PENGETAHUAN ORANG TUA TERHADAP POLA ASUH PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH (3-5 THN) DI RA. ASY-SYAKIRIN
TAHUN 2014
SURIANI 135102017
KARYA TULIS ILMIAH
PROGRAM STUDI D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
PENGETAHUAN ORANG TUA TERHADAP POLA ASUH PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH DI RA. ASY-SYAKIRIN TAHUN 2014
ABSTRAK Suriani
Latar belakang : Masa depan anak akan sangat tergantung dari pendidikan dan pola asuh orang tua. Pola asuh adalah proses mendidik agar kepribadian anak dapat berkembang dengan baik, ketika dewasa jadi bertanggung jawab. Agar hubungan antara anggota keluarga dapat terbina dan terpelihara dengan baik, peranan orang tua sangat penting berfungsi sebagai ‘top manajemen’. Masa anak-anak prasekolah (3-5 thn) adalah membangun tingkat inisiatif yang sehat, menunjukkan semangat keingintahuan dan mencoba beragam aktivitas fisik.
Tujuan penelitian : Untuk mengetahui pengetahuan orang tua terhadap pola asuh otoriter, otoritatif dan permisif pada anak usia pra sekolah di RA.Asy-syakirin.
Metodologi : Penelitian ini menggunakan desain deskriptif. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 35 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan total sampling. Penelitian ini dilakukan di RA.Asy-syakirin Medan. Analisa data digunakan univariat.
Hasil : Hasil uji statistik diperoleh dari 35 responden mayoritas berumur 26-40 tahun sebanyak 25 responden (71,4%), berpendidikan perguruan tinggi sebanyak 18 responden (51,4%), pekerjaan wiraswasta sebanyak 18 responden (51,4%), dan berpengetahuan baik sebanyak 18 responden (51,4%).
Kesimpulan : Dari hasil penelitian ini dapat dibuktikan bahwa pengetahuan orangtua terhadap pola asuh otoriter, otoritatif, dan permisif pada anak usia pra sekolah, orangtua lebih banyak memilih pola asuh otoritatif yang diterapkan pada anaknya. Jadi, pola asuh yang paling baik diterapkan pada anak adalah pola asuh otoritatif karena menjadikan anak lebih disiplin, bertanggung jawab, dan melatih anak mengeluarkan pendapat, ide atau gagasan.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan
hidayahnya penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul
“Pengetahuan Orang Tua Terhadap Pola Asuh Pada Anak Usia Pra Sekolah (3-5 thn)
di RA. Asy-syakirin”.
Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis banyak menerima bantuan
moril maupun materil dari berbagai pihak untuk itu penulis ingin mengucapkan
terima kasih kepada :
1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera
Utara.
2. Ibu Nur Asnah Sitohang, S.Kep, Ns, MKep selaku Ketua Program Studi D-IV Bidan
Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan Dosen Pembimbing
yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan masukan kepada penulis dalam
penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
3. Ibu Nur Asiah, S.Kep, Ns, M.Biomed selaku dosen penguji I yang telah memberikan
kritik dan saran kepada penulis dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
4. dr. Ichwanul Adenin, SpOG selaku dosen penguji II yang telah memberikan saran
dan masukan kepada penulis dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
5. Seluruh Dosen dan Staf Administrasi studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu pengetahuan,
bimbingan serta nasihat selama menjalani penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
6. Teristimewa dan tercinta kedua orang tua serta keluarga yang tidak henti-hentinya
mendoakan, memberikan dukungan, mendidik, membesarkan penulis dengan cinta
7. Seluruh teman-teman seperjuangan D-IV Bidan Pendidik yang telah memberikan
masukan dan support yang positif kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini belum begitu sempurna
masih membutuhkan saran. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik, saran, dan
tanggapan demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini, sehingga Karya Tulis Ilmiah ini
dapat diterima dan dilanjutkan serta memberi manfaat khususnya bagi penulis sendiri
dan semua pihak yang membaca.
Medan, Juli 2014
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR SKEMA ... v
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR LAMPIRAN ... vii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Perumusan Masalah ... 3
C. Tujuan Penelitian ... 3
D. Manfaat Penelitian ... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5
A. Pengetahuan ... 5
1. Defenisi ... 5
2. Tingkat Pengetahuan Didalam Domain Kognitif ... 5
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan ... 6
4. Kategori Pengetahuan ... 7
B. Pola Asuh Orang Tua ... 7
1. Defenisi ... 7
2. Jenis-jenis Pola Asuh Orang Tua ... 8
3. Peran Orang Tua ... 11
4. Dasar-dasar Tumbuh Kembang ... 12
5. Pola Tumbuh Kembang ... 12
6. Perkembangan Kognitif ... 13
7. Perkembangan Awal Masa Kanak-Kanak ... 13
C. Dasar penelitian ... 18
BAB III KERANGKA KONSEP ... 21
A. Kerangka Konsep ... 21
B. Defenisi Operasional ... 22
BAB IV METODE PENELITIAN ... 24
A. Desain Penelitian ... 24
B. Populasi dan Sampel ... 24
1. Populasi ... 24
C. Tempat Penelitian ... 24
D. Waktu Penelitian ... 24
E. Etika Penelitian ... 25
F. Instrumen Penelitian ... 25
G. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 26
H. Prosedur Pengumpulan Data ... 26
I. Analisis Data ... 27
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 29
A. Hasil Penelitian ... 29
1. Analisis Univariat ... 29
2. Pola Asuh Otoriter ... 30
3. Pola Asuh Otoritatif ... 32
4. Pola Asuh Permisif ... 33
B. Pembahasan ... 34
1. Karakteristik Responden ... 34
2. Pengetahuan Orang Tua Terhadap Pola Asuh Otoriter ... 36
3. Pengetahuan Orang Tua Terhadap Pola Asuh Otoritatif ... 37
4. Pengetahuan Orang Tua Terhadap Pola Asuh Permisif ... 38
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 40
A. Kesimpulan ... 40
B. Saran ... 41
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR SKEMA
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Definisi Operasional ... 22
Tabel 5.1. Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan karakteristik
data demografi responden orangtua di RA. Asy-syakirin
Tahun 2014 ... 29
Tabel 5.2. Distribusi pertanyaan pengetahuan orangtua berdasarkan pola
asuh otoriter pada anak usia pra sekolah di RA.Asy-syakirin
Tahun 2014 ... 30
Tabel 5.3. Distribusi pertanyaan pengetahuan orangtua berdasarkan pola
asuh otoritatif pada anak usia pra sekolah di RA.Asy-syakirin
Tahun 2014 ... 31
Tabel 5.4. Distribusi pertanyaan pengetahuan orangtua berdasarkan pola
asuh permisif pada anak usia pra sekolah di RA.Asy-syakirin
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 2 : Lembar Penjelasan Kepada Orang Tua/Wali Calon Responden
Lampiran 3 : Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan (Psp) (Informed Concent)
Lampiran 4 : Lembar Kuesioner
Lampiran 5 : Lembar Content Validity
Lampiran 6 : Surat izin survey data pendahuluan
Lampiran 7 : Surat balasan survey data pendahuluan
Lampiran 8 : Master Tabel Penelitian
PENGETAHUAN ORANG TUA TERHADAP POLA ASUH PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH DI RA. ASY-SYAKIRIN TAHUN 2014
ABSTRAK Suriani
Latar belakang : Masa depan anak akan sangat tergantung dari pendidikan dan pola asuh orang tua. Pola asuh adalah proses mendidik agar kepribadian anak dapat berkembang dengan baik, ketika dewasa jadi bertanggung jawab. Agar hubungan antara anggota keluarga dapat terbina dan terpelihara dengan baik, peranan orang tua sangat penting berfungsi sebagai ‘top manajemen’. Masa anak-anak prasekolah (3-5 thn) adalah membangun tingkat inisiatif yang sehat, menunjukkan semangat keingintahuan dan mencoba beragam aktivitas fisik.
Tujuan penelitian : Untuk mengetahui pengetahuan orang tua terhadap pola asuh otoriter, otoritatif dan permisif pada anak usia pra sekolah di RA.Asy-syakirin.
Metodologi : Penelitian ini menggunakan desain deskriptif. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 35 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan total sampling. Penelitian ini dilakukan di RA.Asy-syakirin Medan. Analisa data digunakan univariat.
Hasil : Hasil uji statistik diperoleh dari 35 responden mayoritas berumur 26-40 tahun sebanyak 25 responden (71,4%), berpendidikan perguruan tinggi sebanyak 18 responden (51,4%), pekerjaan wiraswasta sebanyak 18 responden (51,4%), dan berpengetahuan baik sebanyak 18 responden (51,4%).
Kesimpulan : Dari hasil penelitian ini dapat dibuktikan bahwa pengetahuan orangtua terhadap pola asuh otoriter, otoritatif, dan permisif pada anak usia pra sekolah, orangtua lebih banyak memilih pola asuh otoritatif yang diterapkan pada anaknya. Jadi, pola asuh yang paling baik diterapkan pada anak adalah pola asuh otoritatif karena menjadikan anak lebih disiplin, bertanggung jawab, dan melatih anak mengeluarkan pendapat, ide atau gagasan.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa depan anak akan sangat tergantung dari pendidikan dan pola asuh orang
tua. Di saat sekarang ini tidak sedikit orang tua yang mengejar kepentingan mereka
sendiri dengan dalih untuk kesejahteraan anak, sehingga terkadang peran mereka
sebagai orang tua yaitu mendidik dan mengasuh anak terlalaikan. Tidak hanya
kebutuhan fisik saja tetapi kebutuhan psikologis juga menentukan perkembangan
anak ke arah kedewasaan yang mantap dan menyeluruh.
Pola asuh adalah proses mendidik agar kepribadian anak dapat berkembang
dengan baik, ketika dewasa jadi bertanggung jawab. Pola asuh yang baik menjadikan
anak berkepribadian kuat, tak mudah putus asa, dan tangguh menghadapi tekanan
hidup (Nugraha.2012.hlm.2.25).
Pola asuh sangat mempengaruhi peran dan fungsi keluarga. Pengaruh
keluarga dalam pembentukan dan perkembangan kepribadian anak sangat besar
karena keluarga merupakan kelompok sosial yang pertama di mana anak dapat
berinteraksi, tempat anak belajar, dan menyatakan dirinya sebagai makhluk sosial.
Keluarga juga dapat memberikan dasar pembentukan tingkah laku, watak, moral, dan
pendidikan kepada anak (Kartono, 2010, hlm.57).
Peran aktif orang tua terhadap perkembangan anak-anaknya sangat
diperlukan terutama pada saat mereka masih berada di bawah usia lima tahun
(batita). Agar hubungan antara anggota keluarga dapat terbina dan terpelihara dengan
baik, peranan orang tua sangat penting berfungsi sebagai ‘top manajemen’.
Mengasuh, membina, dan mendidik anak di rumah merupakan kewajiban bagi setiap
Masa anak-anak prasekolah (3-5 thn) adalah membangun tingkat inisiatif
yang sehat, menunjukkan semangat keingintahuan dan mencoba beragam aktivitas
fisik. Bagaimanapun, tingkah anak-anak yang sulit dikendalikan mungkin lebih
intens dibandingkan dengan anak-anak lain, dan berpotensi membahayakan. Hal ini
dapat menyebabkan orang tua menjadi sangat membatasi kegiatan dan keingintahuan
anak (Edwards, 2006.hlm.47).
Perkembangan anak menurut Wiwien (2008.hlm.82), pertama yaitu
perkembangan fisik. Kedua, perkembangan prilaku dibagi atas perkembangan
motorik, prilaku adaptif, kemampuan berbahasa, perilaku sosial pribadi. Ketiga,
perkembangan kognitif menurut Piaget, karakteristik berpikir yang menonjol pada
tahap praoperasional adalah cara berpikir yang semilogik, bersifat egosentris,
memiliki konservasi. Keempat, perkembangan kepribadian.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik responden orang tua di TK
Islam Al-Fattaah Sumampir Purwokerto Utara didapatkan bahwa dari 51 responden
90,2 % responden merupakan usia dewasa tengah dengan 62,7 % berpendidikan
perguruan tinggi. Karakteristik responden anak di TK Islam Al-Fattaah Sumampir
Purwokerto Utara di dapatkan bahwa, paling banyak anak berumur 5-6 (< 6 tahun)
tahun (58,8 %) dan 60,8 % berjenis kelamin laki- laki. Tipe pola asuh yang
diterapkan oleh orang tua di TK Islam Al-Fattaah Sumampir Purwokerto Utara
kepada anaknya di dapatkan bahwa 51 % orang tua menerapkan tipe pola asuh
demokratis, sedangkan untuk tipe pola asuh permisif sebanyak 19,6 % dan otoriter
sebanyak 29,4 %. (Soedirman dalam Ika Fadilah Achmad, et al.2010.hlm.51.¶ 1).
Menurut penelitian (fenia) Dari 66 orang tua di TK Dharma Wanita
Kelurahan Bangsal Kota Kediri, ada 38 orang tua yang menerapkan pola asuh
SMA yaitu sejumlah 5 orang (62,5%). Sedangkan untuk pekerjaan orang tua
diketahui lebih dari 50% adalah wiraswasta yaitu sejumlah 5 orang (62,5%). (Fenia
Teviana, Maria Anita Yusiana, 2012.hlm.58.¶ 2).
Dari uraian tersebut diatas, penulis merasa tertarik untuk melakukan
penelitian tentang pengetahuan orang tua terhadap pola asuh pada anak usia pra
sekolah (3-5 thn) di RA. Asy-syakirin.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pengetahuan orang
tua terhadap pola asuh pada anak usia pra sekolah (3-5 thn) di RA. Asy-syakirin.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengetahuan orang tua terhadap pola asuh pada anak usia
pra sekolah (3-5 thn).
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui karakteristik responden
b. Untuk mengetahui pengetahuan orang tua terhadap pola asuh otoriter pada anak usia
pra sekolah.
c. Untuk mengetahui pengetahuan orang tua terhadap pola asuh otoritatif pada anak
usia pra sekolah.
d. Untuk mengetahui pengetahuan orang tua terhadap pola asuh permisif pada anak usia
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Responden
Memberi informasi tentang pola asuh yang baik agar dapat diterapkan dikehidupan
sehari-hari kepada anak untuk disiplin.
2. Bagi Peneliti
Sebagai aplikasi ilmu pengetahuan yang sudah diperoleh oleh peneliti selama
perkuliahan dan menambah wawasan peneliti pada pembelajaran metode penelitian
tentang pengetahuan orang tua terhadap pola asuh anak (3-5 tahun).
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Sebagai data dan informasi untuk pelaksanaan penelitian yang lebih lanjut mengenai
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengetahuan
1. Defenisi
Pengetahuan adalah hasil tahu dari manusia, yang sekedar menjawab
pertanyaan what, misalnya apa air, apa alam, dan sebagainya, yang dapat diperoleh
baik dari pengalaman langsung maupun dari pengalaman orang lain (Notoatmodjo,
2005, hal. 10).
Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tau seseorang
terhadap objek melalui indra yang dimilikinya untuk tau, sebagian besar pengetahuan
manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2005, hlm. 50).
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui
pancaindra manusia (Notoatmodjo, 2003, hal. 121).
2. Tingkat pengetahuan didalam domain kognitif
Tingkat pengetahuan didalam domain kognitif, yaitu : (a) Tahu (know) diartikan
sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam
pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (Recall) terhadap suatu yang
spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Kata
kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari dengan :
menyebutkan, menguraikan, mengidentifikasi, menyatakan, dan sebagainya. (b)
Memahami (Comperhansion) diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek harus dapat
menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan terhadap objek yang di pelajari.
(c) Aplikasi (application) diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi kondisi real (sebenarnya). (d) Analisis (analysis) adalah suatu
kemampuan yang menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen, tetapi masih
dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan ini
dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti: menggambarkan, membedakan,
memisahkan, mengelompokkan. (d) Sintesis (synthesis) adalah suatu kemampuan untuk
menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada, misalnya dapat menyusun,
merencanakan, meringkaskan suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada. (e) Evaluasi
(evaluation) berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian
terhadap suatu materi atau objek (Notoatmodjo, 2003, hal. 122).
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan, diantaranya: umur,
pendidikan, dan pekerjaan (Notoatmodjo, 2003)
Umur merupakan indikator kedewasaan seseorang, semakin bertambah umur
semakin bertambah pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki mengenai perilaku
yang sesuai untuk mendidik anak. Semakin tua umur seseorang maka proses-proses
perkembangan mentalnya bertambah baik, tetapi pada umur tertentu bertambahnya
proses perkembangan mental ini tidak secepat seperti ketika berumur belasan tahun,
sebagai contoh daya ingat seseorang itu sangat dipengaruhi oleh umur.
Tingkat pendidikan dan pengetahuan orang tua serta pengalaman sangat
berpengaruh dalam mengasuh anak. Pendidikan akan memberikan dampak bagi pola
tingkat pendidikan dan wawasan yang tinggi akan memperhatikan dan merawat anak
sesuai dengan usia perkembangannya dan akan menunjukkan penyesuaian pribadi
dan sosial yang lebih baik yang akan membuat anak memiliki pandangan positif
terhadap orang lain dan masyarakat.
Menurut Thomas yang dikutip oleh Nursalam (2008), pekerjaan adalah
keburukan yang harus dilakukan terutama untuk mejunjang kehidupanya dan
kehidupan keluarga. Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak
merupakan cara mencari nafkah yang membosankan, berulang dan banyak tantangan.
Sedangkan bekerja umumnya merupakan kegiatan menyita waktu. Bekerja bagi
ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga.
4. Kategori Pengetahuan
Tingkat pengetahuan menurut Machfoedz (2009, hal. 128), yang dimiliki oleh
seseorang dapat dibagi menjadi tiga tingkat, yaitu: (a) Tingkat pengetahuan baik bila
skor atau nilai 76-100 %. (b) Tingkat pengetahuan cukup bila skor atau nilai 56-75
%. (c) Tingkat pengetahuan kurang bila skor atau nilai <55 %.
B. Pola Asuh Orang Tua
1. Definisi
Pola asuh adalah proses mendidik agar kepribadian anak dapat berkembang
dengan baik, ketika dewasa jadi bertanggung jawab. Pola asuh yang baik menjadikan
anak berkepribadian kuat, tak mudah putus asa, dan tangguh menghadapi tekanan
hidup (Nugraha.2012.hlm.2.25)
anak sebagai perwujudan dari tanggung jawab kepada anak. Peran keluarga menjadi
penting untuk mendidik anak baik dalam sudut tinjauan agama, tinjauan sosial
kemasyarakatan maupun tinjauan individu. Jika pendidikan keluarga dapat
berlangsung dengan baik maka mampu menumbuhkan perkembangan kepribadian
anak menjadi manusia dewasa yang memiliki sikap positif.
Pola asuh menurut Soetjiningsih (2004, dalam Astuti, 2005, hlm. 36) adalah
suatu model atau cara mendidik anak yang merupakan suatu kewajiban dari setiap
orang tua dalam usaha membentuk pribadi yang sesuai dengan harapan masyarakat
pada umumnya.
Pola asuh merupakan pola interaksi antara orang tua dan anak, yaitu bagaimana
cara sikap atau perilaku orang tua saat berinteraksi dengan anak, termasuk cara
penerapan aturan,mengajarkan nilai / norma,memberikan perhatian dan kasih sayang
serta menunjukkan sikap dan perilaku baik sehingga dijadikan panutan bagi sikap
anaknya (Theresia,2009, dalam Suparyanto, 2010).
2. Jenis-Jenis Pola Asuh Orang Tua
Tipe pola asuh orangtua menurut Baumrind (1991, dalam Parke & locke, 1999)
terdiri dari tiga tipe yaitu: (a) Pola asuh authoritarian (otoriter) adalah bentuk pola
asuh yang menekankan pada pengawasan orangtua atau kontrol yang ditujukan
kepada anak untuk mendapatkan ketaatan dan kepatuhan. Pola asuh ini adalah
pengasuhan yang kaku, diktaktor dan memaksa anak untuk selalu mengikuti perintah
orangtua tanpa banyak alasan. Perilaku orangtua dalam berinteraksi dengan anak
bercirikan tegas, suka menghukum, anak dipaksa untuk patuh terhadap aturan-aturan
yang diberikan oleh orangtua tanpa perlu menjelaskan kepada anak apa guna dan
orangtua mempunyai sifat keras, kekuasaan yang keras, kasar dan tidak mau
mendengarkan keinginan anak-anak mereka.
(b) Pola asuh authoritative (demokratis) adalah pola asuh yang bercirikan adanya
hak dan kewajiban orangtua dan anak adalah sama dalam arti saling melengkapi,
anak dilatih untuk bertanggung jawab pada dirinya sendiri, tetapi masih dalam
pengawasan orangtua. Pola asuh ini dihubungkan dengan dengan sikap dan tingkah
laku anak-anak yang memperlihatkan emosional positif, sikap positif, sosial, dan
pengembangan kognitif. Pola asuh ini adalah paling kondusif diterapkan pada anak.
(c) Pola asuh permessive merupakan bentuk pengasuhan dimana orangtua
memberikan kebebasan sebanyak mungkin pada anak untuk mengatur dirinya. Anak
tidak dituntut untuk bertanggung jawab dan tidak banyak dikontrol orangtua. Pola
asuh ini memandang anak sebagai seorang pribadi dan mendorong mereka untuk
tidak berdisiplin dan anak diperbolehkan untuk mengatur tingkah lakunya sendiri.
Dengan pola asuh seperti ini anak mendapatkan kebebasan sebanyak mungkin dari
orangtua. Pola asuh permessive membuat hubungan antara anak dan orangtua penuh
kasih sayang, tetapi menjadikan anak agresif dan suka menurutkan kata hatinya. Pola
asuh ini membuat anak lebih banyak menghabiskan waktu di luar rumah dengan
teman yang membuat orangtuanya tidak suka, anak menjadi lebih cepat dewasa
secara biologis. Orangtua yang permessive adalah orangtua yang kaku dan berfokus
pada kebutuhan mereka sendiri. Terutama saat anak menjadi lebih dewasa, orangtua
gagal mengawasi kegiatan anak atau untuk mengetahui dimana mereka, apa yang
sedang mereka lakukan atau siapa teman anak mereka.
Beberapa pola asuh yang digunakan orangtua pada anak: (a) Pola asuh
menuntut anak untuk mematuhi aturan-aturannya, membuat remaja menjadi frustasi.
(b) Pola asuh permisif (children centered) merupakan pola asuh dimana orang tua
memberikan kebebasan pada anak, namun kurang disertai adanya batasan-batasan
dalam berperilaku sehingga akan membuat anak mengalami kesulitan dalam
mengendalikan keinginan-keinginannya maupun dalam prilaku untuk menunda
pemuasan.
(c) Pola asuh demokratis merupakan pola asuh yang mengutamakan adanya
dialog antara anak dan orangtua, pola asuh ini akan lebih menguntungkan bagi anak,
karena selain memberikan kebebasan pada anak juga disertai adanya control dari
orang tua sehingga apabila terjadi konflik atau perbedaan pendapat di antara mereka
dapat dibicarakan dan diselesaikan bersama (Soetjaningsih, 2010, hlm. 152).
Dalam konteks bimbingan orang tua terhadap anak usia pra sekolah, Hoffman
(1989) mengemukakan tiga jenis pola asuh orang tua, yaitu: (1) Pola asuh bina kasih
adalah pola asuh yang diterapkan orang tua dalam mendidik anaknya dengan
senantiasa memberikan penjelasan yang masuk akal terhadap setiap keputusan dan
perlakuan yang diambil bagi anaknya. (2) Pola asuh unjuk kuasa adalah pola asuh
yang diterapkan orang tua dalam mendidik anaknya dengan senantiasa memaksakan
kehendaknya untuk dipatuhi oleh anak meskipun sebenarnya anak tidak dapat
menerimanya. (3) Pola asuh lepas kasih adalah pola asuh yang diterapkan orang tua
dalam mendidik anaknya dengan cara menarik sementara cinta kasihnya ketika anak
tidak menjalankan apa yang dikehendaki orang tuanya, tetapi jika anak sudah mau
melaksanakan apa yang dikehendaki orang tuanya maka cinta kasihnya itu
Dalam konteks pengembangan kepribadian remaja, termasuk di dalamnya
pengembangan hubungan sosial, pola asuh yang disarankan oleh Hoffman (1989)
untuk diterapkan adalah pola asuh bina kasih (induction). Artinya, setiap keputusan
yang diambil oleh orang tua tentang anak atau setiap perlakuan yang diberikan orang
tua terhadap anak harus senantiasa disertai dengan penjelasan atau alasan yang
rasional. Dengan cara demikian, anak akan dapat menegmbangkan pemikirannya
untuk kemudian mengambil keputusan mengikuti atau tidak terhadap keputusan atau
perlakuan orang tuanya (Ali & Asrori, 2010, hlm.102).
3. Peran orang tua
Peran orang tua sebagai guru pertama bagi anak mempunyai kesempatan paling
besar untuk mempengaruhi kecerdasannya pada saat ia sangat peka terhadap
pengaruh luar. Dalam upaya mengembangkan dan meningktkan kecerdasan anak
dengan taraf kecerdasan di atas rata-rata (Prasetyono, 2007.hlm.31).
Peran orang tua direncanakan dan dikoordanasikan dengan baik. Sebagian
orang, peran orang tua datang sebagai kejutan. Tren yang semakin berkembang
adalah orang tua sebagai manajer atas kehidupan anak. Orang tua memegang peranan
penting sebagai manajer atas kesempatan anak, dalam memantau hubungan anak,
dan sebagai inisiator dan pengatur hubungan sosial (Santrock, 2007.hlm.163).
4. Dasar –dasar tumbuh kembang
Menurut L.Wong (2008.hlm.109), mengemukakan bahwa : (a) pertumbuhan
adalah peningkatan jumlah dan ukuran sel pada saat menbelah diri dan mensitesis
protein baru (b) perkembangan adalah perubahan dan perluasan secara bertahap (c)
adalah proses modifikasi sel dan struktur awal secara sistematis untuk mencapai sifat
fisik dan kimiawi yang spesifik.
5. Pola tumbuh kembang
Pola tumbuh kembang bersifat jelas, dapat diprediksi, kontinue, dan progresif.
Pola atau kecenderungan ini juga bersifat universal dan mendasar bagi semua
individu, yaitu : (1) Kecenderungan arah yaitu tumbuh kembang yang terjadi
dengan tahapan yang teratur dan saling terkait yakni : ( a) Pola pertama adalah arah
sefalocaudal atau kepala ke kaki, bukti fisik dari kecenderungan ini terlihat selama
periode pranatal dan periode perkembangan perilaku pascanatal (b) pola kedua
adalah proksimodistal atau dekat ke jauh. Kecenderungan ini menggunakan konsep
dari tengah ke perifer, bersifat bilateral dan simetris (c) pola ketiga adalah
diferensiasi, menjelaskan dari tahap operasional sederhana ke aktivitas dan fungsi
yang lebih kompleks.
(2) Kecenderungan urutan yaitu semua dimensi tumbuh kembang terdapat
urutan yang jelas dan dapat diperkirakan (3) Laju perkembangan yaitu
perkembangan memiliki urutan yang pasti dan tepat, namun laju perkembangan
tidak sama (4) Periode sensitif yaitu batasan waktu selama proses pertumbuhan
ketika organisme berinteraksi dengan lingkungan tertentu secara spesifik.
6. Perkembangan kognitif
Menurut Diane (2010.hlm.323), dalam teori Piaget menjelaskan tentang : (a)
perkembangan kognitif pada tahap praoperasional yaitu masa kanak-kanak awal dari
sekitar usia 2-7 tahun (b) tahap praoperasional adalah tahap utama kedua
perkembangan kognitif dimana anak-anak semakin kompleks dalam menggunakan
keunggulan pemikiran praoperasional adalah kemajuan dalam pemikiran simbolis
diikuti oleh pertumbuhan pemahaman akan ruang, kausalitas, identitas, kategorisasi,
dan angka sebagai tempat anak melekatkan makna (d) sentrasi menghalangi anak
praoperasional untuk memahami prinsip percakapan. Logika mereka juga terbatas
oleh irreversibility dan fokus kepada keadaan daripada transformasi.
7. Perkembangan awal masa kanak-kanak
Perkembangan anak adalah suatu proses perubahan yang terjadi secara
menyeluruh dalam diri seorang anak. Perkembangan anak sering disebut sebagai
perkembangan perilaku. Kajian perkembangan anak yang sering disoroti adalah
perkembangan mental, perkembangan psikomotor, perkembangan sosial,
perkembangan emosi, bahasa/bicara, dan moral ( Bahiyatun, 2010, hlm.34).
Perkembangan anak usia dini merupakan proses yang sangat kompleks.
Perkembangan emosi berkaitan dengan temperamen, perasaan, reaksi, konsep diri,
dan harga diri. Emosi dan perasaan memainkan peranan dalam segala pengalaman
hidup, dalam bekerja, bermain, belajar dan interaksi antar manusia. Emosi bersifat
universal dan evolusioner dalam membantu manusia untuk bertahan hidup,
menyesuaikan diri dan belajar (Fridani, 2012.hlm.5.3).
Masa kanak-kanak awal saat anak usia pra sekolah tumbuh lebih besar,
persentase kenaikan tinggi badan dan berat badan menurun di tiap tahun berikutnya.
Pola pertumbuhan bervariasi pada setiap individu. Masalah pertumbuhan bawaan
merupakan penyebab kekerdilan tubuh yang tidak biasa, sering kali anak dapat
diobati dengan hormon. Biasanya pengobatan ini diarahkan ke pituitary, kelenjar
utama tubuh, yang terletak pada dasar otak. Kelenjar ini melepaskan hormon yang
Menurut Hurlock (1980.hlm.108), ciri-ciri awal masa kanak-kanak tercermin
dalam sebutan : (a) sebutan yang digunakan orang tua sebagai usia yang
mengundang masalah atau usia sulit (b) sebutan yang digunakan para pendidik
sebagai usia pra sekolah (c) sebutan yang digunakan para ahli psikologi sebagai usia
kelompok.
Anak pada usia prasekolah akan semakin mampu dalam menyampaikan emosi
dirinya dan emosi orang lain. Pada usia 2-3 tahun, mereka akan mengalami
peningkatan kosa kata untuk menggambarkan emosi dan belajar lebih banyak
mengenai penyebab dan konsekuensi dari suatu perasaan. Pada usia 4-5 tahun anak
akan semakin mampu untuk merefleksikan emosi dan mulai memahami bahwa
sebuah kejadian dapat menimbulkan emosi yang berbeda pada orang yang berbeda
(Santrock, 2007.hlm.17).
Menurut Bahiyatun (2010.hlm.22), masa pra sekolah disebut juga masa
kanak-kanak awal. Beberapa ciri perkembangan pada masa pra sekolah adalah : (a)
perkembangan motorik yaitu bertambah matangnya perkembangan otak yang
mengatur sistem saraf otot (neuromuskuler) memungkinkan anak-anak usia inilebih
lincah dan aktif gerak (b) perkembangan bahasa dan berpikir yaitu kemampuan pada
bahasa lisan anak akan berkembang karena terjadi pematangan dari organ-organ
bicara dan fungsi berpikir, juga karena lingkungan ikut membantu
perkembangannya.
Pendidikan pra sekolah di Jepang berbeda dengan yang terdapat di Amerika
Serikat. Pra sekolah Jepang searah dengan nilai kultural yang dapat diterima,
yang menghadirkan keharmonisan kelompok, seperti mengucapkan salam kepada
guru dengan benar (Diane, 2010.hlm.356).
Menurut Nugraha (2012.hlm.2.26), variasi ciri perkembangan pada setiap anak
yaitu : (a) Faktor Bawaan adalah sifat yang dibawa sejak anak lahir seperti penyabar,
pemarah, pendiam, banyak bicara, cerdas, atau tidak cerdas. Keadaan fisik seperti
warna kulit, bentuk hidung, sampai rambut. Faktor bawaan merupakan warisan dari
sifat ibu/bapak, atau pengaruh sewaktu anak berada dalam kandungan, misalnya
pengaruh gizi, dan penyakit. Faktor bawaan dapat mempercepat, menghambat, atau
melemahkan pengaruh dari lingkungan.
(b) Faktor Lingkungan adalah faktor dari luar diri yang mempengaruhi proses
perkembangan anak. Faktor tersebut meliputi suasana dan cara pendidikan
lingkungan tertentu, lingkungan rumah atau keluarganya, dan hal lain seperti sarana
dan prasarana yang tersedia misalnya alat bermain atau lapangan beramain. Faktor
lingkungan dapat merangsang berkembangnya fungsi tertentu dari anak yang dapat
menghambat atau mengganggu kelangsungan perkembangan anak.
Pada tahun 1995, tumbuh kembang seorang individual seorang anak harus
diperhatikan dari perkembangan fisik, perkembangan kognitif, parkembangan bahasa
dan bicara, perkembangan sosial, perkembangan emosional, perkembangan
kemampuan kreativitas, serta perkembangan personalitas (Julia, 2007.hlm.114).
Menurut Hurlock (1980.hlm.111), tugas dalam perkembangan pada awal masa
kanak-kanak : (a) perkembangan fisik, yaitu : tinggi, berat, perbandingan tubuh,
postur tubuh, tulang dan otot, lemak, gigi (b) kebiasaan fisiologis (c) keterampilan
berbicara dalam awal masa kanak-kanak, yaitu : peningkatan dalam pengertian,
penigkatan dalam keterampilan berbicara (isi pembicaraan dan jumlah bicara).
Menurut Wiwien (2008.hlm.92), pendekatan proses pendidikan terbagi
menjadi: (a) pendekatan environmentalis (b) pendekatan hereditas (c) pendekatan
interaksionis.
Menurut Christine (2008.hlm.9), perkembangan kecerdasan ada beberapa
bagian yaitu : (a) kecerdasan linguistik-verbal, yaitu mengacu pada kemampuan
untuk menyusun pikiran dengan jelas dan mampu menggunakan kemampuan ini
secara kompeten melalui kata-kata untuk mengungkapkan pikiran dalam berbicara,
membaca, dan menulis (b) kecerdasan matematis-logis, yaitu kemampuan untuk
menangani bilangan dan perhitungan, pola pikir yang logis dan ilmiah (c) kecerdasan
visual-spasial, yaitu kecerdasan yang dimiliki oleh arsitek, insinyur mesin, seniman,
fotografer, pilot, navigator, pemahat dan penemu (d) kecerdasan ritmik-musikal,
yaitu diungkapkan melalui apresiasi musik rekaman maupun langsung, dan melalui
pendengaran irama natural yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari (e) kecerdasan
kinestetik, yaitu membangun hubungan yang penting antara pikiran dan tubuh untuk
memeanipulasi objek dan menciptakan gerakan (f) kecerdasan interpersonal, yaitu
kemampuan untuk memahami dan memperkirakan perasaan, temperamen, suasana
hati, maksud dan keinginan orang lain dan menanggapinya secara layak (g)
kecerdasan intrapersonal, yaitu kemampuan untuk memahami diri sendiri dan
bertanggung jawab atas kehidupannya sendiri.
C. Dasar Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan orang tua terhadap
RA.Asy-syakirin. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif. Jumlah sampel dalam
penelitian ini adalah 35 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan
total sampling. Penelitian ini dilakukan di RA.Asy-syakirin Medan. Analisa data
digunakan univariat. Hasil uji statistik diperoleh dari 35 responden mayoritas
berumur 26-40 tahun sebanyak 25 responden (71,4%), berpendidikan mayoritas
perguruan tinggi sebanyak 18 responden (51,4%), pekerjaan mayoritas wiraswasta
sebanyak 18 responden (51,4%), dan mayoritas berpengetahuan baik sebanyak 27
responden (77,1%). Dari hasil penelitian ini dapat dibuktikan bahwa pengetahuan
orangtua terhadap pola asuh otoriter, otoritatif, dan permisif pada anak usia pra
sekolah, orangtua lebih banyak memilih pola asuh otoritatif yang diterapkan pada
anaknya.
Penelitian yang dilakukan oleh fenia tentang Pola Asuh Orang Tua terhadap
Tingkat Kreativitas Anak pada tahun 2012. Tujuan penelitian ini adalah untuk
menganalisa hubungan antara pola asuh orang tua dan tingkat kreatifitas anak di TK
Dharma Wanita Kelurahan Bangsal Kediri. Desain penelitian ini adalah analitik
korelasi. Populasi dalam penelitian ini adalah semua orang tua dan anak-anak di TK
Dharma Wanita Kelurahan Bangsal Kediri. Menggunakan total sampling, diperoleh
132 responden yang memenuhi criteria inklusi. Independen variabelnya adalah pola
asuh orang tua sedangkan dependen variabelnya adalah tingkat kreativitas anak-anak.
Data dikumpulkan dengan menggunakan wawancara terstruktur dan kuesioner.
Data-data tersebut dianalisa menggunakan uji statistik lambda dengan tingkat kemaknaan
p = 0.05. Hasilnya menunjukkan kemaknaan ρ = 0,028, yang berarti Ho ditolak,
sehingga terdapat hubungan antara tingkat kreativitas anak dan pola suh orang tua di
Penelitian yang dilakukan oleh ika tentang Hubungan Tipe Pola Asuh Orang
Tua Dengan EmotionalQuotient (EQ) Pada Anak Usia Prasekolah (3-5 Tahun) Di
TK Islam Al-Fattaah Sumampir Purwokerto Utara. Tujuan penelitian untuk
mengetahui ada tidaknya hubungan antara tipe pola asuh orang tua dengan EQ pada
anak usia prasekolah (3-5 tahun) di TK Islam Al-Fattaah Sumampir Purwokerto
Utara. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 51orang tua siswa di TK Islam
Al-Fattaah Sumampir Purwokerto Utara. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik
purposive sampling. Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data tipe pola asuh
orang tua adalah kuesioner, sedangkan untuk mengumpulkan data tentang EQ anak
dengan menggunakan lembar observasi. Jenis penelitian yang digunakan adalah
analitik korelasi dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Penelitian ini
dilakukan di TK Islam Al-Fattaah Sumampir Purwokerto Utara. Populasi dalam
penelitian ini adalah semua anak (siswa) di TK Islam Al-Fattaah Sumampir
Purwokerto Utara yang berjumlah 126 anak dan seluruh orang tua dari anak yang ada
di TK Islam Al-Fattaah Sumampir Purwokerto Utara yang berjumlah 126 orang tua.
Hasil analisis diketahui bahwa nilai p= 0,000, yaitu p < a (0,05) sehingga dapat
dikatakan bahwa, terdapat hubungan antara tipe pola asuh orang tua dengan EQ pada
anak usia prasekolah di TK Islam Al-Fattaah Sumampir Purwokerto Utara.
Penelitian ini berbeda dari tujuan, desain penelitian, analisis data, jumlah
sampel, populasi, variabel, dan responden peneliti ini melibatkan orang tua di
RA.Asy-syakirin, peneliti fenia melibatkan semua orang tua dan anak-anak di TK
Dharma Wanita Kelurahan Bangsal Kediri, sedangkan peneliti ika melibatkan semua
anak (siswa) di TK Islam Al-Fattaah Sumampir Purwokerto Utara yang berjumlah
126 anak dan seluruh orang tua dari anak yang ada di TK Islam Al-Fattaah
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan atau kaitan
antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya, atau antara variabel yang satu
dengan variabel yang lain dari masalah yang ingin diteliti (Notoadmodjo,
2010.hlm.83).
Variabel independen dalam penelitian ini adalah pola asuh orang tua dan
variabel dependen dalam penelitian ini adalah pengetahuan orang tua tentang anak
usia pra sekolah. Secara skematis, kerangka konsep penelitian di gambarkan sebagai
berikut :
Variabel Independen Variabel Dependen
Gambar 3.1 kerangka konsep
Pengetahuan orang tua tentang pola asuh anak
usia pra sekolah
Pola asuh orang tua
[image:31.595.132.450.402.525.2]B. Definisi Operasional N o Variabel Penelitian Definisi Operasional Alat Ukur
Cara Ukur Hasil Ukur
Skala
Ukur
1. Pengetahuan Segala sesuatu yang diketahui baik yang diperoleh dari pengalaman langsung maupun dari pengalaman orang lain
Kuesioner Wawancara 1.Baik bila menjawab Pertanyaa n (8-10) 2.Cukup bila menjawab pertanyaa n (5-7) 3.Kurang bila menjawab pertanyaa n (1-4) Ordinal
2 Pola asuh orang tua : a.Otoritatif
Bentuk pola asuh yang menekankan pada pengawasan orangtua atau kontrol yang ditujukan kepada anak untuk mendapatkan ketaatan dan kepatuhan
Kuesioner Wawancara 1.Baik bila menjawab Pertanyaa n (8-10) 2.Cukup bila menjawab pertanyaa n (5-7) 3.Kurang bila menjawab pertanyaa n (1-4) Ordinal
3 b.Otoriter Pola asuh yang bercirikan adanya hak dan kewajiban orangtua dan anak adalah sama dalam arti saling
melengkapi, anak dilatih untuk bertanggung
jawab pada dirinya sendiri, tetapi masih dalam pengawasan orangtua menjawab pertanyaa n (1-4)
4 c.Permisif Bentuk pengasuhan dimana orangtua memberikan kebebasan sebanyak mungkin pada anak untuk mengatur dirinya
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan pendekatan cross
sectional. Untuk mengetahui pengetahuan orangtua terhadap pola asuh pada anak
usia pra sekolah dengan menggunakan data primer yang dikumpulkan melalui
kuesioner di RA. Asy-syakirin.
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti tersebut
(Notoatmodjo.2010.hlm.115). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh orang tua
dari anak yang ada di RA. Asy-syakirin yang berjumlah 35 orang.
2. Sampel
Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi ini
(Notoatmodjo. 2010.hlm.115). Pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah total
sampling yaitu populasi dijadikan sampel dengan jumlah 35 orang.
C. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di RA. Asy-syakirin Jl.Gaperta Komp.Kodam I/BB
dengan pertimbangan bahwa di RA. Asy-syakirin ini didapat data pengetahuan
orangtua terhadap pola asuh pada anak usia pra sekolah.
D. Waktu Penelitian
E. Etika Penelitian
Sebelum melakukan penelitian, terlebih dahulu peneliti mengajukan permohonan
kepada ketua program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatera Utara, dan permintaan ijin kepada Kepala Pimpinan RA.Asy-syakirin.
Kemudian peneliti menemui responden dan menjelaskan maksud dan tujuan dari
penelitian ini. Jika responden setuju, peneliti memberikan lembar kuesioner kepada
responden. Dan apabila responden tidak setuju tidak ada unsur pemaksaan, respon
bebas mengundurkan diri.
Untuk menjaga kerahasiaan responden tersebut, maka peneliti tidak mencantum
namanya pada lembar pengumpulan data, melainkan cukup dengan memberikan
nomor kode responden pada masing-masing lembar pengumpulan data tersebut.
Kerahasiaan informasi dari responden dijamin oleh peneliti.
Data-data yang diperoleh dari responden semata-mata digunakan demi
perkembangan ilmu pengetahuan. Setelah orang tua calon responden memahami
serta menerima maksud dan tujuan peneliti maka orang tua calon responden diminta
untuk menandatangani lembar persetujuan (informed consent).
F. Instrument Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan berupa kuesioner yang disusun oleh peneliti
berdasarkan literatur yang ada dan dikonsultasikan kepada pembimbing. Kuesioner
yang dibagikan terdiri dari dua bagian, yaitu : bagian pertama adalah data demografi
orangtua yang meliputi umur, pendidikan, pekerjaan. Sedangkan kuesioner bagian
kedua tentang pengetahuan orangtua terhadap pola asuh otoriter, otoritatif, permisif,
responden menjawab “salah “ mendapat nilai 0, dan apabila menjawab “benar”
mendapat nilai 1.
G. Uji Validitas dan Reliabilitas
1. Uji validitas
Uji validitas merupakan suatu alat ukur yang menunjukkan apakah suatu alat
ukur cukup akurat, stabil dan konsisten dalam mengukur apa yang ingin kita ukur,
dengan cara memberikan kuesioner kepada orang yang lebih ahli dalam bidangnya.
Dalam hal ini, peneliti telah melakukan content validity sebanyak dua kali pada
bulan februari tahun 2014 dengan yang ahli dalam bidangnya yaitu Farida Linda
Sari Siregar, S.Kep, Ns, M.Kep dengan score indeks 0,76. Tujuannya adalah untuk
mendapatkan alat ukur yang dapat dilaksanakan dan dapat diandalkan.
2. Uji Reliabilitas
Uji Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur
dapat dipercaya atau dapat diandalkan dan tetap konsisten apabila dilakukan
pengukuran dua kali atau lebih terhadap kasus yang sama. Uji realibilitas
dilakukan dengan menggunakan rumus Alpha croabanch. Uji realibilitas di uji
kepada 10 0rangtua yang mempunyai kriteria yang sama dengan responden yang
akan diteliti. Skor korelasi dari uji realibilitas diperoleh 0,817 yang diperoleh dari
30 pertanyaan.
H. Prosedur Pengumpulan Data
Pada tahap awal peneliti akan mengajukan permohonan izin palaksanaan
penelitian pada institusi pendidikan (Program D-IV Bidan Pendidik Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara), kemudian permohonan izin yang
Data yang digunakan peneliti yaitu data primer. Data primer di peroleh langsung
dari responden melalui kuesioner yang disebarkan. Data penelitian ini dikumpulkan
dengan bantuan guru atau salah satu staf pegawai RA. Asy-sakirin dengan cara
sebagai berikut: (1) Peneliti menyerahkan lembar kuesioner kepada responden
dengan terlebih dahulu meminta persetujuan (informed consent) apakah bersedia
untuk dijadikan sebagai responden dengan menanda tangani surat persetujuan
penelitian. (2) Selanjutnya peneliti menjelaskan cara pengisian kuesioner tersebut.
(3) Agar pengumpulan data berjalan dengan cermat dan teliti peneliti mengawasi dan
mendampingi responden saat mengisi kuesioner dengan waktu 30 menit. Peneliti
memperoleh data yang terkumpul sebanyak 20 responden, sedangkan untuk
mengumpulkan 15 responden lagi dibantu guru dan staf pegawai. (4) Setelah
responden selesai menjawab kuesioner yang dibagikan,selanjutnya peneliti
mengumpulkan kuesioner kembali dengan terlebih dahulu memeriksakan jawaban
responden apakah sudah terisi seluruhnya sehingga dalam pengolahan data tidak
terjadi kesalahan.
I. Analisis Data
Pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan secara kualitatif. Pengolah
data dilakukan dengan komputerisasi dan kemudian dianalisis. Menurut Hastono
(2007.hlm.6) ada empat tahapan dalam pengolahan data yang harus dilalui yaitu: (a)
Editing merupakan kegiatan untuk melakukan pengecekan isi kuesioner apakah
jawaban yang ada dikuesioner sudah lengkap, jelas, releven, dan konsisten (b)
Coding merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi data berbentuk
angka atau bilangan (c) Processing adalah memproses data agar data yang sudah di
program computer (d) Cleaning merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang
sudah di entry apakah ada kesalahan ada atau tidak.
Langkah analisis yang dilakukan adalah deskriptif dengan pendekatan cross
sectional. Secara univariat masing-masing variabel penelitian ini untuk menilai
distribusi frekuensi dan persentasenya. Hasil dengan menggunakan skala ordinal
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian dan pembahasan tentang
“pengetahuan orangtua terhadap pola asuh pada anak usia pra sekolah tahun 2014”.
Jumlah responden yang terlibat dalam penelitian ini adalah 35 responden. Desain
penelitian deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional, yaitu suatu
penelitian untuk mengetahui pengetahuan orangtua terhadap pola asuh otoriter,
otoritatif, permisif, dengan cara pengumpulan data sekaligus pada satu waktu.
Adapun data-data yang diperoleh adalah sebagai berikut :
1. Analisis univariat
Pada penelitian ini didapatkan karakteristik responden berdasarkan mayoritas
umur responden adalah 26-40 tahun sebanyak 25 responden (71,4%). Pendidikan
responden adalah perguruan tinggi sebanyak 18 responden (51,4%). Pekerjaan
[image:39.595.119.525.569.725.2]responden adalah Wiraswasta sebanyak 18 responden (51,4%).
Tabel 5.1
Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan karakteristik responden orangtua di RA. Asy-syakirin Tahun 2014 (n=35)
Karakteristik f Persentase (%) Umur
<25 tahun 2 5.7 26-40 tahun 25 71.4 >41 tahun 8 22.8 Pendidikan
SMA 17 48.5 Perguruan tinggi 18 51.4 Pekerjaan
Tabel 5.2
Distribusi jawaban pengetahuan orangtua berdasarkan pola asuh otoriter di RA. Asy-syakirin Tahun 2014 (n=35)
No Pertanyaan Pilihan jawaban Benar Salah f % f % 1 Definisi pola asuh otoriter 27 77.1 8 22.8 2 Menetapkan peraturan pada pola asuh 24 82.8 11 31.4 otoriter di dalam keluarga
3 Dampak dari pola asuh otoriter terhadap anak 28 80 7 20 4 Peraturan yang ditetapkan orang tua pada pola 31 88.5 4 11.4 asuh otoriter kepada anak harus selalu
5 Orang tua yang menerapkan pola asuh otoriter 25 71.4 10 28.5 pada anak
6 Orang tua pada pola asuh otoriter mempunyai 19 54.2 16 45.7 sifat
7 Biasanya orang tua yang berinteraksi menerap- 25 71.4 10 28.5 kan pola asuh otoriter pada anaknya
8 Kecenderungan orang tua pada pola asuh 26 74,2 9 25.7 otoriter
9 Ciri orang tua pada anak dengan pola asuh 25 71.4 10 28.5 otoriter
10 Pola asuh otoriter efektif diterapkan dalam 25 71.4 10 28.5 kehidupan sehari-hari
Berdasarkan tabel 5.2 pilihan jawaban pengetahuan orangtua didapatkan bahwa
orangtua yang banyak menjawab pertanyaan pola asuh otoriter mayoritas benar yaitu
pada pertanyaan nomor 4 sebanyak 31 responden (88,5%), dan menjawab pertanyaan
pola asuh otoriter minoritas salah adalah pada nomor 4 sebanyak 4 responden
(11,4%).
2. Pola asuh otoriter
Pola asuh authoritarian (otoriter) adalah bentuk pola asuh yang menekankan
pada pengawasan orangtua atau kontrol yang ditujukan kepada anak untuk
mendapatkan ketaatan dan kepatuhan. Pola asuh ini adalah pengasuhan yang kaku,
diktaktor dan memaksa anak untuk selalu mengikuti perintah orangtua tanpa banyak
Tabel 5.2
Tabel Distribusi Pertanyaan Pengetahuan Orangtua Berdasarkan Pola Asuh Otoriter Pada Anak Usia Pra Sekolah di RA. Asy-syakirin
Tahun 2014 (n=35)
Kriteria f Persentase (%) Baik 10 28.5
Cukup 15 42.8 Kurang 10 28.5
Dari tabel 5.2 diatas dapat dilihat bahwa dari 35 responden yang telah diteliti
berdasarkan pengetahuan orangtua pola asuh otoriter mayoritas berpengetahuan
[image:41.595.109.533.399.752.2]cukup sebanyak 15 responden (42,8%).
Tabel 5.3
Distribusi jawaban pengetahuan orangtua berdasarkan pola asuh otoritatif di RA. Asy-syakirin Tahun 2014 (n=35)
No Pertanyaan Pilihan jawaban Benar Salah f % f % 1 Pola asuh yang bercirikan adanya hak dan 30 85.7 5 14.2 kewajiban orang tua dan anak sama tetapi
masih dalam pengawasanorang tua, termasuk pola asuh
2 Orang tua yang mendidik anak pada pola 30 85.7 5 14.2 asuh otoritatif
3 Dampak positif pada anak dengan orangtua 31 88.5 4 11.4 yang menerapkan pola asuh otoritatif
4 Cara orang tua membuat anaknya semangat 27 77.1 8 22.8 di sekolah
5 Cara orang tua pada pola asuh otoritatif 24 68.5 11 31.4 dalam membuat keputusan
6 Orang tua memberi informasi tentang 23 65.7 12 34.2 peraturan kepada anak
7 Pola asuh otoritatif sangat efektif 22 62.8 13 37.1 diterapkan dikehidupan sehari-hari
8 Anak dengan pola asuh otoritatif 29 82.8 6 17.1 cenderung terkekang
9 Pernyataan benar tentang pola asuh 28 80 7 20 otoritatif
Berdasarkan tabel 5.3 pilihan jawaban pengetahuan orangtua didapatkan bahwa
orangtua yang banyak menjawab pertanyaan pola asuh otoritatif mayoritas benar
yaitu pada pertanyaan nomor 3 sebanyak 31 responden (88,5%), dan menjawab
pertanyaan pola asuh otoritatif minoritas salah pada nomor 3 sebanyak 4 responden
(11,4%).
3. Pola asuh otoritatif
Pola asuh authoritative (demokratis) adalah pola asuh yang bercirikan adanya hak dan
kewajiban orangtua dan anak adalah sama dalam arti saling melengkapi, anak dilatih untuk
bertanggung jawab pada dirinya sendiri, tetapi masih dalam pengawasan orangtua. Pola asuh
ini dihubungkan dengan sikap dan tingkah laku anak-anak yang memperlihatkan emosional
positif, sikap positif, sosial, dan pengembangan kognitif. Pola asuh ini adalah paling
kondusif diterapkan pada anak (Baumrind 1991, dalam Parke & locke, 1999).
[image:42.595.107.526.477.535.2]Tabel 5.3
Tabel Distribusi Pertanyaan Pengetahuan Orangtua Berdasarkan Pola Asuh Otoritatif Pada Anak Usia Pra Sekolah di RA. Asy-syakirin
Tahun 2014 (n=35)
Kriteria f Persentase (%) Baik 18 51.4 Cukup 6 17.1 Kurang 11 31.4
Dari tabel 5.3 diats dapat dilihat bahwa dari 35 responden yang telah diteliti
berdasarkan pengetahuan orangtua pola asuh otoritatif mayoritas berpengetahuan
Tabel 5.4
Distribusi jawaban pengetahuan orangtua berdasarkan pola asuh permisif di RA. Asy-syakirin Tahun 2014 (n=35)
No Pertanyaan Pilihan jawaban Benar Salah f % f % 1 Orang tua dengan pola asuh permisif 31 88.5 4 11.4 2 Orang tua dengan pola asuh permisif 7 20 28 80 juga mempunyai peraturan, walaupun
tidak dipatuhi anaknya
3 Yang dirasakan orang tua dengan pola 19 54.2 16 45.7 asuh permisif terhadap anak
4 Orang tua disebut konsisten, apabila 19 54.2 16 45.7 5 Pernyataan yang benar tentang pola 19 54.2 16 45.7 tentang pola asuh otoritatif
6 Ciri orang tua dengan pola asuh permisif 24 68.5 11 31.4 7 Orang tua yang membuat anak jadi
tidak disiplin
8 Orang tua yang tidak menerapkan 27 77.1 8 22.8 budaya disiplin pada anak
9 Pola asuh yang diterapkan orang tua 25 71.4 10 28.5 pada anaknya, orang tua permisif
tidak akan memiliki anak yang
10 Orang tua permisif selalu menampakkan 22 62.8 13 37.1 amarahnya pada anak
Berdasarkan tabel 5.4 pilihan jawaban pengetahuan orangtua didapatkan bahwa
orangtua yang banyak menjawab pertanyaan pola asuh permisif mayoritas benar
yaitu pada pertanyaan nomor 1 sebanyak 31 responden (88,5%), dan menjawab
pertanyaan pola asuh permisif minoritas salah pada nomor 1 sebanyak 4 responden
(11,4%).
4. Pola asuh permisif
Pola asuh permessive merupakan bentuk pengasuhan dimana orangtua
memberikan kebebasan sebanyak mungkin pada anak untuk mengatur dirinya. Anak
asuh ini memandang anak sebagai seorang pribadi dan mendorong mereka untuk
tidak berdisiplin dan anak diperbolehkan untuk mengatur tingkah lakunya sendiri.
Dengan pola asuh seperti ini anak mendapatkan kebebasan sebanyak mungkin dari
orangtua. Pola asuh permessive membuat hubungan antara anak dan orangtua penuh
kasih sayang, tetapi menjadikan anak agresif dan suka menurutkan kata hatinya
(Baumrind 1991, dalam Parke & locke, 1999).
[image:44.595.105.525.329.386.2]Tabel 5.4
Tabel Distribusi Pertanyaan Pengetahuan Orangtua Berdasarkan Pola Asuh Permisif Pada Anak Usia Pra Sekolah Di RA.Asy-Syakirin
Tahun 2014 (n=35)
Kriteria f Persentase (%) Baik 7 20
Cukup 14 40 Kurang 14 40
Dari tabel 5.4 diats dapat dilihat bahwa dari 35 responden yang telah diteliti
berdasarkan pengetahuan orang tua pola asuh permisif minoritas berpengetahuan
kurang sebanyak 14 responden (40%).
B. Pembahasan
1. Karakteristik responden
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dengan 35 responden usia
mayoritas berumur 26-40 tahun sebanyak 25 responden (71,4%). Dari keseluruhan
responden berpendidikan Perguruan Tinggi sebanyak 18 responden (51,4%), dan
pekerjaan responden Wiraswasta sebanyak 18 responden (51,4%).
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan, diantaranya: umur,
pendidikan, dan pekerjaan. Umur merupakan indikator kedewasaan seseorang, semakin
perilaku yang sesuai untuk mendidik anak. Semakin tua umur seseorang maka proses-proses
perkembangan mentalnya bertambah baik, tetapi pada umur tertentu bertambahnya proses
perkembangan mental ini tidak secepat seperti ketika berumur belasan tahun.
Tingkat pendidikan dan pengetahuan orang tua serta pengalaman sangat
berpengaruh dalam mengasuh anak. Pendidikan akan memberikan dampak bagi pola
pikir dan pandangan orang tua dalam mendidik anaknya. Orang tua yang memiliki
tingkat pendidikan dan wawasan yang tinggi akan memperhatikan dan merawat anak
sesuai dengan usia perkembangannya dan akan menunjukkan penyesuaian pribadi
dan sosial yang lebih baik yang akan membuat anak memiliki pandangan positif
terhadap orang lain dan masyarakat.
Menurut Thomas yang dikutip oleh Nursalam (2008), pekerjaan adalah
keburukan yang harus dilakukan terutama untuk mejunjang kehidupanya dan
kehidupan keluarga. Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak
merupakan cara mencari nafkah yang membosankan, berulang dan banyak tantangan.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian ika, menunjukkan bahwa 51 % orang tua
menerapkan tipe pola asuh demokratis, 62,7 % orang tua berpendidikan perguruan
tinggi, dan 90,2 % orang tua dalam rentang usia dewasa tengah. Hal ini terbukti
bahwa orang tua dengan pendidikan yang tinggi lebih memilih tipe pola asuh
demokratis dan orang tua pada usia dewasa tengah lebih terbuka, hangat, dan
perhatian terhadap anaknya. Muttaqin (2005) mengatakan bahwa pola asuh
demokratis dapat mengakibatkan anak mandiri, mempunyai kontrol diri dan
kepercayaan diri yang kuat, dapat berinteraksi dengan teman sebayanya dengan baik,
mampu menghadapi stress, mempunyai minat terhadap hal-hal yang baru, kooperatif
dengan orang dewasa, penurut, patuh dan berorientasi pada prestasi.
diterapkan pada anak. Dan menurut peneliti dengan bertambahnya umur maka
pengalaman juga bertambah. Pola pikirnya semakin maju dan biasanya berpikir lebih
jauh kedepan serta tidak sembarangan mengambil suatu keputusan dalam melakukan
tindakan. Bersikap lebih dewasa dan berani mempertanggung jawabkan suatu hal
yang sudah dilakukan.
2. Pengetahuan orangtua terhadap pola asuh otoriter
Dari hasil penelitian yang dilakukan dengan 35 responden berdasarkan
pengetahuan pola asuh otoriter mayoritas berpengetahuan cukup sebanyak 15
responden (42,8%).
Pola asuh authoritarian (otoriter) adalah bentuk pola asuh yang menekankan
pada pengawasan orangtua atau kontrol yang ditujukan kepada anak untuk
mendapatkan ketaatan dan kepatuhan. Pola asuh ini adalah pengasuhan yang kaku,
diktaktor dan memaksa anak untuk selalu mengikuti perintah orangtua tanpa banyak
alasan. (Baumrind 1991, dalam Parke & locke, 1999).
Penelitian ini sejalan dengan penelitian (fhadilah) yang telah dilakukan yaitu ada
29,4 % orang tua yang masih menerapkan pola asuh otoriter. Orang tua yang
menerapkan tipe pola asuh otoriter akan menuntut dan mengendalikan sematamata
karena kekuasaan, tanpa kehangatan, bimbingan, dan komunikasi dua arah. Mereka
mengendalikan dan menilai perilaku anak dengan standar mutlak; mereka
menghargai kepatuhan, rasa hormat terhadap kekuasaan mereka, dan tradisi.
Anak-anak dengan orang tua seperti ini cenderung memiliki kompetensi dan tanggung
jawab sedang, cenderung menarik diri secara sosial dan tidak memiliki spontanitas
Menurut peneliti, berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa mayoritas
pengetahuan orangtua terhadap pola asuh otoriter baik karena orangtua beranggapan
dengan diterapkan pola asuh otoriter pada anaknya, anak akan lebih patuh dan
disiplin dalam peraturan yang telah ditetapkan tanpa memikirkan dampak yang
timbul pada anak. Sedangkan minoritas pengetahuan orangtua terhadap pola asuh
otoriter kurang karena orangtua sudah lebih paham dan mengerti tentang pola asuh
otoriter dan tidak menetapkan pola asuh otoriter ini pada anak.
3. Pengetahuan orangtua terhadap pola asuh otoritatif
Dari hasil penelitian yang dilakukan dengan 35 responden berdasarkan
pengetahuan pola asuh otoritatif mayoritas berpengetahuan baik sebanyak 18
responden (51,4%).
Pola asuh authoritative (demokratis) adalah pola asuh yang bercirikan adanya
hak dan kewajiban orangtua dan anak adalah sama dalam arti saling melengkapi,
anak dilatih untuk bertanggung jawab pada dirinya sendiri, tetapi masih dalam
pengawasan orangtua. Pola asuh ini dihubungkan dengan sikap dan tingkah laku
anak-anak yang memperlihatkan emosional positif, sikap positif, sosial, dan
pengembangan kognitif. Pola asuh ini adalah paling kondusif diterapkan pada anak
(Baumrind 1991, dalam Parke & locke, 1999).
Penelitian ini sejalan dengan penelitian ika bahwa dari 66 orang tua di TK
Dharma Wanita Kelurahan Bangsal Kota Kediri, ada 38 orang tua yang menerapkan
pola asuh autoritatif. Dari 38 orang tua tersebut diketahui 14 anaknya memiliki
tingkat kreativitas tinggi (21,2%), 16 anak memiliki tingkat kreativitas sedang
kepada anaknya karena pola asuh demokratis mempunyai prinsip mendorong anak
untuk mandiri, tapi orang tua tetap menetapkan batas dan kontrol. Orang tua
biasanya bersikap hangat, dan penuh belas kasih kepada anak, bisa menerima alasan
dari semua tindakan anak, mendukung tindakan anak yang konstruktif, dan tidak
sedikitpun mengarahkannya secara otoriter.
Menurut peneliti, berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa mayoritas
pengetahuan orangtua terhadap pola asuh otoritatif memiliki pengetahuan baik
karena orangtua memiliki hak dan kewajiban yang sama, pola asuh otoritatif lebih
efektif diterapkan pada anak, yang bertujuan melatih untuk mengeluarkan pendapat,
ide atau gagasan anak, bertanggung jawab, bersikap positif. Minoritas pengetahuan
orangtua terhadap pola asuh otoritatif kurang karena orangtua harus ada
perbedaannya dengan anak antara hak dan kewajiban dalam berpendapat.
4. Pengetahuan orangtua terhadap pola asuh permisif
Dari hasil penelitian yang dilakukan dengan 35 responden berdasarkan
pengetahuan pola asuh permisif mayoritas berpengetahuan kurang sebanyak 14
responden (40%).
Pola asuh permessive merupakan bentuk pengasuhan dimana orangtua
memberikan kebebasan sebanyak mungkin pada anak untuk mengatur dirinya. Anak
tidak dituntut untuk bertanggung jawab dan tidak banyak dikontrol orangtua. Pola
asuh ini memandang anak sebagai seorang pribadi dan mendorong mereka untuk
tidak berdisiplin dan anak diperbolehkan untuk mengatur tingkah lakunya sendiri.
Dengan pola asuh seperti ini anak mendapatkan kebebasan sebanyak mungkin dari
orangtua. Pola asuh permessive membuat hubungan antara anak dan orangtua penuh
Penelitian ini sejalan dengan penelitian ika, menunjukkan 19,6 % orang tua
menerapkan tipe pola asuh permisif. Pola asuh permisif merupakan orang tua serba
membolehkan anak berbuat apa saja. Orang tua memiliki kehangatan dan menerima
apa adanya. Kehangatan, cenderung memanjakan, dituruti keinginnannya. Sedangkan
menerima apa adanya akan cenderung memberikan kebebasan kepada anak untuk
berbuat apa saja. Pola asuh ini dapat mengakibatkan anak agresif, tidak patuh pada
orang tua, sok kuasa, kurang mampu mengontrol diri dan kurang intens mengikuti
pelajaran sekolah (Muttaqin,2005). Pola asuh permisif atau pemanja biasanya
memberikan pengawasan yang sangat longgar. Memberikan kesempatan pada
anaknya untuk melakukan sesuatu
tanpa pengawasan yang cukup darinya. Mereka cenderung tidak menegur atau
memperingatkan anak apabila anak sedang dalam bahaya, dan sangat sedikit
bimbingan yang diberikan oleh mereka. Namun orang tua tipe ini biasanya bersifat
hangat, sehingga seringkali disukai oleh anak (Petranto, 2006).
Menurut peneliti, berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa mayoritas
pengetahuan orangtua terhadap pola asuh permisif berpengetahuan baik karena
orangtua menganggap anak seorang pribadi yang mampu mengatur tingkah lakunya
sendiri, dan kebebasan sepenuhnya pada anak tanpa banyak dikontrol orangtua.
Minoritas pengetahuan orangtua terhadap pola asuh permisif berpengetahuan kurang
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang berjudul pengetahuan orangtua terhadap pola
asuh pada anak usia pra sekolah di RA. Asy-syakirin tahun 2014 yang telah disajikan
dalam bab IV dapat disimpulkan bahwa :
1. Berdasarkan karakteristik responden di RA. Asy-syakirin adalah antara umur 26-40
tahun sebanyak 25 responden (71,4%). Pendidikan mayoritas responden adalah
berpendidikan Perguruan Tinggi sebanyak 18 responden (51,4%). Pekerjaan
responden Wiraswasta sebanyak 18 responden (51,4%).
2. Berdasarkan pengetahuan pola asuh otoriter mayoritas berpengetahuan cukup
sebanyak 15 responden (42,8%).
3. Berdasarkan pengetahuan pola asuh otoritatif mayoritas berpengetahuan baik
sebanyak 18 responden (51,4%).
4. Berdasarkan pengetahuan pola asuh permisif mayoritas berpengetahuan kurang
sebanyak 14 responden (40%).
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, disarankan kepada beberapa pihak yaitu :
1. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan kepada guru/staf pegawai agar dapat melaksanakan dan menerapkan di
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan melakukan penelitian lanjutan tentang pengetahuan orangtua terhadap
pola asuh pada anak usia pra sekolah dengan metode serta uji analisis yang beda
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu., & Sholeh, Munawar. (2005). Psikologi Perkembangan, Jakarta : Rineka Cipta
Bahiyatun. (2008). Buku Ajar Bidan Psikologi Ibu dan Anak, Jakarta : EGC
Jurnal Keperawatan Soedirman, Volume 5,No.1,Maret 2010. http://jos.unsoed.ac.id/ index.php/keperawatan/article/view/206
Jurnal STIKES, Volume 5, No.1, Juli 2012. http://puslit2.petra.ac.id/ejournal/index.p hp/stikes/article/download/.../18282
B. Hurlock, Elizabeth. (1980). Psikologi Perkembangan, Jakarta : Erlangga
Edwars, C.Drew. (2006). Ketika Anak Sulit Diatur, Bandung : Kaifa
E. Papalia, Diane., Olds, Sally Wendkos., Feldman, Ruth Duskin. (2010). Human
Development, Jakarta : Kencana
Hidayat, Aziz Alimul. (2007). Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis
Data, Jakarta : Salemba Medika
Hastono, Sutanto Priyo. (2001). Modul Analisis Data, Depok.
________. (2007). Analisis Data, Depok
Kartono, Kartini. (2007). Psikologi Anak, Bandung : Mandar Maju
L.Wong, Donna., Hockenberry-Eaton, Marilyn., Wilson, David,. L.Winkelstein, Marilyn,. Schwartz, Patricia. (2008). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Wong, Jakarta : EGC
Maria Van Tiel, Julia. (2007). Anakku Terlambat Bicara, Jakarta : Prenada
Machfoedz, I. (2009). Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Fitramaya.
Meyana. (2011). Hubungan Pola Asuh Orang Tua Terhadap Perilaku Seksual
Remaja Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan. Karya
Tulis Ilmiah. D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
Mutiah, Diana. (2010). Psikologi Bermain Anak Usia Dini, Jakarta : Kencana
Notoatmodjo, Soekidjo. (2003). Pendidikan dan Prilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
_________. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta
Nugraha, Ali. (2012). Modul Psikologi Perkembangan Anak, Bandung : Indeks
Pratisti, Wiwien Dinar. (2008). Psikologi Anak Usia Dini, Jakarta : Indeks
Shochib, Moh. (2000). Pola Asuh Orangtua. Jakarta : Rineka Cipta
Sujana, Christine. (2008). Cara Mengembangkan Berbagai Komponen Kecerdasan, Yogyakarta : Indeks
W.Santrock, John. (2007). Perkembangan Anak Jilid 1, Jakarta : Erlangga
LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama :
Nim :
Status :
Judul Penelitian :
Sehubungan dengan penelitian yang seda