HUBUNGAN KARAKTERISTIK, PENGETAHUAN, SIKAP DAN PELAYANAN KB DENGAN KEIKUTSERTAAN PRIA
DALAM PROGRAM KB DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PANTAI CERMIN
KEC. PANTAI CERMIN TAHUN 2008
0leh :
ZULAIDAH MAISYARO LUBIS Nim : 061.000.251
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK
Masalah tingginya jumlah penduduk di Indonesia dipengaruhi oleh angka kelahiran yang lebih tinggi dari pada angka kematian. Untuk menanggulangi masalah ini pemerintah mencanangkan program Keluarga Berencana. Program Keluarga Berencana nasional adalah untuk membantu keluarga termasuk individu anggota keluarga untuk merencanalan kehidupan keluarga yang baik sehingga dapat mencapai keluarga berkualitas. Keikutsertaan pria dalam Keluarga Berencana masih menunjukkan angka yang sangat rendah.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan karakteristik, pengetahuan dan sikap dengan keikutsertaan pria dalam program Keluarga Berencana di wilayah kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Pantai Cermin.
Jenis penelitian ini adalah penelitian survey bersifat deskriptif analitik. Lokasi penelitian dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Pantai Cermin Tahun 2008.Populasi dalam penelitian ini adalah pria dari pasangan usia subur dan sampelnya sebanyak 90 orang.
Hasil yang diperoleh dari uji chi square bahwa ada variable yang berhubungan dengan keikutsertaan pria dalam program KB yaitu jumlah anak (P=0,005), tingkat pengetahuan (P=0,006), sikap (P=0,036), pelayanan KB (P=0,000). Sedangkan variable yang tidak berhubungan adalah tingkat pendidikan (P =0,066) dan pendapatan dengan (P= 0,581)
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka kesimpulan penelitian ini adanya hubungan jumlah anak, pengetahuan, sikap dan pelayanan KB dengan keikutsertaan pria dalam program Keluarga Berencana. Sehingga disarankan kepada para pria pasangan usia subur untuk lebih aktif dalam mencari informasi tentang KB dan kepada petugas kesehatan agar lebih aktif dalam memberikan informasi tentang KB pada pria di wilayah kerja Puskesmas Pantai Cermin.
2 Desember 2008
Nomor :
Lampiran : -
Perihal : Penelitian di Puskesmas Pantai Cermin
Kepada Yth:
Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
Medan
1. Sehubungan dengan surat dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Nomor 3513/H5.2.1.10/KRK/2008 perihal permohonan izin peninjauan Riset / Wawancara di Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Pantai Cermin atas mahasisiwa :
Nama : Zulaidah Maisyaro Lubis
Nim : 061000251
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat/Tgl Lahir : Tebing – Tinggi/ 23 Agustus 1983
Judul Penelitian : Hubungan Karakteristik, Pengetahuan, Sikap dan Pelayanan KB Dengan Keikutsertaan Pria Dalam Program KB Di Wilayah Kerja Puskesmas Pantai Cemin Kecamatan Pantai Cermin Tahun 2008
2. Benar Nama tersebut diatas telah menyelesaikan penelitiannya di Puskesmas Pantai Cermin guna melengkapi persyaratan menyelesaikan pendidikan.
3. Demikian disampaikan untuk dapat dipergunakan seperlunya.
Kepala Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Pantai Cermin
BERITA ACARA SKRIPSI
Telah diperiksa dan disetujui oleh :
Tanda Tangan
1. Asfriyati, SKM, Mkes (Ketua Penguji) ...
2. dr. Ria Masniari Lubis, MSi (Dosen penguji I) ...
3. dr. Yusniwarti Yusad, Msi ( Dosen penguji II) ...
BERITA ACARA
Nama : Zulaidah Maisyaro Lubis
Nim : 061000251
Judul : Hubungan Karakteristik, Pengetahuan, Sikap dan Pelayanan KB Dengan Keikutsertaan Pria Dalam Program KB DI Wilayah Kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Pantai Cermin Tahun 2008
Tanggal Skripsi : 24 Desember 2008
Dr. Yusniwarti Yusad, MSi (Dosen Penguji II)
1. Apa alasan saudara memilih judul ini?
2. Dari sejarah perkembangan KB apa perbedaan program KB pada masa
sebelum ICPD di Cairo 1994 dengan sesudahnya?
3. Pada tinjauan pustaka hal 7 apa maksud dari paragraph 1 kalimat 1 “
mendapat objek-objek tertentu”
Drs. Abdul Jalil .A.A, MKes
1. Coba dideskriptifkan tingkat pengetahuan berdasarkan jumlah anak.
2. Pembahasan tentang sikap tolong dikembangkan?
3. Tabel 4.15 kenapa nilai chi Square nya tidak ada? Dijelaskan
dibawahnya
4. Pada responden yang memilih alat kontrasepsi, apa alasannya?
Dr. Ria Masniari Lubis, MSi
1. Peserta Kondom 3,95% apa maksudnya?
HALAMAN PERSETUJUAN
Proposal Penelitian Dengan Judul :
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN RENDAHNYA KEIKUTSERTAAN PRIA DALAM PROGRAM KB
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS P. CERMIN KECAMATAN PANTAI CERMIN
TAHUN 2008
Yang dipersiapkan dan diseminarkan oleh :
ZULAIDAH MAISYARO LUBIS NIM : 061.000.251
Proposal penelitian ini telah diperiksa dan disetujui Untuk diseminarkan dihadapan peserta seminar
Bagian Kependudukan dan Biostatistik Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara
Oleh :
Dosen Pembimbing Skripsi
Pembimbing I Pembimbing II
Asfriyati, SKM, Mkes dr.Ria Masniari Lubis, Msi
DAFTAR ISI
Halaman Persetujuan i
Daftar isi ii
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7
2.1 Keluarga Berencana 7
2.1.1 Pengertian 7
2.1.2 Tujuan Keluarga Berencana 8
2.1.3 Sasaran dan Target Keluarga Berencana 8
2.1.4 Pelayanan Keluarga Berencana 9
2.2 Akseptor KB 10
2.3 Kontrasepsi 11
2.4 Sejarah Alat Kontrasepsi 11
2.5 Jenis Alat Kontrasepsi Pada Pria 12
2.5.1 Kondom 12
4. Kerugian Vasektomi 14
5. Efektifitas Vasektomi 14
2.6 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemakaian Alkon 15
2.6.1 Sosio Demografi 15
2.6.2 Pengetahuan 15
2.6.3 Sikap 18
2.6.4 Sosio Ekonomi 20
2.7 Kerangka Konsep 21
BAB III METODE PENELITIAN 22
3.1 Jenis Penelitian 22
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 22
3.3 Populasi dan Sampel 22
3.3.1 Populasi 22
3.3.2 Sampel 22
3.4 Metode Pengumpulan Data 23
3.5 Definisi Operasional 25
3.6 Aspek Pengukuran 26
3.7 Pengolahan dan Analisa Data 28
3.7.1 Pengolahan Data 28
3.7.2 Analisa Data 28
Daftar Pustaka LAMPIRAN
BERITA ACARA PROPOSAL
Telah diperiksa dan disetujui oleh :
Tanda Tangan
1. Asfriyati, SKM, Mkes ...
2. dr. Ria Masniari Lubis, MSi (Dosen Pembimbing II) ...
Berita Acara Seminar Proposal
Pada hari Jumat Tanggal 19 September 2008 telah dilaksanakan seminar
proposal dengan judul ” Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Rendahnya
Keikutsertaan Pria Dalam Program KB Di Wilayah Kerja Puskesmas Pantai Cermin
Kecamatan Pantai Cermin Tahun 2008.
Oleh
Zulaidah Maisyaro Lubis Nim 061000251
Dengan Pertanyaan dan Saran Sebagai Berikut :
− Pembanding I (Efri S.A Sinaga)
1. Spaci antara penulisan bab dengan judul bab terlalu jauh
2. Pada halaman 2, paragraf 1: angka 2,6 dan 2,3 menunjukkan apa?
3. Pada halaman 2, pada tinjauan pustaka ada faktor sosial budaya dan agama, tapi
kenapa tidak dimasukkan dalam kerangka konsep?
4. Pada halaman 12 dan 13 : Pada vasektomi terdapat keuntungan dan kerugian
− Pembanding II ( Afni Handayani)
1.Halaman 7 : a. Apa maksud dari kalimat ” Mendapatkan Objektif-objektif
tertentu?
b. Kesalahan penulisan pada paragaraf 2
c. Kenapa masih ada daftar pustaka tahun 1986, apakah tidak ada
yang terbaru?
2.Halaman 3 : a. Kenapa daftar pustakanya tahun 2003 tapi isinya ada data
tahun2005?
b. Kesalahan penulisan pada paragraf 2
Dosen pembanding (Drs. Abdul Jalil Amri Arma, Mkes)
1. Kenapa pertanyaan pengetahuannya terlalu dangkal, sedangkan tinjauan
pustakanya luas?
2. Apakah variabel dalam kerangka konsepnya tidak terlalu sedikit hanya melihat dari
respondenya saja, sebaiknya ditambahkan dengan melihat dari petugas
kesehatan, akses pelayanannya, dll.
Dosen Pembimbing II (dr. Ria Masniari Lubis, Msi)
1. Sebaiknya pertanyaan ditambah dan diperluas untuk mencakup seluruh isi
HALAMAN PERSETUJUAN
Proposal Penelitian Dengan Judul :
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN RENDAHNYA KEIKUTSERTAAN PRIA DALAM PROGRAM KB
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS P. CERMIN KECAMATAN PANTAI CERMIN
TAHUN 2008
Yang dipersiapkan dan diseminarkan oleh :
ZULAIDAH MAISYARO LUBIS NIM : 061.000.251
Proposal penelitian ini telah diperiksa dan disetujui Untuk diseminarkan dihadapan peserta seminar
Bagian Kependudukan dan Biostatistik Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara
Oleh :
Dosen Pembimbing Skripsi
Pembimbing I Pembimbing II
Asfriyati, SKM, Mkes dr.Ria Masniari Lubis, Msi
DAFTAR ISI
Halaman Persetujuan i
Daftar isi ii
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7
2.1 Keluarga Berencana 7
2.1.1 Pengertian Keluarga Berencana 7
2.1.2 Tujuan Keluarga Berencana 8
2.1.3 Sasaran dan Target Keluarga Berencana 8
2.1.4 Pelayanan Keluarga Berencana 9
2.2 Akseptor KB 10
2.3 Kontrasepsi 11
2.4 Sejarah Alat Kontrasepsi 11
2.5 Jenis Alat Kontrasepsi Pada Pria 12
2.5.1 Kondom 12
4. Kerugian Vasektomi 14
5. Efektifitas Vasektomi 14
2.6 Pengetahuan 15
2.7 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemakaian Alkon 18
2.7.1 Sosio Demografi 18
2.7.2 Pengetahuan 18
2.7.3 Sikap 18
2.7.4 Sosio Ekonomi 20
2.8 Kerangka Konsep 21
2.9 Hipotesis Penelitian 21
BAB III METODE PENELITIAN 22
3.1 Jenis Penelitian 22
3.3 Populasi dan Sampel 22
3.3.1 Populasi 22
3.3.2 Sampel 22
3.4 Metode Pengumpulan Data 23
3.5 Definisi Operasional 25
3.6 Aspek Pengukuran 26
3.7 Pengolahan dan Analisa Data 28
3.7.1 Pengolahan Data 28
3.7.2 Analisa Data 28
Daftar Pustaka LAMPIRAN
HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi Dengan Judul :
HUBUNGAN KARAKTERISTIK, PENGETAHUAN, SIKAP DAN PELAYANAN KB DENGAN KEIKUTSERTAAN PRIA
DALAM PROGRAM KBDI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PANTAI CERMIN
KEC. PANTAI CERMIN TAHUN 2008
Yang dipersiapkan dan diseminarkan oleh :
ZULAIDAH MAISYARO LUBIS NIM : 061.000.251
Skripsi ini telah diperiksa dan disetujui Untuk diseminarkan dihadapan peserta seminar
Bagian Kependudukan dan Biostatistik Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara
Oleh :
Dosen Pembimbing Skripsi
Pembimbing I Pembimbing II
Asfriyati, SKM, Mkes dr.Ria Masniari Lubis, Msi
ABSTRAK
Masalah tingginya jumlah penduduk di Indonesia dipengaruhi oleh angka kelahiran yang lebih tinggi dari pada angka kematian. Untuk menanggulangi masalah ini pemerintah mencanangkan program Keluarga Berencana. Program Keluarga Berencana nasional adalah untuk membantu keluarga termasuk individu anggota keluarga untuk merencanalan kehidupan keluarga yang baik sehingga dapat mencapai keluarga berkualitas. Keikutsertaan pria dalam Keluarga Berencana masih menunjukkan angka yang sangat rendah.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan karakteristik, pengetahuan dan sikap dengan keikutsertaan pria dalam program Keluarga Berencana di wilayah kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Pantai Cermin.
Jenis penelitian ini adalah penelitian survey bersifat deskriptif analitik. Lokasi penelitian dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Pantai Cermin Tahun 2008.Populasi dalam penelitian ini adalah pria dari pasangan usia subur dan sampelnya sebanyak 90 orang.
Hasil yang diperoleh dari uji chi square bahwa ada variable yang berhubungan dengan keikutsertaan pria dalam program KB yaitu jumlah anak (P=0,005), tingkat pengetahuan (P=0,006), sikap (P=0,036), pelayanan KB (P=0,000). Sedangkan variable yang tidak berhubungan adalah tingkat pendidikan (P =0,066) dan pendapatan dengan (P= 0,581)
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka kesimpulan penelitian ini adanya hubungan jumlah anak, pengetahuan, sikap dan pelayanan KB dengan keikutsertaan pria dalam program Keluarga Berencana. Sehingga disarankan kepada para pria pasangan usia subur untuk lebih aktif dalam mencari informasi tentang KB dan kepada petugas kesehatan agar lebih aktif dalam memberikan informasi tentang KB pada pria di wilayah kerja Puskesmas Pantai Cermin.
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Penambahan jumlah penduduk di Indonesia pada beberapa dekade
belakangan ini terjadi peningkatan. Masalah tingginya jumlah penduduk di Indonesia
dipengaruhi oleh angka kelahiran yang lebih tinggi dari pada angka kematian. Untuk
menanggulangi masalah ini, pada pelita I Indonesia mencanangkan program
Keluarga Berencana (Wiknjosastro, 1999).
Program Keluarga Berencana Nasional adalah program untuk membantu
keluarga termasuk individu anggota keluarga untuk merencanakan kehidupan
berkeluarga yang baik sehingga dapat mencapai keluarga berkualitas. Dengan
terbentuknya keluarga berkualitas maka generasi mendatang sebagai sumber daya
manusia yang berkualitas akan dapat melanjutkan pembangunan. Program Keluarga
Berencana dalam pembangunan berkelanjutan yang berwawasan kependudukan
dapat memberikan kontribusi dalam hal mengendalikan jumlah dan pertumbuhan
penduduk juga diikuti dengan peningkatan kualitas penduduk (BKKBN, 2007).
Untuk mewujudkan usaha program KB dalam upaya mempercepat penurunan
angka kelahiran dan kematian, kebijakan yang telah dilakukan oleh Depkes mengacu
pada intervensi strategi 4 pilar safe motherhood, yang menjadi pilar utamanya adalah
pelayanan KB, sebab setiap orang atau pasangan yang telah mendapat informasi dan
pelayanan KB dapat merencanakan waktu yang tepat untuk kehamilannya dan jarak
Dewasa ini program KB sebagai pilar pertama telah dianggap berhasil dalam
penurunan angka kelahiran dan kematian. Ini terlihat pada SDKI tahun 1992 angka
kematian ibu 421 per 100.000 kelahiran hidup dan menurun pada tahun 2003
menjadi 307 per 100.000 kelahiran hidup. Angka Total Fertility Rate (TFR)
mengalami penurunan, pada tahun 1997 terdapat 2,6 anak per wanita sedangkan pada
tahun 2003 menjadi 2,3 anak per wanita. Angka ini menunjukkan suatu keberhasilan
pada pelayanan KB, hal ini terwujud karena meningkatnya kesadaran masyarakat
tentang pentingnya KB dan mau menjadi akseptor KB (DepKes RI, 2003).
Sejalan dengan perkembangan waktu visi dan misi program keluarga
berencana dan kesehatan reproduksi telah mengalami reposisi dari Norma Keluarga
Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS) menjadi keluarga berkualitas 2015. Badan
Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) telah membuat paradigma baru
dalampengembangan program KB. Paradigma ini menegaskan terintegrasinya
program KB dengan pelayanan kesehatan reproduksi yang sesuai dengan hasil
International Conference on Population and Development (ICPD) di Kairo, Mesir pada tahun 1994. Dalam ICPD 1994, secara tegas dinyatakan bahwa penggunaan alat
kontasepsi adalah bagian dari hak-hak reproduksi yang juga merupakan bagian dari
hak azasi manusia (HAM) yang universal. Hak-hak reproduksi yang paling pokok
adalah hak individu dan pasangan untuk menentukan kapan akan melahirkan, berapa
jumlah anak dan jarak anak yang akan dilahirkan, serta memilih sendiri upaya
mewujudkan hak-hak tersebut (Samekto, 2003)
Namun angka peserta KB di Indonesia hanya menunjukkan angka yang
ini berbeda dengan negara-negara di luar negeri. Seperti kita tahu bahwa alat
kontrasepsi pria ini sebenarnya telah dikenal orang sejak abad 19 khususnya
Vasektomi. Dibeberapa negara seperti di India, Bangladesh, Nepal, Malaysia,
Pakistan dan negara-negara Amerika Latin, jumlah pesertanya lebih banyak
dibanding Indonesia. Ini dapat kita lihat pencapaian pada negara Pakistan sebesar
5,2%, Bangladesh 13,9% dan Malaysia sebesar 16,8%. Hal ini karena dinegara
mereka vasektomi bertujuan sebagai kontrasepsi sudah digalakkan sedangkan di
Indonesia belum (Haryadi, 2005).
Di Indonesia tercatat pada tahun 2003 memiliki jumlah akseptor KB sebesar
68,49% dengan proporsi peserta KB yang terbanyak adalah IUD (22,6%), pil
(17,4%), norplant (6%), tubektomi (3%), kondom (0,9%), vasektomi (0.4%) dan
sisanya KB alamiah. Dari hasil SDKI 2003 ini menunjukkan bahwa alat kontrasepsi
yang digunakan oleh pria yang paling rendah jumlah akseptornya. Angka ini
mengalami penurunan, ini terlihat pada tahun 1997 peserta KB pada pria 1,1%,
sedangkan pada tahun 2003 mengalami kenaikan sedikit yaitu 1,3% namun pada
tahun 2005 mengalami penurunan peserta KB pria menjadi 0,9% (Haryadi, 2005).
Berdasarkan data yang telah ada tadi ini menunjukkan bahwa Indonesia
masih memiliki peserta KB pria yang sangat rendah. Hal ini tidak sesuai harapan
yang diinginkan dalam Rancangan Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) tahun 2004-2009 yang menetapkan indikator keberhasilan program KB
Nasional dalam pemerintahan yang dibebankan kepada BKKBN yaitu laju
pertumbuhan penduduk 1,14 per tahun, Total Fertility Rate (TFR) 2,2 dan peserta
harus tercapai tahun 2009. Untuk mencapai itu pemerintah harus melakukan inovasi
dan informasi tentang pentingnya keterlibatan pria dalam ber KB dan kesehatan
reproduksi (BKKBN, 2006).
Sedangkan data dari BKKBN Tahun 2007 di Sumatera Utara jumlah peserta
KB pria juga menunjukkan angka yang sangat rendah, ini terlihat pada pencapaian
peserta aktif Vasektomi 0,27% dan kondom sebesar 4,27%. Sedangkan di kabupaten
Serdang Bedagai yang memiliki 17 kecamatan pada tahun 2007 peserta vasektomi
sebesar 0,08% dan Kondom hanya 1,845% (BKKBN,2007).
Sementara di kecamatan Pantai Cermin peserta vasektomi ini tidak ada
dalam artian 0% dan peserta kondom sebanyak 3,95%. Walaupun disana terdapat
1 puskesmas induk dan 6 puskesmas pembantu dengan jumlah bidan desa 25 orang
dan pegawai PLKB yang ada di kecamatan, namun tidak dapat meningkatkan jumlah
perserta pria dalam ber-KB (Dinas Kependudukan, catatan sipil dan KB)
Keikutsertaan pria dalam Keluarga Berencana masih menunjukkan angka
yang sangat rendah ini dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain sosial budaya
yang menganggap pria paling berkuasa, sehingga pria pun berhak menentukan mau
ikut atau tidak dalam ber-KB. Masih adanya anggapan bahwa pria adalah kepala
keluarga, dan yang paling bertanggung jawab masalah KB adalah wanita, bukan pria.
Adanya faktor adat, nilai, budaya dan agama. Pelayan kesehatan yang kurangnya
sosialisasi ke masyarakat sehingga alat kontrasepsi pria seperti kondom dan
vasektomi kurang populer karena masyarakat kurang mengetahui manfaatnya. Selain
itu masih adanya anggapan bahwa setelah vasektomi akan terjadi penurunan libido
demografi juga tidak kalah pentingnya seperti umur, jumlah anak dan tingkat
pendidikan. Kita tahu bahwa PUS yang berpendidikan rendah cenderung kurang
memahami manfaat ber-KB sehingga tidak merasa perlu mengikuti program KB
(Widodo, 2006).
Sebenarnya banyak kesempatan pria untuk berperan dalam Keluarga
Berencana. Penggunaan kontrasepsi merupakan tanggung jawab bersama antara pria
dan wanita. Bagi pasangan yang memilih kontrasepsi permanen vasektomi
merupakan pilihan terbaik. Mengingat vasektomi lebih sederhana prosedurnya
dengan efek samping dan resiko kesehatan sangat kecil dibanding tubektomi.
Demikian pula dalam penggunaan kondom selain lebih murah juga memiliki efek
samping yang kecil. Oleh karena itu pada tahun 2009 diharapkan kesadaran pria
terhadap manfaat KB meningkat, sehingga dapat meningkatkan jumlah akseptor KB
pria menjadi 4,5% (BKKBN, 2006).
Berdasarkan kondisi diatas penulis tertarik untuk mengetahui hubungan
karakteristik, pengetahuan, sikap dan pelayanan KB dengan rendahnya keikutsertaan
pria dalam program KB (Keluarga Berencana) di wilayah kerja Puskesmas Pantai
Cermin Kecamatan Pantai Cermin Tahun 2008.
1.2Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka perumusan masalah penelitian ini
adalah masih rendahnya keikutsertaan pria dalam program KB dan belum
diketahuinya hubungan karakteristik, pengetahuan, sikap dan pelayanan KB dengan
keikutsertaan pria dalam program KB di wilayah kerja Puskesmas Pantai Cermin
1.3Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan karakteristik, pengetahuan, sikap dan pelayanan
KB dengan keikutsertaan pria dalam program KB di wilayah kerja Puskesmas Pantai
Cermin Kecamatan Pantai Cermin tahun 2008.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui hubungan jumlah anak dengan keikutsertaan pria dalam
program KB di wilayah kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Pantai
Cermin tahun 2008.
2. Untuk mengetahui hubungan pendidikan dengan keikutsertaan pria dalam
program KB di wilayah kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Pantai
Cermin tahun 2008.
3. Untuk mengetahui hubungan pendapatan dengan keikutsertaan pria dalam
program KB di wilayah kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Pantai
Cermin tahun 2008.
4. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan keikutsertaan pria dalam
program KB di wilayah kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Pantai
Cermin tahun 2008.
5. Untuk mengetahui hubungan sikap dengan keikutsertaan pria dalam program KB
di wilayah kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Pantai Cermin
6. Untuk mengetahui hubungan Pelayanan KB dengan keikutsertaan pria dalam
program KB di wilayah kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Pantai
Cermin tahun 2008.
1.4Manfaat Penelitian
1. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber informasi dan masukan bagi
Puskesmas Pantai Cermin dalam rangka perencanaan peningkatan keikutsertaan
pria dalam program KB.
2. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber informasi dan masukan bagi peneliti
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Keluarga Berencana
2.1.1 Pengertian
Menurut WHO (1970), Keluarga Berencana adalah program yang bertujuan
membantu pasangan suami isteri untuk, (1), Menghindari kelahiran yang tidak
diinginkan, (2) Mendapatkan kelahiran yang diingikan, (3) Mengatur interval
diantara kehamilan, (4) Mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan
umur suami dan isteri, (5) Menentukan jumlah anak dalam keluarga (Hartanto,
2002).
Menurut bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas
Padjajaran Bandung yang dikutip oleh Abdurrahman dkk (2001), Keluarga
Berencana adalah pencegahan konsepsi atau pencegahan terjadinya pertemuan antara
sel mani dari laki-laki dan sel telur dari wanita sekitar senggama. Sedangkan menurut
Djoko Roesmoro (2000), Keluarga Berencana adalah upaya peningkatan kepedulian
dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawianan, pengaturan
kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga untuk
mewujudkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera (Juliantoro, 2000).
Keluarga Berencana adalah sebagai proses penetapan jumlah dan jarak anak
yang diinginkan dalam keluarga seseorang dan pemilihan cara yang tepat untuk
2.1.2 Tujuan Keluarga Berencana
Tujuan Keluarga Berencana adalah meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak
serta mewujudkan norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera yang menjadi dasar
bagi terwujudnya masyarakat yang sejahtera melalui pengendalian kelahiran dan
pengendalian pertumbuhan penduduk Indonesia. Sedangkan dalam era otonomi
daerah saat ini pelaksanaan program Keluarga Berencana nasional bertujuan untuk
mewujudkan keluarga berkualitas memiliki visi, sejahtera, maju, bertanggung jawab,
bertakwa dan mempunyai anak ideal, dengan demikian diharapkan :
a. Terkendalinya tingkat kelahiran dan pertambahan penduduk.
b. Meningkatnya Jumlah peserta KB atas dasar kesadaran, sukarela dengan dasar
pertimbangan moral dan agama.
c. Berkembangnya usaha-usaha yang membantu peningkatan kesejahteraan ibu dan
anak, serta kematian ibu pada masa kehamilan dan persalinan.
2.1.3 Sasaran dan Target Program Keluarga Berencana
Sasaran dan target yang ingin dicapai dengan program Keluarga Berencana
adalah bagaimana supaya segera tercapai dan melembaganya Norma Keluarga Kecil
yang Bahagia dan Sejahtera (NKKBS) pada masyarakat Indonesia. Sasaran yang
mesti digarap untuk mencapai target tersebut adalah:
a. Pasangan Usia Subur (PUS) yaitu pasangan suami istri yang hidup bersama
dimana istrinya berusia 15-49 tahun, yang harus dimotivasi terus-menerus
sehingga menjadi pesrta Keluarga Berencana Lestari.
b. Non PUS, yaitu anak sekolah, orang yang belum kawin, pemuda-pemudi,
c. Institusional yaitu berbagai organisasi, lembaga masyarakat, pemerintah dan
swasta.
2.1.4 Pelayanan Keluarga Berencana
Pelayanan kontrasepsi saat ini dirasakan masyarakat, khususnya pasangan
suami-istri, sebagai salah satu kebutuhannya. Pelayanan kontrasepsi yang semula
menjadi program pemerintah dengan orientasi pemenuhan target melalui subsidi
penuh dari pemerintah, berangsur-angsur bergeser menjadi suatu gerakan masyarakat
yang sadar akan kebutuhannya hingga bersedia membayar untuk memenuhinya.
Peran pelayanan Keluarga Berencana diarahkan untuk menunjang tercapainya
kesehatan ibu dan bayi, karena kehamilan yang diinginkan dan berlangsung pada
keadaan dan saat yang tepat, akan lebih menjamin keselamtan ibu dan bayi yang
dikandungnya. Pelayanan KB bertujuan menunda, menjarangkan, atau membatasi
kehamilan bila jumlah anak sudah cukup. Dengan demikian pelayanan KB sangat
berguna dalam mengaturan kehamilan dan pencegahan kehamilan yang tidak
diinginkan tau tidak tepat waktu. Ada lima hal penting dalam pelayanan Keluarga
Berencana yang perlu diperhatikan:
a. Prioritas pelayanan KB diberikan terutama kepada Pasangan Usia Subur yang
isterinya mempunyai keadaan 4 terlalu yaitu terlalu muda (usia kurang dari 20
tahun), terlalu banyak anak (lebih dari 3 orang), terlalu dekat jarak kehamilan
(kurang dari 2 tahun), dan terlalu tua (lebih dari 35 tahun).
b. Menekankan bahwa KB merupakan tanggung jawab bersama antara suami dan
isteri. Suami juga perlu berpartisipasi aktif dalam ber KB dengan menggunakan
c. Memberi informasi lengkap dan adil tentang keuntungan dan kelemahan
masing-masing metode kontrasepsi. Setiap klien berhak untuk mendapat informasi
mengenai hal ini, sehingga dapat mempertimbangkan metode yang paling cocok
bagi dirinya.
d. Memberi nasehat tentang metoda yang paling cocok sesuai dengan hasil
pemeriksaan fisik sebelum pelayanan KB diberikan kepada klien, untuk
memudahkan klien menentukan pilihan.
e. Memberi informasi tentang kontraindikasi pemakaian berbagai metode
kontrasepsi. Pelaksanaan pelayanan KB perlu melakukan skrining atau
penyaringan melalui pemeriksaa fisik terhadap klien untuk memastikan bahwa
tidak terdapat kontraindikasi bagi pemakaian metoda kontrasepsi yang akan
dipilih. Khusus untuk tindakan operatif diperlukan surat pernyataan setuju
(informed consent) dari klien (Depkes, 2002).
2.2 Akseptor KB
Akseptor KB adalah Pasangan Usia Subur yang menggunakan salah satu alat
kontrasepsi. Ada lima kategori akseptor KB:
a. Akseptor Aktif
Akseptor yang ada pada saat ini menggunakan salah satu cara/alat kontrasepsi
untuk menjarangkan kehamilan atau mengakhiri kesuburan.
b. Akseptor KB aktif kembali
Pasangan Usia Subur yang telah menggunakan selama tiga bulan atau lebih yang
kontrasepsi yang baik dengan cara yang sama maupun berganti cara setelah
berhenti/istirahat paling kurang tiga bulan berturut-turut dan bukan karena hamil.
c. Akseptor KB baru
Akseptor yang baru pertama kali menggunakan cara kontrasepsi, atau menjadi
akseptor setelah melahirkan atau abortus.
d. Akseptor KB Ideal
Akseptor aktif yang mempunyai anak tidak lebih dari 2 orang dan berumur
kurang dari 45 tahun.
e. Akseptor Lestari
Peserta KB yang tetap memakai cara kontrasepsi dengan benar untuk waktu lebih
dari 10 tahun dan tidak pernah diselingi kelahiran (BKKBN, 1985).
2.3 Kontrasepsi
Kontrasepsi adalah alat yang digunakan untuk menunda, menjarangkan
kehamilan, serta menghentikan kesuburan. Kontrasepsi berasal dari kata ”kontra”
dan ”konsepsi”. Kontra berarti mencegah atau melawan, sedangkan konsepsi adalah
pertemuan antara sel telur (ovum) yang matang dengan sperma yang mengakibatkan
kehamilan. Kontrasepsi adalah menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan
sebagai akibat pertemuan antara sel telur dengan sperma tersebut (Mansjoer, 1999).
2.4 Sejarah Alat Kontrasepsi
Kontrasepsi dapat diartikan sebagai menghindarkan konsepsi atau kehamilan,
sedangkan alat kontrasepsi adalah segala macam alat atau cara yang digunakan satu
pihak atau kedua belah pihak pasangan suami isteri untuk menghindarkan konsepsi.
yang tujuan utamanya untuk kesehatan reproduksi, kebahagiaan dan kesejahteraan
keluarga yang lebih dikenal dengan istilah Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera.
Dahulu pada abad sebelum masehi, Hipocrates pernah menganjurkan
wanita-wanita yang telambat haid dan kebanyakan anak untuk bekerja lebih keras atau
berolah raga lebih berat lagi agar mereka mendapatkan haid lagi.
Alat kontrasepsi yang sudah tua usianya ialah operasi tubektomi pada wanita
dan vasektomi pada pria yang pada saat ini lebih dikenal dengan alat kontrasepsi
mantap. Kontrasepsi ini telah dilaksanakan sekitar tahun 1880-an, yaitu dipakai
untuk mereka yang dikhawatirkan akan menurunkan penyakit-penyakit keturunan
pada anaknya dan juga alasan ”eugenik” pada orang-orang gila, demi mencegah
keturunan selanjutnya. Kondom juga sudah dikenal orang sejak tahun1800-an, yang
pada mulanya terbuat dari usus domba (Koesnadi 1992).
2.5 Jenis Alat Kontrasepsi Pada Pria
2.5.1 Kondom
1. Pengertian
Kondom merupakan selubung/sarung karet yang dapat terbuat dari berbagai
bahan diantaranya lateks (karet), plastik (vinil), atau bahan alami (produksi hewani)
yang dipasang pada penis saat hubungan seksual. Kondom terbuat dari bahan karet
sintetis yang tipis, berbentuk silinder, dengan muara berpinggir tebal, yang bila
2. Cara Kerja
Kondom menghalangi terjadinya pertemuan sperma dan sel telur dengan cara
mengemas sperma diujung selubung karet yang dipasang pada penis sehingga
sperma tersebut tidak tercurah ke dalam saluran reproduksi perempuan. Mencegah
penularan Mikroorganisme (IMS termasuk HBV dan HIV/AIDS) dari satu pasangan
kepada pasangan yang lain (khususnya kondom yang terbuat dari lateks dan Vinil)
3. Efektifitas
Kondom cukup efektif bila dipakai secara benar pada setiap kali berhubungan
seksual. Pada beberapa pasangan, pemakaian kondom tidak efektif karena tidak
dipakai secara konsisten. Secara ilmiah didapatkan hanya sedikit angka kegagalan
kondom yaitu 2-12 kehamilan per 100 perempuan per tahun.
4. Keuntungan
a. Tidak mengganggu produksi ASI
b. Mudah dipakai sendiri
c. Tidak mengganggu kesehatan klien
d. Murah dan dapat dibeli secara umum
e. Tidak perlu resep dokter dan pemeriksaan kesehatan khusus
f. Dapat mencegah penularan IMS
5. Kerugian
a. Kondom rusak atau diperkirakan bocor (sebelum berhubungan)
b. Selalu harus memakai kondom yang baru
c. Kadang-kadang ada yang tidak tahan (alergi) terhadap karetnya
d. Mengurangi kenikmatan hubungan seksual
e. Tingkat kegagalannya cukup tinggi (BKKBN, 1993)
2.5.2 Vasektomi
1. Pengertian
Suatu metode kontrasepsi operatif minor pada pria dengan memotong saluran
mani (vasdeferen) yang menyalurkan sel mani (sperma) keluar dari pusat
produksinya yaitu buah pelir (testis) (Notodihardjo, 2002).
2. Cara Kerja Vasektomi
Oklusi vasdeferen hingga menghambat perjalanan spermatozoa sehingga
tidak didapatkan spermatozoa dari testis ke penis (Hartanto, 2002)
3. Keuntungan Vasektomi
a. Efektif
b. Aman, morbiditas rendah dan hampir tidak ada mortalitas
c. Sederhana
d. Cepat, hanya memerlukan waktu 5-10 menit
e. Menyenangkan bagi akseptor karena hanya memerlukan anastesi lokal saja
g. Secara kultural sangat dianjurkan di negara-negara dimana wanita merasa
malu untuk ditangani oleh dokter pria dan kurang tersedia dokter wanita atau
para medis wanita (Hartanto, 2002)
4. Kerugian Vasektomi
a. Diperlukan suatu tindakan operasi
b. Kadang-kadang menyebabkan komplikasi seperti pendarahan atau infeksi
c. Belum memberikan perlindungan total, harus menunggu beberapa hari,
minggu atau bulan sampai sel mani sudah tidak ada.
d. ..Bagi yang memiliki problem psikologis yang berhubungan dengan prilaku
seksual mungkin bertambah parah setelah tindakan operatif
e. Tidak bisa dilakukan pada orang yang masih menginginkan punya anak
5. Efektifitas Vasektomi
a. Angka kegagalan 0-2,2% atau umumnya > 1%
b. Kegagalan vasektomi umumnya disebabkan oleh :
− Senggama yang tidak terlindungi sebelum semen per ejakulat bebas sama
sekali dari spermatozoa.
− Rekanalisasi spontan dari vasedeferen, umumnya terjadi setelah
pembentukan granuloma spermatozoa.
− Pemotongan dan oklusi struktur jaringan lain selama operasi.
− Jaringan duplikasi kongenital dari vasdeferen (terdapat lebih dari satu
2.6 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemakaian Alat Kontrasepsi
2.6.1 Sosio Demografi
Menurut Bertrand (1980) yang dikutip oleh Agus (2004) menyatakan ada
dua faktor yang mempengaruhi pemakaian alat kontrasepsi oleh Pasangan Usia
Subur (PUS), yaitu :sosio demografi dan pemberi pelayanan KB (provider), yang
termasuk dalam sosio demografi meliputi tingkat pendidikan, jenis pekerjaan dan
jumlah anak. Sedangkan pada pemberi pelayanan yaitu sumber pelayanan KB dan
keterampilan petugas KB.
2.6.2 Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Pengetahuan umumnya datang dari
pengalaman juga dapat diperoleh dari informasi yang disampaikan orang lain,
didapat dari buku, surat kabar, atau media massa, elektronik (Notoatmodjo, 2003).
Tingkat pengetahuan sangat berpengaruh terhadap proses menerima atau
menolak inovasi. Menurut Roger (1983), prilaku yang didasari oleh pengetahuan
akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Roger
dalam hanafi (1987) mengungkapkan bahwa sebelum seseorang mengadopsi perilaku
baru (berprilaku baru) dalam diri orang tersebut terjadi proses berurutan yaitu :
1. Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui
terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).
2. Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut, disini sikap
3. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut
bagi dirinya.
4. Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.
5. Adoption, di mana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.
Pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman langsung ataupun melalui
pengalaman orang lain. Pengetahuan dapat ditingkatkan melalui penyuluhan baik
secara individu maupun kelompok untuk meningkatkan pengetahuan kesehatan
yang bertujuan untuk meningkatkan prilaku individu, keluarga dan masyarakat
dalam mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.
Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan mempunyai 6 tingkatan yaitu :
1. Tahu (know)
Diartikan sebagai pengingat sesuatu materi yang telah dipelajari sebelumnya,
termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali terhadap
sesuatu yang spesifik dari seluruh bagian yang dipelajari atau rangsangan yang
telah diterima. Kata kerja untuk mengukur orang tahu tentang apa yang dipelajari
antara lain : menyebutkan, mendefinisikan dan mengatakan.
2. Memahami (comprehension)
Diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek
yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,
3. Aplikasi (application )
Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari
pada situasi dan kondisi yang sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai
aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus-rumus, metode, prinsip dalam
konteks, atau situasi lain misalnya dapat menggunakan rumus statistik dalam
perhitungan-perhitungan hasil penelitian, dapat menggunakan prinsip-prinsip
siklus, pemecahan masalah dari kasus yang diberikan.
4. Analisis (analysis)
Adalah suatu harapan untuk menjabarkan materi atau objek dalam
komponen-komponen tetapi masih dalam sruktur organisasi tersebut dan masih ada kaitanya
dengan yang lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata
kerja seperti menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan
sebagainya.
5. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjukkan kepada sesuatu kemampuan untuk menghubungkan
bagian-bagian kedalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain
sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun, merencanakan,
meningkatkan, menyesuaikan dan sebagainya terhadap sesuatu teori atau
rumusan-rumusan yang telah ada.
6. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini dikaitkan dengan kemampuan-kemampuan untuk melakukan
ini berdasarkan kriteria yang telah ditentukan sendiri atau menggunakan
kriteria-kriteria yang ada.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang
menanyakan materi yang ingin diukur dari objek penelitian atau responden kedalam
pengetahuan yang ingin kita ketahui (Notoatmodjo, 2003).
Menurut Raharjo (2000) mengatakan ada beberapa faktor yang
mempengaruhi pria untuk tidak ber-KB yaitu rendahnya pengetahuan dan kesadaran
pria terhadap pentingnya KB, rendahnya kualitas dan jaringan pelayanan yang
diberikan terhadap pria tentang KB.
2.6.3 Sikap
Menurut Notoatmodjo (1993), sikap merupakan reaksi atau respon yang
masih dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Menurut Newcomb,
menyatakan sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan
merupakan pelaksanaan motif tertentu, sikap belum merupakan suatu tindakan atau
aktivitas, akan tetapi adalah merupakan predisposisi tindakan suatu prilaku. Sikap
secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus
tertentu yang ada dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi bersifat emosional
terhadap stimulus sosial.
Menurut Alport (1954) dalam Notoatmodjo (1993), sikap itu mempunyai tiga
komponen pokok yaitu : kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu
objek, kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek dan kecendrungan
Sikap juga memiliki tingkatan, hal ini dibagi dalam empat tingkatan yaitu :
1. Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa subjek (orang) mau dan memperhatikan stimulus
yang diberikan (objek).
2. Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas
yang diberikan.
3. Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan sesuatu masalah.
4. Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dipilihnya dengan segala risikonya.
2.6.4 Sosio Ekonomi
Menurut Notoadmojo (1997) yang mengutip pendapat andersen, menyatakan
bahwa penghasilan memiliki pengaruh terhadap keikutsertaan seseorang dalam
memanfaatkan pelayanan kesehatan.
Penghasilan sesorang tidak dapat diukur sepenuhnya dari pekerjaannya. Bila
dihubungkan dengan tingkat keikutsertaan pada program KB, orang pada tingkat
penghasilan tinggi akan lebih mudah menerima dan mengikuti program ini.
Sebaliknya orang dengan penghasilan rendah akan sangat sulit ikut dalam program
KB. Hal ini dikarenakan pada program KB, akseptor menanggung sendiri biaya yang
2.7 Kerangka Konsep
Variabel Independen Variabel Dependen
Gambar 2.1 Kerangka Konsep Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Rendahnya Keikutsertaan Pria Dalam Program KB Di Wilayah Kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Pantai Cermin Tahun 2008
2.8. Hipotesis Penelitian
1. Terdapat hubungan antara jumlah anak dengan keikutsertaan KB
2. Terdapat hubungan antara pendidikan dengan keikutsertaan KB
3. Terdapat hubungan antara pendapatan dengan keikutsertaan KB
4. Terdapat hubungan antara pengetahuan dengan keikutsertaan KB
5. Terdapat hubungan antara sikap dengan keikutsertaan KB
6. Terdapat hubungan antara Pelayanan KB dengan keikutsertaan KB − Jumlah anak
− Pendidikan − Pendapatan
− Pengetahuan
− Sikap
− Pelayanan kesehatan
Keikutsertaan Pria Ber-KB
• Ikut
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian survey bersifat deskriptif
analitik.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Pantai Cermin
Kecamatan Pantai Cermin. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli-Desember 2008.
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi adalah seluruh pria pasangan usia subur yang berdomisili di wilayah
kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Pantai Cermin Tahun 2008.
3.3.2 Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah suami dari Pasangan Usia Subur yang ada
di wilayah kerja Puskesmas Pantai Cermin.
Teknik penarikan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan cara acak
sederhana (Simple Random Sampling), dengan cara undian. Adapun besar sampel dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan rumus besar sampel uji hipotesis
(Lemeshow, dkk, 1997)
Z (nilai baku normal pada β = 0,20) adalah 0,842
Po = Proporsi pria yang menggunakan KB 35% = 0,35
Pa = Proporsi perbedaan yang diharapkan 50% = (15% lebih besar dari Po)
Sehingga :
Dari data diatas diperoleh besar sampel 82 orang. Faktor non respon sebesar
10% maka peneliti mengambil sampel penelitian menjadi 90 orang.
Selanjutnya besar sampel setiap desa ditentukan proportional dengan besar populasi
pada masing-masing desa. Besar sampel dihitung dengan cara :
n
Tabel 3.1 Besar Sampel Setiap Desa di Wilayah Kerja Puskesmas Pantai Cermin
No Nama Desa Jumlah Populasi Besar Sampel
1 Celawan 832 orang 11 orang
Data primer diperoleh dari hasil wawancara menggunakan kuesioner yang
telah ada.
Data sekunder diperoleh dari Dinas Kependudukan, Catatan Sipil dan KB
3.5 Defenisi Operasional
Dari kerangka konsep penelitian, maka defenisi operasionaln dari variabel
variabel penelitian ini adalah:.
1. Jumlah anak adalah banyaknya anak yang masih hidup pada saat dilakukan
penelitian.
2. Tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan responden secara formal yang
terakhir kali diselesaikan/berdasarkan ijazah terakhir yang dimiliki.
3. Pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui responden tentang KB pada pria.
4. Tingkat pendapatan keluarga adalah jumlah pendapatan keluarga dalam satu
bulan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga .
5. Sikap adalah tanggapan responden untuk ikut menjadi peserta Keluarga
Berencana.
6. Pelayanan KB adalah pernah tidaknya memperoleh pelayanan KB baik berupa
ceramah/penyuluhan, kemudahan mengakses pelayanan KB dari petugas
Kesehatan.
7. Keikutsertaan KB adalah ikut atau tidak ikutnya terhadap salah satu alat
3.6 Aspek Pengukuran :
1. Jumlah anak
1 = Jika memiliki anak ≤ 2 orang
2 = Jika memiliki anak > 2 orang
2. Pendidikan
1 = Rendah, Apabila hanya menyelesaikan pendidikan SD atau SMP
2 = Tinggi, Apabila telah menyelesaikan pendidikan SLTA diploma, sarjana,
megister, spesialis (UU RI NO 20, 2003 tentang pendidikan).
3. Pengetahuan
Item pertanyaan tentang pengetahuan berjumlah 10 pertanyaan, dengan
kriteria baik, cukup, dan kurang. Dimana skor untuk pertanyaan no1, 2, 3, 6 dan 7
bila menjawab salah adalah 0, dan jawaban benar adalah 2. Sedangkan untuk
pertanyaan no 4, 5, 8, 9, 10 diberi skor : 0 = bila memilih jawaban tidak tahu
1 = bila memilih 1-2 jawaban
2 = bila memilih jawaban > 3 jawaban
Sehingga didapat aspek pengukuran pengetahuan adalah : (Pratomo, 1986)
1 = Baik, (jika total nilai ≥ 75%), bila responden mendapat nilai ≥ 15
2 = Sedang, (jika total nilai 40-75%), bila responden mendapat nilai 8-14
4. Sikap
Sikap responden diukur dengan metode skoring, berdasarkan kuesioner
yang diberi. Jumlah pertanyaan ada 10 buah, dimana responden yang menjawab
setuju diberi nilai 2, kurang setuju 1 dan tidak setuju 0. Sehingga skor tetinggi
adalah 20.
Maka berdasarkan jumlah yang diperoleh responden dapat dikategorikan
sebagai berikut : (Pratomo, 1986)
1 = Baik, apabila responden mendapat skor ≥ 75% dengan total nilai ≥ 15
2 = Kurang baik, apabila responden mendapat skor < 75% dengan total nilai < 14
a. Pendapatan
1 = jika pendapatan keluarga ≤ Rp 822.205
2 = Jika pendapatan keluarga > Rp 822.205 (Depnaker dan transmigrasi,
UMR Sumut, 2008)
b. Pelayanan KB
1 = jika responden pernah mendapatkan pelayanan KB
2 = jika responden tidak pernah mendapatkan pelayanan KB
c. Keikutsertaan KB
1 = Ikut dalam program KB
3.7 Pengolahan dan Analisa Data
3.7.1 Pengolahan Data
Kegiatan pengolahan data dilakukan setelah semua data dikumpulkan
kemudian data yang ada diedit dan diolah dengan mengggunakan komputer.
3.7.2 Analisa Data
Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah secara
deskriptif dengan Chi-square dengan taraf nyata (α) = 0,05
Rumus uji statistik Chi-square
X² = Σ (Oij – Eij)² Eij
Dimana :
Oij : Frekuensi teramati dari sel baris ke-1 dan kolom ke-1
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Pantai Cermin
4.1.1 Sejarah Puskesmas Pantai Cermin
Puskesmas Pantai Cermin didirikan pada tahun 1978 dan diresmikan oleh
Bapak gubernur Marahalim. Selama 30 tahun berdirinya Puskesmas ini sudah
dipimpin oleh 8 kepala Puskesmas.
4.1.2 Lokasi Puskesmas Pantai Cermin
Puskesmas Pantai Cermin terletak di Jalan Besar Pantai Cermin Desa Panatai
Cermin Kanan Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai.
4.1.3 Data Geografi
Kecamatan Pantai Cermin memiliki luas wilayah ± 80.296 Ha dan jumlah
penduduk pada akhir tahun 2007 sebesar 41.963 jiwa.
Secara geografi maka batas-batas kecamatan Pantai Cermin adalah sebagai
berikut :
Sebelah Utara berbatasan dengan : Selat Sumatera
Sebelah Selatan berbatasan dengan : Kecamatan Perbaungan
Sebelah Timur berbatasan dengan : Kecamatan Teluk Mengkudu
Sebelah Barat berbatasan dengan : Kecamatan Pantai labu
4.1.4 Program Puskesmas
Puskesmas Pantai Cermin saat ini memiliki 6 upaya kesehatan wajib yaitu
Promosi Kesehatan, Kesehatan Lingkungan, Kesehatan ibu dan Anak (KIA) serta
Penyakit Menular (P2M) dan pengobatan.Salah satu dari upaya kesehatan wajib
tersebut adalah Keluarga Berencana. Program ini kurang berjalan di Puskesmas
Pantai Cermin dikarenakan masih penaggung jawab dari program KB ini masih
bergabung dengan program KIA. Sedangkan kita tahu bahwa program KIA itu
banyak kegiatanya sehingga terkadang program KB ini kurang disosialisasikan
kepada masyarakat. Program ini juga baru berjalan bila ada kegiatan dari PLKB
Kecamatan, karena mereka yang paling brtanggung jawab dalam hal itu.
Program KB pada pria di Puskesmas Pantai Cermin ini, kegiatannya hanya
sekedar memberikan alat kontrasepsi Kondom bagi masyarakat yang tahu dan mau
saja. Belum adanyanya sosialisasi atau motivasi kepada masyarakat tentang alat
kontrasepsi untuk pria. Saat ini kegiatan KB lebih difokuskan pada alat kontrasepsi
pada wanita saja.
4.1.5 Fasilitas Sumber Daya Manusia Puskesmas Pantai Cermin
• Dokter Umum : 2 orang
• Dokter Gigi : 2 orang
• Bidan : 4 orang
• Perawat : 4 orang
• SKM : 1 orang
• Asisten Apoteker : 1 orang
• Tata Usaha : 1 orang
• TPG : 1 orang
Dalam hal pelaksanaan program Keluarga Berencana di Puskesmas Pantai
Cermin dilaksanakan oleh bidan yang ada di Puskesmas dan yang bertanggung jawab
adalah Bidan koordinator.
4.1.6 Gambaran Penduduk
Tabel 4.1 Distribusi Penduduk Kecamatan Pantai Cermin Menurut Desa
Desa Jumlah
Tabel 4.2 Distribusi Penduduk Kecamatan Pantai Cermin Menurut Umur dan Desa
N
O Desa
Kelompok umur
0 - 5 th 6 - 12 th. 13 - 16 th 17 - 59 th ≥ 60 th
1 Pantai Cermin Kanan 399 456 253 2549 44
2 Pantai Cermin Kiri 406 626 899 1136 158
3 Kota Pari 725 930 550 3312 167
4 Cilawan 1114 1717 1325 1036 874
5 Ujung Rambung 253 535 409 1632 198
6 Sementara 202 302 266 1058 113
7 Pematang Kasih 50 150 400 494 40
8 Besar II Terjun 349 743 788 1733 294
9 Naga Kisar 400 569 796 1491 182
10 Ara Payung 221 1354 939 683 102
11 Kuala Lama 812 712 921 1020 641
12 Lubuk Saban 381 316 144 1324 270
Jumlah 5312 8410 7690 17468 3083
Tabel 4.3 Distribusi Fasilitas/Prasarana Kesehatan Kecamatan Pantai Cermin
No Fasilitas/Prasarana Kesehatan Jumlah
1 Puskesmas 1
2 Pustu 6
3 Balai pengobatan/Klinik 24
4 Posyandu 32
5 Praktek Dokter 3
6 Polindes 4
7 Apotik 2
8 Toko Obat 1
4.2 Analisis Univariat
4.2.1 Karakteristik Responden
Pada penelitian ini yang menjadi responden adalah Pasangan Usia Subur
(Pria) yang berada di Wilayah kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Pantai
Cermin. Karekteristik responden dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4.4 Distribusi Responden Menurut Jumlah Anak di Wilayah Kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Pantai Cermin Tahun 2008
No Jumlah Anak Jumlah Persentase
1 > 2 orang 38 42,2
2 ≤ 2 orang 52 57,8
Jumlah 90 100
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa lebih banyak responden yang
Tabel 4.5 Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan di Wilayah Kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Pantai Cermin Tahun 2008
NO Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase
1 Tinggi 21 23,3
3 Rendah 69 76,7
Jumlah 90 100
Dari tabel diatas diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki tingkat
pendididikan rendah sebanyak 69 orang (76,7%), dan tingkat pendidikan tinggi ada
21 orang (23,3%).
Tabel 4.6 Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendapatan Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Pantai Cermin Tahun 2008
No Tingkat Pendapatan Jumlah Persentase
1 > Rp 822.205 25 27,8
2 ≤ Rp 822.205 65 72,2
Jumlah 90 100
Berdasarkan tabel diatas mayoritas tingkat pendapatan keluarga ≤ Rp.
Tabel 4.7 Distribusi Responden Menurut Tingkat Pengetahuan di Wilayah Kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Pantai Cermin Tahun 2008
NO Tingkat Pengetahuan Jumlah Persentase
1 Baik 8 8,9
2 Sedang 22 24,4
3 Kurang 60 66,7
Jumlah 90 100
Berdasarkan tabel diatas diketahui responden memilki tingkat pengetahuan
kurang lebih banyak yaitu 60 orang (66,7%), sedangkan tingkat pengetahuan baik
hanya 8 orang (8,9%).
Tabel 4.8 Distribusi Responden Menurut Sikap di Wilayah Kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Pantai Cermin Tahun 2008
NO Sikap Jumlah Persentase
1 Baik 21 23,3
2 Kurang baik 69 76,7
Jumlah 90 100
Berdasarkan tabel diatas diketahui sebagian besar memiliki sikap sedang
sebanyak 65 orang (72,2%) sedangkan yang memiliki sikap kurang sebanyak 4 orang
Tabel 4.9 Distribusi Responden Menurut Pelayanan KB di Wilayah Kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Pantai Cermin Tahun 2008
No Pelayanan KB Jumlah Persentase
1 Pernah Mendapat Penyuluhan KB 35 38,9
2 Tidak Pernah Mendapat Penyuluhan KB 55 61,1
Jumlah 90 100
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa sebagian besar responden tidak
pernah mengikuti penyuluhan KB sebanyak 55 orang (61,1%).
Tabel 4.10 Distribusi Responden Menurut Keikutsertaan dalam KB di Wilayah Kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Pantai Cermin Tahun 2008
No Keikutsertaan Dalam KB Jumlah Persentase
1 IkutsertaKB 21 23,3
2 Tidak Ikutserta KB 69 76,7
Jumlah 90 100
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa sebagian besar responden tidak
Tabel 4.11 Distribusi Responden Menurut Tempat mengikuti Pelayanan KB di Wilayah Kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Pantai Cermin Tahun 2008
No Tempat Pelayanan KB Jumlah Persentase
1 Puskesmas 11 52,4
2 Apotik 10 47,6
Jumlah 21 100
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa responden mendapat pelayanan KB
lebih banyak di Puskesmas ada 11 orang (52,4%).
Tabel 4.12 Distribusi Responden Menurut Jenis KB yang Digunakan di Wilayah Kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Pantai Cermin Tahun 2008
No Jenis Alat KB Jumlah Persentase
1 Kondom 21 100
2 Vasektomi 0 0
Jumlah 21 100
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa seluruh responden yang menggunakan
4.3 Analisis Bivariat
4.3.1 Hubungan Karakteristik dengan Keikutsertaan Pria dalam Program KB
Tabel 4.13 Hubungan Jumlah Anak dengan Keikutsertaan KB di Wilayah Kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Pantai Cermin Tahun 2008
Jumlah Anak
Keikutsertaan KB
Total
x
2 P-valueIkut Tidak Ikut
N % n % N %
≤ 2 orang 18 34,6 34 65,4 52 100,0
8,763 0,003
> 2 orang 3 7,9 35 92,1 38 100,0
Total 21 23,3 69 76,7 90 100,0
Dari tabel 4.11dapat dilihat bahwa responden dengan jumlah anak ≤ 2 orang
yang ikut serta dalam KB sebanyak 18 orang (34,6%) sedangkan respoonden yang
memilik anak > 2 orang yang ikut serta dalam KB sebanyak 3 orang (7,9%).
Berdasarkan hasil uji chi square terhadap hubungan jumlah anak dengan
keikutsertaan KB diperoleh nilai probabilitas p (0,003) < α (0,05) sehingga Ho
ditolak. Artinya secara statistik ada hubungan antara jumlah anak dengan
Tabel 4.14 Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Keikutsertaan KB di Wilayah Kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Pantai Cermin Tahun 2008
Tingkat Pendidikan
Keikutsertaan KB
Total
P-value
Ikut Tidak Ikut
N % n % N %
Rendah 13 18,8 56 81,2 69 100,0
0,082
Tinggi 8 38,1 13 61,9 21 100,0
Total 21 23,3 69 76,7 90 100,0
Dari tabel 4.12 dapat dilihat bahwa responden dengan tingkat pendidikan
rendah yang ikut serta dalam KB sebanyak 13 orang (18,8%), sedangkan responden
yang memiliki tingkat pengetahuan tinggi ada 8 orang (38,1%) yang ikut dalam KB.
Berdasarkan hasil uji chi square terhadap hubungan jumlah anak dengan
keikutsertaan KB diperoleh nilai probabilitas p (0,082) > α (0,05) sehingga Ho
diterima Artinya secara statistik tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan
Tabel 4.15 Hubungan Pendapatan Keluarga dengan Keikutsertaan KB di Wilayah Kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Pantai Cermin Tahun 2008
Pendapatan
Keikutsertaan KB
Total
x
2 P-valueIkut Tidak Ikut
N % n % N %
> Rp 822.205 7 28,0 18 72,0 25 100,0
0,421 0,516 ≤ Rp 822.205 14 21,5 51 78,5 65 100,0
Total 21 23,3 69 76,7 90 100,0
Dari tabel 4.11dapat dilihat bahwa responden dengan pendapatan ≤ Rp
822.205 yang ikut serta dalam KB sebanyak 14 orang (21,5%) sedangkan
respoonden yang memilik pendapatan > Rp 822.205 yang ikut serta dalam KB
sebanyak 7 orang (28,0%).
Berdasarkan hasil uji chi square terhadap hubungan pendapatan dengan
keikutsertaan KB diperoleh nilai probabilitas p (0,516) > α (0,05) sehingga Ho
diterima Artinya secara statistik tidak ada hubungan antara pendapatan keluarga
4.3.2 Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Keikutsertaan KB
Hubungan tingkat pengetahuan dengan keikuysertaan pria dalam program KB
dapat dilihat pada table berikut:
Tabel 4.14 Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Keikutsertaan KB di Wilayah Kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Pantai Cermin Tahun 2008
Dari table 4.14 dapat dilihat bahwa responden dengan tingkat pengetahuan
baik yang ikut dalam KB sebanyak 5 orang (62,5%), Responden yang memiliki
tingkat pengetahuan sedang yang ikut dalam KB sebanyak 7 orang (31,8%) dan
responden yang memiliki tingkat pengetahuan rendah yag ikut dalam KB sebanyak 9
orang (15,0%)
Berdasarkan hasil uji chi square terhadap hubungan pengetahuan dengan
keikutsertaan KB diperoleh nilai probabilitas p (0,006) < α (0,05) sehingga Ho
ditolak. Artinya secara statistik ada hubungan antara pengetahuan dengan
4.3.2 Hubungan Sikap Dengan Keikutsertaan KB
Hubungan sikap dengan keikutsertaan pria dalam program KB dapat dilihat
pada table berikut
Tabel 4.15 Hubungan Sikap dengan Keikutsertaan KB di Wilayah Kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Pantai Cermin Tahun 2008
Sikap
Keikutsertaan KB
Total
P-value
Ikut Tidak Ikut
N % n % N %
Baik 9 42,9 12 57,1 21 100,0
0,036
Kurang baik 12 17,4 57 82,6 69 100,0
Total 21 23,3 69 76,7 90 100,0
Dari table 4.15 dapat dilihat bahwa responden dengan sikap baik yang ikut
dalam KB sebanyak 9orang (42,9%), yang tidak ikut 12 orang (57,1%) dan
responden yang memiliki sikap kurang baik yang ikut dalam KB sebanyak 12 orang
(17,4%) dan yang tidak ikut sebanyak 57 orang (82,6%)
Berdasarkan hasil uji chi square terhadap hubungan sikap dengan
keikutsertaan KB diperoleh nilai probabilitas p (0,036) < α (0,05) sehingga Ho
4.3.2 Hubungan Pelayanan KB Dengan Keikutsertaan KB
Hubungan pelayanan KB dengan keikutsertaan pria dalam program KB dapat
dilihat pada table berikut
Tabel 4.16 Hubungan Pelayanan KB dengan Keikutsertaan KB di Wilayah Kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Pantai Cermin
Tahun 2008
Pelayanan KB
Keikutsertaan KB
Total
x
2 P-valueIkut Tidak Ikut
n % n % n %
Pernah ikut
penyuluhan 18 51,4 17 48,6 60 100,0
25,271 0,000
Tidak pernah
ikut penyuluhan 3 5,5 52 94,5 30 100,0
Total 21 23,3 69 76,7 90 100,0
Dari table 4.15 dapat dilihat bahwa responden yang pernah ikut penyuluhan
yang ikut dalam KB sebanyak 12 orang (20,0%) dan sedangkan responden yang
tidak pernah ikut penyuluhan yang ikut dalam KB sebanyak 9 orang (30,0%).
Berdasarkan hasil uji chi square terhadap hubungan pelayanan KB dengan
keikutsertaan KB diperoleh nilai probabilitas p (0,000) < α (0,05) sehingga Ho
ditolak.Artinya secara statistik ada hubungan antara pelayanan KB dengan
BAB V
PEMBAHASAN
5.1 Hasil Analisis Univariat
5.1.1 Karakteristik Responden
Hasil analisis univariat tentang karakteristik responden menunujukkan bahwa
sebagian besar responden memiliki jumlah anak lebih kecil atau sama dengan 2 orang
sebanyak 52 orang (57,8%). Jumlah anak dalam keluarga dapat menunujukkan
derajat kesehatan keluarga tersebut. Sebab jumlah anak, jarak kelahiran dan jumlah
kehamilan sangat berpaengaruh besar terhadap resiko kematian bayi dan kesehatan
ibu (BKKBN, 2004). Jumlah anak juga merupakan salah satu indikasi tingkat
keberhasilan program KB.
Tingkat pendidikan responden 76,7 % berada dalam kategori rendah, tingkat
pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keikutsertaan seseorang
dalam program KB. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang diharapkan
semakin tinggi pula pengetahuan dan kesadarannya akan program KB.
Sedangkan bila dilihat dari segi jumlah pendapatan keluarga, sebagian besar
responden (72,2%) mempunyai pendapatan kecil atau sama dengan Rp 822.205.
Jumlah pendapatan keluarga ini mempengaruhi daya beli terhadap alat kontrasepsi
dan dapat dilihat bahwa penghasilan keluarga masih banyak yang dibawah UMR.
5.1.2 Tingkat Pengetahuan.
Tingkat pengetahuan responden sebagian besar (66,7%) memiliki tingkat
pengetahuan kurang, dan yang memiliki pengetahuan baik tentang KB hanya 8,9%.
Pada umumnya responden hanya tahu tentang jenis alat kontrasepsinya saja tanpa
tahu apa manfaatnya, keuntungan, kerugian dari alat tersebut. Kebanyakan juga
masyarakat hanya tahu tentang alat kontrasepsi kondom saja.
5.1.3 Sikap
Hasil dari penelitian ini menunujukkan sebagian besar responden memiliki
sikap kurang baik (76,7%) terhadap program KB pada pria. Pada umum nya
responden menganggap KB bukan urusan pria hanya urusan wanita saja. Masih
adanya tradisi keluarga dalam mengambil keputusan dan memilih alat kontrasepsi
atas prsetujuan suami, suamilah yang menentukan siapa yang akan menggunakan alat
kontrasepsi dan bahkan jenis alat kontrasepsi yag akan digunakan.
5.1.4 Pelayanan KB
Pada pertanyaan pelayanan KB para responden mendapat 5 pertanyaan, tapi
bila responden manjawab pertanyaan 1 tidak pernah makan pertanyaan berikutnya
tidak dipertanyakan lagi atau drop out. Berdasarkan hasil analisis univariat, diketahui
bahwa sebagian besar responden tidak pernah mendapatkan pelayanan penyuluhan
KB yaitu sebanyak 61,1% sedangkan responden yang pernah mendapatkan pelayanan
KB baik berupa penyuluhan maupun ceramah hanya 38,9%. Hal ini menujukkan
bahwa pelayanan yang dilakukan oleh petugas kesehatan khususnya dalam
penyuluhan/ceramah tentang KB kurang diberikan kepada responden.
5.1.5 Keikutsertaan Dalam Program KB
Berdasarkan penelitian ini diperoleh data bahwa ada 21 orang (23,3%) yang
ikut dalam program KB dan seluruhnya menggunakan alat kontrasepsi kondom.
ada sebanyak 20 orang (86,95%) dan karena alasan istri tidak bisa menggunakan alat
kontrasepsi ada sebanyak 3 orang (13,04%).
Pada metode kontrasepsi Vasektomi tidak didapatkan responden yang
menggunakan metode tersebut. Hal ini disebabkan masih rendahnya pengetahuan
masyarakat tentang vasektomi, masih banyaknya anggapan bahwa vasektomi itu
adalah kebiri. Responden pada umumnya takut bila setelah vasektomi akan
mengurangi kejantananya.
5.1.6 Tempat Pelayanan KB
Berdasarkan hasil analisis univariat, diketahui bahwa sebagian responden
yang ikut dalam program KB mendapatkan pelayanan penyuluhan di Puskesmas ada
11 orang (52,4%)
5.2 Analisis bivariat
5.2.1 Hubungan Jumlah Anak Dengan Keikutsertaan Pria Dalam Program KB
Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan, uji statistik diketahui bahwa
ada hubungan antara jumlah anak dengan keikusertaan KB.
Hal ini sesuai dengan pendapat Richard (2007), bahwa faktor jumlah keluarga
mempengaruhi prilaku seseorang dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan. Dalam hal
ini pemanfaatan atau keikutsertaan dalam program KB. Didalam GBHN juga
disebutkan bahwa upaya untuk membatasi jumlah anak yang dilahirkan pada masa
reproduksi seorang wanita adalah dengan melaksanakan program KB sebagai
kebijakan pemerintah dalam mengatasi masalah kependudukan. Sebagian besar