• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbandingan Hukum Perdata Tugas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perbandingan Hukum Perdata Tugas"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Tugas Mata Kuliah

Perbandingan Hukum Perdata

Nama :

Muhammad Iqbal

(2)

A. COMMON LAW (ANGLO-SAXON)

Sistem ini dikenal pula dengan istilah "Anglo Amerika", mulai berkembang di Inggris pada abad XI yang disebut sebagai sistem "Common Law" dan "Uri Written Law". Sistem "Anglo Amerika" melandasi hukum positif di negara-negara Amerika Utara, seperti Kanada dan negara-negara persemakmuran Inggris dan Australia serta USA.

Konsep negara hukum Anglo-Saxon Rule of Law dipelopori oleh A.V Dicey (Inggris). Menurut A.V Dicey, konsep rule of law ini menekankan pada tiga tolok ukur:

1. Supremasi hukum (supremacy of law);

2. Persamaan dihadapan hukum (equality before the law);

3. Konstitusi yang didasarkan atas hak-hak perorangan (the constitution based on individual rights).

Sumber hukumnya Sistem Hukum Anglo Saxon antara lain:

1. Putusan-putusan pengadilan atau hakim (judicial decision), yaitu hakim tidak hanya berfungsi sebagai pihak yang bertugas menetapkan dan menafsirkan peraturan-peraturan hukum, tetapi juga membentuk seluruh tata kehidupan dan menciptakan prinsip-prinsip hukum baru (yurisprudensi).

2. Kebiasaan-kebiasaan dan peraturan-peraturan tertulis Undang-Undang dan peraturan administrasi negara.

Dengan demikian sistem hukum Anglo Saxon lebih mengutamakan pada Common Law, yaitu kebiasaan dan hukum adat masyarakat, sedangkan undang-undang hanya mengatur pokok-pokoknya saja dan kehidupan masyarakat. Dengan adanya common law, kedudukan kebiasaan dalam masyarakat lebih berperan, dan selalu menyesuaikan dengan perkembangan masyarakat yang semakin maju.

(3)

yang sangat luas untuk menafsirkan peraturan hukum yang berlaku dan menciptakan prinsip-prinsip hukum baru yang akan menjadi pegangan bagi hakim-hakim lain untuk memutuskan perkara yang sejenis.

Dalam sistem common law hakim di pengadilan menggunakan prinsip "pembuat hukum sendiri" dengan melihat kepada kasus-kasus dan fakta-fakta sebelumnya [case law atau judge made law]. Pada hakekatnya hakim berfungsi sebagai legislative, sehingga hukum lebih banyak bersumber pada putusan-putusan pengadilan yang melakukan kreasi hukum."

Lebih jauh dari itu dengan dianutnya ajaran "the doctrine of precedent atau stare decists" pada common law, maka dalam memutuskan suatu perkara, seorang hakim hams mendasarkan putusannya kepada prinsip hukum yang sudah ada di dalam putusan hakim lain dari perkara yang sejenis sebelumnya [preceden). Tetapi dalam hal belum ada putusan hakim lain yang serupa, atau putusan pengadilan yang sudah ada tidak sesuai lagi dengan perkembangan zaman, maka hakim dapat menetapkan putusan baru berdasarkan nilai-nilai keadilan, kebenaran dan akal sehat [common sense] dengan pertimbangan yang rasa penuh tanggungjawab.

Dalam perkembangannya, sistem hukum Anglo Saxon Amerika mengenal juga pembagian "Hukum Publik dan Hukum Privat". Pengertian yang diberikan kepada hukum publik hampir sama dengan pengertian yang diberikan oleh sistem hukum Eropa Kontinental. Sedangkan bagi hukum privat pengertiannya agak berbeda dengan pengertian yang diberikan oleh sistem hukum Eropa Kontinental. Sistem hukum Eropa Kontinental lebih menekankan hukum privat sebagai kaidah-kaidah hukum perdata dan hukum dagang yang dicantumkan dalam kodifikasi kedua hukum itu. Tetapi pada sistem hukum Anglo Saxon, hukum privat lebih ditujukan kepada kaidah-kaidah hukum tentang hak milik [law of property], hukum tentang orang [law of persons], hukum perjanjian [law oc contract], dan hukum tentang perbuatan melawan hukum [law of torts] yang tersebar di dalam peraturan tertulis, putusan-putusan hakim dan hukum kebiasaan.

(4)

menjalankan tugasnya berdasarkan hukum kebiasaan setempat dan hukum yang ditetapkannya sendiri.

Kekuasaan Lord yang demikian besar menimbulkan berbagai penyelewengan dan akhirnya tercium juga oleh Raja Henry II (1154-1180) dan mengambil beberapa kebijaksanaan, yaitu:

a. Disusunlah suatu kitab yang memuat hukum Inggris pada waktu itu. Agar mendapatkan kepastian hukum kitab tersebut ditulis dalam bahasa latin oleh Glanvild chief justitior dari Henry II dengan judul Legibus Angliae.

b. Diberlakukannya sistem writ yakni surat perintah dari raja kepada tergugat agar membuktikan bahwa hak-hak dari penggugat itu tidak benar. Dengan demikian tergugat mendapat kesempatan untuk membela diri.

c. Diadakan sentralisasi pengadilan (Royal Court) yang tidak lagi mendasarkan pada hukum kebiasaan setempat melainkan pada Common Law yang merupakan suatu unifikasi hukum kebiasaan yang sudah diputus oleh hakim (yurisprudensi). Hal ini merupakan suatu kemajuan yang semula hanya ada minorial court yang didirikan oleh para Lord.”'

Dalam periode tahun 1485 sampai tahun 1832, timbul sistem hukum “equity” yaitu sistem hukum yang didasarkan pada hukum alam atau keadilan yang timbulnya memiliki sejarah tersendiri. Awalnya pengadilan yang ada yaitu Royal Court dan sistem Writ yang diberlakukan sangat terbatas dalam mengadili perkara sehingga orang mencari keadilan kepada pimpinan gereja atau Lord of Chancellor.

Pengadilan yang dilakukan oleh pimpinan gereja menurut sistem hukum Inggris tidak bertentangan di mana pada saat itu terdapat pengadilan Royal Court yang didasarkan kepada Common Law dan hakim-hakimnya bertindak atas nama raja, sedangkan pengadilan Court of Chancery didasarkan Dada hukum gereja atau kanonik dan hakimnya adalah seorang rohaniawan. Dengan semakin banyaknya minat dari masyarakat untuk mencari keadilan kepada Lord of Chancellor sehingga pada akhirnya terbentuk pengadilan tersendiri yaitu Court of Chancerry di samping Royal Court yang telah ada.

(5)

(cases at Equity) sama-sama diajukan ke salah satu pengadilan tersebut. Namun demikian di dalam Draktek masyarakat tetap tidak mematuhinya, dan mengajukan tuntutan masing-masing sesuai dengan jenis perkaranya.

Sumber hukum dalam sistem hukum Common Law terdiri atas: a. Yurisprudensi.

Yurisprudensi merupakan sumber hukum yang utama dan terpenting dalam sistem Common Law. Dalam sistem ini, hakim terikat pada “precedent” atau putusan mengenai perkara yang serupa dengan yang akan diputus. Hakim harus berpedoman pada putusan-putusan pengadilan terdahulu apabila dihadapkan pada suatu kasus. Oleh karenanya di sini hakim berpikir secara induktif. Asas keterikatan hakim pada “precedent” disebut “stare decisis et quieta non movere”, yang lazimnya disingkat “stare decisis” atau disebut juga “the binding force of precedent”. Hakim hanya terikat pada isi putusan pengadilan yang esensial yang disebut “ratio decidendi” yaitu yang dapat dianggap mempunyai sifat yang menentukan atau bagian yang berkaitan dengan hukum. Putusan yang bersifat “binding precedent” berarti putusan tersebut memiliki kekuatan yang meyakinkan.

Dalam putusan hakim menurut sistem common law putusan seorang hakim yang diikuti oleh hakim lainnya adalah yang berhubungan langsung dengan pokok perkara (ratio decidendi), sedangkan dalam hal yang tidak mempunyai hubungan langsung dengan pokok perkara yakni yang merupakan tambahan dan ilustrasi (obiter dicto) hakim dapat menilai sebagai suasana yang meliputi pokok perkara menurut pandangan hakim itu sendiri.

b. Statuta Law.

(6)

Statuta law adalah peraturan yang dibuat oleh parlemen Inggris seperti layaknya undang-undang dalam sistem kontinental. Statuta Law merupakan sumber hukum kedua setelah yurisprudensi. Untuk melaksanakan Statuta Law dibuat perangkat peraturan pelaksanaan oleh instansi-instansi pemerintah yang bersangkutan.

Fungsi Statuta Law sebagai penambah terhadap Common Law yang terkadang belum lengkap dan tidak ditujukan untuk mengatur suatu permasalahan secara menyeluruh. Pembentukkan melalui Statuta Law menjadi penting setelah Perang Dunia II karena diperlukan perubahan peraturan-peraturan secara cepat, dibandingkan dengan yurisprudensi yang dirasakan lamban. Dengan demikian pembentukkan melalui Statuta merupakan cara pembentukkan hukum yang lain karena dilakukan oleh Parlemen yakni berupa undang-undang (written law).

Pembentukkan hukum oleh Parlemen dirasakan lebih cepat karena:

1) Tidak terikat kepada banyaknya perkara yang masuk pengadilan dan banyaknya keputusan hakim;

(7)

c. Custom

Custom merupakan sumber hukum yang ketiga. Yang dimaksud dengan custom adalah kebiasaan yang sudah berlaku selama berabad-abad di Inggris dan merupakan sumber nilai-nilai. Dari nilai-nilai ini hakim menggali serta membentuk norma-norma hukum. Custom ini kemudian dituangkan dalam putusan pengadilan.

Kebiasaan ada dua macam yaitu local custom (kebiasaan setempat) dan commercial custom (kebiasaan yang menyangkut perdagangan). Kedua custom (kebiasaan) ini merupakan sumber darimana hakim menggali nilai-nilai untuk dapat dituangkan dalam putusan pengadilan di dalam menghadapi suatu perkara.

d. Reason (akal sehat).

Reason merupakan sumber hukum keempat dalam hukum Inggris. Reason berfungsi sebagai sumber hukum jika sumber hukum yang lain tidak memberikan penyelesaian terhadap perkara yang sedang ditangani oleh hakim, artinya tidak didapatkan norma hukum yang mampu memberikan penyelesaian mengenai perkara yang sedang diperiksa.

(8)

B. Socialist Law

Socialist Law adalah nama resmi untuk sistem hukum di negara-negara komunis. Kata sosialis ketika digunakan dalam hubungannya dengan hukum mengandung banyak arti berbeda diantara para ahli hukum. Pada dasarnya, kata “sosialis” menandakan filosofi dan ideologi yang berdasarkan yang pada umumnya mengacu ke pemikiran “Marxist-Leninist”. Ideologi sosialis selalu dihubungkan dengan prinsip bahwa keseluruhan hukum adalah instrumen dari kebijakan ekonomi dan sosial, dan kebiasaan common law dan civil law menggambarkan kapitalis, burjuis, imperialis, eksploitasi masyarakat, ekonomi dan pemerintahan.

Teori Marxist dibangun diatas dasar doktrin “dialektikal/historikal materialisme” yang berpendapat bahwa masyarakat bergerak menuju berbagai tingkatan dan fase di dalam menjalaninya itu merupakan evolusi dan pembangunan. Itu kemungkinan dimulai tanpa sistem hukum, kemudian menjadi salah satu kepemilikan buruh, diikuti dengan tingkat dari abad pertengahan, sebelum bergerak menjadi kapitalisme, kemudian sosialisme sebelum akhirnnya hukum bertambah buruk di dalam masyarakat tanpa kelas tanpa kepentingan terhadap sistem hukum apapun karena semua manusia akan saling membicarakan keadilan satu sama lain.

Quigley menggambarkan (lebih baik mendefinisikan): “socialist law as the law of countries whose governments officially view the country as being either socialist or moving from capitalism to socialism, and which hold a communistic society as an ultimate goal” yang artinya: “hukum sosialis sebagai hukum negara-negara yang pemerintahnya secara resmi melihat negara-negara sebagai salah satu sosialis atau bergerak dari kapitalisme ke sosialisme dan yang memegang teguh masyarakat komunistik sebagai sebuah tujuan akhir”.

(9)

Teori Marxist-Leninist mengagung-agungkan kedudukan istimewa ekonomi dalam hubungan kemasyarakatan, dengan mengambil kekuatan mengikat dari politik dan hukum. Dalam istilah internasional, teori Marxist-Leninist berarti pengasingan dari dunia Barat, kadang-kadang meninggalkannya dengan interaksi yang selektif dengan pihak komunis asing. Hukum, ketika digunakan oleh pemimpin Soviet oleh karenanya telah menjadi alat belaka dalam merencanakan dan mengelola ekonomi dan struktur sosial dari negara. Hukum adalah bagian sederhana dari ideologi super struktur yang mengontrol kenyataan material dari produksi; dimana ditetapkan dan didefinisikan dalam kata dari fungsi politik.

Kelompok negara-negara yang telah menerima socialist law dapat dibagi ke dalam dua kategori utama:

1. Jurisdiksi sosialis kuno, seperti Polandia, Bulgaria, Hungaria, Czechoslovakia, Rumania, Albania, Repbulik Rakyat China, Republik Rakyat Vietnam, Republik Rakyat Demokratik Korea, Mongolia (merupakan sistem hukum nasionalnya yang tertua di dalam kelompok ini) dan Kuba;

(10)

C.

Pemikiran Karl Marx

a. Materialisme Historis

(11)

b. Infrastruktur Ekonomi dan Superstruktur Sosio Budaya

Marx berulang-ulang menekankan ketergantungan politik pada struktur ekonomi, tipe analisa yang sama berlaku untuk pendidikan , agama, keluarga, dan semua institusi sosial lainnya. Sama halnya dengan kebudayaan suatu masyarakat, termasuk standar-standar moralitasnya, kepercayaan-kepercayaan agama, sistem-sistem filsafat, ideologi politik, dan pola-pola seni serta kreativitas sastra juga mencerminkan pengalaman hidup yang riil dari orang-orang dalam hubungan-hubungan ekonomi mereka. hubungan-hubungan antara infrastruktur ekonomi dan superstruktur budaya dan struktur sosial yang dibangun atas dasar itu merupakan akibat langsung yang wajar dari kedudukan materialisme historis. Adaptasi manusia terhadap lingkungan materilnya selalu melalui hubungan-hubungan ekonomi tertentu, dan hubungan-hubungan ini sedemikian meresapnya hingga semua hubungan-hubungan sosial lainnya dan juga bentuk-bentuk kesadaran, dibentuk oleh hubungan ekonomi itu. Mengenai determinisme ekonomi Marx tidak menjelaskan secara konsisten, sekalipun ekonomi merupakan dasar seluruh sistem sosio budaya, institusi-institusi lain dapat memperoleh otonomi dalam batas tertentu, dan malah memperlihatkan pengaruh tertentu pada struktur ekonomi. Pada akhirnya struktur ekonomi itu tergantung terhadapnya.

c. Kegiatan dan Alienasi

(12)

bentuk ekstrem alienasi itu merupakan akibt dari perampasan produk buruh oleh majikan kapitalisnya. Marx menekankan bahwa alienasi kelihatannya benar-benar tidak dapat dielakkan dalam pandangan mengenai kodrat manusia yang paradoks. Di satu pihak manusia menuangkan potensi manusiawinya yang kreatif dalam kegiatannya, dilain pihak, produk-produk kegiatan kreatifnya itu menjadi benda yang berada di luar kontrol manusia yang menciptakannya yang menghambat kreativitas mereka selanjutnya. Bagi Marx alienasi akan berakhir, bila manusia mampu untuk mengungkapkan secara utuh dalam kegiatannya untuk mereka sendiri, sehingga ekspolitasi dan penindasan tidak menjangkiti manusia lagi.

d. Kelas Sosial, Kesadaran Kelas, dan Perubahan Sosial

(13)

struktur sosial yang ada. Pengaruh ideologi inilah yang memunculkan “kesadaran palsu”. Bila nanti terjadi krisis ekonomi dalam sistem kapitalis, menurut Marx akan menjelaskan bahwa kontradiksi-kontradiksi internal dalam kapitalisme akan mencapai puncak gawatnya dan sudah tiba waktunya bagi kaum proletar untuk melancarkan suatu revolusi yang berhasil

e. Kritik Terhadap Masyarakat Kapitalis

(14)

Daftar Pustaka

1. Usman, Rachmadi. 2003.

2. Asshiddiqie, Jimly. 2010. Konstitusi Ekonomi. Jakarta: Kompas Gramedia

Referensi

Dokumen terkait

c) Karena hakim pertama-tama menunjuk arah hukum Prancis sebagai lex cause, untuk menentukan kemampuan hukum A untuk menikah, pada tahap ini didasari bahwa berdasarkan Pasal 148

15 Dari pendapat di atas, maka sistem hukum Pancasila merupakan peleburan yang baik-baik dari beberapa sistem hukum, baik eropa kontinental, anglo saxon, dan

Pelaksanaan putusan ganti rugi secara tanggung renteng dalam perkara perdata, sama dengan pelaksanaan utusan yang tercantum dalam pasal '^'^ HIR, sebab pelaksanaan putusan hakim

b. Banding, yaitu upaya hokum diajukan ke pengadilan tinggi dalam salah satu pihak dalam suatu perkara perdata tidak menerima putusan yang dijatuhkan oleh

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diketahui bahwa putusan hakim nomor 05/Pdt.G/2015/PN.Kds, yang sudah mempunyai kekuatan hukum tetap dalam

Menurut Pasal 1917 KUH Perdata putusan hakim hanya mengikat bagi para pihak yang berperkara, namun tidak tertutup kemungkinan putusan Hakim dapat saja merugikan

contoh: gugatan harus diajukan di tempat atau domisili tergugat Jangka waktu untuk mengajukan permohonan banding adalah 14 hari setelah putusan hakim diterima para pihak,

Dijelaskan dalam putusan tersebut bahwasannya pemaknaan terhadap Pasal 15 ayat (2) terkait penyamaan sertifikat fidusia dengan putusan hakim yang berkekuatan hukum tetap,