• Tidak ada hasil yang ditemukan

Representasi Pesan Dakwah Islam Dan Nilai-Nilai Jurnalisme Profetik Tentang Obat-Obatan Haram Pada Program Berita Liputan Utama Di Hidayatullah Televisi (Studi Kasus Berita Obat-Obatan Haram Pada Berita Liputan Utama Di Hidayatullah Televisi)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Representasi Pesan Dakwah Islam Dan Nilai-Nilai Jurnalisme Profetik Tentang Obat-Obatan Haram Pada Program Berita Liputan Utama Di Hidayatullah Televisi (Studi Kasus Berita Obat-Obatan Haram Pada Berita Liputan Utama Di Hidayatullah Televisi)"

Copied!
111
0
0

Teks penuh

(1)

(Studi Kasus Berita Obat-obatan Haram Pada Berita Liputan Utama di

Hidayatullah Televisi)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh :

Kaka Silmy Kaafah

NIM :1110051100087

KONSENTRASI JURNALISTIK

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)
(3)
(4)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan meperoleh gelar strata 1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 03 Oktober 2014

(5)

i

Tentang Obat-obatan Haram Pada Program Berita Liputan Utama di Hidayatullah Televisi (Studi Kasus Berita Obat-obatan Haram Pada Berita Liputan Utama di Hidayatullah Televisi)

Lembaga Pengkajian Pangan Obat-obatan dan Kosmetika (LPPOM) pada awal tahun 2014 mengungkapkan fakta bahwa dari 30.000 produk obat yang yang beredar di Indonesia hanya 22 produk obat saja yang telah disertifikasi halal. Dengan sedikitnya obat-obatan yang beredar di Indonesia maka Menteri Kesehatan Nafsiyah Mboi membolehkan penggunaan obat-obatan haram dalam keadaan darurat. Untuk memberikan rasa aman kepada konsumen obat dan memberikan pengetahuan yang mendalam tentang pentingnya sertifikasi halal obat, maka Hidayatullah TV sebagai media Islam yang mempunyai tujuan untuk kebaikan umat menayangkan berita tentang obat-obatan haram

Berdasar latar belakang masalah di atas, maka muncul pertanyaan pada penelitian, yaitu: Bagaimana pesan dakwah Islam direpresentasikan dalam berita obat-obatan halal haram di Liputan Utama Hidayatullah TV? Lalu mengapa nilai-nilai jurnalisme profetik digunakan dalam berita tersebut?

Penelitian ini adalah penelitian analisis isi (content analysis) adalah teknik penelitian untuk membuat inferensi-inferensi yang dapat ditiru (replicable), dan sahih data dengan memerhatikan konteksnya. Analisis isi berhubungan dengan komunikasi atau isi komunikasi. Logika dasar dalam komunikasi, bahwa setiap komunikasi selalu berisi pesan dalam sinyal komunikasinya itu, baik berupa verbal maupun non verbal. Sejauh itu, makna komunikasi menjadi amat dominan dalam setiap peristiwa komunikasi. Kemudian membacanya melalui teks berita, lalu mendeskripsikan kasus-kasus dari konteksnya sesuai dengan jurnalisme profetik.

Secara keseluruhan representasi yang diwacanakan oleh Menteri Kesehatan Nafsiyah Mboi tidak sesuai dengan nilai-nilai syariat Islam, karena Menkes yang menilai obat haram boleh dikonsumsi karena keadaan darurat, dibantahkan oleh pernyataan Ketua MUI, Ma’ruf Amin yang menyatakan bahwa pernyataan Menkes menyesatkan. Ketua LPPOM MUI, Lukmanul Hakim menilai sertifikasi obat halal terhambat karena bersifat sukarela.

(6)

ii

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Swt., Tuhan semesta alam yang tak pernah henti

melimpahkan karunia, ridho, dan nikmatNya kepada para makhluk yang hidup

dan mati atas kehendakNya. Tak lupa shalawat teriring salam semoga tercurah

kepada baginda Rasulullah Muhammad Saw., beserta keluarga dan para

sahabatnya yang telah menjadi suri tauladan yang baik bagi umat Muslim di

seluruh dunia.

Setelah berhasil menyelesaikan penelitian ini selama beberapa bulan,

peneliti bermaksud untuk mengucapkan terima kasih kepada orang-orang yang

selama ini memberi bantuan, dukungan dan motivasi untuk penyelesaian skripsi

ini. Mereka adalah:

1. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi, Dr. H. Arief Subhan, M.Ag.

serta Wakil Dekan I Bidang Akademik, Bapak Dr. Suparto, M.Ed, Ph.D.

pembantu Dekan II Bidang Administrasi Umum, Bapak Drs. Jumroni, M.Si.

Pembantu Dekan III Bidang Kemahasiswaan, Bapak Dr. H. Sunandar Ibnu

Nur, M.Ag.

2. Ketua Konsentrasi Jurnalistik, Bapak Kholis Ridho, M.Si. beserta Sekretaris

Konsentrasi Jurnalistik, Ibu Dra. Hj. Musfirah Nurlaily, M.A.

3. Dosen Pembimbing Ibu Fita Faturrokhmah SS, M.Si., yang selalu

(7)

iii

4. Orangtua tercinta Ibunda Linda Ulana, Ayahanda Mustafa Kamal dan Uwa

Deden , yang selalu mendukung, memberikan ceramah-ceramah setiap hari

agar skripsi segera rampung, dan selalu memberikan kekuatan dan bimbingan

agar anakmu suskses dunia dan akhirat. Semoga Allah senantiasa

memberikan kesehatan dan umur panjang.

5. Kepada Umi yang selalu menemani disaat suka dan duka yang selalu

memberikan dukungan dan masukan agar lulus kuliah secepatnya. Semoga

Allah senantiasa memberikan kesehatan dan umur panjang.

6. Untuk adikku tersayang, Siti Hawa (alm) dan Sajili (alm), semoga kalian

selalu bahagia di Surga.

7. Terima kasih kepada Redaksi Hidayatullah TV, Surya Fachrizal Ginting.

Terima kasih karena telah memudahkan dalam penelitian skripsi ini.

8. Teman-teman seperjuangan Konsentrasi Jurnalistik 2010, yang selalu

menemani selama empat tahun setengah kita bersama, terutama untuk JCO,

Mega, Devi, Ocha, Sita, Ririn, Fitri, Kenwal, Muta, Andi, Medan, Aji, Rani,

Tata, Meylisa, Erna, Voni, Isye, Oji, Damar, Widia, Ufi, Nandri, Ciput,

Fakhri dan Ali.

9. Teman-teman seperjuanganku naik kereta setiap hari Iwan, Balqis, Fini,

DINDA, Nurul, Rina, dan Sita. Kereta selalu mengajarkan kita arti sebuah

(8)

iv

10.Teman-teman KKN Super di Rajeg, Fanny, Karina, Diana, Ilut, Agis, Ufi,

Heru, Denny, Ali, Arfian, Okty, Legra, Egis, Redho, Ari, dan Azom.

11.Keluarga besarku dan ponakanku tersayang, Uwa Rina, Anis, Engguy,

A’doni, Fuad, Ibu, Abah, Dafi, Nofal, Lutfan, Gio, Resma, Icha, Abi, Iza,

Rina, Ilma dll.

12.Sahabat yang selalu mendukung saat suka maupun duka Eva dan Nina.

13.Teman-teman SMAN 7 TANGSEL, Mala, Randy, Febry, Elis, Haryadi,

Daus, Tuti, Gilang, dll.

14.Teman-teman seperjuangan ANTARA, Dwiyan, Umay, Andy, Khalil, Gina,

Dea, dan Della.

Jakarta, 03 Oktober 2014

(9)

v

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan dan Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan dan Manfaat ... 7

D. Metodologi Penelitian 1. Paradigma Penelitian ... 8

2. Pendekatan Penelitian ... 9

3. Jenis Peneitian ... 9

4. Metode Penelitian ... 10

5. Tempat dan Waktu Penelitian ... 11

6. Subjek dan Objek Penelitian ... 11

7. Teknik Pengumpulan Data ... 11

(10)

vi

9. Instrumen dan Alat Bantu ... 13

10.Teknik Analisis Data ... 13

E. Tinjauan Pustaka ... 14

F. Sistematika Penulisan ... 15

BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA KONSEP A. Teori Representasi Stuart Hall ... 17

B. Pesan Dakwah ... 22

C. Dakwah ... 26

D. Jurnalisme Profetik ... 28

E. Jurnalistik Televisi ... 33

F. Berita ... 35

G. Televisi Streaming ... 37

H. Konsep Obat Halal dan Haram Dalam Islam ... 38

BAB III PROFIL HIDAYATULLAH TV A. Sejarah Singkat Hidayatullah TV ... 44

B. Visi dan Misi Hidayatullah TV ... 46

C. Struktur Redaksi Hidayatullah TV ... 46

BAB IV ANALISIS DATA DAN PENEMUAN A. Representasi Pesan-Pesan Dakwah Islam ... 49

1. Representasi Stuart Hall ... 49

(11)

vii BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 81

B. Saran ... 83

DAFTAR PUSTAKA ... 85

(12)

viii

DAFTAR TABEL

1. Tabel 1 Representasi Stuart Hall ... 50

2. Tabel 2 Representasi Pesan Obat Halal dan Haram ... 53

3. Tabel 3 Sub Kategori Pesan Dakwah ... 67

4. Tabel 5 Nilai-nilai Jurnalisme Profetik Pada Pesan Obat-obatan Halal dan

Haram ... 72

(13)

ix

Lampiran 1 Surat Permohonan Bimbingan Skripsi

Lampiran 2 Surat Keterangan Penelitian Dari Hidayatullah TV

Lampiran 3 Transkip Wawancara Peneliti Dengan Redaksi

Hidayatullah TV

Lampiran 4 Dokumentasi Wawancara

(14)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Obat-obatan yang beredar di Indonesia, belum sepenuhnya

mendapatkan sertifikasi halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI). Jumlah

produk yang tersertifikasi halal di Indonesia masih di bawah angka 1%. Dari

tiga puluh ribu obat, hanya 22 produk obat yang telah lulus uji halal, menurut

Lukmanul Hakim, Direktur Lembaga Pengkajian Pangan Obat-obatan dan

Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI), rendahnya angka

tersebut karena sertifikasi halal belum diwajibkan oleh pemerintah.1

Masyarakat perlu mengetahui obat-obatan seperti apa yang halal untuk

dikonsumsi. Hidayatullah TV mengangkat berita tentang obat-obatan haram

ke dalam program berita, yang bernama Liputan Utama. Berita tersebut

berjudul, Terkepung Obat-obatan Haram, edisi 17 maret 2014. Sertifikasi obat

halal haram masih menjadi perbincangan oleh Majelis Ulama Indonesia

(MUI) dan Menteri Kesehatan Nafsiyah Mboi, karena belum adanya peraturan

pemerintah yang tegas mengenai aturan peredaran obat-obatan haram.

Konsumsi pangan dan obat-obatan yang bersertifikasi halal perlu

dilakukan karena berdasarkan hasil survei yang dilakukan pada tahun 2005

oleh Jurnal LPPOM MUI menunjukkan bahwa 77% responden sangat peduli

terhadap kehalalan makanan yang akan dikonsumsi bahkan untuk produk

1

(15)

impor kepeduliannya mencapai 90%. Kasus sertifikasi halal terjadi pada akhir

tahun 2000 pada kasus Ajinomoto. Setelah memperoleh sertifikat halal pada

tanggal 30 September 1998, pihak manajemen Ajinomoto secara sepihak

kemudian mengubah proses produksi dengan menggunakan bacto soytone

sebagai kasalisator dalam menumbuhkan bakteri yang “dicurigai” berasal dari

pankreas babi. Akibatnya, MUI membatalkan sertifikat halal yang telah

dikeluarkan sebelumnya dan menyatakan haram terhadap produk Ajinomoto

tersebut. Keadaan ini bertambah heboh dengan adanya campur tangan

Presiden Gus Dur yang memberikan fatwa halal terhadap produk tersebut,

setelah bertemu dengan menteri kehakiman Jepang di Istana Negara. Hal ini

terjadi karena ada perbedaan makna sertifikasi halal antara pemerintah dan

MUI yang mengacu pada sertifikasi halal yang bersifat sukarela. 2

Dalam berita tersebut peneliti melihat adanya pesan-pesan dakwah dan

nilai-nilai jurnalisme profetik yang mengemban misi „amar makruf nahi munkar yaitu mengajak kepada kebaikan, memerintahkan kepada yang makruf, dan mencegah dari yang munkar. Jurnalisme profetik merupakan

bentuk jurnalisme yang tidak hanya melaporkan berita dan masalah secara

lengkap, jelas, jujur, serta aktual tetapi juga memberikan prediksi serta

petunjuk ke arah perubahan, transformasi, berdasarkan cita-cita etik dan

profetik islam. Ia menjadi jurnalisme yang secara sadar dan bertanggungjawab

memuat kandungan nilai-nilai dan cita islam.3

Hidayatullah TV adalah televisi streaming Islam yang dapat di akses

2

Sopa, Sertifikasi Halal Majelis Ulama Indonesia (Jakarta: GP Press, 2013), h. 5-6.

3

(16)

3

melalui situs www.hidayatullah.com. Dengan semakin maraknya penggunaan

teknologi internet. Televisi streaming menjadi suatu teknologi televisi berbasis video yang memudahkan pengakses internet untuk mendapatkan

informasi yang akurat. Teknologi multimedia melalui internet semakin

[image:16.595.96.516.207.587.2]

berkembang secara online. Perkembangan encoding dan decoding untuk gambar maupun suara juga semakin meningkat seiring dengan bertambahnya

kecepatan komputer.

Media streaming yaitu sebuah teknologi yang memungkinkan distribusi data audio, video dan multimedia secara real-time melalui internet. Media streaming merupakan media digital (berupa video, suara dan data) agar bisa diterima terus menerus (stream).4 Teknologi streaming dimanfaatkan oleh stasiun televisi untuk mengalirkan siaran televisi dari master control room-online melalui internet.5

Televisi streaming bernafaskan Islam semakin berkembang di Indonesia, ada 13 televisi streaming Islam yang berjalan di jalur dakwah dan aktif di media internet yaitu Ahsan Tv, Rodja TV, A-Channel, Pencerahan

TV, Laatahzan TV, Lantabur TV, Yufid TV, Salwa TV, TV Insan, Sunnah

TV, TV Wesal, MQTV, dan Hidayatullah TV (H-TV). Televisi tersebut

merupakan televisi yang dapat diakses secara online, yang berisi tentang

kajian dakwah, berita, talkshow dan ceramah serta tadabbur Al-Quran. Peneliti meneliti salah satu media televisi streaming Islam yaitu Hidayatullah TV karena terdapat program berita “Liputan Utama” yaitu suatu program

4

Andi Fachruddin, Dasar-dasar Produksi Televisi (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), h. 199.

5

(17)

berita yang dikemas secara menarik dan Islami yang memberitakan seputar

permasalahan aktual dan dikemas berdasarkan nilai-nilai Islam.

Televisi memiliki pengaruh yang besar untuk mempengaruhi

pemikiran publik. Televisi streaming memungkinkan pengguna untuk memilih konten atau acara televisi yang mereka ingin lihat dari sebuah arsip dari

konten atau dari direktori saluran. Dua bentuk dari menonton televisi internet

streaming konten langsung ke media player atau hanya mendownload media ke komputer pengguna. Layanan menyaksikan program televisi berbasis web

bertujuan memanfaatkan teknologi video streaming untuk menyaksikan siaran televisi dimana pun tanpa harus menggunakan pesawat televisi. Siaran khusus

televisi streaming ini tidak ada siaran terrestrial dan satelit komunikasinya hanya di internet saja dan gratis. Siarannya pun terbatas pada format program

informasi, citizen journalism, dan informasi data tertulis yang menampilkan berita-berita penting dan data-data lainnya.6

Dalam tayangan televisi streaming Islam, salah satunya Hidayatullah TV, peneliti meneliti tentang nilai-nilai jurnalisme profetik yang terkandung

dalam proses penayangan suatu berita di televisi. Televisi memiliki pengaruh

yang besar bagi pemikiran khalayak. Sehingga jurnalisme profetik penting

untuk diteliti karena jurnalisme profetik merupakan suatu bentuk jurnalisme

yang tidak hanya melaporkan berita dan masalah secara lengkap, jelas, jujur,

serta aktual tetapi juga memberikan prediksi serta petunjuk ke arah perubahan,

transformasi, berdasarkan cita-cita etik dan profetik islam. Ia menjadi

jurnalisme yang secara sadar dan bertanggung jawab memuat kandungan

6

(18)

5

nilai dan cita-cita Islam.7

Tanggung jawab profetik Islam yaitu mengupayakan agar ajaran Islam

tetap dan selalu fungsional serta aktual dalam kehidupan. Jurnalis muslim

tidak boleh tinggal diam jika melihat ada kemungkaran dalam dunia yang

digelutinya, misalnya menyaksikan pencitraan negatif tentang islam atau ada

rekayasa yang memojokkan Islam dan umatnya di media massa. Sebagai juru

dakwah yang menebarkan kebenaran ilahi, jurnalis muslim laksana

“penyambung lidah” para nabi dan ulama. Karena itu, ia pun dituntut memiliki

sifat-sifat kenabian seperti Shiddiq, Amanah, Tabligh dan Fathonah.

Misi komunikasi profetik adalah membebaskan manusia sejauh

mungkin dari praktik komunikasi yang menimbulkan prasangka, kebohongan

publik, penyebaran fitnah, kebohongan yang dusta. Komunikasi profetik tidak

menoleransi segala perilaku yang dinilai mempraktikan kebohongan.8

Jurnalisme profetik menekankan pada jurnalisme kenabian yang

diajarkan oleh Rasulullah yang sesuai dengan nilai-nilai kenabian dan ajaran

Islam. Televisi streaming Islam dapat dengan mudah ditemukan pada penelusuran (searching) terlebih dahulu di web. Televisi streaming

memudahkan masyarakat untuk mengetahui berita secara cepat dan praktis.

Peneliti mengangkat televisi streaming Islam yaitu Hidayatullah TV.

Hidayatullah TV atau H-TV adalah salah satu media publikasi yang

dimiliki oleh Kelompok Media Hidayatullah (KMH). H-TV memproduksi

konten-konten berita dan non berita dalam bentuk audio visual atau dikenal

7

Asep Syamsul M.Romli, Jurnalistik Dakwah: Visi, Misi Dakwah Bil Qalam (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003), h. 35.

8

(19)

dengan sebutan video. Selama masa perintisan, H-TV akan tayang melalui

saluran internet di situs www.hidayatullah.com/. Di antara program-program

yang telah disiapkan oleh H-TV adalah Liputan Utama, Mutiara Hikmah,

Serial Dai, Features dan liputan keumatan lain. Liputan Utama adalah sebuah

paket berita mendalam atau in-depth news yang mengangkat tema-tema penting namun memiliki nilai berita yang tidak cepat basi. Tayangan Liputan

Utama akan diperbarui setiap Senin pekan pertama dan ketiga.9

H-TV merupakan suatu televisi streaming yang bernafaskan jurnalisme Islam yang dalam penulisan skripsi ini berkaitan pula dengan

jurnalisme profetik. Perkembangan teknologi komunikasi dengan munculnya

televisi streaming Islam memudahkan masyarakat untuk mengakses berita yang akurat dan praktis. Dengan mengusung program berita „Liputan Utama’

Hidayatullah TV mengangkat suatu berita secara mendalam. Penelitian ini

menarik karena meneliti bagaimana kandungan nilai-nilai jurnalisme profetik

yang terdapat dalam proses kerja media di Hidayatullah TV dan meneliti

pesan-pesan dakwah islam secara akidah, syariah dan akhlak yang

direpresentasikan secara bahasa oleh Hidayatullah TV.

Oleh karena itu, peneliti mengangkat judul skripsi, “Representasi

Pesan-pesan Dakwah Islam dan Nilai-nilai Jurnalisme Profetik Tentang

Obat-obatan Haram Pada Program Berita Liputan Utama di Hidayatullah Televisi

(Studi Kasus Berita Obat-obatan Haram Pada Program Berita Liputan Utama

di Hidayatullah Televisi).”

(20)

7

B. Batasan Dan Rumusan Masalah

1. Batasan Masalah

Agar penelitian ini lebih fokus, maka peneliti membatasi tayangan

berita Liputan Utama di Hidayatullah TV yaitu pada edisi Senin, 17 Maret

2014. Dengan tayangan yang berjudul, “Terkepung Obat-obatan Haram”

Peneliti mengambil edisi tersebut karena judul beritanya

membahas tentang sertifikasi obat-obatan halal haram yang masih menjadi

perbincangan dan belum adanya ketentuan hukum yang tegas mengenai

hal tersebut, Hidayatullah TV menginformasikan kepada khalayak bahwa

pentingnya sertifikasi obat halal haram. Peneliti akan menelaah lebih

dalam tentang nilai-nilai pesan dakwah dan nilai-nilai jurnalisme profetik

yang terdapat dalam berita, „Terkepung Obat-obatan Haram’.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah yang telah diuraikan, agar penelitian

ini menjadi terarah, maka rumusan masalahnya adalah:

a. Bagaimana pesan-pesan dakwah Islam direpresentasikan dalam berita

obat-obatan halal dan haram di Liputan Utama Hidayatullah TV?

b. Mengapa nilai-nilai jurnalisme profetik digunakan dalam berita

tersebut?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

(21)

syariah dan akhlak yang direpresentasikan secara bahasa.

b. Untuk mendeskripsikan nilai-nilai jurnalisme profetik apa saja yang

digunakan pada berita obat-obatan haram.

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Akademis

Secara akademis, peneliti mengharapkan penelitian tentang

Jurnalisme profektif pada televisi streaming Islam ini akan memberikan kontribusi terhadap disiplin ilmu jurnalistik, memberikan

kontribusi dalam bidang dakwah sehingga dapat menambah referensi

pustaka tentang jurnalisme profetik.

b. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi para praktisi

komunikasi jurnalistik, terlebih mahasiswa yang belajar ilmu

jurnalistik di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan

kontribusi yang positif bagi Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan

Ilmu Komunikasi dan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

D. Metodologi Penelitian

1. Paradigma Penelitian

Paradigma yang digunakan oleh peneliti adalah paradigma

(22)

9

merupakan konstruksi sosial. Kebenaran suatu realitas bersifat relatif,

berlaku sesuai konteks spesifik yang dinilai oleh pelaku sosial.

Pemahaman suatu realitas, atau temuan suatu penelitian merupakan

produk interaksi peneliti dengan yang diteliti. Nilai etika dan pilihan moral

merupakan bagian tak terpisahkan dari penelitian. Tujuan penelitian

adalah untuk rekontruksi realitas sosial secara dialektis antara peneliti dan

objek penelitian.10 Penelitian menggunakan paradigma kontruktivis karena

ingin melihat realitas yang sesungguhnya dalam berita obat-obatan haram

yang dikontruksi oleh Hidayatullah TV.

2. Pendekatan penelitian

Pendekatan penelitian dalam penelitian ini menggunakan

pendekatan deskriptif kualitatif, yang bertujuan membuat deskripsi secara

sistematis, faktual, dan akurat tentang fakta-fakta dan sifat-sifat populasi

atau objek tertentu. Peneliti sudah mempunyai konsep (biasanya satu

konsep) dan kerangka konseptual. Riset ini untuk menggambarkan realitas

yang sedang terjadi tanpa menjelaskan hubungan antarvariabel.11

3. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah analisis isi

kualitatif. Analisis isi muncul dari ketertarikan peneliti atas data yang

ditampilkan di media massa. Secara umum, analisis isi berupaya

mengungkap berbagai informasi di balik data yang disajikan media atau

10

Iswandi Syahputra, Komunikasi Profetik: Konsep dan Pendekatan (Bandung: Simbiosa Rekatama Media,2007), h. 126.

11

(23)

teks. Analisis isi dapat didefinisikan sebagai teknik mengumpulkan dan

menganalisis isi dari suatu teks. “isi” dalam hal ini dapat berupa kata, arti

(makna), gambar, simbol, ide, tema atau beberapa pesan yang dapat

dikomunikasikannya.12 Analisis isi (Content Analysis) adalah teknik penelitian untuk membuat inferensi-inferensi yang dapat ditiru

(replicable), dan sahih data dengan memerhatikan konteksnya. Analisis isi berhubungan dengan komunikasi atau isi komunikasi. Logika dasar dalam

komunikasi, bahwa setiap komunikasi selalu berisi pesan dalam sinyal

komunikasinya itu, naik berupa verbal maupun non verbal. Sejauh itu,

makna komunikasi menjadi amat dominan dalam setiap peristiwa

komunikasi.13

4. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode observasi

(pengamatan berperan serta). Metode penelitian ini menekankan pada

suatu proses yang bertujuan menyarankan konsep-konsep atau

membangun teori berdasarkan realitas nyata manusia. Pengamatan

berperan serta terutama cocok untuk penelitian deskriptif. Menurut Bruyn,

metode pengamatan berperan serta adalah prosedur riset yang dapat

memberikan basis yang memadai untuk menangkap makna, yakni makna

mengenai eksistensi manusia dilihat dari sudut pandang orang dalam.14

12

Nanang Martono, Metode Penelitian Kuantitatif, ( Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2011), h. 86.

13 Herlinda S, “Analisis dan Pengumpulan Data Kualitatif,”

eprints.unsri.ac.id, 2010, h. 77.

14

(24)

11

5. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian ini akan dilaksanakan di Hidayatullah TV dan

jangka waktu penelitiannya dari bulan Mei 2014 sampai September.

6. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek dalam skripsi ini adalah berita tentang kasus obat-obatan

haram dalam berita Liputan Utama di Hidayatullah TV dan objek

penelitian yang diteliti yaitu berita yang berjudul, “Terkepung Obat-obatan

Haram”, yang mewawancarai tujuh narasumber yaitu, Menteri Kesehatan,

Nafsiyah Mboi, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI), Ma’ruf Amin,

Konsumen, Lie, Pedagang, Evaldi, Prof.Jurnalis Udin, Ketua Lembaga

Produk Pangan Obat-obatan dan Kosmetika (LPPOM) MUI, Lukmanul

Hakim dan Ketua Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Zaenal

Abidin.

7. Teknik Pengumpulan Data

Dalam mengumpulkan data dalam studi kasus, peneliti terdapat

tiga sumber bukti yang dapat dijadikan fokus penelitian yaitu wawancara

mendalam, observasi dan dokumentasi. Wawancara ditunjukkan kepada

pemimpin redaksi, editor, serta penulis berita di Hidayatullah TV untuk

mendapatkan data yang akurat.

a. Wawancara Mendalam

Peneliti menggunakan teknik Indepth Interview. Yaitu peneliti mengajukan beberapa pertanyaan secara mendalam, kemudian dijawab

(25)

redaksi Hidayatullah TV, Surya Fachrizal Ginting. Pertanyaan yang

dibuat juga dapat berubah sesuai kebutuhan dan kondisi yang

bertujuan untuk mengetahui secara mendalam mengenai rubrik yang

diteliti. Wawancara mendalam sering juga disebut dengan wawancara

tidak terstruktur.15

b. Observasi

Observasi merupakan suatu teknik pengumpulan data yang

dilakukan dengan cara mengadakan penelitian secara teliti, serta

pencatatan secara sistematis. Observasi ialah studi yang disengaja dan

sistematis tentang fenomena sosial dan gejala-gejala psikis dengan

jalan pengamatan dan pencatatan.16 Media yang di observasi oleh

peneliti adalah Hidayatullah TV.

c. Dokumentasi

Peneliti mengumpulkan dan mempelajari data melalui literature

dan sumber bacaan, seperti buku-buku yang relevan dengan masalah

yang dibahas dan mendukung penelitian.

8. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Teknik pemeriksaan keabsahan data dalam skripsi ini

menggunakan triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan

keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data itu

untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.

Triangulasi berarti cara terbaik untuk menghilangkan perbedaan-perbedaan

15

Dedi Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), h.180-181.

16

(26)

13

konstruksi kenyataan yang ada dalam konteks suatu studi sewaktu

mengumpulkan data tentang berbagai kejadian dan hubungan dari berbagai

pandangan. Peneliti dapat me-rechek temuannya dengan jalan membandingkannya dengan berbagai sumber, metode, atau teori. Untuk itu, maka peneliti dapat melakukannya dengan jalan, pertama, mengajukan berbagai macam variasi pertanyaan. Kedua, mengeceknya dengan berbagai sumber data. Ketiga, memanfaatkan berbagai metode agar pengecekan kepercayaan data dapat dilakukan.17

9. Instrumen dan Alat Bantu

Instrumen penelitian dalam riset kualitatif adalah peneliti itu

sendiri. Artinya periset terjun langsung melaksanakan riset, periset

mengkreasi sendiri instrumen, baik interview maupun observasi, sehingga

kehadiran peneliti adalah syarat mutlak.18

Alat bantu yang digunakan untuk menunjang peneliti adalah

rekaman wawancara dan transkip wawancara. Peneliti merekam

aspek-aspek yang berkenaan dengan penelitian ini, seperti gambaran-gambaran

yang dapat dijadikan informasi atau data untuk penelitian ini. Rekaman

yang digunakan oleh peneliti yaitu video liputan utama di Hidayatullah TV

tentang obat-obatan haram.

10.Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam konteks analisis isi yaitu dengan

17

Lexy J.Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif ( Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013), h. 332.

18

(27)

menemukan pesan-pesan yang digunakan dalam berita. Lalu

mengklarifikasi pesan-pesan yang akan digunakan dalam komunikasi

representasi pesan dakwah dalam berita obat-obatan haram lalu

menggunakan kriteria-kriteria tertentu serta membuat prediksi dari

representasi pesan dakwah Islam yang disampaikan.19

E. Tinjauan Pustaka

Dalam menentukan judul skripsi ini peneliti telah mengadakan tinjauan

pustaka untuk pemetaan literature dan pemetaan penelitian. Penelitian yang

telah dilakukan misalnya pertama, skripsi yang berjudul,“Dakwah Melalui Media Televisi (Analisis Program Cahaya di TPI), yang disusun oleh Iwan,

mahasiswa jurusan Komunikasi Penyiaran Islam (KPI), FIDIKOM, UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.20 Persamaan skripsi peneliti dengan skripsi

tersebut, terletak pada tema bahasannya yaitu berdakwah melalui televisi

namun perbedaan dalam skripsi tersebut Iwan menggunakan analisis program

sedangkan penulis menggunakan jenis penelitian studi kasus.

Lalu kedua,skripsi yang berjudul, “Program Dakwah Islam Di Televisi

Komunitas Palmerah”, yang disusun oleh Ahmad Tamamy, mahasiswa

jurusan KPI, FIDIKOM, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.21 Persamaan

skripsinya dengan peneliti yaitu sama-sama berdakwah dengan televisi namun

19 Herlinda S, “Analisis dan Pengumpulan Data Kualitatif,”

eprints.unsri.ac.id, 2010, h.80.

20 Iwan, “Dakwah Melalui Televisi: Analisis Program Cahaya di TPI.” (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2005).

(28)

15

perbedaannya skripsi peneliti menggunakan jenis penelitian studi kasus

kualitatif. Ketiga, penelitian skripsi yang berjudul, “ Hak Atas Kehalalan Produk Makanan, Minuman, Obat-obatan, dan Kosmetik Bagi Umat Islam di

Indonesia”, yang disusun oleh Nur Fahmi, mahasiswa jurusan studi Ilmu

Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Indonesia22 yang digunakan sebagai

rujukan dari tinjauan pustaka yang diteliti oleh peneliti. Persamaan skripsi ini

dengan skripsi peneliti terletak pada pembahasannya yaitu tentang hak halal.

Perbedaan penelitian peneliti dengan Nur Fahni, peneliti meneliti fokus

kepada obat-obatan saja sedangkan Nur Fahmi membahas secara menyeluruh

dari produk makanan, minuman dan obat-obatan.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab yang

masing-masing bab mempunyai sub-sub bab dengan penyusunan sebagai berikut :

Bab I Pendahuluan

Dalam bab ini peneliti membahas tentang latar belakang masalah,

batasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi

penelitian serta sistematika penulisan.

Bab II Landasan Teori dan Kerangka Konseptual

Dalam bab ini peneliti membahas teori representasi media Stuart Hall,

pesan dakwah, ilmu dakwah, jurnalisme profetik, jurnalistik televisi, berita,

dan televise streaming.

22

(29)

Bab III Profil Hidayatullah TV

Dalam bab ini diuraikan sejarah singkat Hidayatullah TV, visi dan misi

Hidayatullah TV dan struktur redaksi Hidayatullah.

Bab IV Analisa Data dan Penemuan

Bab ini berisi temuan data penelitian yaitu nilai pesan dakwah Islam

dan nilai jurnalisme profetik.

Bab V Penutup

Bab ini meliputi kesimpulan, saran, daftar pustaka dan

(30)

17

BAB II

LANDASAN TEORI DAN KERANGKA KONSEPTUAL

A. Teori Representasi Media Stuart Hall

Istilah representasi menunjuk pada bagaimana seseorang, satu

kelompok, gagasan atau pendapat tertentu ditampilkan dalam pemberitaan.

Representasi itu penting dalam dua hal. Pertama, apakah seseorang, kelompok,

atau gagasan tersebut ditampilkan sebagaimana mestinya. Kedua, bagaimana

representasi tersebut ditampilkan. Dengan kata, kalimat, aksentuasi, dan

bantuan foto macam apa seseorang, kelompok, atau gagasan tersebut

ditampilkan dalam pemberitaan kepada khalayak.1

Representasi dilakukan oleh sebuah media tertentu guna memunculkan

dan membuat gambaran pada media tersebut. Representasi tidak akan ada jika

representasi tersebut tidak dibuat sesuai dengan misi media itu sendiri dan

memenuhi media itu sendiri. Jadi, reprsentasi melalui proses bagaimana

gagasan ditampilkan oleh suatu media.

Menurut Stuart Hall, media melakukan representasi kelompok lain

melalui proses yang kompleks, melalui proses pendefinisian dan penandaan,

sehingga ketika ada kelompok yang buruk dalam pemberitaan, itu

direpresentasikan sebagai sesuatu yang wajar, terlihat alamiah, memang

demikian kenyataannya. Hall berpendapat, media memainkan peranan

penting. Media tidaklah secara sederhana dipandang refleksi dari konsensus,

1

(31)

tetapi media mereproduksi dan memapankan definisi dari situasi yang

mendukung dan melegitimasi suatu struktur, mendukung suatu tindakan dan

mendelegitimasi tindakan lain.2

Menurut Hall, pandangan realitas yang didominasi oleh kelompok

sosial di masyarakat memberikan pengaruh pada pembentukkan ideologi

melalui mana representasi dari realitas dunia tersebut tampak sebagai natural

atau alami. Dalam proses pembentukkan realitas tersebut, ada dua titik

perhatian Stuart Hall. Pertama,bahasa. Bahasa, sebagaimana dipahami oleh kalangan strukturalis, merupakan sistem penandaan. Realitas dapat ditandakan

secara berbeda pada peristiwa yang sama. Makna yang berbeda dapat

dilekatkan pada peristiwa yang sama. Makna timbul dari proses pertarungan

sosial, di mana masing-masing pihak atau kelompok saling mengajukan klaim

kebenarannya sendiri. Wacana di sini dipahami sebagai arena pertarungan

sosial, dan semuanya diartikulasikan lewat bahasa. Bahasa dan wacana disini

dianggap sebagai arena pertarungan sosial, dan bentuk pendefinisian realitas.

Jadi, kenapa A harus ditafsirkan seperti ini dan bukan seperti itu, dikarenakan

lewat pertarungan sosial dalam memperebutkan dan memperjuangkan makna,

pada akhirnya penafsiran atau pemaknaan tertentu yang menang dan lebih

diterima.3

Bahasa yang ditampilkan oleh media melalui proses pertarungan

sosial dan dalam skripsi ini proses pertarungan sosial tersebut ditandai dengan

2

Eriyanto, ANALISIS WACANA: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: PT. LKiS Printing Cemerlang, 2011), h. 27-28.

3

(32)

19

wacana dan pernyataan yang dikemukakan oleh Narasumber terkait dengan

permasalalah obat-obatan haram, melalui beberapa narasumber yang

membantah pernyataan Menteri Kesehatan, Nafsiyah Mboi mengenai

bolehnya obat-obatan haram dikonsumsi karena darurat.

Objek dari berbagai praktik ini adalah makna dan pesan dalam bentuk

komunikasi atau bahasa mana pun melalui pengoperasian kode dalam rantai

sintagmatik diskursus. Maka berbagai aparatus, relasi, dan praktik produksi itu

muncul, pada momen tertentu dalam bentuk wahana simbolik yang tercipta

dalam aturan bahasa.4

Hall dalam studi tentang kajian media menggunakan isi media sebagai

pemicu, untuk memulai sebuah kerangka kerja yang mengungkap lebih

banyak lagi apa yang secara umum didefinisikan sebagai peran „ideologis’

media. Pendekatan yang terakhir ini mendefinisikan media sebagai kekuatan

cultural dan ideologis yang besar, yang berada dan dengan cara bagaimana pembentukkan dan transformasi ideologi populer dalam diri para audiens

ditangani.5

Kedua, politik penandaan, yakni bagaimana praktik sosial dalam membentuk makna, mengontrol, dan menentukkan makna. Titik perhatian

Hall di sini adalah peran media dalam menandatangani peristiwa atau realitas

dalam pandangan tertentu, dan menunjukkan bagaimana kekuasaan ideologi di

sini berperan. Ideologi menjadi bidang di mana pertarungan dari kelompok

4

Stuart Hall, Dorothy Hobson, Andrew Lowe dan Paul Willis, Budaya, Media, Bahasa (Yogyakarta :Jalasutra, 2011), h. 214.

5

(33)

yang ada dalam masyarakat. Akan tetapi, posisi demikian juga menunjukkan

bahwa ideologi melekat pada produksi sosial, produksi media dan sistem

budaya. Setiap budaya memberikan bentuk episode pemikiran tertentu dan

menyediakan anggota dari komunitas tersebut sebuah pemikiran atau gagasan

tertentu sehingga mereka tinggal menerima (taken for granted) dalam pengetahuan mereka. Efek dari ideologi dalam media itu adalah menampilkan

pesan dan realitas hasil kontruksi tersebut tampak seperti nyata, natural, dan

benar. Pengertian tentang realitas itu tergantung pada bagaimana sesuatu

tersebut ditandakan dan dimaknai.6

Menurut Althusser ideologi adalah citraan,

representasi, kategori yang melaluinya manusia menjalani dengan cara

imajiner relasi nyatanya dengan kondisi eksistensinya. Althusser

mendefinisikan ideologi sebagai sebuah reprsentasi tentang relasi imajiner

individu-individu dengan kondisi real keberadaan mereka. Karakter, imajiner,

relasi ini mengacu pada karakter ideologi yang menyebabkan suatu kondisi

tidak terpersepsi tanpa terdistorsi. Efek ideologis ini tidak dianggap berasal

dari kesadaran palsu atau kehendak untuk menipu oleh kelas dominan,

melainkan penyamaran yang tak terelakkan atas pelbagai realitas sosial.7

Dalam representasi Stuart Hall terdapat pembahasan tentang budaya,

kajian tentang budaya didasarkan secara teoritis pada pengetahuan yang akurat

tentang subjek yang bersangkutan.8 Teks-teks merupakan jenis respons

berbeda terhadap interpretasi pertanda histori yang menentukkan. Teks-teks

6

.Eriyanto, ANALISIS WACANA: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta :PT. LKiS Printing Cemerlang, 2011), h. 31.

7

Stuart Hall, dkk., Budaya Media Bahasa (Yogyakarta: Jalasutra, 2011), h.33. 8

(34)

21

tersebut memuat pemikiran yang memiliki disiplin agar bisa relevan dengan

atau mungkin mempengaruhi zaman atas teks-teks sendiri. Teks-teks itu jauh

dari netral atau ilmiah: teks-teks itu sendiri merupakan intervensi budaya.9

Levi Straus dan Barthes menggunakan model linguistik struktural sebagai

paradigma untuk studi budaya ilmiah. Bahasa yang merupakan media untuk

menghasilkan makna adalah sistem yang teratur atau yang terstruktur dan

sekaligus sarana ekspresi. Bahasa bisa secara ketat dan sistematis dikaji

namun bukan dalam kerangka sejumlah determinasi sederhana. Sebaliknya,

bahasa harus di analisis sebagai struktur kemungkinan yang beragam, susunan

unsur dalam rangkaian pertandaan, bukan sebagai praktik mengekspresikan

dunia, (yakni mereflesikannya dalam kata-kata). Budaya tidak lagi

semata-mata merefleksikan praktik lain dalam ide. Budaya pada dirinya sendiri adalah

praktik-praktik, melakukan pertandaan, dan memiliki produk sendiri yang

jelas kata-katanya yaitu makna.10

Representasi terdapat elemen-elemen yang ditandai secara teknis, yaitu

dalam bahasa tulis seperti kata, proposisi, kalimat, foto, caption, grafik dan

sebagainya. Sedangkan dalam telelvisi seperti kamera, tata cahaya, editing,

musik dan sebagaiknya. Elemen-elemen tersebut ditransmisikan ke dalam

kode representasional yang memasukkan di antaranya bagaimana objek di

gambarkan: karakter, narasi, setting, dialog dan sebagainya. Representasi

sekaligus misrepresentasi tersebut adalah peristiwa kebahasaan.

Misrepresentasi adalah ketidakbenaran penggambaran, kesalahan sebagaimana

9

Stuart Hall, Budaya Media Bahasa, h.6. 10

(35)

mestinya atau adanya tetapi digambarkan secara buruk. Oleh karena itu, yang

perlu dikritisi disini adalah pemakaian bahasa yang ditampilkan oleh media.

Proses ini berhubungan dengan pemakaian bahasa dalam menuliskan realitas

yang dibaca oleh khalayak. Terdapat dua proses yang dilakukan media dalam

memaknai realitas. Pertama, memilih fakta. Proses ini tidak mungkin melihat

peristiwa tanpa persepektif. Kedua, menuliskan fakta. Proses ini berhubungan

dengan bagaimana fakta yang dipilih itu disajikan kepada khalayak. Gagasan

itu diungkapkan dengan kata, kalimat, dan proposisi apa, dengan bantuan

aksentuasi foto dan gambar apa dan sebagainya.11

B. Pesan Dakwah

Pesan ialah apa yang dikomunikasikan oleh sumber kepada penerima.

Dan pesan merupakan seperangkat simbol verbal dan non verbal yang

mewakili perasaan, nilai, gagasan dan maksud sumber tadi. Pesan itu sendiri

memiliki tiga komponen yaitu makna simbol yang digunakan untuk

menyampaikan makna dan bentuk atau organisasi pesan. Pesan yang

dimaksud adalah komunikasi dakwah yang disampaikan oleh mad’u.12

Pesan dalam komunikasi dakwah memiliki tujuan untuk menyampaikan

materi dakwah yang disampaikan oleh mad’u menggunakan lambang yang

beragam yang digunakan pula dalam komunikasi dakwah yaitu melalui

bahasa, gambar, visual dan sebagainya.

Pesan komunikasi yang disampaikan kepada mad’u dengan

11

Eriyanto, ANALISIS WACANA: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta :PT. LKiS Printing Cemerlang, 2011), h. 115-116.

12

(36)

23

menggabungkan kolaborasi lambang, seperti pesan komunikasi melalui

retorika, surat kabar, film dan televisi.13 Syarat pertama yang perlu

diperhatikan dalam merencanakan dan menyusun pesan, yaitu menentukkan

tema dan materi (maddah), dakwah yang sesuai dengan kondisi dan situasi khalayak. Pesan dakwah yang dapat menimbulkan perhatian adalah pesan

dakwah yang “mudah diperoleh” (availability) dan karena itu harus “menyolok perbedaannya” (contrast) dengan pesan-pesan yang lain.14

Isi pesan dakwah yang bersumber dari Al-Quran dan hadis. Pesan

dakwah diklasifikasikan menjadi tiga unit sub kategori masalah pokok yaitu

pesan akidah, pesan syariah dan pesan akhlak.

1. Pesan Akidah

Akidah adalah bentuk masdar dari kata “aqada, ya‟qidu

„aqdam‟aqidatan” yang berarti simpulan, ikatan, sangkutan, perjanjian dan

kokoh. Sedang secara teknis akidah berarti iman, kepercayaan dan

keyakinan. Dan tumbuhnya kepercayaan tentunya di dalam hati, sehingga

yang dimaksud akidah adalah kepercayaan yang menghujam atau simpul

dari dalam hati.15

Akidah ialah suatu yang dianut oleh manusia dan

diyakininya, apakah berwujud agama atau lainnya.16

Pesan akidah identik dengan iman. Secara etimologi, iman berarti

pembenaran (tashdiq). Orang yang beriman adalah orang yang benar

13

Wahyu Ilaihi, Komunikasi Dakwah, h. 98. 14

Anwar Arifin, Dakwah Kontemporer, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011), h. 249. 15

Muhaimin, dkk., Kawasan dan Wawasan Studi Islam, (Jakarta: Kencana, 2005), h. 259.

16

(37)

dalam memegang dan melaksanakan amanat, sehingga hatinya merasa

aman. Iman adalah pengamalan („amal) dalam anggota tubuh. Amal

merupakan buah atau bukti keimanan seseorang. Pengamalan ajaran iman

harus utuh (tauhid) dan memasuki semua dimensi kehidupan.17

Rukun iman dalam Islam ada enam yaitu iman kepada Allah Swt.,

iman kepada Malaikat-nya, iman kepada Kitab-kitabnya, iman kepada

Rasul-rasulnya, iman kepada hari Akhir, iman kepada Qadha-Qadhar.

2. Pesan Syariah

Secara etimologi, Syariah berarti jalan yang lurus (thariqah mustaqimah) yang diisyaratkan dalam QS. Al-Jatsiyah ayat 18. Atau jalan yang dilalui air untuk diminum, atau juga tangga atau tempat naik yang

bertingkat-tingkat.18

Syariah ialah apa-apa yang disyariatkan atau

dimestikan oleh agama atau lainnya itu bagi seseorang untuk dilaksanakan,

berupa peraturan-peraturan dan hukum-hukum sebagai manifestasi atau

konsekuensi dari akidah tesebut. 19

Pesan syariah ada dua yaitu ibadah dan muamalah. Ibadah merupakan

bagian integral dari syariah, apapun ibadah yang dilakukan oleh manusia

harus bersumber dari Syariah Allah. Dalam ibadah, terdapat dua klasifikasi

yaitu, ibadah khusus (khas) dan umum („amm). Ibadah dalam arti khusus adalah ibadah yang berkaitan dengan arkan al-Islam, seperti syahadat, shalat, zakat, puasa dan haji. Sedangkan ibadah dalam arti umum adalah

17

Muhaimin, dkk., Kawasan dan Wawasan Studi Islam, Jakarta: Kencana, 2005), h. 261.

18

Muhaimin, dkk., Kawasan dan Wawasan Studi Islam, h. 277. 19

(38)

25

segala aktivitas yang titik tolaknya ikhlas yang ditunjukkan untuk

mencapai ridho Allah berupa amal shaleh. 20

Muamalah adalah peraturan yang mengatur hubungan antara sesama

manusia dalam konteks ini adalah hukum Islam. Hukum Islam berarti

keseluruhan titah dan kitab Allah yang mengatur kehidupan setiap muslim

dalam segala aspeknya. Syariah islam berprinsip “musyawarah” yang

berimplikasi pada adanya prinsip penentuan suatu hukum berdasarkan

pada seluruh totalitas masyarakat tanpa terkecuali tanpa adanya

diskriminasi aliran atau mazhab tertentu, namun jika musyawarah itu

belum mencapai kemufakatan maka jalan keluarnya adalah kembali pada

Hukum Allah dan Rasulnya (QS. an-Nisa’: 59). Syariah Islam berprinsip

pada pegangan hukum (tahkim) yang termuat dalam Al-Quran dan al-Hadits, sehingga semua kasus dalam masyarakat baik berkaitan dengan

tindak pidana maupun perdata semua diselesaikan menurut ketentuan

hukum.21

3. Pesan Akhlak

Secara etimologis akhlak berasal dari kata khuluq dan jamaknya akhlak yang berarti budi pekerti, etika, moral. Secara etimologis, akhlak

berarti character, disposition, dan moral constitutuion. Akhlak merupakan usaha untuk mengevaluasi kepribadian, atau evaluasi sifat-sifat umum

yang terdapat pada perilaku pribadi dari sudut baik buruk, kuat lemah dan

20

Muhaimin, dkk., Kawasan dan Wawasan Studi Islam (Jakarta: Kencana, 2005), h.279.

21

(39)

mulia rendah.22

Akhlak dibedakan menjadi tiga kategori yaitu akhlak kepada Allah,

akhlak kepada manusia yaitu berupa toleransi antar agama, saling tolong

menolong, menghormati dalam perbedaan, dan akhlak kepada terhadap

hewan dan tumbuhan dengan cara melestarikannya, menjaga, serta

memanfaatkannya untuk kepentingan ibadah. 23

C. Dakwah

Dakwah adalah berserah diri kepada perintah Allah dan menaati-Nya.

Dakwah adalah pengamalan ajaran al-Qur’an dan as-Sunnah. Dakwah adalah

tatanan sempurna bagi kehidupan manusia. Makna dakwah menurut bahasa

yaitu Nida (panggilan), yaitu seseorang memanggil ketika ia menyerunya, aku memanggil seseorang ketika aku bersuara dan meminta datang, kedua

mendorong kepada sesuatu dan mendukungnya, ketiga mengajak kepada

sesuatu yang ingin diadakan atau dihindarkan, benar atau salah. Keempat,

upaya melalui perkataan atau perbuatan untuk memengaruhi orang lain agar

mengikuti satu madzhab atau agama. Kelima, memohon dan meminta.24

Menurut istilah, dakwah adalah seputar upaya lewat ucapan dan

perbuatan untuk Islam, menerapkan manhajnya, meyakini aqidahnya dan

melaksanakan syariatny.25

Dakwah yaitu menyerukan kepada tauhid

22

Muhaimin, dkk., Kawasan dan Wawasan Studi Islam (Jakarta: Kencana, 2005), h. 262.

23

Wahyu Ilaihi, Komunikasi Dakwah, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), h. 102.

24 Dr. Taufik al-Wa’iy,

Dakwah ke Jalan Allah (Jakarta :RobbaniPers, 2010), h. 10-11. 25 Dr. Taufik al-Wa’iy,

(40)

27

(mengakui keesaan Allah) dan menyatakan dua kalimat syahadat, menerapkan

manhaj Allah di muka bumi dalam bentuk ucapan dan perbuatan, sebagaimana

yang ada dalam Al-Qur’an dan as-Sunnah agar semua manusia beragama dan

tunduk kepada Allah. Ini juga berarti mengajak non muslim kepada Islam,

mengajak kaum muslimin mengamalkan Islam, beramal untuk menegakkan

syariat dan manhajnya di mukabumi.Itulah amar ma‟ruf nahi munkar, agar umat manusia merasakan kebahagiaan hari ini dan akhirat nanti.26

Dakwah terbagi menjadi tiga macam, yaitu dakwah kepada seluruh

umat manusia, dakwah kepada sesame kaum muslimin dan dakwah diantara

kaum muslimin. Dakwah yang digunakan dalam penelitian ini adalah dakwah

melalui perkataan yang melalui media televise streaming Islam. Perkataan berperan penting dalam berdakwah kepada Allah SubhanahuwaTa‟ala, baik

perkataan itu diucapkan, ditulis maupun dibacakan. Tabligh dengan perkataan

adalah alat dakwah yang informatif. Perkataan merupakan sarana pencerahan,

pendidikan, arahan, dan evaluasi yang menyeluruh menembus batas teritorial,

batas emosional sampai batas ukhuwah secara umum. Tabligh dengan

perkataan memuat beberapa hal antara lain nilai-nilai universal dan humanis,

idealis dan realisti serta komprehensif. 27

Metode dakwah adalah cara-cara tertentu yang dilakukan oleh seorang

da’i (komunikator) kepada mad’u untuk mencapai suatu tujuan atas dasar

hikmah dan kasih sayang. Hal ini mengandung arti bahwa pendekatan dakwah

harus bertumpu pada suatu pandangan human oriented menempatkan

26Dr. Taufik al-Wa’iy,

Dakwah ke Jalan Allah, h.17. 27Dr. Taufik al-Wa’iy,

(41)

penghargaan yang mulia atas diri manusia.28Metode dakwah meliputi tiga

cakupan yaitu Metode bi al-Hikmah, metode Al-Mau’idza Al-Hasanag dan

metode Al-mujadalah.

Pertama, metode bi al-Hikmah sebagai metode dakwah, al-Hikmah

diartikan bijaksana, akal budi yang mulia, dada yang lapang, hati yang bersih

dan menarik perhatian. Menurut Imam Abdullah bin Ahmad Mahmud

An-Nasafi, arti hikmah, yaitu : Dakwah bil hikmah adalah dakwah dengan

menggunakan perkataan yang benar dan pasti, yaitu dalil yang menjelaskan

kebenaran dan menghilangkan keraguan. 29 Kedua, metode dakwah

Al-ma’uidza Al-hasanah yang diartikan sebagai ungkapan yang mengandung

unsur-unsur, bimbingan, pendidikan, pengajaran, kisah-kisah, berita gembira,

peringatan, pesan-pesan positif (wasiyat) yang bisa dijadikan pedoman dalam

kehidupan agar mendapatkan keselamatan dunia dan akhirat.30 Ketiga, metode

Al-mujadalah yang merupakan tukar pendapat yang dilakukan oleh dua pihak

secara sinergis, yang tidak melahirkan permusuhan dengan tujuan agar lawan

menerima pendapat yang diajukan dengan memberikan argumentasi dan bukti

yang kuat.31

D. Jurnalisme Profetik

Jurnalisme profetik yaitu suatu bentuk jurnalisme yang tidak hanya

melaporkan berita dan masalah secara lengkap, jelas, jujur, serta aktual tetapi

28

Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2011), h. 243.

29

Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, h.246. 30

Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, h..252. 31

(42)

29

juga memberikan prediksi serta petunjuk ke arah perubahan, transformasi,

berdasarkan cita-cita etik dan profetik islam. Ia menjadi jurnalisme yang

secara sadar dan bertanggungjawab memuat kandungan nilai-nilai dan cita

islam.32

Jurnalisme profetik mencerminkan sifat-sifat kenabian yaitu shidiq,

amanah, tabligh dan fathanah. Dalam menerapkan nilai-nilai jurnalisme

profetik, suatu media harus mengaplikasikan nilai-nilai jurnalisme profetik ke

dalam setiap berita yang ditulisnya agar setiap berita yang ditulis membawa

kebaikan bagi umat dan setiap kata dan tulisannya dapat di

pertanggungjawabkan di hadapan Allah swt. sebagaimana tujuan dari

jurnalisme profetik yaitu amar ma‟ruf nahi munkar.

Tanggung jawab profetik Islam mengupayakan agar ajaran islam tetap

dan selalu fungsional serta aktual dalam kehidupan. Jurnalis muslim tidak

boleh tinggal diam jika melihat ada kemunkaran dalam dunia yang

digelutinya, misalnya menyaksikan pencitraan negatif tentang Islam atau ada

rekayasa yang memojokkan Islam dan umatnya di media massa. Sebagai juru

dakwah yang menebarkan kebenaran ilahi, jurnalis muslim laksana

“penyambung lidah” para nabi dan ulama. Karena itu, ia pun dituntut memiliki

sifat-sifat kenabian seperti Shiddiq, Amanah, Tabligh dan Fathonah.

Shidiq artinya benar, yakni menginformasikan yang benar saja dan membela serta menegakkan kebenaran itu. Standar kebenarannya tentu saja

kesesuaian dengan ajaran islam (Al-Quran dan As-Sunnah). Amanah artinya

32

(43)

terpercaya, dapat dipercaya, karenanya tidak boleh berdusta, memanipulasi

atau mendistorsi fakta dan sebagainya. Tablighartinya menyampaikan, yakni

menginformasikan kebenaran, bukan malah memutarbalikkan kebenaran.

Fathonah artinya cerdas dan berwawasan luas. Jurnalis muslim dituntut

mampu menganalisis dan membaca situasi termasuk membaca apa yang

diperlukkan umat.33

Istilah profetik mengacu pada peristiwa Isra’ mi’raj Muhammad saw.

Peran kenabian Muhammad saw yang tidak tergoda oleh manisnya

perjumpaan dengan Allah swt saat Isra’ Mi’raj, dibuktikan dengan kembalinya

Rasulullah saw tengah-tengah komunitas manusia untuk menyerukan

kebenaran dan transformasi transenden. Dengan kata lain, pengalaman religius

itu menjadi dasar keterlibatannya dalam sejarah kemanusiaan. Sunah nabi

berbeda keterlibatannya dalam sejarah kemanusiaan. Sunah nabi berbeda

dengan jalan seorang mistikus yang puas dengan pencapaiannya sendiri.

Sunag nabi yang demikian itulah yang disebut sebagai etika profetik menurut

Kuntowijoyo. 34

Profetik merupakan kesadaran sosiologis para nabi dalam sejarah

untuk mengangkat derajat kemanusiaan (memanusiakan manusia),

membebaskan manusia dan membawa manusia beriman kepada Tuhan.

Singkatnya, ilmu profetik adalah ilmu yang meniru tanggung jawab sosial para

nabi. Dengan menyebut ilmu-ilmu profetik (seperti halnya komunikasi

33

Asep Syamsul M. Romli, Jurnalistik Dakwah: Visi dan Misi Dakwah Bil Qalam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003), h. 38.

34

(44)

31

profetik), kita hanya mendapatkan substansinya bukan bentuk. Ilmu profetik

menemukan bentuknya dalam wujud ilmu integralistik yang menyatukan

wahyu Tuhan dan akal pikiran manusia.

Ilmu sosial profetik hadir untuk menempatkan nalar, akal, rasio dan

pengalaman (empiris) sebagai alat untuk menafsirkan wahyu Tuhan atas

realitas. Ilmu sosial profetik akan menghadapkan Al-Quran pada realitas sosial

atau sebaliknya, wahyu akan ditempatkan sebagai sumber bagi terbentuknya

konstruksi sosial. Pilar ilmu sosial profetik ada tiga, yaitu humanisasi (amar maruf), liberasi (nahi munkar), dan transendensi (tuminu billah).35

Pengalaman komunikasi Rasulullah s.a.w. ditempatkan pada konteks

masa lalu untuk diserap nilainya pada konteks saat ini. Harapan agar

komunikasi profetik mampu muncul sebagai konsep alternatif yang

memberikan pencerahan dan kemerdekaan yang selama ini justru

memperbudak manusia. Manusia menjadi jajahan baru teknologi komunikasi

modern. Di antara konsepsi pemahaman komunikasi profetik masa lalu dan

harapan masa depan dari konteks gempuran komunikasi saat ini, ada sikap,

motivasi, dan suasana hati. Inilah yang kemudian membangun kesadaran

bersama menjadi persepsi kolektif kita, sehingga kita satu persepsi dalam

memahami pengertian komunikasi profetik.36

Solusi kenabian (prophetic religious policies) dapat diterapkan dalam berbagai permasalahan multikultural dan multireligi yang rumit dan kompleks

35

Iswandi Syahputra, Komunikasi Profektif: Konsep dan Pendekatan (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2007), h. 130.

36

(45)

dengan memodifikasi dan mengimprovisasinya disesuaikan dengan situasi,

kondisi dan konteks zamannya. Pengaruh media cetak dan elektronik, sebagai

contoh, telah mengubah kehidupan kita lebih pelik dari masa kenabian dulu.

Konsep mengenai komunikasi persuasif atau profetik tercantum juga dalam

Al-Quran,37yaitu sebagai berikut:

"Dan hendaklah ada di antara kamu sekelompok umat yang menyeru kepada kebaikan, menyeru kepada yang maruf dan mencegah dari yang munkar. Merekalah orang-orang yang Berjaya." (QS. Ali Imran: 104)

"Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang maruf dan mencegah dari yang munkar dan beriman kepada Allah".(QS. Ali Imran: 110)

Misi komunikasi profetik adalah membebaskan manusia sejauh

mungkin dari praktik komunikasi yang menimbulkan syak wasangka,

kebohongan publik, penyebaran fitnah, kebohongan yang dusta. Komunikasi

profetik tidak menoleransi segala perilaku yang dinilai mempraktikan

kebohongan.

Dalam cita-cita masyarakat profetik, segala kabar bohong yang tersaji

di media harus diberi apresiasi kognisi yang interaktif. Khalayak atau

37

(46)

33

komunikan dalam masyarakat profetik tidak diposisikan sebagai objek yang

hanya menerima saja seluruh sajian televisi, atau penerima (receiver) seperti istilah yang dinyatakan Shannon dan Weaver, tetapi diposisikan sebagai

subjek dalam kegiatan komunikasi.38

E. Jurnalistik Televisi

Siaran televisi di Indonesia dimulai pada tahun 1962. Saat itu

masyarakat Indonesia disuguhi tontonan realita yang begitu memukau.

Meskipun hanya siaran televisi hitam putih, tapi siaran pertama televisi di

Indonesia itu menjadi momentum yang sangat bersejarah. Booming televisi dimulai pada tahun 1992 ketika RCTI mulai mengudara dengan bantuan

decorder.39

Televisi didasarkan pada teknologi elektronik. Dalam teknologi

yang masih analog, kamera peka cahaya memindai sebuah adegan dengan

pergeseran amat cepat melintasi beberapa ratus garis horizontal. Hasilnya

adalah lintasan cahaya yang ditransmisikan ke penerima, dan penerima ini

mengubahnya kembali menjadi gambar aslinya dengan memanfaatkan

elektron yang dikirimkan garis horizontal di layar kaca. Sekarang terjadi

pergeseran dari teknologi ke digital.40

Jurnalisme televisi bersandar pada informasi visual dalam

mengilustrasikan lapisannya. Termasuk wawancara kamera dengan

38

Iswandi Syahputra, Komunikasi Profektif: Konsep dan Pendekatan, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2007), h. 135.

39

Askurifai Baksin, Jurnalistik Televisi: Teori dan Praktik, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media: Bandung, 2006), h.15.

40

(47)

orang sengaja dilibatkan dan berkaitan dengan objek yang diwawancarai.

Grafis juga bisa digunakan dengan mendukungnya.41

Televisi lebih mengutamakan kecepatan dan berita yang disampaikan

kepada pemirsa dengan berlomba-lomba menampilkan berita secara langsung.

Televisi bekerja lebih untuk menampilkan gambar yang menarik dan fakta

yang akurat kepada khalayak. Fokus utama berita televisi biasanya kurang

mengutamakan isi. Mereka lebih menekankan kualitas televisi sebuah berita,

seperti (tayangan) videonya, tata suara, pemilihan waktu tayang dan

bagaimana semua hal tersebut cocok untuk disiarkan.42

Televisi mempengaruhi pemikiran khalayak yang melihatnya baik

dalam jangka waktu yang pendek maupun panjang. Televisi memberikan

pengaruh bagi pikiran khalayak. Para jurnalis televisi hanya mengambil berita

yang memiliki pengaruh yang paling kuat dan disaat itulan mereka

membuatnya menjadi berita terbaik yang dapat mereka kerjakan.43

Jurnalis televisi menginformasikan fakta, peristiwa dan fenomena.

Kualitas pribadi jurnalis televisi ditentukan pada setiap bentuk penyiaran.

Bagaimana ia mempengaruhi pemirsa dengan tayangan yang memiliki

keistimewaan personalitas. Salah satu aspek jurnalisme televisi ialah

menampilkan persoalan, kejadian dan fenomena melalui kemasan tayangan

suara dan gambar.

41

Sudirman Tebba, Jurnalistik Baru, (Jakarta: Kalam Indonesia, 2005), h. 82. 42

Septiawan Santara K., Jurnalisme Kontemporer, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005), h. 120.

43

(48)

35

F. Berita

Berita merupakan sebuah laporan tentang suatu peristiwa,

kecenderungan,opini, situasi, kondisi yang sangat cepat disampaikan melalui

media yang mengandung hal yang menarik dan penting bagi masyarakat.44

Berita adalah laporan tentang fakta peristiwa atau pendapat yang

aktual, menarik, berguna dan dipublikasikan melalui media massa periodik

yaitu surat kabar, majalah, radio dan televisi. Berita televisi bukan hanya

sekadar melaporkan fakta tulisan atau narasi, tetapi juga gambar (visual), baik

gambar diam, seperti foto, gambar peta, grafis, maupun film berita yakni

rekaman peristiwa yang menjadi topik berita dan mampu memikat pemirsa.

Bagi berita televisi, gambar adalah primadona atau paling utama daripada

narasi. Kalau gambar berita yang disiarkan mampu bercerita banyak, maka

narasi hanya sebagai penunjang saja. Berita televisi tanpa gambar tidak

ubahnya dengan berita radio. Jadi, dapat disimpulkan, berita televisi adalah

laporan tentang fakta peristiwa atau pendapat manusia atau kedua-duanya

yang disertai gambar (visual), aktual, menarik, berguna dan disiarkan melalui media massa televisi secara periodik.45

Dalam menulis berita, struktur penulisan berita mengikuti pola yang

disebut piramida terbalik. Dalam menulis berita setiap jurnalis harus

memikirkan bagaimana sebuah informasi yang termuat dalam who, what, where, why, whendanhow atau biasa disebut dalam rumus 5W+1H dapat

44

Suhaemi M.si dan Rulli Nasrullah M.si., Bahasa Jurnalistik, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), h. 28.

45

[image:48.595.101.515.220.580.2]
(49)

dimuat di paragraf-paragraf terdepan. Sedangkan paragraf selanjutnya sampai

akhir berita tulisan yang dimuat adalah penjelasan singkat dari salah satu atau

beberapa poin dalam rumus 5W+ 1H.46

Berita televisi dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu :

1. Berita fakta peristiwa, berita fakta peristiwa adalah laporan tentang segala

sesuatu peristiwa sebagaimana adanya, misalnya, kebakaran, bencana alam

dan kecelakaan.

2. Berita fakta pendapat, adalah laporan tentang pernyataan atau pendapat

manusia mengenai segala sesuatu yang tengah aktual, misalnya pendapat

pakar mengenai implikasi kenaikan BBM.

3. Berita fakta peristiwa dan fakta pendapat, adalah laporan tentang segala

sesuatu peristiwa yang terjadi dan pendapat manusia yang berkompeten

mengenai fakta berita tersebut. Misalnya ratusan ribu TKI dari negeri jiran

kembali ke tanah air.47

Kriteria berita televisi harus aktual, menarik dan berguna bagi sebagian

besar khalayak. Nilai berita juga sangat ditentukan faktor kedekatan

(proximity), kepopuleran seseorang (prominent), konflik (conflict) dan nilai kemanusiaan (human interest).48 Berita televisi harus menarik berisi gambar, naskah berita serta sumber yang diwawancarai. Berita televisi harus menarik

dari segi gambar, audio dan bahasa.

46

Suhaemi M.si dan Rulli Nasrullah M.si., Bahasa Jurnalistik (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), h. 28.

47

Drs. Arifin S. Harahap, M.si, Teknik Memburu dan Menulis Berita TV, (Jakarta: PT Indeks, 2007), h. 5.

48

(50)

37

G. Televisi Streaming

Streaming adalah proses pengiriman data kontinu alias terus menerus yang dilakukan secara broadcast melalui internet untuk ditampilkan oleh aplikasi streaming pada personal komputer (klien). Paket-paket data yang dikirimkan telah di kompresi untuk memudahkan pengirimannya melalui

internet. Stream berasal dari bahasa Inggris yang artinya sungai. Proses

streaming bisa diibaratkan seperti aliran air di sungai yang tak pernah terputus kecuali jika sumber mata airnya mengering. Seperti aliran di sungai, aliran

data streaming dilakukan tanpa ada interupsi dan dilakukan secara kontinyu hingga datanya habis, artinya telah selesai dikirim dan ditampilkan dalam

personal komputer si pengguna. Streaming secara langsung akan menjalankan file video atau audio yang terletak pada server dapat langsung dijalankan pada komputer klien sesaat setelah ada permintaan dari user. 49

Media streaming yaitu sebuah teknologi yang memungkinkan distribusi data audio, video dan multimedia secara real time melalui internet. Media streaming merupakan pengiriman media digital (berupa video, suara dan data) agar bisa diterima secara terus menerus (stream). Data tersebut dikirim dari sebuah server aplikasi dan diterima serta ditampilkan secara real time oleh aplikasi pada komputer klien. 50

Sekarang teknologi streaming dimanfaatkan oleh stasiun televisi yang untuk mengalirkan siaran televisi dari master control room online melalui internet. Saat ini telah tersedia web yang mendukung video streaming, maka

49

Andi Fachruddin, Dasar-dasar Produksi Televisi, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), h. 198.

50

(51)

penonton atau pemirsa televisi bisa menonton televisi di web. Komputer pengguna yang telah dilengkapi software Adobe Flash Player akan bisa

melihat siaran televisi (stasiu

Gambar

gambar maupun suara juga semakin meningkat seiring dengan bertambahnya
gambar diam, seperti foto, gambar peta, grafis, maupun film berita yakni
gambaran dan nilai-nilai keislaman dibalik berita-berita yang disajikan. H-TV
Tabel 1 Representasi Stuart Hall
+4

Referensi

Dokumen terkait