Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
PRAPTI ANGGOROWATI 1110054100050
PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar Srata 1 di Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penelitian ini telah dicantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah, Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah ,Jakarta.
Jakarta, 24 Agustus 2014
i
ABSTRAK
Prapti Anggorowati 1110054100050
Evaluasi Hasil Metode Terapi SEFT Bagi Pecandu Rokok.
Rokok merupakan masalah terbesar di Indonesia. Indonesia sebagai Negara mayoritas muslim tertulis oleh fatwa MUI rokok haram hukumnya, namun belum ada Undang-undang RI tentang pelarangan merokok. Banyak perokok yang ingin berhenti merokok, namun tidak tahu bagaimana cara berhenti dalam jangka panjang. Berhenti merokok adalah hal paling sulit yang dilakukan oleh
orang yang sudah kecanduan rokok. Terapi Spiritual Emotional Freedom
Technique (SEFT) hadir untuk menangani problema masalah fisik maupun psikis salah satunya adalah untuk terapi penyembuhan masalah rokok.
SEFT merupakan perpaduan antara ilmu Akupuntur dan Psikologi yang disempurnakan dengan sentuhan Spiritual yang bersifat universal. SEFT berusaha untuk menyembuhkan pasien dengan teknik penggabungan dari 15 teknik terapi yang telah dipraktekkan oleh banyak ahli psikologi, psikiater, maupun terapis di seluruh dunia yang kemudian dikemas menjadi lebih sederhana tetapi mempunyai dampak yang luar biasa.
Atas dasar pemaparan diatas penulis bermaksud meneliti dan melakukan evaluasi hasil metode Terapi SEFT bagi pecandu rokok. Penelitian ini
menggunakan purposive sampling, yakni dalam pemilihan informan penulis
memilih 4 klien dengan 2 laki-laki dan 2 perempuan perokok, 3 terapis yang menangani klien, dan 1 pendiri Terapi SEFT. Penulis melakukan pengamatan ketika terapi berlangsung. Untuk teknik wawancara penulis melakukan wawancara kepada informan yang telah penulis tentukan. Penulis juga mengumpulkan dokumen yang bersifat resmi dalam penelitian ini.
ii
Bismillahirohmanirohim alhamdulillahirobil ‘alamin. Puji syukur
senantiasa penulis panjatkan senantiasa kehadirat Allah SWT pemilik segala daya
dan upaya, kekuasaannya serta yang telah juga memberikan rahmat hidayahnya kepada hambanya. Shalawat serta salam senantiasa tetap tercurah limpahkan kepada junjungan dan panutan umat manusia Baginda Rasullulah Muhammad
SAW yang telah memberikan suri taudalan dalam kehidupan bermasyarakat, bernegara, dan berbangsa. Penyertaan sholawat diharapkan semoga dapat memberikan safa’at dikemudian hari. Karena tidak terlepas kuasanya penulis
dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
Skripsi yang berjudul “Evaluasi Hasil Metode Terapi Spiritual
Emotional Freedom Technique (SEFT) Bagi Pecandu Rokok” ini disusun guna memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.sos), pada Jurusan
Kesejahteraan Sosial, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dapat terselesaikannya penulisan skripsi ini tidaklah luput dari sumbangsih berbagai pihak. Maka dalam kesempatan ini
penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, selaku Rektor UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Dr. Arief Subhan, M.A sebagai Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu
iii penyusunan skripsi.
4. Ibu Siti Napsiyah, MSW sebagai Ketua Program Studi Kesejahteraan
Sosial,
5. Bapak Ahmad Zaky, M.Si sebagai Sekretaris Program Studi Kesejahteraan
Sosial.
6. Segenap Dosen Pengajar pada Program Studi Kesejahteraan Sosial.
7. Bapak Rakiyo dan Ibu Lestari, selaku kedua Orang Tua penulis yang telah
memberikan do’a, semangat, dan kesabaran kepada penulis.
8. Bude dan Pakde, Keluarga penulis yang telah memberikan semangat.
9. Bapak Ahmad Faiz Zainuddin, M.Sc, selaku Pendiri Terapi SEFT.
10.Ibu Rosa Sartika Utami. S.Kom.i, Selaku perwakilan manajemen
PT.ALBI, yang telah mengizinkan penulis dalam melakukan penelitian.
11.Para Terapis SEFT yang telah membantu penulis dalam penelitian.
12.Kakak penulis, Ka Erly, Mas Widi, Imam, Ka Yuni, Mas Erwan yang
penulis hormati.
13.Arifin, orang yang spesial yang selalu mendukung dan menyemangati
penulis.
14.Sahabat dekat penulis Lusi Melani dan Noviyani yang telah setia dalam
membantu penulis dalam suka dan duka.
15.Para My Genggongs Fifi, Ika, Pite, Shabrina, Tina, Eky, Putera, lufiarna.
16.Kawan seperjuangan Tanjung Pasir Jehan, Dysa, Udin, Miftah, Fadly,
iv
18.Teman-teman Kessos angkatan 2010 yang penulis banggakan. Dan
terakhir,
19.Kepada semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, yang
telah mendukung baik secara langsung maupun tidak langsung dalam
penulisan skripsi ini.
Semoga Allah SWT, memberikan dan melimpahkan rahmat dan karunia-Nya atas segala bantuan yang telah diberikan kepada penulis. Penulis berharap
semoga penulisan skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
Jakarta, 24 Agustus 2014
Penulis,
v
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI. ... v
DAFTAR TABEL.. ... viii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. ... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah... 8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian. ... 9
D. Metodologi Penelitian. ... 10
E. Pedoman Penulisan Skripsi. ... 19
F. Tinjauan Pustaka. ... 19
G. Sistematika Penulisan. ... 20
BAB II LANDASAN TEORI A. Evaluasi. ... 22
1. Pengertian Evaluasi. ... 22
2. Model Evaluasi... 23
3. Kriteria Evaluasi... 26
vi
1. Pengertian Terapi. ... 28
2. Fungsi dan Tujuan. ... 28
C. Rokok. ... 29
1. Pengertian Rokok. ... 29
2. Jenis Tembakau. ... 30
3. Dampak Merokok... 33
BAB III PROFIL PERUSAHAAN A. Sejarah Singkat Perusahaan ... 37
B. Visi Dan Misi. ... 38
C. Alamat Perusahaan. ... 39
D. Struktur Organisasi. ... 40
E. Terapi SEFT ... 42
F. Alur Pendaftaran Pasien ... 48
G. Tahapan Terapi SEFT ... 49
H. Tujuan Terapi SEFT ... 53
I. Profil Founder. ... 54
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA A. Tahapan Terapi SEFT Bagi Pecandu Rokok ... 56
B. Evaluasi Hasil Metode Terapi SEFT... 65
1. Efisiensi ... 65
2. Efektivitas ... 66
vii
B. Saran. ... 76
viii
1. Tabel 1. Rancangan Informan. ... 15
2. Tabel 2. Struktur Organisasi ... 40
3. Tabel 3. Jumlah Karyawan ... 41
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia memiliki berbagai macam masalah sosial. Salah satu masalah sosial yang dekat dengan lingkungan adalah masalah rokok.
Merokok sendiri bukanlah hal yang dianggap tabu oleh masyarakat kita, meskipun yang melakukannya adalah anak yang masih duduk di bangku sekolah. Hal ini sangat memprihatinkan, karena sebagaimana diketahui
bahwa di dalam rokok terdapat banyak zat beracun yang akan mengganggu kesehatan tubuh kita.
Beberapa jam tidak merokok membuat mereka gelisah dan mulut
terasa tidak enak sehingga bingung melakukan sesuatu. Kecanduan rokok sudah menjadi masalah serius yang dihadapi dunia. Dirjen Pengendalian
Penyakit dan Penyehatan Lingkungan atau disingkat P2PL Kementrian Kesehatan atau disingkat Kemenkes, Tjandra Yoga Aditama mengatakan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2011 Indonesia masih menjadi
negara ketiga dengan jumlah perokok aktif terbanyak di dunia 61,4 juta perokok setelah Cina dan India, sekitar 60 persen pria dan 4,5 persen
perokok pasif. Persentase perokok di kalangan remaja usia 15-19 tahun
sebesar 38,4 persen laki-laki dan 0,9 persen perempuan.1
Rokok secara luas telah menjadi salah satu penyebab kematian
terbesar di dunia. Diduga hingga menjelang tahun 2030 kematian akibat merokok akan mencapai 10 juta orang pertahunnya. Sejauh ini, wabah rokok telah terjadi di Negara-negara maju. Dan pada tahun 2030
diperkirakan tidak kurang dari 70 persen kematian yang disebabkan oleh
rokok akan terjadi di Negara berkembang.2
Rokok dibagi menjadi 2 bagian yaitu perokok aktif dan pasif. Perokok pasif menghirup asap rokok yang tersebar disekelilingnya. Perokok pasif tidak kalah berbahayanya dibandingkan dengan perokok
aktif karena mereka menghirup aliran samping (sidestream) dan aliran
utama (mainstream). Aliran samping adalah asap rokok yang berasal dari
ujung rokok yang terbakar, sedangkan aliran utama adalah asap rokok yang telah dihisap oleh perokok lalu kemudian dihembuskan kembali ke udara. Kandungan asap rokok yang tersebar ke udara sangatlah berbahaya.
Menurut penelitian ada 4000 senyawa kimia berbahaya yang terdapat pada asap tembakau ini. Asap rokok dalam konsentrasi tinggi dapat lebih
beracun yaitu memiliki 2 kali konsentrasi nikotin dan tar, 3 kali jumlah zat karsinogenik, 5 kali kadar karbonmonoksida dan 50 kali jumlah amonia
lebih banyak. Menghirup asap rokok orang lain atau menjadi perokok pasif
1Ayu Rahmaningtyas, “61,4 juta penduduk Indonesia perokok aktif”, artikel diakses pada
10 Januari 2014 dari http://nasional.sindonews.com/read/2013/05/31/15/744854/61-4-juta-penduduk-indonesia-perokok-aktif
2
lebih berbahaya tiga kali lipat dibandingkan menghisap rokok sendiri atau
perokok aktif. Hal tersebut dikarenakan racun rokok terbesar dihasilkan oleh asap yang mengepul dari ujung rokok yang sedang tak dihisap. Asap
tersebut merupakan hasil dari pembakaran tembakau yang tidak sempurna. Konsentrasi zat berbahaya di dalam tubuh perokok pasif lebih besar, karena racun yang dihisap lewat hidung tidak terfilter, sedangkan racun
rokok dalam tubuh perokok aktif terfilter melalui ujung rokok yang dihisap.3
Saat ini, kecenderungan wanita yang merokok porsinya hampir sama dengan jumlah pria yang merokok. Entah karena stres atau gaya
hidup yang tidak benar, perokok wanita setiap tahunnya selalu meningkat. Hal ini berbahaya, karena beberapa penelitian mengungkapkan jika ancaman kesehatan bagi perokok wanita sering lebih besar daripada
perokok pria. Salah satunya adalah resiko perokok wanita mengalami kanker paru-paru cenderung 5x lebih besar dibandingkan perokok pria, meskipun kebiasaan merokok mereka berdua sama. Hal ini karena wanita
mempunyai hormon estrogen yang dapat memperbesar resiko terkena
kanker paru. Cara pandang pola fikir (mindset) seseorang terutama
perempuan dapat mempengaruhi perasaan yang sedang dialami dan menghasilkan sebuah tindakan. Ketika seorang berada di sebuah dilema dan kegelisahan maka ia akan mencoba sesuatu yang belum ia pernah
lakukan, seperti hal nya merokok. Mindset sendiri memiliki pengertian
sekumpulan pikiran yang terjadi berkali-kali di berbagai tempat dan waktu
3Tim Dinas Kesehatan, “Perokok Pasif Beresiko 3 kali Lipat”, artikel diakses pada 12
serta diperkuat dengan keyakinan dan proyeksi sehingga menjadi
kenyataan yang dapat dipastikan disetiap tempat dan waktu yang sama.4
Penelitian dari berbagai Negara menunjukan bahwa faktor yang
mendorong untuk memulai rokok sangat beragam, baik berupa faktor dari dalam sendiri atau personal, sosio-kultural dan pengaruh lingkungannya. Faktor personal yang paling kuat adalah mencari bentuk jati diri. Dalam
iklan-iklan kebiasaan merokok dilambangkan sebagai lambang
kematangan, kedewasaan, popularitas, bahkan lambang kecantikan,
kehidupan yang sexy serta feminisme. 5
Di Indonesia sendiri terdapat lebih dari 100 produsen rokok,
walaupun sebagian besar merupakan produsen berskala kecil. Sebaliknya dari sisi kesehatan, tidak ada sisi positif yang bisa didapatkan dari barang satu ini. Sebatang rokok memiliki 4.000 bahan kimia dalam bentuk
partikel dan gas yang bersifat beracun. Diantaranya hydrogen sianida,
acetone (penghapus cat), amomia (pembersih lantai), naphthylamine, methanol (bahan bakar roket), butane (bahan pembuat korek api),
Ibrahim Elfiky, Terapi Berpikir Positif, (Bandung: Gita Print, 2009), h.123.
5
Tjandra Yoga Aditama, Rokok dan Kesehatan, (UI-Press, 1997), h.54.
6 Kompas, “S
Gambar 1. Rokok dan Kandungannya
Sumber: Internet Kemenkes. 2012
Dari gambar diatas adalah kandungan yang ada di dalam sebatang rokok. Racun yang paling penting adalah Tar, Nikotin, dan Monoksida
yang menyebabkan berbagai macam penyakit seperti jantung, liver,
kanker, stroke, impotensi, keguguran dan masih banyak lagi penyakit
mematikan lainnya.7
Rokok sendiri adalah bagian dari NAPZA golongan Adiktif, yang
bersifat ketergantungan (ketagihan). Peraturan pemerintah No. 109 tahun 2012 tentang pengamanan bahan yang mengandung zat adiktif berupa produk tembakau bagi kesehatan pasal 1 yaitu, Zat Adiktif adalah bahan
yang menyebabkan adiksi atau ketergantungan yang membahayakan kesehatan dengan ditandai perubahan perilaku, kognitif, dan fenomena
fisiologis, keinginan kuat untuk mengonsumsi bahan tersebut, kesulitan
dalam mengendalikan penggunaannya, memberi prioritas pada
7
penggunaan bahan tersebut daripada kegiatan lain, meningkatnya toleransi
dan dapat menyebabkan keadaan gejala putus zat.8
Dalam hal penanganan rokok sebenarnya pemerintah pernah
mengeluarkan kebijakan-kebijakan untuk pengendalian tembakau salah satunya yaitu mengeluarkan Peraturan Pemerintah atau disingkat PP No. 81/1999 tentang pengamanan rokok bagi kesehatan, namun kemudian
diperlunak menjadi PP No. 19/2003.9
Untuk saat ini undang-undang di Indonesia khusus untuk
pelarangan merokok belum ada, tentu cukup sulit untuk melakukan pelarangan terhadap perokok tersebut, namun terdapat fatwa yang
dikeluarkan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) bahwa rokok hukumnya
haram karena banyak mudharat (tidak bermanfaat).10 Hal tersebut
dijelaskan di dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 195 bahwa kerugian
dari merokok itu sendiri.
Q.S Al-Baqarah: 195 yang berbunyi :
“Dan belanjakanlah (harta bendamu) di Jalan Allah, dan janganlah
kamu menjerumuskan dirimu dengan tanganmu sendiri ke dalam
10Kemenag, “Fatwa MUI, Rokok Hukumnya Makruh dan Haram” artikel
kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang baik”. (Qs. Al-Baqarah, ayat 195).11
Dari ayat diatas dijelaskan janganlah kamu melakukan sebab yang
menjadi kebinasaanmu. Wajhud dilalah (aspek pendalilan) dari ayat diatas
adalah merokok termasuk perbuatan yang mencampakkan diri sendiri
kedalam kebinasaan karena di dalam tiap batang rokok yang dinyalakan akan mengeluarkan lebih 4.000 bahan kimia beracun yang membahayakan
dan boleh membawa maut. Dengan ini setiap sedutan itu menyerupai satu sedutan maut.
Di dalam buku mengenai Penyalahgunaan NAZA Prof. Dr. H. Dadang Hawari, Psikiater menjelaskan bagi mereka yang sudah kecanduan tembakau (rokok) bila pemakaian diberhentikan akan timbul sindrom
putus tembakau atau ketagihan dan ketergantungan dengan gejala-gejala sebagai berikut :
1. Ketagihan tembakau
2. Mudah tersinggung dan marah
3. Cemas dan gelisah
4. Tidak dapat diam, tidak tenang
5. Nyeri kepala
6. Mengantuk
7. Gangguan pencernaan.12
11
Alquran Al Baqarah ayat 159
12
Berangkat dari itu semua maka perlu dicarikan solusi atau
pemecahan masalah bagi pecandu rokok. Cara pemecahan solusi untuk berhenti merokok merupakan hal yang tidak mudah. Dalam keadaan
marah energi dalam tubuh kita menjadi tidak seimbang dan relaksasi cukup membantu dalam menyeimbangkannya kembali. Relaksasi mampu membawa klien ke dalam kondisi yang tenang dan nyaman, menekan rasa
tegang dengan cara timbal balik, sehingga timbul counter conditioning &
penghilangan. Hal ini sesuai dengan tata cara yang harus dilakukan dalam
terapi SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique) yakni: khusu’
(yakin), ikhlas dan pasrah (syukur). Spiritual yang dimaksud di dalam SEFT adalah menambahkan kekuatan do’a yang disertai keihklasan dan
kepasrahan untuk memperkuat efek terapi. Solusi alternatif yang ditawarkan dalam penelitian ini adalah terapi SEFT. Terapi SEFT adalah
tehnik yang menggabungkan antara sistem kerja energi psikology dan spiritual dengan penggabungan 15 teknik psikoterapi yang diyakini dapat membantu menyembuhkan permasalahan fisik dan emosi.
Berkaitan dengan hal itu maka penulis tertarik membahas metode
terapi SEFT, yang didirikan oleh Founder Ahmad Faiz Zainuddin, yang
telah melakukan banyak penyembuhan terhadap beragai macam penyakit
termasuk pecandu rokok, dengan judul “Evaluasi Hasil Terapi Spiritual
Emotional Freedom Technique (SEFT) Bagi Pecandu Rokok”.
1. Pembatasan Masalah
Topik dalam penelitian ini adalah “Evalusi Hasil Metode Terapi
SEFT bagi Pecandu Rokok”. Agar pembahasan ini lebih terarah dalam
mencapai sasaran maka penulis memberikan batasan penelitian pada penyembuhan untuk pecandu rokok yang dilakukan dengan terapi SEFT.
Berbicara tentang penyembuhan dengan terapi SEFT, tentulah
berpengaruh sangat banyak. Dalam hal ini penulis hanya membatasi tahapan terapi seft bagi pecandu rokok dan evaluasi hasil yang dicapai
terapi SEFT bagi pecandu rokok.
Pembatasan masalah ini dimaksudkan agar lebih terfokus pada
masalah yang diteliti, karena keterbatasan waktu, tenaga dan dana penelitian.
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka perumusan masalah
dalam penelitian tentang “Evaluasi Hasil Metode Terapi SEFT Bagi
Pecandu Rokok”:
1. Bagaimana tahapan terapi SEFT bagi pecandu rokok?
2. Bagaimana evaluasi hasil yang dicapai dari pengobatan terapi SEFT
bagi pecandu rokok?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui tahapan terapi SEFT bagi pecandu rokok.
2. Untuk mengetahui evaluasi hasil yang dicapai terapi SEFT bagi
pecandu rokok.
2. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian yang penulis lakukan ini diharapkan akan
memberikan manfaat dari berbagai pihak.
a. Manfaat Akademik
Secara teoritis hasil penelitian diharapkan dapat memberikan
kontribusi pemikiran dalam rangka kajian akademis mengenai pengobatan Terapi SEFT dalam kasus merokok.
b. Manfaat Praktis
1. Memberikan masukan kepada para terapis dalam melayani klien
pecandu rokok.
2. Menjadi bahan rekomendasi bagi lembaga sosial ataupun non sosial
yang memiliki perhatian terhadap klien perokok yang sulit disembuhkan.
D. Metodologi Penelitian
Metodologi penelitian merupakan strategi umum yang dipakai
dalam pengumpulan dan analisis data yang diperlukan, guna menjawab permasalahan yang diselidiki. Penggunaan metodologi ini dimaksudkan
sehingga dapat digunakan untuk mengungkapkan permasalahan yang
diteliti.
1. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualititatif, pendekatan kualitatif ini digunakan karena beberapa pertimbangan, yaitu bersifat luwes, tidak terlalu rinci, tidak lazim mendefinisikan suatu konsep, serta
memberikan suatu kemungkinan bagi perubahan-perubahan manakala ditemukan fakta yang lebih mendasar, menarik dan unik bemakna
dilapangan.13
Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang mengutamakan
segi kualitas data, teknik pengumpulan data yang digunakan antara lain
terdiri atas berbagai teknik pengamatan yang mendalam.14 Menurut
Bogdan Taylor, pendekatan kualitatif merupakan prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif dalam berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang perilaku yang diamati.15
Sedangkan menurut Anselm Strauss penelitian kualitatif adalah
penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat diperoleh dengan menggunakan prosedur-prosedur statistik atau cara-cara
lainnya dari pengukuran.16
Kamanto Sunarto, Pengantar Sosiolog, (Jakarta; Gak Ekonomi UI, 2000) Edisi ke 2, h. 252.
15
Syamsir Salam, Metode Penelitian Sosial, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), h. 30.
16
Penulis memilih pendekatan kualitatif dalam melakukan penelitian
karena berharap didapatkannya hasil penelitan yang menyajikan data yang akurat, dan digambarkan secara jelas dari kondisi sebenarnya.
2. Jenis Penelitian
Dilihat dari jenis penelitian, maka penelitian ini adalah deskriptif. Pada jenis penelitian deskriptif, data yang dikumpulkan berupa kata-kata,
gambar dan bukan angka-angka. Dengan demikian, laporan penelitian akan berisi kutipan data untuk memberi gambaran penyajian laporan
tersebut. Data tersebut berasal dari naskah wawancara catatan lapangan,
catatan atau memo dan dokumen resmi lainnya.17
3. Waktu dan Tempat Penelitian a. Tempat Penelitian
Terapi SEFT berada di bawah wewenang PT. Armina Logos Berjaya International (ALBI) yang beralamat di Jl. Salemba Raya No. 5, Gedung Menara Salemba Lt.7, Jakarta Pusat. Penelitian
ini dilakukan oleh terapis SEFT yang menangani pecandu rokok secara individual.
b. Waktu penelitian
Penulis melakukan pra penelitian pada tanggal 29 Desember 2013
– 31 Januari 2014. Dilanjutkan dengan penelitian di lapangangan pada
tanggal 01 April 2014 – 24 Juni 2014.
4. Teknik Pengumpulan Data
17
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling
strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah
mendapatkan data.18 Teknik pengumpulan data ini dilakukan dengan cara
sebagai berikut :
a. Observasi atau pengamatan
Observasi atau pengamatan adalah kegiatan keseharian manusia
dengan menggunakan panca indera mata sebagai alat bantu utamanya
selain panca indera lainnya seperti telinga, mulut dan kulit.19 Yang
dimaksud metode observasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian, data-data penelitian ini
dapat diamati oleh penulis. Dalam arti bahwa data tersebut dihimpun melalui pengamatan penulis melalui penggunaan panca indera.
Penelitan dilakukan dengan mendatangi langsung lokasi penelitian,
kemudian mengamati metode tersebut berlangsung. b. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu
dilakukan oleh pewawancara yag mengajukan pertanyaan dan
terwawancara yang memberikan jawaban atau pertanyaan itu.20
Wawancara digunakan untuk mengumpulkan pendapat,
persepsi, perasaan, pengetahuan dan pengalaman serta penginderaan seseorang dengan tujuan memperoleh informasi. Penulis melakukan
wawancara langsung dengan beberapa Terapis dan klien yang diterapi.
18
Prof. Dr. Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, ( Bandung: ALFABETA, 2005), h.10.
19
Lexy J. Moleong, Metode PenelitianKualitatif, h.174.
20
c. Dokumentasi
Dokumen menurut Guba dan Lincoln dalam bukunya Lexy J Moleong mendifinisikan dokumen sebagai bahan tertulis ataupun film
yang dipersiapkan karena adanya permintaan seseorang penyidik.21
Dalam dokumentasi ini penulis dapat memperoleh data-data tertulis melalui arsip-arsip, foto-foto kegiatan, catatan serta buku yang
memiliki keterkaitan dengan terapi SEFT.
5. Teknik Pemilihan Informan
Sesuai dengan karakteristik penelitian kualitatif, tehnik pemilihan
informan yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling
yaitu pengambilan sampel dari populasi yang didasarkan atas tujuan atau pertimbangan-pertimbangan tertentu dari peneliti, dalam sampling ini
penulis berusaha menguji pertimbangan-pertimbangannya untuk dapat memasukan unsur yang dianggap khusus dari suatu populasi dimana
penulis mencari informasi.22
Dalam hal pemilihan informan penulis mengambil 4 klien yaitu; 2 laki-laki dan 2 perempuan perokok yang melakukan pengobatan terapi
SEFT. Penulis memilih 4 informan tersebut berdasarkan perbedaan propesi dan penyebab merokok yang berbeda. Hal ini akan menjadi perbandingan penulis dalam menelaah evaluasi hasil program Terapi
SEFT dalam penyembuhan kasus merokok. Penulis juga mengambil 3 terapis yang menangani klien untuk triangulasi data. Dan terakhir peneliti
21
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, h.216.
22
mengambil 1 informan yaitu pendiri Terapi SEFT untuk mengetahui
penemuan metode Terapi SEFT.
Berdasarkan pada konteks tersebut, maka peneliti memilih
subyek-subyek penelitian diantaranya:
Tabel 1.
Rancangan Informan
No. Informan Jumlah Pertanyaan yang Diajukan
1. Founder 1 orang Sejarah penemuan metode
terapi SEFT
2. Terapis 3 Orang Pelaksanaan metode terapi
SEFT
3. Klien 4 Orang Pengaruh setelah
melakukan terapi SEFT
Sumber: Data Primer 6. Sumber Data
Bila dilihat dari sumbernya, teknik pengumpulan data terbagi dua bagian, yaitu :
a. Data Primer
penulis untuk menjawab permasalahan dalam penelitian.23 Jadi data
primer merupakan data yang diperoleh langsung dari narasumber, sehingga penulis terlibat langsung. Dalam penelitian ini, data
diperoleh dari founder, terapis, dan klien.
b. Data Sekunder
Data Sekunder adalah data yang sudah tersedia atau sudah
dikumpulkan dari bahan bacaan.24 Data ini merupakan data yang
diperoleh dari catatan-catatan atau dokumen yang berkaitan dengan
penelitian maupun instansi yang terkait lainnya. Dalam penelitian ini diantaranya data yang diperoleh dari studi kepustakaan.
7. Teknik Analisis Data
Setelah data lapangan terkumpul, hasil penelitian tersebut diolah dan
dianalisis dengan teknik deskriptif analisis secara kompeherensif dan mendalam sesuai dengan data dan informasi dari hasil wawancara kemudian dipadukan dengan catatan lapangan yang dibuat oleh penulis
pada saat penelitian berlangsung, kemudian mengkelompokkan data-data yang ada, yaitu dengan menggunakan data yang bersifat deskriptif untuk
mendapatkan gambaran yang kongkrit tentang evaluasi program metode terapi SEFT dalam kasus merokok. Metode yang digunakan dalam skripsi ini adalah analisis deskriptif.
Ada berbagai cara untuk menganalisis data, tetapi secara garis
besarnya dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Reduksi data, yaitu dimana penulis mencoba memilih data yang
relevan dengan evaluasi program metode terapi SEFT bagi pecandu rokok.
b. Penyajian data, setelah data mengenai data tersebut disusun dan
disajikan dalam bentuk narasi, visual gambar, matrik, bagan, tabel dan lain sebagainya.
c. Penyimpulan atas apa yang disajikan, pengambilan kesimpulan dengan menghubungkan dari tema tersebut sehingga memudahkan
untuk menarik kesimpulan.
8. Keabsahan Data
Di dalam buku penelitian kualitatif Burhan Bugin mengatakan bahwa dalam melakukan penelitian kualitatif seringkali menghadapi persoalan dalam menguji keabsahan hasil penelitian, hal tersebut
dikarenakan oleh beberapa hal, yaitu karena; (1) Subjektifitas penulis merupakan hal yang dominan dalam penelitian kualitatif, (2) alat penulis
yang diandalkan adalah wawancara dan observasi (apapun bentuknya) mendukung banyak kelemahan ketika dilakukan secara terbuka dan apalagi tanpa kontrol dalam observasi patisipatif, (3) sumber data kualitatif
yang kurang credible akan mempengaruhi hasil akurasi penelitian.25
25
Teknik pemeriksaan keabsahan data dalam penelitian kali ini
pendekatannya lebih kepada triangulasi. Adapun triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu diluar data itu
untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.26
Denzin (1979) membedakan empat macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan sumber, metode, penyidik dan teori.
Triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu
dan alat yang berbeda dalam metode kualitiatif (Patton 1987:331). Hal itu dapat dicapai dengan jalan:
a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil
wawancara, misalnya untuk mengetahui pelaksanaan metode terapi SEFT yang dilakukan oleh Terapis untuk pecandu rokok
perempuan dengan Terapis Laki-laki untuk pecandu rokok laki-laki.
b. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan
berbagai pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang pendidikan tinggi, menengah, atau orang pemerintahan. Misalnya
dalam hal ini peneliti membandingkan jawaban yang diberikan oleh Terapis Zulfahmi Yasir dengan Terapis Hilda Nur Fadilah.
c. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu
dokumen yang berkaitan. Misalkan dalam hal ini penulis membandingkan dengan kumpulan media cetak maupun elektronik
26
berupa brosur, leflet, buku terapi SEFT dan internet, sehingga akan
menghasilkan keabsahan data yang akurat dan disajikan dalam penelitian ini.
E. Pedoman Penulisan Skripsi
Untuk mempermudah teknik penulisan yang dilakukan dalam skripsi ini merujuk pada buku “Pedoman Penulisan Karya Ilmiah” yang
diterbitkan oleh CeQda UIN Jakarta 2007.
F. Tinjauan Pustaka
Penelitian ini disusun dan dianalisa berdasarkan beberapa buku dan internet yang menjelaskan teori-teori tentang judul yang penulis ingin bahas, serta data-data yang ditemukan dilapangan.
Sebelum mengadakan penelitian lebih lanjut, penulis kemukakan suatu tinjauan pustaka sebagai langkah awal dari penyusunan skripsi yang peneliti buat agar terhindar dari kesamaan judul dan lain-lainnya dari
skripi-skripsi sebelumnya. Setelah mengadakan suatu kajian kepustakaan, maka penulis menemukan skripsi yang hampir sama dengan penulis buat,
tetapi dari berbagai segi berbeda, lebih lanjut akan peneliti paparkan dibawah sebagai berikut :
Nama : Siti Izzatul Yazidah
Universitas : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas
Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi,
Program Studi Kesejahteraan Sosial
Judul Skripsi : Terapi Ilahiyah Bagi Korban Napza di
Pondok Pesantren Hikmah Syahadah
Kampung Kadongdong Kabupaten
Tangerang
Dalam skripsi ini Siti Izzatul Yasidah membahas mengenai terapi ilahiyah untuk korban NAPZA di Pondok Pesantren Hikmah Syahadah,
Kadongdong, Tangerang. Disini penulis melihat bahwa metode yang dipakai untuk pengobatan korban NAPZA dengan menggunakan pendeketan yang bersifat religius hampir sama dengan penulis, hanya
berbeda pada teknik terapi, sasaran dan tempat penelitiannya.
G. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan penyajian dalam skripsi ini dijabarkan atas 5 bab yang terdiri dari sub-sub bab yang saling berkaitan,
sebagai berikut:
BAB I : Pendahuluan
Dalam bab ini penulis membahas mengenai Latar Belakang
Masalah, Batasan dan Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metode Penelitian, Tinjauan Pustaka,
BAB II : Landasan Teori
Dalam bab ini penulis membahas mengenai Definisi Evaluasi, Jenis Jenis Evaluasi, Manfaat Evaluasi, Definisi
Terapi, Tujuan dan Manfaat Terapi serta pengertian rokok dan efek merokok.
BAB III : Profil Lembaga
Dalam bab ini penulis membahas mengenai Profil Perusahaan, Visi dan Misi, Tujuan, Alamat Perusahaan,
Struktur Organisasi, Terapi SEFT, Tahapan Terapi SEFT,
Profil Founder.
BAB IV : Temuan dan Analisis.
Dalam bab ini penulis membahas mengenai temuan dan analisis yang akan dijelaskan.
BAB V: PENUTUP
BAB II
LANDASAN TEORI
Dalam Bab ini penulis akan membahas mengenai evaluasi hasil metode terapi
seft yang menjadi bahasan penting dimana didalamnya meliputi: evaluasi yang dibagi menjadi kedalam beberapa pembahasan: Pengertian Evaluasi, Model evaluasi, Kriteria Evaluasi, serta manfaat dan kegunaan evaluasi. Penulis juga akan
menjelaskan mengenai Terapi; yaitu pengertian terapi, fungsi dan tujuan terapi serta penjelasan mengenai rokok.
A. Evaluasi
1. Pengertian Evaluasi
Evaluasi secara etimologi adalah penaksiran, perkiraan keadaan dan penentuan nilai. Sedangkan berdasarkan pengertiannya, evaluasi adalah mengkritisi suatu layanan atau program dengan melihat kekurangan atau
kelebihan pada konteks input, proses, ataupun hasil.1
Hal yang sama juga dikatakan Suharsimi Arikunto bahwa, evaluasi adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengukur tingkat keberhasilan suatu
program atau layanan. Dengan demikian penelitian evaluasi dilakukan untuk mengetahui tingkat efektivitas pelaksanaan program dengan cara mengukur
hal-hal yang berkaitan dengan terlaksankan program tersebut.2
1
Nurul Hidayati, Metodologi Penelitian Dakwah,: Dengan Pendekatan Kualitatif, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta. Desember 2006) h. 124.
2
Mengevaluasi berarti “menguji dan menentukan suatu nilai, kualitas,
kadar kepentingan, jumlah, derajad atau keadaan, seorang pengevaluasi berusaha memberi jawaban atas suatu program pembangunan atau suatu
aktivitas serta kebutuhan para pengambil keputusan dari program atau
aktivitas tersebut.3
Evaluasi dapat mempunyai dua fungsi, yaitu fungsi formatif, yaitu
evaluasi yang dipakai untuk perbaikan dan pengembangan kegiatan yang sedang berjalan (program, orang, penduduk, dan sebagainya). Fungsi sumatif,
evaluasi dipakai untuk pertanggungjawaban, keterangan, seleksi, atau lanjutan. Jadi evaluasi hendaknya membantu pengembangan, implementasi
kebutuhan suatu layanan, perbaikan program, pertanggungjawaban, seleksi,
motivasi, menambah pengetahuan dan dukungan dari mereka yang terlibat.4
2. Model evaluasi
Dalam kaitan dengan kegiatan evaluasi, biasanya dikaitkan dengan jenis-jenis evaluasi yang akan digunakan. Pieterzk, Ramler, Renner, Ford, dan
Gilbert (1990:12) mengemukakan tiga tipe evaluasi, yaitu evaluasi input (inputs), evaluasi proses (process), dan evaluasi hasil (outcomes). Pembagian
3
Mochtar Buchori, Riset Partisipatris Riset Pembebasan, (Jakarta:PT. Gramedia Pustaka Utama, 1993), H. 68-69.
4
ini dilakukan atas dasar kronoligis perjalanan sebuah kegiatan. Ketiga jenis
penelitian tersebut dijelaskan sebagai berikut:5
a).Evaluasi Input
Evaluasi ini memfokuskan pada berbagai unsur yang masuk dalam
pelaksanaan suatu program. Tiga unsur (3) variable utama yang terkait
dengan evaluasi input adalah klien, staf, dan program. Dari ketiga unsur diatas
penulis uraikan sebagai berikut:
a. Peserta program (klien), meliputi : usia, jenjang pendidikan, dan latar
belakang keluarga.
b. Pelaksanaan (staf), meliputi : aspek demografi, seperti latar belakang
pendidikan dan pengalaman propesi.
c. Program, meliputi : cara pelaksanaan program, dan sumber-sumber
rujukan yang tersedia.
b). Evaluasi proses
Evaluasi proses menurut Pieterzek, dkk (1990;14 dan 111-116) adalah memfokuskan diri pada aktifitas program yang melibatkan interaksi langsung
antara klien dengan staf yang merupakan pusat dari pencapaian tujuan. (objektif program). Dalam evaluasi ini yang dinilai adalah perjalanan operasi
lembaga dan kualitas layanan yang diberikan. Tipe evaluasi ini diawali
5
dengan analisis dari sistem pemberian layanan dari suatu program. Dalam
upaya mengkaji nilai komponen pemberian layanan, hasil analisis harus dikaji berdasarkan kriteria yang relevan seperti; kebijakan lembaga, tujuan process
(process goals) dan kepuasan klien.
c). Evaluasi Hasil
Evaluasi ini dilakukan untuk menilai seberapa jauh tujuan-tujuan yang
sudah direncanakan tercapai (overall impact) dari suatu pelayanan terhadap
penerima layanan.6 Dengan demikian, evaluasi ini diarahkan pada dampak
keseluruhan dari suatu pelayanan terhadap pasien yang menjadi penerima layanan ketika layanan telah selesai. Pertanyaan yang utama yang muncul dalam evaluasi ini adalah; bila suatu layanan telah berhasil mencapai
tujuannya, bagaimana penerima layanan akan berbeda setelah ia menerima layanan tersebut? Berdasarkan pertanyaan ini seorang evaluator akan
mengkonstruksikan kriteria keberhasilan dari suatu layanan. Kriteria keberhasilan ini akan dapat dikembangkan sesuai dengan kemajuan suatu
program. (programme oriented) ataupun pada terjadinya perubahan klien
(client oriented). 7
Pertanyaan kunci yang ingin dijawab dalam evaluasi ini adalah :
1. Apakah tujuan pelayanan klien tercapai pada tingkat yang sesuai dengan
yang diharapkan?
6
Isbandi ,Pengembangan dan Intervensi Komunitas, h.129.
7
2. Apakah pelayanan menghasilkan perubahan pada penerima layanan?
Jenis evaluasi yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah evaluasi hasil. Dalam hal evaluasi hasil penulis akan menjelaskan hasil
dari metode terapi SEFT bagi pecandu rokok.
3. Kriteria Evaluasi
Dalam hubungan dengan kriteria keberhasilan yang digunakan untuk suatu proses evaluasi, Feurstein mengajukan beberapa indikator yang perlu
untuk dipertimbangkan. Indikator yang penulis ambil menurut Feurstin di
dalam buku Isbandi Rukminto Adi8 yaitu:
1. Indikator Efisiensi
Dalam indikator ini menunjukan apakah sumber daya dan aktifitas yang dilaksanakan berguna.
2. Indikator Dampak
Indikator ini melihat apakah sesuatu yang sudah dilakukan benar-benar
memberikan suatu perubahan pada penerima layanan.9
3. Indikator Evektifitas
Dalam indikator ini membahas mengenai hubungan antara hasil output
dengan outcomes.10
8
Isbandi Rukminto, “Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas”, h.130.
9 Isbandi Rukminto, “Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi
Komunitas”, h.130-132
10
4. Manfaat dan kegunaan Evaluasi
Menurut Feurstin ada sepuluh manfaat dan kegunaan evaluasi yang dikutip oleh Isbandi Rukminto Adi antara lain:
a. Pencapaian, guna apa yang sudah dicapai
b. Mengukur kemajuan, Melihat kemajuan dikaitkan dengan objek
program
c. Meningkatkan pemantauan, agar tercapai manajemen yang lebih
baik
d. Mengidentifikasi kekurangan dan kelebihan, agar dapat
memeprkuat program itu sendiri.
e. Melihat apakah usaha yang sudah dilakukan secara efektif.
f. Biaya dan manfaat (cost benefit) melihat apakah biaya yang
dikeluarkan cukup masuk akal (reasonable).
g. Mengumpulkan informasi. Guna merencanakan dan mengelola
kegiatan program secara lebih baik.
h. Berbagai pengalaman. Guna melindungi pihak lain terjebak dalam
kesalahan yang sama, atau untuk mengajak seseorang untuk ikut melaksanakan metode yang serupa bila metode yang dijalankan
telah berhasil dengan baik.
i. Meningkatkan keefektifkan. Agar dapat memberikan dampak yang
j. Memungkinkan terciptanya perencanaan yang lebih baik. Karena
memberikan kesempatan untuk mendapatkan masukan dari
masyakarat, komunitas fungsional dan komunitas lokal.11
B. Terapi
1. Pengertian terapi
Terapi diambil dari kata Yunani yaitu therapia yang berarti
penyembuhan.12 Terapi menurut bahasa Inggris yang asal katanya ialah
“therapy yang berarti terapi, pengobatan. Sedangkan menurut bahasa Arab terapi sepadan dengan kata “Syafa- Yasyfi- Syifaan, yang berarti pengobatan,
mengobati, menyembuhkan.”13
Psikoterapi berasal dari bahasa yunani yaitu pshyco (jiwa) dan
therapia (penyembuhan). Psikoterapi secara harafiah berarti menyembuhkan
pikiran atau jiwa. Secara umum arti psikoterapi dapat diartikan sebagai penyembuhan pikiran melalui metode-meode psikologis yang diterapkan oleh
praktisi yang terlatih dan bersertifikat.14
11
Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan,Pengembangan Masyarkat dan Komunitas ,
(Jakarta:FEUI) , h. 127.
12
Richard Nelson Jones, Teori dan Praktik Konseling dan Terapi, (Jakarta: Pustaka Belajar , 2011), h.2.
13“Pelayanan Terapi, Rumah Lentera Hati”, artikel diakses pada 25 Maret 2014 dari
http://www.slbn-sragen.sch.id/unit-unit/terapi
14
2. Fungsi dan Tujuan Terapi
Terapi sendiri mempunyai fungsi dan tujuan sebagai berikut :
1. Memperkuat motivasi klien untuk melakukan hal yang benar
2. Mengurangi tekanan emosional
3. Mengembangkan potensi klien
4. Mengubah kebiasaan
5. Memodifikasi struktur kognisi
6. Memperoleh pengetahuan tentang diri
7. Mengembangkan kemampuan berkomunikasi & hubungan
interpersonal
8. Meningkatkan kemampuan mengambil keputusan
9. Mengubah kondisi fisik
10.Mengubah kesadaran diri.
11.Mengubah lingkungan sosial.15
C. Rokok
1. Pengertian Rokok
Rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga
120 mm (bervariasi tergantung negara) dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah. Rokok dibakar pada salah satu
15
ujungnya dan dibiarkan membara agar asapnya dapat dihirup lewat mulut
pada ujung lainnya.16
Rokok merupakan bagian dari NAPZA golongan zat adiktif. Menurut
Peraturan Pemerintah No.109 tahun 2012 Pasal 1 ayat 1 Zat Adiktif adalah bahan yang menyebabkan adiksi atau ketergantungan yang membahayakan kesehatan dengan ditandai perubahan perilaku,kognitif, dan fenomena
fisiologis, keinginan kuat untuk mengonsumsi bahan tersebut, kesulitan dalam mengendalikan penggunaannya, memberi prioritas pada penggunaan bahan
tersebut daripada kegiatan lain, meningkatnya toleransi dan dapat
menyebabkan keadaan gejala putus zat.17 Rokok adalah salah satu produk
tembakau yang dimaksudkan untuk dibakar dan dihisap dan/atau dihirup asapnya, termasuk rokok kretek, rokok putih, cerutu atau bentuk lainnya yang
dihasilkan dari tanaman nicotiana tabacum, nicotiana rustica, dan spesies
lainnya atau sintetisnya yang asapnya mengandung nikotin dan tar, dengan
atau tanpa bahan tambahan.18
Dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan,
secara jelas menyatakan pengamanan penggunaan bahan yang mengandung
16
Lawrence M.tierney,dkk, Diagnosis dan Terapi Kedokteran, penerjemah Abdul Gofir, (Jakarta; Salemba Medika, 2002) h. 7.
17“Peraturan Pemerintah RI” No. 109 tahun 2012 TENTANG PENGAMANAN BAHAN
YANG MENGANDUNG ZAT ADIKTIF BERUPA PRODUK TEMBAKAU BAGI KESEHATAN”
fffartikel diakses pada 28 April 2014 dari
http://www.depkes.go.id/downloads/InfoTerkini_PP109_2012_Tentang_Tembakau.pdf
18
zat adiktif ( yang meliputi tembakau & produk yang mengandung tembakau )
harus memenuhi standar dan/atau persyaratan yang ditetapkan. Selain itu, setiap orang yang memproduksi dan atau memasukkan rokok ke wilayah
Indonesia wajib mencantumkan peringatan kesehatan. Dalam UU itu juga mengatur tentang Kawasan Tanpa Rokok guna melindungi masyarakat dari
bahaya asap rokok.19
2. Jenis Tembakau
1. Flue-curred tobacco
Flue curred tobacco lebih dikenal sebagia tembakau Virginia yang dikembangkan di North Carolina pada pertengahan abad ke 19. Daun
tembakau jenis ini berwarna terang, dan merupakan tembakau yang
dipakai dalam conventional british cigarrret. Juga meupakan
komponen utama dalam American Blend brand. Tembakau jenis ini
mengandung kadar gula tinggi (15-24 %). Daun tembakau ini dikeringkan dalam barak gelap sehingga berkurangnya kelembabpan dapat diatur.Pemanasan dilakukan dengan menggunakan bahan bakar
kayu.
2. Light Air-cured Tobacco
Daun tembakau yang berwarna pirang ini berasal dari Ohio.Tembakau jenis ini mengandung banyak gula (ditambahkan dari luar karena mudah menyerap gula).Tembakau ini dikeringkan dalam barak yang
19“UU RI nomer 36 tahun 2009 tentang Kesehatan” artikel diakses pada 28 April 2014 dari
rindang dengan ventilasi yang baik tanpa bantuan pemanasan dari luar.
Tembakau jenis ini banyak digunakan dengan cara dikunyah, sebagai salah satu campuran tembakau yang diiisap dengan pipa, dan dalam
American blend cigarret.
3. Marryland Tobacco
Tembakau yang diproduksi di Negara bagian Maryyland dan secara
terbatas di Italia ini termasuk light air-cured tobacco.Tembakau jenis
ini mengandung sedikit nikotin dan mempunyai aroma yang netral,
serta dapat dibakar sampai habis dan tidak menyisakan abu. 4. Dark tobacco
Tembakau jenis ini mirip dengan tembakau yang dipakai orang
Indian.Dark Tobacco tergolong air-cured tobacco yang mengalami
fermentasi sehingga kadar gulanya rendah, serta asapnya bersifat
alkalis. Tembakau jenis ini banyak digunakan sebagai lapisan luar dan isi cerutu, sebagai tembakau yang dikunyah dan yang dihisap dengan menggunakan pipa, serta dalam rokok Prancis dan Spanyol.Juga
banyak digunakan dalam bidi di India dan rokok kretek di Indonesia. 5. Oriental Tobacco
Tembakau oriental ini dibudidayakan di Turki dan Eropa Tenggara pada abad ke 16. Proses pengeringannya adalah dengan sinar matahari, serta dibiarkan mengalami fermentasi selama disimpan. Aroma yang
daun tembakau jenis ini. Karena aromanya ini, tembakau jenis oriental
tetap dipakai dalam American blend cigarette.
6. Rokok kretek
Rokok kretek atau rokok cengkeh mulai dikenal di Indonesia sejak awal abad ke-20. Cengkeh mengandung eugenol, suatu anestesi lokal, yang dpaat mengurangi perasaan tidak enak di tenggorokan akibat
asap rokok.20
3. Dampak merokok a. Perokok Pasif
Perokok pasif berpotensi terkena berbagai macam penyakit, diantaranya :
Resiko kanker paru-paru
Resiko penyakit asma
Resiko infeksi telinga
Perokok pasif pada ibu hamil berdampak pada janin dapat
mengakibatkan :
Berat badan bayi baru lahir rendah
Kelahiran bayi premature
Memperparah asma dan alergi pada bayi
20
Syndrom kematian bayi mendadak
Perokok pasif pada anak-anak dapat mengakibatkan :
Asma
Infeksi paru-paru
Peningkatan resiko berkembangnya tuberkolosis jika terpapar
carrier
Alergi
kesulitan belajar dan sulit konsentrasi
Terhambatnya perkembangan otak dan efek perilaku karena
terganggunya sistem syaraf.
Peningkatan kerusakan gigi
Memperbesar peluang penyakit bronchitis
Memperbesar resiko kematian dan kerusakan organ tubuh
Hanya 30 menit terpapar perokok pasif dapat mempengaruhi bagaimana pembuluh darah mengatur aliran darah, untuk tingkat yang sama dengan yang terlihat pada orang yang merokok. Eksposur jangka panjang
untuk perokok pasif dapat menyebabkan perkembangan aterosklerosis
(penyempitan pembuluh darah).21
b. Perokok Aktif
21Tim Dinkes, “Perokok Pasif Beresiko 3 kali lipat” artikel diakses pada 20 Maret 2014 dari
Menurut Menteri Kesehatan RI, dr. Nafsiah Mboi, Sp.A, MPH,
merokok dalam jumlah banyak atau aktif dari segi kesehatan dapat menyebabkan:
1. Kanker Paru-Paru
Dari banyaknya kasus kanker paru-paru diketahui 90 persen disebabkan oleh rokok, hal tersebut karena rokok masuk dengan cara
inhalasi ke dalam paru-paru. Zat yang ada pada asap rokok tersebut bisa merangsang sel dalam paru-patu untuk tumbuh secara tidak
normal. Dan diperkirakan bahwa 1 dari 10 perokok sedan dan 1 dari 5 perokok berat akan meninggal karena kanker paru-paru.
2. Kanker Payudara
Merokok tidak hanya menjadi kebiasaan para pria, banyak dari wanita juga yang memang memiliki kebiasaan merokok.Bahaya Merokok
bagi wanita sendiri sangat negatif karena bisa mengakibatkan kanker payudara.
3. Penyakit Jantung
Jantung akan bekerja lebih cepat dan meningkatkan tekanan darah karena asap rokok mengandung nikotin. Lalu kandungan karbon
moniksida yang ada pada asap rokok pun bisa membuat jantung memompa darah lebih banyak lagi, hasilnya tentu akan terkena
4. Impotensi
Merokok juga bisa meningkatkan disfungsi ereksi sekitar 50%.Hal tersebut bisa terjadi karena rokok bsia merusak pembuluh darah, dan
nikotin yang ada pada rokok bisa mempersempit arteri hingga akiran darah terganggu. Jika seseorang sudah mengalami masalah impotensi maka hal tersebut bisa menjadi peringatan dini karena rokok juga bisa
merusak organ lain dalam tubuh.22
Bahaya akibat merokok juga dijelaskan oleh Direktur Jenderal
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (PP dan PL) Kemenkes RI, Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama SpP(K), MARS, DTM&H, DTC.Untuk wanita yang tengah mengandung, merokok bisa menyebabkan keguguran,
berat badan janin berkuran, bayi akan mengalami gangguan pernafasan, pertumbuhan janin (fisik dan IQ) yang melambat, kejang pada kehamilan,
gangguan imunitas bayi, dan bisa terjangkit penyakit telinga dan masih banyak dampak merokok yang berbahaya lainnya baik bagi kesehatan pria
dan juga wanita.23
22“Menkes Ungkap Dampak Rokok Terhadap Kesehatan dan Ekonomi” artikel diakses pada
27 April 2014 dari http://www.kemkes.go.id/index.php?vw=2&id=NW.201406020002
23
Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Departemen Kesehatan RI “Rokok
Membunuh Lima Juta Orang Setiap Tahun” artikel diakses pada 27 April 2014 dari
BAB III
PROFIL PERUSAHAAN
A. Sejarah Singkat PT. Armina Logos Berjaya International
PT. Armina Logos Berjaya Internasional (ALBI) didirikan oleh Bpk. H. Umyung Mustika SE, Bpk. H. Ahmad Faiz Zainuddin S.Psi. M,sc,
Ibu Hj. Ir Darneli Guril, dan dipimpin oleh Bpk. H. Hamid A., SE, CPA. Bpk. H.Umyung Mustika SE adalah Presiden Direktur PT. KANZ Berjaya
International (KBI) yang telah terbukti berhasil memberikan dukungan manajemen dan pemasaran pada PT. Arminareka Perdana dan PT. Armina Utama sukses dalam memberikan kemudahan kepada Ummat Islam untuk
menunaikan ibadah Haji dan Umrah, melalui KANZ Support System. Awalnya Bpk. H. Ahmad Faiz Zainuddin, S. Psi. M.sc adalah Master
Trainer dan penulis buku Healing, success, happiness, greatness yang juga penemu Terapi SEFT menggratiskan terapi pada setiap kegiatan, namun yang terjadi banyak sekali permasalahan yang dialami. Akhirnya beliau
bersama Bpk. Umyung Mustika SE mendirikan PT. Armina Logos Berjaya Internasional pada tahun 2010, yang dikhususkan untuk program
training SEFT dengan dikeluarkan tarif sesuai perusahaan tetapkan.1
PT. Armina Logos Berjaya Internasional (ALBI) adalah
perusahaan yang bergerak pada bidang training provider. Training yang
dikelola ALBI mencakup bidang healing, success, happiness, greatness
1
yang meliputi semua dimensi holistik manusia, yakni: spiritual, emotional,
intelectual, social, and physic. Orientasi kedepan ALBI & Co tidak hanya bergerak dalam bidang bisnis namun menjadi motor penggerak bagi
gerakan sosial bagi bangsa Indonesia menuju pada kehidupan yang lebih
baik sesuai visi dan misi ALBI.2
B. Visi dan Misi Perusahaan
Visi :
1. Membangun peradaban LOGOS. LOGOS adalah singkatan dari loving God, blessing others and personal excellent. LOGOS adalah visi, mindset, karakter, dan action dari seseorang untuk selalu mengabdikan
hidupnya (ibadah) untuk mencintai Tuhan, menjadi berkah/memberikan manfaat bagi sesama dan selalu memperbaiki diri terus menerus.
2. Membawa Indonesia bebas dari kemiskinan dan penderitaan (free on pain and poverty) pada tahun 2020.
Misi :
1. Mewujudkan LOGOS Village. LOGOS Village adalah sebuah project mewujudkan kehidupan manusia yang terintegrasi mulai dari
sekolah, perumahan, perkantoran, supermarket, dan semua infrastruktur pendukungnya mulai dari sabang sampai merauke yang dihuni oleh
mayoritas orang-orang yang berhati LOGOS.
2
2. Melahirkan 5 (lima) juta orang berhati LOGOS berkantong
BOSS. Kalimat berhati LOGOS berkantong BOSS adalah jargon kita untuk
membawa Indonesia bebas dari kemiskinan dan penderitaan pada tahun
2020. Berhati LOGOS artinya adalah hati yang selalu mengabdikan hidupnya (ibadah) untuk mencintai Tuhan, menjadi berkah/memberikan manfaat bagi sesama dan selalu memperbaiki diri terus menerus.
Sedangkan berkantong BOSS adalah target minimal penghasilan penduduk
Indonesia Rp. 5.000.000,- per bulan (berdasarkan pada tingkat inflasi
tahun 2012).3
C. Alamat Perusahaan
Nama Perusahaan : PT. Armina Logos Berjaya Internasional (ALBI)
Kantor direksi : Gedung Menara Salemba Lt. VII, Jl. Salemba
Raya No. 5 Jakarta Pusat
Telepon : (021) 3984 2428
Faximile : (021) 3984 2427
Email : [email protected]
Website : www.klikalbi.com4
3
Wawancara pribadi dengan Ahmad Faiz Zainuddin, Jakarta, 7 April 2014
4
D. Struktur Organisasi Perusahaan
Tabel 2. Struktur Perusahaan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)
Annual General Meeting (AGM) Hj. Ir Darneli Guril, Subaebasni, Heru Syam
Jumlah Karyawan dan Deskripsi Pengembangan Kompetensinya
a. Karyawan berdasarkan Golongan/ Jabatan
Realisasi tenaga kerja sampai dengan 31 Desember 2013. Tabel 3.
b. Pembinaan dan Pengembangan Kompetensi Karyawan
Uraian Traning
Tahun/year 2012 Tahun/ Year 2013
E. Terapi SEFT
Terapi SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique) merupakan
perpaduan antara ilmu Akupuntur dan Energy Psikologi yaitu
memanfaatkan sistem energy tubuh untuk memperbaiki kondisi pikiran, emosi, dan perilaku yang disempurnakan dengan sentuhan Spiritual. Dalam hal spiritual yang dimaksud adalah SEFT percaya semua
kesembuhan berasal dari Tuhan-nya ataas kepercayaan agama
masing-masing dari kekuatan do‟a. Tehnik SEFT ini digagas pertama kali dan
terus menerus dikembangkan oleh seorang putera Indonesia sekaligus didaftarkan sebagai karya intelektual dan karya anak bangsa yaitu H.
Ahmad Faiz Zainuddin, S.Psi, M.Sc.
SEFT adalah teknik pemberdayaan diri yang menggabungkan 15 macam teknik terapi (termasuk kekuatan spiritual) yang diproses oleh
Ahmad Faiz Zainuddin sehingga menghasilkan sintesa sebuah teknik pemberdayaan diri yang sederhana tetapi efektif untuk mengatasi berbagai macam masalah fisik dan emosi (seperti sakit kepala berkepanjangan,
nyeri punggung, asma, alergi, mudah capek, hingga penyakit kronis seperti diabetes, darah tinggi dan lainnya seperti; emosi, trauma, depresi,
kecanduan rokok, phobia, stress, insomnia, malas, bosan, gugup, galau, cemas, tidak percaya diri, maksimalkan potensi dan kekuatan yang ada
dalam diri setiap individu, meningkatkan kinerja untuk mencapai peak
performance, membersihkan emosi negatif untuk meraih kedamaian hati dan menciptakan hubungan yang harmonis dengan orang lain secara cepat,
Teknik ini dapat dikatakan berhasil, karena SEFT merupakan
penggabungan dari 15 teknik terapi yang telah dipraktekkan oleh banyak ahli psikologi, psikiater, maupun terapis di seluruh dunia yang kemudian
dikemas menjadi lebih sederhana tetapi mempunyai dampak yang efektif.
Hal ini diperkuat dari hasil wawancara penulis dengan Bpk.
Ahmad Faiz Zainudin selaku pendidiri SEFT;
“SEFT ini gabungan dari 15 macam teknik psikoterapi yang ada, mulai dari terapi Gestald, EMDR, NLP, sistematis, pshycoanalisa, logo terapy, sedhona, ercksonian, provocative, suggestion, creative visual, relakasasi meditasi, energy, powerfull, loving kidness sudah 15 saya sebutkan tadi kita coba jadi 1 teknik terapi, walaupun sedikit saya
masukan.”6
Tehnik SEFT menggabungkan 15 macam teknik terapi yang sudah dikenal
luas di dunia, berikut penggabungannya:
1. NLP (Neuro Linguistic Programming)
Neouro Linguistic Programming adalah cara kerja terapi yang
sistematik. Artinya kita melihat orang sabagai sebuah sistem dalam sebuah sistem. Menurut teorinya NLP ingin menyelidik
tentang bagaimana kompleksnya seseorang.7 Dalam peroses
terapi NLP pada saat kita melakukan „set up’, kita telah
melakukan proses reframing dan anchoring yang biasa
dilakukan di NLP. Pada saat seseorang melakukan tapping, itu
berarti orang tersebut sedang melakukan proses breaking the
pattern.
6
Wawancara pribadi dengan Ahmad Faiz Zainuddin, Jakarta, 7 April 2014
7
Stephen Palmer, “Konseling dan Psikoterapi” diterjemahkan dari Intoduction To
2. Systematic desensitization
Pada saat kita melakukan tapping pada orang yang mengidap phobia, trauma, kecemasan, dan berbagai masalah psikologis
lainnya maka dalam SEFT kita sekaligus melakukan proses systemic desensitization. Ketika terapi berlangsung kita
membuat yang awalnya klien sangat sensitive dapat tidak
menjadi sensitive kembali.
3. Pshycoanalisa
Terapi psikoanalisa yang dikemukakan oleh Sigmund Feud. Terapi Psikoanalisa merupakan suatu metode penyembuhan
yang lebih bersifat psikologis daripada dengan cara-cara fisik.8
Ketika kita berusaha menemukan akar masalah (finding the
core issues) dari keluhan fisik, SEFT menggunakan teknik
psikoanalisa. Psikoanalisa berasumsi bahwa apapun yang kita rasakan saat ini sebenarnya berasal dari segala hal yang kita alami dimasa lalu.
4. Logotherapy
Dengan keikhlasan, kepasrahan, dan rasa syukur pada saat
melakukan SEFT, kita telah memberikan makna spiritual atas penderitaan yang kita rasakan (meaning in suffering). Hal ini menurut Victor E. Frankl (founder logotherapy) membuat kita
mampu bertahan dalam kondisi apapun. Kenyataannya dalam
8
SEFT sikap ikhlas, pasrah, dan rasa syukur tersebut diucapkan
ketika terapi berlangsung.
5. EMDR
Pada bagian akhir dari proses SEFTing, kita akan melakukan
beberapa gerakan mata (nine gamut procedure). Kemampuan
kita melakukan kendali atas gerakan mata ini berpengaruh pada
kemampuan kita mengendalikan emosi kita. Proses SEFTing selain berfungsi melepaskan hambatan-hambatan emosi, juga
melatih kita untuk memiliki kendali penuh atas kondisi emosi kita.
6. Sedona Methode
Dalam Sedona Methode, proses melepaskan segala penyakit
disebut sebagai letting go. Satu kondisi yang akan
mempercepat proses penyembuhan baik luka fisik maupun emosi. Dalam SEFT sikap ikhlas dan pasrah yang dilatih terus menerus akan menghasilkan kemampuan menerima dan
melepaskan segalanya dengan nyaman dan bahagia (let go, let
God).
7. Ericksonian Hypnosis
Dalam proses SEFTing, kita melakukan hypnosis ringan diri
(mild hypnosis) dalam bentuk sugesti diri dan afrimasi dengan
menggunakan pilihan kata yang memiliki efek hypnosis (hypnotic word). Proses ini juga digunakan dalam hypnosis
8. Provocative Therapy
Terapi provocative juga digunakan dalam proses SEFTing, saat “indidvidu” dipaksa masuk kedalam kondisi yang paling tidak
menyenangkan, paling menyakitkan. Pada masa itulah
dilakukan ketukan (tapping), sehingga keluhan pasien menjadi
hilang.
9. Suggestion and affirmation
Dalam proses SEFTing, dan Deep SEFT kita banyak
melakukan pengulangan kata-kata yang memberdayakan diri (suggestion and affirmation) kondisi akan menciptakan harapan
dan rasa optimis yang terprogram dalam alam bawah sadar kita. Harapan dan rasa optimis yang muncul akan membantu proses penyembuhan indidvidu tersebut.
10.Creative visualization
Teknik ini menstimulasikan titik-titik akupuntur di tubuh. Teknik ini mengubah kondisi fisik kita (kesehatan,
kesejahteraan, prestasi, dan lain sebagainya) dengan
menugubah kondisi pikiran kita. Proses tapping yang dilakukan
pada titik-titik akupuntur di sepanjang jalur energy meridian akan menetralisir gangguan sistem energy tubuh.
11.Relaxation and meditation
Dalam perkembangannya meditasi menjadi praktek yang sangat umum untuk dipraktekan. Menjadi salah satu teknik
stress sangat popular serta bahan riset yang menarik.hingga
saat ini, terdapat lebih dari 500 riset mutakhir yang mempelajari efektivitas meditasi dalam penyembuhan berbagai
penyakit (termasuk kanker, jantung, dan penyakit kronis lain), mengatasi berbagai gangguan emosi. Dalam prakteknya SEFT menggunakan teknik simple meditation juga. Satu praktek yang
tidak ditemukan dalam EFT versi Original. Saaft kita melakukan SEFT, kita dianjurkan melakukan dalam kondisi
meditative (Yakin, Khusu, Ikhlas, pasrah dan syukur). Dengan begitu efek SEFT akan terasa lebih efektif.
12.Gestald therapy
Terapi Gestalt adalah pendekatan eksistensial atau humanistic
pada konseling dan psikoterapi yang telah digunakan selama
lebih dari 50 tahun.9 Dalam proses SEFTing, kita banyak
melakukan pengulangan kata-kata yang memberdayakan diri. Kondisi ini akan menciptakan harapan dan rasa optimis yang
terprogram dalam alam bawah sadar kita. Harapan dan rasa optimis yang muncul akan membantu proses penyembuhan
indidvidu tersebut.
13.Energy pshycology
Proses tapping yang dilakukan pada acupoints di sepanjang
jalur energy meridian akan menetralisir gangguan sistem energy tubuh.
9
14.Powerfull prayer
Kondisi yang sangat dianjurkan dalam proses tapping adalah indidvidu diminita untuk yakin, khusyu, ikhlas, pasrah, dan
bersyukur.
15.Loving-kindness Therapy
Prof. Decher Keltner dari University California Berkley dalam
bukunya, Born to be Good, menjelaskan berbagai penelitian ilmiah yang menyimpulkan bahwa cinta kasih dan kebaikan
akan menyembuhkan kita dan menyembuhkan orang yang kita kasihi. Saat melakukan SEFTing, energy cinta kasih dan
kebaikan hati sang SEFTer akan membantu kesembuhan
kliennya.10