• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENGARUH VARIABEL MAKROEKONOMI TERHADAP PERMINTAAN UANG DI INDONESIA (2005:Q1-2013:Q4)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS PENGARUH VARIABEL MAKROEKONOMI TERHADAP PERMINTAAN UANG DI INDONESIA (2005:Q1-2013:Q4)"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

ANALISIS PENGARUH VARIABEL MAKROEKONOMI TERHADAP PERMINTAAN UANG DI INDONESIA

(2005:Q1-2013:Q4) Oleh

DHANI DHARMAWAN

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh antara variabel makroekonomi (pendapatan nasional, BI rate, nilai tukar, dan inflasi) terhadap permintaan uang di Indonesia. Model dalam penelitian ini diestimasi dengan menggunakan Error

Correction Model (ECM). Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel pendapatan

nasional dan inflasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap permintaan uang, variabel BI rate berpengaruh negatif dan signifikan terhadap permintaan uang, variabel nilai tukar berpengaruh tidak signifikan terhadap permintaan uang, serta variabel makroekonomi (pendapatan nasional, BI rate, nilai tukar, dan inflasi) secara bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap permintaan uang.

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

MOTO

Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena

sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik. (QS. Al-Baqarah 195)

“Barang siapa yang hendak Allah berikan kebaikan kepada seseorang, maka Allah akan beri kefahaman (dalam ilmu) agama. “

(HR. Bukhari Muslim)

"Barang siapa menuntut ilmu, maka Allah akan memudahkanbaginya jalan menuju

surga. Dan tidaklah berkumpul suatu kaum disalah satu dari rumah-rumah Allah, mereka membaca kitabullah dan saling mengajarkannya diantara mereka, kecuali akan turun kepada meraka ketenangan, diliputi dengan rahmah, dikelilingi oleh para malaikat, dan Allah akan menyebut-nyebut merekakepada siapa saja yang ada

disisi-Nya. Barang siapa melambat-lambat dalam amalannya, niscaya tidak akan bisa dipercepat oleh nasabnya.

(7)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini Saya persembahkan untuk Allah SWT, sebagai rasa syukur atas ridho-Nya serta karunia-ridho-Nya sehingga skripsi ini telah terselesaikan dengan baik.

Alhamdulillaahirabbil’ alamiin.

Untuk ayahanda dan ibunda tercinta, Bapak Bambang Suwondo dan Ibu Titin Suprihatin, terima kasih atas doa, kesabaran, motivasi, bimbingan dan saran yang

selama ini tak henti diberikan untuk kelancaran skripsi ini.

Kepada kakak Saya tercinta, beserta suaminya, Mba Nurina Tyas Hapsari dan Mas Danu Satrio Wibowo.

Kepada Keponakan om tercantik, Jena Anika Rizki.

Dosen-dosen serta sahabat-sahabat terbaik yang turut memberikan saran, motivasi, dan juga doa yang menambahkan semangat dalam penyelesaian skripsi

ini.

Juga almamater tercinta. Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung, pada tanggal 15 Mei 1990, sebagai anak kedua dari dua bersaudara, dari Bapak Bambang Suwondo, S.Sos. dan Ibu Titin Suprihatin, S.Pd.

Penuis memulai pendidikan formal tahun 1996 di SD Kartika II-5 Tanjung Karang, Bandar Lampung dan diselesaikan pada tahun 2002. Kemudian, penulis melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMPN 2 Bandar Lampung dan di selesaikan pada tahun 2005 dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMAN 2 Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2008.

(9)

SANWACANA

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini dapat di selesaikan.

Skripsi dengan judul “Analisis Pengaruh Variabel Makroekonomi Terhadap

Permintaan Uang Di Indonesia (2005:Q1-2013:Q4)” adalah salah satu syarat

untuk memperoleh gelar sarjana Ekonomi di Universitas Lampung. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak prof. Dr. Satria Bangsawan, S.E., M.Si., selaku dekan fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung;

2. Bapak Muhammad Husaini, S.E., M.Si., selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan;

3. Ibu Asih Murwiati, S.E., M.E., selaku Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan;

4. Ibu Tiara Nirmala, S.E., M.Sc., selaku dosen pembimbing yang pertama walaupun hanya sampai seminar kesatu selesai. Beliau telah bersabar memberikan bimbingan, saran, dan kritik dalam proses penyelesaian proposal skripsi;

(10)

semester akhir ini;

7. Seluruh staf pengajar di Fakultas Ekonomi dan BIsnis Universitas Lampung; 8. Bapak dan ibu Staf Administrasi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Lampung

9. Papa tersayang, Bapak Bambang Suwondo. Pria hebat yang telah membesarkan saya dari kecil hingga sekarang, pria hebat yang sabar menghadapi segala kesalahan dan kekurangan saya, pria hebat yang telah membanting tulang untuk menghidupi keluarga.

10. Mama tercinta, Ibunda Titin Suprihatin. Yang telah berjuang melahirkan, merawat, mendidik serta memberikan motivasi selama ini.

11. Yang tersayang, Mba Nurina Tyas Hapsari, Mas Danu Satrio Wibowo, si Cantik Jena Anika Rizki. Yang sudah memberikan semangat, motivasi, informasi serta kejailan yang selalu “menghibur”.

12. Yang terkasih Lutfida Siwinastiti yang telah menjadi sumber inspirasi, memberikan semangat, dan bantuan dalam bentuk apapun.

13. Bapak Adi Purwantoro dan Ibu Atik Yudhiarti, serta Lutfira dan Lutfika atas doa, motivasi, serta harapan kepada penulis.

14. Saudara sepupu, om, tante, pakpuh, budhe yang telah memberikan bantuan doa.

(11)

Angga, Wuri, Monic, Hana, Dina, Dania, Desta, Renny, Susanti, Cpew, Ata, atas kerja sama dan kekompakan dari awal perkuliahan hingga saat ini.

17. Sahabat-sahabat KKN, Lala, Idha, Yosita, Rendy, Angga, Azis, Ryo, Ganda yang telah bersama-sama berjuang semasa KKN.

18. Tim fotografer keliling “Tilogi Photogroovya”, Dito & Jefry. Berjuang bersama dari awal.

19. Teman-teman “Toyota Yaris Club Indonesia Chapter Lampung”. Atas dukungan serta doa’nya.

20. Civitas akademika jurusan Ekonomi Pembangunan Universitas Lampung. 21. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu-persatu yang telah

memberikan bantuan dalam penulisan skripsi.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Aamiin Ya Rabbalalamiin.

Bandar Lampung, November 2014 Penulis

(12)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR GAMBAR ... ii

DAFTAR LAMPIRAN ... iii

DAFTAR TABEL ... iv

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 12

C. Tujuan Penelitian ... 12

D. Hipotesis Pemikiran ... 13

E. Ruang Lingkup ... 13

F. Kerangka Pemikiran ... 14

G. Sistematika Penulisan ... 14

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis ... 16

1. Pendapatan Nasional ... 16

1.1 Cara-Cara Penghitungan Pendapatan Nasional ... 18

1.2 Pendapatan Nasional Menurut Harga Berlaku dan Riil ... 20

2. Suku Bunga ... 21

2.1 Suku Bunga Riil dan Nominal ... 23

2.2 Teori Tingkat Bunga ... 24

3. Nilai Tukar ... 27

3.1 Pengertian Nilai Tukar ... 27

3.2 PErmintaan Terhadap Valuta Asing (Foreign Exchange Demand) .. 28

3.3 Penawaran Terhadap Valuta Asing (Foreign Exchange Supply) ... 29

3.4 Macam-Macam Sistem Nilai Tukar ... 30

4. Inflasi ... 34

4.1 Jenis-Jenis Inflasi ... 36

4.2 Pengaruh Inflasi ... 37

5. Teori Permintaan Uang ... 40

5.1 The Quantity Theory of Money ... 40

(13)

B. Tinjauan Empiris ... 47

III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data ... 53

B. Definisi Operasional Variabel ... 53

C. Prosedur Analisis Data ... 55

1. Uji Stasioneritas ... 55

2. Uji Kointegrasi ... 56

D. Metode Analisis Data ... 57

1. Model Ekonomi ... 57

2. Model ECM (Error Correction Model) ... 58

E. Analisis Data ... 58

1. Uji Asumsi Klasik ... 58

1.1. Uji Normalitas ... 58

1.2. Uji Multikolinearitas ... 59

1.3. Uji Autokorelasi ... 59

1.4. Uji Heteroskedastisitas ... 60

2. Uji Hipotesis ... 61

2.1. Uji t-statistik ... 61

2.2. Uji F-statistik ... 62

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 63

1. Uji Stasioneritas ... 64

1.1. Uji Stasioneritas Data pada Ordo Level ... 64

1.2. Uji Stasioneritas Data pada Ordo First Difference ... 65

2. Uji Kointegrasi ... 66

3. Error Correction Model (ECM) ... 66

4. Uji Asumsi Klasik ... 69

4.1. Uji Normalitas ... 69

4.2. Uji Multikolinearitas ... 69

4.3. Uji Autokorelasi ... 70

4.4. Uji Heteroskedastisitas ... 70

5. Uji Hipotesis ... 71

5.1. Uji t-statistik ... 71

5.2. Uji F-statistik ... 71

B. Pembahasan ... 72

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 75

B. Saran ... 76

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Hubungan Permintaan Uang M1 dengan Pendapatan Nasional ... 4

2. Hubungan Permintaan uang M1 dengan BI Rate ... 6

3. Hubungan Permintaan uang M1 dengan Nilai Tukar ... 8

4. Hubungan Permintaan uang M1 dengan Inflasi ... 9

5. Kerangka Pemikiran ... 14

(15)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Penelitian Terdahulu ... 47

2. Nama, Satuan Pengukuran Variabel, dan Sumber Data ... 53

3. Hasil Uji Stasioneritas Phillips-Perron Unit Root Periode Kuartal I 2005 – kuartal IV 2013 pada Ordo Level ... 64

4. Hasil Uji Stasioneritas Phillips-Perron Unit Root Periode Kuartal I 2005 – kuartal IV 2013 pada Ordo First Difference ... 65

5. Hasil Uji Stasioneritas Phillips-Perron Unit Root Periode Kuartal I 2005 – kuartal IV 2013 pada Ordo Level untuk Data Residual dari Estimasi ... 66

6. Hasil Estimasi ECM ... 67

7. Uji Normalitas ... 69

8. Uji Multikolinearitas ... 69

9. Uji Autokorelasi ... 70

10. Uji Heteroskedastisitas ... 70

11. Hasil Uji t-Statistik ... 71

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman 1. Data Penelitan L1

2. Hasil Unit Root Test Pada Ordo Level L2

3. Hasil Unit Root Test Pada Ordo First Difference L2

4. Unit Root Test Residual L3

(17)

I. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Uang merupakan alat pembayaran yang secara umum dapat diterima oleh masyarakat. Dalam kehidupannya, manusia memerlukan uang untuk melakukan kegiatan ekonomi, karena uang berfungsi uang sebagai standar nilai, yaitu seluruh barang dan jasa dapat dinilai dengan satuan uang. Segala aktivitas yang dilakukan manusia di tentukan, dipengaruhi, serta diukur oleh uang.

Dalam kebijakan moneter, permintaan uang memegang peranan yang penting pada perekonomian. Telah banyak literatur yang memuat aspek empiris maupun teoritis tentang permintaan uang. Menurut Friedmand, kebijakan moneter dapat memberikan kontribusi dalam pencapaian stabilitas perekonomian engan mengendalikan besaran-besaran moneter dalam perekonomian (Catur Sugiyanto,

(18)

2011) keinginan masyarakat untuk menabung dan keinginan untuk mendapatkan kredit perbankan dipengaruhi oleh kemudahan dan fasilitas.

Krisis moneter tahun 1998 yang terjadi di Indonesia sebagai akibat melemahnya nilai tukar rupiah dan merosotnya kepercayaan masyarakat terhadap perbankan, menyebabkan sektor perbankan mengalami krisis likuiditas dan memicu krisis perbankan. Kondisi ini diperburuk dengan terjadinya penarikan besar-besaran dana nasabah dari perbankan. Krisis perbankan melemahkan sektor produksi dan memicu kenaikan harga barang-barang dan jasa-jasa di masyarakat. Tingginya kenaikan harga yang mencapai 77 % menyebabkan kebutuhan rupiah yang lebih besar untuk melakukan transaksi sehingga mendorong masyarakat untuk memilih alat pembayaran yang lebih likuid (Prawoto, 2011).

Bank Indonesia telah melakukan berbagai langkah untuk atasi krisis

ketidakpercayaan terhadap mata uang rupiah, antara lain melebarkan rentang intervensi dan pengetatan likuiditas. Pada awal krisis, Bank Indonesia

melebarkan rentang intervensi nilai tukar dari 8% menjadi 12% yang disertai dengan intervensi baik di pasar forward maupun spot. Sistem nilai tukar

(19)

masyarakat terhadap perbankan nasional. Krisis perbankan tersebut mendorong masyarakat untuk menarik dana secara besar-besaran, memindahkan dana dari bank yang lemah ke bank yang kuat, dan atau menggunakan dananya untuk membeli valuta asing. Kesulitan yang dialami perbankan telah memaksa Bank Sentral memberikan bantuan likuiditas guna menopang kelangsungan usaha bank dari resiko sitemik yang akan menghancurkan industri perbankan.

Dalam kajian mengenai teori permintaan uang, ada beberapa golongan yang berpendapat. Menurut Keynes, salah satu faktor yang dapat mempengaruhi tingkat permintaan uang adalah keinginan untuk bertransaksi. Dalam keinginan

bertransaksi, hal yang berpengaruh adalah pendapatan.Tingkat pendapatan nasional adalah merupakan salah satu indikator tingkat keberhasilan pembangunan ekonomi di Indonesia dan juga dapat dijadikan cerminan

kesejahteraan masyarakat. Tingkat pendapatan mempengaruhi keinginan orang untuk bertransaksi. Selain itu, tingkat bunga sangat berpengaruh terhadap perilaku masyarakat untuk memilih memegang uang tunai atau surat-surat berharga. Penekanan faktor tingkat bunga terhadap keinginan memegang uang inilah yang memungkinkan analisis permintaan uang sebagai alat untuk memperoleh

(20)

Sumber : Statistik Ekonomi dan Keuangan – Bank Indonesia

Gambar 1. Hubungan Permintaan Uang M1 dengan Pendapatan Nasional

Berdasarkan Gambar 1, pada bulan April 2008 pendapatan nasional (Y) mengalami peningkatan sebesar 0.92 % yaitu sebesar 171,245 miliar rupiah. Berdasarkan gambar, M1 memiliki hubungan positif dengan Y. pada bulan September 2012 hingga akhir Desember 2012, terjadi penurunan nilai Y dengan total sebesar 3,05%. Namun pada M1 pada tahun yang sama terjadi peningkatan total sebesar 3.01 %.

Permintaan uang oleh Keynes disebut liquidity preference, kenaikan pendapatan akan mendorong permintaan uang kas naik sebab masyarakat menggunakan uang kas yang lebih banyak untuk melakukan transaksi. Implikasi dari ketergantungan permintaan uang atas jumlah pendapatan nasional adalah bahwa tingkat bunga akan bertambah bila terjadi perubahan pendapatan nasional sebab pendapatan nasional mempengaruhi permintaan uang. Dengan jumlah uang yang tetap, berubahnya permintaan uang akan menyebabkan perubahan pada tingkat bunga (Nopirin, 1992: 1 07).

0 200000 400000 600000 800000 1000000 0 50000 100000 150000 200000 250000 2 0 0 8 ; 0 1 2 0 0 8 ; 0 4 2 0 0 8 ; 0 7 2 0 0 8 ; 1 0 2 0 0 9 ; 0 1 2 0 0 9 ; 0 4 2 0 0 9 ; 0 7 2 0 0 9 ; 1 0 2 0 1 0 ; 0 1 2 0 1 0 ; 0 4 2 0 1 0 ; 0 7 2 0 1 0 ; 1 0 2 0 1 1 ; 0 1 2 0 1 1 ; 0 4 2 0 1 1 ; 0 7 2 0 1 1 ; 1 0 2 0 1 2 ; 0 1 2 0 1 2 ; 0 4 2 0 1 2 ; 0 7 2 0 1 2 ; 1 0 2 0 1 3 ;0 1 2 0 1 3 ;0 4 2 0 1 3 ;0 7 2 0 1 3 ;1 0

Y (Miliar Rupiah) M1 (Miliar Rupiah)

Miliar Miliar

(21)

Dalam kaitannya memenuhi kebutuhan akan uang, masyarakat dipengaruhi oleh tingkat suku bunga perbankan. Tabungan merupakan fungsi dari tingkat suku bunga dimana pergerakan suku bunga pada perekonomian akan mempengaruhi tabungan (saving) yang terjadi. Manusia dihadapkan pada pilihan antara

memegang uang tunai dan menyimpannya dalam lembaga keuangan. Masyarakat juga harus mengetahui keuntungan-keuntungan yang didapat dalam memegang uang secara tunai ataupun menyimpannya guna mendapatkan pendapatan dalam bentuk bunga. Uang hanya berpengaruh terhadap harga barang. Bertambahnya permintaan uang akan mengakibatkan kenaikan harga saja, sedangkan jumlah output yang dihasilkan tidak berubah. Teori permintaan uang Klasik dikenal dengan teori kuantitas uang yang dirumuskan oleh Irving Fisher dan

dikembangkan oleh Marshall. Permintaan uang untuk memenuhi kebutuhan tidak terbatas maka permintaan uang dipengaruhi oleh tingkat pendapatannya. Pada sektor riil permintaan uang disesuaikan dengan daya beli uang tersebut (real cash

balance), teori klasik Goldfeld dan Chandler, 1990 menyatakan bahwa

permintaan uang merupakan permintaan yang timbul dari penggunaan uang dalam artian transaksi.

Tingkat bunga digunakan untuk menstabilkan jumlah uang beredar pada

(22)

Sumber : Statistik Ekonomi dan Keuangan – Bank Indonesia Gambar 2. Hubungan Permintaan Uang M1 dengan BI Rate

Berdasarkan Gambar 2, pada bulan April 2008 hingga November 2008, terjadi peningkatan nilai BI rate dari 8% hingga mencapai 9,5%. Pada saat yang sama permintaan uang mengalami kenaikan nilai sebesar 0.89%. Perlambatan kondisi ekonomi negara maju saat ini telah nyata memberikan pengaruh negatif bagi perekonomian Indonesia. Ekspor pada Januari 2009 masih melanjutkan tren penurunan yang terjadi sejak September 2008. Pada Januari 2009 lalu, ekspor Indonesia menurun sebesar 17,70 persen dibanding Desember 2008 atau sebesar 36,08 persen bila dibandingkan dengan Januari 2008. Menurunnya ekspor ini menunjukkan bahwa perlambatan kegiatan ekonomi global telah memberikan pengaruh bagi aktivitas ekonomi domestik. Atas dasar inilah, BI tampaknya perlu menurunkan suku bunga untuk mengurangi biaya yang ditanggung industri agar tetap bisa ekspansif di tengah menurunnya permintaan dari pasar internasional. Lalu terjadi penurunan nilai suku bunga BI rate yang cukup signifikan hingga bulan Agustus 2009 dengan nilai 6,5%. Hingga akhir Desember 2013, BI rate

mencapai titik terendah pada nilai 5,75%.

0 100000 200000 300000 400000 500000 600000 700000 800000 900000 1000000 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 2 0 0 8 ; 0 1 2 0 0 8 ; 0 4 2 0 0 8 ; 0 7 2 0 0 8 ; 1 0 2 0 0 9 ; 0 1 2 0 0 9 ; 0 4 2 0 0 9 ; 0 7 2 0 0 9 ; 1 0 2 0 1 0 ; 0 1 2 0 1 0 ; 0 4 2 0 1 0 ; 0 7 2 0 1 0 ; 1 0 2 0 1 1 ; 0 1 2 0 1 1 ; 0 4 2 0 1 1 ; 0 7 2 0 1 1 ; 1 0 2 0 1 2 ; 0 1 2 0 1 2 ; 0 4 2 0 1 2 ; 0 7 2 0 1 2 ; 1 0 2 0 1 3 ;0 1 2 0 1 3 ;0 4 2 0 1 3 ;0 7 2 0 1 3 ;1 0

r (Persen) M1 (Miliar Rupiah)

Persen Miliar

(23)

Menurut teori Klasik, besar kecilnya permintaan uang dipengaruhi oleh

pendapatan (Y) secara positif. Sedangkan menurut teori Keynes permintaan uang dipengaruhi oleh motif memegang uang, yaitu motif transaksi dan berjaga-jaga yang dipengaruhi oleh pendapatan secara positif. Sedangkan motif spekulasi dipengaruhi oleh suku bunga (r) secara negatif. Kemudian perkembangan teori moneter lainya yang dikemukakan oleh Friedman, menunjukkan bahwa

permintaan uang dipengaruhi oleh tingkat harga (P) yang berpengaruh negatif.

Permintaan uang pada perekonomian terbuka akan selain dipengaruhi oleh besarnya pendapatan tetapi, dipengaruhi juga oleh besarnya nilai tukar, suku bunga internasional dan pengaruh dari kecenderungan meningkatnya tingkat harga umum secara terus menerus sepanjang waktu dari suatu negara (Dharmawan, 2005:2).

Masyarakat juga memiliki hubungan dengan masyarakat luar negeri dalam hal transaksi. Dalam bertransaksi dengan masyarakat luar negeri, masyarakat

menggunakan mata uang yang telah ditetapkan yang biasanya memiliki nilai yang kuat. Oleh karena itu, nilai tukar atau kurs juga memiliki pengaruh dalam

permintaan uang masyarakat.

Nilai tukar mencerminkan keseimbangan permintaan terhadap mata uang dalam negeri maupun mata uang asing $US. Merosotnya nilai tukar rupiah

merefleksikan menurunnya permintaan masyarakat internasional terhadap mata uang rupiah karena menurunnya peran perekonomian nasional atau karena

(24)

Sumber : Statistik Ekonomi dan Keuangan – Bank Indonesia

Gambar 3. Hubungan Permintaan Uang M1 dengan Nilai Tukar

Berdasarkan Gambar 3, tidak terjadi fluktuasi yang terlalu signifikan pada nilai tukar. Pergerakan yang cukup fluktuatif terjadi pada bulan September menuju Oktober 2008 dengan perubahan sebesar 17%. Nilai tukar terendah terletak pada Juli 2011 dengan nilai Rp 8508,- , dan nilai tukar tertinggi terletak pada bulan November 2008 pada nilai mencapai Rp 12.151,-. Gejolak dalam industri

perbankan yang diakibatkan oleh ketidakstabilan makroekonomi, yang dalam hal ini dikhususkan pada perubahan salah satu indicator yaitu nilai tukar mata uang, dapat dilihat dari pengalaman krisis ekonomi tahun 1998 dan juga krisis ekonomi tahun 2008. Pada saat krisis ekonomi terjadi pada tahun 1998 nilai tukar mata uang rupiah mengalami depresiasi tajam. Di saat yang bersamaan banyak bank yang bermasalah secara keuangan yang kemudian dilikuidasi. Pada krisis ekonomi yang baru-baru ini terjadi pada akhir tahun 2008 pun, nilai tkar mata uang rupiah mengalami depresiasi, dan pada saat yang bersamaan bank-bank mulai

memperketat kebijakan kreditnya.

0 100000 200000 300000 400000 500000 600000 700000 800000 900000 1000000 0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 14000 2 0 0 8 ; 0 1 2 0 0 8 ; 0 4 2 0 0 8 ; 0 7 2 0 0 8 ; 1 0 2 0 0 9 ; 0 1 2 0 0 9 ; 0 4 2 0 0 9 ; 0 7 2 0 0 9 ; 1 0 2 0 1 0 ; 0 1 2 0 1 0 ; 0 4 2 0 1 0 ; 0 7 2 0 1 0 ; 1 0 2 0 1 1 ; 0 1 2 0 1 1 ; 0 4 2 0 1 1 ; 0 7 2 0 1 1 ; 1 0 2 0 1 2 ; 0 1 2 0 1 2 ; 0 4 2 0 1 2 ; 0 7 2 0 1 2 ; 1 0 2 0 1 3 ;0 1 2 0 1 3 ;0 4 2 0 1 3 ;0 7 2 0 1 3 ;1 0

K (Ribu Rupiah) M1 (Miliar Rupiah)

Hubungan M1 dengan Nilai Tukar

(25)

Hubungan uang dan inflasi dapat diturunkan dari persamaan permintaan uang. Masyarakat ingin memegang uang untuk membeli barang dan jasa. Jika harga barang dan jasa naik, masyarakat cenderung akan memegang uang lebih banyak.

Sumber : Statistik Ekonomi dan Keuangan – Bank Indonesia Gambar 4. Hubungan Permintaan Uang M1 dengan Inflasi

Berdasarkan Gambar 4, terjadi fluktuasi yang cukup signifikan pada inflasi. Inflasi tertinggi terjadi pada bulan Juli 2013 dengan nilai 3,29%. Deflasi juga terjadi di beberapa bulan yaitu pada bulan desember 2008 dengan nilai 0,04%, serta pada Januari 2009 dengan nilai 0,07%. Deflasi juga terjadi pada bulan Maret 2010 yang mencapai nilai 0,14%. Deflasi terendah terjadi pada September 2013 dengan nilai 0,35%.

0 100000 200000 300000 400000 500000 600000 700000 800000 900000 1000000

-1 -0.5 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5

INF (Persen) M1 (Miliar Rupiah)

Persen Miliar

(26)

Permintaan uang memegang peranan penting dalam perilaku kebijakan moneter di setiap perekonomian.Tidak dapat dipungkiri bahwa kebijakan moneter telah banyak mencapai tujuan-tujuan ekonomi. Friedman berpendapat bahwa kebijakan moneter dapat memberikan kontribusi dalam mencapai stabilitas ekonomi dengan mengendalikan besaran-besaran moneter dalam perekonomian (Sugiyanto, 1995).

Kebijakan moneter yang efektif, apabila stabilitas permintaan uang tercapai. Tetapi jika permintaan uang tidak stabil penggunaan sasaran antara kebijakan moneter lain (suku bunga) akan lebih efektif. Stabilitas permintaan uang dapat diartikan sebagai permintaan uang yang dapat diprediksi oleh otoritas moneter, sehingga jumlah uang beredar yang dikontrol oleh otoritas moneter dapat

mempengaruhi variabel-variabel ekonomi lainnya (suku bunga dan PDB) dengan besaran yang dapat diukur (Judd & Scadding, 1982).Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Hayati (2006), bahwa, stabilitas permintaan uang di Indonesia dalam jangka pendek suku bunga berpengaruh positif dan signifikan, tingkat harga berpengaruh positif, kurs berpengaruh positif, dan PDB tidak berpengaruh dalam mempengaruhi permintaan uang.

Analisis permintaan uang merupakan suatu analisis ekonomi yang dibutuhkan untuk mendukung suatu kebijakan yang diambil oleh pemerintah dibidang moneter. Bank Indonesia dapat menempuh suatu kebijakan moneter yang bertujuan untuk mencapai stabilitas moneter. Tujuan tersebut tercantum dalam pasal 7 Undang-undang Republik Indonesia No. 23 tahun 1999 yang

(27)

memberikan penjelasan peran Bank Sentral dalam perekonomian, sehingga dalam pelaksanaan tugasnya Bank Indonesia dapat lebih fokus dalam pencapaian "single

objective"-nya. Untuk mencapai target, khususnya kestabilan nilai rupiah dan

umumnya kestabilan ekonomi secara makro, Bank Indonesia melakukan

kebijakan moneter dengan berbagai intrumennya. Kemudian tugas mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran diterjemahkan melalui Bank Indonesia sebagai satu-satunya lembaga yang berwenang untuk mengeluarkan dan

mengedarkan uang Rupiahserta mencabut, menarik dan memusnahkan uang dari peredaran (pasal 20).

Dengan demikian, fenomena moneter permintaan uang menarik untuk diteliti. Identifikasi besaran-besaran ekonomi yang mempengaruhi permintaan uang melalui berbagai kajian teori, studi empiris dan fenomena data yang akan menghasilkan model estimasi yang baik dan sahih adalah merupakan manfaat tersendiri bagi pengembangan model dan teori permintaan uang. Model estimasi permintaan dapat berperan dalam menciptakan stabilitas moneter melalui estimasi pengadaan uang rupiah yang menjadi kewenangan Bank Indonesia untuk

(28)

masa mendatang sehingga mereka dapat melakukan perencanaan kegiatan ekonomi dengan lebih baik.

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti mencoba mengetahui beberapa faktor makroekonomi diantaranya pendapatan nasional, suku bunga, inflasi dan kurs rupiah terhadap dollar Amerika apakah mempunyai hubungan secara individual ataupun secara bersama-sama terhadap permintaan uang di Indonesia.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah pendapatan nasional berpengaruh terhadap permintaan uang di Indonesia?

2. Apakah suku bunga (BI rate) berpengaruh terhadap permintaan uang di Indonesia?

3. Apakah nilai tukar (Rp/$) berpengaruh terhadap permintaan uang di Indonesia? 4. Apakah inflasi berpengaruh terhadap permintaan uang di Indonesia?

5. Apakah pendapatan nasional, suku bunga, inflasi dan nilai tukar secara bersama-sama berpengaruh terhadap permintaan uang di Indonesia?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui pengaruh pendapatan nasional terhadap permintaan uang di

Indonesia.

(29)

3. Untuk mengetahui pengaruh nilai tukar (Rp/$)terhadap permintaan uang di Indonesia.

4. Untuk mengetahui pengaruh inflasi terhadap permintaan uang di Indonesia. 5. Untuk mengetahui pengaruh pendapatan nasional, suku bunga, inflasi, dan nilai

tukar secara bersama-sama terhadap permintaan uang di Indonesia.

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis berperan sebagai pedoman pelaksanaan penelitian dan membantu membuat rancangan kesimpulan. Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Diduga pendapatan nasional berpengaruh positif dan signifikan terhadap permintaan uang di Indonesia.

2. Diduga suku bunga (BI rate) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap permintaan uang di Indonesia.

3. Diduga nilai tukar (Rp/$) berpengaruh positif dan signifikan terhadap permintaan uang di Indonesia.

4. Diduga inflasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap permintaan uang di Indonesia.

5. Diduga pendapatan nasional, suku bunga, inflasi dan nilai tukar secara

bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap permintaan uang di Indonesia.

E. Ruang Lingkup

(30)

uang adalah yaitu permintaan uang sebagai alat transaksi dan berjaga-jaga serta untuk spekulasi. Untuk mengetahui hubungan variabel makroekonomi terhadap permintaan uang digunakan variabel pendapatan nasional, suku bunga (BI rate), nilai tukar (Rp/$) dan inflasi. Milton Friedman menyatakan bahwa semua inflasi berasal dari terlalu banyaknya permintaan barang ketika terlalu banyak uang yang diciptakan.Karena inflasi menurut Friedman adalah semata-mata fenomena moneter, satu-satunya solusi masalah inflasi adalah harus mengendalikan pertumbuhan persediaan uang.

F. Kerangka Pemikiran

G. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan dalam penyusunan skripsi ini adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Berisi tentang Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Kerangka Pemikiran, Hipotesis, Ruang Lingkup serta Sistematika Penulisan.

BI Rate BI Rate

PERKEMBANGAN TEORI PERMINTAAN UANG

Teori Teori Milton

Pendapatan Nasional

Inflasi

Variabel Makroekonomi

(31)

BAB II LANDASAN TEORI

Berisi tentang landasan teori yang menerangkan tentang variabel

makroekonomidan teori-teori tentang permintaan uang serta penelitian terdahulu.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Berisi tentang definisi variabel operasional, penentuan sampel, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, serta metode analisis data.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Berisi tentang hasil penelitian secara sistematika kemudian dianalisis dengan menggunakan metode penelitian yang telah ditetapkan untuk selanjutnya diadakan pembahasan.

BAB V PENUTUP

(32)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis

1. Pendapatan Nasional

Pendapatan nasional adalah jumlah pendapatan yang diterima oleh faktor produksi yang digunakan untuk memproduksikan barang dan jasa dalam suatu tahun tertentu. Pendapatan nasional juga dapat diartikan sebagai nilai barang dan jasa yang

dihasilkan dalam suatu negara (Sukirno, 2008).

Istilah yang terkait dengan pendapatan nasional, antara lain produk domestik bruto

(gross domestic product/GDP), produk nasional bruto (gross national product/GNP)

serta produk nasional neto (net national product/NNP). Perhitungan pendapatan nasional akan memberikan perkiraan GDP secara teratur yang merupakan ukuran dasar dari performansi perekonomian dalam memproduksi barang dan jasa. Selain itu, perhitungan pendapatan nasional juga berguna untuk menerangkan kerangka kerja hubungan antara variabel makroekonomi, yaiitu output, pendapatan dan pengeluaran (Nurul, 2008).

(33)

untuk menjadi lebih baik, dapat meningkatkan pendapatan nasional, dan dapat membuat orang bersemangat untuk bekerja, menabung dan mengadakan investasi. Sedangkan dampak negatif dari pendapatan nasional di dalam negeri adalah keadaan perekonomian terganggu karena adanya pendapatan nasional, perekonomian

menurun, dan orang-orang menjadi tidak bersemangat kerja, menabung, atau mengadakan investasi dan produksi karena harga meningkat dengan cepat (Indah, 2011).

Salah satu tolak ukur yang dapat digunakan untuk menilai kondisi perekonomian suatu negara adalah pendapatan nasional. Tujuan dari perhitungan pendapatan

nasional ini adalah untuk mendapatkan gambaran tentang tingkat ekonomi yang telah dicapai dan nilai output yang diproduksi, komposisi pembelanjaan agregat,

sumbangan dari berbagai sektor perekonomian, serta tingkat kemakmuran yang dicapai (Sukirno, 2008).

Pengukuran pertumbuhan ekonomi dapat diukur dari Produk Domestik Bruto, PDB per Kapita atau Pendapatan Perkapita dan Pendapatan Per jam Kerja. Dari data yang ada pada tahun 2009 PDB 4,3 persen dan PDB perkapita Rp24,3 juta (US$ 2.590,1) dan pada tahun 2010 PDB 5,5 persen dan PDB perkapita US$ 3.000. Hal ini

menunjukkan bahwa negara Indonesia megalami peningkatan dari segi ekonomi (Anonim, 2011).

(34)

sehingga pendapatan per kepala meningkat. Sekaligus diusahakan pemerataan pendapatan, penciptaan lapangan kerja tambahan dan kestabilan nasional. Indonesia telah berusaha menunjukkan prestasi yang positif sejak dimulainya REPELITA, tetapi sebagian kemajuan yang tercapai menjadi hambur lagi akibat adanya krisis tahun 1997-1999. Kenaikan pendapatan per kapita belum juda membawa hasil yang diharapkan. Pertumbuhan GNP di Indonesia masih disertai ketimpangan yang amat besar dalampembagian pendapatan juga masih kurang dalam menampung tenaga kerja yang menganggur atau mencari pekerjaan. Hal ini merupakan tantangan yang harus dihadapi dalam usaha pembangunan nasional (Gilarso, 2004).

1.1. Cara-cara Penghitungan Pendapatan Nasional

Salah satu ukuran aktivitas ekonomi makro suatu negara adalah gross national roduct

(GNP) atau produk nasional bruto (PNB). GNP diartikan sebagai nilai pasar (market

value) seluruh barang-barang jadi (final goods) dan jasa-jasa yang diproduksikan

perekonomian suatu negara dalam satu tahun tertentu. Oleh karena GNP Indonesia diukur dalam nilai rupiah dari barang-barang dan jasa-jasa per tahun, maka GNP merupakan variable flow.

Barang-barang yang diproduksi dapat dibagi menjadi dua kelompok yakni barang-barang ekonomi (consumer goods) dan barang-barang produksi (producer goods).

consumer goods mencakup semua produk yang biasa dibeli oleh rumah tangga seperti

(35)

Sebagian dari output total digunakan untuk pengganti modal. GNP dikurangi nilai konsumsi modal (Kc) sama dengan produk nasional bersih (Net National

Product/NNP) sehingga secara matematik ditulis:

NNP = GNP – Kc = Y

Ket: NNP = produk nasional bersih GNP = produk nasional kotor Y = Pendapatan Nasional

Manfaat atau kegunaan perhitungan pendapatan nasional antara lain:

1. Mengetahui dan menelaah struktur atau susunan perekonomian yakni mengetahui arah gerak perekonomian, berapa laju kecepatan geraknya, waktu yang

dibutuhkan untuk mencapai suatu sasaran.

2. Membandingkan perekonomian dari waktu ke waktu. Oleh karena pendapatan nasional dicatat setiap tahun, maka dapat dibandingkan tingkat pendapatan nasional antar tahun. Perbandingan tersebut memberikan keterangan apakah ada pertambahan atau pengurangan kemakmuran materiil, dan dihubungkan dengan jumlah penduduk apakah ada kenaikan atau penurunan pendapatan per kapita. 3. Membandingkan perekonomian antar daerah yakni perhitungan pendapatan

(36)

4. Merumuskan kebijaksanaan pemerintah perhitungan pendapatan nasional berguna untuk membantu dalam merumuskan kebijaksanaan pemerintah. Data

pertumbuhan pendapatan per kapita berguna bagi pemerintah dalam merumuskan kebijakan peningkatan pendapatan dan pengentasan kemiskinan, kebijakan kependudukan dan pengembangan investasi.

1.2.Pendapatan Nasional Menurut Harga Berlaku dan Pendapatan Nasional Riil

Pendapatan nasional menurut harga yang berlaku adalah pendapatan nasional yang dinilai menurut harga-harga yang berlaku pada tahun produksi nasional sedang diproduksi.

Pendapatan nasional menurut harga-harga tetap atau riil adalah pendapatan nasional yang dihitung menurut harga-harga yang tidak berubah dari satu tahun ke tahun lainnya.

(37)

Menghitung pendapatan nasional riil merupakan langkah yang selalu dijalankan didalam kegiatan menghitung pendapatan nasional di berbagai Negara. Salah satu tujuan dari penghitungan pendapatan nasional adalah untuk mengetahui

perkembangan ekonomi suatu negara dari tahun ke tahun.

Dapat dilihat bahwa untuk mengetahui tingkat pertumbuhan perekonomian suatu negara, setiap tahun harus dihitung pendapatan nasional riil. Tingkat perkembangan ekonomi, dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

Ket: GNPR1 = pendapatan nasional riil pada tahun berlaku GNPRo = pendapatan nasional pada tahun sebelumnya

G = tingkat perkembangan ekonomi yang dicapai dinyatakan dalam persentasi dari GNPRo

2. Suku Bunga

(38)

a. Sebagai daya tarik bagi para penabung yang mempunyai dana lebih untuk diinvestasikan.

b. Suku bunga dapat digunakan sebagai alat moneter dalam rangka mengendalikan penawaran dan permintaan uang yang beredar dalam suatu perekonomian. Misalnya, pemerintah mendukung pertumbuhan suatu sektor industri tertentu apabila perusahaan-perusahaan dari industri tersebut akan meminjam dana. Maka pemerintah memberi tingkat bunga yang lebih rendah dibandingkan sektor lain. c. Pemerintah dapat memanfaatkan suku bunga untuk mengontrol jumlah uang

beredar. Ini berarti, pemerintah dapat mengatur sirkulasi uang dalam suatu perekonomian.

(39)

Dalam kenyataannya terdapat banyak macam tingkat bunga. Tingkat bunga berbeda terutama dalam hal karakteristik dari pinjaman atau peminjam. Pinjaman dibedakan atas jangka waktu atau jatuh temponya. Sekuritas jangka panjang banyak yang

memiliki tingkat bunga lebih tinggi dari jangka pendek karena pemberi pinjaman mau mengorbankan akses cepat ke dana mereka hanya jika mereka dapat meningkatkan penghasilan mereka.

2.1.Suku Bunga Riil dan Nominal

Suku bunga dibedakan menjadi dua, suku bunga nominal dan suku bunga riil. suku bunga nominal adalah rasio antara jumlah uang yang dibayarkan kembali dengan jumlah uang yang dipinjam, sedangkan suku bunga riil adalah konsep yang mengukur tingkat bunga yang sesungguhnya setelah suku bunga nominal dikurangi dengan laju inflasi yang diharapkan.

Tingkat suku bunga juga digunakan pemerintah untuk mengendalikan tingkat harga, ketika tingkat harga tinggi dimana jumlah uang yang beredar di masyarakat banyak sehingga konsumsi masyarakat tinggi akan diantisipasi oleh pemerintah dengan menetapkan suku bunga yang tinggi. Dengan tingkat suku bunga tinggi yang

diharapkan kemudian adalah berkurangnya jumlah uang beredar sehingga permintaan agregat pun akan berkurang dan kenaikan harga bisa diatasi.

(40)

kenaikan atau penurunan inflasi akan berdampak pada kenaikan atau penurunan tingkat bunga kredit.

Pada tahun 2002, kondisi makroekonomi menunjukkan perkembangan yang kondusif. Ini terlihat dari terkendalinya uang primer, serta laju inflasi dan nilai tukar yang menunjukkan perkembangan yang positif. Oleh karena itulah, Bank Indonesia mulai memberikan sinyal penurunan tingkat bunga secara bertahap. Hal ini dilakukan melalui penurunan tingkat bunga instrumen moneter yang salah satunya adalah SBI. Walaupun tingkat bunga SBI mengalami penurunan, tingkat bunga kredit relatif rigid.

Tingkat suku bunga riil yang memperhitungkan ekspektasi perubahan tingkat harga disebut sebagai ex ante real interest rate. Sedangkan tingkat suku bunga riil yang memperhitungkan perubahan tingkat harga actual disebut dengan ex post real interest rate. Tingkat suku bunga riil, tingkat suku bunga dan inflasi dihubungkan oleh persamaan fisher (fisher equation) sebagai berikut:

Pada saat tingkat suku bunga riil rendah, maka borrowing cost juga menjadi rendah, sehingga insentif untuk meminjam lebih besar jika dibandingkan dengan insentif untuk memberi pinjaman.

2.2. Teori Tingkat Bunga

(41)

a. Teori Klasik

Dalam teori klasik yang dikutip dari Boediono (1980), bunga adalah harga dari

loanable funds (dana investasi). Teori ini dikembangkan oleh kelompok ekonom

klasik pada abad 19. Tingkat bunga adalah salah satu indikator dalam memutuskan apakah seseorang akan menabung atau melakukan investasi. Makin tinggi tingkat suku bunga, makin banyak yang ditawarkan. Dengan demikian terdapat hubungan positif antara tingkat bunga dengan jumlah dana yang ditawarkan (Boediono, 1991). Pada prinsipnya tingkat bunga adalah harga yang harus dibayarkan atas penggunaan dana untuk setiap unit waktu yang telah ditentukan melalui interaksi permintaan dan penawaran.

Permintaan akan loanable fund memiliki hubungan negatif dengan tingkat bunga. Dengan asumsi pendapatan dan faktor-faktor lainnya konstan, peningkatan tingkat bunga akan menurunkan permintaan terhadap dana peminjaman (loanable fund). Asumsi-asumsi tersebut berlaku dalam perekonomian dalam keadaan full

(42)
[image:42.612.124.461.86.272.2]

Gambar 6. Keseimbangan di Pasar Dana

b. Teori Keynes: Liquidity Preference Theory

Uang menurut Keynes (1936), sebagaimana dikutip dari Boediono (1980),

merupakan salah satu bentuk kekayaan yang dimiliki masyarakat. Alasan masyarakat memegang uang adalah untuk transaksi, berjaga-jaga dan spekulasi. Keynes (1936) menganggap bahwa permintaan uang untuk transaksi dan berjaga-jaga tidak peka terhadap tingkat bunga. Oleh sebab itu, yang dimaksud dengan liquidity preference

adalah permintaan uang untuk tujuan spekulasi yang menghubungkan permintaan uang dengan tingkat bunga (Miller dan Pulsmelli, 1985).

c. Sintesa Klasik dan Keynesian: IS-LM

Sintesa klasik tingkat bunga timbul karena uang adalah produktif dan sebagai dana investasi. Dana ditangan pengusaha bisa menambah modal dan mendatangkan keuntungan yang tinggi. Dengan kata lain, uang dapat meningkatkan produktifitas dank arena adanya kenaikan produktifitas ini maka pengusaha mau membayar bunga.

Loanable Funds Interest

Rate

LF1 LF2 i2

i

D D

(43)

Sedangkan sintesa Keynes menekankan unag sebagai aktiva likuid untuk memperoleh keuntungan di pasar keuangan (Boediono, 1980).

Kedua sintesa tersebut dikombinasikan dalam sintesa Hicks yang berhasil dalam mengintegralkan keempat faktor seperti tabungan, investasi, permintaan uang untuk spekulasi dan penawaran uang dengan pendekatan IS-LM. Interpretasi Hicks

dikembangan lebih lanjut oleh Alvin P. Hansen sehingga model IS- LM disebut pula sebagai model Hicks-Hansen. Kurva LM menunjukkan hubungan antara berbagai tingkat bunga dengan pendapatan nasional yang memungkinkan pasar uang-modal berada dalam keseimbangan. Kurva IS menunjukkan hubungan antara berbagai tingkat bunga dengan pendapatan nasional yang memungkinkan pasar barang dan jasa dalam keseimbangan (Rahardja dan Manurung, 2008).

3. Nilai Tukar

Secara garis besar, ada dua system kurs, yaitu sistem kurs mengambang (floating

exchange rate system) dan sistem kurs tetap (fixed exchange rate system). Sistem kurs

mengambang sering juga disebut dengan freely fluctuating exchange rate system atau sistem kurs bebas flexible fluctuating exchange rate.

3.1.Pengertian Nilai Tukar

(44)

Berdasarkan pendapat David K. Eiteman, dkk (2003: 103) nilai tukar (exchange rate) valuta asing adalah harga salah satu mata uang yang dinyatakan menurut mata uang lainnya.

Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai tukar (exchange rate) adalah nilai tukar yang menunjukkan jumlah unit mata uang tertentu yang dapat ditukar dengan satu mata uang lain.

Kenaikan harga valuta asing (artinya kenaikan nilai tukar) disebut depresiasi mata uang dalam negeri. Mata uang asing menjadi lebih mahal, oleh karenanya nilai relatif dari mata uang dalam negeri menurun, sehingga barang-barang atau produk luar negeri dan perjalanan ke luar negeri menjadi lebih mahal. Sebaliknya jatuhnya harga mata uang asing merupakan apresiasi mata uang dalam negeri. Mata uang asing menjadi lebih murah, karenanya nilai relatif mata uang dalam negeri naik, maka produk luar negeri dan perjalanan ke luar negeri menjadi lebih murah (Edalmen, 1999:11).

3.2.Permintaan Terhadap Valuta Asing (foreign exchange demand) Permintaan terhadap valuta asing timbul apabila penduduk suatu Negara

(45)

3.3.Penawaran Terhadap Valuta Asing (Foreign Exchange Supply)

Penawaran terhadap valuta asing terjadi apabila negara lain mengimpor barang dan jasa atau terjadi ekspor. Semakin besar ekspor suatu negara, maka supply valuta asing akan meningkat. Sebab terjadi peningkatan capital inflow. Sama halnya dengan konsep permintaan, supply dari valuta asing sangat ditentukan oleh berbagai faktor, antara lain: perubahan kurs/valuta asing, harga/biaya produksi barang impor, selera dan ekspektasi serta kebijakan pemerintah (Murni 2006:245)

Pasar valuta asing pada dasarnya merupakan jaringan kerja dari perbankan dan lembaga keuangan dalam melayani masyarakat untuk membeli (permintaan) dan menjual (penawaran) valuta asing.

Seperti jenis pasar lainnya, pasar valuta asing tidak bebas dari intervensi pemerintah. Bank sentral secara teratur ikut serta dalam transaksi keuangan internasional yang disebut intervensi valuta asing (foreign exchange intervention) dalam usaha

mempengaruhi nilai tukar. Dalam persetujuan keuangan internasional saat ini, yang disebut managed float regime atau dirty float, nilai tukar berfluktuasi dari hari ke hari, tetapi bank sentral berusaha untuk mempengaruhi nilai tukar dengan membeli atau menjual mata uang.

Ada dua tipe berintervensi valuta asing yang dapat dilakukan oleh bank sentral (Hadi Sasana, 2006:38). Pertama, yang disebut dengan unsterilized foreign exchange

intervention dimana bank sentral melakukan pembelian atau penjualan mata uang

(46)

mengarah pada penurunan yang sama dalam cadangan internasional dan base money. Sebaliknya, penjualan mata uang domestik akan menaikkan cadangan internasional

dan base money. Kedua, yang disebut dengan sterilized foreign exchange intervention

jika bank sentral tidak ingin mempengaruhi base money dengan menjual atau

membeli mata uang domestik, bank sentral dapat membalas intervensi valas adengan melakukan operasi pasar terbuka yang bersifat menyeimbangkan dalam pasar obligasi pemerintah. Sehingga posisi uang primer tidak berubah.

3.4.Macam-Macam Sistem Nilai Tukar

Ada empat prinsip yang menjadi acuan dasar dalam memperkenalkan perilaku kurs valuta asing, yaitu: perbedaan laju inflasi domestik dan luar negeri, perbedaan suku bunga riil domestik dan luar negeri, serta neraca transaksi berjalan. Perubahan nilai mata uang juga dipengaruhi oleh cadangan devisa dan emas serta pertumbuhan ekonomi. Ada beberapa system nilai tukar yang dikenal di pasar valuta asing:

a. Sistem kurs tetap (Fixed Exchange Rate)

Pada sistem ini, pemerintah melalui otoritas moneter atau bank sentral secara resmi menetapkan nilai kurs yang berlaku di negaranya. Bank sentral secara aktif

(47)

Pada kondisi tertentu pemerintah dapat mengambil keputusan untuk melakukan devaluasi ata revaluasi mata uangnya. Langkah ini merupakan alternatif terakhir yang akan diambil, yaitu saat transaksi berjalan mengalami defisit atau surplus secara terus menerus.

Kelemahan sistem kurs ini adalah nilai kurs tidak selalu dalam mencerminkan nilai yang sesungguhnya dari mata uang tersebut. Pemerintah melalui otoritas moneter akan selalu menjaga stabilitas kurs pada tingkat yang diinginkan. Kondisi ini

menyebabkan nilai mata uang tidak mencerminkan kondisi perubahan ekonomi yang sesungguhnya.

Ketika para pelaku pasar menilai mata uang sudah terlalu tinggi atau rendah, maka uang tersebut akan mengalami tekanan jual atau beli yang sangat besar. Pemerintah akan mengalami kesulitan dalam mempertahankan nilai tukar mata uangnya. Hal ini akan menyebabkan biaya tinggi dan menguras cadangan devisa.

b. Sistem Kurs Mengambang Terkendali

Sistem kurs mengambang terkendali, biasa disebut dirty float, atau managed float

system, yaitu penentuan kurs di pasar valuta asing dengan intervensi atau campur

tangan pemerintah. Pemerintah mempengaruhi kekuasaan pasar dengan berbagai kebijakan di bidang moneter, fiskal dan perdagangan luar negeri.

(48)

lainnya. Artinya bank sentral tidak mengidentifikasi dirinya sebagai bank sentral. Pada sistem ini tidak ada patokan atau batasan beberapa kurs yang harus berlaku. Intervensi bank sentral dilakukan hanya sementara.

Kelebihan dari sistem kurs mengambang bebas adalah kurs akan berubah dengan cepat sesuai dengan perubahan kondisi ekonomi. Sehingga kurs dapat mencerminkan nilai yang wajar atau sesungguhnya dari perekonomian suatu negara.

Kelemahan dari sistem ini adalah kurs akan selalu berubah secara bebas sesuai dengan kekuatan pasar yang pada akhirnya dapat menyulitkan pemerintah maupun pelaku ekonomi lain dalam menentukan, merencanakan atau menghitung suatu usaha. Perubahan kurs yang terlalu cepat ini dapat meningkatkan ketidakpastian dalam dunia usaha.

c. Sistem Kurs Mengambang (Floating Exchange Rate)

sistem ini merupakan kebalikan dari sistem kurs tetap. Dalam sistem ini, nilai tukar suatu mata uang diambangkan terhadap mata uang asing. Dengan demikian

(49)

d. Sistem Nilai Tukar Merambat (Crowling Peg)

Crowling Peg adalah usaha untuk menggabungkan keunggulan kurs tetap dalam

keluwesan kurs mengambang. Hakekat sistem ini adalah kurs yang dipakukan pada suatu nilai tertentu tetapi diperbolehkan untuk berubah-ubah (crowl) sebagai reaksi terhadap perubahan kondisi pasar. Crowl tersebut mungkin ditimbulkan oleh tekanan devaluasi atau revaluasi kurs yang disebabkan oleh misalnya tingkat inflasi atau perubahan cadangan devisa yang telah ditetapkan sebelumnya. Karena kemampuan untuk beradaptasi terhadap tekanan pasar, sistem tersebut menghasilkan penyesuaian kurs yang relatif kerap terjadi namun sederhana dengan dialokasi ekonomis minimal.

Pada sistem crowling peg, devaluasi maupun revaluasi yang terjadi dapat terulang dalam periode waktu yang berturut-turut sehingga merupakan serangkaian devaluasi bertahap (modest devaluation). Crowling peg menawarkan dua keunggulan

komparatif dibandingkan dengan kurs konvensional. Pertama, sistem ini menghindari ketidakstabilan ekonomi yang berhubungan dengan penyesuaian diskrit dan jarang yang merupakan ciri kurs tetap. Kedua, mengurangi ketidak pastian volatilitas yang merupakan cirri kurs mengambang.

e. Sistem Dewan Mata Uang

Sistem dewan mata uang merupakan suatu sistem manajemen nilai tukar suatu lembaga yang diberikan wewenang mutlak berdasarkan undang-undang untuk

menerbitkan atau menciptakan uang inti (monetary base). Proses penciptaan uang inti ini didukung sepenuhnya oleh persediaan cadangan devisa yang dikuasai oleh

(50)

Keunggulan sistem ini akan menstabilkan nilai tukar mata uang dan jumlah uang yang beredar dengan sepenuhnya didukung oleh cadangan devisa akan mengurangi kekhawatiran bagi masyarakat untuk menyimpan mata uang domestic. Sistem ini juga mampu menstabilkan inflasi karena disiplin moneter dalam penciptaan uang beredar. Pengalaman di beberapa negara yang menerapkan sistem ini menunjukkan adanya penyempitan perbedaan suku bunga dalam negeri dan luar negeri (currency reserve).

Kelemahan sistem ini menyebabkan sistem perekonomian dalam negeri akan bergantung kepada perkembangan dan kebutuhan ekonomi dari negara currency

reserve. Selain itu, pilihan kebijakan makro ekonomi yang tersedia hanya pada

kebutuhan fiskal, sementara kebijakan moneter tidak lagi dapat digunakan secara optimal.

4. Inflasi

Inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk naik secara umum dan terus menerus Sukirno (2002). Akan tetapi bila kenaikan harga hanya dari satu atau dua barang saja tidak disebut inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas

ataumenyebabkan kenaikan sebagian besar dari harga barang-barang lain

(51)

besar dan terus-menerus, bukanlah merupakan inflasi (Nopirin, 2000). Kenaikan sejumlah bentuk barang yang hanya sementara dan sporadis tidak dapat dikatakan akan menyebabkan inflasi.

Tingkat inflasi antara negara yang satu dengan yang lainnya berbeda-beda, seperti inflasi di Indonesia dalam keadaan normal biasanya di bawah 10% per tahun. Tetapi tingkat itu dapat berubah-ubah, seperti ketika terjadi krisis ekonomi di Indonesia, tingkat inflasi mencapai kurang lebih 80%. Tingkat inflasi setinggi ini juga pernah terjadi di negara-negara lain. Bahkan negara-negara Amerika Latin seperti Meksiko dan Brasil, pernah mengalami hiperinflasi yaitu diatas 100%.

Ada beberapa definisi inflasi yang dikemukakan oleh ahli-ahli ekonomi di antaranya adalah:

1. A.P. Lerner:

Inflasi adalah keadaan dimana terjadi kelebihan permintaan terhadap barang-barang dalam perekonomian secara keseluruhan.

2. G. Cowt Hrey:

Inflasi adalah suatu keadaaan dari nilai uang turun terus-menerus dan harga naik terus.

3. Hawtry:

(52)

4.1.Jenis-Jenis Inflasi

Inflasi dapat digolongkan sebagai berikut: a. Inflasi berdasarkan sifat

1. Inflasi ringan (<10% setahun), ditandai dengan kenaikan harga berjalan secara lambat dengan persentasi yang kecil serta dalam jangka waktu yang relatif 2. Inflasi sedang (10%-30% setahun), ditandai dengan kenaikan harga yang relatif

cepat atau perlu diwaspadai dampaknya terhadap perekonomian

3. Inflasi berat (30%-100% setahun), ditandai dengan kenaikan harga yang cukup besar dan kadang-kadang berjalan dalam waktu yang relatif pendek serta

mempunyai sifat akselerasi yang artinya harga-harga minggu atau bulan ini lebih tinggi dari minggu atau bulan sebelumnya.

4. Hiperinflasi (>100% setahun), dimana inflasi ini paling parah akibatnya. Masyarakat tidak lagi berkeinginan untuk menyimpan uang, nilai uang merosot dengan tajam, sehingga ditukar dengan barang. Harga-harga naik lima hingga enam kali. Biasanya keadaan ini timbul oleh adanya perang yang dibelanjai atau ditutupi dengan mencetak uang.

b. Berdasarkan sebab terjadinya, inflasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

1. Demand pull inflation.

Adalah inflasi yang timbul karena permintaan masyarakat terhadap akan berbagai barang terlalu kuat. Demand pull inflation terjadi karena kenaikan permintaan agregat dimana kondisi perekonomian telah berada pada kesempatan kerja penuh. Jika

(53)

permintaan tidak lagi mendorong kenaikan output ataupun produksi tetapi hanya mendorong kenaikan harga-harga yang disebut inflasi murni. Kenaikan permintaan yang melebihi produk domestic bruto akan menyebabkan inflationary gap yang menyebabkan inflasi

2. Cost Push Inflation

Adalah inflasi yang timbul karena kenaikan biaya produksi. Pada cost push inflation

tingkat penawaran lebih rendah dibandingkan tingkat permintaan. Karena adanya kenaikan harga faktor produksi sehingga produsen terpaksa mengurangi produksinya sampai pada jumlah tertentu. Penawaran agregat terus menurun karena adanya kenaikan biaya produksi.

3. Mixed Inflation

Merupakan gejala kombinasi antara unsure inflasi yang disebabkan karena kenaikan permintaan dan kenaikan biaya produksi. Pada umumnya bentuk yang sering terjadi adalah inflasi campuran, yaitu kombinasi dari kenaikan permintaan dan kenaikan biaya produksi, dan sering sekali keduanya saling memperkuat satu sama lain.

4.2.Pengaruh Inflasi

Akibat buruk inflasi dapat dibedakan dalam dua aspek, yaitu: 1. Akibatnya terhadap perekonomian.

a. Inflasi menggalakkan spekulasi penanaman modal b. Tingkat bunga meningkat dan akan mengurangi investasi

(54)

2. Akibatnya terhadap individu dan masyarakat a. Memperburuk distribusi pendapatan

b. Pendapatan riil merosot dan nilai tabungan juga merosot.

Inflasi dapat mempengaruhi distribusi pendapatan, alokasi faktor produksi serta produk nasional. Efek terhadap distribusi pendapatan disebut dengan equity effect, sedangkan efek terhadap alokasi faktor produksi dan pendapatan nasional masing-masing disebut dengan efficiency dan output effects (Nopirin, 2000).

1. Efek terhadap Pendapatan (Equity Effect)

Efek terhadap pendapatan sifatnya tidak merata, ada yang dirugikan tetapi ada pula yang diuntungkan dengan adanya inflasi. Seorang yang memperoleh pendapatan tetap akan dirugikan oleh adanya inflasi. Demikian juga orang yang menumpuk

kekayaannya dalam bentuk uang kas akan menderita kerugian karena adanya inflasi. Sebaliknya, pihak-pihak yang mendapat keuntungan dengan adanya inflasi adalah mereka yang memperoleh kenaikan pendapatan dengan persentase yang lebih besar dari laju inflasi, atau mereka yang mempunyai kekayaan bukan uang dimana nilainya akan naik dengan persentase lebih besar daripada laju inflasi. Dengan demikian inflasi dapat menyebabkan terjadinya perubahan dalam pola pembagian pendapatan dan kekayaan masyarakat.

2. Efek terhadap Efisiensi (Efficiency Effect)

(55)

Dengan adanya inflasi permintaan akan barang tertentu mengalami kenaikan yang lebih besar dari barang lain, yang kemudian mendorong terjadinya kenaikan produksi barang tertentu.

3. Efek terhadap Output (Output Effects)

Inflasi mungkin dapat menyebabkan terjadinya kenaikan produksi. Alasannya dalam keadaan inflasi biasanya kenaikan harga barang mendahului kenaikan upah sehingga keuntungan pengusaha naik. Kenaikan keuntungan ini akan mendorong kenaikan produksi. Namun apabila laju inflasi ini cukup tinggi dapat mempunyai akibat sebaliknya, yakni penurunan output.

Inflasi di Indonesia tinggi sekali di zaman Presiden Soekarno karena kebijakan fiskal dan moneter sama sekali tidak prudent. Di zaman Soeharto, pemerintah berusaha menekan inflasi, akan tetapi tidak bisa di bawah 10% setahun rata-rata, antara lain oleh karena Bank Indonesia masih punya misi ganda, antara lain sebagai agent of

development, yang bisa mengucurkan kredit likuiditas tanpa batas. Baru di zaman

reformasi, mulai zaman Presiden Habibie maka fungsi Bank Indonesia

mengutamakan penjagaan nilai rupiah. Tetapi karena sejarah dank arena inflation

expectations masyarakat (yang bertolak ke belakang, artinya bercermin kepada

(56)

5. Teori Permintaan Uang

Teori permintaan uang diawali dengan teori klasik oleh Irving Fisher, Alfred Marshal dan A. C. Pigou. Kemudian teori permintaan uang menurut aliran Keynes. Terakhir teori permintaan uang modern oleh Milton Friedman.

5.1The Quantity Theory of Money

Teori permintaan uang diawali dengan penjelasan equation of exchange yang dikembangkan oleh Irving Fisher pada tahun 1911, yaitu:

M Vt = P T

Dimana M adalah jumlah uang beredar, Vt adalah velocity atau kecepatan perputaran dalam satu periode tertentu, P adalah tingkat harga dan T adalah jumlah transaksi pada perekonomian dalam satu periode tertentu. Dari persamaan tersebut jumlah transaksi memiliki peranan yang besar, tetapi secara statistic sulit untuk

menghitungnya. Diasumsikan besarnya T dapat di hitung dengan Pendapatan Domestik Bruto (PDB) dalam bentuk riil. Sehingga bentuk standar dari quantity

theory adalah

M V = P Y

(57)

dari quantity theory masih berupa identitas dan belum dapat disebut sebagai teori permintaan uang. Untuk mengubah persamaan tersebut menjadi teori maka harus diketahui faktor yang mempengaruhi percepatan uang. Menurut Fisher faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan perputaran uang adalah karakteristik institusi dan perkembangan teknologi. Kedua faktor tersebut menurut Fisher berkembang dengan lambat sehingga kecepatan perputaran uang dapat dikatakan konstan.

5.2 The Cambridge Approach

Kecepatan perputaran uang diasumsikan stabil, quantity theory dapat diformulasikan sebagai permintaan uang, yaitu

Disebut juga sebagai cash balance approach yang dikembangkan oleh ekonom-ekonom yang berasal dari Cambridge yaitu Alfred Marshal tahun 1923 dan Arthur C. Pigo tahun 1917. Sering kali digunakan kecepatan perputaran uang dalam bentuk kebalikan yang disebut dengan Cambridge k.

Teori klasik menyatakan permintaan uang merupakan fungsi dari pendapatan tanpa dipengaruhi tingkat suku bunga. Masyarakat memegang uang hanya untuk keperluan transaksi. Dapat disimpulkan bahwa permintaan uang ditentukan oleh

1. Jumlah transaksi yang dipengaruhi oleh pendapatan nominal yaitu PY 2. Karakteristik institusi dan perkembangan teknologi yang mempengaruhi

(58)

5.3The Theory Of Liquidity Preference

Pada tahun 1936, John Maynard Keynes melalui bukunya The General Theory of

Employment, Interest, and Money memberikan pandangan yang berbeda dengan

pandangan klasik mengenai permintaan uang. Permintaan uang ini disebut dengan

Theory of Liquidity Preference. Menurut Keynes tingkat suku bunga mempengaruhi

permintaan uang dan kecepatan perputaran uang tidak konstan. Terdapat tiga motif dalam memegang uang yaitu motif transaksi, motif jaga-jaga dan motif spekulasi.

Motif pertama individu memegang uang adalah keperluan transaksi, seperti pada pendekatan klasik individu memegang uang untuk keperluan transaksi. Dalam memegang uang untuk keperluan transaksi individu dipengaruhi oleh tingkat pendapatan. Dengan kata lain, motif memegang uang untuk keperluan transaksi proporsional terhadap pendapatan. Pandangan Keynes mengenai motif transaksi ini serupa dengan pandangan klasik.

Motif kedua individu memegang uang adalah berjaga-jaga atau keperluan transaksi yang tidak terduga dimasa mendatang. Permintaan uang yang didasari motif berjaga-jaga proporsional terhadap tingkat pendapatan. Pandangan Keynes motif berberjaga-jaga-berjaga-jaga juga dapat dikatakan sama dengan pandangan klasik.

Motif ketiga permintaan uang adalah motif spekulasi. Untuk menjelaskan motif ketiga ini diasumsikan individu hanya memiliki dua pilihan asset yaitu uang

non-interest-bearing asset M1 dan interest-bearing asset yaitu obligasi. Individu akan

(59)

mendapatkan pengembalian yang loss dalam memegang obligasi pada periode tersebut.

Motif spekulasi permintaan uang dipengaruhi oleh ekspektasi investor terhadap tingkat suku bunga masa mendatang. Tingkat suku bunga yang digunakan untuk menghitung pembayaran bunga masa depan adalah suku bunga jangka panjang, sehingga motif spekulasi permintaan M1 dipengaruhi oleh suku bunga jangka panjang.

Permintaan uang motif transaksi yang dipengaruhi pendapatan, , motif

jaga-jaga dipengaruhi oleh pendapatan, dan motif spekulasi, . Dengan menggabungkan ketiga motif permintaan uang maka didapat total permintaan uang:

Menurut Keynes, uang tidak hanya dinilai berdasarkan jumlah nominalnya melainkan dinilai seberapa besar uang tersebut dapat digunakan untuk membeli barang dan jasa atau disebut dengan real money balance.

(60)

5.4 The Inventory Model

Model permintaan uang oleh Baumol dan Tobin yang merupakan pengembangan dari model permintaan uang Keynes. Seperti pada model permintaan uang Keynes,

menurut Baumol-Tobin permintaan uang dilandasi oleh tiga motif yaitu motif transaksi, berjaga-jaga dan spekulasi.

Motif transaksi pada model ini, masyarakat memegang uang M1, karena mereka menggunakan untuk keperluan pembayaran. Asumsi asset yang tersedia adalah non

interest-bearing, M1, dan interest-bearing, obligasi. Biaya tetap untuk mencairkan

obligasi menjadi uang.

Untuk menentukan jumlah optimal uang yang dipegang oleh rumah tangga, diasumsikan bahwa setiap rumah tangga menerima pendapatan dalam bentuk cek yang digunakan seluruhnya untuk membeli barang dan jasa (PY) dalam periode waktu satu bulan. Pada awal bulan jumlah uang (M) yang dimiliki oleh rumah tangga adalah:

M=PY

Rumah tangga dapat menjadikan uangnya dalam bentuk obligasi yang akan memberikan pendapatan bunga tetap adanya biaya transaksi. Melalui pendekatan

inventory dapat ditentukan jkumlah optimal memegang uang. Rata-rata uang yang

(61)

Dari inventory model Baumol-Tobin, permintaan uang, M1 dipengaruhi oleh:

1 Pendapatan riil, hubungan yang positif antara permintaan uang dengan pendapatan riil tetapi tidak proporsional.

2 Suku bunga obligasi, hubungan yang negative antara permintaan uang dengan suku bunga obligasi.

3 Biaya transaksi riil, hubungan positif antara permintaan uang dan biaya transaksi riil. Apabila biaya transaksi sangat rendah maka permintaan M1 mendekati nol.

Motif berjaga jaga, masyarakat memegang uang yang dilandasi oleh motif berjaga-jaga merupakan motif transaksi pada masa mendatang. Opportunity cost dari memegang uang adalah hilangnya pendapatan dari suku bunga. Sehingga pada saat tingkat suku bunga meningkat maka opportunity cost memegang uang untuk sebagai motif berjaga-jaga akan meningkat dengan begitu jumlah uang yang dipegang oleh masyarakat akan menurun. Analisis Baumol-Tobin pada motif berjaga-jaga

permintaan uang akan memiliki hubungan yang negative dengan tingkat suku bunga.

Motif spekulasi, menurut Baumol-Tobin kecenderungan seorang akan memegang obligasi dan uang untuk menyimpan kekayaannya. Tingkat suku bunga obligasi yang tinggi (juga dengan tingkat pengembalian yang tinggi) tidak akan mendorong

(62)

5.5 Teori Permintaan Uang Modern

Teori ini dikembangkan oleh Milton Friedman pada tahun 1956. Kekayaan, wealth, seseorang merupakan faktor yang mempengaruhi permintaan uang. Menurut

Friedman permintaan uang dipengaruhi oleh faktor-faktor yang sama yang mempengaruhi permintaan terhadap asset-aset lainnya.

Kekayaan seseorang merupakan penjumlahan lima komponen yaitu uang, obligasi, saham, asset riil dan sumber daya manusia. Fungsi permintaan uang menurut Friedmen adalah:

(63)

B. Tinjauan Empiris

Tabel 1. Penelitian Terdahulu 1. Judul

Penulis

Metode Penelitian Hasil Penelitian

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Permintaan Uang Giral di Indonesia 2001.01-2011.12 Ari Kurniawan, 2013

Error Correction Model (ECM)

1. Dari hasil estimasi diketahui bahwa variable inflasi signifikan dan memiliki koefisien yang positif. Hal ini dikarenakan kenaikan inflasi seharusnya dapat menurunkan jumlah uang

beredar guna menetralisasikan tingkat inflasi yang meningkat.

2. Dari hasil estimasi diketahui bahwa variable investasi tidak signifikan memiliki koefisien yang positif serta sesuai dengan teori. Hal ini

dikarenakan besaran dapat ditengarai bahwa peningkatan investasi bukanlah investasi langsung melainkan hanya terjadi di pasar bursa sehingga tidak meningkatkan jumlah uang beredar namun hanya meingkatkan kapasitas modal di lantai bursa.

3. Dari hasil estimasi diketahui bahwa variable kurs signifikan dan memiliki koefisien yang positif sesuai dengan teori. Hal ini dikarenakan peningkatan nilai rupiah atas mata uang asing membuat masyarakat percaya memegang uang giral rupiah.

(64)

Tabel 1. Penelitian Terdahulu (lanjutan). 3. Judul

Penulis

Metode Penelitian Hasil Penelitian

Analisis Variabel Ekonomi Yang Mempengaruhi Jumlah Uang Beredar di Indonesia

Safitri Damayanti, 2010

Error Correction Model (ECM)

1. Dalam jangka pendek menunjukkan bahwa variabel pendapatan nasional, nilai tukar, uang primer berpengaruh signifikan terhadap jumlah uang beredar. Sedangkan tingkat suku bunga SBI tidak signifikan. Dalam jangka panjang

menunjukkan bahwa hanya variabel uang primer yang signifikan, sementara variabel pendapatan nasional, nilai tukar, dan tingkat suku bunga tidak signifikan mempengaruhi jumlah uang beredar (M2).

2. Variabel pendapatan nasional dalam jangka pendek menunjukkan hasil yang signifikan dan memiliki pengaruh yang positif. Sementara dalam jangka panjang, variabel pendapatan nasional menunjukkan hasil yang tidak signifikan.

3. Variabel nilai tukar jangka pendek signifikan dan berpengaruh positif, sesuai hipotesa. Sementara dalam jangka panjang berpengaruh positif namun tidak signifikan. Fluktuasi nilai tukar akan

mendorong pemerintah melakukan intervensi dalam pasar valuta asing. Untuk menjaga

kestabilan nilai rupiah, pemerintah (bank sentral) dapat mengadakan penjualan mata uang rupiah dengan melakukan pembelian valuta asing seperti dolar AS. Penambahan jumlah dolar AS akan meningkatkan cadangan internasional dan base

money sehingga dengan sendirinya akan

meningkatkan jumlah uang beredar.

4. Variabel suku bunga SBI dalam jangka pendek dan jangka panjang menunjukkan hasil yang tidak signifikan. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain: pelaku ekonomi tidak

(65)

Tabel 1. Penelitian Terdahulu (lanjutan). 4. Judul

Penulis

Metode Penelitian Hasil Penelitian

Analisis Stabilitas Permintaan Uang Dan Stabilitas Harga Di Indonesia Tahun 1989 – 2002

Banatul Hayati, 2006 Uji kointegrasi

1. Permintaan uang dalam jangka pendek

dipengaruhi oleh tingkat bunga deposito 3 bulan, tingkat harga, dan kurs valuta asing. Tingkat bunga signifikan berpengaruh negatif terhadap permintaan uang. Berarti dalam jangka pendek, di Indonesia berlaku fenomena sesuai teori Keynes dimana uang dipegang sebagai asset yang

berfungsi sebagai salah satu penyimpan nilai atau kekayaan (store of value). Tingkat harga

berpengaruh positif terhadap permintaan uang. Hal ini sesuai dengan teori klasik bahwa uang diminta untuk tujuan transaksi. Kenaikan harga barang-barang menyebabkan nilai riil uang turun, yang berarti bahwa dibutuhkan jumlah uang yang lebih banyak untuk membiayai transaksi sehingga permintaan uang naik. Sedangkan kurs valuta asing berpengaruh positif terhadap permintaan uang. Artinya kenaikan kurs valuta asing yang didefinisikan sebagai depresiasi akan

mengakibatkan kenaikan devisa, kenaikan devisa akan menambah jumlah uang beredar. Kenaikan jumlah uang berdar selanjutnya akan menaikkan permintaan uang. Tingkat pendapatan tidak signifikan dalam mempengaruhi permintaan uang dalam jangka pendek.

2. Permintaan uang dalam jangka panjang

dipengaruhi oleh tingkat pendapatan dan tingkat harga. Tingkat pendapatan berpengaruh negatif terhadap permintaan uang. Tanda negatif ini tidak sesuai dengan hipotesis yang diajukan. Hal ini karena adanya shock (goncangan)

ketidaknormalan perilaku data dimana penurunan pendapatan diikuti kenaikan jumlah uang beredar dan kenaikan permintaan uang. Berarti dalam jangka panjang fenomena yang berlaku di Indonesia sesuai teori Klasik yang

(66)

exchange”. Tingkat harga berpengaruh positif,

berarti sesuai dengan pendapat Klasik bahwa kenaikan harga menyebabkan kenaikan jumlah uang beredar yang selanjutnya menaikkan permintaan uang. Sedangkan tingkat bunga dan nilai tukar (kurs valuta asing) tidak signifikan. 3. Koefisien penyesuaian antara permintaan uang yang diinginkan dan yang aktual adalah sebesar 0,8. Hal ini menunjukkan bahwa hanya 20 % dari adjustment yang bekerja dalam satu kuartal. Berarti dibutuhkan waktu 5 kuartal untuk menuju kepada keseimbangan “desired money demand

dan “actual money demand

4. Tingkat harga di Indon

Gambar

Gambar 1. Hubungan Permintaan Uang M1 dengan Pendapatan Nasional
Gambar 2. Hubungan Permintaan Uang M1 dengan BI Rate
Gambar 3. Hubungan Permintaan Uang M1 dengan Nilai Tukar
Gambar 4. Hubungan Permintaan Uang M1 dengan Inflasi
+4

Referensi

Dokumen terkait

Untuk uji parsial (uji t), variabel Produk Domestik Bruto (PDB) dan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (RSBI) memberikan pengaruh signifikan dan positif terhadap laju

Analisis Pengaruh Penggunaan Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu dan Variabel-Variabel Makroekonomi terhadap Permintaan Uang di Indonesia (dibimbing oleh RINA OKTAVIANI

secara umum dapat dikatakan bahwa tingkat PDB dengan jumlah uang kartal riil. (M d ) mempunyai pola perkembangan yang sama, sehingga dapat

Hasil analisis regresi linier berganda menunjukkan variabel tingkat suku bunga BI memiliki pengaruh positif terhadap indeks saham syariah Indonesia.Hubungan positif yang

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel makroekonomi (produk domestik bruto riil, inflasi, tingkat suku bunga SBI/BI-Rate dan kurs) terhadap

Hasil penelitian mengindikasikan bahwa pada jangka panjang, variabel inflasi dan ekspor non migas berpengaruh secara signifikan terhadap impor bahan baku Indonesia,

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel- variabel makroekonomi dan indeks global yang meliputi kurs rupiah per dollar AS, suku bunga SBI, inflasi, indeks Hang Seng dan indeks

Pengaruh PDB, Inflasi, Kurs Tengah, Suku Bunga Bank Indonesia, Leverage Ratio, ROA, dan Tingkat Penjualan terhadap Return Saham PT.. Telekomunikasi