FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB ANAK PUTUS SEKOLAH DI KELURAHAN KWALA BEKALA KECAMATAN MEDAN JOHOR
KOTA MEDAN
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Universitas
SumateraUtara
DisusunOleh:
HONGI JATENRA MANIK 110902028
DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
i
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL
Nama : Hongi Jatenra Manik Nim : 110902028
ABSTRAK
FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB ANAK PUTUS SEKOLAH DI KELURAHAN KWALA BEKALA KECAMATAN MEDAN JOHOR
KOTA MEDAN
Skripsi ini terdiri dari 6 Bab, 95 halaman, 9 Tabel, dan 5 Lampiran
Pendidikan merupakan bagian dari hak dasar anak yang wajib dipenuhi. Putus sekolah merupakan suatu permasalahan sosial dimana tidak terpenuhinya hak-hak anak untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Anak putus sekolah telah terjadi dimana-mana baik itu dikota-kota kecil maupun kota besar seperti yang terjadi Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor Kota Medan. Terjadinya anak putus sekolah yang disebabkan oleh berbagai macam faktor yang mendorong mereka untuk memutuskan untuk putus sekolah.
Penelitian ini di lakukan di Kelurahan Kwala bekala Kecamatan Medan Johor Kota Medan. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, dimana informan dalam penelitian ini adalah anak umur 11 sampai 18 tahun yang telah putus sekolah yaitu sebanyak 4 orang dan informan tambahan dalam penelitian ini adalah orangtua dari anak putus sekolah yaitu sebanyak 2 orang. Teknik pengumpulan data dengan studi kepustakaan, studi lapangan, kemudian dianalisi oleh peneliti yang dijelaskan secara kualitatif, sehingga pada akhirnya dapat ditarik kesimpulan dari hasil penelitian tersebut.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa yang menjadi faktor penyebab anak putus sekolah di Kelurahan Kwala Bekala Kecmatan Medan Johor Kota Medan disebabkan oleh kurangnya minat anak sekolah/keinginan sendiri dan bukan hanya itu yang menyebabkan anak putus sekolah seperti faktor ekonomi keluarga, faktor sosial keluarga, perhatian orangtua, pengaruh teman sekolah, pengaruh teman sebaya dan ketersediaan sumber lokal.
ii
UNIVERSITY OF NORTH SUMATRA
FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCE DEPARTMENT OF SCIENCE SOCIAL WELFARE
Name : Hongi Jatenra Manik Nim : 110902028
ABSTRACT
THE FACTORS THAT CAUSE THE CHILDREN DROPPING OUT OF SCHOOL
IN KELURAHAN KWALA BEKALA KECAMATAN MEDAN JOHOR CITY
OF MEDAN
(This thesis it consists of chapter 6 , 95 a page , 9 table , and 5 appendix)
Education is part of the basic rights of children that must be filled.Dropping out of school is a social problems when there fulfill the rights of children to get good quality education.Children dropping out of school has happened everywhere whether it is dikota-kota small and a big city like occurring urban village kwala bekala kecamatan medan johor of the city of medan.The children dropping out of school caused by various factors who leave their to decide to dropping out of school.
This research do. in kelurahan kwala bekala sub-district medan johor of the city of medan .The research is research descriptive , where informants in this research was six- 11 and 18 years who dropped out of school with four people and informants additional in this research was parents from children dropping out of school with 2 people .Technique data collection to the study literature , field studies , then dianalisi by researchers described qualitatively , so in the end a conclusion can be drawn from the research .
The research results show that that becomes the causes of high school dropouts in kelurahan kwala bekala kecmatan medan johor of the city of medan caused by a lack of interest of the school kids / own wishes and not only that which causes high school dropouts as economic factors the family , social factors the family , of parental attention , the influence of school friends , the influence of their peers and the availability of a source of local .
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita ucapakan kepada kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
atas berkat dan anugerah, kasih setia, kekuatan, semangat dan kesempatan yang
selalu diberikanNya kepada penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
baik
Skripsi ini merupakan karya ilmiah yang disusun sebagai salah satu syarat
guna memperoleh gelar sarjana di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Uneversitas Sumatera Utara. Skripsi ini berjudul “ Faktor-Faktor Penyebab Anak
Putus Sekolah di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor Kota
Medan”.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih yang
setulusnya kepada semua pihak yang membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
Dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Prof.Dr.Badaruddin,M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Hairani Siregar,S.Sos,M.Sp selaku Ketua Departemen Ilmu
Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sumatera Utara.
3. Bapak Husni Thamrin S.Sos, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah
memberikan waktu, kepercayaan, kebahagiaan dan ilmu kepada penulis
sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.
4. Seluruh Doesn Ilmu Kesejahteraan Sosial yang telah memberikan ilmu yang
iv
5. Seluruh Staff dan Pegawai di Keluruhan Kwala Bekala Kecamtan Medan
Johor Kota medan yang telah membantu penulis dalam mendapatkan
data-data yang dibutuhkan dalam penyelesaian skripsi ini
6. Seluruh adik-adik dan masyarakat Kelurahan Kwala Bekala yang telah
bersedia membantu dan bekerjasama dengan menjadi informan dalam
penelitian ini
7. Terimaksih buat lembaga PKBM HANUBA yang telah menginspirasi saya
untuk membuat judul penelitian ini selama pkl di Hanuba. Buat teman-teman
PKL dan seluruh staff hanuba ( Jontar Sinanga, eki, Odelia, Hohas )
8. Terimakasih yang luar biasa dan paling istimewa buat orangtua penulis.
Skripsi persembahkan buat orangtua saya H.Manik dan A.Sidabutar, yang
telah mendukung dan mendidik serta mendoakan saya selama masa
perkuliahan hingga skripsi ini dapat selesai dengan baik
9. Terimaksih buat keluarga besar saya, Tulang , Nantulang, Nanguda dan Uda
Oppung dan juga adik-adik yang telah mendukung dan mendidik saya selama
ini. Semua kebaikan dari kalian akan saya ingat selalu.
10. Terimakasih buat teman-teman satu kontrakan KONPEN, Dimas, Danel,
Wandro, Jole, Ukap, Mariondan kontrakan Konsis, Topanoven, Gabriel atas
dukungan dan motivasinya semoga yang telah tamat cepat dapat kerja dan
yang belum tamat secepatnya menyusul dan semoga main remi nya tetap
lanjut. Teman-teman sepermainan Herawati, Dewi ,Denisa dan teman lainnya.
11. Buat seluruh angkatan Kessos 2011 yang tidak bisa saya sebutkan satu per
v
12. Buat teman SMA MARIA GORETTI Pematang Siantar ( sinda, fatima, mario
dan teman lainnya) terimaksih atas dukungannya dan motivasinya.
Akhir kata penulis menyadari akan sejumlah kekurangan dan kelemahan
sehingga mengurangi nilai kesempurnaannya. Hal ini dikarenakan keterbatasan
pengetahuan, kemampuan, dan pengalaman penulis. Maka dengan segala
kerendahatan hati penulis membuka diri untuk saran dan kritik yang konstruktif
guna perbaikan dimasa mendatang. Akhir kata penulis mengucapkan banyak
terimakasih kepada semua pihak yang turut membantu penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini, semoga bermanfaat bagi kita semua pihak.
Medan, 2015
Penulis
vi
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK... i
KATA PENGANTAR... . iii
DAFTAR ISI... . iv
DAFTAR TABEL... ix
DAFTAR lAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 7
1.3 Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ... 7
1.3.1. Tujuan Penelitian ... 7
1.3.2. Manfaat Penelitian ... 7
1.4 Sistematika Penulisan ... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Anak Putus Sekolah Sebelumnya ... 10
2.2 Pendidikan ... .... 14
2.2.1 Pengertian pendidikan ... 14
2.2.2 Tujuan pendidikan ... 15
2.3 Konsep anak ... 16
2.3.1 Pengertian Anak ... 16
2.3.2 Hak-hak Anak ... 17
2.4 Anak Putus Sekolah ... 19
vii
2.4.2 Fakotor penyebab anak putus sekolah .... ………... … 20
2.4.3 Resiko Anak Putus Sekolah……….. .... 29
2.5 Pendekatan penyelesaian anak putus sekolah……… . ... 30
2.6 Kerangka pemikiran……… ... 32
2.7 Definisi konsep dan ruang lingkup……… .. 35
2.7.1 Defenisi konsep……….. 35
2.7.1 Ruang lingkup Penelitian……… .. 36
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian ... 37
3.2 Lokasi Penelitian ... 37
3.3 Unit Analisis dan Informan ... 37
3.3.1 Unit Analisis ... 37
3.3.2 Informan ... 38
3.3.2.1 Informan Utama……….. .... 38
3.3.2.2 Informan Tambahan……….... 38
3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 39
3.5 Teknik Analisis Data ... 40
BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 4.1 lokasi dan luas Kelurahan... 41
4.2 Tata Ruang Kelurahan... 41
4.3 Cara Mencapai Kelurahan... 42
4.4 Kondisi Sosial Ekonomi ... 43
4.4.1 Penduduk ... 43
viii
4.4.3 Menurut Mata Pencaharian ... 45
4.4.4 Menurut Pendidikan ... 46
4.5 Fasilitas Umum ... 47
4.5.1 Fasilitas Pendidikan ... 47
4.5.2 Fasilitas Kesehatan ... 48
4.5.3 Fasilitas Beribadah ... 49
4.5.4 Kelurahan Kwala Bekala ... 49
BAB V ANALISIS DATA 5.1 Hasil Penelitian ... 52
5.1.1 Informan I ... 53
5.1.2 Informan II ... 56
5.1.3 Informan III ... 61
5.1.4 Informan IV ... 66
5.1.5 Informan Tambahan I ... 70
5.1.6 Informan Tambahan II ... 73
5.2 Analisis Data... 76
5.3 Keterbatasan Penelitian ... 84
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 90
6.2 Saran ... 91
DAFTAR PUSTAKA ... 92
ix
DAFTAR TABEL
No Tabel Hal
1. Tabel 4.1 Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin 46
2. Tabel 4.2 Persentase Penduduk berdasarkan Agama 46
3. Tabel 4.3 Presentase penduduk menurut Mata Pencaharian 47
4. Tabel 4.4 Komposisi Penduduk Menurut Pendidikan Tertinggi yang
ditamatkan 48
5. Tabel 4.5 Fasilitas Pendidikan Kelurahan Kwala Bekala 49
6. Tabel 4.6 Jumlah fasilitas Kesehatan di Kelurahan Kwala Bekala 50
7. Tabel 4.6 Jumlah Fasilitas Tempat Perhibadatan di Kelurahan
Kwala Bekala 51
8. Tabel 4.8 Struktural Pemerintahan Kwala Bekala 52
x LAMPIRAN
1. Pedoman wawancara
2. Foto dokumentasi
3. Berita acara seminar proposal penelitian
4. Surat keputusan pembimbing penulisan proposal/penelitian skripsi
i
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL
Nama : Hongi Jatenra Manik Nim : 110902028
ABSTRAK
FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB ANAK PUTUS SEKOLAH DI KELURAHAN KWALA BEKALA KECAMATAN MEDAN JOHOR
KOTA MEDAN
Skripsi ini terdiri dari 6 Bab, 95 halaman, 9 Tabel, dan 5 Lampiran
Pendidikan merupakan bagian dari hak dasar anak yang wajib dipenuhi. Putus sekolah merupakan suatu permasalahan sosial dimana tidak terpenuhinya hak-hak anak untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Anak putus sekolah telah terjadi dimana-mana baik itu dikota-kota kecil maupun kota besar seperti yang terjadi Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor Kota Medan. Terjadinya anak putus sekolah yang disebabkan oleh berbagai macam faktor yang mendorong mereka untuk memutuskan untuk putus sekolah.
Penelitian ini di lakukan di Kelurahan Kwala bekala Kecamatan Medan Johor Kota Medan. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, dimana informan dalam penelitian ini adalah anak umur 11 sampai 18 tahun yang telah putus sekolah yaitu sebanyak 4 orang dan informan tambahan dalam penelitian ini adalah orangtua dari anak putus sekolah yaitu sebanyak 2 orang. Teknik pengumpulan data dengan studi kepustakaan, studi lapangan, kemudian dianalisi oleh peneliti yang dijelaskan secara kualitatif, sehingga pada akhirnya dapat ditarik kesimpulan dari hasil penelitian tersebut.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa yang menjadi faktor penyebab anak putus sekolah di Kelurahan Kwala Bekala Kecmatan Medan Johor Kota Medan disebabkan oleh kurangnya minat anak sekolah/keinginan sendiri dan bukan hanya itu yang menyebabkan anak putus sekolah seperti faktor ekonomi keluarga, faktor sosial keluarga, perhatian orangtua, pengaruh teman sekolah, pengaruh teman sebaya dan ketersediaan sumber lokal.
ii
UNIVERSITY OF NORTH SUMATRA
FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCE DEPARTMENT OF SCIENCE SOCIAL WELFARE
Name : Hongi Jatenra Manik Nim : 110902028
ABSTRACT
THE FACTORS THAT CAUSE THE CHILDREN DROPPING OUT OF SCHOOL
IN KELURAHAN KWALA BEKALA KECAMATAN MEDAN JOHOR CITY
OF MEDAN
(This thesis it consists of chapter 6 , 95 a page , 9 table , and 5 appendix)
Education is part of the basic rights of children that must be filled.Dropping out of school is a social problems when there fulfill the rights of children to get good quality education.Children dropping out of school has happened everywhere whether it is dikota-kota small and a big city like occurring urban village kwala bekala kecamatan medan johor of the city of medan.The children dropping out of school caused by various factors who leave their to decide to dropping out of school.
This research do. in kelurahan kwala bekala sub-district medan johor of the city of medan .The research is research descriptive , where informants in this research was six- 11 and 18 years who dropped out of school with four people and informants additional in this research was parents from children dropping out of school with 2 people .Technique data collection to the study literature , field studies , then dianalisi by researchers described qualitatively , so in the end a conclusion can be drawn from the research .
The research results show that that becomes the causes of high school dropouts in kelurahan kwala bekala kecmatan medan johor of the city of medan caused by a lack of interest of the school kids / own wishes and not only that which causes high school dropouts as economic factors the family , social factors the family , of parental attention , the influence of school friends , the influence of their peers and the availability of a source of local .
1 BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 latar Belakang Masalah
Sering kita jumpai dijalanan banyak anak-anak yang masih dibawah umur
sudah mencari nafkah, misalnya saja menjadi pengamen, pengemis, pemulung,
gelandangan dan masih banyak lagi. Tentu saja hal itu membuat prihatin bagi
setiap orang yang melihatnya, terlebih pada usia-usia seperti mereka seharusnya
sedang asyik menikmati masa anak-anaknya, bermain bersama teman sebayanya
dan merasakan bangku sekolah. Di tengah masyarakat lain sedang berlomba untuk
mengenyam pendidikan yang tinggi, namun di sisi lain ada masyarakat yang tidak
dapat bersekolah, bahkan mencari uang untuk sesuap nasi saja sulit. Sungguh
kenyataan yang ironis ditengah usaha pemerintah untuk memajukan pendidikan di
negeri ini.
pendidikan merupakan peran yang sangat penting untuk membangun suatu
Negara. Pemberian pendidikan formal, non formal maupun informal dari usia dini
bisa menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas pada masa yang akan
datang dan diharapkan dapat member kontribusi positif dalam berbagai aspek
kehidupan untuk kemajuan Negara. Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu
keharusan bagi setiap manusia secara keseluruhan. Setiap manusia berhak
mendapatkan atau memperoleh pendidikan, baik secara formal, informal maupun
nonformal, sehingga pada gilirinanya ia akan memiliki mental, akhlak, moral dan
fisik yang kuat serta menjadi manusia yang berbudaya tinggi dalam melaksanakan
2
Pendidikan berfungsi untuk menyampaikan meneruskan atau entranmisi
kebudayaan, dianataranya nilai-nilai nenek moyang, kepada generasi muda.
Dalam fungsi ini sekolah itu konservatif dan berusaha mempertahankan status quo
demi kestabilan politik, kesatuan dan kesatuan bangsa.disamping itu sekolah jugu
turut mendidik generasi muda agar hidup an menyusaikan diri dengan
perubahan-perubahan yang sangat cepat akibat kemajuan teknologi dan ilmu ( Nasution :
2010)
Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu keharusan bagi setiap
manusia secara keseluran hal ini juga tertulis pada undang- undang dasar Negara
republik Indonesia pasal 31 ayat 1 tentang pendidikan dan kebudayaan “ setiap
warga Negara berhak mendapatkan pendidikan”dan ayat (3) menegaskan bahwa
Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan
nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang..
Dalam menindak lanjuti undang-undang tersebut, kementrian pendidikan
nasional melakukan upaya dalam mencerdaskan kehidupan bangsa yakni dengan
wajib pendidikan Dasar Enam Tahun yang dimulai pada tahun 1984 sampai
dengan tahun 1993. Pada tahun 1994 pemerintah mencanangkan program wajib
belajar Sembilan tahun yakni program ini diwajibkan bagi setiap warga Negara
Indonesia untuk bersekolah selama sembilan tahun pada jenjang pendidikan dasar,
yaitu dari SD atau MI hingga kelas Sembilan SMP atau MI.melalui program
tersebut diharapkan dapat mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan
dasar yang perlu dimiliki semua warga Negara sebagai bekal untuk dapat hidup
3
baik kelembaga pendidikan maupun luar sekolah. Namun fakta dilapangan
menunjukkan bahwa program tersebut tidak berjalan sesuai dengan yang
diharapakan. Hal ini ditunjukkan masih banyaknya angka anak putus sekolah di
Indonesia yang disebabkan berbagai faktor.
Banyaknya kasus anak putus sekolah dapat mengakibatkan rendahnya
pendidikan suatu bangsa dan akan berpengaruh terhadap peningkatan Human
Development Indek ( HDI) atau indeks pembangunan manusia, padahal peringkat
HDI mencerminkan kualitas sumber daya manusia. Indeks Pmbangunan Manusia
(IPM) / human development index (HDI) adalah pengukuran perbandingan ari
harapan baik, melek huruf, pendidikan dan standar hidup untuk semua Negara di
seluruh dunia. HDI digunakan untuk mengklasifikasikan apakah sebuah Negara
adalah Negara maju, Negara berkembang, atau Negara terbelakang dan juga untuk
mengukur pengaruh dari kebijaksanaan ekonomi terhadap kualitas hidup.
Menurut gunawan (2010 :71), menyatakan putus sekolah merupakan predikat
yang diberikan kepada mantan peserta didik yang tidak mampu menyelesaikan
suatu jenjang pendidikan, sehingga tidak dapat mampu melanjutkan studinya
kejenjang pendidkan berikutnya. Misalanya, seorang warga masyarakat atau anak
yang hanya mengikuti pendidikan di SD sampai kelas 5, disebut sebagai anak
putus sekolah SD.demikian juga seorang warga masyarakat yang memiliki ijazah
SD kemudian mengikuti pendidikan di SMP sampai kelas 2 saja disebut putus
sekolah SMP, dan seterusnya.
Hal ini terjadi disebabkan karena beberapa faktor seperti permasalahan
ekonomi yang sangat dominan menjadi penyebab anak tidak sekolah, mayoritas
4
alasan tidak ada biaya yaitu sebesar 49,51 %.faktor ekonomi juga bisa
menyebabkan seorang anak harus bekerja dan mencari nafkah sehingga
mendorong untuk tidak sekolah.ada 9,20 % anak yang tidak sekolah dengan
alasan bekerja mencari nafkah. Selain itu terdapat anak yang tidak bersekolah
karena alasan sekolah jauh 3,87 %, merasa pendidikan cukup 3,76 %, cacat 3,71
%, menikah/ mengurus rumah tangga 3,05 %, malu karena ekonomi 1,25 %,
menunggu pengumuman 0,61 %, tidak diterima 0,42 %, dan sisanya adalah alasan
lainnya 24,62 %, (kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan anak
2012 : 49).
Biro pusat statistic menyebutkan angka putus sekolah di Indonesia masih
tinggi. Pada tahun 2003 terdapat angka putus sekolah sebesar 616.416 anak.
Untuk 7-12 tahun sebanyak 182.773 anak, usia 13-15 tahun sebanyak 209.976
anak, dan usia 16-18 tahun sebanyak 223.676 anak. Sedangkan United Nations
Educatinal and Cultural prganization (UNESCO) data terbaru menunjukkan
bahwa 260.000 anak Indonesia putus sekolah tahun 2011,hal ini mengalami
peningkatan yang tajam dibandingkan tahun 2010 hanya 160.000
anak
Berdasarkan sumber dari Koran tribun Medan menyebutkan daerah Provinsi
Sumatera Utara sepanjang 2011 jumlah anak usia sekolah yang tidak sekolah
termasuk tinggi, yaitu mencapai sekitar 22.803 jiwa anak. Dari jumlah 22.803
siswa putus sekolah, 4.879 siswa berasal dari bangku Sekolah Dasar, 7.569 dari
tingkat SMP, dan 10.355 siswa dari tingkat SMA. Persentase jumlah anak sekolah
5
Sekolah 7-18 tahun atau sekitar 22.2803 jiwa. Dari persentase tersebut dketahui
jumlah siswa yang putus sekolah tertinggi/terbesar di tingkat sekolah menengah
atas (SMA). Menurut data statistic kota Medan bahawa persentase jumlah anak
putus sekolah pada tahun ini yang putus sekolah memasuki SMA berkisar 23,9%
dari 109.898 remaja kelompk usia 16-18 tahun. Jumlah ini terlalu jauh dari siswa
putus sekolah saat memasuki SMP berkisar 6,25% dari 112.636 remaja kelompok
usia 13-15 tahun dan berkisar 1,42% anak putus sekolah pada tingkat SD
(kelompok umur 7-12 tahun) 223.356 anak. ( tribun news, 2012 )
Kota Medan merupakan salah satu kota terbesar ke 3 di Indonesia. Kota
Medan memiliki 21 Kecamatan dan 151 Kelurahan . Salah satunya adalah
Kecamatan Medan Johor yang terdiri dari 6 Kelurahan yaitu Kelurahan Kwala
Bekala, Kelurahan Pangkalan Mansyur, Kelurahan Gedung Johor, Kelurahan
Kedai Durian, Kelurahan Suka Maju, Kelurahan Titi Kuning. Kelurahan Kwala
Bekala merupakan salah satu Kelurahan Medan johor dengan jumlah penduduk
34.316 jiwa dengan kepala keluarga sebanyak 7.693 kepala Keluarga. Mayoritas
pendidikan masyarakat di kelurahan ini adalah mayoritas jenjang pendidikan
tingkat SMA dan sebagiannya Sarjana. Walaupun demikian namun didaerah
tersebut memiliki jumlah anak putus sekolah yang tinggi dibandingkan kelurahan
lainnya.
Menurut data lembaga PKBM HANUBA anak putus sekolah dikelurahan
kwala bekala tergolong tinggi dibanding kelurahan lainnya dikecamatan Medan
Johor. Terdapat anak putus sekolah sebanyak 33 jiwa, setara SD sebanyak 13
6
Sedangkan Kelurahan lain yang ada di Kecamatan hanya memiliki beberapa orang
anak yang putus sekolah..
Berdasarkan pra penelitian yang dilakukan oleh penulis, Revandro (11) dan
Eben (12) bersaudara ini merupakan anak dari ibu Rasmin (37) yang merupakan
anak putus sekolah yang kesehariannya mengamen di lampu merah simpang pos
kelurahan kwala bekala kecamatan Medan johor tepatnya di bawah fly over.
Mereka putus sekolah sejak SD kelas 3 disebabkan karena kondisi ekonomi
keluarga yang rendah sehingga mereka tidak mampu melanjutkan pendidikannya
dan mereka mengamen untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari. Ibu
Rasmin merupakan pedagang asongan yang kesehariannya berjualan disekitar
lampu merah simpang pos. penghasilan ibu rasmin yang rendah hanya mampu
untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari yaitu berkisar untung 30
ribu perhari. Dengan kondisi ekonomi yang rendah mengakibatkan anak-anaknya
ikut membantu ibunya dalam mencari nafkah dengan cara mengamen pada saat
lampu merah.
Permasalahan yang dilihat peneliti adalah apa yang menjadi faktor penyebab
anak putus sekolah. Beberapa teori menjelaskan bahwa faktor utama penyebab
anak putus sekolah adalah faktor ekonomi keluaraga yang rendah. Sehubungan
dengan tersebut maka untuk dapat mengetahui apa yang menyebabkan anak putus
sekolah perlu dilakukan kajian lebih lanjut. Berdasarkan pemaparan-pemaparan
tersebut, maka peneliti merasa tertarik untuk mengkaji lebih lanjut masalah ini
dalam bentuk Skripsi dengan judul “ faktor-faktor penyebab anak putus sekolah di
7 1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latarbelakang yang telah diuraikan, maka penulis
merumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah :
1.faktor-faktor apa saja yang menyebabkan anak putus sekolah di Kelurahan
Kwala bekala Kecamatan Medan johor Kota Medan?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
1. Untuk menemukan faktor-faktor yang menyebabkan anak putus
sekolah di Kelurahan Kwala Bekala Kecmatan Medan Johor Kota
Medan.
1.3.2 Manfaat penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna dalam rangka :
1. Secara teoritis
Dapat menambah wawasan, pengalaman dan pemahaman yang
berkenaan dengan anak putus sekolah serta mengetahui fakto-faktor
penyebab anak putus sekolah, sehingga dapat menghasilkan berbagai
pendekatan dalam mengatasi masalah anak putus sekolah khususnya di
Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor Kota Medan.
2. Secara praktis
Dapat menjadi bahan masukan dalam pengembangan konsep-konsep,
teori-teori tentang anak putus sekolah bagi penulis sendiri, dan
8 3. Secara akademis
Dapat memberikan kontribusi keilmuan dalam menambah referensi
dan kajian serta studi komparasi bagi peneliti atau mahasiswa yang
tertarik terhadap peneleitian yang berkaitan dengan penanganan anak
putus sekolah
1.4 sistematika penulisan
Untuk memudahkan memahami dan mengetahui isi yang terkandung
dalam skripsi ini, maka diperlukan sistematika. Sistematika penulisan skripsi
ini meliputi :
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini berisikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan
mamfaat penelitian serta sistematika penulisan.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisikan uraian dan konsep yang berkaitan dengan masalah dan
objek yang diteliti, kerangka pemikiran, defenisi konsep dan defenisi
operasional.
BAB III : METODE PENELITIAN
Bab ini berisikan tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi, teknik
pengumpulan data, serta teknik analisis data.
9
Bab ini berisikan sejarah singkat gambaran umum lokasi penelitian dan
data-data lain yang turut memperkaya karya ilmiah ini.
BAB V : ANALISIS DATA
Bab ini berisikan tentang uraian data yang diperoleh dari hasil penelitian
beserta dengan analisisnya.
BAB VI : PENUTUP
Bab ini berisikan kesimpulan dan saran yang bermanfaat sehubungan
10 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian-penelitian anak putus sekolah sebelumnya
Beberapa penelitian tentang permasalahan faktor anak putus sekolah
diberbagai daerah Indonesia serta metode penelitian yang digunakan adalah
sebagai berikut:
1. Penelitian pemetaan anak putus sekolah dan tidak putus sekolah diaerah
tertinggal kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan yang dilakukakan oleh
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, UNICEF Indonesia, lembaga penelitian
SMERU. Penelitian ini dilakukan melalui tahapan strategis, yaitu (1)
pengumpulan data; (2) analisi data ; (3) penyajian hasil analisis data (pelaporan).
Analisis data dalam penelitian ini dilaksanakan dengan cara deskriptif kuantitatif
dan kualitatif, yang disajikan dalam bentuk tabel dan grafik pada data primer dan
sekunder. Fenomena anak tidak putus sekolah didaerah tertinggal Kabupaten
Banjar dengan jumlah 598 jiwa (9,89%) di enam wilayah Kecamatan merupakan
permasalahan yang harus segera ditemukenali berbagai faktor penyebabnya.
Kondisi geografis wilayah kecamatan daerah tertinggal Kabupaten Banjar
secara umum merupakan daerah terisolasi yang bersentuhan secara langsung
dengan keterbatasan akses dan informasi. Terdapat tujuh faktor penyebab anak
tidak sekolah, meliputi: (1) tingkat pendapatan orang tua, (2) jumlah beban
tanggungan keluarga, (3) perhatian orang tua, (4) anak bekerja, (5) anak tidak
minta sekolah, (6) keberadaan orang tua (yatim piatu), dan (7) akses terhadap
11
Faktor anak putus sekolah didominasi empat faktor, yakni anak bekerja
(29,48%), anak malas (17,93%), dan anak berhenti sendiri (13,94%). Terdapat
ditiga kecamatan, yaitu Kecamatan Simpang Empat (30,68%), Sungai Pinang
(25,50%), dan Aluh-Aluh (20,32%). Dibanding dengan wilayah lainnya, ketiga
wilayah kecamatan tersebut merupakan wilayah yang secara geografid terisolir
dan bersentuhan langsung dengan pegunungan meratus. Tiga Kecamatan tersebut
memiliki akses terbatas meskipun mempunyai potensi sumberdaya alam seperti
batubara hingga saat ini terus dieksploitasi (Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan, UNICEF Indonesia, lembaga penelitian SMERU, 2012).
2. Elisabet Sidabutar dalam penelitiannya tentang permaslahan anak putus
sekolah yang ada di kelurahan sipolha horisan kecamatan sidamanik kabupaten
simalungun ditemukan ada sebanyak 265 jiwa anak putus sekolah. SD
sebanyak 288 jiwa anak, lulusan SD sebanyak 133 jiwa, lulusan SMP sebanyak
265 jiwa dan lulusan SMA 588 jiwa. Tipe penelitian tergolong penelitian
deskriptif. Pendekatan ini digunakan untuk mengetahui lebih dalam faktor
penyebab putus sekolah di lokasi penelitian peneliti. Teknik pengumpulan data
yang dibuat adalah studi kepustakaan, studi lapangan (observasi, wawancara
mendalam).
Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa terdapat faktor yang
menyebabkan anak putus sekolah pada masyarakat kelurhan sipolha
horisan berdasarkan wawancara dengan informan adalah (1) karena
keadaan ekonomi keluarga yang rendah, (2)faktor lingkungan sosial anak,
12
anak bersikap negatif menjadikan anak meninggalkan bangku sekolah (3)
faktor anak berkeinginan untuk bekerja akibat ketersediaan sumber
pekerjaan sehingga anak lebih memilih bekerja dibandingkan dengan
melanjut sekolah.
Adapun faktor dominan yang menyebabkan anak putus sekolah
dikelurahan sipolha horisan yaitu faktor dari dalam diri anak diman
kurangnya minat anak bersekolah.
3. Merry elike evelyin titaley dalam penelitiannya tentang permasalahan anak
putus sekolah pada sekolah menengah pertamadi SMPN 4 dan SMP TAMAN
SISWA di JAKARTA. Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan
positivism. Pendekatan ini melihat ilmu sosial sebagai sesuatu metode yang
terorganisir untuk mengkombinasikan logika deduktif dengan pengamatan
empiris. Teknik pengumpulan data yang dibuat adalah data primer dan data
sekunder.Adapun faktor penyebab sekolah berdasarkan hsil penelitian yang
dilakukan adalah faktor internal yaitu intelegensi, motivasi, tingkat kesadaran,
tidak menyukai sekolah. Di SMP N 4 faktor utama penyebab putusnya anak
sekolah disebabkan karena tidak menyukai sekolah, sama hal nya juga di
sekolah SMP TAMAN SISWA.
Sedangkan faktor eksternal yaitu ekonomi, sosial budaya, sekolah. SMP N
4, hal yang paling dominan peneyebab putus sekolah sedangkan di SMP
TAMAN SISWA yaitu faktor ekonomi dan sosial budaya.
4. Resih Anggun Sutiasnah dalam penelitiannya tentang faktor-faktor peneyebab
putus sekolah di Madrasah ibtidayah (MI) dab Madrasah Tsnawiyah (MTs)
13
putus sekolah di madarasah ibtidakyah (MI) berjumlah 21 jiwa. 9 orang
laki-laki dan 12 orang perempuan. Sedangkan data anak putus sekolah di
Madarasah Tsanawiyah (MTs) berjumlah 16 orang yang terdiri dari 7 orang
orang laki-laki dan 9 orang perempuan. Metode penelitian yang dibuat adalah
pendekatan kualitatif dimana dilakukan wawancara secara mendalam. Teknik
pemgumpulan data yang dibuat adalah observasi, wawancara dan dokumentasi.
Adapun faktor penyebab putus sekolah berdasarkan hasil peneleitian yang
dilakukan oleh peneliti adalah faktor putus sekolah disebabkan karena faktor
ekonomi, rendahnya motivasi orang tua dan anak putus sekolah di madrasah
ibtidayah dan madarasah tsanawiyah nurul wathan pusaran 8 kecamatan enok
kabupaten Indragiri hilir dianataranya dikarenakan karena faktor ekonomi
orang tua, lingkungan pergaulan dan kemauan sendiri,
5. Lusiana eva.R.P dalam penelitiannya yaituPenelitian ini bertujuan untuk
mengetahui bagaimana Efektivitas YAPENSU dalam menangani anak putus
sekolah. Efektivitas merupakan unsur pokok untuk mencapai tujuan dan
sasaran yang telah ditentukan sebelumnya. Adapun program yang diberikan
YAPENSU untuk anak-anak putus sekolah yang tidak mendapatkan haknya
dalam pendidikan adalah Pendidikan Paket A(setara dengan SD,), Pendidikan
Paket B (setara dengan SLTP), Pendidikan Paket C (setara dengan SLTA), dan
keterampilan/life skill yaitu kerampilan komputer. Metode analisa yang
digunakan untuk mengetahui efektivitas program-program di atas adalah
metode analisis deskriptif kualitatif, dimana pengolahan data dilakukan secara
manual, data dikumpulkan dari kuesioner dan wawancara, dan kemudian
14
data-data sekaligus menyajikan persentase dari masing-masing jawaban
responden, sehingga akan diperoleh jawaban yang palin dominan dan dianalisis
melihat kecenderungan data tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pelaksanaan program pendidikan di YAPENSU bagi anak putus sekolah secara
umum dapat dikatakan sudah efektif, karena dari pencapaian tujuan dan waktu
dalam mencapai tujuan telah sesuai dengan perencanaan yang telah ditentukan,
program pendidikan juga dapat memberikan manfaat bagi anak-anak putus
sekolah serta kemampuan lembaga/pekerja sosial yang dapat memberikan
kepuasan dalam pelayanan/ bimbingan kepada anak-anak putus sekolah.
2.2 Pendidikan
2.2.1 Pengertiam pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat,
dan pemerintah, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihan yang
berlangsung disekolah dan diluar sekolah sepanjang hayat, untuk
memersiapakan peserta didik agar dapat memainkan peranan dalam berbagai
lingkungan hidup secara tepat dimasa yang akan datang (fuad, 2013:11).
Pendidikan juga dapat diartikan sebagai :
1. Suatu proses pertumbuhan yang menyusaikan dengan lingkungan
2. Suatau pengarahan dan bimbingan yang diberikan kepada anak dalam
pertumbuhannya
3. Suatu usaha sadar untuk menciptakan suatu keadaan atau situasi
15
4. Suatu pembentuk kepribadian dan kemampuan anak dalam menuju
kedewasaan (mudyahardjo, 2014:9)
Pendidikan merupakan daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi
pekerti (kekuatan batin, karakter ), pikiran (intelek), dan tubuh anak ;dalam
taman siswa tidak boleh dipisahkan bagian-bagian itu agar kita dapat
memajukan kesempurnaan hidup, kehidupan dan penghidupan anak-anak yang
kita didik selaras dengan dunianya ki hajar dewantara (dalam mudyahrdjo 2014 :
9)
2.2.2 Tujuan pendidikan
Tujuan pendidikan Indonesia tertulis pada undang-undang Republik
Indonesia (UURI) Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sitem Pendidikan Nasional
beserta peraturan-peraturan pemerintah yang bertalian dengan pendidikan. Dalam
peraturan pemerintah Republik Indonesia nomor 19 tahun 2005 tentang standar
Nasional Pendidikan pasal 26 ayat 1 disebutkan pendidikan dasar untuk
meletakkan dasar
1. Kecerdasan
2. Pengetahuan
3. Kepribadian
4. Akhlak mulia
5. Keterampilan hidup mandiri
6. Mengikuti pendidikan lebih lanjut (Pidarto, 2014:12)
16
Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang perubahan
perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Masa anak merupakan
masa pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari bayi (0-1 tahun), usia
bermain (1-2,5 tahun), pra sekolah (2,5-5 tahun), usia sekolah (5-11 tahun)
hingga remaja (11-18 tahun). Berdasarkan UU Peradilan Anak Undang-Undang
no.3 tahun 1997 tercantum dalam pasal 1 ayat (2) anak adalah orang dalam
perkara anak nakal yang telah mencapai umur 8 (delapan) tahun tetapi belum
mencapai umur 18 (delapan belas) tahun dan belum pernah menikah. Sedangkan
dalam pasal 1 Undang-Undang no.24 tahun 2002 mengenai perlindungan anak,
telah dijelaskan pengertian anak adalah seseorang yang belum berusia 18
(delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih didalam kandungan.
Secara umum dikatakan anak adalah seseorang yang dilahirkan dari
perkawinan antara seorang perempuan dengan seorang laki-laki dengan tidak
menyangkut bahwa seseorang yang dilahirkan oleh wanita meskipun tidak
pernah melakukan pernikahan tetap dikatakan anak. Anak juga cikal bakal
lahirnya suatu generasi baru yang merupakan penerrus cita-cita perjuangan
bangsa daya manusia bagi pembangunan nasional. Anak adalah asset bangsa
dimana, masa depan banga dan Negara dimasa yang akan datang berada
ditangan anak sekarang. Semakin baik kepibadian anak sekarang maka semakin
baik pula kehidupan masa depan bangsa. Begitu sebaliknya, apabila kepribadian
anak tersebut akan bobrok pula kehidupan bangsa yang akan datang.
2.3.2 Hak-Hak Anak
Hak anak adalah segala hak yang seharusnya dimiliki oleh semua anak
17
terealisasi ketika diambilnya keputusan presiden nomor 36 tahun 1990, yaitu
tentang disahkannya Convention of the Right of The Child (Konvensi Hak Anak)
yang disetujui oleh PBB.Pada peraturan dalam negeri, hak anak diatur dalam
peraturan-peraturan yang terpisah dari peraturan-peraturan hak asasi manusia.
Walaupun demikian keadaannya, tetapi dua peraturan ini memiliki kaitan yang
sangat erat dan tidak dapat dipisahkan esensinya masing-masing.
Hak-hak yang didapat anak tertulis sangat jelas dalam Undang-Undang
Perlindungan Anak no.23 tahun 2002, Tentang perlindungan anak. Berikut
hak-hak anak tersebut diantaranya adalah:
1. Anak berhak untuk beribadah menurut agamanya, berfikir, dan
berekspresi sesuai dengan tingkat kecerdasan dan usianya dalam
bimbingan orang tua
2. Anak berhak untuk mengetahui orang tuanya, dibesarkan dan
diasuh oleh orang tuanya sendiri. Tetapi jika karena suatu sebab
tertentu orang tua didak dapat menjamin tumbuh kembang anak
atau anak dalam keadaan terlantar maka anak tersebut berhak
diasuh atau diangkat sebagai anak asuh atau anak angkat oleh orang
lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
3. Berhak memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan sosial sesuai
dengan kebutuhan fisik, mental, spiritual dan sosial
4. Anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam
rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya
18
menyandang cacat juga berhak memperoleh pendidikan luar biasa,
sedangkan bagi anak yang memiliki keunggulan juga berhak
mendapatkan pendidikan khusus.
5. Berhak menyatakan dan didengar pendapatnya, menerima, mencari
dan memberikan informasi sesuai dengan tingkat kecerdasan dan
usianya demi pengembangan dirinya sesuai dengan nilai-nilai
kesusilaan dan kepatutan.
6. Anak berhak untuk beristirahat dan memanfaatkan waktu luang,
bergaul dengan anak yang sebaya, bermain, berekreasi dan
berkreasi sesuai dengan minat, bakat dan tingkat
kecerdasannya demi pengembangan diri.
7. Setiap anak yang menyandang cacat berhak memperoleh
rehabilitasi, bantuan sosial dan pemeliharaan taraf kesejahteraan
sosial.
8. Berhak mendapat perlindungan dari perlakuan diskriminasi,
eksploitasi, baik ekonomi maupun seksual, penelantaran,
kekejaman, kekerasan dan penganiayaan, ketidak adilan, dan
perlakuan salah lainnya.
9. Setiap anak berhak untuk memperoleh perlindungan dari
penyalahgunaan dalam kegiatan politik, pelibatan dalam sengketa
bersenjata, pelibatan dalam kerusuhan sosial, pelibatan dalam
peristiwa yang mengandung unsur kekerasan dan pelibatan dalam
19
10. Setiap anak berhak memperoleh perlindungan dari sasaran
penganiayaan, penyiksaan atau penjatuhan hukuman yang tidak
manusiawi.
Dalam Undang-Undang NO.4 Tahun 1979 tentang kesejahteraan Anak
BAB II pasal 2-9 mengatur tentang hak-hak atas kesejahteraan meliputi : hak atas
kesejahteraan, perawatan, asuhan, dan bimbingan; hak atas pelayanan;hak atas
pemeliharaan dan perlindungan lingkungan hidup ;hak mendapatkan pertolongan
pertama;hak memperoleh asuhan;hak memperoleh bantuan;hak diberi pelayanan
dan asuhan;hak memperoleh pelayan khusus;mendapat bantuan dan pelayanan.
2.4 Anak Putus Sekolah
2.4.1 Pengertian Anak Putus Sekolah
Putus sekolah merupakan suatu permasalahan yang dihadapi oleh Negara
berkembang atau Negara miskin. Semakin tinggi angka anak putus sekolah
mengindikasikan semakin rendahnya mutu atau kualitas pendidikan di Negara
yang bersangkutan, sebaliknya semakin rendah angka anak putus sekolah
menunjukkan tingginya kualitas pendidikan disuatu Negara. Dalam hal ini
dimaksdud adalah bahwa pendidikan sangat berpangaruh dalam pembangunan
dalam suatu Negara.
Anak putus sekolah adalah keadaan dimana anak mengalami keterlantaran
karena sikap dan perlakuan orang tua yang tidak memberikan perhatian yang
layak terhadap proses tumbuh kembang anak tanpa memperhatikan hak-hak anak
untuk mendapatkan pendidika yang layak. Undang-undang nomor $ tahun 1979,
20
mampu memenuhi kebutuhan anak sehingga anak terlantar.Putus sekolah
merupakan predikat yang diberikan kepada mantan peserta didik yang tidak
mampu menyelesaiakan suatu jenjang pendidikan, sehingga tidak dapat
melanjutkan studinya kejenjang pendidikan berikutnya (Ary H. Gunawan 2010:
18).
2.4.2 Faktor Penyebab Anak Putus Sekolah
Seseorang siswa dikatakan putus sekolah apabila ia tidak dapat
menyelesaikan program suatu secara utuh yang berlaku sebagai suatu sistem. Bagi
anak SD, seseorang dikatakan putus sekolah apabila tidak menyelesaikan
programnya sampai enam tahun, bagi siswa SLTP jika dikatakan putus sekolah
apabila tidak dapat menyelesaikan programnya sampai dengan kelas tiga, begitu
juga dengan jenjang berikutnya (Suyanto, 2002:197). Putus sekolah bukan
merupakan persoalan baru dalam sejarah pendidikan. Faktor ekonomi menjadi
alasan penting terjadinya putus sekolah. Persoalan ini telah berakar dan sulit untuk
di pecahkan, sebab ketika membicarakan solusi maka tidak ada pilihan lain
kecuali memperbaiki kondisi ekonomi keluarga. Ketika membicarakan
peningkatan ekonomi keluarga terkait bagaimana mening-katkan sumber daya
manusianya. Sementara semua solusi yang diinginkan tidak akan lepas dari
kondisi ekonomi nasional secara menyeluruh, sehingga kebijakan pemerintah
berperan penting dalam mengatasi segala permasalahan termasuk perbaikan
kondisi masyarakat (Gunawan A. H, 2000: 27).
Kebijakan pemerintah tentang Program wajib belajar 9 tahun didasari
konsep“ pendidikan dasar untuk semua” (universal basic education), yang pada
21
anak. Program ini mewajibkan setiap warga negara Indonesia untuk bersekolah
selama 9 (sembilan) tahun pada jenjang pendidikan dasar, yaitu dari tingkat kelas
1 Sekolah Dasar (SD) atau Madrasah Ibtidaiyah (MI) hingga kelas 9 Sekolah
Menengah Pertama (SMP) atau Madrasah Tsanawiyah (MTs). Melalui program
wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun diharapkan dapat mengembangkan sikap,
pengetahuan, dan keterampilan dasar yang perlu dimiliki semua warga negara
sebagai bekal untuk dapat hidup dengan layak di
Masyarakat.
Pemerintah telah berusaha menanggulangi masalah putus sekolah dengan
memberikan Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS). Tujuan program ini
untuk membebaskan biaya pendidikan bagi siswa tidak mampu dan meringankan
siswa yang lain, agar mereka memperoleh layanan pendidikan dasar yang lebih
bermutu sampai tamat dalam rangka penuntasan wajib belajar 9 tahun. Meskipun
usaha telah dilakukan pemerintah namun kasus anak putus sekolah tetap masih
ada karena adanya beberapa kendala yang dihadapi pemerintah dalam
menjalankan program ini. Seperti ; Buku pelajaran untuk mengikuti pendidikan
masih diberatkan ; kondisi geografis, dimana anak yang berada didaerah perpencil
kurang bisa mengenyam pendidikan karena sulitnya daerah yang dicapai. Hal
tersebut merupakan tugas Pemerintah selanjutnya bagaimana agar semua
masyarakat Indonesia dapat mengenyam Pendidikan.
Menurut Sukamdinata (dalam suyanto, 2010:342) menyatakan penyebab
anak putus sekolah adalah kesulitan ekonomi atau karena orang tua tidak mampu
menyediakan biaya bagi sekolah anak-anaknya. Disamping itu tidak jarang orang
22
penelitian yang dilakukan oleh peneliti, dimana seorang anak disuruh untuk
mengamen untuk mendapat uang. Kemiskinan menyebabkan ketidakmampuan
keluarga memenuhi kebutuhan pokok.
Faktor ekonomi merupakan yang paling dominan dalam terjadinya anak
putus sekolah. Disamping hal itu juga masih terdapat beberapa faktor yang
menyebabkan anak putus sekolah. Sobur, alex (dalam ending 2011) menyatakan
terdapat dua faktor permasalahan pendidikan yang terjadi pada anak usia sekolah,
yaitu:
a. Faktor Dalam Diri Anak
Faktor yang berasal dari dalam diri anak, yaitu berasal dari dalam
diri anak itu sendiri yaitu kurangnya minat anak belajar. Faktor ini
merupakan yang berasal dari dalam diri anak yang menyebabkan anak
putus sekolah. Anak usia wajib belajar semestinyabersemangat untuk
menuntut ilmu pengetahuan.
tinggi rendahnya minat anak untuk meneruskan sekolahnya juga
dipengaruhi prestasi belajar anak itu sendiri. Anak dengan prestasi
yang rendah tentunya tidak akan naik kelas. Namun hal tersebut
bertujuan agar anak semakin giat belajar untuk melanjut ketahap
selanjutnya. Tentunya hal tersebut akan dapat menggangu psikologi
anak yaitu sianak malu pada teman-temanya sehingga si anak
memutuskan untuk tidak bersekolah atau sianak akan lebih giat
belajar. Namun yang cenderung terjadi adalah si anak akan
memutuskan untuk tidak bersekolah karena rasa malu pada
23 b. Faktor Dari Luar Diri Anak
Faktor yang berasal dari luar diri anak yaitu dapat berasal dari
lingkungan dimana anak berada, lingkungan keluarga maupun
lingkungan tempat bermain. Faktor yang berasal dari luar diri anak
seperti ketersediaan sumber lokal dapt mempengaruhi anak putus
sekolah.
1. Faktor Keluarga
Menurut undang-undang Republik Indonesia nomor 4 tahun 1979 ,
keluarga adalah Keluarga adalah kesatuan masyarakat terkecil yang
terdiri dari ayah dan atau ibu dan anak.Keluarga merupakan kelompok
sosial pertama dalam kehidupan manusia tempat ia belajar dan
menyatakan diri sebagai manusia sosial di dalam hubungan interaksi
dengan kelompoknya. Dalam hubungan dengan belajar, keluarga
mempunyai peran penting. Keadaan keluarga akan sangat menentukan
keberhasilan seorang anak dalam proses belajarnya. Oleh sebab itu
faktor keluarga yang mempengaruhi anak putus sekolah yaitu:
a. Kondisi sosial orang tua
Kondisi sosial orang tua yang menyebabkan anak putus
sekolah meliputi tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan. Latar
pendidikan orang tua seperti observasi pra peneliti yang
dilakukan oleh peneliti sebagian besar orang tua dari anak yang
mengalami putus sekolah disebabkan karena latar pendidikan
24
kurangnya bimbingan yang orang tua kepada anaknya,
sehingga akan berpengaruh pada kualitas anak itu sendiri.
b. Kondisi Ekonomi keluarga
Sejumlah studi telah menyebutkan bahwa kemiskinan
merupakan faktor yang mendominasi terhambatnya siswa
untuk mendapatkan pendidikan secara utuh. Hal ini
dikarenakan orang tua siswa tidak mampu memberikan fasilitas
lengkap kepada anaknya untuk bersekolah. Siswa dari keluarga
miskin terpaksa membantu orang tuanya mencari nafkah untuk
mencukupi biaya kehidupan mereka. Bahkan terkadang orang
tua meminta mereka untuk berhenti sekolah agar bisa
membantu secara penuh dalam mencari nafkah. Mereka pun
kebanyakan menjadi buruh upahan atau menjadi pedangan
asongan di jalanan. Anak pun merasa terbebani dengan
masalah ekonomi ini sehingga mengganggu kegiatan belajar
dan kesulitan mengikuti pelajaran. Hal tersebut bisa
mengkibatkan berhentinya anak dari sekolah.
Anak putus sekolah kebanyakan berasal dari keluarga
ekonomi lemah. Akibat dari kemiskinan banyak anak yang
terpaksa meninggalkan bangku sekolah ataupun tidak mampu
menduduki bangku sekolah. Sehingga tidak jarang kita jumpai
anak ikut berperan membantu orang tua dalam menari
25
tua dituntut untuk bekerja keras dalam rangka pemenuhan
kebutuhan pokok sehari-hari.
Tingginya biaya pendidikan membuat tidak mampunya
keluarga miskin membiayai pendidikan sekolah anaknya.
Sehingga secara terpaksa mereka harus meninggalkan bangku
sekolah. Rendahnya tingkat pendapatan dalam keluarga akan
sangat menentukan nasib pendidikan anak.
c. Perhatian orang tua
Perhatian orang tua sangat berguna untuk meningkatkan
motivasi anak. Komunakasi antara orang tua dengan anak harus
dibangun dengan baik guna untuk memenuhi kebutuhan
pskiologis anak. Kurangnya perhatian orang tua seperti acuh
tak acuh terhadap belajarnya anak, tidak memperhatikan sama
sekali akan kepentingan-kepentingan dan kebutuhan-kebutuhan
anak dalam belajar, tidak mengatur waktu belajarnya, tidak
menyediakan/melengkapi alat belajarnya, tidak memperhatikan
apakah anak belajar atau tidak, tidak mau tahu bagaimana
kemajuan anak dalam belajrnya, kesulitan yang dialami belajar
dan lain-lain (Slameto 2010:61)
Kurangnya perhatian orang tua akan mengakibatkan
hilangnya motivasi anak sehingga menjadikan anak rentan
terpengaruh terhadap pergaulan yang tidak baik karena mereka
26
Hal tersebut akan mengubah perilaku anak baik dan bisa
memicunya anak berhentinya bersekolah.
2. Faktor Lingkungan Sekolah
Faktor utama siswa mengulang atau tidak naik kelas
bermacam-macam.Namun demikian, faktor ekonomi pun
mempengaruhi siswa dalam perkembangan kognitifnya di kelas.
Mereka telah kehilangan kesempatan dalam mendapatkan waktu
untuk belajar dan mengerjakan PR serta fasilitas belajar yang
memadai di rumah karena kesibukan bekerja membantu orang tua.
Selain itu juga hal ini akan mempengaruhi perkembangan sosial,
mental serta spiritual anak (Pardoen dalam Suyanto, 2010:342).
Selain itu ada beberapa faktor lingkungan sekolah yang
mengakibatkan anak putus sekolah yaitu ;
a. Ketentuan dan pelaksanaan kenaikan kelas yang berbeda-beda
antara sekolah satu dan yang lain
Salah satu faktor terjadinya drop out siswa di sekolah karena
diterapkannya system tidak naik kelas, dan bukannya system
maju berkelanjutan (continous progress) atau naik secara
otomatis (authomatic promotion). Hal ini tentunya akan sangat
menggangu psikologis anak seperti malu terhadap
teman-temannya atau mendapat ejekan dari teman-teman-temannya sehingga
27 b. Metode mengajar
Metode mengajar adalah suatu cara/jalan yang harus dilalui
dalam belajar. Guru sangat berperan penting dalam
meningkatkan motivasi belajar anak didik. Metode mengajar
harus diusahakan yang setepat, efesien dan seeektif mungkin.
Cara belajar yang membosankan mampu mengakibatkan anak
didik tidak bersemangat dalam belajar. Hal tersebut bisa
mengakibatkan anak didik malas bersekolah sehingga dapat
memicu berhentinya anak bersekolah.
c. Kemampuan dan usaha belajar dari siswa itu sendiri
Motivasi siswa yang kurang dalam belajar menjadi salah satu
faktor penyebab drop out. Kemalasan serta ketidakmauan
untuk bersekolah juga dipengaruhi faktor bekerja dan
lingkungan yang tidak kondusif dalam mendukung siswa untuk
belajar (Slameto 2010:65-66)
3. Faktor Teman Sebaya
Faktor teman sebaya bisa mempengaruhi perilaku anak,
karena teman sebaya merupakan teman bermain anak dilingkungan
pergaulan sehari-hari. Jika anak bergaul dengan teman yang
berperilaku baik tentunya akan mempengaruhi perilaku anak
28
dengan orang yang tidak baik akan mempengaruhi perilaku anak
menjadi anak yang tidak baik. Pengaruh-pengaruh dari teman
bergaul lebih cepat masuk dalam jiwanya daripada yang kita duga.
Hal disebabkan karena terbatsnya pemikiran anak untuk
membedakan perbuatan yang baik dan buruk.
4. Faktor Ketersediaan Sumber lokal
Tersedianya sumber lokal yang dapat menjadi lahan
pekerjaan bagi anak, dengan pola rekrutmen yang mudah. Dari
ketersediaan sumber lokal bisa menyebabkan anak meninggalkan
bangku sekolah. Ditinjau dari sisi penawaran faktor utama anak
bekerja karena bencana alam, buta huruf, ketidakberdayaan,
kurangnya pilihan untuk bertahan hidup. Kondisi ekonomi
keluarga mengakibatkan orang tua meletakkan anaknya kedalam
dunia pekerjaan, serta keinginan anak untuk mendapatkan
penghasilan sendiri untuk keperluannya sendiri. Anak usia wajib
belajar saat ini sudah mengenal bahkan mampu untuk mencari
uang terutama untuk keperluannya sendiri seperti jajan atau
membeli sesuatu yang mereka inginkan. Hal ini tentu akan
mempengaruhi terhadap cara dan sikap anak dalam bertindak dan
berbuat (endang, listyowati, 2011)
2.4.3 Resiko Anak Putus Sekolah
Sekolah sebagai satuan pendidikan berperan maksimal dalam kehidupan masyarakat,maka masyarakat dapat tercerdaskan dan terangkat harkat dan
29
status sosial di masyarakat. Anak yang bersekolah sangat berperan penting dalam
meningkatkan pembangunan di dalam suatu Negara, karena anak merupakan
generasi penerus bangsa. Namun bagaiman dengan anak yang tidak bersekolah,
tentunya hal tersebut menjadi suatu masalah yang sangat serius dan menjadi
penghambat pembangunan dalam suatu Negara. Meningkatnya angka
penganguran menjadikan banyak masyarakat miskin dan tentunya hal tersebut
merupakan masalah yang diakibatkan karena pengetahuan yang minim Dan
tentunya mempunyai resiko tersendiri bagi anak. Berikut merupakan akibat yang
ditimbulkan bagi anak putus sekolah :
1. Akibat dalam putus sekolah mengakibatkan banyaknya jumlah
pengangguran dan merupakan tenaga kerja yang tidak terlatih. Dalam
sebuah Negara seperti Indonesia hal tersebut merupakan masalah yang
sangat besar sehingga harus ditangani dengan serius. Adanya kekurang
cocokan kebutuhan dan penyediaan tenaga kerja, dimana friksi profil
lulusan merupakan akibat langsung dari perencanaan pendidikan yang
tidak berorientasi pada realitas yang terjadi dalam masyarakat.
Pendidikan dilaksanakan sebagai bagian parsial, terpisah dari
konstelasi masyarakat yang terus berubah.
2. Anak putus sekolah dapat pula mengganggu keamanan masyarakat.
Tidak adanya kegiatan yang menentu menjadikan anak dapat
menimbulkan kelompok liar dimana kegiatan kelompok tersebut
bersifat negative seperti, mencuri, memakai narkoba, mabuk-mabukan,
30
3. Menjadi subjek dan objek kriminalitas seperti ; kenakalan remaja,
tawuran, kebut-kebutan dijalan raya, perkelahian. Hal tersebut
dikarenakan tidak adanya pembekalan skill bagi mereka yang putus
sekolah.
2.5 pendekatan penyelesaian anak putus sekolah
Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah dalam usaha mengatasi anak
putus sekolah dengan melibat semua unsure yang terkait baik instansi
pemerintahan maupun organisasi kemasyarakatan. Hal tersebut sebagai
perwujudan dari UUD 1945 yang mewajibkan sekolah semua masyarakat dengan
tujuan :
1. Pendidikan yang murah dapat membuat masyarakat dari semua
golongan mampu menikmati sekolah. Sehingga dengan adanya
pendidikan yang murah tidak akan memberatkan masyarakat yang
tidak mampu dalam memperoleh pendidikan.
2. Menggalang kepedulian masyarakat pada permaslahan pendidikan.
Masyarakat tidak akan memiliki kepedulian dengan pendidikan yang
murah, tetapi kepedulian dipicu oleh keikut sertaan banyak pihak
dalam lembaga pendidikan. Dengan pendidkan yang murah maka
kualitas masyarakat dapat ditingkatkan.
Selanjutnya, menurut suyanto (2010: 348-349) menyatakan untuk mencegah anak
putus sekolah dapat dilakukan dua hal berikut yaitu :
1. Intervensi dini mencegah anak putus sekolah
31
Penelitian membuktikan bahwa anak yang melalui jenjang
pendidikan TK rata-rata memiliki kemmpuan beradaptasi dan
prestasi belajar yang lebih baik disbanding anak yang tidak melalui
jenjang pendidikan TK
b. Penangan anak yang bermasalah, khususnya anak yang memiliki
prestasi belajar relatif buruk disekolah. Anak yang tinggal kelas
lama-kelamaan akan sering membolos, semakin jauhnya jarak
dengan guru dan akhirnya anak putus sekolah
c. Memanfaatkan dukungan dari lembaga-lembaga lokal yang
sekiranya dapat dimanfaatkan untuk membantu kegiatan belajar
anak yang rawan putus sekolah
2. Otonomi dan fleksibilitas sekolah
Depertamen Pendidikan Nasional menyediakan pendidikan
alternative untuk anak yang tidak putus sekolah. Adapun program yang
dilakukan saat ini untuk mengatsi anak putus sekolah ayaitu dengan
mengikuti Program Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) yang terdiri
dari paket A bagi anak yang tidak tamat SD, paket B bagi yang tidak
tamat SMP dan paket C untuk yang tidak tamat SMA.
Pendidikan kesetaraan ini ditujukan untuk menunjang penuntasan
wajib Sembilan Tahun serta memperluas akses pendidikan menengah
yang menekankan kepada keterampilan fungsional dan kepribadian
professional. Pendidikan kesetaraan merupakan salah satu program
32 2.6 Kerangka Pemikiran
Putus sekolah adalah proses berhentinya siswa secara terpaksa dari suatu
lembaga pendidikan tempat anak belajar. Putus sekolah menjadi suatu masalah
yang harus segera dituntaskan dan dibenahi, terutama di Negara-negara
berkembang seperti Indonesia. Berbagai program telah diupayakan pemerintah
untuk menangani anak putus sekolah. namun, usaha tersebut tidak berjalan mulus
seperti yang diharapkan karena peneyebab putus sekolah bukan hanya disebabkan
oleh kondisi ekonomi keluarga yang rendah melainkan ada beberapa faktor lain
yang menyebabkan anak putus sekolah.
Kurangnya perhatian orang tua terhadap anak tentunya akan berdampak
negartif terhadap psikologis anak. Hal tersebut akan mengganggu pertumbuhan
dan perkembangan anak sehingga hilangnya motivasi dalam diri anak yang bisa
mengakibatkan putusnya anak dari sekolah.
Berdasarkan observasi pra penelitian yang dilakukan oleh penulis, terdapat
beberapa faktor penyebab anak putus sekolah di Kelurahan Kwala bekala
Kecamatan Medan Johor, antara lain yaitu :
1. Faktor dari dalam diri anak, seperti kurangnya minat anak bersekolah
sehingga anak tidak merasa tertarik untuk bersekolah.
2. Faktor keluarga, rendahnya ekonomi dalam keluarga mengakibatakan
tidak mampunya orang tua memenuhi kebutuhan biaya sekolah anak
dan akhirnya orang tua memutuskan anak putus sekolah. kesibukan
orang tua dalam pekerjaannya juga menagkibatkan kurangnya
perhatian orang tua terhadap anak sehingga mengakibatkan anak tidak
33
3. Faktor lingkungan sekolah, cara pengajaran guru yang membosankan
atau tidak menarik bisa mengakibatkan siswa malas belajar dan
tentunya hal ini memicu anak akan bolos sekolah dan tentunya akan
memicu terjadinya putus sekolah. Sistem tinggal kelas juga tentunya
dapat memicu siswa berhentinya dari sekolah dikarenakan mereka
malu atau mendapat ejekan dari teman-temannya.
4. Faktor lingkungan masyarakat dan teman bermain, lingkungan yang
tidak baik dan teman yang tidak baik dapat mempengaruhi sikap, pola
pikir dan tingkah laku anak yang dapat mempengaruhi anak putus
sekolah.
5. Faktor ketersediaan sumber lokal, pada dasarnya ketersediaan lokal
dapat mempengaruhi anak putus sekolah. Hal ini desebabkan
terdapatnya sumber penghasilan uang seperti mengamen di lampu
merah, sebagai pengantar air minum galon. Sebenarnya hal tersebut
dikarenakan suatu kondisi ekonomi keluarga yang memaksa mereka
34
Untuk memperjelas alur pemikiran tersebut, dapat dilihat bagan alur pikir berikut
ini :
Bagan Alur Pikir
Anak Putus sekolah
Faktor dari dalam diri anak:
1.Faktor keluarga
a.Kondisi sosial orang tua b.Kondisi ekonomi keluarga c.Perhatian orang tua
2.Faktor lingkungan sekolah 3.Faktor teman sebaya
4.Faktor ketersediaan sumber lokal
Faktor dari dalam diri anak yaitu kurangnya minat anak
35
2.7 Definisi Konsep dan Ruang Lingkup Penelitian
2.7.1 Defenisi Konsep
Konsep merupakan istilah khusus yang digunakan para ahli untuk
menggambarakan secara cermat fenomena sosial yang dikaji, untuk menghindari
salah pengertian atas makna konsep-konsep yang dijadikan oleh penelitian.
Dimana dalam hal ini peneliti berupaya menggiring para pemvaca hasil penelitian
itu untuk memaknai konsep itu sesuai dengan yang diinginkan dan dimaksudkan
oleh peneliti. Jadi defenisi konsep adalah pengertian yang terbatatas dari seuatu
konsep yang dianut dalam suatu penelitian (Siagian, 2011:136-138)
Memahami pengertian konsep-konsep yang akan digunakan, maka peneliti
membatasi konsep yang digunakan sebagai berikut :
1. Anak putus sekolah yang dimaksud dalam penelitian adalah anak yang
berusia 6-18 tahun yang tidak dapat menyelesaikan program belajarnya
sebelum waktunya selesai atau anak yang tidak tamat menyelesaikan
program belajarnya dalam jenjang SD, SMP, dan SMA
2. Faktor yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sesuatu yang
mempengaruhi atas terjadinya hal putus sekolah.
3. Faktor dalam diri anak yang dimaksud dalam peneletian ini adalah
sesuatu hal yang menyebabkan anak putus sekolah yang berasal dari
diri anak tersebut seperti kurangnya minat anak belajar atau niat anak
dalam melanjutkan sekolahnya.
4. Faktor luar diri anak yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
36
yaitu faktor sosial orang tua, ekonomi keluarga, perhatian orang tua
yang kurang, pengaruh lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat
dan teman sebaya atau teman sepergaulan anak, faktor ketersediaan
sumber lokal berupa lapangan pekerjaan yang dapat menyebabkan
anak putus sekolah.
2.7.2 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian dapat diartikan sebagai pembatasan variable
yang digunakan, berapa banyak subjek yang akan diteliti, luas lokasi penelitian,
materi yang dikaji, dan sebagainya. Adapun yang menjadi ruang lingkup
penelitian yang penulis rumusan dalam faktor penyebab anak putus sekolah di
Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor Kota Medan yaitu berusia 10
tahun sampai 18 tahun, dapat diukur melalu pembatasan berikut :
a. Faktor dalam diri anak yaitu rendahnya minat anak.
b. Faktor dari luar diri anak:
1. Faktor keluarga
a. Kondisi sosial orang tua b. Kondisi ekonomi kelurga c. Perhatian orang tua 2. Pengaruh lingkungan sekolah 3. Pengaruh Teman sebaya
37 BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Tipe Penelitian
Permasalahan yang dikaji oleh peneliti merupakan masalah yang bersifat
sosial dan dinamis. Oleh karena itu, peneliti menggunakan metode penelitian
kualitatif dengan desain deskriptif, yaitu member gambaran secara cermat
mengenai individu atau kelompok tertentu dengan keadaan dan gejala yang terjadi
(koenjaraningrat, 1993 : 89). Metode ini digunakan untuk mengetahui lebih dalam
mengenai faktor-faktor penyebab anak putus sekolah di Kelurahan Kwala Bekala
Kecamatan Medan johor Kota Medan.
3.2 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan
johor Kota Medan. Alasan peneliti melakukan penelitian dilokasi tersebut adalah
Kelurahan tersebut merupakan paling banyak anak putus sekolah diantara
Kelurahan lainnya di kecamatan Medan johor dan tentuntunya masalah ini sangat
penting untuk diteliti untuk mengetahui faktor penyebab anak putus sekolah
3.3 Unit Analisis dan Informan
3.3.1 Unit analisis
Adapun yang menjadi unit analisis atau objek kajian dalam penelitian ini
38
Kota Medan, sebanyak 4 orang anak yang putus sekolah serta 2 orang informan
tambahan
3.3.2 Informan
Penelitian ini bersifat kualitatif sehingga tidak terdapat poulasi dan
sampel. Subjek penelitian yang telah tercermin dalam focus penelitian ditentukan
secara sengaja. Subjek penelitian ini menjadi informan yang memberikan
informasi yang diperlukan selama proses penelitian berlangsung. Informan
penelitian ini meliputi beberapa macam seperti informan utama dan informan
tambahan
3.3.2.1 Informan Utama
Informan utama yaitu mereka yang terlibat langsung dalam interaksi
yang diteliti. Pihak yang menjadi informan utama adalah anak yang putus sekolah.
adapun jumlah informan utama dalam penelitian ini adalah 4 orang anak yang
puts sekolah, anak tersebut berumur 11-18 tahun dimana dianggap mengerti akan
pertanyaan yang diajukan oleh peneliti.
3.3.2.2 Informan Tambahan
Informan tambahan adalah orang-orang yang dianggap dapat
memberikan informasi walaupun tidak langsung terlibat dalam interaksi sosial
yang diteliti. Informan tambahan dalam penelitian ini adalah orang tua dari
anak-anak yag putus sekolah
39
Adapun teknik pengumpulan data yaitu untuk memperoleh data yang
akurat dalam penelitian ini, maka peneliti menggunakan teknik sebagai berikut :
1. Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan dalam pengumpulan data yang diperlukan,
dilakukan melalui penelitian kepustakaan. Data akan diolah dari
berbagai sumber kepustakaan, anatara lain buku-buku ilmiah, majalah,
surat kabar, dan bahasa tulisan lainnya yang erakt kaitannya dengan
subjek peneletian.
2. Studi Lapangan
Studi lapangan yaitu pengumpulan data yang diperoleh melalui
penelitian dengan turun langsung kelokasi penelitian untuk mencari
fakta yang berkaitan dengan subjek penelitian yakni :
a. Observasi, yaitu pengamatan yang dilakukan secara langsung
untuk memperoleh dan mengumpulkan data yang diperlukan.
Dalam penelitian ini peneliti hanya berperan sebagai pengamat.
Observasi dilakukan untuk mengamati objek dilapanagan yang
meliputi anak putus sekolah yang berada di Kelurahan Kwala
Bekala Kecamatan Medan johor Kota Medan.
b. Wawancara mendalam ( in-depth interviews), yaitu mengumpulkan
data dengan mengajukan pertanyaan secara tatap muka dengan
informan yang bertujuan untuk melengkapi data dan menganalisa
masalah yang ada dan diperlukan dalam penelitian ini. Informan
yang diwawancarai adalah anak anak yang putus sekolah sebagai