• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN BERBAGAI KONSENTRASI PUPUK ORGANIK CAIR DAN EKSTRAK RUMPUT MUTIARA TERHADAP PERTUMBUHAN TUNAS PEGAGAN (Centella asiatica L.) SECARA IN VITRO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KAJIAN BERBAGAI KONSENTRASI PUPUK ORGANIK CAIR DAN EKSTRAK RUMPUT MUTIARA TERHADAP PERTUMBUHAN TUNAS PEGAGAN (Centella asiatica L.) SECARA IN VITRO"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

KAJIAN BERBAGAI KONSENTRASI PUPUKORGANIK CAIR DAN

EKSTRAK RUMPUT MUTIARA TERHADAP PERTUMBUHAN TUNAS

PEGAGAN (Centella asiatica L.) SECARA IN-VITRO

Jurusan/ Program Studi Agronomi

Disusun oleh :

IRMA PUTRI HAYANTI H 0107011

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

commit to user

KAJIAN BERBAGAI KONSENTRASI PUPUKORGANIK CAIR DAN

EKSTRAK RUMPUT MUTIARA TERHADAP PERTUMBUHAN TUNAS

PEGAGAN (Centella asiatica L.) SECARA IN-VITRO

Skripsi

Untuk memenuhi sebagai persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian

di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Jurusan/ Program Studi Agronomi

Oleh :

IRMA PUTRI HAYANTI H 0107011

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(3)

commit to user

Ir. Retna Bandriyati Arniputri, MS

NIP. 19641114 198803 2 001 N

Unive

Centella asiatica L.) SECARA IN-VITRO

ang dipersiapkan dan disusun oleh

IRMA PUTRI HAYANTI H0107011

h dipertahankan di depan Dewan Penguji Pada tanggal : Juli 2011

n dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Tim Penguji

Anggota I Angg

Ir. Praswanto, MS NIP. 19470110 198003 1 001

Ir. Zainal Dja

(4)

commit to user

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT atas segala limpahan rahmat-Nya kepada

penulis sehingga penyusunan skripsi dengan judul “Kajian Berbagai

Konsentrasi Pupuk Organik Cair dan Ekstrak Rumput Mutiara Terhadap

Pertumbuhan Tunas Pegagan (Centella asiatica L.) Secara In-Vitro” dapat

terselesaikan dengan baik.Penulis mendapatkan bantuan dari berbagai pihak yang telah membantu. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada : 1. Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, MS selaku Dekan Fakultas Pertanian

Universitas Sebelas Maret Surakarta

2. Dr. Ir. Pardono, MS selaku Ketua Jurusan Agronomi

3. Ir. Retna Bandriyati Arni Putri, MS selaku pembimbing utama penulis, yang telah memberikan banyak pengarahan, masukan, serta bimbingannya

4. Ir. Praswanto, MS selaku pembimbing pendamping penulis, yang telah memberikan banyak pengarahan, masukan, serta bimbingannya

5. Ir. Zainal Djauhari Fatawi, MS selaku dosen Penguji yang telah memberikan arahan dan memberikan masukan pada penyusunan skripsi

6. Drs. Didik Soeroto, MP selaku Pembimbing Akademik, yang banyak

memberikan masukan kepada penulis

7. Keluarga tercinta : Ibu, bapak (alm), kakak dan adik yang selalu memberi dukungan, semangat dan doa yang tiada pernah putus

8. Rekan-rekan kultur jaringan, CANOPI (Nomi’07), HIMAGRON, LPM Folia,

Sugeng (Susan, Diah, Ketty, Nancy, Susi, Iis, Ndaru) dan Wisma Melati 9. Semua pihak yang telah membantu penulis, demi kelancaran penelitian dan

penulisan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Demikian, semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

(5)

commit to user

C. Rancangan Penelitian ... 10

D. Pelaksanaan Penelitian ... 11

E. Variabel Pengamatan ... 14

F. Analisis Data ... 15

IV.HASIL DAN PEMBAHASAN ... 16

(6)

B. Saat Muncul Tunas... 18

C. Jumlah Tunas. ... 20

D. Panjang Tunas ... 21

E. Persentase Pembentukan Daun ... 23

F. Saat Muncul Daun ... 24

G. Jumlah Daun ... 26

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 28

A. Kesimpulan ... 28

B. Saran ... 28

DAFTAR PUSTAKA ... 29

(7)

commit to user

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1.Data Persentase Pembentukan Tunas Pegagan (%) Pada Umur 60 HST Pada Berbagai Konsentrasi Pupuk Organik Cair dan Ekstrak Rumput Mutiara ... 16 2.Data Persentase Pembentukan Daun Pegagan (%) Pada Umur 60

(8)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

1.Saat Muncul Tunas Pegagan (Centella asiatica L.) Pada Kombinasi Pupuk Organik Cair 2 ml/l dan Ekstrak Rumput Mutiara 12 ml/l ... 18 2.Saat Muncul Tunas Pegagan (Centella asiatica L. ) pada Berbagai

Konsentrasi Pupuk Organik Cair dan Ekstrak Rumput Mutiara . ... 18 3.Jumlah Tunas Eksplan Pegagan (Centella asiatica L.) Umur 60 HST

Pada Berbagai Konsentrasi Ekstrak Rumput Mutiara dan Pupuk

Organik Cair. ... 20 4.Panjang Tunas Eksplan Pegagan (Centella asiatica L.) Umur 60 HST

Pada Berbagai Konsentrasi Ekstrak Rumput Mutiara dan Pupuk Organik Cair. ... 22 5.Saat Muncul Daun Pegagan (Centella asiatica L. ) kombinasi POC 8

ml/l dan Ekstrak Rumput Mutiara 12 ml/l. ... 24 6.Saat Muncul Daun Pegagan (Centella asiatica L. ) pada Berbagai

Konsentrasi Pupuk Organik Cair dan Ekstrak Rumput Mutiara ... 25 7.Jumlah Daun Pegagan (Centella asiatica L.) Pada Umur 60 HST Pada

Berbagai Konsentrasi Pupuk Organik Cair dan Ekstrak Rumput Mutiara. ... 26

8.Daun yang Terbentuk dari Perlakuan POC 0 ml/l dan ekstrak Rumput

(9)

commit to user

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

(10)

commit to user

KAJIAN BERBAGAI KONSENTRASI PUPUKORGANIK CAIR DAN EKSTRAK RUMPUT MUTIARA TERHADAP PERTUMBUHAN TUNAS

PEGAGAN (Centella asiatica L.) SECARA IN-VITRO

IRMA PUTRI HAYANTI

H0107011

RINGKASAN

Pegagan (Centella asiatica L.) merupakan salah satu tanaman berkhasiat obat yang banyak dibutuhkan di pabrik lokal yang bergerak di bidang farmasi. Keberadaan pegagan di Indonesia belum cukup untuk memenuhi kebutuhan di pasaran. Metode kultur jaringan digunakan sebagai salah satu cara untuk memperbanyak pegagan dengan mengkombinasikan media dari pupuk organik cair dan bahan organik yang berasal dari ekstrak rumput mutiara. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui berapa konsentrasi dan pengaruh penambahan pupuk organik cair dan ekstrak rumput mutiara terhadap pertumbuhan tunas pegagan. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan dan Bioteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta pada Bulan November 2010 – Juni 2011.

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 2 faktor perlakuan dan 3 kali ulangan. Faktor pertama adalah konsentrasi pupuk organik cair, yaitu : 0 ml/l, 2 ml/l, 4 ml/l, 8 ml/l. Faktor kedua adalah ekstrak rumput mutiara, yaitu : 0 ml/l, 3 ml, 6 ml/l, 12 ml/l. Variabel pengamatan meliputi persentase kemunculan tunas, saat muncul tunas, jumlah tunas, panjang tunas, persentase kemunculan daun, saat muncul daun dan jumlah daun. Data hasil penelitian dianalisis dengan analisis deskriptif.

(11)

commit to user

STUDY OF THE VARIOUS CONCENTRATION OF LIQUID ORGANIC FERTILIZER AND PEARL GRASSEXTRACT TO SHOOT GROWTH OF

GOTULOCA (Centella asiatica L.) IN IN-VITRO

IRMA PUTRI HAYANTI

H0107011

SUMMARY

Gotuloca (Centella asiatica L.) is a medicinal crop, needed by local factory of pharmacy. Gotuloca in Indonesia isn’t enough to supply in market requisities. Tissue culture methode used to multiplicated of Gotuloca with combination of the medium from liquid organic fertilizer and pearl grass extract. The purpose of the research is to obtain the concentration of liquid organic fertilizer and pearl grass extract to the shoot growth of Gotuloca explants. The research was conducted in November 2010 to June 2011 in Plant Physiology and Biotechnology, Faculty of Agriculture Sebelas Maret University Surakarta.

The experimental design was used Completely Randomize Design (CRD) with two treatment factors and three replication. The first factor was liquid organic fertilizer concentrations, they were: 0 ml/l, 2 ml/l, 4 ml/L and 8 ml/l.. The second factor was pearl grass extract, they were: 0 ml/l, 3 ml, 6 ml/l, 12 ml/l. Variables observed were percentage of shoot formation, time of shoot formation, number of shoot, length of shoot, percentage of leaf formation, time of leaf formation and number of leaf.

(12)

commit to user I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pegagan atau kaki kuda (Centella asiatica L.) adalah salah satu tanaman memiliki aktifitas farmakologi. Beragam manfaat yang dapat diambil dari pegagan,

diantaranya mampu menyembuhkan infeksi batu saluran kencing, sebagai

penyembuh luka, tukak duodenum, penghalus kulit dan lain-lain (Augusta, 2008).

Oleh karena itu, tanaman ini banyak diperlukan di berbagai pabrik maupun

perusahaan yang bergerak di bidang farmakologi.

Komoditas pegagan (Centella asiatica L.) merupakan salah satu herba liar yang jarang dibudidayakan. Tanaman ini banyak dibutuhkan pabrik lokal kurang

lebih 25 ton per tahunnya. Tetapi, kebutuhan akan pegagan hanya sanggup dipasok

sebesar empat ton per tahun. Tidak hanya tanaman liar yang masih diburu dari alam

bebas, beberapa biofarmaka yang telah dibudidayakan pun banyak yang belum

mampu memenuhi permintaan pasar domestik (Pusat Studi Biofarmaka, 2000).

Metode kultur jaringan digunakan sebagai salah satu cara untuk

memperbanyak pegagan. Pegagan telah diperbanyak sejak tahun 2000 yang

dilakukan di laboratorium kultur jaringan dan rumah kaca Kelompok Peneliti Plasma

Nutfah dan Pemuliaan, Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik, Bogor dari

bulan Januari 2000 sampai dengan Juni 2005 (Kristina, 2008).

Guna memacu pertumbuhan tunas pegagan, maka ditambahkan berbagai

nutrisi. Salah satu nutrisi yang diperlukan pegagan dapat dipenuhi dengan

menggunakan pupuk organik cair dan bahan-bahan organik yang berasal dari

tanaman. Pupuk organik cair dapat men-supply kebutuhan tanaman dalam bentuk

unsur essensial bagi tanaman seperti hara makro dan mikro. Penggunaan ekstrak

tanaman atau bahan organik dari tanaman, ditambahkan pada media untuk

menambah kebutuhan tanaman akan nutrisi. Kandungan glucoside dalam rumput

(13)

commit to user

tambahan karbohidrat sebagai sumber energi dalam media kultur. Rumput mutiara

dapat berfungsi ganda, dengan kandungan coumarin. Menurut Wattimena (1988)

coumarin pada konsentrasi rendah dapat menghambat pertumbuhan bakteri.

Kandungan antibakteri diharapkan mampu meminimalisir angka kontaminasi.

Sehingga mendukung pertumbuhan tunas pegagan yang diharapkan.

B. PERUMUSAN MASALAH

1.

Berapakah

konsentrasi

pupuk organik cair dan ekstrak

rumput mutiara yang dapat

membantu pembentukan tunas

pegagan pada kultur

in vitro

?

2.

Bagaimanakah hasil yang

didapatkan

dari

interaksi

penambahan pupuk organik

cair dengan rumput mutiara

pada kultur

in vitro

?

C. TUJUAN PENELITIAN

(14)

1. Mengetahui berapakah konsentrasi dari kombinasi pupuk organik cair dan

ekstrak rumput mutiara dalam pembentukan tunas pegagan secara in vitro.

2. Mengetahui pengaruh penambahan pupuk organik cair dan konsentrasi ekstrak

rumput mutiara tehadap pertumbuhan tunas pegagan secara in vitro.

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. PEGAGAN

Pegagan (Centella asiatica L.) mengandung senyawa asiatikosida yang

termasuk dalam golongan senyawa triterpenoid. Senyawa triterpenoid dalam

tanaman Centella asiatica (L.) ini diketahui memiliki aktifitas farmakologi sebagai penyembuh luka, tukak duodenum, dan lain-lain. Metode kultur jaringan digunakan

untuk memperbanyak jaringan pegagan. Seluruh bagian pegagan, dapat digunakan

(15)

commit to user

peredaran darah, dierutika, antipiretika, anti bakteri dan lain sebagainya. Pegagan

juga mampu digunakan sebagai bahan insektisida tanaman (Sudarsono, 2002).

Pegagan bersifat kosmopolitan tumbuh liar di tempat-tempat yang lembab

pada intensitas sinar yang rendah (ternaungi) hingga pada tempat-tempat terbuka,

seperti di padang rumput, pinggir selokan, pematang sawah. Faktor lingkungan yang

berperan dalam pertumbuhan dan mempengaruhi kandungan bahan aktif tanaman

pegagan, antara lain : Tinggi tempat, Jenis tanah, Iklim. Pegagan dapat tumbuh dan

berproduksi dengan baik hampir pada semua jenis tanah lahan kering. Pada jenis

tanah latosol dengan kandungan liat sedang tanaman ini tumbuh subur dan

kandungan bahan aktifnya cukup baik (Januwati dan Yusron, 2005).

Aktivitas antioksidan pada pegagan dan siotaksik berfungsi melawan kanker

usus pada manusia. Pegagan juga berfungsi sebagai hepatoprotektor, yaitu

melindungi kerusakan akibat racun dan zat berbahaya. Kecuali pada bagian akar,

pegagan berfungsi dalam penyembuhan radang hati, pembengkakan hati, campak,

sakit tenggorokan dan asma (Dalimartha, 2000).

Pegagan atau antanan merupakan herba yang menyukai tanah yang agak

lembab dan mendapat sinar matahari yang cukup atau teduh. Tanaman ini berasal

dari Asia dengan iklim tropis. Pada daerah perkebunan, tanaman ini biasa

dimanfaatkan sebagai penutup tanah. Pegagan yang diamati karakter morfologinya

berasal dari dua lokasi yang berbeda, yaitu Indonesia dan Malaysia. Panampakan

morfologi kedua tanaman dengan aksesi yang berbeda tersebut juga menunjukkan

perbedaan yang nyata pada penampakan daunnya. Daun pegagan Malaysia memiliki

bentuk yang lebih bundar dan permukaannya halus sedangkan pegagan asal

Indonesia memiliki bentuk daun yang tidak bundar penuh. Bagian pangkal daun

terbelah membentuk sudut yang lancip. Permukaan daunnya sedikit lebih kasar

dengan urat daun yang jelas (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2009).

Dari penelitian in vitro terhadap pegagan menemukan kemampuannya

menghancurkan berbagai bakteri penyebab infeksi, seperti Staphylococcus aureus,

Escherechia coli, Pseudomonas aeruginosa, Salmonella typhi, dan sejenisnya. Sementara dalam bentuk infus atau ekstrak etanol, tumbuhan ini dipercaya dapat

(16)

menghambat pertumbuhan bakteri. Laorpuksa (1988) membuktikan, estrak air

pegagan dapat melawan bakteri yang menyebabkan infeksi pada saluran napas.

Pegagan yang tumbuh di alam, umumnya diperbanyak secara vegetatif

dengan menggunakan stolon atau tunas anakan, tetapi dapat pula diperbanyak

dengan biji (secara generatif). Benih yang akan ditanam sudah berstolon dengan

disertai minimal 2 calon tunas. Benih berasal dari induk yang telah berumur minimal

setahun. Walaupun pegagan berbiji, perbanyakan dilakukan melalui bagian stolon

(vegetatif), yang disemaikan terlebih dahulu selama 2 – 3 minggu. Persemaian

menggunakan polibag kecil, diisi media tanam campuran tanah dan pupuk kandang

(2 : 1), diletakkan di tempat dengan naungan yang cukup dan disiram setiap hari

(Januwati dan Yusron, 2005).

B. KULTUR JARINGAN

Metode kultur jaringan dikembangkan untuk membantu memperbanyak

tanaman, khususnya untuk tanaman yang sulit dikembangbiakkan secara generatif.

Bibit dari kultur jaringan mempunyai beberapa keunggulan, antara lain : mempunyai

sifat yang identik dengan induknya, dapat diperbanyak dalam jumlah besar

sehingga tidak membutuhkan tempat yang luas, mampu menghasilkan bibit dengan

jumlah besar dalam waktu yang singkat, kesehatan dan mutu bibit lebih terjamin

(Hendaryono dan Wijayani, 1994).

Objek dari kultur jaringan yang paling utama adalah organ tanaman dan sel

dari jaringan tanaman yang viable. Kultur jaringan memerlukan kondisi yang aseptik.

Sel yang dikulturkan, tidak akan tumbuh dengan sempurna, apabila telah

terkontaminasi dengan mikroorganisme. Bekerja dengan kultur jaringan

membutuhkan alat dan bahan yang steril (Martin, 1994).

Teori totipotensi merupakan prinsip dasar yang digunakan dalam kultur

jaringan seperti diisyaratkan oleh Schleiden dan Schwan, bahwa masing-masing sel

tumbuhan mengandung informasi genetik dan atau sarana fisiologis tertentu yang

(17)

commit to user

sesuai. Bahan yang ditumbuhkan secara aseptik dalam media buatan dapat berasal

dari daun, akar, kambium dan bagian-bagian lainnya (Watherell, 1992).

Kemajuan teknologi yang didasarkan pada teknik kultur jaringan sangat nyata

dampaknya dalam peningkatan kualitas dan produksi pada komoditas pertanian.

Kultur jaringan mempunyai dua kegunaan utama. Pertama adalah untuk

perbanyakan cepat dalam jumlah banyak dan seragam sesuai induknya dan kedua

untuk menghasilkan kultivar-kultivar baru yang unggul dalam perbaikan tanaman

(Mattjik, 2005).

Komposisi dalam media kultur, mengandung lima kelompok senyawa.

Diantaranya garam an-organik, sumber karbon (biasanya berupa sukrosa atau

glukosa), vitamin, pengatur pertumbuhan serta ditambah dengan pelengkap

organik. Pelengkap organik dapat digunakan hidrolisat protein, ekstrak ragi, ekstrak

tetes, air kelapa dan lain-lain. Ekstrak yang digunakan, dapat membantu dalam

memasok senyawa untuk membantu perkembangan eksplan. Pengatur tumbuh

(ZPT) dibutuhkan dalam membantu pembelahan sel (Wetter dan Constabel, 1991).

Kultur jaringan tanaman adalah suatu upaya mengisolasi bagian-bagian

tanaman (protoplas, sel, jaringan, dan organ). Bagian tersebut kemudian dikulturkan

pada nutrisi buatan yang steril. Serta dibawah kondisi lingkungan yang terkendali,

sehingga bagian-bagian tanaman tersebut dapat beregenerasi menjadi tanaman

lengkap kembali (Zulkarnain, 2009).

C. PUPUK ORGANIK

Pertumbuhan suatu tanaman di bawah kondisi yang kurang optimum

menunjukkan adanya penurunan kemampuan tumbuh dan berproduksi pada

tanaman tertentu. Pada kondisi tersebut perlu ditambahkan masukan yang dapat

mendukung pertumbuhan dan hasil tanaman yaitu dengan pemberian pupuk alami.

Industri obat masih mensyaratkan penanaman tanaman obat menggunakan bahan

alami saja, sehingga perlu diketahui pengaruh pemberian pupuk alami untuk

mendukung pertumbuhan, produksi biomassa dan kandungan bahan bioaktif

(18)

Pupuk organik cair mempunyai beberapa manfaat diantaranya dapat

mendorong dan meningkatkan pembentukan klorofil daun dan pembentukan bintil

akar pada tanaman leguminosae sehingga meningkatkan kemampuan fotosintesis

tanaman dan penyerapan nitrogen dari udara, dapat meningkatkan vigor tanaman

sehingga tanaman menjadi kokoh dan kuat, meningkatkan daya tahan tanaman

terhadap kekeringan, cekaman cuaca dan serangan patogen penyebab penyakit,

merangsang pertumbuhan cabang produksi, serta meningkatkan pembentukan

bunga dan bakal buah (Rizqiani, 2007).

Pemberian pupuk organik cair harus memperhatikan konsentrasi atau

konsentrasi yang diaplikasikan terhadap tanaman. Dari beberapa penelitian

menunjukkan bahwa pemberian pupuk organik cair melalui daun memberikan

pertumbuhan dan hasil tanaman yang lebih baik daripada pemberian melalui tanah

(Hanolo, 1997 cit. Rizqiani, 2007).

Semakin tinggi konsentrasi pupuk yang diberikan maka kandungan unsur hara

yang diterima oleh tanaman akan semakin tinggi, begitu pula dengan semakin

seringnya frekuensi aplikasi pupuk daun yang dilakukan pada tanaman, maka

kandungan unsur hara juga semakin tinggi. Namun, pemberian dengan konsentrasi

yang berlebihan justru akan mengakibatkan timbulnya gejala kelayuan pada

tanaman. Pemilihan konsentrasi yang tepat perlu diketahui oleh para peneliti dan

hal ini dapat diperoleh melalui pengujian-pengujian di lapangan (Suwandi dan

Nurtika, 1987 cit. Rizqiani, 2007).

Pupuk organik cair diolah dari bahan baku berupa kotoran ternak, kompos,

limbah alam, hormon tumbuhan dan bahan-bahan alami lainnya yang diproses

secara alamiah. Pupuk organik cair berfungsi untuk memperbaiki sifat fisik, kimia,

dan biologi tanah, membantu meningkatkan produksi tanaman, meningkatkan

kualitas produk tanaman, mengurangi penggunaan pupuk anorganik dan sebagai

alternatif pengganti pupuk kandang (Indrakusuma, 2000 cit. Parman, 2007).

(19)

commit to user

Rumput mutiara memiliki sifat yang agak lemah. Morfologi dari rumput

mutiara, diantaranya tinggi 15 – 50 cm, tumbuh subur pada tanah lembab di sisi

jalan, pinggir selokan, mempunyai banyak percabangan. Batang bersegi, daun

berhadapan bersilang, tangkal daun pendek/hampir duduk, panjang daun 2 – 5 cm,

ujung runcing, tulang daun satu di tengah. Ujung daun mempunyai rambut yang

pendek. Bunga ke luar dari ketiak daun, bentuknya seperti payung berwarna putih,

berupa bunga majemuk 2-5, tangkai bunga (induk) keras seperti kawat, panjangnya

510 mm (Kakizoe dan Tadao, 2003).

Kandungan kimia dalam rumput mutiara, diantaranya hentriacontane, stigmasterol, ursolic acid, oleanolic acid, Beta-sitosterol, sitisterol-D-glucoside, p-coumaric acid, flavonoid glycosides. Anggota Rubiaceae ini bersifat manis, sedikit pahit lembut dan netral. Tanaman ini bermanfaat untuk menghilangkan panas dan

toksik, antiradang, diuretik serta menyembuhkan bisul serta mengaktifkan sirkulasi

darah (Hariana, 2006).

Nurhayati(2006) telah berhasil mendeteksi aktivitas antibakteri dalam rumput

mutiara (Hedyotis corymbosa) terhadap bakteri E.coli, staphylococcus aureus,

shygella disentriae, Pseudomonas aeruginosa dan Salmonella sp dengan konsentrasi hambat minimum berkisar dari 2 – 8 µg/ml atau memiliki daya hambat

bakteri 0,2 – 0,8%.

Rumput mutiara memiliki efek farmakologis. Rumput mutiara dapat digunakan

sebagai obat anti malaria, menghilangkan panas, diuretik serta anti radang.

Kandungan dalam rumput mutiara yang sering dimanfaatkan adalah kandungan

ursolic acid. Selain itu terdapat kandungan merol dan marol, yaitu senyawa triperpenoid pentasiklik (C30H48O3) yang berfungsi sebagai lapisan lilin pada daun

dan buah. Senyawa ini berfungsi menolak serangga dan mikrobia (Pendleton, 2009).

Kandungan flavonoid pada rumput mutiara diduga mampu menghambat

proses karsinogenesis baik secara in vitro maupun in vivo. Flavonoid berfungsi

sebagai antibakteri dengan cara membentuk senyawa kompleks terhadap protein

extraseluler yang mengganggu integritas membran sel bakteri. Flavonoid merupakan

(20)

memiliki kemampuan sebagai antibakteri. Mekanisme yang diduga adalah dengan

cara mengganggu komponen penyusun peptidoglikan pada sel bakteri, sehingga

lapisan dinding sel tidak terbentuk secara utuh dan menyebabkan kematian sel

tersebut (Dwijoseputro, 1996 cit. Farida, 2007).

P-coumaric acid terkandung di dalam rumput mutiara. Senyawa tersebut

merupakan bagian dari asam fenolik (C6-C1) dan coumarin (C6-C3). Pengaruh fisiologi

dari coumarin dapat dimanfaatkan sebagai antibakteri dari beberapa binatang. Pada

konsentrasi yang lebih rendah dari 10-3M (setara dengan 1 mg/l) dapat menghambat

pertumbuhan 25 species bakteri. Diantaranya, Stophylococcus, Sarcina,

Enterococcus, Streptococcus, Dipterococcus, Bacillus, Corneybacterium, Excherichia, Bacterium, Salmonella, Pseudomonas dan lain-lain (Wattimena, 1988).

E. HIPOTESIS

Penggunaan kombinasi antara pupuk organik cair dan ekstrak rumput mutiara

dapat memberikan pengaruh terhadap pembentukan tunas pegagan secara in vitro.

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat penelitian

Penelitian ini dilaksanakan mulai Bulan November 2010 sampai Bulan Juni

2011 di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan dan Bioteknologi Fakultas Pertanian

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

B. Bahan dan Alat 1. Alat

(21)

commit to user

q. Plastik PP (Polypropilen)

r. Aluminium foil

aquades, fungisida, bakterisida, spirtus, chlorox 1,5%, formalin dan alkohol 70%.

C. Rancangan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rancangan lingkungan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri atas dua faktor perlakuan. Faktor pertama adalah penambahan pupuk cair pada berbagai konsentrasi dan faktor kedua adalah konsentrasi Rumput Mutiara.

1. Konsentrasi Pupuk Organik Cair :

0

P: Tanpa penambahan pupuk

1

P : Pupuk organik cair 2 ml/l

2

P : Pupuk organik cair 4 ml/l

(22)

3

P : Pupuk organik cair 8 ml/l

2. Konsentrasi Ekstrak Rumput Mutiara :

0 R

: Tanpa penambahan ekstrak rumput mutiara

1 R

: Ekstrak Rumput Mutiara 3 ml/l

2 R

: Ekstrak Rumput Mutiara 6 ml/l

3 R

: Ekstrak Rumput Mutiara 12 ml/l

Berdasarkan dua perlakuan tersebut, maka ada 16 kombinasi yang terbentuk dan setiap kombinasi dilakukan 3 kali ulangan. Kombinasi yang terbentuk sebagai berikut :

P : Perlakuan tanpa penambahan pupuk cair dan penambahan ekstrak

rumput mutiara 3 ml/l

2

0R

P : Perlakuan tanpa penambahan pupuk cair dan penambahan ekstrak

rumput mutiara 6 ml/l

3

0R

P : Perlakuan tanpa penambahan pupuk cair dan penambahan ekstrak

rumput mutiara 12 ml/l

1

P R0 : Perlakuan penambahan pupuk cair 2 ml/l dan tanpa ekstrak rumput mutiara

1

P R1 : Perlakuan penambahan pupuk cair 2 ml/l dan penambahan ekstrak rumput mutiara 3 ml/l

1

P R2 : Perlakuan penambahan pupuk cair 2 ml/l dan penambahan ekstrak rumput mutiara 6 ml/l

1

P R3: Perlakuan penambahan pupuk cair 2 ml/l dan penambahan ekstrak rumput mutiara 12 ml/l

2

(23)

commit to user 2

P R1 : Perlakuan penambahan pupuk cair 4 ml/l dan penambahan ekstrak

rumput mutiara 3 ml/l

2

P R2 : Perlakuan penambahan pupuk cair 4 ml/l dan penambahan ekstrak

rumput mutiara 6 ml/l

2

P R3 : Perlakuan penambahan pupuk cair 4 ml/l dan penambahan ekstrak

rumput mutiara 12 ml/l

3

P R0 : Perlakuan penambahan pupuk cair 8 ml/l dan tanpa penambahan ekstrak rumput mutiara

3

P R1: Perlakuan penambahan pupuk cair 8 ml/l dan penambahan ekstrak rumput mutiara 3 ml/l

3

P R2 : Perlakuan penambahan pupuk cair 8 ml/l dan penambahan ekstrak rumput mutiara 6 ml/l

3

P R3 : Perlakuan penambahan pupuk cair 8 ml/l dan penambahan ekstrak rumput mutiara 12 ml/l

D. Pelaksanaan Penelitian

1. Pembuatan larutan stok

Pembuatan larutan stok yaitu dengan menimbang bahan-bahan kimia,

hara makro, hara mikro, vitamin maupun Fe-EDTA sesuai komposisi media MS

untuk dibuat larutan stok. Kemudian bahan-bahan tersebut dilarutkan dengan

aquades dan diaduk sampai homogen dengan magnetic stirrer, kemudian

dimasukkan dalam botol yang diberi label pada tiap botolnya sesuai dengan

perlakuan dan disimpan dalam lemari pendingin.

(24)

Rumput mutiara diambil dari lapang. Kemudian dicuci bersih dengan air

mengalir. Menimbang rumput mutiara tersebut sebanyak 80 gram. Kemudian

direndam dengan campuran fungisida dan bakterisida selama 10 menit serta

detergen selama 10 menit. Kemudian dibilas dengan air mengalir dan aquades.

Langkah selanjutnya adalah mengambil ekstrak dari rumput mutiara tersebut

dengan cara mem-blender dan menambahkan aquadest 200 cc.

3. Pembuatan media tanam

Pembuatan media dengan mengambil dan menakar masing-masing

larutan stok sesuai dengan perlakuan dan ukuran yang telah ditentukan

kemudian memasukkannya ke dalam labu takar. Bahan-bahan tersebut

dilarutkan dengan aquades sampai volume larutan mencapai 1 liter.

Ditambahkan pula pupuk organik dan ekstrak sesuai perlakuan.

Langkah selanjutnya yaitu memasukkan larutan tersebut ke dalam

bekker glass. Kemudian ditambahkan gula sebanyak 30 g dan diaduk dengan

menggunakan magnetic stirer. Setelah gula tercampur dan larut, langkah

selanjutnya adalah pengukuran pH, dengan kisaran 5,8-6. Apabila pH terlalu

rendah ditambahkan dengan NaOH dan bila pH terlalu tinggi ditambahkan

dengan HCl. Kemudian larutan ditambahkan bahan pemadat media yaitu

agar-agar sebanyak 8 g dan dididihkan di atas hot plate. Setelah semua larutan

mendidih, maka tahap selanjutnya adalah menuangkan larutan tersebut ke

botol-botol kultur, kurang lebih 25 ml setiap botolnya. Botol ditutup dengan

plastik PP dan disterilisasi dengan autoclave pada suhu 1210 C, pada tekanan 1,5

kg/cm3 selama 45 menit. Setelah selesai, botol diangkat dari autoclave dan di tempatkan di ruang inkubasi supaya media menjadi padat. Apabila media telah

memadat, maka penanaman eksplan dapat dilakukan.

4. Sterilisasi alat

Alat-alat yang harus disterilkan diantaranya adalah botol kultur,

(25)

commit to user

plastik PP) lalu dimasukkan ke dalam autoclave pada tekanan 1,5 psi (kg/cm3),

pada suhu 121 0C selama 45 menit.

5. Sterilisasi eksplan

Bahan tanaman yang digunakan sebagai sampai bersih dengan

menggunakan detergen dan merendamnya sampai 10 menit, untuk mematikan

mikroorganisme yang menempel dalam eksplan. Kemudian direndam dalam

campuran larutan bakterisida dan fungisida selama 12 jam, serta digojog dalam

thermoshaker. Setelah 12 jam eksplan dibilas dengan aquadest steril di dalam LAFC sebelum ditanam.

Eksplan yang telah dibilas dengan aquadest steril, disterilisasi lagi

dengan dengan clorox 1,5%. Eksplan dimasukkan ke dalam botol kultur dan

direndam ke dalam larutan clorox 1,5% selama 5 menit sambil digojog.

Kemudian eksplan siap ditanam di dalam media kultur.

6. Penanaman

Penanaman eksplan dilakukan di dalam LAFC (Laminar Air Flow Cabiner)

yang telah dibersihkan terlebih dahulu dengan alkohol 70%, spirtus dan

formalin. Kemudian eksplan dikeluarkan dari botol dengan menggunakan pinset

panjang yang telah disterilisasi basah maupun kering. Eksplan dipotong dengan

scalpel. Sebelum pinset digunakan untuk mengambil eksplan, terlebih dahulu dicelupkan ke dalam alkohol 70% dan dibakar di atas lampu bunsen.

Eksplan siap ditanam dalam botol kultur dan kemudian ditutup kembali

dengan plastik PP (Polypropilen). Botol-botol yang telah selesai diberi label

sesuai dengan perlakuan dan tanggal penanaman.

7. Pemeliharaan

Pemeliharaan dilakukan untuk meminimalisasi risiko kontaminasi

dengan cara menyemprotkan spirtus ke botol-botol kultur setiap 2 hari sekali

serta mengeluarkan botol-botol kultur yang terkontaminasi dari ruang inkubasi.

(26)

1. Persentase Pembentukan Tunas

Persentase kemunculan tunas dihitung pada 60 HST, dengan

perhitungan sebagai berikut :

Pengamatan munculnya tunas dilakukan setiap 2 hari pada tiap–tiap

botol kultur dengan menghitung berapa hari tunas sudah mulai muncul atau

tumbuh. Waktu muncul tunas ditentukan dalam HST (Hari Setelah Tanam).

Terbentuknya tunas ditandai dengan terbentuknya tonjolan pada mata tunas

±1 mm.

3. Jumlah Tunas yang Terbentuk

Pengamatan jumlah tunas dilakukan pada akhir pengamatan yaitu 60

(27)

commit to user

6. Persentase Pembentukan Daun

Persentase kemunculan daun dihitung pada 60 HST, dengan

perhitungan sebagai berikut :

% pembentukan daun =

perlakuan tiap

ulangan total

perlakuan tiap

terbentuk yang

daun jumlah

100%

7. Jumlah Daun

Pengamatan jumlah daun dilakukan pada akhir pengamatan yaitu 60

HST, dengan menghitung berapa daun yang terbentuk pada tunas pegagan yang

telah muncul.

F. ANALISIS DATA

Data hasil pengamatan dianalisis dengan analisis deskriptif. Hal ini

dikarenakan data hasil penelitian tidak sesuai dengan asumsi, bahwa data harus

(28)

commit to user

III. TINJAUAN PUSTAKA

F. PEGAGAN

Pegagan (Centella asiatica L.) mengandung senyawa asiatikosida yang termasuk dalam golongan senyawa triterpenoid. Senyawa triterpenoid dalam tanaman Centella asiatica (L.) ini diketahui memiliki aktifitas farmakologi sebagai penyembuh luka, tukak duodenum, dan lain-lain. Metode kultur jaringan digunakan untuk memperbanyak jaringan pegagan. Seluruh bagian pegagan, dapat digunakan untuk tanaman obat tradisional. Diantaranya, membersihkan darah, melancarkan peredaran darah, dierutika, antipiretika, anti bakteri dan lain sebagainya. Pegagan juga mampu digunakan sebagai bahan insektisida tanaman (Sudarsono, 2002).

Pegagan bersifat kosmopolitan tumbuh liar di tempat-tempat yang lembab pada intensitas sinar yang rendah (ternaungi) hingga pada tempat-tempat terbuka, seperti di padang rumput, pinggir selokan, pematang sawah. Faktor lingkungan yang berperan dalam pertumbuhan dan mempengaruhi kandungan bahan aktif tanaman pegagan, antara lain : Tinggi tempat, Jenis tanah, Iklim. Pegagan dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik hampir pada semua jenis tanah lahan kering. Pada jenis tanah latosol dengan kandungan liat sedang tanaman ini tumbuh subur dan kandungan bahan aktifnya cukup baik (Januwati dan Yusron, 2005).

Aktivitas antioksidan pada pegagan dan siotaksik berfungsi melawan kanker usus pada manusia. Pegagan juga berfungsi sebagai hepatoprotektor, yaitu melindungi kerusakan akibat racun dan zat berbahaya. Kecuali pada bagian akar, pegagan berfungsi dalam penyembuhan radang hati, pembengkakan hati, campak, sakit tenggorokan dan asma (Dalimartha, 2000).

(29)

commit to user

morfologinya berasal dari dua lokasi yang berbeda, yaitu Indonesia dan Malaysia. Panampakan morfologi kedua tanaman dengan aksesi yang berbeda tersebut juga menunjukkan perbedaan yang nyata pada penampakan daunnya. Daun pegagan Malaysia memiliki bentuk yang lebih bundar dan permukaannya halus sedangkan pegagan asal Indonesia memiliki bentuk daun yang tidak bundar penuh. Bagian pangkal daun terbelah membentuk sudut yang lancip. Permukaan daunnya sedikit lebih kasar dengan urat daun yang jelas (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2009).

Dari penelitian in vitro terhadap pegagan menemukan kemampuannya menghancurkan berbagai bakteri penyebab infeksi, seperti Staphylococcus aureus, Escherechia coli, Pseudomonas aeruginosa, Salmonella typhi, dan sejenisnya. Sementara dalam bentuk infus atau ekstrak etanol, tumbuhan ini dipercaya dapat menghambat pertumbuhan bakteri. Laorpuksa (1988) membuktikan, estrak air pegagan dapat melawan bakteri yang menyebabkan infeksi pada saluran napas.

Pegagan yang tumbuh di alam, umumnya diperbanyak secara vegetatif dengan menggunakan stolon atau tunas anakan, tetapi dapat pula diperbanyak dengan biji (secara generatif). Benih yang akan ditanam sudah berstolon dengan disertai minimal 2 calon tunas. Benih berasal dari induk yang telah berumur minimal setahun. Walaupun pegagan berbiji, perbanyakan dilakukan melalui bagian stolon (vegetatif), yang disemaikan terlebih dahulu selama 2 – 3 minggu. Persemaian menggunakan polibag kecil, diisi media tanam campuran tanah dan pupuk kandang (2 : 1), diletakkan di tempat dengan naungan yang cukup dan disiram setiap hari (Januwati dan Yusron, 2005).

G. KULTUR JARINGAN

(30)

menghasilkan bibit dengan jumlah besar dalam waktu yang singkat, kesehatan dan mutu bibit lebih terjamin (Hendaryono dan Wijayani, 1994).

Objek dari kultur jaringan yang paling utama adalah organ tanaman dan sel dari jaringan tanaman yang viable. Kultur jaringan memerlukan kondisi yang aseptik. Sel yang dikulturkan, tidak akan tumbuh dengan sempurna, apabila telah terkontaminasi dengan mikroorganisme. Bekerja dengan kultur jaringan membutuhkan alat dan bahan yang steril (Martin, 1994).

Teori totipotensi merupakan prinsip dasar yang digunakan dalam kultur jaringan seperti diisyaratkan oleh Schleiden dan Schwan, bahwa masing-masing sel tumbuhan mengandung informasi genetik dan atau sarana fisiologis tertentu yang mampu membentuk tanaman lengkap bila ditempatkan dalam lingkungan yang sesuai. Bahan yang ditumbuhkan secara aseptik dalam media buatan dapat berasal dari daun, akar, kambium dan bagian-bagian lainnya (Watherell, 1992).

Kemajuan teknologi yang didasarkan pada teknik kultur jaringan sangat nyata dampaknya dalam peningkatan kualitas dan produksi pada komoditas pertanian. Kultur jaringan mempunyai dua kegunaan utama. Pertama adalah untuk perbanyakan cepat dalam jumlah banyak dan seragam sesuai induknya dan kedua untuk menghasilkan kultivar-kultivar baru yang unggul dalam perbaikan tanaman (Mattjik, 2005).

Komposisi dalam media kultur, mengandung lima kelompok senyawa. Diantaranya garam an-organik, sumber karbon (biasanya berupa sukrosa atau glukosa), vitamin, pengatur pertumbuhan serta ditambah dengan pelengkap organik. Pelengkap organik dapat digunakan hidrolisat protein, ekstrak ragi, ekstrak tetes, air kelapa dan lain-lain. Ekstrak yang digunakan, dapat membantu dalam memasok senyawa untuk membantu perkembangan eksplan. Pengatur tumbuh (ZPT) dibutuhkan dalam membantu pembelahan sel (Wetter dan Constabel, 1991).

(31)

commit to user

yang terkendali, sehingga bagian-bagian tanaman tersebut dapat beregenerasi menjadi tanaman lengkap kembali (Zulkarnain, 2009).

H. PUPUK ORGANIK

Pertumbuhan suatu tanaman di bawah kondisi yang kurang optimum menunjukkan adanya penurunan kemampuan tumbuh dan berproduksi pada tanaman tertentu. Pada kondisi tersebut perlu ditambahkan masukan yang dapat mendukung pertumbuhan dan hasil tanaman yaitu dengan pemberian pupuk alami. Industri obat masih mensyaratkan penanaman tanaman obat menggunakan bahan alami saja, sehingga perlu diketahui pengaruh pemberian pupuk alami untuk mendukung pertumbuhan, produksi biomassa dan kandungan bahan bioaktif tanaman dalam kondisi ternaungi (Musyarofah, 2006).

Pupuk organik cair mempunyai beberapa manfaat diantaranya dapat mendorong dan meningkatkan pembentukan klorofil daun dan pembentukan bintil akar pada tanaman leguminosae sehingga meningkatkan kemampuan fotosintesis tanaman dan penyerapan nitrogen dari udara, dapat meningkatkan vigor tanaman sehingga tanaman menjadi kokoh dan kuat, meningkatkan daya tahan tanaman terhadap kekeringan, cekaman cuaca dan serangan patogen penyebab penyakit, merangsang pertumbuhan cabang produksi, serta meningkatkan pembentukan bunga dan bakal buah (Rizqiani, 2007).

Pemberian pupuk organik cair harus memperhatikan konsentrasi atau konsentrasi yang diaplikasikan terhadap tanaman. Dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk organik cair melalui daun memberikan pertumbuhan dan hasil tanaman yang lebih baik daripada pemberian melalui tanah (Hanolo, 1997 cit. Rizqiani, 2007).

(32)

gejala kelayuan pada tanaman. Pemilihan konsentrasi yang tepat perlu diketahui oleh para peneliti dan hal ini dapat diperoleh melalui pengujian-pengujian di lapangan (Suwandi dan Nurtika, 1987 cit. Rizqiani, 2007).

Pupuk organik cair diolah dari bahan baku berupa kotoran ternak, kompos, limbah alam, hormon tumbuhan dan bahan-bahan alami lainnya yang diproses secara alamiah. Pupuk organik cair berfungsi untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah, membantu meningkatkan produksi tanaman, meningkatkan kualitas produk tanaman, mengurangi penggunaan pupuk anorganik dan sebagai alternatif pengganti pupuk kandang (Indrakusuma, 2000 cit. Parman, 2007).

I. RUMPUT MUTIARA

Rumput mutiara memiliki sifat yang agak lemah. Morfologi dari rumput mutiara, diantaranya tinggi 15 – 50 cm, tumbuh subur pada tanah lembab di sisi jalan, pinggir selokan, mempunyai banyak percabangan. Batang bersegi, daun berhadapan bersilang, tangkal daun pendek/hampir duduk, panjang daun 2 – 5 cm, ujung runcing, tulang daun satu di tengah. Ujung daun mempunyai rambut yang pendek. Bunga ke luar dari ketiak daun, bentuknya seperti payung berwarna putih, berupa bunga majemuk 2-5, tangkai bunga (induk) keras seperti kawat, panjangnya 510 mm (Kakizoe dan Tadao, 2003).

Kandungan kimia dalam rumput mutiara, diantaranya hentriacontane, stigmasterol, ursolic acid, oleanolic acid, Beta-sitosterol,

sitisterol-D-glucoside, p-coumaric acid, flavonoid glycosides. Anggota Rubiaceae ini bersifat manis, sedikit pahit lembut dan netral. Tanaman ini bermanfaat untuk menghilangkan panas dan toksik, antiradang, diuretik serta menyembuhkan bisul serta mengaktifkan sirkulasi darah (Hariana, 2006).

Nurhayati (2006) telah berhasil mendeteksi aktivitas antibakteri dalam rumput mutiara (Hedyotis corymbosa) terhadap bakteri E.coli, staphylococcus aureus, shygella disentriae, Pseudomonas aeruginosa dan Salmonella sp

(33)

commit to user

Rumput mutiara memiliki efek farmakologis. Rumput mutiara dapat digunakan sebagai obat anti malaria, menghilangkan panas, diuretik serta anti radang. Kandungan dalam rumput mutiara yang sering dimanfaatkan adalah kandungan ursolic acid. Selain itu terdapat kandungan merol dan marol, yaitu senyawa triperpenoid pentasiklik (C30H48O3) yang berfungsi sebagai lapisan lilin pada daun dan buah. Senyawa ini berfungsi menolak serangga dan mikrobia (Pendleton, 2009).

Kandungan flavonoid pada rumput mutiara diduga mampu menghambat proses karsinogenesis baik secara in vitro maupun in vivo. Flavonoid berfungsi sebagai antibakteri dengan cara membentuk senyawa kompleks terhadap protein extraseluler yang mengganggu integritas membran sel bakteri. Flavonoid merupakan senyawa fenol sementara senyawa fenol dapat bersifat koagulator protein. Alkaloid memiliki kemampuan sebagai antibakteri. Mekanisme yang diduga adalah dengan cara mengganggu komponen penyusun peptidoglikan pada sel bakteri, sehingga lapisan dinding sel tidak terbentuk secara utuh dan menyebabkan kematian sel tersebut (Dwijoseputro, 1996 cit. Farida, 2007).

P-coumaric acid terkandung di dalam rumput mutiara. Senyawa tersebut merupakan bagian dari asam fenolik (C6-C1) dan coumarin (C6-C3). Pengaruh fisiologi dari coumarin dapat dimanfaatkan sebagai antibakteri dari beberapa binatang. Pada konsentrasi yang lebih rendah dari 10-3M (setara dengan 1 mg/l) dapat menghambat pertumbuhan 25 species bakteri. Diantaranya,

Stophylococcus, Sarcina, Enterococcus, Streptococcus, Dipterococcus,

Bacillus, Corneybacterium, Excherichia, Bacterium, Salmonella,

Pseudomonas dan lain-lain (Wattimena, 1988).

J. HIPOTESIS

(34)

commit to user

III. METODE PENELITIAN

G. Waktu dan Tempat penelitian

Penelitian ini dilaksanakan mulai Bulan November 2010 sampai Bulan Juni 2011 di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan dan Bioteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

H. Bahan dan Alat

3. Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya : y. Laminar Air Flow Cabinet

(35)

commit to user

I. Rancangan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rancangan lingkungan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri atas dua faktor perlakuan. Faktor pertama adalah penambahan pupuk cair pada berbagai konsentrasi dan faktor kedua adalah konsentrasi Rumput Mutiara.

3. Konsentrasi Pupuk Organik Cair :

0

P: Tanpa penambahan pupuk

1

4. Konsentrasi Ekstrak Rumput Mutiara :

0 R

: Tanpa penambahan ekstrak rumput mutiara

1 R

: Ekstrak Rumput Mutiara 3 ml/l

2 R

: Ekstrak Rumput Mutiara 6 ml/l

3 R

: Ekstrak Rumput Mutiara 12 ml/l

Berdasarkan dua perlakuan tersebut, maka ada 16 kombinasi yang terbentuk dan setiap kombinasi dilakukan 3 kali ulangan. Kombinasi yang terbentuk sebagai berikut :

P : Perlakuan tanpa penambahan pupuk cair dan penambahan ekstrak

rumput mutiara 3 ml/l

2

0R

P : Perlakuan tanpa penambahan pupuk cair dan penambahan ekstrak

(36)

3

0R

P : Perlakuan tanpa penambahan pupuk cair dan penambahan ekstrak

rumput mutiara 12 ml/l

1

P R0 : Perlakuan penambahan pupuk cair 2 ml/l dan tanpa ekstrak

rumput mutiara

1

P R1 : Perlakuan penambahan pupuk cair 2 ml/l dan penambahan ekstrak rumput mutiara 3 ml/l

1

P R2 : Perlakuan penambahan pupuk cair 2 ml/l dan penambahan ekstrak rumput mutiara 6 ml/l

1

P R3: Perlakuan penambahan pupuk cair 2 ml/l dan penambahan ekstrak rumput mutiara 12 ml/l

2

P R0 : Perlakuan penambahan pupuk cair 4 ml/l dan tanpa penambahan

ekstrak rumput mutiara

2

P R1 : Perlakuan penambahan pupuk cair 4 ml/l dan penambahan ekstrak rumput mutiara 3 ml/l

2

P R2 : Perlakuan penambahan pupuk cair 4 ml/l dan penambahan ekstrak rumput mutiara 6 ml/l

2

P R3 : Perlakuan penambahan pupuk cair 4 ml/l dan penambahan ekstrak

rumput mutiara 12 ml/l

3

P R0 : Perlakuan penambahan pupuk cair 8 ml/l dan tanpa penambahan ekstrak rumput mutiara

3

P R1: Perlakuan penambahan pupuk cair 8 ml/l dan penambahan ekstrak rumput mutiara 3 ml/l

3

P R2 : Perlakuan penambahan pupuk cair 8 ml/l dan penambahan ekstrak

rumput mutiara 6 ml/l

3

(37)

commit to user

J. Pelaksanaan Penelitian

8. Pembuatan larutan stok

Pembuatan larutan stok yaitu dengan menimbang bahan-bahan kimia, hara makro, hara mikro, vitamin maupun Fe-EDTA sesuai komposisi media MS untuk dibuat larutan stok. Kemudian bahan-bahan tersebut dilarutkan dengan aquades dan diaduk sampai homogen dengan

magnetic stirrer, kemudian dimasukkan dalam botol yang diberi label pada tiap botolnya sesuai dengan perlakuan dan disimpan dalam lemari pendingin.

9. Pembuatan Ekstrak Rumput Mutiara

Rumput mutiara diambil dari lapang. Kemudian dicuci bersih dengan air mengalir. Menimbang rumput mutiara tersebut sebanyak 80 gram. Kemudian direndam dengan campuran fungisida dan bakterisida selama 10 menit serta detergen selama 10 menit. Kemudian dibilas dengan air mengalir dan aquades. Langkah selanjutnya adalah mengambil ekstrak dari rumput mutiara tersebut dengan cara mem-blender dan menambahkan aquadest 200 cc.

10.Pembuatan media tanam

Pembuatan media dengan mengambil dan menakar masing-masing larutan stok sesuai dengan perlakuan dan ukuran yang telah ditentukan kemudian memasukkannya ke dalam labu takar. Bahan-bahan tersebut dilarutkan dengan aquades sampai volume larutan mencapai 1 liter. Ditambahkan pula pupuk organik dan ekstrak sesuai perlakuan.

Langkah selanjutnya yaitu memasukkan larutan tersebut ke dalam

(38)

menuangkan larutan tersebut ke botol-botol kultur, kurang lebih 25 ml setiap botolnya. Botol ditutup dengan plastik PP dan disterilisasi dengan

autoclave pada suhu 1210 C, pada tekanan 1,5 kg/cm3 selama 45 menit. Setelah selesai, botol diangkat dari autoclave dan di tempatkan di ruang inkubasi supaya media menjadi padat. Apabila media telah memadat, maka penanaman eksplan dapat dilakukan.

11.Sterilisasi alat

Alat-alat yang harus disterilkan diantaranya adalah botol kultur, petridish, scalpel dan blade, pinset, plastik PP dan karet. Alat-alat tersebut dicuci sampai bersih (kecuali karet dan plastik PP), kemudian dikeringkan. Setelah kering, dibungkus dengan kertas koran (kecuali botol kultur, karet dan plastik PP) lalu dimasukkan ke dalam autoclave pada tekanan 1,5 psi (kg/cm3), pada suhu 121 0C selama 45 menit.

12.Sterilisasi eksplan

Bahan tanaman yang digunakan sebagai sampai bersih dengan menggunakan detergen dan merendamnya sampai 10 menit, untuk mematikan mikroorganisme yang menempel dalam eksplan. Kemudian direndam dalam campuran larutan bakterisida dan fungisida selama 12 jam, serta digojog dalam thermoshaker. Setelah 12 jam eksplan dibilas dengan aquadest steril di dalam LAFC sebelum ditanam.

Eksplan yang telah dibilas dengan aquadest steril, disterilisasi lagi dengan dengan clorox 1,5%. Eksplan dimasukkan ke dalam botol kultur dan direndam ke dalam larutan clorox 1,5% selama 5 menit sambil digojog. Kemudian eksplan siap ditanam di dalam media kultur.

13.Penanaman

Penanaman eksplan dilakukan di dalam LAFC (Laminar Air Flow

(39)

commit to user

mengambil eksplan, terlebih dahulu dicelupkan ke dalam alkohol 70% dan dibakar di atas lampu bunsen.

Eksplan siap ditanam dalam botol kultur dan kemudian ditutup kembali dengan plastik PP (Polypropilen). Botol-botol yang telah selesai diberi label sesuai dengan perlakuan dan tanggal penanaman.

14.Pemeliharaan

Pemeliharaan dilakukan untuk meminimalisasi risiko kontaminasi dengan cara menyemprotkan spirtus ke botol-botol kultur setiap 2 hari sekali serta mengeluarkan botol-botol kultur yang terkontaminasi dari ruang inkubasi.

K. VARIABEL PENELITIAN

8. Persentase Pembentukan Tunas

Persentase kemunculan tunas dihitung pada 60 HST, dengan perhitungan sebagai berikut :

Pengamatan munculnya tunas dilakukan setiap 2 hari pada tiap– tiap botol kultur dengan menghitung berapa hari tunas sudah mulai muncul atau tumbuh. Waktu muncul tunas ditentukan dalam HST (Hari Setelah Tanam). Terbentuknya tunas ditandai dengan terbentuknya tonjolan pada mata tunas ±1 mm.

10.Jumlah Tunas yang Terbentuk

(40)

commit to user tiap botol kultur dengan menghitung berapa hari daun sudah mulai muncul atau tumbuh. Waktu muncul daun ditentukan dalam HST.

13.Persentase Pembentukan Daun

Persentase kemunculan daun dihitung pada 60 HST, dengan

Pengamatan jumlah daun dilakukan pada akhir pengamatan yaitu 60 HST, dengan menghitung berapa daun yang terbentuk pada tunas pegagan yang telah muncul.

L. ANALISIS DATA

(41)

commit to user

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Persentase Pembentukan Tunas

Tunas merupakan salah satu bentuk organ vegetatif dari suatu tanaman. Dalam kultur jaringan, pembentukan tunas merupakan salah satu indikator pertumbuhan dari suatu eksplan. Tingginya persentase pembentukan tunas pada kultur pegagan, mengindikasikan keberhasilan dalam kultur pegagan. Data persentase terbentuknya tunas pegagan, dapat dilihat pada tabel 1.

Penambahan ekstrak rumput mutiara yang dikombinasikan dengan pupuk organik cair (POC), tidak semuanya mampu membantu kemunculan tunas pegagan. Penambahan ekstrak rumput mutiara 12 ml/l yang dikombinasikan dengan POC 0 ml/l memberikan persentase sebesar 100%. Pada perlakuan tanpa penambahan ekstrak rumput mutiara maupun POC, penambahan ekstrak 6 ml/l dengan POC 0 ml/l, penambahan ekstrak 3 ml/l dengan POC 2 ml/l dan penambahan ekstrak 12 ml/l dengan POC 8 ml/l memberikan persentase sebesar 66,7%. Serta pada ekstrak 0 ml/l dengan POC 2 ml/l, ekstrak 3 ml/l dengan POC 4 ml/l, ekstrak 6 ml/l dengan POC 4 ml/l dan ekstrak 12 ml/l dengan POC 2 ml/l memberikan hasil sebesar 33,33%.

(42)

Pada penambahan ekstrak rumput mutiara sebanyak 12 ml/l pada berbagai taraf POC, dapat membantu memunculkan tunas pegagan paling banyak jika dibandingkan dengan konsentrasi lainnya. Hariana (2006) menjelaskan, bahwa rumput mutiara mengandung berbagai senyawa kimia, salah satunya berupa coumaric acid. Coumaric acid, seperti yang dijelaskan oleh Wattimena (1989) merupakan bagian dari golongan asam fenolik dan coumarin. Dwijoseputro (1986) menjelaskan bahwa coumarin merupakan salah satu fitohormon. Yaitu zat kimia yang dapat mempengaruhi pengembangan sel. Zat ini terdapat di dalam tanaman. Dalam suatu penelitian membuktikan bahwa coumarin dapat mempergiat pengembangan sel-sel pada koleoptil dan lembaran-lembaran daun. Oleh karena itu, penggunaan ekstrak rumput mutiara sebanyak 12 ml/l, tanpa penambahan pupuk organik cair telah mampu men-supply banyak coumarin yang dapat membantu pertumbuhan tunas.

Penambahan ekstrak rumput mutiara sebanyak 12 ml/l yang dikombinasikan dengan POC 4 ml/l, ekstrak 3 ml/l dengan POC 0 ml/l, ekstrak 6 ml/l dengan POC 2 ml/l belum memunculkan tunas. Hal ini diduga bahwa eksplan pegagan tidak mampu menyerap dengan baik zat-zat yang terkandung dalam media, sehingga pembentukan tunas menjadi terhambat. Penyerapan unsur hara dari dalam media ke dalam tubuh tanaman, menurut Novizan (2002) cit. Musyarofah (2006), salah satunya dipengaruhi oleh kecukupan unsur hara lain yang akan meningkatkan meningkatnya serapan unsur hara tersebut.

(43)

commit to user

B. Saat Muncul Tunas

Tumbuhnya tunas merupakan salah satu indikator keberhasilan pada perbanyakan tanaman dengan kultur jaringan. Tunas berfungsi untuk melangsungkan keturunan pada tanaman, karena tunas dapat menjadi sarana dalam pembentukan energi dari proses yang berlangsung pada daun. Semakin awal tunas terbentuk, dapat dikatakan bahwa eksplan menyerap lebih cepat unsur hara yang terkandung di dalam media.

Gambar 1.Saat Muncul Tunas Pegagan (Centella asiatica

L.) Pada Kombinasi POC 2 ml/l dan Ekstrak Rumput Mutiara 12 ml/l

(44)

Gambar 2 menunjukkan bahwa rata-rata pembentukan tunas pegagan paling cepat pada dua hari setelah tanam (HST). Kombinasi yang menunjukkan pertumbuhan paling cepat yaitu pada kombinasi pupuk organik cair 8 ml/l dengan ekstrak rumput mutiara 12 ml/l dan pupuk organik cair 4 ml/l dengan ekstrak rumput mutiara 6 ml/l. Hal ini menunjukkan bahwa dengan penambahan ekstrak rumput mutiara dan pupuk organik cair dengan konsentrasi tinggi, yaitu sebanyak 12 ml/l maupun 6 ml/l dan pupuk cair sebesar 8 ml/l dan 4 ml/l mampu menginduksi tunas lebih cepat dari konsentrasi lain yang lebih rendah. Jadi, dapat dikatakan bahwa penambahan ekstrak rumput mutiara dapat mempercepat pertumbuhan tunas, jika ditambah dengan pupuk organik cair yang berkonsentrasi tinggi.

Sesuai dengan pernyataan Poerwowidodo (1992), bahwa pupuk organik cair selain mengandung nitrogen yang menyusun dari semua protein, asam nukleat dan klorofil, juga mengandung unsur hara mikro antara lain unsur Mn, Zn, Fe, S, B, Ca dan Mg. Unsur hara mikro tersebut berperan sebagai katalisator dalam proses sintesis protein dan pembentukan klorofil. Protein merupakan penyusun utama protoplasma yang berfungsi sebagai pusat proses metabolisme dalam tanaman yang selanjutnya akan memacu pembelahan dan pemanjangan sel.

Penambahan kombinasi pupuk organik cair dan ekstrak rumput mutiara menunjukkan waktu yang berbeda-beda dalam pembentukan tunas pegagan. Perbedaan saat muncul tunas tersebut diduga karena masing-masing eksplan memiliki kemampuan berbeda-beda dalam penyerapan unsur hara. Dimana, unsur hara tersebut, masuk ke dalam eksplan melalui seluruh permukaan eksplan.

Selain perbedaan dalam hal penyerapan, diduga adanya pengaruh dari kandungan senyawa fenolik yang ada pada rumput mutiara. Yaitu zat yang mampu menghambat pertumbuhan tanaman. Tanaman ini mengandung

(45)

commit to user

pertumbuhan, khususnya pada pertumbuhan akar. Akan tetapi, asam coumaric

yang terdapat pada tanaman, tidak sanggup menekan semua proses pertumbuhan. Selama nisbah fitohormon dan inhibitor yang mendorong pertumbuhan berada dalam sistem seimbang, pertumbuhan suatu tanaman akan tetap berlangsung (Wattimena, 1988). Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa dengan penambahan ekstrak rumput mutiara dapat menghambat ataupun mempercepat pertumbuhan tunas pegagan.

C. Jumlah Tunas

Terbentuknya tunas merupakan salah satu indikator keberhasilan dalam kultur jaringan. Semakin banyak jumlah tunas yang dihasilkan, maka tanaman dapat dikatakan tumbuh dengan baik. Data jumlah tunas pegagan, dapat dilihat pada gambar 3.

Gambar 3 Jumlah Tunas Eksplan Pegagan (Centella asiatica L.) Umur 60 HST Pada Berbagai Konsentrasi Ekstrak Rumput Mutiara dan Pupuk Organik Cair

Dilihat dari gambar 3, diketahui rata-rata jumlah tunas pegagan yang terbentuk dalam berbagai kombinasi. Jumlah tunas yang terbanyak, pada penambahan ekstrak rumput mutiara sebanyak 12 ml/l dan dikombinasikan

(46)

dengan pupuk organik cair 0 ml/l (tanpa penambahan pupuk), 2 ml/l dan 8 ml/l.

Perlakuan tanpa penambahan pupuk organik cair (POC) dan POC 2 ml/l pada berbagai taraf konsentarsi ekstrak rumput mutiara memiliki rata-rata jumlah tunas yang lebih banyak jika dibandingkan dengan penambahan POC 4 ml/l dan 8 ml/l pada berbagai taraf konsentrasi ekstrak rumput mutiara. Hal ini diduga media dasar MS (Murashige and skoog) telah mengandung sejumlah zat yang diperlukan suatu eksplan untuk dapat tumbuh.

Apabila digunakan konsentrasi pupuk yang lebih besar diduga akan menghambat pertumbuhan dari eksplan pegagan tersebut. Penggunaan pupuk yang jumlahnya tinggi, atau penggunaan zat bantu pertumbuhan yang tinggi dapat menghambat proses pertumbuhan. Hal ini diperjelas dengan pernyataan George dan Sherrington (1984) cit. Satutik (2009), bahwa penggunaan zat pengatur tumbuh dalam kultur in-vitro pada batas-batas tertentu mampu merangsang pertumbuhan, namun dapat bersifat sebagai penghambat apabila digunakan melebihi konsentrasi optimum.

D. Panjang Tunas

(47)

commit to user

Gambar 4 Panjang Tunas Eksplan Pegagan (Centella asiatica L.) Pada Umur 60 HST Pada Berbagai Konsentrasi Ekstrak Rumput Mutiara dan Pupuk Organik Cair

Dilihat dari gambar 4, penambahan ekstrak rumput mutiara sebanyak 12 ml/l dapat membantu pertumbuhan panjang pada eksplan. Pada penambahan ekstrak 12 ml/l yang dikombinasikan dengan POC 0 ml/l mampu memberikan efek pada tunas paling panjang, kemudian diikuti dengan penambahan ekstrak 12 ml/l yang dikombinasikan dengan POC 8 ml/l.

Pada kombinasi ekstrak rumput mutiara 12 ml/l dan tanpa menggunakan pupuk organik cair (0 ml/l), ternyata telah mampu memberikan rata-rata hasil panjang tunas yang paling baik jika dibandingkan dengan kombinasi lainnya, yaitu sebesar 2,16 cm. Hal tersebut diduga dengan penambahan ekstrak rumput mutiara sebagai tambahan bahan organik mampu menambah kebutuhan eksplan akan hara, juga sebagai ketahanan tanaman, sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik.

Penggunaan media dasar MS juga mempengaruhi pertumbuhan eksplan pegagan. Tanpa penggunaan pupuk organik cair pun, eksplan pegagan mampu menghasilkan panjang tunas yang terpanjang. Hal tersebut juga didukung dengan pernyataan Pierick (1987) cit. Masruru (2007). Beliau menyatakan bahwa sumber nitrogen dalam media kultur jaringan berupa

(48)

commit to user

NH4+ dan NO3- dan dalam media dasar MS paling tinggi diantara media dasar lain. Karena itu, penggunaan MS memacu pertumbuhan organ vegetatif.

Penggunaan pupuk organik cair dengan konsentrasi 2 ml/l dan 4 ml/l pada berbagai taraf ekstrak rumput mutiara, ternyata memberikan hasil yang baik pada panjang tunas. Terbukti pada kombinasi POC 2 ml/l dengan rumput mutiara 0 ml/l dan kombinasi POC 4 ml/l dengan rumput mutiara 6 ml/l memberikan hasil panjang tunas sebesar 1 cm, kemudian diikuti kombinasi POC 2 ml/l dengan ekstrak rumput mutiara 3 ml/l memberikan hasil panjang tunas sebesar 0,67 cm. Hal tersebut diduga bahwa kandungan unsur makro, mikro, serta ZPT dalam pupuk organik dapat mempengaruhi pertumbuhan tunas.

E. Persentase Pembentukan Daun

Daun merupakan salah satu organ vital bagi tanaman. Daun berfungsi dalam hal supply makanan. Daun melakukan proses fotosintesis dan menghasilkan energi, makanan dan oksigen. Banyak persentase daun yang terbentuk, merupakan indikasi keberhasilan penanaman eksplan pada kultur in vitro. Data persentase kemunculan daun pegagan (Centella asiatica L.) dapat dilihat pada tabel 2.

(49)

commit to user

dikombinasikan dengan POC 8 ml/l mampu menghasilkan persentase tertinggi, yaitu sebesar 66,67%. Hal ini diduga rumput mutiara yang mengandung berbagai senyawa-senyawa seperti coumarin yang merupakan salah satu fitohormon. Coumarin akan mempengaruhi pengembangan sel dan mempergiat pengembangan sel-sel pada koleoptil dan lembaran-lembaran daun (Dwijoseputro, 1986).

Pada konsentrasi 8 ml/l menunjukkan persentase 66,7%, akan tetapi apabila dikombinasikan dengan ekstrak rumput mutiara sebesar 0 ml/l, 3 ml/l dan 6 ml/l ternyata tidak mampu memberikan pengaruh dalam pembentukan daun pada pegagan. Hal ini diduga, karena pemberian nutrisi (pupuk) atau zat pengatur pertumbuhan yang terlalu tinggi ataupun pada batas-batas tertentu dapat bersifat sebagai penghambat (George dan Sherrington, 1984 cit. Satutik, 2009).

F. Saat Muncul Daun

Tunas yang telah terbentuk dari hasil kultur, nantinya akan tumbuh dan berkembang menjadi daun. Semakin cepat daun terbentuk, membuktikan

bahwa tanaman menunjukkan gejala pertumbuhan yang baik. Dalam kultur in

vitro, dapat dikatakan bahwa tanaman mampu menyerap nutrisi pada media dengan baik.

Gambar 5.Saat Muncul Daun Pegagan Kombinasi

POC 8 ml/l dan Ekstrak Rumput Mutiara 12 ml/l

(50)

Gambar 6 Saat Muncul Daun Pegagan (Centella asiatica L. ) Pada Berbagai Konsentrasi Pupuk Organik Cair dan Ekstrak Rumput Mutiara

Gambar 6 menunjukkan bahwa kombinasi pupuk organik cair 8 ml/l dengan ekstrak rumput mutiara 12 ml/l dan pupuk organik cair 4 ml/l dengan ekstrak rumput mutiara 6 ml/l mampu membantu eksplan pegagan dalam pembentukan daun paling cepat.

Pada penambahan pupuk organik cair 8 ml/l dan ekstrak rumput mutiara 12 ml/l dan pupuk organik cair 4 ml/l dan ekstrak rumput mutiara 6 ml/l mampu membentuk tunas paling cepat dari konsentrasi yang lain, yaitu pada 3 HST. Hal ini berbanding lurus dengan pembentukan daun. Hal ini diduga kandungan unsur makro dan mikro, serta bahan organik, selain membantu dalam pertumbuhan tunas, juga dapat memacu pertumbuhan daun pada eksplan.

(51)

commit to user

G. Jumlah Daun

Jumlah daun yang terbentuk dalam kultur pegagan, merupakan salah satu indikator dalam keberhasilan melakukan budidaya dengan jalan kultur jaringan. Banyaknya jumlah mengindikasikan serapan nutrisi yang mampu diserap oleh masing-masing eksplan. Rata-rata jumlah daun pegagan pada berbagai kombinasi pupuk organik cair dan ekstrak rumput mutiara dapat dilihat pada gambar 7.

(52)

Gambar 8. Daun yang Terbentuk dari Perlakuan POC 0 ml/l dan Ekstrak Rumput Mutiara 12 ml/l (kanan) dan Perlakuan POC 2 ml/l dan Ekstrak Rumput Mutiara 12 ml/l (kiri)

Gambar 7 menunjukkan bahwa rata-rata jumlah daun tertinggi diperoleh dari kombinasi POC 0 ml/l dengan ekstrak rumput mutiara 12 ml/l, yaitu sebanyak 8 buah daun. Kemudian diikuti dengan kombinasi perlakuan POC 2 ml/l dan ekstrak rumput mutiara 12 ml/l dan POC 8 ml/l dengan ekstrak rumput mutiara 12 ml/l. Hal tersebut sejalan dengan variabel jumlah tunas. Jumlah daun akan mengikuti berapa jumlah tunas yang terbentuk dalam suatu kultur jaringan tanaman.

(53)

commit to user

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan sebagai berikut :

1. Penggunaan berbagai konsentrasi pupuk organik cair dan ekstrak rumput mutiara tidak semuanya mampu membentuk tunas pada eksplan pegagan (Centella asiatica L.).

2. Penggunaan ekstrak rumput mutiara dalam konsentrasi rendah dapat menghambat pertumbuhan tunas, dan pada konsentrasi tinggi dapat membantu pertumbuhan tunas pegagan.

3. Penambahan ekstrak rumput mutiara sebanyak 12 ml/l merupakan

konsentrasi terbaik dalam perbanyakan tunas pegagan.

4. Penambahan ekstrak rumput mutiara sebanyak 12 ml/l memberikan rata-rata panjang tunas terpanjang, sebesar 2,16 cm.

B. Saran

Saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian ini adalah: 1. Perlu adanya penelitian mengenai penggunaan kombinasi ekstrak rumput

mutiara dengan pupuk organik cair pada eksplan berkayu.

2. Perlu dilakukan penelitian mengenai perbanyakan pegagan secara in vitro

dengan menggunakan bagian selain mata tunas.

Gambar

tabel 1. Tabel 1. Data Persentase Pembentukan Tunas  Pegagan (%) Pada Umur 60
Gambar 2. Saat Muncul Tunas Pegagan (commit to user Centella asiatica L. ) Pada Berbagai Konsentrasi Pupuk Organik Cair dan Ekstrak Rumput Mutiara
Gambar 2 menunjukkan bahwa rata-rata pembentukan tunas pegagan
Gambar 3 Jumlah Tunas Eksplan Pegagan (Centella asiatica L.) Umur 60 HST Pada Berbagai Konsentrasi Ekstrak Rumput Mutiara dan Pupuk Organik Cair
+7

Referensi

Dokumen terkait

d. Diperlukan adanya kerjasama dengan LSM-LSM Indonesia untuk ikut lebih aktif dalam mempromosikan HAM. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM, 2) mentalitas penegak hukum

Dapat dikemukakan hipotesis sebagai berikut : “ Pemeriksaan internal yang dilaksanakan dengan memadai, akan berperan dalam menunjang efektivitas pengendalian internal piutang

Bagi sekolah, dapat dijadikan bahan masukan, pertimbangan, dan meningkatkan mutu sekolah yang diperoleh dari pelaksanaan kemampuan guru pembimbing dalam meningkatkan

Meskipun tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara risk and return dari hasil uji penelitian, namun secara persentase reksadana syariah mampu mengungguli dari rate

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Hasil belajar siswa pada materi iklim global (el nino dan la nina) dengan pengajaran Konvensional, (2) Hasil belajar siswa

Masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimanakah peningkatan kemampuan menulis cerita fantasi menggunakan metode kooperatif tipe student teams

Oleh karena itu, Islam menentukan peraturan ekonomi kepada setiap individu, dan mengikat mereka yang hanya kepada batasan- batasan yang sekiranya penting untuk menjaga mereka tetap

Dari analisis yang telah dilakukan terhadap penyampaian materi pembelajaran berjalan di SMK MedikaCom Bandung yang sedang berjalan saat ini, maka perancangan