• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI PRINSIP–PRINSIP GOOD GOVERNANCE DI BADAN PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU KOTA TANGERANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "IMPLEMENTASI PRINSIP–PRINSIP GOOD GOVERNANCE DI BADAN PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU KOTA TANGERANG"

Copied!
311
0
0

Teks penuh

(1)

PINTU KOTA TANGERANG

SKRIPSI

Diujikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial pada Konsentrasi Kebijakan Publik

Program Studi Ilmu Administrasi Negara

Disusun Oleh :

Khaerinisa

666 111 0504

PRODI ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

(2)
(3)
(4)
(5)

When the road you’re trudging seems all uphill;

When the funds are low and the debts are high;

And you want to smile but you have to sigh.

When all is pressing you down a bit-

Rest if you must, but don’t you quit.

Success is failure turned inside out;

The silver tint on clouds of doubt;

And you can never tell how close you are;

It may be near when it seems far.

So, stick to the fight when you’re hardest hit.

It’s when things go wrong that you must not quit.”

-John Greenleaf Whittier-

“Saya

persembahkan skripsi ini untuk

(6)

i

Puji syukur selalu saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala berkat,

rahmat dan hidayah-Nya yang selalu diberikan kepada kita semua, termasuk pada

nikmat Iman, Islam dan sehat wal’afiat. Atas berkat, rahmat dan hidayah-Nya pula,

maka peneliti dapat menyelesaikan penelitian ini. Shalawat serta salam semoga selalu

tercurah kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW, beserta keluarganya,

sahabatnya serta tak lupa juga kita sebagai umatnya hingga akhir zaman.

Penyusunan skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Sosial pada Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang mana judul

penelitian yang dilakukan peneliti, yaitu “Implementasi Prinsip-Prinsip Good

Governance di Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota

Tangerang.” Penyusunan skripsi ini tidak akan selesai dengan baik, tentunya tidak

terlepas dari bantuan banyak pihak yang selalu membimbing serta mendukung

peneliti secara moril dan materil. Maka pada kesempatan yang luar biasa ini, peneliti

ingin menyampaikan ungkapan terima kasih yang tak terhingga kepada beberapa

pihak, sebagai berikut:

1. Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat, M.Pd sebagai Rektor Universitas Sultan Ageng

(7)

ii

Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

4. Iman Mukhroman, S.Sos., M.Si sebagai Wakil Dekan II Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

5. Kandung Sapto Nugroho, S.Sos, M.Si, sebagai Wakil Dekan III Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, sekaligus

pembimbing I yang sudah banyak sekali memberikan bimbingan, arahan, ilmu

serta sarannya yang sangat membantu peneliti sejak awal hingga penelitian yang

peneliti susun ini selesai dengan sebaik-baiknya.

6. Listyaningsih, S.Sos, M.Si sebagai Ketua Program Studi Ilmu Administrasi

Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng

Tirtayasa.

7. Riswanda, Ph.D, sebagai Sekretaris Program Studi Ilmu Administrasi Negara

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

8. Gandung Ismanto, S.Sos, MM selaku pembimbing II yang sudah banyak

memberikan bimbingan, arahan, ilmu serta sarannya yang sangat membantu

peneliti menyelesaikan penelitian ini dengan baik.

9. Maulana Yusuf, S.IP, M.Si sebagai penguji seminar proposal penelitian yang

dilakukan peneliti yang telah banyak memberikan masukkan demi

(8)

iii

kesayangan yang tak henti memberikan semangat kepada peneliti dan selalu

bersedia mendengarkan keluh kesah peneliti selama peneliti menempuh studi

pada jenjang S1 ini.

11. Dosen-Dosen Ilmu Administrasi Negara yang selalu saya banggakan, Ipah Ema

Jumiati, S.IP, M.Si, Leo Agustino, Ph.D, Titi Setiawati, S.Sos,M.si, Dr.Ayuning

Budiati, S.IP,MPPM, Rini Handayani, S.Si,M.Si, Arenawati, S.Sos,M.Si, Ima

Maisyaroh, S.Ag,M.Si, Andi Apriany Fatmawaty, Ir.,MP, DR. Abdul Apip,

M.Si, Abdul Hamid, S.Sos,M.Si, Drs.H.Oman Supriyadi,M.Si, DR.Suwaib

Amirudin, M.Si, Drs.Hasuri, SE.M.Si, Kristian Widya Wicaksana, S.Sos,M.Si,

Deden M. Haris, S.Sos,M.Si, Juliannes Cadith, S.Sos,M.Si, Atoullah, S.Sos.

M.Si, serta dosen-dosen lainnya tidak bisa saya sebutkan satu per satu,

terimakasih untuk semua ilmu yang telah kalian berikan kepada peneliti.

12. Orang Tua tercinta, Eno Suhaena dan Ebah yang selalu memberikan dukungan

secara moril dan materil serta doa mereka yang tidak pernah henti untuk

kesuksesan anak-anaknya di masa depan. Kemudian adik kandung peneliti,

Anita Nuzulia yang selalu memberikan dukungan dan doa untuk kelancaran

penyusunan skripsi ini. Serta saudara-saudara peneliti, yaitu nenek, uwak, om,

tante, sepupu, dan keponakan terdekat yang tidak bisa peneliti sebutkan satu per

satu yang juga banyak memberikan dukungan dan doa mereka.

13. Sahabat terdekat peneliti Muhammad Frayogi, Ratu Arum Sukmaningtyas,

(9)

iv

14. Sahabat terbaik peneliti, Intan Pratiwi Razak, Riska Monica Puteri, Lidia

Carlina Marta, Gesti Resti Fitri, Dona Puteri Permata Desri, Rike Berlianti,

Dessy Handayani, Vina Sarastiani, Reiza Hafitarani, Dhita Sekar Anisa, dan

Indri Meilan Suntari.

15. H. Karsidi, selaku Kepala Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu

Satu Pintu Kota Tangerang yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk

melakukan penelitian skripsi di BPMPTSP ini.

16. Keluarga tercinta kedua peneliti, Rizkieka Turnoviliana, Novi Shulhiyah Ilyas,

Purwanto Heru, dan Kabid Penanaman Modal terbaik Sasa Sukmana dan Encep

Muharam yang tiada henti memberikan doa, motivasi, dukungan, serta

semangat kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.

17. Keluarga Besar Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu

tercinta yang tidak bisa peneliti sebutkan satu persatu yang selalu memberikan

semangat dan dukungan dalam proses penelitian ini.

18. Sahabat terdekat peneliti Anggun Farantina, Diah Kumalasari, dan Vina Dwi

Pratiwi yang banyak memberikan motivasi dan canda tawa sehingga peneliti

dapat menghilangkan kejenuhan dalam menyelesaikan skripsi ini.

19. Teman-teman khusunya kelas B Program Studi Ilmu Administrasi Negara 2011,

(10)

v

Dan secara umum, peneliti juga mengucapkan terimakasih kepada seluruh

teman-teman terdekat peneliti di angkatan 2011.

20. Staf Program Studi Ilmu Administrasi Negara, Staf Perpustakaan Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik serta Staf Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang telah banyak membantu peneliti dalam

mengurus segala perijinan, surat-menyurat dan urusan akademik lainnya.

21. Serta tidak lupa peneliti mengucapkan banyak terimakasih kepada seluruh

informan penelitian yang telah berkontribusi banyak dalam penyusunan skripsi

ini serta pihak-pihak lainnya yang juga terlibat dalam penyusunan skripsi ini.

Akhirnya peneliti mengucapkan rasa syukur yang tak terhingga dengan

selesainya penyusunan skripsi ini. Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan

skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan maka, kritik dan saran yang

membangun sangat peneliti harapkan demi kesempurnaan penulisan skripsi ini.

Peneliti berharap semoga penelitian ini dapat bermanfaat, khususnya bagi peneliti

sendiri dan bagi para pembaca pada umumnya.

Tangerang, Juni 2016

Khaerinisa

(11)

vi

LEMBAR PERSETUJUAN

LEMBAR PENGESAHAN

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

ABSTRAK

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 22

1.3 Batasan Masalah ... 22

1.4 Rumusan Masalah... 23

1.5 Tujuan Penelitian ... 23

1.6 Manfaat Penelitian ... 24

(12)

vii

2.1 Deskripsi Teori ... 28

2.2 Implementasi Kebijakan Publik ... 44

2.3 Penelitian Terdahulu ... 54

2.4 Kerangka Berpikir ... 58

2.5 Asumsi Dasar ... 59

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian ... 60

3.2 Fokus Penelitian ... 61

3.3 Lokasi Penelitian ... 61

3.4 Variabel Penelitian ... 62

3.5 Instrumen Penelitian ... 63

3.6 Informan Penelitian ... 64

3.7 Teknik Pengumpulan Data ... 65

3.8 Teknik Analisis Data ... 69

3.9 Uji Keabsahan Data ... 71

3.10 Jadwal Penelitian ... 72

BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Objek Penelitian ... 74

4.2 Deskripsi Data ... 83

4.3 Analisis Data Penelitian ... 88

(13)

viii

DAFTAR PUSTAKA

(14)

viii

Tabel 1.1 Rekapitulasi Realisasi ... 3

Tabel 1.2 Rekapitulasi Izin Prinsip ... 4

Tabel 1.3 Jumlah Izin Bidang Penanaman Modal ... 7

Tabel 1.4 Jumlah Izin Bidang Pemerintahan ... 9

Tabel 1.5 Jumlah Izin Bidang Kesejahteraan Masyarakat ... 10

Tabel 1.6 Jumlah izin Bidang Pembangunan ... 11

Tabel 3.1 Informan Penelitian ... 65

Tabel 3.2 Pedoman Wawancara ... 67

Tabel 3.3 Jadwal Penelitian ... 73

(15)

xi

Gambar 2.2 Model Implementasi Edward III ... 48

Gambar 2.3 Model Proses Implementasi Kebijakan Van Meter Van Horn ... 50

Gambar 3.1 Model Analisis Data Miles & Huberman ... 71

Gambar 4.1 SKP BPMPTSP BidangPenanaman Modal ... 91

Gambar 4.2 Kegiatan Sosialisasi Pelayanan Perizinan ... 98

Gambar 4.3 Kegiatan Expo Kota Tangerang ... 98

Gambar 4.4 Ruang Pengambilan Izin ... 105

Gambar 4.5 Contoh Kenakalan Pegawai ... 106

Gambar 4.6 Contoh Kenakalan Pegawai ... 106

Gambar 4.7 Kondisi Ruang Pelayanan Perizinan di BPMPTSP ... 111

Gambar 4.8 Volume Berkas Izin Di BPMPTSP Kota Tangerang ... 111

Gambar 4.9 Pelaksanaan Bintek oleh BPMPTSP Kota Tangerang ... 123

(16)

x

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN I Surat Ijin Penelitian

LAMPIRAN II Surat Keterangan Penelitian

LAMPIRAN III Pedoman Wawancara

LAMPIRAN IV Catatan Lapangan dan Membercheck

LAMPIRAN V Kategorisasi Data Penelitian

LAMPIRAN VI Matriks Hasil Penelitian

LAMPIRAN VII Dokumentasi Penelitian

(17)

Pintu Kota Tangerang. Program Studi Ilmu Administrasi Negara. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Dosen Pembimbing I, Kandung Sapto Nugroho, S.Sos, M.Si. Dosen Pembimbing II, Gandung Ismanto, S,Sos, MM.

Kota Tangerang merupakan salah satu kota yang layak menjadi kota investasi dengan berbagai sumber daya yang dimiliki yang menjadi daya tarik bagi para investor PMDN maupun PMA untuk terus melakukan investasi. Kondisi tersebut merupakan sebuah arahan dari pemerintah daerah untuk mewujudkan kepemerintahan yang baik (good governance) dan bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme, salah satunya yaitu pelayanan perizinan. Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Tangerang mempunyai peran penting dalam mewujudkan Kota Tangerang sebagai Kota tujuan investasi. BPMPTSP Kota Tangerang dalam upaya mengimplementasikan prinsip-prinsip good governance masih dihadapkan oleh beberapa kesenjangan dari ketiga pilar

governance. Fokus penelitian ini adalah implementasi prinsip-prinsip good governance di Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Tangerang pada bidang Penanaman Modal. Tujuannya yaitu untuk mengetahui bagaimana implementasi prinsip-prinsip good governance di BPMPTSP Kota Tangerang khsuusnya Bidang Penanaman Modal. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kualitatif deskriptif yang dianalisis dengan menggunakan enam indikator prinsip-prinsip good governance menurut Gisselquist yaitu

Accountability, Transparency, Efficiency and Effectiveness, Responsiveness, Forward vision, Rule of law. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan prinsip-prinsip good governance belum konsisten dan belum optimal, dikarenakan dalam pelaksanaanya masih terdapat keluhan dari masyarakat mengenai mekanisme, prosedur, serta syarat-syarat pembuatan izin.

(18)

Khaerinisa. NIM 6661110504. 2016. Thesis. Implementation of Principles of Good Governance in Investment Department and Integrated One Door Services In Tangerang City. Public Administration Departement. The Faculty of Social and Political Science. Sultan Ageng Tirtayasa University. 1st Advisor, Kandung

Sapto Nugroho, S.Sos, M.Si and 2nd Advisor, Gandung Ismanto, S,Sos, MM.

Tangerang City is worthy of being investment city with a variety of available resources that attraction for domestic investors and foreign investors to continue investing. The condition is a directive from the local government to realize the good governance and free of corruption, collusion, and nepotism. One of which is licensing service. Investment Department and Integrated One Door Services has an important role to realize that Tangerang City as investment destinations city. Investment Department and Integrated One Door Services in effort to implement the principles of good governance was still faced by some gaps of three pillars of governance. The research focus was Implementation of Principles of Good Governance in there on Investment Sector. The goal was to find out how Implementation of Principles of Good Governance in there especially on Investment Sector. The methods that used on this research was qualitative descriptive which analyzed using six principles of good governance by Gisselquist, Accountability, Transparency, Efficiency and Effectiveness, Responsiveness, Forward vision, Rule of law. The result of this research showed that the application of principles of good governance hadn’t been consistent and hadn’t optimal, because in practicing, there were still complaints regarding the mechanisms, procedures, and terms of making a license.

(19)

1 1.1 Latar Belakang Masalah

United Nations Conference Trade and Development (UNCTAD),

merupakan sebuah organisasi di bawah naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa

(PBB), telah merilis laporan terbaru terkait investasi dunia yang dirangkum dalam

World Investment Report 2015. Laporan tahunan yang merangkum data

penanaman modal asing (PMA) di tiap-tiap negara berkembang di dunia tahun

2014 tersebut menunjukkan bahwa Asia bagian Timur (terdiri dari Asia Timur dan

Asia Tenggara) merupakan salah satu wilayah tujuan investasi asing terbesar di

dunia. Dengan PMA sebesar US$ 381 miliar dan tingkat pertumbuhan sebesar 9,6

persen, kawasan Asia bagian Timur memiliki porsi 31 persen dari seluruh PMA

yang terdapat di seluruh dunia.

Data tersebut juga menunjukkan bahwa Tiongkok masih menempati

urutan pertama sebagai negara tujuan investasi asing terbesar di Asia bagian timur

dengan nilai US$ 128,5 miliar. Kendati Tiongkok memiliki jumlah PMA terbesar,

namun pertumbuhan PMA tertinggi justru terjadi di Hong Kong dengan

pertumbuhan mencapai 39 persen, dari angka sekitar US$ 75 miliar di tahun 2013

(20)

Kota Tangerang merupakan salah satu kota yang layak menjadi kota

investasi. Kota Tangerang dengan berbagai sumber daya yang dimiliki seperti

jumlah penduduk yang hampir mencapai 2 juta jiwa, perkembangan dan

pembangunan infrastruktur menjadi daya tarik bagi para investor baik PMDN

maupun PMA untuk terus melakukan investasi. Hal tersebut dapat kita lihat dari

hasil realisasi investasi pada Triwulan II tahun 2015, realisasi investasi PMDN

dan PMA berdasarkan Izin Usaha yang telah diterbitkan baik oleh BKPMRI untuk

PMA, BKPMPT Provinsi maupun BPMPTSP untuk PMDN berjumlah 16 Proyek

yang terdiri dari 6 proyek PMDN dengan nilai Rp. 253,61 Milyard dan 10 proyek

PMA dengan nilai USD 33,872 juta atau senilai Rp. 423,4 Milyard dengan kurs 1

USD = Rp. 12.500,- sehingga pada Triwulan kedua tahun 2015 ini realisasi

investasi di Kota Tangerang baik PMDN maupun PMA sebesar Rp. 677 milyard.

Sesuai dengan Kewenangannya, PMDN dari 6 Izin Usaha yang

dikeluarkan, Pemerintah Kota Tangerang mengeluarkan 3 Izin dengan nilai Rp.

22.217.000.000,- sedangkan 3 Izin yang dikeluarkan oleh Pemerintah Provinsi

Banten dengan nilai Rp. 35.025.300.000,-. Serapan tenaga kerja dari 6 proyek

PMDN yang terealisasi dapat menyerap pekerja sebanyak 1.111 orang tenaga

kerja, sedangkan dari 10 proyek PMA mampu menyerap pekerja sebanyak 2.110

(21)

Tabel 1.1

Rekapitulasi Reaslisasi

(Sumber: LPPPM BPMPTSP Kota Tangerang)

Pada Triwulan II tahun 2015 di Kota Tangerang masih diminati oleh para investor baik PMDN maupun PMA hal ini terlihat dari jumlah izin prinsip yang telah dikeluarkan baik oleh BKPMRI, BKPMPT Provinsi Banten maupun BPMPTSP Kota Tangerang yang berjumlah 15 proyek PMDN dan 20 proyek PMA. Perusahaan PMDN sebanyak 15 proyek dengan nilai investasi sebesar Rp. 191,753 milyard yang direncanakan dapat menyerap tenaga kerja sebanyak 1.692 orang. Sesuai dengan Kewenangannya, dari 15 Izin Usaha yang dikeluarkan, Pemerintah Kota Tangerang mengeluarkan 6 Izin dengan nilai Rp. 50.454.200.000,- sedangkan 9 Izin dikeluarkan oleh Pemerintah Provinsi Banten dengan nilai Rp. 141.298.500.000,-.

253,6 M ; 37% 423,4 M;

63%

Rekapitulasi Realisasi Berdasarkan

Izin Usaha Triwulan II

PMDN (6 Proyek)

(22)

Sedangkan, untuk Perusahaan Modal Asing (PMA) sebanyak 20 proyek dengan nilai investasi sebesar USD 85,416 juta atau setara dengan Rp. 1,068 Trilyun dengan kurs 1 USD = Rp. 12.500,- serapan tenaga kerja yang direncanakan sebanyak 1.516 Tenaga Kerja Indonesia dan 14 Tenaga Kerja Asing.

Tabel 1.2

Rekapitulasi Izin Prinsip

(Sumber: LPPPM BPMPTSP Kota Tangerang)

191,7 M ; 15%

1.067,7 M; 85%

Rekapitulasi Izin Prinsip PMDN dan

PMA Triwulan II Tahun 2015

PMDN (15 Proyek)

(23)

Kota Tangerang memiliki luas 164,54 Km2 dengan jumlah penduduk yang

mencapai 1,7 juta jiwa. Secara administratif luas wilayah Kota Tangerang dibagi

dalam 13 kecamatan, yaitu Ciledug, Larangan, Karang Tengah, Cipondoh, Pinang,

Tangerang, Karawaci, Jatiuwung, Cibodas, Periuk, Batuceper, Neglasari, dan

Benda. Oleh sebab itu, Kota Tangerang menjadi pilihan menarik bagi para

investor untuk berinvestasi.

Seiring dengan berlakunya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23

Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah, bahwa dalam rangka penyelenggaraan

Pemerintahan Daerah sesuai dengan amanat Undang–undang Dasar Negara

Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945, Pemerintahan Daerah yang mengatur

dan mengurusi sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas

pembantuan, diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan

masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan, dan peran serta

masyarakat, serta peningkatan daya saing daerah serta efisiensi dan efektivitas

penyelenggaraan pemerintahan daerah perlu ditingkatkan. Hal tersebut

mengakibatkan interaksi antara aparat daerah dan masyarakat menjadi lebih

intensif. Selain itu, otonomi daerah juga memberikan kesempatan yang luas bagi

daerah untuk mengembangkan potensinya sesuai dengan karakteristik lokal.

Setiap kota dan kabupaten dituntut untuk mengembangkan inovasi kreatif

dalam pengelolaan daerahnya. Kreatifitas itu menyangkut bagaimana

mengalokasikan dana, menyangkut kapasitas untuk menciptakan keunggulan

komparatif bagi daerahnya sehingga kalangan pemilik modal akan beramai-ramai

(24)

Kondisi demikian merupakan sebuah arahan dari pemerintah daerah untuk

menyelenggarakan pemerintahannya sesuai dengan kerangka atau koridor

perubahan paradigma pemerintahan yang tidak lagi sentralistik tapi lebih

menekankan pada desentralisasi dan pemberdayaan masyarakat dan didukung

dengan gagasan mengedepankan konsep partisipasi dalam proses

pembangunannya. Sehingga, muara dari kerangka otonomi daerah tersebut yaitu

perwujudan good governance secara masif di tingkat lokal. Proses demokratisasi

politik dan pemerintahan saat ini tidak hanya menuntut profesionalisme dan

kemampuan aparatur dalam pelayanan publik, tetapi secara fundamental menuntut

mewujudkan kepemerintahan yang baik (good governance), bersih, dan bebas

Korupsi Kolusi dan Nepotisme. (Sedarmayanti, 2012: 1)

Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (BPMPTSP)

Kota Tangerang dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) Kota Tangerang

Nomor 13 Tahun 2014 tentang Organisasi Perangkat Daerah. Serta Peraturan

Walikota Nomor 83 Tahun 2014 tentang Tugas, Fungsi, dan Tata Kerja

BPMPTSP. Kedudukan BPMPTSP Kota Tangerang adalah Badan yang

merupakan unsur pelaksana administrasi publik di bidang Perizinan dan

Penanaman Modal yang dituntut untuk memberikan pelayanan terbaik kepada

masyarakat tanpa mengedepankan pendekatan birokratisasi.

Berdasarkan pendekatan tersebut, Badan Penanaman Modal dan Pelayanan

Terpadu Satu Pintu Kota Tangerang mempunyai peran penting dalam

mewujudkan Kota Tangerang sebagai Kota tujuan investasi. Dalam rangka

(25)

pelayanan perizinan pembangunan, bidang pelayanan perizinan pemerintahan dan

kesejahteraan masyarakat, serta bidang pengelolaan data dan advokasi, maka

BPMPTSP Kota Tangerang perlu mengedepankan pola pelaksanaan administrasi

publik dan perizinan yang lebih mudah bagi masyarakat.

Berikut merupakan jumlah izin-izin yang ada di Badan Penanaman Modal

dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Tangerang.

Tabel 1.3

Jumlah izin Bidang Penanaman Modal Tahun 2015

NO Nama Perizinan Lama Waktu Proses

Izin Yang diterbitkan

Tahun 2014

1 Izin Industri ( Izin Usaha Industri, Izin Tanda Daftar Industri , Izin Perusahaan )

6 Tanda Daftar Usaha Pariwisata,

(26)

c. Tanda Daftar Usaha Jasa

10 Izin memperkerjakan tenaga kerja

asing 14 Hari 132 izin

(27)

Tabel 1.4

Jumlah Izin Bidang Pemerintahan Tahun 2015

Nama Perizinan Lama Waktu Proses diterbitkan Izin Yang Tahun 2014

Izin Trayek 14 Hari 383 izin

Izin Penggunaan Instalasi Penyalur

Petir 7 Hari 164 izin

Izin Pengunaan Ketel UAP 1 Hari 187 izin

Izin Pemakaian Pesawat Angkat Dan

Angkut 7 Hari 1.256 izin

Izin Penggunaan Instalasi Listrik 7 Hari 96 izin

Izin Pemakaian Generator Set

(Genset) 1 Hari 223 izin

Izin Pemakaian Bejana Bertekan 7 Hari 407 izin

Izin Pembangunan Instalasi

Kebakaran 7 Hari 68 izin

Izin Tempat Penampungan Calon

Tenaga Kerja Indonesia 7 Hari 1 izin

Izin Lembaga Pelatihan Kerja 7 Hari 0 izin

Izin Penyedia Jasa Pekerja/Buruh 7 Hari 0 izin

Izin Gangguan (HO) 10 Hari 666 izin

Izin Perparkiran

Izin Lift 3 Hari 30 izin 1 izin

(28)

Tabel 1.5

Jumlah izin Bidang Kesejahteraan Rakyat Tahun 2015

NO Nama Perizinan Lama Waktu Proses diterbitkan Izin Yang Tahun 2014

1 Izin Pendirian Satuan

Pendidikan 14 Hari 78 izin

2 Izin Laboratorium Kesehatan 14 Hari 4 izin

3 Izin Optik 10 Hari 7 izin

4 Izin Toko Obat 10 Hari 8 izin

5 Izin Apotek 7 Hari 126 izin

6 Izin Klinik 7 Hari 41 izin

7 Izin Praktek Dokter

Berkelompok 7 Hari 0 izin

8 Izin Rumah Sakit 7 Hari 4 izin

9 Izin Rumah Bersalin 7 Hari 0 izin

10 Izin Sertifikat Produk Pangan

Industri Rumah Tangga 10 Hari 88 izin

11 Izin Pengambilan Air Tanah 10 Hari 388 izin

12 Izin Pengeboran 7 Hari 0 izin

13 Izin Pembuangan Limbah Cair 14 Hari 40 izin

14 Izin Usaha Penyedotan Tinja 14 Hari 0 izin

15 Izin Pelayanan Pemakaman

Dan Pengabuan Mayat 7 Hari 3.023 izin

16 Izin Dokter Hewan Praktek

(29)

17 Izin Tenaga Kesehatan Hewan Bukan Dokter Hewan Sebagai Paramedikveteriner

7 Hari 0 izin

JUMLAH 3.762 izin

Tabel 1.6

Jumlah Izin Bidang Pembangunan Tahun 2015

NO Nama Perizinan Lama Waktu Proses diterbitkan Izin Yang Tahun 2014

1 Izin Peruntukan Penggunaan

Tanah 14 Hari 1.163 izin

2 Izin Mendirikan Bangunan 14 Hari 2.154 izin

JUMLAH 3.317 izin

JUMLAH PERIZINAN YANG DITERBITKAN TAHUN 2014

BIDANG KESRA : 3.762 IZIN BIDANG PEMBANGUNAN : 3.317 IZIN BIDANG PEMERINTAHAN : 3.452 IZIN BIDANG PENANAMAN MODAL : 10.481 IZIN TOTAL : 21.012 IZIN

(30)

Masyarakat merupakan inti penting dalam paradigma baru tentang new

public services. Perubahan posisi masyarakat dari yang dulu dikenal sebagai

"clients dan constituents" menjadi "customers" dan kemudian menjadi "citizens".

Masyarakat tidak sekedar sebagai obyek layanan tetapi harus ditempatkan sebagai

subyek.

Governance secara istilah merujuk pada kultur dan struktur pemerintahan

yang menjalankan kekuasaan di dalam suatu negara, tidak hanya menyangkut

lembaga eksekutif, namun setelah seluruh lembaga negara yang terkait dengan

penyelenggaran kehidupan bernegara. Good governance berbicara tentang

bagaimana rekrutmen politik dilakukan terhadap setiap penyelenggara negara,

bagaimana kapasitas, kapabilitas pemerintahan mengimplementasikannya, serta

bagaimana pemeritahan mampu mempertanggung jawabkan seluruh aktivitasnya

secara terbuka kepada masyarakat. Inilah idealita good governance, yang

sebenernya yang menghendaki adanya simbiosis mutualisme antara the ruled and

the ruler sedemikian rupa sehingga masyarakat dapat berpartisipasi dan

mengontrol pemerintahan dalam menjalankan kewenangannya tersebut dengan

baik, sementara pemerintahan membuka diri terhadap akses publik dalam setiap

kegiatan pemerintahannya.

Kehadiran tiga domain, yaitu: pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat

sipil sebagai stakeholders dalam proses ini amat penting untuk memastikan bahwa

proses “pembangunan” tersebut dapat memberikan manfaat yang terbesar bagi

masyarakatnya. Secara konseptual, hubungan antara ketiga komponen tata

(31)

dibutuhkan dalam rangka mengamankan proses penyelenggaran negara sehingga

akuntabilitas dan penegakan hukum dapat berjalan dengan baik.

Sementara di sisi lain, partisipasi publik tidak mungkin dapat berjalan

dengan efektif tanpa jaminan pelaksanaan hak–hak publik untuk mengakses

informasi yang dimiliki oleh pemerintah (Agustino, Leo. 2005: 44). Secara umum

ada beberapa karakteristik dan nilai yang melekat dalam praktik good governance.

Pertama, praktik good governance harus memberi ruang kepada aktor lembaga

non-pemerintah untuk berperan serta secara optimal dalam kegiatan pemerintahan

sehingga memungkinkan adanya sinergi di antara aktor dan lembaga pemerintah

dengan non pemerintah seperti sipil dan mekanisme pasar.

Kedua, dalam praktik good governance terkandung nilai–nilai yang

membuat pemerintah dapat lebih efektif bekerja untuk mewujudkan kesejahteraan

bersama. Nilai – nilai seperti efisiensi, keadilan, dan daya tanggap menjadi nilai

yang penting. Ketiga, praktik good governance adalah praktik pemerintahan yang

bersih dan bebas dari praktik KKN serta berorientasi pada kepentingan publik.

Oleh karena itu, praktik pemerintahan dinilai baik jika mampu

mewujudkan transparansi, penegakan hukum, dan akuntabilitas publik. Namun,

pembagian peran antara pemerintah dan lembaga non-pemerintah masih sangat

timpang dan kurang proporsional sehingga sinergi belum optimal. Kemampuan

pemerintah melaksanakan kegiatan secara efisien, berkeadilan, dan bersikap

(32)

Praktik KKN masih terus menggurita dalam kehidupan semua lembaga

pemerintahan baik yang berada di pusat ataupun di daerah. Selain itu, secara

umum praktik penyelenggaraan layanan publik masih jauh dari prinsip–prinsip

good governance yang ditandai dengan masih adanya diskriminasi atas dasar

pertemanan, afiliasi politik, kesamaan etnis, dan agama; rendahnya tingkat

responsivitas pemerintah kota yang ditandai dengan banyaknya keluhan

masyarakat; ketidakpastian prosedur, biaya, dan waktu pelayanan dan praktik

pungutan liar yang dilakukan atas dasar suka sama suka. Penyelenggaraan

pelayanan publik yang dilakukan oleh pemerintah sampai saat ini masih

dihadapkan pada sistem pemerintahan yang belum efektif dan efisien serta

kualitas sumber daya manusia aparatur yang belum memadai. Hal ini dapat

terlihat dari masih banyaknya keluhan dan pengaduan masyarakat baik secara

langsung maupun melalui media massa.

Pelayanan publik perlu dilihat sebagai usaha pemenuhan kebutuhan dan

hak-hak dasar masyarakat. Perubahan pola penyelenggaraan pelayanan publik dari

yang semula berorientasi pemerintahan sebagai penyedia menjadi pelayanan yang

berorientasi kepada kebutuhan masyarakat sebagai pengguna. Inilah yang akan

menjadi jalan bagi peningkatan partisipasi masyarakat di bidang pelayanan publik.

Penerapan good governance diharapkan dapat menciptakan sistem

pelayanan publik yang efisien, berkeadilan, transparan, akuntabel serta

partisipatif. Sehingga akan menekan angka korupsi menjadi semakin rendah, dan

pemerintah semakin peduli dengan kebutuhan dan berbagai masalah yang

(33)

dipengaruhi beberapa faktor, antara lain keamanan dan ketertiban; kemudahan

perizinan; peraturan daerah yang mendukung iklim usaha; serta pengenaan pajak

daerah. Dalam upaya meningkatkan pelayanan perizinan, Pemerintah Kota

Tangerang menerapkan pelayanan perizinan terpadu satu pintu. Artinya

Pemerintah Kota dapat memberikan pelayanan perizinan usaha secara cepat

dalam satu tempat terpadu.

Adanya pelayanan yang terpadu dan cepat, diharapkan segala proses

Perizinan dapat dilaksanakan secara cepat waktu sesuai dengan yang diharapkan.

Birokrasi perizinan menjadi salah satu kendala yang dihadapi dalam

perkembangan usaha di Indonesia, banyaknya peraturan yang tumpang tindih,

prosedur yang berbelit, tingginya biaya, tidak adanya kepastian jangka waktu

penyelesian, sarana prasarana kurang memadai serta kinerja para petugas yang

tidak efektif dan efisien, merupakan kendala besar terhadap pelayanan perizinan

yang dihadapi oleh masyarakat.

Tugas Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu

(BPMPTSP) Kota Tangerang yaitu dituntut untuk menciptakan tata

kepemerintahan yang baik dengan mengoptimalisasikan penerapan prinsip-prinip

good governance yang diharapkan dapat menciptakan iklim berinvestasi yang

semakin kondusif di Kota Tangerang yang berujung pada meningkatnya investasi.

Sesuai tugas dan fungsi dari Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Satu

Pintu Kota Tangerang yaitu melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan

daerah di bidang penanaman modal dan pelayanan terpadu satu pintu sesuai

(34)

perkembangan organisasi dan meningkatkan akuntabilitas kinerja yang

berorientasi kepada pencapaian hasil. Pada saatnya diharapkan dinamika

kelembagaan BPMPTSP dapat mengimbangi berbagai tantangan dan tuntutan di

masa depan yang semakin kompleks, yang ditandai dengan perubahan kondisi

masyarakat yang semakin transparan.

Namun, pada kenyataannya fungsi birokrasi pelayanan pembuatan

perizinan di kota Tangerang ini belum berjalan sebagaimana mestinya.

Masyarakat pada umumnya masih mengidentikan birokrasi sebagai proses

berbelit-belit, waktu yang lama, biaya yang banyak, dan pada akhirnya

menimbulkan keluh kesah bahwasanya birokrasi sangat tidak adil dan tidak

efisien sehingga sering menjadi sumber masalah bagi peningkatan kualitas

pelayanan publik di Kota Tangerang selama ini.

Pertama, faktanya adalah berdasarkan dari hasil observasi awal di Badan

Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Tangerang

(BPMPTSP) bahwa Badan tersebut masih terdapat praktek percaloan yang

dilakukan oleh oknum pejabat dan pegawai setempat. Dari hasil wawancara dari

beberapa narasumber yakni pemohon yang datang untuk menggunankan jasa

pelayanan perizinan di badan tersebut menyebutkan bahwa benar adanya

praktek-praktek “kotor” tersebut. Dimana apabila pemohon yang memberi “uang pelicin”

kepada pegawai maka proses pembuatan perizinan dapat dilakukan dengan proses

yang singkat.

Berbeda halnya dengan masyarakat yang memang benar-benar mengikuti

(35)

lama, tak jarang juga lewat dari batas waktu yang telah ditentukan dan terkadang

membuat pemohon jengkel dan marah kepada pegawai setempat karena lamanya

proses keluarnya izin. Hal tersebut menjadi salah satu indikasi bahwa masih

terdapat “kecurangan” dalam pembuatan permohonan perizinan. Keluhan juga

sering peneliti dapatkan dari pemohon apabila ingin mengambil berkas SIUP atau

TDP yang mereka buat karena peneliti merasakan langsung ketika sedang magang

dibagian counter pelayanan perizinan bagian Penanaman Modal, dimana awal

proses berkas masuk, diperiksa, dan diregistrasi.

Hal ini diperkuat dengan adanya kabar yang muncul dari keluhan warga

yang diposting pada buku tamu website resmi Kota Tangerang beberapa waktu

lalu. Salah satunya adalah postingan yang dikirim atas nama Maya, pada Jum'at

11 Juli 2014 lalu, yang bunyinya sebagai berikut.

“Pa Wali yang terhormat tolong diperhatikan kinerja anak buahnya khususnya di BPPMPT karena disana terjadi dunia percaloan yang dilakukan oleh staf dan pejabat BPPMPT sehingga bisa merusak citra Bapak Walikota di masyarakat, mengurus ijin jika tidak melalui orang dalam akan dipersulit dan diminta uang selain retribusi. Tolong ya Pak ditindak bawahannya karena mereka sudah digaji oleh Negara.”

(Sumber : http://www.kabar6.com/tangerang-raya/tangerang-kota/15680-warga-keluhkan-praktik-percaloan-di-bppmpt-kota-tangerang.html) (diakses pada tanggal rabu, 17 desember 2014 pukul 20:26)

Padahal sudah jelas bahwa berdasarkan Peraturan Daerah Kota Tangerang

Nomor 3 Tahun 2010 tentang Surat Izin Usaha Perdagangan pada Bab II pasal 2

Setiap Perusahaan Perdagangan yang mengajukan permohonan SIUP tidak

dikenakan retribusi. Dan berdasarkan Peraturan Daerah Kota Tangerang Nomor 3

Tahun 2010 tentang Surat Izin Usaha Perdagangan pada Bab II pasal 2 ayat 2,

(36)

diterimanya permohonan penerbitan SIUP dengan melampirkan dokumen

persyaratan secara lengkap dan benar maka Pejabat yang ditunjuk wajib

menerbitkan SIUP.

Ditambah dengan adanya pengakuan dari salah satu narasumber yang tidak

mau disebutkan namanya, bahwa pegawai-pegawai yang bekerja di BPMPTSP

adalah orang-orang yang memang memiliki ikatan dinasti politik dari para pejabat

atau petinggi-petinggi pemerintah daerah. Jadi tidak mudah untuk masuk didalam

ruang ringkup dinas perizinan apabila tidak ada ikatan atau silsilah keluarga

dengan pejabat pemerintah daerah.

Kedua, berdasarkan dengan pengalaman yang telah dirasakan oleh peneliti

selama menjalani kerja lapangan atau magang di BPMPTSP Kota Tangerang,

ternyata Dinas tersebut masih kekurangan staff ahli maupun pegawai sehingga

membuat proses pembuatan perizinan menjadi terhambat karena minimnya

kuantitas sumber daya manusia. Sehingga banyak masyarakat yang mengeluh

tentang lambatnya proses pembuatan perijinan dan masyarakat juga mengeluh

bahwa proses keluarnya surat ijin tersebut terkadang lewat dari batas waktu yang

telah ditentukan sebelumnya yaitu paling lambat tujuh hari kerja jadi ketika

mereka datang ingin mengambil izin yang telah mereka ajukan terkadang masih

dalam proses penyelesaian dengan berbagai macam alasan yang dikemukakan

oleh staff di dinas tersebut. Terbukti dengan banyaknya tumpukan

dokumen-dokumen atau berkas-berkas izin yang belum diproses.

Pimpinan juga terkadang tidak ada ditempat sehingga penandatanganan

(37)

dikecewakan karena rendahnya kinerja pegawai di BPMPTSP Kota Tangerang.

Hal tersebut diperkuat dengan adanya pengakuan dari Sekretaris BPMPTSP Kota

Tangerang bahwa:

Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (BPMPTSP) Kota Tangerang kekurangan sumber daya manusia. Dengan 64 SDM yang ada, lembaga ini harus melayani 20 ribu pelayanan perizinan yang diterbitkan. Jumlah SDM di BPMPTSP Kota Tangerang juga masih kalah banyak dari kantor serupa di Kabupaten Tangerang dan Kota Tangsel. Untuk Tangsel sudah memiliki tenaga 169 orang dan Kabupaten Tangerang 122 orang. Aswani mengatakan, pihaknya membutuhkan sekira 30 orang lagi SDM di tempatnya. Tenaga tersebut bisa ditempatkan di empat bidang bagian dan juga di staf kasubag.

(Sumber: http://bantenraya.com/metropolis/metro-tangerang/9782-bpm-ptsp-butuh-30-pelayan-perizinan)

Diakses pada tanggal 7 Maret 2015 pukul 14.45wib

Ketiga, efektifitas dan efisiensi kerja pegawai di BPMPTSP masih minim.

Hal ini sesuai dengan fakta di lapangan yang dirasakan oleh peneliti bawah

pegawai belum disiplin mengenai jam masuk, jam istirahat, dan keluar kantor.

Sehingga berakibat pada molornya jam waktu kerja yang membuat pemohon

menunggu lama untuk diberi pelayanan pembuatan perizinan dan timbul adanya

keluhan masyarakat mengenai loyalitas pegawai di Dinas tersebut. Ditambah

dengan adanya fakta yang dirasakan oleh peneliti bahwa apabila Kasubit sedang

tidak ada ditempat atau tugas ke luar kota, pegawai setempat memanfaatkan

kesempatan tersebut untuk datang tidak tepat waktu dan meninggalkan kantor

pada saat jam kerja berlangsung yang berakibat pada keterlambatan penyelesaian

permohonan izin.

Keempat, dari hasil observasi awal dan bahwa masyarakat menyebutkan

(38)

perijinan masih kurang sehingga informasi tidak sampai ke masyarakat yang

berakibat sering terjadinya kekurangan dalam pemenuhan persyaratan dalam

pembuatan perizinan. Hal tersebut membuat masyarakat harus melengkapi ulang

persyaratan tersebut dan membuat proses perijinan semakin lama dan tidak efektif

dan efisien. Hal tersebut diperkuat dengan adanya kabar dari keluhan masyarakat

yang berisi sebagai berikut :

Dari pantauan hariantangerang.com, ada warga yang bingung dalam pelayanan BP2T. Bahkan warga ini sudah beberapa kali mengurus surat. Namun terkesan agak dipimpong. "Sudah 5 kali bolak balik saya ke BP2T, oknum itu memberikan keterangan yang sangat membingungkan," katanya yang meminta namanya tidak dicantumkan. Karena khawatir pengurusan suratnya dipersulit. "Seperti perpanjangan SIUP dan Tanda Daftar Perusahaan (TDP), jadi harus bikin baru SIUP dan TDP,"

Menurutnya, kemarin dirinya sudah datang ke BP2T untuk meminta sejumlah persyaratan guna melengkapi berkas-berkas. "Hari ini, persyaratan sudah saya lengkapi tapi ternyata dia bilang masih kurang lengkap," ujarnya sambil menggerutu. "Seharusnya saya diberikan pemahaman yang benar-benar jelas dan tidak bertele-tele seperti ini," (fer/ek)

(sumber:http://hariantangerang.com/news/2014/03/pelayanan-bp2t-dikeluhkan-masyarakat) Diakses pada 7 maret 2015 pada pukul 14.03wib

Informasi yang beredar di lapangan, dari beberapa pengusaha enggan disebutkan namanya mengeluhkan soal pengurusan ijin. "Berpikir secara akal sehat saja, kalau staff di BP2MPT memberikan penjelasan yang benar dan lengkap tentu tak sulit mengurus ijin," ujarnya

Menurutnya, dirinya sudah mengajukan perijinan sesuai dengan persyaratan soal masalah Surat Ijin Usaha Perusahaan (SIUP) dan Tanda Daftar Perusahaan (TDP). "Dokumen yang saya berikan, pasti sudah lengkap, karena kita ikuti sesuai yang tertera pada lembar kertas persyaratan," terangnya seraya mengaku ada hal yang aneh. "Tapi ada persyaratan lisan yang harus dipenuhi. Seharusnya persyaratan lisan yang dikatakan itu ada di dalam daftar persyaratan,"

(39)

(http://hariantangerang.com/news/2014/03/oknum-bp2mpt-bantah-hambat-program-pemkot)

Diakses, Minggu 7 Maret 2015 pukul 14.04 wib

Berita tentang hambatan dan keluhan pemohon atau masyarakat terhadap

pelayanan perizinan tersebut tentunya menarik untuk dilakukan kajian lebih

mendalam, karena belum sesuai dengan tujuan dibentuknya Pelayanan Terpadu

Satu Pintu (PTSP), yaitu bahwa dalam rangka memberikan perlindungan dan

kepastian hukum kepada masyarakat, memperpendek proses pelayanan,

mewujudkan proses pelayanan yang cepat, mudah, murah, transparan, pasti, dan

terjangkau, serta mendekatkan dan memberikan pelayanan yang lebih luas kepada

masyarakat. Melihat masalah terhadap pengembangan praktik Good Governance

yang telah dipaparkan sebelumnya, menjadi permasalahan penting yang perlu

dibahas dan ditindak lanjuti dan segera dicari solusi penyelesaiannya. Maka

pemberian prioritas pada pembenahan kinerja birokrasi pemerintah dalam

pelayanan publik menjadi langkah awal yang sangat strategis dalam

mengoptimalisasi pelaksanaan prinsip-prinsip Good Governance untuk

meningkatkan kualitas pelayanan publik, khususnya pada proses pelayanan

pembuatan perizinan di Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu

Pintu (BPMPTSP) di Kota Tangerang.

Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengangkat topik permasalahan ini

kedalam suatu penelitian yaitu, Bagaimana Implementasi Prinsip-Prinsip Good

Governance Di Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu

(40)

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, penelitian ini perlu adanya

identifikasi permasalahan-permasalahan yang ada. Dari hasil observasi awal

peneliti mengidentifikasi masalah-masalah penelitian diantaranya:

1. Masih terdapat percaloan yang terjadi di BPMPTSP Kota Tangerang;

2. Tidak adanya kepastian jangka waktu penyelesaian keluarnya

permohonan perizinan kepada pemohon;

3. Lemahnya kapasitas dan kualitas sumber daya dalam mewujudkan visi

pelayanan yang telah ditetapkan;

4. Kurang efektif dan efisiennya pelayanan publik yang diberikan;

5. Responsivitas pegawai masih kurang sehingga menimbulkan

banyaknya keluh kesah dari masyarakat mengenai kinerja pegawai di

dinas tersebut;

6. Kurangnya sosialisasi dan transparasi mengenai persyaratan dalam

pembuatan perizinan sehingga informasi tidak sampai kepada

masyarakat;

7. Belum terciptanya akuntabilitas pemerintah kepada masyarakat umum

selaku stakeholder.

1.3 Batasan Masalah

Agar penulisan skripsi ini tidak menyimpang dan mengambang dari tujuan

yang semula direncanakan serta untuk mempermudah mendapatkan data dan

(41)

Implementasi Prinsip - Prinsip Good Governance Di Badan Penanaman Modal

dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (BPMPTSP) Kota Tangerang dibatasi pada

bidang Penanaman Modal.”

1.4 Rumusan Masalah

Untuk dapat memudahkan penelitian ini dan agar penelitian ini memiliki

arah yang jelas dalam menginterpretasikan fakta dan data data dalam penulisan

skripsi, maka terlebih dahulu dirumuskan permasalahannya. Masalah yang

dibahas dalam penulisan skripsi ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

Bagaimana Implementasi Prinsip - Prinsip Good Governance Di Badan

Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (BPMPTSP) Di Bidang

Penanaman Modal Kota Tangerang?

1.5 Tujuan Penelitian

Setiap penelitian yang dilakukan terhadap suatu permasalahan pasti

memliki tujuan yang ingin dicapai. Hal ini sangat perlu agar dapat dijadikan acuan

bagi setiap kegiatan penelitian yang akan dilakukan.

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: Untuk

mengetahui Bagaimana Implementasi Prinsip-Prinsip Good Governance Di Badan

Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (BPMPTSP) Di Bidang

(42)

1.6 Manfaat Penelitian

1. Manfaat praktis :

a. Menambah ilmu pengetahuan melalui penelitian yang dilaksanakan

sehingga dapat memperluas pengetahuan Ilmu Administrasi

Negara, terutama kajian tentang penerapan prinsip-prinsip good

governance.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan (input)

bagi aparat Pemerintah Daerah dalam menjalankan tugas dan

perannya secara efektif dan efisien demi terwujudnya bentuk

pemerintahan yang lebih baik lagi di masa mendatang serta dapat

memberikan informasi akurat berkaitan dengan pelaksanaan

pelayanan publik yang sesuai dengan prinsip-prinsip good

governance di Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu

Satu Pintu (BPMPTSP) Kota Tangerang.

c. Untuk memberikan motivasi bagi seluruh mahasiswa khususnya

peneliti untuk lebih termotivasi dalam mencari pembelajaran dan

wawasan lebih dalam yang terkadang tidak hanya didapat dalam

perkuliahan.

2. Manfaat teoritis :

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah pemikiran

secara intelektualitas di bidang Ilmu Administrasi Negara, serta dapat

(43)

fenomena-fenomena penerapan prinsip-prinsip good governance dalam pelaksanaan

pelayanan publik.

1.7 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan merupakan garis besar penyusunan penelitian ini

yang bertujuan untuk memudahkan dalam memahami secara keseluruhan isi

dari penyusunan penelitian ini. Adapun sistematika penulisan penelitian ini

adalah sebagai berikut:

a. BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi latar belakang masalah yang menerangkam atau menjelaskan

ruang lingkup dan kedudukan masalah yang akan diteliti. Bentuk penerangan

dan penjelasan diuraikan secara deduktif, artinya dimulai dari penjelasan yang

berbentuk umum hingga menukik ke masalah yang spesifik dan relevan

dengan judul skripsi. Kemudian, bab ini berisi identifikasi masalah yang

bertujuan untuk mengidentifikasi masalah yang akan diteliti, dikaitkan dengan

tema/topik/judul atau variabel penelitian. Selanjutnya, batasan masalah yaitu

pembatasan masalah yang memfokuskan pada masalah spesifik yang akan

diajukan dalam rumusan masalah. Kemudian, rumusan masalah yang berisi

tujuan untuk memilih dan menetapkan masalah yang paling urgent yang

berkaitan dengan judul penelitian dengan mendefinisikan permasalahan yang

telah diterapkan dalam bentuk konsep dan definisi operasional. Lalu, tujuan

(44)

manfaat penelitian yaitu menjelaskan manfaat teoritis dan praktis temuan

penelitian.

b. BAB II LANDASAN TEORI

Bab II ini berisi landasan teori, kerangka pemikiran, dan asumsi dasar

yang mengkaji berbagai teori dan konsep yang relevan dengan permasalahan

dan variabel penelitian dan disusun secara teratur dan rapi yang digunakan

untuk merumuskan asumsi dasar penelitian/hipotesis. Kemudian, penelitian

terdahulu yaitu kajian penelitian yang pernah dilakukan peneliti sebelumnya

yang diambil dari berbagai sumber ilmiah. Selanjutnya, kerangka pemikiran

peneliti yaitu menggambarkan alur pikiran peneliti sebagai kelanjutan dari

perbincangan kajian teori untuk memberikan penjelasan kepada pembaca

mengenai hipotesis peneliti. Kerangka pemikiran adalah penjelasan secara

sistematis tentang hubungan antar fenomena penelitian. Lalu terakhir berisi

asumsi dasar yaitu kesimpulan sementara peneliti mengenai penelitian yang

akan diteliti.

c. BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini berisi metode penelitian yang menguraikan tentang

tipe/pendekatan penelitian. Kemudian, ruang lingkup/fokus penelitian yang

membatasi dan menjelaskan substansi materi kajian penelitian yang akan

dilakukan. Lokasi penelitain yaitu menjelaskan tempat (locus) penelitian

dilaksanakan. Kemudian, instrumen penelitian yaitu menjelaskan proses

(45)

penelitian yang menjelaskan teknik yang digunakan dalam menentukan

informan penelitian. Lalu, teknis pengolahan dan analisis data yaitu

menjelaskan teknik analisis dan rasionalisasinya. Serta, jadwal penelitian yang

dijelaksan secara rinci beserta tahapan penelitian yang akan dilakukan dalam

bentuk tabel.

d. BAB IV HASIL PENELITIAN

Bab ini berisi deskripsi objek penelitian yang meliputi lokasi penelitian

secara jelas, struktur organisasi yang telah ditentukan serta hal lain yang

berhubungan dengan objek penelitian. Kemudian, deskripsi data yaitu

menjelaskan hasil penelitian yang telah diolah dari data mentah dengan

mempergunakan teknik analisis data yang relevan. Serta, berisi pembahasan

dimana peneliti melakukan pembahasan lebih lanjut terhadap hasil analisis

data.

e. BAB V PENUTUP

Bab ini berisi simpulan yang menyimpulkan hasil penelitian yang

diungkapkan secara singkat, jelas, dan mudah dipahami, serta saran yang

berisi tindak lanjut dari sumbangan penelitian terhadap bidang yang diteliti

baik secara teoritis yang mengarah pada pengembangan konsep/teori maupun

(46)

28

LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN

DAN ASUMSI DASAR

2.1Landasan Teori

2.1.1 Konsep Good Governance

Menurut dokumen ESCAP (9) dikutip oleh Surjadi (2012: 19-21), Good

Governance mempunyai 8 (delapan) karakteristik utama : ia bersifat partisipatif,

rule of law, keterbukaan, responsive, berorientasi konsensus, kesetaraan,dan

membela yang lemah, efektif dan efisien, dan akuntabilitas. Akuntabilitas

merupakan fokus yang sentral; juga selalu disertai oleh keterbukan (transparency)

dan menerapkan undang – undang (rule of law).

Berikut pokok – pokok paparan Prof. Dr. Sofian Effendi yang Rektor

UGM, dalam Lokakarya Nasional Reformasi Birokrasi yang diselenggarakan

Kantor Menteri Negara PAN pada tanggal 22 September 2005 di Jakarta.

1. Dalam kamus, istilah government dan governance seringkali dianggap

memiliki arti yang sama yaitu cara menerpakan otoritas dalam suatu

organisasi, lembaga atau negara. Government atau pemerintah juga adalah

nama yang diberikan kepada entitas yang menyelenggarakan kekuasaan

pemerintahan dalam suatu negara.

2. Istilah governance sebenarnya sudah dikenal dalam literature administrasi

(47)

bidang studi tersebut kira – kira 1125 tahun yang lalu. Tetapi selama itu

governance hanya digunakan dalam konteks pengelolaan organisasi

korporat dan lembaga pendidikan tinggi. Wacana tentang governance

dalam pengertian yang hendak kita perbincangkan dan yang diterjemahkan

ke dalam bahasa Indonesia sebagai tata pemerintahan, penyelenggaraan

pemerintah, atau pengelolaan pemerintahan- baru muncul sekitar 15 tahun

belakangan ini, terutama setelah berbagai lembaga pembiayaan

internasional mensyaratkan Good Governance dalam berbagai program

bantuannnya. Oleh para teoritis dan praktisi administrasi negara Indonesia,

istilah Good Governance telah diterjemahkan menjadi penyelenggaraan

pemerintahan yang amanah (Bintoro Tjokroamidjojo), tata pemerintahan

yang baik (UNDP), pengelolaan pemerintahan yang baik dan bertanggung

jawab (LAN), da nada juga yang menggantikan secara sempit sebagai

pemerintahan yang bersih.

3. Istilah pemerintah (government) lebih berkaitan dengan lembaga yang

mengemban fungsi memerintah dan mengemban fungsi mengelola

administrasi pemerintahan. Sedangkan tata pemerintahan (governance)

lebih menggambarkan pada pola hubungan yang sebaik – baiknya antar

elemen yang ada yaitu, pola hubungan antara pemerintah, kelembagaan

politik, kelembagaan ekonomi, dan kelembagaan sosial dalam upaya

menciptakan kesepakatan bersama menyangkut pengaturan proses

pemerintahan. Hubungan yang diidealkan adalah sebuah hubungan yang

(48)

4. Dengan demikian cakupan tata pemerintahan (governance) lebih luas

dibandingkan dengan pemerintah (government), karena unsur yang terlibat

dalam tata pemerintahan mencakup semua kelembagaan yang ada,

termasuk di dalamnya ada unsur pemerintah (government).

5. Hubungan antara pemerintah (government) dengan tata pemerintahan

(governance) bisa diibaratkan hubungan antara rumput dengan padi. Jika

kita hanya menanam rumput, maka padi tidak akan tumbuh. Tapi kalau

kita menanam padi maka rumput dengan sendirinya akanjuga turut

tumbuh. Jika kita hanya hanya ingin menciptakan pemerintah

(government) yang baik, maka tata tata pemerintahan (governance) yang

baik belum tentu tumbuh. Tapi jika kita menciptakan tata pemerintahan

(governance) yang baik, maka pemerintah (government) yang baik juga

akan terwujud.

Dalam hubungan ini Sofian Effendi juga menuturkan bahwa

perbedaan paling pokok antara konsep government dan governance

terletak pada bagaimana cara penyelenggaraan otoritas politik, ekonomi

dan administrasi dalam pengelolaan urusan suatu bangsa. Konsep

pemerintahan berkonotasi peranan pemerintah yang lebih dominan dalam

penyelenggaraan berbagai otoritas tadi. Sedangkan dalam governance

mengandung makna bagaimana cara suatu bangsa mendistribusikan

kekuasaan dan mengelola sumber daya dan berbagai masalah yang

(49)

terkandung unsur demokratis, adil, transparan, rule of law, partisipatif, dan

kemitraan.

Ada tiga pilar pokok yang mendukung kemampuan suatu bangsa

dalam melaksanakan good governance, yakni; pemerintah (state), civil

society (masyarakat adab, masyarakat madani, masyarakat sipil), dan

masyarakat pengusaha. Penyelenggaraan pemerintahan yang baik dan

bertanggung jawab baru tercapai menurut teori segitiga besi (iron three

angel) yakni apabila dalam penerapan otoritas politik, ekonomi, dan

administrasi, kegita unsur tersebut memiliki jaringan dan interksi yang

sinerjik dan setara.

Interkasi dan kemitraan seperti itu biasanya baru dapat berkembang

subur bila ada kepercayaan (trust), transparansi, partisipasi, serta tata

aturan yang jelas dan pasti, good governance yang sehat juga akan

berkembang sehat dibawah kepemimpinan yang berwibawa dan memiliki

visi yang jelas.

Konsep Good Governance dapat dijelaskan pula sebagai berikut:

1. Sebagai pengelolaan atau kepengarahan negara yang baik,

2. Pelaksananya disebut government,

3. Government identik dengan pengelola, pengurus negara,

4. Pengelola negara yang mengetahui apa yang harus dikerjakan dan

mengerjakan dengan efisien,

5. Bagaimana penyelenggaran negara ditata dan bagaimana tatanan itu

(50)

Pierre landell-Mills dan Ismael Seregeldin (Santosa, 2009:130),

mendefinisikan Good Governance sebagai penggunaan otoritas politik dan

kekuasaan untuk mengelola sumber daya demi pembangunan social ekonomi.

Sedangkan, Robert Charlick (Santosa, 2009:130) mengartikan Good

Governance sebagai pengelolaan segala macam urusan publik secara efektif

melalui pembuatan peraturan dan/atau kebijakan yang absah demi untuk

mempromosikan nilai-nilai kemasyarakatan.

Good governance mengandung arti hubungan yang sinergis dan

konstruktif diantara negara, sektor swasta, dan masyarakat. Dalam hal ini adalah

kepemerintahan yang mengembangkan dan menerapkan prinsip-prinsip

profesionalitas, akuntabilitas, transparansi, pelayanan prima, demokrasi, efisiensi,

efektivitas, supremasi hukum, dan dapat diterima oleh seluruh masyarakat.

Menurut UNDP dikutip oleh Sedarmayanti (2012: 36-39), konsep

kepemerintahan (governance) mencakup berbagai metode yang digunakan untuk

mendistribusikan kekuasaan/kewenangan dan mengelola sumber daya publik, dan

berbagau organisasi yang membentuk pemerintahan serta melaksanakan

kebijakan-kebijaknnya. Konsep ini juga meliputi mekanisme, proses, dan

kelembagaan yang digunakan oleh masyarakat, baik individu maupun kelompok,

untuk mengartikulasikan kepentingan mereka, memenuhi hak hukum, menemui

tanggung jawab dan kewajiban sebagai warga negara, dan menyelesaikan

(51)

United Nations Development Program (UNDP) mengidentifikasikan

bahwa perbedaan antara kepemerintahan, yaitu:

a. Model kepemerintahan ekonomi ( Economic Governance Model )

Yaitu meliputi proses pembuatan keputusan yang memfasilitasi kegiatan

ekonomi di dalam negeri dan interaksi di antara penyelenggara ekonomi.

Economic governance mempunyai implikasi terhadap kesetaraan,

kemiskinan, dan kualitas hidup;

b. Model kepemerintahan politik (Political Governance Model)

Yaitu mencakup proses pembuatan berbagai keputusan untuk perumusan

kebijakan;

c. Model kepemerintahan administratif ( Administrative Governance Model )

Yaitu sistem implementasi kebijakan.

Kelembagaan dalam governance meliputi tiga domain, yaitu negara, sektor

swasta, dan masyarakat yang saling interaksi dalam menjalankan fungsinya

masing-masing. Negara berfungsi menciptakan lingkungan politik dan hukum

yang kondusif, sektor swasta menciptakan pekerjaan dan pendapatan, sedangkan

masyarakat memfasilitasi interaksi social budaya dan politik, menggerakkan

kelompok dalam masyarakat untuk berperan serta dalam kegiatan ekonomi, sosial,

(52)

Menurut UNDP dikutip oleh Thoha (2012: 64) Tiga komponen Good Governance adalah sebagai berikut:

(Gambar 2.1: Tiga Komponen Good Governance (UNDP))

Unsur – unsur dalam kepemerintahan (governance stakeholders) pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu:

1. Negara: konsepsi kepemerintahan pada dasarnya adalah kegiatan kenegaraan, tetapi lebih jauh dari itu melibatkan pula sektor swasta dan kelembagaan masyarakat madani ( Civil Society Organizations)

2. Sektor Swasta: pelaku sektor swasta mencakup perusahaan swasta yang aktif dalam interaksi dalam sistem pasar, seperti: perbankan, industry pengolahan

Pemerintah atau Negara

Sektor Swasta

(53)

(manufacturing) perdagangan, dan koperasi, termasuk kegiatan sektor

informal.

3. Massyarakat Madani (Civil Society): kelompok masyarakat dalam konteks

kenegaraan pada dasarnya berada diantara atau ditengah-tengah antara

pemerintah atau perseorangan, yang mencakup baik perseorangan maupun

kelompok masyarakat yang berinteraksi secara sosial, politik, dan ekonomi.

2.1.2 Good Governance

Cornerstone of the modern, democratic rule of law

Good governance can be seen as one of the three cornerstone of any modern state. The development of each of these three started at different moments in history and was often linked to the development of the state and all three are still in development.

The first is the rule of law, the second is democracy, and the third is Good Governance. All these notions have in common that these are fundamental notions and that these principles have been accepted in most of the modern state in the world. However the interpretations of these notions are not always the same in each country. This is often linked to diverging economic and cultural factors in countries concerned. Nevertheless they have in common that the core of these notions in generally accepted. There are also links between the three cornerstone an in their development they have influence each other.

Good governance is a norm for the government and a right for the citizen in which more specific conditions have been formulated. These norms are sometimes linked to the norms of rule of law or democracy, but mostly they have their own contents. Elements of good governance are: properness, transparency, participation, effectiveness, accountability, and human right. The concepts is sometimes broad – containing norms for all the powers in the state – but this concept is also formulated in a more restricted way in the sense that it only applies to the administration. (Asia Link, hlm: 3-4)

Why there is need for Good Governance?

(54)

problems can be found at the national level. Many situation of bad governance still exist: corruption, maladministration, and mismanagement.

Good governance is the proper use of the government’s powers in a transparent and participative way, but it is more. In essence it concerns also the fulfillment of three elementary tasks of government: to guarantee the security of persons and society, to manage an effective and accountable framework for the public sector, and to promote the economic and social aims of the country in accordance with the wishes of the population.

In dictionaries the following definition have been provided for governance exercise authority; control; government; arrangement. Two other brief descriptions of governance are the following: 1) the act, process, or power of governing; 2) the state of being governed. Two additional descriptions: 1) the persons (institution) who make up a governing body and who administer something; 2) the act of governing, exercising authority. Governance is the action or manner of governing. (Asia Link, hlm: 7-8)

So, what is Good Governance?

Good governance is about the processes for making and implementing decisions. It’s not about making 'correct'decisions, but about the best possible process for making those decisions.Good decision-making processes, and therefore good governance, share several characteristics. All have apositive effect on various aspects of local government including consultation policies and practices, meetingprocedures, service quality protocols, councilor and officer conduct, role clarification and good workingrelationships.

(sumber: http://info.worldbank.org/governance/wgi/index.aspx#home)Diakses pada Sabtu, 7 maret 2015 pukul 7.10wib

2.1.3 Prinsip – prinisp Good Governance

UNDP (1997) dikutip oleh Sedarmayanti (2012: 44-45) juga

mengemukakan bahwa karakteristik atau prinsip yang harus di anut dan

dikembangkan dalam praktek penyelenggaraan kepemerintahan yang baik,

(55)

1. Partisipasi (Participation)

Setiap orang atau warga masyarakat, baik laki-laki maupun perempuan

memiliki hak suara yang sama dalam proses pengambilan suara yang sama

dalam proses pengambilan keputusan, baik secara langsung, maupun melalui

lembaga perwakilan, sesuai dengan kepentingan dan aspirasinya

masing-masing.

2. Aturan Hukum (Rule of Law)

Kerangka aturan hukum dan perundang-undangan harus berkeadilan,

ditegakkan dan dipatuhi secara utuh (impartially), terutama aturan hukum

tentang hak azasi manusia.

3. Transparansi (Transparency)

Transparansi harus dibangun dalam rangka kebebasan aliran informasi.

4. Daya Tanggap (Responsiveness)

Setiap institusi dan prosesnya harus diarahkan pada upaya untuk melayani

berbagai pihak yang berkepentingan (stakeholders).

5. Berorientasi Konsensus (Consensus Orientation)

Pemerintahan yang baik (good governance) akan bertindak sebagai penengah

(mediator) bagi berbagai kepentingan yang berbeda untuk mencapai

konsensus atau kesempatan terbaik bagi kepentingan masing-masing pihak,

dan jika dimungkinkan juga dapat diberlakukan terhadap berbagai kebijakan

(56)

6. Berkeadilan (Equity)

Pemeritahan yang baik akan memberi kesempatan yang baik terhadap laki-laki

maupun perempuan dalam upaya mereka untuk meningkatkan dan memlihara

kualitas hidupnya

7. Efektivitas dan Efisiensi (Effectiveness and Efficiency)

Setiap proses kegiatan dan kelembagaan diarahkan untuk menghasilkan

sesuatu yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan melalui pemanfaatan yang

sebaik-baiknya berbagai sumber-sumber yang tersedia

8. Akuntabilitas (Accountability)

Para pengambil keputusan dalam organisasi sektor publik, swasta, dan

masyarakat madani memiliki pertanggungjawaban (akuntabilitas) kepada

publik (masyarakat umum), sebagaimana halnya kepada para pemilik

(stakeholders).

9. Visi Strategis (Strategic Vision)

Para pimpinan dan masyarakat memiliki perspektif yang luas dan jangka

panjang tentang penyelenggaraan pemerintahan yang baik (good governance)

dan pembangunan manusia (human development), bersamaan dengan

dirasakannya kebutuhan untuk pembangunan tersebut

10.Saling Keterbukaan (Interrelated)

Keseluruhan good governance tersebut adalah saling memperkuat dan saling

Gambar

Tabel 1.1
Tabel 1.2 Rekapitulasi Izin Prinsip
Tabel 1.3
Tabel 1.4
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sistem Pendukung Keputusan Untuk Pemilihan … 147 Berdasarkan nilai net flow yang dihasilkan oleh perhitungan promethee, urutan lokasi cabang usaha, yaitu rangking

Sampai suatu ketika, keluarganya mengirimkan ia kembali ke masa lalu, kira-kira 250 tahun yang lalu, zaman dimana Nobita Nobi, leluhur keluarga ini, masih hidup di Tokyo.Misi

[r]

DATA CALON MAHASISWA (Mohon diisi dengan huruf kapital sesuai dengan KTP atau KK) Berilah Tanda √ pada kolom. Nama

Berbeda dengan kedua tokoh tersebut, Soetrisno Bachir hadir di dalam materi iklan politik versi Soetrisno Bachir 3 dan 5 untuk 100 tahun Kebangkitan Nasional sebagai tokoh

Hal ini akan mendukung pendapat Fama dan French (1998) dalam Wijaya dan Wibawa (2010), bahwa dengan optimalisasi nilai perusahaan dapat dicapai melalui pelaksanaan fungsi

Pengujian atas efektivitas sistem pengendalian internal dimulai dari ditemukannya kondisi yang tidak sesuai dalam melakukan audit pada unit kerja yang telah ditentukan, jika

Judul : Metode Hafalan Al Qur’an Siswa Kelas V Sekolah Dasar Islam Terpdadu Ibnu Umar Boyolali Dan Sekolah Dasar Muhammadiyah Program Khusus Boyolali Tahun 2015/2016 Pembimbing