ABSTRACT
ANALYSIS OF ECONOMIC GROWTH RESPONSE TO SHOCKS MONETARY INSTRUMENTS IN INDONESIA
(PERIOD 2002: Q1-2014: Q4)
By
Ayuni Dina Tiara
ABSTRAK
ANALISIS RESPON PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP GUNCANGAN INSTRUMEN MONETER DI INDONESIA
(PERIODE 2002:Q1-2014:Q4)
Oleh Ayuni Dina Tiara
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis respon pertumbuhan ekonomi yang dipengaruhi oleh guncangan variabel bebas, yaitu : suku bunga SBI, suku bunga deposito, suku bunga kredit modal kerja, suku bunga kredit investasi dan suku bunga kredit konsumsi. Penelitian ini menggunakan data time series periode 2002:Q1-2014:Q4. Alat analisis yang digunakan adalah alat regresi berganda dengan metode VectorError Correction Model (VECM). Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa suku bunga SBI berpengaruh negatif dan siginifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi, selain itu juga suku bunga kredit modal kerja juga berpengaruh negatif dan signifikan. Sedangkan suku bunga kredit investasi dan suku bunga kredit konsumsi tidak berpengaruh signifikan.
ANALISIS RESPON PERTUMBUHAN EKONOMI
TERHADAP GUNCANGAN INSTRUMEN MONETER DI
INDONESIA
PERIODE 2002:Q1
–
2014:Q4
Oleh Ayuni Dina Tiara
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA EKONOMI
pada
Jurusan Ekonomi Pembangunan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG
INDONESIA PERIODE 2002:Q1-2014:Q4
(Skripsi)
Oleh Ayuni Dina Tiara
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG
Gambar Halaman
1. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi ... 6
2. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi dan Suku Bunga Deposito ... 8
3. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi dan Suku Bunga Kredit Modal Kerja ... 9
4. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi dan Suku Bunga Investasi ... 10
5. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi dan Suku Bunga Konsumsi ... 11
6. Kerangka Pemikiran ... 16
7. Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter ... 25
8. Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter SebagaiBlack Box ... 25
9. Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter Jalur Suku Bunga ... 32
10. Kurva IS ... 36
11. Kurva LM ... 37
12. Proses Pembentukan VAR ... 39
Tabel Halaman
1. Penelitian Terdahulu ... 42
2. Nama Variabel, Satuan Volume dan Sumber Data ... 43
3. Hasil Uji Stasioneritas ADF pada tingkatLevel. ... 55
4. Hasil Uji Stasioneritas padaFirst Difference... 56
5. Hasil PenentuanLag ... 57
6. Hasil Uji VAR ... 57
7. Hasil uji kointegrasi Johansen ... 58
8. Hasil estimasi ECM ... 59
9. Hasil ujiimpulse responses ... 66
10. Ringkasan hasil ujiimpulse respons ... 72
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantara kamu dan
orang-orang yang berilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah mengetahui apa
yang kamu kerjakan.”
( Al- Mujadilah : 11 )
“ Sesuatu yang belum dikerjakan, seringkali tampak mustahil; kita baru yakin
kalau kita telah berhasil melakukannya dengan baik.”
( Evelyn Underhill )
“Berjuanglah tanpa menyingkirkan orang lain dan naiklah tinggi tanpa
menjatuhkan orang lain”.
Dengan puji syukur kepada Allah SWT dan nabi besar Muhammad SAW,
kupersembahkan karya yang sederhana ini dengan segala ketulusan dan
kerendahan hati kepada:
Almamater tercinta Jurusan Ekonomi Pembangunan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
Papa dan Mamaku tercinta Djamaluddin dan Lucky Sulistyawati yang telah
membesarkanku dengan penuh kasih sayang, yang selalu memberikan semangat
dan dukungan, serta mendoakan keselamatan, kesehatan dan kesuksesanku.
Nama lengkap penulis adalah Ayuni Dina Tiara, penulis dilahirkan pada tanggal
20 September 1993 di Bandar Lampung. Penulis merupakan anak kelima dari
lima bersaudara, dari pasangan Djamaluddin dan Lucky Sulistyawati.
Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar (SD) di SDN I Langkapura
Bandar Lampung pada tahun 2005, Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 14
Bandar Lampung pada tahun 2008 dan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri
10 Bandar Lampung pada tahun 2011.
Tahun 2011 penulis terdaftar sebagai mahasiswa di Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas lampung jurusan ekonomi pembangunan melalui jalur Seleksi Ujian
Mandiri. Pada tahun 2013 penulis melakukan kuliah kunjungan lapangan (KKL)
ke Bank Indonesia, Kementrian Keuangan dan Badan Kebijakan Fiskal. Pada
Agustus 2014 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Kelurahan
Puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang
yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsiyang berjudul “Analisis Respon Pertumbuhan Ekonomi
Terhadap Guncangan Instrumen Moneter Di Indonesia (Periode 2002.Q1–
2014.Q4)”sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis banyak terbantu dan didukung oleh
berbagai pihak. Untuk itu, dalam kesempatan ini dengan ketulusan hati penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Satria Bangsawan, S.E., M.Si., selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
2. Bapak Muhammad Husaini, S.E., M.E.P. selaku Ketua Jurusan Ekonomi
Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
3. Ibu Asih Murwiati, S.E., M.E. selaku Sekretaris Jurusan Ekonomi
Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
4. Bapak Dr. Saimul, S.E., M.S.i selaku Dosen Pembimbing yang telah
meluangkan waktu untuk membimbing dengan penuh kesabaran, memberikan
memberikan saran, pengetahuan nasihat, motivasi dan semangat kepada
penulis untuk penyelesaian skripsi ini.
6. Ibu Dr. Dorothy Rouli, S.E., M.Si. selaku Pembimbing Akademik yang telah
membimbing, memberikan perhatian dan semangat selama menjadi
mahasiswa Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Lampung.
7. Ibu Dr. Tiara Nirmala, S.E., M.si, Ibu Emi Maimunah, S.E., M.S.i, Ibu Zulfa
Emalia, S.E., M.S.i, Ibu Nurbetty, S.E., M.S.i , Ibu Irma, S.E., M.S.i dan Bpk
Imam Awaludin S.E., M.S.i, serta seluruh dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis
yang telah memberikan ilmu dan pelajaran yang sangat bermanfaat selama
masa perkuliahan.
8. Papa dan Mama tercinta, Djamaluddin dan Lucky Sulstyawati. Terima Kasih
atas Cinta dan Kasih sayang serta dukungan yang diberikan selama ini,
kesabaran serta doa yang tidak pernah lelah demi yang terbaik untuk
anak-anaknya.
9. Kakak-kakakku tersayang Arya Anja, Aryadi Citra, Ardyana L.F, Amina Ratri
Ayushanty. Terimakasih atas dukungan, semangat dan motivasi untuk terus
berjuang.
10. Sahabat-sahabat terbaik Deftiana, Caca, Mule, Suci, Glady yang selalu
memberikan semangat, doa, dukungan, membantu dalam menyelesaikan
Devin, Yoga, Ginov, Yessy,Winda, Ika, Edo, Nanang, Butet, Irma, Devy,
Rosy, Zahara, Tria, Indah Fajriati, Indah permata, Duwi,Yudi, Fadil, Buero,
Nurul, Asih, Gita Levi, Gella,Windy, Dianita serta seluruh teman-teman
EP’11 yang tidak dapat disebutkan satu persatu karena keterbatasan yang ada.
Terimakasih atas segala dukungan dan semangatnya selama ini.
12. Keluarga KKN Tematik Desa Sumber Agung. Bagus, Alwi, Dayat, Anton,
Daniar, Laras, Ayu, Vivi, Lili, Dini, Sari, Arif (alm), Rio, Adi, Yori, Ega,
Rafiq.
13. Sahabat-sahabatku Anis Riski, Ratih Apriyani, Rastri, Bella Viranda, Devyna,
Novianti yang selalu memberikan keceriaan, semangat dan dukungan yang
memotivasi.
14. Seluruh staf Fakultas Ekonomi dan Bisnis dan Ekonomi Pembangunan,
khususnya Ibu Hudaiyah, Mas Feri, Ibu Yati, Mas Usman,Mas Ma’ruf.
15. Kakak dan Adik tingkat EP 2009,2010, 2012, 2013, 2014. Mba Inaya , Puspa,
Gerry dan yang lain maaf tidak dapat disebutkan satu-persatu.
16. Teman-teman Surveyor Bank Indonesia Gita Juhri, Fiona, Selvi, Merry, Dina.
17. Berbagai pihak yang telah memberikan kontribusi dalam penulisan skripsi ini
bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.
Bandar Lampung, 26 Oktober 2015
Penulis,
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI... i
DAFTAR GAMBAR ... ii
DAFTAR TABEL... iii
I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang dan Masalah... 1
B. Rumusan Masalah ... 12
C. Tujuan Penelitian ... 12
D. Manfaat Penelitian ... 13
E. Kerangka Pemikiran... 14
F. Hipotesis ... 16
G. SistematikaPenulisan ... 17
II. TINJAUAN PUSTAKA . ... 19
A. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi ... 19
B. Teori Keynes ... 20
C. Kebijakan Moneter... 21
a. Definisi Kebijakan Moneter... 21
1. BI rate ... 27
2. Suku Bunga SBI... 28
3. Suku Bunga Deposito ... 30
4. Suku Bunga Kredit Modal Kerja... 30
5. Suku Bunga Kredit Investasi... 31
6. Suku Bunga Kredit Konsumsi... 31
E. Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter Jalur Suku Bunga... 31
F. Model IS-LM... 34
G. Error Correction Model... 38
H. Studi Empirik... 40
III. METODE PENELITIAN... 43
A. Jenis dan Sumber Data. ... 43
B. Definisi Variabel . ... 44
C. Prosedur dan Metode Analisis . ... 46
1. Uji Stasionaritas (Unit Root Test) . ... 46
2. Penenetuan Lag Optimum . ... 47
3. Uji Stabilitas VAR . ... 48
4. Uji Kointegrasi , ... 48
5. Error Correction Model ... 49
6. Impulse Response Function. ... 51
7. Variance Decomposition ... 51
IV. HASIL & PEMBAHASAN... 55
A. Uji Stasioneritas... 55
B. Uji Lag Optimum ... 56
C. Uji Stabilitas Var ... 57
D. Uji Kointegrasi Johansen ... 58
E. Hasil Estimasi ECM ... 59
F. Uji Impulse Response ... 65
G. Uji Variance Decomposition ... 72
V. SIMPULAN DAN SARAN ... 75
A. Simpulan ... 75
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebijakan moneter merupakan salah satu bagian integral yang berperan penting
dalam suatu perekonomian. Peran kebijakan tersebut dilihat dari kemampuannya
dalam mencapai sasaran ekonomi makro, yaitu pertumbuhan ekonomi, stabilitas
harga, perluasan kesempatan kerja, dankeseimbanganneraca pembayaran. Salah satu
sasaran yang menjadi tolak ukur kemampuan perekonomian dalam suatu negara dapat
dilihat dari pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Tak terkecuali untuk negara
berkembang seperti Indonesia, pertumbuhan ekonomi masih menjadi pusat perhatian.
Oleh karena itu , sering kali hal ini menjadi sasaran akhir kebijakan moneter.
Sesuai dengan UU No. 23 Tahun 1999 yang telah diamandemen dengan UU No. 3
Tahun 2004, tujuan Bank Indonesia adalah mencapai dan memelihara kestabilan nilai
rupiah, yaitu kestabilan harga (inflasi) dan nilai tukar rupiah ( Warjiyo, 2004).
Dalam instrumen moneter juga terdapat lima saluran transmisi kebijakan moneter
yang dapat berpengaruh terhadap aktivitas ekonomi dan keuangan. Lima saluran itu
diantaranya adalah saluran uang, saluran kredit, saluran suku bunga, saluran nilai
Mekanisme transmisi moneter dimulai dari tindakan bank sentral dengan
menggunakan instrumen moneter operasi pasar terbuka (OPT) atau yang lain, dalam
melaksanakan kebijakan moneternya. Tindakan itu kemudian ,berpengaruh terhadap
aktivitas ekonomi dan keuangan melalui berbagai saluran transmisi kebijakan
moneter. Di bidang keuangan, kebijakan moneter berpengaruh terhadap
perkembangan suku bunga, nilai tukar dan harga saham di samping volume dana
masyarakat yang disimpan di bank, kredit yang disalurkan bank kepada dunia usaha,
penanaman dana pada obligasi, saham maupun sekuritas lainnya. Sementara itu, di
sektor ekonomi riil kebijakan moneter selanjutnya mempengaruhi perkembangan
konsumsi, investasi, ekspor-impor, hingga pertumbuhan ekonomi dan inflasi yang
merupakan sasaran akhir kebijakan moneter.
Untuk mencapai sasaran tersebut terdapat tiga faktor yang mempengaruhinya yaitu:
(i) Perubahan perilaku bank sentral, perbankan, dan para pelaku ekonomi dalam
berbagai aktivitas ekonomi dan keuangannya.
(ii) Lamanya tenggat waktu (lag)sejak kebijakan moneter ditempuh sampai sasaran
inflasi tercapai.
(iii) Terjadinya perubahan pada saluran-saluran transmisi moneter itu sendiri sesuai
dengan perkembangan ekonomi dan keuangan di Negara yang bersangkutan.
Dengan transmisi kebijakan moneter ke pertumbuhan ekonomi dan inflasi dapat
berlangsung dengan tenggat waktu yang cukup lama dan bervariasi (Friedman dan
Schwartz, 1963). Hal ini disebabkan karena transmisi kebijakan moneter banyak
yang selalu berubah sejalan dengan perkembangan ekonomi negara bersangkutan.
Pada kondisi ekonomi yang masih tradisional dan masih tertutup dengan perbankan
sebagai satu-satunya lembaga keuangan, hubungan antara uang beredar dengan
aktivitas ekonomi riil pada umumnya masih relatif erat.
Menurut Bank Indonesia (2009), BI melakukan beberapa kebijakan dan instrumen
agar menjaga stabilitas pertumbuhan ekonomi. Pergerakan suku bunga Bank
Indonesia menjadi tolak ukur bagi tingkat suku bunga lainnya sehingga kenaikan
suku bunga ini mendorong suku bunga antar bank dan suku bunga deposito. Untuk
itu, salah satu kebijakan yang digunakan untuk meningkatkan dan menjaga kestabilan
pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah salah satunya menggunakan kebijakan
moneter.Kebijakan moneter yang dijalankan di Indonesia adalah dengan cara
menetapkan kisaran BI rate yaitu suku bunga kebijakan yang dikeluarkan Bank
Indonesia sebagai acuan dalam menjalankan kebijakan moneter dengan tujuan
kestabilan harga.
Dalam rangka mencapai sasaran akhir kebijakan moneter, Bank Indonesia
menerapkan kerangka kebijakan moneter melalui pengendalian suku bunga ( target
suku bunga ). Pada jalur sukubunga, perubahan BI Rate mempengaruhi suku
bungadeposito dan suku bunga kredit perbankan. Mekanisme melalui jalur suku
bunga menekankan bahwa kebijakan moneter dapat mempengaruhi permintaan
agregat melalui perubahan suku bunga. Dalam hal ini pengaruh perubahan suku
bunga jangka pendek ditransmisikan pada suku bunga jangka menengah-panjang
Oleh karena itu, dalam perkembangannya kebijakan moneter dijadikan sebagai alat
untuk mengatasi permasalahan ekonomi dan mengendalikan ekonomi makro agar
dapat berjalan sesuai dengan yang diinginkan yaitu dengan beberapa
instrumen-instrumen kebijakan moneter yang telah ditetapkan oleh pembuat kebijakan. Apabila
perekonomian sedang mengalami kelesuan Bank Indonesia dapat menggunakan
kebijakan moneter yang ekspansif melalui penurunan suku bunga untuk mendorong
aktifitas ekonomi. Penurunan suku bunga BI Rate menurunkan suku bunga kredit
sehingga permintaan akan kredit dari perusahaan dan rumah tangga akan meningkat.
Penurunan suku bunga kredit juga akan menurunkan biaya modal perusahaan untuk
melakukan investasi. Hal ini akan meningkatkan aktifitas konsumsi dan investasi
sehingga aktifitas perekonomian semakin bergairah. Sebaliknya, jika suku bunga
kredit meningkat maka akan berpengaruh negatif terhadap permintaan akan kredit
tersebut. Karena, ketika suku bunga kredit meningkat maka permintaan akan kredit
tersebut akan menurun.
Menurut Siregat, Et al (2006), stabilitas makro ekonomi dapat dilihat dari dampak
guncangan suatu variable makro ekonomi terhadap variabel makro ekonomi lainnya.
Apabila dampak suatu guncangan menyebabkanfluktuasi yang besar pada variabel
makro ekonomi dan di perlukan waktu yang relativ lama untuk mencapai
keseimbangan jangka panjang, maka dapat dikatakan bahwa stabilitas makro
ekonomi rentan terhadap perubahan variabel makro. Sebaliknya, jika dampak
keseimbangan jangka panjang relative tidak lama maka dapat dikatakan bahwa
kondisi makro ekonomi relative stabil.
Akan tetapi dalam menstimulasi pertumbuhan ekonomi melalui instrumen kebijakan
moneter Bank Indonesia menggunakan pendekatanrulesatau pendekatandisrection.
Dalam pendekatan rules(rules-base money), implmentasi kebijakan moneter
mengacu pada kebijakan moneter didasarkan pada pertumbuhan jumlah uang beredar
yang konstan(the constant-money-growth rule).Sedangkan pendekatandisrection
mengacu pada otoritas moneter memiliki kebebasan dalam menjalankan kebijakan
moneter sesuai dengan kondisi aktual yang dihadapi oleh suatu perekonomian
(Natsir, 2008).
Menurut Nurdiati (2014), instrumen kebijakan suku bunga SBI lebih efektif dalam
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi daripada menggunakan instrumen jumlah uang
beredar yang waktu tenggat dan responnya lebih lama terhadap pertumbuhan
ekonomi, karena sektor perbankan dan sektor riil lebih cepat merespon suku bunga
SBI daripada jumlah uang beredar. Sektor perbankan belum tentu memungkinkan
melakukan intervensi kebijakannya dengan menentukan harga atau suku bunga
dengan keputusan dinaikkan atau diturunkan ketika terjadinya kondisi jumlah uang
beredar meningkat dalam jangka panjang.
Sedangkan, menurut Seprilina (2012) menemukan bahwa variabel suku bunga SBI
dan suku bunga Deposito mempunyai pengaruh negatif dengan pertumbuhan
bunga Deposito meningkat maka pertumbuhan ekonomi mengalami penurunan.
Berbeda dengan peneliti sebelumnya, Julaiha dan Insukrindo (2004) menemukan
bahwa instrumen suku bunga SBI mampu mempengaruhi pertumbuhan ekonomi
dalam jangka panjangsehingga dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan ekonomi lebih
cepat ditingkatkan ketika otoritas moneter menggunakan instrument suku bunga SBI
sebagai intervensi kebijakannya. Melalui jalur suku bunga, Bank Indonesia berperan
dalam mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Pertumbuhan ekonomi
yang baik akan berpengaruh terhadap ekonomi masyarakat Indonesia, karena
pertumbuhan ekonomi mencerminkan keadaan perekonomian suatu negara.
Berikut adalah perkembangan pertumbuhan ekonomi Indonesia periode 2002.Q1-2014.Q3
Sumber:Badan Pusat Statistik (data diolah)
Gambar 1. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Pada 2002.Q3-2014.Q3
Gambar 1 menggambarkan perkembangan pertumbuhan ekonomi di Indonesia pada
tahun 2002 hingga 2014. Terlihat pada gambar bahwa pertumbuhan ekonomi
pada tahun 2005 akhir hingga menyentuh angka 7%, Dari tahun 2005 hingga tahun
2014 pertumbuhan ekonomi cukup stabil. Hal ini didukung dengan meningkatnya
perhitungan PDB atas dasar harga konstan dan laju pertumbuhan ekonomi. Akan
tetapi, pada tahun 2008 pertumbuhan ekonomi terlihat mengalami penurunan. Hal ini
disebabkan adanya dampak krisis yang memberikan tekanan yang cukup signifikan,
tidak saja pada perekonomian domestik jangka pendek, namun juga akan
mempengaruhi lintasan variabel-variabel kunci ekonomi makro dalam jangka
menengah.
Meskipun diperkirakan akan mengalami tekanan yang cukup kuat pada tahun 2009.
Pada bulan maret 2009 pertumbuhan ekonomi bergerak mencapai 4,52%, namun
pada tiga bulan selanjutnya yaitu bulan juni pertumbuhan ekonomi menurun sebesar
4,14% hal ini disebabkan karena suku bunga kredit modal kerja juga menurun yang
mana pada bulan maret 2009 suku bunga kredit modal kerjanya sebesar 14,99%
sedangkan pada bulan juni menurun sebesar 14,52%. Namun dalam jangka menengah
perekonomian diperkirakan akan tetap bergerak dalam lintasan pertumbuhan ekonomi
yang makin tinggi dengan laju inflasi yang tetap terkendali. Permintaan domestik
diperkirakan akan tetap menjadi kekuatan utama pertumbuhan ekonomi, sementara
kinerja ekspor juga akan kembali mengalami penguatan sejalan dengan
Sumber : Badan Pusat Statistik
Gambar 2. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi dan Suku Bunga Deposito di Indonesia Periode 2009.Q1-2014.Q4
Gambar 2 menggambarkan perkembangan pertumbuhan ekonomi dan suku bunga
deposito periode 2009.Q1-2014.Q4. Selama periode penelitian terlihat bahwa
pertumbuhan ekonomi dengan suku bunga deposito berhubungan negatif. Ketika
pertumbuhan ekonomi meningkat, maka suku bunga deposito menurun. Sebaliknya,
jika pertumbuhan ekonomi menurun maka suku bunga deposito meningkat.
Pertumbuhan ekonomi terus mengalami peningkatan mulai tahun 2009 hingga tau
2012, namun dari tahun 2012 hingga tahun 2014 pertumbuhan ekonomi mengalami
penurunan yang cukup stabil. Sedangkan, suku bunga deposito terus mengalami
penurunan hingga tahun 2013 dan dari tahun 2013 hingga tahun 2014 suku bunga
Sumber : Badan Pusat Statistik
Gambar 3. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi dan Suku Bunga Kredit Modal Kerja
Gambar 3 menggambarkan perkembangan pertumbuhan ekonomi dengan suku bunga
kredit modal kerja periode 2009.Q1-2014.Q4. Selama periode penelitian terlihat
bahwa pertumbuhan ekonomi dengan suku bunga kredit modal kerja memiliki
hubungan negatif. Ketika pertumbuhan ekonomi meningkat, maka suku bunga kredit
modal kerja menurun. Sebaliknya, jika pertumbuhan ekonomi menurun, maka suku
bunga kredit modal kerja mengalami peningkatan. Titik terendah pertumbuhan
ekonomi terjadi pada tahun 2009, kemudian terus meningkat hingga tahun 2011.
Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2011 meningkat hingga 7% , dari tahun 2011
hingga tahun 2014 pertumbuhan ekonomi cukup stabil.
Sumber : Badan Pusat Statistik
Gambar 4. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi dan Suku Bunga Kredit Investasi
Gambar 4 menggambarkan perkembangan pertumbuhan ekonomi dengan suku bunga
kredit investasi. Selama periode penelitian terlihat bahwa suku bunga kredit investasi
mengalami penurunan yang signifikan hingga tahun 2014. Sedangkan, pertumbuhan
ekonomi mengalami trend yang berfluktuasi dari tahun 2009 hingga tahun 2014.
Hubungan negatif antara pertumbuhan ekonomi dengan suku bunga kredit insvestasi
dikarenakan,ketika suku bunga kredit investasi meningkat akan berpengaruh terhadap
biaya modal produksi sehingga permintaan akan investasi menurun. Jika permintaan
investasi menurun maka menyebabkan pertumbuhan ekonomi di Indonesia menurun.
Karena kurangnya investor yang menanamkan modalnya di Indonesia.
Sumber : Badan Pusat Statistik
Gambar 5. Perekembangan Pertumbuhan Ekonomi dan Suku Bunga Kredit Konsumsi
Gambar 5 menggambarkan perkembangan pertumbuhan ekonomi dengan suku bunga
kredit konsumsi. Selama periode penelitian terlihat bahwa pertumbuhan ekonomi
dengan suku bunga kredit konsumsi memiliki hubungan negatif. Ketika pertumbuhan
ekonomi meningkat maka suku bunga kredit konsumsi mengalami penurunan,
sebaliknya jika pertumbuhan ekonomi menurun maka suku bunga kredit konsumsi
mengalami peningkatan. Suku bunga kredit konsumsi terus mengalami penurunan
dari tahun 2009 hingga tahun 2014. Sedangkan pertumbuhan ekonomi memiliki trend
yang berfluktuasi drai tahun 2009 hingga tahun 2014.
Hubungan negatif antara pertumbuhan ekonomi dengan suku bunga kredit konsumsi
dikarenakan, ketika suku bunga kredit konsumsi meningkat maka permintaan akan
meningkat, artinya ekonomi negara tersebut mengalami perbaikan sehingga
masyarakat akan lebih memilih menyimpan sebagian uangnya .
B. Perumusan Masalah
1. Bagaimana respon pertumbuhan ekonomi terhadap guncangan suku bunga
Sertifikat Bank Indonesia ?
2. Bagaimana respon pertumbuhan ekonomi terhadap guncangan suku bunga
deposito ?
3. Bagaimana respon pertumbuhan ekonomi terhadap guncangan suku bunga kredit
kredit modal kerja ?
4. Bagaimana respon pertumbuhan ekonomi terhadap guncangan suku bunga kredit
investasi ?
5. Bagaimana respon pertumbuhan ekonomi terhadap guncangan suku bunga kredit
konsumsi ?
C. Tujuan Penelitian
1. Menganalisis respon pertumbuhan ekonomi terhadap guncangan suku bunga
Sertifikat Bank Indonesia.
2. Menganalisis respon pertumbuhan ekonomi terhadap guncangan suku bunga
deposito.
3. Menganalisis respon pertumbuhan ekonomi terhadap guncangan suku bunga
4. Menganalisis respon pertumbuhan ekonomi terhadap guncangan suku bunga
kredit investasi.
5. Menganalisis respon pertumbuhan ekonomi terhadap guncangan suku bunga
kredit konsumsi.
D. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka penelitian ini diharapkan dapat
bermanfaat bagi :
1. Peneliti
Dapatdigunakanolehpenulissebagai syarat untuk mendapatkan gelar sarjana dan
sebagai media untukmengaplikasikanteori yang didapat di masa perkuliahanterhadap
kenyataan sebenarnya yang terjadidanmengujiseberapabesar respon Pertumbuhan
Ekonomi terhadap guncangan instrumen moneter
2. Serta pihak lain
Melaluipenelitaninidiharapkandapatmemberikansumbanganilmupengetahuanuntuk
E. Kerangka Pemikiran
Dalam transmisi kebijakan moneter terdapat lima saluran mekanisme yang sering
dikemukakan dalam teori ekonomi moneter (Miskhin, 1995, 1996; Bank for
International Settlement, 1997; Kakes, 2000; De Bondt, 2000; Bofinger, 2001).
Lima saluran yang dimaksud diatas adalah saluran uang, saluran suku bunga, saluran
kredit, saluran aset dan saluran ekspetasi.
Pada penelitian ini saluran transmisi kebijakan moneter yang digunakan adalah
saluran suku bunga, karena saluran suku bunga lebih menekankan pentingnya aspek
harga di pasar keuangan terhadap berbagai aktivitas ekonomi di sektor riil.dalam
kaitan ini, kebijakan moneter yang ditempuh bank sentral berpengaruh terhadap
perkembangan berbagai suku bunga di sektor keuangan dan selanjutnya akan
berpengaruh pada sasaran akhir pertumbuhan ekonomi.
Transmisi kebijakan moneter melalui suku bunga dapat diterangkan melalui dua
tahap. Pertama, kebijakan moneter yang ditempuh bank sentral akan berpengaruh
terhadap perkembangan suku bunga jangka pendek, misal SBI di pasar uang.
Selanjutnya akan mempengaruhi suku bunga deposito yang diberikan perbankan pada
simpanan masyarakat dan suku bunga bunga kredit yang dibebankan bank-bank
kepada debiturnya. Kedua, transmisi suku bunga di sektor riil akan bergantung pada
pengaruhnya terhadap permintaan konsumsi dan investasi dalam perekonomian.
Pengaruh suku bunga terhadap permintaan konsumsi terjadi karena bunga deposito
Sementara itu, pengaruh suku bunga tethadap investasi terjadi karena suku bunga
kredit merupakan komponen biaya modal, disampingyieldobligasi dan deviden
saham dalam pembiayaan investasi. Pengaruh melalui investasi dan konsumsi
tersebut selanjutnya akan berdampak pada besarnya pemintaan agregat dan pada
akhirnya akan menentukan tingkat inflasi dan output riil dalam ekonomi (Warjiyo,
2004). Pada penelitian ini suku bunga SBI, suku bunga Deposito, suku bunga Kredit
Modal Kerja, suku bunga Kredit Investasi, dan suku bunga Konsumsi sebagai
variabel yang dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi apabila variabel tersebut
terjadi guncangan. Namun, variabel tersebut memiliki hubungan jangka panjang yang
memerlukan waktu(time lag)dan memiliki pengaruh yang berbeda-beda terhadap
pertumbuhan ekonomi tersebut (Seprillina,2012).
Penelitian sebelumnya juga dilakukan oleh Seprillina, 2013 dalam judul Efektivitas
Instrumen Kebijakan Moneter Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia, bahwa
hasil estimasi yang diperoleh untuk variabel suku bunga deposito, suku bunga kredit
dan volume kredit mempunyai pengaruh yang negatif dengan pertumbuhan ekonomi
sampai pada lag tiga yang artinya, apabila suku bunga deposito, suku bunga kredit
dan volume kredit mengalami kenaikan justru akan diikuti juga oleh penurunan
pertumbuhan ekonomi. Sedangkan untuk variabel suku bunga SBI dan investasi
Gambar 6. Skema Kerangka Pemikiran
Dengan paparan diatas, maka penelitian ini mempunyai tujuan untuk menganalisis
respon pertumbuhan ekonomi sebagai sasaran akhir kebijakan moneter terhadap
guncangan instrumen moneter dengan memasukkan varibel yang digunakan dalam
transmisi kebijakan moneter jalur suku bunga yaitu suku bunga SBI, suku bunga
deposito, suku bunga kredit modal kerja, suku bunga kredit investasi, dan suku bunga
konsumsi seperti yang dapat dilihat pada Gambar 6.
F. Hipotesis
1. Diduga pertumbuhan ekonomi merespon perubahan suku bunga SBI secara negatif
2. Diduga pertumbuhan ekonomi merespon perubahan suku bunga deposito secara
positif
rSBI
Pertumbuhan Ekonomi Suku Bunga Deposito
Suku Bunga Kredit Modal Kerja
Suku Bunga Kredit Investasi
3. Diduga pertumbuhan ekonomi merespon perubahan suku bunga kredit modal kerja
secara negatif
4. Diduga pertumbuhan ekonomi merespon perubahan suku bunga kredit investasi
secara negatif
5. Diduga pertumbuhan ekonomi merespon perubahan suku bunga kredit konsumsi
secara negatif
G. Sistematika Penulisan
Penulisan dalam penelitian ini terdiri dari lima bab,sistematika penulisannya adalah
sebagai berikut :
Bab 1 :Pendahuluan
Berisi latar belakang yang menggambarkan bagaimana
perkembangan pertumbuhan ekonomi dengan variabel yang
digunakan seperti suku bunga SBI, suku bunga Deposito, suku bunga
Kredit Modal Kerja, suku Bunga Kredit Investasi, suku bunga Kredit
Konsumsi. Selanjutnya rumusan masalah, tujuan penelitian,
kerangka pemikiran, hipotesis dan sistematika penulisan.
Bab II : Tinjauan Pustaka
Dalam tinjauan pustaka ini berisi tentang teori pertumbuhan
ekonomi, transmisi kebijakan moneter dan empiris yang digunakan
untuk menganalisis sehingga hasilnya dapat membuktikan hipotesis
Bab III :Metode Penelitian
Dalam bab ini berisi objek penelitian, jenis dan sumber data, batasan
peubah serta metode analisis ECM yang digunakan
Bab IV :Hasil Perhitungan dan Pembahasan
Bab ini menguraikan deskriptif objek penelitian dan analisisnya.
BabV :Kesimpulan dan Saran
Berisikan kesimpulan dan hasil analisa data serta saran-saran yang
dianggap perlu dan berguna bagi penelitian ini.
Daftar Pustaka
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi
Secara umum pertumbuhan ekonomi didefinisikan sebagai peningkatan dalam kemampuan dari suatu
perekonomian dalam memproduksi barang-barang dan jasa. Dengan kata lain, pertumbuhan ekonomi
lebih menunjuk pada perubahan yang bersifat kuantitatif(quantitative change) dan biasanya diukur
dengan menggunakan dataprodukdomestik bruto (GDP), atau pendapatan output perkapita. GDP
adalah total nilai pasaryang dihasilkan didalam suatu perekonomian selama kurun waktu tertentu
(Sachs and Larrain,1993: 25).
Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu indikator yang amat penting dalam melakukan analisis
tentang pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu negara. Pertumbuhan ekonomi menunjukkan
sejauh mana aktifitas perekonomian akan menghasilkan tambahan pendapatan masyarakat pada suatu
periode tertentu. Karena pada dasarnya aktivitas perekonomian adalah suatu proses penggunaan
faktor-faktor produksi untuk menghasilkan output, maka proses ini pada gilirannya akan menghasilkan suatu
aliran balas jasa terhadap faktor produksi yang dimiliki oleh masyarakat (Basri, 2002).
Kuznet dalam Hariyanto (2005) mendefinisikan pertumbuhan ekonomi sebagai jangka panjang dalam
kemampuan suatu negara dalam menyediakan semakin banyak barang jenis ekonomi kepada
B. Teori Keynes tentang tingkat bunga
Tingkat suku bunga menurut Keynes adalah harga yang dikeluarkan debitur untuk mendorong seorang
kreditur memindahkan sumber daya langka (uang) mereka, akan tetapi, uang yang dikeluarkan debitur
mempunyai kemungkinan adanya kerugian berupa resiko tidak diterimanya tingkat bunga tertentu.
Menurut Keynes, tingkat bunga merupakan suatu fenomena moneter. Artinya tingkat bunga ditentukan
oleh penawaran dan akan permintaan uang. Uang akan mempengaruhi kegiatan ekonomi (GNP),
sepanjang uang ini akan mempengaruhi keinginan untuk mengadakan investasi dan dengan demikian
akan mempengaruhi GNP. Permintaan uang akan mempunyai hubungan negatif dengan tingkat bunga.
Hubungan negatif antara permintaan uang dengan tingkat bunga dapatlah dijelaskan sebagai berikut.
Pertama, Keynes menyatakan bahwa masyarakat mempunyai keyakinan adanya suatu tingkat bunga
normal. Apabila tingkat bunga turun dibawah nominal makin banyak orang yakin bahwa tingkt bunga
akan kembali ke tingkat normal (jadi mereka yakin bahwa tingkat bunga akan naik diwaktu yang akan
datang). Jika mereka memegang surat berharga pada waktu tingkat bunga naik mereka akan menderita
kerugian. Mereka menghindari kerugian ini dengan cara mengurangi surat ebrjharga yang dipegangnya
dan dengan sendirinya menambah uang kas yang dipegang, pada waktu tingkat bunga naik. Kedua,
berkaitan dengan ongkos memegang uang kas (opportunity cost of holding money). Makin tinggi
tingkat bunga, makin tinggi pula ongkos memegang uang kas sehingga keinginan memegang uang kas
juga turun. Sebaliknya, apabila tingkat bunga turun berarti ongkos memegang uang kas juga makin
C. Kebijakan Moneter
a. Definisi Kebijakan Moneter
Menurut Nopirin, kebijakan moneter adalah tindakan yang dilakukan oleh penguasa moneter (biasanya
bank sentral) untuk mempengaruhi jumlah uang beredar dan kredit yang pada gilirannya akan
mempengaruhi kegiatan ekonomi masyarakat (Nopirin, 1992:45). Bank sentral adalah lembaga yang
berwenang mengambil langkah kebijakan moneter untuk mempengaruhi jumlah uang beredar.
Sedangkan menurut Iswardono, kebijakan moneter merupakan salah satu bagian integral dari
kebijakan ekonomi makro. Kebijakan moneter ditujukan untuk mendukung tercapainya sasaran
ekonomi makro, yaitu pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas harga, pemerataan pembangunan,
dan keseimbangan neraca pembayaran (Iswardono, 1997 : 126).
Dari pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kebijakan moneter pada dasarnya
merupakan suatu kebijakan yang bertujuan untuk mencapai keseimbangan internal (pertumbuhan
ekonomi yang tinggi, stabilitas harga, pemerataan pembangunan) dan keseimbangan eksternal
(keseimbangan neraca pembayaran) serta tercapainya tujuan ekonomi makro, yakni menjaga stabilisasi
ekonomi yang dapat diukur dengan kesempatan kerja, kestabilan harga serta neraca pembayaran
internasional yang seimbang. Apabila kestabilan dalam kegiatan perekonomian terganggu, maka
kebijakan moneter dapat dipakai untuk memulihkan (tindakan stabilisasi). Pengaruh kebijakan moneter
pertama kali akan
b. Instrumen Kebijakan Moneter
Alat / instrumen kebijakan moneter yang umum dijelaskan oleh Nopirin (1992 : 46) dan Mishkin
(2001 : 435) sebagai berikut :
1. Operasi Pasar Terbuka (Open Market Operation)
Instrumen ini merupakan alat kebijakan moneter yang terpenting karenamerupakan determinan utama
antara perubahan tingkat suku bunga danmonetary baseserta menjadi sumber utama untuk
mempengaruhi fluktuasi jumlah uang beredar. Kebijakan ini meliputi tindakan menjual dan membeli
surat-surat berharga oleh bank sentral. Tindakan ini memiliki 2 pengaruh utama terhadap kondisi pasar
uang : pertama, menaikkan cadangan bank-bank umum yang turut dalam transaksi. Hal ini
dikarenakan dalam pembelian surat berharga misalnya, bank sentral akan menambah cadangan bank
umum yang menjual surat berharga tersebut, akibatnya bank umum dapat menambah jumlah uang
yang beredar (melalui proses penciptaan kredit). Pada saat bank sentral menjual surat-surat berharga di
pasar terbuka, cadangan bank-bank umum akan menurun. Berikutnya bank-bank ini dipaksa untuk
mengurangi penyaluran kreditnya, dengan demikian akan mengurangi jumlah uang beredar. Pengaruh
yang kedua, tindakan pembelian atau penjualan surat berharga akan mempengaruhi harga (dan dengan
demikian juga tingkat bunga) surat berharga, sehingga mengakibatkan menurunnya jumlah uang
beredar dan meningkatkan tingkat suku bunga.
Berdasarkan tujuannya, operasi pasar terbuka dibagi menjadi 2 jenis, yaitu :
1.Dynamic open market operation, bertujuan untuk mengubah jumlah cadangan danmonetary base.
2. Penetapan Tingkat Diskonto (Discount Policy)
Kebijakan ini meliputi tindakan untuk mengubah tingkat bunga yang harus dibayar oleh bank umum
mempengaruhi tingkat diskonto yang selanjutnya akan berpengaruh terhadap jumlah uang beredar
melalui perubahan tingkat bunga pinjaman. Dengan menaikkan diskonto, maka biaya untuk meminjam
dana dari bank sentral akan naik sehingga akan mengurangi keinginan bank umum untuk melakukan
peminjaman ke bank sentral.
Akibatnya, jumlah uang yang beredar dapat ditekan / dikurangi. Di samping itu, posisi jumlah
cadangan juga dapat dipengaruhi melalui instrumen ini. Apabila tingkat diskonto mengalami kenaikan,
maka akan meningkatkan biaya pinjaman pada bank. Peningkatan jumlah cadangan ini merupakan
indikasi bahwa bank sentral menerapkan kebijakan moneter yang ketat.
3. Penetapan Cadangan Wajib Minimum (Reserves Requirements)
Kebijakan perubahan cadangan minimum dapat mempengaruhi jumlah uang yang beredar. Apabila
cadangan wajib minimum diturunkan, maka akan mengakibatkan terjadinya peningkatan jumlah
deposito sehingga jumlah uang beredar cenderung meningkat, dan sebaliknya apabila cadangan wajib
minimum dinaikkan, maka akan mengurangi jumlah deposito yang akhirnya akan menurunkan jumlah
uang yang beredar.
D. Konsep Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter
Mekanisme transmisi kebijakan moneter pada dasarnya menggambarkan bagaimana kebijakan moneter
yang ditempuh bank sentral mempengaruhi berbagai aktivitas ekonomi dan keuangan sehingga pada
akhirnya dapat mencapai tujuan akhir. Tujuan akhir kebijakan moneter tersebut meliputi :
a. Menjaga dan memelihara kestabilan nilai rupiah yang salah satunya tercermin dari tingkat inflasi
b. Stabilitas ekonomi, suatu keadaan pertumbuhan ekonomi berlangsung secara terkendali dan
berkelanjutan. Artinya, pertumbuhan arus barang dan jasa dan arus uang berjalan seimbang.
c. Kesempatan kerja, dimana kesempatan kerja akan meningkat apabila produksi meningkat.
Peningkatan produksi biasanya diikuti dengan perbaikan nasib para karyawan ditinjau dari segi
upah maupun keselamatan kerja, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran
para karyawan.
d. Neraca pembayaran internasional, neraca pembayaran dikatakan seimbang apabila jumlah nilai
barang yang diekspor sama dengan nilai yang diimpor. Misalnya, pemerintah melakukan
devaluasi (penurunan nilai uang dalam negeri terhadap uang luar negeri).
Untuk mencapai tujuan itu Bank Indonesia menetapkan suku bunga kebijakan BI Rate sebagai
instrumen kebijakan utama untuk mempengaruhi aktivitas kegiatan perekonomian dengan tujuan akhir
pencapaian inflasi. Namun jalur atau transmisi dari keputusan BI rate sampai dengan pencapaian
sasaran inflasi tersebut sangat kompleks dan memerlukan waktu (time lag).
Mekanisme bekerjanya perubahan BI Rate sampai mempengaruhi inflasi tersebut sering disebut
sebagai mekanisme transmisi kebijakan moneter. Mekanisme ini menggambarkan tindakan Bank
Indonesia melalui perubahan-perubahan instrumen moneter dan target operasionalnya mempengaruhi
berbagai variable ekonomi dan keuangan sebelum akhirnya berpengaruh ke tujuan akhir inflasi.
Mekanisme tersebut terjadi melalui interaksi antara Bank Sentral, perbankan dan sektor keuangan,
serta sektor riil. Perubahan BI Rate mempengaruhi inflasi melalui berbagai jalur diantaranya jalur suku
bunga, jalur kredit, jalur nilai tukar, jalur harga aset, dan jalur ekspektasi. Gambar 4 dijelaskan
bagaimana transmisi kebijakan moneter ketika bank sentral mengubah instrumennya sehingga
Sumber: Warjiyo (2004)
Gambar 7. Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter
Secara spesifik Taylor (1995) menyatakan bahwa mekanisme transmisi kebijakan moneter adalah “the
process through which monetary policy decision are transmitted into changes in real GDP and
inflation”.
Sumber: Miskhin (1995).
Gambar 8. Mekanisme Kebijakan Moneter Sebagai Black box
Dalam kenyataannya, mekanisme transmisi kebijakan moneter merupakan proses yang kompleks dan
karenanya dalam teori ekonomi moneter sering disebut dengan “black box”(Miskhin, 1995).
Pada jalur suku bunga, perubahan BI Rate mempengaruhi suku bunga deposito dan suku bunga kredit
perbankan. Apabila perekonomian sedang mengalami kelesuan, Bank Indonesia dapat menggunakan
kebijakan moneter yang ekspansif melalui penurunan suku bunga untuk mendorong aktifitas ekonomi.
Penurunan suku bunga BI Rate menurunkan suku bunga kredit sehingga permintaan akan kredit dari
perusahaan dan rumah tangga akan meningkat. Penurunan suku bunga kredit juga akan menurunkan
biaya modal perusahaan untuk melakukan investasi. Ini semua akan meningkatkan aktifitas konsumsi
dan investasi sehingga aktifitas perekonomian semakin bergairah. Sebaliknya, apabila tekanan inflasi
mengalami kenaikan, Bank Indonesia merespon dengan menaikkan suku bunga BI Rate untuk
mengerem aktifitas perekonomian yang terlalu cepat sehingga mengurangi tekanan inflasi.
Perubahan suku bunga BI Rate juga dapat mempengaruhi nilai tukar. Mekanisme ini sering disebut
jalur nilai tukar. Kenaikan BI Rate, sebagai contoh, akan mendorong kenaikan selisih antara suku
bunga di Indonesia dengan suku bunga luar negeri. Dengan melebarnya selisih suku bunga tersebut
mendorong investor asing untuk menanamkan modal ke dalam instrument-instrumen keuangan di
Indonesia seperti SBI karena mereka akan mendapatkan tingkat pengembalian yang lebih tinggi.
Aliran modal masuk asing ini pada gilirannya akan mendorong apresiasi nilai tukar Rupiah. Apresiasi
Rupiah mengakibatkan harga barang impor lebih murah dan barang ekspor kita di luar negeri menjadi
lebih mahal atau kurang kompetitif sehingga akan mendorong impor dan mengurangi ekspor.
Turunnya net ekspor ini akan berdampak pada menurunnya pertumbuhan ekonomi dan kegiatan
perekonomian.
Perubahan suku bunga BI Rate mempengaruhi perekonomian makro melalui perubahan harga aset.
kekayaan individu dan perusahaan yang pada gilirannya mengurangi kemampuan mereka untuk
melakukan kegiatan ekonomi seperti konsumsi dan investasi.
Dampak perubahan suku bunga kepada kegiatan ekonomi juga mempengaruhi ekspektasi publik akan
inflasi (jalur ekspektasi). Penurunan suku bunga yang diperkirakan akan mendorong aktifitas ekonomi
dan pada akhirnya inflasi mendorong pekerja untuk mengantisipasi kenaikan inflasi dengan meminta
upah yang lebih tinggi. Upah ini pada akhirnya akan dibebankan oleh produsen kepada konsumen
melalui kenaikan harga.
Mekanisme transmisi kebijakan moneter ini bekerja memerlukan waktu (time lag). Time lag
masing-masing jalur bisa berbeda dengan yang lain. Jalur nilai tukar biasanya bekerja lebih cepat karena
dampak perubahan suku bunga kepada nilai tukar bekerja sangat cepat. Kondisi sektor keuangan dan
perbankan juga sangat berpengaruh pada kecepatan transmisi kebijakan moneter. Apabila perbankan
melihat risiko perekonomian cukup tinggi, respon perbankan terhadap penurunan suku bunga BI rate
biasanya sangat lambat. Juga, apabila perbankan sedang melakukan konsolidasi untuk memperbaiki
permodalan, penurunan suku bunga kredit dan meningkatnya permintaan kredit belum tentu direspon
dengan menaikkan penyaluran kredit. Di sisi permintaan, penurunan suku bunga kredit perbankan juga
belum tentu direspon oleh meningkatnya permintaan kredit dari masyarakat apabila prospek
perekonomian sedang lesu. Kesimpulannya, kondisi sektor keuangan, perbankan, dan kondisi sektor
riil sangat berperan dalam menentukan efektif atau tidaknya proses transmisi kebijakan moneter.
1. BIrate
BIrateadalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stancekebijakan moneter yang
ditetapkan oleh bank Indonesia dan diumumkan kepada publik. Tingkat suku bunga adalah harga dari
dalam menentukan apakah seorang akan melakukan investasi atau menabung (Boediono, 1994:76).
Pengertian lain tentang suku bunga adalah sebagai harga dari penggunaan uang untuk jangka waktu
tertentu. Pengertian suku bunga sebagai harga dinyatakan sebagai harga yang harus dibayar apabila
terjadi pertukaran antara satu rupiah sekarang atau satu rupiah nanti.
Menurut Marshall Principle : ”bunga selaku harga yang harus dibayaruntuk penggunaan modal di
semua pasar, cenderung ke arah keseimbangan,sehingga modal seluruhnya di pasar itu menurut tingkat
bunga sama dengan persediaannya yang tampil pada tingkat itu”. Bunga merupakan imbalan atas
ketidaknyamanan karena melepas uang, dengan demikian bunga adalah harga kredit. Tingkat suku
bunga berkaitan dengan peranan waktu dalam kegiatan-kegiatan ekonomi.
Dalam rangka mencapai sasaran akhir kebijakam moneter, Bank Indonesia menerapkan kerangka
kebijakan moneter melalui pengendalian suku bunga.Stancekebijakan moneter dicerminkan oleh
penetapan suku bunga kebijakan (BIrate).
2. Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
Sertifikat merupakan suatu surat keterangan atau pernyataan atau tercetak dari orang yang berwenang
yang dapat digunakan sebagai bukti suatu kejadian. Sertifikat yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia
dikenal dengan Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Pendapat tersebut diperkuat oleh S.K Direksi BI No.
31/67/Kep/DIR tertanggal 23 Juli 1998 tentang penerbitan dan perdagangan SBI serta intervensi rupiah
yakni “Sertifikat Bank Indonesia (SBI) adalah surat berharga atas unjuk atas rupiah yang diterbitkan
oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek dengan sistem diskonto”.
SBI merupakan salah satu mekanisme yang digunakan Bank Indonesia untuk mengontrol kestabilan
suku bunga yang berlaku pada setiap penjualan SBI ditentukan oleh mekanisme pasar berdasarkan
sistem lelang. Sejak awal juli 2005, BI menggunakan mekanisme “BI rate”(suku bunga BI), yaitu BI
mengumumkan target suku bunga SBI yang diinginkan BI untuk pelelangan pada masa periode
tertentu. BIrateini kemudian yang digunakan sebagai acuan para pelaku pasar dalam mengikuti
pelelangan. Bank Indonesia selaku otoritas moneter memiliki SBI sebagai instrumen utama yang
digunakan dalam operasi pasar terbuka. Penjualan SBI oleh Bank Indonesia yang dilakukan melalui
lelang bertujuan untuk memenuhi targetbase moneyyang telah ditetapkan. Bank indonesia menjual
SBI dengan tujuan antara lain untuk memperkecil jumlah uang beredar dan sekaligus menjaga deflasi
serta membuat inflasi tidak terjadi secara terus menerus. Sesuai dengan konsep tersebut maka SBI
mempunyai jangka waktu maksimum dan saat ini yang diperdagangkan adalah SBI berjangka waktu
satu bulan dan tiga bulan. Berdasarkan jangka waktu dari SBI ini maka para investor ataupun pemain
dalam pasar uang mengklarifikasikan SBI sebagai salah satu instrumen pasar uang dan dianggap
beresiko rendah.
Tujuan penerbitan SBI sebagai otoritas moneter, BI berkewajiban memelihara kestabilan nilai rupiah.
Dalam paradigma yang dianut, jumlah uang primer (uang kartal + uang giral di BI) yang berlebihan
dapat mengurangi kestabilan nilai Rupiah. SBI diterbitkan dan dijual oleh BI untuk mengurangi
kelebihan uang primer tersebut.
Dan sebaliknya, bila menambah uang beredar maka Bank Indonesia membeli surat-surat berharga di
pasar uang. Melalui penggunaan SBI, Bank Indonesia (BI) dapat secara tidak langsung dapat
mempengaruhi tingkat bunga di pasar uang dengan cara mengumumkan stop out rate (SOR). SOR
lelang harian maupun mingguan. Selanjutnya stop out rate tersebut digunakan sebagai indikator bagi
tingkat suku bunga transaksi di pasar uang pada umumnya.
Tingkat suku bunga SBI merupakan faktor penting dalam penentuan suku bunga di Indonesia, setiap
perubahan pada tingkat suku bunga SBI akan segera direspon oleh suku bunga PUAB (pasar uang
antar bank) dan suku bunga deposito. Sehingga suku bunga SBI mencerminkan perilaku pasar uang.
Suku bunga SBI menjadi patokan bagi perbankan untuk menetapkan tingkat suku bunga yang akan
diberikan kepada para deposan.
3. Suku Bunga Deposito
Deposito adalah produk simpanan bank yang penyetoran maupun penarikannya hanya dapat dilakukan
pada waktu tertentu saja atau sesuai dengan jatuh temponya sehingga deposito dikenal juga sebagai
tabungan berjangka (Raharja,2003).
Bunga deposito selalu lebih besar dari bunga tabungan sehingga otomatis dana pun akan berkembang
lebih cepat. Inilah biasanya yang menjadi dayatarik utama depsito, sehingga depsito lebih cocok
dijadikan saran investasi dibandingkan tabungan (Dwiastuti,2000).
4. Suku Bunga Kredit Modal Kerja
Suku bunga pinjaman, merupakan tingkat suku bunga yang dikenakan oleh bank kepada debitur yang
meminjam uang dari bank. Suku bunga kredit modal kerja adalah suku bunga kredit yang digunakan
untuk keperluan meningkatkan produksi dalam operasionalnya. Contohnya diberikan untuk membeli
bahan baku, membayar gaji pegawai atau biaya-biaya lainnya yang berkaitan dengan produksi
perusahaan. Tingkat suku bunga kredit modal kerja akan mempengaruhi jumlah permintaan kredit
5. Suku Bunga Kredit Investasi
Suku bunga kredit investasi, merupakan suku bunga kredit jangka panjang yang biasanya digunakan
untuk keperluan rehabilitasi. Contoh, membangun pabrik atau membeli mesin-mesin yang masa
pemakainnya untuk suatu produk yang relatif lebih lama dan dibutuhkan modal yang cukup besar.
Suku bunga kredit investasi yang rendah, menyebabkan peningkatan permintaan
perusahaan-perusahaan terhadap kredit investasi, yang nantinya dapat menghasilkan/menambah produksi dari
perusahaan-perusahaan tersebut, sehingga berpengaruh juga terhadap peningkatan output riil, demikian
juga sebaliknya.
6. Suku Bunga Kredit Konsumsi
Suku bunga kredit yang digunakan untuk konsumsi secara pribadi, dalam kredit ini tidak ada
pertambahan barang dan jasa yang dihasilkan, karena memang untuk digunakan/dikonsumsi secara
pribadi oleh perorangan. Suku bunga kredit konsumsi yang rendah mengakibatkan permintaan atas
kredit konsumsi meningkat, sehingga mendorong permintaan masyarakat atas barang-barang produksi
juga meningkat, dan hal ini dapat meningkatkan jumlah produksi dari perusahaan-perusahaan,
sehingga berpengaruh terhadap peningkatan output riil, demikian juga sebaliknya.
E. Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter Melalui Jalur Suku Bunga
Saluran suku bunga (interest rate channel)lebih menekankan pentingnya aspek harga di pasar
keuangan terhadap berbagai aktivitas ekonomi di sektor riil. Dalam kaitan ini, kebijakan moneter yang
ditempuh bank sentral akan berpengaruh terhadap perkembangan berbagai suku bunga di sektor
keuangan dan selanjutnya akan berpengaruh pada tingkat inflasi dan output riil. Mekanisme transmisi
Sumber :Warjiyo (2004
Gambar 9. Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter Jalur Suku Bunga
Dalam interaksi antara bank sentral dengan perbankan dan para pelaku ekonomi dalam proses
perputaran uang, mekanisme transmisi kebijakan moneter melalui saluran suku bunga dapat
diterangkan sebagai berikut.
Pada tahap pertama, kebijakan moneter yang ditempuh bank sentral akan berpengaruh terhadap
perkembangan suku bunga jangka pendek (misalnya suku bunga SBI dan PUAB) di pasar uang rupiah.
Perkembangan ini selanjutnya akan mempengaruhi suku bunga deposito yang diberikan perbankan
pada simpanan masyarakat dan suku bunga kredit yang dibebankan bank-bank kepada para debiturnya.
Proses transmisi suku bunga tersebut biasanya tidak berlangsung secara segera atau terdapat tenggat
Pada tahap kedua, transmisi suku bunga dari sektor keuangan ke sektor riil akan tergantung pada
pengaruhnya terhadap permintaan konsumsi dan investasi dalam perekonomian. Pengaruh suku bunga
terhadap permintaan konsumsi terjadi terutama karena bunga deposito merupakan komponen dari
pendapatan masyarakat (income effect)dan suku bunga kredit sebagai pembiayaan konsumsi
(substitution effect).Sementara itu, pengaruh suku bunga terhadap permintaan investasi terjadi karena
suku bunga kredit merupakan komponen biaya modal (cost of capital),disamping yield obligasi dan
dividen saham, dalam pembiayaan investasi. Pengaruh melalui investasi dan konsumsi tersebut
selanjutnya akan berdampak pada besarnya agregat dan pada akhirnya akan menentukan tingkat inflasi
dan output riil dalam ekonomi.
Mekanisme transmisi jalur tingkat bunga dari ekspansi moneter adalah peningkatan permintaan
agregat sebagai akibat peningkatan ekspansi inflasi oleh penurunan tingkat bunga riil. Penurunan
tingkat bunga riil akan meningkatkan investasi dan menurunkan biaya modal dalam produksi sehingga
output agregat naik. Tingkat bunga merupakan kunci mekanisme transmisi kebijakan moneter dalam
model IS, model LM.
Peningkatan investasi pada akhirnya akan meningkatkan otuput agregat. Penurunan tingkat suku bunga
riil juga akan meningkatkan pengeluaran untuk pembelian rumah dan barang tahan lama. Oleh sebab
itu penurunan tingkat suku bunga akibat ekspansi moneter akan meningkatkan belanja atau konsumsi
dan permintaan agregat. Pada tingkat suku bunga nominal yang rendah, ekspansi moneter akan
meingkatkan ekspetasi harga dan inflasi, akibatnya tingkat suku bunga riil turun. Penurunan tingkat
suku bunga riil akan menurunkan biaya modal dan biaya memegang uang, kemudian menstimulasi
meningkatkan permintaan agregat. Mekanisme transmisi jalur tingkat bunga dirumuskan dalam
bentuk, yaitu :
Dimana :
M : stock uang nominal
P : ekspetasi tingkat harga
R : tingkat bunga riil
I : investasi bunga riil
Y : output agregat
Permintaan agregat mengacu pada jumlah total yang bersedia dibelanjakan oleh sektor-sektor yang
berada dalam perekonomian dalam suatu periode tertentu. Permintaan agregat menununjukkan
hubungan antara keseluruhan permintaan terhadap barang-barang dan jasa sesuai dengan tingkat harga.
Permintaan agregat adalah suatu daftar dari keseluruhan barang dan jasa yang akan dibeli oleh
sektor-sektor ekonomi pada berbagai tingkat harga.
F. Model IS-LM
Model Keynes seperti yang telah dijlaskan belumlah dapat dipergunakan untuk menganalisa efek suatu
kebijaksanaan (moneter atau fiskal) terhadap tingkat bunga dan pendapatan nasional. Oleh karena itu,
kemudian seorang ahli ekonomi bernama J. Hicks dan A. Hansen mengembangkan alat analisa
kebijakan berdasarkan teori Keynes berupa kurva yang diberi nama IS dan LM.
1. Kurva IS
Alat analisis ini disusun dari teori Keynes yang berupa suatu keseimbangan dalam pasar barang
(Sektor riil). Y= C+I+G atau S+T=I+G.
Fungsi IS menunjukkan berbagai kombinasi tingkat pendapatan (Y) dengan tingkat bunga (r) dalam
keseimbangan pasar barang (S+T=I+G). Hubungan Y dengan r adalah negatif, oleh karena itu bentuk
kurvanya negatif. Hubungan negatif ini terjadi karena pada tingkat bunga yang lebih tinggi investasi
akan turun (I<S). Oleh karena itu pendapatan harus lebih rendah/menurun untuk menurunkan tabungan
hingga kembali ke keseimbangan dimana I=S.
2. Kurva LM
Berbeda dengan kurva IS yang menggambarkan adanya keseimbangan dalam pasar barang kurva LM
menggambarkan adanya keseimbangan dalam pasar uang (Ms=Md). Fungsi LM menunjukkan
berbagai kombinasi pendapatan (Y) dan tingkat bunga (r) dalam keseimbangnan pasar uang. Dalam hal
ini terdapat hubungan yang positif antara tingkat pendapatan dengan tingkat bunga, sehingga bentuk
kurvanya pun positif. Hal ini dikarenakan pada tingkat pendapatan yang lebih tinggi permintaan uang
kas akan mningkat. Oleh sebab itu tingkat bunga juga harus ikut dinaikkan untuk menurunkan jumlah
permintaan uang.
3. Efektivitas Kebijakan Moneter Menggunakan Kurva IS-LM
a) Kurva IS, semakin datar kurva IS, maka kebijakan moneter makin efektif. Sebab turnnya tingkat
bunga sebagai akibat penambahan jumlah unang beredar akan mengakibatkan naiknya
pengeluaran investasi yang cukup besar. Sebaliknya, jika kurva IS makin tegak, maka kebijakan
Gambar 10. Kurva IS dalam Efektivitas Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter yang ekspansif, misalnya dengan penambahan uang beredar, menyebabkan kurva
LM dari ke . Efeknya terhadap Y tergantung dari lereng kurva IS. Untuk IS datar, Y naik
dari ke , sedangkan untuk IS tegak kenaikan Y menjadi lebih kecil, yakni dari ke . Maka
jelas terlihat bahwa makin datar kurva IS, kebijakan moneter makin efektif.
b) Kurva LM, makin datar kurva LM, maka kebijakan moneter makin tidak efektif. Alasannya,
makin kecil turunnya tingkat bunga apabila jumlah uang beredar ditambah, sehingga dengan
penurunan tingkat bunga yang kecil ini akan mengakibatkan kenaikan yang kecil dalam
pengeluaran investasi dan juga Y, karena perubahannya yang begitu kecil sehingga
mengakibatkan kebijakan moneter yang diterapkan tidak cukup efektif.
Y
IS datar
IS tegak
Tingkat bunga
Gambar 11. Kurva LM dalam Efektivitas Kebijakan Moneter
Untuk LM yang tegak, kebijakan moneter yang ekspansif menyebabkan kurva LM bergeser dari
ke .Sedangkan untuk yang datar, kurvanya begeser dari ke . Untuk LM
yang datar efeknya terhadap Y kecil dibandingkan dengan LM yang tegak. Dengan demikian makin
datar LM kebjiakan moneter makin tidak efektif.
Y IS
a
b Tingkat bunga
G. Error Correction Model
ModelVector Auto Regressionatau disingkat dengan VAR dikembangkan oleh ahli ekonometrika
untuk menyelesaikan persoalan yang seringkali terjadi, yaitu ketika teori ekonomi belum mampu
menentukan spesifikasi yang tepat. Misalnya, teori terlalu komplek sehingga simplifikasi harus dibuat
atau sebaliknya fenomena yang ada terlalu kompleks jika hanya dijelaskan dengan teori yang ada.
Model VAR dibangun dengan pertimbangan meminimalkan pendekatan teori dengan tujuan agar
mampu menangkap fenomena ekonomi dengan baik. Dengan demikian VAR adalah model non
struktural atau merupakan model tidak teoritis (ateoritis).
Model VAR adalah model persamaan regresi yang menggunakan datatime series.langkah pertama
pembentukan model VAR adalah dengan melakukan uji stasioneritas data.Jika data adalah stasioner
pada tingkat level maka model VAR-nya adalah model VAR biasa (unrestricted VAR).Sebaliknya
apabila data tidak stasioner pada level tetapi stasioner pada proses diferensi data,maka harus diuji
apakah data mempunyai hubungan dalam jangka panjang atau tidak dengan melakukan uji kointegrasi.
Apabila terdapat kointegrasi maka model yang digunakan adalahError Correction Model (ECM).Hal
Sumber: Widarjono, 2009(diolah)
Gambar 12. Proses Pembentukan Var
Model ECM ini merupakan model yang terestriksi (restricted VAR)karena adanya kointegrasi yang
menunjukkan adanya hubungan jangka panjang antar variabel di dalam sistem VAR. Spesifikasi ECM
merestriksi hubungan perilaku jangka panjang antar variabel agar konvergen ke dalam hubungan
kointegrasi namun tetap membiarkan perubahan dinamis dalam jangka pendek.
Terminologi kointegrasi ini dikenal sebagai koreksi kesalahan (error corection)karena bila terjadi
deviasi terhadap keseimbangan jangka panjang akan dikoreksi melalui penyesuaian parsial jangka
pendek secara bertahap. Apabila data stasioner pada proses diferensi data namun variabel tidak
terkointegrasi maka disebut model VAR dengan data diferensi (Var In Difference).Selain uji Data Time Series
Uji Stasioneritas Data
Tidak Stasioner Stasioner
Var bentuk Diferensi VAR bentuk
Level/Unrestricted VAR
Uji Kointegrasi
Uji Terkointegrasi Tidak Terkointegrasi
stasioneritas dan uji kointegrasi data,hal yang juga penting dalam estimasi VAR adalah masalah
penentuan panjangnya kelambanan didalam sistem VAR. Panjangnya kelambanan variabel yang
optimal diperlukan untuk menangkap pengaruh dari setiap variabel terhadap variabel lain dalam sistem
VAR. Penentuan panjangnya kelambanan optimal ini bisa menggunakan beberapa kriteria seperti
Akaike Information Criteria (AIC), Schwartz Information Criteria (SIC),atau dengan menggunakan
Hannan-Quin Criteria (HQ).
Ada beberapa analisis penting yang bisa dihasilkan didalam model VAR yaitu peramalan,Impulse
Response, Variance Decomposition,dan Uji Kausalitas.
H. Studi Empirik
Sebelum melakukan penelitian ini, penulis mencoba mempelajari hasil-hasil penelitian yang berkaitan
dengan topik yang sedang ditulis oleh peneliti sebelumnya yang dapat dilihat pada Tabel 1 :
Tabel 1. Penelitian Terdahulu
Penulis Judul Variabel yang
dipakai
Metode Penelitian Hasil Penelitian
1. Seprillina,
Bunga rPUAB
3. Ascarya Alur Transmisi dan Efektivitas (VAR) /Vector Erorr Correction Model(VECM).
III. METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan adalah data sekunder yang berupa data triwulanan dalam
runtun waktu (time series) dari periode 2002:Q1–2014:Q4 yang diperoleh dari
laporan Bank Indonesia dalam situs resmi Bank Indonesia di http://www.bi.go.id,
Badan Pusat Statistik (BPS), serta media informasi internet. Selain itu juga
digunakan buku-buku bacaan sebagai referensi yang dapat menunjang penulisan
skripsi ini.
Tabel 2. Nama Variabel, Simbol Variabel, Periode Waktu, Satuan Ukuran dan Sumber Data
Nama Variabel Simbol Variabel Periode Waktu Satuan Ukuran Sumber Data
Pertumbuhan Ekonomi
PDB Triwulanan Persentase BPS
Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia
Rsbi Triwulanan Persentase BI
Suku Bunga Deposito
rDEPO Triwulanan Persentase BI
Suku Bunga Kredit Modal Kerja
rKMK Triwulanan Persentase BI
Suku Bunga Kredit Investasi
Rkinv Triwulanan Persentase BI
Suku Bunga Kredit Konsumsi
Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah pertumbuhan
ekonomi, suku bunga Sertifikat Bank Indonesia, suku bunga deposito, suku bunga
kredit modal kerja, suku bunga kredit investasi, dan suku bunga kredit konsumsi
yang dapat dilihat pada tabel 2.
B. Definisi Operasional Variabel
Definisi variabel-variabel yang dipakai dalam penulisan ini adalah sebagai
berikut:
1. Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan jumlah barang dan jasa yang
diproduksi oleh kegiatan ekonomi dari waktu ke waktu. Menurut penelitian
Seprillina (2013), acuan Bank Indonesia dalam mengintervensi kebijakan
moneternya harus melihat kondisi perekonomian Indonesia pada saat itu, jika
terdapat keadaan setelah resesi, maka untuk memulihkan pertumbuhan ekonomi
sebaiknya menggunakan kebijakan moneter yang ekspansif yaitu menaikkan
jumlah uang beredar dengan cara menurunkan suku bunga kebijakan sehingga
dapat memacu pertumbuhan ekonomi. Data Pertumbuhan Ekonomi yang
digunakan adalah data triwulanan yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik
2. Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia
Sertifikat Bank Indonesia (SBI) adalah surat berharga yang dikeluarkan oleh Bank
Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek (1-3 bulan) dengan
sistem diskonto/bunga. SBI merupakan salah satu mekanisme yang digunakan
Indonesia dapat menyerap kelebihan uang primer yang beredar. Suku Bunga SBI
yang digunakan adalah suku bunga SBI jangka waktu 3 bulan yang diperoleh dari
Bank Indonesia dalam satuan persen. Data dalam penelitian ini menggunakan data
triwulanan yang diperoleh dari SEKI Bank Indonesia
3. Suku Bunga Kredit Investasi
Suku bunga kredit yang diberikan oleh perbankan terhadap masyarakat yang
membutuhkan dana untuk investasi. Data yang digunakan adalah data kredit
investasi pada bank umum. Data yang diperoleh berupa data triwulanan
bersumber dari data SEKI Bank Indonesia.
4. Suku Bunga Deposito
Suku Bunga yang diberikan oleh perbankan terhadap masyarakat yang
menitipkan/menginvestasikan uang mereka di bank. Data yang digunakan adalah
data tabungan pada bank umum. Dalam penelitian ini menggunakan bank umum
karena suku bunga umum relatif stabil dan juga merupakan pedoman bagi bank
swasta, dan dapat mewakili seluruh bank di Indonesia. Data yang diperoleh
berupa data triwulanan, bersumber dari data SEKI Bank Indonesia.
5. Suku Bunga Kredit Modal Kerja
Kredit Modal Kerja merupakan kredit yang digunakan untuk keperluan
meningkatkan produksi dalam operasionalnya. Data yang digunakan adalah data
suku bunga kredit modal kerja pada bank umum. Data yang diperoleh berupa data
6. Suku Bunga Kredit Konsumsi
Suku Bunga yang diberikan oleh perbankan terhadap masyarakat yang
membutuhkan dana, namun dana tersebut hanya digunakan untuk konsumsi.
C. Prosedur dan Metode Analisis
Penelitian ini menggunakan model ECM untuk menjawab permasalahan yang
telah dikemukakan di awal dengan menggunakan datatime seriesjika data yang
digunakan stasioner dan terdapat kointegrasi. Sedangkan, jika data yang
digunakan stasioner namun tidak terdapat kointegrasi didalamnya maka penelitian
ini akan menggunakan model VAR. Proses pengolahan data pada penelitian ini
menggunakansoftware eviews6.1. Adapun tahapan dalam melakukan analisis
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Uji Stasioneritas (Unit Root Test)
Uji stasioneritas akar unit (Unit Root Test)merupakan uji yang pertama harus
dilakukan sebelum melakukan analisis regresi dari data yang dipakai. Tujuan uji
stasioneritas adalah untuk melihat apakah rata-rata data konstan sepanjang waktu
dan kovarian antara dua atau lebih data runtun waktu hanya tergantung pada
kelambanan antara dua atau lebih periode waktu tersebut. Pada umumnya data
time-seriessering kali tidak stasioner. Jika hal ini terjadi, maka kondisi stasioner
dapat tercapai dengan melakukan diferensiasi satu kali atau lebih. Terdapat
beberapa pengujianunit root,diantaranya yang sering digunakan adalah
Dickey-FullerdanPhiliips-Perron unit root test.
Prosedur ujiunit rootadalah :
1. Dalam ujiunit rootyang pertama dilakukan adalah menguji masing-masing