• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbandingan Pencemaran Soil Transmitted Helminth pada Sayuran di Pasar Tradisional dan Pasar Modern di Medan Bagian Barat Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perbandingan Pencemaran Soil Transmitted Helminth pada Sayuran di Pasar Tradisional dan Pasar Modern di Medan Bagian Barat Kota Medan"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

LAMPIRAN 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP Curriculum Vitae

Nama : Navisha a/p Ravichandran

NIM : 120100488

Alamat : Jl. Kamboja, NO 7&9, Medan

Nomor Telepon : 087867338685

Email : navisha_sha@yahoo.com

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat, Tanggal Lahir : Malaysia, 16 Juli 1994

Warga Negara : Malaysia

Agama : Hindu

Riwayat Pendidikan :

1. SJK(C) PU SZE (2001-2006)

2. SMK MUTIARA RINI 2 (2007-2009) 3. SMK TAMAN SUTERA (2010-2011)

4. GEOMATIKA INTERNATIONAL COLLEGE KUALA LUMPUR (2011-2012) 5. FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA (2012- Sekarang)

Riwayat Pelatihan : -

Riwayat Organisasi : 1. Ahli Persatuan Kebangsaan Pelajar-Pelajar Malaysia Indonesia (PKPMI-CM)

(2)
(3)

Data Induk

Pasar Jenis Parasit Hasil Perlakuan Fisik

(4)

PT 2.5.2 - Negatif Ada Kotor

PT 4.5.2 Telur Hookworm Positif Tidak Ada Tidak Kotor

(5)

PT 5.2.3 - Negatif Ada Tidak Kotor

PT 4.1.4 Larva Hookworm Positif Tidak Ada Tidak Kotor

PT 4.2.4 Larva Hookworm Positif Tidak Ada Tidak Kotor

PT 4.3.4 Larva Hookworm Positif Tidak Ada Tidak Kotor

PT 4.4.4 Larva Hookworm Positif Tidak Ada Tidak Kotor

PT 4.5.4 Larva Hookworm Positif Tidak Ada Tidak Kotor

PT 5.1.4 Larva Hookworm Positif Tidak Ada Tidak Kotor

PT 5.2.4 Larva Hookworm Positif Tidak Ada Tidak Kotor

PT 5.3.4 Larva Hookworm Positif Tidak Ada Tidak Kotor

PT 5.4.4 Larva Hookworm Positif Tidak Ada Tidak Kotor

PT 5.5.4 Larva Hookworm Positif Tidak Ada Tidak Kotor

PT 1.1.5 - Negatif Tidak Ada Kotor

PT 1.2.5 Larva Hookworm Positif Tidak Ada Kotor

PT 1.3.5 Larva Hookworm Positif Tidak Ada Kotor

PT 1.4.5 Larva Hookworm Positif Tidak Ada Kotor

PT 1.5.5 Larva Hookworm Positif Tidak Ada Kotor

PT 2.1.5 Larva Hookworm Positif Tidak Ada Kotor

PT 2.2.5 Larva Hookworm Positif Tidak Ada Kotor

(6)

PT 2.4.5 Larva Hookworm Positif Tidak Ada Kotor

PT 2.5.5 Larva Hookworm Positif Tidak Ada Kotor

PT 3.1.5 Larva Hookworm Positif Tidak Ada Kotor

PT 3.2.5 Larva Hookworm Positif Tidak Ada Kotor

PT 3.3.5 Larva Hookworm Positif Tidak Ada Kotor

PT 3.4.5 Larva Hookworm Positif Tidak Ada Kotor

PT 3.5.5 Larva Hookworm Positif Tidak Ada Kotor

PT 4.1.5 Larva Hookworm Positif Tidak Ada Tidak Kotor

PT 4.2.5 Larva Hookworm Positif Tidak Ada Tidak Kotor

PT 4.3.5 Larva Hookworm Positif Tidak Ada Tidak Kotor

PT 4.4.5 Larva Hookworm Positif Tidak Ada Tidak Kotor

PT 4.5.5 Larva Hookworm Positif Tidak Ada Tidak Kotor

PT 5.1.5 Larva Hookworm Positif Tidak Ada Tidak Kotor

PT 5.2.5 Larva Hookworm Positif Tidak Ada Tidak Kotor

PT 5.3.5 Larva Hookworm Positif Tidak Ada Tidak Kotor

PT 5.4.5 Larva Hookworm Positif Tidak Ada Tidak Kotor

PT 5.5.5 Larva Hookworm Positif Tidak Ada Tidak Kotor

PM 1.1 Larva Hookworm Positif Tidak Ada Tidak Kotor

PM 2.1 Larva Hookworm Positif Tidak Ada Tidak Kotor

PM 3.1 Larva Hookworm Positif Tidak Ada Tidak Kotor

PM 4.1 Larva Hookworm Positif Tidak Ada Tidak Kotor

PM 5.1 Larva Hookworm Positif Tidak Ada Tidak Kotor

PM 1.2 Larva Hookworm Positif Tidak Ada Tidak Kotor

PM 2.2 - Negatif Tidak Ada Tidak Kotor

PM 3.2 Larva Hookworm Positif Tidak Ada Tidak Kotor

PM 4.2 - Negatif Tidak Ada Tidak Kotor

PM 5.2 - Negatif Tidak Ada Tidak Kotor

PM 1.3 Telur Hookworm Positif Tidak Ada Tidak Kotor

PM 2.3 - Negatif Tidak Ada Tidak Kotor

PM 3.3 Larva Hookworm Positif Tidak Ada Tidak Kotor

PM 4.3 - Negatif Tidak Ada Tidak Kotor

PM 5.3 - Negatif Tidak Ada Tidak Kotor

PM 1.4 Larva Hookworm Positif Tidak Ada Tidak Kotor

PM 2.4 Larva Hookworm Positif Tidak Ada Tidak Kotor

PM 3.4 Larva Hookworm Positif Tidak Ada Tidak Kotor

PM 4.4 Larva Hookworm Positif Tidak Ada Tidak Kotor

(7)

PM 1.5 Larva Hookworm Positif Tidak Ada Tidak Kotor

PM 2.5 Larva Hookworm Positif Tidak Ada Tidak Kotor

PM 3.5 Larva Hookworm Positif Tidak Ada Tidak Kotor

PM 4.5 Larva Hookworm Positif Tidak Ada Tidak Kotor

(8)
(9)
(10)
(11)

Lampiran 6 : Output SPSS

Crosstab : Pasar Tradisional dan Modern dengan hasil kontaminasi pada selada

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

hasil * pasar 30 100.0% 0 0.0% 30 100.0%

Frekuensi sayur selada dengan hasil dan antara pasar

hasil * pasar Crosstabulation

Continuity Correctionb 4.527 1 .033

Likelihood Ratio 8.784 1 .003

Fisher's Exact Test .014 .014

(12)

Crosstab : Pasar Tradisional dan Modern dengan hasil kontaminasi pada timun

Frekuensi sayur timun dengan hasil dan antara pasar

hasil * pasar Crosstabulation

Continuity Correctionb 2.667 1 .102

Likelihood Ratio 4.378 1 .036

Fisher's Exact Test .064 .064

(13)

Crosstab : Pasar Tradisional dan Modern dengan hasil kontaminasi pada kubis

Frekuensi sayur Kubis dengan hasil dan antara pasar

hasil * pasar Crosstabulation

Continuity Correctionb .149 1 .699

Likelihood Ratio .846 1 .358

Fisher's Exact Test .565 .329

(14)

Crosstab : Pasar Tradisional dan Modern dengan hasil kontaminasi pada Daun

Frekuensi Daun Perai dengan hasil dan antara pasar

hasil * pasar Crosstabulation

Continuity Correctionb .596 1 .440

Likelihood Ratio 2.949 1 .086

Fisher's Exact Test .304 .236

(15)

Crosstab : Pasar Tradisional dan Modern dengan hasil kontaminasi pada Daun

Frekuensi Daun Bawang dengan hasil dan antara pasar

hasil * pasar Crosstabulation

Continuity Correctionb .000 1 1.000

Likelihood Ratio .371 1 .542

Fisher's Exact Test 1.000 .833

(16)

Crosstab : Perlakuan pencucian sayur dengan hasil kontaminasi pada selada

Frekuensi sayur Selada dengan hasil dan perlakuan pencucian

hasil * perlakuan Crosstabulation

Continuity Correctionb 4.527 1 .033

Likelihood Ratio 8.784 1 .003

Fisher's Exact Test .014 .014

(17)

Crosstab : Perlakuan pencucian sayur dengan hasil kontaminasi pada timun

Frekuensi sayur Timun dengan hasil dan perlakuan pencucian

hasil * perlakuan Crosstabulation

Continuity Correctionb 2.172 1 .141

Likelihood Ratio 5.460 1 .019

Fisher's Exact Test .070 .070

(18)

Crosstab : Perlakuan pencucian sayur dengan hasil kontaminasi pada kubis

Frekuensi sayur Kubis dengan hasil dan perlakuan pencucian

hasil * perlakuan Crosstabulation

Continuity Correctionb .149 1 .699

Likelihood Ratio .846 1 .358

Fisher's Exact Test .565 .329

(19)

Crosstab : Perlakuan pencucian sayur dengan hasil kontaminasi pada Duan Perai

Frekuensi sayur Daun Perai dengan hasil dan perlakuan pencucian

hasil * perlakuan Crosstabulation

Continuity Correctionb 9.119 1 .003

Likelihood Ratio 14.652 1 .000

Fisher's Exact Test .001 .001

(20)

Crosstab : Perlakuan pencucian sayur dengan hasil kontaminasi pada Daun

Frekuensi sayur Daun Bawang dengan hasil dan perlakuan pencucian

(21)

Crosstab : Perbandingan Pasar Tradisional dan Modern dengan hasil kontaminasi

Frekuensi jumlah ketemuan dengan hasil dan antara pasar

jenis * hasil Crosstabulation

Continuity Correctionb 6.534 1 .011

Likelihood Ratio 8.046 1 .005

Fisher's Exact Test .008 .005

(22)
(23)

36

Daftar pustaka

Andriani, M.N., dan Ali, M. M., 2013. Kajian Eksistensi Pasar Tradisional Kota

Surakota. http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/pwk Accesed17 April, 2015]

Asihka,V., Nurhayati., Gayathri., 2014. Distribusi Frekuensi Soil Transmitted Helminth

Pada Sayuran SeladaYang Dijual Di Pasar Traditional Dan Pasar Modern Di Kota Padang. http://jurnal.fk.unand.ac.id Accesed 28 March, 2015]

Bethony, J., Brooker, S., Albonico, M., Geiger, S.M., Loukas, A., Diemert, D.,

Hatez, P., 2006. Soil Transmitted Helminth Infections : Ascariasis, Trichuriasis

And Hookworm.www.thelancet.com Vol 367 [Accesed 29 March, 2015]

Brown, H.W., !979. Dasar Parasitologi Klinis Edisi Ketiga. Nemathelminthes atau

cacing bulat (nematode usus manusia).

Burhanudin, A., Analisis Perilaku Konsumen Pada Pembelian Daging Ayam Ras Di

Pasar Traditional Dan Pasar Modern Kota Jember.[Accesed 1 May, 2015]

Dubini., 1843., Textbook Of Clinical Parasitology; Section three, the nemathelminthes

or roundworms. (the superfamilies strongyloides, trichostrongyloidea and metastrongyloidea).

Easy green living organization. A Guide To Organic Food And Raw Food. Available from: http://www.getfreebooks.com/wp-content/uploads/2013/01/A-Guide-to- Organic-Foods-Raw-Foods.pdf. [Accesed 17 April, 2015]

Ebrahimzadeh,A., Jamshidi, A., Mohammadi, S., 2013.The Parasitic Contamination Of

Raw Vegetables Consumed In Zahedan, Iran. www.jhealthscope.com

(24)

37

Emovon, O., Eigbedion, E.A., Ojide, C.K., Kalu, E.I., 2014. Prevalence And Impact Of

Socio- Economic/Environmental FactorsOn Soil Transmitted Helminth Infection In Children attending Clinical In A Tertiary Hospital In Benin City,Nigeria. www.arpjournals.com; www.antrescentpub.com [Accesed 29 March, 2015]

Farida, I., 2010. Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Konsumsi Buah

Dan Sayur Pada Remaja Di Indonesia Tahun 2007.[Accesed 18 April, 2015]

Haq, S., Maqbool, A., Khan, U.J., Yasmin, G., Sultana, R.,2014. Parasitic

Contamination Of Vegetables Eaten Raw In Lahore.

http://www.researchgate.net/profile/Shifa_Ul_Haq/publication/Parasitic_ Contamination_of_Vegetables_Eaten_Raw_in_Lahore.

[Accesed 17 April, 2015]

Hajjami, K, Ennaji, M.M., Amdiouni, H., Fouad, S., Cohen, N., 2013. Parasistic

Contamination on Fresh Vegetable Consumed in Casablanca City (Morocco)

and Risk for Consumer

. www.

International Journal of Science and Technology Volume 2 [Accesed 7 July, 2013]

Jusuf, A., Ruslan., Selomo, M., 2013. Gambaran Parasit Soil Transmitted Helminth

Dan Tingkat Pengetahuan, Sikap Serta Tindakan Petani Sayur Di Desa Waiheru Kecamatan Baguala Kota Ambon. http://repository.unhas.ac.id.

[Accesed 29 March, 2015]

Karuppiah, G., 2010. Perbedaan Higiene SayuranYang Dijual Di Pasar Traditional

Dengan Pasar Modern.[Accesed 16 April, 2015]

Linnaeus., 1771. Textbook Of Clinical Parasitology; Section three, the nemathelminthes

(25)

38

Margono, S.S., 1998. Buku Ajar Parasitologi Kedokteran Edisi Keempat. Nematode;

epidemiologi soil transmitted helminthes.

Octavia S.Y., Negara, N.S., Kuntjara, P.A., 2014. Perancangan Buku Pengetahuan

Populer Tentang Raw Food. http://studentjournal.petra.ac.id [Accesed 17 April, 2015]

Oktavina, G., 2012. Redesain Pasar Traditional Jongke, Surakarta. ] http://e- journal.uajy.ac.id [Accesed 17 April, 2015]

Rufaidah, P., Juli 2008. Peran Teknologi Komunikasi Dalam Rantai Nilai Pedagang Di

Pasar Traditional. [Accesed 18 April, 2015]

Sofiana, L., 2 Juni 2010. Hubungan Perilaku Dengan Infeksi Soil Transmitted Helminth

Pada Anak Sekolah Dasar Mi Asas Islam Kalibening, Salatiga.

http://journal.uad.ac.id/index.php/KesMas [Accesed 29 March,2015]

Suryani, D., 2012. Hubungan Perilaku Mencuci Dengan Kontaminasi Telur Nematoda

(26)

16

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERATIONAL

3.1Kerangkap Konsep

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka kerangka konsep penelitian

ini adalah:

Gambar 3.1 Kerangkap konsep penelitian

3.2Definisi operational

1 Kontaminasi cacing pada sayuran apabila ditemukan telur dan larva cacing gelang, cacing cambuk, dan cacing tambang pada sayuran. Sampel sayuran yang akan digunakan pada penelitian ini adalah sayur selada, kubis, daun perai, timun, dan daun bawang.

Kriteria sampling:

 dalam penelitian ini adalah minimal 3 sayur.

Telur dan larva cacing Kontaminasi sayuran

mentah (lalapan)

(27)

17

 Pasar rujukan adalah pasar dimana berada di Medan Bagian barat kecamatan Sunggal, kecamatan Petisah, kecamatn Helvetia dan kecamatan Barat.

Cara ukur: Pemeriksaan sendimentasi Alat ukur: Lihat dibawah mikroskop

Ketemuan: (+) terdapat telur, (-) tidak terdapat telur

2 Pasar tradisional sebagai pasar yang dibangun kerjasama dengan tempat usaha berupa toko, kios, los dan tenda yang dimiliki atau dikelola oleh pedagang kecil, menengah, swadaya masyarakat atau koperasi dengan usaha skala kecil, modal kecil dan dengan proses jual beli barang dagangan melalui tawar menawar. Untuk mengukurkan sayur di pasar traditional dengan cara observasi dan wawancara pada pedagang.

3 Pasar modern dimana penjualan dan pembelian yang tidak bertransaksi secara langsung melainkan pembeli melihat label harga yang tercantum dalam barang dan tidak dapat ditawar lagi. Barang yang dijual dapat bertahan lama dan mengukurkan sayur dengan cara observasi di seluruh pasar modern.

(28)

18

3.2.1. Alat dan Bahan penelitian

Aquadest dan larutan NaOH 0,2%, Tabung sedimen, pipet tetes, centrifuge, rak tabung, mikroskop, objek glass, cover glass, wadah plastik, berus, dan spidol atau label.

3.3 Hipotesis

Tidak ada perbedaan pada pencemaran sayuran yang dijual di pasar

tradisional dengan pasar modern.

(29)

19

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1Rancangan penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan pendekatan secara

cross sectional.

4.2Tempat dan waktu penelitian

Penelitian ini akan melakukan di pasar tradisional dan pasar modern di

bagian medan barat Kota Medan, yaitu Kecamatan Barat, Kecamatan Helvetia, Kecamatan Petisah dan Kecamatan Sunggal.

Penelitian ini akan berlangsung selama 7 bulan, dari bulan April 2015 hingga November 2015.

4.3Populasi dan sampel penelitian 4.3.1 Populasi target

Populasi dalam penelitian ini adalah semua sayur yang dijual di

Kota Medan tahun 2015.

4.3.2 Populasi terjangkau

Sayur yang dijual di pasar tradisional dan pasar modern Medan Bagian barat adalah Kecamatan Barat, Kecamatan Helvetia, Kecamatan Petisah dan Kecamatan Sunggal tahun 2015.

4.3.3 Sampel

Sampel sayurnya sebahagian dari populasi jangkauan secara acak dengan mengunakan metode pengambilan sampel secara simple random

(30)

20

4.4Teknik pengumpulan data

Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan mengambil 5 jenis sampel sayur selada, kubis, daun perai, timun, dan daun bawang dari tiap-tiap pasar traditional dan pasar modern dan melakukan cara yang sama di masing-masing 5 pasar tradisional dan 5 pasar modern di Medan Bagian barat dengan menggunakan plastik. Selanjutnya sampel diperiksa di Laboratorium Departemen Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

4.5Metode sedimentasi a) Pencucian sayur

1. Mencucikan semua sampel sayur dengan sedikit air serta menggunakan berus untuk disikat dan kumpulkan air dari sayur tersebut dengan menggunakan wadah plastik.

2. Memberikan tanda dengan label ataupun menggunakan spidol dan melanjutkan teknik sendimentasi.

b) Teknik sendimentasi

1. Buat larutan NaOH 0,2 % dengan cara larutkan 2 ml NaOH pada beker gelas dan tambahkan 100 ml aquadest (air yang mencuci sayur), kemudian aduk

2. Aduk hingga merata dengan menggunakan spatula sampai 10 – 15 menit, kemudian biarkan selama 1 jam.

3. Setelah 1 jam tuang ke tabung sentrifuge, kemudian masukkan pada centrifuge dengan kecepatan 2000Rpm selama 15 Menit.

4. Buang supernatan atau cairan bagian atas tabung sentrifuge, kemudian ambil sedimen atau cairan yang mengendap dibawah dengan menggunakan pipet tetets.

c) Membesarkan mikroskop

1. Kemudian letakkan pada obyek glass, setelah itu tutup dengan cover glass.

(31)

21

4.6Pengolahan dan Analisa data

(32)

22

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1Hasil Penelitian 5.1.1 Lokasi Penelitian

Lokasi bagi penelitian ini merupakan pasar tradisional dan pasar modern yang menjual sayur selada, timun, kubis, daun pearai dan daun bawang sekitar bagian barat Kota Medan yaitu Kecamatan Barat, Kecamatan Helvetia, Kecamatan Sunggal dan Kecamatan Petisah. Terdapat 5 pasar tradisional dan 5 pasar modern di bagian barat Kota Medan telah mengikuti penelitian ini. Sampel bagi penelitian ini dipilih berdasarkan metode simple random sampling.

5.1.2 Karakteristik Sampel

(33)

23

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Pasar

NO Kecamatan Pasar tradisional Pasar modern

1 Medan Sunggal Pasar Sunggal* Pasar Desa Lalang

Pasar Pagi Tanjong Rejo*

Pondok indah pasar buah* Swalayan Rasa Sayang

2 Medan Petisah Pasar Petisah Medan* Pasar Meranti

Medan Fair Plaza Carrefour* Brastagi Supermarket* Cambridge City Square

3 Medan Helvetia Pasar Sei Kambing* Pasar Helvetia

Griya Swalayan*

4 Medan Barat Pasar Jalan Hindu* Maju Bersama*

Tabel 5.1 menunjukkan distribusi frekuensi pasar yang terdapat di kecamatan masing masing serta tanda (*) menunjukkan pasar tradisional dan pasar modern yang telah melaksanakan penelitian ini.

(34)

24

Tabel 5.3 Distribusi Jenis Parasit Pada Sayur

Jenis Sayur

Selada Timun Kubis Daunperai Daunbawang

F % F % F % F % F %

Telur Ascaris 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0.0

Telur Hookworm 2 6.7 1 3.3 1 3.3 0 0.0 0 0.0

Larva Hookworm 12 40.0 2 6.7 6 20.0 23 76.7 29 96.7

Tabel 5.3 menunjukkan frekuensi hasil jenis parasit berdasarkan jenis sayur dapat dilihat pada tabel di bawah ini, dalam sayur selada tidak terdapat Telur Ascaris, tapi ada 2 sampel (6.7%) Telur Hookworm. Terdapat Larva Hookworm pada 12 sampel (40.0%), Seterusnya dalam sayur timun dapat Larva Hookworm pada 2 sampel (6.7%) dan Telur Hookworm pada 1 sampel (3.3%) . Pada sayur kubis dapat ditemukan Telur

Hookworm pada 1 sampel (3.3%) dan Larva Hookworm pada 6 sampel (20.0%), serta

Dalam daun perai terdapat Larva Hookworm pada 23 sampel (76.7%), seterusnya dalam daun bawang terdapat Larva Hookworm pada 29 sampel (96.7%),

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Jenis Parasit Ditemui Pada Pasar

Pasar

Telur Ascaris Telur Hookworm Larva Hookworm Hasil % Hasil % Hasil % Modern 0 0.0 1 4.0 18 72.0 Tradisional 0 0.0 3 2.4 54 43.2

(35)

25

modern pula, didahului dengan telur hookworm pada 1 sampel (4.0%) dan terdapat

parasit jenis larva Hookworm dengan frekuensi 18 sampel (72.0%).

5.1.3 Distribusi frekuensi hasil kontaminasi pada setiap sayur

Distribusi frekuensi hasil kontaminasi negatif dan positif pada sayur selada, timun, kubis, daun perai dan daun bawang di pasar tradisional dan modern.

(36)

26

(37)

27

5.1.4 Distribusi frekuensi kontaminasi dengan perlakuan sebelum dijual pada setiap sayur

Distribusi frekuensi hasil kontaminasi negatif dan positif dengan perlakuan pencucian sebelum menjual sayur selada, timun, kubis, daun perai dan daun bawang di pasar tradisional dan modern.

(38)

28

melakukan pencucian pada 3 sampel (60%). Pada hasil positif yang ada melakukan pencucian pada 5 sampel (20%) dan tidak melakukan pencucian pada 2 sampel (40%). Nilai p adalah 0.699. Untuk daun perai, hasil negatif dengan melakukan pencucian pada 7 sampel (53.8%) dan tidak ada sampel yang tidak melakukan pencucian. Pada hasil positif yang ada melakukan pencucian pada 4 sampel (46.2%) dan tidak melakukan pencucian pada 17 sampel. Nilai p adalah 0.003. Pada daun bawang, hasil negatif dan positif tidak ada sampel yang melakukan pencucian. Hasil negatif dengan tidak melakukan pencucian pada 1 sampel (3.3%) dan hasil positif yang tidak melakukan perlakuan pada 29 sampel (96.7%) serta nilai p adalah tidak dapat diukur. Nilai p ini adalah ditunjukkan sebagai perbandingan perlakuan pencucian antara hasil negatif dan positif pada masing-masing sayur.

Tabel 5.7 Perbandingan Kontaminasi Hasil Pada Pasar Tradisional Dan Modern

Pasar

Kontaminasi

Negatif % Positif % p

Modern 6 8.1 19 25.0 0.011 Tradisional 68 91.1 57 75.0

(39)

29

5.2PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah disajikan diatas dapat dilakukan pembahasan seperti berikut. Dari Tabel 5.1 menjelaskan jenis pasar yang dipilih untuk penelitian ini yang terdapat di kecamatan bagian barat kota medan. Kedua pasar tradisional dan modern adalah mewakili dari bagian barat kota medan sebagai pasar yang sangat terkenal. Pasar tradisional yang telah dipilih sebabnya terdapat sebagian besar pembeli akan membeli sayuran di pasar ini dan juga salah satu pasar yang sangat terkenal di kota medan ini. Di pasar tradisional ini harganya lebih murah daripada pasar modern dan juga ada terdapat tawar menawar di pasar-pasar yang terpilih ini. Untuk pasar modern yang telah dipilih karena tempat penyimpanan sayur lebih bersih daripada pasar traditional dan juga pasar modern ini lebih terkenal antara pembeli-pembeli di sekitar pasar tersebut.

(40)

30

pasar tidak. Dari segi kesegaran beberapa sayuran yang tidak segar sisanya segar.

Dari Tabel 5.3 terdapat larva hookworm yang banyak terkontaminasi dalam semua sayur, kebanyakkan daun bawang yang sangat terkontaminasi oleh parasite pada 29 sampel (96.7). Dari lima jenis sayur terdapat timun yang sangat kurang terkontaminasi, di timun hanya dapat telur hookworm dengan larva hookworm pada 2 sampel (6.7%). Secara tahap kontaminasi pada sayur mulai dengan daun bawang lalu daun perai diikuti oleh selada dan kubis dan timun. Dari Penelitian Hajjami K (2013) ini juga menunjukkan bahwa angka cacing terdeteksi bervariasi sesuai dengan jenis sayuran. (69.7%) Sampel selada telah mencatat persentase kontaminasi yang lebih tinggi, dan terdapat kontaminasi parasit telur strongyloide sebanyak (51.1%) pada sayur selada yang terkontaminasi. Hasil ini menguatkan dengan menemukan bahwa akar paling terkontaminasi oleh telur cacing. Hal ini dapat dijelaskan oleh kontak langsung dengan air yang terkontaminasi selama siklus irigasi.

Perbandingan dengan peneliti Hajjami K (2013), ada perbedaan dengan kontaminasi pada selada sebabnya dari hasil penelitian kebanyakkan selada yang kontaminasi dengan Larva hooworm (40.0%) tetapi daun bawang yang paling terkontaminasi dari lima jenis sayur (96.7%) yang ini mungkin adalah tempat atau lingkungan menjual sayur berbeda sebab itulah terdapat jenis parasite yang berbeda.

Dalam Tabel 5.4 menjelaskan tentang jenis parasit yang ditemui di pasar, dari tabel ini terdapat kebanyakkan kontaminasi adalah pada pasar tradisional apabila bandingkan dengan pasar modern. Dari pasar tradisional dapat ditemui angka Larva hookworm paling tinggi, di pasar traditional terdapat 54 sampel yang terkontaminasi dan juga pasar modern terdapat 18 sampel yang kontaminasi, jenis parasit yang paling sedikit ditemui adalah Telur hookworm pada masing masing pasar.

Penelitiaan Karupiah G (2010). dapat menjelaskan parasit jenis

(41)

31

tradisional. Manakala bagi pasar modern pula parasit yang paling banyak ditemui merupakan jenis larva rhabditiform strongyloides.

Dari kedua penelitian ini dapat jenis parasit yang ditemui pada kedua jenis pasar ada lain-lain. Yang ini dapat terjadi mungkin karena lokasi dan lingkungan berkembang biak setiap parasit berbeda dan juga tergantung pada kebersihan pada pasar masing masing.

Dari Tabel 5.5 menunjukkan hasil kontaminasi pada pasar tradisional dan modern dengan masing masing sayur. Dari seluruh lima jenis sayur cuma sayur selada yang terdapat perbedaan dan ada kemaknaan antara pasar tradisional dan modern yang nilai p kurang dari 0.05.

Menurut Haq et al (2014) telah dibuktikan bahwa sayur selada yang paling terkontaminasi, frekuensi distribusi kontaminasi untuk setiap sayuran selada adalah paling terkontaminasi sayur 24 (48%) sampel terkontaminasi dengan parasit, diikuti oleh kubis 22 (44%), sangat sedikit jumlah parasit yaitu, 12% yang ditemukan pada timun.

Hasil dari kedua penelitian ini terdapat kontaminasi pada sayur selada dari pasar modern dan pasar tradisional, terdapat pasar modern mungkin dapat disebabkan karena teknik pencucian selada yang tidak tepat. Selada yang dijual di pasar modern terlihat lebih bersih dan tidak ada tanah maupun pasir yang menempel karena sudah dicuci terlebih dahulu. Untuk pasar tradisional kemungkinan teknik pencucian lebih bersih sebab itukan terdapat perbedaan antara kedua pasar ini.

Seterusnya Tabel 5.6 menjelaskan perlakuan pencucian sayur sebelum dijual pada masing masing sayur, yang terdapat hubungan bermakna pada selada dan daun perai. Pada sayur selada terdapat nilai p adalah 0.033 dan daun perai nilai p adalah 0.003, yang ada bermakna pada hasil kontaminasi dengan perlakuan pencucian sayur.

(42)

32

menggunakan air yang mengalir. Hygienitas para pedagang warung makan lesehan terutama hubunganya dengan kebersihan makanan yang disajikan memiliki andil terhadap kualitas makanan yang disajikan, baik kebersihan, kesehatan, maupun nilai gizi.

Menurut Hqa et al (2014), hasil tampaknya menunjukkan bahwa salah satu sebab penting dari infeksi parasit adalah karena konsumsi sayuran mentah dan kotor. Semua sayuran harus dicuci sebelum memadai akan konsumsi dan mana mungkin, dekontaminan harus dimasukkan dalam air cuci. Potensial lainnya kontaminasi seperti panen prosedur, lingkungan terkontaminasi selama penanganan, transportasi dan penyimpanan, atau langsung kontaminasi dari individu yang terlibat dalam produksi dan pengolahan produk juga tidak diselidiki.

Hal ini sesuai dengan Karuppiah G (2010), yang mengatakan kebiasaan kesemua pengusaha pasar tradisional dengan pasar modern yang ada mengamalkan perlakuan mencuci sayur sebelum ia dijual menunjukkan hasil negatif bagi kontaminasi parasit.

Hal ini kemungkinan disebabkan karena kurangnya perhatian dari pengusaha sayur dari kedua pasar tradisional dan pasar modern dalam membekalkan yang berkualitas dan aman bagi pembelinya. Tetapi pengusaha yang mencuci sayur sebelum ia dijual menunjukkan hasil negatif kontaminasi parasit.

Di Tabel yang terakhir Tabel 5.7 menjelaskan tentang perbandingan antara pasar tradisional dan pasar modern dengan kontaminasi hasil negatif dan positif, dari tabel ini menunjukkan pasar tradisional yang paling banyak terkontaminasi daripada pasar modern dengan membuktikan pasar tradisional terdapat 57 sampel secara hasil positif dan pada pasar modern terdapat 19 sampel. Nilai p pada perbandingan ini terdapat p kurang dari 0.05 (0.011), jadi

H0 ditolak maka terdapat perbedaan antara pasar tradisional dan pasar modern

(43)

33

Menurut Karuppiah (2010), hal ini kemungkinan disebabkan karena kurangnya perhatian dari pengusaha sayur selada dari kedua pasar tradisional dan pasar modern dalam membekalkan yang berkualitas dan aman bagi pembelinya. Tetapi pengusaha yang mencuci sayur selada sebelum ia dijual menunjukkan hasil negatif kontaminasi parasit.

Faktor ini yang mempengaruhi keberadaan STH pada sayur seperti penggunaan pupuk organik yang berasal dari ternak hewan sebagai media penyuburan sayuran. Sama halnya seperti pada manusia, jika kotoran ternak tersebut mengandung telur STH, maka dengan mudahnya telur STH yang ada di dalam kotoran ternak yang digunakan sebagai pupuk akan berpindah ke sayur yang kontak langsung dengan tanah. STH pada sayur dari pasar modern meskipun persentasenya lebih rendah daripada di pasar tradisional. Berdasarkan pengamatan, sayur di pasar modern diletakkan di lemari berpendingin. Keberadaan STH pada sayur dari pasar modern mungkin dapat disebabkan karena teknik pencucian sayur yang tidak tepat.

(44)

34

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1KESIMPULAN

1. Hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh beberapa kesimpulan, pasar modern terdapat kontaminasi oleh STH pada 19 sampel (25.0%). Di pasar tradisional terdapat kontaminasi pada 57 sampel (75.0%). Hasil ini menunjukkan ada bermaknaanperbedaan di pasar tradisional dan pasar modern dengan nilai p<0.05 adalah 0.011.

2. Jumlah sayur selada, kubis, timun, daun perai dan daun bawang yang kebanyakkan terkontaminasi adalah daun bawang oleh parasit dan kebanyakkan larva filariform ditemui di pasar tradisional dan modern. 3. Dari semua sayur, daun bawang yang paling terkontaminasi dan di antara

pasar tradisional dengaan modern terdapat pasar tradisional yang paling terkontaminasi 24 sampel (96.0%) dari pasar tradisional dan tidak ada bermakna dengan nilai p adalah 1.000 (p>0.05).

4. Hasil menunjukkan perbedaan pencucian pada sayur sayuran yang dijual di pasar tradisional dengan pasar modern ada perbedaan.

(45)

35

6.2 SARAN

Bedasarkan hasil penelitian ini, terdapat beberapa saran diantaranya ialah,

1. Kepada pengusaha sayuran agar melakukan perlakuan atau pengolahan sebelum sayuran dijual kepada pembeli dalam upaya membekalkan sayuran yang berkualitas bagi pembeli.

2. Kepada pembeli agar dapat mencuci dan memasak terlebih dahulu sayuran yang dibeli dari pasar tradisional atau pasar modern sebelum mengkonsumsinya sebagai langkah untuk mencegah infeksi parasit.

(46)

4

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Penyakit cacingan

Sebagian besar nematoda pada usus menyebabkan masalah kesehatan masyarakat Indonesia. Nematoda merupakan spesies yang ditularkan melalui

tanah dan disebut sebagai “Soil Transmitted Helminths (STH)”, spesies yang

sering menyerang pada manusia adalah Ascaris lumbricoides, Necator

americanus, Ancylostoma duodenale, dan Trichuris trichiura (Margono S.S,

1998).

a) Ascaris lumbricoides (Cacing Gelang)

Ascaris lumbricoides dapat menyebabkan penyakit yang disebut askariasis, yang ditemukan kosmopolit. Angka kejadian askariasis berdasarkan hasil survei terjadi 70% atau (Margono S.S, 1998).

Tabel 2.1.1. Morfologi dan daur hidup Ascaris lumbricoides (Brown H.W, 1979).

Jenis cacing: Jantan dan Betina

Ukuran : Jantan:10 – 31 cm ; Betina: 22 – 35 cm Lengkungan : Jantan: Ke ventral ; Betina:Tidak ada

Bentuk: Lapisan kutikulum rata, bergaris halus, ujung anterior dan posterior membulat(conical) dan 3 buah bibir lonjong dengan papil peraba

Warna: Putih ataupun merah muda

Telur: Seekor cacing betina dapat bertelur sebanyak 100,000 – 200,000 butir

(47)

5

panjang dan kurang lebar daripada telur-telur yang dibuahi, mempunyai kulit tebal yang lebih tipis dengan lapisan albumin yang tidak teratur, dan terisi penuh dengan protoplasma. Dalam linkungan yang sesuai, telur yang dibuahi berkembang menjadi bentuk infektif dalam waktu kurang lebih 3 minggu (Brown H.W,1979).

Telur yang tertelan manusia dalam bentuk infektif, dan akan menetes di usus halus. Larva cacing akan menebus dinding usus halus menuju ke pembuluh darah atau saluran linfe, lalu akan dialirkan ke jantung dan kemudian mengikuti aliran darah ke paru. Larva di paru akan menembus dinding pembuluh darah, menuju dinding alveolus masuk ke rongga alveolus, kemudian naik ke trakea melalui bronkiolus dan bronkus. Dari trakea larva ini menuju ke faring sehingga menimbulkan rangsangan pada faring. Penderita batuk karena rangsangan ini dan larva akan tertelan ke dalam esofagus, lalu menuju ke usus halus. Di usus halus larva akan berubah menjadi cacing dewasa. Sejak telur matang tertelan sampai cacing dewasa bertelur diperlukan waktu kurang lebih 2 bulan (Brown H.W, 1972 dan Margono S.S, 1998). Gejala yang timbul adalah perdarahan kecil pada dinding alveolus dan gangguan pada paru dengan batuk, demam, eosinofilia dan juga terdapat Loeffler sindrom. Penderita mengalami gejala seperti mual, nafsu makan berkurang, diare atau konstipasi. Pada anak yang infeksi berat terjadi malaabsorbsi sehingga memperberat keadaan malnutrisi (Margono S.S, 1998).

b) Trichuris trichiura (Cacing Cambuk)

Manusia merupakan hospes cacing ini dengan penyakit disebabkan oleh trikuriasis, cacing ini juga bersifat kosmopolit terutama ditemukan di daerah panas dan lembab seperti di Indonesia (Margono S.S, 1998).

(48)

6

Tabel 2.1.2. Morfologi dan daur hidup Trichuris trichiura (Brown H.W, 1979 dan Linnaeus, 1771)

Jenis: cacing Jantan dan Betina

Panjang: Jantan: 30 – 45 mm ; Betina: 35 – 55 mm Bagian posterior: Jantan: Melingkar dengan satu spikulum ;

Betina: Bulat tumpul

Bentuk: Cambuk dan runcing, menyerupai rantai merjan dan lebih tebal di bagian posterior

Telur: Seekor cacing betina menghasilkan sebanyak 3,000 – 10,000 butir sehari dan bentuk seperti tempayan

Warna: Bagian luar Kekuningan Bagian dalam jernih

Cara infeksi langsung tidak memerlukan hospes perantara, apabila telur yang berisi embrio tertelan manusia, larva yang menjadi aktif keluar melalui dinding telur yang sudah tidak kuat lagi, masuk ke dalam usus halus bagian proksimal dan menembus villus usus, dan menetap selama 3 sampai 10 hari disekitar kripta lieberkuhn. Cacing yang telah menjadi dewasa makin ke bawah ke daerah coecum. Suatu struktur yang menyerupai tombak pada bagian anterior membantu cacing itu menembus dan kemudian menempatkan bagian anteriornya yang seperti cambuk ke dalam mukosa usus hospesnya, tempat cacing itu mengambil makanannya. Sekresinya mungkin dapat mencairkan sel-sel mukosa yang berdekatan (Linnaeus, 1771).

(49)

7

yang sering, berat bedan menurun dan kadang kadang disertai prolapsus rektum (Margono S.S, 1998).

c) Necator americanus dan Ancylostoma duodenale (Cacing Tambang)

Hospes parasit ini adalah manusia dan ini menyebabkan nekatoriasis dan ankilostomiasis. Sebagai distribusi geografik cacing ini tersebar di seluruh daerah khatulistiwa dan di tempat lain dengan keadaan yang sesuai, contohnya di daerah pertambangan dan perkebunan. Selain itu terdapat prevalensi yang tinggi di Indonesia sekitar 40% (Margono S.S, 1998).

karakteristik diferensial dari cacing tambang (Dubini, 1843) Table 2.1.3. Morfologi Ancylostoma duodenale

Ancylostoma duodenale

Panjang : Jantan: 8 – 11 mm ; Betina: 10 – 13 mm

Bentuk: kepala terus ke arah yang sama dengan kelengkungan tubuh Panjang kerongkongan: 1.3 mm, oval pembukaan

Bursa: lebih luas dari panjang, Tulang ekor pada betina: Ada

Pukas: posterior tengah tubuh Table 2.1.3. Morfologi Necator americanus

Necator americanus

Panjang : Jantan: 5 – 9 mm ; Betina: 9 – 11 mm

Bentuk: kepala berlawanan melengkung ke kelengkungan tubuh Panjang kerongkongan: 0.5 – 0.8, pembukaan kecil

Bursa: panjang, lebar dan bulat Tulang ekor pada betina: Tidak ada

(50)

8

Cacing dewasa hidup di rongga usus halus, dengan mulut yang besar melekat pada mukosa dinding usus. Telur dikeluarkan dengan tinja dan setelah menetes dalam waktu 1 hingga 1,5 hari, keluarlah larva rhabditiform. Dalam waktu kira-kira 3 hari larva rhabditiform tumbuh menjadi larva filariform, yang dapat menembus kulit dan dapat hidup selama 7 hingga 8 minggu di tanah. Sebagai daur hidup pada cacing tambang adalah mulai dari telur yang ini akan mengeluarkan larva rhabditiform dan larva ini berubah menjadi larva filariform, setelah itu larva ini akan menembus ke kulit dan memasukkan di kapiler darah, seterusnya berlanjutkan ke paru dengan melalui jantung kanan dan larva ini akan naik ke trakea dan laring, akhirnya menuju ke usus halus. Infeksi terjadi bila larva filariform menembus kulit (Margono S.S, 1998). Gejala pada nekatoriasis dan ankilostomiasis terjadi perubahan kulit bila larva filariform menembus kulit akan terdapat ground itch dan juga perubahan pada paru biasanya ringan. Infeksi dari cacing Necator americanus menyebabkan kehilangan darah sebanyak 0,005 – 0,1 cc sehari, sedangkan Ancylostoma duodenale 0,08 – 0,34cc. Biasanya tidak menyababkan kematian tetapi daya tahan berkurang dan prestasi kerja menurun (Margono S.S, 1998).

2.2 Pencemaran sayuran

Sayur-sayuran dapat terkontaminasi dengan bakteri, virus dan parasit

patogen saat panen (karena kurangnya fasilitas sanitasi pekerja atau penyimpanan kapasitas kotor) atau penanganan pasca panen (penanganan, penyimpanan dan transportasi) (HAQ et al, 2014).

(51)

9

Infeksi parasit sering tidak dianggap sebagai sumber penyakit, terutama ketika gejalanya mirip dengan bakteri atau virus infeksi. Oleh karena itu, dalam banyak kasus parasit penyakit terkait melalui terdiagnosis, yang dapat menyebabkan pelaporan miring pada insiden parasit penyakit. Tergantung pada sistem di berbagai negara melaporkan, akurat perkiraan kejadian tahunan makanan ditanggung penyakit sulit dan kadang-kadang tidak mungkin. Itu prevalensi parasit tertentu dalam persediaan makanan bervariasi antara negara dan wilayah. Tingginya tingkat kontaminasi parasit ini mungkin disebabkan karena kekurangan penanganan higienis dan sanitasi sayuran, kekurangan transportasi dan kemasan sayuran, limbah dan irigasi air yang terkontaminasi dan mencuci dan lainnya kondisi budidaya (HAQ et al, 2014).

Kontaminasi sayuran oleh telur nematoda usus diduga berasal dari air penyiram yang digunakan oleh para petani perkebunan sayur untuk menyiram sayuran, karena air penyiram berasal dari kolam yang juga dipergunakan untuk buang air besar oleh masyarakat sekitar. Setelah sayuran dipanen, keesokan harinya kemudian diangkut menuju kota/pasar untuk dijual, supaya tidak layu, sayuran disiram dengan air selokan ataupun air sungai yang berada ditempat terdekat dengan perkebunan sayur tersebut. Air selokan atau air sungai yang digunakan dikhawatirkan mengandung telur nematoda usus sehingga dapat mengkontaminasi sayuran pada saat proses penyiraman dan menempel pada sayur-sayuran (Suryani D, 2012).

(52)

10

sayur-sayuran setelah dipanen dikhawatirkan telur nematoda usus dapat menempel pada sayuran (Suryani D, 2012).

2.3Jenis sayuran (lalapan)

Makanan mentah berarti makan yang belum diproses, organik, mentah,

seluruh makanan, seperti sayuran, buah-buahan, kacang-kacangan, rumput laut, kacang-kacangan, biji-bijian, buah-buahan kering dan lain-lain, kenyataan bahwa memasak pada waktu menghilangkan rasa dan gizi dari sayuran dan buah-buahan (easygreenliving.org).

Pola makan ini dipercaya menyehatkan tubuh karena didalam buah dan

sayur mentah masih terdapat enzim yang baik bagi tubuh. Selain itu, dalam makanan mentah terdapat zat-zat yang tidak tahan panas yang akan rusak jika diolah, terlebih jika dipanaskan. Pemberian raw food terbukti dapat membantu menormalkan kembali kerja sistem kontrol usus pada hewan percobaan, bahkan manfaat peningkatan fungsi kekebalan tersebut juga terjadi pada bagian tubuh lainnya (Octavia S.Y, 2014).

Raw food merupakan makan alami yang mudah diperoleh dan telah

dikenal akrab oleh tubuh manusia. Penyakit-penyakit yang kita takuti, termasuk kanker, hampir selalu dipicu atau dipengaruhi oleh makanan kita (Sung-Joo 274). namun perlu yang diperhatikan dalam mengkonsumsi makanan mentah adalah kebersihan dan kesegaran dari makanan tersebut, karena jika tidak diperhatikan bukannya menjadi makanan yang baik bagi tubuh, justru membuat sakit perut atau diare.( Octavia Santosa Y)

sayur yang bisa dimakan dalam keadaan mentah ( Farida I, 2010)

1. Bawang putih. 2. Brokoli dan kol. 3. Tomat.

(53)

11

5. Cabai merah. 6. Wortel. 7. Selada.

8. Bawang bombai. 9. Paprika.

10.Selada sir dan salada biatik. 11.Kacang panjang.

12.Terong belanda. 13.Seledri.

14.Daun kemangi.

2.4Pasar

Pasar adalah sarana bagi pengecer atau peritel dalam melakukan seluruh

aktivitasnya yang berhubungan antara lain dengan penawaran, penjualan barang dan jasanya kepada konsumen akhir. Pasar adalah tempat bertemunya pihak penjualan dan pihak pembeli untuk melaksanakan transaksi dimana proses jual beli terbentuk, yang menurut kelas mutu pelayanan dapat digolongkan menjadi Pasar Tradisional dan Pasar Modern, dan menurut sifat pendistribusiannya dapat digolongkan menjadi Pasar Eceran dan Pasar Perkulakan atau Grosir (Rufaidah P, 2008)

(54)

12

tumpah yang menjalar di sekeliling pasar, dan banyaknya tumpukan sampah yang berserakan ( Andriani MN dan Ali MM, 2013).

Pasar sebagai perusahaan daerah digolongkan menurut beberapa hal, yakni menurut jenis kegiatannya, menurut lokasi dan kemampuan pelayanannya, menurut waktu kegiatannya,dan menurut status kepemilikannya (Oktavina G, 2012)

1) Menurut jenis kegiatannya, pasar digolongkan menjadi tiga jenis: pasar eceran, pasar grosir, dan pasar induk.

2) Menurut lokasi dan kemampuan pelayanannya, pasar digolongkan menjadi lima jenis: pasar regional, pasar kota, pasar wilayah (distrik), pasar lingkungan, dan pasar khusus,

3) Menurut waktu kegiatannya, pasar digolongkan menjadi empat jenis: a. Pasar siang hari, yang beroperasi dari pukul 04.00‐16.00.

b. Pasar malam hari, yang beroperasi dari pukul 16.00‐04.00. c. Pasar siang malam, yang beroperasi 24 jam nonstop.

d. Pasar darurat, yaitu pasar yang menggunakan jalanan umum atau tempat umum tertentu atas penetapan Kepala Daerah dan ditiadakan pada saat peringatan hari‐hari tertentu. Contohnya: Pasar Maulud, Pasar Murah Idulfitri, dan sebagainya.

2.4.1. Pasar tradisional

Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli serta

(55)

13

Pasar tradisional merupakan pasar yang memiliki keunggulan bersaing alamiah yang tidak dimiliki secara langsung oleh pasar modern. Lokasi yang strategis, area penjualan yang luas, keragaman barang yang lengkap, harga yang rendah, sistem tawar menawar yang menunjukkan keakraban antara penjual dan pembeli merupakan keunggulan yang dimiliki oleh pasar tradisional. Kelebihan yang dimiliki pasar tradisional ternyata tidak didukung oleh pihak pemerintah, salah satunya terlihat pemerintah lebih membanggakan adanya pasar modern dari pada pasar tradisional, yang itu dilakukan dengan cara “mengusir” satu per satu pasar tradisional dengan cara dipindahkan dari tempat yang layak ke tempat yang jauh dan kurang refresentatif. Pasar tradisional juga memiliki kelemahan, yang paling urgen ialah pada kumuh dan kotornya lokasi pasar. Bukan hanya itu saja, banyaknya produk yang banyak didagangkan oleh oknum pasar tradisional dengan mendagangkan barang yang menggunakan bahan kimia dan itu marak di pasar tradisional. Pengemasan pasar juga membuat kurang diliriknya pasar tradisional, bahkan mungkin makin hari bukan malah makin bagus akan tetapi malah makin buruk kondisinya (Burhanudin A, 2011).

Beberapa pasar tradisional di Kota Medan: (Karuppiah G, 2010)

a. Pusat Pasar merupakan salah satu pasar tradisional tua di Medan yang sudah ada sejak zaman kolonial. Menyediakan beragam kebutuhan pokok dan sayur mayur.

b. Pasar Petisah menjadi acuan berbelanja yang murah dan berkualitas. c. Pasar Beruang yang terletak di Jalan Beruang.

d. Pasar Simpang Limun merupakan salah satu pasar tradisonal yang cukup tua dan menjadi trade mark Kota Medan. Terletak di persimpangan Jalan Sisingamangaraja dan Jalan Sakti Lubis.

(56)

14

f. Pasar Simpang Melati merupakan pasar yang terkenal sebagai tempat perdagangan pakaian bekas dan menjadi lokasi favorit baru para pemburu pakaian bekas setelah Pasar Simalingkar dan Jalan Pancing.

2.4.2. Pasar modern

Pasar modern tidak banyak berbeda dari pasar tradisional, namun pasar

jenis ini penjual dan pembeli tidak bertransakasi secara langsung melainkan pembeli melihat label harga yang tercantum dalam barang (barcode), berada dalam bangunan dan pelayanannya dilakukan secara mandiri (swalayan) atau dilayani oleh pramuniaga. Barang-barang yang dijual, selain bahan makanan makanan seperti; buah, sayuran, daging; sebagian besar barang lainnya yang dijual adalah barang yang dapat bertahan lama (Burhanudin A, 2011).

Kelebihan pasar modern dibanding pasar tradisional cukup jelas, mereka memiliki banyak keunggulan yakni nyaman, bersih serta terjamin. itu membuat para konsumen mau membeli ke pasar modern. Tersedianya AC, bersih, kenyamanan dan mempunyai gengsi yang tinggi menjadi andalan dari pasar modern, dan hal itu tidak dimiliki oleh pasar tradisional. Bahkan tidak ada kelemahan dari pasar modern ini, dengan modal yang cukup besar mereka bisa melakukan apa saja untuk makin mempercantik penampilannya (Burhanudin A, 2011).

(57)

15

c. Kelompok kotor dan berbau (kelompok sayur dan bumbu). d. Kelompok kotor, bau, basah (kelompok kelapa).

e. Kelompok bau, basah, kotor, dan busuk (kelompok ikan basah dan daging).

(58)

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Cacing tanah adalah kelompok parasit cacing nematoda yang menyebabkan infeksi pada manusia melalui kontak dengan telur parasit atau larva yang berkembang dalam keadaan hangat dan tanah yang lembab pada negara tropis dan subtropis negara. Cacing dewasa soil transmitted hidup bertahun-tahun di saluran pencernaan manusia. Lebih Banyak dari satu miliar orang terinfeksi setidaknya satu spesies (Bethony J, 2006).

Strategi berupa penderita yang terinfeksi lebih dari satu spesies cacing usus seperti Ascaris lumbricoides,Trichuris trichiura dan cacing tambang (Ancylostoma

duodenale dan Necator americanus). Cacing Ascariasis dapat mengakibatkan malnutrisi

(59)

2

karbohidrat, protein dan darah yang pada akhirnya dapat menurunkan kualitas sumber daya manusia. Pada anak-anak dapat menimbulkan gangguan tumbuh kembang dan penurunan konsentrasi dalam belajar sehingga akan mempengaruhi peran anak sebagai penerus bangsa. Rendahnya tingkat sanitasi pribadi mempengaruhi angka kejadian penyakit ini, seperti tidak mencuci tangan sebelum makan dan setelah BAB, tidak menjaga kebersihan dan memotong kuku. Faktor lain yang mempengaruhi angka kejadian penyakit kecacingan adalah lingkungan yang mendukong untuk perkembangan STH yaitu kondisi tanah yang gembur dan lembab (Asihka V, 2014).

Pada tahun 2012, cakupan global kecacingan sekitar 32.6%. Pengendalian infeksi STH didasarkan pada terapi obat periodik (cacingan), pendidikan kesehatan dan meningkatkan sanitasi. Pengobatan periodik, tanpa diagnosis individu sebelumnya semua berisiko, terutama prasekolah dan usia sekolah anak-anak yang tinggal di daerah endemik yang direkomendasikan oleh WHO. Targetnya adalah untuk menghilangkan morbiditas karena STH pada anak-anak pada tahun 2020 (Emovon O et al, 2014). Kontaminasi cacingan dapat terjadi terutama pada sayuran yang menjalar di permukaan tanah atau ketinggiaannya dekat dengan tanah. Kebiasaan makan sayuran mentah ini, sudah mentradisi di suku-suku tertentu di Indonesia sehingga kelihatannya sulit diubah. Namun, dari segi keamanannya, lalapan mentah beresiko terkontaminasi pestisida atau telur cacingan. Selain itu para petani seringkali menggunakan pupuk organik berupa humus atau kotoran ternak (bahkan kotoran manusia) untuk meningkatkan kesuburan tanah (Jusuf A, 2013).

1.2.Perumusan Masalah

(60)

3

1.3.Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui perbandingan pencemaran Soil Transmitted Helminth (STH) pada sayuran di pasar tradisional dan pasar modern di kota medan.

1.3.2. Tujuan Khusus

a) Mengidentifikasi jenis telur cacing yang mencemari sayuran di pasar modern dan pasar tradisional.

b) Melihat proporsi kontaminasi telur STH pada sayuran di pasar tradisional dan paasar modern.

c) Untuk mengetahui perbedaan proporsi telur STH pada sayuran di pasar tradisional dan pasar modern.

1.4.Manfaat Penelitian

1.4.1. Sebagai bahan informasi untuk masyarakat supaya dapat mengambil langkah untuk mencegah dari pencemaran Soil Transmitted helminthes (STH)

1.4.2. Menambah pengalaman dan pengetahuan bagi penulis dan merupakan kesempatan bagi penulis untuk menerapkan ilmu tentang parasit pada sayuran.

1.4.3. Sebagai sumber informasi dan referensi bagi pihak lain yang ingin melakukan penelitian selanjutnya tentang pencemaran Soil Transmitted Helminth (STH).

(61)

ii

ABSTRAK

Latar Belakang: Konsumsi sayur selada, timun, kubis, daun perai, dan daun bawang yang tidak dicuci terlebih dahulu akan menyebabkan kontaminasi parasit. Oleh sebab itu kesadaran tentang pentingnya pencucian pada sayur selada, timun, kubis, daun perai, dan daun bawang sebaiknya dimiliki baik oleh pengusaha maupun pembeli.

Tujuan: Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan pencemaran Soil

Transmitted Helminth pada sayuran mentah yang dijual antara pasar tradisional dengan

pasar modern dan perlakuan pencucian pada sayur yang dibeli.

Methode: Penelitian ini dilakukan dengan cara cross sectional yang bersifat analitik. Sampel sayur selada, timun, kubis, daun perai, dan daun bawang diperoleh dari 5 pasar tradisional dan 5 pasar modern yang kemudian diperiksa di laboratorium dengan menggunakan metode sentrifugasi dan pewarnaan lugol. Data diolah dengan program SPSS versi 17,0.

Hasil: Dari penelitian ini diketahui bahwa secara keseluruhan, sayur selada, timun, kubis, daun perai, dan daun bawang dari pasar tradisional dan pasar modern menunjukkan hasil positif kontaminasi parasit yaitu masing-masing 57 sampel positif (75.0%) dan 19 sampel positif (25.0%). Dan dari segi perlakuan yaitu dengan mencuci sayur sebelum ia dijual menunjukkan hasil yang perbedaan dengan kontaminasi parasit.

Kesimpulan: Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan pada sayur selada, timun, kubis, daun perai, dan daun bawang yang dijual di pasar tradisional dengan

pasar modern yang dibuktikan dengan nilai p pada perbandingan ini terdapat p kurang dari 0.05 (0.011), jadi terdapat perbedaan antara pasar tradisional dan pasar modern dengan kontaminasi pada sayur.

Kata kunci: Soil Transmitted Helminth (STH), kontaminasi parasit, pasar tradisional, pasar

(62)

iii

ABSTRACT

Background:Consuming lettuce, cucumber, cabbage, leek leaves and chives which is not cleaned previously will cause parasite contamination. Therefore awareness of the importance of washing the lettuce, cucumber, cabbage, leek leaves and chives should be owned by the seller or buyer.

Objective: This study was conducted to determine differences Transmitted helminths

Soil contamination in raw vegetables sold in traditional markets and modern markets and leaching treatment in vegetables purchased.

Method:This research is performed in an analytical cross sectional manner. Samples of lettuce, cucumber, cabbage, leek leaves and chives were obtained from 5 traditional markets and 5 modern markets are then examined in the laboratory using centrifugation method and lugol staining. Data were analysed using the SPSS version 17,0 programme.

Result:From the research done, it is known that lettuce, cucumber, cabbage, leek leaves and chives from the traditional market and modern market showed a positive result of parasite contamination of each 57 positive samples (75.0%) and 19 positive samples (25.0%). And in terms of processing like washing the vegetables prior to selling showed differences result with the parasite contamination condition.

Conclussion:Based on these results we can conclude that there are differences in the lettuce, cucumber, cabbage, leaf leeks, and chives sold in traditional markets and modern markets as evidenced by the value of p in this comparison are p less than 0.05 (0.011), so there the difference between the traditional and modern market with contamination in vegetables.

Keywords: Soil Transmitted Helminth (STH), parasite contamination, traditional

(63)

i

PERBANDINGAN PENCEMARAN SOIL TRANSMITTED

HELMINTH PADA SAYURAN DI PASAR TRADISIONAL DAN

PASAR MODERN DI MEDAN BAGIAN BARAT KOTA MEDAN

OLEH:

NAVISHA A/P RAVICHANDRAN

120100488

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(64)
(65)

ii

ABSTRAK

Latar Belakang: Konsumsi sayur selada, timun, kubis, daun perai, dan daun bawang yang tidak dicuci terlebih dahulu akan menyebabkan kontaminasi parasit. Oleh sebab itu kesadaran tentang pentingnya pencucian pada sayur selada, timun, kubis, daun perai, dan daun bawang sebaiknya dimiliki baik oleh pengusaha maupun pembeli.

Tujuan: Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan pencemaran Soil

Transmitted Helminth pada sayuran mentah yang dijual antara pasar tradisional dengan

pasar modern dan perlakuan pencucian pada sayur yang dibeli.

Methode: Penelitian ini dilakukan dengan cara cross sectional yang bersifat analitik. Sampel sayur selada, timun, kubis, daun perai, dan daun bawang diperoleh dari 5 pasar tradisional dan 5 pasar modern yang kemudian diperiksa di laboratorium dengan menggunakan metode sentrifugasi dan pewarnaan lugol. Data diolah dengan program SPSS versi 17,0.

Hasil: Dari penelitian ini diketahui bahwa secara keseluruhan, sayur selada, timun, kubis, daun perai, dan daun bawang dari pasar tradisional dan pasar modern menunjukkan hasil positif kontaminasi parasit yaitu masing-masing 57 sampel positif (75.0%) dan 19 sampel positif (25.0%). Dan dari segi perlakuan yaitu dengan mencuci sayur sebelum ia dijual menunjukkan hasil yang perbedaan dengan kontaminasi parasit.

Kesimpulan: Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan pada sayur selada, timun, kubis, daun perai, dan daun bawang yang dijual di pasar tradisional dengan

pasar modern yang dibuktikan dengan nilai p pada perbandingan ini terdapat p kurang dari 0.05 (0.011), jadi terdapat perbedaan antara pasar tradisional dan pasar modern dengan kontaminasi pada sayur.

Kata kunci: Soil Transmitted Helminth (STH), kontaminasi parasit, pasar tradisional, pasar

(66)

iii

ABSTRACT

Background:Consuming lettuce, cucumber, cabbage, leek leaves and chives which is not cleaned previously will cause parasite contamination. Therefore awareness of the importance of washing the lettuce, cucumber, cabbage, leek leaves and chives should be owned by the seller or buyer.

Objective: This study was conducted to determine differences Transmitted helminths Soil contamination in raw vegetables sold in traditional markets and modern markets and leaching treatment in vegetables purchased.

Method:This research is performed in an analytical cross sectional manner. Samples of lettuce, cucumber, cabbage, leek leaves and chives were obtained from 5 traditional markets and 5 modern markets are then examined in the laboratory using centrifugation method and lugol staining. Data were analysed using the SPSS version 17,0 programme.

Result:From the research done, it is known that lettuce, cucumber, cabbage, leek leaves and chives from the traditional market and modern market showed a positive result of parasite contamination of each 57 positive samples (75.0%) and 19 positive samples (25.0%). And in terms of processing like washing the vegetables prior to selling showed differences result with the parasite contamination condition.

Conclussion:Based on these results we can conclude that there are differences in the lettuce, cucumber, cabbage, leaf leeks, and chives sold in traditional markets and modern markets as evidenced by the value of p in this comparison are p less than 0.05 (0.011), so there the difference between the traditional and modern market with contamination in vegetables.

Keywords: Soil Transmitted Helminth (STH), parasite contamination, traditional

(67)

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya hajatkan kepada Tuhan sehingga penulis dapat menyelesaikan

penyusunan proposal penelitian yang berjudul “Perbandingan pencemaran Soil

Transmitted Helminth pada sayuran di pasar tradisional dan pasar modern di

medan bagian barat kota medan.”

Penulis menyadari bahwa keberhasilan penyusunan proposal penelitian ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak baik langsung maupun tidak langsung. Dan ingin menyampaikan rasa terima kasih yang ikhlas kepada :

1. Bapak Prof.dr.Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH, selaku dekan FK USU. 2. Dr.Lambok Siahaan, MKT selaku dosen pembimbing atas bimbingan,

pengarahan, saran serta dukungan yang berarti kepada penulis selama penyusunan proposal penelitian

3. Orang tua, Ravichandran Subrayan dan Ibunda Vlaseni Thatha atas semua kasih sayang, dukungan moral maupun materil serta doa yang selalu menyertai penulis.

4. Iskandar Nazar S dan Hade Praja sebagai teman satu dosen pembimbing atas bantuan dan masukannya yang berguna dalam penulisan proposal penelitian ini. 5. Lab Assistant abang Dian telah membantu selama melakukan penelitian ini di

lab Parasitologi.

6. Teman satu stambuk Darsheni Manokaran telah membantu semasa melakukan penelitian ini di Lab.

(68)

v

kesempurnaan karya tulis ilmiah ini. Semoga karya tulis ilmiah penulis ini dapat berguna bagi kita semua.

Medan 10 DESEMBER 2015 Penulis

Navisha A/P Ravichandran

(69)

vi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN. ………..…..……….i

ABSTRAK………ii

ABSTRACT………..iii

KATA PENGANTAR………..iv

DAFTAR ISI……….………vi

DAFTAR TABEL………..ix

DAFTAR LAMPIRAN……….xi

BAB 1 PENDAHULUAN……… 1

1.1 Latar Belakang……… 1

1.2 Perumusan Masalah……… 2

1.3 Tujuan Penelitian……… 3

1.4 Manfaat Penelitian……… 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA……… 4

2.1 Penyakit Cacingan………. 4

a) Ascaris lumbricoides………. 4

b) Trichuris trichiura………..5

c) Necator americanus dan Ancylostoma duodenale……….7

2.2 Pencemaran sayuran……… 8

2.3 Jenis sayur lalapan………...10

2.4 Pasar……….11

2.4.1 Pasar Tradisional………...12

(70)

vii

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL….. 16

3.1 Kerangka Konsep Penelitian……… 16

3.2 Definisi Operasional dan Cara Ukur……… 16

3.2.1 Alat dan Bahan………..18

3.3 Hipotesis………...18

BAB 4 METODE PENELITIAN……… 19

4.1 Rancangan Penelitian………19

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian………...19

4.3 Sampel dan Populasi……….19

4.4 Teknik Pengumpulan Data………20

4.5 Metode Sendimentasi………... 20

4.6 Pengolahan dan Analisa Data………... 21

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………...22

5.1 Hasil Penelitian………. 22

5.1.1 Lokasi Penelitian……….. 22

5.1.2 Karakteristik Penelitian……….22

5.1.3 Distribusi frekuensi hasil kontaminasi pada setiap sayur…………..25

5.1.4 Distribusi frekuensi kontaminasi dengan perlakuan sebelum dijual pada setiap sayur………27

5.2 Pembahasan……….29

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN………..34

6.1 Kesimpulan………...34

6.2 Saran……….35

DAFTAR PUSTAKA………...36

(71)

viii

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 2.1.1 Morfologi Ascaris lumbricoides ………....4

Tabel 2.1.2 Morfologi Trichuris trichiura ………6

Tabel 2.1.3 Morfologi Ancylostoma duodenale ………..7

Tabel 2.1.4 Morfologi Necator americanus ……….………7

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Pasar………23

Tabel 5.2 Karakteristik Sample……….23

Tabel 5.3 Distribusi Jenis Parasit Pada Di Sayur………..24

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Jenis Parasit Ditemi Pada Pasar………...24

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Hasil Kontaminasi Sayur Di Pasar………...25

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Kontaminasi Dengan Perlakuan Pencucian……..27

(72)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Daftar Riwayat Hidup

Lampiran 2 : Lembar Checklist

Lampiran 3 : Data Penelitian

Lampiran 4 : Surat Ethical Clearance Surat Izin Penelitian

Lampiran 5 : Surat Izin Penelitian

Lampiran 6 : Surat Pembuktian Dari Lab Parasit

Lampiran 7 : Output SPSS

Gambar

Gambar 3.1 Kerangkap konsep penelitian
Tabel 5.2 Karakteristik Sample
Tabel 5.3 Distribusi Jenis Parasit Pada Sayur
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Hasil Kontaminasi Sayur Di Pasar
+6

Referensi

Dokumen terkait

Five such heterogeneity indexes were developed based on the main land-use in the study area: Commercial Heterogeneity Index (CHI), Residential Heterogeneity Index (RHI),

KELOMPOK KERJA GURU (KKG) MADRASAH IBTIDAIYAH KECAMATAN GENUK KOTA

Figure 7 shows the heading of the UWB/IMU solution and the heading calculated from the UWB and GNSS positions6. Figure 8 shows the heading difference between the UWB/IMU and

Sahabat yang menemani Nabi Muhammad saw .hijrah ke kota Thaif adalah ….. Di kota Thaif Nabi Muhammad

The poses of both groups of vehicle cameras can be estimated especially when the vehicle is standing still during a test drive using the 3d points of the point clouds as

Menyembelih hewan ternak yang telah memenuhi syarat tertentu pada waktu yang telah ditetukan dengan niat ibadah guna mendekatkan diri kepada Allah

[r]

[r]