1
Permasalahan Pembelajaran Matematika dan Upaya Mengatasinya
Tatag Yuli Eko Siswono1 FMIPA UNESA
Abstrak
Permasalahan dalam pembelajaran matematika tidak lepas dari komponen yang terlibat didalamnya. Komponen tersebut seperti kurikulum, pendidik, materi, dan peserta didik. Bagi pendidik permasalahan lebih terkait dengan implementasi di kelas ketika berinteraksi dengan peserta didik yang belajar matematika. Bagaimana pendidik menerapkan strategi-strategi belajar yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik sekaligus tuntutan kurikulum? Bagaimanakah mengajar sehingga peserta didik aktif, kreatif, bahkan berkarakter? Pertanyaan-pertanyan itu merupakan masalah yang dihadapi pendidik dalam kaitannya dengan strategi pembelajaran. Tulisan ini akan mencoba memberikan gambaran masalah-masalah yang dihadapi sekaligus berupaya menemukan solusinya.
Kata Kunci: strategi pembelajaran,
Pendahuluan
Sebagai pendidik mungkin sering kita membayangkan bahwa rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang kita buat dapat terimplementasi dengan baik. Ketika datang di kelas, peserta didik sudah siap tersenyum, bersemangat menunggu kehadiran kita. Peserta didik menunjukkan tangan-tangannya dan berebut untuk menyampaikan idenya bahwa materi pelajaran hari ini sangat berguna karena berkaitan dengan masalah sehari-hari, seperti masalah banjir, masalah pencemaran, atau mungkin masalah korupsi. Mereka juga tidak ada yang duduk gelisah atau pandangannya menerawang. Mereka memperhatikan setiap kata dan memenuhi anjuran-anjuran yang diperintahkan. Mereka belajar melakukan kegiatan-kegiatan menyelidiki, mencoba-coba membuat ilustrasi, mengamati, dan menyelesaikan soal-soal matematika tanpa terbeban. Ketika kesulitan dia berani bertanya pada temannya atau bergerak mendekati sang pendidik berdiskusi dan memberikan ide-ide penyelesaiannya. Di akhir pelajaran mereka juga senang, dan mengacungkan tangan mencoba membuat rangkuman serta merefleksikan pembelajaran hari ini. Ketika tugas rumah diberikan mereka tidak malas atau berteriak “huh” mencari alasan menunda tugas itu. Situasi itu yang kita harapkan selama mengajar, tetapi apa kenyataannya?
Peserta didik sering menampakkan situasi yang berlawanan. Pendidik matematika ibarat tamu yang tak diundang, datang kadang tidak sepenuhnya diperhatikan. Peserta didik tidak aktif atau belajar melakukan aktivitas-aktivitas dengan setengah hati. Peserta didik enggan bekerjasama, berkelompok, melaksanakan, dan berupaya dengan keras menyelesaikan soal atau tugas-tugas.
1
2
Stigma negatif acapkali melekat pada pendidik matematika, materi-materi matematika, atau pengajaran matematika. Banyak upaya mengubah situasi itu, seperti dengan menerapkan strategi, pendekatan, model pembelajaran, atau orientasi pembelajaran yang mutakhir. Upaya itu masih terus berlangsung hingga saat ini. Kondisi demikian merupakan masalah yang harus diatasi dan akan selalu dihadapi pendidik terutama pendidik matematika. Masalah itu berkembang mengikuti masa dan dinamika perubahan yang terjadi. Untuk mengatasinya, langkah awal adalah mengidentifikasi berbagai masalah secara sistematis kemudian merumuskan berbagai upaya mengatasi masalah-masalah tersebut secara fleksibel.
Permasalahan Pembelajaran Matematika
Masalah pembelajaran matematika sebenarnya dapat bersumber dari komponen-komponen yang membentuk suatu sistem pembelajaran tersebut. Soedjadi (2000) menggambarkan komponen tersebut meliputi masukan (input/peserta didik), masukan instrumental (pendidik, kurikulum, materi ajar, sarana/prasarana, metode/model/strategi pembelajaran), lingkungan (dukungan/keikutsertaan orang tua atau masyarakat sekitar), dan keluaran (output). Proses pembelajaran di sini diidentikkan dengan proses kerja suatu industri dengan peserta didik sebagai masukan atau bahan mentah. Melalui proses yang dilakukan oleh masukan instrumental dan dengan dukungan lingkungan akhirnya menjadi output (lulusan) yang diharapkan. Dengan demikian masalah pembelajaran dapat bersumber dari peserta didik, pendidik, kurikulum, materi ajar/matematika, sarana dan prasarana, strategi/model pembelajaran, dan dukungan orang tua/masyarakat.
Romberg dalam Anderson, et.al (2005) menunjukkan hubungan elemen dalam pengajaran matematika sebagai berikut.
Dengan demikian permasalahan dapat muncul bersumber dari isi matematika/materi, keyakinan pendidik, perencanaan yang dibuat, kondisi pelaksanaan di kelas, dan performa peserta didik.
Pandangan yang menggambarkan keyakinan pendidik dan proses pembelajaran di kelas dikemukakan oleh Raymond (dalam Goos, et.al, 2007). Berdasar diagram yang dibuat memungkinkan komponen-komponen yang terlibat tersebut memunculkan berbagai masalah pembelajaran.
Isi matematik (Mathematical
Content)
Keyakinan Pendidik
Perencanaan Pelaksanaan di
3
Berikut kaitan keyakinan dan praktek pembelajaran pendidik digambarkan oleh Raymond (dalam Goos, et.al, 2007).
Keyakinan terhadap matematika: tentang ilmu matematika dan pedagogi matematik
Praktek pengajaran matematika: tugas-tugas matematik, pengajaran, lingkungan, dan evaluasi
Situasi kelas yang terjadi: peserta didik (kemampuan, sikap, dan tingkah laku), kendala waktu, topik matematika yang dipelajari
Norma sosial pengajaran: filosofi sekolah, adminstrator, tes standar, kurikulum, buku teks, pendidik lain, sumber daya
Kehidupan pendidik: kejadian harian, sumber lain dari stres pendidik Kehidupan peserta didik: lingkungan rumah, keyakinan orang tua (tentang anak-anak, sekolah, dan matematika)
Program pendidikan pendidik: isi mata kuliah matematika, pengalaman di lapangan, pengajaran terhadap peserta didik
Pengalaman di sekolah masa lalu: kesuksesan dalam matematika sebagai peserta didik, pendidik-pendidik yang pernah mengajar
Pengalaman awal keluarga: pandangan orang tua terhadap matematika, latar belakang pendidikan orang tua, interaksi dengan orang tua (dalam hal ini yang menyangkut matematika)
Ciri-ciri Kepribadian: percaya diri, kreativitas, humor, keterbukaan terhadap perubahan.
Memperhatikan komponen-komponen pembelajaran yang terkait dengan strategi pembelajaran secara langsung, maka permasalahan pembelajaran dapat bersumber dari peserta didik, pendidik, kurikulum, materi ajar/matematika, dan
Keyakinan terhadap Matematika
Praktek Pengajaran Matematika Program
Pendidikan Pendidik
Norma sosial penagajaran
Kehidupan Pendidik di luar
kelas
Situasi Kelas yang
Terjadi Ciri-ciri
Kepribadian Pendidik
Pengalaman awal dari Keluarga
Kehidupan peserta didik di luar kelas Pengalaman di
sekolah masa lalu
Menunjukkan pengaruh kuat
Menunjukkan pengaruh moderat
4
5
buku sumber, atau pengetahuan/pemahaman pendidik belum mantap dan kadang tidak sesuai dengan urutan logis keilmuan matematika. Apalagi jika dipaksakan mengikuti urutan keilmuan lain seperti pendekatan sainstifik yang merupakan epistemologis dari ilmu IPA. Kondisi ini akan menyebabkan kesulitan-kesulitan dalam perencanaan maupun implementasi di kelas. Masalah lain terkait dengan strategi pembelajaran itu sendiri. Pendidik kadangkala tidak memahami apa itu strategi pembelajaran, strategi belajar, dan apa perbedaan masing-masing. Kapan berbagai jenis strategi pembelajaran dapat diterapkan, bagaimana cara penerapannya, apakah mungkin dapat dikombinasikan? Masalah lain adalah alasan-alasan menerapkan strategi itu dan diterapkan pada siapa dan oleh siapa? Di tingkat sekolah mana penerapan yang lebih efektif? Masalah-masalah yang dikemukakan tersebut mungkin hanya sebagian saja, sebab banyak aspek lain yang terjadi di kelas.
Berdasar pengalaman seperti terangkum pada Siswono (2004) tercatat ada beberapa masalah yang terkait dengan proses pembelajaran, antara lain:
1. Bagaimana merancang proses pembelajaran yang membimbing peserta didik untuk mengkonstruk atau menemukan kembali (reinvent) suatu konsep matematika? Pandangan dalam pendidikan yang bergeser dari teori belajar tingkah laku (behaviorisme) pada teori belajar kognitif yang menekankan pada prinsip konstruktivis menuntut pendidik memiliki kompetensi dalam merancang suatu strategi pembelajaran yang mengakibatkan peserta didik dapat mengkonstruk atau menemukan kembali konsep-konsep matematika. Pengetahuan dan pengalaman itu perlu dimiliki pendidik agar dalam prakteknya dapat dimanfaatkan peserta didik dengan segera.
2. Bagaimana mengimplementasikan penilaian autentik atau penilaian alternatif dalam proses belajar mengajar? Pemahaman tentang penilaian yang kurang akan berdampak pada motivasi peserta didik maupun informasi tentang peserta didik yang rendah, sehingga dalam pengambilan keputusan apakah seorang peserta didik telah mencapai tujuan atau kompetensi tertentu dapat terjadi bias.
3. Bagaimana mengelola kelas yang peserta didiknya terdiri dari berbagai tingkat kemampuan? Pemahaman tentang karakteristik peserta didik mutlak perlu dimiliki oleh seorang pendidik yang profesional, karena karakteristik peserta didik yang berbeda termasuk gaya belajar, latar belakang pengetahuan, atau lingkungan asalnya digunakan sebagai pertimbangan pemilihan suatu model pembelajaran.
4. Bagaimana mengelola proses pembelajaran yang efektif, karena penggunaan beberapa metode baru dianggap memakan waktu? Pemahaman suatu strategi pembelajaran tentang tujuan spesifiknya, landasan teoritisnya, sarana dan prasarana yang diperlukan termasuk kelebihan dan kekurangannya akan mengantarkan pembelajaran yang efektif dan efisien, tidak membuang waktu yang percuma.
6
dahulu? Pengambilan keputusan perlu dipertimbangkan dengan berbagai hal sehingga diperoleh solusi yang tepat.
6. Bagaimana mengimplementasikan kurikulum yang menuntut penggunaan media atau multimedia, seperti komputer atau media pembelajaran? Dengan perkembangan teknologi dan informasi maka pendidik matematika perlu menguasai berbagai media manual maupun yang komputer (multimedia). Pendidik perlu terus menjadi pembelajar mengupayakan kemampuan mengembangkan atau menggunakan berbagai media tersebut, termasuk pemanfaatan internet. Selain itu, karena berbagai program pemerintah yang dimasukkan dalam pendidikan seperti pendidikan karakter, anti korupsi, wawasan lingkungan, atau pun kewirausahaan, maka pendidik perlu bijaksana dan memahami bagaimana program-program tersebut dimasukkan dalam proses pembelajaran tanpa menambah jam pelajaran maupun menguranginya. Bila pendidik tidak memiliki kompetensi pedagogik akan memasukkan semuanya dalam pembelajaran sebagai bidang studi baru atau bagian materi mata pelajaran yang diajarkan terpisah-pisah. Hal tersebut akan menyebabkan tidak terinternalisasinya materi-materi tersebut.
Berbagai permasalahan yang diutarakan sebenarnya terjadi setiap waktu dan sampai kapan pun bukan karena pengaruh munculnya kurikulum baru. Penerapan kurikulum baru merupakan salah satu pemicu saja. Hal ini wajar karena pemangku kebijakan akan memiliki suatu pandangan ke depan sesuai idealismenya sedang pendidik sebagai eksekutor di lapangan berhadapan dengan realitas yang mungkin berbenturan dengan idealisme tersebut. Untuk itu diperlukan suatu upaya mengatasi masalah terkait dengan proses pembelajaran tersebut.
Upaya Mengatasi Masalah Pembelajaran Matematika
Cara umum mengatasi masalah pembelajaran adalah memberikan bekal pengetahuan, pemahaman dan pengalaman terhadap aktor yang menjalankan proses pembelajaran tersebut. Upaya yang dapat dilakukan adalah melalui pelatihan, workshop, seminar, pembinaan pendidik melalui MGMP atau peningkatan jenjang kualifikasi akademik dari S1 menjadi S2. Program-program tersebut dapat mengubah keyakinan dan pandangan pendidik terhadap sifat alami matematika maupun matematika sekolah (pendidikan), melalui bukti-bukti operasional yang praktis dalam implementasinya, sekaligus mengatasi kelemahan penguasaan dan pemahaman terhadap materi matematika.
7
demikian upaya mengatasinya pertama kali adalah mengubah keyakinan pendidik terhadap matematika dan pembelajaran yang seharusnya.
Keyakinan pendidik terhadap matematika maupun praktek pembelajaran akan mempengaruhi pada performa peserta didik selanjutnya. Hubungan keyakinan antara matematika dan pengajaran serta pembelajarannya dijelaskan Goos,et.al (2007) berikut.
Keyakinan terhadap Matematika
Keyakinan terhadap pengajaran matematika
Keyakinan terhadap pembelajaran
matematika Instrumentalis:
Matematika sebagai suatu seperangkat alat dari fakta-fakta, aturan-aturan, dan
keterampilan-keterampilan
Menfokuskan isi dengan penekanan pada kinerja
Ketuntasan keterampilan, penerimaan yang pasif terhadap pengetahuan
Platonis: Matematika sebagai suatu bodi statis yang absolut dan
pengetahuan yang pasti dan abstrak.
Menfokuskan isi dengan menekankan pada pemahaman
Konstruksi aktif dari pemahaman
Pemecahan masalah: Matematika sebagai sesuatu yang dinamis dan hasil kreasi manusia
Menfokuskan pada pebelajar
Eksplorasi otonom dari keinginan/minat sendiri.
Bagaimana pendidik memandang matematika akan berdampak pada praktek pembelajarannya. Dengan demikian upaya perbaikan dengan berbagai cara perlu menyadarkan pendidik terhadap pandangan atau keyakinannya terhadap matematika tersebut.
8
Pendidik berdasarkan keyakinannya terhadap matematika menurut Carpenter, et.al dalam Barkatsas & Malone (2005) dapat dikategorikan menjadi level A (pendidik meyakini bahwa peserta didik akan belajar dengan sangat baik bila dijelaskan bagaimana bekerja dalam matematika), level B (pendidik bertanya-tanya gagasan bahwa peserta didik perlu ditunjukkan bagaimana bekerja dalam matematika, tetapi mengalami konflik keyakinan), level C (pendidik mengajarkan bahwa peserta didik akan belajar matematika selama memecahkan masalah dan mendiskusikan solusinya), dan level D (pendidik meyakini dan menerima gagasan bahwa peserta didik akan memecahkan masalah tanpa pengajaran langsung dan kurikulum matematika harus berdasar pada kemampuan peserta didik). Dimanakah posisi kita? Bila meyakini pembelajaran yang menekankan pada pemecahan masalah, maka perlu mengubah atau memperbaiki keyakinannya kita yang masih tradisional.
Kompetensi pendidik akan meningkat jika waktu yang digunakan untuk mempersiapkan materi-materi pembelajaran lebih banyak daripada waktu yang digunakan untuk “mengajar” di kelas. Hasil penelitian terhadap 200 pendidik di US seperti dilaporkan Mc Night, et.al dalam Brooks & Suydam (1993) menunjukkan bahwa 40% dari waktu di sekolah digunakan untuk mengembangkan material baru, 20% untuk membahas materi awal yang sudah diajarkan, 10% untuk tugas-tugas administratif atau managemen, dan 30% untuk mensupervisi tugas-tugas peserta didik dan memberikan tes. Hasil penelitian ini menunjukkan hal yang berbeda pada tahun sebelumnya yang disebutkan bahwa waktu yang lebih sedikit untuk pengembangan material pembelajaran. Kondisi ini mungkin berbeda dengan kondisi pendidik di Indonesia yang lebih banyak menghabiskan waktu untuk tugas-tugas administratif, seperti pembuatan RPP tidak ada waktu untuk membahas materi yang sudah diajarkan (refleksi).
9 Penutup
Permasalahan yang terkait pembelajaran matematika sangat kompleks dan dapat bersumber dari berbagai komponen. Komponen yang mempengaruhi terutama dari peserta didik, pendidik, kurikulum, materi, dan strategi/model pembelajaran. Komponen peserta didik, kurikulum, dan materi umumnya bersifat tetap/ditetapkan yang tidak memungkinkan dimanipulasi. Komponen yang dapat mengatasi berbagai masalah tersebut perpangkal dari pendidik yang memainkan strategi pembelajaran. Strategi pembelajaran yang dipentingkan bukan sekedar strategi yang terbaru, tetapi strategi yang paling efektif dan efisien untuk membekali pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi peserta didik.
Cara utama mengatasi berbagai masalah tersebut adalah meningkatkan keyakinan, pemahaman, pengetahuan, dan keterampilan pendidik terhadap matematika dan aspek-aspek pedagogis lainnya. Upaya tersebut dapat dilakukan dengan melanjutkan studi S2 yang linear dengan jenjang S1-nya.
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, Judy., White, Paul., Sulivan, Peter. 2005. Using a Schematic Model to Represent Influences on, and Relationships Between,Teachers' Problem-Solving Beliefs and Practices. Mathematics Education Research Journal.
Vol. 17, No. 2, 9-38
Barkatsas, Anastasia (Tasos), Malone, John. 2005. A Typology of Mathematics Teachers' Beliefs about Teaching and Learning Mathematics and Instructional Practices. Mathematics Education Research Journal. Vol. 17, No. 2, 9-38
Brooks, Karen., Suydam, Marilyn. 1993. Planning and Organizing Curriculum. In Research Ideas for the Classroom: High School Mathematics edited by Patricia S. Wilson. New York: Macmillan, page 232-244
Goos, Merrilyn, Stilman, Gloria., Vale, Colleen, 2007. Teaching Secondary School Mathematics: research and practice for 21st century. Crows Nest, NSW: Allen & Unwin
Harmin, Merrill., Toth, Melanie. 2012. Pembelajaran Aktif yang Menginspirasi (Terjemahan dari Inspiring Active Learning: A Complete Handbool for Today’s Teacher oleh Bethari Anissa Ismayasari). Jakarta: Indeks
Siswono, Tatag Yuli Eko. 2004. The Challenge of Indonesian Mathematics Teachers To Face the New Curriculum. Paper presented on discussion in Department of Science and Mathematics Education, University of Melbourne, 28th May 2004
Silver, Harvey F., Strong, Richard W., Perini, Matthew J. 2012. Strategi-Strategi Pengajaran (Terjemahan dari the Strategic Teacher: Selecting the Right Research-Based Strategy for Every Lesson oleh Ellys Tjo). Jakarta: Indeks