• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN PENGETAHUAN BENCANA DAN SIKAP SOSIAL MELALUI PENDEKATAN SAINTIFIK MODEL EXCLUSIVE DI WILAYAH RAWAN BENCANA LONGSOR PADA SISWA KELAS III SD NEGERI 2 GUNUNG KEMALA TIMUR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN PENGETAHUAN BENCANA DAN SIKAP SOSIAL MELALUI PENDEKATAN SAINTIFIK MODEL EXCLUSIVE DI WILAYAH RAWAN BENCANA LONGSOR PADA SISWA KELAS III SD NEGERI 2 GUNUNG KEMALA TIMUR"

Copied!
206
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN PENGETAHUAN BENCANA DAN SIKAP SOSIAL MELALUI PENDEKATAN SAINTIFIK MODEL EXCLUSIVE

DI WILAYAH RAWAN BENCANA LONGSOR PADA SISWA KELAS III SD NEGERI 2

GUNUNG KEMALA TIMUR

(Skripsi)

Oleh Suhardi

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ii

ABSTRAK

PENINGKATAN PENGETAHUAN BENCANA DAN SIKAP SOSIAL

MELALUI PENDEKATAN SAINTIFIK MODEL EXCLUSIVE

DI WILAYAH RAWAN BENCANA LONGSOR PADA SISWA KELAS III SD NEGERI 2

GUNUNG KEMALA TIMUR

Oleh SUHARDI

Penelitian ini dilatarbelakangi lokasi sekolah di daerah perbukitan yang mempunyai potensi terjadi bencana khususnya longsor. Pengetahuan bencana dan sikap sosial siswa masih rendah. Pembelajaran belum menggunakan pendekatan dan model yang sesuai dengan pembelajaran tematik. Penelitian ini bertujuan meningkatkan pengetahuan bencana dan sikap sosial siswa di daerah rawan bencana.

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan sebanyak tiga siklus dengan enam pertemuan dengan tahap perencanan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Alat pengumpul data menggunakan lembar observasi dan tes hasil belajar siswa. teknik analisis yang digunakan yakni teknik kualitatif dan teknik kuantitatif.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa penerapan pendekatan saintifik dalam model EXCLUSIVE dapat meningkatkan pengetahuan bencana dan sikap sosial siswa. Diketahui dari nilai rata-rata pengetahuan bencana pada siklus I sebesar 59,99 kategori cukup meningkat pada siklus II menjadi 67,37 kategori baik. Kemudian pada siklus III meningkat menjadi 78,16 kategori baik. Nilai rata-rata sikap sosial siswa pada siklus I mendapat 55,27 kategori cukup, meningkat menjadi 65,45 kategori cukup pada siklus II, dan pada siklus III mendapat 74,82 kategori baik.

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

vii

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Way Seputih, Kabupaten Lampung Tengah pada tanggal 12 Mei 1992, sebagai anak ke empat dari empat saudara pasangan Bapak Samidi dan Ibu Dalsinem.

(8)

viii

MOTO

Khoirunnas anfa’uhumlinnas

(9)

ix

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya sederhana ini sebagai rasa syukur kepada Allah SWT dan sang penuntun kita kejalan yang benar yakni Rosululah SAW. Serta terimakasih kepada:

Bapak Samidi dan Ibu Dalsinem tercinta

yang telah membesarkan saya dengan mencurahkan kasih sayangnya kepada saya sampai sekarang ini, beliayau telah berjuang mendidik sampai membiayai sejak kecil hingga sekarang serta tidak lupa selalu mendoakan sampai keberhasilanku

saat ini.

Kakakku Paiman, Sutardi dan Mbak Surati

Terima kasih banyak selama ini telah memberikan dorongan motivasi dan doa untuk keberhasilanku.

Kakek dan Nenekku yang selalu ada dan mendoakan demi kesuksesanku Para pendidik yang telah memberikan ilmu dan bimbingannya selama ini sehingga

penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini.

Tidak lupa keluarga dan teman-teman yang selalu membantu dan memberikan semangat hingga terselesaikannya studi ini.

(10)

x

SANWACANA

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan segala limpahan rahmad, taufik, dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul Peningkatan Pengetahuan Bencana Dan Sikap Sosial Di Wilayah Rawan Bencana Longsor Melalui Pendekatan Saintifik Model EXCLUSIVE Pada Siswa Kelas III SD Negeri 2 Gunung Kemala Timur sebagai syarat meraih gelar sarjana di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan pada skripsi ini. Penyelesaian ini tidak lepas dari bimbingan, dan petunjuk dari berbagi pihak, oleh sebab itu penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Sugeng Harianto, M.Si., selaku Rektor Universitas Lampung, yang telah mengesahkan gelar Strata 1 (S1) kepada penulis. 2. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas

Lampung yang telah memberikan pengesahan terhadap skripsi ini.

3. Bapak Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan FKIP Universitas Lampung yang telah memberikan persetujuan kepada penulis untuk menyusun skripsi ini.

(11)

xi

5. Ibu Dra. Asmaul Khair, M.Pd., selaku Ketua PGSD UPP Metro yang senantiasa memberikan bimbingan serta arahan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

6. Bapak Dr. Hj. Sowiyah, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing Akademik dan Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dalam penyusunan skripsi, serta saran dan motivasi terhadap penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

7. Bapak Drs. Siswantoro, M.Pd., selaku Dosen Pembahas yang telah memberikan sumbang saran untuk penyempurnaan skripsi ini.

8. Bapak Dr. Abdurrahman M.Si., selaku Ketua Riset Tanggap Bencana yang telah banyak memberikan arahan dan masukan demi kesempurnaan skripsi ini.

9. Bapak/Ibu dosen dan staf karyawan S1 PGSD UPP Metro, yang telah membantu mengarahkan sampai skripsi ini selesai.

10.Ibu Yulida. K, S.Pd., selaku kepala sekolah SD Negeri 2 Gunung Kemala Timur yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melaksakan penelitian.

11.Ibu Ratih Indarti, S.Pd., selaku guru kelas III SD Negeri 2 Gunung Kemala Timur yang telah bersedia mengajar dan membantu menjalankan penelitian ini.

(12)

xii

dalam menyelesaiakan penelitian ini.

14.Kepada teman-teman angkatan 2010 kelas B, Riri, Sherli A, Mayang, Very, Fauzi, Sinta, Aji, Fahmi, Akmal, Bagus, Putu, Riska, Via, Surani, Aqmarina, Risty, Mega, Rimba, Lita, Suli, Umy, Indah, Dita E, Dita C, Cahya, Saras, Yuyun, Maulinda, Nyoman, Ratna, Reni, Julia, Nana, yang telah memberikan bantuannya selama ini motivasi dan dukungannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

15.Kepada teman-teman angkatan 2010 dan seluruh mahasiswa PGSD

16.Penulis mengucapakan banyak terimaksih kepada semua yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini yang belum disebutkan di atas.

Penulis menyadari mungkin masih terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi ini, maka penulis meminta maaf bila ada kata-kata yang kurang sesuai dengan pembaca. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi seluruh lapisan masyarakat khususnya dalam dunia pendidikan.

Metro, Juni 2014 Penulis

(13)

xiii

BAB II KAJIAN PUSTAKA A.Belajar dan Hasil Belajar... 10

3. Pengetahuan Kesiapsiagaan Bencana ... 14

(14)

xiv

1. Pengertian Model Pembelajaran... 23

2. Ciri-ciri Model Pembelajaran ... 24

3. Macam-macam Model Pembelajaran ... 25

4. Model EXCLUSIVE... 26

a. Hakikat Model Pembelajaran EXCLUSIVE ... 26

b. Sintaks Model Pembelajaran EXCLUSIVE ... 28

c. Prinsip Interaksi Model Pembelajaran EXCLUSIVE ... 30

d. Sistem Sosial Model Pembelajaran EXCLUSIVE ... 31

F. Bencana Alam ... 32

1. Pengertian Pembelajaran Tematik Terpadu ... 37

2. Ciri-ciri Pembelajaran Tematik Terpadu ... 38

3. Fungsi dan Tujuan ... 39

I. Penilaian Otentik ... 40

1. Pengertian Penilaian Otentik ... 40

2. Langkah-langkah Penilaian Otentik ... 41

J. Hipotesis Tindakan ... 42

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 43

(15)

xv

a. Perencanaan ... 80

b. Pelaksanaan ... 80

c. Hasil Observasi Siklus II ... 87

d. Refleksi Siklus II ... 92

e. Saran dan Perbaikan Siklus III ... 93

3. Siklus III ... 94

a. Perencanaan ... 94

b. Pelaksanaan ... 94

c. Hasil Observasi Siklus III ... 100

d. Refleksi Siklus III ... 105

4. Rekapitulasi Kinerja Guru, Sikap Sosial Siswa, Keterampilan dan Pengetahuan Bencana... 106

a. Rekapitulasi Kinerja Guru ... 106

b. Rekapitulasi Sikap Sosial Siswa ... 109

c. Rekapitulasi Pengetahuan Bencana Siswa ... 111

D.Pembahasan ... 115

1. Kinerja Guru ... 115

2. Sikap Sosial Siswa ... 116

3. Pengetahuan Bencana ... 119

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan ... 122

B.Saran ... 123

DAFTAR PUSTAKA ... 125

(16)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1Indikator Kinerja Guru ... 46

3.2Indikator Sikap Tanggungjawab ... 49

3.3Indikator Sikap Peduli ... 49

3.4Kreteria Kinerja Guru ... 50

3.5Kategori Penilaian Sikap Sosial Siswa ... 51

3.6Kategori Pengetahuan Bencana... 52

1.1Jadwal Pelaksanaan Penelitian ... 63

1.2Kinerja Guru Siklus I Pertemuan 1 dan 2 ... 72

1.3Sikap Sosial Siswa Siklus I Pertemuan 1 dan 2 ... 75

1.4Pengetahuan Bencana Siswa Siklus I ... 77

1.5Kinerja Guru Siklus II Pertemuan 1 dan 2 ... 87

1.6Sikap Sosial Siswa Siklus II Pertemuan 1 dan 2 ... 90

1.7Pengetahuan Bencana Siswa Siklus II ... 92

1.8 Kinerja Guru Siklus III Pertemuan 1 dan 2 ... 101

1.9 Sikap Sosial Siswa Siklus III Pertemuan 1 dan 2 ... 103

1.10 Pengetahuan Bencana Siswa Siklus III... 104

(17)

xvii

(18)

xviii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1Konsep Pendekatan Saintifik ... 21

2.2Langkah-langkah Pendekatan Saintifik... 22

2.3Strategi PS2 dalam Rasionalisasi Model Pembelajaran ... 26

2.4Siklus Model Pembelajaran EXCLUSIVE ... 29

2.5Prinsip Interaksi Model Pembelajaran EXCLUSIVE ... 30

3.1 Siklus PTK ... 44

4.1 Grafik Nilai Kinerja Guru dengan Penerapan Pendekatan Saintifik ... 107

4.2 Grafik Nilai Kinerja Guru dengan Penerapan Model EXCLUSIVE... 109

4.2 Grafik Sikap Sosial Siswa ... 111

(19)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Surat Keterangan dari Unila ... 129

2. Surat Penelitian Pendahuluan dari Unila ... 130

3. Surat Izin Penelitian Dari Unila ... 131

4. Surat Izin Penelitian Dari SD ... 132

5. Surat Pernyataan Dari SD ... 133

6. Surat Keterangan Penelitian Dari SD ... 134

7. Pemetaan ... 135

8. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 136

9. LKS ... 179

10. Lembar Hasil Evaluasi Siswa ... 181

11. Lembar IPKG... 208

12. Lembar Observasi Sikap Sosial Siswa ... 220

13. Lembar Hasil Pengetahuan Bencana Siswa ... 239

14. Dokumentasi ... 243

15. Dokumentasi Siklus I ... 244

16. Dokumentasi Siklus II ... 246

(20)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan topik yang menjadi salah satu prioritas di berbagai negara, maju tidaknya suatu negara ditentukan oleh Sumber Daya Manusia (SDM) itu sendiri. Pendidikan merupakan proses yang mencakup berbagai aktivitas yang melibatkan kemampuan kognitif, afektif, maupun psikomotor yang mengalami perkembangan yang bertahap dari waktu ke waktu. Pendidikan juga menjadi tujuan nasional yang terdapat dipembukaan UUD 1945 yakni mencerdaskan kehidupan bangsa.

Seperti yang tercantum dalam Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

(21)

menimbulkan perubahan pada dirinya yang memungkinkan, sehingga berfungsi sesuai kompetensinya dalam kehidupan masyarakat.

Pendidikan mempunyai proses yang berurutan mulai dari Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Taman Kanak-kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), dst. Sementara Suharjo (2006: 1) mengemukakan bahwa pendidikan di sekolah dasar dimaksudkan sebagai upaya pembekalan kemampuan dasar siswa berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang bermanfaat bagi dirinya sesuai tingkat perkembangannya, serta mempersiapkan mereka untuk melanjutkan kejenjang berikutnya yang lebih tinggi.

Pelaksanaan pendidikan pada jenjang di Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI) mulai tahun 2014 dilaksanakan dengan mengacu pada kurikulum 2013 khususnya pada kelas I dan IV. Sedangkan untuk kelas yang lainnya masih menyesuaikan kurikulum sebelumnya tidak terkecuali pada kelas III. Penerapan langkah-langkah kurikulum 2013 dengan panduan yang sudah ada akan diterapkan pada kelas III untuk meningkatkan pengetahuan bencana dan sikap sosial siswa, meskipun belum diterapkan pada kelas tersebut. Adanya pembuktian tersebut, akan ditemukan beberapa hal-hal yang menyangkut kurikulum 2013 yang sudah ditetapkan sebagai kurikulum yang berlaku saat ini.

(22)

kehidupan di berbagai bidang) serta menggali beragam aspek yang dimiliki siswa seperti aspek personal, spiritual, moral, sosial, dan budaya.

Pembelajaran yang menggunakan pendekatan dan model yang sesuai tujuan pembelajaran yang diinginkan akan menciptakan hasil yang memuaskan. Salah satunya dengan pendekatan saintifik seperti yang dikemukakan oleh Kemendikbud (2013: 205) Proses pembelajaran menggunakan pendekatan scientific (saintifik) hal ini dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru. Oleh karena itu kondisi pembelajaran diharapkan akan tercipta dan diarahkan untuk mendorong peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber observasi, bukan diberi tahu.

Pendidikan merupakan suatu kegiatan dimana terjadi aktivitas yang menghasilkan suatu tujuan yang diinginkan. untuk mencapai tujuan pendidikan diperlukan proses pembelajaran yang menarik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Proses belajar yang bervariatif sangat menentukan dalam keberhasilan suatu pembelajaran yang akan disampaikan kepada siswa, sehingga kehidupan dalam bermasyarakat lebih baik dan bisa beradaptasi dengan lingkungan sekitar tanpa merugikan satu dengan yang lainnya.

(23)

lingkungan sekitar perlu ditanamkan sejak dini untuk menanggulangi berbagai kemungkinan yang akan ditimbulkan oleh pemanfaatan sumber daya alam yang berlebihan sebagai sumber kehidupan manusia.

Berdasarkan pengamatan dan hasil belajar siswa sebelumnya tentang pengetahuan bencana dan sikap sosial siswa masih rendah. Nilai rata-rata secara klasikal siswa sebesar 59,99 kategori cukup. Selain itu ketika observasi sikap siswa belum terlihat siswa yang menunjukan sikap tanggungjawab dan peduli.

Angka tersebut sudah menunjukan bahwa sangat pentingnya sosialisasi tentang bencana tersebut sejak dini. Melalui pendidikan formal salah satu langkah awal untuk mencegah lebih banyaknya korban yang ditimbulkan bencana alam tersebut. Sementara itu pentingnya pembelajaran yang akan memberikan pengalaman yang lebih bermakna kepada peserta didik agar pembelajaran tersebut akan terus diingat dalam benaknya.

Pendidikan tentang bencana belum disisipkan dalam pembelajaran saat ini, hal ini dikarenakan belum dilaksanakannya pembelajaran tematik mengenai bencana yang berorientasi pada potensi lingkungan sekitar khususnya di SD Negeri 2 Gunung Kemala Timur yang keadaan lokasi sekolah yang terletak di bawah perbukitan dan sangat rawan terjadinya bencana khususnya tanah longsor.

(24)

(Exploring), pembelajaran yang dapat mengkelompokan suatu informasi atau materi yang akan dipelajari agar lebih mudah diterima (Clustering), diperlukan pembelajaran yang menekankan untuk melakukan atau mencoba sesuatu, agar pembelajaran tersebut lebih diingat oleh peserta didik (Simulating), pembelajaran yang memberikan makna agar timbul kemauan dalam diri siswa untuk menerapkan dan membiasakan dalam kehidupan sehari-hari (Valuing), mengevaluasi materi yang telah disampaikan untuk memantapkan pengetahuan siswa (Evaluating), maka model tersebut dibuat untuk mempermudah pembelajaran kemudian model tersebut lebih dikenal sebagai model EXCLUSIVE. Model pembelajaran ini dikembangkan dari pembelajaran tematik yang pengembangannya dimulai dengan menentukan topik tertentu sebagai tema atau topik sentral, setelah tema ditetapkan selanjutnya tema tersebut dijadikan dasar untuk menentukan dasar sub-sub tema dari bidang studi lain yang terkait (Abdurrahman, 2012: 3). Sehingga akan tercipta pembelajaran secara lebih optimal, di dalam pembelajaran tematik dibutuhkan cara efektif dan efesien untuk memberikan pemahaman disetiap pembelajaran yang dekat dengan lingkungan sekitar maupun potensi yang ada, yang akan diberikan sehingga bisa diterima secara lebih optimal.

(25)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasi masalah yang ada yaitu sebagai berikut:

1. Rendahnya pengetahuan bencana yang ada di lingkungan sekitar siswa kelas III SD Negeri 2 Gunung Kemala Timur.

2. Rendahnya sikap sosial siswa kelas III SD Negeri 2 Gunung Kemala Timur.

3. Guru belum menggunakan model yang sesuai dengan potensi lingkungan sekitar khususnya bencana.

4. Pembelajaran masih berpusat pada guru (Teacher Centered) sehingga siswa menjadi pasif.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka pembatasan masalah pada penelitian ini sebagai berikut:

1. Pengetahuan bencana siswa kelas III SD Negeri 2 Gunung Kemala Timur masih rendah.

2. Sikap sosial yaitu sikap tanggung jawab dan sikap peduli siswa kelas III SD Negeri 2 Gunung Kemala Timur belum terlihat.

(26)

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimanakah penggunaan pendekatan saintifik melalui model EXCLUSIVE meningkatkan pengetahuan bencana siswa kelas III SD Negeri 2 Gunung Kemala Timur.

2. Bagaimanakah penggunaan pendekatan saintifik melalui model EXCLUSIVE meningkatkan sikap sosial khususnya sikap tanggung jawab dan peduli siswa kelas III SD Negeri 2 Gunung Kemala Timur.

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan :

1. Pengetahuan bencana menggunakan pendekatan saintifik melalui model EXCLUSIVE siswa kelas III SD Negeri 2 Gunung Kemala Timur. 2. Sikap sosial menggunakan pendekatan saintifik melalui model

EXCLUSIVE siswa kelas III SD Negeri 2 Gunung Kemala Timur.

F. Manfaan Penelitian

Berdasarkan rumusan dan tujuan, maka manfaat penelitian dapat diuraikan secara praktis dan teoritis:

1. Secara praktis a. Siswa

(27)

2) Dapat meningkatkan sikap sosial sejak dini pada siswa kelas III SD Negeri 2 Gunung Kemala Timur

b. Guru

1) Dapat memperbaiki kualitas pembelajaran tematik kelas III SD Negeri 2 Gunung Kemala Timur

2) Dapat menambah wawasan dan pengetahuan guru dalam menggunakan model pembelajaran EXCLUSIVE untuk meningkatkan pengetahuan tentang bencana pada pelajaran tematik kelas III SD Negeri 2 Gunung Kemala Timur

3) Memberikan motivasi kepada guru untuk lebih terampil dan kreatif dalam melakukan dan mengembangkan perangkat pembelajaran tanggap bencana.

c. Sekolah

1) Dapat memberikan sumbangan yang berguna dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan sikap sosial siswa dalam pembelajaran tematik di daerah rawan bencana dengan model EXCLUSIVE.

(28)

2. Secara teoritis

(29)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Belajar dan Hasil Belajar 1. Belajar

Belajar merupakan proses membangun pengetahuan dari diri seseorang maupun orang lain yang dimungkinkan terjadinya interaksi yang akan membangun sikap, pengetahuan dan keterampilan seseorang. Menurut Budiningsih (2005: 58) teori belajar kontruktivistik merupakan proses pembentukan pengetahuan. Pembentukan itu harus dilakukan oleh pembelajar. Ia harus aktif melakukan kegiatan, aktif berfikir, menyusun konsep dan memberi makna tentang hal-hal yang dipelajari. Winataputra (2008: 6.15) menyatakan kontruktivisme memaknai belajar sebagai proses mengkontruksi pengetahuan melalui proses internal seseorang dan interaksi dengan orang lain.

(30)

lingkungannya. Menurut Winataputra (2008: 2.4-2.5) teori belajar behavioristik, merupakan perubahan tingkah laku hasil interaksi antara stimulus dan respons, yaitu proses manusia untuk memberikan respons tertentu berdasarkan stimulus yang datang dari luar.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar menurut teori kontruktivis adalah menggali informasi dengan aktif melakukan interaksi dengan orang lain maupun lingkungan sekitar, seperti bertanya dengan orang lain maupun melakukan pengamatan di lingkungan sekitar. Kemudian belajar adalah suatu proses kegiatan untuk merubah tingkah laku sesuai dengan tujuan yang di inginkan yang melibatkan aktivitas kognitif, afektif dan psikomotor. Belajar dengan membangun pengetahuan dari dalam diri sendiri dan hasil interaksi dengan orang lain maupun dengan lingkungannya.

2. Hasil Belajar

(31)

Sedangkan Daryanto (2009: 2) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan.

Berdasarkan beberapa uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu hasil interaksi saat proses pembelajaran yang menyebabkan terjadinya proses perubahan tingkah laku seseorang sesuai yang diinginkannya. Hasil belajar terdiri dari afektif atau sikap merupakan cerminan tingkah laku seseorang saat proses pemeroleh pengetahuan, kognitif atau pengetahuan mengenai materi yang telah disampaikan saat pembelajaran, psikomotor atau keterampilan merupakan aksi yang ditunjukan setelah memperoleh pengetahuan. Pada penelitian ini peneliti memfokuskan pada pengetahuan dan sikap siswa.

B. Pengetahuan Bencana a. Pengetahuan

(32)

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan ini terjadi melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagaian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20219/4/Chapter%20II.pd f). Selanjutnya Max Scheler dalam Rasyidin (2006: 124) juga mengungkapkan bahwa pengetahuan dapat dirumuskan sebagai partisipasi oleh suatu realita dalam suatu realita yang lain, tetapi tanpa modifikasi-modifikasi dalam kualitas yang lain itu, sebaliknya objek yang mengetahui, dipengaruhi.

Sedangkan Ansyari dalam Rasyidin (2006: 124) membagi pembagian tingkat pengetahuan ke dalam empat tingkatan yaitu:

1) Pengetahuan biasa, yaitu pengetahuan tentang hal-hal yang biasa, yang sehari-hari, yang selanjutnya dapat disebut sebagai pengetahuan;

2) Pengetahuan ilmiah, yaitu pengetahuan yang mempunyai sistematik dan metode tertentu, yang kemudian disebut sebagai ilmu pengetahuan;

3) pengetahuan filosofis, adalah semacam ilmu yang istimewa, yang mencoba menjawab, masalah-masalah yang tidak terjawab oleh ilmu-ilmu biasa, yang selanjutnya disebut ilmu filsafat;

4) pengetahuan teologis, yaitu pengetahuan tentang tuhan atau pengetahuan keagamaan sebagai sumber penerangan yang dapat diperoleh manusia dari yang maha kuasa. Tuhan sebagai zat pencipta alam semesta.

(33)

b. Kesiapsiagaan Bencana

Pentingnya pendidikan kesiapsiagaan diterapkan pada negara yang mempunyai potensi bencana sangatlah penting, seperti yang dikemukakan oleh Sopaheluwakan (2009: 6) kesiapsiagaan merupakan salah satu bagian dari proses manajemen bencana dan di dalam konsep pengelolaan bencana yang berkembang saat ini, peningkatan kesiapsiagaan merupakan salah satu elemen penting dari kegiatan pengurangan risiko bencana yang bersifat pro-aktif, sebelum terjadinya suatu bencana.

UU Nomor 24 Tahun 2007 Pasal 1 Angka 7 (dalam IKAPI, 2011: 3) tentang penanggulangan bencana menjelaskan, kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas kesiapsiagaan bencana merupakan upaya manajemen bencana untuk mengatasi berbagai akibat yang ditimbulkan oleh bencana alam. Setiap individu haruslah mempunyai pengetahuan kesiapsiagaan bencana sebagai antisipasi ketika tiba-tiba terjadi bencana di sekitar daerahnya.

c. Pengetahuan Kesiapsiagaan Bencana

(34)

tentang konsep atau pengertian kesiapsiagaan tentang bencana dalam masyarakat membuat berbagai pendapat tentang konsep tersebut.

Menurut Nick Carter dalam Sopaheluwakan (2009: 5) mengemukakan tentang kesiapsiagaan guna mengembangkan kerangka penilaian bagi masyarakat di daerah yang mempunyai potensi bencana, sebagai berikut: “tindakan-tindakan yang memungkinkan pemerintahan, organisasi-organisasi, masyarakat, komunitas dan individu untuk mampu menanggapi suatu situasi bencana secara cepat dan tepat guna.Termasuk ke dalam tindakan kesiapsiagaan adalah penyusunan rencana penanggulangan bencana, pemeliharaan sumber daya dan pelatihan personil.”

Selanjutnya Mulyadi, dkk. (2009: 37) mengungkapkan distribusi ilmu pengetahuan dan praktek kesiapsiagaan bencana dapat dilakukan dengan metode yang sangat sederhana dan peran guru dalam hal mengemas informasi kesiapsiagaan bencana menjadi penting untuk terus dikembangkan. Dengan dimilikinya pengetahuan dan keterampilan serta sikap yang baik, maka diharapkan komunitas sekolah menjadi lebih siap dalam menghadapi segala resiko yang ditimbulkan oleh bencana. Dari pengalaman dalam menangani berbagai kejadian bencana di berbagai belahan bumi ini, dalam 20 tahun terakhir ini telah dirasakan pentingnya meningkatkan kesiapsiagan masyarakat, bukan saja pada tingkat pemerintahan dari suatu negara atau suatu daerah, tetapi juga pada tingkatan komunitas yang langsung merasakan dan harus menghadapi bencana itu sendiri, terutama sebelum bantuan atau pertolongan datang dari instansi atau badan-badan pertolongan atau penanganan bencana yang resmi (Sopaheluwakan, 2009: 5).

(35)

C.Sikap

a. Pengertian Sikap

Sikap merupakan cerminan tingkah laku seseorang. Sikap yang baik sangat menentukan hubungan dalam lingkungannya. Menurut Zimbardo dan Ebbesen dalam Ahmadi (2007:150) sikap adalah suatu predisposisi (keadaan mudah terpengaruh) terhadap seseorang, ide atau objek yang berisi komponen-komponen cognitive, affective, dan behavior.

Selanjutnya Breckler dan Wiggins dalam Azwar (2013: 18) mendefenisikan bahwa sikap yang diperoleh lewat pengalaman akan menimbulkan pengaruh langsung terhadap perilaku berikutnya. Sikap adalah suatu hal yang menentukan sifat, hakikat, baik perbuatan sekarang maupun perbuatan yang akan datang Ahmadi (2007:148). Selanjutnya Lange dalam Azwar (2013: 4) menggunakan istilah sikap dalam bidang eksperimen mengenai respons untuk menggambarkan kesiapan subjek dalam menghadapi stimulus yang datang tiba-tiba.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan sikap adalah suatu tingkah laku seseorang dalam menanggapi aktivitas tertentu. Sikap menentukan pribadi seseorang ketika mengambil tindakan dalam bertindak.

b. Sikap Sosial

(36)

yang adalah suatu perbuatan, perilaku yang berkenaan dengan masyarakat. Bagi siswa taman kanak-kanak, lingkungan masyarakat yang dimaksud adalah lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat pada umumnya.

Perkembangan sikap sosial siswa adalah proses perkembangan kepribadian siswa selaku seorang anggota masyarakat dalam berhubungan dengan orang lain Perkembangan sosial merupakan proses pembentukan social self (pribadi dalam masyarakat), yakni pribadi dalam keluarga, budaya, bangsa, dan seterusnya. (Indah, http://library.walisongo.ac.id: 4). Sementara menurut Kemendikbud (2013: 33) Aspek sikap (afektif) yang termuat dalam KI 2 yaitu menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan tetangganya.

Berdasarkan beberapa uraian di atas sikap sosial merupakan cerminan tingkah laku seseorang di lingkungan masyarakat. Interaksi antar individu maupun kelompok. Sikap yang baik di dalam masyarakat akan menciptakan hubungan timbal balik yang baik juga dan sebaliknya.

(37)

1) Sikap Tanggung Jawab

Sikap tanggung jawab merupakan salah satu sikap yang dimuat dalam kompetensi inti (KI2) dalam kurikulum 2013. Menurut Kemendikbud dalam Koesoema (2012: 188) Sikap tanggung jawab adalah sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.

Sedangkan tanggung jawab menurut kamus besar bahasa Indonesia (dalam Depdiknas, 2005: 1139) tanggung jawab merupakan kadaan wajib menanggung segala sesuatunya (kalau terjadi apa-apa boleh dituntut, dipersalahkan, diperkarakan, dsb).

Selanjutnya menurut Koesoema (2012: 188) tanggung jawab merupakan unsur penting bagi pengembangan pendidikan karakter karena terkait dengan ekspresi kebebasan manusia terhadap dirinya sendiri dan orang lain. Tanggung jawab ini memiliki tiga dimensi: tanggung jawab kepada (relasi antara individu dengan orang lain), tanggung jawab bagi ( hubungan individu dengan dirinya sendiri), serta tanggung jawab terhadap (hubungan individu terkait dengan tugas dan tanggung jawabnya di dalam masyarakat).

Menurut Kemendikbud (2013: 69) ada beberapa indikator yang disarankan dalam kurikulum 2013 yaitu sebagai berikut:

1) Melaksanakan tugas individu dengan baik. 2) Menerima resiko dari tindakan yang dilakukan.

3) Tidak menyalahkan/menuduh orang lain tanpa bukti yang akurat.

4) Mengembalikan barang yang dipinjam.

5) Mengakui dan meminta maaf atas kesalahan yang dilakukan 6) Menepati janji.

7) Tidak menyalahkan orang lain untuk kesalahan tindakan kita sendiri.

(38)

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tanggung jawab merupakan sikap yang harus ditanamkan dalam diri setiap individu dan diperlukan kesadaran dari dalam dirinya untuk melaksanakan tugasnya sendiri, di masyarakat, maupun di lingkungannya. Berdasarkan beberapa indikator di atas peneliti mengambil lima indkator yang sesuai dengan pembelajaran yang akan dilaksanakan, yakni sebagai berikut; pertama, Melaksanakan tugas individu dengan baik. Kedua, Menerima resiko dari tindakan yang dilakukan. Ketiga, Tidak menyalahkan/menuduh orang lain tanpa bukti yang akurat. Keempat, Mengembalikan barang yang dipinjam. dan Kelima, Mengakui dan meminta maaf atas kesalahan yang dilakukan.

2) Sikap Peduli

Pada kurikulum 2013, pendidikan menekankan kepada pembentukan sikap. Yang tercantum di dalam KI-2 salah satunya peduli. Sikap peduli menurut kamus besar bahasa Indonesia dalam Depdiknas (2005: 841) mengindahkan (memperhatikan) sesuatu yang terjadi dalam masyarakat. Sedangkan menurut Iimaziah (2012: http://iimazizah.wordpress.com) Kepedulian sosial adalah perasaan bertanggung jawab atas kesulitan yang dihadapi oleh orang lain di mana seseorang terdorong untuk melakukan sesuatu untuk mengatasinya.

(39)

mencapai tujuan bersama dengan saling berbagi tugas dan tolong menolong secara ikhlas.

Menurut Kemendikbud (2013: 70-71) ada beberapa indikator yang disarankan dalam kurikulum 2013 yaitu sebagai berikut:

a. Terlibat aktif dalam bekerja bakti membersihkan kelas atau sekolah

b. Kesediaan melakukan tugas sesuai kesepakatan

c. Bersedia membantu orang lain tanpa mengharap imbalan d. Aktif dalam kerja kelompok

e. Memusatkan perhatian pada tujuan kelompok f. Tidak mendahulukan kepentingan pribadi

g. Mencari jalan untuk mengatasi perbedaan pendapat/pikiran antara diri sendiri dengan orang lain

h. Mendorong orang lain untuk bekerja sama demi mencapai tujuan bersama

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa peduli merupakan keinginan seseorang yang mendorong dalam diri untuk melakukan suatu hal tertentu tanpa ada paksaan. Dari beberapa indikator tersebut penulis memilih beberapa untuk menjadi tolak ukur diantaranya; Pertama, terlibat aktif dalam bekerja bakti membersihkan kelas atau sekolah. Kedua, bersedia membantu orang lain tanpa mengharap imbalan. dan Ketiga, Aktif dalam kerja kelompok.

D. Pendekatan Saintifik

1. Pengertian Pendekatan saintifik

(40)

pendekatan ilmiah. Pembelajaran dalam kurikulum 2013 harus menekankan pada tiga ranah, yakni pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Kemendikbud (2013: 211) pendekatan ilmiah diyakini sebagai titian emas perkembangan dan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik. Dalam pendekatan atau proses kerja yang memenuhi kriteria ilmiah, para ilmuan lebih mengedepankan penalaran induktif (inductive reasoning) ketimbang penalaran deduktif (deductive reasoning).

Berikut merupakan konsep pendekatan saintifik:

Gambar 2.4. Konsep Pendekatan Saintifik

(Sumber dari Kemendikbud, 2013: 214)

Menurut Kemendikbud (2013: 213-214) dalam proses pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah, ranah sikap menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik tahu tentang „mengapa‟. Ranah keterampilan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik tahu tentang „bagaimana‟. Ranah pengetahuan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik tahu tentang „apa‟. Hasil akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi manusia yang baik (soft skills) dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skills) dari peserta didik yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan.

(41)

kepada peserta didik dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru. Oleh karena itu kondisi pembelajaran yang diharapkan tercipta diarahkan untuk mendorong peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber observasi, bukan diberi tahu (Kemendikbud, 2013: 205).

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa pendekatan saintifik (ilmiah) adalah pendekatan yang menekankan pada tiga ranah yakni, pengetahuan, sikap, dan psikomotor. Dimulai dari mengamati hal yang ada disekitar lingkungan terdekat siswa lalu dikembangkan dan kemudian dikomunikasikan.

2. Langkah-langkah Pendekatan Saintifik.

Secara umum pendekatan saintifik mempunyai langkah-langkah sebagai berikut:

Gambar 2.5. Langkah-langkah pendekatan saintifik. (Sumber dari Kemendikbud, 2013: 214)

Menurut Kemendikbud (2013: 9-11) langkah-langkah dalam pendekatan saintifik sebagai berikut:

a. Mengamati

(42)

b. Menanya

Dalam kegiatan mengamati, guru membuka kesempatan secara luas kepada peserta didik untuk bertanya mengenai apa yang sudah dilihat, disimak dan dibaca.

c. Mengumpulkan informasi/eksperimen

Tindak lanjut dari bertanya adalah menggali dan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber melalui berbagai cara. Untuk itu peserta didik dapat membaca buku yang lebih banyak, memperhatikan fenomena atau objek yang lebih diteliti, atau bahkan melakukan eksperimen.

d. Mengasosiasikan/mengolah informasi

Informasi tersebut menjadi dasar bagi kegiatan berikutnya yaitu memproses informasi untuk menemukan keterkaitan satu informasi dengan informasi lainnya, menemukan pola dari keterkaitan informasi dan bahkan mengambil berbagai kesimpulan dari pola yang ditemukan.

e. Mengkomunikasikan

Kegiatan berikutnya adalah menulis atau menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan dan menemukan pola. Hasil tersebut disampaikan di kelas dan dinilai oleh guru sebaga hasil belajar peserta didik atau kelompok peserta didik tersebut.

Berdasarkan langkah-langkah pendekatan saintifik tersebut, dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah pendekatan saintifik meliputi mengamati, menanya, mengumpulkan informasi/eksperimen, mengasosiasikan/mengolah informasi dan mengkomunikasikan. Meskipun urutannya tidak harus serta merta berurutan. Tetapi bisa menyesuaikan pembelajaran yang diinginkan

E. Model Pembelajaran

1. Pengertian Model Pembelajaran

(43)

pembelajaran yang dilaksanakan berdasarkan pola-pola pembelajaran tertentu secara sistematis.

Model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum dan pembelajaran jangka panjang, merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di dalam atau luar kelas (Joyce dan Weil dalam Prastowo, 2013: 69).

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah suatu rancangan pembelajaran yang akan digunakan sebagai pembuatan acuan pebelajaran yang sistematis. Sehingga akan memperbaiki kualitas pembelajaran menjadi lebih optimal dan bermutu.

2. Ciri Model Pembelajaran

Ada beberapa ciri-ciri model pembelajaran yang bisa digunakan untuk pembuatan acuan proses pembelajaran. Seperti yang diungkapkan menurut Prastowo (2013: 73) ciri-ciri model pembelajaran yaitu:

a. Berdasarkan teori pendidikan dan teori belajar dari para ahli tertentu.

b. Mempunyai misi dan tujuan pendidikan tertentu.

c. Dapat di jadikan pedoman untuk perbaikan proses belajar mengajar di kelas.

d. Memiliki bagian-bagian model yang dinamakan urutan langkah-langkah pembelajaran (syntax), adanya prinsip-prinsip reaksi, sistem sosial, dan sistem pendukung.

e. Memiliki dampak sebagai akibat dari penerapan model pembelajaran.

(44)

3. Macam-macam Model Pembelajaran

Terdapat berbagai macam model pembelajaran yang bisa digunakan dalam proses belajar mengajar. Model pembelajaran dapat dipilih sesuai minat peserta didik inginkan untuk melaksanakan proses belajar mengajar di dalam maupun di luar kelas. Adapun model-model pembelajaran tersebut ialah Prastowo (2013: 73-74) menyatakan ada empat model pembelajaran, yaitu model pembelajaran interaksi sosial, model pemrosesan informasi, model personal, dan model pembelajaran modifikasi tingkah laku.

Model pembelajaran EXCLUSIVE merupakan sebuah model yang dikembangkan dari model yang sudah ada yakni model kooperatif. Seperti yang dikatakan oleh La Iru dan Arihi dalam Prastowo (2013: 74) mengungkapkan ada 15 model pembelajaran, yaitu model kooperatif, kontekstual, tugas tersetruktur, PAKEM, VCT, simulasi, bermain peran (role playing), kuantum, PAIKEM, berbasis portofolio, kelas rangkap, langsung (direct instruction), terpadu, dan model tematik.

Sedangkan menurut Kemendikbud (2013: 197) Sebuah model pembelajaran diharapkan dapat dipergunakan sebagai wawasan untuk disesuaikan dengan kondisi peserta didik di masing-masing sekolah.

(45)

4. Model EXCLUSIVE

a. Hakikat Model Pembelajaran EXCLUSIVE

Model pembelajaran dipakai sesuai dengan kebutuhan pendidik untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Selain model pembelajaran yang sudah ada, seorang pendidik dapat mengembangkan suatu model pembelajaran sendiri sesuai keinginnannya sendiri sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Seperti Abdurrahman mengembangkan suatu model pembelajaran Exploring, Clustering, simulating, Valuing, And Evaluating (EXCLUSIVE).

Model yang dikembangkan berdasarkan model Sudiarta dalam Abdurrahman (2012: 2). Yakni model pembelajaran tematik yang berbasis kontruktivisme yang berorientasi pada 3 (tiga) pilar awareness dan literacy siswa terhadap bencana alam yaitu dari paham, sadar, dan siaga (PS2).

Gambar 2.1 Strategi PS2 dalam Rasionalisasi Model Pembelajaran (Abdurrahman, 2012: 218)

Menurut Abdurrahman (2012: 4) model pembelajaran EXCLUSIVE dikembangkan bukan hanya untuk meningkatkan pemahaman akan pentingnya pengetahuan tentang bencana alam

Paham

Sadar

(46)

kebumian di sekitar lingkungan siswa, tetapi juga dirancang untuk membangun kesadaran mendalam tentang pentingnya kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana. Berdasarkan hal tersebut, maka teori dan strategi belajar metakognisi dijadikan landasan teori pengembangannya. Flavel dalam Abdurrahman (2012: 4) adalah ahli yang pertama kali memperkenalkan istilah dan konsep metakognisi dalam pembelajaran yang didefenisikan sebagai pengetahuan kesadaran dan kendali atas proses kognisi.

Menurut Flavel dalam Abdurrahman (2012: 5) menyatakan bahwa pembelajaran melalui upaya penyadaran dan pengendalian proses berfikir siswa melalui problem solving merupakan pembelajaran dengan pengembangan metakognisi. Simon dalam Abdurrahman (2012: 4) mengungkapkan bahwa metakognisi terbagi atas dua komponen, yaitu : pengetahuan dan keterampilan metakognisi. Melalui fase-fase model pembelajarannya, siswa dipandu untuk dapat menyadari apa yang diketahui dan apa yang tidak diketahui, apa yang dibutuhkan dan apa yang tidak dibutuhkan, apa yang harus dilakukan dan tidak boleh dilakukan serta bagaimana pemecahan masalahnya, membuat pendekatan pemecahan masalah, membuat tahap-tahap pemecahannya, memberi alasan mengapa pemecahan demikian, memonitor apa yang sedang dilakukan dan rencana, mengevaluasi apa yang sudah dilakukan.

(47)

dari sebelumnya, selain itu dalam pelaksanaannya peserta didik akan mendapat pengajaran yang lebih berkesan dan bermakna bagi diri siswa.

b. Sintaks Model Pembelajaran EXCLUSIVE

Abdurrahman (2012: 7-8) mengemukakan sintaks model pembelajaran EXCLUSIVE dikembangkan berdasarkan rasional kebutuhan siswa di wilayah rawan bencana sebagai berikut:

Fase 1: Exploring

Setelah apersepsi dan memotivasi singkat mengenai tema yang akan dipelajari, siswa dibagi menjadi beberapa kelompok dimana masing-masing kelompok mempunyai tugas untuk mencari informasi sebanyak-banyaknya terkait dengan informasi rinci mengenai bencana yang dipelajari. Dalam hal ini memungkinkan guru membagi kelompok berdasarkan informasi yang harus mereka gali. Setiap kelompok bepeduli untuk memastikan bahwa setiap anggotanya telah menguasai informasi.

Fase 2 : Clustering

Setelah masing-masing kelompok mendapatkan informasi yang cukup banyak dalam waktu yang sudah ditentukan, guru dan siswa mencari kesamaan-kesamaan informasi yang didapat pada langkah pertama untuk dibuat cluster-cluster informasi. Kemudian, dari cluster informasi yang terbentuk, dibentuk lagi kelompok yang akan secara spesifik mendalami cluster informasi yang bersangkutan. Setelah cluster information terbentuk, guru dan siswa berdiskusi untuk mengkonfirmasi clustered data sebelum dilakukan simulasi. Misal, clustered data/ informasi tersebut dirumuskan menjadi langkah-langkah nyata yang disimulasikan.

Fase 3 : Simulating

Pada tahap ini, siswa diajak untuk melakukan simulasi paham, sadar, dan siaga (PS2) terhadap kemungkinan bencana yang terjadi di daerahnya.

Fase 4 : Valuing

Pada tahap ini siswa diajak untuk menginternalisasi (internalized) nilai-nilai yang diperoleh melalui diskusi dan simulasi, sehingga tumbuh kemauan yang kuat untuk menerapkan dan membiasakannya dalam kehidupan sehari-hari. Fase 5 : Evaluating

(48)

kegiatan pembelajaran berikutnya. Dalam tahap ini, terdapat hasil evaluasi yang masih ada hal-hal yang perlu digali lebih dalam, tahap eksploring dapat dilakukan kembali dan begitu seterusnya seperti sebuah siklus.

Gambar 2.2 Siklus Model Pembelajaran EXCLUSIVE (Sumber: Abdurrahman, 2012: 8)

Lebih lanjut Abdurrahman (2012: 8) menyatakan model pembelajaran EXCLUSIVE ini dapat dikembangkan untuk memacu siswa berperan aktif dalam setiap fase pembelajarannya. Siswa diharapkan mampu untuk mengajukan pendapatnya. Model pembelajaran ini menuntut siswa untuk aktif dan terlibat saling tukar pikiran, berkolaborasi, berkomunikasi, dan bersimulasi sama-sama untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan sehingga diharapkan siswa mampu mengembangkan kemampuannya.

Berdasarkan pengertian di atas, model EXCLUSIVE dikembangkan yang bertujuan agar siswa dapat mengikuti proses pembelajaran yang berlangsung secara efektif. Fase pembelajaran model EXCLUSIVE terdiri dari Exploring, Clustering, Simulating, Valuing, dan Evaluating.

PS2 Eksplorin

Simulating Clusterin Evaluating

(49)

c. Prinsip Interaksi Model Pembelajaran EXCLUSIVE

Prinsip pembelajaran model EXCLUSIVE mempunyai hubungannya antara guru, siswa dan bahan ajarnya. Seperti yang dikemukakan oleh Abdurrahman (2012: 9) mengemukakan model pembelajaran EXCLUSIVE berbasis metakognitif dikembangkan untuk pendekatan yang bersifat low structure artinya pembelajaran berpusat pada siswa, dalam hal ini guru hanya berperan sebagai fasilitator, motivator, dan moderator. Selanjutnya Abdurrahman (2012: 9) mengungkapkan penekanan pada model ini adalah implementasi strategi kognitif, mengontrol dan mengevaluasi sendiri cara belajar siswa dalam sistem interaksi timbal-balik.

Model pembelajaran EXCLUSIVE yang berbasis metakognisi, guru memposisikan diri sebagai fasilitator yang menyediakan sumber-sumber belajar, mendorong siswa untuk belajar menyelesaikan masalah metakognitif, memberi motivasi, reward dan memberikan bantuan kepada siswa agar dapat belajar dan mengkontruksi pengetahuannya secara optimal (Abdurrahman, 2012: 9).

Gambar 2.3 Prinsip Interaksi Model Pembelajaran EXCLUSIVE (Sumber: Abdurrahman, 2012: 9)

Guru

(50)

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, model EXCLUSIVE mempunyai prinsip pembelajaran yang berpusat pada siswa. Siwa diminta untuk mengkontruksi sendiri pengetahuan yang diinginkanya. Guru hanya membibing jalannya pembelajaran selain itu guru hanya sebagai fasilitator, motivator dan yang memberikan reward.

d. Sistem Sosial Model Pembelajaran EXCLUSIVE

Sistem sosial model EXCLUSIVE ini dikembangkan berlandaskan filosofi kontruktivisme terutama kontruktivisme sosial menurut Vigotsky dalam Abdurrahman (2012: 10) mengemukakan sistem sosial ini menekankan kontruksi pengetahuan (knowledge construction) yang dilakukan setiap individu peserta didik secara aktif atas tanggung jawabnya sendiri, namun kontruksi pengetahuan individu tersebut akan semakin kuat dan kokoh jika dilakukan secara berkolaboratif dalam kelompok masif yang mutual. Selanjutnya, Abdurrahman (2012: 10) menyatakan kelompok belajar yang mutual adalah kelompok kooperatif yang menekankan pada upaya terjadinya diskusi yang dilandasi rasa keterbukaan, sehingga timbul rasa nyaman dan rasa persahabatan di dalam kelompok peserta didik dalam berkolaborasi untuk memecahkan masalah yang terkait dengan tema-tema sentral kehidupan siswa.

(51)

F. Bencana Alam

1. Pengertian Bencana

Indonesia merupakan negara yang terletak strategis dan kaya sumber daya alam yang melimpah, tetapi Indonesia juga mempunyai potensi bencana alam cukup besar. Bencana merupakan suatu peristiwa yang sangat berbahaya dan harus diwaspadai. Menurut Undang-Undang No. 24 Tahun 2007 (dalam www.bnpb.go.id: 2012) bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.

(52)

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bencana alam adalah suatu peristiwa yang terjadi karena aktivitas alam maupun yang disebabkan oleh manusia itu sendiri. Selain itu, dapat menyebabkan korban jiwa maupun kerugian moril maupun materil yang sangat merugikan manusia.

2. Macam-macam Bencana

Bencana dapat disebabkan oleh faktor alam, non alam, dan manusia. Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 (dalam http://www.bnpb.go.id) tersebut mengklasifikasikan beberapa bencana alam sebagai berikut:

a. Gempa bumi adalah getaran atau guncangan yang terjadi dipermukaan bumi yang disebabkan oleh tumbukan antar lempeng bumi, patahan aktif, aktivitas gunung api atau runtuhan batuan. b. Letusan gunung api merupakan bagian dari aktivitas vulkanik yang

dikenal dengan istilah “erupsi”. Bahaya letusangunung api dapat berupa awan panas, lontaran material (pijar), hujan abu lebat, larva, gar racun, tsunami, dan banjir lahar.

c. Tsunami berasal dari bahsa jepang yang berarti gelombang ombak lautan (“tsu” berarti alutan, “ nami” berarti gelombang ombak). Tsunami adalah serangkaian gelombang ombak laut raksasa yang timbul karena adanya pergeseran di dasar laut akibat gempa bumi. d. Tanah longsor merupakan salah satu jenis gerakan massa tanah

atau batuan, ataupun percampuran keduanya, menuruni atau keluar lereng akibat terganggunya kestabilan tanah atau batuan penusun lereng.

e. Banjir adalah peristiwa atau keadaan dimana terendamnya suatu daerah atau daratan karena volum air yang meningkat.

f. Banjir bandang adaah banjir yang datang secara tiba-tiba dengan debit air yang besar yang disebabkan terbendungnya aliran sungai pada alur sungai.

g. Kekeringan adalah ketersediaan air yang jauh di bawah kebutuhan air untuk kebutuhan hidup, pertanian, kegiatan ekonomi dan lingkungan . adapun yang dimaksud kekeringan dibidang pertanian adalah kekeringan yang terjadi dilahan pertanian yang ada tanaman (padi, jagung, kedelai dan lain-lain) yang sedang dibudidayakan. h. Kebakaran adalah situasi dimana bangunan pada suatu tempat

(53)

i. Kebakaran hutan dan lahan adalah suatu keadaan di mana hutan dan lahan dilanda api, sehingga mengakibatkan kerusakan nilai lingkungan.

j. Angin puting beliung adalah angin kencang yang datang secara tiba-tiba, mempunyai pusat, bergerak melingkar menyerupai spiral dengan kecepatan 40-50 km/jam hingga menyentuh permukaan bumi dan akan hilang dalam waktu singkat (3-5 menit).

k. Gelombang pasang atau badai adalah gelombang tinggi yang ditimbulkan karena efek terjadinya siklon tropis di sekitar wilayah Indonesia dan berpotensi kuat menimbulkan bencana alam.

l. Abrasi adalah proses pengikisan pantai oleh tenaga gelombang laut dan arus laut yang bersifat merusak. Abrasi biasanya disebut juga erosi pantai.

Bencana memiliki beberapa macam, tergantung ciri-ciri dan penyebabnya. Salah satunya adalah bencana longsor, bencana tersebut terjadi di daerah dataran tinggi yang gundul dan umumnya diakibatkan oleh hujan deras. Hal ini sesuai dengan kondisi sekolah SD Negeri 2 Gunung Kemala Timur yang terletak di daerah perbukitan yang mempunyai potensi bencana longsor.

3. Bencana Longsor

(54)

Selain itu menurut buku terbitan yayasan IDEP (2007: 10) Pengertian tanah longsor adalah runtuhnya tanah secara tiba-tiba atau pergerakan tanah atau bebatuan dalam jumlah besar secara tiba-tiba atau berangsur yang umumnya terjadi di daerah terjal yang tidak stabil.

Tanah Longsor merupakan salah satu jenis gerakan massa tanah atau batuan, ataupun percampuran keduanya, menuruni atau keluar lereng akibat dari terganggunya kesetabilan tanah atau batuan penyusun lereng tersebut. Tanah longsor terjadi karena ada gangguan kesetabilan pada tanah/batuan penyusun lereng (http://repository.usu.ac.id: 2010).

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tanah longsor adalah pergerakan tanah dari atas menuju kebawah. Dengan ditandai dengan turunnya hujan deras, kerikil berjatuhan sampai terdengar suara gemuruh.

G. Kinerja Guru

(55)

Kompetensi yang harus dimiliki oleh guru dapat mencakup kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi professional. Menurut Ghufron (2008: http://staff.uny.ac.id/) kompetensi guru tersebut adalah sebagai berikut.

1. Kompetensi kepribadian ditunjukan dengan ciri-ciri kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, afif dan berwibawa, serta menjadi teladan bagi peserta didik.

2. Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan mengelola pembelajaran, yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik memenuhi standar lulusan yang ditetapkan.

3. Kompetensi profesional berupa kemampuan untuk menguasai materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan utuk membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi lulusan yang ditetapkan.

4. Kompetensi sosial kemampuan untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efesien dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua atau wali dan warga masyarakat sekitar.

Menurut Riduwan (2010: 90) mengemukakan bahwa kinerja guru adalah tingkat professional guru dalam proses belajar mengajar selama periode tertentu yang diwujudkan melalui kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi professional, dan kompetensi sosial. Sedangkan Susanto (2012: 29) mengemukakan bahwa kinerja guru merupakan prestasi, hasil, atau kemampuan yang dicapai atau diperlihatkan oleh guru dalam melaksanakan tugas pendidikan dan pengajaran.

(56)

H. Pembelajaran Tematik Terpadu

1. Pengertian Pembelajaran Tematik Terpadu

Pembelajaran tematik terpadu merupakan pembelajaran yang dipakai pada kurikulum 2013. Pembelajaran yang berpusat pada tema tertentu sesuai dengan topik kompetensi yang dipilih. Menurut Kemendikbud (2013: 233) pembelajaran tematik terpadu merupakan suatu penyajian pembelajaran yang menyatukan beberapa mata pelajaran dengan tema sebagai pemersatunya. Sedangkan Depdiknas (2011: 5).pembelajaran tematik sebagai model pembelajaran termasuk salah satu tipe/jenis dari pada model pembelajaran terpadu. Istilah pembelajaran tematik pada dasarnya adalah model pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengkaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Menurut Triyanto (2010: 78) mengemukakan Pembelajaran tematik dimaknai sebagai pembelajaran yang dirancang berdasarkan tema-tema tertentu. Dalam pembelajarannya tema tersebut ditinjau dari berbagai mata pelajaran.

(57)

Selanjutnya Kemendikbud (2013: 9) Pembelajaran tematik terpadu adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema. Pembelajaran tersebut memberikan pengalaman bermakna kepada siswa secara utuh. Dalam pelaksanaannya pelajaran yang diajarkan oleh guru disekolah dasar diintegrasikan melalui tema-tema yang telah ditetapkan.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tematik terpadu merupakan pembelajaran yang menggabungkan beberapa topik mata pelajaran yang sesuai menjadi satu dan dibentuk satu tema yang sesuai dengan topik-topik terdekat dengan lingkungan peserta didik.

2. Ciri-ciri Pembelajaran Tematik Terpadu

Pembelajaran tematik terpadu mempunyai beberapa ciri-ciri tertentu. Menurut Kemendikbud (2013: 198-199) pembelajaran tematik terpadu mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

1. Berpusat pada anak

2. Memberikan pengalaman langsung pada anak

3. Pemisahan antara mata pelajaran tidak begitu jelas (menyatu dalam satu pemahaman dalam kegiatan)

4. Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran dalam satu proses pembelajaran (saling terkait antara mata pelajaran yang satu dengan lainnya)

5. Bersifat luwes (keterpaduan berbagai mata pelajaran)

(58)

3. Fungsi dan Tujuan

Kurikulum 2013 menekankan pembelajaran di sekolah dasar menggunakan pembelajaran tematik terpadu. Hal ini mempunyai fungsi dan tujuannya. Menurut Kemendikbud (2013: 198) pembelajaran tematik terpadu berfungsi untuk memberikan kemudahan bagi peserta didik dalam memahami dan mendalami konsep materi yang tergabung dalam tema serta dapat menambah semangat belajar, karena materi yang dipelajari merupakan materi yang nyata (kontekstual) dan bermakna bagi peserta didik.

Tujuan pembelajaran tematik terpadu menurut Kemendikbud (2013:198) adalah:

1. Mudah memusatkan perhatian pada satu tema atau topik tertentu 2. Mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai

kompetensi mata pelajaran dalam tema yang sama

3. Memiliki pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan

4. Mengembangkan kompetensi berbahasa lebih baik dengan mengkaitkan berbagai mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi peserta didik

5. Lebih bergairah belajar karena mereka dapat berkomunikasi dalam situasi nyata, seperti: bercerita, bertanya, menulis sekaligus mempelajari pelajaran yang lain.

6. Lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi yang disajikan dalam konteks tema yang jelas

(59)

I. Penilaian Otentik

1. Pengertian Penilaian Otentik

Penilaian otentik merupakan penilaian yang digunakan dalam kurikulum 2013. Dalam penilaian otentik seorang guru akan memberikan penilaian mulai dari awal proses pembelajaran hingga akhir pembelajaran. Kemendikbud (2013: 246) Asesmen autentik adalah pengukuran yang bermakna secara signifikan atas hasil belajar peserta didik

untuk ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Istilah asesmen

merupakan sinonim dari penilaian, pengukuran, pengujian, atau evaluasi. Istilah autentik merupakan sinonim dari asli, nyata, valid, atau reliabel.

Sedangkan Mulyasa (2013: 137) mengemukakan bahwa penilaian pembelajaran harus mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap secara utuh dan proporsional, sesuai dengan kompetensi inti yang telah ditentukan. Penilaian merupakan proses sistematis dalam pengumpulan, analisis, dan penafsiran informasi untuk menentukan seberapa jauh seorang peserta didik dapat mencapai tujuan pendidikan. menurut Nurgiyantoro (2011: 23) penilaian otentik merupakan penilaian terhadap tugas-tugas yang menyerupai kegiatan membaca dan menulis sebagaimana halnya di dunia nyata dan di sekolah. Tujuan penilaian otentik menurut Nurgiyantoro (2011: 3) adalah untuk mengukur berbagai keterampilan dalam berbagai konteks yang mencerminkan situasi di dunia nyata di mana keterampilan-keterampilan tersebut digunakan.

(60)

pembelajaran, proses pembelajaran maupun hasil pembelajaran. Mencakup penilaian sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

2. Langkah-langkah Penilaian Otentik

Dalam menentukan penilaian otentik sebelumnya harus menentukan beberapa langkah-langkah teknis penilaian pembalajaran otentik menurut Prastowo (2013: 414) dapat melalui sembilan langkah, yaitu:

a. Melihat kompetensi yang ingin dicapai pada kurikulum

b. Memilih alat penilaian yang sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai.

c. Mempertimbangkan kondisi siswa saat penilaian sedang berlangsung.

d. Penilaian dilakukan secara terpadu dengan kegiatan pembelajaran.

e. Penilaian dapat dilakukan dalam suasana formal maupun informal.

f. Memberikan petunjuk secara jelas dalam pelaksanaan penilaian dengan menggunakan bahasa yang mudah dipahami.

g. Membuat kriteria pensekoran secara jelas, sehingga tidak menimbulkan multitafsir.

h. Menggunakan berbagai bentuk dan alat untuk menilai beragam kompetensi.

i. Melakukan rangkaian aktivitas penilaian melalui pemberian tugas, pekerjaan rumah, ulangan, dan pengamatan.

(61)

J. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan hipotesis tindakan kelas sebagai berikut “ jika dalam pembelajaran tematik terpadu menggunakan

(62)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) atau classroom action research. Menurut Wardani (2007: 1.4) PTK adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelas melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat. Sedangkan menurut Arikunto (2010: 4) penelitian model ini dapat dilaksanakan bukan hanya sebatas di kelas saja, tetapi dapat di sekolah, di lapangan, di bengkel, atau di tempat-tempat lain asal sesuai denga bidang tugasnya.

(63)

Urutan daur siklus dalam PTK ini adalah sebagai berikut:

Gambar 3.1 Siklus PTK

Sumber: Hasil Penelitian Perencanaan

Tindakan

Pelaksanaan Tindakan

Refleksi Observasi

Siklus I

Perencanaan

Tindakan PelaksanaanTindakan

Refleksi Observasi

Siklus II

Perencanaan

Tindakan PelaksanaanTindakan

Refleksi Observasi

(64)

B. Setting Penelitian

1. Subjek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan berkolaborasi partisipasi antara guru kelas dan teman sejawat. Adapun subjek penelitian ini adalah 1 orang guru dan siswa kelas III SD Negeri 2 Gunung Kemala Timur dengan jumlah 27 orang siswa yang terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 15 siswa perempuan.

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 2 Gunung Kemala Timur Kecamatan Way Krui, Kabupaten Pesisir Barat.

3. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2013/2014 dengan lama penelitian 4 bulan, terhitung dari Februari 2014 sampai Mei 2014.

C. Teknik Pengumpul Data

Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian ini menggunakan dua cara yaitu:

1. Observasi yaitu untuk mengetahui peningkatan sikap sosial dan kinerja guru serta keterampilan siswa selama proses berlangsung.

(65)

D. Alat Pengumpul Data

1. Lembar observasi, dipergunakan untuk mengamati semua data selama penelitian yang diperlukan oleh peneliti. Instrumen ini dirancang oleh peneliti dan guru kelas.

Adapun instrumen yang digunakan adalah sebagai berikut: a. Kinerja Guru

Tabel 3.1 Indikator Kinerja Guru

Aspek yang Diamati Skor

Kegiatan Pendahuluan

1 2 3 4 Apersepsi dan Motivasi

1 Mengaitkan materi pembelajaran sekarang dengan pengalaman peserta didik atau pembelajaran sebelumnya.

2 Mengajukan pertanyaan menantang.

3 Menyampaikan manfaat materi pembelajaran.

4 Mendemonstrasikan sesuatu yang terkait dengan tema.

Penyampaian Kompetensi dan Rencana Kegiatan

1 Menyampaikan kemampuan yang akan dicapai peserta didik.

2 Menyampaikan rencana kegiatan misalnya, individual, kerja kelompok, dan melakukan observasi.

Kegiatan Inti

Penguasaan Materi Pelajaran

1 Kemampuan menyesuaikan materi dengan tujuan pembelajaran.

2 Kemampuan mengkaitkan materi dengan pengetahuan lain yang relevan, perkembangan Iptek , dan kehidupan nyata.

3 Menyajikan pembahasan materi pembelajaran dengan tepat.

4 Menyajikan materi secara sistematis (mudah ke sulit, dari konkrit ke abstrak)

Penerapan Strategi Pembelajaran yang Mendidik

1 Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai.

2 Menfasilitasi kegiatan yang memuat komponen eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi.

(66)

Aspek yang Diamati Skor

4 Menguasai kelas.

5 Melaksanakan pembelajaran yang bersifat kontekstual.

6 Melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan tumbuhnya kebiasaan positif (nurturant effect).

7 Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu yang direncanakan.

Penerapan Pendekatan scientific

1 Memberikan pertanyaan mengapa dan bagaimana.

2 Memancing peserta didik untuk bertanya.

3 Memfasilitasi peserta didik untuk mencoba.

4 Memfasilitasi peserta didik untuk mengamati.

5 Memfasilitasi peserta didik untuk menganalisis.

6 Memberikan pertanyaan peserta didik untuk menalar (proses berpikir yang logis dan sistematis).

7 Menyajikan kegiatan peserta didik untuk berkomunikasi.

Penerapan Pembelajaran Tematik Terpadu

1 Menyajikan pembelajaran sesuai tema dan subtema

2 Menyajikan pembelajaran dengan memadukan berbagai mata pelajaran dalam satu PBM meliputi Pendidikan Agama dan Budi Pekerti, PPKn, Bahasa Indonesia, Matematika, Seni Budaya dan Prakarya, serta Penjasorkes.

3 Menyajikan pembelajaran yang memuat komponen karakteristik terpadu.

4 Menyajikan pembelajaran yang bernuansa aktif dan menyenangkan.

Pemanfaatan Sumber Belajar/Media dalam Pembelajaran

1 Menunjukkan keterampilan dalam penggunaan sumber belajar pembelajaran.

2 Menunjukkan keterampilan dalam penggunaan media pembelajaran.

3 Menghasilkan pesan yang menarik.

4 Melibatkan peserta didik dalam pemanfaatan sumber belajar pembelajaran.

5 Melibatkan peserta didik dalam pemanfaatan media pembelajaran.

Pelibatan Peserta Didik dalam Pembelajaran

(67)

Aspek yang Diamati Skor

2 Merespon positif partisipasi peserta didik.

3 Menunjukkan sikap terbuka terhadap respons peserta didik.

4 Menunjukkan hubungan antar pribadi yang kondusif.

5 Menumbuhkan keceriaan atau antusiasme peserta didik dalam belajar.

Penggunaan Bahasa yang Benar dan Tepat dalam Pembelajaran

1 Menggunakan bahasa lisan secara jelas dan lancar.

2 Menggunakan bahasa tulis yang baik dan benar.

Kegiatan Penutup Penutup pembelajaran

1 Melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan melibatkan peserta didik.

2 Memberihan tes lisan atau tulisan .

3 Mengumpulkan hasil kerja sebagai bahan portofolio.

4 Melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan kegiatan berikutnya dan tugas pengayaan.

Jumlah Nilai

Sumber: Kemendikbud (2013: 311-313)

Instrumen model yang digunakan:

Penerapan Model EXCLUSIVE 1 2 3 4

1 Melakukan kegiatan exploring berupa pengenalan materi dan pengumpulan pokok-pokok informasi yang akan dibahas.

2 Melakukan pembagian (clustering) informasi yang akan dibahas ke setiap kelompok

3 Melakukan simulasi (simulating)

4 Memaknai (valuing) dari kegiatan yang telah dilakukan

5 Melakukan evaluasi terhadap proses pembelajaran yang telah dilakukan

Jumlah Nilai

Gambar

Gambar 2.4. Konsep Pendekatan Saintifik      (Sumber dari Kemendikbud, 2013: 214)
Gambar 2.5. Langkah-langkah pendekatan saintifik.    (Sumber dari Kemendikbud, 2013: 214) Menurut Kemendikbud (2013: 9-11) langkah-langkah dalam
Gambar 2.1 Strategi PS2 dalam Rasionalisasi Model Pembelajaran  (Abdurrahman, 2012: 218)
Gambar 2.2 Siklus Model Pembelajaran EXCLUSIVE
+7

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul ” Pengembangan Soal

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmad dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul “ Perilaku

Alhamdulillah, segala puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penyusunan skripsi ini yang berjudul “HUBUNGAN

Segala puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayahnya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul ”Analisis Kesulitan

Segala puji syukur penulis panjatkan hanya bagi Allah SWT, pemelihara seluruh alam raya, yang atas limpahan rahmad, taufiq dan hidayahnya, penulis mampu

Alhamdulillah segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmad dan hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh