SKRIPSI
PENGARUH KOMISARIS INDEPENDEN, PROFITABILITAS,TINGKAT HUTANG,INTENSITAS ASET TETAP DAN INTENSITAS PERSEDIAAN
TERHADAP EFFECTIVE TAX RATE PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI
OLEH
Desi Fitriani 130522098
PROGRAM STUDI STRATA 1 AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
i LEMBAR PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan sesungguhnya bahwa
skripsi saya yang berjudul :”Pengaruh Komisaris Independen, Profitabilitas,
Tingkat Hutang, Intensitas Aset Tetap dan Intensitas Persediaan terhadap Effective
Tax Rate pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”
adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik
guna menyelesaikan beban akademik pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Sumatera Utara.
Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga,
dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau
dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika
penulisan ilmiah.
Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam
skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan yang berlaku.
Medan, 16 Oktober 2015
Yang membuat pernyataan,
ii ABSTRAK
PENGARUH KOMISARIS INDEPENDEN, PROFITABILITAS, TINGKAT HUTANG, INTENSITAS ASET TETAP DAN INTENSITAS PERSEDIAAN
TERHADAP EFFECTIVE TAX RATE PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh Pengaruh Komisaris Independen, Profitabilitas, Tingkat Hutang, Intensitas Aset Tetap dan Intensitas Persediaan terhadap Effective Tax Rate pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia baik secara parsial maupun simultan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2013-2014. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Komisaris Independen, Profitabilitas, Tingkat Hutang, Intensitas Aset Tetap dan Intensitas Persediaan sedangkan variabel dependennya adalah Effective
Tax Rate
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2013-2014 sebanyak 141 perusahaan. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah metode purposive sampling dan diperoleh 64 perusahaan sampel yang menjadi objek penelitian dengan 128 unit analisis. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan, Komisaris Independen, Profitabilitas, Tingkat Hutang, Intensitas Aset Tetap dan Intensitas Persediaan memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap Effective Tax Rate sedangkan secara parsial Komisaris Independen, Tingkat Hutang dan Intensitas Aset Tetap berpengaruh positif tidak signifikan terhadap Effective Tax Rate, Profitabilitas berpengaruh negatif signifikan terhadap Effective Tax Rate dan Intensitas Persediaan berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap Effective Tax
Rate.
iii ABSTRACT
THE INFLUENCE OF THE INDEPENDENT COMMICIONER, PROFITABILITY, LEVERAGE, FIXED ASSETS INTENSITY AND INVENTORY INTENSITY IN MANUFACTURING COMPANY LISTED IN
INDONESIA STOCK EXCHANGE
This study aims to examine the factors that affect the company’s effective tax rate. There are several factors used include the independent commicioner, profitability, leverage, fixed assets intensity and inventory intensity in manufacturing companies listed in Indonesia stock exchange.
Population in this research are manufacturing companies listed in Indonesia Stock Exchange (BEI) in the period from 2013 to 2014 as many as 141 companies. The sampling method used is purposive sampling method and acquired 64 companies sample which is the object of research are 128 units of analysis. The analysis technique used in this study is multiple regression analysis.
Results from this study showed simultaneously that Independent Commissioner, profitability, leverage, Intensity Fixed Assets and intensity Inventories have positive and significant impact on the Effective Tax Rate while partially Independent Commissioner, Leverage and Intensity Fixed Asset positive effect is not significant to Effective Tax Rate, Profitability significant negative effect on the Effective Tax Rate and Inventory Intensity significant negative effect on the Effective Tax Rate.
iv KATA PENGANTAR
Bismilahirohmanirohim Puji dan Syukur Atas kehadirat Allah SWT atas
segala berkat dan kehadiratnya yang begitu melimpah, sehingga peneliti dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Skripsi ini berjudul “Pengaruh Komisaris Independen, Profitabilitas,
Tingkat Hutang, Intensitas Aset Tetap dan Intensitas Persediaan terhadap Effective
Tax Rate pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”
disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Universitas Sumatera Utara.
Selain itu, peneliti juga ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec. Ac, Ak, CA Selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak selaku Ketua Departemen
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis USU dan Bapak Drs. H. Hotmal Ja’far,
MM, Ak. Selaku Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
USU dan Bapak Drs. Firman Syarif, Msi., Ak. Selaku Ketua Prodi Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis USU dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MM, Ak. Selaku
Sekretaris Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis USU.
4. Bapak Drs. Abikusno Dharsuky, M.M, Ak. Selaku Dosen Pembimbing yang
telah memberi bimbingan, arahan, masukan dan motivasi kepada penulis dalam
v 5. Bapak Abdillah Arif Nasution SE, M.Si selaku Dosen Pembanding yang telah
memberikan arahan, masukan dan motivasi kepada penulis dalam proses
penyelesaian skripsi ini.
6. Bapak Drs. Rustam, M.Si, Ak. selaku Dosen Penguji yang telah memberikan
arahan, masukan dan motivasi kepada penulis dalam proses penyelesaian skripsi
ini.
7. Kedua orangtua tercinta,Ayahanda Asmadi dan Ibunda Safrina serta kepada
Kakak dan Abang tercinta Shanty Khalista dan Aria Winanda terima kasih atas
dukungan dan doa serta kasih sayang yang telah diberikan selama ini kepada
penulis dan kepada Teman-teman seperjuangan S1 Akuntansi Ekstensi
terimakasih atas dukungan yang tiada henti diberikan kepada saya dalam
pengerjaaan skripsi saya.
Penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap skripsi ini bisa bermanfaat bagi semua
pihak.
Medan, 15 Oktober 2015
vi DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 10
1.3 Tujuan Penelitian ... 10
1.4 Manfaat Penelitian ... 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka ... 13
2.1.1 Teori Agensi ... ... 13
2.1.2 Effective Tax Rate ... 15
2.1.3 Komisaris Independen ... 16
2.1.4 Profitabilitas ... 18
2.1.5 Tingkat Hutang ... 18
2.1.6 Intensitas Aset Tetap ... 21
2.1.7 Intensitas Persediaan ... 22
2.2 Penelitian Terdahulu ... 24
2.3 Kerangka Konseptual ... 25
2.4 Penjelasan Kerangka konseptual dan Hipotesis ... 28
2.4.1 Pengaruh Komisaris Independen terhadap Effective Tax Rate ... 29
2.4.2 Pengaruh Profitabilitas terhadap Effective Tax Rate ... 30
vii 2.4.4 Pengaruh Intensitas Aset Tetap terhadap Effective
Tax Rate ... 31
2.4.5 Pengaruh Intensitas Persediaan terhadap Effective Tax Rate ... 32
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 34
3.2 Batasan Operasional ... 34
3.3 Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 35
3.4 Populasi dan Sampel Penelitian ... 39
3.5 Jenis dan Sumber Data ... 41
3.6 Metode Pengumpulan Data ... 41
3.7 Metode Analisis ... 42
3.7.1 Analisis Statistik Deskriptif ... 42
3.7.2 Uji Asumsi Klasik ... 42
3.7.2.1 Uji Multikolinearitas ... 43
3.7.2.2 Uji Autokorelasi ... 43
3.7.2.3 Uji Heteroskedastisitas ... 44
3.7.2.4 Uji Normalitas ... 44
3.7.3 Analisis Regresi Berganda ... 46
3.7.3.1 Koefisien Determinasi (R2) ... 47
3.7.3.2 Uji Parsial Dengan F-Test ... 47
3.7.3.3 Uji Simultan Dengan T-Test ... 48
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Statistik Deskriptif ... 49
viii
4.2.1 Uji Multikolinearitas ... 50
4.2.2 Uji Autokorelasi ... 52
4.2.3 Uji Heteroskedastisitas ... 55
4.2.4 Uji Normalitas ... 55
4.3 Uji Hipotesis Penelitian ... 56
4.3.1 Analisis Regresi Berganda ... 56
4.3.1.1 Koefisien Determinasi (R2) ... 59
4.3.3.2 Uji Parsial Dengan F-Test ... 61
4.3.3.3 Uji Simultan Dengan T-Test ... 62
4.4 Pembahasan ... 63
BAB IV PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 66
5.2 Keterbatasan ... 67
5.3 Saran ... 67
DAFTAR PUSTAKA ... 69
ix DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Halaman
2.1 Ringkasan Penelitian ... 24
4.1 Statistik Deskripftif ... 49
4.2 Uji Multikolonieritas ... 51
4.3 Uji Run Test ... 52
4.4 Uji Kolmogrov-Smirnov Tes... 56
4.5 Analisis Regresi Berganda ... 57
4.6 Koefisien Determinasi ... 59
4.7 Uji F ... 60
x DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul Halaman
2.1 Kerangka Konseptual ... 26
4.1 Grafik Scatterplot ... 53
4.2 Grafik P-Plot ... 54
xi DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran Judul Halaman
1 Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2013-2014 ... 71 2 Daftar hasil pengumpulan data variabel independen
ii ABSTRAK
PENGARUH KOMISARIS INDEPENDEN, PROFITABILITAS, TINGKAT HUTANG, INTENSITAS ASET TETAP DAN INTENSITAS PERSEDIAAN
TERHADAP EFFECTIVE TAX RATE PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh Pengaruh Komisaris Independen, Profitabilitas, Tingkat Hutang, Intensitas Aset Tetap dan Intensitas Persediaan terhadap Effective Tax Rate pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia baik secara parsial maupun simultan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2013-2014. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Komisaris Independen, Profitabilitas, Tingkat Hutang, Intensitas Aset Tetap dan Intensitas Persediaan sedangkan variabel dependennya adalah Effective
Tax Rate
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2013-2014 sebanyak 141 perusahaan. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah metode purposive sampling dan diperoleh 64 perusahaan sampel yang menjadi objek penelitian dengan 128 unit analisis. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan, Komisaris Independen, Profitabilitas, Tingkat Hutang, Intensitas Aset Tetap dan Intensitas Persediaan memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap Effective Tax Rate sedangkan secara parsial Komisaris Independen, Tingkat Hutang dan Intensitas Aset Tetap berpengaruh positif tidak signifikan terhadap Effective Tax Rate, Profitabilitas berpengaruh negatif signifikan terhadap Effective Tax Rate dan Intensitas Persediaan berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap Effective Tax
Rate.
iii ABSTRACT
THE INFLUENCE OF THE INDEPENDENT COMMICIONER, PROFITABILITY, LEVERAGE, FIXED ASSETS INTENSITY AND INVENTORY INTENSITY IN MANUFACTURING COMPANY LISTED IN
INDONESIA STOCK EXCHANGE
This study aims to examine the factors that affect the company’s effective tax rate. There are several factors used include the independent commicioner, profitability, leverage, fixed assets intensity and inventory intensity in manufacturing companies listed in Indonesia stock exchange.
Population in this research are manufacturing companies listed in Indonesia Stock Exchange (BEI) in the period from 2013 to 2014 as many as 141 companies. The sampling method used is purposive sampling method and acquired 64 companies sample which is the object of research are 128 units of analysis. The analysis technique used in this study is multiple regression analysis.
Results from this study showed simultaneously that Independent Commissioner, profitability, leverage, Intensity Fixed Assets and intensity Inventories have positive and significant impact on the Effective Tax Rate while partially Independent Commissioner, Leverage and Intensity Fixed Asset positive effect is not significant to Effective Tax Rate, Profitability significant negative effect on the Effective Tax Rate and Inventory Intensity significant negative effect on the Effective Tax Rate.
1 BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Definisi pajak berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 tahun 2007 pasal 1 ayat
1, pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi
atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Oleh karena itu, pajak menjadi tumpuan
dalam anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN).
Waluyo (2011) menyebutkan bahwa salah satu usaha untuk mewujudkan
kemandirian suatu bangsa atau negara dalam pembiayaan pembangunan yaitu
dengan menggali sumber dana yang berasal dari dalam negeri berupa pajak.
Peranan pajak merupakan salah satu penerimaan negara yang terbesar, sehingga
pemerintah menaruh perhatian khusus pada sektor pajak. Pemerintah di Indonesia
sendiri melakukan usaha intensifikasi dan ekstensifikasi dalam upaya untuk
mengoptimalkan sektor perpajakan. Berdasarkan hal tersebut besar kecilnya
penerimaan pajak dapat menentukan besarnya anggaran APBN.
Menurut data penerimaan pajak pada tahun 2014, Direktorat Jenderal
Pajak(DJP) hanya mampu mengumpulkan penerimaan pajak sebesar Rp 981,9
triliun atau 91,5 persen dari target Rp 1.072 triliun di APBNP 2014. Menteri
Keuangan Bambang P.S. Brodjonegoro mengatakan shortfall pajak Rp 90 triliun
2 penurunan harga minyak sawit (CPO) di pasar internasional.
Menurut Menteri Keuangan, penyumbang terbesar shortfall tahun 2014
adalah pajak pertambahan nilai (PPN) sebesar Rp 70,9 triliun, dengan hanya
membukukan penerimaan Rp 404,7 triliun atau 85,1 persen dari target Rp 475,6
triliun. Kemudian diikuti oleh pajak penghasilan (PPh) non-migas yang meleset
sebesar Rp 55,9 triliun, dengan pencapaian sebesar Rp 460,1 triliun atau 94,7
persen dari target Rp 486 triliun.
Sementara itu, realisasi penerimaan negara yang dikumpulkan oleh Direktorat
Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) pada 2014 sebesar Rp 161,63 triliun atau 93,04
persen dari target APBNP Rp 173,73 triliun.
Secara kumulatif, realisasi pendapatan negara sebesar Rp 1.537,2 triliun atau
94 persen dari target APBNP 2014 yang sebesar Rp 1.635,4 triliun. Sementara
anggaran yang dikeluarkan pemerintah untuk belanja negara mencapai Rp 1.764,6
triliun atau 94 persen dari pagu Rp 1.876,9 triliun.
Oleh karena penurunan pencapaian penerimaan pajak yang terjadi pada
tahun 2014, Kementerian Keuangan diharuskan untuk dapat mencapai target
penerimaan pajak sebesar Rp. 1.296 Triliun di tahun 2015. Salah satu target Pajak
yang merupakan penyumbang pajak terbesar adalah Pajak Penghasilan dari
perusahaan.
Perusahaan adalah salah satu subjek pajak penghasilan, yaitu subjek pajak
badan. Penjelasan Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 pasal 2 ayat (1) huruf b
3 “Subjek pajak badan adalah Sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroanlainnya,badan usaha milik Negara atau badan usaha milik daerah dengan nama dan bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, danapensiun, persekutuan, perkumpulan,yayasan, organisasi massa, organisasi social politik, atau organisasi lainnya, lembaga, dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap lainnya.”
Untuk mendorong pengusaha melakukan usaha yang lebih giat lagi,
pemerintah memberikan insentif penurunan tarif Pajak badan dalam negeri.
Penjelasan Undang-undang No. 36 Tahun 2008 pasal 17 ayat 2b menjelaskan
bahwa :
“Wajib Pajak badan dalam negeri yang berbentuk Perseroan terbuka yang paling sedikit 40% (empat puluh persen) dari jumlah keseluruhan saham yang disetor diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia dan memenuhi persyaratan tertentu lainnya dapat memperoleh tarif 5% lebih rendah dari tarif sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf b dan ayat 2 yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah.”
Tidak hanya itu, dengan adanya berlakunya Peraturan Pemerintah No. 46
tahun 2013 tentang penyederhanaan perhitungan pajak, yaitu apabila penghasilan
dari usaha yang diperoleh wajib pajak badan tidak lebih dari 4,8 miliar dalam
setahun maka akan dikenakan tarif 1%. Dengan turunnya tarif pajak ini,
diharapkan dapat menguntungkan wajib pajak sehingga penerimaan dari wajib
pajak badan lebih meningkat.
Pajak merupakan beban bagi perusahaan yang dapat mengurangi laba
suatu perusahaan. Salah satu Usaha Perusahaan untuk menekan Kewajiban
pajaknya adalah dengan cara mengurangi Beban Pajak. Beban pajak merupakan
4 lain maupun yang harus dibayar sendiri oleh wajib pajak. Bagi pelaku bisnis,
beban pajak akan menjadi pengurang laba. Sehingga mereka akan melakukan
berbagai cara untuk mengurangi beban pajak perusahaan.
Dalam bidang perpajakan, dikenal istilah statutory tax rate (STR) atau
tarif pajak statutori (TPS) dan effective tax rate (ETR) atau tarif pajak efektif
(TPE). Tarif pajak statutori adalah tarif pajak yang ditetapkan oleh hukum atas
dasar pengenaan tertentu.Tarif tersebut dapat berupa tarif progresif yaitu nilai tarif
yang meningkat setiap peningkatan penghasilan, bisa berupa tarif regresif yaitu
nilai tarif yang menurun setiap penurunan tarif, dan bisa juga berupa tarif datar
(flat) yang nilai tarifnya tetap berapapun jumlah penghasilan yang dikenakan
sebagai dasar penentuan tarif.
Walaupun tarif statuter merupakan tarif yang berlaku diatas kertas secara
jelas, akan tetapi secara faktual persentase tarif yang nyata-nyata dikenakan
terhadap penghasilan diukur dengan tarif efektif. Tarif efektif dipergunakan untuk
menilai berapa besar sebenarnya nilai persentase pajak yang harus dibayar oleh
Wajib Pajak. Sebagai contoh, tarif statuter sebesar 25% bukanlah jumlah tarif
sebenarnya yang dikenakan terhadap usaha kecil karena ada beberapa
pengecualian tertentu semisal untuk usaha kecil dan menengah pada pasal 31E
UU PPh terdapat perbedaan penghitungan untuk peredaran usaha (omzet) sampai
dengan 4,8 miliar, antara 4,8 − 50 miliar, dan diatas 50 miliar. Walaupun tarif atas
usaha kecil tertentu menjadi berubah flat dengan munculnya Peraturan Pemerintah
(PP) Nomor 46 Tahun 2013, akan tetapi pengurangan atas tarif sesuai pasal 31E
5 statuter. Tarif juga dapat berbeda tergantung kepada insentif pajak yang berlaku di
suatu negara. Sebagai contoh, pengurangan tarif pajak untuk usaha strategis di
daerah regional tertentu menjadikan tarif efektif jenis usaha tersebut menjadi lebih
rendah dibandingkan dengan jenis usaha lain. Bahkan, jenis usaha yang sama
tetapi berada di daerah yang berbeda bisa jadi tarif efektifnya akan berbeda karena
perbedaan instentif yang didapat. Selain itu insentif berupa penyusutan dipercepat
serta pengurangan atas biaya-biaya tertentu menjadikan tarif pajak efektif akan
relatif berbeda. Karena tingkat relativitas perbedaan tarif efektif antara satu entitas
usaha dengan entitas usaha lain sangat tinggi, maka penentuan tarif efektif secara
umum relatif lebih sulit untuk dilakukan.
Akan tetapi, menentukan tarif efektif secara umum relatif sulit. Hal
tersebut terjadi karena perbandingan dengan penghitungan tarif efektif
memerlukan riset yang ekstensif. Tambahan lagi, tarif efektif relatif tidak dikenal.
Sementara itu tarif pajak statuter suatu negara banyak tersedia dan dapat diketahui
dengan mudah. Dengan demikian, pembandingan secara umum dengan
menggunakan dasar tarif statuter secara rasional dapat diterima. Hal-hal tersebut
menjadikan tarif statuter sebagai pilihan yang lebih baik.
Tarif pajak efektif menunjukan efektivitas manajemen pajak suatu
perusahaan. Selain itu, tarif pajak efektif juga menunjukan respon dan dampak
insentif pajak terhadap sebuah perusahaan. ETR dapat membantu wajib pajak
untuk mengetahui berapa bagian dari penghasilan yang sebenarnya kita
6 yang diukur dari pajak penghasilan yang dibayar dibagi dengan penghasilan
sebelum pajak, sangat berguna untuk mengukur beban pajak yang sebenarnya.
Keberadaan nilai effective tax Rate merupakan salah satu bentuk
perhitungan nilai tarif ideal pajak yang dihitung dalam sebuah perusahaan, oleh
karena itu keberadaan Effective Tax Rate (ETR) menjadi suatu perhatian yang
khusus pada berbagai penelitian karena dapat merangkum efek kumulatif dari
berbagai insentif pajak dan perubahan tarif efektif pajak Perusahaan.
Tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan melalui
peningkatkan kemakmuran pemilik atau para pemegang saham (Brigham, 1996).
Tetapi dalam hal itu harus diperhatikan faktor utama yang mempengaruhi nilai
perusahaan terhadap struktur modal yaitu posisi perpajakan perusahaan. Banyak
faktor-faktor yang berpengaruh terhadap keputusan struktur modal yang secara
umum terdiri dari faktor stabilitas penjualan, struktur aktiva, tingkat pertumbuhan,
profitabilitas, pajak, pengendalian, sikap manajemen, sikap pemberi pinjaman,
kondisi pasar, kondisi internal perusahaan dan fleksibilitas keuangan ( Brigham
dan Houston, 2001;39). Hal tersebut menjadi salah satu faktor perusahaan untuk
meningkatkan nilai perusahaan. Perusahaan harus wajib untuk membayar pajak
dengan cara hati – hati dalam menggunakan keputusan terhadap pajak, pajak
memiliki dampak positif atas penilian total perusahaan, sehingga dapat
dimanfaatkan oleh perusahaan.
Upaya mengurangi beban pajak yang dihasilkan oleh perusahaan dapat
dilakukan dengan berbagai macam cara seperti perencanaan pajak (tax planning),
7 Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perusahaan untuk membayar
pajak, Komisaris Independen misalnya. Dengan adanya komisaris independen
yang bertugas untuk menjaga manajemen agar dalam menjalankan kegiatannya
tidak bertentangan dengan hukum maupun aturan-aturan yang telah ditetapkan,
maka akan dihasilkan laba yang berkualitas. laba yang berkualitas adalah laba
yang dapat mencerminkan kelanjutan laba (sustainable earnings) di masa depan
yang nantinya dapat memberikan perlindungan efektif bagi para pemegang saham
dan stakeholders.
Ada juga faktor Profitabilitas. Dengan adanya profitabilitas, maka
perusahaan akan mendapatkan laba dan hal itu berpengaruh terhadap aset
perusahaan dan tingkat hutang perusahaan sehingga berpengaruh terhadap
pembayaran pajak.
Penelitian terdahulu mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi Effective
Tax Rate(ETR) menunjukkan hasil yang beragam. Seperti contoh, penelitian yang
dilakukan oleh Andri Adi Nugroho (2011) menemukan bahwa faktor Reformasi
perpajakan yang menurunkan tarif pajak statutory terbukti berpengaruh terhadap
penurunan effective tax Rate perusahaan, sedangkan faktor Perusahaan yang
terindikasi mempunyai hubungan politik dengan penguasa pemerintahan tidak
memiliki tarif pajak efektif yang rendah.
Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Hanum (2013)
menunjukkan bahwa faktor Corporate Governance yang terdiri dari Kepemilikan
institusional, Komite Audit dan Komisaris Independen berpengaruh positif
8 Rate adalah Kecakapan Manajerial, Set Kesempatan investasi dan Kepemilikan
pemerintah seperti penelitian yang dilakukan oleh Desi Handayani (2013).
Penelitian yang dilakukan oleh Darmadi (2013) yang menggunakan faktor
Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, tingkat hutang, Intensitas Aset tetap, Intensitas
Persediaan dan Fasilitas perpajakan terhadap manajemen pajak dengan indikator
tarif pajak efektif menemukan bahwa Ukuran perusahaan dan Tingkat Hutang
berpengaruh negatif terhadap tarif pajak efektif, sedangkan Profitabilitas,
Intensitas Aset Tetap, Intensitas Persediaan dan Fasilitas Perpajakan berpengaruh
positif terhadap tarif pajak efektif.
Dari uraian di atas dan banyaknya perbedaan hasil penelitian dari peneliti
sebelumnya, saya tertarik untuk menguji kembali penelitian yang telah ada.
Adapun perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya, yaitu untuk
melihat analisis pengaruh Effective Tax Rate pada suatu perusahaan, penulis
menggunakan variable Komisaris Independen, Profitabilitas, Tingkat Hutang,
Intensitas Aset tetap dan Intensitas Persediaan. Tahun yang digunakan dalam
penelitian sebelumnya yaitu tahun 2011 sampai tahun 2012. Pada penelitian ini
tahun yang digunakan adalah tahun 2013 sampai tahun 2014.
Adapun Perbedaan penelitian ini dari penelitian yang terdahulu yaitu :
1. Penelitian ini menggunakan tahun yang lebih up-date yaitu tahun 2013
sampai tahun 2014.
2. Penelitian ini tidak memasukkan variabel independensi Ukuran
9 penelitian ini menggunakan variabel Komisaris Independen, Profitabilitas,
Tingkat Hutang, Intensitas Aset tetap dan Intensitas Persediaan.
3. Pada Penelitian ini menggunakan populasi dan sampel seluruh perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia karena perusahaan
mannufaktur cukup mendominasi perusahaan-perusahaan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia.
4. Penelitian ini menggunakan Effective Tax Rate sebagai variable dependen
sedangkan Penelitian sebelumnya menggunakan manajemen pajak sebagai
variable dependen dan Tarif pajak efektif nya menjadi Indikator.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan
penlitian dengan judul: “Pengaruh Komisaris Independen, Profitabilitas,
Tingkat Hutang, Intensitas Aset Tetap dan Intensitas Persediaan terhadap Effective Tax Rate.”
1.2 Perumusan Masalah
Pemerintah mengharapkan penerimaan pajak sesuai dengan yang ditargetkan,
salah satunya berasal dari pajak badan atau perusahaan,namun beberapa
perusahaan berusaha untuk meminimalkan pajak dan mengoptimalkan laba
perusahaan dengan berbagai cara melalui kebijakan perusahaan tetapi masih
dalam koridor pengawasan dan tidak bertentangan dengan hukum.
Banyaknya faktor yang cukup penting dalam meningkatkan efisiensi ekonomi
serta memaksimalkan laba yang berkualitas membuat perusahaan melakukan
10 membayaar pajak bisa diminimalisir. Beberapa faktor yang dapat dijadikan acuan
untuk melihat tariff pajak efektif adalah Komisaris Independen, Profitabilitas,
Tingkat Hutang, Intensitas Aset Tetap dan Intensitas Persediaan. Sesuai dengan
Karayan dan Swenson (2007) salah satu cara untuk mengukur seberapa baik
perusahaan mengelola pajaknya adalah dengan melihat tariff efektifnya.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka pertanyaan penlitian dirumuskan
sebagai berikut:
1. Apakah Komisaris Independen berpengaruh terhadap Effective tax
rate(ETR)?
2. Apakah Profitabilitas berpengaruh terhadap Effective tax rate(ETR)?
3. Apakah Tingkat Hutang Perusahaan berpengaruh terhadap Effective tax
rate(ETR)?
4. Apakah Intensitas Aset Tetap berpengaruh terhadap Effective tax
rate(ETR)?
5. Apakah Intensitas Persediaan berpengaruh terhadap Effective tax
rate(ETR)?
6. Apakah Komisaris Independen, Profitabilitas, Tingkat Hutang, Intensitas
Aset Tetap dan Intensitas Persediaan berpengaruh secara simultan
terhadap Effective Tax Rate(ETR)?
1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dijelaskan pada bagian
11 1. Untuk memberikan bukti empiris dan menjelaskan pengaruh yang
ditimbulkan oleh Komisaris Independen terhadap Effective tax rate(ETR)
2. Untuk memberikan bukti empiris dan menjelaskan pengaruh yang
ditimbulkan oleh Profitabilitas Perusahaan terhadap Effective tax
rate(ETR)
3. Untuk memberikan bukti empiris dan menjelaskan pengaruh yang
ditimbulkan oleh Tingkat Hutang terhadap Effective tax rate(ETR)
4. Untuk memberikan bukti empiris dan menjelaskan pengaruh yang
ditimbulkan oleh Intensitas Aset Tetap terhadap Effective tax rate(ETR)
5. Untuk memberikan bukti empiris dan menjelaskan pengaruh yang
ditimbulkan oleh Intensitas Persediaan terhadap Effective tax rate(ETR)
6. Untuk memberikan bukti empiris dan menjelaskan pengaruh yang
ditimbulkan secara simultan oleh Komisaris Independen, Profitabilitas,
Tingkat Hutang, Intensitas Aset Tetap, Intensitas Persediaan terhadap
Effective Tax Rate(ETR)?
1.4 Manfaat Penelitian
Dengan adanya penelitian ini Penulis berharap dapat memberikan manfaat
bagi berbagai pihak antara lain sebagai berikut :
1. Bagi akademisi dan peneliti, dapat digunakan sebagai bukti empiris ilmu
pengetahuan serta dapat menambah wawasan dan referensi untuk
12 2. Bagi perusahaan, penelitian ini dapat memberikan gambaran mengenai
sikap perusahaan terhadap kewajiban perpajakannya.
3. Bagi penulis, penelitian ini menambah wawasan dan pengetahuan
13 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori
2.1.1 Teori Agensi
Teori keagenan mendeskripsikan hubungan antara pemegang
saham (shareholders) sebagai prinsipal dan manajemen sebagai agen.
Manajemen merupakan pihak yang dikontrak oleh pemegang saham untuk
bekerja demi kepentingan pemegang saham. Karena mereka dipilih, maka
pihak manejemen harus mempertanggungjawabkan semua pekerjaannya
kepada pemegang saham.
Hubungan keagenan merupakan suatu kontrak dimana satu atau
lebih orang (prinsipal) memerintah orang lain (agen) untuk melakukan
suatu jasa atas nama prinsipal serta memberi wewenang kepada agen
membuat keputusan yang terbaik bagi prinsipal. Jika kedua belah pihak
tersebut mempunyai tujuan yang sama untuk memaksimumkan nilai
perusahaan, maka diyakini agen akan bertindak dengan cara yang sesuai
dengan kepentingan prinsipal.
Manager bertugas untuk mengelola perusahaan dengan sebaik
mungkin sehingga perusahaan akan menghasilkan laba yang cukup
signifikan. Jumlah laba tersebut akan dilaporkan oleh pemilik sehingga
pemilik dapat mengetahui seberapa efektif dan efisien kinerja manajer
14 manager menginginkan imbalan yang lebih besar juga. Dengan demikian
dalam perusahaan terdapat dua kepentingan yang berbeda, yaitu
kepentingan untuk mengoptimalkan keuntungan bagi perusahaan dan
kepentingan bagaimana memegang tanggung jawab yang besar sehingga
mendapatkan keuntungan yang besar juga.
Tujuan Teori Agensi adalah bagaimana perusahaan menjelaskan
bagaimana pihak-pihak yang melakukan kontrak dapat mendesain kontrak
yang tujuannya untuk meminimalisir cost sebagai dampak adanya
informasi yang tidak simetris dan kondisi yang mengalami ketidakpastian.
Teori Agensi pada penelitian ini menjelaskan bahwa adanya
konflik yang akan timbul antara pemilik perusahaan dan manajemen
perusahaan termasuk perusahaan-perusahaan yang telah listing di BEI.
Konflik tersebut terjadi ketika pemilik utama perusahaan tersebut adalah
fiskus(pemerintah) sekaligus pembuat regulasi dalam hal perpajakan
sementara di sisi lain terdapat pihak manajemen perusahaan sebagai
pembayar pajak. Pihak fiskus yang merangkap sebagai pembuat regulasi
berharap akan adanya pemasukan yang sebesar-besarnya dari sektor pajak
sementara pada pihak manajemen terdapat pandangan bahwa pihak
perusahaan harus menghasilkan laba sebesar-besarnya dari sektor pajak
sementara manajemen terdapat pandangan bahwa perusahaan harus
menghasilkan laba yang signifikan dengan menghasilkan beban pajak
15 menyebabkan adanya konflik antara pemilik perusahaan dengan pihak
manajemen perusahaan.
2.1.2 Effective Tax Rate(ETR)
Effective Tax Rate atau Tarif Pajak efektif pada dasarnya adalah
sebuah presentase besaran tarif pajak yang ditanggung oleh perusahaan.
Effective Tax Rate(ETR) dihitung atau dinilai berdasarkan informasi
keuangan yang dihasilkan oleh perusahaan sehingga Effective tax
rate(ETR) merupakan perhitungan tarif pajak pada perusahaan. Effective
Tax Rate(ETR) digunakan untuk merefleksikan perbedaan antara
perhitungan laba buku dengan laba fiscal(Frank, et al 2009)
Fullerton(1983) mengklasifikasikan Effective Tax Rate(ETR)
sebagai berikut:
1.Average Effective Corporate Tax Rate: biaya pajak tahun berjalan dibagi dengan penghasilan perusahaan yang sebenarnya(laba sebelum pajak).
2.Average Effective Total Tax Rate: Besaran biaya pajak perusahaan ditambah pajak property ditambah bunga atas pajak pribadi dan dividen, dibagi dengan pendapatan total modal.
3.Marginal Effective Corporate Tax Rate Wedge: Besaran tarif penghasilan riil sebelum pajak yang diharapkan atas penghasilan dari investasi marginal, dikurangi penghasilan riil perusahaan sebelum pajak. 4.Marginal Effective Corporate Tax Rate : Pajak marginal efektif perusahaan dibagi penghasilan sebelum pajak(tax inclusive rate)atau dengan penghasilan setelah pajak(tax exclusive rate)
5.Marginal Effective Total Tax Wedge : Penghasilan sebelum pajak yang
16 6. Marginal Effective Total Tax Rate : Total Pajak marginal efektif dibagi penghasilan sebelum pajak atau dengan penghematan pajak penghasilan yang dilakukan perusahaan.
Menurut Fullerton (1983) average effective tax rate relative lebih
mudah untuk dihitung dan berguna untuk mengukur pendapatan dari
pemilik modal,pendapatan pemerintah dan ukuran sektor publik.
Sedangkan marginal effective rate lebih spesifik digunakan untuk
menyelidiki dampak yang terjadi atas kegiatan investasi yang dilakukan
perusahaan(Hanum,2013).
2.1.3 Komisaris Independen
Komisaris Independen menurut Penjelasan Pasal 120 ayat (2)
Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseoran Terbatas (UUPT)
adalah “Komisaris dari pihak luar”. Pasal 120 ayat (2) UUPT juga
mengatur bahwa komisaris independen diangkat dari pihak yang tidak
terafiliasi dengan pemegang saham utama, anggota Direksi dan/atau
anggota Dewan Komisaris lainnya.
Selanjutnya dalam Peraturan Bapepam Nomor IX.I.5 tentang
Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit butir 1 b,
diatur bahwa Komisaris Independen adalah anggota komisaris yang:
a. Berasal dari Emiten dan Perusahaan Publik.
17 c. Tidak mempunyai hubungan Afiliasi dengan Emiten atau perusahaan
public, Komisaris, Direksi, atau pemegang saham Utama Emiten atidau Perusahaan Publik.
d. Tidak memiliki hubungan usaha baik langsung ataupun tidak langsung yang berkaitan dengan kegiatan usaha Emiten ataupun Perusahaan Publik.
Menurut Pasal 120 ayat (1) UUPT, keberadaan Komisaris
Independen bergantung pada Anggaran Dasar Perseroan.
“Anggaran dasar Perseroan dapat mengatur adanya 1 (satu) orang atau
lebih komisaris Independen dan 1 (satu) orang komisaris utusan”
Apabila Anggaran Dasar perseroan mengatur bahwa dalam Dewan
Komisaris terdapat Komisaris Independen, maka keberadaan Komisaris
Independen tersebut menjadi wajib.
Akan tetapi hal di atas tidak berlaku bagi perusahaan yang tercatat
di bursa saham Indonesia. Untuk perusahaan-perusahaan tersebut,
keberadaan Komisaris Independen ini diwajibkan dalam Peraturan
Bapepam Nomor I-A tentang Ketentuan Umum Pencatatan Efek Bersifat
Ekuitas di Bursa Efek Jakarta huruf C butir 1, bahwa Perusahaan Tercatat
wajib memiliki Komisaris Independen yang jumlahnya secara
proporsional sebanding dengan jumlah saham yang dimiliki oleh bukan
Pemegang Saham Pengendali dengan ketentuan jumlah Komisaris
Independen sekurang-kurangnya 30% (tiga puluh perseratus) dari jumlah
18 2.1.4 Profitabilitas
Profitabilitas merupakan kemampuan yang dicapai oleh perusahaan
dalam satu periode tertentu. Profitabilitas suatu perusahaan menunjukkan
perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan
laba tersebut. Dengan kata lain, profitabilitas adalah kemampuan suatu
perusahaan untuk mencapai laba. Menurut G. Sugiyarso dan F. Winarni
(2005:118) profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba
dalam hubungan dengan penjualan total aktiva maupun modal sendiri.
Dari definisi ini terlihat jelas bahwa sasaran yang akan dicari adalah laba
perusahaan.
Dasar penilaian profitabilitas adalah laporan keuangan yang terdiri
dari laporan neraca dan rugi-laba perusahaan. Berdasarkan kedua laporan
keuangan tersebut akan dapat ditentukan hasil analisis sejumlah rasio dan
selanjutnya rasio ini digunakan untuk menilai beberapa aspek tertentu dari
operasi perusahaan.
2.1.5 Tingkat Hutang
Hutang adalah kewajiban keuangan perusahaan kepada pihak lain
yang belum terpenuhi dimana hutang ini merupakan sumber pembiayaan
eksternal yang digunakan perusahaan untuk membiayai kebutuhan
19 Untuk tujuan pelaporan, hutang diklasifikasikan sebagai hutang
lancar dan hutang jangka panjang. Suatu hutang yang berasal dari kegiatan
operasional akan diklasifikasikan sebagai hutang lancar jika hutang ini
akan dilunasi dengan menggunakan harta lancar dalam satu tahun ke
depan atau dalam satu siklus operasi normal, yang mana yang lebih lama.
Namun hutang yang berasal dari pinjaman bank, atau pinjaman lainnya
diklasifikasikan menurut kriteria satu tahun. Suatu hutang yang jatuh
tempo dalam satu tahun sejak tanggal neraca akan diklasifikasikan sebagai
hutang lancar. Hutang dalam perusahaan dapat dihitung dengan
menggunakan rasio leverage atau tingkat hutang dalam perusahaan. Ada
dua macam penghitngan rasio leverage menurut Sawir (2004) yaitu
leverage keuangan berdasar nilai buku diukur dengan rasio nilai buku
seluruh hutang (debt = D) terhadap total aktiva (TA) sementara leverage
keuangan berdasarkan nilai pasar diukur dengan rasio nilai buku seluruh
hutang terhadap total nilai pasar perusahaan (total value = V).
Namun ternyata pengklasifikasian hutang menjadi lancar dan tidak
lancar menjadi pertimbangan dalam pengukuran hutang. Secara umum
hutang akan diukur sebesar nilai sekarang dari hutang tersebut yang
merupakan jumlah uang yang harus dibayarkan untuk melunasinya
sekarang. Aturan ini lebih tepat untuk hutang tidak lancar. Sementara itu
hutang yang berasal dari kegiatan operasional misalnya hutang gaji dan
hutang usaha, umumnya hutang ini akan segera dilunasi sehingga selisih
20 material. Oleh karena itu hutang yang berasal dari operasional umumnya
untuk tujuan praktis disajikan sebesar nilai jatuh temponya.
Untuk tujuan pengukuran, baik hutang lancar maupun tidak lancar
dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu :
1. Hutang yang jumlahnya sudah pasti. Contoh dari hutang ini adalah
nominal dari wesel atau obligasi.
2. Hutang yang jumlahnya harus diestimasi. Dilihat dari kepastiannya,
hutang ini pasti terjadi namun jumlahnya belum diketahui secara pasti.
Hutang garansi merupakan contohnya.
3. Hutang bersyarat (contingent liablility) yaitu suatu hutang yang akan
muncul jika terjadi kejadian lain. Contohnya perusahaan dituntut
dipengadilan oleh perusahaan lain. Perusahaan akan berkewajiban
membayar uang jika pengadilan memenangkan perusahaan yang
menuntut tersebut. Tingkat kemungkinan timbulnya hutang bersyarat
dapat dibagi menjadi :
1. Probable : Tingkat kemungkinannya sangat tinggi dan bahkan
dapat dikatakan hampir pasti. Jika jumlah hutangnya dapat
diestimasi dengan handal, maka hutang ini dicatat, jika
jumlahnya sulit diestimasi maka keberadaan hutang ini
21 2. Reasonable posible : Kemungkinan terjadinya 50% atau dapat
terjadi dapat pula tidak. Jika kondisinya demikian cukup
diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.
3. Remote : Kemungkinan terjadinya sangat kecil sehingga tidak
perlu dicatat dan dilaporkan kecuali untuk hutang jaminan
pembayaran hutang walaupun tingkat kemungkinan terjadinya
kewajiban kecil tetapi harus diungkap dalam catatan atas
laporan keuangan
2.1.6 Intensitas Aset Tetap
Aset adalah kekayaan yang mempunyai manfaat ekonomi berupa
benda berwujud maupun benda tidak berwujud yang dapat dikuasai oleh
yang berhak akibat transaksi (Nafarin,2007). Aset juga dapat
menggambarkan ukuran perusahaan karena jumlah aset yang dimiliki
perusahaan berbanding lurus dengan ukuran perusahaan. Aset pada
perusahaan dibagi dua yaitu Aset Lancar dan Aset Tetap(Nafarin, 2007).
Aset lancar adalah aset perusahaan yang dimiliki oleh perusahaan dan
mempunyai umur ekonomis paling lama yaitu satu tahun dalam siklus
kegiatan perusahaan yang normal(Nafarin,2007)
Aset tetap dalam
untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk
direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif; dan
22 tidak lancar ini biasanya dibeli untuk digunakan untuk operasi dan tidak
dimaksudkan untuk dijual kembali. Contoh aset tetap antara lain adalah
furnitur, perlengkapan kantor, komputer, dan lain-lain. Aset tetap biasanya
memperoleh keringanan dalam perlakua
aset tetap merupakan subyek da
2.1.7 Intensitas Persediaan
Menurut (standar akuntansi keuangan, 1999
adalah aktiva:
1. yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal;
2. dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan; atau
3. dalam bentuk bagan atau perlengkapan (supplies) untuk digunakan
dalam proses produksi atau pemberian jasa
yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk
dijual dalam suatu periode waktu tertentu atau persediaan barang-barang
yang masih dalam pengerjaan atau proses produksi, ataupun persediaan
bahan baku yang menunggu penggunaannya dalam suatu proses produksi.
Pada prinsipnya persediaan mempermudah atau memperlancar
23 untuk memproduksi barang-barang, serta selanjutnya menyampaikannya
kepada para pelanggan atau konsumen.
Freddy Rangkuty (2004:15), menyebutkan bahwa fungsi-fungsi
persediaan adalah sebagai berikut:
1. Fungsi Decoupling adalah persediaan yang memungkinkan
perusahaan dapat memenuhi permintaan pelanggan tanpa tergantung pada supplier. Persediaan bahan mentah diadakan agar perusahaan tidak sepenuhnya tergantung pada pengadaannya dalam kuantitas dan waktu pengiriman.
2. Fungsi Economic Lot Sizing. Persediaan lot size ini perlu
mempertimbangkan penghematan atau potongan pembelian, biaya pengangkutan per unit menjadi lebih murah, dan lain sebagainya. Hal ini disebabkan perusahaan melakukan pembelian dalam kuantitas yang lebih besar dibandingkan biaya yang timbul karena besarnya persediaan (biaya sewa gudang, investasi, resiko, dan lain sebagainya).
3. Fungsi Antisipasi. Apabila perusahaan menghadapi fluktuasi permintaan yang dapat diperkirakan dan diramalkan berdasarkan pengalaman atau data-data masa lalu, yaitu permintaan musiman. Dalam hal ini perusahaan dapat mengadakan persediaan musiman
(seasonal inventories). Di samping itu, perusahaan juga sering
menghadapi ketidakpastian jika waktu pengiriman dan permintaan barang-barang selama periode tertentu. Dalam hal ini perusahaan memerlukan persediaan ekstra yang disebut persediaan pengaman
24 2.2 Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1
Ringkasan Penelitian Terdahulu N
o.
Nama Peneliti (Tahun)
Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
1. Hanum(2013) Pengaruh Karakteristik Corporate Governance terhadap Effective Tax Rate Mempunyai variabel dependen berupa
Effective Tax Rate
Mempunyai variabel independen berupa komponen dari Corporate Governance yaitu Komisaris Independen Menggunakan sampel seluruh perusahaan BUMN Tahun 2009 – 2011 yang terdaftar di BEI,
Mempunyai variabel independen Karakteristik dari Corporate Governance Menemukan hubungan yang positif antara Komisaris Independen,Komit e Audit dan Investor Institutional terhadap Effective
Tax Rate.
2. Desi Handayani (2013) Pengaruh kecakapan manajerial, set kesempatan investasi dan kepemilikan pemerintah terhadap tarif pajak efektif
Mempunyai variabel dependen berupa
Effective Tax Rate
Menggunakan sampel perusahaan
Manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2009-2011 Mempunyai variabel independen berupa Pengaruh kecakapan manajerial, set kesempatan investasi dan kepemilikan pemerintah Menemukan pengaruh yang positif antara tarif pajak efektif dengan set kesempatan investasi dan kepemilikan pemerintah, sedang kan set kesempatan investasi memiliki hubungan negative terhadap tariff pajak efektif 3. Andri Adi
Nugroho(2011) Pengaruh Hubungan Politik dan Reformasi Perpajakan Terhadap Tarif Pajak Efektif Mempunyai variabel dependen berupa Tarif Pajak Efektif
Mempunyai Variabel Kontrol yaitu Profitabilitas
25 Sumber : Hasil Olahan peneliti, 2015.
menggunakan Hubungan Politik dan. Reformasi Perpajakan.
Menggunakan
variable Kontrol yaitu ukuran
perusahaan,tingkat pendanaan,tingkat investasi,profitabilitas dan jenis industry.
berpengaruh terhadap effective tax Rate
perusahaan.
4. Darmadi (2013)
Analisis Faktor yang mempengaruhi Manajemen Pajak dengan indikator Tarif Pajak Efektif
variable independen yang digunakan yaitu Profitabilitas, Tingkat hutang, Intensitas Aset Tetap dan Intensitas Persediaan. Variabel dependen adalah manajemen pajak dengan indikator yang digunakan Tarif Pajak Efektif. Menggunakan sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada tahun 2011-2012 Mempunyai variabel Independen Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Tingkat Hutang, Intensitas Aset Tetap, Intensitas Persediaan dan Fasilitas Perpajakan.
26 2.3 Kerangka Konseptual
Perusahaan akan menggunakan manajemen pajak untuk menekan beban
pajaknya agar tidak memberatkan keuangan perusahaan. Dengan adanya teori
agensi, maka manajer sebagai agent berusaha untuk memaksimalkan laba
perusahaan dengan membuat beban pajak menjadi kecil sehingga manajer akan
mendapat kompensasi kinerja yang maksimal. Perusahaan akan memanfaatkan
sumberdaya yang dimiliki oleh perusahaan untuk menekan beban pajak dan
mengefektifkan manajemen pajaknya. Beberapa cara yang mungkin dilakukan
oleh perusahaan adalah dengan memanfaatkann Komisaris Independ,
memanfaatkan tingkat hutang perusahaan, memanfaatkan profitabilitas
perusahaan, memanfaatkan intensitas aset tetap dan intensitas persediaan.
Berdasarkan penjabaran di atas, maka disusun kerangka penelitian pada gambar
2.1
27 H1
H2
H3
H4 H5
[image:41.595.107.545.219.587.2]
H6
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Profitabilitas (X2)
Tingkat Hutang (X3) Komisaris Independen
( X1)
Intensitas Aset Tetap (X4)
Effective Tax Rate
(Y)
28 2.4 Penjelasan Kerangka Konseptual dan Hipotesis
2.4.1 Pengaruh Komisaris Independen terhadap Tarif Pajak Efektif
Komisaris Independen diperlukan untuk meningkatkan
independensi Dewan Komisaris dari manajemen. Komisaris independen
merupakan bagian yang berasal dari luar manajemen sehingga komisaris
independen cenderung untuk tidak terpengaruh oleh tindakan manajemen,
mereka cenderung mendorong perusahaan untuk mengungkapkan
informasi yang lebih luas kepada para stakeholder-nya. Minnick dan Noga
(2010) melihat aspek dari sisi positif yang menyangkut pada nilai
perusahaan setelah pajak, yang kemudian meningkatkan kekayaan
pemegang saham serta memberikan dorongan yang signifikan dari bottom
line performance.
Penelitian yang dilakukan oleh Sabli dan Noor (2012)
menyimpulkan bahwa komisaris independen melakukan pengawasan yang
sangat baik dengan mengarahkan perusahaan berdasarkan pada aturan
yang telah ditetapkan. Komisaris independen bersama dewan komisaris
yang lain bersama-sama melaksanakan tugas pengawasan dan menentukan
strategi kebijakan jangka panjang maupun jangka pendek yang
menguntungkan bagi perusahaan namun tidak melanggar hukum termasuk
dalam penentuan strategi yang terkait dengan pajak. asimetri informasi
yang terjadi antara manajemen perusahaan dengan para stakeholder.
29 strategi perusahaan yang dilakukan oleh dewan komisaris beserta
manajemen perusahaan dan para stakeholder akan memberikan jaminan
hasil yang efektif dan efisien termasuk pada kebijakan mengenai besaran
tarif pajak efektif perusahaan, sehingga mengarah ke hipotesis pertama
sebagai berikut:
H1: Komisaris Independen berpengaruh positif terhadap Effective Tax Rate (ETR)
2.4.2 Pengaruh Profitabilitas Perusahaan Terhadap Tarif Pajak Efektif
Adanya teori agensi akan memacu para manajer untuk
meningkatkan laba perusahaan. Ketika laba yang diperoleh membesar,
maka secara otomatis jumlah pajak penghasilan akan meningkat sesuai
dengan peningkatan laba perusahaan.
Manajer sebagai agent dalam agensi teori akan berusaha
meminimalisir pajak agar tidak mengurangi kompensasi kinerja manajer
sebagai akibat dari tergerusnya laba perusahaan oleh beban pajak.
Perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang tinggi dapat
membayar pajak lebih tinggi dari perusahaan yang memiliki
profitabilitas yang rendah. Penyebabnya adalah karena pajak
penghasilan perusahaan akan dikenakan berdasarkan besarnya
30 pasal 1 menjelaskan bahwa pajak penghasilan dibebankan kepada
subjek pajak yang menerima atau memperoleh penghasilan dalam tahun
pajak. Richardson dan Lanis (2007) menyebutkan bahwa perusahaan yang
memiliki profitabilitas yang tinggi akan membayar pajak lebih tinggi dari
perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas yang lebih rendah.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Roman dan Lanis (2007)
profitabilitas digambarkan dengan ROA. Tingkat ROA perusahaan
yang semakin tinggi menyebabkan tarif pajak efektif semakin tinggi,
karena adanya dasar pengenaan pajak penghasilan adalah penghasilan
yang diperoleh dan diterima oleh perusahaan. Dari uraian diatas didapat
hipotesa ketiga yaitu:
H3: Tingkat profitabilitas perusahaan berpengaruh positif terhadap Effective Tax Rate (ETR)
2.4.3 Pengaruh Tingkat Hutang Perusahaan Terhadap Tarif Pajak Efektif
Berdasarkan teori keagenan, hutang dapat digunakan oleh manajer
untuk menekan biaya pajak perusahaaan dengan memanfaatkan biaya
bunga hutang. Jika biaya bunga hutang dapat digunakan untuk menekan
beban pajak, maka ada kemungkinan manajer memilih menggunakan
hutang untuk pendanaan guna mendapatkan benefit berupa biaya bunga
hutang. Biaya bunga hutang yang timbul perusahaan. Ketika manajer
31 keuntungan peningkatan kompensasi.
Biaya hutang yang timbul karena adanya hutang dapat menjadi
faktor pengurang pajak. Prabowo (2006) menjelaskan bahwa bunga
pinjaman baik yang dibayar maupun yang belum dibayar pada saat jatuh
tempo adalah biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan. Penelitian
terdahulu yang dilakukan oleh Derashid dan Zhang (2003), dijelaskan
bahwa hutang perusahaan berpengaruh negatif terhadap tarif pajak
efektif yang menggambarkan bahwa hutang perusahaan dapat
membantu mengurangi beban pajak perusahaan. Dari uraian diatas dapat
diambil hipotesa kedua yaitu:
H2: Hutang perusahaan berpengaruh negatif terhadap Effective Tax Rate (ETR)
2.4.4 Pengaruh Intensitas Aset Tetap Perusahaan Terhadap Tarif Pajak Efektif
Intensitas aset tetap perusahaan menggambarkan banyaknya
investasi perusahaan terhadap aset tetap perusahaan. Intensitas aset tetap
perusahaan dapat mengurangi pajak karena adanya depresiasi yang
melekat dalam aset tetap. Seperti yang dijelaskan oleh Blocher (2007)
yaitu beban depresiasi memiliki pengaruh pajak dengan bertindak sebagai
pengurang pajak.
32 manajer untuk menekan jumlah beban pajak perusahaan. Manajer akan
menginvestasikan dana menganggur perusahaan untuk berinvestasi dalam
aset tetap, dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan berupa
depresiasi yang dapat digunakan sebagai pengurang pajak. Dengan
memanfaatkan adanya depresiasi, manajer dapat meningkatkan kinerja
perusahaan untuk tercapainya kompensasi kinerja manajer yang
diinginkan. Penelitian terdahulu yang telah dilakukan Derashid dan Zhang
(2003), Richardson dan Lanis (2007) dan Noor et al.(2010) mendapatkan
hasil bahwa variabel intensitas aset tetap berpengaruh negatif terhadap
tarif pajak efektif sehingga variabel intesitas aset tetap berpengaruh positif
manajemen pajak. Dengan adanya uraian diatas didapat hipotesa keempat
yaitu:
H4: Intensitas Aset Tetap perusahaan berpengaruh negatif terhadap Effective Tax Rate (ETR)
2.4.5 Pengaruh Intensitas Persediaan perusahaan Terhadap Tarif Pajak Efektif
Intensitas persediaan menggambarkan bagaimana perusahaan
menginvestasikan kekayaannya pada persediaan. Besarnya Intensitas
persediaan dapat menimbulkan biaya tambahan antara lain adanya biaya
penyimpanan dan biaya yang timbul akibat adanya kerusakan barang
(Herjanto, 2007). PSAK No. 14 mengatur biaya yang timbul atas
33 persediaan dan diakui sebagai beban dalam periode terjadinya biaya.
Biaya tambahan atas adanya persediaan yang besar akan
menyebabkan penurunan laba perusahaan.
Dalam agensi teori, manajer akan berusaha meminimalisir beban
tambahan karena banyaknya persediaan agar tidak mengurangi laba
perusahaan. Disisi lain, manajer akan memaksimalkan biaya tambahan
yang terpaksa ditanggung untuk menekan beban pajak. Cara yang akan
digunakan manajer adalah dengan membebankan biaya tambahan
persediaan untuk menurunkan laba perusahaan sehingga dapat
menurunkan beban pajak perusahaan. Jika laba perusahaaan mengecil,
maka akan menyebabkan menurunnya pajak yang dibayarkan oleh
perusahaan. Dari uraian diatas dapat diambil hipotesa kelima yaitu:
34 BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan yaitu jenis penelitian eksplanatif
(explanative research) yang berguna untuk menjelaskan hubungan antar suatu
fenomena atau variabel. Hubungan tersebut bisa berupa hubungan korelasional
atau saling berhubungan, sumbangan atau kontribusi suatu variabel terhadap
variabel lainnya. Desain penelitian yang digunakan yaitu desain kausal yang
berguna untuk menganalisis hubungan sebab akibat antara satu variabel dengan
variabel lainnya, dalam hal ini yaitu variabel independen dengan variabel
dependen. Adapun yang menjadi variabel independen dalam penelitian ini yaitu
Komisaris Independen, Profitabilitas, Tingkat Hutang, Intensitas Aset Tetap,
Intensitas Persediaan. Sedangkan variabel dependennya yaitu Effective Tax
Rate(ETR).
3.2 Batasan Operasional
Batasan operasional yaitu penarikan batasan yang menjelaskan ciri-ciri
spesifik dengan lebih substantif dari suatu konsep. Hal ini bertujuan untuk
mencapai suatu alat ukur yang sesuai dengan hakikat variabel yang sudah
didefinisikan konsepnya. Adapun yang menjadi batasan operasional dalam
penelitian ini adalah bahwa data yang digunakan adalah adalah perusahaan
elemen-35 elemen dari hal perusahaan mekanisme corporate governance yang akan diteliti
adalah komisaris independen dan adanya variabel independen tambahan yaitu
Profitabilitas, Tingkat Hutang, Intensitas Aset Tetap dan Intensitas Persediaan.
3.3 Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Dalam penelitian ini, telah dirumuskan beberapa hipotesis, untuk
mendukung hipotesis yang dibuat, maka diperlukan tujuh variabel. Yaitu lima
variabel independen dan satu variabel dependen. Variabel independen merupakan
variabel yang mempengaruhi variabel lain baik secara positif maupun negatif
(Sekaran, 2007). Variabel independen dalam penelitian ini adalah
Komisaris Independen (X1), Tingkat Hutang (X2), Profitabilitas (X3), Intensitas
Aset Tetap (X4), dan Intensitas Persediaan (X5). Variabel dependen dijelaskan
oleh Sekaran (2007) merupakan variabel yang menjadi perhatian utama peneliti.
Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Effective Tax
Rate (ETR).
Definisi operasional dari masing-masing variabel tersebut akan dijelaskan sebagai
berikut:
1.Effective Tax Rate (ETR)
Effective tax rate semakin baik apabila nilai effective tax rate semakin
rendah. Deviani [12]dalam penelitiannya membedakan beban pajak perusahaan
atas beban pajak kini dan beban pajak tangguhan. Beban pajak tangguhan
mencerminkan besarnya beda waktu yang dikalikan dengan suatu tarif pajak
36 pengakuan penghasilan menurut akuntansi dan pajak. Beban pajak kini
mencerminkan adanya perbedaan waktu dan perbedaan tetap sebagai akibat
adanya perbedaan aturan perpajakan dengan standar akuntansi. Price
waterhouse Cooper(PWC) merumuskan tarif pajak efektif sebagai total pajak
terutang dibagi dengan penghasilan sebelum pajak. Total pajak penghasilan
terutang merupakan beban pajak yang dibayarkan pada tahun berjalan.
Menurut Rodriguez dan Arias (2012) effective tax rate dapat dihitung dari
beban pajak kini dibagi dengan laba sebelum pajak. Digunakan beban pajak kini
karena dengan beban pajak kini dimungkinkan untuk melakukan pemilihan
kebijakan-kebiajakan yang terkait dengan perpajakan akuntansi sehingga dapat
dirumuskan sebagai berikut:
Beban Pajak Penghasilan Tarif Pajak Efektif =
Laba Sebelum Pajak 2. Komisaris Independen
Komisaris independen merupakan komisaris yang berasal dari luar
perusahaan yang tidak mempunyai saham dalam perusahaan, dan tidak
mempunyai hubungan baik langsung maupun tidak langsung berkaitan dengan
kegiatan perusahaan. Variabel ini diukur dengan membagi jumlah komisaris
independen dengan jumlah jumlah dewan komisaris (Bakri, 2008)
Jumlah Komisaris Independen KOMISARIS INDEPENDEN =
37 3. Tingkat Hutang Perusahaan
Definisi hutang adalah salah satu sumber pendanaan yang dapat digunakan
perusahaan untuk membiayai pengeluarannya. Rasio hutang digunakan untuk
menggambarkan total aset perusahaan yang dibiayai oleh hutang.
Hutang dalam penelitian ini di proxy dengan rasio hutang perusahaan. Rasio
hutang dapat dihitung dengan cara membandingkan nilai buku seluruh
hutang (debt = D) dibagi dengan total aktiva. Berdasarkan penjelasan diatas,
maka pengukuran tingkat hutang perusahaan dapat diukur dengan cara:
Total Hutang
RASIO HUTANG =
Total Aset
Total hutang yang digunakan untuk menghitung rasio hutang adalah total
hutang perusahaan yang tertera dalam neraca baik hutang jangka pendek dan
jangka panjang. Total aset yang digunakan adalah total aset perusahaan baik
aset lancar maupun aset tidak lancar sesuai dengan yang tertera dalam neraca
keuangan perusahaan.
4. Profitabilitas
Definisi profitabilitas adalah ukuran untuk menilai efisiensi penggunaan
modal dalam suatu perusahaan dengan membandingkan antara modal yang
digunakan dengan laba operasi yang dicapai. Penelitian ini menggunakan proxy
rasio return on aset (ROA) untuk mengukur profitabilitas perusahaan.
38 Laba Sebelum Pajak
ROA =
Total Aset
Laba sebelum pajak yang digunakan dalam penghitungan rasio ROA adalah
laba sebelum pajak yang tercantum dalam laporan laba/rugi perusahaan.
Untuk total aset, digunakan total aset baik aset lancar maupun aset tidak lancar
yang tercantum dalam neraca. Dasar penggunaan laba sebelum pajak yang
digunakan untuk menghitung ROA adalah karena dengan menggunakan laba
sebelum pajak, dapat diketahui kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba
yang berasal dari aktivitas operasi tanpa terpengaruh keputusan investasi dan
pajak.
5. Intensitas Aset Tetap
Definisi intensitas aset tetap adalah gambaran besarnya aset tetap yang
dimiliki oleh perusahaan. Penelitian ini menggunakan proxy intensitas aset tetap
untuk menggambarkan intensitas aset tetap perusahaan. Intensitas aset tetap
perusahaan dalam penelitian ini dapat dihitung dengan cara total aset tetap yang
dimiliki perusahaan dibandingkan dengan total aset perusahaan, atau dapat
dirumuskan sebagai berikut:
Total Aset Tetap INTENSITAS ASET TETAP =
Total Aset
Total aset tetap adalah jumlah aset tetap yang dimiliki oleh perusahaan yang
tercantum dalam neraca mencakup tanah, bangunan dan peralatan. Total aset
39 yang tercantum dalam neraca perusahaan.
6. Intensitas Persediaan
Intensitas persediaan merupakan cerminan dari seberapa besar perusahaan
berinvestasi terhadap persediaan yang ada dalam perusahaan. Variabel
intensitas aset tetap menggunakan proxy rasio intensitas persediaan. Rasio
Intensitas persediaan dapat dihitung dengan cara nilai persediaan yang ada dalam
perusahaan dibandingkan dengan total aset perusahaan. Melalui penjelasan diatas
dapat disimpulkan bahwa intensitas persediaan dapat diukur dengan cara:
Persediaan INTENSITAS PERSEDIAAN =
Total Aset
Total aset dalam penghitungan intensitas persediaan menggunakan nilai total aset
perusahaan yang tercantum dalam neraca perusahaan. Persediaan yang digunakan
dalam penghitungan adalah persediaan yang tercantum dalam neraca.
3.4 Populasi Dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan yang bergerak dibidang
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Metode pengambilan sampel
yang digunakan dalam penelitian faktor yang mempengaruhi Effective tax rate
adalah metode purposive sampling. Jogiyanto (2004) menjelaskan bahwa
purposive sampling dilakukan dengan non random sampling mengambil sampel
40 Kriteria sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI 2013-2014
2. Perusahaan manufaktur yang menerbitkan laporan keuangan dengan
lengkap dan telah diaudit oleh Auditor Independen.
Kelengkapan laporan keuangan sangat diperlukan dalam penilaian
variabel-variabel penelitian, sehingga perusahaan yang tidak lengkap
laporan keuangannya tidak termasuk dalam sampel penelitian.
3. Perusahaan yang mengalami laba selama dua tahun berturut-turut.
Kriteria ini digunakan karena pajak penghasilan dikenakan atas laba yang
diperoleh perusahaan, sehingga ketika perusahaan merugi, perusahaan
tidak dikenai pajak penghasilan.
4. Perusahaan manufaktur yang mempunyai Komisaris Independen.
5. Mengunakan mata uang rupiah dalam penilaian laporan keuangannya
Kriteria ini digunakan untuk pemilihan sampel karena sebagian besar
perusahaan di Indonesia menggunakan mata uang rupiah dalam laporan
keuangannya. Perusahaan yang menggunakan mata uang dolar dalam
laporan keuangannya kurang mewakili keadaan perusahaan manufaktur di
41 6. Perusahaan yang beban pajak penghasilannya negatif
Perusahaan yang memiliki beban pajak penghasilannya negatif
menggambarkan bahwa beban pajak penghasilan merupakan pengurang
penghasilan. Oleh karena itu, perusahaan yang beban pajaknya positif
tidak temasuk dalam sampel penelitian ini.
Berdasarkan kriteria penelitian sampel tersebut maka didapat sampel perusahaan
berjumlah 64 perusahaan dengan 2 tahun pengamatan, sehingga total sampel
keseluruhan menjadi 128 sampel.
3.5 Jenis Dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data
sekunder adalah data yang dibuat atau dikumpulkan oleh pihak luar (Sekaran,
2007). Data sekunder pada penelitian ini diperoleh dari Annual report, dan
mengakses website Bursa Efek Indonesia melalui internet(www.idx.co.id)
3.6 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini
adalah dengan studi pustaka dan dokumentasi.
1. Studi pustaka, yaitu dilakukan dengan cara membaca buku-buku atau
jurnal di dalam perpustakaan dimana terdapat referensi-referensi yang
42 2. Dokumentasi, yaitu mengumpulkan, mencatat, dan mengkaji
dokumen-dokumen tentang data keuangan pada perusahaan
manufaktur periode 2013-2014 yang diperoleh dari Bursa Efek Indonesia.
3.7 Metode Analisis
3.7.1 Analisis Statistik Deskriptif
Pengujian statistik deskriptif dilakukan untuk mengetahui nilai
mean, maksimum, minimum dan standar deviasi. Dengan menggunakan
statistik deskriptif data dapat tersaji dengan ringkas sehingga dapat
terlihat ukuran persebaran datanya normal atau tidak.
3.7.2 Uji Asumsi Klasik
3.7.2.1 Uji Multikolonieritas
Ghozali (2011) menyatakan bahwa uji
multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Model regresi
yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel
independen. Untuk mengetahui ada atau tidaknya
multikolonieritas di d