• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN PERAN TENAGA KESEHATAN SEBAGAI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "GAMBARAN PERAN TENAGA KESEHATAN SEBAGAI"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN PERAN TENAGA KESEHATAN SEBAGAI ( ADVOCATOR, EDUCATOR , MOTIVATOR , DAN FASILITATOR ) DALAM

SOSIALISASI IMUNISASI PENTAVALEN DI PUSKESMAS GAYUNGAN SURABAYA

Suci Apriliyana Wahyunnisa’.*, Nanik Handayani.**, Ima Nadatien.***

( Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya, Jl. SMEA 57 Surabaya) Email: Suci.170493@gmail.com

ABSTRACT: There are still many people did not know about immunizations pentavalen as basic immunizations to prevent the occurrence of disease pneumonia, and this is not separated from the role of a paramedics in the socialization. The role of paramedics also influenced by several factors i.e. age , education and the experience (long working). This research aims to understand the role of the picture of paramedics as advocator, educator, motivator, and facilitators in the socialization pentavalen immunization at Puskesmas Gayungan Surabaya. The design of this research is descriptive with the approach of cross sectional. The population all of paramedics consisting of a midwife, nurses, and the promotion of health as many as 22 people. Sample of 22 respondents taken with a total of sampling techniques. The variables in this research is the role of paramedics in the socialization pentavalen immunization. Primary data collection using a questionnaire. Data analysis with descriptive statistics which is displayed and served in a frequency distribution. The result of research shows almost entirely of paramedics had a role either as educator (95%) and motivator (91%) and most of paramedics had a role either as advocator (73%) and facilitators (59%). The conclusions of this research is a paramedics in Puskesmas Gayungan had a role either as advocator, educator, motivator, and facilitators in the socialization of immunization pentavalen. Expected of paramedics can maintain and improve the role in giving of socialization and pentavalen immunization services.

Keywords: a role, a paramedics, socialization, and health promotion.

ABSTRAK: Masih banyak masyarakat yang belum mengetahui tentang imunisasi pentavalen sebagai imunisasi dasar yang dapat mencegah terjadinya penyakit pneumonia, dan hal ini tak lepas dari peran tenaga kesehatan dalam mensosialisasikannya. Peran tenaga kesehatan juga dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: usia, pendidikan serta pengalamannya (lama bekerja). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran peran tenaga kesehatan sebagai advocator, educator, motivator, dan fasilitator dalam sosialisasi imunisasi pentavalen di Puskesmas Gayungan Surabaya. Desain penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Populasi seluruh tenaga kesehatan yang terdiri dari bidan, perawat dan bagian promosi kesehatan sebanyak 22 orang. Sampel sebesar 22 responden diambil dengan teknik total sampling. Variabel dalam penelitian ini adalah peran tenaga kesehatan dalam sosialisasi imunisasi pentavalen. Pengumpulan data primer menggunakan kuesioner. Analisis data dengan statistik deskriptif yaitu ditampilkan dan disajikan dalam distribusi frekuensi. Hasil penelitian menunjukkan hampir seluruhnya tenaga kesehatan berperan baik sebagai educator (95%) dan motivator (91%) dan sebagian besar tenaga kesehatan berperan baik sebagai advocator (73%) dan fasilitator (59%). Simpulan penelitian ini adalah tenaga kesehatan di Puskesmas Gayungan berperan baik sebagai advocator, educator, motivator, dan fasilitator dalam sosialisasi imunisasi pentavalen. Diharapkan tenaga kesehatan dapat mempertahankan dan meningkatkan perannya dalam memberikan sosialisasi serta layanan imunisasi pentavalen.

(2)

PENDAHULUAN

Pengetahuan masyarakat mengenai program pemerintah terbaru tentang kesehatan, salah satunya mengenai imunisasi pentavalen sebagai imunisasi dasar untuk menurunkan angka kematian akibat pneumonia tak lepas dari peran

tenaga kesehatan dalam

mensosialisasikannya, dan hal ini akan berdampak pula pada keberhasilan program pemerintah tersebut (Kemenkes, 2014). Namun pada kenyataannya masih banyak masyarakat disekitar yang belum mengetahui apa itu imunisasi pentavalen. Tenaga kesehatan di Puskesmas Gayungan pun sudah memulai upaya untuk mensosialisasikan tentang imunisasi tersebut, dalam hal ini upaya sosialisasi yang dilakukan oleh puskesmas Gayungan masih dalam ranah memberikan penyuluhan-penyuluhan di lingkungan Puskesmas Gayungan. Namun dengan penyuluhan saja tidaklah cukup untuk mencapai keberhasilan dalam sosialisasi. Melalui media massa serta media elektronik pun juga perlu dilakukan, seperti penempelan poster di tiap-tiap balai RW atau kelurahan, melalui situs web resmi puskesmas Gayungan, serta pelatihan atau bimbingan kepada kader mengenai informasi imunisasi pentavalen juga penting dilakukan untuk mengoptimalkan sosialisasi imunisasi tersebut.

Pemerintah telah membuat kebijakan-kebijakan dalam bidang kesehatan, salah satunya adalah program upaya kesehatan, dimana salah satu tujuan program tersebut yaitu menurunkan angka kesakitan (Mordibitas), kematian (Mortalitas), dan kecacatan (Disability). Dan sasaran yang ingin dicapai dalam menurunkan angka kematian tersebut ialah menurunkan angka kematian dan kejadian Pneumonia balita menjadi 3/1000 Balita. (Syarifudin,2009) Infeksi saluran pernapasan merupakan salah satu masalah utama di Negara berkembang termasuk Indonesia. Sebanyak 80% penyakit pada anak berkaitan dengan infeksi saluran

pernafasan. (Wong, 2009). Salah satu penyakit infeksi saluran pernafasan tersebut adalah broncopneumonia yang merupakan pembunuh utama di Indonesia (UNICEF, 2012). Pneumonia menyebabkan kematian terbesar pada anak, kurang lebih 23% pneumonia yang serius pada anak disebabkan oleh Haemophilus Influenzaetipe b (Hib). World Health Organisation (WHO) tahun 2013 di dunia, angka kematian anak akibat pneumonia atau infeksi saluran pernapasan atas yang memengaruhi paru-paru dinyatakan menjadi penyebab kematian sekitar 1,2 juta anak setiap tahun. (WHO,2013). Riskesdas tahun 2013 menyebutkan bahwa di Indonesia pneumonia menempati peringkat kedua kematian balita (15,5%) dari seluruh penyebab kematian, jumlah kematian anak balita disebabkan kasus pneumonia pada tahun 2013 ditetapkan menjadi 78,8% per 1000 balita, dan kematian bayi akibat pneumonia sebanyak 13,6% per 1000 bayi. Angka kejadian pneumonia pada balita di jawa timur, tahun 2013 sebanyak 1,80% (Riskesdas, 2013).

(3)

seluruh provinsi ditanah air. Sebagaimana imunisasi lainnya, Imunisasi Pentavalen bisa didapatkan secara gratis di semua Posyandu, Puskesmas atau fasilitas kesehatan pemerintah lainnya. (Kemenkes, 2013)

Di Puskesmas Gayungan sendiri imunisasi pentavalen sudah mulai diberikan pada bulan Juli 2014 sebagai pengganti imunisasi DPT HB, namun pada bulan Agustus pemberian imunisasi pentavalen hanya diberikan pada anak usia 1,5 tahun sebagai imunisasi lanjutan. Peran tenaga kesehatan dalam hal ini merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi perubahan perilaku masyarakat (Notoatmodjo, 2007). Peran tenaga kesehatan dalam promosi kesehatan adalah sebagai advocator, educator, motivator dan fasilitator (Novita dan Franciska, 2011). Melalui promosi kesehatan akan terjadi perubahan pada tingkat pengetahuan, sikap, serta perilaku (Kozier, 2012). Dengan pengetahuan masyarakat yang cukup mengenai imunisasi pentavalen, maka akan timbul kesadaran untuk mengimunisasikan anaknya sehingga angka kejadian pneumonia pun akan menurun. Tentunya keberhasilan peran tenaga kesehatan tersebut juga di pengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: usia, pendidikan, serta pengalamananya sebagai seorang tenaga kesehatan. Usia menunjukkan kematangan seseorang secara biologis dan psikologis. Dengan bertambahnya usia maka kedewasaan seseorang pun akan bertambah, kedewasaan ini mempengaruhi pola fikir serta emosi. Selain itu, peran dipengaruhi oleh pendidikan, semakain tinggi pendidikan seseorang, maka semakin tinggi pula pengetahuan yang dimilikinya. Pengalaman juga tidak kalah penting dalam mempengaruhi peran seseorang. Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya (Mubarak, 2007).

Agar dapat mencapai tujuan dan target program imunisasi terbaru ini, maka

diharapkan tenaga kesehatan dapat berperan aktif dalam mensosialisasikan imunisasi pentavalen sebagai imunisasi dasar di Puskesmas Gayungan Surabaya, sehingga dapat memberikan pengetahuan yang diperlukan oleh masyarakat yang akan berdampak pada perilaku kesehatan yang baik.

Berdasarkan masalah yang terjadi di atas sehingga penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Gambaran peran tenaga kesehatan sebagai (advocator, educator, motivator, dan fasilitator dalam sosialisasi imunisasi pentavalen di Puskesmas Gayungan Surabaya”.

METODE

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif bertujuan untuk menggambarkan peran tenaga kesehatan sebagai (advocator, educator, motivator, dan fasilitator dalam sosialisasi imunisasi pentavalen di Puskesmas Gayungan Surabaya secara obyektif. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh tenaga kesehatan (bidan, perawat, promotor kesehatan) di Puskesmas Gayungan Surabaya pada tahun 2015 yaitu sebanyak 22 orang.

Sampel penelitian sebesar 22 orang dengan teknik sampling yang digunakan Nonprobability sampling dengan metode total sampling.

Variabel dalam penelitian ini adalah satu variabel yaitu peran tenaga kesehatan dalam sosialisasi imunisasi pentavalen. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan kuisoner.

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

1. Data Umum

a. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

(4)

No Usia ibu (tahun)

Frekuensi Persentase (%)

1 Usia 17-25 2 9

2 Usia 26-35 7 31.8

3 Usia 36-45 9 41

4 Usia 46-55 4 18.2

5 Usia 56-65 0 0

Jumlah 22

Sumber: Data Primer bulan Juni 2015. Berdasarkan tabel 5.1 menunjukkan bahwa dari 22 responden hampir setengahnya (41 %) berumur 36-45 tahun. b. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan

Tabel 5.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pendidikan tenaga kesehatan di Puskesmas Gayungan Surabaya bulan Mei 2015

No Pendidikan Frekuensi Persentase (%)

1 SPK 1 5

2 DIII 20 90

3 DIV atau S1

1 5

Jumlah 22 100

Sumber: Data Primer bulan Juni 2015. Berdasarkan tabel 5.2 menunjukkan bahwa dari 22 responden hampir seluruhnya (90%) berpendidikan DIII. c. Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Bekerja.

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi responden berdasarkan lama bekerja sebagai tenaga kesehatan di Puskesmas Gayungan Surabaya bulan Mei 2015

No Lama Bekerja

(tahun)

Frekuensi Persentase (%)

1 < 2 9 41

2 ≥ 2 13 59

Jumlah 22 100

Sumber: Data Primer bulan Juni 2015.

Berdasarkan tabel 5.3 menunjukkan bahwa dari 22 responden sebagian besar (59%) lama bekerja ≥ 2 tahun.

2. Data Khusus

Berikut ini akan disajikan tentang data khusus yang menggambarkan peran tenaga kesehatan dalam sosialisasi imunisasi pentavalen sebagai imunisasi dasar yang dikelompokkan menjadi dua yaitu peran baik dan peran kurang baik.

a. Karakteristik Responden Berdasarkan Peran Sebagai Advocator.

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi responden menurut Peran Tenaga Kesehatan sebagai Advocator tahun 2015.

No Peran Sebagai Advocator

Frekuensi Persentase (%)

1 Baik 16 73

2 Kurang baik 6 27

Jumlah 22 100

Sumber: Data Primer bulan Juni 2015. Berdasarkan tabel 5.4 menunjukkan bahwa dari 22 responden, sebagian besar (73%) berperan baik sebagai advocator dalam sosialisasi imunisasi pentavalen sebagai imunisasi dasar.

b. Karakteristik Responden Berdasarkan Peran Sebagai Educator

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi responden menurut Peran Tenaga Kesehatan sebagai Educator tahun 2015.

No Peran Sebagai Educator

Frekuensi Persentase (%)

1 Baik 21 95

2 Kurang baik 1 5

Jumlah 22 100

(5)

c. Karakteristik Responden Berdasarkan Peran Sebagai Motivator.

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi responden menurut Peran Tenaga Kesehatan sebagai Motivator tahun 2015.

No Peran Sebagai Motivator

Frekuensi Persentase (%)

1 Baik 20 91

2 Kurang baik 2 9

Jumlah 22 100

Sumber: Data Primer bulan Juni 2015. Berdasarkan tabel 5.6 menunjukkan bahwa dari 22 responden, hampir seluruhnya (91%) berperan baik sebagai motivator dalam sosialisasi imunisasi pentavalen sebagai imunisasi dasar.

d. Karakteristik Responden Berdasarkan Peran Sebagai fasilitator.

Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi responden menurut Peran Tenaga Kesehatan sebagai Fasilitator tahun 2015.

No Peran Sebagai Fasilitator

Frekuensi Persentase (%)

1 Baik 13 59

2 Kurang baik

9 41

Jumlah 22 100

Sumber: Data Primer bulan Juni 2015. Berdasarkan tabel 5.6 menunjukkan bahwa dari 22 responden, sebagian besar (59%) berperan baik sebagai Fasilitator dalam sosialisasi imunisasi pentavalen sebagai imunisasi dasar.

B. Pembahasan

1. Peran sebagai Advocator.

Sebagai seorang tenaga kesehatan peran sebagai advocator dalam sosialisasi atau promosi kesehatan sangat diperlukan, sebagai advocator seorang tenaga kesehatan harus mampu melakukan pendekatan dan pelatihan kepada tokoh masyarakat setempat, baik tokoh masyarakat formal maupun informal,

membantu pasien dalam memahami informasi yang didapatkan, membantu pasien dalam mengambil keputusan terkait tindakan medis yang akan dilakukan serta memfasilitasi pasien dan keluarga serta masyarakat dalam upaya peningkatan kesehatan yang optimal (Alimul, 2007).

Indikator keberhasilan advokasi juga dapat di ukur melalui indikator keluaran (output), proses, dan masukan (input). Indikator keluaran meliputi adanya kepedulian, keterlibatan dan dukungan, serta kesinambungan upaya kesehatan, baik berupa kebijakan, tenaga, dana, sarana, kemudahan, atau keterlibatan dalam kegiatan atau gerakan. Keluaran kegiatan advokasi adalah undang-undang, peraturan daerah, instruksi yang mengikat masyarakat atau instansi berkenaan dengan masalah kesehatan. Indikator proses meliputi adanya sasaran yang jelas, bahan informaasi atau advokasi, dan kesiapan pelaku advokasi (Mubarak, 2011).

2. Peran sebagai Educator.

Peran sebagai educator harus dimiliki oleh seluruh tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan sebagai pendidik harus mampu untuk mendidik dan mengajarkan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat, serta tenaga kesehatan lain sesuai dengan tanggung jawabnya. Tenaga kesehatan sebagai pendidik berupaya untuk memberikan pendidikan atau penyuluhan kesehatan kepada klien dengan evaluasi yang dapat meningkatkan pembelajaran (Wong, 2009);

(6)

Dalam mempromosikan imunisasi pentavalen sebagai imunisasi dasar ini, tenaga kesehatan harus mampu memberikan pengetahuan sejelas-jelasnya mengenai apa itu imunisasi pentavalen, tujuan, serta manfaatnya. Memberikan pengetahuan kepada masyarakat artinya aakan terjadi suatu proses belajar. Di dalam kegiatan belajar terdapat tiga persoalan pokok, yakni masukan (input), proses, dan keluaran (output). Persoalan masukan menyangkut subjek atau sasaran belajar itu sendiri dengan berbagai latar belakangnya. Persoalan proses adalah mekanisme atau proses terjadinya perubahan kemampuan pada diri subjek belajar. Di dalam proses ini terjadi pengaruh timbal balik anatara berbagai faktor, antara lain subjek belajar, pengajar atau fasilitator belajar, metode yang digunakan, alat bantu belajar, dan materi atau bahan yang dipelajari. Sedangkan keluaran merupakan hasil belajar itu sendiri, yang terdiri dari kemampuan baru atau perubahan baru pada diri subjek belajar. (Notoatmodjo, 2007).

Pada uraian di atas dapat disimpulkan bahwa indikator keluaran (input) pada proses belajar tidak akan baik jika pada prosesnya tidak dilakukan secara maksimal. Salah satu yang ada dalam proses tersebut adalah peran tenaga kesehatan sebagai seorang pendidik yang memberikan informasi dan pengetahuan kepada masyarakat.

3. Peran sebagai Motivator.

Sebagai seorang tenaga kesehatan peran sebagai motivator tidak kalah penting dari peran lainnya. Seorang tenaga kesehatan harus mampu memberikan motivasi, arahan, bimbingan dan meningkatkan kesadaran pihak yang dimotivasi seperti; dukun, kader kesehatan, dan masyarakat, untuk tumbuh kembang ke arah pencapaian tujuan yang diinginkan. (Mubarak,2012). Di dalam proses pembentukan dan atau perubahan perilaku dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berasal dari dalam diri individu itu sendiri. Faktor-faktor tersebuat salah

satunya adalah motivasi (Notoatmodjo, 2007). Motivasi diartikan sebagai dorongan untuk bertindak untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Hasil dari dorongan tersebut di wujudkan dalam bentuk perilaku (Notoatmodjo, 2007).

Ciri-ciri tenaga kesehatan sebagai motivator adalah melakukan pendampingan, menyadarkan,dan mendorong kelompok untuk mengenali potensi dan masalah, dan dapat mengembangkan potensinya untuk memecahkan masalah tersebut. (Novita dan Fransisca, 2011). Contohnya dalam sosialisai imunisasi pentavalen adalah seorang tenaga kesehatan harus mampu menyadarkan pada masyarakat betapa pentingnya imunisasi pentavalen untuk bayi dan balita dengan memberikan contoh jika tidak di imunisasi pentavalen, sehingga mereka akan tergerak dan berfikir ulang masalah apa yang akan terjadi jika tidak di imunisasikan pentavalen.

4. Peran sebagai Fasilitator.

Peran sebagai seorang fasilitator juga harus dimiliki oleh setiap tenaga kesehatan dalam promosi kesehatan. Sebagai seorang fasilitator tenaga kesehatan harus mampu memberikan bimbingan teknis dan memberdayakan pihak yang sedang didampingi (dukun bayi, kader, tokoh masyarakat) untuk tumbuh kembang ke arah pencapaian tujuan yang diinginkan. Keberhasilan pelaku pemberdayaan dalam memfasilitasi proses pemberdayaan juga dapat diwujudkan melalui peningkatan partisipasi aktif masyarakat. Fasilitator harus terampil mengintegritaskan tiga hal penting yakni optimalisasi fasilitasi, waktu yang disediakan, dan optimalisasi partisipasi masyarakat. Masyarakat pada saat menjelang batas waktu harus diberi kesempatan agar siap melanjutkan program pembangunan secara mandiri. Sebaliknya, fasilitator harus mulai mengurangi campur tangan secara perlahan.(Novita dan Fransisca, 2011).

(7)

mempunyai tanggung jawab untuk menciptakan, menkondisikan iklim kelompok yang harmonis, serta memfasilitasi terjadinya proses saling belajar dalam kelompok. (Mubarok, 2012). Contohnya dalam sosialisai imunisasi pentavalen ini adalah seorang tenaga kesehatan dapat membuat suasana belajar menjadi lebih interaktif dengan cara membuat instrument yang beragam seperti penggunaan alat bantu yang membuat audience akan lebih tertarik dalam mengikuti proses belajar tersebut. Selain itu sebagai fasilitator seorang tenaga kesehatan harus mampu menjadi seorang pendamping dalam suatu forum, memberikan kesempatan bertanya tentang penjelasan yang kurang di mengerti oleh audience. Menjadi seorang fasilitator juga tidak hanya di waktu pertemuan atau proses belajar secara umum seperti penyuluhan saja. Namun, seorang tenaga kesehatan juga harus mampu menjadi seorang fasilitator secara khusus, contohnya dengan menyediakan waktu dan tempat ketika seorang klien ingin bertanya secara tertutup.

Dari pembahasan di atas dapat di simpulkan bahwa tenaga kesehatan dalam sosialisasi imunisasi pentavalen sebagai imunisasi dasar di Puskesmas Gayungan adalah hampir seluruhnya menjalankan perannya sebagai seorang educator (95%) dan sebagai seorang motivator (91%). Namun hanya sebagian besar dari responden saja yang menjalankan perannya sebagai seorang advocator (73%) dan sebagai seorang fasilitator (59%). Seorang tenaga kesehatan dalam sosialisasi imunisasi pentavalen hendaknya memiliki kemampuan dalam berperan sebagai seorang advocator, educator, motivator dan fasilitator.

Peran tenaga kesehatan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor yang antara lain: usia, pendidikan, dan pengalaman (lama bekerja).

1. Usia.

Tabel 5.1 menunjukkan presentase tertinggi dari 22 responden hampir

setengah dari responden yaitu (41%) berusia 36-45 tahun. Berdasarkan tabulasi hasil penelitian antara usia dengan peran tenaga kesehatan dalam sosisialisasi imunisasi pentavalen sebagai imunisasi dasar pada (Lampiran 12) menunjukkan bahwa tenaga kesehatan berperan baik pada semua indikator di usia 36-45 tahun yaitu dari 9 responden yang berusia 36-45 tahun sebagian besar responden (77.8%) berperan baik sebagai advocator dan (66.7) sebagai fasilitator, seluruhnya (100%) berperan sebagai educator, serta hampir seluruhnya berperan sebagai motivator. Menurut (Depkes RI, 2009) pembagian usia menurut kematangan psikologis adalah sebagai berikut: masa remaja akhir usia 17-25 tahun, masa dewasa awal usia 26-35 tahun, masa dewasa akhir usia 36-45 tahun, masa lansia awal usia 56-65 tahun. Pada masa dewasa awal dan dewasa akhir seseorang mengalami puncak kematangan psikologis. Menurut Harymawan (2007) menyatakan bahwa jika kematangan usia seseorang cukup tinggi maka akan mempengaruhi pola berfikir serta emosi seseorang. Emosi merupakan perasaan subyektif terhadap suatu kejadian, seperti marah, sedih, senang, dan akan dapat mempengaruhi tenaga kesehatan dalam berkomunikasi dengan orang lain. Jika dalam komunikasi seseorang ini berjalan dengan bagus maka sosialisasi pun juga akan terjalin dengan baik.

2. Pendidikan.

(8)

advocator dan (60%) sebagai fasilitator, seluruhnya dari responden (100%) berperan baik sebagai educator, serta hampir seluruhnya dari responden (90%) berperan baik sebagai motivator. Dan 1 responden yang berpendidikan DIV yang terbukti memiliki peran yang baik pada semua indikator. Menurut Nursalam (2013) makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Pengetahuan juga mempengaruhi kemampuan seseorang untuk mengirimkan pesan, misalnya untuk memilih kata-kata (diksi), menentukan saat pesan harus disampaikan, serta mengembangkan berbagai teknik komunikasi verbal dan non verbal. (Wordpress, 2013). Dalam sosialisasi seorang tenaga kesehatan memang diharuskan untuk dapat menguasai materi yang akan di sampaikan, selain itu mereka juga harus mampu menyampaikan informasi dan pengetahuan itu dengan baik sehingga mudah di terima oleh masyarakat.

3. Lama Bekerja.

Tabel 5.3 menunjukkan bahwa sebagian besar tenaga kesehatan (13%) memiliki lama bekerja ≥ 2 tahun. Berdasarkan tabulasi hasil penelitian antara lama bekerja dengan peran tenaga kesehatan dalam sosialisasi imunisasi pentavalen sebagai imunisasi dasar pada (Lampiran 12) menunjukkan bahwa peran tenaga kesehatan juga di pengaruhi oleh lama bekerja mereka. Dari 13 responden yang memiliki lama bekerja lebih dari 2 tahun hampir seluruhnya (84.6%) berperan baik sebagai advocator, (92.3%) berperan baik sebagai motivator, dan (76.9%) berperan baik sebagai fasilitator, serta seluruhnya dari responden (100%) berperan baik sebagai educator. Pengalaman seseorang dalam menjalankan perannya dalam suatu pekerjaan, juga dipengaruhi oleh lama kerja seseorang tersebut. Lama kerja adalah jangka waktu yang telah dilalui seseorang sejak menekuni pekerjaan. Lama kerja dapat menggambarkan pengalaman seseorang

dalam menguasai bidang tugasnya. Menurut Ranupendoyo dan Saud (2005), semakin lama seseorang bekerja pada suatu organisasi maka akan semakin berpengalaman orang tersebut sehingga kecakapannya dalam menjalankan suatu peran juga semakin baik.

Dari hasil penelitian ini diharapkan tenaga kesehatan di Puskesmas Gayungan mampu meningkatkan perannya khususnya pada peran sebagai advocator, dikarenakan hanya setengah dari responden saja yang mampu melakukan perannya sebagai seorang advocator. Hal ini terlihat pada jawaban responden dalam butir pernyataan educator (Lampiran 9) bahwa hanya setengah dari responden (50%) menjawab tidak tepat pada dua butir pernyataan. Seharusnya tenaga kesehatan harus mampu melakukan upaya pendekatan kepada tokoh masyarakat sekitar guna meyakinkan program pemerintah berkaitan tentang imunisasi pentavalen, serta membantu pasien dalam memahami informasi mengenai imunisasi pentavalen sebagai evaluasi dari sosialisasi yang telah dilakukan. Jika keempat indikator peran tersebut dimiliki oleh tiap-tiap tenaga kesehatan maka promosi kesehatan pun akan terlaksana dengan baik yang akan memberikan efek perubahan yang baik pula pada perilaku masyarakat.

SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan

(9)

B. Saran

1. Bagi Tempat Penelitian

Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan untuk tetap mempertahankan serta tetap meningkatkan pengetahuan dan kemampuan kualitas diri sebagai seorang tenaga kesehatan khususnya pada perannya sebagai advocator yang diharapkan mampu melakukan upaya pendekatan kepada tokoh masyarakat sekitar guna meyakinkan program pemerintah berkaitan tentang imunisasi pentavalen, serta membantu pasien dalam memahami informasi mengenai imunisasi pentavalen sebagai evaluasi dari sosialisasi yang telah dilakukan.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi dalam penyusunan karya tulis ilmiah selanjutnya.

3. Bagi Peneliti

Agar dapat dijadikan sebagai bahan acuan penelitian selanjutnya dengan mengambil faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam sosialisasi imunisasi pentavalen sebagai imunisasai dasar sehingga dapat memberikan sumbangan bagi ilmu pengetahuan khususnya kebidanan.

DAFTAR PUSTAKA

Alimul, Hidayat Aziz. 2007. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika

Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi V. Jakarta : Rineka Cipta

Azwar, Saifuddin. 2014. Metode Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Brunner and Suddarth. 2010. Keperawatan Medical Bedah. Jakarta: EGC

Depkes RI, 2009. Kategori Umur, from

http://ilmu-kesehatan-masyarakat.blogspot.com/2012/05/k ategori-umur.html. Akses: 3 Juli 2015

DepKes. 2014. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013. Jakarta : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia Dwiprahasto. 2010. Pengaruh Umur,

Pendidikan, Pengalaman Kerja dan Jenis Kelamin terhadap Lama Mencari Kerja Bagi Tenaga Kerja Terdidik di Kota Magelang, from http://www.digilib.undip.ac.id. Akses: 1 Maret 2015

Dyah, Putri. 2009. Pengaruh Sosialisasi terhadap Pola Pikir Anak Usia Dini di PAUD Hidayah Solo, from http://www.digilib.UNS.ac.id. Akses: 1 Maret 2015

IDAI. 2013. Imunisasi. Jakarta : IDAI Kemenkes. 2015. Menkes Luncurkan

Vaksin Pentavalen dan Progran Imunisasi Lanjutan bagi Batita, from

http://humasbuk@kemkes.go.id. Akses : 1 Maret 2015

Kholid, Ahmad. 2014. Promosi Kesehatan dan Pendekatan Perilaku, Media, dan Aplikasinya. Jakarta: Rajawali Pers

Khomsah, Nani. 2012. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Peran Serta Kader Posyandu dalam Deteksi Faktor Risiko Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Buayan Kebumen Jawa Tengah Tahun 2012, from http://digilib.UI.ac.id. Akses: 9 Juli 2015

Kinanti. 2013. Imunisasi Pentavalen, Vaksin 'Kombinasi' Terbaru untuk Anak Indonesia, from http://detikHealth.com. Akses tanggal 1 Maret 2015

Kozier, Barbara, dkk. 2012. Praktik Keperawatan Profesional Konsep dan Perspektif. Jakarta: EGC Kurniati, Anna dan Ferry Efendi. 2012.

Kajian SDM Kesehatan di Indonesia. Jakarta: Salemba Medika

(10)

____________ . 2007. Promosi Kesehatan. Yogyakarta: Griya Ilmu

____________ . 2011. Promosi Kesehatan. Yogyakarta. Nuha Medika

____________ dan Nurul C. 2009. Ilmu Kesehatan Masyarakat Teori dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Medika Mulyadi, Yad. 2012. Panduan Sosiologi

SMA Kelas X. Jakarta Timur: Yudhistira.

Notoatmodjo, Soekidjo.2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta

Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Novita dan Fransisca. 2011. Promosi Kesehatan dalam Pelayanan Kebidanan. Jakarta: salemba Medika

Nursalam, 2011. Konsep Dan Penerapan Metoolgi Penelitian Ilmu Keperawatan, Pedoman Skripsi , Tesis , Dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Nursalam. 2013. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Edisi 3. Jakarta : Salemba Medika

Perdhaki. 2014. Imunisasi Pentavalen (Dpt, Hb, Hib) Pada Bayi, from http://perdhaki.com. Akses : 1 Maret 2015

Perdhaki. 2014. Kegiatan Advokasi Dan Sosialisasi Imunisasi Pentavalen Tahun 2014 Oleh Perdhaki Di Keuskpan Manado & Kupang, from http://perdhaki.com. Akses : 1 Maret 2015

Prasetyo, Eko. 2011. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pelaksanaan Peran Perawat Pre Operatif di Irna Bedah RSUP Dr.M.Djamil Padang, from

http://www.digilib.universitasandal as.ac.id. Akses: 1 Maret 2015 Public health. 2014. Vaksin Pentavalen,

from http: //

www.publichealth.com/ imunisasi-pentavalen. Akses: 1 Maret 2015 Setiawan, Satrio Adi. 2010. Hubungan

Peran Perawat dengan Lama Kesembuhan Pasien di Ruang Paru RSU Fatmawati Semarang, from http://www.digilip.undip.ac.id. Akses: 1 Maret 2015

Syafrudin dan Fratidhina Yudhia. 2009. Promosi Kesehatan untuk Kebidanan. Jakarta: Trans Info Media

WHO. 2006. Definisi Tenaga Kesehatan, from http://www.WHO.org. Akses: 1 Maret 2015

Winarsih, B.D. 2012. Hubungan Peran Serta Orang Tua dalam

Hospitalisasi Pada Anak Usia Prasekolah di RSUD RA Kartini Jepara, from http://digilib.UI.ac.id. Akses: 9 Juli 2015.

Gambar

Tabel 5.4

Referensi

Dokumen terkait

(2) Guru; Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai masukan dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran melalui pemanfaatan sarana prasarana sekolah secara optimal, (3)

2 Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan di bagian pediatri RSUD Ponorogo agar bisa mempertahankan dan meningkatkan kualitas kemampuan dan ketrampilan petugas kesehatan

ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan untuk mengetahui apa saja yang dapat dilakukan oleh guru dalam rangka meningkatkan kemampuan untuk memahami konsep dan

Hasil dari penelitian ini diharapkan bisa dijadikan masukan bagi pihak- pihak yang membutuhkan serta dapat menambah informasi dan pengetahuan yang berkaitan dengan pengaruh

Seorang pemimpin diharapkan memiliki banyak hal, seperti rasa tanggung jawab, integritas, pengetahuan, pengetahuan, kepercayaan kepada diri sendiri dan orang lain, serta

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan masukan informasi tentang upaya-upaya yang dapat dilakukan oleh perusahaan untuk meningkatkan kualitas pelayanan sesuai

Loyalitas pelanggan dalam menggunakan jasa yang ditawarkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan kepada pihak perusahaan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas

Saran yang dapat diberikan untuk instansi yang bersangkutan untuk tetap mempertahankan atau meningkatkan kualitas yang memang sudah bagus dan untuk penelitian selanjutkan diharapkan