• Tidak ada hasil yang ditemukan

Medan Casket Company (Perusahaan Peti dan Rumah Duka) Arsitektur Religius

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Medan Casket Company (Perusahaan Peti dan Rumah Duka) Arsitektur Religius"

Copied!
111
0
0

Teks penuh

(1)

MEDAN CASKET COMPANY

( Perusahaan Peti dan Rumah Duka )

ARSITEKTUR RELIGIUS

LAPORAN PERANCANGAN

TKA 490- TUGAS AKHIR

SEMESTER B TAHUN AJARAN 2010/2011

Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Teknik Arsitektur

Oleh :

BERTUA EKA WATI BUTAR-BUTAR

070406030

DEPARTEMEN ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

▸ Baca selengkapnya: doa penutupan peti jenazah

(2)

MEDAN CASKET COMPANY

( Perusahaan Peti dan Rumah Duka )

ARSITEKTUR RELIGIUS

Oleh:

BERTUA EKA WATI BUTAR BUTAR

070406030

Medan, 22 Juni 2011

Disetujui oleh,

Ir. Samsul Bahri, M.T

NIP :

1965 0318 1995 01 1001

Pembimbing I

Firman Eddy, S.T, M.T

NIP : 1969 1018 2000 03 1001

Pembimbing II

Ketua Departemen Arsitektur

(3)

SURAT HASIL PENILAIAN PROYEK AKHIR (SHP2A)

Nama : Bertua Eka Wati Butar Butar NIM : 070406030

Judul Proyek : Medan Casket Company ( Perusahaan Peti dan Rumah Duka) Tema Proyek : Arsitektur Religius

Rekapitulasi Nilai

Nilai Akhir A B+ B C+ C D E

Dengan ini mahasiswa yang bersangkutan dinyatakan :

No. Status

Waktu Pengumpulan

Laporan

Paraf Pembimbing -1

Paraf Pembimbing-2

Koordinator TKA-490 1. LULUS LANGSUNG

2. LULUS MELENGKAPI 3. PERBAIKAN TANPA

SIDANG

4. PERBAIKAN DENGAN SIDANG

5. TIDAK LULUS

Medan, 22 Juni 2011

Ketua Departemen Arsitektur Koordinator TKA-490

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan anugerah dan kesempatan kepada saya sehingga dapat menyelesaikan laporan Tugas Akhir ini.

Maksud penyusunan laporan ini yaitu sebagai salah satu syarat akademis yang diperuntukkan untuk syarat kelulusan sarjana teknik arsitektur USU. Dalam proses pengerjaannya melibatkan banyak pihak yang membantu dan tak lupa saya mengucapkan terima kasih kepada:

Tuhan Yang Maha Esa, karena kasih dan anugerahNyalah saya dimampukan

untuk menyelesaikan laporan tugas akhir ini

Bapak dan Ibu di rumah, karena hanya dengan bantuan mereka baik bantuan

motivasi, kasih sayang dan bantuan material dari merekalah saya dapat

menyelesaikan laporan ini

Kepada Bapak Samsul Bahri selaku dosen pembimbing- 1 saya, atas

pengajaran dan ilmu yang telah beliau sampaikanlah saya mampu

menyelesaikan laporan ini

Begitu juga kepada Bapak Firman Edy, berkat beliaulah saya banyak

merenungkan kembali keputusan-keputusan penting penyelesaian skripsi ini

Juga kepada Ibu Morida selaku dosen penguji dan koordinator kelompok

sidang, berkat beliau banyak pengalaman berharga yang saya dapat dan sangat

esensial terhadap terselesaikannya laporan tugas akhir ini

Kepada keluarga besar saya yang telah sepenuhnya membantu

Kepada tim senasib seperjuangan yaitu Fany, Singkil, Widya, Cencen, dan

Hendro atas semua hal yang benar-benar membantu saya dalam segala hal

yang terkait dalam proses tugas akhir

Dan kepada semua pihak yang tak tersebutkan lagi yang membantu dalam

penyusunan laporan ini.

Akhirnya saya sebagai penulis mengucapkan banyak terima kasih.

Medan, 28 Juni 2008

(5)

DAFTAR ISI

SURAT HASIL PENILAIAN PROYEK AKHIR... KATA PENGANTAR………..

DAFTAR ISI……….

BAB I PENDAHULUAN………

1.1.

LATAR BELAKANG………..

1.2.

MAKSUD DAN TUJUAN………

1.3.

MASALAH PERANCANGAN………

1.4.

PENDEKATAN……….

1.5.

BATASAN MASALAH……….

1.6.

SISTEMATIKA LAPORAN………

BAB II DESKRIPSI PROYEK………..

2.1.

DESKRIPS UMUM………..

2.1.1.

LOKASI / PETA SITUASI………

2.1.2.

LUAS LAHAN………

2.1.3.

PERATURAN KLB/KDB………

2.1.4.

LUAS DAN TINGGI BANGUNAN……….

2.1.5.

PEMILIK……….

2.1.6.

SUMBER DANA……….

2.1.7.

KELENGKAPAN FASILITAS……….

2.2.

PROGRAM KEGIATAN………

2.3.

STUDI BANDING PROYEK SEJENIS………

BAB III ELABORASI TEMA………

3.1.

PENGERTIAN ARSITEKTUR RELIGIUS………

3.1.1.

TINJAUAN TEORITIS / KONSEPTUAL……….

(6)

BAB IV ANALISIS………..

4.1.

ANALISIS FUNGSIONAL………

4.1.1.

PROGRAM RUANG ………

4.2.

STUDI KELAYAKAN………..

4.3.

ANALISIS KONDISI LINGKUNGAN………

4.2.1.

LOKASI………

4.2.2.

PERATURAN………..

4.4.

KESIMPULAN………...

BAB V KONSEP PERANCANGAN………

5.1.

KONSEP DASAR………

5.2.

RENCANA TAPAK ………

5.2.1.

TATA LETAK ………

5.2.2.

GUBAHAN MASSA………

5.2.3.

PARKIR……….………..

5.2.4.

TATA HIJAU……..………

5.2.5.

TINGGI BANGUNAN………

5.2.6.

SKEMATIK DESAIN.………..

5.3.

BANGUNAN………..…

5.3.1.

DESAIN INTERIOR………..

5.3.2.

PENCEGAHAN BAHAYA KEBAKARAN……….

BAB VI HASIL RANCANGAN………

6.1.

PETA SITUASI……….

6.2.

GAMBAR-GAMBAR HASIL RANCANGAN………

(7)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

1.1.1. Kasus Proyek

Siklus hidup manusia adalah lahir – bayi – balita – anak - remaja – dewasa – tua - meninggal.Di antara kedelapan urutan hidup ini ada satu hal yang tidak menyenangkan yaitu kematian. Namun demikian semua iiitu tiiidak dapat dilakkan , termasuk dengan kematian.

Bagi sebagian komunitas di kota Medan kematian itu merupakan hal yang patut dirayakan dengan sebaik mungkin.Salah satu komunitas tersebut adalah Batak Toba. Suku Batak Toba yang beragama Protestan didominasi bertempat ibadah di HKBP.

Distrik

Resort

Pers.ressort Huria

Pos PI

1.

Tapsel-Sumbar

14

1

130

-

2.

Silindung

40

-

204

-

3.

Humbang

25

-

151

-

4.

Toba

28

-

166

-

5.

Sumatera timur

45

-

217

-

6.

Dairi

29

1

217

7.

Samosir

21

1

100

-

8.

Jawa Kalimantan

20

-

56

-

9.

Sibolga

24

-

170

-

10.

Medan aceh

75

1

247

-

11.

Toba hasundutan

8

-

23

-

12.

Tanah alas

8

-

39

-

13.

Asahan labuhan batu

20

1

180

-

14.

Tebing tinggi deli

23

-

118

-

(8)

15.

Sumatera bagian selatan

18

-

104

-

16.

Humbang habinsaran

21

-

114

-

17.

Indonesia bagian timur

20

-

47

-

18.

Jabartengdiy

15

-

41

-

19.

Jakarta-2

32

1

67

-

20.

Kepulauan riau

9

1

44

-

21.

Jakarta-3

23

1

55

-

22.

Riau

38

1

318

-

23.

Langkat

11

1

67

-

24.

Tanah jawa

10

-

66

-

25.

Jambi

8

-

49

-

26.

Labuhan batu

20

-

180

-

Amerika serikat

-

-

3

-

Pos pekabaran injil

-

-

-

23

Total

605

10

3.176

23

Sumber: Almanak HKBP 2010

Adapun jemaat HKBP di kota Medan berada pada distrik -10 Medan Aceh .Jumlah jemaatnya sendiri berdasarkan tahun 2007:

Resort

Jumlah

(9)

1.

Medan

2.

Medan timur

3.

Medan-i teladan

4.

Medan-ii simp. Limun

5.

Medan-iii sei putih

6.

Belawan-1

7.

Pertekstilan T.D Pardede

8.

Medan utara

9.

Medan –iv sei agul

10.

Serdang ujung

11.

Medan barat

12.

Medan baru

13.

Sukarame

14.

Wahidin baru

15.

Belawan-ii

16.

Pardamean

17.

Pabrik tenun

18.

Saroha

19.

Helvetia

20.

Padang bulan

21.

Banda aceh

22.

Medan sunggal

23.

Tegal rejo

24.

Pendidikan

25.

Jalan pelajar

26.

Dame

27.

Pulo bryan

28.

Simp. Marendal

29.

Perumnas mandala

30.

Tanjung sari

31.

Cinta damai

(10)

32.

Medan Helvetia

33.

Medan selatan

34.

Martoba

35.

Medan kota

36.

Medan labuhan

37.

Seksama

38.

Helvetia sad

39.

Simalingkar

40.

Medan perjuangan

41.

Ampera

42.

Parsaoran

43.

Maranata

44.

Immanuel sei semayang

45.

Sukadono

46.

Betesda

47.

Pasar melintang

48.

Medan johor

49.

Sion medan

50.

Agape amplas

51.

Medan tenggara

52.

Medan deli

53.

Medan marelan

54.

Medan nauli

(11)

1932

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

1806

Total

124774

Sumber :almanak HKBP 2010

Catatan :43% lagi jemaat HKBP belum terhitung

1% = 124774 jiwa / 57 % = 2189 jiwa

43% = 94127 jiwa

Jadi total jemaat HKBP di Kota Medan diasumsikan 124774 + 94127 = 218.901 jiwa.(sekitar 10% dari total penduduk)

Table 3. Penduduk kota Medan tahun 1996-2007 dan 2010

Tahun

Jumlah

1996

1.899.315

(12)

Sumber : Badan Pusat Statistik Medan

Untuk suku Batak Toba yang beribadah di gereja lain yang juga menggunakan adat ketika meninggal diasumsikan seperti gereja HKI, GKPI,GKI,GPI dan lain-lain adalah 35% dari 218.901 yang adalah 117869 jiwa.(karena perbandingan suku Batak Toba dengan yang lain 14,11%)

Table 4. Penduduk kota Medan berdasarkan suku

Suku bangsa

Tahun 1930

Tahun 1980

Tahun 2000

Jawa

24,9%

29,41%

33,03%

Batak

10.7%

14,11%

--(lihat

catatan)

Tionghoa

35,63%

12,8%

10,65%

Mandailing

6,43%

11,91%

9,36%

Minangkabau

7,3%

10,93%

8,6%

Melayu

7,06%

8,57%

6,59%

Karo

0,19%

3,99%

4,10%

Aceh

--

2,19%

2,78%

Sunda

1,58%

1,90%

--

Lain-lain

16,62%

4,13%

3,95%

Sumber : 1930 dan 1980: Usman Pelly, 1983; 2000: BPS Sumut

1998

1.901.067

1999

1.902.500

2000

1.904.273

2001

1.926.620

2002

1.963.882

2003

1.993.602

2004

2.006.142

2005

2.036.185

2006

2.067.288

2007

2.083.156

(13)

Catatan: Data BPS Sumut tidak menyenaraikan “Batak” sebagai salah satu suku bangsa, namun total Simalungun (0,69%), Tapanuli/ Toba(19,21%), Pakpak (0.34%), dan Nias (0,69%) adalah 20,93%.

Jadi total suku batak toba yang mengadakan adat ketika meninggal adalah 336.770 jiwa. Tabel 5. Jumlah kematian di Kota Medan

Tahun

Penyebab

Jumlah

2007

Kecelakaan

Kematian ibu maternal

Kematian bayi dan balita

Kematian karena sakit

(asumsi)

Bencana alam

Kriminalitas

280

11

60

1000

-

-

Total

1351

Sumber medan dalam angka

Asumsi :1351 kematian / tahun.Perbandingan terhadap jumlah penduduk tahun 2007 yaitu sebesar 2.083.156.

Jumlah % kematian =1351/2.083.156 x100%

= 0,064% pertahun dari jumlah penduduk

Jika jumlah Suku Batak Toba Protestan pada tahun 2007 adalah sebesar 295.516 jiwa, Maka jumlah kematian suku Batak Toba yang beragama Protestan adalah

= 0,064% x 336.770 = 215 orang / tahun.

Dari sekian angka tersebut belum terdapat sama sekali rumah duka untuk orang Batak Toba .Sedangkan untuk perusahaan petinya sendiri yang telah ada sebelumnya hanyalah perusahaan-perusahaan yang dikelola masih sangat tradisional.Untuk itulah diperlukan Medan Casket Company ini sebagai komponen permukiman yaitu fasilitas umum dan perdagangannya.

(14)

kelancaran transportasi sekitar.Begitu juga halnya dengan music yang digunakan .Pemakaian musik di acara ini biasanya akan menggunakan alat pengeras suara dan dilakukan dalam waktu yang berturut-turut dan relative lama, sehingga dapat menggangu kenyamanan para

tetangga.Meskipun logisnya demikian, namun banyak tetangga yang tidak terlalu

memusingkannya (jika tetangga tersebut bersuku sama) karena rasa yang ikut prihatin, maklum serta senasib.Masalah akan terjadi ketika berbaur dengan tetangga beragam suku .Maka sangat baik adanya jika terdapat pula wadah yang mampu untuk menampung kegiatan khusus

tersebut.Untuk itulah Medan Casket Company selain menyediakan perusahaan peti jenazah juga menyediakan wadah /rumah duka bagi setiap keluarga yang mengalami musibah kehilangan.

Hal lain yang menjadi latar belakang saya memilih bangunan ini adalah keinginan besar saya untuk memperluas usaha dagang yang telah sejak dulu dijalani oleh keluarga saya .Ketika dari kecil hingga dewasa ,keluarga saya telah mengalami pasang surut usaha ini dan masih bertahan, bahkan telah menimbulkan usaha-usaha sejenis di sekitar daerah jalan Turi yang merupakan notabene lokasi usaha keluarga saya yang merangkap tempat tinggal juga.Hal ini juga yang merupakan lokasi yang saya pilih untuk tempat M.C.C.Lokasi ini memang telah identik dengan usaha sejenis sejak tahun 1980-an.

2.1.MAKSUD DAN TUJUAN Maksud:

a) Membuka peluang usaha yang jarang diminati seperti ini

b) Mengubah image negatif tentang dunia perpetijenazahan menjadi lebih baik dengan mengutamakan kualitas desain maupun bahan bangunan serta menciptakan tempat yang sangat layak bagi perusahan sejenis ini.

c) Menunjukkan kreativitas itu tidak hanya terbatas pada hal-hal biasa yang sangat umum dijumpai melainkan hal-hal yang berhubungan dengan sesuatu yang kurang diminati seperti peti jenazah dan rumah duka.

Tujuan:

a) Menciptakan sebuah perusahaan pusat perpetijenazahan sekaligus rumah duka yang sangat beretika dan istimewa.

b) Membantu menciptakan keteraturan lalu lintas.

c) Menciptakan kemudahan bagi setiap keluarga yang ketika anggota keluarganya berpulang untuk menemukan pusat perpetijenazahan yang cukup baik di kota Medan sehingga tidak perlu ke luar kota untuk memesannya.

1.3 MASALAH PERANCANGAN

a) Permasalahan yang melekat timbul di daerah pembuatan casket yaitu dampak pencemaran lingkungan akibat dari debu ketaman kayu dan bau cat peti yang cukup tajam , sehingga berkenaan ke sirkulasi udara / penghawaan.

(15)

1.4 PENDEKATAN

Pendekatan perancangan dilakukan dengan mempertimbangkan item-item perancangan antara lain: a) Ruang dalam

b) Ruang luar c) Gaya bangunan d) Struktur e) Utilitas f) Lingkungan

1.5 BATASAN MASALAH

Masalah perancangan yang timbul dibatasi pada:

a) Kompleksitas bagunan yang membutuhkan analisa yang mendalam tentang sirkulasi, program ruang, dan aktifitas terpadu.

b) Pengorganisasian ruang berdasarkan kegiatan, fungsi, dan pemakai. c) Perancangan sistem akustik ruang dan lighting yang baik.

1.6 SISTEMATIKA LAPORAN Sistematika laporan ini meliputi: BAB I PENDAHULUAN

Pada bab I ini menjelaskan mengenai latar belakang proyek, maksud dan tujuannya , masalah perancangannya, pendekatan,lingkup atau batasan permasalahan, kerangka berfikir dan sistematika laporan.

BAB II DESKRIPSI PROYEK

Pada bab II ini berisi tentang deskripsi umum yang menjelaskan mengenai lokasi atau peta situasi, luas lahan, peraturan KLB dan KDB, luas dan tinggi bangunan, pemilik, sumber dana, dan

kelengkapan failitas.Bab ini juga menjelaskan mengenai program kegiatan , kebutuhan ruang, persyaratan teknis, hubungan fungsional dan studi banding proyek sejenis

BAB III ELABORASI TEMA

Pada bab III ini menjelaskan mengenai pengertian arsitektur religious yang ditinjau dari segi teori maupun konseptual, menjelaskan juga mengenai interpretasi tema dan studi banding tema sejenis. BAB IV ANALISIS

Pada bab ini menjelaskan mengenai analisis fungsional tentang organisasi ruang, pemintakan, program ruang dan prasyaratan teknis, serta menjelaskan juga mengenai analisis kondisi lingkungan yang terkait dengan lokasi, kondisi dan potensi lahan, peraturan, bangunan sekitar, prasarana, karakter lingkungan, pemandangan, orientasi, lalu lintas, sirkulasi dan karakter dan pada akhirnya ditutup dengan kesimpulan.

BAB V KONSEP PERANCANGAN

(16)

dijelaskan mengenai tata letak massa bangunan dalam site, bagaiman bentuk gubahan massa site yang dikaitkan dengan tema dan sebagainya, pencapaian yang ada, hirearki ruang, sirkulasi pejalan kaki dan kenderaan, parkir , utilitas dan tata hijau yang ada di dalam site.Selain itu pada bab ini juga dijelaskan mengenai bangunan yang ditinjau dari segi bentuknya, fungsi, sirkulasi, struktur dan konstruksi, bahan /material, interior, utilitas, system pencegahan kebakaran,tahap-tahap pembangunan hingga penyelesaian lanskap atau ruang luar.

BAB VI HASIL RANCANGAN

(17)

BAB II DESKRIPSI PROYEK 2.4.DESKRIPSI UMUM

Kasus proyek yang diambil adalah Medan Casket Company

Medan adalah salah satu nama kota di Indonesia yang merupakan ibukota provinsi Sumatera Utara.1

Company berarti perusahaan ,maskapai,firma

Casket berarti peti tempat orang meninggal / peti jenazah 2

Secara definisi Medan Casket Company berarti suatu perusahaan peti jenazah yang berada di kota Medan.

Jadi Medan Casket Company merupakan suatu perusahaan yang berada di kota Medan dalam memenuhi kebutuhan pasar peti jenazah berskala kota.Namun untuk menunjang fungsi dari perusahaan ini maka ditambah fungsi lainnya yaitu rumah duka.

Medan Casket Company merupakan bangunan yang multifungsi, di mana di dalamnya terdapat fungsi sebagai perusahaan peti dan rumah duka.

Peti dipandang dari kebudayaan Batak Toba

Peti merupakan rumah wajib bagi suku Batak yang meninggal , baik diperuntukkan bagi anak-anak , orang dewasa maupun yang telah tua.Pada zaman dulu peti yang digunakan suku Batak adalah batang pohon yang dikorek apa adanya dan dan diberi tutup .

Gambar 1.ilustrasi peti jaman dulu

Pada zaman dulu sebelum adanya formalin dan acara adatnya tetap berlangsung selama

beberapa hari .Untuk menghindari bau, pada saat dimulainya acara mayat dimasukkan ke dalam peti dan langsung ditutupdan petinya diika menggunakan daun yang kuat.Jika ada sela-sela kayu yang berlubang akan didempul.

Namun dewasi ini sudah tidak jaman lagi hal yang seperti itu .Di Indonesia sendiri proses pembuatan peti sudah berlangsung secara pabrikasi.

1

Kamus Bahasa Indonesia 2

(18)

Gambar 2. Peti jaman sekarang Sumber :www.google. com

Rumah duka dipandang dari segi kebudayaan Batak Toba

Pada jaman dulu rumaha duka yang digunakan adalah rumah sendiri.Acara adatnya sendiri berlangsung di halaman rumah.

Pengertian dan pengenalan rumah duka

• Rumah duka adalah suatu bangunan yang difungsikan untuk mewadahi dan memfasilitasi acara yang dilakukan untu orang meninggal , di mana rumah duka tersebut juga mengelola beberapa hal yang mendukung keberadaannya , yaitu peti jenazah dll.

• Ada beberapa hal yang menjadi tugas dari rumah duka , diantaranya:

1. Mengurus transport untuk jenazah, keluarga almarhum dan juga undangan adat apabila diperlukan, baik dari tempat jenazah ke rumah duka maupun dari rumah uka ke lokasi penguburan

2. Mengurus dan merias jenazah

3. Bersama dengan pihak keluarga almarhum merancang dan mengatur acara ritual yang akan dilakukan

4. Bertanggung jawab menyediakan fasilita agar acara adat tersebut berjalan lancer

5. Menyediakan fasilitas penunjang lainnya diantaranya Menyediakan peti jenazah

Menyedikan tenaga rohaniawan untuk urusan keagamaan Menyediakan tempat dan tenaga medis

(19)

2.4.1. LOKASI / PETA SITUASI

Gambar 2. Peta Kota Medan

Sumber : http://www.pemkomedan.go.id/selayang_informasi.php#gambaran Kota Medan

Perlu diketahui bahwa lokasi site dari proyek ini sesuai dengan judulnya berada di kota Medan. Secara geografis , Kota medan terletak di antara : 2º.27’-2º.47’ Lintang Utara dan 98º.35’ - 98º.44’ Bujur Timur. Kota Medan memiliki luas wilayah 26.510 hektar atau 265,10 km bujursangkar artinya sama dengan 3, 6 persen dari total luas wilayah propinsi Sumatera Utara. Secara administrasi Kota Medan berbatasan dengan

• Sebelah Utara , berbatasan dengan Selat Malaka, dan

• Sebelah Timur , Barat, dan Selatan , berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang. Berdasarkan batas-batas administrasi kota tersebut, maka walaupun luas wilayah Kota Medan relative kecil, tetapi dalam tinjauan ekonomi Kota Medan dapat dikatakan dikelilingi lingkungan regional dengan basis ekonomi sumber daya alam yang relative besar dan beragam , serta ke pelabuhan dengan potensi yang besar. Sehingga tidak menutup kemungkinan pasar perpeti jenazahan yang disediakan oleh MCC dapat menembus ke luar kota Medan.

(20)

Gambar 4. Pembagian Kecamatan Kota Medan

Sumber : http://www.pemkomedan.go.id/selayang_informasi.php#gambaran Kecamatan Medan Amplas

Adapun lokasi yang digunakan untuk proyek ini terdapat di kecamatan Medan Kota.

Kecamatan ini merupakan salah satu dari 21 kecamatan yang ada di kota Medan , Sumatera utara, Indonesia.Adapun batas-batas kecamatan Medan Kota adalah sebagai berikut:

• Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Medan Johor

• Sebelah Timur berbatsan dengan Kabupaten Deli Serdang,

• Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang, dan

• Sebelah Utara berbatasan dengan Medan Kota dan Medan Denai. (sumbe

Profil kecamatan

Luas :14,58 km²

Jumlah penduduk :111.771 jiwa (2006) Jumlah kelurahan :7 buah

• Kelurahan Amplas

• Kelurahan Sitirejo II

• Kelurahan Timbang Deli

• Kelurahan Harjosari I

• Kelurahan Harjosari II

(21)

Lokasi ini terletak di kelurahan Timbang Deli.

Adapun lokasi ini tepatnya berada di kelurahan Timbang Deli, jalan Panglima Denai.

Gambar 5. site

2.4.2. LUAS LAHAN Luas lahan 1,8 Ha

2.4.3. PERATURAN KLB/KDB

Sperti yang telah ditetapkan oleh peraturan pemerintah bahwa jalan arteri sekunder memiliki peraturan:

GSB :14 m KDB :55-70%

2.4.4. LUAS DAN TINGGI BANGUNAN

KLB dapat melebihi 100% jika lebih dari satu lantai. Tinggi bangunan tidak lebuh dari tiga lantai. 2.4.5. PEMILIK

Pemilik proyek adalah badan swasta / perorangan. 2.4.6. SUMBER DANA

Sumber dana adalah berasal dari swasta ataupun perorangan.

2.4.7. KELENGKAPAN FASILITAS DAN SISTEM PENGELOLAAN Beberapa bentuk Fasilitas Medan Casket Company ini antara lain:

• Zona Rumah duka

Zona rumah duka ini berupa sebuah zona utama dimana merupakan sentral kegiatan perusahaan ini. Gedung

Gedung atau bangunan disewakan kepada pemakai yang telah registrasi .Apabila dalam waktu yang hamper bersamaan ada lebih dari satu orang yang hendak registrasi makan prioritas utama adalah orang yang memesan pertama kali.

(22)

Tingkat keterlibatan dan tanggung jawab dari pengelola tergantung dari kesepakatan pada waktu registrasi , sebagai standard pengelola harus mengelola gedung , rias jenazah, akomodasi keluarga dan makanan sedangkan hal lain tergantung kesepakatan.

Sewa

Sewa dari gedung dihitung perhari pakai sedangkan makanan dihitung perpaket atau porsi. Hal lain yang disewa terpisah adalah:

Shooting video Photo documenter Music

Peti jenazah bunga

• Zona Perusahaan Peti

Di zona ini fungsi yang ada cukup kompleks mulai dari pabrikasi, kantor, informasi, desain bahkan showroomnyapun terdapat di zona ini .Zona ini tidak kalah penting dengan zona rumah duka.

• Zona servis dan keamanan

Zona ini terdiri dari fungsi – fungsi penunjang perusahaan antara lain dapur besar, garasi , penginapan pemilik maupun sewa,dll

2.5.PROGRAM KEGIATAN

Skematik kegiatan ini dibagi menjadi dua bagian besar yaitu kegiatan bagi perusahaan peti jenazah dan kegiatan bagi rumah duka.

Program kegiatan perusahaan peti jenazah

Skematik kegiatan ini dibagi menjadi dua bagian besar yaitu kegiatan bagi perusahaan peti jenazah dan kegiatan bagi rumah duka.

• Zona perusahaan peti Ruang utama :

Zona penjemuran (menggunakan sinar matahari langsung) Zona pembuatan (memotong , mencetak, mengetam, mengukur) Zona pengukiran ( mengukir biasa, mengukir timbul ) tukang-2 Zona finishing (mencat, mengaini, menghias, mendempul) tukang-3 Kantor administrasi/pembuatan akte kematian (membayar, bertanya) = pegawai Kantor desain (mendesain) = desainer

Kantor pimpinan (rapat) = pimpinan Showroom

Ruang peti kualitas A Ruang peti kualitas B

Program kegiatan rumah duka Divisi persemayaman

• Ruang makan = keluarga , pelayat Ruang makan keluarga

1. Ruang makan hasuhutan 2. Ruang makan boru

(23)

3. Ruang makan dongan tubu 4. Ruang akan pengurus gereja 5. Ruang makan universal

• Ruang manortor / persemayaman / kata pengantar = keluarga , pelayat , jenazah 1. Ruang persemayaman/mangulosi jabu

2. Ruang persemayaman maralaman 3. Ruang tortor

Zona servis /keamanan

• Transport = supir Garasi

• Ruang Musik = musisi Ruang peralatan Ruang main music

Ruang cek sound / speaker Ruang istirahat

• Ruang rias jenazah = perias / dokter bedah Ruang membersihkan jenazah

Ruang memformalin Ruang mengautopsi Ruang merias Ruang peralatan

• Ruang bunga = perangkai bunga Ruang merangkai

Ruang peralatan

• Ruang keamanan = security / pemilik Pos keamanan / rumah tinggal /rumah jaga

• Ruang mekanikal elektrikal = teknisi Ruang genset

Ruang pompa Ruang kontrol

• Salon Divisi dapur

• Ruang katering tetap = tukang catering -1 Gudang bahan

Dapur

(24)

Divisi penginapan Ruang utama :

• Ruang tidur

• KM/WC

• Ruang kumpul

• Ruang makan

Terdapat banyak variasi-variasi pemikiran tentang hubungan antara kebudayaan tradisional dengan agama Kristen yang datang dari pihak gereja seperti tertulis oleh Verkuyl (1960 : 36), antara lain : 1. Sikap antagonis (sikap menetang atau sikap negatif) terhadap kebudayaan yang ada.

2. Sikap akomodatif dan kapitulatif (skap menyesuaikan diri ) terhadap kebudayaan yang ada. 3. Sikap dominasi (sikap menguasai) dari pihak gereja terhadap kebudayaan.

4. Sikap dualistic (sikap serba dua) atau sikap memisahkan iman dengan kebudayaan dan 5. Gagasan tetang pengudusan kebudayaan atau motif pertobatan kebudayaan.

Hingga saat ini keseluruhan sikap diatas masih sering terjadi dalam kegiatan-kegiatan tradisional. Deskripsi kegiatan

Secara umum ada beberapa aktivitas yang dilakukan dalam upacara kematian tradisional batak Toba Upacara batak Toba berdasarkan cara kematian:

I. Mate di bortian (bayi yang mati di dalam kandungan ).Apabila jani bayi itu telah sempurna peristiwa ini termasuk kriteria mate satongkin (kematian yang menimbulkan aib)OLeh karena itu mayat harus tetap dijaga .Apabila janin belum sempurna , penguburan dan tempat penguburan harus dirahasiakan karena peristiwa ini merupakan aib/ cacat bagi keluarga.Dewasa ini kepercayaan seperti ini telah berlangsung hilang di tanah batak.

Upacara kematiannya :tidak memiliki adat dan langsung dikuburkan.

II. Mate dapur-dapuran . Bayi yang mati sebelum selesai robo-roboan atau melek-melekkan dalam batas waktu tujuh hari tujuh malam .Apabila bayi itu hanya sempat hidup sesaat, artinya beberapa menit sete lah meninggal peristiwa itu termasuk kriteria mate satongkin.

(25)

III. Mate matipul atau mate mangkar , merupakan istilah bagi wanita atau laki-laki yang mati muda .Batas muda ini ditandai dengan belum berumah tangga.

Upacara kematiannya : diulosi tulang dan diacarai gereja .

IV. Mabalu jonjong , dikatakan kepada pemuda atau gadis yang masih hidup akan tetapi tunangannya (calon istri / suaminya meninggal ).Dalam hal ini upacara adat bertunangan telah selesai tinggal menunggu akad nikah .

Upacara kematiannya : diulosi tulang dan diacarai gereja .

V. Matompas tataring merupakan istilah duda yang istrinya meninggal .dalm hal ini anak-anak yang ditinggalkan masih sap-sap mardun 9 masih kecil-kecil dan belum ada yang kawin dan berumah tangga .

Upacara kematiannya : memakai adat yang sederhan tanpa gondang namun terdapat acara gereja.

VI. Maponggol ulu , merupakan istilah bagi janda yang suaminya mati dan meninggalkan anak-anak yang masih kecil

Upacara kematiannya : memakai adat yang sederhan tanpa gondang namun terdapat acara gereja.

VII. Mate maningkot ,merupakan istilah bagi orang yang mati bunuh diri .Hal ini termasuk kriteria mate satongkin dan merupakan aib bagi keluarga yang ditinggalkan.

Upacara kematiannya : tidak memiliki adat dan langsung dikuburkan.

(26)

Upacara kematian :tidak memiliki adat hanya acara gereja

IX. Sari matua , merupakan istilah bagi orang tua yang mati uzur , yaitu ada yang telah beranak , bercucu , bercicit dan berbuyut , tetapi dianggap ada cacat / celanya.Umpamanya, ada dari keturunannya yang mati mendahuluinya, masih ada dari anaknya yang punu (tidak berketurunan), dan sebagainya.Dalam adat kematian ,mayat wajib diberangkatkan dengan adat nagok.

Upacara kematiannya: memiliki adat yang lengkap hanya perbedaannya posisi tangan mayat yan masih terlipat serta jenis music yang digunakan

X. Saur matua , merupakan kematian yang ideal menurut adat kematian , yang dicita-citakan oleh setiap anggota masyarakat batak Toba , yaitu berusia lanjut,beranak , bercucu, bercicit, dan berbuyut.Semua keturunannya gabe (banyak) dan maduma (hidup sejahtera ), tidak ada cacat celanya (Anggur P. Tambunan, Tim Peneliti FKSS IKIP Medan , Bahasa tutur Parhataan dalam Upacara Adat Batak Toba, Maduma 02, hlm. 39-40)

Upacara kematiannya : sama dengan mauli bulung

XI. Mauli bulung , lebih sempurna lagi karena telah memiliki cicit dan buyut dan tidak ada cela.

Upacara kematiannya :

• Ratapan tangis

(27)

Pertanda sudah tiba waktunya untuk berpisah dan juga untuk mengungkapkan perasaan sedih yang tersimpan di hati sehingga apabila sudah keluar ada kepuasan

tersendiri.Sebelumnya para keluarga akan menyambut kedatangan jenazah dari rumah sakit dan setelah tiba mereka akan menangisinya.

• Memandikan (membersihkan)

• Merias/mengenakan pakaian dan diselimuti ulos

Setelah mayat selesai dirias maka mayat dibaringkan di ruang tengah rumah duka yang kakinya mengarah ke jabu bona.

• Di saat yang bersamaan pihak laki-laki baik dari ketururnan orang tua yang meninggal maupun sanak saudara berkumpul di rumah duka dan membicarakan bagaimana upacara yang akan dilaksanakan ke pada orang tua yang sudah saur matua itu.Dari musyawarah itu keluarga akan memperoleh hasil-hasil dari setiap hal yang dibicarakan .Hasil –hasil ini akan dicatat oleh para suhut untuk kemudian dipersiapkan ke musyawarah umum.Dan di sini pulalah penentuan hari untuk musyawarah umum (mangarapot).Dan mulailah dihubungi pihak family dan mengundang pihak hula-hula , boru, raja adat parsuhutan supaya hadir dalam musyawarah umum (mangarapot).

• Rapat keluarga (marappot)

Rapat / mangarapot/ martonggo raja / maria raja adalah menyatukan hati para raja, yaitu raja huta, raja dongan sahuta, raja dongan sabutuha, raja boru, raja hula-hula, anak muda huta, berkumpullah mereka semua di suatu saat untuk memberitahukan dan mempertanyakan keinginan hati terhadap suhut yang mengadakan acara.Sebelum rapat biasanya dilakukan jamuan dengan memotong ternak, peserta rapat adalah seluruh komponen dalihan natolu dan juga utusan dari masyarakat sekitar .Dalam rapat ini akan diputuskan nantinya beberapa hal antara lain

a. Lamanya upacara/lamanya jenazah dirumah

b. Menentukan ternak apa yang menjadi boan (dipotong untuk disuguhkan) c. Apakah acara nantinya dengan gondang atau tidak

d. Pembagian daging/jambar

Hal –hal yang dilakukan oleh rumah duka setelah ini adalah : Mengundang

Pihak family Hula-hula Boru

Dongan sabutuha(teman semarga, teman sahuta, teman satu kampung) Sanak saudar yang ada di perantauan.

Menyediakan peti Menyediakan catering

Menyediakan pakaian adat berupa ulos sandang dan topi adat Menyediakan pemusik

(28)

Gambar 7. Snggul maratua Sumber;survey

Sanggul maratua adalah perlambang status dari yang telah meninggal,seumpama sebuah mahkota segar yang terdiri dari:

a. Ampang 24 solup , menandakan yang meninggal sudah tua/panjang umur b. Parmesan 12 solup , menandakan bahwa yang meninggal lengkap punya anak

boru

c. Gantang , menandakan sudah punya cicit d. Hariara , menandakan punya anak dan bercucu e. Beringin , menandakan berputri dan bercucu

f. Gambiri , menandakan semangat dari nenek moyang g. Pira (telur ayam ) , menandakan kemapanan ekonomi

h. Sugi natolu , menandakan lengkap mempunyai dalihan natolu

Upacara di jabu (di dalam rumah)

(29)

laki-laki mulai dari anak yang paling besar sampai anak yang paling kecil.Anak perempuan dari orang tua yang meninggal , duduk di sebelah kiri peti mati .Sedangkan cucu dan cicitnya ada yang duduk di belakang atau di depan orang tuanya masing-masing.Dan semua unsur dari dalihan na tolu sudah hadir di rumah duka dengan mengenakan ulos.

Gambar 7. Posisi keturunan orang meninggal Sumber;www.google.com

Upacara di jabu ini biasanya di buka pada pagi hari (jam 10.00 ) oleh pengurus

gereja.Kemudian masing-masing unsur dalihan na tolu mengadakan acara penyampaian kata-kata penghiburan ke pada suhut. Ketika acara penyampaian kata-kata penghiburan oleh-unsur-unsur dalihan na tolu sedang berlangsung , di antara keturunan orang tua yang meninggal masih ada yang menangis.Pada saat yang bersamaan , datanglah pargonsi /pemusik .Tempat untuk pemusik telah disediakan sebelumnya yaitu bagian atas rumah bonggar .Kemudian pargonsi disambut oleh suhut .

Setelah acara makan bersama para pargonsipun mengambil tempat mereka yang ada di atas rumah dan mempersiapkan instrument-instrumen mereka

masing-masing.Umumnya merka semua duduk menghadap yang meninggal.Kegiatan

margondang di dalam rumah biasanya dilakukan di malam hari , sedangkan pada siang harinya dipergunakan pargonsi untuk beristirahat.Dan pada malam harinya ,

pargonsipun sudah bersiap-siap untuk memainkan gondang sabangunan .Kemudian pargonsi memainkan gondang lae-lae gondang elek-elek , yaitu gondang yang

memberitahukan dan mengundang masyarakat sekitarnya supaya hadir di rumah duka untuk turut menari bersama-sama.

(30)

I. Kemudian kegiatan margondangpun dibuka oleh pengurus gereja (pangulani huria . Semua unsure dalihan na tolu berdiri di tempatnya masing-masing .Pengurus gereja berkata pada pargonsi agar dimainkan gondang mula-mula.Gondang ini dimainkan utuk menggambarkan bahwa segala yang ada di dunia ini ada mulanya, baik itu manusia , kekayaan dan kehormatan.

II. Gondang ke dua yaitu gondang yang indah dan baik (tanpa ada menyebutkan nama gondangnya ).Setelah gondang berbunyi , maka semua menari.

III. Gondang liat-liat, para pengurus gereja menari mengelilingi mayat memberkati semua suhut dengan meletakkan tangan yang memegang ulos ke atas kepala suhut dan suhut membalasnya dengan meletakkan tangannya di wajah pengurus gereja.tapi dewasa ini sudah jarang ditemukan hl yang demikian.Biasanya pihak greja hanya akan mensakramen almarhum/ almarhumah saja tanpa memberikan gondang.

IV. Gondang simba-simba maksudnya agar kita patut menghormati gereja . Dan pihak suhut menari mendatangi pihak gereja satu persatu dan minta berkat dari mereka dengan meletakkan ulos ke bahu masing-masing pengurus gereja .Sedangkan pengurus gerja menaruh tangan mereka ke atas kepala suhut.

V. Gondang yang terakhir , hasuhutan meminta gondang hasahatan dan sitio-tio agar semua mendapat damai sejahtera bahagia dan penuh rezeki dan setelah selesai ditarikan mereka semuanya mengucapkan horas sebanyak tiga kali. Kemudian masing-masing unsur dalihan na tolu meminta gondang ke pada pargonsi , mereka juga sering memberikan uang kepada pargonsi tetapi yang memberikan biasanya pihak parboru

walaupun uang tersebut adalah dari pihak hula-hula atau dongan sabutuha.Maksud dari pemberian uang itu adalah sebagai penghormatan kepada pargonsi untuk memberi semangat kepada pargonsi dalam memainkan gondang sabangunan.

Jika upacara ini berlangsung beberapa malam , maka kegiatan-kegiatan pada malam-malam hari tersebut diisi dengan manortor semua unsur dalihan na tolu.Keesokan harinya apabila peti mayat yang sudah dipesan sebelumnya sudah selesai, maka peti mayat dibawa masuk ke dalam rumah dan mayat dipersiapkan untuk masuk kedalam peti.

(31)

Sumber;survey

[image:31.595.76.255.463.594.2]

Ketika itu hadirlah dongan sabutuha, hula-hula dan boru.Yang mengangkat mayat ke dalam peti biasanya adalah pihak hasuhutan yang dibantu dengan dongan sabutuha.Tapi di beberapa daerah Batak Toba yang memasukkan mayat ke dalam peti adalah dongan sabutuha saja.

Gambar 9. Mompo Sumber:survey

Kemudian dengan hati-hati sekali mayat dimasukkan ke dalam peti dan di selimuti dengan ulos sibolang. Posisi peti diletakkan sama dengan posisi mayat sebelumnya.Maka aktivitas selanjutnya adalah pemberian ulos tujung , ulos sampe tua dan ulos panggabei.

Yang pertama kali memberikan ulos adalah hula-hula yaitu ulos tujung sejenis ulos sibolang kepada yang ditinggalkan (janda atau duda) disertai isak tangis baik dari pihak suhut maupun hula-hula sendiri.Pemberian ulos bermakna sebagai pengakuan resmi dari kedudukan seorang yang telah ditinggalkan oleh teman sehidup semati, sekaligus pernyataan turut berduka cita yang sedalam-dalamnya dari pihak hula-hula . Dan ulos itu hanya diletakkan di atas bahu dan tidak di atas kepala .Ulos itu disebut ulos sampe atau ulos tali-tali.Dan pada waktu pemberian ulos sampe-sampe itu semua anak keturunan yang meninggal berdiri di sebelah kanan dan golongan boru di sebelah kiri peti mati.

(32)
[image:32.595.78.278.76.229.2]

Gambar 11. Angka tulang Sumber:survey

Setelah ulos tujung diberikan , kemudian tulang dari yang meninggal memberikan ulos saput (sejenis ulos ragi hotang atau ragi hidup ), yang diletakkan pada mayat dengaa digerbangkan (diherbangkan ) di ats badannya . Dan bona tulang atau bona ni ari memberikan ulos saput tetapi tidak langsung diletakkan di atas badan yang meninggal tetapi digerbangkan di atas mayat peti saja.Maksud dari pemberian ulos ini adalah menunjukkan hubungan yang baik dan akrab antara tulang dengan bere (kemenakkan).

Setelah hula-hula selesai memberikan ulos-ulos tersebut kepada suhut , maka sekarang giliran pihak suhut memberikan ulos atau yang lainnya sebagai pengganti dari ulos kepada semua pihak boru .Pengganti dari ulos ini dapat berupa sejumlah uang.

Kemudian aktivitas selanjutnya setelah pemberian ulos atau uang kepada boru adalah kegiatan margondang , dimulai dari pihak suhut , dongan sabutuha , boru boru dan ale-ale .Semuanya menari diiringi gondang sabangunan dan mereka sesuka hati meminta jenis gondang yang akan ditarikan . sesudah semua rombongan selesai menari , maaka semua hadirin diundang untuk makan bersama .Sehari sebelumnya peti mayat di bawa ke halaman rumah orang tua yang saur matua tersebut, diadakanlah adat panguoi yang biasanya dilakukan pada sore hari.

Adat ini menunjukkan aktivitas memberi makan (sepiring nasi beserta lauknya ) kepada orang tua yang saur matua dan kepada semua sanak family . Setelah pembagian harta warisan selesai

dilaksanakan , lalu semua unsure dalihan na tolu kembali menari.Mulai dari pihak suhut , hasuhutan yang menari kemudian dongan sabutuha , boru , hula-hula dan ale-ale. Acara ini berlangsung sampai selesai (pagi hari).

Upacara di jabu menuju maralaman

Keesokan harinya semua suhut sudah bersiap siap lengkap dengan pakaian adatnya untuk mengadakan upacara di jabu menuju maralaman. Setelah semuanya hadir di rumah duka, maka upacara ini dimulai, tepatnya pada waktu matahari akan naik (sekitar pukul 10.00 Wib). Anak laki-laki berdiri di sebelah kanan peti mayat, anak perempuan (pihak boru) berdiri di sebelah kiri, hula-hula bersama pengurus gereja berdiri di depan peti mayat dan dongan sabutuha berdiri di belakang boru. Kemudian acara dipimpin oleh pengurus gereja mengenakan pakaian resmi (jubah).

(33)
[image:33.595.75.508.195.375.2]

peti mayat tersebut masih tetap ditutup dengan ulos sibolang. Lalu peti mayat itu diletakkan

di halaman rumah sebelah kanan dan di depannya diletakkan palang salib kristen yang

bertuliskan nama orangtua yang meninggal. Sesampainya di halaman, peti mayat ditutup dan

diletakkan di atas kayu sebagai penyanggahnya. Semua unsur dalihan Na Tolu yang ada di

dalam rumah kemudian berkumpul di halaman rumah untuk mengikuti acara selanjutnya.

Gambar 12.upacara maralaman

sumber:survey

Upacara Maralaman (di halaman rumah)

Upacara maralaman adalah upacara terakhir sebelum penguburan mayat yang saur matua. Di dalam adat Batak Toba, kalau seseorang yang saur matua meninggal maka harus diberangkatkan dari antaran bidang (halaman) ke kuburan (disebut Partuatna). Maka dalam upacara maralaman akan dilaksanakan adat partuatna. Pada upacara ini posisi dari semua unsur dalihan Na Tolu berbeda dengan posisi mereka ketika mengikuti upacara di dalam rumah. pihak suhut berbaris mulai dari kanan ke kiri (yang paling besar ke yang bungsu), dan di belakang mereka berdiri parumaen (menantu perempuan dari yang meninggal) posisi dari suhut berdiri tepat di hadapan rumah duka. Anak perempuan dari yang meninggal beserta dengan pihak boru lainnya berdiri membelakangi rumah duka kemudian hula-hula berdiri di samping kanan rumah duka.

(34)

pada upacara maralaman mereka berada di bilik bonggar sebelah kanan). Kemudian pargonsi

pun bersiap-siap dengan instrumennya masing-masing.

Setelah semua unsur Dalihan Na Tolu dan pargonsi berada pada tempatnya, lalu pengurus

gereja membuka kembali upacara di halaman ini dengan bernyanyi lebih dahulu, lalu

pembacaan firman Tuhan, bernyanyi lagi, kata sambutan dan penghiburan dari pengurus

gereja, koor dari ibu-ibu gereja dan terakhir doa penutup. Kemudian rombongan dari

pengurus gereja mengawali kegiatan margondang. Pertama sekali mereka meminta kepada

pargonsi supaya memainkan sitolu Gondang (tanpa menyebut nama gondangnya) , yaitu

gondang yang dipersembahkan kepada Debata (Tuhan) agar kiranya Yang Maha Kuasa

berkenan memberkati upacara ini dari awal hingga akhirnya dan memberkati semua suhut

agar beroleh hidup yang sejahtera di masa mendatang. Lalu pargonsi memainkan sitolu

Gondang itu secara berturut-turut tanpa ada yang menari.

Setelah sitolu Gondang itu selesai dimainkan, pengurus gereja kemudian meminta kepada

pargonsi yaitu gondang liat-liat. Maksud dari gondang ini adalah agar semua keturunan dari

yang meninggal saur matua ini selamat-selamat dan sejahtera. Pada jenis gondang ini,

rombongan gereja menari mengelilingi borotan (yang diikatkan kepadanya seekor kuda)

sebanyak tiga kali, yang disambut oleh pihak boru dengan gerakan mundur. Gerak tari pada

gondang ini ialah kedua tangan ditutup dan digerakkan menurut irama gondang. Setelah

mengelilingi borotan, maka pihak pengurus gereja memberkati semua boru dan suhut.

Kemudian pengurus gereja meminta gondang Marolop-olopan. Maksud dari gondang ini agar

pengurus gereja dengan pihak suhut saling bekerja sama. pada waktu menari pengurus gereja

mendatangi suhut dan unsur Dalihan Natolu lainnya satu persatu dan memberkati mereka

dengan meletakkan ulos di atas bahu atau saling memegang wajah, sedang suhut dan unsur

Dalihan Na Tolu lainnya memegang wajah pengurus gereja. Setelah gondang ini selesai,

maka pengurus gereja menutup kegiatan margondang mereka dengan meminta kepada

pargonsi gondang Hasahatan tu sitiotio. Semua unsur : Dalihan Na Tolu menari di tempat dan

kemudian mengucapkan ‘horas’ sebanyak 3 kali.

(35)

gondang ini selesai maka suhut mendatangi pihak boru dan memberkati mereka dengan

memegang kepala boru atau meletakkan ulos di atas bahu boru.Sedangkan boru memegang

wajah suhut.

Setelah hasuhutan selesai menari pada gondang Mangaliat, maka menarilah dongan sabutuha

juga dengan gondang Mangaliat, dengan memberikan ‘beras si pir ni tondi’ kepada suhut.

Kemudian mangaliatlah (mengelilingi borotan) pihak boru sambil memberikan beras atau

uang. Lagi giliran pihak hula-hula untuk mangaliat. Pihak hula-hula selain memberikan beras

atau liang, mereka juga memberikan ulos kepada semua keturunan orangtua yang meninggal

(baik anak laki-laki dan anak perempuan). Ulos yang diberikan hula-hula kepada suhut itu

merupakan ulos holong.

Biasanya setelah keturunan yang meninggal ini menerima ulos yang diberikan hulahula, lalu

mereka mengelilingi sekali lagi borotan. Kemudian pihak ale-ale yang mangaliat, juga

memberikan beras atau uang. Dan kegiatan gondang ini diakhiri dengan pihak parhobas dan

naposobulung yang menari. Pada akhir dari setiap kelompok yang menari selalu dimintakan

gondang Hasahatan atau sitio-tio dan mengucapkan ‘horas’ sebanyak 3 kali.

Gmbar 13.mangulosi

Sumber:survey

(36)

semua unsur Dalihan Na Tolu mengelilingi peti mayat yang tertutup. Di mulai acara gereja

dengan bernyanyi, berdoa, penyampaian firman Tuhan, bernyanyi, kata sambutan dari

pengurus gereja, bernyanyi dan doa penutup. Kemudian peti mayat dipakukan dan siap untuk

dibawa ke tempat penguburannya yang terakhir yang telah dipersiapkan sebelumnya peti

mayat diangkat oleh hasuhutan dibantu dengan boru dan dong an sahuta, sambil diiringi

nyanyian gereja yang dinyanyikan oleh hadirin sampai ke tempat pemakamannya. Acara

pemakaman diserahkan sepenuhnya kepada pengurus gereja. Setelah selesai acara

pemakaman, kembalilah semua yang turut mengantar ke rumah duka.

Acara Sesudah Upacara Kematian.

[image:36.595.76.504.432.583.2]

Sesampainya pihak suhut , hasuhutan, boru, dongan sabutuha, hula-hula di rumah duka, maka

acara selanjutnya adalah makan bersama. Pada saat itulah kuda yang diborotkan tadi sudah

dapat dilepaskan dan ternak (babi) yang khusus untuk makanan pesta atau upacara yang

dibagikan kepada semua yang hadir. Pembagian jambar ini dipimpin langsung oleh pengetua

adat. Tetapi terdapat berbagai variasi pada beberapa tempat yang ada pada masyarakat batak

toba. Salah satu uraian yang diberikan dalam pembagian jambar ini adalah sebagai berikut:

Gambar 14.parbagian jambar

Sumber survey

• Kepala untuk tulang

• Telur untuk pangoli

• Somba-somba untuk bona tulang

(37)

• Satu tulang belakang lainnya untuk parbonaan

• Leher dan sekerat daging untuk boru

Setelah pembagian jambar ini selesai dilaksanakan maka kepada setiap hulahula yang

memberikan ulos karena meninggal saur matua orang tua ini, akan diberikan piso yang

disebut “pasahatkhon piso-piso”, yaitu menyerahkan sejumlah uang kepada hula-hula,

jumlahnya menurut kedudukan masing-masing dan keadaan.

Bilamana seorang ibu yang meninggal saur matua maka diadakan mangungkap hombung

(buha hombung), yang dilakukan oleh hula-hula dari ibu yang meninggal, biasanya

dijalankan oleh amana posona (anak dari ito atau abang adik yang meninggal). Buha

Hombung artinya membuka simpanan dari ibu yang meninggal. Hombung ialah suatu tempat

tersembunyi dalam rumah, dimana seorang ibu biasanya menyimpan harta keluarga ; pusaka,

perhiasan, emas dan uang.

Harta kekayaan itu diminta oleh hula-hula sebagai kenang-kenangan, juga sebagai

kesempatan terakhir untuk meminta sesuatu dari simpanan “borunya” setelah selesai

mangungkap hombung, maka upacara ditutup oleh pengetua adat. Beberapa hari setelah

selesai upacara kematian saur matua, hula-hula datang untuk mangapuli (memberikan

penghiburan) kepada keluarga dari orang yang meninggal saur matua dengan membawa

makanan berupa ikan mas. Yang bekerja menyedikan keperluan acara adalah pihak boru.

Acara mangapuli dimulai dengan bernyanyi, berdoa, kata-kata penghiburan setelah itu dibalas

(diapu) oleh suhut. Setelah acara ini selesai, maka selesailah pelaksanaan upacara kematian

saur matua. Latar belakang dari pelaksanaan upacara kematian saur matua ini adalah karena

faktor adat, yang harus dijalankan oleh para keturunan orang tua yang meninggal tersebut.

Pelaksanaan upacara ini juga diwujudkan sebagai penghormatan kepada orang tua yang

meninggal, dengan harapan agar orang tua tersebut dapat menghormati kelangsungan hidup

dari para keturunannya yang sejahtera dan damai. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan

antara manusia yang masih hidup dengan para kerabatnya yang sudah meninggal masih ada

hubungan ini juga menentukan hidup manusia itu di dunia dan di akhirat.

(38)

prilaku setiap unsur khususnya dalam kegiatan adat maupun dalam kehidupan sehari-hari

tidak menyimpang dari adat yang sudah ada.

[image:38.595.84.473.170.302.2]

Kegiatan makan dilakukan antara jam 12-2 siang di sela-sela acara

Gambar 15.makan

Sumber survey

Jenis kegiatan, karakteristik kegiatan,karakteristik ruang

Kegiatan yang dilakukan didalam bangunan dapat dibedakan menurut pelaku dalam kegiatan tersebut antara lain

1. Keluarga

Merupakan keluarga dekat dari orang yang meninggal seperti suami atau istri, anak,cucu,abang,kakak dan orangtua

2. Pelayat

Pelayat dapat dibedakan atas 2 jenis - Pelayat adat

Para pelayat yang turut mengikuti dan terlibat dalam acara adat merupakan handaitolan dari orang yang meninggal

- Pelayat umum

Para pelayat yang tidak harus terlibat dengan acara adat, biasa berupa teman kerja, rekan bisnis dsb dari orang yang meninggal

3. Pengelola

Merupakan badan yang terdiri dari beberapa orang yang bertugas untuk membantu kelancaran dari jalannya acara. Antara lain

1. Manager 2. Staff

(39)

4. Akomodasi 5. Retail 6. Transportasi 7. Peralatan 8. Dll

2.6.STUDI BANDING PROYEK SEJENIS

Basketville casket company (perusahaan peti jenazah)

Basketville casket company ini berlokasi di Manchester, Tenn , dengan luas total 430,000 square footage. Perusahaan ini bergerak di bidang perpetijenazahan yang dimulai sejak tahun

1970.Perusahaan ini kini telah memiliki 375 orang pekerja.Perusahaan ini juga telah memiliki ikon tersendiri yaitu:

[image:39.595.77.478.380.519.2]

Adapun literature yang dapat diumbarkan pada kesempatan kali ini berupa showroom dan tempat pembuatannya:

Gambar 16. Showroom Batesville Casket Company

Sumber:

Salah satu fasilitas yang terdapat dalam perusahaan ini adalah showroom peti.Tempat ini

merupakan bagian terpenting dalam usaha ini, di mana para pembeli dapat langsung memilih peti yang mereka inginkan.

Gambar 17. tempat pembuatan peti di BCC

[image:39.595.78.428.619.737.2]
(40)

Adapun bahan dasar pembuatan peti jenazah di perusahaan Batesville ini terbuat dari kayu dan cooper/kaleng , sehingga mesin yang digunakanpun lebih bervariasi.Pada proyek saya ini hanya akan membuat peti yang berbahan dasar kayu.

George Hall and Son (Rumah Duka)

Berlokasi di Buccleuch Street, Barrow in Furness, Cumbria Los Angeles , Amerika Serikat. Hal-hal yang ditangani :

Selain penguburan konvensional George hall juga menyediakan crematorium,.GHS juga menangani acara perkawinan.Yang menjadi prioritas utama dari perusahaan ini adalah penguburan baik konvensional maupun krematorium.Perkawinan sebagai prioritas ke dua, untuk acara

pernikahan perusahaan ini bekerja sama dengan perusahaan lain yang bekerja khusus di bidang pernikahan.Kapasitas untuk ketiga fungsi di atas adalah ratusan orang saja.Sistem pelayanannya dikemas dengan paket.Targetnya masyarakat menengah ke atas dan tidak terdapat layanan sosial. Oregon Funeral Directors Association (rumah duka)

Oregon Funeral director association terletak di sebelah barat laut kota Portland, Amerika Serikat tepatnya di Suite road 105.Selain sebagai badan usaha yang menyediakan fasilitas untuk penguburan, Oregon juga melatih tenaga ahli yang berhubungan dengan penguburan dan menyediakan fasilitas kuburannya.

Sistem pengelolaan

Oregon Funeral director menyediakan layanan one stop , cukup dengan registrasi saja kemudian segala sesuatunya mereka yang mengatur seperti:

• Menghubungi undangan

• Mengatur transportasi

• Menyediakan tenaga konseling

• Menyediakan pendeta

• Mengatur acara penguburan

• Merias mayat

• Menyediakan bungan

• Menyediakan peti mati

Selain hal tersebut Oregon juga berhubungan dengan Dinas Sosial setempat untuk

memberikan layanan sosial kepada masyarakat yang kurang mampu. Sistem pembayaran juga bisa dicicil sehingga masyarakat golongan bawah dapat memanfaatkan fasilitas tersebut. Manajemen yang mereka lakukan adalah subsidi silang penggunaan bangunan golongan ekonomi atas mensubsidi kalangan ekonomi bawah.

Fasilitas yang disediakan

• Ruang persemayaman untuk empat jenazah

• Ruang duduk kapasitas ratusan orang

• Ruang istirahat

• Musik

• Capel

• Lokasi kuburan

(41)

Ketiga studi banding di atas merupakan contoh proyek di luar negri sementara di kota Medan sendiri belum ada yang mampu menyainginya.Namun untuk di kota Medan sendiri ada beberapa contoh proyek sejenis di kota medan .Untuk contoh proyek perusahaan peti jenazahnya sendiri antara lain:

[image:41.595.69.497.118.561.2]

1. Jalan Asia/Bakaran Batu 2. Kampung Durian 3. Jalan Turi 4. Jalan Ngalengko 5. Padang Bulan 6. Sukaramai

Gambar 18. contoh proyek peti jenazah di Kota Medan Sedangkan untuk rumah dukanya:

1. Jambur Namaken di jalan Jamin Ginting 2. Rumah duka Methodis di jalan Bintang

Gambar 8. Contoh proyek rumah duka di Kota Medan Kesimpulan :

Dari hasil studi banding proyek sejenis di atas dapat disimpulkan bahwa perusahaan sejenis Medan Casket Company memang adalah perusahaan yang sangat menguntungkan karena sangat

dibutuhkan , melihat kondisi perdagangan peti di Kota Medan yang kurang maju dan tidak tersedianya rumah duka bagi kaum Batak Toba yang beragama Kristen Protestan.

[image:41.595.76.417.413.549.2]
(42)

BAB III ELABORASI TEMA

3.2.PENGERTIAN ARSITEKTUR RELIGIUS

• Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Arsitektur adalah (1) seni dan ilmu merancang bangunan serta membuat konstruksi bangunan, jembatan dan sebagainya; (2) metode dan gaya rancangan suatu bangunan

• Religius adalah kepercayaan yang dianut seseorang

Jadi, Arsitektur religius adalah seni atau ilmu merancang bangunan , jembatan, dsb yang dibuat berdasarkan kepercayaan yang dianut.

3.1.2. TINJAUAN TEORITIS / KONSEPTUAL Filsafat orang batak toba

1. hasangapon 2. hagabeon 3. hamoraon

[image:42.595.85.565.407.766.2]

Sebagaimana kita ketahui kalau dalihan natolu itu diambil dari perumpamaan tungku pemasak dahulu .Dahulu ada tiga tumpukan bata yang digunakan untuk memasak.

Gambar 19.tiga tumpuk bata(dalihan na tolu

Karena pentingnya dalihan natolu maka orang batak juga menyertakan hal yang seharusnya dilakukan pada DNT, yaitu:

Somba marhula-hula

Menyembah hula-hula / menghormati hula-hula supanya ‘gabe’ (sempurna), yaitu bahagia dan memiliki anak cucu yang banyak dan baik

Manat mardongan tubu

Ketiga filsafat hidup orang batak ini ditentukan bagaimana kita bersikap terhadap “dalihan na tolu”

Boru

(43)

Baik-baiklah mempunyai dongan tubu supaya sangap yaitu aman dan damai. Elek marboru

Meskipun pihak boru dianggap berada diurutan terbawah dan dan bisa dimintai tolong, akan tetapi caranya harus membujuk dengan sopan / dengan kasih supaya mamora karena itulah hamoraan yang sesungguhnya.

Masyarakat jaman dahulu menganggap roh dan jiwa manusia ada tiga , yaitu: Tondi .Kekuatan penggerak tubuh

Sahala. Sebagai kekuatan si tondi yang menyebabkan seseorang memiliki banyak kekayaan , pandai dsb.Dan dipercayai bahwa sahala ini dapat berpindah dari satu tubuh ke tubuh lain .

(44)

BAB IV ANALISIS

4.5.ANALISIS FUNGSI RUANG 4.5.1. PROGRAM RUANG

NO. ZONA PENGGUNA AKTIVITAS RUANG STANDARD KAPASITAS HITUNGAN BESAR

RUANG 1 GEDUNG

ADAT

PELAYAT KELUARGA PENGELOLA

UPACARA KEMATIAN RUMAH DUKA 1=4M² 900 ORANG 900 X 4 3600 M²

2 PERUSAH AAN PETI

PENGELOLA PEKERJA PEMBELI/PEME SAN MENERIMA MEMBUAT PETI MEMAJANG PETI

MEMESAN RUMAH DUKA

LOBI RUANG CETAK SHOWROOM KANTOR 1=4M² 1=4M² 1=4M² 1=4M² 48 0RANG 176 ORANG 160 PETI 12 ORANG

48 X 4 176 x4 160 X 4 12 X 4

192 M² 704 M² 640 M² 48M² 3 SERVIS PEMILIK

PEKERJA TINGGAL BEKERJA MEMASAK MENYEWA DLL RUMAH TOKO+TOILET DAPUR - - - - 5-6 ORANG 10-12 ORANG 10-20 0RANG 16X20 256 - 320M² 256M² 640M²

4 RUMAH LAYAT MELAYAT TEMPAT BERISTIRAHAT 30 ORANG 30 ORANG 570 M²

5 TOTAL 12.000

(45)

No.

Divisi

Pengguna

Aktivitas

Ruang

Standard

Kapa

sitas

unit

Hitu

ngan

Besar

ruang

1.

Pengin

apan

Keluarga pemilik

Tidur

[image:45.842.70.788.209.520.2]

Makan

R. tidur

R. makan

@ pria

1x2=2

@wanita

1x2=2

1x1=1

4x8=32

Max

10

Max

10

Max

20

1

20

20

1x20

40m²

20m²

(46)

2.

3.

Manag

e

men

Persem

ayaman

Mess

Keluarga /Pelayat

Salon

Pengelola

Pimpinan rumah duka

Pegawai

Bersama

Pelayat

Berbincang

Ke toilet

Istirahat / tidur

Tidur

Bersalon

Bekerja /mengelola

Mengawas

Mengurus administrasi

Makan

Ke toilet

Melihat jenazah

Makan

Ruang makan

keluarga

R.keluarga

KM/WC

Mess

Tidur

R.salon

R. pengelola

R. pimpinan

R.pegawai

Kantin

KM/WC

R. persemayaman

R.m. hula-hula

R.m. tulang

R. m.. tulang robobot

1,5x1=1,5

4 x 6 = 24

4 x5 = 20

4x4=16

2x2=4

4x4=16

2x2=4

4x4=16

1,5x1=1,5

4x4=2

8x8=64

8x8=64

8x8=64

8x8=64

2

2

4

1

1

1

1

1

1

1

1

2

1

1

32x1

1,5x2

9 x24

4 x 20

(47)

Ruang makan

perkumpulan

Ruang makan

R. m. bona tulang

R.m. bonani ari

R.m. hula-hula

namarhaha maranggi

R. m. hula-hula naposo

R.m. sihatua ni boru

R. m. boru bere

R.m. pariban

R.m. perkump. Gereja

R.m. perkump.STM

R.m..perkump.marga/b

oru sendiri

R.m. perkump. marga

(48)

4.

5.

Dapur

Penunj

ang

Bersama

Tukang catering-1

Bersama /

Tukang catering- 2

Supir

Ruang marapot

Jenazah badan tidak

universal

Manortor / mangulosi

Masuk

Mengambil bahan

Memasak

Memarkirkan kenderaan

Masuk

Membagikan makanan

Membersihkan peralatan

Mengambil kenderaan

Menjemput keluarga

Rapat keluarga

Diautopsi

Dibersihkan

R. m. universal

R. tortor

Lobi rumah duka

Gudang makanan

Dapur

Parkir

Lobi dapur

R.saji

KM / WC

Bagasi

Parkir

R. rapot

R. bedah

24x12=288

12x12=144

4x4=16

8x8=64

2,5x5=12,5

4x4=16

8x8=64

4x4=16

3x5=15

3x5=15

16x16 = 256

(49)

utuh

Bersama / Jenazah

badan utuh

Teknisi

Fotografer

Perias / dokter bedah

Perangkai bunga

Diawetkan

Dirias

Dipersemayamkan

Mengecek

Mengambil peralatan

Mengambil video / foto

Mengedit

Mengambil peralatan

Membersihkan

mengautopsi

mengawetkan

Mengambil peralatan

Merangkai

Mendekor

R. pembersihan jenazah

R.pengawetan

R. rias

R. persemayaman

R.teknisi

Gudang peralatan

Rumah duka

Ruang edit

Gudang

R. pembersihan jenazah

(50)

6.

Pemilik

Mekanik

Bersama

Musisi

Security / pemilik /

pimpinan umum

Mencek genset

Mencek pompa

Memarkirkan kenderaan

masuk

Makan

Ke toilet

Main music

Ambil alat music

Cek sistem suara

tinggal

mengawas

Rumah duka

R. genset

R.pompa

Parkir

Lobi penunjang

Kantin

KM/WC

R.musik

Gudang alat music

r.mesin

Satu unit rumah tipe

(51)

7.

dll

7000 m²

Sub-Total

3000m²

Sirkula

si

20%

total

12000m²

Asumsi setiap 10 orang pengunjung memakai 1 mobil dan 2 sepeda motor Mobil = 112 x 12.5 = 1400 m²

(52)

Shelter taxi dan becak =(2x2)10+(2,5x5)2=65 Total parkir = 1735 m²

Luas bangunan keseluruhan adalah =12000 + 1735

=13735m²

4.6.STUDI KELAYAKAN Pertimbangan sosial

Proyek ini mampu mengembalikan persekutuan yang erat di dalam berhubungan terhadap sesame karena dalam beberapa waktu seluruh kenalan keluarga yang meninggal akan berkumpul bersama-sama, saling menguatkan , dan sebagainya.

Pertimbangan ekonomi

Bagi suku Batak Toba untuk mengadati orang tua yang telah meninggal adalah sebuah kewajiban agar orang tua tersebut dianggap sangap/sempurna. Dalam acara yang dilakukan 3-4 hari ini, jumlah uang yang dihabiskan bisa mencapai 40 juta rupiah mulai dari menyewa tempat,

membeli peti, mengawetkan, merias dan sebagainya.Namun walaupun begitu biasanya semakin banyak orang yang hadir akan semakin banyak tumpak yang didapat sehingga dapat mengurangi beban keluarga yang meninggal.Diperkirakan penggunaan bangunan ini dalam sebulan bisa mencapai 4 buah kematian .Pada bangunan ini akan dicoba sistem subsidi silang agar setiap orang tua suku Batak Toba dapat dianggap sangap.

Pertimbangan efisiensi

(53)

4.7.ANALISIS KONDISI LINGKUNGAN 4.2.3. LOKASI

Kriteria Pemilihan Lokasi

[image:53.595.31.569.205.819.2]

Sumatera Utara merupakan propinsi asal masyarakat Batak Toba yaitu di daerah pinggiran Danau Toba.Karena jiwa perantau ke kota masyarakat ini sangat tinggi sehingga suku Batak Toba banyak tersebar di kota-kota besar di Negara Indonesia.Kota yang paling banyak didiami oleh suku ini adalah kota Medan.Begitu juga kepercayaan mereka yang didominasi oleh agama Protestan.

Gambar 20. Peta Penyebaran Pemakaman Kristen Di Kota Medan

TPU. Tanjung Selamat TPU. Simalingkar-a TPU. Helvetia

TPU. Gajah Mada-2 TPU.Gajah Mada-1

TPU. Kampung Durian

TPU. Padang Bulan

TPU. Patumbak

Jambur Namaken Jalan Turi

Kampung Durian Jalan Ngalengko

Sukaramai

(54)

Kecamatan Jumlah gereja HKBP TPU Medan petisah Medan helvetia Medan sunggal Medan tuntungan Medan amplas i iii ii ii iiii Ada (penuh) Ada Tidak ada

Ada (hampir penuh) Ada

Sumber :almanak HKBP 2010 dan survey

Kriteria penggunan rumah duka: Tidak memiliki batasan usia Ditinjau dari segi usia

Tidak dibatasi dari strata apapun.Tetapi menggunakn sistem subsidi silang agar keluarga menengah kebawah tetap dapat menggunaknnya.Namun tujuan awal memang untuk membantu pemakai yang luas rumahnya tak mampu menampung kerabat yang sedemikian banyak karena: Ditinjau dari status ekonomi

• Tinggal di gang

• Tempat tinggalnya tidak luas

Pemakai dari gedung secara umum tidak dibatasi wilayahn ya selama masih berkaitan dengn masyarakat batak Toba , tetapi pemesanan dari bangunan (keluarga ) yang diutamakan adalah masyarakat Batak Toba yang ada di kota Medan.

[image:54.595.62.531.109.228.2]

Ditinjau dari jangkauan pelayanan

Gambar 22. Peta Penyebaran Pengguna Rumah Duka 1

2

3

2

[image:54.595.114.484.269.584.2]
(55)

Tabel 9. Jumlah kepadatan gang

Kecamatan Jumlah kepadatan gang Medan petisah Medan helvetia Medan sunggal Medan tuntungan Medan amplas 1 2 2 1 3

Tabel 10. Jumlah rumah sakit dan rumah sakit bersalin Kecamatan Jumlah rumah

sakit

Jumlah rumah sakit bersalin Total Medan petisah Medan helvetia Medan sunggal Medan tuntungan Medan amplas 8 3 2 3 1 8 31 34 19 37 16 34 36 22 38 Sumber : Medan Dalam Angka

Alternatif lokasi :

• Tidak terdapat lahan kosong

yang cukup luas yang cocok untuk fungsi sejenis Medan petisah:

• Kriteria penggunan tidak

terpenuhi karena pemukiman warga setempat cukup luas/tidak terdapat banyak gang/lorong

• TPU yang telah penuh tidak

menjadi hal yang menguatkan untuk pemilihan lokasi di daerah ini

Lokasi : Jalan Gaperta Medan Helvetia:

Luas :150m x 150m

• Terdapat lahan kosong yang

cukup luas

Banyaknya Rumah Sakit Di Daerah Terpilih

Medan Casket Company RSU/Bersalin Jika ada pasien yang meninggal maka akan

dirujuk ke MCC:

• Formalin

• Rumah duka

• Pembelian peti Jika ada pasien rujukan dari

RSU/Bersalin datang , maka RSU/Bersalin tersebut akan

(56)

• Terdapat TPU yang menetap dan masih banyak lahan sisa

• Tidak terdapat TPU

Medan sunggal:

Lokasi : jl. Pajak melati Medan tuntungan: Luas 150m x 150m

• Terdapat lahan kosong yang

cukup luas

• Terdapat TPU yang menetap

dan masih banyak lahan sisa, namun TPU yang disebut dengan TPU Tj. Selamat ini terlalu jauh dari pusat kota dan dengan dengan pasar tradisional melati yang cenderung macet

Altern.1 Medan amplas:

Lokasi : jl. Panglima denai Luas : 1,8 ha

• Dekat dengan TPU Patumbak

• Merupakan jalur menuju Toba

• Banyak terdapat gereja HKBP

• Banyak terdapat gang-gang kecil

• Kekurangan kalau mau dikubur ke patumbak melewati area rawan macet

Altern.2 lokasi : jl. Tuar Luas : 2 ha

• Luas: Dekat dengan TPU Patumbak

• Merupakan jalur menuju Toba

• Banyak terdapat gereja HKBP

(57)
[image:57.842.70.809.110.415.2]

Analisa Pemilihan Lokasi

Tabel 11. Analisa Pemilihan Lokasi

Kriteria Lokasi usulan

Jl. Gaperta Jl.Pajak Melati Jl.Tuar Jl.Panglima Denai Luas lahan

Lingkungan

Kedekatan dengan calon pengguna Jarak ke kuburan

Gambar

Gambar 9. Mompo
Gambar 11. Angka tulang
Gambar 12.upacara maralaman
Gambar 14.parbagian jambar
+7

Referensi

Dokumen terkait

Solusi yang diberikan mampu mengurangi makespan dan memperbaiki keteraturan proses perjalanan produksi tiap part, yaitu diperoleh makespan untuk data simulasi adalah 35.9 dan

Produk yang dibawa oleh Penyuluh Swasta ketika Penyuluhan.. (DIAMBIL MENGGUNAKAN KAMERA SONY XPERIA MINI PRO ,

yang diselenggarakan untuk mempersiapkan lulusan S1 kependidikan agar menguasai kompetensi guru secara utuh sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan (SNP) sehingga

Hasil analisis kinerja keuangan industri perbankan dengan metode analisis perubahan struktural menunjukkan bahwa perbankan syari’ah lebih mampu menghadapi krisis ekonomi

Ketua paniatia pilkades desa tanjekwagir mochamad amirul fasikhin saat memberikan ket- erangan kepada SMN menga- takan” untuk menghindari keru- munan antar warga kami selaku

LAPORAN LABA RUGI KOMPREHENSIF Periode yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2015 & 2014... (dalam

Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa ada pengaruh yang signifikan dari model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw terhadap prestasi belajar siswa pada pelajaran

Tolak Ukur dari indikator dalam mengukur kualitas pelayanan online BPJS Ketenagakerjaan di Kota Semarang yaitu melalui rekomendasi, meninggalkan komentar dan