• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN DAN FUNGSI BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN (BPOM) DALAM PEREDARAN OBAT TRADISIONAL TERDAFTAR DI BANDAR LAMPUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERAN DAN FUNGSI BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN (BPOM) DALAM PEREDARAN OBAT TRADISIONAL TERDAFTAR DI BANDAR LAMPUNG"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

Rintar Zahrina Ali

ABSTRAK

PERAN DAN FUNGSI BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN (BPOM) DALAM PEREDARAN OBAT TRADISIONAL TERDAFTAR DI

BANDAR LAMPUNG

Oleh

Rintar Zahrina Ali

Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) adalah Lembaga Pemerintah Non Departemen yang didirikan oleh pemerintah untuk mewujudkan pengawasan dalam penyelenggaraan perlindungan konsumen. BPOM menjalankan tugas pemerintah dalam mengawasi peredaran obat dan makanan di Indonesia, termasuk mengawasi peredaran dan penjualan produk obat tradisional terdaftar di Bandar Lampung. Berkaitan dengan hal ini, yang menjadi pokok bahasan dalam penelitian ini adalah pertama bagaimanakah prosedur pendaftaran obat tradisional oleh BPOM. Kedua bagaimanakah peran dan fungsi BPOM terhadap pengawasan peredaran obat tradisional terdaftar di Bandar Lampung. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memahami prosedur pendaftaran obat tradisional oleh BPOM dan untuk menggambarkan peran dan fungsi BPOM dalam pengawasan peredaran obat tradisional terdaftar di Bandar Lampung.

Jenis penelitian ini adalah penelitian hukum normatif empiris dengan tipe penelitian deskriptif. Pendekatan masalah yang digunakan adalah pendekatan normatif terapan (applied law approach). Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Pengumpulan data dilakukan dengan cara studi kepustakaan, studi wawancara dan studi dokumen dengan pengelolaan data dilakukan melalui editing, evaluasi dan sistematisasi data. Data yang diperoleh dianalisis secara kualitatif.

(2)

website pom.go.id. Prosedur pendaftaran obat tradisional mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 007 Tahun 2012 tentang Registrasi Obat Tradisional dan Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan No. HK.00.05.41.1384 tentang Kriteria dan Tata Laksana Pendaftaran Obat Tradisonal, Obat Herbal Terstandar dan Fitofarmaka. Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) Bandar Lampung mempunyai peran dan fungsi berbeda dalam peredaran obat tradisional terdaftar di Bandar Lampung. Peran BBPOM Bandar Lampung adalah memberikan penindakan kepada produsen obat tradisional illegal yang beredar di Bandar Lampung. Tindakan yang dilakukan oleh BBPOM Bandar Lampung adalah memberikan sanksi administratif, yang berupa peringatan tertulis, penarikan obat tradisional dari peredaran termasuk penarikan iklan, penghentian sementara kegiatan pembuatan, distribusi, penyimpanan, pengangkutan dan penyerahan obat tradisional dan pembekuan dan/atau pencabutan izin edar. Fungsi BBPOM Bandar Lampung adalah sebagai fasilitator apabila terjadi kesulitan-kesulitan dalam proses pendaftaran obat tradisional dan sebagai pengawas yang berfungsi mengawasi peredaran obat tradisional di Bandar Lampung untuk menjamin keamanan, khasiat/manfaat dan mutu produk obat tradisional.

.

(3)

DAFTAR ISI

Halaman ABSTRAK

HALAMAN JUDUL RIWAYAT HIDUP MOTTO

HALAMAN PERSEMBAHAN SANWANCANA

DAFTAR ISI

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ………... 1

B. Rumusan Masalah ………..……. 8

C. Ruang Lingkup Penelitian ……….……….. 8

D. Tujuan Penelitian ………..…... 9

E. Kegunaan Penelitian ……….……. 9

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen ……….………. 10

B. Pengertian Konsumen, Hak dan Kewajiban Konsumen ………..………….... 14

1. Konsumen ………..……….………..…. 14

2. Hak-Hak Konsumen ……….….….……….. 15

3. Kewajiban Konsumen ………..…….….…….... 16

C. Pelaku Usaha, Hak dan Kewajiban Pelaku Usaha ………..….…….. 18

1. Pelaku Usaha ……….……..….… 18

2. Hak-Hak Pelaku Usaha ……….……..…… 19

3. Kewajiban Pelaku Usaha ………..…….…....…. 19

(4)

2. Pengertian Obat Tradisional ………..……….. 26 A. Prosedur Pendaftaran Obat Tradisional di BPOM ……… 37

1. Kriteria Obat Tradisional yang Didaftarkan ……….. 38

2. Syarat Pendaftaran Obat Tradisional ………..………. 39

3. Pendaftaran Obat Tradisional di BPOM ………..…….……… 40

a) Pendaftaran Manual Obat Tradisional ………..……….. 41

1) Tahap Pengajuan Pendaftaran Obat Tradisional dan Penyerahan Dokumen Pendaftaran ……….. 41

2) Tahap Pra Penilaian dan Penilaian Dokumen Pendaftaran ……… 43

3) Tahap Evaluasi dan Pemberian Izin Edar ………..…….. 44

4) Tahap Peninjauan Kembali ……….…….………. 45

b) Pendaftaran Online Obat Tradisional ………..…………. 45

B. Peran dan Fungsi Badan POM Terhadap Peredaran Produk Obat Tradisional Terdaftar di Bandar Lampung ……….………… 47

(5)

2. Fungsi BBPOM Bandar Lampung Terhadap Peredaran Obat

Tradisional Terdaftar di Bandar Lampung ……….. 50

a. Sebagai Fasilitator ………. 52

b. Sebagai Pengawas ………. 52

V. KESIMPULAN ………. 57

(6)

PERAN DAN FUNGSI BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN (BPOM) DALAM PEREDARAN OBAT TRADISIONAL TERDAFTAR

DI BANDAR LAMPUNG

Oleh

Rintar Zahrina Ali

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA HUKUM

Pada

Bagian Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Lampung

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG

(7)

Judul Skripsi : PERAN DAN FUNGSI BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN (BPOM) DALAM PEREDARAN OBAT TRADISIONAL TERDAFTAR DI BANDAR LAMPUNG

Nama Mahasiswa : Rintar Zahrina Ali

No. Pokok Mahasiswa : 0912011240

Bagian : Hukum Perdata

Fakultas : Hukum

MENYETUJUI

1. Komisi Pembimbing

Lindati Dwiatin, S.H., M.Hum. Depri Liber Sonata, S.H.,M.H.

NIP 196004211986032001 NIP 198010162008011001

2. Ketua Bagian Hukum Keperdataan

(8)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Lindati Dwiatin, S.H., M.Hum. .... .... ... .... .... .... .... .

Sekretaris/Anggota : Depri Liber Sonata, S.H., M.H.

... .... .... .... .... ... ....

Penguji Utama : Rilda Murniati, S.H., M.Hum. ... .... .... .... .... ... ....

2. Dekan Fakultas Hukum

Dr. Heryandi, S.H., M.S. NIP 196211091987031003

(9)

MOTTO

Many of life’s failures are people who did not realize how close they were to success when they gave up.- Thomas Edison

Be who you are and say what you feel because those who mind don’t matter and those who matter don’t mind.– Dr. Seuss

Kita menilai diri dari apa yang kita pikir bisa lakukan, padahal orang lain menilai kita dari apa yang sudah kita lakukan. Untuk itu, apabila anda berpikir bisa, segeralah

(10)

PERSEMBAHAN

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah yang dilimpahkan-Nya serta Nabi Besar Muhammad SAW atas segala syafa’at dan bimbingannya, kupersembahkan karya tulisku ini kepada:

Keuda orang tuaku, ayah dan mama yang sangat aku sayangi dan aku cintai yang selalu mendukung dan mensupportku serta dengan penuh kesabaran, keridhoan, dan kasih sayangnya selalu mendoakan keberhasilanku;

(Alm) Ompung Boru dan (Alm) Ompung Doliku yang aku sayangi yang selama sisa hidupnya terus mensupport dan mendoakan keberhasilanku;

Keluargaku adik, tante dan om yang selalu memberikan dukung dan mendoakan keberhasilanku;

Untuk teman-temanku yg selalu ada di sampingku;

(11)

SANWACANA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah meridhai dan

melimpahkan rahmat serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

ini.

Skripsi dengan judul “Peran dan Fungsi Badan Pengawas Obat dan Makanan

(BPOM) dalam Peredaran Obat Tradisional Terdaftar di Bandar Lampung”,

diajukan untuk memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum

Universitas Lampung.

Keberhasilan dalam menyelesaikan Skripsi ini, tentu tidak terlepas dari bantuan, arahan

dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis

mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :

1. Bapak Dr. Heryandi, S.H., M.S., selaku selaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Lampung yang telah memberikan ilmu serta bantuannya;

2. Bapak Dr. Wahyu Sasongko, S.H., M.H., selaku Ketua Jurusan Hukum

Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Lampung yang telah membantu dalam

segala urusan;

3. Ibu Lindati Dwiatin, S.H., M.Hum., selaku Pembimbing I yang telah banyak

membantu, memberi saran, motivasi, kemudahan dan bersedia meluangkan

(12)

5. Ibu Rilda Murniati, S.H., M.Hum., selaku Pembahas I yang telah memberikan

masukan serta perbaikan-perbaikan yang membangun dalam penulisan skripsi ini;

6. Ibu Dianne Eka Rusmawati S.H., M.Hum., selaku Pembahas II yang telah

memberikan saran dan masukan dalam penulisan skripsi ini;

7. Bapak Ahmad Zazili S.H., M.H., selaku Pembimbing Akademik yang telah

banyak membantu penulis dalam proses perkuliahan selama ini;

8. Segenap Dosen Fakultas Hukum pada umumnya dan Dosen Perdata pada

khususnya, terima kasih atas segala ilmu yang telah kalian berikan;

9. Untuk orang-orang yang telah menemani dan bersama penulis selama proses

pengerjaan skripsi ini;

10. Untuk sahabat terbaikku Esti Susanti, Noviyanti Sinaga dan Indah Mulia Sari

yang selalu bersama penulis dalam senang maupun duka dan selalu memberikan

dukungan dan semangatnya;

11. Untuk sahabat-sahabat seperjuanganku yang selalu bersama-sama di Fakultas

Hukum UNILA: Renti Fifiyanti Bujung, Novia Octavia, Sri Sunarti, Elvira

Lieshanty, Fitri Afrilia, Ferlyani Gustia S. Terima kasih kalian telah banyak

membimbing dan membantu penulis dalam hal apapun dan membuat penulis

sangat beruntung memiliki sahabat seperti kalian yang tidak ternilai dengan

apapun;

12. Teman seperjuangan Clara Novianti dan Chandra Evita yang telah bersama-sama

(13)

13. Rekan-rekan Hukum Perdata Ekonomi Angkatan 2009: Vina, Rini, Lia, Jasmine,

Tyas, Ratu, Noey, Adam, Galuh, Wanda, Dafson, Suntan dan yang lainnya yang

tidak bisa disebutkan satu persatu;

14. Teman-teman seperjuangan angkatan 2009 Fakultas Hukum Universitas Lampung

Icha, Nisa, Meria, Irma, Elsa, Roberta dan yang lainnya yang tidak bisa

disebutkan satu persatu yang telah bersama-sama dengan penulis menjalani dunia

perkuliahan;

15. Untuk Bapak Drs. Hartadi, APT., selaku Kepala Bidang Sertifikasi & LIK di

BBPOM Bandar Lampung yang memberikan kesempatan kepada penulis untuk

melakukan penelitian;

16. Untuk Ibu Evita, selaku staff BBPOM Bandar Lampung yang banyak membantu

penulis dalam mendapatkan informasi di BBPOM;

17. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

memberikan bantuan dan dukungannya dalam penulisan skripsi ini.

Semoga segala kebaikan dan bantuan yang diberikan kepada penulis mendpat imbalan

dari Allah SWT. Amin.

Bandar Lampung, 2 Mei 2013

Penulis

(14)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebutuhan manusia akan kesehatan yang layak, setiap hari semakin meningkat.

Hal ini berdampak pada usaha-usaha untuk meningkatkan kualitas sumber daya

manusia dan kualitas kehidupan manusia. Dalam rangka meningkatkan derajat

kesehatannya banyak cara yang dilakukan oleh masyarakat mulai dari melakukan

pengobatan dengan pergi ke dokter, melalui pengobatan alternatif dan banyak cara

lagi. Salah satu cara yang terbukti adalah dengan mengkonsumsi obat dari

bahan-bahan alami dan sudah dipercayai secara turun-temurun yaitu obat tadisional.1

Dalam arti luas, obat adalah bahan atau zat yang berasal dari tumbuhan, hewan,

mineral maupun zat kimia tertentu yang dapat digunakan untuk mengurangi rasa

sakit, memperlambat proses penyakit yang diderita dan menyembuhkan penyakit.2

Dalam perkembangannya, obat dibedakan menjadi obat modern dan obat

tadisional. Undang-Undang No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, memberi

pengertian bahwa obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan berupa

tumbuhan, hewan, mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran dari bahan

1

Ennyrosati, Jamu Tradisional Memberikan Manfaat Bagi Tubuh

(http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/self-publishing/2191032-jamu-tradisional-memberikan-manfaat-bagi/, 26 Juli 2011).

2

Muhammad Suteja, Sejarah ,Macam Macam ,fungsi Obat Tradisional Nusantara

(15)

2

tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan dan dapat

diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat. Obat tradisional

yang dikonsumsi oleh konsumen telah diyakini khasiatnya karena dipercayai

sebagai obat ampuh secara turun temurun.3

Secara makro pertumbuhan penjualan obat tradisional Indonesia tiap tahun naik

10% dengan total pangsa pasar nasional sebesar Rp14 triliun. 4 Terus

meningkatnya penjualan obat tradisional di Indonesia, menandakan bahwa

meningkatnya konsumsi akan obat tradisional. Hal ini mengharuskan masyarakat

memperoleh informasi yang benar dan obyektif dengan keberadaan suatu

pelayanan informasi obat dan makanan yang dikelolah oleh sumber daya manusia

yang berkompeten. Untuk itu, pemerintah mempunyai peran penting selaku

penengah antara kepentingan pelaku usaha dan kepentingan konsumen, dimana

pemerintah harus berperan aktif dalam pengawasan penyelenggaraan

perlindungan konsumen agar masing-masing pihak dapat berjalan seiring tanpa

saling merugikan satu sama lain. Dalam Peraturan Pemerintah Pasal 2 No 58

Tahun 2001 tentang Pembinaan dan Pengawasan Penyelengaraan Perlindungan

Konsumen, dikatakan bahwa pemerintah bertanggung jawab atas pembinaan

penyelenggaraan perlindungan konsumen, untuk menjamin diperolehnya hak

3

Muhammad Suteja, Sejarah ,Macam Macam ,fungsi Obat Tradisional Nusantara

(tejahtc.blogspot.com/2012/01/sejarah-macam-macam-fungsi-obat.html, Januari 31, 2012). 4

(16)

konsumen dan pelaku usaha serta dilaksanakannya kewajiban konsumen dan

pelaku usaha.5

Pemerintah Amerika Serikat berperan aktif dalam pengawasi penyelenggaraan

perlindungan konsumen, dengan mendirikan the Food and Drug Administration (FDA). Hal serupa juga dilakukan oleh pemerintah Indonesia, yaitu dengan mendirikan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) yang merupakan

lembaga pemerintah nondepartemen yang dibentuk untuk melaksanakan tugas

pemerintah tertentu dari Presiden.6 BPOM mempunyai tugas untuk mengawasi

peredaran obat-obatan dan makanan di Indonesia sesuai ketentuan peraturan

perundang-undangan yang berlaku. 7 Termasuk mengawasi peredaran dan

penjualan produk obat tradisional di Bandar Lampung.

Pemerintah, melalui BPOM menerapkan suatu aturan yang harus dipenuhi oleh

produsen obat tradisional agar memenuhi syarat-syarat dan prosedur tertentu agar

obat tradisional yang diproduksi dapat beredar dipasaran dan aman untuk

dikonsumsi oleh konsumen. Produsen harus memiliki sertifikat Cara Pembuatan

Obat Tradisional yang Baik (CPOTB) dan Cara Pembuatan Obat yang Baik

(CPOB) yang meliputi aspek pembuatan obat tradisional yang bertujuan untuk

menjamin agar produk yang dihasilkan senantiasa memenuhi persyaratan yang

berlaku.8 Syarat produk obat tradisional agar bisa beredar juga harus memiliki

5

Cara Mengetahui Keaslian Nomor BPOM Suatu Produk,

(www.berbagaihal.com/2011/04/cara-mengetahui-keaslian-nomor-bpom.html, 22 November 2011).

6

Wahyu Sasongko, Ketentuan-Ketentuan Pokok Hukum Perlindungan Konsumen (Bandar Lampung: Penerbit Unila, 2007), hlm.121

7

Pasal 67 Keputusan Presiden No. 103 Tahun 2001 tentang tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen

8

(17)

4

informasi yang berkaitan dengan produk tersebut, yaitu dengan penandaan yang

berisi informasi yang objektif, lengkap, dan tidak menyesatkan yang dapat

menjamin penggunaan obat tradisional. Tidak hanya itu, persyaratan produk obat

tradisional agar dapat beredar dipasaran juga harus melewati beberapa tahapan

yang ditetapkan oleh Departement Kesehatan dan Badan Pengawas Obat dan

Makanan (BPOM) dimana produsen obat tradisional harus melakukan pendaftaran

produk obat tradisional agar memperoleh nomor registrasi dan izin edar untuk

melengkapi sertifikat di atas agar produk obat yang diproduksinya terdaftar dan

legal untuk dipasarankan.

Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) melakukan tindakan pengecekan

berupa komposisi-komposisi yang terkandung dalam obat tradisional tersebut

sebelum beredar dipasaran. Obat tradisional harus memenuhi beberapa kriteria

pendaftaran yaitu aman sesuai dengan persyaratan yang khusus untuk berdar dan

klaim khasiat dibuktikan berdasarkan data empiris yang ada. Setiap produk obat

dan bahan pembuatan obat-obatan bagi masyarakat wajib mendapatkan izin dari

BPOM dan harus lulus tes pengujian kualitas dan efek samping. Hal ini

merupakan salah satu fungsi BPOM sebagai lembaga pemerintah yang ditugaskan

untuk mengawasi peredaran dan pengeluaran izin edar obat tradisional

kemasyarakat. 9

Terdapat banyak sekali obat tadisional yang ditemukan beredar dipasaran yang

tidak terdaftar, memakai nomor registrasi palsu atau mengandung Bahan Kimia

Obat (BKO) oleh Dinas Kesehatan dan BPOM. Obat seperti ini merupakan obat

9

(18)

tradisional yang belum teruji indikasi yang terdapat didalamnya, apakah layak dan

aman untuk dikonsumsi oleh konsumen. 10 Terdapat beberapa kasus obat

tradisional illegal yang ditarik dan dimusnahkan oleh BPOM. Dari hasil

penelusuran BPOM ke seluruh Indonesia, hingga bulan Agustus tahun 2012 telah

ditemukan 29 obat tradisional yang mengandung bahan kimia obat. Beberapa obat

yang ditemukan mengandung bahan kimia obat ini adalah obat yang tidak

terdaftar (illegal) yang merupakan obat tradisional yang tidak sesuai dengan izin

pendaftaran obat tradisional.11 Sedangkan Pada September 2011, Badan Pengawas

Obat dan Makanan (BPOM) Provinsi Lampung memusnahkan 39 jenis barang

yang terdiri dari kosmetik, obat dan makanan ilegal. Petugas BPOM berhasil

menyita ribuan botol obat tradisional yang menggunakan bahan kimia obat.

Barang ilegal ini disita dari operasi gabungan pada Senin (26/9), dari sejumlah

pasar di tiga daerah, di Bandar Lampung, Metro, dan Lampung Timur.12

BPOM melaksanakan tugas untuk melakukan pengawasan terhadap obat

tradisional dengan berbagai aspek yaitu aspek keamanan, aspek khasiat dan aspek

mutu. Aspek-aspek dalam pengawasan yang dilakukan oleh BPOM terhadap

produk obat tradisional tersebut harus terpenuhi agar konsumen dapat terlindungi

dengan peredaran produk ini. BPOM juga mengawasi produk obat tradisional

sebelum produk dipasarkan dan setelah produk itu dipasarkan ke masyarakat.

Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) juga melakukan tugas untuk

10

Asep Candra, Jamu Aman dan Layak Dikonsumsi (jamubersalin.com/berita/jamu-aman-dan-layak-dikonsumsi/, 13 Februari 2012)

11

“Waspada” Beredar Obat Tradisional Mengandung BKO

(www.putraindonesiamalang.or.id/3604.html, 12 Oktober 2012) 12

BPOM Lampung Musnahkan 2 Ribu Kosmetik, Jamu dan Makanan Ilegal,

(19)

6

pembinaan kepada produsen obat tradisional untuk memberikan pemahaman

mengenai kandungan kimia berbahaya dalam obat yang mereka jual serta aturan

hukum yang berlaku bila mereka menjual obat yang dilarang.

Banyak konsumen yang tidak mengetahui hak-hak yang mereka dapatkan dari

pelaku usaha dalam bentuk jasa dan pelayanan yang disediakannya. Di dalam

Undang-Undang Perlindungan Konsumen No. 8 Tahun 1999 disebutkan beberapa

hak yang dapat diperoleh konsumen, salah satunya yaitu hak atas informasi yang

benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa.

Dengan diundangkannya Undang-Undang tentang Pelindungan Konsumen

diharapkan agar hak-hak yang dimiliki konsumen dapat terlindungi dari

penyalahgunaan podusen produk obat tradisional. Peran BPOM sangat besar yaitu

sebagai penjembatan antara konsumen dan produsen mengenai informasi yang

benar,jelas dan jujur atas produk obat tradisional yang sudah beredar.

Didalam Pasal 3 Undang-Undang Perlindungan Konsumen tujuan dari

perlindungan konsumen salah satunya adalah menciptakan sistem perlindungan

konsumen yang mengandung unsur kepastian hukum dan keterbukaan informasi

serta akses untuk mendapatkan informasi. Terbatasnya tenaga dan waktu

pengawasan yang dilakukan BPOM membuat peredaran obat tradisional yang

mengandung bahan kimia obat masih terjadi hingga kini. Karena hal itulah sering

ditemui obat tradisional illegal yang terdapat campuran Bahan Kimia Obat (BKO)

dipasaran.13

13

(20)

Untuk melindungi masyarakat dari penggunaan obat tradisional yang tidak

memenuhi persyaratan keamanan, manfaat dan mutu, BPOM mengharuskan

produsen obat tradisional mendaftarkan produk obat tradisional yang

diproduksinya. Dengan memenuhi prosedur yang sudah ditetapkan oleh BPOM

maka obat tradisional tersebut secara prosedur sudah terdaftar dan legal beredar di

masyarakat. Setelah produk obat tradisional beredar dipasaran BPOM juga secara

rutin dan berkesinambungan melakukan pengawasan terhadap peredaran obat

tradisional.14

Peran dan fungsi BPOM sangat diperlukan oleh konsumen dan produsen, bagi

konsumen funginya adalah mengetahui informasi yang jelas tentang produk obat

tradisional yang dikonsumsinya apakah baik atau malah menimbulkan efek

samping bagi kesehatan. Bagi produsen fungsi BPOM adalah sebagai pembinaan

dan fasilitator untuk produsen melakukan prosedur agar poduk obat tradisional

yang dijualnya aman dikonsumsi bagi masyarakat.

Dengan melihat kondisi yang terjadi di masyarakat dimana banyaknya peredaran

obat tradisional illegal dan tidak terdaftar serta melihat peran dan fungsi dari

BPOM sebagai lembaga nondepertemen pemerintah dalam pengawasan peredaran

obat tradisional di Indonesia khususnya di Bandar Lampung, maka penulis tertarik

untuk mengkaji dan meneliti lebih dalam tentang persoalan tersebut yang

14

Siarran Pers: Hasil Pengawasan Obat Tradisional Mengandung Bahak Kimia Obat

(21)

8

kemudian dituangkan dalam bentuk skripsi yang diberi judul: “Peran dan Fungsi

Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dalam Peredaran Obat

Tradisional Terdaftar di Bandar Lampung”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang uraian yang disampaikan diatas, maka hal yang

menjadi rumusan permasalahan dalam skripsi ini adalah:

1. Bagaimanakah prosedur pendaftaran obat tradisional oleh Badan Pengawas

Obat dan Makanan (BPOM)?

2. Bagaimanakah peran dan fungsi Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM)

terhadap pengawasan peredaran obat tradisional terdaftar di Bandar Lampung?

C. Ruang Lingkup Penelitian

Adapun yang menjadi ruang lingkup skripsi ini, penulis tertarik untuk mengkaji

dan meneliti lebih dalam tentang peran dan fungsi BPOM dalam pengawasaannya

terhadap produk obat tradisional terdaftar di Bandar Lampung, serta prosedur dan

syarat-syarat pendaftaran obat tradisional agar legal beredar di wilayah Indonesia

berdasarkan kepada Undang-Undang No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan

Konsumen, Undang-Undang Kesehatan No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dan

Keppres Nomor 166 Tahun 2000 jo Keppres Nomor 103 Tahun 2001 tentang

(22)

D. Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk memahami prosedur pendaftaran obat tradisional di BPOM yang

berkaitan dengan kriteria obat tradisional yang didaftarkan, syarat pendaftaran

dan tahap-tahap pendaftaran obat tradisional di BPOM.

2. Untuk menggambarkan peran dan fungsi BPOM dalam pengawasan peredaran

obat tradisional terdaftar di Bandar Lampung.

E. Kegunaan Penelitian

a. Secara teoritis, sebagai bahan acuan mempelajari, mengetahui serta memahami

prosedur pendaftaran obat tadisional oleh BPOM serta mengetahui peran dan

fungsi BPOM dalam peredaran obat tradisional terdaftar di Bandar Lampung.

b. Secara praktis, sebagai kontribusi pemikiran dan informasi bagi pihak-pihak

(23)

10

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen

Perlidungan hukum merupakan hak yang diberikan kepada konsumen agar

mendapatkan sesuatu yang berupa barang dan jasa yang terjamin pada saat

menggunakan dan kualitasnya memuaskan sehingga konsumen tidak mendapat

kerugian. Perlindungan hukum adalah proses penegakan hukum yang pada

umumnya, melibatkan 3 faktor yang saling terkait, yaitu faktor

perundang-undangan, faktor aparat atau badan penegak hukum dan faktor kesadaran hukum.

Perlindungan hukum dapat diartikan sebagai perlindungan oleh hukum atau

perlindungan dengan menggunakan prantara dan sarana hukum.

Pendapat lain menyebutkan bahwa perlindungan hukum merupakan ketentuan

yang diharapkan memberikan perlindungan yang merupakan tujuan demi

kesejahteraan dari hasil pembangunan ekonomi, sebab kesejahteraan rakyat yang

adil dan merata dapat dicapai dengan menjamin keamanan seta keselamatan

jasmani, rohani, pemerataan, penerangan yang jujur dan peningkatan kualitas

lingkungan hidup yang terangkum dalam perlindungan konsumen.1

Hukum memberikan perlindungan terhadap konsumen melalui beberapa cara,

diantaranya dengan membuat peraturan dan menegakkan peraturan. Peraturan

1

(24)

yang dibuat memuat segala sesuatu yang berkenaan dengan perlindungan

konsumen, termasuk hak-hak dari para subyek hukum yang terkait dengan

perlindungan. Dengan dicantumkannya hak-hak hukum, berarti ada jaminan

sesuai dengan ketentuan dalam peraturan, bahwa subyek hukum tertentu memiliki

hak yang dilindungi oleh hukum. Selanjutnya adalah menegakkan peraturan

tersebut dimana peraturan yang telah dibuat dijalankan berdasarkan ketentuan

normatif termasuk sanksi-sanksi hukum yang terdapat dalam peraturan hukum

yang bersangkutan.

Perlindungan konsumen mengandung aspek hukum, oleh karena itu perlindungan

konsumen berkaitan dengan perlindungan hukum. Materi yang mendapatkan

perlindungan bukan hanya fisik, tetapi meliputi pula pada hak-hak yang bersifat

abstrak. Dengan kata lain, perlindungan konsumen sesungguhnya identik dengan

perlindungan yang diberikan hukum tentang hak-hak konsumen.2 Perlindungan

konsumen memuat substansi tentang perlindungan (proteksi) yang diberikan oleh

hukum kepada konsumen dari bahaya ataupun terhadap perlakuan dari produsen

atas produknya yang berupa barang-barang dan jasa-jasa ataupun propaganda

(advertensi).3 Perlindungan yang diberikan terhadap konsumen bermacam-macam,

dapat berupa perlindungan ekonomi, sosial, politik dan hukum. Perlindungan

hukum merupakan bentuk perlindungan yang paling utama karena hukum

memiliki kekuatan memaksa yang diakui secara resmi di dalam negara, sehingga

dapat dilaksanakan secara permanen.

2

Celina Tri Siwi Kistiyanti , Hukum Perlindungan Konsumen, Edisi 1, Cetakan 1 (Jakarta :Sinar Grafika, 2008) hlm. 30

3

(25)

12

Perlindungan konsumen banyak dipengaruhi oleh pola perilaku konsumen

sehingga perlindungan konsumen bisa menimbulkan relevansi dalam berbagai

aspek. Undang-undang tentang perlindungan konsumen mengacu pada filosofi

pembangunan nasional bahwa pembangunan nasional termasuk pembangunan

hukum yang memberikan pelindungan terhadap konsumen yang termasuk dalam

rangka membangun manusia Indonesia seutuhnya yang berlandaskan pada

falsafah kenegaraan Republik Indonesia, yaitu dasar negara Pancasila dan

konstitusi negara Undang-undang Dasar 1945.4 Tujuan perlindungan konsumen

dapat dilihat dari berbagai aspek seperti aspek-aspek subyek, obyek, dan transaksi

yang terjadi antara konsumen dan pelaku usaha serta pihak-pihak lain. Dapat juga

ditinjau dari aspek pencapaian tujuan secara bertahap dan bekelanjutan. Dengan

demikian, perlindungan konsumen dapat menyentuh segenap kepentingan dan

lapisan konsumen.5

Terdapat lima asas perlindungan konsumen dalam Pasal 2 Undang-Undang

Perlindungan Konsumen yang relevan dengan pembangunan nasional dan harus

diselanggarakan , yaitu :

1. Asas manfaat: penyelenggaraan perlindungan konsumen harus memberikan

manfaat sebesar-besarnya bagi kepentingan konsumen dan pelaku usaha secara

keseluruhan;

2. Asas keadilan: agar partisipasi seluruh rakyat dapat diwujudkankan secara

maksimal dan memberikan kesempatan kepada konsumen dan pelaku usaha

untuk memperoleh haknya dan melaksanakan kewajibannya secara adil;

4

Widjaja Gunawan dan Ahmad Yani. 2001. Hukum Tentang Perlindungan Konsumen. (Jakarta :Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, 2001) hlm 18.

5

(26)

3. Asas keseimbangan: untuk memberikan keseimbangan antara kepentingan

konsumen, pelaku usaha , dan pemerintah dalam arti materil maupun spiritual;

4. Asas keamanan dan keselamatan konsumen: memberikan jaminan atas

keamanan dan keselamatan kepada konsumen dalam penggunaan, pemakaian

dan pemanfaatan barang dan/atau jasa yang dikonsumsi atau digunakan;

5. Asas kepastian hukum: agar pelaku usaha dan konsumen menaati hukum dan

memperoleh keadilan dalam penyelenggaraan perlindungan konsumen. Serta

negara menjamin kepastian hukum.

Setiap peraturan perundang-undangan yang mengatur hubungan antara pelaku

usaha dan konsumen harus mengacu dan mengikuti kelima asas tersebut, karena

dijunjung tinggi dalam penyelenggaraan perlindungan konsumen.

Perlindungan konsumen identik dengan perlindungan yang diberikan hukum

tentang hak-hak konsumen.6 Tanpa adanya perlindungan dan kepastian hukum

bagi konsumen, maka akan semakin banyak peredaran produk-produk yang tidak

bermutu. Yang lebih mengkhawatirkan yaitu bahwa kesejahteraan rakyat yang

dicita-citakan menjadi lebih sulit terwujud. 7 Perlindungan hukum terhadap

konsumen obat tradisional meliputi adanya kepastian hukum terhadap konsumen

dalam mengkonsumsi barang-barang berupa obat tradisonal, perlindungan

perangkat hukum, perlakuan produsen terhadap produknya dengan memberi

jaminan atas produknya serta peran dari BPOM dalam pengawasan produk yang

beredar dimasyarakat.

6

Celina Tri Siwi Kistiyanti, 2008. Op.Cit., hlm 30. 7

(27)

14

Sebagai lembaga pemerintah nondepartemen yang dibentuk untuk melaksanakan

tugas pemerintah tertentu dari Presiden, BPOM juga mengambil andil yang besar

sebagai perantara antara konsumen dan pelaku usaha agar perlindungan hukum

yang didapatkan oleh konsumen atas penggunaan produk obat tradisional dapat

terjamin. Dengan demikian perlindungan hukum konsumen obat tradisional

mencakup kepastian hukum terhadap barang-barang berupa obat tradisional

terdaftar yang dikonsumsi oleh konsumen dan juga berupa proteksi perangkat

hukum dan pelakuan produsen terhadap produknya dengan memberikan jaminan

atas poduk yang mereka produksi. Perlindungan konsumen juga merupakan

ketentuan yang diharapkan memberikan perlindungan bagi konsumen yang

menjadi tujuan kesejahteraan dari hasil pembangunan ekonomi.

B. Pengertian Konsumen, Hak dan Kewajiban Konsumen

1. Konsumen

Konsumen dalam Pasal 1 Ayat (2) Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang

Perlindungan Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang

tersedia dalam masyarakat baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain

maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.8 Istilah konsumen

berasal dari kata bahasa inggris consumer, yang dalam refeensi dibangun dari konsep pengguna (user) atas produk.9 Konsumen umumnya diartikan sebagai pemakai terakhir dari pada produk yang diberikan oleh produsen. Konsumen

memiliki hak-hak serta kewajiban yang harus dilaksanakan, Undang-Undang

9

(28)

perlindungan konsumen merupakan payung bagi peraturan-peraturan yang

berkaitan dengan perlindungan konsumen.

2. Hak Konsumen

Hak konsumen adalah hak yang harus di patuhi oleh para pelaku usaha, Terdapat

beberapa hak-hak yang diperoleh oleh konsumen berdasarkan Pasal 5

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, yaitu:

a. Hak Kenyamanan, Keselamatan dan Keamanan;

b. Hak Untuk Memilih;

c. Hak Informasi;

d. Hak Untuk Didengar Pendapat dan Keluhannya;

e. Hak Untuk Mendapatkan Advokasi;

f. Hak Untuk Mendapat Pendidikan;

g. Hak Untuk Tidak Diperlakukan Diskriminatif;

h. Hak Untuk Mendapat Ganti Rugi;

i. Hak Yang Diatur Dalam Peraturan Perundang-Undangan Lainnya.

Sebagai bahan pembanding kesembilan hak-hak konsumen yang dimuat dalam

Undang-Undang Perlindungan Konsumen, yang pernah dijadikan referensi

Lembaga Konsumen negeri ini, adalah hak-hak dasar umum yang diakui secara

internasional. Hak-hak tersebut pertama kali disuarakan oleh John F. Kennedy,

(29)

16

literatur umumnya disebut “empat hak dasar konsumen” (the four consumer basic rights). Hak-hak dasar yang dideklarasikan meliputi:

a. Hak untuk mendapat/memperoleh keamanan (the right to safety); b. Hak untuk memilih (the right to choose);

c. Hak untuk memperoleh informasi (the right to be informed); d. Hak untuk didengarkan (right to be heard).

Walaupun perlindungan konsumen sudah diatur oleh Undang-Undang

Perlindungan Konsumen namun, masih ada saja pelaku usaha yang sering kali

tidak berorientasi pada konsumen dan membiarkan ketidaktahuan konsumen

mengenai hak-haknya sengaja ditutupi-tutupi demi memperoleh laba.

Berdasarkan uraian diatas, konsumen mempunyai hak yang sangat jelas dan

melekat yang dapat ditegaskan secara hukum. Hak-hak tersebut mempunyai

pertanggungjawaban secara hukum dan para produsen obat tradisional harus

melakukan kewajibannya agar hak konsumen terpenuhi.

3. Kewajiban Konsumen

Selain mempunyai hak, konsumen juga mempunyai kewajiban yang harus

dilakukan. Undang-undang perlindungan konsumen menghendaki agar

masyarakat menjadi konsumen yang baik. Oleh sebab itu dalam pasal 5

Undang-undang pelindungan konsumen diatur tentang kewajiban konsumen, yaitu:

a. Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian atau

(30)

atas kewajiban ini dapat beresiko bagi konsumen terhadap penuntutan

hak-haknya;

b. Beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang dan/atau jasa.

Indikator adanya itikad baik dapat diketahui dari rangkaian tindakan atau

perbuatan yang dilakukan konsumen, sehingga menjadi akibat terjadinya suatu

peristiwa;

c. Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati. Kewajiban konsumen

untuk membayar harus dipenuhi sesuai dengan kesepakatan, termasuk jumlah

dan nilai tukar barang dengan uang serta cara-cara pembayarannya;

d. Megikuti upaya hukum serta perlindungan konsumen secara patut.

Penyelesaian sengketa konsumen dapat dilakukan sesuai dengan syarat dan

prosedur dalam undang-undang perlidungan konsumen. Kewajiban ini

konsisten dengan asas kepastian hukum dalam perlindungan konsumen.

Hak-hak konsumen merupakan kewajiban dari pelaku usaha, untuk itu dalam

pembuatan produk obat tradisional pelaku usaha harus menjadikan hak konsumen

sebagai pedoman dalam pelaksanaan kewajibannya. Sebaliknya selain

mendapatkan hak-hak sesuai dengan undang-undang perlindungan konsumen,

konsumen juga memiliki kewajiban yang harus dilaksanakan. Kewajiban

konsumen harus dilaksanakan agar jika konsumen menuntut haknya kepada

pelaku usaha, kekuatan konsumen kuat karena sudah melakukan kewajibannya

sebagaimana yang tertulis dalam undang-undang perlindungan konsumen. Jika

hak dan kewajiban dilaksanakan dengan baik, maka pelaku usaha dan konsumen

(31)

18

C. Pelaku Usaha, Hak dan Kewajiban Pelaku Usaha

1. Pelaku Usaha

Undang-Undang Perlindungan Konsumen menggunakan istilah pelaku usaha.

Istilah ini memiliki abstraksi yang tinggi karena dapat mencakup berbagai istilah

seperti produsen, pengusaha atau pebisnis, pedagang, eksportir, importir, penjual,

pedagang eceran, pembuat barang-barang jadi atau pabrikan, penyedia jasa,

pengrajin.10 Pengertian pelaku usaha yang dimaksud dalam Undang-Undang

Perlindungan Konsumen adalah perusahaan, korporasi, BUMN, koperasi, importir,

pedagang, distributor, dan lain-lain. Pengertian pelaku usaha dalam

Undang-Undang Perlindungan Konsumen cukup luas karena meliputi grosir, relebansir,

pengecer dan sebagainya. Pengertian pelaku usaha yang bermakna luas tersebut,

akan memudahkan konsumen menuntut kerugian.11

Dalam Pasal 46 Ayat (1) Undang-Undang No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan

Konsumen, pelaku usaha adalah setiap orang atau perseorangan atau badan usaha,

baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan

dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum Negara

Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian

menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi.

10

Wahyu Sasongko, 2007. Op.Cit., hlm.57 11

(32)

2. Hak Pelaku Usaha

Seperti halnya konsumen, pelaku usaha juga memiliki hak dan kewajiban. Hak

pelaku usaha sebagaimana diatur dalam Pasal 6 Undang-Undang Perlindungan

Konsumen adalah:

1. Hak untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan mengenai

kondisi dan nilai tukar barang dan/atau jasa yang diperdagangkan;

2. Hak untuk mendapat perlindungan hukum dari tindakan konsumen yang

beritikad tidak baik;

3. Hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya di dalam penyelesaian hukum

sengketa konsumen;

4. Hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum bahwa

kerugian konsumen tidak diakibatkan oleh barang dan/atau jasa yang

diperdagangkan;

5. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.

3. Kewajiban Pelaku Usaha

Kewajiban pelaku usaha, meliputi pemenuhan hak-hak yang dimiliki oleh

konsumen, ditambah dengan kewajiban lainnya yang pada dasarnya untuk

melindungi kepentingan konsumen. Adapun kewajiban pelaku usaha berdasarkan

Pasal 7 Undang-Undang perlindungan konsumen adalah:

1. Beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya;

2. Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan

jaminan barang dan/atau jasa serta memberi penjelasan penggunaan, perbaikan

(33)

20

3. Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak

diskiminatif;

4. Menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau diperdagangkan

berdasakan ketentuan standar mutu barang dan/atau jasa yang berlaku;

5. Memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji, dan/atau mencoba

barang dan/atau jasa tertentu serta memberikan jaminan dan/atau garansi atas

barang yang dibuat dan/atau yang diperdagangkan;

6. Memberi kompensasi, gani rugi dan/atau penggantian atas kerugian akibat

penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang dan/atau jasa yang

diperdagangkan;

7. Memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian apabila barang dan/atau

jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian.

Jika pelaku usaha melakukan kewajibannya sesuai dengan Undang-undang

Perlindungan Konsumen maka hak-hak yang dimiliki oleh konsumen akan

terpenuhi dengan baik. Ini merupakan hubungan timbal balik antara konsumen

dan pelaku usaha. Dan juga jika pelaku usaha mendaftarkan produk obat

tradisionalnya sesuai dengan cara yang benar sesuai peraturan BPOM maka

pelaku usaha dapat memproduksi produk obat tradisionalnya tanpa perlu khawatir

akan ditarik oleh BPOM karena mengandung bahan-bahan yang berbahaya bagi

konsumen.

D. Lembaga Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM)

Pemerintah harus lebih efektif dalam megawasi peredaran obat tradisional di

(34)

tersebut guna melindungi keamanan, keselamatan dan kesehatan konsumen.

Berdasarkan Keputusan Presiden RI No. 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan,

Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga

Pemerintah Non Departemen yang telah diubah beberapa kali, terakhir dengan

Peraturan Presiden RI No. 64 Tahun 2005, maka dibentuklah Badan Pengawas

Obat dan Makanan (BPOM) yang dalam pelaksanaan tugasnya berkordinasi

dengan Menteri Kesehatan. Badan Pengawas Obat dan Makanan atau disingkat

Badan POM merupakan sebuah lembaga di Indonesia yang bertugas mengawasi

peredaran obat-obatan dan makanan di Indonesia. Fungsi dan tugas badan ini

menyerupai fungsi dan tugas Food and Drug Administration (FDA) di Amerika Serikat.

Pada awal berdirinya BPOM, nama lembaga ini adalah Direktorat Jendral

Pengawas Obat dan Makanan yang berada dibawah Departemen Kesehatan dari

tahun 1974 hingga tahun 2000, yang memiliki tugas dan fungsi menjalankan

sebagian kewenangan pemerintah dibidang obat dan makanan sebagaimana diatur

dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 130/MenkesSK/I/2002 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan. Setelah reformasi berjalan,

pada tahun 2000 Abdurahman Wahid yang pada saat itu menjabat sebagai

Presiden Republik Indonesia mengeluarkan suatu Keputusan Pesiden nomor 166

dan menetapkan BPOM sebagai Lembaga Pemerintah Non Departemen yang

menjalankan tugas pemerintah dalam bidang pengawasan obat dan makanan

(35)

22

Untuk menjalankan tugas dan fungsinya sebagai lembaga yang mengawasi

peredaran obat dan makanan, di setiap daerah diseluruh Indonesia BPOM

mempunyai Balai Besar POM (BBPOM) yang berfungsi sebagai unit pelaksanaan

teknis Badan POM, termasuk Balai Besar POM di Bandar Lampung. Sebagai Unit

Pelaksana Teknis Badan POM di daerah, Balai Besar POM Bandar Lampung

melaksanakan tugas dan fungsinya berdasarkan Keputusan Kepala Badan POM

Nomor HK.00.05.21.4232 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Keputusan Kepala

Badan POM RI Nomor 05018/SK/KBPOM tahun 2001 tentang Organisasi dan

Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Badan POM, mempunyai tugas

melaksanakan kebijakan dibidang pengawasan produk terapetik, narkotika,

psikotropika dan zat adiktif lain, obat tradisional, kosmetik, produk komplemen,

(36)

Gambar 1: Stuktur Balai Besar POM Bandar Lampung

(37)

24

Sesuai dengan struktur organisasi diatas, tugas tiap bidang di BPOM wilayah

Bandar Lampung sebagai berikut:

1. Bidang Pengujian Produk Terapetik, Narkotika, Obat Tradisional, Kosmetik

dan Produk Komplemen

Mempunyai tugas melaksanakan penyusunan rencana dan program, evaluasi

dan laporan pelaksanaan pemeriksaan secara laboratorium, pengujian dan

penilaian mutu di bidang produk Terapetik Narkotika, Obat Tradisional,

Kosmetik dan Produk Komplemen.

2. Bidang Pengujian Pangan, Bahan Berbahaya dan Mikrobiologi

Mempunyai tugas melaksanakan penyusunan rencana dan program, evaluasi

dan laporan pelaksanaan pemeriksaan secara laboratorium, pengujian dan

penilaian mutu di bidang pangan dan bahan berbahaya serta pemeriksaan

laboratorium pengujian dan pengendalian mutu di bidang mikrobiologi.

3. Bidang Pemeriksaan dan Penyidikan

Mempunyai tugas melaksanakan penyusunan rencana dan program, evaluasi

dan laporan pemeriksaan setempat, pengambilan contoh untuk pengujian, dan

pemeriksaan sarana produksi, distribusi dan pelayanan kesehatan serta

penyidikan kasus pelanggaran hukum di bidang produk terapetik, narkotika,

psikotropika dan zat adiktif lainnya, obat tradisional, kosmetik, produk

komplemen, pangan dan bahan berbahaya.

4. Bidang Sertifikasi dan Layanan Informasi Konsumen

Mempunyai tugas melaksanakan penyusunan rencana dan program, evaluasi

dan laporan pelaksanaan sertifikasi produk, sarana produksi dan distribusi

(38)

5. Subbagian Tata Usaha

Mempunyai tugas memberikan pelayanan teknis dan administrasi di lingkukan

Balai Besar.

6. Kelompok Jabatan Fungsional

Lembaga ini melaksanakan tugas pemerintah dibidang pengawasan obat dan

makanan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku, dengan

kewenangannya antara lain pemberian izin dan pengawasan peredaran obat serta

pengawasan industri farmasi. Hal ini dilandasi untuk melindungi konsumen dan

hak-haknya.

E. Obat Tradisional

1. Pengertian Obat

Obat adalah benda atau zat yang dapat digunakan untuk merawat penyakit,

membebaskan gejala, atau mengubah proses kimia dalam tubuh.12 Dalam

Peraturan Menteri Kesehatan No. 917/Menkes/Per/x/ Tahun 1993 Tentang Wajib

Daftar Obat Jadi, obat adalah sediaan atau paduan-paduan yang siap digunakan

untuk mempengaruhi atau menyelidiki secara fisiologi atau keadaan patologi

dalam rangka penetapan diagnose, pencegahan, penyembuhan., pemulihan,

peningkatan kesehatan dan kontrasepsi.

Dalam perkembanganya obat dibedakan menjadi obat modern dan obat tradisional.

Obat modern adalah obat yang keamanan dan khasiatnya dibuktikan secara ilmiah

dengan uji praklinik dan uji klinik dengan menggunakan peralatan modern.

12

(39)

26

obatan ini diproduksi oleh perusahaan-perusahaan farmasi yang telah melalui tes

dan uji coba untuk menentukan khasiat dengan penggunaan dosis yang tepat

sebelum produk obat ini dipasarkan ke masyarakat. Sedangkan obat tradisional

adalah obat yang diramu dari berbagai macam akar, kulit pohon, batang, bunga,

dan daun untuk berbagai macam penyakit.

2. Pengertian Obat Tradisional

Pengertian obat tradisional menurut peraturan menteri kesehatan RI No.

179/MENKES/per/VII/1976 menyatakan bahwa yang dimaksud sebagai obat

tradisional adalah obat jadi atau obat terbungkus yang berasal dari alam, baik

tumbuh-tumbuhan, hewan, mineral atau campuran dari bahan-bahan tersebut.

Dalam prosesnya produksinya obat tradisional dibagi menjadi dua macam, yaitu

obat tradisional dengan proses ilmiah dan obat tradisional dengan proses

tradisional. Obat tradisional proses ilmiah adalah obat tradisional yang berasal

dari alam dan telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji

praklinik. Bahan baku obat tradisional proses ilmiah telah di standarisasi dan telah

diuji serta memenuhi persyaratan mutu. Contoh obat tradisional proses ilmiah

adalah Lelap, Diapet, Tolak Angin, Antangin JRG. Sedangkan obat tradisional

proses tradisional adalah obat tradisional yang belum mengalami uji klinik

maupun uji praklinik, namun khasiatnya dipercaya oleh orang berdasarkan

pengalaman empiris. Bahan baku obat tradisional proses tradisional adalah bahan

baku dari alam yang belum terstandarisasi karena masih menggunakan seluruh

(40)

pada resep peninggalan nenek moyang. Contohnya Temulawak, Kunyit Asam,

Beras Kencur, dll.

F. KERANGKA PIKIR

Berdasarkan pengertian dan uraian tersebut, maka dapat dijelaskan melalui

kerangka pikir sebagai berikut:

Berdasarkan kerangka pikir dari konsep diatas, maka secara singkat dapat

dijabarkan sebagai berikut:

Keputusan Presiden No. 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga

(41)

28

Keputusan Presiden No. 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi,

Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non

Departemen, adalah dasar hukum yang mendasari dibentuknya Badan Pengawas

Obat (BPOM) yang menjalani tugas pemerintah dalam pengawasan obat dan

makanan di wilayah Indonesia.

BPOM mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan R.I No. 007 Tahun 2012

tentang Registrasi Obat Tradisional dan Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat

dan Makanan Republik Indonesia No.HK.00.05.41.1384 tentang Kriteria dan Tata

Laksana Pendaftaran Obat Tradisional, Obat Herbal, Terstandar dan Fitofarmaka

yang mendasari untuk melakukan dasar penilaian dan bagaimana prosedur

pendaftaran obat tradisional yang dilakukan di BPOM.

Peran dan Fungsi yang dimiliki oleh BPOM dalam Peredaran Obat Tradisional

terdaftar di Bandar Lampung didasari pada Peraturan Kepala Badan Pengawas

Obat dan Makanan Republik Indonesia No.HK.00.05.41.1384 tentang Kriteria

dan Tata Laksana Pendaftaran Obat Tradisional, Obat Herbal, Terstandar dan

Fitofarmaka, dimana dalam peraturan tersebut dijelaskan bagaimana peran dan

fungsi BPOM yang berkaitan dengan prosedur pendaftaran dan pengawasan

terhadap produk obat tradisional yang terdaftar khususnya di Bandar Lampung.

Penelitian ini akan mengkaji dan membahas prosedur pendaftaran obat tradisional

di BPOM yang berkaitan tentang kriteria obat tradisional yang didaftarkan, syarat

pendaftaan tahap-tahap pendaftaran obat tradisional, dan peran dan fungsi BPOM

(42)

III. METODE PENELITIAN

Metode Penelitian merupakan salah satu cara atau langkah-langkah yang

digunakan untuk memecahkan dan menganalisis masalah dengan melakukan suatu

kegiatan yang terencana berdasarkan suatu sistem untuk mendapatkan data yang

baru sehingga pada akhirnya akan didapatkan suatu kesimpulan secara

komprehensif. Dalam suatu penelitian, mutlak diperlukan adanya suatu metode

penelitian yang nantinya akan membeikan bahan bagi peneliti sehingga tidak

keluar dari jalur penelitian yang direncanakan.

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum normatif empiris, yaitu

penelitian yang dilakukan dengan mengkaji keberlakuan atau implementasi

ketentuan hukum normatif (kodifikasi, undang-undang, atau kontrak) secara in action pada setiap peristiwa hukum tertentu yang berlaku dimasyarakat.1 Fokus penelitian ini adalah pada penerapan hukum atau implementasi ketentuan hukum

normatif, yaitu Keppres Nomor 166 Tahun 2000 jo Keppres Nomor 103 Tahun 2001 tentang tugas dan fungsi BPOM secara umum yang menjadi pengawas

peredaran produk obat tradisional terdaftar, Peraturan Menteri Kesehatan R.I No.

007 Tahun 2012 tentang Registrasi Obat Tradisional, Peraturan Kepala Badan

1

(43)

30

Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia No.HK.00.05.41.1384 tentang

Kriteria dan Tata Laksana Pendaftaran Obat Tradisional, Obat Herbal, Terstandar

dan Fitofarmaka yang memuat tentang prosedur pendaftaran obat tradisional di

BPOM. Undang No 36 tahun 2009 tentang Kesehatan dan juga

Undang-Undang No 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen yang memuat tentang

hak-hak konsumen serta peraturan-peraturan yang terkait dengan penelitian yang

diteliti. Dalam hal ini yang akan diteliti adalah kriteria, syarat dan prosedur

pendaftaran obat tradisional di BPOM serta meneliti peran dan fungsi BPOM

dalam pengawasan produk obat tradisional terdaftar di Bandar Lampung.

B. Tipe Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe deskriptif, yaitu

penggambaran secara jelas, rinci dan sistematis bagaimana prosedur pendaftaran

obat tradisional di BPOM yang berkaitan dengan kriteria obat tradisional yang

didaftarkan, syarat pendaftaran dan tahap-tahap pendaftaran obat tradisional di

BPOM serta peran dan fungsi BPOM dalam pengawasan produk obat tradisional

terdaftar di Bandar Lampung. Berdasarkan dengan ketentuan Undang-undang No

8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, Keppres Nomor 166 Tahun 2000

jo Keppres Nomor 103 Tahun 2001 tentang tugas dan fungsi BPOM, dan Undang-Undang No 36 tahun 2009 tentang Kesehatan serta peraturan-peraturan lain yang

berkaitan dengan penelitian. Penelitian deskriptif ini bersifat pemaparan dan

(44)

keadaan hukum yang berlaku di tempat tertentu dan pada saat tertentu yang terjadi

didalam masyarakat.2

C. Pendekatan Masalah

Pendekatan masalah merupakan proses pemecahan atau penyelesaian masalah

melalui tahap-tahap yang telah ditentukan, sehingga mencapai tujuan penelitian.3

Pendekatan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

normatif-terapan, yaitu pendekatan masalah yang dilakukan dengan mengkaji

pelaksanaan atau implementasi ketentuan hukum normatif yaitu undang-undang

no 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen serta undang-undang no No 36

tahun 2009 tentang Kesehatan secara in action dalam hal ini masalah yang dibahas adalah bagaimana kriteria, syarat dan prosedur pendaftaran obat

tradisional di BPOM serta peran dan fungsi BPOM dalam peredaran produk obat

tradisional terdaftar di Bandar Lampung.

D. Lokasi Penelitian

Lokasi Penelitian ini dilaksanakan di Kantor Balai Besar Pengawas Obat dan

Makanan (BBPOM) wilayah Bandar Lampung.

E. Data dan Sumber Data

Jenis data dapat dilihat dari sumbernya, dapat dibedakan antara data yang

diperoleh langsung dari masyarakat dan data yang diperoleh dari bahan pustaka.4

2

Abdulkadir Muhammad, 2004, Ibid,. hlm.50 3

Abdulkadir Muhammad, 2004. Ibid, hlm.112 4

(45)

32

Adapun dalam mendapatkan data atau jawaban yang tepat dalam membahas

skripsi ini, serta sesuai dengan pendekatan masalah yang digunakan dalam

penelitian ini maka jenis data yang digunakan dalam penellitian ini dibedakan

menjadi dua, yaitu:

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari hasil wawancara.

Data primer meliputi data penelitian terapan dari ketentuan normatif terhadap

peristiwa hukum in concerto.5 Data primer ini didapatkan dari wawancara dengan pihak-pihak yang berkaitan dengan penelitian ini. Dalam penelitian

ini pihak yang diwawancarai adalah dari Badan POM, yaitu Ibu Evita sebagai

anggota dari bidang pemeriksaan dan penyidikan dan Bapak Hartadi selaku

kepala bidang sertifikasi dan layanan informasi konsumen pada lembaga

negara non-departmen BBPOM wilayah Bandar Lampung.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari penelitian kepustakaan. Data

sekunder diperoleh dengan mempelajari dan mengkaji literatur-literatur dan

peraturan perundang-undangan serta keputusan presiden yang terkait dengan

peran dan fungsi BPOM dalam pengawasan peredaran produk obat tradisional

terdaftar di Bandar Lampung. Data sekunder itu mencakup :

a. Bahan hukum primer, yang terdiri dari

1) Undang-Undang No 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

(UUPK);

2) Undang-Undang No 36 tahun 2009 tentang Kesehatan (UUK);

5

(46)

3) Peraturan-peraturan pelaksana dari kedua undang-undang tersebut

diatas yang berkaitan dengan masalah yang berkaitan dengan peran dan

fungsi BPOM terhadap peredaran obat tradisional terdaftar di Bandar

Lampung, antara lain:

a) Keputusan Presiden Nomor 166 Tahun 2000 jo Keppres Nomor 103

Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan,

Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non

Departemen;

b) Peraturan Menteri Kesehatan R.I No. 007 Tahun 2012 tentang

Registrasi Obat Tradisional;

c) Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik

Indonesia No.HK.00.05.41.1384 tentang Kriteria dan Tata Laksana

Pendaftaran Obat Tradisional, Obat Herbal, Terstandar dan

Fitofarmaka.

b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan-bahan yang erat hubungannya dengan

bahan baku primer dan dapat membantu dalam menganalisa serta

memahami bahan hukum primer, seperti literatur dan norma-norma hukum

yang berhubungan dengan dengan masalah yang dibahas dalam skripsi ini.

c. Bahan hukum tersier atau bahan hukum penunjang, yaitu bahan-bahan

yang memberikan informasi, petunjuk maupun penjelasan tentang bahan

hukum primer dan bahan hukum sekunder, antara lain berupa Kamus

Besar Bahasa Indonesia, media massa, artikel, makalah, naskah, paper,

jurnal, internet yang barkaitan dengan masalah yang akan dibahas atau

(47)

34

F. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara :

1. Studi Kepustakaan

Studi Kepustakaan yaitu pengkajian informasi tertulis mengenai hukum yang

berasal dari berbagai sumber dan dapat dipublikasikan secara luas serta

dibutuhkan dalam penelitian hukum normatif.6 Studi kepustakaan dilakukan untuk

memperoleh data sekunder, yaitu melakukan serangkaian kegiatan studi

dokumentasi, dengan cara membaca, memcatat, dan mengutip buku-buku atau

literatur yang berhubunga dengan kriteria, syarat dan posedur pendaftaran obat

tradisional serta fungsi dan peran Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM)

untuk melakukan tugasnya dalam pengawasan peredaran produk obat tradisional

terdaftar di Bandar Lampung.

2. Studi Wawancara

Studi wawancara dilakukan untuk mendapatkan data primer. Adapun cara

mengumpulkan data primer yaitu dilakukan dengan menggunakan metode

wawancara terpimpin, yaitu dengan mengajukan pertanyaan yang telah disiapkan

terlebih dahulu dan dilakukan wawancara secara langsung dengan narasumber.

Dimana narasumber yang diwawancarai adalah narasumber langsung dari

penelitian dilapangan, diantaranya:

a. Bapak Hartadi Kepala Bidang Sertifikasi dan Layanan Informasi Konsumen

Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) wilayah Bandar

Lampung.

6

(48)

b. Ibu Evita anggota dari Bidang Pemeriksaan dan Penyidikan di Balai Besar

Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) wilayah Bandar Lampung.

3. Studi Dokumen

Merupakan pengkajian informasi tertulis mengenai hukum yang tidak

dipublikasikan secara umum, tetapi boleh diketahui oleh pihak tertentu. Studi

dokumen dilakukan dengan cara menelaah dokumen yang berkaitan dengan

pendaftaran obat tradisional. Teknik yang digunakan yaitu membaca dan

memahami isi dokumen tersebut sehingga akan memudahkan dalam proses

pengolahan data.

G. Metode Pengolahan Data

Setelah semua data yang diperoleh terkumpul baik data dari studi kepustakaan,

studi wawancara maupun studi dokumen, maka langkah selanjutnya adalah

melakukan pengelolaan data-data tersebut dengan cara sebagai berikut:

1. Editing, yaitu data yang diperoleh diperiksa dan diteliti secara selektif untuk

menjamin kelengkapan data-data tersebut sehingga didapatkan data yang

akurat, selektif dan relevan.

2. Evaluasi, yaitu dengan melakukan perbaikan jika ada data yang keliru dan

salah, menambah dan melengkapi data-data yang kurang serta menidentifikasi

apakah data yang diperoleh sudah lengkap dan sesuai dengan masalah yang

diteliti.

3. Sistematisasi data, yaitu menghubungkan, membandingkan dan menguraikan

(49)

36

H. Analisis Data

Analisis data merupakan suatu proses penyederhanaan data kedalam bentuk yang

lebih mudah dibaca dan diinterprestasikan. Setelah data yang diperolah dari

lapangan diolah dan disusun, data akan dianalisis dengan mengunakan teknik

analisis secara kualitatif. Analisis dilakukan dengan cara penyajian dalam bentuk

uraian kalimat-kalimat secara sistematis dalam proses perlindungan hukum

tentang konsumen produk obat tradisional terdaftar sehingga dapat diperoleh

gambaran secara lengkap tentang masalah yang diteliti. Analisis kualitatif

bertujuan untuk menghasilkan suatu uraian deskriptif yaitu untuk memperoleh

persamaan, perbedaan dan gejala-gejala tertentu dalam rangka menjawab

(50)

V. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat diambil kesimpulan sebagai

berikut:

1. Prosedur pendaftaran obat tradisional di BPOM dilakukan oleh produsen untuk

memperoleh izin edar agar produk obat tradisional yang diproduksinya dapat

beredar secara legal di wilayah Indonesia. BPOM menentukan kriteria obat

tradisional yang didaftarakan dan syarat pendaftaran obat tradisional sebagai

prosedur awal pendaftaran obat tradisional di BPOM, yang merupakan dasar

penilaian dan ketentuan yang harus ada di obat tradisional sebelum dilakukan

pendaftaran. Setelah kriteria dan syarat sebagai prosedur awal pendaftaran obat

tradisional tersebut terpenuhi, produsen lalu melakukan pendaftaran obat

tradisional di BPOM. Pendaftaran obat tradisional dilakukan secara manual di

BPOM atau secara online di website pom.go.id. Prosedur pendaftaran obat tradisional mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 007 Tahun

2012 tentang Registrasi Obat Tradisional dan Peraturan Kepala Badan

Pengawas Obat dan Makanan Nomor.HK.00.05.41.1384 tentang Kriteria dan

Tata Laksana Pendaftaran Obat Tradisonal, Obat Herbal Terstandar dan

(51)

58

2. BBPOM Bandar Lampung mempunyai peran dan fungsi yang berbeda

terhadap peredaran obat tradisional terdaftar di Bandar Lampung. Peran

BBPOM Bandar Lampung terhadap peredaran obat tradisional terdaftar di

Bandar Lampung adalah memberikan penindakan kepada produsen obat

tradisional yang illegal dan beredar di Bandar Lampung. Tindakan yang

dilakukan oleh BBPOM Bandar Lampung adalah memberikan sanksi

administratif yang berupa peringatan tertulis, penarikan obat tradisional dari

peredaran termasuk penarikan iklan, penghentian sementara kegiatan

pembuatan, distribusi, penyimpanan, pengangkutan dan penyerahan obat

tradisional dan pembekuan dan/atau pencabutan izin edar. Fungsi BBPOM

Bandar Lampung terhadap peredaran obat tradisional terdaftar di Bandar

Lampung adalah sebagai fasilitator dan sebagai pengawas. BBPOM Bandar

Lampung sebagai fasilitator akan membantu pendaftar bila terjadi kesulitan

dalam proses pendaftaran obat tradisional. Sedangkan sebagai pengawas,

BBPOM Bandar Lampung berfungsi mengawasi peredaran obat tradisional di

Bandar Lampung untuk menjamin keamanan, khasiat/manfaat dan mutu

(52)

DAFTAR PUSTAKA

Buku-Buku

Djumhana, Muhammad. Enksklopedia Ekonomi, Keuangan dan Perdagangan. Jakarta: Duta Pradnya Paramita. 1991.

Hartono, Sri Redjeki. “Aspek-Aspek Hukum Perlindungan Konsumen dalam

Kerangka Era Perdagangan Bebas”, Hukum Perlindungan Konsumen,

Penyunting Husnu Syawali dan Neni Sri Imaniyati. Bandung: Mandar Maju. 2000.

Kristiyanti, Celina Tri Siwi. Hukum Perlindungan Konsumen . Edisi 1, Cetakan 1. Jakarta: Sinar Grafika. 2008.

Miru, Ahmad dan Sutarman Yodo. Hukum Perlindungan Konsumen. Eds.I. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2007.

Muhammad, Abdulkadir. Hukum dan Penelitian Hukum. Bandung: PT.Citra Aditya Bakti. 2004.

Sasongko, Wahyu. Ketentuan-Ketentuan Pokok Hukum Perlindungan Konsumen.

Bandar Lampung: Penerbit UNILA,. 2007.

Seokanto, Soerjono. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: UI Pres. 1986.

Sudaryatmo. Hukum dan Advokasi Konsumen. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti. 1999.

Widjaja, Gunawan dan Ahmad Yani. Hukum Tentang Perlindungan Konsumen. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. 2001.

Makalah

Sasongko, Wahyu. Makalah Relevansi dan Dinamika Perlindunga Hukum Bagi

Gambar

Gambar 1: Stuktur Balai Besar POM Bandar Lampung

Referensi

Dokumen terkait

Menurut data dari Balai Penelitian Obat dan Makanan (BPOM) Provinsi Lampung diperoleh informasi bahwa pada pemeriksaan dan pengawasan penjualan obat-obatan di

Peran Balai Pengawas Obat dan Makanan Dalam Mewujudkan Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Produk Kosmetik Yang Berbahaya Di Batam ... Peran Balai Pengawas Obat

Balai Besar POM di Bandar Lampung mempunyai visi dan misi sesuai dengan visi dan misi BPOM yang sejalan dengan visi dan misi pembangunan -2024, yaitu ”Obat dan Makanan

Ketiga : Pembinaan Unit Kerja Pusat sebagai bagian dari Desain Revitalisasi Peran dan Fungsi Pusat dan Balai Besar/Balai Pengawas Obat dan Makanan, dilakukan oleh

Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pengawasan peredaran suplemen makanan oleh Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Kota Pekanbaru adalah: intensitas

Pihak Balai Besar Pengawas Makanan dan Obat, Kota Bandar lampung Perusahaan/instansi yang telah banyak membantu dan memberikan bimbingan kepada penulis selama melaksanakan Praktik Kerja

Imam Suyudi, Muhammad Naufal Afif, Yosafat Kevin, Marvine Viano Gabrielle Analisis Pengawasan Post-Market Badan Pengawas Obat dan Makanan pada Peredaran Kosmetik Berbahaya Melalui

Berdasarkan hasil pengawasan pemeriksaan sarana toko obat berizin di Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Banda Aceh, di temukan beberapa sarana toko obat yang menjual obat keras,