• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengetahuan Orang Tua Terhadap Pola Asuh Pada Anak Usia Pra Sekolah (3-5 thn) di RA. Asy-syakirin

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengetahuan Orang Tua Terhadap Pola Asuh Pada Anak Usia Pra Sekolah (3-5 thn) di RA. Asy-syakirin"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

PENGETAHUAN ORANG TUA TERHADAP POLA ASUH PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH (3-5 THN) DI RA. ASY-SYAKIRIN

TAHUN 2014

SURIANI 135102017

KARYA TULIS ILMIAH

PROGRAM STUDI D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

(2)
(3)
(4)

PENGETAHUAN ORANG TUA TERHADAP POLA ASUH PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH DI RA. ASY-SYAKIRIN TAHUN 2014

ABSTRAK Suriani

Latar belakang : Masa depan anak akan sangat tergantung dari pendidikan dan pola asuh orang tua. Pola asuh adalah proses mendidik agar kepribadian anak dapat berkembang dengan baik, ketika dewasa jadi bertanggung jawab. Agar hubungan antara anggota keluarga dapat terbina dan terpelihara dengan baik, peranan orang tua sangat penting berfungsi sebagai ‘top manajemen’. Masa anak-anak prasekolah (3-5 thn) adalah membangun tingkat inisiatif yang sehat, menunjukkan semangat keingintahuan dan mencoba beragam aktivitas fisik.

Tujuan penelitian : Untuk mengetahui pengetahuan orang tua terhadap pola asuh otoriter, otoritatif dan permisif pada anak usia pra sekolah di RA.Asy-syakirin.

Metodologi : Penelitian ini menggunakan desain deskriptif. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 35 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan total sampling. Penelitian ini dilakukan di RA.Asy-syakirin Medan. Analisa data digunakan univariat.

Hasil : Hasil uji statistik diperoleh dari 35 responden mayoritas berumur 26-40 tahun sebanyak 25 responden (71,4%), berpendidikan perguruan tinggi sebanyak 18 responden (51,4%), pekerjaan wiraswasta sebanyak 18 responden (51,4%), dan berpengetahuan baik sebanyak 18 responden (51,4%).

Kesimpulan : Dari hasil penelitian ini dapat dibuktikan bahwa pengetahuan orangtua terhadap pola asuh otoriter, otoritatif, dan permisif pada anak usia pra sekolah, orangtua lebih banyak memilih pola asuh otoritatif yang diterapkan pada anaknya. Jadi, pola asuh yang paling baik diterapkan pada anak adalah pola asuh otoritatif karena menjadikan anak lebih disiplin, bertanggung jawab, dan melatih anak mengeluarkan pendapat, ide atau gagasan.

(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan

hidayahnya penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul

“Pengetahuan Orang Tua Terhadap Pola Asuh Pada Anak Usia Pra Sekolah (3-5 thn)

di RA. Asy-syakirin”.

Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis banyak menerima bantuan

moril maupun materil dari berbagai pihak untuk itu penulis ingin mengucapkan

terima kasih kepada :

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera

Utara.

2. Ibu Nur Asnah Sitohang, S.Kep, Ns, MKep selaku Ketua Program Studi D-IV Bidan

Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan Dosen Pembimbing

yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan masukan kepada penulis dalam

penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

3. Ibu Nur Asiah, S.Kep, Ns, M.Biomed selaku dosen penguji I yang telah memberikan

kritik dan saran kepada penulis dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

4. dr. Ichwanul Adenin, SpOG selaku dosen penguji II yang telah memberikan saran

dan masukan kepada penulis dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

5. Seluruh Dosen dan Staf Administrasi studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas

Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu pengetahuan,

bimbingan serta nasihat selama menjalani penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

6. Teristimewa dan tercinta kedua orang tua serta keluarga yang tidak henti-hentinya

mendoakan, memberikan dukungan, mendidik, membesarkan penulis dengan cinta

(6)

7. Seluruh teman-teman seperjuangan D-IV Bidan Pendidik yang telah memberikan

masukan dan support yang positif kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini belum begitu sempurna

masih membutuhkan saran. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik, saran, dan

tanggapan demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini, sehingga Karya Tulis Ilmiah ini

dapat diterima dan dilanjutkan serta memberi manfaat khususnya bagi penulis sendiri

dan semua pihak yang membaca.

Medan, Juli 2014

(7)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR SKEMA ... v

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 3

D. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

A. Pengetahuan ... 5

1. Defenisi ... 5

2. Tingkat Pengetahuan Didalam Domain Kognitif ... 5

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan ... 6

4. Kategori Pengetahuan ... 7

B. Pola Asuh Orang Tua ... 7

1. Defenisi ... 7

2. Jenis-jenis Pola Asuh Orang Tua ... 8

3. Peran Orang Tua ... 11

4. Dasar-dasar Tumbuh Kembang ... 12

5. Pola Tumbuh Kembang ... 12

6. Perkembangan Kognitif ... 13

7. Perkembangan Awal Masa Kanak-Kanak ... 13

C. Dasar penelitian ... 18

BAB III KERANGKA KONSEP ... 21

A. Kerangka Konsep ... 21

B. Defenisi Operasional ... 22

BAB IV METODE PENELITIAN ... 24

A. Desain Penelitian ... 24

B. Populasi dan Sampel ... 24

1. Populasi ... 24

(8)

C. Tempat Penelitian ... 24

D. Waktu Penelitian ... 24

E. Etika Penelitian ... 25

F. Instrumen Penelitian ... 25

G. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 26

H. Prosedur Pengumpulan Data ... 26

I. Analisis Data ... 27

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 29

A. Hasil Penelitian ... 29

1. Analisis Univariat ... 29

2. Pola Asuh Otoriter ... 30

3. Pola Asuh Otoritatif ... 32

4. Pola Asuh Permisif ... 33

B. Pembahasan ... 34

1. Karakteristik Responden ... 34

2. Pengetahuan Orang Tua Terhadap Pola Asuh Otoriter ... 36

3. Pengetahuan Orang Tua Terhadap Pola Asuh Otoritatif ... 37

4. Pengetahuan Orang Tua Terhadap Pola Asuh Permisif ... 38

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 40

A. Kesimpulan ... 40

B. Saran ... 41

DAFTAR PUSTAKA

(9)

DAFTAR SKEMA

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Operasional ... 22

Tabel 5.1. Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan karakteristik

data demografi responden orangtua di RA. Asy-syakirin

Tahun 2014 ... 29

Tabel 5.2. Distribusi pertanyaan pengetahuan orangtua berdasarkan pola

asuh otoriter pada anak usia pra sekolah di RA.Asy-syakirin

Tahun 2014 ... 30

Tabel 5.3. Distribusi pertanyaan pengetahuan orangtua berdasarkan pola

asuh otoritatif pada anak usia pra sekolah di RA.Asy-syakirin

Tahun 2014 ... 31

Tabel 5.4. Distribusi pertanyaan pengetahuan orangtua berdasarkan pola

asuh permisif pada anak usia pra sekolah di RA.Asy-syakirin

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 2 : Lembar Penjelasan Kepada Orang Tua/Wali Calon Responden

Lampiran 3 : Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan (Psp) (Informed Concent)

Lampiran 4 : Lembar Kuesioner

Lampiran 5 : Lembar Content Validity

Lampiran 6 : Surat izin survey data pendahuluan

Lampiran 7 : Surat balasan survey data pendahuluan

Lampiran 8 : Master Tabel Penelitian

(12)

PENGETAHUAN ORANG TUA TERHADAP POLA ASUH PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH DI RA. ASY-SYAKIRIN TAHUN 2014

ABSTRAK Suriani

Latar belakang : Masa depan anak akan sangat tergantung dari pendidikan dan pola asuh orang tua. Pola asuh adalah proses mendidik agar kepribadian anak dapat berkembang dengan baik, ketika dewasa jadi bertanggung jawab. Agar hubungan antara anggota keluarga dapat terbina dan terpelihara dengan baik, peranan orang tua sangat penting berfungsi sebagai ‘top manajemen’. Masa anak-anak prasekolah (3-5 thn) adalah membangun tingkat inisiatif yang sehat, menunjukkan semangat keingintahuan dan mencoba beragam aktivitas fisik.

Tujuan penelitian : Untuk mengetahui pengetahuan orang tua terhadap pola asuh otoriter, otoritatif dan permisif pada anak usia pra sekolah di RA.Asy-syakirin.

Metodologi : Penelitian ini menggunakan desain deskriptif. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 35 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan total sampling. Penelitian ini dilakukan di RA.Asy-syakirin Medan. Analisa data digunakan univariat.

Hasil : Hasil uji statistik diperoleh dari 35 responden mayoritas berumur 26-40 tahun sebanyak 25 responden (71,4%), berpendidikan perguruan tinggi sebanyak 18 responden (51,4%), pekerjaan wiraswasta sebanyak 18 responden (51,4%), dan berpengetahuan baik sebanyak 18 responden (51,4%).

Kesimpulan : Dari hasil penelitian ini dapat dibuktikan bahwa pengetahuan orangtua terhadap pola asuh otoriter, otoritatif, dan permisif pada anak usia pra sekolah, orangtua lebih banyak memilih pola asuh otoritatif yang diterapkan pada anaknya. Jadi, pola asuh yang paling baik diterapkan pada anak adalah pola asuh otoritatif karena menjadikan anak lebih disiplin, bertanggung jawab, dan melatih anak mengeluarkan pendapat, ide atau gagasan.

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa depan anak akan sangat tergantung dari pendidikan dan pola asuh orang

tua. Di saat sekarang ini tidak sedikit orang tua yang mengejar kepentingan mereka

sendiri dengan dalih untuk kesejahteraan anak, sehingga terkadang peran mereka

sebagai orang tua yaitu mendidik dan mengasuh anak terlalaikan. Tidak hanya

kebutuhan fisik saja tetapi kebutuhan psikologis juga menentukan perkembangan

anak ke arah kedewasaan yang mantap dan menyeluruh.

Pola asuh adalah proses mendidik agar kepribadian anak dapat berkembang

dengan baik, ketika dewasa jadi bertanggung jawab. Pola asuh yang baik menjadikan

anak berkepribadian kuat, tak mudah putus asa, dan tangguh menghadapi tekanan

hidup (Nugraha.2012.hlm.2.25).

Pola asuh sangat mempengaruhi peran dan fungsi keluarga. Pengaruh

keluarga dalam pembentukan dan perkembangan kepribadian anak sangat besar

karena keluarga merupakan kelompok sosial yang pertama di mana anak dapat

berinteraksi, tempat anak belajar, dan menyatakan dirinya sebagai makhluk sosial.

Keluarga juga dapat memberikan dasar pembentukan tingkah laku, watak, moral, dan

pendidikan kepada anak (Kartono, 2010, hlm.57).

Peran aktif orang tua terhadap perkembangan anak-anaknya sangat

diperlukan terutama pada saat mereka masih berada di bawah usia lima tahun

(batita). Agar hubungan antara anggota keluarga dapat terbina dan terpelihara dengan

baik, peranan orang tua sangat penting berfungsi sebagai ‘top manajemen’.

Mengasuh, membina, dan mendidik anak di rumah merupakan kewajiban bagi setiap

(14)

Masa anak-anak prasekolah (3-5 thn) adalah membangun tingkat inisiatif

yang sehat, menunjukkan semangat keingintahuan dan mencoba beragam aktivitas

fisik. Bagaimanapun, tingkah anak-anak yang sulit dikendalikan mungkin lebih

intens dibandingkan dengan anak-anak lain, dan berpotensi membahayakan. Hal ini

dapat menyebabkan orang tua menjadi sangat membatasi kegiatan dan keingintahuan

anak (Edwards, 2006.hlm.47).

Perkembangan anak menurut Wiwien (2008.hlm.82), pertama yaitu

perkembangan fisik. Kedua, perkembangan prilaku dibagi atas perkembangan

motorik, prilaku adaptif, kemampuan berbahasa, perilaku sosial pribadi. Ketiga,

perkembangan kognitif menurut Piaget, karakteristik berpikir yang menonjol pada

tahap praoperasional adalah cara berpikir yang semilogik, bersifat egosentris,

memiliki konservasi. Keempat, perkembangan kepribadian.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik responden orang tua di TK

Islam Al-Fattaah Sumampir Purwokerto Utara didapatkan bahwa dari 51 responden

90,2 % responden merupakan usia dewasa tengah dengan 62,7 % berpendidikan

perguruan tinggi. Karakteristik responden anak di TK Islam Al-Fattaah Sumampir

Purwokerto Utara di dapatkan bahwa, paling banyak anak berumur 5-6 (< 6 tahun)

tahun (58,8 %) dan 60,8 % berjenis kelamin laki- laki. Tipe pola asuh yang

diterapkan oleh orang tua di TK Islam Al-Fattaah Sumampir Purwokerto Utara

kepada anaknya di dapatkan bahwa 51 % orang tua menerapkan tipe pola asuh

demokratis, sedangkan untuk tipe pola asuh permisif sebanyak 19,6 % dan otoriter

sebanyak 29,4 %. (Soedirman dalam Ika Fadilah Achmad, et al.2010.hlm.51.¶ 1).

Menurut penelitian (fenia) Dari 66 orang tua di TK Dharma Wanita

Kelurahan Bangsal Kota Kediri, ada 38 orang tua yang menerapkan pola asuh

(15)

SMA yaitu sejumlah 5 orang (62,5%). Sedangkan untuk pekerjaan orang tua

diketahui lebih dari 50% adalah wiraswasta yaitu sejumlah 5 orang (62,5%). (Fenia

Teviana, Maria Anita Yusiana, 2012.hlm.58.¶ 2).

Dari uraian tersebut diatas, penulis merasa tertarik untuk melakukan

penelitian tentang pengetahuan orang tua terhadap pola asuh pada anak usia pra

sekolah (3-5 thn) di RA. Asy-syakirin.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pengetahuan orang

tua terhadap pola asuh pada anak usia pra sekolah (3-5 thn) di RA. Asy-syakirin.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengetahuan orang tua terhadap pola asuh pada anak usia

pra sekolah (3-5 thn).

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui karakteristik responden

b. Untuk mengetahui pengetahuan orang tua terhadap pola asuh otoriter pada anak usia

pra sekolah.

c. Untuk mengetahui pengetahuan orang tua terhadap pola asuh otoritatif pada anak

usia pra sekolah.

d. Untuk mengetahui pengetahuan orang tua terhadap pola asuh permisif pada anak usia

(16)

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Responden

Memberi informasi tentang pola asuh yang baik agar dapat diterapkan dikehidupan

sehari-hari kepada anak untuk disiplin.

2. Bagi Peneliti

Sebagai aplikasi ilmu pengetahuan yang sudah diperoleh oleh peneliti selama

perkuliahan dan menambah wawasan peneliti pada pembelajaran metode penelitian

tentang pengetahuan orang tua terhadap pola asuh anak (3-5 tahun).

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebagai data dan informasi untuk pelaksanaan penelitian yang lebih lanjut mengenai

(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengetahuan

1. Defenisi

Pengetahuan adalah hasil tahu dari manusia, yang sekedar menjawab

pertanyaan what, misalnya apa air, apa alam, dan sebagainya, yang dapat diperoleh

baik dari pengalaman langsung maupun dari pengalaman orang lain (Notoatmodjo,

2005, hal. 10).

Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tau seseorang

terhadap objek melalui indra yang dimilikinya untuk tau, sebagian besar pengetahuan

manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2005, hlm. 50).

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang

melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui

pancaindra manusia (Notoatmodjo, 2003, hal. 121).

2. Tingkat pengetahuan didalam domain kognitif

Tingkat pengetahuan didalam domain kognitif, yaitu : (a) Tahu (know) diartikan

sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam

pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (Recall) terhadap suatu yang

spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Kata

kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari dengan :

menyebutkan, menguraikan, mengidentifikasi, menyatakan, dan sebagainya. (b)

Memahami (Comperhansion) diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan

(18)

tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek harus dapat

menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan terhadap objek yang di pelajari.

(c) Aplikasi (application) diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang

telah dipelajari pada situasi kondisi real (sebenarnya). (d) Analisis (analysis) adalah suatu

kemampuan yang menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen, tetapi masih

dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan ini

dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti: menggambarkan, membedakan,

memisahkan, mengelompokkan. (d) Sintesis (synthesis) adalah suatu kemampuan untuk

menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada, misalnya dapat menyusun,

merencanakan, meringkaskan suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada. (e) Evaluasi

(evaluation) berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian

terhadap suatu materi atau objek (Notoatmodjo, 2003, hal. 122).

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan, diantaranya: umur,

pendidikan, dan pekerjaan (Notoatmodjo, 2003)

Umur merupakan indikator kedewasaan seseorang, semakin bertambah umur

semakin bertambah pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki mengenai perilaku

yang sesuai untuk mendidik anak. Semakin tua umur seseorang maka proses-proses

perkembangan mentalnya bertambah baik, tetapi pada umur tertentu bertambahnya

proses perkembangan mental ini tidak secepat seperti ketika berumur belasan tahun,

sebagai contoh daya ingat seseorang itu sangat dipengaruhi oleh umur.

Tingkat pendidikan dan pengetahuan orang tua serta pengalaman sangat

berpengaruh dalam mengasuh anak. Pendidikan akan memberikan dampak bagi pola

(19)

tingkat pendidikan dan wawasan yang tinggi akan memperhatikan dan merawat anak

sesuai dengan usia perkembangannya dan akan menunjukkan penyesuaian pribadi

dan sosial yang lebih baik yang akan membuat anak memiliki pandangan positif

terhadap orang lain dan masyarakat.

Menurut Thomas yang dikutip oleh Nursalam (2008), pekerjaan adalah

keburukan yang harus dilakukan terutama untuk mejunjang kehidupanya dan

kehidupan keluarga. Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak

merupakan cara mencari nafkah yang membosankan, berulang dan banyak tantangan.

Sedangkan bekerja umumnya merupakan kegiatan menyita waktu. Bekerja bagi

ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga.

4. Kategori Pengetahuan

Tingkat pengetahuan menurut Machfoedz (2009, hal. 128), yang dimiliki oleh

seseorang dapat dibagi menjadi tiga tingkat, yaitu: (a) Tingkat pengetahuan baik bila

skor atau nilai 76-100 %. (b) Tingkat pengetahuan cukup bila skor atau nilai 56-75

%. (c) Tingkat pengetahuan kurang bila skor atau nilai <55 %.

B. Pola Asuh Orang Tua

1. Definisi

Pola asuh adalah proses mendidik agar kepribadian anak dapat berkembang

dengan baik, ketika dewasa jadi bertanggung jawab. Pola asuh yang baik menjadikan

anak berkepribadian kuat, tak mudah putus asa, dan tangguh menghadapi tekanan

hidup (Nugraha.2012.hlm.2.25)

(20)

anak sebagai perwujudan dari tanggung jawab kepada anak. Peran keluarga menjadi

penting untuk mendidik anak baik dalam sudut tinjauan agama, tinjauan sosial

kemasyarakatan maupun tinjauan individu. Jika pendidikan keluarga dapat

berlangsung dengan baik maka mampu menumbuhkan perkembangan kepribadian

anak menjadi manusia dewasa yang memiliki sikap positif.

Pola asuh menurut Soetjiningsih (2004, dalam Astuti, 2005, hlm. 36) adalah

suatu model atau cara mendidik anak yang merupakan suatu kewajiban dari setiap

orang tua dalam usaha membentuk pribadi yang sesuai dengan harapan masyarakat

pada umumnya.

Pola asuh merupakan pola interaksi antara orang tua dan anak, yaitu bagaimana

cara sikap atau perilaku orang tua saat berinteraksi dengan anak, termasuk cara

penerapan aturan,mengajarkan nilai / norma,memberikan perhatian dan kasih sayang

serta menunjukkan sikap dan perilaku baik sehingga dijadikan panutan bagi sikap

anaknya (Theresia,2009, dalam Suparyanto, 2010).

2. Jenis-Jenis Pola Asuh Orang Tua

Tipe pola asuh orangtua menurut Baumrind (1991, dalam Parke & locke, 1999)

terdiri dari tiga tipe yaitu: (a) Pola asuh authoritarian (otoriter) adalah bentuk pola

asuh yang menekankan pada pengawasan orangtua atau kontrol yang ditujukan

kepada anak untuk mendapatkan ketaatan dan kepatuhan. Pola asuh ini adalah

pengasuhan yang kaku, diktaktor dan memaksa anak untuk selalu mengikuti perintah

orangtua tanpa banyak alasan. Perilaku orangtua dalam berinteraksi dengan anak

bercirikan tegas, suka menghukum, anak dipaksa untuk patuh terhadap aturan-aturan

yang diberikan oleh orangtua tanpa perlu menjelaskan kepada anak apa guna dan

(21)

orangtua mempunyai sifat keras, kekuasaan yang keras, kasar dan tidak mau

mendengarkan keinginan anak-anak mereka.

(b) Pola asuh authoritative (demokratis) adalah pola asuh yang bercirikan adanya

hak dan kewajiban orangtua dan anak adalah sama dalam arti saling melengkapi,

anak dilatih untuk bertanggung jawab pada dirinya sendiri, tetapi masih dalam

pengawasan orangtua. Pola asuh ini dihubungkan dengan dengan sikap dan tingkah

laku anak-anak yang memperlihatkan emosional positif, sikap positif, sosial, dan

pengembangan kognitif. Pola asuh ini adalah paling kondusif diterapkan pada anak.

(c) Pola asuh permessive merupakan bentuk pengasuhan dimana orangtua

memberikan kebebasan sebanyak mungkin pada anak untuk mengatur dirinya. Anak

tidak dituntut untuk bertanggung jawab dan tidak banyak dikontrol orangtua. Pola

asuh ini memandang anak sebagai seorang pribadi dan mendorong mereka untuk

tidak berdisiplin dan anak diperbolehkan untuk mengatur tingkah lakunya sendiri.

Dengan pola asuh seperti ini anak mendapatkan kebebasan sebanyak mungkin dari

orangtua. Pola asuh permessive membuat hubungan antara anak dan orangtua penuh

kasih sayang, tetapi menjadikan anak agresif dan suka menurutkan kata hatinya. Pola

asuh ini membuat anak lebih banyak menghabiskan waktu di luar rumah dengan

teman yang membuat orangtuanya tidak suka, anak menjadi lebih cepat dewasa

secara biologis. Orangtua yang permessive adalah orangtua yang kaku dan berfokus

pada kebutuhan mereka sendiri. Terutama saat anak menjadi lebih dewasa, orangtua

gagal mengawasi kegiatan anak atau untuk mengetahui dimana mereka, apa yang

sedang mereka lakukan atau siapa teman anak mereka.

Beberapa pola asuh yang digunakan orangtua pada anak: (a) Pola asuh

(22)

menuntut anak untuk mematuhi aturan-aturannya, membuat remaja menjadi frustasi.

(b) Pola asuh permisif (children centered) merupakan pola asuh dimana orang tua

memberikan kebebasan pada anak, namun kurang disertai adanya batasan-batasan

dalam berperilaku sehingga akan membuat anak mengalami kesulitan dalam

mengendalikan keinginan-keinginannya maupun dalam prilaku untuk menunda

pemuasan.

(c) Pola asuh demokratis merupakan pola asuh yang mengutamakan adanya

dialog antara anak dan orangtua, pola asuh ini akan lebih menguntungkan bagi anak,

karena selain memberikan kebebasan pada anak juga disertai adanya control dari

orang tua sehingga apabila terjadi konflik atau perbedaan pendapat di antara mereka

dapat dibicarakan dan diselesaikan bersama (Soetjaningsih, 2010, hlm. 152).

Dalam konteks bimbingan orang tua terhadap anak usia pra sekolah, Hoffman

(1989) mengemukakan tiga jenis pola asuh orang tua, yaitu: (1) Pola asuh bina kasih

adalah pola asuh yang diterapkan orang tua dalam mendidik anaknya dengan

senantiasa memberikan penjelasan yang masuk akal terhadap setiap keputusan dan

perlakuan yang diambil bagi anaknya. (2) Pola asuh unjuk kuasa adalah pola asuh

yang diterapkan orang tua dalam mendidik anaknya dengan senantiasa memaksakan

kehendaknya untuk dipatuhi oleh anak meskipun sebenarnya anak tidak dapat

menerimanya. (3) Pola asuh lepas kasih adalah pola asuh yang diterapkan orang tua

dalam mendidik anaknya dengan cara menarik sementara cinta kasihnya ketika anak

tidak menjalankan apa yang dikehendaki orang tuanya, tetapi jika anak sudah mau

melaksanakan apa yang dikehendaki orang tuanya maka cinta kasihnya itu

(23)

Dalam konteks pengembangan kepribadian remaja, termasuk di dalamnya

pengembangan hubungan sosial, pola asuh yang disarankan oleh Hoffman (1989)

untuk diterapkan adalah pola asuh bina kasih (induction). Artinya, setiap keputusan

yang diambil oleh orang tua tentang anak atau setiap perlakuan yang diberikan orang

tua terhadap anak harus senantiasa disertai dengan penjelasan atau alasan yang

rasional. Dengan cara demikian, anak akan dapat menegmbangkan pemikirannya

untuk kemudian mengambil keputusan mengikuti atau tidak terhadap keputusan atau

perlakuan orang tuanya (Ali & Asrori, 2010, hlm.102).

3. Peran orang tua

Peran orang tua sebagai guru pertama bagi anak mempunyai kesempatan paling

besar untuk mempengaruhi kecerdasannya pada saat ia sangat peka terhadap

pengaruh luar. Dalam upaya mengembangkan dan meningktkan kecerdasan anak

dengan taraf kecerdasan di atas rata-rata (Prasetyono, 2007.hlm.31).

Peran orang tua direncanakan dan dikoordanasikan dengan baik. Sebagian

orang, peran orang tua datang sebagai kejutan. Tren yang semakin berkembang

adalah orang tua sebagai manajer atas kehidupan anak. Orang tua memegang peranan

penting sebagai manajer atas kesempatan anak, dalam memantau hubungan anak,

dan sebagai inisiator dan pengatur hubungan sosial (Santrock, 2007.hlm.163).

4. Dasar –dasar tumbuh kembang

Menurut L.Wong (2008.hlm.109), mengemukakan bahwa : (a) pertumbuhan

adalah peningkatan jumlah dan ukuran sel pada saat menbelah diri dan mensitesis

protein baru (b) perkembangan adalah perubahan dan perluasan secara bertahap (c)

(24)

adalah proses modifikasi sel dan struktur awal secara sistematis untuk mencapai sifat

fisik dan kimiawi yang spesifik.

5. Pola tumbuh kembang

Pola tumbuh kembang bersifat jelas, dapat diprediksi, kontinue, dan progresif.

Pola atau kecenderungan ini juga bersifat universal dan mendasar bagi semua

individu, yaitu : (1) Kecenderungan arah yaitu tumbuh kembang yang terjadi

dengan tahapan yang teratur dan saling terkait yakni : ( a) Pola pertama adalah arah

sefalocaudal atau kepala ke kaki, bukti fisik dari kecenderungan ini terlihat selama

periode pranatal dan periode perkembangan perilaku pascanatal (b) pola kedua

adalah proksimodistal atau dekat ke jauh. Kecenderungan ini menggunakan konsep

dari tengah ke perifer, bersifat bilateral dan simetris (c) pola ketiga adalah

diferensiasi, menjelaskan dari tahap operasional sederhana ke aktivitas dan fungsi

yang lebih kompleks.

(2) Kecenderungan urutan yaitu semua dimensi tumbuh kembang terdapat

urutan yang jelas dan dapat diperkirakan (3) Laju perkembangan yaitu

perkembangan memiliki urutan yang pasti dan tepat, namun laju perkembangan

tidak sama (4) Periode sensitif yaitu batasan waktu selama proses pertumbuhan

ketika organisme berinteraksi dengan lingkungan tertentu secara spesifik.

6. Perkembangan kognitif

Menurut Diane (2010.hlm.323), dalam teori Piaget menjelaskan tentang : (a)

perkembangan kognitif pada tahap praoperasional yaitu masa kanak-kanak awal dari

sekitar usia 2-7 tahun (b) tahap praoperasional adalah tahap utama kedua

perkembangan kognitif dimana anak-anak semakin kompleks dalam menggunakan

(25)

keunggulan pemikiran praoperasional adalah kemajuan dalam pemikiran simbolis

diikuti oleh pertumbuhan pemahaman akan ruang, kausalitas, identitas, kategorisasi,

dan angka sebagai tempat anak melekatkan makna (d) sentrasi menghalangi anak

praoperasional untuk memahami prinsip percakapan. Logika mereka juga terbatas

oleh irreversibility dan fokus kepada keadaan daripada transformasi.

7. Perkembangan awal masa kanak-kanak

Perkembangan anak adalah suatu proses perubahan yang terjadi secara

menyeluruh dalam diri seorang anak. Perkembangan anak sering disebut sebagai

perkembangan perilaku. Kajian perkembangan anak yang sering disoroti adalah

perkembangan mental, perkembangan psikomotor, perkembangan sosial,

perkembangan emosi, bahasa/bicara, dan moral ( Bahiyatun, 2010, hlm.34).

Perkembangan anak usia dini merupakan proses yang sangat kompleks.

Perkembangan emosi berkaitan dengan temperamen, perasaan, reaksi, konsep diri,

dan harga diri. Emosi dan perasaan memainkan peranan dalam segala pengalaman

hidup, dalam bekerja, bermain, belajar dan interaksi antar manusia. Emosi bersifat

universal dan evolusioner dalam membantu manusia untuk bertahan hidup,

menyesuaikan diri dan belajar (Fridani, 2012.hlm.5.3).

Masa kanak-kanak awal saat anak usia pra sekolah tumbuh lebih besar,

persentase kenaikan tinggi badan dan berat badan menurun di tiap tahun berikutnya.

Pola pertumbuhan bervariasi pada setiap individu. Masalah pertumbuhan bawaan

merupakan penyebab kekerdilan tubuh yang tidak biasa, sering kali anak dapat

diobati dengan hormon. Biasanya pengobatan ini diarahkan ke pituitary, kelenjar

utama tubuh, yang terletak pada dasar otak. Kelenjar ini melepaskan hormon yang

(26)

Menurut Hurlock (1980.hlm.108), ciri-ciri awal masa kanak-kanak tercermin

dalam sebutan : (a) sebutan yang digunakan orang tua sebagai usia yang

mengundang masalah atau usia sulit (b) sebutan yang digunakan para pendidik

sebagai usia pra sekolah (c) sebutan yang digunakan para ahli psikologi sebagai usia

kelompok.

Anak pada usia prasekolah akan semakin mampu dalam menyampaikan emosi

dirinya dan emosi orang lain. Pada usia 2-3 tahun, mereka akan mengalami

peningkatan kosa kata untuk menggambarkan emosi dan belajar lebih banyak

mengenai penyebab dan konsekuensi dari suatu perasaan. Pada usia 4-5 tahun anak

akan semakin mampu untuk merefleksikan emosi dan mulai memahami bahwa

sebuah kejadian dapat menimbulkan emosi yang berbeda pada orang yang berbeda

(Santrock, 2007.hlm.17).

Menurut Bahiyatun (2010.hlm.22), masa pra sekolah disebut juga masa

kanak-kanak awal. Beberapa ciri perkembangan pada masa pra sekolah adalah : (a)

perkembangan motorik yaitu bertambah matangnya perkembangan otak yang

mengatur sistem saraf otot (neuromuskuler) memungkinkan anak-anak usia inilebih

lincah dan aktif gerak (b) perkembangan bahasa dan berpikir yaitu kemampuan pada

bahasa lisan anak akan berkembang karena terjadi pematangan dari organ-organ

bicara dan fungsi berpikir, juga karena lingkungan ikut membantu

perkembangannya.

Pendidikan pra sekolah di Jepang berbeda dengan yang terdapat di Amerika

Serikat. Pra sekolah Jepang searah dengan nilai kultural yang dapat diterima,

(27)

yang menghadirkan keharmonisan kelompok, seperti mengucapkan salam kepada

guru dengan benar (Diane, 2010.hlm.356).

Menurut Nugraha (2012.hlm.2.26), variasi ciri perkembangan pada setiap anak

yaitu : (a) Faktor Bawaan adalah sifat yang dibawa sejak anak lahir seperti penyabar,

pemarah, pendiam, banyak bicara, cerdas, atau tidak cerdas. Keadaan fisik seperti

warna kulit, bentuk hidung, sampai rambut. Faktor bawaan merupakan warisan dari

sifat ibu/bapak, atau pengaruh sewaktu anak berada dalam kandungan, misalnya

pengaruh gizi, dan penyakit. Faktor bawaan dapat mempercepat, menghambat, atau

melemahkan pengaruh dari lingkungan.

(b) Faktor Lingkungan adalah faktor dari luar diri yang mempengaruhi proses

perkembangan anak. Faktor tersebut meliputi suasana dan cara pendidikan

lingkungan tertentu, lingkungan rumah atau keluarganya, dan hal lain seperti sarana

dan prasarana yang tersedia misalnya alat bermain atau lapangan beramain. Faktor

lingkungan dapat merangsang berkembangnya fungsi tertentu dari anak yang dapat

menghambat atau mengganggu kelangsungan perkembangan anak.

Pada tahun 1995, tumbuh kembang seorang individual seorang anak harus

diperhatikan dari perkembangan fisik, perkembangan kognitif, parkembangan bahasa

dan bicara, perkembangan sosial, perkembangan emosional, perkembangan

kemampuan kreativitas, serta perkembangan personalitas (Julia, 2007.hlm.114).

Menurut Hurlock (1980.hlm.111), tugas dalam perkembangan pada awal masa

kanak-kanak : (a) perkembangan fisik, yaitu : tinggi, berat, perbandingan tubuh,

postur tubuh, tulang dan otot, lemak, gigi (b) kebiasaan fisiologis (c) keterampilan

(28)

berbicara dalam awal masa kanak-kanak, yaitu : peningkatan dalam pengertian,

penigkatan dalam keterampilan berbicara (isi pembicaraan dan jumlah bicara).

Menurut Wiwien (2008.hlm.92), pendekatan proses pendidikan terbagi

menjadi: (a) pendekatan environmentalis (b) pendekatan hereditas (c) pendekatan

interaksionis.

Menurut Christine (2008.hlm.9), perkembangan kecerdasan ada beberapa

bagian yaitu : (a) kecerdasan linguistik-verbal, yaitu mengacu pada kemampuan

untuk menyusun pikiran dengan jelas dan mampu menggunakan kemampuan ini

secara kompeten melalui kata-kata untuk mengungkapkan pikiran dalam berbicara,

membaca, dan menulis (b) kecerdasan matematis-logis, yaitu kemampuan untuk

menangani bilangan dan perhitungan, pola pikir yang logis dan ilmiah (c) kecerdasan

visual-spasial, yaitu kecerdasan yang dimiliki oleh arsitek, insinyur mesin, seniman,

fotografer, pilot, navigator, pemahat dan penemu (d) kecerdasan ritmik-musikal,

yaitu diungkapkan melalui apresiasi musik rekaman maupun langsung, dan melalui

pendengaran irama natural yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari (e) kecerdasan

kinestetik, yaitu membangun hubungan yang penting antara pikiran dan tubuh untuk

memeanipulasi objek dan menciptakan gerakan (f) kecerdasan interpersonal, yaitu

kemampuan untuk memahami dan memperkirakan perasaan, temperamen, suasana

hati, maksud dan keinginan orang lain dan menanggapinya secara layak (g)

kecerdasan intrapersonal, yaitu kemampuan untuk memahami diri sendiri dan

bertanggung jawab atas kehidupannya sendiri.

C. Dasar Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan orang tua terhadap

(29)

RA.Asy-syakirin. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif. Jumlah sampel dalam

penelitian ini adalah 35 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan

total sampling. Penelitian ini dilakukan di RA.Asy-syakirin Medan. Analisa data

digunakan univariat. Hasil uji statistik diperoleh dari 35 responden mayoritas

berumur 26-40 tahun sebanyak 25 responden (71,4%), berpendidikan mayoritas

perguruan tinggi sebanyak 18 responden (51,4%), pekerjaan mayoritas wiraswasta

sebanyak 18 responden (51,4%), dan mayoritas berpengetahuan baik sebanyak 27

responden (77,1%). Dari hasil penelitian ini dapat dibuktikan bahwa pengetahuan

orangtua terhadap pola asuh otoriter, otoritatif, dan permisif pada anak usia pra

sekolah, orangtua lebih banyak memilih pola asuh otoritatif yang diterapkan pada

anaknya.

Penelitian yang dilakukan oleh fenia tentang Pola Asuh Orang Tua terhadap

Tingkat Kreativitas Anak pada tahun 2012. Tujuan penelitian ini adalah untuk

menganalisa hubungan antara pola asuh orang tua dan tingkat kreatifitas anak di TK

Dharma Wanita Kelurahan Bangsal Kediri. Desain penelitian ini adalah analitik

korelasi. Populasi dalam penelitian ini adalah semua orang tua dan anak-anak di TK

Dharma Wanita Kelurahan Bangsal Kediri. Menggunakan total sampling, diperoleh

132 responden yang memenuhi criteria inklusi. Independen variabelnya adalah pola

asuh orang tua sedangkan dependen variabelnya adalah tingkat kreativitas anak-anak.

Data dikumpulkan dengan menggunakan wawancara terstruktur dan kuesioner.

Data-data tersebut dianalisa menggunakan uji statistik lambda dengan tingkat kemaknaan

p = 0.05. Hasilnya menunjukkan kemaknaan ρ = 0,028, yang berarti Ho ditolak,

sehingga terdapat hubungan antara tingkat kreativitas anak dan pola suh orang tua di

(30)

Penelitian yang dilakukan oleh ika tentang Hubungan Tipe Pola Asuh Orang

Tua Dengan EmotionalQuotient (EQ) Pada Anak Usia Prasekolah (3-5 Tahun) Di

TK Islam Al-Fattaah Sumampir Purwokerto Utara. Tujuan penelitian untuk

mengetahui ada tidaknya hubungan antara tipe pola asuh orang tua dengan EQ pada

anak usia prasekolah (3-5 tahun) di TK Islam Al-Fattaah Sumampir Purwokerto

Utara. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 51orang tua siswa di TK Islam

Al-Fattaah Sumampir Purwokerto Utara. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik

purposive sampling. Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data tipe pola asuh

orang tua adalah kuesioner, sedangkan untuk mengumpulkan data tentang EQ anak

dengan menggunakan lembar observasi. Jenis penelitian yang digunakan adalah

analitik korelasi dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Penelitian ini

dilakukan di TK Islam Al-Fattaah Sumampir Purwokerto Utara. Populasi dalam

penelitian ini adalah semua anak (siswa) di TK Islam Al-Fattaah Sumampir

Purwokerto Utara yang berjumlah 126 anak dan seluruh orang tua dari anak yang ada

di TK Islam Al-Fattaah Sumampir Purwokerto Utara yang berjumlah 126 orang tua.

Hasil analisis diketahui bahwa nilai p= 0,000, yaitu p < a (0,05) sehingga dapat

dikatakan bahwa, terdapat hubungan antara tipe pola asuh orang tua dengan EQ pada

anak usia prasekolah di TK Islam Al-Fattaah Sumampir Purwokerto Utara.

Penelitian ini berbeda dari tujuan, desain penelitian, analisis data, jumlah

sampel, populasi, variabel, dan responden peneliti ini melibatkan orang tua di

RA.Asy-syakirin, peneliti fenia melibatkan semua orang tua dan anak-anak di TK

Dharma Wanita Kelurahan Bangsal Kediri, sedangkan peneliti ika melibatkan semua

anak (siswa) di TK Islam Al-Fattaah Sumampir Purwokerto Utara yang berjumlah

126 anak dan seluruh orang tua dari anak yang ada di TK Islam Al-Fattaah

(31)

BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan atau kaitan

antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya, atau antara variabel yang satu

dengan variabel yang lain dari masalah yang ingin diteliti (Notoadmodjo,

2010.hlm.83).

Variabel independen dalam penelitian ini adalah pola asuh orang tua dan

variabel dependen dalam penelitian ini adalah pengetahuan orang tua tentang anak

usia pra sekolah. Secara skematis, kerangka konsep penelitian di gambarkan sebagai

berikut :

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 3.1 kerangka konsep

Pengetahuan orang tua tentang pola asuh anak

usia pra sekolah

Pola asuh orang tua

[image:31.595.132.450.402.525.2]
(32)

B. Definisi Operasional N o Variabel Penelitian Definisi Operasional Alat Ukur

Cara Ukur Hasil Ukur

Skala

Ukur

1. Pengetahuan Segala sesuatu yang diketahui baik yang diperoleh dari pengalaman langsung maupun dari pengalaman orang lain

Kuesioner Wawancara 1.Baik bila menjawab Pertanyaa n (8-10) 2.Cukup bila menjawab pertanyaa n (5-7) 3.Kurang bila menjawab pertanyaa n (1-4) Ordinal

2 Pola asuh orang tua : a.Otoritatif

Bentuk pola asuh yang menekankan pada pengawasan orangtua atau kontrol yang ditujukan kepada anak untuk mendapatkan ketaatan dan kepatuhan

Kuesioner Wawancara 1.Baik bila menjawab Pertanyaa n (8-10) 2.Cukup bila menjawab pertanyaa n (5-7) 3.Kurang bila menjawab pertanyaa n (1-4) Ordinal

3 b.Otoriter Pola asuh yang bercirikan adanya hak dan kewajiban orangtua dan anak adalah sama dalam arti saling

melengkapi, anak dilatih untuk bertanggung

(33)

jawab pada dirinya sendiri, tetapi masih dalam pengawasan orangtua menjawab pertanyaa n (1-4)

4 c.Permisif Bentuk pengasuhan dimana orangtua memberikan kebebasan sebanyak mungkin pada anak untuk mengatur dirinya

(34)

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan pendekatan cross

sectional. Untuk mengetahui pengetahuan orangtua terhadap pola asuh pada anak

usia pra sekolah dengan menggunakan data primer yang dikumpulkan melalui

kuesioner di RA. Asy-syakirin.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti tersebut

(Notoatmodjo.2010.hlm.115). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh orang tua

dari anak yang ada di RA. Asy-syakirin yang berjumlah 35 orang.

2. Sampel

Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi ini

(Notoatmodjo. 2010.hlm.115). Pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah total

sampling yaitu populasi dijadikan sampel dengan jumlah 35 orang.

C. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RA. Asy-syakirin Jl.Gaperta Komp.Kodam I/BB

dengan pertimbangan bahwa di RA. Asy-syakirin ini didapat data pengetahuan

orangtua terhadap pola asuh pada anak usia pra sekolah.

D. Waktu Penelitian

(35)

E. Etika Penelitian

Sebelum melakukan penelitian, terlebih dahulu peneliti mengajukan permohonan

kepada ketua program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas

Sumatera Utara, dan permintaan ijin kepada Kepala Pimpinan RA.Asy-syakirin.

Kemudian peneliti menemui responden dan menjelaskan maksud dan tujuan dari

penelitian ini. Jika responden setuju, peneliti memberikan lembar kuesioner kepada

responden. Dan apabila responden tidak setuju tidak ada unsur pemaksaan, respon

bebas mengundurkan diri.

Untuk menjaga kerahasiaan responden tersebut, maka peneliti tidak mencantum

namanya pada lembar pengumpulan data, melainkan cukup dengan memberikan

nomor kode responden pada masing-masing lembar pengumpulan data tersebut.

Kerahasiaan informasi dari responden dijamin oleh peneliti.

Data-data yang diperoleh dari responden semata-mata digunakan demi

perkembangan ilmu pengetahuan. Setelah orang tua calon responden memahami

serta menerima maksud dan tujuan peneliti maka orang tua calon responden diminta

untuk menandatangani lembar persetujuan (informed consent).

F. Instrument Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan berupa kuesioner yang disusun oleh peneliti

berdasarkan literatur yang ada dan dikonsultasikan kepada pembimbing. Kuesioner

yang dibagikan terdiri dari dua bagian, yaitu : bagian pertama adalah data demografi

orangtua yang meliputi umur, pendidikan, pekerjaan. Sedangkan kuesioner bagian

kedua tentang pengetahuan orangtua terhadap pola asuh otoriter, otoritatif, permisif,

(36)

responden menjawab “salah “ mendapat nilai 0, dan apabila menjawab “benar”

mendapat nilai 1.

G. Uji Validitas dan Reliabilitas

1. Uji validitas

Uji validitas merupakan suatu alat ukur yang menunjukkan apakah suatu alat

ukur cukup akurat, stabil dan konsisten dalam mengukur apa yang ingin kita ukur,

dengan cara memberikan kuesioner kepada orang yang lebih ahli dalam bidangnya.

Dalam hal ini, peneliti telah melakukan content validity sebanyak dua kali pada

bulan februari tahun 2014 dengan yang ahli dalam bidangnya yaitu Farida Linda

Sari Siregar, S.Kep, Ns, M.Kep dengan score indeks 0,76. Tujuannya adalah untuk

mendapatkan alat ukur yang dapat dilaksanakan dan dapat diandalkan.

2. Uji Reliabilitas

Uji Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur

dapat dipercaya atau dapat diandalkan dan tetap konsisten apabila dilakukan

pengukuran dua kali atau lebih terhadap kasus yang sama. Uji realibilitas

dilakukan dengan menggunakan rumus Alpha croabanch. Uji realibilitas di uji

kepada 10 0rangtua yang mempunyai kriteria yang sama dengan responden yang

akan diteliti. Skor korelasi dari uji realibilitas diperoleh 0,817 yang diperoleh dari

30 pertanyaan.

H. Prosedur Pengumpulan Data

Pada tahap awal peneliti akan mengajukan permohonan izin palaksanaan

penelitian pada institusi pendidikan (Program D-IV Bidan Pendidik Fakultas

Keperawatan Universitas Sumatera Utara), kemudian permohonan izin yang

(37)

Data yang digunakan peneliti yaitu data primer. Data primer di peroleh langsung

dari responden melalui kuesioner yang disebarkan. Data penelitian ini dikumpulkan

dengan bantuan guru atau salah satu staf pegawai RA. Asy-sakirin dengan cara

sebagai berikut: (1) Peneliti menyerahkan lembar kuesioner kepada responden

dengan terlebih dahulu meminta persetujuan (informed consent) apakah bersedia

untuk dijadikan sebagai responden dengan menanda tangani surat persetujuan

penelitian. (2) Selanjutnya peneliti menjelaskan cara pengisian kuesioner tersebut.

(3) Agar pengumpulan data berjalan dengan cermat dan teliti peneliti mengawasi dan

mendampingi responden saat mengisi kuesioner dengan waktu 30 menit. Peneliti

memperoleh data yang terkumpul sebanyak 20 responden, sedangkan untuk

mengumpulkan 15 responden lagi dibantu guru dan staf pegawai. (4) Setelah

responden selesai menjawab kuesioner yang dibagikan,selanjutnya peneliti

mengumpulkan kuesioner kembali dengan terlebih dahulu memeriksakan jawaban

responden apakah sudah terisi seluruhnya sehingga dalam pengolahan data tidak

terjadi kesalahan.

I. Analisis Data

Pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan secara kualitatif. Pengolah

data dilakukan dengan komputerisasi dan kemudian dianalisis. Menurut Hastono

(2007.hlm.6) ada empat tahapan dalam pengolahan data yang harus dilalui yaitu: (a)

Editing merupakan kegiatan untuk melakukan pengecekan isi kuesioner apakah

jawaban yang ada dikuesioner sudah lengkap, jelas, releven, dan konsisten (b)

Coding merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi data berbentuk

angka atau bilangan (c) Processing adalah memproses data agar data yang sudah di

(38)

program computer (d) Cleaning merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang

sudah di entry apakah ada kesalahan ada atau tidak.

Langkah analisis yang dilakukan adalah deskriptif dengan pendekatan cross

sectional. Secara univariat masing-masing variabel penelitian ini untuk menilai

distribusi frekuensi dan persentasenya. Hasil dengan menggunakan skala ordinal

(39)

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian dan pembahasan tentang

“pengetahuan orangtua terhadap pola asuh pada anak usia pra sekolah tahun 2014”.

Jumlah responden yang terlibat dalam penelitian ini adalah 35 responden. Desain

penelitian deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional, yaitu suatu

penelitian untuk mengetahui pengetahuan orangtua terhadap pola asuh otoriter,

otoritatif, permisif, dengan cara pengumpulan data sekaligus pada satu waktu.

Adapun data-data yang diperoleh adalah sebagai berikut :

1. Analisis univariat

Pada penelitian ini didapatkan karakteristik responden berdasarkan mayoritas

umur responden adalah 26-40 tahun sebanyak 25 responden (71,4%). Pendidikan

responden adalah perguruan tinggi sebanyak 18 responden (51,4%). Pekerjaan

[image:39.595.119.525.569.725.2]

responden adalah Wiraswasta sebanyak 18 responden (51,4%).

Tabel 5.1

Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan karakteristik responden orangtua di RA. Asy-syakirin Tahun 2014 (n=35)

Karakteristik f Persentase (%) Umur

<25 tahun 2 5.7 26-40 tahun 25 71.4 >41 tahun 8 22.8 Pendidikan

SMA 17 48.5 Perguruan tinggi 18 51.4 Pekerjaan

(40)
[image:40.595.120.526.124.423.2]

Tabel 5.2

Distribusi jawaban pengetahuan orangtua berdasarkan pola asuh otoriter di RA. Asy-syakirin Tahun 2014 (n=35)

No Pertanyaan Pilihan jawaban Benar Salah f % f % 1 Definisi pola asuh otoriter 27 77.1 8 22.8 2 Menetapkan peraturan pada pola asuh 24 82.8 11 31.4 otoriter di dalam keluarga

3 Dampak dari pola asuh otoriter terhadap anak 28 80 7 20 4 Peraturan yang ditetapkan orang tua pada pola 31 88.5 4 11.4 asuh otoriter kepada anak harus selalu

5 Orang tua yang menerapkan pola asuh otoriter 25 71.4 10 28.5 pada anak

6 Orang tua pada pola asuh otoriter mempunyai 19 54.2 16 45.7 sifat

7 Biasanya orang tua yang berinteraksi menerap- 25 71.4 10 28.5 kan pola asuh otoriter pada anaknya

8 Kecenderungan orang tua pada pola asuh 26 74,2 9 25.7 otoriter

9 Ciri orang tua pada anak dengan pola asuh 25 71.4 10 28.5 otoriter

10 Pola asuh otoriter efektif diterapkan dalam 25 71.4 10 28.5 kehidupan sehari-hari

Berdasarkan tabel 5.2 pilihan jawaban pengetahuan orangtua didapatkan bahwa

orangtua yang banyak menjawab pertanyaan pola asuh otoriter mayoritas benar yaitu

pada pertanyaan nomor 4 sebanyak 31 responden (88,5%), dan menjawab pertanyaan

pola asuh otoriter minoritas salah adalah pada nomor 4 sebanyak 4 responden

(11,4%).

2. Pola asuh otoriter

Pola asuh authoritarian (otoriter) adalah bentuk pola asuh yang menekankan

pada pengawasan orangtua atau kontrol yang ditujukan kepada anak untuk

mendapatkan ketaatan dan kepatuhan. Pola asuh ini adalah pengasuhan yang kaku,

diktaktor dan memaksa anak untuk selalu mengikuti perintah orangtua tanpa banyak

(41)
[image:41.595.107.503.177.237.2]

Tabel 5.2

Tabel Distribusi Pertanyaan Pengetahuan Orangtua Berdasarkan Pola Asuh Otoriter Pada Anak Usia Pra Sekolah di RA. Asy-syakirin

Tahun 2014 (n=35)

Kriteria f Persentase (%) Baik 10 28.5

Cukup 15 42.8 Kurang 10 28.5

Dari tabel 5.2 diatas dapat dilihat bahwa dari 35 responden yang telah diteliti

berdasarkan pengetahuan orangtua pola asuh otoriter mayoritas berpengetahuan

[image:41.595.109.533.399.752.2]

cukup sebanyak 15 responden (42,8%).

Tabel 5.3

Distribusi jawaban pengetahuan orangtua berdasarkan pola asuh otoritatif di RA. Asy-syakirin Tahun 2014 (n=35)

No Pertanyaan Pilihan jawaban Benar Salah f % f % 1 Pola asuh yang bercirikan adanya hak dan 30 85.7 5 14.2 kewajiban orang tua dan anak sama tetapi

masih dalam pengawasanorang tua, termasuk pola asuh

2 Orang tua yang mendidik anak pada pola 30 85.7 5 14.2 asuh otoritatif

3 Dampak positif pada anak dengan orangtua 31 88.5 4 11.4 yang menerapkan pola asuh otoritatif

4 Cara orang tua membuat anaknya semangat 27 77.1 8 22.8 di sekolah

5 Cara orang tua pada pola asuh otoritatif 24 68.5 11 31.4 dalam membuat keputusan

6 Orang tua memberi informasi tentang 23 65.7 12 34.2 peraturan kepada anak

7 Pola asuh otoritatif sangat efektif 22 62.8 13 37.1 diterapkan dikehidupan sehari-hari

8 Anak dengan pola asuh otoritatif 29 82.8 6 17.1 cenderung terkekang

9 Pernyataan benar tentang pola asuh 28 80 7 20 otoritatif

(42)

Berdasarkan tabel 5.3 pilihan jawaban pengetahuan orangtua didapatkan bahwa

orangtua yang banyak menjawab pertanyaan pola asuh otoritatif mayoritas benar

yaitu pada pertanyaan nomor 3 sebanyak 31 responden (88,5%), dan menjawab

pertanyaan pola asuh otoritatif minoritas salah pada nomor 3 sebanyak 4 responden

(11,4%).

3. Pola asuh otoritatif

Pola asuh authoritative (demokratis) adalah pola asuh yang bercirikan adanya hak dan

kewajiban orangtua dan anak adalah sama dalam arti saling melengkapi, anak dilatih untuk

bertanggung jawab pada dirinya sendiri, tetapi masih dalam pengawasan orangtua. Pola asuh

ini dihubungkan dengan sikap dan tingkah laku anak-anak yang memperlihatkan emosional

positif, sikap positif, sosial, dan pengembangan kognitif. Pola asuh ini adalah paling

kondusif diterapkan pada anak (Baumrind 1991, dalam Parke & locke, 1999).

[image:42.595.107.526.477.535.2]

Tabel 5.3

Tabel Distribusi Pertanyaan Pengetahuan Orangtua Berdasarkan Pola Asuh Otoritatif Pada Anak Usia Pra Sekolah di RA. Asy-syakirin

Tahun 2014 (n=35)

Kriteria f Persentase (%) Baik 18 51.4 Cukup 6 17.1 Kurang 11 31.4

Dari tabel 5.3 diats dapat dilihat bahwa dari 35 responden yang telah diteliti

berdasarkan pengetahuan orangtua pola asuh otoritatif mayoritas berpengetahuan

(43)
[image:43.595.112.532.153.463.2]

Tabel 5.4

Distribusi jawaban pengetahuan orangtua berdasarkan pola asuh permisif di RA. Asy-syakirin Tahun 2014 (n=35)

No Pertanyaan Pilihan jawaban Benar Salah f % f % 1 Orang tua dengan pola asuh permisif 31 88.5 4 11.4 2 Orang tua dengan pola asuh permisif 7 20 28 80 juga mempunyai peraturan, walaupun

tidak dipatuhi anaknya

3 Yang dirasakan orang tua dengan pola 19 54.2 16 45.7 asuh permisif terhadap anak

4 Orang tua disebut konsisten, apabila 19 54.2 16 45.7 5 Pernyataan yang benar tentang pola 19 54.2 16 45.7 tentang pola asuh otoritatif

6 Ciri orang tua dengan pola asuh permisif 24 68.5 11 31.4 7 Orang tua yang membuat anak jadi

tidak disiplin

8 Orang tua yang tidak menerapkan 27 77.1 8 22.8 budaya disiplin pada anak

9 Pola asuh yang diterapkan orang tua 25 71.4 10 28.5 pada anaknya, orang tua permisif

tidak akan memiliki anak yang

10 Orang tua permisif selalu menampakkan 22 62.8 13 37.1 amarahnya pada anak

Berdasarkan tabel 5.4 pilihan jawaban pengetahuan orangtua didapatkan bahwa

orangtua yang banyak menjawab pertanyaan pola asuh permisif mayoritas benar

yaitu pada pertanyaan nomor 1 sebanyak 31 responden (88,5%), dan menjawab

pertanyaan pola asuh permisif minoritas salah pada nomor 1 sebanyak 4 responden

(11,4%).

4. Pola asuh permisif

Pola asuh permessive merupakan bentuk pengasuhan dimana orangtua

memberikan kebebasan sebanyak mungkin pada anak untuk mengatur dirinya. Anak

(44)

asuh ini memandang anak sebagai seorang pribadi dan mendorong mereka untuk

tidak berdisiplin dan anak diperbolehkan untuk mengatur tingkah lakunya sendiri.

Dengan pola asuh seperti ini anak mendapatkan kebebasan sebanyak mungkin dari

orangtua. Pola asuh permessive membuat hubungan antara anak dan orangtua penuh

kasih sayang, tetapi menjadikan anak agresif dan suka menurutkan kata hatinya

(Baumrind 1991, dalam Parke & locke, 1999).

[image:44.595.105.525.329.386.2]

Tabel 5.4

Tabel Distribusi Pertanyaan Pengetahuan Orangtua Berdasarkan Pola Asuh Permisif Pada Anak Usia Pra Sekolah Di RA.Asy-Syakirin

Tahun 2014 (n=35)

Kriteria f Persentase (%) Baik 7 20

Cukup 14 40 Kurang 14 40

Dari tabel 5.4 diats dapat dilihat bahwa dari 35 responden yang telah diteliti

berdasarkan pengetahuan orang tua pola asuh permisif minoritas berpengetahuan

kurang sebanyak 14 responden (40%).

B. Pembahasan

1. Karakteristik responden

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dengan 35 responden usia

mayoritas berumur 26-40 tahun sebanyak 25 responden (71,4%). Dari keseluruhan

responden berpendidikan Perguruan Tinggi sebanyak 18 responden (51,4%), dan

pekerjaan responden Wiraswasta sebanyak 18 responden (51,4%).

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan, diantaranya: umur,

pendidikan, dan pekerjaan. Umur merupakan indikator kedewasaan seseorang, semakin

(45)

perilaku yang sesuai untuk mendidik anak. Semakin tua umur seseorang maka proses-proses

perkembangan mentalnya bertambah baik, tetapi pada umur tertentu bertambahnya proses

perkembangan mental ini tidak secepat seperti ketika berumur belasan tahun.

Tingkat pendidikan dan pengetahuan orang tua serta pengalaman sangat

berpengaruh dalam mengasuh anak. Pendidikan akan memberikan dampak bagi pola

pikir dan pandangan orang tua dalam mendidik anaknya. Orang tua yang memiliki

tingkat pendidikan dan wawasan yang tinggi akan memperhatikan dan merawat anak

sesuai dengan usia perkembangannya dan akan menunjukkan penyesuaian pribadi

dan sosial yang lebih baik yang akan membuat anak memiliki pandangan positif

terhadap orang lain dan masyarakat.

Menurut Thomas yang dikutip oleh Nursalam (2008), pekerjaan adalah

keburukan yang harus dilakukan terutama untuk mejunjang kehidupanya dan

kehidupan keluarga. Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak

merupakan cara mencari nafkah yang membosankan, berulang dan banyak tantangan.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian ika, menunjukkan bahwa 51 % orang tua

menerapkan tipe pola asuh demokratis, 62,7 % orang tua berpendidikan perguruan

tinggi, dan 90,2 % orang tua dalam rentang usia dewasa tengah. Hal ini terbukti

bahwa orang tua dengan pendidikan yang tinggi lebih memilih tipe pola asuh

demokratis dan orang tua pada usia dewasa tengah lebih terbuka, hangat, dan

perhatian terhadap anaknya. Muttaqin (2005) mengatakan bahwa pola asuh

demokratis dapat mengakibatkan anak mandiri, mempunyai kontrol diri dan

kepercayaan diri yang kuat, dapat berinteraksi dengan teman sebayanya dengan baik,

mampu menghadapi stress, mempunyai minat terhadap hal-hal yang baru, kooperatif

dengan orang dewasa, penurut, patuh dan berorientasi pada prestasi.

(46)

diterapkan pada anak. Dan menurut peneliti dengan bertambahnya umur maka

pengalaman juga bertambah. Pola pikirnya semakin maju dan biasanya berpikir lebih

jauh kedepan serta tidak sembarangan mengambil suatu keputusan dalam melakukan

tindakan. Bersikap lebih dewasa dan berani mempertanggung jawabkan suatu hal

yang sudah dilakukan.

2. Pengetahuan orangtua terhadap pola asuh otoriter

Dari hasil penelitian yang dilakukan dengan 35 responden berdasarkan

pengetahuan pola asuh otoriter mayoritas berpengetahuan cukup sebanyak 15

responden (42,8%).

Pola asuh authoritarian (otoriter) adalah bentuk pola asuh yang menekankan

pada pengawasan orangtua atau kontrol yang ditujukan kepada anak untuk

mendapatkan ketaatan dan kepatuhan. Pola asuh ini adalah pengasuhan yang kaku,

diktaktor dan memaksa anak untuk selalu mengikuti perintah orangtua tanpa banyak

alasan. (Baumrind 1991, dalam Parke & locke, 1999).

Penelitian ini sejalan dengan penelitian (fhadilah) yang telah dilakukan yaitu ada

29,4 % orang tua yang masih menerapkan pola asuh otoriter. Orang tua yang

menerapkan tipe pola asuh otoriter akan menuntut dan mengendalikan sematamata

karena kekuasaan, tanpa kehangatan, bimbingan, dan komunikasi dua arah. Mereka

mengendalikan dan menilai perilaku anak dengan standar mutlak; mereka

menghargai kepatuhan, rasa hormat terhadap kekuasaan mereka, dan tradisi.

Anak-anak dengan orang tua seperti ini cenderung memiliki kompetensi dan tanggung

jawab sedang, cenderung menarik diri secara sosial dan tidak memiliki spontanitas

(47)

Menurut peneliti, berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa mayoritas

pengetahuan orangtua terhadap pola asuh otoriter baik karena orangtua beranggapan

dengan diterapkan pola asuh otoriter pada anaknya, anak akan lebih patuh dan

disiplin dalam peraturan yang telah ditetapkan tanpa memikirkan dampak yang

timbul pada anak. Sedangkan minoritas pengetahuan orangtua terhadap pola asuh

otoriter kurang karena orangtua sudah lebih paham dan mengerti tentang pola asuh

otoriter dan tidak menetapkan pola asuh otoriter ini pada anak.

3. Pengetahuan orangtua terhadap pola asuh otoritatif

Dari hasil penelitian yang dilakukan dengan 35 responden berdasarkan

pengetahuan pola asuh otoritatif mayoritas berpengetahuan baik sebanyak 18

responden (51,4%).

Pola asuh authoritative (demokratis) adalah pola asuh yang bercirikan adanya

hak dan kewajiban orangtua dan anak adalah sama dalam arti saling melengkapi,

anak dilatih untuk bertanggung jawab pada dirinya sendiri, tetapi masih dalam

pengawasan orangtua. Pola asuh ini dihubungkan dengan sikap dan tingkah laku

anak-anak yang memperlihatkan emosional positif, sikap positif, sosial, dan

pengembangan kognitif. Pola asuh ini adalah paling kondusif diterapkan pada anak

(Baumrind 1991, dalam Parke & locke, 1999).

Penelitian ini sejalan dengan penelitian ika bahwa dari 66 orang tua di TK

Dharma Wanita Kelurahan Bangsal Kota Kediri, ada 38 orang tua yang menerapkan

pola asuh autoritatif. Dari 38 orang tua tersebut diketahui 14 anaknya memiliki

tingkat kreativitas tinggi (21,2%), 16 anak memiliki tingkat kreativitas sedang

(48)

kepada anaknya karena pola asuh demokratis mempunyai prinsip mendorong anak

untuk mandiri, tapi orang tua tetap menetapkan batas dan kontrol. Orang tua

biasanya bersikap hangat, dan penuh belas kasih kepada anak, bisa menerima alasan

dari semua tindakan anak, mendukung tindakan anak yang konstruktif, dan tidak

sedikitpun mengarahkannya secara otoriter.

Menurut peneliti, berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa mayoritas

pengetahuan orangtua terhadap pola asuh otoritatif memiliki pengetahuan baik

karena orangtua memiliki hak dan kewajiban yang sama, pola asuh otoritatif lebih

efektif diterapkan pada anak, yang bertujuan melatih untuk mengeluarkan pendapat,

ide atau gagasan anak, bertanggung jawab, bersikap positif. Minoritas pengetahuan

orangtua terhadap pola asuh otoritatif kurang karena orangtua harus ada

perbedaannya dengan anak antara hak dan kewajiban dalam berpendapat.

4. Pengetahuan orangtua terhadap pola asuh permisif

Dari hasil penelitian yang dilakukan dengan 35 responden berdasarkan

pengetahuan pola asuh permisif mayoritas berpengetahuan kurang sebanyak 14

responden (40%).

Pola asuh permessive merupakan bentuk pengasuhan dimana orangtua

memberikan kebebasan sebanyak mungkin pada anak untuk mengatur dirinya. Anak

tidak dituntut untuk bertanggung jawab dan tidak banyak dikontrol orangtua. Pola

asuh ini memandang anak sebagai seorang pribadi dan mendorong mereka untuk

tidak berdisiplin dan anak diperbolehkan untuk mengatur tingkah lakunya sendiri.

Dengan pola asuh seperti ini anak mendapatkan kebebasan sebanyak mungkin dari

orangtua. Pola asuh permessive membuat hubungan antara anak dan orangtua penuh

(49)

Penelitian ini sejalan dengan penelitian ika, menunjukkan 19,6 % orang tua

menerapkan tipe pola asuh permisif. Pola asuh permisif merupakan orang tua serba

membolehkan anak berbuat apa saja. Orang tua memiliki kehangatan dan menerima

apa adanya. Kehangatan, cenderung memanjakan, dituruti keinginnannya. Sedangkan

menerima apa adanya akan cenderung memberikan kebebasan kepada anak untuk

berbuat apa saja. Pola asuh ini dapat mengakibatkan anak agresif, tidak patuh pada

orang tua, sok kuasa, kurang mampu mengontrol diri dan kurang intens mengikuti

pelajaran sekolah (Muttaqin,2005). Pola asuh permisif atau pemanja biasanya

memberikan pengawasan yang sangat longgar. Memberikan kesempatan pada

anaknya untuk melakukan sesuatu

tanpa pengawasan yang cukup darinya. Mereka cenderung tidak menegur atau

memperingatkan anak apabila anak sedang dalam bahaya, dan sangat sedikit

bimbingan yang diberikan oleh mereka. Namun orang tua tipe ini biasanya bersifat

hangat, sehingga seringkali disukai oleh anak (Petranto, 2006).

Menurut peneliti, berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa mayoritas

pengetahuan orangtua terhadap pola asuh permisif berpengetahuan baik karena

orangtua menganggap anak seorang pribadi yang mampu mengatur tingkah lakunya

sendiri, dan kebebasan sepenuhnya pada anak tanpa banyak dikontrol orangtua.

Minoritas pengetahuan orangtua terhadap pola asuh permisif berpengetahuan kurang

(50)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang berjudul pengetahuan orangtua terhadap pola

asuh pada anak usia pra sekolah di RA. Asy-syakirin tahun 2014 yang telah disajikan

dalam bab IV dapat disimpulkan bahwa :

1. Berdasarkan karakteristik responden di RA. Asy-syakirin adalah antara umur 26-40

tahun sebanyak 25 responden (71,4%). Pendidikan mayoritas responden adalah

berpendidikan Perguruan Tinggi sebanyak 18 responden (51,4%). Pekerjaan

responden Wiraswasta sebanyak 18 responden (51,4%).

2. Berdasarkan pengetahuan pola asuh otoriter mayoritas berpengetahuan cukup

sebanyak 15 responden (42,8%).

3. Berdasarkan pengetahuan pola asuh otoritatif mayoritas berpengetahuan baik

sebanyak 18 responden (51,4%).

4. Berdasarkan pengetahuan pola asuh permisif mayoritas berpengetahuan kurang

sebanyak 14 responden (40%).

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, disarankan kepada beberapa pihak yaitu :

1. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan kepada guru/staf pegawai agar dapat melaksanakan dan menerapkan di

(51)

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan melakukan penelitian lanjutan tentang pengetahuan orangtua terhadap

pola asuh pada anak usia pra sekolah dengan metode serta uji analisis yang beda

(52)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu., & Sholeh, Munawar. (2005). Psikologi Perkembangan, Jakarta : Rineka Cipta

Bahiyatun. (2008). Buku Ajar Bidan Psikologi Ibu dan Anak, Jakarta : EGC

Jurnal Keperawatan Soedirman, Volume 5,No.1,Maret 2010. http://jos.unsoed.ac.id/ index.php/keperawatan/article/view/206

Jurnal STIKES, Volume 5, No.1, Juli 2012. http://puslit2.petra.ac.id/ejournal/index.p hp/stikes/article/download/.../18282

B. Hurlock, Elizabeth. (1980). Psikologi Perkembangan, Jakarta : Erlangga

Edwars, C.Drew. (2006). Ketika Anak Sulit Diatur, Bandung : Kaifa

E. Papalia, Diane., Olds, Sally Wendkos., Feldman, Ruth Duskin. (2010). Human

Development, Jakarta : Kencana

Hidayat, Aziz Alimul. (2007). Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis

Data, Jakarta : Salemba Medika

Hastono, Sutanto Priyo. (2001). Modul Analisis Data, Depok.

________. (2007). Analisis Data, Depok

Kartono, Kartini. (2007). Psikologi Anak, Bandung : Mandar Maju

L.Wong, Donna., Hockenberry-Eaton, Marilyn., Wilson, David,. L.Winkelstein, Marilyn,. Schwartz, Patricia. (2008). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Wong, Jakarta : EGC

Maria Van Tiel, Julia. (2007). Anakku Terlambat Bicara, Jakarta : Prenada

Machfoedz, I. (2009). Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Fitramaya.

Meyana. (2011). Hubungan Pola Asuh Orang Tua Terhadap Perilaku Seksual

Remaja Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan. Karya

Tulis Ilmiah. D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Mutiah, Diana. (2010). Psikologi Bermain Anak Usia Dini, Jakarta : Kencana

Notoatmodjo, Soekidjo. (2003). Pendidikan dan Prilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

(53)

_________. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta

Nugraha, Ali. (2012). Modul Psikologi Perkembangan Anak, Bandung : Indeks

Pratisti, Wiwien Dinar. (2008). Psikologi Anak Usia Dini, Jakarta : Indeks

Shochib, Moh. (2000). Pola Asuh Orangtua. Jakarta : Rineka Cipta

Sujana, Christine. (2008). Cara Mengembangkan Berbagai Komponen Kecerdasan, Yogyakarta : Indeks

W.Santrock, John. (2007). Perkembangan Anak Jilid 1, Jakarta : Erlangga

(54)

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama :

Nim :

Status :

Judul Penelitian :

Sehubungan dengan penelitian yang seda

Gambar

Gambar 3.1 kerangka konsep
Tabel 5.1 Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan karakteristik responden orangtua
Tabel 5.2 Distribusi jawaban pengetahuan orangtua berdasarkan pola asuh otoriter
Tabel 5.3 Distribusi jawaban pengetahuan orangtua berdasarkan pola asuh otoritatif
+4

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian, dari ketiga pola asuh orang tua antara pola asuh otoriter, demokratis, dan juga permisif dari hasil perhitungan dapat dilihat pola asuh

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pola asuh orangtua yang meliputi Pola Asuh Otoriter, Pola Asuh Demokratis, dan Pola Asuh Permisif yang mempunyai pengaruh

Hasil Penelitian : Diperoleh pola asuh orangtua pada anak retardasi mental adalah pola asuh otoriter, pola asuh permisif dan pola asuh demokratis lebih banyak diterapkan

Sehingga kesimpulan dari penelitian ini adalah : (1) Pola asuh pada orang tua sebagian besar adalah pola asuh demokratis, (2) Sebagian besar siswa di TK Aisyiyah

Hasil penelitian : Pola asuh ibu kepada anak usia prasekolah di TK PKK Sidoagung II Godean kabupaten Sleman semua ibu mempunyai pola asuh otoritatif yaitu sebanyak 24 orang

Hal tersebut cukup membuktikan bahwa pola asuh demokratis dapat mempengaruhi perilaku makan anak usia prasekolah sehingga anak mempunyai perilaku makan yang

Terdapat 3 jenis pola asuh yang dikaji dalam kajian literature ini yakni pola asuh otoriter (authoritarian), demokratis/autoritatif (authoritative), dan permisif

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1 pola asuh yang digunakan orang tua anak usia dini kelas B RA Al-Is Syah Hakim Medan, ditemukan 3 gaya pola asuh yaitu pola asuh otoriter, pola