• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN MODUL BIOTEKNOLOGI BERBASIS LITERASI SAINS.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN MODUL BIOTEKNOLOGI BERBASIS LITERASI SAINS."

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN MODUL BIOTEKNOLOGI

BERBASIS LITERASI SAINS

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan pada

Program Studi Pendidikan Biologi

NOVELINA ANDRIANI ZEGA NIM. 8146173017

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)

i ABSTRAK

Novelina Andriani Zega, Pengembangan Modul Bioteknologi Berbasis Literasi Sains. Tesis. Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan 2016.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Modul Bioteknologi Berbasis Literasi Sains sebagai batang tubuh ; (2) Modul Bioteknologi Berbasis Literasi Sains sebagai cara untuk menyelidiki; (3) Modul Bioteknologi Berbasis Literasi Sains sebagai cara berpikir; dan (4) Modul Bioteknologi Berbasis Literasi Sains sebagai Interaksi sains, teknologi dengan masyarakat. Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan dengan model pengembangan produk Borg dan Gall, yang dimodifikasi sesuai kebutuhan. Model ini meliputi enam tahapan, yaitu: (1) Melakukan penelitian pendahuluan; (2) Perencanaan produk; (3) Pengumpulan bahan; (4) Pengembangan produk awal; (5) Validasi produk dan (6) Revisi dan Uji coba. Subjek uji coba terdiri dari tim ahli materi, ahli desain, 3 dosen Prodi biologi, 3 mahasiswa IKIP Gunungsitoli pada uji coba perorangan, 9 mahasiswa IKIP Gunungsitoli pada uji coba kelompok kecil dan 20 mahasiswa IKIP Gunungsitoli pada uji coba kelompok lapangan terbatas. Data tentang kualitas produk pengembangan ini dikumpulkan dengan angket. Data dianalisis dengan teknik deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Hasil penelitian pengembangan modul bioteknologi berbasis literasi sains menunjukkan bahwa: (1) Modul Bioteknologi Berbasis Literasi Sains sebagai batang tubuh pada kriteria “sangat baik” (87,5%); (2) Modul Bioteknologi Berbasis Literasi Sains sebagai cara untuk menyelidiki pada kriteria “sangat baik” (92,8%); (3) Modul Bioteknologi Berbasis Literasi Sains sebagai cara berpikir pada kriteria “sangat baik” (96,8%); dan (4) Modul Bioteknologi Berbasis Literasi Sais sebagai Interaksi sains, teknologi dengan masyarakat pada kriteria “sangat baik” (90,6%); (5) Uji coba perorangan berada pada kriteria “sangat baik” (82,1%); Uji coba kelompok kecil berada pada kriteria “sangat baik” (90,2%); Uji coba kelompok lapangan terbatas berada pada kriteria “sangat baik” (94,8%), sehingga saran yang dapat dikemukakan melalui penelitian ini dapat disimpulkan bahwa produk penelitian modul bioteknologi berbasis literasi sains yang dikembangkan layak untuk digunakan sebagai bahan ajar tambahan mahasiswa atau sebagai penunjang pembelajaran dimata kuliah bioteknologi. Mengingat penelitian ini hanya dilakukan sampai uji coba lapangan terbatas, maka untuk mengetahui keefektifannya dengan bahan ajar perlu dilakukan penelitian lebih lanjut..

(6)

ii ABSTRACT

Novelina Andriani Zega, Developmental of Biotechnology Module Based on scientific Literacy. Thesis. State University of Medan. Postgraduate Program in 2016.

This study aimed to determine: (1) biotechnology module base on scientific literacy as the body of knowledge; (2) biotechnology module base on scientific literacy as a way of investigating; (3) biotechnology module base on scientific literacy as as a way of thinking; and (4) biotechnology module base on scientific literacy as the interaction of science, technology and society. Type of this research is the developmental research with Borg and Gall developmental model which modified as needed. This model includes six stages, namely: (1) Conduct a preliminary study; (2) Planning product; (3) The collection of materials; (4) Development of the initial product; (5) Validation of products and (6) Revisions and field testing. Subject of this research involved team of subject matter experts, design expert, 3 lectures from biology major, 3 students from the IKIP Gunungsitoli for the individual testing, 9 student at the IKIP Gunungsitoli for small group testing and 20 students from IKIP Gunungsitoli for preliminary field testing. Data of product’s quality were collected by questionnaire. Data were analyzed with descriptive quantitative and qualitative techniques. The results showed that: (1) Science as the body of knowledge has "very good" criteria (87.5%); (2) Science as a way of thinking also has "very good" criteria (92.8%); (3) Science as a way of thinking on the criteria of "very good" (96.8%); (4) The interaction of science, technology with society has"very good" criteria (90.6%); (5) The individuals testing currently on the criteria of "very good" (82.1%); Small group testing was on the criteria of "very good" (90.2%); preliminary field testing currently on the criteria of "very good" (94.8%), so it can be concluded that the biotechnology module based based on scientific literacy that has been developed was feasible to be used as additional teaching materials for student. Considered the research was only conducted until preliminary field testing, so to determine the effectiveness of this teaching materials further research needs to be done.

(7)

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas anugerah dan kasih-Nya yang berkelimpahan sepanjang perjalanan peneliti menyelesaikan tesis yang berjudul “Pengembangan Modul Bioteknologi Berbasis Literasi Sains”, yang menjadi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan pada program studi Pascasarjana Pendidikan Biologi Universitas Negeri Medan.

Penulis menyadari bahwa penyelesaian tesis ini tidal terlepas dari bantuan, bimbingan, serta arahan berbagai pihak, oleh karena itu perkenankan penulis menyampaikan hormat, penghargaan dan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd; Selaku Rektor Universitas Negeri Medan beserta para Pejabat di jajaran civitas akademika UNIMED.

2. Bapak Prof. Dr. Bornok Sinaga, M.Pd; selaku Direktur Program Pascasarjana UNIMED beserta para Asisten Direktur.

3. Bapak Dr. Hasruddin, M.Pd; selaku Ketua Prodi Pendidikan Biologi Pascasarjana

4. Ibu Dr. Fauziyah Harahap, M.Si, selaku Sekretaris Prodi Pendidikan Biologi Pascasarjana sekaligus sebagai Pembimbing I yang telah banyak memberi arahan dan bimbingan kepada penulis.

(8)

iv

6. Bapak Dr. Hasrudin, M.Pd., Prof. Dr. Herbert Sipahutar, M.Sc., dan Dr. Mufti Sudibyo, M.Si, selaku penguji yang telah banyak memberi saran-saran demi kesempurmaan tesis ini.

7. Bapak Drs. Bezisokhi Laoli, M.M., selaku Rektor IKIP Gunungsitoli yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian di IKIP Gunungsitoli.

8. Bapak Prof. Dr. Ramlan Silaban, M.Si., dan Bapak Ifolala Larosa, S.Pd, M.Si., selaku Validator Ahli Materi; Bapak Dr. Rachmat Mulyana, M.Si., dan Bapak Dr. R.Mursid, M.Pd, selaku Validator Ahli desain.

9. Bapak Drs. Henoki Waruwu, M.Pd., Bapak Dalifati Ziliwu, M.Pd., dan Ibu Ria Noviyanti, S.P, M.Si., selaku Dosen Penilai kualitas modul.

10. Ibu Anna, selaku staf Tata Usaha Prodi Pendidikan Biologi yang telah banyak membantu dalam pengurusan administrasi di Program Studi Pascasarjana.

11. Suami tercinta Ifolala Larosa, S.Pd., M.Si dan Anak-anak tersayang Nadia Davita Z.Larosa, Grace Nadia Z.Larosa, dan Wiraja Mahardika Larosa, yang selalu setia dan penuh pengertian selama pelaksanaan studi lanjut di Universitas Negeri Medan.

12. Bapak Yulianus Zega, S.Kom, selaku Ketua Umum Yayasan Perguruan Pembda Nias, yang memberi izin dan motivasi untuk lebih semangat dalam menyelesaikan studi.

(9)

v

perhatian, motivasi, dan doa yang tulus dalam penyusunan tesis ini. Terimakasih,

God bless our family forever.

14. Seluruh rekan-rekan mahasiswa Pascasarjana Universitas Negeri Medan angkatan XXIV Program Studi Pendidikan Biologi, Terimakasih dukungan dan motivasinya. Sukses selalu.

Akhir kata, semoga tesis ini dapat memberi informasi ilmiah yang bermanfaat dalam memperkaya ilmu pengetahuan peneliti dan pihak lain yang memerlukannya.

Medan, Maret 2016 Peneliti,

(10)

vi 1.1. Latar Belakang Masalah...1

1.2. Identifikasi Masalah...7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hakikat Modul Pembelajaran...11

2.1.1. Pengertian Modul Pembelajaran...11

2.1.2. Tujuan Penggunaan Modul ...12

2.1.3. Manfaat dan Peranan Modul Pembelajaran...14

2.1.4.Karakteristik Modul Pembelajaran... 15

2.1.5. Komponen-komponen Modul ...18

2.1.6. Kelebihan Pembelajaran menggunakan Modul ...19

2.1.7. Prinsip Penulisan Modul ... ... 20

2.1.8. Prosedur penulisan Modul... ...21

2.2.Hakikat Literasi Sains... 25

2.2.1. Pengertian Literasi Sains...25

2.2.2.Komponen dan Aspek –aspek dalam Literasi Sains... ... 27

2.2.2.1. Aspek konten...30

2.2.2.2. Aspek Proses ...31

2.2.2.3. Aspek konteks...32

2.2.2.4. Aspek sikap...32

2.2.3. Penilaian Literasi Sains...33

2.2.4. Peranan Literasi Sains dalam Pendidikan...34

2.2.5. Manfaat Literasi Sains ...36

2.3. Modul Pembelajaran Berbasis Literasi Sains...37

2.4. Kurikulum 2013 ...41

2.4.1. Pengertian Kurikulum 2013... 41

(11)

vii

2.4.3. Komponen Kurikulum 2013...42

2.4.4. Keunggulan Kurikulum 2013...43

2.5. Model Penelitian Pengembangan Bahan Ajar...43

2.6. Karakteristik Bioteknologi ...49

2.6.1. Pengertian Bioteknologi ...49

2.6.2. Perkembangan Bioteknologi...51

2.6.3. Aplikasi Bioteknologi dalam Kehidupan...53

2.6.3.1. Bioteknologi Pertanian... 53

2.6.3.2. Bioteknologi Kesehatan...55

2.6.3.3. Bioteknologi Pangan ...58

2.6.4. Dampak Bioteknologi ...61

2.6.4.1. Dampak positif bioteknologi...61

2.6.4.2. Dampak negatif bioteknologi ... 62

2.7. Kerangka Berpikir ...62

BAB III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ...65

3.2. Subjek Penelitian...65

3.8. Analisis Deskriptif ...73

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian ... 76

4.1.1. Deskripsi Produk Awal ... 76

4.2. Penyajian Data Hasil Penelitian Pengembangan... 78

4.2.1.Data Hasil Validasi Tim Ahli Materi ... 78

4.2.2.Data Hasil Validasi Tim Ahli Desain... 83

4.2.3.Hasil penilaian Modul oleh Dosen bioteknologi ... 85

4.2.4. Hasil Respon Modul Uji Coba Perorangan ... 88

4.2.5. Hasil Respon Modul Uji Coba Kelompok Kecil... 88

4.2.6. Hasil Respon Modul Uji Coba Kelompok Lapangan Terbatas ... 89

4.3. Analisis Data Produk ... 90

4.3.1. Analisis Data Hasil Penilaian oleh Tim Ahli Materi ... 91

4.3.2. Analisis Data Hasil Penilaian oleh Tim Ahli Desain ... 95

4.3.3. Analisis Data Produk Respon oleh Guru Biologi ... 97

4.3.4. Analisis Data Produk Respon oleh Mahasiswa ... 97

4.4. Revisi Produk ... 99

4.4.1. Revisi Pertama ... 99

4.4.2. Revisi Kedua ... .100

4.4.3. Revisi Ketiga ... .100

(12)

viii

4.4.5. Revisi Kelima ... 100 4.5. Pembahasan Hasil Penelitian ... 101 4.6. Keterbatasan Penelitian ... 106

BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

5.1. Simpulan ... 108 5.2. Implikasi ... 109 5.3. Saran ... 110

(13)

ix

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 3.1. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian tentang Kualitas Pengembangan

Modul untuk Ahli Materi ... 71 Tabel 3.2. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian tentang Kualitas Pengembangan

Modul untuk Ahli Desain ... 71 Tabel 3.3. Kisi-Kisi Instrumen Angket Respon Dosen terhadap modul

bioteknologi berbasis literasi sains... 72 Tabel 3.4. Kisi-Kisi Instrumen Angket Respon Mahasiswa terhadap

modul bioteknologi berbasis literasi sains ... 73 Tabel 3.5. Kriteria Jawaban Item Instrumen Validasi dengan Jenis Skala Likert Beserta Skornya ... 74 Tabel 3.6. Kriteria Persentase Modul Bioteknologi Berbasis

Literas Sains yang telah dikembangkan ... 75 Tabel 4.1. Data analisis kebutuhan perbandingan tingkat literasi sains

buku ajar pada matakuliah bioteknologi... 76 Tabel 4.2. Skor Penilaian Tim Ahli Materi Modul Bioteknologi

Berbasis literasi sains untuk Kelayakan Isi ... 79 Tabel 4.3. Skor Penilaian Tim Ahli Materi Modul Bioteknologi

Berbasis literasi sains untuk untuk Kelayakan Penyajian ... 80 Tabel 4.4. Skor Penilaian Tim Ahli Materi Modul Bioteknologi

Berbasis literasi sains untuk Komponen Literasi-Sains ... 81 Tabel 4.5. Saran dari Validator Tim Ahli Materi ... 82 Tabel 4.6. Skor Penilaian Tim Ahli Desain pembelajaran Modul

Bioteknologu Berbasis Literasi-sains ... 83 Tabel 4.7. Saran dari Validator Tim Ahli Desain ... 85 Tabel 4.8. Hasil Data Respon Guru Biologi terhadap Modul

Bioteknologi Berbasis Literasi-sains... 86 Tabel 4.9. Hasil Data Respon Mahasiswa Uji Coba Perorangan terhadap

Modul Bioteknologi Berbasis Literasi-sains ... 88 Tabel 4.10. Hasil Data Respon Mahasiswa Uji Coba Kelompok Kecil

terhadap Modul Bioteknologi Berbasis Literasi-sains ... 89 Tabel 4.11. Hasil Data Respon Mahasiswa Uji Coba LapanganTerbatas

terhadap Modul Bioteknologi Berbasis Literasi-sains ... 90 Tabel 4.12. Persentase Rata-rata Hasil Penilaian dari Tim Ahli Materi

terhadap Kelayakan Isi ... 91 Tabel 4.13. Persentase Rata-rata Hasil Penilaian dari Tim Ahli Materi

terhadap Kelayakan Penyajian ... 93 Tabel 4.14. Persentase Rata-rata Hasil Penilaian dari Tim Ahli Materi

terhadap Komponen Literas-Sains ... 95 Tabel 4.15. Persentase Rata-rata Hasil Penilaian dari Tim Ahli Desain ... 96 Tabel 4.16. Persentase Rata-rata hasil penilaian Dosen Bioteknologi... 97 Tabel 4.17. Persentase Rata-rata Hasil Persepsi Mahasiswa

terhadap Pengembangan Modul Bioteknologi berbasis

(14)

x

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Model Pengembangan ADDIE... 46

Gambar 2.2. Langkah-langkah metode Research and Development...49

Gambar 2.3. Tanaman Pertanian hasil transgenik...55

Gambar 2.4. Tempe hasil produksi pangan...60

Gambar 2.5. Tahu hasil produksi pangan...61

Gambar 3.1. Langkah Langkah Pengembangan Modul Bioteknologi Berbasis Literasi-Sains ... 68

Gambar 4.1. Persentase Rata-rata Hasil Skor Empiris pada Kelayakan Isi Materi Modul Bioteknologi Berbasis Literasi-Sains ... 92

Gambar 4.2. Persentase Rata-rata Hasil Skor Empiris pada Kelayakan Penyajian Materi Modul Bioteknologi Berbasis Literasi-Sains ... 94

Gambar 4.3. Persentase Rata-rata Hasil Skor Empiris pada Aspek Komponen Literasi-Sains Modul Bioteknologi Berbasis Literasi-Sains ... 95

Gambar 4.4. Persentase Rata-rata Hasil Skor Empiris pada Kelayakan Penyajian Desain Modul Bioteknologi Berbasis Literasi-Sains ... 96

Gambar 4.5 Persentase Rata-rata hasil skor Emperis Penilaian Dosen Biotek Nologi Berbasis Literasi sains ...97

(15)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Validasi Pengembangan Modul Bioteknologi

Berbasis Literasi- Sains oleh Tim Ahli Materi... 116 Lampiran 2. Lembar Validasi Pengembangan Modul Bioteknologi

Berbasis Literasi- Sains oleh Tim Ahli Desain... 126 Lampiran 3. Lembar Angket Respon Modul Modul Bioteknologi

Berbasis Literasi- Sains oleh Dosen Prodi Biologi... 130 Lampiran 4. Lembar Angket Respon Modul Bioteknologi

Berbasis Literasi- Sains oleh Mahasiswa... 133 Lampiran 5. Lembar Hasil Validasi Pengembangan Modul bioteknologi

Berbasis Literasi- Sains oleh Tim Ahli Materi... 135 Lampiran 6. Lembar Hasil Validasi Pengembangan Modul bioteknologi

Berbasis Literasi- Sains olehTim Ahli Desain... 140 Lampiran 7. Hasil Penilaian Modul Bioteknolog Berbasis

Literasi-Sains oleh dosen prodi Biologi... 142 Lampiran 8. Hasil Respon Mahasiswa Uji Coba Perorangan terhadap Modul

Bioteknologu Berbasis Literasi sains... 145 Lampiran 9. Hasil Respon Mahasiswa Uji Coba Kelompok Kecil terhadap

Modul Bioteknologu Berbasis Literasi sains... 146 Lampiran 10. Hasil Respon Mahasiswa Uji Coba Lapangan terbatas

terhadap Modul Modul Bioteknologu Berbasis Literasi sains... 147 Lampiran 11. Dokumentasi Penelitian... 148 Lampiran 12. Hasil Produk Modul Modul Bioteknologi

(16)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia di Indonesia,

salah satu unsur yang paling konkret yang harus dilakukan adalah meningkatkan

mutu pendidikannya mulai dari tingkat dasar hingga ke Perguruan Tinggi. Oleh

sebab itu, pendidikan harus dapat memberdayakan manusia menjadi manusia yang

dapat berpikir kreatif, mandiri dan dapat membangun dirinya dan masyarakatnya

kearah yang lebih baik (Aunurrahman, 2011).

Menurut Permendiknas No. 14 Tahun 2005 menyebutkan bahwa seorang

dosen harus dapat mentransformasikan, mengembangkan dan menyebarluaskan

ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni melalui pendidikan, penelitian, dan

pengabdian kepada masyarakat. Seorang dosen harus dapat mengatasi masalah yg

sering dihadapi mahasiswa dalam proses pembelajaran. Seorang dosen harus

mampu memilih dan menentukan materi pembelajaran yang akan digunakan

dalam pembelajaran agar mahasiswa dapat menguasai kompetensi yang

diharapkan.

Bahan ajar merupakan segala bahan (baik informasi, alat maupun teks)

yang disusun secara sistematis dan menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang

akan dikuasai peserta didik dan digunakan dalam proses pembelajaran dengan

tujuan perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran. Bahan ajar

variatif adalah bahan ajar yang dapat memanfaatkan sumber belajar yang tersedia

di lingkungan pembelajaran dan dapat dijangkau oleh dosen ataupun peserta didik

(17)

2

(Prastowo, 2012). Bahan ajar sangat penting untuk digunakan dalam

pembelajaran, hal ini dikarenakan bahan ajar bisa membantu peserta didik untuk

lebih memahami pembelajaran yang diajarkan oleh guru/dosen

Modul adalah satuan program pembelajaran yang terkecil, yang dapat

dipelajari oleh mahasiswa sendiri secara perseorangan (self instructional) setelah

mahasiswa menyelesaikan satu satuan dalam modul, selanjutnya mahasiswa dapat

melangkah maju dan mempelajari satuan modul berikutnya.

Pembelajaran dengan menggunakan modul, merupakan strategi tertentu dalam

menyelenggarakan pembelajaran individual. Modul pembelajaran, sebagaimana

yang dikembangkan di Indonesia, merupakan suatu paket bahan pembelajaran

(learning materials) yang memuat deskripsi tentang tujuan pembelajaran,

lembaran petunjuk dosen yang menjelaskan cara mengajar yang efisien, bahan

bacaan bagi mahasiswa, lembaran kunci jawaban pada lembar kertas kerja

mahasiswa, dan alat-alat evaluasi pembelajaran.

Hasil observasi yang dilakukan melalui wawancara dengan dosen

pengampu matakuliah bioteknologi serta pengisian angket awal oleh mahasiswa

yang sudah menempuh mata kuliah bioteknologi diperoleh hasil, bahwa terdapat

hambatan dalam proses perkuliahan bioteknologi. Hambatan utama yang dihadapi

dalam proses perkuliahan bioteknologi adalah kurangnya sumber belajar berupa

bahan ajar bioteknologi yang disediakan oleh perpustakaan IKIP Gunugsitoli,

sehingga mahasiswa merasa sangat kesulitan dalam mencari informasi terkait

materi dalam matakuliah bioteknologi.

Pengembangan modul materi bioteknologi belum dilakukan dan belum

(18)

3

sebagai batang tubuh pengetahuan (a body of knowladge), sains sebagai cara

untuk menyelidiki (way of investigating) sains sebagai cara berfikir (way of

thinking) dan sains sebagai interaksi sains, teknologi dengan masyarakat

(interaction of science, tecnology and society) yang melibatkan aspek-aspek yang

mengandung literasi sains yaitu konten, proses dan konteks.

Salah satu masalah penting yang sering dihadapi oleh dosen adalah

kurangnya kreativitas dan inovasi dalam menentukan dan menyusun bahan ajar

yang tepat untuk kegiatan pembelajaran, padahal pengembangan profesionalisme

dosen perlu dilakukan melalui daya kreasinya untuk menciptakan pembelajaran

yang lebih baik. Permasalahan yang dihadapi pada saat ini adalah masih

kurangnya kemampuan mahasiswa dalam menguasai materi pembelajaran itu

sendiri, pada hal untuk dapat mencapai kompetensi yang diharapkan mahasiswa

harus mampu menguasai materi. Namun, permasalahan ini juga bukan hanya

disebabkan oleh ketidakmampuan mahasiswa semata tetapi juga disebabkan

masih kurangnya kemampuan dosen untuk merancang proses pembelajaran yang

memungkinkan peserta didik untuk belajar secara mandiri dan efektif. Buku teks

merpakan bahan ajar yang selalu digunakan oleh dosen karena mudah

mendapatkannya, dan tidak menyulitkan bagi dosen untuk mendesain kembali

bahan ajarnya walaupun mahasiswa tidak maksimal dalam penguasaan materinya.

Modul merupakan bahan ajar cetak yang dirancang untuk dapat dipelajari

secara mandiri oleh peserta belajar. Modul adalah media pembelajaran yang berisi

materi, metode, batasan-batasan, dan cara mengevaluasi yang disajikan secara

(19)

4

sesuai dengan tingkat kompleksitasnya. Modul menjadi media ajar yang sangat

menarik.

Modul juga dapat membantu memecahkan masalah pendidikan dan

memberi informasi yang positif karna dapat menuntun mahasiswa untuk berpikir,

bersikap dan berkembang lebih lanjut. Modul berguna untuk mengembangkan

wawasan terhadap proses pembelajaran yang ditempuh, memberikan pemandu

materi pembelajaran yang dipelajari dan langkah-langkah operasonal untuk

menelusuri secara lebih teliti materi standar secara tuntas. Didalam modul tersedia

petunjuk dan deskripsi tentang hubungan antara apa yang sedang dikembangkan

dalam pembelajaran dengan ilmu pengetahuan lainnya, tersedia ilustrasi dan

contoh-contoh yang berkaitan dengan pembelajaran, dilengkapi dengan materi

ajar yang memadai untuk mencapai kompetensi, dan sekaligus dapat digunakan

sebagai media pembembelajaran untuk belajar mandiri.

Pemahaman tentang pembelajaran sains apabila dihubungkan dengan hasil

penilaian PISA (Program me For International Student Assesment) yang dibentuk

oleh OECD (Organisation For Economic Co-Operation And Devolopment)

merupakan salah satu aspek penilaian skala internasional. Hasil penilaian PISA

dalam beberapa periode menunjukkan mutu pendidikan di negara Indonesia

khususnya pendidikan mengenai proses sains masih rendah jika dibandingkan

dengan negara lain. Rata-rata sains yang duperoleh peserta didik Indonesia adalah

371 pada 2000, 382 pada tahun 2003, dan 393 pada 2006 perolehan skor yang

masih rendah bermakna bahwa kita masih memiliIki keterampilan sains yang

masih terbatas dan buruk, dimana umumnya peserta didik Indonesia hanya

(20)

5

Hasil PISA 2012 Indonesia berada diperingkat ke-64 dari 65 negara yang

berpartisipasi dalam tes. Jika hal ini terus dibiarkan maka peserta didik Indonesia

akan menjadi peserta didik yang tidak memiliki keterampilan prose sains yang

akhirnya tidak mampu hidup layak karena gagal mengikuti era globalisasi dan ini

bisa mencerminkan bagaiman literasi sains peserta didik Indonesia saat ini

Pemaparan diatas memperjelas bahwa sangat diperlukan sebuah penelitian

dan pengembangan bahan ajar bioteknologi berupa modul berbasis literasi sains.

Pengembangan bahan ajar berupa modul hendaknya mengetahui tentang apa dan

bagaimana modul yang berbasis literasi sains itu, agar dapat mengembangkannya

dengan baik. Salah satunya adalah dengan pengembangan bahan ajar yang berupa

modul pembelajaran berbasis literasi sains. Dengan adanya modul tersebut

diharapkan dapat meningkatkan spiritualitas mahasiswa atau pun dosen,

menambah inovasi, variasi, dan wawasan pengetahuan tentang materi

bioteknologi yang begitu dekat dengan kehidupan lingkungan sekitar mahasiswa

Pemahaman akan aspek literasi sains akan terlihat pada kemampuan literasi sains

peserta didik dapat meningkat.

Modul berbasis literasi sains harus menampilkan sains sebagai ilmu yang

dinamis dan sebagai sains eksperimen, bukan merupakan kumpulan fakta-fakta

dan istilah-istilah. Ketrampilan proses sains harus digunakan untuk

membangundasar sains juga perlu dialami oleh peserta didik sehingga memiliki

aspek penerapan praktis untuk membuat keputusan dalam kehidupan sehari-hari.

Jadi peserta didik perlu mengalami sains dengan mengerjakan sains (learning

(21)

6

Modul ini disusun berbasis literasi sains karena literasi sains ini

merupakan suatu ilmu pengetahuan dan pemahaman mengenai konsep dan proses

sains yang akan memungkinkan seseorang untuk lebih mudah membuat suatu

keputusan dengan pengetahuan yang dimilikinya. Literasi memiliki makna yang

luas, yaitu melek teknologi, politik, berfikir kritis dan peka terhadap lingkungan

sekitarnya. Literasi sains penting untuk dikuasai oleh mahasiswa dalam kaitannya

dengan apa, mengapa dan bagaimana mahasiswa dapat memahami lingkungan

hidup, kesehatan, ekonomi, dan masalah-masalah lain yang dihadapi oleh

masyarakat modern yang sangat bergantung pada teknologi dan kemajuan serta

perkembangan ilmu pengetahuan.

Chiappeta, et.al (1991) merekomendasikan empat komponen yang harus

dipertimbangkan di dalam mengembangkan bahan ajar sains berupa modul sains.

Keempat komponen tersebut adalah: (1) Sains sebagai batang tubuh pengetahuan

(a body of knowlagde), (2) Sains sebagai cara menyelidiki (way of investigating),

(3) Sains sebagai cara berpikir (way of thiking), (4) interaksi sains, teknologi dan

masyarakat (interaction of scince, tecnology and society).

Berdasarkan permasalahan yang di kemukakan diatas maka peneliti

hendak mengembangkan sebuah bahan ajar berupa modul untuk membantu

mahasiswa mengembangkan pada matakuliah Bioteknologi. Berdasarkan

pemaparan fakta di atas, maka untuk mengatasi masalah-masalah yang telah

diuraikan perlu dilakukan penelitian dengan judul “Pengembangan Modul

Bioteknologi Berbasis Literasi Sainsdengan harapan tujuan yang sesungguhya

(22)

7

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat diidentifikasi

masalah yang ada yaitu:

1. Dalam proses pembelajaran, dosen mempersiapkan dan membutuhkan sebuah

bahan ajar berupa buku teks.

2. Bahan ajar berupa modul masih belum dilakukan pengembangannya, terutama

modul berbasis literasi sains.

3. Materi bioteknologi merupakan materi ajar yang masih kurang menjelaskan

tentang cara penggunaan (aplikasi) yang nyata dalam kehidupan manusia.

4. Materi bioteknologi merupakan materi ajar yang memuat konsep luas, rumit

memiliki bahasa yang sulit dipahami, banyak istilah-istilah asing dan sulit

diamati sehingga terjadi kesulitan belajar bagi mahasiswa

5. Mahasiswa hanya menggunakan buku teks yang relefan dengan buku teks yang

digunakan dosen dan belum ada tersedian bahan ajar berupa modul.

6. Mahasiswa masih kurang mampu memahami materi bioteknologi dan belum

mampu mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

1.3. Batasan Masalah

Melihat banyaknya masalah yang di identifikasi di atas maka perlu dibuat

batasan masalah penelitian. Yang menjadi batasan masalah dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Penelitian dilakukan diperguruan tinggi IKIP Gunungsitoli, yang melibatkan

(23)

8

2. Penelitian ini dibatasi pada mata kuliah Bioteknologi pengembangan produk

modul bioteknologi berbasis literasi sains.

3. Penelitian Pengembangan ini dilakukan hanya sampai pada pada tahap uji coba

lapangan terbatas.

4. Modul yang telah dikembangkan divalidasi oleh ahli materi dan ahli desain

pembelajaran.

5. Modul yang telah dikembangkan dinilai oleh Dosen Bioteknologi untuk

mengetahui kelayakan bahan ajar yang telah dikembangkan.

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah diatas, dapat dirumuskan permasalahan yang

diteliti sebagai berikut:

1. Bagaimanakah kelayakan modul bioteknologi berbasis literasi sains yang

dikembangkan berdasarkan sains sebagai batang tubuh ilmu pengetahuan

(a body of knowladge)?

2. Bagaimanakah kelayakan modul bioteknologi berbasis literasi sains yang

dikembangkan berdasarkan sains sebagai cara untuk menyelidiki (Way of

investigating)?

3. Bagaimanakah kelayakan modul bioteknologi berbasis literasi sains yang

dikembangkan berdasarkan sains sebagai cara berfikir (Way of thinking)?

4. Bagaimanakah kelayakan modul bioteknologi berbasis literasi sains yang

dikembangkan berdasarkan interaksi sains, teknologi dan masyarakat

(24)

9

1.5. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian pengembangan ini adalah

untuk :

1. Mengetahui kelayakan modul bioteknologi berbasis literasi sains sebagai

batang tubuh pengetahuan (a body of knowladge).

2. Mengetahui kelayakan modul bioteknologi berbasis literasi sains yang

dikembangkan berdasarkan sains sebagai cara berfikir (way of thinking).

3. Mengetahui kelayakan modul bioteknologi berbasis literasi sains yang

dikembangkan berdasarkan sains sebagai cara untuk menyelidiki (way of

investigating).

4. Mengetahui kelayakan modul bioteknologi berbasis literasi sains yang

dikembangkan berdasarkan interaksi sains, teknologi dan masyarakat

(Interaction of science,tecnology and society).

1.6. Manfaat Penelitian

Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini bermanafaat secara teoritis dan

praktis (1) Manfaat Teoritis dari penelitian ini adalah dapat membantu lebih

memahami tentang pengembangan modul bioteknologi yang mengaitkan

lingkungan sekitar yang berbasis literasi sains, yang berguna untuk meningkatkan

mutu dan kualitas pembelajaran khususnya yang berkaitan dengan pengembangan

modul Bioteknologi, dan juga sebagai sumbangan pemikiran dan bahan acuan

bagi dosen, pengelola, pengembang lembaga pendidikan dan penelitian

selanjutnya yang ingin mengkaji dan mengembangkan secara lebih mendalam

(25)

10

praktis dari penelitian ini anatara lain adalah sebagai bahan pertimbangan dan

alternatif bagi dosen dalam pemilihan modul bioteknologi kepada mahasiswa

sehingga dosen dapat merancang suatu modul yang berorientasi bahwa belajar

akan lebih baik jika mahasiswa dapat meggunakan sebagian waktunya untuk

memanfaatkan modul tersebut dalam proses pembelajaran.

1.7. Hasil yang Diharapkan

Modul bioteknologi berbasis literasi sains bagi mahasiswa prodi

pendidikan Biologi Ilmu Keguruan dan Ilmu Pengetahuan (IKIP) Gunungsitoli

yang sudah valid dan dapat diimplementasikan dengan mudah sehingga dapat

meningkatkan mutu pembelajaran.

(26)

101

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

5.1.Simpulan

Berdasarkan rumusan, tujuan, hasil, dan pembahasan dalam penelitian

pengembangan modul bioteknologi berbasis literasi sains pada mahasiswa IKIP

Gunungsitoli yang dikemukakan sebelumnya, maka dapat disimpulkan:

1. Modul bioteknologi berbasis literasi sains sebagai batang tubuh pengetahuan

termasuk kriteria “sangat baik” dengan persentase rata-rata 87,5% sehingga

dapat diterima dan layak digunakan dalam proses pembelajaran di kelas

maupun secara mandiri.

2. Modul bioteknologi berbasis literasi sains sebagai cara untuk menyelidiki

termasuk kriteria “sangat baik” dengan persentase rata-rata 92,8% sehingga

dapat diterima dan layak digunakan sebagai bahan ajar tambahan di kelas.

3. Modul bioteknologi berbasis literasi sains sebagai cara untuk berfikir termasuk

kriteria “sangat baik” dengan persentase rata-rata 96,8% sehingga dapat

diterima dan layak digunakan sebagai bahan ajar secara mandiri agar lebih

mudah memahami pelajaran.

4. Modul bioteknologi berbasis literasi sains sebagai interaksi sains, teknologi

dengan masyaaraakat termasuk kriteria “sangat baik” dengan persentase

rata-rata 90,6% sehingga dapat diterima dan layak digunakan sebagai bahan ajar

yang menyajikan kegunaan ilmiah sain dan teknologi bagi masyarakat.

(27)

102

5.2.Implikasi

Berdasarkan simpulan dan temuan pada penelitian pengembangan modul

bioteknologi berbais literasi sains yang telah teruji memiliki implikasi yang tinggi

digunakan dosen dalam proses pembelajaran. Adapun harapan implikasi yang

dimaksud antara lain:

1. Modul yang dikembangkan akan memberi sumbangan praktis terutama dalam

pelaksanaan proses pembelajaran bagi dosen, dimana modul ini sebagai bahan

ajar tambahan bagi dosen untuk memberikan kemudahan dalam penyampaian

materi yang diajarkan. Kegiatan belajar mengajar juga akan menjadi lebih

menarik dan menyenangkan terhadap mahasiswa di perkuliahan.

2. Untuk memperkaya dan menambah khasanah ilmu pengetahuan guna

meningkatkan kualitas pembelajaran khususnya yang berkaitan dengan

pengembangan bahan ajar berupa modul pembelajaran biotekologi.

3. Sumbangan pemikiran dan bahan acuan bagi dosen, lembaga pendidikan,

pengelola, pengembang, dan peneliti selanjutnya yang ingin mengkaji dan

mengembangkan secara lebih mendalam tentang modul pembelajaran

bioteknologi.

4. Modul yang dikembangkan dapat digunakan sebagai sarana untuk membantu

atau memudahkan mahasiswa untuk memahami mata kuliah bioteknologi,

sehingga mempermudah mahasiswa untuk menerima teknologi yang terkait,

yang diharapkan dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari khususnya

(28)

103

5.3.Saran

Berdasarkan hasil temuan yang telah diuraikan pada simpulan dari hasil

penelitian pengembangan modul ini, Penulis mengajukan beberapa saran sebagai

berikut:

1. Modul bioteknologi berbasis literasi sains ini, agar dapat digunakan dalam

proses pembelajaran sehingga diharapkan dapat membantu mahasiswa untuk

memahami materi pembelajaran, mampu mengaitkan pembelajaran yang

diperoleh dengan kehidupan sehari-hari.

2. Mengingat penelitian pengembangan modul bioteknologi ini hanya dilakukan

sampai uji coba kelompok lapangan terbatas untuk melihat dan mengetahui

tanggapan dari mahasiswa IKIP Gunungsitoli terhadap produk pengembangan

modul, maka butuh penelitian selanjutnya untuk menguji keefektifan modul

pembelajaran yang dikembangkan, sehingga modul ini dapat lebih sempurna

agar dapat dilakukan penyebaran produk.

3. Mengingat hasil penelitian pengembangan modul ini masih memungkinkan

dipengaruhi oleh faktor-faktor yang belum mampu terkendali, maka perlu

kiranya dilakukan penelitian lebih lanjut pada sampel yang lebih banyak dan

(29)

104

DAFTAR PUSTAKA

(AAAS) American Association for the Advancement of Science. 1993. Benchmarksfor science literacy. Washington, DC. (http://tinyurl.com/cbn 7md8diakses tanggal 22 Oktober 2015).

Adisendjadja. Y.H. (2008). Analisis Buku Ajar Sains Berdasarkan Literasi Sains Ilmiah sebagai dasar untuk memilih Buku Ajar Sains (Biologi). Bandung: Pend.Biologi FMIPA UPI

Anwar, I. 2010. Pengembangan Bahan Ajar. Bahan Kuliah Online. Bandung: Direktori UPI.

Anonim, 2006. Panduan Pengembangan Pembelajaran IPA Terpadu.

Departemen Pendidikan Nasional.

Anonim. 2011. Dampak Tanaman Transgenik. http://dampak-tanaman-transgenik. Diakses tanggal 23 November 2015

Anonim, 2009. Langkah-langkah pembuatan tempe.diakses tanggal 23 November 2015

Aunurrahman,2011. Belajar dan pembelajaran.Alfabeta: Bandung

Borg, W.R and Gall, M.D. 1983. Educational Research: An Introduction (4 ed). New York & London: Longman.

Chiapetta, E.L., Fillman, Sethna. 1991. Procedures for Conducting Content analysis of Science Textbooks, Texas: Department of Curriculum and Instruction, Houston

Chiappetta, E.L, Fillman, D.A, dan Sethna, G.H. (1991b). “A Quantitative Analysis of High SchoolChemistry Textbooks for Scientific Literacy Themes and Expository Learning Aids”. Journal of research in science teaching. 28 (10) : 939-951.

DeBoer, G. E., 2000. Scientific literacy: another look at its historical and contemporary meanings and its relationship to science education reform. J. Research in Science Teaching 37(6): 582–601.

Depdiknas. 2004. Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta: Direktorat Dikmenum. Depdiknas. 2008. Penulisan Modul. Jakarta: Ditjen PMPTK Depdiknas. Firman, H. 2007. Analisis Literasi Sains Berdasarkan Hasil PISA Nasional

(30)

105

Tahun 2006. Jakarta: PusatPenilaian Pendidikan Balitbang Depdiknas. Gagne. 1979. Principles of Instructional.:Design. New York: Holt Rinehart dan

Winston

Glynn, S.M., dan K.D., Muth. 1991.Reading and Writing to Learn Science: Achieving Scientific Literacy. Journal of Research in Science Teaching. 31(9): 1057-1073

Hamdani, 2011, Strategi Belajar Mengajar, CV. Pustaka Setia, Bandung

Haryati, Titik, 2010, Pembuatan Modul dan Bahan Ajar, Workshop, FKIP UHAMKA, (Online), (http://www.fkip-uhamka.info/index.php, diakses pada 22 Oktober 2015).

Huoston, H. 1992. Competency-based teacher Education: Progress, Problems and Prospects. Chicago: Science Research Associates.

Nasution, S., 2009, BerbagaiPendekatandalam Proses BelajardanMengajar,PT. Bumi Aksara, Jakarta

Holliday, W.G., et al., 1994. The Reading-Science Learning-Writing Connection: Breakthroughs, Barriers, and Promises. Journal of Reseaerch in Science Teaching, 31(9): 877 – 893.

Nurcahyo, Heru.2011.Diktat Bioteknologi. Jurusan pendidikan Biologi. FMIPA. UNY.Yogyakarta.

Mulyasa, E. 2010. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mulyasa, E. 2015. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung:

Remaja Rosdakarya.

OECD. (2003). Chapter 3 of the Publication “PISA 2003 Assesment of framework – mathematics, Reading,Science and problem solving knowledge and skills.[Online].Tersedia:http://www.oecd.org/dataoecd/38/29/33707226.p df. [30 Oktobr 2015]

Pabedon,Marcia Bunga.2013.Peran penelitian Bioteknologi menunjang pertanian industri. Seminar Nasional Sereali

Permendiknas 2005 .Undang-undang RI Tentang Guru dan Dosen, Jakarta : DPR dan Presiden RI, PP. No 14 ( http://wrks.itb.ac.id/app/images/files produk hukum/UU 14 2005, diakses pada 30 Oktober 2015

PISA. (2006). Science Competencies for Tomorrow’s World Volume

(31)

106

Prasetyo., Z.Kun. 2011. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Sains Terpadu

untuk Meningkatkan Kognitif, Keterampilan Proses, Kreativitas serta Menerapkan Konsep Ilmiah Peserta Didik SMP. Laporan Penelitian. Yogyakarta. Universitas Negeri Yogyakarta. http://www.google.co.id/ url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://staff.uny.ac.id. Diakses tanggal 4 april 2016

Prastowo, A. 2012. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Jogjakarta: Diva Press.

Purwanto, A.R dan Lasmono. 2007. Pengembangan Modul. Jakarta: Pusat

Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan (PUSTEKOM) Depdiknas.

R. Rohadi. 1997. Memberdayakan Anak Melalui Pendidikan Sains makalah. Dalam buku kumpulan tulisan, Pendidikan Sains yang Humanistis. Penerbit Kanisius: Yogyakarta.

Rosyid, Muh., 2010, Pengertian, Fungsi, dan TujuanPenulisan Modul, (Online), (http://www.rosyid.info, diakses pada 22 Oktober 2015).

Santyasa, I Wayan, 2009, Metode Penelitian Pengembangan dan Teori

Pengembangan Modul, UNDIKSHA,.

Sihombing, Y.T. 2014. Pengembangan Buku Ajar Pencemaran Lingkungan

Berbasis Literasi Sains untuk Siswa Kelas X SMA/MA. Tesis

Pascasarjana UNIMED. Medan. Tidak Dipublikasikan

Sinambela. 2013. Kurikulum 2013 dan Implementasinya dalam Pembelajaran. Jurnal Generasi Kampus 6(2): 17-29.

Sudjadi.2008.Bioteknologi Kesehatan. Kanisius,Yogyakarta.

Sugiyono, 2006, Metode Penelitian Pendidikan, ALFABETA, Bandung.

Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatis, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Sungkono. 2009. Pengembangan Bahan Ajar. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

Suryaningsih, N.S. 2010. Pengembangan Media Cetak Modul Sebagai Media Pembelajaran Mandiri pada Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan

Komunikasi Kelas VII Semester 1 di SMPN 4 Jombang. Skripsi.

Surabaya.

(32)

107

Sutrisno, Dermawan, T., dan Ardjoko, S. 2006. Profil Pemanfaatan Media Pembelajaran dalam Menciptakan Perkuliahan yang Kondusif di Universitas Negeri Malang. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran

Suryaningsih, N.S. 2010. Pengembangan Media Cetak Modul Sebagai Media Pembelajaran Mandiri pada Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan

Komunikasi Kelas VII Semester 1 di SMPN 4 Jombang. Skripsi.

Surabaya

Suryosubroto. 1983. Sistem Pengajaran dengan Modul. Yogyakarta: Bina Aksara Shen, B. S. P., 1975. Science literacy and the public understanding of science. In

S. B. Day (Ed.), Communication of scientific information. New York: S. Karger and A. G. Basel.

Trianto. (2011). Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Tjipto, U. 1991. Peningkatan dan Pengembangan Pendidikan. Jakarta: Gramedia

Pustaka Utama.

Tim Puslitjaknov. (2008). Metode Penelitian Pengembangan. Jakarta: Depdiknas.

Toharudin, U., Hendrawati, S., dan Rustaman, A. 2011. Membangun Literasi Sains. Bandung: Humaniora.

Vembrianto, S. 1975. Pengantar Pengajaran Modul. Jogyakarta: Paramita. Winkel. 2009. Psikologi Pembelajaran. Yogyakarta: Media Abdi

Yilmas, I., 2012. Does Science Literacy Cover Understanding? An Analysis Over Turkish Education Curiculum. International Journal of Applied Science and Technology. 2(1): 145-151.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis penilaian hasil belajar di madrasah diniyah roudlotul „ulum desa jurangbahas kecamatan wangon

Sedangkan defisiensi atau kekurangan hormon melatonin akan menyebabkan kesulitan tidur atau insomnia, tidur tidak nyenyak, pembesaran prostat, depresi, kelelahan, siklus haid

Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia.Bandung: CV.. Human Resource Management (5

Jauh sebelumnya di Provinsi Sumatera Barat, sejak tahun 2011 disalah satu pemerintah kabupaten yakni Pemerintah Kabupaten Pasaman Barat telah meluncurkan Program

Puji syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga skripsi dengan judul Standarisasi Ekstrak Etanol Daun Beluntas (Pluchea

Ini adalah kotak galian yang berada di bagian paling utara dari situs Lobudao. Permukaan kotak ini melandai ke

Untuk mendapatkan kadar vitamin C dalam buah semangka maka dilakukan 3 kali replikasi penguji untuk masing-masing sampel buah semangka daging buah merah dan daging buah

mulal diberlakukan set elah mendapat kan Pengesahan dari Gubem ur Propinsi Jaw a Timur sam pal dlt et apkannya Perat uran Daerah Kabupat en Pacit an t ent ang APBD Tahun