• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas terapi seft (Spiritual Emotional Freedom Technique) menurunkan tingkat kecemasan siswi asrama SMA Stella Duce Yogyakarta kelas X hendak menghadapi ujian akhir semester ganjil.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efektivitas terapi seft (Spiritual Emotional Freedom Technique) menurunkan tingkat kecemasan siswi asrama SMA Stella Duce Yogyakarta kelas X hendak menghadapi ujian akhir semester ganjil."

Copied!
149
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji efektifitas Terapi SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique) untuk menurunkan tingkat kecemasan pada siswi Asrama Stella Duce Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian eksperimen lapangan, dengan dua kelompok yaitu Kelompok Eksperimen (KE) dan Kelompok Kontrol (KK). Kedua kelompok menjalani dua tes yaitu Pretes dan Posttes. Subjek KE dan KK masing-masing berjumlah 35 siswi dengan total 70 siswi. Skala yang digunakan dalam penelitian menggunakan Skala Thurstone

untuk mengukur tingkat penurunan kecemasan pada siswi yang hendak menghadapi ujian akhir semester ganjil, rentang skala yang digunakan dari 1– 7. Skala Kecemasan terdiri dari 36 aitem yang mencakup empat aspek yaitu Fisik, Kognitif, Perilaku, dan Sosial. Uji analisis yang digunakan adalah statistik parametrik Uji-tIndependent Sample Test, dengan level signifikan 0,05. Hasil hipotesis menunjukkan bahwa Pretest KE dan KK tidak ada perbedaan yang signifikan (KE dan KK, Uji-t 55,860). Sedangkan hasil hipotesis posttest KE dan KK mengalami perbedaan yang signifikan (KE = 42,506 dan KK = 50,685). Penurunan yang terjadi pada KK dikarenakan adanya penyebaran rata-rata variansi yang berbeda, selisih rata-rata KE dan KK sebesar 1,0084, hal ini disebabkan karena adanya pengaruh lain yang mengakibatkan penurunan kecemasan pada KK. Dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Terapi SEFT kurang efektif dilakukan untuk menurunkan tingkat kecemasan, karena penurunan kecemasan terjadi pada aspek sosial dengan hasil nilai p = 0,016 taraf signifikan dengan perbedaan mean = 2,62857. Hasil tersebut mengatakan bahwa terapi SEFT tidak efektif digunakan sebagai penurunan kecemasan, akan tetapi Terapi SEFT mampu digunakan untuk mendukung atau membantu menurunkan tingkat kecemasan.

(2)

ABSTRACT

This study aims to test the effectiveness of SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique) Therapy to reduce the level of anxiety in the student Dormitory Stella Duce Yogyakarta.This research was used type of experimental research field, with two groups such as Experimental Group (KE) and Control Group (KK). Both groups underwent two tests, namely Pretest and Posttest. Each of KE and KK subject are 35 females students with a total of 70 students. This research was used Thurstone Scale to measure the degree of reduction of anxiety in students who want to face the end of semester exams, range scale used from 1-7. The Anxiety Scale consists of 36 items covering four aspects: Physical, Cognitive, Behavioral, and Social. Analysis test is parametric statistical t-test Independent Sample Test, with a significant level of 0.05. The hypothesis results showed that the pretest KE and KK no significant difference (KE and KK, t-test 55.860). While the hypothesis results of the posttest KE and KK having significant difference (KE = 42.506 and KK = 50.685).The decline in KK due to the spread of means variance of different, the means difference KE and KK at 1.0084, it is due to the presence of other influences that result in decreased anxiety in KK. In this study it can be concluded that the SEFT Theraphy is less done effectively to reduce the level of anxiety, because anxiety decrease occurred in the social aspect with the result p = 0.016 significant levelk with a mean difference = 2.62857. These results say that SEFT Therapy is less effective, but SEFT Therapy can be used to support help lower anxiety levels.

(3)

EFEKTIVITAS TERAPI SEFT (SPIRITUAL EMOTIONAL

FREEDOM TECHNIQUE) MENURUNKAN TINGKAT

KECEMASAN SISWI ASRAMA SMA STELLA DUCE

YOGYAKARTA KELAS X HENDAK MENGHADAPI UJIAN

AKHIR SEMESTER GANJIL

Skripsi

Diajukan untuk memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Disusun oleh Regina Krisna Santi

109114150

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(4)
(5)
(6)

iv

HALAMAN MOTTO

Melakukan sebuah pekerjaan atas dasar cinta. Ketika kamu

mencintai pekerjaanmu maka segala sesuatu yang membuat

kamu sulit akan menjadi mudah, karena kamu bahagia

menjalani pekerjaanmu, itu semua karna cinta.

-R.K.S-Selesaikan apa yang sudah menjadi pilihanmu.

(7)

-R.K.S-v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Dengan segala ucapan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus saya persembahkan karya ini kepada:

Tuhan Yesus, dan Bunda Maria.

Mama, dan Bapak.

Alm. Simbah Kakung dan Alm. Simbah Putri.

Keempat Kakak Kandung dan Keempat Kakak Ipar.

(8)
(9)

vii

EFEKTIVITAS TERAPI SEFT (SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM

TECHNIQUE) MENURUNKAN TINGKAT KECEMASAN SISWI

ASRAMA SMA STELLA DUCE YOGYAKARTA KELAS X HENDAK MENGHADAPI UJIAN AKHIR SEMESTER GANJIL

Studi Pada Mahasiswa Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Regina Krisna Santi ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji efektifitas Terapi SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique) untuk menurunkan tingkat kecemasan pada siswi Asrama Stella Duce Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian eksperimen lapangan, dengan dua kelompok yaitu Kelompok Eksperimen (KE) dan Kelompok Kontrol (KK). Kedua kelompok menjalani dua tes yaitu Pretes dan Posttes. Subjek KE dan KK masing-masing berjumlah 35 siswi dengan total 70 siswi. Skala yang digunakan dalam penelitian menggunakan Skala Thurstone

untuk mengukur tingkat penurunan kecemasan pada siswi yang hendak menghadapi ujian akhir semester ganjil, rentang skala yang digunakan dari 1– 7. Skala Kecemasan terdiri dari 36 aitem yang mencakup empat aspek yaitu Fisik, Kognitif, Perilaku, dan Sosial. Uji analisis yang digunakan adalah statistik parametrik Uji-tIndependent Sample Test, dengan level signifikan 0,05. Hasil hipotesis menunjukkan bahwa Pretest KE dan KK tidak ada perbedaan yang signifikan (KE dan KK, Uji-t 55,860). Sedangkan hasil hipotesis posttest KE dan KK mengalami perbedaan yang signifikan (KE = 42,506 dan KK = 50,685). Penurunan yang terjadi pada KK dikarenakan adanya penyebaran rata-rata variansi yang berbeda, selisih rata-rata KE dan KK sebesar 1,0084, hal ini disebabkan karena adanya pengaruh lain yang mengakibatkan penurunan kecemasan pada KK. Dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Terapi SEFT kurang efektif dilakukan untuk menurunkan tingkat kecemasan, karena penurunan kecemasan terjadi pada aspek sosial dengan hasil nilai p = 0,016 taraf signifikan dengan perbedaan mean = 2,62857. Hasil tersebut mengatakan bahwa terapi SEFT tidak efektif digunakan sebagai penurunan kecemasan, akan tetapi Terapi SEFT mampu digunakan untuk mendukung atau membantu menurunkan tingkat kecemasan.

(10)

viii

EFFECTIVENESS OF THERAPY SEFT ( SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE ) REDUCE ANXIETY LEVEL STUDENT SENIOR HIGH SCHOOL OF STELLA DUCE DORM YOGYAKARTA

CLASS X ODD SEMESTER FINAL EXAM

Regina Krisna Santi

ABSTRACT

This study aims to test the effectiveness of SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique) Therapy to reduce the level of anxiety in the student Dormitory Stella Duce Yogyakarta.This research was used type of experimental research field, with two groups such as Experimental Group (KE) and Control Group (KK). Both groups underwent two tests, namely Pretest and Posttest. Each of KE and KK subject are 35 females students with a total of 70 students. This research was used Thurstone Scale to measure the degree of reduction of anxiety in students who want to face the end of semester exams, range scale used from 1-7. The Anxiety Scale consists of 36 items covering four aspects: Physical, Cognitive, Behavioral, and Social. Analysis test is parametric statistical t-test Independent Sample Test, with a significant level of 0.05. The hypothesis results showed that the pretest KE and KK no significant difference (KE and KK, t-test 55.860). While the hypothesis results of the posttest KE and KK having significant difference (KE = 42.506 and KK = 50.685).The decline in KK due to the spread of means variance of different, the means difference KE and KK at 1.0084, it is due to the presence of other influences that result in decreased anxiety in KK. In this study it can be concluded that the SEFT Theraphy is less done effectively to reduce the level of anxiety, because anxiety decrease occurred in the social aspect with the result p = 0.016 significant levelk with a mean difference = 2.62857. These results say that SEFT Therapy is less effective, but SEFT Therapy can be used to support help lower anxiety levels.

(11)
(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang selalu memberikan kemudahan kepada penulis dalam mengerjakan skripsi ini dan segala pelajaran hidup yang dapat membimbing serta memberikan petunjuk untuk selalu dekat dengan-Nya. Karya ini memang jauh dari sempurna, namun karya ilmiah ini dikerjakan dengan sepenuh hati dan dapat terselesaikan berkat bantuan dan doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan penuh rasa syukur, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Tuhan Yesus Kristus yang selalu membuat diri saya sebagai manusia yang berharga dan patut untuk memperjuangkan hasil karya ilmiah ini, serta memberikan pelajaran hidup yang bermakna.

2. Bapak Dr. Dr. T. Priyo Widiyanto, M.Si. selaku Dekan Fakultas Psikologi. 3. Ibu Ratri Sunar Astuti, M.Si. selaku Kaprodi Fakultas Psikologi.

4. Bapak C. Wijoyo Adinugroho, M.Psi., Psi selaku dosen pembimbing skripsi atas segala waktu dan dukungannya kepada penulis serta kesabaran dan pencerahan yang diberikan selama membimbing.

5. Ibu Monica E. Madyaningrum, M.Psych, dan Ibu P. Henrietta PDADS., M.A. selaku dosen pembimbing akademik atas waktu dan dukungannya. 6. Pak Gik, Mas Muji, Mas Gandung, Ibu Nanik, dan Mas Doni atas segala

keramahan dan bantuannya.

(13)

xi

8. Seluruh Siswi Asrama SMA Stella Duce Yogyakarta yang telah bersedia menjadi subjek penelitian.

9. Para Terapis, dan Asisten Terapis (Ibu Basiro, Mbak Eni, Agista, Vero, Romana, Nadia, Sandri) serta Ruri dan Resthi yang membantu saya dalam proses pelaksanaan terapi. Terima kasih banyak.

10. Kedua orangtua saya, Bapak Stephanus Kijo, dan Mama Khatarina Masrini yang sangat setia menemani semua keluh kesah, mendoakan saya, memberikan sebuah pelajaran hidup, memberikan dukungan, dan menyayangi saya dengan tulus hati.

11. Kakak-kakak saya, Mbak Monica, Mbak Agnes, Mas Budi, dan Mas Heri yang selalu memberikan dukungan dan bantuan.

12. Kakak-kakak ipar saya, Kak Joao, Kak Santo, Kak Ebeth, dan Kak Cita yang selalu memberikan dukungan.

13. Keponakan-keponakan saya, Miguel, Andro, Deo, Fadhil, Hasna, dan Al yang selalu memberikan keceriaan ketika Buliknya sedang lelah, tawa dan candamu membuat Bulik terhibur dan semakin semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

(14)

xii

15. Sr. Benedicta selaku Ibu Pertama saya di Asrama Syantikara, yang memberikan motivasi untuk segera menyelesaikan skripsi dan memberikan dukungan dalam doa.

16. Sr. Mariana selaku Ibu Kedua saya di Asrama Syantikara, yang memberikan dukungan dalam doa.

17. Sr. Mariyati selaku Ibu Ketiga saya di Asrama Syantikara, yang memberikan dukungan dalam doa.

18. Karyawan Asrama Syantikara yang memberikan saya pelajaran tentang arti bekerja keras.

19. Teman-teman senasib Asrama Syantikara yang masih merasakan POSMA, dari POSMA kita belajar tentang arti hidup mandiri, kekeluargaan yang sangat dekat, dan kesiapan kita dalam menghadapi masalah dalam hidup ini.

20. Teman, Kakak, dan Adik-adikku di SKK (Romana, Sinta, Ega, Marni, Kak Die, Kak Jeje, Kak Qnha, Puput, Eli, Merry, Ensi, Nadia, Rani, dan Ayu) terima kasih atas kenangan sewaktu kita masih di SKK, banyak hal pelajaran hidup ketika menjejakan kaki di Asrama Syantikara dan bertemu dengan kalian. Kopel 12 dan Paviliun (Kak Merry, Iin, Nining, Kak Ustyn, dan Kak Sandri) selaku unit perpindahan saya dari SKK, bertemu dengan keluarga yang semakin kecil.

(15)

xiii

yang akan menjadi seorang Sarjana Psikologi, setelah itu kita akan menjadi seekor KUPU-KUPU yang dapat terbang bebas setinggi langit. Kejar mimpi kita, percaya bahwa Tuhan selalu punya rencana terindah dalam setiap usaha yang kita lakukan.

22. Teman-teman Psikologi 2010 terima kasih untuk dukungan dan kerjasamanya selama kuliah, khususnya Mahasiswa bimbingan Pak Adi, semangat terus.

(16)

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

HALAMAN PERNYATAN KEASLIAN KARYA ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ...viii

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI...xiii

DAFTAR TABEL ...xvii

DAFTAR BAGAN...xviii

DAFTAR DIAGRAM ...xix

BAB I. PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 8

1. Manfaat Teoritis ... 8

(17)

xiv

BAB II. LANDASAN TEORI ... 10

A. Kecemasan ... 10

1. Pengertian Kecemasan ... 10

2. Aspek-aspek Kecemasan... 12

3. Penyebab Kecemasan... 14

4. Dampak Kecemasan... 15

B. Siswi Menghadapi Ujian ... 17

1. Pengertian Kecemasan ... 17

2. Pengertian Ujian... 18

3. Situasi Psikologis Siswi yang Hendak Menghadapi Ujian ... 19

4. Dinamika Situasi yang Mengalami Kecemasan Saat Hendak Menghadapi Ujian... 21

C. Terapi SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique)... 24

1. Pengertian Terapi SEFT ... 24

2. Konsep Teoritis Terapi SEFT ... 25

3. Kelebihan dan Kelemahan Terapi SEFT... 29

4. Cara Penggunaan Terapi SEFT... 30

5. Kode Etik Terapi SEFT... 35

D. Dinamika Hubungan Penurunan Kecemasan Siswi yang Hendak Menghadapi Ujian Menggunakan Terapi SEFT ... 35

E. Hipotesis Penelitian... 44

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 45

A. Jenis Penelitian... 45

B. Identifikasi Variabel Penelitian... 47

C. Definisi Variabel Penelitian ... 48

1. Definisi Konseptual... 48

2. Definisi Operasional... 48

D. Hipotesa Operasional ... 52

(18)

xv

F. Alat Pengumpulan Data ... 54

1. Skala Kecemasan ... 54

G. Prosedur Penelitian... 56

1. Pretest... 57

2. Treatment ... 58

3. Posttest ... 58

H. Desain Eksperimen (Experiment and Control Group: Control Group Pretest danPosttest Design) ... 60

1. Kontrol Subjek ... 62

2. Memilih Subjek... 62

3. Pengujian Statistik... 63

I. Analisa Data ... 64

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 66

A. Persiapan Penelitian ... 66

1. Uji Coba Alat Ukur ... 66

2. Uji Validitas dan Relibilitas Alat Ukur ... 70

B. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian... 74

1. Perijinan Pelaksanaan Penelitian... 74

2. Pengambilan Data Pretes... 76

3. Pemberian Treatment untuk Kelompok Eksperimen ... 77

4. Pengambilan Data Posttes ... 79

C. Hasil Pengujian Hipotesis. ... 80

1. Pretes untuk Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol... 80

2. Postes untuk Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 83

D. Pembahasan... 92

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN. ... 97

A. Kesimpulan ... 97

B. Saran ... 97

(19)

xvi

2. Bagi Para Siswi ... 98

3. Bagi Penulis Lain ... 98

DAFTAR PUSTAKA ... 99

(20)

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 : Blue Print Skala Kecemasan... 56

Tabel 3.2 : Desain Eksperimen ... 60

Tabel 4.1 : Blue Print Skala Kecemasan Sebelum Uji Coba ... 64

Tabel 4.2 : Daftar Nama Sekolah Saat Uji Coba ... 69

Tabel 4.3 : Blue Print Skala Kecemasan Sesudah Uji Coba ... 70

Tabel 4.4 : Blue Print Skala Kecemasan Sesudah Penyeleksian Uji Coba... 73

Tabel 4.5 : Statistika Reliabilitas ... 74

Tabel 4.6 : Jadwal Penyusunan Skripsi... 75

Tabel 4.7 : Uji Independent T-Test Pretes Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol... 82

Tabel 4.8 : Uji Independet T-Test Posttes Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol... 85

Tabel 4.9 : Mean Difference ... 87

Tabel 4.10 : Aspek Pretes KK dan KE... 88

(21)

xviii

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 : Dinamika Kecemasan terhadap Siswa

yang hendak Menghadapi Ujian... 23 Bagan 2.2 : Dinamika Penurunan Kecemasan Siswa yang hendak

Menghadapi Ujian Menggunakan Terapi SEFT ... 43 Bagan 3.1: Sampel Randomisasi dari Kelompok Kontrol dan

(22)

xix

DAFTAR DIAGRAM

(23)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pada umumnya ketika menjelang Ujian Nasional, siswa mengalami perasaan gugup atau cemas, dari perasaan inilah timbul rasa kurang percaya diri. Kenyataan perasaan gugup dan cemas tidak hanya dialami ketika siswa menghadapi Ujian Nasional saja, melainkan juga waktu ujian-ujian sekolah lainnya, misalnya ketika menjelang ujian harian, ujian akhir sekolah, ujian tengah semester, dan ujian akhir semester, siswa merasakan perasaan cemas atau gugup. Devaney (2010) menjelaskan bahwa kecemasan mampu mempengaruhi hasil prestasi pada siswa (dalam Jurnal Kecemasan Antara Siswa SMP dan Santri Pondok Pesantren). Walaupun siswa sudah belajar dari jauh hari dan mempersiapkan diri semaksimal mungkin untuk menghadapi ujian, ada sesuatu yang mempengaruhi siswa dalam mengerjakan soal yaitu perasaan cemas atau gugup yang timbul dari dalam diri, maka siswa mengalami kegagalan dalam mengerjakan berbagai ujian di sekolah. Dalam Koran Antara News

yang berjudul “Tidak Percaya Diri Penyebab Siswa Tidak Lulus UN”

(24)

dari kegiatan atau evaluasi belajar siswa yang telah dikerjakan melalui usahanya sendiri, dan mendapatkan hasil sesuai yang ia raih. Prestasi memunculkan motivasi agar siswa dapat terus berlatih mengerjakan latihan soal ujian akhir semester, dengan cara berlatih maka akan membantu siswa dalam mempersiapkan ujian secara optimal, sehingga ketika mengerjakan ujian, penurunan rasa cemas yang dimiliki oleh siswa dapat membuat siswa semakin menghargai usaha sendiri dalam mengerjakan soal ujian.

(25)

Menurut Chaplin (2006) diartikan sebagai kegelisahan, kekhawatiran yang kurang jelas atau tidak mendasar. Selain itu, menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (dalam

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/110/jtptunimus-gdl-arnoldusme-5481-3-babii.pdf ) mengatakan kecemasan sebagai rasa gugup, tegang, tidak aman dan kekhawatiran yang timbul akibat akan terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan dalam situasi tertentu. Kecemasan dapat disebabkan karena kondisi siswa yang menegangkan ketika ujian berlangsung, dan kurang persiapan materi yang maksimal akan menyebabkan siswa memperoleh nilai yang kurang optimal dalam ujian. Menurut Freud (dalam Syamsu, 2006) mendefinisikan kecemasan sebagai suatu perasaan yang tidak menyenangkan, yang diikuti oleh reaksi psikologis tertentu seperti perubahan detak jantung dan pernafasan, dengan kata lain kecemasan adalah reaksi atas situasi yang dianggap berbahaya. Kecemasan adalah suatu keadaan yang ditandai dengan perasaan ketakutan yang disertai dengan tanda somatik yang menyatakan terjadinya hiperaktifitas pada sistem syaraf otonom.

(26)

hal menurunkan kecemasan terhadap siswa menjelang ujian. Apabila siswa dikuasai kecemasan, maka efek kecemasan akan terus menjadi kendala dan siswa tidak bisa meraih prestasi yang mereka harapkan. Ketika seseorang dapat menurunkan kecemasan untuk melakukan sesuatu hal yang ingin ia capai atau raih, maka segala usaha yang ada dalam dirinya akan dilakukannya sesuai dengan usaha yang sudah mereka miliki.

Menurut Gunawan dalam Koran Antara News yang berjudul

“Tidak Percaya Diri Penyebab Siswa Tidak Lulus UN”

(27)

masalah guna meningkatkan kemampuan dalam mempersiapkan ujian dan menurunkan kecemasan. Metode yang dibutuhan salah satunya menggunakan metode Terapi Spiritual Emotional Freedom Technique

(SEFT) untuk membantu siswa menurunkan tingkat kecemasan.

Terapi SEFT adalah salah satu metode terapi psikologi untuk menyembuhkan problem fisik maupun psikis pada diri seseorang dan menumbuhkan rasa percaya diri, serta harapan (Zainuddin, 2006). Terapi SEFT dikenalkan di Indonesia oleh Ahmad Faiz Zainuddin seorang Master of Science (Human Resources Development) di Universitas Teknologi Malaysia. Salah satu bentuk Terapi SEFT yang pernah digunakaan untuk menerapi siswa SMA Santa Maria Surabaya menjelang ujian, kasus tersebut terdapat dalam buku SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique) dengan penulis Ahmad Faiz Zainuddin. Di dalam buku tersebut terdapat artikel koran Seputar Indonesia yang berjudul “Jelang UN, Siswa Santa Maria Dilatih SEFT”

(28)

ujian. Penulis ingin melihat tingkat kecemasan siswa sebelum dan sesudah menjalani terapi SEFT. Zainuddin (2006) mengatakan bahwa terapi SEFT ini berlaku pula untuk membangkitkan harapan, rasa percaya diri pada seseorang, dan mengatasi permasalahan fisik dan psikis. Selain itu, terapi SEFT memiliki kemungkinan memberikan pengaruh untuk menurunkan kecemasan pada siswa SMA menjelang ujian.

Salah satu contoh laporan mengenai Terapi SEFT oleh Lely Ika

dan Nur Habibah pada sebuah jurnal berjudul “Mengurangi Kecendrungan

Merokok Pada Remaja Awal” (dalam

http://journal.umsida.ac.id/files/BukuJurnal2013-10.pdf ) yang sudah melakukan terapi SEFT dan menyembuhkan beberapa permasalahan baik secara fisik maupun psikis. Hasil penelitian pada jurnal tersebut menunjukkan bahwa terdapat hasil yang baik untuk menjadi salah satu metode terapi, karena dalam penelitian tersebut seorang klien melakukan 10 sesi dalam penurunan mengurangi pemakaian rokok, dalam per sesi pertemuan dengan terapis, klien diberikan skala 1 – 10, setiap sesinya klien mengalami penurunan hingga pada sesi ke – 10 klien memberikan skala 0 dalam terapi SEFT. Berdasarkan hasil penelitian tersebut terapi SEFT untuk mengurangi kecenderungan merokok pada remaja awal efektif dilakukan.

(29)

(Neuro Linguistic Programming), hypnotheraphy, energy theraphy, dan EMDR (Eye Movement Desentization Reprocessing). Terapi SEFT dapat dihubungkan dengan beberapa teori yaitu teori psikologi kognitif, teori psikologi behavioral, teori psikologi psikoanalisa, dan teori psikologi neurologi. Teori psikologi kognitif akan menjelaskan bagaimana proses berpikir siswa dalam mempersiapkan materi, menyugestikan pikiran positif bahwa ujian adalah sesuatu yang dapat diatasi dengan situasi yang tenang, dan sugesti dari terapi SEFT. Teori psikologi behavioral akan menjelaskan bagaimana proses berperilaku siswa, sebelum diberikan terapi SEFT dan setelah diberikan terapi SEFT apakah perilaku kecemasan dapat menurun, selain itu dalam terapi SEFT berpengaruh dalam Energy Therapy. Adapun Teori psikologi psikoanalisa akan menjelaskan perilaku sadar maupun tidak sadar yang sedang dihadapi oleh siswa ketika mengalami kecemasan dan disamping itu terdapat terapi SEFT yang mampu menurunkan kecemasan siswa ketika menjelang ujian. Ada pun teori psikologi neurologis yang membantu merilekskan syaraf-syaraf kecemasan siswa ketika sedang dilakukannya terapi SEFT. Dalam metode Terapi SEFT seseorang akan diberikan terapi dengan caratapping.

(30)

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas masalah penelitian yang muncul dan ingin mencari jawabannya melalui penelitian ini adalah apakah Terapi SEFT (Spriritual Emotional Freedom Technique) efektif untuk menurunkan tingkat kecemasan pada siswi Asrama SMA Stella Duce (STC) Yogyakarta kelas X menjelang ujian akhir semester ganjil.

C. TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan terapi SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique) untuk menurunkan tingkat kecemasan pada siswi Asrama SMA STC Yogyakarta kelas X menjelang ujian akhir semester ganjil.

D. MANFAAT PENELITIAN 1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat terutama pada bidang ilmu psikologi dalam usaha pengembangan Terapi SEFT untuk menurunkan kecemasan. Selain itu, untuk mengembangkan metode yang valid tentang terapi SEFT dalam hal penurunan kecemasan.

2. Manfaat Praktis

(31)
(32)

10

BAB II

LANDASAN TEORI

A. KECEMASAN

1. Pengertian Kecemasan

Rasa cemas adalah salah satu emosi yang timbul akibat perasaan yang mengancam seseorang dalam keadaan apapun. Kecemasan merupakan perasaan gugup, khawatir, tegang, dan ragu. Freud (dalam Syamsu, 2006) mendefinisikan kecemasan sebagai suatu perasaan yang tidak menyenangkan, yang diikuti oleh reaksi psikologis tertentu seperti perubahan detak jantung dan pernafasan, yang merupakan reaksi atas situasi yang dianggap berbahaya. Kecemasan adalah suatu keadaan yang ditandai dengan perasaan ketakutan yang disertai dengan tanda somatik yang menyatakan terjadinya hiperaktifitas pada sistem syaraf otonom.

(33)

Menurut Bandura (dalam Sari, 2001 : 80) kecemasan didefinisikan sebagai kondisi dari inefficacy (ketidakyakinan diri akan kemampuannya) dalam keadaan atau kejadian yang berpontensi dalam menghindar. Kecemasan dalam Kamus Psikologi mempunyai arti yaitu kegelisahan, kekhawatiran, keraguan yang ada dalam diri manusia yang mendasari maupun tidak mendasari dalam suatu tindakan yang membuatnya gugup. Kartono (2002 : 129). Adapun kecemasan yang memiliki arti sebagai rasa gugup, tegang, tidak aman dan kekhawatiran yang timbul akibat akan terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan dalam situasi tertentu (DepKes RI, 1990). Atkinson (2001 : 212) menyebutkan bahwa kecemasan merupakan perasaan yang tidak menyenangkan, yang ditandai dengan ketakutan, kegelisahan, dan kekhawatiran yang dialami oleh manusia dalam tingkatan atau level yang berbeda-beda. Menurut Hurlock (1997 : 221) menjelaskan kecemasan adalah sebagai keadaan mental yang tidak mengeenakan, mengakibatkan seseorang ada dalam ancaman atau ditandai dengan kekhawatiran, dan perasaan yang tidak dapat dihindari oleh seseorang.

(34)

yang kurang baik atau cemas dengan pekerjaan yang dilakukan. Sugesti mempunyai pengaruh untuk memberikan stimulasi melalui bahasa yang keluar dari mulut seseorang agar mendapatkan respon yang baik. Misalnya ketika seseorang memiliki kekhawatiran akan melakukan sesuatu maka verbal yang keluar dari mulut seseorang

mengatakan ‘khawatir’ atau ‘takut’ untuk itu pikiran akan merespon

tentang hal yang mengkhawatirkan atau menakutkan sehingga menimbulkan kekhawatiran atau kecemasaan dalam diri seseorang. Untuk itu, kognitif mempunyai pengaruh dalam menstimulasi pikiran positif maupun negatif seseorang.

Berdasarkan kesimpulan diatas kecemasan adalah suatu reaksi yang menyakitkan, seperti kegelisahan, ketakutan, kebingungan, kekhawatiran, rasa gugup, dan sebagainya yang berhubungan dengan subyektif emosi seseorang. Kecemasan dalam fungsi kognitif membuat seseorang merubah pikirannya menjadi negatif, ada pikiran tidak mampu atau tidak yakin dalam melakukan sesuatu yang hendak ia lakukan.

2. Aspek-aspek Kecemasan

(35)

1) Aspek Fisik atau emotionality merupakan kecemasan yang muncul sebagai akibat dari perasaan yang berlebihan saat menghadapi sesuatu. Misalnya, seperti tegang dalam situasi yang membuatnya tidak nyaman, gugup, berkeringat, tangan gemetar saat melakukan sesuatu.

2) Aspek Kognitif atau worry merupakan kecemasan yang muncul sebagai akibat dari proses cara berpikir seseorang yang tidak terkondisikan karena memikirkan tentang kejadian buruk yang akan terjadi saat menghadapi sesuatu hal. Misalnya, sulit konsentrasi, mental blocking, pesimis dan merasa tidak mampu dengan tindakan yang ingin dilakukannya, dan mengkhawatirkan akan hasil dari tindakan yang dilakukannya merasa tidak optimal dari yang sudah diharapkan, sehingga menjadi kurang yakin dengan tindakannya.

3) Aspek Perilaku merupakan kecemasan yang berasal dari hasil frustasi sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Misalnya, tidak mau mencoba berlatih atau latihan mengerjakan sesuatu ketika diberikan kesempatan dengan alasan karena takut gagal dan ditertawakan oleh orang lain.

(36)

tetapi kurang atau tidak didukung oleh lingkungan disekitarnya maka ia akan mengalami kegelisahan, sehingga membuat seseorang tidak lagi berani untuk mencoba hal yang baru, dan ia akan menghindar dari lingkungannya.

Keempat aspek diatas merupakan bagian dari indikator dalam penelitian siswa yang mengalami kecemasan ketika hendak mengikuti ujian di sekolah.

3. Penyebab Kecemasan

Penyebab timbulnya kecemasan berdasarkan Freud (Dalam Calvin S.Hall, 1993) membedakan kecemasan menjadi 3 macam, yaitu :

a. Kecemasan Neurotik (Neurotic Anxiety) yaitu kecemasan yang berhubungan dengan mekanisme pertahanan diri (MPD) dan disebabkan oleh adanya perasaan bersalah serta adanya konflik emosional yang serius, sehingga menimbulkan frustasi dan ketegangan-ketegangan batin. Dalam hal ini percaya diri mengatur mekanisme pertahanan diri dari individu, agar setiap MPD yang ditimbulkan oleh individu dapat diarahkan pada hal yang positif. Terkadang ketika kecemasan mulai tidak terkendali rasa percaya diri individu mulai menurun.

(37)

Dalam hal ini, rasa takut yang dimiliki individu membuat rasa percaya diri individu menjadi terganggu. Individu harus menghilangkan rasa takut tersebut dan meninggalkan suara hati yang negatif agar berubah menjadi positif.

c. Kecemasan Realistik (Realistic Anxiety) yaitu rasa takut akan bahaya-bahaya nyata di dunia luar, misalnya takut pada ular berbisa. Konsep pikiran individu harus mempunyai pikiran positif agar kecemasan yang dihadapinya tidak menurunkan rasa percaya dirinya yang terlalu berlebihan. Walaupun hal tersebut sangat berbahaya, setidaknya individu harus percaya diri bahwa individu akan baik-baik saja ketika menghadapi suatu kecemasan realistik.

4. Dampak Kecemasan

Kecemasan yang berlebihan dapat mempunyai dampak yang merugikan pada pikiran, tubuh, dan penyakit fisik (Cutler, 2004:304). Apabila Yustinus Semium (2006:321) membagi beberapa dampak dari

kecemasan kedalam simtom (dalam

http://eprints.uny.ac.id/9709/2/BAB%202%20-07104244004.pdf ), antara lain :

a. Simtom suasana hati

(38)

mengancam dirinya. Seorang yang mengalami kecemasaan biasanya tidak bisa tidur, dan mudah marah.

b. Simtom kognitif

Kecemasan yang dimiliki seseorang menyebabkan kekhawatiran dan keprihatinan pada suatu hal yang tidak menyenangkan, sehingga seseorang dalam menyikapi masalah tidak berpikir secara realitas. Hal tersebut menyebabkan seseorang sering kali berpikir dengan negatif atau tidak belajar maupun bekerja, dan akhirnya mereka menjadi lebih merasa cemas.

c. Simtom motor

Seseorang yang mengalami kecemasan sering merasa tidak tenang, gugup, biasanya kegiatan motorik menjadi tanpa arti dan tujuan, misalnya jari-jari kaki mengetuk-ngetuk, dan sangat kaget terhadap suara yang terjadi secara tiba-tiba. Simtom motor berusaha untuk melindungi ancaman yang keluar dari simtom kognitif. Selain itu, simtom motor juga mempunyai kemampuan untuk melakukn kendali atas gerakan mata yang mempengaruhi pada kemampuan seseorang saat mengendalikan emosi.

(39)

keraguan, kekhawatiran, ketegangan, sulit berkonsentrasi, dan merasa tidak mampu mengatasi suatu masalah. Hal ini disebabkan karena seseorang melihat adanya bahaya yang sedang mengancam, dan mempunyai perasaan bersalah karena melakukan hal-hal yang berlawanan dengan hati nurani.

Kecemasan yang dialami seseorang dapat menyebabkan gangguan kecemasan spesifik yaitu terhadap objek atau situasi yang spesifik. Sehingga dapat menyebabkan adanya dampak kecemasan yang berupa simtom kognitif. Dari beberapa dampak kecemasan perlu dilakukannya salah satu metode terapi, untuk menstabilkan kembali energi-energi yang sudah dikeluarkan karena kecemasan yang mempengaruhi fisik maupun psikis seseorang.

B. SISWA MENGHADAPI UJIAN

1. Pengertian Siswa

(40)

books.” (seorang peserta sebagai pelaku pencari, penerima dan penyimpan isi pelajaran yang dibutuhkannya untuk mencapai tujuan. (Aminuddin Rasyad, 2000 : 105). (http://www.ras-eko.com/2012/12/pengertian-sSuiswa.html di unduh pada tanggal 16 Oktober 2013, pukul 19.52 WIB). Siswa adalah seorang pelajar yang masuk dalam lembaga pendidikan dan sudah terdaftar menjadi pelajar pada salah satu sekolah formal. Sebagai tanda bahwa siswa sudah terdaftar sebagai pelajar disuatu lembaga pendidikan yaitu siswa mempunyai Kartu Tanda Siswa.

Berdasarkan definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwa siswa adalah seorang pelajar yang telah terdaftar dalam suatu lembaga pendidikan yang disebut sebagai sekolah formal yang ditandai dengan dimilikinya kartu tanda siswa.

2. Pengertian Ujian

(41)

Hasil evaluasi akan memberikan informasi bagaimana siswa memahami pelajaran yang sudah diberikan oleh guru selama pelajaran itu berlangsung dikelas. Oleh karena itu, siswa yang dapat mengikuti ujian adalah siswa yang sudah mendapatkan materi pelajaran dari guru, sehingga hasil evaluasi tersebut memberikan informasi tentang kualitas hasil belajar siswa dan dapat melihat pemahaman yang dikuasi siswa mengenai materi yang sudah ia pelajari.

Berdasarkan definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwa ujian merupakan evaluasi belajar yang diberikan oleh guru kepada siswa, guna melihat kualitas hasil belajar siswa dan melihat pemahaman yang dikuasi siswa mengenai materi yang telah dipelajari siswa.

3. Situasi Psikologis Siswa Hendak Menghadapi Ujian

Siswa yang mengalami kecemasan saat ujian akan memperlihatkan perilaku yang yang dapat dilihat dari sudut psikis maupun fisik. Dalam teori kognitif tentang kecemasan ujian, Wine (2003) (dalam

http://jurnal.upi.edu/file/9-I_Gede_Tresna.pdf ) menyatakan bahwa siswa mempunyai pikiran yang buruk ketika hendak menjalankan ujian, hal ini mempengaruhi kinerja siswa saat mengerjakan ujian. Pikiran tersebut berdasarkan pada pikiran negatif yang menimbulkan kehawatiran atau kecemasan pada siswa. Dalam sebuah artikel

berjudul “Ketika Gagal Ujian Mengguncang Batin” (dalam

(42)

http://www.tempo.co/read/news/2013/04/17/174474069/Ketika-Gagal-Ujian-Mengguncang-Batin ) mengungkapkan bahwa siswa mengalami kecemasan atau ketakutan saat menghadapi ujian, hal tersebut dapat dilihat melalui gejala fisik, psikis, dan sosial.

Gejala fisik meliputi peningkatan detak jantung, perubahan pernafasan atau nadi pernafasan meningkat, keluar keringat, gemetar, kepala pusing, mual, lemah, nyeri, sering buang air besar, dan kecil, nafsu makan menurun, tekanan darah ujung jari terasa dingin, dan lelah. Gejala psikis meliputi kurang percaya diri, kurang tenaga atau merasa tidak berdaya, khawatir, rendah diri, tegang, tidak bisa konsentrasi, ketakutan, kegelisahan, kepanikan, tidur tidak nyenyak, terancam, dan kebingungan atau linglung. Adapun gejala sosial yang meliputi kehebohan dalam mencari jawaban, menyontek, menyalahkan soal yang sulit, menyalahkan guru karena belum pernah diajarkan materi yang sedang diujikan, dan adanya tuntutan dari orangtua maupun sekolah yang menginginkan siswa mendapatkan nilai yang optimal.

(43)

mengerjakan ujian. Apabila siswa mengalami kecemasan saat hendak mengerjakan ujian, ia akan mengalami kinerja yang menurun, sehingga siswa menjadi kurang optimal dalam mengerjakan ujian. Pikiran-pikiran negatif yang sering mengatakan bahwa ujian adalah hal yang menakutkan, maka dalam pikiran tersebut akan terbentuk sebuah stimulus – respon yang membahayakan dalam dirinya, ketika hendak mengerjakan ujian.

4. Dinamika Psikologis Siswa yang mengalami kecemasan saat hendak menghadapi ujian

Siswa mengalami suatu perasaan cemas ketika ia harus

menghadapi ujian (dalam

(44)

gemetar, keringat yang keluar terlalu berlebihan, kaki diketuk-ketukkan, mengerak-gerakan kaki atau tangan. Selain itu, siswa akan mengalami jantung yang berdegup lebih kencang. Kecemasan dapat disebabkan karena kondisi siswa yang khawatir ketika ujian berlangsung, dan kurang mempersiapkan materi secara maksimal, hal tersebut akan menyebabkan siswa takut memperoleh nilai yang kurang optimal dalam ujian.

(45)

Bagan 2.1 Dinamika Kecemasan terhadap siswa yang hendak menghadapi Ujian. Situasi hendak menghadapi ujian: Mengakibatk an gejala kognitif, fisik, psikis, maupun sosial

Aspek Kognitif :

Mengakibatkan pikiran-pikiran negatif

sehingga sulit berkonsentrasi

Aspek Fisik: Mengakibatkan tangan gemetar, keringat dingin jantung berdetak kencang saat hendak

ujian Siswa yang hendak menghadapi ujian. Aspek Perilaku: Mengakibatkan siswa menghindar apabila disuruh untuk berlatih KECEMASAN Tuntutan dari orangtua, dan sekolah Aspek Sosial: Mengakibatkan siswa merasa kurang didukung

oleh lingkungan sekitarnya, oleh karena

itu siswa akan menghindar dari

(46)

C. TERAPI SEFT (SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE)

1. Pengertian Terapi SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique)

Terapi ini adalah sebuah metode terapi psikologi yang merupakan bentuk pengembangan dari metode terapi Emotional Freedom Technique (EFT) dengan menekankan pada pengendalian pikiran dan emosi sehingga tidak mudah terganggu serta dilakukannya pengetukan ringan dengan menggunakan ujung jari (tapping) pada titik-titik meridian untuk setiap titik yang bermasalah.

Terapi SEFT adalah sebuah teknik ilmiah revolusioner yang dengan sangat mudah dan cepat (5-25 menit) dapat digunakan untuk mengatasi berbagai masalah fisik, emosi, keluarga dan anak-anak, prestasi, dan meraih kesuksesan hidup, meningkatkan kedamaian hati dan kebahagiaan.

(47)

2. Konsep Teoritis Terapi SEFT (Spiritual Emotional Freedom

Technique)

Zainuddin (2006) mengatakan bahwa dalam Terapi SEFT mempunyai beberapa konsep teori yaitu cognitive therapy, NLP (NeuroLinguistic Programming), hypnotheraphy, energy theraphy, dan EMDR (Eye Movement Desentization Reprocessing).

1) Cognitive theraphy(Terapi Kognitif)

Terapi Kognitif adalah metode pengobatan yang digunakan untuk mengatasi permasalahan yang berhubungan dengan emosi dan prilaku seperti pikiran-pikiran negatif, kecemasan, dan depresi. Terapi ini dikembangkan sejak tahun 1860-an dan penciptanya bernama Aaron Beck. Terapi ini mempunyai cara pengobatan berdasarkan prinsip bahwa pikiran mempengaruhi perasaan atau mood seseorang. Terapi kognitif berusaha untuk memperbaiki pikiran positif atau mencoba untuk berpikir realistis sesuai dengan kenyataan bukan memunculkan kekuatan untuk berpikir positif.

2) NLP (Neuro–Linguistic Programming)

NLP (NeuroLinguistic -Programming) mempunyai kata dasar Neuro, Linguistic, dan Programming.Neuro mempunyai arti memahami apa yang sedang terjadi disekitarnya, Linguistic

(48)

sementara untuk Programming mempunyai cara mengatur ide-ide dan tindakan yang menghasilkan sesuatu yang diharapkan. Dapat disimpulkan bahwa NLP (Neuro Linguistic Programming) adalah suatu cara untuk memahami sesuatu yang terjadi disekitarnya dan membantu untuk memberikan sugesti positif ketika ada sesuatu ide yang kurang baik untuk diterima oleh individu.

3) Hypnotherapy

(49)

4) Energy Theraphy

Terapi Energi adalah suatu pendekatan intergatif untuk psikoterapi dan mampu mengobati kesehatan pada pikiran atau tubuh seseorang. Metode Terapi Energi berasal dari biologi dan energy dari psikologi kontemporer, dan klinis modern. Terapi Energi mampu menyembuhkan peristiwa traumtik yang memberkas pada sistem tubuh dan pikiran seseorang. Peristiwa traumatik mampu membuat seseorang berpikir negatif dan mempengaruhi dunia, pengalaman dan emosi, serta hubungan dengan orang lain.

Teori terapi energi menunjukkan bahwa masalah psikologis adalah refleksi dari pola bio - energik yang mengganggu dalam pikiran-tubuh. Hal tersebut melibatkan komunikasi yang kompleks antara neurobiologi seseorang dan pola kognitif -perilaku - emosional mereka. Praktisi terapi energi menggabungkan intervensi kognitif (termasuk kesadaran fokus dan perhatian, paparan imaginal kenangan traumatis dan reframing kognitif) bersamaan dengan stimulasi dari satu atau lebih dari sistem bio - energi manusia seperti meridian, cakra dan biofields.

5) EMDR (Eye Movement Desentization Reprocessing)

(50)

masa lalu dan reprogram memori untuk masa depan, contoh pada kasus mudah panik, mudah cemas, phobia. Suatu cara untuk menurunkan atau menghancurkan emosi yang dibantu dengan gerakan mata dan pengolahannya. Pada gerakan mata tersebut disebut The 9 Gamut Procedure. Ini adalah 9 gerakan untuk merangsang otak. Tiap gerakan (yang mungkin kelihatan aneh) dimaksudkan untuk merangsang bagian otak tertentu. Otak kita terdiri dari berbagai bagian yang saling terhubung, otak bagian mana yang perlu diperhatikan tergantung pada titik masalah / titik sakit sehingga EMDR fokus pada seluruh bagian otak.

Sembilan gerakan itu dilakukan sambil tapping pada salah

satu titik energi tubuh yang dinamakan “Gamut Spot”. Titik

Gamuk terletak diantara ruas tulang jari kelingking dan jari manis. Sembilan gerakan itu adalah :

1) Menutup Mata 2) Membuka Mata

3) Mata digerakkan dengan kuat ke kanan bawah 4) Mata digerakkan dengan kuat ke kiri bawah 5) Memutar bola mata searah jarum jam

(51)

9) Bergumam lagi selama 3 detik.

Dalam teknik psikoterapi kontomporer, ini disebut teknik EDMR (Eye Movement Desensitization Repatterning). (SEFT

for Healing + Success Happiness + Greatness, Ahmad Faiz Zainuddin). EMDR untuk meneliti serangan panil, gangguan makan, kecanduan, dan kecemasan. APA (The American Psychiatric Association) mengatakan bahwa EMDR sudah efektif untuk mengobati gejala PTSD, serangan panik, dan cemas (dalam http://www.webmd.com/mental-health/emdr-what-is-it?page=2)

3. Kelebihan dan Kelemahan Terapi SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique)

(52)

ada prosesnya. Kelebihan dalam terapi SEFT ini tentu akan mendapatkanhealing, success, happiness,dangreatness.

4. Cara Penggunaan Terapi SEFT

Zainuddin (2006) mengatakan bahwa dalam menggunakan terapi SEFT terdapat dua versi, yang pertama adalah versi lengkap dan versi ringkas (short-cut). Keduanya terdiri dari tiga langkah sederhana, perbedaannya hanya pada langkah ketiga (The Tapping). Pada versi singkat, langkah ketiga dilakukan hanya pada 9 titik, dan pada versi lengkaptappingdilakukan pada 18 titik.

Pada tahaptapping menggunakan versi lengkap yang dilakukan 18 titik, tahap tapping ini biasanya disebut dengan The set-up.“The Set

-Up” bertujuan untuk memastikan agar aliran energi utuh terarah

dengan tepat. Langkah ini dilakukan untuk menetralisir “Psychological Reversal” atau “Perlawanan psikologis” (biasanya berupa pikiran

negatif spontan atau keyakinan bawah sadar negatif).

“The set-up terdiri dari dua aktivitas, yang pertama adalah

mengucapkan kalimat doa dengan penuh rasa khusyu’, ikhlas dan

(53)

Tahap kedua The Tune-in. The Tune-inpada keluhan fisik dengan cara merasakan sakit lalu mengarahkan pikiran pada rasa sakit dan sambil terus melakukan dua hal tersebut, hati dan mulut mengatakan,

“saya ikhlas, saya pasrah.. ya Allah (sesuai dengan kepercayaan

masing-masing).”, sedangkan untuk keluhan emosi dengan cara memikirkan sesuatu atau peristiwa spesifik tertentu yang dapat membangkitkan emosi negatif yang ingin dihilangkan. Hati dan mulut

juga mengatakan “Saya ikhlas, saya pasrah..ya Allah (sesuai dengan

kepercayaan masing-masing)””. (Jurnal “Terapi SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique) Untuk Mengurangi Kecenderungan Merokok Pada Remaja Awal, oleh Lely Ika Mariyati dan Nur Habibah).

Bersamaan dengan Tune-In kita melakukan langkah ke 3 (Tapping). Pada proses inilah (Tune-In yang dibarengi tapping) kita menetralisir emosi negatif atau rasa sakit fisik. The Tapping adalah mengetuk ringan dengan dua ujung jari pada titik-titik tertentu di tubuh kita sambil terus Tune-In. Titik-titik ini adalah titik-titik kunci dari

“The Major Energy Meridians”, yang jika kita ketuk beberapa kali

akan berdampak pada ternetralisirnya gangguan emosi atau rasa sakit yang kita rasakan. Karena aliran energi tubuh berjalan dengan normal dan seimbang kembali. Berikut adalah titik-titik tersebut :

1) Cr =Crown

(54)

2) EB =Eye Brow

Pada titik permulaan alis mata 3) SE =Side of the Eye

Di atas tulang disamping mata 4) UE =Under the Eye

2 cm dibawah kelopak mata 5) UN =Under the Nose

Tepat dibawah hidung 6) Ch =Chin

Di antara dagu dan bagian bawah bibir 7) CB =Collar Bone

Di ujung tempat bertemunya tulang dada, collar bone dan tulang rusuk pertama

8) UA =Under the Arm

Di bawah ketiak sejajar dengan puting susu (pria) atau tepat dibagian tengah tali bra (wanita)

9) BN =Bellow Nipple

2.5 cm di bawah puting susu (pria) atau di perbatasan antara tulang dada dan bagian bawah payudara

10) IH =Inside of Hand

Di bagian dalam tangan yang berbatasan dengan telapak tangan 11) OH =Outside of Hand

(55)

12) Th =Thumb

Ibu jari disamping luar bagian bawah kuku 13) IF =Index Finger

Jari telunjuk di samping luar bagian bawah kuku (di bagian yang menghadap ibu jari)

14) MF =Middle Finger

Jari tengah samping luar bagian bawah kuku (di bagian yang menghadap ibu jari)

15) RF =Ring Finger

Jari manis di samping luar bagian bawah kuku (di bagian yang menghadap ibu jari)

16) BF =Baby Finger

Di jari kelingking di samping luar bagian bawah kuku (di bagian yang menghadap ibu jari)

17) KC =Karate Chop

Di samping telapak tangan, bagian yang kita gunakan untuk mematahkan balok saat karate

18) GS =Gamut Spot

Di bagian antara perpanjangan tulang jari manis dan tulang jari kelingking

Setelah menyelesaikan 9 Gamut Procedure, langkah terakhir adalah mengulang lagi Tapping dari titik pertama hingga ke-17 (berakhir di

(56)

menghembuskannya, sambil mengucapkan rasa syukur, contoh : Alhamdulillah.

Adapun catatan khusus untuk titik terakhir, Gamut Point, sambil men-tapping titik tersebut kita melakukanThe 9 Gamut Procedure. Ini adalah 9 gerakan untuk merangsang otak. Tiap gerakan (yang mungkin kelihatan aneh) dimaksudkan untuk merangsang bagian otak tertentu. Sembilan gerakan itu dilakukan sambil tapping pada salah

satu titik energi tubuh yang dinamakan “Gamut Spot”. Titik Gamut

terletak diantara ruas tulang jari kelingking dan jari manis. Sembilan gerakan itu adalah :

1) Menutup Mata 2) Membuka Mata

3) Mata digerakkan dengan kuat ke kanan bawah 4) Mata digerakkan dengan kuat ke kiri bawah 5) Memutar bola mata searah jarum jam

6) Memutar bola mata berlawanan arah jarum jam 7) Bergumam dengam berirama selama 3 detik 8) Menghitung 1. 2, 3, 4, 5

9) Bergumam lagi selama 3 detik.

(57)

Movement Desensitization Repatterning). (SEFT for Healing + Success Happiness + Greatness, Ahmad Faiz Zainuddin)

Cara menggunakan terapi SEFT, apabila kita sudah terbiasa menggunakan versi lengkap hanya membutuhkan kurang lebih 3 menit, sedangkan versi inti sekitar 1 menit.

5. Kode Etik Terapi SEFT

Menurut Zainuddin (2014) mengatakan bahwa Terapi SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique) mempunyai kode etik yaitu seorang terapis diijinkan memberikan terapi kepada klien atau pasien sebanyak tiga kali. Terapi SEFT mengajak klien atau pasien mampu melakukan terapi ini sendiri setelah tiga kali dibantu oleh terapis, untuk itu terapis mengajak klien atau pasien untuk mengikuti pelatihan Terapi SEFT agar mendapatkan sebuah penyembuhan terhadap masalah yang sedang dihadapi baik secara fisik maupun psikis.

D. DINAMIKA HUBUNGAN PENURUNAN KECEMASAN SISWA YANG HENDAK UJIAN MENGGUNAKAN TERAPI SEFT

(58)

pemecahan masalah. Pada tingkat kronis dan akut gejala kecemasan dapat berbentuk gangguan fisik (somatik), seperti gangguan pada saluran pencernaan, sering buang air, sakit kepala, gangguan jantung, sesak di dada, gemetaran bahkan pingsan (Indiyani, 2010). Siswa mengalami perasaan cemas pada saat menjelang maupun menghadapai ujian maka siswa akan mengalami hambatan yang menyebabkan melemahnya kinerja fungsi-fungsi kognitif, akibatnya siswa menjadi lama dalam proses berfikir dan menghambat waktu pengerjaan ketika sedang ujian, dengan terjadinya proses kognitif yang kurang maksimal membuat penurunan prestasi belajar pada siswa. Ketika siswa mengalami penurunan prestasi belajar akibat kecemasan yang cukup mengganggu siswa maka ia akan mengalami gangguan sosial yaitu siswa akan menghindar dari lingkungannya, ia merasa rendah diri karena gagal dalam mengerjakan ujian. Menuurt Indiyani (2010) mengatakan bahwa siswa juga akan menimbulkan perilaku tidak mau berlatih lagi akibat kegagalan yang sudah ia terima, atau siswa akan menimbulkan perilaku tidak mau berlatih ketika ada kesempatan karena siswa merasa kurang yakin dengan kemampuannya, karena kecemasan atau keraguan dalam menjawab latihan yang diberikan oleh guru atau pengajar lainnya.

(59)

berpengaruh pada mood yang menurun dan mudah marah. Jika siswa mengalami simtom kognitif maka kerja berpikir siswa menjadi tidak realistis dan sulit untuk berkonsentrasi. Apabila siswa mengalami simtom motorik maka ia akan merasa tidak tenang, mudah gugup, dan sering mengeluarkan perilaku yang tidak mempunyai arti, misalnya mengetuk-ngetuk jari dimeja atau menggoyang-goyangkan kaki.

(60)

Theraphy, NLP (Neuro Linguistic Programming), EMDR (Eye Movement Desensitization Repattering), Energy Theraphy, dan

Hyphnotheraphy yang akan membantu proses tapping dan menurunkan kecemasan pada siswa yang hendak ujian.

Metode penurunan kecemasan menggunakan terapi SEFT salah satunya akan menggunakan cara tapping, memberikan ketukan pada titik-titik yang dirasa subjek menjadi salah satu sumber kecemasan. Teknik

(61)

Teknik Hipnoterapi, NLP, dan Terapi Kognitif mempunyai konsep yang sama dalam penurunan kecemasan yang mengarah pada pembentukan kognitif secara positif. Seorang terapis pada saat melakukan terapi dan memberikan teknik hipnoterapi maka terapis akan membuat subjek masuk pada alam bawah sadar, setelah subjek masuk dalam alam bawah sadar tugas terapis selanjutnya adalah menggunakan teknik NLP (Neuro-Linguistic-Programming), seorang terapis akan membahasakan kejadian yang ada disekitar dan melakukannya dengan kata-kata atau kalimat positif. Seorang terapis akan memilih penggunaan kata-kata atau kalimat yang positif untuk membantu subjek dalam memproses pikiran positif, agar ketika subjek sudah dikembalikan pada alam sadarnya, subjek akan mengingat kata-kata atau kalimat yang diberikan terapis, sehingga pikiran subjek hanya memunculkan pikiran positif. Proses mempengaruhi pikiran positif merupakan teknik terapi kognitif. Setelah diberikan terapi kognitif, terapis akan melakukan hipnoterapi dan mengembalikan alam sadar subjek, serta diberikan terapi energi untuk meringankan kembali otot-otot yang dirasa kaku. Subjek yang diberikan Hipnoterapi, NLP, dan Terapi Kognitif akan mengalami penurunan kecemasan, yaitu teknik-teknik tersebut akan membuat subjek mampu merubah pikirannya secara positif, dan mampu konsentrasi dalam mengerjakan ujian, serta berdampak pada keadaan psikologis.

(62)

aspek-aspek pada kecemasan siswa yang hendak menghadapi ujian. Tahap-tahap mencapai penurunan per aspek yaitu Aspek Kognitf akan menggunakan teknik Energi, EMDR, Hipnoterapi, NLP, dan Terapi Kognitif. Teknik Energi yang diberikan melalui proses tappingakan mengetuk syaraf yang kaku, setelah itu diberikan teknik EMDR menggerakan mata ke kiri dan kanan, atas dan bawah guna merilekskan atau melenturkan syaraf yang kaku akibat kecemasan yang terjadi pada subjek. Setelah Teknik Energi dan EMDR dilakukan sebagai teknik pendukung untuk merilekskan otot-otot kemudian teknik hipnoterapi, seorang terapis akan membuat subjek masuk dalam alam bawah sadarnya, kemudian diberikan teknik NLP yaitu proses pemilihan dalam penggunaan kata-kata atau kalimat positif, setelah terapis berhasil memberikan kalimat atau kata-kata positif, subjek akan merespon stimulus yang diberikan oleh terapis yaitu mentransfer kata-kata atau kalimat tersebut ke dalam pikirannya. Misalnya terapis membantu dengan pemilihan kata-kata atau kalimat “Saya pasti bisa mengerjakan

ujian dengan baik dan mendapatkan nilai yang optimal.” Atau “Ujian itu mudah.” dengan terapis memberikan kalimat tersebut maka secara

(63)

positif bahwa ujian itu tidak sulit, dan subjek akan mendapatkan hasil yang optimal.

Aspek Fisik akan menggunakan teknik utama yang digunakan adalah Terapi Energi dan EMDR untuk merilekskan ketegangan otot yang dimiliki subjek sebelum melakukan treatment. Setelah melakukan

treatmentdengan teknik terapi energi dan EMDR maka subjek diharapkan dapat rileks pada otot-otot yang kaku, dan menjadi tenang ketika sedang menghadapi ujian.

Aspek Perilaku akan menggunakan teknik utama yang digunakan adalah terapi energi, hipnoterapi, NLP, dan terapi kognitif. Setiap aspek yang digunakan subjek akan diberikan teknik energi berupa tapping yang akan dilakukan oleh terapis, terapis akan mengetuk bagian titik yang dimana menjadi dasar masalah subjek dalam menurunkan rasa cemas. Apabila sudah diberikan terapi energi kemudian subjek akan dimasukan pada alam bawah sadar, setelah itu terapis membantu dalam memberikan kalimat positif dan pikiran positif untuk menunculkan perilaku positif pada saat subjek hendak menghadapi ujian. Maka, subjek menjadi mampu berlatih untuk latihan soal-soal ujian.

(64)

merasa didukung oleh teman-temannya, dan berani mencoba hal baru (latihan soal yang baru).

(65)

Bagan 2.2: Dinamika Penurunan Kecemasan Siswa yang Hendak Menghadapi Ujian Menggunakan Terapi SEFT (Spiritual Emotional

Freedom Technique)

KECEMASAN TINGGI

Aspek Perilaku: Tidak mau berlatih, tidak yakin dengan dirinya sendiri saat mengerjakan ujian

Aspek Sosial : Siswa merasa kurang didukung oleh lingkungannya maka siswa akan memberikan respon menghindar pada lingkungan ..

Aspek Kognitif: Pikiran negatif, tidak dapat konsentrasi dalam mengerjakan ujian Aspek Fisik: Mengakibatkan tangga gemetar, jatung berdebar kencang, keringat dingin.

Terapi SEFT yang digunakan :

1. Terapi Energi 2. Hipnoterapi 3. NLP

4. Terapi Kognitif Terapi SEFT yang

digunakan :

1. Terapi Energi 2. EMDR Terapi SEFT yang

akan digunakan :

1. Terapi Energi 2. Hipnoterapi, 3. NLP

4. Terapi Kognitif Terapi SEFT yang akan

digunakan :

1. Terapi Energi 2. EMDR 3. Hipnoterapi 4. NLP

5. Terapi Kognitif

Dalam terapi SEFT dibantu oleh teori Psikologi Kognitif, dan Psikologi Psikoanalisa. Dalam terapi SEFT

dibantu oleh teori Psikologi Behavioral, dan Psikologi Kognitif Dalam terapi SEFT

dibantu oleh teori Psikologi Kognitif, dan Psikologi Psikoanalisa. Dalam terapi SEFT

dibantu oleh Teori Psikologi Kognitif, Psikologi Psikoanalisa, dan Psikologi Neurologi. Terjadi penurunan ketegangan siswa sehingga siswa menjadi rileks. Meningkatnya rasa keyakinan dalam mengerjakan ujian dan mengambil keputusan dengan baik.

Siswa merasa didukung dengan lingkungan sosial.

Siswa memiliki pikirian positif, dan kemampuan

konsentrasi meningkat.

(66)

E. HIPOTESIS PENELITIAN

(67)

45

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Metodologi penelitian merupakan suatu bagian yang penting dalam sebuah penelitian, karena metodologi penelitian akan menentukan bagaimana cara pengambilan data dalam suatu penelitian, agar hipotesis dapat sesuai dengan yang diperkirakan oleh penulis sehingga akan mempengaruhi hasil suatu penelitian yang sesuai dengan hipotesis sebelumnya.

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimen lapangan. Penelitian eksperimen lapangan adalah kajian penelitian dalam suatu situasi nyata (Kerlinger, 1990). Jenis eksperimen lapangan merupakan penelitian yang dilakukan secara keadaan nyata di lingkungan yang riil dimana penulis melakukan campur tangan dan manipulasi terhadap variable bebas atau bentuk tindakan nyata yang terjun langsung ke lapangan dan melihat situasi serta kondisi yang terjadi dalam ruang lingkup subjek penelitian.

(68)
(69)

B. Identifikasi Variabel Penelitian

Variabel penelitian merupakan suatu objek yang akan diteliti dan yang akan menjadi fokus suatu penelitian. Variabel – variabel yang dapat diidentifikasikan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Variabel X (Independent Variabel) : Terapi SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique)

2. Variabel Y (Dependent Variabel) : Kecemasan

Konsep Penelitian yang akan menjadi Kelompok Eksperimen

Y1 X Y2

Keterangan :

Y1 = Pre-test Skala Kecemasan

X = Terapi SEFT

Y2 = Post-test Skala Kecemasan

Konsep Penelitian yang akan menjadi Kelompok Kontrol

Y1 Y2

Y1= Pre-test Skala Kecemasan

(70)

C. Definisi Variabel Penelitian

1. Definisi Konseptual a. Variabel Bebas

Terapi SEFT adalah sebuah terapi yang menyembuhkan diri seseorang baik secara fisik maupun psikis, proses penyembuhannya hanya dalam waktu 5–25 menit, setelah itu melakukan latihan secara mandiri. Metode yang dilakukan oleh terapi SEFT adalah menggunakan cara tapping, seseorang yang merasa fisik atau psikisnya sedang bermasalah akan di bantu oleh terapis untuk

me-tappingbagian titik meridian yang bermasalah.

b. Variabel Terikat

Kecemasan adalah suatu reaksi yang menyakitkan, seperti kegelisahan, ketakutan, kebingungan, kekhawatiran, rasa gugup, dan sebagainya yang berhubungan dengan subyektif emosi seseorang. Kecemasan dalam fungsi kognitif membuat seseorang merubah pikirannya menjadi negatif, ada pikiran tidak mampu atau tidak yakin dalam melakukan sesuatu yang hendak ia lakukan.

2. Definisi Operasional a. Variabel Bebas

(71)

tertentu di tubuh kita sambil terus Tune-In. Titik-titik ini adalah titik-titik kunci dari “The Major Energy Meridians”, yang jika kita ketuk beberapa kali akan berdampak pada ternetralisirnya gangguan emosi atau rasa sakit yang kita rasakan. Karena aliran energi tubuh berjalan dengan normal dan seimbang kembali. Di dalam terapi SEFT terdapat

Cognitive Theraphy, NLP (Neuro Linguistic Programming),

EMDR (Eye Movement Desensitization Repattering), Energy Theraphy, dan Hyphnotheraphy yang akan membantu proses tapping

dan menurunkan kecemasan pada siswa yang hendak ujian.

Terapi SEFT akan diberikan kepada siswi Asrama Stella Duce Yogyakarta yang hendak menghadapi ujian. Pertama-tama, subjek akan diberikan pengarahan mengenai proses terapi SEFT, setelah itu subjek diajak untuk mengikuti langkah-langkah terapis yang akan

(72)

subjek mampu melakukan terapi SEFT secara mandiri ketika subjek mengalami kecemasan hendak menghadapi ujian.

b. Variabel Terikat

Kecemasan yang dialami seseorang dapat menyebabkan gangguan kecemasan spesifik yaitu terhadap objek atau situasi yang spesifik. Sehingga dapat menyebabkan adanya dampak kecemasan yang berupa simtom kognitif. Dari beberapa dampak kecemasan perlu dilakukannya salah satu metode terapi, untuk menstabilkan kembali energi-energi yang sudah dikeluarkan karena kecemasan yang mempengaruhi fisik maupun psikis seseorang.

Aspek-aspek kecemasan Menurut Indiyani (2010 : 2) dan Nevid (1997) ada empat aspek kecemasan ketika siswa sedang menghadapi atau mengerjakan ujian akhir semester yaitu:

1) Aspek Fisik atau emotionality merupakan kecemasan yang muncul sebagai akibat dari perasaan yang berlebihan saat menghadapi sesuatu. Misalnya, seperti tegang dalam situasi yang membuatnya tidak nyaman, gugup, berkeringat, tangan gemetar saat melakukan sesuatu.

(73)

menghadapi sesuatu hal. Misalnya, sulit konsentrasi, mental blocking, pesimis dan merasa tidak mampu dengan tindakan yang ingin dilakukannya, dan mengkhawatirkan akan hasil dari tindakan yang dilakukannya merasa tidak optimal dari yang sudah diharapkan, sehingga menjadi kurang yakin dengan tindakannya.

3) Aspek Perilaku merupakan kecemasan yang berasal dari hasil frustasi sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Misalnya, tidak mau mencoba berlatih atau latihan mengerjakan sesuatu ketika diberikan kesempatan dengan alasan karena takut gagal dan ditertawakan oleh orang lain.

(74)

Variabel kecemasan akan di ukur oleh skala kecemasan yang dibuat oleh penulis dimana kecemasan ini masuk dalam keempat aspek diatas merupakan bagian dari indikator dalam penelitian siswi yang mengalami kecemasan ketika hendak mengikuti ujian di sekolah.

D. Hipotesa Operasional

Kelompok Eksperimen yang mendapatkan terapi SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique) oleh terapis, dan latihan mandiri selama satu minggu akan mengalami penurunan kecemasan daripada kelompok kontrol yang tidak mendapatkan terapi SEFT.

E. Subjek Penelitian

Pada penelitian ini, subjek penelitian diambil dari siswi Asrama SMA STC Yogyakarta. Penulis memilih subjek penelitian Siswi Asrama karena kecemasan yang dimiliki siswi asrama cenderung lebih tinggi daripada siswi yang tidak tinggal di Asrama, kecenderungan yang ingin disampaikan oleh penulis adalah masalah tentang kondisi lingkungan sosial yang membuat siswi tertekan dan harus lulus ujian, apabila ia gagal dalam ujian maka akan ditinggalkan atau dikucilkan oleh teman-teman

(75)

Theresia Ayu Megasari, tahun 2011 menjelaskan bahwa siswi asrama cenderung kurang mampu untuk mengantisipasi perasaan negatifnya dan sedapat mungkin berusaha menghindari komunikasi. Dengan adanya penelitian sebelumnya membuat penulis semakin yakin bahwa siswi asrama menghindari lingkungan ketika merasa gagal dalam melakukan sesuatu yang ingin ia capai.

Sampel subjek penelitian masing-masing diambil 35 siswi Asrama dari SMA STC Yogyakarta, baik dari Kelompok Kontrol (KK) maupun Kelompok Eksperimen (KE). Penulis memilih subjek penelitian siswi SMA karena pada dasarnya siswi dalam masa perkembangan mempunyai perasaan cemas dan rasa malu yang cukup tinggi ketika ia gagal dalam ujian, serta banyak pikiran yang negatif muncul saat rasa cemas timbul dalam diri siswa. Faktor kecemasan yang dimiliki oleh siswi karena adanya tuntutan dari keluarga maupun lingkungan sosial.

(76)

group designyaitu melakukan stratified randomization dalam pencacahan nilai rapor masing-masing subjek, guna membentuk subjek penelitian eksperimen yang diberikan pretest dan posttest untuk melakukan kontrol terhadapProactive History(jumlah nilai rapor).

Pada tahap randomisasi akan dilakukannya pencacahan nilai rapor masing-masing subjek, jadi penulis akan mengelompokkan subjek dalam kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dilihat dari nilai rapor subjek, hal ini dilakukan supaya tidak terjadi ketidakseimbangan diantara kedua kelompok saat dilakukannya penelitian yang sudah dirancang oleh penulis, total jumlah nilai rapor yang akan digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah dibawah nilai batas kritera ketuntasan minimum atau dengan kata lain total nilai rapor subjek dibawah 1200 dari 16 mata pelajaran. Penulis mengambil total nilai rapor subjek dibawah 1200 karena kesulitan belajar merupakan bagian dari kecemasan yang dimiliki siswa ketika menghadapi ujian.

F. Alat Pengumpul Data

1. Skala Kecemasan

(77)

yang hendak menghadapi ujian. Kuisioner yang akan diberikan yaitu melihat waktu jam dalam sehari, waktu jam belajar dalam seminggu, persentase kesiapan dalam menghadapai ujian, dan kondisi keluarga saat subjek hendak mengikuti ujian.

Variabel kecemasan akan diukur oleh skala kecemasan yang dibuat oleh penulis, dimana kecemasan ini masuk kedalam empat aspek yaitu aspek fisik, aspek kognitif, aspek perilaku, dan aspek sosial. Dimana keempat aspek tersebut mempunyai pengaruh yang besar untuk pembuatan skala kecemasan penelitian ini. Dalam skala ini mengukur kecemasan, skala yang dipakai yaitu skala thurstone. Skala Thurstone

adalah pengukuran jenis data satu tingkat lebih tinggi atau data interval. Penulis akan memberikan tingkatan angka dari 1 – 7, dalam tingkatan angka yang semakin menujukan arah ke angka 1 maka siswi tidak memunculkan perilaku cemas saat hendak menghadapi ujian, sementara semakin ke arah angka 7 maka siswi sangat memunculkan perilaku cemas saat hendak menghadapi ujian.

(78)

yang sudah di agendakan oleh pihak asrama, untuk itu KK tidak akan mengetahui perlakuan yang diterima oleh KE pada saat melakukan

[image:78.595.141.554.261.578.2]

treatment Terapi. Hal ini dilakukan supaya diantara kedua kelompok tidak mempunyai kecurigaan dalam penelitian yang telah dirancang oleh penulis. Pada saat pengambilan posttes KK dan KE akan mendapatkan perlakuan yang sama seperti pada saat melakukan pengambilan dataposttes.

Tabel 3.1 : Blue Print Kecemasan BLUE PRINT

INDIKATOR ITEM FAVORABEL ITEM UNFAVORABEL

Ʃ

Aspek Fisik 1, 3, 6, 8, 10, 13, 15, 18, 21, 24, 28, 69

4, 11, 19, 27, 33, 38, 39, 44, 46, 54, 59, 64

24

Aspek Kognitif 2, 12, 26, 32, 36, 40, 43, 45, 48, 52, 56

5, 9. 14, 20, 23, 29, 47, 49, 53, 55, 57,

22

Aspek Perilaku 7, 17, 22, 30, 58, 60, 62, 65, 67, 71, 74, 77, 79, 82, 83. 85

16, 25, 35, 37, 42, 68, 70, 75, 80, 84

26

Gambar

Tabel 3.1 : Blue Print Kecemasan
Tabel 3.2 : Desain Eksperimen
Tabel 4.1 : Blue Print Skala Kecemasan Sebelum Uji Coba
Tabel  4.2 : Daftar Nama Sekolah Saat  Uji Coba
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada game Clash of Clans memiliki hero dan pasukan, pada pasukan tidak menggunakan sumber daya makanan seperti yang ada pada kehidupan manusia, tetapi mencetak pasukan

Menurut Chen & Volpe (1998 : 110) terdapat empat dimensi literasi keuangan, yaitu : (1) Pengetahuan tentang keuangan mencakup pengetahuan keuangan pribadi

Sebagai prosesing data pendahuluan (Pre- Procesing) digunakan metode Sistem Pakar yaitu metode Bayes dengan melakukan training pembelajaran data, di mana ada

dilakukan terhadap hasil produksi beberapa jenis ikan pelagis yang didaratkan seperti layang (Decapterus russeli), selar (Selaroides leptolepis), tongkol (Auxis thazard), dan

Abdul Wahab Chasbullah Hidup dan Perjuangannya, (Surabaya: PT Duta Aksara Mulia, Cet.. Fase keempat adalah perjuangan menuju independensi. Usaha-usaha yang dilakukan

Menurut penelitian yang sudah dilakukan, populasi gajah yang ada di Sumatera Utara hanya terdapat di daerah yang berbatasan dengan propinsi Riau di sebelah selatan dan

Dari hasil pernikahan Raja Toga Sitompul dengan Bunga Marsondang dikaruniai satu orang anak yaitu Hobolbatu.. Setelah dewasa, Hobolbatu