Ai Diyanti, 2014
INTERPRETASI STRUKTUR GEOLOGI BAWAH PERMUKAAN DAERAH LEUWIDAMAR BERDASARKAN ANALISIS SPEKTRAL DATA GAYABERAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
INTERPRETASI STRUKTUR GEOLOGI BAWAH PERMUKAAN
DAERAH LEUWIDAMAR BERDASARKAN ANALISIS SPEKTRAL
DATA GAYABERAT
SKRIPSI
diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Sains Program Studi Fisika Jurusan Pendidikan Fisika
Oleh
Ai Diyanti
NIM 0902114
PROGRAM STUDI FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
Ai Diyanti, 2014
INTERPRETASI STRUKTUR GEOLOGI BAWAH PERMUKAAN DAERAH LEUWIDAMAR BERDASARKAN ANALISIS SPEKTRAL DATA GAYABERAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
INTERPRETASI STRUKTUR GEOLOGI BAWAH PERMUKAAN DAERAH
LEUWIDAMAR BERDASARKAN ANALISIS SPEKTRAL DATA
GAYABERAT
Oleh
Ai Diyanti
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh
gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
© Ai Diyanti 2014
Universitas Pendidikan Indonesia
Oktober 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
Ai Diyanti, 2014
INTERPRETASI STRUKTUR GEOLOGI BAWAH PERMUKAAN DAERAH LEUWIDAMAR BERDASARKAN ANALISIS SPEKTRAL DATA GAYABERAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
AI DIYANTI
INTERPRETASI STRUKTUR GEOLOGI BAWAH PERMUKAAN
DAERAH LEUWIDAMAR BERDASARKAN ANALISIS SPEKTRAL
DATA GAYABERAT
disetujui dan disahkan oleh pembimbing:
Pembimbing I
Imam Setiadi, M.T
NIP. 197810172002121001
Pembimbing II
Nanang Dwi Ardi, M.T
NIP. 198012122005011002
Mengetahui
Ketua Jurusan Pendidikan Fisika
Ai Diyanti, 2014
INTERPRETASI STRUKTUR GEOLOGI BAWAH PERMUKAAN DAERAH LEUWIDAMAR BERDASARKAN ANALISIS SPEKTRAL DATA GAYABERAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Ai Diyanti, 2014
INTERPRETASI STRUKTUR GEOLOGI BAWAH PERMUKAAN DAERAH LEUWIDAMAR BERDASARKAN ANALISIS SPEKTRAL DATA GAYABERAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
INTERPRETASI STRUKTUR GEOLOGI BAWAH PERMUKAAN DAERAH
LEUWIDAMAR BERDASARKAN ANALISIS SPEKTRAL DATA GAYABERAT
ABSTRAK
Penelitian gayaberat dilakukan di daerah Leuwidamar dengan tujuan menginterpretasi struktur geologi bawah permukaan. Metode yang digunakan adalah metode gayaberat yang dilakukan berdasarkan pada anomali gayaberat yang muncul karena adanya variasi densitas dari penyusun material bawah permukaan bumi. Analisis spektral digunakan untuk memperkirakan kedalaman sumber anomali dalam dan dangkal. Penapisan moving average memberikan selisih anomali Bouguer dengan anomali regional, sehingga akan diperoleh anomali residual. Hasil analisis spektral menunjukkan dua nilai kedalaman dengan rata-rata 1,71 km yang merefleksikan kedalaman batuan dasar dan 10,66 km yang mencerminkan kedalaman kerak. Berdasarkan pemodelan dua dimensi bawah permukaan diperkirakan batuan dasar daerah Leuwidamar adalah andesit yang memiliki densitas sebesar 2,74 g/cc. Evolusi tektonik menyebabkan terbentuknya sesar bawah permukaan dan batuan terobosan seperti granodiorit Cihara yang memiliki densitas 2,68 g/cc di bagian selatan Leuwidamar. Hasil penelitian memberikan informasi mengenai konfigurasi batuan dasar daerah Leuwidamar yang dapat digunakan untuk pemetaan geologi bawah permukaan. Densitas yang diperoleh dapat dimanfaatkan untuk mengetahui kestabilan wilayah terhadap bencana alam, ketahanan dan keamanan dalam penentuan lokasi pembangunan, serta identifikasi sumber daya mineral.
Ai Diyanti, 2014
INTERPRETASI STRUKTUR GEOLOGI BAWAH PERMUKAAN DAERAH LEUWIDAMAR BERDASARKAN ANALISIS SPEKTRAL DATA GAYABERAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI
PERNYATAAN ... i
ABSTRAK ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iv
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1.Latar Belakang ... 1
1.2.Rumusan Masalah ... 4
1.3.Batasan Masalah ... 4
1.4.Tujuan Penelitian ... 5
1.5.Manfaat Penelitian ... 5
BAB II TATANAN GEOLOGI LEUWIDAMAR DAN METODE GAYABERAT ... 6
2.1.Geologi Daerah Penelitian 2.1.1.Fisiografi dan Morfologi Leuwidamar ... 7
2.1.2.Statigrafi Leuwidamar ... 8
2.1.3.Struktur Tektonik Leuwidamar ... 12
2.2.Prinsip dasar Metode Gayaberat 2.2.1.Hukum Gravitasi Newton ... 13
2.2.2.Percepatan Gravitasi... 14
2.2.3.Potensial Gravitasi ... 15
2.3.Gravitimeter ... 16
2.4.Akuisisi Data Gayaberat ... 18
2.4.1.Konversi Nilai Gayaberat ... 19
Ai Diyanti, 2014
INTERPRETASI STRUKTUR GEOLOGI BAWAH PERMUKAAN DAERAH LEUWIDAMAR BERDASARKAN ANALISIS SPEKTRAL DATA GAYABERAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2.5.Analisis Spektral ... 23
2.6.Moving Average ... 26
2.7.Pemodelan Dua Dimensi Bawah Permukaan dengan Forward Modeling ... 27
BAB III METODE PENELITIAN ... 30
3.1.Lokasi Penelitian ... 30
3.2.Alur Proses Penelitian ... 30
3.3.Data Gayaberat ... 32
3.4.Analisis Spektral ... 32
3.4.1. Kedalaman Anomali Regional dan Residual ... 33
2.4.2. Lebar Jendela ... 34
3.5.Filter Moving Average ... 34
3.5.1.Anomali Regional ... 35
3.5.2.Anomali Residual ... 35
3.6.Gravity Forward Modeling ... 35
3.7.Prosedur pengolahan Data ... 36
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 38
4.1.Anomali Bouguer ... 38
4.2.Analisis Spektral ... 39
4.2.1. Lintasan A ... 42
4.2.2. Lintasan B ... 43
4.2.3. Lintasan C ... 44
4.2.4. Lintasan D ... 45
4.2.5. Lintasan E ... 46
4.2.6. Lintasan F ... 47
4.2.7. Lintasan G ... 48
4.3.Filter Moving Average ... 50
Ai Diyanti, 2014
INTERPRETASI STRUKTUR GEOLOGI BAWAH PERMUKAAN DAERAH LEUWIDAMAR BERDASARKAN ANALISIS SPEKTRAL DATA GAYABERAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4.3.2. Anomali Residual ... 52
4.4. Interpretasi Pemodelan Bawah Permukaan ... 53
BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 64
5.1.Simpulan ... 64
5.2.Rekomendasi ... 65
DAFTAR PUSTAKA ... 66
LAMPIRAN ... 68
Ai Diyanti, 2014
INTERPRETASI STRUKTUR GEOLOGI BAWAH PERMUKAAN DAERAH LEUWIDAMAR BERDASARKAN ANALISIS SPEKTRAL DATA GAYABERAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Kutipan Contoh Tabel Konversi Gravitimeter Tipe G.525... 19
Tabel 4.1. Kedalaman Bidang Diskontinuitas Penampang Lintasan A-G ... 49
Tabel 4.2. Bilangan Gelombang (k) dan Lebar Jendela (N) ... 50
Ai Diyanti, 2014
INTERPRETASI STRUKTUR GEOLOGI BAWAH PERMUKAAN DAERAH LEUWIDAMAR BERDASARKAN ANALISIS SPEKTRAL DATA GAYABERAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Subduksi Kerak Samudera dan Kerak Benua ... 6
Gambar 2.2. Fisiografi Jawa Barat ... 7
Gambar 2.3. Stratigrafi Daerah Banten Selatan, Lembar Leuwidamar ... 11
Gambar 2.4. Gaya Tarik Menarik Dua Benda ... 13
Gambar 2.5. Percepatan Bola pada Posisi yang Berbeda... 14
Gambar 2.6. Potensial Massa Tiga Dimensi ... 16
Gambar 2.7. Prinsip Pergas pada Gravitimeter ... 16
Gambar 2.8. Gravitimeter Lacoste Romberg ... 17
Gambar 2.9. Pengambilan Data Gayaberat dengan Loop Tertutup ... 21
Gambar 2.10. Pengamatan pada Sebuah Bidang Horizontal ... 24
Gambar 2.11. Grafik Power Spektral terhadap Bilangan Gelombang ... 25
Gambar 2.12. Ilustrasi Metode Moving Average... 27
Gambar 2.13. Efek Gayaberat Poligon Talwani ... 28
Gambar 3.1. Peta Lokasi Penelitian ... 30
Gambar 3.2. Diagram Alir Penelitian ... 31
Gambar 3.3. Hasil Perhitungan Lintasan A Menggunakan Microsoft Excel ... 33
Gambar 3.4. Anomali Observed Lintasan AA’ pada Gravmag ... 36
Ai Diyanti, 2014
INTERPRETASI STRUKTUR GEOLOGI BAWAH PERMUKAAN DAERAH LEUWIDAMAR BERDASARKAN ANALISIS SPEKTRAL DATA GAYABERAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Gambar 4.3. Pola Sayatan Pada Peta Anomali Bouguer ... 41
Gambar 4.4. Grafik ln A vs k lintasan A... 42
Gambar 4.5. Grafik ln A vs k lintasan B ... 43
Gambar 4.6. Grafik ln A vs k lintasan C ... 44
Gambar 4.7 Grafik ln A vs k lintasan D... 45
Gambar 4.8. Grafik ln A vs k lintasan E ... 46
Gambar 4.9. Grafik ln A vs k lintasan F ... 47
Gambar 4.10. Grafik ln A vs k lintasan G... 48
Gambar 4.11. Peta Anomali Regional Leuwidamar ... 51
Gambar 4.12. Peta Anomali Residual Leuwidamar ... 53
Gambar 4.13. Penampang Lintasan pada Peta Anomali Residual ... 56
Gambar 4.14. Sayatan Lintasan AA’ dan BB’ pada peta Geologi Lembar Leuwidamar ... 57
Gambar 4.15. Model Bawah Permukaan Lintasan AA’ ... 58
Ai Diyanti, 2014
INTERPRETASI STRUKTUR GEOLOGI BAWAH PERMUKAAN DAERAH LEUWIDAMAR BERDASARKAN ANALISIS SPEKTRAL DATA GAYABERAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Hasil Pengolahan Data Analisis Spektral Lintasan A sampai
Ai Diyanti, 2014
INTERPRETASI STRUKTUR GEOLOGI BAWAH PERMUKAAN DAERAH LEUWIDAMAR BERDASARKAN ANALISIS SPEKTRAL DATA GAYABERAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Satuan tektonik di Jawa Barat adalah jalur subduksi Pra-Eosen. Hal ini
terlihat dari batuan tertua yang tersingkap di Ciletuh. Batuan tersebut berupa
olisostrom yang berumur Eosen Awal. Satuan batuan ini secara tektonik
berhubungan dengan batuan ofiolit yang mengalami breksiasi. Batuan ofiolit
tersebut diperkirakan bagian dari batuan bancuh (melange) yang merupakan
batuan dasar yang menjadi alas batuan olisostrom. Bancuh adalah campuran
batuan yang berasal dari lingkungan pembentukan yang berbeda dan tercampur
melalui mekanisme tertentu, baik secara tektonik maupun melalui proses
sedimentasi.
Di sepanjang selatan pulau Jawa terdapat kumpulan batuan vulkanik
tersier yang dinamakan Formasi Andesit Tua berumur oligosen-miosen awal. Ciri
batuan ini adalah adanya endapan aliran gravitasi seperti lava. Jalur magma tersier
di Jawa Barat lebih luas, hampir menutupi seluruh Jawa Barat bagian tenggara.
Jadi, diperkirakan kegiatan vulkanik selama Tersier berawal dari selatan Jawa dan
menerus ke bagian utara, sehingga berdasarkan kontur kedalaman, morfologi
dasar laut di sebelah selatan lebih terjal sedangkan di utara lebih landai (Setiady,
2010).
Kegiatan tektonik di Leuwidamar pada umur Tersier sama halnya seperti
tektonik di Jawa Barat. Pada kala Eosen, daerah bagian selatan Leuwidamar
diperkirakan merupakan cekungan laut yang di dalam cekungan itu terbentuk
Formasi Bayah. Formasi ini merupakan satuan batuan tertua di daerah tersebut
(Sujatmiko dan Santosa, 1992). Pada umur Eosen Akhir hingga Miosen Awal
terjadi kegiatan gunung api sehingga terendapkan beberapa formasi, seperti
2
Ai Diyanti, 2014
INTERPRETASI STRUKTUR GEOLOGI BAWAH PERMUKAAN DAERAH LEUWIDAMAR BERDASARKAN ANALISIS SPEKTRAL DATA GAYABERAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Leuwidamar mempunyai ragam satuan formasi batuan yang tersebar di
sepanjang daerah penelitian, sehingga cukup menarik untuk dijadikan sasaran
penelitian. Batuan-batuan tersebut terbentuk akibat adanya subduksi di bagian
selatan yang terjadi karena lempeng litosfer samudera menyusup ke bawah
astenosfer pulau Jawa. Hal ini disebabkan karena lempeng samudera memiliki
densitas yang lebih tinggi dibandingkan lempeng benua. Aktivitas pergerakan
lempeng tektonik ini mempengaruhi perubahan struktur geologi bawah
permukaan daerah Leuwidamar. Untuk kepentingan penyelidikan, mengetahui
struktur bawah permukaan suatu daerah penelitian merupakan hal yang penting.
Dengan adanya pemodelan struktur bawah permukaan dapat diperkirakan
batuan-batuan penyusun kerak bumi beserta densitasnya. Salah satu metode penyelidikan
geofisika yang dapat menggambarkan struktur geologi bawah permukaan daerah
penelitian adalah metode gayaberat (gravity).
Metode gayaberat ini dilakukan berdasarkan pada anomali gayaberat yang
muncul karena adanya variasi rapat massa batuan. Metode gayaberat digunakan
karena kemampuannya dalam membedakan densitas dari suatu sumber anomali
terhadap densitas lingkungan sekitarnya. Dari variasi densitas dapat diketahui
bentuk struktur bawah permukaan suatu daerah. Distribusi densitas yang tidak
seragam di bawah permukaan bumi dapat disebabkan oleh struktur geologi yang
ada di dalamnya.
Metode gayaberat mempelajari perbedaan medan gavitasi dari satu titik
terhadap titik observasi lainnya. Sehingga sumber yang merupakan suatu zona
massa dibawah permukaan bumi akan menyebabkan suatu gangguan pada medan
gravitasi. Gangguan medan gavitasi inilah yang disebut sebagai anomali
gayaberat.
Pengukuran gayaberat dilakukan dengan metode pengukuran sistem
tertutup, yaitu setiap awal dan akhir dari pekerjaan selalu dimulai dan ditutup
dengan melakukan pengukuran di stasiun utama (Base Station). Hasil pengukuran
tersebut akan mengalami berbagai koreksi seperti koreksi apungan, koreksi
3
Ai Diyanti, 2014
INTERPRETASI STRUKTUR GEOLOGI BAWAH PERMUKAAN DAERAH LEUWIDAMAR BERDASARKAN ANALISIS SPEKTRAL DATA GAYABERAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Bouguer, sehingga diperoleh nilai anomali gayaberat (anomali Bouguer). Konsep
Anomali Bouguer memperlihatkan adanya perbedaan nilai gayaberat terukur
dengan nilai gayaberat acuan, yaitu nilai gayaberat teoritis Bumi (Sarkowi, 2009).
Penerapan gayaberat pada eksplorasi sumber daya alam maupun studi keilmuan
pada akhirnya bertujuan untuk mengestimasi gambaran struktur bawah
permukaan Bumi.
Metode gayaberat dengan teknik analisis spektral dapat diterapkan untuk
memastikan struktur geologi bawah permukaan daerah penelitian. Struktur bawah
permukaan ini diturunkan dari anomali gayaberat yang diamati di permukaan
yang didasarkan pada hubungan bahwa anomali gayaberat ini merupakan refleksi
variasi densitas bawah permukaan ke arah horizontal dan geometri benda
anomalinya (Walidah, 2011).
Teknik analisis spektral bertujuan untuk mengestimasi kedalaman bidang
batas dan menentukan lebar jendela (window) yang dianggap paling baik untuk
digunakan dalam pemisahan anomali tersebut. Lebar jendela merupakan batas
frekuensi antara noise dengan sinyal. Kelebihan dari proses analisis spektral
adalah dapat memberikan informasi kedalaman bidang batas dangkal dan dalam
secara efektif yang berkaitan dengan struktur geologi bawah permukaan daerah
penelitian. Kedalaman dangkal diinterpretasikan sebagai batas antara batuan
dasar (basement) dan batuan sedimen bawah permukaan. Nilai kedalaman ini
digunakan pada saat pembuatan model struktur bawah permukaan. Batas batuan
dasar merupakan suatu bagian yang perlu diperhatikan contohnya dalam
penentuan lokasi pembangunan, karena akan berpengaruh pada ketahanan dan
keamanan (Syamsuriadi, dkk).
Anomali Bouguer yang dihasilkan dari penelitian gayaberat dipisahkan
menjadi anomali regional dan residual. Anomali regional merupakan anomali
dalam yaitu anomali yang bersumber dari massa bagian dalam bumi seperti
kerak. Sedangkan, anomali residual merupakan anomali dangkal yang bersumber
dari massa bawah permukaan bumi yang dangkal. Proses pemisahan anomali
4
Ai Diyanti, 2014
INTERPRETASI STRUKTUR GEOLOGI BAWAH PERMUKAAN DAERAH LEUWIDAMAR BERDASARKAN ANALISIS SPEKTRAL DATA GAYABERAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Lebar jendela yang diperoleh dari proses analisis spektral digunakan pada
pada moving average. Semakin lebar jendela yang digunakan, maka anomali
residualnya akan mendekati nilai anomali Bouguer. Dengan demikian, dari hasil
moving average, anomali residual digunakan untuk membuat struktur geologi
bawah permukaan yang dibantu dengan adanya informasi estimasi kedalaman
batas batuan dasar daerah penelitian Leuwidamar.
Interpretasi struktur geologi bawah permukaan berdasarkan anomali
gayaberat akan memberi hasil yang ambiguitas sehingga dibutuhkan informasi
geologi daerah penelitian dan metode yang dapat membantu melakukan
interpretasi dalam penentuan kedalaman anomali tersebut (Utomo, 2012) . Untuk
suatu anomali gayaberat tertentu terdapat tak hingga solusi model anomali
dengan parameter densitas, geometri dan kedalaman yang berbeda-beda.
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi mengenai
konfigurasi batuan dasar yang digunakan untuk pemetaan geologi bawah
permukaan daerah Leuwidamar secara keseluruhan.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dari penelitian ini
adalah bagaimana menentukan struktur bawah permukaan daerah penelitian
Leuwidamar berdasarkan analisis spektral data gayaberat?
1.3. Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini adalah:
a. Data yang digunakan dalam penelitian adalah data anomali Bouguer
lengkap yang telah mengalami berbagai koreksi, seperti koreksi drift,
koreksi apungan, koreksi lintang, koreksi medan, koreksi pasang surut
dan koreksi Bouguer, dan bukan data observasi hasil pengukuran
5
Ai Diyanti, 2014
INTERPRETASI STRUKTUR GEOLOGI BAWAH PERMUKAAN DAERAH LEUWIDAMAR BERDASARKAN ANALISIS SPEKTRAL DATA GAYABERAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
b. Kedalaman basement untuk input pada pemodelan dua dimensi
6
Ai Diyanti, 2014
INTERPRETASI STRUKTUR GEOLOGI BAWAH PERMUKAAN DAERAH LEUWIDAMAR BERDASARKAN ANALISIS SPEKTRAL DATA GAYABERAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1.4. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
a. Menentukan nilai kedalaman bidang diskontinuitas dalam dan dangkal
dengan menggunakan analisis spektral data gayaberat.
b. Menginterpretasi struktur geologi bawah permukaan daerah penelitian
Leuwidamar melalui pemodelan dua dimensi.
1.5. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah:
a. Memberikan informasi mengenai konfigurasi batuan dasar daerah
Leuwidamar yang dapat dugunakan untuk pemetaan geologi bawah
permukaan.
b. Memberikan informasi mengenai densitas rata-rata dan ketebalan
batuan sedimen bawah permukaan Leuwidamar yang dapat membantu
untuk mengetahui kestabilan wilayah terhadap bencana alam,
ketahanan serta keamanan dalam penentuan lokasi pembangunan, dan
Ai Diyanti, 2014
INTERPRETASI STRUKTUR GEOLOGI BAWAH PERMUKAAN DAERAH LEUWIDAMAR BERDASARKAN ANALISIS SPEKTRAL DATA GAYABERAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di daerah Leuwidamar, kabupaten Lebak, Banten
Selatan yang terletak pada koordinat 6o30’00’’ - 7o00’00’’ LS dan 106o00’00’’ -
106o30’00’’ BT.
3.2. Alur Proses Penelitian
Pada tahapan ini, ada beberapa tahapan yang ditempuh untuk mencapai
31
Ai Diyanti, 2014
INTERPRETASI STRUKTUR GEOLOGI BAWAH PERMUKAAN DAERAH LEUWIDAMAR BERDASARKAN ANALISIS SPEKTRAL DATA GAYABERAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Gambar 3.2. Diagram Alir Penelitian Filtering Moving Average
(Pemisahan Anomali Regional-Residual)
Pola Anomali Residual Pola Anomali
Regional
Gravity Forward Modeling Analisis Kualitatif
dan Kuantitatif
Data Gayaberat (Anomali Bouguer Lengkap)
Analisis Spektral (Transformasi Fourier)
Lebar Jendela Estimasi Kedalaman Anomali Regional dan Residual Mulai
Informasi Geologi
Interpretasi Struktur Bawah Permukaan
Simpulan
32
Ai Diyanti, 2014
INTERPRETASI STRUKTUR GEOLOGI BAWAH PERMUKAAN DAERAH LEUWIDAMAR BERDASARKAN ANALISIS SPEKTRAL DATA GAYABERAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3.3. Data Gayaberat
Penulis menggunakan data sekunder dan tidak melakukan pengambilan
data secara langsung ke lapangan. Pengambilan data tersebut telah dilakukan
dengan menggunakan metode gayaberat sebanyak 171 titik ukur oleh tim peneliti
dari Pusat Survei Geologi Bandung di daerah penelitian Leuwidamar, Banten
Selatan.
Data gayaberat daerah Leuwidamar yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data gayaberat yang telah mengalami berbagai koreksi sehingga diperoleh
Anomali Bouguer Lengkap (ABL). Tahapan awal penelitian adalah membuat peta
ABL dari data sekunder gayaberat Leuwidamar dengan menggunakan perangkat
lunak Geosoft 6.4.2 dan hasilnya adalah peta kontur ABL. Untuk proses analisis
spektral, pada peta kontur ABL dibuat tujuh lintasan, yaitu lintasan A sampai
lintasan G. Lintasan tersebut berarah dari utara ke selatan sehingga dapat
mewakili anomali tinggi yang cenderung berada di selatan dan anomali rendah
yang berada di utara.
3.4. Analisis Spektral
Analisis spektral bertujuan untuk mengestimasi nilai kedalaman rata-rata
dari setiap lintasan dan untuk mengetahui lebar jendela yang akan digunakan pada
proses penapisan moving average. Analisis spektral dilakukan dengan
transformasi Fourier lintasan yang telah ditentukan. Ketujuh lintasan pada peta
ABL diproses sehingga menghasilkan data jarak dan anomali Bouguer setiap
lintasan.
Data jarak dan anomali Bouguer tersebut selanjutnya dilakukan proses
FFT (Fast Fourier Transform) dalam domain spasial ( x) tertentu. Persamaan
Transformasi Fourier dikemas dalam bahasa pemograman pada matlab. Hasil FFT
adalah nilai riil dan imajiner dari setiap lintasan. Nilai tersebut diproses kemudian
dibuat grafik antara ln A (sumbu y) dan k (sumbu x). A adalah ampiltudo dan k
33
Ai Diyanti, 2014
INTERPRETASI STRUKTUR GEOLOGI BAWAH PERMUKAAN DAERAH LEUWIDAMAR BERDASARKAN ANALISIS SPEKTRAL DATA GAYABERAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
menggunakan Microsoft Excel. Berikut ini adalah hasil perhitungan ln A dan k
dengan menggunakan Microosft Excel, selengkapnya dapat dilihat pada lampiran.
Hasil FFT adalah bilangan kompleks yang mempunyai nilai riil dan
imajinernya. Kolom X adalah nilai riil dan kolom Y sebagai nilai imajiner hasil
FFT. Nilai amplitudo A diperoleh dengan menghitung akar kuadrat dari
penjumlahan X2 dan Y2 . Ln A dihasilkan dengan cara melogaritmakan nilai
amplitudio A. Perhitungan nilai frekuensi bergantung pada domain spasial ( x).
Nilai bilangan gelombang k diperoleh dari perhitungan dengan menggunakan
persamaan .
Gradien atau kemiringan garis dari grafik ln A terhadap k adalah
kedalaman bidang batas residual dan regional. Pada grafik terdapat dua gradien,
yaitu gradien yang bernilai besar mencerminkan bidang diskontinuitas dari
anomali regional (dalam) dan gradien yang bernilai kecil adalah bidang
diskontinuitas dari anomali residual (dangkal). Perpotongan antara gradien bidang
diskontinuitas regional dan residual adalah bilangan gelombang kc (cutoff) yang
merupakan dasar dalam penentuan lebar jendela. Kedalaman rata-rata hasil regresi
linear residual digunakan pada pemodelan struktur bawah permukaan.
3.4.1. Kedalaman Anomali Regional dan Residual
Keadalaman anomali regional dan residual secara langsung diperoleh dari
grafik ln A terhadap k. Kedalaman regional merupakan kedalaman bidang dalam
34
Ai Diyanti, 2014
INTERPRETASI STRUKTUR GEOLOGI BAWAH PERMUKAAN DAERAH LEUWIDAMAR BERDASARKAN ANALISIS SPEKTRAL DATA GAYABERAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kedalaman residual. Kedalaman regional merefleksikan kedalaman kerak bumi
daerah penelitian.
Kedalaman residual merupakan kedalaman bidang dangkal bawah
permukaan bumi. Kedalaman residual dapat mencerminkan kedalaman batuan
dasar (basement) daerah penelitian. Pada penelitian, kedalaman residual
digunakan untuk membuat pemodelan dua dimensi bawah permukaan.
3.4.2. Lebar Jendela
Lebar jendela (N) tidak diperoleh secara langsung dari grafik ln A
terhadap k, tetapi lebar jendela merupakan hasil perhitungan dengan
menggunakan persamaan (2.25). Nilai lebar jendela yang diperoleh dari
proses analisis spektral digunakan sebagai input pada proses pemisahan
anomali regional dan residual.
3.5. Filtering Moving Average
Anomali Bouguer pada metode gayaberat disebabkan oleh benda anomali,
baik yang berada dekat dengan permukaan bumi maupun yang jauh dari
permukaan bumi. Tujuan eksplorasi geofisika pada umumnya untuk mempelajari
struktur yang dekat permukaan, maka berbagai usaha telah dilakukan untuk
memisahkan efek regional dari efek residual. Pada penelitian ini pemisahan
anomali regional dan anomali residual menggunakan digunakan penapisan moving
average.
Moving average merupakan perata-rataan dari data anomali gaya berat.
Hasil dari metode ini adalah nilai anomali regional, dan untuk anomali residual
diperoleh dari selisih antara anomali Bouguer dengan nilai anomali regionalnya.
Perangkat lunak yang digunakan dalam proses penapisan moving average
adalah Geosoft. Proses pemisahan anomali dimulai dari data anomali Bouguer
yang diinputkan ke Geosoft. Lebar jendela yang telah dihitung pada proses
analisis spektral sebagai data masukan pada moving average. Semakin lebar
35
Ai Diyanti, 2014
INTERPRETASI STRUKTUR GEOLOGI BAWAH PERMUKAAN DAERAH LEUWIDAMAR BERDASARKAN ANALISIS SPEKTRAL DATA GAYABERAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
diteliti akan semakin kecil. Hal ini disebabkan data yang berada ditepi akan
hilang, sehingga penentuan lebar jendela harus optimal. Hasil dari pemisahan
anomali dengan menggunakan penapisan moving average adalah peta anomali
regional dan residual.
3.5.1. Anomali Regional
Anomali regional merupakan bagian dari anomali Bouguer. Peta anomali
regional yang diperoleh dari proses penapisan moving average menggambarkan
anomali dalam pada daerah penelitian. Anomali regional mempunyai nilai
anomali yang tinggi daripada anomali residual. Pada penelitian, anomali regional
tidak diproses lebih lanjut, hanya dianalisis secara kualitatif.
3.5.2. Anomali Residual
Anomali residual atau anomali sisa merupakan hasil dari pengurangan
anomali Bouguer dan anomali regional. Anomali residual mempunyai nilai
anomali yang lebih kecil. Peta anomali residual menggambarkan kondisi bagian
dangkal bawah permukaan daerah penelitian. Pada umumnya, peta anomali
residual mempunyai bentuk kontur anomali yang bervariasi. Hal ini disebabkan
densitas dari sumber yang berada di bagian dangkal daerah penelitian bervariasi
atau tidak homogen. Peta anomali residual digunakan pada proses pembuatan
pemodelan dua dimensi bawah permukaan.
3.6. Gravity Forward Modeling
Forward modeling atau pemodelan kedepan dilakukan berdasarkan
metode dua dimensi Talwani dengan menggunakan bantuan perangkat lunak
Gravmag. Pemodelan dilakukan dengan membuat penampang melintang pada
peta anomali residual terpilih dengan mengambil beberapa lintasan yang mewakili
daerah penelitian.
Dalam penelitian ini, pemodelan struktur bawah permukaan dilakukan
dengan membuat dua penampang melintang pada peta anomali residual yang
36
Ai Diyanti, 2014
INTERPRETASI STRUKTUR GEOLOGI BAWAH PERMUKAAN DAERAH LEUWIDAMAR BERDASARKAN ANALISIS SPEKTRAL DATA GAYABERAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
berarah dari selatan – baratlaut, dan lintasan kedua berarah dari selatan -
timurlaut. Penentuan lintasan tersebut disebabkan jalur yang dilalui lintasan
mempunyai ragam anomali tinggi dan rendah yang dapat mewakili daerah
penelitian. Data jarak dan anomali hasil sayatan dibaca dalam perangkat lunak
Gravmag. Hasil dari pembacaan data tersebut adalah plot anomali pengukuran
(observed) dengan jarak pada sayatan lintasan.
Berdasarkan metode Talwani, pembuatan model dua dimensi ini
menggunakan pemodelan kedepan, yaitu membuat poligon terlebih dahulu
kemudian dibadingkan dengan anomali hasil pengukuran. Densitas yang sesuai
dengan informasi geologi dijadikan input untuk poligon. Anomali calculated
dapat dilihat setelah poligon sembarang dibuat dan diinputkan densitasnya.
Densitas background yang digunakan dalam membuat model struktur
bawah permukaan adalah 2,67 g/cc. Rata-rata kedalaman bidang diskontinitas
dangkal yang telah diperoleh dari proses analisis spektral digunakan sebagai input
pada saat menentukan batas batuan dasar pada pemodelan.
3.7. Prosedur Pengolahan Data
37
Ai Diyanti, 2014
INTERPRETASI STRUKTUR GEOLOGI BAWAH PERMUKAAN DAERAH LEUWIDAMAR BERDASARKAN ANALISIS SPEKTRAL DATA GAYABERAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1. Melakukan pengkonturan dan gridding untuk menghasilkan peta
Anomali Bouguer Lengkap (ABL) dengan menggunakan perangkat
lunak Geosoft 6.4.2.
2. Menentukan tujuh lintasan atau sayatan pada peta ABL yang akan
dilakukan analisis spektral.
3. Melakukan proses Fast Fourier Tansform (FFT) dengan menggunakan
perangkan lunak Matlab 2008 untuk masing-masing lintasan.
4. Menghitung nilai ln A dan k pada setiap lintasan menggunakan
persamaan (2.24).
5. Membuat grafik ln A terhadap k untuk setiap lintasan menggunakan
perangkat lunak Microsoft Excel 2007.
6. Menentukan nilai k cutoff dari perpotongan gradien kedalaman
anomali regional dan anomali residual untuk setiap lintasan pada grafik
ln A terhadap k.
7. Menghitung lebar jendela yang akan digunakan pada proses penapisan
moving average menggunakan persamaan (2.25).
8. Memisahkan anomali regional dan residual menggunakan penapisan
moving average dengan bantuan perangkat lunak Geosotf 6.4.2
sehingga dipeoleh peta kontur anomali regional dan residual.
9. Menganalisis anomali regional dan residual secara kualitatif.
10.Membuat dua penampang lintasan pada peta anomali residual.
11.Membuat pemodelan bawah permukaan dua dimensi dari penampang
lintasan anomali residual dengan menggunakan perangkat lunak
Gravmag.
12.Menginterpretasi model strukur geologi bawah permukaan untuk setiap
Ai Diyanti, 2014
INTERPRETASI STRUKTUR GEOLOGI BAWAH PERMUKAAN DAERAH LEUWIDAMAR BERDASARKAN ANALISIS SPEKTRAL DATA GAYABERAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V
SIMPULAN DAN REKOMENDASI
5.1. Simpulan
Berdasarkan hasil interpretasi dalam penelitian ini maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Dari hasil analisis spektral diperoleh kedalaman rata-rata bidang
diskontinuitas dangkal sebesar 1,71 km dan kedalaman bidang
diskontinuitas dalam sebesar 10,66 km. Hal tersebut menunjukan bahwa
bidang batas antara batuan dasar (basement) dan batuan sedimen terdapat
pada kedalaman rata-rata 1,71 km.
2. Hasil pemodelan struktur bawah permukaan menunjukan bahwa batuan
dasar di daerah Leuwidamar diestimasikan sebagai batuan beku, yaitu
batuan andesit yang mempunyai densitas 2,74 g/cc, sedangkan batuan
sedimen penyusunnya terdiri dari batu gamping, batupasir, batuan gunung
api berupa tuf yang masing-masing densitasnya 2,62 g/cc, 2,40 g/cc dan
2,20 g/cc. Pada lintasan AA’ yang berarah dari selatan ke barat laut terdapat batuan terobosan yang mempunyai densitas 2,68 g/cc. Batuan
terobosan ini diperkirakan Granodiorit Cihara yang menerobos ke
permukaan. Sedangkan pada lintasan BB’ terobosannya berupa batuan
andesit yang mempunyai densitas 2,61 g/cc , batuan diorit kuarsa yang
mempunyai densitas 2,71 g/cc, dan batuan basal yang mempunyai densitas
2,82 g/cc.
3. Pemodelan dua dimensi lintasan AA’ dan BB’ menunjukkan adanya sesar bawah permukaan. Sesar tersebut merupakan celah terbentuknya intrusi
batuan. Pada model lintasan AA’ dan BB’ terdapat dugaan lipatan berupa sinklin yang terletak dibagian tengah lintasan. Perkembangan tektonik
65
Ai Diyanti, 2014
INTERPRETASI STRUKTUR GEOLOGI BAWAH PERMUKAAN DAERAH LEUWIDAMAR BERDASARKAN ANALISIS SPEKTRAL DATA GAYABERAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 5.2. Rekomendasi
Dalam melakukan forward modeling, sebaiknya dilengkapi oleh data
pendukung tambahan seperti data logging dan data seismik daerah penelitian
untuk mengoptimalkan hasil dari forward modeling yang sesuai dengan data
Ai Diyanti, 2014
INTERPRETASI STRUKTUR GEOLOGI BAWAH PERMUKAAN DAERAH LEUWIDAMAR BERDASARKAN ANALISIS SPEKTRAL DATA GAYABERAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA
Blakely, Richard J. (1996). Potential Theory in Gravity and Magnetic Applications. Cambridge: Cambridge University Press.
Gaol, Karit L. Sudrajat, Y., & Wardhana, Dadan. D. (2004). Citra Kerapatan Batuan Bawahpermukaan Daerah Karst Gombong, Jawa Tengah dan Hubungannya dengan Potensi Airtanah. Jurnal Geofisika 2004 No. 2, hlm. 7-13.
Hasan, M. A., & Nurwidyanto, M. I. (2008). Estimasi Penyebaran Sedimen Cekungan Jawa Timur Dengan Metode Gravity. Berkala Fisika Vol. 11, No. 4, hlm. 137-145.
Idral, A. & Sumardi, E. (2006). Anomali Magnet dan Gayaberat pada Daerah Panas Bumi Gunung Endut, Kabupaten Lebak, Propinsi Banten. Prosiding Pemaparan Hasil-hasil Kegiatan Lapangan dan Non Lapangan. Bandung: Pusat Sumber Daya Geologi.
Indriana, Dwi Rina. (2008). Estimasi Ketebalan Sedimen dan Kedalaman Diskontinuitas Mohorovicic Deerah Jawa Timur dengan Analisis Power Spektrum Data Anomali Gravitasi. Berkala Fisika. Vol. 11 , No.2, hlm. 67-74.
Purnomo, Jarot. (2013). Pemisahan Anomali Regional-Residual pada Metode Gravitasi Menggunakan Metode Moving Average, Polynomial dan Inversion. Indonesian Journal of Applied Physic (2013) Vol. 3 No. 1, hlm. 10-20. ISSN: 2089-0133.
Sarkowi, M. (2010). Interpretasi Struktur Bawah Permukaan Daerah Gunung Merbabu-Merapi Berdasarkan Pemodelan 3D Anomali Bouguer. Berkala Fisika Vol. 13 No. 2, hlm. D11-D18.
Setiadi, I., Setyanta, B., Widijono, B.S. (2010).Delinasi Cekungan Sedimen Sumatera Selatan Berdasarkan Analisa Data Gayaberat. Geo-Sciences: JSDG Vol. 20 No. 2, hlm. 93-106.
67
Ai Diyanti, 2014
INTERPRETASI STRUKTUR GEOLOGI BAWAH PERMUKAAN DAERAH LEUWIDAMAR BERDASARKAN ANALISIS SPEKTRAL DATA GAYABERAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Subekti, Kurniawan Agung. (2001). Pemodelan Struktur Bawah Permukaan Gunung Bromo Berdasarkan Hasil Pengukuran Gayaberat. (Skripsi). Semarang: Universitas Diponegoro.
Sugeng. (2005). Kajian Analisis Kelurusan Struktur dengan Citra Landsat Digital untuk Eksplorasi Mineralisasi Emas di Daerah Bayah Kabupaten Lebak. Pertemuan Ilmiah Tahunan MAPIN XIV. Surabaya, 14-15 September 2005, hlm. 162-168.
Suhadiyatno. (2008). Metode Gravitasi. Jakarta: Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam Universitas Indonesia.
Sujatmiko & Santosa. (1992). Peta Geologi Lembar Leuwidamar, Jawa, skala 1:100.000, Peta Geologi Bersistem Indonesia. Bandung: Pusat Penelitian dan pengembangan Geologi.
Syamsuriadi, Hamzah, M., & Aswad, S. Penentuan Struktur Bawah Permukaan Kota Makassar Dengan Menggunakan Metode Gayaberat (Gravity). Diakses dari
http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6208/jurnal_H221 07034.pdf?sequence=1.
Talwani, M., J.L., Worzel., & Landisman, Mark . (1959). Rapid Gravity Computations for Two-Dimensional Bodies with Application to the Mendocino Submarine Fracture Zone. Journal of Geophysical Research: Vol. 64 No. 1 hlm. 49-59.
Team LIPI. (1981). Geofisika Eksplorasi Terbatas. Bandung: Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.
Telford, W. M. dkk. (1990). Applied Geophysics 2nd ed. Cambridge University Press.
Van Bammelen, R.W. (1949). The Geology og Indonesia, Vol 1A. The Hague: Netherland.