i
PERBEDAAN KEJADIAN DYSMENORRHEA PADA PENGGUNAAN KB IUD DAN KB SUNTIK 1 BULAN (CYCLOFEM)
DI KLINIK PRATAMA AN-NUUR BATURAN COLOMADU KARANGANYAR
DiajukanOleh : Moh.IlhamAkba
Disusun sebagai salah satu syarat menyelsaikan Program Studi Strata 1 pada Jurusan Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran
oleh :
MOH. ILHAM AKBAR J500130018
FAKULTAS KEDOKTERAN
PERBE 1. Dr (K 2. Dr (A 3. Dr (A EDAAN KE KB IUD DI KL Te
r. Ratih Pram Ketua Dewan
r. N. Juni Tr Anggota I De r. Anika Can Anggota II D
HALA
EJADIAN D DAN KB LINIK PRA COLOM MO elah dipertah Fakul Universita Pada H dan dinyata muningtyas n Penguji) riastuti, M.M ewan Pengu ndrasari, M Dewan Peng DR. D ii AMAN PEN DYSMENO SUNTIK 1 ATAMA A MADU KAR OLEH OH. ILHAM J500130 hankan dide ltas Kedokt as Muhamm
Hari Kamis 2
akan Telah Dewan Pe , Sp.KK. Med.Ed. uji) M.Kes guji) Dekan
Dr. E.M. Sut
NIK:9
NGESAHA
ORRHEA P
1 BULAN ( AN-NUUR RANGANY H: M AKBAR 0018 epan Dewan teran Umum madiyahSura
23 Maret 20
1
PERBEDAAN KEJADIAN DYSMENORRHEA PADA PENGGUNAAN KB IUD DAN KB SUNTIK 1 BULAN (CYCLOFEM)
DI KLINIK PRATAMA AN-NUUR BATURAN COLOMADU KARANGANYAR
Moh. Ilham Akbar, Anika Candrasari
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta Abstrak
Dysmenorrhea merupakan nyeri perut yang berasal dari kram rahim dan terjadi selama menstruasi, beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya dysmenorrhea adalah penggunaan kontrasepsi. Tujuan penelitian ini untukmenganalisis adanya perbedaan kejadian dysmenorrhea pada penggunaan kontrasepsi IUD dan kontrasepsi suntik 1 bulan (cyclofem) di Kilinik Prtama An-Nuur Baturan Colomadu Karanganyar.Jenis Penelitian ini adalah Observasional Analitik melalui pendekatakan Cross Sectional dengan teknik sampling menggunakan Purposive Sampling. Alat ukur yang digunakan adala kuesioner “Dysmenorrhea”.Uji statistik dengan perhitungan Chi Square menggunakan SPSS 23.0 for Windows. Hasil dari penelitian initerdapat perbedaan kejadian dysmenorrhea pada penggunaan kontrasepsi IUD (Intra Uterine Device) sebanyak 29 orang (82,9) mengalami dysmenorrhea dan kontrasepsi suntik 1 bulan (Cyclofem) sebanyak 15 orang (42,9%) mengalami dysmenorrhea dengan nilai p 0,001. Kesimpulan dari penelitian ini terdapat perbedaan bermakna antara kejadian dysmenorrhea pada penggunaan kontrasepsi IUD (Intra Uterine Device) dan kontrasepsi Suntik 1 bulan (Cyclofem).
Kata Kunci: IUD (Intra Uterine Divice), Cyclofem, Dysmenorrhea
Abstract
Dysmenorrhea is defined as the occurrence of abdominal cramps due to uterine contractions during menstruation. One of factors influencing its occurrence is the use of contraception. The purpose of this study to analyze whether there is a difference between the occurrence of dysmenorrhea due to the use of IUD (Intra Uterine Device)and that due to the use of monthly injectable contraceptive (cyclofem) at Klinik (Clinic) Pratama An-Nuur in Baturan subdistrict of Colomadu district of Karanganyar regency. The present study belongs to Observational Analytical study using cross-sectional study design and Purposive Sampling Technique. The instrument includes dysmenorrhea questionnaires. A chi-square test was performed using SPSS 23.0 for Windows. This study result there is a difference between the occurrence of dysmenorrhea due to the use of IUD (Intra Uterine Device)and that due to the use of monthly injectable contraceptive (cyclofem). The number of women experiencing dysmenorrhea due to the use of the former contraceptive is 29 (82.9%), while the number of those experiencing dysmenorrhea due to the use of the latter is 15 (42.9%) with p-value of 0.001. Conclusion of this study there is a significant difference between the occurrence of dysmenorrhea due to the use of IUD (Intra Uterine Device)and that due to the use of monthly injectable contraceptive (cyclofem).
2 1. PENDAHULUAN
Jumlah penduduk yang terus meningkat merupakan masalah besar bagi Negara-negara di dunia khususnya negara berkembang. Menurut data WHO didapatkan bahwa di seluruh dunia terjadi 1 juta kelahiran baru per hari, dimana 50% diantaranya tidak direncanakan dan 25% tidak diharapkan (Wiknjosastro, 2011). Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Surya Chandra Surapaty mengatakan “Jumlah penduduk Indonesia semakin meningkat sehingga laju pertumbuhan penduduk saat ini 1,49 persen dan harus diturunkan paling tidak 1,1 persen” (BKKBN, 2015).
Pemerintah di Indonesia sudah mengantisipasi laju pertumbuhan penduduk yang cepat ini dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan mencanangkan program Keluarga Berencana (KB) yang dimulai pada tahun 1970. Program KB tidak hanya bertujuan untuk mengendalikan laju pertumbuhan penduduk, melainkan juga untuk meningkatkan kualitas keluarga maupun individu–individu di dalamnya sehingga dapat tercipta keluarga yang memiliki jumlah anak ideal, sehat, sejahtera, berpendidikan, berketahanan, serta terpenuhinya hak– hak reproduksinya (Saefuddin dkk, 2006). Program KB memiliki banyak pilihan metode alat kontrasepsi antara lain : metode sederhana, metode mantap, metode modern (Wiknjosastro 2006).
Salah satu alat kontrasepsi yang digunakan yaitu IUD cakupan peserta KB IUD di Indonesia sebanyak 3.896.081 (11,07%) (Depkes RI, 2014) dan di Jawa Tengah sebanyak 7.285 peserta(8,90%) (BKKBN, 2012). IUD merupakan suatu alternatif pilihan bagi klien yang ingin menunda kehamilan dengan jarak lebih dari 2 tahun, keunggulan dari IUD dapat diterima masyarakat dengan baik(Manuaba, 2008). Disamping keunggulan tersebut, IUD memiliki efek samping umum yang mungkin terjadi akibat pemasangan IUDyaitusaat haid lebih sakit atau nyeri (dysmenorhea) yang disebabkan letak AKDR yang salah atau AKDR tidak
3
disebakan oleh kandungan ADKR (Cu dan progesterone) itu sendiri yang merangsang terjadinya nyeri saat menstruasi (Marmi, 2016)
Kontrasepsi lain yang paling banyak digunakan adalah KB Suntik, cakupan peserta KB suntik sebanyak 16.734.917 (47,54%) (Depkes RI, 2014) dan di Jawa tengah sebanyak 7.285 peserta(8,90%) (BKKBN, 2012). Kontrasepsi hormonal jenis suntikan di Indonesia semakin banyak dipakai karena kerjanya yang efektif, pemakaiannya yang praktis, harganya relatif murah, dan aman. Jenis suntikan kombinasi adalah 25 mg MDPA dan 5 mg Estradiol Siponat yang diberikan secara I.M sebulan sekali (cyclofem) dan 50 mg Noretindron Enantat dan 5 mg Estradiol Valerat yang diberikan injeksi I.M sebulan sekali (Marmi, 2016). Terdapat Kandungan hormon estrogen dan progesteron yang lebih besar pada KB suntik 1 bulan (Cyclofem) tersebut dapat mengurangi pembentukan prostaglandin. Pembentukan prostaglandin yang berkurang menyebabkan kontraksi uterus akan menurun, yang selanjutnya akan
mengurangi beratnya dysmenorhea (Noor, 2010)
Dysmenorhea adalah nyeri perut yang berasal dari kram rahim dan
terjadi selama menstruasi (Saryono, 2009). Angka kejadian dysmenorrhea primer di Indonesia adalah sekitar 54,89%, sedangkan sisanya adalah penderita dengan tipe sekunder ( Proverawati, 2010). Dysmenorhea akibat KB IUD disebabkan letak AKDR yang salah atau AKDR tidak sesuai dengan rongga rahim (ukuran AKDR yang terlalu besar) dan disebakan oleh kandungan ADKR (Cu dan progesterone) itu sendiri yang merangsang terjadinya nyeri saat menstruasi (Marmi, 2016). Sedangkan KB suntik 1 bulan dapat menurunkan kejadian dysminorrhea karena kandungan progesterone yang besar yang dapat menurunkan prostaglandin.
2. METODE PENELITIAN
4
mempunyai dimensi waktu, peneliti mencari hubungan antar variabel bebas (faktor risiko) dengan variabel tergantung (efek) dengan melakukan pengukuran secara bersamaan (Sastroasmoro dan Sofyan, 2011).Ruang lingkup dari penelitian ini mencakup bidang Kebidanan dan Ilmu Kandungan. Tempat Penelitian KlinikPratama An-NuurBaturanColomaduKaranganyar. Populasi Penelitianadalah wanita yang menggunakan KB IUDdan KB suntik 1 bulan(Cyclofem).Teknik pengambialn sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive samplingyaitu teknik pengambilan sampel yang didasarkan
pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri, berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya(Notoadmodjo, 2012).
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian perbedaan kejadian dysmenorrhea dengan penggunaan KB IUD dan KB suntik 1 bulan (Cyclofem) ini dilakukan di Klinik Pratama An Nuur Colomadu Kabupaten Karanganyar pada bulan November sampai Desember 2016. Sampel dalam penelitian ini adalah wanita yang menggunakan kontrasepsi suntik kontrasepsi IUD atau suntik 1 bulan (Cyclofem) yang diperiksa di Klinik Pratama An Nuur Colomadu Kabupaten Karanganyar. Kriteria sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah wanita yang menggunakan kontrasepsi IUD atau suntik 1 bulan (Cyclofem) secara teratur dengan minimal pemakaian satu bulan, usia
5
a. Deskripsi Sampel Penelitian Berdasarkan Usia
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Sampel Berdasarkan Usia
USIA
Kontrasepsi
IUD Cyclofem
N % N %
21 – 25 6 17.14 2 5.71
26 – 30 6 17.14 10 28.57
31 – 35 9 25.71 12 34.29
36 – 40 9 25.71 7 20.00
41 – 45 5 14.29 4 11.43
Total 35 100 35 100
(Sumber: Data Primer)
Berdasarkan tabel di atas didapatkan distribusi usia sampel pada pengguna kontrasepsi IUD terbanyak adalah kelompok usia 31-45 tahun sebanyak 9 responden (25,71%) dan paling sedikit adalah kelompok usia 41-45 tahun sebanyak 5 responden (14,21%). Sedangkan usia sampel pada pengguna Suntik 1 bulan (Cyclofem) terbanyak adalah kelompok usia 31-35 tahun (34,29%) dan paling sedikit adalah kelompok usia 21-25 tahun (5,71%).
[image:9.595.167.511.490.613.2]b. Deskripsi Sampel Penelitian Berdasarkan Pendidikan
Tabel 4. Distribusi Sampel Pengguna Kontrasepsi Suntik Cyclofem dan
Kontrasepsi IUD Berdasarkan Pendidikan
Pendidikan
Kontrasepsi
IUD Cyclofem
N % N %
Dasar (SD - SMP) 2 5.71 5 14.29
Menengah (SMA) 9 25.71 22 62.86
Tinggi (Diploma ke
atas) 24 68.57 8 22.86
Total 35 100 35 100
(Sumber: Data Primer)
6
Berdasarkan tabel di atas didapatkan bahwa pengguna kontrasepsi suntik 1 bulan (cyclofem) yang berpendidikan dasar (SD-SMP) sebanyak 5 orang (14,29%), berpendidikan menengah (SMA) sebanyak 22 orang (62,86%) dan berpendidikan tinggi (Diploma ke atas) sebanyak 8 orang (22,86%).
[image:10.595.159.514.271.407.2]c. Deskripsi Sampel Penelitian Berdasarkan Jumlah Anak Hidup
Tabel 5. Distribusi Sampel Pengguna Kontrasepsi IUD dan Kontrasepsi Suntik 1 bulan (Cyclofem) berdasarkan Jumlah Anak Hidup
Jml anak
Kontrasepsi
IUD Cyclofem
N % N %
1 8 22.86 10 28.57
2 20 57.14 21 60.00
3 7 20.00 3 8.57
4 0 0.00 1 2.86
Total 35 100 35 100
(Sumber: Data Primer)
Berdasarkan data di atas didapatkan bahwa jumlah anak hidup berpengaruh dalam pemilihan kontrasepsi dikarenakan banyaknya anak yang dimiliki. Berdasarkan data di atas juga didapatkan bahwa persentase pemakai kontrasepsi IUD yang mempunyai anak hidup 2 anak sebanyak 20 orang (57,14%) sedangkan untuk kontrasepsi 1 bulan (cyclofem) sama yaitu jumlah anak hidup 2 sebanyak 21 orang (60,00%).
d. Analisis Data PenelitianUji Chi square
Tabel 6. Hasil Analisa Uji Chi square Tingkat Kejadian Dysmenorrhea pada Penggunaan Kontrasepsi IUD dan suntik Kontrasepsi Cyclofem
Dysmenorrhea
Nilai p Tidak Ya N % N % Kontraseps
i IUD 6 17,1 29 82,9 0,001
Suntik Cyclofem 20 57,1 15 42,9
Total 26 26,0 44 44,0
[image:10.595.161.505.617.709.2]
7
Berdasarkan data di atas didapatkan bahwa sampel yang menggunakan kontrasepsi IUD sebanyak 29 orang (82,9) mengalami dysmenorrhea serta sebanyak 6 orang (17,1%) tidak mengalami
dysmenorrhea sedangkan yang menggunakan kontrasepsi suntik
Cyclofem sebanyak 15 orang (42,9%) mengalami dysmenorrhea serta
sebanyak 20 orang (57,1%) tidak mengalami dysmenorrhea.
Berdasarkan data uji Chi square didapatkan nilai significancy 0,001. Karena nilai p < 0,05 maka dapat diambil kesimpulan bahwa “terdapat perbedaan bermakna antara kejadian dysmenorrhea pada penggunaan kontrasepsi IUD dan kontrasepsi Suntik 1 bulan (Cyclofem)” (Dahlan, 2014).
e. Pembahasan
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: responden terlebih dahulu mengisi lembar Informed Consent dan Formulir Biodata Diri. Kemudian, responden mengisi kuesioner “Dysmenorrhea. Analisis data bivariat yang diperoleh diolah
menggunakan Statistical Program for Social Sciene 23.0 (SPSS 23.0) for Windows dan analisis terhadap data primer dengan perhitungan statistik Chi Square.
Berdasarkan data uji Chi square didapatkan nilai significancy 0,001. Karena nilai p < 0,05 maka dapat diambil kesimpulan bahwa “terdapat perbedaan bermakna antara kejadian dysmenorrhea pada penggunaan kontrasepsi IUD dan kontrasepsi suntik 1 bulan (Cyclofem)” (Dahlan, 2014). Dimana tingkat kejadian dysmenorrhea
pada penggunaan kontrasepsi IUD lebih tinggi dibandingkan penggunaan kontrasepsi suntik 1 bulan (Cyclofem).Kesimpulan dari hasil yang telah didapat dalam penelitian ini adalah H0 ditolak dan H1 diterima.
Dysmenorrhea didefinisikan sebagai nyeri perut yang berasal
8
rasa tidak nyaman selama hari pertama atau hari kedua menstruasi. Dysmenorrhea dapat terjadi akibat endometrium mengandung prostaglandin dalam jumlah yang tinggi, akibat pengaruh progesteron selama fase luteal pada siklus menstruasi, sehingga menyebabkan kontraksi miometrium yang kuat dan mampu menyempitkan pembuluh darah, menyebabkan iskemia disintegrasi endometrium, perdarahan dan nyeri (Morgan Hemilton, 2009).
Pada penggunaan kontrasepsi IUD, dysmenorrhea terjadi karena ada benda asing yang dimasukan kedalam rahim dimana rahim akan menimbulkan reaksi inflamasi non spesifik atau sebutan leukosit (Hartanto, 2007). Efek samping berupa dysmenorrhea karena insersi IUD disebabkan oleh letak AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim) yang salah atau tidak sesuai dengan besarnya rongga rahim (ukuranAKDR terlalu besar), dan kandungan IUD (Cu dan progesterone) yang memicu peningkatan prostaglandin dan juga bisa
disebabkan infeksi menahun pada kandungan (Wiknjosastro, 2007). Menurut hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Zannah (2011) bahwa terdapat 28 akseptor (43,08%) kontrasepsi IUD mengalami nyeri saat menstruasi atau dysmenorrhea yang dikarakteristikkan sebagai nyeri singkat sebelum awitan atau selama menstruasi, nyeri ini berlangsung selama satu sampai beberapa hari selama menstruasi Sedangkan pada penelitian (Noor, 2010) pada perempuan pengguna alat kontrasepsi suntik, terdapat 1 (3,33%)
akseptor suntik KB 1 bulan yang mengalami dysmenorrhea pada saat
menstruasi, sedangkan sebanyak 29 orang (96,67%) dari 30 akseptor
suntik KB 1 bulan tidakmengalami dysmenorrhea dan menunjukkan
bahwa kejadian dysmenorrhea pada akseptor suntik KB 1 bulan lebih
rendah dari pada akseptor IUD.
9
benda asing yang menyebabkan kumpulan sejumlah besar makrofag yang menelan sperma atau ovum pada permukaan mukosa rahaim dan menimbulkan efek kontraksi rahim yang menghalangi perjalanan sperma sehingga dapat disimpulkan dari beberapa teori tersebut kontrasepsi IUD dapat menyebabkan efek terjadinya dysmenorrhea (Wiknjosastro, 2007)
Penelitian ini sejalan dengan (Noor, 2010)kejadian dysmenorrhea pada kontrasepsi suntik 1 bulan (cyclofem) dapat mnurunkan kejadian nyeri dikarenakan pada kontrasepsi suntik terdapat kandungan hormon estrogen dan progesteron yang lebih besar dan dapat mengurangi pembentukan prostaglandin. Pembentukan prostaglandin yang berkurang menyebabkan kontraksi uterus akan menurun, yang selanjutnya akan mengurangi beratnya kejadian dysmenorrhea.
Umur akseptor memiliki pengaruh penting terhadap pemakaian kontrasepsi.Umur secara alamiah membatasi masa subur seorang wanita menurut WHO. Berdasarkan penelitian syamsiah (2002) diperoleh sebagian responden memakai kontrasepsi (65,7%) berumur 20-35 tahun. Hasil analisi hubungan antara reponden pamakai IUD dan Non IUD diperoleh responden berumur >35 tahun (68,8%) memakai IUD lebih besar dibanding dengan Non IUD (31,4%) dikarenakan responden yang berumur >35 menggunakan kontrasepsi dengan tujuan mengakhiri kesuburan.
Tingkat pendidikan responden ikut menentukan pemilihan jenis kontrasepsi. Hal ini karena tingkat pendidikan akan membuat seseorang berpikir logis dan tanggap terhadap berbagai informasi yang diterimanya Mayoritas responden berpendidikan dianggap dapat menerima informasi yang berkaitan dengan cara kerja, manfaat dan efek samping alat kontrasepsi yang digunakan (Simamora, 2012).
10
meningkatkan akses wanita terhadap informasi, meningkatkan harga diri wanita dan meningkatkan kemampuan mereka menyerap konsep-konsep kesehatan dan interaksi yang seimbang antara penyedia layanan dan klien.
Jenis penelitian ini adalah Observasional Analitik dengan desain Cross Sectional, dengan jenis penelitian ini tidak dapat memberikan
gambaran kausal.tetapi hanya memberikan informasi tentang hubungan antara karakteristik epidemiologis dengan masalah kesehatan yang diamati.Supaya dapat memberikan gambaran kausal bisa digunakan jenis penelitian cohort.Dalam penelitian ini variabel perancu yang mempengaruhi sampel tidak dianalisis, untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat maka lebih baik digunakan analisis data multivariat.
4. PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terdapat perbedaan kejadian dysmenorrhea pada penggunaan kontrasepsi kontrasepsi IUD dan kontrasepsi suntik 1 bulan (cyclofem).Perbedaan kejadian dysmenorrhea ini bermakna secara statistik dengan nilai p 0,001.
DAFTAR PUSTAKA
Anggraini, Y., Martini. 2012. Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta : Rohima Press
Baziad, A., 2008. Kontrasepsi Hormonal.Jakarta :PT Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo
BKKBN Nasional 2015. Pelayanan Kontrasepsi : http://www.bkkbn.go.id, Diakses Pada Tanggal 11 Juni 2016
BKKBN Jawa Tengah. 2012. Pelayanan Kontrasepsi. Available : http://www.bkkbn.go.id, Diakses Pada Tanggal 11 Juni 2016
BKKBN Nasional. 2012. Pelayanan Kontrasepsi. Available : http://www.bkkbn.go.id, Diakses Pada Tanggal 11 Juni 2016
11
Diakses: 23 April 2015. http://www.bkkbn-jatim.go.id/.Calderoni ME, Susan M Coupey, MD.Combined hormonal contraception.Adolescent Medicine Clinics 2005; 16: 517 -36.
Dahlan, M. S., 2009. Besar sample dan cara pengambilan sample dalam penelitian kedokteran dan kesehatan. Jakarta : salemba medika
Dahlan, Sopiyudin., 2014. Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan Edisi 5. Jakarta, Salemba Medika.
Dorland W. A. N. 2002. Kamus Kedokteran Dorland. Terjemahan Huriawati Hartanto. Edisi pertama.Jakarta : EGC. Hal : 1815
Ferri, A. G. et. All.2007. Buku Saku Ketrampilan dan Prosedur Dasar.Jakarta : EGC.
Handayani, S., 2010.Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta: Pustaka Rihama
Hartanto, 2002.Keluarga Berencana dan Kontrasepsi.Jakarta :Pustaka Sinar Harapan
Hartanto, H., 2007. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan
Leveno., Cunningham F.G., 2011. Williams Obstetrics 23rd Edition Study Guide. Texas : McGraw-Hill ProfMed/Tech
Manuaba, I.B.G., 2008. Gawat Darurat Obstetri Ginekologi. Cetakan I. Jakarta : EGC
Manuaba,I.B.G.,2010. Ilmu Kebidanan, penyakit Kandungan dan KB untuk Pendidikan Bidan Edisi 2. Jakarta:EGC
Noor, S., 2010.Perbandingan Kejadian Dismenore Pada Akseptor Pil KB Kombinasi Dengan Akseptor Suntik KB 1 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Pasayangan.Media Kesehat.Masy.Indones., Vol. 9 No. 1
Notoatmodjo, S., 2012.Metode penelitian kesehatan.Jakarta : rineka cipta
Nugroho, T., dan Utama B.I., 2014. Masalah Kesehatan Reproduksi Wanita, Yogyakarta : Nuha Medika.
12
Proverawati dkk, 2010. Panduan Memilih Kontrasepsi. Yogyakarta : Nuha Medika.
Rager, K.M., Hatim, A., Omar, M.D., Hormonal contraception: noncontraceptive benefits and medical contraindications. Adolescent Medicine Clinics 2005; 16: 539 –51
Roosdiana, P., 2012. Hubungan Lama penggunaan KB Intra Uterin Divice (IUD) dengan gangguan menstruasi (Gangguan Siklus, Jumlah darah, lama dan Nyeri). Malang : UMM
Saifuddin. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Saifuddin A.B., Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: EGC. 2010.
Saryono. 2009. Sindrom Premenstruasi. Jakarta : Pustaka Pembangunan Nusantara
Sastroasmoro, S., dan Sofyan I., 2011.Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis edisi ketiga. Jakarta: Sagung Seto
Sulistyawati, 2013.Asuhan kebidanan pada masa kehamilan. Jakarta Salemba Medika
Wiknjosastro, H., 2006. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Wiknjosastro, H., 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta :PT Bina Pustaka
Zahradnik HP. et. Belara – a reliable oral contraceptive with additional benefits for health and efficacy in dysmenorrhoea. European Journal of
Contraception and Reproductive Health Care 2005; 10: 12 -8.