MEDAN CASKET COMPANY
( Perusahaan Peti dan Rumah Duka )
ARSITEKTUR RELIGIUS
LAPORAN PERANCANGAN
TKA 490- TUGAS AKHIR
SEMESTER B TAHUN AJARAN 2010/2011
Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Teknik Arsitektur
Oleh :
BERTUA EKA WATI BUTAR-BUTAR
070406030
DEPARTEMEN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
▸ Baca selengkapnya: doa penutupan peti jenazah
(2)MEDAN CASKET COMPANY
( Perusahaan Peti dan Rumah Duka )
ARSITEKTUR RELIGIUS
Oleh:
BERTUA EKA WATI BUTAR BUTAR
070406030
Medan, 22 Juni 2011
Disetujui oleh,
Ir. Samsul Bahri, M.T
NIP :
1965 0318 1995 01 1001
Pembimbing I
Firman Eddy, S.T, M.T
NIP : 1969 1018 2000 03 1001
Pembimbing II
Ketua Departemen Arsitektur
SURAT HASIL PENILAIAN PROYEK AKHIR (SHP2A)
Nama : Bertua Eka Wati Butar Butar NIM : 070406030
Judul Proyek : Medan Casket Company ( Perusahaan Peti dan Rumah Duka) Tema Proyek : Arsitektur Religius
Rekapitulasi Nilai
Nilai Akhir A B+ B C+ C D E
Dengan ini mahasiswa yang bersangkutan dinyatakan :
No. Status
Waktu Pengumpulan
Laporan
Paraf Pembimbing -1
Paraf Pembimbing-2
Koordinator TKA-490 1. LULUS LANGSUNG
2. LULUS MELENGKAPI 3. PERBAIKAN TANPA
SIDANG
4. PERBAIKAN DENGAN SIDANG
5. TIDAK LULUS
Medan, 22 Juni 2011
Ketua Departemen Arsitektur Koordinator TKA-490
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan anugerah dan kesempatan kepada saya sehingga dapat menyelesaikan laporan Tugas Akhir ini.
Maksud penyusunan laporan ini yaitu sebagai salah satu syarat akademis yang diperuntukkan untuk syarat kelulusan sarjana teknik arsitektur USU. Dalam proses pengerjaannya melibatkan banyak pihak yang membantu dan tak lupa saya mengucapkan terima kasih kepada:
−
Tuhan Yang Maha Esa, karena kasih dan anugerahNyalah saya dimampukan
untuk menyelesaikan laporan tugas akhir ini
−
Bapak dan Ibu di rumah, karena hanya dengan bantuan mereka baik bantuan
motivasi, kasih sayang dan bantuan material dari merekalah saya dapat
menyelesaikan laporan ini
−
Kepada Bapak Samsul Bahri selaku dosen pembimbing- 1 saya, atas
pengajaran dan ilmu yang telah beliau sampaikanlah saya mampu
menyelesaikan laporan ini
−
Begitu juga kepada Bapak Firman Edy, berkat beliaulah saya banyak
merenungkan kembali keputusan-keputusan penting penyelesaian skripsi ini
−
Juga kepada Ibu Morida selaku dosen penguji dan koordinator kelompok
sidang, berkat beliau banyak pengalaman berharga yang saya dapat dan sangat
esensial terhadap terselesaikannya laporan tugas akhir ini
−
Kepada keluarga besar saya yang telah sepenuhnya membantu
−
Kepada tim senasib seperjuangan yaitu Fany, Singkil, Widya, Cencen, dan
Hendro atas semua hal yang benar-benar membantu saya dalam segala hal
yang terkait dalam proses tugas akhir
−
Dan kepada semua pihak yang tak tersebutkan lagi yang membantu dalam
penyusunan laporan ini.
Akhirnya saya sebagai penulis mengucapkan banyak terima kasih.
Medan, 28 Juni 2008
DAFTAR ISI
SURAT HASIL PENILAIAN PROYEK AKHIR... KATA PENGANTAR………..
DAFTAR ISI……….
BAB I PENDAHULUAN………
1.1.
LATAR BELAKANG………..
1.2.
MAKSUD DAN TUJUAN………
1.3.
MASALAH PERANCANGAN………
1.4.
PENDEKATAN……….
1.5.
BATASAN MASALAH……….
1.6.
SISTEMATIKA LAPORAN………
BAB II DESKRIPSI PROYEK………..
2.1.
DESKRIPS UMUM………..
2.1.1.
LOKASI / PETA SITUASI………
2.1.2.
LUAS LAHAN………
2.1.3.
PERATURAN KLB/KDB………
2.1.4.
LUAS DAN TINGGI BANGUNAN……….
2.1.5.
PEMILIK……….
2.1.6.
SUMBER DANA……….
2.1.7.
KELENGKAPAN FASILITAS……….
2.2.
PROGRAM KEGIATAN………
2.3.
STUDI BANDING PROYEK SEJENIS………
BAB III ELABORASI TEMA………
3.1.
PENGERTIAN ARSITEKTUR RELIGIUS………
3.1.1.
TINJAUAN TEORITIS / KONSEPTUAL……….
BAB IV ANALISIS………..
4.1.
ANALISIS FUNGSIONAL………
4.1.1.
PROGRAM RUANG ………
4.2.
STUDI KELAYAKAN………..
4.3.
ANALISIS KONDISI LINGKUNGAN………
4.2.1.
LOKASI………
4.2.2.
PERATURAN………..
4.4.
KESIMPULAN………...
BAB V KONSEP PERANCANGAN………
5.1.
KONSEP DASAR………
5.2.
RENCANA TAPAK ………
5.2.1.
TATA LETAK ………
5.2.2.
GUBAHAN MASSA………
5.2.3.
PARKIR……….………..
5.2.4.
TATA HIJAU……..………
5.2.5.
TINGGI BANGUNAN………
5.2.6.
SKEMATIK DESAIN.………..
5.3.
BANGUNAN………..…
5.3.1.
DESAIN INTERIOR………..
5.3.2.
PENCEGAHAN BAHAYA KEBAKARAN……….
BAB VI HASIL RANCANGAN………
6.1.
PETA SITUASI……….
6.2.
GAMBAR-GAMBAR HASIL RANCANGAN………
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
1.1.1. Kasus Proyek
Siklus hidup manusia adalah lahir – bayi – balita – anak - remaja – dewasa – tua - meninggal.Di antara kedelapan urutan hidup ini ada satu hal yang tidak menyenangkan yaitu kematian. Namun demikian semua iiitu tiiidak dapat dilakkan , termasuk dengan kematian.
Bagi sebagian komunitas di kota Medan kematian itu merupakan hal yang patut dirayakan dengan sebaik mungkin.Salah satu komunitas tersebut adalah Batak Toba. Suku Batak Toba yang beragama Protestan didominasi bertempat ibadah di HKBP.
Distrik
Resort
Pers.ressort Huria
Pos PI
1.
Tapsel-Sumbar
14
1
130
-
2.
Silindung
40
-
204
-
3.
Humbang
25
-
151
-
4.
Toba
28
-
166
-
5.
Sumatera timur
45
-
217
-
6.
Dairi
29
1
217
7.
Samosir
21
1
100
-
8.
Jawa Kalimantan
20
-
56
-
9.
Sibolga
24
-
170
-
10.
Medan aceh
75
1
247
-
11.
Toba hasundutan
8
-
23
-
12.
Tanah alas
8
-
39
-
13.
Asahan labuhan batu
20
1
180
-
14.
Tebing tinggi deli
23
-
118
-
15.
Sumatera bagian selatan
18
-
104
-
16.
Humbang habinsaran
21
-
114
-
17.
Indonesia bagian timur
20
-
47
-
18.
Jabartengdiy
15
-
41
-
19.
Jakarta-2
32
1
67
-
20.
Kepulauan riau
9
1
44
-
21.
Jakarta-3
23
1
55
-
22.
Riau
38
1
318
-
23.
Langkat
11
1
67
-
24.
Tanah jawa
10
-
66
-
25.
Jambi
8
-
49
-
26.
Labuhan batu
20
-
180
-
Amerika serikat
-
-
3
-
Pos pekabaran injil
-
-
-
23
Total
605
10
3.176
23
Sumber: Almanak HKBP 2010
Adapun jemaat HKBP di kota Medan berada pada distrik -10 Medan Aceh .Jumlah jemaatnya sendiri berdasarkan tahun 2007:
Resort
Jumlah
1.
Medan
2.
Medan timur
3.
Medan-i teladan
4.
Medan-ii simp. Limun
5.
Medan-iii sei putih
6.
Belawan-1
7.
Pertekstilan T.D Pardede
8.
Medan utara
9.
Medan –iv sei agul
10.
Serdang ujung
11.
Medan barat
12.
Medan baru
13.
Sukarame
14.
Wahidin baru
15.
Belawan-ii
16.
Pardamean
17.
Pabrik tenun
18.
Saroha
19.
Helvetia
20.
Padang bulan
21.
Banda aceh
22.
Medan sunggal
23.
Tegal rejo
24.
Pendidikan
25.
Jalan pelajar
26.
Dame
27.
Pulo bryan
28.
Simp. Marendal
29.
Perumnas mandala
30.
Tanjung sari
31.
Cinta damai
32.
Medan Helvetia
33.
Medan selatan
34.
Martoba
35.
Medan kota
36.
Medan labuhan
37.
Seksama
38.
Helvetia sad
39.
Simalingkar
40.
Medan perjuangan
41.
Ampera
42.
Parsaoran
43.
Maranata
44.
Immanuel sei semayang
45.
Sukadono
46.
Betesda
47.
Pasar melintang
48.
Medan johor
49.
Sion medan
50.
Agape amplas
51.
Medan tenggara
52.
Medan deli
53.
Medan marelan
54.
Medan nauli
1932
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
1806
Total
124774
Sumber :almanak HKBP 2010
Catatan :43% lagi jemaat HKBP belum terhitung
1% = 124774 jiwa / 57 % = 2189 jiwa
43% = 94127 jiwa
Jadi total jemaat HKBP di Kota Medan diasumsikan 124774 + 94127 = 218.901 jiwa.(sekitar 10% dari total penduduk)
Table 3. Penduduk kota Medan tahun 1996-2007 dan 2010
Tahun
Jumlah
1996
1.899.315
Sumber : Badan Pusat Statistik Medan
Untuk suku Batak Toba yang beribadah di gereja lain yang juga menggunakan adat ketika meninggal diasumsikan seperti gereja HKI, GKPI,GKI,GPI dan lain-lain adalah 35% dari 218.901 yang adalah 117869 jiwa.(karena perbandingan suku Batak Toba dengan yang lain 14,11%)
Table 4. Penduduk kota Medan berdasarkan suku
Suku bangsa
Tahun 1930
Tahun 1980
Tahun 2000
Jawa
24,9%
29,41%
33,03%
Batak
10.7%
14,11%
--(lihat
catatan)
Tionghoa
35,63%
12,8%
10,65%
Mandailing
6,43%
11,91%
9,36%
Minangkabau
7,3%
10,93%
8,6%
Melayu
7,06%
8,57%
6,59%
Karo
0,19%
3,99%
4,10%
Aceh
--
2,19%
2,78%
Sunda
1,58%
1,90%
--
Lain-lain
16,62%
4,13%
3,95%
Sumber : 1930 dan 1980: Usman Pelly, 1983; 2000: BPS Sumut
1998
1.901.067
1999
1.902.500
2000
1.904.273
2001
1.926.620
2002
1.963.882
2003
1.993.602
2004
2.006.142
2005
2.036.185
2006
2.067.288
2007
2.083.156
Catatan: Data BPS Sumut tidak menyenaraikan “Batak” sebagai salah satu suku bangsa, namun total Simalungun (0,69%), Tapanuli/ Toba(19,21%), Pakpak (0.34%), dan Nias (0,69%) adalah 20,93%.
Jadi total suku batak toba yang mengadakan adat ketika meninggal adalah 336.770 jiwa. Tabel 5. Jumlah kematian di Kota Medan
Tahun
Penyebab
Jumlah
2007
Kecelakaan
Kematian ibu maternal
Kematian bayi dan balita
Kematian karena sakit
(asumsi)
Bencana alam
Kriminalitas
280
11
60
1000
-
-
Total
1351
Sumber medan dalam angka
Asumsi :1351 kematian / tahun.Perbandingan terhadap jumlah penduduk tahun 2007 yaitu sebesar 2.083.156.
Jumlah % kematian =1351/2.083.156 x100%
= 0,064% pertahun dari jumlah penduduk
Jika jumlah Suku Batak Toba Protestan pada tahun 2007 adalah sebesar 295.516 jiwa, Maka jumlah kematian suku Batak Toba yang beragama Protestan adalah
= 0,064% x 336.770 = 215 orang / tahun.
Dari sekian angka tersebut belum terdapat sama sekali rumah duka untuk orang Batak Toba .Sedangkan untuk perusahaan petinya sendiri yang telah ada sebelumnya hanyalah perusahaan-perusahaan yang dikelola masih sangat tradisional.Untuk itulah diperlukan Medan Casket Company ini sebagai komponen permukiman yaitu fasilitas umum dan perdagangannya.
kelancaran transportasi sekitar.Begitu juga halnya dengan music yang digunakan .Pemakaian musik di acara ini biasanya akan menggunakan alat pengeras suara dan dilakukan dalam waktu yang berturut-turut dan relative lama, sehingga dapat menggangu kenyamanan para
tetangga.Meskipun logisnya demikian, namun banyak tetangga yang tidak terlalu
memusingkannya (jika tetangga tersebut bersuku sama) karena rasa yang ikut prihatin, maklum serta senasib.Masalah akan terjadi ketika berbaur dengan tetangga beragam suku .Maka sangat baik adanya jika terdapat pula wadah yang mampu untuk menampung kegiatan khusus
tersebut.Untuk itulah Medan Casket Company selain menyediakan perusahaan peti jenazah juga menyediakan wadah /rumah duka bagi setiap keluarga yang mengalami musibah kehilangan.
Hal lain yang menjadi latar belakang saya memilih bangunan ini adalah keinginan besar saya untuk memperluas usaha dagang yang telah sejak dulu dijalani oleh keluarga saya .Ketika dari kecil hingga dewasa ,keluarga saya telah mengalami pasang surut usaha ini dan masih bertahan, bahkan telah menimbulkan usaha-usaha sejenis di sekitar daerah jalan Turi yang merupakan notabene lokasi usaha keluarga saya yang merangkap tempat tinggal juga.Hal ini juga yang merupakan lokasi yang saya pilih untuk tempat M.C.C.Lokasi ini memang telah identik dengan usaha sejenis sejak tahun 1980-an.
2.1.MAKSUD DAN TUJUAN Maksud:
a) Membuka peluang usaha yang jarang diminati seperti ini
b) Mengubah image negatif tentang dunia perpetijenazahan menjadi lebih baik dengan mengutamakan kualitas desain maupun bahan bangunan serta menciptakan tempat yang sangat layak bagi perusahan sejenis ini.
c) Menunjukkan kreativitas itu tidak hanya terbatas pada hal-hal biasa yang sangat umum dijumpai melainkan hal-hal yang berhubungan dengan sesuatu yang kurang diminati seperti peti jenazah dan rumah duka.
Tujuan:
a) Menciptakan sebuah perusahaan pusat perpetijenazahan sekaligus rumah duka yang sangat beretika dan istimewa.
b) Membantu menciptakan keteraturan lalu lintas.
c) Menciptakan kemudahan bagi setiap keluarga yang ketika anggota keluarganya berpulang untuk menemukan pusat perpetijenazahan yang cukup baik di kota Medan sehingga tidak perlu ke luar kota untuk memesannya.
1.3 MASALAH PERANCANGAN
a) Permasalahan yang melekat timbul di daerah pembuatan casket yaitu dampak pencemaran lingkungan akibat dari debu ketaman kayu dan bau cat peti yang cukup tajam , sehingga berkenaan ke sirkulasi udara / penghawaan.
1.4 PENDEKATAN
Pendekatan perancangan dilakukan dengan mempertimbangkan item-item perancangan antara lain: a) Ruang dalam
b) Ruang luar c) Gaya bangunan d) Struktur e) Utilitas f) Lingkungan
1.5 BATASAN MASALAH
Masalah perancangan yang timbul dibatasi pada:
a) Kompleksitas bagunan yang membutuhkan analisa yang mendalam tentang sirkulasi, program ruang, dan aktifitas terpadu.
b) Pengorganisasian ruang berdasarkan kegiatan, fungsi, dan pemakai. c) Perancangan sistem akustik ruang dan lighting yang baik.
1.6 SISTEMATIKA LAPORAN Sistematika laporan ini meliputi: BAB I PENDAHULUAN
Pada bab I ini menjelaskan mengenai latar belakang proyek, maksud dan tujuannya , masalah perancangannya, pendekatan,lingkup atau batasan permasalahan, kerangka berfikir dan sistematika laporan.
BAB II DESKRIPSI PROYEK
Pada bab II ini berisi tentang deskripsi umum yang menjelaskan mengenai lokasi atau peta situasi, luas lahan, peraturan KLB dan KDB, luas dan tinggi bangunan, pemilik, sumber dana, dan
kelengkapan failitas.Bab ini juga menjelaskan mengenai program kegiatan , kebutuhan ruang, persyaratan teknis, hubungan fungsional dan studi banding proyek sejenis
BAB III ELABORASI TEMA
Pada bab III ini menjelaskan mengenai pengertian arsitektur religious yang ditinjau dari segi teori maupun konseptual, menjelaskan juga mengenai interpretasi tema dan studi banding tema sejenis. BAB IV ANALISIS
Pada bab ini menjelaskan mengenai analisis fungsional tentang organisasi ruang, pemintakan, program ruang dan prasyaratan teknis, serta menjelaskan juga mengenai analisis kondisi lingkungan yang terkait dengan lokasi, kondisi dan potensi lahan, peraturan, bangunan sekitar, prasarana, karakter lingkungan, pemandangan, orientasi, lalu lintas, sirkulasi dan karakter dan pada akhirnya ditutup dengan kesimpulan.
BAB V KONSEP PERANCANGAN
dijelaskan mengenai tata letak massa bangunan dalam site, bagaiman bentuk gubahan massa site yang dikaitkan dengan tema dan sebagainya, pencapaian yang ada, hirearki ruang, sirkulasi pejalan kaki dan kenderaan, parkir , utilitas dan tata hijau yang ada di dalam site.Selain itu pada bab ini juga dijelaskan mengenai bangunan yang ditinjau dari segi bentuknya, fungsi, sirkulasi, struktur dan konstruksi, bahan /material, interior, utilitas, system pencegahan kebakaran,tahap-tahap pembangunan hingga penyelesaian lanskap atau ruang luar.
BAB VI HASIL RANCANGAN
BAB II DESKRIPSI PROYEK 2.4.DESKRIPSI UMUM
Kasus proyek yang diambil adalah Medan Casket Company
Medan adalah salah satu nama kota di Indonesia yang merupakan ibukota provinsi Sumatera Utara.1
Company berarti perusahaan ,maskapai,firma
Casket berarti peti tempat orang meninggal / peti jenazah 2
Secara definisi Medan Casket Company berarti suatu perusahaan peti jenazah yang berada di kota Medan.
Jadi Medan Casket Company merupakan suatu perusahaan yang berada di kota Medan dalam memenuhi kebutuhan pasar peti jenazah berskala kota.Namun untuk menunjang fungsi dari perusahaan ini maka ditambah fungsi lainnya yaitu rumah duka.
Medan Casket Company merupakan bangunan yang multifungsi, di mana di dalamnya terdapat fungsi sebagai perusahaan peti dan rumah duka.
Peti dipandang dari kebudayaan Batak Toba
Peti merupakan rumah wajib bagi suku Batak yang meninggal , baik diperuntukkan bagi anak-anak , orang dewasa maupun yang telah tua.Pada zaman dulu peti yang digunakan suku Batak adalah batang pohon yang dikorek apa adanya dan dan diberi tutup .
Gambar 1.ilustrasi peti jaman dulu
Pada zaman dulu sebelum adanya formalin dan acara adatnya tetap berlangsung selama
beberapa hari .Untuk menghindari bau, pada saat dimulainya acara mayat dimasukkan ke dalam peti dan langsung ditutupdan petinya diika menggunakan daun yang kuat.Jika ada sela-sela kayu yang berlubang akan didempul.
Namun dewasi ini sudah tidak jaman lagi hal yang seperti itu .Di Indonesia sendiri proses pembuatan peti sudah berlangsung secara pabrikasi.
1
Kamus Bahasa Indonesia 2
Gambar 2. Peti jaman sekarang Sumber :www.google. com
Rumah duka dipandang dari segi kebudayaan Batak Toba
Pada jaman dulu rumaha duka yang digunakan adalah rumah sendiri.Acara adatnya sendiri berlangsung di halaman rumah.
Pengertian dan pengenalan rumah duka
• Rumah duka adalah suatu bangunan yang difungsikan untuk mewadahi dan memfasilitasi acara yang dilakukan untu orang meninggal , di mana rumah duka tersebut juga mengelola beberapa hal yang mendukung keberadaannya , yaitu peti jenazah dll.
• Ada beberapa hal yang menjadi tugas dari rumah duka , diantaranya:
1. Mengurus transport untuk jenazah, keluarga almarhum dan juga undangan adat apabila diperlukan, baik dari tempat jenazah ke rumah duka maupun dari rumah uka ke lokasi penguburan
2. Mengurus dan merias jenazah
3. Bersama dengan pihak keluarga almarhum merancang dan mengatur acara ritual yang akan dilakukan
4. Bertanggung jawab menyediakan fasilita agar acara adat tersebut berjalan lancer
5. Menyediakan fasilitas penunjang lainnya diantaranya Menyediakan peti jenazah
Menyedikan tenaga rohaniawan untuk urusan keagamaan Menyediakan tempat dan tenaga medis
2.4.1. LOKASI / PETA SITUASI
Gambar 2. Peta Kota Medan
Sumber : http://www.pemkomedan.go.id/selayang_informasi.php#gambaran Kota Medan
Perlu diketahui bahwa lokasi site dari proyek ini sesuai dengan judulnya berada di kota Medan. Secara geografis , Kota medan terletak di antara : 2º.27’-2º.47’ Lintang Utara dan 98º.35’ - 98º.44’ Bujur Timur. Kota Medan memiliki luas wilayah 26.510 hektar atau 265,10 km bujursangkar artinya sama dengan 3, 6 persen dari total luas wilayah propinsi Sumatera Utara. Secara administrasi Kota Medan berbatasan dengan
• Sebelah Utara , berbatasan dengan Selat Malaka, dan
• Sebelah Timur , Barat, dan Selatan , berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang. Berdasarkan batas-batas administrasi kota tersebut, maka walaupun luas wilayah Kota Medan relative kecil, tetapi dalam tinjauan ekonomi Kota Medan dapat dikatakan dikelilingi lingkungan regional dengan basis ekonomi sumber daya alam yang relative besar dan beragam , serta ke pelabuhan dengan potensi yang besar. Sehingga tidak menutup kemungkinan pasar perpeti jenazahan yang disediakan oleh MCC dapat menembus ke luar kota Medan.
Gambar 4. Pembagian Kecamatan Kota Medan
Sumber : http://www.pemkomedan.go.id/selayang_informasi.php#gambaran Kecamatan Medan Amplas
Adapun lokasi yang digunakan untuk proyek ini terdapat di kecamatan Medan Kota.
Kecamatan ini merupakan salah satu dari 21 kecamatan yang ada di kota Medan , Sumatera utara, Indonesia.Adapun batas-batas kecamatan Medan Kota adalah sebagai berikut:
• Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Medan Johor
• Sebelah Timur berbatsan dengan Kabupaten Deli Serdang,
• Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang, dan
• Sebelah Utara berbatasan dengan Medan Kota dan Medan Denai. (sumbe
Profil kecamatan
Luas :14,58 km²
Jumlah penduduk :111.771 jiwa (2006) Jumlah kelurahan :7 buah
• Kelurahan Amplas
• Kelurahan Sitirejo II
• Kelurahan Timbang Deli
• Kelurahan Harjosari I
• Kelurahan Harjosari II
Lokasi ini terletak di kelurahan Timbang Deli.
Adapun lokasi ini tepatnya berada di kelurahan Timbang Deli, jalan Panglima Denai.
Gambar 5. site
2.4.2. LUAS LAHAN Luas lahan 1,8 Ha
2.4.3. PERATURAN KLB/KDB
Sperti yang telah ditetapkan oleh peraturan pemerintah bahwa jalan arteri sekunder memiliki peraturan:
GSB :14 m KDB :55-70%
2.4.4. LUAS DAN TINGGI BANGUNAN
KLB dapat melebihi 100% jika lebih dari satu lantai. Tinggi bangunan tidak lebuh dari tiga lantai. 2.4.5. PEMILIK
Pemilik proyek adalah badan swasta / perorangan. 2.4.6. SUMBER DANA
Sumber dana adalah berasal dari swasta ataupun perorangan.
2.4.7. KELENGKAPAN FASILITAS DAN SISTEM PENGELOLAAN Beberapa bentuk Fasilitas Medan Casket Company ini antara lain:
• Zona Rumah duka
Zona rumah duka ini berupa sebuah zona utama dimana merupakan sentral kegiatan perusahaan ini. Gedung
Gedung atau bangunan disewakan kepada pemakai yang telah registrasi .Apabila dalam waktu yang hamper bersamaan ada lebih dari satu orang yang hendak registrasi makan prioritas utama adalah orang yang memesan pertama kali.
Tingkat keterlibatan dan tanggung jawab dari pengelola tergantung dari kesepakatan pada waktu registrasi , sebagai standard pengelola harus mengelola gedung , rias jenazah, akomodasi keluarga dan makanan sedangkan hal lain tergantung kesepakatan.
Sewa
Sewa dari gedung dihitung perhari pakai sedangkan makanan dihitung perpaket atau porsi. Hal lain yang disewa terpisah adalah:
Shooting video Photo documenter Music
Peti jenazah bunga
• Zona Perusahaan Peti
Di zona ini fungsi yang ada cukup kompleks mulai dari pabrikasi, kantor, informasi, desain bahkan showroomnyapun terdapat di zona ini .Zona ini tidak kalah penting dengan zona rumah duka.
• Zona servis dan keamanan
Zona ini terdiri dari fungsi – fungsi penunjang perusahaan antara lain dapur besar, garasi , penginapan pemilik maupun sewa,dll
2.5.PROGRAM KEGIATAN
Skematik kegiatan ini dibagi menjadi dua bagian besar yaitu kegiatan bagi perusahaan peti jenazah dan kegiatan bagi rumah duka.
Program kegiatan perusahaan peti jenazah
Skematik kegiatan ini dibagi menjadi dua bagian besar yaitu kegiatan bagi perusahaan peti jenazah dan kegiatan bagi rumah duka.
• Zona perusahaan peti Ruang utama :
Zona penjemuran (menggunakan sinar matahari langsung) Zona pembuatan (memotong , mencetak, mengetam, mengukur) Zona pengukiran ( mengukir biasa, mengukir timbul ) tukang-2 Zona finishing (mencat, mengaini, menghias, mendempul) tukang-3 Kantor administrasi/pembuatan akte kematian (membayar, bertanya) = pegawai Kantor desain (mendesain) = desainer
Kantor pimpinan (rapat) = pimpinan Showroom
Ruang peti kualitas A Ruang peti kualitas B
Program kegiatan rumah duka Divisi persemayaman
• Ruang makan = keluarga , pelayat Ruang makan keluarga
1. Ruang makan hasuhutan 2. Ruang makan boru
3. Ruang makan dongan tubu 4. Ruang akan pengurus gereja 5. Ruang makan universal
• Ruang manortor / persemayaman / kata pengantar = keluarga , pelayat , jenazah 1. Ruang persemayaman/mangulosi jabu
2. Ruang persemayaman maralaman 3. Ruang tortor
Zona servis /keamanan
• Transport = supir Garasi
• Ruang Musik = musisi Ruang peralatan Ruang main music
Ruang cek sound / speaker Ruang istirahat
• Ruang rias jenazah = perias / dokter bedah Ruang membersihkan jenazah
Ruang memformalin Ruang mengautopsi Ruang merias Ruang peralatan
• Ruang bunga = perangkai bunga Ruang merangkai
Ruang peralatan
• Ruang keamanan = security / pemilik Pos keamanan / rumah tinggal /rumah jaga
• Ruang mekanikal elektrikal = teknisi Ruang genset
Ruang pompa Ruang kontrol
• Salon Divisi dapur
• Ruang katering tetap = tukang catering -1 Gudang bahan
Dapur
Divisi penginapan Ruang utama :
• Ruang tidur
• KM/WC
• Ruang kumpul
• Ruang makan
Terdapat banyak variasi-variasi pemikiran tentang hubungan antara kebudayaan tradisional dengan agama Kristen yang datang dari pihak gereja seperti tertulis oleh Verkuyl (1960 : 36), antara lain : 1. Sikap antagonis (sikap menetang atau sikap negatif) terhadap kebudayaan yang ada.
2. Sikap akomodatif dan kapitulatif (skap menyesuaikan diri ) terhadap kebudayaan yang ada. 3. Sikap dominasi (sikap menguasai) dari pihak gereja terhadap kebudayaan.
4. Sikap dualistic (sikap serba dua) atau sikap memisahkan iman dengan kebudayaan dan 5. Gagasan tetang pengudusan kebudayaan atau motif pertobatan kebudayaan.
Hingga saat ini keseluruhan sikap diatas masih sering terjadi dalam kegiatan-kegiatan tradisional. Deskripsi kegiatan
Secara umum ada beberapa aktivitas yang dilakukan dalam upacara kematian tradisional batak Toba Upacara batak Toba berdasarkan cara kematian:
I. Mate di bortian (bayi yang mati di dalam kandungan ).Apabila jani bayi itu telah sempurna peristiwa ini termasuk kriteria mate satongkin (kematian yang menimbulkan aib)OLeh karena itu mayat harus tetap dijaga .Apabila janin belum sempurna , penguburan dan tempat penguburan harus dirahasiakan karena peristiwa ini merupakan aib/ cacat bagi keluarga.Dewasa ini kepercayaan seperti ini telah berlangsung hilang di tanah batak.
Upacara kematiannya :tidak memiliki adat dan langsung dikuburkan.
II. Mate dapur-dapuran . Bayi yang mati sebelum selesai robo-roboan atau melek-melekkan dalam batas waktu tujuh hari tujuh malam .Apabila bayi itu hanya sempat hidup sesaat, artinya beberapa menit sete lah meninggal peristiwa itu termasuk kriteria mate satongkin.
III. Mate matipul atau mate mangkar , merupakan istilah bagi wanita atau laki-laki yang mati muda .Batas muda ini ditandai dengan belum berumah tangga.
Upacara kematiannya : diulosi tulang dan diacarai gereja .
IV. Mabalu jonjong , dikatakan kepada pemuda atau gadis yang masih hidup akan tetapi tunangannya (calon istri / suaminya meninggal ).Dalam hal ini upacara adat bertunangan telah selesai tinggal menunggu akad nikah .
Upacara kematiannya : diulosi tulang dan diacarai gereja .
V. Matompas tataring merupakan istilah duda yang istrinya meninggal .dalm hal ini anak-anak yang ditinggalkan masih sap-sap mardun 9 masih kecil-kecil dan belum ada yang kawin dan berumah tangga .
Upacara kematiannya : memakai adat yang sederhan tanpa gondang namun terdapat acara gereja.
VI. Maponggol ulu , merupakan istilah bagi janda yang suaminya mati dan meninggalkan anak-anak yang masih kecil
Upacara kematiannya : memakai adat yang sederhan tanpa gondang namun terdapat acara gereja.
VII. Mate maningkot ,merupakan istilah bagi orang yang mati bunuh diri .Hal ini termasuk kriteria mate satongkin dan merupakan aib bagi keluarga yang ditinggalkan.
Upacara kematiannya : tidak memiliki adat dan langsung dikuburkan.
Upacara kematian :tidak memiliki adat hanya acara gereja
IX. Sari matua , merupakan istilah bagi orang tua yang mati uzur , yaitu ada yang telah beranak , bercucu , bercicit dan berbuyut , tetapi dianggap ada cacat / celanya.Umpamanya, ada dari keturunannya yang mati mendahuluinya, masih ada dari anaknya yang punu (tidak berketurunan), dan sebagainya.Dalam adat kematian ,mayat wajib diberangkatkan dengan adat nagok.
Upacara kematiannya: memiliki adat yang lengkap hanya perbedaannya posisi tangan mayat yan masih terlipat serta jenis music yang digunakan
X. Saur matua , merupakan kematian yang ideal menurut adat kematian , yang dicita-citakan oleh setiap anggota masyarakat batak Toba , yaitu berusia lanjut,beranak , bercucu, bercicit, dan berbuyut.Semua keturunannya gabe (banyak) dan maduma (hidup sejahtera ), tidak ada cacat celanya (Anggur P. Tambunan, Tim Peneliti FKSS IKIP Medan , Bahasa tutur Parhataan dalam Upacara Adat Batak Toba, Maduma 02, hlm. 39-40)
Upacara kematiannya : sama dengan mauli bulung
XI. Mauli bulung , lebih sempurna lagi karena telah memiliki cicit dan buyut dan tidak ada cela.
Upacara kematiannya :
• Ratapan tangis
Pertanda sudah tiba waktunya untuk berpisah dan juga untuk mengungkapkan perasaan sedih yang tersimpan di hati sehingga apabila sudah keluar ada kepuasan
tersendiri.Sebelumnya para keluarga akan menyambut kedatangan jenazah dari rumah sakit dan setelah tiba mereka akan menangisinya.
• Memandikan (membersihkan)
• Merias/mengenakan pakaian dan diselimuti ulos
Setelah mayat selesai dirias maka mayat dibaringkan di ruang tengah rumah duka yang kakinya mengarah ke jabu bona.
• Di saat yang bersamaan pihak laki-laki baik dari ketururnan orang tua yang meninggal maupun sanak saudara berkumpul di rumah duka dan membicarakan bagaimana upacara yang akan dilaksanakan ke pada orang tua yang sudah saur matua itu.Dari musyawarah itu keluarga akan memperoleh hasil-hasil dari setiap hal yang dibicarakan .Hasil –hasil ini akan dicatat oleh para suhut untuk kemudian dipersiapkan ke musyawarah umum.Dan di sini pulalah penentuan hari untuk musyawarah umum (mangarapot).Dan mulailah dihubungi pihak family dan mengundang pihak hula-hula , boru, raja adat parsuhutan supaya hadir dalam musyawarah umum (mangarapot).
• Rapat keluarga (marappot)
Rapat / mangarapot/ martonggo raja / maria raja adalah menyatukan hati para raja, yaitu raja huta, raja dongan sahuta, raja dongan sabutuha, raja boru, raja hula-hula, anak muda huta, berkumpullah mereka semua di suatu saat untuk memberitahukan dan mempertanyakan keinginan hati terhadap suhut yang mengadakan acara.Sebelum rapat biasanya dilakukan jamuan dengan memotong ternak, peserta rapat adalah seluruh komponen dalihan natolu dan juga utusan dari masyarakat sekitar .Dalam rapat ini akan diputuskan nantinya beberapa hal antara lain
a. Lamanya upacara/lamanya jenazah dirumah
b. Menentukan ternak apa yang menjadi boan (dipotong untuk disuguhkan) c. Apakah acara nantinya dengan gondang atau tidak
d. Pembagian daging/jambar
Hal –hal yang dilakukan oleh rumah duka setelah ini adalah : Mengundang
Pihak family Hula-hula Boru
Dongan sabutuha(teman semarga, teman sahuta, teman satu kampung) Sanak saudar yang ada di perantauan.
Menyediakan peti Menyediakan catering
Menyediakan pakaian adat berupa ulos sandang dan topi adat Menyediakan pemusik
Gambar 7. Snggul maratua Sumber;survey
Sanggul maratua adalah perlambang status dari yang telah meninggal,seumpama sebuah mahkota segar yang terdiri dari:
a. Ampang 24 solup , menandakan yang meninggal sudah tua/panjang umur b. Parmesan 12 solup , menandakan bahwa yang meninggal lengkap punya anak
boru
c. Gantang , menandakan sudah punya cicit d. Hariara , menandakan punya anak dan bercucu e. Beringin , menandakan berputri dan bercucu
f. Gambiri , menandakan semangat dari nenek moyang g. Pira (telur ayam ) , menandakan kemapanan ekonomi
h. Sugi natolu , menandakan lengkap mempunyai dalihan natolu
Upacara di jabu (di dalam rumah)
laki-laki mulai dari anak yang paling besar sampai anak yang paling kecil.Anak perempuan dari orang tua yang meninggal , duduk di sebelah kiri peti mati .Sedangkan cucu dan cicitnya ada yang duduk di belakang atau di depan orang tuanya masing-masing.Dan semua unsur dari dalihan na tolu sudah hadir di rumah duka dengan mengenakan ulos.
Gambar 7. Posisi keturunan orang meninggal Sumber;www.google.com
Upacara di jabu ini biasanya di buka pada pagi hari (jam 10.00 ) oleh pengurus
gereja.Kemudian masing-masing unsur dalihan na tolu mengadakan acara penyampaian kata-kata penghiburan ke pada suhut. Ketika acara penyampaian kata-kata penghiburan oleh-unsur-unsur dalihan na tolu sedang berlangsung , di antara keturunan orang tua yang meninggal masih ada yang menangis.Pada saat yang bersamaan , datanglah pargonsi /pemusik .Tempat untuk pemusik telah disediakan sebelumnya yaitu bagian atas rumah bonggar .Kemudian pargonsi disambut oleh suhut .
Setelah acara makan bersama para pargonsipun mengambil tempat mereka yang ada di atas rumah dan mempersiapkan instrument-instrumen mereka
masing-masing.Umumnya merka semua duduk menghadap yang meninggal.Kegiatan
margondang di dalam rumah biasanya dilakukan di malam hari , sedangkan pada siang harinya dipergunakan pargonsi untuk beristirahat.Dan pada malam harinya ,
pargonsipun sudah bersiap-siap untuk memainkan gondang sabangunan .Kemudian pargonsi memainkan gondang lae-lae gondang elek-elek , yaitu gondang yang
memberitahukan dan mengundang masyarakat sekitarnya supaya hadir di rumah duka untuk turut menari bersama-sama.
I. Kemudian kegiatan margondangpun dibuka oleh pengurus gereja (pangulani huria . Semua unsure dalihan na tolu berdiri di tempatnya masing-masing .Pengurus gereja berkata pada pargonsi agar dimainkan gondang mula-mula.Gondang ini dimainkan utuk menggambarkan bahwa segala yang ada di dunia ini ada mulanya, baik itu manusia , kekayaan dan kehormatan.
II. Gondang ke dua yaitu gondang yang indah dan baik (tanpa ada menyebutkan nama gondangnya ).Setelah gondang berbunyi , maka semua menari.
III. Gondang liat-liat, para pengurus gereja menari mengelilingi mayat memberkati semua suhut dengan meletakkan tangan yang memegang ulos ke atas kepala suhut dan suhut membalasnya dengan meletakkan tangannya di wajah pengurus gereja.tapi dewasa ini sudah jarang ditemukan hl yang demikian.Biasanya pihak greja hanya akan mensakramen almarhum/ almarhumah saja tanpa memberikan gondang.
IV. Gondang simba-simba maksudnya agar kita patut menghormati gereja . Dan pihak suhut menari mendatangi pihak gereja satu persatu dan minta berkat dari mereka dengan meletakkan ulos ke bahu masing-masing pengurus gereja .Sedangkan pengurus gerja menaruh tangan mereka ke atas kepala suhut.
V. Gondang yang terakhir , hasuhutan meminta gondang hasahatan dan sitio-tio agar semua mendapat damai sejahtera bahagia dan penuh rezeki dan setelah selesai ditarikan mereka semuanya mengucapkan horas sebanyak tiga kali. Kemudian masing-masing unsur dalihan na tolu meminta gondang ke pada pargonsi , mereka juga sering memberikan uang kepada pargonsi tetapi yang memberikan biasanya pihak parboru
walaupun uang tersebut adalah dari pihak hula-hula atau dongan sabutuha.Maksud dari pemberian uang itu adalah sebagai penghormatan kepada pargonsi untuk memberi semangat kepada pargonsi dalam memainkan gondang sabangunan.
Jika upacara ini berlangsung beberapa malam , maka kegiatan-kegiatan pada malam-malam hari tersebut diisi dengan manortor semua unsur dalihan na tolu.Keesokan harinya apabila peti mayat yang sudah dipesan sebelumnya sudah selesai, maka peti mayat dibawa masuk ke dalam rumah dan mayat dipersiapkan untuk masuk kedalam peti.
Sumber;survey
[image:31.595.76.255.463.594.2]Ketika itu hadirlah dongan sabutuha, hula-hula dan boru.Yang mengangkat mayat ke dalam peti biasanya adalah pihak hasuhutan yang dibantu dengan dongan sabutuha.Tapi di beberapa daerah Batak Toba yang memasukkan mayat ke dalam peti adalah dongan sabutuha saja.
Gambar 9. Mompo Sumber:survey
Kemudian dengan hati-hati sekali mayat dimasukkan ke dalam peti dan di selimuti dengan ulos sibolang. Posisi peti diletakkan sama dengan posisi mayat sebelumnya.Maka aktivitas selanjutnya adalah pemberian ulos tujung , ulos sampe tua dan ulos panggabei.
Yang pertama kali memberikan ulos adalah hula-hula yaitu ulos tujung sejenis ulos sibolang kepada yang ditinggalkan (janda atau duda) disertai isak tangis baik dari pihak suhut maupun hula-hula sendiri.Pemberian ulos bermakna sebagai pengakuan resmi dari kedudukan seorang yang telah ditinggalkan oleh teman sehidup semati, sekaligus pernyataan turut berduka cita yang sedalam-dalamnya dari pihak hula-hula . Dan ulos itu hanya diletakkan di atas bahu dan tidak di atas kepala .Ulos itu disebut ulos sampe atau ulos tali-tali.Dan pada waktu pemberian ulos sampe-sampe itu semua anak keturunan yang meninggal berdiri di sebelah kanan dan golongan boru di sebelah kiri peti mati.
Gambar 11. Angka tulang Sumber:survey
Setelah ulos tujung diberikan , kemudian tulang dari yang meninggal memberikan ulos saput (sejenis ulos ragi hotang atau ragi hidup ), yang diletakkan pada mayat dengaa digerbangkan (diherbangkan ) di ats badannya . Dan bona tulang atau bona ni ari memberikan ulos saput tetapi tidak langsung diletakkan di atas badan yang meninggal tetapi digerbangkan di atas mayat peti saja.Maksud dari pemberian ulos ini adalah menunjukkan hubungan yang baik dan akrab antara tulang dengan bere (kemenakkan).
Setelah hula-hula selesai memberikan ulos-ulos tersebut kepada suhut , maka sekarang giliran pihak suhut memberikan ulos atau yang lainnya sebagai pengganti dari ulos kepada semua pihak boru .Pengganti dari ulos ini dapat berupa sejumlah uang.
Kemudian aktivitas selanjutnya setelah pemberian ulos atau uang kepada boru adalah kegiatan margondang , dimulai dari pihak suhut , dongan sabutuha , boru boru dan ale-ale .Semuanya menari diiringi gondang sabangunan dan mereka sesuka hati meminta jenis gondang yang akan ditarikan . sesudah semua rombongan selesai menari , maaka semua hadirin diundang untuk makan bersama .Sehari sebelumnya peti mayat di bawa ke halaman rumah orang tua yang saur matua tersebut, diadakanlah adat panguoi yang biasanya dilakukan pada sore hari.
Adat ini menunjukkan aktivitas memberi makan (sepiring nasi beserta lauknya ) kepada orang tua yang saur matua dan kepada semua sanak family . Setelah pembagian harta warisan selesai
dilaksanakan , lalu semua unsure dalihan na tolu kembali menari.Mulai dari pihak suhut , hasuhutan yang menari kemudian dongan sabutuha , boru , hula-hula dan ale-ale. Acara ini berlangsung sampai selesai (pagi hari).
Upacara di jabu menuju maralaman
Keesokan harinya semua suhut sudah bersiap siap lengkap dengan pakaian adatnya untuk mengadakan upacara di jabu menuju maralaman. Setelah semuanya hadir di rumah duka, maka upacara ini dimulai, tepatnya pada waktu matahari akan naik (sekitar pukul 10.00 Wib). Anak laki-laki berdiri di sebelah kanan peti mayat, anak perempuan (pihak boru) berdiri di sebelah kiri, hula-hula bersama pengurus gereja berdiri di depan peti mayat dan dongan sabutuha berdiri di belakang boru. Kemudian acara dipimpin oleh pengurus gereja mengenakan pakaian resmi (jubah).
peti mayat tersebut masih tetap ditutup dengan ulos sibolang. Lalu peti mayat itu diletakkan
di halaman rumah sebelah kanan dan di depannya diletakkan palang salib kristen yang
bertuliskan nama orangtua yang meninggal. Sesampainya di halaman, peti mayat ditutup dan
diletakkan di atas kayu sebagai penyanggahnya. Semua unsur dalihan Na Tolu yang ada di
dalam rumah kemudian berkumpul di halaman rumah untuk mengikuti acara selanjutnya.
Gambar 12.upacara maralaman
sumber:survey
Upacara Maralaman (di halaman rumah)
Upacara maralaman adalah upacara terakhir sebelum penguburan mayat yang saur matua. Di dalam adat Batak Toba, kalau seseorang yang saur matua meninggal maka harus diberangkatkan dari antaran bidang (halaman) ke kuburan (disebut Partuatna). Maka dalam upacara maralaman akan dilaksanakan adat partuatna. Pada upacara ini posisi dari semua unsur dalihan Na Tolu berbeda dengan posisi mereka ketika mengikuti upacara di dalam rumah. pihak suhut berbaris mulai dari kanan ke kiri (yang paling besar ke yang bungsu), dan di belakang mereka berdiri parumaen (menantu perempuan dari yang meninggal) posisi dari suhut berdiri tepat di hadapan rumah duka. Anak perempuan dari yang meninggal beserta dengan pihak boru lainnya berdiri membelakangi rumah duka kemudian hula-hula berdiri di samping kanan rumah duka.
pada upacara maralaman mereka berada di bilik bonggar sebelah kanan). Kemudian pargonsi
pun bersiap-siap dengan instrumennya masing-masing.
Setelah semua unsur Dalihan Na Tolu dan pargonsi berada pada tempatnya, lalu pengurus
gereja membuka kembali upacara di halaman ini dengan bernyanyi lebih dahulu, lalu
pembacaan firman Tuhan, bernyanyi lagi, kata sambutan dan penghiburan dari pengurus
gereja, koor dari ibu-ibu gereja dan terakhir doa penutup. Kemudian rombongan dari
pengurus gereja mengawali kegiatan margondang. Pertama sekali mereka meminta kepada
pargonsi supaya memainkan sitolu Gondang (tanpa menyebut nama gondangnya) , yaitu
gondang yang dipersembahkan kepada Debata (Tuhan) agar kiranya Yang Maha Kuasa
berkenan memberkati upacara ini dari awal hingga akhirnya dan memberkati semua suhut
agar beroleh hidup yang sejahtera di masa mendatang. Lalu pargonsi memainkan sitolu
Gondang itu secara berturut-turut tanpa ada yang menari.
Setelah sitolu Gondang itu selesai dimainkan, pengurus gereja kemudian meminta kepada
pargonsi yaitu gondang liat-liat. Maksud dari gondang ini adalah agar semua keturunan dari
yang meninggal saur matua ini selamat-selamat dan sejahtera. Pada jenis gondang ini,
rombongan gereja menari mengelilingi borotan (yang diikatkan kepadanya seekor kuda)
sebanyak tiga kali, yang disambut oleh pihak boru dengan gerakan mundur. Gerak tari pada
gondang ini ialah kedua tangan ditutup dan digerakkan menurut irama gondang. Setelah
mengelilingi borotan, maka pihak pengurus gereja memberkati semua boru dan suhut.
Kemudian pengurus gereja meminta gondang Marolop-olopan. Maksud dari gondang ini agar
pengurus gereja dengan pihak suhut saling bekerja sama. pada waktu menari pengurus gereja
mendatangi suhut dan unsur Dalihan Natolu lainnya satu persatu dan memberkati mereka
dengan meletakkan ulos di atas bahu atau saling memegang wajah, sedang suhut dan unsur
Dalihan Na Tolu lainnya memegang wajah pengurus gereja. Setelah gondang ini selesai,
maka pengurus gereja menutup kegiatan margondang mereka dengan meminta kepada
pargonsi gondang Hasahatan tu sitiotio. Semua unsur : Dalihan Na Tolu menari di tempat dan
kemudian mengucapkan ‘horas’ sebanyak 3 kali.
gondang ini selesai maka suhut mendatangi pihak boru dan memberkati mereka dengan
memegang kepala boru atau meletakkan ulos di atas bahu boru.Sedangkan boru memegang
wajah suhut.
Setelah hasuhutan selesai menari pada gondang Mangaliat, maka menarilah dongan sabutuha
juga dengan gondang Mangaliat, dengan memberikan ‘beras si pir ni tondi’ kepada suhut.
Kemudian mangaliatlah (mengelilingi borotan) pihak boru sambil memberikan beras atau
uang. Lagi giliran pihak hula-hula untuk mangaliat. Pihak hula-hula selain memberikan beras
atau liang, mereka juga memberikan ulos kepada semua keturunan orangtua yang meninggal
(baik anak laki-laki dan anak perempuan). Ulos yang diberikan hula-hula kepada suhut itu
merupakan ulos holong.
Biasanya setelah keturunan yang meninggal ini menerima ulos yang diberikan hulahula, lalu
mereka mengelilingi sekali lagi borotan. Kemudian pihak ale-ale yang mangaliat, juga
memberikan beras atau uang. Dan kegiatan gondang ini diakhiri dengan pihak parhobas dan
naposobulung yang menari. Pada akhir dari setiap kelompok yang menari selalu dimintakan
gondang Hasahatan atau sitio-tio dan mengucapkan ‘horas’ sebanyak 3 kali.
Gmbar 13.mangulosi
Sumber:survey
semua unsur Dalihan Na Tolu mengelilingi peti mayat yang tertutup. Di mulai acara gereja
dengan bernyanyi, berdoa, penyampaian firman Tuhan, bernyanyi, kata sambutan dari
pengurus gereja, bernyanyi dan doa penutup. Kemudian peti mayat dipakukan dan siap untuk
dibawa ke tempat penguburannya yang terakhir yang telah dipersiapkan sebelumnya peti
mayat diangkat oleh hasuhutan dibantu dengan boru dan dong an sahuta, sambil diiringi
nyanyian gereja yang dinyanyikan oleh hadirin sampai ke tempat pemakamannya. Acara
pemakaman diserahkan sepenuhnya kepada pengurus gereja. Setelah selesai acara
pemakaman, kembalilah semua yang turut mengantar ke rumah duka.
Acara Sesudah Upacara Kematian.
[image:36.595.76.504.432.583.2]Sesampainya pihak suhut , hasuhutan, boru, dongan sabutuha, hula-hula di rumah duka, maka
acara selanjutnya adalah makan bersama. Pada saat itulah kuda yang diborotkan tadi sudah
dapat dilepaskan dan ternak (babi) yang khusus untuk makanan pesta atau upacara yang
dibagikan kepada semua yang hadir. Pembagian jambar ini dipimpin langsung oleh pengetua
adat. Tetapi terdapat berbagai variasi pada beberapa tempat yang ada pada masyarakat batak
toba. Salah satu uraian yang diberikan dalam pembagian jambar ini adalah sebagai berikut:
Gambar 14.parbagian jambar
Sumber survey
• Kepala untuk tulang
• Telur untuk pangoli
• Somba-somba untuk bona tulang
• Satu tulang belakang lainnya untuk parbonaan
• Leher dan sekerat daging untuk boru
Setelah pembagian jambar ini selesai dilaksanakan maka kepada setiap hulahula yang
memberikan ulos karena meninggal saur matua orang tua ini, akan diberikan piso yang
disebut “pasahatkhon piso-piso”, yaitu menyerahkan sejumlah uang kepada hula-hula,
jumlahnya menurut kedudukan masing-masing dan keadaan.
Bilamana seorang ibu yang meninggal saur matua maka diadakan mangungkap hombung
(buha hombung), yang dilakukan oleh hula-hula dari ibu yang meninggal, biasanya
dijalankan oleh amana posona (anak dari ito atau abang adik yang meninggal). Buha
Hombung artinya membuka simpanan dari ibu yang meninggal. Hombung ialah suatu tempat
tersembunyi dalam rumah, dimana seorang ibu biasanya menyimpan harta keluarga ; pusaka,
perhiasan, emas dan uang.
Harta kekayaan itu diminta oleh hula-hula sebagai kenang-kenangan, juga sebagai
kesempatan terakhir untuk meminta sesuatu dari simpanan “borunya” setelah selesai
mangungkap hombung, maka upacara ditutup oleh pengetua adat. Beberapa hari setelah
selesai upacara kematian saur matua, hula-hula datang untuk mangapuli (memberikan
penghiburan) kepada keluarga dari orang yang meninggal saur matua dengan membawa
makanan berupa ikan mas. Yang bekerja menyedikan keperluan acara adalah pihak boru.
Acara mangapuli dimulai dengan bernyanyi, berdoa, kata-kata penghiburan setelah itu dibalas
(diapu) oleh suhut. Setelah acara ini selesai, maka selesailah pelaksanaan upacara kematian
saur matua. Latar belakang dari pelaksanaan upacara kematian saur matua ini adalah karena
faktor adat, yang harus dijalankan oleh para keturunan orang tua yang meninggal tersebut.
Pelaksanaan upacara ini juga diwujudkan sebagai penghormatan kepada orang tua yang
meninggal, dengan harapan agar orang tua tersebut dapat menghormati kelangsungan hidup
dari para keturunannya yang sejahtera dan damai. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan
antara manusia yang masih hidup dengan para kerabatnya yang sudah meninggal masih ada
hubungan ini juga menentukan hidup manusia itu di dunia dan di akhirat.
prilaku setiap unsur khususnya dalam kegiatan adat maupun dalam kehidupan sehari-hari
tidak menyimpang dari adat yang sudah ada.
[image:38.595.84.473.170.302.2]Kegiatan makan dilakukan antara jam 12-2 siang di sela-sela acara
Gambar 15.makan
Sumber survey
Jenis kegiatan, karakteristik kegiatan,karakteristik ruang
Kegiatan yang dilakukan didalam bangunan dapat dibedakan menurut pelaku dalam kegiatan tersebut antara lain
1. Keluarga
Merupakan keluarga dekat dari orang yang meninggal seperti suami atau istri, anak,cucu,abang,kakak dan orangtua
2. Pelayat
Pelayat dapat dibedakan atas 2 jenis - Pelayat adat
Para pelayat yang turut mengikuti dan terlibat dalam acara adat merupakan handaitolan dari orang yang meninggal
- Pelayat umum
Para pelayat yang tidak harus terlibat dengan acara adat, biasa berupa teman kerja, rekan bisnis dsb dari orang yang meninggal
3. Pengelola
Merupakan badan yang terdiri dari beberapa orang yang bertugas untuk membantu kelancaran dari jalannya acara. Antara lain
1. Manager 2. Staff
4. Akomodasi 5. Retail 6. Transportasi 7. Peralatan 8. Dll
2.6.STUDI BANDING PROYEK SEJENIS
Basketville casket company (perusahaan peti jenazah)
Basketville casket company ini berlokasi di Manchester, Tenn , dengan luas total 430,000 square footage. Perusahaan ini bergerak di bidang perpetijenazahan yang dimulai sejak tahun
1970.Perusahaan ini kini telah memiliki 375 orang pekerja.Perusahaan ini juga telah memiliki ikon tersendiri yaitu:
[image:39.595.77.478.380.519.2]Adapun literature yang dapat diumbarkan pada kesempatan kali ini berupa showroom dan tempat pembuatannya:
Gambar 16. Showroom Batesville Casket Company
Sumber:
Salah satu fasilitas yang terdapat dalam perusahaan ini adalah showroom peti.Tempat ini
merupakan bagian terpenting dalam usaha ini, di mana para pembeli dapat langsung memilih peti yang mereka inginkan.
Gambar 17. tempat pembuatan peti di BCC
[image:39.595.78.428.619.737.2]Adapun bahan dasar pembuatan peti jenazah di perusahaan Batesville ini terbuat dari kayu dan cooper/kaleng , sehingga mesin yang digunakanpun lebih bervariasi.Pada proyek saya ini hanya akan membuat peti yang berbahan dasar kayu.
George Hall and Son (Rumah Duka)
Berlokasi di Buccleuch Street, Barrow in Furness, Cumbria Los Angeles , Amerika Serikat. Hal-hal yang ditangani :
Selain penguburan konvensional George hall juga menyediakan crematorium,.GHS juga menangani acara perkawinan.Yang menjadi prioritas utama dari perusahaan ini adalah penguburan baik konvensional maupun krematorium.Perkawinan sebagai prioritas ke dua, untuk acara
pernikahan perusahaan ini bekerja sama dengan perusahaan lain yang bekerja khusus di bidang pernikahan.Kapasitas untuk ketiga fungsi di atas adalah ratusan orang saja.Sistem pelayanannya dikemas dengan paket.Targetnya masyarakat menengah ke atas dan tidak terdapat layanan sosial. Oregon Funeral Directors Association (rumah duka)
Oregon Funeral director association terletak di sebelah barat laut kota Portland, Amerika Serikat tepatnya di Suite road 105.Selain sebagai badan usaha yang menyediakan fasilitas untuk penguburan, Oregon juga melatih tenaga ahli yang berhubungan dengan penguburan dan menyediakan fasilitas kuburannya.
Sistem pengelolaan
Oregon Funeral director menyediakan layanan one stop , cukup dengan registrasi saja kemudian segala sesuatunya mereka yang mengatur seperti:
• Menghubungi undangan
• Mengatur transportasi
• Menyediakan tenaga konseling
• Menyediakan pendeta
• Mengatur acara penguburan
• Merias mayat
• Menyediakan bungan
• Menyediakan peti mati
Selain hal tersebut Oregon juga berhubungan dengan Dinas Sosial setempat untuk
memberikan layanan sosial kepada masyarakat yang kurang mampu. Sistem pembayaran juga bisa dicicil sehingga masyarakat golongan bawah dapat memanfaatkan fasilitas tersebut. Manajemen yang mereka lakukan adalah subsidi silang penggunaan bangunan golongan ekonomi atas mensubsidi kalangan ekonomi bawah.
Fasilitas yang disediakan
• Ruang persemayaman untuk empat jenazah
• Ruang duduk kapasitas ratusan orang
• Ruang istirahat
• Musik
• Capel
• Lokasi kuburan
Ketiga studi banding di atas merupakan contoh proyek di luar negri sementara di kota Medan sendiri belum ada yang mampu menyainginya.Namun untuk di kota Medan sendiri ada beberapa contoh proyek sejenis di kota medan .Untuk contoh proyek perusahaan peti jenazahnya sendiri antara lain:
[image:41.595.69.497.118.561.2]1. Jalan Asia/Bakaran Batu 2. Kampung Durian 3. Jalan Turi 4. Jalan Ngalengko 5. Padang Bulan 6. Sukaramai
Gambar 18. contoh proyek peti jenazah di Kota Medan Sedangkan untuk rumah dukanya:
1. Jambur Namaken di jalan Jamin Ginting 2. Rumah duka Methodis di jalan Bintang
Gambar 8. Contoh proyek rumah duka di Kota Medan Kesimpulan :
Dari hasil studi banding proyek sejenis di atas dapat disimpulkan bahwa perusahaan sejenis Medan Casket Company memang adalah perusahaan yang sangat menguntungkan karena sangat
dibutuhkan , melihat kondisi perdagangan peti di Kota Medan yang kurang maju dan tidak tersedianya rumah duka bagi kaum Batak Toba yang beragama Kristen Protestan.
[image:41.595.76.417.413.549.2]BAB III ELABORASI TEMA
3.2.PENGERTIAN ARSITEKTUR RELIGIUS
• Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Arsitektur adalah (1) seni dan ilmu merancang bangunan serta membuat konstruksi bangunan, jembatan dan sebagainya; (2) metode dan gaya rancangan suatu bangunan
• Religius adalah kepercayaan yang dianut seseorang
Jadi, Arsitektur religius adalah seni atau ilmu merancang bangunan , jembatan, dsb yang dibuat berdasarkan kepercayaan yang dianut.
3.1.2. TINJAUAN TEORITIS / KONSEPTUAL Filsafat orang batak toba
1. hasangapon 2. hagabeon 3. hamoraon
[image:42.595.85.565.407.766.2]Sebagaimana kita ketahui kalau dalihan natolu itu diambil dari perumpamaan tungku pemasak dahulu .Dahulu ada tiga tumpukan bata yang digunakan untuk memasak.
Gambar 19.tiga tumpuk bata(dalihan na tolu
Karena pentingnya dalihan natolu maka orang batak juga menyertakan hal yang seharusnya dilakukan pada DNT, yaitu:
Somba marhula-hula
Menyembah hula-hula / menghormati hula-hula supanya ‘gabe’ (sempurna), yaitu bahagia dan memiliki anak cucu yang banyak dan baik
Manat mardongan tubu
Ketiga filsafat hidup orang batak ini ditentukan bagaimana kita bersikap terhadap “dalihan na tolu”
Boru
Baik-baiklah mempunyai dongan tubu supaya sangap yaitu aman dan damai. Elek marboru
Meskipun pihak boru dianggap berada diurutan terbawah dan dan bisa dimintai tolong, akan tetapi caranya harus membujuk dengan sopan / dengan kasih supaya mamora karena itulah hamoraan yang sesungguhnya.
Masyarakat jaman dahulu menganggap roh dan jiwa manusia ada tiga , yaitu: Tondi .Kekuatan penggerak tubuh
Sahala. Sebagai kekuatan si tondi yang menyebabkan seseorang memiliki banyak kekayaan , pandai dsb.Dan dipercayai bahwa sahala ini dapat berpindah dari satu tubuh ke tubuh lain .
BAB IV ANALISIS
4.5.ANALISIS FUNGSI RUANG 4.5.1. PROGRAM RUANG
NO. ZONA PENGGUNA AKTIVITAS RUANG STANDARD KAPASITAS HITUNGAN BESAR
RUANG 1 GEDUNG
ADAT
PELAYAT KELUARGA PENGELOLA
UPACARA KEMATIAN RUMAH DUKA 1=4M² 900 ORANG 900 X 4 3600 M²
2 PERUSAH AAN PETI
PENGELOLA PEKERJA PEMBELI/PEME SAN MENERIMA MEMBUAT PETI MEMAJANG PETI
MEMESAN RUMAH DUKA
LOBI RUANG CETAK SHOWROOM KANTOR 1=4M² 1=4M² 1=4M² 1=4M² 48 0RANG 176 ORANG 160 PETI 12 ORANG
48 X 4 176 x4 160 X 4 12 X 4
192 M² 704 M² 640 M² 48M² 3 SERVIS PEMILIK
PEKERJA TINGGAL BEKERJA MEMASAK MENYEWA DLL RUMAH TOKO+TOILET DAPUR - - - - 5-6 ORANG 10-12 ORANG 10-20 0RANG 16X20 256 - 320M² 256M² 640M²
4 RUMAH LAYAT MELAYAT TEMPAT BERISTIRAHAT 30 ORANG 30 ORANG 570 M²
5 TOTAL 12.000
No.
Divisi
Pengguna
Aktivitas
Ruang
Standard
Kapa
sitas
unit
Hitu
ngan
Besar
ruang
1.
Pengin
apan
Keluarga pemilik
Tidur
[image:45.842.70.788.209.520.2]Makan
R. tidur
R. makan
@ pria
1x2=2
@wanita
1x2=2
1x1=1
4x8=32
Max
10
Max
10
Max
20
1
20
20
1x20
40m²
20m²
2.
3.
Manag
e
men
Persem
ayaman
Mess
Keluarga /Pelayat
Salon
Pengelola
Pimpinan rumah duka
Pegawai
Bersama
Pelayat
Berbincang
Ke toilet
Istirahat / tidur
Tidur
Bersalon
Bekerja /mengelola
Mengawas
Mengurus administrasi
Makan
Ke toilet
Melihat jenazah
Makan
•
Ruang makan
keluarga
R.keluarga
KM/WC
Mess
Tidur
R.salon
R. pengelola
R. pimpinan
R.pegawai
Kantin
KM/WC
R. persemayaman
R.m. hula-hula
R.m. tulang
R. m.. tulang robobot
1,5x1=1,5
4 x 6 = 24
4 x5 = 20
4x4=16
2x2=4
4x4=16
2x2=4
4x4=16
1,5x1=1,5
4x4=2
8x8=64
8x8=64
8x8=64
8x8=64
2
2
4
1
1
1
1
1
1
1
1
2
1
1
32x1
1,5x2
9 x24
4 x 20
•
Ruang makan
perkumpulan
•
Ruang makan
R. m. bona tulang
R.m. bonani ari
R.m. hula-hula
namarhaha maranggi
R. m. hula-hula naposo
R.m. sihatua ni boru
R. m. boru bere
R.m. pariban
R.m. perkump. Gereja
R.m. perkump.STM
R.m..perkump.marga/b
oru sendiri
R.m. perkump. marga
4.
5.
Dapur
Penunj
ang
Bersama
Tukang catering-1
Bersama /
Tukang catering- 2
Supir
Ruang marapot
Jenazah badan tidak
universal
Manortor / mangulosi
Masuk
Mengambil bahan
Memasak
Memarkirkan kenderaan
Masuk
Membagikan makanan
Membersihkan peralatan
Mengambil kenderaan
Menjemput keluarga
Rapat keluarga
Diautopsi
Dibersihkan
R. m. universal
R. tortor
Lobi rumah duka
Gudang makanan
Dapur
Parkir
Lobi dapur
R.saji
KM / WC
Bagasi
Parkir
R. rapot
R. bedah
24x12=288
12x12=144
4x4=16
8x8=64
2,5x5=12,5
4x4=16
8x8=64
4x4=16
3x5=15
3x5=15
16x16 = 256
utuh
Bersama / Jenazah
badan utuh
Teknisi
Fotografer
Perias / dokter bedah
Perangkai bunga
Diawetkan
Dirias
Dipersemayamkan
Mengecek
Mengambil peralatan
Mengambil video / foto
Mengedit
Mengambil peralatan
Membersihkan
mengautopsi
mengawetkan
Mengambil peralatan
Merangkai
Mendekor
R. pembersihan jenazah
R.pengawetan
R. rias
R. persemayaman
R.teknisi
Gudang peralatan
Rumah duka
Ruang edit
Gudang
R. pembersihan jenazah
6.
Pemilik
Mekanik
Bersama
Musisi
Security / pemilik /
pimpinan umum
Mencek genset
Mencek pompa
Memarkirkan kenderaan
masuk
Makan
Ke toilet
Main music
Ambil alat music
Cek sistem suara
tinggal
mengawas
Rumah duka
R. genset
R.pompa
Parkir
Lobi penunjang
Kantin
KM/WC
R.musik
Gudang alat music
r.mesin
Satu unit rumah tipe
7.
dll
7000 m²
Sub-Total
3000m²
Sirkula
si
20%
total
12000m²
Asumsi setiap 10 orang pengunjung memakai 1 mobil dan 2 sepeda motor Mobil = 112 x 12.5 = 1400 m²
Shelter taxi dan becak =(2x2)10+(2,5x5)2=65 Total parkir = 1735 m²
Luas bangunan keseluruhan adalah =12000 + 1735
=13735m²
4.6.STUDI KELAYAKAN Pertimbangan sosial
Proyek ini mampu mengembalikan persekutuan yang erat di dalam berhubungan terhadap sesame karena dalam beberapa waktu seluruh kenalan keluarga yang meninggal akan berkumpul bersama-sama, saling menguatkan , dan sebagainya.
Pertimbangan ekonomi
Bagi suku Batak Toba untuk mengadati orang tua yang telah meninggal adalah sebuah kewajiban agar orang tua tersebut dianggap sangap/sempurna. Dalam acara yang dilakukan 3-4 hari ini, jumlah uang yang dihabiskan bisa mencapai 40 juta rupiah mulai dari menyewa tempat,
membeli peti, mengawetkan, merias dan sebagainya.Namun walaupun begitu biasanya semakin banyak orang yang hadir akan semakin banyak tumpak yang didapat sehingga dapat mengurangi beban keluarga yang meninggal.Diperkirakan penggunaan bangunan ini dalam sebulan bisa mencapai 4 buah kematian .Pada bangunan ini akan dicoba sistem subsidi silang agar setiap orang tua suku Batak Toba dapat dianggap sangap.
Pertimbangan efisiensi
4.7.ANALISIS KONDISI LINGKUNGAN 4.2.3. LOKASI
Kriteria Pemilihan Lokasi
[image:53.595.31.569.205.819.2]Sumatera Utara merupakan propinsi asal masyarakat Batak Toba yaitu di daerah pinggiran Danau Toba.Karena jiwa perantau ke kota masyarakat ini sangat tinggi sehingga suku Batak Toba banyak tersebar di kota-kota besar di Negara Indonesia.Kota yang paling banyak didiami oleh suku ini adalah kota Medan.Begitu juga kepercayaan mereka yang didominasi oleh agama Protestan.
Gambar 20. Peta Penyebaran Pemakaman Kristen Di Kota Medan
TPU. Tanjung Selamat TPU. Simalingkar-a TPU. Helvetia
TPU. Gajah Mada-2 TPU.Gajah Mada-1
TPU. Kampung Durian
TPU. Padang Bulan
TPU. Patumbak
Jambur Namaken Jalan Turi
Kampung Durian Jalan Ngalengko
Sukaramai
Kecamatan Jumlah gereja HKBP TPU Medan petisah Medan helvetia Medan sunggal Medan tuntungan Medan amplas i iii ii ii iiii Ada (penuh) Ada Tidak ada
Ada (hampir penuh) Ada
Sumber :almanak HKBP 2010 dan survey
Kriteria penggunan rumah duka: Tidak memiliki batasan usia Ditinjau dari segi usia
Tidak dibatasi dari strata apapun.Tetapi menggunakn sistem subsidi silang agar keluarga menengah kebawah tetap dapat menggunaknnya.Namun tujuan awal memang untuk membantu pemakai yang luas rumahnya tak mampu menampung kerabat yang sedemikian banyak karena: Ditinjau dari status ekonomi
• Tinggal di gang
• Tempat tinggalnya tidak luas
Pemakai dari gedung secara umum tidak dibatasi wilayahn ya selama masih berkaitan dengn masyarakat batak Toba , tetapi pemesanan dari bangunan (keluarga ) yang diutamakan adalah masyarakat Batak Toba yang ada di kota Medan.
[image:54.595.62.531.109.228.2]Ditinjau dari jangkauan pelayanan
Gambar 22. Peta Penyebaran Pengguna Rumah Duka 1
2
3
2
[image:54.595.114.484.269.584.2]Tabel 9. Jumlah kepadatan gang
Kecamatan Jumlah kepadatan gang Medan petisah Medan helvetia Medan sunggal Medan tuntungan Medan amplas 1 2 2 1 3
Tabel 10. Jumlah rumah sakit dan rumah sakit bersalin Kecamatan Jumlah rumah
sakit
Jumlah rumah sakit bersalin Total Medan petisah Medan helvetia Medan sunggal Medan tuntungan Medan amplas 8 3 2 3 1 8 31 34 19 37 16 34 36 22 38 Sumber : Medan Dalam Angka
Alternatif lokasi :
• Tidak terdapat lahan kosong
yang cukup luas yang cocok untuk fungsi sejenis Medan petisah:
• Kriteria penggunan tidak
terpenuhi karena pemukiman warga setempat cukup luas/tidak terdapat banyak gang/lorong
• TPU yang telah penuh tidak
menjadi hal yang menguatkan untuk pemilihan lokasi di daerah ini
Lokasi : Jalan Gaperta Medan Helvetia:
Luas :150m x 150m
• Terdapat lahan kosong yang
cukup luas
Banyaknya Rumah Sakit Di Daerah Terpilih
Medan Casket Company RSU/Bersalin Jika ada pasien yang meninggal maka akan
dirujuk ke MCC:
• Formalin
• Rumah duka
• Pembelian peti Jika ada pasien rujukan dari
RSU/Bersalin datang , maka RSU/Bersalin tersebut akan
• Terdapat TPU yang menetap dan masih banyak lahan sisa
• Tidak terdapat TPU
Medan sunggal:
Lokasi : jl. Pajak melati Medan tuntungan: Luas 150m x 150m
• Terdapat lahan kosong yang
cukup luas
• Terdapat TPU yang menetap
dan masih banyak lahan sisa, namun TPU yang disebut dengan TPU Tj. Selamat ini terlalu jauh dari pusat kota dan dengan dengan pasar tradisional melati yang cenderung macet
Altern.1 Medan amplas:
Lokasi : jl. Panglima denai Luas : 1,8 ha
• Dekat dengan TPU Patumbak
• Merupakan jalur menuju Toba
• Banyak terdapat gereja HKBP
• Banyak terdapat gang-gang kecil
• Kekurangan kalau mau dikubur ke patumbak melewati area rawan macet
Altern.2 lokasi : jl. Tuar Luas : 2 ha
• Luas: Dekat dengan TPU Patumbak
• Merupakan jalur menuju Toba
• Banyak terdapat gereja HKBP
Analisa Pemilihan Lokasi
Tabel 11. Analisa Pemilihan Lokasi
Kriteria Lokasi usulan
Jl. Gaperta Jl.Pajak Melati Jl.Tuar Jl.Panglima Denai Luas lahan
Lingkungan
Kedekatan dengan calon pengguna Jarak ke kuburan