ABSTRAK
Analisa Perbandingan Tingkat Kesehatan Antar Bank Syariah Berdasarkan Risk-based Bank Rating (RBBR)
Oleh
Julian
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memperbarui kebijakan penilaian tingkat kesehatan bank umum syariah pada tahun 2014. Kebijakan tersebut diatur dalam Peraturan OJK Nomor 8/POJK.3/2014. Peraturan tersebut menggunakan pendekatan risiko (Risk-based Bank Rating, RBBR) yang berbeda dari penilaian tingkat kesehatan bank sebelumnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan tingkat kesehatan antara Bank Syariah Mandiri dengan Bank Muamalat Indonesia.
Objek penelitian ini adalah PT Bank Syariah Mandiri dan PT Bank Muamalat Indonesia yang memiliki aset dan ekuitas pada kelas yang sama. Data yang
digunakan pada tahun 2012 dan 2013. Tingkat kesehatan bank dinilai berdasarkan RBBR yang terdiri dari profil risiko, good corporate governance , rentabilitas, dan permodalan dengan metode pemberian skor.
Penelitian ini menunjukan tingkat kesehatan Bank Muamalat Indonesia lebih baik dari tingkat kesehatan Bank Syariah Mandiri. Total penilaian tingkat kesehatan Bank Muamalat Indonesia sebesar 1,425625 poin sedangkan total penilaian tingkat kesehatan Bank Syariah Mandiri sebesar 1,618125 poin. Selisih total penilaian tingkat kesehatan antara kedua bank sebesar 0,1925 poin.
ABSTRACT
Analysis of the Comparison of Bank Rating Performance among Sharia Bank Based on Risk-based Bank Rating (RBBR)
By
Julian
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) renewed the policy of assessment of sharia-based general bank rating performance in 2014. The policy is arranged in OJK’s
regulation number 8/POJK.3/2014. The regulation uses risk approach (Risk-based Bank Rating, RBBR) which is different from the soundness assessment of the bank earlier. This research aims to know the comparison of bank rating performance between Syariah Mandiri Bank and Muamalat Indonesia Bank. The objects of this research were PT Bank Syariah Mandiri and PT Bank Muamalat Indonesia which have assets and equity on the same class. The used data were in 2012 and 2013. Bank rating performance was assessed based on RBBR consisting of risk profile, good corporate governance, earnings, and capital with scoring method.
This research shows that the soundness of Muamalat Indonesia Bank is better than the soundness of Syariah Mandiri Bank. The total assessment of the soundness of Muamalat Indonesia Bank is 1,425625 points while the total assessment of the soundness of Syariah Mandiri Bank is 1,618125 points. The difference of the total assessment of the bank rating performance between the two bank is 0,1925 points.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 30 Juli 1992, anak dari Bapak Eddy Wijaya dan Ibu Puji Wati. Penulis memiliki 5 saudara dari ayah yang
sekarang, Bapak Yasri, sebagai anak ke lima dari enam bersaudara.
Penulis menyelesaikan Taman Kanak-kanak (TK) Al –Mu’awanah Tanjung Raya pada tahun 1998, Sekolah Dasar (SD) Negeri 2 Tanjung Gading pada tahun 2004, Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Bandar lampung pada tahun 2007, Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Bandar lampung pada tahun 2010.
“Untuk dakwah islam”
Kepada Bapak dan Ibu dengan semua kasih sayang mereka
Kepada orang-orang yang selalu memberikan semangat
MOTTO
“Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah
kepada-Ku.”
(Q.S. Adz-Dzariyat 51:56)
“Keep Moving Forward And Always Remember Allah SWT”
SANWACANA
Alhamdulillah, penulisan skripsi dengan judul “Analisa Perbandingan Tingkat
Kesehatan Antar Bank Syariah Berdasarkan Risk-based Bank Rating (RBBR)”
sebagai satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Universitas
Lampung dapat diselesaikan dengan baik.
Penulis berharap, karya yang merupakan wujud dari kerja keras, doa, dan
pemikiran maksimal serta didukung dengan bantuan dan keterlibatan berbagai
pihak ini akan bermanfaat dikemudian hari. Oleh karena itu, penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Orang tua tercinta, Bapak Yasri, dan Ibu Puji Wati yang selalu mendoakan,
membiayai, memotivasi dan pengorbanan lainya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
2. Bapak Prof. Dr. Hi. Satria Bangsawan, S.E., M.M. selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung yang saya banggakan.
3. Ibu Hj. Aida Sari, S.E., M.Si. selaku ketua Jurusan Manajemen Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
4. Ibu Yuningsih, S.E., M.M. selaku Sekretaris Jurusan Manajemen Fakultas
5. Bapak Hi. Zulkarnain, S.E., M.B.A. (Alm) selaku dosen, atas kebaikannya
dalam mendidik dan memberikan pengetahuan kepada saya diluar waktu
kuliah. Semoga kebaikan bapak terus menjadi amal di akhirat.
6. Bapak Iban Sofyan, S.E., M.Si. selaku pembimbing akademi, atas
kesediannya dalam memberikan bimbingan, pengetahuan, nasihat dan saran
dalam proses akademik.
7. Bapak Prof. Dr. Mahatma Kufepaksi, S.E., M.B.A. selaku dosen pembimbing
utama, atas kesediaannya untuk memberikan bimbingan, pelatihan kesabaran,
kritik dan saran dalam proses penyelesaian skripsi ini.
8. Bapak Ahmad Faisol, S.E., M.M. selaku dosen pendamping, atas kesediannya
dalam memberikan bimbingan, pengetahuan, solusi, nasihat dan motivasi
sebelum kuliah hingga penyelesaian skripsi ini.
9. Bapak Hidayat Wiweko, S.E., M.Si. selaku penguji utama pada ujian skripsi
atas kesediannya dalam memberikan pengarahan, pengetahuan, kemudahan,
dan saran yang telah disampaikan dalam proses penyelesaian skripsi ini.
10. Kakak dan Adik penulis, Deis Marlina, S.E. dan Dhiya Yafi Aqila yang
memberi semangat dan dukungan yang tidak henti-hentinya.
11. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung
yang telah membagikan pengetahuan dan pengalamannya kepada penulis.
12. Mas Tri, Mas Rohman, Mas Natsir, Mb Is, Mas Kasim, dan seluruh staf di
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
13. Kakak yang lainya, Puji Harjono, Puji Harjatmo, Puji Hastutik.
14. Surya Prasetya T dan Marwanto dari jurusan akuntansi, Andhy Yusuf, Jaka
Marlis Dwi Andi, Tejo, Wellyana Putra, Ali Hapidin, Yohanes DH Sinaga,
Scorpy handriksa terima kasih atas kebersamaan dan dukungan kalian dalam
menyelesaikan skripsi ini.
15. Teman-teman Manajemen Sukses 2010 terima kasih atas bantuan dan
kebersamaan selama ini.
16. UKMF ROIS FEB Unila yang telah melatih saya untuk belajar islam,
kerjasama dan kepemimpinan.
17. BEM U KBM Unila yang telah memberikan kesempatan untuk membantu
mahasiswa dan masyarakan dalam Kabinet Cinta dan Kebanggan.
18. Koperasi Mahasiswa (Kopma) Unila yang telah memotivasi saya untuk
berwirausaha.
19. Melly Anida (mahasiswa FK Unila) dan Riko Pambudi (mahasiswa FISIP
Unila) selaku rekan usaha dengan merek dagang JEGGERR serta para
karyawan yang sedang membantu kegiatan usaha.
20. Augita PRP, dan kedua orang tuanya yang selalu memotivasi dalam
penyelesaian skripsi ini.
21. Pihak-pihak lain yang tidak dapat saya sebutkan memotivasi dalam proses
perkuliahan dan penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi masih belum sempurna, namun ada harapan
semoga skripsi yang sedernaha ini dapat bermanfaat bagi semua. Aamiin.
Bandar Lampung, 9 Februari 2015
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman ABSTRAK
DAFTAR ISI ... i
DAFTAR TABEL ... iv
DAFTAR LAMPIRAN ... v
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ……… 1
1.2 Rumusan Masalah……… 7
1.3 Tujuan Penelitian ……… 7
1.4 Manfaat Penelitian .………. 8
1.5 Kerangka Pikir ……… 9
1.6 Hipotesis……… 9
II. LANDASAN TEORI 2.1 Bank….……… 10
2.1.1 Pengertian Bank……….……….……… 10
2.1.2 Jenis Bank ….……….… 11
2.1.3 Bank Umum Syariah (BUS)……… 12
2.2 Tingkat Kesehatan Bank ………. 13
2.3 Pendekatan Risiko……… 15
ii
2.3.2 Good Corporate Governance ….……… 19
2.3.3 Rentabilitas (earnings)……… 20
2.3.4 Permodalan (capital) ….……….… 21
2.4 Profil Bank……… 22
2.4.1 Bank Syariah Mandiri……….……….……… 22
2.4.2 Bank Muamalat Indonesia ….……….… 23
2.5 Penelitian Terdahulu ……… 25
III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ……… 26
3.2 Jenis Dan Sumber Data……… 26
3.3 Teknik Pengumpulan Data ….……….… 27
3.4 Teknik Analisis Data……… 27
3.4.1 Profil Risiko ……… 28
4.2 Perbedaan Pada Profil Risiko ….……….… 32
4.3 Perbedaan Pada GCG ….……….… 34
4.4 Perbedaan Pada Rentabilitas ……… 36
4.5 Perbedaan Pada Permodalan ……… 40
4.6 Perbedaan Tingkat Kesehatan Bank ……… 41
V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ….……….… 44
DAFTAR PUSTAKA ….……… 48
i
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3.1 Matriks peringkat risiko ……… 28
4.1 Perbandingan skor profil risiko ……….… 33
4.2 Perbandingan skor rata-rata profil risiko ….……….… 34
4.3 Perbandingan skor sebelas faktor Good Corporate Governance ….… 35 4.4 Perbandingan nilai komposit faktor GCG ….……… 36
4.5 Perbandingan ROA ……… 36
4.6 Matriks peringkat komponen ROA……… 37
4.7 Perbandingan BOPO ……….… 37
4.8 Perbandingan Matriks peringkat BOPO ……… 38
4.9 Perbandingan peringkat komposit rentabilitas (earnings)….………… 39
4.10 Perbandingan CAR……… 40
4.11 Perbandingan Matriks peringkat CAR ….……….… 40
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1: Profil Risiko Bank Muamalat Indonesia dan Bank Syariah Mandiri Tahun 2012-2013
Lampiran 2: Pemberian Skor pada Profil Risiko Bank Syariah Mandiri dan Bank Muamalat Indonesia Tahun 2012-2013
Lampiran 3: Good Corporate Governance Bank Muamalat Indonesia 2012-2013 Lampiran 4: Good Corporate Governance Bank Syariah Mandiri 2012-2013 Lampiran 5: Rasio Keuangan Bank Syariah Mandiri 2012-2013
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kegiatan ekonomi tidak terlepas dari keterlibatan dunia perbankan. Hampir
setiap proses transaksi keuangan telah melibatkan peranan pihak perbankan.
Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup
kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan
kegiatan usahanya. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat
dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka
meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. (UU RI No. 10 Th 1998 Pasal 1
ayat 1 dan 2)
Bank memiliki kewajiban memelihara dan meningkatkan tingkat kesehatan
bank. Tingkat kesehatan bank diterapkan dengan prinsip kehati-hatian dan
manajemen risiko dalam melaksanakan kegiatan usaha. Tingkat kesehatan
bank merupakan hasil dari penilaian dari kinerja suatu bank. Kinerja suatu
bank dapat dilihat dari penilaian faktor permodalan, kualitas aset, manajemen,
2
Sejak tanggal 1 Januari 2012, penilaian tingkat kesehatan bank umum
konvensional di Indonesia harus mengikuti peraturan Bank Indonesia Nomor
13/1/PBI/2011 tentang penilaian tingkat kesehatan bank umum. Berdasarkan
peraturan tersebut bank wajib melakukan penilaian tingkat kesehatan dengan
menggunakan pendekatan risiko (Risk-based Bank Rating, RBBR) baik
secara sendiri (self assessment) maupun secara konsolidasi. Risk-based Bank
Rating (RBBR) mencakup penilaian terhadap empat faktor, yakni profil risiko
(risk profile), Good Corporate Governance (GCG), rentabilitas (earnings),
dan permodalan (capital).
Penilaian tingkat kesehatan bank dengan menggunakan pendekatan risiko
yang komprehensif dan terstruktur memungkinkan Bank Indonesia
melakukan tindak pengawasan yang sesuai dan tepat waktu. Penilaian ini juga
berguna untuk menjaga kepercayaan masyarakat terhadap bank. Selain kedua
kegunaan tersebut, penilaian tingkat kesehatan bank juga sebagai sarana
evaluasi terhadap kondisi dan permasalahan yang dihadapi perbankan
sehingga mendapat corrective action oleh bank maupun supervisory action
oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Mulai Januari 2014 fungsi pengawasan dimiliki oleh OJK. Salah satu
kebijakan OJK pada tahun pertamanya mengawasi bank adalah Peraturan
OJK Nomor 8/POJK.3/2014 tentang penilaian tingkat kesehatan bank umum
syariah dan unit usaha syariah. Peraturan tersebut secara efektif mulai
3
maka OJK tidak hanya membandingkan aset mereka hanya dengan sesama
bank syariah, tetapi juga dengan bank konvensional. Bank syariah dalam
penilaian sebelum keputusan itu disahkan sudah menggunakan rating, semi
rating sehingga akan semakin paham menilai dirinya sendiri dan sejauh ini
industri perbankan syariah tidak mengalami kendala serius terkait kesehatan
perusahaan (Wawancara dengan Edy Setiadi, Kepala Departemen Perbankan
Syariah OJK, kepada Merdeka.com tanggal 6 Maret 2014).
Perkembangan industri perbankan syariah, terutama produk dan jasa
yang semakin kompleks dan beragam dapat meningkatkan eksposur
risiko dan profil risiko bank. Hal ini yang menyebabkan pendekatan risiko
juga menjadi dasar POJK No. 8 /POJK.03/2014 untuk menilai tingkat
kesehatan Bank Umum Syariah (BUS) dalam rangka meningkatkan
efektivitas penilaian. Penilaian pun dilakukan tidak cukup oleh bank syariah
sendiri secara individual tetapi juga harus secara konsolidasi.
Prinsip-prinsip umum dalam penilaian tingkat kesehatan perlu diperhatikan
oleh manajemen bank saat melakukan self assessment. Prinsip umum yang
menjadi landasan dalam menilai tingkat kesehatan, yakni berorientasi risiko,
proporsionalitas, materialitas, signifikansi, komprehensif, dan terstruktur.
Hasil dari penilaian sendiri kemudian dinilai dan dievaluasi oleh OJK.
Apabila terjadi perbedaan penilaian, maka bank umum syariah harus
4
terjadi maka akan berdampak pada penurunan tingkat kesehatan bank umum
syariah itu sendiri.
Bank Syariah Mandiri dan Bank Muamalat Indonesia adalah dua bank umum
syariah terbesar selama ini. Salah satu penghargaan bergengsi di Indonesia
adalah Indonesia Banking Award. Indonesia Banking Award adalah acara
tahunan untuk memberikan penghargaan kepada bank-bank dengan kinerja
terbaik di Indonesia yang diadakan oleh Perhimpunan Bank-bank Nasional
(Perbanas). Acara tersebut terakhir kali terselenggara pada tanggal 1 Oktober
2013 atas kerjasama Perbanas dengan Center for Risk Management Indonesia
(CRMS Indonesia) dan Tempo Group. Sebanyak 120 bank yang terdiri dari
109 bank umum konvensional dan 11 bank umum syariah mengikuti acara
tersebut.
Penilaian dilakukan berdasarkan laporan keuangan tahun 2012 dengan dua
pendekatan, yakni menilai kinerja keuangan dan menilai efisiensi terbaik dari
bank dengan bobot untuk masing-masing pendekatan sebesar 50%. Kinerja
keuangan dinilai berdasarkan premi diferensial masing-masing bank.
Penilaian efisiensi perbankan menggunakan rasio nano parametrik atau Total
Data Development Analysis (DDA). Variabel input yang digunakan adalah
biaya bunga dan biaya operasional sedangkan variabel output yang digunakan
5
Penilaian atas 120 bank menghasilkan katagori bank syariah terbaik. Terbaik
pertama dengan modal 1-5 triliyun adalah Bank Syariah Mandiri dan yang
kedua adalah Bank Muamalat. Majalah Investor juga memberikan
penghargaan Best Syariah Awards 2013 kepada PT Bank Syariah Mandiri.
Begitupun hasil penelitian Qumullah (2014) mengemukakan bahwa Bank
Syariah Mandiri lebih unggul dalam menghasilkan laba dibandingkan Bank
Muamalat Indonesia. Namun Bank Muamalat Indonesia lebih baik dalam
aspek permodalan dan kualitas aktivanya. Penelitian ini menggunakan
metode Capital, Asset, Earnings and Liquidity (CAEL).
Penelitian dan kedua penghargaan diatas mungkin saja dapat berbeda hasilnya
jika metode yang digunakan sedikit atau seluruhnya berbeda. Penilaian bisa
dari tingkat kesehatan bank dengan pendekatan risiko (Risk-based Bank
Rating) dan atau faktor yang lainnya. Berdasarkan laporan perkembangan
perbankan syariah 2012, jika dilihat dari jumlah hasil lelang IFR, PBS dan
SPN-S sepanjang 2012, absorpsi oleh perbankan syariah di pasar perdana
hanya 4,97%, atau sebesar Rp 0,92 triliun, maka dimenangkan oleh Muamalat
dan BNI Syariah. Kepemilikan SBSN oleh Bank Syariah Mandiri sebesar
23,03% sedangkan Bank Muamalat sebesar 39,71%.
PT Bank Syariah Mandiri (BSM) berdiri sejak tahun 1999 yang berasal dari
hasil konversi PT Bank Susila Bakti sebagai bank konvensional. Hingga kini
6
tumbuh negatif sebesar -19,17% dibandingkan tahun sebelumnya. Ekuitas
BSM per 31 Desember 2013 mencapai Rp 4,86 triliun.
PT Bank Syariah Mandiri memiliki predikat risiko kredit moderate atau
sedang pada Oktober sampai dengan Desember 2013. Hal ini disebabkan oleh
peningkatan tingkat pembiayaan bermasalah atau NPF (Non Performing
Financing), di mana pada 31 Desember 2013 rasio NPF gross sebesar 4,32%,
NPF nett sebesar 2,29%, dan NPF Absolut sebesar Rp 2,17 Triliun. Rasio
Rentabilitas selama tahun 2013 berpluktuatif, dimana pada Desember 2013
sebesar 1,63% dengan predikat cukup baik. Risiko hukum cukup tinggi
disebabkan perkara di pengadilan yang dihadapi bank. BSM juga mengalami
perkembangan yang kurang baik dari kualitas pembiayaan dan lambatnya
penyelesaian Core Banking System (CBS).
PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk (BMI) mulai beroperasi pada tahun 1992
sebagai bank syariah pertama di Indonesia. Pada tahun 2013, BMI telah
memiliki aset sebesar Rp 55 triliun dengan laba bersih yang tumbuh positif
menjadi Rp 475,85 miliar. Ekuitas BMI per 31 Desember 2013 menjadi
sebesar Rp 4,29 triliun.
PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk memiliki tingkat resiko likuiditas dengan
predikat sedang ke tinggi (moderate to high). Tingkat resiko likuiditas yang
7
kuartal pertama tahun 2013. Risiko pasar BMI mendapat predikat sedang
sebesar 17,55% dimana masih lebih tinggi dari yang seharusnya 8%.
Penelitian ini merupakan duplikasi dari penelitian Qumullah (2014) dengan
metode penelitian yang berbeda. Berdasarkan kesamaan dalam berbagai
aspek juga, peneliti memilih Bank Syariah Mandiri dan Bank Muamalat
Indonesia sebagai objek penelitian. Atas dasar tersebut, penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul “Analisa Perbandingan Tingkat Kesehatan Antar Bank Syariah Berdasarkan Risk-based Bank Rating (RBBR) ”.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini berdasarkan uraian latar belakang
adalah:
Apakah tingkat kesehatan Bank Syariah Mandiri lebih baik dari Bank
Muamalat Indonesia berdasarkan RBBR?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam kegiatan penelitan ini untuk mengetahui
perbandingan tingkat kesehatan Bank Syariah Mandiri dengan Bank
8
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh bagi beberapa pihak dari penelitian ini yaitu :
1. Bagi Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
Penelitian diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dan evaluasi dalam
pelaksanaan peraturan yang berkaitan dengan penilaian tingkat kesehatan
perbankan syariah.
2. Bagi Perusahaan
Penelitian ini dapat menjadi evaluasi bagi perbankan syariah untuk
meningkatkan kinerja perushaan sehingga dapat terus mendominasi pangsa
pasar perbankan di Indonesia.
3. Bagi Penulis
Penelitian ini dapat memberikan pengalaman belajar dan kesempatan untuk
menerapkan ilmu yang diperoleh selama perkuliahan sekaligus sebagai bahan
perbandingan antara hal-hal teoritis dan praktis guna menambah wawasan
ilmu pengetahuan.
4. Bagi Pembaca
Penelitian ini dapat memberikan wawasan pembaca tentang penerapan
penilaian tingkat kesehatan dengan metode RBBR sekaligus menjadi acuan
9
1.5 Kerangka Pikir
Gambar 1. Kerangka Berpikir
1.6 Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah diduga tingkat kesehatan
Bank Syariah Mandiri lebih baik dari Bank Muamalat Indonesia berdasarkan
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bank
2.1.1 Pengertian Bank
Dictionary of Banking and financial service by Jerry Rosenberg
dalam Taswan (2010) menyatakan bahwa yang dimaksud bank adalah
lembaga yang menerima simpanan giro, deposito, dan membayar atas
dasar dokumen yang ditarik pada orang atau lembaga tertentu,
mendiskonto surat berharga, memberikan pinjaman, dan menanamkan
dananya dalam surat berharga.
Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun
1998 tentang perbankan menyebutkan:
“Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang
bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara, dan
proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya.”
Sedangkan
“Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari
11
kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk
lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.”
2.1.2 Jenis Bank
Undang-undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan pada Pasal 5
membagi bank menurut jenisnya menjadi dua. Bank tersebut terdiri
dari:
1. Bank umum;
2. Bank Perkreditan Rakyat.
Pada Pasal 1 Undang-undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan
menyebutkan apa yang dimaksud dengan bank umum, yakni:
“Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha
secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang
dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran.”
Secara langsung dari pengertian diatas maka bank umum dibagi
menjadi dua berdasarkan kegiatan usahanya, yaitu:
1. Bank Umum Konvensional (BUK)
12
2.1.3 Bank Umum Syariah (BUS)
Undang-undang Republik Indonesia No. 21 Tahun 2008 tentang
Perbankan Syariah pada Pasal 1 menjelaskan berbagai istilah yang
berkaitan dengan bank syariah, yaitu:
“Perbankan Syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut
tentang Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah, mencakup
kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam
melaksanakan kegiatan usahanya."
Pada ayat 7 disebutkan
“Bank syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya
berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri atas
bank umum syariah dan bank pembiayaan rakyat syariah.”
Lalu dilanjutkan pada ayat 8 dan 12, yakni:
“Bank umum syariah adalah bank syariah yang dalam
kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.”
“Prinsip syariah adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatan
perbankan berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga
yang memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa di bidang
13
2.2 Tingkat Kesehatan Bank
Kesehatan bank adalah kepentingan semua pihak terkait, baik pemilik,
pengelola (manajemen) bank, masyarakat pengguna jasa bank, Bank
Indonesia selaku otoritas pengawasan bank. Tingkat kesehatan bank dapat
digunakan oleh pihak-pihak tersebut untuk mengevaluasi kinerja bank dalam
menerapkan prinsip kehati-hatian, kepatuhan terhadap ketentuan yang berlaku
dan manajemen risiko. (Taswan, 2010)
Berdasarkan POJK No. 8 Tahun 2014 pada Pasal 1 ayat 6 Tentang penilaian
tingkat kesehatan bank umum syariah dan unit usaha syariah menyebutkan:
“Tingkat Kesehatan Bank adalah hasil penilaian kondisi Bank yang
dilakukan berdasarkan risiko termasuk risiko terkait penerapan prinsip
syariah dan kinerja Bank atau disebut dengan Risk-based Bank
Rating.”
Bank Umum Syariah (BUS) wajib melakukan penilaian tingkat kesehatan
bank baik secara individual atau sendiri (self assessment) maupun secara
konsolidasi. Setelah melakukan penilaian tingkat kesehatan kemudian hasil
dari penilaian tersebut disampaikan kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Pada pasal 5 ayat 1 dan 2 menyebutkan bahwa dalam hal terdapat perbedaan
antara hasil penilaian tingkat kesehatan bank yang dilakukan oleh OJK
dengan hasil self assessment oleh bank itu sendiri, OJK wajib melakukan
14
meeting masih terdapat perbedaan maka yang berlaku adalah hasil penilaian
tingkat kesehatan bank yang dilakukan oleh OJK. Prudential meeting adalah
pertemuan antara OJK dengan bank dalam rangka menggali informasi terkait
proses pelaksanaan penilaian tingkat kesehatan bank.
Penilaian pada setiap bank diberi peringkat komposit tingkat kesehatan bank.
Pada pasal 9 dalam POJK No. 8 Tahun 2014 menyebutkan peringkat
komposit tingkat kesehatan bank dikategorikan sebagai berikut:
1. Peringkat Komposit 1 (PK-1)
PK-1 mencerminkan kondisi Bank yang secara umum sangat sehat
sehingga dinilai sangat mampu menghadapi pengaruh negatif yang
signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya.
2. Peringkat Komposit 2 (PK-2)
PK-2 mencerminkan kondisi Bank yang secara umum sehat sehingga
dinilai mampu menghadapi pengaruh negatif yang signifikan dari
perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya.
3. Peringkat Komposit 3 (PK-3)
PK-3 mencerminkan kondisi Bank yang secara umum cukup sehat
sehingga dinilai cukup mampu menghadapi pengaruh negatif yang
signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya.
4. Peringkat Komposit 4 (PK-4)
PK-4 mencerminkan kondisi Bank yang secara umum kurang sehat
sehingga dinilai kurang mampu menghadapi pengaruh negatif yang
15
5. Peringkat Komposit 5 (PK-5)
PK-5 mencerminkan kondisi Bank yang secara umum tidak sehat
sehingga dinilai tidak mampu menghadapi pengaruh negatif yang
signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya.
Pasal 10 menegaskan penurunan peringkat komposit tingkat kesehatan bank
oleh OJK jika setelah identifikasi dan penilaian ditemukan permasalahan atau
pelanggaran yang secara signifikan mempengaruhi atau akan mempengaruhi
operasional dan atau kelangsungan usaha Bank.
2.3 Pendekatan Risiko
Tata cara penilaian tingkat kesehatan bank syariah diatur seluruhnya dalam
Surat Edaran Ototritas Jasa Keuangan No. 10 Tahun 2014. Bank wajib
melakukan penilaian tingkat kesehatan bank baik secara individual maupun
konsolidasi dengan menggunakan pendekatan risiko (Risk-based bank
Rating) dengan cakupan penilaian terhadap faktor-faktor sebagai berikut:
1. Profil risiko (risk profile)
2. Good Corporate Governance
3. Rentabilitas (earnings); dan
16
2.3.1 Profil Risiko (Risk Profile)
Pasal 7 ayat 1 pada POJK No. 8 Tahun 2014 menyebutkan penilaian
terhadap faktor profil risiko sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6
ayat (1) huruf a dan Pasal 6 ayat (2) merupakan penilaian terhadap
risiko inheren dan kualitas penerapan manajemen risiko dalam
operasional Bank yang dilakukan terhadap 10 (sepuluh) risiko yaitu:
1. Risiko kredit;
Risiko kredit adalah risiko akibat kegagalan nasabah atau pihak
lain dalam memenuhi kewajiban kepada bank sesuai dengan
perjanjian yang disepakati.
2. Risiko pasar;
Risiko pasar adalah risiko pada posisi neraca dan rekening
administratif akibat perubahan harga pasar, antara lain risiko
berupa perubahan nilai dari aset yang dapat diperdagangkan atau
disewakan.
3. Risiko likuiditas;
Risiko likuiditas adalah risiko akibat ketidakmampuan bank untuk
memenuhi kewajiban yang jatuh tempo dari sumber pendanaan
arus kas dan atau aset likuid berkualitas tinggi yang dapat
diagunkan, tanpa mengganggu aktivitas dan kondisi keuangan
17
4. Risiko operasional;
Risiko operasional adalah risiko kerugian yang diakibatkan oleh
proses internal yang kurang memadai, kegagalan proses internal,
kesalahan manusia, kegagalan sistem, dan atau adanya kejadian
eksternal yang mempengaruhi operasional bank.
5. Risiko hukum;
Risiko hukum adalah risiko yang timbul akibat tuntutan hukum
dan atau kelemahan aspek yuridis. Risiko ini juga dapat timbul
antara lain karena ketiadaan peraturan perundang-undangan yang
mendasari atau kelemahan perikatan, seperti tidak dipenuhinya
syarat sahnya perjanjian atau agunan yang tidak memadai.
6. Risiko stratejik;
Risiko stratejik adalah risiko akibat ketidaktepatan dalam
pengambilan dan atau pelaksanaan suatu keputusan stratejik serta
kegagalan dalam mengantisipasi perubahan lingkungan bisnis.
7. Risiko kepatuhan;
Risiko kepatuhan adalah risiko akibat bank tidak mematuhi dan
atau tidak melaksanakan peraturan perundang-undangan dan
ketentuan yang berlaku, serta prinsip syariah.
8. Risiko reputasi;
Risiko reputasi adalah risiko akibat menurunnya tingkat
kepercayaan stakeholder yang bersumber dari persepsi negatif
18
9. Risiko imbal hasil; dan
Risiko imbal hasil (rate of return risk) adalah risiko akibat
perubahan tingkat imbal hasil yang dibayarkan bank kepada
nasabah, karena terjadi perubahan tingkat imbal hasil yang
diterima bank dari penyaluran dana, yang dapat mempengaruhi
perilaku nasabah dana pihak ketiga bank.
10. Risiko investasi
Risiko investasi (equity investment risk) adalah risiko akibat bank
ikut menanggung kerugian usaha nasabah yang dibiayai dalam
pembiayaan berbasis bagi hasil, baik yang menggunakan metode
net revenue sharing maupun yang menggunakan metode profit
and loss sharing.
Sepuluh risiko tersebut menjadi acuan bank dalam menilai risiko
inheren. Penilaian risiko inheren merupakan penilaian atas risiko yang
melekat pada kegiatan bisnis bank, baik yang dapat dikuantifikasikan
maupun yang tidak, yang berpotensi mempengaruhi posisi keuangan
bank. Setiap risiko inheren bersifat kuantitatif maupun kualitatif dan
dikatagorikan ke dalam 5 (lima) predikat yakni predikat rendah (low),
predikat rendah ke sedang (low to moderate), predikat sedang
(moderate), predikat sedang ke tinggi (moderate to high), dan predikat
19
2.3.2 Good Corporate Governance
Penilaian faktor Good Corporate Governance (GCG) bagi Bank
Umum Syariah merupakan penilaian terhadap kualitas manajemen
bank. Kualiatas manajemen bank didasarkan atas pelaksanaan 5 (lima)
prinsip GCG. Kelima prinsip GCG yaitu transparansi, akuntabilitas,
pertanggungjawaban, profesional, dan kewajaran.
Penerapan lima prinsip GoodCorporate Governance (GCG)
dipastikan dengan menilai paling kurang meliputi 11 (sebelas) faktor
pelaksanaan GCG. Sebelas faktor GCG tersebut sebagai berikut:
1. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris;
2. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Direksi;
3. Kelengkapan dan pelaksanaan tugas Komite;
4. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Pengawas Syariah;
5. Pelaksanaan prinsip syariah dalam kegiatan penghimpunan dana
dan penyaluran dana serta pelayanan jasa;
6. Penanganan benturan kepentingan;
7. Penerapan fungsi kepatuhan;
8. Penerapan fungsi audit intern;
9. Penerapan fungsi audit ekstern;
10.Batas Maksimum Penyaluran Dana (BMPD); dan
11.Transparansi kondisi keuangan dan non keuangan BUS, laporan
20
Penetapan peringkat faktor Good Corporate Governance
dikategorikan dalam 5 (lima) peringkat yakni peringkat 1, peringkat 2,
peringkat 3, peringkat 4, dan peringkat 5. Urutan peringkat faktor
GCG yang lebih kecil mencerminkan penerapan GCG yang lebih baik.
Bank Umum Syariah perlu memperhatikan bahwa dalam penilaian
telah mencakup tindak lanjut yang perlu dilakukan oleh bank untuk
mengatasi permasalahan saat ini dan mengantisipasi timbulnya
permasalahan di masa mendatang. Dalam hal berdasarkan hasil
penilaian sendiri pelaksanaan GCG diperoleh peringkat 3, 4 atau 5
maka Bank Umum Syariah wajib menyusun dan menyampaikan
action plan yang memuat langkah-langkah perbaikan secara
komprehensif dan sistematis beserta target waktu pelaksanaannya
kepada Otoritas Jasa Keuangan.
2.3.3 Rentabilitas (earnings)
Rentabilitas adalah kemampuan bank dalam menghasilkan laba secara
efektif dan efisien. Bank Umum Syariah dalam menilai faktor
rentabilitas menggunakan lima parameter. Kelima parameter
rentabilitas yaitu:
1. Kinerja bank dalam menghasilkan laba (rentabilitas)
2. Sumber-sumber yang mendukung rentabilitas
3. Stabilitas komponen-komponen yang mendukung rentabilitas
21
Kelima parameter rentabilitas memiliki indikator. Penilaian setiap
indikator dilakukan dengan mempertimbangkan tingkat, tren, struktur,
stabilitas rentabilitas BUS, dan perbandingan kinerja BUS dengan
kinerja peer group¸ baik melalui analisis aspek kuantitatif maupun
kualitatif. Saat menentukan peer group, Bank Umum Syariah perlu
memperhatikan skala bisnis, karakteristik, dan kompleksitas usaha.
2.3.4 Permodalan (capital)
Faktor keempat dari pendekatan risiko adalah permodalan. Bank
Umum syariah dalam menilai faktor permodalan meliputi dua
parameter. Setiap parameter memiliki indikator. Kedua parameter
tersebut meliputi:
1. Kecukupan modal.
2. Pengelolaan permodalan.
Parameter rentabilitas dinilai baik secara kuantitatif dan kualitatif.
Pada penilaian parameter kecukupan modal, Bank Umum Syariah
harus mengaitkannya dengan profil risiko. Semakin tinggi risiko,
semakin besar modal yang harus disediakan untuk mengantisipasi
22
2.4 Profil Bank
2.4.1 Bank Syariah Mandiri
Pada tanggal 31 Juli tahun 1999, berdiri satu bank yang kokoh dengan
nama PT Bank Mandiri (Persero) Tbk hasil penggabungan (merger)
empat bank milik pemerintah, yaitu Bank Dagang Negara, Bank Bumi
Daya, Bank Exim dan bapindo. Hasil penggabungan tersebut
menetapkan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk sebagai pemilik
mayoritas PT Bank Susila Bakti (BSB). PT BSB juga melakukan
upaya merger dengan beberapa bank lain serta mengundang investor
asing.
Sejak diberlakukannya UU No. 10 Tahun 1998, PT Bank Mandiri
(Persero) Tbk berusaha mengembangkan layanan perbankan syariah
di kelompok perusahaan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Sejak tahun
1999 secara resmi PT BSB bertransformasi dari bank konvensional
menjadi bank yang beroperasi berdasarkan prinsip syariah dengan
nama PT Bank Syariah Mandiri (BSM). Tepatnya pada tanggal 1
November 1999, PT BSM secara resmi mulai beroperasi.
Pada tahun 2013, total aset BSM sebesar Rp 63,97 triliun meningkat
17,95% dari tahun sebelumnya. Dari sisi total aset, BSM masih
menguasai 26,40% pangsa pasar perbankan syariah dengan Dana
23
DPK perbankan syariah. Pembiayaan pada tahun tersebut mengalami
pertumbuhan hingga menjadi Rp 50,46 triliun atau sebesar 27,41%
dari pembiyaan perbankan syariah.
Ekuitas BSM sebesar Rp 4,86 triliun pada tahun 2013. Hal tersebut
menjadikan rasio kecukupan modal terhadap risiko kredit dan pasar
dalam posisi yang aman atau sebesar 14,10% jauh dari rasio
kecukupan modal minimum sebesar 8%. Penghargaan dalam berbagai
bidang dan beragam institusi mencapai 42 penghargaan baik dari
dalam dan luar negeri. Pendapatan BSM pada tahun 2013 sebesar Rp
5.438 miliar dengan laba bersih sebesar Rp 651 miliar.
2.4.2 Bank Muamalat Indonesia
Lokakarya bunga bank dan perbankan yang diselenggarakan Majelis
Ulama Indonesia (MUI) pada bulan Agustus tahun 1990 berlanjut
dalam Musyawarah Nasional IV MUI membentuk kelompok kerja
untuk mendirikan bank murni syariah pertama di Indonesia. Hal
tersebut akhirnya menciptakan PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk
(BMI) yang secara resmi beroperasi pada 1 Mei 1992. Pada tahun
1994 BMI mendapat kepercayaan dari Bank Indonesia sebagai Bank
24
Tahun 1998, krisis moneter mempengaruhi perbankan nasional yang
menimbulkan kredit macet pada segmen korporasi. Kondisi tersebut
membuat BMI memasuki era baru dengan keikutsertaan Islamic
Development Bank (IDB) sebagai salah satu pemegang saham luar
negeri. Pada tahun 1999 hingga tahun 2002, Bank Muamalat berhasil
membalikan keadaan dari rugi menjadi laba. Hingga pada tahun 2009
BMI membuka kantor cabang internasional pertamanya di Kuala
Lumpur.
Pada tahun 2013, total aset BMI sebesar Rp 54,69 triliun meningkat
21,94% dari tahun sebelumnya. Dari sisi total aset, BMI masih
menguasai 22,57% pangsa pasar perbankan syariah dengan Dana
Pihak Ketiga (DPK) sebesar Rp 41,79 triliun atau 22,77% dari total
DPK perbankan syariah. Pembiayaan pada tahun tersebut mengalami
pertumbuhan hingga menjadi Rp 41,87 triliun atau sebesar 22,74%
dari pembiyaan perbankan syariah.
Ekuitas BMI sebesar Rp 4,29 triliun pada tahun 2013. Hal tersebut
menjadikan rasio kecukupan modal terhadap risiko kredit dan pasar
dalam posisi yang aman atau sebesar 17,27% jauh dari rasio
kecukupan modal minimum sebesar 8%. Penghargaan dalam berbagai
bidang dan beragam institusi mencapai 32 penghargaan baik dari
dalam dan luar negeri. Pendapatan BSM pada tahun 2013 sebesar Rp
25
2.5 Penelitian Terdahulu
No. Judul Penelitian Penulis Hasil Penelitian
1. Analisis perbandingan
kinerja keuangan pada PT.
Bank Syariah Mandiri
2. Analisis tingkat kesehatan
bank berdasarkan metode
3. Analisa kinerja keuangan
perbankan syariah dan
Bank Muamalat lebih baik
dibandingkan Bank DKI
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah jenis penelitian terapan. Penelitian ini
dilakukan berdasarkan teori yang ada untuk memecahkan permasalahan
tertentu. Penelitian bersifat deskriptif untuk menggambarkan dan menjelaskan
aspek-aspek yang relevan dengan fenomena dari dua perspektif, baik dari sisi
peraturan maupun teori. Berdasarkan tingkat eksplanasinya, penelitian ini
tergolong penelitian komparatif dengan membandingkan dua perusahaan.
Penelitian ini mengacu pada data berupa angka-angka sehingga dapat
dikategorikan dalam penelitian kuantitatif.
3.2 Jenis dan Sumber Data
Peneliti menggunakan metoda pengumpulan data dokumentasi. Sumber data
atau dokumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder,
yakni data yang diperoleh dari hasil publikasi oleh perusahaan dan lembaga
yang terkait dengan penelitian. Tipe data dan informasi yang dikumpulkan
menggunakan batasan waktu atau disebut time series. Objek dari penelitian
27
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Peneilti mengumpulkan data dan informasi yang berkaitan dengan
mengunduhnya secara langsung dari website perusahaan yang menjadi objek
penelitian yakni http://www.syariahmandiri.co.id/ dan
http://www.muamalatbank.com/. Informasi juga didukung dari website
lembaga terkait seperti http://bi.go.id/ dan http://www.ojk.go.id.
Sumber data sekunder yang digunakan adalah:
1. Laporan GCG tahun 2012-2013
2. Laporan tahunan perusahaan tahun 2012-2013
3.4 Teknik Analisis Data
Analisis data pada penelitian ini menggunakan pendekatan risiko terkait
penerapan prinsip syariah dan kinerja bank (Risk-based Bank Rating, RBBR).
Analisis ini didasarkan pada data yang berupa angka-angka atau bersifat
kuantitatif. Pendekatan risiko dalam penilaian tingkat kesehatan bank dibagi
dalam empat faktor, yakni :
1. Profil risiko (Risk profile)
2. Good corporate governance
3. Rentabilitas (earnings)
28
Data profil risiko dan GCG yang akan diteliti telah dipublikasikan oleh
perusahaan dan sebelumnya telah diperiksa oleh OJK sehingga data tersebut
dapat digunakan dalam penelitian ini. Data tersebut terdapat dalam laporan
GCG masing-masing perusahaan. Selanjutnya langkah-langkah analisis akan
dibagi ke dalam empat bagian, lalu disatukan menjadi sebuah keimpulan.
Langkah-langkah tersebut yakni:
3.4.1 Profil risiko
Profil risiko merupakan gabungan penilaian antara risiko inheren
dengan Kualitas Penerapan Manajemen Risiko (KPMR). Perbankan
syariah hingga tahun 2013 menilai delapan risiko inheren. Kedelapan
risiko inheren tersebut masing-masing memiliki predikat begitu juga
dengan kualitas penerapan manajemen risiko yang menyertainya.
predikat risiko inheren dan KPMR disatukan menggunakan matriks
peringkat risiko.
Tabel 3.1 Matriks peringkat risiko
Risiko Inheren
Kualitas Penerapan Manajemen Risiko
Strong Satisfactory Fair Marginal Unsatisfactory
Low 1 1 2 3 3
29
Hasil Predikat setiap jenis risiko akan diberikan bobot untuk
mendapatkan skor. Skor akhir digunakan untuk dapat menganalisis
mana bank yang lebih baik dari faktor profil risikonya. Setelah
dianalisis, skor akhir diberikan peringkat untuk penilaian tingkat
kesehatan bank.
3.4.2 Good corporate governance
Good Corporate Governance (GCG) memiliki sebelas faktor penentu
GCG. Setiap bank telah mempublikasikan skor yang didapat dari
peringkat setiap faktor dikalikan dengan bobot. Peringkat setiap faktor
GCG akan menunjukkan mana bank yang lebih tinggi atau lebih
rendah dalam pelaksanaan good corporate governance. Bobot untuk
setiap faktor GCG berbeda-beda menunjukkan seberapa besar
pengaruh terhadap pelaksanaan good corporate governance.
Skor setiap faktor penentu GCG dijumlahkan untuk mendapatkan skor
akhir. Analisis komparatif dari skor akhir GCG menjadi kesimpulan
dari pelaksanaan GCG. Setelah dianalisis, skor akhir akan diberikan
peringkat untuk menilai predikat tingkat kesehatan bank.
3.4.3 Rentabilitas
Peneliti membatasi penilaian faktor rentabilitas pada evaluasi terhadap
dua parameter. Kedua parameter tersebut adalah kinerja bank dalam
30
rentabilitas. Kinerja bank dalam menghasilkan laba dalam penelitian
ini dibatasi hanya menggunakan indikator Return on Asset (ROA)
yang bersumber pada lampiran 1.3 dalam Surat Edaran OJK Nomor
10 Tahun 2014, yakni:
- Return on Asset (ROA)
Sumber-sumber yang mendukung rentabilitas dalam penelitian ini
menggunakan indikator berikut ini:
- Bebab Operasional pada Pendapatan Operasional (BOPO)
Sumber: Lampiran 1.3 SE OJK No. 10 Tahun 2014
Peneliti menilai rentabilitas dengan menganalisis kedua indikator
secara komparatif. Setiap indikator mempunyai rasio minimum atau
maksimum yang ditetapkan dalam Surat Edaran BI Nomor
13/24/DPNP Tahun 2011. Indikator ROA akan semakin baik jika rasio
indikator semakin tinggi atau semakin mendekati 100%. ROA
memiliki rasio minimum sebesar 1,5%. Berbeda dengan ROA, BOPO
memiliki rasio maksimum sebesar 83%. Hal tersebut dikarenakan
semakin kecil rasio BOPO maka semakin efisien biaya operasional
bank.
ROA = Laba Sebelum Pajak x 100%
Rata-rata Total Aset
31
Kedua indikator diberikan peringkat dan dikalikan bobot untuk
mendapatkan total skor. Masing-masing indikator diberi bobot sebesar
50%. Pemberian bobot tersebut atas dasar justifikasi peneliti dimana
kedua indikator itu sama pentingnya. Tahap akhir, total skor diberikan
peringkat untuk penilaian predikat tingkat kesehatan bank.
3.4.4 Capital
Penilaian faktor permodalan meliputi evaluasi terhadap kecukupan
modal dan kecukupan pengelolaan permodalan. Untuk saat ini data
yang mendukung penelitian terletak pada aspek kecukupan modal
bank dengan indikator yang bersumber pada lampiran 1.4 Surat
Edaran OJK No. 10 Tahun 2014 sebagai berikut:
- Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) atau Capital
Adequacy Ratio (CAR)
Peneliti menilai permodalan dengan menganalisis CAR secara
komparatif. Semakin tinggi CAR menunjukan semakin besar
kemampuan bank dalam menanggung beban risiko yang mungkin
timbul. Standar minimum CAR ditetapkan dalan Surat Edaran Nomor
13/24/DPNP Tahun 2011 sebesar 12%. Nilai CAR kemudian
diberikan peringkat untuk menilai predikat tingkat kesehatan bank. CAR = Modal x 100%
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian serta analisa data yang dilakukan pada Bank
Syariah Mandiri dan Bank Muamalat Indonesia, maka dapat dirumuskan
kesimpulan sebagai berikut:
1. Tingkat kesehatan Bank Muamalat Indonesia lebih baik dari tingkat
kesehatan Bank Syariah Mandiri dilihat dari risk profile (profil risiko).
Tahun 2012 skor profil risiko BMI sebesar 1,775 sedangkan skor profil
risiko BSM sebesar 2,05. Untuk tahun 2013, skor profil risiko BMI
sebesar 1,9 sedangkan skor profil risiko BSM sebesar 2,775. Hal tersebut
dipengaruhi dengan meningkatnya risiko kredit dan risiko hukum pada
BSM.
2. Tingkat kesehatan Bank Muamalat Indonesia lebih baik dari tingkat
kesehatan Bank Syariah Mandiri dilihat dari Good Corporate Governance
(GCG). Hal tersebut ditandai dengan konsistensi nilai kesebelas faktor
GCG Bank Muamalat Indonesia selama 2012-2013 dengan skor akhir
sebesar 1,15 yang mendekati nilai sempurna yaitu 1 (satu). Sebaliknya,
45
dengan peningkatan skor akhir sebesar 0,175 dari skor akhir 2012 sebesar
1,675. Selisih rata-rata skor kedua bank dalam periode 2012-2013 sebesar
0,6125 poin.
3. Tingkat kesehatan Bank Syariah Mandiri lebih baik dari tingkat kesehatan
Bank Muamalat Indonesia dilihat dari earnings (rentabilitas). Bank
Muamalat sangat jauh bersaing dalam hal kemampuan menghasilkan laba
dengan selisih nilai ROA sebesar - 0,43% dan dalam sumber-sumber yang
mendukung rentabilitas dengan selisih BOPO sebesar – 6,28%. Skor akhir
BSM selama dua tahun sebesar 1 dan 1,5 sedangkan skor akhir BMI
sebesar 1,5 dan 2,5.
4. Tingkat kesehatan Bank Muamalat Indonesia lebih baik dari tingkat
kesehatan Bank Syariah Mandiri dilihat dari capital (permodalan). Hal ini
dikarenakan rata-rata CAR Bank Muamalat Indonesia lebih besar 0,46%
dibandingkan dengan rata-rata CAR Bank Syariah Mandiri sebesar
13,96%. Walaupun pada tahun 2011 CAR BMI hanya sebesar 11,57%
tetapi pada tahun 2013 BMI mampu meningkatkan kewajiban penyediaan
modal minimum menjadi 17,27%.
5. Dugaan sementara (hipotesis) peneliti ditolak. Tingkat kesehatan Bank
Muamalat Indonesia lebih baik dari tingkat kesehatan Bank Syariah
Mandiri berdasarkan Risk-based Bank Rating (RBBR) pada periode
2012-2013. Bobot yang digunakan dengan berpedoman pada Surat Edaran BI
46
Indonesia yang lemah pada faktor rentabilitas dan unggul dalam
pelaksanaan GCG. Total penilaian tingkat kesehatan Bank Muamalat
Indonesia sebesar 1,425625 poin dengan peringkat komposit 1. Total
penilaian Bank Syariah Mandiri lebih besar 0,1925 poin atau sebesar
1,618125 dengan peringkat komposit 2.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil kesimpulan dalam penelitian ini, maka penulis memberikan
saran sebagai berikut:
1. Bagi penelitian selanjutnya diharapkan menambah periode penelitian dan
dimulai dari tahun 2012 untuk bank konvensional dan 2014 untuk bank
syariah sesuai berlakunya peraturan mengenai tingkat kesehatan bank.
2. Untuk peneliti selanjutnya dapat meneliti lebih mendalam salah satu atau
keempat faktor pendekatan risiko dan mencari informasi mengenai
pemberian peringkat setiap indikator dari keempat faktor pendekatan
risiko.
3. Sebaiknya Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mempublikasikan mengenai
pemberian peringkat setiap indikator pada faktor pendekatan risiko dan
tata cara untuk medapatkan peringkat komposit tingkat kesehatan bank
47
4. Sebaiknya Bank Syariah Mandiri mengurangi peluang terjadinya fraud.
Menurut peneliti, sistem internal kontrol yang dibuat untuk mengurangi
peluang terjadinya fraud belum efektif diakibatkan pelaksanaan Good
Corporate Governance (GCG) BSM yang menurun.
5. Sebaiknya Bank Muamalat Indonesia berfokus pada penurunan risiko
likuiditas dan risiko pasar serta mengatur strategi untuk peningkatan
rentabilitas perusahaan. Hal tersebut dapat dilakukan dengan
meningkatkan pemasaran BMI, baik pembiayaan kepada masyarakat
maupun kerjasama dengan usaha kecil menengah.
6. Peneliti menyarankan kepada lembaga pemeringkat yang memberikan
penghargaan kepada perbankan untuk memasukkan indikator risiko dan
good corporate governance sebagai variabel pertimbangan dalam
DAFTAR PUSTAKA
Alamsyah, Halim. 2012. Laporan Perkembangan Perbankan Syariah 2012. Bank Indonesia, Jakarta.
Mariana, Deasy. 2013. Analisa kinerja keuangan perbankan syariah dan perbankan konvensional dengan metode RGEC. Universitas Bina Nusantara, Jakarta.
Peraturan Bank Indonesia Nomor: 13/1/PBI/2011 Tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum.
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 8/POJK.03/2014 Tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah.
Permana, Bayu Aji. Analisis tingkat kesehatan bank berdasarkan metode CAMELS dan metode RGEC. Universitas Negeri Surabaya, Surabaya.
Qumullah, Wira Zaza. 2014. Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan pada PT. Bank Syariah Mandiri dengan PT. Bank Muamalat Indonesia. Jurnal Ekonomi, Universitas Lampung, Lampung.
Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 9/24/DPbS Tahun 2007 Tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Berdasarkan Prinsip Syariah.
Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 12/13/DPbS Tahun 2010 Tentang
Pelaksanaan Good Corporate Governance Bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah.
Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/24/DPNP Tahun 2011 Tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum.
Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor 10/POJK.03/2014 Tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah.
Taswan. 2010. Manajemen Perbankan. UPP STIM YKPN, Yogyakarta.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah.
Website:
http://www.merdeka.com/uang/tingkat-kesehatan-perbankan-syariah-bakal-diawasi.html
http://www.crmsindonesia.org/node/564