• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH TERAPI SEFT (SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE) TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN BAGI SISWA SMP DALAM MENGHADAPI UJIAN DI SMP NEGERI 1 KASIHAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH TERAPI SEFT (SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE) TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN BAGI SISWA SMP DALAM MENGHADAPI UJIAN DI SMP NEGERI 1 KASIHAN"

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

TECHNIQUE) TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN BAGI SISWA SMP DALAM MENGHADAPI UJIAN

DI SMP NEGERI 1 KASIHAN

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Kedokteran pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh: KAUTSAR AKBAR

20120310037

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

(2)

KARYA TULIS ILMIAH

PENGARUH TERAPI SEFT (SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM

TECHNIQUE) TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN

BAGI SISWA SMP DALAM MENGHADAPI UJIAN DI SMP NEGERI 1 KASIHAN

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Kedokteran pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh: KAUTSAR AKBAR

20120310037

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

(3)

iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini Nama : Kautsar Akbar

NIM : 20120310037 Program Studi : Pendidikan Dokter

Fakultas : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Karya Tulis Ilmiah ini.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis Ilmiah ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Yogyakarta, 28 April 2016 Yang membuat pernyataan,

(4)

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan karunia dan hidayah-Nya sehingga pembuatan Karya Tulis Ilmiah (KTI) yang berjudul “Pengaruh Terapi SEFT ( Spiritual Emotional Freedom Technique) terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan bagi Siswa SMP Negeri 1 Kasihan” dapat selesai sebagaimana yang diharapkan.Karya Tulis Ilmiah ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam mencapai gelar Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Dengan terselesaikannya Karya Tulis Ilmiah ini, penulis mengucapkan syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT atas kekuasaan Nya selalu memberikan nikmat sehat dan kekuatan sehingga penulis dapat melaksanakan dan menyelesaikan proposal karya tulis ilmiah ini. Kemudian tak lupa juga penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. dr. H. Ardi Pramono, Sp.An. M,Kes., selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

2. dr. Orizati Hilman, M.Sc, CMFM,PhD selaku dosen pembimbing yang selalu memberikan semangat, masukkan, kritikan, dan bimbingan kepada penulis selama penyusunan proposal karya tulis ilmiah ini.

3. Para dosen serta staf karyawan yang telah memberikan bekal ilmu selama penulis dan belajar di Prodi Pendidikan Dokter, FKIK Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

4. Kedua orang tua tercinta, Bapak Muhammad Masdar dan Ibu Tuti Nurtika serta saudara saya Fasta dan Nauval yang telah memberi dukungan moral, material, dan senantiasa mendoakan untuk terselesaikannya proposal ini. 5. Sahabat-sahabat yang selalu memberi support Aziz, Firda, Arnis, Hilmi, Rosi,

Satrio, Nadya, Saufi, Shasa, Aswin, group pengajian serta rekan-rekan angkatan 2012 Pendidikan Dokter UMY.

(5)

v

dapat diterima dan penelitian dapat berjalan dengan lancar. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Yogyakarta, 28 April 2016

(6)

vi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN KTI ... ii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... iii A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 3

D. Manfaat Penelitian ... 3

E. Keaslian Penelitian... 4

BAB IITINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka ... 7

1. Kecemasan ... 7

2. Kecemasan Menghadapi Ujian... 14

3. Metode SEFT ... 16

B. Kerangka Konsep ... 24

C. Hipotesis ... 24

BAB IIIMETODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 25

B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 25

C. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 27

D. Cara Pengambilan Sample ... 27

E. Variabel Penelitian ... 27

F. Definisi Operasional ... 28

G. Instrumen Penelitian ... 28

H. Uji Validitas dan Reabilitas ... 29

I. Jalannya Penelitian... 30

J. Analisis Data ... 30

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 31

(7)

vii

Tabel 3.pretest-post test ... 25

Tabel 4.Rencana Penelitian ... 27

Tabel 5.Tingkat Kecemasan Sampel ... 31

Tabel 6. Karakteristik jenis siswa pada kelompok terapi dan kontrol ... 32

Tabel 7. Perubahan tingkat kecemasan siswa dalam menghadapi ujian ... 33

Tabel 8.Karakteristik tingkat kecemasan subyek kontrol dan terapi ... 34

Tabel 9.Hasil Wilcoxon pretest dan posttest tingkat kecemasan skala TMAS ... 34

Tabel 10. Hasil Wilcoxon pretest dan posttest tingkat kecemasan skala persepsi pasien tentang kecemasan... 35

Tabel 11. Perbedaan hasil posttest skala TMAS dengan skala persepsi pasien .. 35

(8)

viii

DAFTAR GAMBAR

(9)
(10)

ix INTISARI

Latar belakang : Kecemasan merupakan suasana perasaan (mood) yang ditandai oleh gejala-gejala jasmaniah seperti ketegangan fisik dan kekhawatiran terhadap masa yang akan dating. Unsur yang paling dominan menyebabkan kecemasan adalah unsur kognitif yakni kekhawatiran dan pikiran negatif yang menganggap tes dapat mengancam posisi siswa. Metode SEFT mengasumsikan kesembuhan berasal dari Tuhan, dengan cara yakin, khusyu, ikhlas, pasrah dan syukur. Penerapan SEFT dapat dilakukan di berbagai bidang, salah satunya di sekolah. Metode SEFT juga dapat digunakan pada pengendalian emosi, misalnya pada siswa yang mengalami gangguan emosi (bandel, sukar konsentrasi, malas belajar, moody), masalah yang berkaitan dengan perubahan hormon seksual pada remaja, dsb. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis pengaruh metode SEFT terhadap penurunan tingkat kecemasan bagi siswa SMP yang akan menghadapi ujian. Metode :Penelitian ini menggunakan desain quasi eksperimental dengan rancangan two group pretest-posttest with control group design di SMP Negeri 1 Kasihan dari bulan Oktober 2015 sampai Februari 2016. Instrumen penelitian ini menggunakan kuisioner Taylor Manifest Anxiety Scale (TMAS) dan skala persepsi pasien tentang kecemasan.

Hasil :Penelitian ini menggunakan analisaWilcoxon, didapatkan hasil 29 (65,9%) siswa mengalami penurunan kecemasan pada terapi dan 15 (34,1%) siswa pada kelompok kontrol. Sedangkan siswa yang mengalami peningkatan kecemasan pada kelompok terapi sebanyak 3 siswa (20%) dan sebanyak 12 (80%) siswa pada sampel kontrol.

(11)

x ABSTRACT Background

Anxiety is a mood signed by physical symptomps, such as physical tension and worrying about future. So, test or exam is assumed as a dangerous thing. The most dominant element that causes anxiety is cognitive element which is feeling worried and negative thought that consider that test will endanger students’ position. By being sure, sincere and thankful, SEFT method assumes that the cure comes from God. Application of SEFT can be done in many kinds of field, such as in school. SEFT method can also be used in emotional control. For example, it can be applied to students who have emotional problems, such as being stubborn, having difficulty to focus on something, being lazy to study and being moody. It can also be used to students who have problems related toteenagers’ sexual hormone changes. This research is aimed to analyze the influence of SEFT method on decreasing level of student’ anxiety when they will face exam.

Method

This research used Quasi Experimental Design with two group pretest-posttest with control group design in SMP Negeri 1 Kasihan from October 2015 to February 2016. The research instrument used Taylor Manifest Anxiety Scale (TMAS) questionnaire and patient’s scale perception of anxiety.

Result

Wilcoxon was used in this research. The results are that 29 students (65,9%) experienced decreasing level of anxiety in therapy group while 15 (34,1) students experienced it in control group.On the other hand, 3 (20%) students experience increasing level of anxiety in therapy group and 12 (80%) students in control sample.

Conclusion

There are effects before and after SEFT therapy was applied to students of SMP Negeri 1 Kasihan. p=0,00

Keywords

(12)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Anxiety (kecemasan) adalah suasana perasaan (mood) yang ditandai oleh gejala-gejala jasmaniah seperti ketegangan fisik dan kekhawatiran tentang masa depan (American Psychiatric Assosiation, 1994 ; Barlow, 2002). Ketegangan dalam kehidupan yang dapat menimbulkan ansietas diantaranya adalah peristiwa traumatik individu baik krisis perkembangan maupun situasional seperti peristiwa bencana, konflik emosional individu yang tidak terselesaikan dengan baik, konsep diri terganggu (Suliswati et.al., 2005).

Prevalensi kecemasan di Indonesia berkisar antara 2-5% dari populasi umum yang disebabkan oleh berbagai faktor (Rehatta, 1999).Kecemasan sesungguhnya merupakan respon yang normal terhadap semua bentuk perubahan yang terjadi pada lingkungan. Sensasi kecemasan dapat dialami oleh semua manusia. Oleh karena itu satu-satunya pilihan untuk menghadapi perubahan yang terjadi adalah melakukan adaptasi atau penyesuaian diri terhadap perubahan tersebut (Bahar,1995).

(13)

berubah-ubah. Lebih dari itu akan menjadi sindrom klinik yang mengganggu kesehatan, kegiatan sehari-hari dan kesejahtraan hidup (Maslim,1991).

Kecemasan pada remaja terutama saat maenghadapi ujian adalah normal karena semua manusiapun pasti pernah merasakannya, tetapi bagaimana remaja itu bisa menekan rasa cemasnya agar tetap berkonsentrasi dan fokus. Sebagimana firman Allah SWT pada surat Al Fajr ayat 27-28 yang berbunyi:

Hai jiwa yang tenang ʘ Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas dan lagi diridhai-Nya (QS. Al Fajr 27-28)

Sebuah metode SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique) yang dikembangkan oleh bapak Ahmad Faiz Zainuddin, metode SEFT berawal dari pengembangan metode EFT (Emotional Freedom Techinque) yang diciptakan oleh Gary Craig. SEFT bekerja dengan prinsip yang kurang lebih sama dengan akupunktur dan akupresur. Akupunktur dan akupresur adalah contoh nyata penggunaan sistem energi tubuh untuk menyembuhkan pasien dengan berbagai macam gangguan fisik dengan cara berusaha merangsang titik-titik kunci di sepanjang 12 jalur energi (energy meridian) tubuh yang sangat berpengaruh pada kesehatan (Zainuddin, 2009).

(14)

3

masalah yang berkaitan dengan perubahan hormon seksual pada remaja, dsb) (Zainuddin, 2009).

B. Rumusan Masalah

Apakah metode SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique) berpengaruh terhadap penurunan tingkat kecemasan menghadapi ujian pada siswa SMP Negeri 1 Kasihan?

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum

Menilai pengaruh terapi SEFT pada penurunan tingkat kecemasan pada remaja SMP Negeri 1 Kasihan dalam menghadapi ujian.

2. Tujuan Khusus

a. Menilai tingkat kecemasan siswa SMP Negeri 1 Kasihan dalam menghadapi ujian sebelum terapi SEFT.

b. Menilai tingkat kecemasan siswa SMP Negeri 1 Kasihan dalam mengahadapi ujian sesudah terapi SEFT.

c. Menilai perbedaan tingkat kecemasan siswa SMP Negeri 1 Kasihan sesudah dan sebelum terapi SEFT.

D. Manfaat Penelitian 1. Siswa

(15)

2. Guru dan Masyarakat

Agar guru dapat memahami tentang kecemasan siswa dan guru yang mengikuti pelatihan SEFT dapat menggunakan metode SEFT untuk mengurangi tingkat kecemasan siswa dalam menghadapi ujian.

3. Ilmu Kedokteran

Menambah bukti ilmiah untuk kedokteran komplementer dan integrative terkait terapi SEFT untuk pengelolaan kecemasan.

4. Peneliti

Memberikan wawasan dan pengetahuan bahwa metode SEFT (Spiritual Emmotional Freedom Technique) dapat membantu menurunkan tingkat

kecemasan siswa dan meningkatkan keterampilan melakukan penelitian. E. Keaslian Penelitian

(16)

5

orang. Penetapan jumlah responden untuk kontrol dan kelompok intervensi menggunakan number random trial, sehingga ditetapkan kelompok intervensi berjumlah 19 responden dan untuk kelompok kontrol berjumlah 23 responden. Kelompok intervensi dan kelompok kontrol diukur tingkat depresi, kecemasan, dan stres mengunakan kuesioner The Depression Anxiety Stress Scales 21(DASS 21) kemudian pada kelompok intervensi

diberikan intervensi SEFT satu kali selama 15 menit dan diukur kembali tingkat depresi, kecemasan, dan stres pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Data dianalisis dengan Wilcoxon dan Mann Whitney. Hasil menunjukkan perbedaan yang bermakna antara tingkat depresi, kecemasan, dan stres sebelum dan sesudah intervensi SEFT antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol (p<0,05). Intervensi SEFT membantu menurunkan depresi, kecemasan, dan stres pada pasien SKA. 2. Metode SEFT sebelumnya pernah dilakukan oleh Zainul Anwar, S. Psi, M.

Psi dan Siska Triana Niagara dengan judul “Metode Terapi SEFT

(Spiritual Emotional Freedom Technique) Untuk Mengatasi Gangguan

Fobia Spesifik” pada tahun 2011. Penelitian ini merupakan penelitian

(17)
(18)

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka 1. Kecemasan

a. Definisi Kecemasan

Kecemasan adalah sebuah perasaan yang tidak menyenangkan akan ketakutan atau kekhawatiran yang tidak begitu jelas (Santrock, 2009). Kecemasan adalah reaksi normal terhadap stres dan dapat bermanfaat dalam beberapa situasi. Bagi sebagian orang, bagaimanapun kecemasan dapat menjadi berlebihan. Sementara orang yang mengalami kecemasan menyadari bahwa kecemasan mereka terlalu berlebihan, mereka juga mungkin mengalami kesulitan mengontrolnya dan dapat berdampak negatif pada kehidupan sehari-hari (Insel, 2013).

Kecemasan (ansietas) adalah perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung oleh situasi. Gangguan kecemasan (ansietas) adalah sekelompok kondisi yang memberi gambaran penting tentang ansietas yang berlebihan yang disertai respon prilaku, emosional dan fisiologis individu yang mengalami gangguan ansietas (Videbeck, 2008).

(19)

Kecemasan adalah suatu penyerta yang normal dari pertumbuhan, dari perubahan, dari pengalaman sesuatu yang baru dan belum dicoba, dan dari penemuan identitasnya dan arti hidup (Kaplan et.al., 1997). b. Gejala-gejala Kecemasan

Menurut Melinda Smith dkk (2015) gejala dari kecemasan (ansietas) sangat bervariasi dan setiap orang akan berbeda. Namun, secara umum gejala kecemasan dikelompokan secara emosional dan secara fisik.

Selain gejala utama dari ketakutan irasional berlebihan dan khawatir, gejala emosional umum lainnya kecemasan meliputi:

1)Perasaan ketakutan atau kecemasan 2) Sulit berkonsentrasi

3)Merasa tegang dan gelisah 4)Mengantisipasi terburuk 5)Mudah marah atau tersinggung 6)Kegelisahan

7)Mengamati tanda-tanda bahaya 8)Merasa seperti pikiran sudah kosong

(20)

9

banyak dokter dan membuat banyak kunjungan ke rumah sakit sebelum gangguan kecemasan mereka ditemukan (Smith et.al., 2015).

Gejala fisik umum dari kecemasan meliputi: jantung berdebar, berkeringat, gangguan perut atau pusing, sering buang air kecil atau diare, sesak napas, tremor dan berkedut, ketegangan otot, sakit kepala, kelelahan, susah tidur (Smith et.al., 2015).

c. Penyebab Kecemasan 1) Faktor biologi

a) Genetik

Kecemasan dapat memiliki komponen yang dapat diwariskan pada individu dimana kerabat tingkat pertamanya mengalami gangguan kecemasan. Hal serupa terjadi dengan kembar monozigot yang memiliki kesempatan lima kali lebih besar dari kembar dizigot. Horwath dan Weissman cit Videbeck (2008) menjelaskan suatu kemungkinan "sindrom kromosom 13" yang terlibat dalam hubungan genetik yaitu pada gangguan panik. (Videbeck, 2008)

b) Neurokimia

(21)

neurotransmitter norephineprin diproduksi, yang mana norephineprin dapat menstimulasi sel. Karena GABA mengurangi kecemasan dan norepehineprin meningkatkan kecemasan, diperkirakan bahwa masalah pengaturan neurotransmitter ini menimbulkan gangguan kecemasan (Videbeck, 2008).

2) Faktor psikodinamik a) Intrapsikis/Psikoanalitis

Freud menjelaskan mekanisme pertahanan kecemasan sebagai upaya manusia untuk mengendalikan kesadaran. Contohnya jika seseorang memiliki pikiran dan perasaan yang tidak tepat sehingga meningkatkan kecemasan kemudian menyimpannya dalam alam bawah sadar (Videbeck, 2008).

b) Intrapersonal

(22)

11

c) Perilaku

Ahli teori perilaku memandang kecemasan sebagai sesuatu yang dipelajari melalui pengalaman individu. Oleh sebab itu adanya perilaku yang mengganggu dan berkembang sehingga mengganggu kehidupan individu akan memicu timbulnya kecemasan (Videbeck, 2008).

d. Tahapan Kecemasan

Semakin tinggi tingkat kecemasan individu maka akan mempengaruhi kondisi fisik dan psikis. Kecemasan berbeda dengan rasa takut yang merupakan penilaian intelektual terhadap bahaya. Kecemasan merupakan masalah psikiatri yang paling sering terjadi, tahapan tingkat kecemasan akan dijelaskan sebagai berikut (Stuart, 2007).

1) Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari; cemas menyebabkan individu menjadi waspada, menajamkan indra dan meningkatkan lapang presepsinya. 2) Kecemasan sedang memungkinkan individu berfokus pada suatu hal

dan mempersempit lapang presepsi individu. Individu menjadi tidak perhatian yang selektif namun dapat berfokus pada lebih banyak area.

(23)

ketegangan , individu perlu banyak arahan untuk berfokus pada area lain.

4) Tingkat panik (sangat berat) dari kecemasan berhubungan dengan terperangah, ketakutan, dan teror. Hal yang rinci terpecah dari proporsi, karena mengalami kehilangan kendali. Individu yang mencapai tingkat ini tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan arahan. Panik mencakup disorganisasi kepribadian dan menimbulkan peningkatan aktivitas motorik, menurunnya kemapuan untuk berhubungan dengan orang lain, presepsi yang menyimpang, dan kehilangan pemikiran yang rasional.

e. Terapi Kecemasan 1) Farmakologis

(24)

13

(MAOI), Serotonin Reuptake Inhibitor (SRI), Spesific Serotonin Reuptake Inhibitor (SSRI) (Sutrimo, 2012). Pengobatan farmakologi

anxiolytic mempunyai efek klinik tranquilaizer dan neroleptika (Maramis, 2004).

2) Non farmakologis

Terapi dalam kecemasan tidak hanya dilakukan secara farmakologi. Menurut Dongoes (2002) menurunkan stresor yang dapat memperberat kecemasan dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut:

a) Menurunkan kecemasan dengan teknik distruksi yang memblok presepsi nyeri dalam korteks serebral.

b) Relaksasi dapat menurunkan respon kecemasan, rasa takut, tegang, dan nyeri. Teknik relaksasi terdapat dalam berbagai jenis yaitu latihan nafas dalam, visualisasi dan guide imagery, biofeedback, meditasi, teknik relaksasi autogenik, relaksasi otot progresif dan sebagainya.

c) Pendidikan kesehatan membantu pasien dengan gangguan kecemasan untuk mempertahankan kontrol diri dan membantu membangun sikap positif sehingga mampu menurunkan ketergantungan terhadap medikasi.

(25)

Bimbingan yang diberikan dapat berupa bimbingan fisik maupun mental.

e) Dukungan keluarga meningkatkan mekanisme koping dalam menurunkan stres dan kecemasan.

2. Kecemasan Menghadapi Ujian a. Definisi

Hillgard menyatakan bahwa kecemasan mengikuti ujian atau tes adalah perasaan khawatir, gelisah dan tidak tenang dengan menganggap ujian atau tes sebagai sesuatu yang membahayakan. Unsur yang paling dominan menyebabkan kecemasan adalah unsur kognitif yakni kekhawatiran dan pikiran negative yang menganggap tes dapat mengancam posisi siswa(Barakatu, 2001).

b. Gejala Kecemasan Menghadapi Ujian

Elliot (2000) menjelaskan bahwa siswa yang mengalami kecemasan mengikuti ujian atau tes dapat diidentifikasikan melalui gejala-gejala sebagai berikut:

1) Siswa memberikan respon yang tidak proporsional, seperti merasa takut menghadapi ujian atau tes, khawatir kepada pengawas ujian, tidak senang kepada teman.

2) Siswa bersikap apatis, pesimis, acuh tak acuh, murung dan merasa putus asa mengerjakan ujian atau tes.

(26)

15

4) Siswa bertindak berbeda dengan karakter dasarnya pada saat ujian, seperti bertindak kaku padahal dia seorang yang luwes.

5) Siswa merasa bersalah, tidak mampu bekerja dengan baik, merasa dendam dan benci kepada seseorang jika menjawab ujian atau tes. 6) Siswa mengeluh tidak mampu menyelesaikan ujian atau tes dengan

baik, menyesali diri, menganggap dirinya tidak berharga jika tidak mampu memenuhi standar hasil ujian atau tes yang diinginkan. c. Faktor Penyebab Kecemasan

Penyebab kecemasan individu menurut Ramaiah (2003), adalah :

1) Lingkungan mempengaruhi cara berfikir dalam arti bahwa cara berfikir dipengaruhi oleh pengalaman yang diperoleh dari lingkungan keluarga, sahabat, rekan sekerja, terutama pengalaman yang berkenaan rasa tidak aman terhadap lingkungan.

2) Emosi yang ditekan, yaitu kecemasan bisa terjadi karena tidak mampu menemukan jalur keluar dalam hubungan interpersonal, terutama jika menekan rasa marah atau frustasi jangka waktu lama. 3) Sebab-sebab fisik sebagai interaksi antara pikiran dan tubuh bisa

menimbulkan kecemasan, misalnya pada kehamilan, semasa remaja, menghadapi ujian dan waktu pulih dari suatu penyakit.

(27)

tertentu dianggap sebagai ancaman yang banyak mengandung kemungkinan-kemungkinan buruk.

3. Metode SEFT a. Pengertian

SEFT adalah salah satu varian dari satu cabang ilmu baru yang dinamai energy psychology. Energy psychology adalah seperangkat prinsip dan teknik memanfaatkan sistem energi tubuh untuk memperbaiki kondisi pikiran, emosi dan prilaku. Selain itu, SEFT adalah gabungan antara spiritual power dengan energy psychology. Ada 12 energi meridian utama yang digunakan oleh metode SEFT yang diambil dari ilmu akupunktur dan akupresur, titik-titik di sepanjang 12 alur utama tersebut berperan sangat penting dalam penyembuhan pasien. Terapi yang dilakukan pada metode akupunktur yaitu dengan cara merangsang kombinasi dari titik-titik akupunktur yang berjumlah 361 titik. SEFT menyederhanakan 361 titik tersebut menjadi 18 titik utama yang mewakili 12 jalur energi meridian utama. SEFT bekerja secara langsung pada gangguan sistem energi tubuh untuk menghilangkan emosi negatif yang dihasilkan oleh pemicu gangguan psikologis (Zainuddin, 2009).

(28)

17

Tabel 1.Perbedaan SEFT dengan Akupunktur dan Akupresur Akupunktur dan Akupresur SEFT

 Menggunakan 361 titik di sepanjang 12 energi meridian tubuh

 Menggunakan 18 titik kunci di sepanjang 12 energi meridian tubuh

 Menggunakan jarum atau menekan dengan kuat

 Menggunakan ketukan ringan (tapping)

 Hanya menyadarkan diri pada faktor teknis pengobatan  Kombinasi titik-titik tertentu yang

berbeda untuk penyakit berbeda

 Kombinasi titik-titik sama untuk setiap masalah  Diperlukan proses belajar yang

cukup lama untuk menguasainya

 Proses belajar cepat, karena mudah untuk melakukannya  Penggunaan jarum pada

akupunktur dapat menimbulkan efek samping

 Karena hanya menggunakan tapping, hampir tidak ada efek samping

 Hanya terbatas untuk

penyembuhan penyakit-penyakit fisik

 Selain untuk penyembuhan baik fisik maupun emosi, juga dapat digunakan untuk meningkatkan prestasi dan kedamaian hati (Universal Healing Aid)  Efek penyembuhan seringkali

dapat dirasakan dalam waktu yang cukup lama

 Efek penyembuhan dapat langsung dirasakan secara instan (One minute wonder) Sumber: Zainuddin(2009).

(29)

Tabel.2 Perbedaan SEFT dengan EFT

EFT Kriteria SEFT

Self Centered

Asumsi kesembuhan berasal dari diri saya sendiri, begitu saya bisa menerima diri saya…

Basic Philosopy

GOD Centered

Asumsi kesembuhan berasal dari Tuhan, begitu saya bisa ikhlas & pasrah

Eventhought I have this pain… I deeply profound and accept my self..

Walaupun saya sakit ini… saya terima diri saya sepenuhnya…

Set-up

Yaa Allah… walaupun saya sakit ini, … saya ikhlas menerima sakit saya ini, saya pasrahkan kesembuhannya pada-Mu

EFT dilakukan dalam suasana santai, karena fokusnya pada diri

sendiri Sikap

Sakit kepala ini, rasa pedih ini, dan seterusnya

Tune-in

SEFT tidak terlalu fokus pada detail masalahnya, cukup lakukan 3 hal bersamaan:

1. Rasakan sakitnya

2. Fokuskan pikiran ke tempat sakit

3. Ikhlaskan dan pasrahkan kesembuhan sakit itu pada Tuhan EFT menggunakan 7 atau 14 titik

Tapping SEFT menambahkan titik-titiknya hingga 18 titik

(30)

19

1)The Set-up

The Set-up bertujuan untuk memastikan agar aliran energi tubuh

terarahkan dengan tepat.Langkah ini dilakukan untuk menetralisir

“psychological reversal” atau perlawanan psikologis yang biasanya

berupa pikiran negatif spontan atau keyakinan bawah sadar negatif. Contoh psychological reversal diantaranya:

a) Saya tidak bisa mencapai impian saya

b) Saya tidak dapat bicara didepan publik dengan percaya diri c) Saya adalah korban pelecehan seksual yang malang

d) Saya tidak bisa melepaskan diri dari kecanduan rokok e) Saya tidak mungkin bisa memenangkan pertandingan ini f)Saya menyerah, saya tidak mampu melakukannya

The Set-up terdiri dari 2 aktivitas, yang pertama adalah mengucapkan kalimat yang menyatakan kepasrahan kepada Allah SWT dengan penuh rasa khusyu’, ikhlas, dan pasrah sebanyak 3 kali. Dan yang kedua adalah, menekan daerah dada tepatnya dibagian sore spot yaitu daerah titik nyeri sekitar dada atas yang jika ditekan akan terasa sedikit sakit atau mengetuk dengan dua ujung jari dibagian karate chop.

2)The Tune-in

(31)

Untuk masalah emosi, Tune-in dilakukan dengan cara

memikirkan sesuatu atau peristiwa spesifik tertentu yang dapat membangkitkan emosi negatif yang ingin dihilangkan. Ketika terjadi reaksi negatif seperti marah, sedih, takut, lakukan the set-up words yang menyatakan kepasrahan kepada Allah SWT.

Bersamaan dengan tune-in kita melakukan langkah ke 3, yaitu tapping. Pada proses inilah berfungsi untuk menetralisir emosi

negatif atau rasa sakit fisik. 3)The Tapping

Tapping adalah mengetuk ringan dengan dua ujung jari pada titik-titik tertentu pada tubuh secara bersamaan dengan proses tune-in. Titik-titik ini adalah titik kunci dari “The Major Energy

Meridians”, yang jika diketuk beberapa kali akan berdampak pada

ternetralisirnya gangguan emosi atau rasa sakit yang dirasakan, karena aliran energi tubuh berjalan dengan normal dan seimbang kembali. Pengetukan dilakukan pada 18 titik yang sudah ditentukan pada metode SEFT.

c. Manfaat SEFT

Zainuddin (2009) menyebutkan terdapat beberapa manfaat metode SEFT, yaitu:

1) Individu

(32)

21

ditinggalkan, ketakutan untuk mengambil resiko dan SEFT berfungsi untuk pengembangan diri untuk mengembangkan potensi diri dengan optimal.

2) Keluarga

Dalam bidang ini SEFT dapat membangun hubungan yang kokoh, baik hubungan yang terbangun antara suami dan istri ataupun orang tua dan anak. SEFT dapat digunakan untuk menetralisir emosi negatif yang sering timbul dalam keluarga, misalnya mudah tersinggung atau mudah marah, anak yang tidak mau menurut, remaja yang memberontak dan sebagainya.

3) Sekolah

SEFT dapat digunakan oleh guru, pelajar, dosen, dan mahasiswa untuk menyelesaikan berbagai masalah yang berkaitan dengan pendidikan, misalnya pada guru SEFT dapat digunakan pada muridnya yang mengalami gangguan emosi, dan sebaliknya pada pelajar dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah pelajarannya seperti cemas menjelang ujian dan saat malas belajar.

4) Organisasi

(33)

dalam kepemimpinan SEFT terutama digunakan untuk mengenali dan mengendalikan emosi diri sendiri.

5) Bisnis

SEFT dalam bisnis digunakan untuk menyelesaikan masalah yang sering menghambat kinerja unggul seseorang, seperti prestasi penjualan, tingkat produksi yang tinggi, ide kreatif, kerja yang efisien, karena adanya rasa takut kegagalan ataupun kesulitan menyusun target bisnis yang dilakukannya untuk masa mendatang. 6) Olahraga dan Seni

(34)

23

B. Kerangka Teori

Gambar 1. Kerangka Teori

Penyebab Kecemasan

Faktor Biologis Faktor Psikodinamik

Genetik Neurokimia Intrapsikis Intrapersonal

Kecemasan

Gejala Fisik Gejala Emosional

- Perasaan takut - Sulit berkonsentrasi - Merasa tegang - Gelisah

- Mudah marah

- Mudah tersinggung

- Jantung berdebar - Berkeringat - Pusing

- Tremor

- Sesak nafas - Sulit tidur

GABA Mekanisme pertahanan

kecemasan

Penyesuaian diri terhadap

Perilaku

(35)

C. Kerangka Konsep

Gambar 2. Kerangka konsep

D. Hipotesis

1. H0 : Tidak ada perbedaan tingkat kecemasan pada siswa yang

mendapatkan terapi SEFT dengan yang tidak mendapatkan terapi.

2. H1 : Ada perbedaan tingkat kecemasan antara siswa yang mendapat terapi SEFT dengan yang tidak mendapat terapi.

Faktor kecemasan:

- Lingkungan

- Emosi

- Sebab fisik

- Keturunan

Kecemasan

Tingkat

Kecemasan

Terapi SEFT

Penurunan Kecemasan

(36)

25

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan quasi eksperimental design dengan menggunakan rancangan two group pretest-post test with control group design. Observasi dilakukan dua kali yaitu sebelum eksperimen (O1) disebut pre test, dan sesudah eksperimen (O2) disebut dengan post test

Tabel 3.pretest-post test Sampel

Pre-test Treatment Post-test

O1 O O2

Kontrol

Pre-test Post-test

O1 O2

B. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Penelitian

Populasi adalah kumpulan individu atau objek penelitian yang memiliki kualitas-kualitas serta ciri-ciri yang telah ditetapkan (Cooper dan Emory, 2005).

Polpulasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas 2 SMP Negeri 1 Kasihan yang berjumlah 157 orang.

2. Sampel Penelitian

(37)

dari 100 orang maka besar sampel dapat diambil sebanyak 10-15% atau lebih sehingga jumlah dalam penelitian ini adalah : 157 x 20% = 31,4 yang jika dibulatkan menjadi 32 orang, teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah consecutive random sampling, dimana pengambilan sampel secara acak sehingga setiap siswa kelas 2 SMP Negeri 1 Kasihan memiliki kemungkinan yang sama.untuk menjadi responden.

Dalam penelitian ini, pengambilan sampel didasarkan pada kriteria penerimaan yang meliputi kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria tersebut antara lain:

a. Kriteria inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subyek penelitian pada populasi target, kriterianya adalah:

1) Siswa kelas 2 SMP Negeri 1 Kasihan 2) Siswa bersedia menjadi peserta penelitian

3) Siswa mengikuti pre test, jalannya SEFT, dan post test. b. Kriteria eksklusi

Kriteria eksklusi adalah sebagian subyek yang memenuhi kriteria inklusi harus dikeluarkan dari penelitian karena faktor tertentu, kriterianya adalah:

1) Siswa yang tidak mengikuti pre test

(38)

27

C. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di SMP Negeri 1 Kasihan khususnya kelas 2. Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan penelitian ini sekitar minggu ke 4 bulan Oktober 2015 s/d Minggu ke 3 Februari 2016.

Tabel 4. Rencana Penelitian

No. Kegiatan Waktu Keterangan

1 Persiapan Peneltian Oktober 2015 Sesuai Prosedur 2 Mengurus Perizinan Oktober 2015 Izin dari Instansi

Setempat 3 Penelitian November 2015 Diketahui oleh

pembimbing 4 Pengumpulana Hasil Desember 2015

Menggunakan Program

Komputer (SPSS) 5 Pendistribusian Data Desember2015

6 Pengolahan Data Desember 2015-Januari 2016 7 Pengetikan Hasil Penelitian Februari2016

D. Cara Pengambilan Sample

Pengambilansampel diambil dari sebagian populasi dengan kriteria inklusi dan ekslusi dengan cara consecutive random sampling yaitu pengambilan sampel secara acak sehingga setiap siswa berkesempatan menjadi responden. Pengumpulan data melalui pre test dan post test pada siswa SMP Negeri 1 Kasihan.

E. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari : 1. Variabel Bebas

Terapi SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique). 2. Variabel Terikat

(39)

F. Definisi Operasional

1. Terapi SEFT dilakukan oleh terapis SEFT (SEFTer) yang sudah mendapatkan training SEFT dan berpengalaman dalam terapi SEFT. Terapi SEFT dilakukan satu kali kepada setiap siswa dalam kelompok intervensi sesuai dengan standar terapi SEFT. SEFT dilakukan selama 10-15 menit kepada setiap siswa.

2. Tingkat kecemasan dalam penelitian ini merupakan skor kecemasan dari subyek penelitian yang diukur dengan instrumen Taylor Manifest Anxiety Scale (TMAS) yang terdiri dari tanda-tanda kecemasan, keluhan subyektif, gejala somatik, gangguan konsentrasi, dan kurang percaya diri.

Skor yang diperoleh dari TMAS kemudian digolongkan dalam 3 kelompok, yaitu:

<7 : Kecemasan Rendah 7-21 : Kecemasan Sedang >21 : Kecemasan Tinggi G. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan pada penelitian ini yaitu Taylor Manifest Anxiety Scale (TMAS) dan SEFTER.

1. Taylor manifest Anxiety Scale (TMAS)

Instrumen Taylor Manifest Anxiety Scale ini menggunakan 50 buah

pertanyaan dengan dua pilihan jawaban yaitu “ya” atau “tidak” yang

(40)

29

a. Pernyataan kalimat favourable yaitu kalimat yang bersifat pernyataan negative. Contoh pertanyaan favourable pada skala penelitian ini beberapa diantaranya:

- Saya bekerja dalam keteganggan yang sangat besar - Ternyata saya sering merisaukan sesuatu

b. Pernyataan kalimat unfavourable yaitu kalimat yang bersifat pernyataan positif. Contoh pertanyaan unfavourable pada sekala penelitian ini beberapa diantaranya:

- Saya tidak cepat lelah

- Saya sangat yakin terhadap diri saya sendiri

Untuk menilai masing-masing item pada skala TMAS tergantung dari jenis pertanyaannya.Pertanyaan dengan item favourable diberi skor 1 jika

subjek menjawab “ya” dan diberi skor 0 jika subjek menjawab “tidak”

demikian sebaliknya.Semakin tinggi skor yang diperoleh maka semakin tinggi pula tingkat kecemasannya.

2. Skala persepsi pasien tentang kecemasan

Terapis SEFT akan menilai kecemasan yang dialami oleh responden dengan menggunakan skala kecemasan yang hampir sama dengan VAS (Visual Analogue Scale), dengan skala 0 hingga 10.

H. Uji Validitas dan Reabilitas

(41)

dilakukan oleh Wicaksono pada tahun 1991-1992 dengan sampel anggota PWI (Persatuan Wartawan Indonesia) (Wicaksono, 1992).

I. Jalannya Penelitian

Langkah penelitian yang dilaksanakan:

1. Meminta persetujuan Komisi Etik Fakultas Kedokteran untuk mendapatkan izin penelitian di SMP Negeri 1 Kasihan.

2. Menghubungi pihak sekolah untuk mendapatkan izin melakukan penelitian.

3. Melaksanakan penelitian pada siswa kelas 2 dengan memberikan pre test, lalu dilakukan intervensi berupa terapi metode SEFT dilanjutkan dengan post test dalam waktu hari yang sama.

4. Analisis Data dan menyajikan dalam bentuk persentase J. Analisis Data

Data diolah dengan metode analisis deskriptif untuk data dasar (tingkat kecemasan sebelum dan sesudah diberikan terapi SEFT) dalam bentuk tabel. Uji statistik dilakukan menggunakan komparatif kategorik wilcoxon (Wilcoxon Comparative Test) yaitu dengan mencari perbedaan mean Pretest dan Post test. Data yang diperoleh merupakan data ordinal, maka statistik yang digunakan adalah nonparametrik dengan menggunakan Wilcoxon Matched Pairs Test. Untuk menganalisis kedua data yang berpasangan

(42)

31

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Lokasi Penelitian

Pelaksanaan penelitian tentang perubahan tingkat kecemasan dengan metode SEFT telah dilakukan di SMP Negeri 1 Kasihan Yogyakarta pada siswa kelas 2 dengan jumlah siswa 157. Pada saat pre-test 8 siswa tidak hadir sehingga jumlah siswa yang mengikuti pre-test sejumlah 149 siswa. Pada penelitian ini menggunakan consecutive random sampling untuk mendapatkan 32 sampel terapi dan 32 sampel kontrol. Pada saat berjalannya penelitian 3 sampel kontrol tidak mengikuti post test yang dilakukan, sehingga sampel kontrol pada penelitian ini berjumlah 29 sampel.

2. Karakteristik Subyek Penelitian

Dari hasil pre-test tingkat kecemasan pada populasi sejumlah 149 siswa didapatkan data sebagai berikut:

Tabel 5. Tingkat Kecemasan Sampel

Tingkat kecemasan Jumlah Presentase

Ringan 4 2,68%

Sedang 99 66,44%

(43)

Pada tabel 5 dapat dilihat bahwa tingkat kecemasan siswa pada tingkat ringan sebanyak 4 siswa atau sebesar 2,68% sedangkan untuk tingkat kecemasan sedang berjumlah 99 siswa. Ditemukan 46 siswa dari 149 siswa dengan tingkat kecemasan yang berat.

Pada penelitian ini menggunakan siswa yang memiliki tingkat kecemasan sedang dan berat.Sampel terapi menggunakan 32 siswa yang memiliki tingkat kecemasan berat. Sampel kontrol menggunakan 9 siswa dengan tingkat kecemasan berat dan 20 dengan tingkat kecemasan sedang. Dari jumlah sampel tersebut yang tidak memenuhi kriteria inklusi sebanyak 3 siswa karena tidak mengikuti post-test sehingga total sampel kontrol sebanyak 29 siswa. Dengan demikian jumlah sampel yang dianalisis seperti tabel-tabel berikut.

Tabel 6.Karakteristik jenis siswa pada kelompok terapi dan kontrol Intervensi Kontrol

Total p

N Persentase

(%) N

Persentase (%)

Jenis kelamin

- Perempuan 16 50 17 58,6 33

0,50

- Laki-laki 16 50 12 41,4 28

Usia

- ≤13 tahun 16 50 20 68,9 36

0,13

- >13 tahun 16 50 9 31,1 25

Rata-rata nilai

pre-test

(44)

33

Pada tabel 6 menunjukan karakteristik sampel lebih banyak perempuan dibanding laki-laki dengan jumlah 33 siswa dari 61 siswa dengan rincian 16 sampel terapi dan 17 sampel kontrol, sedangkan dengan

karakteristik usia menunjukan bahwa sampel yang berusia ≤13 tahun

sebanyak 20 (68,9%) siswa pada subjek kontrol dan sebanyak 16 (50%) pada subjek terapi. Pada tabel di atas menunjukan kedua kelompok memiliki nilai p lebih dari 0,05 yang memiliki arti kedua kelompok homogen.

3. Analisis Kecemasan Subjek

Dari 61 sampel yang memenuhi kriteria dibagi menjadi 2 kelompok yaitu, kelompok kontrol dan kelompok terapi SEFT. Pada pembagian kedua sampel dilakukan tes homogenitas untuk mengetahui variansi atau homogenitas dari kedua kelompok. Dari perhitungan didapatkan nilai uji homogenitas sebesar 0,002. Hasil tersebut dapat diinterpretasikan bahwa data pretest kecemasan kedua kelompok mempunyai varian yang berbeda.Hal ini dikarenakan sampel kontrol menggunakan 2 kelompok kecemasan sedang dan kecemasan berat. Sedangkan sampel terapi hanya menggunkan kecemasan berat.

Tabel 7. Perubahan tingkat kecemasan siswa dalam menghadapi ujian Tingkat

kecemasan

F total %

Intervensi Kontrol

Ringan - - - -

Sedang 14 21 35 56,45

Berat 18 9 27 43,55

(45)

Dari tabel 7. Didapatkan jumlah tingkat kecemasan sedang sebanyak 14 siswa dari kelompok intervensi dan 21 siswa dari kelompok control dengan jumlah 35 siswa (56,45%), sebanyak 27 siswa (43,55%) mengalami kecemasan berat terdiri dari 18 dari kelompok Intervensi dan 9 dari kelompok kontrol.

Hasil penelitian perubahan tingkat kecemasan subjek kontrol dan terapi dapat dilihat dalam tabel 8. sebagai berikut:

Tabel 8.Karakteristik tingkat kecemasan subyek kontrol dan terapi

Intervensi Kontrol Total

Menurun 29 15 44

Tetap 0 2 2

Meningkat 3 12 15

Total 32 29 61

Dari tabel diatas dapat dilihat jumlah sampel penelitian didapatkan 44 siswa mengalami penurunan tingkat kecemasan dengan rincian 29 siswa dari sampel terapi dan 15 siswa dari sampel kontrol. Kelompok subjek yang tidak mengalami perubahan tingkat kecemasan dari sampel kontrol sebanyak 2 siswa. Sementara kelompok sampel yang mengalami peningkatan tingkat kecemasan pasca terapi SEFT sebanyak 3 siswa dan yang tidak diterapi SEFT sebanyak 12 siswa.

Tabel 9. Hasil Wilcoxon pretest dan posttest tingkat kecemasan skala TMAS

Intervensi Kontrol Sig. pre test-post test 0,000 0,664

(46)

35

Pada tabel 9 nilai signifikansi adalah 0,000 hasil ini menandakan bahwa terdapat perbedaan sebelum dan sesudah intervensi, sedangkan pada kelompok control nilai signifikansi adalah 0,664 yang menandakan tidak ada perbedaan pretest dan posttest.

Tabel 10. Hasil Wilcoxon pretest dan posttest tingkat kecemasan skala persepsi pasien tentang kecemasan

Intervensi Sig. pre test-post test 0,000

Z -4,972

Pada tabel 10 nilai signifikansi pada kelompok intervensi memiliki nilai 0,000 yang menandakan bahwa terdapat perbedaan sebelum dan sesudah pemberian intervensi.

Tabel 11. Perbedaan hasil posttest skala TMAS dengan skala persepsi pasien

Perbedaan tingkat kecemasan posttest

Skala TMAS Skala Persepsi Pasien P

n % n % pasien tentang kecemasan memiliki nilai p=0,078 yang menandakan bahwa tidak terdapat perbedan antara skala TMAS dengan skala persepsi pasien tentang kecemasan.

Tabel 12. Uji Mann-Whitney

Sig kontrol-intervensi

Pretest 0,00

(47)

Dari tabel 10 didapatkan hasil signifikansi 0,00 dari nilai pretest antara kelompok intervensi dengan kontrol dan didapatkan hasil signifikansi 0,00 pada nilai posttest antara kelompok intervensi dengan kontrol.

B. Pembahasan

Pada hasil penelitian didapatkan jumlah perempuan pada sampel terapi dan kontrol adalah 33 (54%) sedangkan jumlah laki-laki 28 (46%) sampel. Gangguan kecemasan dapat terjadi pada usia berapapun, namun lebih sering pada usia dewasa dan terutama lebih besar pada wanita (Kaplan dan Sadock, 1997). Teori yang mengungkapkan bahwa keterkaitan kecemasan antara laki-laki dan perempuan, kelompok perempuan lebih cemas dengan ketidakmampuannya dibandingkan kelompok laki-laki (Ibrahim, 2002). Hal ini didukung oleh penelitian S. Fedi, et.al., (2013) dalam membandingkan tingkat kecemasan dan apresiasi matematika ditinjau dari gender pada siswa kelas VIII SMP, dan ditemukan bahwa tingkat kecemasan tinggi lebih banyak pada perempuan dibandingkan laki-laki dengan jumlah 43 pada sampel perempuan dan 19 pada sampel laki-laki.

Na’im (2010) mengungkapkan bahwa individu yang memiliki

(48)

37

penelitian yang dilihat pada sampel kontrol dan terapi sebanyak 36 sampel pada umur ≤ 13 tahun sedangkan pada umur > 13 tahun adalah 25 sampel. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa usia dapat mempengaruhi tingkat kecemasan, semakin cukup usia tingkat kematangan dan kekuatan berfikir seseorang,maka akan lebih matangpula tingkat menghadapi kecemasan.

Penurunan tingkat kecemasan dapat terjadi karena berbagai faktor.Menurut Purwaningsih (2012) pada penelitiannya disebutkan bahwa tingkat kecemasan dapat menurun jika seseorang melakukan aktivitas fisik ringan, seperti jogging, yoga maupun sholat. Tingkat kecemasan pun dapat diturunkan melalui terapi humor, menurut Putri (2014) seseorang yang tertawa akan memberikan perasaan lega, hal ini disebabkan karena tertawa akan melepaskan endorfin yang berfungsi sebagai pereda stress dan rasa sakit. Pada kelompok kontrol, sampel yang mengalami penurunan tingkat kecemasan dapat terjadi karena berbagai hal yang tidak diteliti oleh peneliti. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian bahwa didapatkan 15 sampel kontrol yang mengalami penuruan tingkat kecemasan.

(49)

(Zainuddin, 2009), sehingga tingkat kecemasan dapat menurun. Pada penelitian yang dilakukan Bakara pada tahun 2012 didapatkan perbedaan yang bermakna antara tingkat depresi, kecemasan dan stress sebelum dan sesudah intervensi SEFT dengan nilai signifikansi <0,05.

Kelompok kontrol yang mengalami peningkatan tingkat kecemasan sebanyak 12 sampel atau sekitar 41,38% dari total sampel kontrol. Peningkatan kecemasan dapat terjadi karena berbagai faktor, salah satunya seperti yang diungkapkan Videbeck (2008) yaitu faktor psikodinamik yang berhubungan dengan intrapsikis, intrapersonal dan prilaku sampel yang berhubungan dengan bagaimana individu tersebut menyesuaikan diri dengan masalah yang dihadapinya.

(50)

39

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa terapi SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique) mempunyai pengaruh yang signifikan

terhadap penurunan tingkat kecemasan dalam menghadapi ujian yang dilakukan pada siswa kelas 2 SMP Negeri 1 Kasihan.

B. Saran

1. SEFT adalah metode sederhana dan praktis yang dapat dilakukan oleh siapapun yang sudah mendapatkan pelatihan SEFT termasuk guru, sehingga guru dapat mengaplikasikan metode SEFT ini untuk membantu para siswa yang mengalami kecemasan saat menghadapi ujian sekolah. 2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut yang melibatkan lebih banyak

responden di beberapa sekolah untuk melihat pengaruh metode SEFT yang lebih besar dalam penurunan tingkat kecemasan dalam menghadapi ujian sekolah.

(51)

40

Arikunto, Syharni. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Barakatu. A. 2001. Penerapan Teknik REBT Mengatasi Kecemasan Mengikuti Tes Pada Suku Etnis Bugis Makasar. Malang: Program Pascasarjana . Universitas Negeri Malang.

Cooper, D.R. and Emory, C.W., 2005. Metode Penelitian Bisnis (Edisi ke-5, Jilid 1). Surabaya: Erlangga.

Derison Marsinova Bakara, Kusman Ibrahim, Aat Sriati. 2013. Pengaruh Spiritual Emotional Freedom Technique ( SEFT) terhadap Tingkat Gejala Depresi, Kecemasan, dan Stres pada Pasien Sindrom Koroner Akut (SKA) Non Percutaneous Coronary Intervention (PCI). (online), www.ejkp.org. 7 April 2015.

Dongoes, M.E. 2002. Rencana Asuhan Keperawatan Psikiatri. Jakarta: EGC. Durand V.M. dan Barlow D.H. 2006. Intisari Psikologi Abnormal (Edisi ke-4).

Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR.

Fedi. 2014. Tingkat Kecemasan Dan Apresiasi Matematika Ditinjau Dari Gender Pada Siswa Kelas Viii Smp Negeri Sekecamatan Poco Ranaka Barat, Kabupaten Manggarai Timur Tahun Ajaran 2013/2014.Singaraja : Departemen Pendidikan Matematika Universitas Pendidikan Ganesha. Ibrahim. 2002. Menyiasati Gangguan Cemas. http://pdpersi.co.id. Diunduh

tanggal 5 Februari 2016.

Insel, Thomas. 2013. Anxiety Disorder. Maryland: The National Institute of Mental Health.

Kaplan HI, Sadock BJ, Grebb JA. 2010. Sinopsis Psikiatri Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis. Tangerang (Indonesia) : BINARUPA AKSARA. pp 1

(52)

41

Melinda, Smith dkk. 2015. Anxiety Disorders and Anxiety Attack. Santa Monica: Guid for Improving your Mental and Emotional Health.

Na’im, N.J. 2010. Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Kecemasan Ibu Primipara Menghadapi Persalinan di Puskesmas Pamulangan Kota Tangerang Selatan.Jakarta : Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

Nevid, J. F., dkk. 2005. Psikologi Abnormal. Jakarta: Erlangga

Purwaningsih.2012. Pengaruh Pemberian Hatha Yoga Dan Jogging Terhadap Kecemasan Pada Mahasiswa Semester Viii Psik Fk Universitas Udayana.Bali : Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

Ramaiah, Savitri. 2003. Kecemasan, Bagaimana Mengatasi Penyebabnya. Jakarta: Bina Rupa Aksara.

Rehatta,N.M. 1999. Pengaruh Pendekatan Psikologis Prabedah Terhadap Toleransi Nyeri dan Respon Ketahanan Imunologik Pasca Bedah (Disertasi pasca sarjana Universitas Airlangga). Universitas Airlangga, Surabaya.

Santrock, John W. 2009. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Salemba Humanika. Setya, Devi, dkk. 2014. Pengaruh Terapi Humor Terhadap Penurunan

Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi Dengan General Anestesi Di Rs Telogorejo Semarang.Semarang : Program Studi Keperawatan STIKES Telogorejo Semarang

S. N Elliott et al. 2000. Educational Psychology: Effective Teaching, Effective Learning (edisi ke -3). Boston: The McGraw-Hill Book Company.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian. Bandung : CV. Alfabeta.

Suliswati et.al. 2005. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC. Stuart, W.G. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC

Videbeck, Sheila L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Alih bahasa:Renata Komalasari, Alfrina Hany. Jakarta: EGC

(53)
(54)

Lampiran 1.

INFORMED CONSENT

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama :

Usia :

Jenis kelamin :

Alamat :

Bersedia ikut menjadi responden untuk penelitianyamh berjudul pengaruh metode SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique) terhadap penurunan kecemasan bagi siswa SMP dalam menghadapi ujian di SMP Negeri 1 Kasihan. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pengaruh metode SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique) terhadap tingkat kecemasan (anxiety level) siswa kelas 2 SMP menjelang ujian.

Dengan alasan apapun apabila saya menghendaki maka saya berhak membatalkan surat persetujuan ini. Demikian surat persetujuan ini saya buat dengan sebenarnya, tanpa ada unsur paksaan.

Yogyakarta, 2015 Yang membuat pernyataan, Mengetahui, Peneliti

(55)

Lampiran 2.

T-MAS

(Taylor Manifest Anxiety Scale)

Data Responden:

1. Nama :

2. Umur :

3. Jenis kelamin :

4. Kelas :

5. Tanggal pengisian : PETUNJUK:

Berilah tanda silang (X) pada kolom jawaban (Ya), bila pertanyaan dibawah ini sesuai dengan perasaan dan keadaan Anda, dan berilah tanda silang (X) pada kolom jawaban (Tidak). Bila bila pernyataan dibawah tidak sesuai yang Anda rasakan atau keadaan Anda.

Pernyataan ini Anda rasakan sedikitnya 1 bulan dalam 6 bulan terakhir Ya Tidak

1 Saya tidak cepat lelah ( ) ( ) 2 Saya terganggu oleh rasa mual dan muntah ( ) ( ) 3 Menurut saya, saya tidak lebih gugup dari pada orang lain ( ) ( ) 4 Saya jarang sekali sakit kepala ( ) ( ) 5 Saya bekerja dalam ketegangan yang sangat besar ( ) ( ) 6 Saya merasa sukar memusatkan perhatian pada suatu

pekerjaan ( ) ( )

7 Ternyata saya sering merisaukan sesuatu ( ) ( ) 8 Tangan saya sering gemetar bila saya mencoba

melakukan sesuatu ( ) ( )

9 Aku tersipu-sipu (wajah saya merah karena malu)

(56)

11 Saya sering riasu tentang kemungkinan kecemasan ( ) ( ) 12 Wajah saya tak pernah tersipu

(menjadi merah karena malu) ( ) ( ) 13 Saya sering takut tersipu-sipu ( ) ( ) 14 Saya bermimpi buruk beberapa malam sekali ( ) ( ) 15 Tangan dan kaki saya biasanya cukup hangat ( ) ( ) 16 Saya udah berkeringat walaupun udara dingin ( ) ( ) 17 Kadang-kadang bila malu dan tersinggung saya

mandi keringat dan hal ini sangat mengganggu ( ) ( ) 18 Saya jarang memperhatikan jantung saya berdebar-debar

dan saya jarang sekali sesak nafas ( ) ( ) 19 Saya hampir selalu merasa lapar ( ) ( ) 20 Saya jarang sekali terganggu sembelit

( kesukaran buang air besar) ( ) ( ) 21 Saya sering menderita sakit perut ( ) ( ) 22 Kadang-kadang saya begitu tegang sehingga sulit tidur ( ) ( ) 23 Tidur saya sering terganggu dan terjaga ( ) ( ) 24 Saya sering bermimpi tentang hal-hal

yang paling baik kurahasiakan sendiri ( ) ( ) 34 Pada saat-saat tertentu saya merasa gelisah sekali,

(57)

36 Kadang-kadang saya merasa bahwa bahwa kesulitan-kesulitan begitu bertumpuk sehingga

saya tidak dapat mengatasinya ( ) ( ) 37 Saya harus mengkui kadang-kadang saya merasa risau

diluar batas sesuatu yang sebenarnya tidak begitu penting ( ) ( ) 38 Dibandingkan dengan teman-teman saya,

saya sedikit sekali mempunyai rasa takut ( ) ( ) 39 Saya takut dengan benda dan orang yang saya ketahui

tidak akan membahayakan diri saya ( ) ( ) 40 Ada kalanya saya merasa tidak berguna sama sekali ( ) ( ) 41 Saya tidak dapat memusatkan perhatian pada suatu hal saja ( ) ( ) 42 Saya cenderung menganggap segala sesuatu secara

sungguh-sungguh (serius) ( ) ( ) 43 Saya sangat yakin dengan diri saya sendiri ( ) ( ) 44 Saya adalah orang yang selalu tegang ( ) ( ) 45 Pada umumnya hidup ini kurasakan berat ( ) ( ) 46 Kadang-kadang saya merasa tidak berguna ( ) ( ) 47 Saya memang kurang kepercayaan pada diri sendiri ( ) ( ) 48 Kadang-kadang saya merasa bahwa seolah-olah

saya akan menjadi gila ( ) ( ) 49 Saya mundur ketakutan ketika menghadapi krisis

atau kesulitan ( ) ( )

(58)

Skala Persepsi Pasien Tentang Kecemasan

Data Responden:

1. Nama :

2. Umur :

3. Jenis kelamin :

4. Kelas :

5. Tanggal pengisian :

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

(59)

The influence of the method SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique) to decreasethe level of anxiety for junior high school student in the exam in the SMP Negeri 1 Kasihan

Kautsar Akbar1, dr. Orizati Hilman, 2

1 Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta 2.Dokter Keluarga

ABSTRACT

Background: Anxiety is a mood signed by physical symptomps, such as physical tension and worrying about future. Anxiety when doing exam or test can be determined as feeling worried, feeling anxious and not feeling calm. So, test or exam is assumed as a dangerous thing. The most dominant element that causes anxiety is cognitive element which is feeling

orried a d egati e thought that co sider that test ill e da ger stude ts’ positio . B

being sure, sincere and thankful, SEFT method assumes that the cure comes from God. Application of SEFT can be done in many kinds of field, such as in school. SEFT method can also be used in emotional control. For example, it can be applied to students who have emotional problems, such as being stubborn, having difficulty to focus on something, being lazy to study and being moody. It can also be used to students who have problems related

totee agers’ se ual hor o e cha ges. This research is ai ed to a al ze the i flue ce of SEFT ethod o decreasi g le el of stude t’ a iet he the will face exam.

Methods: This research used Quasi Experimental Design with two group pretest-posttest with control group design in SMP Negeri 1 Kasihan from October 2015 to February 2016. The research instrument used Taylor Manifest Anxiety Scale (TMAS) quistionnaire.

Results: Wilcoxon was used in this research. The results are that 29 students (65,9%) experienced decreasing level of anxiety in therapy group while 15 (34,1) students

experienced it in control group.On the other hand, 3 (20%) students experience increasing level of anxiety in therapy group and 12 (80%) students in control sample.

Conclusion: There are effects before and after SEFT therapy was applied to students of SMP Negeri 1 Kasihan. p=0,00

(60)

ABSTRAK

Latar belakang : Kecemasan merupakan suasana perasaan (mood) yang ditandai oleh gejala-gejala jasmaniah seperti ketegangan fisik dan kekhawatiranterhadapmasa yang akandatang.Kecemasan mengikuti ujian atau tes adalah perasaan khawatir, gelisah dan tidak tenang sehingga menganggap ujian atau tes sebagai sesuatu yang membahayakan. Unsur yang paling dominan menyebabkan kecemasan adalah unsur kognitif yakni kekhawatiran dan pikiran negativ yang menganggap tes dapat mengancam posisi siswa. Metode SEFT mengasumsikankesembuhanberasaldariTuhan, dengan cara yakin, khusyu, ikhlas, pasrah dan syukur. Penerapan SEFT dapatdilakukan di berbagaibidang, salahsatunya di sekolah.Metode SEFT juga dapat digunakan pada pengendalian emosi, misalnya pada siswa yang mengalami gangguan emosi (bandel, sukar konsentrasi, malas belajar, moody), masalah yang berkaitan dengan perubahan hormone seksual pada remaja, dsb.Tujuan penelitian ini untuk menganalisis pengaruh metode SEFT terhadap penurunan tingkat kecemasan bagi siswa SMP yang akan menghadapi ujian.

Metode :Penelitian ini menggunakan desain quasi eksperimental dengan rancangan two group pretest-posttest with control group design di SMP Negeri 1 Kasihan dari bulan Oktober 2015 sampai Februari 2016. Instrumen penelitian ini menggunakan kuisioner Taylor Manifest Anxiety Scale (TMAS).

Hasil :Penelitian ini menggunak ananalisaWilcoxon, didapatkan hasil 29 (65,9%) siswa mengalami penurunan kecemasan pada terapi dan 15 (34,1%) siswa pada kelompok kontrol. Sedangkansiswa yang mengalami peningkatan kecemasan pada kelompok terapisebanyak 3 siswa (20%) dan sebanyak 12 (80%) siswa padasampelkontrol.

Kesimpulan :Terdapat pengaruh yang bermaknapada sebelum dan sesudah dilakukan terapi SEFT terhadapsiswa SMP Negeri 1 kasihandengannilai p=0,00

(61)

kecemasan (ansietas) adalah sekelompok kondisi yang memberi gambaran penting tentang ansietas yang berlebihan yang disertai respon prilaku, emosional dan fisiologis individu yang mengalami gangguan ansietas (Videbeck, 2008).

Gejala fisik umum dari kecemasan meliputi: jantung berdebar, berkeringat, gangguan perut atau pusing, sering buang air kecil atau diare, sesak napas, tremor dan berkedut, ketegangan otot, sakit kepala, kelelahan, susah tidur (Smith et.al., 2015). Selain gejala utama dari ketakutan irasional berlebihan dan khawatir, gejala emosional umum lainnya dari kecemasan meliputi perasaan ketakutan atau kecemasan, sulit berkonsentrasi, merasa tegang dan gelisah, mengantisipasi terburuk, mudah marah atau tersinggung, kegelisahan mengamati tanda-tanda bahaya, merasa pikiran kosong ( Melinda, 2015).

Siswa yang mengalami kecemasan mengikuti ujian atau tes dapat diidentifikasikan melalui gejala-gejala seperti siswa memberikan respon yang tidak proporsional, merasa takut menghadapi ujian atau tes, khawatir kepada pengawas ujian, tidak senang kepada teman, siswa bersikap apatis,

dari satu cabang ilmu baru yang dinamai energy psychology. Energy psychology

adalah seperangkat prinsip dan teknik memanfaatkan system energy tubuh untuk memperbaiki kondisi pikiran, emosi dan prilaku. SEFT merupakan gabungan antara spiritual power dengan energy psychology. Ada 12 energi meridian utama yang digunakan oleh metode SEFT yang diambil dari ilmu akupunktur dan akupresur.

BAHAN DAN CARA

Penelitian ini menggunakan quasi eksperimental design dengan menggunakan rancangan two group pretest-post test with control group design

untuk mengetahui efektivitas metode SEFT terhadap penurunan tingkat kecemasan pada siswa SMP Negeri 1 Kasihan. Observasi dilakukan dua kali yaitu sebelum eksperimen yaitu pre test, dan sesudah eksperimen yaitu post test. Sampel yang digunakan berjumlah 64 dengan sampel terapi 32 siswa dan kontrol 32 siswa. Namun pada sampel kontrol 3 siswa tidak mengikuti jalannya post test sehingga jumlah sampel kontrol berjumlah 29 siswa.

(62)

Freedom Technique) yang diberikan oleh

sefter. Variabel terikat yaitu tingkat kecemasan siswa kelas 2 SMP Negeri 1 Kasihan dalam menghadapi ujian dengan penilaian menggunakan instrument Taylor Manifest Anxiety Scale (TMAS) yang 2015. Sampel penelitian diambil dengan cara penilaian dengan pembagian kuisioner pada seluruh populasi.

HASIL PENELITIAN

Dari hasil pre-test tingkat kecemasan pada populasi sejumlah 149 siswa didapatkan data sebagai berikut: Tabel 4. Tingkat KecemasanSampel

Tingkat kecemasan Jumlah Presentase

Ringan 4 2,68%

Sedang 99 66,44%

Berat 46 30,87%

Pada tabel 4 dapat dilihat bahwa tingkat kecemasan siswa pada tingkat ringan sebanyak 4 siswa atau sebesar 2,68% sedangkan untuk tingkat kecemasan sedang berjumlah 99 siswa. Ditemukan 46 siswa dari 149 siswa dengan tingkat kecemasan yang berat.

Tabel 5. Karakteristik jenis kelamin sampel tingkat kecemasan berat dan sedang

Jeniskelamin Kontrol Terapi

Total karakteristik sampel lebih banyak perempuan disbandingkan laki-laki dengan jumlah 33 siswa dari 61 siswa dengan rincian 16 sampel terapi dan 17 sampel kontrol.

Tabel 6. Karakteristik umur sampel tingkat kecemasan berat dan sedang.

Usia

Tabel 6 menunjukan bahwa sampel

yang berusia ≤13 tahun sebanyak 20 (68,9%) siswa pada subjek control dan sebanyak 16 (50%) pada subjek terapi.

(63)

Terapi 29 0 3 32

Total 44 2 15 61

Dari table diatas dapat dilihat jumlah sampel penelitian didapatkan 44 siswa mengalami penurunan tingkat kecemasan dengan rincian 29 siswa dari sampel terapi dan 15 siswa dari sampel kontrol. Kelompok subjek yang tidak mengalami perubahan tingkat kecemasan dari sampel control sebanyak 2 siswa. Sementara kelompok sampel yang mengalami peningkatan tingkat kecemasan pasca terapi SEFT sebanyak 3 siswa dan yang tidak diterapi SEFT sebanyak 12 siswa.

Tabel 8.Hasil Wilcoxon pretest dan posttest tingkatkecemasan

Pada hasil penelitian didapatkan jumlah perempuan pada sampel terapi dan

berapapun, namun lebih sering pada usia dewasa dan terutama lebih besar pada wanita (Kaplan danSadock, 1997). Teori yang mengungkapkan bahwa keterkaitan kecemasan antara laki-laki dan perempuan, kelompok perempuan lebih cemas dengan ketidak mampuannya dibandingkan kelompok laki-laki (Ibrahim, 2002). Hal ini didukung oleh penelitian S. Fedi, et.al., (2014) dalam membandingkan tingkat kecemasan dan apresiasi matematika ditinjau dari gender pada siswa kelas VIII SMP, dan ditemukan bahwa tingkat kecemasan tinggi lebih banyak pada perempuan dibandingkan laki-laki dengan jumlah 43 pada sampel perempuan dan 19 pada sampel laki-laki.

(64)

melakukan aktivitas fisik ringan, seperti jogging, yoga maupun sholat. Tingkat kecemasan pun dapat diturunkan melalui terapi humor, menurut Putri (2014) seseorang yang tertawa akan memberikan perasaan lega, hal ini disebabkan karena tertawa akan melepaskan endorfin yang berfungsi sebagai pereda stress dan rasa sakit. Pada kelompok kontrol, sampel yang mengalami penurunan tingkat kecemasan dapat terjadi karena berbagai hal yang tidak diteliti oleh peneliti. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian bahwa didapatkan 15 sampel control yang mengalami penuruan tingkat kecemasan.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa terapi SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique)

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap penurunan tingkat kecemasan dalam menghadapi ujian yang dilakukan pada siswa kelas 2 SMP Negeri 1 Kasihan.

SARAN

1. Metode SEFT dapat dilakukan oleh siapapun yang sudah medapatkan training termasuk guru, sehingga guru

dapat mengaplikasikan kepada siswa yang mengalami kecemasan berlebih. 2. Pada penelitian selanjutnya dapat

diperhatikan factor lainnya yang dapat mepengaruhi kecemasan seperti pengaruh lingkungan.

3. Dapat dilakukan penelitian mengenai hubungan terapi SEFT dengan peningkatan prestasi di sekolah. 4. Dapat dilakukan penelitian lebihlanjut

sehingga penelitian lebih sempurna Keperawatan Jiwa. Alih bahasa:Renata Komalasari, Alfrina Hany. Jakarta: EGC 2. Melinda, Smith dkk. 2015. Anxiety

Disorders and Anxiety Attack. Santa Monica: Guid for Improving your Mental and Emotional Health.

(65)

5. Ibrahim. 2002. Menyiasati Gangguan Cemas. http://pdpersi.co.id. Diunduh tanggal 5 Februari 2016.

6. Fedi. 2014. Tingkat Kecemasan Dan Apresiasi Matematika Ditinjau Dari Gender Pada Siswa Kelas VIII Smp Negeri Sekecamatan Poco Ranaka Barat, Kabupaten Manggarai Timur Tahun Ajaran 2013/2014. Singaraja : Departemen Pendidikan Matematika Universitas Pendidikan Ganesha. 7. Purwaningsih. 2012. Pengaruh

Pemberian Hatha Yoga Dan Jogging Terhadap Kecemasan Pada Mahasiswa

Semester VIII Psik Fk

Gambar

Tabel 1.Perbedaan SEFT dengan Akupunktur dan Akupresur
Tabel.2 Perbedaan SEFT dengan EFT
Gambar 1. Kerangka Teori
Gambar 2. Kerangka konsep
+7

Referensi

Dokumen terkait

Mengetahui pengaruh terapi SEFT ( Spiritual Emotional Freedom Technique ) terhadap penurunan gula darah pada penderita diabetes mellitus di Wilayah Puskesmas Dinoyo.

Mengetahui pengaruh terapi SEFT ( Spiritual Emotional Freedom Technique ) terhadap penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik pada lansia hipertensi di Panti Werdha

Dengan memperhatikan hasil analisis nilai signifikansi dan nilai Z yang berarti SEFT ( Spiritual Emotional Freedom Technique ) dapat menurunkan kecemasan berbicara

Pengabdian masyarakat dalam bentuk pendidikan kesehatan mengenai SEFT ini penting dilakukan untuk menjadi solusi konkrit mengatasi permasalahan kecemasan yang dialami

Dari tiga kali eksperimen mendapatkan hasil bahwa ketiga subjek mengalami penurunan tingkat jadi dapat dikatakan ada perubahan atau penurunan tingkat kecemasan pada

Artinya apabila individu tersebut menghadapi situasi atau kejadian yang sama dan juga tidak menyenangkan pada masa lalu, misalnya pernah gagal dalam tes, maka hal tersebut

Faktor predisposisi yang mempengaruhi keberhasilan SEFT sehingga terjadi ketidakstabilan tingkat kecemasan subjek ketika dilakukan follow up, yaitu yang pertama

Efek yang dirasakan oleh YW setelah mengikuti intervensi SEFT adalah: Sakit asam lambung sudah tidak sering kambuh, emosi lebih terkendali, lebih ikhlas dengan keadaan