• Tidak ada hasil yang ditemukan

UJI KEEFEKTIFAN HERBISIDA ATRAZIN, MESOTRION, DAN CAMPURAN ATRAZIN+MESOTRION TERHADAP BEBERAPA JENIS GULMA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "UJI KEEFEKTIFAN HERBISIDA ATRAZIN, MESOTRION, DAN CAMPURAN ATRAZIN+MESOTRION TERHADAP BEBERAPA JENIS GULMA"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

UJI KEEFEKTIFAN HERBISIDA ATRAZIN, MESOTRION, DAN CAMPURAN ATRAZIN+MESOTRION TERHADAP BEBERAPA JENIS

GULMA Oleh

NANA RATNA WATI

Tujuan dilakukannya penelitian ini untuk mengetahui efektivitas herbisida campuran atrazin dengan mesotrion dalam mengendalikan gulma serta mengetahui sifat campuran kedua bahan aktif tersebut.

Penelitian disusun dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL). Perlakuan terdiri dari tiga jenis herbisida dengan enam tingkat dosis bahan aktif, yaitu herbisida atrazin 500 g l-1 (0, 76, 152, 304, 608, dan 1.215 g ha-1), mesotrion 50 g l-1 (0, 11, 22, 43, 86, dan 172 g ha-1), dan campuran atrazin 500 g l-1 + mesotrion 50 g l-1 (0, 28, 56, 112, 225, dan 450 g ha-1). Gulma sasaran meliputi dua gulma daun lebar

(Asystasia gangetica dan Ageratum conyzoides), dua gulma rumput (Eleusine indica dan Paspalum conjugatum), serta dua gulma teki (Cyperus kyllingia dan

Cyperus rotundus).

(2)

untuk mendapatkan persamaan regresi. Persamaan regresi digunakan untuk menentukan nilai LD50 perlakuan dan harapan. Selanjutnya dihitung nilai

ko-toksisitas dengan membandingkan LD50 harapan dan LD50 perlakuan. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa pencampuran herbisida atrazin 500 g L-1 + mesotrion 50 g L-1 memiliki LD50 harapan sebesar 28,06 g ha-1 dan LD50 perlakuan sebesar 281,14 g ha-1 dengan nilai ko-toksisitas sebesar 0,1 (ko-toksisitas < 1) sehingga campuran bersifat antagonis.

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

vii

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Gunung Madu, Kecamatan Terusan Nunyai, Kabupaten Lampung Tengah pada 02 Septermber 1992 dan merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara pasangan Bapak Sunarko dan Ibu Walipah Tyas Tatik. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di Sekolah Dasar Negeri 02 Gunung Madu, Lampung Tengah pada tahun 2004. Kemudian melanjutkan ke jenjang sekolah menengah di SMP Satya Dharma Sudjana Gunung Madu, Lampung Tengah dan lulus pada tahun 2007. Pendidikan menengah atas ditempuh di SMA Negeri 01 Terbanggi Besar, Lampung Tengah dan lulus pada tahun 2010.

(8)

Teknik Pengendalian Gulma, serta Pengelolaan Gulma Perkebunan. Selain dalam kegiatan kampus, penulis juga aktif dalam kegiatan external kampus dengan turut serta menjadi volunteer organisasi Sahabat Pulau yang merupakan kegiatan dalam bidang pendidikan.

Pada bulan Agustus hingga September 2013 penulis melaksanakan kegiatan Praktik Umum (PU) di PT Gunung Madu Plantations, Lampung Tengah dengan judul kegiatan “Aplikasi Ripener pada Tebu (Saccharum officinarum) Lahan

Kering”. Kemudian pada bulan Februari hingga Maret 2014, penulis

(9)

Bismillahhirrohmanirrohim,,

Dengan penuh rasa syukur dan bangga kupersembahkan karya kecilku ini

kepada :

Kedua orangtua ku tercinta Bapak Sunarko dan Ibu Walipah Tyas Tatik

Kakak-kakak ku Mas Rudi Hariyanto, Mas Achmad Ridwan, Mbak Nelva

Susanti, Mbak Nur Jamiah dan keponakan,

Serta seluruh Keluarga besarku

Sebagai tanda bakti dan terima kasihku atas doa yang selalu terucap untuk

kesuksesanku dan semua pengorbanan yang telah diberikan kepadaku

selama ini

(10)

... Tetapi, boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh

jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu ...

(QS Al-Baqarah : 216)

Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan,

“Kami telah beriman”, dan mereka tidak diuji?

(QS Al-Ankabut : 2)

(11)

SANWACANA

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmad, hidayah serta nikmat sehat sehingga penulis dapat menyelesaikan proses penelitian dan penulisan skripsi berjudul “Uji Keefektifan Herbisida Atrazin, Mesotrion, dan Campuran Atrazin+Mesotrion terhadap Beberapa Jenis Gulma” dengan baik. Pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih setulus-tulusnya kepada :

1. Bapak Ir. Dad R.J. Sembodo, M. S., selaku pembimbing utama yang telah memberikan kesempatan dan dengan sabarnya memberikan dorongan, pengarahan, dan saran yang sangat bermanfaat.

2. Bapak Ir. Herry Susanto, M. P., selaku pembimbing kedua dan Bapak Ir. Hermanus Suprapto, M. Sc., yang telah memberikan arahan, pengetahuan, bimbingan, kesabaran, dan saran selama menyelesaikan skripsi ini.

3. Bapak Ir. Sugiatno, M. S., selaku dosen pembimbing akademik atas segala bimbingan kepada penulis selama melaksanakan kegiatan perkuliahan. 4. Kedua orangtua tercinta yang telah memberikan dukungan baik moril dan

materil serta do’a yang selalu terucap demi kelancaran dan keberhasilan

(12)

5. Kakak-kakak ku yang memberikan dukungan semangat, moril, dan materil bagi penulis selama ini dan keponakan tersayang yang selalu memberikan keceriaan.

6. Kak Nico, Mbak Anggi, Mbak Eka, dan Mbak Rara atas bimbingan selama penulis melaksanakan penelitian dan penyusunan skripsi ini.

7. Teman-teman seperjuangan Mbak Lia, Anissa dan Mustajab yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membantu penulis selama di laboratorium ilmu gulma tercinta serta Eko Andrianto yang sebelumnya sempat terlupakan. 8. Teman-teman agroteknologi kelas A dan agroteknologi 2010 yang telah

mengisi hari-hari selama penulis berada di kampus.

9. Serta kepada rumahku yang selalu menunggu aku yang nakal ini untuk pulang.

Semoga Allah SWT membalas setiap bantuan yang telah diberikan dengan balasan yang lebih baik. Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, oleh karena itu penuli menerima saran dan kritik yang bersifat

membangun agar skripsi ini menjadi lebih baik dan bermanfaat bagi semua pihak.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Bandar Lampung, Oktober 2014 Penulis

(13)
(14)
(15)

iii

4.4.3 Model MSM (Multiplicative Survival Model) ... 68

4.4.4 Interaksi Herbisida Campuran ... 70

V KESIMPULAN DAN SARAN ... 75

5.1 Kesimpulan ... 75

5.2 Saran ... 76

PUSTAKA ACUAN ... 77

(16)

iv DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Dosis Bahan Aktif Herbisida yang Digunakan. ... 16 2. Bobot Kering dan Persen Kerusakan Gulma Asystasia

gangetica pada Aplikasi Herbisida dengan Bahan Aktif

Atrazin. ... 25 3. Bobot Kering dan Persen Kerusakan Gulma Ageratum

conyzoides pada Aplikasi Herbisida dengan Bahan Aktif

Atrazin. ... 28 4. Bobot Kering dan Persen Kerusakan Gulma Eleusine indica

pada Aplikasi Herbisida dengan Bahan Aktif Atrazin. ... 30 5. Bobot Kering dan Persen Kerusakan Gulma Paspalum

conjugatum pada Aplikasi Herbisida dengan Bahan Aktif

Atrazin. ... 32 6. Bobot Kering dan Persen Kerusakan Gulma Cyperus kyllingia

pada Aplikasi Herbisida dengan Bahan Aktif Atrazin. ... 34 7. Bobot Kering dan Persen Kerusakan Gulma Cyperus rotundus

pada Aplikasi Herbisida dengan Bahan Aktif Atrazin. ... 36 8. Bobot Kering dan Persen Kerusakan Gulma Asystasia

gangetica pada Aplikasi Herbisida dengan Bahan Aktif

Mesotrion. ... 40 9. Bobot Kering dan Persen Kerusakan Gulma Ageratum

conyzoides pada Aplikasi Herbisida dengan Bahan Aktif

Mesotrion. ... 42 10. Bobot Kering dan Persen Kerusakan Gulma Eleusine indica

(17)

v 11. Bobot Kering dan Persen Kerusakan Gulma Paspalum

conjugatum pada Aplikasi Herbisida dengan Bahan Aktif

Mesotrion. ... 46 12. Bobot Kering dan Persen Kerusakan Gulma Cyperus kyllingia

pada Aplikasi Herbisida dengan Bahan Aktif Mesotrion. ... 48 13. Bobot Kering dan Persen Kerusakan Gulma Cyperus rotundus

pada Aplikasi Herbisida dengan Bahan Aktif Mesotrion. ... 50 14. Bobot Kering dan Persen Kerusakan Gulma Asystasia

gangetica pada Aplikasi Herbisida dengan Bahan Aktif

Atrazin+Mesotrion. ... 55 15. Bobot Kering dan Persen Kerusakan Gulma Ageratum

conyzoides pada Aplikasi Herbisida dengan Bahan Aktif

Atrazin+Mesotrion. ... 57 16. Bobot Kering dan Persen Kerusakan Gulma Eleusine indica

pada Aplikasi Herbisida dengan Bahan Aktif

Atrazin+Mesotrion. ... 59 17. Bobot Kering dan Persen Kerusakan Gulma Paspalum

conjugatum pada Aplikasi Herbisida dengan Bahan Aktif

Atrazin+Mesotrion. ... 61 18. Bobot Kering dan Persen Kerusakan Gulma Cyperus kyllingia

pada Aplikasi Herbisida dengan Bahan Aktif

Atrazin+Mesotrion. ... 63 19. Bobot Kering dan Persen Kerusakan Gulma Cyperus rotundus

pada Aplikasi Herbisida dengan Bahan Aktif

Atrazin+Mesotrion. ... 65 20. Transformasi Probit dari Nilai Kerusakan Gabungan 5 Jenis

Gulma: Asystasia gangetica, Ageratum conyzoides, Eleusine indica, Paspalum conjugatum, Cyperus kyllingia, dan Cyperus

rotundus. ... 66 21. Persamaan Regresi Probit dan Nilai LD50 Perlakuan: Y = Nilai

Probit dari Rata-rata Persen Kerusakan 6 Jenis Gulma, X = Log

Dosis. ... 67

22. Persamaan Regresi Probit Masing-Masing Gulma Sasaran. ... 71 23. Dosis Bahan Aktif yang Menimbulkan Kerusakan Sebesar

(18)

vi 24. Transformasi Nilai Probit. ... 81 25. Bobot Kering Gulma Asystasia gangetica pada Pengaplikasian

Herbisida dengan Bahan Aktif Atrazin. ... 83

26. Transformasi √(x+0,5) Bobot Kering Gulma Asystasia

gangetica pada Pengaplikasian Herbisida dengan Bahan Aktif

Atrazin. ... 84 27. Analisis Ragam Bobot Kering Gulma Asystasia gangetica pada

Pengaplikasian Herbisida dengan Bahan Aktif Atrazin. ... 84 28. Persen Kerusakan Gulma Asystasia gangetica pada

Pengaplikasian Herbisida dengan Bahan Aktif Atrazin. ... 85 29. Transformasi Data Persen Kerusakan Gulma Asystasia

gangetica pada Pengaplikasian Herbisida dengan Bahan Aktif

Atrazin. ... 85 30. Transformasi √(√(√(x+0,5))) Persen Kerusakan Gulma

Asystasia gangetica pada Pengaplikasian Herbisida dengan

Bahan Aktif Atrazin. ... 86 31. Analisis Ragam Persen Kerusakan Gulma Asystasia gangetica

pada Pengaplikasian Herbisida dengan Bahan Aktif

Atrazin. ... 86 32. Bobot Kering Gulma Ageratum conyzoides pada

Pengaplikasian Herbisida dengan Bahan Aktif Atrazin. ... 87

33. Transformasi √(x+0,5) Bobot Kering Gulma Ageratum

conyzoides pada Pengaplikasian Herbisida dengan Bahan Aktif

Atrazin. ... 87 34. Analisis Ragam Bobot Kering Gulma Ageratum conyzoides

pada Pengaplikasian Herbisida dengan Bahan Aktif

Atrazin. ... 88 35. Persen Kerusakan Gulma Ageratum conyzoides pada

Pengaplikasian Herbisida dengan Bahan Aktif

Atrazin. ... 88 36. Transformasi Data Persen Kerusakan Gulma Ageratum

conyzoides pada Pengaplikasian Herbisida dengan Bahan Aktif

(19)

vii 37. Transformasi √(√(√(x+0,5))) Persen Kerusakan Gulma

Ageratum conyzoides pada Pengaplikasian Herbisida dengan

Bahan Aktif Atrazin. ... 89 38. Analisis Ragam Persen Kerusakan Gulma Ageratum

conyzoides pada Pengaplikasian Herbisida dengan Bahan Aktif

Atrazin. ... 90 39. Bobot Kering Gulma Eleusine indica pada Pengaplikasian

Herbisida dengan Bahan Aktif Atrazin. ... 90 40. Analisis Ragam Bobot Kering Gulma Eleusine indica pada

Pengaplikasian Herbisida dengan Bahan Aktif Atrazin. ... 91 41. Persen Kerusakan Gulma Eleusine indica pada Pengaplikasian

Herbisida dengan Bahan Aktif Atrazin. ... 91 42. Transformasi Data Persen Kerusakan Gulma Eleusine indica

pada Pengaplikasian Herbisida dengan Bahan Aktif

Atrazin. ... 92 43. Transformasi √(√(√(x+0,5))) Persen Kerusakan Gulma

Eleusine indica pada Pengaplikasian Herbisida dengan Bahan

Aktif Atrazin. ... 92 44. Analisis Ragam Persen Kerusakan Gulma Eleusine indica pada

Pengaplikasian Herbisida dengan Bahan Aktif Atrazin. ... 93 45. Bobot Kering Gulma Paspalum conjugatum pada

Pengaplikasian Herbisida dengan Bahan Aktif Atrazin. ... 93

46. Transformasi √(√(√(x+0,5))) Bobot Kering Gulma Paspalum

conjugatum pada Pengaplikasian Herbisida dengan Bahan

Aktif Atrazin. ... 94 47. Analisis Ragam Bobot Kering Gulma Paspalum conjugatum

pada Pengaplikasian Herbisida dengan Bahan Aktif

Atrazin. ... 94 48. Persen Kerusakan Gulma Paspalum conjugatum pada

Pengaplikasian Herbisida dengan Bahan Aktif Atrazin. ... 95 49. Transformasi Data Persen Kerusakan Gulma Paspalum

conjugatum pada Pengaplikasian Herbisida dengan Bahan

(20)

viii 50. Transformasi √(√(√(x+0,5))) Persen Kerusakan Gulma

Paspalum conjugatum pada Pengaplikasian Herbisida dengan

Bahan Aktif Atrazin. ... 96 51. Analisis Ragam Persen Kerusakan Gulma Paspalum

conjugatum pada Pengaplikasian Herbisida dengan Bahan

Aktif Atrazin. ... 96 52. Bobot Kering Gulma Cyperus kyllingia pada Pengaplikasian

Herbisida dengan Bahan Aktif Atrazin. ... 97

53. Transformasi √(x+0,5) Bobot Kering Gulma Cyperus kyllingia

pada Pengaplikasian Herbisida dengan Bahan Aktif

Atrazin. ... 97 54. Analisis Ragam Bobot Kering Gulma Cyperus kyllingia pada

Pengaplikasian Herbisida dengan Bahan Aktif Atrazin. ... 98 55. Persen Kerusakan Gulma Cyperus kyllingia pada

Pengaplikasian Herbisida dengan Bahan Aktif Atrazin. ... 98 56. Transformasi Data Persen Kerusakan Gulma Cyperus kyllingia

pada Pengaplikasian Herbisida dengan Bahan Aktif

Atrazin. ... 99 57. Transformasi √(√(√(x+0,5))) Persen Kerusakan Gulma Cyperus

kyllingia pada Pengaplikasian Herbisida dengan Bahan Aktif

Atrazin. ... 99 58. Analisis Ragam Persen Kerusakan Gulma Cyperus kyllingia

pada Pengaplikasian Herbisida dengan Bahan Aktif

Atrazin. ... 100 59. Bobot Kering Gulma Cyperus rotundus pada Pengaplikasian

Herbisida dengan Bahan Aktif Atrazin. ... 100 60. Analisis Ragam Bobot Kering Gulma Cyperus rotundus pada

Pengaplikasian Herbisida dengan Bahan Aktif Atrazin. ... 101 61. Persen Kerusakan Gulma Cyperus rotundus pada

Pengaplikasian Herbisida dengan Bahan Aktif Atrazin. ... 101 62. Transformasi Data Persen Kerusakan Gulma Cyperus rotundus

pada Pengaplikasian Herbisida dengan Bahan Aktif

(21)

ix 63. Transformasi √(√(√(x+0,5))) Persen Kerusakan Gulma Cyperus

rotundus pada Pengaplikasian Herbisida dengan Bahan Aktif

Atrazin. ... 102 64. Analisis Ragam Persen Kerusakan Gulma Cyperus rotundus

pada Pengaplikasian Herbisida dengan Bahan Aktif

Atrazin. ... 103 65. Bobot Kering Gulma Asystasia gangetica pada Pengaplikasian

Herbisida dengan Bahan Aktif Mesotrion. ... 103 66. Analisis Ragam Bobot Kering Gulma Asystasia gangetica pada

Pengaplikasian Herbisida dengan Bahan Aktif Mesotrion. ... 104 67. Persen Kerusakan Gulma Asystasia gangetica pada

Pengaplikasian Herbisida dengan Bahan Aktif Mesotrion. ... 104 68. Transformasi Data Persen Kerusakan Gulma Asystasia

gangetica pada Pengaplikasian Herbisida dengan Bahan Aktif

Mesotrion. ... 105 69. Transformasi √(√(√(x+0,5))) Persen Kerusakan Gulma

Asystasia gangetica pada Pengaplikasian Herbisida dengan

Bahan Aktif Mesotrion. ... 105 70. Analisis Ragam Persen Kerusakan Gulma Asystasia gangetica

pada Pengaplikasian Herbisida dengan Bahan Aktif

Mesotrion. ... 106 71. Bobot Kering Gulma Ageratum conyzoides pada

Pengaplikasian Herbisida dengan Bahan Aktif Mesotrion. ... 106 72. Transformasi √(√(√(x+0,5))) Bobot Kering Gulma Ageratum

conyzoides pada Pengaplikasian Herbisida dengan Bahan Aktif

Mesotrion. ... 107 73. Analisis Ragam Bobot Kering Gulma Ageratum conyzoides

pada Pengaplikasian Herbisida dengan Bahan Aktif

Mesotrion. ... 107 74. Persen Kerusakan Gulma Ageratum conyzoides pada

Pengaplikasian Herbisida dengan Bahan Aktif Mesotrion. ... 108 75. Transformasi Data Persen Kerusakan Gulma Ageratum

conyzoides pada Pengaplikasian Herbisida dengan Bahan Aktif

(22)

x 76. Transformasi √(√(√(x+0,5))) Persen Kerusakan Gulma

Ageratum conyzoides pada Pengaplikasian Herbisida dengan

Bahan Aktif Mesotrion. ... 109 77. Analisis Ragam Persen Kerusakan Gulma Ageratum

conyzoides pada Pengaplikasian Herbisida dengan Bahan Aktif

Mesotrion. ... 109 78. Bobot Kering Gulma Eleusine indica pada Pengaplikasian

Herbisida dengan Bahan Aktif Mesotrion. ... 110 79. Analisis Ragam Bobot Kering Gulma Eleusine indica pada

Pengaplikasian Herbisida dengan Bahan Aktif Mesotrion. ... 110 80. Persen Kerusakan Gulma Eleusine indica pada Pengaplikasian

Herbisida dengan Bahan Aktif Mesotrion. ... 111 81. Transformasi Data Persen Kerusakan Gulma Eleusine indica

pada Pengaplikasian Herbisida dengan Bahan Aktif

Mesotrion. ... ... 111 82. Transformasi √(√(√(x+0,5))) Persen Kerusakan Gulma

Eleusine indica pada Pengaplikasian Herbisida dengan Bahan

Aktif Mesotrion. ... 112 83. Analisis Ragam Persen Kerusakan Gulma Eleusine indica pada

Pengaplikasian Herbisida dengan Bahan Aktif Mesotrion. ... 112 84. Bobot Kering Gulma Paspalum conjugatum pada

Pengaplikasian Herbisida dengan Bahan Aktif Mesotrion. ... 113 85. Transformasi √(√(√(x+0,5))) Bobot Kering Gulma Paspalum

conjugatum pada Pengaplikasian Herbisida dengan Bahan

Aktif Mesotrion. ... 113 86. Analisis Ragam Bobot Kering Gulma Paspalum conjugatum

pada Pengaplikasian Herbisida dengan Bahan Aktif

Mesotrion. ... 114 .

87. Persen Kerusakan Gulma Paspalum conjugatum pada

Pengaplikasian Herbisida dengan Bahan Aktif Mesotrion. ... 114 88. Transformasi Data Persen Kerusakan Gulma Paspalum

conjugatum pada Pengaplikasian Herbisida dengan Bahan

(23)

xi 89. Transformasi √(√(√(x+0,5))) Persen Kerusakan Gulma

Paspalum conjugatum pada Pengaplikasian Herbisida dengan

Bahan Aktif Mesotrion. ... 115 90. Analisis Ragam Persen Kerusakan Gulma Paspalum

conjugatum pada Pengaplikasian Herbisida dengan Bahan

Aktif Mesotrion. ... 116 91. Bobot Kering Gulma Cyperus kyllingia pada Pengaplikasian

Herbisida dengan Bahan Aktif Mesotrion. ... 116 92. Analisis Ragam Bobot Kering Gulma Cyperus kyllingia pada

Pengaplikasian Herbisida dengan Bahan Aktif Mesotrion. ... 117 93. Persen Kerusakan Gulma Cyperus kyllingia pada

Pengaplikasian Herbisida dengan Bahan Aktif Mesotrion. ... 117 94. Transformasi Data Persen Kerusakan Gulma Cyperus kyllingia

pada Pengaplikasian Herbisida dengan Bahan Aktif

Mesotrion. ... 118 95. Transformasi √(√(√(x+0,5))) Persen Kerusakan Gulma Cyperus

kyllingia pada Pengaplikasian Herbisida dengan Bahan Aktif

Mesotrion. ... 118 96. Analisis Ragam Persen Kerusakan Gulma Cyperus kyllingia

pada Pengaplikasian Herbisida dengan Bahan Aktif

Mesotrion. ... 119 97. Bobot Kering Gulma Cyperus rotundus pada Pengaplikasian

Herbisida dengan Bahan Aktif Mesotrion. ... 119 98. Analisis Ragam Bobot Kering Gulma Cyperus rotundus pada

Pengaplikasian Herbisida dengan Bahan Aktif Mesotrion. ... 120 99. Persen Kerusakan Gulma Cyperus rotundus pada

Pengaplikasian Herbisida dengan Bahan Aktif Mesotrion. ... 120 .

100. Transformasi Data Persen Kerusakan Gulma Cyperus rotundus pada Pengaplikasian Herbisida dengan Bahan Aktif

Mesotrion. ... 121 .

101. Transformasi √(√(√(x+0,5))) Persen Kerusakan Gulma Cyperus rotundus pada Pengaplikasian Herbisida dengan Bahan Aktif

(24)

xii 102. Analisis Ragam Persen Kerusakan Gulma Cyperus rotundus

pada Pengaplikasian Herbisida dengan Bahan Aktif

Mesotrion. ... 122 103. Bobot Kering Gulma Asystasia gangetica pada Pengaplikasian

Herbisida dengan Bahan Aktif Atrazin+Mesotrion. ... 122 104. Analisis Ragam Bobot Kering Gulma Asystasia gangetica pada

Pengaplikasian Herbisida dengan Bahan Aktif

Atrazin+Mesotrion. ... 123 105. Persen Kerusakan Gulma Asystasia gangetica pada

Pengaplikasian Herbisida dengan Bahan Aktif

Atrazin+Mesotrion. ... 123 106. Transformasi Data Persen Kerusakan Gulma Asystasia

gangetica pada Pengaplikasian Herbisida dengan Bahan Aktif

Atrazin+Mesotrion. ... 124 107. Transformasi √(√(√(x+0,5))) Persen Kerusakan Gulma

Asystasia gangetica pada Pengaplikasian Herbisida dengan

Bahan Aktif Atrazin+Mesotrion. ... 124 108. Analisis Ragam Persen Kerusakan Gulma Asystasia gangetica

pada Pengaplikasian Herbisida dengan Bahan Aktif

Atrazin+Mesotrion. ... 125 109. Bobot Kering Gulma Ageratum conyzoides pada

Pengaplikasian Herbisida dengan Bahan Aktif

Atrazin+Mesotrion. ... 125 110. Transformasi √(√(√(x+0,5))) Bobot Kering Gulma Ageratum

conyzoides pada Pengaplikasian Herbisida dengan Bahan Aktif

Atrazin+Mesotrion. ... 126 111. Analisis Ragam Bobot Kering Gulma Ageratum conyzoides

pada Pengaplikasian Herbisida dengan Bahan Aktif

Atrazin+Mesotrion. ... 126 112. Persen Kerusakan Gulma Ageratum conyzoides pada

Pengaplikasian Herbisida dengan Bahan Aktif

Atrazin+Mesotrion. ... 127 113. Transformasi Data Persen Kerusakan Gulma Ageratum

conyzoides pada Pengaplikasian Herbisida dengan Bahan Aktif

(25)

xiii 114. Transformasi √(√(√(x+0,5))) Persen Kerusakan Gulma

Ageratum conyzoides pada Pengaplikasian Herbisida dengan

Bahan Aktif Atrazin+Mesotrion. ... 128 115. Analisis Ragam Persen Kerusakan Gulma Ageratum

conyzoides pada Pengaplikasian Herbisida dengan Bahan Aktif

Atrazin+Mesotrion. ... 128 116. Bobot Kering Gulma Eleusine indica pada Pengaplikasian

Herbisida dengan Bahan Aktif Atrazin+Mesotrion. ... 129 117. Analisis Ragam Bobot Kering Gulma Eleusine indica pada

Pengaplikasian Herbisida dengan Bahan Aktif

Atrazin+Mesotrion. ... 129 118. Persen Kerusakan Gulma Eleusine indica pada Pengaplikasian

Herbisida dengan Bahan Aktif Atrazin+Mesotrion. ... 130 119. Transformasi Data Persen Kerusakan Gulma Eleusine indica

pada Pengaplikasian Herbisida dengan Bahan Aktif

Atrazin+Mesotrion. ... 130 120. Transformasi √(√(√(x+0,5))) Persen Kerusakan Gulma

Eleusine indica pada Pengaplikasian Herbisida dengan Bahan

Aktif Atrazin+Mesotrion. ... 131 121. Analisis Ragam Persen Kerusakan Gulma Eleusine indica pada

Pengaplikasian Herbisida dengan Bahan Aktif

Atrazin+Mesotrion. ... 131 122. Bobot Kering Gulma Paspalum conjugatum pada

Pengaplikasian Herbisida dengan Bahan Aktif

Atrazin+Mesotrion. ... 132 123. Analisis Ragam Bobot Kering Gulma Paspalum conjugatum

pada Pengaplikasian Herbisida dengan Bahan Aktif

Atrazin+Mesotrion. ... 132 124. Persen Kerusakan Gulma Paspalum conjugatum pada

Pengaplikasian Herbisida dengan Bahan Aktif

Atrazin+Mesotrion. ... 133 125. Transformasi Data Persen Kerusakan Gulma Paspalum

conjugatum pada Pengaplikasian Herbisida dengan Bahan

(26)

xiv 126. Transformasi √(√(√(x+0,5))) Persen Kerusakan Gulma

Paspalum conjugatum pada Pengaplikasian Herbisida dengan

Bahan Aktif Atrazin+Mesotrion. ... 134 127. Analisis Ragam Persen Kerusakan Gulma Paspalum

conjugatum pada Pengaplikasian Herbisida dengan Bahan

Aktif Atrazin+Mesotrion. ... 134 128. Bobot Kering Gulma Cyperus kyllingia pada Pengaplikasian

Herbisida dengan Bahan Aktif Atrazin+Mesotrion. ... 135 129. Analisis Ragam Bobot Kering Gulma Cyperus kyllingia pada

Pengaplikasian Herbisida dengan Bahan Aktif

Atrazin+Mesotrion. ... 135 130. Persen Kerusakan Gulma Cyperus kyllingia pada

Pengaplikasian Herbisida dengan Bahan Aktif

Atrazin+Mesotrion. ... 136 131. Transformasi Data Persen Kerusakan Gulma Cyperus kyllingia

pada Pengaplikasian Herbisida dengan Bahan Aktif

Atrazin+Mesotrion. ... 136 132. Transformasi √(√(√(x+0,5))) Persen Kerusakan Gulma Cyperus

kyllingia pada Pengaplikasian Herbisida dengan Bahan Aktif

Atrazin+Mesotrion. ... 137 133. Analisis Ragam Persen Kerusakan Gulma Cyperus kyllingia

pada Pengaplikasian Herbisida dengan Bahan Aktif

Atrazin+Mesotrion. ... 137 134. Bobot Kering Gulma Cyperus rotundus pada Pengaplikasian

Herbisida dengan Bahan Aktif Atrazin+Mesotrion. ... 138 135. Analisis Ragam Bobot Kering Gulma Cyperus rotundus pada

Pengaplikasian Herbisida dengan Bahan Aktif

Atrazin+Mesotrion. ... 138 136. Persen Kerusakan Gulma Cyperus rotundus pada

Pengaplikasian Herbisida dengan Bahan Aktif

Atrazin+Mesotrion. ... 139 137. Transformasi Data Persen Kerusakan Gulma Cyperus rotundus

pada Pengaplikasian Herbisida dengan Bahan Aktif

(27)

xv 138. Transformasi √(√(√(x+0,5))) Persen Kerusakan Gulma Cyperus

rotundus pada Pengaplikasian Herbisida dengan Bahan Aktif

Atrazin+Mesotrion. ... 140 139. Analisis Ragam Persen Kerusakan Gulma Cyperus rotundus

pada Pengaplikasian Herbisida dengan Bahan Aktif

(28)

xvi DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Struktur Kimia Atrazin. ... 10 2. Struktur Kimia Mesotrion. ... 12 3. Skema Petak Aplikasi. ... 19 4. Gejala Keracunan Gulma Asystasia gangetica pada

Pengaplikasian Herbisida Berbahan Aktif Atrazin. ... 24 5. Gejala Keracunan Gulma Ageratum conyzoides pada

Pengaplikasian Herbisida Berbahan Aktif Atrazin. ... 27 6. Gejala Keracunan Gulma Eleusine indica pada Pengaplikasian

Herbisida Berbahan Aktif Atrazin. ... 29 7. Gejala Keracunan Gulma Paspalum conjugatum pada

Pengaplikasian Herbisida Berbahan Aktif Atrazin. ... 31 8. Gejala Keracunan Gulma Cyperus kyllingia pada

Pengaplikasian Herbisida Berbahan Aktif Atrazin. ... 33 9. Gejala Keracunan Gulma Cyperus rotundus pada

Pengaplikasian Herbisida Berbahan Aktif Atrazin. ... 35 10. Mekanisme Tumbuhan Tahan Herbisida Atrazin. ... 37 11. Gejala Keracunan Gulma Asystasia gangetica pada

Pengaplikasian Herbisida Berbahan Aktif Mesotrion. ... 39 12. Gejala Keracunan Gulma Ageratum conyzoides pada

Pengaplikasian Herbisida Berbahan Aktif Mesotrion. ... 41 13. Gejala Keracunan Gulma Eleusine indica pada Pengaplikasian

(29)

xvii 13. Gejala Keracunan Gulma Paspalum conjugatum pada

Pengaplikasian Herbisida Berbahan Aktif Mesotrion ... 47 14. Gejala Keracunan Gulma Paspalum conjugatum pada

Pengaplikasian Herbisida Berbahan Aktif Mesotrion. ... 45 15. Gejala Keracunan Gulma Cyperus kyllingia pada

Pengaplikasian Herbisida Berbahan Aktif Mesotrion. ... 47 16. Gejala Keracunan Gulma Cyperus rotundus pada

Pengaplikasian Herbisida Berbahan Aktif Mesotrion. ... 49 17. Bagan Mekanisme Kerja Mesotrion. ... 51 18. Gejala Keracunan Gulma Asystasia gangetica pada

Pengaplikasian Herbisida Berbahan Aktif

Atrazin+Mesotrion. ... 54 19. Gejala Keracunan Gulma Ageratum conyzoides pada

Pengaplikasian Herbisida Berbahan Aktif

Atrazin+Mesotrion. ... 56 20. Gejala Keracunan Gulma Eleusine indica pada Pengaplikasian

Herbisida Berbahan Aktif Atrazin+Mesotrion. ... 58 21. Gejala Keracunan Gulma Paspalum conjugatum pada

Pengaplikasian Herbisida Berbahan Aktif

Atrazin+Mesotrion. ... 60 22. Gejala Keracunan Gulma Cyperus kyllingia pada

Pengaplikasian Herbisida Berbahan Aktif

Atrazin+Mesotrion. ... 62 23. Gejala Keracunan Gulma Cyperus rotundus pada

Pengaplikasian Herbisida Berbahan Aktif

(30)

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Herbisida merupakan bahan kimia yang dapat digunakan untuk mengendalikan pertumbuhan gulma karena dapat mematikan pertumbuhan atau menghambat pertumbuhan normalnya (Tjitrosoedirdjo dkk., 1984). Penggunaan herbisida sebagai salah satu cara mengendalikan pertumbuhan gulma telah dilakukan sejak lama. Penelitian mengenai herbisida kimia telah dimulai pada awal abad ke-20 dengan herbisida pertama yang disintesis adalah 2,4-D (Wikipedia, 2014). Penggunaan herbisida ini terus dilakukan karena memiliki banyak kelebihan dibandingkan pengendalian gulma dengan cara lain. Karena sifat dari herbisida yang efektif, selektif, dan sistemik itulah maka petani dengan cepat menerima penggunaan herbisida dalam kegiatan pengendalian gulma

(Sembodo, 2010).

Dengan berbagai macam keunggulan penggunaan herbisida sebagai salah satu cara pengendalian gulma maka petani dan perusahaan-perusahaan besar lebih memilih menggunakan herbisida dibandingkan melakukan pengandalian gulma secara mekanik. Ketika petani atau perusahaan telah menemukan herbisida yang tepat digunakan dalam budidayanya, maka herbisida tersebut akan terus

(31)

2

dengan jenis herbisida yang lain. Pemakaian herbisida yang terus-menerus tersebut akan meningkatkan jumlah residu herbisida dalam tanah. Menurut Tjitrosoedirdjo dkk. (1984), residu herbisida merupakan sisa-sisa dari herbisida dan derivatnya yang tetap tertinggal dalam tanah atau unsur lingkungan lainnya.

Penggunaan suatu jenis herbisida secara terus-menerus dalam waktu yang lama dapat mengakibatkan munculnya gulma yang resisten terhadap herbisida yang digunakan tersebut. Dengan demikian, dosis pemakaian herbisida akan terus ditingkatkan untuk mempertahankan efektivitas penggunaan herbisida karena gulma yang telah resisten akan semakin sulit untuk dikendalikan.

Herbisida atrazin merupakan salah satu herbisida dalam kelompok triazin. Herbisida dalam kelompok triazin mulai banyak digunakan di seluruh dunia pada tahun 1960. Namun dalam pemakaian herbisida yang relatif singkat, pada

pertengahan tahun 1980, telah ditemukan banyak spesies gulma yang resisten terhadap triazin. Beberapa dari gulma yang resisten tersebut juga ditemukan gulma yang mengalami resistensi silang terhadap herbisida lainnya (Cousens and Mortimer, 1995). Penggunaan atrazin telah menimbulkan kekhawatiran yang signifikan karena akumulasi yang tinggi dari herbisida tersebut di sungai-sungai (Cox, 2001). Selain itu bedasarkan penelitian yang dilakukan di Great Barrier Reef , Diuron merupakan residu paling umum yang terdeteksi di 65% wilayah

sampel di sekitar Great Barrier Reef dan atrazin berada di peringkat nomor dua dengan persentase residu sebesar 52% (Lewis dkk., 2012).

(32)

3

dilakukan dengan mencampurkan dua atau lebih bahan aktif dalam kelompok yang berbeda dengan sifat yang tidak saling bertentangan. Contoh pencampuran herbisida tersebut adalah mencampurkan bahan aktif atrazin dengan mesotrion. Pencampuran ini diharapkan dapat meningkatkan efektivitas kerja dari masing-masing bahan aktif.

1.2 Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi dan perumusan masalah yang telah dipaparkan sebelumnya, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui efektivitas campuran herbisida berbahan aktif atrazin dan

mesotrion dalam mengendalikan gulma.

2. Mengetahui sifat campuran herbisida dengan bahan aktif atrazin dan mesotrion.

1.3 Landasan Teori

Resistensi herbisida didefinisikan sebagai ketahanan gulma terhadap herbisida dengan dosis yang jauh lebih besar dari yang biasa digunakan. Munculnya gulma rentan tersebut berkembang seiring dengan waktu penggunaan herbisida.

Perkembangan resistensi herbisida ini sebenarnya merupakan proses evolusi dimana terjadi perubahan komposisi genetik dalam tanaman yang mengakibatkan tanaman tersebut menjadi resisten terhadap herbisida tertentu (Rao, 2000).

(33)

4

yang ada telah berkembang menjadi resisten terhadap suatu jenis herbisida (Wrubel dan Gressel dalam Cobb, 2000).

Herbisida atrazin merupakan herbisida dari kelompok triazin. Herbisida ini telah banyak digunakan dan digunakan secara terus-menerus. Resistensi gulma

terhadap herbisida ini pun telah muncul. Biotipe tahan triazin pada beberapa spesies gulma telah dikonfirmasi di Iowa setelah penggunaan berulang herbisida tersebut (Owen, 2012). Biotipe gulma resisten terhadap herbisida atrazin yang ditemukan di USA dan Kanada antara lain adalah Senecio vulgaris, Chenopodium album, Amaranthus spp., Kochia scoparia, Poa annua L., Panicum capillare L.,

dan Bromus tectorum (Gunsolus dan William, 1999). Dengan demikian perlu dilakukan suatu cara untuk meningkatkan keefektifan kerja dari herbisida tersebut.

Cara untuk mengatasi resistensi gulma yang telah terjadi dapat dilakukan dengan mengubah formulasi dari herbisida tersebut atau dengan cara melakukan

pencampuran herbisida. Mesotrion adalah jenis herbisida baru dalam kelompok triketon dan efektif terhadap spesies yang resisten terhadap herbisida triazin dan herbisida penghambat ALS (Acetolactate synthase). Secara umum mesotrion bertindak sebagai penghambat pigmen (Hanh dan Paul, 2002). Pencampuran herbisida atrazin dan mesotrion diharapkan dapat meningkatkan keefektifan dari masing-masing bahan aktif tersebut dalam mengendalikan gulma.

Mesotrion terdaftar sebagai herbisida baru yang diaplikasikan pratumbuh untuk pengendalian gulma dengan menghambat pembentukan dioksigenase

4-hydroxyphenylpyruvate (HPPD) pada tahun 2001 bersama dengan herbisida

(34)

5

penggunaannya, telah direkomendasikan untuk melakukan pencampuran secara tank mix dengan herbisida atrazin untuk meningkatkan kinerja produk. Serta

dalam sebuah penelitian, pencampuran atrazin dengan tembotrione mengurangi resiko kegagalan penggunaan herbisida secara tunggal. Penambahan atrazin (370 g ha-1) ke dalam tembotrione (31 g ha-1) meningkatkan aktivitas individu sampai dengan 45% (Williams dkk., 2011).

Respon dari pengkombinasian herbisida dibagi menjadi tiga jenis. Respon pertama yaitu bersifat aditif, yang ditandai dengan samanya hasil yang diperoleh terhadap pengendalian gulma baik ketika herbisida tersebut diaplikasikan tunggal maupun dicampur herbisida dengan bahan aktif yang berbeda. Respon kedua yaitu bersifat antagonis, hal ini terjadi jika campuran kedua bahan aktif

memberikan respon yang lebih rendah dari yang diharapkan. Sedangkan respon yang ketiga adalah bersifat sinergis, dimana respon dari pencampuran herbisida lebih tinggi daripada respon yang diharapkan (Craft dan Robbins dalam

Tampubolon, 2009).

(35)

6

1.4 Kerangka Pemikiran

Herbisida merupakan suatu senyawa kimia yang digunakan untuk mengendalikan pertumbuhan gulma. Penggunaan herbisida setiap tahunnya mengalami kenaikan seiring dengan berkembangnya luas lahan pertanian serta berubahnya sistem pertanaman dari polikultur menjadi monokultur. Dengan sistem tanam monokutur tersebut, kondisi agroklimat yang ada akan selalu sama setiap tahunnya. Dengan demikian, penggunaan suatu jenis herbisida yang dianggap efektif dalam mengendalikan gulma akan selalu digunakan tanpa melakukan pergiliran jenis herbisida.

Penggunaan satu jenis herbisida secara terus-menerus dan dalam waktu yang lama akan mengakibatkan timbulnya resistensi gulma terhadap herbisida tersebut sehingga keefektifan herbisida menjadi berkurang. Berkurangnya keefektifan ini membuat pengguna herbisida meningkatkan dosis herbisida. Peningkatan dosis ini nantinya justru akan menimbulkan permasalahan baru seperti adanya

akumulasi herbisida dalam tanah dengan jumlah banyak.

Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kembali keefektivan suatu herbisida adalah dengan mengubah formulasinya atau melakukan pencampuran dengan bahan aktif lain yang bukan dalam satu golongan. Dalam hal

pencampuran herbisida, salah satu hal yang harus diperhatikan adalah bagaimana sifat dari pencampuran dua atau lebih bahan aktif tersebut.

Herbisida atrazin merupakan herbisida dari golongan triazin yang dapat

(36)

7

tanaman. Dengan terhambatnya aliran elektron, maka di dalam tubuh tanaman akan terdapat penumpukan elektron dengan energi yang tinggi yang dapat

merusak membran sel. Sedangkan herbisida mesotrion merupakan herbisida jenis baru dari kelompok triketon yang bertindak sebagai penghambat pigmen.

Herbisida ini juga dapat mengendalikan gulma yang telah resisten terhadap herbisida dengan bahan aktif atrazin.

Oleh karena herbisida atrazin dan mesotrion tersebut berasal dari dua golongan yang berbeda serta memiliki mekanisme kerja yang berbeda diharapkan

mekanisme kerja kedua jenis herbisida tersebut dapat saling melengkapi dan meningkatkan efektivitas masing-masing bahan aktif.

1.5 Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah disusun, diperoleh hipotesis sebagai berikut:

1. Pencampuran herbisida dengan bahan aktif atrazin dan mesotrion dapat efektif dalam mengendalikan berbagai jenis gulma.

(37)

8

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi Gulma

Penggolongan gulma didasarkan pada aspek yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhannya. Penggolongan gulma dapat dilakukan berdasarkan siklus hidup, habitat, atau berdasarkan tanggapan gulma terhadap herbisida. Berikut ini adalah klasifikasi gulma berdasarkan kesamaan respon atau tanggap gulma terhadap herbisida menurut Sembodo (2010).

2.1.1 Gulma Golongan Rumput (Grasses)

Gulma yang tergolong dalam golongan ini merupakan semua jenis gulma yang termasuk dari famili Poaceae atau Gramineae. Penyebutan gulma dalam

golongan ini sebagai gulma daun sempit dinilai kurang baik karena gulma dalam golongan tekian juga berdaun sempit. Morfologi dari golongan gulma ini

memiliki tulang daun sejajar dengan tulang daun utama serta bentuk daun

(38)

9

2.1.2 Gulma Golongan Teki (Sedges)

Merupakan semua jenis gulma dalam famili Cyperaceae. Ciri-ciri utama dari gulma golongan ini adalah letak daun yang berjejal pada pangkal batang, bentuk daun seperti pita serta tangkai bunga tidak beruas. Batang dapat berbentuk silindris, segi empat, atau segi tiga. Gulma dalam golongan ini juga dapat membentuk umbi pada jenis tertentu yang antarumbi-nya dihubungkan dengan sulur-sulur dan apabila sulur terputus maka umbi yang terpisah akan tumbuh menjadi individu baru.

2.1.3 Gulma Golongan Daun Lebar (Broadleaves)

Golongan ini memiliki anggota dengan jumlah yang paling banyak dan paling beragam. Semua jenis gulma yang tidak termasuk dalam famili Poaceae dan Cyperaceae adalah golongan ini. Ciri-ciri dari gulma akan beragam tergantung

(39)

10

2.2 Herbisida Atrazin

Gambar 1. Struktur Kimia Atrazin Sumber: Tomlin (2004)

Atrazin memiliki rumus molekul C8H14ClN5 dengan tatanama senyawa

(2-Chloro-4-Ethylamino-6-isopropylamino-1,3,5-triazine). Atrazin adalah herbisida yang termasuk kedalam golongan triazin, herbisida ini memiliki mekanisme kerja menghambat fotosistem II. Beberapa keluarga herbisida ini mengikat protein yang terlibat dalam transfer elektron pada fotosistem II (PSII). Dalam

menghambat fotosintesis, herbisida ini mengakibatkan klorosis pada daun yang akan diikuti oleh nekrosis jaringan daun. Substansi sekunder lain akibat

penghambatan fotosintesis dapat mengakibatkan kematian gulma. Ketika inhibitor fotosistem II (atrazin) diaplikasikan pada daun, pergerakan herbisida dalam daun terbatas dan sangat lambat. Meskipun terdapat juga herbisida lain yang menghambat proses fotosistem II, herbisida atrazin mengikat protein pada bagian yang berbeda sehingga akan tetap efektif pada gulma yang resisten terhadap herbisida dari golongan triazin (Owen, 2012).

(40)

11

D1 yang menjadi bagian dari fotosistem II yang bekerja sebagai penerima elektron (Baron dkk., 2008).

Herbisida atrazin banyak digunakan dalam pengendalian gulma di pertanaman jagung. Hal ini dikarenakan herbisida atrazin mampu membunuh gulma pada pertanaman jagung tanpa mematikan tanaman budidaya. Selain digunakan pada pertanaman jagung, herbisida atrazin juga digunakan pada pertanaman sorghum dan tebu (Cox, 2001). Gulma-gulma yang dapat dikontrol oleh herbisida atrazin untuk golongan daun lebar antara lain Amaranthus hybridus, Amaranthus spinosus, Amaranthus thunbergii, Bidens bipinnata, Bidens pilosa, Cleome

monophylla, Cleome rubella, Commelina benghalensis, Crotalaria sphaerocarpa,

Physalis angulata, Portulaca oleracea, dan Richardia brasiliensis. Sedangkan

untuk gulma rumput yaitu Eleusine indica, Setaria sp, Chloris virgata, dan Panicum schinzii (Dow Agroscience, 2001).

(41)

12

2.3 Herbisida Mesotrion

Gambar 2. Struktur Kimia Mesotrion Sumber: Syngenta, 2007.

Mesotrion memiliki rumus molekul C14H13NO7S dengan tatanama senyawa

2-[4-(Methylsulfonyl)-2-nitrobenzoyl] cyclohexane-1,3-dione. Mesotrion adalah bahan aktif herbisida yang termasuk dalam herbisida Callisto. Callisto telah didaftarkan di kota New York pada bulan Juni 2002 yang dapat dipergunakan untuk pengendalian gulma berdaun lebar pada tanaman jagung. Perkembangan herbisida ini dimulai pada tahun 1977 ketika seorang ahli biologi Zeneca mengamati bahwa sangat sedikit tanaman yang tumbuh di bawah tanaman botolnya (Callistemon citrinus). Analisis sampel tanah dari bawah tanaman mengungkapkan senyawa alelopati dari tanaman botol dan kemudian diidentifikasi sebagai leptospermone (Hahn dan Paul, 2012).

Mesotrion adalah anggota dari famili yang disebut triketon dan disediakan bagi petani jagung di kota New York dengan metode baru yang efektif untuk

(42)

13

herbisida berbahan aktif klomazon, herbisida penghambat pigmen yang biasa digunakan dalam mengendalikan gulma pada labu dan kacang kedelai. Perlu diketahui bahwa klomazon dan Callisto berada dalam famili yang berbeda dalam menghambat pigmen dan dengan cara yang juga berbeda (Hahn dan Paul, 2012).

Herbisida dalam famili Callisto bekerja dengan menghambat sintesis dari pigmen karoten, sama halnya dengan herbisida Klomazon. Yang membedakan adalah target enzim dari masing-masing herbisida berbeda. Klomazon menghambat DOXP (1 deoxy-D-xylulose 5 phosphate) reductomerase sedangkan herbisida Callisto menghambat HPPD (4-hydroxyphenyl-pyruvate-dioxygenase) yang sama-sama berperan dalam biosintesis karotenoid. Karoten merupakan pigmen dengan fungsi utama menghamburkan oksigen singlet yang dihasilkan selama fotosintesis. Dengan tidak adanya karoten, klorofil dan membran sel akan hancur. Jaringan tanaman yang terkena herbisida ini akan kehilangan klorofil dan

mengalami pemutihan (Owen, 2012).

(43)

14

2.4 Interaksi Herbisida

Hasil pencampuran dua bahan aktif herbisida dapat berupa interaksi yang bersifat sinergis, aditif, atau antagonis. Dengan demikian, pencampuran herbisida akan sangat mempengaruhi toksisitas dari masing-masing komponen bahan aktif herbisida. Apabila campuran herbisida menimbulkan efek normal atau bahkan meningkatkan pengaruh herbisida, maka interaksi pencampuran tersebut dikatakan sinergis. Namun jika campuran herbisida menurunkan pengaruh terhadap gulma sasaran, maka pencampuran tersebut dikatakan antagonis (Fitri, 2011).

Analisis data yang digunakan untuk uji pencampuran herbisida dengan mode of action atau golongan yang berbeda adalah dengan metode MSM (Multiplicative

Survival Model). Dalam analisis tersebut digunakan persamaan regresi linier

probit (Y = aX + b) dari gabungan herbisida. Nilai Y merupakan bentuk transformasi nilai probit dari persen kerusakan gulma, sedangkan nilai X diperoleh dari bentuk logaritmik penggunaan dosis yang digunakan. Dengan menggunakan persamaan linier tersebut maka dapat dihitung nilai LD50 yang

selanjutnya digunakan untuk analisis. Formulasi yang digunakan untuk menentukan nilai harapan campuran adalah sebagai berikut:

P(A+B) = P(A) + P(B) – P(A)(B)

P(A) merupakan persen kematian gulma oleh herbisida A, P(B) adalah persen kematian gulma oleh herbisida B, dan P(A)(B) adalah hasil kali persen kematian P(A) dengan P(B) dibagi 100. Nilai LD50 harapan diperoleh dari persamaan

P(A+B) = 50. Campuran dinilai bersifat sinergis apabila LD50 percobaan

(44)

15

III. BAHAN DAN METODE

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di rumah plastik Laboratorium Lapang Terpadu Natar Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan dan di Laboratorium Gulma Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Penelitian berlangsung selama 2 bulan terhitung sejak Juni sampai dengan Juli 2013.

3.2 Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan adalah herbisida berbahan aktif kombinasi (atrazin dan mesotrion) dan herbisida berbahan aktif tunggal komponen campuran dengan kandungan atrazin dan mesotrion, media tanam dalam pot dengan komposisi tanah dan kompos 1:1, serta bibit gulma yang terdiri dari gulma golongan rumput (Eleusine indica dan Paspalum conjugatum), golongan teki (Cyperus rotundus dan Cyperus kyllingia), dan golongan daun lebar (Ageratum conyzoides, dan Asystasia gangetica). Sedangkan alat yang digunakan dalam penelitian ini antara

lain knapsack sprayer dengan nozzle kipas berwarna biru, gelas ukur, gelas piala, rubber bulb, oven, timbangan, serta gelas plastik sebagai pot percobaan dengan

(45)

16

3.3 Metode Penelitian

Penelitian uji antagonis ini dilaksanakan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan perlakuan tertera pada Tabel 1.

Tabel 1. Dosis Bahan Aktif Herbisida yang Digunakan.

Kode No. Perlakuan

Dosis Bahan Aktif (g ha-1) Atrazin + Mesotrion

550 SC

Atrazin (500 g l-1) Mesotrion (50 g l-1)

1 0 0 0

2 28 76 11

3 56 152 22

4 112 304 43

5 225 608 86

6 450 1215 172

Masing-masing perlakuan diulang sebanyak enam kali. Untuk menguji homogenitas ragam digunakan uji Bartlet dan aditivitas data diuji dengan

menggunakan uji Tukey. Jika asumsi terpenuhi, maka data akan dianalisis dengan sidik ragam dan uji perbedaan nilai tengah perlakuan akan diuji dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf 5%.

Data bobot kering bagian segar gulma dikonversi ke dalam persen kerusakan. Data persen kerusakan ditransformasi dalam bentuk logaritmik untuk

(46)

17

herbisida dan campurannya. Kriteria sifat pencampuran dapat diketahui dengan analisis menggunakan metode sebagai berikut:

Formulasi campuran herbisida dengan komponen dari herbisida-herbisida yang berbeda kelompok

1. Dibuat persamaan probit dari masing-masing herbisida komponen dan campurannya

2. Dengan menggunakan persamaan probit ditentukan nilai harapan dari LD50-campuran dengan menggunakan persamaan:

 P-campuran = PA + PB– PAPB

 Dihitung nilai ko-toksisitas = (LD50 -harapan / LD50-perlakuan)

Jika nilai ko-toksisitas > atau =1 berarti campuran tersebut tidak bersifat antagonis.

3.4 Pelaksanaan Penelitian

(47)

18

3.4.1 Penetapan gulma sasaran

Gulma sasaran terdiri dari 6 jenis gulma dari tiga golongan berdasarkan tanggapan gulma terhadap herbisida. Pada setiap golongannya terdiri dari dua jenis gulma sebagai gulma sasaran yaitu gulma golongan rumput (Eleusine indica dan

Paspalum conjugatum), golongan teki (Cyperus rotundus dan Cyperus kyllingia),

dan golongan daun lebar (Ageratum conyzoides dan Asystasia gangetica).

3.4.2 Penanaman dan pemeliharaan

3.4.2.1Penanaman Gulma

Gulma ditanam dalam pot sesuai dengan keperluan percobaan. Penanaman gulma dilakukan dengan mengambil gulma-gulma muda yang berada di sekitar tempat penelitian dan kemudian ditanam pada pot percobaan. Media yang digunakan yaitu menggunakan media tanah top soil dan kompos dengan perbandingan 1:1. Bobot media per pot adalah seberat 300 gram. Jumlah propagul yang ditanam lebih banyak dari jumlah satuan percobaan untuk persiapan jika ada gulma yang mati sebelum dilakukan aplikasi herbisida.

3.4.2.2Pemeliharaan Gulma

Gulma yang telah ditanam tersebut dipelihara dengan dilakukan penyiraman sesuai kebutuhan, menyiangi media dari tumbuhan lain, serta dilakukan

(48)

19

3.4.3 Aplikasi herbisida

3.4.3.1Kalibrasi

Alat semprot dikalibrasi dengan mengetahui keluaran nozel per satuan luas (kalibrasi dengan metode luas) untuk mengetahui volume semprotnya. Kalibrasi juga dilakukan untuk memastikan bahwa alat yang digunakan dapat bekerja dengan baik.

3.4.3.2Aplikasi

Aplikasi herbisida dilakukan hanya satu kali selama pengujian, dimulai dari dosis terendah sampai dosis tertinggi untuk menghindari bias. Sebelum dilakukan pengaplikasian, terlebih dahulu dihitung jumlah herbisida yang dibutuhkan untuk satu petak percobaan. Berikut adalah petak aplikasi setiap perlakuan dengan susunan gulma yang diacak secara bebas

(49)

20

3.4.3.3Volume Semprot

Ditentukan berdasarkan kalibrasi dengan metode luas. Kegiatan kalibrasi

dilakukan dengan melakukan aplikasi pada petak aplikasi untuk megetahui jumlah air yang dibutuhkan. Volume air yang diperoleh sebesar 200 ml untuk satu petak aplikasi seluas 4.5 m2. Jika dikonversi menjadi luasan 1 hektar maka akan diperoleh volume semprot sebesar 445 l ha-1.

3.5 Pengamatan

3.5.1 Waktu Pengamatan

Pengamatan gejala keracunan dilakukan 1 MSA dan 2 MSA (Minggu Setelah Aplikasi) herbisida. Pengamatan dilakukan dengan mengamati persen keracunan serta gejala keracunan pada masing-masing jenis gulma pada setiap perlakuan.

3.5.2 Pemanenan

Contoh gulma dipanen pada 2 MSA dengan cara memotong gulma pada

permukaan media tanam. Bagian gulma yang diambil hanya bagian yang masih hidup saja, sedangkan bagian yang sudah mati dibuang.

3.5.3 Penetapan Bobot Kering Gulma

(50)

21

probitnya. Nilai probit tersebut yang akan digunakan untuk menganalisis sifat pencampuran herbisida.

3.6 Analisis Data

Data bobot kering yang diperoleh selanjutnya dikonversi menjadi nilai persen kerusakan. Persen kerusakan tersebut menunjukkan seberapa besar herbisida mampu merusak/ mematikan gulma sasaran. Data bobot kering dan persen kerusakan tersebut dianalisis dengan program pengolah data Statistix 8.1. Sebelumnya, data persen kerusakan tersebut ditransformasi terlebih dahulu dengan transformasi archsin.

Data persen kerusakan juga ditransformasi menjadi nilai probit dan dosis

perlakuan diubah dalam bentuk logaritmik untuk memperoleh persamaan regresi linier. Dengan persamaan regresi tersebut akan diperoleh nilai LD50 perlakuan

yang menunjukkan LD50 perlakuan masing-masing komponen dengan

perbandingan tetap. Nilai dosis tersebut kemudian digunakan untuk menghitung besarnya persen kerusakan yang ditimbulkan. Dicari persen kerusakan yang mendekati nilai 50% maka akan diperoleh dosis dari masing-masing komponen campuran dan nilai probitnya.

Nilai probit yang diperoleh digunakan untuk menghitung persen kerusakan harapan. Sifat pencampuran dapat ditentukan dengan nilai ko-toksisitas yang dihasilkan. Nilai ko-toksisitas merupakan perbandingan antara LD50 harapan

dengan LD50 perlakuan. Campuran bersifat sinergis jika nilai ko-toksisitas lebih

(51)

75

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut 1. Herbisida atrazin mampu mengendalikan gulma Asystasia gangetica,

Ageratum conyzoides, Eleusine indica, dan Paspalum conjugatum pada taraf

dosis 76 g ha-1; mengendalikan gulma Cyperus kyllingia pada taraf dosis 152 g ha-1; serta mengendalikan gulma Cyperus rotundus pada taraf dosis 608 g ha-1. 2. Herbisida mesotrion mampu mengendalikan gulma Asystasia gangetica,

Ageratum conyzoides, Eleusine indica, dan Cyperus kyllingia pada taraf dosis

11 g ha-1; serta mengendalikan gulma Paspalum conjugatum dan Cyperus rotundus pada taraf dosis 22 g ha-1.

(52)

76

4. Herbisida campuran atrazin 500 g l-1 + mesotrion 50 g l-1 kurang efektif dalam mengendalikan gulma dibandingkan dengan pengaplikasiannya masing-masing bahan aktif secara tunggal.

5. Pencampuran herbisida atrazin 500 g l-1 + mesotrion 50 g l-1 memiliki nilai LD50 harapan sebesar 28,06 g ha-1 dan LD50 perlakuan sebesar 281,14 g ha-1

dengan nilai ko-toksisitas sebesar 0,1 (ko-toksisitas < 1) sehingga campuran bersifat antagonis.

5.2 Saran

(53)

77

PUSTAKA ACUAN

Ackerman, F. 2007. The Economics of Atrazine. Int J Occup Environ Health.13(4): 441 – 449.

Baron, H.L., J. McFarland, O. Burnside. 2008. The Triazine Herbicide. Elsevier BV. San Diego. 605 hlm.

Cobb A.H, dan R.C. Kirkwood. 2000. Herbicides and Their Mechanisms of Action. Sheffield Academic Press. 295 hlm.

Cousens, R. dan M. Mortimer. 1995. Dynamics of Weed Populations. Cambridge University Press, Cambridge. 332 hlm.

Cox, C. 2001. Atrazine: Toxicology. Journal of Pesticide Reform. Northwest Coalition for Alternatives to Pesticides/NCAP. 21 (2): 12 - 20

Dow Agrocsiences. 2001. Atrasien 500 SC. Dow Agrosciences Southern Africa. 20 hlm.

Fitri, T.Y. 2011. Uji Aktivitas Herbisida Campuran Bahan Aktif Cyhalofop-Butyl dan Penoxulam terhadap Beberapa Jenis Gulma Padi Sawah. Skripsi. Departemen Agronomi dan Hortikultura. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. 49 hlm.

Gunsolus, J.L. dan W.S. Curran. 1999. Herbicide Mode of Action and Injury Symptoms. Weed Science, Department of Agronomy and Plant Genetics, University of Minnesota. 24 hlm.

(54)

78

Hanh, R.R. dan P.J. Stachowski.2002. Mesotrione-a new herbicide and mode of action. Department of Crop and Soil Science. Cornell Univeristy. Diakses melalui

http://css.cals.cornell.edu/extension/cropping-up-archive/wcu_vol12n06-2002a1mesotrione.pdf pada tanggal 4 Juni 2013.

Herbicide Manual for Agricultural Professionals. 2005. Herbicide Site of Action and Injury Symptoms. Iowa State University Extension. 40 – 44.

James, T.K., A. Rahman, dan J. Hicking. 2006. Mesotrione: A New Herbicide for Weed Control in Maize. New Zealand Plant Protection 59: 242 – 249.

Lewis, S.E., B. Schaffelke, M. Shaw, Z.T. Bainbridge, K.W. Rohde, K. Kennedy, A.M. Davis, B.L. Masters, M.J. Devlin, J.F. Mueller, dan J.E.

Brodie.2012. Assessing the additive risks of PSII herbicide exposure to the Great Barrier Reef. Marine Pollution Bulletin 65 (2012): 280–291

Metusala, D. Studi Waktu Aplikasi dan Dosis Herbisida Campuran Atrazine dan Mesotrione terhadap Dominansi Gulma pada Pertanaman Jagung. Abstrak. UPT BKT KR Purwodadi-LIPI. Diakses melalui

http://fmipa.ipb.ac.id/index,php/id/poster/109

Owen, M.D.K. 2012. Herbicide Guide for Iowa Corn and Soybean Production. New options for weed management in 2012. Iowa State University Extension and Outreach. www.weeds.iastate.edu. 23 hlm.

Pathak, R.K. dan A.K. Dikshit. 2011. Various Techniques for Atrazine Removal. International Conference on Life Science and Technology. (3): 19 – 22.

Rao, V.S. 2000. Principles of Weed Science. Second Edition. Science Publishers, Inc. USA. 557 hlm.

Sembodo, D.R.J. 2010. Gulma dan Pengelolaannya. Graha Ilmu. Yogyakarta. 166 hlm.

Syngenta. 2007. The First Herbicide Specifically Designed to Improve

Glyphosate-Tolerant Corn Production. Technical Bulletin. Callisto Plant Technology. Syngenta Crop Protection, Inc. 20 hlm.

(55)

79

Tjitrosoedirdjo, S., I.H. Utomo, dan J. Wiroatmojo. 1984. Pengelolaan Gulma di Perkebunan. P.T. Gramedia. Jakarta. 209 hlm.

Tomlin, C.D.S. 2011. The e-Pesticides Manual version 3.0 (thriteenth edition). British Crop Protection Council.

Wikipedia, 2014. Herbicide.Diakses melalui http:// en.wikipedia.org/wiki/ herbicide pada tanggal 28 Juni 2014.

Williams, M.M., R.A. Boydston, R.E. Peachey, dan D.Robinson. 2011.

Gambar

Gambar
Gambar 1. Struktur Kimia Atrazin
Gambar 2. Struktur Kimia Mesotrion
Tabel 1. Dosis Bahan Aktif Herbisida yang Digunakan.
+2

Referensi

Dokumen terkait

Mengingat fluktuasi dan pertumbuhan selama periode 2006 relatif rendah daripada periode 2007 dan 2008, maka data historis yang digunakan untuk meramalkan harga kontrak

Mereka juga tidak memiliki kitab suci yang dijadikan pedoman seperti agama tradisional, pedoman mereka adalah nilai-nilai dari simbol dan ritual mereka. Ritual mereka juga

Diharapkan pemanfaatan media berbasis komputer dapat meningkatkan kemampuan mengenal huruf, memberikan informasi tentang perbaikan dan peningkatan mengenal huruf,

Program/Kegiatan TW1 TW 2 TW 3 TW 4 Rencana Aksi Anggaran Penanggung Jawab 1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Ket Membuat Jadwal Kegiatan Ppnertihan IIAI 1 Melakukan

diterbitkan Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar (SKPDKB), apabila dalam jangka waktu paling lama 5 (lima) tahun sesudah pajak yang terutang ditemukan data

Jika menitikberatkan pada daya total pembangkitan yang harus sama dengan kebutuhan beban, maka metode iterasi lambda lebih efektif dibandingkan metode logika

Ini berarti, secara bersama- sama tingkat kecerdasan spiritual, etos kerja, dan etika moral berhubungan positif dengan kinerja guru Agama Hindu di SMK di Kota

Dari latar belakang yang telah dituliskan di atas, peneliti tertarik untuk meneliti adanya Hubungan Tingkat Kecacatan dengan Tingkat Depresi pada Pasien Kusta di