ABSTRACT
THEMATIC ANALYSIS MAPPING SERVICE AND VALUES BASED ON LAND GOVERNMENT REGULATION NUMBER 13 OF 2010
AT BPN BANDAR LAMPUNG
By
Mona Rizki Amalia
Implementation of public service is not optimal occurred at BPN in particular thematic mapping services and the value of land based on Government Regulation No. 13 of 2010 in Bandar Lampung. Based on this background, researcher is interested in doing research on thematic mapping services and the value of land based on Government Regulation No. 13 of 2010 at BPN Bandar Lampung
The approach used qualitative research, data collection was done by using interviews and documentation, data analysis techniques used qualitative.
The results showed that the implementation of thematic mapping services and the value of land based on Government Regulation No. 13 of 2010 in Bandar Lampung namely sporadic approach was limited based on public request, this is due to the government's ability to hold systematic approach. Basically service delivery should be reflected in the public's satisfaction with the services provided by the government from the time of service, cost of service and service procedures.
Suggestions, for the Government in Bandar Lampung, are government should give the opportunity to participate in education and training of both technical and non-technical to the employee, the creation of a skilled work force and will create for the community service satisfaction. On the other hand should improve the coordination of relations between the village and BPN also in the process of thematic mapping services and the value of land based on Government Regulation No. 13 of 2010. To improve the quality and quantity of services, the head of BPN Bandar Lampung should ask for clear reports about the task charged to the apparatus so that the employees arises a sense of responsibility on the tasks that have been given, and to ensure legal certainty on the basis of land which has made the process of thematic mapping services and the value of land based on Government Regulation No. 13 of 2010.
ABSTRAK
ANALISIS PELAYANAN PEMETAAN TEMATIK DAN NILAI TANAH BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 13
TAHUN 2010 PADA BADAN PERTANAHAN KOTA BANDAR LAMPUNG
Oleh
Mona Rizki Amalia
Penyelenggaraan pelayanan publik yang belum optimal terjadi pada pelayanan administrasi pertanahan khususnya pelayanan pemetaan tematik dan nilai tanah berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2010di Kota Bandar Lampung. Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti tertarik melakukan penelitian tentang pelayanan pemetaan tematik dan nilai tanah berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2010 Pada Badan Pertanahan Kota Bandar Lampung. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah kualitatif, pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara dan dokumentasi, teknik analisis data yang digunakan adalah kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyelenggaraan Pelayanan pemetaan tematik dan nilai tanah berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2010 di Kota Bandar Lampung yakni melalui pendekatan sporadik yang berdasarkan permohonan masyarakat, hal ini disebabkan kemampuan pemerintah untuk menyelenggaraan pendekatan sistematik terbatas. Pemberian pelayanan pada dasarnya harus tercermin pada kepuasan masyarakat terhadap pelayanan yang diberikan oleh pemerintah mulai dari waktu pelayanan, biaya pelayanan dan prosedur pelayanan.
Saran, untuk Pemerintah Kota Bandar Lampung Aparat pemerintah Kota Bandar Lampung diberi kesempatan untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan baik yang bersifat teknis maupun Non Teknis dengan harapan, terciptanya tenaga kerja yang terampil dan selanjutnya akan menciptakan kepuasan pelayanan bagi masyarakat. Disisi lain harus memperbaiki hubungan kordinasi antar kelurahan dan juga BPN dalam proses pelayanan pemetaan tematik dan nilai tanah berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2010.Untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan, kepala Kantor Pertanahan Kota Bandar Lampung harus senantiasa meminta laporan-laporan yang jelas mengenai tugas yang dibebankan kepada aparat Kantor agar timbul rasa tanggungjawab pegawai atas tugas-tugas yang telah diberikan, serta menjamin kepastian hukum atas dasar tanah yang telah melakukan proses pelayanan pemetaan tematik dan nilai tanah berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2010.
ANALISIS PELAYANAN PEMETAAN TEMATIK DAN NILAI TANAH BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 13
TAHUN 2010 PADA BADAN PERTANAHAN KOTA BANDAR LAMPUNG
Oleh
MONA RIZKI AMALIA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA ADMINISTRASI NEGARA
Pada
Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG
ANALISIS PELAYANAN PEMETAAN TEMATIK DAN NILAI TANAH BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 13
TAHUN 2010 PADA BADAN PERTANAHAN KOTA BANDAR LAMPUNG
(Skripsi)
Oleh
MONA RIZKI AMALIA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG
i
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 5.1 Pelayanan Pemetaan Tematik dan Nilai Tanah di Kantor BPN Kota
Bandar Lampung... 66 Gambar 5.2 Prosedur/TataCaraPelayanan Pemetaan Tematik dan Nilai Tanah
di Kantor BPN Kota Bandar Lampung ... 68 Gambar 5.3 Kejelasan dan kepastian (transparan)Pelayanan Pemetaan Tematik
dan Nilai Tanah di Kantor BPN Kota Bandar Lampung... 70 Gambar 5.4KeterbukaanPelayanan Pemetaan Tematik dan Nilai Tanah
di Kantor BPN Kota Bandar Lampung ... 72 Gambar 5.5 EfisiensiPelayanan Pemetaan Tematik dan Nilai Tanah di Kantor
BPN Kota Bandar Lampung ... 73 Gambar 5.6 Ketepatan WaktuPelayanan Pemetaan Tematik dan Nilai Tanah
di Kantor BPN Kota Bandar Lampung ... 75 Gambar 5.7 ResponsifPelayanan Pemetaan Tematik dan Nilai Tanah di Kantor
BPN Kota Bandar Lampung ... 77 Gambar 5.8 AdaptifPelayanan Pemetaan Tematik dan Nilai Tanah di Kantor
DAFTAR ISI
D. Manfaat dan Kegunaan Penelitian ... 5
1. Manfaat Teoritis ... 5
2. Manfaat Praktis ... 5
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Pelayanan Publik ... 6
1. Definisi Pelayanan Publik ... 6
2. Dimensi Pelayanan Publik ... 8
3. Indikator-Indikator Pelayanan Publik ... 22
4. Faktor Penghambat Pelayanan Efektif ... 24
B. Tinjauan Tentang Administrasi Pertanahan ... 27
2. Definisi Administrasi Pertanahan ... 29
3. Ruang Lingkup Pelayanan Administrasi Pertanahan ... 32
4. Standar Administrasi Pertanahan ... 34
5. Pelayanan Pemetaan Tematik Dan Nilai Tanah... 35
C. Kerangka Pikir ... 37
III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian ... 40
B. Jenis Data Penelitian ... 41
1. Data Primer ... 41
2. Data Sekunder ... 41
C. Fokus Penelitian ... 41
D. Penentuan Informan ... 44
E. Teknik Pengumpulan Data... 44
1. Wawancara... 44
2. Dokumentasi ... 45
3. Observasi... 46
F. Teknik Analisis Data ... 46
1. Reduksi Data ... 47
2. Penyajian Data ... 48
3. Menarik Kesimpulan/Verifikasi... 48
G. Teknik Keabsahan Data ... 49
1. Validitas internal (Kredibilitas) ... 49
2. Validitas Eksternal (Transferabilitas) ... 50
3. Dependabilitas... 53
IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN
A. Gambaran Umum Kantor Pertanahan Kota Bandar Lampung ... 55
B. Permasalahan Pada Kantor Pertanahan Kota Bandar Lampung Periode Waktu 2013-2015... 62
V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Pelayanan Pelayanan pemetaan tematik dan nilai tanah berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2010 di Kota Bandar Lampung ... 64
1. Efektif... 64
2. Sederhana ... 67
3. Kejelasan dan kepastian (transparan)... 69
4. Keterbukaan ... 71
5. Efisiensi... 73
6. Ketepatan waktu... 74
7. Responsif... 76
8. Adaptif... 78
B. Pembahasan ... 54
VI. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 92
B. Saran... 93
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel .1 Pembuatan akta tanah (Sertifikat Hak Milik, Akte Jual Beli, Hak Guna Bangunan, Hak Guna Usah) di Badan Pertanahan Kota
Bandar Lampung ... 3
Tabel .2Wawancara informan Penelitian ... 45
Tabel .3Dokumentasi Penelitian ... 45
Tabel .4Observasi Penelitian... 46
Tabel .5Kasus Pertanahan di Kantor Pertanahan Kota Bandar Lampung pada Tahun 2013 ... 62
MOTO
“Banyak kegagalan dalam hidup dikarenakan orang-orang tidak menyadari
betapa dekatnya mereka dengan keberhasilan saat mereka menyerah”
(Thomas Alfa Edison)
“Janganlah larut dalam suatu kesedihan karena masih ada hari esok yang menyongsong dengan sejuta kebahagiaan”
(Kata-kata bijak)
“Musuh yang paling berbahaya di atas dunia adalah penakut dan bimbang”
MOTO
“Banyak kegagalan dalam hidup dikarenakan orang-orang tidak menyadari
betapa dekatnya mereka dengan keberhasilan saat mereka menyerah”
(Thomas Alfa Edison)
“Janganlah larut dalam suatu kesedihan karena masih ada hari esok yang menyongsong dengan sejuta kebahagiaan”
(Kata-kata bijak)
“Musuh yang paling berbahaya di atas dunia adalah penakut dan bimbang”
PERSEMBAHAN
Bismillahirrahmanirrahim
Dengan segala kekurangan dan kerendahan hati
sebagai hambanya tiada kata lain selain ucap syukur
kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan
nikmat dan ridhdonya dalam menjalani kehidupan
ini. Terima kasih untuk segalanya semoga saya
senantiasa menjadi hambamu yang selalu
bersyukur...
Kupersembahkan Karya sederhana ini untuk semua
orang yang ku kasihi dan mengasihiku :
Kedua orang tua ku tersayang
Papaku tercinta Incik Muhammad Amin
Mamaku tercinta Yudiawati, S.Pd
Selalu menjadi sumber inspirasi di dalam
kehidupanku selalu mendoakan dan mendukung
segala aktifitasku hingga sekarang semua curahan
kasih sayang yang kalian berikan tidak akan mampu
aku gantikan dengan apapun
Kehadiran kalian menyempurnakan hidupku
Keluarga Besarku
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama lengkap Mona Rizki Amalia, dilahirkan Bandar Lampung pada Tanggal 27 Juli 1992. Penulis merupakan putri dari pasangan Ibu Yudiawati, S.Pd dan Bapak Incik Muhammad Amin, yang telah menanamkan pentingnya ketabahan, ketekunan, semangat juang, tanggung jawab dan kesederhanaan dengan penuh kesabaran dan kasih sayang.
Pendidikan yang ditempuh oleh penulis dimulai dari di SD Al- Azhar 1998-2004, SMP Negeri 29 Tahun 2004-2007, dan SMA Negeri 9 Tahun 2007-2010. Dan pada Tahun 2010 penulis diterima sebagai mahasiswi pada Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Lampung melalui jalur PKAB.
SANWACANA
Assalamua’alaikum warahmatullah wabarakatuh
Alhamdulillahirabbil’alamin tercurah segala puji dan syukur kehadiratAllah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta karunia-Nya kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Atas segala kehendak dan kuasa Allah SWT, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan “ Analisis Pelayanan Pemetaan Tematik dan Nilai Tanah Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2010 Pada Badan Pertanahan Kota Bandar Lampung”, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Administrasi Negara (SAN) pada jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Lampung.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengutarakan ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah berperan dalam penulisan skripsi ini. penulis juga secara khusus mengucapkan terima kasih kepada mama dan papa tersayang yang tidak kenal lelah mendo’akan dan memberi dukungan moril serta materil demi kasih sayang dan harapannya kepada penulis.
1. Bapak Drs H. Agus Hadiawan, Msi., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung atas bantuannya dalam proses penyelesaian skripsi ini.
2. Bapak Dr. Dedy Hermawan, S.Sos, M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang baik, ramah dan selalu menebar senyum kepada setiap mahasiswanya.
3. Bapak Nana Mulyana, S.IP., M.Si selaku dosen pembimbing utama. Terima kasih dan permohonan maaf atas kesalahan yang mungkin penulis lakukan pada saat bimbingan selama ini. Saran, arahan, masukan serta bimbingannya yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Ibu Devi Yulianti, S.AN., M.A selaku dosen pembimbing kedua penulis. Terima kasih dan permohonan maaf atas kesalahan yang mungkin dilakukan penulis selama mengikuti proses akademis. Segala pelajaran berharga yang diberikan kepada penulis sangat membantu dalam proses pembuatan skripsi ini.
5. Bapak Simon Sumanjoyo, S.AN, M.PA. selaku dosen penguji serta Sekretaris Ketua Jurusan Ilmu Administrasi Negara dan juga motivator bagi penulis yang memberikan kritik dan saran serta mengarahkan penulis dalam penyelesaian dan penyempurnaan skripsi ini. Terima kasih banyak atas motivasi, arahan dan dukungannya.
7. Seluruh dosen Ilmu Administrasi Negara, terimakasih atas segala ilmu yang telah penulis peroleh di kampus dapat menjadi bekal yang berharga dalam kehidupan penulis ke depannya.
8. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung yang telah berbagi ilmu, pengalaman serta motivasinya selama proses perkuliahan.
9. Ibu Nuraini sebagai staf jurusan Ilmu Administrasi Negara yang selalu memberikan pelayanan bagi penulis yang berkaitan dengan administrasi dalam penyusunan skripsi ini.
10. Pihak Badan Pertanahan Kota Bandar Lampung yang telah memberikan izin melakukan penelitian, segenap responden dalam penelitian ini yaitu meliputi Kepala Badan Pertanahan Kota Bandar Lampung, staf pelayanan Badan Pertanahan Kota Bandar Lampung, notaris, serta masyarakat Bandar Lampung yang melakukan pengurusan administrasi negara. Terima kasih atas bantuan dan kerjasamanya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
12. Terima kasih untuk sahabat sekaligus saudara-saudaraku Mb Sari, Mb Fanny, Mb Devita , Ses Raegina, Mb Seva, Mb Kiki, Kak Edo, Thia, Mb Desy, Dimas, Rama. Terima kasih ya untuk kalian yang sudah ada disamping saat suka, duka serta kebersamaan dan dukungannya.
13. Buat sahabat seperjuangan pembuatan skripsi dalam mewujudkan cita-cita masa depan yang lebih baik, Ria, Laras, Nisa, Destriana, Wulan, Esa, Putri, Nurul yang selalu siap untuk membantu, memberi saran dan semangat. 14. Pramata Senja, S.T , terima kasih untuk segalanya yang telah kau berikan
selama ini, yang selalu mendo’akan dan mendukungku. Terima kasih banyak telah memberikan banyak pelajaran yang berarti.
15. Terima kasih juga buat keluarga besar ADUSELON (Angkatan ke Dua Belas Sekelompok Mahasiswa Publik Administation : Pandu, Desmon, Tio, Rizka, Erisa, Datas,Woro, Yulia, Hadi, Bunga M, Bunga J, Fadri, Jodi, Ade,Rofi’I, Julian, Anisa, Meri, Nuzul, Helsi, Lica, Lusi, Oyen, Sari S, Dita, Gusti,Satria, Aden, Hepsa, Abil, Ali, Intan, Karina, Shella, Shelli, Loy, Bogel, Uyung, Ali Syamsuddien, Rachmani, Rahman. Untuk Nurul, Hani, Dewinta, Maritha, Maya L, Eeng, Indah P, Indah, Yogis, Anjas, Ade, Aris, Enggi, Rombongan Batak (Sari, Jeni, Ani, Selly dan Dora), Izal, Gideon, Wayan, Ardiansyah, Daus, Gery, Cita,yang sudah jadi teman selama kurang lebih 4 tahun ini, semoga bisa jadi teman di masa depan juga amin ya Allah.
Akhir kata penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan akan tetapi sedikit harapan semoga karya sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin
Bandar Lampung Juli 2015 Penulis
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Birokrasi merupakan instrumen penting dalam masyarakat yang kehadirannya tidak mungkin terelakkan. Birokrasi adalah sebuah konsekuensi logis dari diterimanya suatu asumsi bahwa negara mempunyai kewajiban mulia yaitu untuk mensejahterakan rakyatnya melalui media birokrasi. Sebagai perwujudan dari kewajiban tersebut, maka negara dituntut untuk terlibat langsung menyediakan barang dan jasa publik yang diperlukan oleh rakyatnya. Negara secara aktif terlibat dalam kehidupan sosial rakyatnya, bahkan jika perlu negara yang memutuskan apa yang terbaik bagi rakyatnya. Dalam rangka itulah, maka negara membangun suatu sistem administrasi yang bertujuan untuk melayani kepentingan rakyatnya yang disebut dengan istilah birokrasi (Meyer, 2000: 58).
2
peran pemerintah yang sangat strategis tersebut akan banyak ditopang oleh bagaimana birokrasi publik mampu melaksanakan tugas dan fungsinya.
Konteks hubungan birokrasi dengan masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik sudah sangat lama terdengar keluhan, namun sampai saat ini belum ada perubahan yang berarti. Bahkan, harapan masyarakat bahwa pergantian rezim akan membawa perbaikan terhadap penyelenggaraan layanan publik ternyata tidak pernah terwujud. Pemerintahan sudah mengalami pergantian selama beberapa kali, tetapi perilaku birokrasi terutama dalam pelayanan publik belum banyak berubah (Tanjung, 2002: 81).
Keberhasilan penyelenggaraan pelayanan publik secara garis besar ditentukan oleh 3 (tiga) aspek, yaitu: bagaimana pola penyelenggaraannya, dukungan sumber daya manusia dan organisasi. Penyelenggaraan pelayanan publik secara garis besar belum optimal terlaksana dikarenakan secara internal masih menghadapi beberapa kendala (Istianto, 2011:143).
3
Hasil pra survei yang dilakukan oleh peneliti di Kantor Badan Pertanahan Kota Bandar Lampung melalui wawancara dengan Masnah selaku Kepala Sub Seksi Perkara Pertanahan Kantor Pertanahan Kota Bandar Lampung yang menyatakan bahwa dalam pelayanan administrasi pertanahan khususnya pelayanan pemetaan tematik dan nilai tanah di Kantor Badan Pertanahan Kota Bandar Lampung telah dilaksanakan sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang berlaku. Tetapi selama ini masih banyak terjadi keluhan dari masyarakat mengenai waktu yang cukup lama dalam pengurusan adminitasi pertanahan seperti pembuatan akte jual beli dan Sertifikat Hak Milik atas tanah. Rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan sertifikat tanah adalah dua bulan atau bisa dikatakan hanya delapan minggu, akan tetapi diketahui bahwa kota Bandar Lampung termasuk salah satu kota yang terhitung lama dalam hal pemberian sertifikat tanah yaitu 26 minggu. Lamanya penerbitan sertifikat tanah ini menjadi suatu permasalahan dalam BPN yang menjadi faktor penyebab lamanya penerbitan sertifikat tanah ini dikarenakan tanah tersebut bermasalah sehingga sertifikatnya sulit untuk diurus dan pelayanan yang diberikan dalam sertifikasi tanah kurang optimal, seperti data yang terdapat pada tabel pembuatan akta tanah sebagai berikut: Tabel 1 Pembuatan akta tanah (Sertifikat Hak Milik, Akte Jual Beli, Hak
Guna Bangunan, Hak Guna Usah) di Badan Pertanahan Kota Bandar Lampung
4
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa pelayanan administrasi pertanahan khususnya pelayanan pemetaan tematik dan nilai tanah berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2010 di Kota Bandar Lampung selama ini belum mencapai target secara optimal, dimana dari tahun 2010 hingga 2013 pencapaian target pembuatan akta tanah tidak mencapai target yang telah ditetapkan.
Fenomena ini membuktikan bahwa dari berbagai jenis layanan publik, maka pelayanan administrasi pertanahan tetap menarik untuk diteliti. Berdasarkan permasalahan tersebut maka penulis tertarik untuk meneliti tentang Analisis Pelayanan Pemetaan Tematik dan Nilai Tanah Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2010 Pada Badan Pertanahan Kota Bandar Lampung
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah pada penelitian ini adalah:
1. Bagaimana pelayanan pemetaan tematik dan nilai tanah berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2010 Pada Badan Pertanahan Kota Bandar Lampung?
5
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk menjelaskan dan menganalisis pelayanan pemetaan tematik dan nilai tanah berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2010 Pada Badan Pertanahan Kota Bandar Lampung
2. Untuk menjelaskan dan menganalisis faktor-faktor yang menghambat pelaksanaan pelayanan pemetaan tematik dan nilai tanah berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2010 Pada Badan Pertanahan Kota Bandar Lampung.
D. Manfaat dan Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian ini adalah:
1. Secara teoritis, dari penelitian ini dapat memberikan pengetahuan dalam bidang akademik mahasiswa Jurusan Administrasi Negara khususnya yang berkaitan dengan pelayanan publik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Tentang Pelayanan Publik
1. Definisi Pelayanan Publik
Pelayanan publik atau pelayanan umum dapat di definisikan sebagai segala bentuk jasa pelyanan, baik dalam bentuk publik atau jasa publik yang pada dasarnya menjadi tanggung jawab dan dilaksanakan oleh instansi pemerintah dipusat, di daerah, dan di lingkungan Badan Usaha Milik Negara atau Badan Usaha Milik Daerah, dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarkat maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Menelusuri arti pelayanan umum tidak terlepas dari masalah kepentingan umum, yang menjadi asal-usul timbulnya istilah pelayanan umum. Oleh karena itu antara kepentingan umum dengan pelayanan umum adanya hubungan yang saling berkaitan. Meskipun dalam perkembangan lebih lanjut pelayanan umum dapat juga timbul karena adanya kewajiban sebagai suatu proses penyelenggaraan kegiatan organisasi.
7
dapat memberikan suatu keuntungan dan dapat memberikan manfaat, hasil dari pelayanan berupa kepuasan yang diberiakan walaupun hasil dari pelayanan yang diberikan tidak terikat pada suatu benda.
Menurut Dwiyanto (2005:141), pelayanan publik dapat didefinisikan sebagai serangkaian aktivitas yang dilakukan oleh birokrasi publik untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, bahwa pelayanan umum merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah dalam memenuhi kewajibannya, akan tetapi tidak disebabkan oleh hal itu saja melainkan pemerintah memang harus memberikan pelayanan kepada masyarakat. Menurut Sedarmayati (2004:78) pelayanan publik yang diberikan kepada masyarakat harus sesuai dengan standar pelayanan, karena masyarakat berhak mendapatkan pelayanan dari pemerintah secara prima atau pelayanan yang berkualitas. Definisi pelayanan sebagai suatu pendekatan organisasi total yang menjadi kualitas pelayanan yang diterima pengguna jasa sebagai kekuatan penggerak utama dalam pengoperasian bisnis..
Berdasarkan penjelasan di atas, pelayanan yang baik dan memuaskan akan berdampak positif seperti yang dikutip dari Moenir (2010: 98) antara lain:
1. Masyarakat menghargai kepada korps pegawai 2. Masyarakat patuh terhadap aturan-aturan layanan 3. Masyarakat akan merasa bangga kepada korps pegawai 4. Adanya kegairahan usaha dalam masyarakat
8
2. Dimensi Pelayanan Publik
Setiap pelayanan akan menghasilkan beragam penilaian yang datangnya dari pihak yang dilayani atau pelanggan. Pelayanan yang baik tentunya akan memberikan penilaian yang baik pula dari para pelanggan, tetapi apabila pelayanan yang diberikan tidak memberikan kepuasan, misalnya pelanggan telah mengeluarkan sejumlah biaya untuk pelayanan tetapi imbalan yang diterimanya tidak seimbang, maka akan menimbulkan kekecewaan pelanggan dan bisa memperburuk citra instansi pemberi layanan.
Moenir (2010: 41-42) menjelaskan beberapa factor yang menyebabkan kurang berkualitasnya pelayanan yang diberikan oleh seorang pemberi pelayan :
a. Tidak adanya kesadaran terhadap tugas dan kewajiban yang menjadi tanggung jawabnya. Akibatnya mereka bekerja dan melayani seenaknya padahal orang menunggu hasil kerjanya sudah gelisah.
b. Sistem, prosedural dan sistem kerja yang tidak memadai sehingga mekanisme kerja tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan.
c. Pengorganisasian tugas pelayanan yang belum selesai, sehingga terjadi simpang siur penanganan tugas, tumpang tindih (over lopping) atau tercecernya suatu tugas karena tidak ada yang menangani.
9
dibebankan kepadanya. Akibatnya hasil pekerjaannya tidak memenuhi standar yang ditetapkan.
Menurut Moenir (2010: 98) prinsip-prinsip pokok sebagai dasar yang menjadi pedoman dalam perumusan tata laksana dan penyelenggaraan kegiatan pelayanan publik. Sendi-sendi atau prinsip-prinsip pelayanan dapat dipahami dengan penjelasan sebagai berikut:
a. Kesederhanaan
Sendi atau prinsip kesederhanaan mengandung makna bahwa prosedur atau tata cara pelayanan diselenggarakan secara mudah dan dilaksanakan oleh masyarakat yang meminta pelayanan publik. Prinsip kesederhanaan pada hakikatnya lebih menekankan pada aspek prosedur kerja penyelenggaraan pelayanan, termasuk persyaratan maupun pelaksanaan teknis operasional. Prosedur kerja pelayanan publik adalah tata urutan pelaksanaan kerja atau tindakan yang dilewati dan atau dijalankan dalam proses penyelenggaraan pelayanan.
10
keabsahan dari hasil pelaksanaan pelayanan publik itu sendiri. Prinsip kesederhanaan ditujukan untuk :
1) Mengurangi jumlah meja dan atau petugas dalam prosedur birokrasi pelaksanaan pelayanan publik.
2) Penyusunan Laporan Akhir Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik.
3) Memudahkan masyarakat dalam mengurus, mendapatkan pelayanan, antara lain dengan cara mengurangi kesempatan terjadinya kontak langsung antara petugas dan masyarakat, antara lain dengan melakukan pelayanan melalui internet.
4) Memperkecil terjadinya pelayanan yang birokratis dan prosedur panjang ataupun berbelit-belit, sehingga dengan cara yang didesain secara sederhana akan memperlancar dalam proses serta menciptakan tata laksana pelayanan publik yang baik.
Hal yang perlu mendapat perhatian dan relevan dalam mendukung ciri dan prinsip kesederhanaan pelayanan publik adalah :
11
semata-mata dikaitkan untuk kepentingan unit dan atau satuan kerja yang bersangkutan. Jadi jelas, pelayanan publik bukan semata-mata dikaitkan untuk kepentingan unit dan satuan kerja yang bersangkutan. 2) Spesifikasi persyaratan pelayanan, artinya dalam menyusun prosedur
pelayanan perlu memperhatikan bagaimana kerumitan mengurus persyaratan yang diperlukan. Dalam mengurus persyaratan tidak terlalu banyak melibatkan instansi atau unit kerja lain, yang berakibat menambah mata rantai birokrasi.
3) Tertib dalam sistem penataan dan penyimpanan dokumen/arsip, antara lain dalam penyelenggaraan pelayanan perlu didukung dengan pengelolaan dokumen/arsip yang berkaitan dengan kegiatan pemberian Laporan Akhir Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik. Pelayanan yang tertata secara sistematis, rapi, tertib, dan aman. Dengan sistem penyimpanan dokumen/arsip secara tertib akan dapat memudahkan dan mempercepat dalam penemuan kembali berkas, sehingga menunjang kecepatan dan kelancaran proses penyelenggaraan pelayanan.
12
kerja tinggi dan penumpukan antrean kerja, maka dapat dilakukan langkah-langkah, antara lain:
1) Menambah sarana loket dan petugasnya, mendahulukan tindakan pelaksanaan pelayanan sesuai nomor urutnya, atau mengelompokkan pelayanan menurut domisili atau wilayah kerja, dan disiapkan sesuai dengan volume/beban pelayanan yang ada.
2) Dapat dilakukan desentralisasi pelaksanaan pelayanan, artinya melimpahkan kewenangan untuk melakukan pelayanan kepada unit kerja/pejabat setingkat di bawah kewenangan kerjanya atau memecah/membagi beban tugas dalam kelompok-kelompok tugas/kerja.
Koordinasi antara unit kerja yang terkait dengan pelayanan publik. Artinya dalam penyelenggaraan pelayanan perlu memperhatikan sejauhmana dilakukan koordinasi dan kerja sama dengan unit kerja lain yang terkait, maupun koordinasi antara komponen kerja di dalam kantor yang bersangkutan, sehingga menunjang kelancaran mengurus persyaratan maupun proses penyelesaian pelayanan.
b. Kejelasan dan Kepastian
13
1) Prosedur tatacara pelayanan.
2) Persyaratan pelayanan, baik persyaratan teknis maupun persyaratan administratif.
3) Unit kerja dan atau pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab dalam memberikan pelayanan.
4) Rincian biaya/tarif pelayanan dan tata cara pembayaran. 5) Jadwal waktu penyelesaian pelayanan.
Prinsip kejelasan dan kepastian dalam ketatalaksanaan pelayanan publik, lebih menekankan pada aspek-aspek:
1) Proses arus kerja dalam prosedur tatacara penyelenggaraan pelayanan, artinya perlu diperhatikan apakah sudah digambarkan secara jelas dan pasti dalam bentuk bagan alir, serta informasi mengenai sarana penunjangnya (seperti nama loket/meja/petugas) harus dibuat pula secara lengkap dan jelas sesuai fungsinya.
2) Tata urutan atau bagan alir penanganan pelayanan, serta nama-nama loket dan petugas masing-masing urusan perlu divisualisasikan, dipasang secara terbuka dan jelas.
Untuk mendukung prinsip kejelasan dan kepastian dalam prosedur tatakerja, maka dalam proses pelaksanaan pelayanan perlu dilakukan:
14
2) Harus didukung dengan kelengkapan perangkat administrasi/pencatatan yang sesuai kebutuhan untuk pelaksanaan pelayanan perangkat administrasi, ialah meliputi segenap peralatan, sarana tata usaha yang digunakan mendukung kegiatan pencatatan penyelesaian administrasi. Misalnya : Formulir pemohonan, tanda bukti penerimaan berkas, buku agenda penerimaan berkas permohonan, Medical Record pada Rumah Sakit, Faktur/kuitansi tanda bukti penerimaan pembayaran, kartu kendali atau Buku Monitoring Pelaksanaan Pekerjaan dan lainnya.
3) Tata cara pengolahan biaya, antara lain menekankan bahwa dalam penyelenggaraan pelayanan perlu dilakukan pengelolaan dana/biaya yang berkaitan dengan kegiatan pelayanan secara tertib, jelas dan Lengkap dengan tanda bukti maupun rincian biaya. Pengelolaan biaya pelayanan perlu dibukukan secara rapi, dan tertib.
4) Demikian pula biaya yang menyangkut kewajiban yang harus dipenuhi oleh masyarakat, hendaknya harus dinyatakan dan dicatat secara jelas, rinci dan pasti jumlahnya.
15
c. Keamanan
Sendi atau prinsip ini mengandung arti proses serta hasil pelayanan dapat memberikan keamanan, kenyamanan dan dapat memberikan kepastian hukum bagi masyarakat. Dalam prinsip ini, memberikan petunjuk bahwa dalam proses pelaksanaan pemberian pelayanan agar diciptakan kondisi dan mutu dengan memperhatikan faktor-faktor:
1) Keamanan, dalam arti proses pelaksanaan pelayanan maupun mutu produk pelayanan publik dapat memberikan rasa aman bagi masyarakat. Mutu produk pelaksanaan pelayanan publik dapat meliputi:
a) Produk Pelayanan Administrasi (dokumen, surat, kartu, gambar, tiket), diperhatikan agar dapat menjamin kepastian atau keabsahan secara hukum, tanpa kesalahan cetak serta tidak menimbulkan keraguan ataupun kekhawatiran bagi masyarakat.
b) Produk Pelayanan Barang (air bersih, tegangan listrik, tindakan perawatan/pengobatan Rumah Sakit, dan sebagainya), perlu diperhatikan standar mutu yang layak.
c) Produk Pelayanan Jasa (perhubungan darat, laut dan udara), perlu memperhatikan standar mutu keamanan dan keselamatan
2) Nyaman, dalam arti bahwa dan kondisi dan mutu dalam proses pelaksanaan-pelayanan hendaknya diciptakan:
16
c) Mutu produk pelayanan yang diberikan pada masyarakat memenuhi ukuran standar, sehingga dapat memenuhi rasa nyaman bagi masyarakat. Kondisi demikian dapat diupayakan dengan misalnya, penyediaan tempat pelayanan yang didukung dengan sarana ruang tunggu/tamu atau serta ditunjang fasilitas-fasilitas yang dapat menciptakan keadaan yang tertib, nyaman, bersih dan aman bagi para pemohon pelayanan. Ruang tunggu yang sesuai dengan volume kedatangan tamu, dilengkapi tempat duduk dan meja/tempat untuk menulis tamu, kamar kecil/toilet, tempat sampah dan lainnya. Demikian pula menyangkut mutu produk pelayanan, seperti air bersih PAM, Arus setrum listrik PLN, mutunya sesuai dengan ukuran mutu yang standar.
d) Tertib, dalam arti proses penyelenggaraan pelayanan publik pelaksanaannya berjalan rapi, berjalan sesuai prosedur, urutan pemberian pelayanannya rutin, tidak semrawut sesuai alur tahapan penyelesaian pekerjaan. Pemberian pelayanan dilakukan secara konsisten sesuai dengan antrean dan menurut tatakerja yang berlaku.
d. Keterbukaan
17
pelayanan memberikan petunjuk untuk menginformasikan secara terbuka segala sesuatu yang berkaitan dengan pelaksanaan pemberian pelayanan kepada masyarakat. Untuk itu yang perlu diupayakan dalam prinsip ini, ialah: 1) Penginformasian instrumen pelayanan secara terbuka (seperti:bagan alir
mekanisme pelayanan, daftar persyaratan, daftar tarif, jadwal waktu, nama loket/ petugas/meja kerja). Langkah ini dapat dilakukan dengan mempersiapkan membuat:
a) Bagan alir prosedur/tatacara dan persyaratan, untuk dipasang/ ditempel di tempat ruang pelayanan, sekaligus dilengkapi dengan keterangan jadwal waktu penyelesaian pelayanan.
b) Setiap satuan kerja/loket pelayanan dan nama pejabat/petugas penanggungjawabnya perlu dibuat, dicantumkan nama secara jelas dan terbuka.
c) Tarif dan rincian biaya/tarif yang harus dibayar oleh pemohon pelayanan, diinformasikan secara terbuka.
2) Menyediakan fasilitas media informasi, (seperti: papan informasi/ pengumuman, loket informasi/ information desk, kotak saran, media cetak/brosur, monitor TV, yang berfungsi memberikan informasi menyangkut kegiatan pelayanan.
18
e. Efisien
Sendi atau prinsip efisien ini mengandung arti:
1) Persyaratan pelayanan hanya dibatasi pada hal-hal yang berkaitan langsung dengan pencapaian sasaran pelayanan dengan tetap memperhatikan keterpaduan antara persyaratan dengan produk pelayanan publik yang diberikan.
2) Dicegah adanya pengulangan pemenuhan persyaratan, dalam hal proses pelayanan masyarakat yang bersangkutan memasyarakatkan adanya kelengkapan persyaratan dan satuan kerja/instansi pemerintah lain yang terkait.
Prinsip ini menekankan bahwa dalam merumuskan kebijakan mengenai penyelenggaraan pelayanan publik, perlu memperhatikan hal-hal yang tidak berakibat memberatkan masyarakat, maupun tidak berdampak pemborosan, antara lain:
1) Beban akibat pengurusan persyaratan pelayanan yang harus dipenuhi masyarakat, hendaknya tidak berakibat pengeluaran biaya yang berlebihan. 2) Dalam merumuskan mekanisme kerja mengenal pengurusan prasyarat ataupun
19
f. Ekonomis
Sendi atau prinsip ini mengandung arti pengenaan biaya dalam penyelenggaraan pelayanan harus ditetapkan secara wajar dengan memperhatikan:
1) Nilai barang dan atau dan jasa pelayanan masyarakat dan tidak menuntut biaya yang terlalu tinggi di luar kewajaran.
2) Kondisi dan kemampuan masyarakat untuk membayar. 3) Ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Prinsip ini menekankan bahwa dalam merumuskan kebijakan. Mengenai penyelenggaraan pelayanan publik, hendaknya perlu memperhatikan hal-hal yang berakibat pada biaya ekonomi tinggi yang memberatkan masyarakat antara lain:
1) Dalam penetapan tarif yang berkaitan dengan pelayanan, perlu diperhitungkan besarnya secara layak dan terjangkau oleh kemampuan ekonomi masyarakat setempat.
2) Mekanisme pelayanan agar dijaga tidak memberikan peluang terjadinya pungutan liar, sehingga tidak berdampak pada ekonomi biaya tinggi bagi masyarakat.
3) Dalam penetapan tarif pelayanan, agar tetap konsisten dan ada pada peraturan perundangan yang melandasinya.
g. Keadilan yang merata
20
bagi seluruh lapisan masyarakat. Dalam prinsip ini menekankan bahwa dalam penyelenggaraan pelayanan publik hendaknya perlu memperhatikan hal-hal: 1) Cakupan golongan masyarakat yang menerima pelayanan, hendaknya
meliputi semua kelas sosial yang merata.
2) Tidak membeda-bedakan perlakuan pemberian pelayanan, misalnya menyangkut:
a) Biaya/tarif atau persyaratan yang dikenakan pada masyarakat. b) Urutan tindakan pemberian pelayanan harus sesuai dengan nomor urut
pendaftaran.
c) Kecepatan kelancaran waktu pelaksanaan pelayanan bagi golongan masyarakat tertentu.
h. Ketepatan Waktu
Ketepatan waktu mengandung arti bahwa pelaksanaan pelayanan umum dapat diselesaikan dalam kurun waktu yang telah ditentukan. Dalam penerapan prinsip ketepatan waktu ini hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain:
21
diperlukan untuk memproses/menangani pelayanan tersebut. Sehingga dapat disusun perkiraan jadwal keseluruhan rangkaian kerja penyelesaian pelaksanaan pelayanan publik. Agar dalam pelaksanaannya tidak meleset dari jadwal yang ditetapkan, maka dalam perkiraan waktu/jadwal dapat dibuat perkiraan waktunya sedikit mundur, sehingga jadwal kerja harus dapat dilaksanakan secara konsisten.
2) Mengefektifkan pelaksanaan pengawasan dan pengendalian oleh pimpinan/atasan Langsung. Untuk mendukung fungsi pengawasan ini dapat dioptimalkan penggunaan sarana pengawasan fungsional, misalnya penerapan sistem monitoring terhadap kegiatan/pekerjaan, melalui:
a) Pencatatan atas setiap kegiatan yang dilakukan bawahan pada buku monitoring, blangko, formulir, kuitansi, bukti penerimaan/setoran. b) Forum pertemuan, rapat sebagai sarana untuk menyusun perencanaan,
memberikan informasi perkembangan kegiatan, laporan/evaluasi pelaksanaan pekerjaan.
Sementara itu Pararsuraman, Zeitthaml dan Berry (2003: 78) berhasil mengidentifikasi sepuluh faktor utama yang menentukan kualitas pelayanan. Pendapat tersebut dikemukan sebagai berikut :
a) Reability, mencakup 2 hal pokok, yaitu konsistensi kerja (performance) dan kemampuan untuk dapat dipercaya (depentability). Hal ini berarti perusahan memberikan jasanya secara tepat semenjak saat pertama (right the firs time) b) Responsiveness, yaitu kemeuan atau kesiapan para karyawan untuk
22
c) Competence, artinya setiap orang dalam suatu perusahaan memiliki keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan agar dapat memberikan pelayanan tertentu.
d) Access, meliputi kemudahan untuk dihubungi dan ditemui.
e) Courtesy, meliputi sikap sopan santun, respect, perhatian, dan keramahan yang dimiliki paraContact Person.
f) Communication, artinya memberikan informasi kepada pelanggan dalam bahasa yang dapat dipahami, serta selalu mendengarkan saran dan keluhan pelanggan.
g) Credibility, yaitu sikap jujur dan dapat dipercaya.
h) Securty, yaitu aman dari bahaya, resiko dan keragu-raguan. Aspek ini meliputi keamanan secara fisik (physical safety), keamanan finansial (financial safety) dan kerahasian (confiden fiality).
i) Undestanding atau knowing the custumer, yaitu usaha untuk memahami kebutuhan pelanggan.
j) Tangibles, yaitu bukti fisik dari jasa bias berupa fasilitas fisik, peralatan yang dipergunakan, reorientasi fisik dari jasa.
3. Indikator-Indikator Pelayanan Publik
23
1. Efektif, lebih mengutamakan pada pencapaian apa yang menjadi tujuan dan sasaran;
2. Sederhana, mengandung arti prosedur/tata cara pelayanan diselenggarakan secara mudah, cepat, tepat, tidak berbelit-belit, mudah dipahami dan mudah dilaksanakan oleh masyarakat yang meminta pelayanan;
3. Kejelasan dan kepastian (transparan), mengandung akan arti adanya kejelasan dan kepastian mengenai :
a. Prosedur/tata cara pelayanan;
b. Persyaratan pelayanan, baik persyaratan teknis maupun persyaratan administratif;
c. Unit kerja dan atau pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab dalam memberikan pelayanan;
d. Rincian biaya/tarif pelayanan dan tata cara pembayarannya; e. Jadwal waktu penyelesaian pelayanan.
4. Keterbukaan, mengandung arti prosedur/tata cara persyaratan, satuan kerja/ pejabat penanggung jawab pemberi pelayanan, waktu penyelesaian, rincian waktu/tarif serta hal-hal lain yang berkaitan dengan proses pelayanan wajib diinformasikan secara terbuka agar mudah diketahui dan dipahami oleh masyarakat, baik diminta maupun tidak diminta;
5. Efisiensi, mengandung arti :
24
b. Dicegah adanya pengulangan pemenuhan persyaratan, dalam hal proses pelayanan masyarakat yang bersangkutan mempersyaratkan adanya kelengkapan persyaratan dari satuan kerja/instansi pemerintah lain yang terkait.
6. Ketepatan waktu, kriteria ini mengandung arti pelaksanaan pelayanan masyarakat dapat diselesaikan dalam kurun waktu yang telah ditentukan; 7. Responsif, lebih mengarah pada daya tanggap dan cepat menanggapi apa yang
menjadi masalah, kebutuhan dan aspirasi masyarakat yang dilayani;
8. Adaptif, cepat menyesuaikan terhadap apa yang menjadi tuntutan, keinginan dan aspirasi masyarakat yang dilayani yang senantiasa mengalami tumbuh kembang.
4. Faktor Penghambat Pelayanan Efektif
Efektifitas berasal dari kata efektif yang berarti terjadinya suatu efek atau akibat yang dikehendaki dalam sesuatu perbuatan, dalam buku Ensiklopedi Administrasi, (2003:7). Efektif dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti dapat membawa hasil, berhasil guna. Sedangkan menurut Handoko (2003:7)
25
sudut kualitas kehidupan pekerja,menurut Richard M. Steers, (2005:1).
Orientasi dalam penelitian tentang efektifitas menurut Richard M.Steers sebagian besar dan sedikit banyak pada akhirnya bertumpu pada pencapaian tujuan. Georgepoulus dan Tenenbaum (2005:20) berpendapat bahwa konsep efektifitas kadang-kadang disebut sebagai keberhasilan yang biasanya digunakan untuk menunjukkan pencapaian tujuan. Chester I. Barnard dalam Gibson, (2005:27), mendefinisikan efektifitas sebagai pencapaian sasaran yang telah disepakati atas usaha bersama. Tingkat pencapaian sasaran itu menunjukkan tingkat efektifitas.
Definisi lain yang dapat dijadikan acuan ialah menurut Emerson dalam Handayaningrat, (2005:16) “Efektifitas ialah pengukuran dalam arti tercapainya sasaran atau tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Jelaslah bila sasaran atau tujuan telah tercapai sesuai dengan yang direncanakan sebelumnya, hal ini dikatakan efektif.Jadi apabila tujuan atau sasaran tidak sesuai dengan yang telah ditentukan, maka pekerjaan itu dikatakan tidak efektif”.
26
27
Sedangkan, Moenir (2010:7) mengatakan bahwa pelayanan adalah kunci keberhasilan dalam berbagai usaha atau kegiatan yang bersifat jasa. Jadi dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat harus seefektif mungkin. Secara umum pelayanan yang efektif dapat berarti tercapainya tujuan pelayanan yang telah ditetapkan organisasi dan masyarakat merasa puas dengan pelayanan yang didapatnya.
Berdasarkan bermacam-macam pendapat di atas terlihat bahwa efektifitas lebih menekankan pada aspek tujuan dari suatu organisasi, jadi jika suatu organisasi telah berhasil mencapai tujuan yang telah ditetapkan, maka dapat dikatakan telah mencapai efektifitas. Dengan demikian efektifitas pada hakekatnya berorientasi pada pencapaian tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.
B. Tinjauan Tentang Administrasi Pertanahan
1. Definisi Pertanahan
Tanah sama dengan permukaan bumi adalah karunia Tuhan Yang Maha Esa (Pasal 1 ayat 2 Jo Pasal 4 ayat 1), diartikan sama dengan ruang pada saat menggunakannya karena termasuk juga tubuh bumi dan air di bawahnya dan ruang angkasa di atasnya sekedar diperlukan untuk kepentingan yang langsung berhubungan dengan penggunaan tanah dalam batas-batas menurut undang– undang dan peraturan–peraturan lain yang lebih tinggi (Risnarto, 2008: 65).
28
dengan tanah, dari zaman dahulu hingga sekarang menjadi salah satu agenda terpenting untuk dibahas. Tanah bagi bangsa Indonesia mempunyai dimensi yang khas dan khusus. Tanah bukan sekedar benda mati yang bernilai tunggal, akan tetapi dipandang sebagai benda yang multi nilai. Hal ini menjadi bagian dari filosofis dalam melaksanakan sistem administrasi pertanahan (Hermit, 2008: 87).
Mengingat fungsi strategis dari tanah, sehingga Administrasi Pertanahan menjadi sangat penting., Administrasi pertanahan adalah pemberian hak, perpanjangan hak, pembaruan hak, peralihan hak, peningkatan hak, penggabungan hak, pemisahan hak, pemecahan hak, izin lokasi, izin perubahan penggunaan tanah, serta izin penunjukan dan penggunaan tanah (Hermit, 2008).
Dalam praktek pelaksanaan administrasi pertanahan sering menimbulkan berbagai masalah yang tidak jarang menimbulkan konflik di dalam masyarakat. Oleh karena itu diperlukan suatu kebijakan yang lebih komprehensif, yaitu kebijakan yang tidak hanya berorientasi pada perbaikan internal birokrasi, tetapi yang lebih penting adalah juga memperhatikan kepentingan publik (Risnarto, 2008: 66).
2. Definisi Administrasi Pertanahan
29
Kebijakan pertanahan nasional yang dirumuskan dalam pasal 33 UUD 1945 didasarkan pada konsepsi bahwa semua tanah adalah tanah bangsa Indonesia sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa yang penguasaannya ditugaskan kepada negara yang pada intinya dirumuskan dalam pasal 2 Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA) memberikan kewenangan untuk mengatur dan menetapkan berbagai segi penguasaan tanah yang sejak semula menurut sifatnya selalu dianggap sebagai tugas pemerintah pusat. Pengaturan dan penetapan tersebut yang meliputi perencanaan peruntukan tanah, penguasaan dan perbuatan-perbuatan hukum mengenai tanah serta pendaftaran tanah, pelaksanaan ketentuan hukumnya pada asasnya selalu dilakukan oleh pemerintah pusat sendiri. Kalaupun ada pelimpahan kewenangan dalam pelaksanaannya, pelimpahan tersebut dilakukan dalam rangka dekonsentrasi kepada pejabat-pejabat pemerintah pusat yang ada di daerah (Hutagalung, 2008: 59).
30
bentuk undang-undang, peraturan pemerintah maupun keputusan presiden. Sementara itu, kewenangan pemerintah daerah cukup pada pelayanan masyarakat dan pelaksanaan kebijakan yang dapat dituangkan dalam bentuk peraturan daerah maupun keputusan kepala daerah (Hutagalung, 2008: 59).
Dalam rangka menghemat biaya dan memudahkan tersedianya pejabat pelaksana yang professional dan berpengalaman, demikian juga dalam memelihara koordinasi dengan pelaksanaan tugas-tugas kewenangan lain di bidang pertanahan yang ada pada pemerintah, dalam melaksanakan urusan-urusan yang ditugaskan dalam rangka medebewind, tidak perlu pemerintah provinsi, kabupaten/kota membentuk perangkat pelaksana sendiri. Dengan tidak mengurangi tugasnya sebagai perangkat BPN, cukup kentor wilayah BPN provinsi, kantor-kantor pertanahan kabupaten/kota diperbantukan kepada provinsi, kabuoaten/kota yang bersangkutan dengan tetap berstatus perangkat Pemerintah Pusat, demikian juga pejabat dan karyawannya (Harsono, 2006:12).
31
pemanfaatan dan penyelesaian tanah kosong, pemberian izin membuka tanah, perencanaan penggunaan tanah wilayah kabupaten/kota.
Sebagai tindak lanjut Keputusan Presiden tersebut, ditetapkan Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 2 Tahun 2003 tentang Norma dan Standar Mekanisme Ketatalaksanaan Kewenangan Pemerintah di Bidang Pertanahan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota. Dalam Keputusan Kepala Badan Peranahan Nasional Nomor 2 Tahun 2003 tersebut diatur secara rinci kewenangan bidang pertanahan yang dilaksanakan oleh pemerintah kabupaten/kota (Hutagalung, 2008: 59).
Berdasarkan muatan-muatan undang-undang ataupun peraturan pemerintah dan keputusan presiden yang terdapat delegasi kewenagnan, dalam pelaksanaannya dapat dituangkan dalam peraturan daerah yang disesuaikan dengan kondisi daerah masing-masing. Khusus untuk masalah-masalah teknis yang dapat berubah dari waktu ke waktu, pelaksanaan peraturan daerah dapat dituangkan dalam keputusan kepala daerah setempat (Hutagalung, 2008: 59).
32
penetapan instrumen kebijakan pertanahan, pengawasan terhadap harga pasar tanah dan pencadangan terhadap tanah. Politik pertanahan ini tentu sepenuhnya harus dikendalikan oleh pemerintah kabupaten/kota agar problema aplikasi sumber daya alam maupun sumber daya ekonomi dapat diwujudkan untuk kemaslahatan rakyat setempat. Kewenagan semacam ini memang pada tempatnya diserahkan pada pemerintah kabupaten/kota mengingat kebijakan pemerintah pusat tidak mampu menjangkau setiap detail permasalahan tersebut (Subyanto, 2002:6).
3. Ruang Lingkup Pelayanan Administrasi Pertanahan
Tanah atau “soil” menurut ahli pertanian yaitu bagian daratan Bumi yang tipis
yang merupakan media bagi vegetasi, menurut pendapat ahli geologi tanah sebagai lapisan batuan paling atas, sedangkan menurut ahli ekonomi tanah adalah salah satu aspek ekonomi. Lahan: “land”, yaitu tanah beserta faktor-faktor fisik lingkungannya, seperti lereng, hidrologi, iklim dsb (Hardjowigeno, 2003: 19).
33
Menurut Hardjowigeno (2003: 19) ada tiga aspek di dalam pertanahan, yaitu: a. Aspek Hukum, yaitu kelembagaan yang mengurusi masalah keperdataan
tentang tanah. Dan lembaga yang mengurusi hukum perdata pertanahan ini yaitu BPN (Badan Pertanahan Nasional).
b. Aspek Tata Ruang, yaitu kelembagaan yang menangani masalah penataan ruang bagi pembangunan dan tata kota ataupun desa. Masalah tata ruang ini diatur pada Keputusan Presiden Nomor 10 Tahun 2003, ada 9 kewenangan di dalamnya, dan pihak yang menangani tata ruang ini yaitu Pemerintah Daerah. c. Aspek Pajak, yaitu kelembagaan yang berperan dalam mengurusi pajak bagi
pertanahan, diantaranya yaitu pajak bumi dan bangunan. Aspek ini merupakan aspek yang memberikan pemasukan bagi Negara. Pada aspek ini lembaga yang berperan yaitu Departemen Keuangan.
34
4. Standar Administrasi Pertanahan
Menurut Hardjowigeno (2003: 19) Standar Pelayanan Minimal (SPM) adalah ketentuan mengenai jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal. Sesuai dengan amanat Pasal 11 ayat (4) dan Pasal 14 ayat (3) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, SPM diterapkan pada Urusan Wajib Daerah terutama yang berkaitan dengan pelayanan dasar, baik di Provinsi maupun Kabupaten/Kota.
Di dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Pasal 14 telah ditegaskan secara terperinci urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah kabupaten/kota yang meliputi 16 urusan wajib yaitu:
a. Perencanaan dan pengendalian pembangunan ;
b. Perencanaan, pemanfaatan dan pengawasan tata ruang ;
c. Penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat ; d. Penyediaan sarana dan prasarana umum ;
35
i. Fasilitasi pengambangan koperasi, usaha kecil dan menengah ; j. Pengendalian lingkungan hidup;
k. Pelayanan pertanahan ;
l. Pelayanan kependudukan dan catatan sipil ; m. Pelayanan administrasi umum pemerintahan ; n. Pelayanan administrasi penanaman modal ; o. Penyelenggaraan pelayanan dasar lainnya ; dan
p. Urusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh peraturan perundang-undangan.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal, Menteri/Pimpinan Lembaga Pemerintah Non-Departemen menyusun SPM yang meliputi urusan wajib tersebut melalui konsultasi yang dikoordinasikan oleh Menteri Dalam Negeri dan pada umumnya, kegiatan ini telah dilaksanakan dan diputuskan dalam Peraturan Menteri yang terkait dengan urusan wajib daerah. Sebagian urusan wajib dalam bidang pemerintahan Dalam Negeri oleh Pemerintah daerah terangkum dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 62 Tahun 2008 sebegaimana diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 69 Tahun 2012.
5. Pelayanan Pemetaan Tematik Dan Nilai Tanah
36
dibuat dengan skala 10.000 atau lebih kecil, dan sebagai informasi textual Peta ZNT pembuatannya memerlukan data harga tanah berdasarkan nilai pasar. Dalam pembuatannya, Peta Zona Nilai Tanah dibatasi dengan penarikan garis batas sebagai batas zona kawasan tersebut dengan mengelompokkan besaran-besaran nilai rata-rata harga pasar tanah. Keakuratan dalam penarikan batas zona sangat dipengaruhi oleh banyak-sedikitnya sampel serta pola penyebaran data yang diambil sebagai sampel data harga pasar yang disurvei (Hardjowigeno, 2003: 19).
37
dan pengambilan sampel diusahakan merata yang dapat mewakili zona/kawasan tersebut (Hardjowigeno, 2003: 19).
C. Kerangka Pikir
Pelayanan atau birokrasi ditujukan untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat atau kepentingan publik. Birokrasi merupakan instrumen penting dalam masyarakat yang kehadirannya tidak mungkin terelakkan. Birokrasi adalah sebuah konsekuensi logis dari diterimanya suatu asumsi bahwa negara mempunyai kewajiban mulia yaitu untuk mensejahterakan rakyatnya melalui media birokrasi.
Salah satu pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah adalah Pelayanan Administrasi Pertanahan oleh Badan Pertanahan Kota Bandar Lampung. Fenomena menarik adalah masalah layanan publik adalah adanya kecenderungan masyarakat yang membutuhkan layanan lebih memilih menggunakan perantara daripada mengurus secara langsung ke tempat pelayanan sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang berlaku.
Menurut Moenir (2010: 98) pelayanan publik yang profesional, artinya pelayanan publik yang dicirikan oleh adanya akuntabilitas dan responsibilitas dari pemberi layanan (aparatur pemerintah), dengan ciri sebagai berikut :
38
2. Sederhana, mengandung arti prosedur/tata cara pelayanan diselenggarakan secara mudah, cepat, tepat, tidak berbelit-belit, mudah dipahami dan mudah dilaksanakan oleh masyarakat yang meminta pelayanan;
3. Kejelasan dan kepastian (transparan), mengandung akan arti adanya kejelasan dan kepastian
4. Keterbukaan, mengandung arti prosedur/tata cara persyaratan, satuan kerja/ pejabat penanggung jawab pemberi pelayanan, waktu penyelesaian, rincian waktu/tarif serta hal-hal lain yang berkaitan dengan proses pelayanan wajib diinformasikan secara terbuka agar mudah diketahui dan dipahami oleh masyarakat, baik diminta maupun tidak diminta;
5. Efisiensi, mengandung arti persyaratan pelayanan hanya dibatasi pada hal-hal berkaitan langsung dengan pencapaian sasaran pelayanan dengan tetap memperhatikan keterpaduan antara persyaratan dengan produk pelayanan yang berkaitan dan dicegah adanya pengulangan pemenuhan persyaratan. 6. Ketepatan waktu, kriteria ini mengandung arti pelaksanaan pelayanan
masyarakat dapat diselesaikan dalam kurun waktu yang telah ditentukan; 7. Responsif, lebih mengarah pada daya tanggap dan cepat menanggapi apa yang
menjadi masalah, kebutuhan dan aspirasi masyarakat yang dilayani;
39
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disusun kerangka pikir sebagai berikut: Gambar 1: Model Kerangka Pikir
Sumber: Diolah oleh peneliti
Pelayanan pemetaan tematik dan nilai tanah berdasarkan Peraturan Pemerintah
Nomor 13 Tahun 2010
1. Efektif 2. Sederhana
3. Kejelasan dan kepastian (transparan) 4. Keterbukaan
5. Efisiensi
6. Ketepatan waktu 7. Responsif 8. Adaptif
Sumber: Moenir (2010: 98) Pelayanan/Birokrasi Melayani kepentingan publik
40
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tipe Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan adalah kualitatif, karena data yang digunakan adalah data kualitatif yang diperoleh melalui metode dan analisis data kualitatif. Hal ini sesuai dengan pendapat Bogdan dan Taylor menyebutnya sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati (Moleong, 2006:3).
41
B. Jenis Data Penelitian 1. Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dengan cara menggali dari sumber informasi (informan) dan dari catatan lapangan yang relevan dengan masalah yang diteliti. Dalam penelitian ini, informan-informan dipilih dengan mendasar pada subyek yang menguasai permasalahan, memiliki data serta bersedia memberikan informasi data yang berasal dari Badan Pertanahan Kota Bandar Lampung.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang digunakan untuk mendukung dan mencari fakta yang sebenarnya hasil dari wawancara mendalam yang telah dilakukan maupun mengecek kembali data yang sudah ada sebelumnya. Data tersebut bersumber dari dokumentasi berupa surat kabar, buku, situs internet yang berhubungan dengan pelayanan pemetaan tematik dan nilai tanah berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2010 pada Badan Pertanahan Kota Bandar Lampung.
C. Fokus Penelitian
42
perantara dalam mengakses layanan, munculnya biaya-biaya tambahan dalam pelayanan, dan perilaku aparat birokrasi lainnya yang bertentangan dengan norma-norma etika, bahkan yang sangat fatal adalah kerapkali muncul sertifikat ganda sebagai produk layanan, sehingga banyak menimbulkan masalah di dalam masyarakat.
Fokus penelitian ini ditujukan pada pelayanan administrasi pendaftaran tanah di Badan Pertanahan Kota Bandar Lampung berdasarkan indikator:
a. Efektif, pelayanan lebih mengutamakan pada pencapaian apa yang menjadi tujuan dan sasaran
b. Sederhana, pelayanan mengandung arti prosedur/tata cara pelayanan diselenggarakan secara mudah, cepat, tepat, tidak berbelit-belit, mudah dipahami dan mudah dilaksanakan oleh masyarakat yang meminta pelayanan
c. Kejelasan dan kepastian (transparan), pelayanan mengandung akan arti adanya kejelasan dan kepastian mengenai : prosedur/tata cara pelayanan; persyaratan pelayanan, baik persyaratan teknis maupun persyaratan administratif; unit kerja dan atau pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab dalam memberikan pelayanan; rincian biaya/tarif pelayanan dan tata cara pembayarannya; dan jadwal waktu penyelesaian pelayanan.
43
diketahui dan dipahami oleh masyarakat, baik diminta maupun tidak diminta
c. Efisiensi
1) Persyaratan pelayanan hanya dibatasi pada hal-hal berkaitan langsung dengan pencapaian sasaran pelayanan dengan tetap memperhatikan keterpaduan antara persyaratan dengan produk pelayanan yang berkaitan;
2) Dicegah adanya pengulangan pemenuhan persyaratan, dalam hal proses pelayanan masyarakat yang bersangkutan mempersyaratkan adanya kelengkapan persyaratan dari satuan kerja/instansi pemerintah lain yang terkait.
d. Ketepatan waktu, ketepatan waktu, kriteria ini mengandung arti pelaksanaan pelayanan masyarakat dapat diselesaikan dalam kurun waktu yang telah ditentukan
e. Responsif, lebih mengarah pada daya tanggap dan cepat menanggapi apa yang menjadi masalah, kebutuhan dan aspirasi masyarakat yang dilayani f. Adaptif, cepat menyesuaikan terhadap apa yang menjadi tuntutan,
44
D. PenentuanInforman
Dalam penelitian kualitatif, informasi merupakan data yang diperoleh di lokasi penelitian, dalam naskah atau dokumen, dan dariinformanyang telah ditunjuk sebagai kunci pengayaan sumber data. Peneliti akan menggunakan informan
untuk memperoleh berbagai informasi yang dipelukan selama proses penelitian. Informan penelitian dipilih berdasarkan teknik purposive yaitu penentuan infroman secara sengaja yang dilakukan sesuai dengan kebutuhan peneliti.
Informan dalam penelitian ini dikhususkan pada: (1) Badan Pertanahan Kota Bandar Lampung atau staf yang mewakilinya, karena informan dianggap mengetahui dan dapat menjelaskan secara detail mengenai pelayanan pemetaan tematik dan nilai tanah berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2010 pada Badan Pertanahan Kota Bandar Lampung, (2) Staf Pelayanan Badan Pertanahan Kota Bandar Lampung, (3) Notaris (4) Masyarakat Bandar Lampung yang melakukan pengurusan administrasi pertanahan.
E. Teknik Pengumpulan Data
45
pengumpulan data, maka peneliti tidak akan memperoleh data yang memenuhi standar yang ditetapkan (Moleong, 2007: 3).
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Wawancara
Wawancara mendalam dalam penelitian ini dilakukan dengan jalan mewawancarai sumber-sumber data dengan mengajukan beberapa pertanyaan kepada sumber informasi dengan menggunakan panduan wawancara. Wawancara dilakukan dengan informan yang telah dipilih yaitu:
Tabel 1. Wawancara informan Penelitian
No Informan Data yang diperoleh
1 Kepala Badan Pertanahan Kota Bandar Lampung atau staf yang mewakilinya
Data pelayanan pemetaan tematik dan nilai tanah berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2010 pada Badan Badan Pertanahan Kota Bandar Lampung
3 Notaris Legalitas pendaftaran surata pemetaan tematik dan nilai tanah 4 Masyarakat Pelayanan pemetaan tematik dan
nilai tanah oleh Badan Pertanahan Kota Bandar Lampung
2. Dokumentasi
46
Badan Pertanahan Kota Bandar Lampung, dokumentasi dilakukan dengan langkah sebagai berikut:
Tabel 2. Dokumentasi Penelitian
No Dokumen Data yang diperoleh
1 Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2010
Dasar hukum pelaksanaan Data pelayanan pemetaan tematik dan nilai tanah
2 Data pemetaan tematik dan nilai tanah
Jumlah pelayanan pemetaan tematik dan nilai tanah yang telah dibuat dan dilegalkan
Observasi digunakan untuk memperoleh data dengan cara melakukan pengamatan secara sistematis pada obyek penelitian, pengamatan dilakukan dengan cara:
Tabel 3. Observasi Penelitian
No Observasi Data yang diperoleh
1 Pelayanan pemetaan tematik dan nilai tanah oleh Badan Pertanahan Kota Bandar
2 Proses atau tahapan pemetaan tematik dan nilai tanah oleh Badan Pertanahan Kota Bandar
47
seluruh fakta yang diperoleh dari lapangan dengan menerapkan prosedur sebagai berikut: analisis deskriptif kualitatif dengan mengembangkan kategori-kategori yang relevan dengan tujuan penelitian. Penafsiran terhadap hasil analisis deskriptif kualitatif dengan berpedoman kepada teori-teori yang sesuai.
Menurut Miles dan Huberman (2008:16), secara umum analisis data kualitatif terdiri dari 3 (tiga) alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan masing-masing adalah:
1. Reduksi Data
48
2. Penyajian Data
Alur penting yang kedua dari kegiatan analisis data adalah penyajian data dalam bentuk sekumpulan informasi yang tersusun secara lebih sistematis yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dengan melihat penyajian data kita akan dapat memahami apa yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan, lebih jauh menganalisis atau mengambil tindakan berdasarkan atas pemahaman yang didapat dari penyajian-penyajian data tersebut.
Data dapat yang disajikan oleh penulis dalam bentuk matriks, jaringan grafik, bagan dan sebagainya yang mempermudah peneliti memahami pola umum dari data atau informasi yang diperoleh mengenai pelayanan pemetaan tematik dan nilai tanah berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2010 pada Badan Pertanahan Kota Bandar Lampung.
3. Menarik Kesimpulan/Verifikasi
49
Kesimpulan-kesimpulan juga diverifikasi penulis selama penelitian berlangsung, singkatnya makna-makna yang muncul dari data harus diuji kebenarannya, kekokohannya dan kecocokannya sehingga akan diperoleh satu keyakinan mengenai kebenarannya terutama yang berhubungan dengan pelayanan pemetaan tematik dan nilai tanah berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2010 pada Badan Pertanahan Kota Bandar Lampung.
G. Teknik Keabsahan Data
Keabsahan data dimaksud untuk memperoleh tingkat kepercayaan yang berkaitan dengan seberapa jauh kebenaran hasil penelitian, mengungkapkan dan memperjelas data dengan fakta-fakta aktual di lapangan. Dalam penelitian kualitatif keabsahan data lebih bersifat sejalan seiring denganproses penelitian itu berlangsung. Keabsahan data kualitatif harus dilakukan sejak awal pengambilan data, yaitu sejak melakukan reduksi data, display data dan penarikan kesimpulan atau verifikasi (Afifuddin, 2012: 159)
Untuk memperoleh keabsahan data dalam penelitian kualitatif ini dilakukan dengan cara menjaga kredibilitas, transferabilitas dan dependabilitas yang maksudnya adalah:
1. Validitas internal (Kredibilitas)
50
yang seharusnya diukur maka data yang diperoleh tidak sesuai dengan kebenaran, sehingga hasil penelitiannya juga tidak dapat dipercaya, atau dengan kata lain tidak memenuhi syarat validitas.
Menurut Nasution (2006:114), validitas internal (kredibilitas) dapat dilakukan dengan: a). Memperpanjang masa observasi, b). Melakukan pengamatan terus menerus, c). Trianggulasi data, d). Membicarakan dengan orang lain (peer debriefing), e). Menganalisis kasus negatif, f). Menggunakan bahan referensi, dan g). Mengadakanmember check.
Dalam melakukan penelitian ini, untuk mencapai kredibilitas peneliti melakukan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Memperpanjang masa observasi, Memperpanjang masa observasi dimaksudkan untuk mendeteksi dan memperhitungkan distorsi yang mungkin merusak data. Distorsi bisa terjadi karena unsur kesengajaan seperti bohong, menipu, dan berpura-pura oleh subyek, informan, key informan. Unsur kesengajaan dapat berupa kesalahan dalam mengajukan pertanyaan, motivasi, hanya untuk menyenangkan atau menyedihkan peneliti. Pada penelitian ini dilakukan dengan memperpanjang masa pengamatan pada pelayanan pemetaan tematik dan nilai tanah berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2010 Pada Badan Pertanahan Kota Bandar Lampung
51
terinci dan mendalam. Pengamatan yang terus menerus, akhirnya akan dapat menemukan mana yang perlu diamati dan mana yang tidak perlu untuk diamati sejalan dengan usaha pemerolehan data. Pengamatan secara terus menerus dilakukan untuk dapat menjawab pertanyaan penelitian tentang fokus yang diajukan khususnya yang berhubungan dengan pelayanan pemetaan tematik dan nilai tanah berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2010 Pada Badan Pertanahan Kota Bandar Lampung.