(Studi Kasus Berita Obat-obatan Haram Pada Berita Liputan Utama di
Hidayatullah Televisi)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh :
Kaka Silmy Kaafah
NIM :1110051100087
KONSENTRASI JURNALISTIK
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan meperoleh gelar strata 1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 03 Oktober 2014
i
Tentang Obat-obatan Haram Pada Program Berita Liputan Utama di Hidayatullah Televisi (Studi Kasus Berita Obat-obatan Haram Pada Berita Liputan Utama di Hidayatullah Televisi)
Lembaga Pengkajian Pangan Obat-obatan dan Kosmetika (LPPOM) pada awal tahun 2014 mengungkapkan fakta bahwa dari 30.000 produk obat yang yang beredar di Indonesia hanya 22 produk obat saja yang telah disertifikasi halal. Dengan sedikitnya obat-obatan yang beredar di Indonesia maka Menteri Kesehatan Nafsiyah Mboi membolehkan penggunaan obat-obatan haram dalam keadaan darurat. Untuk memberikan rasa aman kepada konsumen obat dan memberikan pengetahuan yang mendalam tentang pentingnya sertifikasi halal obat, maka Hidayatullah TV sebagai media Islam yang mempunyai tujuan untuk kebaikan umat menayangkan berita tentang obat-obatan haram
Berdasar latar belakang masalah di atas, maka muncul pertanyaan pada penelitian, yaitu: Bagaimana pesan dakwah Islam direpresentasikan dalam berita obat-obatan halal haram di Liputan Utama Hidayatullah TV? Lalu mengapa nilai-nilai jurnalisme profetik digunakan dalam berita tersebut?
Penelitian ini adalah penelitian analisis isi (content analysis) adalah teknik penelitian untuk membuat inferensi-inferensi yang dapat ditiru (replicable), dan sahih data dengan memerhatikan konteksnya. Analisis isi berhubungan dengan komunikasi atau isi komunikasi. Logika dasar dalam komunikasi, bahwa setiap komunikasi selalu berisi pesan dalam sinyal komunikasinya itu, baik berupa verbal maupun non verbal. Sejauh itu, makna komunikasi menjadi amat dominan dalam setiap peristiwa komunikasi. Kemudian membacanya melalui teks berita, lalu mendeskripsikan kasus-kasus dari konteksnya sesuai dengan jurnalisme profetik.
Secara keseluruhan representasi yang diwacanakan oleh Menteri Kesehatan Nafsiyah Mboi tidak sesuai dengan nilai-nilai syariat Islam, karena Menkes yang menilai obat haram boleh dikonsumsi karena keadaan darurat, dibantahkan oleh pernyataan Ketua MUI, Ma’ruf Amin yang menyatakan bahwa pernyataan Menkes menyesatkan. Ketua LPPOM MUI, Lukmanul Hakim menilai sertifikasi obat halal terhambat karena bersifat sukarela.
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Swt., Tuhan semesta alam yang tak pernah henti
melimpahkan karunia, ridho, dan nikmatNya kepada para makhluk yang hidup
dan mati atas kehendakNya. Tak lupa shalawat teriring salam semoga tercurah
kepada baginda Rasulullah Muhammad Saw., beserta keluarga dan para
sahabatnya yang telah menjadi suri tauladan yang baik bagi umat Muslim di
seluruh dunia.
Setelah berhasil menyelesaikan penelitian ini selama beberapa bulan,
peneliti bermaksud untuk mengucapkan terima kasih kepada orang-orang yang
selama ini memberi bantuan, dukungan dan motivasi untuk penyelesaian skripsi
ini. Mereka adalah:
1. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi, Dr. H. Arief Subhan, M.Ag.
serta Wakil Dekan I Bidang Akademik, Bapak Dr. Suparto, M.Ed, Ph.D.
pembantu Dekan II Bidang Administrasi Umum, Bapak Drs. Jumroni, M.Si.
Pembantu Dekan III Bidang Kemahasiswaan, Bapak Dr. H. Sunandar Ibnu
Nur, M.Ag.
2. Ketua Konsentrasi Jurnalistik, Bapak Kholis Ridho, M.Si. beserta Sekretaris
Konsentrasi Jurnalistik, Ibu Dra. Hj. Musfirah Nurlaily, M.A.
3. Dosen Pembimbing Ibu Fita Faturrokhmah SS, M.Si., yang selalu
iii
4. Orangtua tercinta Ibunda Linda Ulana, Ayahanda Mustafa Kamal dan Uwa
Deden , yang selalu mendukung, memberikan ceramah-ceramah setiap hari
agar skripsi segera rampung, dan selalu memberikan kekuatan dan bimbingan
agar anakmu suskses dunia dan akhirat. Semoga Allah senantiasa
memberikan kesehatan dan umur panjang.
5. Kepada Umi yang selalu menemani disaat suka dan duka yang selalu
memberikan dukungan dan masukan agar lulus kuliah secepatnya. Semoga
Allah senantiasa memberikan kesehatan dan umur panjang.
6. Untuk adikku tersayang, Siti Hawa (alm) dan Sajili (alm), semoga kalian
selalu bahagia di Surga.
7. Terima kasih kepada Redaksi Hidayatullah TV, Surya Fachrizal Ginting.
Terima kasih karena telah memudahkan dalam penelitian skripsi ini.
8. Teman-teman seperjuangan Konsentrasi Jurnalistik 2010, yang selalu
menemani selama empat tahun setengah kita bersama, terutama untuk JCO,
Mega, Devi, Ocha, Sita, Ririn, Fitri, Kenwal, Muta, Andi, Medan, Aji, Rani,
Tata, Meylisa, Erna, Voni, Isye, Oji, Damar, Widia, Ufi, Nandri, Ciput,
Fakhri dan Ali.
9. Teman-teman seperjuanganku naik kereta setiap hari Iwan, Balqis, Fini,
DINDA, Nurul, Rina, dan Sita. Kereta selalu mengajarkan kita arti sebuah
iv
10.Teman-teman KKN Super di Rajeg, Fanny, Karina, Diana, Ilut, Agis, Ufi,
Heru, Denny, Ali, Arfian, Okty, Legra, Egis, Redho, Ari, dan Azom.
11.Keluarga besarku dan ponakanku tersayang, Uwa Rina, Anis, Engguy,
A’doni, Fuad, Ibu, Abah, Dafi, Nofal, Lutfan, Gio, Resma, Icha, Abi, Iza,
Rina, Ilma dll.
12.Sahabat yang selalu mendukung saat suka maupun duka Eva dan Nina.
13.Teman-teman SMAN 7 TANGSEL, Mala, Randy, Febry, Elis, Haryadi,
Daus, Tuti, Gilang, dll.
14.Teman-teman seperjuangan ANTARA, Dwiyan, Umay, Andy, Khalil, Gina,
Dea, dan Della.
Jakarta, 03 Oktober 2014
v
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah ... 7
C. Tujuan dan Manfaat ... 7
D. Metodologi Penelitian 1. Paradigma Penelitian ... 8
2. Pendekatan Penelitian ... 9
3. Jenis Peneitian ... 9
4. Metode Penelitian ... 10
5. Tempat dan Waktu Penelitian ... 11
6. Subjek dan Objek Penelitian ... 11
7. Teknik Pengumpulan Data ... 11
vi
9. Instrumen dan Alat Bantu ... 13
10.Teknik Analisis Data ... 13
E. Tinjauan Pustaka ... 14
F. Sistematika Penulisan ... 15
BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA KONSEP A. Teori Representasi Stuart Hall ... 17
B. Pesan Dakwah ... 22
C. Dakwah ... 26
D. Jurnalisme Profetik ... 28
E. Jurnalistik Televisi ... 33
F. Berita ... 35
G. Televisi Streaming ... 37
H. Konsep Obat Halal dan Haram Dalam Islam ... 38
BAB III PROFIL HIDAYATULLAH TV A. Sejarah Singkat Hidayatullah TV ... 44
B. Visi dan Misi Hidayatullah TV ... 46
C. Struktur Redaksi Hidayatullah TV ... 46
BAB IV ANALISIS DATA DAN PENEMUAN A. Representasi Pesan-Pesan Dakwah Islam ... 49
1. Representasi Stuart Hall ... 49
vii BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ... 81
B. Saran ... 83
DAFTAR PUSTAKA ... 85
viii
DAFTAR TABEL
1. Tabel 1 Representasi Stuart Hall ... 50
2. Tabel 2 Representasi Pesan Obat Halal dan Haram ... 53
3. Tabel 3 Sub Kategori Pesan Dakwah ... 67
4. Tabel 5 Nilai-nilai Jurnalisme Profetik Pada Pesan Obat-obatan Halal dan
Haram ... 72
ix
Lampiran 1 Surat Permohonan Bimbingan Skripsi
Lampiran 2 Surat Keterangan Penelitian Dari Hidayatullah TV
Lampiran 3 Transkip Wawancara Peneliti Dengan Redaksi
Hidayatullah TV
Lampiran 4 Dokumentasi Wawancara
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Obat-obatan yang beredar di Indonesia, belum sepenuhnya
mendapatkan sertifikasi halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI). Jumlah
produk yang tersertifikasi halal di Indonesia masih di bawah angka 1%. Dari
tiga puluh ribu obat, hanya 22 produk obat yang telah lulus uji halal, menurut
Lukmanul Hakim, Direktur Lembaga Pengkajian Pangan Obat-obatan dan
Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI), rendahnya angka
tersebut karena sertifikasi halal belum diwajibkan oleh pemerintah.1
Masyarakat perlu mengetahui obat-obatan seperti apa yang halal untuk
dikonsumsi. Hidayatullah TV mengangkat berita tentang obat-obatan haram
ke dalam program berita, yang bernama Liputan Utama. Berita tersebut
berjudul, Terkepung Obat-obatan Haram, edisi 17 maret 2014. Sertifikasi obat
halal haram masih menjadi perbincangan oleh Majelis Ulama Indonesia
(MUI) dan Menteri Kesehatan Nafsiyah Mboi, karena belum adanya peraturan
pemerintah yang tegas mengenai aturan peredaran obat-obatan haram.
Konsumsi pangan dan obat-obatan yang bersertifikasi halal perlu
dilakukan karena berdasarkan hasil survei yang dilakukan pada tahun 2005
oleh Jurnal LPPOM MUI menunjukkan bahwa 77% responden sangat peduli
terhadap kehalalan makanan yang akan dikonsumsi bahkan untuk produk
1
impor kepeduliannya mencapai 90%. Kasus sertifikasi halal terjadi pada akhir
tahun 2000 pada kasus Ajinomoto. Setelah memperoleh sertifikat halal pada
tanggal 30 September 1998, pihak manajemen Ajinomoto secara sepihak
kemudian mengubah proses produksi dengan menggunakan bacto soytone
sebagai kasalisator dalam menumbuhkan bakteri yang “dicurigai” berasal dari
pankreas babi. Akibatnya, MUI membatalkan sertifikat halal yang telah
dikeluarkan sebelumnya dan menyatakan haram terhadap produk Ajinomoto
tersebut. Keadaan ini bertambah heboh dengan adanya campur tangan
Presiden Gus Dur yang memberikan fatwa halal terhadap produk tersebut,
setelah bertemu dengan menteri kehakiman Jepang di Istana Negara. Hal ini
terjadi karena ada perbedaan makna sertifikasi halal antara pemerintah dan
MUI yang mengacu pada sertifikasi halal yang bersifat sukarela. 2
Dalam berita tersebut peneliti melihat adanya pesan-pesan dakwah dan
nilai-nilai jurnalisme profetik yang mengemban misi „amar makruf nahi munkar yaitu mengajak kepada kebaikan, memerintahkan kepada yang makruf, dan mencegah dari yang munkar. Jurnalisme profetik merupakan
bentuk jurnalisme yang tidak hanya melaporkan berita dan masalah secara
lengkap, jelas, jujur, serta aktual tetapi juga memberikan prediksi serta
petunjuk ke arah perubahan, transformasi, berdasarkan cita-cita etik dan
profetik islam. Ia menjadi jurnalisme yang secara sadar dan bertanggungjawab
memuat kandungan nilai-nilai dan cita islam.3
Hidayatullah TV adalah televisi streaming Islam yang dapat di akses
2
Sopa, Sertifikasi Halal Majelis Ulama Indonesia (Jakarta: GP Press, 2013), h. 5-6.
3
3
melalui situs www.hidayatullah.com. Dengan semakin maraknya penggunaan
teknologi internet. Televisi streaming menjadi suatu teknologi televisi berbasis video yang memudahkan pengakses internet untuk mendapatkan
informasi yang akurat. Teknologi multimedia melalui internet semakin
[image:16.595.96.516.207.587.2]berkembang secara online. Perkembangan encoding dan decoding untuk gambar maupun suara juga semakin meningkat seiring dengan bertambahnya
kecepatan komputer.
Media streaming yaitu sebuah teknologi yang memungkinkan distribusi data audio, video dan multimedia secara real-time melalui internet. Media streaming merupakan media digital (berupa video, suara dan data) agar bisa diterima terus menerus (stream).4 Teknologi streaming dimanfaatkan oleh stasiun televisi untuk mengalirkan siaran televisi dari master control room-online melalui internet.5
Televisi streaming bernafaskan Islam semakin berkembang di Indonesia, ada 13 televisi streaming Islam yang berjalan di jalur dakwah dan aktif di media internet yaitu Ahsan Tv, Rodja TV, A-Channel, Pencerahan
TV, Laatahzan TV, Lantabur TV, Yufid TV, Salwa TV, TV Insan, Sunnah
TV, TV Wesal, MQTV, dan Hidayatullah TV (H-TV). Televisi tersebut
merupakan televisi yang dapat diakses secara online, yang berisi tentang
kajian dakwah, berita, talkshow dan ceramah serta tadabbur Al-Quran. Peneliti meneliti salah satu media televisi streaming Islam yaitu Hidayatullah TV karena terdapat program berita “Liputan Utama” yaitu suatu program
4
Andi Fachruddin, Dasar-dasar Produksi Televisi (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), h. 199.
5
berita yang dikemas secara menarik dan Islami yang memberitakan seputar
permasalahan aktual dan dikemas berdasarkan nilai-nilai Islam.
Televisi memiliki pengaruh yang besar untuk mempengaruhi
pemikiran publik. Televisi streaming memungkinkan pengguna untuk memilih konten atau acara televisi yang mereka ingin lihat dari sebuah arsip dari
konten atau dari direktori saluran. Dua bentuk dari menonton televisi internet
streaming konten langsung ke media player atau hanya mendownload media ke komputer pengguna. Layanan menyaksikan program televisi berbasis web
bertujuan memanfaatkan teknologi video streaming untuk menyaksikan siaran televisi dimana pun tanpa harus menggunakan pesawat televisi. Siaran khusus
televisi streaming ini tidak ada siaran terrestrial dan satelit komunikasinya hanya di internet saja dan gratis. Siarannya pun terbatas pada format program
informasi, citizen journalism, dan informasi data tertulis yang menampilkan berita-berita penting dan data-data lainnya.6
Dalam tayangan televisi streaming Islam, salah satunya Hidayatullah TV, peneliti meneliti tentang nilai-nilai jurnalisme profetik yang terkandung
dalam proses penayangan suatu berita di televisi. Televisi memiliki pengaruh
yang besar bagi pemikiran khalayak. Sehingga jurnalisme profetik penting
untuk diteliti karena jurnalisme profetik merupakan suatu bentuk jurnalisme
yang tidak hanya melaporkan berita dan masalah secara lengkap, jelas, jujur,
serta aktual tetapi juga memberikan prediksi serta petunjuk ke arah perubahan,
transformasi, berdasarkan cita-cita etik dan profetik islam. Ia menjadi
jurnalisme yang secara sadar dan bertanggung jawab memuat kandungan
6
5
nilai dan cita-cita Islam.7
Tanggung jawab profetik Islam yaitu mengupayakan agar ajaran Islam
tetap dan selalu fungsional serta aktual dalam kehidupan. Jurnalis muslim
tidak boleh tinggal diam jika melihat ada kemungkaran dalam dunia yang
digelutinya, misalnya menyaksikan pencitraan negatif tentang islam atau ada
rekayasa yang memojokkan Islam dan umatnya di media massa. Sebagai juru
dakwah yang menebarkan kebenaran ilahi, jurnalis muslim laksana
“penyambung lidah” para nabi dan ulama. Karena itu, ia pun dituntut memiliki
sifat-sifat kenabian seperti Shiddiq, Amanah, Tabligh dan Fathonah.
Misi komunikasi profetik adalah membebaskan manusia sejauh
mungkin dari praktik komunikasi yang menimbulkan prasangka, kebohongan
publik, penyebaran fitnah, kebohongan yang dusta. Komunikasi profetik tidak
menoleransi segala perilaku yang dinilai mempraktikan kebohongan.8
Jurnalisme profetik menekankan pada jurnalisme kenabian yang
diajarkan oleh Rasulullah yang sesuai dengan nilai-nilai kenabian dan ajaran
Islam. Televisi streaming Islam dapat dengan mudah ditemukan pada penelusuran (searching) terlebih dahulu di web. Televisi streaming
memudahkan masyarakat untuk mengetahui berita secara cepat dan praktis.
Peneliti mengangkat televisi streaming Islam yaitu Hidayatullah TV.
Hidayatullah TV atau H-TV adalah salah satu media publikasi yang
dimiliki oleh Kelompok Media Hidayatullah (KMH). H-TV memproduksi
konten-konten berita dan non berita dalam bentuk audio visual atau dikenal
7
Asep Syamsul M.Romli, Jurnalistik Dakwah: Visi, Misi Dakwah Bil Qalam (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003), h. 35.
8
dengan sebutan video. Selama masa perintisan, H-TV akan tayang melalui
saluran internet di situs www.hidayatullah.com/. Di antara program-program
yang telah disiapkan oleh H-TV adalah Liputan Utama, Mutiara Hikmah,
Serial Dai, Features dan liputan keumatan lain. Liputan Utama adalah sebuah
paket berita mendalam atau in-depth news yang mengangkat tema-tema penting namun memiliki nilai berita yang tidak cepat basi. Tayangan Liputan
Utama akan diperbarui setiap Senin pekan pertama dan ketiga.9
H-TV merupakan suatu televisi streaming yang bernafaskan jurnalisme Islam yang dalam penulisan skripsi ini berkaitan pula dengan
jurnalisme profetik. Perkembangan teknologi komunikasi dengan munculnya
televisi streaming Islam memudahkan masyarakat untuk mengakses berita yang akurat dan praktis. Dengan mengusung program berita „Liputan Utama’
Hidayatullah TV mengangkat suatu berita secara mendalam. Penelitian ini
menarik karena meneliti bagaimana kandungan nilai-nilai jurnalisme profetik
yang terdapat dalam proses kerja media di Hidayatullah TV dan meneliti
pesan-pesan dakwah islam secara akidah, syariah dan akhlak yang
direpresentasikan secara bahasa oleh Hidayatullah TV.
Oleh karena itu, peneliti mengangkat judul skripsi, “Representasi
Pesan-pesan Dakwah Islam dan Nilai-nilai Jurnalisme Profetik Tentang
Obat-obatan Haram Pada Program Berita Liputan Utama di Hidayatullah Televisi
(Studi Kasus Berita Obat-obatan Haram Pada Program Berita Liputan Utama
di Hidayatullah Televisi).”
7
B. Batasan Dan Rumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Agar penelitian ini lebih fokus, maka peneliti membatasi tayangan
berita Liputan Utama di Hidayatullah TV yaitu pada edisi Senin, 17 Maret
2014. Dengan tayangan yang berjudul, “Terkepung Obat-obatan Haram”
Peneliti mengambil edisi tersebut karena judul beritanya
membahas tentang sertifikasi obat-obatan halal haram yang masih menjadi
perbincangan dan belum adanya ketentuan hukum yang tegas mengenai
hal tersebut, Hidayatullah TV menginformasikan kepada khalayak bahwa
pentingnya sertifikasi obat halal haram. Peneliti akan menelaah lebih
dalam tentang nilai-nilai pesan dakwah dan nilai-nilai jurnalisme profetik
yang terdapat dalam berita, „Terkepung Obat-obatan Haram’.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah yang telah diuraikan, agar penelitian
ini menjadi terarah, maka rumusan masalahnya adalah:
a. Bagaimana pesan-pesan dakwah Islam direpresentasikan dalam berita
obat-obatan halal dan haram di Liputan Utama Hidayatullah TV?
b. Mengapa nilai-nilai jurnalisme profetik digunakan dalam berita
tersebut?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
syariah dan akhlak yang direpresentasikan secara bahasa.
b. Untuk mendeskripsikan nilai-nilai jurnalisme profetik apa saja yang
digunakan pada berita obat-obatan haram.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Akademis
Secara akademis, peneliti mengharapkan penelitian tentang
Jurnalisme profektif pada televisi streaming Islam ini akan memberikan kontribusi terhadap disiplin ilmu jurnalistik, memberikan
kontribusi dalam bidang dakwah sehingga dapat menambah referensi
pustaka tentang jurnalisme profetik.
b. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi para praktisi
komunikasi jurnalistik, terlebih mahasiswa yang belajar ilmu
jurnalistik di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan
kontribusi yang positif bagi Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi dan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
D. Metodologi Penelitian
1. Paradigma Penelitian
Paradigma yang digunakan oleh peneliti adalah paradigma
9
merupakan konstruksi sosial. Kebenaran suatu realitas bersifat relatif,
berlaku sesuai konteks spesifik yang dinilai oleh pelaku sosial.
Pemahaman suatu realitas, atau temuan suatu penelitian merupakan
produk interaksi peneliti dengan yang diteliti. Nilai etika dan pilihan moral
merupakan bagian tak terpisahkan dari penelitian. Tujuan penelitian
adalah untuk rekontruksi realitas sosial secara dialektis antara peneliti dan
objek penelitian.10 Penelitian menggunakan paradigma kontruktivis karena
ingin melihat realitas yang sesungguhnya dalam berita obat-obatan haram
yang dikontruksi oleh Hidayatullah TV.
2. Pendekatan penelitian
Pendekatan penelitian dalam penelitian ini menggunakan
pendekatan deskriptif kualitatif, yang bertujuan membuat deskripsi secara
sistematis, faktual, dan akurat tentang fakta-fakta dan sifat-sifat populasi
atau objek tertentu. Peneliti sudah mempunyai konsep (biasanya satu
konsep) dan kerangka konseptual. Riset ini untuk menggambarkan realitas
yang sedang terjadi tanpa menjelaskan hubungan antarvariabel.11
3. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah analisis isi
kualitatif. Analisis isi muncul dari ketertarikan peneliti atas data yang
ditampilkan di media massa. Secara umum, analisis isi berupaya
mengungkap berbagai informasi di balik data yang disajikan media atau
10
Iswandi Syahputra, Komunikasi Profetik: Konsep dan Pendekatan (Bandung: Simbiosa Rekatama Media,2007), h. 126.
11
teks. Analisis isi dapat didefinisikan sebagai teknik mengumpulkan dan
menganalisis isi dari suatu teks. “isi” dalam hal ini dapat berupa kata, arti
(makna), gambar, simbol, ide, tema atau beberapa pesan yang dapat
dikomunikasikannya.12 Analisis isi (Content Analysis) adalah teknik penelitian untuk membuat inferensi-inferensi yang dapat ditiru
(replicable), dan sahih data dengan memerhatikan konteksnya. Analisis isi berhubungan dengan komunikasi atau isi komunikasi. Logika dasar dalam
komunikasi, bahwa setiap komunikasi selalu berisi pesan dalam sinyal
komunikasinya itu, naik berupa verbal maupun non verbal. Sejauh itu,
makna komunikasi menjadi amat dominan dalam setiap peristiwa
komunikasi.13
4. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode observasi
(pengamatan berperan serta). Metode penelitian ini menekankan pada
suatu proses yang bertujuan menyarankan konsep-konsep atau
membangun teori berdasarkan realitas nyata manusia. Pengamatan
berperan serta terutama cocok untuk penelitian deskriptif. Menurut Bruyn,
metode pengamatan berperan serta adalah prosedur riset yang dapat
memberikan basis yang memadai untuk menangkap makna, yakni makna
mengenai eksistensi manusia dilihat dari sudut pandang orang dalam.14
12
Nanang Martono, Metode Penelitian Kuantitatif, ( Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2011), h. 86.
13 Herlinda S, “Analisis dan Pengumpulan Data Kualitatif,”
eprints.unsri.ac.id, 2010, h. 77.
14
11
5. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian ini akan dilaksanakan di Hidayatullah TV dan
jangka waktu penelitiannya dari bulan Mei 2014 sampai September.
6. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dalam skripsi ini adalah berita tentang kasus obat-obatan
haram dalam berita Liputan Utama di Hidayatullah TV dan objek
penelitian yang diteliti yaitu berita yang berjudul, “Terkepung Obat-obatan
Haram”, yang mewawancarai tujuh narasumber yaitu, Menteri Kesehatan,
Nafsiyah Mboi, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI), Ma’ruf Amin,
Konsumen, Lie, Pedagang, Evaldi, Prof.Jurnalis Udin, Ketua Lembaga
Produk Pangan Obat-obatan dan Kosmetika (LPPOM) MUI, Lukmanul
Hakim dan Ketua Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Zaenal
Abidin.
7. Teknik Pengumpulan Data
Dalam mengumpulkan data dalam studi kasus, peneliti terdapat
tiga sumber bukti yang dapat dijadikan fokus penelitian yaitu wawancara
mendalam, observasi dan dokumentasi. Wawancara ditunjukkan kepada
pemimpin redaksi, editor, serta penulis berita di Hidayatullah TV untuk
mendapatkan data yang akurat.
a. Wawancara Mendalam
Peneliti menggunakan teknik Indepth Interview. Yaitu peneliti mengajukan beberapa pertanyaan secara mendalam, kemudian dijawab
redaksi Hidayatullah TV, Surya Fachrizal Ginting. Pertanyaan yang
dibuat juga dapat berubah sesuai kebutuhan dan kondisi yang
bertujuan untuk mengetahui secara mendalam mengenai rubrik yang
diteliti. Wawancara mendalam sering juga disebut dengan wawancara
tidak terstruktur.15
b. Observasi
Observasi merupakan suatu teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara mengadakan penelitian secara teliti, serta
pencatatan secara sistematis. Observasi ialah studi yang disengaja dan
sistematis tentang fenomena sosial dan gejala-gejala psikis dengan
jalan pengamatan dan pencatatan.16 Media yang di observasi oleh
peneliti adalah Hidayatullah TV.
c. Dokumentasi
Peneliti mengumpulkan dan mempelajari data melalui literature
dan sumber bacaan, seperti buku-buku yang relevan dengan masalah
yang dibahas dan mendukung penelitian.
8. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
Teknik pemeriksaan keabsahan data dalam skripsi ini
menggunakan triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan
keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data itu
untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.
Triangulasi berarti cara terbaik untuk menghilangkan perbedaan-perbedaan
15
Dedi Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), h.180-181.
16
13
konstruksi kenyataan yang ada dalam konteks suatu studi sewaktu
mengumpulkan data tentang berbagai kejadian dan hubungan dari berbagai
pandangan. Peneliti dapat me-rechek temuannya dengan jalan membandingkannya dengan berbagai sumber, metode, atau teori. Untuk itu, maka peneliti dapat melakukannya dengan jalan, pertama, mengajukan berbagai macam variasi pertanyaan. Kedua, mengeceknya dengan berbagai sumber data. Ketiga, memanfaatkan berbagai metode agar pengecekan kepercayaan data dapat dilakukan.17
9. Instrumen dan Alat Bantu
Instrumen penelitian dalam riset kualitatif adalah peneliti itu
sendiri. Artinya periset terjun langsung melaksanakan riset, periset
mengkreasi sendiri instrumen, baik interview maupun observasi, sehingga
kehadiran peneliti adalah syarat mutlak.18
Alat bantu yang digunakan untuk menunjang peneliti adalah
rekaman wawancara dan transkip wawancara. Peneliti merekam
aspek-aspek yang berkenaan dengan penelitian ini, seperti gambaran-gambaran
yang dapat dijadikan informasi atau data untuk penelitian ini. Rekaman
yang digunakan oleh peneliti yaitu video liputan utama di Hidayatullah TV
tentang obat-obatan haram.
10.Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dalam konteks analisis isi yaitu dengan
17
Lexy J.Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif ( Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013), h. 332.
18
menemukan pesan-pesan yang digunakan dalam berita. Lalu
mengklarifikasi pesan-pesan yang akan digunakan dalam komunikasi
representasi pesan dakwah dalam berita obat-obatan haram lalu
menggunakan kriteria-kriteria tertentu serta membuat prediksi dari
representasi pesan dakwah Islam yang disampaikan.19
E. Tinjauan Pustaka
Dalam menentukan judul skripsi ini peneliti telah mengadakan tinjauan
pustaka untuk pemetaan literature dan pemetaan penelitian. Penelitian yang
telah dilakukan misalnya pertama, skripsi yang berjudul,“Dakwah Melalui Media Televisi (Analisis Program Cahaya di TPI), yang disusun oleh Iwan,
mahasiswa jurusan Komunikasi Penyiaran Islam (KPI), FIDIKOM, UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.20 Persamaan skripsi peneliti dengan skripsi
tersebut, terletak pada tema bahasannya yaitu berdakwah melalui televisi
namun perbedaan dalam skripsi tersebut Iwan menggunakan analisis program
sedangkan penulis menggunakan jenis penelitian studi kasus.
Lalu kedua,skripsi yang berjudul, “Program Dakwah Islam Di Televisi
Komunitas Palmerah”, yang disusun oleh Ahmad Tamamy, mahasiswa
jurusan KPI, FIDIKOM, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.21 Persamaan
skripsinya dengan peneliti yaitu sama-sama berdakwah dengan televisi namun
19 Herlinda S, “Analisis dan Pengumpulan Data Kualitatif,”
eprints.unsri.ac.id, 2010, h.80.
20 Iwan, “Dakwah Melalui Televisi: Analisis Program Cahaya di TPI.” (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2005).
15
perbedaannya skripsi peneliti menggunakan jenis penelitian studi kasus
kualitatif. Ketiga, penelitian skripsi yang berjudul, “ Hak Atas Kehalalan Produk Makanan, Minuman, Obat-obatan, dan Kosmetik Bagi Umat Islam di
Indonesia”, yang disusun oleh Nur Fahmi, mahasiswa jurusan studi Ilmu
Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Indonesia22 yang digunakan sebagai
rujukan dari tinjauan pustaka yang diteliti oleh peneliti. Persamaan skripsi ini
dengan skripsi peneliti terletak pada pembahasannya yaitu tentang hak halal.
Perbedaan penelitian peneliti dengan Nur Fahni, peneliti meneliti fokus
kepada obat-obatan saja sedangkan Nur Fahmi membahas secara menyeluruh
dari produk makanan, minuman dan obat-obatan.
F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab yang
masing-masing bab mempunyai sub-sub bab dengan penyusunan sebagai berikut :
Bab I Pendahuluan
Dalam bab ini peneliti membahas tentang latar belakang masalah,
batasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi
penelitian serta sistematika penulisan.
Bab II Landasan Teori dan Kerangka Konseptual
Dalam bab ini peneliti membahas teori representasi media Stuart Hall,
pesan dakwah, ilmu dakwah, jurnalisme profetik, jurnalistik televisi, berita,
dan televise streaming.
22
Bab III Profil Hidayatullah TV
Dalam bab ini diuraikan sejarah singkat Hidayatullah TV, visi dan misi
Hidayatullah TV dan struktur redaksi Hidayatullah.
Bab IV Analisa Data dan Penemuan
Bab ini berisi temuan data penelitian yaitu nilai pesan dakwah Islam
dan nilai jurnalisme profetik.
Bab V Penutup
Bab ini meliputi kesimpulan, saran, daftar pustaka dan
17
BAB II
LANDASAN TEORI DAN KERANGKA KONSEPTUAL
A. Teori Representasi Media Stuart Hall
Istilah representasi menunjuk pada bagaimana seseorang, satu
kelompok, gagasan atau pendapat tertentu ditampilkan dalam pemberitaan.
Representasi itu penting dalam dua hal. Pertama, apakah seseorang, kelompok,
atau gagasan tersebut ditampilkan sebagaimana mestinya. Kedua, bagaimana
representasi tersebut ditampilkan. Dengan kata, kalimat, aksentuasi, dan
bantuan foto macam apa seseorang, kelompok, atau gagasan tersebut
ditampilkan dalam pemberitaan kepada khalayak.1
Representasi dilakukan oleh sebuah media tertentu guna memunculkan
dan membuat gambaran pada media tersebut. Representasi tidak akan ada jika
representasi tersebut tidak dibuat sesuai dengan misi media itu sendiri dan
memenuhi media itu sendiri. Jadi, reprsentasi melalui proses bagaimana
gagasan ditampilkan oleh suatu media.
Menurut Stuart Hall, media melakukan representasi kelompok lain
melalui proses yang kompleks, melalui proses pendefinisian dan penandaan,
sehingga ketika ada kelompok yang buruk dalam pemberitaan, itu
direpresentasikan sebagai sesuatu yang wajar, terlihat alamiah, memang
demikian kenyataannya. Hall berpendapat, media memainkan peranan
penting. Media tidaklah secara sederhana dipandang refleksi dari konsensus,
1
tetapi media mereproduksi dan memapankan definisi dari situasi yang
mendukung dan melegitimasi suatu struktur, mendukung suatu tindakan dan
mendelegitimasi tindakan lain.2
Menurut Hall, pandangan realitas yang didominasi oleh kelompok
sosial di masyarakat memberikan pengaruh pada pembentukkan ideologi
melalui mana representasi dari realitas dunia tersebut tampak sebagai natural
atau alami. Dalam proses pembentukkan realitas tersebut, ada dua titik
perhatian Stuart Hall. Pertama,bahasa. Bahasa, sebagaimana dipahami oleh kalangan strukturalis, merupakan sistem penandaan. Realitas dapat ditandakan
secara berbeda pada peristiwa yang sama. Makna yang berbeda dapat
dilekatkan pada peristiwa yang sama. Makna timbul dari proses pertarungan
sosial, di mana masing-masing pihak atau kelompok saling mengajukan klaim
kebenarannya sendiri. Wacana di sini dipahami sebagai arena pertarungan
sosial, dan semuanya diartikulasikan lewat bahasa. Bahasa dan wacana disini
dianggap sebagai arena pertarungan sosial, dan bentuk pendefinisian realitas.
Jadi, kenapa A harus ditafsirkan seperti ini dan bukan seperti itu, dikarenakan
lewat pertarungan sosial dalam memperebutkan dan memperjuangkan makna,
pada akhirnya penafsiran atau pemaknaan tertentu yang menang dan lebih
diterima.3
Bahasa yang ditampilkan oleh media melalui proses pertarungan
sosial dan dalam skripsi ini proses pertarungan sosial tersebut ditandai dengan
2
Eriyanto, ANALISIS WACANA: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: PT. LKiS Printing Cemerlang, 2011), h. 27-28.
3
19
wacana dan pernyataan yang dikemukakan oleh Narasumber terkait dengan
permasalalah obat-obatan haram, melalui beberapa narasumber yang
membantah pernyataan Menteri Kesehatan, Nafsiyah Mboi mengenai
bolehnya obat-obatan haram dikonsumsi karena darurat.
Objek dari berbagai praktik ini adalah makna dan pesan dalam bentuk
komunikasi atau bahasa mana pun melalui pengoperasian kode dalam rantai
sintagmatik diskursus. Maka berbagai aparatus, relasi, dan praktik produksi itu
muncul, pada momen tertentu dalam bentuk wahana simbolik yang tercipta
dalam aturan bahasa.4
Hall dalam studi tentang kajian media menggunakan isi media sebagai
pemicu, untuk memulai sebuah kerangka kerja yang mengungkap lebih
banyak lagi apa yang secara umum didefinisikan sebagai peran „ideologis’
media. Pendekatan yang terakhir ini mendefinisikan media sebagai kekuatan
cultural dan ideologis yang besar, yang berada dan dengan cara bagaimana pembentukkan dan transformasi ideologi populer dalam diri para audiens
ditangani.5
Kedua, politik penandaan, yakni bagaimana praktik sosial dalam membentuk makna, mengontrol, dan menentukkan makna. Titik perhatian
Hall di sini adalah peran media dalam menandatangani peristiwa atau realitas
dalam pandangan tertentu, dan menunjukkan bagaimana kekuasaan ideologi di
sini berperan. Ideologi menjadi bidang di mana pertarungan dari kelompok
4
Stuart Hall, Dorothy Hobson, Andrew Lowe dan Paul Willis, Budaya, Media, Bahasa (Yogyakarta :Jalasutra, 2011), h. 214.
5
yang ada dalam masyarakat. Akan tetapi, posisi demikian juga menunjukkan
bahwa ideologi melekat pada produksi sosial, produksi media dan sistem
budaya. Setiap budaya memberikan bentuk episode pemikiran tertentu dan
menyediakan anggota dari komunitas tersebut sebuah pemikiran atau gagasan
tertentu sehingga mereka tinggal menerima (taken for granted) dalam pengetahuan mereka. Efek dari ideologi dalam media itu adalah menampilkan
pesan dan realitas hasil kontruksi tersebut tampak seperti nyata, natural, dan
benar. Pengertian tentang realitas itu tergantung pada bagaimana sesuatu
tersebut ditandakan dan dimaknai.6
Menurut Althusser ideologi adalah citraan,
representasi, kategori yang melaluinya manusia menjalani dengan cara
imajiner relasi nyatanya dengan kondisi eksistensinya. Althusser
mendefinisikan ideologi sebagai sebuah reprsentasi tentang relasi imajiner
individu-individu dengan kondisi real keberadaan mereka. Karakter, imajiner,
relasi ini mengacu pada karakter ideologi yang menyebabkan suatu kondisi
tidak terpersepsi tanpa terdistorsi. Efek ideologis ini tidak dianggap berasal
dari kesadaran palsu atau kehendak untuk menipu oleh kelas dominan,
melainkan penyamaran yang tak terelakkan atas pelbagai realitas sosial.7
Dalam representasi Stuart Hall terdapat pembahasan tentang budaya,
kajian tentang budaya didasarkan secara teoritis pada pengetahuan yang akurat
tentang subjek yang bersangkutan.8 Teks-teks merupakan jenis respons
berbeda terhadap interpretasi pertanda histori yang menentukkan. Teks-teks
6
.Eriyanto, ANALISIS WACANA: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta :PT. LKiS Printing Cemerlang, 2011), h. 31.
7
Stuart Hall, dkk., Budaya Media Bahasa (Yogyakarta: Jalasutra, 2011), h.33. 8
21
tersebut memuat pemikiran yang memiliki disiplin agar bisa relevan dengan
atau mungkin mempengaruhi zaman atas teks-teks sendiri. Teks-teks itu jauh
dari netral atau ilmiah: teks-teks itu sendiri merupakan intervensi budaya.9
Levi Straus dan Barthes menggunakan model linguistik struktural sebagai
paradigma untuk studi budaya ilmiah. Bahasa yang merupakan media untuk
menghasilkan makna adalah sistem yang teratur atau yang terstruktur dan
sekaligus sarana ekspresi. Bahasa bisa secara ketat dan sistematis dikaji
namun bukan dalam kerangka sejumlah determinasi sederhana. Sebaliknya,
bahasa harus di analisis sebagai struktur kemungkinan yang beragam, susunan
unsur dalam rangkaian pertandaan, bukan sebagai praktik mengekspresikan
dunia, (yakni mereflesikannya dalam kata-kata). Budaya tidak lagi
semata-mata merefleksikan praktik lain dalam ide. Budaya pada dirinya sendiri adalah
praktik-praktik, melakukan pertandaan, dan memiliki produk sendiri yang
jelas kata-katanya yaitu makna.10
Representasi terdapat elemen-elemen yang ditandai secara teknis, yaitu
dalam bahasa tulis seperti kata, proposisi, kalimat, foto, caption, grafik dan
sebagainya. Sedangkan dalam telelvisi seperti kamera, tata cahaya, editing,
musik dan sebagaiknya. Elemen-elemen tersebut ditransmisikan ke dalam
kode representasional yang memasukkan di antaranya bagaimana objek di
gambarkan: karakter, narasi, setting, dialog dan sebagainya. Representasi
sekaligus misrepresentasi tersebut adalah peristiwa kebahasaan.
Misrepresentasi adalah ketidakbenaran penggambaran, kesalahan sebagaimana
9
Stuart Hall, Budaya Media Bahasa, h.6. 10
mestinya atau adanya tetapi digambarkan secara buruk. Oleh karena itu, yang
perlu dikritisi disini adalah pemakaian bahasa yang ditampilkan oleh media.
Proses ini berhubungan dengan pemakaian bahasa dalam menuliskan realitas
yang dibaca oleh khalayak. Terdapat dua proses yang dilakukan media dalam
memaknai realitas. Pertama, memilih fakta. Proses ini tidak mungkin melihat
peristiwa tanpa persepektif. Kedua, menuliskan fakta. Proses ini berhubungan
dengan bagaimana fakta yang dipilih itu disajikan kepada khalayak. Gagasan
itu diungkapkan dengan kata, kalimat, dan proposisi apa, dengan bantuan
aksentuasi foto dan gambar apa dan sebagainya.11
B. Pesan Dakwah
Pesan ialah apa yang dikomunikasikan oleh sumber kepada penerima.
Dan pesan merupakan seperangkat simbol verbal dan non verbal yang
mewakili perasaan, nilai, gagasan dan maksud sumber tadi. Pesan itu sendiri
memiliki tiga komponen yaitu makna simbol yang digunakan untuk
menyampaikan makna dan bentuk atau organisasi pesan. Pesan yang
dimaksud adalah komunikasi dakwah yang disampaikan oleh mad’u.12
Pesan dalam komunikasi dakwah memiliki tujuan untuk menyampaikan
materi dakwah yang disampaikan oleh mad’u menggunakan lambang yang
beragam yang digunakan pula dalam komunikasi dakwah yaitu melalui
bahasa, gambar, visual dan sebagainya.
Pesan komunikasi yang disampaikan kepada mad’u dengan
11
Eriyanto, ANALISIS WACANA: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta :PT. LKiS Printing Cemerlang, 2011), h. 115-116.
12
23
menggabungkan kolaborasi lambang, seperti pesan komunikasi melalui
retorika, surat kabar, film dan televisi.13 Syarat pertama yang perlu
diperhatikan dalam merencanakan dan menyusun pesan, yaitu menentukkan
tema dan materi (maddah), dakwah yang sesuai dengan kondisi dan situasi khalayak. Pesan dakwah yang dapat menimbulkan perhatian adalah pesan
dakwah yang “mudah diperoleh” (availability) dan karena itu harus “menyolok perbedaannya” (contrast) dengan pesan-pesan yang lain.14
Isi pesan dakwah yang bersumber dari Al-Quran dan hadis. Pesan
dakwah diklasifikasikan menjadi tiga unit sub kategori masalah pokok yaitu
pesan akidah, pesan syariah dan pesan akhlak.
1. Pesan Akidah
Akidah adalah bentuk masdar dari kata “aqada, ya‟qidu
„aqdam‟aqidatan” yang berarti simpulan, ikatan, sangkutan, perjanjian dan
kokoh. Sedang secara teknis akidah berarti iman, kepercayaan dan
keyakinan. Dan tumbuhnya kepercayaan tentunya di dalam hati, sehingga
yang dimaksud akidah adalah kepercayaan yang menghujam atau simpul
dari dalam hati.15
Akidah ialah suatu yang dianut oleh manusia dan
diyakininya, apakah berwujud agama atau lainnya.16
Pesan akidah identik dengan iman. Secara etimologi, iman berarti
pembenaran (tashdiq). Orang yang beriman adalah orang yang benar
13
Wahyu Ilaihi, Komunikasi Dakwah, h. 98. 14
Anwar Arifin, Dakwah Kontemporer, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011), h. 249. 15
Muhaimin, dkk., Kawasan dan Wawasan Studi Islam, (Jakarta: Kencana, 2005), h. 259.
16
dalam memegang dan melaksanakan amanat, sehingga hatinya merasa
aman. Iman adalah pengamalan („amal) dalam anggota tubuh. Amal
merupakan buah atau bukti keimanan seseorang. Pengamalan ajaran iman
harus utuh (tauhid) dan memasuki semua dimensi kehidupan.17
Rukun iman dalam Islam ada enam yaitu iman kepada Allah Swt.,
iman kepada Malaikat-nya, iman kepada Kitab-kitabnya, iman kepada
Rasul-rasulnya, iman kepada hari Akhir, iman kepada Qadha-Qadhar.
2. Pesan Syariah
Secara etimologi, Syariah berarti jalan yang lurus (thariqah mustaqimah) yang diisyaratkan dalam QS. Al-Jatsiyah ayat 18. Atau jalan yang dilalui air untuk diminum, atau juga tangga atau tempat naik yang
bertingkat-tingkat.18
Syariah ialah apa-apa yang disyariatkan atau
dimestikan oleh agama atau lainnya itu bagi seseorang untuk dilaksanakan,
berupa peraturan-peraturan dan hukum-hukum sebagai manifestasi atau
konsekuensi dari akidah tesebut. 19
Pesan syariah ada dua yaitu ibadah dan muamalah. Ibadah merupakan
bagian integral dari syariah, apapun ibadah yang dilakukan oleh manusia
harus bersumber dari Syariah Allah. Dalam ibadah, terdapat dua klasifikasi
yaitu, ibadah khusus (khas) dan umum („amm). Ibadah dalam arti khusus adalah ibadah yang berkaitan dengan arkan al-Islam, seperti syahadat, shalat, zakat, puasa dan haji. Sedangkan ibadah dalam arti umum adalah
17
Muhaimin, dkk., Kawasan dan Wawasan Studi Islam, Jakarta: Kencana, 2005), h. 261.
18
Muhaimin, dkk., Kawasan dan Wawasan Studi Islam, h. 277. 19
25
segala aktivitas yang titik tolaknya ikhlas yang ditunjukkan untuk
mencapai ridho Allah berupa amal shaleh. 20
Muamalah adalah peraturan yang mengatur hubungan antara sesama
manusia dalam konteks ini adalah hukum Islam. Hukum Islam berarti
keseluruhan titah dan kitab Allah yang mengatur kehidupan setiap muslim
dalam segala aspeknya. Syariah islam berprinsip “musyawarah” yang
berimplikasi pada adanya prinsip penentuan suatu hukum berdasarkan
pada seluruh totalitas masyarakat tanpa terkecuali tanpa adanya
diskriminasi aliran atau mazhab tertentu, namun jika musyawarah itu
belum mencapai kemufakatan maka jalan keluarnya adalah kembali pada
Hukum Allah dan Rasulnya (QS. an-Nisa’: 59). Syariah Islam berprinsip
pada pegangan hukum (tahkim) yang termuat dalam Al-Quran dan al-Hadits, sehingga semua kasus dalam masyarakat baik berkaitan dengan
tindak pidana maupun perdata semua diselesaikan menurut ketentuan
hukum.21
3. Pesan Akhlak
Secara etimologis akhlak berasal dari kata khuluq dan jamaknya akhlak yang berarti budi pekerti, etika, moral. Secara etimologis, akhlak
berarti character, disposition, dan moral constitutuion. Akhlak merupakan usaha untuk mengevaluasi kepribadian, atau evaluasi sifat-sifat umum
yang terdapat pada perilaku pribadi dari sudut baik buruk, kuat lemah dan
20
Muhaimin, dkk., Kawasan dan Wawasan Studi Islam (Jakarta: Kencana, 2005), h.279.
21
mulia rendah.22
Akhlak dibedakan menjadi tiga kategori yaitu akhlak kepada Allah,
akhlak kepada manusia yaitu berupa toleransi antar agama, saling tolong
menolong, menghormati dalam perbedaan, dan akhlak kepada terhadap
hewan dan tumbuhan dengan cara melestarikannya, menjaga, serta
memanfaatkannya untuk kepentingan ibadah. 23
C. Dakwah
Dakwah adalah berserah diri kepada perintah Allah dan menaati-Nya.
Dakwah adalah pengamalan ajaran al-Qur’an dan as-Sunnah. Dakwah adalah
tatanan sempurna bagi kehidupan manusia. Makna dakwah menurut bahasa
yaitu Nida (panggilan), yaitu seseorang memanggil ketika ia menyerunya, aku memanggil seseorang ketika aku bersuara dan meminta datang, kedua
mendorong kepada sesuatu dan mendukungnya, ketiga mengajak kepada
sesuatu yang ingin diadakan atau dihindarkan, benar atau salah. Keempat,
upaya melalui perkataan atau perbuatan untuk memengaruhi orang lain agar
mengikuti satu madzhab atau agama. Kelima, memohon dan meminta.24
Menurut istilah, dakwah adalah seputar upaya lewat ucapan dan
perbuatan untuk Islam, menerapkan manhajnya, meyakini aqidahnya dan
melaksanakan syariatny.25
Dakwah yaitu menyerukan kepada tauhid
22
Muhaimin, dkk., Kawasan dan Wawasan Studi Islam (Jakarta: Kencana, 2005), h. 262.
23
Wahyu Ilaihi, Komunikasi Dakwah, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), h. 102.
24 Dr. Taufik al-Wa’iy,
Dakwah ke Jalan Allah (Jakarta :RobbaniPers, 2010), h. 10-11. 25 Dr. Taufik al-Wa’iy,
27
(mengakui keesaan Allah) dan menyatakan dua kalimat syahadat, menerapkan
manhaj Allah di muka bumi dalam bentuk ucapan dan perbuatan, sebagaimana
yang ada dalam Al-Qur’an dan as-Sunnah agar semua manusia beragama dan
tunduk kepada Allah. Ini juga berarti mengajak non muslim kepada Islam,
mengajak kaum muslimin mengamalkan Islam, beramal untuk menegakkan
syariat dan manhajnya di mukabumi.Itulah amar ma‟ruf nahi munkar, agar umat manusia merasakan kebahagiaan hari ini dan akhirat nanti.26
Dakwah terbagi menjadi tiga macam, yaitu dakwah kepada seluruh
umat manusia, dakwah kepada sesame kaum muslimin dan dakwah diantara
kaum muslimin. Dakwah yang digunakan dalam penelitian ini adalah dakwah
melalui perkataan yang melalui media televise streaming Islam. Perkataan berperan penting dalam berdakwah kepada Allah SubhanahuwaTa‟ala, baik
perkataan itu diucapkan, ditulis maupun dibacakan. Tabligh dengan perkataan
adalah alat dakwah yang informatif. Perkataan merupakan sarana pencerahan,
pendidikan, arahan, dan evaluasi yang menyeluruh menembus batas teritorial,
batas emosional sampai batas ukhuwah secara umum. Tabligh dengan
perkataan memuat beberapa hal antara lain nilai-nilai universal dan humanis,
idealis dan realisti serta komprehensif. 27
Metode dakwah adalah cara-cara tertentu yang dilakukan oleh seorang
da’i (komunikator) kepada mad’u untuk mencapai suatu tujuan atas dasar
hikmah dan kasih sayang. Hal ini mengandung arti bahwa pendekatan dakwah
harus bertumpu pada suatu pandangan human oriented menempatkan
26Dr. Taufik al-Wa’iy,
Dakwah ke Jalan Allah, h.17. 27Dr. Taufik al-Wa’iy,
penghargaan yang mulia atas diri manusia.28Metode dakwah meliputi tiga
cakupan yaitu Metode bi al-Hikmah, metode Al-Mau’idza Al-Hasanag dan
metode Al-mujadalah.
Pertama, metode bi al-Hikmah sebagai metode dakwah, al-Hikmah
diartikan bijaksana, akal budi yang mulia, dada yang lapang, hati yang bersih
dan menarik perhatian. Menurut Imam Abdullah bin Ahmad Mahmud
An-Nasafi, arti hikmah, yaitu : Dakwah bil hikmah adalah dakwah dengan
menggunakan perkataan yang benar dan pasti, yaitu dalil yang menjelaskan
kebenaran dan menghilangkan keraguan. 29 Kedua, metode dakwah
Al-ma’uidza Al-hasanah yang diartikan sebagai ungkapan yang mengandung
unsur-unsur, bimbingan, pendidikan, pengajaran, kisah-kisah, berita gembira,
peringatan, pesan-pesan positif (wasiyat) yang bisa dijadikan pedoman dalam
kehidupan agar mendapatkan keselamatan dunia dan akhirat.30 Ketiga, metode
Al-mujadalah yang merupakan tukar pendapat yang dilakukan oleh dua pihak
secara sinergis, yang tidak melahirkan permusuhan dengan tujuan agar lawan
menerima pendapat yang diajukan dengan memberikan argumentasi dan bukti
yang kuat.31
D. Jurnalisme Profetik
Jurnalisme profetik yaitu suatu bentuk jurnalisme yang tidak hanya
melaporkan berita dan masalah secara lengkap, jelas, jujur, serta aktual tetapi
28
Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2011), h. 243.
29
Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, h.246. 30
Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, h..252. 31
29
juga memberikan prediksi serta petunjuk ke arah perubahan, transformasi,
berdasarkan cita-cita etik dan profetik islam. Ia menjadi jurnalisme yang
secara sadar dan bertanggungjawab memuat kandungan nilai-nilai dan cita
islam.32
Jurnalisme profetik mencerminkan sifat-sifat kenabian yaitu shidiq,
amanah, tabligh dan fathanah. Dalam menerapkan nilai-nilai jurnalisme
profetik, suatu media harus mengaplikasikan nilai-nilai jurnalisme profetik ke
dalam setiap berita yang ditulisnya agar setiap berita yang ditulis membawa
kebaikan bagi umat dan setiap kata dan tulisannya dapat di
pertanggungjawabkan di hadapan Allah swt. sebagaimana tujuan dari
jurnalisme profetik yaitu amar ma‟ruf nahi munkar.
Tanggung jawab profetik Islam mengupayakan agar ajaran islam tetap
dan selalu fungsional serta aktual dalam kehidupan. Jurnalis muslim tidak
boleh tinggal diam jika melihat ada kemunkaran dalam dunia yang
digelutinya, misalnya menyaksikan pencitraan negatif tentang Islam atau ada
rekayasa yang memojokkan Islam dan umatnya di media massa. Sebagai juru
dakwah yang menebarkan kebenaran ilahi, jurnalis muslim laksana
“penyambung lidah” para nabi dan ulama. Karena itu, ia pun dituntut memiliki
sifat-sifat kenabian seperti Shiddiq, Amanah, Tabligh dan Fathonah.
Shidiq artinya benar, yakni menginformasikan yang benar saja dan membela serta menegakkan kebenaran itu. Standar kebenarannya tentu saja
kesesuaian dengan ajaran islam (Al-Quran dan As-Sunnah). Amanah artinya
32
terpercaya, dapat dipercaya, karenanya tidak boleh berdusta, memanipulasi
atau mendistorsi fakta dan sebagainya. Tablighartinya menyampaikan, yakni
menginformasikan kebenaran, bukan malah memutarbalikkan kebenaran.
Fathonah artinya cerdas dan berwawasan luas. Jurnalis muslim dituntut
mampu menganalisis dan membaca situasi termasuk membaca apa yang
diperlukkan umat.33
Istilah profetik mengacu pada peristiwa Isra’ mi’raj Muhammad saw.
Peran kenabian Muhammad saw yang tidak tergoda oleh manisnya
perjumpaan dengan Allah swt saat Isra’ Mi’raj, dibuktikan dengan kembalinya
Rasulullah saw tengah-tengah komunitas manusia untuk menyerukan
kebenaran dan transformasi transenden. Dengan kata lain, pengalaman religius
itu menjadi dasar keterlibatannya dalam sejarah kemanusiaan. Sunah nabi
berbeda keterlibatannya dalam sejarah kemanusiaan. Sunah nabi berbeda
dengan jalan seorang mistikus yang puas dengan pencapaiannya sendiri.
Sunag nabi yang demikian itulah yang disebut sebagai etika profetik menurut
Kuntowijoyo. 34
Profetik merupakan kesadaran sosiologis para nabi dalam sejarah
untuk mengangkat derajat kemanusiaan (memanusiakan manusia),
membebaskan manusia dan membawa manusia beriman kepada Tuhan.
Singkatnya, ilmu profetik adalah ilmu yang meniru tanggung jawab sosial para
nabi. Dengan menyebut ilmu-ilmu profetik (seperti halnya komunikasi
33
Asep Syamsul M. Romli, Jurnalistik Dakwah: Visi dan Misi Dakwah Bil Qalam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003), h. 38.
34
31
profetik), kita hanya mendapatkan substansinya bukan bentuk. Ilmu profetik
menemukan bentuknya dalam wujud ilmu integralistik yang menyatukan
wahyu Tuhan dan akal pikiran manusia.
Ilmu sosial profetik hadir untuk menempatkan nalar, akal, rasio dan
pengalaman (empiris) sebagai alat untuk menafsirkan wahyu Tuhan atas
realitas. Ilmu sosial profetik akan menghadapkan Al-Quran pada realitas sosial
atau sebaliknya, wahyu akan ditempatkan sebagai sumber bagi terbentuknya
konstruksi sosial. Pilar ilmu sosial profetik ada tiga, yaitu humanisasi (amar ma’ruf), liberasi (nahi munkar), dan transendensi (tu’minu billah).35
Pengalaman komunikasi Rasulullah s.a.w. ditempatkan pada konteks
masa lalu untuk diserap nilainya pada konteks saat ini. Harapan agar
komunikasi profetik mampu muncul sebagai konsep alternatif yang
memberikan pencerahan dan kemerdekaan yang selama ini justru
memperbudak manusia. Manusia menjadi jajahan baru teknologi komunikasi
modern. Di antara konsepsi pemahaman komunikasi profetik masa lalu dan
harapan masa depan dari konteks gempuran komunikasi saat ini, ada sikap,
motivasi, dan suasana hati. Inilah yang kemudian membangun kesadaran
bersama menjadi persepsi kolektif kita, sehingga kita satu persepsi dalam
memahami pengertian komunikasi profetik.36
Solusi kenabian (prophetic religious policies) dapat diterapkan dalam berbagai permasalahan multikultural dan multireligi yang rumit dan kompleks
35
Iswandi Syahputra, Komunikasi Profektif: Konsep dan Pendekatan (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2007), h. 130.
36
dengan memodifikasi dan mengimprovisasinya disesuaikan dengan situasi,
kondisi dan konteks zamannya. Pengaruh media cetak dan elektronik, sebagai
contoh, telah mengubah kehidupan kita lebih pelik dari masa kenabian dulu.
Konsep mengenai komunikasi persuasif atau profetik tercantum juga dalam
Al-Quran,37yaitu sebagai berikut:
"Dan hendaklah ada di antara kamu sekelompok umat yang menyeru kepada kebaikan, menyeru kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar. Merekalah orang-orang yang Berjaya." (QS. Ali Imran: 104)
"Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar dan beriman kepada Allah".(QS. Ali Imran: 110)
Misi komunikasi profetik adalah membebaskan manusia sejauh
mungkin dari praktik komunikasi yang menimbulkan syak wasangka,
kebohongan publik, penyebaran fitnah, kebohongan yang dusta. Komunikasi
profetik tidak menoleransi segala perilaku yang dinilai mempraktikan
kebohongan.
Dalam cita-cita masyarakat profetik, segala kabar bohong yang tersaji
di media harus diberi apresiasi kognisi yang interaktif. Khalayak atau
37
33
komunikan dalam masyarakat profetik tidak diposisikan sebagai objek yang
hanya menerima saja seluruh sajian televisi, atau penerima (receiver) seperti istilah yang dinyatakan Shannon dan Weaver, tetapi diposisikan sebagai
subjek dalam kegiatan komunikasi.38
E. Jurnalistik Televisi
Siaran televisi di Indonesia dimulai pada tahun 1962. Saat itu
masyarakat Indonesia disuguhi tontonan realita yang begitu memukau.
Meskipun hanya siaran televisi hitam putih, tapi siaran pertama televisi di
Indonesia itu menjadi momentum yang sangat bersejarah. Booming televisi dimulai pada tahun 1992 ketika RCTI mulai mengudara dengan bantuan
decorder.39
Televisi didasarkan pada teknologi elektronik. Dalam teknologi
yang masih analog, kamera peka cahaya memindai sebuah adegan dengan
pergeseran amat cepat melintasi beberapa ratus garis horizontal. Hasilnya
adalah lintasan cahaya yang ditransmisikan ke penerima, dan penerima ini
mengubahnya kembali menjadi gambar aslinya dengan memanfaatkan
elektron yang dikirimkan garis horizontal di layar kaca. Sekarang terjadi
pergeseran dari teknologi ke digital.40
Jurnalisme televisi bersandar pada informasi visual dalam
mengilustrasikan lapisannya. Termasuk wawancara kamera dengan
38
Iswandi Syahputra, Komunikasi Profektif: Konsep dan Pendekatan, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2007), h. 135.
39
Askurifai Baksin, Jurnalistik Televisi: Teori dan Praktik, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media: Bandung, 2006), h.15.
40
orang sengaja dilibatkan dan berkaitan dengan objek yang diwawancarai.
Grafis juga bisa digunakan dengan mendukungnya.41
Televisi lebih mengutamakan kecepatan dan berita yang disampaikan
kepada pemirsa dengan berlomba-lomba menampilkan berita secara langsung.
Televisi bekerja lebih untuk menampilkan gambar yang menarik dan fakta
yang akurat kepada khalayak. Fokus utama berita televisi biasanya kurang
mengutamakan isi. Mereka lebih menekankan kualitas televisi sebuah berita,
seperti (tayangan) videonya, tata suara, pemilihan waktu tayang dan
bagaimana semua hal tersebut cocok untuk disiarkan.42
Televisi mempengaruhi pemikiran khalayak yang melihatnya baik
dalam jangka waktu yang pendek maupun panjang. Televisi memberikan
pengaruh bagi pikiran khalayak. Para jurnalis televisi hanya mengambil berita
yang memiliki pengaruh yang paling kuat dan disaat itulan mereka
membuatnya menjadi berita terbaik yang dapat mereka kerjakan.43
Jurnalis televisi menginformasikan fakta, peristiwa dan fenomena.
Kualitas pribadi jurnalis televisi ditentukan pada setiap bentuk penyiaran.
Bagaimana ia mempengaruhi pemirsa dengan tayangan yang memiliki
keistimewaan personalitas. Salah satu aspek jurnalisme televisi ialah
menampilkan persoalan, kejadian dan fenomena melalui kemasan tayangan
suara dan gambar.
41
Sudirman Tebba, Jurnalistik Baru, (Jakarta: Kalam Indonesia, 2005), h. 82. 42
Septiawan Santara K., Jurnalisme Kontemporer, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005), h. 120.
43
35
F. Berita
Berita merupakan sebuah laporan tentang suatu peristiwa,
kecenderungan,opini, situasi, kondisi yang sangat cepat disampaikan melalui
media yang mengandung hal yang menarik dan penting bagi masyarakat.44
Berita adalah laporan tentang fakta peristiwa atau pendapat yang
aktual, menarik, berguna dan dipublikasikan melalui media massa periodik
yaitu surat kabar, majalah, radio dan televisi. Berita televisi bukan hanya
sekadar melaporkan fakta tulisan atau narasi, tetapi juga gambar (visual), baik
gambar diam, seperti foto, gambar peta, grafis, maupun film berita yakni
rekaman peristiwa yang menjadi topik berita dan mampu memikat pemirsa.
Bagi berita televisi, gambar adalah primadona atau paling utama daripada
narasi. Kalau gambar berita yang disiarkan mampu bercerita banyak, maka
narasi hanya sebagai penunjang saja. Berita televisi tanpa gambar tidak
ubahnya dengan berita radio. Jadi, dapat disimpulkan, berita televisi adalah
laporan tentang fakta peristiwa atau pendapat manusia atau kedua-duanya
yang disertai gambar (visual), aktual, menarik, berguna dan disiarkan melalui media massa televisi secara periodik.45
Dalam menulis berita, struktur penulisan berita mengikuti pola yang
disebut piramida terbalik. Dalam menulis berita setiap jurnalis harus
memikirkan bagaimana sebuah informasi yang termuat dalam who, what, where, why, whendanhow atau biasa disebut dalam rumus 5W+1H dapat
44
Suhaemi M.si dan Rulli Nasrullah M.si., Bahasa Jurnalistik, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), h. 28.
45
[image:48.595.101.515.220.580.2]dimuat di paragraf-paragraf terdepan. Sedangkan paragraf selanjutnya sampai
akhir berita tulisan yang dimuat adalah penjelasan singkat dari salah satu atau
beberapa poin dalam rumus 5W+ 1H.46
Berita televisi dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu :
1. Berita fakta peristiwa, berita fakta peristiwa adalah laporan tentang segala
sesuatu peristiwa sebagaimana adanya, misalnya, kebakaran, bencana alam
dan kecelakaan.
2. Berita fakta pendapat, adalah laporan tentang pernyataan atau pendapat
manusia mengenai segala sesuatu yang tengah aktual, misalnya pendapat
pakar mengenai implikasi kenaikan BBM.
3. Berita fakta peristiwa dan fakta pendapat, adalah laporan tentang segala
sesuatu peristiwa yang terjadi dan pendapat manusia yang berkompeten
mengenai fakta berita tersebut. Misalnya ratusan ribu TKI dari negeri jiran
kembali ke tanah air.47
Kriteria berita televisi harus aktual, menarik dan berguna bagi sebagian
besar khalayak. Nilai berita juga sangat ditentukan faktor kedekatan
(proximity), kepopuleran seseorang (prominent), konflik (conflict) dan nilai kemanusiaan (human interest).48 Berita televisi harus menarik berisi gambar, naskah berita serta sumber yang diwawancarai. Berita televisi harus menarik
dari segi gambar, audio dan bahasa.
46
Suhaemi M.si dan Rulli Nasrullah M.si., Bahasa Jurnalistik (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), h. 28.
47
Drs. Arifin S. Harahap, M.si, Teknik Memburu dan Menulis Berita TV, (Jakarta: PT Indeks, 2007), h. 5.
48
37
G. Televisi Streaming
Streaming adalah proses pengiriman data kontinu alias terus menerus yang dilakukan secara broadcast melalui internet untuk ditampilkan oleh aplikasi streaming pada personal komputer (klien). Paket-paket data yang dikirimkan telah di kompresi untuk memudahkan pengirimannya melalui
internet. Stream berasal dari bahasa Inggris yang artinya sungai. Proses
streaming bisa diibaratkan seperti aliran air di sungai yang tak pernah terputus kecuali jika sumber mata airnya mengering. Seperti aliran di sungai, aliran
data streaming dilakukan tanpa ada interupsi dan dilakukan secara kontinyu hingga datanya habis, artinya telah selesai dikirim dan ditampilkan dalam
personal komputer si pengguna. Streaming secara langsung akan menjalankan file video atau audio yang terletak pada server dapat langsung dijalankan pada komputer klien sesaat setelah ada permintaan dari user. 49
Media streaming yaitu sebuah teknologi yang memungkinkan distribusi data audio, video dan multimedia secara real time melalui internet. Media streaming merupakan pengiriman media digital (berupa video, suara dan data) agar bisa diterima secara terus menerus (stream). Data tersebut dikirim dari sebuah server aplikasi dan diterima serta ditampilkan secara real time oleh aplikasi pada komputer klien. 50
Sekarang teknologi streaming dimanfaatkan oleh stasiun televisi yang untuk mengalirkan siaran televisi dari master control room online melalui internet. Saat ini telah tersedia web yang mendukung video streaming, maka
49
Andi Fachruddin, Dasar-dasar Produksi Televisi, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), h. 198.
50
penonton atau pemirsa televisi bisa menonton televisi di web. Komputer pengguna yang telah dilengkapi software Adobe Flash Player akan bisa
melihat siaran televisi (stasiu