• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Karakteristik Ibu dan Dukungan Suami terhadap Pemeriksaan Kehamilan di Kecamatan Kuta Cot Glie Kabupaten Aceh Besar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Karakteristik Ibu dan Dukungan Suami terhadap Pemeriksaan Kehamilan di Kecamatan Kuta Cot Glie Kabupaten Aceh Besar"

Copied!
101
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KARAKTERISTIK IBU DAN DUKUNGAN SUAMI TERHADAP PEMERIKSAAN KEHAMILAN DI KECAMATAN KUTA

COT GLIE KABUPATEN ACEH BESAR

TESIS

Oleh

FITHRIANY 097032141/ IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

THE INFLUENCE OF MATERNAL CHARACTERISTICS AND HUSBAND’S SUPPORT ON THE ANTENATAL CARE

IN KUTA COT GLIE SUB DISTRICT ACEH BESAR DISTRICT

THESIS

BY

FITHRIANY 097032141/ IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

PENGARUH KARAKTERISTIK IBU DAN DUKUNGAN SUAMI TERHADAP PEMERIKSAAN KEHAMILAN DI KECAMATAN KUTA

COT GLIE KABUPATEN ACEH BESAR

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku pada Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

Oleh

FITHRIANY 097032141/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(4)

Judul Tesis : PENGARUH KARAKTERISTIK IBU DAN DUKUNGAN SUAMI TERHADAP

PEMERIKSAAN KEHAMILAN DI KECAMATAN KUTA COT GLIE KABUPATEN ACEH BESAR Nama Mahasiswa : Fithriany

Nomor Induk Mahasiswa : 097032141

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi : Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Dr.Yeni Absah, S.E, M.Si)

Ketua Anggota

(Asfriyati, S.K.M, M.Kes)

Ketua Program Studi Dekan

(Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M. Si) (Dr. Drs. Surya Utama, M.S)

(5)

Telah diuji pada

Tanggal : 18 Agustus 2011

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Yeni Absah, S.E, M.Si Anggota : 1. Asfriyati, S.K.M, M.Kes

(6)

PERNYATAAN

PENGARUH KARAKTERISTIK IBU DAN DUKUNGAN SUAMI TERHADAP PEMERIKSAAN KEHAMILAN DI KECAMATAN KUTA

COT GLIE KABUPATEN ACEH BESAR

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Medan, September 2011

(7)

ABSTRAK

Salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk memantau kemajuan kehamilan adalah dengan melakukan pemeriksaan kehamilan (antenatal care). Hasil studi pendahuluan di wilayah kerja Puskesmas Kuta Cot Glie Kabupaten Aceh Besar data tahun 2009 cakupan K4 sebesar 43,5% dan data 2010 cakupan K4 hanya 78%, masih jauh dari data cakupan yang diharapkan oleh Kementrian Kesehatan yaitu 90%.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh karakteristik ibu (paritas, usia, pekerjaan, pendidikan) dan dukungan suami (informasional, penilaian, instrumental, emosional) terhadap pemeriksaan kehamilan. Jenis penelitian adalah penelitian cross-sectional. Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Kuta Cot Glie Kabupaten Aceh Besar. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Kuta Cot Glie yang memiliki buku KIA. Jumlah sampel 74 ibu hamil, dengan teknik pengambilan sampel proportional sampling.

Analisis data menggunakan uji regresi logistik berganda pada taraf kepercayaan 95% (α<0,05).

Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh paritas, dukungan emosional dan dukungan instrumental terhadap pemeriksaan kehamilan. Tidak terdapat pengaruh usia, pendidikan, pekerjaan ibu, dukungan informasional dan dukungan penghargaan/ penilaian terhadap terhadap pemeriksaan kehamilan. Variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap pemeriksaan kehamilan adalah dukungan emosional.

Disarankan kepada pengambil kebijakan agar bekerja sama secara lintas sektor untuk peningkatan sosialisasi dan penyuluhan rutin tentang pemeriksaan kehamilan dengan mengikut sertakan suami.

(8)

ABSTRACT

One of the efforts to observe the progress of pregnancy in order to ascertain good health of the mother and the womb is by getting antenatal care. The result of the preliminary survey in working area of Health Centre Kuta at Cot Glie, Aceh Besar district showed that according to the data 2009, the coverage of K4 was 43,5% and the data 2010, the coverage of K4 was only 78% (it is still far from the expected coverage by Ministry of Health , that 90%).

This research was aimed to analyze the influence of the characteristics of the mother (parity, age, occupation, education) and husband’s support (informational, assessment, instrumental and emotional) on antenatal care. The type of the research was cross-sectional study. The research was carried out in Health Centre Kuta Cot Glie, Aceh Besar district. The population in this research were all pregnant women in Health Centre Kuta Cot Glie, Aceh Besar district with KIA book. The amount of the sample were 74 pregnant women with proportional sampling technique. Data analysis used multiple logistic regression

test with significance level of 95% ( α < 0,05).

The result of the research showed that there were influences of parity, emotional support and instrumental support on antenatal care. There was no influence of mother’s age, education, occupation, informational support and assessment/appreciation support on antenatal care. The most dominant variable influenced on antenatal care was emotional support.

It is recommended that the policy-maker should conduct cooperation in order to improve the routine socialization and counseling on the antenatal care with involve the pregnant mother’s husbands to accompany them.

(9)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa, atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini dengan judul “Pengaruh Karakteristik Ibu dan Dukungan Suami terhadap Pemeriksaan Kehamilan di Kecamatan Kuta Cot Glie Kabupaten Aceh Besar ”.

Proses penulisan tesis ini tidak terlepas dari dukungan, bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, dalam kesempatan ini izinkan penulis untuk mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhomat:

1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM & H, M.Sc (CTM), Sp.A(K) selaku Rektor Universitas Sumatera Utara dan Dr. Drs. Surya Utama, M.S selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatra Utara yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. 2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si selaku Ketua Program Studi S2 Ilmu Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara, serta seluruh jajarannya yang telah memberikan bimbingan dan dorongan selama penulis mengikuti pendidikan. 3. Dr. Yeni Absah, S.E, M.Si, selaku ketua komisi pembimbing dalam penulisan

(10)

4. dr. Heldy BZ, M.P.H sebagai komisi penguji tesis.

5. Para dosen di lingkungan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

6. Kepala Dinas Kabupaten Aceh Besar, Kepala Puskesmas Kuta Cot Glie, dan petugas kesehatan yang bertugas di wilayah Puskesmas Kuta Cot Glie.

7. Seluruh masyarakat khususnya ibu hamil di wilayah Kecamatan Kuta Cot Glie yang telah meluangkan waktunya untuk menjadi responden.

8. Kedua orang tua, suami tercinta dan anak-anak tersayang, yang telah turut memberikan doa serta kesabaran, karena kehilangan banyak waktu bersama dalam masa-masa menempuh pendidikan ini.

9. Rekan - rekan dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak memberikan bantuan moril dan materil selama mengikuti pendidikan, penelitian dan penulisan tesis.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan, sehingga saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak sangat di harapkan dan diucapkan terimakasih.

Medan, September 2010

(11)

RIWAYAT HIDUP

Fithriany, lahir pada tanggal 30 Oktober 1973 di Banda Aceh, anak pertama dari lima bersaudara dari pasangan Darwis DS dan Rosmani.

Pendidikan formal penulis dimulai dari pendidikan di Sekolah Dasar Negeri (SDN) No 51 Banda Aceh pada tahun 1980 dan diselesaikan pada tahun 1986, Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) No 5 Banda Aceh pada tahun 1986 dan selesai pada tahun 1989, Sekolah Perawat Kesehatan (SPK Depkes RI Banda Aceh) pada tahun 1989 dan diselesaikan pada tahun 1992, Program Pendidikan Bidan A/ DI (PPB A Depkes RI Banda Aceh) pada tahun 1992, dan diselesaikan pada tahun 1993, Akademi kebidanan (DIII bidan Depkes RI Banda Aceh) pada tahun 1997, diselesaikan pada tahun 2000, Diploma IV Bidan Pendidik (D IV) di Fakultas Kedokteran Umum Universitas Gadjah Mada pada tahun 2005, diselesaikan pada tahun 2006, Strata Dua (S2) di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara dengan Minat Studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku pada tahun 2009.

(12)

DAFTAR ISI

2.1. Pemeriksaan kehamilan ... 10

2.2. Teori dukungan ... 15

3.5. Variabel dan Definisi Operasional ... 36

3.6. Metode Pengukuran ... 38

3.7. Metode Analisis Data ... 40

BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 40

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 40

4.2. Analisis Univariat ... 44

4.3. Analisi Bivariat ... 53

(13)

BAB 5. PEMBAHASAN ... 62

5.1. Pengaruh Karakteristik Ibu terhadap Pemeriksaan Kehamilan 62

5.1.1. Pengaruh Paritas terhadap Pemeriksaan Kehamilan... 62

5.1.2.Pengaruh Usia terhadap Pemeriksaan Kehamilan ... 63

5.1.3. Pengaruh Pendidikan terhadap Pemeriksaan kehamilan . 65 5.1.4. Pengaruh Pekerjaan terhadap Pemeriksaan Kehamilan .. 67

5.2. Pengaruh Dukungan Suami terhadap Pemeriksaa Kehamilan . 68 5.2.1.Pengaruh Dukungan Informasi terhadap Pemeriksaan Kehamilan ... 68

5.2.2.Pengaruh Dukungan Penilaian/ Penghargaan terhadap PemeriksaanKehamilan……….. 70

5.2.3.Pengaruh Dukungan Intrumental terhadap Pemeriksaan Kehamilan……….. 71

5.2.4.Pengaruh Dukungan emosional terhadap Pemeriksaan kehamilan………... 73

5.3. Keterbatasan Penelitian……… 75

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ………... 76

6.1. Kesimpulan……….. 76

6.2. Saran……….... 76

DAFTAR PUSTAKA ... 78

(14)

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

3.1. Jumlah Ibu Hamil yang Menjadi Responden ... 33 4.1. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur di Kecamatan Kuta Cot

Glie ... 41 4.2. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Kecamatan Kuta Cot

Glie ... 41 4.3. Jenis dan Jumlah Tenaga Kesehatan di Puskesmas Kuta Cot Glie

Kabupaten Aceh Besar………. 42 4.4. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di Kecamatan Kuta Cot

Glie Kabupaten Aceh Besar ... 44 4.5. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pemeriksaan Kehamilan

di Kecamatan Kuta Cot Glie Kab Aceh Besar……….. .. 45 4.6. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik Ibu Di Keca matan Kuta Cot Glie Kabupaten Aceh Besar... ... 46 4.7. Distribusi Responden Berdasarkan Indikator Dukungan Informasional

Terhadap Pemeriksaan Kehamilan di Kecamatan Kuta Cot Glie Kabu-

paten Aceh Besar………. 47 4.8. Distribusi Responden Berdasarkan Dukungan Informasional terhadap

Pemeriksaan Kehamilan di Kecamatan Kuta Cot Glie Kabupaten Aceh

Besar……… 48

4.9. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Indikator Dukungan Penilaian terhadap Pemeriksaan Kehamilan di Kecamatan Kuta Cot

Glie Kabupaten Aceh Besar………. ... 49 4.10. Distribusi Responden Berdasarkan Dukungan Penilaian terhadap Pe

meriksaan Kehamilan di Kecamatan Kuta Cot Glie Kabupaten Aceh

(15)

4.11. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Indikator Dukungan Instrumental terhadap Pemeriksaan Kehamilan di Kecamatan Kuta

Cot Glie Kabupaten Aceh Besar……… . 50

4.12. Distribusi Responden Berdasarkan Dukungan Instrumental terhadap Pe meriksaan Kehamilan di Kecamatan Kuta Cot Glie Kabupaten Aceh Besar……… 51

4.13. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Indikator Dukungan Emosional terhadap Pemeriksaan Kehamilan di Kecamatan Kuta Cot Glie Kabupaten Aceh Besar ... 52

4.14. Distribusi Responden Berdasarkan Dukungan Emosional terhadap Pe meriksaan Kehamilan di Kecamatan Kuta Cot Glie Kabupaten Aceh Besar……… 53

4.15. Hubungan Paritas Ibu dengan Pemeriksaan Kehamilan ... 54

4.16. Hubungan Usia dengan Pemeriksaan Kehamilan ... 54

4.17. Hubungan Pendidikan dengan Pemeriksaan Kehamilan... 55

4.18. Hubungan Pekerjaan dengan Pemeriksaan Kehamilan... 56

4.19. Hubungan Dukungan Informasional dengan Pemeriksaan Kehamilan... 56

4.20. Hubungan Dukungan Penghargaan dengan Pemeriksaan Kehamilan... 57

4.21. Hubungan Dukungan Instrumental dengan Pemeriksaan Kehamilan.... 58

4.22. Hubungan Dukungan Emosional dengan Pemeriksaan Kehamilan... 59

(16)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Halaman

1. Pernyataan Menjadi Responden ... 84

2. Kuesioner Penelitian ... 85

3. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 88

4. Hasil Output Statistik ... ... 94

5. Surat Keterangan Izin Penelitian ... ... 118

(18)

ABSTRAK

Salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk memantau kemajuan kehamilan adalah dengan melakukan pemeriksaan kehamilan (antenatal care). Hasil studi pendahuluan di wilayah kerja Puskesmas Kuta Cot Glie Kabupaten Aceh Besar data tahun 2009 cakupan K4 sebesar 43,5% dan data 2010 cakupan K4 hanya 78%, masih jauh dari data cakupan yang diharapkan oleh Kementrian Kesehatan yaitu 90%.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh karakteristik ibu (paritas, usia, pekerjaan, pendidikan) dan dukungan suami (informasional, penilaian, instrumental, emosional) terhadap pemeriksaan kehamilan. Jenis penelitian adalah penelitian cross-sectional. Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Kuta Cot Glie Kabupaten Aceh Besar. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Kuta Cot Glie yang memiliki buku KIA. Jumlah sampel 74 ibu hamil, dengan teknik pengambilan sampel proportional sampling.

Analisis data menggunakan uji regresi logistik berganda pada taraf kepercayaan 95% (α<0,05).

Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh paritas, dukungan emosional dan dukungan instrumental terhadap pemeriksaan kehamilan. Tidak terdapat pengaruh usia, pendidikan, pekerjaan ibu, dukungan informasional dan dukungan penghargaan/ penilaian terhadap terhadap pemeriksaan kehamilan. Variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap pemeriksaan kehamilan adalah dukungan emosional.

Disarankan kepada pengambil kebijakan agar bekerja sama secara lintas sektor untuk peningkatan sosialisasi dan penyuluhan rutin tentang pemeriksaan kehamilan dengan mengikut sertakan suami.

(19)

ABSTRACT

One of the efforts to observe the progress of pregnancy in order to ascertain good health of the mother and the womb is by getting antenatal care. The result of the preliminary survey in working area of Health Centre Kuta at Cot Glie, Aceh Besar district showed that according to the data 2009, the coverage of K4 was 43,5% and the data 2010, the coverage of K4 was only 78% (it is still far from the expected coverage by Ministry of Health , that 90%).

This research was aimed to analyze the influence of the characteristics of the mother (parity, age, occupation, education) and husband’s support (informational, assessment, instrumental and emotional) on antenatal care. The type of the research was cross-sectional study. The research was carried out in Health Centre Kuta Cot Glie, Aceh Besar district. The population in this research were all pregnant women in Health Centre Kuta Cot Glie, Aceh Besar district with KIA book. The amount of the sample were 74 pregnant women with proportional sampling technique. Data analysis used multiple logistic regression

test with significance level of 95% ( α < 0,05).

The result of the research showed that there were influences of parity, emotional support and instrumental support on antenatal care. There was no influence of mother’s age, education, occupation, informational support and assessment/appreciation support on antenatal care. The most dominant variable influenced on antenatal care was emotional support.

It is recommended that the policy-maker should conduct cooperation in order to improve the routine socialization and counseling on the antenatal care with involve the pregnant mother’s husbands to accompany them.

(20)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indikator keberhasilan pembangunan kesehatan dapat dilihat dari peningkatan atau penurunan derajat kesehatan. Salah satu indikator derajat kesehatan tersebut adalah Angka Kematian Ibu (AKI). Persoalan kematian yang terjadi disebabkan oleh pendarahan, eklamsi, aborsi, dan infeksi. Selain masalah medis, tingginya kematian ibu juga karena pemberdayaan perempuan yang kurang baik, latar belakang pendidikan perempuan, masalah ketidaksetaraan gender, nilai budaya, perekonomian serta rendahnya perhatian laki-laki terhadap ibu hamil dan melahirkan. Oleh karena itu, pandangan yang menganggap kehamilan adalah peristiwa alamiah perlu diubah secara sosiokultural. Sangat diperlukan upaya peningkatan pelayanan perawatan ibu hamil baik oleh pemerintah, swasta, maupun masyarakat terutama suami.

(21)

Menurut Profil kesehatan Indonesia (2010), AKI di Indonesia menunjukkan penurunan dari tahun 1994 yaitu 394/ 100.000 Kelahiran Hidup (KH) sampai dengan 2007 yaitu 228/ 100.000 KH, dapat dilihat pada grafik dibawah ini.

Gambar 1.1 Grafik Angka Kematian Ibu per 100.000KH di Indonesia tahun 1994 – 2007

Sumber: BPS 2008

Walaupun sudah terjadi penurunan AKI di Indonesia, namun angka tersebut masih menempatkan Indonesia pada peringkat 12 dari 18 negara ASEAN dan SEARO (South East Asia Region, yaitu: Bangladesh, Bhutan, Korea Utara, India, Maladewa, Myanmar, Nepal, Timor Leste, dan lain-lain ).

(22)

(perdarahan, infeksi dan eklamsi), dan non medis (faktor ekonomi, sosial budaya) yaitu dari masyarakat. (Profil Dinkes Prov Aceh, 2009).

Menurut YPKP (Yayasan Pendidikan Kesehatan Perempuan) (2006), ada dua penyebab kematian ibu yaitu penyebab langsung dan penyebab tidak langsung. Penyebab langsung mempunyai persentase terbesar di seluruh dunia mencapai 70%, sedangkan di negara berkembang berkisar 95%. Di Indonesia lebih dari 90% kematian ibu disebabkan oleh penyebab langsung (perdarahan, infeksi dan eklamsi); persalinan lama (lebih dari 12 jam); dan aborsi tidak aman. Perdarahan merupakan penyebab terbesar terjadinya kematian ibu di seluruh dunia (25%), infeksi/ sepsis

(15%), aborsi tidak aman (13%), eklamsi (12%) dan persalinan obstruksi (8%). Selanjutnya menurut Roeshadi (2006), di Indonesia kematian maternal sering kali berkaitan dengan faktor keterlambatan yaitu: terlambat memutuskan untuk mencari pelayanan, terlambat mencapai fasilitas kesehatan, dan terlambat menerima pelayanan yang adekuat. Pada terlambat pertama dan kedua, yang sering kali juga sebagai faktor terbanyak, peran pengambil keputusan menjadi penting baik keputusan kapan harus mendapat pertolongan atau keputusan dalam memilih tenaga penolong.

(23)

pesan yaitu: akses terhadap pelayanan oleh tenaga terampil, akses terhadap pelayanan rujukan jika terjadi komplikasi dan pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganan komplikasi terhadap keguguran (Dinkes, 2007).

Pesan pertama yaitu akses terhadap pelayanan oleh tenaga terampil, diharapkan semua ibu hamil dan bersalin ditolong oleh tenaga kesehatan. Pelayanan kesehatan pada ibu-ibu hamil meliputi pelayanan antenatal di semua fasilitas pelayanan dengan mutu sesuai standar. Pesan kedua setiap komplikasi obstetri dan neonatal mendapat pelayanan yang adekuat, sehingga setiap ibu hamil harus berada sedekat mungkin pada sarana pelayanan yang mampu PONED (Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Dasar).

Salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk memantau kemajuan kehamilan sehingga dapat dipastikan kesehatan ibu dan janin, maka perlu dilakukan pemeriksaan kehamilan (antenatal care). Pemeriksaan kehamilan minimal 4 kali selama kehamilan dapat diketahui secara dini adanya kelainan atau komplikasi yang menyertai kehamilan, sehingga penanganan dapat dilakukan dengan tepat dan mencegah kematian ibu dan janin (Saifuddin, 2002).

(24)

kebangsaan dan sosial ekonomi. Wanita dengan buta huruf memiliki tingkat pemeriksaan kehamilan yang lebih rendah dari pada yang tidak buta huruf (Cui dkk 2005).

Simkhada dkk (2008), berpendapat bahwa faktor-faktor yang memengaruhi wanita dalam melakukan pemeriksaan kehamilan adalah: pendidikan ibu, pendidikan suami, status perkawinan, ketersediaan sarana kesehatan, biaya, pendapatan rumah tangga, pekerjaan perempuan, paparan media dan memiliki riwayat komplikasi obstetri. Kepercayaan budaya dan ide-ide tentang kehamilan juga memiliki pengaruh pada penggunaan pelayanan antenatal. Paritas memiliki efek negatif secara statistik signifikan terhadap kehadiran memadai. Perempuan paritas lebih tinggi cenderung kurang menggunakan pelayanan antenatal, ada hubungan usia perempuan dengan kunjungan antenatal.

Dukungan suami merupakan bentuk peran serta suami dan hubungan baik yang memberi kontribusi penting bagi kesehatan. Adanya kehadiran orang terdekat dapat mempengaruhi emosional atau efek perilaku bagi ibu dalam menerima kehamilan serta akses terhadap pelayanan kesehatan (Salmah dkk, 2007)

(25)

Laki-laki sebagai suami ikut berperan dalam kehidupan dan kesehatan isterinya. Suami memainkan peran kunci selama masa kehamilan dan persalinan serta setelah bayi lahir. Keputusan dan tindakan mereka berpengaruh terhadap kesakitan dan kesehatan, kehidupan dan kematian ibu dan bayinya. Suami seharusnya menemani istrinya konsultasi sehingga suami juga dapat belajar mengenai gejala dan tanda-tanda komplikasi kehamilan, gizi yang baik dan istirahat yang cukup bagi ibu selama masa kehamilan (Lucianawaty, 2008).

Menurut Swasono (1998), sebagian besar masyarakat masih menganut pandangan bahwa kematian pada saat kehamilan dan persalinan adalah hal yang normal dan tidak dapat dihindari, bahkan kematiannya dianggap mati syahid yang membuat ibu akan masuk surga. Bahkan dianggap kodrat yang sudah seharusnya ditanggung oleh perempuan itu sendiri. Hal ini yang mengakibatkan kurangnya penanganan dan dukungan dari suami. Mulyadin (2008), mengatakan bahwa anggapan tersebut juga dianut oleh sebagian besar masyarakat Aceh.

Bentuk kepedulian dan keterlibatan suami dalam menjaga kehamilan isterinya itu dimanifestasikan dalam tindakan-tindakan seperti memerhatikan gizi/makanan ibu hamil, memeriksakan kehamilan sejak dini, menjaga kesehatan fisik dan mental ibu, berdoa kepada Tuhan, mengusahakan agar persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan dan mengikuti tradisi (Beni, 2000).

(26)

mengantar istri yang sedang hamil ke kondisi sempurna sehingga tercapainya kesejahteraan ibu dan anak yang optimal.

Angka cakupan K4 Kabupaten Aceh Besar selama empat tahun berturut-turut yaitu tahun 2006 adalah 75,9%, tahun 2007 adalah 73,6%, tahun 2008 adalah 79,9% (Profil Dinkes NAD, 2009). Walau angka tersebut hampir mendekati target yang yang diharapkan ( 90% target MDGs pada tahu 2015), namun angka itu adalah angka rata-rata dari seluruh wilayah di Aceh Besar. Masih terdapat beberapa kecamatan yang angka cakupan K4 nya masih ketinggalan jauh, seperti wilayah kerja Puskesmas Kuta Kuta Cot Glie

Hasil studi pendahuluan di wilayah kerja Puskesmas Kuta Cot Glie Kabupaten Aceh Besar data tahun 2009 cakupan K4 sebesar 43,5% dan data 2010 cakupan K4 hanya 78% (masih jauh dari data cakupan yang diharapkan oleh Departemen Kesehatan yaitu 90%). Dari beberapa orang bidan di desa yang cakupan K4 nya masih kurang menyatakan bahwa ibu-ibu hamil tersebut tidak mau datang ke Puskesmas atau Polindes untuk memeriksakan kehamilannya.

(27)

mengantar istri periksa hamil. Sebagian besar dari ibu hamil yang diperiksa di puskesmas dan polindes hanya datang sendiri tanpa ditemani oleh suami atau anggota keluarga lainnya. Dengan menemani istri setiap kali periksakan hamil, suami mendapatkan informasi yang sangat penting bagi kehamilan, sehingga suami dapat memberikan dukungan kepada istri yang sedang hamil, yang pada kenyataannya tidak dilakukan oleh sebagian besar para suami di wilayah kerja Puskesmas Kuta Cot Glie.

Dari fenomena tersebut terlihat bahwa ada masalah yang memengaruhi ibu hamil tidak memeriksakan kehamilannya, sehingga perlu dilakukan penelitian pengaruh karakteristik ibu dan dukungan suami terhadap pemeriksaan kehamilan di wilayah kerja Puskesmas Kuta Cot Glie kabupaten Aceh Besar tahun 2011.

1.2. Permasalahan

Masih rendahnya cakupan K4 di wilayah kerja Puskesmas Kuta Cot Glie sehingga perlu dilakukan penelitian “Bagaimanakah Pengaruh Karakteristik ibu (Paritas, Usia, Pekerjaan, Pendidikan) dan Dukungan Suami (Informasional, Penilaian, Instrumental, Emosional) Terhadap Pemeriksaan kehamilan di wilayah kerja Puskesmas Kuta Cot Glie Kabupaten Aceh Besar tahun 2011.”

1.3. Tujuan Penelitian

(28)

1.4. Hipotesis

Ada pengaruh karakteristik ibu (paritas, usia, pekerjaan, pendidikan) dan dukungan suami (informasional, penilaian, instrumental, emosional) terhadap pemeriksaan kehamilan di wilayah kerja Puskesmas Kuta Cot Glie Kabupaten Aceh Besar tahun 2011.

1.5. Manfaat Penelitian

1. Bagi pengambil kebijakan hasil penelitian ini dapat memberikan masukan dan informasi tentang pengaruh karakteristik ibu dan dukungan suami terhadap kelengkapan pemeriksaan kehamilan sehingga dapat memberikan kontribusi positif untuk meningkatkan cakupan K4 dan menurunkan angka kematian ibu. 2. Sebagai masukan bagi masyarakat untuk meningkatkan dukungan suami dalam

upaya peningkatan kunjungan pemeriksaan kehamilan.

(29)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Pemeriksaan Kehamilan

2.1.1. Pengertian Pemeriksaan Kehamilan

Pemeriksaan kehamilan atau yang lebih sering disebut antenatal care adalah kegiatan yang diberikan untuk ibu sebelum melahirkan atau dalam masa kehamilan. Pemeliharaan kehamilan merupakan suatu upaya yang dilakukan dalam pemeliharaan terhadap kesehatan ibu dan kandungannya. Asuhan kehamilan ini diperlukan karena walaupun pada umumnya kehamilan berkembang dengan normal dan menghasilkan kelahiran bayi yang sehat cukup bulan melalui jalan lahir, namun kadang-kadang tidak sesuai dengan yang diharapkan. Sulit diketahui sebelumnya bahwa kehamilan akan menjadi masalah (Saifuddin, 2001).

Pemeriksaan kehamilan sebaiknya dilakukan paling sedikit empat kali selama kehamilan yaitu: satu kali pada trimester pertama, satu kali pada trimester ke dua, dan dua kali pada trimester tiga. Pemeriksaan pertama dilakukan segera setelah diketahui terlambat haid (Saifuddin, 2001).

2.1.2. TujuanPemeriksaan Kehamilan

Menurut Saifuddin (2002), pemeriksaan kehamilan atau antenatal care bertujuan untuk :

(30)

2) Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan sosial ibu dan bayi.

3) Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan.

4) Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.

5) Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan penberian ASI eksklusif.

6) Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal.

2.1.3. Cakupan Asuhan Kehamilan

Pelayanan selama kehamilan (antenatal) merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan profesional (dokter spesialis kebidanan dan kandungan, dokter umum, bidan dan perawat) kepada ibu hamil selama kehamilannya sesuai pedoman pelayanan kehamilan yang ada dengan titik berat pada kegiatan promotif dan preventif (Profil Dinkes NAD, 2008).

(31)

serta paling sedikit empat kali kunjungan dengan distribusi sekali pada trimester pertama, sekali pada trisemester kedua dan dua kali pada trisemester ketiga, angka ini digunakan untuk melihat kualitas pelayanan kesehatan kepada ibu hamil. Data dari Dinkes Provinsi Aceh pada tahun 2006 cakupan K4 adalah 73,62% dan pada tahun 2007 75,92%, dan Kabupaten Aceh Besar adalah 83,5% (Profil Dinkes NAD, 2008).

Dalam rangka program pelayanan selama hamil dalam penilaian untuk menentukan prioritas digunakan empat indikator, yaitu cakupan kunjungan baru ibu hamil (K1), cakupan kunjungan ibu hamil yang keempat (K4), cakupan imunisasi TT2 dan cakupan pemberian Fe 90 tablet pada ibu selama hamil (Manuaba,1999).

Menurut Saifuddin (2002), agar ibu mendapatkan semua informasi yang diperlukan, maka petugas kesehatan akan memberikan asuhan antenatal yang baik dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Sapa ibu juga keluarga dan membuatnya merasa nyaman.

2) Mendapatkan riwayat kehamilan ibu dan mendengarkan dengan teliti apa yang diceritakan oleh ibu.

3) Melakukan pemeriksaan fisik seperlunya saja. 4) Melakukan pemeriksaan laboratorium.

5) Melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan laboratorium untuk menilai apakah kehamilannya normal (tekanan darah dibawah 140/90mmHg, edema hanya pada

(32)

6) Membantu ibu dan keluarganya untuk mempersiapkan kelahiran dan kemungkinan keadaan darurat:

a. bekerja sama dengan ibu, keluarganya, serta masyarakat untuk mempersiapkan rencana kelahiran, termasuk mengidentifikasi penolong dan tempat bersalin, serta perencanaan tabungan untuk mempersiapkan biaya persalinan.

b. bekerja sama dengan dengan ibu, keluarganya dan masyarakat untuk mempersiapkan rencana jika terjadi komplikasi, termasuk mengidentifikasi kemana harus pergi dan transportasi untuk mencapai tempat tersebut, mempersiapkan donor darah, mengadakan persiapan finansial dan mengidentifikasi pembuat keputusan kedua jika pembuat keputusan pertama tidak ada ditempat.

7) Memberikan konseling: gizi yaitu peningkatan konsumsi makanan hingga 300 kalori perhari dan mengkonsumsi makanan seimbang, latihan yang tidak berlebihan dan beristirahat jika lelah, perubahan fisiologis yang terjadi dan cara mengatasinya, menasehati agar mencari pertolongan segera bila mengalami tanda-tanda bahaya.

8) Merencanakan dan mempersiapkan kelahiran yang bersih dan aman dirumah. 9) Menjaga kebersihan diri.

10) Memberikan zat besi 90 hari mulai minggu ke 20.

(33)

13) Mendokumentasikan kunjungan tersebut.

2.2. Teori Dukungan 2.2.1. Dukungan Sosial

Green dan Kreuter dalam Notoatmodjo (2007), berpendapat perilaku seseorang dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu: 1) faktor-faktor predisposisi (predisposing factors) meliputi pengetahuan, pendidikan, kepercayaan, nilai dan sikap terhadap pelayanan kesehatan; 2) faktor-faktor pendukung (enabling factors) terwujud dalam bentuk fasilitas pelayanan kesehatan dan jarak tempuh kefasilitas kesehatan; 3) faktor-faktor pendorong (reinforcing factors) terwujud dalam sikap, perilaku orang lain yang mendukung seperti petugas kesehatan, tokoh masyarakat dan keluarga yang merupakan kelompok referensi.

Dukungan adalah menyediakan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan orang lain. Dukungan juga dapat diartikan sebagai memberikan dorongan/motivasi atau semangat dan nasihat kepada orang lain dalam situasi pembuat keputusan (Chaplin, 2006).

(34)

sekerja dan keluarga, termasuk suami-istri dan anggota keluarga tidak kalah perannya walau hanya dalam bentuk dukungan emosional.

Gottlieb dalam Koentjoro (2002), berpendapat dukungan sosial terdiri dari informasi atau nasehat verbal dan non verbal, bantuan nyata, atau tindakan yang diberikan oleh keakraban sosial atau dapat dikatakan karena adanya kehadiran mereka mempunyai manfaat emosional atau efek perilaku bagi pihak penerimanya. Dukungan suami masuk didalam lingkup dukungan sosial, dimana yang dimaksud dari dukungan sosial adalah bentuk dukungan dan hubungan yang baik untuk memberikan kontribusi penting pada kesehatan. Dukungan sosial yang dibutuhkan adalah berupa dukungan secara emosional yang mendasari tindakan. Hal tersebut akan membuat orang merasa diperhatikan, dicintai, dimuliakan dan dihargai.

Dukungan suami yang dimaksud dalam penelitian ini adalah dukungan baik fisik maupun psikologis yang diberikan suami terhadap istri. Suami ada pada saat dibutuhkan dan dapat memberikan bantuan kepada istri. Dukungan sosial antara lain bersumber dari suami, anak, saudara kandung, orang tua, rekan kerja, kerabat juga tetangga (Cohen & Syme, 1985).

(35)

seberapa berat suatu peristiwa yang terjadi dalam hidup yang bias memengaruhi pilihan dalam upaya penanggulangan. Dukungan sosial berdampak langsung terhadap perilaku kesehatan.

2.2. 2. Dukungan Suami

Menurut Henderson (2005) ada beberapa faktor yang berperan dalam

meningkatkan kemampuan wanita dalam beradaptasi terhadap kehamilan, misalnya lingkungan sosial, dukungan sosial dan dukungan dari pemberi asuhan. Dukungan yang diberikan oleh suami dan keluarga dapat memengaruhi persepsi terhadap kehamilan dan memengaruhi tingkat kecemasan dan mekanisme koping yang ibu alami.

Cohen et al., (1985) mendefinisikan dukungan sosial adalah bentuk hubungan sosial meliputi emotional, informational, instrumental dan appraisal. Secara rinci dijabarkan sebagai berikut:

1. Emotional yang dimaksud adalah rasa empati, cinta dan kepercayaan dari orang lain terutama suami sebagai motivasi.

2. Informational adalah dukungan yang berupa informasi, menambah pengetahuan seseorang dalam mencari jalan keluar atau memecahkan masalah seperti nasehat atau pengarahan.

(36)

4. Appraisal berupa pemberian penghargaan atas usaha yang dilakukan, memberikan umpan balik mengenai hasil atau prestasi yang dicapai serta memperkuat dan meninggikan perasaan harga diri dan kepercayaan akan kemampuan individu.

Empat jenis perilaku atau tindakan yang mendukung (Heaney and Israel, 2008, Friedman, 1997) yaitu:

1. Dukungan informasi (informational), dalam hal ini keluarga memberikan informasi, penjelasan tentang situasi dan segala sesuatu yang berhubungan dengan masalah yang sedang dihadapi oleh seseorang. Mengatasi permasalahan dapat digunakan seseorang dengan memberikan nasehat, anjuran, petunjuk dan masukan. 2. Dukungan penilaian (appraisal) yaitu: keluarga berfungsi sebagai pemberi umpan balik yang positif, menengahi penyelesaian masalah yang merupakan suatu sumber dan pengakuan identitas anggota keluarga. Keberadaan informasi yang bermanfaat dengan tujuan penilaian diri serta penguatan (pembenaran).

3. Dukungan instrumental (instrumental) yaitu: keluarga merupakan suatu sumber bantuan yang praktis dan konkrit. Bantuan mencakup memberikan bantuan yang nyata dan pelayanan yang diberikan secara langsung bisa membantu seseorang yang membutuhkan.

4. Dukungan emosional (emotional) yaitu: keluarga berfungsi sebagai suatu tempat berteduh dan beristirahat, yang berpengaruh terhadap ketenangan emosional, mencakup pemberian empati, dengan mendengarkan keluhan, menunjukkan kasih

(37)

sayang, kepercayaan, dan perhatian. Dukungan emosional akan membuat seseorang merasa lebih dihargai, nyaman, aman dan disayangi.

Menurut Sarason dan Sarason (1997), ada tiga cara untuk mengukur besarnya dukungan sosial, yaitu pesceived social support, social embeddnes, dan enected support. Ketiganya tidak memiliki korelasi yang signifikan antara satu dengan yang lain dan masing-masing berdiri sendiri, yaitu:

1. Perceived social support; cara pengukuran ini berdasarkan pada perilaku subjektif yang dirasakan individu mengenai tingkah laku orang disekitarnya, apakah memberikan dukungan atau tidak.

2. Social embeddnes; cara pengukuran ini berdasarkan ada atau tidaknya hubungan antara individu dengan orang lain sekitarnya. Fokus pengukuran ini tidak melihat pada kualitas dan keadekuatan, tetapi hanya melihat jumlah orang yang berhubungan dengan individu.

3. Enacted support; cara pengukuran ini memfokuskan pada seberapa sering perilaku dari orang sekitar individu yang dapat digolongkan kedalam pemberian dukungan sosial tanpa melihat adanya persepsi akan dukungan sosial yang diterima individu.

(38)

2.2.3 Bentuk Dukungan Suami terhadap Pemeriksaan Kehamilan

Memeriksakan kehamilan sejak dini dalam hal ini suami dapat mendukung isterinya agar mendapatkan pelayanan antenatal yang baik, menyediakan transportasi atau dana untuk biaya konsultasi. Suami seharusnya menemani istrinya konsultasi, sehingga suami dapat belajar mengenai gejala dan tanda-tanda komplikasi kehamilan. Kematian ibu dapat dicegah bila suami dapat mengenal komplikasi-komplikasi potensial dan selalu siaga untuk mencari pertolongan bila hal itu terjadi (Beni, 2000).

Menurut Prianggoro (2008), dengan menemani isteri pada saat pemeriksaan kehamilan, suami akan lebih banyak mendapatkan informasi sehingga lebih siap menghadapi kehamilan dan persalinan isterinya. Selain itu isteri juga lebih merasa aman dan nyaman diperiksa bila ditemani suaminya.

Suami seseorang yang terdekat dengan isteri, suami dianggap paling memahami kebutuhan isteri. Saat hamil seorang wanita mengalami perubahan baik fisik maupun mental. Suami sebaiknya memahami perubahan ini dan dapat lebih bersabar. Suami diharapkan tidak terlalu cemas agar tidak memengaruhi kondisi emosi isteri (Mansur, 2009).

Menurut Beni (2000), suami dapat membantu merencanakan kelahiran oleh tenaga bidan terlatih dan menyiapkan dana untuk persiapan biaya kelahiran. Suami juga dapat menyusun waktu yang tepat untuk menyediakan transportasi dan bahan-bahan yang diperlukan.

(39)

dapat berjalan dengan aman. Untuk itu suami perlu diberikan pengetahuan mengenai persiapan persalinan yang meliputi komponen pembuatan rencana persalinan (tempat, tenaga penolong, transportasi, siapa yang menemani ibu bersalin, biaya, siapa yang menjaga keluarganya yang lain) dan membuat rencana siapa pembuat keputusan utama jika terjadi kegawatdaruratan dan siapa pembuat keputusan bila pembuat keputusan utama tidak ada (Admin, 2008).

Suami dapat merencanakan kapan dan dimana persalinan dilakukan sehingga tidak terjadi keterlambatan dalam memperoleh pertolongan persalinan. Sehingga perlu dipersiapan kendaraan, bahan-bahan yang dibutuhkan untuk persalinan dan biaya.

Partisipasi dan tanggung jawab suami baik secara langsung maupun tidak langsung dalam asuhan kehamilan saat ini masih rendah. Kehamilan merupakan suatu peristiwa yang luar biasa dan merupakan anugrah Tuhan YME, maka sebuah kehamilan perlu mendapat perhatian khusus dari ibu sendiri, suami dan keluarga yang lain. Partisipasi suami sangat dibutuhkan untuk dukungan psikis, fisik, sosial dan spiritual. Partisipasi dalam asuhan kehamilan ini merupakan refleksi dari peran suami dalam keluarga (BKKBN, 2003).

2.3. Karakteristik Ibu.

(40)

karakteristik adalah ciri-ciri khusus yang mempunyai sifat yang khas sesuai dengan watak yang dimiliki seseorang.

Menurut Freud dalam Soedarsono (2008) karakteristik adalah kumpulan tata nilai yang terwujud dalam suatu sistem daya dorong yang melandasi pemikiran, sikap dan perilaku, yang akan ditampilkan secara mantap. Karakteristik merupakan aktualisasi diri seseorang potensi dari dalam dan internalisasi nilai-nilai yang terpatri dalam diri seseorang melalui pendidikan, percobaan, pengorbanan dan pengaruh lingkungan, menjadi nilai yang intrinsik yang melandasi sikap dan perilaku. Notoadmodjo (2003) mengatakan bahwa karakteristik seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh pendidikan, pekerjaan, umur, sikap perilaku, etnis, jenis kelamin, pendapatan dan spiritual (keyakinan).

Menurut Teddy (2008) terdapat 2 karakteristik yang memengaruhi individu dan perilakunya yaitu:

1. Karakteristik lingkungan terdiri dari budaya, kelas sosial, keluarga dan situasi. 2. Karakteristik individu terdiri dari motivasi dan keterlibatan, pengetahuan, sikap,

kepribadian, gaya hidup dan demografi (umur, jenis kelamin, suku, agama, status perkawinan, jumlah anak, pendidikan, pekerjaan dan pendapatan).

(41)

pelayanan antenatal. Paritas secara statistik memiliki efek negatif yang signifikan terhadap kehadiran memadai. Sementara perempuan paritas lebih tinggi cenderung menggunakan pelayanan antenatal kurang, ada interaksi usia perempuan dengan kunjungan antenatal (Simkhada et al., 2008). Pendapat yang hampir sama dikemukakan oleh Cui et al., (2005) faktor-faktor yang memengaruhi pemeriksaan kehamilan adalah usia ibu, pendidikan, kebangsaan dan sosial ekonomi.

2.3.1. Paritas

Menurut Wiknjosastro dkk, (2002) paritas ke 2-3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut kematian maternal. Paritas 1 dan paritas lebih dari 3 (paritas tinggi) mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi. Lebih tinggi paritas, lebih tinggi kematian maternal.

Selanjutnya Swenson et al., (1993) berpendapat, wanita dengan paritas tinggi cenderung kurang memanfaatkan perawatan kehamilan, ibu paritas tinggi lebih percaya diri tentang kehamilannya dan merasa kurang perlu untuk melakukan perawatan kehamilan. Paritas lebih tinggi pada umumnya merupakan penghalang untuk menggunakan pelayanan ANC (Overbosch et al, 2004).

2.3.2. Usia

(42)

Usia < 20 tahun dan > 35 tahun meningkatkan risiko komplikasi obstetri juga peningkatan kesakitan dan kematian perinatal. Pada kehamilan > 35 tahun juga berpengaruh untuk terjadi abnormalitas persalinan. Umur meningkatkan angka kematian maternal (Cuningham et al., 2005)

Penelitian Matthews et al (2001), mayoritas perempuan dalam usia tiga puluhan melakukan pemeriksaan kehamilan awal dan lebih sering daripada remaja dan wanita yang lebih tua. Penelitian Mathole et al (2004), juga menunjukkan bahwa perempuan di bawah 35 tahun lebih sering melakukan kunjungan ke klinik untuk meyakinkan bahwa bayi mereka tumbuh, sedangkan wanita yang lebih tua yang tidak mengalami masalah, tidak peduli mereka menganggap hal tersebut hal biasa.

2.3.3. Pendidikan

Status Pendidikan seseorang akan memengaruhi seseorang dalam menggunakan pelayanan kesehatan. Banyak penelitian yang menyatakan bahwa penggunaan layanan kesehatan meningkat seiring dengan peningkatan jenjang pendidikan. Peningkatan pendidikan juga meningkatkat pengetahuan dan kepedulian serta akses terhadap informasi yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi (Thaddeus dan Maine, 2004).

(43)

2.3.4. Pekerjaan

Pekerjaan merupakan aktifitas utama yang dilakukan oleh manusia dan merupakan suatu tugas atau kerja yang menghasilkan uang bagi seseorang, dan sering dianggap sinonim dari profesi. (Wikipedia, 2009).

(44)

Penelitian yang dilakukan oleh Sjofiatun (2000), menyebut bahwa status ibu bekerja mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap perawatan kehamilan di daerah pedesaan maupun di daerah perkotaan.

Perempuan yang bekerja lebih memanfatkan pelayanan antenatal care

dibandingkan ibu rumah tangga dan ibu yang tidak bekerja (Kabir et al. 2005).Wanita yang bekerja cenderung memulai antenatal care lebih awal (Magadi et al., 2002). Wanita yang bekerja di luar rumah selama kehamilan secara signifikan berhubungan terhadap pelayanan pemeriksaan kehamilan (Erci, 2003).

2.4. Landasan Teori

Menurut Notoatmodjo (2007), perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respon seseorang (organisme) terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan serta lingkungan.

Secara lebih terinci perilaku kesehatan menurut Notoatmodjo (2007), meliputi: 1. Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit yang meliputi: a) peningkatan dan

pemeliharaan kesehatan (health promotion behavior) misalnya berperilaku hidup sehat makan makanan bergizi, olahraga, b) perilaku terhadap pencegahan penyakit

(45)

2. Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan. 3. Perilaku terhadap makanan.

4. Perilaku terhadap lingkungan kerja.

Kerangkan teori pada penelitian ini adalah modifikasi dari beberapa landasan teori perubahan perilaku kesehatan. Green and Kruiter dalam Glanz (2005), mengemukakan ada 3 faktor yang memengaruhi perilaku kesehatan yaitu:

1. Faktor predisposisi (predisposing factor), merupakan faktor antesenden terhadap perilaku yang menjadi dasar atau motivasi perilaku dan yang termasuk didalamnya adalah: pengetahuan, sikap, keyakinan dan nilai-nilai serta persepsi individu untuk melakukan tindakan.

2. Faktor pemungkin (Enabling factor), merupakan faktor anteseden terhadap perilaku yang memungkinkan motivasi atau aspirasi terlaksana dan yang termasuk dalam faktor pemungkin adalah sarana dan prasarana kesehatan.

3. Faktor penguat (reinforcing factor), adalah konsekuensi dari perilaku yang ditentukan apakah pelaku menerima umpan balik yang positif atau negatif dan mendapatkan dukungan sosial setelah perilaku dilakukan. Faktor penguat mencakup: dukungan sosial dari tenaga kesehatan, tokoh masyarakat, keluarga, pengaruh sebaya.

Menurut Andersen (1995), ada 3 kategori utama dalam health system model

(46)

1. Karakteristik predisposisi (presdisposingcharacteristics), bahwa semua individu mempunyai kecendrungan yang berbeda-beda untuk menggunakan pelayanan kesehatan. Hal ini disebabkan karena adanya ciri-ciri individu yang digolongkan ke dalam tiga kelompok yakni: ciri demografi (umur, jenis kelamin), struktur sosial (tingkat pendidikan, pekerjaan, ras), serta mempunyai keyakinan bahwa pelayanan kesehatan dapat menolong proses penyembuhan.

2. Karakteristik pendukung (enablingcharacteristics), hal ini mencerminkan bahwa meskipun mempunyai predisposisi untuk menggunakan pelayanan kesehatan, ia tidak akan bertindak menggunakan kecuali bila ia mampu menggunakannnya. Penggunaan pelayanan kesehatan yang ada tergantung kepada kemampuan konsumen untuk membayar.

3. Karakteristik kebutuhann (need characteristics), kebutuhan dasar dan stimulus langsung untuk menggunakan pelayanan kesehatan bila faktor predisposisi dan pendukung. Karakteristik ini terbagi dua yaitu perceived (persepsi seseorang terhadap kesehatannya) dan evaluated (gejala dan diagnosis penyakit)

(47)

Adapun skema teori Green and Kruiter dalam Glanz (2008), dan Andersen (1995) dipaparkan dan dirangkum dalam suatu landasan teori berikut ini:

p

Gambar 2.1. Skema modifikasi teori Green and Kruiter dalam Glanz (2008), dan teori Andersen (1995)

(48)

2.5. Kerangka Konsep

Berdasarkan tujuan penelitian dan landasan teori yang dikemukakan, maka kerangka konsep penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian

Pemeriksaan kehamilan Dukungan suami

1. Dukungan Informasional 2. Dukungan Penilaian/

Penghargaan

3. Dukungan Instrumental 4. Dukungan Emosional

Karakteristik ibu 1. Paritas

(49)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah survei dengan pendekatan cross sectional,

merupakan penelitian dimana pengukuran atau pengamatan dilakukan pada saat bersamaan pada data variabel independen dan dependen (sekali waktu).

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Kuta Cot Glie Kabupaten Aceh Besar Provinsi Aceh, dan berlangsung selama 6 bulan (dimulai saat pembuatan proposal) dari bulan Desember 2010 sampai dengan bulan Agustus 2011.

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1.Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang ada di wilayah kerja Puskesmas Kuta Cot Glie Kabupaten Aceh Besar Provinsi Aceh dan memiliki buku KIA berjumlah 139 orang.

3.3.2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah ibu hamil yang ada di wilayah kerja Puskesmas Kuta Cot Glie Kabupaten Aceh Besar Provinsi Aceh dengan besar sampel diambil menggunakan rumus

(50)

Keterangan:

n : Jumlah sampel

N : Jumlah populasi yang diketahui (N=139 orang)

d : Presisi atau tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan (d=10% atau 0,1).

Perhitungan besarnya sampel adalah :

(

0,01

)

n = 58,15 + 10% maka jumlah sampel 63,96 dan dibulatkan menjadi 64 orang.

Jumlah sampel dalam penelitian adalah 74 responden karena peneliti melakukan pembulatan keatas, hal ini disebabkan ada beberapa desa di Kecamatan Kuta Cot Glie yang hanya terdapat 1 ibu hamil yang bila dihitung dengan rumus proporsi mendapatkan hasil 0,46. Bila dilakukan pembulatan kebawah maka desa yang hanya mempunyai jumlah ibu hamil 1 orang tidak termasuk menjadi responden.

(51)

yang telah ditetapkan maka untuk pengambilan sampel digunakan teknik simple random sampling. Jumlah sampel yang akan diambil pada setiap desa dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.1 Jumlah Ibu Hamil yang Menjadi Sampel Penelitian pada Setiap Desa

No Nama Desa Jumlah Ibu

Hamil Jumlah Sampel

(52)

Tabel 3.1. (Lanjutan)

30 Ie Alang Dayah 2 2 /139x64 = 1

31 Ie Alang Masjid 8 8 /139x64 = 4

32 Ie Alang Lamkremeuh 1 1 /139x64 = 1

Jumlah 139 74

3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer

Data primer diperoleh secara langsung dari responden dengan menggunakan kuesioner yang telah disusun.

3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder pada penelitian ini yang didapat dari Puskesmas yaitu data cakupan K4 dan data jumlah ibu hamil, sedangkan data dari Dinas Kesehatan Aceh Besar dan Provinsi Aceh berupa data cakupan K4.

3.4.3. Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji validitas bertujuan untuk mengetahui sejauh mana suatu ukuran atau skor yang menunjukkan tingkat kehandalan atau kesahihan suatu alat ukur, dengan cara mengukur korelasi antara variabel atau item dengan skor total variabel yang ditunjukkan dengan skor item correct correlation pada analisis reliability statictics.

(53)

Reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Dalam penelitian ini teknik untuk menghitung indeks reliabilitas yaitu menggunakan metode Cronbach”s Alpha, yaitu menganalisis reliabilitas alat ukur dari satu kali pengukuran, dengan ketentuan, jika skor r alpha > r tabel, maka dinyatakan reliabel dan jika skor r alpha < r tabel, maka dinyatakan tidak reliabel. Nilai r alpha tabel minimal 0,70 (Riduwan, 2005).

Uji validitas dan reliabilitas dilakukan pada responden yang mempunyai karakteristik hampir sama, yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Indrapuri Kabupaten Aceh Besar yang berjumlah 30 responden. Hasil uji validitas dan reliabilitas dari seluruh item kuesioner didapatkan hasil valid dan reliabel (Lampiran 3).

3.5. Variabel dan Definisi Operasional 3.5.1. Variabel terikat (dependent variable)

Pemeriksaan kehamilan adalah tindakan ibu hamil untuk melakukan kunjungan ke tenaga kesehatan profesional untuk mendapatkan pelayanan pemeriksaan kehamilan sesuai dengan standar yang diharapkan, minimal 1 kali pada trimester pertama, minimal 1 kali pada trimester ke dua dan minimal 2 kali pada trimester ke 3

3.5.2. Variabel bebas (independent variable)

(54)

dari suami terhadap pemeriksaan kehamilan yang dilakukan ibu, berupa dukungan informasional, emosional, penghargaan/ penilaian dan instrumental.

a) Dukungan informasional yaitu: adanya upaya suami untuk memberikan informasi tentang pentingnya pemeriksaan kehamilan (termasuk tablet Fe, imunisasi TT, buku KIA), jumlah pemeriksaan, tempat pemeriksaan kehamilan.

b) Dukungan penghargaan/ penilaian yaitu: adanya upaya dari suami untuk memberikan umpan balik berupa pujian, bimbingan dan perhatian kepada ibu dalam melakukan pemeriksaan kehamilan.

c) Dukungan instrumental yaitu: adanya upaya dari suami untuk memberikan bantuan dalam bentuk dana, waktu dan memfasilitasi ibu untuk melakukan pemeriksaan kehamilan.

b) Dukungan emosional yaitu: adanya upaya dari suami untuk membantu menciptakan kenyamanan dan ketenangan emosi mencakup: mendengarkan keluhan, empati, menunjukkan kasih sayang, dan motivasi kepada ibu selama melakukan pemeriksaan kehamilan.

2) Karakteristik ibu

a) Paritas adalah: jumlah anak yang dilahirkan oleh ibu pada kehamilan sebelumnya baik kelahiran hidup maupun mati.

(55)

c) Pendidikan adalah: jenjang pendidikan formal yang pernah diselesaikan ibu dan mendapatkan ijazah.

d) Pekerjaan adalah: kegiatan yang dilakukan oleh ibu untuk menghasilkan uang.

3.6. Metode Pengukuran

Metode pengukuran untuk variabel dependent dan variabel independent adalah sebagai berikut:

3.6.1. Variabel terikat (dependent variable)

Pemeriksaan kehamilan diukur dengan cara melihat buku KIA yang dimiliki ibu, dengan skala ukur ordinal dan hasil ukur memenuhi standar, tidak memenuhi standar. Kategori memenuhi standar apabila ibu melakukan pemeriksaan sesuai dengan usia kehamilan yaitu trimester I sebanyak 1 kali pemeriksaan atau lebih, trimester II sebanyak 1 kali pemeriksaan atau lebih, dan trimester III sebanyak 2 kali pemeriksaan atau lebih.

3.6.2. Variabel bebas (independentvariable)

1) Pengukuran variabel dukungan informasional didasarkan pada skala ordinal dari sembilan pertanyaan yang diajukan dengan alternatif jawaban ”ya (bobot nilai 1)”dan” tidak (bobot nilai 0)”, dan dikategorikan menjadi 2, yaitu:

(56)

2) Pengukuran variabel dukungan penghargaan/ penilaian didasarkan pada skala ordinal dari enam pertanyaan yang diajukan dengan alternatif jawaban ”ya (bobot nilai 1)” dan ”tidak (bobot nilai 0)”, dan dikategorikan menjadi 2, yaitu:

a) Baik, jika ≥ median.

b) Kurang jika memperoleh skor < median.

3) Pengukuran variabel dukungan instrumental di dasarkan pada skala ordinal dari enam pertanyaan yang diajukan dengan alternatif jawaban ”ya (bobot nilai 1)” dan ”tidak (bobot nilai 0)”, dan dikategorikan menjadi 2, yaitu:

a) Baik, jika skor ≥ median. b) Kurang, jika skor < median.

4) Pengukuran variabel dukungan emosional didasarkan pada skala ordinal dari tujuh pertanyaan yang diajukan dengan alternatif jawaban ”ya (bobot nilai 1)” dan ”tidak (bobot nilai 0)”, dan dikategorikan menjadi 2, yaitu:

a) Baik, jika skor ≥ median. b) Kurang, jika skor < median.

5) Paritas diukur dengan memberikan kuesioner, dengan kategori tidak berisiko apabila paritas ibu ≤ 3, dan kategori berisiko bila paritas ibu > 3, skala ukur ordinal.

(57)

7) Pendidikan ibu diukur dengan memberikan 1 pernyataan dengan kategori pendidikan tinggi (D-III/S1/S2, SLTA/Sederajat) dan dasar (SD/SLTP/ Sederajat), skala ukur ordinal.

8) Pekerjaan diukur dengan menggunakan kuesioner dengan kriteria bekerja bila ibu bekerja dan mendapatkan upah baik bekerja secara formal maupan non formal, dan tidak bekerja bila ibu tidak menghasilkan uang atau ibu tidak mendapatkan upah, skala ukur ordinal.

3.7. Metode Analisis Data

1) Analisis univariat yaitu analisis yang menggambarkan secara tunggal variabel-variabel penelitian baik independen maupun dependen dalam bentuk distribusi frekuensi.

2) Analisis bivariat yaitu analisis untuk melihat hubungan variabel independent

dengan dependent dengan menggunakan uji chi square pada tingkat kepercayaan 95% (p<0,05).

(58)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Geografi

Kecamatan Kuta Cot Glie merupakan salah satu kecamatan dalam wilayah Aceh Besar yang berada pada garis 5,2° - 5,8° lintang utara dan 98,0°- 95,8° bujur timur. Karena kedudukannya dekat dengan garis khatulistiwa, daerah ini memiliki iklim tropis dengan dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau. Curah hujan rata-rata tertinggi 347 milimeter dan terendah 11 milimeter pertahun dengan dua musim yaitu musim kemarau dimulai pada bulan Februari hingga bulan Juni dan musim hujan biasanya jatuh pada bulan September hingga Maret.

Kecamatan Kuta Cot Glie berada 22 Km dari ibu kota Kabupaten Aceh Besar. Luas Wilayah Kecamata Kuta Cot Glie yaitu 230,25 Km2

a. Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Indrapuri.

. Secara geografis Kecamatan Kuta Cot Glie berbatasan:

b. Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Seulimum dan Kota Jantho. c. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Mesjid Raya.

d. Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Aceh Jaya.

(59)

4.1.2 Demografi a. Kependudukan

Dilihat dari aspek demografi jumlah penduduk di Kecamatan Kuta Cot Glie adalah 12.476 jiwa, yang terdiri atas sebanyak laki-laki 6219 jiwa dan perempuan sebanyak 6257 jiwa yang mendiami 2.902 rumah tangga dengan sebagian besar suku Aceh dan sebagian kecil Jawa dan Minang. Jumlah Wanita Usia Subur (WUS) sebanyak 3138 jiwa dan Pasangan Usia Subur (PUS) sebanyak 2115 pasangan.

Tabel 4.1. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur di Kecamatan Kuta Cot Glie

No Kelompok Umur Jumlah (Jiwa)

1 0 – <1 tahun 502

Sumber: Profil Puskesmas Kuta Cot Glie tahun 2010

Berdasarkan kelompok umur diketahui bahwa jumlah terbanyak pada kelompok umur 22 – 59 tahun sebanyak 5591 jiwa.

Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Kecamatan Kuta Cot Glie

No Kelompok Umur Jumlah (Jiwa)

1 Tidak Tamat/ Belum Tamat SD 5310

2 SD 3467

3 SLTP 1870

4 SLTA 1626

7 Akademi/ Perguruan Tinggi 203

(60)

Berdasarkan tingkat pendidikan penduduk Kecamatan Kuta Cot Glie diketahui bahwa jumlah terbanyak pada kelompok pendidikan tidak tamat/ belum tamat SD sebanyak 5310 jiwa.

b. Mata Pencaharian

Mata pencaharian masyarakat Kuta Cot Glie pada umumnya sama dengan mata pencaharian masyarakat Indonesia pada umumnya. Mata pencaharian utama masyaralat Kuta Cot Glie adalah petani, peternak dan sebagian kecil pedagang, karyawan/ PNS/ TNI/ POLRI.

4.1.3 Pelayanan Kesehatan

Di Kecamatan Kuta Cot Glie terdapat 1 buah puskesmas induk, 2 buah puskesmas pembantu, dan terdapat 11 poskesdes. Puskesmas induk dikepalai oleh seorang dokter umum, puskesmas pembantu dikepalai oleh seorang perawat, sedangkan poskesdes dikepalai oleh bidan di desa.

Puskesmas Kecamatan Kuta Cot Glie merupakan puskesmas rawat inap, didukung oleh 67 orang petugas kesehatan. Jumlah masing-masing tenaga kesehatan dapat dilihat pada Tabel 4.3

Tabel 4.3. Jenis dan Jumlah Tenaga Kesehatan di Puskesmas Kecamatan Kuta Cot Glie Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011

No Jenis Tenaga Kesehatan Jumlah (orang)

1 Dokter Umum/ Dokter Gigi 2

2 Sarjana Kesehatan Masyarakat 4

3 Perawat 16

4 Perawat Gigi 1

5 Bidan 30

(61)

Tabel 4.3 Lanjutan

7 Gizi 3

8 Analis 1

9 Kesehatan Lingkungan 3

10 Administrasi 4

Total 67

Sumber: Profil Puskesmas Kuta Cot Glie tahun 2010

4.2 Karakteristik Responden

Pada penelitian ini karakteristik responden yang diamati adalah umur, pendidikan, pekerjaan dan paritas. Hasil penelitian menunjukkan, berdasarkan kelompok umur sebagian besar responden berada pada usia reproduktif sehat yaitu berumur 20-35 tahun berjumlah 58% orang (78,4%), yang berumur <20 tahun hanya berjumlah 3 orang (4,1%), dan yang berumur > 35 tahun berjumlah 13 orang (17,5%). Berdasarkan pendidikan didapatkan hanya sebagian kecil saja responden yang berpendidikan terakhir perguruan tinggi yaitu sebanyak 8 orang (10,8%), selebihnya berturut-turut berpendidikan tamat SD sederajat sebanyak 12 orang (16,2%), berpendidikan tamat SLTP sederajat sebanyak 23 orang (31,1%), berpendidikan tamat SLTA sebanyak 31 orang (41,9%).

(62)

bahwa lebih dominan responden mempunyai paritas tidak berisiko. Secara rinci karakteristik responden dapat dilihat pada Tabel 4.4

Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di Kecamatan Kuta Cot Glie Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011

Karakteristik Jumlah (n) Persentase

(%)

(63)

4.3.1. Distribusi Frekuensi Variabel Pemeriksaan Kehamilan

Variabel pemeriksaan kehamilan terdiri dari dua kategori, kategori sesuai dan tidak sesuai. Kategori sesuai apabila pemeriksaan kehamilan yang dilakukan ibu sesuai standar yang ditetapkan yaitu minimal satu kali pemeriksaan pada trimester I (0-12 minggu), minimal satu kali pemeriksaan pada trimester II (13-24 minggu) dan minimal dua kali pemeriksaan pada trimester III (>25 minggu). Berdasarkan Tabel 4.5. persentasi ibu hamil yang melakukan pemeriksaan kehamilan dengan kategori sesuai lebih dominan mencapai 45 orang (60,8%) bila dibandingkan dengan ibu hamil yang memeriksakan kehamilan dengan kategori tidak sesuai yaitu sebanyak 29 orang (39,2%). Sehingga dapat disimpulkan bahwa sebagian besar pemeriksaan kehamilan yang dilakukan oleh ibu sesuai dengan standar.

Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pemeriksaan Kehamilan di Kecamatan Kuta Cot Glie Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011

Pemeriksaan Kehamilan Jumlah (n) Persentase (%)

1. Sesuai 45 60,8

2. Tidak Sesuai 29 39,2

Total 74 100

4.3.2. Distribusi Frekuensi Karakteristik Ibu

(64)

usia 20-35 tahun dengan kategori tidak berisiko sebanyak 58 orang (78,4%), usia <20 tahun dan >35 tahun (usia reproduktif tidak sehat) dengan kategori berisiko berjumlah 16 orang (21,6%).

Berdasarkan pendidikan ibu, didominasi ibu yang menamatkan perguruan tinggi dan SLTA/ sederajat dengan kategori berpendidikan tinggi sebanyak 39 orang (52, 7%), sedangkan ibu yang menamatkan SD/ SLTP/ sederajat dengan kategori pendidikan dasar berjumlah 35 (47,3%). Ditinjau dari pekerjaan ibu, hanya terdapat sedikit perbedaan antara ibu yang bekerja dengan ibu yang tidak bekerja, yaitu ibu yang tidak bekerja berjumlah 36 orang (48,6%), sedangkan ibu yang bekerja sebanyak 38 orang (51,4%), untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik Ibu di Kecamatan Kuta Cot Glie Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011

Variabel Jumlah (n) Persentase (%)

(65)

4.3.3. Distribusi Frekuensi Dukungan Suami 1. Dukungan Informasional

Variabel dukungan informasional diukur berdasarkan sembilan indikator. Distribusi responden berdasarkan dukungan informasional di Kecamatan Kuta Cot Glie dapat dilihat pada Tabel 4.7.

Tabel 4.7. Distribusi Responden Berdasarkan Indikator Dukungan Informasional terhadap Pemeriksaan Kehamilan di Kecamatan Kuta Cot Glie Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011

No Dukungan Informasional

Jawaban

Ya Tidak Total

n % n % n %

1 Memberi Informasi harus periksa hamil 26 35,1 48 64,9 74 100,0 2 Memberi informasi melalui bahan bacaan

tentang pentingnya periksa hamil 43 58,1 31 41,9 74 100,0 3 Memberi informasi pentingnya minum tablet

besi 59 79,7 15 20,3 74 100,0

4 Memberi informasi tentang pentingnya

imunisasi TT 52 70,3 22 29,7 74 100,0 5 Memberi Informasi bahwa ibu hamil harus

banyak istirahat 51 68,9 23 31,1 74 100,0 6 Membaca buku KIA 55 74,3 19 25,7 74 100,0 7 Menganjurkan membaca buku KIA 54 73 20 27 74 100,0 8 Memberi informasi selama hamil minimal

periksa hamil 4 kali 52 70,3 22 29,7 74 100,0 9 Memberi informasi harus periksa hamil ke

tenaga kesehatan 49 66,2 25 33,8 74 100,0

(66)

(70,3%), mendapat informasi dari suami bahwa ibu hamil harus banyak istirahat 51 orang (68,9%).

Selanjutnya sebanyak 55 orang (74,3%) menyatakan suami mereka ikut membaca buku KIA, sebanyak 54 orang (73%) suami menganjurkan ibu untuk membaca buku KIA, sebanyak 52 orang (70,3%) suami ibu memberikan informasi bahwa selama hamil ibu memeriksakan kehamilan minimal 4 kali, dan sebanyak 49 orang (66,2%) suami ibu memberikan informasi bahwa ibu harus periksa hamil ke petugas kesehatan.

Secara keseluruhan dukungan informasional yang didapatkan ibu mayoritas berada pada kategori dukungan baik yaitu sebanyak 58 orang (78,4%), seperti yang ditunjukkan pada Tabel 4.8. berikut:

Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Dukungan Informasional terhadap Pemeriksaan Kehamilan di Kecamatan Kuta Cot Glie Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011

Dukungan Informasional Jumlah (n) Persentase (%)

1. Baik 58 78,4

2. Kurang 16 21,6

Total 74 100

2. Dukungan Penilaian/ Penghargaan

(67)

orang (56,8%) yang tidak menerima pujian dari suami bila memeriksakan kehamilan pada petugas kesehatan, sebanyak 26 orang (35,1%) suami yang menghargai keputusan ibu untuk memilih tempat pemeriksaan kehamilan.

Sebanyak 37 orang (50%) suami yang mengingatkan ibu untuk meminum tablet tambah darah, sebanyak 44 orang (59,5%) suami bertanya apa yang disampaikan bidan/ dokter saat memeriksakan kehamilan, sebanyak 43 orang (58,1%) suami mengingatkan ibu melakukan kunjungan ulang, dan sebanyak 38 (51,4%) suami yang menghargai keputusan ibu memilih tempat persalinan. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.9. dibawah ini:

Tabel 4.9. Distribusi Responden Berdasarkan Indikator Dukungan Penilaian/ Penghargaan terhadap Pemeriksaan Kehamilan di Kecamatan Cot Glie Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011

No Dukungan Penilaian/ Penghargaan

Jawaban

Ya Tidak Total

n % n % n %

1 Memberi pujian bila pulang memeriksakan

kehamilan di bidan atau puskesmas 32 43,2 42 56,8 74 100,0 2 Menghargai keputusan ibu untuk memilih

tempat pemeriksaan kehamilan 26 35,1 48 64,9 74 100,0 3 Mengingatkan meminum tablet tambah

darah 37 50 37 50 74 100,0

4 Bertanya apa yang disampaikan bidan/

dokter saat memeriksakan kehamilan 44 59,5 30 40,5 74 100,0 5 Mengingatkan melakukan kunjungan ulang

pemeriksaan kehamilan 43 58,1 31 41,9 74 100,0 6 Menghargai keputusan memilih tempat

persalinan 38 51,4 36 48,6 74 100,0

Gambar

Gambar 1.1 Grafik Angka Kematian Ibu per 100.000KH  di Indonesia tahun 1994 – 2007
Gambar 2.1.  Skema modifikasi teori Green and Kruiter dalam Glanz (2008),
Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian
Tabel 3.1  Jumlah Ibu Hamil yang Menjadi Sampel Penelitian  pada
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dukungan suami terhadap kesejahteraan ibu nifas di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Miri Kabupaten Sragen!. Jenis

Faktor Ibu dan Persepsi Ibu Terhadap Sarana Pelayanan KIA Yang Berhubungan Dengan Kunjungan Pemeriksaan Kehamilan (K4) Di Wilayah Kerja Puskesmas Tegal Barat II Kota Tegal

Hasil: Hasil penelitian karakteristik ibu dengan paritas lebih dari 3 di wilayah kerja Puskesmas Gambirsari Surakarta adalah karakteristik pendidikan yang paling

Sebagai bentuk pengabdian kepada masyarakat ,Sosialisasi dan edukasi pencegahan covid 19 terhadap masyarakat Desa Ie Alang Lamghui kecamatan Kuta cot glie

Ada hubungan tingkat pengetahuan guru dengan perilaku bullying pada anak usia sekolah dasar di SD N Ateuk dan SD N Cot Bambu Kuta Baro aceh Besar Tahun 2017, yang

Dari hasil penelitian hamper setengah dari responden di Wilayah Kerja Puskesmas Dupak Tahun 2015 ibu yang memiliki dukungan suami yang kurang dalam melakukan

1 Apakah suami pernah memberikan pujian kepada ibu pada saat ibu telah memeriksakaan kehamilannya?. 2 Apakah ibu pernah memberikan semangat

Dari penelitian yang peneliti lakukan di wilayah kerja Puskesmas Lampulo diketahui bahwa tidak ada hubungan paritas dengan Kunjungan Antenatal Care (ANC) Ibu Hamil