjaan mereka, sehingga

membantu mereka dalam melakukan pekerjaanya dan mengarahkan teknis

pekerjaanya.

2. Responden setuju bahwa materi yang diberikan pada saat pelaksanaan

Diklat Pegawai Baru mudah dimengerti dan relevan dengan pekerjaanya

saat ini, selain itu juga mereka setuju bahwa materi yang diberikan dapat

menambah wawasan mereka.

3. Responden cukup setuju bahwa materi yang diberikan di Diklat Pegawai

Baru sesuai dengan kebutuhan pekerjaan mereka.

4. Responden hanya cukup setuju mengenai metode yang digunakan dalam

Diklat Pegawai Baru menunjang kebutuhan mereka dan memudahkan

mereka dalam memahami materi. Pegawai juga cukup setuju bahwa

metode tersebut sesuai dengan system pembelajaran mereka dan sesuai

dengan materi yang diberikan.

5. Responden setuju bahwa pengajar memberikan pengaruh dalam kualitas

diklat dan bersedia memberikan penjelasan, namun hanya cukup setuju

bahwa penjelasan dari para pengajar tersebut mudah dimengerti.

6. Responden setuju bahwa peralatan yang disediakan tersedia dengan baik

dan mudah digunakan, namun hanya cukup setuju bahwa kenyamanan

yang diberikan sangat terasa dan fasilitas yang disediakan pada Diklat

Pegawai Baru membantu mereka memahami apa yang disampaikan.

7. Responden secara umum setuju bahwa pelaksanaan Diklat Pegawai BAru

sudah dilaksanakan dengan baik.

4.6.2 Persepsi Pegawai Terhadap Peningkatan Keterampilan

Pengaruh Diklat Pegawai Baru terhadap peningkatan keterampilan dilihat

dari segi teknis maupun non-teknis pegawai dalam melaksanakan

pekerjaanya. Persepsi pegawai terhadap peningkatan keterampilan dapat

(42)
[image:42.595.106.511.103.689.2]

Tabel 6. Persepsi pegawai mengenai keterampilan

No  Peningkatan keterampilan  skor  Keterangan 

1 Saya dapat memahami dan mengerti dengan baik materi Diklat

Pegawai Baru yang diberikan 3.60  Setuju

2 Bersedia mengikuti Diklat Pegawai yang sesuai dengan bidang

pekerjaan 3.96  Setuju

3 Saya cepat tanggap terhadap masalah yang timbul 3.56  Setuju 4 Saya dapat memahami maksud dan tujuan dari sebagai pegawai

KPK 3.55  Setuju

5 Kualitas hasil kerja pegawai menunjukkan peningkatan 3.53  Setuju 6 Saya menguasai teknis pekerjaan yang dimaksud 3.66  Setuju 7 Bersedia memberikan dorongan dan bantuan kepada teman sekerja 3.96  Setuju 8 Tidak pernah melemparkan kesalahan kepada orang lain 4.07  Setuju 9 Mudah menyesuaikan diri untuk bekerja sama dengan orang lain 3.93  Setuju

10 Kerja sama tim dalam bekerja semakin baik 3.50  Setuju

11 Dengan mengikuti Diklat Pegawai Baru semakin termotivasi untuk

meningkatkan kinerja 3.83  Setuju

12 Anda selalu termotivasi dengan untuk mengikuti Diklat yang

diadakan 3.76  Setuju

13 Berusaha menyelesaikan tugas sesuai dengan kemampuan 4.16  Setuju

14 Saya selalu berusaha mempelajari hal baru yang belum diketahui 4.00  Setuju

15 Saya bersedia bekerja sesuai dengan peraturan dan standar kerja 4.26  Sangat

setuju

16 Bersedia menerima sanksi apabila melakukan kesalahan dalam

bekerja 4.16  Setuju

17 Bersedia memperbaiki kesalahan yang dilakukan dalam

menyelesaikan pekerjaan 4.23 

Sangat setuju

18 Selalu berusaha untuk meminimalisir tingkat kesalahan dalam

bekerja 4.16  Setuju

   Total  3.88  Setuju 

Berdasarkan skor rataan responden dari hasil olah data (Tabel 6) dapat

dideskripsikan sebagai berikut:

1. Responden mayoritas setuju bahwa mereka dapat memahami materi diklat

dengan baik dan bersedia mengikuti diklat yang sesuai dengan pekerjaan

mereka.

2. Responden setuju bahwa mereka menjadi cepat tanggap dalam mengatasi

masalah dan menunjukkan peningkatan kualitas dalam bekerja.

3. Pegawai setuju bahwa mereka mengetahui maksud dan tujuan mereka

sebagai pegawai KPK sehingga menguasai teknis pekerjaanya. Pegawai

(43)

rekan kerja dan tidak akan melemparkan kesalahan kepada rekan kerja

mereka.

4. Mayoritas unit di KPK harus bekerja secara tim, pegawai setuju bahwa

kerjasama tim mereka lebih baik dan mereka mudah menyesuaikan diri.

5. Pegawai setuju bahwa mereka termotivasi untuk mengikuti Diklat agar

kinerja mereka meningkat dan bersedia mengikuti Diklat tersebut jika

disediakan. Responden rata-rata setuju bahwa mereka ingin mempelajari

hal-hal baru dan berusaha menyelesaikan tugas mereka sebaik mungkin.

6. Responden menilai bahwa mereka sangat setuju bekerja sesuai dengan

peraturan yang ada dan tidak akan mengulangi kesalahan mereka, namun

mereka setuju bersedia menerima sanksi jika melakukan kesalahan dan

oleh karena itu akan meminimalisir kesalahan mereka.

4.6.3 Pengaruh Diklat Pegawai terhadap Keterampilan Pegawai

Pengaruh diklat pegawai terhadap keterampilan pegawai dianalisis dengan

menggunakan analisis regresi linier. Keterampilan pegawai menjadi variabel

terikat (Y) dan diklat pegawai menjadi variabel bebas (X).

Tabel 7. Hasil perhitungan regresi linier variabel Diklat terhadap

peningkatan keterampilan

Variabel Koefisien Arah Regresi

Konstanta 1,919

Diklat Pegawai (X) 0,577

Berdasarkan hasil pengolahan uji regresi diperoleh persamaan regresi

linier sederhana sebagai berikut:

Y = 1.919 + 0.577 X

Berdasarkan persamaan di atas, maka diperoleh konstanta sebesar 1.919

yang berarti jika Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) tidak menerapkan diklat

pegawai maka keterampilan pegawai sebesar 1.919. Koefisien regresi sebesar

0,577 untuk variabel X menyatakan bahwa jika diklat yang dilaksanakan sesuai

dengan tuntutan tugas dan pekerjaan pegawai, maka keterampilan pegawai akan

meningkat sebesar 57,7%.

Hasil uji F berguna untuk menentukan apakah model penaksiran yang

(44)

olah data diperoleh nilai F = 9,136 kemudian dibandingkan dengan F-tabel 4,414.

Dari hasil olah data dapat disimpulkan karena F hitung > F-tabel maka model

linier Y = a + b1 X1, sudah tepat dan dapat digunakan. Selain dengan perbandingan F hitung dan F tabel untuk melihat ketepatan model dapat juga

membandingkan nilai probabilitas (0,000) lebih kecil dari 0,05 maka persamaan

tersebut sudah tepat.

Uji t berguna untuk menguji signifikansi koefisien regresi b, yaitu apakah

variabel independent (X) berpengaruh nyata atau tidak. Berdasarkan hasil uji hipótesis pada taraf = 0,05 diketahui nilai probabilitas (0,000) lebih kecil dari

alpha (α) = 0,05 artinya dengan diadakannya diklat pegawai memberikan

pengaruh terhadap keterampilan pegawai.

Menurut Sugiyono (2001) tingkat hubungan ditentukan oleh skala berikut:

0,00-0,199 = Sangat Rendah

0,20-0,399 = Rendah

0,40-0,599 = Sedang

0,60-0,799 = Kuat

0,80-1,000 = Sangat Kuat

4.7. Implikasi Manajerial

Sumberdaya manusia merupakan asset terpenting yang dimiliki setiap perusahaan atau organisasi. Sumberdaya manusia memegang peranan utama

yaitu sebagai perencana, pelaku, penggerak dan pengambil keputusan dalam

setiap kegiatan organisasi. Pengembangan sumberdaya manusia memerlukan

upaya yang terarah dan terencana yaitu dengan melakukan program pendidikan

dan pelatihan (diklat) sesuai dengan program kerja menjadi rencana kerja setiap

adanya penerimaan pegawai baru melakukan pelatihan untuk mengembangkan

keterampilan.

Berdasarkan hasil penelitian pengaruh pendidikan dan pelatihan pegawai

baru terhadap peningkatan keterampilan pegawai pada Komisi Pemberantasan

Korupsi, dapat disimpulkan bahwa pengaruh Diklat Pegawai Baru terhadap

keterampilan pegawai saat ini sudah baik. Namun, dari segi pelaksanaan diklat

masih terdapat beberapa hal yang hasilnya adalah cukup dan dapat

(45)

pegawai. Hal ini, diakibatkan diantaranya oleh materi dan metode yang tidak

terlalu berkaitan langsung dengan pekerjaan atau tugasnya ketika mulai bekerja.

Penyesuaian-penyesuaian yang dapat dilakukan oleh pihak KPK dalam

penyelenggaraan Diklat Pegawai Baru untuk meningkatkan keterampilan

pegawai antara lain sebagai berikut:

1. Pelaksanaan diklat pegawai baru untuk memberikan dampak yang lebih

besar terhadap keterampilan pegawai pada saat melakukan bekerja, maka

sebaiknya diklat lebih disesuaikan dengan pekerjaannya nanti dengan cara

melakukan metode simulasi pekerjaan dan on the job training, sehingga pegawai menguasai pekerjaan mereka tidak hanya secara teori, namun

juga secara teknis.

2. Materi yang diberikan pada saat diklat sebaiknya materi yang fokus

terhadap tugas pokok pegawai dan melewati bagian yang dianggap tidak

perlu, sehingga pegawai tidak perlu bertanya lagi ketika mulai bekerja.

3. Dalam diklat pegawai baru yang menghabiskan waktu cukup lama, maka

sebaiknya pengajar dan pelatih merupakan tidak hanya cukup ahli

dibidangnya, namun juga harus memiliki teknik mengajar yang lebih

menarik, sehingga materi yang disampaikan pun mudah terserap oleh

peserta diklat.

4. Fasilitas yang disediakan dalam diklat baru sebaiknya lebih lengkap

dengan jumlah yang sesuai dengan peserta sehingga masing-masing

peserta dapat ikut serta dan tidak membuang waktu. Fasilitas umum juga

sebaiknya lebih diperhatikan, karena kenyamanan turut serta mendukung

(46)

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Diklat pegawai baru secara umum sudah dilaksanakan dengan baik, meski ada beberapa hal yang mesti diperbaiki dan di kembangkan. 2. Diklat pegawai baru memberikan pengaruh terhadap peningkatan

keterampilan pegawai KPK, sehingga Diklat pegawai baru diperlukan seiap adanya penerimaan pegawai baru.

Saran

Saran yang dapat diberikan kepada Komisi Pemberantasan Korupsi adalah:

1. Metode yang diberikan sebaiknya bersifat lebih teknis dengan menggunakan metode on the job training..

2. Materi yang diberikan sebaiknya merupakan materi yang berhubungan erat dengan pekerjaan dan menghilangkan materi yang tidak berhubungan d

Gambar

Gambar 1. Kerangka pemikiran penelitian
Tabel 4. Persepsi pegawai tentang pelaksanaan diklat
Tabel 6. Persepsi pegawai mengenai keterampilan
Gambar 1. Kerangka pemikiran penelitian
+3

Referensi

Dokumen terkait

330 liter/detik.. Masing-masing instalasi memiliki prioritas daerah pelayanan seperti yang tergambarkan pada gambar 1.1. Pertumbuhan wilayah Barat Surabaya yang sangat cepat

Latar Belakang saat ini belajar kurang memerhatiakan peran dan pengaruh emosi pada proses dan hasil belajar yang di capai seseorang, Tetapi sejak orang mulai

Penelitian ini bertujaun untuk mengetahui:(1) Perbedaan efektivitas antara model pembelajaran menggunakan model pembelajaran TGT berbantuan Finding My Secret Word,

1) Mudharabah adalah perjanjian antar pemilik dana dengan pengelola dana yang keuntungannya bagi menurut raiso/nasabah yang telah disepakati dimuka dan bila terjadi

Dalam proses menjalankan usaha, yang paling berkesan untuk penulis adalah disaat penulis harus mengedarkan surat penawaran produk. Penulis mengedarkan surat penawaran ke semua

Adanya perbedaan antara konsep akuntansi yang ada dalam penyajian laporan keuangan perbankan syariah yang dipublikasikan dan konsep dari rumus atau formula nilai

Website akan menyediakan kalender yang menampilkan agenda Pertanian untuk semua kegiatan yang berhubungan dengan hal tersebut.. Hal lain sesuai