• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi Prinsip-Prinsip Good Governance Dalam Meningkatkan Kinerja Organisasi Pelayanan Publik Pada Kantor Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Binjai.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Implementasi Prinsip-Prinsip Good Governance Dalam Meningkatkan Kinerja Organisasi Pelayanan Publik Pada Kantor Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Binjai."

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE

DALAM MENINGKATKAN KINERJA ORGANISASI

PELAYANAN PUBLIK PADA KANTOR PELAYANAN

TERPADU SATU PINTU

KOTA BINJAI

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan Pendidikan Sarjana Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Departemen Administrasi Negara

Diajukan oleh:

HOT MARINGAN SAMOSIR

090921011

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA (EKSTENSI)

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DEPARTEMEN ADMINISTRASI NEGARA

HALAMAN PERSETUJUAN Skripsi ini disetujui untuk diperbanyak dan dipertahankan oleh: Nama : Hot Maringan Samosir

NIM : 090921011

Departemen : Administrasi Negara

Judul : Implementasi Prinsip-Prinsip Good Governance Dalam

Meningkatkan Kinerja Organisasi Pelayanan Publik Pada Kantor Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Binjai

Medan, Juni 2011

Pembimbing Ketua Departemen

Faisal Eriza, S.Sos., MSP Drs. M. Husni Thamrin Nasution, M.Si NIP. 19810217 201101 1 006 NIP. 19640108 199102 1 001

Dekan,

(3)

ABSTRAKSI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana implementasi prinsip-prinsip good governance dalam meningkatkan kinerja aparatur pelayanan publik pada Kantor Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Binjai.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini merupakan metode deskriptif yaitu suatu metode yang memusatkan perhatian pada masalah-masalah atas fenomena-fenomena yang ada pada saat penelitian dilakukan atau masalah yang bersifat aktual, kemudian menggambarkan fakta-fakta tentang masalah yang diselidiki diiringi dengan interpretasi rasional yang akurat.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan informan kunci (key informan) dan informan biasa. Informan kunci adalah informan yang mengetahui secara mendalam mengenai permasalahan yang sedang diteliti, sedangkan informan biasa adalah informan yang memberikan informasi yang ditentukan dengan dasar pertimbangan mengetahui dan berhubungan dengan permasalahan saja. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini melalui dua cara, antara lain melalui data sekunder yaitu kegiatan penelitian yang dilakukan dengan cara menelaah sejumlah buku, karya ilmiah, dan dokumen/arsip yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Sedangkan data primer yaitu data yang langsung diperoleh dari lapangan, yang diperoleh melalui: (a) Observasi yaitu melakukan pengamatan langsung terhadap objek penelitian dan (b) Wawancara, yaitu mendapatkan data dengan cara mewancarai informan kunci dan informan biasa.

Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisa data kualitatif. Teknik analisa data kualitatif adalah teknik analisa yang didasarkan atas kemampuan nalar penulis dalam menginterpretasikan fakta, data dan informasi. Teknik analisa data kualitatif menyajikan data kalitatif yang dikumpulkan melalui teknik pengumplan data kualitatif seperti keterangan dari informan dan hasil dokumentasi, sesuai dengan indikator-indikator model implementasi yang digunakan. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa implementasi prinsip-prinsip good

governance dalam meningkatkan kinerja organisasi pelayanan publik di Kantor

Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Binjai telah memberikan perubahan dan peningkatan yang cukp signifikan terutama dalam hal peningkatan kualitas pelayanan publik dalam hal perizinan kepada masyarakat. Implementasi prinsip-prinsip good

governance seperti legalitas hukum (rule of law), kesederhanaan proses, transparansi

informasi dan kejelasan informasi, serta sumber daya aparatur yang memadai telah memberikan suatu terobosan bagi khazanah pelayanan publik yang prima bagi masyarakat.

(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang oleh karena kasih dan karunia-Nya, maka penulis dapat menyelesaikan karya tulis yang berjudul “Implementasi Prinsip-Prinsip Good Governance Dalam Meningkatkan Kinerja Organisasi Pelayanan Publik Pada Kantor Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Binjai” ini tepat pada waktunya.

Pemerintahan yang baik (good governance) sebagai bagian agenda reformasi pada dasarnya merupakan suatu kondisi ideal yang diharapkan terwujud pada setiap aspek pemerintahan yang berinteraksi pada masyarakat. Peran pemerintah daerah dalam pelayanan perizinan mungkin yang terbesar dalam pengertian interaksinya secara langsung dengan masyarakat sebagai penyedia pelayanan. Kantor Pelayanan Terpadu Satu Pintu (KPTSP) sebagai organisasi pelayanan publik yang dikelola oleh pemerintah daerah diharapkan dapat menjadi terobosan baru dalam hal peningkatan produktivitas pelayanan umum.

Selama penulisan karya tulis ini, penulis banyak menerima dorongan dan motivasi serta bimbingan moral maupun materil. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

(5)

2. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. M. Husni Thamrin Nasution, M.Si selaku Ketua Departemen Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Faisal Eriza, S.Sos.,MSP selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan waktunya untuk membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi.

5. Bapak Drs. Avon Syaffrullah Nasution selaku Kepala Kantor Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Binjai yang telah memberikan izin penelitian kepada penulis.

6. Ibu Rosmala Pane, SH selaku kepala Sub Bagian Tata Usaha yang telah meluangkan waktu untuk memberikan informasi kepada penulis.

7. Ibu Sri Juniarsih, S.Sos selaku Kepala Seksi Informasi dan Pengaduan yang telah meluangkan waktu untuk memberikan informasi kepada penulis.

8. Bapak Firdaus, B.Sc selaku Kepala Seksi Pelayanan yang telah meluangkan waktu untuk memberikan informasi kepada penulis.

9. Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Pasar Kota Binjai dimana penulis bekerja. Penulis berterima kasih atas keleluasaan waktu yang diberikan dalam penyelesaian skripsi ini.

(6)

11. Seluruh staf/pegawai Kantor Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Binjai yang telah mendukung penulisan skripsi ini.

12. Seluruh staf pengajar dan pegawai Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara yang telah membantu segala proses akademik yang dijalani penulis.

13. Dan kepada semua pihak yang tidak dapat ditulis satu per satu karena keterbatasan halaman. Penulis menghaturkan terima kasih yang tak terhingga. Penulis menyadari bahwa apa yang tertuang dalam karya tulis ini masih jauh

dari sempurna. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang sehat dan konstruktif dari rekan-rekan mahasiswa, terutama bimbingan Bapak/Ibu Dosen Pengajar di Departemen Administrasi Negara dalam rangka perbaikan di masa yang akan datang. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak–pihak yang telah membantu penulisan karya tulis ini. Semoga karya tulis ini bermanfaat bagi semua.

(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAKSI ... i

KATA PENGANTAR ... ii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 4

1.3. Tujuan Penelitian ... 4

1.4. Manfaat Penelitian ... 5

1.5. Kerangka Teori ... 5

1.5.1. Good Governance ... 6

1.5.2. Kinerja ... 13

1.5.2.1. Pengertian Kinerja ... 13

1.5.2.2. Pengukuran Kinerja ... 15

1.5.2.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja ... 18

1.5.2.4. Manfaat Pengukuran Kinerja ... 19

1.5.3. Organisasi Pelayanan Publik ... 20

1.5.4. Struktur Organisasi ... 23

1.6. Definisi Konsep ... 25

1.7. Operasionalisasi Konsep ... 26

1.8. Sistematika Penulisan ... 27

BAB II METODOLOGI PENELITIAN 2.1. Bentuk Penelitian ... 29

2.2. Lokasi Penelitian ... 29

2.3. Informan Penelitian ... 30

2.4. Teknik Pengumpulan Data ... 31

2.5. Teknik Analisa Data ... 31

(8)

3.2. Sejarah pembentukan Kantor Pelayanan Terpadu Satu Pintu

Kota Binjai ... 37

3.3. Tugas Pokok dan Fungsi Kantor Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Binjai ... 45

A. Struktur Organisasi... 47

B. Tata Kerja ... 53

3.4. Klasifikasi Pegawai Kantor Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Binjai ... 54

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Legitimasi Hukum Dalam Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan Di Kantor Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Binjai ... 60

4.2. Prosedur Pelayanan Kantor Pelayanan Satu Pintu Kota Binjai ... 63

4.3. Persyaratan Teknis dan Administratif Pelayanan ... 66

4.4. Rincian Biaya Pelayanan ... 67

4.5. Waktu Penyelesaian Pelayanan ... 71

4.6. Informasi Pelayanan ... 72

4.7. Sumber Daya Manusia Aparatur Kantor Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Binjai ... 75

BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan ... 78

5.2. Saran ... 79

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Klasifikasi Pegawai Berdasarkan Jenis Kelamin ... 54

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Peta Kota Binjai ... 34 Gambar 2 Prosedur Pelayanan Perizinan di Kantor Pelayanan

Terpadu Satu Pintu Kota Binjai ... 64 Gambar 3 Surat Setoran Retribusi Daerah ... 69 Gambar 4 Surat Ketetapan Retribusi Daerah ... 70 Gambar 5 Sticker Sosialisasi Kantor Pelayanan Terpadu Satu

Pintu Kota Binjai ... 71 Gambar 6 Brosur Sosialisasi Kantor Pelayanan Terpadu Satu

(11)

ABSTRAKSI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana implementasi prinsip-prinsip good governance dalam meningkatkan kinerja aparatur pelayanan publik pada Kantor Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Binjai.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini merupakan metode deskriptif yaitu suatu metode yang memusatkan perhatian pada masalah-masalah atas fenomena-fenomena yang ada pada saat penelitian dilakukan atau masalah yang bersifat aktual, kemudian menggambarkan fakta-fakta tentang masalah yang diselidiki diiringi dengan interpretasi rasional yang akurat.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan informan kunci (key informan) dan informan biasa. Informan kunci adalah informan yang mengetahui secara mendalam mengenai permasalahan yang sedang diteliti, sedangkan informan biasa adalah informan yang memberikan informasi yang ditentukan dengan dasar pertimbangan mengetahui dan berhubungan dengan permasalahan saja. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini melalui dua cara, antara lain melalui data sekunder yaitu kegiatan penelitian yang dilakukan dengan cara menelaah sejumlah buku, karya ilmiah, dan dokumen/arsip yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Sedangkan data primer yaitu data yang langsung diperoleh dari lapangan, yang diperoleh melalui: (a) Observasi yaitu melakukan pengamatan langsung terhadap objek penelitian dan (b) Wawancara, yaitu mendapatkan data dengan cara mewancarai informan kunci dan informan biasa.

Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisa data kualitatif. Teknik analisa data kualitatif adalah teknik analisa yang didasarkan atas kemampuan nalar penulis dalam menginterpretasikan fakta, data dan informasi. Teknik analisa data kualitatif menyajikan data kalitatif yang dikumpulkan melalui teknik pengumplan data kualitatif seperti keterangan dari informan dan hasil dokumentasi, sesuai dengan indikator-indikator model implementasi yang digunakan. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa implementasi prinsip-prinsip good

governance dalam meningkatkan kinerja organisasi pelayanan publik di Kantor

Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Binjai telah memberikan perubahan dan peningkatan yang cukp signifikan terutama dalam hal peningkatan kualitas pelayanan publik dalam hal perizinan kepada masyarakat. Implementasi prinsip-prinsip good

governance seperti legalitas hukum (rule of law), kesederhanaan proses, transparansi

informasi dan kejelasan informasi, serta sumber daya aparatur yang memadai telah memberikan suatu terobosan bagi khazanah pelayanan publik yang prima bagi masyarakat.

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pelayanan publik menjadi suatu hal yang sangat penting untuk kita telusuri perkembangannya seiring dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Daerah dan Pemerintah Pusat. Berlakunya peraturan tersebut akan mengakibatkan interaksi antara aparat daerah dan masyarakat menjadi lebih intensif. Hal ini ditambah dengan semakin kuatnya tuntutan demokratisasi dan pengakuan akan hak-hak asasi manusia yang melahirkan tuntutan terhadap manajemen pelayanan yang berkualitas, yang bercirikan pemerintahan yang baik (good governance).

(13)

pelayanan. Kepentingan pemerintah daerah terhadap pelayanan perizinan mempengaruhi pendapatan dan iklim investasi daerah, kewenangan untuk memungut pajak dan retribusi serta penerbitan izin menurut undang-undang dan peraturan yang berlaku.

Optimalisasi pelayanan publik sebagai bagian dari agenda reformasi bukanlah pekerjaan mudah untuk dilakukan seperti halnya membalikkan telapak tangan. Hal ini mengingat pembaharuan tersebut menyangkut berbagai aspek yang telah membudaya dalam lingkaran birokrasi pemerintahan kita. Prosedur pelayanan misalnya, tidak dibuat untuk mempermudah pelayanan, sehingga prosedurnya berbelit-belit dan rumit.

Dua masalah utama yang menghambat pelaku usaha untuk mendaftarkan usahanya adalah jumlah biaya penyelesaian izin yang wajib diurus, yang jauh lebih banyak jika dibandingkan dengan prioritas lain, dan tingginya tingkat korupsi dalam lingkup birokrasi pemerintah dan ketidakefisienan estimasi waktu pengurusan bagi pelaku usaha. Tingginya biaya pengurusan izin usaha di Indonesia membuat pelaku usaha khususnya Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) harus berhitung apakah manfaat yang didapat bisa lebih besar dari waktu dan biaya yang dikeluarkan selama proses pengurusannya (Pratama, 2010).

(14)

samping rincian tugas-tugas organisasi pelayanan publik secara komplit. Akibatnya, pada satu pihak penyedia pelayanan dapat bertindak semaunya tanpa merasa bersalah (guilty feeling) kepada masyarakat.

Melihat kompleksitas masalah dan implikasinya terhadap pengembangan praktik good governance, maka pemberian prioritas pada pembenahan kinerja birokrasi pemerintah dalam pelayanan publik menjadi langkah awal yang sangat strategis. Kinerja birokrasi dipilih sebagai langkah awal karena selama ini para pejabat birokrasi lebih menempatkan diri sebagai penguasa yang membutuhkan pelayanan daripada menjadi pelayan warga dan masyarakat sehingga menyebabkan pengembangan orientasi dan tradisi pelayanan kepada warga dalam orientasi pemerintah selalu mengalami kesulitan.

Pembentukan Kantor Pelayanan Terpadu Satu Pintu (KPTSP) sebagai organisasi pelayanan publik yang khusus bertugas memberikan pelayanan perizinan langsung kepada masyarakat, pada dasarnya dapat dikatakan sebagai terobosan baru atau inovasi manajemen pemerintahan di daerah. Artinya, pembentukan organisasi ini diharapkan dapat memberikan hasil berupa peningkatan produktivitas pelayanan umum. Oleh karena itu, inovasi pembentukan Kantor Pelayanan Terpadu Satu Pintu (KPTSP) ini perlu dikembangkan lagi dengan penemuan-penemuan baru dalam praktek manajemen pemerintahan di daerah.

(15)

suatu penelitian yaitu: “Implementasi Prinsip-Prinsip Good Governance Dalam Meningkatkan Kinerja Organisasi Pelayanan Publik Pada Kantor Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Binjai.”

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan bahwa masalah yang akan dibahas di dalam penelitian ini antara lain:

1. Bagaimana wujud impelementasi prinsip-prinsip good governance dalam meningkatkan kinerja organisasi pelayanan publik di Kantor Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Binjai?

2. Apa saja perizinan yang dikelola oleh Kantor Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Binjai?

3. Bagaimana prosedur kerja yang telah diterapkan oleh Kantor Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Binjai dalam mendukung prinsip good governance?

1.3. Tujuan Penelitian

(16)

1. Untuk mengetahui wujud implementasi prinsip-prinsip good governance dalam meningkatkan kinerja organisasi pelayanan publik di Kantor Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Binjai.

2. Untuk menginformasikan perizinan yang dikelola oleh Kantor Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Binjai.

3. Untuk memberikan gambaran tentang prosedur kerja yang telah diterapkan oleh Kantor Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Binjai dalam mendukung prinsip good governance.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat dan berguna dalam hal:

1. Untuk meningkatkan dan mengembangkan kemampuan berpikir bagi penulis melalui karya ilmiah, sesuai dengan ilmu pengetahuan yang diperoleh selama kuliah di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. 2. Hasil yang dituangkan dalam skripsi ini diharapkan dapat menjadi salah satu

sumber insprirasi bagi pimpinan organisasi dalam mengambil kebijakan-kebijakan untuk meningkatkan kinerja organisasi pelayanan publik serta sebagai bahan masukan bagi pihak-pihak yang membutuhkannya.

(17)

Administrasi Negara FISIP USU dan kalangan yang tertarik untuk melakukan kajian penelitian selanjutnya.

4. Sebagai bahan tambahan referensi untuk penulisan karya ilmiah selanjutnya yang berhubungan dengan peningkatan kinerja pelayanan publik.

1.5. Kerangka Teori 1.5.1. Good Governance

Semangat reformasi politik di Indonesia telah memunculkan terminologi baru yang disebut good governance. Popularitas terminologi ini mencuat di kalangan pemerintah, akademisi, dan lembaga swadaya masyarakat. Terminologi good

governance sering diterjemahkan sebagai tata pemerintahan, penyelenggara atau

cukup diartikan sebagai penyelenggaraan ataupun pengelolaan (manajemen).

Secara teoritis, good governance dipandang oleh Sinambela (2006:47) sebagai suatu proses yang mengorientasikan pemerintahan pada distribusi kekuatan dan kewenangan yang merata pada seluruh elemen masyarakat untuk mempengaruhi keputusan dan kebijakan yang berkaitan dengan kehidupan publik beserta seluruh upaya pembangunan politik, ekonomi, sosial dan budaya mereka dalam sistem pemerintahan.

Bila melihat dari kata good dan governance, Sedarmayanti (Dalam Rail, 2009:6) menilai ada dua pengertian sebagai berikut: Pertama, nilai yang

(18)

pembangunan berkelanjutan dan keadilan sosial. Kedua, aspek fungsional dari pemerintahan yang efektif dan efisien dari pelaksanaan tugasnya utuk mencapai tujuan tersebut. Berdasarkan pengertian ini, good governance berorientasi pada:

1. Orientasi ideal, negara yang diarahkan pada pencapaian tujuan nasional. Orientasi ini bertitik tolak pada demokratisasi dalam kehidupan bernegara dengan elemen konstituennya seperti: legitimacy, accountability, securing of

human rights, autonomy and devolution of power, and assurance of civilian

control.

2. Pemerintahan yang berfungsi secara ideal, yaitu secara efektif dan efisien dalam melakukan upaya pencapaian tujuan nasional. Orientasi kedua ini tergantung pada sejauh mana pemerintah mempunyai kompetensi, dan sejauh mana struktur serta mekanisme politik serta administrasi berfungsi secara efektif dan efisien.

Governance menunjuk pada pengertian bahwa kekuasaan tidak lagi

semata-mata dimiliki atau menjadi urusan pemerintah, tetapi lebih menekankan pada pelaksanaan fungsi governing secara bersama-sama oleh pemerintah dan institusi-institusi lain, yakni Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), perusahaan swasta maupun warga negara.

United Nation Development Program (UNDP) sendiri dalam Suhady

(19)

saling memperkuat dan tidak dapat berdiri sendiri. Adapun prinsip-prinsip tersebut adalah partisipasi, supremasi hukum, transparansi, cepat tanggap, membangun konsensus, kesetaraan, efektif dan efisien, bertanggungjawab dan visi yang strategis. Lebih lanjut, United Nation Development Program (UNDP) merumuskan bahwa setidaknya ada tiga pihak yang berperan sebagai pelaku dalam good

governance yaitu (i) negara atau pemerintah; (ii) sektor privat (sektor swasta atau

dunia usaha); dan (iii) masyarakat sipil (civil society). Setiap pelaku tersebut memiliki peran masing-masing demi terbentuknya good governance. Secara umum pemerintah berperan untuk menciptakan lingkungan politik dan hukum yang kondusif, sedangkan sektor privat memiliki peran untuk menggerakkan dunia usaha sehingga dapat memberikan lapangan pekerjaan dan pendapatan. Sementara masyarakat sipil berperan untuk memfasilitasi interaksi-interaksi sosial politik dan mobilitas kelompok-kelompok masyarakat untuk berpartisipasi dalam aktivitas politik, ekonomi, sosial dan budaya. United Nation Development Program (UNDP) juga mengemukakan bahwa karakteristik atas prinsip-prinsip yang harus dianut dan dikembangkan dalam praktik penyelenggaraan pemerintahan yang baik (good

governance) meliputi:

1. Partisipasi (participation) setiap warga negara mempunyai suara dalam pembuatan keputusan, baik secara langsung maupun melalui intermediasi institusi legitimasi yang mewakili kepentingannya.

(20)

3. Tranparansi (transparency) dibangun atas dasar kebebasan arus informasi. Proses lembaga dan informasi secara langsung dapat diterima oleh mereka yang membutuhkan.

4. Daya tanggap (responsiveness), lembaga dan proses harus mencoba untuk melayani setiap stakeholders.

5. Berorientasi konsensus (consensus orientation), good governance menjadi perantara kepentingan yang berbeda untuk memperoleh pilihan terbaik bagi kepentingan yang lebih luas, baik dalam hal kebijakan maupun prosedur. 6. Efektivitas dan efisiensi (effectiveness and efficiency), setiap proses dan

lembaga diarahkan untuk menghasilkan sesuai dengan apa yang telah digariskan dengan menggunakan sumber yang tersedia sebaik mungkin.

7. Akuntabilitas (accountability), para pembuat keputusan dalam pemerintahan, sektor swasta dan masyarakat bertanggung jawab kepada publik dan lembaga

stakeholders.

8. Bervisi strategis (strategic vision), para pemimpin dan publik harus mempunyai perspektif good governance dan pengembangan manusia yang luas serta jauh ke depan sejalan dengan apa yang diperlukan untuk pembangunan semacam ini.

Sejalan dengan hal tersebut, Organization Of Economic Corporation And

Development (OECD) dan World Bank dalam Rail (2009:9) mensinonimkan good

(21)

sejalan dengan demokrasi dan pasar yang efisien, penghindaran salah alokasi, dana investasi yang langka, pencegahan korupsi baik secara politik maupun administrastif, menjalankan disiplin anggaran serta penciptaan legal and political framework bagi tumbuhnya aktivitas kewirausahaan.

Dalam pandangan konsep pengelolaan kepemerintahan yang amanah (good

governance), Tjokromidjojo dalam Sinambela (2006:48) memberikan beberapa

prinsip-prinsip dasar yang harus dianut dalam mewujudkan good governance, yaitu sebagai berikut:

1. Akuntabilitas, yaitu kewajiban untuk memberikan pertanggungjawaban atas kinerja dan tindakan pimpinan suatu organisasi kepada publik yang memiliki hak pertanggungjawaban.

2. Tranparansi, dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan mengenai kebijakan pemerintah dan organisasi badan hukum.

3. Keterbukaan, pemberian informasi secara terbuka terhadap saran dan kritik yang dianggap sebagai partisipasi masyarakat untuk perbaikan.

4. Berdasarkan hukum, keputusan, kebijakan pemerintah, organisasi dan badan usaha yang menyangkut kepentingan publik dilakukan berdasarkan hukum. 5. Jaminan, fairness, a level playing field (perlakuan yang adil/perlakuan

kesetaraan).

(22)

Negara Yang Bersih Dan Bebas Korupsi, Kolusi Dan Nepotisme dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah yang memuat asas-asas umum pemerintahan yang mencakup:

1. Asas kepastian hukum, yaitu asas dalam negara hukum yang mengutamakan landasan peraturan perundang-undangan, kepatuhan dan keadilan dalam setiap kebijakan penyelenggara negara.

2. Asas tertib penyelenggaraan negara adalah asas yang menjadi landasan ketentuan, keserasian, dan keseimbangan dalam pengendalian penyelenggaraan negara.

3. Asas kepentingan umum, adalah asas yang mendahulukan kesejahteraan umum dengan cara yang aspiratif, akomodatif dan selektif.

4. Asas keterbukaan, adalah asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat utuk memperolah informasi yang benar, jujur dan tidak diskrimatif tentang penyelenggaraan negara dengan tetap memperhatikan perlindungan atas hak asasi pribadi, golongan dan rahasia negara.

5. Asas proposionalitas, yaitu asas yang mengutamakan keseimbangan antara hak dan kewajiban penyelenggara negara.

6. Asas profesionalitas, yaitu asas yang mengutamakan keahlian yang berlandaskan kode etik dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(23)

kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Konsep good governance akan dapat diimplementasikan sesuai dengan prinsip-prinsip diatas bila pemerintah telah mempunyai mekanisme untuk melakukan itu semua. Dalam hal ini, Sinambela (2006:51) mengingatkan bahwa ada 8 (delapan) kriteria yang harus dipenuhi untuk dapat menghasilkan mekanisme yang menghasilkan good governance. Kriteria-kriteria tersebut adalah sebagai berikut:

1. Adanya legitimasi dari dukungan yang kuat dari masyarakat terhadap institusi publik baik yang berwujud sebagai lembaga birokrasi maupun institusi lainnya yang dibentuk masyarakat secara swadaya.

2. Adanya kebebasan dalam berpendapat untuk menyampaikan aspirasi atau kepentingan bagi setiap institusi ataupun kelompok masyarakat yang ada sehingga seluruh stakeholders tersebut dapat berpartisipasi aktif dalam semua proses pembangunan.

3. Adanya keadilan serta kerangka legal berupa kepastian hukum untuk menjamin upaya penegakan keadilan tersebut.

4. Adanya akuntabilitas dan transparansi dalam mekanisme birokrasi.

5. Tersedianya informasi pembangunan yang dapat diakses oleh masyarakat dengan mudah dan bebas.

6. Terciptanya efektivitas dan efisiensi dalam penyediaan pelayanan publik. 7. Terbentukanya kerja sama yang baik antara pemerintah dan civil society

(24)

8. Tersedianya kesempatan luas untuk mengoreksi, memperbaiki, dan atau menganulir setiap kebijakan pemerintahan dan pembangunan, karena pada kenyataan tidak bersesuaian dengan kepentingan masyarakat lokal, nasional, regional, ataupun dalam konteks kepentingan global.

1.5.2. Kinerja

1.5.2.1. Pengertian kinerja

Meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap penyelengaraan administrasi publik memicu timbulnya gejolak yang berakar pada ketidakpuasan. Tuntutan yang semakin tinggi diajukan terhadap pertanggungjawaban yang diberikan oleh penyelenggara negara atas kepercayaan yang diamanatkan kepada mereka. Dengan kata lain, kinerja pemerintah kini lebih banyak mendapat sorotan, karena masyarakat mulai mempertanyakan manfaat yang mereka peroleh atas pelayanan instansi pemerintah.

(25)

ditetapkan. Kriteria keberhasilan ini berupa tujuan-tujuan atau target-target tertentu yang hendak dicapai.

Dalam konsep birokrasi profesional berbasis kinerja yang sangat luas, Widodo (2005:7) menjelaskan bahwa penilaian kinerja dalam suatu organisasi setidaknya mencakup hal-hal sebagai berikut:

1. Kelembagaan. Aspek kelembagaan perlu dibangun agar dicapai lembaga yang efektif dan efisien dalam memeberikan layanan kepada masyarakat.

2. Sumber Daya Manusia. Sumber daya manusia yang profesional dan kompeten merupakan salah satu faktor penentu birokrasi dalam mencapai tatanan kinerja secara optimal. Karena itu, sumber daya manusia dalm birokrasi juga perlu dibangun, dalam arti ditingkatkan kompetensinya. Kompetensi ini merupakan kemampuan aparatur pemerintah berupa pengetahuan, keterampilan, kecakapan, sikap dan prilaku yang diperlukan dalam pelaksanaan apa yang menjadi tugas pokok, fungsi, kewenangan, dan tanggung jawab yang diamanahkan padanya.

3. Ketatalaksanaan. Aspek ketatalaksanaan juga perlu dibangun agar seluruh unsur lembaga dapat bekerjasama sesuai dengan mekanisme, prosedur dan metode yang telah ditetapkan.

(26)

efektivitas dan efisiensi penggunaan sumber daya, baik berupa uang maupun peralatan yang diperlukan dalam beroperasinya organisasi.

`1.5.2.2. Pengukuran Kinerja

Kebutuhan terhadap pengetahuan tentang pengukuran kinerja sangat terasa pada saat sebuah entitas sektor publik menerapkan good governance. Hal tersebut terjadi karena pengukuran kinerja merupakan bagian tak terpisahkan dari sistem pengendalian sektor publik. Pemahaman terhadap konsep dan pendekatan-pendekatan pengukuran kinerja yang dipelajari dan diterapkan dengan benar memberikan kontribusi kemajuan dan prestasi yang dapat dinilai dengan obyektif.

Menurut Robertson dalam Mahsun (2006:25), pengukuran kinerja adalah suatu proses penilaian kemajuan pekerjaan terhadap tujuan dan sasaran yang telah ditentukan sebelumnya, termasuk informasi atas: efisiensi penggunaan sumber daya dalam menghasilkan barang dan jasa; hasil kegiatan dengan maksud yang diinginkan; dan efektivitas tindakan dalam mencapai tujuan.

Oleh karena sifat dan karakteristiknya yang unik, maka organisasi sektor publik memerlukan ukuran penilaian kinerja yang lebih luas, tidak hanya tingkat laba, efisiensi dan ukuran finansial. Pengukuran kinerja organisasi sektor publik menurut Mahsun (2006:32) meliputi beberapa indikator antara lain:

(27)

c. Jumlah infrastruktur yang ada; d. Jumlah waktu yang ada.

2. Indikator proses (process), misalnya: a. Ketaatan pada peraturan perundangan;

b. Rata-rata yang diperlukan untuk memproduksi atau menghasilkan layanan jasa.

3. Indikator keluaran (output), misalnya:

a. Jumlah produk atau jasa yang dihasilkan;

b. Ketepatan dalam memproduksi barang atau jasa. 4. Indikator hasil (outcome), misalnya:

a. Tingkat kualitas produk dan jasa yang dihasilkan; b. Produktivitas para karyawan atau pegawai.

5. Indikator manfaat (benefit), misalnya: a. Tingkat kepuasan masyarakat; b. Tingkat partisipasi masyarakat. 6. Indikator dampak (impact), misalnya:

a. Peningkatan kesejahteraan masyarakat; b. Peningkatan pendapatan masyarakat.

Lebih lanjut, Palmer dalam Mahsun (2006:33) menjelaskan jenis-jenis indikator kinerja pemerintahan daerah, yaitu antara lain:

(28)

2. Indikator produktivitas, misalnya jumlah pekerjaan yang mampu dikerjakan pegawai dalam jangka waktu tertentu.

3. Target waktu, misalnya waktu rata-rata yang digunakan untuk menyelesaikan satu unit pekerjaan.

4. Volume pelayanan, misalnya perkiraan atas tingkat volume pekerjaan yang harus diselesaikan pegawai.

5. Kebutuhan pelayanan, misalnya perkiraan atas tingkat volume pekerjaan yang harus diselesaikan pegawai.

6. Indikator kualitas pelayanan. 7. Indikator kepuasan pelanggan. 8. Indikator pencapaian tujuan.

Menurut Badan Pengawasan Keuangan Dan Pembangunan dalam Mahsun (2006:33), cakupan pengukuran kinerja sektor publik harus mencakup item-item sebagai berikut:

1. Kebijakan (policy), untuk membantu pembuatan maupun pengimplementasian kebijakan.

2. Perencanaan dan penganggaran (planning dan budgeting), untuk membantu perencanaan dan penganggaran atas jasa yang diberikan dan untuk memonitor perubahan terhadap rencana.

(29)

4. Kehematan (economy) untuk merevisi pendistribusian dan keefektifan penggunaan sumber daya.

5. Keadilan (equity), untuk meyakini adanya distribusi yang adil dan dilayani semua masyarakat.

6. Pertanggungjawaban (accountability), untuk meningkatkan pengendalian dan mempengaruhi keputusan.

1.5.2.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja

Suatu organisasi modern seperti instansi pemerintahan adalah organisasi dengan sistem terbuka yang dipengaruhi dan berinteraksi secara terus menerus dengan lingkungannya. Implikasi dari ini adalah bahwa kinerja dari organisasi tersebut tidak saja dipengaruhi oleh faktor internal, tetapi juga faktor eksternalnya. Kemampuan organisasi melaksanakan kegiatan dalam rangka mencapai tujuan akan banyak bergantung pada sumber daya organisasi yang bersangkutan. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja organisasi sangat dipengaruhi oleh sumber daya yang dimilki oleh organsisasi tersebut. Hal ini diperkuat dengan apa yang diutarakan Henry Simamora (Dalam Mangkunegara, 2006:14) dimana kinerja (performance) akan dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu:

1. Faktor individual yang terdiri dari: kemampuan dan keahlian, latar belakang, demografi.

(30)

3. Faktor organisasi yang terdiri dari: sumber daya alam, kepemimpinan, struktur.

1.5.2.4. Manfaat Pengukuran Kinerja

Pengalaman banyak organisasi menunjukkan bahwa sistem penilaian kinerja yang baik sangat bermanfaat untuk berbagai kepentingan. Adapun manfaat penilaian kinerja dalam suatu organisasi seperti yang dipaparkan oleh Siagian (Dalam Dinata, 2009:14) adalah sebagai berikut:

1. Mendorong peningkatan kinerja. Dengan mengetahui hasil prestasi kerja, ketiga pihak yang terlibat dapat mengambil langkah yang diperlukan agar kinerja para pegawai lebih meningkat lagi di masa-masa yang akan datang. 2. Sebagai bahan pengambilan keputusan dalam pemberian imbalan. Keputusan

tentang siapa yang berhak menerima imbalan berdasarkan penilaian atas kinerja pegawai.

3. Untuk kepentingan mutasi. Kinerja seseorang di masa lalu merupakan dasar bagi pengambilan keputusan mutasi baginya di masa yang akan datang, ataupun bentuk mutasi tersebut seperti promosi, alih tugas, maupun alih wilayah.

(31)

rencana karirnya dan dengan bantuan bagian kepegawaian menyusun program pengembangan karir yang paling tepat, dalam arti sesuai dengan kebutuhan para pegawai dan dengan kepentingan organisasi.

5. Sektor publik tidak terlepas dari kepentingan umum sehingga pengukuran kinerja mutlak diperlukan untuk mengetahui seberapa berhasil misi sektor publik tersebut dapat dicapai penyedia jasa dan barang-barang publik. Sementara perspektif internal organsasi, pengukuran kinerja juga sangat bermanfaat untuk membantu kegiatan manajerial keorganisasian.

1.5.3. Organisasi Pelayanan Publik

Menurut Keputusan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara (KEPMENPAN) Nomor 63 Tahun 2003 Tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik, organisasi pelayanan publik adalah suatu instansi milik pemerintah, baik pada tingkat pusat, daerah, maupun di lingkungan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) atau Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) yang melakukan upaya-upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat mapun pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(32)

Pelayanan masyarakat oleh organisasi pelayanan publik yang dimaksud menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.

Menurut Keputusan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara (KEPMENPAN) Nomor 63 Tahun 2003 Tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik, kinerja organisasi publik dalam memberikan pelayanan publik dapat dilihat dari indikator-indikator seperti:

1. Kesederhanaan, yaitu prosedur dan tatacara pelayanan umum harus didesain sedemikian rupa sehingga penyelenggaraan pelayanan umum menjadi mudah, lancar, tidak berbelit-belit, mudah dipahami dan mudah dilaksanakan.

2. Kejelasan:

a. Persyaratan teknis dan administratif pelayanan publik

b. Unit kerja/pejabat yang berwenang dan bertanggungjawab dalam memberikan pelayanan dan penyelesaian keluhan/persoalan/sengketa dalm pelaksanaan pelayanan publik.

c. Rincian biaya pelayanan publik dan tatacara pembayaran.

(33)

pelayanan umum dapat memberikan keamanan dan kenyaman serta dapat memberikan kepastian hukum.

4. Kepastian waktu, yaitu pelaksanaan pelayanan publik dapat diselesaikan dalam kurun waktu yang telah ditentukan.

5. Akurasi, yaitu produk pelayanan publik diterima dengan benar, tepat dan sah. 6. Tanggungjawab, yaitu pimpinan penyelenggara pelayanan publik atau pejabat

yang ditunjuk bertanggungjawab atas penyelenggaraan pelayanan dan penyelesaian keluhan/persoalan dalam pelaksanaan pelayanan publik.

7. Kelengkapan sarana dan prasarana, yaitu tersedianya sarana dan prasarana kerja, peralatan kerja dan pendukung lainnya yang memadai termasuk penyediaan sarana teknologi komunikasi dan informatika (telematika).

8. Kemudahan akses yaitu tempat dan lokasi serta sarana pelayanan yang memadai, mudah dijangkau oleh masyarakat, dan dapat memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

9. Kedisiplinan, kesopanan, dan keramahan, yaitu pemberi pelayanan harus bersikap disiplin, sopan dan santun dan ramah, serta memberikan pelayanan dengan ikhlas.

(34)

1.5.4. Struktur Organisasi

Struktur organisasi merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kinerja organisasi publik. Sebagaimana pendapat Numberi dalam Khairil (2007:18-19) yang menyatakan bahwa struktur organisasi akan menjelaskan bagaimana kedudukan, tugas, dan fungsi dialokasikan dalam organisasi. Hal ini mempunyai dampak yang sangat signifikan terhadap cara orang melaksanakan tugasnya (bekerja) dalam organisasi. Lebih lanjut dijelaskan bahwa ketiga arah dan strategi organisasi secara keseluruhan telah ditetapkan serta struktur organisasi telah didesain, maka hal yang perlu diperhatikan adalah bagaimana organisasi tersebut melakukan kegiatan atau menjalankan tugas dan fungsinya.

Organisasi pemerintah harus semakin diarahkan menuju kelembagaan yang semakin mampu, fleksibel, dan responsif terhadap kebutuhan masyarakat yang semakin kompleks dewasa ini. Memperhatikan pertimbangan tersebut, maka kebijakan organisasi pemerintahan sebagaimana dijelaskan Khairil (2007;25) diarahkan pada reformasi kelembagaan menuju organisasi masa depan yang bercirikan:

1. Visi dan misi organisasi yang jelas. Dengan visi dan misi yang jelas, akan dapat disusun organisasi yang benar-benar sesuai dengan tuntutan kebutuhan dan terutama mampu menyeimbangkan antara kebutuhan sumber daya organisasi dengan kebutuhan nyata masyarakat.

(35)

pucuk pimpinan. Dengan bentuk organisasi seperti itu, maka proses dalam organisasi akan dilakukan dengan cepat karena dengan penghematan layer dalam struktur organisasi, maka waktu yang kurang diperlukan akan tereduksi.

3. Organisasi ramping atau tidak banyak pembidangan. Dengan organisasi yang ramping, maka jumlah pembidangan secara horizontal dapat ditekan seminimal mungkin sesuai dengan beban dan sifat tugasnya, sehingga span of

control berada pada posisi yang ideal.

4. Organisasi jejaring (networking organization). Dalam era globalisasi dewasa ini, harus ditumbuhkan organisasi jejaring, karena organisasi yang seperti inilah yang mampu melakukan aktifitas organisasi secara cepat dan efisien. 5. Strategi organisasi pembelajar. Dalam suasana perubahan yang sangat cepat

dewasa ini, diperlukan organisasi yang mampu mentransformasikan dirinya untuk menjawab tantangan-tantangan dan kesempatan yang timbul akibat perubahan tersebut.

(36)

7. Organisasi bervariasi. Organisasi terbuka untuk memiliki struktur yang berbeda antara satu lembaga dengan lembaga yang lain, sesuai dengan kondisi dan prioritas misi masing-masing lembaga tersebut.

1.6. Definisi konsep

Berdasarkan judul penelitian yang telah dipilih oleh peneliti, maka yang menjadi definisi konsep dalam penelitian ini adalah:

1. Good Governance

Good governance yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu proses

yang mengorientasikan pemerintahan pada distribusi kekuatan dan kewenangan yang merata dalam seluruh elemen masyarakat untuk dapat mempengaruhi keputusan dan kebijakan yang berkaitan dengan kehidupan publik yang didasarkan pada prisip-prinsip seperti partisipasi masyarakat, tegaknya supremasi hukum, berorientas pada konsensus, kesetaraan, efektifitas dan efisiensi, serta akuntabilitas.

2. Kinerja Organisasi Pelayanan Publik

Kinerja organisasi pelayanan publik dalam penelitian ini adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh organisasi pelayanan publik, baik pada tingkat pusat, daerah, maupun di lingkungan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) atau Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dalam rangka melakukan upaya-upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat mapun pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(37)

Struktur organisasi adalah suatu gambar yang menggambarkan tipe organisasi, pendepartemenan organisasi, kedudukan dan jenis wewenang pejabat, bidang dan hubungan pekerjaan, garis perintah dan tanggung jawab, rentang kendali dan sistem pimpinan organisasi.

1.7. Operasionalisasi Konsep

Berikut ini akan diuraikan operasionalisasi konsep yang menjadi fokus penelitian yang dipilih penulis tentang bagaimana penerapan prinsip-prinsip good

governance dalam meningkatkan kinerja organisasi pelayanan publik, yaitu:

1. Legitimasi Hukum (rule of law), yaitu asas kepastian dalam negara hukum yang mencerminkan legitimasi dukungan pemerintah dalam bentuk landasan peraturan perundang-undangan dalam setiap kebijakan penyelenggaraan negara kepada masyarakat, yang dalam hal ini adalah Kantor Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Binjai.

2. Kesederhanaan Proses, yaitu prosedur atau tata cara pelayanan umum yang memberikan suatu kemudahan bagi masyarakat dalam pelaksanakannya sehingga penyelenggaraan perizinan menjadi mudah dipahami dan dilaksanakan.

(38)

4. Sumber Daya Manusia, yang terdiri dari jumlah pegawai, tingkat pendidikan pegawai serta kompetensi pegawai yang dalam hal ini menyangkut keramahan, informasi yang diberikan, respon, dan keteraturan prosedur yang disampaikan kepada masyarakat.

1.8. Sistematika Penulisan

BAB I = PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Kerangka Teori, Definisi Konsep, Operasionalisasi Konsep, dan Sistematika Penulisan.

BAB II = METODE PENELITIAN

Bab ini berisi tentang Bentuk Penelitian, Lokasi Penelitian, Informan Penelitian, Teknik Pengumpulan Data, dan Teknik Analisa Data.

BAB III = DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

(39)

BAB IV = PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

Bab ini berisikan pembahasan secara mendalam atas hasil penelurusan referensi, hasil wawancara dengan informan penelitian serta literatur yang terkait. Data dan informasi yang diperoleh kemudian akan disintesis sebagai suatu deskripsi yang analitis dan informatif mengenai objek penelitian yang sedang diteliti.

BAB V = PENUTUP

(40)

BAB II

METODOLOGI PENELITIAN

2.1 Bentuk Penelitian

Di dalam melakukan penelitian, menggunakan metode deskriptif yang bertujuan untuk menguraikan bagaimana implementasi prinsip-prinsip good

governance dalam meningkatkan kinerja aparatur pelayanan publik di Kantor

Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Binjai. Metode deskriptif memusatkan perhatian pada masalah-masalah atau fenomena-fenomena yang ada pada saat penelitian dilakukan atau masalah yang bersifat aktual, kemudian menggambarkan fakta-fakta tentang masalah yang diselidiki dengan diiringi dengan interpretasi rasional yang akurat.

Dengan demikian penelitian ini akan menggambarkan fakta-fakta dan menjelaskan keadaan dari objek penelitian berdasarkan fakta-fakta sebagaimana adanya dan mencoba menganalisa untuk memberi kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh di lapangan.

2.2 Lokasi Penelitian

(41)

2.3 Informan Penelitian

Informan adalah seseorang yang benar-benar mengetahui suatu persoalan atau permasalahan tertentu yang darinya dapat diperoleh informasi yang jelas, akurat, dan terpercaya baik berupa pernyataan, keterangan, atau data-data yang dapat membantu dalam memenuhi persoalan/permasalahan tersebut.

Dalam penelitian ini, penulis memilih menggunakan informan kunci (key

informan), dan informan biasa. Informan kunci adalah informan yang mengetahui

secara mendalam permasalahan yang sedang diteliti, sedangkan informan biasa adalah informan yang ditentukan dengan dasar pertimbangan mengetahui dan berhubungan dengan permasalahan saja.

Atas dasar petimbangan tersebut, maka yang menjadi key informan adalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Kepala Kantor : Drs. Avon Syaffrullah Nasution Kasubbag Tata Usaha : Rosmala Pane, SH

Kasi Informasi dan Pengaduan : Sri Juniarsih, S.Sos Kasi Pelayanan : Firdaus, B.Sc

Kasi Perencanaan dan Evaluasi : Muhammad Asli Harahap, SH Sedangkan yang menjadi informan biasa adalah

1. Pegawai Kantor Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Binjai

(42)

2.4 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penulisan ini, penulis menggunakan teknik pengumpulan data dengan dua cara yaitu:

1. Data Primer, yaitu data yang diperoleh dari lapangan yang diperoleh melalui: a) Observasi, yaitu melakukan pengamatan langsung terhadap objek

penelitian.

b) Wawancara, yaitu mendapatkan data dengan cara mewawancarai informan kunci dan informan biasa.

2. Data Sekunder, yaitu kegiatan penelitian yang dilakukan dengan cara menelaah sejumlah buku, karya ilmiah, dan dokumen/arsip yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.

2.5 Teknik Analisa Data

(43)

Adapun langkah-langkah yang dilakukan untuk memperoleh data dan informasi serta menganalisis data dan infromasi yang telah diperoleh adalah sebagai berikut:

1. Berdasarkan permasalahan dan tujuan penelitian yang telah dirumuskan sebelumnya, maka peneliti kemudian menentukan metode penelitian yang akan digunakan, yaitu penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dan teknik analisa data yang digunakan adalah teknik analisa kualitatif.

Untuk memperoleh data yang diperlukan, sesuai dengan teknik pengumpulan data yang telah ditetapkan sebelumnya, maka peneliti melakukan wawancara dengan beberapa informan yang benar-benar mengetahui bagaimana implementasi prinsip-prinsip good governance dalam meningkatkan kinerja organisasi pelayanan publik di Kantor Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Binjai. Di samping itu, peneliti juga mengumpulkan data sekunder berupa dokumen-dokumen yang berhubungan dengan pelayanan proses perizinan di Kantor Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Binjai, serta melakukan pengamatan terhadap situasi dan kondisi di lokasi penelitian untuk melengkapi data yang dibutuhkan.

2. Setelah data dan informasi yang dibutuhkan terkumpul, peneliti kemudian memilah-milah data dan informasi tersebut ke dalam indikator-indikator penelitian yang telah ditetapkan sebelumnya seperti Legitimasi Hukum (rule

(44)

3. Setelah data informasi tersebut dikelompokkan, peneliti kemudian melakukan penyajian data dan analisis data. Penyajian dan analisis data ini dilakukan dengan menguraikan masing-masing indikator penelitian berdasarkan data dan informasi yang diperoleh di lapangan baik melalui hasil wawancara dan observasi maupun dari data-data sekunder. Setelah menguraikan data dan fakta yang ada di lapangan berdasarkan data dan informasi tersebut, peneliti kemudian menganalisisnya dengan membandingkannya dengan keadaan lapangan (dari hasil wawancara, observasi, dan data sekunder) dengan teori-teori yang berhubungan dengan indikator tersebut.sehingga dengan demikian peneliti dapat melihat bagaimana perbandingan antara teori dengan keadaan di lapangan.

(45)

BAB III

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

3.1. Sejarah Kota Binjai

Binjai adalah salah satu kota (dahulu daerah tingkat II berstatus kotamadya) dalam wilayah provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Binjai terletak 22 km di sebelah barat ibukota Provinsi Sumatera Utara, Medan. Sebelum berstatus kotamadya, Binjai adalah ibukota Kabupaten Langkat yang kemudian dipindahkan ke Stabat. Binjai berbatasan langsung dengan Kabupaten Langkat di sebelah barat dan utara serta Kabupaten Deli Serdang di sebelah timur dan selatan.

Gambar 1. Peta Kota Binjai

(46)

Wilayah : 90 km² Penduduk : 232.236 Jiwa

Rumah Tangga : 47.927 Rumah Tangga

Provinsi : Sumatera Utara

Tenaga kerja : 160.000 Jiwa

Subdivisi : 5 Kecamatan dan 37 Kelurahan/Desa Komoditi Unggulan : Rambutan dan Bengkuang

Hari Jadi : 17 Juni (berdiri 1872)

Letak geografis Binjai 03°03'40" - 03°40'02" LU dan 98°27'03" - 98°39'32" BT. Ketinggian rata-rata adalah 28 meter di atas permukaan laut. Sebenarnya, Binjai hanya berjarak 8 km dari Medan bila dihitung dari perbatasan di antara kedua wilayah yang dipisahkan oleh Kabupaten Deli Serdang. Jalan raya Medan-Binjai yang panjangnya 22 km, 9 km pertama berada di dalam wilayah Kota Medan, Km 10 sampai Km 17 berada dalam wilayah Kabupaten Deli Serdang dan mulai Km 17 adalah berada dalam wilayah Kota Binjai.

Utara : Kabupaten Langkat dan Kabupaten Deli Serdang Selatan : Kabupaten Langkat dan Kabupaten Deli Serdang Barat : Kabupaten Langkat

Timur : Kabupaten Deli Serdang

(47)

Binjai Utara, Binjai Selatan, Binjai Barat, Binjai Timur. Walikota Binjai yang sekarang adalah H.M.Idaham SH.,M.Si dan Wakil Walikota Timbas Tarigan, A.Md yang dilantik pada tanggal 13 Agustus 2010 untuk masa jabatan 2010-2015. Walikota berkantor di Balai Kota yang beralamat di Jalan Jenderal Sudirman No. 6, Binjai. Daerah komersial dan pusat perekonomian serta pusat pemerintahan terutama berpusat di wilayah Kecamatan Binjai Kota. Kawasan perindustrian dipusatkan di daerah Binjai Utara, sedangkan di sebelah timur dan selatan adalah daerah konsentrasi pertanian. Daerah pengembangan peternakan dipusatkan di kawasan Binjai Barat. Kawasan Industri Binjai di Kecamatan Binjai Utara direncanakan di Kelurahan Cengkeh Turi dengan luas wilayah 300 ha. Binjai juga adalah penghasil minyak bumi dan gas ditandai dengan kawasan eksplorasi minyak bumi dan gas alam di kawasan Tandam Hilir, Kecamatan Binjai Utara.

Data tahun 1999 menunjukkan bahwa 29% dari total kegiatan perekonomian di Kotamadya Binjai bersumber dari sektor perdagangan dan jasa. Sedangkan sektor industri menyumbang nilai 23% dari total kegiatan perekonomian tadi. Pendapatan per kapita penduduk Binjai adalah sebesar Rp. 3,3 juta, angka ini masih berada di bawah rata-rata pendapatan per kapita propinsi Sumatra Utara yang besarnya Rp. 4,9 juta. Laju pertumbuhan ekonomi Kota Binjai atas dasar harga tetap sebesar 5,68 persen pada tahun 2007. Hal ini menunjukkan kenaikan jika dibandingkan dengan tahun 2006 sebesar 5,32 persen (Wikipedia, 2011).

(48)

Perdagangan, Hotel dan Restoran, Sektor Keuangan,Persewaan dan Jasa Perusahaan dan Sektor Jasa – jasa. Bidang perkebunan tentu saja yang menjadi perhatian adalah perkebunan rambutan yang mencapai 425 ha dengan kapasitas produksi 2.400 ton per tahun.

3.2. Sejarah Pembentukan Kantor Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Binjai Penyakit birokrasi memang lebih menjangkit di banyak pemerintah daerah. Lambannya pelayanan pada masyarakat khususnya dalam hal perijinan dan prosedur yang bertele-tele tentu saja menciptakan mutu pelayanan yang buruk. Akibatnya, masyarakat dan kalangan usaha enggan untuk mengurus perijinan, terutama ijin usaha sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Hal ini berimbas pada menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah daerah, dan kalangan dunia usaha/investor akan ragu melakukan investasi.

Salah satu upaya untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan menciptakan iklim investasi yang kondusif agar menarik minat kalangan investor, baik dalam negeri maupun luar negeri, untuk menanamkan modalnya di Kota Binjai. Upaya menciptakan iklim yang kondusif itu dilakukan dengan meningkatkan pelayanan publik kepada para pelaku usaha dan calon investor.

(49)

tindakan yang dianggap perlu oleh Instruksi Presidan ini adalah penyederhanaan birokrasi perizinan.

Menindak lanjuti Instruksi Presiden tersebut, pemerintah menerbitkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Tepadu Satu Pintu (PTSP). Ide dasar Peraturan Menteri Dalam Negeri ini adalah untuk mengitegrasikan seluruh proses perizinan kedalam suatu sistem penyelenggaraan pelayanan perizinan terpadu satu pintu. Hal ini diperkuat dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor Per/20/M.PAN/2006 Tentang Pedoman Penyusunan Standar Pelayanan Publik.

Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2006 tersebut kemudian Pemerintahan Kota Binjai menanggapinya dengan menerbitan Peraturan Walikota Binjai No. 188.342-529 Tentang Uraian Tugas Pokok, Fungsi dan Tata Kerja Kantor Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Binjai. Latar belakang pembentukan Kantor Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Binjai adalah:

1. Kebijakan pemerintah Republik Indonesia untuk mewujudkan good

government dan clean government bagi aparatur pemerintah.

2. Adanya komitmen Walikota/Wakil Walikota untuk memberikan pelayanan publik yang lebih baik.

(50)

Dengan Peraturan Walikota Binjai Tersebut, maka pembentukan Kantor Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Binjai pun dapat dimulai dan hal inilah yang menjadi dasar hukum pendirian Kantor Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Binjai. Peraturan Walikota ini pun diikuti dengan diterbitkannya Surat Keputusan Walikota Binjai No 503-1560/k/2008 Tentang Pendelegasian Wewenang Dibidang Perizinan Kepada Kepala Kantor Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Binjai pada tanggal 26 Mei 2008, Surat Keputusan Walikota ini menegaskan bahwa proses pembuatan perizinan telah dilakukan di Kantor Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Binjai namun penandatanganan perizinan masih dilakukan di Bagian Perekonomian Kota Binjai. Hal ini masih merupakan kendala bagi masyakat dalam hal memproses perizinan yang mereka butuhkan, karena proses penerbitan izin yang masyarakat butuhkan itu akan memakan waktu yang lama karena prosesnya dilakukan di dua tempat.

(51)

Adapun yang menjadi dasar hukum pembentukan Kantor Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Binjai adalah sebagai berikut:

1. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Tepadu Satu Pintu (PTSP);

2. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor Per/20/M.PAN/2006 Tentang Pedoman Penyusunan Standar Pelayanan Publik;

3. Peraturan Walikota Binjai No. 188.342-529 Tentang Uraian Tugas Pokok, Fungsi dan Tata Kerja Kantor Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Binjai; 4. SK Walikota Binjai No 503-1560/k/2008 Tentang Pendelegasian Wewenang

Dibidang Perizinan Kepada Kepala Kantor Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Binjai;

5. SK Walikota Binjai No. 503.08-198/k/2009 Tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Di Bidang Perizinan kepada Kepala Kantor Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Binjai.

Adapun Moto, Visi dan Misi dari Kantor Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Binjai adalah sebagai berikut:

MOTTO

“Kami Siap Melayani Urusan Anda Dengan Cepat Dan Mudah” VISI

(52)

MISI

1. Meningkatkan sumber daya aparatur yang handal, profesional, dan

akuntabel;

2. Menyelenggarakan pelayanan di bidang perizinan sesuai dengan

ketentuan yang berlaku;

3. Meningkatkan kompleksifitas sarana dan prasarana pendukung dalam

memberikan pelayanan di bidang perizinan; 4. Memanfaatkan teknologi informasi secara optimal.

Pembentukan Kantor Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Binjai mengacu pada prinsip pelayanan prima sebagaimana dimaksud dalam Keputusan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara Nomor 63 Tahun 2003 yang intinya meliputi 10 (sepuluh) unsur:

1. Keserhanaan, yaitu prosedur atau tata pelayanan umum harus didesain sedemikian rupa sehingga penyelenggaraan pelayanan umum menjadi mudah, lancar, tidak berbelit-belit, mudah dipahami dan mudah dilaksanakan.

2. Kejelasan

a. Persyaratan teknis dan administratif pelayanan publik, unit kerja/pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab dalam memberikan pelayanan dan penyelesaian keluhan/persoalan sengketa dalam pelaksanaan pelayanan publik;

(53)

c. Unit kerja/pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab dalam memberikan pelayanan dan penyelesaian keluhan/persoalan/sengketa dalam pelaksanaan pelayanan publik;

3. Keamanan, yaitu usaha untuk memberikan rasa aman dan bebas dari adanya bahaya resiko, dan keragu-raguan. Proses serta hasil pelayanan umum dapat memberikan keamanan dan kenyamanan serta dapat memberikan kepastian hukum.

4. Kepastian waktu, yaitu pelaksanaan pelayanan publik dapat diselesaikan dalam kurun waktu yang telah ditentukan.

5. Akurasi, yaitu produk pelayanan publik diterima dengan benar, tepat, dan sah. 6. Tanggung jawab, yaitu pimpinan penyelenggara pelayanan publik atau pejabat

yang ditunjuk bertanggung jawab atas penyelenggaraan pelayanan dan penyelesaian keluhan/persoalan dalam pelaksanaan pelayanan publik.

7. Kelengkapan sarana dan prasarana, yaitu tersedianya sarana dan prasarana kerja, peralatan kerja, dan pendukung lainnya yang memadai termasuk penyediaan sarana teknologi komunikasi dan informatika.

8. Kemudahan akses,yaitu tempat dan lokasi serta sarana pelayanan yang memadai, mudah dijangkau oleh masyarakat, dan dapat memanfaatkan teknologi komunikasi dan informatika.

(54)

10. Kenyamanan, yaitu lingkungan pelayanan harus tertib, teratur, disedikan ruang tunggu yang nyaman, bersih, rapi, lingkungan yang indah dan sehat serta dilengkapi dengan fasilitas pendukung pelayanan, seperti parkir, toilet, tempat ibadah dan lain-lain.

Tujuan dibentuknya Kantor Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Binjai yaitu; 1. Sebagai upaya debirokratisasi dan deregulasi bidang perizinan.

2. Meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat umumnya dan khususnya masyarakat pengusaha.

3. Meningkatkan kepercayaan masyarakat kepada pemerintah. 4. Memberikan adanya jaminan kepastian hukum

5. Merangsang pertumbuhan ekonomi di bidang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).

6. Memberikan peluang untuk berinvestasi dalam rangka meningkatkan perekonomian daerah.

Ketentuan peralihan yang turut mengatur Kantor Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Binjai yaitu:

1. Standar prosedur/prosedur tetap Kantor Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Binjai yang ditetapkan dengan Peraturan Kepala Daerah.

2. Standar pelayanan minimal akan ditetapkan dengan Peraturan Kepala Daerah. 3. Eselonisasi jabatan di lingkungan Kantor Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota

(55)

4. Jumlah dan jenis pelayanan perizinan dan pelayanan non perizinan yang akan ditangani oleh Kantor Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Binjai ditetapkan dengan Peraturan Kepala Daerah.

Dengan semakin sederhananya proses pembuatan perizinan, maka masyarakat akan semakin mudah dalam hal mengurus perizinan. Penyederhanaan birokrasi perizinan tersebut memungkinkan Kantor Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Binjai untuk melaksanakan pelayanan prima untuk merangsang pertumbuhan ekonomi serta merangsang para pengusaha untuk menanamkan modal dan melakukan investasi di Kota Binjai, sehingga diharapkan kedepannya Kota Binjai dapat menjadi kota yang maju.

Selama berdirinya, Kantor Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Binjai telah melaksanakan berbagai kegiatan antara lain melakukan sosialisasi perizinan bagi masyarakat di 5 (lima) kecamatan di Kota Binjai, serta peninjauan langsung kepada para pengusaha yang ada di Kota Binjai. Hal ini secara rutin dilakukan oleh Kantor Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Binjai demi mewujudkan pelayanan prima dan meningkatkan kesadaran akan masyarakat akan manfaat yang mereka peroleh dalam hal perizinan.

(56)

5. Izin Pengelola Dan Pengusahaan (Perda No.18 Tahun 2005) 6. Izin Pengolahan Air Bawah Tanah (Perda No.5 Tahun 2003)

Kantor Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Binjai memiliki janji pelayanan yang mudah, cepat, dan tepat waktu yaitu:

a. Mudah, artinya pemohon dapat memperoleh informasi melalui brosur, serta papan informasi yang tersedia maupun berbagai informasi yang dapat diperoleh melalui staf pelayanan yang siap membantu.

b. Cepat, memberi pengertian diupayakan seoptimal mungkin untuk menyelesaikan proses perizinan dari waktu maksimal yang ditetapkan, tidak jarang satu perizinan dapat diselesaikan dalam waktu satu hari khususnya bagi perijinan yang tidak memerlukan peninjauan lapangan.

c. Tepat waktu, yaitu ketepatan waktu dalam menyelesaikan suatu perizinan juga mendapatkan porsi khusus, oleh karenanya masa penyelesaian suatu jenis perizinan juga dilakukan secara terbuka. Untuk mendukung hal ini pada Kantor Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Binjai terdapat papan informasi yang memuat jenis izin, persyaratan dan waktu penerbitan perizinan yang dapat dibaca oleh setiap masyarakat yang masuk ke ruang pelayanan Kantor Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Binjai.

(57)

Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Pedoman Organisasi Dan Tatakerja Unit Pelayanan Perijinan Terpadu Di Daerah. Beberapa prinsip dasar dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri tersebut adalah sebagai berikut:

Pasal 4

Tugas, Fungsi dan Kewenangan

Badan dan/atau Kantor mempunyai tugas melaksanakan koordinasi dan menyelenggarakan pelayanan administrasi dibidang perijinan secara terpadu dengan prinsip koordinasi, integrasi, sinkronisasi, simplifikasi, keamanan dan kepastian. Pasal 5

Dalam menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, Badan dan/atau Kantor menyelenggarakan fungsi:

a. Pelaksanaan penyusunan program Badan dan/Kantor; b. Penyelenggaraan pelayanan administrasi perijinan; c. Pelaksanaan koordinasi proses pelayanan perijinan; d. Pelaksanaan administrasi pelayanan perijinan;

e. Pemantauan dan evaluasi proses pemberian pelayanan perijinan. Pasal 6

Kepala Badan dan/atau Kepala Kantor mempunyai kewenangan menandatangani perijinan atas nama Kepala Daerah berdasarkan pendelegasian wewenang dari Kepala Daerah.

(58)

Tata Kerja Kantor Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Binjai. Adapun Tugas Pokok, Fungsi, dan Tata Kerja Kantor Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Binjai adalah sebagai berikut:

A. Struktur Organisasi

Kantor Pelayanan Terpadu Satu Pintu merupakan unsur pendukung tugas Kepala Daerah yang dipimpin oleh seorang Kepala Kantor yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Walikota melalui Sekretariat Daerah Kota. Susunan Organisasi Kantor Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Binjai terdiri dari:

a. Kepala Kantor

b. Sub Bagian Tata Usaha

c. Seksi Informasi dan Pengaduan d. Seksi Pelayanan

e. Seksi Perencanaan dan Evaluasi f. Kelompok Jabatan Fungsional

a. Kepala Kantor

Kepala Kantor Pelayanan Terpadu mempunyai tugas membantu Walikota dalam melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang pelayanan perizinan melalui proses satu pintu.

Untuk melaksanakan tugas, Kepala Kantor Pelayanan Terpadu Satu Pintu mempunyai fungsi:

(59)

b. Menyusun pelaksanaan teknis, pendataan dan pelayanan dalam rangka pelaksanaan percepatan pelayanan sesuai dengan persyaratan, prosedur dan ketentuan yang berlaku;

c. Melaksanakan koordinasi dalam menerbitkan perizinan dengan instansi terkait sesuai dengan kewenangan masing-masing;

d. Penyusunan tim koordinator pemrosesan izin prinsip dengan instansi terkait; e. Melaksanakan urusan ketatausahaan, organisasi dan ketatalaksanaan kantor; f. Melaksanakan penyusunan Rencana Strategis (Renstra), Laporan

Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) dan program kerja; g. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan Walikota.

Untuk melaksanakan tugas dan fungsi, Kepala Kantor Pelayanan Terpadu Satu Pintu dibantu oleh:

a. Sub Bagian Tata Usaha

b. Seksi Informasi dan Pengaduan c. Seksi Pelayanan

d. Seksi Perencanaan dan Evaluasi e. Kelompok Jabatan Fungsional

b. Sub Bagian Tata Usaha

(60)

Kepala Sub Bagian Tata Usaha mempunyai tugas membantu Kepala Kantor yang berkaitan dengan ketatausahaan, ketatalaksanaan, administrasi kepegawaian, kerumahtanggaan, perlengkapan, keuangan, perbendaharaan, penghimpunan data dan perencanaan penyusunan program kerja kantor serta urusan umum lainnya.

Untuk melaksanakan tugas, Kepala Sub Bagian Tata Usaha mempunyai fungsi:

a. Menyusun rencana kegiatan kerja;

b. Melaksanakan pengelolaan urusan ketatausahaan;

c. Melaksanakan pengelolaan urusan administrasi kepegawaian; d. Melaksanakan pengelolaan urusan keuangan dan perbendaharaan;

e. Melaksanakan pengelolaan urusan perlengkapan, kerumahtanggaan, pengadaaan barang dinas, inventarisasi barang serta melakukan perawatan dan pemeliharaan;

f. Mempersiapkan, menghimpun, mengolah dan menganalisa data sebagai bahan acuan dalam menyusun program kerja kantor;

g. Penyusunan rencana anggaran, pembukuan, pertanggungjawaban, mengelola urusan keuangan dan perbendaharaan serta membuat laporan keuangan;

h. Membangtu dan mengolah data untuk bahan penyusunan Renstra dan LAKIP; i. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Kantor sesuai

(61)

c. Seksi Informasi dan Pengaduan

Seksi Informasi dan Pengaduan dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang dalam melaksanakan tugasnya berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Kantor.

Kepala Seksi Informasi dan Pengaduan mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Kantor Pelayanan Terpadu Satu Pintu di bidang pengumpulan dan pengolahan data menjadi informasi, menerima pengaduan masyarakat dan mempublikasikan hal-hal yang berkaitan dengan Kantor Pelayanan Terpadu Satu Pintu.

Untuk melaksanakan tugas, Kepala Seksi Informasi dan Pengaduan mempunyai fungsi:

a. Menyusun dan melaksanakan rencana kegiatan;

b. Mengumpulkan, mengolah dan menyajikan bahan/data menjadi informasi; c. Melaksanakan kegiatan dokumentasi dan memberikan informasi tentang

perizinan;

d. Menerima dan menyelesaikan pengaduan dari pemohon/masyarakat;

e. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Kantor sesuai dengan bidang tugasnya.

d. Seksi Pelayanan

(62)

tugasnya berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Kantor.

Kepala Seksi Pelayanan mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Kantor Pelayanan Terpadu Satu Pintu di bidang pelayanan perizinan.

Untuk melaksanakan tugas, Kepala Seksi Pelayanan mempunyai fungsi: a. Menyusun dan melaksanakan rencana kegiatan;

b. Menerima permohonan pelayanan perizinan, mengecek perlengkapan administrasi dan persyaratan teknis sesuai dengan aturan yang berlaku;

c. Menyusun tata laksana, prosedur tetap perizinan dalam rangka pelayanan prima;

d. Melaksanakan penelitian lapangan dalam pemrosesan pelayanan perizinan; e. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Kantor sesuai

dengan bidang tugasnya.

e. Seksi Perencanaan dan Evaluasi

Seksi Perencanaan dan Evaluasi dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang dalam melaksanakan tugasnya berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Kantor.

(63)

Untuk melaksanakan tugas, Kepala Seksi Perencanaan dan Evaluasi mempunyai fungsi:

a. Menyusun dan melaksanakan rencana kegiatan;

b. Melaksanakan perencanaan secara akurat melalui monitoring, evaluasi, dan pelaporan;

c. Membuat proyeksi pengembangan sistem pelayanan terpadu satu pintu;

d. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh kepala kantor sesuai dengan bidang tugasnya.

f. Kelompok Jabatan Fungsional

Pada masing-masing perangkat daerah dapat ditetapkan jabatan fungsional berdasarkan keahlian dan spesialisasi yang dibutuhkan sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang berlaku.

Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas pelayanan terpadu satu pintu sesuai dengan keahlian dan kebutuhan

Kelompok Jabatan Fungsional terdiri dari sejumlah jabatan fungsional yang diatur dan ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan

Kelompok Jabatan Fungsional dipimpin oleh seorang tenaga fungsional senior yang diunjuk:

(64)

2. Kelompok jabatan fungsional mempunyai tugas sesuai dengan peraturan perundang-undangan

B. Tata Kerja

Dalam pelaksanaannya, Kantor Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Binjai merujuk pada tata kerja sebagai berikut:

1. Dalam melaksanakan tugas setiap pimpinan organisasi dan kelompok fungsional wajib menetapkan koordinasi, integrasi dan sinkronisasi baik dalam lingkungan masing-masing maupun antar kesatuan organisasi di lingkungan pemerintah kota sesuai dengan tugas masing-masing.

2. Setiap pimpinan organisasi wajib mengawasi bawahannya masing-masing dan bila terjadi penyimpangan agar mengambil langkah-langkah yang diperlukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

3. Setiap pimpinan satuan organisasi bertanggung jawab memimpin dan mengkoordinasikan bawahannya masing-masing dan memberikan bimbingan serta petunjuk bagi pelaksanaan tugas bawahannya.

4. Setiap pimpinan satuan organisasi wajib mengikuti dan mematuhi petunjuk dan bertanggung jawab kepada atasan masing-masing dan menyiapkan laporan berkala tepat pada waktunya.

Gambar

Tabel 1
Tabel 2 Klasifikasi pegawai Berdasarkan Golongan Jabatan
Gambar 2. Prosedur Pelayanan Perizinan di Kantor Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Binjai
Gambar 3.  Surat Setoran Retribusi Daerah
+4

Referensi

Dokumen terkait

Pemerintah Kota Tomohon dan Pemerintah Kabupaten Minahasa Selatan menetapkan target capaian kinerja setiap belanja, baik dalam konteks daerah maupun program dan

Penggunaan ampas kelapa yang difermentasi dengan Aspergillus niger dan ragi tape dapat meningkatkan produksi karkas dan menurunkan persentase lemak. abdominal kelinci rex

Berdasarkan hasil penelitian evaluasi efektifitas terapi static outing dalam meningkatkan motivasi pemulihan residen di Balai Rehabilitasi Narkoba Samarinda, dapat

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sifat fisik, stabilitas dan aktivitas tabir surya dari krim ekstrak etanol tongkol jagung merah.. Tongkol jagung diekstraksi

[9] The GPIP Council was chaired by the Department of Budget and Management, as the primary policymaking and coordinating body of the Program, with members including the

Sistem Pendukung Keputusan Untuk Pemilihan … 147 Berdasarkan nilai net flow yang dihasilkan oleh perhitungan promethee, urutan lokasi cabang usaha, yaitu rangking

Pada bagian selatan menjorok Tanjung Pananjung dan bagian Timur dibatasi oleh Sungai Ciputrapinggan yang bermuara di Teluk Pangandaran, dan bagian Barat dibatasi