• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS ANOMALI GAYABERAT DI DAERAH REMBANG HIGH BERDASARKAN PEMODELAN INVERSI 3D

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS ANOMALI GAYABERAT DI DAERAH REMBANG HIGH BERDASARKAN PEMODELAN INVERSI 3D"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

GRAVITY ANOMALY ANALYSIS OF REMBANG HIGH ZONE BESIDES 3D INVERSION MODELLING

By Khotibul Iman

Rembang High is located in the westest of Rembang fisiografic zone. Its gravity anomaly about 30-60 mGals is the highest gravity anomaly in the North South Java Basin. After spectrum analysis and gravity 3D inversion modelling have done, can be interpreted that the source of high of gravity anomaly came from gravity residual anomaly that formed as anticline with an approximately depth untill 1400 meters from the surface and has density value about >2.75 grams/cm3 it was identificated as uplifted basement.

(2)

ABSTRAK

ANALISIS ANOMALI GAYABERAT DI DAERAH REMBANG HIGH BERDASARKAN PEMODELAN INVERSI 3D

Oleh Khotibul Iman

Rembang High terletak di bagian paling Barat zona fisiografi Rembang. Anomali gayaberatnya berkisar 30-60 mGal yang merupakan nilai anomali gayaberat tertinggi pada Cekungan Jawa Timur Utara. Setelah dilakukan analsis spektrum dan pemodelan inversi 3D gayaberat, dapat diinterpretasikan bahwa penyebab tingginya anomali gayaberat tersebut bersumber dari anomali gayaberat residual berbentuk antiklin hingga kedalaman 1400 meter dengan densitas >2.75 gram/cm3

yang diperkirakan sebagai basement yang terangkat (akrasi).

(3)

ANALISIS ANOMALI GAYABERAT DI DAERAH REMBANG HIGH

BERDASARKAN PEMODELAN INVERSI 3D

Oleh

KHOTIBUL IMAN Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA TEKNIK

Pada

Jurusan Teknik Geofisika Fakultas Teknik Universitas Lampung

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)

ANALISIS ANOMALI GAYABERAT DI DAERAH REMBANG HIGH

BERDASARKAN PEMODELAN INVERSI 3D (Skripsi)

Oleh

KHOTIBUL IMAN 0815051018

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG

(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Peta anomali gayaberat lengkap daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur memperlihatkan anomali tinggi rembang high berada pada Cekungan

Jawa Timur Utara ... 1

2. Lokasi penelitian masuk dalam Fisiografi Rembang... 4

3. Geologi daerah penelitian yang terdiri dari lembar geologi Kudus, Rembang, Salatiga, dan Ngawi ………... 6

4. Kolom Stratigrafi Zona Rembang ... 8

5. Pola struktur Pulau Jawa ... 11

6. Gaya tarik menarik merarik antara dua benda m1 dan m2 ... 12

7. Estimasi rapat massa dengan metode Nettleton ... 15

8. Hubungan antara − + 0.3086ℎdan (2 ℎ) ... 17

9. Grafik hubungan antara amplitudo dan bilangan gelombang pada analisa spektrum ... 19

10. Efek potensial gayaberat di titik P dan benda prisma tegak... 20

11. Diagram Alir Penelitian ... 24

12. Peta kontur anomali gayaberat lengkap daerah Kudus, Rembang, Ngawi, dan Salatiga ... 25

13. Peta kontur 3 dimensi topografi daerah penelitian ... 26

14. Dua lintasan untuk analisis spektrum dalam daerah penelitian yang dipersempit dalam persegi empat berwarna kuning ... 27

15. (a) Profil slice anomali gayaberat lintasan 1 (b) Profil slice anomali gayaberat lintasan 2 ... 28

16. Grafik analisis spektrum (a) pada Lintasan 1 dan (b) pada Lintasan 2 . 30 17. Format data observasi model 3 dimensi gayaberat ... 31

18. Mesh model 3 dimensi ... 32

19. Model 3 dimensi gayaberat daerah penelitian ... 32

20. Model 3 dimensi sebaran densitas bawah permukaan daerah penelitian yang di-slice searah Barat-Timur ... 34

21. Model 3 dimensi sebaran densitas bawah permukaan daerah penelitian yang di-slice searah Utara-Selatan ... 34

22. Lembar geologi Kudus, Rembang, Salatiga, dan Ngawi dipadukan dengan kontur anomali gayaberat Rembang High ... 35

(6)
(7)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRACT

... i

ABSTRAK

... ii

HALAMAN JUDUL

...

iii

PERSETUJUAN

...

iv

PENGESAHAN

...

v

PERNYATAAN

...

vi

RIWAYAT HIDUP

...

vii

MOTTO

...

viii

PERSEMBAHAN

...

ix

KATA PENGANTAR

...

x

SANWACANA

...

xi

DAFTAR ISI

………

...

xiii

DAFTAR GAMBAR

………...

...

xv

DAFTAR TABEL

………

...

x

vii

I.

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang ...

1

1.2

Tujuan Penelitian ...

2

1.3

Batasan Masalah ...

2

1.4

Manfaat ...

3

II.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Lokasi Penelitian ...

4

2.2

Geomorfologi ...

5

2.3

Geologi Zona Rembang...

6

2.3.1

Geologi Regional ...

6

2.3.2

Stratigrafi ...

7

2.3.3

Struktur Geologi ...

9

III.

TEORI DASAR

3.1

Prinsip Dasar Metode Gayaberat ...

12

3.1.1

Teori Gayaberat Newton ...

12

(8)

3.2

Estimasi Densitas Permukaan Rata-Rata ...

14

3.2.1

Metode Nettleton ...

15

3.2.2

Metode Parasnis ...

16

3.3

Analisis Spektrum ...

17

3.4

Pemodelan 3D ... 19

IV.

METODE PENELITIAN

4.1

Waktu dan Tempat Penelitian ...

22

4.2

Alat dan Bahan...

22

4.3

Prosedur Penelitian ...

23

4.3.1

Data penelitian ...

23

4.3.2

Pengolahan Data Anomali gayaberat ...

23

4.3.3

Analisis dan interpretasi ...

23

4.4

Diagram Alir Penelitian...

24

V.

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1

Hasil Penelitian ...

25

5.1.1

Peta Anomali Gayaberat Lengkap ...

25

5.1.2

Analisis Spektrum ...

28

5.1.3 Pemodelan 3D Gayaberat ...

31

5.2

Pembahasan ...

33

VI.

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1

Kesimpulan ...

42

6.2

Saran ... 42

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

(10)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat,

taufik serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Analisis Anomali Gayaberat di Daerah Rembang High Berdasarkan Pemodelan Inversi 3D” sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana

pada Jurusan Teknik Geofisika, Fakultas Teknik, Universitas Lampung.

Shalawat dan salam senantiasa tercurah untuk sang Teladan dan Pemimpin umat,

junjungan umat, Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa umat manusia dari

zaman Jahiliyah kepada zaman yang berilmu pengetahuan seperti saat ini.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan.

Oleh karena itu, kritik dan saran diharapkan untuk perbaikan di masa yang akan

datang. Harapannya semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita

semua. Aamiin.

Bandar Lampung, Desember 2015 Penulis,

(11)

MOTO

“Demi massa, Sesungguhnya manusia berada dalam kerugian ,

Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal shaleh”

(al-ashr:1-3)

“Manusia akan terus berkembang selama ia mau berfikir”

(anonim)

“Orang yang paling bahagia adalah orang yang pandai bersyukur”

(anonim)

“don’t sweet the small the small stuff s everything is small stuff”

“yakin, usaha, sampai”

(12)

PERSEMBAHAN

Atas segala Rahmat dan karunia Allah SWT, ku persembahkan karya

ilmiah ini untuk:

Kedua orangtua ku, abahku Masja dan emakku Roheni atas segala

doa, pengorbanan, motivasi, kasih sayang, dan cintanya yang tidak

akan terbalaskan oleh apapun.

nenekku ibu Rayati, tetehku Nufus, serta adik-adikku Roni, Agung,

dan Nazwa serta keponakanku Zya yang selalu mendoakan,

menyemangati dan mendukung untuk kelulusanku.

dan untuk Seseorang yang selalu mengisi awal perjuangan ini dengan

(13)

SANWACANA

Alhamdulillahhirabbil’alamin, puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat, karunia, petunjuk dan segala kemudahan yang tiada terbatas

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, serta dukungan, semangat, bimbingan

dan bantuan dari berbagai pihak sehingga skripsi ini terselesaikan dengan baik. Oleh

karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih tiada terbatas kepada:

1. Kedua Orang Tua ku tercinta, emakku Roheni dan abahku masja, yang telah

membesarkan dan mendidik dengan penuh cinta dan kasih sayang. Terimakasih atas

segala motivasi, ketulusan dan kesabaran yang terhembus dalam do’a agar penulis

dapat menyelesaikan pendidikan dengan harapan agar dapat menjadi orang yang

berakhlak, berintelektual, serta sukses di kemudian hari.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin sebagai Rektor Universitas Lampung.

3. Bapak Prof. Dr. Suharno, M.S., M.Sc., Ph.D sebagai Dekan Fakultas Teknik,

Universitas Lampung.

4. Bagus Sapto Mulyatno, S.Si, M.T. selaku Ketua Jurusan Teknik Geofisika

Universitas Lampung .

5. Bapak Dr. Ahmad Zaenudin, S.Si, M.T. sebagai Pembimbing I yang telah

memberikan waktu, saran, pengarahan dan motivasi serta memberikan

masukan-masukan bantuan yang begitu besar sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

6. Bapak Rustadi, S.Si, M.T. sebagai Pembimbing II yang telah memberikan

pengarahan, motivasi serta memberikan masukan-masukan bantuan yang begitu besar

sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

7. Bapak Syamsurijal Rasimeng, S.Si, M.Si., selaku Penguji yang telah memberikan

(14)

8. Bapak Nandi Khaerudin, S.Si, M.Si., Bapak Alimuddin, S.Si, M.Si., dan Dr. Ahmad

Zaenudin, S.Si, M.T. sebagai dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan

arahan dan masukan dari awal perkuliahan sampai terselesaikannya skripsi ini.

9. Seluruh Dosen Teknik Geofisika Universitas Lampung, terimakasih atas semua ilmu

yang bermanfaat yang telah diberikan serta Seluruh Staff TU Jurusan Teknik

Geofisika dan Staff Dekanat Fakultas Teknik, Universitas Lampung

10. Teman-teman seangkatan dan seperjuangan Teknik Geofisika 2008: Ristika, Zuhron,

Mizpha, Mamet, Asep, Syamsul, Rian, Gamal, Alhada, Irfan, Ipan, Aan, Didi, Aldo,

Pakde, Bibiw, Andri, Adi, Cantika, Ayu, Uni, Pippy, Uty, Akroma, Fitri, Ferra, Bella,

dan Lucy terimakasih atas segala kenangan indah dan lucu yang telah kita lewati

bersama, dan untuk Agung semoga bahagia dan tenang di sisi-Nya, terimakasih atas

persahabatan yang tulus dan menyenangkan.

11. Kakak tingkat 2007 yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terimakasih atas

dukungan dan semangat yang telah diberikan selama ini.

12. Adik-Adik tingkat 2009, 2010 sampai 2015 yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

13. Almamater Tercinta yang mengajarkan arti sebuah perjuangan.

14. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terimakasih atas segalanya.

Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan

tetapi sedikit harapan semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua.

Semoga Allah SWT mencatat dan membalas semua kebaikan yang telah diberikan

kepada penulis. Aamiin.

Bandar Lampung, Desember 2015

Penulis,

(15)
(16)

RIWAYAT HIDUP

Khotibul Iman, lahir di Talangpadang pada tanggal 25

November 1989, merupakan anak kedua dari lima

bersaudara pasangan Bapak Masja dengan Ibu Roheni.

Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SD

Negeri 2 Talangpadang pada tahun 2001, mengenyam

pendidikan sekolah menengah pertama di Mts. Manba’ul Ulum Asshiddiqiyah 2

Batuceper, Tangerang yang diselesaikan pada tahun 2004, sedangkan pendidikan

sekolah menengah atas diselesaikan di MAN Rangkasbitung, Lebak, Banten pada

tahun 2007. Pada tahun 2008 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Universitas

Lampung Fakultas Teknik Jurusan Teknik Geofisika melalui jalur SNMPTN

Universitas Lampung.

Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di organisasi HIMATG sebagai

pengurus aktif pada tahun 2009-2010, penulis juga pernah tercatat sebagai

pengurus HMGI regional Lampung pada tahun 2009-2010. Pada tahun 2012,

penulis melaksanakan Kerja Praktek (KP) di Natarang Mining Ltd, Waylinggo

Prospect Area, Wonosobo, Tanggamus, Lampung. dan pada bulan september

2015 penulis melakukan penelitian sebagai bahan penyusunan Tugas Akhir di

Laboratorium Pengolahan dan Pemodelan Data Geofisika, Jurusan Teknik

Geofisika, Fakultas Teknik, Universitas Lampung Hingga akhirnya penulis

(17)
(18)
(19)
(20)

BAB. I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pada pemetaan gayaberat di Cekungan Jawa Timur Utara sering terdengar istilah

Rembang High. Rembang High merupakan anomali gayaberat yang muncul pada zona Rembang pada Cekungan Jawa Timur Utara (Smyth et al, 2005). Peta

anomali gayaberat daerah Jawa bagian Timur diperlihatkan pada Gambar 1.

Gambar 1. Peta anomali gayaberat lengkap daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur memperlihatkan anomali tinggi Rembang High berada pada Cekungan Jawa Timur Utara (dimodifikasi dari Untung dan Seto, 1978)

Menurut Van Bemmelen (1949), zona Rembang dibagi menjadi antiklin

(21)

2

Blora-Kendeng. Antiklin Cepu dibagi menjadi antiklin Cepu Barat atau Tinggian

Purwodadi (Purwodadi High) dan Antiklin Cepu Timur. Anomali Rembang High

berada pada Tinggian Purwodadi berkisar hingga 60 mgal sedangkan anomali dari

antiklin Cepu Timur dan antiklin Rembang Utara identik antara 20–40 mgal.

Rembang High menjadi pemandangan yang kontras di Barat Cekungan Jawa

Timur Utara dan menyisakan pertanyaan kenapa anomali gayaberatnya lebih

tinggi dari zona fisiografi Rembang yang lain ?

Untuk menjawab pertanyaan di atas maka dalam penelitian ini akan digunakan

metode geofisika dengan membuat Model Inversi 3 Dimensi Gayaberat Rembang

High.

1.2. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui penyebab tingginya anomali gayaberat Rembang High

2. Membuat model geologi bawah permukaan berdasarkan model 3 dimensi

gayaberat Rembang High

1.3. Batasan Masalah

Penelitian ini difokuskan menggunakan metode geofisika melalui pemodelan 3

dimensi gayaberat pada anomali Rembang High menggunakan data anomali

gayaberat lengkap sekunder daerah Kudus, Rembang, Salatiga dan Ngawi yang

(22)

3

1.4. Manfaat

Manfaat dari penelitian ini adalah dapat memahami model geologi bawah

permukaan Rembang High dan dapat dijadikan dasar untuk mencari cebakan

(23)

4

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Lokasi Penelitian

Menurut Van Bemmelen (1949), lokasi penelitian masuk dalam fisiografi

Rembang yang ditunjukan oleh Gambar 2.

(24)

5

Secara fisiografis lokasi penelitian masuk dalam zona Antiklin Rembang.

Berbatasan dengan komplek Gunung Muria di Utara, di Barat berbataan dengan

dataran Aluvial Jawa Utara, dan di Selatan berbatasan dengan zona Randublatung.

Secara administratif lokasi penelitian terletak di kabupaten Grogoban provinsi

Jawa Tengah. Menurut Van Bemmelen (1949) lokasi penelitian masuk dalam

zona Cekungan Jawa Timur Utara.

2.2. Geomorfologi

Zona Rembang merupakan daerah dataran berundulasi dengan jajaran perbukitan

berarah Barat-Timur dan berselingan dengan dataran alluvial. Lebar rata-rata zona

ini adalah 50 km dengan puncak tertinggi 515 m (Gading) dan 491 m

(Tungangan). Terdiri dari pegunungan lipatan berbentuk antiklinorium yang

memanjang dengan arah Barat – Timur, dari kota Purwodadi melalui Blora,

Jatirogo, Tuban sampai pulau Madura (Van Bemmelen,1949).

Morfologi di daerah tersebut dapat dibagi menjadi 3 satuan, yaitu satuan

morfologi dataran rendah, perbukitan bergelombang dan satuan morfologi

perbukitan terjal (Van Bemmelen,1949), dengan punggung perbukitan tersebut

umumnya memanjang berarah Barat – Timur, sehingga pola aliran sungai

umumnya hampir sejajar (sub-parallel) dan sebagian berpola mencabang

(dendritic). Morfologi daerah penelitian berada pada kontur perbukitan dimana

tepat berada di daerah tinggian purwodadi yang merupakan zona rembang sebelah

(25)

6

2.3. Geologi Zona Rembang

2.3.1 Geologi Regional

Peta lembar geologi regional daerah penelitian ditunjukan oleh Gambar 3.

(26)

7

2.3.2. Stratigrafi

Zona Rembang umumnya terdiri dari sekuen Eosen-Pliosen yang meliputi

endapan tepian paparan seperti sedimen klastik laut dangkal dan endapan karbonat

yang luas. Batuan dasar yang mengalasi zona Rembang didominasi oleh berbagai

jenis batuan metamorf berumur Kapur seperti batusabak (Sumur Purwadadi-1),

filit (Sumur Kujung-1) dan batuan beku diorit (Sumur NCJ-1) (Smyth et al.,2005).

Endapan tertua di zona ini, yang disebut Formasi Pra-Ngimbang, yang dijumpai di

bagian Timur zona Rembang berdasarkan data sumur. Formasi ini terdiri dari

batupasir, batulanau, dan serpih dengan sisipan batubara dan berdasarkan

kandungan fosil nanno menunjukkan umur Paleocene sampai Eosen Awal.

Walaupun tidak tegas namun diinterpretasikan batasnya tidak-selaras dengan

Formasi Ngimbang yang diendapkan di atasnya (Phillips et al., 1991).

Formasi Ngimbang yang berumur Eosen Tengah terdiri dari tiga anggota:

Anggota Klastik Ngimbang, Anggota Karbonat Ngimbang, dan Anggota Serpih

Ngimbang (Phillips et al., 1991). Sekuen di atas endapan Formasi Pra-Ngimbang

dan Formasi Ngimbang didominasi oleh endapan karbonat Formasi Kujung dan

Formasi Prupuh yang berumur Oliogosen. Dominasi endapan karbonat ini

menunjukkan berkurangnya input material klastik yang kemungkinan disebabkan

baik oleh naiknya muka air laut ataupun oleh berkurangnya kondisi relief di

daerah sumbernya (Phillips et al., 1991).

Menurut Smyth et al. (2005) endapan karbonat Oligo-Miosen ini, yang disebut

sebagai Synthem Two Zona Rembang, ada yang mengandung lapisan material

(27)

8

Volkanik Pegunungan Selatan. Pengendapan suatu seri batuan siliklastik dan

karbonat di atas Formasi Kujung menandai priode terjadinya perubahan pola

sedimentasi secara besar-besaran. Hal ini ditunjukkan oleh Endapan karbonat

murni Formasi Kujung ke arah atas berubah menjadi endapan asal-daratan

Formasi Tuban dan Formasi Ngrayong yang berumur Miosen Tengah. Formasi

Ngrayong merupakan endapan terestrial sampai laut dangkal yang dicirikan oleh

banyaknya kandungan kuarsa.

(28)

9

Di atas Formasi Ngrayong, endapannya dicirikan kembali oleh endapan karbonat

berumur Miosen Akhir sampai Pliosen dari Formasi-formasi Bulu, Wonocolo,

Ledok dan Mundu. Fase regresi menandai bagian atas Zona Rembang seperti

ditunjukkan oleh endapan batupasir globigerina Formasi Selorejo dan

batulempung Formasi Lidah sebelum diendapkan Formasi Paciran sebagai satuan

batugamping termuda di zona ini (Pringgoprawiro, 1983). Susunan stratigrafi

zona Rembang dari tua ke muda berurutan ditunjukkan oleh Gambar 4.

2.3.3. Struktur Geologi

Evolusi tektonik daerah penelitian merupakan refleksi dari evolusi tektonik di

Jawa Timur yang bisa diikuti mulai dari Jaman Akhir Kapur (85–65 juta tahun

yang lalu) sampai sekarang (Pulonggono dan Martodjojo, 1994).

Karena masuk dalam cekungan Jawa Timur Utara yang mengalami dua periode

waktu yang menyebabkan arah relatif jalur magmatik atau pola tektoniknya

berubah, yaitu pada jaman Paleogen (Eosen–Oligosen), yang berorientasi Timur

Laut – Barat Daya searah dengan pola Meratus. Pada Eosen Cekungan Jawa

Timur bagian Utara mengalami rejim tektonik regangan yang diindikasikan oleh

litologi batuan dasar berumur Pra – Tersier yang mempunyai pola akresi berarah

Timur Laut – Barat Daya, yang ditunjukkan oleh orientasi sesar – sesar di batuan

dasar, horst atau sesar – sesar anjak dan graben atau sesar tangga. Dan pada

jaman Neogen (Miosen–Pliosen) berubah menjadi relatif Timur – Barat (searah

dengan memanjangnya Pulau Jawa), yang merupakan rejim tektonik kompresi,

(29)

10

menyebabkan cekungan Jawa Timur Utara terangkat (Orogonesa Plio–Pleistosen)

(Pulonggono dan Martodjojo, 1994).

Kurun waktu Neogen – Resen, pola tektonik yang berkembang di Pulau Jawa dan

sekitarnya, khususnya Cekungan Jawa Timur bagian Utara merupakan zona

penunjaman (convergent zone), antara lempeng Eurasia dengan lempeng Hindia –

Australia (Pulonggono dan Martodjojo, 1994).

Zona pegunungan Rembang – Madura (Northern Java Hinge Belt) dapat

dibedakan menjadi 2 bagian yaitu bagian Utara (Northern Rembang

Anticlinorium) dan bagian Selatan (Middle Rembang Anticlinorium). Bagian Utara

pernah mengalami pengangkatan yang lebih kuat dibandingkan dengan di bagian

selatan sehingga terjadi erosi sampai Formasi Tawun, bahkan kadang – kadang

sampai Kujung Bawah. Di bagian selatan dari daerah ini terletak antara lain

struktur – struktur Banyubang, Mojokerep dan Ngrayong. Bagian Selatan (Middle

Rembang Anticlinorium) ditandai oleh dua jalur positif yang jelas berdekatan

dengan Cepu (Prihatin, 2009).

Pulunggono dan Martodjojo (1994) menyatakan bahwa pola struktur dominan

yang berkembang di Pulau Jawa adalah (Gambar 5):

 Pola Meratus, berarah timur laut-barat daya (NE-SW) terbentuk pada 80

sampai 53 juta tahun yang lalu (Kapur Akhir - Eosen Awal). Pola ini

ditunjukkan oleh Tinggian Karimunjawa di kawasan Laut Jawa yang

diperkirakan menerus ke arah barat daya ke daerah antara Luk Ulo (Jawa

Tengah) sampai Sesar Cimandiri (Jawa Barat).

 Pola Sunda, berarah utara-selatan (N-S) terbentuk 53 sampai 32 juta tahun

(30)

11

adalah yang paling dominan di daerah Jawa Barat. Pola Sunda ini

merupakan sesar-sesar yang dalam dan menerus sampai Sumatra. Pola ini

merupakan pola yang berumur lebih muda sehingga keberadaannya

mengaktifkan kembali Pola Meratus.

 Pola Jawa, berarah timur-barat (E-W) terbentuk sejak 32 juta tahun yang

lalu sampai sekarang (Oligosen Akhir - Resen). Pola ini adalah pola

termuda yang mengaktifkan kembali seluruh pola yang telah ada

sebelumnya.

Secara regional, pola struktur yang berkembang di daerah penelitian adalah Pola

Meratus dan Pola Jawa yang terlihat dari kelurusan yang relatif berarah timur

[image:30.612.136.501.383.582.2]

laut-barat daya dan berarah barat-timur.

(31)

14

BAB III. TEORI DASAR

3.1. Prinsip Dasar Metode Gayaberat

3.1.1. Teori Gayaberat Newton

Teori gayaberat didasarkan oleh hukum Newton tentang gravitasi. Hukum

gravitasi Newton yang menyatakan bahwa gaya tarik menarik antara dua buah

benda adalah sebanding dengan massa kedua benda tersebut dan berbanding

terbalik dengan jarak kuadrat antara pusat massa kedua benda tersebut

[image:31.612.167.477.458.544.2]

diperlihatkan pada Gambar 6.

Gambar 6. Gaya tarik menarik merarik antara dua benda m1 dan m2 (Anis, 2015)

dengan:

F = gaya tarik menarik (Newton)

G = konstanta universal gayaberat (6,67 x 10-11 m3kg-1s-2)

m1 = massa benda 1 (kg)

(32)

13

m2 = massa benda 2 (kg)

r = jarak antar pusat massa (m)

Untuk gaya gravitasi antara benda bermassa m dengan bumi bermassa M, adalah:

karena jarak benda ke permukaan bumi sangat kecil, maka nilai r sebanding

dengan nilai jari-jari bumi (R), sehingga persamaan (2) menjadi:

3.1.2. Percepatan Gravitasi

Dalam pengukuran gayaberat yang diukur bukan gaya gravitasi F, melainkan

percepatan gravitasi g. Hubungan antara keduanya dijelaskan oleh hukum Newton

II yang menyatakan bahwa sebuah gaya adalah hasil perkalian dari massa dengan

percepatan. Hukum Newton mengenai gerak Newton, yaitu:

F = mg

Interaksi antara bumi (bermassa M) dengan benda di permukaan bumi (bermassa

m) sejauh jarak R dari pusat keduanya juga memenuhi hukum tersebut, maka dari

persamaan (3) dan (4) didapatkan:

g = G

dimana satuan g adalah m/det2 dalam SI, atau Gal (Galileo), yaitu 1 cm/det2.

Karena pengukuran dilakukan dalam variasi percepatan gravitasi yang begitu

kecil, maka satuan yang sering digunakan adalah miliGal (mGal). Persamaan (5)

menunjukkan bahwa besarnya percepatan yang disebabkan oleh gravitasi di bumi

(g) adalah berbanding lurus dengan massa bumi (M) dan berbanding terbalik

dengan kuadrat jari-jari bumi (R).

(2)

(3)

(4)

(33)

14

Hal-hal yang dapat mempengaruhi nilai percepatan gravitasi adalah perbedaan

derajat garis lintang, perbedaan ketinggian (topografi), kedudukan bumi dalam

tata surya, variasi rapat massa batuan di bawah permukaan bumi, perbedaan

elevasi tempat pengukuran, dan hal lain yang dapat memberikan kontribusi nilai

gravitasi, misalnya bangunan.

3.2. Estimasi Densitas Permukaan Rata-Rata

Dalam eksplorasi geofisika dengan metode gravitasi dimana besaran yang

menjadi sasaran utama adalah rapat masa (kontras densitas), maka perlu diketahui

distribusi harga rapat massa batuan baik untuk keperluan pengolahan data maupun

interpretasi.

Rapat massa batuan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah rapat

massa butir atau matriks pembentuknya, porositas, dan kandungan fluida yang

terdapat dalam pori-porinya. Namun demikian, terdapat banyak faktor lain yang

ikut mempengaruhi rapat massa batuan, diantaranya adalah proses pembentukan,

pemadatan (kompaksi) akibat tekanan, kedalaman, serta derajat pelapukan yang

telah dialami batuan tersebut.

Pada perhitungan anomali Bouguer diperlukan harga rapat massa rata-rata di

daerah survei. Untuk itu nilai densitas rata-rata di daerah tersebut harus ditentukan

dengan baik. Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk menentukan rapat

massa rata-rata, yaitu:

1. Analisis batuan daerah survey dari pengukuran di laboratorium

2. Metoda Nettleton

(34)

15

3.2.1. Metode Nettleton

Metode ini didasarkan pada pengertian tentang koreksi Bouguer dan koreksi

medan, dimana jika rapat massa yang digunakan sesuai dengan rapat massa

permukaan, maka penampang atau profil anomali gayaberat menjadi smooth.

Dalam aplikasi, penampang dipilih melalui daerah topografi kasar dan tidak ada

anomali gayaberat target. Estimasi rapat massa dengan metode Nettleton

[image:34.612.184.455.270.574.2]

diperlihatkan pada Gambar 7.

Gambar 7. Estimasi rapat massa dengan metode Nettleton (Telford dkk., 1990)

Anomali Bouguer titik amat pada suatu lintasan diplot dengan berbagai macam

harga rapat massa ( ). Nilai densitas permukaan diperoleh apabila nilai anomali

gayaberat yang dihasilkan tidak mempunyai korelasi dengan topografi di daerah

(35)

16

3.2.2. Metode Parasnis

Metode Parasnis didasarkan pada persamaan anomali Bouguer dengan asumsi

nilai anomali Bouguernya adalah nol.

dimana :

CBA = Anomali Bouguer Lengkap

= harga percepatan gravitasi observasi

= harga percepatan gravitasi normal

= koreksi udara bebas

= koreksi Bouguer

Dari asumsi tersebut diperoleh:

atau

Dari persamaan (8) bila ruas kiri dinyatakan sebagai variabel y dan ruas kanan

sebagai variabel x, dan kedua variabel diplot sebaran datanya pada koordinat

kartesian, maka dapat dicari suatu persamaan garis linier dengan metode kuadrat

terkecil (least square). Persamaan regresi yang dihasilkan adalah:

Dimana nilai a adalah nilai rapat masa batuan rata-rata.

(8)

(9) (6)

(36)
[image:36.612.193.494.76.252.2]

17

Gambar 8. Grafik yang menunjukkan hubungan antara dan (Sarkowi, 2011)

3.3. Analisis Spektrum

Analisis spektrum merupakan proses Transformasi Fourier (transformasi dari

domain waktu ke dalam domain frekuensi) untuk mengubah suatu sinyal menjadi

penjumlahan beberapa sinyal sinusoidal dengan berbagai frekuensi. Hasil dari

transformasi ini akan berupa spektrum amplitude dan spektrum phase sehingga

dapat memperkirakan kedalaman dengan mengestimasi nilai bilangan gelombang

(k) dan amplitudo (A) yang dapat digunakan untuk menghitung lebar jendela filter

yang selanjutnya dijadikan sebagai input data dalam proses filtering, pemisahan

anomali regional, dan anomali residual.

Blakely (1995) menurunkan spektrum dari potensial gayaberat yang teramati pada

suatu bidang horizontal.

Berdasarkan kedua persamaan diatas maka diperoleh:

(10)

(37)

18

Sehingga TransFormasi Fourier anomali gayaberat pada lintasan yang diinginkan

adalah:

dimana:

= anomali gayaberat

k = bilangan gelombang

Zo = ketinggian titik amat

Z = kedalaman benda anomali

Bila distribusi densitas bersifat random dan tidak ada korelasi antara

masing-masing nilai gayaberat, maka =1, sehingga hasil TransFormasi Fourier anomali

gayaberat menjadi:

dimana:

A = amplitudo

C = konstanta

Selanjutnya dengan melogaritmakan hasil TransFormasi Fourier tersebut di atas,

maka akan diperoleh hubungan antara amplitudo (A) dengan bilangan gelombang

(k) dan kedalaman :

Hasil logaritma ini menunjukkan bahwa kedalaman rata-rata bidang diskontinuitas

rapat massa akan berbanding dengan kemiringan grafik spektrum. Kemudian dari

hubungan itu pula, dengan menggunakan metode least square, maka estimasi

kedalaman anomali adalah gradien dari masing-masing grafik spektrum pada tiap (12)

(13)

(14)

(38)

19

lintasan. Hubungan panjang gelombang (λ) dengan k diperoleh dari persamaan

Blakely (1995):

(15)

dengan n adalah lebar jendela.

Maka didapatkan estimasi lebar jendelanya yaitu :

Ilustrasi penentuan kedalaman proses regresi data logaritma hasil Transformasi

[image:38.612.134.508.332.530.2]

Fourier ini akan ditunjukan pada Gambar 9.

Gambar 9. Grafik hubungan antara amplitudo dan bilangan gelombang pada analisa spektrum (Sarkowi, 2011)

3.4. Pemodelan 3D

Apabila suatu massa 3 dimensi bentuk sembarang terdistribusi secara kontinyu

dengan rapat massa ∆ρ(α,β.ϒ) seperti ditunjukan pada Gambar 10 potensial

gayaberat di titik P (x, y, x) di atas dan di luar distribusi rapat massa tersebut

diberkan oleh (Kadir, 1996):

(16)

(17)

(39)

20

(18)

Komponen gayaberat vertikal akibat distribusi rapat massa diperoleh dengan

mendiferensialkan persamaan 18 terhadap z:

(19)

[image:39.612.138.499.184.460.2]

(20)

Gambar 10. Efek potensial gayaberat di titik P dan benda prisma tegak (Sarkowi, 2011)

Pendekatan perhitungan respon gayaberat dengan menggunakan benda prisma sisi

tegak dengan spasi ∆x dan ∆y merupakan salah satu alternatif yang dapat

dilakukan, kesesuaian benda di lapangan bergantung pada jumlah dan dimensi

prisma yang disusun. Dengan mengambil lebar sisi horsontal a dan b pada arah α

an β, kedalaman puncak dan dasar adalah h1 dan hb, maka komponen gayaberat

pada z=0 adalah:

(40)

21

Dimana :

= distribusi fungsi undak rectangular

= 1 untuk dan (22)

Plouf (1976), menghitung respon gayaberat yang disebabkan oleh model benda

berbentuk prisma:

Dimana, (24)

(41)

BAB. IV METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Penelitian dimulai pada bulan September 2015 hingga Desember 2015 dan

bertempat di Laboratorium Pengolahan dan Pemodelan Data Geofisika, Jurusan

Teknik Geofisika, Fakultas Teknik, Universitas Lampung. Adapun jadwal

[image:41.612.134.489.386.529.2]

penelitian diperlihatkan pada Tabel 1.

Tabel 1. Jadwal Penelitian

Kegiatan

Bulan 1 1 2 3 4 1 Bulan 2 2 3 4 1 Bulan 3 2 3 4 1 2 3 4 Bulan 4

Studi Literatur Pengolahan Data

Pemodelan dan Visualisasi Seminar Usul Analisis dan interpretasi

Seminar Hasil Dokumentasi

4.2. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian antara lain:

1. Software Surfer 11

2. Software Numeri

3. Software Global Mapper 8.0

(42)

23

5. Data gayaberat lengkap daerah Kudus , Rembang, Ngawi dan Salatiga.

6. Peta geologi regional lembar Kudus , Rembang, Ngawi dan Salatiga

7. Peta topografi daerah penelitian dari DEM-SRTM

8. Seperangkat komputer yang kompatibel dengan software diatas

4.3. Prosedur Penelitian

4.3.1. Data Penelitian

Data yang digunakan dalam peneltian ini adalah data anomali gayaberat lengkap

hasil digitasi pada lembar Kudus, Ngawi, Rembang, dan Salatiga yang telah

terpublikasi yang berasal dari dosen pembimbing.

4.3.2. Pengolahan Data Anomali gayaberat

Data anomali gayaberat dibuat peta kontur pada software Surfer. Pada peta Kontur

dibuat dua lintasan melewati anomali Rembang High yang kemudian di-slice

untuk kemudian dilakukan transformasi Fourier menggunakan software Numeri.

Setelah spektrumnya didapatkan kemudian dibuat grafik untuk dilakukan analisis

spektrum agar didapatkan kedalaman anomali regional dan anomali residual.

Selanjutnya anomali gayaberat lengkap dimodelkan kedalam bentuk 3 dimensi

menggunakan software Grav3D.

4.3.3. Analisis dan Interpretasi

Analisis dan interpretasi dilakukan dengan menentukan kedalaman batuan dasar

Rembang High dari analisis spektrum dan menentukan jenis batuan dasar rembang

high berdasarkan pemodelan 3 dimensi anomali gayaberat didukung oleh data

(43)

24

4.4. Diagram Alir Penelitian

Prosedur penelitian selanjutnya digambarkan pada diagram alir pada Gambar 11.

Numeri

[image:43.612.142.489.161.547.2]

Grav3D

Gambar 11. Diagram Alir Penelitian

Mulai

Peta Kontur Anomali Gayaberat Lengkap Data Geologi

3D Modelling

AnalisisSpektrum

Window Depth

Model 3D Analisis

Model Geologi Bawah Permukaan

Kesimpulan

(44)

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan analisis spektrum dan model 3D gayaberat, penyebab tingginya

anomali gayaberat di Rembang High adalah sumber anomali residual pada

kedalaman 1400 meter yang diidentifikasikan sebagai batuan dasar yang terangkat

(akrasi) dengan densitas > 2.75 gram/cm3 sebagai bagian antiklin rembang.

6.2. Saran

Disarankan untuk mempelajari data sumur dan data seismik di sekitar daerah

(45)

DAFTAR PUSTAKA

Anis, 2015, Identifikasi Struktur Dan Model Sistem Panas Bumi Daerah

Lili-Sepporaki Berdasarkan Analisis Data Anomali Bouguer, Skripsi,

Universitas Lampung

Arief, 2010, Geologi Cekungan Jawa, www.geophisticated.wordpress.com, diakses pada 12 juni 2015

Blakely, R. J., 1996, Potential Theory in Gravity and Magnetic Applications, Cambridge University Press, Cambridge.

Datun, M., B, Sukandarrumidi., Hermanto, B., Dan Suwarna, N,. Geologi Lembar

Ngawi. Jawa. Pusat Penelitian Dan Pengembangan Geologi. Bandung.

Kadar, Darwin., dan Sudijono., 1993. Geologi Lembar Rembang. Jawa. Pusat Penelitian Dan Pengembangan Geologi. Bandung.

Kadir, W.G.A., (1996) : Dekonvousi Anomali Gayaberat Bougeur Dan Derivatif Vertikal Orde Dua Dengan Menggunakan Persamaan Dasar Potensial, Studi Kasus : Pulau Sumatera, Disertasi Program Doktor, Institute Teknologi Bandung. 14-49

Marzuki, dan Sutisna, 1991, Peta Anomali Bougeur Lembar Kudus, Lembar

Ngawi, Lembar Rembang, Lembar Salatiga. Jawa. Pusat Penelitian Dan

Pengembangan Geologi. Bandung.

Plouff, D. (1976) : Gravity And Magnetic Field Of Polygonal Prisms And

Application To Magntic Terrain Corrections, Geophysics, 41.727-741

Prihatin, 2009, Geologi Zona Rembang, mengenalgeologi. wordpress.com, diakses pada 12 juni 2015

Pringgoprawiro, H., 1983, Revisi Sratigrafi Cekungan Jawa Timur Utara Dan

Paleogeografinya, Institute Teknologi Bandung

(46)

Smyth, Helen., Robert, Hall. dan Hamilton, Joseph., 2005, East Java: Cenozoic

Basins, Volcanoes and Ancient Basement, Indonesia Petroleum

Association, Proceeding Ann.Conv. 30th : Jakarta, Indonesia.

Suwarti,T., dan Wikarno,R., 1992. Geologi Lembar Kudus, Jawa. Pusat Penelitian Dan Pengembangan Geologi. Bandung.

Sukardi.,dan Budhitrisna, T., 1992. Geologi Lembar Salatiga. Jawa. Pusat Penelitian Dan Pengembangan Geologi. Bandung.

Telford, W.M., Geldrat, L.P., dan Sheriff, R.P., 1976, Applied Geophysics,

Cambridge University Pres, Cambridge.

Untung, dan Seto,1978. Gravity and geological study in Java, Indonesia. Survey of Indonesia and Japan, Spec. Publ. 5.

(47)

Gambar

Gambar
Gambar 1. Peta anomali gayaberat lengkap daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur memperlihatkan anomali tinggi Rembang High berada pada Cekungan Jawa Timur Utara (dimodifikasi dari Untung dan Seto, 1978)
Gambar 2. Lokasi penelitian masuk dalam Fisiografi Rembang  (modifikasi dari Van Bemmelen, 1949)
Gambar 3. Geologi daerah penelitian yang terdiri dari lembar geologi Kudus (Suwarti dan Wikarno, 1992), Rembang (Kadar dkk,1993), Salatiga (Sukardi dan Budhitrisna, 1992), dan Ngawi (Datun dkk, 1996)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Anomali Bouguer merupakan suatu nilai anomali gayaberat yang disebabkan oleh perbedaan densitas batuan pada daerah dangkal dan daerah yang lebih dalam di bawah

Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan keberadaan patahan tersebut dengan menggunakan pemodelan gayaberat inversi tiga dimensi yang didukung dengan hasil interpretasi

Dalam studi ini penulis melakukan analisis spektral data anomali gayaberat wilayah DKI Jakarta untuk mengetahui kedalaman sumber anomali yang bersesuaian dengan

Anomali gaya berat memperlihatkan dengan sangat jelas adanya tinggian dari batuan dasar yang membatasi Cekungan Tomini bagian selatan dari Cekungan Tomini itu sendiri, seperti

Pada lintasan ini diduga terdapat struktur patahan yang diperkuat dengan hasil analisis SVD, dimana nilai anomali maksimum lebih kecil daripada nilai anomali minimumnya,

anomali yang relatief besar (Gambar 4). Pola lineasi anomali Bouguer memperlihatkan arah umum baratlaut – tenggara, serta di beberapa tempat seperti di bagian tengah, timur,

Anomali gaya berat memperlihatkan dengan sangat jelas adanya tinggian dari batuan dasar yang membatasi Cekungan Tomini bagian selatan dari Cekungan Tomini itu sendiri, seperti

Pemetaan struktur bawah permukaan di daerah Sidoarjo menggunakan data anomali gayaberat Bouger dapat memberikan informasi tambahan tentang model densitas batuan