BAGI SISWA SMA DALAM MENGHADAPI UJIAN DI SMA NEGERI 1 KASIHAN
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Kedokteran pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Disusun Oleh : AZIZ AKHMAD MUSLIM
20120310104
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PENGARUH TERAPI SEFT (SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE) TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN
BAGI SISWA SMA DALAM MENGHADAPI UJIAN DI SMA NEGERI 1 KASIHAN
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Kedokteran pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Disusun Oleh : AZIZ AKHMAD MUSLIM
20120310104
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
iii
Nama : Aziz Akhmad Muslim NIM : 20120310104
Program Studi : Pendidikan Dokter
Fakultas : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UMY
Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang penulis tulis ini benar-benar merupakan hasil Karya penulis sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari Karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks yang dicantumkan dalam daftar pustaka dibagian akhir Karya Tulis ini.
Apabila kemudian terbukti atau dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan, maka penulis bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Yogyakarta, 28 April 2016 Yang membuat pernyataan,
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke Khadirat Allah SWT yang telah melimpahkan karunia dan hidayah-Nya sehingga pembuatan Karya Tulis Ilmiah (KTI) dapat selesai sebagaimana yang diharapkan. Dalam penelitian ini, penulis menyajikan informasi yang diharapkan dapat menambah wawasan para pembaca.
Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini niscaya tidak akan selesai tanpa bimbingan, bantuan dan dorongan serta petunjuk dari berbagai pihak. Sehingga pada kesempatan ini perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada dosen pembimbing dan orang tua dan keluarga yang telah memberi bantuan baik moral maupun materil sehingga penulisan Karya Tulis Ilmiah ini dapat selesai sesuai dengan yang diharapkan.
Dengan selesainya KTI ini, maka penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Allah SWT yang telah memberikan karunia, rahmat dan hidayah sehingga
penulis dapat melaksanakan penelitian dan menyelesaikan karya tulis ini. 2. Kedua orang tua tercinta dan yang selalu mendoakan mendoakan dan
memberikan motivasi yang besar dalam setiap langkah. Semoga Allah menyertai kalian, Aamiin
3. Kakak dan adik saya yang selalu menjadi semangat untuk meraih impian yang lebih baik.
4. Dr. H. Ardi Pramono Sp.An, M.Kes selaku dekan Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
5. dr. Orizati Hilman, M.Sc, CMFM,PhD selaku pembimbing yang telah banyak memberikan masukan, kritikan dan semangat sehingga peneliti dapat menyelesaikan KTI ini dengan baik.
v
Penulis sadar bahwa penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikan dimasa yang akan datang. Akhir kata semoga penulisan Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis umumnya bagi para pembaca yang budiman, Amin.
Yogyakarta, 28 April 2016
vi DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN KTI ... ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
INTISARI ... x
ABSTRACT ... xi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian... 5
D. Manfaat Penelitian... 5
E. Keaslian Penelitian ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8
A. Tinjauan Pustaka ... 8
1. Kecemasan ... 8
2. Ujian ... 19
3. Kecemasan Menghadapi Ujian ... 20
4. Terapi SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique)... 21
5. Cara Melakukan SEFT ... 22
6. Manfaat SEFT ... 23
B. Kerangka Teori ... 24
C. Kerangka Konsep ... 25
D. Hipotesis ... 25
BAB III METODE PENELITIAN... 26
A. Desain Penelitian ... 26
vii
C. Lokasi dan Waktu Penelitian... 28
D. Variabel Penelitian ... 28
E. Definisi Operasional ... 29
F. Instrumen Penelitian ... 30
G. Uji Validitas dan Reabilitas... 31
H. Jalannya Penelitian ... 31
I. Analisis Data ... 32
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 33
A. Hasil Penelitian ... 33
1. Gambaran Lokasi Penelitian ... 33
2. Karakteristik Kelompok Penelitian ... 34
3. Analisis Kecemasan Kelompok ... 35
B. Pembahasan ... 39
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 44
A. Kesimpulan... 44
B. Saran ... 44
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Perbedaan metode EFT dengan SEFT ... 22
Tabel 2. Jadwal Penelitian ... 28
Tabel 3. Tingkat Kecemasan Siswa dalam Menghadapi Ujian ... 34
Tabel 4. Hasil Karakteristik Siswa pada Kelompok Intervensi dan Kontrol ... 34
Tabel 5. Prevalensi perubahan tingkat kecemasan siswa dalam menghadapi ujian ... 36
Tabel 6. Kecemasan kelompok intervensi dan kontrol skala TMAS ... 36
Tabel 7. Hasil Uji Normalitas Tingkat Kecemasan Sebelum dan Sesudah Terapi pada Kelompok Intervensi dan Kontrol Skala TMAS ... 37
Tabel 8. Hasil Uji Wilcoxon pretest dan posttest tingkat kecemasan skala TMAS ... ………38
Tabel 9. Hasil Uji Wilcoxon tingkat kecemasan dengan skala persepsi pasien tentang kecemasan ... 38
Tabel 10. Perbedaan hasil posttest skala TMAS dengan skala persepsi pasien .. 39
ix
DAFTAR GAMBAR
x
DI SMA NEGERI 1 KASIHAN INTISARI
Latar belakang : Kecemasan merupakan sebuah masalah psikologis yang ditunjukan dengan sikap khawatir terhadap suatu hal yang dipersepsikan kurang baik oleh individu. Terapi SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique) merupakan metode baru dan masih dalam proses eksperimen yang berkelanjutan sebagai solusi untuk mengatasi berbagai masalah fisik dan emosi. Terapi SEFT dapat diterapkan di berbagai bidang salah satunya dilingkungan sekolah yang dapat diterapkan oleh Guru kepada muridnya yang mengalami kecemasan. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis pengaruh terapi SEFT terhadap penurunan tingkat kecemasan bagi siswa SMA yang akan menghadapi ujian.
Metode : penelitian ini menggunakan desain quasi eksperimental dengan rancangan two group pretest-posttest with control group design di SMA Negeri 1 Kasihan dari bulan Oktober 2015 sampai Februari 2016. Instrumen penelitian ini menggunakan kuisioner Taylor Manifest Anxiety Scale (TMAS) dan Skala persepsi pasien tentang kecemasan.
Hasil : prevalensi tingkat kecemasan siswa dalam menghadapi ujian didapatkan 40 (17,1%) siswa kecemasan ringan, 112 (47,9%) siswa kecemasan sedang, 82 (35%) siswa kecemasan berat. Hasil penelitian ini menggunakan Wilcoxon, didapatkan 34 (48,6%) siswa mengalami penurunan kecemasan pada kelompok intervensi dan 21 (30%) siswa pada kelompok kontrol, Sedangkan 11(15,7%) siswa mengalami peningkatan kecemasan pada kelompok kontrol, dan sebanyak 4 (5,7%) siswa mengalami kecemasan tetap.
Kesimpulan : terdapat pengaruh yang bermakna sebelum dan sesudah dilakukan terapi dengan menggunakan metode SEFT terhadap siswa SMA Negeri 1 Kasihan dimana nilai p=0,00
xi
THE EFFECT OF METHOD SEFT (SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE) TO DECREASE THE LEVEL OF ANXIETYBY EXAM FOR HIGH SCHOOL STUDENT
IN SMA NEGERI 1 KASIHAN ABSTRACT
Background : Anxiety is a psychological problem shown by being anxious about something that an individual feels bad about. Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) method is a new method that is still in ongoing experiment process. It is a solution to solve several physical and emotional problems. SEFT method can be applied to many kinds o f aspects, such as in school environment applied by teachers to their students who experience the anxiety. This research is aimed to analyze effect of SEFT method in decreasing level of anxiety for senior high school students who will face an exam.
Methods: This research had used quasi experimental design with two group pretest-posttest with control group in SMA Negeri 1 Kasihan from October 2015 to February 2016. This research instrument used Taylor Manifest Anxiety Scale (TMAS).
Result : Wilcoxon was used to get the results of this research. The following statements are the results. 34 students (48,6%) experienced the decreasing level of anxiety in a therapy while 21 students (30%) experienced it in a control group. On the other hand, 4 students (5,7%) still experienced permanent anxiety.
Conclusion :In short, there are several meaningful effects before and after applying therapy that used SEFT to SMA Negeri 1 Kasihan (p=0,00).
1
A. Latar Belakang Masalah
Kecemasan merupakan sebuah masalah psikologis yang ditunjukkan dengan sikap khawatir terhadap suatu hal yang dipersepsikan kurang baik oleh individu. Kecemasan bisa berupa kegelisahan, kekhawatiran dan ketakutan terhadap sesuatu yang tidak jelas (Armasari et al, 2012)
Menurut Sadock (2010) kecemasan adalah respon terhadap situasi tertentu yang mengancam, dan merupakan hal yang normal terjadi menyertai perkembangan, perubahan, pengalaman baru atau yang belum pernah dilakukan, serta dalam menemukan identitas diri dan arti hidup. Kecemasan adalah reaksi yang dapat dialami siapapun. Namun cemas yang berlebihan, apalagi yang sudah menjadi gangguan akan menghambat fungsi seseorang dalam kehidupannya.
Mencapai 5% dari jumlah penduduk. Dan sekitar 2% - 4% diantara penduduk di suatu daerah pernah mengalami kecemasan (Hawari, 2011).
Sejak hampir satu abad silam para pakar psikologi telah tahu bahwa manusia dapat bekerja dengan lebih baik jika merasa sedikit cemas. Manusia tidak akan begitu sukses dalam mengerjakan ujian kalau tidak merasa cemas sama sekali, pendek kata, kinerja fisik dan intelektual manusia didorong dan diperkuat oleh kecemasan. Tanpa itu, hanya sedikit yang dapat dikerjakan manusia dengan sukses. Tetapi, kecemasan yang terlalu banyak, mungkin akan membuat gagal dalam ujian karena tidak mampu berkonsentrasi pada pertanyaan-pertanyaan karena membayangkan tentang betapa mengerikannya jika mengalami kegagalan (Durland, 2006).
Padatnya jadwal pelajaran pada siswa SMA dapat memicu kecemasan. Kacemasan dalam menghadapi ujian dapat dipicu oleh beberapa hal diantaranya kondisi badan, pikiran, dan perasaan yang tidak terkendali. Akibat yang ditimbulkan oleh kecemasan tersebut adalah kesulitan untuk berkonsentrasi, kebingungan dan kewaspadaan yang berlebihan terhadap suatu masalah yang akan dihadapinya yang akan menyebabkan siswa menjadi gugup saat menghadapi ujian tersebut.
Kecemasan yang terjadi pada siswa yang akan menghadapi ujian adalah normal, namun sejauh mana siswa tersebut dapat mengatasi rasa cemasnya, tergantung pada kemampuan siswa tersebut untuk merespon kecemasan yang dialaminya. Seperti misalnya lebih meningkatkan lagi porsi belajarnya dengan ikut bimbingan belajar atau dengan mengadakan belajar kelompok (Agustiar et.al., 2010).
Kenyataan di lapangan menggambarkan, bahwa kebanyakan siswa mengalami kecemasan menjelang ujian, siswa juga mengalami kecemasan ketika dituntut untuk berbicara di depan umum, ketika menghadapi pelajaran yang sulit, ketika akan diajar guru yang dianggap sangat tegas dan bahkan galak (Armasari et. al., 2012).
sehingga ia tidak dapat mengikuti pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi lagi (Supriyantini, 2010).
SEFT dikembangkan dari Emotional Freedom Technique (EFT), oleh Gary Craig (USA), yang saat ini sangat populer di Amerika, Eropa, & Australia sebagai solusi tercepat dan termudah untuk mengatasi berbagai masalah fisik, dan emosi, serta untuk meningkatkan performa kerja. Saat ini EFT telah digunakan oleh lebih dari 100.000 orang di seluruh dunia (Nufirwan,2010).
Metode SEFT merupakan metode baru dan masih dalam proses eksperimental yang berkelanjutan dan dapat diterapkan di berbagai bidang salah satunya di lingkungan sekolah yang dapat diterapkan oleh Guru kepada muridnya yang mengalami gangguan emosi seperti bandel, sukar konsentrasi, malas belajar, cemas berlebihan, dsb (Zainuddin, 2009).
Apabila seseorang mengalami kecemasan sebaiknya berdoa dan bertawakal kepada Allah sehingga hatinya menjadi tenang dan tidak cemas. Sebagaimana Allah berfirman dalam surat ar-Ra’d ayat 28 yang berbunyi:
َنيذل ونم ن مْطتوقْمهبولبرْكذهلل َ رْكذبهلل ن مْطتبولقْل ۗ
(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.
pengaruh terapi SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique) terhadap penurunan kecemasan bagi siswa SMA dalam menghadapi ujian.
B. Rumusan Masalah
Apakah terapi SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique) berpengaruh terhadap penurunan tingkat kecemasan bagi siswa SMA dalam menghadapi ujian di SMA Negeri 1 Kasihan.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Menganalisis pengaruh terapi SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique) terhadap penurunan tingkat kecemasan bagi siswa SMA dalam
menghadapi ujian di SMA Negeri 1 Kasihan. 2. Tujuan Khusus
a. Menilai tingkat kecemasan pada siswa SMA dalam menghadapi ujian sebelum dilakukan terapi SEFT.
b. Menilai tingkat kecemasan pada siswa SMA dalam menghadapi ujian sesudah dilakukan terapi SEFT.
c. Menilai perbedaan tingkat kecemasan sebelum dan sesudah dilakukan terapi SEFT.
D. Manfaat Penelitian
1. Siswa
2. Guru dan Masyarakat
Memberikan wawasan dan pengetahuan kepada bapak/ ibu guru serta masyarakat bahwa terapi SEFT dapat digunakan untuk mengatasi kecemasan siswa menghadapi ujian.
3. Ilmu kedokteran
Memberikan tambahan bukti ilmiah untuk ilmu kedokteran komplementer dan integratif terkait pengelolaan kecemasan dengan melakukan terapi SEFT (Spiritual emotional Freedom Technique).
4. Peneliti
Dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi peneliti untuk mengetahui pengaruh terapi SEFT terhadap penurunan tingkat kecemasan bagi siswa SMA dalam menghadapi ujian.
E. Keaslian Penelitian
Sebatas pengetahuan peneliti, belum ada penelitian tentang pengaruh terapi SEFT terhadap penurunan tingkat kecemasan pada siswa SMA dalam menghadapi ujian. Namun ada beberapa penelitian yang memiliki kesamaan variabel diantaranya penelitian yang dilakukan oleh:
1. Derison Marsinova Bakara, Yusniarita, Yati Sutriyanti (2012) dengan judul pengaruh intervensi spiritual emotional freedom technique (SEFT) terhadap tingkat depresi, kecemasan, dan stress pada pasien gagal ginjal
diruangan hemodialisis RSUD M. Yunus Bengkulu. Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif dimana rancangan penelitian ini menggunakan Quasi Eksperimental, dengan pre test and post test design with control group. Hasil yang didapatkan pada penelitian ini menunjukan
perbedaan yang bermakna antara tingkat depresi, kecemasan dan stres sebelum dan sesudah intervensi SEFT. Implikasi penelitian ini bahwa intervensi SEFT membantu menurunkan depresi, kecemasan, dan stres pada pasien gagal ginjal kronik.
2. Penerapan strategi relaksasi untuk mengurangi kecemasan siswa menjelang ujian.penelitian ini dilakukan pada 7 orang siswa kelas VIII A SMP Negeri Benjeng yang teridentifikasi mengalami kecemasan dalam menghadapi ujian dengan menggunakan penelitian pre test dan post test one group design. Hasil penelitian ini didapatkan perbedaan sebelum
8
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Pustaka 1. Kecemasan
a. Definisi
Kecemasan adalah suatu sinyal yang menyadarkan serta memperingatkan adanya suatu bahaya yang mengancam dan memungkinkan seseorang mengambil suatu tindakan untuk mengatasi ancaman (kaplan et.al., 2010).
Kecemasan merupakan keadaan perasaan yang ditandai efek negatif yang kuat dan gejala gejala yang muncul dimana seseorang mengantisipasi adanya bahaya atau kemalangan yang muncul di kemudian hari ditanggapi dengan penuh khawatir (Durand et.al., 2006).
Kecemasan merupakan sebuah problem psikologis yang ditunjukkan dengan sikap khawatir terhadap suatu hal yang dipersepsikan kurang baik oleh individu. Kecemasan adalah semacam kegelisahan, kekhawatiran dan ketakutan terhadap sesuatu yang tidak jelas (Armasari et.al., 2012).
prilaku dapat terganggu tetapi dalam batas batas normal (Hawari, 2011).
b. Gejala-gejala Kecemasan
Kecemasan merupakan respon tubuh terhadap keadaan yang dianggap sebagai ancaman.Individu yang normal terkadang mengalami kecemasan yang nampak sehingga dapat dilihat dari penampilan berupa fisik maupun mental.
Menurut Dadang Hawari (2011) gejala yang sering muncul pada seseorang yang mengalami kecemasan antara lain :
1) Tampak khawatir, mempunyai firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri, mudah tersinggung
2) Merasa tegang, gelisah, mudah terkejut 3) Merasa takut ketika sendirian
4) Pola tidur terganggu, mimipi buruk 5) Gangguan konsentrasi
6) Timbul keluhan keluhan somatik, misalnya rasa sakit pada otot dan tulang, tinitus, berdebar-debar, gangguan pencernaan, sakit kepala, dan lain sebagainya.
c. Etiologi
norepinefrin. Pengalaman hidup seperti peristiwa traumatis muncul untuk memicu gangguan kecemasan pada orang yang sudah rentan untuk menjadi cemas (Jiwo,2012).
Menurut Maramis (2009) beberapa stressor yang dapat menyebabkan kecemasan yaitu:
1) Frustasi
Frustasi berhubungan antara individu dan stresor serta timbul bila suatu keinginan yang diharapkan oleh individu tidak tercapai diakibatkan oleh hal-hal yang menghambat.
2) Konflik
Konflik timbul bila individu dihadapkan dengan dua pilihan atau lebih yang diharapkan, namun pada keadaan tersebut individu harus memilih salah satu dari pilihan yang ada.
3) Tekanan
Tekanan dapat menimbulkan kecemasan. Tekanan kecil yang muncul sehari-hari bila sudah terakumulasi dan berlangsung lama (jangka panjang) dapat menimbulkan stress yang hebat. Tekanan, seperti juga frustasi, dapat berasal dari dalam ataupun dari luar individu.
4) Krisis
Menurut Direja (2011) terdapat dua faktor yang dapat menyebabkan kecemasan yaitu:
1) Faktor predisposisi
Menurut Stuart dan Laraia dalam Direja (2011) terdapat beberapa teori yang dapat menjelaskan kecemasan, diantaranya:
Pandangan Psikoanalitik. Kecemasan adalah konflik emosional yang terjadi antara 2 elemen kepribadian dan super ego.kepribadian mewakili dorongan insting dan impuls primitif, sedangkan super ego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma-norma budaya seseorang. Ego berfungsi menengahi tuntutan dari dua elemen yang bertentangan dan fungsi ansietas adalah mengingatkan ego bahwa ada bahaya.
2) Faktor presipitasi
Menurut Direja (2011) faktor presipitasi dibedakan menjadi:
a) Ancaman terhadap integritas seseorang meliputi ketidakmampuan fisiologis yang akan datang atau menurunnya kapasitas untukmelakukan aktifitas hidup sehari-hari.
d. Respon Terhadap Cemas
Menurut Stuart & Sundeen (1996) respon cemas dibagi menjadi 4, yaitu:
1) Respon fisiologis a) Kardiovaskular
Paliptasi, jantung berdebar, tekanan darah meninggi b) Pernafasan
Nafas cepat, nafas pendek, tekanan pada dada, nafas dangkal, pembengkakan pada tenggorokan, sensasi tercekik
c) Neuromuskular
Refleks meningkat, mata berkedip-kedip, insomnia d) Gastrointestinal
Kehilangan nafsu makan, menolak makan, mual, diare e) Traktus urinarius
Sering berkemih, tidak dapat menahakn BAK f)Kulit
wajah pucat, berkeringat seluruh tubuh, rasa panas dan dingin pada kulit
2) Respon perilaku
3) Respon kognitif
Perhatian terganggu, konsentrasi buruk, pelupa, salah dalam memberikan penilaian, bidang persepsi menurun, bingung, sangat waspada, kesadaran diri meningkat.
4) Respon afektif
Mudah terganggu, tidak sabar, gelisah, tegang, gugup, gelisah. e. Klasifikasi Tingkat Kecemasan
Menurut Rebecca (2005) klasifikasi tingkat kecemasan seseorang dibagi menjadi 6 tingkatan yaitu:
1) Normal
Seseorang mungkin mengalami peringatan secara periodic dari ancaman seperti kegelisahan atau ketakutan yang mengakibatkan seseorang tersebut mengambil langkah yang diperlukan untuk mencegahan ancaman atau mengurangi konsekuensinya.
2) Euphoria
Seseorang mengalami perasaan yang berlebihan namun tidak berbanding lurus dengan keadaan atau situasi. Euphoria biasanya muncul mendahului timbulnya kecemasan ringan.
3) Kecemasan ringan (mild anxiety)
kesempatan menjadi individualis. Perasaan gelisah biasanya tampak dan seseorang mungkin tidak dapat rileks.
4) Kecemasan sedang (moderate anxiety)
Seseorang mengalami kesulitan untuk berkonsentrasi pada satu hal yang spesifik pada suatu waktu. mondar-mandir, tremor suara, peningkatan denyut jantung, perubahan fisiologis, dan verbalisasi tentang bahaya yang akan terjadi. Seseorang tersebut mencari pengobatan untuk kecemasan umumnya hadir dengan gejala-gejala ini selama fase akut.
5) Kecemasan berat (Severe anxiety)
Seseorang mengalami ketidakmampuan untuk berkomunikasi dengan jelas, terjadi karena meningkatnya kecemasan dan penurunan intelektual dalam proses berpikir.
6) Status panik (panic state)
Individu mengalami gangguan kehilangan kendali serta tidak fokus pada kenyataan dan terjadi perubahan psikologis, emosional, dan intelektual.
Kecemasan menurut peplou yang dikutip dari suliswati (1985) kecemasan dibagi menjadi 4 tingkat, yaitu:
1) Kecemasan Ringan
dan menghasilkan kreatifitas. Manifestasi perilaku dan emosi yang memunculkan ketidaktenangan saat duduk, gerakan halus pada tangan, suara terkadang meninggi dan berkaitan dengan mekanisme koping yang minimal. Contoh orang yang mengalami kecemasan ringan adalah seseorang yang sedang menghadapi ujian. Sedangkan menifestasi kognitifnya berupa, mampu dalam menerima yangsangan yang kompleks dan menyelesaikan masalah secara efektif.
2) Kecemasan Sedang
Kecemasan sedang memungkinkan individu lebih memusatkan perhatian kepada hal yang penting pada saat itu dan mengesampingkan yang lain sehingga individu mengalami perhatian lebih selektif dan terarah. Manifestasi perilaku dan emosi yang muncul adalah seseorang dapat merasakan bicara mudah lelah, sulit tidur, perasaan tidak aman, mudah tersinggung, banyak pertimbangan dan mudah lupa. Sedangkan manifestasi fisiologisnya berupa nafas pendek, dada berdebar-debar, nadi dan tekanan darah meningkat, mulut kering, gelisah, diare atau konstipasi dan tangan gemetar.
3) Kecemasan Berat
serta mengabaikan yang lain. Manifestasi perilaku dan emosi yang muncul adalah disorientasi, bingung dan kemungkinan halusinasi. Sedangkan manifestasi fisiologis yang muncul antara lain nafas pendek, nadi dan tekanan darah meningkat, penglihatan kabur, tegang, rasa tertekan, nyeri dadan berkeringat, sakit kepala, tidak mampu menyelesaikan masalah, tidak mampu membuat keputusan serta butuh bantuan.
4) Panik
Tahap ini membuat lapangan persepsi sudah terganggu, sehingga individu tidak mampu mengendalikan diri dan tidak dapat melakukan apa-apa walaupun sudah diberi tuntunan dan arahan. Manifestasi perilaku dan emosi yang mucul adalah marah, ketakutan, mengamuk, berteriak dan kehilangan kendali diri. Manifestasi fisiologis yang dapat muncul adalah nafas pendek, rasa tercekik, palpitasi, tekanan darah meningkat dan koordinasi metorik rendah. Sedangkan manifestasu kognitif berupa lapangan pandang persepsi menjadi sempit dan tidak dapat berfikir logis
f. Pengukuran Tingkat Cemas
spesifik. Masing-masing kelompok gejala diberi penilaian angka (score) antara 0 sampai dengan 4.
Skala HRS-A diperkenalkan pertama kali oleh Max Hamilton pada tahun 1959 dan sekarang menjadi pengukuran standar untuk kecemasan. Skala ini mempunyai validitas dan reliabilitas yang cukup tinggiuntul pengukuran tingkat kecemasan.
2) Pengukuran tingkat kecemasan menggunakan Taylor Manifest Anxiety Scale yaitu tes kecemasan sebagai ciri kepribadian
dikembangkan oleh Janet Taylor pada tahun 1953 untuk mengetahui tingkat kecemasan seseorang.
g. Terapi Cemas 1) Farmakologi
farmakologis dengan reuptake penghambatan serotonin dan norepinefrin dapat membantu dalam berbagai gangguan mood dan kecemasan (Yates, 2011).
Sedangkan menurut Bandelow et.al.,(2012) farmakologi yang dapat digunakan untuk terapi cemas, yaitu:
a) Selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI)
Inhibitor selektif serotonin reuptake inhibitor (SSRI), serotonin – norepinefrin reuptake inhibitor (SNRIs) direkomendasikan sebagai obat lini pertama karena risiko-benefit rasio menguntungkan mereka, dengan beberapa perbedaan mengenai berbagai kecemasan. Efek samping lain termasuk mual (dan karena itu rekomendasi adalah untuk dikonsumsi setelah makan), sakit kepala, kelelahan dan pusing.
b) Benzodiazepin
Benzodiazepin aman digunakan bagi individu yang mengalami kecemasan dan dapat dikombinasi dengan obat serotonergik selama minggu pertama pengobatan untuk menekan peningkatan kecemasan. Namun pengobatan benzodiazepin mungkin terkait dengan sedasi, pusing, dan berkepanjangan waktu reaksi.
c) Antihistamin
berhasil atau tidak ditoleransi. Efek samping termasuk sedasi, efek antikolinergik pada dosis tinggi, penglihatan kabur, kebingungan, delirium dan lain-lain. Ketika efek penenang diinginkan, antihistamin lebih baik dari benzodiazepin.
2) Non farmakologi
Pendekatan psikoterapi untuk gangguan kecemasan adalah kognitif perilaku, suportif, dan berorientasi tilikan. Terapi kognitif-perilaku memiliki kemanjuran jangka panjang dan jangka pendek. Pendekatan kognitif secara langsung menjawab distorsi kognitif pasien yang di hipotesiskan, dan pendekatan perilaku menjawab keluhan somatik secara langsung (Kaplan et.al., 2010)
Cognitive behavior therapy didasarkan pada mode kognitif
respon emosional, manfaat mood dapat merubah cara berfikir sehingga dapat memiliki perasaan yang lebih baik dan melakukan sesuatu dengan baik meskipun situasi tidak berubah (Zakiyah, 2014). Terapi suportif menawarkan ketentraman dan kenyamanan bagi pasien walaupun terapi jangka panjang masih meragukan.Psikoterapi berorientasi tilikan memusatkan untuk mengungkapkan konflik bawah sadar dan mengenali kekuatan ego (Kaplan et.al., 2010).
2. Ujian
praktik.Setiap ujian memiliki tingkat kesulitan yang berbeda-beda (Mufida, 2012).
3. Kecemasan Menghadapi Ujian
Setiap orang tentunya memiliki rasa cemas.Kecemasan merupakan suatu respon yang ditunjukan individu ketika menghadapi masalah termasuk siswa di lingkungan sekolah.Rasa cemas dapat memicu siswa untuk melakukan tindakan yang kreatif.
Pada tingkat kecemasan yang sedang, persepsi individu lebih memfokuskan hal yang penting saat itu saja dan mengesampingkan hal yang lainnya. Pada tingkat kecemasan berat/tinggi, persepsi individu menjadi turun, hanya memikirkan hal yang kecil saja dan mengabaikan yang lainnya, sehingga individu tidak dapat berpikir dengan tenang (Tresna, 2011).
4. Terapi SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique)
SEFT pertama dikembangkan dari EFT (Emotional freedom Technique) yaitu versi akupuntur tanpa jarum berdasarkan suatu temuan
bahwa adanya hubungan antara aliran enegy dalam tubuh dan emosi dengan masalah kesehatan mulai dari permasalahan emosi, kesehatan dan performance (Zainuddin,2009). EFT menggunakan unsure Cognitive
Therapy dan Terapi Exposure, dan menggabungkan mereka dengan akupressur, dalam bentuk ujung jari menekan pada 12 titik akupunktur. Lebih dari 20 uji klinis yang diterbitkan dalam jurnal medis dan psikologi pre-review telah menunjukkan bahwa EFT efektif untuk fobia, kecemasan,
Walaupun 90% terapi SEFT merupakan isi dari EFT, terdapat perbedaan antara kedua metode tersebut, yaitu:
Tabel 1. Perbedaan metode EFT dengan SEFT
EFT SEFT
Asumsi kesembuhan berasal dari diri sendiri
Asumsi kesembuhan berasala dari Tuhan
Dilakukan dalam suasana santai dan nyaman
Dilakukan dengan penuh keyakinan bahwa kesembyhan berasal dari Tuhan, kehusyuan, keikhlasan, kepasrahan, dan rasa syukur
Meyebutkan detail masalah
Tidak terlalu fokus terhadap detail masalah
Tapping menggunakan 14 titik
Tapping menggunakan 18 titik
Tidak mengandung unsur spiritualitas
90% penekanan pada unsur spiritualitas
Teknik yang terlibat Teknik yang terlibat
Neurolinguistik Programming
Semua teknik dalam EFT
Behavioral therapy Logotherapy
Psychoanalisa Sedona method
EMDR Ericksonian hypnosis
Sugesty & affirmasi Provocative therapy
Visualization Transcendental relaxtion & medication
Gesalt therapy Powerful prayer
Energy therapy Loving – kindness therapy
5. Cara Melakukan SEFT
Cara melakukan SEFT terdiri dari 3 langkah, yaitu: a. The set-up
mengucapkan doa dengan penuh perasaan yang dipanjatkan kepada Allah SWT bahwa apapun permasalahan yang di alami saat ini.
b. The tune-in
Cara melakukan tune-in dengan cara merasakan rasa sakit yang di alami, lalu mengarahkan pikiran ke tempat rasa sakit mengucapkan doa dengan ikhlas dan pasrah kepada Allah SWT.
c. The tapping
Tapping adalah mengetuk ringan dengan 2 ujung jari pada titik-titik tertentu di bagian tubuh dan tetap terus melakukan tune-in. Titik-titik ini merupakan kunci dari The Major Energy Meridians yang akan menetralisirgangguan emosi atau rasa sakit.
6. Manfaat SEFT
Menurut Ahmad Faiz Zainudin (2009) SEFT mempunyai banyak manfaat dalam berbagai bidang, yaitu:
a. Individu
SEFT dapat mengatasi dan membebaskan berbagai masalah pribadi dan dapat mengembangkan potensi diri dengan optimal sehingga menuju ke arah yang lebih baik untuk menjadi manusia paripurna.
b. Keluarga
c. Sekolah
Penerapan SEFT di lingkungan sekolah dapat digunakan oleh guru, pelajar dan mahasiswa untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan pendidikan misalnya, sukar konsentrasi, cemas, malas belajar dengan demikian kegiatan belajar mengajar di lingkungan sekolah atau kampus akan lebih efektif dan efisien.
[image:36.595.140.469.359.669.2]B. Kerangka Teori
Gambar 1. Kerangka Teori
Frustasi, konflik, terkanan,Krisis
Serotonin
Otak
GABA Norepinefrin
Refleks meningkat, mata berkedip-kedip, insomnia Nafas cepat,
pendek, tekanan pada dada, nafas dangkal, sensasi tercekik Palpitasi,
Jantung berdebar, tekanan darah meningkat
Gastrointestinal Neuromuskular
pernafasan Kardiovaskular
Kehilangan nafsu makan, menolak makan, mual, diare
C. Kerangka Konsep
Gambar 2. Kerangka Konsep
D. Hipotesis
1. H0 : Tidak ada perbedaan tingkat kecemasan pada siswa yang mendapatkan terapi SEFT dengan yang tidak mendapatkan terapi.
2. H1 : Ada perbedaan tingkat kecemasan antara siswa yang mendapatkan terapi SEFT dengan yang tidak mendapatkan terapi.
Tetap Terapi SEFT
Faktor-faktor penyebab
Kecemasan
Tingkat kecemasan
26
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan quasi eksperimental design dengan menggunakan rancangan two group pretest-post test with control group design.
B. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau kelompok yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti dan dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Hidayat, 2007).Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas 2 SMANegeri 1 Kasihan yang berjumlah 234 orang.
2. Sampel penelitian
Dalam penelitian ini, pengambilan sampel didasarkan pada kriteria penerimaan yang meliputi kriteria inklusi, eksklusi. Kriteria tersebut antara lain:
a. Kriteria inklusi
1) Siswa kelas 2 SMA yang akan melaksanakan ujian 2) Siswa bersedia menjadi peserta penelitian
3) Siswa yang mengalami kecemasan karena ujian maupun sebab lain yang akan mengganggu pelaksanaan ujian
b. Kriteria eksklusi
1) Siswa yang tidak di mengikuti pretest 2) Siswa yang tidak mengikuti terapi SEFT 3) Siswa yang tidak mengikuti posttest
Adapun teknik pengambilan sampel adalah stratified random sampling yaitu pengambilan sampel secara acak sehingga setiap siswa
berkesempatan menjadi responden, setelah itu di ambil sebanyak 35 siswa yang mengalami tingkat kecemasan paling tinggi dari siswa yang lainnya.
C. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di SMANegeri 1 Kasihan 2. Waktu Penelitian
[image:40.595.138.505.312.490.2]Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan penelitian ini kurang lebih selama 9 minggu, pada minggu ke-3 Oktober s/d Minggu ke-3Februari 2016.
Tabel 2. Jadwal Penelitian
No. Kegiatan Waktu Keterangan
1 Persiapan Peneltian Oktober 2015 Sesuai Prosedur 2 Mengurus Perizinan Oktober –
November2015
Izin dari Instansi Setempat 3 Penelitian November 2015 Diketahui oleh
pembimbing 4 Pengumpulana Hasil Januari2016 Menggunakan
Program Komputer (SPSS 15.0) 5 Pendistribusian Data Januari 2016
6 Pengolahan Data Januari 2016 7 Pengetikan Hasil Penelitian Februari 2016
D. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari : 1. Variabel Bebas
Terapi SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique). 2. Variabel Terikat
E. Definisi Operasional
Definisi operasional yaitu untuk membatasi ruang lingkup atau pengertian variabel-variabel yang diamati/diteliti dan variabel-variabel tersebut diberi batasan. Definisi operasional juga bermanfaat untuk mengarahkan kepada pengukuran atau pengamatan terhadap variabel-variabel yang bersangkutan serta pengembangan instrumen/alat ukur.(Notoatmodjo, 2010).
Definisi operasional pada penelitian ini, yaitu:
1. Terapi SEFT dilakukan oleh terapis SEFT (SEFTer) yang sudah mendapatkan training SEFT dan berpengalaman dalam terapi SEFT. Terapi SEFT dilakukan satu kalikepada tiap siswa dalam kelompok intervensi sesuai dengan standar terapi SEFT dan dilakukan sekitar 10-15 menit.
2. Kecemasan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah skor kecemasan dari kelompok penelitian yang diukur dengan instrumen Taylor manifest anxiety scale yang terdiri dari tanda-tanda kecemasan, keluhan kelompk
F. Instrumen Penelitian
1. Taylor manifest Anxiety Scale (TMAS)
Instrumen Taylor Manifest Anxiety Scale ini terdiri dari dari 50 buah
pertanyaan dengan dua alternatif jawaban yaitu “ya” atau “tidak” yang
ditulis dalam bentuk favourable dan unfavourable.
a. Contoh pertanyaan favourable pada skala penelitian ini beberapa diantaranya:
1) Kadang-kadang saya merasa tidak berguna
2) Kadang-kadang saya merasa bahwa saya bisa menjadi gila
b. Sementara contoh untuk pertanyaan unfavourable ini beberapa diantaranya:
1) Saya menghargai diri sendiri secara wajar 2) Saya sangat yakin terhadap diri saya sendiri
Untuk menilai masing-masing item pada skala TMAS tergantung dari jenis pertanyaannya. Pertanyaan dengan item favourable diberi skor 1 jika
kelompok menjawab “ya” dan diberi skor 0 jika kelompok menjawab
“tidak” demikian sebaliknya. Semakin tinggi skor yang diperoleh maka
semakin tinggi pula tingkat kecemasannya. Skor yang diperoleh kemudian digolongkan dalam 3 kelompok, yaitu:
2. Skala persepsi pasien tentang kecemasan
Terapi SEFT akan menilai kecemasan yang dialami oleh responden dengan menggunakan skala kecemasan yang hamper sama dengan VAS (Visual Analogue Scale) dengan skala 0 hingga 10
G. Uji Validitas dan Reabilitas
Hasil validasi Instrumen Taylor Manifest Anxiety Scale (TMAS) memiliki sensitifitas 90% dan spesifitas 95%, serta reabilitasnya dengan metode analisis KR 20 adalah r=0,86 penelitian ini dilakukan di Yogyakarta dengan sampel anggota PWI (Persatuan Wartawan Indonesia) pada tahun 1991-1992 (Wicaksono, 1992).
H. Jalannya Penelitian
Langkah penelitian yang dilaksanakan:
1. Meminta persetujuan Dekan Fakultas Kedokteran untuk mendapatkan izin penelitian di SMA Negeri 1 Kasihan.
I. Analisis Data
33 A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Lokasi Penelitian
2. Karakteristik Kelompok Penelitian
[image:46.595.148.513.228.309.2]Jumlah seluruh siswa kelas 2 di SMAN 1 Kasihan adalah 234 siswa. Dari hasil penelitian didapatkan prevalensi tingkat kecemasan sebagai berikut :
Tabel 3. Tingkat Kecemasan Siswa dalam Menghadapi Ujian
Tingkat kecemasan f %
Ringan 40 17,1
Sedang 112 47,9
Berat 82 35
Total 234 100
Pada tabel 3 dapat dilihat bahwa terdapat 112 siswa (47,9%) yang mengalami tingkat kecemasan sedang dalam menghadapi ujian dan 82 (35%) siswa yang mengalami kecemasan berat. Dari 82 siswa yang mengalami kecemasan berat yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dalam penelitian ini yaitu sebanyak 70 siswa. Dengan demikian jumlah kelompok yang dianalisis seperti tabel-tabel berikut.
Tabel 4. Hasil Karakteristik Siswa pada Kelompok Intervensi dan Kontrol
Karakteristik Kelompok
Total p Intervensi
Frekuensi (%)
Kontrol
Frekuensi (%) Jenis kelamin :
- Perempuan - Laki-laki 26 (74,3) 9 (25,7) 19 (54,3) 16 (45,7) 45 25 0,081
Usia (tahun) :
[image:46.595.137.519.523.684.2]Tabel 4 menunjukan bahwa jenis kelamin perempuan pada kelompok penelitian ini lebih banyak dibanding laki-laki yaitu sebanyak 19 siswa (54,35%) pada kelompok kontrol dan 26 siswa (74,3%) pada kelompok intervensi. Berdasarkan nilai Chi-Square tersebut didapatkan nilai p= 0,081 , maka hubungan antara kelompok intervensi dan kontrol berdasarkan kelompok jenis kelamin tidak terdapat perbedaan.
Pada kelompok dengan kriteria umur ≤16 tahun lebih banyak dibandingkan dengan umur >16 tahun yaitu sebanyak 23 siswa (56,7%) pada kelompok kontrol dan 29 siswa (82,9%) pada kelompok intervensi. Berdasarkan nilai Chi-Square tersebut didapatkan nilai p= 0,100 , maka hubungan antara kelompok intervensi dan kontrol berdasarkan kelompok usia tidak terdapat perbedaan
3. Analisis Kecemasan Kelompok
Dari 70 sampel yang memenuhi kriteria dibagi menjadi 2 kelompok yaitu, kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Dalam pembagian kedua sampel dilakukan tes homogenitas untuk mengetahui varian dari kedua kelompok sama atau berbeda. Dari perhitungan didapatkan nilai uji homogenitas sebesar 0,108. Maka dapat disimpulkan bahwa data pretestkecemasan dari kedua kelompok mempunyai varian yang sama atau
Tabel 5. Prevalensi perubahan tingkat kecemasan siswa dalam menghadapi ujian
Tingkat kecemasan
f total %
Intervensi Kontrol
Ringan 1 - 1 1,43
Sedang 17 12 29 41,43
Berat 17 23 40 57,14
Total 100
Dari tabel 5. Didapatkan prevalensi tingkat kecemasan ringan sebanyak 1 siswa (1,43%) yang termasuk kelompok intervensi, sebanyak 29 siswa (41,43%) mengalami kecemasan sedang terdiri dari 17 dari kelompok Intervensi dan 12 dari kelompok kontrol dan sebanyak 40 siswa (57,14) mengalami kecemasan berat yang teridiri dari 17 0rang dari kelompok intervensi dan 23 dari kelompok kontrol.
Hasil penelitian perubahan tingkat kecemasan kelompok intervensi dan kontrol dapat dilihat dalam tabel 6 sebagai berikut:
Tabel 6. Kecemasan kelompok intervensi dan kontrol skala TMAS
Perbedaan tingkat kecemasan pretest dan posttest
Intervensi Kontrol
n % N %
Meningkat 0 0 11 31,42
Tetap 1 2,86 3 8,57
Menurun 34 97,14 21 60,1
Total 35 35
didapatkan hasil dengan peningkatan kecemasan tetap atau tidak berubah sebanyak 3 orang dari sampel kontrol dan 1 orang dari kelompok intervensi. Pada sampel kontrol didapatkan 11 siswa mengalami tingkat kecemasan yang meningkat pada hasil posttest dibandingkan hasil pretest.
4. Hasil Uji Normalitas Tingkat Kecemasan Sebelum dan Sesudah Terapi pada Kelompok Intervensi dan Kontrol
[image:49.595.140.506.354.435.2]Uji normalitas tingkat kecemasan sebelum dan sesudah terapi pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol dapat terlihat pada tabel berikut:
Tabel 7. Hasil Uji Normalitas Tingkat Kecemasan Sebelum dan Sesudah Terapi pada Kelompok Intervensi dan Kontrol Skala TMAS Pengukuran Waktu Kelompok Rerata P
Kecemasan Sebelum Kontrol 25,49 0,009 Intervensi 31,37 0,037 Sesudah Kontrol 23,66 0,200 Intervensi 20,47 0,200
5. Perbedaan tingkat kecemasan sebelum dan sesudah terapi pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol
[image:50.595.147.512.307.352.2]Uji statistik yang digunakan melihat tingkat kecemasan adalah non parametrik Wilcoxon dan Mann-Whitney karena hasil uji beda rerata sebelum dan sesudah terapi pada kelompok intervensi dan kontrol didapatkan hasil distribusi data tidak normal.
Tabel 8. Hasil Uji Wilcoxon pretest dan posttest tingkat kecemasan skala TMAS
Intervensi Kontrol
Sig pre-post 0,00 0,64
Z -5,090 -1,856
Dari tabel 8 didapatkan hasil signifikansi pretest dan posttest kelompok kontrol sebesar 0,64 dengan nilai z -1,856 hasil tersebut dapat diartikan bahwa tingkat kecemasan kelompok kontrol tidak ada perbedaan yang bermakna. Pada kelompok intervensi didapatkan signifikansi sebesar 0,00 dengan nilai z -5,090 hasil tersebut dapat diartikan bahwa tingkat kecemasan pada kelompok intervensi terdapat perbedaan yang bermakna.
Tabel 9. Hasil Uji Wilcoxon tingkat kecemasan dengan skala persepsi pasien tentang kecemasan
Intervensi
Sig pre-post 0,00
Z -5,174
Tabel 10. Perbedaan hasil posttest skala TMAS dengan skala persepsi pasien
Perbedaan tingkat kecemasan posttest
Skala TMAS Skala Persepsi Pasien p
n % n %
Meningkat 1 2,86 0 0
0,317
Tetap 0 0 0 0
Menurun 34 97,14 35 100
Dari tabel 10. Didapatkan nilai p= 0,317 hal ini dapat diartikan bahwa perbedaan tingkat kecemasan yang diukur oleh skala TMAS dan skala persepsi pasien tidak terdapat perbedaan.
Tabel 11. Uji Mann-Whitney
Sig kontrol-intervensi
Pretest 0,00
Posttest 0,00
Dari tabel 11 didapatkan hasil signifikansi pretest antara kelompok kontrol dengan intervensi sebesar 0,00 dan didapatkan hasil signifikansi posttest antara kelompok intervensi dengan kontrol sebesar 0,00.
B. Pembahasan
lebih rentan daripada laki-laki. Hal ini didukung oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh lewisohn dkk (1998) bahwa dari penelitiannya yang berjumlah 1221 siswa didapatkan 97 perempuan diantaranya mengalami kecemasan dan hanya 45 laki-laki yang mengalami kecemasan.
Kelompok penelitian ini mempunyai rentang usia 14 sampai 17 tahun. Menurut WHO (2010) usia tersebut termasuk dalam kategori usia remaja yang merupakan masa yang sulit karena individu mengalami berbagai macam perubahan yang mempengaruhi kepribadian, tingkah laku maupun emosional mereka. Selain itu pada masa remaja ini telah menggabungkan antara pengalaman masa lalu yang telah di peroleh dengan tantangan saat ini dan mulai memikirkan masa yang akan datang (Papalia, 2004)perkembangan inilah yang menuntut mereka untuk beradaptasi dengan lingkungan sekitar dan penyesuaian diri terhadap mental sehingga jika tidak bisa beradaptasi akan menimbulkan kecemasan pada dirinya (Kurniawati et. al., 2012).
Berdasarkan hasil penelitian diatas bahwa tingkat kecemasan seseorang berbeda-beda hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor dan ditandai dengan perasaan kekhawatiran yang mendalam, ketakutan atau kehilangan kepercayaan diri yang tidak jelas asal maupun wujudnya, dimana kondisi tersebut dapat menimbulkan kecemasan yang dapat dilihat dari gejala fisiologis, psikologis serta sosial pada individu yang mengalaminya (Puspitasari,2010).
pada wanita klimakterium dengan jumlah responden sebanyak 30 responden yang dilakukan di RW 6 Kelurahan Padalarang Kecamatan Banyumanik Kota Semarang Jawa Tengah. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang menunjukan bahwa terdapat penurunan tingkat kecemasan pada kelompok kontrol sebanyak 21 orang dengan rincian 14 siswa perempuan dan 7siswa laki-laki, sedangkan pada kelompok yang diberi terapi SEFT dengan hasil penurunan tingkat kecemasan sebanyak 34 dari 35 siswa. Hal ini membuktikan bahwa terapi SEFT dapat mengurangi kecemasan pada siswa dalam menghadapi ujian.
SEFT merupakan penggabungan antara spiritualitas, keikhlasan, dan doa yang telah dibuktikan dengan penelitian ilmiah serta dikembangkan dari EFT yang mempunyai metode yang sangat cepat untuk menurunkan intensitas kecemasan. Hal ini didukung penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Boath (2012) bahwa EFT dapat menurunkan tingkat kecemasan siswa sebanyak 21 dari 25 orang dalam menghadapi public speaking.
Pada kelompok kontrol yang tidak mengalami perubahan tingkat kecemasan sebanyak 3 siswa hal ini dapat diakibatkan karena siswa tersebut tidak melakukan hal-hal yang dapat menurunkan tingkat kecemasan. Sebanyak 1 siswa dari 35 siswa yang dilakukan terapi SEFT tidak mengalami perubahan tingkat kecemasan.
kecemasan akan menurun dan memunculkan rasa aman. Namun bila konflik berkepanjangan maka kecemasan akan menetap bahkan meningkat.
Dari 35 siswa kontrol didapatkan 11 siswa yang mengalami peningkatan kecemasan. Peningkatan kecemasan dapat diakibatkan karena berbagai faktor seperti tekanan yang dapat berasal dari dalam ataupun luar individu siswa yang muncul sehari-hari yang tidak diatasi sehingga terakumulasi dan berlangsung lamasehingga menyebabkan kecemasan yang berlebihan (Maramis, 2009).
Signifikansi hasil pretest dan posttest kelompok kontrol dengan menggunakan uji wilcoxon didapatkan nilai 0,64 yang mendakan bahwa tidak terdapat perbedaan tingkat kecemasan antara kelompok pretest dan posttest. Sedangkan signifikansi hasil pretest dan posttest kelompok intervensi didapatkan nilai 0,00 yang menandakan bahwa terdapat perbedaan tingkat kecemasan sebelum dan sesudah dilakukan terapi SEFT.
Hasil pretest dan posttest kelompok intervensi menggunakan skala TMAS dan skala persepsi pasien tentang kecemasan memiliki nilai p= 0,00 hal ini membuktikan bahwa terdapat hasil yang berdanding lurus antara kedua skala yang digunakan.
44
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian diatas, terdapat pengaruh yang signifikan antara sebelum dan sesudah terapi SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique) terhadap penurunan tingkat kecemasan pada Siswa-Siswi SMA
dalam menghadapi Ujian. Dengan demikian terapi SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique) efektif dalam penurunan tingkat kecemasan pada
Siswa-Siswi SMA dalam menghadapi Ujian di SMAN 1 Kasihan.
B. Saran
Saran yang dapat diberikan oleh penulis sehubungan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi Siswa
Sebaiknya menghindari hal-hal yang membuat mereka merasa cemas menjelang ujian. Siswa memanfaatkan terapi SEFT yang sangat sederhana dan praktis untuk menurunkan tingkat kecemasan.
2. Bagi Guru dan Masyarakat
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
46
Agustiar, Wisnawati., Asmi, Yuli.. (2010). Kecemasan Menghadapi Ujian
Nasional, Motivasi Belajar Pada Siswa Kelas XII SMAN “X” Jakarta
Sealatan. (online). Ejurnal.esaunggul.aci.id. di akses 16 maret 2015.
Arikunto, Syharni. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Armasari, Kurnia. D. (2012).Penerapan Model Konseling Behavioral Dengan Teknik Desinsitasi Untuk Meminimalisasi Tingkat Kecemasan Dalam Proses Pembelajaran.(online) ejurnal.undiksha.ac.id. di akses 16 maret 2015
Both, E., Strwart, A., Carryer, A. (2012). Emotional Freedom Technique (EFT) in reducing Presentation Expression Anxiety Syndrom (PEAS) in University student. Staffordshire University.
Derison Marsinova Bakara, Yusniarita, Yati Sutriyanti (2012) Pengaruh Intervensi Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) Terhadap Tingkat Depresi, Kecemasan, Dan Stress Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik.(online).www.academia.edu. di akses 16 maret 2015.
Direja, Ade H S. (2011).Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika.
Durland, Mark V., Barlow, David H (2006) Intisari Psikologi Abnormal. Jakarta: Pustaka Pelajar.
Ending Warsiki dan Lestari Soeharjono.(2008). Kecemasan Pada Anak Remaja. (online), http://www.kalbe.co.id/files /cdk/files/15. Di akses 11 april 2015 Hawari, Dadang (2009). Psikometri Alat Ukur (Skala) Kesehatan Jiwa. Jakarta:
FKUI.
Hawari, Dadang. (2011). Manajemen Stres Cemas dan Depresi. Jakarta: FKUI. Hidayat, A. 2007.Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisa Data. Jakarta:
Salemba Medika.
Irmayanti, Dwi F., Warsito, Hadi (2010). Penerapan Strategi Relaksasi Untuk Mengurangi Kecemasan Siswa Dalam Menghadapi Ujian. (online),
Jiwo, tirto.(2012). Anxiety. (online) http://Tirtojiwo.org. di akses 24 maret 2015. Kaplan, H.I., Sadock, B.J., (2010). Sinopsis Psikiatri Ilmu Pengetahuan Prilaku
Psikiatri Klinis. Jakarta: Binaputra Aksara.
Kurnia, Ana., Hermawati, Erna., Fanani, Moh., (2012).Perbedaan Tingkat Kecemasan antara Remaja dengan Ciri Kepribadian Introvert dan Ekstrovert di Kelas X SMA NEGERI 4 SURAKARTA. Karya Tulis Ilmiah, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Solo.
Maramis (2009).Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Erlangga University Press.
Notoatmodjo, S. ( 2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Nufirwan (2010).Siapa Bilang Saya Tidak Bisa Kaya Dan Sukses. Jakarta: Alex
Media Komputindo.
Papalia., Olds., Fielman. (2007). Human Development. New York: Graw Hill Inc. Pitaloka, Ardiningtyas. (2007). Menelusuri Kecemasan Pada Anak Remaja.
(online) ,(http:www.e.psikologi.com. di akses 11 April 2015). Puri, B K.,et.al (2011). Buku Ajar Psikiatri. Jakarta: EGC.
Puspitasari, A,I., (2010).Hubungan Antara Persepsi Siswa tentang Peran Konselor Sekolah dengan Tingkat Kecemasan dalam Menghadapi Ujian Nasional pada Siswa Kelas IX SMPN 22 Semarang.Karya Tulis Ilmiah. Semarang.
Ramaiah, S. (2003).Kecemasan, Bagaimana Mengatasi Penyebabnya. Yayasan Obor Indonesia.
Sears, Freedman, Peplau. (1985). Social Psychology 5thed. London: Prentice-Hall Inc.
Semun, Yustinus. (2006). Teori Kepribadian dan Terapi Psikoanalitik Freud. Kaninus. Yogyakarta.
Shives, Louise R. (2005) Basic Concept of Psychiatry Mental Health Nursing. Lippincott Williams & Wilkins, Philadelphia, Baltiore, New York.
Supriyantini, S. (2010).Perbedaan Kecemasan Dalam Menghadapi Ujian Antara Siswa Program Reguler Dengan Siswa Program Akselerasi.
Tresna, I Gede., (2010). Efektivitas Konseling Behavioral dengan Teknik Desensitisasi Sistematis untuk Mereduksi Kecemasan Menghadapi Ujian: Studi Eksperimen pada Siswa Kelas X SMA Negeri 2 Singaraja Tahun Ajaran 2010/2011 (Doctoral dissertation, Universitas pendidikan indonesia).
Wicaksono, I., (1992) “Ansietas pada Wartawan Anggota PWI cabang
Yogyakarta” Karya Tulis untuk Memenuhi sebagian Persyaratan Mencapai
Derajat Spesialis I Program Studi Ilmu Kedokteran Jiwa, Yogyakarta: Laboratorium Ilmu Kedokteran Jiwa, FK UGM.
Yates, William R. (2014) Anxiety Disorder. Emedical Medscape.
Zainuddin, Ahmad. F., (2009) SEFT Spiritual Emotiolan Freedom Technique.Jakarta: Afzan Publishing.
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama :
Usia :
Jenis kelamin :
Alamat :
Bersedia ikut menjadi responden untuk penelitianyamh berjudul pengaruh metode SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique) terhadap penurunan kecemasan bagi siswa SMA dalam menghadapi ujian di SMA 1
Kasihan.Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pengaruh metode SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique) terhadap tingkat kecemasan (anxiety level) siswa kelas 2 SMA menjelang ujian.
Dengan alasan apapun apabila saya menghendaki maka saya berhak membatalkan surat persetujuan ini. Demikian surat persetujuan ini saya buat dengan sebenarnya, tanpa ada unsur paksaan.
Yogyakarta, 2015
Yang membuat pernyataan Mengetahui,
Peneliti
T-MAS
(Taylor Manifest Anxiety Scale)
Data Responden:
Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
Kelas :
Tanggal pengisian : PETUNJUK:
Berilah tanda silang (X) pada kolom jawaban (Ya), bila pertanyaan dibawah ini sesuai dengan perasaan dan keadaan Anda, dan berilah tanda silang (X) pada kolom jawaban (Tidak). Bila bila pernyataan dibawah tidak sesuai yang Anda rasakan atau keadaan Anda.
Pernyataan ini Anda rasakan sedikitnya 1 bulan dalam 6 bulan terakhir
Ya tidak
1 Saya tidak cepat lelah ( ) ( )
2 Saya terganggu oleh rasa mual dan muntah ( ) ( ) 3 Menurut saya, saya tidak lebih gugup dari pada orang lain ( ) ( ) 4 Saya jarang sekali sakit kepala ( ) ( ) 5 Saya bekerja dalam ketegangan yang sangat besar ( ) ( ) 6 Saya merasa sukar memusatkan perhatian pada suatu pekerjaan ( ) ( ) 7 Ternyata saya sering merisaukan sesuatu ( ) ( ) 8 Tangan saya sering gemetar bila saya mencoba melakukan
sesuatu
( ) ( )
9 Aku tersipu-sipu (wajah saya merah karena malu) tidak lebih dari orang lain
10 Saya suka mencret-mencret sebulan sekali atau lebih ( ) ( ) 11 Saya sering riasu tentang kemungkinan kecemasan ( ) ( ) 12 Wajah saya tak pernah tersipu (menjadi merah karena malu) ( ) ( ) 13 Saya sering takut tersipu-sipu ( ) ( ) 14 Saya bermimpi buruk beberapa malam sekali ( ) ( ) 15 Tangan dan kaki saya biasanya cukup hangat ( ) ( ) 16 Saya udah berkeringat walaupun udara dingin ( ) ( ) 17 Kadang-kadang bila malu dan tersinggung saya mandi keringat
dan hal ini sangat mengganggu
( ) ( )
18 Saya jarang memperhatikan jantung saya berdebar-debar dan saya jarang sekali sesak nafas
( ) ( )
19 Saya hampir selalu merasa lapar ( ) ( ) 20 Saya jarang sekali terganggu sembelit ( kesukaran buang air
besar)
( ) ( )
21 Saya sering menderita sakit perut ( ) ( ) 22 Kadang-kadang saya begitu tegang sehingga sulit tidur ( ) ( ) 23 Tidur saya sering terganggu dan terjaga ( ) ( ) 24 Saya sering bermimpi tentang hal-hal yang paling baik
kurahasiakan sendiri
( ) ( )
25 Saya mudah sekali menjadi canggung (kikuk) ( ) ( ) 26 Saya lebih perasa daripada kebanyakan orang lain ( ) ( ) 27 Saya merisaukaun soal uang dan pekerjaan ( ) ( ) 28 Saya ingin dapat berbahagia seperti orang lain ( ) ( ) 29 Biasanya saya tenang dan tak mudah menjadi gelisah ( ) ( )
30 Saya mudah menangis ( ) ( )
32 Pada umumnya saya cukup senang ( ) ( ) 33 Saya merasa gelisah bila harus menunggu ( ) ( ) 34 Pada saat-saat tertentu saya merasa gelisah sekali, sehingga
tidak dapat duduk tenang
( ) ( )
35 Ada kalanya saya tidak dapat tidur karena risau ( ) ( ) 36 Kadang-kadang saya merasa bahwa bahwa kesulitan-kesulitan
begitu bertumpuk sehingga saya tidak dapat mengatasinya
( ) ( )
37 Saya harus mengkui kadang-kadang saya merasa risaudiluar batas sesuatu yang sebenarnya tidak begitu penting
( ) ( )
38 Dibandingkan dengan teman-teman saya, saya sedikit sekali mempunyai rasa takut
( ) ( )
39 Saya takut dengan benda dan orang yang saya ketahui tidak akan membahayakan diri saya
( ) ( )
40 Ada kalanya saya merasa tidak berguna sama sekali ( ) ( ) 41 Saya tidak dapat memusatkan perhatian pada suatu hal saja ( ) ( ) 42 Saya cenderung menganggap segala sesuatu secara
sungguh-sungguh (serius)
( ) ( )
43 Saya sangat yakin dengan diri saya sendiri ( ) ( ) 44 Saya adalah orang yang selalu tegang ( ) ( ) 45 Pada umumnya hidup ini kurasakan berat ( ) ( ) 46 Kadang-kadang saya merasa tidak berguna ( ) ( ) 47 Saya memang kurang kepercayaan pada diri sendiri ( ) ( ) 48 Kadang-kadang saya merasa bahwa seolah-olah saya akan
menjadi gila
( ) ( )
Skala Persepsi Pasien Tentang Kecemasan
Data Responden:
Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
Kelas :
Tanggal pengisian :
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Level of Anxietyby Exam for High School Student in SMA Negeri 1 Kasihan
Aziz Akhmad1 , Oryzati2
1
Mahasiswa Program Pendidikan Dokter 2012, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Yogyakarta,
Email : aziz_hagget@yahoo.co.id 2
Dosen Program Studi Pendidikan Dokter 2012, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Abstract
Anxiety is a psychological problem shown by being anxious about
something that an individual feels bad about. Spiritual Emotional Freedom
Technique (SEFT) method is a new method that is still in ongoing experiment
process. It is a solution to solve several physical and emotional problems. SEFT
method can be applied to many kinds o f aspects, such as in school environment
applied by teachers to their students who experience the anxiety. This research
is aimed to analyze effect of SEFT method in decreasing level of anxiety for
senior high school students who will face an exam.
This research had used quasi experimental design with two group
pretest-posttest with control group in SMA Negeri 1 Kasihan from October 2015 to
February 2016. This research instrument used Taylor Manifest Anxiety Scale
(TMAS).
Wilcoxon was used to get the results of this research. The following
statements are the results. 34 students (48,6%) experienced the decreasing level
of anxiety in a therapy while 21 students (30%) experienced it in a control
group. On the other hand, 4 students (5,7%) still experienced permanent
anxiety.
In short, there are several meaningful effects before and after applying
therapy that used SEFT (p=0,00).
Keywords :
Anxiety, SEFT, Spiritual Emotional, Freedom Technique,
Kecemasan merupakan sebuah masalah psikologis yang ditunjukan
dengan sikap khawatir terhadap suatu hal yang dipersepsikan kurang baik oleh
individu. Metode
SEFT
(Spiritual Emotional Freedom Technique)
merupakan
metode baru dan masih dalam proses eksperimen yang berkelanjutan sebagai
solusi untuk mengatasi berbagai masalah fisik dan emosi. Metode
SEFT
dapat
diterapkan di berbagai bidang salah satunya dilingkungan sekolah yang dapat
diterapkan oleh Guru kepada muridnya yang mengalami kecemasan. Tujuan
penelitian ini untuk menganalisis pengaruh metode SEFT terhadap penurunan
tingkat kecemasan bagi siswa SMA yang akan menghadapi ujian.
Penelitian ini menggunakan desain quasi eksperimental dengan
rancangan
two group pretest-posttest with control group design
di SMA Negeri
1 Kasihan dari bulan Oktober 2015 sampai Februari 2016. Instrumen penelitian
ini menggunakan kuisioner
Taylor Manifest Anxiety Scale (TMAS).
Hasil penelitian ini menggunakan
Wilcoxon,
didapatkan hasil 34 (48,6%)
siswa mengalami penurunan kecemasan pada terapi dan 21 (30%) siswa pada
kelompok kontrol, Sedangkan 11(15,7%) siswa mengalami peningkatan
kecemasan pada kelompok kontrol, dan sebanyak 4 (5,7%) siswa mengalami
kecemasan tetap. Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat
pengaruh yang bermakna sebelum dan sesudah dilakukan terapi dengan
menggunakan metode
SEFT
dimana nilai p=0,00
Kata kunci :
Kecemasan,
SEFT, Spiritual, Emotional, Freedom Technique,
masalah psikologis yang ditunjukkan dengan sikap khawatir terhadap suatu hal yang dipersepsikan kurang baik oleh individu. Kecemasan bisa berupa kegelisahan, kekhawatiran dan ketakutan terhadap sesuatu yang tidak jelas1.
Kecemasan adalah respon terhadap situasi tertentu yang mengancam, dan merupakan hal yang normal terjadi menyertai perkembangan, perubahan, pengalaman baru atau yang belum pernah dilakukan, serta dalam menemukan identitas diri dan arti hidup. Kecemasan adalah reaksi yang dapat dialami siapapun. Namun cemas yang berlebihan, apalagi yang sudah menjadi gangguan akan menghambat fungsi seseorang dalam kehidupannya2.
Namun kecemasan yang biasanya bermanfaat untuk bertahan hidup justru menimbulkan hal-hal negatif dalam kehidupan kita.Hal ini tidak jadi masalah bila kecemasan hanya terjadi untuk sementara waktu.Bila kecemasan itu berlangsung cukup lama, kita mulai mencemaskan rasa cemas itu sendiri. Akibatnya, kita takut menghadapi kecemasan di dalam diri kita, sehingga Perbandingan kecemasan antara wanita dan pria adalah 2 banding 1 dan diperkirakan orang yang menderita
mencapai5% dari jumlah penduduk. Dan sekitar 2% - 4% diantara penduduk di suatu daerah pernah mengalami kecemasan3.
Padatnya jadwal pelajaran pada siswa SMA dapat memicu kecemasan. Kacemasan dalam menghadapi ujian dapat dipicu oleh beberapa hal diantaranya kondisi badan, pikiran, dan perasaan yang tidak terkendali. Akibat yang ditimbulkan oleh kecemasan tersebut adalah kesulitan untuk berkonsentrasi, kebingungan dan kewaspadaan yang berlebihan terhadap suatu masalah yang akan dihadapinya yang akan menyebabkan siswa menjadi gugup saat menghadapi ujian tersebut.
Kecemasan yang terjadi pada siswa yang akan menghadapi ujian adalah normal, namun sejauh mana siswa tersebut dapat mengatasi rasa cemasnya, tergantung pada kemampuan siswa tersebut untuk merespon kecemasan yang dialaminya. Seperti misalnya lebih meningkatkan lagi porsi belajarnya dengan ikut bimbingan belajar atau dengan mengadakan belajar kelompok4.
masalah fisik, dan emosi, serta untuk meningkatkan performa kerja. Saat ini EFT telah digunakan oleh lebih dari 100.000 orang di seluruh dunia5.
Metode SEFT merupakan metode baru dan masih dalam proses eksperimental yang berkelanjutan dan dapat diterapkan di berbagai bidang salah satunya di lingkungan sekolah yang dapat diterapkan oleh Guru kepada muridnya yang mengalami gangguan emosi seperti bandel, sukar konsentrasi, malas belajar, cemas berlebihan, dsb6.
Bahan dan Cara
Penelitian ini menggunakan quasi eksperimental design dengan menggunakan rancangan two group pretest-post test with control group design. Besar sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus dari Arikunto (2010) yaitu jika jumlah populasi lebih dari 100 orang maka besar sampel dapat diambil sebanyak 10-15%7. Sehingga jumlah dalam penelitian ini adalah : 15/100 X 234 = 35,1 jika dibulatkan menjadi 35 orang sampel terapi dan ditambah 35 sampel kontrol sehingga jika ditotal menjadi 70 orang sampel. Adapun teknik pengambilan sampelnya adalah stratified random sampling pengambilan sampel secara acak sehingga setiap siswa berkesempatan menjadi responden.
menggunakan
kuisioner
Taylor
Manifest Anxiety Scale (TMAS).
Instrumen Taylor Manifest Anxiety Scale ini terdiri dari dari 50 buah pertanyaan
dengan dua alternatif jawaban yaitu “ya” atau “tidak” yang ditulis dalam bentuk favourable dan unfavourable. Untuk menilai masing-masing item pada skala TMAS tergantung dari jenis pertanyaannya. Pertanyaan dengan item favourable diberi skor 1 jika kelompok menjawab
“ya” dan diberi skor 0 jika kelompok
menjawab “tidak” demikian
sebaliknya.Semakin tinggi skor yang diperoleh maka semakin tinggi pula tingkat kecemasannya. Skor yang diperoleh kemudian digolongkan dalam 3 kelompok, yaitu:
<7 : Kecemasan Rendah 7-21 : Kecemasan Sedang >21 : Kecemasan Tinggi