DETEKSI BAKTERI PATOGEN DALAM ES BALOK YANG DI JUAL DI DEPOT ES BALOK DI PASAR TRADISIONAL BANDAR LAMPUNG
Oleh
ARRI KURNIAWAN
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar SARJANA KEDOKTERAN
Pada
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG
ABSTRAK
DETEKSI BAKTERI PATOGEN DALAM ES BALOK YANG DIJUAL DI DEPOT ES BALOK DI PASAR TRADISIONAL BANDAR LAMPUNG
Oleh
ARRI KURNIAWAN
Kontaminasi bakteri patogen dapat menyebabkan penyakit. Penyakit yang dapat terjadi diantaranya diare, disentri, demam, dan banyak penyakit lainnya. Es balok merupakan bentuk beku dari air yang digunakan untuk mengawetkan dan mendinginkan bahan makanan atau minuman. Apabila es balok terkontaminasi bakteri, akan menimbulkan penyakit seperti yang telah disebutkan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya kontaminasi bakteri patogen dalam es balok dan kualitas es balok yang dijual di pasar tradisional Bandar Lampung.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif laboratorik. Pengambilan sampel dilakukan pada April 2013 di pasar tradisional Bandar Lampung. Dalam penelitian ini teknik pengambilan sampel dengan metode total sampling dan diperoleh sebanyak 14 sampel. Langkah awal penelitian digunakan metode MPN untuk mendeteksi bakteri coliform gram negative dengan media agar Lactose Broth Single Strength, Lactose Broth Triple Strength, dan Eosin Methylene Blue Agar, hasil selanjutnya ditanam pada media Mac Conkey Agar, Triple Sugar Iron Agar, SIM (Sulfur Indol Motility) Agar, dan Simmons Citrate Agar. Untuk mendeteksi adanya kontaminasi bakteri gram positif digunakan media agar darah.
Hasil penelitian menunjukkan hasil 100% positif kontaminasi bakteri patogen. Beberapa bakteri yang terdeteksi antara lain Escherichia coli (92.86%), Salmonella sp. (64.29%), Shigella sp. (64.29%), Klebsiella sp.(42.68%), Enterobacter sp.(42.86%), Proteus sp. (21.43%), dan Streptococcus sp.(28.57%). Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa kualitas es balok di pasar tradisional Bandar Lampung berkualitas buruk.
i DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ... i
DAFTAR TABEL ... iv
DAFTAR GAMBAR ... v
I . PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 3
1.3 Tujuan Penelitian ... 4
1.4 Manfaat Penelitian ... 4
1.5 Kerangka Teori ... 6
1.6 Kerangka Konsep ... 8
1.7 Hipotesis ... 9
II . TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Es Balok dalam Kehidupan Sehari-hari ... 10
ii 2.3 Bakteri Patogen ...
2.3.1 Karakteristik Escherichia coli ... 13
2.3.2 Karakteristik Salmonella sp. ... 18
2.3.3 Karakteristik Shigella sp. ... 19
2.3.4 Karakteristik Klebsiella sp. ... 19
2.3.5 Karakteristik Enterobacter sp. ... 20
2.3.6 Karakteristik Streptococcus sp. ... 20
2.3.7 Karakteristik Proteus sp. ... 21
2.4 Bahaya Bakteri Patogen ... 21
2.5 Most Probable Number ... 21
2.6 Media Agar ... 2.6.1 BGLB ... 22
2.6.2 EMBA ... 23
2.6.3 LAD ... 24
2.6.4 Mac’Conkey ... 25
2.6.5 SIM ... 26
2.6.6 TSIA ... 28
2.7 Uji Biokimia ... 29
III. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian ... 30
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 30
3.3 Populasi dan Sampel ... 30
iii
3.5 Definisi Operasional ... 31
3.6 Bahan Penelitian ... 34
3.7 Alat-alat Penelitian ... 34
3.8 Media yang Digunakan ... 35
3.9 Prosedur Penelitian ... 35
3.10 Analisis Data ... 41
3.11 Alur Penelitian ... 41
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil ... 43
4.2 Pembahasan ... 49
V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 56
5.2 Saran ... 56
DAFTAR PUSTAKA ... 58
1 I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Es digunakan sebagai salah satu metode atau cara pengawetan bahan-bahan makanan, daging, ikan, makanan dalam kaleng, serta digunakan untuk pendingin minuman. Es yang digunakan dalam pengawetan atau pendinginan selain es batu adalah es balok. Apabila dari bahan baku es tersebut mengandung bakteri, dikhawatirkan akan mencemarkan bahan makanan yang akan berdampak buruk bagi kesehatan. Es balok pada pasar-pasar tradisional sering digunakan dalam mengawetkan ikan, daging, bahan baku makanan, bahkan tedapat es balok yang langsung digunakan sebagai pendingin minuman (Anonim, 2008).
2 Syarat bakteriologis air minum yang harus dipenuhi adalah kadar total bakteri coliform dan Escherichia coli serta bakteri patogen lainnya tidak lebih dari 0/100 ml sampel. Persyaratan tersebut berlaku untuk semua olahan air minum termasuk dalam es batu, yang mana bahan pembuatan es batu atau es balok adalah air (Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 492/MENKES/PER/IV/2010).
Keberadaan Escherichia coli juga menyebabkan timbulnya penyakit diare. Diare merupakan salah satu penyebab tingginya angka kematian pada balita, terutama di Indonesia. (Saraswati dkk, 2010).
Dalam feses terdapat banyak sekali bakteri-bakteri patogen, antara lain Escherichia coli, Salmonella., sp., Shigella sp., Yersinia sp., Pseudomonas
sp., Klebsiella sp., Enterobacter sp., dan banyak bakteri patogen lain. Jika dekat dengan sumber air sumur dan mencemari air tersebut akan berdampak besar dan memiliki potensi tinggi untuk terjadinya pencemaran air oleh feses. Hasil penelitian di Semarang menunjukkan kualitas air tanah buruk karena adanya kontaminasi dari bakteri Escherichia coli, Salmonella., sp., Shigella sp., Yersinia sp., Pseudomonas sp., Klebsiella
3 Hasil analisa mikrobiologis terhadap es di Bogor menunjukkan bahwa mutu es di daerah Bogor tidak memenuhi syarat KEPMENKES. Mutu mikrobiologis yang relatif buruk tersebut dipengaruhi beberapa faktor, diantaranya mutu air yang digunakan sebagai bahan baku, serta penerapan sanitasi dan higienitas dalam penanganan es batu selama proses pembuatan, pengangkutan dan penyimpanan (Nathania, Devi. 2008).
Perlu untuk dilakukannya penelitian mengenai kontaminasi bakteri patogen dalam es balok, karena di Bandar Lampung belum ada data penelitian mengenai hal tersebut, mengingat di Bandar Lampung es balok sangat sering digunakan sebagai bahan kebutuhan sehari-hari seperti untuk pengawetan ikan, pendingin makanan, minuman dan sebagainya, maka dari itu perlu dilakukan penelitian untuk melindungi masyarakat sebagai pengguna dari ancaman infeksi mikroorganisme air (water borne disease).
1.2 Rumusan Masalah
Dari pemaparan latar belakang penelitian diatas, ditemukan beberapa permasalahan. Rumusan masalah pada penelitian ini antara lain :
1. Apakah terdapat kontaminasi bakteri patogen pada es balok di pasar tradisional Bandar Lampung ?
4 1.3 Tujuan Penelitian
Pada penelitian ini memiliki beberapa tujuan. Tujuan tersebut dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.
1. Tujuan Umum
Mendeteksi adanya kontaminasi bakteri patogen pada es balok yang dijual di depot es balok di pasar tradisional Bandar Lampung.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui persentase kontaminasi bakteri patogendalam es balok yang diperoleh dari pasar tradisional di Bandar Lampung.
b. Mengetahui kualitas es balok yang dijual di pasar tradisional Bandar Lampung.
1.4 Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini, diharapkan dapat bermanfaat bagi :
1. Peneliti
5 2. Pembaca
Dapat memberikan informasi mengenai pencemaran bakteri patogen pada es balok yang ada di pasar tradisional Bandar Lampung.
3. Peneliti Selanjutnya
Dapat menjadi sumber informasi untuk judul atau bidang yang terkait dengan deteksi bakteri patogen di pasar tradisonal Bandar Lampung.
4. Instansi/institusi
Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi patokan atau acuan untuk pencemaran atau kontaminasi bakteri patogen pada es balok di pasar tradisional Bandar Lampung.
5. Tindak Lanjut
Hasil penelitian ini akan dilaporkan ke Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) wilayah Bandar Lampung, diharapkan instansi terkait melakukan tindak lanjut dalam pemeriksaan kualitas es balok yang dijual di pasar tradisional Bandar Lampung.
6. Ilmu Pengetahuan
6 7. Pemilik Depot Es Balok
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai kontaminasi bakteri patogenpada es balok, sehingga pemilik depot es senantiasa meningkatkan kebersihan.
1.5 Kerangka Teori
Es merupakan wujud lain dari air dalam bentuk padatan yang terjadi bila air didinginkan pada suhu 0oC (273.15oK atau 32oF) pada tekanan atmosfer standar. Es dapat terbentuk pada suhu yang lebih tinggi dengan tekanan yang lebih tinggi juga, dan air akan tetap sebagai cairan atau gas sampai -30°C pada tekanan yang lebih rendah (Anonim, 2009).
Berdasarkan PERMENKES/492/2010 persyaratan air minum yang baik adalah tidak mengandung bakteri Escherichia coli dan coliform (0/100 ml sampel). Selain itu syarat-syarat yang harus dipenuhi adalah dari segi bakteriologis, kimia, fisik dan radioaktifitas (PERMENKES/492/2010).
7 Untuk lebih jelasnya kerangka teori pada penelitian ini dapat dilihat pada bagan berikut :
Gambar 1.1 KerangkaTeori
Berdasarkan syarat kualitas air KEPMENKES RI No.492/MENKES/PER/IV/2010 syarat kualitas air minum harus memenuhi kriteria bakteriologis, kimiawi, fisik dan radioaktifitas. Khususnya syarat bakteriologis dalam tiap sampel air harus memiliki kadar bakteriologis 0 cfu / 100 ml sampel.
Escherichia coli Salmonella sp.
Shigella sp. Klebsiella sp. Enterobacter sp.
Streptococcus β-hemoliticus Proteus sp.
0 cfu / 100 ml sampel
> 0 cfu / 100 ml sampel
Bakteriologis Bakteriologis Bakteriologis Bakteriologis
N e g a t i f
P o s i t i f
8 1.6 Kerangka Konsep
Es balok dibuat dari berbagai sumber air, bisa dibuat dari air PDAM, air tampungan hujan, air sumur, dan berbagai sumber air lainnya. Dari bahan baku tersebut, ada kemungkinan untuk terjadi pencemaran dari berbagai mikroorganisme patogen. Berdasarkan KEPMENKES RI No.492/MENKES/PER/IV/2010 kualitas air yang baik digunakan yaitu 0 cfu / 100ml sampel dari kontaminasi bakteri. Berikut adalah kerangka konsep secara lengkap :
Gambar 1.2 Kerangka Konsep
Escherichia coli Salmonella sp.
Shigella sp. Klebsiella sp. Enterobacter sp. Streptococcus sp.
Proteus sp.
Pemasaran
Perlakuan Es Balok di Depot
Depot Es Balok Sumber Air
9 1.7 Hipotesis
10
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Es Balok dalam Kegiatan Sehari-hari
Es digunakan dalam salah satu metode atau cara pengawetan bahan-bahan makanan, daging, ikan, makanan dalam kaleng, serta minuman. Es yang digunakan dalam pengawetan selain es batu adalah es balok. Apabila dari bahan baku es tersebut mengandung bakteri, dikhawatirkan akan mencemari bahan makanan tersebut yang akan berdampak buruk bagi kesehatan, yaitu diare (Saraswati dkk, 2010).
Es merupakan wujud lain dari air dalam bentuk padatan yang terjadi bila air didinginkan pada suhu 0oC (273.15oK atau 32oF) pada tekanan atmosfer standar. Es dapat terbentuk pada suhu yang lebih tinggi dengan tekanan yang lebih tinggi juga, dan air akan tetap sebagai cairan atau gas sampai -30°C pada tekanan yang lebih rendah (Anonim, 2009).
11 air tidak erat menjadi struktur kristal yang berlubang (cluster) (Anonim, 2009).
Es balok dibuat melalui beberapa tahap, diantaranya :
Gambar 2.1 Proses Pembuatan Es Balok
Berdasarkan Standar World Health Organization (WHO), standar air minum yang digunakan tidak boleh mengandung Eshcerichia coli dan sebaiknya air bebas dari bakteri coliform. Standar WHO kualitasStandar WHO kualitas air yang baik adalah 0 cfu / 100ml sampel air (WHO, 2004).
Pumping Menuju bak
sterilisasi
Pengisian kedalam Cetakan
Pembekuan Air Es
Pelepasan Es
Air Sumur Bor Penampungan Sterilisasi
Pengisian Cetakan Es
Tangki Pembekuan
12 2.2 Hubungan Es Balok dengan Bakteri Patogen
Escherichia coli merupakan flora normal usus, biasanya tidak menyebabkan penyakit dan didalam usus memberikan fungsi normal berupa pembusukan feses dan sisa-sisa makanan. Namun jika Escherichia coli masuk kedalam saluran pencernaan dalam jumlah banyak, dapat membahayakan kesehatan. Walaupun Escherichia coli merupakan bagian mikroba normal saluran pencernaan, tetapi saat ini telah terbukti bahwa galur-galur tertentu mampu menyebabkan gastroenteritis taraf menengah hingga taraf berat pada manusia maupun hewan (Feliatra, 2002).
Menurut hasil penelitian dari pemerintah Hongkong, adanya E. coli pada es dapat dikarenakan permukaan pembungkus es telah terkontaminasi saat pengantaran atau pada saat penyimpanan es. Permukaan yang telah terkontaminasi dapat mencemari es tersebut. Selain itu apabila air yang digunakan untuk es bukanlah air bersih, juga dapat memungkinkan terjadinya pencemaran E. coli, karena menurut hasil penelitian, E. coli yang terkandung dalam air tersebut tidak mati dalam proses pembekuan, sehingga saat es tersebut mencair dapat memungkinkan E. Coli hidup kembali (Saraswati. dkk, 2010).
13 sebagai bahan baku pembuatan es balok, merupakan penyebab tingginya kejadian diare di Surabaya (Surtiningsih dkk, 2011).
Klebsiella spp. merupakan penghuni alami banyak lingkungan air, dan mereka dapat berkembang biak secara pesat di perairan kaya nutrisi, seperti limbah pabrik pulp, industri tekstil dan pabrik operasi pengolahan tebu. Dalam sistem distribusi air minum, mereka diketahui mengkolonisasi ring pada keran. Klebsiella spp. juga diekskresikan dalam kotoran banyak manusia dan hewan, serta mereka mudah dideteksi dalam air limbah yang tercemar (Craun dkk. 2006).
2.3 Bakteri Patogen
2.3.1 Karakteristik Escherichia coli
Escherichia coli merupakan bakteri gram negatif yang berbentuk basil, ada yang individu (monobasil), saling berpasangan (diplobasil) atau berkoloni membentuk rantai pendek (streptobasil), tidak membentuk spora maupun kapsula, berdiameter ± 1,1 – 1,5 x 2,0 – 6,0 μm, dapat bertahan hidup di medium sederhana dan memfermentasi laktosa, menghasilkan asam dan gas, kandungan G+C DNA ialah 50-51 mol % (Jawetz dkk, 2008).
14 suhu sesuai. Selain tersebar di banyak tempat dan kondisi, bakteri ini tahan terhadap suhu, bahkan pada suhu ekstrim sekalipun. Suhu yang optimalnya adalah 37 oC. Oleh karena itu, bakteri tersebut dapat hidup dalam tubuh manusia dan vertebrata lainnya (Jawetz dkk, 2008).
Taksonomi Escherichia coli :
Kingdom / Domain : Bacteria Phylum : Proteobacteria
Class : Gammaproteobacteria Ordo / Order : Enterobacteriales Family : Enterobacteriaceae
Genus : Escherichia
Species : Escherichia coli
15 Bakteri hanya menjadi patogen bila bakteri ini berada diluar jaringan usus yang terdapat flora normal. Tempat yang paling sering terkena infeksi yang penting secara klinis adalah saluran kemih, saluran empedu, dan tempat lain dalam rongga abdomen, tetapi setiap tempat anatomi (misal bakteriemia, kelenjar prostat, paru, tulang, meninges) dapat menjadi tempat penyakit. Beberapa bakteri enterik (misalnya Serratia Sp., Mercescens Sp., Enterobacter aerogenes) merupakan patogen oportunistik. Bila imunitas pejamu adekuat, terutama pada bayi atau usia tua, stadium akhir penyakit lain, setelah mengalami immunosupresi atau pada orang dengan kateter vena atau urin terpasang lama akan dapat menyebabkan terjadinya infeksi lokal yang bermakna klinis, dan bakteri dapat masuk ke peredaran darah dan menimbulkan sepsis (Anonim, 2012).
Manifestasi klinis infeksi oleh E. coli tergantung pada tempat infeksi dan tidak dapat dibedakan dengan gejala atau tanda akibat proses yang disebabkan bakteri lain. E. coli yang menyebabkan diare sangat banyak ditemukan di seluruh dunia.
16 EPEC / Escherichia coli Enteropatogenic, merupakan penyebab diare yang penting pada bayi, terutama di negara berkembang. EPEC sebelumnya dikaitkan dengan wabah diare di ruang perawatan di negara maju. EPEC menempel pada sel mukosa usus halus. Faktor yang diperantarai oleh kromosom meningkatkan perlekatan. Terdapat kehilangan mikrofili (penumpulan), pembentukan tumpuan filament aktin atau struktur mirip mangkuk dan kadang-kadang EPEC masuk ke dalam sel mukosa. Lesi yang khas dapat dilihat pada biopsi lesi usus halus di mikrograf elektron. Akibat infeksi EPEC adalah diare encer, yang biasanya sembuh dengan sendirinya tetapi dapat menjadi kronik. Diare EPEC disebabkan oleh berbagai serotipe spesifik E. coli, strain di identifikasi dengan antigen O dan kadang-kadang dengan penentuan tipe antigen H. Model infeksi dua tahap yang menggunakan sel HPEp-2 juga dapat dilakukan. Pemeriksaan untuk mengidentifikasi EPEC dilakukan di laboratorium rujukan. Lamanya diare EPEC dapat diperpendek dan diare kronik dapat diobati dengan terapi antibiotik.
ETEC / Escherichia coli Enterotoxigenic, adalah penyebab umum “diare
17 dan memfasilitasi masuknya sub-unit A (BM 26.000) ke dalam sel, yang kemudian mengaktivasi adilat siklase. Hal ini meningkatkan konsentrasi lokal cyclic adenosine mono phosphate (cAMP) secara bermakna yang mengakibatkan hipersekresi air (H2O) dan chloride (Cl-) yang banyak dan lama serta menghambat reabsorbsi natrium (Na++). Lumen usus teregangn oleh air, terjadi hepermotilitas dan diare yang berlangsung selama beberapa hari. LT bersifat antigenik dan bereaksi silang dengan enterotoksin Vibrio cholera. LT merangsang produksi antibodi penetralisir di dalam serum pada orang yang sebelumnya terinfeksi dengan enterotoksin E. coli.
EHEC / Escherichia coli Enterohemorrhagic, menghasilkan verotoksin, dinamakan berdasarkan efek sitotoksiknya terhadap sel Vero, suatu sel ginjal monyet Afrika. Paling sedikit ada dua bentuk antigenik toksin. EHEC menimbulkan kolitis hemoragik, diare yang berat, dan pada sindroma hemolitik uremik, suatu penyakit yang mengakibatkan gagal ginjal akut, anemia hemolitik mikroangiopati, dan trombositopenia. Verotoksin ini memiliki banyak sifat yang serupa dengan toksin Shiga yang dihasilkan oleh Shigella dysentriae tipe 1, namun dua toksin tersebut berbeda secara antigenik dan genetik.
18 makanan di negara industri. Organisme ini ditandai oleh pola perlekatannya yang khas pada sel manusia. EAEC menghasilkan toksin mirip sitotoksin dan hemolisin.
EIEC / Escherichia coli Enteroinvasive, menimbulkan penyakit mirip shigellosis. Penyakit ini terjadi paling sering pada anak-anak di negara berkembang dan pada pengunjung negara-negara tersebut. Seperti shigella, strain EIEC tidak memfermentasikan laktosa atau memfermentasikan laktosa dengan lambat dan non-motil. EIEC menimbulkan penyakit dengan menginvasi sel epitel mukosa usus (Jawetz dkk, 2008).
Struktur antigen Enterobacteriaceae mempunyai struktur antigen yang kompleks, diklasifikasikan lebih dari 150 antigen somatic (O) yang berbeda dan tahan panas (lipopolysaccharide), lebih dari 100 antigen kapsular (K) yang tidak tahan panas, dan antigen flagellar (H) yang lebih dari 50 (Jawetz dkk, 2008).
2.3.2 Karakteristik Salmonella sp.
Salmonella sp. merupakan bakteri batang gram negatif, motil yang secara khas dapat memfermentasi laktosa dan manosa tanpa memproduksi gas tetapi tidak memfermentasikan maltosa dan sukrosa. Sebagian besar besar Salmonella menghasilkan H2S. Salmonella sp dapat tumbuh pada media
19 2.3.3 Karakteristik Shigella sp.
Habitat asli Shigella sp. terbatas pada saluran cerna manusia dan primata. Organisme ini apabila jumlahnya lebih dari normal, dapat berubah menjadi patogen dan menyebabkan penyakit disentri basiler. Shigella sp. adalah bakteri gram negatif batang berbentuk cocobasil ditemukan pada biakan. Bakteri ini bersifat fakultatif anaerob tetapi tumbuh paling baik secara aerob. Koloni berbebtuk konveks, dan bulat. Semua Shigella sp. dapat memfermentasikan glukosa. Kecuali Shigella sonnei yang tidak dapat memfermentasikan laktosa. Shigella membentuk asam dari karbohidrat tetapi jarang menghasilkan gas. Organisme ini juga dapat dibagi menjadi organisme yang dapat memfermentasikan manitol dan tidak dapat memfermentasikan manitol. (Jawetz dkk, 2008).
2.3.4 Karakteristik Klebsiella sp.
Spesies yang paling patogen dari genus Klebsiella sp. adalah spesies Klebsiella pneumonia. Spesies ini memproduksi β-laktamase. Morfologi mikroskopik dari Klebsiella pneumonia adalah bakteri batang gram negatif, ukurannya antara 0.6-6µm x 0.3-0.5µm. memiliki kapsul polisakarida dan non motil.
Pada media agar EMB dan Mc’Conkey koloni Klebsiella sp koloni sangat
20 nosokomial pneumonia, abses paru, empisema, infeksi saluran kemih, enteritis pada anak, bakteriemia, septikemia, rhinoscleroma, ozaena atau chronic atrofi rhinitis, nekrosis dan pembentukan abses, dan meningitis (Simatupang, Maria. 2008).
2.3.5 Karakteristik Enterobacter sp.
Enterobacter aerogenes termasuk dalam kelas enterobacteriaceae yang merupakan bakteri fakultatif anaerob yang mampu menghasilkan H2S. Bakteri ini memiliki bentuk batak dengan lebar 0.6 - 1.0 µm dan panjang 1.2 - 3.0 µm, gram negatif, motil, dan optimal tumbuh pada suhu 37oC. Organisme ini mempunyai kapsul yang kecil, dapat ditemukan hidup bebas di air atau berada di saluran cerna dan dapat menyebabkan infeksi saluran kemih dan sepsis (Jawetz dkk, 2008).
2.3.6 Karakteristik Streptococcus sp.
21 2.3.7 Karakteristik Proteus sp.
Proteus sp, memiliki morfologi seperti batang (basil) gram negatif pendek, susunan berkelompok sampai satuan. Ukuran 1-3µm x 0.4-0.6µm. Jenis flagel peritrik, dan tidak memiliki kapsul. Pada media agar pembiakan
Mc’Conkey, koloni tidak berwarna. Pada LAD koloni terlihat swarming (penuh pada media). Proteus sp. dapat menyebabkan penyakit gastroenteritis, pleuritis, peritonitis, pyelonefritis, cystitis, septikemia, abses, serta infeksi mata dan telinga (Simatupang, Maria. 2008).
2.4 Bahaya Bakteri Patogen
Manifestasi klinis infeksi oleh E. coli tergantung pada tempat infeksi dan tidak dapat dibedakan dengan gejala atau tanda akibat proses yang disebabkan bakteri lain. E. coli yang menyebabkan diare sangat banyak ditemukan di seluruh dunia (Firlieyanti, 2006).
/
2.5 Most Probable Number (MPN)
22 mengetes kembali kebenaran adanya coliform dengan bantuan media selektif diferensial. Uji kelengkapan kembali meyakinkan hasil tes uji konfirmasi dengan mendeteksi sifat fermentatif dan pengamatan mikroskop terhadap ciri-ciri coliform: berbentuk batang, Gram negatif, tidak-berspora.
Output metode MPN adalah nilai MPN. Nilai MPN adalah perkiraan jumlah unit tumbuh (growth unit) atau unit pembentuk-koloni (colony forming unit ; cfu) dalam sampel. Namun, pada umumnya, nilai MPN juga diartikan sebagai perkiraan jumlah individu bakteri. Satuan yang digunakan, umumnya per 100 mL atau per gram. Jadi misalnya terdapat nilai MPN 10/g dalam sebuah sampel air, artinya dalam sampel air tersebut diperkirakan setidaknya mengandung 10 coliform pada setiap gramnya. Makin kecil nilai MPN, maka air tersebut makin tinggi kualitasnya, dan makin layak minum. Metode MPN memiliki limit kepercayaan 95 persen sehingga pada setiap nilai MPN, terdapat jangkauan nilai MPN terendah dan nilai MPN tertinggi (Cahyo, 2008). 2.6 Media Agar yang Digunakan untuk Mendeteksi Bakteri Patogen
2.6.1 Brilliant Green Lactose Bile (BGLB)
23 pengecualian, coliform adalah satu-satunya organisme yang akan tumbuh dalam media ini dan juga memproduksi gas dari fermentasi laktosa pada 35-37 °C. Digunakan dalam tes konfirmasi untuk jumlah coliform (Anonim. 2012).
2.6.2 Eosin Methylene Blue Agar (EMBA)
24 Gambar 2.3 Media EMBA Positif Escherichia coli
2.6.3 Lempeng Agar Darah
Lempeng agar darah digunakan dalam penelitian bertujuan untuk memperkaya medium yang digunakan untuk menumbuhkan bakteri dan mendiferensiasi bakteri berdasarkan sifat hemolisisnya (Buxton, R. 2013).
25 Untuk membaca reaksi hemolitik pada plate agar darah, plate harus diangkat ke sumber cahaya dan diamati dengan cahaya yang datang dari belakang (cahaya yang ditransmisikan). Beta hemolitik didefinisikan sebagai lisis lengkap atau lisis sel darah sempurna. Sebuah zona bening, mendekati warna dan transparansi dari media yang mengelilingi koloni. Bakteri memproduksi β-haemolysin (Streptolisin O dan S), yang melisiskan sel darah merah di media secara sempurna. Alpha-hemolisis yang membentuk zona kehijauan hingga coklat muda disekitar koloni, bakteri menghemolisa sebagian hemoglobin sehingga meninggalkan pigmen hijau biliverdin. Gamma hemolisis agak saling bertentangan. Jenis ini menunjukkan kurangnya hemolisis. Seharusnya tidak ada reaksi dalam medium sekitarnya(Buxton, R. 2013).
2.6.4 Mc’Conkey Agar
26 McConkey agar merupakan media selektif dan diferensial digunakan untuk isolasi dan diferensiasi bakteri batang gram negatif, terutama famili Enterobacteriaceae dan genus Pseudomonas. Digunakannya kristal violet dan garam empedu di media mencegah pertumbuhan bakteri gram positif seperti Neisseria sp. dan Pasteurella sp. Toleransi bakteri enterik gram negatif ke empedu merupakan hasil dari membran luar yang relatif resisten empedu, yang menyembunyikan membran sitoplasma yang sensitif empedu (Allen, Mary E. 2010).
Bakteri gram negatif yang tumbuh pada media dibedakan oleh kemampuan mereka untuk memfermentasi laktosa. Bakteri yang fermentasi laktosa menyebabkan pH dari media turun dan perubahan yang dihasilkan pada pH terdeteksi oleh perubahan menjadi warna merah, yang berwarna merah pada pH di bawah ini 6.8 (Allen, Mary E. 2013).
2.6.5 Sulfur, Indole, Motility (SIM) Agar
27 negatif. Bakteri Shigella sp., Enterobacter sp., dan Streptococcus sp. menunjukkan uji H2S, indol serta motilitas negatif (Sturm, Tasha L. 2013).
28 Gambar 2.4 Media SIM (Sulfur Indole Motility) Test
2.6.6 Triple Sugar Iron (TSI) Agar
29 Ketika salah satu karbohidrat difermentasi, penurunan pH akan menyebabkan media untuk berubah dari oranye kemerahan (warna asli) menjadi kuning. Sebuah warna merah tua menunjukkan alkalisasi dari peptone. Sodium tiosulfat dalam medium berkurang oleh beberapa bakteri untuk memproduksi gas hidrogen sulfida (H2S), yaitu gas tidak berwarna. Hidrogen sulfida akan bereaksi dengan ion besi (Fe+) dalam medium untuk menghasilkan reaksi besi sulfida, yang merupakan endapan larut berwarna hitam (Lehman, Donald. 2013).
2.7Uji Biokimia
30 III. METODE PENELITIAN
3.1Desain Penelitian
Desain penelitian pada penelitian ini adalah Deskriptif Laboratorik.
3.2Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret - April 2013. Sterilisasi alat-alat dan penelitian sampel es balok dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.
3.3Populasi dan Sampel
Populasi pada penelitian ini adalah depot-depot es balok yang ada di pasar tradisional Bandar Lampung yang jumlahnya 14 depot yang terdapat pada 7 pasar dari 10 pasar yang ada di Bandar Lampung.
31 3.4Variabel Penelitian
Variabel penelitian terdiri dari dua jenis, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas pada penelitian ini adalah es balok, sedangkan variabel terikat pada penelitian ini adalah koloni yang terbentuk pada media agar pembiakan bakteri patogen Escherichia coli, Salmonella sp., Shigella sp., Klebsiella sp., Enterobacter aerogenes., Proteus sp., Streptococcus β-hemolyticus.
3.5Definisi Operasional
Dalam penelitian ini terdapat beberapa istilah yang harus dijelaskan secara eksplisit sehingga tidak menimbulkan salah persepsi dalam pemahamannya, anatara lain :
1. Kualitas Es balok
Es balok dapat dibuat dari berbagai macam sumber air. Berdasarkan PERMENKES/492/2010, kualitas air untuk pembuatan segala jenis makanan dan minuman harus memenuhi syarat kimia, fisik, mikrobiologi, serta radioaktifitas (terlampir).
2. Kandungan bakteri patogen
Keberadaan bakteri patogen Escherichia coli, Salmonella sp., Shigella sp., Klebsiella sp., Enterobacter aerogenes., Streptococcus β
32 pengangkutan, penyimpanan, pengemasan, pembersihan dan lain sebagainya. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3.1 Definisi Operasional
No. Variabel Definisi Hasil Kriteria Hasil Skala
1. Kualitas Es balok
Kualitas produk hasil olahan air yang dibekukan berdasarkan
standar PERMENKES /
No.492 / 2010
( baik )
( buruk )
0/100 ml sampel
> 0/100 ml sampel
Ordinal
2. Kandungan bakteri patogen
Keberadaan
E.coli di dalam es balok yang diperoleh dari pasar tradisional Bandar Lampung
(+) MPN >0/100ml sampel, tes biokimia positif E.coli, terbentuk koloni bakteri pada EMB. Ordinal
(-) MPN 0/100ml sampel, tes
biokimia negatif E.coli,
tidak terbentuk koloni bakteri
pada EMB
Keberadaan,
Salmonella sp
dalam es balok yang diperoleh dari pasar tradisional Bandar Lampung (+) (-) Terbentuk koloni pada media EMB, SIM, Mc’Conkey, TSIA dan SC
Tidak terbentuk koloni pada media EMB,
SIM, Mc’Conkey, TSIA dan SC
33 Keberadaan
Klebsiella sp
dalam es balok yang diperoleh dari pasar tradisional Bandar Lampung (+) (-) Terbentuk koloni pada media EMB, SIM, Mc’Conkey, TSIA dan SC
Tidak terbentuk koloni pada media EMB,
SIM, Mc’Conkey, TSIA dan SC
Ordinal
Keberadaan
Enterobacter aerogenes. dalam
es balok yang diperoleh dari pasar tradisional Bandar Lampung (+) (-) Terbentuk koloni pada media EMB, SIM, Mc’Conkey, TSIA dan SC
Tidak terbentuk koloni pada media EMB,
SIM, Mc’Conkey, TSIA dan SC
Ordinal
Keberadaan S. β-hemolyticus.
dalam es balok yang diperoleh dari pasar tradisional Bandar Lampung (+) (-) Terbentuk koloni pada SIM, LAD dan
terjadi reaksi pada uji koagulase
Tidak terbentuk koloni pada SIM, LAD dan
terjadi reaksi pada uji koagulase
34 Keberadaan
Proteus sp. dalam es balok yang diperoleh dari pasar tradisional Bandar Lampung
(+)
(-)
Terbentuk koloni pada media EMB,
SIM, Mc’Conkey, TSIA dan SC
Tidak terbentuk koloni pada media EMB,
SIM, Mc’Conkey, TSIA dan SC
Ordinal
Sumber : Meutia, 2008
3.6Bahan Penelitian
Bahan penelitian pada eksperimen adalah es balok yang dibiarkan mencair, yang diambil dari pasar tradisional di Bandar Lampung.
3.7Alat-alat dalam Penelitian
35 3.8Media yang digunakan
Media pertumbuhan bakteri yang digunakan dalam penelitian ini :
1. LBSS 2. LBTS 3. BGLB 4. EMBA
5. Media gula-gula : Glukosa, Laktosa, Manitol, Maltosa, Sukrosa. 6. Agar SIM
7. Agar Mc’Conkey 8. LAD
9. TSIA 10.Agar SC
3.9Prosedur Penelitian
Sebelum melakukan penelitian, semua alat-alat yang akan digunakan disterilisasi terelebih dahulu dengan menggunakan autoklav. Es balok dibiarkan mencair pada suhu ruangan yang dimasukkan kedalam tempat kemudian ditutup rapat untuk mencegah kontaminasi. Setelah es balok mencair, air sampel dari es balok tersebut ditempatkan kedalam beker glass sebanyak 100 ml.
36 tidaknya bakteri Escherichia coli terdiri dari tiga tahap, yaitu uji pendugaan (Presumptive Test), uji konfirmasi (Confirmed Test), dan uji kelengkapan (Completed Test).
1. Tahap I Presumptive Test Spesimen cair ditaman pada:
Lima buah tabung berisi LBTS (tiap tabung berisi 5 ml), kemudian masing-masing diisi air sampel 10 ml. Tabung berikutnya satu buah tabung berisi LBSS(isi sebanyak 10 ml), diisi air sampel 1 ml. Tabung terakhir satu buah tabung berisi LBSS (isi sebanyak 10 ml), tabung dengan diisi 0.1 ml air sampel.
[image:43.595.135.509.477.642.2]Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3.2 Presumptive Test
No Media Jumlah
Tabung
Jumlah
Media (ml) Sampel Air (ml) 1 Lactose Broth Triple
Strength 5 5 10
2 Lactose Broth Single
Strength 1 10 1
3 Lactose Broth Triple
Strength 1 10 0.1
Sumber : Meutia, 2008
37 penegasan (Confirmed test). Apabila tabung tidak menghasilkan gas, diinkubasi satu kali lagi selama 24 jam, bila tetap tidak menghasilkan gas maka dianggap negatif dan tidak perlu uji lanjutan.
2. Tahap II Confirmed test
Dari tabung pada presumptive test yang menghasilkan gas, diambil sedikit dengan mencelupkan ose ke dalamnya kemudian tanam pada tabung BGLB, lalu diinkubasi pada suhu 37oC selama 48 jam.
Tabung-tabung yang menghasilkan gas dicatat dan dicocokkan dengan tabel MPN untuk menentukan jumlah terdekat bakteri coliform (khususnya Escherichia coli) yang terkandung dalam sampel.
3. Tahap III Complete test
Tabung BGLB yang menghasilkan gas, dicelupkan dengan ose, kemudian hasil tersebut ditanamkan pada agar EMB dan diinkubasi dalam inkubator pada suhu 37oC selama 24 jam. Setelah sampel diinkubasi dan apabila pada media EMBA berubah warna menjadi hijau metalik, menandakan positif suspect Escherichia coli.
38 Dalam uji biokimia, suspect Escherichia coli menunjukkan uji glukosa positif, sukrosa positif, maltosa positif, manitol positif, serta uji laktosa positif dan dapat pula negatif. Pada uji SIM, produksi H2S negatif, uji indole positif motilitas dapat positif atau negatif. Untuk uji SC, hasilnya menunjukkan negatif.
Selain menggunakan media agar EMB untuk mendeteksi adanya bakteri gram negatif, dalam penelitian ini juga digunakan media TSIA untuk mendiferensiasikan bakteri golongan famili Enterobacteriaceae serta gram negatif lainnya serta digunakan media agar Mc’Conkey.
39 Tabel 3.3 Interpretasi Positif Kontaminasi pada Uji Biokimia
No. Bakteri Uji Biokimia
Glu Suk Mal Man Lak H2S Ind M C
1 Escherichia coli + +/- + + +/- - + + -
2 Salmonella sp. + - + + - + - + +/-
3 Shigella sp. + + + - - - -
4 Klebsiella sp. + + + +/- + - - - +
5 Enterobacter sp. + + + + + - - + +
6 Streptococcus sp. - - - -
7 Proteus sp. + + - - - + - + +/-
Sumber : MacWilliam, Maria. P. Sturm, L. Tasha. 2013
Keterangan :
Glu = Glukosa H2S = Sulfur production
Suk = Sukrosa Ind = Reaksi indole
Mal = Maltosa M = Motilitas
Man = Manitol C = Citrate
40 Tabel 3.4 Interpretasi Positif Kontaminasi pada Media Agar
No. Bakteri
Media Agar
EMB MC LAD TSIA
Lereng Dasar 1 Escherichia coli Hijau metalik Merah bata Negatif Kuning Kuning 2 Salmonella sp. Tidak berwarna Tidak berwarna Negatif Merah Kuning 3 Shigella sp. Tidak berwarna Tidak berwarna Negatif Merah Kuning 4 Klebsiella sp. Pink mukoid Pink mukoid Negatif Kuning Kuning 5 Enterobacter aeruginosa Tidak berwarna Putih mukoid Negatif Kuning Kuning
6 Streptococcus sp. - - Putih, hemolisis - -
7 Proteus sp. Tidak berwarna Merah muda Negatif Merah Kuning
Sumber : Allen, Mary. E. Buxton, Rebecca. Cheeptham, N. 2013
Keterangan :
EMB = Eosin Methylene Blue Agar
MC = Mc’Conkey Agar
LAD = Lempeng Agar Darah
41 Persentase es batu
dengan bakteri coliform >0/100 ml sampel Persentase es batu dengan bakteri coliform 0/100 ml sampel
Persentase es batu dengan E.coli 3.10 Analisis Data
Dari data yang diperoleh, dilakukan perhitungan prevalensi sampel yang memiliki kadar MPN 0/100 ml dan > 0/100ml sampel, serta menghitung keberadaan Escherichia coli dalam Es balok (Meutia, 2008).
a.
b.
c.
Analisis data dengan rumus diatas hanya pada bakteri Escherichia coli saja, untuk analisis data pada bakteri patogen lain hanya diinterpretasikan melalui hasil pertumbuhan koloni pada media agar.
3.11 Alur Penelitian
42 Setelah sampel siap, lakukan uji pertama MPN, presumptive test. Apabila presumptive test positif, lakukan uji berikutnya yaitu MPN confirm test. Apabila presumptive test negatif, pengujian sampel selesai. Bila confirm test positif, lanjutkan pada uji MPN complete test, uji TSIA, uji Mc’Conkey, LAD dan uji SIM. Apabila pengujian menunjukkan hasil test
negatif, pengujian sampel selesai. Selanjutnya uji terakhir, dengan complete test apabila menunjukkan hasil yang positif, dilakukan pengujian dilanjutkan dengan uji biokimia atau uji gula-gula.
[image:49.595.115.513.370.727.2]Bila semua pengujian menunjukkan hasil, dilakukan pengumpulah hasil dan melakukan interpretasi hitung angka MPN dengan rumus penghitungan MPN.
Gambar 3.1 Skema Alur Penelitian
Presumptive test
Confirm test
Complete test, TSIA, Mc’Conkey,
LAD, SIM Positif
Negatif
Pengujian selesai
Negatif
Pengujian selesai
Positif
Uji biokimia
Negatif
56 V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kesimpulan dari penelitian ini terdeteksi adanya kontaminasi bakteri patogen dalam es balok yang dijual di pasar tradisional Bandar Lampung. Hal ini mengindikasikan terjadi pencemaran biologis dan menjadi dasar bahwa es balok yang dijual di Bandar Lampung berkualitas buruk serta dapat membahayakan masyarakat sebagai pengguna.
B. Saran
1. Dilakukan sosialisasi pada pedagang es balok dan pabrik es balok di Bandar Lampung untuk senantiasa menjaga kualitas es balok yang dijual dan diproduksi supaya aman bagi konsumen dengan cara senantiasa menjaga kebersihan.
2. Perlu penelitian lebih lanjut terhadap kandungan bakteri dalam es batu atau es balok yang ada di pasar-pasar tradisional Bandar Lampung agar semakin memperbarui data mengenai pencemaran mikrobiologi dalam es balok di Bandar Lampung.
57 Untuk para peneliti lain, disarankan untuk menambah identifikasi bakteri selain gologan gram negatif dan Escherichia coli, perlu diperhatikan adanya kontaminasi mikroorganisme dari golongan gram positif lainnya.
4. Perlunya menjaga kebersihan di lingkungan sekitar depot es balok agar mengurangi kemungkinan terjadi pencemaran mikroorganisme.
5. Menjaga kebersihan diri saat mengolah atau memperlakukan es balok agar mencegah terjadinya kontaminasi mikroorganisme dari tangan ke es balok tersebut.
6. Memasak dengan benar dan bahan-bahan yang didinginkan menggunakan es balok dari depot es di pasar sebagai langkah untuk mematikan mikroorganisme.
58 DAFTAR PUSTAKA
Ahmed, W. Hodgers, N. Masters, J. P. Sidhu, M. Katouli, S. Toze, M. 2011. Occurrence of Intestinal and Extra-intestinal Virulence Genes in Escherichia coli Isolates from Rainwater Tanks in Southeast Queensland Australia. Australia. J of American Society for Microbiology. p7398-7399
Allen, Mary E. 2013. MacConkey Agar Plates Protocols. http://www.microbe library.org/component/resource/laboratory-test/2855-macconkey-agar-plates-protocols. Diakses pada 8 Juni 2013
Anonim, 2005. The Microbiological Quality of Edible Ice From Ice Manufacturing Plants And Retail Businesses In Hong Kong. (Case Report). Food and Environmental Hygiene Department The Government of the Hong Kong Special Administrative Region. Hongkong. p15-19
Anonim, 2012. Brilliant Green Lactose Bile (BGLB) Broth Technical Sheet. http://inst.bact.wisc.edu/inst/index.php?module=Book&func=displayarticle &art_id=280. Diakses pada 9 Juni 2013
Anonim. 2010. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 492 Tahun 2010. Jakarta
Anonim. 2012, Gambar Escherichia coli. http://drugline.org/img/term/e-coli-4798_3. jpg. Diakses pada 29 Oktober 2012
59 Buxton, Rebecca. 2013. Blood Agar Plate and Hemolysis Protocols.
http://www.microbelibrary.org/component/resource/laboratory-test/2885-blood-agar-plates-and-hemolysis-protocols. Diakses pada 8 Juni 2013
Cheeptam, N. Lai, A. 2013. Eosin-Methylene Blue Agar Plates Protocols. http://www.
microbelibrary.org/component/resource/laboratory-test/2869-eosin-methylene-blue-agar-plates-protocol. Diakses pada 8 Juni 2013
Cheeptham, N. 2007. Eosin Methylene Blue Agar. http://www.microbelibrary.org/ component/ resurce/laboratory-test/2871-eosin-methylene-blue Diakses 29 Oktober 2012
Craun, G.F. Craun, M.F, Rebecca, F. 2006. Manual of Water Survey Practices : Water Borne Pathogens. American Works Water Association Publishing. USA. p115-117
Dewanti, R. Hariyadi. 2005. Bakteri Indikator Sanitasi dan Keamanan Air Minum (Artikel Ilmiah). Institute Pertanian Bogor. Bogor p34-36
Dustin, G. K. Tao, Yan. 2011. Genotypic Diversity of Escherichia coli in the Water and Soil of Tropical Watersheds in Hawaii. J of AMM. 77 (12) : p3990-3994. Erdianto. 2007. Pemeriksaan Coliform pada Es Batu Dengan Most Probable Number
(MPN) di Warung Makan Terminal Rajabasa. (Skripsi). Politekkes Negeri Lampung. Bandar Lampung. p84.
Feliatra. 2002. Sebaran bakteri Escherichia coli di perairan muara sungai Batan Tengah Bengkalis Riau. J of Jurnal Nature. 4(2) : p179-181
Feng, P. Stephen, D. Weagant, Grant. Burkhardt, W. 2013. Enumeration of Escherichia coli and the Coliform Bacteria. http://www.fda.gov/Food/ FoodScienceResearch/LaboratoryMethods/ucm064948.htm. Diakses 10 Mei 2013
Firlieyanti, A.S. 2006. Evaluasi Indikator Sanitasi di Sepanjang Rantai Distribusi Es Batu di Bogor. J of Pertanian Indonesia. 11(2) : p31-35
60 Guillot, E. Loret, J.F. 2010. Water Borne Pathogens : Review for the Drinking Water
Industry. IWA Publishing. London. p10-15, 20-29.
Harrison. 2000. Principal of Internal Medicine. Mc. Graw-Hill Books co. Singapore. p302-306
Kartikawati, Marina. 2011. Infeksi Salmonella sp. (Salmonellosis). http://undip.ac.id/ 2011/03/21/salmonellosis/html. Diakses pada 8 Juni 2013
Lehman, Donald. 2013. Triple Sugar Iron Agar Protocols. http://www.microbe library.org/component/resource/laboratory-test/2842-triple-sugar-iron-agar-protocols. Diakses pada 8 Juni 2013
MacWilliams, Maria P. 2013 Indole Test Protocols. http://www.microbelibrary.org/ component/resource/laboratory-test/3202-indole-test-protocol. Diakses pada 8 Juni 2013
MacWilliams, Maria P. 2013. Citrate Test Protocols. http://www.microbelibrary.org/ component/resource/laboratory-test/3203-citrate-test-protocol. Diakses pada 8 Juni 2013
Meutia, F. R. 2008. Kandungan Escherichia coli Penyebab Diare dalam Es Batu pada Rumah Makan di Kecamatan Rajabasa. (Skripsi). Bandar Lampung. Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. p31-45
Nathania, Devi. 2008. Shigella dysentriae. http://mikrobia.files.wordpress.com/ 2008/05/devi-nathania-0781141272.pdf diakses pada 22 Juni 2013.
Risalia, Giska. 2009. Deteksi Escherichia coli pada Makanan Ringan Agar-agar yang dijual di SD Negeri dikecamatan Rajabasa Bandar Lampung. (Skripsi). Bandar Lampung. Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. p53-54
Said, Nusa I. 2009. Pencemaran air tanah dan dampaknya bagi kesehatan. http:// www.kelair.bppt.go.id/publikasi/bukuairminum/bab1pencemaran.pdf.
Diakses pada 8 Juni 2013.
61 Surtiningsih, Tini. Trisnadi, W. 2011. Analisis Bakteri Patogen Pada Air Sumur Warga Kecamatan Semampir Surabaya. (Case Report). Program Studi S-1 Biologi, Departemen Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universtitas Airlangga. p6-10.