• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIFITAS TERAPI SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE (SEFT) TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI KELURAHAN GANTING SIDOARJO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EFEKTIFITAS TERAPI SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE (SEFT) TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI KELURAHAN GANTING SIDOARJO"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIFITAS TERAPI SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM

TECHNIQUE (SEFT) TERHADAP PENURUNAN TEKANAN

DARAH PADA LANSIA DI KELURAHAN GANTING

SIDOARJO

Irwansyah

Program Studi S-1 Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya

Hypertension also known as high blood pressure or arterial hypertension, is a chronic medical condition in which the blood pressure in the arteries is elevated. Blood pressure is expressed by two measurements, the systolic and diastolic pressures, which are the maximum and minimum pressures, respectively, in the arterial system. Normal blood pressure at rest is within the range of 100-140 mmHg systolic and 60-90 mmHg diastolic. Hypertension is present if the blood pressure is persistently or above 140/90 milimeters mercury (mmHg) for most adults. Along with age, almost everyone has experienced an increase in blood pressure, systolic blood pressure continues to increase until the old age. In this case, prevention of hypertension used Spiritual Emotional Freedom Technique therapy (SEFT)

This research method used Quasy-Experiment with non equivalent method control group design. The subjects of the study were 22 elderly with sampling technique. Analysis of data bivariat test using Pearson Product Moment analyst t dependent (paired-sample t test).

The result of research showed that the diastolic blood pressure is within the range of 90-100 mmHg before Spiritual Emotional Freedom Technique therapy (SEFT) and 90->80 mmHg after Spiritual Emotional Freedom Technique therapy (SEFT).

The result of the research showed that the Spiritual Emotional Freedom Technique therapy (SEFT) can lower systolic and diastolic pressures for most elderly.

Keywords : Hypertension, Elderly, SEFT Therapy.

PENDAHULUAN

Menurut Joint National Commitee on Prevention Detection, Evaluation and Treatment of High pressure VII, hipertensi adalah suatu keadaan seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal, yaitu tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg, daerah batas yang harus diamati adalah bila sistolik 140-149 mmHg dan diastolik 90-94 mmHg

(Dipiro, 2008). Lansia sering terkena hipertensi di sebabkan oleh kekakuan pada arteri sehingga tekanan darah meningkat. Selain itu penyebab

hipertensi pada lansia juga

disebabkan oleh perubahan gaya hidup dan yang lebih penting lagi kemungkinan terjadinya peningkatan

tekanan darah tinggi karena

bertambahnya usia lebih besar pada orang yang banyak mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung garam (Ritu Jain, 2011). Hipertensi

(2)

yang tidak diobati akan mempengaruhi semua sistem organ dan akhirnya akan memperpendek harapan hidup sebesar 10-20 tahun.

Penanganan secara farmakologi

dapat dilakukan dengan

mengkonsumsi obat penurun

hipertensi. Sedangkan penanganan

secara nonfarmakologis dapat

dilakukan dengan memberikan terapi yang memberikan manfaat relaksasi

kepada tubuh. Manajemen

nonfarmakologi yang diberikan yaitu seperti Akupuntur, herbal, terapi SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique). SEFT merupakan penggabungan antara spiritualitas

(melalui doa, keikhlasan, dan

kepasrahan) dan energy psychology.

Terapi SEFT termasuk teknik

relaksasi, merupakan salah satu bentuk mind-body therapy dari terapi

komplementer dan alternatif

keperawatan (Zainudin, 2006). SEFT merupakan teknik penggabungan dari sistem energi tubuh (energy medicine) dan terapi spiritual dengan menggunakan tepping pada titik-titik tertentu pada tubuh. Terapi SEFT bekerja dengan prinsip yang kurang lebih sama dengan akupuntur dan akupresur. Berdasarkan wawancara dengan beberapa lansia yang terkena hipertensi di Kelurahan Ganting,

upaya yang dilakukan untuk

menurunkan tekanan darah adalah minum jamu dan istirahat. Para lansia belum mengetahui terapi SEFT.

Hasil studi pendahuluan pada bulan Februari 2015 di Kelurahan Ganting Sidoarjo terdapat 22 lansia. Berdasarkan studi pendahuluan pada

10 lansia yang mengalami

penigkatan tekanan darah upaya yang

dilakukan untuk menurunkan

tekanan darah minum jamu 3orang, istirahat 7orang.

Perubahan utama organ yang terjadi akibat hipertensi yaitu jantung berupa komplikasi infark miokard,

angina pektoris, gagal jantung.

Sedangkan pada ginjal dapat terjadi

gagal ginjal karena kerusakan

progresif akibat tekanan tinggi pada kapiler-kapiler ginjal, glomerulus. Dengan rusaknya glomerulus, darah akan mengalir ke unit-unit fungsional ginjal, nefron akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksik dan

kematian. Hipertensi merupakan

masalah. Kecenderungan ini perlu

dikaji dan diwaspadai, karena

tekanan darah tinggi merupakan salah satu faktor resiko penting

penyebab terjadinya penyakit

kardiovaskular. Menurut Potter & Perry (2009) Kegelisahan, ketakutan, nyeri, dan stress emosional dapat mengakibatkan stimulasi simpatis yang meningkatkan frekuensi denyut jantung, curah jantung dan resistensi vaskuler. Kegelisahan meningkatkan tekanan darah sebesar 30 mmHg.

Manfaat terapi SEFT adalah

mengatasi masalah emosional dan fisik yang dapat memicu pengeluaran hormon - hormon stres seperti kosrtisol dan epinefrin, yang dapat

memicu kerja jantung dan

meningkatkan curah jantung, SEFT merupakan salah satu terapi relaksasi yang bisa dijadikan alternatif untuk

menangani hipertensi. Penelitian

Dawson, (Garret & audrey, 2012) dalam the journal of Nervous and

Mental Disease yang coba

menggunakan SEFT dalam

mengunakan kortisol pada stress, berdasarkan hasil penelitian tersebut SEFT mampu menurunkan kadar kortisol sebesar -24.39%. Dengan demikian maka peneliti tertarik untuk meneliti pengaruh Efektifitas terapi SEFT terhadap penurunan tekanan

(3)

darah pada lansia hipertensi di Kelurahan Ganting Sidoarjo.

METODE PENELITIAN Desain Penelitian

Desain ini menggunakan desain penelitian Quasy-Experiment dengan metode non equivalent control group design untuk mengetahui pengaruh

Efektifitas Terapi Spiritual

Emotional Freedom Technique (SEFT) terhadap penurunan tekanan darah Pada Lansia di Kelurahan Ganting Sidoarjo. Dalam penelitian ini terdapat dua kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Kelompok kontrol akan diberikan terapi SEFT sedangkan kelompok kontrol tidak diberikan terapi. Pengukuran tekanan

darah dilakukan pada kedua

kelompok, sebelum intervensi (pre test) dan sesudah intervensi (post test) (Notoatmojo, 2010).

Tempat dan Jadwal Penelitian

Penelitian direncanakan pada hari sabtu bulan Maret-April 2015 di

Wilayah Kelurahan Ganting

Sidoarjo.

Populasi, Sampel dan Sampling

Design

Populasi Penelitian

Populasi pada penelitian ini adalah penderita hipertensi yang tinggal di wilayah Kelurahan Ganting Sidorajo sebanyak 22 lansia.

Sampel Penelitian a. Kriteria Inklusi

Yang termasuk dalam kriteria inklusi pada penelitian ini adalah:

Penderita pra hipertensi dengan Sistol 120-139 dan Diastol 80-89

yang tidak mengkonsumsi obat anti

hipertensi, penderita hipertensi

mampu berkomunikasi dengan baik,

penderita hipertensi yang tidak

mengikuti posyandu lansia, bersedia menjadi subyek penelitian, belum pernah melakukan terapi SEFT b. Kriteria Eksklusi

Yang termasuk dalam kriteria

eksklusi pada penelitian ini adalah: Penderita hipertensi yang memiliki komplikasi seperti Gagal Jantung, Gagal Ginjal dan DM. Penderita hipertensi yang tidak termasuk dalam kategori krisis hipertensi.

Teknik Sampling n =

1 d

Keterangan : n = jumlah sampel

N = jumlah populasi terjangkau d = tingkat signifikansi (d = 0,05) Jadi, besar sampel adalah : n = n = n = n = 20,8 orang n = 20 orang

Alat dan Prosedur Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data pada

penderita hipertensi dengan

mengunakan data sekunder yang berkenaan dengan data demografi yang meliputi usia dan jenis kelamin.

Sedangkan untuk mengetahui

tekanan darah responden dilakukan pengukuran tingkat tekanan darah yang dilakukan secara sistemik dan langsung pada responden dengan menggunakan sphigmomanometer air raksa dan stetoscope.

(4)

Pengolahan Data

Proses pengolahan data meliputi proses 1) Editing dilakukan untuk melihat kelengkapan data 2) Entry data yaitu memasukkan data ke dalam program komputer untuk

dilakukan analisis menggunakan

software statistik, dan 3) Cleaning yaitu kegiatan yang dilakukan untuk mengecek kembali apakah masih terdapat kesalahan data atau tidak. Setelah semua data dipastikan benar, maka dilanjutkan dengan analisis

data menggunakan komputer.

Analisis Data

Analisis Univariat bertujuan untuk

mendeskripsikan karakteristik

variabel yang diteliti. Untuk data numerik (umur dan nilai tekanan

darah) digunakan nilai mean,

median, simpangan baku, nilai

minimal dan nilai maksimal.

Sedangkan data kategorik (jenis

kelamin, riwayat hipertensi)

dijelaskan dengan nilai persentase dan proporsi responden.

Analisis bivariat bertujuan untuk membuktikan hipotesis yang telah dirumuskan untuk mengetahui

hubungan dua variabel. Pada

penelitian ini digunakan uji statistik Uji t dependent (paired-sample t test) Dalam penelitian ini menggunakan tingkat kemaknaan 0.05 dan derajat kepercayaan CI 95%.

HASIL PENELITIAN

Tabulasi tekanan darah pada kelompok perlakuan pretest dan posttest diberikan terapi SEFT di Kelurahan Ganting Sidoarjo. Maret-Mei 2015

No

Pretest Postest

Sistolik Diastolik Sistolik Diastolik

1 160 100 140 90 2 140 90 130 90 3 140 100 140 90 4 150 90 140 80 5 140 100 130 90 6 140 80 130 80 7 150 90 140 90 8 150 100 140 90 9 150 90 140 80 10 140 90 130 80

Tabel menunjukkan bahwa dari 10 responden pada kelompok perlakuan tekanan darah meningkat sebelum diberikan intervensi (SEFT), rata-rata tekanan darah 140-159 mmHg dari 9 responden stage 1 dan 1 responden 160 stage 2 rata-rata tekanan darah sistolik sesudah intervensi SEFT menjadi 130-140 mmHg. Hasil yang

didapatkan untuk tekanan darah diastolik, yaitu rata-rata tekanan darah diastolik sebelum intervensi

SEFT adalah 90-100 mmHg

termasuk kategori stage 1 dan rata-rata tekanan darah diastolik sesudah intervensi SEFT menjadi 90->80 mmHg.

(5)

Tabulasi data tekanan darah pretest dan posttest pada kelompok kontrol yang tidak diberikan terapi SEFT di Kelurahan Ganting Sidoarjo Maret-Mei 2015.

No

Pretest Postest

Sistolik Diastolik Sistolik Diastolik

1 130 80 130 80 2 140 90 140 80 3 140 80 140 90 4 150 90 140 80 5 130 80 150 90 6 140 80 120 70 7 140 90 140 80 8 130 80 130 80 9 150 100 150 90 10 140 70 130 70

Tabel menunjukkan bahwa dari 10 pada kelompok kontrol, rata-rata tekanan darah sistol pada kelompok kontrol sebesar 140-159 mmHg dari 7 responden dikategorikan stage 1, dan 3 responden kategori pra hipertensi pada akhir penelitian menjadi 140-159 mmHg ditemukan

responden 6 kategori stage 1 dan 4 responden dengan kategori stage 1 , sedangkan tekanan darah diastolnya 80-90 mmHg termasuk kategori pra hipertensi pada awal penelitian menjadi 80 mmHg pada akhir penelitian.

Tabel hasil uji independent t test pengaruh pemberian terapi SEFT (Spiritual Emotional

Freedom Technique) pada kelompok perlakuan di Kelurahan Ganting Sidoarjo Maret-Mei

2015.

Independent Samples Test

Levene's Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

95% Confidence Interval of the Difference F Sig. T Df Sig. (2-tailed) Mean Difference Std. Error

Difference Lower Upper

Sistolik Equal variances assumed .233 .635 3.351 18 .004 11.00000 3.28295 4.10277 17.89723 Equal variances not assumed 3.351 17.580 .004 11.00000 3.28295 4.09093 17.90907 Diastolik Equal variances assumed 5128 .036 2.324 18 .032 6.00000 2.58199 ..57544 11.42456 Equal variances not assumed 2.324 14.781 .035 6.00000 2.58199 .48951 11.51049

Rata-rata nilai sistolik sebelum terapi SEFT adalah 148 mmHg dan setelah terapi SEFT adalah 137 mmHg. Dari

hasil pengujian Levene’s Test untuk kesamaan ragam, diperoleh nilai sig F sebesar 0,635 sig > α 0,05)

(6)

sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua populasi berasal dari ragam sama. Karena kedua ragam sama, maka menggunakan uji t pada baris pertama (equal variances assumed), diperoleh nilai sig t 0,004 yang berarti nilai sig t < α 0,05 artinya terdapat

perbedaan nilai sistolik sebelum dan sesudah terapi SEFT. Maka dapat disimpulkan bahwa terapi SEFT cukup berhasil dalam menurunkan tekanan

sistolik pada lansia. Rata-rata nilai diastolik sebelum terapi SEFT adalah 94 mmHg dan setelah terapi SEFT

adalah 88 mmHg. Dari hasil

pengujian Levene’s Test untuk kesamaan ragam, diperoleh nilai sig F sebesar 0,303 sig > α 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua populasi berasal dari ragam sama. Karena kedua ragam sama, maka menggunakan uji t pada baris pertama (equal variances assumed), diperoleh nilai sig t 0,004 yang berarti nilai sig t < α 0,05 artinya terdapat perbedaan nilai diastolik sebelum dan sesudah terapi SEFT. Maka dapat disimpulkan bahwa terapi SEFT cukup berhasil dalam menurunkan tekanan diastolik pada lansia.

Tabel hasil uji independent t test pengaruh pemberian terapi SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique) pada kelompok kontrol di Kelurahan Ganting Sidoarjo Maret-Mei 2015.

Independent Samples Test

Levene's Test for Equality of

Variances

t-test for Equality of Means

95% Confidence Interval of the Difference F Sig T df Sig. (2-tailed) Mean Difference Std. Error Difference Lower Upper Sistolik Equal variances assumed .092 .765 1.007 18 .327 4.00000 3.97213 -4.34513 12.34513 Equal variances not assumed 1.007 17.650 .328 4.00000 3.97213 -4.35701 12.35701 Diastolik Equal variances assumed .153 .701 1.643 18 .118 6.00000 3.65148 -1.67148 13.67148 Equal variances not assumed 1.643 16.805 .119 6.00000 3.65148 -1.71077 13.71077

Rata-rata tekanan sistolik sebelum adalah 137 mmHg dan sesudahnya adalah 133 mmHg. Dari hasil pengujian Levene’s Test untuk kesamaan ragam, diperoleh nilai sig F sebesar 0,765 sig > α 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua populasi berasal dari ragam sama. Karena kedua ragam sama,

maka menggunakan uji t pada baris pertama (equal variances assumed), diperoleh nilai sig t 0,327 yang berarti nilai sig t > α 0,05 artinya tidak terdapat perbedaan nilai sistolik sebelum dan sesudah pada kelompok kontrol meskipun sudah dilakukan dua kali pengukuran tekanan darah.

(7)

Rata-rata tekanan diastolik sebelum adalah 82 mmHg dan sesudahnya

adalah 76 mmHg. Dari hasil

pengujian Levene’s Test untuk kesamaan ragam, diperoleh nilai sig F sebesar 0,701 sig > α 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua populasi berasal dari ragam sama. Karena kedua ragam sama, maka menggunakan uji t pada baris pertama (equal variances assumed), diperoleh nilai sig t 0,118 yang berarti nilai sig t > α 0,05 artinya

tidak terdapat perbedaan nilai

diastolik sebelum dan sesudah pada kelompok kontrol meskipun sudah dilakukan dua kali pengukuran tekanan darah.

Pembahasan

Penelitian ini dirancang untuk

memberikan gambaran

mengidentifikasi tekanan darah

sebelum dilakukan terapi (SEFT) dan

menganalisis perbedaan pada

kelompok intervensi pre-post dengan mengunakan terapi (SEFT) terhadap penurunan tekanan darah pada lansia. Sesuai dengan tujuan penelitian, maka dibahas hal-hal sebagai berikut :

Mengidentifikasi Tekanan Darah Sebelum Dilakukan Terapi

Spiritual Emosional Freedom

Technique (SEFT)Terhadap

Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia Sidoarjo.

Berdasarkan umur

Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor umur mempengaruhi

terjadinya hipertensi. Dengan

bertambahnya umur, resiko tekanan darah hipertensi menjadi lebih besar sehingga prevalensi hipertensi di kalangan usia lanjut cukup tinggi,

yaitu sekitar 40%, dengan kematian sekitar diatas 65 tahun. Tingginya

hipertensi sejalan dengan

bertambahnya umur, sehingga lumen menjadi lebih sempit dan dinding pembuluh darah menjadi lebih kaku,

sebagai akibatnya adalah

meningkatnya tekanan darah.

Hipertensi, terutama hipertensi

primer sering meterjadi pada rentang 30-50 tahun. Insiden hipertensi meningkat dengan bertambahnya umur; 50%-60% pasien yang berusia 60 tahun ke atas memilikinilai tekanan darah lebih atau sama 140/90 mmHg. Dengan demikian SEFT sebagai terapi komplementer

dapat diterapkan oleh pasien

hipertensi pada rentang usia

berapapun untuk menstimulus

perasaan relaksasi dan menurunkan tekanan darah pasien.

Berdasarkan jenis kelamin

Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Cheryan, Eniery

dan Wilkinson (2010) yang

menyebutkan bahwa faktor gender

berpengaruh pada terjadinya

hipertensi, dimana pria lebih banyak menderita hipertensi dibandingkan wanita. Pria diduga memiliki gaya

hidup yang cenderung dapat

meningkatkan tekanan darah

dibandingkan wanita, misalnya:

kebiasaan merokok, miniman

berakohol dan tekanan pekerjaan. Pravalensi hipertensi pada wanita

meningkat setelah memasuki

menopause. Bahkan setelah usia 65 tahun terjadinya hipertensi pada wanita lebih tinggi dibandingkan pria. Dengan demikian SEFT sebagai

terapi komplementer dapat

diterapkan oleh perawat kepada pasien hipertensi baik yang berjenis kelamin laki-laki maupun yang berjenis kelamin perempuan untuk

(8)

menstimulus perasaan relaksasi dan menurunkan tekanan darah lansia.

Tekanan darah sebelum diberikan terapi SEFT

Hasil penelitian berdasarkan nilai rata-rata tekanan darah sistolik dan nilai rata-rata tekanan darah diastolik sebelum diberikan terapi SEFT menunjukkan bahwa tekanan darah responden sebelum diberikan terapi SEFT termasuk kategori stage 1.

Tekanan darah sesudah dilakukan terapi SEFT

Hasil penelitian menunjukkan rata-rata nilai sistolik sebelum terapi SEFT adalah 140 mmHg dan setelah terapi SEFT adalah 130 mmHg. Dari hasil pengujian Levene’s Test untuk kesamaan ragam, diperoleh nilai sig F sebesar 0,635 sig > α 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua populasi berasal dari ragam sama. Karena kedua ragam sama, maka menggunakan uji t pada baris pertama (equal variances assumed), diperoleh nilai sig t 0,004 yang berarti nilai sig t < α 0,05 artinya terdapat perbedaan nilai sistolik sebelum dan sesudah terapi SEFT. Rata-rata nilai diastolik sebelum terapi SEFT adalah 94 mmHg dan setelah terapi SEFT adalah 88

mmHg. Dari hasil pengujian

Levene’s Test untuk kesamaan ragam, diperoleh nilai sig F sebesar 0,303 sig > α 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua populasi berasal dari ragam sama. Karena

kedua ragam sama, maka

menggunakan uji t pada baris pertama (equal variances assumed), diperoleh nilai sig t 0,004 yang berarti nilai sig t < α 0,05 artinya

terdapat perbedaan nilai diastolik sebelum dan sesudah terapi SEFT.

Hasil crosstabulation tekanan darah posttest pada data demografi berdasarkan jenis kelamin, dari 10 responden didapatkan hasil tekanan darah yang menurun pada perempuan sebanyak 10 orang. berdasarkan jenis kelamin pada kelompok perlakuan

yang paling banyak adalah

perempuan yaitu 10 orang (100%) dan laki-laki 0 orang (0%). Pada kelompok kontrol juga sama seperti kelompok perlakuan yaitu yang paling banyak adalah perempuan yaitu 10 orang (100%) dan laki-laki 0 orang (0%). Secara keseluruhan,

disebutkan bahwa prevalensi

hipertensi pada perempuan (12,1%) lebih besar dari pada laki-laki (7,4%) (Depkes RI,2007). Sampai dengan umur 55 tahun, laki-laki lebih banyak menderita hipertensi dibandingkan perempuan. Dari umur 55 tahun sampai dengan 74 tahun, sedikit lebih banyak perempuan dibanding laki-laki yang menderita hipertensi (Dipro, 2011).

Pendidikan responden yang pernah ditempuh menunjukkan dari 10 responden pada kelompok perlakuan yang paling banyak SMA 3 orang (30%), SMP 2 orang (20%), Tidak Sekolah 2 orang (20%), Perguruan Tinggi 2 orang (20%), SD 1 orang (10%). Pada kelompok kontrol yang paling banyak yaitu SMA 5 orang (50%), perguruan tinggi 2 orang (20%), tidak sekolah , SD, SMP masing-masing 1 orang

(10%). Dilihat dari pendidikan

menunjukkan bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin tinggi peningkatan pemahamannya

Data responden berdasarkan pekerjaan pada kelompok perlakuan yang paling banyak Ibu Rumah Tangga 5 orang (50%), Swasta 2

(9)

orang (20%), Wiraswasta 2 orang (20%), PNS 1 orang (10%). Pada kelompok kontrol yaitu sebanyak swasta 4 orang (40%), Ibu rumah tangga 3 orang (30%), Wiraswasta 2 orang (20%), PNS 1 orang (10%).

Berdasarkan hasil penelitian

menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang menderita hipertensi adalah responden yang bekerja.

Tekanan Darah Pada Kelompok Kontrol Yang Diberikan Terapi

SEFT (Spiritual Emotional

Freedom Technique) Pada Lansia. Berdasar uji t dependen diperoleh diperoleh nilai sig t 0,327 yang berarti nilai sig t > α 0,05 artinya tidak terdapat perbedaan nilai sistolik sebelum dan sesudah pada kelompok kontrol meskipun sudah dilakukan dua kali pengukuran tekanan darah.

Pada penderita hipertensi di

Kelurahan Ganting Sidoarajo.

Analisa Pengaruh Pemberian Terapi SEFT (Spiritual Emotional

Freedom Technique) Terhadap

Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia Di Kelurahan Ganting Sidoarjo

Hasil penelitian analisis uji statistik

independent t test untuk

membandingkan penurunan tekanan darah antara kelompok perlakuan yang diberikan terapi SEFT dan

kelompok kontrol yang tidak

diberikan terapi SEFT menghasilkan diperoleh nilai sig t 0,004 yang berarti nilai sig t < α 0,05 artinya terdapat perbedaan nilai sistolik sebelum dan sesudah terapi SEFT. Intervensi pemberian terapi SEFT selama satu kali 15 menit dapat menurunkan tingkat depresi, dan

kecemasan secara bermakna terhadap penderita hipertensi.

Keterbatasan

Keterbatasan yang dihadapi peneliti dalam penelitian ini adalah :

1. Peneliti susah dalam keterbatasan ruagan yang di pakai terapi. 2. Keadaan ruangan yang bising dan

berdekatan dengan lingkungan

padat penduduk mengganggu

responden untuk mendengarkan instruksi peneliti dan responden

kesulitan mengkonsentrasikan

pikirannya.

3. Kurangnya dana operasional.

KESIMPULAN

Dari hasil sebelum dan sesudah dilakukan terapi spiritual emotional freedom technique (SEFT) terhadap penurunan tekanan darah pada lansia di Kelurahan Ganting Sidoarjo, maka dapat disimpulkan :

a. Ada pengaruh terapi SEFT terhadap penurunan tekanan darah sistolik pada lansia.

b. Ada pengaruh terapi SEFT terhadap penurunan tekanan darah diastolik pada lansia.

c. Ada pengaruh terapi SEFT

terhadap tekanan darah lansia

hipertensi.

SARAN

Berdasarkan temuan hasil penelitian, beberapa saran yang disampaikan pada pihak terkait adalah sebagai berikut :

1. Bagi Pendidikan Keperawatan Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sumber bagi perkembangan

ilmu pengetahuan keperawatan,

khususnya yang terkait dengan

(10)

pasien hipertensi dengan menitik beratkan pada terapi relaksasi SEFT.

Bagi pendidikan keperawatan

diharapkan dapat memasukkan. 2. Bagi Tempat Penelitian

Diharapkan penelitian ini

memberikan masukkan bagi tempat

penelitian dalam menambah

informasi tentang pengaruh terapi SEFT terhadap tekanan darah.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan peneliti ini dapat

digunakan sebagai acuan untuk melakukan penelitian lebih lanjut

dengan desain instrument, dan

variabel yang lebih respresentif. 4. Bagi Institusi

Diharapkan penelitian ini dapat digunakan sebagai pengembangan

penelitian selanjutnya dan

memberikan masukan serta sebagai

bahan dokumen ilmiah

pengembangan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hang Tuah Surabaya.

DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Azwar. (2010). Penyakit Di usia Tua. Jakarta : Buku Kedokteran EGC

Ardiansyah, Muhamad. (2012).

Medikal Bedah. Yogyakarta: DIVA Press

Dalimartha, Swadaya. (2008).

Ramuan Tradisional. Jakata: Wisma Hijau

Dipiro, Joseph., et al. (2008).

Pharmacotherapy a

Patophysiologic Approach, The Mc Graw Hill Companies, United States, 139-170.

Ernawati, Dwi. (2010). Pengaruh

Terapi Spiritual Emotional

Freedom Technique (SEFT) pada Kecepatan Persalinan kala I Fase Aktif Ibu Primagravida di paviliun E1 RUMKITAL Dr.RAMELAN Surabaya.

Makhfudli, Efendi. (2009).

Keperawatan Kesehatan

Komunitas. Jakarta : Salemba Medika

Nursalam. (2013). Metodologi

Penelitian Ilmu Keperawatan : Pendekatan Praktis, Ed 3. Jakarta : Salemba Medika Ode, Sarif La. (2012). Asuhan

Keperawatan Gerontik.

Yogyakarta: Nuha Medika Sugiyono. (2008). Metode Penelitian

Kualitatif dan Kuantitatif dan R & D.Bandung: Alfabeta W Sunardi, Yohanes. (2012). Sehat itu

pilihan. Yogyakarta: ANDI OFFSET

Widhiartini, Ida Ayu., Rini

Noviyani., Ana Fitriya dan I Gede Made Adioka. (2011). Identification of Drug Related Problems Among Hypertension

Patients in Community

Pharmacy “X” at Denpasar Selatan Bali, in: Proceeding ed 2 Pharmacy and Advanced Pharmaceutical Sciences.

Universitas Gadjah Mada:

Yogyakarta, 53-59.

Zainudin, A. F. (2006) . Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT). Jakarta: Afzan Publizing

Gambar

Tabel  menunjukkan  bahwa  dari  10  responden  pada  kelompok  perlakuan  tekanan  darah  meningkat  sebelum  diberikan intervensi (SEFT), rata-rata  tekanan darah 140-159 mmHg dari 9  responden  stage  1  dan  1  responden  160  stage  2  rata-rata  teka
Tabel  hasil  uji independent  t test  pengaruh  pemberian  terapi  SEFT (Spiritual  Emotional  Freedom Technique) pada kelompok perlakuan di Kelurahan Ganting Sidoarjo Maret-Mei  2015
Tabel  hasil  uji  independent  t  test  pengaruh  pemberian  terapi  SEFT  (Spiritual  Emotional  Freedom  Technique)  pada  kelompok  kontrol  di  Kelurahan  Ganting  Sidoarjo Maret-Mei 2015

Referensi

Dokumen terkait

Bagian ini diisi dengan hasil identifikasi elemen WAE-Logical View yang merealisasikan use case (antara lain berasal dari kelas analisis yang TIDAK AKAN direalisasikan menjadi kelas

Bila hasil produksi tidak sesuai dengan standar mutu yang ditetapkan, maka dilakukan komplain kepada kepala produksi untuk dilakukan tindakan perbaikana. Mengisi laporan hasil

non simbiotik, fiksasi N dalam tanah dilakukan oleh jasad renik yang hidup. bebas, artinya tidak bersimbiosis dengan

Kelima komponen tersebut adalah Assurance (berhubungan dengan sikap percaya diri), Relevance (berhubungan dengan kehidupan siswa), Interest (berhubungan dengan

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis bermaksud untuk membuat suatu aplikasi berupa pemetaan lokasi-lokasi ATM (Automated Teller Machine) Bank Mandiri yang terdapat di

Abdul Wahab Chasbullah Hidup dan Perjuangannya, (Surabaya: PT Duta Aksara Mulia, Cet.. Fase keempat adalah perjuangan menuju independensi. Usaha-usaha yang dilakukan

Artikel ditulis dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris dengan format esai, disertai judul pada masing-masing bagian artikel, kecuali bagian pendahuluan yang disajikan tanpa

Selanjutnya, komunikasi yang dilakukan Balai Taman Nasional Taman Tes- so Nilo dalam melakukan konservasi dan perlindungan hutan dapat ditinjau dari tiga pola komunikasi, yaitu