• Tidak ada hasil yang ditemukan

KOORDINASI KEPOLISIAN POLDA LAMPUNG DAN BALAI BESAR PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN (BBPOM) BANDAR LAMPUNG UNTUK MEMBERANTAS TINDAK PIDANA PEREDARAN OBAT DAN MAKANAN BERBAHAYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KOORDINASI KEPOLISIAN POLDA LAMPUNG DAN BALAI BESAR PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN (BBPOM) BANDAR LAMPUNG UNTUK MEMBERANTAS TINDAK PIDANA PEREDARAN OBAT DAN MAKANAN BERBAHAYA"

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

KOORDINASI KEPOLISIAN POLDA LAMPUNG DAN BALAI BESAR PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN (BBPOM) BANDAR

LAMPUNG UNTUK MEMBERANTAS TINDAK PIDANA PEREDARAN OBAT DAN MAKANAN BERBAHAYA

Oleh ADI WAHYU

Kemajuan teknologi telah membawa perubahan-perubahan yang cepat dan signifikan pada industri farmasi, obat asli Indonesia, makanan, kosmetika dan alat kesehatan. Perubahan teknologi produksi, sistem perdagangan internasional dan gaya hidup konsumen tersebut pada realitasnya meningkatkan resiko dengan implikasi yang luas pada kesehatan dan keselamatan konsumen. Permasalahan yang dikaji oleh penulis adalah Bagaimanakah koordinasi Kepolisian Polda Lampung dan Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) Bandar Lampung untuk memberantas peredaran obat dan makanan berbahaya dan Apa faktor penghambat Koordinasi Kepolisian Polda Lampung dan Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) Bandar Lampung untuk memberantas peredaran obat dan makanan berbahaya.

Metode pendekatan diterapkan dengan meliputi pendekatan yuridis normatif dan pendekatan yuridis empiris. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Sedangkan pengolahan data yang diperoleh dengan cara seleksi, klasifikasi, dan sistematisasi data. Data hasil pengolahan tersebut dianalisis secara deskriptif kualitatif dengan menggunakan metode induktif.

(2)

penghambat yang mempengaruhi penegakan hukum yaitu ada faktor undang-undangnya sendiri, faktor penegak hukum, faktor sarana dan prasarana, faktor masyarakat dan faktor kebudayaan.

Adapun saran yang diberikan adalah Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dan Kepolisian Polda Lampung dapat lebih meningkatkan koordinasi untuk lebih mengawasi peredaran obat dan makanan berbahaya di lingkungan masyarakat. Dengan mengajak masyarakat lebih waspada dan melaporkan kepada instansi terkait ditemukan makanan dan obat yang berbahaya, hendaknya memberikan sanksi yang maksimum.

(3)

OBAT DAN MAKANAN BERBAHAYA

Oleh

ADI WAHYU

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA HUKUM

Pada

Bagian Hukum Pidana

Fakultas Hukum Universitas Lampung

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

(4)

OBAT DAN MAKANAN BERBAHAYA

(Skripsi)

Oleh ADI WAHYU

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG

(5)

Halaman

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Permasalahan dan Ruang Lingkup ... 8

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 9

D. Kerangka Teoritis dan Konseptual ... 10

E. Sistematika Penulisan ... 16

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Koordinasi... 18

B.Tinjauan Umum tentang Kepolisian Republik Indonesia... 20

C.Tinjauan Umum tentang Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM)... 25

D. Tinjauan Umum Tentang Pengertian dan Unsur-Unsur Tindak Pidana... 36

E. Pengertian Obat dan Makanan... 41

F. Ketentuan Pidana Terhadap Obat dan Makanan Berbahaya ... 45

III. METODE PENELITIAN A. Pendekatan Masalah ... 47

B. Sumber dan Jenis Data ... 48

C. Penentuan Responden... 51

D. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data ... 51

(6)

B. Gambaran Umum Kasus Tindak Pidana Peredaran Obat dan

Makanan Berbahaya...……….. 55

C. Koordinasi Kepolisian Polda Lampung dan Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) Bandar Lampung dalam berkoordinasi

untuk memberantas peredaran obat dan makanan berbahaya... 60

D. Faktor Penghambat Koordinasi Kepolisian Polda Lampung Dan Balai Besar Pengawas Obat Dan Makanan (BBPOM) Bandar Lampung Untuk Memberantas Peredaran Obat Dan

Makanan Berbahaya.……….………...………... 70

V PENUTUP

A. Simpulan ... 78

B. Saran... 80

DAFTAR PUSTAKA

(7)

“Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon

pertolongan.”

(8)
(9)

Dengan mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT, atas berkat rahmat dan

hidayahNYA, maka dengan ketulusan dan kerendahan hati serta setiap

perjuangan, do’adan jerih payahku, aku persembahkan sebuah karya ini kepada :

Papa dan Mama

yang selalu kuhormati, kubanggakan, kusayangi, dan kucintai sebagai rasa baktiku

kepada kalian

Terima kasih untuk setiap pengorbanan kesabaran, kasih sayang yang tulus serta

do’a demi keberhasilankuselama ini

Seluruh keluarga besarku yang selalu memberikan motivasi dan dukungan dalam

bentuk apapun

(10)
(11)

Nama lengkap dari penulis adalah Adi Wahyu, penulis

dilahirkan di Natar 22 Agustus 1993. Penulis merupakan anak

tunggal dari pasangan bapak Rusdi A.Z. dan ibu Hartati A.C.

Penulis mengawali pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK)

Pertiwi Bandar Lampung pada tahun 1998, Penulis

melanjutkan ke Sekolah Dasar di SDN 2 Rawa Laut Bandar Lampung pada tahun

1999 hingga tahun 2005, Sekolah Menengah Pertama di SMP Kartika Jaya II-2

Bandar Lampung pada tahun 2005 hingga tahun 2008 dan Sekolah Menengah

Atas di SMA Utama 2 Bandar Lampung pada tahun 2008 hingga tahun 2011.

Penulis terdaftar sebagai Mahasiswa Fakultas Hukum Melalui jalur Seleksi

(12)

Alhamdulillahirabbil’alamin. Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan

Yang Maha Esa, karena dengan pertolongannya penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini. Meskipun banyak rintangan dan hambatan yang penulis alami dalam

proses pengerjaan, namun penulis berhasil menyelesaikan dengan baik. Skripsi ini

sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas

Hukum Universitas Lampung dengan judul : KOORDINASI KEPOLISIAN POLDA LAMPUNG DAN BALAI BESAR PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN (BPPOM) BANDAR LAMPUNG UNTUK MEMBERANTAS TINDAK PIDANA PEREDARAN OBAT DAN MAKANAN BERBAHAYA

Penulis menyadari selesainya skripsi ini tidak terlepas dari partisipasi, bimbingan

serta bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung.

Maka kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang

setulus-tulusnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Harianto, M.S., selaku Rektor Universitas

Lampung.

2. Bapak Prof. Dr. Heryandi, S.H., M.S., selaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Lampung

3. Ibu Diah Gustiniati, S.H., M.H., selaku Ketua Bagian Hukum Pidana Fakultas

(13)

membimbing dan mengarahkan penulis selama penyelesaian skripsi.

5. Bapak Dr. Maroni,S.H., M.H., selaku Pembahas Pertama dan Bapak Daman Huri, S.H., M.H., selaku Pembahas Kedua yang telah banyak memberikan

kritikan, koreksi dan masukan dalam pemyelesaian skripsi ini.

6. Bapak Dr. Heni Siswanto, S.H., M.H., selaku Dosen narasumber terimakasih

banyak atas masukannya dan menerima saya dengan sangat baik dalam

penyelesaian skripsi ini.

7. Para Dosen Fakultas Hukum Universitas Lampung yang tidak bisa

disebutkan satu persatu, atas bimbingan dan pengajarannya selama penulis

menjadi mahasiswa serta seluruh staf dan karyawan Fakultas Hukum

Universitas Lampung yang telah membantu penulis dalam proses akademik

dan kemahasiswaan atas bantuan selama penyusunan skripsi.

8. Bapak AKBP H.Azhari, S.H.,M.H., selaku Kabag BINOPSNAL terimakasih

telah menerima saya dengan baik dan menjadi narasumber saya untuk

penyelesaian skripsi ini.

9. Bapak Drs. Sumaryanta, Apt.,M.Si. selaku Kepala Balai Besar Pom,

terimakasih telah menerima saya dengan baik untuk penyelesaian skripsi ini.

10. Bapak Drs. Zamroni, Apt. selaku KA. Sub. Bag. Tata Usaha dan staf

terimakasih telah menerima saya dengan baik..

11. Bapak Drs. Ramadhan, Apt. selaku KA. Bid. Pemeriksaan dan Penyidikan,

terimakasih telah menerima saya dengan baik dan menjadi narasumber dalam

(14)

pemikiran serta selalu mendukung tingkah laku dan tindakanku.

13. Sahabat-sahabat seperjuanganku: Tomy Hidayat, Fietra Albajuri, Aminullah,

Akbar, Amir, Deny, Andrian Rizki Pratama, Harry Satya, Hendra Ari

Saputra, Dery Greastyan, Afri Ishadi, M. Eka Prasetya, Yulio Caesar, Triadi

Andani, Byu MJ, Tara, Izul. Rizki Andrean.

14. Almamater tercinta, Universitas Lampung yang telah menghantarkanku

menuju keberhasilan.

15. Seluruh pihak yang telah memberikan bantuan, semangat, dan dukungan

dalam penyusunan skrisi ini, yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi agama, masyarakat, bangsa

dan negara, para mahasiswa, akademisi, serta pihak-pihak lain yang

membutuhkan terutama bagi penulis. Akhir kata penulis ucapkan terimakasih.

Bandar Lampung, 29 Oktober 2015 Penulis,

(15)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kemajuan teknologi telah membawa perubahan-perubahan yang cepat dan

signifikan pada industri farmasi, obat asli Indonesia, makanan, kosmetika dan alat

kesehatan. Dengan menggunakan teknologi modern, industri-industri tersebut kini

mampu memproduksi dalam skala yang sangat besar mencakup berbagai produk

dengan "range" yang sangat luas. Dengan dukungan kemajuan teknologi

transportasi danentry barrier (hal-hal yang menghalangi suatu perusahaan masuk

ke bidang usaha tertentu)1 yang makin tipis dalam perdagangan internasional,

maka produk-produk tersebut dalam waktu yang amat singkat dapat menyebar ke

berbagai negara dengan jaringan distribusi yang sangat luas dan mampu

menjangkau seluruh strata masyarakat.

Tentu hal ini diperlukan pengawasan Kepolisian dan Badan Pengawas Obat dan

Makanan dalam mencegah dan memberantas obat dan makanan berbahaya. Peran

dan fungsi Polri dalam pencegahan peredaran obat dan makanan berbahaya tidak

hanya dititik beratkan kepada penegakan hukum tetapi juga kepada pencegahan

penyalahgunaan peredaran obat dan makanan berbahaya. Seperti tercantum dalam

UU No. 2 tahun 2002 tentang Polri, Kamtibmas didefinisikan sebagai :

1

(16)

“suatu kondisi dinamis masyarakat sebagai salah satu prasyarat terselenggaranya proses pembangunan nasional dalam rangka tercapainya tujuan nasional yang ditandai oleh terjaminnya tertib dan tegaknya hukum serta terbinanya ketentraman, yang mengandung kemampuan membina serta mengembangkan potensi dan kekuatan masyarakat dalam menangkal, mencegah, dan menanggulangi segala bentuk pelanggaran hukum dan bentuk-bentuk gangguan lainnya yang dapat meresahkanmasyarakat.”

Sangatlah jelas bahwa penegakan hukum merupakan salah satu bagian dari tugas

tersebut. Penjelasan tersebut juga menegaskan kembali apa yang sebenarnya

menjadi tugas kepolisian, yaitu tugas preventif atau melakukan pencegahan

terhadap pelanggaran dan kejahatan atau juga memelihara ketertiban (order

maintenance) dan tugas represif yaitu melakukan penegakan hukum (law

enforcement). Sementara Badan Pengawas Obat dan Makanan berdasarkan

Keputusan Presiden RI No.103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, tugas,

kewenangan, susunan Organisasi Lembaga Pemerintah Non Departemen

sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Peraturan Presiden RI

No.64 Tahun 2005 mempunyai tugas dan fungsi yaitu Pengkajian dan penyusunan

kebijakan nasional di bidang pengawasan obat dan makanan, Pelaksanaan

kebijakan tertentu di bidang pengawasan obat dan makanan, koordinasi kegiatan

fungsional dalam melaksanakan tugas BPOM, dan Pemantauan, pemberian

bimbingan dan pembinaan terhadap kegiatan instansi pemerintah dan masyarakat

di bidang pengawasan obat dan makanan.

Seiring konsumsi masyarakat terhadap produk-produk tersebut cenderung terus

meningkat, Data Statistik Indonesia memperlihatkan bahwa dari tahun 2012

hingga tahun 2013 sampai 2014, rata-rata pengeluaran per kapita masyarakat

(17)

tahun 2012 meningkat sebesar 9,56 persen pada tahun 2013 dan 2014 menjadi Rp.

505.461,- per bulan.

Keberhasilan ekonomi Indonesia sebenarnya bisa juga dilihat dari pendapatan per

kapita ini meskipun pendekatannya dari sisi pengeluaran, tetapi inilah salah satu

ukuran riil mengenai besarnya pendapatan per kapita tersebut sekaligus

menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat dan keberhasilan pembangunan

pro-rakyat. Kemudian kalau dilihat menurut kelompok barang, pengeluaran per

kapita yang meningkat tersebut memperbesar proporsi pengeluaran untuk barang

makanan. Pada tahun 2012, besarnya rata-rata pengeluaran untuk barang

non-makanan mencapai Rp 189.107,- atau sebesar 40,99 persen terhadap total

pengeluaran per bulannya. Proporsi tersebut terlihat masih bertahan pada angka 40

persen di tahun 2013 kemarin dengan besar rata-rata pengeluaran per kapita untuk

barang non-makanan mencapai Rp 206.349,- per bulan. Kondisi tersebut dapat

kita lihat sekilas dalam keseharian masyarakat Indonesia, penjual makanan

dimana-mana tetap laris, produk makanan pun semakin banyak, beragam, serta

terbungkus rapi dan memikat pembeli.2

Dengan perubahan gaya hidup masyarakat termasuk pola konsumsinya.

Sementara itu pengetahuan masyarakat masih belum memadai untuk dapat

memilih dan menggunakan produk secara tepat, benar dan aman. Di lain pihak

iklan dan promosi secara gencar mendorong konsumen untuk mengkonsumsi

secara berlebihan dan seringkali tidak rasional. Perubahan teknologi produksi,

sistem perdagangan internasional dan gaya hidup konsumen tersebut pada

2

(18)

realitasnya meningkatkan resiko dengan implikasi yang luas pada kesehatan dan

keselamatan konsumen. Apabila terjadi produk sub standar, rusak atau

terkontaminasi oleh bahan berbahaya maka risiko yang terjadi akan berskala besar

dan luas serta berlangsung secara amat cepat.3

Kasus-kasus peredaran obat dan makanan berbahaya saat ini sudah masuk taraf

yang menghawatirkan bagi para konsumen yang membelinya maupun

mengonsumsinya karena merugikan secara kesehatan pada tubuh dan

membohongi kosumen tersebut. Seperti contoh kasus Makanan kadaluarsa beredar

di swalayan. Setelah menemukan buah-buahan mengandung formalin, kali ini

Balai Pemeriksaan Obat dan Makanan (BPOM) Bandar Lampung kembali

menemukan makanan kadaluarsa dan tanpa izin edar di Supermarket Giant Mall

Kartini.4

Kepala Pemeriksaan dan Penyidikan Makanan BPOM Lampung Ramadhan

mengatakan, hasil sidak kali ini BPOM kembali menemukan ada makanan yang

kadaluarsa, makanan kemasan kaleng yang penyok-penyok diperjualbelikan di

swalayan. “Tim satu menemukan beberapa produk tanpa izin edar dan ekspire

yang ditemukan di supermarket Giant kita menemukan produk tanpa izin edar,

BPOM meminta swalayan yang memperjualkan produk tanpa memenuhi syarat

itu untuk segera memusnahkannya. Jika tidak akan memberi sanksi serius pada

swalayan tersebut, ” jelasnya saat melakukan sidak di supermarket Giant Kartini.

3

http://www.pom.go.id/new/index.php/browse/artikel/04-08-2014/04-08-2015/1 diiakses pada tanggal 3 Agustus 2015 pukul 10.00 Wib

4

(19)

BPOM juga menghimbau pada masyarakat untuk jeli dalam membeli dan

mengkonsumsi produk, perhatikan masa berlakunya dan kemasannya jika rusak,

jelang hari Raya ini biasanya banyak pedagang yang nakal yang sengaja

mengeluarkan produk-produk tidak layak kembali dijual, yang harus lebih

hati-hati saat memesan parsel semua produk kaleng harus dilihat tanggal kadaluarsa

dan bentuk kemasan makanannya. Sementara, Manager Giant, Hery Daryono,

mengakui keteledorannya, dan dirinya benar-benar minta maaf atas keteledoran

tersebut.”Saya benar-benar tidak tahu kalau ada barang expired, dan itu murni

bukan disengaja, kalau masih ada barang kadaluarsa,”tegasnya singkat.

Bandar Lampung dengan ibukota Bandar Lampung memiliki wilayah yang relatif

luas dan menyimpan potensi kelautan, yang ditandai dengan banyaknya

pelabuhan, baik pelabuhan besar seperti Pelabuhan Panjang dan Pelabuhan

Bakauheni, dll. Selain menguntungkan masyarakat, dengan potensi tersebut,

Bandar Lampung menjadi sasaran peredaran Obat dan Makanan Ilegal. Untuk itu

menurut Roy, dibutuhkan dukungan semua pemangku kepentingan dalam

pemberantasan produk illegal yang beresiko bagi kesehatan.

Belum terwujudnya koordinasi yang maksimal antara Keopolisian dan BBPOM

Bandar Lampung dalam memberantas obat dan makanan berbahaya menjadi

problem tersendiri yang harus diperbaiki untuk kedepannya, disamping itu juga

ditemuinya beberapa faktor penghambat dalam upaya pemberantasan obat dan

makanan berbahaya, seperti kekurangan sarana dan prasarana dalam menjalankan

tugas, sikap masyarakat yang acuh atau masih lebih mementingkan barang yang

(20)

Penjualan dan peredaran makanan dan obat berbahaya melanggar hukum dan

dapat dikenakan Pasal 386 KUHP (1) Barang siapa menjual menawarkan atau

menyerahkan barang makanan, minuman atau obat-obatan yang diketahuinya

bahwa itu dipalsukan, sedangkan hal itu disembunyikannya, diancam dengan

pidana penjara paling lama empat tahun.

Pasal 501 ayat (1) KUHP diancam dengan pidana denda paling banyak tiga ratus

tujuh puluh lima rupiah:

1. Barang siapa menjual, menawarkan, menyerahkan membagikan atau

menyimpan

untuk dijual atau dibagikan, barang makanan atau minuman yang dipalsukan

atau

yang busuk, ataupun air susu dari ternak yang dapat mengganggu kesehatan;

2. Barang siapa menjual, menawarkan,menyerahkan, membagikan daging ternak

yang dipotong karena sakit atau mati dengan sendirinya tanpa izin kelola polisi

atau pejabat yang ditunjuk untuk itu.

Undang-undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan Pasal 41 ayat (1) dan

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

menegaskan bahwa harus ada pihak yang bertanggung jawab atas keamanan

pangan (produk), jika ternyata menimbulkan kerugian kepada konsumen. Dengan

kata lain, memberi pertanggungjawaban adalah kewajiban produsen. Dasar

pertanggungjawaban produsen dapat juga dilihat dalam Pasal 41 ayat (4)

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1996 yang mengatur bahwa: ”Selain

(21)

orang dalam badan usaha dapat membuktikan bahwa hal tersebut bukan

diakibatkan kesalahannya, maka badan usaha dan atau orang perorangan dalam

badan usaha tidak wajib mengganti kerugian”.

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka penulis berusaha untuk

menuangkan kedalam skripsi yang berjudul : Koordinasi Kepolisian Polda

Lampung dan Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) Bandar

Lampung untuk memberantas peredaran obat dan makanan berbahaya.

B. Permasalahan dan Ruang Lingkup

1. Permasalahan

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permasalahan dalam penulisan ini

adalah sebagai berikut :

a. Bagaimanakah koordinasi Kepolisian Polda Lampung dan Balai Besar

Pengawas

Obat dan Makanan (BBPOM) Bandar Lampung untuk memberantas peredaran

obat dan makanan berbahaya ?

b. Apa faktor penghambat Koordinasi Kepolisian Polda Lampung dan Balai Besar

Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) Bandar Lampung untuk memberantas

peredaran obat dan makanan berbahaya ?

2. Ruang Lingkup

Ruang lingkup masalah mengambarkan luasnya cakupan lingkup penelitian yang

akan dilakukan. Ruang lingkup masalah dibuat untuk mengemukakan batas

(22)

luasnya cakupan permasalahan yang akan dibahas, maka ruang Lingkup penelitian

skripsi ini terbatas pada bidang hukum pidana formil yang termasuk bagian dari

kajian Hukum Pidana yang ruang lingkupnya membahas Koordinasi Kepolisian

Polda Lampung Dan Balai Besar Pengawas Obat Dan Makanan Bandar Lampung

Untuk Memberantas Tindak Pidana Peredaran Obat Dan Makanan Berbahaya.

Tempat penelitian skripsi ini adalah pada wilayah hukum Polda Lampung dan

Badan Pengawas Obat dan Makanan Bandar Lampung.

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah di atas maka tujuan adanya penelitian ini

adalah sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui peran Kepolisian Polda Lampung dan Balai Besar

Pengawas

Obat dan Makanan (BBPOM) Bandar Lampung dalam koordinasi untuk

memberantas peredaran obat dan makanan berbahaya.

b. Untuk mengetahui dan memahami faktor penghambat koordinasi Kepolisian

Polda

Lampung dan Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) Bandar

Lampung untuk memberantas peredaran obat dan makanan berbahaya.

2. Kegunaan Penelitian

Kegunaan dari penelitian ini adalah mencakup kegunaan teoritis dan kegunaan

(23)

a. Kegunaan Teoritis

Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan kajian ilmu

pengetahuan hukum khususnya di dalam Hukum Pidana, dalam rangka

memberikan penjelasan mengenai Koordinasi Kepolisian Polda Lampung dan

Balai

Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) Bandar Lampung untuk

memberantas peredaran obat dan makanan berbahaya dan faktor penghambat

Koordinasi Kepolisian Polda Lampung dan Balai Besar Pengawas Obat dan

Makanan (BBPOM) Bandar Lampung untuk memberantas peredaran obat dan

makanan berbahaya.

b. Kegunaan Praktis

Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan bagi

rekan-rekan mahasiswa selama mengikuti program perkuliahan Hukum Pidana

khususnya

pada Fakultas Hukum Universitas Lampung dan masyarakat umum mengenai

Koordinasi Kepolisian Polda Lampung dan Balai Besar Pengawas Obat dan

Makanan (BBPOM) Bandar Lampung untuk memberantas peredaran obat dan

makanan berbahaya.

D. Kerangka Teoritis dan Koseptual

(24)

Setiap penelitian akan ada kerangka teoritis,kerangka acuan dan bertujuan untuk

mengidentifikasikan terhadap dimensi sosial yang dianggap relevan oleh peneliti.5

Kerangka teoritis merupakan susunan dari beberapa anggapan, pendapat, cara,

aturan, asas, keterangan sebagai satu kesatuan yang logis yang menjadi acuan,

landasan, dan pedoman untuk mencapai tujuan dalam penelitian atau

penulisan.6Berdasarkan definisi tersebut maka kerangka teoritis yang digunakan

dalam penelitian ini adalah:

a. Teori Koordinasi

Koordinasi pada dasarnya adalah kegiatan menyesuaikan diri dari bagian satu

sama lain dan gerakan serta pengerjaan bagian pada saat yang tepat, sehingga

masing-masing apat memberikan sumbangan yang maksimal pada hasil secara

keutuhan. Sedangkan tujuan dari koordinasi adalah mengupayakan agar kinerja

setiap unit menjadi teratur, meminimalisir terjadinya kekacauan, sehingga tujuan

dari organisasi dapat tercapai.7

Terdapat unsur penting untuk pengertian koordinasi, yakni pertama, suatu

kelangsungan, keharmonisan, untuk mencapai tujuan, yang dapat dicapai melalui

kepemimpinan, organisasi dan administrasi. Kedua, penyusunan usaha-usaha

kelompok di dalam suatu kelangsungan dan keteraturan sikap sehingga

menciptakan kesatuan tindakan dalam penguasaan tercapainya tujuan bersama.8

5

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: Press, 1986, hlm. 125. 6

Abdulkadir Muhammad,Hukum dan Penelitan Hukum, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2004, hlm. 73.

7

Nugroho Eko Bintoro,Pengantar Manajemen Modern,Jakarta, Rajawali Pers, 2006, hlm. 23. 8

(25)

Koordinasi merupakan usaha mengadakan kerjasama yang erat dan efektif antara

aparat penegak hukum. Pelaksanaan koordinasi dapat dilakukan sesuai dengan

lingkup dan arah sebagai berikut:

1) Koordinasi Menurut Lingkupnya

Koordinasi menurut lingkupnya terdiri dari internal dan eksternal. Internal adalah

koordinasi antar pejabat atau antar unit dalam satu organisasi dan eksternal yaitu

koordinasi antar pejabat dari bagian organisasi atau antar organisasi.

2) Koordinasi Menurut Arahnya

Koordinasi menurut arahnya terdiri dari horizontal dan vertical. Horizontal yaitu

koordinasi antar pejabatatau antar unit yang mempunyai tingkat hierarki yang

sama

dalam suatu organisasi dan agar pejabat dari organisasi-organisasinya yang

sederajat atau organisasi yang setingkat. Vertikal yaitu koordinasi antara

pejabat-pejabat dan unit-unit tingkat bawah oleh pejabat-pejabat atasannya atau unit tingkat

atasannya langsung, juga cabang-cabang suatu organisasi oleh organisasi

induknya.9

Koordinasi dengan konteks pelaksanaannya dapat dikelompokkan menjadi

koordinasi formal dan informal, sebagai berikut:

1) Koordinasi Formal

Koordinasi formal adalah koordinasi yang dilaksanakan seara formal atau resmi

dan harus mengacu pada ketentuan atau peraturan yang menghubungkan relasi

antar kedua organisasi atau lembaga tersebut.

9

(26)

2) Koordinasi Informal

Koordinasi Informal adalah koordinasi yang tidak dilaksanakan secara formal,

tetapi bersifat fleksibel dan disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang dihadapi

secara bersama-sama.10

b. Teori Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum

Hukum pada hakikatnya adalah perlindungan kepentingan manusia, yang

merupakan pedoman tentang bagaimana sepatutnya orang harus bertindak. Akan

tetapi hukum tidak sekedar merupakan pedoman belaka, perhiasan atau dekorasi.

Hukum harus ditaati, dilaksanakan, dipertahankan dan ditegakkan. Pelaksanaan

hukum dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, mempunyai arti yang sangat

penting, karena apa yang menjadi tujuan hukum justru terletak pada pelaksanaan

hukum itu. Ketertiban dan ketentraman hanya dapat diwujudkan dalam kenyataan

kalau hukum dilaksanakan.

Bekerjanya Kepolisian Polda Lampung Dan Balai Besar Pengawas Obat Dan

Makanan Bandar Lampung dalam Memberantas Tindak Pidana Peredaran Obat

Dan Makanan Berbahaya tentunya akan menghadapi berbagai hambatan. Hal ini

sesuai dengan pendapat Soerjono Soekanto bahwa terdapat berbagai faktor yang

mempengaruhi penegakan hukum yaitu, sebagai berikut:

10Ibid,

(27)

1. Faktor hukumnya itu sendiri.

2. Faktor penegak hukum, yaitu pihak-pihak yang membentuk maupun yang

menerapkan hukum.

3. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum.

4. Faktor masyarakat, yaitu lingkungan dimana hokum tersebut berlaku atau

ditetapkan

5. Faktor kebudayaan, yaitu sebagai hasil karya, cipta dan rasa yang didasarkan

pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup.

Kelima faktor ini saling berkaitan satu dengan yang lain sebagai esensi dari

penegakan hukum dan tolok ukur efektivitas penegakan hukum, yang dijelaskan

di depan.11

2. Konseptual

Kerangka konseptual adalah susunan dari beberapa konsep sebagai satu kebulatan

yang utuh, sehingga terbentuk suatu wawasan untuk dijadikan landasan, acuan,

dan pedoman dalam penelitian atau penulisan.12 Sumber Konsep adalah

undang-undang, buku/karya tulis, laporan penelitian, ensiklopedia, kamus, dan

fakta/peristiwa. Agar tidak terjadi kesalahpahaman pada pokok permasalahan,

maka dibawah ini penulis memberikan beberapa konsep yang dapat dijadikan

pegangan dalam memahami tulisan ini. Berdasarkan judul akan diuraikan

berbagai istilah sebagai berikut:

a. Koordinasi

11

Soerjono Soekanto. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum. Rineka Cipta. Jakarta. 1983. hlm.8-10

12

(28)

Kordinasi adalah pengaturan tata hubungan dari usaha bersama untuk

memperoleh

kesatuan tindakan dalam usaha pencapaian tujuan bersama pula.13

b. Kepolisian

Kepolisian adalah segala hal-ihwal yang berkaitan dengan fungsi dan lembaga

polisi sesuai dengan peraturan perundang-undangan (Pasal 1 Ayat 1

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia).

Fungsi kepolisian adalah salah satu fungsi pemerintahan negara di bidang

pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum,

perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat (Pasal 2).

c. Badan Pengawas Obat dan Makanan

Badan Pengawas Obat dan Makanan atau disingkat Badan POM adalah

lembaga

pemerintah yang bertugas melakukan regulasi, standardisasi, dan sertifikasi

produk

makanan dan obat yang mencakup keseluruhan aspek pembuatan, penjualan,

penggunaan, dan keamanan makanan, obat-obatan, kosmetik dan produk

lainnya.

d. Tindak Pidana

Tindak Pidana adalah sebagai aturan hukum yang mengikatkan kepada suatu

perbuatan yang memenuhi syarat-syarat tertentu suatu akibat yang berupa

Pidana.14

13

Sondang P. Siagian,Pengantar Studi Organisasi dan Manajemen, Jakarta: Rajawali Pers,2003, hlm. 13.

14

(29)

e. Obat dan Makanan

Berdasarkan Pasal 1 Ayat 1 Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan

Makanan

Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2013 tentang Pengawasan Pemasukan

Obat

dan Makanan ke dalam Wilayah Indonesia Obat dan Makanan adalah obat, obat

tradisional, obat kuasi, kosmetika, suplemen kesehatan, danpangan olahan.

Obat

adalah obat jadi termasuk produk biologi, yang merupakan bahan atau paduan

bahan digunakan untuk mempengaruhi/menyelidiki sistem fisiologi atau

keadaan

patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan,

pemulihan

dan peningkatan kesehatan dan kontrasepsi untuk manusia.

E. Sistematika Penulisan

Untuk memberikan pendekatan pemikiran mengenai hal-hal apa saja yang

menjadi fokus pembahasan dalam skripsi ini penulisan menyusun terdiri dari 5

(lima) BAB, yaitu:

I. PENDAHULUAN

Bab ini merupakan pendahuluan yang terdiri dari latar belakang penulisan,

perumusan masalah dan ruang lingkup, tujuan penelitian, kegunaan penelitian,

(30)

II. TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini merupakan pemahaman kedalam pengertian-pengertian umum serta pokok

bahasan. Dalam uraian bab ini lebih bersifat teoritis yang akan digunakan sebagai

bahan studi perbandingan antara teori yang berlaku dengan kenyataannya yang

berlaku dalam praktek.

III. METODE PENELITIAN

Bab ini merupakan metode penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini

yang berisi metode penelitan, sumber dan jenis data, penentuan narasumber,

prosedur pengumpulan dan pengolahan data, dan analisis data.

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini merupakan hasil penelitian dan pembahasan yang disertai dengan uraian

mengenai hasil penelitian yang merupakan paparan uraian atas permasalahan yang

ada.

V. PENUTUP

Bab ini merupakan penutup dari penulisan skripsi yang berisikan secara singkat

hasil pembahasan dari penelitian dan beberapa saran dari peneliti sehubungan

dengan masalah yang dibahas, memuat lampiran-lampiran, serta saran-saran yang

(31)

A. Pengertian Koordinasi

Koordinasi adalah suatu usaha yang sinkron dan teratur untuk menyediakan

jumlah dan waktu yang tepat, dan mengarahkan pelaksanaan untuk menghasilkan

suatu tindakan yang seragam dan harmonis pada sasaran yang telah ditentukan.

Koordinasi merupakan kegiatan untuk mengimbangi dan menggerakan tim

dengan membeikan lokasi kegiatan pekerjaan yang cocok dengan masing-masing

dan menjaga agar kegiatan ini dilakukan sesuai dengan tujuan yang telah

ditetapkan sebelumnya.1

Koordinasi atau dalam bahasa Inggris coordination, berasal dari bahasa latin,

yaknicum yang berarti berbeda-beda, dan ordinareyang berarti penyusunan atau

penempatan sesuatu pada keharusannya.2 Dalam kamus besar Indonesia,

koordinasi diartikan sebagai perihal mengatur suatu organisasi atau kegiatan

sehingga peraturan dan tindakan yg akan dilaksanakan tidak saling bertentangan

atau simpang siur.

Menurut Ndraha dalam bukunya yang berjudul Kybernology, Koordinasi dapat

didefinisikan sebagai proses penyepakatan bersama secara mengikat berbagai

1

Malayu SP Hasibuan,Organisasi dan Manajemen,Jakarta, Rineka Cipta, 2007, hlm. 86. 2

(32)

kegiatan atau unsur yang berbeda-beda sedemikian rupa sehingga di sisi yangsatu

semua kegiatan atau unsur itu terarah pada pencapaian suatu tujuan yangtelah

ditetapkan dan di sisi lain keberhasilan yang satu tidakmerusak keberhasilan yang

lain.3

Koordinasi merupakan usaha mengadakan kerjasama yang erat dan efektif antara

aparat penegak hukum. Pelaksanaan koordinasi dapat dilakukan sesuai dengan

lingkup dan arah sebagai berikut:

1) Koordinasi Menurut Lingkupnya

Koordinasi menurut lingkupnya terdiri dari internal dan eksternal. Internal adalah

koordinasi antar pejabat atau antar unit dalam satu organisasi dan eksternal yaitu

koordinasi antar pejabat dari bagian organisasi atau antar organisasi.

2) Koordinasi Menurut Arahnya

Koordinasi menurut arahnya terdiri dari horizontal dan vertical. Horizontal yaitu

koordinasi antar pejabatatau antar unit yang mempunyai tingkat hierarki yang

sama

dalam suatu organisasi dan agar pejabat dari organisasi-organisasinya yang

sederajat atau organisasi yang setingkat. Vertikal yaitu koordinasi antara

pejabat-pejabat dan unit-unit tingkat bawah oleh pejabat-pejabat atasannya atau unit tingkat

atasannya langsung, juga cabang-cabang suatu organisasi oleh organisasi

induknya.4

Koordinasi dengan konteks pelaksanaannya dapat dikelompokkan menjadi

koordinasi formal dan informal, sebagai berikut:

3

Taliziduhu Ndraha,Kybernologi Ilmu Pemerintahan Baru. Jakarta, PT Rineka Cipta, Tahun 2003, hlm. 291.

4

(33)

1) Koordinasi Formal

Koordinasi formal adalah koordinasi yang dilaksanakan seara formal atau resmi

dan harus mengacu pada ketentuan atau peraturan yang menghubungkan relasi

antar kedua organisasi atau lembaga tersebut.

2) Koordinasi Informal

Koordinasi Informal adalah koordinasi yang tidak dilaksanakan secara formal,

tetapi bersifat fleksibel dan disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang dihadapi

secara bersama-sama.5

B. Tinjauan Umum Tentang Kepolisian Republik Indonesia

1. Definisi Kepolisian Negara Republik Indonesia

Menurut Pasal 4 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian

Negara Republik Indonesia disebutkan bahwa Kepolisian bertujuan untuk

mewujudkan keamanan dalam negeri yang meliputi terpeliharanya keamanan dan

ketertiban masyarakat, tertib dan tegaknya hukum, terselenggaranya

perlindungan,pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat, serta terbinanya

ketenteraman masyarakat dengan menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia.

2. Fungsi dan Peran Kepolisian Negara Republik Indonesia

Menurut Pasal 2 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian

Negara Republik Indonesia, fungsi kepolisian adalah salah satu fungsi

pemerintahan negara di bidang pemeliharaan keamanan dan ketertiban, penegakan

hukum, perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat.

5Ibid,

(34)

Berdasarkan Pasal 3 disebutkan bahwa pengemban fungsi kepolisian adalah

Kepolisian Negara Republik Indonesia yang dibantu oleh:

a. Kepolisian khusus;

Kepolisian khusus adalah instansi dan/atau badan Pemerintah yang oleh atau

atas kuasa undang-undang (peraturan perundang-undangan) diberi wewenang

untuk melaksanakan fungsi kepolisian dibidang teknisnya masing-masing.

Wewenang bersifat khusus dan terbatas dalam "lingkungan kuasa soal-soal"

(zaken gebied) yang ditentukan oleh peraturan perundang-undangan yang

menjadi dasar hukumnya. Contoh "kepolisian khusus" yaitu Balai Pengawasan

Obat dan Makanan (Ditjen POM Depkes), Polsus Kehutanan, Polsus di

lingkungan Imigrasi dan lain-lain.

b. Penyidik Pegawai Negeri Sipil;

c. Bentuk-bentuk pengamanan swakarsa.

Bentuk-bentuk pengamanan swakarsa adalah suatu bentuk pengamanan yang

diadakan atas kemauan, kesadaran, dan kepentingan masyarakat sendiri yang

kemudian memperoleh pengukuhan dari Kepolisian Negara Republik

Indonesia, seperti satuan pengamanan lingkungan dan badan usaha di bidang

jasa pengamanan. Bentuk-bentuk pengamanan swakarsa memiliki kewenangan

kepolisian terbatas dalam "lingkungan kuasa tempat" (teritoir gebied/ruimte

gebied) meliputi lingkungan pemukiman, lingkungan kerja, lingkungan

pendidikan. Contohnya adalah satuan pengamanan lingkungan di pemukiman,

satuan pengamanan pada kawasan perkantoran atau satuan pengamanan pada

pertokoan. Pengaturan mengenai pengamanan swakarsa merupakan

(35)

fungsi kepolisian sesuai peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar

hukumnya masing-masing.

Menurut Pasal 5 disebutkan bahwa kepolisian merupakan alat negara yang

berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan

hukum, serta memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada

masyarakat dalam rangka terpeliharanya keamanan dalam negeri. Kepolisian

Negara Republik Indonesia adalah Kepolisian Nasional yang merupakan satu

kesatuan dalam melaksanakan peran:

a. Keamanan dan ketertiban masyarakat adalah suatu kondisi dinamis masyarakat

sebagai salah satu prasyarat terselenggaranya proses pembangunan nasional

dalam rangka tercapainya tujuan nasional yang ditandai oleh terjaminnya

keamanan, ketertiban, dan tegaknya hukum, serta terbinanya ketenteraman,

yang mengandung kemampuan membina serta mengembangkan potensi dan

kekuatan masyarakat dalam menangkal, mencegah, dan menanggulangi segala

bentuk pelanggaran hukum dan bentuk-bentuk gangguan lainnya yang dapat

meresahkan masyarakat.

b. Keamanan dalam negeri adalah suatu keadaan yang ditandai dengan

terjaminnya

keamanan dan ketertiban masyarakat, tertib dan tegaknya hukum, serta

terselenggaranya perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada

masyarakat.

Kepentingan umum adalah kepentingan masyarakat dan/atau kepentingan

bangsa

(36)

3. Tugas dan Wewenang Kepolisian Negara Republik Indonesia

Menurut Pasal 13 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian

Negara Republik Indonesia, tugas pokok Kepolisian adalah:

a. Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat;

b. Menegakkan hukum;

c. Memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat.

Tugas pokok Kepolisian Negara Republik Indonesia tersebut bertugas sebagai

berikut:

a. Melaksanakan pengaturan, penjagaan, pengawalan, dan patroli terhadap kegiatan

masyarakat dan pemerintah sesuai kebutuhan;

b Menyelenggarakan segala kegiatan dalam menjamin keamanan, ketertiban, dan kelancaran lalu lintas di jalan;

c. Membina masyarakat untuk meningkatkan partisipasi masyarakat, kesadaran hukum masyarakat serta ketaatan warga masyarakat terhadap hukum dan peraturan perundang-undangan;

d. Turut serta dalam pembinaan hukum nasional;

e. Memelihara ketertiban dan menjamin keamanan umum;

f. Melakukan koordinasi, pengawasan, dan pembinaan teknis terhadap kepolisian khusus, penyidik pegawai negeri sipil, dan bentuk-bentuk pengamanan swakarsa;

g. Melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak pidana sesuai dengan hukum acara pidana dan peraturan perundang-undangan lainnya; h. Menyelenggarakan identifikasi kepolisian, kedokteran kepolisian, laboratorium

forensik dan psikologi kepolisian untuk kepentingan tugas kepolisian;

i. Melindungi keselamatan jiwa raga, harta benda, masyarakat, dan lingkungan hidup

dari gangguan ketertiban dan/atau bencana termasuk memberikan bantuan dan pertolongan dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia;

j. Melayani kepentingan warga masyarakat untuk sementara sebelum ditangani oleh instansi dan/atau pihak yang berwenang;

k. Memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan kepentingannya dalam

lingkup tugas kepolisian;

(37)

Menurut Pasal 15 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian

Negara Republik Indonesia, wewenang Kepolisian adalah:

a. Menerima laporan dan/atau pengaduan;

b. Membantu menyelesaikan perselisihan warga masyarakat yang dapat mengganggu

ketertiban umum;

c. Mencegah dan menanggulangi tumbuhnya penyakit masyarakat; antara lain pengemisan dan pergelandangan, pelacuran, perjudian, penyalahgunaan obat dan

narkotika, pemabukan, perdagangan manusia, penghisapan/praktik lintah darat,

dan pungutan liar.

d. Mengawasi aliran yang dapat menimbulkan perpecahan atau mengancam persatuan

dan kesatuan bangsa; Aliran yang dimaksud adalah semua atau paham yang dapat

menimbulkan perpecahan atau mengancam persatuan dan kesatuan bangsa antara

lain aliran kepercayaan yang bertentangan dengan falsafah dasar Negara Republik

Indonesia.

e. Mengeluarkan peraturan kepolisian dalam lingkup kewenangan kepolisian; f. Melaksanakan pemeriksaan khusus sebagai bagian dari tindakan kepolisian dalam

rangka pencegahan;

g. Melakukan tindakan pertama di tempat kejadian;

h. Mengambil sidik jari dan identitas lainnya serta memotret seseorang; i. Mencari keterangan dan barang bukti;

j. Menyelenggarakan Pusat Informasi Kriminal Nasional;

k. Mengeluarkan surat izin dan/atau surat keterangan yang diperlukan dalam rangka

pelayanan masyarakat;

l. Memberikan bantuan pengamanan dalam sidang dan pelaksanaan putusan pengadilan, kegiatan instansi lain, serta kegiatan masyarakat;

m. Menerima dan menyimpan barang temuan untuk sementara waktu.

Selain itu, Kepolisian Negara Republik Indonesia sesuai dengan peraturan

perundang-undangan lainnya berwenang:

a. Memberikan izin dan mengawasi kegiatan keramaian dan kegiatan lainnya; b. Menyelenggarakan registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor;

(38)

e. Memberikan izin dan melakukan pengawasan senjata api, bahan peledak, dan senjata tajam;

f. Memberikan izin operasional dan melakukan pengawasan terhadap badanusaha di

bidang jasa pengamanan;

g. Memberikan petunjuk, mendidik, dan melatih aparat kepolisian khusus dan petugas

pengamanan swakarsa dalam bidang teknis kepolisian;

h. Melakukan kerja sama dengan kepolisian negara lain dalam menyidik dan memberantas kejahatan internasional;

i. Melakukan pengawasan fungsional kepolisian terhadap orang asing yang

berada di

wilayah Indonesia dengan koordinasi instansi terkait;

j. Mewakili pemerintah Republik Indonesia dalam organisasi kepolisian internasional;

k. Melaksanakan kewenangan lain termasuk dalam lingkup tugas kepolisian.

C. Tinjauan Umum tentang Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM)

1. Lembaga Negara Non-Departemen

Lembaga negara secara terminologis bukanlah konsep yang memiliki istilah

tunggal dan seragam, dalam kepustakaan Inggris, untuk menyebut lembaga negara

digunakan istilahPolitical Institution,sedangkan dalam terminologi dalam bahasa

Belanda terdapat istilah Staat Oranen, sementara itu dalam bahasa Indonesia

menggunakan istilah Lembaga Negara, Badan Negara atau Organ Negara.6

Menurut Kamus Hukum Fockema Andreae yang diterjemahkan oleh Saleh Dinata

dkk, kata organ negara di artikan sebagai berikut7:

Organ adalah perlengkapan. Alat Perlengkapan adalah orang atau majelis terdiri

dari orang-orang yang berdasarkan undang-undang atau anggaran dasar yang

6

Hasil diskusi “ EksistensiSistem Kelembagaan Negara Pasca Amendemen UUD1945” KRHN, Jakarta 9 September 2004

7

(39)

berwenang melakukan dan merealisasikan kehendak badan hukum. selanjutnya

negara dan badan pemerintahan rendah memiliki perlengkapan mulai dari raja

(presiden) sampai pegawai yang rendah, para pejabat tersebut dapat dianggap

sebagai alat perlengkapan. Akan tetapi perkataan ini lebih banyak dipakai untuk

badan pemerintahan tinggi dan dewan pemerintahan yang mempunyai wewenang

yang diwakilkan secara teratur dan pasti.

Dengan demikian maka secara difinitif dapat dikatakan alat-alat kelengkapan

suatu negara atau yang lazim disebut lembaga negara adalah institusi

institusi yang dibentuk guna melaksanakan fungsi-fungsi negara. Selanjutnya

berdasarkan teori-teori klasik mengenai negara setidaknya terdapat beberapa

fungsi negara yang penting seperti membuat kebijakan peraturan

perundang-undangan (legislatif), fungsi melaksanakan peraturan atau fungsi penyelenggaraan

pemerintahan (eksekutif) dan fungsi mengadili atau yudikatif.8

Alat kelengkapan negara berdasarkan teoriteori klasik hukum negara meliputi

kekuasaan eksekutif dalam hal ini bisa presiden atau perdana menteri atau raja,

kekuasaanlegislatifdalam hal ini disebut parlemen atau dengan nama lain disebut

dewan perwakilan rakyat dan kekuasaan yudikatif seperti mahkamah agung atau

suprame court, setiap organ- organ tersebut bisa memiliki organ-organ lain untuk

membantu melaksanakan fungsinya, seperti eksekutif dibantu oleh

menteri-menteri yang bisa mempimpin departemen tertentu.

8

(40)

Secara Konseptual tujuan diadakannya lembaga-lembaga kelengkapan negara

adalah selain untuk menjalankan fungsi negara juga melaksanakan fungsi

pemerintahan secara aktual, dengan kata lain lembaga-lembaga negara ini harus

membentuk satu kesatuan proses yang satu dengan lainnya harus saling

berhubungan dalam rangka penyelenggaraan fungsi negara atau istilah yang

digunakan Prof Sri Soemantri adalahactual governmentalprocces.9

Dengan Kenyataan bahwa secara konstitusional negara Indonesia menganut

prinsip ”Negara hukum yang dinamis” atauwelfare State, maka dengan sendirinya

tugas pemerintah Indonesia menjadi begitu luas.10 Pemerintah wajib berusaha

memberikan perlindungan kepada masyarakat dalam segala bidang kehidupan,

baik politik, ekonomi, maupun pangan, dan untuk itulah pemerintah memiliki

kewenangan ( freis Hermansen) untuk turut campur dalam berbagai bidang

kegiatan dalam masyarakat, guna terwujudnya kesejahteraan sosial masyarakat

seperti melakukan pengaturan dalam kegiatan-kegiatan masyarakat dengan

memberikan izin, lisensi, dispensasi dan lain-lain bahkan melakukan pencabutan

hak-hak tertentu dari warga negara karena diperlukan oleh umum

Dengan demikian berarti walaupun lembaga-lembaga negara tersebut

beda termasuk pula dalam prakteknya diadopsi oleh negara di dunia ini berbeda-

berbeda-beda, secara konsep lembaga-lembaga tersebut harus bekerja dan memiliki

relasi-relasi sedemikian rupa sehingga membentuk satu kesatuan yang merelisasikan

secara praktis fungsi negara untuk mewujudkan tujuan negara.

9

Sri Soemantri.1986,Tentang Lembaga-Lembaga Negara Menurut UUD1945, Alumni, Bandung hlm. 59

10

(41)

Berdasarkan alas hukum bentuknya maka lembaga negara tersebut dapat

digolongkan menjadi tiga:11

a. Pembentukan Lembaga Negara Melalui UUD 1945.

b. Pembentukan Lembaga Negara Melalui Undang-undang.

c. Pembentukan Lembaga Negara melalui Keputusan Presiden.

2. Sejarah Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM)

Sebagai institusi pengawas obat dan makanan di Indonesia, Badan Pengawas Obat

dan Makanan atau yang biasa disingkat menjadi Badan POM berupaya untuk

meningkatkan kinerjanya dalam memberikan perlindungan kepada masyarakat.

Ekspektasi masyarakat untuk mendapat perlindungan yang semakin baik

merupakan salah satu determinan utama mengapa Badan POM harus

meningkatkan pelayanannya. Salah satu pelayanan publik yang diberikan Badan

POM adalah pemberian persetujuan impor obat dan makanan. Berdasarkan

peraturan perundang-undangan tersebut, Badan POM melaksanakan tugas

pemerintahan di bidang Pengawasan Obat dan Makanan. Pengawasan Obat dan

Makanan yang merupakan bagian integral dari upaya pembangunan kesehatan di

Indonesia. Peredaran produk obat dan makanan illegal dan palsu kian marak di

Indonesia baik yang datang dari dalam maupun luar negeri dan belum ada

kesadaran penuh dari masyarakat bahwa menjaga kesehatan adalah sesuatu yang

wajib dilakukan oleh diri sendiri, sedangkan institusi terkait yang mengawasi

11

Firmansyah DKK, 2005,Lembaga Negara dan Sengketa Kewenangan antara LembagaNegara,

(42)

peredaran obat dan makanan belum sepenuhnya berjalan dengan baik dan efektif

selain itu juga lebih menonjolkan upaya penindakannya dibandingkan

upaya-upaya preventif.

Badan POM dibentuk berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001

tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata

Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen, sebagaimana telah beberapa kali

diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2013. Berdasarkan

peraturan perundang-undangan tersebut, Badan POM melaksanakan tugas

pemerintahan di bidang Pengawasan Obat dan Makanan. Badan POM didirikan

berdasarkan Keputusan Presiden No. 166 tahun 2000 yang kemudian diubah

dengan Keppres No. 103 tahun 2002. Pada tahun 2002, 16 laboratorium dari 26

laboratorium pengujian Balai POM telah terakreditasi ISO 17025:2005 oleh

Komisi Akreditasi Nasional (KAN) Badan Standarisasi Nasional (BSN). Di tahun

2003 Badan POM mendapat penghargaan Indonesia Information Communication

Technology (ICT) Award 2002 sebagai juara III atas pengelolaan situs kategori

Lembaga Non Departemen. Pada tahun 2004, Badan POM

mengoperasionalisasikan 12 pos POM untuk perpanjangan tangan Balai Besar

atau Balai POM di daerah tertentu termasuk wilayah administratif propinsi baru,

bandar udara, pelabuhan dan daerah perbatasan. Di tahun 2005, Badan POM

meluncurkan Pusat Informasi Obat Nasional (PIONas) yang berfungsi sebagai

penapis informasi produk terapetik atau obat. Badan POM menyelenggarakan

Sidang Asean Consultative Committee for Standard and Quality Pharmaceutical

Product Working Group (ACCSQ P-PWG) ke-12 di tahun 2006, ACCSQ

(43)

perdagangan antar negara ASEAN. Indonesia ditunjuk sebagai “lead country”

untuk Pharmaceutical Quality dan Product Information. Di tahun 2007 Badan

POM dan beberapa stakeholdersterkait melakukan tahap uji coba awalIndonesia

National Single Window (INSW). Kemudian di tahun 2008 sebagai usaha

memberantas obat palsu, Badan POM bekerjasama dengan sekretariat ASEAN,

WHO dan Interpol, dengan mengadakan 1st Asean-China Conference on

Combating Counterfelt Medical Products di Jakarta pada tanggal 13-15

November 2007. Di tahun 2008 diadakan pertemuan bilateral Indonesia dengan

United States Trade Representative melalui Digital Video Conference/DVC pada

tanggal 10 Desember 2008 membahas mengenai WG on Trade in Agricultural

and Industrial Goods.

Pada tahun 2009 mengadakan peresmian pusat layanan publik satu atap Badan

POM, peluncuran program laboratorium keliling dan Badan POM

mengembangkan e-BPOM yang terkoneksi dengan INSW. Di tahun 2010 Badan

POM mendapat opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari BPK atas kinerja

tahun 2010, BPOM terhubung dengan portal INSW pada tahap implementasi

nasional, Unit penilaian kemanan pangan Badan POM mendapatkan peringkat

ke-6 dari 353 unit pelayanan publik tingkat pusat dan daerah pada survey yang

dilakukan KPK terkait integritas pelayanan publik, kemudian mendapatkan

penghargaan Madya Citra Pelayanan Prima dan Kemenpan untuk pelayanan

publik. Lalu di tahun 2011 Badan POM meresmikan Layanan Pengadaan Secara

(44)

System (QMS) di Badan POM dan 20 Balai Besar atau Balai POM seluruh

Indonesia pada Oktober 2011.12

3. Struktur Organisasi Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM)

Gambar 3.3 Struktur Organisasi Badan POM RI

12

(45)

Adapun gambaran dari Struktur Organisasi Humas yang ada di Badan POM,

Berdasarkan Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 5

Tahun 2014 tentang Pedoman Tata Cara pengisian Jabatan Pimpinan tinggi madya

dan pratama di lingkungan badan pengawas obat dan makanan adalah sebagai

berikut :

Gambar 3.4 Struktur Organisasi Humas Badan POM

4. Visi dan Misi Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM)

Visi Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) :

Obat dan Makanan Aman Meningkatkan Kesehatan Masyarakat dan Daya Saing

Bangsa.

Misi Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) :

1. Meningkatkan sistem pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko untuk

melindungi masyarakat

2. Mendorong kemandirian pelaku usaha dalam memberikan jaminan keamanan

Obat dan Makanan serta memperkuat kemitraan dengan pemangku kepentingan.

(46)

3. Meningkatkan kapasitas kelembagaan BPOM.

5. Tugas, Fungsi dan Wewenang Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM)

a. Tugas Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM)

Secara umum tugas BPOM berdasarkan pada Pasal 67 Keputusan Presiden No.

103 Tahun 2001, Badan POM melaksanakan tugas pemerintahan di bidang

pengawasan Obat dan Makanan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-Undangan yang berlaku.

Secara khusus dalam Pasal 2 Peraturan Kepala BPOM Nomor 14 , maka Tugas

harian BPOM dilaksanakan oleh Unit Pelaksana Teknis di lingkungan Badan

Pengawas Obat dan Makanan mempunyai tugas melaksanakan kebijakan di

bidang pengawasan obat dan makanan, yang meliputi pengawasan atas produk

terapetik, narkotika, psikotropika, zat adiktif, obat tradisional, kosmetik, produk

komplemen serta pengawasan atas keamanan pangan dan bahan berbahaya.

b. Fungsi Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM)

Badan BPOM mempunyai fungsi Utama :

1. Pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional di bidang pengawasan Obat dan

Makanan.

2. Pelaksanaan kebijakan tertentu di bidang pengawasan Obat dan Makanan.

3. Koordinasi kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas Badan POM.

4. Pemantauan, pemberian bimbingan dan pembinaan terhadap kegiatan instansi

(47)

5. Penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan administrasi umum di bindang

perencanaan umum, ketatausahaan, organisasi dan tata laksana, kepegawaian,

keuangan, kearsipan, persandian, perlengkapan dan rumah tangga.13

Sesuai Pasal 3 Peraturan Kepala Badan POM No. 14 Tahun 2014, Unit Pelaksana

Teknis di lingkungan Badan POM mempunyai fungsi :

1. Penyusunan rencana dan program pengawasan obat dan makanan.

2. Pelaksanaan pemeriksaan secara laboratorium, pengujian dan penilaian mutu

produk terapetik, narkotika, psikotropika zat adiktif, obat tradisional, kosmetik,

produk komplemen, pangan dan bahan berbahaya.

3. Pelaksanaan pemeriksaanlaboratorium, pengujian dan penilaian mutu produk

secara mikrobiologi.

4. Pelaksanaan pemeriksaan setempat, pengambilan contoh dan pemeriksaan

sarana produksi dan distribusi

5. Investigasi dan penyidikan pada kasus pelanggaran hukum.

6. Pelaksanaan sertifikasi produk, sarana produksi dan distribusi tertentu yang

ditetapkan oleh Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan

7. Pelaksanaan kegiatan layanan informasi konsumen.

8. Evaluasi dan penyusunan laporan pengujian obat dan makanan.

9. Pelaksanaan urusan tata usaha dan kerumahtanggaan.

10.Pelaksanaan tugas lain yang ditetapkan oleh Kepala BadanPengawas Obatdan

Makanan, sesuai dengan bidang tugasnya.

C. Wewenang Badan Pengawas Obat dan Makanan

13

(48)

Sesuai Pasal 69 Keputusan Presiden No. 103 Tahun 2001, Badan POM memiliki

kewenangan :

1. Penyusunan rencana nasional secara makro di bidangnya,

2. Perumusan kebijakan di bidangnya untuk mendukung pembangunan secara

makro.

3. Penetapan sistem informasi di bidangnya.

4. Penetapan persyaratan penggunaan bahan tambahan (zat aditif) tertentu untuk

makanan dan penetapan pedoman peredaran Obat dan Makanan.

5. Pemberi izin dan pengawasan peredaran Obat serta pengawasan industri

farmasi.

6. Penetapan pedoman penggunaan konservasi, pengembangan dan pengawasan

tanaman Obat.

D. Tinjauan Umum Tentang Pengertian dan Unsur-Unsur Tindak Pidana

1. Istilah Tindak Pidana

Pada dasarnya semua istilah tindak pidana merupakan terjemahan dari bahasa

Belanda : ‘Strafbaar Feit’, sebagai berikut:14

1. Delik (delict). 2. Peristiwa pidana. 3. Perbuatan pidana.

4. Perbuatan-perbuatan yang dapat dihukum. 5. Hal yang diancam dengan hukum.

6. Perbuatan yang diancam dengan hukum

7. Tindak Pidana (Sudarto dan diikuti oleh pembentuk undang-undang sampai sekarang).

14

(49)

Jadi, Istilah tindak pidana sebagai terjemahan dari “Strafbaar feit” merupakan

perbuatan yang dilarang oleh undang-undang yang diancam dengan pidana.15

2. Pengertian Tindak Pidana

Perlu dikemukakan di sini bahwa pidana adalah merupakan suatu istilah yuridis

yang mempunyai arti khusus sebagai terjemahan dari bahasa Belanda "straf" yang

dapat diartikan juga sebagai "hukuman". Seperti dikemukakan oleh Moeljatno

bahwa istilah hukuman yang berasal dari kata "straf" ini dan istilah "dihukum"

yang berasal dari perkataan "wordt gestraft", adalah merupakan istilah-istilah

konvensional.16 Beliau tidak setuju dengan istilah-istilah itu dan menggunakan

istilah-istilah yang inkonvensional, yaitu "pidana" untuk menggantikan kata

"straf" dan “diancam dengan pidana" untuk menggantikan kata "wordt gestraft".

Jika "straf" diartikan "hukuman", maka strafrecht seharusnya diartikan dengan

hukuman-hukuman.17

Bassar, mempergunakan istilah “tindak pidana” sebagai istilah yang paling tepat

untuk menterjemahkan “strafbaar feit”, dengan mengemukakan alasan “istilah

tersebut selain mengandung pengertian yang tepat dan jelas sebagai istilah hukum,

juga sangat praktis diucapkan. Di samping itu pemerintah didalam kebanyakan

peraturan perundang-undangan memakai istilah tindak pidana, umpamanya

didalam peraturan-peraturan pidana khusus.18

15

Satochid Kartanegara, Hukum Pidana Kumpulan Kuliah Bagian Satu, Jakarta: Balai Lektur Mahasiswa, Tanpa Tahun, hlm. 74.

16

Moeljatno,Asas-asas Hukum Pidana, Jakarta: PT. Bima Aksara, 1993, hlm. 35. 17Ibid.

18

(50)

Mengenai beberapa pengertian tindak pidana (strafbaar feit) beberapa sarjana

memberikan pengertian yang berbeda sebagai berikut :

a. Pompe

Memberikan pengertian tindak pidana menjadi 2 (dua) definisi, yaitu:

1. Definisi menurut teori adalah suatu pelanggaran terhadap norma, yang

dilakukan karena kesalahan si pelanggar dan diancam dengan pidana untuk

mempertahankan tata hukum dan kesejahteraan umum.

2. Definisi menurut hukum positif adalah suatu kejadian/feityang oleh

peraturan undang- undang dirumuskan sebagai perbuatan yang dapat

dihukum. Dapatlah disimpulkan pengertian tindak pidana menurut Pompe

adalah sebagai berikut:

a) Suatu kelakuan yang bertentangan dengan (melawan hukum)

(onrechtmatigatauwederrechtelijk);

b) Suatu kelakuan yang diadakan karena pelanggar bersalah (aan schuld

(van de overtreder)te wijten);

c) Suatu kelakuan yang dapat dihukum (stafbaar).19

b. Utrecht

Menurut Utrecht, pengertian tindak pidana yaitu meliputi perbuatan atau suatu

melalaikan maupun akibatnya (keadaan yang ditimbulkan oleh karena

perbuatan atau melalaikan itu) "peristiwa pidana" adalah akibat yang diatur

oleh hukum.20

19

Utrecht,Hukum Pidana, Surabaya: Pustaka Tinta Mas, 1986, hlm. 252. 20Ibid

(51)

c. Wirjono Prodjodikoro

Menurut Wirjono Prodjodikoro, tindak pidana dapat digolongkan 2 (dua)

bagian, yaitu:21

1) Tindak pidana materiil.

Pengertian tindak pidana materil adalah apabila tindak pidana yang

dimaksud dirumuskan sebagai perbuatan yang menyebabkan suatu akibat

tertentu, tanpa merumuskan ujud dari perbuatan itu.

2) Tindak pidana formil.

Pengertian tindak pidana formal yaitu apabila tindak pidana yang

dimaksud, dirumuskan sebagai wujud perbuatan tanpa menyebutkan akibat

yang disebabkan oleh perbuatan itu.

3. Unsur-Unsur Tindak Pidana

Simons, seorang penganut aliran monistis dalam merumuskan pengertian tindak

pidana, ia memberikan unsur-unsur tindak pidana sebagai berikut:22

1.Perbuatan manusia (positif atau negatif; berbuat atau tidak berbuatatau membiarkan);

2. Diancam dengan pidana; 3. Melawan hukum;

4. Dilakukan dengan kesalahan;

5.Orang yang mampu bertanggungjawab.

Menurut aliran monistis, apabila ada orang yang melakukan tindak pidana, maka

sudah dapat dipidana. Sedangkan menurut aliran dualistis, belum tentu karena

harus dilihat dan dibuktikan dulu pelaku/orangnya itu, dapat dipidana atau tidak.

Aliran dualistis dalam memberikan pengertian tindak pidana memisahkan antara

21

Wiryono Prodjodikoro, Tindakan-Tindakan pidana Tertentu di Indonesia, Bandung: Erosco, hlm. 55-57.

22

(52)

perbuatan pidana dan pertanggungjawaban pidana. Sehingga berpengaruh dalam

merumuskan unsur-unsur tindak pidana. Penganut pandangan/aliran dualistis

adalah H.B vos, WPJ. Pompe, dan Moeljatno.23

Sudarto merumuskan unsur-unsur perbuatan pidana/tindak pidana sebagai berikut:

1. Perbuatan (manusia);

2. Yang memenuhi rumusan dalam undang-undang (ini merupakan syarat formil);

dan

3. Bersifat melawan hukum ( ini merupakan syarat materiil).24

Sedangkan untuk dapat dipidana, maka orang yang melakukan tindak pidana(yang

memenuhi unsur-unsur tersebut di atas) harus dapat dipertanggungjawaban pidana

ini melekat pada orang/pelaku tindak pidana, menurut Moeljatno unsur-unsur

pertanggungjawaban pidana meliputi:

1. Kesalahan.

2. Kemampuan bertanggungjawaab.

3. Tidak ada alasan pemaaf.25

Menurut Soedarto, sebenarnya antara kedua aliran/pandangan tersebut tidak

terdapat perbedaan yang mendasar/prinsipil. Yang perlu diperhatikan adalah bagi

mereka yang menganut aliran yang satu, hendaknya memegang pendirian itu

secara konsekuen,agar supaya tidak ada kekacauan pengertian. Dengan demikian

dalam mempergunakan istilah ”tindak pidana” haruslah pasti bagi orang lain.

Apakah istilah yang dianut menurut aliran/pandangan monistis ataukah dualistis.

23

Tri Andrisman,Op. Cit., hlm. 72. 24

Sudarto,Op. Cit., hlm. 43. 25Ibid

(53)

Dalam konsep KUHP 2008 pengertian tindak pidana telah dirumuskan dalam

Pasal 11 Ayat (1) sebagai berikut :

“Tindak pidana adalah perbuatan melakukan atau tidak melakukan sesuatu yang

oleh peraturan perundang-undangan dinyatakan sebagai perbuatan yang dilarang

dan diancam dengan pidana”. Rumusan tindak pidana menurut Pasal 11 Ayat (1)

konsep KUHP 2008 ini hampir sama dengan perumusan “perbuatan pidana”

menurut Moeljatno.

E. Pengertian Obat dan makanan

1. Berdasarkan Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik

Indonesia Nomor 27 Tahun 2013 tentang Pengawasan Pemasukan Obat dan

Makanan ke dalam Wilayah Indonesia:

a. Berdasarkan Pasal 1 Ayat 1 Obat dan Makanan adalah obat, obat tradisional,

obat kuasi, kosmetika, suplemen kesehatan, danpangan olahan.

Obat adalah obat jadi termasuk produk biologi, yang merupakan bahan atau paduan bahan digunakan untuk mempengaruhi/menyelidiki sistem fisiologi

atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan,

penyembuhan, pemulihan dan peningkatan kesehatan dan kontrasepsi untuk

manusia.

b. Pasal 1 Ayat 5 dikatakan Produk Biologi adalah vaksin, imunosera, antigen,

hormon, enzim, produk darah dan produk hasil fermentasi lainnya (termasuk

antibodi monoklonal dan produk yang berasal dari teknologi rekombinan

(54)

keadaan patologi dalam rangka pencegahan, penyembuhan, pemulihan dan

peningkatan kesehatan.

c. Pasal 1 Ayat 10 dikatakan, Pangan Olahan adalah makanan atau minuman hasil

proses dengan cara atau metode tertentu dengan atau tanpa bahan tambahan.

Adapun beberapa definisi tentang obat yaitu:

a. Menurut PerMenKes 917/Menkes/Per/x/1993 Obat (jadi) adalah sediaan atau

paduan-paduan yang siap digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki

secara fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosa,

pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan

kontrasepsi.

b. Menurut Ansel (1985) Obat adalah zat yang digunakan untuk diagnosis,

mengurangi rasa sakit, serta mengobati atau mencegah penyakit pada manusia

atau hewan.

c. Departement Kesehatanmerupakan sediaan atau paduan bahan-bahan yang siap

untuk digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau

keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan,

penyembuhan, pemulihan, peningkatan, kesehatan dan kontrasepsi (Kebijakan

Obat Nasional, Departemen Kesehatan RI, 2005).

Menurut DR. Dr. Fachmi Idris, M.Kes, Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan

Dokter Indonesia (IDI) periode 2006-2009, secara internasional obat hanya dibagi

Gambar

Gambar 3.3 Struktur Organisasi Badan POM RI
Gambar 3.4 Struktur Organisasi Humas Badan POM

Referensi

Dokumen terkait

KESIMPULAN Pengaturan jarak tanam yang lebar 60 x 50 cm dengan kombinasi semua jenis bahan organik pupuk kandang sapi, kambing, dan ayam yang berbeda menghasilkan produksi per

[r]

Dalam persoalan industri farmasi/obat di Indonesia, pergeseran termaksud akan terjadi pada produk obat-obatan ala Barat, khususnya yang berasal dari obat dengan cap dagang asli dan

Permainan ini tidak hanya dapat diuji cobakan dalam penelitian mengenai kalimat perintah saja, tetapi dapat juga diuji cobakan dalam materi lain bahasa Jerman. Penelitan ini

On behalf of the Board of Commissioners of PT Summarecon Agung Tbk, I have the pleasure of presenting to you the Annual Report and Audited Financial

Sistem informasi akuntansi adalah suatu sistem dalam sebuah organisasi yang bertanggung jawab untuk penyiapan Informasi yang diperoleh dari pengumpulan dan pengolahan data

Server menunggu data inisialisasi dari pembaca RFID, saat server menerima data, dilakukan pencatatan ID pembaca dan pengubahan status pembaca tersebut menjadi aktif,

Berdasarkan siklus I hasil kemampuan berbicara siswa diperoleh nilai rata- rata siswa 60,71. Dari 7 siswa yang memperoleh nilai diatas KKM hanya 3 orang atau 42,86%. Sedangkan 4