• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelaksanaan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Di SMP 56 Jakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pelaksanaan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Di SMP 56 Jakarta"

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

APELAKSANAAN PEMBELAJARAN IPS DALAM KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN DI SMPN 56 JAKARTA

SKRIPSI

DIAJUKAN KEPADA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNTUK MEMENUHI SYARAT-SYARAT MENCAPAI GELAR

SARJANA PENDIDIKAN

Disusun Oleh :

ADI ABDUL HADI

104015000573

JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT penulis panjatkan sebagai ungkapan rasa syukur atas segala limpahan nikmat, rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga dengan kudrat dan iradat-Nya penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah atau skripsi yang sederhana ini dengan baik sebagai prasyarat untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan. Skripsi ini berjudul “Pelaksanaan Pembelajaran IPS Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan di SMPN 56 Jakarta”.

Shalawat serta salam semoga Allah limpahkan kepada pemimpin umat manusia pilihan, Nabi Muhammad SAW yang telah membimbing umat manusia untuk mengikuti petunjuk dengan risalah yang dibawanya yakni Agama Islam yang akan menyelamatkan dan mengantarkan pemeluknya menuju kebahagiaan di dunia dan akhirat kelak.

Menyadari bahwa dalam mengantarkan penyelesaian skripsi ini, banyak pihak yang telah memberikan kesempatan, bimbingan, dukungan, serta bantuan baik moril maupun materil kepada penulis, sudah menjadi kepatutan sebagai ungkapan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya, penulis sampaikan kepada semua pihak atau orang-orang yang berjasa yaitu :

1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Drs. H. Nurrochim, MM Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Ibu Lulu L Maknun S,Pd.i staff Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah banyak membantu dan memotivasi penulis untuk selalu semangat dalam merampungkan skripsi ini.

(3)

keikhlasan-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini selesai pada waktunya.

4. Kepada Bapak Otong Suyanto, M.Si yang telah banyak menyumbangkan waktu dan pikiran-Nya dalam membantu penulis menyelesaikan penghitungan statistik, sehingga penulisan skripsi ini selesai pada waktunya.

5. Kepada petugas Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan dan Perpustakaan Utama UIN Jakarta, yang telah menyediakan waktunya untuk melayani penulis dalam peminjaman buku.

6. Kepada pihak yang terkait dengan penulisan ini terutama Kepala Sekolah SMPN 56 Jakarta Bapak Drs. Eddy Effrans AS, Ibu Wakil Kepala Sekolah, Bapak Suhandi, Bapak Totong Rusdiana, Bapak Juwito, Ibu Mutini dan seluruh civitas akademika SMPN 56 Jakarta yang tidak penulis tulis satu persatu namun tidak mengurangi rasa hormat dan terima kasih.

7. Kepada Keluarga Besar Hj. Lilis Su’aedah, MA di Kembangan Jakarta Barat dengan penuh keikhlasan selalu membantu dan memotivasi penulis dalam meyelesaikan penulisan skripsi ini.

8. Kepada Keluarga Besar Mak Lala di Lampung dan Jakarta yang telah banyak memberikan dukungan dan nasihat-Nya kepada penulis, sehingga menjadi inspirasi kehidupan bagi penulis.

9. Sahabat-sahabatku seperjuangan Dede Darmawan Sawangan, Bambang Sidiq Priyatno Palembang, Mas Sainan Bangka Belitung yang telah memotivasi dan membantu penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

10.Sahabat-sahabatku A. Fadhil, Khasanah, Solahuddin dan seluruh keluarga besar Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Angkatan 2004 yang setia dan kritis.

(4)

12.Semua pihak yang penulis tak menyebutkannya satu persatu, yang telah memberi dukungan dan bantuan dengan ikhlas, baik berupa moril maupun materil.

Dalam kesempatan ini pula ucapan terima kasih yang setulus-tulusnya sebagai rasa syukur penulis, penulis sampaikan kepada orang yang sangat dekat dengan penulis, yang memberikan curahan kasih sayang, kekuatan moral dan cinta dengan untaian doa-doa yang dipanjatkan-Nya, motivasi dan dukungan materilnya kepada penulis yang sangat luar biasa, sehingga penulis dapat merampungkan penulisan skripsi ini. Yaitu Ayahanda H. Ahmad Supardi dan Ibunda R.E Aisyah serta adik-adikku tercinta Dedeh Zaidah, Ahmad Sofwan Hilmi, Fitri Awaliyyah. Tidak lupa tunanganku yang tersayang Nurlaila ZN. Juga keluarga besar H. Zaini Dahlan MA.

Tiada dapat penulis membalas jasa baik mereka selain untaian doa dan harapan, semoga Allah SWT berkenan membalas kebaikan-Nya dengan pahala dan kebaikan yang berlipat ganda serta keberkahan hidup didunia dan akhirat, Amiin.

Jakarta, September 2008

Ramadhan 1429 H

Penulis

(5)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR... vii

DAFTAR BAGAN ……… viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah... 6

C. Pembatasan Masalah... 7

D. Perumusan Masalah ... 7

E. Tujuan dan signifikansi... 8

Bab II DESKRIPSI TEORITIS DAN KERANGKA KONSEPTUAL A. Pembelajaran 1. Pengertian Belajar Mengajar ... 9

2. Pengertian Pembelajaran... 11

3. Pengertian Pembelajaran IPS Terpadu ... 12

4. Karakteristik, Ruang Lingkup, dan Tujuan IPS... 14

B. Konsep Kurikulum 1. Pengertian KTSP ... 16

2. Standar Proses... 18

3. Standar Isi ... 20

(6)

5. Komponen KTSP ... 31

C. Pembelajaran IPS dalam KTSP... 35

1. Perencanaan ... 36

2. Pelaksanaan ... 38

3. Evaluasi... 40

D. Kerangka Konseptual ... 41

Bab III Metode Penelitian A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 43

B. Desain Penelitian... 43

C.

Populasi dan Sampel ... 43

D. Instrumen Penelitian ... 43

E. Teknik Pengumpulan Data... 44

F. Teknik Analisa Data... 45

G. Kisi-kisi Instrument... 46

H. Definisi Konseptual dan Definisi Operasional... 47

I. Pendekatan Keilmuan dan Data ... 48

Bab IV Hasil Penelitian A. Gambaran Umum Sekolah ... 49

B. Deskripsi Data... 57

C. Pelaksanaan Pembelajaran IPS ... 57

D. Perspektif Peneliti Mengenai Guru IPS ... 64

Bab V Penutup A. Kesimpulan ... 66

B. Rekomendasi ... 67

(7)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Pedoman wawancara Kepala SMPN 56 Jakarta 2. Pedoman wawancara guru IPS SMPN 56 Jakarta 3. Berita wawancara Kepala SMPN 56 Jakarta 4. Berita wawancara guru IPS SMPN 56 Jakarta 5. Pedoman pengumpulan data dokumen/arsip 6. Lembar observasi

7. Surat pengesahan pengajuan proposal skripsi 8. Surat keterangan bimbingan skripsi

(8)

DAFTAR BAGAN

(9)

DAFTAR GAMBAR

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

12.Pedoman wawancara Kepala SMPN 56 Jakarta 13.Pedoman wawancara guru IPS SMPN 56 Jakarta 14.Berita wawancara Kepala SMPN 56 Jakarta 15.Berita wawancara guru IPS SMPN 56 Jakarta 16.Pedoman pengumpulan data dokumen/arsip 17.Lembar observasi

18.Surat pengesahan pengajuan proposal skripsi 19.Surat keterangan bimbingan skripsi

(11)

DAFTAR TABEL

1. Format Silabus IPS Terpadu………..37

2. Kisi-kisi instrumen .………...46

3. Daftar Nama Guru SMPN 56 Jakarta………. .. 51

4. Data Siswa………. 53

5. Tenaga Kependidikan……… 54

6. Ruang Belajar ………... 55

7. Ruang Kantor……….55

8. Ruang Penunjang……….. …56

(12)

LEMBAR PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan

Untuk Ibunda dan Ayahanda Tercinta

Serta Adik-adikku Dedeh Zaidah, Ahmad Sofwan Hilmi dan Fitri Awaliyyah

Tak lupa Tunanganku yang tersayang Nurlaila ZN yang akan menjadi pendamping

hidupku kelak, mengarungi bahtera rumah tangga yang sakinah, mawaddah,

warahmah.

Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Filsafat merupakan suatu sistem yang dapat menentukan arah hidup dan serta menggambarkan nilai-nilai apa yang paling dihargai dalam hidup seseorang. Proses pentingnya mendidik anak agar menjadi manusia yang baik pada hakikatnya ditentukan oleh nilai-nilai, cita-cita atau filsafat yang dianut Negara, guru, orang tua, masyarakat bahkan dunia.

Di Indonesia landasan filosofisnya adalah pancasila diakui dan diterima sebagai filsafat dan pandangan hidup bangsa yang dijadikan pedoman dalam kehidupan sehari-hari dan dijadikan pula sebagai landasan filosofis pendidikan kita.

Dengan demikian, landasan filosofis pancasila yang dianut oleh Negara kita dengan prinsip demokratis, mengandung makna bahwa peserta didik diberi kebebasan untuk berkembang dan mampu berfikir intelegen di kehidupan masyarakat, melakukan aktivitas yang dapat memberikan manfaat terhadap hasil akhir dan menekankan nilai-nilai manusiawi dan kultural dalam pendidikan.

Dalam kehidupan suatu bangsa pendidikan memegang peranan yang sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup Negara dan bangsa, karena pendidikan berfungsi membantu peserta didik dalam pengembangan dirinya, yaitu pengembangan semua potensi, kecakapan, serta karakteristik pribadinya kearah yang positif, baik bagi dirinya maupun lingkungannya.1

Berbicara tentang proses pendidikan sudah tentu tak dapat dipisahkan dengan semua upaya yang harus dilakukan untuk mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas, sedangkan manusia yang berkualitas itu, dilihat dari segi pendidikan, telah terkandung secara jelas dalam tujuan pendidikan nasional.2

1

Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2005),Cet. III, h. 4

2

Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2005) Cet. V, h.1

(14)

Peningkatan kualitas pendidikan merupakan suatu proses yang terintegrasi dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia itu sendiri. Keberhasilan suatu bangsa di dalam pembangunan negaranya, tidak terlepas dari kemajuan pendidikan yang dicapai oleh bangsa tersebut. Pendidikan menjadi dasar utama dari perkembangan berbagai hal di dalam kehidupan manusia. Karena pada dasarnya pendidikan dimaksudkan untuk menciptakan individu-individu mandiri berkualitas yang siap dan mampu menghadapi berbagai rintangan yang ada dalam kehidupan masyarakat kelak.

Pendidikan berintikan interaksi antara pendidik (guru) dengan peserta didik (siswa) untuk mencapai tujuan pendidikan merupakan komponen utama pendidikan. Ketiganya membentuk suatu triangle, jika hilang salah satu komponen hilanglah hakikat pendidikan. Dalam situasi tertentu tugas guru dapat diwakilkan/dibantu oleh unsur lain seperti media teknologi, tetapi tidak dapat digantikan. Guru yang kompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif, menyenangkan dan akan lebih mampu mengelola kelasnya sehingga hasil belajar para siswa berada pada tingkatan optimal.

Pembelajaran yang berkualitas merupakan harapan seluruh stakeholder dan elemen pendidikan yang realisasinya dalam dunia pendidikan sudah begitu lama dinantikan. Hal ini berakibat dari rendahnya mutu pendidikan nasional yang sampai detik ini belum ditemukan solusi alternatifnya yang pasti. Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk memperbaiki kualitas pendidikan, mulai dari mereformasi kurikulum pendidikan hingga perbaikan sistem pembelajaran disekolah dengan berbagai macam bentuk pendekatan, model dan desain pembelajaran yang efektif, berkualitas, dan menyenangkan.

Kurikulum merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam meningkatkan kualitas murid dalam suatu lembaga pendidikan, karena kurikulum berkaitan dengan penentuan arah, isi dan proses pendidikan, yang pada akhirnya menentukan kualifikasi lulusan suatu lembaga pendidikan.3

3

(15)

Menurut Oemar Hamalik kurikulum adalah program pendidikan yang disediakan oleh lembaga pendidikan (sekolah) bagi siswa. Berdasarkan program pendidikan tersebut siswa melakukan berbagai kegiatan belajar, sehingga mendorong perkembangan dan pertumbuhan-Nya sesuai dengan tujuan pendidikan.4

Secara sadar kita memahami bahwa perkembangan dan perubahan yang terjadi disemua sektor kehidupan masyarakat tidak terlepas dari perubahan global, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta seni dan budaya. Perkembangan dan perubahan secara terus menerus ini menuntut perlunya perbaikan sistem pendidikan nasional termasuk penyempurnaan kurikulum untuk mewujudkan masyarakat yang mampu bersaing dalam menjawab tantangan global.

Di Indonesia telah mengalami beberapa kali perubahan di bidang kurikulum sekolah yakni kurikulum 1968, 1975, 1984, 1994, 1999, 2004 dan yang paling akhir adalah kurikulum 2006 yaitu KTSP.

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan adalah kurikulum operasional yang disusun oleh/dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan. KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum, kalender pendidikan, dan silabus.5

KTSP disusun dan dikembangkan berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 36 ayat 1 dan 2 sebagai berikut :

1. Pengembangan kurikulum mengacu pada Standar Nasional Pendidikan untuk mewujudkan Tujuan Pendidikan Nasional.

4

Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2003), Cet. II, h. 65

5

(16)

2. Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik.6

Dalam pelaksanaannya kurikulum ini dibuat oleh guru di setiap satuan pendidikan untuk menggerakkan mesin utama pendidikan, yaitu pembelajaran. Dengan demikian, kurikulum ini dapat lebih di sesuaikan dengan kondisi di setiap daerah bersangkutan, serta memungkinkan untuk memperbesar porsi muatan lokal.

Pemberian otonomi pendidikan yang luas pada sekolah merupakan kepedulian pemerintah terhadap gejala-gejala yang muncul di masyarakat serta upaya peningkatan mutu pendidikan secara umum. Pemberian otonomi ini menuntut pendekatan kurikulum yang lebih kondusif di sekolah agar dapat mengakomodasi seluruh keinginan sekaligus memberdayakan berbagai komponen masyarakat secara efektif, guna mendukung kemajuan dan sistem yang ada di sekolah. Dalam kerangka inilah, KTSP tampil sebagai alternatif kurikulum yang ditawarkan.

“KTSP merupakan suatu konsep yang menawarkan otonomi pada sekolah untuk menentukan kebijakan sekolah dalam rangka meningkatkan mutu, dan efisiensi pendidikan agar dapat di modifikasikan keinginan masyarakat setempat serta menjalin kerjasama yang erat antara sekolah, masyarakat, industri dan pemerintah dalam membentuk pribadi peserta didik. Hal tersebut dilakukan agar sekolah dapat leluasa mengelola sumber daya dengan mengalokasikannya sesuai prioritas kebutuhan serta tanggap terhadap kebutuhan masyarakat”.7

Implementasi KTSP menuntut dukungan tenaga kerja yang terampil, dan berkualitas agar dapat membangkitkan motivasi kerja yang lebih produktif dan memberdayakan otoritas daerah setempat, serta mengefisienkan sistem dan menghilangkan birokrasi yang tumpang tindih. Disamping itu, dituntut kemandirian dan kreativitas sekolah dalam mengelola pendidikan dan

6

Undang-Undang RI No.20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (Jakarta : Sinar Grafika, 2007), Cet . IV, h. 18-19

7

(17)

pembelajaran di balik otonomi yang dimilikinya. Ini merupakan salah satu wujud reformasi pendidikan yang memberikan otonomi kepada sekolah dan satuan pendidikan untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan potensi, tuntutan, dan kebutuhan masing-masing.

Dengan demikian, sekolah diharapkan dapat melakukan proses pembelajaran yang efektif, dapat mencapai tujuan, materi yang diajarkan relevan dengan kebutuhan masyarakat, berorientasi pada hasil (input), dan dampak

(outcome), serta melakukan penilaian, pengawasan, dan pemantauan secara terus menerus dan berkelanjutan.

Guru merupakan faktor yang mempengaruhi berhasil tidaknya proses pembelajaran. Oleh karenanya guru harus menguasai materi yang akan diajarkan dengan kata lain seorang guru harus mampu menciptakan situasi dan kondisi belajar sebaik-baiknya. Begitu pula bagi guru bidang studi IPS yang memiliki multi peran baik ia sebagai pendidik, pengajar, pembimbing dan administrator. Melalui peran itulah guru bidang studi IPS melakukan upaya peningkatan kualitas belajar siswa. Sebagai aspek fundamental untuk menjalankan tugas dan kewajibannya, yakni guru diharuskan memiliki standar kompetensi.

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, dijelaskan bahwa: “kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan”.8

Kompetensi guru merupakan perpaduan antara kemampuan personal, keilmuan, teknologi, sosial, dan spiritual yang secara kaffah membentuk kompetensi standar profesi guru, yang mencakup penguasaan materi, pemahaman terhadap peserta didik, pembelajaran yang mendidik, pengembangan pribadi dan profesionalisme.

Kegiatan belajar mengajar dirancang dengan mengikuti prinsip-prinsip khas yang edukatif, yaitu kegiatan yang berfokus pada kegiatan aktif siswa dalam membangun makna atau pemahaman. Belajar selalu berkenaan dengan

8

(18)

perubahan pada diri orang yang belajar, apakah itu mengarah kepada yang lebih baik atau pun yang kurang baik, direncanakan atau tidak. Hal lain yang juga selalu terkait dalam belajar adalah pengalaman, pengalaman yang berbentuk interaksi dengan orang lain atau lingkungannya.9

Oleh karena itu, dalam melaksanakan pembelajaran harus memperhatikan tiga aspek yaitu mulai dari perencanan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran. Hal ini dilakukan agar efektifitas pembelajaran dapat terpenuhi dengan baik, sehingga kualitas pembelajaran dan mutu pendidikan suatu sekolah dapat terjamin.

Sesuai dengan konsep belajar yang menjadi kunci keberhasilan, yaitu salah satu pilarnya ialah “belajar hidup bersama (learning to live together); mengembangkan pengertian akan orang lain dan interdependensi melaksanakan proyek-proyek bersama dengan semangat saling menghormati nilai-nilai kemajemukan menuju perdamaian”.10 Dengan demikian, diharapkan setiap pribadi sanggup mengaktualisasikan potensi terbaiknya dan dapat menciptakan kehidupan yang lebih baik, bernilai dan berkualitas bagi dirinya sendiri maupun masyarakat luas.

Dengan bertitik tolak dari latar belakang diatas, penulis tertarik untuk meneliti dan membahas permasalahan yang dituangkan dalam skripsi yang berjudul “PELAKSANAAN PEMBELAJARAN IPS DALAM KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN DI SMPN 56 JAKARTA’’.

B. Identifikasi Masalah

Permasalahan adalah pernyataan tentang adanya sesuatu realita yang berbeda atau menantang arus dari sesuatu kondisi yang biasa, acuan yang ideal,

9

Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, . . . h. 155

10

(19)

atau dari teori yang telah ada sebelumnya.11 Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis mengidentifikasi permasalahan yang timbul sebagai berikut :

1. Guru IPS sulit membuat perencanaan pembelajaran.

2. Belum terdapat media pembelajaran yang dapat menunjang proses pembelajaran IPS.

3. Sarana dan prasarana yang kurang mendukung untuk meningkatkan kualitas pendidikan di SMPN 56 Jakarta.

4. Banyak guru yang belum bisa melaksanakan pembelajaran yang baik dan sistematis antara perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran yang diterapkan.

5. Materi pokok pembelajaran yang telah diprogramkan tidak dapat dilaksanakan sesuai dengan waktu yang dialokasikan.

6. Guru IPS belum memahami pembelajaran IPS dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan.

7. Masih rendahnya nilai hasil belajar IPS siswa SMPN 56 Jakarta.

C. Pembatasan Masalah

Sesuai dengan identifikasi masalah diatas, maka untuk memfokuskan penelitian ini. Penulis membatasi permasalahan sebagai berikut :

1. Pelaksanaan pembelajaran IPS di SMPN 56 Jakarta.

2. Implementasi KTSP pada mata pelajaran IPS di SMPN 56 Jakarta.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah yang telah dikemukakan diatas, maka dirumuskan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran IPS di SMPN 56 Jakarta. 2. Bagaimanakah implementasi KTSP pada mata pelajaran IPS di SMPN

56 Jakarta.

11

(20)

E. Tujuan dan Signifikansi 1. Tujuan Penelitian

a. Tujuan akademis pada penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran IPS dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan.

b. Tujuan terapan penelitian ini adalah untuk menyumbangkan kajian ilmu pendidikan tentang pelaksanaan pembelajaran IPS. Dengan demikian dapat memperkaya khazanah kepustakaan dalam menyelenggarakan pendidikan IPS disekolah.

2. Signifikansi Penelitian

a. Kegunaan secara akademis agar dapat memberikan hasil dan informasi yang bermanfaat bagi instansi atau lembaga pendidikan khususnya bagi SMPN 56 Jakarta.

b. Kegunaan terapan agar menjadi acuan dan bahan perbandingan bagi teman-teman/ pihak-pihak yang membutuhkan dalam penulisan karya ilmiah.

(21)

DESKRIPSI TEORITIS DAN KERANGKA KONSEPTUAL

A. Pembelajaran

Hakikat pembelajaran adalah perencanaan atau perancangan sebagai upaya untuk membelajarkan siswa. Oleh karena itu, dalam belajar, siswa tidak hanya berinteraksi dengan guru sebagai salah satu sumber belajar saja, akan tetapi berinteraksi dengan seluruh sumber belajar yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang dicita-citakan.12

Sedangkan dalam pengertian lain dikatakan bahwa, pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran.13

1. Pengertian Belajar Mengajar

Belajar dapat dimaknai dengan suatu proses bagi seseorang untuk memperoleh kecakapan, keterampilan, dan sikap.14 Pengertian lain dikatakan bahwa belajar itu adalah “usaha mencari dan menemukan makna atau pengertian”.15

Dalam bukunya Psikologi Umum dan Perkembangan, Akyas Azhari mengemukakan ”belajar merupakan sebuah proses perubahan perilaku atau pribadi berdasarkan praktik atau pengalaman tertentu”.16

Menurut Pavlov diungkapkan dalam teori conditioning, “belajar adalah pengkondisian antara stimulus dan respons”.17 Sedangkan para penganut paham Ilmu Jiwa Asosiasi, yang dipelopori John Locke dan Herbart mengemukakan

12

Hamzah B Uno, Perencanaan Pembelajaran, (Jakarta : Bumi Aksara, 2006), Cet. I. h.2

13

Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran,… h. 57

14

Zurinal Z. dan Wahdi Sayuti, Ilmu Pendidikan Pengantar dan Dasar-dasar Pelaksanaan Pendidikan, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), Cet. I, h 117

15

Mursell J. dan S. Nasution, Mengajar Dengan Sukses (Successful teaching), (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), Cet. I, h. 21

16

Akyas Azhari, Psikologi Umum dan Perkembangan, (Jakarta: PT Mizan Publika, 2004), Cet. I, h. 122

17

Cucu Komara dan Deuis Fitni, Strategi Belajar Tuntas di Sekolah Dasar, (Bandung: CV Sanjarindo Sarana Utama, 1999), Cet. II, h. 96

(22)

“Belajar merupakan perkayaan materi pengetahuan material dan/atau perkayaan pola-pola sambutan (responses) perilaku baru (behaviour)”.18

Disisi lain Sutikno dan Fathurrohman mengartikan “belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan yang baru sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.19 Dari sini kita dapat memahami bahwa pembelajaran memiliki tujuan untuk memperoleh suatu perubahan yang baru yang dihasilkan melalui proses dan usaha dari anak didik melalui pengalamannya selama ia berinteraksi dengan lingkungan.

Melihat definisi yang dikemukakan di atas memberikan suatu kesimpulan bahwa belajar ialah sebuah proses (aktifitas) menuju perubahan dan pembentukan karakter pada peserta didik secara keilmuan (kognitif), sikap (afektif) dan keterampilan (psikomotorik).

Mengajar adalah usaha guru menciptakan kondisi-kondisi atau mengatur lingkungan sedemikian rupa sehingga terjadi interaksi antara siswa dengan lingkungannya, termasuk guru dan alat pelajaran yang disebut proses belajar, bahan ajar, tujuan pelajaran yang telah ditentukan tercapai.20

Hasibuan menyebutkan bahwa “konsep mengajar dalam proses perkembangannya masih dianggap sebagai suatu kegiatan penyampaian atau penyerahan pengetahuan.”21

Berdasarkan beberapa pendapat dari tokoh pendidikan mengenai pengertian mengajar maka dapat disimpulkan bahwasanya mengajar merupakan suatu perbuatan yang kompleks yang terdiri dari komponen-komponen yang saling mempengaruhi, yakni kompetensi dasar yang ingin dicapai, materi yang

18

Abin Syamsuddin, Psikologi Kependidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), Cet. VIII, h. 159

19

Pupuh Fathurrohman & M. Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar (melalui penanaman konsep umum dan konsep islam), (Bandung :PT Refika Aditama, 2007),Cet.1, h. 5

20

Nasution, Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar, (Jakarta :Bumi Aksara, 200), h. 50

21

(23)

diajar, guru dan siswa, sarana dan prasarana serta hubungan dengan lingkungan sosial.

2. Pengertian Pembelajaran

Menurut Dimyati dan Mujiono “Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang ditujukan untuk membelajarkan siswa”.22 Pembelajaran dapat didefinisikan sebagai suatu usaha yang sengaja melibatkan dan menggunakan pengetahuan professional yang dimiliki guru untuk mencapai tujuan kurikulum.

Dengan kata lain, pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Proses pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan oleh pendidik kepada peserta didik agar mendapat pengetahuan, keterampilan, dan juga pembentukan sikap.

Diantara prinsip-prinsip dalam pembelajaran antara lain, yaitu : a) Perhatian dan motivasi

Perhatian siswa pada materi pelajaran akan muncul apabila materi pelajaran tersebut sesuai dengan kebutuhan anak didik. Sedangkan motivasi erat kaitannya dengan minat yang akan menarik perhatian anak didik terhadap materi yang dipelajarinya.

b) Keaktifan

Bentuk keaktifan sangat beragam, mulai dari kegiatan fisik yang mudah diamati.

c) Keterlibatan langsung

Keterlibatan anak didik ini meliputi keterlibatan emosional, mental, keterlibatan dengan kegiatan kognitif dalam mencapai tujuan, penghayatan dan internalisasi nilai dalam pembentukan sikap dan keterampilan.

d) Tantangan, Tantangan yang dihadapi diharapkan dapat membuat anak didik bergairah untuk mengatasinya.

Tantangan yang dihadapi diharapkan dapat membuat anak didik bergirah untuk mengatasinya.

e) Pengulangan

Prinsip ini masih cukup relevan dalam dunia pembelajaran dewasa ini, seperti Driil (metode latihan) dan stereontyping.

f) Balikan dan penguatan

Siswa akan belajar sungguh-sungguh apabila mengetahui dan mendapatkan hasil yang baik dari pembelajarannya. Hal itu

22

(24)

merupakan balikan dan penguatan yang diperoleh siswa dalam upaya peningkatan kualitas pembelajarannya.

g) Perbedaan individual, Perbedaan individual ini berpengaruh pada cara dan hasil belajar siswa.

Perbedaan individual ini berpengaruh pada cara dan hasil belajar siswa. Hal ini akan memaksa guru untuk senantiasa memperhatikan perbedaan individu sehingga dapat ditemukan cara terbaik bagi pembelajaran anak didik. 23

Dari pengertian diatas, sepintas pegertian pembelajaran hampir sama dengan mengajar namun pada dasarnya berbeda. Dalam pembelajaran kondisi atau situasi yang memungkinkan terjadinya proses belajar mengajar harus dirancang dan dipertimbangkan terlebih dahulu oleh perancang atau guru.

3. Pengertian Pembelajaran IPS Terpadu

Pendekatan pembelajaran terpadu dalam IPS sering disebut dengan pendekatan interdisipliner. Model pembelajaran terpadu pada hakikatnya merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan peserta didik baik secara individual maupun kelompok aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip secara holistik dan otentik. Salah satu diantaranya adalah memadukan Kompetensi Dasar. Melalui pembelajaran terpadu peserta didik dapat memperoleh pengalaman langsung, sehingga dapat menambah kekuatan untuk menerima, menyimpan, dan memproduksi kesan-kesan tentang hal-hal yang dipelajarinya. Dengan demikian, peserta didik terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai konsep yang dipelajari.24

Pada pendekatan pembelajaran terpadu, program pembelajaran disusun dari berbagai cabang ilmu dalam rumpun ilmu sosial. Pengembangan pembelajaran terpadu, dalam hal ini, dapat mengambil suatu topik dari suatu cabang ilmu tertentu, kemudian dilengkapi, dibahas, diperluas, dan diperdalam dengan cabang-cabang ilmu yang lain. Topik/tema dapat dikembangkan dari isu,peristiwa, dan permasalahan yang berkembang.

23

Dimyati dan Mujiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2002), Cet. II, h. 42.

24

(25)

Dalam buku diktat dasar-dasar Indonesia Ilmu Pengetahuan Sosial N. Doeldjani, mengartikan IPS adalah pengetahuan tentang manusia didalam komponen yang disebut masyarakat, dan juga sebagai fusi dari berbagai disiplin ilmu.25

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah, mulai dari jenjang pendidikan dasar sampai ke pendidikan menengah”.26

Berdasarkan penjelasan di atas dapat dipahami bahwa IPS Terpadu adalah mata pelajaran yang mendeskripsikan serta mengkaji disiplin ilmu-ilmu sosial yang mencakup antropologi, sosiologi, geografi, ekonomi dan tata negara yang diajarkan di sekolah, mulai dari jenjang pendidikan dasar sampai ke pendidikan menengah.

Muhammad Numan Somantri dalam bukunya Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS mengemukakan, ”Pendidikan IPS adalah suatu penyederhanaan disiplin ilmu-ilmu sosial, ideologi negara dan disiplin ilmu lainnya serta masalah- masalah sosial terkait, yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan pada tingkat pendidikan dasar dan menengah”.27

Etin S. dan Rahardjo mengutip dari Martorella (1987) mengatakan bahwa pelajaran IPS lebih menekankan pada aspek “pendidikan” dan pada “transfer konsep” karena dalam pembelajaran IPS siswa diharapakan memperoleh pemahaman terhadap sejumlah konsep dan mengembangkan serta melatih sikap, nilai, moral dan keterampilan berdasarkan konsep yang dimilikinya. Demikian pembelajaran IPS harus diformulasikan pada aspek kependidikannya.28

25

N. Doeldjani, Dasar-dasar IPS untuk Mahasiswa IKIP dan Guru Sekolah Lanjutan,

(Bandung : Alumni, 1992), h. 6

26

Syafruddin Nurdin, Model Pembelajaran yang Memperhatikan Keragaman Individu Siswa dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Ciputat: PT Ciputat Press, 2005), Cet. I, h. 22

27

Muhammad Numan Somantri, Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS,. . . ., h. 74

28

(26)

Dari beberapa pengertian diatas, dapat Penulis simpulkan bahwa pendidikan IPS adalah pendidikan yang terkait dengan manusia (masyarakat)

secara luas dan menjadi bahan ajar yang dipelajari dilembaga sekolah.

4. Karakteristik, Ruang Lingkup dan Tujuan Pembelajaran IPS Karateristik mata pelajaran IPS SMP antara lain sebagai berikut.

a) Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan gabungan dari unsur-unsur geografi, sejarah, ekonomi, hukum dan politik, kewarganegaraan, sosiologi, bahkan juga bidang humaniora, pendidikan dan agama.

b) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS berasal dari struktur keilmuan geografi, sejarah, ekonomi, dan sosiologi, yang dikemas sedemikian rupa sehingga menjadi pokok bahasan atau topik (tema) tertentu. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS juga menyangkut berbagai masalah sosial yang dirumuskan dengan pendekatan interdisipliner dan multidisipliner.

c) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dapat menyangkut peristiwa dan perubahan kehidupan masyarakat dengan prinsip sebab akibat, kewilayahan, adaptasi dan pengelolaan lingkungan, struktur, proses dan masalah sosial serta upaya-upaya perjuangan hidup agar survive seperti pemenuhan kebutuhan, kekuasaan, keadilan dan jaminan keamanan.

d) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS menggunakan tiga dimensi dalam mengkaji dan memahami fenomena sosial serta kehidupan manusia secara keseluruhan.29

Ruang lingkup mata pelajaran IPS meliputi aspek-aspek sebagai berikut: a) Manusia, Tempat, dan Lingkungan

b) Waktu, Keberlanjutan, dan Perubahan c) Sistem Sosial dan Budaya

d) Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan.30

Mengajar adalah perilaku yang universal, artinya semua orang dapat melakukannya. Orang tua mengajar anaknya, pemimpin mengajar bawahannya,

29

Balitbang Depdiknas, Model Pembelajaran Terpadu IPS…, h. 6

30

Depdiknas, ”SK dan KD Ilmu Pengetahuan Sosial SMP dan MTs”, dari

(27)

pelatih mengajar anak asuhannya, suami mengajar istrinya (sebaliknya), dan sudah barang tentu guru mengajar muridnya.31

Ilmu Pengetahuan Sosial bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berpikir, sikap dan nilai peserta didik sebagai individu maupun sebagai sosial budaya.32

Pada dasarnya ada empat pendapat mengenai tujuan pengajaran IPS di sekolah, yaitu :

a) Ada yang berpendapat bahwa tujuan pengajaran IPS ialahuntuk mendidik para siswa menjadi ahli ekonomi, politik, hukum, sosiologi, dan pengetahuan sosial lainnya.

b) Pendapat kedua mengatakan tujuan pengajaran IPS ialah untuk menumbuhkan warga negara yang baik.

c) Pendapat ketiga merupakan kompromi dari pendapat pertama dan kedua.

d) Golongan keempat berpendapat bahwa pengajaran IPS di sekolah dimaksudkan untuk mempelajari bahan pelajaran yang sifatnya ”tertutup” (closed areas). Maksudnya ialah bahwa dengan mempelajari bahan pelajaran yang pantang (tabu) untuk dibicarakan, para siswa akan memperoleh kesempatan untuk memecahkan konflik intrapersonal maupun antar-personal.33 Mata pelajaran IPS (terpadu) bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut :

a) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya

b) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial.

c) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.

d) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.34

31

Thomas Gordon dan Mudjito, Guru Yang Efektif Cara untuk Mengatasi Kesulitan dalam Kelas, (Jakarta: CV. Rajawali, 1986), Cet. II, h. 1

32

Syafruddin Nurdin, Model Pembelajaran yang Memperhatikan Keragaman Individu Siswa dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi..., h. 24

33

Muhammad Numan, Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS..., h. 259-261

34

Depdiknas, ”SK dan KD Ilmu Pengetahuan Sosial SMP dan MTs”, dari

(28)

Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran IPS di sekolah ialah suatu upaya untuk mentransformasikan pengetahuan serta pemahaman tentang disiplin ilmu sosial seperti: sejarah, sosiologi, antropologi, ekonomi, politik, dan ilmu sosial lainnya, dengan tujuan menanamkan nilai-nilai sosial dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sehingga peserta didik diharapkan memiliki karakter sebagai warga negara yang baik.

B. Konsep Kurikulum

1. Pengertian Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

Istilah kurikulum awal mulanya digunakan dalam dunia olahraga pada jaman Yunani kuno. Curriculum dalam bahasa Yunani berasal dari curir, artinya pelari dan curere artinya tempat berpacu. Curriculum diartikan “jarak” yang harus “ditempuh” oleh pelari. Mengambil makna yang terkandung dari rumusan diatas, kurikulum dalam pendidikan diartikan sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh/ diselesaikan anak didik untuk memperoleh ijazah.35

Sementara Robert Gane menegaskan, kurikulum adalah sekwensi isi dan bahan pelajaran yang dideskripsikan sedemikian rupa sehingga pembelajaran setiap unitnya itu dapat diselesaikan sebagai satuan yang utuh, dan masing-masing unit tersebut juga mendeskripsikan kapabilitas (kompetensi) siswa yang harus dikuasai mereka.36

Kurikulum didefinisikan dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional sebagai :

“Seperangkat rencana dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar menajar (pasal 1). Yang disusun untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional dengan memperhatikan tahap perkembangan peserta didik dan kesesuaiannya dengan lingkungan, kebutuhan pembangunan nasional, perkembangan

35

Nana Sudjana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah, (Bandung : Sinar Baru Algemsindo, 1996), h. 4

36

(29)

ilmu pengetahuan dan teknologi serta kesenian, sesuai dengan jenis dan jenjang masing-masing satuan pendididikan (pasal 37).37

Kemudian definisi tersebut mengalami perubahan dalam Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Bab 1 pasal 1 ayat (19) menjelaskan bahwa “Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu”.38 Kurikulum menjadi salah satu tolok ukur keberhasilan pendidikan di sekolah dengan mendemonstrasikan materi pelajaran yang sudah ditetapkan dalam kurikulum pada proses belajar mengajar. Kurikulum disusun sesuai dengan perkembangan peserta didik dan perkembangan sosial serta ilmu pengetahuan dan teknologi untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditentukan.

Dari beberapa definisi tersebut diatas dapat disimpulkan, bahwa kurikulum merupakan aktivitas dan kegiatan belajar yang direncanakan, diprogramkan bagi peserta didik yang berisi sejumlah mata pelajaran dibawah bimbingan sekolah untuk memperoleh sejumlah pengetahuan.

Sedangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan adalah kurikulum operasional yang disusun oleh/dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan.39 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, yang dikembangkan sesuai dengan satuan pendidikan, potensi sekolah/daerah, karakteristik sekolah/daerah, sosial budaya masyarakat setempat, dan karakteristik peserta didik.40

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mengandung makna bahwa kurikulum dikembangkan oleh masing-masing satuan pendidikan dengan tujuan agar satuan pendidikan yang bersangkutan dapat mengembangkan kekhasan potensi sumber daya manusia dan daerah di sekitarnya. Hal ini merupakan

37

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Sek. Jend., Undang-Undang RI No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta 1995.

38

Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (Jakarta : Sinar Grafika, 2007), Cet . IV, h. 4

39

Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah, Badan Standar Nasional Pendidikan, (Jakarta : 2006) h. 5

40

(30)

implikasi dari perubahan kebijakan dari sentralisasi ke desentralisasi di bidang pendidikan. Perubahan ini menuntut adanya perubahan paradigma dalam membina satuan pendidikan.

Dengan demikian dapat dikatakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan sebagai aktivitas dan kegiatan belajar yang direncanakan, diprogramkan bagi peserta didik yang berisi sejumlah mata pelajaran dibawah bimbingan sekolah untuk memperoleh sejumlah pengetahuan yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan.

2. Standar Proses

Sesuai dengan amanat Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan salah satu standar yang harus dikembangkan adalah standar proses. Standar proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan. Standar proses berisi kriteria minimal proses pembelajaran pada satuan pendidikan dasar dan menengah diseluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Standar proses ini berlaku untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah pada jalur formal, baik pada sistem paket maupun pada sistem kredit semester.

Standar proses meliputi perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien.

a) Perencanaan proses pembelajaran

Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang memuat identitas mata pelajaran, standar kompetensi (SK), kompetensi dasar (KD), indikator pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, materi ajar, alokasi waktu, metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian hasil belajar, dan sumber belajar.

(31)

peserta didik dalam upaya mencapai KD. Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

Komponen rencana pelaksanaan pembelajaran adalah identitas mata pelajaran, standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, materi ajar, alokasi waktu, metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran.

Kegiatan Pembelajaran

1) Pendahuluan, pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuan pembelajaran yang ditujukan untuk membangkitkan motivasi dan memfokuskan perhatian peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran.

2) Inti, kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD. Kegiatan inti dilakukan secara sistematis dan sistemik melalui proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.

3) Penutup, penutup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri aktivitas pembelajaran yang dapat dilakukan dalam bentuk rangkuman atau kesimpulan, penilaian dan refleksi, umpan balik, dan tindak lanjut.

b) Pelaksanaan proses pembelajaran

Jumlah maksimal peserta didik setiap rombongan belajar adalah : 1) SD/MI : 28 peserta didik

2) SMP/MT : 32 peserta didik 3) SMA/MA : 32 peserta didik 4) SMK/MAK : 32 peserta didik

(32)

1) Kegiatan Pendahuluan

a. Menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik.

b. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari.

c. Menjelaskan tujuan pembelajaran

2) Kegiatan Inti, kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD. Kegiatan ini dilakukan secara sistematis dan sistemik melalui proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.

3) Kegiatan Penutup, guru bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat rangkuman/kesimpulan pelajaran, kemudian melakukan penilaian dan memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran.

c) Penilaian hasil pembelajaran

Penilaian dilakukan oleh guru terhadap hasil pembelajaran untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi peserta didik, serta digunakan sebagai bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar, dan memperbaiki proses pembelajaran.

Penilaian dilakukan secara konsisten, sistematik, dan terprogram dengan menggunakan tes dan nontes dalam bentuk tertulis atau lisan, pengamatan kerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas, proyek dan/atau produk, portofolio, dan penilaian diri. Penilaian hasil pembelajaran menggunakan Standar Penilaian Pendidikan dan Panduan Penilaian Kelompok Mata Pelajaran.

d) Pengawasan proses pembelajaran

1) Pemantauan, pemantauan proses pembelajaran dilakukan tahap perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian hasil pembelajaran.

2) Supervisi, supervisi pembelajaran dilakukan tahap perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian hasil pembelajaran.

3) Evaluasi, evaluasi proses pembelajaran memusatkan pada keseluruhan kinerja guru dalam proses pembelajaran.

(33)

5) Tindak lanjut, guru diberi kesempatan untuk mengikuti pelatihan/penataran lebih lanjut.

3. Standar Isi KTSP

Standar nasional pendidikan yang telah ditetapkan pemerintah mencakup standar Isi, standar Proses, standar Kompetensi Lulusan, standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan, standar Sarana dan Prasarana, standar Pengelolaan, standar Pembiayaan, dan standar Penilaian Pendidikan. Dari delapan standar tersebut, yang telah dijabarkan dan telah disahkan penggunaannya oleh Mendiknas adalah standar Isi dan standar Kompetensi Lulusan.41

Standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam persyaratan kompetensi tamatan. Kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.42 Standar isi merupakan pedoman untuk pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan yang memuat :

a) Kerangka dasar dan struktur kurikulum b) Beban belajar

c) Kurikulum tingkat satuan pendidikan d) Kalender pendidikan.43

a) Kerangka dasar dan struktur kurikulum

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Kurikulum untuk jenis pendidikan umum, kejuruan, dan khusus pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri atas :

1)Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia ; yang dilaksanakan melalui kegiatan agama, kewarganegaraan, kepribadian, ilmu pengetahuan dan teknologi, estetika, jasmani, olah raga, dan kesehatan.

41

E mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan…, h. 45

42

E. Mulyasa, Kurikulum yang Disempurnakan, Pengembangan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2006), Cet. 2, h. 24

43

(34)

2)Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian; yang dilaksanakan melalui kegiatan agama, akhlak mulia, kewarganegaraan, bahasa, seni dan budaya, serta pendidikan jasmani.

3)Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi; yang dilaksanakan melalui kegiatan bahasa, matematika, ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, keterampilan, kejuruan, teknologi informasi dan komunikasi, serta muatan lokal yang relevan.

4)Kelompok mata pelajaran estektika; yang dilaksanakan melalui kegiatan bahasa, seni dan budaya, keterampilan, dan muatan lokal yang relevan.

5)Kelompok mata pelajaran jasmani, olah raga dan kesehatan; yang dilaksanakan melalui kegiatan jasmani, olah raga, pendidikan kesehatan, ilmu pengetahuan alam, dan muatan lokal yang relevan.44

Struktur kurikulum merupakan pola dan susunan mata pelajaran yang harus ditempuh oleh peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Kedalaman muatan kurikulum setiap mata pelajaran pada setiap satuan pendidikan dituangkan dalam kompetensi yang harus dikuasai peserta didik sesuai dengan beban belajar yang tercantum dalam struktur kurikulum.

Kompetensi tersebut terdiri atas standar kompetensi dan kompetensi dasar yang dikembangkan berdasarkan standar kompetensi lulusan. Muatan lokal dan kegiatan pengembangan diri merupakan bagian integral dari struktur kurikulum pada jenjang pendidikan dasar dan menengah.

b) Beban belajar

Beban belajar untuk pendidikan dasar dan menengah menggunakan jam pembelajaran setiap minggu setiap semester dengan sistem tatap muka, penugasan terstruktur, sesuai kebutuhan dan ciri khas masing-masing. Beban belajar dirumuskan dalam bentuk satuan waktu yang dibutuhkan oleh peserta didik untuk mengikuti program pembelajaran melalui sistem tatap muka, penugasan terstruktur, dan kegiatan mandiri tidak terstruktur. Semua itu dimaksudkan untuk mencapai standar kompetensi lulusan dengan memperhatikan tingkat perkembangan peserta didik.

44

(35)

Kegiatan tatap muka adalah kegiatan pembelajaran yang berupa proses interaksi antara peserta didik dengan guru. Beban belajar kegiatan tatap muka per jam pembelajaran pada masing-masing satuan pendidikan ditetapkan sebagai berikut :

1)SD/MI/SDLB berlangsung selama 35 menit. 2)SMP/MTs/SMPLB berlangsung selama 40 menit.

3)SMA/MA/SMALB/SMK/MAK berlangsung selama 45 menit.45 Beban belajar kegiatan tatap muka per minggu pada setiap satuan pendidikan adalah sebagai berikut :

1)Jumlah jam pembelajaran tatap muka per minggu untuk SD/MI/SDLB :

a) Kelas I s.d. III adalah 29 s.d. 32 jam pembelajaran. b) Kelas IV s.d. VI adalah 34 jam pembelajaran.

2)Jumlah jam pembelajaran tatap muka per minggu untuk SMP/MTs/SMPLB adalah 34 jam pembelajaran.

3)Jumlah jam pembelajaran tatap muka per minggu untuk SMA/MA/SMALB/SMK/MAK adalah 38 s.d. 49 jam pembelajaran. 46

c) Kurikulum tingkat satuan pendidikan

Beberapa hal yang perlu dipahami dalam kaitannya dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan adalah sebagai berikut :

1)Penyusunan kurikulum pada tingkat satuan pendidikan jenjang pendidikan dasar dan menengah berpedoman pada panduan yang disusun Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).

2)Kurikulum dikembangkan sesuai dengan satuan pendidikan, potensi dan karakteristik daerah, serta sosial budaya masyarakat setempat dan peserta didik.

3)Sekolah dan komite sekolah mengembangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan dan silabusnya berdasarkan kerangka dasar kurikulum dan standar kompetensi kelulusan, dibawah supervisi dinas pendidikan kabupaten/kota, dan departemen agama yang bertanggung jawab dibidang pendidikan.

45

E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan . . ., h. 83

46

(36)

4)Kurikulum tingkat satuan pendidikan untuk setiap program studi di perguruan tinggi dikembangkan dan ditetapkan oleh masing-masing perguruan tinggi dengan mengacu Standar Nasional Pendidikan.47

d) Kalender pendidikan

Kurikulum tingkat satuan pendidikan pada setiap jenis dan jenjang diselenggarakan dengan mengikuti kalender pendidikan pada setiap tahun ajaran. Kalender pendidikan adalah pengaturan waktu untuk kegiatan pembelajaran peserta didik selama satu tahun ajaran yang mencakup pembelajaran efektif dan hari libur.

1)Alokasi waktu

Waktu pembelajaran efektif adalah jumlah jam pembelajaran untuk seluruh mata pelajaran termasuk muatan lokal, ditambah jumlah jam untuk kegiatan pengembangan diri.

Waktu libur adalah waktu yang ditetapkan untuk tidak diadakan kegiatan pembelajaran terjadwal pada satuan pendidikan yang dimaksud. Waktu libur dapat berbentuk jeda tengah semester, jeda antar semester, libur akhir tahun pelajaran, hari libur keagamaan, hari libur umum termasuk hari-hari besar nasional, dan hari libur khusus.

2)Penetapan kalender pendidikan

Permulaan tahun pelajaran adalah bulan Juli setiap tahun dan berakhir pada bulan Juni tahun berikutnya. Hari libur sekolah ditetapkan berdasarkan keputusan Menteri Pendidikan Nasional, dan/atau Menteri Agama dalam hal yang terkait dengan hari raya keagamaan, Kepala Daerah tingkat Kabupaten/Kota, dan/atau organisasi penyelenggaraan pendidikan dapat menetapkan hari libur khusus. Pemerintah Pusat/Provinsi/Kabupaten/Kota dapat menetapkan hari libur serentak untuk satuan pendidikan.

Kalender pendidikan untuk setiap satuan pendidikan disusun oleh masing-masing satuan pendidikan berdasarkan alokasi waktu pada dokumen Standar Isi dengan memperhatikan ketentuan dari pemerintah.

47

(37)

4. Standar Kompetensi Lulusan

Sebagaimana dikemukakan dalam peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP), bahwa : “Standar kompetensi lulusan adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan dan keterampilan”.48

a) Standar kompetensi lulusan satuan pendidikan

Standar Kompetensi Lulusan Satuan Pendidikan adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang digunakan sebagai pedoman penilaian dalam penentuan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan.

Standar Kompetensi Lulusan Satuan Pendidikan (SKL-SP) dikembangkan berdasarkan tujuan setiap satuan pendidikan, yakni :

1)Pendidikan Dasar, yang meliputi SD/MI/SDLB/Paket A dan SMP/MTs/SMPLB/Paket B bertujuan : Meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan labih lanjut.

2)Pendidikan Menengah yang terdiri atas SMA/MA/SMALB/Paket C bertujuan : Meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.

3)Pendidikan Menengah Kejuruan yang terdiri atas SMK/MAK bertujuan : Meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya.49 b) Standar kompetensi kelompok mata pelajaran

Kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang diharapkan di capai pada setiap tingkat dan/atau semester untuk kelompok mata pelajaran tertentu.

48

PP RI NO. 19 Tahun 2005, Tentang Standar Nasional Pendidikan, (Ciputat : LeKDIS, Juni 2005), h. 25

49

(38)

Standar Kompetensi Kelompok Mata Pelajaran (SK-KMP) terdiri atas kelompok-kelompok mata pelajaran :

1)Agama dan Akhlak Mulia

2)Kewarganegaraan dan Kepribadian 3)Ilmu Pengetahuan dan Teknologi 4)Estetika

5)Jasmani, Olah Raga, dan Kesehatan.

Standar Kelompok Mata Pelajaran (SK-KMP) dikembangkan berdasarkan tujuan dan cakupan muatan dan/atau kegiatan setiap kelompok mata pelajaran, yaitu :

1)Kelompok mata pelajaran Agama dan Akhlak Mulia bertujuan membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia. Tujuan tersebut dicapai melalui muatan dan/atau kegiatan agama, kewarganegaraan, kepribadian, ilmu pengetahuan dan teknologi, estetika, jasmani, olahraga, dan kesehatan.

2)Kelompok mata pelajaran Kewarganegaraan dan Kepribadian bertujuan : membentuk peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air. Tujuan ini dicapai melalui muatan dan/atau kegiatan agama, akhlak mulia, kewarganegaraan, bahasa, seni dan budaya, dan pendidikan jasmani.

3)Kelompok mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dan Teknologi bertujuan : mengembangkan logika, kemampuan berfikir dan analisa peserta didik.

Pada satuan pendidikan SD/MI/SDLB/Paket A, tujuan ini dicapai melalui muatan dan/atau kegiaan bahasa, matematika, ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, keterampilan/kejuruan, dan/atau teknologi informasi dan komunikasi, serta muatan lokal yang relevan.

Pada satuan pendidikan SMP/MTs/SMPLB/Paket B, tujuan ini dicapai melalui muatan dan/atau kegiaan bahasa, matematika, ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, keterampilan/kejuruan, dan/atau teknologi informasi dan komunikasi, serta muatan lokal yang relevan.

(39)

4)Kelompok mata pelajaran Estetika bertujuan : membentuk karakter peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa seni dan pemahaman budaya. Tujuan ini dicapai melalui muatan dan/atau kegiatan bahasa, seni dan budaya, keterampilan, dan muatan lokal yang relevan.

5)Kelompok mata pelajaran Jasmani, Olah Raga, dan Kesehatan bertujuan : membentuk karakter peserta didik agar sehat jasmani dan rohani, dan menumbuhkan rasa sportivitas. Tujuan ini dicapai melalui muatan dan/atau kegiatan pendidikan jasmani, olahraga, pendidikan kesehatan, ilmu pengetahuan alam, dan muatan lokal yang relevan.50

c) Standar kompetensi dan kompetensi dasar

Keistimewaan KTSP adalah bahwa pemerintah memberikan kesempatan kepada daerah dan sekolah, khususnya kepada guru dan kepala sekolah untuk melakukan improvisasi terhadap kurikulum yang akan diterapkannya. Dalam hal ini para guru dan kepala sekolah diberi kebebasan dan keleluasaan untuk mengembangkan standar kompetensi dan kompetensi dasar (SKKD) yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik sekolah dan daerah masing-masing. Bahkan menyusun sendiri kurikulum yang sesuai dengan sekolah dan daerahnya. Dengan demikian, setiap sekolah dan daerah bisa menggunakan kurikulum yang sama tetapi juga bisa berbeda, bergantung dari tingkat kemandirian sekolah masing-masing.

Standar kompetensi dan kompetensi dasar merupakan arah dan landasan untuk mengembangkan materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian. Sedangkan dalam merancang kegiatan pembelajaran dan penilaian perlu memperhatikan standar proses dan standar penilaian.

Dalam kaitannya dengan KTSP, Depdiknas telah menyiapkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar (SKKD) berbagai mata pelajaran, untuk dijadikan acuan oleh para pelaksana (guru) dalam mengembangkan KTSP pada satuan pendidikan masing-masing.

50

(40)

Dengan demikian, tugas utama guru dalam KTSP adalah menjabarkan, menganalisis, mengembangkan indikator, dan menyesuaikan SKKD dengan karakteristik dan perkembangan peserta didik, situasi dan kondisi sekolah, serta kondisi dan kebutuhan daerah.

Dalam Undang-Undang Sisdiknas no. 20 tahun 2003 BAB X Pasal 36 ayat 1 disebutkan, bahwa :

“Pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada standar nasional pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Sedangkan dalam ayat 2 disebutkan bahwa kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah dan peserta didik”.51

Dalam pasal 38 ayat 2 juga disebutkan bahwa :

“Kurikulum pendidikan dasar dan menengah dikembangkan sesuai dengan relevansinya oleh setiap kelompok atau satuan pendidikan dan komite sekolah/madrasah di bawah koordinasi dan supervisi Dinas Pendidikan atau kantor Departemen Agama Kabupaten/Kota untuk pendidikan dasar dan provinsi untuk pendidikan menengah”.52

Pengembangan kurikulum merupakan suatu proses yang kompleks, dan melibatkan berbagai komponen, yang tidak hanya menuntut keterampilan teknis dari pihak pengembang terhadap pengembangan berbagai komponen kurikulum, tetapi harus pula dipahami berbagai faktor yang mempengaruhinya.

Pengembangan KTSP memfokuskan pada kompetensi tertentu, berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang utuh dan terpadu, serta dapat didemonstrasikan peserta didik sebagai wujud hasil belajar.

Pengembangan KTSP mengacu pada SI dan SKL dan berpedoman pada panduan penyusunan kurikulum yang disusun oleh BSNP, serta memperhatikan pertimbangan komite sekolah/madrasah. Penyusunan KTSP untuk pendidikan khusus dikoordinasi dan disupervisi oleh dinas pendidikan provinsi, dan berpedoman pada SI dan SKL serta panduan penyusunan kurikulum yang disusun oleh BSNP.

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip berikut:

51

Undang-Undang No. 20 tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional, . . . h. 18

52

(41)

1)Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya.

2)Beragam dan terpadu

3)Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.

4)Relevan dengan kebutuhan kehidupan 5)Menyeluruh dan berkesinambungan 6)Belajar sepanjang hayat

7)Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah.53 Terdapat beberapa strategi yang perlu diperhatikan dalam pengembangan dan pelaksanaan KTSP, terutama berkaitan dengan sosialisasi KTSP disekolah, menciptakan suasana yang kondusif, mengembangkan fasilitas dan sumber belajar, membina disiplin, mengembangkan kemandirian kepala sekolah, mengubah paradigma (pola pikir) guru, serta memberdayakan staf.54

1) Sosialisasi KTSP di sekolah

2) Menciptakan suasana yang kondusif 3) Menyiapkan sumber/media belajar

a) Media sebagai alat komunikasi guna lebih mengefektifkan proses belajar mengajar.

b) Fungsi media dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. c) Seluk beluk proses belajar

d) Hubungan antara metode mengajar dengan media pendidikan e) Nilai atau manfaat media pendidikan dalam pengajaran f) Pemilihan dan penggunaan media pendidikan

g) Berbagai jenis dan alat teknik media pendidikan h) Media pendidikan dalam setiap mata pelajaran i) Usaha inovasi dalam media pendidikan.55 4) Membina disiplin peserta didik

Guru harus mampu membantu peserta didik mengembangkan pola perilakunya dan melaksanakan aturan sebagai alat untuk menegakan disiplin.

53

Masnur Muslich, KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual Panduan Bagi Guru, Kepala Sekolah dan Pengawas Sekolah, (Jakarta : Bumi Aksara, 2007), Cet. I, h. 18

54

E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan . . ., h. 153

55

(42)

Maksud pembinaan peserta didik adalah agar mereka dapat tumbuh dan berkembang sebagai manusia seutuhnya sesuai tujuan pendidikan nasional berdasarkan Pancasila.56

5) Mengembangkan kemandirian kepala sekolah

Kepemimpinan kepala sekolah yang efektif harus memiliki sikap mandiri, terutama dalam mengkoordinasikan, menggerakakkan, dan menselaraskan semua sumber daya pendidikan yang tersedia.

6) Membangun karakter guru

Guru adalah pendidikan, yang menjadi tokoh, panutan, dan identifikasi bagi peserta didik, dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru harus memiliki standar kualitas pribadi tertentu, yang mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri, dan disiplin.57

7) Memberdayakan staf

Peningkatan prokdutivitas dan prestasi kerja dapat dilakukan dengan meningkatkan perilaku staf di sekolah melalui aplikasi berbagai konsep dan teknik manajemen personalia. Manajemen staf di sekolah harus ditujukan untuk memberdayakan staf secara efektif dan efisien untuk mencapai hasil yang optimal, namun tetap dalam kondisi yang menyenangkan.

Perlu kita ketahui bahwa acuan operasional penyusunan KTSP sedikitnya mencakup 12 poin, yakni peningkatan iman dan takwa serta akhlak mulia; peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat sesuai dengan tingkat perkembangan dan kemampuan peserta didik; keragaman potensi dan karakteristik daerah dan lingkungan; tuntutan pembangunan daerah dan nasional; tuntutan dunia kerja; perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni; agama; dinamika

56

Ary H Gunawan, Administrasi Sekolah, Administrasi Pendidikan Mikro, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 1996), Cet. I, h.12

57

(43)

perkembangan global; persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan; kondisi sosial budaya masyarakat setempat; kesetaraan jender; dan karakteristik satuan pendidikan.58

Aspek-aspek diatas harus dijadikan acuan oleh para pengembang kurikulum tingkat satuan pendidikan disekolah masing-masing. Meskipun demikian para pengembang kurikulum tidak harus terpaku pada acuan operasional diatas, tetapi mereka bisa mengembangkan, dan menyesuaikan acuan tersebut dengan situasi dan kondisi daerah, karakteristik dan kemampuan peserta didik, serta sarana dan prasarana yang tersedia.

5. Komponen KTSP

KTSP ada empat komponen, yaitu (1) tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, (2) struktur dan muatan KTSP, (3) kalender pendidikan, dan (4) silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).59

a) Tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan

Tujuan pendidikan satuan pendidikan pendidikan merupakan acuan dalam mengembangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan untuk pendidikan dasar, menengah, dan kejuruan, adalah sebagai berikut :

1) Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. 2) Tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan,

pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. 3) Tujuan pendidikan menengah kejuruan adalah meletakkan dasar

kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya.60

b) Struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan

Struktur KTSP pada jenjang pendidikan dasar dan menengah yang tertuang dalam standar Isi meliputi lima kelompok mata pelajaran sebagai berikut:

58

E. Muyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan . . ., h. 168

59

Masnur Muchlis, KTSP Dasar Pemahaman dan Pengembangan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), Cet. I. h. 12

60

(44)

1) Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia

2) Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian 3) Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi 4) Kelompok mata pelajaran estetika

5) Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga, dan kesehatan.61 Muatan KTSP meliputi sejumlah mata pelajaran yang keluasaan dan kedalamannya merupakan beban pelajaran bagi peserta didik pada satuan pendidikan. Disamping itu, materi muatan lokal dan kegiatan pengembangan diri termasuk kedalam isi kurikulum.

1) Mata pelajaran

Mata pelajaran beserta alokasi waktu untuk masing-masing satuan pendidikan berpedoman pada struktur kurikulum yang tercantum dalam standar Isi.

2) Muatan lokal

Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi peserta didik.

3) Kegiatan pengembangan diri

Pengembangan diri bukan merupakan mata pelajaran yang harus disusun oleh guru. Pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, minat setiap peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah.

4) Pengaturan beban belajar

a) Beban belajar dalam sistem paket digunakan oleh tingkat satuan pendidikan SD/MI/SDLB, SMP/MTs/SMPLB baik kategori standar maupun mandiri, SMA/MA/SMALB/SMK,MAK kategori standar.

Beban belajar dalam sistem kredit semester (SKS) dapat digunakan oleh SMP/MTs/SMPLB kategori mandiri, dan oleh SMA/MA/SMALB/SMK/MAK kategori standar.

Beban belajar dalam sistem kredit semester (SKS) digunakan oleh SMA/MA/SMALB/SMK/MAK kategori mandiri.

b) Jam pelajaran untuk setiap mata pelajaran pada sistem paket dialokasikan sebagaimana tertera dalam struktur kurikulum. Pengaturan alokasi waktu untuk setiap pelajaran yang terdapat pada

61

(45)

semester ganjil dan genap dalam satu tahun ajaran dapat dilakukan secara fleksibel dengan jumlah beban belajar yang tetap.

c) Alokasi waktu untuk penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak terstruktur dalam sistem paket untuk SD/MI/SDLB 0% - 40%, SMP/MTs/SMPLB 0% - 50% dan SMA/MA/SMALB/SMK/MAK 0% - 60 % dari waktu kegiatan tatap muka mata pelajaran yang bersangkutan.

d) Alokasi untuk praktik, dua jam kegiatan praktik di sekolah setara dengan satu jam tatap muka.

Alokasi waktu untuk tatap muka, penugasan terstruktur, dan kegiatan mandiri tidak terstruktur untuk SMP/MTs dan SMA/MA/SMK/MAK yang menggunakan SKS mengikuti aturan sebagi berikut :

(1) Satu SKS pada SMP/MTs terdiri atas : 40 menit tatap muka, 20 menit kegiatan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak terstruktur

(2) Satu SKS pada SMA/MA/SMK/MAK terdiri atas : 45 menit tatap muka, 25 menit kegiatan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak terstruktur.62

e) Kenaikan kelas, penjurusan dan kelulusan

Kenaikan kelas, penjurusan, dan kelulusan mengacu kepada standar penilaian yang dikembangkan oleh BSNP. Meskipun demikian dalam pelaksanaannya, guru dan kepala sekolah yang lebih memahami karakteristik peserta didik secara keseluruhan, dapat mengambil tindakan-tindakan yang diperlukan dalam memutuskan kenaikan kelas, penjurusan, dan kelulusan bagi peserta didik.

f) Pendidikan kecakapan hidup

Pendidikan kecakapan hidup dapat merupakan bagian dari pendidikan semua mata pelajaran, yang dapat diperoleh peserta didik dari satuan pendidikan yang bersangkutan dan/atau dari satuan pendidikan formal lain dan pendidikan nonformal yang sudah memperoleh akreditasi.

g) Pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global

Kurikulum untuk semua tingkat satuan pendidikan dapat memasukkan pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global. Pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global dapat merupakan bagian dari semua mata pelajaran, yang dapat

62

(46)

diperoleh peserta didik selama menempuh pendidikannya pada satuan pendidikan tertentu. Pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global dikembangkan untuk membina kemampuan peserta didik, sehingga mampu bertindak secara lokal dan berfikir secara global.

c) Kalender pendidikan

Satuan pendidikan dapat menyusun kalender pendidikan sesuai dengan kebutuhan daerah, karakteristik sekolah, kebutuhan peserta didik dan masyarakat, dengan memperhatikan kalender pendidikan sebagaimana tercantum dalam Standar Isi.

d) Silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran

Silabus adalah penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian.63 Silabus dikembangkan oleh satuan pendidikan berdasarkan Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan, serta panduan penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Dalam pelaksanaannya, pengembangan silabus dapat dilakukan oleh para guru secara mandiri atau berkelompok dalam sebuah sekolah/madarasah, kelompok Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) atau Pusat Kegiatan Guru (PKG), dan Dinas Pendidikan. Berdasarkan silabus inilah guru bisa mengembangkannya menjadi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang akan diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar.

Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah rancangan pembelajaran mata pelajaran per unit yang akan diterapkan guru dalam pembelajaran di kelas.64 Secara teknis rencana pembelajaran minimal mencakup komponen-komponen sebagai berikut :

1)Standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator pencapaian hasil belajar

2)Tujuan pembelajaran 3)Materi pembelajaran

4)Pendekatan dan metode pembelajaran 5)Langkah-langkah kegiatan pembelajaran 6)Alat dan sumber belajar

63

Muchlis, KTSP Dasar Pemahaman dan Pengembangan . . ., h. 16

64

Referensi

Dokumen terkait

Model pada tahap awal ini berangkat dari pendapat Davies dalam Tennent (2005,; 72) yang menyatakan bahwa pengajaran reflektif bukanlah mengevaluasi siswa atau

Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa 603 PM-88 Reni Untarti, Akhmad Jazuli Program Studi Pendidikan Matematika, FKIP, Universitas

Terdapat delapan variabel independen (jenis kelamin, pengetahuan, pengalaman bertemu dengan ODHA, keterpaparan informasi, keterl i batan program, pengaruh teman sebaya,

GANGGUAN RASA NY ASA NYAMAN (NYERI) PADA P AMAN (NYERI) PADA PASIEN “Ny.. A” A” DENGAN DENGAN POST HEMOROIDEKTOMI

Seseorang meninggal dunia dengan ahli waris terdiria tas suami, dua orang anak perempuan, seorang cucu perempuan, dan saudara perempuan sebapak7. Berapa rupiah yang diterima

Namun setelah 3 tiga tahun beroperasi tingkat okupansi KA Bandara masih rendah yaitu 32% sepanjang tahun 2019, sehingga perlu di evaluasi dari segi kinerja operasional

Menerapkan multiple intelligences bagaikan mengarungi lautan tak terpetakan, yang berarti, setiap pendidik harus bekerja dan belajar bersama. Teori ini membantu

Kekuatan yang ada pada petani pemilik KJA saat ini adalah tingkat pemanfaatan Waduk PLTA Koto Panjang untuk budidaya ikan sistem KJA pada saat ini masih lebih