• Tidak ada hasil yang ditemukan

Proporsi Hiperurisemia pada Populasi Hipertensi Essensial Suku Aceh di Kabupaten Aceh Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Proporsi Hiperurisemia pada Populasi Hipertensi Essensial Suku Aceh di Kabupaten Aceh Utara"

Copied!
137
0
0

Teks penuh

(1)

PROPORSI HIPERURISEMIA PADA POPULASI HIPERTENSI

ESSENSIAL SUKU ACEH DI KABUPATEN ACEH UTARA

TESIS

Oleh

ABIDA

DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT DALAM

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

PROPORSI HIPERURISEMIA PADA POPULASI HIPERTENSI

ESSENSIAL SUKU ACEH DI KABUPATEN ACEH UTARA

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Magister Ilmu Penyakit Dalam

dan Spesialis Penyakit Dalam dalam Program Studi Ilmu Penyakit Dalam pada Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Oleh

ABIDA

NIM 077101013

DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT DALAM

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

Judul Tesis :Proporsi Hiperurisemia pada Populasi Hipertensi Essensial Suku Aceh di Kabupaten Aceh Utara

Nama Mahasiswa : Abida

NIM : 077101013

Program Studi : Magister Kedokteran Klinik-Spesialis Ilmu Penyakit

Dalam

Menyetujui,

PembimbingPertama

Prof. Harun Rasyid Lubis, SpPD-KGH NIP. 130 201 613

Pembimbing Kedua Pembimbing Ketiga

dr. Zulhelmi Bustami, Sp PD-KGHdr. Abdurrahim Rasyid Lubis SpPD-KGH NIP. 195306251982011001NIP. 195010111980121001

Ketua Program Studi Ketua Departemen

DepartemenIlmu Penyakit Dalam Ilmu Penyakit Dalam

dr. Zulhelmi Bustami SpPD-KGH dr. Salli R Nasution SpPD-KGH

(4)

Tanggal Lulus :

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Tesis ini adalah hasil karya penulis sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun

dirujuk telah penulis nyatakan dengan benar.

Nama : Abida

NIM :077101013

(5)

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Sumatera Utara, Saya yang bertanda tangan di

bawah ini:

Nama : Abida

NIM : 077101013

Program Studi : Magister Kedokteran Klinik- Spesialis Ilmu Penyakit

Dalam

Jenis Karya : Tesis

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas

Sumatera Utara Hak Bebas Royalti Non-ekslusif (Non-exclusive Royalty Free Right ) atas

tesis saya yang berjudul:

PROPORSI HIPERURISEMIA PADA POPULASI HIPERTENSI ESSENSIAL SUKU

ACEH DI KABUPATEN ACEH UTARA

beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non-ekslusif ini,

Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan, mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam

bentuk database, merawat dan mempublikasikan tesis saya tanpa meminta izin dari saya

selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis dan sebagai pemilik hak cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Medan

Pada Tanggal :5 Februari 2013

Yang menyatakan

(6)

Panitia Penguji Tesis

Ketua : Prof. Dr. Harris Hasan SpPD, SpJP (K)

Anggota :

1. Dr. Armon Rahimi, SpPD-KPTI

(7)

Telah diuji pada

(8)

ABSTRAK

PROPORSI HIPERURISEMIA PADA POPULASI HIPERTENSI ESSENSIAL SUKU ACEH DI KABUPATEN ACEH UTARA

Abida, Abdurrahim Rasyid Lubis, Zulhelmi Bustami,Harun Rasyid Lubis DivisiNefrologi dan Hipertensi

DepartemenIlmu Penyakit Dalam

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara RSUP.H.Adam Malik Medan

Latar Belakang

Hiperurisemia (HU) terjadi akibat peningkatan produksi asam urat (AU) dan/atau menurunnya kapasitas ginjal dalam mengekskresikan AU. Prevalensi hipertensi essensial di Aceh Utara ± 30.6% dengan karakteristik faktor geografis dan demografis suku Aceh asli yang khas diketahui sering mengkonsumsi diet tinggi garam dan purin.

Tujuan Penelitian

Untuk menilai peranankadar asam urat serum (AUS) dan HU pada populasi HE suku Aceh di kabupaten Aceh Utara dan menilai hubungan antara kadar AUS dengan tekanan darah sistolik (TDS), tekanan darah diastolik (TDD), beratnya hipertensi, lama menderita hipertensi, kadar kreatinin dan laju filtrasi ginjal (LFG).

Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan potong lintang dilaksanakan di Poliklinik penyakit dalam RSUD Cut Meutia dan puskesmas jejaring di kabupaten Aceh Utara propinsi Nanggroe Aceh Darussalam pada bulan Desember 2010 –Januari 2011 setelah mendapat persetujuan dari Komisi Etik Penelitian Kesehatan FK USU. Sampel diperoleh menggunakan sistem consecutive sampling dengan beberapa kriteria inklusi dan eksklusi. Subjek penelitian mengisi lembar informed consent kemudian diukur berat dan tinggi badan serta tekanan darah. Peneliti memeriksa sampel darah dan urine untuk mengetahui kadar AUS, profil lemak, ureum, kreatin, LFG. Penelitian ini telah mengikutsertakan 137 sampel yang telah dianalisis yang dibagi menjadi dua kelompok yaitu 69 sampel kelompok hipertensi essensial (HE) dan 68 sampel kelompok normotensi (NT). Data dianalisis melalui program SPSS 15.0 for Windows, nilai p signifikan bila < 0.05.

Hasil Penelitian

(9)

dengan HE memiliki risiko 5.4 kali lebih besar untuk mengalami HU dibanding subjek NT (OR=5.4, CI 95% = 2.52-11.54, p= 0.0001). Rerata kadar AUS pria signifikan lebih tinggi sesuai dengan derajat hipertensi TDS (p=0.016). Rerata kadar AUS pria dan wanita lebih tinggi signifikan sesuai dengan derajat hipertensi TDD (p=0.0001 dan p=0.007). Proporsi HU signifikan lebih tinggi sesuai dengan derajat hipertensi TDD (p=0.001). Terdapat korelasi positif yang signifikan antara TDS dengan kadar AUS (r = 0.587 ; p=0.0001), antara TDD dengan kadar AUS (r= 0.650 ; p = 0.0001, antara kadar kreatinin dengan kadar AUS (r = 0.749 ; p = 0.0001) dan korelasi negatif yang signifikan secara statistik antara LFG dengan kadar AUS (r = - 0.323 ; p = 0.007).

Kesimpulan

Rerata kadar AUS dan proporsi HU signifikan lebih tinggi secara statistik pada kelompok HE. Terdapat hubungan yang signifikan secara statistik antara HE dengan kadar AUS. Kadar AUS berkorelasi positif signifikan dengan TDS, TDDdan kadar kreatinin, dan berkorelasi negatif dengan LFG. Kadar AUS

tampaknyadapatberperansebagaifaktorrisiko mayor terhadappenyakitkardiovaskulerdankerusakan ginjalpada HE

(10)

ABSTRACT

The Hyperuricemia Proportion in

Essential Hypertension Population of Acehnese at Aceh Utara District

Abida, Abdurrahim Rasyid lubis, Zulhelmi Bustami, Harun Rasyid Lubis Division of Nephrology and Hypertension

Department of Internal Medicine Medical Faculty, University of Sumatera Utara H.Adam Malik/Pirngadi General Hospital Medan

Background

Hyperuricemia (HU) can be the consequence of increased uric acid production and/or decreased renal capacity to excrete uric acid. Prevalence of essential hypertension (EH) in Aceh Utara district ± 30.6% with both geographical and demographical factors of the original Acehnese uniqueness and they have been known to be consumptive of both high salt and high purine diet.

Objective

The aim of this research was to assess the role of serum uric acid (SUA) level and HU in EH population of Acehnese at Aceh Utara district and to evaluate correlations between SUA level and systolic/diastolic blood pressure (SBP/DBP), severity and duration of EH, creatinine and estimated glomerular filtration rate (eGFR).

Methods

This research was an analytical observational study using cross-sectional approach. It had been done at the internal medicine outpatient clinic Cut Meutia Hospital Lhok Seumawe and public health centre at Aceh Utara district from December 2010-January 2011 after being approved by the Ethics Committee of Health Research Medical Faculty University of Sumatera Utara. The Subjects were enrolled using consecutive sampling method with inclusion and exclusion criteria. The Subjects filled-out a short informed consent sheet and their weight, height, and blood pressurewere measured.Blood sample were taken to assess SUA level, lipid profile, urea, creatinine, and eGFR. There were 137 samples and were divided into 2 groups consisting of 69 patients in the EH group and 68 healthy subjects in the normotensive (NT) group. The data analysis was carried out with the 15.0 version of the SPSS program. A p value < 0.05 was considered to be statistically significant.

Results

(11)

0.0001). The mean of SUA levelwere higher significantlyas level of SBPincreased in men (p=0.016). The mean of SUA level were higher significantlyas level of DBP increased in both men and women (p= 0.0001 and p=0.007, respectively).The HU proportion were also higher significantly as level of DBP increased (p=0.001). There were significant positive correlations between SBP and SUA (r = 0.587 ; p = 0.0001), DBP and SUA (r = 0.650; p = 0.0001), creatinine and SUA (r = 0.749 ; p = 0.0001),and significant negative correlation between SUA and eGFR (r= -0.407; p=0.001).

Conclusion

The mean of SUA level and HU proportion were significantly higher in EH group. We found significant correlation between EH and HU. The SUA levelhad significant positive correlations with severity of EH and creatinine, and significant negative correlation with eGFR. TheSUA level seemed to be a major risk factor for cardiovascular and renal damage in EH

(12)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan berkat dan kasihNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.

Penulis sangat menyadari bahwa tanpa bantuan dari semua pihak, tesis ini tidak

mungkin dapat penulis selesaikan. Oleh karena itu perkenankanlah penulis

mengucapkan terima kasih serta penghargaan yang setinggi-tingginya kepada

semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tesis ini, baik

secara langsung maupun tidak langsung. Rasa hormat, penghargaan dan ucapan

terima kasih sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada:

1. Dr. Salli Roseffi Nasution, SpPD-KGH, selaku Ketua Departemen Ilmu

Penyakit Dalam FK USU yang telah memberikan kesempatan pada penulis

untuk mengikuti pendidikan serta senantiasa membimbing, memberi

dorongan dan kemudahan selama penulis menjalani pendidikan.

2. Dr. Zulhelmi Bustami, SpPD-KGH dan Dr. Zainal Safri, SpPD, SpJP

selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Ilmu Penyakit Dalam FK USU

yang telah dengan sungguh-sungguh membantu, membimbing, memberi

dorongan dan membentuk penulis menjadi dokter Spesialis Penyakit Dalam

yang siap mengabdi pada nusa dan bangsa.

3. Drs. H. Abdillah SE (AK),MBA, mantan Walikota Medanyang

bersediamemberikanrekomendasikepadapenulisuntukmengikutiujianmasuk

Program PendidikanDokterSpesialisIlmuPenyakitDalam sewaktu penulis

masih bekerja di RSU Dr. Pirngadi Medan.

4. Prof. Dr. Lukman Hakim Zain, KGEH, Prof A. Majid,

SpPD-KKV, dan Dr. Leonardo B. Dairy, SpPD-KGEH yang bersedia

memberikan rekomendasi kepada penulis untuk mengikuti ujian masuk

Program Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Penyakit Dalam serta bimbingan

dan dorongan untuk terus berjuang agar penulis bisa mengikuti dan

(13)

5. Dr. Syahrial R. Anas, MHA mantan direktur RSU Dr Pirngadi

Medanselaku pimpinan penulis sewaktu bekerja sebagai PNS di RSU Dr.

Pirngadi Medan yang memberikanmemberikan izin dan rekomendasi kepada

penulis untuk mengikuti ujian masuk Program Pendidikan Dokter Spesialis

Ilmu Penyakit Dalam FK-USU.

6. Dr. Kolman Saragih, SpS mantan kepala SMF Neurologi RSU Dr Pirngadi

tempat penulis bertugas selama 2 tahun yang terus memotivasi penulis serta

memberikan rekomendasi untuk dapat mengikuti Program Pendidikan Dokter

Spesialis Penyakit Dalam di FK-USU.

7. Khusus mengenai karya tulis ini, penulis mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepadaDr. Zulhelmi Bustami, SpPD-KGH, Dr.

Abdurrahim R Lubis KGH dan Prof. Harun Rasyid Lubis,

SpPD-KGHselaku pembimbing tesis, yang telah memberikan bimbingan dan

kemudahan bagi penulis selamamelaksanakan penelitian, juga telah banyak

meluangkan waktu dan dengan kesabaran membimbing penulis sampai

selesainya karya tulisini. Terima kasih yang tak terhingga penulis ucapkan.

8. Para Guru Besar, Prof. Dr. Harun Rasyid Lubis, SpPD-KGH, Prof. Dr.

Bachtiar Fanani Lubis, KHOM, Prof. Dr. Habibah Hanum,

SpPD-Kpsi, Prof. Dr. Sutomo Kasiman, SpPD, SpJP, Prof. Dr. Azhar Tanjung,

SpPD-KP-KAI, SpMK, Prof. Dr. OK. Moehadsyah, SpPD-KR, Prof. Dr.

Lukman Hakim Zain, SpPD-KGEH, Prof. Dr. M. Yusuf Nasution,

SpPD-KGH, Prof. Dr. Abdul Majid, SpPD-KKV, Prof. Dr. Azmi S. Kar,

SpPD-KHOM, Prof. Dr. Gontar Alamsyah Siregar, SpPD-KGEH, Prof.

Dr. Harris Hasan, SpPD, SpJP, Prof. Dr. Harun Al Rasyid Damanik,

SpPD-KGK, yang telah memberikan bimbingan dan teladan selama penulis

menjalani pendidikan.

9. Seluruh staf pengajar Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK USU, para guru

penulis : Dr. Zulhelmi Bustami, SpPD-KGH, Dr. Salli Roseffi Nasution,

SpPD-KGH, Dr. Abdurrahim Rasyid Lubis, SpPD-KGH, Dr. A Adin

Sutan Bagindo, SpPD-KKV, Dr. Lufti Latief, SpPD-KKV, Dr. Nur

(14)

Piliang, SpPD-KEMD (alm), Dr. OK. Alfien Sjukran, SpPD-KEMD

(alm), Dr. R. Tunggul Ch Sukendar, SpPD-KGH (alm), Dr. Chaerul

Bahri, SpPD-KEMD (alm), semoga Allah SWT memberikan yang

tempat terbaik bagi para almarhum di sisi-Nya; Dr. Refli Hasan, SpPD,

SpJP (FIHA), Dr. Zainal Safri, SpPD, SpJP, DR. Dr. Dharma Lindarto,

KEMD, Dr. Mardianto, KEMD, Dr. Santi Syafril,

SpPD-KEMD, Dr. Sri Maryuni Sutadi, SpPD-KGEH, Dr. Betthin Marpaung,

SPPD-KGEH, Dr. Mabel Sihombing, SpPD-KGEH, DR. Dr. Juwita

Sembiring, SpPD-KGEH, Dr. Leonardo Basa Dairi, SpPD-KGEH, Dr.

Dasril Effendi, SpPD-KGEH, Dr. Rustam Effendi YS, SpPD-KGEH, Dr.

Dairion Gatot, SpPD-KHOM, Dr. Sugiarto Gani, SpPD, Dr. Savita

Handayani, SpPD, Dr. Yosia Ginting, SpPD-KPTI, Dr. Umar Zein,

SpPD-KPTI, DTM&H, Dr. Armon Rahimi, SpPD-KPTI, Dr. Tambar

Kembaren, SpPD, Dr. Alwinsyah Abidin, SpPD-KP, Dr. E.N. Keliat,

SpPD-KP, Dr. Zuhrial Zubir, SpPD, Dr. Pirma Siburian, SpPD-Kger,

DR. Dr. Blondina Marpaung, SpPD-KR, Dr. Calvin Damanik, SpPD, Dr.

Ilhamd, SpPD, Dr. Rahmawati, SpPD, Dr. Syafrizal Nasution, SpPD, Dr.

Alwi Thamrin, SpPD, serta para guru lainnya yang tidak dapat penulis

sebutkan satu persatu, yang dengan kesabaran dan perhatiannya senantiasa

membimbing penulis selama mengikuti pendidikan. Penulis hanturkan rasa

hormat dan terima kasih yang tak terhingga.

10. Direktur dan mantan Direktur Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam

Malik Medan dan RSU Dr. Pirngadi Medan, yang telah memberikan

fasilitas dan kesempatan yang seluas-luasnya kepada penulis dalam menjalani

pendidikan.

11. Rektor Universitas Sumatera Utara, Dekan dan Ketua TKP PPDS

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan

kesempatan kepada penulis untuk mengikuti Program Pendidikan Dokter

Spesialis Ilmu Penyakit Dalam di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera

(15)

12. Drs A. Jalil Amra, M.Kes, selaku pembimbing statistik yang telah banyak

meluangkan waktu untuk membimbing dan berdiskusi dengan penulis dalam

penyusunan tesis ini.

13. Direktur Rumah Sakit Umum Cut Meutia Lhok Seumawe beserta semua

staf spesialis penyakit dalam yang telah memberikan fasilitas dan

kesempatan yang seluas-luasnya kepada penulis dalam menjalani penelitian

di Lhok Seumawe, tanpa bantuan mereka tidak mungkin penulis dapat

menyelesaikan penelitian ini.

14. Dr. Rahmawati, SpPD khususnya yang telah memberikan fasilitas dan

tempat tinggal kepada penulis selama menjalani penelitian di Lhok Seumawe,

semoga Allah SWT melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kakak.

Terima kasih yang tak terhingga penulis ucapkan.

15. Dr. Erwin Kresnoadi, Sp An sahabat penulis yang tak bosan-bosannya

memberikan semangat dan motivasi kepada penulis untuk dapat

menyelesaikan tesis ini dengan baik.

16. Dr. Rini Miharty sahabat penulis yang selalu bersama sejak awal PPDS

hingga sekarang termasuk ketika mendapat tugas penelitian ini di Lhok

Seumawe mencari sampel penelitian dan mengolah data bersama. Semoga

persahabatan kita kekal abadi sampai akhir hayat.

17. Teman-teman seangkatan penulis yang memberikan dorongan semangat :

Dr. Rini Miharty, Dr. M. Aron Pase, Dr. M. Gusti, Dr. Donald Purba,

Dr. Immanuel Tarigan, Dr. Ira R, Dr.Sari Andriyaniserta seluruh rekan

seperjuangan peserta PPDS Ilmu Penyakit Dalam FK USU, yang telah

mengisi hari-hari penulis dengan persahabatan dan kerja sama dalam

menjalani kehidupan sebagai residen.

18. Seluruh perawat/paramedik di berbagai tempat di mana penulis pernah

bertugas selama pendidikan, terima kasih atas bantuan dan kerja sama yang

baik selama ini.

19. Para pasien yang telah bersedia ikut dalam penelitian ini sehingga penulisan

(16)

20. Bapak Syarifuddin Abdullah, Kak Lely Husna, Deni, Yanti, Wanti,

Tanti, Erjan, Fitri dan seluruh pegawai administrasi Departemen Ilmu

Penyakit Dalam FK USU, yang telah banyak membantu memfasilitasi penulis

dalam menyelesaikan tugas pendidikan.

Sembah sujud dan terima kasih tak terhingga penulis haturkan kepada

kedua orangtua penulis tercinta, H. Badruddin dan ibundaHj Asmah, atas

segala jerih payah, pengorbanan, dan kasih sayang tulus telah melahirkan,

membesarkan, mendidik, mendoakan tanpa henti, memberikan dukungan moril

dan materil, serta mendorong penulis dalam berjuang menapaki hidup dan

mencapai cita-cita. Tak akan pernah bisa penulis membalas jasa-jasa Ayahanda

dan Ibunda. SemogaAllah SWT senantiasa memberikan kesehatan, rahmat dan

karunia-Nya kepada ayahanda dan ibunda penulis. Amin.

Terimakasih sebesar-besarnya kepada keluargabesarkuyang telah banyak

memberikan bantuan moril, semangat dan doa tanpa pamrih selama pendidikan,

sehingga penulis dapat sampai di titik ini, yang tak lain merupakan pencapaian

keluarga besar yang dicita-citakan bersama.

Kepada berbagai pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu

pada kesempatan ini penulis ucapkan terimakasih yang setulus-tulusnya.

Izinkanlah penulis menyampaikan permohonan maaf kepada semua pihak yang

terkait atas segala kekurangan dan kesalahan selama penulis mengikuti

Pendidikan Ilmu Penyakit Dalam dan dalampenulisan tesis ini.

Semoga Allah SWT senantiasa memberikan rahmat dan karunia-Nya

kepada kita semua dan semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi kita dan

masyarakat.

Medan, 31 Januari 2013

(17)

DAFTAR ISI

Daftar Gambar... xii

Daftar Singkatan dan Lambang... xiii

Daftar Lampiran... xiv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Perumusan Masalah... 5

1.3 Hipotesis... 5

1.4 TujuanPenelitian... 5

1.5 Manfaat Penelitian... 1.6 Batasan Penelitian... 1.7 Kerangka Konseptual... 6

6

7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hipertensi………... 8

2.2Hiperurisemia... 13

2.3Hubungan antara Hipertensi dengan Hiperurisemia... 15

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian... 22

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian... 22

3.3 Populasi dan Sampel ... 22

3.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi... 23

3.5 Besar Sampel... 23

3.6 Teknik Sampling ... 24

3.7 Variabel Penelitian... 24

3.8 Definisi Operasional... 3.9 Cara Penelitian... 25 25 3.10 Instrumental Penelitian... 3.11 Analisis Data... 26 28 3.12 Kerangka Operasional... 30

(18)

BAB V PEMBAHASAN

5.1 Pembahasan... 5.2 Kekuatan Penelitian... 5.3KeterbatasanPenelitian………...

52 62 62 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan... 63 6.2 Saran... 64 DAFTAR KEPUSTAKAAN... 65

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

4.1 4.2

Karakteristik Data Dasar………... Perbandingan rerata kadar AUs pria dan wanita antara kelompok hipertensi dengan kelompok normotensi...

34

Proporsi HU dan hubungan antara hipertensi dengan hiperurisemia... Perbandingan rerata kadar AUs pada kelompok hipertensi berdasarkan derajat hipertensi (TDS)... Perbandingan proporsi HU pada kelompok hipertensi berdasarkan derajat hipertensi (TDS)... Perbandingan rerata kadar AUs pada kelompok hipertensi berdasarkan derajat hipertensi (TDD)... Perbandingan proporsi HU pada kelompok hipertensi berdasarkan derajat hipertensi (TDD)... Perbandingan rerata kadar AUs pada kelompok hipertensi berdasarkan lama menderita hipertensi... Perbandingan proporsi HU pada kelompok hipertensi berdasarkan lama menderita hipertensi ...

(19)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

1.7 Kerangka Konseptual... 7 3.12

Kerangka Operasional ………... AlurPenelitian... Distribusi pemakaian obat-obat antihipertensi... Perbandingan rerata kadar AUs pria dan wanita antara kelompok hipertensi dan normotensi... Proporsi HU dan hubungan antara hipertensi dengan HU... Perbandingan rerata kadar AUs pada kelompok hipertensi berdasarkan derajat hipertensi (TDS)... Perbandingan proporsi HU pada kelompok hipertensi berdasarkan derajat hipertensi (TDS) ... Korelasi antara TDS dengan kadar AUs... Perbandingan rerata kadar AUs pada kelompok hipertensi berdasarkan derajat hipertensi (TDD)... Perbandingan proporsi HU pada kelompok hipertensi

berdasarkan derajat hipertensi (TDD)... Korelasi antara TDD dengan kadar AUs... Perbandingan rerata kadar AUs pada kelompok hipertensi

berdasarkan lama menderita hipertensi... Perbandingan proporsi HU pada kelompok hipertensi berdasarkan lama menderita hipertensi... Korelasi kadar AUs dengan ureum... Korelasi kadar AUs dengan kreatinin... Korelasi kadar AUs dengan klirens kreatinin...

(20)

DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG

SINGKATAN Nama Pemakaian

pertama kali pada halaman

NAD Nanggroe Aceh Darussalam 1

HU Hiperurisemia 1

AUs KV TDD

Asam Urat serum Kardiovaskuler

Tekanan Darah Diastolik

1 2 3

WHO World Health Organization 3

TDS Tekanan Darah Sistolik 3

TG IMT

Trigliserida

Indeks Massa Tubuh

3 3 JNC

LFG

Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation and Treatment

Laju Filtrasi Ginjal

4

Adenosine Tri Phosphate Diabetes Melitus

SOD-3 Extracellular Superoxide Dismutase 17

O2- Anion Superoksida 18

LDL Low Density Lipoprotein 18

RNA Ribonucleic Acid 18

DNA Deoxyribonucleic Acid 18

ROS Reactive Oxygen Species 18

RSUD

Rumah Sakit Umum Daerah Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Beta Blocker

Calcium Channel Blocker Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor

Angiotensin Receptor Blocker Odds Ratio

Confidence Interval Kadar Gula Darah Blood Urea Nitrogen

(21)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1 PersetujuanKomisi Etik Penelitian... 71 2 Lembaran Penjelasan Kepada Calon Subjek Penelitian.. 72 3 SuratPersetujuan Setelah Penjelasan ... 73 4 Kerta Kerja Profil Peserta Penelitian... 74 5

6

DaftarRiwayatHidup... Analisis Statistik ...

(22)

ABSTRAK

PROPORSI HIPERURISEMIA PADA POPULASI HIPERTENSI ESSENSIAL SUKU ACEH DI KABUPATEN ACEH UTARA

Abida, Abdurrahim Rasyid Lubis, Zulhelmi Bustami,Harun Rasyid Lubis DivisiNefrologi dan Hipertensi

DepartemenIlmu Penyakit Dalam

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara RSUP.H.Adam Malik Medan

Latar Belakang

Hiperurisemia (HU) terjadi akibat peningkatan produksi asam urat (AU) dan/atau menurunnya kapasitas ginjal dalam mengekskresikan AU. Prevalensi hipertensi essensial di Aceh Utara ± 30.6% dengan karakteristik faktor geografis dan demografis suku Aceh asli yang khas diketahui sering mengkonsumsi diet tinggi garam dan purin.

Tujuan Penelitian

Untuk menilai peranankadar asam urat serum (AUS) dan HU pada populasi HE suku Aceh di kabupaten Aceh Utara dan menilai hubungan antara kadar AUS dengan tekanan darah sistolik (TDS), tekanan darah diastolik (TDD), beratnya hipertensi, lama menderita hipertensi, kadar kreatinin dan laju filtrasi ginjal (LFG).

Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan potong lintang dilaksanakan di Poliklinik penyakit dalam RSUD Cut Meutia dan puskesmas jejaring di kabupaten Aceh Utara propinsi Nanggroe Aceh Darussalam pada bulan Desember 2010 –Januari 2011 setelah mendapat persetujuan dari Komisi Etik Penelitian Kesehatan FK USU. Sampel diperoleh menggunakan sistem consecutive sampling dengan beberapa kriteria inklusi dan eksklusi. Subjek penelitian mengisi lembar informed consent kemudian diukur berat dan tinggi badan serta tekanan darah. Peneliti memeriksa sampel darah dan urine untuk mengetahui kadar AUS, profil lemak, ureum, kreatin, LFG. Penelitian ini telah mengikutsertakan 137 sampel yang telah dianalisis yang dibagi menjadi dua kelompok yaitu 69 sampel kelompok hipertensi essensial (HE) dan 68 sampel kelompok normotensi (NT). Data dianalisis melalui program SPSS 15.0 for Windows, nilai p signifikan bila < 0.05.

Hasil Penelitian

(23)

dengan HE memiliki risiko 5.4 kali lebih besar untuk mengalami HU dibanding subjek NT (OR=5.4, CI 95% = 2.52-11.54, p= 0.0001). Rerata kadar AUS pria signifikan lebih tinggi sesuai dengan derajat hipertensi TDS (p=0.016). Rerata kadar AUS pria dan wanita lebih tinggi signifikan sesuai dengan derajat hipertensi TDD (p=0.0001 dan p=0.007). Proporsi HU signifikan lebih tinggi sesuai dengan derajat hipertensi TDD (p=0.001). Terdapat korelasi positif yang signifikan antara TDS dengan kadar AUS (r = 0.587 ; p=0.0001), antara TDD dengan kadar AUS (r= 0.650 ; p = 0.0001, antara kadar kreatinin dengan kadar AUS (r = 0.749 ; p = 0.0001) dan korelasi negatif yang signifikan secara statistik antara LFG dengan kadar AUS (r = - 0.323 ; p = 0.007).

Kesimpulan

Rerata kadar AUS dan proporsi HU signifikan lebih tinggi secara statistik pada kelompok HE. Terdapat hubungan yang signifikan secara statistik antara HE dengan kadar AUS. Kadar AUS berkorelasi positif signifikan dengan TDS, TDDdan kadar kreatinin, dan berkorelasi negatif dengan LFG. Kadar AUS

tampaknyadapatberperansebagaifaktorrisiko mayor terhadappenyakitkardiovaskulerdankerusakan ginjalpada HE

(24)

ABSTRACT

The Hyperuricemia Proportion in

Essential Hypertension Population of Acehnese at Aceh Utara District

Abida, Abdurrahim Rasyid lubis, Zulhelmi Bustami, Harun Rasyid Lubis Division of Nephrology and Hypertension

Department of Internal Medicine Medical Faculty, University of Sumatera Utara H.Adam Malik/Pirngadi General Hospital Medan

Background

Hyperuricemia (HU) can be the consequence of increased uric acid production and/or decreased renal capacity to excrete uric acid. Prevalence of essential hypertension (EH) in Aceh Utara district ± 30.6% with both geographical and demographical factors of the original Acehnese uniqueness and they have been known to be consumptive of both high salt and high purine diet.

Objective

The aim of this research was to assess the role of serum uric acid (SUA) level and HU in EH population of Acehnese at Aceh Utara district and to evaluate correlations between SUA level and systolic/diastolic blood pressure (SBP/DBP), severity and duration of EH, creatinine and estimated glomerular filtration rate (eGFR).

Methods

This research was an analytical observational study using cross-sectional approach. It had been done at the internal medicine outpatient clinic Cut Meutia Hospital Lhok Seumawe and public health centre at Aceh Utara district from December 2010-January 2011 after being approved by the Ethics Committee of Health Research Medical Faculty University of Sumatera Utara. The Subjects were enrolled using consecutive sampling method with inclusion and exclusion criteria. The Subjects filled-out a short informed consent sheet and their weight, height, and blood pressurewere measured.Blood sample were taken to assess SUA level, lipid profile, urea, creatinine, and eGFR. There were 137 samples and were divided into 2 groups consisting of 69 patients in the EH group and 68 healthy subjects in the normotensive (NT) group. The data analysis was carried out with the 15.0 version of the SPSS program. A p value < 0.05 was considered to be statistically significant.

Results

(25)

0.0001). The mean of SUA levelwere higher significantlyas level of SBPincreased in men (p=0.016). The mean of SUA level were higher significantlyas level of DBP increased in both men and women (p= 0.0001 and p=0.007, respectively).The HU proportion were also higher significantly as level of DBP increased (p=0.001). There were significant positive correlations between SBP and SUA (r = 0.587 ; p = 0.0001), DBP and SUA (r = 0.650; p = 0.0001), creatinine and SUA (r = 0.749 ; p = 0.0001),and significant negative correlation between SUA and eGFR (r= -0.407; p=0.001).

Conclusion

The mean of SUA level and HU proportion were significantly higher in EH group. We found significant correlation between EH and HU. The SUA levelhad significant positive correlations with severity of EH and creatinine, and significant negative correlation with eGFR. TheSUA level seemed to be a major risk factor for cardiovascular and renal damage in EH

(26)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Hipertensi essensial atau hipertensi primer adalah hipertensi dimana

penyebabnya tidak diketahui terjadi pada ± 90-95% kasus hipertensi (Beevers et

al, 2001). Pada kebanyakan kasus, hipertensi merupakan interaksi kompleks

antara faktor genetik, lingkungan dan demografi (Bakri dan Lawrences, 2008).

Pola geografis hipertensi terutama mencerminkan perkembangan tingkat

sosioekonomik yang diperantarai oleh kultural setempat daripada iklim atau

fenomena alam (Cooper and Tayo, 2008). Data survey nasional yang tersedia

hanya dari sejumlah kecil negara industri sehingga sulit dijadikan sebagai

perbandingan karena kurang standarisasi. Prevalensi hipertensi kategori tinggi

pada ras kulit hitam Amerika Serikat, Rusia dan Finlandia ( 30-40%), kateegori

sedang di Eropa, ras kulit putih Amerika Serikat, Jepang (15-30%), kategori

rendah di pedesaan Afrika dan Cina Selatan (7-15%) dan tidak dijumpai

hipertensi di Yanomami, Xingu (Cooper dan Tayo, 2008).

Di negara tetangga seperti Malaysia, data National Health and Morbidity Survey menunjukkan prevalensi hipertensi pada 33% penduduk atau sekitar 2,6 juta orang (Vasudevan et al, 2008). Penelitian dari perhimpunan hipertensi di

Indonesia di Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Bali tahun 2002 pada

3080 subyek dewasa usia 40 tahun atau lebih yang berobat pada praktek dokter

menunjukkan prevalensi hipertensi 58,89 % dan 37,42 % pasien tanpa pengobatan

hipertensi (Prodjosusudjadi, 2008). Untuk distribusi regional maka prevalensi

hipertensi khususnya di Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) berkisar antara 19,5 –

(27)

Hiperurisemia(HU) adalah keadaan dimana terjadi peningkatan kadar AU

serum (AUs) darah di atas normal. Hiperurisemia (HU) bisa terjadi karena

peningkatan metabolisme AU (overproduction), penurunan pengeluaran AU urin (underexcretion), atau gabungan keduanya(WHO,1992; Emmerson, 1983; Kelly et al, 1997). Selama beberapa tahun HU telah diidentifikasi bersama-sama atau

dianggap sama dengan gout, namun sekarang AU telah diidentifikasi sebagai

biomarker untuk sejumlah kelainan metabolik dan hemodinamik(Waring et al,

2000) . Kejadian yang pasti dari HU dan gout di masyarakat pada saat ini belum

jelas. Prevalensi HU di masyarakat diperkirakan antara 2,3 sampai 17,6% (Kelly

and Wortmann, 1997). Prevalensi HU pada masyarakat Indonesia belum ada data

yang pasti. Penelitian lapangan yang dilakukan pada penduduk kota Denpasar

Bali mendapatkan prevalensi HU sebesar 18,2% (Wisesa dan Suastika, 2009).

Hiperurisemia lebih sering terjadi pada hipertensi essensial dibanding

dengan hipertensi sekunder, terutama pada remaja (Feig et al, 2008) . Pada sebuah

studi menunjukkan peningkatan kadar AU (> 5,5 mg/dl) telah diobservasi pada

hampir 90% remaja dengan hipertensi essensial, sebaliknya AU lebih rendah

bermakna pada kelompok kontrol dan remaja belasan tahun dengan white – coat hipertensi atau hipertensi sekunder (Feig et al, 2008). Peningkatan kadar AUs

terjadi pada 25-60% pasien hipertensi essensial yang tidak diterapi, 50% pasien

yang mendapat terapi diuretik dan > 75% pasien dengan hipertensi maligna (Feig

et al, 2008; Johnson et al., 2003; Hayden et al, 2004). Selanjutnya kekuatan

hubungan antara kadar AU dan hipertensi berkurang dengan peningkatan usia dan

lamanya hipertensi, hal ini mendukung bahwa AU sangat penting pada subjek

yang lebih muda dengan onset hipertensi yang lebih dini (Feig et al, 2008).

Pada studi observasi terhadap kadar AUs di Korea pada tahun 1982-1983

terhadap 139 pasien hipertensi essensial dan 98 subjek normal sebagai kontrol

diperoleh hasil rerata kadar AUs dan insidens HU lebih tinggi signifikan pada

grup hipertensi dibanding kontrol (6.60 ± 1.96 mg% dan 57,9%) dibanding (3.87

± 1.30 mg% dan 17.8%). Rerata kadar AUs dan insidens HU berkorelasi

signifikan dengan level tekanan darah diastolik (TDD), rerata tekanan nadi, ureum

(28)

AUdan tingkat kerusakan target organ dan abnormalitas urin yang diobservasi

(Yeon et al, 1986).Lebih lanjut dua studi telah memaparkan hubungan AUs

dengan faktor resiko event kardiovaskuler (KV) pada komunitas birasial (Agamah et al, 1991).

Satu studi potong lintang dengan sampel acak yang dilakukan di Seychelles,

Samudera India pada populasi Afrika asli tahun 1994. Studi mencakup 1011

subjek usia antara 25-64 tahun meneliti prevalensi HU dan hubungan antara kadar

AU dan faktor resiko KV yang bervariasi di negara berkembang dengan rerata

tekanan darah yang tinggi. Hasilnya adalah prevalensi HU pada laki-laki adalah

35,2% dan pada wanita 8,7%. AU berkorelasi kuat dengan kadar trigliserida (TG)

baik pada laki-laki maupun wanita. AU juga berhubungan signifikan dengan usia,

indeks massa tubuh (IMT), tekanan darah, alkohol, obat-obat anti

hipertensi(Conen et al, 2004) .

Penelitian Campo et al (2001) dengan metode potong lintang terhadap 1026 orang pasien hipertensi telah menunjukkan bahwa prevalensi left ventricular hypertrophy, hypertensive funduscopy, dan proteinuria signifikanlebih tinggi pada subjek hipertensi HU (kadar AUs ≥ 7 mg/dl) dibanding dengan subjek normourisemia. Tekanan darah diastolik tapi tidak tekanan darah sistolik (TDS)

signifikan lebih tinggi pada pasien hipertensi HU.pasien dengan kadar AUs yang

lebih tinggi menunjukkan severity hypertension indexyang lebih besar. Hasil penelitian ini mendukung bahwa AUs merupakan biomarker beratnya hipertensi

arterial, dan kerusakan target organ yang lebih berat yang berkorelasi dengan

outcomeKV yang lebih jelek.

Penelitian Mei (2002) terhadap 102 pasien hipertensi essensial dan 114

subjek normal telah menyimpulkan bahwa kadar AUs signifikan lebih tinggi pada

kelompok hipertensi essensial dibanding dengan kelompok subjek normal (376 ±

90 µmol/l dibanding 274 ± 57 µmol/l; p < 0.001) dan insiden HU signifikan

lebih tinggi pada kelompok hipertensi essensial dibanding dengan kelompok

subjek normal (0.25% dibanding 0.07%; p< 0.01). Kadar AUs pada hipertensi

(29)

secara statistik belum signifikan (p>0.05). Terdapat korelasi positif antara TDS

dan TDD dengan kadarAUs. Kadar kreatinin signifikan lebih tinggi pada

kelompok hipertensi HUpada grup hipertensi HU dibandingkan pada grup

hipertensi tanpa HU.

Penelitian Neil (2005) di India terhadap 200 orang penderita hipertensi

essensial dan 200 orang subjek normal telah menyimpulkan bahwa kadar AUs

signifikan lebih tinggi pada kelompok hipertensi essensial dibanding dengan

kelompok subjek normal (6.104 ± 1.576 mg% dibanding 5.685 ± 1.338 mg%;

p=0.004). Insiden HU signifikan lebih tinggi pada kelompok hipertensi essensial

(37%) dibanding dengan kelompok subjek normal (17%). Rerata kadar AUs

signifikan lebih tinggi sesuai dengan beratnya hipertensi yang diklassifikasikan

sesuai dengan kriteria The Seventh Report of The Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood PressureJoint National Commitee (JNC) VII. Terdapat korelasi positif yang signifikan secara statistik antara peningkatan tekanan darah dengan kenaikan kadar AUs. Rerata

kadar AUs signifikan lebih tinggi pada kelompok lama hipertensi ≥5 tahun dibandingkan dengan kelompok lama hipertensi <5 tahun.

Pada studi Microalbuminuria : A Genoa Investigation on Complications (MAGIC) yang merupakan studi kohort berskala besar yang dilakukan terhadap

476 orang pasien ras Kaukasia Eropa dengan hipertensi primer yang berobat jalan

pada periode januari 2000-Maret 2006 telah menyimpulkan bahwa HU ringan

merupakan tanda awal kerusakan ginjal yang signifikan seperti mikroalbuminuria

dan abnormalitas ultrasonografi yang dapat dideteksi berdasarkan laju filtrasi

glomerulus (LFG) pada hipertensi primer baik pada laki-laki maupun wanita (p<

0.05) (Viazzi et al, 2007). Hal yang terpenting adalah dengan penemuan HU pada

hipertensi essensial dapat mengidentifikasi faktor resiko penyakit KV yang dapat

dikoreksi dengan modifikasi gaya hidup pasien(Bradlow, 1998).

Penelitian yang dilakukan oleh Wisesa dan Suastika (2009) di Bali

menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara konsentrasi AUs dengan

resistensi insulin pada penduduk suku Bali asli di Dusun Tenganan Pegringsingan

(30)

Tingginya prevalensi hipertensi essensial di kabupaten Aceh Utara

berdasarkan data yang diperoleh dari Riskesdas (2007) sebesar 30.6% didukung

oleh faktor geografi kabupaten Aceh Utara yang terletak di tepi selat Malaka serta

faktor demografi suku Aceh asli yang mayoritas dijumpai di kabupaten Aceh

Utara yang diketahui kerap mengkonsumsi diet tinggi garam dan purin seperti

emping melinjo, soto dan sate jeroan, bakso, asam sunti dan ikan yang diawetkan.

Dengan melihat karakteristik geografi dan demografi tersebut serta adanya

beberapa penelitian lain yang telah dilakukan sebelumnya di tempat yang berbeda

menjadi latar belakang bagi peneliti untuk meneliti proporsi hiperurisemiapada

populasi hipertensi essensial suku Aceh di kabupaten Aceh Utara.

1.2Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan di atas, maka ada beberapa

rumusan masalah yang akan dikemukakan, yaitu:

a. Berapa nilai rerata kadar AUs dan proporsi HUpada populasi hipertensi

essensial suku Aceh di kabupaten Aceh Utara?

b. Apakah ada hubungan antara hipertensi essensial dengan HUpada suku

Aceh di kabupaten Aceh Utara?

1.3 Hipotesis

a. Rerata kadar AUs dan Proporsi HUlebih tinggi pada populasi hipertensi

essensialdibandingkan dengan populasi normotensi pada suku Aceh di

kabupatenAceh Utara.

b. Ada hubungan antara hipertensi essensial dengan HUpada suku

Aceh di Kabupaten Aceh Utara.

1.4Tujuan

a. Untuk mengetahui rerata kadar AUs dan proporsi HUpada populasi

hipertensi essensialsuku Aceh di kabupaten Aceh Utara.

b. Untuk mengetahui hubungan antara hipertensi essensial dengan

(31)

1.5 Manfaaat Penelitian

a. Untuk pengembangan ilmu

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi tambahan pemahaman

tentang penggunaan biomarker AUsdalam melihat hubungan antara

hipertensi essensial dengan HU pada etnis tertentu serta melihat

progressifitas dari populasi hipertensi essensial tersebut.

b.Untuk pengembangan Medik

b.1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengetahui jumlah kadar AUs

pada populasi hipertensi essensial suku Aceh sehingga dapat

mengidentifikasi faktor resiko penyakit KV yang dapat dikoreksi dengan

modifikasi gaya hidup pasien dan untuk perencanaan terapi hipertensi

essensial selanjutnya.

b.2. Sebagai dasar melakukan penelitian lanjut.

1.6Batasan Penelitian

Tidak mengamati secara langsung kondisi genetik, vaskuler subjek penelitian

melainkan melalui pemeriksaan fisik dan biokimiawi saja.

(32)

BAB II

HIPERTENSI ESSENSIAL (Variabel Bebas)

Resistensi renovaskular ↑ Gangguan mikrovaskular

Nefrosklerosis

Perfusi ke ginjal ↓

Reabsorpsi asam urat ↑

Iskemik jaringan

Pemecahan adenosin Kompetisi laktat dengan

transporter urat di tubulus proksimal

Ekskresi asam urat ↓ ↑ Produksi asam urat

HIPERURISEMIA (Variabel Tergantung)

Variabel Kendali

Umur (tahun) IMT (kg/m2)

Kelamin (laki-laki/perempuan) Obat-obat anti hipertensi Lamanya menderita hipertensi (tahun)

TDS (mmHg) TDD (mmHg)

Kadar gula darah (mg/dl) Kadar AUs (mg/dl) TG (mg/dl)

Kadar kreatinin serum(mg/dl) Kadar urem serum (mg/dl)

Kadar kreatinin klirens (ml/menit)

(33)

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hipertensi

Hipertensi essensial atau hipertensi primer adalah hipertensi dimana

penyebabnya tidak diketahui terjadi pada ± 90-95% kasus hipertensi (Beevers,

2001). Hipertensi essensial didiagnosis jika semua penyebab hipertensi yang lain

telah dapat disingkirkan ( Blumenfeld and Laragh, 2008). Penyebab hipertensi yang dapat diketahui seperti yang tertera pada tabel di bawah ini (Blumenfeld and Laragh, 2008)

Penyakit Ginjal

Parenkim Ginjal

Glomerulonephritis akut dan kronis; pyelonefritis; nefrokalsinosis; neoplasma; glomerulosklerosis; nefritis interstisial, herediter atau radiasi.

Obstructive uropathy and hidronefrosis

Renin-secreting renal tumors (hemangioperisitoma, Wilmsataurenal cell, tumor pankreas, ovarium)

Defek kongenital pada transpor natrium (sindroma Liddle's)

Trauma ginjal

Renovaskuler

Lesi arterial ginjal, oklusi, stenosis, aneurysma, trombosis

Renal vasculitis atau glomerulitis

Coarctatio aorta dengan iskemik ginjal

Aortitis dengan iskemik ginjal

(34)

Sindroma Cushing (kelebihan kortisol)

Aldosteronism disebabkan adenoma (Sindroma Conn )

Aldosteronism Pseudoprimer (bilateral adrenocortical hyperplasia) Kongenital atau acquired enzymatic defects with excess Na+

Karsinoma Adrenal

-retaining steroids (defisiensi 11β-hydroxylase; defisiensi 11β-hydroxysteroid dehydrogenase, defisiensi 17α-hydroxylase)

Ectopic corticotropin-secreting tumor

Feokromositoma (adrenal medullaryatau extraadrenal chromaffin tumoryang mensekresi norepinefrin atau epinefrin

Penyebab endokrin yang lain

Hipotiroid (hipertensi diastolik)

Hipertiroid (hipertensi sistolik)

Status Hiperkalsemia, hiperparatiroid

Akromegali

Toksemia Gravidarum

Faktor Neurogenik

Peningkatan tekanan intra kranial

Familial dysautonomia

Porfiria akut , Buffer denervation, poliomyelitis, cedera korda spinalis Psikogenik?

Iatrogenikdan penyebab-penyebab lain

Terapi kontrasepsi oral atau estrogen

Terapi mineralokortikoid atau glukokortikoid, menelan licorice (seperti defisiensi acquired 11β-hydroxysteroid dehydrogenase)

Obat-obatan simpatomimetik (dekongestan)

Antidepressan

Alkohol

Intoksikasi timbal

Penghambat monoamine oxidase (interaksi dengan obat-obat lain) Intake garam yang berlebihan

The Seventh Report of The Joint National Committee on Prevention,

(35)

Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII) (2004) mengklassifikasikan tekanan darah pada orang dewasa berusia 18 tahun ke atas

menjadi kelompok normal, prehipertensi, hipertensi derajat 1 dan derajat 2 seperti

yang tertera pada tabel di bawah ini.

Klassifikasi tekanan darah untuk dewasa (JNC VII) Klassifikasi Tekanan

Darah

TDS (mmHg) TDD (mmHg)

Normal

Prehipertensi

Hipertensi derajat 1

Hipertensi derajat 2

< 120 dan

Sedangkan European Society of Hypertension (ESH) dan WHO tahun 2007 mengklassifikasikan hipertensi seperti tabel yang tertera dibawah ini.

Klassifikasi tekanan darah menurut European Society of Hypertension

(ESH/WHO) 2007

Derajat 2 (sedang)

Derajat 3 (berat)

Isolated systolic

Diagnosis hipertensi essensial ditegakkan berdasarkan data anamnesis,

pemeriksaan fisik dan laboratorium maupum pemeriksaan penunjang lainnya.

(36)

keluarga, walaupun hal ini belum dapat memastikan diagnosis hipertensi

essensial. Apabila riwayat hipertensi didapatkan pada kedua orangtua, maka

dugaan hipertensi essensial lebih besar. Mengenai usia penderita hipertensi

essensial mayoritas timbul pada usia 25-45 tahun, dan hanya 20% yang timbulnya

kenaikan darah di bawah usia 20 tahun dan diatas usia 50 tahun. Bila telah

diketahui adanya riwayat hipertensi sebelumnya, perlu informasi tentang

pengobatan, efektifitas dan efek samping obat (Sidabutar, 1990).

Keterangan obat yang sedang di makan penderita yang mungkin

menimbulkan hipertensi seperti golongan kortikosteroid, golongan monoamine oxidase inhibitor, dan golongan simpatomimetik. Konsumsi makanan yang banyak mengandung garam juga harus ditanyakan. Pada wanita keterangan

mengenai hipertensi pada kehamilan, riwayat eklamsi, penggunaan pil kontrasepsi

juga ditanyakan. Data riwayat keluarga tentang penyakit ginjal polikistik, kanker

tiroid, feokromositoma, batu ginjal dan hiperparatiroidisme perlu ditanyakan

untuk melengkapi anamnesis(Sidabutar, 1990).

Diagnosis hipertensi tidak dapat ditegakkan dalam satu kali pengukuran.

Diagnosis baru dapat ditetapkan setelah dua kali atau lebih pengukuran pada

kunjungan yang berbeda kecuali terdapat kenaikan yang tinggi atau gejala-gejala

klinis.Dalam pemeriksaan fisik dilakukan pengukuran tekanan darah setelah

pasien beristirahat 5 menit. Posisi pasien adalah duduk bersandar dengan kaki di

lantai dan lengan setinggi jantung. Ukuran dan letak manset serta stetoskop harus

benar. Ukuran manset standar untuk orang dewasa adalah panjang 12-13 cm dan

lebar 35 cm. Penentuan sistolik dan diastolik dengan menggunakan Korotkofffase I dan V. Pengukuran dilakukan dua kali dengan jeda 1-5 menit. Pengukuran

tambahan dilakukan jika hasil kedua pengukuran sangat berbeda. Konfirmasi

pengukuran pada lengan kontralateral dilakukan pada kunjungan pertama dan jika

didapatkan kenaikan tekanan darah (Yogiantoro, 2006).

Sampai saat ini hipertensi masih merupakan masalah yang kompleks

karena merupakan penyakit multifaktorial yang timbul terutama karena interaksi

antara faktor-faktor risiko tertentu antara lain diet dan asupan garam, stres, ras,

(37)

vasokonstriksi serta pengaruh sistem otokrin setempat yang berperan pada sistem

renin, angiotensin dan aldosteron (Kaplan, 2002; Oparil et al, 2003).Mekanisme

pengaturan tekanan darah seperti tertea pada gambar di bawah ini

(Sherwood,2001).

Hipertensi essensial cenderung terjadi pada kelompok keluarga dan

muncul sebagai sekumpulan penyakit atau sindrom yang berbasis genetik dengan

beberapa abnormalitas biokimia yang diturunkan. Fenotif yang dihasilkan dapat

dimodulasi oleh berbagai macam faktor lingkungan yang kemudian

mempengaruhi derajat kenaikan tekanan darah dan waktu onset hipertensi (Oparil

et al, 2003).

Peranan faktor genetik disini biasanya dijembatani suatu fenotip

(38)

Dengan demikian individu yang mempunyai riwayat keluarga hipertensi, asupan

tinggi natrium akan menyebabkan retensi natrium dan air yang selanjutnya akan

meningkatkan tekanan darah (Melander et al, 2001; Oparil et al, 2003).

2.2 Hiperurisemia

Hiperurisemia (HU) didefinisikan bila kadar AUs lebih besar dari dua

standar deviasi di atas rerata hasil laboratorium pada populasi normal (Kuang,

2006). Kadar AU normal menurut Roche ± 3,4 - 7,0 mg/dl untuk laki-laki dan 2,4

- 5,7 mg/dl untuk wanita sebelum menopause.Kejadian yang pasti dari HU dan

gout di masyarakat pada saat ini belum jelas. Prevalensi HU di masyarakat

diperkirakan antara 2,3 sampai 17,6% (Kelly and Wortmann, 1997). Prevalensi

HU pada masyarakat Indonesia belum ada data yang pasti. Penelitian lapangan

yang dilakukan pada penduduk kota Denpasar Bali mendapatkan prevalensi HU

sebesar 18,2% (Wisesa dan Suastika, 2009).

Asam urat serum merupakan hasil akhir dari metabolisme purin. Proses

pembentukan AU sebagian besar berasal dari metabolisme nukleotida purin

endogen, guanylic acid(GMP), inosinic acid(IMP), dan adenylic acid(AMP). Perubahan intermediate hypoxanthine dan guanine menjadi xanthine dikatalisis oleh enzim xanthine oxidase dengan produk akhir AU. Asam urat merupakan produk yang tidak dapat dimetabolisme lebih lanjut. Hanya 5% AU yang terikat

plasma dan sisanya akan difiltrasi secara bebas oleh glomerulus. Dari semua AU

yang difiltrasi,99% akan direabsorpsi oleh tubulus proksimal. Kemudian 7-10%

fraksi AU akan disekresi oleh tubulus distal (Vedercchia et al, 2000; Berry et al,

2004). Mekanisme yang menjelasan tentang proses katabolisme purin dan sintesis

(39)

Kadar AU manusia dan beberapa primata seperti simpanse memiliki

rentang yang luas (2 mg/dl sampai 12 mg/dl) dan lebih tinggi dari mamalia lain.

Hal itu disebabkan oleh mutasi gen pengode uricase, suatu enzim hepar yang berfungsi mengubah AU menjadi allantoinyang lebih larut dan dapat diekskresi

lewat urine. Ketiadaan enzim tersebut menyebabkan hampir 100% AU yang

difiltrasi di glomerulus akan mengalami reabsorpsi dan sekresi pada tubulus

proksimal ginjal. Proses tersebut dimediasi oleh urate exchangerdan voltage sensitive urate channel(Johnson et al, 2003; Hediger et al, 2005; Hernig andJohnson, 2006).

Kadar AU pada tiap individu sangat bervariasi tergantung pada sintesis

dan ekskresinya. HU terjadi bila kadar AU melebihi daya larutnya dalam plasma

yaitu 6,7 mg/dl pada suhu 37°C. Kondisi ini dapat disebabkan karena

ketidakseimbangan antara produksi yang berlebihan, penurunan ekskresi atau

gabungan keduanya. Produksi yang berlebihan terjadi pada keadaan diet tinggi

(40)

dislipidemia. Sedangkan penurunan ekskresi AU terjadi pada penyakit ginjal,

hipertensi, penggunaan diuretik, resistensi insulin, dan kadar estrogen yang rendah

(Johnson et al, 2003; Berry et al, 2004; Hediger et al, 2005). Berdasarkan

penyebabnya, Hiperurisemia dapat diklasifikasikan menjadi (Putra, 2006):

a. Hiperurisemia primer

Merupakan HU yang tidak disebabkan oleh penyakit lain. Biasanya

berhubungandengan kelainan molekuler yang belum jelas dan adanya kelainan

enzim.

b. Hiperurisemia sekunder

Merupakan HU yang disebabkan oleh penyakit atau penyebab lain. HU jenis ini

dibagi menjadi beberapa kelompok, yaitu kelainan yang menyebabkan

peningkatan biosintesis denovo, peningkatan degradasi ATP, dan underexcretion. c. Hiperurisemia idiopatik

Merupakan jenis HU yang tidak jelas penyebab primernya dan tidak ada kelainan

genetik, fisiologi serta anatomi yang jelas.Penegakkan diagnosa HU meliputi

anamnesa, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Anamnesis bertujuan

untuk mengetahui ada tidaknya faktor keturunan, kelainan atau penyakit lain

sebagai peyebabHU sekunder. Pemeriksaan fisik untuk mencari kelainan atau

penyakit sekunder seperti tanda-tanda anemia, pembesaran organ limfoid, keadaan

KV dan tekanan darah, keadaan dan tanda kelainan ginjal serta kelainan pada

sendi. Pemeriksaan penunjang bertujuan untuk mengarahkan dan memastikan

peyebab HU..Pemeriksaan penunjang yang rutin dilakukan adalah pemeriksaan

darah rutin AU darah, kreatinin darah,pemeriksaan urin rutin, dan kadarAU urin

24 jam (Putra, 2006).

2.3 Hubungan antara Hipertensidengan Hiperurisemia

Mekanisme yang dapat menerangkan mengapa pada penderita hipertensi

terjadi HU masih belum sepenuhnya dapat dideskripsikan. Tiga kesimpulan yang

(41)

1. Hipertensi dapat menyebabkan hiperurisemia.

HU dijumpai pada 25-60% penderita hipertensi essensial yang tidak

diobati, 50% penderita hipertensi yang menggunakan diuretik dan > 75%

penderita hipertensi maligna (Feig et al, 2008). Meningkatnya kadar AUs

dihubungkan secara langsung dengan peningkatan resistensi vaskular ginjal dan

berkorelasi terbalik dengan perfusi ginjal. Selain itu AUsberkorelasi dengan

eksresi albumin urin yang dianggap berperan terhadap timbulnya nefrosklerosis

dan abnormalitas hemodinamik ginjal yang mengawali timbulnya gangguan

metabolisme asam urat pada pasien dengan familial nefropati yang disertai dengan HU (Ruilope and Puig, 2001).

Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya yang telah menjelaskan

hubungan antara hipertensi dengan HU, terjadinya HUtelah dihubungkan dengan

penurunan sekresi AU di tubulus ginjal. UnderekskresiAU mungkin dapat dihubungkan dengan peningkatan reabsorpsi natrium yang dimediasi oleh insulin.

Meningkatnya kadarAUs akibat hipertensi disebabkan karena menurunnya perfusi

ginjal yang menyertai kondisi hipertensi. Penurunan perfusi ginjal akan

menstimulasi reabsorpsi urat. Hipertensi juga dapat menimbulkan penyakit

mikrovaskuler yang dapat menyebabkan iskemik jaringan lokal (Puig and

Ruilope, 2001).

Iskemik jaringan lokal dapat menyebabkan peningkatan sintesis AUs dan

pelepasan laktat yang memblokade sekresi AU di tubulus proksimal.Pada saat

iskemik, ATP didegradasi menjadi adenine dan xanthine yang juga meningkatkan pembentukan xanthine oxidase (XO). Peningkatan availibilitas substrat (xanthine) dan enzim (xanthine oxidase) mengakibatkan meningkatnya pembentukan asam urat sama seperti pembentukan oksidan (02-). Temuan iskemik yang

menyebabkan peningkatan kadar AUs juga telah menjelaskan mengapa HU

terjadi pada preeklamsia dan gagal jantung kongestif (Leyva et al, 1997).

Pemakaian diuretik pada pasien hipertensi dapat menyebabkan berkurangnya

sekresi AU dan meningkatkan resiko terjadinya HU(Conen et al, 2004)

(42)

Asam urat berperan dalam produksi radikal bebas yang menyebabkan

stress oksidatif yang mengakibatkan peningkatan tekanan darah. Beratnya

hipertensi mengakibatkan peningkatan resistensi vaskular ginjal serta penurunan

perfusi ginjal. Perkembangan nefrosklerosissebagai perubahan vaskuler dini pada

hipertensi dapat meningkatkan kadar AUs dengan cara menurunkan aliran darah

diantara sirkulasi korteks dan medulla (Yeon, 1986; Neil, 2005).

Hubunganantara kadar AUs dengan resiko KV telah diketahui lebih dari

50 tahun yang lalu. Beberapa studi menunjukkan peningkatan kadar AUs

memegang peranan pada terjadinya morbiditas KV di populasi umum, pada

pasien hipertensi, Diabetes Melitus (DM) tipe 2, dan pada pasien penyakit jantung

dan vaskuler (Schumacer, 1992; Lehto et al, 1998; Alderman et al, 1999;

Verdecchia et al, 2000; Ruilope and Rodicio, 2001; Johnson et al, 2003; Waring et

al, 2005; Nisnaken et al, 2006; Nakagawa et al, 2006; Kuang et al, 2006; Lippi et

al, 2008; Yongkuan et al, 2008;).

Resistensi insulin sering terjadi pada pasien hipertensi essensial, insulin

mempunyai efek kekuatan untuk menahan natrium yang disertai dengan

penurunan ekskresi AUs. Selain itu HU dapat meningkatkan aktivitas sistem saraf

simpatis yang dapat mempengaruhi peningkatan kadar AUs. Ide bahwa HU dapat

menjadi indikator resistensi insulin telah ditunjukkan pada penelitian longitudinal

selama 8 tahun yang telah meneliti bahwa HU berkaitan dengan resistensi insulin.

Karena itu HU pada pasien hipertensi dapat menjadi petanda adanya resistensi

insulin yang dihubungkan langsung dengan peningkatan risiko penyakit KV

(Ruilope and Puig, 2001).

Asam urat serummerangsang produksi sitokin dari leukosit dan kemokin

dari otot polos pembuluh darah, merangsang perlekatan granulosit pada

endothelium, adhesi platelet dan pelepasan radikal bebas peroksida dan

superoksida serta memicu stress oksidatif (Johnson et al, 2003; Oparil et al, 2003;

Culleton et al, 2006; Obermayr et al, 2008). Dari sini diduga terdapat peranan

(43)

dalam memediasi respon inflamasi sistemik yang akhirnya bermuara pada

eventKV(Johnson et al, 2003; Oparil et al, 2003).

Berbagai bukti eksperimental, studi epidemiologis serta klinis juga

mendapatkan AUs sebagai faktor resiko KV yang relevan dan independen

khususnya pada pasien hipertensi, gagal jantung atau DM (Zoccali et al, 2006;

Obermayr et al, 2008).Faktor risiko mayor KV yang berhubungan dengan

peningkatan kadar AUs dijelaskan pada tabel di bawah ini(Verdecchia et al,

2000; Johnson et al, 2003)

Kelompok Mekanisme yang berhubungan

Pria dan Wanita paska menopause Estrogen bersifat urikosurik

Bangsa Afrika Amerika Belum diketahui

Hipertensi Reabsorpsi AUs meningkat pada keadaan

dimana resistensi vaskuler ginjal meningkat; penyakit mikrovaskuler mempredisposisi timbulnya iskemik jaringan yang menyebabkan peningkatan pembentukan AUs (dari pemecahan adenosin) dan berkurangnya ekskresi AUs (disebabkan kompetisi antara laktat dengan transporter urat di tubulus proksimal); beberapa kasus hipertensi HU disebabkan karena intake alkohol atau intoksikasi timbal

Gagal Jantung Kongestif ↑ aktivitas xanthine oxidase dan produksi

AUs

↓ aliran darah ginjal

Diuretik Thiazide ↓ klirens ginjal

Diuretik kuat (Loop) Hemokonsentrasi

Hipovolemia karena reabsorbsi tubulus↑

Hipertrigliseridemia Resistensi insulin seletif: ↓ insulin yang

menjadi perantara uptake glukosa dan asam lemak bebas tetapi tertahan oleh senstivitas ginjal terhadap insulin yang memediasi reabsorpsi AU

Penyakit Ginjal ↓ laju filtrasi ginjal akan ↑kadar AUs

(44)

kemudian dimetabolisme menjadi AUs

Obesitas dan DM tipe 2 Hiperinsulinemia ↑ insulin yang memediasi

reabsorpsi AU di tubulus renalis

Konsumsi alkohol ↑ pembentukan AUs dan ↓ eksresinya

Asam urat diketahui sebagai antioksidan dan mungkin sebagai antioksidan

yang penting dalam plasma dengan kontribusi sampai 60% dari seluruh aktivitas

pembersihan radikal bebas dalam serum manusia (Waring et al, 2000; Johnson et

al, 2003). Urat yakni bentuk AU yang larut dalam darah dapat menangkap

superoksida, radikal hidroksil, oksigen tunggal dan juga mempunyai kemampuan

untuk kelasilogam-logam transisi (Waring et al, 2000). Asam urat dapat

berinteraksi dengan peroxynitrit, ” suatu produk toksik yang terbentuk dari reaksi antara anion superoksida dengan nitric oxide (NO) yang dapat merusak sel

melalui proses nitrosilasi residu protein tirosin (terbentuknya nitrotirosin)”, dan

membentuk donor NO yang stabil, sehingga menyebabkan vasodilatasi dan

meminimalkan kerusakan oksidatif yang diinduksi oleh peroxynitrit tadi (Waring

et al, 2000).

Asam urat dapat mencegah degradasi extracellular superoxide dismutase (SOD3) yang merupakan enzim penting dalam mempertahankan fungsi

endoteldan vaskuler. SOD3 merupakan enzim ekstraseluler yangmengkatalisasi

reaksi anion superoksida (O2-) menjadi hidrogen peroksida (H202). Pembuangan

(O2-) oleh SOD3 mencegah reaksi dan inaktivasi (O2

-Namun demikian AUs juga bersifat prooksidatif pada kondisi tertentu,

khususnya bila antioksidan lain berada dalam kadar yang rendah (Johnson et al.,

2003). Diketahui AU dapat merangsang oksidasi Low Density Lipoprotein (ox-LDL) in vitro yang merupakan langkah kunci dalam progresifitas atherosklerosis. Efek merusak AU pada sel endotel diperkirakan melalui aktivasi leukosit dan

terdapat korelasi yang konsisten antara peningkatan konsentrasi AU dengan

marker inflamasi di sirkulasi (Culleton et al, 2006). Jadi walau mempunyai ) oleh NO, sehingga hal ini

membantu mempertahankan konsentrasi NO dan fungsi endotel dengan baik

(45)

peranan sebagai antioksidan yang signifikan, AU baik secara langsung maupun

tidak langsung dapat menyebabkan kerusakan vaskuler (Waring et al, 2000;

Obermayr et al, 2008). Mekanisme HU disfungsi vaskuler yang memicu

timbulnya atherosklerosis dan peningkatan risiko KVtertera pada gambar berikut

ini. (Waring et al, 2005).

+

+ +atau - + +

Radikal bebas

Relaksasi otot polos

Dua studi epidemiologi yang besar telah menunjukkan bahwa AU

merupakan prediktor mayor terhadap perkembangan insidensi penyakit ginjal.

Selanjutnya HU sering dihubungkan dengan insiden penyakit ginjal tahap akhir

Asam Urat

Agregasi trombosit

LDL

Perlekataan netrofil, degranulasi, inflamasi

ox-LDL

L-arginine

NO NO synthase L-citrulline

Endotel yang sehat

_

NO memerantarai disfungsi

endotel

Disfungsi Endotel

Perkembangan plak

(46)

yang lebih besar (Obermayr et al, 2008; Domrongkitchaiporn et al, 2005; Iseki et

al, 2001; Johnson et al, 2005). Efek HU yang meliputi hiperplasia sel otot

pembuluh darah, disfungsi endotel dan aktivasi sistem

renin-angiotensin-aldosteron mungkin sebagai kandidat yang menghubungkan antara hipertensi

terhadap kerusakan KV dan ginjal (Yeon et al, 1986).

Hiperurisemia dan hipertensi essensial memiliki hubungan kausatif.

Hiperurisemia sendiri dapat menyebabkan timbulnya hipertensi. Beberapa studi

eksperimental telah mendukung adanya hubungan yang kuat antara HU dengan

hipertensi dini, sebelum terjadi penyakit mikrovaskuler. Mazzali dkk (2010) telah

membuktikan adanya hubungan antara antara AU dengan tekanan darah pada

>150 remaja yang dirujuk dari klinik hipertensi anak. Penemuan ini telah

menunjukkan terjadi peningkatan kadar AUs (.>5.5 mg/dl) pada hampir 90%

remaja dengan hipertensi primer dan tidak terjadi pada hipertensi sekunder dan

subjek sehat (Mazzali, et al 2010). Mekanisme bagaimana AU dapat

menyebabkan hipertensi disajikan pada gambar berikut (Mazzali, et al 2010).

Asam Urat

CRP

Homosistein Aldosteron Timbal

Berat Badan Lahir Rendah Prematur Massa Nefron↓ Obesitas MCP-1

Vasokonstriksi dini Infalamasi intertisial

Penyakit arteriolar

Retensi Natrium

Hipertensi

Terganggunya Pressure natriuresis

CRP=C reactive protein

(47)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini bersifat observasional analitik dilakukan dengan menggunakan

metode potong lintang.

3.2Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2010 –Januari 2011(atau

sampai jumlah sampel minimum tercapai). Penelitian dilaksanakan di Poliklinik

penyakit dalam Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cut Meutia dan beberapa

puskesmas jejaring di kabupaten Aceh Utara propinsi NAD dengan persetujuan

Komisi Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera

Utara (FK USU) Medan dan instansi terkait di kabupaten Aceh Utara.

Pengambilan sampel darah dilakukan di tempat penelitian, sementara analisis

biokimiawi dilakukan dibagian penunjang penelitian di laboratorium klinik Prodia

Lhok Seumawe.

3.3 Populasi dan sampel

Populasi dan sampel ditentukan dengan syarat sebagai berikut:

3.3.1. Populasi target adalah seluruh pasien rawat jalan usia 18 – 70 tahun.

3.3.2. Populasi terjangkau adalah seluruh pasien rawat jalan usia 18-70 tahun

yangberkunjung di poliklinik penyakit dalam RSUD dan beberapa

puskesmas jejaring di kabupaten Aceh Utara provinsi NAD periode

Desember 2010 - Januari 2011.

3.3.3. Sampel penelitian ini adalah seluruh pasien rawat jalan dengan hipertensi

essensial dan normotensi suku Aceh asli usia 18-70 tahun yang berkunjung

di poliklinik penyakit dalam RSUD dan beberapa puskesmas jejaring di

(48)

Januari2011 yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak memenuhi kriteria

eksklusi.

3.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi

3.4.1.Kriteria inklusi adalah sebagai berikut:

a) Subjek hipertensi essensial dan normotensi rawat jalan suku Aceh asli usia

18 – 70 tahun yang bersedia mengikuti prosedur penelitian dari awal

hingga akhir.

3.4.2.Kriteria eksklusi adalah sebagai berikut:

a) Telah didiagnosis menderita hipertensisekunder

b) Telah didiagnosis menderita penyakit keganasan

c) Kadar kreatinin darah > 1.4 mg/dl

d) Obesitas berat (>150% berat badan ideal)

e) Menderita gagal ginjal dengan kadar kreatinin klirens < 60 ml/menit

f) Gagal jantung kronik Functional Class III-IV g) Riwayat / menderita penyakit jantung iskemik

h) DM

i) Proteinuria klinis

j) Mendapat terapi Siklosporin, Sitostatika, Pirazinamid, Ethambutol,

Aspirin dosis rendah (<2mg/hari), Diuretik (Thiazid dan Loop Diuretik)

k) Preeklamsia

l) Hipertrigliseridemia (≥ 150 mg/dl) m) Penyakit vaskuler perifer

n) Gout Arthritis

o) Tidak bersedia mengikuti penelitian

3.5 Besar sampel

n1 = n2 = + Zβ 2

(P1-P2) Dimana :

2

(49)

n2 = Jumlah sampel hipertensi essensial

Zα = Nilai baku normal dari table z yang besarnya tergantung pada nilai α yang ditentukan, untuk nilai α = 0,05 → Zα = 1,96

Zβ = Nilai baku normal dari table z yang besarnya tergantung pada nilai β yang ditentukan, untuk nilai β= 0,15 → Zβ = 1,036

P1 = Persentase hiperurisemia pada normotensi = 18%= 0,18 Q1 = 1 – P1 = 1-0,18 = 0,82.

P2 = Persentase hiperurisemia pada hipertensi = 25% = 0,25 Q2 = 1 – P2 = 1-0,25 = 0,75

P = P1 + P2 = 0,25 + 0,18 = 0,215 2 2

Q = 1-P = 1-0,215 = 0,785.

n1 = n2 = 1,96 + 1,036 2

(0,075)

= 64,7 ≈ 65 sampel 2

3.6. Teknik Sampling

Pengambilan sampel dilakukan secaranon-probability sampling dengan menggunakan teknik consecutive sampling. Caranya adalah setiap anggota populasi sumber yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak memenuhi kriteria

eksklusi akan dipilih sebagai sampel sampai jumlah sampel yang diperlukan

terpenuhi (Sastroasmoro, 2007).

3.7. Variabel penelitian

3.7.1 Variabel bebas : Hipertensi essensial 3.7.2 Variabel terikat : Hiperurisemia 3.7.3 Variabel luar

a. Variabel Terkendali :

 Umur (tahun)

Gambar

Gambar 4.1 Alur Penelitian.
Gambar 4.2 Distribusi pemakaian obat-obat anti hipertensi
Tabel 4.2 Perbandingan rerata kadar AUs pria dan wanita antara kelompok
Gambar 4.3Perbandingan rerata kadar AUs pria dan wanita antara
+7

Referensi

Dokumen terkait

Relatio ship a ta  e titias. ... Pe dekata

Sedangkan deskripsi hasil penelitian membahass tentang deskripsi faktor-faktor yang menyebabkan seorang mengalami depresi dalam menghadapi penyakit dan kenyataan hidupnya,

Segala puja dan puji syukur bagi Allah SWT, karena penulis diberi sebuah kesempatan, ketabahan, dan bimbingan serta kekuatan sehingga dapat menimba ilmu pengetahuan dan

Pelindung sepatu skateboard ialah suatu produk yang dirancang untuk aktifitas bermain skateboard dengan pendekatan dari fungsi dan eksplorasi, material produk ini

Oleh karena itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pembaca tentang bentuk penggunaan bahasa, makna, serta komponen tutur sumpah serapah,

Pada tahapan pembuatan software automasi desain, dalam tugas akhir ini menggunakan Solidworks 2011 yang di kombinasikan dengan. Visual Basic dengan meberikan

Dalam menyusun penulisan ilmiah ini penulis menetapkan batasan permasalahan yaitu mengenai perbandingan perhitungan harga jual yang dilakukan CV.Mardonuts dan perhitungan harga

Kurva standar relatif pada berbagai suhu dan waktu inkubasi Untuk mengetahui kadar progesteron yang terdapat di dalam contoh, biasanya digunakan kurva standar dimana dibuat