PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ADSORBEN
CANGKANG TELUR BEBEK YANG DIAKTIVASI
SECARA TERMAL
SKRIPSI
Oleh
JASINDA
090405026
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ADSORBEN
CANGKANG TELUR BEBEK YANG DIAKTIVASI
SECARA TERMAL
SKRIPSI
Oleh
JASINDA
090405026
SKRIPSI INI DIAJUKAN UNTUK MELENGKAPI SEBAGIAN
PERSYARATAN MENJADI SARJANA TEKNIK
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi dengan judul :
PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ADSORBEN CANGKANG TELUR BEBEK YANG DIAKTIVASI SECARA TERMAL
dibuat untuk melengkapi sebagian persyaratan menjadi Sarjana Teknik pada
Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara. Skripsi
ini adalah hasil karya saya kecuali kutipan-kutipan yang telah saya sebutkan
sumbernya.
Demikian pernyataan ini diperbuat, apabila dikemudian hari terbukti bahwa ini
bukan karya saya atau merupakan hasil jiplakan maka saya bersedia menerima
sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku.
Medan, 16 September 2013
Jasinda
NIM 090405026
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
Tulisan ini merupakan skripsi dengan judul “Pembuatan dan Karakterisasi
Adsorben Cangkang Telur Bebek yang Diaktivasi secara Termal”, berdasarkan
hasil penelitian yang penulis lakukan di Departemen Teknik Kimia Fakultas
Teknik Universitas Sumatera Utara. Skripsi ini merupakan salah satu syarat
untuk mendapatkan gelar sarjana teknik.
Hasil penelitian ini:
Penelitian ini membantu dalam pembuatan adsorben cangkang telur bebek yang diaktivasi secara termal dan karakteristiknya sehingga dapat diproduksi
secara komersial
Penelitian ini membantu pengolahan limbah logam berat Cd(II) dengan
proses adsorpsi sehingga tidak membahayakan kehidupan masyarakat.
Selama melakukan penelitian sampai penulisan skripsi ini penulis banyak
mendapat pengarahan dan bimbingan dari dosen pembimbing penulis. Untuk itu
secara khusus penulis mengucapakan terima kasih dan penghargaan
sebesar-besarnya kepada Ibu Dr. Ir. Iriany, MSi.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu
penulis mengharapkan saran dan masukan demi kesempurnaan skripsi ini.
Semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan.
Medan, September 2013
Penulis
Jasinda
DEDIKASI
Penulis mendedikasikan skripsi ini kepada kedua orang tua saya yaitu
Ayahanda Tjang Kok Siung dan Ibunda Tiok Giok Tjeng, serta kepada adik,
tante, paman, sepupu dan keluarga besar saya yang telah memberikan dukungan
moril maupun materiil yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan
penelitian dan penulisan skripsi ini dengan baik.
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Nama : Jasinda
NIM : 090405026
Tempat/tgl lahir : Medan / 18 November 1991
Nama orang tua : Tjang Kok Siung
Alamat orang tua :
Jl. Kelud No. 5 Medan 20212 Asal Sekolah :
TK Methodist-3 Medan tahun 1994-1997 SD Methodist-3 Medan tahun 1997-2003 SMP Methodist-3 Medan tahun 2003-2006 SMA Methodist-3 Medan tahun 2006-2009 Beasiswa yang diperoleh :
Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik (PPA) tahun 2010/2011 Pengalaman Organisasi :
HIMATEK periode 2012 – 2013 sebagai Sekretaris Bakmi (Bakat dan Minat)
Asisten Laboratorium Operasi Teknik Kimia (OTK) periode 2012 – 2013 modul Adjustable Bed Flow Channel dan Mixing
Artikel yang telah dipublikasikan dalam jurnal :
Krisnawati, Jasinda dan Iriany, “Penjerapan Logam Kadmium (Cd2+)
dengan Adsorben Cangkang Telur Bebek yang telah Diaktivasi,”
Jurnal Teknik Kimia Vol 2, No 3 (2013).
ABSTRAK
Adsorben cangkang telur bebek dapat digunakan untuk menjerap logam berat. Kemampuan adsorpsi dari adsorben dapat ditingkatkan dengan proses aktivasi secara termal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sifat fisik dan karakteristik adsorben cangkang telur bebek yang diaktivasi secara termal, pengaruh suhu aktivasi terhadap % berat sampel hilang, berat jenis dan luas permukaan adsorben serta mengetahui kemampuan adsorben dalam menjerap logam Cd(II). Bahan – bahan yang digunakan antara lain cangkang telur bebek, aquades, metilen biru, larutan logam Cd(II), asam klorida dan aquabides. Variabel – variabel yang diamati antara lain sifat fisik dan karakteristik adsorben, % berat sampel hilang pada proses aktivasi, berat jenis adsorben, luas permukaan adsorben, konsentrasi sisa ion logam Cd(II). Penelitian diawali dengan cangkang telur bebek dipanaskan pada suhu 1100C di oven, 6000C dan 8000C di furnace kemudian dilakukan karakterisasi dengan SEM-EDX dan pengukuran berat jenis dengan piknometer 10 ml. Pengukuran luas permukaan adsorben menggunakan metode metilen biru dengan Spektrofotometer UV-Vis. Selanjutnya, konsentrasi sisa logam Cd(II) diukur dengan Spektrofotometer AAS. Hasil penelitian memperlihatkan suhu aktivasi berbanding lurus terhadap % berat sampel hilang. Karakteristik adsorben berupa morfologi pori dengan jumlah banyak tidak beraturan dan adanya agglomerasi. Analisa komponen kimia adsorben mengandung kalsium (Ca), oksigen (O) dan C (karbon). Selain itu, berat jenis adsorben berbanding terbalik dengan suhu aktivasi. Berat jenis dan luas permukaan adsorben telah memenuhi standar adsorben komersial. Waktu kontak berbanding lurus terhadap jumlah logam Cd(II) yang diadsorpsi. Adsorben ini memiliki kemampuan untuk menjerap logam Cd(II).
Kata kunci: adsorben cangkang telur bebek, suhu aktivasi, sifat fisik dan karakteristik adsorben, berat jenis adsorben, luas permukaan adsorben, logam Cd(II)
ABSTRACT
Duck eggshell’s adsorbent can be used to adsorp heavy metal. Adsorption ability of the adsorbent can be increased with thermally activation process. The purpose of this research is to study the physical properties and characteristic of duck eggshell’s adsorbent which be activated by thermal, the effect of activation temperature towards the percentage of sample weight loss, adsorbent’s density and surface area, and the adsorbent ability to adsorp heavy metal Cd(II). Materials that used in this research are duck eggshell’s, aquadest, methylene blue, heavy metal Cd(II) solution, chloric acid, and aquabidest. Observed variables are the physical properties and characteristic of adsorbent, the percentage of sample weight loss in activation process, adsorbent’s density and surface area, and residual concentration of Cd(II). The research started with duck eggshell heated at temperature 1100C in oven, and at 6000C and 8000C in furnace then characterized with SEM-EDX. Adsorbent’s surface area measurements used methylene blue method with Spectrophotometer UV-Vis. Furthermore, the residual concentration of heavy metal Cd(II) was measured with Spectrophotometer AAS. The result shows that activation temperature is directly proportional with the percentage of sample weight loss. Characteristic of adsorbent shows that structure of pore morphology with many and irregular shape and also agglomeration. Analysis of chemical composition shows that adsorbent contains calcium (Ca), oxygen (O), and carbon (C). In addition, the adsorbent density is inversely proportional to the activation temperature. Adsorbent’s density and surface area has fulfill the standard of commercial adsorbent. Adsorption time is directly proportional with the amount of heavy metal Cd(II). The adsorbent has ability to adsorp heavy metal Cd(II).
Key words: duck eggshell’s adsorbent, activation temperature, physical properties and characteristic adsorbent, adsorbent’s density, adsorbent’s surface area, heavy metal Cd(II)
DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI i
PENGESAHAN ii
PRAKATA iii
DEDIKASI iv
RIWAYAT HIDUP PENULIS v
ABSTRAK vi
ABSTRACT vii
DAFTAR ISI viii
DAFTAR GAMBAR x
DAFTAR TABEL xiii
DAFTAR LAMPIRAN xv
DAFTAR SINGKATAN xvii
DAFTAR SIMBOL xviii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 LATAR BELAKANG 1
1.2 PERUMUSAN MASALAH 3
1.3 TUJUAN PENELITIAN 3
1.4 MANFAAT PENELITIAN 3
1.5 RUANG LINGKUP PENELITIAN 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5
2.1 CANGKANG TELUR BEBEK 5
2.2 AKTIVASI FISIKA 8
2.3 PROSES KALSINASI ADSORBEN CANGKANG
TELUR 9
2.4 CANGKANG TELUR SEBAGAI ADSORBEN 11
2.5 ADSORBEN 12
2.6 KLASIFIKASI ADSORBEN 13
2.7 PEMILIHAN JENIS-JENIS ADSORBEN 17
2.9 ADSORPSI 19
2.10 PROSES PEMBUATAN ADSORBEN DAN
KARAKTERISASI 21
2.11 DESKRIPSI PROSES 22
2.12 ANALISA BIAYA 23
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 26
3.1 LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN 26
3.2 BAHAN 26
3.3 PERALATAN 26
3.4 PROSEDUR PENELITIAN 27
3.5 PROSEDUR ANALISA 28
3.6 FLOWCHART PENELITIAN 31
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 35
4.1 AKTIVASI ADSORBEN CANGKANG TELUR
BEBEK 35
4.2 KARAKTERISASI ADSORBEN CANGKANG
TELUR BEBEK DENGAN SEM-EDX 41
4.3 PENENTUAN BERAT JENIS ADSORBEN
CANGKANG TELUR BEBEK 48
4.4 PENENTUAN LUAS PERMUKAAN ADSORBEN
CANGKANG TELUR BEBEK 49
4.5 PENGARUH WAKTU ADSORPSI TERHADAP
JUMLAH LOGAM Cd(II) TERADSORPSI 53
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 56
5.1 KESIMPULAN 56
5.2 SARAN 57
DAFTAR PUSTAKA 58
LAMPIRAN 1 66
LAMPIRAN 2 79
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Cangkang Telur Bebek 5
Gambar 2.2 Struktur dan Lapisan pada Cangkang Telur 7
Gambar 2.3 Furnace 9
Gambar 2.4 Karbon Aktif 14
Gambar 2.5 Silika Gel 14
Gambar 2.6 Zeolit 15
Gambar 2.7 Alumina Aktif 16
Gambar 2.8 Logam Kadmium (Cd) 18
Gambar 2.9 Proses Adsorpsi 55
Gambar 3.1 Flowchart Pembuatan Adsorben Cangkang Telur Bebek
yang Diaktivasi secara Termal dan Karakterisasi 31
Gambar 3.2 Flowchart Penentuan Berat Jenis Adsorben Cangkang
Telur Bebek 32
Gambar 3.3 Flowchart Penentuan Luas Permukaan Adsorben 33
Gambar 3.4 Flowchart Penentuan Jumlah Logam Cd(II) yang
Terjerap dalam Adsorben 34
Gambar 4.1 Hasil Proses Pemanasan (Aktivasi) Adsorben Cangkang
Telur Bebek pada Suhu 1100C, 6000C, dan 8000C 35
Gambar 4.2 Hasil Analisa SEM Adsorben Cangkang Telur Bebek pada Suhu 1100C, 6000C, dan 8000C dengan Perbesaran 1000x
42
Gambar 4.3 Hasil Analisa EDX pada Adsorben Cangkang Telur
Bebek dengan Suhu 1100C 44
Gambar 4.4 Hasil Analisa EDX pada Adsorben Cangkang Telur
Bebek dengan Suhu 6000C 45
Gambar 4.5 Hasil Analisa EDX pada Adsorben Cangkang Telur
Bebek dengan Suhu 8000C 46
Gambar 4.6 Kurva Kalibrasi Larutan Metilen Biru 50
Gambar 4.7 Hubungan Konsentrasi Sisa Metilen Biru terhadap
Waktu Adsorpsi 51
Gambar 4.8 Hubungan Antara Waktu Adsorpsi dengan Jumlah
Gambar L1.1 Hasil Analisa SEM Adsorben Cangkang Telur Bebek pada Suhu 1100C dengan Perbesaran (a) 500x, (b) 800x, dan (c) 1000x
67
Gambar L1.2 Hasil Analisa SEM Adsorben Cangkang Telur Bebek pada Suhu 6000C dengan Perbesaran (a) 500x, (b) 800x, dan (c) 1000x
68
Gambar L1.3 Hasil Analisa SEM Adsorben Cangkang Telur Bebek pada Suhu 8000C dengan Perbesaran (a) 500x, (b) 800x, dan (c) 1000x
70
Gambar L1.4 Kurva EDX Adsorben Cangkang Telur Bebek dengan
Suhu 1100C 70
Gambar L1.5 Kurva EDX Adsorben Cangkang Telur Bebek dengan
Suhu 6000C 71
Gambar L1.6 Kurva EDX Adsorben Cangkang Telur Bebek dengan
Suhu 8000C 72
Gambar L2.1 Kurva Kalibrasi Metilen Biru 80
Gambar L2.2 Kurva Kalibrasi Larutan Logam Cd(II) 82
Gambar L3.1 Sampel Cangkang Telur Bebek 84
Gambar L3.2 Sampel yang Dihancurkan dengan Lumpang dan Alu 84
Gambar L3.3 Ball Mill 85
Gambar L3.4 Hasil Penggilingan Sampel dengan Ball Mill 85
Gambar L3.5 Tempat Ayakan 140 mesh 86
Gambar L3.6 Hasil Sampel yang Lolos Ayakan 140 mesh 86
Gambar L3.7 Tempat Pemanasan Sampel di Oven 87
Gambar L3.8 Tempat Pemanasan (Kalsinasi) Sampel di Furnace 87
Gambar L3.9 Hasil Pemanasan Sampel pada Suhu 1100C, 6000C, dan
8000C 88
Gambar L3.10 Timbangan Digital dan Desikator 88
Gambar L3.11 Kuvet (Tempat Penyimpanan Sampel) pada Suhu 1100C, 6000C, dan 8000C yang akan Diuji dengan Peralatan SEM-EDX
89
Gambar L3.12 Peralatan SEM-EDX Tipe JEOL-JSM-6510 LV 89
Gambar L3.13 Larutan Metilen Biru 30 ppm di dalam Beaker Glass 90
Gambar L3.14 Magnetic Stirrer (Tempat Pengadukan) Larutan Metilen
Biru dengan Sampel Adsorben 90
Gambar L3.15 Proses Pengadukan Larutan Metilen Biru dan Sampel
Gambar L3.16 Tempat Penyimpanan Filtrat yang Disaring setiap 10
menit 91
Gambar L3.17 Spektrofotometer UV-Vis 92
Gambar L3.18 Tempat Penyimpanan Kuvet Sampel yang Diuji 92
Gambar L3.19 Foto Larutan Logam Berat Cd(II) 93
Gambar L3.20 Foto Larutan Logam Berat Cd(II) yang Diadsorpsi
dengan Adsorben 93
Gambar L3.21 Tempat Penempatan Sampel yang akan Diuji dengan
AAS 94
Gambar L3.22 Pelarutan Logam Berat Cd(II) dengan Larutan HCl 94
Gambar L3.23 Peralatan Spektrofotometer AAS 95
Gambar L3.24 Tempat Penempatan Sampel yang akan Diuji dengan
AAS 95
Gambar L3.25 Pipa Penyalur Gas 96
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Komposisi Kimia Cangkang Telur 5
Tabel 2.2 Komposisi Cangkang Telur Bebek 8
Tabel 2.3 Suhu Kalsinasi pada Tiga Tahapan Pemanasan 11
Tabel 2.4 Penggolongan Adsorben Berdasarkan Kemampuan
Menjerap Air 13
Tabel 2.5 Sifat Fisik Beberapa Jenis Adsorben Komersial 16
Tabel 2.6 Penggolongan Adsorben Berdasarkan Ukuran Pori 17
Tabel 2.7 Kelemahan dan Kelebihan Jenis-Jenis Adsorben 17
Tabel 2.8 Sifat Fisik Kadmium 18
Tabel 2.9 Daftar Nama Peneliti, Judul Penelitian, Proses Pembuatan dan Karakterisasi Adsorben Cangkang Telur
22
Tabel 4.1 Hubungan antara Suhu Aktivasi dan % Berat Sampel
Hilang 39
Tabel 4.2 Hasil Analisa EDX pada Adsorben Cangkang Telur
Bebek dengan Suhu 1100C 45
Tabel 4.3 Hasil Analisa EDX pada Adsorben Cangkang Telur
Bebek dengan Suhu 6000C 45
Tabel 4.4 Hasil Analisa EDX pada Adsorben Cangkang Telur
Bebek dengan Suhu 8000C 46
Tabel 4.5 Berat Jenis Adsorben Cangkang Telur Bebek pada
Berbagai Suhu Aktivasi 48
Tabel 4.6 Hasil Luas Permukaan Adsorben Cangkang Telur Bebek pada Suhu 1100C, 6000C, dan 8000C 52
Tabel L1.1 Data EDX Adsorben Cangkang Telur Bebek dengan
Suhu 1100C 71
Tabel L1.2 Data EDX Adsorben Cangkang Telur Bebek dengan
Suhu 6000C 71
Tabel L1.3 Data EDX Adsorben Cangkang Telur Bebek dengan
Suhu 8000C 72
Tabel L1.4 Data Kalibrasi Metilen Biru 73
Tabel L1.6 Berat Jenis Adsorben Cangkang Telur Bebek pada
Berbagai Suhu Aktivasi 75
Tabel L1.7 Data Hasil Perhitungan Adsorben Cangkang Telur
Bebek pada Suhu 1100C 75
Tabel L1.8 Data Hasil Perhitungan Adsorben Cangkang Telur
Bebek pada Suhu 6000C 76
Tabel L1.9 Data Hasil Perhitungan Adsorben Cangkang Telur
Bebek pada Suhu 8000C 77
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
LAMPIRAN 1 DATA HASIL PERCOBAAN 66
L1.1 DATA HASIL PERCOBAAN 66
L1.1.1 Hasil Analisa SEM Adsorben Cangkang Telur Bebek pada Suhu 1100C
66
L1.1.2 Hasil Analisa SEM Adsorben Cangkang Telur Bebek pada Suhu 6000C
67
L1.1.3 Hasil Analisa SEM Adsorben Cangkang Telur Bebek pada Suhu 8000C
69
L1.1.4 Data Hasil Percobaan untuk Adsorben Cangkang Telur Bebek pada Suhu 1100C
70
L1.1.5 Data Hasil Percobaan untuk Adsorben Cangkang Telur Bebek pada Suhu 6000C
71
L1.1.6 Data Hasil Percobaan untuk Adsorben Cangkang Telur Bebek pada Suhu 8000C
72
L1.1.7 Data Kalibrasi Metilen Biru 73
L1.1.8 Data Hasil Percobaan Penentuan Berat
Jenis Adsorben 73
L1.1.9 Data Hasil Percobaan untuk Logam
Cd(II) 74
L1.2 DATA HASIL PERHITUNGAN 75
L1.2.1 Data Hasil Perhitungan Berat Jenis
Adsorben Cangkang Telur Bebek 75
L1.2.2 Data Hasil Perhitungan Adsorben Cangkang Telur Bebek pada Suhu 1100C
75
L1.2.3 Data Hasil Perhitungan Adsorben Cangkang Telur Bebek pada Suhu 6000C
L1.2.4 Data Hasil Perhitungan Adsorben Cangkang Telur Bebek pada Suhu 8000C
77
L1.2.5 Data Hasil Perhitungan untuk Logam
Cd(II) 78
LAMPIRAN 2 CONTOH HASIL PERHITUNGAN 79
L2.1 PERHITUNGAN BERAT JENIS ADSORBEN 79
L2.2 PERHITUNGAN LUAS PERMUKAAN
ADSORBEN 80
L2.3 PERHITUNGAN JUMLAH ION LOGAM
Cd(II) YANG DIJERAP 81
LAMPIRAN 3 FOTO HASIL PENELITIAN 84
L3.1 FOTO PENELITIAN PEMBUATAN
ADSORBEN CANGKANG TELUR BEBEK 84
L3.2 FOTO PENELITIAN KARAKTERISASI
ADSORBEN CANGKANG TELUR BEBEK 89
L3.3 FOTO PERCOBAAN PENENTUAN LUAS
PERMUKAAN ADSORBEN 90
L3.4 FOTO PERCOBAAN ADSORPSI LOGAM
DAFTAR SINGKATAN
SEM-EDX Scanning Electron Microscopy-Electron Dispersive X-Ray
Analysis
UV-Vis Ultraviolet-Visible
AAS Atomic Absorption Spectrophotometer
HSAB Hard Soft Acid Base
SNI Standar Nasional Indonesia
DAFTAR SIMBOL
Simbol Keterangan Dimensi Cd Kadmium
Ca Kalsium
C Karbon
O Oksigen
% Persen
CaCO3 Kalsium karbonat
CaO Kalsium oksida / kalsit
MgCO3 Magnesium karbonat
CaPO4 Kalsium fosfat
CO2 Karbondioksida
Pb Timbal
Cr Kromium
MgPO4 Magnesium fosfat
Al Aluminium
Hg Raksa
V Vanadium
B Boron
Fe Besi
Zn Zink
P Fosfor
Mg Magnesium
N Nitrogen
F Fluor
Se Selenium
Cu Tembaga
H2O Air
ZnCO3 Zink karbonat
OH- Ion hidroksida
MgO Magnesium oksida
CaO Kalsium oksida
H+ Ion hidrogen
SiO2 Silika oksida
Si-OH Ikatan silika dengan hidroksida
Na Natrium
K Kalium
n Valensi
As Arsen
Cl- Klorin
PO43- Ion fosfat
ω Diameter pori A0
HCl Asam klorida
NaOH Natrium hidroksida
A Berat adsorben g
B Volume piknometer ml
C Berat piknometer + air + adsorben g
D Berat piknometer + adsorben g
a Berat jenis adsorben g/ml
w Berat jenis air g/ml
S Luas permukaan adsorben m2/g
Xm Berat adsorbat teradsorpsi g/g
N Bilangan Avogadro mol-1
a Luas penutupan oleh 1 molekul metilen biru m2
Mr Massa molekul relatif metilen biru g/mol
W ads Berat Cd(II) yang terjerap oleh satu gram sampel mg/g
B Berat sampel yang digunakan g
C1 Konsentrasi larutan Cd(II) awal ppm
C2 Konsentrasi larutan Cd(II) akhir ppm
Ca(OH)2 Kalsium hidroksida
y Absorbansi
x Konsentrasi larutan ppm
R2 Koefisien korelasi
ABSTRAK
Adsorben cangkang telur bebek dapat digunakan untuk menjerap logam berat. Kemampuan adsorpsi dari adsorben dapat ditingkatkan dengan proses aktivasi secara termal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sifat fisik dan karakteristik adsorben cangkang telur bebek yang diaktivasi secara termal, pengaruh suhu aktivasi terhadap % berat sampel hilang, berat jenis dan luas permukaan adsorben serta mengetahui kemampuan adsorben dalam menjerap logam Cd(II). Bahan – bahan yang digunakan antara lain cangkang telur bebek, aquades, metilen biru, larutan logam Cd(II), asam klorida dan aquabides. Variabel – variabel yang diamati antara lain sifat fisik dan karakteristik adsorben, % berat sampel hilang pada proses aktivasi, berat jenis adsorben, luas permukaan adsorben, konsentrasi sisa ion logam Cd(II). Penelitian diawali dengan cangkang telur bebek dipanaskan pada suhu 1100C di oven, 6000C dan 8000C di furnace kemudian dilakukan karakterisasi dengan SEM-EDX dan pengukuran berat jenis dengan piknometer 10 ml. Pengukuran luas permukaan adsorben menggunakan metode metilen biru dengan Spektrofotometer UV-Vis. Selanjutnya, konsentrasi sisa logam Cd(II) diukur dengan Spektrofotometer AAS. Hasil penelitian memperlihatkan suhu aktivasi berbanding lurus terhadap % berat sampel hilang. Karakteristik adsorben berupa morfologi pori dengan jumlah banyak tidak beraturan dan adanya agglomerasi. Analisa komponen kimia adsorben mengandung kalsium (Ca), oksigen (O) dan C (karbon). Selain itu, berat jenis adsorben berbanding terbalik dengan suhu aktivasi. Berat jenis dan luas permukaan adsorben telah memenuhi standar adsorben komersial. Waktu kontak berbanding lurus terhadap jumlah logam Cd(II) yang diadsorpsi. Adsorben ini memiliki kemampuan untuk menjerap logam Cd(II).
Kata kunci: adsorben cangkang telur bebek, suhu aktivasi, sifat fisik dan karakteristik adsorben, berat jenis adsorben, luas permukaan adsorben, logam Cd(II)
ABSTRACT
Duck eggshell’s adsorbent can be used to adsorp heavy metal. Adsorption ability of the adsorbent can be increased with thermally activation process. The purpose of this research is to study the physical properties and characteristic of duck eggshell’s adsorbent which be activated by thermal, the effect of activation temperature towards the percentage of sample weight loss, adsorbent’s density and surface area, and the adsorbent ability to adsorp heavy metal Cd(II). Materials that used in this research are duck eggshell’s, aquadest, methylene blue, heavy metal Cd(II) solution, chloric acid, and aquabidest. Observed variables are the physical properties and characteristic of adsorbent, the percentage of sample weight loss in activation process, adsorbent’s density and surface area, and residual concentration of Cd(II). The research started with duck eggshell heated at temperature 1100C in oven, and at 6000C and 8000C in furnace then characterized with SEM-EDX. Adsorbent’s surface area measurements used methylene blue method with Spectrophotometer UV-Vis. Furthermore, the residual concentration of heavy metal Cd(II) was measured with Spectrophotometer AAS. The result shows that activation temperature is directly proportional with the percentage of sample weight loss. Characteristic of adsorbent shows that structure of pore morphology with many and irregular shape and also agglomeration. Analysis of chemical composition shows that adsorbent contains calcium (Ca), oxygen (O), and carbon (C). In addition, the adsorbent density is inversely proportional to the activation temperature. Adsorbent’s density and surface area has fulfill the standard of commercial adsorbent. Adsorption time is directly proportional with the amount of heavy metal Cd(II). The adsorbent has ability to adsorp heavy metal Cd(II).
Key words: duck eggshell’s adsorbent, activation temperature, physical properties and characteristic adsorbent, adsorbent’s density, adsorbent’s surface area, heavy metal Cd(II)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Adsorben merupakan suatu bahan padatan yang dapat mengadsorpsi
adsorbat (bahan yang terjerap). Bahan kimia yang dapat digunakan sebagai
adsorben harus mempunyai sifat resisten yang tinggi terhadap abrasi, stabilitas
panas yang tinggi dan ukuran diameter pori butiran yang kecil (mikro), yang
menghasilkan luas permukaan yang besar dan mempunyai kapasitas adsorpsi yang
tinggi [1].
Kebanyakan adsorben yang digunakan dalam proses adsorpsi adalah
alumina, karbon aktif, silika gel, zeolit (molecular sieve), polimer dan lain-lain.
Adsorben tersebut mempunyai kemampuan adsorpsi yang baik tetapi tidak
ekonomis. Dewasa ini sedang digalakkan penelitian mengenai penggunaan
adsorben alternatif yang berasal dari alam, dimana selain memiliki kemampuan
adsorpsi yang baik juga ekonomis [2].
Salah satu adsorben alternatif yang menjanjikan adalah cangkang telur
bebek dimana sering dianggap sebagai limbah apabila bagian isi dari telur bebek
telah dikonsumsi, padahal cangkang telur memiliki sifat-sifat adsorpsi yang baik,
seperti struktur pori, CaCO3 dan protein asam mukopolisakarida yang dapat
dikembangkan menjadi adsorben [3]. Selain itu, cangkang telur mempunyai
stuktur selulosa dan mengandung asam amino [4]. Para peneliti sebelumnya
meneliti bahwa kalsit (CaO) yang ada pada cangkang telur bebek dapat digunakan
sebagai adsorben untuk mengadsorpsi logam – logam berat [5].
Cangkang telur bebek mengandung senyawa kalsium karbonat (CaCO3) 94
%, magnesium karbonat (MgCO3) 1%, kalsium fosfat (CaPO4) 1%, dan bahan
organik 4% [6]. CaCO3 yang mengalami proses kalsinasi akan menghasilkan
kalsit (CaO) dengan persamaan kimia sebagai berikut [7]:
CaCO3 CaO + CO2
Pada keadaan awal, adsorben memiliki kemampuan adsorpsi yang rendah.
perlakuan terhadap adsorben yang bertujuan untuk memperbesar pori yaitu
dengan cara memecahkan ikatan kimia atau mengoksidasi molekul-molekul
permukaan sehingga mengalami perubahan sifat secara fisika yaitu luas
permukaannya bertambah besar dan berpengaruh terhadap daya adsorpsi. Tujuan
dari proses ini adalah mempertinggi volume, memperluas diameter pori dan dapat
menimbulkan beberapa pori yang baru [8].
Sumber bahan baku (cangkang telur) tersedia cukup banyak dan pada saat
ini belum dimanfaatkan. Oleh karena itu, pemanfaatan cangkang telur sebagai
adsorben merupakan usaha yang cukup relevan untuk meningkatkan nilai
ekonomi cangkang telur dan mengurangi beban lingkungan. Sebagai referensi
jumlah cangkang telur di Indonesia, pada tahun 2009 produksi telur sebesar
1.071.398 ton. Jika rata – rata berat telur 60 gram maka kulit telur yang dihasilkan
dalam setahun adalah 107.139 ton. Berat ini setara dengan 100.710,66 ton kalsium
karbonat, 4.285,56 ton magnesium karbonat dan 1.339,25 ton kalsium fosfat [9].
Berdasarkan penelitian Tsai [10] dilakukan proses karakterisasi adsorben
cangkang telur ayam pada suhu 500C dengan menggunakan peralatan SEM dan
proses adsorpsi dengan metilen biru. Pongtonglor [11] juga melakukan analisa
SEM terhadap cangkang telur ayam dan bebek pada suhu kalsinasi 13000C.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Putra [12] diperoleh hasil bahwa
luas permukaan cangkang telur ayam lebih besar daripada kapur dengan metode
metilen biru. Park [5] melakukan karakterisasi adsorben cangkang telur yang
dikeringkan pada suhu 1000C dan dikalsinasi pada suhu 8000C dengan analisa
SEM. Pada penelitian ini juga dilakukan proses penjerapan logam berat (Cd, Pb,
dan Cr). Muhammad [13] juga melakukan penelitian tentang karakterisasi
adsorben cangkang telur yang dikeringkan pada suhu 700C dan analisa komponen
kimia cangkang telur menggunakan peralatan EDX.
Dengan memperhatikan beberapa hal diatas, yakni limbah di lingkungan
seperti cangkang telur bebek, kandungan CaCO3 dalam cangkang telur bebek yang
dapat diubah menjadi kalsit (CaO), sifat fisik dan karakteristik dari adsorben
cangkang telur bebek, berat jenis adsorben, luas permukaan adsorben dengan
menjerap logam berat Cd(II) maka dilakukan penelitian mengenai pembuatan dan
karakterisasi adsorben cangkang telur bebek yang diaktivasi secara termal.
1.2 PERUMUSAN MASALAH
Permasalahan yang dikaji pada pembuatan dan karakterisasi adsorben
cangkang telur bebek yang diaktivasi secara termal ini ditekankan kepada
bagaimana pengaruh suhu aktivasi terhadap % berat sampel hilang selama proses
aktivasi, sifat fisik adsorben, karakteristik adsorben berupa struktur morfologi dan
komponen yang terkandung dalam adsorben, berat jenis adsorben serta luas
permukaan adsorben yang dihasilkan. Selain itu, juga dikaji bagaimana hubungan
jumlah logam Cd(II) yang diadsorpsi dengan waktu pada proses adsorpsi.
1.3 TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dilakukan penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1. Untuk menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi (suhu aktivasi, berat
jenis, % berat sampel hilang, dan luas permukaan) dalam pembuatan dan
karakterisasi adsorben cangkang telur bebek yang diaktivasi secara termal.
2. Untuk menentukan sifat fisik dan karakteristik dari adsorben cangkang telur
bebek yang diaktivasi secara termal.
3. Untuk mengetahui kemampuan adsorben cangkang telur bebek dalam
menjerap logam Cd(II).
1.4 MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai sifat fisik
dan karakteristik adsorben cangkang telur bebek, sehingga dapat ditentukan suhu
aktivasi adsorben yang sesuai untuk menjerap logam Cd(II). Selain itu, juga dapat
memberikan informasi mengenai kemampuan adsorben dalam mengadsorpsi
logam Cd(II). Penelitian ini juga dapat memberikan ide kepada para
wirausahawan untuk menghasilkan adsorben dari cangkang telur bebek yang
1.5 RUANG LINGKUP PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Analisa dan Laboratorium
Operasi Teknik Kimia, Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas
Sumatera Utara, Medan serta Laboratorium Penelitian, Fakultas Farmasi,
Universitas Sumatera Utara, Medan.
Penelitian ini memiliki ruang lingkup dan batasan sebagai berikut:
1. Sampel yang digunakan adalah cangkang telur bebek yang diperoleh dari
toko penjual makanan yang berada di kawasan Jalan Gedeh Medan.
2. Proses yang digunakan dalam penelitian ini adalah perlakuan termal
(aktivasi) dan adsorpsi.
3. Variabel penelitian adalah suhu aktivasi, jumlah adsorben dan waktu
pencampuran adalah sebagai berikut:
Suhu aktivasi sebesar 1100C, 6000C dan 8000C.
Jumlah adsorben yang digunakan memiliki rasio sebesar 1,5
gram/1000 ml larutan logam Cd(II).
Interval waktu pencampuran dengan magnetic stirrer dengan selang waktu 10 menit sampai tercapai waktu setimbang.
4. Parameter pengujian adalah sifat fisik dan karakteristik adsorben, % berat
sampel hilang selama proses aktivasi, berat jenis adsorben, luas permukaaan
adsorben, dan jumlah logam Cd(II) yang teradsorpsi dalam proses
penjerapan logam Cd(II) oleh adsorben.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 CANGKANG TELUR BEBEK
Cangkang telur yang membentuk lapisan luar dari telur adalah biokeramik
berpori alami. Cangkang telur terdiri dari berbagai lapisan berbeda dapat
digambarkan sebagai struktur terorganisasi dengan baik, pembentukan yang
dimulai pada segmen berbeda dari saluran sel telur (oviduk). Sejumlah protein
yang berbeda (larut dan tidak larut) dan mineral diendapkan selama proses
pembentukan cangkang telur. Protein tidak larut berperan sebagai penyusun
struktur dan protein larut tertanam di lapisan kapur. Endapan kalsium (Ca)
digunakan untuk perkembangan dan pembentukan kerangka embrio [14].
Cangkang telur bebek ditunjukkan pada gambar 2.1, sedangkan komposisi kimia
cangkang telur bebek ditampilkan pada tabel 2.1.
Gambar 2.1 Cangkang Telur Bebek [15]
Tabel 2.1 Komposisi Kimia Cangkang Telur [16]
Senyawa Komposisi (%) Protein 1,71 Lemak 0,36
Air 0,93 Serat Kasar 16,21
Cangkang telur terdiri dari enam lapisan berbeda (dari dalam ke luar), yaitu:
1. Lapisan membran
Lapisan membran merupakan bagian lapisan kulit telur terdalam dan terbagi
menjadi lapisan membran dalam dan membran luar yang menyelubungi seluruh
isi telur. Lapisan membran dalam berukuran 20 µm dan mengalami kontak
langsung dengan albumen. Lapisan membran luar dimana terletak di atas
membran dalam mempunyai ketebalan 50 µm. Lapisan membran dalam dan luar
terdiri dari serat protein terjalin dan tersusun sejajar dengan permukaan telur
untuk mendukung struktur cangkang telur secara keseluruhan. Lapisan membran
sangat mempengaruhi kekuatan cangkang dan mencegah penetrasi mikroba.
Protein pada lapisan membran mengandung arginine, cystine, asam glutamik,
histidine, methionine dan proline dalam jumlah tinggi.
2. Lapisan mamilary
Lapisan ini mempunyai ketebalan 70 µm merupakan lapisan ketiga dari
kulit telur yang membentuk lapisan terdalam dari bagian kapur dimana menembus
membran luar melalui kerucut karbonat. Lapisan ini berbentuk kerucut dengan
penampang bulat atau lonjong. Lapisan ini sangat tipis dan terdiri dari anyaman
protein dan mineral. Adapun pembentukan awal kristal kalsium karbonat (CaCO3)
terjadi di knob mamilary, dimana bahan organik utama yang diendapkan selama
pembentukan telur.
3. Lapisan busa
Lapisan ini merupakan bagian terbesar dari lapisan kulit telur. Lapisan ini
terdiri dari protein dan lapisan kapur yang terdiri dari kalsium karbonat (CaCO3),
kalsium fosfat (CaPO4), magnesium karbonat (MgCO3) dan magnesium fosfat
(MgPO4). Lapisan busa terdiri dari lapisan palisade dan lapisan kristal vertikal.
Lapisan palisade (ketebalan 200 µm) terletak di atas lapisan mamilary dan
membentuk bagian terbesar dari lapisan kapur (kalsifikasi) cangkang telur. Pada
lapisan ini, kristal CaCO3 tumbuh tegak lurus terhadap membran cangkang telur.
Selain itu, mengandung sejumlah kecil (2-5%) matriks organik yang tergabung
dalam kristal CaCO3. Pori-pori terbentuk di lapisan palisade berfungsi sebagai
pertukaran gas. Pembentukan pori-pori terjadi ketika kristal yang berdekatan
sehingga terbentuk celah antara kristal. Lapisan kristal vertikal (ketebalan 8 µm)
merupakan lapisan yang sangat tipis dan sempit dimana terdiri dari bagian paling
atas kristal CaCO3 yang menyediakan permukaan untuk pembentukan kutikula.
4. Lapisan kutikula
Lapisan kutikula adalah lapisan terluar protein transparan tidak larut pada
cangkang telur (10-30 µm). Lapisan ini melapisi pori-pori pada kulit telur, tetapi
sifatnya dapat dilalui gas sehingga uap air dan gas CO2 masih dapat keluar.
Lapisan ini sebagian besar terdiri dari lapisan organik dengan kandungan protein
90% dan kandungan tinggi dari cystine, glycine, asam glutamik, lysine dan
tyrosine. Penyusun polisakarida terdiri dari fukosa, galaktosa, glukosa,
heksosamin, manosa, dan asam sialik.
Berdasarkan hasil penelitian, serbuk cangkang telur bebek mengandung
kalsium sebesar 401 ± 7,2 gram atau sekitar 39% kalsium, dalam bentuk kalsium
karbonat (CaCO3). Terdapat pula stronsium sebesar 372 ± 161 µg, zat-zat
impuritis seperti Pb, Al, Cd, dan Hg terdapat dalam jumlah kecil, begitu pula
dengan V, B, Fe, Zn, P, Mg, N, F, Se, Cu dan Cr [14, 16].
Gambar 2.2 merupakan gambar yang menunjukkan empat lapisan yang
terdapat dalam cangkang telur.
Gambar 2.2 Struktur dan Lapisan pada Cangkang Telur [17, 18]
Cangkang telur bebek terdiri dari bahan organik berupa matriks protein dan
bahan kristal inorganik (CaCO3, MgCO3, dan CaPO4) [19]. Komposisi cangkang
Tabel 2.2 Komposisi Cangkang Telur Bebek [20]
Komponen % Berat
Kalsium karbonat (CaCO3) Magnesium karbonat (MgCO3) Kalsium fosfat (CaPO4)
Bahan organik
94 1 1 4
Cangkang telur terbuat dari matriks organik (4%) terdiri dari membran kulit
telur, kutikula dan beberapa zat tertanam di lapisan kalsium karbonat. Adapun
matriks protein dibagi dalam 2 kelompok sesuai dengan karakteristik
masing-masing, yaitu :
1. Protein putih telur utama telah diidentifikasi dalam cangkang telur. Zat
tersebut adalah ovalbumin, lisozim dan ovotransferrin. Protein ini disintesis
dan disekresi oleh uterus (organ cangkang telur terkalsifikasi) dan terutama
dilokalisasi di lapisan basal dari cangkang telur.
2. Kelompok kedua terbuat dari banyak protein disalurkan pada jaringan lain.
Osteopontin adalah glikoprotein terfosforilasi di dalam tulang dan ginjal.
Protein ini terdapat dalam uterus dan terlokalisasi di cangkang telur.
Clusterin (protein sekretori) juga diidentifikasi sebagai cangkang dan
protein putih telur dimana berfungsi sebagai pendamping ekstraseluler [21].
2.2 AKTIVASI FISIKA
Aktivasi fisika adalah suatu perlakuan terhadap adsorben yang bertujuan
untuk memperbesar pori yaitu dengan cara memecahkan ikatan kimia atau
mengoksidasi molekul-molekul permukaan sehingga mengalami perubahan sifat
secara fisika yaitu luas permukaannya bertambah besar dan berpengaruh terhadap
daya adsorpsi. Tujuan dari proses ini adalah mempertinggi volume, memperluas
diameter pori dan dapat menimbulkan beberapa pori yang baru [8].
Metode aktivasi secara fisika antara lain dengan menggunakan uap air
(H2O), gas karbondioksida (CO2), oksigen (O2), dan nitrogen (N2). Gas-gas
tersebut berfungsi untuk mengembangkan struktur rongga yang ada pada adsorben
sehingga memperluas permukaannya, menghilangkan konstituen yang mudah
Dasar metode aktivasi terdiri dari perawatan dengan gas pengoksidasi pada
temperatur tinggi. Proses aktivasi menghasilkan CO2 yang tersebar dalam
permukaan adsorben karena adanya reaksi antara adsorben dengan zat adsorben
[22].
Adapun aktivasi fisika dilakukan dengan menggunakan alat furnace.
Furnace adalah sebuah peralatan yang digunakan untuk memanaskan bahan,
mengubah bentuknya dan sifat-sifatnya. Prinsip kerjanya adalah memanaskan
bahan sampel dengan memasukkan dalam ruang pemanas. Panas pada termokopel
berasal dari filamen yang diberi tegangan sehingga menimbulkan panas [23].
[image:33.595.212.425.293.544.2]Adapun gambar furnace ditampilkan pada gambar 2.3.
Gambar 2.3 Furnace [23]
2.3 PROSES KALSINASI ADSORBEN CANGKANG TELUR
Proses kalsinasi merupakan pemanasan zat padat dibawah titik leleh untuk
menghasilkan keadaan dekomposisi termal dari transisi fasa lain selain fasa
lelehan [24]. Kalsinasi adalah perlakuan termal yang dilakukan terhadap adsorben
agar terjadi dekomposisi senyawa yang berikatan kimia dengan adsorben, yaitu air
(H2O) dan karbondioksida (CO2). Kalsinasi merupakan proses endotermik yang
Kalsinasi diperlukan sebagai penyiapan serbuk untuk diproses lebih lanjut
dan juga untuk mendapatkan ukuran partikel yang optimum serta menggunakan
senyawa-senyawa dalam bentuk garam atau dihidrat menjadi oksida, membentuk
fase kristal. Peristiwa yang terjadi selama proses kalsinasi antara lain:
1. Pelepasan air bebas (H2O) dan terikat (OH) berlangsung sekitar suhu
1000C dan 3000C.
2. Pelepasan gas CO2 berlangsung sekitar suhu 6000C dan pada tahap ini
disertai terjadinya pengurangan berat yang cukup berarti
3. Pada suhu lebih tinggi (sekitar 8000C maupun lebih) struktur kristal sudah
terbentuk, dimana pada kondisi ini ikatan di antara partikel serbuk belum
kuat dan mudah lepas [26].
Produk-produk yang berguna diperoleh dari metode kalsinasi yang
melibatkan sistem pemanasan yang secara alternatif bisa dibagi menjadi tiga zona,
bagian atau periode pemanasan. Dalam periode pertama pemanasan, suhu
kalsinasi berkisar antara 350oC dimana terjadi perubahan zink karbonat (ZnCO3)
menjadi zink oksida (ZnO), yang mana memberikan efek yang menguntungkan
sebagai agen antibakteri. pH yang terbentuk pada suhu 350oC – 400oC sekitar
8,25. Pada temperatur ini, protein dari bahan organik dalam cangkang telur dapat
berguna sebagai produk makanan bernutrisi bagi kambing, ayam dan sebagainya.
Suhu kalsinasi yang lebih tinggi yaitu pada zona atau periode pemanasan
kedua dimana magnesium oksida (MgO) dihasilkan pada suhu sekitar 600oC dari
magnesium karbonat (MgCO3). Sedangkan pada suhu 500oC, cangkang telur
berisi 75% magnesium karbonat dan 25% magnesium oksida. pH dari MgO
sekitar 10 – 11 dimana memberikan kualitas bakteriostatik ke MgO. Lebih jauh
lagi, dengan lepasnya oksigen dari molekul MgCO3 selama pemanasan, ukuran
pori meningkat. Sebagai hasilnya bubuk cangkang telur kaya dengan MgO,
digunakan sebagai makanan atau tambahan makanan dan sebagai agen
antibakteria.
Temperatur kalsinasi konvensial untuk CaCO3 adalah 900oC. Aktivitas anti
mikroba terlihat pada cangkang telur yang dikalsinasi pada temperatur berkisar
dari 1000oC sampai 1200oC. Konversi sempurna dari CaCO3 menjadi CaO terjadi
Tabel 2.3 merupakan tabel dari suhu kalsinasi yang dilakukan pada tiga
[image:35.595.108.505.146.416.2]tahapan pemanasan.
Tabel 2.3 Suhu Kalsinasi pada Tiga Tahapan Pemanasan [24]
100oC 400oC 500oC 650oC 700oC 850oC 1200oC
CaCO3 pH 6,5 -
pH
7,78 pH 8 -
pH 11,5 50% CaCO3 50% CaO 100% CaO dengan meningkat-nya porositas, lebih besar luas permukaan
MgCO3 pH 6,9 -
75% MgCO3 25% MgO pH 10-11 Sifat bakterios-tatik, ukuran pori meningkat, kelarutan meningkat - -
ZnCO3 -
364oC ZnO 100% agen bakteriostatik
pH 8,25
- - -
2.4 CANGKANG TELUR SEBAGAI ADSORBEN
Salah satu metode alternatif untuk menghilangkan logam berat dari air
tercemar adalah dengan adsorpsi pada adsorben yang murah, seperti cangkang
telur bebek [27]. Salah satu keuntungan menggunakan biomaterial (cangkang telur
bebek) sebagai adsorben adalah mudah diregenerasi. Regenerasi dapat dilakukan
melalui desorpsi sehingga dapat dilakukan recovery logam-logam yang telah
disisihkan dan adanya reuse adsorben [28].
Cangkang telur yang berpori membuat dirinya menjadi bahan yang menarik
untuk dijadikan sebagai adsorben. Setiap cangkang telur mengandung
7.000-17.000 pori. Kandungan terpenting dalam cangkang telur adalah kalsium karbonat
(CaCO3) dimana terdiri dari 90% bahan tersebut [29]. Kalsium karbonat (CaCO3)
adalah komponen utama yang terdapat dalam kulit telur. CaCO3 berupa serbuk,
putih, tidak berbau, tidak berasa, stabil di udara, tidak larut dalam air, kelarutan
larut dalam asam nitrat dengan membentuk gelembung gas. Salah satu sifat kimia
dari CaCO3 adalah dapat menetralisasi asam [16].
Cangkang telur memiliki sifat-sifat adsorpsi yang baik, seperti struktur pori,
CaCO3 dan protein asam mukopolisakarida yang dapat dikembangkan menjadi
adsorben. Gugus fungsi terpenting dari protein asam mukopolisakarida adalah
karboksil, amina dan sulfat yang dapat mengikat ion logam berat untuk
membentuk ikatan ion. Selain itu, cangkang telur merupakan agen netralisasi
dimana semua jenis larutan mudah mengalami kesetimbangan sehingga logam
berat dapat mengendap dan terdeposit dalam partikel cangkang telur [3].
Limbah air buangan pada kondisi asam dapat menyebabkan serat protein di
cangkang telur bebek berkontraksi (menyusut) dan ditahan secara ketat, mencegah
terjadinya reaksi antara H+ dan CaCO3. Fenomena ini menyebabkan terjadinya
kenaikan kelarutan cangkang telur bebek, sehingga jumlah adsorbennya
meningkat [3].
2.5 ADSORBEN
Kebanyakan zat pengadsorpsi atau adsorben adalah bahan-bahan yang
sangat berpori, dan adsorpsi berlangsung terutama pada dinding-dinding pori atau
pada daerah tertentu di dalam partikel itu. Karena pori-pori adsorben biasanya
sangat kecil, maka luas permukaan dalamnya menjadi beberapa kali lebih besar
dari permukaan luar. Adsorben yang telah jenuh dapat diregenerasi agar dapat
digunakan kembali untuk proses adsorpsi [30].
Syarat-syarat adsorben yang baik, antara lain [31]:
1.Mempunyai daya jerap yang tinggi.
2.Berupa zat padat yang mempunyai luas permukaan yang besar.
3.Tidak boleh larut dalam zat yang akan diadsorpsi.
4.Tidak boleh mengadakan reaksi kimia dengan campuran yang akan
dimurnikan.
5.Dapat diregenerasi kembali dengan mudah.
6.Tidak beracun.
7.Tidak meninggalkan residu berupa gas yang berbau.
2.6 KLASIFIKASI ADSORBEN
2.6.1 Berdasarkan Sifatnya Terhadap Air
Tabel 2.4 merupakan klasifikasi adsorben berdasarkan kemampuan
menjerap air.
Tabel 2.4 Penggolongan Adsorben berdasarkan Kemampuan Menjerap Air [30]
Jenis Penyusun Struktur
Hidrofobik Polimer Karbon Aktif Molecular sieve karbon, Silikat
Hidrofilik Silika Gel Alumina Aktif
Zeolit: 3A (KA), 4A (NaA), 5A (CaA), 13X (NaX),
Mordenite, Chabizite dan
lain-lain
2.6.2 Berdasarkan Jenisnya
Klasifikasi adsorben berdasarkan jenisnya terbagi menjadi:
1. Adsorben Karbon
Adsorben karbon seperti karbon aktif, kokas aktif, karbon molecular sieve
adalah bahan padat berpori tinggi dimana karena sifat permukaan menyebabkan
terakumulasinya bahan organik dan non polar [32]. Adsorben karbon diproduksi
dari bahan organik seperti kayu, kokas petroleum, gambut, batu bara, cangkang
kelapa sawit, antrasit, inti plum, cangkang kelapa, sekam padi, lignin, serbuk
gergaji, benih sekam, tulang, dan lain-lain [33].
Karbon aktif merupakan jenis adsorben yang paling terkenal dan banyak
digunakan dalam pengolahan air limbah. Proses pembuatan karbon aktif terdiri
dari dehidrasi, karbonisasi bahan baku dan aktivasi. Proses karbonisasi mengubah
bahan organik menjadi karbon primer dimana merupakan campuran abu, tar,
karbon amorphous, dan kristal karbon. Selama karbonisasi, produk yang
terdekomposisi/tar terdeposisi di pori-pori, kemudian dihilangkan pada proses
aktivasi. Aktivasi terdiri dari dua proses, yaitu pemanasan yang menyebabkan
dekomposisi produk (tar) yang amorphous dan perbesaran ukuran pori [33].
Gambar 2.4 Karbon Aktif [34]
2. Silika gel
Silika gel bersifat inert, tidak beracun, polar dan bentuk amorphous stabil (<
4000C) dari SiO2. Silika gel merupakan hasil reaksi dari sodium silikat dan asam
asetat, kemudian mengalami proses aging, pickling, dan lain-lain. Adsorben
silikat yang berhubungan termasuk magnesium silikat, kalsium silikat, dan
lain-lain [35]. Silika gel umumnya digunakan sebagai adsorben untuk senyawa polar.
Selain itu, juga dapat digunakan untuk menyerap ion-ion logam dengan prinsip
pertukaran ion namun kemampuannya untuk menyerap logam terbatas [36].
Kemampuan adsorpsi dan sifat kimia silika gel sangat tergantung pada
keberadaan struktur grup Si-OH pada permukaan. Kelebihan dari silika gel adalah
tidak terbakar, kekuatan mekanik yang baik, dan regenerasi pada suhu rendah
100-2000C [37]. Adapun gambar silika gel ditunjukkan pada gambar 2.5.
3. Zeolit (Molecular Sieve)
Zeolit adalah kristal silikat dengan rumus kimia Me2/nO.Al2O3.xSiO2.yH2O
(n = valensi) terdiri dari oksida alkali atau logam alkali tanah (Na, K, Ca) dan
dikarakterisasi dengan struktur pori dengan dimensi masing-masing pada rentang
ukuran molekul. Pemisahan molecular sieve berdasarkan pada ukuran molekul
dan bentuk disebabkan ukuran pori yang kecil (< 1 nm) dan distribusi pori yang
sempit [37]. Beberapa spesimen zeolit berwarna putih, kebiruan, kemerahan,
coklat karena hadirnya oksida besi atau logam lainnya. Struktur zeolit dapat
dibedakan dalam tiga komponen yaitu rangka aluminosilikat, ruang kosong saling
berhubungan yang berisi kation logam dan molekul air dalam fase occluded. Sifat
kimia zeolit antara lain mengalami hidrasi pada suhu tinggi, sebagai penukar ion,
dan mengadsorpsi gas dan uap [1]. Adapun gambar zeolit ditunjukkan pada
gambar 2.6.
Gambar 2.6 Zeolit [39, 40]
4. Polimer
Beberapa adsorben polimer bersifat hidrofilik dan ada yang bersifat
hidrofobik. Harga adsorben polimer sepuluh kali lebih mahal dibandingkan
adsorben lainnya. Aplikasi adsorben ini adalah proses recovery dan pemurnian
antibiotik dan vitamin, penghilangan warna (decolorization), pemisahan bahan
organik halogen dari air, perawatan limbah industri tertentu seperti larutan fenol
dan recovery VOC dari off-gas. Contoh adsorben polimer adalah polistirena
5. Alumina Aktif
Alumina aktif diproduksi dari alumina yang terhidrasi (Al2O3.nH2O) dimana
n = 1 atau 3, dengan cara dehidrasi (kalsinasi) pada kondisi terkontrol untuk
mendapatkan n = 0,5. Ketika alumina terhidrasi dipanaskan, grup hidroksil
meninggalkan struktur bahan padat berpori dari alumina aktif. Bahan ini berwarna
putih, transparan, dan berkapur [41].
Alumina aktif digunakan untuk menghilangkan uap air dari gas,
menghilangkan limbah logam berat seperti As(V), Cl-, F-, PO43- dari air [33].
Adapun gambar alumina aktif ditunjukkan pada gambar 2.7.
Gambar 2.7 Alumina Aktif [42]
Berikut merupakan tabel sifat fisik beberapa jenis adsorben komersial yang
sering digunakan dalam pengolahan air limbah ditunjukkan pada tabel 2.5.
Tabel 2.5 Sifat Fisik Beberapa Jenis Adsorben Komersial [37, 43]
Adsorben Sifat
Diameter Pori (A0)
Porositas Partikel
Densitas Partikel (g/cm3)
Luas Permukaan
(m2/g) Alumina
aktif
Hidrofilik,
amorphous 10-75 0,5 1,25 320
Silika gel Hidrofolik/ hidrofobik amorphous
22-26 0,47 1,09 750-850
Karbon aktif
Hidrofobik,
Karbon molecular -sieve
Hidrofobik 2-10 0,35-0,5 0,98 400
Zeolit molecular -sieve Hidrofilik polar, kristal
3-10 0,2-0,5 1,4 600-700
Adsorben polimer
Hidrofobik, amorphous
40-25 0,4-0,55 - 80-700
2.6.3 Berdasarkan Ukuran Pori
Tabel 2.6 berikut ini adalah klasifikasi adsorben berdasarkan ukuran pori adsorben.
Tabel 2.6 Penggolongan Adsorben Berdasarkan Ukuran Pori [30]
Tipe Diameter Pori (ω) Karakteristik
Mikropori ω < 2 nm Superimposed wall potentials
Mesopori 2 nm < ω > 50 nm Kondensasi kapiler
Makropori ω > 50 nm Efektif pada dinding tipis
Pada mikropori, diameter antarpori sangat kecil sehingga terjadi
tarik-menarik antara dinding pembentuk pori yang saling berlawanan. Tarik-tarik-menarik
tersebut menimbulkan energi potensial sehingga menghasilkan hasil penjerapan
yang kuat. Pada makropori, terjadi difusi molekul ke dalam partikel pori. Untuk
adsorpsi fasa gas, molekul tidak akan mengisi adsorbat sampai fasa gas menjadi
jenuh [30].
2.7 PEMILIHAN JENIS – JENIS ADSORBEN
Berdasarkan pemilihan cara pengolahan limbah logam berat maka dipilih
proses adsorpsi untuk mengolah limbah logam berat. Pada saat ini dalam berbagai
penelitian telah menggunakan berbagai macam jenis adsorben. Adapun setiap
jenis adsorben masing-masing memiliki kelemahan dan kelebihan dimana
ditampilkan pada tabel 2.7.
Dari beberapa sifat kelemahan dan kelebihan pada setiap jenis adsorben
Tabel 2.7 Kelemahan dan Kelebihan Jenis – Jenis Adsorben Bahan Adsorben Kelebihan Kelemahan Tempurung Tanaman
Banyak tanaman yang memiliki tempurung seperti tanaman jarak pagar dan kemiri. Tanaman ini akan diolah menjadi arang aktif. Arang aktif inilah yang sama dengan karbon aktif. Namun tidak semua tanaman memiliki kapasitas adsorpsi yang sama. Maka dari itu selalu dicari tanaman yang dapat diolah menjadi adsorben dan memiliki kapasitas adsorpsi yang sama dengan karbon aktif [44].
Karena tidak semua tanaman memiliki kapasitas penjerapan yang sama maka tidak semua tanaman layak digunakan untuk diolah menjadi karbon aktif. Dengan demikian, bahan baku adsorben karbon aktif semakin berkurang dan membuat harganya menjadi mahal [44].
Batu Kapur Batu kapur memiliki kalsit pada permukaannya sehingga ikatan antara logam Cd (II) dan Pb (II) dan adsorben membentuk larutan padat yang stabil [45].
Batu kapur memiliki kegunaan lain selain sebagai adsorben, sehingga penggunaan batu kapur sebagai adsorben akan menjadi semakin sedikit [45].
Cangkang Telur
Cangkang telur merupakan limbah yang tidak bersifat ekonomis. Jumlah cangkang telur terdapat di lingkungan dalam jumlah yang banyak dan harga yang murah. Selain itu, cangkang telur memiliki kalsit yang sama seperti batu kapur sehingga dapat digunakan sebagai adsorben [12].
Kapasitas penjerapan dari cangkang telur tidak sebesar kapasitas penjerapan batu kapur [12].
Birnessite Sintesis
Birnessite sintesis merupakan hasil
kalsinasi antara asam sitrat dengan
KMnO4. Birnessite ini merupakan
adsorben yang baik dalam penjerapan logam Cd [46].
Pembuatan Birnessite sintesis ini lebih mahal. Hal ini disebabkan penggunaan bahan kimia dalam pembuatan adsorben seperti asam sitrat, KMnO4 dan HCl [46].
Limbah Serbuk Kayu
Pada limbah serbuk kayu memiliki lignin yang dapat digunakan sebagai adsorben untuk menjerap logam Cu [46].
dapur yang banyak dibuang dari perumahan, hotel, rumah makan dan lain
sebagainya. Selain itu, cangkang telur bernilai non ekonomis karena tidak
memiliki manfaat bagi masyarakat. Dengan mengetahui bahwa pada cangkang
telur mengandung kalsit (CaO) yang dapat menjerap logam berat maka cangkang
telur digunakan sebagai adsorben yang sesuai untuk proses adsorpsi dalam
penelitian ini.
2.8 LIMBAH KADMIUM (Cd)
Logam Kadmium (Cd) memiliki karakteristik berwarna putih keperakan
seperti logam aluminium, tahan panas dan tahan terhadap korosi. Logam
Kadmium (Cd) biasanya selalu dalam bentuk campuran dengan logam lain
terutama dalam pertambangan timah hitam dan seng [48]. Berikut ditampilkan
gambar logam kadmium (Cd) pada gambar 2.8.
Gambar 2.8 Logam Kadmium (Cd) [49]
Kadmium (Cd) digunakan untuk cat, campuran gigi, bahan pengganti untuk
timah/kaleng, batere, alloys, electroplating, pelapisan (coating), dan stabilizer
untuk plastik [50]. Sifat – sifat fisik kadmium (Cd) ditampilkan pada tabel 2.8.
Tabel 2.8 Sifat Fisik Kadmium [51] Sifat- Sifat Fisika
Nama Kadmium
Simbol Cd
Nomor atom 40
Massa Atom Relatif 112,4
Titik Didih 7670C
Logam berat masuk ke dalam jaringan tubuh makhluk hidup melalui
beberapa cara seperti pernafasan, pencernaan dan penetrasi melalui kulit. Di
dalam tubuh hewan logam diabsorpsi darah, berkaitan dengan protein darah yang
kemudian didistribusikan ke seluruh jaringan tubuh [52].
Logam Kadmium (Cd) akan mengalami proses biotransformasi dan
bioakumulasi dalam organisme hidup (tumbuhan, hewan dan manusia). Dalam
tubuh biota perairan jumlah logam yang terakumulasi akan terus mengalami
peningkatan (biomagnifikasi) dan dalam rantai makanan biota yang tertinggi akan
mengalami akumulasi kadmium (Cd) yang lebih banyak [53].
Kadmium (Cd) dalam tubuh terakumulasi dalam hati dan terutama terikat
sebagai metalotinein. Di dalam senyawa metalotinein mengandung unsur sistein.
Unsur sistein merupakan ion logam kadmium (Cd) yang terikat dalam gugus
sufhidril (-SH) dalam enzim seperti karboksil, sistenil, histidil, hidroksil dan
fosfatil dari protein purin. Kemungkinan besar pengaruh toksisitas kadmium (Cd)
disebabkan oleh interaksi antara kadmium (Cd) dan protein tersebut, sehingga
menimbulkan hambatan terhadap aktivitas kerja enzim dalam tubuh [52].
Kadmium (Cd) merupakan salah satu jenis logam berat yang berbahaya
karena elemen ini berisiko tinggi terhadap pembuluh darah. Kadmium (Cd)
berpengaruh terhadap manusia dalam jangka waktu panjang dan dapat
terakumulasi pada tubuh khususnya hati dan ginjal. Menurut Peraturan
Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengolahan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air konsentrasi Cd (II) yang aman untuk air minum
manusia tidak lebih dari 1 ppm [53].
2.9 ADSORPSI
Adsorpsi adalah proses pemisahan dimana komponen tertentu dari suatu
fase fluida berpindah ke permukaan zat padat yang menjerap (adsorben). Biasanya
partikel-partikel kecil, zat penjerap ditempatkan dalam suatu hamparan tetap
kemudian fluida dialirkan melalui hamparan tersebut sampai zat padat itu
mendekati jenuh dan proses pemisahan yang dikehendaki tidak dapat berlangsung
Adsorpsi biasanya dapat dijelaskan dari tegangan permukaan suatu zat
padat. Molekul-molekul yang ada dalam zat padat mendapat gaya-gaya yang tidak
sama, sehingga untuk mengimbangi gaya-gaya bagian dalam maka
molekul-molekul, biasanya gas atau liquid menjadi tertarik ke permukaan. Gaya ini relatif
rendah dan disebut gaya Van der Waals.
Dalam peristiwa adsorpsi, zat-zat yang tertarik pada permukaan zat padat
disebut dengan adsorbat, sedangkan adsorben adalah suatu adsorber dalam suatu
peristiwa adsorpsi [54]. Gambar 2.9 adalah sketsa proses adsorpsi yang terjadi.
Gambar 2.9 Proses Adsorpsi [55]
Proses adsorpsi terjadi pada permukaan pori-pori dalam adsorben, sehingga
untuk bisa teradsorpsi, logam dalam cairan mengalami proses-proses sebagai
berikut [2]:
1. Perpindahan massa logam dari cairan ke permukaan adsorben.
2. Difusi dari permukaan adsorben ke dalam adsorben melalui pori.
3. Perpindahan massa logam dari cairan dalam pori ke dinding pori
adsorben.
4. Adsorbsi logam pada dinding pori adsorben.
Adsorben Fasa Padat
Heterogen Homogen
Adsorpsi Desorpsi Fasa Cair
Faktor-faktor yang mempengaruhi adsorpsi adalah sebagai berikut [56]:
1. Jenis adsorbat
a) Ukuran molekul adsorbat
Ukuran molekul yang sesuai merupakan hal penting agar proses
adsorpsi dapat terjadi, karena molekul-molekul yang dapat
diadsorpsi adalah molekul-molekul yang diameternya lebih kecil
atau sama dengan diameter pori adsorben.
b) Kepolaran zat
Apabila berdiameter sama, molekul-molekul polar lebih kuat
diadsorpsi daripada molekul-molekul tidak polar.
Molekul-molekul yang lebih polar dapat menggantikan Molekul-molekul-Molekul-molekul
yang kurang polar yang terlebih dahulu teradsorpsi.
2. Karakteristik adsorben
a) Kemurnian adsorben
Sebagai zat untuk mengadsorpsi, maka adsorben yang lebih
murni lebih diinginkan karena kemampuan adsorpsi lebih baik.
b) Luas permukaan dan volume pori adsorben
Jumlah molekul adsorbat yang teradsorpsi meningkat dengan
bertambahnya luas permukaan dan volume pori adsorben.
3. Tekanan (P)
Tekanan yang dimaksud adalah tekanan adsorbat. Kenaikan tekanan
adsorbat dapat menaikkan jumlah yang diadsorpsi.
4. Temperatur absolut (T)
Temperatur yang dimaksud adalah temperatur adsorbat. Pada saat
molekul-molekul gas atau adsorbat melekat pada permukaan
adsorben akan terjadi pembebasan sejumlah energi yang dinamakan
peristiwa eksotermis. Berkurangnya temperatur akan menambah
jumlah adsorbat yang teradsorpsi demikian juga untuk peristiwa
sebaliknya.
5. Interaksi potensial (E)
Interaksi potensial antara adsorbat dengan dinding adsorben sangat
2.10PROSES PEMBUATAN ADSORBEN DAN KARAKTERISASI
Tabel 2.9 Daftar Nama Peneliti, Judul Penelitian, Proses Pembuatan dan Karakterisasi Adsorben Cangkang Telur
Nama, Tahun Judul Penelitian Proses Pembuatan Adsorben dan Karakterisasi
Muhammad dkk, 2012
Adsorpsi komponen lignosulfonat dengan menggunakan serbuk cangkang telur
Membran dipisahkan dari cangkang telur ayam dengan tangan. Cangkang telur kemudian dicuci dengan air distilasi, dikeringkan, digiling menjadi serbuk dengan ukuran partikel 50, 100, 150 µm dan disimpan dalam desikator. Karakterisasinya dengan menggunakan SEM (JEM-2010, JEOL);
X-raydiffraction (pengukuran dengan RINT 2000) [57].
Nacera dan Aicha, 2007
Model kesetimbangan dan kinetika adsorpsi Fe dengan cangkang telur pada sistem batch : efek suhu
Cangkang telur ayam dicuci dengan air keran selama beberapa kali, kemudian air redistilasi selama 3 kali. Selanjutnya, dikeringkan di oven pada suhu 700C. Cangkang telur yang telah kering kemudian disaring melewati ayakan sieve untuk mendapatkan ukuran 50-315 µm [27].
R. Bhaumik et al, 2011
Adsorben serbuk cangkang telur bebek dalam menjerap fluoride dari larutan : studi kesetimbangan, kinetika dan termodinamika
Cangkang telur dicuci dengan air distilasi selama dua kali. Kemudian, dikeringkan di oven pada 1100C selama 12 jam. Selanjutnya, digiling dan diayak dengan ukuran 100, 150, 250, 300, 350 µm mesh. Karakterisasi
adsorben menggunakan SEM analyzer (HITACHI, S-530, SEM dan ELKO
Engineering), IR Spectrum, dan FTIR [4].
P. Pongtonglor et al, 2011
Utilisasi limbah cangkang telur sebagai adsorben humiditas
Tabel 2.9 Lanjutan Daftar Nama Peneliti, Judul Penelitian, Proses Pembuatan dan Karakterisasi Adsorben Cangkang Telur
Nama, Tahun Judul Penelitian Proses Pembuatan Adsorben dan Karakterisasi
W.T. Tsai et al, 2005 Karakterisasi dan sifat adsorpsi
cangkang telur dan membran
Cangkang telur yang mengandung membran disimpan dalam air es. Cangkang telur ayam distripping dari membrannya setelah mengalami pembersihan. Membran tersebut direndam dalam larutan asam asetat 70% selama dua hari untuk melarutkan residu cangkang telur, kemudian dicuci dengan air deionisasi untuk melemahkan asam dan dikeringkan di oven
pada suhu 500C selama 2 hari. Kemudian, cangkang telur dan membrannya digiling menjadi partikel serbuk sebagai adsorben. Karakterisasinya menggunakan analisa SEM (JEOL JXA-840) beroperasi pada 20 kV, FTIR,
dan analisis komponen dengan elemental analyzer (CHN-O-RAPID,
Heraeus Co., Germany) [10].
S.E. Ghazy et al, 2008
Pemisahan kromium (III) dan kromium (VI) dari sampel air lingkungan dengan menggunakan adsorben cangkang telur
Cangkang telur dicuci dengan air dan dikeringkan selama 2 jam di oven
pada suhu 1250C, selanjutnya didinginkan sampai suhu ruangan,
dihancurkan, diayak dengan ukuran 25-63 µm. Sampel tersebut disimpan ke dalam desikator. Karakterisasi komponen kimia menggunakan analisis
infrared (Mattson 5000 FT-IR Spectrofotometer). Selain itu, pengukuran konsentrasi menggunakan AAS dan Unicam UV 2100 UV-Vis [58].
A.A. Bawa Putra dkk, 2008
Studi adsorpsi-desorpsi logam timbal (Pb) dalam larutan dengan cangkang telur ayam
Cangkang telur ayam dibersihkan dan dibilas dengan aquades, kemudian dikeringkan dalam udara bebas. Setelah kering, cangkang telur ayam digerus dan diayak. Ukuran sampel yang diambil adalah sampel yang lolos ayakan 250 µm dan tertahan pada ayakan 106 µm (106 µm-250 µm). Serbuk cangkang telur ayam ini kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 1100C selama 1 jam. Setelah itu, disimpan dalam desikator. Penentuan luas permukaan adsorben digunakan metode metilen biru dengan peralatan Spektrofotometer UV-Vis dan pengukuran konsentrasi dengan peralatan AAS [12].
Tabel 2.9 Lanjutan Daftar Nama Peneliti, Judul Penelitian, Proses Pembuatan dan Karakterisasi Adsorben Cangkang Telur
Nama, Tahun Judul Penelitian Proses Pembuatan Adsorben dan Karakterisasi
I.M.Muhammad, 2012
Penjerapan crude oil dari air dengan menggunakan cangkang telur
Cangkang telur dihancurkan, dicuci dengan air selama beberapa kali dan dikeringkan. Selanjutnya, digiling, diayak dengan ayakan 212-63 µm dan dicuci dengan air distilasi. Kemudian, cangkang telur dikeringkan di oven
pada suhu 700C selama 24 jam. Karakterisasi menggunakan FTIR, SEM, dan EDX [13].
Nuttawan dan Nuttakan,
2006
Adsorpsi zat warna reaktif dengan menggunakan cangkang telur dan membran
Untuk menghindari dekomposisi, cangkang telur dicuci dengan air keran, kemudian direbus dengan air distillasi, dan dikeringkan pada suhu 1050C di
oven selama 2 jam. Membran dilepaskan dari cangkang telur kemudian digiling secara terpisah dengan blender. Serbuk cangkang telur diayak untuk mendapatkan partikel dengan variasi ukuran. Penentuan konsentrasi larutan zat warna reaktif dilakukan dengan peralatan Spektrofotometer UV-1201 Shimadzu [29].
Chumlong et al, 2007
Penjerapan logam Pb dari limbah baterai dengan cangkang telur
Cangkang telur ayam dan bebek biasa dan direbus masing-masing dicuci dengan air keran beberapa kali kemudian dikeringkan dan dipanaskan di
oven pada suhu 400C selama 30 menit (komponen protein dapat
2.11 DESKRIPSI PROSES
Berdasarkan pemilihan proses pembuatan adsorben cangkang telur bebek
dan karakterisasinya yang ditunjukkan pada tabel 2.9, maka dipilih proses
pembuatan adsorben cangkang telur bebek dengan suhu aktivasi 110, 600, dan
8000C untuk mengetahui hubungan suhu aktivasi terhadap sifat fisik dan
karakteristik adsorben, % berat sampel hilang selama proses aktivasi, dan luas
permukaan adsorben. Pada penelitian ini, tidak dilakukan percobaan pada
cangkang telur bebek yang tidak mengalami aktivasi. Hal ini disebabkan karena
dengan perlakuan termal maka struktur pori adsorben lebih terbuka dan semakin
banyak CaCO3 yang terdekomposisi menjadi CaO sehingga lebih efektif dalam
menjerap logam berat. Selain itu, tidak dilakukan proses aktivasi kimia misalnya
dengan penambahan HCl, NaOH, dan lain-lain karena pertimbangan biaya.
Berdasarkan pemilihan jenis adsorben, dipilih adsorben cangkang telur
untuk digunakan sebagai adsorben dalam penjerapan limbah logam berat Cd(II).
Hal ini terlihat bahwa kalsit (CaO) pada cangkang telur dapat digunakan untuk
menjerap ion logam berat Cd(II). Selain itu, cangkang telur murah dan dapat
ditemukan di lingkungan. Jenis cangkang telur yang digunakan adalah cangkang
telur bebek. Hal ini didasarkan pada hasil penelitian Arunlertaree [3], cangkang
telur bebek memiliki % penyisihan yang paling besar. Maka dari itu, cangkang
telur bebek digunakan dalam proses adsorpsi logam berat.
Berdasarkan pemilihan proses pengolahan limbah logam berat, dipilih
proses adsorpsi untuk mengolah limbah logam berat. Proses adsorpsi merupakan
proses yang lebih banyak dipilih dalam dunia industri. Hal ini disebabkan biaya
yang murah dan kapasitas dari adsorpsi yang baik untuk digunakan dalam
penjerapan limbah logam berat.
Berdasarkan ketiga hal di atas, maka dilakukanlah penelitian mengenai
karakterisasi adsorben cangkang telur bebek yang diaktivasi secara termal.
Cangkang telur yang digunakan akan diolah lebih lanjut sebagai adsorben.
Cangkang telur akan dicuci dan digerus sehingga diperoleh serbuk cangkang telur
yang lolos ayakan 140 mesh. Serbuk cangkang telur akan dipanaskan pada suhu
110oC, 600oC dan 800oC untuk dikarakterisasi. Adapun karakterisasi
Adsorben yang telah dihasilkan pada berbagai suhu aktivasi akan ditentukan
luas permukaannya. Penentuan luas permukaan adsorben dilakukan dengan
pengujian metilen biru. Selanjutnya, adsorben dengan luas permukaan yang paling
besar pada salah satu suhu aktivasi digunakan dalam penelitian proses adsorpsi.
Proses adsorpsi penelitian ini digunakan larutan logam Cd(II). Larutan ini
akan diadsorpsi dengan adsorben cangkang telur bebek pada suhu aktivasi terbaik.
Proses adsorpsi ini akan dibantu dengan menggunakan pengadukan dari magnetic
stirrer. Filtrat akan diambil setiap 10 menit sampai 110 menit. Filtrat yang
diambil akan diuji dengan menggunakan peralatan Spektrofotometer AAS. Data
yang diperoleh dari peralatan AAS akan diolah untuk memperoleh jumlah logam
Cd(II) yang teradsorpsi sehingga menunjukkan kemampuan adsorben dalam
menjerap logam Cd(II).
2.12 ANALISA BIAYA
Analisa biaya proses pembuatan adsorben ini dibandingkan antara adsorben
komersial seperti karbon aktif dengan adsorben cangkang telur bebek. Jadi,
analisa biaya ditinjau dari segi biaya dan jumlah adsorben yang dibutuhkan dalam
menjerap logam Cd(II).
Salah satu adsorben alternatif adalah cangkang telur bebek dimana memiliki
sifat-sifat adsorpsi yang baik, seperti struktur pori, CaCO3 dan protein asam
mukopolisakarida yang dapat dikembangkan menjadi adsorben [3].
Berdasarkan penelitian ini bahwa dalam proses adsorpsi logam Cd(II) oleh
adsorben cangkang telur bebek dimana 1 liter larutan logam Cd(II) 12,5 ppm
dibutuhkan 1,5 gram adsorben. Jadi, pada skala industri dengan 1000 liter larutan
logam Cd(II) 12,5 ppm dibutuhkan 1,5 kg adsorben.
Bahan baku adsorben berupa limbah cangkang telur bebek, jadi tidak
diperlukan biaya bahan baku. Adapun biaya ditinjau dari segi tempat saja. Luas
ruangan yang dibutuhkan sekitar 50 m2 maka berikut adalah estimasi biaya
tempat:
50 m2 X Rp 100.000,-/m2 = Rp 5.000.000,00
Maka estimasi total biaya yang diperlukan untuk pembuatan adsorben
1. Biaya Tempat = Rp 5.000.000,00
Total = Rp 5.000.000,00
Adsorben yang biasanya d