• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PEMBAHASAN

4.4 Pembahasan

Pembahasan yakni mencakup pemaparan lebih lanjut dari hasil analisis data yang ditujukan untuk memaparkan lebih jauh lagi terkait masing-masing dimensi good governance dalam penelitian ini. Dalam menganalisis data hasil penelitian, peneliti menggunakan teori dari Gisselquist yang mana terdiri dari enam dimensi dalam governance, diantaranya yaitu Accountability(A), Transparency(T), Efficiency and Effectiveness (EE), Responsiveness(R), Forward

Vision (FV), Rule of law(RL). Berikut adalah pembahasan dari masing-masing dimensi good governance dalam penelitian mengenai “Implementasi Prinsip-Prinsip Good Governance di Badan Penanman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Tangerang pada Bidang Penanaman Modal”.

1. Accountability

Akuntabilitas yang dimaksud dalam pembahasan ini yaitu melihat sejauhmana Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Tangerang menerapkan mekanisme pertanggungjawaban sesuai dengan tugas dan wewenangnya, mengenai akurasi dan kelengkapan informasi yang disampaikan kepada sektor swasta dan masyarakat, mengenai pihak mana saja yang terlibat dalam pembuatan laporan kinera pegawai tersebut, serta mengenai keikutsertaan masyarakat atau sektor swasta dalam menilai proses keseluruhan kegiatan yang telah dilakukan oleh BPMPTSP dalam pembuatan laporan hasil kinerja pegawai. Berdasarkan hasil temuan lapangan yang telah peneliti lakukan dapat kita ketahui bahwa dalam melaksanakan mekanisme pertanggung jawaban Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Tangerang dengan membuat laporan tentang disiplin pegawai dan laporan kinerja pegawai dalam bentuk Sasaran Kinerja Pegawai (SKP). Dimana, sasarannya adalah yang pertama yaitu orientasi pelayanan, kedua terkait integritas, ketiga terkait dengan komitmen, keempat terkait disiplin pegawai, kelima terkait kerjasama, yang keenam terkait dengan kepemimpinan.

Bentuk laporan pertanggung jawaban itu sendiri dibuat sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 56 tahun 2010 tentang disiplin pegawai dan laporan kinerja pegawai. Selain itu, bentuk pertanggung jawaban Bidang Penanaman Modal dalam melakukan pelaporan kegiatan yaitu dengan membuat laporan bulanan ada laporan tahunan dari semua izin-izin yang diberikan BPMPTSP khususnya Penanaman Modal. Kemudian, merujuk pada hasil penelitian yang telah peneliti lakukan bahwa dalam pembuatan laporan pertanggung jawaban tersebut tidak ada keikutsertaan masyarakat atau sektor swasta dalam pembuatan laporan hasil kinerja pegawai.

Hal tersebut dikarenakan BPMPTSP belum memiliki kebijakan yang melibatkan masyarakat atau sektor swasta untuk menilai kinerja pegawai dalam memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat. Hal tersebut menjadi salah satu hal yang dikeluhkan masyarakat mengenai tidak adanya keterlibatan langsung masyarakat atau sektor swasta dalam menilai pelayanan yang diberikan oleh BPMPTSP. Dimana keterlibatan mereka (sektor swasta dan masyarakat) semestinya diperlukan dalam rangka meningkatkan kinerja dan pelayanan terpadu satu pintu di Kota Tangerang.

Berdasarkan hasil temuan lapangan mengenai ketepatan dan kelengkapan informasi terkait prosedur serta syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk membuat izin yaitu menurut pegawai Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Tangerang bahwa dalam memberikan kelengkapan informasi izin kepada masyarakart atau sektor swasta bahwa mereka sudah mensosialisasikannya melalui website, melalui brosur, reklame, billboard, dan juga media massa.

Ketepatan pelayanan juga tergantung kepada persyaratan yang pemohon ajukan apakah sudah lengkap dan benar atau belum. Namun, ketika dikonfirmasi kepada pemohon langsung yaitu beberapa informan yang telah diwawancarai mengenai kelengkapan dan ketepatan infromasi mengenai persyaratan pembuatan izin yang diberikan oleh BPMPTSP, ternyata peneliti menemukan adanya kesenjangan antara harapan dan kenyataan.

Menurut pemohon izin bahwa proses penyampaian infromasi atau sosialisasi dari pemerintah mengenai kelengkapan persyaratan izin belum sampai dengan baik kepada masyarakat, walaupun pihak BPMPTSP sudah berupaya untuk mensosialisasikan terkait persyaratan dan proses pembuatan izin melalui website, melalui brosur, reklame, billboard, dan juga media massa. Ternyata, mekanisme penyampaian melalui website, melalui brosur, reklame, billboard, dan juga media massa tersebut belum optimal dan belum sampai dengan baik kepada masyarakat. Hal ini dapat kita lihat masih adanya keluhan dari masyarakat yang menyatakan bahwa selama ini tidak ada sosialisasi langsung yang diberikan pemerintah (BPMPTSP) kepada masyarakat mengenai izin khusunya izin di bidang Penanaman Modal.

2. Transparency

Transparansi itu sendiri merupakan penyediaan informasi tentang pemerintahan bagi publik dan dijaminnya kemudahan di dalam memperoleh informasi yang akurat dan memadai. Transparansi tersebut dibangun atas dasar

arus informasi yang bebas. Seluruh proses pemerintahan, lembaga-lembaga, dan informasi perlu dapat diakses oleh pihak-pihak yang berkepentingan dan informasi yang tersedia harus memadai agar dapat dimengerti dan dipahami.

Sesuai dengan hasil temuan lapangan, transparansi disini membahas terkait kemudahan akses sektor swasta dan masyarakat dalam mengakses data mengenai syarat-syarat serta prosedur pembuatan izin, mengenai proses penyampaian informasi atau kebijakan pelayanan dalam pembuatan izin, mengenai media yang digunakan oleh BPMPTSP kota Tangerang dalam penyampaian informasi pelayanan izin, kemudian hambatan-hambatan yang terjadi dalam proses penyampaian informasi pelayanan kepada masyarakat serta mengenai ketepatan pegawai mengenai waktu dan transparansi biaya yang dibutuhkan dalam proses keluarnya izin.

Pertama, terkait kemudahan akses sektor swasta dan masyarakat dalam mengakses data mengenai syarat-syarat serta prosedur pembuatan izin pihak BPMPTSP sudah memberikan kemudahan akses kepada sektor swasta dan masyarakat dalam mengakses data mengenai syarat-syarat serta prosedur pembuatan izin melalui website BPMPTSP Kota Tangerng secara online, melalui brosur, reklame, billboard, dan juga media massa, atau informasi bisa didapat dengan datang langsung ke counter perizinan. BPMPTSP sendiri khususnya bidang Penanaman Modal juga telah memberikan informasi syarat-syarat serta prosedur pembuatan izin melalui sosialisasi kepada masyarakat secara langsung. Hal Ini dilaksanakan di 13 kecamatan, sudah dilakukan setiap tahun secara rutin.

Namun, pada kenyataannya hal tersebut belum disambut dan diterima baik oleh masyarakat maupun sektor swasta selaku pemohon pembuatan izin. Hal tersebut bisa kita lihat dari adanya pengaduan atau keluhan masyarakat mengenai transparansi syarat-syarat serta prosedur pembuatan izin.

Fakta dilapangan ternyata masih banyak masyarakat dan sektor swasta yang tidak mengetahui adanya sosialisasi langsung pemerintah mengenai transparansi pelayanan pembuatan izin tersebut. Mereka menganggap sosialisasi yang pemerintah lakukan melalui media massa, media elektronik, media cetak, website, spanduk, billboard, dan melalui penyebaran booklet kurang efektif. Jadi, mereka harus datang ke Kantor BPMPTSP langsung untuk mendapatkan informasi pembuatan izin.

Berdasarkan dari hasil temuan dilapangan, peneliti melihat bahwa BPMPTSP sudah berupaya untuk memberikan sosialisasi kepada masyarakat melalui media online maupun secara langsung kepada masyarakat tetapi masyarakat atau pihak pengusaha itu sendiri tidak mau mengikutinya. Disamping itu, masyarkat terkadang tidak memahami betapa pentingnya perizinan, mereka masih menganggap kalau mengurus perizinan itu sulit, mengurus perizinan itu waktunya lama, dan biayanya mahal. Bahkan tak sedikit dari mereka sektor swasta maupun masyarakat menggunakan jasa calo untuk mengurus perizinan.

Disamping itu, yang menjadi penghambat tidak sampainya informasi perizinan yaitu ketika BPMPTSP mengadakan kegiatan sosialisasi terkait prosedur serta pelayanan pembuatan izin, terkadang para pengusaha yang telah BPMPTSP undang untuk hadir pada kegiatan tersebut yang datang sedikit.

BPMPTSP sendiri sudah berusaha mengundang para pengusaha maupun sektor swasta untuk dapat hadir dalam kegiatan sosialisasi tersebut tetapi mereka ternyata hanya mendatangkan perwakilannya, jadi mereka tidak mendapatkan informasi secara penuh. Kemudian, mengenai ketepatan waktu dan transparansi biaya pembuatan izin juga dinilai belum jelas. Proses dari awal sampai keluarnya izin pun dinilai masih lamban dan belum sesuai dengan SOP dalam pelayanan terpadu satu pintu. Hal tersebut sesuai fakta dilapangan yang masih ditemukan keluhan dari masyarakat mengenai waktu dan biaya pembuatan izin.

Padahal terkait izin di bidang Penanaman Modal khusunya tidak dipungut biaya atau gratis. Setelah peneliti konfirmasi ulang kepada pemohon pembuatan izin di BPMPTSP khususnya bidang Penanaman Modal ternyata ditemukan pengakuan dari pemohon bahwa masih ada oknum pegawai BPMPTSP sendiri yang mengenakan biaya untuk mengurus izin, bahkan secara langsung menawakan diri agar pengurusan izin dapat lebih cepat selesai. Padahal sesuai dengan SOP yang berlaku bahwa semua izin yang dikeluarkan dan oleh bidang Penanaman Modal tidak dipungut biaya apapun atau gratis.

Berdasarkan dari seluruh informasi yang peneliti dapatkan dari pilar pemerintah, pilar sektor swasta, dan pilar masyarakat madani yaitu bahwa penerapan fungsi good governance pada indikator transparansi belum berjalan sesuai dengan yang diharapkan, karena pada pelaksanaannya masih ditemukan banyak kesenjangan-kesenjangan yang dilakukan oleh beberapa pegawai dan pihak pengusaha itu sendiri.

3. Efficiency And Efectiveness

Efektivitas dan efiseinsi yaitu terselenggaranya kegiatan instansi publik dengan menggunakan sumber daya yang tersedia secara optimal dan bertanggung jawab. Efektivitas dan efesiensi yang dimaksud dalam pembahasan ini yaitu melihat bagaimana pencapaian hasil kerja serta pemanfaatan sumber-sumber daya yang tersedia untuk dapat meningkatkan kinerja pegawai Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Tangerang. Merujuk pada hasil temuan lapangan melalui wawancara dengan pilar sektor swasta, dapat dilihat capaian hasil kerja Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Tangerang.

Sesuai dengan hasil temuan yang telah peneliti lakukan bahwa pelayanan yang diberikan oleh pegawai Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Tangerang terkait capaian hasil kerja sudah lebih baik dibanding dengan pelayanan terpadu satu pintu ditempat lain. Namun, pegawai masih kurang tanggap dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Artinya pelayanan sudah baik namun perlu terus ditingkatkan agar pencapaian hasil kinerja pegawai lebih maksimal.

Kemudian dilihat dari segi pemanfaatan teknologi dan sarana serta prasarana yang ada di kantor Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Tangerang dalam memenuhi standar pelayanan dapat kita lihat dari hasil wawancara dengan informan dari sektor swasta yang menyatakan bahwa sarana dan prasarana tergantung bagaimana Badan Penananman dan Pelayanan

Terpadu Satu Pintu dalam pemanfaatannya. Namun, kendala utama pada pelayanan perizinan di Kota Tangerang ini yaitu dalam rangka penyelenggaraan perizinan pada pelayanan terpadu satu pintu di Kota Tangerang masih kurang untuk fasilitas gedung serta ruangan untuk pelayanan itu sendiri. Artinya sarana dan prasarana sudah cukup menunjang namun dari segi gedung atau ruangan masih kurang memadai, karena dengan volume izin yang banyak dan pemohon yang banyak setiap harinya dirasa ruangan yang ada tersebut masih terlalu kecil untuk sekelas pelayanan perizinan di Kota Tangerang.

Hal tersebut juga diakui oleh Sekretaris Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Tangerang selaku key informan I1-1 yang mengatakan bahwa memang untuk sarana dan prasana dalam rangka menunjang kinerja pegawai untuk memenuhi kepuasan masyarakat dalam menerima pelayanan sudah baik tetapi masih kurang memadai dari sisi gedung dimana pelayanan terpadu satu pintu sudah seyogyanya memiliki gedung tersendiri untuk melayani kebutuhan masyarkat dalam pembuatan izin. Tetapi, hal tersebut tidak menjadi suatu alasan BPMPTSP untuk tidak melayani masyarakat dengan baik. Pihak BPMPTSP selaku pelayan publik selalu berupaya memanfaatkan sarana yang ada dan memaksimalkannya, artinya kekurangan sarana tidak dijadikan suatu alasan untuk tidak melayani pemohon dengan baik.

Kemudian, dilihat dari segi kualitas dan kuantitas pegawai di Badan Penanaman Modal dan Pelayana Terpadu Satu Pintu Kota Tangerang ternyata juga masih kurang memadai. Hal tersebut berdasarkan observasi langsung yang telah peneliti lakukan disana pun ternyata masih kurang memadai untuk

memberikan pelayanan yang optimal kepada masyarakat. Kekurangan kuantitas pegawai dapat mempengaruhi kualits pelayanan kepada masyarakat.

Merujuk dari hasil observasi lapangan yang telah peneliti lakukan, dengan volume dari berbagai izin khususnya dibidang Penanaman Modal yang kurang lebih terdapat 13 izin dengan 13 jumlah pegawai dimana idealnya berjumlah 20 orang pegawai tersebut memang dikatakan sangat kurang memadai. Pada akhirnya berujung pada ketidakpuasan terhadap pelayanan yang diberikan oleh pegawai setempat kepada masyarakat selaku pemohon izin. Ditambah dengan belum berjalannya sistem online di Badan Penanaman Modal dan Pelayana Terpadu Satu Pintu Kota Tangerang tersebut.

Kemudian, dari hasil temuan lapangan tersebut ditemukan dampak karena kurangnya kualitas dan kuantitas pegawai di Badan Penanaman Modal dan Pelayana Terpadu Satu Pintu Kota Tangerang yaitu keterlambatan proses keluarnya izin khususnya bidang Penanman Modal. Hal tersebut dapat kita lihat dengan adanya keluhan dari masyarakat yang menyatakan bahwa proses pembuatan izin Bidang Penanaman Modal sangat lambat, dimana semestinya untuk pegurusan SIUP dan TDP contohnya, apabila kita merujuk pada Perda Kota Tangerang Nomor 3 Tahun 2010 tentang Surat Izin Usaha Perdagangan Pasal 3 ayat 2 dikatakan bahwa Paling lambat 3 (tiga) hari kerja terhitung sejak diterimanya permohonan penerbitan SIUP dengan melampirkan dokumen persyaratan secara lengkap dan benar maka Pejabat yang ditunjuk wajib menerbitkan SIUP.

Namun, setelah peneliti konfirmasi ulang kepada Pemohon izin ternyata mereka mengeluhkan lambatnya proses pembuatan izin SIUP. Dimana, semestinya sesuai dengan SOP yang berlaku bahwa dalam pengurusan izin di Bidang Penanaman Modal yaitu tiga hari kerja selelah berkas lengkap dan benar. Namun, realitanya keluarnya izin bisa sampai 14 hari kerja bahkan tidak jarang melebihi dari 14 hari kerja. Hal tersebutlah yang membuat masyarakat mengeluh dan menjadi kesal dengan pelayanan yang diberikan oleh pegawai Badan Penanaman Modal dan Pelayana Terpadu Satu Pintu Kota Tangerang khususnya pada bidang Penanaman Modal.

4. Responsiveness

Reponsivitas yang dimaksudkan dalam pembahasan ini adalah melihat bagaimana tanggapan Badan Penanaman Modal dan Pelayana Terpadu Satu Pintu Kota Tangerang secara cepat dan tepat dalam menangani keluhan, masukan atau aspirasi dari sektor swasta dan masyarakat serta bagaimana tindak lanjut Badan Penanaman Modal dan Pelayana Terpadu Satu Pintu Kota Tangerang terhadap keluhan, masukan atau aspirasi tersebut.

Berdasarkan pada hasil temuan lapangan untuk mengatasi keluhan keluhan atau aspirasi dari masyarakat atau sektor swasta, Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Tangerang membuka layanan pengaduan. Jadi apabila masyarakat merasa tidak puas dengan pelayanan yang diberikan, masyarakat diberi kesempatan untuk mengajukan pengaduan dan kemudian

diselesaikan masalah-masalah yang ada melalui koordinasi dengan bidang. Pengaduan tersebut dapat disampaikan melalui website, datang langsung ke kantor, melalui surat, ataupun dapat melalui sms (short message service).

Selain itu, untuk menangani keluhan masayarakat Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Tangerang menyediakan bidang yang memang khusus menangani masalah atau pengaduaan ketidakpuasaan masyarakat terhadap pelayanan yaitu bidang pengolahan data dan advokasi. Jadi artinya ada sarana khsusus yang menangani keluhan keluhan masyarakat. Berdasarkan dari data dan informasi yang peneliti dapatkan bahwa Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Tangerang sudah berupaya menyediakan wadah khusus bagi masyarakat untuk menangani keluhan-keluhan dan aspirasi masyarakat mengenai pelayanan yang diberikan.

BPMPSTP selalu berinovasi untuk terus meningkatkan pelayanan kepada masyarakat untuk meminimalisir keluhan masyarakat dan mencapai kepuasaan pemohon terhadap pelayanan. Tetapi, pada kenyataannya hal tersebut belum disambut baik oleh masyarakat. Hal tersebut terjadi karena kurangnya sosialisasi Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Tangerang selaku pilar pemerintah kepada masyarakat dan sektor swasta sebagai penanam modal di Kota Tangerang.

Namun, pada implementasi dan pelaksanaanya belum sesuai dengan harapan masyarakat. Dimana, masyarkat dan para penanam modal selaku sektor swasta ingin pemerintah lebih peka dan responsive dalam menanggapi keluhan

dari masyarakat dan apabila terdapat keluhan segera dicari solusi dan jalan keluarnya supaya pelayanan terpadu satu pintu ini dapat memenuhi kepuasaan masyarakat sebagai upaya menjalankan kepemerintahan yang baik atau sesuai dengan prinsip prinsip good governance.

5. Forward Vision

Government is able to anticipate future problems and issues based on current data and trends and develop policies that take into account future costs and anticipated changes (e.g. demographic, economic, environmental, etc.). Para pimpinan dan masyarakat memiliki perspektif yang luas dan jangka panjang tentang penyelenggaraan pemerintahan yang baik (good governance) dan pembangunan manusia (human development), bersamaan dengan dirasakannya kebutuhan untuk pembangunan tersebut.

Forward Vision disini melihat bagaimana Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Tangerang khususnya bidang Penanaman Modal mengntisipasi masalah yang akan terjadi dimasa yang akan datang dan upaya-upaya yang dilakukan BPMPTSP untuk selalu meningkatkan pelayanan pembuatan izin kepada masyarakat/sektor swasta dan apa saja target yang ingin BPMPTSP realisaikan dalam meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dimasa yang akan datang.

Berdasarkan hasil wawancara yang telah peneliti lakukan dengan pilar pemerintah bahwa untuk mengantisipasi masalah yang akan datang yang harus dilakukan yaitu:

a. Pertama Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Tangerang harus meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM),

b. kedua harus menggunakan IT, contohnya sistem pelayanan perizinan secara online,

c. ketiga harus membuat inovasi dalam rangka percepatan dalam proses keluarnya izin dari tahap awal berkas masuk sampai berkas selesai. d. Koordinasi yang baik antara atasan dan bawahan, serta koordinasi

antar bidang apabila ada permasalahan supaya dapat dicari jalan keluar dan solusi terbaik untuk menyelesaikan masalah tersebut.

Dalam rangka mengantisipasi yang timbul dimasa yang akan datang, keempat hal tersebut sudah harus dipersiapkan dari sekarang. Kemudian, upaya yang dilakukan Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Tangerang khsusunya bidang Penanaman Modal untuk selalu meningkatkan pelayanan pembuatan izin kepada masyarakat/sektor swasta yaitu sesuai yang telah dikemukakan oleh key informan dari pilar pemerintah yaitu pertama setiap tahun mengadakan pelatihan atau Bintek (bimbingan teknis) terkait pelayanan. Kedua, dengan mengirim pegawai pegawai ketempat yang mengadakan kegiatan

pendidikan atau pelatihan. Disamping itu, karena pelayanan itu berhadapan langsung dengan manusia atau masyarakat, maka Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Tangerang harus meningkatkan kualitas bagaimana caramelayani masyarakat itu dengan baik atau lebih ke pendekatan personal pada masyarakat.

Pelayanan memiliki tujuan untuk melayani masyarakat dan target pencapainnya adalah kepuasan masyarakat. Dimana tujuannya yaitu untuk menyejahterakan masyarakat. Sesuai dengan motto perizinan yang ada di Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu yaitu “persyaratan lengkap dan benar, pelayanan cepat.” Sehingga dengan demikian usaha masyarakat atau sektor swasta tidak terhambat dengan perizinan sehingga pertumbuhan yang diinginkan oleh pemerintah kaitannya dengan UU No. 23 tahun 2014 tentang pemerintah daerah dimana tujuannya adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat menjadi tercapai.

Lalu, sebagai sebagai pelayan publik, target yang ingin Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Tangerang dalam rangka meningatkan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan prinsip-prinsip good governance yaitu menjadi front office pemerintah artinya suatu pemerintahan dapat dilihat baik maupun buruknya berdasarkan pelayanan yang pemerintah sendiri itu berikan kepada masyarakat. Karena apabila pelayanan publik suatu pemerintahan sudah baik, maka masyarakat merasa puas dengan pelayanan yang diberikan, dengan begitu Kota Tangerang dapat menarik investor dan mampu membantu membuka lapangan kerja dan secara otomatis pendapatan daerah akan

meningkat. Dimana tujuannya supaya perputaran ekonomi di Kota Tangerang ini semakin baik.

6. Rule of Law

Rule of Law menggambarkan bagaimana konsistensi penegakkan hukum yang dilakukan oleh Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Tangerang jika terjadi pelanggaran atau ketidaksesuaian sesuai aturan yang berlaku sebagai upaya memberikan pelayanan yang berkeadilan kepada masyarakat. Dimensi ini menjelaskan bagaimana konsistensi BPMPTSP khususnya bidang Penanaman Modal dalam penegakan hukum berdasarkan peraturan-peraturan terkait proses serta prosedur pembuatan izin, kemudian bentuk pengawasan yang dilakukan BPMPTSP terhadap kinerja pegawai dalam proses pelayanan kepada masyarakat/sektor swasta, dan mengetahui sanksi hukum apayang diberikan kepada pegawai bila terjadi tindak KKN dalam proses pembuatan izin.

Setelah melakukan wawancara dengan Sekretaris BPMPTSP dan Kepala Bidang Penanaman Modal dari pilar pemerintah, bahwa sejauh ini Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu khususnya bidang Penanaman Modal cukup konsisten dalam menjalankan SOP yang ada dalam rangka melayani masyarakat. Artinya dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat tidak ada perlakuan berbeda antar satu pemohon dengan pemohon lainnya, supaya tidak terjadi korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN).

Namun, faktanya setelah peneliti melakukan observasi langsung ke lapangan ternyata masih ditemukan perlakukan yang berbeda terhadap masing-masing pemohon. Artinya, factor kedekatan antar pemohon dengan pegawai sangat menentukan proses keluarnya izin. Bukan hanya itu saja, ada beberapa pegawai yang masih menerima “suap” dalam pembuatan izin, padahal izin pada bidang penanaman modal gratis, tidak dikenakan biaya apapun. Hal ini membuktikan bahwa sampai saat ini Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu khususnya bidang Penanaman Modal belum konsisten dalam penegakan hukum.

Kemudian, untuk selalu menjaga konsistensi dalam menegakan hukum

Dokumen terkait