EVALUASI KERAGAMAN KARAKTER VEGETATIF BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO (Oryza sativa L.)
SKRIPSI
OLEH:
ALREZA 040307032/BDP-PET
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
EVALUASI KERAGAMAN KARAKTER VEGETATIF BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO (Oryza sativa L.)
SKRIPSI
OLEH: ALREZA 040307032/BDP-PET
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
Judul : Evaluasi Keragaman Karakter Vegetatif Beberapa Varietas Padi Gogo (Oryza sativa L.)
Nama : Alreza NIM : 040307032
Departemen : Budidaya Pertanian
Program Studi : Pemuliaan Tanaman
Di setujui Oleh Komisi Pembimbing
(Prof. Dr. Ir. T. M. Hanafiah Oeliem, DAA) (Ir. Eva Sartini Bayu, MP Ketua Anggota
ABSTRAK
ALREZA: Evaluasi Keragaman Karakter Vegetatif Beberapa Varietas Padi Gogo (Oryza sativa L.), dibimbing oleh T. M. Hanafiah Oeliem dan Eva
Sartini Bayu.
Penanaman padi pada lahan sawah maupun lahan kering disesuaikan dengan jenis atau varietas padi yang akan ditanam. Salah satu kriteria varietas padi yang akan tumbuh baik pada lingkungan dengan curah hujan terbatas dan merupakan tanaman ideal adalah toleran terhadap kekeringan dan mampu mempertahankan kehijauan selama kekeringan. Untuk itu penelitian telah dilakukan di Rumah Kasa Universitas Sumatera Utara, Medan, Sumatera Utara (±25 m dpl). Pada Januari-April 2010 menggunakan rancangan acak kelompok non factorial yaitu populasi Varietas Towuti (V1), populasi Varietas Situ Bagendit (V2), populasi Varietas Batu Tegi (V3), populasi Varietas Situ Patenggang (V4), populasi Varietas Arias kemudian dilakukan dengan Uji Beda Nyata Jujur (BNJ). Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman dan jumlah anakan per tanaman (anakan).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa populasi pada tinggi tanaman dapat dilihat bahwa antara varietas V1 (Towuti), V2 (Situ Bagendit), V3 (Batu Tegi), V4
(Situ Patenggang), dan V5 (Arias) tidak berbeda nyata. Sedangkan pada jumlah
anakan per tanaman dapat dilihat bahwa antara varietas V1 (Towuti), V2 (Situ
Bagendit), V3 (Batu Tegi), V4 (Situ Patenggang), dan V5 (Arias) tidak berbeda
nyata, sedangkan nilai KVG berkisar antara 7.49 - 9.03 dan nilai KVP berkisar antara 9.57 – 10.69, sedangkan Nilai duga heritabilitas (h2) untuk masing-masing karakter dapat dievaluasi. Nilai heritabilitas berkisar antara 0,61-0,71.
RIWAYAT HIDUP
Alreza, dilahirkan di Medan pada tanggal 23 Juni 1986 dari ayahanda
Selamat Ryadi dan ibunda Yusnani. Penulis merupakan anak kedua dari 5
bersaudara.
Tahun 1998 penulis lulus dari SD Negeri 0607091 Medan, tahun 2001
lulus dari SLTP NEgeri 4 Medan, tahun 2004 lulus dari SMA Swasta Eria
Medan.
Terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera
Utara, Medan pada tahun 2004 melalui jalur SPMB, Departemen Budidaya
Pertanian Program Studi Pemuliaan Tanaman.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah menjadi asisten
laboratorium Sitogenetika (2006-2007), asisten laboratorium Bioteknologi
Tanaman (2008). Selain itu penulis aktif dalam organisasi intra kampus BKM Al-
Mukhlisin (2005-2007), Pengajian Nahdatussubban (2006-2007), serta organisasi
partai politik (2008-2009).
Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Kebun Pabatu
PTP. Nusantara IV Tebing Tinggi dan Dolok Merawan, Serdang Bedagai
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha
Kuasa, atas segala rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul ” Evaluasi Keragaman Karakter Vegetatif Beberapa
Varietas Padi Gogo (Oryza sativa L.)”.
Pada kesempatan ini penulis menghaturkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada kedua orang tua penulis yang telah membesarkan, memelihara
dan mendidik penulis selama ini. Penulis mengucapkan terima kasih kepada bapak
Prof. Dr. Ir. T. M. Hanafiah Oeliem, DAA dan Ir. Eva Sartini Bayu, MP selaku
ketua dan anggota komisi pembimbing yang telah membimbing dan memberikan
berbagai masukan berharga kepada penulis dari mulai menetapkan judul,
melakukan penelitian, sampai pada ujian akhir.
Di selain itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada kakak
tersayang Rogaya dan adik vera dan ika yang menjadi penyemangat selama
perkuliahan. Terima kasih juga kepada adik stambuk 2006: Febri yang setia
membantu serta saran dan masukan dalam penyelesaian Skripsi ini, Hendri, Boby,
Putra, serta rekan mahasiswa yang tidak dapat disebutkan satu per satu di sini
yang telah membantu penulis dalam penelitian dan menyelesaikan skripsi ini. Dan
semoga skripsi ini bermanfaat bagi seluruh pihak yang memerlukan.
Medan, Desember 2010
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
ABSTRACT... ... ii
RIWAYAT HIDUP ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI... v
DAFTAR TABEL... vii
DAFTAR LAMPIRAN...viii
PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1
Tujuan Penelitian ... 1
Hipotesis Penelitian ... 2
Kegunaan Penelitian ... 2
TINJAUAN PUSTAKA
Keragaman Genetik ... 8
Heritabilitas ... 9
BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ...11
Bahan dan Alat ...11
Persiapan Media Tanam ...15
Jumlah anak per tanaman (anakan) ...16
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... ...17
Tinggi Tanaman (cm) ...17
Jumlah anakan per tanaman...17
Keragaman Genetik...18
Heritabilitas...19
Pembahasan...19
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ...21
Saran ...21
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
1. Model sidik ragam dan nilai kuadrat tengah...13
2. Rataan tinggi tanaman (cm) beberapa varietas padi gogo………..17
3. Rataan jumlah anakan per tanaman (anakan) beberapa varietas padi gogo…18
4. Variabilitas genetik (σ2g) variabilitas fenotipe (σ2p), koefisien variabilitas genetik (KVG), koefisien variabilitas fenotipe
KVP)………...18
DAFTAR LAMPIRAN
1. Bagan lahan penelitian... 24
2. Bagan plot tanaman………25
3. Data pengamatan tinggi tanaman 7 HST (cm)………26
4. Daftar sidik ragam tinggi tanaman 7HST ………. ...26
5. Data pengamatan tinggi tanaman 2 HST (cm)……… 26
6. Daftar sidik ragam tinggi tanaman 14 HST……… 27
7. Data pengamatan tinggi tanaman 21 HST……….. 27
8. Daftar sidik ragam tinggi tanaman 21 HST……… 27
9. Data pengamatan tinggi tanaman 28 HST………. 28
10.Daftar sidik ragam tinggi tanaman 28 HST……….28
11.Data pengamatan tinggi tanaman 35 HST……… 28
12.Daftar sidik ragam tinggi tanaman 35 HST……… 29
13.Data pengamatan tinggi tanaman 42 HST (cm)………. 29
14.Daftar sidik ragam tinggi tanaman 42 HST………. 29
15.Data pengamatan tinggi tanaman 49 HST (cm) ……… 30
16.Daftar sidik ragam tinggi tanaman 49 HST………. 30
17.Data pengamatan tinggi tanaman 56 HST (cm) ………. 30
18.Daftar sidik ragam tinggi tanaman 56 HST………. 31
19.Data pengamatan jumlah anakan per tanaman 21 HST (anakan) ……. 31
20.Daftar sidik ragam jumlah anakan per tanaman 21 HST……. 31
22.Daftar sidik ragam jumlah anakan per tanaman 35 HST……. 32
23.Data pengamatan jumlah anakan per tanaman 49 HST (anakan) …… 32 .
ABSTRAK
ALREZA: Evaluasi Keragaman Karakter Vegetatif Beberapa Varietas Padi Gogo (Oryza sativa L.), dibimbing oleh T. M. Hanafiah Oeliem dan Eva
Sartini Bayu.
Penanaman padi pada lahan sawah maupun lahan kering disesuaikan dengan jenis atau varietas padi yang akan ditanam. Salah satu kriteria varietas padi yang akan tumbuh baik pada lingkungan dengan curah hujan terbatas dan merupakan tanaman ideal adalah toleran terhadap kekeringan dan mampu mempertahankan kehijauan selama kekeringan. Untuk itu penelitian telah dilakukan di Rumah Kasa Universitas Sumatera Utara, Medan, Sumatera Utara (±25 m dpl). Pada Januari-April 2010 menggunakan rancangan acak kelompok non factorial yaitu populasi Varietas Towuti (V1), populasi Varietas Situ Bagendit (V2), populasi Varietas Batu Tegi (V3), populasi Varietas Situ Patenggang (V4), populasi Varietas Arias kemudian dilakukan dengan Uji Beda Nyata Jujur (BNJ). Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman dan jumlah anakan per tanaman (anakan).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa populasi pada tinggi tanaman dapat dilihat bahwa antara varietas V1 (Towuti), V2 (Situ Bagendit), V3 (Batu Tegi), V4
(Situ Patenggang), dan V5 (Arias) tidak berbeda nyata. Sedangkan pada jumlah
anakan per tanaman dapat dilihat bahwa antara varietas V1 (Towuti), V2 (Situ
Bagendit), V3 (Batu Tegi), V4 (Situ Patenggang), dan V5 (Arias) tidak berbeda
nyata, sedangkan nilai KVG berkisar antara 7.49 - 9.03 dan nilai KVP berkisar antara 9.57 – 10.69, sedangkan Nilai duga heritabilitas (h2) untuk masing-masing karakter dapat dievaluasi. Nilai heritabilitas berkisar antara 0,61-0,71.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Beras merupakan bahan makanan pokok sebagian besar penduduk
Indonesia. Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk kebutuhan beras pun
meningkat. Tingkat konsumsi beras masyarakat Indonesia pada tahun 2002
mencapai 120 kg/tahun/Kapita (Anonim, 2003). Hal tersebut mendorong
pemerintah untuk terus mengusahakan terwujudnya swasembada beras untuk
mengurangi kerawanan pangan. Usaha untuk meningkatkan produksi beras
dilakukan dengan cara intensifikasi dan ekstensifikasi (Saparso, 2002).
Usaha ekstensifikasi dilakukan dengan perluasan lahan, dengan
memanfaatkan lahan kering. Hal tersebut dilaksanakan untuk mengatasi masalah
berkurangnya luas lahan. Menurut Agung dan Hidayat (2000) luas lahan pertanian
di pulau Jawa tiap tahun terus berkurang mencapai 50.000 ha/tahun.
Penanaman padi pada lahan sawah maupun lahan kering disesuaikan
dengan jenis atau varietas padi yang akan ditanam. Menurut Fukai dalam Suardi
(2002) salah satu kriteria varietas padi yang akan tumbuh baik pada lingkungan
dengan curah hujan terbatas dan merupakan tanaman ideal adalah toleran terhadap
kekeringan dan mampu mempertahankan kehijauan selama kekeringan.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan karakteristik genetik
Hipotesis Penelitian
Ada perbedaan karakter genetik beberapa varietas padi gogo.
Kegunaan Penelitian
1. Sebagai salah satu syarat untuk dapat melaksanakan penelitian di Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman
Berdasarkan literatur Grist (1960), tanaman padi dalam sistematika
tumbuhan (taksonomi) diklasifikasikan ke dalam divisio Spermatophytae dengan
subdivisio Angiospermae, digolongkan ke dalam kelas Monocotyledonae,
termasuk ordo Poales dengan famili Graminae serta genus Oryza Linn dan dengan
nama spesies Oryza sativa L.
Akar tanaman padi memiliki sistem perakaran serabut. Ada dua macam
akar yaitu :
1. akar seminal yang tumbuh dari akar primer radikula sewaktu berkecambah dan
bersifat sementara, 2. Akar adventif sekunder yang bercabang dan tumbuh dari
buku batang muda bagian bawah. Akar adventif tersebut menggantikan akar
seminal. Akar ini disebut adventif/buku, karena tumbuh dari bagian tanaman yang
bukan embrio atau karena munculnya bukan dari akar yang telah tumbuh
sebelumnya (Suharno, 2005).
Batang terdiri atas beberapa ruas yang dibatasi oleh buku, dan tunas
(anakan) tumbuh pada buku. Jumlah buku sama dengan jumlah daun ditambah
dua yakni satu buku untuk tumbuhnya koleoptil dan yang satu lagi buku terakhir
yang menjadi dasar malai. Ruas yang terpanjang adalah ruas yang teratas dan
panjangnya berangsur menurun sampai ke ruas yang terbawah dekat permukaan
Anakan muncul pada batang utama dalam urutan yang bergantian. Anakan
primer tumbuh dari buku terbawah dan memunculkan anakan sekunder. Anakan
sekunder ini pada gilirannya akan menghasilkan anakan tersier (Suharno, 2005).
Daun tanaman padi tumbuh pada batang dalam susunan yang berselang
seling terdapat satu daun pada tiap buku. Tiap daun terdiri atas : 1. Helaian daun
yang menempel pada buku melalui pelepah daun, 2. Pelepah daun yang
membungkus ruas di atasnya dan kadang-kadang pelepah daun dan helaian daun
ruas berikutnya, 3. Telinga daun (auricle) pada dua sisi pangkal helaian daun, 4.
Lidah daun (ligula) yaitu struktur segitiga tipis tepat di atas telinga daun,
5. Daun bendera adalah daun teratas di bawah malai (Suharno, 2005).
Bunga padi secara keseluruhan disebut malai. Malai terdiri dari 8–10
buku yang menghasilkan cabang–cabang primer selanjutnya menghasilkan
cabang–cabang sekunder. Dari buku pangkal malai pada umumnya akan muncul
hanya satu cabang primer, tetapi dalam keadaan tertentu buku tersebut dapat
menghasilkan 2–3 cabang primer (Tobing, dkk, 1995).
Lemma yaitu bagian bunga floret yang berurat lima dan keras yang
sebagian menutupi palea. Ia memiliki suatu ekor. Palea yaitu bagian floret yang
berurat tiga yang keras dan sangat pas dengan lemma. Bunga terdiri dari 6 benang
sari dan sebuah putik. Enam benang sari tersusun dari dua kelompok kepala sari
yang tumbuh pada tangkai benang sari (Suharno, 2005).
Butir biji adalah bakal buah yang matang, dengan lemma, palea, lemma
steril, dan ekor gabah (kalau ada) yang menempel sangat kuat. Butir biji padi
tanpa sekam (kariopsis) disebut beras. Buah padi adalah sebuah kariopsis, yaitu
membentuk sebuah butir seperti biji. Komponen utama butir biji adalah sekam,
kulit beras, endosperm, dan embrio (Suharno, 2005).
Ada tiga stadium proses pertumbuhan tanaman padi dari awal penyemaian
hingga pemanenan : 1. Stadia vegetatif ; dari perkecambahan sampai
terbentuknya bulir. Pada varietas padi yang berumur pendek (120 hari) stadia ini
lamanya sekitar 55 hari, sedangkan pada varietas padi berumur panjang (150 hari)
lamanya sekitar 85 hari. 2. Stadia reproduktif ; dari terbentuknya bulir sampai
pembungaan. Pada varietas berumur pendek lamanya sekitar 35 hari, dan pada
varietas berumur panjang sekitar 35 hari juga. 3. Stadia pembentukan gabah atau
biji ; dari pembungaan sampai pemasakan biji. Lamanya stadia sekitar 30 hari,
baik untuk varietas padi berumur pendek maupun berumur panjang.
Apabila ketiga stadia dirinci lagi, maka akan diperoleh sembilan stadia.
Masing-masing stadia mempunyai ciri dan nama tersendiri. Stadia tersebut adalah
1. Stadia 0 ; dari perkecambahan sampai timbulnya daun pertama, biasanya
memakan waktu sekitar 3 hari.
2. Stadia 1 ; stadia bibit, stadia ini lepas dari terbentuknya duan pertama sampai
terbentuk anakan pertama, lamanya sekitar 3 minggu, atau sampai pada umur
24 hari.
3. Stadia 2 ; stadia anakan, ketika jumlah anakan semakin bertambah sampai
batas maksimum, lamanya sampai 2 minggu, atau saat padi berumur 40 hari.
4. Stadia 3 ; stadia perpanjangan batang, lamanya sekitar 10 hari, yaitu sampai
terbentuknya bulir, saat padi berumur 52 hari.
5. Stadia 4 ; stadia saat mulai terbentuknya bulir, lamanya sekitar 10 hari, atau
6. Stadia 5 ; perkembangan bulir, lamanya sekitar 2 minggu, saat padi sampai
berumur 72 hari. Bulir tumbuh sempurna sampai terbentuknya biji.
7. Stadia 6 ; pembungaan, lamanya 10 hari, saat mulai muncul bunga, polinasi,
dan fertilisasi.
8. Stadia 7 ; stadia biji berisi cairan menyerupai susu, bulir kelihatan berwarna
hijau, lamanya sekitar 2 minggu, yaitu padi berumur 94 hari.
9. Stadia 8 ; ketika biji yang lembek mulai mengeras dan berwarna kuning,
sehingga seluruh pertanaman kelihatan kekuning-kuningan. Lama stadia ini
sekitar 2 minggu, saat tanaman berumur 102 hari.
10. Stadia 9 ; stadia pemasakan biji, biji berukuran sempurna, keras dan berwarna
kuning, bulir mulai merunduk, lama stadia ini sekitar 2 minggu, sampai padi
berumur 116 hari (Sudarmo, 1991).
Syarat Tumbuh Iklim
Tanaman padi dapat hidup baik di daerah yang berhawa panas dan banyak
mengandung uap air. Suhu yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi adalah
230 C (http://www.warintek.ristek.go.id., 2008).
Tanaman padi dapat tumbuh di daerah tropis/subtropis 450 LU – 450 LS dengan
cuaca panas dan kelembapan tinggi dengan musim hujan 4 bulan. Rata–rata curah
hujan yang baik adalah 200 mm/bulan atau 1500–2000 mm/tahun. Padi dapat
ditanam di musim kemarau atau hujan. Pada musim kemarau, produksi meningkat
asalkan air irigasi selalu tersedia. Di musim hujan, walaupun air melimpah
produksi dapat menurun, karena penyerbukan kurang intensif
Temperatur sangat mempengaruhi pengisian biji padi. Temperatur yang
rendah dan kelembaban yang tinggi pada waktu pembungaan akan mengganggu
proses pembuahan yang mengakibatkan gabah menjadi hampa. Hal ini terjadi
akibat tidak membukanya bakal biji. Temperatur yang juga rendah pada waktu
bunting dapat menyebabkan rusaknya pollen dan menunda pembukaan tepung sari
(Luh, 1991).
Tanah
Tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi adalah tanah sawah
yang kandungan fraksi pasir, debu dan lempung dalam perbandingan tertentu
dengan diperlukan air dalam jumlah yang cukup (http://litbang.go.id, 2008).
Keasaman tanah yang dikehendaki tanaman padi adalah antara pH
4,0–7, 0. Pada padi sawah, penggenangan akan mengubah pH tanah menjadi
netral (7,0). Pada prinsipnya, tanah berkapur dengan pH 8,1–8, 2 tidak merusak
tanaman padi. Karena mengalami penggenangan, tanah sawah memiliki lapisan
reduksi yang tidak mengandung oksigen dan pH tanah sawah biasanya mendekati
netral (http://www.warintek.ristek.go.id., 2008).
Varietas
Varietas adalah kelompok tanaman dalam jenis atau spesies tertentu yang
dapat dibedakan dari kelompok lain berdasarkan suatu sifat atau sifat-sifat tertentu
(Nurhayati, 2005).
Menggunakan varietas unggul merupakan syarat utama dalam me
bagi petani untuk mengganti varietas antar musim dan juga mencegah petani
menanam satu varietas secara terus menerus dan juga dapat mengoptimalisasikan
serangan hama (Gani, 2000).
Setiap varietas adalah spesifik dapat menghasilkan produksi yang optimal
jika ditanam pada area geografis yang sesuai. Melihat sifat-sifat berbagai varietas
unggul, serta adanya pengaruh geografis suatu daerah terhadap perkembangan
padi, maka disuatu daerah yang memiliki ketinggian tertentu hanya bisa ditanam
dan dikembangkan varietas tertentu pula (Andrianto dan Indarto, 2004).
Jika perbedaan antara dua individu yang mempunya faktor lingkungan
sama dapat di ukur, maka perbedaan ini berasal dari faktor genotipe kedua
tanaman tersebut. Keragaman genetik menjadi perhatian utama para pemulia
tanaman, karena dengan melalui pengelolaan yang tepat dapat di hasilkan varietas
baru yang lebih baik (Welsh, 2005).
Varietas-varietas padi yang dianjurkan mempunyai kriteria-kriteria
tertentu, misalnya umur panen, produksi per hektar, daya tahan terhadap hama dan
penyakit. Varietas-varietas ini diharapkan sesuai dengan keadaan tempat yang
akan ditanami. Dengan ditemukannya varietas-varietas baru (unggul) melalui
seleksi galur atau persilangan (crossing), di harapkan varietas dapat di
pertanggungjawabkan baik dalam hal produksi, umur produksi, maupun daya
tahan terhadap hama dan penyakit (Andrianto dan Indarto, 2004).
Keragaman genetik
Keragaman penampilan tanaman akibat perbedaan susunan genetik selalu
tanaman yang sama. Jika ada dua jenis tanaman yang sama di tanamn pada
lingkungan yang berbeda dan timbul variasi yang sama dari kedua tanaman
tersebut maka hal ini dapat di katakan oleh bawaan genetik dari tanaman
bersangkutan (Sitompul dan Guritno, 1995).
Gen-gen tidak dapat menyebabkan berkembangnya suatu karakter
terkecuali mereka berada pada lingkungan yang sesuai. Keragaman yang di amati
terhadap sifat-sifat yang terutama di sebabkan oleh perbedaan gen yang di bawa
oleh individu yang berlainan dan terhadap variabilitas di dalam sifat yang lain,
pertama-tama di sebabkan oleh perbedaan lingkungan dimana individu berada
(Allard, 2005).
Pemahaman variabilitas untuk karakter merupakan hal yang sangat penting
di lakukan untuk efisiensi prosedur pemuliaan. Variasi genetik merupakan hal
yang menentukan apakah suatu karakter dapat di perbaiki atau tidak. Oleh sebab
itu studi varian dan heritabilitas tidak dapat terpisahkan dari suatu pengujian
galur-galur harapan (Rahmadi dkk, 1990).
Pendugaan nilai varian genetik dan nilai duga heritabilitas suatu sifat akan
bervariasi tergantung kepada faktor lingkungan. Adanya varian genetik yang
berarti terdapatnya perbedaan nilai genotipe individu-individu suatu populasi,
merupakan syarat agar seleksi terhadap populasi tersebut berhasil seperti yang
diharapkan (Murdaningsih dkk, 1990).
Heritabilitas
Heritabilitas merupakan rasio antara keragaman aditif dan keragaman
berikutnya. Nilainya dapat memperlihatkan nilai fenotipe yang pada akhirnya
dapat digunakan sebagai breeding value (http://www.digilib.ui.ac.id, 2010)
Heritabilitas menyatakan perbandingan atau bagian varian genetik
terhadap varian total di nyatakan dengan persen (%). Sesuai dengan komponennya
heritabilitas dapat di bedakan dalam tiga kategori heritabilitas dalam arti luas,
heritabilitas dalam arti sedang, dan heritabilitas dalam arti sempit. Heritabilitas
dalam arti luas merupakan perbandingan antara varian genetik total dan varian
fenotipe (Mangoendidjojo, 2003).
Heritabilitas dapat digunakan sebagai parameter dalam seleksi pada
lingkungan tertentu, karena heritabilitas merupakan gambaran apakah suatu
karakter lebih di pengaruhi faktor genetik atau faktor lingkungan. Nilai
heritabilitas tinggi menunjukkan bahwa faktor genetik relatif lebih berperan di
bandingkan faktor lingkkungan. Sifat yang mempunyai heritabilitas tinggi maka
sifat tersebut akan mudah di wariskan pada keturunan berikutnya (Alnopri, 2004).
Kriteria heritabilitas adalah sebagai berikut yaitu heritabilitas tinggi > 0,5;
heritabilitas sedang = 0,2 – 0,5 dan heritabilitas rendah< 0,2. Jika heritabilitas
kurang dari satu, maka nilai tengah dari keturunan dalam hubungannya dengan
nilai tengah induk-induknya, terjadi regresi ke arah nilai tengah generasi
sebelumnya. Jika heritabilitas itu adalah 0,5 maka nilai tengah keturunan beregresi
50% ke arah nilai tengah generasi sebelumnya, jika heritabilitas itu adalah 0,25
maka nilai tengah keturunan beregresi 75% ke arah nilai tengah generasi
sebelumnya. Jadi jika heritabilitas = 100%, maka sama dengan persentase regresi
Variasi keseluruhan dalam suatu populasi merupakan hasil kombinasi
genotipe dan pengaruh lingkungan. Proporsi variasi merupakan sumber yang
penting dalam program pemuliaan karena dari jumlah variasi genetik ini
diharapkan terjadi kombinasi genetik yang baru. Proporsi dari seluruh variasi yang
disebabkan oleh perubahan genetik disebut heritabilitas. Heritabilitas dalam arti
yang luas adalah semua aksi gen termasuk sifat dominan, aditif, dan epistasis.
Nilai heritabilitas secara teoritis berkisar dari 0 sampai 1. Nilai 0 ialah bila seluruh
variasi yang terjadi disebabkan oleh faktor lingkungan, sedangkan nilai 1 bila
seluruh variasi disebabkan oleh faktor genetik. Dengan demikian nilai heritabilitas
akan terletak antara kedua nilai ekstrim tersebut (Welsh, 1991).
Heritabilitas dinyatakan sebagai persentase dan merupakan bagian
pengaruh genetik dari penampakan fenotip yang dapat diwariskan dari tetua
kepada turunannya. Heritabilitas tinggi menunjukkan bahwa variabilitas genetik
besar dan variabilitas lingkungan kecil. Dengan makin besarnya komponen
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di rumah kasa Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara dengan ketinggian + 25 meter di atas permukaan laut. Penelitian
ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan Mei 2010.
Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih padi yang
terdiri dari 5 varietas yaitu Towuti, Batu Tegi, Situ Bagendit, Situ Patenggang,
dan Arias sebagai objek yang akan diamati; top soil sebagai media tanam, polibeg
ukuran 40 x 50 cm sebagai tempat media tanam, insektisida Decis 2,5 EC 2 cc/L
air untuk mengendalikan hama, fungisida Dithane M-45 dan bahan-bahan lainnya
yang mendukung penelitian ini.
Alat-alat yang digunakan adalah cangkul, parang, pacak sampel,
handsprayer sebagai alat aplikasi insektisida dan fungisida, gembor, meteran
untuk mengukur luas lahan dan tinggi tanaman, tali plastik, alat tulis, kalkulator,
kertas label dan alat-alat lainnya yang mendukung penelitian ini.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) non
faktorial. Adapun varietas yang diuji yaitu:
V1 = Towuti V4 = Situ Patenggang
V2 = Situ Bagendit V5 = Arias
Jumlah blok (ulangan) : 5 ulangan.
Jumlah plot : 25 plot.
Jumlah polibeg/plot : 4 polibeg.
Jumlah tanaman/polibeg : 1 tanaman
Jumlah sampel/plot : 2 sampel.
Jumlah sampel seluruhnya : 50 sampel.
Jumlah tanaman seluruhnya : 100 tanaman.
Jarak antar blok : 50 cm.
Jarak antar plot : 30 cm.
Ukuran plot : 90 cm x 90 cm.
Data hasil penelitian dianalisis dengan sidik ragam dengan model linear
aditif sebagai berikut :
Yijk = µ + ρi + τj + εij i = 1,2,3,4,5 j = 1,2,3,4,5
Dimana :
Yij : Hasil pengamatan pada blok ke-i dan perlakuan ke-j
µ : Nilai tengah rata-rata
ρi : Pengaruh dari blok ke-i
τj : Pengaruh dari perlakuan ke-j.
εij : Pengaruh error dari blok ke-i dan perlakuan ke-j
Data hasil penelitian yang berpengaruh nyata dilanjutkan dengan uji beda
Keragaman Genetik
Keragaman dihitung setelah terlebih dahulu menghitung varians fenotipe
(σ2 f) dan varians genotipe (σ2g). Untuk menghitung varians fenotipe (σ2 f) dan varians genotipe (σ2g) disajikan pada tabel 1.
Tabel 1. Model Sidik Ragam dan Nilai Kuadrat Tengah
Sumber
Dari hasil analisis varians genotipe dan varians fenotipe didapat Koefisien
Varians Genotipe (KVG) dan Koefisien Varians Fenotipe (KVF) dengan
menggunakan rumus:
Menurut Murdaningsih dkk (1990) Koefisien Varians Genotipe (KVG)
yang telah diperoleh dari keseluruhan sifat agronomi dan hasil klasifikasikan yang
Kriteria sedang ≥ 25% - ≤ 50% dari KVG yang terbesar Kriteria tinggi ≥ 50% - ≤ 75% dari KVG yang terbesar Kriteria sangat tinggi ≥ 75% dari KVG yang terbesar
Heritabilitas
Nilai heritabilitas dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
p
Menurut Stansfield (1991) kriteria heritabilitas adalah sebagai berikut :
Heritabilitas tinggi > 0,5
Heritabilitas sedang = 0,2 – 0,5
Heritabilitas rendah < 0,2
Pelaksanaan Penelitian Persiapan lahan
Diukur areal pertanaman yang akan digunakan, dibersihkan dari gulma
yang tumbuh pada areal tersebut. Kemudian dibuat plot percobaan dengan ukuran
90 cm x 90 cm. Dibuat parit drainase dengan jarak antar plot 30 cm dan jarak
Persiapan media tanam
Media tanam yang digunakan adalah top soil. Media dicampurkan secara
merata dan digemburkan dengan menggunakan cangkul, lalu diisikan ke dalam
polibeg. Kemudian polibeg disusun sesuai bagan lahan percobaan (lampiran 1).
Penyiapan benih
Benih yang sudah direndam selama 24 jam ditanam pada tempat yang
sudah disiapkan pada polibeg.
Penanaman
Penanaman dilakukan di polibeg. Permukaan tanah pada polibeg dibuat
lubang tanam dengan kedalaman + 2 cm. Kemudian dimasukkan 2 benih per
lubang tanam dan ditutup dengan tanah kompos. Kemudian setelah berkembang
ditinggalkan satu tanaman yang pertumbuhannya baik.
Pemeliharaan Tanaman Penyiraman
Penyiraman dilakukan sesuai dengan kondisi di lapangan. Penyiraman
dilakukan seminggu sekali pada pagi atau sore hari.
Penyulaman
Penjarangan dilakukan untuk mengganti tanaman yang mati atau
pertumbuhannya abnormal dengan tanaman cadangan. Penyulaman dilakukan
dengan menggantikan polibeg yang mempunyai tanaman abnormal dengan
polibeg yang berisi tanaman cadangan dengan perlakuan yang sama. Penyulaman
Penyiangan
Untuk menghindari persaingan antara gulma dengan tanaman, maka
dilakukan penyiangan. Penyiangan gulma dilakukan secara manual atau
menggunakan cangkul dengan membersihkan gulma yang ada didalam maupun
diluar polibeg. Penyiangan dilakukan sesuai dengan kondisi dilapangan.
Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian hama dilakukan dengan penyemprotan insektisida dengan
dosis 0,5 cc/ liter air, sedangkan pengendalian penyakit tanaman dikendalikan
dengan menyemprotkan fungisida dengan dosis 1-2 gr/liter air. Penyemprotan
disesuaikan dengan kondisi di lapangan.
Pengamatan Parameter Tinggi tanaman (cm)
Pengukuran tinggi tanaman dilakukan dari pangkal batang hingga titik
tumbuh tanaman dengan menggunakan meteran. Pengukuran mulai dilakukan saat
tanaman berumur 2 HST hingga memasuki fase generatif, yang dilakukan dengan
interval 1 minggu sekali.
Jumlah anakan per tanaman (anakan)
Jumlah anakan dihitung dengan menghitung seluruh batang per tanaman
kemudian dikurangi satu batang. Perhitungan dilakukan pada fase vegetatif
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Tinggi tanaman (cm)
Data pengamatan tinggi tanaman mulai pada 7 s/d 56 HST serta hasil
analisis sidik ragam dapat dilihat pada lampiran 3 s/d 18. Hasil analisis sidik
ragam tersebut menunjukkan bahwa varietas tidak berbeda nyata terhadap tinggi
tanaman. Rataan tinggi tanaman dari beberapa varietas dapat dilihat pada tabel 2.
Table 2. Rataan tinggi tanaman (cm) beberapa varietas padi gogo
Perlakuan Pengamatan HST Ke-
7 14 21 28 35 42 49 56
Dari Tabel 2 pada tinggi tanaman dapat dilihat bahwa antara varietas V1
(Towuti), V2 (Situ Bagendit), V3 (Batu Tegi), V4 (Situ Patenggang), dan V5
(Arias) tidak berbeda nyata.
Jumlah anakan per tanaman (anakan)
Data pengamatan jumlah anakan per tanaman mulai pada 21 s/d 49 HST
serta hasil analisis sidik ragam dapat dilihat pada lampiran 19 s/d 24. Hasil
analisis sidik ragam tersebut menunjukkan bahwa varietas tidak berbeda nyata
terhadap jumlah anakan per tanaman. Rataan jumlah anakan per rumpun dari
Table 3. Rataan jumlah anakan per tanaman (anakan) beberapa varietas padi gogo
Perlakuan Pengamatan HST Ke-
21 35 49
Dari Tabel 2 pada jumlah anakan per tanaman dapat dilihat bahwa antara
varietas V1 (Towuti), V2 (Situ Bagendit), V3 (Batu Tegi), V4 (Situ Patenggang),
dan V5 (Arias) tidak berbeda nyata.
Keragaman Genetik
Hasil perhitungan variabililtas genetik (σ2g) variabilitas fenotipe (σ2
p),
koefisien variabilitas genetik (KVG), koefisien variabilitas fenotipe (KVP) dapat
dilihat pada Tabel 5. Nilai KVG berkisar antara 7.49 - 9.03 dan nilai KVP
berkisar antara 9.57 – 10.69.
Tabel 4. Variabilitas genetik (σ2g) variabilitas fenotipe (σ2p), koefisien variabilitas genetik (KVG), koefisien variabilitas fenotipe (KVP).
Komponen Pertumbuhan dan Produksi σ2g σ2p KVG KVP
Tinggi Tanaman (cm) 61.91 100.99 7.49t 9.57st
Jumlah Anakan Per Tanaman (anakan) 4.76 6.67 9.03st 10.69st
Keterangan:
Heritabilitas
Nilai duga heritabilitas (h2) untuk masing-masing karakter dapat
dievaluasi. Nilai heritabilitas berkisar antara 0,61-0,71. Nilai duga heritabilitas
(h2) dapat dilihat pada Tabel 6. Berdasarkan kriteria heritabilitas diperoleh semua
parameter mempunyai heritabilitas tinggi.
Tabel 5. Nilai duga heritabilitas
Komponen Pertumbuhan dan Produksi h2 kriteria
Tinggi Tanaman (cm) 0.61 tinggi
Jumlah Anakan Per Tanaman (anakan) 0.71 tinggi
Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa pertumbuhan tinggi
tanaman padi gogo berlangsung cepat mulai 21 hari setelah tanam hingga 28 hari
setelah tanam, namun setelah berumur 35 hari pertumbuhan mulai melambat
sampai inisiasi primordia bunga. Hal ini dikarenakan pada fase vegetatif,
pertumbuhan tanaman selain perpanjangan batang juga terpusat untuk
memunculkan anakan.
Variasi keragaman genetik dilihat dari karakter tinggi tanaman dan jumlah
anakan menunjukkan variabilitas genetik tinggi dan sangat tinggi, masing-masing
sebesar (7.49 cm dan 9.03 anakan). Hal ini diduga karena perbedaan varietas
cukup besar mempengaruhi sifat dalam tanaman. Dimana keragaman penampilan
tanaman terjadi akibat adanya pengaruh genetik dan lingkungan. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Sitopul dan Guritno (1995) bahwa keragaman penampilan
Pada Tabel 5 diketahui bahwa pada peubah amatan tinggi tanaman dan
jumlah anakan per tanaman mempunyai nilai heritabilitas yang tinggi. Hal ini
menunjukkan bahwa penampilan (fenotip) didominasi oleh faktor genetik,
sedangkan faktor lingkungan kurang mempengaruhi. Sesuai dengan literatur
Crowder (1997) menyatakan bahwa nilai heritabilitas tinggi bila variabilitas
genetik lebih besar daripada variabilitas lingkungan. Namun, bila semakin besar
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Pertumbuhan vegetatif tanaman padi gogo yang terbaik diperoleh pada
varietas Situ Bagendit pada tinggi tanaman dan varietas Situ Patenggang
pada jumlah anakan per tanaman.
2. Nilai keragaman genetik yang sangat tinggi terdapat pada peubah jumlah
anakan per tanaman (9.03) sedangkan nilai keragaman genetik tinggi terdapat
pada peubah tinggi tanaman (7.49)
3. Parameter tinggi tanaman dan jumlah anakan per tanaman mempunyai nilai
duga heritabilitas tinggi sebesar (0.61 dan 0.71).
Saran
Sebaiknya penelitian dilanjutkan sampai tahap generatif dan panen.
Lampiran 1. Bagan Lahan Penelitian
BLOK I BLOK II BLOK III BLOK IV BLOK V
Lampiran 3. Data pengamatan tinggi tanaman 7 HST (cm)
30 cm
PERLAKUAN ULANGAN
Lampiran 4. Daftar sidik ragam tinggi tanaman 7 HST
Sumber db JK KT Fhit F.05
Lampiran 5. Data pengamatan tinggi tanaman 2 HST (cm)
PERLAKUAN ULANGAN
Lampiran 6. Daftar sidik ragam tinggi tanaman 14 HST
Blok 4 17.91 4.48 2.94 tn 3.01
Lampiran 7. Data pengamatan tinggi tanaman 21 HST (cm)
PERLAKUAN ULANGAN
Lampiran 8. Daftar sidik ragam tinggi tanaman 21 HST
Sumber db JK KT Fhit F.05
Lampiran 9. Data pengamatan tinggi tanaman 28 HST (cm)
PERLAKUAN ULANGAN
1 2 3 4 5 TOTAL RATAAN
V3 58 58.3 61.25 64.7 65.15 307.4 61.48
V4 54.25 70.55 63 70.4 69.3 327.5 65.5
V5 52.15 55.55 72.55 60.2 64.6 305.05 61.01 TOTAL 305.8 330.2 320.1 322.15 334.6 1612.85
RATAAN 61.16 66.04 64.02 64.43 66.92 64.51
Lampiran 10. Daftar sidik ragam tinggi tanaman 28 HST
Sumber db JK KT Fhit F.05
Lampiran 11. Data pengamatan tinggi tanaman 35 HST (cm)
PERLAKUAN ULANGAN
Lampiran 12. Daftar sidik ragam tinggi tanaman 35 HST
Sumber db JK KT Fhit F.05
Blok 4 90.33 22.58 0.64 tn 3.01
Perlakuan 4 131.13 32.78 0.93 tn 3.01
Error 16 565.15 35.32
FK = 120374.30 Sg2= 25.72 KVG= 7.31 %
KK= 8.56 % Sf2= 61.04 KVP= 11.26 %
h2= 0.42
Lampiran 13. Data pengamatan tinggi tanaman 42 HST (cm)
PERLAKUAN ULANGAN
Lampiran 14. Daftar sidik ragam tinggi tanaman 42 HST
Sumber db JK KT Fhit F.05
Lampiran 15. Data pengamatan tinggi tanaman 49 HST (cm)
Lampiran 16. Daftar sidik ragam tinggi tanaman 49 HST
Lampiran 17. Data pengamatan tinggi tanaman 56 HST (cm)
PERLAKUAN ULANGAN
Lampiran 18. Daftar sidik ragam tinggi tanaman 56 HST
Lampiran 19. Data pengamatan jumlah anakan per tanaman 21 HST (anakan)
Lampiran 20. Daftar sidik ragam jumlah anakan per tanaman 21 HST
Sumber db JK KT Fhit F.05
Lampiran 21. Data pengamatan jumlah anakan per tanaman 35 HST (anakan)
PERLAKUAN ULANGAN
Lampiran 22. Daftar sidik ragam jumlah anakan per tanaman 35 HST
Blok 4 40.84 10.21 2.85 tn 3.01
Lampiran 23. Data pengamatan jumlah anakan per tanaman 49 HST (anakan)
PERLAKUAN ULANGAN
Lampiran 24. Daftar sidik ragam jumlah anakan per tanaman 49 HST
DAFTAR PUSTAKA
Alnopri, 2004. Variabilitas genetk dan heritabilitas sifat-sifat pertumbuhan bibit tujuh genotipe kopi robusta-arabika, jurnal-jurnal ilmu pertanian indonesia. Volume. 6, nomor 2, 2004. Availlable at : http://www.bdp.org/jipi/artikeljipi/2004/91.pdf.
Allard, R. W., 2005. Principle and Plant Breeding. Jhon Wiley and Sons, New York
Andrianto, T. T., dan N. Indarto, 2004. Budidaya Dan Analisis Usaha Tani Padi, Kacang Hijau, Kacang Panjang. Penerbit Absolut, Yogyakarta.
Baharsjah, J.S., D. Suardi, dan I. Las, 1985, dalam Somaatmadja, S., M. Isumarno, M. Syam, S. O. Manurung, Yuswadi, 1985. Padi. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Bogor.
Bangun, M. K., 1991, Rancangan Percobaan. Fakultas Pertanian USU, Medan.
BPS Kalimantan Tengah. 2009. Perkembangan Produksi Padi, Jagung dan Padi Tahun 2009. (4 Januari 2010)
Departemen Pertanian, 1990. Upaya Peningkatan Produksi Padi. Balai Informasi Pertanian Sumatera Utara, Medan.
Gani, J. A., 2000. Padi Varietas Unggul Baru. Penerbit Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian Mataram, Mataram
Hidayat, O.O., 1985. dalam Somaatmadja, S., M. Ismunadji, Sumarno, M. Syam, S.O. Manurung dan Yuswadi, 1985. Morfologi Tanaman Padi. Balai Penelitian Tanaman Pangan, Bogor.
http://setjen.deptan.go.id/berita/detail.php?id=202, 2008. Press Release Mentan Pada Panen Padi. [19 April 2008].
http://pustaka.unpad.ac.id/content/uploads/2009//budidaya_tanaman_padi.pdf, 2010. Budidaya Tanaman Padi (Glycine max (L.) Merill. (4 Januari 2010)
http://www.cyberhealth.aspx.htm, 2007. Padi Gogo Supaya Kolestrol Selalu Terjaga. (4 Januari 2010)
http://www.digilib.ui.ac.id, 2010. Evaluasi Heritabilitas Beberapa Karakter dan Respon Seleksi Edible Portion Trait Pada Populasi Udang Galah (Macrobrachium rosenbergii). (5 Februari 2010).
http://www.gizi.net, 2010. Memanfaatkan Peluang Pasar Padi Gogo. (5 Februari 2010)
(19 April 2008).
Mangoendidjojo, 2003. Dasar-Dasar Pemuliaan Tanaman. Kanisius, Yogyakarta.
Manwan. I., dan Sumarno. 1991. Kebijakan Penelitian Bagi pengembangan Produksi Padi. Seminar dan Workshop Pengembangan Produksi Padi Puslitbang. Tanaman Pangan dan PAU Bioteknologi IPB, Bogor.
Murdaningsih, H., K. A. Baihaki, G. Satari, T. Damakusuma, dan A.H Permadi, 1990. Varian genetik sifat-sifat Tanaman Bawang di Indonesia
Nurhayati, T. K., 2005. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Eska Media, Jakarta
Rahmadi, M., Hermiati, A. Baihakidan R. Setiamihardja, 1990. Varian Genetik dan Heritabilitas Komponen Hasil dan Galur Harapan Padi
Rubatzky, V. E., dan M. Yamaguchi, 1998. Sayuran Dunia 2 Prinsip Produksi dan Gizi. Jilid Kedua. Penterjemah Catur Herison. Penerbit ITB, Bandung.
Sharma, O. P., 1993. Plant Taxonomy. Tata McGraw Hill Poblishing Company Limited, New Delhi.
Sitompul, S.M dan B. Guritno, 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. UGM-Press, Yogyakarta.
Stansfield, W. D., 1991. Genetika. Alih Bahasa M. Affandi dan L. T. Hardy. Erlangga, Jakarta.