• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perlindungan Hukum Terhadap Hak Pekerja Dalam Proses Akuisisi Pada PT.Putera Lampung Perkasa di Kabupaten Lampung Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perlindungan Hukum Terhadap Hak Pekerja Dalam Proses Akuisisi Pada PT.Putera Lampung Perkasa di Kabupaten Lampung Selatan"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK PEKERJA

DALAM PROSES AKUISISI PADA PT.PUTERA

LAMPUNG PERKASA DI KABUPATEN

LAMPUNG SELATAN

(Skripsi)

Oleh

Suhendra Islami

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ABSTRACT

Law Protection Towards the Rights of Workers in Acquisition Process at PT. Putera Lampung Perkasa in South Lampung Regency

By: Suhendra Islami

The acquisition process should look upon human rights that took part in the success of the acquisition and often forgotten because only focus with the acquisition advantages, as occurs in the PT. Putra Lampung Perkasa which acquired 100% shares owned by CV. Faiz Barokah. Authors interested in examining the legal status of workers, after the acquisition of the status of workers continues to create new employment contract in accordance with the standards of the rights of workers who have set legislation.

The objectives in this research were: (1) How does the law protection work toward the workers in acquisition process at PT.Putera Lampung Perkasa in South Lampung Regency? (2) What are the inhibiting factors toward the rights of workers in acquisition process at PT.Putera Lampung Perkasa in South Lampung Regency?

The research method used normative empirical approach. The data was treated through data selection, calssification, and systematization, then was analyzed by qualitative descriptive.

Results and Discussion: (1) Proposing the legal protection and rights of workers by FSPSI to PT. Putera Lampung Perkasa is wages, social security, holiday allowances, child labor protection, protection of women workers, working time protection, and leave. (2) inhibiting factor to the protection of workers' rights, such as wage increases and demands Allowance requested by an employee outside the agreed arrangement.

Suggestions: (1) The need for oversight of the government on the acquisition and application of a new or continued employment contract in accordance with applicable laws and

regulations (2) The opening of the acquisition process will provide convenience to workers and employers to negotiate a new contract and can keep the process passage of a business in

the company and mutual welfare of each other

(3)

Suhendra Islami

ABSTRAK

Perlindungan Hukum Terhadap Hak Pekerja Dalam Proses Akuisisi Pada PT.Putera Lampung Perkasa di Kabupaten Lampung Selatan

Oleh : Suhendra Islami

Proses akuisisi harus melihat hak atas sumber daya manusia yang ikut andil dalam kesuksesan akuisisi dan sering dilupakan karena hanya fokus dengan keuntungan akuisisi, seperti yang terjadi pada PT Putra Lampung Perkasa yang mengakuisisi 100% saham milik CV Faiz Barokah. Penulis tertarik meneliti mengenai status hukum pekerja, pasca akuisisi status pekerja tetap berlanjut dengan membuat kontrak kerja baru sesuai dengan standar hak pekerja yang telah di atur perundang-undangan.

Permasalahan dalam penelitian ini : (1) Bagaimanakah perlindungan hukum terhadap pekerja dalam proses akuisisi pada PT. Putera Lampung Perkasa di Kabupaten Lampung Selatan? (2) Apakah faktor penghambat terhadap perlindungan hak pekerja dalam proses akuisisi pada PT.Putera Lampung Perkasa di Kabupaten Lampung Selatan?

Metode penelitian menggunakan pendekatan secara normatif empiris. Data yang digunakan berupa data primer dan data sekunder. Data diolah melalui proses seleksi data, klasifikasi, dan sistematisasi, lalu dianalisis secara deskriptif kualitatif.

Hasil Penelitian dan Pembahasan : (1) Pengusulan perlindungan hukum dan hak pekerja oleh FSPSI kepada PT. Putera Lampung Perkasa adalah upah, jaminan sosial, tunjangan hari raya, perlindungan pekerja anak, perlindungan pekerja perempuan, perlindungan waktu kerja, dan cuti. (2) faktor penghambat terhadap perlindungan hak pekerja, seperti tuntutan kenaikan upah dan THR yang diminta oleh pegawai diluar dari perjanjan yang telah disepakati.

(4)

pengusaha untuk menegosiasi sebuah kontrak kerja baru serta dapat menjaga proses berjalannya sebuah bisnis di perusahaan tersebut dan saling mensejahterakan satu sama lain

(5)

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK PEKERJA DALAM PROSES AKUISISI PADA PT. PUTERA LAMPUNG PERKASA

DI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

Oleh

SUHENDRA ISLAMI

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar

SARJANA HUKUM Pada

Bagian Hukum Administrasi Negara

Fakultas Hukum Universitas Lampung

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG

(6)
(7)
(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 23

Desember 1992. Penulis merupakan anak ketiga dari tiga

bersaudara dari pasangan Bapak Syafruddin Muhammad (Alm)

dan Ibu Erliati.

Penulis mengawali pendidikannya di Taman Kanak – Kanak (TK) Kartika Jaya

pada tahun 1998, melanjutkan ke Sekolah Dasar Negeri (SDN) 1 Enggal Bandar

Lampung dan tamat pada tahun 2004, Sekolah Menengah Pertama Negeri

(SMPN) 1 Bandar Lampung dan tamat tahun 2007, kemudian melanjutkan ke

Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 4 Bandar Lampung dan tamat pada

tahun 2010.

Pada tahun 2010 penulis di terima sebagai mahasiwa Fakultas Hukum Universitas

Lampung, dan menjadi anggota Himpunan Mahasiswa Hukum Administrasi

Negara (HIMA HAN) pada tahun 2013 dan melaksanakan Kuliah Kerja Nyata

(9)

PERSEMBAHAN

Puji syukur kupanjatkan kepada ALLAH SWT, Tuhan Semesta Alam untuk setiap

nafas yang kuhirup, detak jantung yang berdegup serta darah yang

mengalir dalam hidupku ini. Karena karunia-Mu dengan segala kerendahan hati

kupersembahkan karya ini untuk

Kedua orang tuaku Ayah Syafruddin Muhammad dan Ibunda ku Erliati

yang telah melahirkan, merawat, dan memperjuangkan diriku menghadapi dunia

ini dengan tetesan keringat yang tidak dapat kubalas dengan apapun yang ada di

dunia ini. Serta memberikan do’a, dukungan, semangat, cinta dan kasih sayang

setiap hari untuk ku, sehingga bisa menyelesaikan skripsi ini semata-mata untuk

bisa membanggakan kalian

Serta

(10)

MOTO

Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai

penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar

(QS Albaqarah : 153)

Ketahuilah bahwa sabar, jika dipandang dalam permasalahan

seseorang adalah ibarat kepala dari suatu tubuh. Jika kepalanya

hilang maka keseluruhan tubuh itu akan membusuk. Sama halnya,

jika kesabaran hilang, maka seluruh permasalahan akan rusak

(Khalifah Ali bin Abi Thalib)

Raihlah ilmu, dan untuk meraih ilmu belajarlah untuk tenang dan

sabar

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL

ABSTRACT

HALAMAN PERSETUJUAN

HALAMAN PENGESAHAN

RIWAYAT HIDUP

PERSEMBAHAN

MOTO

SANWACANA

DAFTAR ISI

I.

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang ... 1

1.2Rumusan Masalah dan Ruang Lingkup ... 7

1.2.1 Perumusan Masalah ... 7

1.2.2 RuangLingkup Penelitian ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Kegunaan Penelitian ... 8

II.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Pengertian Perlindungan Hukum………...10

2.2Tinjauan Umum Tentang Hukum Ketenagakerjaan………..14

2.2.1 .. Defenisi Tenaga Kerja……….. 14

2.2.2 .. Pengertian Hukum Ketenagakerjaan……… 15

(12)

2.3.2 Unsur-Unsur Perusahaan ... 24

2.3.3 Jenis-Jenis Perusahaan ... 24

2.3.4 Bentuk Perusahaan ... 25

2.3.5 Peraturan Perusahaan ... 26

2.4Akuisisi ... 29

2.4.1 Pengertian Akuisisi ... 29

2.4.2 Klasifikasi Akuisisi ... 30

2.4.3 Proses Akuisisi ... 32

III.

METODE PENELITIAN

3.1Pendekatan Masalah ... 35

3.2Sumber dan Jenis Data ... 35

3.3Prosedur Pengumpulan Data ... 36

3.4Prosedur Pengolahan Data ... 37

3.5Analisis Data ... 38

IV.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1GambaranUmum PT. Putera Lampung Perkasa ... 39

4.1.1 Struktur Perusahan PT. Putera Lampung Perkasa... 40

4.2Perlindungan Hukum Terhadap Pekerja Dalam Proses Akuisisi ... 41

4.2.1 Pengusulan Perlindungan Hukum Terhadap Pekerja Dalam Proses Akuisisi oleh FSPSI pada PT. Putera Lampung Perkasa di Kabupaten Lampung Selatan ... 41

(13)

4.3Faktor Penghambat Terhadap Perlindungan Hak Pekerja

Dalam Proses Akuisisi ... 50

4.3.1 Masa Kerja Mempengaruhi Upah dan Tunjangan Hari Raya ... 54

V.

PENUTUP

5.1Simpulan ... 55

5.2Saran ... 56

DAFTAR PUSTAKA

(14)

I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perkembangan perusahaan di Indonesia pada saat ini telah mencapai pelaksanaan

pembangunan yang berkesinambungan dengan tujuan untuk lebih meningkatkan

kemakmuran masyarakat, karena bangsa Indonesia memerlukan dana yang cukup

besar dan bukan hanya mengandalkan dana yang bersumber dari pemerintah.

Partisipasi masyarakat juga sangat diharapkan untuk ikut aktif melalui

keikutsertaannya dalam usaha menggerakkan perekonomian.

Salah satu cara investor dalam melakukan investasinya adalah melalui cara

investasi perusahaan yang merupakan salah satu sarana untuk mengerahkan dana

yang bersumber dari pemodal baik kalangan investor individual maupun

institusional yang digunakan oleh perusahaan untuk tujuan produktif.

Pengaruh yang lebih luas dari berfungsinya perusahaan sebagai piranti dalam

alokasi tiga definisi ekonomi secara optimal, yaitu: meningkatnya pendapatan

nasional, terciptanya kesempatan kerja, dan pemerataan hasil-hasil pembangunan

yang lebih baik. Maka perusahaan dapat mengambil kebijaksanaan untuk

mendapatkan modal dengan tingkat resiko yang relatif rendah melalui pasar

(15)

2

Akan tetapi setelah badai krisis moneter yang mengguncang Indonesia, pada tahun

belakangan ini banyak sekali perusahaan-perusahaan yang mulai bangkit kembali

dalam keterpurukan. Hal ini membuat kondisi perekonomian negara Indonesia

sudah mulai berjalan normal kembali.

Bagi setiap perusahaan, dalam hal kebutuhan dananya tidak hanya dengan

mengandalkan dari dana pribadi yang dimiliki, karena jumlahnya akan sangat

terbatas, selain itu perkembangan perusahaan menjadi terhambat. Untuk itu,

sebelum menginvestasikan dananya, investor perlu melakukan analisis terhadap

kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan. Investor selalu waspada

terhadap berbagai kemungkinan yang dapat mempengaruhi perubahan

kemampuan perusahaan, yang dapat mengurangi tingkat pengembalian investasi

bagi investor. Karena informasi memiliki peran yang sangat besar bagi investor

untuk mengambil keputusan dalam investasinya.1

Informasi keuangan dapat dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan

ekonomi, karena menunjukkan prestasi perusahaan dan dapat di gunakan oleh

investor untuk memprediksi sekaligus menilai kemampuan perusahaan yang layak

untuk dipilih, sehingga mampu memberikan hasil yang optimal dalam bentuk

capital gain maupun deviden. Secara umum, faktor yang mempengaruhi

keputusan investor untuk membeli saham dapat di golongkan menurut faktor

rasional dan faktor irasional.2

1

Purwosutjipto, H.M.N. Pengertian Pokok Hukum Dagang Tentang Bentuk-Bentuk Perusahaan. Djambatan, Jakarta. 1985, hlm.135

2

(16)

Faktor rasional pada umumnya berkaitan dengan sesuatu yang di sebut analisis

fundamental. Asumsi fundamental, argumentasi dasarnya bahwa nilai saham

mewakili nilai perusahaan, tidak hanya nilai intristik suatu saat, bahkan yang lebih

penting adalah harapan akan kemampuan perusahaan dalam meningkatkan nilai

kekayaan di kemudian hari. Dalam faktor fundamental merupakan faktor yang

memberikan informasi tentang kinerja dan faktor lainnya yang dapat

mempengaruhi kondisi perusahaan.

Faktor tersebut antara lain meliputi kemampuan manejemen perusahaan, prospek

pemasaran, perkembangan teknologi, kemampuan dalam menghasilkan

keuntungan, manfaat terhadap perekonomian nasional, dan kebijakan pemerintah

serta hak-hak investor. Sehingga tidak sedikit perusahaan untuk menggunakan

akuisisi perusahaan sebagai jalan keluar.

Alasan yang sering dikemukakan ketika perusahaan bergabung dengan

perusahaan lain atau melakukan akuisisi adalah karena dengan akuisisi,

perusahaan mampu mencapai pertumbuhan lebih cepat daripada harus

membangun unit usaha sendiri. Selain itu, faktor yang paling mendasari

perusahaan melakukan akuisisi adalah motif ekonomi (mendapat keuntungan).

Akuisisi berasal dari kata acquisitio (latin) dan acquitisition (Inggris). Akuisisi

adalah pengambil alihan kepemilikan atau pengendalian (control) berupa asset

suatu perusahaan lain,3 namun perusahaan tersebut masih tetap ada sebagai badan

hukum yang terpisah. Dalam Peraturan Pemerintah No.27 Tahun 1998 tentang

3

(17)

4

penggabungan, peleburan dan pengambil alihan Perseroan Terbatas

mendifinisikan bahwa akuisisi adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh

badan hukum atau orang perseorangan untuk mengambil alih baik seluruh atau

sebagian besar saham perseroan yang dapat mengakibatkan beralihnya

pengendalian terhadap perseroan tersebut.4

Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 2 paragraf 08

tahun 1999 : ”Akuisisi (acqusition) adalah suatu penggabungan usaha dimana

salah satu perusahaan, yaitu pengakuisisi (acquirer) memperoleh kendali atas

aktiva neto dan operasi perusahaan yang diakuisisi (acquiree), dengan

memberikan aktiva tertentu, mengakui suatu kewajiban, atau mengeluarkan

saham”.

Definisi lainnya menurut P.S Sudarsanan ”Akuisisi dapat didefinisikan sebagai

sebuah perjanjian, sebuah perusahaan membeli aset atau saham perusahaan lain,

dan para pemegang dari perusahaan lain menjadi sasaran akuisisi berhenti menjadi

pemilik perusahaan.”

Maka akuisisi dapat dikatakan sebagai pengambilalihan kepemilikan suatu

perusahaan oleh perusahaan lain yang dilakukan dengan cara membeli sebagian

atau seluruh saham perusahaan, dimana perusahaan yang diambil alih tetap

memiliki hukum sendiri dan dengan maksud untuk pertumbuhan usaha.

Akuisisi juga bisa diartikan sebagai pembelian suatu perusahaan oleh perusahaan

lain atau oleh kelompok investor. Akuisisi sering digunakan untuk menjaga

4

(18)

ketersediaan pasokan bahan baku atau jaminan produk akan diserap oleh pasar.

Contoh : Aqua diakuisisi oleh Danone, dan isu yang baru-baru ini adalah proses

akuisisinya Bank BTN oleh Bank Mandiri yang masih terganjal beberapa faktor.

Dengan melakukan akuisisi perusahaan dapat memperoleh keunggulan

manajemen profesional, manajemen profesional adalah manajemen sumber daya

manusia yang semua orang mengakui bahwa sumber daya manusia merupakan se

buah asset penting perusahaan.

Melakukan akuisisi terhadap perusahaan yang mempunyai target managemen

profesional akan memperbesar kemungkinan peningkatan prestasi perusahaan

secara keseluruhan setelah bergabung. Strategi ini sangat ampuh dalam

menghindari resiko memasuki industri baru, memasuki industri baru tentu saja

mengambil resiko yang besar.

Oleh karena industri ini kurang berpengalaman dalam menghadapi gejolak

perekonomian dan kemaupuan untuk bersaingan, maka tindakan terbaik akuisitor

dengan cara mengambil alih perusahaan yang sudah lama berdiri dan

berpengalaman. Cara ini akan membuat tingkat resiko yang jauh lebih rendah

dalam segi kegagalan bersaing dengan perusahaan lain, tetapi di proses ini harus

juga melihat hak-hak atas sumber daya manusia didalamnya yang ikut ambil andil

dalam kesuksesan akuisisi dan sering dilupakan karena hanya fokus dengan

keuntungan perusahaan yang melakukan akuisisi.

Hal ini seperti dijelaskan dalam Pasal 27 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945,

(19)

6

mendapatkan pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Sehingga

antara perekonomian dan ketenagakerjaan memiliki suatu hubungan yang erat,

karena perekonomian ditunjang dengan bidang ketenagakerjaan yang memadai

sangatlah berpengaruh dalam mewujudkan tujuan negara.

Bidang ketenagakerjaan yang menjadi faktor penentu adalah pekerja, karena

meskipun pekerja memiliki suatu kedudukan dibawah pengusaha, tetapi pekerja

mempunyai peranan sebagai tulang punggung perusahaan. Oleh karena itu

seharusnya hak-hak pekerja harus mendapatkan jaminan sepenuhnya oleh

pengusaha melalui perusahaan.5 Agar hak-hak pekerja dapat terpenuhi maka

pekerja harus mengikatkan diri kepada pengusaha. Suatu ikatan antara pekerja

dengan pengusaha yang di dasarkan kepada kesepakatan itulah yang disebut

dengan perjanjian kerja yang nantinya akan menciptakan suatu hubungan kerja.

Seperti yang telah terjadi pada CV Faiz Barokah, dimana CV Faiz Barokah

diakuisisi oleh PT Putra Lampung Perkasa. PT Putra Lampung Perkasa

mengakuisisi 100% saham milik CV Faiz Barokah. Penulis berminat meneliti

mengenai status hukum pekerja bahwa pasca akuisisi kendali perusahaan

dipegang oleh PT Putera Lampung Perkasa. Sehingga status pekerja tetap

berlanjut dengan 4 orang pekerja pada bagian Laboratorium dan 8 orang pada

bagian WTP dengan membuat kontrak kerja baru yang sesuai dengan standar hak

pekerja yang telah di atur pada peraturan perundang-undangan maupun peraturan

lainnya dan juga ada beberapa hak pekerja yang tetap diberikan yang dihitung dari

masa kerja perkerja tersebut.

5

(20)

Dalam suatu perusahaan, antara pekerja dengan pengusaha harus ada hubungan

timbal balik yang saling menguntungkan sesuai dengan apa yang telah disepakati

oleh kedua belah pihak dalam perjanjian kerja. Tetapi ada kalanya juga pengusaha

pernah melakukan sesuatu yang kurang menguntungkan bagi pekerja dalam

proses akuisisi itu sendiri.

Dari uraian latar belakang tersebut diatas, penulis tertarik untuk mengangkat

peristiwa hukum di PT Putera Lampung Perkasa di Kabupaten Lampung selatan,

dalam satu penelitian dengan judul :

Perlindungan Hukum Terhadap Hak Pekerja Dalam Proses Akuisisi Pada

PT.Putera Lampung Perkasa di Kabupaten Lampung Selatan

1.2. Perumusan Masalah dan Ruang Lingkup

1.2.1. Perumusan Masalah

Rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah:

1) Bagaimanakah perlindungan hukum terhadap hak pekerja dalam proses akuisisi

pada PT. Putera Lampung Perkasa di Kabupaten Lampung Selatan?

2) Apakah faktor penghambat terhadap perlindungan hak pekerja dalam proses

akuisisi pada PT. Putera Lampung di Kabupaten Lampung Selatan?

1.2.2. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang Lingkup dalam penelitian ini adalah:

1) Ruang lingkup dalam permasalahan ini hanya terbatas dalam perlindungan

(21)

8

terhadap pekerja dalam proses akuisisi pada PT. Putera Lampung Perkasa di

Kabupaten Lampung Selatan.

2) Penelitian ini mengambil lokasi di PT. Putera Lampung Perkasa di Kabupaten

Lampung Selatan.

1.3. Tujuan Penelitian

1) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perlindungan terhadap hak pekerja

dalam proses akuisisi

2) Untuk mengetahui faktor penghambat terhadap perlindungan hak pekerja

dalam proses akuisisi

1.4. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini mencakup teoritis dan kegunaan praktis yaitu:

1) Kegunaan teoritis

a. Memberikan sumbangan pemikiran terhadap ilmu pengetahuan di bidang

Hukum Administrasi Negara, khususnya mengenai Hukum Ketenagakerjaan

dan membandingkannya dengan praktek di lapangan.

b. Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan tambahan perbendaharaan

literatur dan menambah khasanah dunia kepustakaan, sehingga dapat menjadi

bahan acuan untuk mengadakan kajian dan penelitian selanjutnya dengan

pokok bahasan yang berkaitan satu sama lainnya.

2) Kegunaan Praktis

a. Sebagai tambahan informasi bagi instansi dan pihak-pihak terkait di dunia

(22)

b. Sebagai masukan dan informasi bagi masyarakat luas tentang pengaturan

terhadap hak para pekerja dan kewajiban perusahaan dalam proses akuisisi.

c. Sebagai rumusan rekomendasi strategis dalam perlindungan hak pekerja dalam

proses akuisisi suatu perusahaan.

d. Sebagai rekomendasi strategis untuk penyempurnaan bagi pengusaha dalam

perlindungan hak pekerja yang dapat dijadikan refrensi oleh perusahaan dalam

(23)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Perlindungan Hukum

Dalam kamus besar Bahas Indonesia Perlindungan berasal dari kata lindung yang

memiliki arti mengayomi, mencegah, mempertahankan, dan membentengi.

Sedangkan Perlindungan berarti konservasi, pemeliharaan, penjagaan, asilun, dan

bunker. Pengertian Perlindungan adalah tempat berlindung, hal (perbuatan dan

sebagainya) memperlindungi.1

Pengertian perlindungan dalam ilmu hukum adalah suatu bentuk pelayanan yang

wajib dilaksanakan oleh aparat penegak hukum atau aparat keamanan untuk

memberikan rasa aman, baik fisik maupun mental, kepada korban dan sanksi dari

ancaman, gangguan, teror, dan kekerasan dari pihak manapun yang diberikan pada

tahap penyelidikan, penyidikan, penuntutan, dan atas pemeriksaan di sidang

pengadilan.2

Pengertian perlindungan hukum adalah suatu perlindungan yang diberikan

terhadap subyek hukum dalam bentuk perangkat hukum baik yang bersifat

preventif maupun yang bersifat represif, baik yang tertulis maupun tidak tertulis.

Dengan kata lain perlindungan hukum sebagai suatu gambaran dari fungsi hukum,

1

Abdul Hakim. Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia. Citra Aditya Bakti, Bandung. 2009. hlm.2

2

(24)

yaitu konsep dimana hukum dapat memberikan suatu keadilan, ketertiban,

kepastian, kemanfaatan dan kedamaian.

Pengertian perlindungan hukum menurut beberapa ahli mengenai pengertian dari

perlindungan hukum diantaranya:3

1) Menurut Satjipto Raharjo mendefinisikan Perlindungan Hukum

adalah memberikan pengayoman kepada hak asasi manusia yang dirugikan

orang lain dan perlindungan tersebut diberikan kepada masyarakat agar mereka

dapat menikmati semua hak-hak yang diberikan oleh hukum.

2) Menurut Philipus M. Hadjon berpendapat bahwa Perlindungan Hukum adalah

perlindungan akan harkat dan martabat, serta pengakuan terhadap hak-hak

asasi manusia yang dimiliki oleh subyek hukum berdasarkan ketentuan hukum

dari kesewenangan.

3) Menurut CST Kansil Perlindungan Hukum adalah berbagai upaya hukum yang

harus diberikan oleh aparat penegak hukum untuk memberikan rasa aman, baik

secara pikiran maupun fisik dari gangguan dan berbagai ancaman dari pihak

manapun.

4) Menurut Philipus M. Hadjon Perlindungan Hukum adalah Sebagai kumpulan

peraturan atau kaidah yang akan dapat melindungi suatu hal dari hal lainnya.

Berkaitan dengan konsumen, berarti hukum memberikan perlindungan

terhadap hak-hak pelanggan dari sesuatu yang mengakibatkan tidak

terpenuhinya hak-hak tersebut.

5) Menurut Muktie, A. Fadjar Perlindungan Hukum adalah penyempitan arti dari

perlindungan, dalam hal ini hanya perlindungan oleh hukum saja. Perlindungan

3

(25)

12

yang diberikan oleh hukum, terkait pula dengan adanya hak dan kewajiban,

dalam hal ini yang dimiliki oleh manusia sebagai subyek hukum dalam

interaksinya dengan sesama manusia serta lingkungannya. Sebagai subyek

hukum manusia memiliki hak dan kewajiban untuk melakukan suatu tindakan

hukum.

Dalam menjalankan dan memberikan perlindungan hukum dibutuhkannya suatu

tempat atau wadah dalam pelaksanaannya yang sering disebut dengan sarana

perlindungan hukum. Sarana perlindungan hukum dibagi menjadi dua macam

yang dapat dipahami, sebagai berikut:4

1) Sarana Perlindungan Hukum Preventif

Pada perlindungan hukum preventif ini, subyek hukum diberikan kesempatan

untuk mengajukan keberatan atau pendapatnya sebelum suatu keputusan

pemerintah mendapat bentuk yang definitif. Tujuannya adalah mencegah

terjadinya sengketa. Perlindungan hukum preventif sangat besar artinya bagi

tindak pemerintahan yang didasarkan pada kebebasan bertindak karena dengan

adanya perlindungan hukum yang preventif pemerintah terdorong untuk

bersifat hati-hati dalam mengambil keputusan yang didasarkan pada diskresi.

Di indonesia belum ada pengaturan khusus mengenai perlindungan hukum

preventif.

2) Sarana Perlindungan Hukum Represif

Perlindungan hukum yang represif bertujuan untuk menyelesaikan sengketa.

Penanganan perlindungan hukum oleh Pengadilan Umum dan Peradilan

Administrasi di Indonesia termasuk kategori perlindungan hukum ini. Prinsip

4

(26)

perlindungan hukum terhadap tindakan pemerintah bertumpu dan bersumber

dari konsep tentang pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi

manusia karena menurut sejarah dari barat, lahirnya konsep-konsep tentang

pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia diarahkan kepada

pembatasan-pembatasan dan peletakan kewajiban masyarakat dan pemerintah.

Prinsip kedua yang mendasari perlindungan hukum terhadap tindak pemerintahan

adalah prinsip negara hukum. Dikaitkan dengan pengakuan dan perlindungan

terhadap hak-hak asasi manusia, pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak

asasi manusia mendapat tempat utama dan dapat dikaitkan dengan tujuan dari

negara hukum.

Dalam Peraturan Pemerintah No.2 Tahun 2002 adalah suatu bentuk pelayanan

yang wajib dilaksanakan oleh aparat penegak hukum atau aparat keamanan untuk

memberikan rasa aman baik fisik maupun mental, kepada korban dan saksi, dari

ancaman, gangguan, teror, dan kekerasan dari pihak manapun, yang diberikan

pada tahap penyelidikan, penyidikan, penuntutan, dan atau pemeriksaan di sidang

pengadilan.

Menurut Kartasapoetra dan Rience Indraningsih perlindungan terhadap pekerja

dapat dilakukan baik dengan jalan memberikan tuntutan, maupun dengan jalan

meningkatkan pengakuan hak-hak asasi manusia, perlindungan fisik dan teknis

serta sosial dan ekonomi melalui norma yang berlaku dalam lingkungan kerja

tersebut.5

2.2. Tinjauan Umum Tentang Hukum Ketenagakerjaan

5

(27)

14

2.2.1.Definisi Tenaga Kerja

Tenaga kerja adalah setiap orang laki-laki atau wanita yang berumur 15 tahun

keatas yang sedang dalam dan atau akan melakukan pekerjaan, baik di dalam

maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan barang atau jasa untuk

memenuhi kebutuhan sendiri maupun masyarakat. Berikut ini pengertian tenaga

kerja menurut para ahli:

1) Menurut UU Pokok Ketenagakerjaan Nomor 14 Tahun 1969, tenaga kerja

adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan baik di dalam maupun

di luar hubungan kerja guna menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi

kebutuhan masyarakat. Dalam hubungan ini maka pembinaan tenaga kerja

merupakan peningkatan kemampuan efektivitas tenaga kerja untuk melakukan

pekerjaan.

2) Menurut UU Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, pengertian

tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna

menghasilkan barang dan atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri

maupun untuk masyarakat.

3) Menurut Dr. Payaman dikutip tenaga kerja adalah (man power) adalah produk

yang sudah atau sedang bekerja. Atau sedang mencari pekerjaan , serta yang

sedang melaksanakan pekerjaan lain. Seperti bersekolah, ibu rumah tangga.

Secara praktis, tenaga kerja terdiri atas dua hal, yaitu angkatan kerja dan bukan

angkatan kerja: a) angkatan kerja (labour force) terditi atas golongan yang

bekerja dan golongan penganggur atau sedang mencari kerja; b) kelompok

(28)

yang mengurus rumah tangga, dan golonganlain lain atau menerima

penghasilan dari pihak lain, seperti pensiunan dll.

4) Menurut Eeng Ahman & Epi Indriani tenaga kerja adalah seluruh jumlah

penduduk yang dianggap dapat bekerja dan sanggup bekerja jika ada

permintaan kerja6

5) Menurut ALAM. S tenaga kerja adalah penduduk yang berusia 15 tahun keatas

untuk negara berkembang seperti Indonesia. Sedangkan di

negara-negara maju, tenaga kerja adalah penduduk yang berumur antara 15 hingga 64

tahun.

6) Menurut Suparmoko dan Icuk Ranggabawono tenaga kerja adalah penduduk

yang telah memasuki usia kerja dan memiliki pekerjaan, yang sedang mencari

pekerjaan, dan yang melakukan kegiatan lain seperti sekolah, kuliah dan

mengurus rumah tangga.

7) Menurut Sjamsul Arifin, Dian Ediana Rae, Charles, Joseph tenaga kerja

merupakan faktor produksi yang bersifat homogen dalam suatu negara, namun

bersifat heterogen (tidak identik) antar negara.

2.2.2.Pengertian Hukum Ketenagakerjaan

1) Pengertian Hukum ketenagakerjaan adalah 7 Hukum ketenagakerjaan tertulis,

peraturan tertulis yang mengatur ketenagakerjaan antara lain undang-undang,

peraturan pemerintah, peraturan presiden, dan peraturan daerah.

6

Eeng Ahman, Ekonomi Dan Akutansi: Membina Kompetensi Ekonomi. Grafindo Media Pratama, Jakarta. 2007. Hlm.3

7

(29)

16

2) Hukum ketenagakerjaan tidak tertulis antara lain adat dan kebiasaan,

yurisprudensi, peraturan kerja, kesepakatan kerja bersama,

keputusan-keputusan pejabat dan badan-badan pemerintah.

Dengan demikian pengaturan ketenagakerjaan meliputi sebelum masa kerja,

selama masa kerja, dan sesudah masa kerja. Hukum ketenagakerjaan berfungsi

untuk mengatur hubungan yang serasi antara semua pihak yang berhubungan

dengan ketenagakerjaan. Aspek yang di atur dalam hukum ketenagakerjaan,

antara lain :

1) Penempatan

2) Hubungan industrial

3) Keselamatan dan kesehatan kerja

4) Kesejahteraan dan jaminan social

5) Pelaksanaan system jaminan social

6) Outsourcing.

2.2.3. Perlindungan Tenaga Kerja

Perlindungan terhadap tenaga kerja dimaksudkan untuk menjamin hak-hak dasar

pekerja atau buruh dan menjamin kesamaan kesempatan serta perlakuan tanpa

diskriminasi atas dasar apapun untuk mewujudkan kesejahteraan pekerja atau

buruh dan keluarganya dengan tetap memperhatikan perkembangan kemajuan

dunia usaha.8

8 Indonesia, Undang-Undang, Undang-Undang No.13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan,

(30)

Beberapa aspek perlindungan ketenagakerjaan antara lain adalah keselamatan dan

kesehatan kerja.9

Tujuan program keselamatan dan kesehatan kerja menurut ILO dan WHO 1995

adalah untuk :

1) Promotion and maintenance of highest degree of physical, mental and social

well being

2) Prevention of disease

3) Protection from risks

Tanggal 12 januari 1970 disahkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang

keselamatan kerja, dengan pertimbangan :

1) Bahwa setiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatannya

dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan

produksi serta produktivitas nasional

2) Bahwa setiap orang lainnya yang berada di tempat kerja perlu terjamin pula

keselamatannya

3) Bahwa setiap sumber produksi perlu di pakai dan di pergunakan secara aman

dan efisien

4) Bahwa berhubung dengan itu perlu diadakan daya upaya untuk membina

norma-norma perlindungan kerja

5) Bahwa pembinaan norma-norma itu perlu diwujudkan dalam undang-undang

yang memuat ketentuan-ketentuan umum tentang keselamatan kerja yang

sesuai dengan perkembangan masyarakat, industrialisasi, teknik dan teknologi.

9

(31)

18

6) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 menetapkan syarat-syarat keselamatan

kerja dalam perencanaan, pembuatan, pengangkutan, peredaran, perdagangan,

pemasangan, pemakaian, penggunaan, pemeliharaan dan penyimpanan bahan,

barang, produk teknik, dan aparat produksi yang mengandung dan dapat

menimbulkan bahaya kecelakaan.

Syarat tersebut memuat prinsip-prinsip teknik ilmiah menjadi suatu kumpulan

ketentuan yang disusun secara teratur, jelas dan praktis yang mencangkup bidang

konstruksi, bahan, lahan, dan pembuatan, perlengkapan alat-alat perlindungan,

pengujian dan pengesahan, pengepakan, pemberian tanda-tanda atas bahan,

barang, produk teknis dan aparat produksi guna menjamin keselamatan

barang-barang itu sendiri, keselamatan tenaga kerja yang melakukannya dan keselamatan

umum.

2.2.4.Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja

Jaminan Sosial Tenaga Kerja adalah suatu perlindungan bagi tenaga kerja dalam

bentuk santunan berupa uang sebagai pengganti sebagian dan penghasilan yang

hilang atau berkurang dan pelayanan sebagai akibat peristiwa atau kecelakaan

yang dialami oleh tenaga kerja berupa kecelakaan kerja, sakit, hamil, bersalin, hari

tua dan meninggal dunia.10

Untuk memberikan perlindungan kepada tenaga kerja diselenggarakan

program jaminan sosial tenaga kerja yang pengeloiaannya dapat dilaksanakan

10 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 03 Tahun 1992 Tentang Jaminan Sosial Tenaga

(32)

dengan mekanisme asuransi. Setiap tenaga kerja berhak atas jaminan sosial tenaga

kerja.

Program jaminan sosial tenaga kerja wajib dilakukan oleh setiap perusahaan bagi

tenaga kerja yang melakukan pekerjaan di dalam hubungan kerja sesuai dengan

ketentuan.

Ruang lingkup program jaminan sosial tenaga kerja meliputi:

1) Jaminan Kecelakaan Kerja

2) Jaminan Kematian

3) Jaminan Hari Tua

4) Jaminan Pemeliharaan Kesehatan

5) Kepesertaan

6) Iuran

7) Penyelenggaraan

1 )C u t i

1)) Besar dan Tahunan

Pengusaha wajib memberi waktu istirahat dan cuti kepada pekerja/ buruh. Waktu

istirahat dan cuti sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), meliputi:11

a) istirahat antara jam kerja, sekurang-kurangnya setengah jam setelah bekerja

selama 4 (empat) jam terns menerus dan waktu istirahat tersebut tidak

termasuk jam kerja

b) istirahat mingguan 1 (satu) hari untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu)

(33)

20

minggu atau 2 (dua) hari untuk 5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu) minggu

c) cuti tahunan, sekurang-kurangnya 12 (dua belas) hari kerja setelah

pekerja/buruh yang bersangkutan bekerja selama 12 (dua belas) bulan secara

terus-menerus dan

d) istirahat panjang sekurang-kurangnya 2 (dua) bulan dan dilaksanakan pada

tahun ketujuh dan kedelapan masing-masing 1 (satu) bulan bagi

pekerja/buruh yang telah bekerja selama 6 (enam) tahun secara

terus-menerus pada perusahaan yang sama dengan ketentuan pekerja/buruh

tersebut tidak berhak lagi atas istirahat tahunannya dalam 2 (dua) tahun

berjalan dan selanjutnya berlaku untuk setiap kelipatan masa kerja 6 (enam)

tahun.

2)) Kesempatan Menyusukan Anak

Bagi tenaga kerja wanita yang masih menyusukan anak, harus diberi

kesempatan sepatutnya untuk menyusukan anak, dan dimungkinkan

mengadakan tempat penitipan anak.

3)) Cuti Haji

Pengusaha wajib memberikan kesempatan yang secukupnya

ke-pada pekerja/buruh untuk melaksanakan ibadah yang diwajibkan oleh

agamanya.Yang dimaksud kesempatan secukupnya yaitu

menyedia-kan tempat untuk melaksanamenyedia-kan ibadah yang memungkinmenyedia-kan

pekerja/ buruh dapat melaksanakan ibadahnya dengan balk,

sesuai dengan kondisi dan kemampuan perusahaan.12

12

(34)

4)) Cuti Haid

Pekerja/buruh perempuan yang dalam masa haid merasakan sakit dan

memberitahukan kepada pengusaha, tidak wajib bekerja pada hari pertama dan

kedua pada waktu haid. Pelaksanaan ketentuan tersebut diatur dalam

perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersarna.144

2) Perlindungan Upah

Di dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan,

pengupahan diatur dalam BAB X Bagian Kedua, mulai Pasal 88. Di

dalam-Pasal 1 angka 30 undang-undang tersebut ditentukan bahwa Upah adalah hak

pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai

im-balan dan pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/buruh yang clitetapkan

dan clibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan

perundang-undangan, termasuk tupfangan bagi pekerja/buruh dan keluarganya

atas suatu pekerjaan/atau jasa yang telah atau akan dilakukan.

Setiap pekerja/buruh berhak memperoleh penghasilan yang me menuhi

penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Untuk mewu judkan

penghasilan yang memenuhi penghidupan yang layak bagi kemanusiaan,

pemerintah menetapkan kebijakan pengupahan yang melindungi

pekerja/buruh.13

13

(35)

22

Kebijakan pengupahan yang melindungi pekerja/buruh tersebut meliputi:

1) Upah minimum

2) Upah kerja lembur

3) Upah tidak masuk kerja karena berhalangan

4) Upah tidak masuk kerja karena melakukan kegiatan lain di luar pekerjaannya

5) Upah karena menjalankan hak waktu istirahat kerjanya

6) Bentuk dan cara pembayaran upah

7) Denda dan potongan upah

8) Hal-hal yang dapat diperhitungkan dengan upah

9) Struktur dan Skala pengupahan yang proporsional

10) Upah untuk pembayaran pesangon dan

11) Upah untuk perhitungan pajak penghasilan.

1)) Upah Minimum

Kebijakan upah minimum bermanfaat untuk melindungi pekerja maupun

pengusaha. Kenaikan upah minimum yang tinggi dalam kondisi pertumbuhan

ekonomi yang rendah akan mengakibatkan turunnya keunggulan komparatif

industri-industri padat karya, yang pada gilirannya menyebabkan

berkurangnya kesempatan kerja akibat berkurangnya aktivitas produksi.

Pemerintah menetapkan upah minimum huruf a berdasarkan kebutuhan hidup

layak dan dengan memperhatikan produktivitas dan pertumbuhan ekonomi.14

14

(36)

Upah minimum dapat terdiri atas:15

a. Upah minimum berdasarkan wilayah provinsi atau kabupaten/ kota.

b. Upah minimum berdasarkan sektor pada wilayah provinsi atau kabupaten/kota.

Upah minimum tersebut diarahkan kepada pencapaian kebutuhan hidup layak.

Upah minimum ditetapkan oleh Gubernur dengan memperhatikan rekomenclasi

dari Dewan pengupahan provinsi dan/atau Bupati/Walikota. Komponen Berta

pelaksanaan tahapan pencapaian kebutuhan hidup layak diatur dengan Keputusan

Menteri.

Pengusaha dilarang membayar upah pekerja lebih rendah dari upah minimum.

Dalam hal pengusahan tidak mampu membayar upah minimum, maka

pengusaha dapat mengajukan penangguhan pelaksanaan upah minimum.16

2.3. Perusahaan

2.3.1.Pengertian Perusahaan

Perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang menjalankan setiap jenis usaha yang

bersifat tetap, terus-menerus, dan didirikan, bekerja serta berkedudukan dalam

wilayah Negara Indonesia dengan tujuan memperoleh keuntungan dan atau laba.17

Kegiatan produksi pada umumnya dilakukan untuk memperoleh laba. Namun

demikian, banyak juga kegiatan produksi yang tidak bertujuan mencari laba,

misalnya yayasan sosial, keagamaan dan lain-lain. Hasil suatu produksi dapat

berupa barang atau jasa.

15

Ibid, Pasal 89.

16

Kepmen, Kepmenakertrans Nomor 231 Tahun 2003, Pasal 2.

17

(37)

24

Menurut molen graff perusahaan adalah perbuatan-perbuatan yang dilakukan

secara terus menerus bertindak keluar untuk memperoleh penghasilan dengan

memperniagakan/memperoleh barang-barang atau dengan mengadakan perjanjian

dagang.

2.3.2. Unsur-unsur Perusahaan

Suatu perusahaan harus mempunyai unsur-unsur:

1) Terus-menerus atau tidak terputus-putus

2) Secara terang-terangan (karena hubungannya dengan pihak ketiga)

3) Dalam kualitas tertentu (karena dalam lapangan perniagaan)

4) Menyerahkan barang-barang

5) Mengadakan perjanjian-perjanjian perdagangan

6) Harus bermaksud memperoleh laba.

7) Pengertian Hukum Perusahaan

2.3.3. Jenis-jenis Perusahaan

Apabila didasarkan atas kegiatan utama yang dijalankan, secara garis besar jenis

perusahaan dapat digolongkan:

1) Perusahaan Jasa

Perusahaan jasa adlah perusahaan yang kegiatannya menjual jasa. Contoh dari

perusaaan semacam ini adalah kantor akuntan, pengacara, tukang cukur, dan

lain-lain.

2) Perusahaan Dagang

(38)

barang jadi dan menjual kembali tanpa melekukan pengolahan lagi.Contohnya

adalah dealer, toko-toko kelontong, toko serba ada, dan lain-lain.

3) Perusahaan Manufaktur

Perusahaan manufactur adalah perusahaan yang kegiatan mengolah bahan baku

menjadi barang jadi dan kemudian menjualbahan jadi tersebut.Contohnya

pabrik sepatu, pabrik roti, dan lain-lain.

2.3.4. Bentuk Perusahaan

Bila dilihat dari sudut Yuridis Ekonomis, bentuk-bentuk perusahaan dapat

dibedakan sebagai berikut :18

1) Usaha Perseorangan

Ialah setiap bentuk usaha yang tanggung jawabnya pada pribadi seorang.

Seluruh kekayaan/modal perusahaan adalah milik pribadi orang tersebut dan ia

bertanggung jawab kepada pihak lain dengan seluruh kekayaan pribadinya.

2) Usaha Persekutuan Dengan Firma

Suatu bentuk persekutuan usaha yang didikan oleh beberapa orang dengana

menggunakan nama bersama. Persekutuan ini ini akan memperoleh modal dari

orang-orang yang bergabung di dalam persekutuan.Tiap-tiap oarng yang

menjadi anggota firma bertanggung jawab sepenuhnya jawab sepenuhnya

terhadap seluruh hutang kepada pihak ketiga.

3) Usaha Persekutuan Komanditer (CV=Commanditaire Vennootschap)

Bentuk ini hampir sama dengan firma, hanya didalamnya terdapat

sekutu-sekutu yang memimpin (sekutu-sekutu komplementer) dan sekutu-sekutu-sekutu-sekutu yang

18

(39)

26

mempercayakan modalnya (sekutu komanditer). Sekutu komanditer

bertanggungjawab kepada sekutu-sekutu komplementer hanya sebesar

kekayaan (modal) yang dipercayakan kepada persekutuan komanditer.

4) Perseroan Terbatas (PT)

Perseroan terbatas adalah badan hukum, yaitu badang yang mempunyai

kekayaan, hak, serta kewajiban sendiri yang terpisah dari pemilik. Pemilik PT

adalah para pemegang saham, dan tanggungjawab terhadap pihak ketiga hanya

terbatas sebesar modal sahamnya.

5) Koperasi

Adalah suatu perkumpulan yang kenggotaannya bersifat murni pribadi dan

tidak dapat dialihkan. Di dalam koperasi tidak ada modal permanen, karena

anggotanya dapat berganti-ganti.Modal koperasi terdiri dari simpanan pokok,

wajib, dan sukarela yang diperoleh dari anggota-anggotanya.

2.3.5. Peraturan Perusahaan

Peraturan perusahaan adalah peraturan yang dibuat secara tertulis oleh pengusaha

yang memuat syarat-syarat kerja dan tata tertib perusahaan.19 Pengusaha yang

mempekerjakan pekerja/buruh sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) orang wajib

membuat peraturan perusahaan yang mulai berlaku setelah disahkan oleh

Menteri atau pejabat yang ditunjuk. Kewajiban membuat peraturan perusahaan

tidak berlaku bagi perusahaan yang telah memiliki perjanjian kerja bersama.

Peraturan perusahaan disusun oleh dan menjadi tanggung jawab dari

pengusaha yang bersangkutan. Peraturan perusahaan disusun dengan

19

(40)

memperhatikan saran dan pertimbangan dari wakil pekerja/buruh di perusahaan

yang bersangkutan. Dalam hal di perusahaan yang bersangkutan telah terbentuk

serikat pekerja/serikat buruh maka wakil pekerja/buruh adalah pengurus

seri-kat pekerja/seriseri-kat buruh. Dalam hal di perusahaan yang bersangkutan belum

terbentuk serikat pekerja/serikat buruh, wakil pekerja/buruh adalah

pekerja/buruh yang dipilih secara demokratis untuk mewakili kepentingan pars

pekerja/buruh di perusahaan yang bersangkutan.20

Pengesahan peraturan perusahaan oleh Menteri atau pejabat yang ditunjuk harus

sudah cliberikan dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja sejak naskah

peraturan perusahaan diterima. Apabila peraturan perusahaan telah sesuai, maka

dalam waktu 30 (tiga puluh) hari kerja sebagaimana dimaksud pads ayat (1)

Sudah terlampaui dan peraturan perusahaan belum disahkan oleh Menteri atau

pejabat yang ditunjuk, maka peraturan perusahaan dianggap telah mendapatkan

pengesahan.

Pengesahan peraturan perusahaan dilakukan oleh :21

1) Kepala instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenaga kerjaan

Kabupaten/Kota untuk perusahaan yang terdapat hanya dalam 1 (satu)

wilayah Kabupaten/Kota

2) Kepala instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenaga kerjaan di

Provinsi untuk perusahaan yang terdapat pada lebih dari 1 (satu)

Kabupaten/Kota dalam 1 (satu) Provinsi

3) Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial untuk perusahaan yang

20

Ibid, Pasal 110.

21

(41)

28

terdapat pada lebih dari 1 (satu) Provinsi

Peraturan perusahaan sekurang-kurangnya memuat isi sebagai berikut:

1) Hak dan kewajiban pengusaha

2) Hak dan kewajiban pekerja / buruh

3) Syarat kerja

4) Tata tertib perusahaan dan

5) Jangka waktu berlakunya peraturan perusahaan.

Ketentuan dalam peraturan perusahaan tidak boleh bertentangan dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan yang berlaku, yakni tidak boleh bertentangan

dengan ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku adalah

peraturan perusahaan tidak boleh lebih rendah kualitas atau kuantitasnya dari

peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan apabila ternyata

bertentangan, maka yang berlaku adalah ketentuan peraturan

perundang-undangan.

Masa berlaku peraturan perusahaan paling lama 2 (dua) tahun dan wajib

diperbarui setelah habis masa berlakunya. Selama masa berlakunya peraturan

perusahaan, apabila serikat pekerja/serikat buruh di perusahaan menghendaki

perundingan pembuatan perjanjian kerja bersama, maka pengusaha wajib

melayani. Dalam hal perundingan pembuatan perjanjian kerja bersama tidak

mencapai kesepakatan, maka peraturan perusahaan tetap berlaku sampai habis

jangka waktu berlakunya.22

22

(42)

Kewajiban para pihak untuk pengusaha wajib memberitahukan dan menjelaskan

isi serta memberikan naskah peraturan perusahaan atau perubahannya kepada

pe-kerja/buruh.23 Pemberitahuan dilakukan dengan cara membagikan salinan

peraturan perusahaan kepada setiap pekerja/buruh, menempelkan di tempat

yang mudah dibaca oleh pars pekerja/buruh, atau memberikan penjelasan

langsung kepada pekerja/buruh.

2.4. Akuisisi

2.4.1.Pengertian Akuisisi

Akuisisi berasal dari sebuah kata dalam bahasa Inggris acquisition yang berarti

pengambilalihan. Kata akuisisi aslinya berasal dari bhs. Latin, acquisitio, dari kata

kerja acquirere. Beberapa Pengertian Akuisisi :24

1) Akuisisi (acquisition) adalah suatu penggabungan usaha dimana salah satu

perusahaan, yaitu pengakuisisi (acquirer) memperoleh kendali atas aktiva netto

dan operasi perusahan yang diakuisisi (acquiree), dengan memberikan aktiva

tertentu, mengakui suatu kewajiban, atau mengeluarkan saham.

2) Sedangkan Michael A. Hitt, dkk menyatakan bahwa ”Akuisisi yaitu

memperoleh atau membeli perusahaan lain dengan cara membeli sebagian

besar saham dari perusahaan sasaran.”

3) Marcell Go dalam Christina dalam bukunya yang berjudul manajemen grup

bisnis menyatakan bahwa “Akuisisi sering juga disebut sebagai investasi

peranan modal. Akuisisi adalah penguasaan sebagian saham dari perusahaan

23

Ibid. Pasal 114.

24 http://dwiermayanti.wordpress.com/2009/10/15/penggabungan-badan-usaha-akuisisi, Diakses

(43)

30

subsidiary, melalui pembelian saham hak suara perusahaan subsidiary, dalam

jumlah material (lebih dari 50%)”.

Berdasarkan beberapa definisi di atas, maka akuisisi dapat dikatakan sebagai

pengambilalihan kepemilikan suatu perusahaan oleh perusahaan lain yang

dilakukan dengan cara membeli sebagian atau seluruh saham perusahaan, dimana

perusahaan yang diambil alih tetap memiliki hukum sendiri dan dengan maksud

untuk pertumbuhan usaha. Akuisisi juga bisa diartikan sebagai pembelian suatu

perusahaan oleh perusahaan lain atau oleh kelompok investor.

2.4.2. Klasifikasi Akuisisi

Berdasarkan bentuk dasar akuisisi, terdapat tiga prosedur dasar yang tepat

dilakukan perusahaan untuk mengambil alih perusahaan lain, yaitu:25

1) Merger atau Konsolidasi

Istilah merger sering digunakan untuk menunjukkan penggabungan dua

perusahaan atau lebih, dan kemudian tinggal nama salah satu perusahaan yang

bergabung. Sedangkan consolidation menunjukkan penggabungan dari dua

perusahaan atau lebih, dan dari perusahaan-perusahaan yang bergabung

tersebut hilang, kemudian muncul nama baru dari perusahaan gabungan.

2) Akuisisi Saham

Cara kedua untuk mengambil alih perusahaan lain adalah membeli saham

perusahaan tersebut, baik dibeli secara tunai, ataupun menggantinya dengan

sekuritas lain (saham atau obligasi).

25

(44)

Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan untuk memilih antara akuisisi saham

adalah:

a. Dalam akuisisi saham, tidak diperlukan rapat umum pemegang saham (RUPS)

dan pemungutan suara

b. Dalam akuisisi saham, perusahaan yang akan mengakuisisi dapat berhubungan

langsung dengan pemegang saham target lewat tender offer.

c. Akuisisi saham seringkali dilakukan secara tidak bersahabat untuk menghindari

manajemen perusahaan target yang seringkali menolak akuisisi tersebut.

d. Seringkali sejumlah minoritas pemegang saham dari perusahaan target tetap

tidak mau menyerahkan saham mereka untuk dibeli dalam tender offer,

sehingga perusahaan target tetap tidak sepenuhnya terserap ke perusahaan yang

mengakuisisi.

3) Akuisisi Assets

Suatu perusahaan dapat mengakuisisi perusahaan lain dengan jalan membeli

aktiva perusahaan tersebut. Cara ini akan menghindarkan perusahaan dari

kemungkinan memiliki pemegang saham minoritas, yang dapat terjadi pada

peristiwa akuisisi saham. Akuisisi assets dilakukan dengan cara pemindahan

hak kepemilikan aktiva-aktiva yang dibeli.

Berdasarkan keterkaitan operasinya, akusisi dikelompokkan sebagai berikut :

1) Akuisisi Horisontal

Akuisisi ini dilakukan terhadap perusahaan lain yang mempunyai bisnis atau

bidang usaha yang sama. Perusahaan yang diakuisisi dan yang mengakuisisi

(45)

32

2) Akuisisi Vertical

Akuisisi ini dilakukan terhadap perusahaan yang berada pada tahap proses

produksi yang berbeda. Misalnya, perusahaan rokok mengakuisisi perusahaan

perkebunan tembakau.

3) Akuisisi Konglomerat

Perusahaan yang mengakuisisi dan yang diakuisisi tidak mempunyai

keterkaitan operasi. Akuisisi perusahaan yang menghasilkan food-product oleh

perusahaan komputer, dapat dikatakan sebagai akuisisi konglomerat (Suad

Husnan, 1998 : 648-651).

2.4.3. Proses Akuisisi

Proses akuisisi merupakan suatu faktor penting, terutama karena pembelian suatu

unit bisnis tertentu pada umumnya berkaitan dengan jumlah uang yang relatif

besar dan membutuhkan waktu yang relatif lama, sehingga bagi perusahaan

pengambil alih, sebelum memutuskan untuk akuisisi terhadap suatu perusahaan

terlebih dahulu akan berusaha memahami secara lebih jelas mengenai prospek dan

sasaran yang akan dicapai.26

Proses akuisisi menurut P.S Sudarsaman terdiri dari tiga tahap, yaitu :

1) Tahap Persiapan, meliputi :

a. Mengembangkan strategi akuisisi, alasan penciptaan nilai dan kriteria akuisisi

b. Meneliti, menyaring dan mengidentifikasi perusahaan target

c. Evaluasi strategi terhadap sasaran dan menilai kelayakan akuisisi

26

(46)

2) Tahap Negosiasi, meliputi :

a. Pengembangan strategi pengarahan

b. Mengevaluasi keuangan dan perhitungan harga perusahaan target

c. Negosiasi dan transaksi pembiayaan

3) Tahap Integrasi (penggabungan), meliputi :

a. Mengevaluasi kesehatan organisasi dan budaya perusahaan

b. Mengembangkan pendekatan integrasi

c. Menyesuaikan strategi, organisasi dan budaya antara perusahaan pengakuisisi

dan perusahaan yang diakusisi.

d. Hasil-hasil

Sedangkan menurut Alfred Rappaport proses analisis akuisisi melalui tiga tahap

yaitu :

1) Planning

Proses perencanaan akuisisi dimulai dengan suatu analisis terhadap corporate

objectives and product market strategics. Analisis ini ditujukan untuk

memahami kekuatan dan kelemahan yang meliputi berbagai aspek seperti

ekonomi, sosial, teknologi dan sebagainya. Disamping itu, analisis ini juga

meliputi parameter-paratemeter industri seperti proyeksi tingkat pertumbuhan

pasar, peraturan pemerintah dan faktor sumber daya manusia dengan

menggunakan berbagai kriteria seperti kualitas manajemen, profitabilitas,

(47)

34

2) Search and Screen

Proses pencarian dan pelacakan merupakan suatu pendekatan sistematik untuk

menggabungkan berbagai prospek akuisisi yang menarik dan dianggap

menguntungkan. Proses pencarian lebih menfokuskan pada “bagaimana” dan

“dimana” mencari calon perusahaan yang akan diambil alih, yang dianggap

menunjukkan calon terbaik sesuai dengan sasaran dan kriteria yang

dikembangkan dalam tahap proses perencanaan.

3)) Financial evaluation

Proses evaluasi keuangan lebih memfokuskan pada jawaban manajemen atas

beberapa pertanyaan mengenai harga tertinggi yang harus dibayar oleh

(48)

III.

METODE PENELITIAN

3.1. Pendekatan Masalah

Peneliti menggunakan pendekatan masalah dengan cara normatif empiris. Suatu

penelitian hukum normatif adalah pendekatan yang dilakkukan berdasarkan bahan

hukum utama, menelaah hal yang bersifat teoritis yang menyangkut asas-asas

hukum, konsepsi hukum, pandangan dan doktrin-doktrin hukum, peraturan dan

sistem hukum.1

Penelitian hukum empiris adalah penelitian hukum mengenai pemberlakuan

ketentuan hukum normatif (kodifikasi, undang-undang atau kontrak) secra in

action pada setiap peristiwa hukum tertentu yang terjadi dalam masyarakat.2

Penggunaan kedua macam pendekatan tersebut dimaksudkan untuk memperoleh

gambaran dan pemahaman yang jelas dan benar terhadap permasalahan yang akan

dibahas dalam penelitian guna penulisan skripsi ini.

3.2. Sumber dan Jenis Data

Sumber data yang di pergunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan data

sekunder.

1

Abdulkadir Muhammad. 2004. Hukum dan Penelitian Hukum. Bandung. Citra Aditya Bakti hlm.135

2

(49)

36

1) Data Primer

Data Primer adalah data yang diperoleh peneliti dari hasil studi dan penelitian di

lokasi penelitian. Data primer ini didapat dari PT. Putra Lampung Perkasa . Data

primer ini diperoleh dari hasil wawancara dengan pihak PT. Putra Lampung

Perkasa yaitu Manager Operasional Ibu Defta Rustin serta wakil para pekerja

diwakili oleh saudari Cintya, untuk mencari masukan-masukan, saran-saran dan

tanggapan atas Perlindungan Hukum terhadap hak pekerja dalam proses akuisisi

pada PT. Putra Lampung Perkasa di Kabupaten Lampung Selatan.

2) Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari bahan pustaka, terdiri dari :

Bahan Hukum Primer, adalah bahan-bahan yang bersifat mengikat berupa

peraturan perundang-undangan antara lain :

1. Undang-Undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945

2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 03 Tahun 1992 Tentang Jaminan

Sosial Tenaga kerja

3. Undang-Undang RI Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

4. Undang-Undang RI Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

5. Undang-Undang RI Nomor 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara

Jaminan Sosial

3.3. Prosedur Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penyusunan skripsi ini dapat

(50)

1) Studi Kepustakaan

untuk memperoleh data sekunder, penulis lakukan dengan cara membaca,

mencatat atau menguti dari perundang-undangan yang berlaku serta

literatur-literatur dalam dokumen-dokumen yang berkaitan dengan putusan tersebut.

2) Studi Lapangan

Untuk memperoleh data primer, studi lapangan ditempuh dengan cara melakukan

wawancara dengan memberikan pertanyaan (question) kepada responden di

PT.Putera Lampung Perkasa untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang

permasalahan yang penulis kaji, yaitu tentang Perlindungan Hukum terhadap hak

pekerja dalam proses akuisisi perusahaan di Kabupaten Lampung Selatan.

3.4. Prosedur Pengolahan Data

Setelah data yang dikehendaki terkumpul baik dari studi kepustakaan maupun dari

lapangan, maka data diperoses melalui pengolahan data dengan langkah-langkah

sebagai berikut :

1) Seleksi Data

Seleksi data dilakukan untuk mengetahui apakah data yang diperlukan sudah

mencakup atau belum dan data tersebut berhubungan atau tidak berhubungan

dengan pokok permasalahan yang dibahas.

2) Klasifikasi Data

Klasifikasi data yang telah diperoleh disusun melalui klasifikasi yang telah

(51)

38

3) Penyusunan Data

Penyusunan data dimaksudkan untuk mendapatkan data dalam susunan yang

sistematis dan logis serta berdasarkan kerangka pikir. Dalam tiap tahap ini data

dapat dimasukan ke dalam tabel apabila diperlukan.

3.5. Analisis Data

Data yang telah diolah kemudian dianalisis dengan cara deskriptif kualitatif

dengan mendeskripsikan atau menggambarkan data yang dihasilkan dari

penelitian dilapangan kedalam bentuk penjelasan dengan cara sistematis sehingga

memiliki arti dan dapat dirangkum. Dari analisis tersebut dapat dirangkum dengan

cara induktif yaitu cara berfikir dalam menguraikan data yang diperoleh dengan

menempatkan hasil-hasil analisis secara khusus, kemudian ditarik rangkuman

secara umum.3

3

(52)

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum PT. Putra Lampung Perkasa

PT Putra Lampung Perkasa adalah sebuah perusahaan mitra PLTU Tarahan PT

PLN Persero yang berdiri pada tanggal 8 Maret 2006 yang beralamat di Jalan

Soekarno Hatta Gg. Waru IV No. 22, Sukabumi Indah, Sukabumi Bandar

Lampung. Perusahaan ini bergerak di bidang Mechanical and Machine. PT Putera

Lampung Perkasa telah mengembangkan segmen bisnis di bidang yang baru

yaitu bidang Laboratorium dan Water Treatment Plant (WTP). Pada saat itu

diketahui bahwa CV Faiz Barokah yang juga perusahaan mitra PLTU Tarahan PT

PLN Persero akan menjual perusahaannya di bidang bidang Laboratorium dan

Water Treatment Plant (WTP), alasan CV Faiz Barokah untuk memutuskan

peralihan perusahaan adalah dikarenakan adanya kebutuhan dana yang cukup

besar serta akan memfokuskan bisnisnya pada bidang lain, sehingga PT. Putera

Lampung Perkasa melakukan akuisisi 100% saham milik CV. Faiz Barokah. Pada

proses akuisisi ini terdapat 4 orang pekerja pada bagian Laboratorium dan 8 orang

pada bagian WTP.

Setelah terjadi akuisisi pada CV Faiz Barokah, dimana PT Putra Lampung

Perkasa mengakuisisi 100% saham milik CV Faiz Barokah. Dilaksanakannya

(53)

40

ekonomi, karena perusahaan yang mengakuisisi dan yang diakuisisi menjalankan

kegiatan ekonomi yang saling menuntungkan. Hal ini adalah suatu konsekuensi

dari perusahaan yang telah terbuka/go public.

4.1.1. Struktur Perusahaan PT Putra Lampung Perkasa

Chief Executive Officer (CEO) : Hj. Sri Handayani

Direktur Utama : Ir. H. M. Suparjo, ST, MM

Manager Operasional : Defta Rustin Permata Sari, S.IP

Sulistyo Nur Susilo, ST

Administrasi : Chintya Saptatiani, Amd

Pegawai di bagian Laboratorium : Haryadi Iskandar

Amin Solihin

Adi Yusuf

Sunardi

Pegawai di bagian WTP : Hel jefri

Yan Ade

Anang Azhari

Galih Nugraha. S

Afriyansah Saputra

Apriyansah

Kgs. M. Ridwan

(54)

4.2. Perlindungan Hukum Terhadap Pekerja Dalam Proses Akuisisi

4.2.1. Pengusulan Perlindungan Hukum Terhadap Pekerja Dalam Proses Akuisisi Oleh FSPSI Pada PT. Putera Lampung Perkasa di Kabupaten Lampung Selatan.

Semakin berkembangnya dunia bisnis Indonesia, semakin tinggi pula persaingan

bisnis yang terjadi pada perusahaan, dengan begitu tidak sedikit pula beberapa

perusahaan yang mengalami kebangkrutan dalam bersaing, sehingga ada beberapa

perusahaan yang memutuskan untuk melakukan akuisisi perusahaan sebagai jalan

keluar untuk mempertahankan perusahaannya dan akuisisi juga dapat

menguntungkan perusahaan dalam memasuki segmen baru yang akan ia masuki.

Hal yang tidak kalah penting yaitu pada bidang tenaga kerja. Hal ini tidak boleh

dianggap ringan, karena pekerja atau karyawan merupakan salah satu stakeholder

penting dalam organisasi perburuhan, oleh karena itu, jika terjadi akuisisi saham

seharusnya tidak boleh dirugikan dengan kata lain kepentingan karyawan/pekerja

haruslah diperhatikan.

Sehingga pada pelaksanaan perlindungan hukum terhadap pekerja dalam proses

akuisisi pada PT. Putra Lampung Perkasa sebagai perusahaan akuisisi, hak-hak

yang dimiliki pekerja tidak boleh dilanggar, karena hak-hak pekerja harus

dilindungi. Penggunaan manajemen lama pasca dilakukannya akuisisi oleh PT

Putera Lampung Perkasa terlihat dari pekerjanya, yaitu di mana pekerja masih

tetap menggunakan pekerja lama, dalam arti hubungan kerja tetap berlanjut terus.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Defta Rustin, S.IP, Manager

(55)

42

status hukum pekerja pada CV Faiz Barokah setelah diakuisisi oleh PT Putera

Lampung Perkasa, bahwa huhungan kerja tetap berlanjut pada perusahaan yang

diakuisisi, yaitu pasca akuisisi kendali perusahaan dipegang oleh PT Putera

Lampung Perkasa. Sehingga status pekerja tetap berlanjut dengan 4 orang pekerja

pada bagian Laboratorium dan 8 orang pada bagian WTP dengan membuat

kontrak kerja baru yang sesuai dengan standar hak pekerja yang telah di atur pada

peraturan perundang-undangan maupun peraturan lainnya dan juga ada beberapa

hak pekerja yang tetap diberikan yang dihitung dari masa kerja perkerja tersebut.

Adanya pengalihan perusahaan maka hak-hak pekerja/buruh menjadi tanggung

jawab pengusaha baru, kecuali ditentukan lain dalam perjanjian pengalihan yang

tidak mengurangi hak-hak pekerja/buruh. Setelah terjadi proses akuisisi antara PT

Putra Lampung Perkasa dengan CV Faiz Barokah, di antara pekerja dengan

manajemen perusahaan pasca akuisisi di bawah kendali PT Putra Lampung

Perkasa haruslah tetap terjadi suatu hubungan yang harmonis dalam terjalinnya

sebuat Hubungan industrial.

Hal tersebut sebagaimana telah tercantum dalam Pasal 6l ayat (2) Undang-Undang

Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, menyatakan bahwa "Perjanjian

kerja tidak berakhir karena meninggalnya pengusaha atau beralihnya hak atas

perusahaan yang disebabkan penjualan, pewarisan, atau hibah". Berdasarkan

ketentuan tersebut, perjanjian kerja tetap ada, dan akan tetap berlangsung terus

sampai masa berlakunya habis, walaupun terjadi pemindahan perusahaan., baik

(56)

pindah tangan, atau karena adanya warisan atau hibah. Perjanjian kerja hanya

akan berakhir apabila:

1) Pekerja meninggal dunia

2) Berakhirnya jangka waktu perjanjian kerja

3) Adanya putusan pengadilan dan/atau putusan atau penetapan lembaga

penyelesaian perselisihan hubungan. industrial yang telah mempunyai kekuatan

hukum tetap

4) Adanya keadaan atau kejadian tertentu yang dicantumkan dalam perjanjian

kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama yang dapat

menyebabkan berakhirnya huhungan kerja.

Pelaksanaan akuisisi oleh PT Putra Lampung Perkasa dengan CV Fais Barokah

sudah pasti akan berpengaruh terhadap perusahaan, terlebih dengan pihak pekerja.

Karena pada umumnya pekerja secara individual berada dalam posisi lemah

dalam memperjuangkan hak-haknya, dengan menjadi anggota serikat pekerja akan

dapat meningkatkan kesempatan baik secara individu maupun keseluruhan.

Serikat pekerja dapat mengawasi pelaksanaan hak-hak pekerja di perusahaan.

Sehingga pada pelaksanan akuisisi, status hukum pekerja harus jelas, sehingga

hak-hak yang dimiliki pekerja dapat terlindungi.

Berdasarkan uraian di atas, perlindungan hukum bagi pekerja terkait dengan

setelah akuisisi secara normatif sudah tertuang dalam peraturan

perundang-undangan terkait. Proses akuisisi yang tidak bermasalah, membuat kepentingan

para pekerja sudah memperoleh kepastian akan hak-haknya, sepenuhnya hak-hak

(57)

44

Putera Lampung Perkasa, terlindungi dalam hal ini adalah hak-hak yang

tercantum dalam Perjanjian Kerjasama, yang dalam pelaksanaannya sehari-hari

adalah telah sesuai/dilaksanakan menurut apa yang telah diatur dalam Perjanjian

Kerjasama.

Dalam konteks perjuangan hak hak pekerja ada beberapa pilar yang sangat

berperan dalam menegakkan hak-hak pekerja dalam mewujudkan

kesejahteraannya. Organisasi Serikat Pekerja yang dalam hal ini adalah Federasi

Serikat Pekerja S

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukan bahwa penagihan tunggakan pajak dengan menggunakan surat paksa pada tahun 2011 dilihat dari jumlah lembar memiliki persentase efektivitas 41.26%

Kegiatan Usaha Pertanian, Perdagangan Umum, Pengangkutan, Perindustrian dan Jasa Atau Pelayanan Jumlah Saham yang ditawarkan 240.000.000 Saham Biasa Atas Nama dengan Nilai

PERANCANGAN SISTEM INFORMASI INTER CLUB INDONESIA KORDINATOR DAERAH SUMATERA UTARA BERBASIS WEB..

Hipotesis awal dari penelitian dengan menambahkan fiber pada tanah lempung yaitu agar kandungan kadar air dan fiber yang ada pada campuran lebih merata

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis yang ketiga mendapatkan hasil bahwa variabel motivasi mempunyai nilai t hitung (2,888) lebih besar dari pada t tabel (2,052) atau dapat

Berdasarkan proses yang dipilih, maka digunakan hydrogen dan chlorine sebagai bahan baku dalam pembuatan asam klorida.. Untuk bahan baku tersebut dapat diperoleh hydrogen dan

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa melalui model pembelajaran Quantun Teaching dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa di kelas IV SD Negeri

Aplikasi Microsoft Access 2000 dapat membantu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi Buring Foto copy dan cetak dengan memanfaatkan komputer sebagai alat bantu dengan baik, cepat